Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

”MANAJEMEN RISIKO K3”

Dosen Penggampu : INDAH ADE PRIANTI, S.K.M, M.P.H

Disusun oleh:

ANNISYA INDRIYANI TASYA


J1A120273
K3B

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Yang berjudul
“Manajemen Risiko K3” tepat waktu.

Makalah “Manajemen Risiko K3” disusun guna memenuhi tugas yang


diberikan Dosen Penggampu Ibu Indah Ade Prianti, S.K.M, M.P.H. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang “Manajemen Risiko K3”

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen Penggampu


Ibu Indah Ade Prianti, S.K.M, M.P.H. Semoga Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penyusun.

Kendari, 03 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Konsep Dasar Manejemen Risiko K3 ................................................ 3
B. Potensi Bahaya & Risiko Bahaya di Tempat Kerja ............................ 10
C. Analisis & Evaluasi Risiko K3 ........................................................... 13
D. Teknik Identifikasi Bahaya ................................................................. 18
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 22
A. Kesimpulan ......................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.
Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan
cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada.
Dalam dunia kerja dibutuhkan perhatian khusus terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan suatu bentuk promosi dalam mensejahterakan, melindungi dan
meningkatkan derajat tenaga kerja di tempat kerja. Keselatamatan dan
kesehatan kerja memiliki peranan penting dalam melindungi tenaga kerja
dari bahaya yang dapat menimbulkan masalah Kesehatan (Brillyanto &
Indah Pratiwi, 2017)
Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
suatu upaya dalam mengelola risiko K3 secara terstruktur dan terencana ke
dalam suatu sistem untuk mencegah terjadinya kecelakan kerja [8].
Manajemen risiko K3 merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan
oleh perusahaan yang mana bahwa penerapan K3 dapat memberikan
jaminan perlindungan pekerja. Dengan di terapkannya K3 akan memiliki
dampak positif kepada pekerjanya di lingkungan kerja.
Manajemen Risiko juga didefinisikan sebagai proses,
mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan
strategi untuk mengelolah risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko
akan melibatkan proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer

1
proyek maksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan
minimasi probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar manajemen rissiko K3?
2. Bagaimana potensi bahaya & risiko bahaya di tempat kerja?
3. Bagaimana Analisis dan Evakuasi Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja?
4. Bagaimana teknik identifikasi bahaya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep dasar manajemen
risiko K3?
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana potensi bahaya & risiko
bahaya di tempat kerja?
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Analisis dan Evakuasi
Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana teknik identifikasi bahaya?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Risiko K3


1. Pengertian Konsep Mengenai Manajemen Risiko K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan kondisi-
kondisi dan faktor–faktor yang berdampak atau dapat berdampak pada
kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk
pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) di suatu
lingkungan tempat kerja. Manajemen Risiko K3 merupakan usaha yang
dilakukan secara sistematis, Berikut merupakan tahapan dalam
manajemen risiko K3 :
a. Identifikasi Risiko K3
b. Penilaian Risiko
c. Penerimaan Risiko
d. Penanganan risiko
e. Kepemilikan risiko
2. Fungsi Manajemen Risiko K3
Berikut beberapa fungsi dari manajemen risiko K3 yaitu :
a. Mencegah kerugian bagi perusahaan/organisasi
b. Mencegah kebangkrutan perusahaan/organisasi
c. Menciptakan nilai dan meningkatkan kinerja perusahaan
d. Manajemen risiko juga dapat diterapkan bagi perorangan, tim kerja,
keluarga. Dengan melakukan manajemen risiko secara perorangan,
maka dampak buruk yang ditimbulkan dari resiko dapat
diminimalisir
e. Menemukan kerugian potensial

3
f. Mengevaluasi kerugian potensial
g. Mengurangi peluang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
h. Memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai potensi
bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja
3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko K3
Berdasarkan Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004, tahapan
yang perlu dilakukan dalam menerapkan manajemen risiko K3, antara
lain:
a. Menentukan Konteks
Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat
visi misi Perusahaan, ruang lingkup bisnis perusahaan mulai dari
proses kerja awal sampai Akhir.
Untuk menentukan nilai tingkat keparahan, dapat digunakan
Tabel 1.1, Sehingga setiap kegiatan dapat dinilai tingkatan
kemungkinannya dalam Menimbulkan incident atau kerugian.

Likelihood/Probability Rating Deskripsi

Frequent 5 Selalu terjadi

Probable 4 Sering terjadi

Occasional 3 Kadang-kadang dapat terjadi

Unlikely 2 Mungkin dapat terjadi

Improbable 1 Sangat jarang terjadi

Untuk menentukan tingkatan nilai keparahan yang terjadi dari kegiatan


yang dilakukan,dapat menggunakan Tabel 1.2.

4
Severity Rating Deskripsi

Meninggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan


lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian financial
Catastrophic 5
yang sangat besar, biaya pengobatan > 50 juta.

Hilang hari kerja, cacat permanen/sebagian, kerusakan


lingkungan yang sedang, kerugian financial yang besar,
Major 4
biaya pengobatan < 50 juta.

Membutuhkan perawatan medis, terganggunya pekerjaan,


Moderate/
kerugian financial cukup besar, perlu bantuan pihak luar,
Serious 3
biaya pengobatan < 10 juta.

Penanganan P3K, tidak terlalu memerlukan bantuan dari


luar, biaya financial sedang, biaya pengobatan < 1 juta
Minor 2

Tidak mengganggu proses pekerjaan, tidak ada


cidera/luka, kerugian financial kecil, biaya pengobatan
Negligible 1
< 100 ribu.

Kemudian untuk skala tingkatan risiko dapat ditentukan dengan


menggunakan Tabel 1.3.

Risk Rank Deskripsi

17–25 Extreme High Risk–Risiko Sangat Tinggi

10–16 High Risk–Risiko Tinggi

5–9 Medium Risk–Risiko Sedang

1–4 Low Risk–Risiko Rendah

5
Konteks dari manajemen risiko ini akan dijalankan dalam
organisasi atau perusahaan untuk acuan langkah manajemen
risiko K3 yang selanjutnya.
b. Identifikasi Risiko
Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari
manajemen risiko K3 yang bertujuan untuk mengetahui semua
potensi bahaya yang ada pada suatu kegiatan kerja/proses kerja
tertentu.
Untuk cara melakukan identifikasi bahaya, antara lain:
1) Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi.
2) Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada
tahap akhir pekerjaan.
3) Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung
pada setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia,
mekanik, biologi, ergonomi, psikologi, listrik dan kebakaran.
4) Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan
dampak/kerugian yang dapat ditimbulkan dari potensi
bahaya tersebut.Dalam tahap ini dapat menggunakan metode
What – If.
5) Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
Metode yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi
bahaya, antara lain:
• Job Safety Analysis (JSA)
• Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
• Hazards and Operability Study (HAZOP)
• Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining
Control (HIRADC)

6
c. Penilaian Risiko
Analisa risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu
risiko dengan mempertimbangkan tingkat keparahan dan
kemungkinan yang mungkin terjadi. Analisa ini dilakukan
berdasarkan konteks yang telah ditentukan oleh perusahaan, seperti
tingkat kemungkinan pada Tabel 1.1, tingkat keparahan pada Tabel
1.2 dan skala tingkatan risiko pada Tabel 1.3.
Ukuran skala tingkatan risiko dinilai berdasarkan acuan konteks yang
telah dibuat pada tabel 1.4 :

Severity

Likelihood Negligible(1) Minor(2) Moderate(3) Major(4) Extreme(5)

Rare(1) Low(1x1) Low(1x2) Low(1x3) Low(1x4) Medium(1x5)

Unlikely(2) Low(2x1) Low(2x2) Medium(2x3) Medium(2x4) High(2x5)

Possible(3) Low(3x1) Medium(3x2) Medium(3x3) High(3x4) High(3x5)

Likely(4) Low(4x1) Medium(4x2) High(4x3) High(4x4) VeryHigh(4x5)

AlmostCertain(5) Medium(5x1) High(5x2) High(5x3) VeryHigh(5x4) VeryHigh(5x5)

Setelah setiap tahapan kerja diidentifikasi dan dianalisa tingkat


risikonya, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi
risiko.Evaluasi risiko dilakukan untuk menentukan apakah risiko dari
setiap tahapan kerja dapat diterima atau tidak.
Cara melakukan evaluasi risiko, antara lain:
1) Perusahaan/organisasi membuat kriteria risiko yang dapat diterima
(tingkat risiko low), tidak dapat diterima (tingkat risiko high dan
very high) dan dapat ditolerir (tingkat risiko medium).

7
2) Setiap tahapan kerja yang telah dianalisa dan diketahui tingkat
risikonya, maka lakukan evaluasi apakah tingkatan risiko tersebut
dapat diterima, tidak dapat diterima atau dapat ditolerir.
3) Jika tingkatan risiko yang ada tidak dapat diterima, maka perlu
dilakukan tindakan pengendalian risiko guna menurunkan
tingkatan risiko tersebut sampai tingkatan rendah atau dapat
ditolerir.
d. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan
menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko
berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang ada
sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir.
Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:
a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Engineering
d. Administratif Alat Pelindung Diri
e. Kepemilikan risiko
Flanagan dan Norman (1993) menyatakan untuk menentukan
tanggung jawab risiko, maka digunakan prinsip-prinsip sebagai berikut
pihak mana yang memiliki kontrol terbaik terhadap kejadian yang
menimbulkan risiko Pihak mana yang menangani apabila risiko itu
muncul Pihak mana yang mengambil tanggungjawab apabila risiko
tidak terkontrol dan Jika risiko diluar kontrol semua pihak, maka
dianggap sebagai risiko bersama

8
4. Metode Pendekatan Manajemen K3
a. Job Safety Analysis
Job Safety Analysis (JSA) masih dianggap oleh beberapa
pekerja hanya sebagai lembaran kertas yang berisi daftar
pekerjaan, bahaya, dan cara pengendaliannya saja. Walaupun
dianggap oleh para pekerja seperti itu JSA adalah suatu alat yang
penting untuk membantu para pekerja melakukan pekerjaan secara
aman dan efisien. JSA tidak hanya berfungsi untuk mencegah
pekerja dari kecelakaan kerja, tetapi JSA juga dapat melindungi
peralatan untuk bekerja dari kerusakan (Rofifah, 2020).
Menurut National Safety Council (NSC) JSA melibatkan
beberapa unsur yaitu :
1) Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik
2) Bahaya yang terdapat pada setiap pekerjaan
3) Pengendalian berupa prosedur kerja yang aman agar dapat
mengurangi bahkan menghilangkan bahaya pada setiap
langkah pekerjaan.
Penjelasan tentang penggunaan metode Job Safety Analysis
(JSA) menurut Friend dan Kohn (2006) dibagi menjadi berbagai
teknik yang digunakan yaitu :
• Metode observasi (pengamatan).
• Metode diskusi (konsultasi)
• Metode meninjau kembali prosedur yang sudah ada
• Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
Failure Mode diartikan sebagai sejenis kegagalan yang
mungkin terjadi, baik kegagalan secara spesifikasi maupun
kegagalan yang mempengaruhi konsumen. Dari failure mode ini

9
kemudian dianalisis terhadap akibat dari kegagalan dari sebuah
proses dan pengaruhnya terhadap perusahaan. FMEA disini
adalah FMEA Process untuk mendeteksi risiko yang
teridentifikasi pada saat proses (Zaki, 2019).
• Hazards and Operability Study (HAZOP)
HAZOP merupakan metode sistematis dan terstruktur yang
dapat menganalisa bahaya pada suatu sistem atau proses operasi
yang dapat menimbulkan risiko merugikan (Sabrina, Widharto,
2019).
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi bahaya dengan
menggunakan metode HAZOP antara lain:
a. Mengetahui urutan proses yang ada pada area penelitian.
b. Mengidentifikasi hazard yang ditemukan pada area penelitian.
c. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOP worksheet
(Sabrina, Widharto, 2019).
• HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment, and
Determining Control)
Sesuai dengan namanya, HIRADC terdiri dari 3 langkah
tahapan yaitu identifikasi bahaya (Hazard Identification),
penilaian risiko (Risk Assesment) dan pengendalian risiko (Risk
Control).
a. Identifikasi Bahaya
b. Penilaian Risiko.
c. Pengendalian Risiko
d.

B. Potensi Bahaya & Risiko Bahaya Di Tempat Kerja


1. Metode Pengukuran Potensi Bahaya & Risiko Bahaya Di Tempat Kerja

10
a. Konstruksi
Metode identifikasi merupakan teknik yang dikembangkan untuk
mengenal dan mengevaluasi berbagai bahaya yang dapat yang
terdapat dalam proses kerja beberapa metode yang dapat digunakan
dalam mengidentifikasi potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi
adalah sebagai berikut.
• JSA
• HIRADC
• FMEA
b. Pertambangan
Sektor pertambangan juga memiliki potensi dan resiko Bahaya
kecelakan kerja yang sangat banyak, sehingga perlunya
pengidentifikasian bahaya di pertambngan guna meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat merugikan keselamat pekerja dan
kerusakan materiall.Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return – ER) dengan
tingkat pengembalian aktual (actual return).Adapun beberapa resiko
bahaya di pertambangan, yakni:
• Bahaya Mekanis
• Bahaya Listrik
• Bahaya Kimiawi
• Bahaya Fisik

Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan


beberapa teknik, antara lain:
1) Preliminary Hazard Analysis (PHA)
2) ard Operability Study (HAZOPS)
3) Risk Based Inspection (RBI)

11
4) What-If
5) Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
6) Fault Tree Analysis (FTA) dan Event Tree Analysis (ETA)
7) Qualitative Risk Assessment
8) Semi-quantitative Risk Assessment
9) Quantitative Risk Assessment

c. Rumah Sakit

Potensi bahaya fisika yang teridentifikasi yaitu


pencahayaan, dengan melakukan perawatan terhadap pasien pada
siang hari. Potensi bahaya ergonomi yang teridentifikasi yaitu
melakukan restrain, memandikan pasien, dan mengganti pakaian
pasien. Dapat terjadi resiko bahaya nyeri punggung, nyeri sendi,
nyeri otot, dan luka memar dari postur tubuh yang salah
melakukan pekerjaan berulang dan mendapat serangan dari
pasien seperti terpukul dan tercakar. Potensi bahaya psikososial
yang teridentifikasi yaitu dinas malam yang melebihi 8 jam,
mengani pasien.

d. Industri
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi potensi bahaya dalam kegiatan industri adalah
sebagai berikut:
• What if/checklist
• HAZOPS
• FMEA
• FTA
• Event Tree Analysis (ETA)
• Job Hazard Analysis (JHA)

12
e. Perkantoran

Potensi bahaya karyawan perkantoran Karyawan


perkantoran atau sering disebut pekerja kerah putih (white collar
worker) adalah karyawan yang melakukan pekerjaanprofesional,
manajerial, atau administratif. Secara umum karyawan
perkantoran berhubungan dengan kerja pemikiran dan aktivitas
tulis menulis baik menggunakan alat tulis manual maupun
dengan menggunakan komputer. Pekerjaan ini umumnya
dilakukan di suatu ruangan kubikal atau ruangan tempat
administratif lainnya. Karyawan perkantoran biasanya dilengkapi
dengan komputer/laptop, printer, telepon dan peralatan
elektronik lainnya.

C. Analisis dan Evakuasi Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Analisis dan Evaluai Risik K3

Analisis risiko adalah menetapkan tingkat risiko atau level of


risk, yang bertujuan untuk menentukan tindakan perlakuan terhadap
suatu hazard yang ada di tempat kerja (AS/NZS 4360:2004). Analisis
risiko dilakukan dengan mengkombinasikan antara peluang/ probabilitas
(sebagai bentuk kuantitatif dari faktor ketidakpastian) dan konsekuensi/
dampak dari terjadinya suatu risiko

Sumber lain mengatakan analisis risko sebagai upaya yang dilakukan


untuk menentukan besarnya suatu risiko sebagai upaya yang dilakukan untuk
menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara
kemungkinan terjadinya (kemungkinan atau likelihood) dan keparahan bila
risiko tersebut terjadi (severity atau consequences). Ada beberapa tipe dalam

13
melakukan analisis risiko antara lain adalah analisis kualitatif, analisis semi-
kuantitatif, dan analisis kuantitatif.

2. Pengukuran Probability Risiko K3

Nilai probabilitas adalah nilai dari kemungkinan risiko akan


terjadi berdasarkan pengalaman–pengalaman yang sudah ada,
berdasarkan nilai kualitas dan kuantitasnya. Jika tidak memiliki cukup
pengalaman dalam menentukan probabilitas risiko, maka probabilitas
risiko harus dilakukan dengan hati–hati serta dengan langkah sistematis
agar nilainya tidak banyak menyimpang

Peluang/probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya suatu


kecelakaan/kerugian ketika terpapar dengan suatu bahaya. Pengukuran
peluangdilakukan dengan melihat jenis kegiatan, yaitu:

• Kegiatan rutin yang berulang setiap waktu atau dengan hasil


kegiatan yang sama atau hampir sama, atau
• Kegiatan non-rutin yang tidak berulang yang dilakukan dalam
kurun waktu tertentu dengan hasil kegiatan yang tidak sama
Menururt Internasional Labour Organization (ILO) Probalitas atau
kemungkinan timbulnya risiko dapat diperkirakan dengan
mempertimbnagkan hal-hal sebagai berikut (Ermiyati, Fakhri and
Hockiana, 2021) :
a. Kemungkinan kekerapan atau lama pemaparan
b. Kemungkinan kejadian kecelakaan
c. Kemungkinan menghindari dan membatasi masalah
d. Faktor manusia untuk menghindarkan dan memabatasi riiko
e. Berdasarkan pengamatan dan pengetahuan yang dimiliki

14
3. Kosekuensi Risiko K3
Pengukuran konsekuensi dimaksudkan untuk menentukan tingkat
keparahan/kerugian yang mungkin teradi dari suatu kecelakaan/loss
akibat bahaya yang ada. Seluruh kegiatan harus dilakukan pengukuran
konsekuensi sebagai berikut :
a. Skala konsekuensi ditemukan berdasarkan 3 (tiga) sub
konsekuensi yaitu dampak K3 (K1), penerimaan dosis individu
(K2), dan kerugian finansial (K3).

b. Jika suatu sumber risiko dinilai mempunyai skala konsekuensi


berbeda, maka yang digunakan adalah skala konsekuensi
tertinggi (Pusdiklat Batan,2020).

4. Perbandingan Tingkat Risiko dengan Standar yang Berlaku

Menurut Norken, dkk (2015) penilaian risiko merupakan suatu


penilaian pada akibat dari risiko yang teridentifikasi, dimana besar
kecilnya akibat risiko merupakan hasil dari perkalian dari frekuensi
(likelihood) dengan konsekuensi (consequence) dari risiko yang telah
teridentifikasi. Frekuensi (likelihood) yaitu peluang terjadinya
kecelakaan dan konsekuensi (consequences) yaitu besaran kerugian
pada kegiatan tertentu yang dinyatakan dalam nilai uang atau ukuran
tertentu. Dibawah ini dijelaskan skala penilaian risiko terhadap
frekuensi (likelihood) dan konsekuensi (consequences) menurut
AS/NZS 4360:2004. Dibawah ini dijelaskan skala penilaian risiko
terhadap frekuensi (likelihood) dan konsekuensi (consequences)
menurut AS/NZS 4360:2004.

15
Untuk penilaian risiko menggunakan Matriks Tingkat Risiko

Keterangan Tingkat Risiko:


• Negligible (N), dengan Nilai Risiko 1
• Low (L), dengan Nilai Risiko 2 – 4
• Moderate (M), dengan Nilai Risiko 5 – 8
• High (H), dengan Nilai Risiko 9 – 15
• Extreme (E), dengan Nilai Risiko 16 – 25

5. Penerimaan Riiko K3 Pada Pekerja


Secara umum penentuan penerimaan risiko berdasarkan
pengelompokkan kategori hasil penilaian risiko yang diperoleh dari
perkalian antara nilai modus frekuensi (likelihood) dan konsekuensi
(consequences) risiko. Menurut standar AS/NZS 4360:2004, penilaian
tingkat penerimaan risiko diatur seperti pada Tabel berikut ini.

6. Penentuan Skala Prioritas Penanggulangan

16
Flanagan dan Norman (1993) menyatakan untuk menentukan
tanggung jawab risiko, maka digunakan prinsip-prinsip sebagai berikut
pihak mana yang memiliki kontrol terbaik terhadap kejadian yang
menimbulkan risiko Pihak mana yang menangani apabila risiko itu
muncul Pihak mana yang mengambil tanggungjawab apabila risiko tidak
terkontrol dan Jika risiko diluar kontrol semua pihak, maka dianggap
sebagai risiko bersama

Dalam menetapkan sasaran K3, akan ditemui


kendala terkait dengan prioritas. Beberapa
input/masukan yang dapat digunakan dalam penetapan
sasaran antara lain:
o Kebijakan K3, mencakup komitmen untuk
melakukan perbaikanberkelanjutan.
o Hasil dari identifikasi bahaya potensial,
penilaian, dan pengendalianrisiko.
o Persyaratan hukum dan perundang-undangan.
o Pilihan Teknologi.
o Persyaratan Keuangan, operasional dan bisnis.
o Pandangan dari pekerja dan pihak terkait.
o Analisis kerja.
o Rekaman-rekaman ketidaksesuaian K3.
o Hasil dari tinjauan manajemen.
o Komunikasi bersama antara pihak manajemen dengan karyawan
Untuk menyeleksi prioritas, terdapat beberapa pertimbangan, antara
lain:
• Keberadaan peraturan, persyaratan dan perundang-undangan.
• Pengendalian risiko yang ada

17
D. Teknik Identifikai Bahaya
1. Tinjauan umum tentang identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari manajemen
risiko K3 yang bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang
ada pada suatu kegiatan kerja proses kerja tertentu.
Cara melakukan identifikasi bahaya adalah:
a. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi
b. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada
tahap akhir pekerjaan.
c. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada
setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia, mekanik,
biologi, ergonomi, psikologi, listrik dan kebakaran.
d. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan
dampak/kerugian yang dapat ditimbulkan dari potensi bahaya
tersebut.
e. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam melakukan
identifikasi risiko.

Identifikasi bahaya adalah suatu proses untuk mengetahui


adanya suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya. Aktivitas
yang dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya antara lain:
• Berkonsultasi dengan pekerja mengenai masalah apa yang
ditemukan dan keadaan bahaya yang belum terdokumentasi.
• Berkonsultasi dengan Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(К3).
• Mempertimbangkan peralatan dan material yang digunakan

18
pekerja.
• Pemantauan lingkungan kerja.

Adapaun Teknik identifikasi bahaya yang dapat dilakukan yaitu:


(Ramli, 2010):
a. Teknik pasif
b. Teknik proaktif
c. Teknik semi proaktif
Identifikasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengenal dan mengevaluasi berbagai bahaya yang terdapat di
tempat kerja (Ramli, 2010). Metode dan teknik yang dapat
digunakan untuk identifikasi risiko antara lain yaitu:
a. Data Kecelakaan
Data kecelakaan merupakan sumber informasi yang
mendasar dan dapat dijadikan patokan dalam melakukan identifikasi
risiko Dengan melihat data kecelakaan, kita dapat dengan mudah
menentukan jenis-jenis risiko kecelakaan yang dapat terjadi di
tempat kerja.
b. Brain Storming
Brain storming atau saling berbagi pemikiran atau berdiskusi
Sumber informasi mengenai risiko atau bahaya di tempat kerja dapat
diperoleh dari semua pihak yang bekerja. Semakin banyak informasi
yang diperoleh maka semakin banyak jenis-jenis risiko dan bahaya
yang dapat diidentifikasi.
c. What If
Teknik ini bersifat brainstorming, namun semua anggota
timdipandu dengan kata "what-if". Tujuan dari teknik ini adalah
untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kejadian yang tidak
diinginkan danmenimbulkan suatu konsekuensi yang serius. Melalui
teknik ini dapatdilakukan penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan rancang bangun, konstruksi atau
modifikasi dari yang diinginkan.

19
2. Hirarki Pengendalian Risiko K3

Hirarki pengendalian risiko K3 merupakan salah satu upaya


pencegahan kecelakaan secara berjenjang dan secara sistematis yang
bisa diterapkan ditempat kerja.
Ada lima urutan dalam pengendalian risiko dalam K3. Diantaranya
adalah :
a. Eliminasi
Hirarki pertama pengendalian risiko yaitu dengan
melakukan eliminasi/menghilangkan bahaya dengan melakukan
upaya pada saat desain, tujuan dari dilakukan eliminasi untuk
menghilangkan potensi kesalahan manusia dalam pengoperasian
sistem karena kesalahan dalam desainnya Penghapusan bahaya
atau eliminasi adalah teknik yang paling berhasil karena tidak
hanya mengandalkan perilaku pekerja untuk meminimalkan
bahaya; namun demikian, eliminasi bahaya total tidak selalu
memungkinkan atau murah. Upaya modifikasi desain untuk
menghilangkan bahaya, seperti memperkenalkan alat pengangkat
mekanis untuk menghilangkan bahaya penanganan manual,
dengan alat tersebut diharapkan dapat mengurangi kejadian
cedera pada proses pengangkatan karena melebihi beban angkat
manual yang diperbolehkan untuk tenaga

kerja, sehingga dapat mengurangi insiden cedera dalam proses


pengangkatan.
Seperti namanya, eliminasi adalah pengendalian risiko K3
untuk mengeliminir atau menghilangkan suatu bahaya. Misalnya
saja ketika di tempat kerja kita melihat ada oli yang tumpah atau
berceceran maka sesegera mungkin kita hilangkan sumber

20
bahaya ini. Eliminasi merupakan puncak tertinggi dalam
pengendalian risiko dalam K3. Karena apabila bahaya sudah
dihilangkan maka sangat kecil kemungkinan akan mengancam
pekerja. Hierarki pengendalian risiko ini adalah yang paling
utama. Sebab, dengan menghilangkan risiko kecelakaan maka
sangat mungkin kecelakaan tidak akan terjadi kembali. Oleh
karena itu, kita perlu melakukan eliminasi.
b. Substitusi
Metode selanjutnya dengan mengganti atau substirusi yaitu
pengendalian yang bertujuan untuk mengganti bahan, proses,
operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih
tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya
dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang.
Mengganti bahan yang kurang berbahaya atau mengurangi
energi sistem (misalnya menurunkan gaya, arus listrik, tekanan,
suhu, dan lain lain.) Teknik penggantian atau elinimasi
merupakan control berikutnya, yang mencoba mengubah bahan,
proses, operasi, atau peralatan berbahaya menjadi bahan, proses,
operasi, atau peralatan yang kurang berbahaya. Melalui desain
atau modifikasi sistem, pengendalian ini mengurangi bahaya dan
meminimalkan risiko. Mengganti bahan yang kurang berbahaya
atau mengurangi konsumsi sistem energi (misalnya menurunkan
gaya, arus listrik, tekanan, suhu, dan lain lain).
Substitusi adalah metode pengendalian risiko yang berfokus
pada penggantian suatu alat atau mesin atau barang yang
memiliki bahaya dengan yang tidak memiliki bahaya. Contoh

21
kasusnya adalah pada mesin diesel yang terdapat kebisingan
tinggi, maka sebaiknya kita mengganti

mesin tersebut dengan yang memiliki suara lebih kecil agar tidak
menimbulkan bahaya kebisingan berlebih. Substitusi dilakukan
apabilaproses eliminasi sudah tidak bisa dilakukan.
c. Engineering control
Hirarki kontrol teknik digunakan untuk memisahkan risiko
dari karyawan dan untuk mencegah kesalahan manusia. Kontrol
ini diletakkan di dalam mesin atau unit sistem peralatan.
Memasang sistem ventilasi yang berfungsi untuk penyegaran
udara dengan mesukkan udara segar kedalam ruangan atau
menarik udara kotor ke luar ruangan, membuat ruangan menjadi
bertekanan positif sehingga udara luar tidak bisa masuk misalnya
untuk ruangan isolasi, pelindung mesin, interlock, penutup suara
untuk mengurasi kebisingan pada sumber suara, dan lain
sebagainya.
Engineering control adalah proses pengendalian risiko
dengan merekayasa suatu alat atau bahan dengan tujuan
mengendalikan bahayanya. Engineering control kita lakukan
apabila proses substitusi tidak bisa dilakukan. Biasanya
terkendala dari segi biaya untuk penggantian alat dan bahan oleh
karena itu, kita melakukan proses rekayasa engineering. Contoh
kasusnya adalah ketika di tempat kerja ada mesin diesel yang
memiliki suara bising. Akan tetapi, kita tidak bisa menggantinya
dengan yang lain maka kita harus memodifikasi sedemikian rupa
agar suara tidak keluar secara berlebihan.
d. Administrasi

22
Kontrol administrasi digunakan untuk melacak personel
yang akan melakukan tugas. Diyakini bahwa dengan
menggunakan teknik kerja yang terjadwal, karyawan akan
bekerja sama dan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dengan aman. Rambu
keselamatan, marka area berbahaya, rambu photo-luminescent,
marka jalur pejalan kaki, sirene/lampu peringatan, alarm,
prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem
kerja aman, marka dan izin kerja, dan sebagainya adalah contoh-
contoh dari jenis-jenis control ini.

Langkah ini adalah terkait dengan proses non teknis dalam


suatu pekerjaan dengan tujuan menghilangkan bahaya. Proses
non teknis ini diantaranya seperti pembuatan prosedur kerja,
pembuatan aturan kerja, pelatihan kerja, penentuan durasi kerja,
penempatan tanda bahaya, penentuan label, pemasangan rambu
dan juga poster. Contoh kasusnya adalah apabila di tempat kerja
ada mesin diesel yang mengeluarkan kebisingan berlebih dan
sudah tidak bisa direkaya secara teknis maka langkah yang harus
dilakukan adalah pembatasan jam kerja, pembuatan prosedur,
pemasangan tanda bahaya dan lain sebagainya. Dengan tujuan,
pekerja tidak berlebihan terpapar kebisingan.
e. APD
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri adalah
metode pengurangan bahaya yang paling tidak efektif. APD
hanya digunakan oleh karyawan yang akan bersentuhan langsung
dengan risiko bahaya dengan memperhatikan jarak dan lama
kontak. Semakin jauh jarak dari risiko bahaya, semakin rendah

23
risiko yang didapat; demikian pula, semakin pendek kontak
dengan risiko bahaya, semakin rendah risiko yang diperoleh.
Kacamata pengaman, pelindung pendengaran, pelindung wajah,
sabuk pengaman, respirator, dan sarung tangan adalah contoh
APD. Saat menggunakan hierarki, pertimbangkan biaya relatif,
keuntungan pengurangan risiko, dan ketergantungan pilihan yang
tersedia merupakan hal yang urgent untuk diperhatikan.
APD atau alat pelindung diri adalah hierarki pengendalian
risiko terakhir dalam K3. Pengendalian ini banyak digunakan
karena sederhana dan murah. Akan tetapi, proteksi yang
diberikan tidak sebaik langkah di atas. APD tidak
menghilangkan sumber bahaya sehingga proteksi yang diberikan
tergantung dari individu masing-masing yang memakai. Contoh
APD adalah helm, earmuff, safety gloves dan lainnya.

3. Strategi Penentuan Prioritas Pengendalian

Sistem manajemen K3 yang baik tidak hanya melihat salah


satu bahaya dan pengendalian saja, tapi membuat sebuah sistem atau
prosedur yang tepat yang memungkinkan semua bahaya dan risiko di
tempat kerja teridentifikasi dan pengendaliannya dilaksanakan secara
berkelanjutan.
Berikut langkah-langkah identifikasi bahaya dan penilaian
risiko berdasarkan standar OSHA, di antaranya:
a. Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada di tempat
kerja
Kumpulkan, atur, dan tinjau segala informasi tentang bahaya
di tempat kerja untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin

24
ada atau kemungkinan pekerja terpapar atau berpotensi terpapar
bahaya tersebut.
b. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi
bahaya di tempat kerja
Kemungkinan besar bahaya akan muncul seiring
dengan adanya perubahan area/proses kerja, mesin atau
peralatan tidak memadai, pengabaian tindakan
pemeliharaan/perbaikan, atau tata graha yang tidak terlaksana
dengan baik. Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja
secara langsung dan berkala dapat membantu Anda
mengidentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya yang timbul
berulang kali, untuk segera dilakukan pengendalian sebelum
terjadi kecelakaan kerja.
c. Lakukan identifikasi terhadap kesehatan kerja
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak
dengan sesuatu yang dapat mengakibatkan gangguan/kerusakan
bagi tubuh ketika terjadi paparan yang berlebihan. Bahaya
kesehatan dapat menimbulkan penyakit yang diakibatkan oleh
paparan suatu sumber bahaya di tempat kerja.
Potensi bahaya kesehatan tersebut mencakup faktor kimia
(pelarut, perekat, cat, debu beracun, dll.), faktor fisik
(kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, dll.), bahaya
biologis (penyakit menular), dan faktor ergonomi (tugas
monoton/berulang, postur canggung, angkat berat, dll.).
Meninjau rekam medis pekerja dapat membantu Anda dalam
mengidentifikasi bahaya kesehatan yang terkait dengan paparan
di tempat kerja.

25
d. Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi
Dengan menyelidiki insiden dan membuat laporan
secara menyeluruh, Anda akan dengan mudah mengidentifikasi
bahaya yang kemungkinan besar akan mengakibatkan sesuatu
yang fatal di masa mendatang. Tujuan investigasi adalah untuk
menemukan akar penyebab insiden atau faktor- faktor yang
memengaruhi bahaya, agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.
e. Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan ituasi drurat
dan aktivitas non-rutin
Keadaan darurat dapat menghadirkan bahaya yang bisa
menimbulkan risiko serius bagi pekerja. Aktivitas non-rutin,
seperti inspeksi, pemeliharaan, atau perbaikan juga dapat
menghadirkan potensi bahaya. Rencana dan prosedur perlu
dikembangkan untuk merespons secara tepat dan aman
terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan
darurat dan aktivitas non-rutin.
f. Kelompokkan sifat bahaya yang teidentifikasi, tentukan langkah-
langkah pengendalian sementara dan tentukan prioritas bahaya
yang perlu pengendalian secara permanen
Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya
yang teridentifikasi dan jenis-jenis kecelakaan atau penyakit
akibat kerja yang dapat timbul akibat bahaya tersebut. Informasi
ini dapat digunakan untuk mengembangkan tindakan
pengendalian sementara dan menentukan prioritas bahaya mana
saja yang butuh tindakan pengendalian permanen.

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan kondisi-kondisi
dan faktor–faktor yang berdampak atau dapat berdampak pada
kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk
pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) di suatu
lingkungan tempat kerja.
2. Berikut beberapa fungsi dari manajemen risiko K3 yaitu :
f. Mencegah kebangkrutan perusahaan/organisasi
g. Menciptakan nilai dan meningkatkan kinerja perusahaan
h. Manajemen risiko juga dapat diterapkan bagi perorangan, tim
kerja, keluarga. Dengan melakukan manajemen risiko secara
perorangan, maka dampak buruk yang ditimbulkan dari resiko
dapat diminimalisir
i. Menemukan kerugian potensial
j. Mengevaluasi kerugian potensial
k. Mengurangi peluang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
l. Memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai potensi
bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja.
3. Hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan ruang
lingkup manajemen risiko, antara lain:
m. Tujuan dan keputusan apa saja yang harus dibuat
n. Hasil yang diharapkan (outcomes expected) dari suatu proses
manajemen risiko
o. Waktu, lokasi, hal-hal spesifik, dan pengecualian
p. Alat dan teknik penilaian risiko secara tepat

27
q. Sumber daya yang diperlukan, tanggung jawab dan
pendokumentasian (pencatatan)
r. Keterkaitan dengan program atau proyek lain, proses, dana tau
aktivitas lainnya.
4. Berikut Metode Pendekatan Manajemen K3 :
a. Job Safety Analysis (JSA)
b. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
c. Hazards and Operability Study (Hazop).
d. Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining Control
(HIRADC)

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan makalah selanjutnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

AS/NZS 4360 (2004), 3rd Edition, The Australian And New Zealand Standard
on RiskManagement, Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW
Australia

Darmawi, H. 2016. Manajemen Risiko Edisi 2. Cetakan Pertama. PT. Bumi


Aksara, Jakarta OHSAS 18001 : 2007. Occupation Health and Safety
Management System Requirements

Indragiri, S., & Yuttya, T. (2018). Manajemen risiko k3 menggunakan hazard


identification risk assessment and risk control (hirarc). Jurnal
Kesehatan, 9(1), 39-52.

Jannah, M. R., Unas, S. El, & Hasyim, M. H. (2017). Analisis Risiko


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melalui Pendekatan Hiradc dan
Metode Job Safety Analysis pada Studi Kasus Proyek Pembangunan
Menara X di Jakarta. Teknik Sipil, 9.

Mardlotillah, N. I. (2020). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Area Confined Space. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 4(Special 1), 315-327.

Muhammad, I., & Susilowati, I. H. (2021). Analisa Manajemen Risiko K3


Dalam Industri Manufaktur Di Indonesia: Literature Review. Prepotif J.
Kesehat. Masy, 5(1), 335-343.

Prabowo, W. G., Arninputranto, W., & Setiawan, A. (2017). Identifikasi


Bahaya Dengan Metode Preliminary Hazard Analysis (PHA) Pada
Bengkel/Lab Serta Pembuatan Sistem Informasi UPI K3 dan Pelaporan

29
Kecelakaan (Studi Kasus di PPNS). In Seminar K3 (Vol. 1, No. 1, pp.
141-146).

Rahmat, N. A. N. (2021). Analisis Risiko pada Pekerjaan Bangunan Baru


menggunakan Teknik Matriks Konsekuensi dan Probabilitas (Doctoral
dissertation, Universitas Hasanuddin).

Umaindra, M. A., & Saptadi, S. (2018). Identifikasi Dan Analisis Risiko


Kecelakaan Kerja Dengan Metode JSA (Job Safety Analysis) Di

Rofifah, D. (2020). Job Safety Analysis (JSA). Paper Knowledge . Toward a


Media History of Documents, 2006, 12–26.

Sabrina, Widharto, 2019. (2019). Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode


Hazard and Operability Study Melalui Perangkingan Risk Assessment
Studi Kasus: Divisi Spinning Unit 4 Ring Yarn Pt Apac Inti Corpora.
Jurnal Teknik Undip, 3(3), 1–7.

Wirantika, I., Sudiasa, I.W. and Sutapa, I.K., 2022. Analisis Penerapan
Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan
Metode Hazard Identification Risk Assessment And Determining
Control (HIRADC)(Studi Kasus: Proyek Penggantian Jembatan Ruas
Sp. Cokroaminoto–Sp. Tohpati Denpasar) (Doctoral dissertation,
Politeknik Negeri Bali).

Zaki, R. (2019). Identifikasi Dan Analisis Resiko Kecelakaan Kerja


Menggunakan Metode Fmea, Topsis Dan Fta. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

30
31

Anda mungkin juga menyukai