Disusun oleh:
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Yang berjudul
“Manajemen Risiko K3” tepat waktu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.
Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan
cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada.
Dalam dunia kerja dibutuhkan perhatian khusus terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan suatu bentuk promosi dalam mensejahterakan, melindungi dan
meningkatkan derajat tenaga kerja di tempat kerja. Keselatamatan dan
kesehatan kerja memiliki peranan penting dalam melindungi tenaga kerja
dari bahaya yang dapat menimbulkan masalah Kesehatan (Brillyanto &
Indah Pratiwi, 2017)
Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
suatu upaya dalam mengelola risiko K3 secara terstruktur dan terencana ke
dalam suatu sistem untuk mencegah terjadinya kecelakan kerja [8].
Manajemen risiko K3 merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan
oleh perusahaan yang mana bahwa penerapan K3 dapat memberikan
jaminan perlindungan pekerja. Dengan di terapkannya K3 akan memiliki
dampak positif kepada pekerjanya di lingkungan kerja.
Manajemen Risiko juga didefinisikan sebagai proses,
mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan
strategi untuk mengelolah risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko
akan melibatkan proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer
1
proyek maksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan
minimasi probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar manajemen rissiko K3?
2. Bagaimana potensi bahaya & risiko bahaya di tempat kerja?
3. Bagaimana Analisis dan Evakuasi Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja?
4. Bagaimana teknik identifikasi bahaya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep dasar manajemen
risiko K3?
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana potensi bahaya & risiko
bahaya di tempat kerja?
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Analisis dan Evakuasi
Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana teknik identifikasi bahaya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
f. Mengevaluasi kerugian potensial
g. Mengurangi peluang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
h. Memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai potensi
bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja
3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko K3
Berdasarkan Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004, tahapan
yang perlu dilakukan dalam menerapkan manajemen risiko K3, antara
lain:
a. Menentukan Konteks
Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat
visi misi Perusahaan, ruang lingkup bisnis perusahaan mulai dari
proses kerja awal sampai Akhir.
Untuk menentukan nilai tingkat keparahan, dapat digunakan
Tabel 1.1, Sehingga setiap kegiatan dapat dinilai tingkatan
kemungkinannya dalam Menimbulkan incident atau kerugian.
4
Severity Rating Deskripsi
5
Konteks dari manajemen risiko ini akan dijalankan dalam
organisasi atau perusahaan untuk acuan langkah manajemen
risiko K3 yang selanjutnya.
b. Identifikasi Risiko
Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari
manajemen risiko K3 yang bertujuan untuk mengetahui semua
potensi bahaya yang ada pada suatu kegiatan kerja/proses kerja
tertentu.
Untuk cara melakukan identifikasi bahaya, antara lain:
1) Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi.
2) Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada
tahap akhir pekerjaan.
3) Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung
pada setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia,
mekanik, biologi, ergonomi, psikologi, listrik dan kebakaran.
4) Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan
dampak/kerugian yang dapat ditimbulkan dari potensi
bahaya tersebut.Dalam tahap ini dapat menggunakan metode
What – If.
5) Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
Metode yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi
bahaya, antara lain:
• Job Safety Analysis (JSA)
• Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
• Hazards and Operability Study (HAZOP)
• Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining
Control (HIRADC)
6
c. Penilaian Risiko
Analisa risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu
risiko dengan mempertimbangkan tingkat keparahan dan
kemungkinan yang mungkin terjadi. Analisa ini dilakukan
berdasarkan konteks yang telah ditentukan oleh perusahaan, seperti
tingkat kemungkinan pada Tabel 1.1, tingkat keparahan pada Tabel
1.2 dan skala tingkatan risiko pada Tabel 1.3.
Ukuran skala tingkatan risiko dinilai berdasarkan acuan konteks yang
telah dibuat pada tabel 1.4 :
Severity
7
2) Setiap tahapan kerja yang telah dianalisa dan diketahui tingkat
risikonya, maka lakukan evaluasi apakah tingkatan risiko tersebut
dapat diterima, tidak dapat diterima atau dapat ditolerir.
3) Jika tingkatan risiko yang ada tidak dapat diterima, maka perlu
dilakukan tindakan pengendalian risiko guna menurunkan
tingkatan risiko tersebut sampai tingkatan rendah atau dapat
ditolerir.
d. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan
menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko
berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang ada
sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir.
Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:
a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Engineering
d. Administratif Alat Pelindung Diri
e. Kepemilikan risiko
Flanagan dan Norman (1993) menyatakan untuk menentukan
tanggung jawab risiko, maka digunakan prinsip-prinsip sebagai berikut
pihak mana yang memiliki kontrol terbaik terhadap kejadian yang
menimbulkan risiko Pihak mana yang menangani apabila risiko itu
muncul Pihak mana yang mengambil tanggungjawab apabila risiko
tidak terkontrol dan Jika risiko diluar kontrol semua pihak, maka
dianggap sebagai risiko bersama
8
4. Metode Pendekatan Manajemen K3
a. Job Safety Analysis
Job Safety Analysis (JSA) masih dianggap oleh beberapa
pekerja hanya sebagai lembaran kertas yang berisi daftar
pekerjaan, bahaya, dan cara pengendaliannya saja. Walaupun
dianggap oleh para pekerja seperti itu JSA adalah suatu alat yang
penting untuk membantu para pekerja melakukan pekerjaan secara
aman dan efisien. JSA tidak hanya berfungsi untuk mencegah
pekerja dari kecelakaan kerja, tetapi JSA juga dapat melindungi
peralatan untuk bekerja dari kerusakan (Rofifah, 2020).
Menurut National Safety Council (NSC) JSA melibatkan
beberapa unsur yaitu :
1) Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik
2) Bahaya yang terdapat pada setiap pekerjaan
3) Pengendalian berupa prosedur kerja yang aman agar dapat
mengurangi bahkan menghilangkan bahaya pada setiap
langkah pekerjaan.
Penjelasan tentang penggunaan metode Job Safety Analysis
(JSA) menurut Friend dan Kohn (2006) dibagi menjadi berbagai
teknik yang digunakan yaitu :
• Metode observasi (pengamatan).
• Metode diskusi (konsultasi)
• Metode meninjau kembali prosedur yang sudah ada
• Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
Failure Mode diartikan sebagai sejenis kegagalan yang
mungkin terjadi, baik kegagalan secara spesifikasi maupun
kegagalan yang mempengaruhi konsumen. Dari failure mode ini
9
kemudian dianalisis terhadap akibat dari kegagalan dari sebuah
proses dan pengaruhnya terhadap perusahaan. FMEA disini
adalah FMEA Process untuk mendeteksi risiko yang
teridentifikasi pada saat proses (Zaki, 2019).
• Hazards and Operability Study (HAZOP)
HAZOP merupakan metode sistematis dan terstruktur yang
dapat menganalisa bahaya pada suatu sistem atau proses operasi
yang dapat menimbulkan risiko merugikan (Sabrina, Widharto,
2019).
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi bahaya dengan
menggunakan metode HAZOP antara lain:
a. Mengetahui urutan proses yang ada pada area penelitian.
b. Mengidentifikasi hazard yang ditemukan pada area penelitian.
c. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOP worksheet
(Sabrina, Widharto, 2019).
• HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment, and
Determining Control)
Sesuai dengan namanya, HIRADC terdiri dari 3 langkah
tahapan yaitu identifikasi bahaya (Hazard Identification),
penilaian risiko (Risk Assesment) dan pengendalian risiko (Risk
Control).
a. Identifikasi Bahaya
b. Penilaian Risiko.
c. Pengendalian Risiko
d.
10
a. Konstruksi
Metode identifikasi merupakan teknik yang dikembangkan untuk
mengenal dan mengevaluasi berbagai bahaya yang dapat yang
terdapat dalam proses kerja beberapa metode yang dapat digunakan
dalam mengidentifikasi potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi
adalah sebagai berikut.
• JSA
• HIRADC
• FMEA
b. Pertambangan
Sektor pertambangan juga memiliki potensi dan resiko Bahaya
kecelakan kerja yang sangat banyak, sehingga perlunya
pengidentifikasian bahaya di pertambngan guna meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat merugikan keselamat pekerja dan
kerusakan materiall.Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return – ER) dengan
tingkat pengembalian aktual (actual return).Adapun beberapa resiko
bahaya di pertambangan, yakni:
• Bahaya Mekanis
• Bahaya Listrik
• Bahaya Kimiawi
• Bahaya Fisik
11
4) What-If
5) Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
6) Fault Tree Analysis (FTA) dan Event Tree Analysis (ETA)
7) Qualitative Risk Assessment
8) Semi-quantitative Risk Assessment
9) Quantitative Risk Assessment
c. Rumah Sakit
d. Industri
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi potensi bahaya dalam kegiatan industri adalah
sebagai berikut:
• What if/checklist
• HAZOPS
• FMEA
• FTA
• Event Tree Analysis (ETA)
• Job Hazard Analysis (JHA)
12
e. Perkantoran
13
melakukan analisis risiko antara lain adalah analisis kualitatif, analisis semi-
kuantitatif, dan analisis kuantitatif.
14
3. Kosekuensi Risiko K3
Pengukuran konsekuensi dimaksudkan untuk menentukan tingkat
keparahan/kerugian yang mungkin teradi dari suatu kecelakaan/loss
akibat bahaya yang ada. Seluruh kegiatan harus dilakukan pengukuran
konsekuensi sebagai berikut :
a. Skala konsekuensi ditemukan berdasarkan 3 (tiga) sub
konsekuensi yaitu dampak K3 (K1), penerimaan dosis individu
(K2), dan kerugian finansial (K3).
15
Untuk penilaian risiko menggunakan Matriks Tingkat Risiko
16
Flanagan dan Norman (1993) menyatakan untuk menentukan
tanggung jawab risiko, maka digunakan prinsip-prinsip sebagai berikut
pihak mana yang memiliki kontrol terbaik terhadap kejadian yang
menimbulkan risiko Pihak mana yang menangani apabila risiko itu
muncul Pihak mana yang mengambil tanggungjawab apabila risiko tidak
terkontrol dan Jika risiko diluar kontrol semua pihak, maka dianggap
sebagai risiko bersama
17
D. Teknik Identifikai Bahaya
1. Tinjauan umum tentang identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari manajemen
risiko K3 yang bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang
ada pada suatu kegiatan kerja proses kerja tertentu.
Cara melakukan identifikasi bahaya adalah:
a. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi
b. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada
tahap akhir pekerjaan.
c. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada
setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia, mekanik,
biologi, ergonomi, psikologi, listrik dan kebakaran.
d. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan
dampak/kerugian yang dapat ditimbulkan dari potensi bahaya
tersebut.
e. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam melakukan
identifikasi risiko.
18
pekerja.
• Pemantauan lingkungan kerja.
19
2. Hirarki Pengendalian Risiko K3
20
bahaya ini. Eliminasi merupakan puncak tertinggi dalam
pengendalian risiko dalam K3. Karena apabila bahaya sudah
dihilangkan maka sangat kecil kemungkinan akan mengancam
pekerja. Hierarki pengendalian risiko ini adalah yang paling
utama. Sebab, dengan menghilangkan risiko kecelakaan maka
sangat mungkin kecelakaan tidak akan terjadi kembali. Oleh
karena itu, kita perlu melakukan eliminasi.
b. Substitusi
Metode selanjutnya dengan mengganti atau substirusi yaitu
pengendalian yang bertujuan untuk mengganti bahan, proses,
operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih
tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya
dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang.
Mengganti bahan yang kurang berbahaya atau mengurangi
energi sistem (misalnya menurunkan gaya, arus listrik, tekanan,
suhu, dan lain lain.) Teknik penggantian atau elinimasi
merupakan control berikutnya, yang mencoba mengubah bahan,
proses, operasi, atau peralatan berbahaya menjadi bahan, proses,
operasi, atau peralatan yang kurang berbahaya. Melalui desain
atau modifikasi sistem, pengendalian ini mengurangi bahaya dan
meminimalkan risiko. Mengganti bahan yang kurang berbahaya
atau mengurangi konsumsi sistem energi (misalnya menurunkan
gaya, arus listrik, tekanan, suhu, dan lain lain).
Substitusi adalah metode pengendalian risiko yang berfokus
pada penggantian suatu alat atau mesin atau barang yang
memiliki bahaya dengan yang tidak memiliki bahaya. Contoh
21
kasusnya adalah pada mesin diesel yang terdapat kebisingan
tinggi, maka sebaiknya kita mengganti
mesin tersebut dengan yang memiliki suara lebih kecil agar tidak
menimbulkan bahaya kebisingan berlebih. Substitusi dilakukan
apabilaproses eliminasi sudah tidak bisa dilakukan.
c. Engineering control
Hirarki kontrol teknik digunakan untuk memisahkan risiko
dari karyawan dan untuk mencegah kesalahan manusia. Kontrol
ini diletakkan di dalam mesin atau unit sistem peralatan.
Memasang sistem ventilasi yang berfungsi untuk penyegaran
udara dengan mesukkan udara segar kedalam ruangan atau
menarik udara kotor ke luar ruangan, membuat ruangan menjadi
bertekanan positif sehingga udara luar tidak bisa masuk misalnya
untuk ruangan isolasi, pelindung mesin, interlock, penutup suara
untuk mengurasi kebisingan pada sumber suara, dan lain
sebagainya.
Engineering control adalah proses pengendalian risiko
dengan merekayasa suatu alat atau bahan dengan tujuan
mengendalikan bahayanya. Engineering control kita lakukan
apabila proses substitusi tidak bisa dilakukan. Biasanya
terkendala dari segi biaya untuk penggantian alat dan bahan oleh
karena itu, kita melakukan proses rekayasa engineering. Contoh
kasusnya adalah ketika di tempat kerja ada mesin diesel yang
memiliki suara bising. Akan tetapi, kita tidak bisa menggantinya
dengan yang lain maka kita harus memodifikasi sedemikian rupa
agar suara tidak keluar secara berlebihan.
d. Administrasi
22
Kontrol administrasi digunakan untuk melacak personel
yang akan melakukan tugas. Diyakini bahwa dengan
menggunakan teknik kerja yang terjadwal, karyawan akan
bekerja sama dan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dengan aman. Rambu
keselamatan, marka area berbahaya, rambu photo-luminescent,
marka jalur pejalan kaki, sirene/lampu peringatan, alarm,
prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem
kerja aman, marka dan izin kerja, dan sebagainya adalah contoh-
contoh dari jenis-jenis control ini.
23
risiko yang didapat; demikian pula, semakin pendek kontak
dengan risiko bahaya, semakin rendah risiko yang diperoleh.
Kacamata pengaman, pelindung pendengaran, pelindung wajah,
sabuk pengaman, respirator, dan sarung tangan adalah contoh
APD. Saat menggunakan hierarki, pertimbangkan biaya relatif,
keuntungan pengurangan risiko, dan ketergantungan pilihan yang
tersedia merupakan hal yang urgent untuk diperhatikan.
APD atau alat pelindung diri adalah hierarki pengendalian
risiko terakhir dalam K3. Pengendalian ini banyak digunakan
karena sederhana dan murah. Akan tetapi, proteksi yang
diberikan tidak sebaik langkah di atas. APD tidak
menghilangkan sumber bahaya sehingga proteksi yang diberikan
tergantung dari individu masing-masing yang memakai. Contoh
APD adalah helm, earmuff, safety gloves dan lainnya.
24
ada atau kemungkinan pekerja terpapar atau berpotensi terpapar
bahaya tersebut.
b. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi
bahaya di tempat kerja
Kemungkinan besar bahaya akan muncul seiring
dengan adanya perubahan area/proses kerja, mesin atau
peralatan tidak memadai, pengabaian tindakan
pemeliharaan/perbaikan, atau tata graha yang tidak terlaksana
dengan baik. Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja
secara langsung dan berkala dapat membantu Anda
mengidentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya yang timbul
berulang kali, untuk segera dilakukan pengendalian sebelum
terjadi kecelakaan kerja.
c. Lakukan identifikasi terhadap kesehatan kerja
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak
dengan sesuatu yang dapat mengakibatkan gangguan/kerusakan
bagi tubuh ketika terjadi paparan yang berlebihan. Bahaya
kesehatan dapat menimbulkan penyakit yang diakibatkan oleh
paparan suatu sumber bahaya di tempat kerja.
Potensi bahaya kesehatan tersebut mencakup faktor kimia
(pelarut, perekat, cat, debu beracun, dll.), faktor fisik
(kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, dll.), bahaya
biologis (penyakit menular), dan faktor ergonomi (tugas
monoton/berulang, postur canggung, angkat berat, dll.).
Meninjau rekam medis pekerja dapat membantu Anda dalam
mengidentifikasi bahaya kesehatan yang terkait dengan paparan
di tempat kerja.
25
d. Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi
Dengan menyelidiki insiden dan membuat laporan
secara menyeluruh, Anda akan dengan mudah mengidentifikasi
bahaya yang kemungkinan besar akan mengakibatkan sesuatu
yang fatal di masa mendatang. Tujuan investigasi adalah untuk
menemukan akar penyebab insiden atau faktor- faktor yang
memengaruhi bahaya, agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.
e. Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan ituasi drurat
dan aktivitas non-rutin
Keadaan darurat dapat menghadirkan bahaya yang bisa
menimbulkan risiko serius bagi pekerja. Aktivitas non-rutin,
seperti inspeksi, pemeliharaan, atau perbaikan juga dapat
menghadirkan potensi bahaya. Rencana dan prosedur perlu
dikembangkan untuk merespons secara tepat dan aman
terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan
darurat dan aktivitas non-rutin.
f. Kelompokkan sifat bahaya yang teidentifikasi, tentukan langkah-
langkah pengendalian sementara dan tentukan prioritas bahaya
yang perlu pengendalian secara permanen
Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya
yang teridentifikasi dan jenis-jenis kecelakaan atau penyakit
akibat kerja yang dapat timbul akibat bahaya tersebut. Informasi
ini dapat digunakan untuk mengembangkan tindakan
pengendalian sementara dan menentukan prioritas bahaya mana
saja yang butuh tindakan pengendalian permanen.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan kondisi-kondisi
dan faktor–faktor yang berdampak atau dapat berdampak pada
kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk
pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) di suatu
lingkungan tempat kerja.
2. Berikut beberapa fungsi dari manajemen risiko K3 yaitu :
f. Mencegah kebangkrutan perusahaan/organisasi
g. Menciptakan nilai dan meningkatkan kinerja perusahaan
h. Manajemen risiko juga dapat diterapkan bagi perorangan, tim
kerja, keluarga. Dengan melakukan manajemen risiko secara
perorangan, maka dampak buruk yang ditimbulkan dari resiko
dapat diminimalisir
i. Menemukan kerugian potensial
j. Mengevaluasi kerugian potensial
k. Mengurangi peluang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
l. Memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai potensi
bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja.
3. Hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan ruang
lingkup manajemen risiko, antara lain:
m. Tujuan dan keputusan apa saja yang harus dibuat
n. Hasil yang diharapkan (outcomes expected) dari suatu proses
manajemen risiko
o. Waktu, lokasi, hal-hal spesifik, dan pengecualian
p. Alat dan teknik penilaian risiko secara tepat
27
q. Sumber daya yang diperlukan, tanggung jawab dan
pendokumentasian (pencatatan)
r. Keterkaitan dengan program atau proyek lain, proses, dana tau
aktivitas lainnya.
4. Berikut Metode Pendekatan Manajemen K3 :
a. Job Safety Analysis (JSA)
b. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
c. Hazards and Operability Study (Hazop).
d. Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining Control
(HIRADC)
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan makalah selanjutnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
AS/NZS 4360 (2004), 3rd Edition, The Australian And New Zealand Standard
on RiskManagement, Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW
Australia
29
Kecelakaan (Studi Kasus di PPNS). In Seminar K3 (Vol. 1, No. 1, pp.
141-146).
Wirantika, I., Sudiasa, I.W. and Sutapa, I.K., 2022. Analisis Penerapan
Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan
Metode Hazard Identification Risk Assessment And Determining
Control (HIRADC)(Studi Kasus: Proyek Penggantian Jembatan Ruas
Sp. Cokroaminoto–Sp. Tohpati Denpasar) (Doctoral dissertation,
Politeknik Negeri Bali).
30
31