Anda di halaman 1dari 42

LECTURE #II

KONSEP DASAR MANAJEMEN RISIKO

Dr. Khambali, ST., MPPM


Suprijandani, SKM., M. Sc. PH
[CPL] Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguasai /memahami
tentang Konsep Dasar Manajemen Risiko:
a. Mampu menjelaskan dengan baik dan benar
cara perhitungan risiko;
b. Mampu menjelaskan dengan baik dan benar
makna perespsi risiko;
c. Mampu menjelaskan dengan baik dan benar
jenis-jenis risiko;
d. Mampu menjelaskan dengan baik dan benar
mengenai bagaimana proses manajemen
risiko;
KONSEP DASAR MANAJEMEN RISIKO

01 02
ONE TWO
Perhitungan risiko Persepsi risiko

03 04
THREE FOUR
Jenis risiko Proses manajemen risiko
Setiap aktivitas mengandung risiko
untuk berhasil atau gagal. Risiko adalah
kombinasi dari kemungkinan dan
keparahan dari suatu kejadian.
Risiko dapat bersifat positif atau
menguntungkan dan bersifat negatif
atau merugikan. KONSEP DASAR
Dalam aspek K3, risiko biasanya bersifat
negatif seperti cedera, kerusakan atau MANAJEMEN RISIKO
gangguan operasi. Risiko yang bersifat
negatif harus dihindarkan atau ditekan
seminimal mungki
“Risiko K3 adalah kombinasi dari
kemungkinan terjadinya kejadian
berbahaya atau paparan dengan
keparahan dari cedera atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh
kejadian atau paparan tersebut.
Sedangkan manajemen risiko adalah
suatu proses untuk mengelola risiko
yang ada di dalam setiap kegiatan”

— OHSAS 18001
“Manajemen risiko adalah the culture,
process and structure are directed
towards the effective management
of potential opportunities and
adverse effect”

— AS/NZS 3460 Risk Management Standart


❑ PENDAHULUAN MANAJEMEN RISIKO
▪ MANAJEMEN RISIKO

▪ Salah satu disiplin yang menjadi popular menjelang


akhir abad ke dua puluh.
▪ Disiplin ini mengajak kita untuk secara logis,
konsisten dan sistematis melakukan pendekatan
terhadap ketidakpastian masa depan, sehingga
memungkinkan kita untuk secara lebih hati-hati
(prudent) dan produktif menghindari hal-hal yang
tidak berguna karena membuang sumber daya
secara tidak perlu dan mencegah hal-hal yang
merugikan atau bahkan meraup dan mengejar hal-
hal yang bermanfaat.
▪ Ini semua dilakukan berdasarkan keyakinan dan keberuntungan, karena
dalam mengelola masa depan, kita harus mulai dengan mempelajari
kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event), dan bila terjadi
bagaimana dampaknya (consequences).

Kemampuan untuk mempelajari dan lebih memahami apa yang menjadi


penyebab terjadinya peristiwa (source of risk), bagaimana Bahaya
(Hazard) dan Risiko (Risk) tersebut.

Karena bila dasarnya hanya keberuntungan, maka manajemen risiko


menjadi tidak ada artinya, dan bahkan mengaburkan suatu kebenaran dan
sekaligus memisahkan makna penyebab dari suatu peristiwa.
Dapat dikatakan sebagai suatu
proses kegiatan mengidentifikasi,
mengukur dan memprioritaskan
MANAJEMEN risiko yang diikuti oleh koordinasi
pengaplikasian sumber daya
RISIKO untuk meminimalisir, mengawasi,
dan mengontrol kemungkinan
LINGKUNGAN dan/atau dampak dari kejadian
yang tidak menguntungkan atau
memaksimalkan kesempatan
maupun peluang kepada hal/
kondisi yang lebih baik.
Mengapa Perlu Manajemen Risiko
Lingkungan Di Dalam Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance )?
➢ Terkait tentang pencapaian keberhasilan usaha
dan juga cara untuk memantau kinerja
pencapaian sasaran keberhasilan usaha tersebut.

➢ Prinsip dari corporate governance yang


mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan
MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN adalah
transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab
(responsibilitas) dan independensi.

➢ Dengan mengacu pada pengertian dan juga


prinsip-prinsip corporate governance di atas
maka jawaban mengapa perlu manajemen risiko
Lingkungan menjadi sangat jelas.
Manajemen risiko Lingkungan adalah

➢ Bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan


corporate governance karena peran MRL dalam
memberikan jaminan yang wajar atas capaian
sasaran keberhasilan usaha, tidak tergantikan.
➢ Pelaksanaan MRL baik memerlukan
prinsip-prinsip governance sebagai berikut:
✓ Transparansi: pengelolaan risiko haruslah
melibatkan semua pihak yang terkait dengan
risiko tersebut, baik dalam penanganan
sumber risiko, maupun perlakuan terhadap
dampak risiko;
✓ Akuntabilitas: harus terdapat akuntabilitas yang jelas
dalam penerapan manajemen risiko dalam organisasi
dan dilakukan secara berjenjang pada tiap tingkatan,
bahkan hingga ke tiap proses bisnis organisasi;
✓ Responsibilitas: penjabaran akuntabilitas penerapan
manajemen risiko kejenjang yang lebih rendah
memerlukan kejelasan terhadap uraian dari tanggung
jawab tersebut.
Oleh karena itu setiap pemangku risiko (risk owner)
haruslah paham tugas dan tanggung jawabnya terkait
dengan pengelolaan risiko pada lingkup tugas dan
kewenangannya;
✓ Independensi: ini adalah konsekuensi logis dari prinsip
akuntabilitas dan responsibilitas, maka untuk
mengelola risiko yang masuk dalam lingkup tugas dan
kewenangannya, haruslah diberi cukup kebebasan
untuk merumuskan cara menangani risiko tersebut.
PERHITUNGAN RISIKO
1. PERHITUNGAN RISIKO

Calculated risk merupakan perhitungan risiko yang


dapat terjadi terhadap suatu bahaya dengan teknik untuk
mendapat aman. Calculated risk atau risiko yang diperhitungkan
merupakan prinsip utama dalam mengelola suatu risiko. Dalam
melakukan sesuatu aktivitas, manusia berada diantara titik aman
(seratus persen aman) dan titik bahaya (seratus persen risiko).

Prinsip terbaik adalah calculated risk artinya


seseorang melakukan sesuatu berdasarkan perhitungan untung
rugi, perhitungan dan analisa risiko dan bahaya, perhitungan
dampak dan setelah itu baru melakukan tindakan atau
mengambilkan keputusan. Menghitung risiko adalah kata kunci
dalam manajemen risiko.
PERSEPSI RISIKO
2. PERSEPSI RISIKO
Peduli atau tidaknya seseorang dengan risiko
disebabkan oleh perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh latar
belakang sosial,budaya, pengalaman, dan pengetahuan. Persepsi
tentang risiko berpengaruh terhadap tingkat keselamatan namun
keduanya merupakan suatu paradox yang saling terkait.

Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.


Ketika sering terjadi pencurian, semua orang akan meningkatkan
kewaspadaannya. Faktor pardoks ini dapat menjelaskan
mengapa kondisi K3 atau perhatian masyarakat tentang
keselamatan kerja selalu naik turun. Dari sisi K3, kondisi seperti ini
sangat membahayakan karena persepsi risiko dari manajemen
naik turun. Manajemen harus melakukan pembinaan,
pengawasan dan kontrol secara rutin dan konsistensi agar
norma-norma K3 dijalankan dengan benar tidak sekedar
insidentil. Salah satu cara adalah melalui penerapan manajemen
risiko secara komprehensif dan terus menerus.
JENIS RISIKO
Risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi
atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
dari dalam maupun dari luar. Faktor dari luar misalnya
berkaitan dengan finansial, kebijakan pemerintah,
tuntutan pasar, regulasi, dan lain sebagainya.

Risiko yang bersumber dari internal misalnya berkaitan


dengan operasi, proses atau pekerja. Oleh karena itu,
risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan
sifat, lingkup, skala dan jenis kegiatannya. Jenis-jenis
risiko misalnya risiko finansial, risiko pasar, risiko alam,
risiko operasional, risiko K3, risiko keamanan, dan risiko
sosial akan dijelaskan pada slide berikut ini.
a. Risiko Finansial

Setiap organisasi atau perusahaan menghadapi risiko


finansial yang berkaitan dengan aspek keuangan.
Pengusaha menanam modal atau berinvestasi dengan
tujuan memperoleh profit sesuai dengan perhitungan
Return on Investment (ROI).

Namun demikian, perhitungan di atas kertas belum


menjamin. Ada beberapa risiko finansial yang harus
dihadapi, misalnya hutang piutang macet, utang di bank
yang harus segera dilunasi, perubahan suku bunga nilai
tukar uang dan lainnya. Banyak perusahaan yang
mengalami pailit atau hancur karena masalah finansial
yang tidak dikelola dengan baik. Sehingga risiko keuangan
harus dikelola dengan baik..
b. Risiko Pasar

Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang


produknya dikonsumsi atau digunakan secara luas di tengah
masyarakat. Setiap perusahaan terikat dengan tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap produk dan jasa yang
dihasilkannya.

Undang-Undang Nomor 8/1996 tentang Perlindungan


Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen
terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk
keselamatan konsumen atau produk 18 Manajemen Risiko
Lingkungan (product safety atau product liability).
Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang dan jasa
yang diberikannya aman bagi konsumen dan pengguna.
c. Risiko Alam

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa


saja dan dapat terjadi setiap saat, tanpa diduga, waktu,
bentuk, dan kekuatannya. Bencana dapat berupa angin
topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir dan letusan gunung api. Risiko alam menjadi salah
satu ancaman bisnis global. Disamping korban jiwa,
bencana ini mengakibatkan kerugian materil yang sangat
besar yang memerlukan waktu pemulihan puluhan tahun.

Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius


bagi setiap usaha atau kegiatan. Indonesia juga memiliki
rantai gunung berapi yang masih aktif. Karena itu faktor
bencana alam harus diperhitungkan sebagai risiko yang
dapat terjadi setiap saat.
d. Risiko Operasional

Risiko dapat bersumber dari kegiatan operasional yang


berkaitan dengan bagaimana cara mengelola perusahaan
dengan baik dan benar. Termasuk risiko operasional
antara lain:

▪ Ketenagakerjaan, Tenaga kerja merupakan aset paling


berharga dan menentukan dalam operasi perusahaan.
Namun aspek ketenagakerjaan ini mengandung risiko
yang harus diperhitungkan. Tenaga kerja juga
merupakan salah satu unsur yang dapat memicu
kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi.

▪ Teknologi, Penggunaan mesin modern misalnya dapat


menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan
tenaga kerja.
e. Risiko K3

Sesuai hasil survei Pinkerton-Fortune 1000, gangguan di


tempat kerja dan bencana merupakan ancaman peringkat
atas yang dihadapi dunia usaha di Amerika Serikat. Kedua
ancaman tersebut berkaitan dengan aspek K3.

Umumnya risiko K3 dikonotasikan sebagai hal negatif


(negative impact) antara lain kecelakaan terhadap
manusia dan aset perusahaan, kebakaran dan peledakan,
penyakit akibat kerja, dan kerusakan sarana produksi.

Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber


bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang
menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan
lingkungan kerja. Salah satu upaya mengendalikan risiko
K3 adalah dengan menerapkan sistem manajemen K3.
f. Risiko Keamanan

Masalah keamanan berpengaruh terhadap kelangsungan


usaha. Dipicu peristiwa 11 September ketika menara
kembar di WTC di New York ditabrak pesawat udara.
Sejak saat itu, masalah keamanan mendapat perhatian
penting yang mendorong dikembangkannya sistem
manajemen keamanan (Security Management System).

Penerapan sistem manajemen sekuriti ini juga


menggunakan pendekatan manajemen risiko. Manajemen
sekuriti dimulai dengan melakukan identifikasi semua
potensi risiko dan selanjutnya melakukan langkah
pencegahan dan pengamanannya. Risiko sekuriti ini juga
berkaitan dengan rahasia perusahaan seperti formula
produk, data informasi, data keuangan, dan lainnya.
g. Risiko Sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan
dengan lingkungan sosial dimana organisasi atau
perusahaan beroperasi. Budaya masyarakat yang kurang
peduli tentang keselamatan akan mempengaruhi
keselamatan operasi perusahaan. Dari uraian diatas
terlihat bahwa aspek manajemen risiko sangat luas dan
saling terkait satu sama lain

Karena itu telah dikembangkan Lingkungan manajemen


risiko korporasi (Enterprise Risk Management) yang
melihat seluruh risiko yang dapat mempengaruhi jalannya
operasi perusahaan. Salah satu bagian dari manajemen
risiko tersebut adalah risiko K3 (Occupational Health and
Safety) yang berkaitan dengan risiko akibat kecelakaan
yang menimpa manusia, sarana produksi, dan lingkungan
kerja
PROSES MANAJEMEN RISIKO
Proses Manajemen Risiko
AS/NZS 4360
a. Menentukan Konteks Manajemen Risiko

Manajemen risiko sangat luas dan dapat diaplikasikan


untuk berbagai keperluan dan kegiatan. Penetapan
konteks ini meliputi konteks strategis, konteks
manajemen risiko, mengembangkan kriteria risiko dan
menentukan struktur pengelolaannya.

Kriteria risiko digambarkan dalam bentuk kombinasi


antara kemungkinan dan keparahan. Dari kombinasi
antara kemungkinan dan keparahan diperoleh besarnya
tingkat risiko, misalnya risiko paling tinggi bernilai 4 x 4
atau sama dengan 16. Dari peringkat itulah didapatkan
kriteria risiko bagi organisasi misalnya:
1. Risiko kecil, dengan nilai risiko antara 1-8;
2. Risiko sedang, dengan nilai risiko antara 9-10;
3. Risiko besar, dengan nilai antara 11-16.
b. Identifikasi Risiko

Setelah menentukan konteks manajemen risiko yang


akan dijalankan dalam organisasi atau perusahaan, maka
langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi risiko.

Di dalam K3, Identifikasi risiko disebut juga identifikasi


bahaya sedangkan di dalam bidang lingkungan
identifikasi risiko disebut juga identifikasi dampak.

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua


kemungkinan bahaya atau risiko yang mungkin terjadi di
lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau
keparahannya jika terjadi.
c. Penilaian Risiko

Hasil identifikasi bahaya selanjutnya dianalisa dan


dievaluasi untuk menentukan besarnya risiko serta
tingkat risiko menentukan apakah risiko tersebut dapat
diterima atau tidak.

d. Pengendalian Risiko

Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai tersebut


harus dikendalikan, khususnya jika risiko tersebut dinilai
memiliki dampak signifikan atau tidak dapat diterima.
Dalam tahap ini dilakukan pemilihan strategi
pengendalian yang tepat ditinjau dari berbagai aspek
seperti aspek finansial, praktis, manusia dan operasi
lainnya.
e. Pengendalian Risiko
Hasil atau proses mengembangkan manajemen risiko
juga dikonsultasikan ke semua pihak seperti pekerja,
ahli, mitra kerja, pemasok, dan lainnya yang
kemungkinan terpengaruh oleh penerapan
manajemen risiko dalam organisasi.

f. Pemantauan dan Tinjauan Ulang

Pemantauan juga diperlukan untuk memastikan bahwa


sistem manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan
rencana yang ditentukan. Dari hasil pemantauan
diperoleh berbagai masukan mengenai penerapan
manajemen risiko. Selanjutnya manajemen melakukan
tinjauan ulang untuk menentukan apakah proses
manajemen risiko telah sesuai dan menentukan langkah-
langkah perbaikan
PROSES MANAJEMEN RISIKO
LINGKUNGAN

Menurut standar ISO 31000 "manajemen risiko -- prinsip dan


pedoman implementasi", proses dari manajemen risiko terdiri dari
beberapa langkah sebagai berikut:

1. Penetapan Konteks / Perumusan Permasalahan


2. Identifikasi risiko yang potensial (Identification Risk Potential)
3. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
4. Pilihan Risiko (Risk Options)
5. Perlakuan Risiko Potensial (Potential Risk Treatment)
6. Membuat rencana manajemen risiko
7. Implementasi (Implementation)
8. Review dan Evaluasi Rencana (Plan Evaluation and Review)
9. Keterbatasan (Limitations)
10. Lingkup manajemen risiko
11. Komunikasi risiko
PENETAPAN KONTEKS / PERUMUSAN PERMASALAHAN

1. Identifikasi dari risiko di dalam "wilayah ketertarikan" (domain of interest ) yang dipilih,
2. Perencanaan sisa proses,
3. Memetakan hal hal seperti:
a. Lingkup sosial dari manajemen risiko;
b. Identitas dan tujuan dari pemangku kepentingan;
c. Dasar dari mana sebuah risiko akan dievaluasi, dan batasan-batasannya.
4. Mendefinisikan kerangka kerja untuk aktifitas dan agenda untuk didentifikasi,
5. Mengembangkan sebuah analisis dari risiko yang terkandung dalam prosesnya,
6. Mitigasi / peringaan dari risiko dengan menggunakan sumber daya manusia, teknologi dan
organisasi yang ada,
IDENTIFIKASI RISIKO POTENSIAL
● Sumber analisis risiko kemungkinan bisa berasal dari
bagian internal atau eksternal dari sistem yang merupakan
sasaran dari manajemen risiko.

● Masalah analisis risiko berbuhungan dengan ancaman


yang telah dikenali.
Contohnya: ancaman terjadinya kecelakaan;
ancaman bahaya kesehatan; dan
kerusakan material, mesin dan
pencemaran lingkungan;
Metode Identifikasi Risiko Potensial yg lazim
digunakan :

1. Identifikasi risiko berbasis tujuan.

Organisasi dan tim mempunyai tujuan-tujuan.Segala sesuatu kejadian yang


dianggap dapat membahayakan keberhasilan proyek dianggap
sebagai risiko.
2. Identifikassi risiko berbasis skenario.
3. Identifikasi taksonomi risiko.
4. Pemeriksaan risiko umum
5. Pemetaan risiko (gabungan dr 4 metode di atas).
❑ PENILAIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT)
● Menganalisis kerugian dan persentase kegagalan/
keberhasilan yang bisa ditimbulkan oleh risiko ini.
● Penilaian/pengukuran risiko semestinya
menghasilkan informasi bagi manajemen organisasi
dimana risiko-risiko yang pokok/utama mudah
dimengerti sehingga keputusan-keputusan
manajemen risiko lingkungan bisa diprioritaskan.
● Ada banyak formula risiko yang berbeda, tetapi
mungkin yang paling diterima dengan luas adalah :
Tingkat kejadian x dampak kejadian = risiko atau
bisa juga disebut indeks komposisi risiko.
● Formula diatas jg bisa ditulis dalam teori composite
risk index, menjadi : CRI = dampak kejadian x
tingkat kejadian
❑ PILIHAN RISIKO (RISK OPTIONS)
Pengukuran mitigasi risiko biasanya diformulasi
berdasarkan satu atau lebih pilihan risiko berikut ini
yaitu :
1. Desain proses bisnis baru dengan memasukkan pengawasan risiko
yang mencukupi dan diukur dari awal.
2. Pengukuran kembali secara periodik yang diterima dalam prosses
yang sdg berlangsung sebagai sebuah bagian yang normal dari
operasi bisnis dan modifikasi pengukuran mitigasi.
3. Memindahkan risiko ke pihak luar/eksternal (perusahaan asuransi).
4. Hindari semua risiko (menutup bisnis area tertentu yang berisiko
tinggi)
❑ PERLAKUAN RISIKO POTENSIAL
(POTENTIAL RISK TREATMENT)

1. Penghindaran (memusnahkan, membatalkan atau


tidak terlibat)
2. Pengurangan (mengoptimalkan- mitigasi)
3. Pembagian (memindahkan, di sub kan, atau asuransi)
4. Pemeliharaan (menerima dan menganggarkan)
❑ MEMBUAT RENCANA MANAJEMEN RISIKO
● Rencana manajemen risiko lingkungan semestinya
mengedepankan kontrol keamanan yang aplikatif dan
efektif untuk pengelolaan risiko.
Contohnya:
sebuah pengamatan virus komputer risiko tinggi dapat
dimitigasi dg cara menggunakan software antivirus.
● Rencana manajemen risiko lingkungan yang baik
seharusnya berisi jadwal kontrol pengimplementasian
dan orang yang bertanggung jawab untuk kegiatan
tersebut.
● Rencana Penanganan Risiko (Risk Treatment Plan),
yang mencatat kebijakan/ keputusan tentang
bagaimana tiap risiko yang teridentifikasi ditangani.
❑ IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION)

● Implementasi mengikuti semua metode yang


direncanakan untuk pengurangan dampak/ efek
dari risiko.
● Pembelian/pembayaran polis asuransi terhadap
risiko yang telah diputuskan, menghindari
semua risiko yang bisa dihindari tanpa
mengorbankan tujuan organisasi / entity's,
menurunkan yang lain dan retain the rest
(bunga).
❑ REVIEW DAN EVALUASI RENCANA
(PLAN EVALUATION AND REVIEW)
● Rencana manajemen risiko lingkungan tidak akan pernah
sempurna
● Rencana Pengelolaan risiko dan hasil analisis risiko harus
diperbarui secara periodik.
Ada 2 alasan utama kenapa hrs dilakukan:
a. Untuk evaluasi apakah kontrol keamanan
yang telah dipilih sebelumnya masih aplikatif
dan efektif.
b. Untuk mengevaluasi kemungkinan
perubahan tingkat risiko dalam lingkungan
bisnis.
contohnya : risiko informasi adalah contoh
yang bagus dari cepatnya perubahan lingkungan
bisnis.
❑ KOMUNIKASI RISIKO

● Perlu pertukaran informasi secara


interaktif tentang informasi dan
opini mengenai risiko.
● Mulai tahap awal sampai akhir
pengelolaan risiko dan melibatkan
semua stakeholder.
● Bertujuan agar semua pihak
merasa dilibatkan/ merasa memiliki
dan mendorong suatu kebijakan
berbasis ilmiah dan transparan.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai