Sehingga, kepala sekolah atau pimpinan yang menjadi penanggung jawab beserta para
pemangku kebijakan pendidikan di pangkalan harus pula memahami tentang manajemen risiko
dalam Pendidikan Kepramukaan.
Bahwa pentingnya kehadiran orang dewasa selaku pembina dalam setiap kegiatan
pramuka itu mutlak. Maka sebagai Kepala Sekolah harus memilih atau menugaskan kepada
guru-guru di lingkungan kerjanya, ataupun bisa merekrut pembina pramuka dari luar dengan
ketentuan syarat, minimal harus memiliki Kualifikasi telah lulus Kursus Mahir tingkat Dasar
(KMD), yang dikeluarkan Kwarcab, Kwarda, ataupun Kwarnas.
Hal ini sejalan dengan yang ditetapkan dalam AD/ART Gerakan Pramuka Tahun 2018
pada Pasal 28, menjelaskan tentang Tenaga Pendidik bahwa Pembina pramuka adalah
anggota dewasa Gerakan Pramuka yang bertugas membina peserta didik di gugus depan,
sekurang-kurangnya lulusan Kursus Mahir Dasar (KMD).
Di dalam kursus (KMD) seorang calon pembina pramuka dibekali berbagai macam
materi pelatihan, salah satu diantaranya materi tentang Manajemen Risiko. Manajemen risiko
itu sangat penting di dalam kegiatan Pramuka. Karena hampir semua aktivitas kepramukaan di
laksanakan outdoor atau di alam terbuka. Karena prinsip utama yang dipegang dalam setiap
kegiatan kepramukaan adalah “Safety First”, keselamatan/nyawa itu yang nomor satu.
Pada Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 227 Tahun2007 tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Kebijakan Manajemen Risiko Dalam Gerakan Pramuka, telah
dijelaskan secara mendetail tentang “Risk Management” yang harus diketahui oleh anggota
dewasa sehingga dapat menerapkannya di dalam berkegiatan bersama adik-adik yang dibinanya.
Beberapa hal yang bisa diangkat disini dari Keputusan Kwarnas nomor 227 Tahun 2007 tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan tentang Definisi, Tujuan serta Sasaran dari Manajemen Risiko Kepramukaan
1. Definisi
Manajemen Risiko adalah penggunaan sistematik dari kebijakan dan proses manajemen
yang dirancang untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan perlakuan
pada risiko, dan mengembangkan budaya dalam Gerakan Pramuka untuk mempertimbangkan
dengan cermat kesempatan potensial dan juga efek negatif.
Perlakuan Terhadap Risiko yang dimaksud disini adalah seleksi dan implementasi
pilihan-pilihan yang tepat untuk berhubungan dan melakukan tindakan penanggulangan risiko.
Manajemen Risiko merupakan sebuah proses baku yang terdiri atas langkah-langkah,
yang ketika dilakukan dalam urutan-urutan tertentu, memungkinkan perbaikan yang
berkesinambungan dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pengambilan
keputusan, kebijakan manajemen risiko akan dianalisis paling tidak satu kali dalam setahun.
Tujuannya adalah Menanggulangi berbagai akibat negatif baik secara moril maupun
materiil dalam pelaksanaan kegiatan di lingkungan Gerakan Pramuka, baik dalam skala kecil
(kegiatan gugusdepan) maupun skala besar (kegiatan cabang, daerah, maupuan nasional).
Kebijakan Manajemen Risiko dalam Gerakan Pramuka untuk melengkapi proses yang telah ada,
serta untuk memastikan bahwa risiko yang terkait dengan aktivitas yang dilakukan dapat disadari
dan dikelola dengan baik.
Sasarannya adalah jaminan rasa aman bagi semua peserta kegiatan dan menghapuskan
risiko terhadap nyawa, cedera, material, maupun finansial, sehingga citra Gerakan Pramuka tetap
dapat terpelihara.
Dalam Keputusan Kwarnas nomor 227 Tahun 2007 pada Bab II bisa kita perhatikan
bahwa bukan hanya pembina pramuka saja yang harus memeahami tentang Manajemen Risiko.
Kebijakan Manajemen Risiko Gerakan Pramuka mensyaratkan semua anggota, pembina,
pelatih, pengurus, staf, dan majelis pembimbing untuk menjadi sadar akan risiko dalam konteks
sistem manajemen, proses dan praktik perencanaan. Kebijakan ini didistribusikan pada semua
unsur dalam Gerakan Pramuka. Sebagai tambahan, sesi pelatihan reguler, yang meliputi juga
latihan Manajemen Risiko, harus secara teratur dilakukan sebagai bagian dari pelatihan
Kepramukaan.
Sedangkan Elemen penilaian risiko untuk setiap fungsi atau aktivitas adalah: menetapkan
konteks, mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, mengevaluasi risiko.
I. Menetapkan Konteks
Di dalam menetapkan konteks dalam setiap penilaian risiko, area kunci yang harus
dipertimbangkan adalah:
Sebagian besar aktivitas dan inisiatif Gerakan Pramuka adalah sederhana, terdiri atas
aktivitas atau proses rutin pada kegiatan-kegiatan utama. Dalam keadaan seperti ini, proses
untuk mengidentifikasi dan menganalisa risiko dibandingkan secara langsung dengan hal-hal
yang sudah dipraktekkan secara mapan di berbagai kegiatan dan tingkatan.
Menganalisis Risiko
Analisis risiko penting untuk menentukan dampak yang mungkin terjadi pada tujuan
organisasi. Analisis risiko ini diperoleh dengan menentukan sebab-sebab risiko dan
kemudian mengkalkulasi kecenderungan konsekuensi dari risiko yang muncul.
Penyebab
Langkah penting dalam mengontrol risiko adalah secara realistik dan objektif
mengidentifikasi sebab yang nyata dari risiko, untuk memungkinkan perkiraan lebih akurat
dari dampak negatif yang diukur. Hal ini juga memungkinkan intervensi dan tindakan
terhadap risiko dapat secara langsung diarahkan dan diaplikasikan pada hal-hal yang menjadi
penyebab dengan cara yang efektif/efisien.
Kecenderungan
Berikut ini adalah contoh Tabel Rating Kecenderungan, seharusnya digunakan untuk
memperkirakan kecenderungan munculnya kejadian.
Kecenderungan Deskripsi
Hampir pasti Kejadian yang diperkirakan muncul dalam sebagian besar kondisi
Cenderung Kejadian akan mungkin muncul dalam sebagian besar kondisi.
Mungkin Kejadian mungkin (atau harus) muncul pada beberapa waktu.
Tidak Cenderung Kejadian muncul dalam beberapa waktu.
Jarang Kejadian mungkin muncul hanya dalam kondisi perkecualian
Konsekuensi
Konsekuensi harus selalu ditentukan dari perspektif (konteks) organisasi. Merupakan hal
yang wajib bahwa Gerakan Pramuka sebagai kesatuan dapat bertahan dan pulih dari dampak
negatif yang mungkin muncul dari paparan risiko.
Berikut ini contoh tabel Prioritas Risiko, digunakan untuk menentukan prioritas dan
tindakan yang diperlukan.
Ketika tingkatan risiko tidak dapat diterima, tindakan risiko yang lebih lanjut akan
diperlukan untuk mengurangi tingkatan risiko residual serendah mungkin sebelum akhirnya
risiko dapat diterima dan dihilangkan.
1. Menghindari risiko
4. Memindahkan risiko
5. Mempertahankan risiko
1. Menghindari Risiko
Kadang-kadang sebuah risiko akan dapat dihindari dengan cara tidak meneruskan
aktivitas yang memiliki kecenderungan untuk menghasilkan risiko. Bisa juga dengan menunda
keputusan yang tidak dapat dihindari.
Mengurangi Konsekuensi
1. Perencanaan kemungkinan-kemungkinan.
2. Pengaturan/kondisi terstandar.
Memindahkan Risiko
Memindahkan risiko melibatkan pihak lain yang menanggung atau berbagi beberapa
bagian dari risiko. Mekanisme pengalihan risiko meliputi penggunaan kontrak dan pengaturan
asuransi.
Mempertahankan Risiko
Sesudah risiko dikurangi atau dialihkan, Risiko Residual mungkin tetap ada. Harus dibuat
perencanaan untuk mengelola konsekuensi dari Risiko-risiko Residual ini.
Risiko mungkin juga dapat tertinggal dengan tidak sengaja, misalnya risiko tingkat
rendah yang dipertimbangkan, dapat diterima Gerakan Pramuka untuk melanjutkan aktivitasnya,
atau ketika terdapat kegagalan untuk mengidentifikasi dan/atau secara tepat mengalihkan atau
melakukan intervensi terhadap risiko.
Secara ideal, tanggung jawab untuk melakukan tindakan terhadap risiko seharusnya
dilakukan oleh pihak-pihak yang dapat mengontrol risiko dengan cara terbaik. Tanggung jawab
harus disetujui di antara pihak-pihak yang terlibat pada saat kesempatan paling awal
Catatan :
Perlu diketahui pula bahwa kehadiran pembina pramuka itu mutlak dalam mendampingi
peserta didik dalam kegiatan Pramuka.
Hal ini sejalan juga dengan ketentuan yang telah dijelaskan dalam Keputusan Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 231 Tahun2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus
Depan Gerakan Pramuka, pada Bab 3, diantaranya terdapat penjelasan bahwa:
1. Perindukan Siaga idealnya terdiri atas antara 18-24 Pramuka Siaga yang dibagi menjadi
3-4 kelompok kecil yang disebut Barung.
Dalam satu Perindukan Siaga didampingi oleh satu Pembina Siaga dan 3 pembantu
Pembina Siaga.
Jika terdapat jumlah peminat untuk menjadi Pramuka Siaga cukup banyak, gudep dapat
mempertimbangkan untuk membentuk Perindukan baru.
1. Barung adalah kelompok teman sebaya usia antara 7-10 tahun yang disebut Pramuka
Siaga.
2. Satu barung jumlah anggotanya yang terbaik terdiri atas 6-8 Pramuka Siaga.
3. Pembentukan barung dilakukan oleh para Pramuka Siaga sendiri, dengan bantuan
Pembina dan Pembantu Pembina Pramuka Siaga.
4. Tiap barung memakai nama yang dipilih sendiri dengan bantuan Pembina Pramuka, dari
warna seperti Barung Merah, Barung Putih.
Dalam satu Pasukan Penggalang didampingi oleh satu Pembina Penggalang dan 2
Pembantu Pembina Penggalang.
Jika terdapat jumlah peminat untuk menjadi Pramuka Penggalang cukup banyak, gudep
dapat mempertimbangkan untuk membentuk Pasukan baru.
a) Regu adalah kelompok belajar interaktif teman sebaya usia antara 11-15 tahun yang
disebut Pramuka Penggalang.
d) Setiap regu memiliki nama yang dipilih sendiri oleh anggotanya. Regu putra
menggunakan nama binatang dan regu putri menggunakan nama bunga atau tumbuh-tumbuhan.
Ambalan Penegak idealnya terdiri atas 12-32 Pramuka Penegak yang dibagi menjadi 3-4
kelompok yang disebut Sangga.
Dalam satu Ambalan Penegak didampingi oleh satu Pembina Penegak dan 1
Pembantu Pembina Penegak.
Jika terdapat jumlah peminat untuk menjadi Pramuka Penegak cukup banyak, gudep
dapat mempertimbangkan untuk membentuk Ambalan baru.
1. Sangga adalah kelompok belajar interaktif teman sebaya usia antara 16-20 tahun yang
disebut Pramuka Penegak.
2. Satu sangga jumlah anggotanya yang terbaik adalah 4-8 Pramuka Penegak.