DI SUSUN OLEH :
RIA DAMAYANTI
(NIM 2102013363P)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puja dan puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunian-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Manajemen Risiko di Ruang Anak RSM
Muhammadiyah Kota Kediri” dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah K3 yang
diberikan oleh Bapak. Makalah ini juga disusun dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak Untuk itu, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut berkontribusi atau yang telah berperan dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan inspirasi terhadap pembaca, serta terhadap diri saya sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................27
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan risiko?
2. Apa yang dimaksud dengan dampak?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko?
4. Apa saja prinsip manajemen risiko?
5. Apa tujuan umum manajemen risiko?
6. Apa saja risiko yang ada di RS?
7. Apa manfaat manajemen risiko?
8. Bagaimana proses manajemen risiko?
9. Bagaimana analisis risiko?
10. Apa saja alat yang digunakan untuk analisis risiko?
11. Bagaimana evaluasi risiko?
1.3 Tujuan
1 Mengetahui definisi risiko.
2 Mengetahui definisi dampak.
3 Mengetahui definisi manajemen risiko.
4 Mengetahui prinsip-prinsip manajemen risiko.
5 Mengetahui tujuan umum manajemen risiko.
6 Mengetahui risiko yang ada di RS.
7 Mengetahui manfaat manajemen risiko.
8 Mengetahui proses manajemen risiko.
9 Mengetahui analisis risiko.
10 Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk analisis risiko.
11 Mengetahui cara evaluasi risiko.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
lebih tinggi dibandingkan dengan sasaran yang ditentukan secara umum
dan luas. Untuk membuat sasaran yang spesifik, bisa menggunakan
rumus 5W + 1H.
2. Measureable (Dapat Diukur)
Sasaran yang ditentukan harus dapat diukur dengan menggunakan
indikator yang tepat sehingga dapat melakukan peninjauan ulang,
mengevaluasi pencapaiannya serta dapat melakukan tindakan-tindakan
perbaikan yang seperlunya. Pengukuran harus berupa nilai-nilai
kuantitatif yang berbentuk angka-angka berdasarkan fakta-faktanya.
3. Attainable (Dapat Dicapai)
Sasaran yang ditentukan harus dapat dicapai melalui usaha-usaha
yang menantang dan harus berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Tim
harus mengetahui dimana letak kemampuannya dan mempertimbangkan
kinerja sekarang dengan kinerja yang sifatnya sempurna. Dari kinerja
sekarang sampai ke kinerja sempurna harus dilakukan secara bertahap,
dan sasaran yang ingin dicapainya juga harus ditetapkan secara bertahap
pula.
4. Realistic (Realistis)
Sasaran yang ditentukan harus bersifat realistis, jangan menentukan
Target yang terlalu tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Harus
mengetahui batas kemampuan dari tim untuk mencapai sasaran yang
ditentukan.
5. Timebound (Batas Waktu)
Harus menetapkan batas waktu dalam mencapai sasaran. Tanpa
adanya batas waktu, tim akan bekerja lambat dan tidak ada perasaan
urgensi (mendesak) sehingga sangat sulit untuk mencapai sasaran yang
diinginkan.
Menurut Australian Standart / New Zealand Standart 4360 : 2004,
risiko adalah kemungkinan peluang terjadinya sesuatu yang dapat
menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur
berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau
4
konsekuensi yang dapat ditimbulkannya. Menurut Kolluru (1996) ada 5
macam tipe risiko, yaitu : (Wiwin, 2010)
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat
paparan dan konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi
kontak atau langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko
keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada
keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat
kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan
dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko
kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan
manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang
beragam antara populasi dan komunitas. Fokus risiko lingkungan
dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan dan
ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka
pendek dari kerugian property terkait dengan perhitungan
asuransi dan pengendalian asuransi. Fokus risiko finansial lebih
kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperlihatkan pandangan
masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal
pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada penilaian dan
persepsi masyarakat.
5
2.2 Definisi Dampak
Dampak merupakan hasil dari suatu cidera yang menyebabkan
kerugian atau kecelakaan terhadap setiap individu. Dampak ini terjadi tepat
pada sasaran yang akan berakibat fatal menyebabkan suatu kerugian.
Secara umum terdapat 3 bentuk kerugian, yaitu :
1. Property loss adalah kerugian yang bersifat materil (harta benda), terdiri
dari :
a. Direct loss : kerugian yang dibebankan langsung ke propertinya.
b. Indirect loss : secara tidak langsung tidak berkaitan dengan
propertinya.
c. Productivity loss : kesempatan produktifitas jadi hilang.
2. Liabilities adalah kerugian karena harus menanggung kerugian orang
lain (karena kewajiban. Liabilities hanya berbentuk direct loss saja.
3. Personel Loss adalah kerugian manusia (bisa cidera atau meninggal
dunia).
a. Direct loss : masuk rumah sakit.
b. Indirect loss : biaya ambulan, produktifitas dari orang yang
berhubungan dan yang terlibat kecelakaan ikut menurun.
6
Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas
tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan
berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai
pendekatan manejemen secara komprehensif dan sistematis (Irham Fahmi,
2010:2).
7
c. Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan
manajemen risiko.
d. Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
e. Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
f. Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3) Sumber Daya Manusia
Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan
kompetensi SDM yang diperlukan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan
manajerial,dan lain sebagainya.
3. Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem
manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi.
Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung pada filosofi,budaya
dan struktur dari organisasi tersebut.
4. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik,harus
dapat memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang
dilakukan dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap
berikutnya.
8
2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an
integral part of organizational processes)
Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan
merupakan suatu bagian integral dalam proses normal organisasi seperti
juga merupakan bagian dari seluruh proses proyek dan manajemen
perubahan. Manajemen risiko bukanlah merupakan aktivitas yang
berdiri sendiri yang terpisah dari aktivitas-aktivitas utama dan proses
dalam organisasi.
3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of
decision making)
Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil
keputusan dengan informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat
membantu memprioritaskan tindakan dan membedakan berbagai pilihan
alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat membantu
memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu
penanganan risiko telah memadai dan efektif.
4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly
addresses uncertainty)
Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan
bagaimana menanganinya.
5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu
(systematic, structured and timely)
Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap
manajemen risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang
konsisten, dapat dibandingkan, serta andal.
6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based
on the best available information)
Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber
informasi seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan
pertimbangan pakar. Meskipun demikian, pengambil keputusan harus
terinformasi dan harus mempertimbangkan segala keterbatasan data atau
9
model yang digunakan atau kemungkinan perbedaan pendapat antar
pakar.
7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)
Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan
internal organisasi serta profil risikonya.
8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes
human and cultural factors into account)
Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan
tujuan pihak- pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau
malah menghambat pencapaian tujuan organisasi.
9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and
inclusive)
Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil
keputusan, dengan sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan
organisasi, memastikan manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti
perkembangan. Pelibatan ini juga memungkinkan pemangku
kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan sudut
pandangnya dalam menentukan kriteria risiko.
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap
perubahan (dynamic, iterative and responsive to change)
Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal,
perubahan konteks dan pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan
dan peninjauan, risiko-risiko baru bermunculan, sedangkan yang ada
bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu organisasi harus memastikan
bahwa manajemen risiko terus menerus memantau dan menanggapi
perubahan.
11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan
berkelanjutan organisasi (facilitates continual improvement and
enhancement of the organization)
Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan
strategi untuk memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka
bersama aspek-aspek lain dalam organisasi mereka.
10
2.5 Tujuan Umum Manajemen Risiko
1. Mencegah dan mengurangi risiko potensial.
2. Melakukan antisipasi/bersiap-siap sebagai respons dan perbaikan jika
risiko menjadi kenyataan: mengendalikan derajat kerusakan, cidera,
beban, kehilangan, atau kejadian negatif seminimal mungkin.
3. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat
pencapaian tujuan perusahaan.
4. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas
risiko yang ada pada proses bisnis dan fungsi dalam perusahaan.
5. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko
kerugian, menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan
bersaing dan juga keunggulan kinerja perusahaan.
6. Mendorong setiap perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan
nilai perusahaan.
7. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai
risiko dan pentingnya pengelolaan risiko.
8. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat
risiko yang digambarkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi
manajemen dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses
manajemen risiko secara terus menerus dan berkesinambungan.
11
c. Risiko terjepit, tertimbun dan tenggelam.
d. Risiko jatuh dari ketinggian, terpeleset, tersandung, dan lain-lain.
2) Risiko bahaya radiasi :
a. Bahaya radiasi pengion adalah radiasi elektromagnetik atau partikel
yang mampu menghasilkan ion langsung atau tidak langsung. Contoh
di rumah sakit : diunit radiodiagnostik, radiotherapi dan kedokteran
nuklir.
b. Bahaya radiasi non pengion adalah radiasi elektromagnetik dengan
energi yang tidak cukup untuk ionisasi, misal radiasi infra merah atau
radiasi gelombang mikro.
3) Risiko bahaya akibat kebisingan adalah kebisingan akibat alat kerja
atau lingkungan kerja yang melebihi ambang batas tertentu. Resiko ini
mungkin berada di ruang boiler, generator listrik, dan peralatan yang
menggunakan alat-alat cukup besar dimana tingkat kebisingannya
tidak dipantau dan dikendalikan.
4) Risiko bahaya akibat pencahayaan adalah pencahayaan pada
lingkungan kerja yang kurang atau berlebih.
5) Risiko bahaya listrik adalah bahaya dari konsleting listrik dan
kesetrum arus listrik.
6) Risiko bahaya akibat iklim kerja adalah berupa suhu ruangan dan
tingkat kelembaban.
7) Risiko bahaya akibat getaran adalah resiko yang tidak banyak
ditemukan di rumah sakit tetapi mungkin masih ada terutama pada
kedokteran gigi yang menggunakan bor dengan motor listrik dan pada
bagian housekeeping / rumah tangga yang menggunakan mesin
pemotong rumput (bagian taman).
2. Risiko Bahaya Biologi
1) Risiko dari kuman-kuman patogen dari pasien (nosokomial).
2) Risiko dari binatang (tikus, kecoa, lalat, kucing, dan lain-lain).
3. Resiko Bahaya Kimia
12
1) Desinfektan, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi
lingkungan dan peralatan di rumah sakit, seperti mengepel lantai,
desinfeksi peralatan, permukaan peralatan dan ruangan.
2) Antiseptik, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan
mencuci permukaan kulit pasien, seperti alkohol, iodine povidone, dan
lain-lain.
3) Detergen, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan
peralatan lainnya.
4) Reagen, yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium klinik dan patologi anatomi.
5) Obat-obat sitotoksik, yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk
pengobatan pasien.
6) Gas medis, yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan
penunjang pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide,
nitrogen, nitrit oxide, nitrous oxide, dan lain-lain.
4. Risiko Bahaya Fisiologi / Ergonomi
Risiko ini terdapat pada hampir seluruh kegiatan di rumah sakit,
berupa kegiatan : angkat dan angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian
antara peralatan kerja dan ukuran fisik pekerja.
5. Risiko Bahaya Psikologi
Risiko ini juga dapat terjadi di seluruh rumah sakit, berupa ketidak
harmonisan hubungan antar manusia didalam rumah sakit, baik sesama
pekerja, pekerja dengan pelanggan, maupun pekerja dengan pimpinan.
13
7. Memperbaiki citra.
8. Proteksi terhadap tuntutan.
9. Akuntabilitas, jaminan, dan governance.
10. Meningkatkan personal health and well being.
14
mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian
tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula
sebaliknya atau negative (risks).
4. Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauh mana dampak dari events (kejadian
atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya
dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat
dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau
peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko).
Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi
merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
5. Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk
response dari organisasi dapat berupa:
a. Voidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang
menyebabkan risiko.
b. Reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood
atau impact dari risiko.
c. Sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau
sebagian dari risiko dengan pihak lain.
d. Acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang
kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan
(policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response
terlaksana dengan efektif. Aktivitas pengendalian memerlukan
lingkungan pengendalian yang meliputi : integritas dan nilai etika,
kompetensi, kebijakan dan praktik-praktik SDM, budaya organisasi,
filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, serta
wewenang dan tanggung jawab.
7. Information and communication (Informasi dan komunikasi)
15
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang
relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi
dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat
komunikasi.
Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang
ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi :
appropriate, timely, current, accurate, dan accessible. Arah komunikasi
dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa
diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media
elektronis.
8. Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing)
maupun terpisah (separate evaluation). Aktivitas monitoring ongoing
tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin
lainnya. Sedangkan monitoring separate evaluation biasanya dilakukan
untuk penugasan tertentu. Pada monitoring ini ditentukan scope tugas,
frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti
reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan
berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor
seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan
laporan, dan arahan bagi pelaporan.
Dalam tatanan klinis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai
upaya penerapan manajemen risiko, yaitu :
1. Langkah 1 : Menetapkan konteks
Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko
selanjutnya. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area
keperawatan kritis antara lain :
a. Adanya konteks manajemen risiko pada area kritis.
16
Contoh : Dengan data banyaknya kejadian VAP (Ventilator
Associated Pneumonia) di area kritis, maka perlu dibuat protab untuk
menekan angka kejadian VAP bagi pasien yang terpasang ventilator.
b. Adanya risk kriteria pada area kritis.
Contoh : dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering dirawat
di area keperawatan kritis.
c. Adanya peta risiko korporat di area kepereawatan kritis (gunakan
pendekatan masukan, proses, keluaran).
Contoh : ada laporan tentang kondisi pasien mulai dari masuk
ruangan, proses perawatan, sampai akhir proses perawatan dan pasien
meninggalkan ruangan tersebut.
2. Langkah 2 : Identifikasi bahaya
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain :
a. Adanya risiko K3 pada area keperawatan kritis.
Contoh : jika suatu rumah sakit belum memiliki oksigen sentral,
maka perlu diantisipasi adanya tabung oksigen yang jatuh dan bisa
menimpa pasien.
b. Adanya registrasi risiko yang ada pada area keperawatan kritis
Risk register mencatat semua sumber bahaya, lokasi, tingkat
risiko dan rencana pengendaliannya. Contoh : pada kasus VAP,
sumber bahaya bisa dari pemakaian ventilator dalam jangka waktu
lama, petugas kesehatan yang tidak melakukan prosedur cuci tangan
saat dan setelah melakukan intervensi ke pasien, serta aktivitas lain
yang bisa menjadi faktor risiko VAP, serta rencana pengendaliannya
harus dicatat dan perlu dijadikan suatu protab yang harus dipatuhi
oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada pada area keperawatan kritis.
3. Langkah 3 : Penilaian risiko
Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat risiko,
pertimbangan tingkat bahaya, dan mengevaluasi apakah sumber bahaya
dapat dikendalikan atau tidak, dengan memperhitungkan segala
17
kemungkinan yang terjadi. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian
di area keperawatan kritis antara lain :
1) Adanya penilaian risiko untuk setiap bahaya yang ada.
2) Terdapat risk matrix.
Untuk mengidetifikasi potensi kerugian gunakan tabel matriks
kualitatif. Menentukan Nilai probabilitas kerugian menggunakan 3
kategori : Critical, Very Serious and Less Serious.
Analisa matrik grading risiko (KKP-RS, 2008) : Penilaian matriks
risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan
derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
Dampak (Consequences)
Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah seberapa berat
akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai
meninggal.
Probabilitas (Frekuensi /Likelihood)
Penilaian tingkat probabilitas/frekuensi risiko adalah seberapa
seringnya insiden tersebut terjadi.
18
Tabel 1 : Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
19
SKOR RISIKO = DAMPAK X PROBABILITY
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko
(tabel 3) :
Tetapkan frekuensi pada kolom kiri.
Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan.
Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara
frekuensi dan dampak.
20
2) Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam 4
warna yaitu : biru, hijau, kuning dan merah. Warna “bands” akan
menentukan Investigasi yang akan dilakukan :
Bands biru dan hijau : Investigasi sederhana.
Bands kuning dan merah : Investigasi Komprehensif atau RCA
(Root causes Analysis).
21
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian
seperti ini di RS X terjadi pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn
lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
3) Adanya risk profile atau risk mapping
Misalnya : di ruang ICU harus ada pemetaan jenis kuman yang
berkembang.
4. Langkah 4 : Analisa risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain adanya analisa secara kualitatif atau kuantitatif terhadap
setiap risiko di area keperawatan kritis.
5. Langkah 5 : Pengendalian risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis, yaitu adanya langkah pengendalian sampai risiko mencapai batas
yang dapat diterima.
Langkah pengendalian risiko merupakan eliminasi bahaya dengan
desain dan metode penilaian resiko yang sesuai. Semua risiko harus
dikurangi ke arah tingkat As Low As Reasonable Practical (ALARP).
22
Berikut ini langkah pengendalian risiko yang bisa diterapkan dalam area
keperawatan kritis :
1) Pencegahan pada sumbernya
Misalnya : pada kasus VAP, angka kejadian VAP bisa ditekan
dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap semua faktor risiko
yang bisa menyebabkan VAP, diantaranya : membuat protab cuci
tangan yang benar, teknik suctioning yang tepat, dll.
2) Proteksi akibat dari bahaya.
3) Tanggap darurat.
4) Belajar dari kasus sebelumnya
6. Langkah 6 : Komunikasi risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain :
1) Adanya pola komunikasi semua risiko kepada pihak terkait.
2) Adanya media untuk menyebarkan hasil ke seluruh pihak terkait
dengan kegiatan
7. Langkah 7 : Dokumentasi manajemen risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain :
1) Adanya dokumen semua program manajemen risiko.
Misalnya : adanya pelaporan untuk setiap angka kejadian VAP.
2) Adanya dokumen hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian yang dilakukan.
8. Langkah 8 : Implementasi manajemen risiko
Contoh program yang bisa dilakukan di area keperawatan kritis
antara lain :
1) Implementasikan semua hasil pengendalian risiko dalam setiap
tahapan aktivitas.
2) Adanya program pengendalian risiko dalam rencana kerja
23
2.9 Definisi Analisis Risiko
Analisis risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan
menentukan peringkat risiko Tujuan dari analisis risiko adalah untuk
membedakan risiko minor yang dapat diterima dari risiko mayor, dan untuk
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan risiko.
Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko, dan
konsekuensinya. Faktor yang mempengaruhi konsekuensi dapat
teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi
konsekuensi dan perhitungan terhadap program pengendalian yang selama
ini sudah dijalankan.
Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan untuk analisis misalnya,
seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri /
professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST).
Jenis-jenis analisis :
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif
untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur.
Analisis kualitatif digunakan untuk kegiatan skrining awal pada risiko
yang membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam.
Hasil risiko dapat termasuk dalam :
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi
2. Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan
diatas diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan
derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya
suatu risiko mempunyai tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi,
kemudian diberi nilai 100, setelah itu dilihat tingkat konsekuensi yang
dapat terjadi sangat parah, lalu diberi nilai 50. Maka tingkat risiko
adalah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian
dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada.
24
Kehati-hatian harus dilakukan dalam menggunakan analisis semi-
kuantitatif, karena nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan
kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan
akan sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan tim ahli dalam
analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko. Oleh karena
itu, kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang
terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan background, tentu saja juga
melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi.
3. Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas
dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada.
Konsekuensi dapat dihitung dengan menggunakan metode modeling
hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan mempekirakan
kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya
(exposure dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan
konsekuensi) kemudian digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang
ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada.
25
menyusun daftar prioritas risiko, untuk mengatur alokasi sumber daya, baik
finansial maupun non finansial.
Kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya
risiko dievaluasi. Kriteria penyusunan prioritas dapat menggunakan
peringkat risiko, dampak yang terjadi pada sasaran organisasi (strategic atau
operational), dan sesuai dengan skor dan grading.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu layanan kesehatan yang digunakan
untuk meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan. Tujuannya adalah
untuk mempermudah tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan,
dan juga untuk menghindari risiko cidera baik bagi pasien, pengunjung,
maupun tenaga kesehatan itu sendiri.
3.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan harus adanya komunakasi,
kolaborasi, motoring, konsolidasi dengan sesama tenaga kesehatan, agar
terciptanya manajemen risiko yang berjalan dengan baik dan kondusif.
27
DAFTAR PUSTAKA
Idroes, Ferry, 2008. Manajemen Risiko Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
28
DAFTAR RISIKO DI RSM AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI
Unit Kerja/Area : Ruang Anak Muzdalifah
Tanggal Penilaian 13 November 2021
Keterangan Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdampak negatif dan memp
tujuan yang ingin dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasarka
Analisis risiko dilakukan dengan menghitung asumsi probabilitas kejadian (PELUANG) , besaran dampak (AKIBAT) dan
(FREKUENSI) serta score/tingkat risiko adalah hasil perkalian P x F x A.
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO PENETAPAN PEN
No. Unit Risiko Dampak Penilaian Risiko Kriteria Keterangan
kerja/Are P F A NR Risiko
a
1 Rawat Terkena Tertular infeksi 6 3 7 126 Substansial Mencuci bagian yang terpapar
Inap muntahan atau dengan sabun antiseptik dan ai
Anak cairan tubuh mengalir
pasien
2 Rawat Terpapar darah Tertular infeksi 6 6 7 252 Tinggi Mencuci bagian yang terpapar
Inap pasien dengan sabun antiseptik dan ai
Anak mengalir
3 Rawat Terpapar pasien Tertular TBC 3 3 7 63 Menengah Petugas diberi kemudahan chec
Inap TBC up berkala
Anak
4 Rawat Tertendang atau Cidera ringan 6 3 7 126 Substansial Petugas diberi kemudahan chec
Inap terpukul oleh sampai cidera up berkala, atau konsultasi ke
Anak pasien berat dokter spesialis bila diperlukan
5 Rawat Terpapar bahan Iritasi kulit 3 1 7 21 Menengah Petugas diberi kemudahan chec
Inap kimia up berkala, atau konsultasi ke
Anak dokter spesialis bila diperlukan
Peluang ( P ) Pajanan ( F) Konsekuensi Nilai Risiko (NR) Di buat oleh :
(K)
10 - Hampir pasti 10- Terus menerus 100 - Malapetaka >400 - Sangat tinggi
6 - Mungkin 6 - Sering 40 - Bencana 200-400- Tinnggi
terjadi
3 - Tidak biasa namun dapat terjadi 3 - Kadang-kadang 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak sering 7 - Serius 20-69 - Menengah Disetujui oleh :
0,5 - Sangat kecil kemungkinanya 1 - Jarang 29
3 - Ringan <20 - Rendah
0,1 - Secara praktek tidak mungkin 0,5 - Sangat jarang 1 - Sangat Ringan
terjadi
0 - Tidak terpapar
DAFTAR RISIKO DI RSM AHMAD DAHLAN KOTA
Unit Kerja/Area : Ruang Anak Muzdalifah
Tanggal Penilaian 13 November
20121
Keterangan Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdamp
tujuan yang ingin dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan k
Analisis risiko dilakukan dengan menghitung asumsi probabilitas kejadian (PELUANG) , besaran dam
(FREKUENSI) serta score/tingkat risiko adalah hasil perkalian P x F x A.
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO
No. Unit Risiko Dampak Penilaian Risiko Kriteria Ke
kerja/Area Risiko
P F A N
R
30
2 Rawat Inap Insiden resiko Perawatan pasien 6 2 15 180 Substansial
Anak jatuh pada pasien
31
10 - Hampir pasti 10- Terus 100 - Malapetaka >400 - Sangat tinggi
menerus
6 - Mungkin 6 - Sering 40 - Bencana 200-400- Tinnggi
terjadi
3 - Tidak biasa namun dapat 3 - Kadang- 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial
terjadi kadang
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak 7 - 20-69 - Menengah Di
sering Serius
0,5 - Sangat kecil kemungkinanya 1 - Jarang 3 - Ringan <20 - Rendah
0,1 - Secara praktek tidak mungkin 0,5 - Sangat 1 - Sangat Ringan
terjadi jarang
0 - Tidak terpapar
32