Anda di halaman 1dari 34

SURVEY RISIKO PROFESI

PETUGAS KEAMANAN DALAM (PKD) STASIUN

Laporan Survei Risiko

Disusun oleh:
Nama :
1. Magfira Sulaeman - 20014013
2. Sofa Unada - 20014014

PROGRAM STUDI ASURANSI JIWA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ASURANSI TRISAKTI
JAKARTA
2020
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini, secara jujur dan bertanggung jawab
menyatakan bahwa LAPORAN SURVEY RISIKO ini merupakan hasil karya saya
secara mandiri dibawah pengawasan Dosen Pengampu.

Seluruh data yang digunakan dan proses pembimbingannya bersumber dari


hasil survei di lokasi yang telah disetujui oleh Dosen Pengampu.

Jakarta, 23 Januari 2021

(Magfira Sulaeman) (Sofa Unada)


LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diuji oleh :

Dosen Pengampu :

Ttd

( Insri Nuryati, S.Sos., M.M. )

Laporan Survey Risiko ii


EKSEKUTIF SUMARY
Survei Risiko Profesi
Petugas Keamanan dalam Stasiun

Pada survey risiko ini, penulis mengambil objek risiko dengan jenis
profesi yaitu Petugas Keamanan dalam Stasiun. Meskipun terlihat tidak
terlalu penting bahkan sering diabaikan keberadaannya, namun tugas dan
risiko dari seorang PKD stasiun tidak bisa dianggap kecil karena mereka
bekerja di tempat yang memiliki risiko dapat menghilangkan nyawa para
pekerja akibat tertabrak kereta.

Penulis memilih waktu untuk melakukan survey pada hari Sabtu


tanggal 2 Januari tahun 2021. Dimana pada hari tersebut terlihat tidak terlalu
ramai sehingga penulis dapat melakukan survey dengan lancar. Survey ini
dilakukan agar penulis mengetahui risiko apa saja yang didapat atas profesi
tersebut dan bagaimana cara yang tepat untuk mengendalikan nya.

Objek risiko secara umum adalah sesuatu atau seseorang yang


memiliki risiko. Didalam laporan ini objek risiko yang diambil adalah dari
jenis profesi, yaitu Petugas Keamanan Dalam Stasiun (PKD). PKD
Stasiun sendiri adalah petugas yang memiliki peran membantu
kenyamanan penumpang yang bepergian atau mobilitasnya menggunakan
kereta, baik di stasiun maupun di dalam kereta itu sendiri.

Risiko yang ada pada profesi ini yaitu tertabrak kereta akibat dari
pintu perlintasan penyebrangan yang masih memakai sistem manual untuk
buka-tutup, adanya komplain dari penumpang lain yang terganggu
kenyamanannya akibat dari sikap disiplin yang kurang dari penumpang
yang melanggar aturan.

Dari identifikasi risiko tersebut kemungkinan risiko nya dapat


ditangani sendiri atau diambil oleh perorangan masing-masing. Namun
untuk yang menyebabkan korban jiwa perlu adanya asuransi jiwa yang
menangani atau membantu agar kerugian yang didapat bisa berkurang.

Laporan Survey Risiko iii


KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Survey Profesi Petugas Keamanan Dalam (PKD) Stasiun”
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
matakuliah Manajemen Risiko, Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi Trisakti.
Dalam menyusun makalah ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penulis ucapkan terima
kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga semua kebaikan dibalas
oleh Allah SWTdengan balasan yang berlipat ganda.
Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan,
maupun isi serta pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penyusunan karya tulis lain
di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan umumnya bagi para pembaca.

Jakarta, 23 Januari 2021

Penulis

Laporan Survey Risiko iv


DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan..................................................................................................i

Lembar Persetujuan................................................................................................ii

Eksekutif Sumary..................................................................................................iii

Kata Pengantar......................................................................................................iv

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................Error!
Bookmark not defined.

1.1Latar Belakang
Objek........................................................................................Error! Bookmark
not defined.

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3

1.3 Tujuan Penilitian…..........................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................5

2.1Sumber Daya Manusia.....................................................................................5

2.2Pengertian Profesi.............................................................................................6

2.3Istilah Perkeretaapian Indonesia.......................................................................9

2.3Commuter........................................................................................................12

2.3Petugas Keamanan Dalam Stasiun..................................................................13

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................17

3.1 Profil Objek Risiko.........................................................................................17

3.2 Identifikasi Risiko..........................................................................................18

3.3 Pengukuran Risiko.........................................................................................19

Laporan Survey Risiko v


3.4 Pengendalian Risiko.......................................................................................20

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..............................................24

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................24

4.2 Rekomendasi..................................................................................................24

BAB V DAFTAR PUSTAKA.............................................................................25

LAMPIRAN.........................................................................................................26

Laporan Survey Risiko vi


BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Objek


Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko
adalah suatu variasi dan hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu
(Arthur Williams dan Richard, M.H). Risiko adalah ketidakpastian
(uncertainly) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (A. Abas Salim).
Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarno). Risiko
adalah penyebaran atau penyimpanan hasil aktual dari hasil yang diharapkan
(Herman Darmawi).

Manajemen Risiko adalah segala proses kegiatan yang dilakukan semata


untuk meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko perusahaan. Di
dalamnya ada kegiatan identifikasi, perencanaan, strategi, tindakan,
pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal negatif yang kemungkinan akan
menimpa usaha. Manajemen risiko (risk management) memiliki fungsi
perencanaan, pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah
organisasi untuk meminimalisir resiko pendapatan perusahaan.

Manusia dalam kehidupannnya sering dihadapkan pada peristiwa yang


tidak terduga akan terjadi, baik yang dapat menimbulkan kerugian maupun
yang menguntungkan. Umumnya mereka ingin mengelak dari kejadian yang
tidak menguntungkan dengan alasan selalu ingin mendapatkan yang baik saja
atau yang lebih menguntungkan bagi dirinya. Namun ketika merekamengelak
dari suatu hal, mereka juga akan menghadapi konsukensi-konsekuensi tertentu
secara umum, inilah yang dimaksudkan dengan resiko.
Dalam setiap pekerjaan pasti akan mengalami risiko, yang bekerja di kantor
kantor besar, di gedung parlemen, di gedung pendidikan, di transportasi umum,
atau bahkan di jalan raya. Di setiap tempat yang disebutkan pasti membutuhkan
suatu keamanan untuk menjaga ketertiban di tempat tersebut. Petugas
keamanan bertugas untuk menjaga keamanan tersebut, meski ternyata menjadi
petugas keamanan tidak sesederhana menjaga pintu atau gerbang. Petugas
kemanan harus memiliki kompetensi pencegahan, deteksi dini, melindungi,
melapor, dan kontrol terhadap pelanggaran - pelanggaran seperti penyusupan,
pencurian, dan bahaya fisik. Bahkan di beberapa perusahaan yang
menggunakan jasa keamanan membutuhkan petugas yang memiliki sertifikat
khusus seperti Kesehatan Keselamatan Kerja, pengetahuan dasar menembak,
Pemadam Kebakaran, dan bela diri.

Transportasi Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang melayani Kereta


JABODETABEK sangat penting untuk masyarakat, dengan ongkos yang
terjangkau dan juga sangat efisiensi waktu. Petugas keamanan di stasiun dikenal
dengan nama Petugas Keamanan Dalam (PKD) stasiun. PKD memiliki peran
yang cukup penting dalam menunjang kenyamanan penumpang baik di area
stasiun maupun didalam rangkaian kereta. “Kami berkewajiban melayani
penumpang bak dari segi keamanan, kenyamanan, informasi, dan pertolongan
apalabila dibutuhkan.” begitu kurang lebih penyampaian dari PKD yang saya
wawancarai. Selain memberikan pelayanan di area stasiun, PKD juga melayani
penumpang yang berada di dalam rangkaian. Dengan cara, memperhatikan
apakah kondisi KRL siap diberangkatkan. Jika ada kendala, maka PKD akan
berkomunikasi dengan petugas yang melayani perjalanan kereta api untuk
menunda pemberangkatan.

Selain itu, apabila ada KRL yang akan melintas atau masuk stasiun, PKD
akan memberikan kode untuk saling koordinasi agar penumpang dalam keadaan
aman. Dalam arti, tidak ada yang dalam area crossing-passenger atau tempat

Laporan Survey Risiko 2


menyebrang antar peron, tidak ada juga yang berdiri melibihi garis aman yang
ditandai dengan warna kuning. Adapun tugas lain dari PKD, yaitu :
1.3 Bertanggung jawab atas keamanan di lingkungan stasiun.
2.3 Berkewajiban memberikan pelayanan kepada penumpang dan
lingkungan stasiun.
3.3 Berperan aktif jika terjadi kecelakaan atau peristiwa yang terjadi dalam
lingkungan stasiun.
4.3 Melakukan pengecekan kondisi luar rangkaian KRL untuk menjaga
kemanan penumpang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan melihat tugas dari seorang
PKD yang memiliki banyak risiko yang akan terjadi, maka penurvei ingin
mengetahui :
1. Kemungkinan risiko-risiko apa yang terjadi pada Petugas Keamanan
Dalam Stasiun?
2. Pengendalian risiko apa saja yang telah dilakukan pada risiko yang
mungkin terjadi pada Petugas Keamanan Dalam Stasiun?

1.2 Tujuan survey


Survey risiko ini dilakukan dengan tujuan :
1. Menganalisa kemunginan risiko yang akan terjadi pada seorang Petugas
Keamanan Dalam Stasiun dan menganalisis pengendalian risiko apa
saja yang telah dilakukan pada risiko yang mungkin terjadi pada Petugas
Keamanan Dalam Stasiun.
2. Mengetahui risiko yang mungkin terjadi pada Petugas Keamanan
Dalam Stasiun di stasiun dalam upaya mengurangi kemungkinan-
kemungkinan yang tidak diharapkan akan nilai keselamatan Petugas
Keamanan Dalam Stasiun

Laporan Survey Risiko 3


3. Mengetahui usaha apa saja yang dilakukan sebagai bentuk upaya
menanggulangi risiko yang ada secara fokus mengenai Petugas
Keamanan Dalam Stasiun.

Laporan Survey Risiko 4


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sumber Daya Manusia


A. Pengertian Sumber Daya Manusia
Banyak orang yang menyadari bahwa unsur manusia dalam suatu
organisai dapat memberikan keunggulan dalam bersaing. Mereka
membuat sasaran, inovasi dan mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu
sumber daya manusia adalah unsur yang paling vital dalam organisasi.
Ada dua alasan yang menyebutkan, pertama, sumber daya manusia
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi serta merancang dan
memproduksi barang dan jasa serta mengawasi pelaksanaan dalam
prosesnya. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran utama
organisasi dalam menjalankan bisnis.
Sumber daya manusia adalah orang-orang yang merancang dan
menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk,
mengalokasikan sumber daya finansial serta merumuskan seluruh strategi
dan tujuan organisasi.

B. Kualitas Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang
memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan,
daya dan karya (rasio, rasa dan karsa). Tanpa adanya unsur manusia dalam
perusahaan, tidak mungkin perusahaan tersebut dapat bergerak dan
berjalan menuju yang diinginkan.
Sumber daya manusia berkualitas tinggi menurut Ndaraha (1999)
adalah sumber daya manusia yang menciptakan bukan saja nilai
komparatif tetapi juga nila kompetitif-generatif-inovatif dengan
menggunakan energi kasar, seperti bahan mentah, lahan air, tenaga, otot
dan sebagainya.

Laporan Survey Risiko 5


Menurut Masaaki (dalam Kaizen, 1986), istilah kualitas sumber
daya manusia adalah tingkat kemampuan dan kemauan yang dapat
ditunjukkan oleh sumber daya manusia. Tingkat itu dibandingkan dengan
tingkat yang dibutuhkan dari waktu ke waktu oleh organisasi yang
memiliki sumber daya manusia tersebut. Menurut Justine Sirait, indikator
sumber daya manusia yang berkualitas adalah karyawan yang memiliki
disiplin kerja yang baik, produktivitas kerja dapat tercapai, kinerja
meningkat dari waktu ke waktu.

2.2 Pengertian Profesi


a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Profesi yaitu salah satu bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya)
tertentu.
b. Daniel Bell
Profesi ialah segala kegiatan intelektual yang dipelajari
termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun
tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh
sekelompok atau badan yang bertanggung jawab pada keilmuan
tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika
layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi
mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral
serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam
masyarakat.
c. Siti Nafsiah
Profesi yakni sebuah pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana
untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk
mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang
harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan,
profesionalisme, dan tanggung jawab.

Laporan Survey Risiko 6


d. Paul F. Comenisch
Profesi merupakan sebuah “komunitas moral” yang memiliki
cita-cita dan nilai bersama.
e. Hughes, E.C
Profesi adalah segala hal yang lebih baik dari kliennya tentang
apa yang diderita atau terjadi pada kliennya.
f. Schein, E.H
Profesi ialah berbagai kumpulan atau set pekerjaan yang
membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal
dari perannya yang khusus di masyarakat.
g. Doni Koesoema A
Profesi yaitu sebuah pekerjaan yang dapat juga berwujud
sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut
keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan
tersebut serta pelayananbaku terhadap masyarakat.
h. K. Bertens
Profesi yakni salah satu moral community (masyarakat moral)
yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.
i. Sudarwan Danin
Profesi merupakan sebuah pekerjaan yang menuntut
kemampuan intelektual khusus yang diperoleh melalui kegiatan
belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai
keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan
advis pada orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam
jumlah tertentu.
j. Peter Jarvis
Profesi adalah segala bentuk pekerjaan yang sesuai dengan studi
intelektual atau pelatihan khusus dimana tujuannya untuk
menyediakan pelayanan keterampilan bagi orang lain dengan
upah tertentu.

Laporan Survey Risiko 7


k. Cogan
Profesi yaitu berbagai jenis keterampilan khusus yang dalam
prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari
beberapa bagian ilmu pengetahuan.
l. Dedi Supriyadi
Profesi yakni semua kegiatan dari pekerjaan atau jabatan yang
menuntuk keahlian khusus, tanggungjawab, serta kesetiaan
terhadap pekerjaan tersebut.

A. Syarat-Syarat Profesi
Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat-syarat profesi seperti:
a. Standar unjuk keja
b. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi
tersebut dengan standar kualitas
c. Akademik yang bertanggungjawab
d. Organisasi profesi
e. Etika dank ode etik profesi
f. Sistem imbalan
g. Pengakuan masyarakat

B. Ciri-Ciri Profesi
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat, ciri, atau
karakter profesi adalah:
a. Profesi membutuhkan waktu pendidikan dan latihan yang khusus
dan memadai
b. Suatu pekerjaan khas dengan keahlian serta keterampilan
c. Menuntut kemampuan kinerja intelaktual
d. Mempunyai konsekuen memikul tanggung jawab pribadi secara
penuh
e. Kinerja lebih mengutamakan pelayanan daripada imbalan ekonomi
f. Memiliki kebebasan untuk memberikan judgment

Laporan Survey Risiko 8


g. Ada pengakuan dari masyarakat
h. Memiliki kode etik serta asosiasi professional
i. Ada sanksi jika terdapat pelanggaran
j. Mengatur diri
k. Layanan public serta altruism
l. Status dan imbalan yang tinggi

2.3 Istilah Perkeretaapian Indonesia


1. Lokomotif, adalah sarana kereta api yang memiliki penggerak sendiri
yang dan digunakan untuk menarik atau mendorong kereta, gerbong,
dan peralatan khusus. Lokomotif bukan untuk mengangkut penumpang.
2. Kereta adalah sarana kereta api yang ditarik atau didorong lokomotif.
Kereta mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk
mengangkut orang atau bagasi.
3. Gerbong adalah sarana kereta api yang ditarik atau didorong lokomotif,
digunakan untuk mengangkut barang atau hewan. Gerbong kereta api
milik PT Kereta Api (Persero) dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
kereta atau gerbong penumpang kelas Ekonomi, Bisnis, dan Eksekutif.
4. Peralatan khusus adalah sarana kereta api dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana kereta api lainya
yang akan atau sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan
perjalanan kereta api.
5. Kereta api adalah sarana dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana kereta api lainya, yang akan atau
sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
6. Kepala Dipo Traksi (KDT) adalah kepala unit pelaksana teknis yang
bertanggung jawab atas pengaturan dinas lokomotif dan kereta rel
diesel (KRD), perawatan, dan penyiapan lokomotif dan KRD untuk
dinas kereta api.

Laporan Survey Risiko 9


7. Kepala Dipo Lokomotif (KDL) adalah kepala unit pelaksana teknis
yang bertanggung jawab atas pengaturan dinas lokomotif, perawatan,
dan penyiapan lokomotoif untuk dinas kereta api.
8. Teknis Kereta Api (TKA) adalah petugas yang mengoperasikan dan
melakukan perbaikan ringan terhadap fasilitas kereta api.
9. Kepala Dipo Kereta (KDK) adalah kepala unit pelaksana teknis yang
bertanggung jawab atas pengaturan dinas kereta, TKA, perawatan dan
penyiapan kereta untuk dinas kereta api.
10. Kepala Dipo Gerbong (KDG) adalah kepala unit teksis yang
bertanggung jawab atas pengatuan dinasan gerbong, TKA, perawatan,
dan penyiapan gerbong untuk dinas kereta api.
11. Puk adalah sub unit di bawah unit pelaksana teknis dipo kereta yang
mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan harian dan perbaikan
kereta atau KRL (kereta rel listrik), mengatur dinas TKA, menyiapkan
dan memeriksa rangkaian kereta atau KRL untuk dinas kereta api, atau
pemeriksaan rangkaian kereta api di stasiun pemeriksa tertentu.
12. Pug adalah sub unit di bawah unit pelaksana teknis dipo gerbong yang
mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan harian dan perbaikan
gerbong serta mengatur dinas TKA, menyiapkan dan memeriksa
gerbong untuk dinas kereta api untuk pemeriksaan rangkaian gerbong
untuk dinas kereta api, atau pemeriksaan rangkaian kereta api di
stasiun pemeriksa tertentu.
13. Masinis adalah pegawai yang bertugas mengoperasikan kereta api dan
langsiran serta sebagai pemimpin selama dalam perjalanan kereta api
di luar emplasemen.
14. Asisten Masinis adalah pegawai yang bertugas membantu masinis
dalam mengoperasikan kereta api dan langsiran.
15. Kondektur adalah pegawai yang membantu masinis untuk
menertibkan perjalanan kereta api dan langsiran apabila di suatu
tempat tidak ada juru langsir, serta mengoordinasikan pelaksanaan
tugas petugas lain di dalam kereta api.

Laporan Survey Risiko 10


16. Urusan perjalanan kereta api adalah segala kegiatan yang berkaitan
dengan pelayanan dan perjalanan kereta api, demikian juga yang
berhubungan dengan perjalanan lori.
17. Pengatur perjalanan kereta api (PPKA) adalah pegawai yang
mengatur dan melakukan segala tindakan untuk menjamin keselamatan
dan ketertiban berikut segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan
perjalanan kereta api dan langsir dalam batas stasiunnya untuk wilayah
pengaturan setempat atau beberapa stasiun untuk wilayah pengaturan
daerah.
18. Pengawas peron (PAP) adalah pembantu PPKA dalam melaksanakan
pengaturan perjalanan kereta api dan langsiran, serta bertanggung
jawab atas urusan administrasi perjalanan kereta api .
19. Laporan kereta api (lapka) adalah pedoman dan laporan yang berisi
catatan yang jelas dan lengkap selama masinis melaksanan dinas
kereta api, sekaligus merupakan surat perintah perjalanan dinas
kondektur.
20. Laporan Kondektur (lkdr) adalah pedoman dan laporan berisi
catatan yang jelas dan lengkap selama kondektur melaksanakan dinas
kereta api, sekaligus merupakan surat perintah perjalanan dinas
kondektur.
21. Lokomotif dingin adalah lokomotif dalam kondisi mesin mati (engine
off).
22. Suling lokomotif adalah perawatan operasional lokomotif yang
dipergunakan untuk memperdengarkan semboyan suara.
23. JTL adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan lokomotif pusat.
24. JTK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan kereta dan gerbong di pusat.
25. JPI adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penjagaan aset
prasarana (infrastructure assuts) di pusat.

Laporan Survey Risiko 11


26. JPR adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penjagaan aset
sarana (rolling stock assets) di pusat.
27. JTJ adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan jalan rel dan jembatan di pusat.
28. JOR adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perencanaan operasi
dan dinas sarana di pusat.
29. JOP adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengendalian operasi
dan dinas sarana di pusat.
30. JPTD adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
keandalan sarana di daerah.
31. JPJD adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan jalan rel dan jembatan di daerah.
32. JPOD adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perencanaan dan
pengendalian operasi kereta api di daerah.
33. JPAK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penugasan awak
kereta api dan kondektur untuk dinas kereta api, langsiran, dan
cadangan di stasiun awal pemberangkatan kereta api, atau di stasiun
pergantian awak sarana kereta api.
34. Pengirim adalah perorangan, badan usaha, atau institusi lain yang
menggunakan jasa pengiriman barang dengan kereta api.
35. Berat kosong adalah berat kereta atau gerbong tanpa muatan.
36. Berat total kereta adalah berat kereta termasuk muatan.

2.4 Commuterline
KA Commuter Jabodetabek (atau disebut juga KRL Commuter
Line, dulu dikenal sebagai KRL Jabodetabek) adalah jalur kereta rel listrik
yang dioperasikan oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek, yang merupakan
anak perusahaan dari PT. Kereta Api Indonesia (PT KAI). KRL telah
beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1976, hingga kini melayani rute
komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten

Laporan Survey Risiko 12


Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, dan Kota
Tangerang Selatan.

Saat ini terdapat 6 rute utama KA Commuter Jabodetabek yang


ada, yaitu :
1. Jakarta Kota – Bogor/Depok
2. Jakarta Kota – Bekasi – Cikarang
3. Lingkar Jatinegara – Kampung Bandan – Depok/Bogor/Nambo
4. Jakarta – Tangerang Selatan/Bogor/Lebak
5. Jakarta – Tangerang
6. Tanjung Priok Line

KRL Commuter Line miliki rangkaian sebanyak 8 hingga 12


gerbong kereta, sehingga KRL Commuter line mampu mengangkut sekitar
3.000 penumpang tiap rangkaiannya. KRL Commuter line termasuk dalam
kereta api dengan rel konvensional dengan menggunakan rel yang terdiri
dari 2 batang baja berukuran 1067 milimeter dan bantalan penyangga.
KRL Commuter Line menggunakan rel yang berada di permukaan tanah,
sehingga sejajar dengan 6 permukaan jalan yang digunakan oleh
kendaraan bermotor, hanya pada jalur dari Manggarai – Jakarta Kota yang
menggunakan rel di atas permukaan tanah (elevated).

2.5 Petugas Keamanan Dalam (PKD) Stasiun


PKD merupakan petugas yang memiliki peran yang sangat penting
dalam perjalanan menggunakan transportasi darat terutama kereta api atau
commuter line. PKD memiliki peran yang sangat penting yaitu membantu
kenyamanan penumpang baik di stasiun atau dalam rangkaian kereta
selama perjalanan. Adapun tugas yang diberikan PT KCJ adalah sebagai
berikut:

Laporan Survey Risiko 13


1. Kewajiban Setiap Petugas Pengamanan
a. Melakukan fungsi pengamanan serta pelayanan kepada seluruh
pengguna jasa KRL.
b. Menyelesaikan permasalahan dengan benar, tegas dan santun.
c. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait apabila terjadi
kecelakaan, kriminalitas atau kejadian yang menggangu
keamanan dan keselamatan Prasana, Sarana KRL maupun
pengguna jasa KRL.
d. Membuat Berita Acara apabila terjadi kecelakaan, kriminalitas
atau kejadian yang menggangu keamanan dan keselamatan
Prasarana, Sarana KRL maupun pengguna jasa KRL.
e. Siap melaksanakan tugas khusus menyangkut keamanan,
ketertiban dan keselamatan.
f. Mengetahui jadwal KA, relasi perjalanan KA dan harga tiket.
2. Kewajiban Pada Saat Melaksanakan Dinas
a. Siaga di tempat / pos yang telah ditentukan sesuai plotting.
b. Mengawasi dan memastikan keamanan bangunan, asset dan objek
vital yang ada di stasiun.
c. Mengawasi dan memastikan keamanan dan ketertiban penumpang
pada saat membeli tiket di loket, masuk atau keluar di gate,
berjalan di passenger crossing, berada di peron dan proses naik-
turun penumpang.
d. Melarang adanya PKL, Pedagang Asongan dan Gepeng
(Gelandangan & Pengemis) di lingkungan Stasiun, Griya Karya
dan Dipo KRL.
e. Memberikan keamanan kepada penumpang dan berdasarkan
pelayanan.
3. Kewajiban PKD di Area Peron
a. Mengawasi dan menjaga keamanan dan ketertiban penumpang saat
berada di peron.

Laporan Survey Risiko 14


b. Memastikan naik dan turun penumpang telah selesai dengan cara
salah satu petugas yang berada dekat dengan rangkaian bagian
belakang berjalan ke arah rangkaian bagian depan dan memberikan
isyarat kepada petugas yang berada dekat masinis.
c. Membantu memastikan keamanan dan ketertiban penumpang pada
saat melewati passanger crossing.
d. Memastikan keamanan rangkaian KA yang masuk dan berangkat
stasiun.
e. Memastikan semua pintu KRL tertutup dan tidak ada penupang di
atas atap (PAA).
f. Memastikan diperon tidak ada asongan dan gepeng.
g. Melarang orang merokok di peron kecuali di area merokok.

4. Kewajiban PKD di Area Gate


a. Siaga pada jarak antara 2 s.d 3 meter dari gate.
b. Memastikan seluruh penumpang, anak berumur lebih dari 3 tahun,
anggota TNI /POLRI yang masuk ke stasiun bertiket (kecuali
pegawai yang sudah diatur dalam Surat Edaran Direksi No.
SK.026/CU/KCJ/VIII/2013 perihal Penggunaan Kartu Pegawai
untuk perjalanan KRL Jabodetabek) dan melarang orang yang
tidak berkepentingan masuk ke stasiun.
c. Memastikan penumpang masuk/keluar stasiun melalui gate.
d. Memastikan seluruh penumpang yang masuk ke stasiun dan akan
menggunakan KRL membawa bagasi tangan sesuai dengan aturan
yang berlaku baik jenis maupun ukurannya. (SK Direksi No.
SK.005/CU/KCJ/III/2013 perihal Syarat ketentuan barang bawaan
bagi penumpang kereta rel listrik (KRL) Commuter Line di
wilayah Jabodetabek)
e. Memeriksa barang/Bagasi tangan yang dibawa penumpang
masuk/keluar stasiun dengan menggunakan Metal Detector.

Laporan Survey Risiko 15


f. Memeriksa Tiket Harian Berjaminan (THB) atau Kartu Multi Trip
(KMT) yang tidak bisa digunakan penumpang pada saat masuk
maupun keluar melalui gate dan diproses sesuai SOP THB dan
KMT yang berlaku.
g. Menjaga keberadaan dan menggunakan Kartu Master sesuai
dengan SOP yang berlaku.

Laporan Survey Risiko 16


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil Objek Risiko

Nama : Roni Awan


Umur : 26 tahun
Pekerjaan : PKD Stasiun
Lama Bekerja : 3 tahun (2017 – sekarang)
Alamat : Stasiun Cawang
Pengalaman Risiko : Hampir tertabrak kereta akibat kurang fokus

Laporan Survey Risiko 17


3.2 Identifikasi Risiko
Profesi Petugas Keamanan Dalam Stasiun

Status
Kode Ancaman Dampak Risiko Rekomendasi
Hazard
Risiko (Risiko) Kerugian Pengandalian
K D/A

01.21 Kurang fokus Kecelakaan -Luka 2 4 -Istirahat yang


pada pekerjaan cukup
-Adanya
(Morale Hazard)
korban jiwa

02.21 Lingkungan Tempat -Petugas 2 3 -Menyediakan


pekerjaan penyebrangan kurang fokus underpass di
(Physical Hazard) dengan sistem dengan setiap stasiun
buka-tutup adanya
manual perintah
untuk
menutup
pintu pada
saat kereta
hendak
melintas

03.21 Penumpang Penumpang -Komplain 5 2 -PKD lebih


(Moral Hazard) yang tidak dari mendisiplinkan
mematuhi penumpang atau menegur
aturan lain yang penumpang
dapat yang tidak sesuai
menimbulkan aturan yang
keributan. berlaku

Laporan Survey Risiko 18


3.3 Pengukuran Risiko
Risiko yang telah diidentifikasi harus diukur menggunakan standar yang
berlaku dalam setiap perusahaan. Dalam pengukuran risiko akan dihasilkan
status risiko yang akan memudahkan untuk menentukan apa yang harus
dilakukan untuk menangani risiko tersebut. Untuk menentukan status risiko,
kita juga harus menentukan frekuensi terjadinya risiko, dan kemungkinan
kerugian yang terjadi.
Standar frekuensi yang dipakai pada survei kali ini adalah sebagai berikut:
PROBABILITAS
SKALA URAIAN PENJELASAN
1 Sangat jarang Kemungkinan terjadi sangat kecil, hampir tidak pernah
2 Jarang Terjadi rata-rata kurang dari 2 kali dalam setahun
3 Sedang Terjadi rata-rata 3 - 5 kali dalam setahun
4 Sering Terjadi rata-rata 6 - 8 kali dalam setahun
5 Sangat Sering Terjadi rata-rata lebih dari 8 kali dalam setahun
Dan untuk dampak kerugian yang dipakai adalah:
1. < 200 juta
2. 200 juta – 450 juta
3. 450 juta – 700 juta
4. 700 juta – 1 Miliyar
5. >1 Miliyar
Sebelum menentukan status risiko, harus ditentukan terlebih dahulu nilai
risiko dari masing-masing risiko yang telah diidentifikasi. Cara menentukan
nilai risiko adalah skala probabilitas dikali dengan dampak kerugian yang
didapat. Dan hasil kali tersebut dikelompokkan kedalam beberapa tingkat
risiko, yaitu :

Warna Nilai Risiko Status Risiko Tindakan

1-6 Kecil Risiko dapat Diterima

8 - 10 Sedang Perlu perhatian yang cukup

12 - 15 Besar Perlu penanganan khusus

16 - 25 Ekstrem Perlu penanganan khusus segera

Laporan Survey Risiko 19


1. Pada risiko 01.21, terjadi 1-2 kali dalam setahun dan nominal kerugiannya
adalah 750 juta.
Sehingga nilai risiko nya adalah :
Probabilitas x dampak = 2 x 4 = 8 (sedang)
2. Pada risiko 02.21, terjadi 2 kali dalam setahun, nominal kerugiannya adalah
500 juta.
Sehingga nilai risiko nya adalah :
Probabilitas x dampak = 2 x 3 = 6 (kecil)
3. Pada risiko 03.21, terjadi 9 kali dalam setahun, dengan nominal kerugiannya
adalah 200 juta.
Sehingga nilai risiko nya adalah :
Probabilitas 5 x 2 = 10 (sedang)

Matriks Risiko
03.21
5x2=10

02.21 01.21
2x3=6 2x4 = 8

3.4 Pengendalian Risiko


Setelah dilakukan identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan penetapan status
risiko maka dapat ditentukan pula langkah selanjutnya untuk menangani atau
mengendalikan risiko tersebut. Pengendalian risiko ada berbagai macam cara,
yaitu:

Laporan Survey Risiko 20


1. Menghindari Risiko (Avoid)
Menghindari risiko umum dilakukan saat risiko tersebut
merupakan risiko spekulatif pada suatu proyek yang sedang berlangsung
dengan mempertimbangkan potensi adanya risiko murni yang akan
dihadapi. Strategi menghindari risiko dapat dilakukan apabila :
a. Risiko yang dihadapi terlalu besar, baik ditinjau dari segi
kemungkinan terjadinya maupun dampak kerugian/akibat yang
ditimbulkan
b. Risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen
dan tidak dapat ditangani dengan strategi penanganan risiko
yang lain.

2. Mengurangi Risiko (Reduce)


Usaha pencegahan dan pengurangan risiko hanya dilakukan selama
biaya untuk penanganan risiko tersebut lebih kecil dari kerugian yang
diakibatkan oleh terjadinya risiko. Pada saat biaya pencegahan dan
pengurangan risiko lebih besar dari akibat kerugian yang ditimbulkan,
maka penanganan risiko tersebut tidak lagi efisien.

3. Mengalihkan Risiko (Risk Transfer)


Apabila risiko tidak dapat dikendalikan, yaitu apabila risiko
tersebut berada di luar areal risiko sisa, maka sebaiknya risiko tersebut
dialihkan ke pihak lain. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengalihkan risiko adalah :
a. Melalui lembaga pengelola risiko (asuransi)
 Dilakukan atas pertimbangan risiko yang dihadapi
terlalu besar
 karena undang-undang
 pengalihan risiko dianggap lebih efisien

Laporan Survey Risiko 21


b. Melalui mekanisme non asuransi
 Hedging
Proses penutupan transaksi jual beli komuditas,
sekuritas atau valuta di dua pasar yang berbeda, dengan
harapan untuk menghindari kerugian yang mungkin
diperoleh dari pasar yang satu dapat ditutup dari pasar
yang lain
 Leasing
Suatu cara untuk dapat memanfaatkan barang tanpa
harus memilikinya.

 Factoring
Salah satu cara pengalihan risiko di mana sebuah
perusahaan yang memiliki piutang menjual piutangnya
kepada pihak lain (factor), untuk menghindari risiko
piutang tak tertagih.
 Outsourcing
Memberikan pekerjaan untuk dilakukan oleh pihak lain
di mana perusahaan (pemberi outsourcing) membeli
barang atau jasa yang dihasilkan.
4. Menahan Risiko (Risk Ritain)
Upaya dari perusahaan untuk menanggung sendiri risiko yang
mungkin terjadi, yang didasarkan pada pertimbangan :
a. Besarnya tingkat kerugian yang dapat dipikul sendiri
b. Sifat dan tingkat kerugian (hanya menimpa individu,bukan
menimpa masyarakat)
c. Masa pemulihan

Untuk daftar risiko yang sudah dibuat dan ditentukan status risiko nya, penulis
menentukan pengendalian risiko atas identifikasi risiko tersubut adalah sebagai
berikut:

Laporan Survey Risiko 22


1. Risiko 01.21 dengan status risiko sedang, dilihat dari dampak kerugian
yang timbul yaitu adanya korban jiwa maka penulis memberikan saran
untuk mengendalikan dampak tersebut denghan mengalihkan risiko ke
lembaga pengelola risiko yaitu lembaga perasuransian, baik asuransi
kesehatan maupun asuransi jiwa
2. Risiko 02.21 dengan status risiko kecil, penulis memberikan saran untuk
dapat mengurangi risiko tersebut dengan cara membuat perlintasan
penyebrangan dibawah tanah (underpass) yang ada di setiap stasiun.
3. Risiko 03.21 dengan status risiko sedang, melihat frekuensi yang cukup
tinggi dari risiko tersebut namun dampak yang timbul terbilang kecil,
maka penulis memberikan saran untuk menahan risiko itu sendiri, dan
mengurangi risiko dengan bertindak tegas terhadap peraturan yang ada.

Laporan Survey Risiko 23


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survey, penulis mengetahui apa saja risiko-risiko yang
mungkin akan terjadi pada petugas keamanan dalam stasiun. Pada tabel risiko
bisa dilihat risiko penumpang yang tidak mematuhi peraturan terjadi 9 kali
dalam setahun, dengan status risiko 10, risiko kecelakaan terjadi 1-2 kali
setahun dengan status risiko 8, dan risiko tempat penyebrangan dengan sistem
buka-tutup manual terjadi 2 kali setahun dengan status risiko 6. Metode
penanganannya adalah menghasilkan matriks risiko dari status risiko dengan
cara probabilitas dikali dengan konsekuensi lalu muncul pengendalian risiko.
Pengendalian risiko bertujuan untuk menghindari risiko dengan memberikan
solusi yang tepat untuk meminimalkan terjadinya kerugian.

4.2 REKOMENDASI
Berdasarkan matriks risiko, untuk meminimalkan kerugian PT KCI harus
lebih memperhatikan karyawanya apabila terjadi kecelakaan di tempat kerja
bisa mengalihkan risiko nya dengan mendaftarkan ke perusahaan asuransi
kesehatan ataupun asuransi jiwa. Penumpang yang tidak mematuhi peraturan
bisa diatasi dengan perugas yang bertindak tegas dengan peraturan yang ada.
Begitu juga dengan risiko temoat penyebrangan dengan sistem buka-tutup
manual dapat dihindari dengan dibuatkannya underpass agar lebih aman.

Laporan Survey Risiko 24


BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Susilo, L. J. (2018). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: 2018: Panduan untuk
Risk Leaders dan Risk Practitioners. Grasindo.

A.F. Stoner. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Barrie, D.S.,dkk., (1987). Manajemen Profesional, edisi 2, Erlangga, Jakarta.

Aprita, Serlika. (2020). Etika Profesi. Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara Media.

https://www.kabarpenumpang.com/tak-kenal-maka-tak-sayang-inilah-sebenarnya-
peran-dan-tugas-pkd/

https://www.pegipegi.com/travel/36-istilah-perkeretaapian-indonesia-yang-perlu-
kamu-tahu/

Laporan Survey Risiko 25


LAMPIRAN

Laporan Survey Risiko 26


Laporan Survey Risiko 27

Anda mungkin juga menyukai