Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SAFETY MANAGEMENT SYSTEMS

“HAZARD ”

LIBER TOMMY HUTABARAT S.T., M.Pd.

OLEH :
Muhammad Umar Said (35031210087)
Tarisa Tarigan (350312100)
Fransiscus Hasiolan Tambunan (350312100)
Hilery Permata Sari Pardosi (350312100)
Melati Lauranza BR Tamba (350312100)

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN NAVIGASI UDARA


POLITEKNIK PENERBANGAN MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
baik. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Safety Management
System. yang diampu oleh Bapak Liber Tommy H. S.T., M.Pd.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen
yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan motivasi selama proses penulisan makalah ini. Makalah ini
membahas tentang “Hazard”. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dalam menambah wawasan tentang manajemen keselamatan. .
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat memperluas wawasan
tentang manajemen keselamatan.

Sekian dan terima kasih.

Medan, 26 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
2.1 Hazard and Consequences......................................................................................................3
2.2 Memahami Bahaya..................................................................................................................3
2.3 Identifikasi Bahaya Dan Prioritas..........................................................................................6
2.4 Analisis Bahaya........................................................................................................................8
2.5 Dokumentasi Hazard...............................................................................................................9
2.6 Imperatif Perubahan.............................................................................................................10
2.7 Manajemen Keselamatan......................................................................................................11
2.7.1 Model Manajemen Keselamatan...................................................................................13
2.8 Tanggung Jawab Dalam Mengelola Keselamatan...............................................................14
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................iii

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia kerja. Pekerjaan
apapun yang dilakukan di sebuah organisasi atau industri pasti memiliki risiko, baik risiko kecil
maupun risiko besar. Oleh karena itu, pengenalan dan penerapan Manajemen Keselamatan
menjadi sangat penting untuk mencegah kecelakaan kerja dan cedera yang tidak diinginkan.
Manajemen Keselamatan merupakan sistem manajemen yang berfokus pada upaya untuk
meminimalkan risiko dan cedera di tempat kerja. Manajemen Keselamatan meliputi identifikasi
bahaya, evaluasi risiko, dan pengelolaan risiko tersebut. Dalam Manajemen Keselamatan,
keselamatan dianggap sebagai tanggung jawab bersama dan tidak hanya tanggung jawab dari
satu departemen atau individu saja.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting dan harus menjadi
prioritas bagi setiap organisasi atau industri. Dalam kegiatan kerja, terdapat risiko-risiko yang
harus diatasi dan dikendalikan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan pekerja di tempat
kerja. Risiko-risiko tersebut dapat berupa bahaya fisik seperti kebakaran, ledakan, kecelakaan,
dan risiko kesehatan seperti paparan bahan kimia atau debu yang berbahaya. Dalam upaya
untuk meminimalkan risiko dan cedera di tempat kerja, Manajemen Keselamatan diperlukan.
Manajemen Keselamatan adalah sistem manajemen yang berfokus pada upaya untuk mencegah
kecelakaan kerja dan cedera dengan meminimalkan risiko yang ada di tempat kerja.
Manajemen Keselamatan juga mencakup pengelolaan insiden atau kecelakaan jika
terjadi.
Manajemen Keselamatan merupakan suatu pendekatan sistematis dalam memastikan
keselamatan dan kesehatan kerja. Pendekatan ini melibatkan identifikasi bahaya dan risiko,
pengukuran dan evaluasi risiko, dan pengelolaan risiko tersebut. Manajemen Keselamatan juga
melibatkan perencanaan dan implementasi program keselamatan yang efektif, pengawasan dan
evaluasi program, serta perbaikan terus-menerus.
Dalam dunia industri dan organisasi, Manajemen Keselamatan sangat penting untuk
menghindari kecelakaan dan cedera di tempat kerja. Terjadinya kecelakaan dan cedera di
1
tempat kerja dapat berdampak buruk pada produktivitas, reputasi perusahaan, dan biaya
operasional yang tinggi. Oleh karena itu, pengenalan dan penerapan Manajemen Keselamatan
menjadi sangat penting.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah
ini adalah :
1. Apa pengertian Hazard ?
2. Apa konsekuensi dari bahaya terhadap keselamatan penerbangan?
3. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya?
4. Apa saja tujuan menganalisis data pada keselamatan penerbangan?
5. Apa kegunaan dari metode analisis keselamatan ?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian hazard.
2. Dapat mengetahui konsekuensi dari bahaya terhadap keselamatan penerbangan.
3. Dapat mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya.
4. Dapat mengetahui tujuan menganalisis data pada keselamatan penerbangan.
5. Dapat mengetahui kegunaan dari metode analisis keselamatan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hazard and Consequences


Bahaya, secara sederhana adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan cedera. Dan
konsekuensi adalah hasil dari sebuah bahaya. Seperti di tempat kerja, Bahaya adalah sesuatu
yang pasti ada di tempat kerja. Tempat dimana ada interaksi antara manusia/pekerja dengan
peralatan, bahan dan proses kerja. Bahaya bisa berasal dari peralatan yang dipergunakan, bahan
yang diolah, ataupun aktifitas/proses kerja yang dilakukan. Misalnya kita identifikasi bahaya
kimia.
Konsekuensi yang dihasilkan bahaya kimia bisa berupa luka bakar, iritasi, dan lain-lain.
Tergantung jenis/tipe bahan kimia dan rute paparannya. Risiko terpapar bahaya kimia,
tergantung bagaimana kita mengelola risiko. Jika dikelola dengan baik, bahaya tersebut bisa
berada dalam tingkat yang masih dapat diterima (acceptable), sedang jika tidak 4 dikelola
dengan baik, risiko terpapar bahaya kimia bisa menjadi tinggi dan akan sangat mungkin
menyebabkan cedera/penyakit bagi pekerja (konsekuensi).

2.2 Memahami Bahaya


Pengertian Hazard atau Bahaya secara umum menurut Doc 9859 Safety Management
Manual didefinisikan oleh praktisi keselamatan sebagai suatu kondisi atau objek yang
berpotensi menyebabkan kematian, cedera pada personel, kerusakan peralatan atau struktur,
kehilangan material, atau pengurangan kemampuan untuk melakukan fungsi yang ditentukan.
Untuk tujuan manajemen risiko keselamatan penerbangan, istilah bahaya harus difokuskan pada
kondisi yang dapat menyebabkan atau berkontribusi pada pengoperasian pesawat terbang yang
tidak aman atau peralatan, produk, dan layanan terkait keselamatan penerbangan Bahaya
merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kegiatan penerbangan. Namun, manifestasinya
dan kemungkinan konsekuensinya dapat diatasi melalui berbagai strategi mitigasi untuk
menahan potensi bahaya yang mengakibatkan pengoperasian pesawat atau peralatan
penerbangan yang tidak aman.

3
Ada kecenderungan umum untuk mengacaukan bahaya dengan konsekuensi atau
hasilnya. Konsekuensinya adalah hasil yang dapat dipicu oleh bahaya. Misalnya, ekskursi
landasan pacu (overrun) adalah konsekuensi yang diproyeksikan sehubungan dengan bahaya
landasan pacu yang terkontaminasi. Dengan terlebih dahulu mendefinisikan bahaya secara jelas,
eseorang kemudian dapat memproyeksikan konsekuensi atau hasil yang tepat. Dapat dicatat
bahwa konsekuensi dapat berlapis-lapis, termasuk hal-hal seperti peristiwa tidak aman
menengah sebelum konsekuensi akhir
(kecelakaan). Dalam contoh crosswind di atas, akibat langsung dari bahaya dapat
berupa hilangnya kendali lateral diikuti dengan ekskursi landasan pacu sebagai konsekuensinya.
Konsekuensi terakhir bisa berupa kecelakaan. bahaya disebut juga semua sumber, situasi
ataupun aktivitas yang
No Faktor Bahaya Biologi
berpotensi
1 Jamur
menimbulkan cedera
2 Virus
(kecelakaan kerja) dan
3 Bakteri
atau penyakit akibat
4 Tanaman
kerja (PAK).
5 Binatang
Secara umum terdapat
5 factor bahaya K3 di tempat kerja :

No Faktor Bahaya Kimia


1 Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya.

2 Beracun

3 Reaktif.

4 Radioaktif.

5 Mudah Meledak/Terbakar/Menyala

6 Korosif

4
No Faktor Bahaya Fisik/Mekanik

1 Ketinggian

2 Konstruksi (Infrastruktur).

3 Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.

4 Ruangan Terbatas (Terkurung).

5 Tekanan

6 Kebisingan

7 Suhu

8 Cahaya

9 Listrik

10 Getaran

No Faktor Bahaya Biomekanik


1 Gerakan Berulang.

2 Postur/Posisi Kerja.

3 Pengangkutan Manual.

4 Desain tempat kerja/alat/mesin.

No Faktor Bahaya Sosial-Psikologis


1 Stress.
2 Kekerasan.
3 Pelecehan.

5
4 Pengucilan.
5 Intimidasi.
6 Emosi Negatif

6
Potensi bahaya yang merusak terwujud melalui satu atau banyak
konsekuensi. Oleh karena itu penting bagi penilaian keselamatan untuk
memasukkan perhitungan komprehensif dari semua konsekuensi yang mungkin
terjadi, dijelaskan secara akurat dan dalam istilah praktis. Konsekuensi yang
paling ekstrim, hilangnya nyawa manusia, harus dibedakan dari konsekuensi yang
melibatkan potensi konsekuensi yang lebih kecil seperti peningkatan beban kerja
awak pesawat, ketidaknyamanan penumpang atau pengurangan margin
keselamatan. Deskripsi konsekuensi menurut hasil yang masuk akal akan
memfasilitasi pengembangan dan implementasi strategi mitigasi yang efektif
melalui prioritas yang tepat dan alokasi sumber daya yang terbatas. Bahaya harus
dibedakan dari kesalahan, komponen kinerja manusia yang normal dan tidak dapat
dihindari, yang harus dikelola.

2.3 Identifikasi Bahaya Dan Prioritas


Identifikasi bahaya adalah langkah pertama dalam proses manajemen
risiko keselamatan. Risiko keselamatan yang sesuai kemudian dinilai dalam
konteks konsekuensi yang berpotensi merusak yang terkait dengan bahaya
tersebut. Jika risiko keselamatan dinilai tidak dapat diterima, kontrol risiko
keselamatan tambahan harus dibangun ke dalam sistem.
Identifikasi bahaya merupakan prasyarat untuk proses manajemen risiko
keselamatan. Diferensiasi yang salah antara bahaya dan risiko keselamatan dapat
menjadi sumber kebingungan. Pemahaman yang jelas tentang bahaya dan
konsekuensi terkaitnya sangat penting untuk penerapan manajemen risiko
keselamatan yang baik.
Bahaya ada di semua tingkatan dalam organisasi dan dapat dideteksi
melalui penggunaan sistem pelaporan, inspeksi atau audit. Kecelakaan dapat
terjadi ketika bahaya berinteraksi dengan faktor pemicu tertentu. Akibatnya,
bahaya harus diidentifikasi sebelum menyebabkan kecelakaan, insiden, atau
kejadian terkait keselamatan lainnya. Mekanisme penting untuk identifikasi
bahaya proaktif adalah sistem pelaporan bahaya/insiden sukarela.

7
Bahaya juga dapat diidentifikasi dari tinjauan atau studi laporan
investigasi, terutama bahaya tersebut yang dianggap sebagai faktor penyebab
tidak langsung dan yang mungkin belum cukup ditangani dengan tindakan
korektif yang dihasilkan dari proses investigasi. Dengan demikian, prosedur
sistematis untuk meninjau laporan investigasi kecelakaan/ insiden untuk bahaya
luar biasa merupakan mekanisme yang baik untuk meningkatkan sistem
identifikasi bahaya organisasi. Hal ini sangat relevan jika budaya keselamatan
organisasi tidak cukup matang untuk mendukung sistem pelaporan bahaya
sukarela yang efektif.
Bahaya dapat dikategorikan menurut sumber atau lokasinya. Prioritas
obyektif dari bahaya dapat memerlukan kategorisasi sesuai dengan tingkat
keparahan/kemungkinan dari konsekuensi yang diproyeksikan Hal ini akan
memfasilitasi prioritas strategi mitigasi risiko sehingga dapat menggunakan
sumber daya yang terbatas dengan cara yang paling efektif
Identifikasi bahaya harus didasarkan pada 3 kombinasi metode untuk
mengidentifikasi bahaya yaitu :
1. Reaktif, metodologi ini melibatkan analisis hasil atau peristiwa masa lalu.
Bahaya diidentifikasi melalui investigasi kejadian keselamatan. Insiden
dan kecelakaan adalah indikator yang jelas dari kekurangan sistem dan
oleh karena itu dapat digunakan untuk menentukan bahaya yang
berkontribusi pada kejadian tersebut atau laten.
2. Proaktif, Metodologi ini melibatkan analisis situasi yang ada atau real-
time, yang merupakan tugas utama dari fungsi jaminan keselamatan
dengan audit, evaluasi, pelaporan karyawan, dan proses analisis dan
penilaian terkait. Ini melibatkan secara aktif mencari bahaya dalam proses
yang ada.
3. Prediktif, Metodologi ini melibatkan pengumpulan data untuk
mengidentifikasi kemungkinan hasil atau peristiwa negatif di masa depan,
menganalisis proses sistem dan lingkungan untuk mengidentifikasi potensi
bahaya di masa depan dan memulai tindakan mitigasi..

8
2.4 Analisis Bahaya
Negara telah menetapkan mekanisme untuk memastikan penangkapan dan
penyimpanan data tentang bahaya dan risiko keselamatan baik di tingkat negara
individu maupun agregat. Negara juga telah menetapkan mekanisme untuk
mengembangkan informasi dari data yang disimpan, dan untuk secara aktif
bertukar informasi keselamatan dengan penyedia layanan dan/atau Negara lain
yang sesuai.
Negara telah membentuk sistem pengumpulan dan pemrosesan data
keselamatan (SDCPS) untuk memastikan penangkapan, penyimpanan dan
agregasi data tentang kecelakaan, insiden, dan bahaya yang diperoleh melalui
laporan wajib dan sukarela Negara. Sistem ini harus didukung oleh persyaratan
negara bagi penyedia layanan untuk melaporkan kecelakaan, insiden serius, dan
insiden lain yang dianggap dapat dilaporkan oleh negara. Perbedaan yang tepat
antara laporan kecelakaan dan insiden dan laporan bahaya harus dibuat. Demikian
pula, ada perbedaan antara sistem pelaporan wajib (peraturan) dan sistem
pelaporan sukarela, termasuk persyaratan kerahasiaan yang sesuai untuk sistem
sukarela.
Penangkapan data tentang kecelakaan dan insiden yang dapat dilaporkan
harus mencakup laporan investigasi yang relevan. Laporan sukarela yang diterima
mungkin memerlukan beberapa bentuk investigasi atau evaluasi tindak lanjut
untuk memverifikasi validitasnya. Laporan bahaya yang divalidasi mungkin
memerlukan penilaian risiko tindak lanjut dan proses mitigasi di tingkat penyedia
layanan yang sesuai.
Setelah mengumpulkan data keselamatan melalui berbagai sumber,
organisasi kemudian harus melakukan yang diperlukan analisis untuk
mengidentifikasi bahaya dan mengendalikan potensi konsekuensinya. Di antara
tujuan lain, analisis dapat digunakan untuk:
a) membantu memutuskan fakta tambahan apa yang diperlukan
b) memastikan faktor laten yang mendasari kekurangan keselamatan
c) membantu dalam mencapai kesimpulan yang valid
d) memantau dan mengukur tren atau kinerja keselamatan.

9
Analisis keselamatan seringkali berulang, membutuhkan banyak siklus. Ini
mungkin kuantitatif atau kualitatif. Itu tidak adanya data dasar kuantitatif dapat
memaksa ketergantungan pada metode analisis yang lebih kualitatif.
Penilaian manusia mungkin tunduk pada beberapa tingkat bias
berdasarkan pengalaman masa lalu, yang dapat mempengaruhi interpretasi hasil
analisis atau pengujian hipotesis. Salah satu bentuk kesalahan penilaian yang
paling sering dikenal sebagai "bias konfirmasi". Ini adalah kecenderungan untuk
mencari dan menyimpan informasi yang menegaskan apa yang sudah diyakini
kebenarannya

2.5 Dokumentasi Hazard


Gambar 5-3 mengilustrasikan dokumentasi bahaya dan proses tindak
lanjut manajemen risiko. Bahaya terus-menerus diidentifikasi melalui berbagai
sumber data. Penyedia layanan diharapkan untuk mengidentifikasi bahaya,
menghilangkan bahaya tersebut atau mengurangi risiko yang terkait. Dalam kasus
bahaya yang teridentifikasi dalam produk atau layanan yang dikirimkan melalui
subkontraktor, mitigasi dapat berupa persyaratan penyedia layanan agar organisasi
tersebut memiliki SMS atau proses yang setara untuk identifikasi bahaya dan
manajemen risiko.

10
Sistem informasi manajemen keselamatan menjadi sumber pengetahuan
keselamatan untuk digunakan sebagai referensi dalam proses pengambilan
keputusan keselamatan organisasi. Pengetahuan keselamatan ini menyediakan
bahan untuk analisis tren keselamatan serta untuk pendidikan keselamatan.

2.6 Imperatif Perubahan


Imperatif perubahan adalah seruan untuk bertindak yang menuntut
pergeseran atau perubahan dalam perilaku atau keadaan saat ini untuk mencapai
kemajuan atau perbaikan (Bouchikhi & Kimberly, 2003). Imperatif perubahan
dalam manajemen keselamatan adalah kebutuhan untuk terus melakukan
perubahan dan peningkatan dalam sistem manajemen keselamatan agar dapat
mencegah terjadinya kecelakaan dan risiko keselamatan yang dapat
membahayakan karyawan, pengunjung, dan lingkungan kerja. Dalam manajemen
keselamatan, imperatif perubahan biasanya berfokus pada pengembangan budaya
keselamatan yang kuat, peningkatan pengawasan dan kontrol terhadap risiko, serta
implementasi teknologi dan prosedur keselamatan terbaru yang sesuai dengan
standar industri dan regulasi pemerintah (Vogus, 2003).
Perubahan dalam manajemen keselamatan juga harus melibatkan
partisipasi aktif dari semua karyawan, termasuk manajemen dan pekerja lapangan,
agar dapat memastikan kepatuhan terhadap aturan dan prosedur keselamatan serta
membangun kesadaran dan komitmen yang kuat terhadap budaya keselamatan.
Imperatif perubahan dalam manajemen keselamatan sangat penting untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan meminimalkan risiko keselamatan
dalam lingkungan kerja. Dengan terus melakukan perubahan dan peningkatan
dalam manajemen keselamatan, organisasi dapat mencapai tujuan keselamatan
yang lebih baik dan memberikan lingkungan kerja yang lebih aman bagi semua
karyawan dan pengunjung.
ICAO (International Civil Aviation Organization) memandang bahwa
imperatif perubahan dalam manajemen keselamatan di sektor penerbangan adalah
penting untuk meningkatkan keselamatan penerbangan. ICAO telah
mengembangkan konsep SMS (Safety Management System) sebagai sebuah

11
kerangka kerja manajemen keselamatan yang berfokus pada pencegahan
kecelakaan dan insiden di industri penerbangan.
Menurut ICAO (2018) imperatif perubahan dalam manajemen
keselamatan adalah kebutuhan untuk mengadopsi dan menerapkan SMS sebagai
standar praktik manajemen keselamatan. SMS harus terus diubah dan ditingkatkan
agar dapat mengatasi risiko keselamatan yang terus berkembang, seperti faktor
manusia, teknologi, dan operasi penerbangan yang semakin kompleks. Selain itu,
ICAO juga menganggap bahwa imperatif perubahan dalam manajemen
keselamatan juga melibatkan penerapan prinsip Just Culture, di mana kesalahan
manusia dianggap sebagai peluang untuk belajar dan melakukan perubahan dalam
sistem manajemen keselamatan, bukan sebagai kesalahan individu yang harus
disalahkan atau dihukum.
Dalam kesimpulannya, imperatif perubahan dalam manajemen
keselamatan menurut ICAO adalah kebutuhan untuk mengembangkan SMS yang
responsif dan adaptif, serta mempromosikan budaya keselamatan dan prinsip Just
Culture dalam organisasi penerbangan. Dengan terus melakukan perubahan dan
peningkatan, organisasi penerbangan dapat meningkatkan keselamatan
penerbangan dan mencapai tujuan zero accident yang diinginkan.

2.7 Manajemen Keselamatan


Manajemen keselamatan adalah proses yang digunakan untuk memastikan
bahwa suatu organisasi atau perusahaan memiliki lingkungan kerja yang aman
dan sehat untuk karyawan, pengunjung, dan orang lain yang terlibat dalam
aktivitas organisasi tersebut (Alarcon, 2018). Tujuan dari manajemen keselamatan
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja, cedera, dan penyakit akibat kerja yang
dapat terjadi dalam lingkungan kerja. Manajemen keselamatan melibatkan
identifikasi dan penilaian risiko, perencanaan dan pelaksanaan tindakan
pencegahan dan perlindungan, serta pengawasan dan pengendalian atas risiko-
risiko yang teridentifikasi.
Dalam praktiknya, manajemen keselamatan mencakup perumusan
kebijakan keselamatan, prosedur operasional standar, pelatihan karyawan,

12
inspeksi dan audit keselamatan, pelaporan insiden dan investigasi, serta
pengembangan sistem manajemen keselamatan yang terus ditingkatkan.
Manajemen keselamatan sangat penting untuk memastikan bahwa organisasi atau
perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan efisien, sambil memprioritaskan
kesehatan dan keselamatan karyawan dan orang lain yang terlibat dalam aktivitas
organisasi tersebut.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) mengatur standar
internasional dalam berbagai aspek penerbangan, termasuk manajemen
keselamatan. ICAO menganggap bahwa manajemen keselamatan adalah suatu
proses integral dalam manajemen penerbangan yang bertujuan untuk
meminimalkan risiko dan bahaya dalam aktivitas penerbangan. Berikut adalah
beberapa poin penting yang diatur oleh ICAO (2018) dalam manajemen
keselamatan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan (SMS): ICAO mewajibkan semua
maskapai penerbangan untuk menerapkan SMS yang mencakup kebijakan,
prosedur, dan pengawasan untuk memastikan keselamatan dalam seluruh
aktivitas penerbangan. SMS adalah suatu proses yang terus-menerus
dalam memperbaiki keselamatan dan keamanan dalam aktivitas
penerbangan.
2. Pengelolaan risiko: ICAO menekankan pentingnya pengelolaan risiko
dalam manajemen keselamatan. Pengelolaan risiko mencakup identifikasi
risiko, penilaian risiko, dan pengembangan strategi pengelolaan risiko
untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.
3. Kebijakan dan regulasi: ICAO mengharuskan negara-negara anggota
untuk menetapkan kebijakan dan regulasi keselamatan penerbangan yang
memenuhi standar internasional ICAO. Kebijakan dan regulasi ini harus
memastikan bahwa semua aspek penerbangan memenuhi persyaratan
keselamatan.
4. Pelatihan keselamatan: ICAO menekankan pentingnya pelatihan
keselamatan bagi awak pesawat dan pihak darat dalam meminimalkan

13
risiko dan bahaya. Pelatihan harus mencakup pengetahuan, keterampilan,
dan kesadaran terhadap keselamatan.
5. Pelaporan keselamatan: ICAO meminta maskapai penerbangan untuk
melaporkan insiden dan kecelakaan penerbangan yang terjadi, serta
melakukan analisis terhadap insiden dan kecelakaan tersebut untuk
meningkatkan keselamatan di masa depan.

ICAO memandang bahwa manajemen keselamatan adalah suatu proses


integral dalam manajemen penerbangan yang harus diterapkan secara holistik dan
terus-menerus untuk memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan. ICAO
terus mengembangkan standar internasional dalam manajemen keselamatan
penerbangan untuk memastikan keselamatan dan keamanan dalam setiap aktivitas
penerbangan.

2.7.1 Model Manajemen Keselamatan


Model Manajemen Keselamatan adalah kerangka kerja atau pendekatan
sistematis untuk memastikan keselamatan dalam suatu organisasi atau industri.
Menurut American Society of Safety Engineers (2014) Ada beberapa model
Manajemen Keselamatan yang umum digunakan, antara lain:
1. Model Plan-Do-Check-Act (PDCA). Model PDCA adalah model
Manajemen Keselamatan yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
 Plan: Perencanaan Manajemen Keselamatan, termasuk penetapan
kebijakan dan sasaran keselamatan.
 Do: Pelaksanaan rencana keselamatan.
 Check: Evaluasi pelaksanaan keselamatan untuk mengetahui
efektivitasnya.
 Act: Tindakan perbaikan atau peningkatan yang diambil untuk
memperbaiki keselamatan.
2. Model Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control
(HIRARC). Model HIRARC terdiri dari tiga tahap, yaitu:

14
 Hazard Identification: Mengidentifikasi semua potensi bahaya
yang dapat mengancam keselamatan.
 Risk Assessment: Menilai risiko dari setiap bahaya yang
diidentifikasi dan menetapkan tindakan pencegahan yang sesuai.
 Risk Control: Mengimplementasikan tindakan pencegahan yang
telah ditetapkan untuk mengurangi risiko dan memastikan
keselamatan.
3. Model Bow-Tie. Model Bow-Tie menggambarkan hubungan antara
bahaya, penyebab, dan konsekuensi. Model ini terdiri dari dua bagian,
yaitu:
 Bagian kiri: Menunjukkan bahaya dan faktor-faktor penyebabnya.
 Bagian kanan: Menunjukkan konsekuensi yang mungkin terjadi
jika bahaya terjadi dan tindakan pencegahan yang harus diambil
untuk mengurangi risiko dan memastikan keselamatan.

Semua model Manajemen Keselamatan ini dapat diadaptasi dan


dikustomisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi atau industri yang
menerapkannya. Penting untuk memilih model yang sesuai dan memastikan
implementasi yang efektif untuk mencapai keselamatan yang optimal.

2.8 Tanggung Jawab Dalam Mengelola Keselamatan


Menurut International Civil Aviation Organization (2018), ada empat
tanggung jawab utama dalam mengelola keselamatan penerbangan, yaitu:
1. Kebijakan dan Tujuan Keselamatan Penerbangan: Mengembangkan
kebijakan dan tujuan keselamatan penerbangan yang mencakup komitmen
organisasi untuk mengelola risiko keselamatan dan memastikan
keselamatan selalu menjadi prioritas utama.
2. Manajemen Risiko Keselamatan Penerbangan: Menetapkan sistem
manajemen risiko keselamatan penerbangan yang efektif untuk

15
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko keselamatan yang
terkait dengan operasi penerbangan.
3. Peningkatan Kinerja Keselamatan Penerbangan: Melakukan tindakan
untuk meningkatkan kinerja keselamatan penerbangan dengan menerapkan
program pelaporan insiden keselamatan, pelatihan dan pendidikan
keselamatan, pengumpulan dan analisis data keselamatan, serta audit dan
evaluasi keselamatan.
4. Kolaborasi dan Komunikasi Keselamatan Penerbangan: Meningkatkan
kolaborasi dan komunikasi antara organisasi penerbangan dan regulator
untuk memperbaiki keselamatan penerbangan secara keseluruhan. Hal ini
meliputi pertukaran informasi tentang keselamatan, pengembangan standar
keselamatan, dan promosi kesadaran keselamatan di antara semua pihak
yang terlibat dalam operasi penerbangan.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah serta pembahasan diatas, maka dapat
dirumuskan kesimpulan dari makalah ini, yaitu :
1) stereotip keamanan merupakan gambaran mental atau persepsi yang
berkaitan dengan keamanan yang menjadi bagian dari cara kita berpikir
dan bertindak di sekitar lingkungan kita
2) Dampak dari dilemma manajemen adalah :
 Menurunnya produktivitas
 Kerugian keuangan
 Menurunnya motivasi karyawan
 Kerugian reputasi
 Dampak jangka Panjang
3) Kebutuhan akan keselamatan itu penting, karena :
 Melindungi karyawan dan pengunjung
 Memelihara produktivitas
 Melindungi reputasi perusahaan
 Mematuhi peraturan
 Penghematan biaya
 Mengurangi resiko hukum
4) Strategi manajemen keselamatan meliputi identifikasi risiko, penilaian
risiko, pengendalian risiko, pelatihan karyawan, komunikasi yang efektif,
evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
5) Imperatif perubahan dalam manajemen keselamatan sangat penting untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan meminimalkan risiko
keselamatan dalam lingkungan kerja
6) Model manajemen keselamatan adalah :
 Model Plan-Do-Check-Act (PDCA)

17
 Model HIRARC
 Model bow-Tie

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran pada makalah ini adalah masih
banyak jurnal maupun makalah yang membahas tentang manajemen
keselamatan. Itu juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk memahami
tentang manajemen keselamatan serta topik pembahsan lainnya kepada
pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alarcon, R. (2018). Safety Management Systems in Construction Companies: An


Exploratory Study of Their Implementation and Effectiveness.
International Journal of Occupational Safety and Ergonomics.
ASSE, A. S. (2014). The Safety Professional’s Handbook. Des Plaines, IL: ASSE.
Bouchikhi, H., & Kimberly, R. (2003). Breaking the code of change. Harvard
Business Review, 81(7/8), 68-76.
Charneski, J. M. (2021). Safety management systems in aviation: A systematic
review. ournal of Air Transport Management, Vol. 92.
Chen, J. Y. (2020). Study on the Need of Safety Management System in
Container Terminal. Journal of Marine Science and Engineering, 8(6),
397.
Darwin, S. M. (2019). Stereotypes of Security and Their Effects on Emergency
Planning. Journal of Applied Security Research, 1-21.
Hums, E. (2015). The impact of ethical dilemmas on decision-making and
organizational culture in sport management. Sport Management Review,
18(4), 573-584.
Khelfaoui, S., & Ahmad, A. E.-S. (2020). Safety Management Systems in
Aviation. International Journal of Aviation, Aeronautics, and Aerospace,
Vol. 7, No. 3.
Knoll, S. (2017). Stereotypes of security and their effects on decision making.
Journal of Organizational Culture, Communications and Conflict, 25-40.
Kourdi, J. (2014). The Little Book of Big Management Theories. United Kingdom:
Pearson UK.
Organization, I. C. (2018). Annex 19 to the Convention on International Civil
Aviation — Safety Management (13th ed.). Montreal, Quebec, Canada:
International Civil Aviation Organization.
Sagie, A., & Stolpner, S. (2019). Safety Management System Maturity Model: A
Conceptual Framework. Safety Science, 120, 459-471.

iii
Sharma, A. (2017). Dilemma management: A conceptual framework. Journal of
Business Management and Economics, 1-6.
Shokri, B. (2017). dentifying the needs of occupational health and safety
management system in Iranian small and medium-sized enterprises
(SMEs). Journal of public health research, 6(3), 934.
Tshibangu, G. N. (2017). Designing an Integrated Safety Management System for
Aviation Operations. Procedia Engineering, 491-497.
Vogus, T. J. (2003). Organizing for resilience. Harvard Business Review, 81(9),
56-65.
Wang, X., & Chen, J. (2019). afety Management Strategy for Construction
Projects Based on a Risk Allocation Perspective. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 16(6), 948.
Zhang, H. (2018). Ethical dilemmas in management: An empirical study on the
perception of ethical dilemmas among middle managers in China. Journal
of Business Ethics, 148(3), 571-590.

iv

Anda mungkin juga menyukai