Oleh:
KELOMPOK 8
Bintang Coky Erlangga 2105160140
Harum Dany Br Perangin Angin 2105160117
Sendy Arab 2105160133
KELAS 5 C MANAJEMEN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Linzy Pratami Putri sebagai
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Resiko yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
Hlm
COVER……………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………. 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Darmawi, H. (2011). Manajemen perbankan. Bumi Aksara
1
2
a. Apakah resiko ?
b. Apakah manajemen resiko?
c. Mengapa resiko harus dikelola?
d. Bagaimana manajemen resiko yang efektif?
Dll.
2
Rahmany, S. (2012). Manajemen Risiko Syariah Menurut Fatwa MUI. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah
Perekonomian Kita , 1 (1), 153-165.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tariqullah, K., & Ahmed, H. (2008). Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar
Grafindo offset.
3
4
Kembali pada contoh diatas, untuk bekerja, terdapat risiko hilangnya waktu senggang,
gangguan kesehatan serta kemungkinan dipecat. Apakah dengan adanya risiko tersebut
seseorang memutuskan untuk tidak bekerja? Pilihan untuk tidak bekerja tentu memiliki
konsekuensi yang tidak sama dengan pilihan untuk bekerja. Dengan tidak bekerja
seseorang tidak akan memperoleh keuntungan finansial, karier, dan prestasi.
Namun, tidak bekerja belum tentu menghindarkan nya dari risiko hilangnya waktu
senggang dan gangguan kesehatan. Bahkan tidak bekerja dapat menibulkan resiko
tambahan seperti rendah diri dan depresi.4
4
Nasution, A., & Lastario, A. H. F. FUNGSI MANAJEMEN RESIKO. Manajemen Resiko, 59.
5
Sifat dasar manusia adalah cenderung tidak mau menerima resiko, oleh karena
itu, diperlukan upaya agar hubungan antara risiko dan hasil dalam situasi, yaitu :
● hasil maksimal pada risiko yang minimal;
● meningkatkan probabilitas keberhasilan dan menurunkan risiko kegagalan;
● menetapkan titik temu risiko dan hasil;
Tabel 1.1 memperlihatkan hubungan antara risiko dan hasil serta kaitannya
dalam menyikapi aktivitas yang dilakukan.5
Tabel 1.1. Aktivitas Terkait Risiko Versus Hasil
5
Sari, L. K. (2012). Penerapan manajemen risiko pada perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi
AKUNESA, 1(1), 1-21.
6
6
Nasution, A., & Lastario, A. H. F. FUNGSI MANAJEMEN RESIKO. Manajemen Resiko, 59.
7
7
Nasution, A., & Lastario, A. H. F. FUNGSI MANAJEMEN RESIKO. Manajemen Resiko, 59
8
Risiko menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah adalah potensi kerugian akibat terjadinya
suatu peristiwa tertentu. Manajemen risiko dari sudut perbankan merupakan
serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari
kegiatan usaha bank (PBI No. 13/23/PBI/2011).8
8
Lokobal, A., Sumajouw, M. D., & Sompie, B. F. (2014). Manajemen risiko pada perusahaan jasa
pelaksana konstruksi di Propinsi Papua (study kasus di Kabupaten Sarmi) Jurnal Ilmiah Media
Engineering, 4(2).
9
Dalam arti lain, kerangka manajemen risiko merupakan pengembangan yang lebih luas
dari komponen penilaian risiko dalam kerangka pengendalian internal (dikembangkan
menjadi tiga kompoonen di kerangka manajemen risiko yaitu event
identification, risk assessment, dan risk response) (Renaldo, 2015).
Regulasi Manajemen Risiko Bagi Bank Islam di Indonesia Sebagai bank sentral yang
memfasilitasi perbankan syariah, Bank Indonesia juga memiliki peraturan yang
mengatur penerapan manajemen risiko perbankan syariah.
Hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011. Dalam
peraturan ini Bank Indonesia memberikan sejumlah ketentuan-ketentuan terkait
dengan penerapan manajemen risiko bagi perbankan yang menjalankan kegiatannya
dengan prinsip syariah.
Saat ini sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko di dalam
perbankan syariah, bank umum syariah maupun unit usaha syariah diatur di dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 pasal 17 ayat 1.9
9
Ali, I. H., MM, C., & Nugraha, F. A. Konsep dasar pengendalian internal: Hubungan antara
pengendalian internal, manajemen risiko, corporate governance dan IT governance.
10
Dalam hal menekan resiko pembiayaan maka dapat dilakukan usaha sebagai berikut:
b. Menerapkan analisis 5C dengan penuh cermat, misalnya dalam hal Character
Koperasi Syariah harus memahami bagaimana respon calon anggota saat
memberikan informasi, apakah sesuai dengan yang tertera pada Surat Permohonan
Vol. 20 | Nomor 2 | Oktober 2019 Pembiayaan, kemudian juga kepaduan antara anggota
dengan pasangannya(suami/istri), juga yang tidak kalah penting ialah mendalami
profile calon anggota kepada masyarakat sekitar rumahnya. Dalam hal Capital analis
koperasi syariah harus memastikan bahwa permodalan yang dimiliki oleh calon
anggota > 8% sesuai standard BI dan bersumber dari yang halal.
Dalam hal Condition, apakah lokasi usaha berada dilokasi yang strategis, ramai
dantidak berada di zona terlarang, seperti diatas trotoar atau ilegal, juga berkas
administrative diri maupun usaha. Dalam hal Collateral analis harus mampu menilai
secara cermat nilai intrinsic dari barang/asset yang dijaminkan mampu mengcover
pembiayaan apa tidak? diupayakan diatas dari plafond pembiayaan,10
10
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
11
11
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
12
e. Risiko Pasar
Risiko pasar memang sangat kompleks, tidak bisa dibahas hanya parsial saja namun
harus menyeluruh. Pasar yang dimaksud disini adalah pasar konvensional, yang
menjadi media tumbuh dan mekarnya koperasi. Risiko pasar bisa cukup bermasalah
jika usaha anngota bermasalah dengan kondisi pasar yang kurang menguntungkan
sehingga pembayaran angsuran bisa menjadi tidak lancar. Adapun upaya yang dapat
dilakukan berdasarkan empiris diantaranya sebagai berikut:
1) Mengetahui secara detail Condition, keadaan Pasar dari berbagai aspek
diantranya factor keamanan lingkungan pasar baik untuk pembeli maupun
pedagang apakah terbebas dari premanisme. Keramaian dan kepadatan
pengunjung, apabila pasar tersebut ramai dikunjungi setiap hari dan sampai
diatas pukul 12:00 maka pasar tersebut dapat dikategorikan sebagai pasar yang
potensial.
12
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
13
g. Risiko Organisasi
Organisasi Koperasi syariah harus diisi oleh orang-orang yang profesinal dna
berintgritas(amanah). Mulai dari top manajemen, yaitu pengurus,pengawas dan
manajer sampai dengan level bawah semisal office boy.
Ditemukan beberapa kasus koperasi syariah yang bermasalah itu disebabkan oleh tidak
berjalannya fungsi organisasi dikarenakan kualitas Sumber Daya Insaninya yang tidak
13
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
14
kompeten dan amanah. Dalam pengelolannya tidak memiliki aturan mapun SOP/SOM
yang jelas.
Dalam hal implementasi resiko syariah kita dapat merujuk sabda rasulullah
“apabila suatu perkara diserahkan kepada ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.
Karena itu didalam proses rekrutmen pengurus maupun pengelola harus benar-benar
cermat.
Langkah berikutnya adalah upgreading skill dan menumbuhkan rasa
ketauhidan kepada Allah SWT agar senantiasa mawas diri pengurus dan pengelola
secara rutin dan berorientasi pada peningkatan kinerja.
h. Risiko Solvabilitas
Risiko Solvabilitas dianalisa oleh Pengawas maupun manajer. Merupakan bagian dari
upaya maqosid syariah, yaitu hifzul maal dalam hal ini dapat diketahui melalui metode
penghitungan;
1) DAR(Debt to Asset Ratio) untuk mengetahui coverage Aset Koperasi
terhadap hutang dengan cara membagi antara total hutang dengan Aset
dikalikan 100%. Koperasi Syariah yang baik DAR-nya < 50%. Hal ini dapat
terjadi apabila anggota koperasi berkontribusi aktif dalam mendanai
operasional koperasi.14
2) DER (Debt to Equity Ratio) untuk mengetahui coverage Modal Koperasi
terhadap hutang dengan cara membagi antara total hutang dengan modal
dikalikan 100%. Semakin kecil DER-nya semakin baik kondisi koperasi.
i. Risiko Operasional
Risiko operasional Koperasi syariah yang dimasud disini adalah berkaitan dalam
operasional rutinitas/harian. Seperti salah input nominal, salah input rekening, salah
input databased anggota, penyelewangan penggunaan dana/pembiayaan oleh anggota
maupun staf dan sebagainya.
14
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
15
Untuk meminimalisir hal tersebut maka fungsi pengawasan harus ditingkatkan melalui
bebrapa upaya sebagai berikut:
1) Pengecekan rutin bukti fisik perekaman simpanan (buku tabungan) maupun
pembiayaan (buku angsuran) anggota.
2) Pemberian cuti kepada staf
3) Rolling posisi maupun pasar binaan
4) Aturan Reward & Punishman
5) Penyuluhan kepada Anggota
j. Risiko Berdasar Kapital
Modal dalam koperasi syariah sama halnya seperti koperasi pada umumnya, yaitu
simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan dan hibah.
Dalam menghitung modal koperasi adalah dengan membagi antara modal tertimbang
dengan aktiva produktif tertimbang. Standar permodalan koperasi merujuk pada
permodalan perbankan yaitu 8%. Implementasi risiko permodalan pada koperasi
syariah diantaranya:15
15
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
16
Tindakan hukum dalam sengketa keuangan syariah dapat berupa perdata yang
dapat dinaikkan tingkatannya menjadi gugatan pidana apabila unsur-unsur untuk
terjadinya pidana telah terpenuhi. Permasalahan yang timbul bisa terjadi karena
perjanjian pembiayaan dengan pihak luar, perjanjian pembiayaan dengan anggota,
perjanjian dengan penyedia logistik/vendor inventaris, perjanjian sewa bangunan, atau
perjanjian lain yang mungkin akan diadakan oleh lembaga kepada pihak lain.16
16
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan yang logis dan sistematik dalam
mengenali, mengukur, mengelola, dan melaporkan risiko yang terkait dengan aktivitas
atau proses suatu organisasi. Hal ini sangat penting karena risiko secara alami
berkorelasi secara negatif dengan hasil yang diharapkan.
Semakin besar risiko, semakin besar potensi kerugian yang mungkin terjadi,
tetaapi pada saat yag sama, risiko yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan hasil
dan menciptakan peluang.
Semua anggota organisasi juga harus berbicara dengan bahasa yang sama
dalam mengartikan risiko, baik sebagai bahaya maupun peluang. Selain itu,
Pengetahuan tentang manajemen risiko harus melekat pada setiap individu organisasi.
17
18
3.2 Saran
Berdasarkan isi materi yang telah dibahas, berikut adalah beberapa saran terkait
manajemen risiko:
Selain itu, ini juga dapat mematuhi peraturan yang berlaku dan menjaga reputasi
mereka dalam industri.
19
DAFTAR PUSTAKA