Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TENTANG

PRINSIP DASAR ANALISIS

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. HABIB PRAWIGA (201000462201001)


2. SISI GUSRI YENTI (201000462201009)
3. SAKIAH MAISAROH (201000462201017)
4. ANNISA APRILIA MAHARANI (201000462201022)
5. DEWI APRIL YANTI (201000462201041)
6. YOLIFIA (191000462201006)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip Dasar Analisis” ini tepat
waktu. Shalawat serta salam tidak lupa kami kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberi petunjuk bagi kita semua.

Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Analisis Laporan Keuagan”.
Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita memahami materi yang
berhubungan dengan Prinsip Dasar Analisis.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Solok, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. ANALISIS RATIO...............................................................................................................3
B. LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF.........................................................................4
C. ANALISIS TREND..............................................................................................................6
D. ANALISIS COMMON-SIZE (PERSENTASE PER-KOMPONEN)..................................8
E. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA......................................................12
F. KOMPARASI.....................................................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................17
A. KESIMPULAN...................................................................................................................17
B. SARAN...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan
beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengawasi dan memprediksi kondisi
keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah
dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin
mengetahui tingkat keuntungan, tingkat risiko dan tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Analisis semacam ini mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal:
1. Menentukan dengan jelas tujuan analisis
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan dan
ratio-ratio keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan tersebut.
3. Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang
berkaitan dengan perusahaan dan memengaruhi usaha perusahaan.
Sebelum melakukan analisis seorang analis harus memahami ketiga langkah
diatas, baru kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-alat analisis seperti
ratio-ratio keuangan ratio-ratio lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu analisis ratio?
2. Apa itu laporan keuangan komparatif?
3. Apa itu analisis trend?
4. Apa itu analisis common-size?
5. Apa itu analisis sumber dan penggunaan dana?
6. Apa itu komparasi?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gambaran umum analisis ratio
2. Untuk mengetahui gambaran umum laporan keuangan komparatif
3. Untuk mengetahui gambaran umum analisis trend
4. Untuk mengetahui gambaran umum analisis common-size
5. Untuk mengetahui gambaran umum sumber dan penggunaan dana
6. Untuk mengetahui gambaran umum komparasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN
Analisis laporan keuangan merupakan suatu suatu proses yang penuh
pertimbangan (judgment proses). Salah satu tujuan utamanya adalah untuk
mengidentifikasi perubahan-perubahan pokok (turning point) pada trend, jumlah dan
hubungan; dan alasan-alasan perubahan tersebut. Perubahan-perubahan tersebut
seringkali merupakan tanda peringatan awal (early warning signal) terjada pergeseran
menuju keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Proses penuh pertimbangan ini
dapat ditingkatkan melalui pengalaman dan penggunaan alat-alat analitis.
Pada meteri ini memberikan pengantar mengenai berbagai teknik analisis laporan
keuangan yang berbeda dan membahas prinsip-prinsip dasar yang harus dipahami dalam
rangka menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan, yaitu prinsip komparasi.

A. ANALISIS RATIO
Ratio-ratio keuangan biasanya dinyatakan dalam satuan persentase (%) atau “kali”.
Beberapa jenis ratio yang akan dibahas secara rinci pada Bab 5 dikelompokkan ke dalam
kelompok sebagai berikut:
1. Ratio Likuiditas yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Ratio ini dapat meliputi ratio-ratio yang mengukur
efisiensi penggunaan aktiva lancer.
2. Ratio Solvabilitas (Struktur Modal) yang mengukur tingkat perlindungan para
kreditor jangka panjang.
3. Ratio Return on Investment yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba, relative dibandingkan dengan aktiva (investasi) yang
digunakan.
4. Ratio Pemanfaatan Aktiva (Assets Utilization) yang mengukur efisiensi dan
efektifitas penggunaan aktiva dalam mendukung penjualan perusahaan.
5. Ratio Kinerja Operasi (Operating Performance) yang mengukur efisiensi operasi
perusahaan.

3
6. Investor umumnya tertarik pada kelompok ratio profitabilitas tertentu.

Ratio dapat dihitung dari berbagai kombinasi atau pasangan angka. Dengan
menggunakan pos-pos yang ada pada laporan keuangan, dapat disusun suatu daftar angka
ratio yang panjang. Tidak ada suatu standar tentang jenis dan cara menghitung ratio-ratio
yang panjang. Setiap penulis menggunakan daftar jenis ratio yang berbeda. Ratio-ratio
yang dibahas pada buku ini merupakan ratio ratio yang umum didiskusikan dan
digunakan.

Pembandingan pos-pos neraca dan laporan laba-rugi dalam bentuk ratio dapat
menimbulkan kesulitan, khususnya menyangkut periode waktunya. Laporan laba-rugi
mencakup satu periode waktu penuh (misalnya satu tahun), sementara neraca hanya
untuk satu saat (akhir periode). Idealnya, apabila akan membandingkan angka yang ada
di dalam laporan laba-rugi (misalnya penjualan) dan yang ada di neraca (misalnya
piutang dagang), harus digunakan angka rata-rata untuk periode yang sama. Sayangnya,
data tersebut tidak tersedia bagi para analis ekstern, pemecahannya adalah dengan
menggunakan laba-rugi dari saldo awal dan ahir piutang dagang, meskipun cara ini masih
juga belum mampu mengeliminir perubahan-perubahan musiman atau siklus maupun
perubahan-perubahan yang luar biasa yang terjadi selama periode tertentu.

B. LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF


Langkah awal yang baik di dalam melakukan analisis laporan keuangan adalah
dengan menyjikan laporan keuangan secara komparatif, misalnya untuk dua atau tiga
tahun atau lebih. Dengan penyajian laporan keuangan seperti ini dapat akan dapat
diperoleh gambaran mengenai pergerakan dan kecenderungan serta memberikan petunjuk
yang berharga dalam rangka memprediksi masa datang.
Pembandingan laporan keuangan untuk dua atau tiga tahun dapat dilakukan
dengan menghitung perubahan dari tahun ke tahun, baik dalam jumlah absolut (rupiah)
maupun dalam persentase. Pembandingan untuk jangka waktu yang lebih lama sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan trend.
Di dalam pembandingan laporan keuangan, perubahan baik dalam absolut
(rupiah) maupun persentase, keduanya harus dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena

4
ukuran rupiah dari dasar yang berbeda, yang digunakan untuk menghitung perubahan
persentase dapat mengakibatkan perubahan persentase yang besar, melebihi posisinya.
Sebagai contoh, suatu perubahan sebesar 20% dari suatu angka Rp 1 juta adalah jauh
lebih tidak ada artinya dibandingkan dengan perubahan yang sama dari angka sebesar Rp
100 juta.
Contoh laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk komparatif diberikan pada dua
tabel berikut ini.

PT. BAGAS PERKASA JAYA


Neraca Komparatif
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

31 Desember Perubahan
NERACA
2009 2010 Rupiah %
Kas Rp 1.300 Rp 1.200 Rp (100) (7,69)
Piutang Dagang Rp 1.200 Rp 1.000 Rp (200) (16,67)
Persediaan Rp 2.200 Rp 2.600 Rp 400 18,18
Tanah Rp 2.300 Rp 3.700 Rp 1.400 60,86
Gedung Rp 4.000 Rp 4.000 Rp - 0
Mesin Rp 4.000 Rp 5.000 Rp 1.000 25,00
Akumulasi Depresiasi Rp (1.000) Rp (1.500) Rp 500 50,00
Total Aktiva Rp 14.000 Rp 16.000 Rp 2.000 14,29
Utang Lancar Rp 2.500 Rp 2.200 Rp (300) (12,00)
Utang JK Panjang Rp 4.500 Rp 6.000 Rp 1.500 33,33
Modal Rp 7.000 Rp 7.800 Rp 800 11,42
Total Utang dan Modal Rp 14.000 Rp 16.000 Rp 2.000 14,29

5
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Laporan Rugi-Laba Komparatif
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Perubahan
RUGI-LABA
2009 2010 Rupiah %
Penghasilan Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 50.000 33,33
Harga Pokok Penjualan Rp 50.000 Rp 60.000 Rp 10.000 20
         
Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 Rp 20.000 40
Biaya Pemasaran Rp (25.000) Rp (34.000) Rp 9.000 36
Biaya Administrasi Rp (20.000) Rp (28.000) Rp 8.000 40
Biaya Bunga Rp (10.000) Rp (14.000) Rp 1.000 10
         
Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 Rp 19.000 42,22
Pajak (15%) Rp 6.750 Rp 9.600 Rp 2.850 42,22
         
Laba Bersih Rp 38.250 Rp 54.400 Rp 16.150 42,22

Perubahan dalam rupiah perlu selalu diketahui agar diperoleh perspektif yang
tepat dan kesimpulan yang valid. Sedangkan perubahan dalam persentase dapat
membantu, menentukan berarti tidaknya (significance) perubahan tersebut.

Dari tabel tersebut diketahui bahwa perubahan dalam rupiah membantu analis
untuk menfokuskan diri pada factor-faktor kunci yang telah memengaruhi posisi
keuangan dan profitabilitas perusahaan. Misalnya, selama tahun 2010, tanah mengalami
peningkatan sebesar Rp 1.400.000, yang diimbangi dengan peningkatan utang jangka
panjang sebesar Rp 1.500.000.

C. ANALISIS TREND
Telah sisajikan sebelumnya, bila suatu pembandingan laporan keuangan meliputi
lebih dari tiga tahun, maka teknik pembandingan dari tahun ke tahun menjadi tidak
praktis. Cara terbaik yang dapat dipilih adalah dengan menggunakan teknik analisis
trend/indeks.
Analisis trend merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan
termasuk metode analisis horizontal. Analisis ini menggambarkan kecendrungan

6
perubahan suatu pos laporan keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun).
Pada teknik analisis ini, data laporan keuangan untuk beberapa periode dinyatakan dalam
satuan persentase atas dasar tahun dasar.
Neraca dan laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase trend dapat
memberikan informasi mengenai tingkat pertumbuhan masing-masing pos laporan
keuangan dari tahun ke tahun.
Berikut ini diilustrasikan laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase trend
(cara yang sama juga berlaku pada neraca):

Tahun (Rupiah
  2006 2007 2008 2009 2010
Penghasilan Rp 100.000 Rp 115.000 Rp 130.000 Rp 145.000 Rp 160.000
Harga Pokok Penjualan Rp 80.000 Rp 92.000 Rp 104.000 Rp 116.000 Rp 128.000
           
Laba Kotor Rp 20.000 Rp 23.000 Rp 26.000 Rp 29.000 Rp 32.000
Biaya-biaya Rp 10.000 Rp 11.500 Rp 13.500 Rp 16.000 Rp 18.800
           
Laba Bersih Rp 10.000 Rp 11.500 Rp 12.500 Rp 13.000 Rp 13.200

Dengan hanya melihat pada data ini, dapat dikatakan bahwa selama lima tahun, baik
penjualan maupun laba bersih mengalami kenaikan. Pertanyaannya, seberapa cepatkah penjualan
mengalami kenaikan, dan apakah kenaikan laba bersih telah sesuai dengan kenaikan
penjualannya? Bila hanya melihat pada data tersebut, pertanyaannya ini sulit dijawab.

Kenaikan penjualan dan laba bersih dapat ditempatkan dalam suatu persektif yang
tepat, dengan menyatakan kembali pos-pos tersebut ke dalam persentase trend. Laporan
laba-rugi ini bila dinyatakan dalam persentase trend, dengan tahun dasar 2006 menjadi
sebagai berikut:

7
Tahun (Rupiah
  2006 2007 2008 2009 2010
Penghasilan 100% 115% 130% 145% 160%
Harga Pokok Penjualan 100% 115% 130% 145% 160%
           
Laba Kotor 100% 115% 130% 145% 160%
Biaya-biaya 100% 115% 135% 160% 188%
           
Laba Bersih   115% 125% 130% 132%

Saldo masing-masing pos pada tahun dasar (untuk kasus ini tahun 2006)
dinyatakan dalam persentase trend sebesar 100%, sedangkan saldo pos yang sama untuk
tahun-tahun selanjutnya dinyatakan dalam persentase atas dasar tahun dasar.

Jadi untuk pos penjualan tahun 2008 misalnya, bila dinyatakan dalam persentase menjadi:

Saldo Pos Penjualan Pada tahun 2008


=
Saldo Pos Penjualan Pada tahun 2006 (Tahun dasar)

Rp 130.000,00
=
Rp 100.000,00

= 130%

Dari analisis, tampak bahwa tingkat pertumbuhan penjualan selama lima tahun
terakhir stabil, yaitu 15% per tahun. Pertumbuhan penjualan ini ternyata tidak
proporsional dengan tingkat pertumbuhan laba bersih, yang justru cenderung menurun
(khususnya sejak tahun 2008). Penurunan tingkat pertumbuhan laba bersih ini disebabkan
oleh naiknya tingkat pertumbuhan pada pos biaya, khususnya tahun 2008.

D. ANALISIS COMMON-SIZE (PERSENTASE PER-KOMPONEN)


Dalam menganalisis laporan keuangan, sebaiknya dihitung pula proporsi suatu
kelompok atau sub-kelompok yang salah satu kelompoknya dibahas. Pada neraca

8
misalnya, aktiva dianggap bernilai 100% dan tiap pokok atau pos pada kategori aktiva ini
dinyatakan dalam persentase dari total aktiva.
Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size statement)
menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya.
Teknik analisis, dengan cara menyusun laporan keuangan seperti ini disebut teknik
analisis common-size dan termasuk matode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (common-size
statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran
tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran
mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.

Apabila neraca dalam persentase per-komponen ini disusun secara komparatif


(misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan
komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal.

Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size


percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap RP 1,00 penjualan kepada
masing-masing elemen biaya dan laba. Sementara apabila disusun secara komparatif,
dapat menggambarkan perubahan distribusi tersebut.

Ilustrasi sederhana analisis dalam persentase per-komponen (common-size) ini


dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Contoh laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk komparatif diberikan pada
dua tabel berikut ini.

9
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca Komparatif Dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

31 Desember Common-Size (%)


NERACA
2009 2010 2009 2010
Kas Rp 1.300 Rp 1.200 9,29 7,50
Piutang Dagang Rp 1.200 Rp 1.000 8,57 6,25
Persediaan Rp 2.200 Rp 2.600 15,71 16,25
Tanah Rp 2.300 Rp 3.700 16,43 23,13
Gedung Rp 4.000 Rp 4.000 28,57 25,00
Mesin Rp 4.000 Rp 5.000 28,57 31,25
Akumulasi Depresiasi Rp (1.000) Rp (1.500) (7,14) (9,37)
Total Aktiva Rp 14.000 Rp 16.000 100% 100%
Utang Lancar Rp 2.500 Rp 2.200 17,86 13,75
Utang JK Panjang Rp 4.500 Rp 6.000 32,14 37,50
Modal Rp 7.000 Rp 7.800 50,00 48,75
Total Utang dan Modal Rp 14.000 Rp 16.000 100% 100%

PT. BAGAS PERKASA JAYA


Laporan Rugi-Laba Komparatif dalam Persentase Per-komponen
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Common-Size (%)


RUGI-LABA
2009 2010 2009 2010
Penghasilan Rp 150.000 Rp 200.000 100,00 100,00
Harga Pokok Penjualan Rp 50.000 Rp 60.000 33,33 30,00
         
Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 66,67 70,00
(16,67
Biaya Pemasaran Rp (25.000) Rp (34.000) (17,00)
)
(13,33
Biaya Administrasi Rp (20.000) Rp (28.000) (14,00)
)
Biaya Bunga Rp (10.000) Rp (14.000) (6,67) (7,00)
         
Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 30,00 32,00
Pajak (15%) Rp 6.750 Rp 9.600 4,50 4,80
         
Laba Bersih Rp 38.250 10 Rp 54.400 25,50 27,20
Cara perhitungan persentase per-komponen adalah sebagai berikut:

1. Pos-pos di dalam neraca dikategorikan manjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva.
Masing-masing pos yang termasuk pada masing-masing kategori dinyatakan
dalam persentase atas dasar total aktiva atau pasiva (kategori). Jadi pos kas
yang 31 Desember 2009 bersaldo Rp1.300,00 bila dinyatakan dalam
persentase komponen menjadi:

Saldo Aktiva *100


=
Total Aktiva %

Rp 1.300 *100
=
Rp 14.000 %

= 9,29%

2. Pos-pos dalam perhitungan laba-rugi dinyatakan dalam persentase per-


komponen atas dasar total penghasilan (total penghasilan dinyatakan sebesar
100%). Jadi pos harga pokok penjualan tahun 2010 yang bersaldo Rp60.000,-
bila dinyatakan dalam persentase per-komponen menjadi:

Saldo Harga Pokok Penjualan


= *100%
Total Penghasilan

Rp 60.000,00
= *100%
Rp 200.000,00

= 30%
Dari neraca yang tersusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak
bahwa selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya
kas, persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang). Sementara dari
perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp1,00 penjualan kepada harga
pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk biaya
lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.

11
E. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
Pada umumnya, dana dapat diartikan sebagai kas (dan setara kas) atau modal
kerja. Pembahasan rinci analisis sumber dan penggunaan dana, dalam pengertian modal
kerja ada pada Bab 6. Untuk analisis ini, diartikan sebagai kas. Analisis sumber dan
penggunaan dana, dimana dana diartikan sebagai kas, sangat berguna untuk melihat
aliran kas (cashflow) yang terjadi pada perusahaan selama periode tertentu.

Dengan menggunakan teknik (alat) analisis sumber dan penggunaan dana ini
(analisis aliran kas), pengelola perusahaan akan memperoleh informasi mengenai sebab-
sebab terjadinya surplus (defisit) kas selama periode tertentu, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan tentang kas.

31 Desember Analisis
NERACA
2009 2010 Sumber Penggunaan
Kas Rp 1.300 Rp 1.200 Rp 100 Rp -
Piutang Dagang Rp 1.200 Rp 1.000 Rp 200 Rp -
Persediaan Rp 2.200 Rp 2.600 Rp - Rp 400
Tanah Rp 2.300 Rp 3.700   Rp 1.000
Gedung Rp 4.000 Rp 4.000   Rp -
Mesin Rp 4.000 Rp 5.000 Rp - Rp 1.400
Akumulasi Depresiasi -Rp 1.000 -Rp 1.500 Rp 500  
Total Aktiva Rp 14.000 Rp 16.000    
Utang Lancar Rp 2.500 Rp 2.200 Rp - Rp 300
Utang JK Panjang Rp 4.500 Rp 6.000 Rp 1.500 Rp -
Modal Rp 7.000 Rp 7.800 Rp 800 Rp -
Total Utang dan Modal Rp 14.000 Rp 16.000 Rp 3.100 Rp 3.100
Ilustrasi sederhana analisis sumber dan penggunaan dana ini dapat dilihat papa
tabel berikut (dalam ribuan rupiah).

Pedoman pembuatan analisis sumber dan penggunaan kas (analisis aliran kas) ini
adalah sebagai berikut:

1. Untuk pos-pos aktiva (kacuali pos kas), bila terjadi kenaikan aktiva (saldo per 31
Desember 2010 labih besar dibanding saldo per 31 Desember 2009), berarti telah
terjadi aliran kas keluar (cash out-flow), karena adanya penggunaan kas untuk
pembelian aktiva tersebut. Sebaliknya bila terjadi penurunan, berarti telah

12
terjadinya aliran kas masuk (cash in-flow) yang berasal dari penjualn aktiva
tersebut.
2. Untuk pos-pos utang dan modal berlaku aturan sebalinya. Bila terjadi kenaikan
utang atau modal (saldo per 31 Desember 2010 lebih besar dibanding saldo per 31
Desember 2009), berarti telah terjadi aliran kas masuk (cash in-flow), karena
adanya penerimaan kas dari penerbitan utang atau setoran modal. Sebaliknya bila
terjadi penurunan, berarti terjadi aliran kas keluar (cash out-flow) yang digunakan
untuk pelunasan utang atau penarikan kembali modal.

Dari tabel ini tampak bahwa selama tahun 2010, telah terjadi penurunan kas
sebesar Rp100.000,-. Hal ini disebabkan karena selama tahun tersebut, telah terjadi
penggunaan kas sebesar Rp3.100.000,- sementara sumber kas hanya sebesar
Rp3.000.000,-. Penggunaan kas yang menonjol salama tahun 2010 adalah untuk
pembelian tanah sebesar Rp1.000.000,- dan pembelian mesin sebesar Rp1.400.000,-
sedangkan sumber kas yang menonjol adalah penerbitan utang jangka panjang
Rp1.500.000,-.

F. KOMPARASI
Angka-angka absolut atau ratio tidak akan memberikan arti apabila tidak
dikomparasikan/dibandingkan dengan angka lainnya. Apabila kita ditanyakan apakah
uang Rp10.000,- itu banyak atau sedikit, maka kerangka acuan menentukan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Bagi anak kecil, uang sejumlah tersebut mungkin sudah sangat
banyak, sementara bagi seorang miliuner, uang sejumlah itu tidak ada artinya. Hal yang
sama berlaku juga misalnya, komposisi gedung dan peralatan sebesar 60% dari total bagi
suatu perusahaan merupakan sesuatu yang normal, sementara bagi perusahaan lain, hal
ini justru merupakan masalah. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman untuk dapat
menentukan arti dari suatu ratio atau ukuran-ukuran lainnya yang dihitung.
1. Analisis Trend
Suatu analisis yang dilakukan dengan menggunakan data-data masa lalu
perusahaan untuk tujuan komparasi disebut analisis trend. Dengan melihat

13
kecendrungan (trend) angka-angka ratio tretentu, dapat diperoleh gambaran
apakah ratio-ratio tersebut cenderung naik, turun atau relatif konstan. Dari
gambaran ini, akan dapat dideteksi masalah-masalah yang sedang dihadapi
oleh perusahaan dan dapat diobservasi baik buruknya pengelolan perusahaan.
2. Rata-rata Industri dan Pembandingan dengan Pesaing
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan lebih
bermakna, apabila hasil analisis tersebut dibandingkan dengan rata-rata
industri dan hasil dari pesaing. Data rata-rata industri tersebut biasanya
dikumpulkan oleh sebuah lembaga jasa keuagan.
Masalah yang umumnya dihadapi oleh para analis adalah data rata-rata
industri tersebut tidak secara jelas mencakup perusahaan yang sedang
dianalisis. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang sedang dianalisis
didiversifikasi ke dalam banyak area industri. Oleh karenanya perlu dipilih
data industri yang benar-benar sesuai dengan perusahaan yang sedang
dianalisis
Berikut ini beberapa contoh jasa keuangan yang memberikan data
mengenai industri:
a. The Department of Commerce Financial Report
Merupakan suatu publikasi oleh pemerintah federal tentang perusahaan
yang bergerak dalam bidang manufaktur, pertambangan, dan perdagangan.
Publikasi ini berisi neraca dan laba-rugi industri dalam total rupiah; neraca
dan laporan laba-rugi dalam persentase per-komponen; dan beberapa
angka operasi dan neraca.
b. Robert Morris Associates Annual Statement Studies
Menyajikan neraca dan laporan laba-rugi dalam persentase per-komponen
yang sederhana dan 16 jenis angka ratio. Data industri yang dicakup
adalah industri manufaktur, perdagangan besar, dan kontruksi. Data
tersebut dibagi ke dalam kategori yang berbeda sesuai dengan ukuran
perusahaan. Data historis juga disajikan untuk kepentingan analisis trend.
Sumber data ini banyak digunakan terutama oleh kalangan perbankan.
c. Standard and Poors’Industry Surveys

14
Menyajikan ringkasan beberapa perusahaan dalam kelompok industri
untuk waktu lima tahun, yang terutama ditujukan untuk para investor.
Beberapa data yang disajikan antara lain penghasilan operasi, laba bersih,
return in assets, current ratio, debt/capital ratio, price-earning ratio,
dividend pay-out ratio, earning per share, book value per share, share
price.
d. The Almanac of Business and Industrial Financial Ratios
Menyajikan sebanyak 24 data statistik untuk 11 kategori ukuran
perusahaan, yang mencakup 12 faktor operasi. Publikasi ini menyakikan
juga 10 angka ratio. Klasifikasi perusahaan yang dicakup lebih luas
dibanding publikasi lainnya, karena mencakup perusahaan yang bergerak
dalam bidang manufaktur, perdagangan besar, kontruksi, pertambangan,
lembaga keuangan, asuransi, real estate, dan energi.
e. Industry Norms and Key Business Ratio
Diterbitkan oleh Dun & Bradstreet dan menyajikan 800 jenis lini bisnis
seperti yang didefinisikan oleh U.S Standard Industrial Clasification (SIC)
code numbers. Buku Industry Norms dipublikasikan secara terpisah sesuai
dengan segmen industri yang terdiri atas lima segmen industri, yaitu
industri manufaktur; pedagang besar; eceran;
pertanian/pertambangan/kontruksi/transportasi/ komunikasi/energi; dan
keuangan/real estate/jasa. Data disajikan meliputi data common-size untuk
neraca dan laporan laba-rugi dan 14 angka ratio.
f. Value Line Investment Service
Menyajikan data profitabilitas dan investasi untuk 1.700 perusahaan
secara individual dan untuk secara umum. Perusahaan ditempatkan ke
dalam salah satu kelompok dari sebanyak 91 kelompok industri. Beberapa
data yang disajikan antara lain sales per share, cash flow per share,
dividend declared per share, capital spending per share, relative P/E
ratio, EPS, average annual dividend yield, sales, depreciation, percent
retained to common equity.

15
Apabila data rata-rata industri tidak tersedia, atau jika komparasi
dengan pesaing diinginkan, maka laporan keuangan perusahaan lain perlu juga
dianalisis untuk tujuan pembandingan. Oleh karena akuntansi mengijinkan
penggunaan berbagai metode akuntansi, maka prinsip daya banding laporan
keuangan harus diperhatikan. Idealnya, penggunaan semua jenis
pembandingan adalah terbaik. Penggunaan analisis trend, rata-rata industri,
dan komparasi dengan pesaing utama perusahaan, akan memberikan
dukungan dalam rangka menemukan dasar pemecahan masalah.

3. Hati-hati Menggunakan Data Industri


Analisis laporan keuangan merupakan suatu seni, yang memerlukan
pertimbangan-pertimbangan. Perlu hati-hati dan jangan terlalu yakin terhadap
ratio yang telah dihitung dan dibandingkan. Beberapa situasi yang perlu
diperhatikan oleh para analis antara lain sebagai berikut:
a. Formula ratio industri berbeda diantara berbagai sumber, sementara tidak
tersedia informasi tentang bagaimana ratio industri tersebut dihitung.
b. Perusahaan yang sama dapat menggunakan metode penilaian atau
pengakuan pendapatan yang berbeda yang dapat mengganggu dipenuhinya
prinsip daya banding.
c. Perbedaan periode laporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan-
perusahaan yang dikelompokkan dalam satu kelompok industri.
d. Perusahaan dengan kebijakan keuangan yang berbeda dimasukkan dalam
satu kelompok industri yang sama, misalnya perusahaan yang capital-
intensive dimasukkan dalam satu kelompok industri perusahaan yang
labor-intensive.
e. Beberapa data rata-rata industri ditentukan perusahaan atas dasar sampel
perusahaan yang jumlahnya sedikit, sehingga tidak dapat mewakili kondisi
industri yang sesungguhnya.

16
BAB III

PENUTUP

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
Analisis laporan keuangan mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif dari suatu
pengukuran posisi keuangan relatif diantara perusahaan dan diantara industri. Analisis
laporan keuangan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, bergantung pada jenis
perusahaan atau industri dan kebutuhan tertentu para pemakai.
Teknik-teknik analisis antara lain laporan keuangan komparatif, analisis trend,
analisis common-size, analisis ratio, dan analisis sumber dan penggunaan dana

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami susun dengan semaksimal mungkin,
semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Kami sadar bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banya kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah yang kami buat selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Prastowo, D. (2014). Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi Edisi 3. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.

18

Anda mungkin juga menyukai