Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DAN FUNGSI MANAJEMEN RESIKO

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


MANAJEMEN RESIKO

Oleh:
KELOMPOK 8
Bintang Coky Erlangga 2105160140
Harum Dany Br Perangin Angin 2105160117
Sendy Arab 2105160133

DOSEN PENGAMPU : LINZZY PRATAMI PUTRI SE., M.M

KELAS 5 C MANAJEMEN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Linzy Pratami Putri sebagai
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Resiko yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan , 7 Oktober 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

Hlm
COVER……………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………. 2

BAB II: PEMBAHASAN 3


2.1 Apakah Risiko?…………………................................................ 4
2.2 Risiko Versus Hasil……………………………………………. 5
2.3 Manajemen Risiko……………………………………………… 6
BAB III: PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….
17
3.2 Saran……………………………………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakkan resiko? Karena selalu ingin
aman dan hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung resiko.
Namun semua tahap kehidupan kita mengandung resiko. Kemanapun kita mengelak
atau lari dari resiko, maka disitu pun kita akan menemukan resiko yang lain nya.
Resiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada
orang yang mengatakan, bahwa tak ada hidup tanpa resiko sebagaimana tak ada hidup
tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita mengalami resiko, baik sebagai
perorangan, maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha melindungi diri terhadap
resiko, demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi usahanya dari
resiko.
Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu
harus di manajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah para pengusaha
Indonesia kurang memperhatikan manajemen resiko? Surat kabar Harian kompas pada
tanggal 20 Juli 1985 menulis, bahwa ada gejala aneh dan tidak sehat dalam bisnis jasa
asuransi di Indonesia.
Disatu pihak mereka mengeluh kekurangan nasabah, dipihak lain mereka
cenderung menolak calon-calon nasabah. Perusahaan asuransi enggan menerima
penutupan perlindungan resiko perusahaan, karena ternyata kebanyakan perusahaan
tidak memanajemeni resiko harta yang hendak diasuransikan itu.

1.2 Rumusan Masalah


Lantas apakah setelah mengetahui resiko dari aktivitas yang kita lakukan
membuat kita menghindari aktivitas tersebut untuk menghindari resikonya?1

1
Darmawi, H. (2011). Manajemen perbankan. Bumi Aksara

1
2

a. Apakah resiko ?
b. Apakah manajemen resiko?
c. Mengapa resiko harus dikelola?
d. Bagaimana manajemen resiko yang efektif?
Dll.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban
dari rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang Tanggung jawab pengelolaan resiko oleh pegawai
dan direktur terhadap pemilik, Resiko dalam lembaga keuangan dan Proses
Manajemen Resiko.
b. Untuk memahami tentang konsep dan fungsi-fungsi manajemen resiko 2

2
Rahmany, S. (2012). Manajemen Risiko Syariah Menurut Fatwa MUI. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah
Perekonomian Kita , 1 (1), 153-165.
BAB II
PEMBAHASAN

Program manajemen resiko pertama-tama bertugas mengidentifikasikan risiko-


risiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko itu dan
kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani risiko itu.
Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil atau mengendalikan nya.
Besarnya ukuran resiko dan frekuensi kemunculan kejadian yang tidak di
inginkan menuntut manajemen resiko. Perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-
faktor resiko yang dihadapi, mengukur besarnya resiko dan memanajemeni resiko
tersebut.
Resiko adalah kerugian karena kejadian yang tidak diharapkan terjadi.
Misalnya, Kejadian sakit mengakibatkan kerugian sebesar biaya berobat dan upah yang
hilang karena tidak dapat bekerja selama sakit. Risiko ini disebut dengan risiko sakit.
A yang mempunyai cadangan dana banyak mampu menopang risiko tersebut.
Dikatakan bahwa A mampu menerima risiko besar.
Penyediaan cadangan dana adalah salah satu bentuk manajemen risiko yang
disebut asuransi diri (self insurance). Self insurance adalah mentransfer risiko kepada
diri A sendiri, yaitu dengan menyediakan sejumlah dana cadangan. A mempunyai
pilihan lain, yaitu mentransfer risiko ke perusahaan asuransi dengan membayar premi.
Namun, cara ini memunculkan masalah standar yaitu seleksi yang berlawanan (adverse
selection) dan bahaya moral (moral hazard).
Akibatnya, premi asuransi cenderung menjadi mahal karena memperhitungkan
kedua permasalahan tersebut. Oleh karena itu, self insurance merupakan manajemen
resiko yang lebih baik dibanding mentransfer resiko kepada pihak lain. Orang yang
memilih cara manajemen resiko self insurance akan cenderung lebih banyak berhati-
hati dalam menjaga kesehatan nya.
Penjelasan tentang resiko, risiko versus hasil, dan manjemen risiko diharapkan akan
memberikan pencerahan dalam bersikap untuk menghadapi risiko. 3

3
Tariqullah, K., & Ahmed, H. (2008). Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar
Grafindo offset.

3
4

2.1 Apakah Risiko ?


“Risiko merupakan bahaya: Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu
tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan
yang ingin dicapai.”
“risiko juga merupakan peluang: Risiko adalah sisi yang berlawanan dari
peluang untuk mecapai tujuan.”
Kata kuncinya adalah “tujuan” dan “dampak/sisi yang berlawanan.”

Penjelasan nya adalah sebagai berikut. Guna mempertahankan eksistensi kehidupan,


maka diperlukan suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan tindakan atau suatu
aktivitas. Aktivitas memiliki risiko jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya aktivitas
memberikan peluang untuk memperoleh hasil yang di inginkan.

Kembali pada contoh diatas, untuk bekerja, terdapat risiko hilangnya waktu senggang,
gangguan kesehatan serta kemungkinan dipecat. Apakah dengan adanya risiko tersebut
seseorang memutuskan untuk tidak bekerja? Pilihan untuk tidak bekerja tentu memiliki
konsekuensi yang tidak sama dengan pilihan untuk bekerja. Dengan tidak bekerja
seseorang tidak akan memperoleh keuntungan finansial, karier, dan prestasi.

Namun, tidak bekerja belum tentu menghindarkan nya dari risiko hilangnya waktu
senggang dan gangguan kesehatan. Bahkan tidak bekerja dapat menibulkan resiko
tambahan seperti rendah diri dan depresi.4

4
Nasution, A., & Lastario, A. H. F. FUNGSI MANAJEMEN RESIKO. Manajemen Resiko, 59.
5

2.2 Risiko Versus Hasil


Risiko dan (imbal) hasil bagaikan dua sisi mata uang yang berlawanan.
Kecenderungan hubungannya adalah tingkat hasil yang tinggi membutuhkan tingkat
risiko yang tinggi juga. Jargon yang terkenal dipasar modal adalah “High risk : High
Return”. Artinya, Jika berani mengambil risiko tinggi, lakukan investasi pada saham
lapis kedua atau ketiga yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami kerugian.

Namun sebaliknya, saham tersebut berpeluang untuk mengalami kenaikan


harga yang tinggi sehingga memberikan peluang keuntungan yang tinggi.

Sifat dasar manusia adalah cenderung tidak mau menerima resiko, oleh karena
itu, diperlukan upaya agar hubungan antara risiko dan hasil dalam situasi, yaitu :
● hasil maksimal pada risiko yang minimal;
● meningkatkan probabilitas keberhasilan dan menurunkan risiko kegagalan;
● menetapkan titik temu risiko dan hasil;
Tabel 1.1 memperlihatkan hubungan antara risiko dan hasil serta kaitannya
dalam menyikapi aktivitas yang dilakukan.5
Tabel 1.1. Aktivitas Terkait Risiko Versus Hasil

Risiko menurun Risiko tetap Risiko meningkat


MAKSIMALKAN Tingkatkan Lakukan aktivitas secara
Hasil Meningkat AKTIVITAS !!! Aktivitas hati-hati
Lakukan aktivitas Turunkan Aktivitas
Hasil Tetap Tingkatkan aktivitas secara hati hati
Lakukan Aktivitas Turunkan HENTIKAN
Hasil Menurun secara hati-hati Aktivitas AKTIVITAS

5
Sari, L. K. (2012). Penerapan manajemen risiko pada perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi
AKUNESA, 1(1), 1-21.
6

2.3 Manajemen Resiko

1. Apakah Manajemen Risiko?


“Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik
dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi,
serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
aktivitas atau proses.”

2. Mengapa Risiko Harus Dikelola?


Hubungan antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier
negatif. Semakin tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang
semakin besar untuk dihadapi. Untuk itu, diperlukan upaya yang serius agar
hubungan tersebut menjadi kebalikannya, yaitu aktivitas yang
meningkatkan hasil pada saat risiko menurun.

3. Bagaimana Manajemen Resiko Yang Efektif?


Manajemen Resiko yang efektif membantu suatu organisasi untuk dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Strategi risiko dan kontrol secara komprehensif berdasarkan
pertimbangan yang terkait pada :
- Toleransi terhadap resiko, yaitu kejelasan tentang seberapa besar
risiko yang bersedia ditanggung dan risiko apa yang harus dihindari;
- Filosofi terhadap risiko, yaitu menentukan cara pandang atau sikap
dan tindakan terhadap risiko;
- Akuntabilitas risiko, yaitu kemampuan dalam penanganan risiko;
b. Disiplin manajemen risiko pada seluruh entitas organisasi yang
mencakup:6

6
Nasution, A., & Lastario, A. H. F. FUNGSI MANAJEMEN RESIKO. Manajemen Resiko, 59.
7

- Kesatuan bahasa dalam mengartikan resiko, yaitu penyatuan bahasa


apakah risiko sebagai bahaya apakah risiko sebagai peluang;
- Pengetahuan manajemen resiko yang melekat pada setiap individu
di dalam organisasi.

c. Integrasi manajemen resiko didalam kerangka kerja tata kelola


perusahaan (Corporate Governance
d. Strategi penyesuaian risiko (Risk-adjusted) pada saat pengambilan
keputusan
e. Kemampuan Manajemen senior untuk memahami dampak resiko
terhadap;
- Keuntungan;
- Nilai saham;
f. Peningkatan identifikasi portofolio dan rencana aksi (Action plan)
g. Memahami proses bisnis kunci
h. Sistem peringatan dini dan respons bencana yang efektif
i. Peningkatan keamanan informasi 7

7
Nasution, A., & Lastario, A. H. F. FUNGSI MANAJEMEN RESIKO. Manajemen Resiko, 59
8

4. Proses Manajemen Risiko


Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah:
1. Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan meliputi langkah memutuskan
bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
2. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah
mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap pelaku
bisnis.
3. Analisis Risiko Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses
menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi.
Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan
proyek.

Risiko menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah adalah potensi kerugian akibat terjadinya
suatu peristiwa tertentu. Manajemen risiko dari sudut perbankan merupakan
serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari
kegiatan usaha bank (PBI No. 13/23/PBI/2011).8

8
Lokobal, A., Sumajouw, M. D., & Sompie, B. F. (2014). Manajemen risiko pada perusahaan jasa
pelaksana konstruksi di Propinsi Papua (study kasus di Kabupaten Sarmi) Jurnal Ilmiah Media
Engineering, 4(2).
9

5. Hubungan antara Pengendalian Intern dan Manajemen Risiko

Mengingat pentingnya kesadaran (awareness) semua pihak dalam bank atas


risiko, bank harus menginternalisasi konsep manajemen risiko pada seluruh lini yang
ada di bank. Dengan internalisasinya manajemen risiko ke seluruh elemen bank,
memungkinkan bank mendeteksi kelemahan dan penyimpangan yang terjadi secara
tepat waktu.

Perbedaan dari kedua konsep pengendalian intern dan manajemen risiko


adalah jika dilihat dari kerangka COSO, maka perbedaan yang terlihat adalah kerangka
manajemen risiko lebih terfokus pada manajemen risiko yang
sebelumnya telah ada pada penilaian risiko dalam kerangka pengendalian intern.

Dalam arti lain, kerangka manajemen risiko merupakan pengembangan yang lebih luas
dari komponen penilaian risiko dalam kerangka pengendalian internal (dikembangkan
menjadi tiga kompoonen di kerangka manajemen risiko yaitu event
identification, risk assessment, dan risk response) (Renaldo, 2015).
Regulasi Manajemen Risiko Bagi Bank Islam di Indonesia Sebagai bank sentral yang
memfasilitasi perbankan syariah, Bank Indonesia juga memiliki peraturan yang
mengatur penerapan manajemen risiko perbankan syariah.
Hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011. Dalam
peraturan ini Bank Indonesia memberikan sejumlah ketentuan-ketentuan terkait
dengan penerapan manajemen risiko bagi perbankan yang menjalankan kegiatannya
dengan prinsip syariah.
Saat ini sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko di dalam
perbankan syariah, bank umum syariah maupun unit usaha syariah diatur di dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 pasal 17 ayat 1.9

9
Ali, I. H., MM, C., & Nugraha, F. A. Konsep dasar pengendalian internal: Hubungan antara
pengendalian internal, manajemen risiko, corporate governance dan IT governance.
10

6. Implementasi Manajemen Resiko Koperasi Syariah


a. Risiko Pembiayaan/Kredit
Pembiayaan merupakan detak nadinya Koperasi dengan jenis usaha simpam
pinjam, termasuk didalamnya KSPPS(Koperasi Syariah). Para analis di Koperasi
kerap kali di juluki sebagai ahli nujum.

Hal ini dikarenakan dalam melakukan proses kelayakan tidak menggunakan BI


Cheking(pemerikaan historis, kualitas kredit/pinjaman), karena memamang koperasi
belum memiliki otoritas SID(Sistem Informasi Debitur) dari OJK. Sehingga diperlukan
kecermatan(Prudent) tingkat tinggi.

Dalam hal menekan resiko pembiayaan maka dapat dilakukan usaha sebagai berikut:
b. Menerapkan analisis 5C dengan penuh cermat, misalnya dalam hal Character
Koperasi Syariah harus memahami bagaimana respon calon anggota saat
memberikan informasi, apakah sesuai dengan yang tertera pada Surat Permohonan
Vol. 20 | Nomor 2 | Oktober 2019 Pembiayaan, kemudian juga kepaduan antara anggota
dengan pasangannya(suami/istri), juga yang tidak kalah penting ialah mendalami
profile calon anggota kepada masyarakat sekitar rumahnya. Dalam hal Capital analis
koperasi syariah harus memastikan bahwa permodalan yang dimiliki oleh calon
anggota > 8% sesuai standard BI dan bersumber dari yang halal.

Dalam hal Condition, apakah lokasi usaha berada dilokasi yang strategis, ramai
dantidak berada di zona terlarang, seperti diatas trotoar atau ilegal, juga berkas
administrative diri maupun usaha. Dalam hal Collateral analis harus mampu menilai
secara cermat nilai intrinsic dari barang/asset yang dijaminkan mampu mengcover
pembiayaan apa tidak? diupayakan diatas dari plafond pembiayaan,10

10
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
11

serta mengecek bukti kepemilikan(legalitasnya). Dalam hal Capacity analis harus


cermat menilai kemampuan pemohon(anggota) dalam membayar angsuran, dengan
cara sebagai berikut:

Menghitung pendapatan bersih (Net Profit/Income);


NPI = (Profit Bruto - Cost Bruto) x 70%
Kemudian Plafond ≤ 70% NPI atau 35% dari takehomepay apabila pemohon
berprofesi sebagai karyawan. Namun yang harus benar-benar dicermati ialah
sumber pendapatan real dengan total costnya.
c. Menyertakan jaminan menjadi keharusan menurut Syariah apabila
dikhawatirkan menimbulkan potensi kerugian dan untuk menjaga harta(hifzul
maal) anggota kreditor(investor/shohibul maal). Dengan menyertakan jaminan
dapat menjaga kualitas pembiayaan dan menekan timbulnya lost asset, serta
menekan rasio pembiayaan beresiko.
d. Risiko Likuiditas
Kemampuan Koperasi Syariah untuk dapat melakukan pembayaran terhadap
kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo merupakan risiko
likuiditas yang harus selalu terus menerus dimonitor dan dicermati.
Kewajiban jangka pendek Jurnal Asy- Syukriyyah adalah kewajiban-
kewajiban yang jatuh tempo kurang dari atau sama dengan 12 bulan.
Impelementasinya sebagai berikut;

1) Dengan melakukan perencanaan arus kas, dengan memperhatikan kualitas


collection(tagihan) dan potensi funding secara disiplin,
2) Bekerjasama (kemitraan) dengan lembaga penjaminan pembiayaan11
syariah(kafil), sehingga apabila pemohon/anggota gagal bayar maka likuiditas
koperasi tetap terjaga

11
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
12

e. Risiko Pasar
Risiko pasar memang sangat kompleks, tidak bisa dibahas hanya parsial saja namun
harus menyeluruh. Pasar yang dimaksud disini adalah pasar konvensional, yang
menjadi media tumbuh dan mekarnya koperasi. Risiko pasar bisa cukup bermasalah
jika usaha anngota bermasalah dengan kondisi pasar yang kurang menguntungkan
sehingga pembayaran angsuran bisa menjadi tidak lancar. Adapun upaya yang dapat
dilakukan berdasarkan empiris diantaranya sebagai berikut:
1) Mengetahui secara detail Condition, keadaan Pasar dari berbagai aspek
diantranya factor keamanan lingkungan pasar baik untuk pembeli maupun
pedagang apakah terbebas dari premanisme. Keramaian dan kepadatan
pengunjung, apabila pasar tersebut ramai dikunjungi setiap hari dan sampai
diatas pukul 12:00 maka pasar tersebut dapat dikategorikan sebagai pasar yang
potensial.

Legalitas/administrasi pengelolaan pasar dan mekanisme sewa/kepemilikan kios atau


lapak juga harus benar-benar diperhatikan agar
terhidar dari sanksi hukum, seperti penertiban oleh pihak trantib maupun
lainnya. Mengetahui adakah rencana jangka panjang dari pengelola pasarjuga
harus diperhatikan untuk mengukur keberlangsungan usaha anggota yang
berdagang di pasar tersebut.
2) Mengetahui secara detail Competitor yang ada didalam pasar tersebut mulai dari
jumlah Lembaga Keuangan/Perorangan yang beredar juga kapasitas dari masing-
masing competitor.12
3) Mekanisme jual-beli atau transaksi yang dilakukan para pedagang terhadap para
pembeli sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Mengetahui kebutuhan utama/dominan
para pedagang maupun pembeli itu apa? terhindar dari resiko material maupun dosa
dan memperoleh keuntungan yang diharapkan tentunya.

12
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
13

f. Risiko Nilai Margin


Menentukan nilai margin menjadi penting diperhatikan oleh koperasi syariah. Hal ini
bertujuan agar:
1) Mampu bersaing dengan competitor
Dengan harga margin/bagi hasil yang kompetitif diharapkan menciptakan
persaingan yang sehat dan kreatifitas pada koperasi dan upaya menjaga
loyalitas anggota yang sudah existing. Dalam hal pengimplementasiannya
koperasi syariah harus memperhatikan beberapa hal:
1. Nilai margin pasar/competitor, haruslah kompetitif agar mampu bersaing
namun juga jangan sampai terjadi unsur Ghoban (melebihi batas kewajaran harga)
sehingga koperasi berpotensi mendapat cap rentenir pada masyarakat.
2. Kemampuan anggota, dengan memperhatikan kondisi maupun volume
usahanya terutama pada akad yang based on nya adalah taawun margin
dapat ditekan.
3. Mampu memberikan kontribusi bagi pendapatan Koperasi Syariah
Dalam menghitung nilai margin Koperasi Syariah memiliki metode, ukuran dan
standar masing-masing. Biasanya dipengaruhi oleh besarnya nisbah bagi hasil dengan
shohibul maal(investor), harga pasaran barang, proyeksi keuntungan dan sebagainya.13

g. Risiko Organisasi
Organisasi Koperasi syariah harus diisi oleh orang-orang yang profesinal dna
berintgritas(amanah). Mulai dari top manajemen, yaitu pengurus,pengawas dan
manajer sampai dengan level bawah semisal office boy.

Ditemukan beberapa kasus koperasi syariah yang bermasalah itu disebabkan oleh tidak
berjalannya fungsi organisasi dikarenakan kualitas Sumber Daya Insaninya yang tidak

13
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
14

kompeten dan amanah. Dalam pengelolannya tidak memiliki aturan mapun SOP/SOM
yang jelas.

Dalam hal implementasi resiko syariah kita dapat merujuk sabda rasulullah
“apabila suatu perkara diserahkan kepada ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.
Karena itu didalam proses rekrutmen pengurus maupun pengelola harus benar-benar
cermat.
Langkah berikutnya adalah upgreading skill dan menumbuhkan rasa
ketauhidan kepada Allah SWT agar senantiasa mawas diri pengurus dan pengelola
secara rutin dan berorientasi pada peningkatan kinerja.
h. Risiko Solvabilitas
Risiko Solvabilitas dianalisa oleh Pengawas maupun manajer. Merupakan bagian dari
upaya maqosid syariah, yaitu hifzul maal dalam hal ini dapat diketahui melalui metode
penghitungan;
1) DAR(Debt to Asset Ratio) untuk mengetahui coverage Aset Koperasi
terhadap hutang dengan cara membagi antara total hutang dengan Aset
dikalikan 100%. Koperasi Syariah yang baik DAR-nya < 50%. Hal ini dapat
terjadi apabila anggota koperasi berkontribusi aktif dalam mendanai
operasional koperasi.14
2) DER (Debt to Equity Ratio) untuk mengetahui coverage Modal Koperasi
terhadap hutang dengan cara membagi antara total hutang dengan modal
dikalikan 100%. Semakin kecil DER-nya semakin baik kondisi koperasi.
i. Risiko Operasional
Risiko operasional Koperasi syariah yang dimasud disini adalah berkaitan dalam
operasional rutinitas/harian. Seperti salah input nominal, salah input rekening, salah
input databased anggota, penyelewangan penggunaan dana/pembiayaan oleh anggota
maupun staf dan sebagainya.

14
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
15

Untuk meminimalisir hal tersebut maka fungsi pengawasan harus ditingkatkan melalui
bebrapa upaya sebagai berikut:
1) Pengecekan rutin bukti fisik perekaman simpanan (buku tabungan) maupun
pembiayaan (buku angsuran) anggota.
2) Pemberian cuti kepada staf
3) Rolling posisi maupun pasar binaan
4) Aturan Reward & Punishman
5) Penyuluhan kepada Anggota
j. Risiko Berdasar Kapital
Modal dalam koperasi syariah sama halnya seperti koperasi pada umumnya, yaitu
simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan dan hibah.

Dalam menghitung modal koperasi adalah dengan membagi antara modal tertimbang
dengan aktiva produktif tertimbang. Standar permodalan koperasi merujuk pada
permodalan perbankan yaitu 8%. Implementasi risiko permodalan pada koperasi
syariah diantaranya:15

1) Membuat pencadangan risiko terhadap aktiva produktif


2) Membuat batasan risiko bisnis pada aktiva produktif
3) Meningkatkan porsi modal dari pendistribusian SHU
4) Melakukan penjaminan terhadap aktiva produktif pada lembaga penjaminan syariah
k. Risiko Hukum
Risiko hukum dapat terjadi terhadap implikasi yang timbul dari perjanjian atau
kesepakatan dengan beberapa pihak bisa dari anggota atau mitra. Wanprestasi dari
salah satu pihak yang membuat kesepakatan menimbulkan potensi terhadap
counterparty untuk melakukan tindakan hukum.

15
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
16

Tindakan hukum dalam sengketa keuangan syariah dapat berupa perdata yang
dapat dinaikkan tingkatannya menjadi gugatan pidana apabila unsur-unsur untuk
terjadinya pidana telah terpenuhi. Permasalahan yang timbul bisa terjadi karena
perjanjian pembiayaan dengan pihak luar, perjanjian pembiayaan dengan anggota,
perjanjian dengan penyedia logistik/vendor inventaris, perjanjian sewa bangunan, atau
perjanjian lain yang mungkin akan diadakan oleh lembaga kepada pihak lain.16

16
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(2), 30-50.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan yang logis dan sistematik dalam
mengenali, mengukur, mengelola, dan melaporkan risiko yang terkait dengan aktivitas
atau proses suatu organisasi. Hal ini sangat penting karena risiko secara alami
berkorelasi secara negatif dengan hasil yang diharapkan.

Semakin besar risiko, semakin besar potensi kerugian yang mungkin terjadi,
tetaapi pada saat yag sama, risiko yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan hasil
dan menciptakan peluang.

Manajemen risiko yang efektif melibatkan sejumlah komponen kunci. Pertama,


Organisasi harus memiliki strategi risiko yang komprehensif, yang mencakup toleransi
terhadap risiko, filosofi terhadap risiko, dan akuntabilitas risiko.

Semua anggota organisasi juga harus berbicara dengan bahasa yang sama
dalam mengartikan risiko, baik sebagai bahaya maupun peluang. Selain itu,
Pengetahuan tentang manajemen risiko harus melekat pada setiap individu organisasi.

17
18

3.2 Saran
Berdasarkan isi materi yang telah dibahas, berikut adalah beberapa saran terkait
manajemen risiko:

1. Penerapan Manajemen Risiko Yang Komprehensif: Organisasi


harus mengadopsi pendekatan Manajemen Risiko yang komprehensif,
yang mencakup strategi risiko yang jelas, Toleransi terhadap risiko yang
didefinisikan dengan baik, serta filosofi dan akuntabilitas yang kuat. Ini
harus menjadi bagian integral dari budaya organisasi.

2. Pendidikan dan Pelatihan: Semua individu dalam organisasi harus


memiliki pengetahuan tentang manajemen risiko. Ini dapat dicapai
melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan, sehingga setiap
anggota organisasi dapat mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan
risiko dengan benar.

3. Integrasi dalam corporate Governance: Manajemen risiko harus di


integrasikan dalam kerja tata kelola perusahaan (Corporate
Governance) sehingga pengambilan keputusan dan pengelolaan risiko
dilakukan dengan kooordinasi yang baik di semua tingkatan organisasi.

Dengan menerapkan tiga saran ini, organisasi dapat mengembangkan praktik


Manajemen Risiko yang lebih efektif, mengurangi potensi risiko yang dapat
mempengaruhi keberlanjutan bisnis, dan memaksimalkan peluang yang ada.

Selain itu, ini juga dapat mematuhi peraturan yang berlaku dan menjaga reputasi
mereka dalam industri.
19

DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, H. (2011). Manajemen perbankan. Bumi Aksara


Rahmany, S. (2012). Manajemen Risiko Syariah Menurut Fatwa MUI. IQTISHADUNA: Jurnal
Ilmiah Perekonomian Kita , 1 (1), 153-165
Tariqullah, K., & Ahmed, H. (2008). Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Sinar Grafindo offset
Nasution, A., & Lastario, A. H. F. FUNGSI MANAJEMEN RESIKO. Manajemen Resiko, 59.
Sari, L. K. (2012). Penerapan manajemen risiko pada perbankan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi AKUNESA, 1(1), 1-21
Lokobal, A., Sumajouw, M. D., & Sompie, B. F. (2014). Manajemen risiko pada perusahaan
jasa pelaksana konstruksi di Propinsi Papua (study kasus di Kabupaten Sarmi) Jurnal Ilmiah
Media Engineering, 4(2)
Ali, I. H., MM, C., & Nugraha, F. A. Konsep dasar pengendalian internal: Hubungan antara
pengendalian internal, manajemen risiko, corporate governance dan IT governance
Hidayat, W. (2019). Implementasi Manajemen Resiko Syariah Dalam Koperasi Syariah. Jurnal
Asy-Syukriyyah, 20(2), 30-50

Anda mungkin juga menyukai