Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH K3RS

“MANAJEMEN RISIKO K3 DALAM KESELAMATAN PASIEN DAN


PERAWAT”

Disusun Oleh

BAYU SETIAJI 21142019001.P


YUNI AMELIANA 21142019006.P
HERMALITA 21142019025.P
FAZAR NUGROHO 21142019026.P
DARMANTO 21142019027.P
ENDANG SETIAWATI 21142019029.P
MARTINI 21142019031.P
NAYA ZULAIKA 21142019032.P
HARI FATKHURROZI 21142019036.P
JOKO ANDANI 21142019038.P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puja dan puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunian-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Manajemen Risiko K3 dalam Keselamatan Pasien dan
Perawat” dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan yang.
Makalah ini juga disusun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dapat mempermudah pembuatan makalah ini. Untuk itu, saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi atau yang telah
berperan dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan inspirasi terhadap pembaca, serta terhadap diri saya sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palembang, 15 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II ISI.........................................................................................................3
2.1 Definisi Risiko....................................................................................3
2.2 Definisi Dampak.................................................................................4
2.3 Definisi Manajemen Risiko................................................................5
2.4 Prinsip Manajemen Risiko..................................................................7
2.5 Tujuan Umum Manajemen Risiko.....................................................10
2.6 Risiko yang ada di RS........................................................................11
2.7 Manfaat Manajemen Risiko................................................................14
2.8 Proses Manajemen Risiko..................................................................15
2.9 Definisi Analisis Risiko......................................................................23
2.10 Alat untuk Analisis Risiko..................................................................24
2.11 Evaluasi Risiko...................................................................................25
2.12 Penanganan Risiko.............................................................................26
BAB III PENUTUP..........................................................................................28
3.1 Kesimpulan.........................................................................................28
3.2 Saran...................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak
aman dan berisiko terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, baik dari ruang
lingkup yang paling kecil bahkan sampai dengan Rumah Sakit sekalipun.
Risiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam sarana
pelayanan kesehatan, mulai dari pasien, pengunjung sarana kesehatan, maupun
petugas kesehatan. Risiko atau kejadian yang tidak diharapkan terjadi bukan
karena adanya unsur kesengajaan, tetapi karena rumitnya pelayanan kesehatan.
Banyak faktor yang berpengaruh, sebagai contoh tidak tersedianya SDM yang
kompeten, kondisi fasilitas, ketersediaan obat, dan peralatan kesehatan yang
tidak memenuhi standar.
Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cidera yang tidak
diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan pemberian obat, kesalahan
identifikasi, kondisi fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun akibat
penyelenggaraan kegiatan pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak
memperhatikan aspek keselamatan. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam
pelayanan kesehatan perlu diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk
mengupayakan keselamatan pasien, pengunjung dan masyarakat yang dilayani.
Keselamatan pasien di RS adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan risiko?
2. Apa yang dimaksud dengan dampak?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko?
4. Apa saja prinsip manajemen risiko?
5. Apa tujuan umum manajemen risiko?
6. Apa saja risiko yang ada di RS?
7. Apa manfaat manajemen risiko?
8. Bagaimana proses manajemen risiko?
9. Bagaimana analisis risiko?
10. Apa saja alat yang digunakan untuk analisis risiko?
11. Bagaimana evaluasi risiko?
12. Bagaimana penanganan risiko?

1.3 Tujuan
1 Mengetahui definisi risiko.
2 Mengetahui definisi dampak.
3 Mengetahui definisi manajemen risiko.
4 Mengetahui prinsip-prinsip manajemen risiko.
5 Mengetahui tujuan umum manajemen risiko.
6 Mengetahui risiko yang ada di RS.
7 Mengetahui manfaat manajemen risiko.
8 Mengetahui proses manajemen risiko.
9 Mengetahui analisis risiko.
10 Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk analisis risiko.
11 Mengetahui cara evaluasi risiko.
12 Mengetahui penanganan risiko.
13 Memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan”.

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi Risiko


Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara
alami di dalam suatu situasi. Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan,
properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Secara umum
risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa
diluar yang diharapkan. Jadi, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang
akan berdampak pada tujuan.
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut
pandang yang tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya :
1. Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk).
Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome), yaitu kerugian.
2. Risiko terhadap benda dan manusia. Dimana risiko terhadap benda
adalah risiko yang menimpa benda, seperti rumah terbakar, sedangkan
risiko terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti,
cidera kematian.
3. Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular
risk). Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat
timbul pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat
disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya,
contoh risiko fundamental : bencana alam, peperangan. Risiko khusus
adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa
dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan.
Risiko hanya dapat ditangani dengan baik apabila ada kejelasan
sasaran. Sasaran atau target yang jelas harus memenuhi kriteria SMART,
yaitu :
1. Specific (Spesifik / Khusus)
Spesifik adalah sasaran yang harus jelas. Suatu sasaran yang
ditentukan dengan jelas akan memiliki kesempatan pencapaian yang

3
lebih tinggi dibandingkan dengan sasaran yang ditentukan secara umum
dan luas. Untuk membuat sasaran yang spesifik, bisa menggunakan
rumus 5W + 1H.
2. Measureable (Dapat Diukur)
Sasaran yang ditentukan harus dapat diukur dengan menggunakan
indikator yang tepat sehingga dapat melakukan peninjauan ulang,
mengevaluasi pencapaiannya serta dapat melakukan tindakan-tindakan
perbaikan yang seperlunya. Pengukuran harus berupa nilai-nilai
kuantitatif yang berbentuk angka-angka berdasarkan fakta-faktanya.
3. Attainable (Dapat Dicapai)
Sasaran yang ditentukan harus dapat dicapai melalui usaha-usaha
yang menantang dan harus berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Tim
harus mengetahui dimana letak kemampuannya dan mempertimbangkan
kinerja sekarang dengan kinerja yang sifatnya sempurna. Dari kinerja
sekarang sampai ke kinerja sempurna harus dilakukan secara bertahap,
dan sasaran yang ingin dicapainya juga harus ditetapkan secara bertahap
pula.
4. Realistic (Realistis)
Sasaran yang ditentukan harus bersifat realistis, jangan menentukan
Target yang terlalu tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Harus
mengetahui batas kemampuan dari tim untuk mencapai sasaran yang
ditentukan.
5. Timebound (Batas Waktu)
Harus menetapkan batas waktu dalam mencapai sasaran. Tanpa
adanya batas waktu, tim akan bekerja lambat dan tidak ada perasaan
urgensi (mendesak) sehingga sangat sulit untuk mencapai sasaran yang
diinginkan.

2.2 Definisi Dampak


Dampak merupakan hasil dari suatu cidera yang menyebabkan
kerugian atau kecelakaan terhadap setiap individu. Dampak ini terjadi tepat
pada sasaran yang akan berakibat fatal menyebabkan suatu kerugian.

4
Secara umum terdapat 3 bentuk kerugian, yaitu :
1. Property loss adalah kerugian yang bersifat materil (harta benda), terdiri
dari :
a. Direct loss : kerugian yang dibebankan langsung ke propertinya.
b. Indirect loss : secara tidak langsung tidak berkaitan dengan
propertinya.
c. Productivity loss => kesempatan produktifitas jadi hilang.
2. Liabilities adalah kerugian karena harus menanggung kerugian orang
lain (karena kewajiban. Liabilities hanya berbentuk direct loss saja.
3. Personel Loss adalah kerugian manusia (bisa cidera atau meninggal
dunia).
a. Direct loss : masuk rumah sakit.
b. Indirect loss : biaya ambulan, produktifitas dari orang yang
berhubungan dan yang terlibat kecelakaan ikut menurun.

2.3 Definisi Manajemen Risiko


Manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan digunakan untuk
memberikan lingkungan yang aman dan efektif bagi pasien, pengunjung,
dan karyawan sehingga dapat mencegah dan mengurangi kerugian institusi.
Pontensial menjadi fokus kegiatan manajemen risiko (Pozgar, 2007, Carol,
2009) termasuk biaya (Dukers, 2009).
Berikut ini definisi manajemen risiko menurut beberapa para ahli :
1. Smith, 1990 : Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses
identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek
yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan
tersebut.
2. Clough and Sears, 1994 : Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu
pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang
menimbulkan kerugian.
3. Menurut William, 1995 : Manajemen risiko juga merupakan suatu
aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,

5
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada
sebuah organisasi.
4. Menurut Dorfman, 1998 : Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu
proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu
kerugian.
Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen risiko adalah aktivitas organisasi terkoordinir, mengarahkan,
dan mengendalikan yang berkaitan dengan pengelolaan risiko. Manajemen
risiko juga menyangkut identifikasi atas kemungkinan risiko yang akan
dihadapi, dan berusaha melakukan proteksi agar pengaruh risiko tersebut
dapat diminimalisasi bahkan ditiadakan sama sekali.
Terdapat 4 syarat utama untuk menjalankan manajemen risiko, yaitu :
1. Kebijakan Manajemen Risiko
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan
kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya
untuk apa, dan komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan
dengan konteks strategi, tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan
sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manajemen akan memastikan
bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti, dan dapat
diimplementasikan disetiap tingkatan organisasi.
2. Perencanaan dan Pengelolaan Hasil
1) Komitmen Manajemen
Organisasi harus dapat memastikan bahwa :
a. Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah
sesuai dengan standar.
b. Hasil/performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke
manajemen organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau
(review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan
keputusan.
2) Tanggung Jawab dan Kewenangan
Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar anggota yang
dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja di dalam

6
manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-
hal sebagai berikut :
a. Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.
b. Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada
batas yang masih dapat diterima.
c. Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan
manajemen risiko.
d. Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
e. Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
f. Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3) Sumber Daya Manusia
Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan
kompetensi SDM yang diperlukan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan
manajerial,dan lain sebagainya.
3. Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem
manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi.
Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung pada filosofi,budaya
dan struktur dari organisasi tersebut.
4. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik,harus
dapat memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang
dilakukan dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap
berikutnya.

2.4 Prinsip Manajemen Risiko


Menurut ISO 31000, manajemen risiko suatu organisasi harus
mengikuti 11 prinsip dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut
penjabaran prinsip-prinsip tersebut :

7
1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (creates value)
Manajemen risiko berkontribusi terhadap pencapaian nyata objektif
dan peningkatan, antara lain kesehatan dan keselamatan manusia,
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, penerimaan publik,
perlindungan lingkungan, kinerja keuangan, kualitas produk, efisiensi
operasi, serta tata kelola dan reputasi perusahaan.
2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an
integral part of organizational processes)
Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan
merupakan suatu bagian integral dalam proses normal organisasi seperti
juga merupakan bagian dari seluruh proses proyek dan manajemen
perubahan. Manajemen risiko bukanlah merupakan aktivitas yang
berdiri sendiri yang terpisah dari aktivitas-aktivitas utama dan proses
dalam organisasi.
3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of
decision making)
Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil
keputusan dengan informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat
membantu memprioritaskan tindakan dan membedakan berbagai pilihan
alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat membantu
memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu
penanganan risiko telah memadai dan efektif.
4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly
addresses uncertainty)
Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan
bagaimana menanganinya.
5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu
(systematic, structured and timely)
Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap
manajemen risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang
konsisten, dapat dibandingkan, serta andal.

8
6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on
the best available information)
Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber
informasi seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan
pertimbangan pakar. Meskipun demikian, pengambil keputusan harus
terinformasi dan harus mempertimbangkan segala keterbatasan data atau
model yang digunakan atau kemungkinan perbedaan pendapat antar
pakar.
7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)
Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan
internal organisasi serta profil risikonya.
8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes
human and cultural factors into account)
Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan
tujuan pihak- pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau
malah menghambat pencapaian tujuan organisasi.
9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and
inclusive)
Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil
keputusan, dengan sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan
organisasi, memastikan manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti
perkembangan. Pelibatan ini juga memungkinkan pemangku
kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan sudut
pandangnya dalam menentukan kriteria risiko.
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap
perubahan (dynamic, iterative and responsive to change)
Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal,
perubahan konteks dan pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan
dan peninjauan, risiko-risiko baru bermunculan, sedangkan yang ada
bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu organisasi harus memastikan
bahwa manajemen risiko terus menerus memantau dan menanggapi
perubahan.

9
11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan
berkelanjutan organisasi (facilitates continual improvement and
enhancement of the organization)
Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan
strategi untuk memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka
bersama aspek-aspek lain dalam organisasi mereka.

2.5 Tujuan Umum Manajemen Risiko


1. Mencegah dan mengurangi risiko potensial.
2. Melakukan antisipasi/bersiap-siap sebagai respons dan perbaikan jika
risiko menjadi kenyataan: mengendalikan derajat kerusakan, cidera,
beban, kehilangan, atau kejadian negatif seminimal mungkin.
3. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat
pencapaian tujuan perusahaan.
4. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas
risiko yang ada pada proses bisnis dan fungsi dalam perusahaan.
5. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko
kerugian, menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan
bersaing dan juga keunggulan kinerja perusahaan.
6. Mendorong setiap perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan
nilai perusahaan.
7. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai
risiko dan pentingnya pengelolaan risiko.
8. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat
risiko yang digambarkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi
manajemen dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses
manajemen risiko secara terus menerus dan berkesinambungan.

10
2.6 Risiko yang ada di RS
Secara umum risiko bahaya di rumah sakit dapat dikelompokkan dalam
5 kelompok sebagai berikut :
1. Risiko Bahaya Fisik
1) Resiko bahaya mekanik :
a. Benda-benda lancip, tajam dan panas dengan risiko bahaya
tertusuk, terpotong, tergores, dan lain-lain. Contohnya tertusuk
jarum suntik.
b. Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Contohnya
kereta dorong untuk mengangkut pasien dan barang-barang
logistik. Risiko yang dapat terjadi adalah pasien jatuh dari
brankart/tempat tidur, terjepit /tertabrak kereta dorong, dan lain-
lain.
c. Risiko terjepit, tertimbun dan tenggelam.
d. Risiko jatuh dari ketinggian, terpeleset, tersandung, dan lain-
lain.
2) Risiko bahaya radiasi :
a. Bahaya radiasi pengion adalah radiasi elektromagnetik atau
partikel yang mampu menghasilkan ion langsung atau tidak
langsung. Contoh di rumah sakit : diunit radiodiagnostik,
radiotherapi dan kedokteran nuklir.
b. Bahaya radiasi non pengion adalah radiasi elektromagnetik
dengan energi yang tidak cukup untuk ionisasi, misal radiasi
infra merah atau radiasi gelombang mikro.
3) Risiko bahaya akibat kebisingan adalah kebisingan akibat alat kerja
atau lingkungan kerja yang melebihi ambang batas tertentu. Resiko
ini mungkin berada di ruang boiler, generator listrik, dan peralatan
yang menggunakan alat-alat cukup besar dimana tingkat
kebisingannya tidak dipantau dan dikendalikan.
4) Risiko bahaya akibat pencahayaan adalah pencahayaan pada
lingkungan kerja yang kurang atau berlebih.

11
5) Risiko bahaya listrik adalah bahaya dari konsleting listrik dan
kesetrum arus listrik.
6) Risiko bahaya akibat iklim kerja adalah berupa suhu ruangan dan
tingkat kelembaban.
7) Risiko bahaya akibat getaran adalah resiko yang tidak banyak
ditemukan di rumah sakit tetapi mungkin masih ada terutama pada
kedokteran gigi yang menggunakan bor dengan motor listrik dan
pada bagian housekeeping / rumah tangga yang menggunakan mesin
pemotong rumput (bagian taman).
2. Risiko Bahaya Biologi
1) Risiko dari kuman-kuman patogen dari pasien (nosokomial).
2) Risiko dari binatang (tikus, kecoa, lalat, kucing, dan lain-lain).
3. Resiko Bahaya Kimia
1) Desinfektan, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk
dekontaminasi lingkungan dan peralatan di rumah sakit, seperti
mengepel lantai, desinfeksi peralatan, permukaan peralatan dan
ruangan.
2) Antiseptik, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan
mencuci permukaan kulit pasien, seperti alkohol, iodine povidone,
dan lain-lain.
3) Detergen, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen
dan peralatan lainnya.
4) Reagen, yaitu  zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium klinik dan patologi anatomi.
5) Obat-obat sitotoksik, yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk
pengobatan pasien.
6) Gas medis, yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan
bahan penunjang pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide,
nitrogen, nitrit oxide, nitrous oxide, dan lain-lain.

12
4. Risiko Bahaya Fisiologi / Ergonomi
Risiko ini terdapat pada hampir seluruh kegiatan di rumah sakit,
berupa kegiatan : angkat dan angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian
antara peralatan kerja dan ukuran fisik pekerja.
5. Risiko Bahaya Psikologi
Risiko ini juga dapat terjadi di seluruh rumah sakit, berupa ketidak
harmonisan hubungan antar manusia didalam rumah sakit, baik sesama
pekerja, pekerja dengan pelanggan, maupun pekerja dengan pimpinan.

 Faktor Risiko K3 Didalam dan Diluar gedung RS


1. Faktor Risiko K3 Didalam RumahSakit
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan
pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia
yang toksik , peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis
besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan
dapat digolongkan dalam :
a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah
terbakar atau meledak (obat–obatan).
b. Bahan beracun, korosif dan kaustik.
c. Bahaya radiasi .
d. Pencahayaan.
e. Syok akibat aliran listrik.
f. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam . Cth :
Ampul Obat, Jarum Suntik,
g. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
2. Faktor Resiko K3 Diluar Rumah Sakit
Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau
instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
a. Ruang bangunan dan halamanRS.
b. Lingkungan bangunanRS.
c. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir.

13
d. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak
becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju
ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air
masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
e. Pencahayaan Faktor-Faktor Risiko K3 di LuarGedung
f. Kebisingan
g. Kebersihan
h. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah
i. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan
j. Tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus
disediakan tempat sampah.
k. Selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara
kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
l. Jalur lalu lintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harusdipisahkan.
m. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefinisikan : Polutan, Limbah terkendali, Limbah khusus.
n. Kriteria limbah berbahaya.

2.7 Manfaat Manajemen Risiko


1. Pengendalian terhadap timbulnya adverse event.
2. Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum suatu
masalah terjadi.
3. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas.
4. Efisiensi.
5. Mempererat hubungan stakeholders.
6. Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan
keputusan.
7. Memperbaiki citra.
8. Proteksi terhadap tuntutan.
9. Akuntabilitas, jaminan, dan governance.
10. Meningkatkan personal health and well being.

14
2.8 Proses Manajemen Risiko
Prinsip-prinsip manajemen risiko adalah landasan paradigma untuk
melaksanakan secara efektif kerangka kerja dan proses manajemen risiko
disetiap tingkatan organisasi.
Efektivitas kerangka kerja manajemen risiko sebagai pondasi dan tata
kerja integrasi proses manajemen risiko akan menentukan keberhasilan
proses manajemen risiko organisasi diseluruh tingkatan organisasi.
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk
terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan
peluang yang berhubungan, serta meningkatkan kemampuan organisasi
untuk memberikan nilai tambah.
Menurut COSO komponen proses manajemen risiko dibagi menjadi 8,
yaitu:
1. Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana Instansi
Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management
philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-
perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau
penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur
organisasi, dan pendelegasian wewenang.
2. Objective setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari
organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola
risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan
activity objective.
3. Event identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik
yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang
mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian
tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula
sebaliknya atau negative (risks).
4. Risk assessment (Penilaian risiko)

15
Komponen ini menilai sejauh mana dampak dari events (kejadian
atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya
dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat
dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau
peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko).
Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi
merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
5. Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk
response dari organisasi dapat berupa:
a. Voidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang
menyebabkan risiko.
b. Reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood
atau impact dari risiko.
c. Sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau
sebagian dari risiko dengan pihak lain.
d. Acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang
kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan
(policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response
terlaksana dengan efektif. Aktivitas pengendalian memerlukan
lingkungan pengendalian yang meliputi : integritas dan nilai etika,
kompetensi, kebijakan dan praktik-praktik SDM, budaya organisasi,
filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, serta
wewenang dan tanggung jawab.
7. Information and communication (Informasi dan komunikasi)
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang
relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi
dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat
komunikasi.

16
Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang
ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi :
appropriate, timely, current, accurate, dan accessible. Arah komunikasi
dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa
diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media
elektronis.
8. Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing)
maupun terpisah (separate evaluation). Aktivitas monitoring ongoing
tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin
lainnya. Sedangkan monitoring separate evaluation biasanya dilakukan
untuk penugasan tertentu. Pada monitoring ini ditentukan scope tugas,
frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti
reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan
berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor
seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan
laporan, dan arahan bagi pelaporan.
Dalam tatanan klinis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai
upaya penerapan manajemen risiko, yaitu :
1. Langkah 1 : Menetapkan konteks
Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko
selanjutnya. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area
keperawatan kritis antara lain :
a. Adanya konteks manajemen risiko pada area kritis.
Contoh : Dengan data banyaknya kejadian VAP (Ventilator
Associated Pneumonia) di area kritis, maka perlu dibuat protab untuk
menekan angka kejadian VAP bagi pasien yang terpasang ventilator.
b. Adanya risk kriteria pada area kritis.
Contoh : dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering dirawat
di area keperawatan kritis.

17
c. Adanya peta risiko korporat di area kepereawatan kritis (gunakan
pendekatan masukan, proses, keluaran).
Contoh : ada laporan tentang kondisi pasien mulai dari masuk
ruangan, proses perawatan, sampai akhir proses perawatan dan pasien
meninggalkan ruangan tersebut.
2. Langkah 2 : Identifikasi bahaya
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain :
a. Adanya risiko K3 pada area keperawatan kritis.
Contoh : jika suatu rumah sakit belum memiliki oksigen sentral,
maka perlu diantisipasi adanya tabung oksigen yang jatuh dan bisa
menimpa pasien.
b. Adanya registrasi risiko yang ada pada area keperawatan kritis
Risk register mencatat semua sumber bahaya, lokasi, tingkat
risiko dan rencana pengendaliannya. Contoh : pada kasus VAP,
sumber bahaya bisa dari pemakaian ventilator dalam jangka waktu
lama, petugas kesehatan yang tidak melakukan prosedur cuci tangan
saat dan setelah melakukan intervensi ke pasien, serta aktivitas lain
yang bisa menjadi faktor risiko VAP, serta rencana pengendaliannya
harus dicatat dan perlu dijadikan suatu protab yang harus dipatuhi
oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada pada area keperawatan kritis.
3. Langkah 3 : Penilaian risiko
Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat risiko,
pertimbangan tingkat bahaya, dan mengevaluasi apakah sumber bahaya
dapat dikendalikan atau tidak, dengan memperhitungkan segala
kemungkinan yang terjadi. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian
di area keperawatan kritis antara lain :
1) Adanya penilaian risiko untuk setiap bahaya yang ada.
2) Terdapat risk matrix.
Untuk mengidetifikasi potensi kerugian gunakan tabel matriks
kualitatif. Menentukan Nilai probabilitas kerugian menggunakan 3
kategori : Critical, Very Serious and Less Serious.

18
Analisa matrik grading risiko (KKP-RS, 2008) : Penilaian matriks
risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan
derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
 Dampak (Consequences)
Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah seberapa berat
akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai
meninggal.
 Probabilitas (Frekuensi /Likelihood)
Penilaian tingkat probabilitas/frekuensi risiko adalah seberapa
seringnya insiden tersebut terjadi.

Tabel 1 : Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity

Tabel 2 : Penilaian Probabilitas / Frekuensi

19
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam
Tabel Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan
mencari warna bands risiko :
1) Skor Risiko
Cara menghitung skor risiko :

SKOR RISIKO = DAMPAK X PROBABILITY


Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko
(tabel 3) :
 Tetapkan frekuensi pada kolom kiri.
 Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan.
 Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara
frekuensi dan dampak.

Tabel 3 Grading Matriks Risiko

2) Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam 4
warna yaitu : biru, hijau, kuning dan merah. Warna “bands” akan
menentukan Investigasi yang akan dilakukan :
 Bands biru dan hijau : Investigasi sederhana.

20
 Bands kuning dan merah : Investigasi Komprehensif atau RCA
(Root causes Analysis).

Warna Bands : Hasil pertemuan antara nilai dampak yang diurut


kebawah dan nilai probabilitas yang diurut kesamping kanan.

Tabel 4 Tindakan Sesuai Tingkat & Bands Risiko

Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian


seperti ini di RS X terjadi pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn
lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
3) Adanya risk profile atau risk mapping
Misalnya : di ruang ICU harus ada pemetaan jenis kuman yang
berkembang.
4. Langkah 4 : Analisa risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain adanya analisa secara kualitatif atau kuantitatif terhadap
setiap risiko di area keperawatan kritis.

21
5. Langkah 5 : Pengendalian risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis, yaitu adanya langkah pengendalian sampai risiko mencapai batas
yang dapat diterima.
Langkah pengendalian risiko merupakan eliminasi bahaya dengan
desain dan metode penilaian resiko yang sesuai. Semua risiko harus
dikurangi ke arah tingkat As Low As Reasonable Practical (ALARP).
Berikut ini langkah pengendalian risiko yang bisa diterapkan dalam area
keperawatan kritis :
1) Pencegahan pada sumbernya
Misalnya : pada kasus VAP, angka kejadian VAP bisa ditekan
dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap semua faktor risiko
yang bisa menyebabkan VAP, diantaranya : membuat protab cuci
tangan yang benar, teknik suctioning yang tepat, dll.
2) Proteksi akibat dari bahaya.
3) Tanggap darurat.
4) Belajar dari kasus sebelumnya
6. Langkah 6 : Komunikasi risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain :
1) Adanya pola komunikasi semua risiko kepada pihak terkait.
2) Adanya media untuk menyebarkan hasil ke seluruh pihak terkait
dengan kegiatan
7. Langkah 7 : Dokumentasi manajemen risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara lain :
1) Adanya dokumen semua program manajemen risiko.
Misalnya : adanya pelaporan untuk setiap angka kejadian VAP.
2) Adanya dokumen hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian yang dilakukan.
8. Langkah 8 : Implementasi manajemen risiko

22
Contoh program yang bisa dilakukan di area keperawatan kritis
antara lain :
1) Implementasikan semua hasil pengendalian risiko dalam setiap
tahapan aktivitas.
2) Adanya program pengendalian risiko dalam rencana kerja

2.9 Definisi Analisis Risiko


Analisis risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan
menentukan peringkat risiko Tujuan dari analisis risiko adalah untuk
membedakan risiko minor yang dapat diterima dari risiko mayor, dan untuk
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan risiko.
Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko, dan
konsekuensinya. Faktor yang mempengaruhi konsekuensi dapat
teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi
konsekuensi dan perhitungan terhadap program pengendalian yang selama
ini sudah dijalankan.
Analis pendahuluan dapat dibuat untuk mendapatkan gambaran seluruh
risiko yang ada, kemudian disusun secara berurut. Risiko-risiko yang kecil
untuk sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko
yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.
Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan untuk analisis misalnya,
seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri /
professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST).
Jenis-jenis analisis :
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif
untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur.
Analisis kualitatif digunakan untuk kegiatan skrining awal pada risiko
yang membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam.
Hasil risiko dapat termasuk dalam :
 Risiko rendah
 Risiko sedang

23
 Risiko tinggi
2. Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan
diatas diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan
derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya
suatu risiko mempunyai tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi,
kemudian diberi nilai 100, setelah itu dilihat tingkat konsekuensi yang
dapat terjadi sangat parah, lalu diberi nilai 50. Maka tingkat risiko
adalah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian
dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada.
Kehati-hatian harus dilakukan dalam menggunakan analisis semi-
kuantitatif, karena nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan
kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan
akan sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan tim ahli dalam
analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko. Oleh karena
itu, kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang
terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan background, tentu saja juga
melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi.
3. Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas
dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada.
Konsekuensi dapat dihitung dengan menggunakan metode modeling
hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan mempekirakan
kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya
(exposure dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan
konsekuensi) kemudian digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang
ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada.

2.10 Alat untuk Analisis Risiko


1. Severity assessment (penilaian dampak) – memilih insiden yang akan
diinvestigasi.
2. Root Cause Analysis (Analisis Akar Masalah)

24
3. Failure mode and effect analysis.
4. Hazard and Operability Study (HAZOPS)
5. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
6. Fault Tree Analysis (FTA)
7. Event Tree Analysis (ETA)
8. Job Hazard Analysis (JHA)

2.11 Evaluasi Risiko


Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah suatu risiko dapat
diterima/ditoleransi atau tidak. Tujuan utama evaluasi risiko, yaitu
menyusun daftar prioritas risiko, untuk mengatur alokasi sumber daya, baik
finansial maupun non finansial.
Kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya
risiko dievaluasi. Kriteria penyusunan prioritas dapat menggunakan
peringkat risiko, dampak yang terjadi pada sasaran organisasi (strategic atau
operational), dan sesuai dengan skor dan grading.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG

LEVEL TOTAL SKOR


Rendah 1-3
Sedang 4-6
Tinggi 8-12
Extreme 15-25

Hasil evaluasi risiko diantaranya adalah :


1. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
2. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangani.
3. Gambaran tentang kerugian yang mungkin terajdi baik dalam parameter
biaya ataupun parameter lainnya.
4. Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.

25
2.12 Penanganan Risiko
Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap
risiko yang mungkin terjadi. Metode yang dipakai dalam menangani risiko :
1. Proses untuk memodifikasi risiko. 
2. Menahan risiko (Risk retention) merupakan bentuk penanganan risiko
yang mana akan ditahan atau diambil sendiri oleh suatu pihak. Biasanya
cara ini dilakukan apabila risiko yang dihadapi tidak mendatangkan
kerugian yang terlalu besar atau kemungkinan terjadinya kerugian itu
kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi risiko tersebut
tidak terlalu besar dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh.
3. Mengurangi risiko (Risk reduction), yaitu tindakan untuk mengurangi
risiko yang kemungkinan akan terjadi dengan cara :
a. Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam menghadapi
risiko.
b. Perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan.
c. Perlindungan terhadap orang dan properti.
3. Mengalihkan risiko (Risk transfer). Pengalihan ini dilakukan untuk
memindahkan risiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan risiko yang
dimaksud adalah asuransi dengan membayar premi.
4. Bentuk-bentuk penanganan risiko dengan 2 pendekatan, yaitu:
a. Pengendalian risiko (risk control), risiko sedapat mungkin dihindari
karena rumah sakit tidak berani mengambil risiko, dijalankan dgn
metode berikut:
 Menolak melaksanakan kegiatan, walaupun hanya sementara.
 Segera menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung
risiko.
 Mengendalikan kerugian dengan pencegahan dan pengurangan
terhadap kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan
kerugian dgn cara: merendahkan peluang untuk terjadinya
kerugian dan mengurangi keparahan jika kerugian terjadi.

26
b. Pembiayaan risiko (risk financing) meliputi:
 Pemindahan risiko (risk transfer) misalnya melalui pembelian
asuransi.
 Menanggung risiko (risk retention).
 Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh rumah sakit.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu layanan kesehatan yang digunakan
untuk meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan. Tujuannya adalah
untuk mempermudah tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan,
dan juga untuk menghindari risiko cidera baik bagi pasien, pengunjung,
maupun tenaga kesehatan itu sendiri. Proses manajemen risiko :
1. Menetapkan konteks
2. Identifikasi bahaya/risiko
3. Analisa risiko
4. Penilaian/evaluasi risiko
5. Pengendalian risiko
6. Komunikasi risiko
7. Dokumentasi manajemen risiko
8. Implementasi manajemen risiko
3.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan harus adanya komunakasi,
kolaborasi, motoring, konsolidasi dengan sesama tenaga kesehatan, agar
terciptanya manajemen risiko yang berjalan dengan baik dan kondusif.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/35891269/
PEDOMAN_KESELAMATAN_PASIEN_DAN_MANAJEMEN_RISIKO_PEM
ERINTAH_KABUPATEN_SAMBAS_UPT_PUSKESMAS_TEKARANG,

https://www.researchgate.net/publication/
298387368_Manajemen_Risiko_Rumah_Sakit,

https://ilmumanajemenindustri.com/menggunakan-prinsip-smart-goal-
dalam-menentukan-target-proyek/,

https://www.researchgate.net/publication/
298670855_contoh_kasus_manajemen_resiko_RS,.

https://thidiweb.com/pengertian-manajemen-resiko/, diakses pada tanggal


09 Desember 2018.

http://ivan.lanin.org/sebelas-prinsip-manajemen-risiko-menurut-iso-
31000/,

https://www.pelajaran.id/2017/14/pengertian-manajemen-risiko-tujuan-
ruang-lingkup-dan-proses-manajemen-risiko.html,
http://standarmfk.blogspot.com/2016/10/pengendalian-resiko-bahaya-di-
rumah.html,
http://f1reall.blogspot.com/2017/12/severity-assessment-adalah-
matriks.html,

https://katigaku.top/2014/09/27/prinsip-manajemen-dan-jenis-analisis-
risiko-keselamatan-kerja/,

http://www.academia.edu/35737328/Prinsip_dasar_Risk_Management.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai