Anda di halaman 1dari 30

DRAFT BUKU

“Manajemen Risiko”

Disusun Oleh :
Ferani Gita Putri (14180100001)

PRODI S1-4 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
JAKARTA SELATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga saya dapat
menyelesaikan draft buku Mata Kuliah Casemix, Asuransi, Klaim, dan BPJS Kesehatan yang
berjudul “Menejemen risiko" ini tepat pada waktu.
Sebagai rasa terimakasih atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua pihak,
saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Malihah Ramadhani Rum,
S.Kep, Ners, MARS Selaku Dosen Mata Kuliah ini.
Saya sebagai manusia biasa menyadari bahwa penyusunan dari draft buku ini masih belum
sempurna dan pastinya ada kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi kebaikan makalah
ini kedepannya. Akhir kata, saya seluruh penyusun berharap agar makalah ini mampu
memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan di lingkungan akademis.

Jakarta, 20 April 2019

Penyusun

DAFTAR IS

Page 1
I

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................1

RISIKO........................................................................................................................................................4

A. PENGERTIAN RISIKO.................................................................................................................................4
B. KATAGORI RISIKO....................................................................................................................................5
C. METODE PENGELOLAAN RISIKO..................................................................................................................6

MANAJEMEN RISIKO..................................................................................................................................8

A. PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO.................................................................................................................8


B. MANAJEMEN RISIKO MENURUT PARA AHLI.....................................................................................................9
C. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO.....................................................................................................................11
D. PRINSIP MANAJEMEN RISIKO..................................................................................................................11
E. MANFAAT MANAJEMEN RISIKO................................................................................................................12
F. JENIS-JENIS MANAJEMEN RISIKO.................................................................................................................12
G. 5 INDIKATOR MANAJEMEN RISIKO DALAM OPERATIONAL PERUSAHAAN...........................................................14
H. KOMPONEN MANAJEMEN RISIKO................................................................................................................15
I. CLINICAL RISK MANAJEMEN......................................................................................................................19
J. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKO....................................................................................................21

PROSES MANAJEMEN RISIKO...................................................................................................................23

A. IDENTIFIKASI RISIKO DAN PENILAIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT)...................................................................23


B. ANALISIS RISIKO....................................................................................................................................26
C. EVALUASI RISIKO...................................................................................................................................27
D. KELOLA RISIKO......................................................................................................................................27
E. INVESTIGASI SEDERHANA.........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................30

Page 2
RISIKO

A. Pengertian Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), risiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko dalam
Webster’s Desk Dictionary risiko didefinisikan sebagai suatu potensi adanya kehilangan (Iban
Sofyan, 2004)
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian risiko adalah kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari harmengetahuin yang dmengetahuit menimbulkan kerugian. Risiko adalah
suatu kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang dari mengetahui yang diharapkan, namun
penyimpangan ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dmengetahuit diterima
oleh masyarakat. Hal ini dmengetahuit berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko
melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko
(manusia, staff, dan organisasi).
Sehingga dari bebermengetahui definisi yang telah diutarakan, dmengetahuit diambil
kesimpulan bahwa risiko adalah sesuatu yang belum pasti namun mengetahuibila tidak ditangani
dengan tepat akan menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut. Sedangkan Manajemen risiko
adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan
badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.
Secara umum risiko dmengetahuit diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang
tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya :
1) Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) Dimana risiko murni dianggap
sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome) ya
kerugian.
2) Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah risiko yang
menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko
yang menimpa manusia seperti,cedera kematian dsb.
3) Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk) Risiko
fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dmengetahuit timbul pada hampir sebagian
besar anggota masyarakat dan tidak dmengetahuit disalahkan pada seseorang atau
bebermengetahui orang sebagai penyebabnya, contoh risiko fundamental: bencana alam,
peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang
mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau
umumnya dmengetahuit diasuransikan.

Risiko adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh negatif
terhadap perusahaan.” (ERM) Pengaruhnya dapat berdampak terhadap kondisi :
 Sumber Daya (human and capital)
 Produk dan jasa , atau

Page 3
 Pelanggan,
 Dapat juga berdampak eksternal terhadap masyarakat,pasar atau lingkungan.

Risiko adalah “fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang tidak
diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.
Risk = Probability (of the event) X Consequence

Risiko di Rumah Sakit:


1. Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan
pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif.
2. Risiko non klinis/corporate risk adalah semua issu yang dapat berdampak terhadap
tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.
Kategori risiko di rumah sakit ( Categories of Risk ) :
 Patient care care-related risks
 Medical staff staff-related risks
 Employee Employee-related risks
 Property Property-related risks
 Financial risks
 Other risks

B. Katagori Risiko
Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dmengetahuit
memberikan keuntungan dan juga dmengetahuit memberikan kerugian. Resiko spekulatif
kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Resiko yang
dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.

2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dmengetahuit berakibat merugikan
atau tidak terjadi mengetahui-mengetahui dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh adalah kebakaran, mengetahuibila perusahaan menderita kebakaran, maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak
terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan
menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-
maksud tertentu. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi.
Dengan demikian besarnya kerugian dmengetahuit diminimalkan. sebabnya resiko murni
kadang dikenal dengan istilah resiko yang dmengetahuit diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni adalah kemungkinan

Page 4
untung ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih terdmengetahuit kemungkinan
untung sedangkan untuk resiko murni tidak dmengetahuit kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada kemungkinan
penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan ada,
maka dikatakan resiko bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah
resiko murni, ya hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan
keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak
menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya untuk
menghadapi resiko murni tersebut.
Sumber resiko dmengetahuit diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan resiko
ekonomi. Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian
dmengetahuit dibagi sebagai berikut:
1) Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2) Biaya-biaya dari ketidakpastian sendiri

C. Metode Pengelolaan Risiko


Ada 2 kategori pengelolahan risiko ya :
1. Pengendalian risiko secara fisik :
Pengendalian risiko secara fisik dmengetahuit dilakukan dengan cara :
1) Pengurangan Risiko (Risk Reduction/Loss Prevention).
Pengurangan dan pencegahan risiko saling berkaitan erat dan pada dasarnya
dmengetahuit dicmengetahuii dengan cara mengurangi atau menyingkirkan
sebagian atau keseluruhan dari risiko yang ada. Dalam pelaksanaannya ada 2 (dua)
cara yang dmengetahuit digunakan, ya :
1. ELEMINASI (Penghapusan risiko).
Menghapuskan atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko yang dihadapi.
misal : karena takut kecelakaan dijalan à mobil dijual
2. MINIMISASI (memperkecil risiko).
Usaha untuk memperkecil risiko dmengetahuit dibagi dalam 2(dua) bagian, ya
a) Pre Loss Minimisation
Pre Loss Minimisation adalah suatu tindakan memperkecil terjadinya suatu
risiko yang dilakukan sebelum terjadinya kerugian seperti menyediakan alat
pemadam kebakaran, safebelt, dll.
b) Post Loss Minimisation
Post Loss Minimisation adalah suatu tindakan memperkecil terjadinya suatu
risiko yang dilakukan sesudah terjadinya kerugian seperti menyelamatkan
sisa-sisa barang akibat kebakaran.
2) Penghapusan Risiko (Risk Avoidance).
Penghapusan risiko atau Risk Avoidance dmengetahuit diartikan sebagai menghapus
sama sekali kemungkinan terjadinya suatu risiko (totally eliminate). Jadi tidak
berbuat atau terjun dalam aktivitas sejak pertama kali. Seperti halnya sebuah

Page 5
perusahaan dmengetahuit menghindarkan risiko kebanjiran dengan tidak
membangun pabrik atau gudang didaerah banjir.

 Keuntungan dari Risk Avoidance :


Kemungkinan terjadinya kerugian dmengetahuit drunkan hingga titik NOL, jadi
tidak perlu lagi tehnik Risk Management lebih lanjut karena kemungkinan
terjadinya kerugian sudah dihapuskan sama sekali.
 Kerugian dari Risk Avoidance :
Kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan (loss of Profit). Tidak
mungkin semua kemungkinan terjadinya kerugian dihapuskan seperti kematian
yang tidak mungkin dmengetahuit dihindar.

2. Pengendalian risiko secara finansial :


Ada 2(dua) cara yang dmengetahuit dilakukan dalam pengendalian risiko secara finansial,
ya :

1) Retensi Risiko (Risk Retention).


Retensi risiko sebagian atau seluruhnya, dengan menyisihkan atau mencadang-kan
dana untuk pembiayaan mengetahui bila risiko tersebut terjadi. Biaya untuk
mengasuransikan kerugian yang dmengetahuit diperkirakan mungkin akan sama atau
lebih besar daripada jumlah kerugian yang terjadi tersebut.

2) Transfer Risiko (Risk Transfer).


Perusahaan memindahkan efek dari kerugian yang diderita kepada orang lain atau
perusahaan lain. Bentuk Transfer Risiko ini yang paling umum adalah Asuransi.
Dalam prakteknya ke-empat cara/metode diatas dmengetahuit digunakan secara
terpisah dan dmengetahuit juga digunakan secara kombinasi antara 2 metode atau
lebih misal untuk risiko yang mempunyai dampak kerugian kecil bisa digunakan
metode pencegahan dan menahannya jika risiko tersebut muncul, sedangkan untuk
risiko yang mepunyai dampak kerugian yang cukup besar bisa digunakan metode
pencegahan dan pemindahan risiko.
Dalam metode Pemindahan Risiko (Risk transfer Method) ini berarti bahwa
seseorang/ perusahaan dmengetahuit memindahkan sebagian/seluruh dampak
kerugian yang ada jika risiko tersebut muncul, kepada bahu seseorang/perusahaan
lainnya, sehingga kerugian yang muncul nantinya tidak akan mempengaruhi kegiatan
atau kondisi keuangannya.
Dari cara pengendalian risiko secara Finansial dengan metode Tranfer Risk di mana
risiko tersebut ditranfer ke Perusahaan Asuransi, maka timbul suatu pengertian bahwa
Asuransi merupakan salah satu mekanisme pengalihan Risiko (Risk Transfer
Mechanism).
Pada metode pemindahan risiko inilah Industri Asuransi bekerja, dimana seseorang
atau perusahaan dmengetahuit mengalihkan sebagian risiko-risiko yang dimilikinya
kepada Perusahaan Asuransi dengan jalan membeli polis asuransi sesuai dengan jenis
risiko yang dihadapinya.

Page 6
Dengan demikian dmengetahuit dikatakan bahwa selain risiko adalah suatu ketidak
pastian akan suatu kerugian (Uncertainty of Loss), juga dmengetahuit diartikan sebagai
objek asuransi (Subject matter of Insurance)

MANAJEMEN RISIKO

A. Pengertian Manajemen Risiko


Mengetahui manajemen risiko Pengertian manajemen risiko adalah suatu proses
identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir, atau bahkan
menghapus risiko yang tidak dmengetahuit diterima.
Dalam hal ini risiko berhubungan dengan pendekatan atau metodologi dalam menghadapi
ketidakpastian dalam bisnis. Dalam KBBI arti kata risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan
(merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan. Ketidakpastian ini bisa berupa ancaman,
pengembangan strategi, dan mitigasi risiko.
Dalam perusahaan, manajemen risiko (risk management) adalah suatu proses perencanaan,
pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah organisasi untuk meminimalisir
resiko pendmengetahuitan perusahaan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk
mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan
organisasinya sendiri (The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organizations/JCAHO).
Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis dan
pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko
terintegrasi diterapkan terhadap semua jenispelayanan dirumah sakit pada setiap level. Jika
risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan membantu rumah sakit, pemilik dan para
praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam pengambilan keputusan untuk
mencapai keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan biaya. Dalam praktek,
manajemen risiko terintegrasi berarti:
 Menjamin bahwa rumah sakit menerapkan system yang sama untuk mengelola semua
fungsi- fungsi manajemen risikonya, seperti patient safety, kesehatan dan keselamatan
kerja, keluhan, tuntutan (litigasi) klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan
lingkungan.
 Jika dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, modernisasi dan
clinical governance, manajemen risiko menjadi komponen kunci untuk setiap desain
proyek tersebut.
 Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan keselamatan,
contoh: “data reaktif” seperti insiden patient safety, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan
insiden kesehatan dan keselamatan kerja, “data proaktif” seperti hasil dari

Page 7
penilaian risiko; menggunakan pendekatan yang konsisten untuk pelatihan, manajemen,
analysis dan investigasi dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.
 Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua penilaian risiko dari
semua jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.
 Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register
 Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan insiden untuk
menyusun kegiatan mendatang dan perencanaan strategis.

Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera,
tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan
diambil manajemen terhadap risiko tersebut.
Instrument:
1) Laporan KejadianKejadian(KTD+KNC+Kejadian Sentinel+dan lain-lain)
2) Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari
penyimpangan- penyimpangan pada praktik dan prosedur)
3) Pengaduan (Complaint) pelanggan
4) Survey/Self Assesment, dan lain-lain

Pendekatan terhadap identifikasi risiko meliputi:


 Brainstorming
 Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan menanyakan
kepada petugas tentang identifikasi risiko pada setiap lokasi.
 Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan balik

Penilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk membantu organisasi menilai tentang
luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko risiko. RS harus
punya Standard yang berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk Register:
1) Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
2) Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi
eksternal & internal, external assessments dan Akreditasi
3) Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA&FMEA)
Penilaian risiko harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk Pasien
dan Publik dapat terlibat apabila memungkinkan. Area yang dinilai :
 Operasional
 Finansial
 Sumber Daya Manusi
 Strategik
 Hokum/Regulasi
 Teknologi

B. Manajemen Risiko Menurut Para Ahli


Beberapa mengetahui ahli di bidang ilmu manajemen menjelaskan mengetahui manajemen
risiko, diantaranya adalah:

Page 8
a. Fahmi
Menurut Fahmi, pengertian manajemen risiko adalah bidang ilmu yang secara spesifik
membahas mengenai bagaimana organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan semua
permasalahan dengan menggunakan pendekatan manajemen secara sistematis dan
komprehensif.

b. Djojosoedarso
Menurut Djojosoedarso, manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan,
keluarga dan masyarakat. Hal ini mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir,
menyusun, memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program
penanggulangan risiko.

c. Tampubolon
Menurut Tampubolon, pengertian manajemen risiko adalah proses yang terarah dan bersifat
proaktif yang bertujuan untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu atau
sebagian dari sebuah transaksi atau instrumen.

d. Dorfman
Menurut Dorfman, arti manajemen risiko adalah suatu proses logis dalam usaha untuk
memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

e. Smith
Menurut Smith, manajemen risiko adalah proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol
keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan
atau proyek yang bisa mengakibatkan kerugian perusahaan tersebut.

f. Djohanputro
Menurut Djohanputro, pengertian manajemen risiko adalah proses identifikasi, mengukur,
memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan pengendalian
penanganan risiko, yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis.

g. Bramantyo
Menurut Bramantyo, pengertian manajemen risiko adalah proses terstruktur dan sistematis
dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, serta mengembangkan alternatif
penanganan risiko.

h. COSO
Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission),
manajemen risiko adalah sebuah proses yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen dan
personil lainnya, diterapkan dalam penetmengetahuin strategi dan di seluruh perusahaan,
yang dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dmengetahuit mempengaruhi
entitas, dan mengelola risiko, untuk memberikan keyakinan memadai, tentang
pencmengetahuiian tujuan entitas.
Page 9
i. KASIDI
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola
suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin kompleksnya
aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
kemajuan teknologi.

C. Tujuan Manajemen Risiko


Secara umum ada enam tujuan risk management dalam perusahaan atau badan usaha,
diantaranya adalah:

a. Melindungi Perusahaan
Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan yang bisa
menghambat proses pencmengetahuiian tujuan perusahaan.

b. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja


Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas
risiko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan. Kerangka
kerja manajemen risiko yang diabngun dalam suatu organisasi yang dimaksutkan untuk
mencapai tujuan yang dibagi dalam 4 kategori, yaitu :
a. Strategic; Goal tingkat tinggi yang diarahkan untuk mendukung misi yang dimiliki
organisasi.
b. Operations; Pemanfaatan yang efektif dan efisien dari sumber-sumber yang tersedia.
c. Reporting; Dapat diandalkan atau dipercayanya laporan baik internal maupun
eksternal.
d. Compliance; Ketaatan terhadap berbagai Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.

c. Mendorong Manajemen Agar Proaktif


Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan
menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.

d. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati


Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam menghadapi
risiko perusahaan demi tercmengetahuiinya tujuan yang diinginkan bersama.

e. Meningkatkan Kinerja Perusahaan


Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat risiko
yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga berguna dalam pengembangan
strategi dan perbaikan proses risk management secara berkesinambungan.

f. Sosialisasi Manajemen Risiko


Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk mensosialisasikan pemahaman
tentang risiko dan pentingnya risk management.

D. Prinsip Manajemen Risiko

Page 10
 Manajemen risiko meliputi ancaman dan peluang (maksimalisasi peluang, minimalisasi
kehilangan, dan meningkatkan keputusan dan hasil),
 Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan
kinerja yang efektif dan efisien,
 Manajemen risiko memerlukan pemikiran kedepan,
 Manajemen risiko mensaratkan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan,
 Manajemen risiko mensaratkan komunikasi
 Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang seimbang antara biaya untuk mengatasi
risiko (dan meningkatkan peluang perbaikan) dengan manfaat yang diperoleh

E. Manfaat Manajemen Risiko


 Pengendalian thd timbulnya adverse event
 Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum suatu masalah terjadi
 Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas
 Efisiensi
 Mempererat hubungan stakeholders
 Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan
 Memperbaiki citra
 Proteksi terhadap tuntutan
 Akuntabilitas, jaminan, dan governance
 Meningkatkan personal health and well being

Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit


1) Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap pasien
dapat dinilai dengan tepat.
2) Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.
3) Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua
risiko, yaitu menggunakan RCA.
4) Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical
governance.
5) Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari
kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.

F. Jenis-Jenis Manajemen Risiko


Seiring dengan perkembangannya, manajemen risiko terbagi dalam bebermengetahui hal; Resiko
Operasional, Resiko Hazard, Resiko Finansial, Resiko Strategik.

a. Manajemen Risiko Operasional


Manajemen ini berkaitan dengan resiko yang timbul akibat gagal fungsi proses internal,
misalnya karena human error, kegagagalan sistem, faktor luar seperti bencana dsb. Dalam

Page 11
menejemen resiko operasional, ada empat faktor penyebab resiko antara lain manusia,
proses, sistem dan kejadian eksternal.
Dengan memahami manajemen risiko ini, perusahaan bisa mengambil langkah preventif
atau bahkan sanksi supaya kmengetahuisitas produksi dan layanan terjaga semisal ada hal
yang tidak diinginkan terjadi.

b. Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang mengakibatkan kebangkrutan
dan kerusakan. Ketika kita membahas hazard, tentu kita juga membahas peril. Resiko perilaku
ya peristiwa yang bisa menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal ini ada tiga macam hazard
yang harus diketahui, antara lain legal hazard, physical hazard dan moral hazard.
Contoh hazard legal misalnya pelanggaran atau pengabaian peraturan bisnis yang bisa
menyebabkan kebangkrutan, seperti pelanggaran SOP atau peraturan perusahaan yang
akhirnya berakibat fatal. Sementara physical hazard bisa berupa mesin yang sudah tua dan
menimbulkan resiko kerugian saat produksi.
Seperti kecelakaan pegawai karena mesin dan sebagainya. Untuk moral hazard contohnya
ya sikap seorang karyawan dilingkungan kerja yang menimbulkan kerugian. Misalnya
karyawan tidak jujur dan sering korupsi uang. Atau karyawan yang tidak melayani konsumen
dengan baik sehingga berakibat buruk pada perusahaan.

c. Manajemen Resiko Finansial


Manajemen resiko finansial ya upaya pengawasan resiko dan perlindungan hak milik,
keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha. Pada prakteknya, proses pengelolaan resiko
ini meliputi identifikasi, evaluasi dan melakukan pengendalian resiko bila ditemukan hal yang
mengancam keberlangsungan organisasi.
Manajemen ini sangat penting karena ini merupakan salah satu sumber daya perusahaan.
Karena seorang akuntan harus benar-benar mempertimbangkan berbagai resiko lainnya yang
berhubungan dengan keuangan, seperti:
 Resiko likuiditas
 Diskpntinuitas pasar
 Resiko kredit
 Resiko regulasi
 Resiko pajak
 Resiko akuntansi
Menejemen ini juga tidak lepas dari perubahan kurs mata uang yang erat kaitannya dengan
perubahan inflasi, neraca perdagangan, kmengetahuisitas utang, suku bunga dsb.

d. Manajemen Resiko Strategis


Manajemen ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Resiko yang biasanya muncul
adalah kondisi tak terduga yang mengurangi kemampuan pelaku bisnis untuk menjalankan
strategi yang direncanakan. Dalam hal ini bebermengetahui faktor seperti resiko operasi,
resiko asset impairment, resiko kompetitif atau bahkan resiko frenchise (bila ada).
Seperti yang tertulis dalam pengertian enterprise risk management di atas, untuk
mengetahui resiko yang kemungkinan besar terjadi dan merugikan perusahaan adalah dengan
menuliskan item penting, Anda bisa membuat bebermengetahui daftar berikut ini:

Page 12
 Daftar resiko
 Penilaian resiko tersebut sesuai dengan kecenderungannya dan juga dampaknya
 Penilaian pada kondisi saat ini yang sedang terjadi
 Rencana tindakan bila resiko terburuk benar-benar muncul

G. 5 Indikator Manajemen Risiko Dalam Operational Perusahaan


a. Persentase Kenaikan Biaya Bahan Baku
Dalam mengukur indikator risiko di bidang operasional, sebaiknya Anda mengetahui
persentase kenaikan biaya bahan baku terlebih dahulu. Misalnya saja mulai dari kelangkaan
bahan baku yang perlu harus diwaspadai mulai dari harga dari pemasok hingga perawatannya.
Presentase untuk mengetahui kenaikan biaya bahan baku sendiri dapat dihitung dengan
menjumlahkan harga bahan baku termasuk biaya penyimpanan dan perawatannya. Setelah
itu, hasilnya dibagi dengan total dari periode sebelumnya lalu dikali 100%.
b. Persentase Kenaikan Harga Pokok Penjualan
Pengertian harga pokok penjualan di sini adalah jumlah pengeluaran dan beban yang
diperkenankan kepada perusahaan. Baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
menghasilkan barang atau jasa. Mengetahui persentasi kenaikan harga pokok penjualan
sangat bermanfaat dalam berbagai situasi. Misalnya saja adanya kenaikan bahan baku yang
tentunya berpengaruh pada harga pokok penjualan. Untuk mengetahui persentase kenaikan
harga pokok penjualan, Anda bisa mengurangi total penjualan dengan laba kotor. Persentase
ini didapatkan dengan membandingkan harga pokok penjualan dalam satu periode dengan
periode sebelumnya.
c. Persentase Kenaikan Upah Pekerja Pabrik
Salah satu indikator risiko dalam operasional yang paling penting lainnya adalah kenaikan
upah pekerja. Pada praktiknya, seorang pengusaha haruslah meninjau upah pekerjanya secara
berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.Untuk
mengetahui persentasenya, Anda dapat membandingkan upah yang dibayarkan pada para
pekerja dalam satu periode dengan periode sebelumnya. Tuntutan gaji yang terlalu tinggi bisa
membuat perusahaan Anda kolaps dan ujungnya ini akan membuat semua pihak mengalami
kerugian.
d. Persentase Kapasitas Produksi yang Menganggur
Kapasitas produksi yang mengaggur seringkali terjadi karena kurangnya penjualan. Ketika
permintaan penjualan meningkat, pekerja dan fasilitas produksi yang menganggur kembali
digunakan. Untuk mengukur efektivitas produksi, Anda bisa menghitung persentase kapasitas

Page 13
produksi yang menganggur. Persentase ini menggambarkan kapasitas produksi yang tidak
terpakai dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dipakai.
e. Persentase Nilai Investasi Kapasitas yang Menganggur
Selain mengetahui kapasitas produksi yang menganggur, Anda perlu juga mengetahui nilai
investasi dari kapasitas yang menganggur tersebut. Anda bisa mengetahui efektivitas
investasi  produksi dengan melihat persentase nilai investasi dari kapasitas yang menganggur.
Persentase ini didapatkan dengan membandingkan nilai uang/investasi yang dikeluarkan dari
kapasitas yang tidak terpakai dengan nilai uang seluruh kapasitas. Dalam perusahaan, akan
selalu ada masalah operasional yang siap menghampiri. Walaupun sangat akrab dalam
wilayah para pengusaha, namun karateristik risiko operasional sendiri belum dipelajari dengan
baik dibanding dengan risiko lainnya sehingga pengukuran risiko ini pun juga belum baik. Oleh
karena itu, setiap perusahaan dituntut untuk terus berupaya untuk mengelola dan
menurunkan risiko operasional misalnya seperti memperbaiki sistem yang ada, memberikan
training terhadap karyawan dan lainnya. Evaluasi diri atau self-assessment juga bisa dilakukan
oleh para atasan untuk melihat seberapa besar risiko operasional yang dihadapi oleh
perusahaan.

H. Komponen Manajemen Risiko


Ada bebermengetahui komponen dan proses dalam manajemen risiko. Menurut COSO
(Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) komponen tersebut
adalah:

Page 14
a. Lingkungan Internal (Internal Environment)
Komponen ini adalah sikap manajemen di semua level terhadap operasi secara umum dan
konsep kontrol secara khusus. Hal ini mencakup:
 Filosofi manajemen risiko; seperangkat keyakinan dan perilaku yang dirasakan
bersama, yang mencirikan bagaimana organisasi ini mempertimbangkan risiko dalam
segala aspek di organisasi.
 Risk appetite; risiko dalam wawasan dan tingkatan yang luas dimana organisasi masih
dapat menerimanya.
 Direksi dan komisaris; struktur, pengalaman, independensi, dan peran pengawasan
yang dimainkan oleh dewan.
 Integritas dan nilai-nilai etika; terutama standar perilaku dan gaya kepemimpinan
serta berbagai tindakan yang secara etika diterima dan berlaku di organisasi.
 Komitmen terhadap kompetensi; pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan.
 Struktur organisasi; suatu kerangka untuk merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan, dan memantau berbagai aktivitas.
 Pembebanan wewenang dan tanggung jawab; tingkatan dimana setiap individu dan
tim diberikan wewenang dan didorong untuk menggunakan inisiatif untuk
mengarahkan berbagai isu dan memecahkan masalah-masalah, sebatas apa yang
menjadi tanggung jawabnya.
 Standar atau kriteria sumber daya manusia; praktik-praktik berkenaan dengan
rekrutmen, orientasi, pelatihan, evaluasi, konseling, promosi, kompensasi, dan
tindakan-tindakan perbaikan yang diambil.

b. Penentuan Sasaran (Objective Setting)

Page 15
 Perusahaan menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
mengelola segala risiko.
 Tujuan ditetapkan di tingkat strategi dan menjadi dasar untuk menentukan tujuan
operasi, pelaporan, dan kepatuhan. Setiap organisasi menghadapi berbagaimacam
risiko baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal.
 Penetapan tujuan merupakan prasyarat untuk efekifnya proses identifikasi kejadian,
penilaian risiko, dan respon terhadap risiko.
 Tujuan menjadi acuan untuk menentukan risk appetite organisasi yaitu sebagai batas
toleransi risiko bagi organisasi yang dapat diterima. Sedangkan, risk tolerance adalah
tingkat ukuran yang dapat diterima berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi.

Sasaran ini diketahui dibagi menjadi dua, yaitu :


 Strategic objective; fokus pada upaya realisasi visi dan misi
 Activity objective: fokus pada kegiatan operasional, reportasi, dan kompliansi

c. Identifikasi Peristiwa (Event Identification)


 Manajemen melakukan identifikasi terhadap berbagai kejadian potensial yang
berpengaruh pada strategi dan pencmengetahuiian tujuan perusahaan. Berbagai
kejadian tak pasti tersebut bisa memberikan dampak positif, namu bisa juga
memberikan risiko.
 Manajemen mengidentifikasi kejadian yang berpotensi terjadi, dan jika memang
terjadi akan mempengaruhi entitas dan menentukan apakah kejadian-kejadian
tersebut merupakan peluan atau ancaman yang mempengaruhi pencapaian tujuan.
 Kejadian-kejadian yang berdampak negative merupakan risiko yang mungkin dapat
menghambat organisasi mencapai tujuannya.
 Sementara, kejadian-kejadian yang memberikan dampak positif merupakan peluang
yang harus segera direspon organisasi untuk memperlancar pencapaian tujuan. Dalam
mengidentifikasi kejadian, berbagai faktor baik internal maupun eksternal harus
dipertimbangkan.

d. Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Risk assessment memungkinkan sebuah organisasi untuk menilai sebuah kejadian atau
keadaan dan kaitannya dengan pencmengetahuiian tujuan organisasi.
 Penilaian risiko (risk assessment) memungkinkan suatu entitas mempertimbangkan
luasnya kejadian-kejadian potensial memiliki pengaruh untuk suatu pencapaian tujuan.
 Manajemen menilai kejadian dari 2 (dua) perspektif, yaitu :
 Likelihood (kecenderungan/ peluang)
 Impact/ consequnce (besaran dari realisasi risiko)
Umumnya, penilaian risiko menggunakan metode kuantitaf dan kualitatif, atau
mengkombinasi diantara keduanya.

Page 16
 Dampak dari kejadian potensial harus diuji, baik secara tersendiri atau kategori, lintas
entitas. Risiko dinilai baik dari hal yang melekat (inherent) dan sisanya (residual).
 Inherent risk adalah risiko yang melekat di organisasi sebelum upaya tindakan untuk
mengubah kemungkinan dan dampak risiko.
 Residual risk adalah risiko yang tetap ada setelah manajemen merespon risiko, missal
dengan mengurangi atau memindahkan risiko.
 penilaian risiko pertama harus dilakukan terhadap inherent risk.setelah respon
terhadap risiko dikembangkan, menejemen kemudian mempertimbangkan residual
risk (relative pada risk appetite organisasi).
 Setelah risiko dinilai, manajemen menetukan bagaimana risiko tersebut direspon.

Risk Assessment tools yang digunakan dalam menangani resiko yang terjadi :
 Risk Matrix Grading
 Root Cause Analysis
 Failure Mode and Effect Analysis

e. Tanggapan mengetahuin Risiko (Risk Response)


Manajemen melakukan penilaian terhadap risiko, lalu menentukan sikap atau respon
terhadap risiko tersebut. Respon dari manajemen ini tergantung mengetahui risiko yang
dihadapi.
Respon atau tanggmengetahuin tersebut bisa dalam bentuk:
 Menghindari risiko (avoidance)
 Mengurangi risiko (reduction)
 Memindahkan risiko (sharing/transferring)
 Mengendalikan (controlling)
 Mengoptimalkan (exploiting)
 Menerima risiko (acceptance)

f. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)


Proses ini merupakan penyusunan prosedur atau kebijakan yang membantu memastikan
bahwa respon terhadap risiko yang dipilih memadai dan terlaksana dengan baik. Kegiatan
pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan bahwa
respon terhadap risiko yang dilakukan manajemen dilaksanakan. Aktivitas ini meliputi:
 Pembuatan kebijakan dan prosedur
 Delegasi wewenang
 Pengamanan kekayaan perusahaan
 Pemisahan fungsi
 Supervisi
 Review oleh pimpinan (misal: review terhadap budget, monitoring tindakan competitor)
 Fungsi atau aktivitas langsung manajemen (misal: rekonsiliasi)
 Pemrosesan informasi (misal: pengebdalian operasi sistem, pengendalian atas sistem
implementasi, pembuatan disaster recovery plan)

Page 17
 Pengendalian fisik (misal: penghitungan fisik kas, pengamanan langsung)
 Pemisah tugas (misal: pemisahan wewenang dan tanggung jawab antara petugas yang
mengotorisasi rekanan, membayarkan, dan mencatat transaksi yang berkaitan)

g. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Aktivitas ini fokus pada identifikasi informasi dan menyampaikannya kepada pihak terkait
melalui media komunikasi yang sesuai. Dengan begitu, setiap orang yang mengetahuitkan
informasi tersebut dmengetahuit melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.
Bebermengetahui faktor penting dalam penyampaian informasi tersebut diantaranya:
 Kualitas informasi berhubungan dengan :
 Informasi harus sesuai dengan tingkat kerinciannya benar dan akurat.
 Informasi tepat waktu dan tersedia setiap saat jika dibutuhkan.
 Informasi selalu baru, mencerminkan informasi keuangan dan operasional yang
paling terkini.
 Informasi harus akurat dan dapat diandalkan (dipercaya).
 Informasi mudah diakses oleh siapa pun yang memiliki otorisasi untuk mengakses
dan membutuhkan informasi tersebut.
 Arah komunikasi
 Alat komunikasi

h. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring adalah komponen terakhir dalam manajemen risiko. Proses pemantauan
dilakukan secara terus menerus untuk memastikan setiap komponen lainnya berfungsi
sebagaimana mestinya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses monitoring adalah
pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan.
 Proses manajemen risiko harus dimonitor, yaitu dinilai keberadaan dan berfungsi
efektifnya untuk setia komponen yang ada di dalamnya secara terus menerus.
 Model yang digunakan untuk melakukan monitoring adalah melalui monitoring kegiatan
secara terus menerus, penilaian terpisah, atau kombinasi diantar keduanya.
 Monitoring secara terus menerus dilakukan dan melekat dalam aktivitas rutin manajemen.
 Ruang lingkup dan frekuensi penilaian terpisah tergantung terutama pada hasil penialain
risiko dan efektifitas prosedur monitoring yang terus menerus.
 Kelemahan atau kekurangan program manajemen risiko dilaporkan ke atas dan untuk
permasalahan yang sangat serius harus dilaporkan kepada direksi dan komisaris.

I. Clinical Risk Manajemen


Suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan
tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut (Sheenu Jhawar, Mid Stafford General
Hospital, UK ).
Clinical Risk Management adalah meminimalkan risiko terhadap pasien :

Page 18
 Dengan mengenal kesalahan atau kemungkinan kesalahan selama mendmengetahuit
asuhan klinis,
 Mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadi kesalahan/risiko,
 Belajar dari pengalaman terhadap setiap adanya adverse event,
 Memastikan bahwa dilakukan tindakan untuk mencegah terjadi kesalahan/risiko, dan
 Membangun sistem untuk mengurangi terjadinya risiko.

Berdasarkan PMK 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien, Insiden keselamatan pasien
yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dmengetahuit dicegah pada pasien,
terdiri dari :

 Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang


mengakibatkan cedera pada pasien.
 Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpmengetahuir ke pasien.
 Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpmengetahuir ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
 Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
 Kejadian katastropik/ sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius
1. Lingkup (strategi dan kebijakan) manajemen risiko
 Strategi manajemen risiko: Reaktif dan Proaktif
 Kebijakan dan prosedur untuk melaporkan setiap insiden
 Kebijakan dan prosedur menangani complain
 Informasi penanganan komplain bagi karyawan
 Kebijakan dan prosedur untuk menangani tuntutan
 Kebijakan dan prosedur untuk mencegah kejadian yang membahayakan (preventing harm)
 Dan meminimalkan risiko (patient safety).

2. Risk Management: Proactive strategy (Sheenu Jhawar, Mid Stafford General Hospital, UK )
 Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko klinis yang
mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada semua lini pelayanan.
 Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga tidak terjadi
tumpang tindih
 Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
 Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan peralatan
medis/klinis
 Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten,
 Kebijakan dalam: fire safety; infectious and non-infectious waste management;infection
control
 Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata.

Page 19
 Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan terjamin
ketelursuran
 Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
 Serah terima dilakukan secara adekuat
 Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga mengenadi
keputusan terapi/tindakan klinis
 Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb, pada rekam
medik, yang secara legal ditandatangani.

3. Risk Management Reactive strategy :


 Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan dibuktikan dengan
 “consent” dari semua pihak yang terkait
 Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal faktor-faktor yang
dmengetahuit dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan yang terbaik diberikan
 Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar masalah (root cause)
dan dilakukan dengan pendekatan budaya tidak menyalahkan
 Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik klinis maupun non
klinis, termasuk kejadian near miss, dan dicatat dalam risk register untuk audit dan
analisis.

J. Langkah-langkah Manajemen Risiko


Manajemen risiko dibuat guna untuk melindungi suatu perusahaan atau organisasi yang
juga mencakup karyawan, properti, reputasi dan lainnya dari sebuah bahaya yang sewaktu –
waktu mengetahui terjadi. Kita ketahui bahwa tidak semua risiko diketahui dihilangkan atau
dihindari, oleh karena diperlukan tindakan – tindakan pencegahan atau tindakan untuk
menghadapi risiko yang telah teridentifikasi tersebut. Dalam artikel ini akan dijelaskan beberapa
langkah yang dikatahui dilakukan dalam proses manajemen risiko untuk membantu organisasi
merancang dan mengimplementasikan rencana manajemen risiko yang efektif dan proaktif.
Berikut adalah langkah – langkah yang diketahui dilakukan, yaitu :

a. Risk Identification
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemungkinan risiko yang diketahui
terjadi pada organisasi atau perusahaan. Ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang akan
dihadapi oleh organisasi atau perusahaan tersebut dalam berbagai aspek seperti sosial,
hukum, ekonomi, produk/jasa, pasar, dan teknologi yang ada. Risiko dari setiap aspek akan
diklasifikasikan menurut kategorinya masing – masing agar mempermudah proses
selanjutnya.

b. Risk Assessment
Setelah risiko telah diidentifikasi pada perusahaan atau organisasi tersebut, selanjutnya akan
dinilai potensi keparahan kerugian dan kemungkinan terjadinya. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan individu disetiap bidangnya untuk memberikan penilaian terhadap risiko – risiko
yang telah diidentifikasi. Tujuannya adalah agar setiap risiko berada pada prioritas yang tepat.

Page 20
c. Risk Response
Proses ini dilakukan untuk memilih dan menerapkan langkah – langkah pengelolaan risiko.
Tantangan bagi manajer risiko adalah untuk menentukan portofolio yang tepat untuk
membentuk sebuah strategi yang terintegrasi sehingga risiko diketahui dihadapi dengan baik.
Tanggmengetahuin risiko umumnya terbagi dalam kategori seperti berikut:
1. Risk Avoidance, Mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan yang diketahui
menyebabkan risiko terjadi
2. Risk Reduction, Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau dampak atau
keduanya, biasanya melalui pengandalian di bagian internal perusahaan/organisasi
3. Risk Sharing or Transfer, Mengambil tindakan untuk mentransfer bebermengetahui risiko
melalui asuransi, outsourcing atau hedging.
4. Risk Acceptence, Tidak mengambil tindakan mengetahuipun untuk menganggulangi risiko,
melainkan menerima risiko tersebut terjadi.
5. Create a Risk Management Plan
Membuat penanggulangan risiko yang tepat untuk setiap masing – masing kategori risiko.
Mitigasi perlu mendiketahui persetujuan oleh level manajemen yang sesuai.

d. Implementation
Melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan untuk mengurangi atau
menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada.

e. Evaluate and Review


Perencanaan yang telah direncanakan di awal tidak akan seluruhnya diketahui berjalan
dengan lancar. Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak diprediksi sebelumnya akan
menyebabkan perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat, oleh karena perlu
dilakukan perubahan rencana untuk menanggulangi risiko yang akan mungkin terjadi.

Page 21
PROSES MANAJEMEN RISIKO

A. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro-aktif) dan
insiden yang sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif / responsif).
Risiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya:
1. Informasi internal (rapat bagian / koordinasi, audit, incident report, klaim, komplain)
2. Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian)
3. Pemeriksaan atau audit eksterna

Page 22
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya
(grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)

Tingkat Deskripsi Nilai

Jarang Terjadi pada keadaan khusus 1

Kadang-kadang Dapat terjadi sewaktu-waktu 2


(unlikely)
Mungkin (Possible) Mungkin terjadi sewaktu-waktu 3

Mungkin sekali Mungkin terjadi pada banyak keadaan tapi tidak 4


(likely) menetap
Hampir pasti Dapat terjadi pada tiap keadaan dan menetap 5
(Almost
certain)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)

Tingkat Deskriptor Contoh Deskriptor


1 Tidak bermakna Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2 Rendah Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian
keuangan sedang
3 Menengah Memerlukan pengobatan medis, kerugian
keuaangan besar
4 Berat Cedera luas, kehilangan kemampuan
produksi,
5 Katastropik kerugian keuangan
Kematian, kerugian besar
keuangan sangat besar.

IDENTIFIKASI DAMPAK

Dampak
Kemungkinan Sangat Rendah Sedang Besar Ekstrim/
rendah
(likelihood) Catarastopi
Jarang 1 2 3 4 5k
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin sekali 4 8 12 16 20
Hampir pasti 5 10 15 20 25
NILAI

1–3 4–6 8 – 12 15 – 25
Rendah Sedang Bermakna Tinggi

CONTOH RISIKO POTENSIAL AREA PELAYANAN :

NO. AREA
Akses Pasien: RISIKO
1 1. Proses pemulangan pasien lama
2. Pasien pulang paksa
3. Kegagalan merujuk pasien
4. Ketidaktersediaan tempat tidur
5. Proses transfer pasien yang tidak baik
Kecelakaan:
2 1. Tersengat listrik
2. Terpapar dengan bahan berbahaya
3. Tertimpa benda jatuh
4. Tersiram air panas
5. Terpeleset
Asesmen dan Terapi
3 1. Kesalahan identifikasi pasien
2. Reaksi transfusi darah
3. Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium
4. Kegagalan konsultasi interdisiplin pasien
5. Code blue
4 Masalah administrasi keuangan pasien
1. Kesalahan estimasi biaya
2. Pengenaan tagihan yang sama 2 x
3. Kesalahan input data tagihan
4. Perbedaan tarif dan tagihan
5. Transaksi tidak terinput
5 Kejadian Infeksi
1. Kegagalan / kontaminasi alat medis
2. Infeksi luka operasi
3. Needlestick injury
4. Kesalahan pembuangan limbah medis
5. Infeksi nosocomial
6 Rekam medik
1. Kegagalan memperoleh informed consent
2. Kesalahan pelabelan rekam medik
3. Kebocoran informasi rekam medik
4. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
5. Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medic
7 Obat
1. Penulisan resep yang tidak baik
2. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
3. Kesalahan dosis obat
4. Obat rusak / expired
5. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
8 Keamanan
1. Pencurian
2. Pasien hilang
3. Lingkungan yang tidak aman

B. Analisis Risiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola /
mengendalikan risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori hijau / kuning /ungu/
merah.

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI PELUANG/FREKWENSI


1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)
2 Jarang/unlikely (> 2 – 5 tahun/kali)
3 Mungkin/ Posible (1 -2 tahun/kali)
4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/ almost certain (tiap minggu/ bulan)
Tingkat Risiko Deskripsi Dampak
1 Tidak signifikan Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan, misal luka lecet
Dapat diatasi dengan P3K

3 Moderat Cedera sedang, mis : luka


robek
Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual ( reversible). Tidak berhubungan dengan
penyakit
4 Mayor Cedera luas/berat, misal : cacat,
lumpuh
Kehilangan fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual ( reversible). Tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Katarastopik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan
Penyakit
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko /
insiden dengan
kategori hijau dan kuning maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan
untuk kategori ungu dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode
RCA (root cause analysis – reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect
analysis – proaktif).

C. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan
grading yang didapat dalam analisis.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan
meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan
suatu skor.
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor.
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan
mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan
melakukan verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk
mengatasi risiko.

D. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan
risiko atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level
terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang
sudah terjadi.

E. Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori hijau dan kuning, maka tindak
lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui
tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi:
 Observasi
 Telaah dokumen
 Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung:
 individu
 peralatan
 lingkungan tempat kerja
 prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung:
 individu
 tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.

Lembar Kerja Investigasi Sederhana


Penyebab Langsung Insiden :

Penyebab yang melatarbelakangi/akar masalah insiden :

Rekomendasi :

Penanggung Jawab : Tanggal :


Tindakan yang akan dilakukan :

Penanggung Jawab : Tanggal :


Manager/Kepala Bagian/Kepala Unit :

Nama : Tanggal mulai

investigasi :

Tanda Tangan : Tanggal selesai

investigasi :
Manajemen Resiko :

Investigasi lengkap : YA/TIDAK

Tanggal : Diperlukan investigasi lebih lanjut :

YA/TIDAK Tanggal
Investigasi setelah grading ulang : Hijau/Kuning/Merah

Perbedaan Penyebab akar masalah dan faktor kontributor:


Tanyakan:
1) Akankah timbul masalah apabila penyebab tersebut tidak ada ?
2) Akankah masalah timbul bila penyebab ini dikoreksi / dieliminasi?
3) Akankah eliminasi / koreksi penyebab menimbulkan insiden serupa lagi? Bila
jawabannya TIDAK : akar masalah, YA : factor contributor

Di dalam menganalisa penyebab masalah, jangan berhenti hanya pada penyebab langsung
namun harus terus menggali hingga kepada akar masalah sehingga penyelesaian yang
direkomendasikan nantinya bukanlah penyelesaian simptomatik semata melainkan benar-
benar penyelesaian etiologi yang dapat mencegah berulangnya insiden yang sama di kemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA

Maxmanroe (2019). “pengertian manajemen


resiko”.https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-manajemen-risiko.html
[diakses 29 april 2019]
Harvey, J., n.d. Introduction to managing risk. [Online] Available
at:http://www.cimaglobal.com/Documents/ImportedDocuments/cid_tg_intro_to_managing_ri
st.apr07.pdf
[Accessed 29 April 2019].
Wikipedia. (2019).”Menegement resiko”.https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko
[Diakses 29 april 2019]

CRMS INDONESIA “5 indikator manajemen risiko dalam operasional perusahaan”.


http://crmsindonesia.org/publications/5-indikator-manajemen-risiko-dalam-operasional-
perusahaan/
[Diakses 3 Mei 2019]

Working paper Andi Nurzakiah (March 2016) “manajemen risiko di rumah sakit”
https://www.researchgate.net/publication/298649240_MANAJEMEN_RISIKO_DI_RUMAH_SAKI
T [diakses 05 Mei 2019]

“Manajemen Risiko Ristekdikti” https://itjen.ristekdikti.go.id/wp-


content/uploads/2016/04/Manajemen-Risiko_Ristekdikti.pdf
[diakses 05 Mei 2019]

Anda mungkin juga menyukai