Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

JOB SAFETY ANALYSIS TENTANG MESIN BUBUT

Di susun oleh:
Maharani Friska Marsanda
(217052869)

Fakultas Vokasi D4K3


Universitas Balikpapan

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “ Job
Safety Analysis tentang mesin bubut”. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah manajemen resiko yang telah memberikan tugas, saya
jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena
itu keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa saya
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Balikpapan, 2 Desember 2021

Maharani Friska Marsanda

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………………………………………………… 1

1.2 Manfaat penulisan……………………………………………………………………………………………………………………. 2

1.3 Tujuan penulisan……………………………………………………………………………………………………………………… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………………………... 4


2.1 Landasan teori………………………………………………………………………………………………………………………… 4

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………….. 6


3.1 Pengetahuan mesin bubut……………………………………………………………………………………………………….. 6

3.2 Identifikasi Kecelakaan Kerja dalam Proses Penguliran mesin bubut…………………………………………. 6

3.3 JSA membantu SOP dalam pekerjaan membuat ulir…………………………………………………………………… 8

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………………………………….. 9
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………… 9

4.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………………………………….. 9

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………… 10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran


tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi
nasional. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya
investasi langsung (direct investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti
kontruksi, infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya melalui
perdagangan pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai
dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari
penduduk usia produktif (umur 15 thn - 65 thn) umur pekerja dan pencari kerja,usia yang masuk
kategori angkatan kerja (labourforce).

Jumlah usia produktif tersebut sebagian besar bekerja di sektor informal dan informal.
Kebanyakan pekerja usia produktif tersebut adalah mengah dan pendidikan dasar, dilihat dari kasus
kecelakaan kerja yang banyak terjadi mayoritas pekerja yang banyak mengalami kecelakaan kerja
adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau pendidikan menengah dan dasar.

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah singapura, Malaysia, Filiphina, dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya
saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat di tentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaa, pemerintah juga perlu memfasilitasi
dengan peraturan atau aturan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu persyarat yang ditetapkan dalam hubungan
ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh Negara
anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merat, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi para
pekerja dan pengusaha, tetapi juda dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak paa masyarakat luas.

Untuk mengetahui proses dan indetifikasi kecelakaan kerja di tepat kerja di tempat kerja
maka penulis mengambil judul analisis penggunaan JSA proses pengulirsan pada mesin bubut.

1.2 Manfaat Penulisan

 Untuk penulis:
Makalah ini dapat menambah wawasan penulis dalam pembuatan JSA sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam hal analisis resiko kecelakaan baik itu di tempat maupun
di tempat lain
 Untuk Pembaca
Dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang JSA, sebagai salah satu tools dalam
mengidentifikasi resiko kecelakaan kerja, sehingga dapat mengurangi potensi hazard
dalam bekerja.
1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui pengertian JSA


 Untuk mengetahui fungsi JSA
 Untuk mengetahui manfaat penggunaan JSA
 Untuk mengetahui pembuatan JSA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian JSA

 Menurut NOSA (1999), JSA merupakan salah satu usaha dalam menganalisa tugas dan
prosedur yang ada di suatu indutri.
 JSA didefinisikan sebagai metode mempelajari suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi
bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap langkah, mengembangkan
solusi yang dapat menghilangkan dan mengkontrol bahaya serta incident.

2.1.2 Fungsi JSA

Fungsi yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA, adalah :

 Sebagai upaya pencegahan kecelakaan


 Sebagai alat kontrak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru
 Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan
 Memberikan pre job instruction pada pekerjaan yang baru
 Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan
 Dapat meninjau ulang SOP

2.1.3 Manfaat penggunaan JSA

 Memberikan pengertian yang sama terhadap setiap orang tentang apa yang dilakukan untuk
mengerjakan pekerjaan dengan selamat
 Suatu alat pelatihan yang efektif untuk para pegawai baru
 Elemen yang utama dapat dimasukkan dalam daftar keselamatan, pengarahan sebelum
memulai pekerjaan, observasi keselamatan, dan sebagai topik pada rapat keselamatan
 Membantu dalam penulisan prosedur keselamatan untuk jenis pekerjaan yang baru maupun
yang dimodifikasi
 Suatu alat yang efektif untuk mengendalikan kecelakaan pada pekerjaan yang dilakukan
tidak rutin.

2.1.4 Tahapan Pembuatan JSA

Analisis keselamatan pekerjaan atau tugas-tugas harus dilakukan secara berurutan dan teliti
dari setiap tahapan proses kerja dalamsistem kerja secara keseluruhan. Secara garis besar, langkah-
langkah dasar analisis keselamatan pekerjaan dapat diuraikan sebagai berikut:

Langkah 1 : Pembuatan Daftar Pekerjaan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat dan meninjau daftar pekerjaan
yang ada di setiap unit kerja. Mencatat semua pekerjaan/tugas yang dikerjakan pada setiap bagian
proses kerja pada masing-masing unit kerja. Buat daftar dan letakan pekerjaan/tugas yang paling
berbahaya pada urutan paling atas. Untuk menentukan pekerjaan/tugas yang akan dianalisis
terlebih dahulu, maka sebagai bahan pertimbangan dapat digunakan riwayat kecelakaan pada tugas
tersebut.

Langkah 2 : Penentuan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisis


Jenis-jenis pekerjaan/tugas yang akan dianalisis, terlebih dahulu perludibuat skala prioritas
berdasarkan urgensi potensi bahayanya dengan melihat criteria-kriteria penentuan sebagai berikut:

 Tingkat frekuensi kecelakaan tinggi


 Tingkat keparahan kecelakaan tinggi
 Potensi bahaya yang mempunyai resiko kecelakaan tinggi
 Terdapat pekerjaan/tugas-tugas baru, pekerjaan tidak rutin atau terdapat perubahan pola
pekerjaan
 Pekerjaan/tugas-tugas yang bersifat rutin
 Menggunakan system rangking atau tingkat resiko bahaya.

Langkah 3 : Mengurai Tugas ke dalam langkah-langkah dasar

Setelah dibuat daftar jenis pekerjaan/tugas dan ditentukan jenis pekerjaan mana yang akan
dianalisis, langkah selanjutnya adalah menguraikan pekerjaan tersebut menjadi langkah-langkah
dasar. Setiap langkah dasar yang diuraikan harus dapat menggambarkan tentang apa yang akan
dikejakan. Dengan demikian, uraian pekerjaan tersebut harus dibuat secara berurutan sebagaimana
pada saat pekerjaan dilakukan. Untuk memudahkan dalam menguraikan pekerjaan dalam langkah-
langkah dasar, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : tulis setiap tahapan
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dan selanjutnya dapat dibuat penyempurnaan bila
diperlukan.

Amati setiap perubahan proses kerja, arah atau perubahan tersebut untuk menentukan
dimana tahapan awal dan mana tahapan akhir pekerjaan. Untuk mengurai tahapan pekerjaan
gunakan kata kerja operasional yang sederhana dan mudah dimengerti seperti: memotong;
mengelas; mengelas; menggergaji, dll.

Konsultasikan dengan tenaga kerja untuk klarifikasi uraian pekerjaan, amati apa yang dilakukan
oleh pekerja dan bukan bagaimana pekerja melakukan pekerjaan, buat kesepakatan dengan tenaga
kerja hal-hal yang terkait dengan uraian pekerjaan tersebut.

Langkah 4 : Identifikasi Potensi Bahaya pada setiap langkah dasar

Tujuan analisis pada langkah ini adalah untuk mengenali atau mengidentifikasi dan sumber-
sumber bahaya yang ada pada setiap tahapan proses kerja. Dari identifikasi potensi bahaya ini, akan
dapat diketahui berbagai jenis potensi bahaya yang mungkin timbul dan beresiko terjadinya
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Di dalam mengidentifikasi potensi bahasa pada setiap
tahapan proses kerja pergunakan daftar periksa potensi bahaya.

Langkah 5 : Pelaksaan Analisis Keselamatan Pekerjaan

Untuk melaksanakan analisis keselamatan pekerjaan perlu dilakukan pengamatan secara


terencana di lapangan (Job Safety Observation). Analisis keselamatan pekerjaan yang telah di
setujui harus dijelaskan dan di konsultasikan kepada tenaga kerja yang terkait di pabrik untuk
mendapatkan masukan. Tenaga kerja perlu ditanya tentang potensi bahaya apa saja mungkin timbul
di tempat kerjanya yang berkaitan dengan tugas-tugas yang dilakukan sehari-hari. Dan setelah
dilakukan observasi ada yang perlu dilakukan perbaikan, kembali ke langkah 4 untuk dibuatkan
revisinya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengetahuan Mesin Bubut

Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin


(komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut.

3.2 Identifikasi Kecelakaan Kerja dalam Proses Penguliran mesin bubut

Kecelakaan yang terjadi pada mesin bubut pada proses ulir, hampir semuanya terjadi karena
kelalaian atau ketidak tahuan operator dalam melakukan prinsip dasar kerja mesin bubut, terutama
operator dari mesin bubut itu sendiri yang kurang menguasai teknik-teknik dari pekerjaan
pembubutan yang baik.

Berikut kami tampilkan identifikasi bahaya sesuai format JSA :

N Langkah Kerja Indetifikasi Resiko Pencegahan Tingkat


O Bahaya Bahaya
1 Persiapan  Cairan Terpeleset Lap jika 1
sebelum disekitar ada cairan
pembubutan mesin disekitar
mesin
 Keadaan Pembubuta Mengecek 1
mesin yang n tidak keadaan
baik berjalan mesin
lancar
 Tidak Meningkat Pakai APD 2
menggunak kan resiko sebelum
an APD bahaya lain kerja
2 Pemasangan  Chuck Benda Pastikan 2
benda kerja kurang kerja benda kerja
pada chuck kencang terlempar tercekam
saat mengenai kuat pada
mencekam pengguna chuck
benda kerja mesin atau dengan
pekerja pengulanga
lainnta saat n
mesin penguncian
dinyalakan
 Kunci T Kunci T Pastikan 2
masih bisa kunci T
tertancap terlempar sudah tidak
psds chuck mengenai menancap
penggunaa di chuck
setelah n mesin
pemakaian dinyalakan
3 Memasang Pahat  Ketinggian Pahat bisa Ukur 2
Bubut pahat tidak patah dan ketinggian
berada mengenai pahat
tepat pekerja sesuai
sejajar titik dengan
center center
benda kerja
 Pahat tidak Pahat Pastikan 3
terjepit terlempar pahat
dengan kuat mengenai tejepit kuat
pekerja pada
toolpost
 Pahat tidak Pahat jatuh Gunakan 2
terpegang mengenai Safety shoes
kuat saat kaki dan dan pegang
akan bisa pahat
memasang menancap sehingga
tidakmemun
gkinkan
pahat jatuh
4 Membuat lubang  Mata bor Mata bor Cekam mata 3
Center drill tidak terlempar bor dengan
tercekam mengenai kuat,pastikan
secara berulang
kuat pekerja
 Rambut Rambut Ikat rambut 4-5
terurai terlilit oleh agar tidak
putaran terurai,usahak
bor antarik ke
belakang
 Pengebora Mata bor Ikuti 2
n tidak patah ketentuan
sesuai yang
ketentuan diinstruksikan
(tidak saat
maju- pengerjaan
mundur) benda kerja
5 Pengaturan  Pengaturan Kerusakan Hitung dengan 3
kecepatan kecepatan pada benda benar
putaran yang putaran kerja dan kecepatan
tidak sesuai yang tidak pahat putar sesuai
sesuai dengan
material pahat
dan benda
kerja
 Tangan Tangan Matikan mesin 3
mendekati tergores ketika akan
benda kerja benda kerja memeriksa
yang benda
sedang kerja,bila perlu
berputar gunakan
saat sarung tangan
memeriksa
benda kerja
6 Membuat Alur  Pemasangan Pahat alur Memastikan 2
pahat alur terlempar pahat terceam
yang tidak dan bisa dengan baik,di
tercekam mengenai cek beberapa
dengan baik pekerja kali
 Pembubuta Pahat alur Membubut 2
n alur patah dan alur dilakukan
dilakukan bisa saja dengan
tidak maju mengenai memaju
mundur pekerja mundurkan
pahat,tidak
menahan dan
memajukan
pahat terus
pada benda
kerja
7 Membubut Tirus  Eretan atas Pembubuta Setelah sudut 2
tidak n tidak ditentukan,kun
terkunci berjalan ci tool post
dengan baik dan sekencag
baik saat tool post mungkin,pasti
menyeting bisa saja kan dengan di
sudut berputar uji beberapa
menyebabk kali
an pahat
menabrak
bagian
badan
pekerja

3.3 Bagaimana JSA membantu SOP dalam pekerjaan membuat ulir.

JSA adalah salah satu bagian penting dalam penyusunan SOP khususnya keselamatan berikut
fungsi dari SOP mesin bubut.

 Standard operational prosedur SOP dalam menggunakan mesin bubut merupakan salah satu
ketentuan yang paling penting di dalam operasional penggunaan mesin dan perlalatan. SOP
juga bertujuan agar hasil dari setiap proses pengerjaan sesuai dengan spesifikasi benda kerja
yang diulir.
 Setiap SOP mesin bubut selalu berbeda satu dengan yang lain tergantung jenis pembubutan
yang di gunakan ,serta tergantung dari jenis mesin kerja yang digunakan. Setiap operator
harus memahami mentaati dan menguasai SOP ini. Apabila ada kesulitan atau kekeliruan
dalam memahami SOP maka operator harus segera mengkonsultasikan dengan pengawas
sebelum memulai pekerjaan.

Jadi JSA sangat membantu identifikasi dan resiko dalam setiap langkah kerja dalam proses
membubut khususnya mengulir.

3.4 Review Ulang pelaksanaan JSA

Bila prosedur kerja ditetapkan, maka harus ditinjau secara periodik untuk menentukan
prosedur tersebut adalah yang terbaru. Peninjauan tersebut adalah berdasarkan prosedur yang
telah ada, dengan maksud untuk mengembangkan cara yang lebih baik untuk melaksanakan
pekerjaan yang mengalami perubahan tersebut :

 Sewaktu ada perubahan tata ruang atau lay out pabrik, gedung penempatan mesin,
peralatan dan kegiatan kerja.
 Karena adanya bahaya baru sewaktu diadakan kegiatan
 Adanya bahaya akibat perubahin proses kerja/peralatan/mesin
 Penggantian personil
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dengan adanya Job Safety Analysis JSA maka strategi perencanaan resiko kecelakaan
kerja dan potensial hazard dapat dengan mudah dikurangi, ini juga dapat menjadi SOP
standard operational pekerjaan sehingga setiap pengawas keselamatan dan pekerja
dapat bersinergi menjadikan JSA sebagai landasan pokok dalam bekerja sesuai kaidah
keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di tempat kerja.

4.2 Saran
Dengan adanya JSA maka penulis memberikan saran khusunya untuk pekerja
sebelum memulai oprasi mesin bubut sebagai berikut :
1. Pastikan pekerja adalah yang mengetahui proses kerja (SOP) mesin bubut
termasuk resiko dan bahaya ketika melakukan pekerjaan.
2. Pastikan lingkungan kerja dalam keadaan aman
3. Pastikan sebelum bekerja diadakan safety talk
4. Pastikan pekerja sudah menggunakan APD baik dan benar
5. Pastikan bahwa kondisi fisik pekerja siap untuk bekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyana Asrina 6 februari 2011, artikel analisis keselamatan kerja, Balikpapan.

Muhammad Wahid Muslim artikel tahapan analisis keselamatan pekerjaan.

Arizona Toni, November 2010, Pengembangan SOP dan JSA.

Indo HSE, kesalahan terbanyak dalam menyusun JSA.

Pranoto Adhi, 2010, K3 Mesin bubut, smk Muhammadiyah 1 Klaten Utara.

Maisyaroh siti, Skripsi, Implementasi JSA sebagai upaya penanggulangan kecelakaan


kerja di PT Trypolyta Indonesia Tbk, 2010, Surakarta.

Paryanto Mpd, Proses Pembubutan Logam, Jur Teknik Mesin FT UNY

https://www.google.com/search?
q=job+safety+analysis+mesin+bubut&sxsrf=AOaemvK3Ij08SMICKdaKhamEPMyDdifeyg:
1638526972192&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi5g4fRtMf0Ah

Anda mungkin juga menyukai