Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS RISIKO DAN PENGENDALIAN RISIKO

Untuk memenuhi tugas mata kuliah K3


dengan dosen pembimbing
Retno Eka Pramitasari, S.Pd.,M.Pd

Oleh
Muhammad Chamdani 1794074016

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga penulis berterima kasih
kepada ibu Retno Eka Pramitasari, S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah K3 Universitas
Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang yang telah memberikan tugas ini kepada penulis
sebagai rangkaian proses pembelajaran. Makalah yang ada di hadapan pembaca ini
memberikan penjelasan tentang analisis risiko dan pengendalian risiko.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai analisis risiko dan pengendalian risiko. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
yang dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya, sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jombang, 10 Mei 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... I
DAFTAR ISI.................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. LatarBelakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Penilaian Risiko............................................................................. 2
B. Identifikasi Risiko ......................................................................... 2
C. Pengertian Analisis Risiko............................................................. 4
D. Pengendalian Risiko...................................................................... 6
BAB III PENUTUP......................................................................................... 10
A. Kesimpulan.................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahaya dan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat
pada setiap pekerjaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri,
teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara
garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition.
OHSAS 18001 menyebutkan risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya
kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.(1)Sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berintikan manajemen risiko. Aspek K3 timbul
karena adanya risiko yang harus dikelola dan sebaliknya jika tidak ada bahaya, artinya
tidak ada risiko sehingga manajemen K3 tidak diperlukan. Kepmenaker No 05/1996
memberlakukan SistemManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan
secara internasional berlaku OHSAS 18001:2007 yang menempatkan manajemen
risiko menjadi salah satu elemen penting. Manajemen risiko itu sendiri terdiri dari
Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, biasanya disebut
dengan HIRARC (Hazard Identification, RiskAssessment And RiskControl).
Manajemen risiko ini dilakukan untuk mengelola risiko agar tidak terjadinya
kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan melalui proses identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendaliannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Analisis Risiko?
2. Bagaimana Pengendalian Risiko?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Analisis Risiko?
2. Mengetahui bagaimana Pengendalian Risiko?

1.

III
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penilaian Risiko
Penilaian Resiko adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan bahaya. Ini harus dilihat sebagai proses yang membantu kita  untuk
mengidentifikasi unsur-unsur kegiatan apa yang dapat menyebabkan cedera pada
manusia, dan untuk memperkenalkan langkah-langkah pengendalian yang diperlukan
untuk mengurangi risiko cedera pada tingkat yang dapat diterima. Dengan penilaian
resiko diharapkan semua orang mengetahui pengendalian operasional apa yang
diperlukan ketika ada risiko yang signifikan.
Penilaian risiko bukanlah proses untuk menghilangkan semua bahaya di tempat
kerja. Bukan pula berarti melarang kegiatan yang “berbahaya”, sedangkan kegiatan
tersebut perlu dan biasa dilakukan. Kita semua hidup dengan beberapa risiko, beberapa
kegiatan yang kita lakukan bisa digolongkan sebagai berbahaya. Penilaian resiko
memastikan apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko cedera ke tingkat
yang rendah secara praktis.Contoh: Seorang anak harus menyeberang jalan dengan lalu
lintas yang sibuk saat berangkat ke sekolah.
Apakah kita memberitahu anak-anak untuk tidak pernah menyeberang jalan
karena itu terlalu berbahaya? Tidak! Kita perlu menilai risiko dan melakukan tindakan
pengendalian yang sesuai, misalnya meminta anak tersebut untuk selalu menyeberang
di zebra cross saat lampu merah lalu lintas berwarna merah, atau menyeberang pada
jembatan penyeberangan yang tersedia.
Penilaian resiko harus “sesuai” dan “memadai” sesuai risiko kesehatan dan
keselamatan kerja yang dihadapi selama berada di tempat kerja. Sesuai dan memadai
berarti bahwa ketika kita melakukan penilaian risiko, kita diharapkan untuk mengambil
langkah-langkah yang wajar untuk mengidentifikasi semua bahaya, memperkenalkan
pengendalian yang sesuai dan mengurangi risiko cedera ke tingkat yang dapat diterima.
Hal ini bisa jadi membutuhkan beberapa masukan dari orang lain yang lebih
berpengalaman dan mengetahui detail tentang tugas atau aktivitas terkait.

B. Identifikasi Risiko (Identifikasi Bahaya)


Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) Proses identifikasi bahaya adalah
proses lanjutan dari identifikasi kegiatan, pada proses identifikasi bahaya akan
dilakukan penjabaran resiko dari setiap kegiatan yang sudah diidentifikasi. Adapun
IV
bagian-bagian yang terdapat pada bagian ini kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
yaitu: pekerjaan panas yang di dalamnya terdapat pengelasan, pengerindaan,
pemotongan, serta pengeboran. Pekerjaan dingin bekerja di ketinggian, pengecatan
perbaikan intalasi pipa, perbaikan mesin/pompa sera perbaikan listrik, civil dan
mechanic. Pada bagian ini kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan perawatan.
Tindakan perawatan infrastuktur paling banyak adanya kecelakaan dan perbuatan
yang mengarah pada tindakan yang mengandung bahaya kerja selalu diikuti dengan
potensi terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya perhatian manusia, cara
penggunaan peralatan yang salah atau tidak semestinya, pemakaian alat pelindung diri
yang kurang baik dan kesalahan lain yang terjadi dilingkungan kerja. Konsultasi
dengan karyawan yang berpengalaman adalah salah satu hal yang paling mudah dan
efektif dalam proses pengidentifikasian bahaya di tempat kerja, karyawan tersebut
lebih tahu apa saja yang dapat dilakukan dengan cara yang salah dan mereka tahu
alasan kenapa, berdasarkan pengalaman kerja mereka sebelumnya.
Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagian ini kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan yaitu: pekerjaan panas yang di dalamnya terdapat pengelasan,
pengerindaan, pemotongan, serta pengeboran. Pekerjaan dingin bekerja di ketinggian,
pengecatan perbaikan intalasi pipa, perbaikan mesin/pompa sera perbaikan listrik,
civil dan mechanic. Pada bagian ini kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
perawatan. Tindakan perawatan infrastuktur paling banyak adanya kecelakaan dan
perbuatan yang mengarah pada tindakan yang mengandung bahaya kerja selalu
diikuti dengan potensi terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya perhatian
manusia, cara penggunaan peralatan yang salah atau tidak semestinya, pemakaian alat
pelindung diri yang kurang baik dan kesalahan lain yang terjadi dilingkungan kerja.
Contoh hasil dari hazard identification dapat dilihat pada Tabel 4
No Proses Potensi Bahaya Risiko
1 Pengelasan
A. Terkena Asap Las - Gangguan Pernafasan
- Manusia
- Lingkungan
- Asset - Cedera Anggota Badan
B. Percikan Api Las - Kebakaran/Kerusakan
- Manusia Asset
- Lingkungan

V
- Asset - Gangguan Penglihatan
C. Radiasi Sinar Las
- Manusia - Cedera Anggota Badan
- Lingkungan - Kematian
- Asset
D. Tersengat Arus Listrik
- Manusia - Cedera Anggota Badan
- Lingkungan - Kebakaran/Ledakan
- Asset
E. Hubungan Arus Pendek
- Manusia
- Lingkungan
- Asset

C. Pengertian Analisis Risiko


Bahaya ( hazard) Adalah sumber potensi kerusakan atau situasi yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sumber bahaya jika
memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif. Potensi dari rangkaian sebuah
kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu
bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya
terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya
akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur. (Tranter 1999 dalam
Khamidah.2013).
Dalam terminology Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), bahaya
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Hal tersebut dapat menyebabkan luka (injury), kematian, kerusakan
property perusahaan yang bersifat akut. Sedangkan Jenis bahaya keselamatan :
a. Bahaya mekanik : disebablkan oleh mesin atau alat kerja mekanik (tersayat,
terjatuh, tertindih dan terpeleset).
b. Bahaya elektrik : disebabkan peralatan yang mangandung arus listrik

VI
c. Bahaya kebakaran : disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable
(mudah terbakar)
d. Bahaya peledakan : disebabkan oleh susbtansi  kimia (explosive)
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan gangguan kesehatan (penyakit) dan biasanya bersifat kronis. Jenis
bahaya kesehatan :
a. Bahaya fisik        : kebisingan, getaran, radiasi ion dan     non-pengionm suhu
ekstrim dan pencahayaan.
b. Bahaya kimia     : material/bahan yang bersifat antiseptik, aerosol, insektisida,
dust, mist, fumes,gas, vapor.
c.  Bahaya Ergonomi            : repetitive movement, static posture, manual handling
dan postur janggal.
d. Bahaya Biologi : makhluk hidup di lingkungan kerja (bakteri,virus, protozoa
dan fungi/jamur  yang bersifat patogen)
e. Bahaya psikologi : beban kerja terlalu berat, hubungan dan kondisi kerja yang
tidak nyaman.
Menurut IEC/TC56 (AS/NZS 3931), Analisis Risiko adalah Sistem teknologi,
mengartikan risiko sebagai “kombinasi dari frekuensi, atau probabilitas munculnya,
dan konsekuensi dari suatu kejadian berbahaya yang spesifik” (Cross, 1998)
Risiko dibagi menjadi 5 macam (menurut Risk Assesment and Management
Handbook: For Enviromental, health, and safety profesional) :
1. Risiko Keselamatan (Safety Risk)
Ciri-ciri resiko ini yaitu low probability, high-level exposure, high-
consequence accident, bersifat akut, menimbulkan efek secara langsung.
2. Risiko Kesehatan (Health Risk)
Ciri-ciri risiko ini yaitu high probability, low level exposure, low-
consequence, long-latency, delayed effect tidak langsung terlihat dan bersifat
kronik.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Enviromental Ecological Risk)
Ciri-ciri resiko ini yaitu melibatkan interaksi yang beragam antara populasi
dan komunitas, ekosistem pada tingkat mikro maupun makro, ada ketidakpastian
yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada habitatdan dampak
ekosistem yang mungkin bisa bermanisfestasi jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Kesejahteraan Masyarakat (Public Welfare/ Goodwill Risk)
VII
Ciri-ciri risiko ini persepsi kelompok atau umum tentang performance
sebuah organisasi/produk, nilai property, estetika, dan penggunaan sumber daya
terbatas.
5. Risiko Keuangan (Financial Risk)
Ciri-ciri nya yaitu risiko panjang dan jangka pendek dari kerugian property,
perhitungan asuransi,  pengembalian investasi, kemudahan pengoperasian dan
aspek finansial. Risiko ini menjadi pertimbangan utama bagi stakeholder berkaitan
dengan finansial dan mengacu pada tingkat efektivitas dan efisiensi.

D. Pengendalian Risiko

Dalam tahap perencanaan, standar OHSAS 18001 memiliki persyaratan untuk


organisasi untuk membangun hirarki kontrol. Selama proses identifikasi bahaya k3,
organisasi perlu mengidentifikasi apakah sudah ada kontrol dalam organisasi dan
apakah kontrol tersebut memadai untuk identifikasi bahaya. Ketika mendefinisikan
kontrol atau membuat perubahan yang sudah ada, organisasi perlu memperhitungkan
hierarki kontrol/pengendalian bahaya.
Hierarki pengendalian bahaya pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan
dan pelaksanaan pengendalian yang berhubungan dengan bahaya k3. Ada beberapa
kelompok kontrol yang dapat dibentuk untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya
k3, yakni diantaranya:

1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Kontrol Teknik / Perancangan
4. Kontrol Administratif
5. Alat Pelindung Diri.

Tapi, masalahnya adalah bahwa efek dari kelompok kontrol tidak sama, dan
beberapa dari mereka tidak benar-benar menghilangkan atau mengurangi risiko bahaya
dengan cara yang paling memuaskan. Oleh karena itulah hierarki diperkenalkan, untuk
mendorong organisasi untuk mencoba untuk menerapkan kontrol yang lebih baik dan
benar-benar menghilangkan bahaya, jika memungkinkan.

VIII
Setelah Anda menyelesaikan penilaian risiko dan diperhitungkan kontrol yang
ada, Anda harus dapat menentukan apakah kontrol yang ada memadai atau butuh
memperbaiki, atau jika kontrol baru yang diperlukan. Jika kontrol baru atau yang
ditingkatkan diperlukan, pilihan mereka harus ditentukan oleh prinsip hirarki kontrol,
yaitu, penghapusan bahaya bila memungkinkan, diikuti pada gilirannya dengan
pengurangan risiko (baik dengan mengurangi kemungkinan terjadinya atau potensi
keparahan cedera atau merugikan), dengan penerapan alat pelindung diri (APD)
sebagai pilihan terakhir.

Pada dasarnya, hirarki ini mendefinisikan urutan mempertimbangkan kontrol;


Anda dapat memilih untuk menerapkan satu atau kombinasi dari beberapa jenis
kontrol.

Di sinilah Anda harus mulai ketika merencanakan kontrol:

1. Eliminasi – memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya,


memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan
penanganan bahaya manual;
2. Subtitusi – pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem
(misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll);
3. Kontrol teknik / Perancangan – menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan,
interlock, dll .;
IX
4. Kontrol administratif – tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda, tanda-
tanda foto-luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene / lampu,
alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang aman,
penandaan, dan izin kerja, dll .;
5. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan pendengaran,
pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan.

Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat
tersebut  tidak selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan hirarki, Anda
harus mempertimbangkan biaya relatif, manfaat pengurangan risiko, dan keandalan
dari pilihan yang tersedia. Dalam membangun dan memilih kontrol, masih banyak hal
yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:

 Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur dari hirarki di


atas (misalnya, perancangan dan kontrol administratif),
 Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya tertentu yang
dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk individu (misalnya, untuk
memperhitungkan kemampuan mental dan fisik individu),
 Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan kontrol,
 Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang (misalnya, dengan
memilih kontrol rekayasa yang melindungi semua orang di sekitar bahaya daripada
menggunakan Alat Pelindung Diri),
 Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan diterima dan dapat
dilaksanakan secara efektif,
 Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan sederhana dari
tindakan sering diulang, penyimpangan memori atau perhatian, kurangnya
pemahaman atau kesalahan penilaian, dan pelanggaran aturan atau prosedur) dan
cara mencegahnya,
 Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila pengendalian risiko
gagal,
 Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh: visitor atau personil
kontraktor.

X
Setelah kontrol telah ditentukan, organisasi dapat memprioritaskan tindakan
untuk melaksanakannya. Dalam prioritas tindakan, organisasi harus memperhitungkan
potensi pengurangan risiko kontrol direncanakan. Dalam beberapa kasus, perlu untuk
memodifikasi aktivitas kerja sampai pengendalian risiko di tempat atau menerapkan
pengendalian risiko sementara sampai tindakan yang lebih efektif diselesaikan –
misalnya, penggunaan mendengar perlindungan sebagai langkah sementara sampai
sumber kebisingan dapat dihilangkan, atau aktivitas kerja dipisahkan untuk
mengurangi paparan kebisingan. kontrol sementara tidak harus dianggap sebagai
pengganti jangka panjang untuk langkah-langkah pengendalian risiko yang lebih
efektif. Seleksi dan pelaksanaan kontrol adalah bagian paling penting dari Sistem
Manajemen K3, tapi itu tidak cukup untuk membuatnya bekerja. Efek dari
implementasi kontrol harus dipantau untuk menentukan apakah sudah mencapai hasil
yang diinginkan, dan organisasi harus selalu mengejar kemungkinan adanya kontrol
baru yang lebih efektif dan lebih low cost.

XI
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahaya ( hazard) Adalah sumber potensi kerusakan atau situasi yang


berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sumber bahaya jika
memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif. Potensi dari rangkaian sebuah
kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian.
Hierarki pengendalian bahaya pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan
dan pelaksanaan pengendalian yang berhubungan dengan bahaya k3. Ada beberapa
kelompok kontrol yang dapat dibentuk untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya
k3, yakni diantaranya:

1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Kontrol Teknik / Perancangan
4. Kontrol Administratif
5. Alat Pelindung Diri.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini pastinya tidak lepas dari kekurangan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proses
perbaikan.

XII
DAFTAR PUSTAKA

https://isoindonesiacenter.com/hierarki-pengendalian-bahaya-
dalam-ohsas-180012007/
https://katigaku.top/2014/09/27/prinsip-manajemen-dan-jenis-
analisis-risiko-keselamatan-kerja/
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/i
dentifikasi-bahaya-penilaian-resiko.html
http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/55248/mod_resource/content/
1/201808-CPD%20Ahli%20K3%20Konstruksi-14-05-
Identifikasi-Bahaya.pdf.pdf
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/
pengertian-resiko-dan-penilaian-matriks.html

XIII

Anda mungkin juga menyukai