Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIFITAS MANAJEMEN RISIKO

Oleh : Adeantiko Riza Febiunca – 242221073

I. PENDAHULUAN

Keefektifan dari manajemen risiko adalah sejauh mana perusahaan terlindungi dari

risiko internal dan eksternal sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan sebagai bagian dari

proses (identifikasi ancaman, penilaian, mitigasi, serta pemantauan dan pengendalian).

Efektivitas ini, sesuai dengan definisi sebelumnya, dinyatakan dengan rasio dampak mitigasi

risiko yang dinyatakan sebagai tingkat minimalisasi (penghindaran) kerugian terhadap biaya

yang dikeluarkan untuk manajemen risiko, yang dalam bentuk umum dinyatakan dengan

rumus sebagai berikut:

RMef = kefektifan manajemen risiko jangka pendek yang statis

Penilaian hasil manajemen risiko merupakan hasil perkiraan dan terdapat

kemungkinan cukup besar akan terjadinya kesalahan perhitungan. Kesalahan ini dapat

diminimalkan dengan mengembangkan berbagai skenario untuk menghitung hasilnya

(optimis, pesimis, realistis). Efektivitas manajemen risiko tergantung pada faktor-faktor

penentu berikut:

- Intensitas dan frekuensi risiko endogen dan eksogen.

- Pilihan dan prinsip-prinsip penggunaan metode dan alat untuk manajemen risiko

di perusahaan.

- Karakteristik, sikap dan perilaku manajer dan karyawan (sumber daya manusia)

dalam proses implementasi dan penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko.


II. DETERMINAN PERILAKU

Cara menanggapi risiko dan mitigasi risiko dipengaruhi oleh tiga faktor perilaku

utama, yaitu persepsi risiko, kecenderungan untuk mengambil risiko, dan sikap terhadap

risiko.

A. Persepsi Risiko

Persepsi risiko terkait dengan sudut pandang dalam menghadapi suatu risiko : ofensif

dan defensif. Dalam sudut pandang pertama, risiko dapat diidentifikasikan sebagai peluang

dan tantangan, sedangkan dalam aliran kedua, risiko hanya berkonotasi negatif dan diartikan

ancaman bagi perusahaan. Dikotomi di atas diterjemahkan ke dalam persepsi risiko oleh para

manajer. Bagi sebagian orang, risiko merupakan tantangan yang menarik dan peluang untuk

melakukan kegiatan kewirausahaan dan inovasi, sementara bagi sebagian lainnya risiko

hanya merupakan bahaya yang menyebabkan kerusakan dan kerugian.

B. Kecenderungan Risiko

Faktor penentu efektivitas manajemen risiko adalah risk appetite, yang berarti tingkat

kesediaan untuk terlibat dalam aktivitas yang hasilnya tidak pasti dan sulit diprediksi. Hal ini

sangat bervariasi dan, secara sederhana, dapat diekspresikan dengan 3 pernyataan berikut:

- Saya menyukai risiko dan bersedia mengambilnya.

- Saya acuh tak acuh terhadap risiko dan aktivitas pengambilan risiko.

- Saya tidak menyukai risiko dan enggan mengambilnya.

Para pengambil keputusan dengan kecenderungan risiko yang tinggi akan memiliki

lebih sedikit kekhawatiran dibandingkan mereka yang tidak menyukai risiko. Kecenderungan

risiko sangat dipengaruhi oleh pola dan pengalaman individu dalam menghadapi situasi

berisiko. Selain itu, faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, kepribadian, lingkungan, dan

situasi juga berdampak pada kecenderungan untuk mengambil risiko. Faktor situasional
bersifat sementara, tergantung pada kondisi di saat keputusan diambil, antara lain kondisi

motivasional, emosional, dan kognitif.

C. Sikap Terhadap Risiko

Sikap terhadap risiko merupakan hasil dari persepsi risiko dan selera terhadap risiko.

Persepsi risiko yang positif biasanya menghasilkan sikap yang lebih aktif terhadap peluang

dan ancaman. Persepsi risiko sebagai ancaman adalah tipikal pengambil keputusan yang tidak

menyukai keputusan dan peristiwa berisiko, yang dalam praktiknya menghasilkan

penghindaran risiko.

Dalam Enterprise Risk Management (ERM), sikap yang paling diinginkan terhadap

risiko adalah pengambilan risiko (sikap aktif), yang dalam praktiknya terdiri dari memahami

esensi risiko, menerima keberadaannya dan bertindak untuk mengurangi ancaman, serta

menggunakan peluang yang terkait untuk pengambilan keputusan tertentu.

III. DETERMINAN ENDOGEN

A. Proses dan Metodologi Manajemen Risiko

Terdapat dua isu utama pada ERM yang harus dipikirkan oleh seorang manajer risiko,

antara lain :

1. Pemilihan dan penetapan metode manajemen risiko dan sistematisasi proses ERM;

2. Jenis dan skala sumber daya manusia dan keuangan yang terlibat dalam proses

manajemen risiko yang telah ditetapkan.

Saat mencari sumber-sumber risiko, baik di dalam dan di luar perusahaan, akan sangat

membantu jika kita menggunakan metode-metode inventif, seperti melibatkan banyak ahli

untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko di berbagai area aktivitas perusahaan. Hal ini

memungkinkan kita untuk menentukan katalog potensi ancaman seluas mungkin, yang sangat
penting untuk tahap manajemen risiko selanjutnya, sekaligus dalam hal menentukan

efektivitas proses. Hal ini karena metode inventif memungkinkan untuk :

 Menemukan sumber-sumber risiko baru.

 Menemukan solusi kreatif untuk masalah.

 Mengidentifikasi hubungan yang beragam antara fakta dan peristiwa.

 Merumuskan hipotesis.

 Memprediksi jalannya peristiwa dan memperkirakan konsekuensi dari peristiwa

tersebut.

Metode tersebut sangat berguna dalam mengidentifikasi risiko, yang pada dasarnya

sulit untuk diprediksi dan membutuhkan perspektif penelitian yang luas dan multidimensi.

Sistematisasi dan prioritisasi sumber-sumber risiko dalam suatu perusahaan dapat

dilakukan dengan menggunakan metode portofolio. Hasil yang terukur dari metode-metode

ini adalah matriks risiko. Dalam matriks ini, masing-masing sumber risiko diberi skor

deskriptif yang memungkinkan untuk memprioritaskan sumber risiko dan menentukan

dampaknya terhadap bisnis.

Terlepas dari jenis metodologi identifikasi risiko yang diadopsi, manajer harus ingat

bahwa pencarian sumber risiko dan kerugian tidak bisa hanya menjadi kegiatan sesekali,

karena sumber risiko bisa sangat bervariasi dan volatil. Oleh karena itu, identifikasi risiko

harus menjadi langkah yang dilakukan berulang kali dan dipersiapkan dengan hati-hati untuk

memastikan bahwa perusahaan terus memantau potensi risiko. Output dari identifikasi risiko

tersebut adalah langkah awal dalam memperkirakan kemungkinan dan dampak dari

terjadinya suatu risiko, termasuk potensi kerugian yang ditimbulkan.

Untuk memperkirakan kemungkinan dan dampak suatu risiko, dapat dilakukan

dengan metode kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Metode kuantitatif meliputi metode

probabilistik, statistik, dan ekonometrik. Dalam metode kualitatif, risiko tidak dikuantifikasi,
melainkan berbentuk deskripsi, sebelum kemudian diberi tingkat perkiraan secara intuitif,

misalnya "risiko rendah, risiko rata-rata, risiko tinggi", yang didasarkan pada pendapat para

ahli atau manajemen perusahaan.

Kedua metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Metode

kuantitatif membutuhkan data yang cukup besar agar bisa dilakukan analisis, sedangkan

metode kualitatif sangat bergantung pada subjektifitas para penilainya. Dengan

mempertimbangkan kekurangan dari metode kuantitatif dan kualitatif, perusahaan dapat

menggunakan metode campuran, dengan menggabungkan kedua metode tersebut.

Setelah risiko diidentifikasi dan dinilai, perusahaan harus memutuskan tindakan yang

akan diambil. Tindakan-tindakan ini meliputi pengendalian risiko fisik dan finansial berupa

penghindaran risiko dan pencegahan risiko. Penghindaran risiko terjadi ketika sebuah

perusahaan menolak untuk menerima risiko yang bersifat sementara. Kebalikan dari

penghindaran risiko di bidang pengendalian fisik adalah pencegahan risiko dimana

perusahaan mengambil tindakan proaktif untuk mencegah kerusakan atau mengurangi

frekuensi dan dampaknya.

Tahap terakhir dari manajemen risiko adalah pengendalian, yang dalam praktiknya

bermuara pada evaluasi efektivitas dan efisiensi. Pengendalian harus dilakukan dengan cara

yang sistematis untuk mengarah pada perbaikan terus-menerus dari identifikasi, penilaian,

dan tindakan perusahaan terhadap risiko.

B. Sumber Daya Manajemen Risiko

Ruang lingkup metode manajemen risiko yang diterapkan di suatu perusahaan sangat

tergantung pada ukuran perusahaan, jenis bisnis yang dijalankan, dan sumber daya manusia

dan keuangan yang dimiliki.

Sumber daya manusia dalam proses manajemen risiko memiliki fungsi yang sangat

penting, karena mereka memiliki pengetahuan terkait risiko yang dihasilkan dari pengalaman
dan pendidikan di bidang manajemen risiko di masa lalu. Sedangkan sumber daya finansial

sangat dibutuhkan untuk mendanai kegiatan manajemen risiko. Semakin sedikit biaya yang

digunakan untuk manajemen risiko, maka semakin efektif proses ERM yang dilakukan.

IV. DETERMINAN EKSOGEN

A. Lingkungan Proksimal

Lingkungan perusahaan terdiri dari dua elemen dan internal mereka. Sumber risiko

yang terkait dengan lingkungan perusahaan dapat dikarakterisasi dalam segmen-segmen yang

disajikan pada Gambar 1, dalam konteks dua elemen dasar yang terkait dengan lingkungan

proksimal dan distal.

Gambar 1. Segmen lingkungan proksimal (kompetitif) dan distal (ekonomi) perusahaan

Analisis lingkungan proksimal, dan dengan demikian analisis kemungkinan ancaman

dan kerugian, dapat dilakukan dengan menggunakan model lima kekuatan Porter, yang

meliputi:

1. kekuatan pengaruh pemasok dan kemungkinan mereka memberikan tekanan pada

perusahaan di sektor ini;

2. kekuatan pengaruh pembeli dan kemungkinan mereka memberikan tekanan pada

perusahaan di sektor ini;


3. Intensitas persaingan dalam sektor ini;

4. Ancaman munculnya pesaing baru;

5. Ancaman munculnya produk pengganti.

Oleh karena itu, selain entitas yang secara tradisional dan saat ini beroperasi di

lingkungan proksimal, penilaian risiko juga harus mempertimbangkan kemungkinan

munculnya persaingan baru dan produk atau jasa pengganti yang serupa atau lebih baik.

Perlu dicatat bahwa pada Gambar 1, dalam segmen yang terkait dengan lingkungan

proksimal, pasar tenaga kerja dan pasar keuangan juga diperhitungkan, yang merupakan

sumber modal manusia dan keuangan bagi perusahaan. Kedua modal ini diperlukan untuk

berfungsinya perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Ketika menganalisis lingkungan proksimal sebagai sumber risiko, perlu diperhatikan

bahwa perusahaan memiliki keterbatasan untuk mempengaruhi fungsi lingkungan.

Perusahaan harus beradaptasi dengan aturan yang berlaku di industri, yang dibuat bersama

oleh entitas lain. Perlu juga ditambahkan bahwa semakin besar suatu industri, semakin kecil

kemungkinan untuk membentuk lingkungan oleh perusahaan. Hal ini merupakan hambatan

serius dalam proses identifikasi dan penilaian ancaman, dan dapat berdampak buruk pada

efektivitas manajemen risiko di perusahaan.

B. Lingkungan Distal

Berlawanan dengan lingkungan proksimal, lingkungan distal adalah lingkungan yang

umum bagi semua perusahaan dan mencakup kondisi sosio-ekonomi secara umum dalam

menjalankan bisnis di suatu negara. Paling sering, segmentasi lingkungan ini dilakukan

sesuai dengan analisis PESTEL :

 Politik : Lingkungan politik terutama berkaitan dengan mekanisme negara campur

tangan negara dalam perekonomian


 Ekonomi : Kondisi yang ditimbulkan oleh lingkungan ekonomi berkaitan dengan hal-

hal berikut ini:

o siklus bisnis dan tingkat produk domestik bruto (PDB),

o pengangguran dan inflasi, dan hubungannya

o kebijakan moneter negara,

o kebijakan fiskal negara,

o prinsip-prinsip operasi perbankan sentral dan komersial, dan pasar keuangan,

o prinsip-prinsip operasi sektor asuransi sosial dan ekonomi.

 Sosial : Fungsi lingkungan sosial sangat ditentukan oleh kondisi demografis, termasuk

struktur usia masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat kelahiran, kesuburan, dan

kematian

 Teknologi : Dalam ekonomi modern, lingkungan teknologi memainkan peran yang

semakin penting, yang terkait dengan digitalisasi progresif masyarakat dan

otomatisasi industri

 Environmental/Lingkungan : Karena masalah iklim dan bahan baku yang terus

meningkat, pentingnya dari lingkungan sekitar perusahaan juga semakin meningkat

 Legal : Lingkungan legal memformalkan prinsip-prinsip fungsi segmen yang telah

dijelaskan sebelumnya.

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pemisahan faktor-faktor penentu efektivitas manajemen risiko di perusahaan

dilakukan berdasarkan studi literatur di bidang manajemen risiko. Dengan cara ini, ditemukan

empat kelompok faktor (kondisi) yang berpotensi mempengaruhi tingkat keamanan

perusahaan terhadap risiko. Faktor-faktor tersebut adalah:


1. Perilaku yang berkaitan dengan persepsi dan sikap para manajer terhadap risiko;

2. metodologi, terkait dengan kelengkapan proses manajemen risiko dan instrumen yang

digunakan dalam proses mitigasi risiko;

3. sumber daya-mempertimbangkan jenis dan cakupan sumber daya manusia, organisasi,

dan keuangan yang terlibat dalam proses manajemen risiko di perusahaan;

4. lingkungan - terkait dengan intensitas dan frekuensi kejadian sumber risiko di lingkungan

terdekat dan jauh dari perusahaan.

B. Rekomendasi

Rekomendasi umum mengenai manajemen risiko dalam suatu perusahaan antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas manajemen risiko dapat dicapai dengan meningkatkan

metode dan alat manajemen risiko di perusahaan.

2. Dalam hal ini, disarankan untuk menggunakan identifikasi dan penilaian ancaman

yang mendalam, dan kemudian memilih instrumentasi mitigasi yang beragam yang

disesuaikan dengan sumber risiko individu.

3. Meningkatkan efektivitas manajemen risiko juga dapat dicapai dengan meningkatkan

keterlibatan sumber daya dalam proses manajemen risiko.

4. Yang direkomendasikan dalam hal ini adalah: penggunaan tenaga ahli dan pihak

eksternal, dan partisipasi karyawan dalam manajemen risiko.

5. Efektivitas manajemen risiko juga dapat dipengaruhi secara tidak langsung dengan

membentuk sikap yang tepat dan diinginkan dari para manajer (menghilangkan

ketakutan akan risiko yang dikombinasikan dengan mengkomunikasikan dan

memperluas pengetahuan tentang metode manajemen risiko).

6. Keadaan lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar harus dipantau secara

sistematis, dengan memberikan perhatian khusus pada ancaman yang paling serius
terutama yang ditimbulkan oleh: penerima, persaingan dan perubahan situasi

ekonomi.

7. Perusahaan juga harus menggunakan sistem peringatan dini untuk mengantisipasi

tindakan perbaikan dan mengembangkan rencana manajemen krisis yang dapat

diimplementasikan dalam situasi kegagalan pasar yang tiba-tiba seperti pandemi

Covid-19.

VI. Bibliografi

Jonek-Kowalska, I. 2022. Effectiveness of enterprise risk management: determinants

and opportunities for improvement. Switzerland: Springer Nature.

Anda mungkin juga menyukai