DisusunOleh ;
Tio Fatra
NPM : 207052847
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap pihak yang
telah memberikan kontribusi dengan memberikan sumbangan pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tio Fatra
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………4
……………………………………………………………………….6
JSA……………………………….11
3.1 HASIL………………………………………………………..………………….……….…12
3.2 PEMBAHASAN……………………………………………………….………….…….….28
4.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………33
3
4.2 SARAN……………………………………………………………………………………….33
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative
bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita
karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di
terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan
memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan
kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada
saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga
tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani
maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1 Apakah yang dimaksud dengan JSA?
2 Bagaimana memahami konsep dari JSA?
3 Bagaimana tahapan pelaksanaan JSA?
4 Bagaimana contoh JSA?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Job Safety Analysis (JSA) adalah berupa pemeriksaan prosedural untuk menentukan apakah
prosedur yang tengah dijalankan telah berjalan sebagaimana mestinya, dan untuk memeriksa aspek
aspek sikap dari orang-orang yang melaksanakan pekerjaan dimaksud (Alkon, 2004). Poin utama dari
job safety analysis adalah mencegah kecelakaan dengan antisipasi dan eliminasi serta mengontrol
bahaya yang ada. JSA merupakan salah satu langkah utama dalam analisa bahaya dan kecelakaan
dalam usaha menciptakan keselamatan kerja. Bila bahaya telah dikenali maka dapat dilakukan tindakan
pengendalian yang berupa perubahan fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi bahaya
kerja. Dalam pelaksanaannya, prosedur analisa keselamatan kerja memerlukan latihan, pengawasan
dan penulisan uraian kerja yang dikenal sebagai JSA untuk mempermudah pengertian prosedur kerja
pada karyawan.
Menurut OSHA 3071 revisi tahun 2002, JSA adalah Sebuah analisis bahaya pekerjaan adalah
teknik yang berfokus pada tugas pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi
sebuah incident atau kecelakaan kerja. Berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan
lingkungan kerja. Idealnya, setelah dilakukan identifikasi bahaya yang tidak terkendali, tentunya akan
diambil tindakan atau langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi mereka ke tingkat risiko
yang dapat diterima pekerja.
Penelaahan risiko pada task-task yang ada pada suatu pekerjaan. Memikirkan cara yang
paling safe untuk itu.
Pelaku JSA harus menyelediki segala jenis hazard yang terdapat pada masing-masing
task.
6
Memikirkan cara untuk mencegah terjadinya cidera, atau kecelakaan.
Membantu pembuatan Prosedur Kerja yang safe (SOP).
Terdapat lima tahapan utama dalam pelaksanaan job safety analysis (JSA), yaitu (CCOHS,
2001):
Secara ideal, JSA harus dilakukan pada semua kegiatan kerja, namun terdapat kendala
pelaksanaan terkait ketersediaan waktu dan sumber daya. Selain itu JSA juga membutuhkan revisi
pada setiap perubahan yang terjadi baik terkait peralatan, bahan baku, proses, atau lingkungan. Oleh
karena itu dibutuhkan upaya penentuan prioritas terhadap pemilihan pekerjaan yang perlu dilakukan
JSA. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas antara lain:
Absensi: yaitu pemilihan pekerjaan di mana karyawan mengambil hari sakit lebih sering atau
bentuk absen lainnya.
7
Tanda dan gejala terhadap pajanan bahaya, hal ini melihat bagaimana sifat pekerjaan
dapat menimbulkan paparan bahaya atau tidak.
Potensi terjadinya cedera parah atau penyakit: hal ini dilakukan dengan melihat
keparahan konsekuensi atau akibat yang dapat ditimbulkan kecelakaan, kondisi
berbahaya, atau pajanan zat berbahaya dengan potensi yang tinggi.
Perubahan/modifikasi pekerjaan: bahaya baru mungkin berhubungan dengan perubahan
dalam prosedur kerja/proses.
Pekerjaan Jarang dilakukan: karyawan mungkin menghadapi risiko lebih besar ketika
melakukan pekerjaan non-rutin.
Pekerjaan dengan gangguan kerja yang terjadi sering karena kesulitan teknis.
Pekerjaan yang mengakibatkan kerugian limbah dan produksi yang berlebihan.
Pekerjaan di mana karyawan dituntut untuk bekerja sendirian di tempat kerja terisolasi.
Pekerjaan dengan potensi kekerasan di tempat kerja
Penyelesaian setiap tugas operasional dalam urutan yang tepat akan mengarah ke penyelesaian
pekerjaan. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga tugas dalam urutan yang benar. Tugas yang
terdapat diluar urutan pekerjaan dapat menimbulkan peluang adanya bahaya yang tidak teridentifikasi.
Ketika melakukan JSA, setiap tugas dicatat dalam urutan yang tepat. Catatan harus dibuat dari apa
yang harus dilakukan, bukan bagaimana hal itu dilakukan (CCHOS, 2001).
Membagi sebuah pekerjaan menjadi beberapa tugas membutuhkan pengetahuan yang benar
mengenai pekerjaan tersebut. Jika tugas dibuat secara terlalu umum, operasi spesifik dan bahaya terkait
dapat terlewatkan. Di lain hal, terlalu banyak tugas juga dapat membuat JSA tidak terlaksana dengan
praktis. Aturan yang baik biasanya menyebutkan bahwa pada umumnya sebuah pekerjaan dapat di
deskripsikan dalam kurang dari sepuluh tugas. Jika terdapat langkah kerja tambahan yang dibutuhkan,
maka sebaiknya pekerjaan tersebut dipecah menjadi dua segmen yang memiliki JSA masing-masing
secara terpisah.
8
3) Membuat daftar dari pelatihan yang diperlukan untuk berada dilokasi kerja, mengoperasikan alat
atau mesin, untuk bekerja di ketinggian, dll.
4) Membuat daftar dari rekomendasi APD yang diperlukan untuk menghadapi risiko bahaya ketika
melakukan pekerjaan di lokasi tertentu.
5) Selain itu, sebelum analisis dilakukan, kumpulkan informasi yang penting melalui wawancara
dan Prosedur tertulis
Langkah ketiga dalam JSA adalah menentukan cara untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang telah diidentifikasi. Terdapat dua pendekatan untuk melakukan hal ini:
Tujuan dari kedua pendekatan ini sama yaitu pencegahan cedera, penyakit, dan kerugian lainnya.
Langkah-langkah pencegahan tergantung pada temuan JSA.
9
apabila hasil dari JSA digunakan untuk mengambangkan prosedur kerja secara naratif. JSA yang
lengkap berfungsi sdebagai sebuah alat untuk memastikan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
Adalah penting untuk membangun tidak lanjut dan proses review untuk pemantauan efektifitas
tindakan pencegahan dan pengendalian yang diimplementasikan oleh JSA. Hal ini dilakukan untuk:
10
Review berkala sangat berguna untuk memastikan komponen JSA tetap saat ini dan fungsional,
sehingga karyawan mengikuti prosedur dan praktek seperti yang direkomendasikan oleh JSA.
Pengulangan pembuatan JSA dibutuhkan ketika:
Waktu dan usaha yang terlibat dalam JSA merupakan investasi untuk mengontrol cedera,
kerusakan dan kerugian produksi.
Terdapat tiga belas cara untuk memaksimalkan pelaksanakan dan implementasi JSA. Berikut hal-
hal yang dapat dilakukan yaitu (CCOHS, 2001):
11
11) Tinjau ulang perubahan JSA secara berkala
12) Lakukan penilaian kerja pada seluruh tingkatan keryawan
13) Masukkan pelaksanaan JSA dalam inspeksi tempat kerja atau investigasi kecelakaan.
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Program JSA
kontraktor PT Tri Polyta Indonesia, Tbk., kami akan memenuhi tekad ini dengan
melaksanakan :
12
agar selalu dalam kondisi yang baik dan siap untuk digunakan.
Tri Polyta Indonesia, Tbk bertujuan untuk mencapai zero accident, antara lain :
2) Safety committee
13
5) Orientasi karyawan, yakni dengan pengenalan K3 di PT Tri Polyta Indonesia,
Tbk.
6) Training, antara lain training ERT (Emergency Respon Team), training P3K,
Resque, SCBA, Training Fire Internal (pelatihan yang diadakan oleh pihak
7) Inspeksi tempat kerja, misalnya safety audit, adalah internal audit tentang
peledakan).
pekerja.
12) Hal Spesifik di tempat kerja, yakni aturan-aturan di tiap area baru bagi
karyawan.
faktor dan potensi bahaya yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan atau
penyakit akibat kerja. Departemen fire and safety di PT Tri Polyta Indonesia,
14
Tbk., membuat beberapa program dalam melaksanakan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Dari beberapa program inilah diharapkan risiko
bahaya atau kecelakaan dapat diminimalisir. Salah satu metode yang digunakan
dengan menggunakan JSA (Job Safety Analysis) yang dalam pelaksanaannya lebih
JSA (Job Safety Analysis) sebagai upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja di
berikut:
Tahapan awal dalam penyusunan sebuah JSA (Job Safety Analysis) adalah
menentukan jenis pekerjaan. beberapa contoh JSA pada pekerjaan yang akan
dilakukan di PT Tri Polyta Indonesia, Tbk antara lain pekerjaan di area utility
yakni replace spring hanger di low pressure tank (LP Tank), dan pada
Pekerjaan replace spring hanger di low pressure tank (LP Tank) diuraikan
15
welding channel U. langkah kedua memasang tiang gawang spring hanger,
dengan urutan setting tiang gawang kemudian tack dan welding tiang gawang.
bellows. Langkah kelima yakni sand blasting & coating pipe. Langkah
Pada pekerjaan cutting pile atau pemotongan tiang pancang di area train 1.
tiang pancang pada marking elevasi. Setelah itu pekerjaan bobokan beton
aktivitas yang berpotensi menimbulkan percikan api dan terbakar antara lain
saat tack and welding tiang gawang pada saat memasang tiang gawang spring
cover bellows, sand blasting and coating pipe, pengeboran support cover
16
bellows saat menginstall cover bellows. Saat pembersihan area bahaya akibat
terkena serpihan material dapat terjadi, selain itu saat pembersihan area dapat
yang dilakukan yakni persiapan peralatan, bahaya yang dapat timbul dari
aktivitas tersebut yakni luka gores dan lecet. Luka gores dapat terjadi juga
pada saat pekerjaan bobokan beton pancang. Saat memotong tiang pancang
4) Mengendalikan Bahaya
agar tidak terjadi kebakaran dengan memasang blanket yang selalu basah pada
lokasi sekitarnya selain itu melakukan identifikasi potensi kebocoran dari area
tersebut dengan menggunakan gas test. Alat pelindung diri yang diperlukan
pada pekerjaan replace spring hanger di LP Tank ini antara lain safety helmet,
safety glass, safety shoes, safety belt, hand glove, welding mask. Pekerjaan
hanger dapat berpotensi terjatuh, maka pemakaian safety belt diperlukan pada
pekerjaan tersebut.
(pemotongan tiang pancang) antara lain helmet, safety boot, sarung tangan,
safety glass, dan masker. Gangguan pernafasan pada saat memotong tiang
17
pancang dapat diatasi dengan memakai masker. Pada pekerjaan pemekaran
stek besi tiang pancang, bahaya yang dapat ditimbulkan yakni tegangan otot
yang berlebih dan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk menghindari
bahaya tersebut dengan memakai alat bantu untuk pemekaran stek besi,
c. Tim Pelaksana
JSA dilaksanakan oleh pekerja yang bertanggung jawab di area kerja, user, pihak
dari safety. Sedangkan penyusunan JSA dilakukan oleh team, tergantung dari
pekerjaan yang akan di buat JSA. Jika pekerjaan itu bersifat internal/dalam 1
Apabila pekerjaan yang akan dilakukan JSA menyangkut beberapa pihak antar
bersangkutan.
engineering & construction dalam hal ini adalah PT Satyamitra Surya Perkasa
Surya Perkasa disusun oleh team dari perusahaan tersebut, kemudian mendapat
18
d. Dokumentasi dan Revisi JSA
terdapat kekurangan atau kesalahan dalam pembuatan job safety analisis ini
19
Hasil JSA
Tabel 1. Job Safety Analysis di Area LP Tank A & B PT. Tri Polyta Indonesia, Tbk Tahun 2009
JOB SAFETY ANALYSIS
Pekerjaan Tanggal X Baru Jabatan yang mengerjakan Dianalisa oleh : Team
Replace Spring Hanger at LP Tank 5 Nov. 2009 Revisi -
Departemen : Utility Section Lokasi Pekerjaan : LP Tank A & B Direview oleh : Team
Alat Pelindung diri yang diperlukan : Disetujui oleh : Raswono H.P
Safety helmet, safety glass, safety shoes, safety belt, hand glove, welding mask.
No URUTAN KERJA POTENSI BAHAYA PENCEGAHAN
1. Pasang Additional H beam support at platform
a. Buka grating platform Spark & fire Pasang blanket yang selalu
basah pada lokasi sekitar yang
berpotensi terbakar.
Lakukan identifikasi potensi
kebocoran dari area sekitar
dan gas test.
Tangan terjepit Pakai sarung tangan yang
sesuai
Terjatuh / terpeleset Pakai safety belt
b. pasang channel U Tertimpa channel U Channel U diangkat dan diikat
dengan 2 orang
c. Welding channel U Spark & fire Pasang blanket yang selalu
basah pada lokasi sekitar yang
berpotensi terbakar.
Lakukan identifikasi potensi
kebocoran dari area sekitar
Bersambung
20
Sambungan
Bersambung
21
Sambungan
Bersambung
22
Sambungan
23
Tabel 2. Job Safety Analysis Construction Project Area Train 1 di PT Tri Polyta Indonesia, Tbk.
JOB SAFETY ANALYSIS
Pekerjaan Tanggal X Baru Pelaksana Dianalisa oleh : Patar Boni
Pemotongan tiang pancang (Cutting 16 Jan 2010 Revisi Contruction Project Team
pipe) PT Satyamita Surya Perkasa
Lokasi Pekerjaan : Train 1 Direview oleh : Wildan
Ramdan
Alat Pelindung diri yang diperlukan : Disetujui oleh : Surija Karuna
Helmet, Safety Boot, Sarung Tangan, Safety Glass, Masker. Diperiksa oleh : Nanang L
(Safety PT Tri Polyta
Indonesia, Tbk.)
Bersambung
24
Sambungan
25
2. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Dengan adanya Job Safety Analysis (JSA) di PT Tri Polyta dari tahun
2007-2009, maka dapat mengurangi angka kecelakaan yang terjadi dari setiap
Bersambung
26
Sambungan
Semburan
resin
8. Agustus 0 - - -
9. September 0 - - -
10. Oktober 1 - Jari terjepit
11. November - Tangan
1
terluka
12. Desember 0 - - -
Total 8
Sumber : PT Tri Polyta Indonesia, Tbk. tahun 2008
27
3.2 Pembahasan
a. Kebijakan K3
tersebut yang dituangkan dalam suatu kebijakan tertulis yang ditandatangani oleh
pengusaha dan pengurus. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di
PT Tri Polyta Indonesia, Tbk ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
faktor dan potensi bahaya yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan atau
penyakit akibat kerja. Departemen fire and safety di PT Tri Polyta Indonesia,
keselamatan dan kesehatan kerja. Dari beberapa program inilah diharapkan risiko
bahaya atau kecelakaan dapat diminimalisir. Salah satu metode yang digunakan
dengan menggunakan JSA (Job Safety Analysis) yang dalam pelaksanaannya lebih
beserta pengendaliannya. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
28
dan pengendalian risiko dari kegiatan produk, barang dan jasa harus
keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara
prosedurnya.”
tiap department antara lain JSA untuk fire and safety, environtment,
yang ada berdasarkan work permit (ijin kerja). Sistem ijin kerja yang ada di
PT Tri Polyta Indonesia, Tbk antara lain ijin kerja memasuki daerah terbatas
(Confined Space Permit), ijin kerja untuk pekerjaan panas (Hot Work Permit),
ijin kerja untuk pekerjaan dingin (Cold Work Permit), Electrical Work Permit,
Tbk telah sesuai dengan peraturan yang ada pada Permenaker No.
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko dari kegiatan produksi barang
prosedurnya”.
29
2) Pelaksanaan Program JSA
PT Tri Polyta Indonesia, Tbk. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa pekerja
Tbk.
tahun 2007-2009 diperoleh angka kecelakaan tertinggi yakni pada tahun 2008
pada tahun 2009 sebanyak 2 kecelakaan. Hasil analisa kecelakaan pada lampiran
Dari tabel 3,4, dan 5, jumlah kecelakaan yang tanpa menggunakan JSA
ada 13, sedangkan jumlah kecelakaan yang menggunakan JSA ada 4. Adanya Job
Safety Analysis (JSA) dapat menurunkan angka kecelakaan di tempat kerja. PT Tri
30
Polyta Indonesia, Tbk telah mengidentifikasi sumber-sumber bahaya yang ada
dilingkungan kerja, salah satunya dengan penerapan JSA. Hal ini sesuai dengan
termasuk dalam kecelakaan yang ringan, misalnya terpeleset, terjatuh, terluka, dan
resiko tinggi, pekerjaan yang tidak biasa dilakukan/pekerjaan baru, dan jenis
Pada tabel 4 dan 5, terjadi kecelakaan kerja dan JSA nya sudah ada, dari
analisa penulis, kecelakaan kerja terjadi disebabkan karena JSA yang dibuat
kurang teliti, dalam hal ini masih ada step-step pekerjaan dan potensi bahaya yang
terlewatkan.
penyakit akibat kerja yang ada di PT Tri Polyta Indonesia, Tbk ini telah sesuai
31
dengan PER.05/MEN/1996 point 4.3 tentang Tindakan Perbaikan dan
32
BAB IV
4.1 Kesimpulan
2009.
4.2 Saran
2. Perlu dibuat prosedur JSA di PT. Tri Polyta Indonesia, Tbk. untuk
33
3. Perlu adanya tindak lanjut dari penerapan JSA, sebagai metode analisa
aktifitas pekerjaan.
audit JSA. Karena dengan dilaksanakan audit untuk JSA, dapat dilihat
hal-hal apa yang perlu direvisi dan dapat segera dilakukan tindakan
perbaikan.
34