Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EVALUASI, PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN RISIKO

Oleh:
Rahmat Khurniawan 1910070160004
Lathifah Puja Angela 1910070160009

Dosen Pengampu:

Tosi Rahmaddian, SKM, MARS

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“EVALUASI, PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN RISIKO” dengan
tepat waktu.

Makalah Penilaian Faktor Risiko disusun guna memenuhi tugas Bapak Tosi
Rahmadian, SKM, MARS pada mata kuliah Manajemen Risiko Rumah Sakit
Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Baiurrahamah. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Penilaian Faktor Risiko.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Tosi


Rahmadian, SKM, MARS selaku dosen pengampu mata kuliah. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 23 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian Manajemen Risiko................................................................3

2.2 Evaluasi Risiko.......................................................................................3

2.3 Pengelolaan Risiko (Risk Control).........................................................4

2.4 Pengendalian Risiko...............................................................................7

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...........................................................................................12

DAFTAR ISI..........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak aman
dan berisiko terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, baik dari ruang lingkup
yang paling kecil bahkan sampai dengan Rumah Sakit sekalipun. Risiko mungkin
saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam sarana pelayanan kesehatan,
mulai dari pasien, pengunjung sarana kesehatan, maupun petugas kesehatan.
Risiko atau kejadian yang tidak diharapkan terjadi bukan karena adanya unsur
kesengajaan, tetapi karena rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang
berpengaruh, sebagai contoh tidak tersedianya SDM yang kompeten, kondisi
fasilitas, ketersediaan obat, dan peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar.
Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cidera yang tidak
diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan pemberian obat, kesalahan
identifikasi, kondisi fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun akibat
penyelenggaraan kegiatan pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak
memperhatikan aspek keselamatan. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam
pelayanan kesehatan perlu diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk
mengupayakan keselamatan pasien, pengunjung dan masyarakat yang dilayani.
Keselamatan pasien di RS adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan..

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana evaluasi risiko di rumah sakit?
2. Bagaimana pengelolaan risiko di rumah sakit?
3. Bagaimana pengendalian risiko di rumah sakit?

1
1.3 Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko dan memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang evaluasi, pengelolaan dan pengendalian
risiko

Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi risiko di rumah sakit
2. Untuk mengetahui pengelolaan risiko di rumah sakit
3. Untuk mengetahui pengendalian risiko di rumah sakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan
oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko
terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pegawai, pengunjung dan rumah
sakit itu sendiri.

2.2 Evaluasi Risiko


Evaluasi risiko dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan
keputusan berdasarkan hasil analisis risiko. Evaluasi risiko merupakan proses
pembandingan antara level risiko yang ditemukan selama proses analisis
dengan kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya.

Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang


memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-risiko
tersebut dengan mengacu pada “kriteria risiko”. Dengan kata lain hasil dari
evaluasi risiko menunjukkan peringkat risiko yang memerlukan penanganan
(mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat risiko yang dapat diterima.

Tahapan evaluasi risiko meliputi: (1) menyusun prioritas risiko berdasarkan


besaran risiko dengan ketentuan : a) besaran risiko tertinggi mendapat prioritas
paling tinggi. b) Apabila terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran
risiko yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan area
dampak dari yang tertinggi hingga terendah sesuai kriteria dampak. c) Apabila
masih terdapat lebih dari satu risiko yang meiliki besaran dan area dampak
yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan kategori risiko
yang tertinggi hingga terendah sesuai kategori risiko. d) Apabila masih terdapat
lebih dari satu risiko yang memiliki besaran, area dampak, dan kategori yang
sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan judgement pemilik Risiko.

3
Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut
sesuai skor dan grading yang didapat dalam analisis.

SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG

Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai,


dan meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan
menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih,
yang akan mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi
dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja
yang akan melakukan verifikasi tahap pertama dan membuat suatu
rencana tindakan untuk mengatasi risiko.

2.3 Pengelolaan Risiko (Risk Control)


Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-
pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta
kemungkinan terjadi risiko. Teknik penanganan resiko antara lain:
1) Pengendalian
Merupakan upaya-upaya untuk mengubah risiko yang
merupakan langkah-langkah antisipatif yang direncanakan dan
dilakukan secara rutin untuk mengurangi risiko.
2) Penanganan
Merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi
risiko jika tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga

4
bermakna langkah-langkah yang telah direncanakan dan akan
dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.

Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan


risiko dapat dijabarkan sebagai berikut.

1) Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan


mempertimbangkan keuntungan lebih besar daripada kerugian
2) Mentolerasi risiko

3) Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi

4) Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko

Opsi Perlakuan Risiko


Klasifikasi Jenis Pengendalian
Menghindari  Menghentikan kegiatan
risiko  Tidak melakukan kegiatan
 Membuat Kebijakan
 Membuat SPO
 Mengganti atau membeli alat
 Mengembangkan sistem informasi
 Melaksanakan prosedur
 Pengadaan, Perbaikan dan pemeliharaan
Mengurangi bangunan dan instrumen yang sesuai
risiko dengan persyaratan
 Pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan
prosedur dan persyaratan
 Pembuatan dan pembaruan prosedur,
standar dan check-list, Pelatihan
penyegaran bagi personil, seminar,
pembahasan kasus, poster, stiker
Mentransfer
 Asuransi
risiko

5
 Mengambil kesempatan dengan kondisi
Mengeksploitasi
yang ada dengan mempertimbangkan
risiko
keuntungan lebih besar daripada kerugian
 Tidak melakukan tindakan pengendalian
Menerima risiko
apapun

2.4 Pengendalian Risiko


Risiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik,
kimia, fisiologi, dan psikologi dapat menyebabkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar lingkungan rumah
sakit. Pekerja rumah sakit memiliki risiko kerja yang lebih tinggi dibanding
pekerja industri lain sehingga risiko bahaya tersebut harus dikendalikan.  Berikut
merupakan penjelasan mengenai sistem pengendalian risiko bahaya yang harus
dilakukan di rumah sakit (Modul Pelatihan Dasar Wajib Pengendalian Risiko
Bahaya di Rumah Sakit) :

1. Risiko bahaya fisik


 Risiko bahaya mekanik
Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum, terpeleset ataupun
menabrak dinding/pintu kaca. Pengendalian yang harus dilakukan antara
lain : penggunaan safety box limbah tajam, kebijakan dilarang menutup
kembali jarum bekas, pemasangan keramik anti licin pada koridor dan
lantai yang miring, pemasangan rambu “awas licin”, pemasangan kaca
film dan stiker pada dinding/pintu kaca agar lebih kelihatan.
 Risiko bahaya radiasi
Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy, kedokteran nuklir dan
beberapa kamar operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus
dilakukan antara lain : pemasangan rambu peringatan bahaya radiasi,
pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan
paparan radiasi.

6
 Risiko bahaya kebisingan
Risiko ini terdapat pada ruang boiler, generator listrik dan ruang chiller.
Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : substitusi peralatan
melalui alat-alat baru dengan intensitas kebisingan yang lebih rendah,
penggunaan pelindung telinga dan pemantauan tingkat kebisingan secara
berkala oleh sanitasi.
 Risiko bahaya pencahayaan
Risiko bahaya pencahayaan ini seperti di kamar operasi dan laboratorium.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah pemantauan tingkat
pencahayaan secara berkala oleh sanitasi dan hasil pemantauan dilaporkan
ke petugas teknisi untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat
pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.
 Risiko bahaya listrik
Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum. Pengendalian
yang harus dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan peralatan
listrik harus memenuhi SNI, serta dilakukan pengecekan secara rutin baik
fungsi dan kelayakan peralatan listrik di rumah sakit.
2. Risiko bahaya biologi
Risiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen
dari pasien yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh, dan udara. Pengendalian
yang harus dilakukan adalah melalui sanitasi dan harus didukung dengan
housekeeping yang baik dari seluruh karyawan dan penghuni rumah sakit.
3. Risiko bahaya kimia
Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan
beracun. Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-
bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), pelabelan standar, penyimpanan
standar, penyiapan MSDS (Material Safety Data Sheet) atau lembar data
keselamatan bahan, penyiapan P3K, serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola
B3. Selain itu pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air
kotor yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

7
4. Risiko bahaya fisiologi
Risiko ini terdapat pada sebagian besar kegiatan di rumah sakit berupa
kegiatan angkat angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian antara peralatan kerja dan
ukuran fisik pekerja. Risiko ini misalnya terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut
baik pasien maupun barang. Selain itu pemilihan sarana dan prasarana rumah sakit
juga harus mempertimbangan faktor fisiologi, terutama peralatan yang dibeli dari
negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran badan. Pengendalian yang
harus dilakukan yaitu melalui melakukan gerak tubuh secara rutin.
5. Risiko bahaya psikologi
Risiko bahaya psikologi dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa
ketidakharmonisan hubungan antar manusia didalam rumah sakit, baik sesama
staff, staff dengan pasien, maupun staff dengan pimpinan. Risiko psikologi akan
memberikan pengaruh pada perilaku atau semangat kerja petugas sehingga
produktivitas akan menurun. Upaya pengendalian yang dilakukan untuk risiko ini
adalah dengan mengadakan pertemuan antar satuan kerja, antar staff, dan
pimpinan pada acara-acara bersama yang bertujuan agar terjalin komunikasi
dengan baik. Sehingga secara psikologi hal ini berdampak baik pada proses
pengakraban, dengan harapan risiko bahaya psikologi dapat ditekan seminimal
mungkin.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang


memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-
risiko tersebut dengan mengacu pada “kriteria risiko”. Dengan kata lain
hasil dari evaluasi risiko menunjukkan peringkat risiko yang memerlukan
penanganan (mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat risiko
yang dapat diterima.

2. Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-


pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta
kemungkinan terjadi risiko. Teknik penanganan resiko antara
lain:
1) Pengendalian
2) Penanganan

3. Risiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik,
kimia, fisiologi, dan psikologi dapat menyebabkan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat
sekitar lingkungan rumah sakit.

9
DAFTAR ISI

NHS. NHS Bradford City Clinical Commissioning Group & NHS Bradford
Districts CLinical Commissioning Group; Risk Management

Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3 di


Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press; 2008.

10

Anda mungkin juga menyukai