Anda di halaman 1dari 10

RESIKO DALAM AGRIBISNIS

Dosen Pengampu:

Ir. Guniarti, M.M.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

Yulia Rahma Auliya (22025010117)

Talitha Nabila Aliya Y. (22025010123)

Ridwan Fajri (22025010129)

Rivandi Nathanael S. (22025010136)

Putri Amelia A. S. (22025010142)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada prinsipnya menjalankan suatu bisnis adalah perjuangan untuk


meminimalisir resiko kerugian untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar- besarnya
dengan modal yang dimiliki atau dikelola melalui strategi yang direncanakan, dilaksanakan,
diorganisir, diawasi serta dievaluasi secara cermat. Kegagalan harus dijadikan pengalaman
untuk memperbaiki pengelolaan dan bukannya menjadi akhir dari seluruh perjuangan.

Kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,


kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different)
melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi
tantangan hidup. Kewirausahaan sangat ditentukan oleh segi kemampuan pengusaha sebagai
mandiri, namun demikian perlu dipahami bahwa ditekankan adanya faktor kerja sarna dan
keterkaitan antar unit maupun dengan wirausahawan yang lain.

Agribisnis merupakan kegiatan yang unik, diantaranya produk utamanya


makhluk hidup dan ketidak pastian produksi yang berbasis biologis . Di samping adanya
keterkaitan antara unit usaha juga adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi apabila tidak menginginkan kondisi yang sangat merugikan. Resiko dalam
berwirausaha harus diantisipasi secara dini, yang menyangkut resiko teknis, resiko pasar,
resiko kredit dan resiko alam. Resiko teknis perlu penanganan melalui kemampuan teknis
para karyawan dengan pengawasan pimpinan. Hal ini dilakukan agar karyawan dapat bekerja
maksimal dan kondusif serta terjadi kerjasama yang kompak perlu adanya pengorganisasian
yang baik pula, di samping ketrampilan memimpin dari pengusaha ataupun manajer.

1.2 IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja konsep resiko dalam agribisnis?


2. Apa saja sumber resiko dalam agribisnis?
3. Bagaimana langkah-langkah proses manajemen resiko?
4. Bagaimana cara menganalisis resiko dalam agribisnis?
5. Apa pengertian dari mitigasi resiko?
6. Apa pengertian dari analisis ketidakpastian dan analisis dengan sistem share
leasing?

1.3 TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam konsep
resiko dan sumber resiko, langkah-langkah proses manajemen resiko, cara menganalisis
resiko, pengertian mitigasi resiko, dan analisis ketidakpastian serta analisis sistem share
leasing.

1.4 MANFAAT
Manfaat dari mempelajari resiko dalam usaha agribisnis yaitu mampu
menjamin suatu perusahaan untuk mencapai tujuan, meminimalkan kemungkinan bangkrut,
meningkatkan keuntungan perusahaan, dan memberikan keamanan pekerjaan.
KERANGKA TEORI

2.1 KONSEP DAN TEORI


Dengan adanya perkembangan IPTEK di era saat ini, diharapkan semua aspek
dalam kehidupan terutama usaha di bidang pertanian dapat berkembang dan lebih maju.
Pengaplikasian teknologi modern di industri pertanian dapat membantu mulai dari proses
produksi hingga pemasaran secara efisien.

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN


Untuk mewujudkan tujuan perusahaan terlaksana dengan baik. meminimalisir
terjadi bangkrut, mengalami keuntungan lebih, dan mampu memberi keamanan pekerja
dalam perusahaan diperlukan dengan memahami bagaimana cara dalam mengatasi beberapa
resiko kemungkinan yang akan terjadi dalam suatu perusahaan. Dengan demikian, suatu
perusahaan akan berjalan dengan lancar sesuai dengan masa depan perusahaan yang terjamin.
PEMBAHASAN

Dalam konsep resiko suatu usaha agribisnis, terdapat resiko investasi yang diartikan
sebagai kemungkinan tidak tercapainya keuntungan yang diharapkan atau kemungkinan
return yang diterima di masa depan tidak sesuai dengan perkiraan. Semakin besar variasi
penerimaan yang diperoleh, maka akan semakin tinggi pula resiko yang mungkin terjadi.
Begitupun sebaliknya, jika semakin rendah variasi penerimaan, maka semakin rendah pula
resiko yang akan diterima.
Resiko dalam pertanian mencakup kemungkinan untung dan rugi. Tingkat resiko
tersebut ditentukan sebelum pengambilan tindakan yang didasarkan ekspektasi atau
perkiraan. Hal itulah yang kemudian diperlukan adanya manajemen resiko. Pengertian
manajemen resiko sendiri merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta
mengendalikan beberapa kemungkinan terburuk yang akan terjadi dalam kegiatan usaha
dengan tujuan untuk memberoleh efektivitas dan efisiensi.
Beberapa sumber yang menyebabkan datangnya suatu resiko dalam agribisnis yaitu:
1. Resiko produksi: Resiko ini disebabkan oleh faktor hama, cuaca,
penyakit, serta bencana alam yang mempengaruhi tanaman.
2. Resiko keuangan atau kredit: Resiko ini disebabkan adanya modal
pribadi, waktu produksi, serta antisipasi hasil produksinya dipasarkan.
3. Resiko teknologi: Resiko ini disebabkan oleh adanya adopsi teknologi
baru.
4. Resiko harga atau resiko pasar: Resiko ini disebabkan oleh lamanya
jangka waktu produksi dan perbedaan permintaan konsumen.
5. Resiko kelembagaan: Resiko ini disebabkan oleh pemenuhan
kebutuhan suatu perusahaan yang tidak terduga.
6. Resiko personal: Resiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia
dalam melakukan proses produksi.
Suatu perusahaan dapat melakukan langkah-langkah proses manajemen resiko.
Beberapa langkah tersebut yaitu:
1. Pengidentifikasian resiko
Pengidentifikasian resiko merupakan suatu proses menganalisis
untuk menemukan kerugian yang potensial secara sistematis dan
berkesinambungan. Mengidentifikasi resiko dapat dilakukan dengan
dua pendekatan, yaitu top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down
adalah pendekatan dimana resiko diidentifikasi dari atas atau dilihat
dari kacamata top manajemen, sedangkan pendekatan bottom-up
adalah pendekatan di mana resiko diidentifikasi atau ditemukan dari
bawah atau dari unit paling kecil dalam organisasi atau perusahaan
2. Pengukuran resiko (mengukur, menganalisis, dan mengevaluasi)
Pengukuran resiko dilakukan dengan tujuan mengukur
besarnya dampak resiko terhadap kinerja perusahaan serta menjadi
penentu prioritas resiko yang tergantung pada karakteristik resiko
tersebut.
3. Pengendalian resiko
Pengendalian resiko merupakan langkah terakhir yang harus
dilakukan setelah mengidentifikasi dan mengukur resiko. Pengendalian
resiko dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu apabila resiko dapat
diterima, apabila resiko dapat dipantau, dan apabila resiko melewati
batas.

Menganalisis resiko suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara analisis distribusi
probabilitas, analisis statistik, dan analisis sensitivitas.

 Analisis distribusi probabilitas merupakan penentuan besarnya tingkat


probabilitas berdasarkan data historis (objektif) serta pengalaman dan
persepsi yang dimiliki oleh pimpinan (subjektif). Hubungan distribusi
probabilitas dengan rate of return dapat digambarkan dengan bar
chart atau continous probability distribution.
 Analisis statistik melakukan pengukuran resiko berdasarkan statistik
antara lain menggunakan nilai varian (variance), standar deviasi
(standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).
Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviasi)
terhadap return dari suatu asset. Penilaian risiko menggunakan nilai
varian dan standar deviasi merupakan ukuran yang absolute dan tidak
mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan (expected return). Oleh karena itu, nilai varian dan standar
deviasi kurang tepat digunakan untuk mengambil keputusan dalam
penilaian risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha.
 Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari perubahan parameter produksi dalam
menghasilkan keuntungan. Analisis sensitivitas dapat dilakukan
dengan cara menyusun estimasi cash inflow dari berbagai hasil
investasi secara : (a) optimistic; (b) most likely (harapan yang paling
mungkin/wajar); dan (c) pessimistic, kemudian keputusan diambil pada
investasi yang memiliki risiko lebih rendah.

Suatu metodologi sistematis yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi


resiko biasa disebut dengan mitigasi resiko. Mitigasi atau pengendalian resiko secara umum
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu risk control dan risk financing. Risk control
(pengendalian resiko) merupakan tahapan terakhir yang harus seseorang atau perusahaan
lakukan setelah mereka mengetahui resiko yang akan dihadapi dan menganalisis resiko
terebut. Selanjutnya terdapat risk financing, yang merupakan penyediaan dana untuk
mengurangi dampak financial dari efek yang tidak diinginkan oleh suatu perusahaan.
Beberapa mitigasi resiko yang dapat dilakukan antara lain yaitu kontrak produksi,
diversifikasi tanaman atau ternak, integrasi vertikal, penerapan teknologi, kontrak dimuka,
asuransi, dan pasar masa depan.

Resiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki
makna yang berbeda. Resiko adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh
pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami kerugian. Di lain
pihak, ketidakpastian adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil
keputusan. Adanya variasi atau fluktuasi dalam menjalankan bisnis dengan asumsi kondisi
input relatif tetap mengindikasikan adanya resiko yang dihadapi oleh pelaku bisnis.
Perbedaan antara resiko dan ketidakpastian adalah bahwa resiko terkait dengan keadaan
adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian
merupakan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian di mana tingkat
probabilitasnya tidak diketahui secara pasti. Bisnis di sektor pertanian khususnya pada
subsistem produksi di “on-farm” sering dihadapkan pada faktor ketidakpastian. Untuk
mengambil keputusn bisnis dalam keadaan tidak pasti, petani diharuskan memiliki pemikiran
yang kritis dan siap untuk menerima resiko akan ketidakpastian.

Dalam usaha pertanian, petani banyak dihadapkan pada pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan resiko dan ketidakpastian. Untuk mengurangi dampak dari adanya resiko
produksi, resiko harga dan ketidakpastian lainnya petani dapat menerapkan sistem share
leasing yaitu berupa sistem kelembagaan lahan yang dialihkan kepada petani lain. Penerapan
sistem share leasing yang banyak diterapkan petani di Indonesia adalah dengan sistem
pembagian lahan dan sistem bagi hasil produksi pertanian yang dikenal dengan istilah maro,
marapat, dan lain-lain. Dengan adanya sistem share leasing yang diterapkan dalam pertanian
diharapkan dapat menangani dan mengurangi resiko dan ketidakpastian yang dihadapi petani.

Leasing merupakan kontrak seseorang yang menggunakan peralatan atau sumber daya
milik orang lain. Pengguna (Lessee) membayar dengan jumlah tertentu secara rutin kepada
pemilik (Lessor). Ciri terpenting dari leasing adalah bahwa penggunaan peralatan terpisah
dari kepemilikannya. Aturan dalam leasing memberikan manfaat kepada kedua belah pihak,
dimana penguna bisa menghasilkan pendapatan ekstra dengan penggunaan peralatan, dan
pemilik menerima pendapatan selama tetap menjadi pemilik. Beberapa jenis leasing yaitu
financial lease, operating lease, hire-purchas, serta sale and lease back.
KESIMPULAN

1) Resiko dalam pertanian mencakup kemungkinan untung dan rugi. Tingkat resiko
tersebut ditentukan sebelum pengambilan tindakan yang didasarkan ekspektasi atau
perkiraan yang kemudian diperlukan adanya manajemen resiko.
2) Beberapa sumber yang menyebabkan datangnya suatu resiko dalam agribisnis yaitu
resiko produksi, resiko keuangan atau kredit, resiko teknologi, resiko harga atau
resiko pasar, resiko kelembagaan, dan resiko personal.
3) Langkah-langkah proses manajemen resiko yaitu dengan pengidentifikasian,
pengukuran, dan pengendalian.
4) Menganalisis resiko suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara analisis distribusi
probabilitas, analisis statistik, dan analisis sensitivitas.
5) Mitigasi risiko adalah suatu metodologi sistematis yang digunakan oleh manajemen
untuk mengurangi risiko. Mitigasi atau pengendalian risiko secara umum dapat
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu risk control dan risk financing.
6) Resiko diartikan sebagai peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh
pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami kerugian.
Sedangkan ketidakpastian adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh
pengambil keputusan.
7) Untuk mengurangi dampak dari adanya risiko produksi, risiko harga dan
ketidakpastian lainnya dapat menerapkan sistem share leasing yaitu berupa sistem
kelembagaan lahan yang dialihkan kepada petani lain.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Ratna Komala. 2017. Risiko Dalam Manajemen Usaha Tani. Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Bali.

Saputra, H. Kewirausahaan Dalam Agribisnis. JURNAL PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT, 19(74), 91-95.

Anda mungkin juga menyukai