Anda di halaman 1dari 9

ANALISA TINGKAT RISIKO & RENCANA TINDAKAN

PENANGGULANGAN

MANAJEMEN RESIKO

Disusun Oleh:

Dicky Aditya H. 07.2019.1.03489


Stefani Nilam S. 07.2019.1.03495
Hofifah 07.2019.1.03498
Aditya Apriawan S. 07.2020.1.03628
Della Aprilian A. 07.2020.1.03637

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2022
Proses manajemen risiko mengacu pada standar ISO 31000:2018, dapat
dikelompokkan menjadi tahap penetapan:
1. Lingkup, konteks, dan kriteria,
2. Penilaian risiko, dan
3. Tahap perlakuan risiko.
Tahap 1 yaitu penetapan lingkup, konteks dan criteria telah diuraikan pada
artikel sebelumnya. Artikel ini akan menguraikan tentang penilaian risiko, sebagai
tahap lanjutan setelah tahap 1 disusun. Secara umum, penilaian risiko adalah
keseluruhan proses identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko.
Penilaian Risiko pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan
kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.

Gambar 1. Proses ManajemenResiko

Tujuan penilaian risiko adalah menetapkan kemunginan terjadinya dan


dampak suatu kejadian yang menghambat pencapaian tujuan atau sasaran
organisasi supaya dapat dilakukan penanganan risiko secara tepat. Tujuan tersebut
dapat dicapai melalui identifikasi risiko dan analisis risiko. Manfaat penilaian
risiko antara lain:
1. Membantu pencapaian tujuan organisasi
2. Menjaga kesinambungan pelayanan kepada para stakeholder
3. Melakukan pelayanan secara efektif dan efisiensi.
4. Menjadi dasar penyusunan rencana strategis.
5. Menghindari terjadinya pemborosan.

Penilaian risiko harus dilakukan secara sistematis, iteratif, dan kolaboratif,


dengan memanfaatkan pengetahuan dan pandangan para pemangku kepentingan.
Penilaian risiko harus menggunakan informasi terbaik yang tersedia, dilengkapi
dengan hasil pengamatan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Proses penilaian
risiko terdiri dari tiga unsure yaitu identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi
risiko.
1. Identifikasi Risiko
Unsur pertama dalam penilaian risiko yaitu identifikasi risiko.
Identifikasi risiko dilakukan untuk menggali kejadian-kejadian dalam
pelaksanaan tindakan dan kegiatan yang mungkin dapat menghambat
pencapaian tujuan atau sasaran. Dengan kata lain, identifikasi risiko
adalah kegiatan untuk mencari dan mendaftar risiko yang ada dan
terkait dengan tujuan dan aktivitas organisasi (business process).
Identifikasi risiko singkatnya merupakan proses menetapkan apa,
dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana sesuatu dapat terjadi,
sehingga dapat berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan (4w +
h). Apa yang mungkin dapat terjadi? tujuannya adalah menghasilkan
daftar lengkap berisi kejadian yang dapat mempengaruhi tujuan.
Bagaimana dan mengapa hal tersebut terjadi? Sementara
mengidentifikasi sejumlah kejadian, perlu juga mempertimbangkan
penyebab dan skenario yang mungkin, sehingga penyebab yang
signifikan tidak terlewatkan.
Output identifikasi risiko berupa profil risiko yang terdiri dari daftar
risiko yang memuat informasi tentang peristiwa risiko, pemilik risiko,
penyebab risiko, kegiatan pengendalian risiko yang sudah ada, dan
sisa risiko setiap tindakan atau kegiatan yang dinilai risikonya.
Untuk menghasilkan identifikasi risiko secara akurat, maka harus
menggunakan metode yang tepat dan melibatkan para pemilik risiko
(riskowner). Metode yang tepat akan menghasilkan ketepatan proses
penilaian, sedangkan keterlibatan pemilik risiko diperlukan sebagai
pihak yang mengerti kegiatan dan menjadi pihak yang terkena dampak
atas terjadinya risiko.

2. Analisis Risiko
Analisis risiko merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan seberapa sering suatu peristiwa dan dampak risiko
mungkin terjadi dan seberapa besar konsekuensi yang ditimbulkan
dari peristiwa tersebut. Tujuan analisis risiko adalah untuk memahami
risiko yang penting untuk dikelola secara aktif dan menyediakan data
untuk membantu menentukan prioritas penanganan risiko. Analisis
risiko dapat juga dimaknai sebagai suatu proses untuk memahami
karakteristik risiko (probabilitas dan dampak) yang dapat dilakukan
secara kualitatif ataupun kuantitatif untuk menentukan Tingkat (level)
risiko (level of Risk) atau signifikansi setiap risiko.
Output analisis risiko yaitu profil risiko. Dalam analisis risiko, peran
pimpinan organisasi sangat diperlukan sehingga mampu mengelola
dan mengendalikan risiko berdasarkan berapa banyak atau tingkat
risiko yang dapat diterima. Tingkat risiko yang dapat diterima adalah
batas toleransi risiko dengan mempertimbangkan aspek biaya dan
manfaat.
Level risiko ditentukan oleh dua hal yaitu level frekuensi dan level
konsekuensi. Level risiko yaitu level besar kecilnya atau tingkatan
suatu risiko. Level frekuensi (probabilitas) adalah besar kecilnya
kemungkinan terjadinya risiko atau kekerapan kejadian suatu risiko.
Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan
lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Sedangkan level
konsekuensi yaitu besar kecilnya dampak negatif dari suatu risiko.
Tabel 1. Probability Frequency Level
Probability (Likelihood)
Impact
Low Medium High
0 2 1
3 1 1
4 2 2

3. Evaluasi Risiko
Tahap terakhir dalam penilaian risiko yaitu evaluasi risiko. Evaluasi risiko
dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan
hasil analisis risiko. Evaluasi risiko merupakan proses pembandingan
antara level risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria
risiko yang ditetapkan sebelumnya.Proses evaluasi risiko akan
menentukan risiko-risiko mana yang memerlukan perlakuan dan
bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-risiko tersebut dengan mengacu
pada “kriteria risiko”. Dengan kata lain hasil dari evaluasi risiko
menunjukkan peringkat risiko yang memerlukan penanganan (mitigasi)
lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat risiko yang dapat diterima.
Tahapan evaluasi risiko meliputi:
a. menyusun prioritas risiko berdasarkan besaran risiko dengan ketentuan:
1) besaran risiko tertinggi mendapat prioritas paling tinggi.
2) Apabila terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran risiko
yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan area
dampak dari yang tertinggi hingga terendah sesuai kriteria dampak.
3) Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang meiliki besaran
dan area dampak yang sama, maka prioritas risiko ditentukan
berdasarkan urutan kategori risiko yang tertinggi hingga terendah
sesuai kategori risiko.
4) Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran,
area dampak, dan kategori yang sama, maka prioritas risiko
ditentukan berdasarkan judgement pemilik Risiko.
1. Level risiko
a. Low Frequency – Low Impact (LF/LI)
1) Seorang satpam yang selalu mengawasi toko kosmetik, padahal di
took tersebut sudah ada system pengaman produknya dan sensor
QR. Jika hal ini terus berkanjut maka cost perusahaan akan
membengkak tanpa ada impact yang cukup menguntungkan.
Cara penanggulangannya adalah dengan memilih salah satu
keamanan saja, baik memilih label sensor QR atau hanya
menggunakan satpam untuk pengawasan pada took tersebut.
2) Kesalahan dalam menulis isian pada slip transaksi. Resiko ini bias
diprediksi kemungkinan terjadinya dan kemungkinan untuk
dicegah dengan baik.
b. Low Frequency – High Impact(LF/HI)
1) Seorang mandor yang salah dalam memilih operator produksi yang
kurang berkompeten sehingga sering terjadi salah produksi yang
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Cara peanggulangannya adalah seorang mandor tersebut harus
lebih teliti dan professional dalam memilih seorang operator
produksinya.
2) Pengawasan berkala (audit) untuk menghindari dari adanya
penggelapan dana perusahaan.
Cara penanggulangannya dengan mengadakan audit internal
maupun eksternal secara rutin tiaptahun.
c. High Frequency – Low Impact(HF/LI)
1) Pencurian produk oleh konsumen di supermarket.
Cara penanggulangannya adalah dengan memasang cctv dan mesin
detector pada pintu keluar supermarket
2) Pada toko online. Risiko yang sering terjadi adalah adanya kendala
atau kerusakan produk saat pengiriman ke konsumen.
Cara penanggulangannya adalah dengan membuat kerjasama
antara toko online dengan asuransi jasa pengiriman barang.
d. High Frequency – High Impact(HF/HI)
1) Jika perusahaan tidak melakukan audit, maka kasus penggelapan
dana perusahaan akan terus bertambah besar sehingga dapat
membuat perusahaan bangkrut.
Cara penanggulangannya adalah dengan memperketat audit
internal dan mengundang auditor eksternal yang berkompeten
supaya dapat terhindar dari adanya kasus penggelapan dana
perusahaan oleh karyawan.
2) Kasus salah bank asing di Indonesia berbasis pada private banker
yang berpotensi untuk menyalah gunakan atau bahkan penggelapan
pada dana nasabah.

2. Risiko pada kegiatan operasional


a. Seringnya terjadi kesalahan data pencatatan data produksi harian.
Cara mengatasinya adalah dengan merubah system pencatatan manual
ke pencatatan dengan computer dengan sistem yang lebih profesional.
b. Belum meratanya SDM karyawan mengenai teknologi/mesin baru
yang dapat membuat mesin tersebut rusak jika salah pengoperasian.
Cara mengatasinya adalah dengan mengadakan pelatihan kepada
seluruh operator sebelum atau pada saat mesin baru tersebut baru di
beli oleh perusahaan.
3. Risiko Tingkat Keparahan (Studi Kasus PT. PAL)
Tabel 2. Studi Kasus Tingkat Keparahan
Study Case PT PAL
Severity Rating Deskripsi Risiko Dampak Penanggulangan
Tangki
kebakaran karena meledak, pengecekan dan perawatan secara berkala terhadap
5 penyimpanan Kebocoran tangki
atau tersulit sumber api seluruh bagian tangki termasuk bagian valve tangki
Bahan Bakar
Catasthropic
Tangki
SDM dapat terpeleset, pengecekan dan perawatan secara berkala terhadap
5 Penyimpanan kebocoran tangki
memicu kebakaran seluruh bagian tangki termasuk bagian valve tangki
Oli
perbaikan pipa instalasi gas, melakukan inspeksi
Aliran gas pada terbakar/meledak, kekurangan
4 Kebocoran gas berkala, pemasangan rambu-rambu larangan merokok
jaringan pipa oksigen, beracun
Major dan menyediakan APAR dekat terminal gas
Kebocoran pada pipa terbakar/meledak, kekurangan perbaikan instalasi pipa, pemasangan valve
4 aliran tekanan
tekanan udara oksigen, beracun pengendalian udara
udara pada
bising akibat adanya
3 jaringan pipa gangguan pendengaran penggunaan APD untuk melindungi telinga
kebocoran
Moderate pembersihan lokasi secara rutin, penyediaan bak
SDM dapat terpeleset,
3 kompresor air oli tercecer sampah, penyediaan APAr, pemasangan rambu-rambu
memicu kebakaran
pusat dilarang menyalakan api
2 kebisingan gangguan pendengaran penggunaan APD untuk melindungi telinga
Minor akses keluar masuk dilakukan inspeksi rutin untuk memastikan kondisi
2 terjatuh, terjepit, tersangkut
terbatas akses keluar masuk ruang terbatas dalam kondisi aman
Bekerja di ruang
kandungan gas yang ada
yang terbatas kekurangan oksigen, lemas, dilaksanakan pengecekan kandungan gas di dalam
1 di dalam ruangan,
mata pedih,mudah lelah ruangan terbatas menggunaka gas detector
terbatas
Negligible
memakai APD sesuai kondisi dan resiko kerja,
Pembersihan
1 limbah sampah Tergores, terluka, kebakaran penyediaan APAR, sampah ditampung dan dibuang
Ruangan kapal
keluar area ketempat penampungan limbah

Anda mungkin juga menyukai