Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH RISIKO DAN HAZARD DALAM PENGKAJIAN, PERENCANAAN,

PELAKSANAAN, DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
AINUR ROFIKA
BEBAION IDIATMAJA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SURABAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kita semua,
sehingga makalah yang berjudul “Risiko dan Hazard dalam Pengkajian, Perencanaan,
Pelaksanaan, dan Evaluasi Asuhan Keperawatan” dapat diselesaikan sesuai jadwal.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi kegiatan akademik untuk memenuhi tugas K3.
Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat berguna
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca semua. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya, karena penulis masih dalam proses
belajar, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan
makalah selanjutnya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hazard 4
2.2 Jenis-jenis Hazard 4
2.3 Manajemen Risiko 6
2.4 Jenis-jenis Cara Mengelola Risiko 6
2.5 Risiko dan Hazard dalam Pengkajian Keperawatan 6
2.6 Risiko dan Hazard dalam Perencanaan Keperawatan 8
2.7 Risiko dan Hazard dalam Implementasi Keperawatan 9
2.8 Risiko dan Hazard dalam Evaluasi Keperawatan 10
BAB III TINJAUAN KASUS 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 14
4.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan
K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009)
Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi
pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu
pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan
tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai
suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit
dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi
dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu
pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko
kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar
bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya
korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun
di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit
akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD.
Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode
2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500
cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah

1
sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif
sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh
sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan
kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja
dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada
waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat
besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan,
terutama dapat mencegah korban manusia. Dengan demikian untuk
mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan
yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta
pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud
dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Hazard ?
2. Apa jenis-jenis hazard?
3. Apa manajemen risiko dan jenis-manajemen risiko ?
4. Apa risiko dan hazard dalam pengkajin keperawatan ?
5. Apa yang dimaksud risiko dan hazard dalam perencanaan keperawatan ?
6. Apa risiko dan hazard dalam implementasi keperawatan ?
7. Apa risiko dan hazard dalam evaluasi keperawatan.?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis hazard
2. Untuk mengetahui manajemen risiko dan jenis- jenis manajemen risiko

2
3. Untuk mengetahui risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan
keperawatan?
4. Untuk mengetahui risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan
keperawatan?
5. Untuk mengetahui risiko dan hazard dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan ?
6. Untuk mengetahui risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan ?

1.4 Manfaat
1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dan hazard dari
setiap kegiatan yang mengandung bahaya
2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan
3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya
4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi
setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan
5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hazard
Menurut Hendra (2014) Hazard atau bahaya adalah potensi yang
dimiliki oleh suatu bahan/material, proses, atau kondisi untuk menimbulkan
kerusakan atau kesakitan (kerugian). Hal ini termasuk bahankimia (toksisitas,
korosifitas), fisik (daya ledak, listrik, dapat terbakar), biologis (dapat
menginfeksi), dan lain-lain. Jadi, Hazard adalah potensi yang dimiliki suatu zat
atau proses yang dapat menyebabkan kerusakan. Risiko merupakan seberapa
besar kemungkinan suatu bahan/material, proses, atau kondisi untuk
menimbulkan kerusakan atau kesakitan (kerugian).
2.2 Jenis – jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya
kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat
berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi,
berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat
kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama dan pada konsentrasi rendah, Bahaya
keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat
dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut,
konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah. Bahaya keselamatan
(Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala
kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
1) Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang
bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong,
terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
2) Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
3) Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

4
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia.
Bahaya Keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya
berkaitan dengan ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak pada
keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi
pada waktu singkat.
a. Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti
bahaya listrik, temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan,
radiasi, pencahayaan, getaran, dan lain-lain.
b. Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut,
simen, getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol,
insektisida, dan lain-lain.. Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan
perlu diambil langkah - langkah keselamatan apabila mengendalinya.
c. Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang
berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung,
binatang yang dapat menginfeksi atau memberikan reaksi negative
kepada manusia.
d. Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat
memberi dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya
pola kerja yang tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal,
beban kerja yang melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi,
suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya
e. Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-
ulang
f. Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda
bergerak atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong,
bahaya

5
2.3 Manajemen Risiko
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko
K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2010).
2.4 Jenis – jenis Cara Mengelola risiko
1. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung
risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus
dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang
dihasilkan oleh suatu aktivitas
2. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode
yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi
dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
3. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu
kontrak (asuransi) maupun hedging.
4. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda
aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko
tersebut kecil.
5. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi
maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima
sebagai bagian penting dari aktivitas.
2.5 Risiko dan Hazard dalam Pengkajian Asuhan Keperawatan
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan perseorangan
ataupun organisasi atau bahkan perusahaan juga mengandung risiko. Semakin

6
besar risiko yang dihadapi pada umumnya dapat diperhitungkan bahwa
pengembalian yang diterima juga akan lebih besar (Qoriawaty, 2016). Pola
pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan
risiko. Menurut Prayitno, dkk (2017) risiko melekat dari tindakan pelayanan
kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan
adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya yang dilakukan.
Pada proes pengkajian data, hal-hal yang dapat terjadi seperti :
1) Wawancara
a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/
pasien tersebut (menyembuyikan suatu hal) sehingga dalam proses
pengkajian kurang lengkap. Akibatnya perawat/dokter akan salah
dalam memberikan perawatan sehingga berbahaya terhadap pasien.
b. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan
pengkajian ataupun pada proses wawancara. Dalam hal ini seperti
halnya ketika perawat menanyakan data/informasi pasien namun,
keluarga/pasien menyembunyikannya sehingga pasien/keluarga
pasie kurang menyukainya sehingga perawat mendapatkan
cacian/perlakuan tidak baik.
2) Pemeriksaan fisik
a. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga
pasien pada saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya
pasien/keluarga yang tidak menyukai proses perawatan/pengkajian
dapat melalakukan kekerasan fisik terhadap perawatnya.
b. Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini
seperti kontak fisik maupun udara. Pada saat perawat melakukan
perawatan/pengkajian pasien maka perawat mempunyai risiko
tertular penyakit dari pasien

7
2.6 Risiko dan Hazard dalam Perencanaan Asuhan Keperawatan
Intervensi adalah perencanaan yang dialakukan perawat untuk menyusun
rencana keperawataan untuk pasien. Teknik cepat dalam memberikan
perawatan dan meniapkan klien untuk prosedur.
Menurut Prayitno, dkk (2017) kesalahan saat merencanakan pengkajian.
Misalnya jika perawat salah dalam mengkaji, maka perawat akan salah dalam
memberikan proses perawatan/pengobatan yang pada akhirnya akan
mengakibatkan kesehatan pasien malah semakin terganggu. Hal lainnya yang
dapat terjadi yaitu jika perawat salah dalam merencanakan tindakan
keperawatan maka perawatnya juha akan mendapatkan bahaya seperti misalnya
tertularnya penyakit dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap
perawatnya.
Risiko dan hazard dalam perencanaan perawat
1. Salah menyusun SOP
2. Salah menulis obat
Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Perencanaan Asuhan Keperawatan
Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai
keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur.Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar
sistem manajemen K3RS diantaranya self assesment akreditasi K3 rumah sakit
dan SMK3.
Perencanaan meliputi:
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko.
Rumah sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta pengendalian faktor resiko.
2. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi

8
3. Penilaian faktor resiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan
dan keselamatan kerja.
4. Pengendalian faktor risiko
Dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada
(engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP)
5. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan
ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi,
diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada
karyawan dan pihak yang terkait.
2.7 Risiko dan Hazard dalam Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan
intervensi/perencanaan keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap
klien/pasien. Menurut Putri, T.E.R (2017) kesalahan saat melakukan
implementasi ataupun pelaksanaan tindaka keperawatan adalah salah satu yang
sangatlah fatal. Dan mengakibatkan kecelakaan pada pasien ataupun perawat.
Contohnya missal kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh perawat
dikarenakan perawat lupa membaca instruktur atau catatan atau dokumen
rekam medik pada pasien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Risiko dan hazard bagi perawat saat melakukan implementasi pengkajian :

9
1. Perawat tertular penyakit
2. Tertusuk jarum suntik saat menutup jarum suntik setelah digunakan oleh
pasien.
3. Terdapat luka pada kulit.
4. Terpajan darah.
5. Terkenacairan tubuh manusia.
6. Terinfeksi HIV akibat alat laboratorium.
Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan:
1. Membantu dalam aktifitas sehari-hari
2. Konseling
3. Memberikan asuhan keperawatan langsung.
4. Kompensasi untun reaksi yang merugikan.
5. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk
prosedur.
6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari
anggota staf lain.
Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan:
1. Mempertahankan keamanan klien
2. Memberikan asuhan yang efektif
3. Memberikan asuhan yang seefisien mungkin
2.8 Risiko dan Hazard dalam Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan
kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepweawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencaan tentang Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat oleh perawat
pada tahap perencanaan/intervensi keperawatan kesehatan klien dengan tujuan

10
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Resiko dan hazard bagi perawat saat melakukan evaluasi pengkajian
1. Tenaga kesehatan yang bekerja diruang HIV/AIDS terus menghadapi
masalah komunikasi
2. Menjaga kesehatan klien dan tenaga kesehatan dan infeksi dengan
mempertahankan teknik aseptik , menggunakan alat kesehatan dalam
keadaan seteril.
3. Perawat harus menyusun ulang intervensi bila hasil evaluasi tidak
memuaskan
4. Tidak didapatkan hasil yang sesuai dari perencanaan yang telah di buat.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS
Contoh Kasus
“Seorang perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri”
Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positf difteri
pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
CIREBON – seorang perawat di RSUD Gunung Jati,kota Cirebon, diketahui
positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi, perawat
tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada
pasien positif difteri tersebut, perawat terkena diffteri berinisal Ru dan
bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru
diketahui merupakan perawat pertama difteri yang masuk rumah sakit
tersebut.
Analisa Kasus 1
Hazard yang ada di kasus :
Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.
Upaya pencegahan kasus 1
Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja
RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout dll.
Alasan : meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi yang
dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai
perlindungan diri dengan kasus di atas dapat di hindari jika perawat
menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan difteri melalui
terpaparnya cairan ke pasien.
Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk
perawat.
Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah
terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak

12
menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awalawal sebelum ke
pasien maupun setelah ke pasien.
RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan
baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.
RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.
Alasan : agar petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja
petugas/perawat atau timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (
chek list ) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu bagi sesama pekerja.
Supervisor dan lain-lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter
dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Upaya pecegahan pada perawat :
Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti
mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat kesehatan dalam
keadaan
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.
Perawat mematuhi standar Operatinal Prosedure yang sudah ada RS dan
berhati-hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan tindakan.
Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan
tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan
tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya
penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran
dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang
perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang
perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu
seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku perawat.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat pekerja beserta
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental,
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
1. Pengkajian : Sebagian perawat saat akan melakukan tindakan tidak
melakukan cuci tangan dengan benar atau tidak sesuai dengan SOP.
2. Perencanaan : Akan dilakukan penyuluhan tentang pentingnya dan
cara cuci tangan yang benar.
3. Implementasi : Terpasangnya poster SOP cuci tangan disetiap
washtaffle
4. Evaluasi : Para perawat sudah mulai melakukan tindakan cuci
tangan sesuai SOP
4.2 Saran
Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan
berkerja dengan memperhatikan fungsi dan perannya tersebut. Kesehatan dan
keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus

14
dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Academia. Makalah Konsep Dasar Hazard Dan Pengendaliannya. 10
September.
(akses:https://www.academia.edu/8779943/MAKALAH_Konsep_Dasa
r_K3_Hazard_dan_Pengendaliannya
Anonim. 2014. Risiko Dan Hazard Kasus Pengkajian. 11 September. (akses
: https://www.scribd.com/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-
Pengkajian
Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatn Pasien Rumah Sakit(patient
safety), 2 edn, Bakti Husada,Jakarta.
Hidayah, W. (2019). Hubungan Faktor Risiko dan Hazard dalam Implementasi
Keperawatan. Skripsi. FIK, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Diakses pada tanggal 11 desember 2019
http://repository.ump.ac.id/9327/2/Wulan%20Fatwa%20Hidayah%20B
AB%20I.pdf
Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop
Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS

16
17

Anda mungkin juga menyukai