Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO SERTA MANAJEMEN

RESIKO K3 DALAM DAN LUAR GEDUNG

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien
Dan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan
Dosen Pembimbing : Siti Wasliyah, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh
KELOMPOK IV
Irma Safitri P27906121007
Galih Nurwahidin P27906121007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
kepada dosen mata kuliah Keselamatan Pasien Dan Kesehatan Kerja Dalam
Keperawatan sehingga makalah ini terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang lain atas segala
bantuan dan dukungannya. kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Tangerang, Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................
E. Metode Penulisan.......................................................................................
F. Sistematika Penulisan................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Resiko........................................................................................
B. Sumber-Sumber Resiko................................................................
C. Pengendalian Risiko Dengan Menggunakan Pendekatan Hirarki
Pengendalian (Hirarchy Of Control). ...........................................
D. Konsep Manajemen K3 Resiko....................................................
E. Manajemen Resiko K3 Di Dalam Gedung Rs........................................
F. Faktor Resiko K3 Diluar Gedung...........................................................
G. Manajemen Pengendalian Monitoring Resiko K3 Di Luar Gedung......

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan


dalam pelaksanaan kesalamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah
sebagai penyelenggara negara mempuinyai kewajiban untuk memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini direalisasikan pemerintah dengan
dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Sebelum adanya Manajemen K3 suatu kecelakaan dapat terjadi karna
tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa
kecelakaan kerja dapat juga bersumber dari faktor-faktor organisasi dan
manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol
oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.
Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak
manajemen harus bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para
pekerjanya
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan
penyusunan laporan makalah K3 yang membahas mengenai Hirarki
Pengendalian Risiko Serta Manajemen Resiko K3 Dalam Dan Luar Gedung

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan
adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Resiko
2. Apa saja Sumber-Sumber Resiko
3. Bagaimana Pengendalian Risiko Dengan Menggunakan Pendekatan
Hirarki Pengendalian (Hirarchy Of Control).
4. Bagaimana Konsep Manajemen K3 Resiko
5. Bagaimana Manajemen Resiko K3 Di Dalam Gedung Rs
6. Apa saja Faktor Resiko K3 Diluar Gedung
7. Bagaimana Manajemen Pengendalian Monitoring Resiko K3 Di Luar
Gedung..

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah K3 ini dapat memberikan gambaran serta pemehaman mengenai
Hirarki Pengendalian Risiko Serta Manajemen Resiko K3 Dalam Dan
Luar Gedung
2. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya makalah Sistem Informasi kesehatan ini diharapkan
mahasiswa program profesi Ners dapat
a) Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Resiko
b) Untuk mengetahui Apa saja Sumber-Sumber Resiko
c) Untuk mengetahui Bagaimana Pengendalian Risiko Dengan
Menggunakan Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy Of
Control).
d) Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Manajemen K3 Resiko
e) Untuk mengetahui Bagaimana Manajemen Resiko K3 Di Dalam
Gedung Rs
f) Untuk mengetahui Apa saja Faktor Resiko K3 Diluar Gedung
g) Untuk mengetahui Bagaimana Manajemen Pengendalian Monitoring
Resiko K3 Di Luar Gedung

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai sarana referensi khususnya bagi mahasiswa program profesi
Ners dalam mengaplikasikan Hirarki Pengendalian Risiko Serta
Manajemen Resiko K3 Dalam Dan Luar Gedung dalam pelayanan
kesehatan nantinya
2. Sebagai bahan masukan khususnya bagi mahasiswa program profesi
Ners untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengaplikasikan Hirarki
Pengendalian Risiko Serta Manajemen Resiko K3 Dalam Dan Luar
Gedung

E. Metode Penulisan
Data-data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data Studi kepustakaan yaitu usaha memperoleh data secara
teori yang berhubungan dengan Hirarki Pengendalian Risiko Serta
Manajemen Resiko K3 Dalam Dan Luar Gedung dalam pelayanan kesehatan.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah Hirarki Pengendalian
Risiko Serta Manajemen Resiko K3 Dalam Dan Luar Gedung ini adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Resiko
Risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak
diharap - harap datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang
mengarah ke ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama jangkah
waktu tertentu dimana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian
baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar
yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari perusahaan. Risiko
pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti
kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainya. Kerugian tersebut mer
upakan bentuk dari ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola
se cara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat
menjadi n ilai tambah dan mendukung sebagai pencapaian tujuan
organisasi (Soputan, Somp ie, & Mandagi, 2014).

B. Sumber – Sumber Risiko


Sumber – Sumber Risiko Menurut (Soputan et al., 2014) sumber -
sumber penybabnya, risiko dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Risiko Internal, adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri.
2. Risiko Eksternal, adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan.
3. Risiko Keuangan, adalalah risiko yang disebabkan oleh faktor - faktor
ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bungah, dan
mata uang.
4. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk resiko
keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor - faktor manusia,
alam, dan teknologi.
C. Pengendalian risiko dengan menggunakan pendekatan hirarki
pengendalian (hirarchy of control).
Hirarki pengendalian risiko adalah suatu tahapan dalam pencegahan
dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa
tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Heinrich &
Tarwaka, 2008) yaitu :
1. Eliminasi (elimination)
Eliminasi merupakam cara dengan menghilangkan suatu bahan
atau tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan
memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan
tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapt diterima
oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya
melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan.
Eliminasi cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.
2. Substitusi (substitution)
Subsitusi merupakan pengendalian yangdimaksudkan untuk
menggantikan bahan-bahan dan perlatan yang berbahaya
denganbahan-bahan dan perlatan yang kurang berbahaya atau yang
lebih aman, sehingga pemaparanya selalu dalam batas yang masih bisa
diterima. Misalnya:
a. Mengganti bahan yang bentuk serbuk dengan bentuk pasta.
b. Proses menyapu diganti dengan proses vakum.
c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen.
3. Rekayasa teknik (engineering control)
Reka yasa teknik adalah merubah struktur objek kerja untuk
mencegah sesorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian
pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi
mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian
absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan suara
kebisingan tinggi.
4. Pengendalian Administrasi (administration control)
Pengendalian administrasi adalah pengendalian dengan
menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan
seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat
tergantung pada perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan
yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini.
Metode ini meliputi :
- rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan
ditangani
- pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat
- rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dari kejauhan
- penerapan prosedur kerja
- pengaturan kembali jadwal kerja
- training keahlian dan training K3.
5. Alat Pelindung Diri (personal protective equipment)
Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang dapat kita
lakukan untuk mencegah bahaya dengan pekerja. Akan tetapi
penggunaan APD bukanlah pengendalian dari sumber bahaya, alat
pelindung diri sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti dari
sarana pengendalian risiko lainya. Alat pelindung diri ini
disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat
pengendali lainya, dengan demikian perlindungan keamanan dan
kesehatan akan lebih efektif. Keberhasilan penggunaan APD
tergantung jika peralatan pelindungnya tepat dalam pemilihanya,
digunakan secara benar, dan sesuai dengan situasi dan kondisi
bahaya serta senantiasa dipelihara dengan sebaik mungkin.

D. Konsep Manejemen Resiko


Manajemen resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko
serta pengembangan strategi pengolahannya. (Menurut mangkunegara
dalam sayuti, 2013). Manajemen resiko K3 adalah suatu upaya mengelola
resiko untuk mencegah terjadinya kecelakan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana dan terstuktur dalam suatu kesisteman yang baik.
Sehinggga memungkinkan manajemen meningkatkan hasil dengan cara
mengidentifikasi dan menganalis resiko yang ada.
Resiko terjadinya kecelakaan manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (MK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan k3
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja, guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
konsep national total safety control adalah suatu pengintegrasian
tindakan managemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk
mempromosikan suatu proses kontruksi yang aman. (Suraji, 2014). Tujuan
manajemen resiko adalah untuk mengenali resiko dalam sebuah proyek
dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan
menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan
peluang yang ada (Wideman, 2012). Dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan suatu proses di dalam menangani risiko-risiko yang ada,
sehingga dalam menangani resiko tidak terjadi kesalahan. Proses tersebut
antara lain adalah identifikasi, pengukuran risiko, dan penanganan risiko.

E. Manajemen Resiko K3 Didalam Gedung RS


Gambar 2.1
Langkah–Langkah Manajemen Risiko K3RS
1. Persiapan/Penentuan Konteks
Persiapan dilakukan dengan penetapan konteks parameter (baik
parameter internal maupun eksternal) yang akan diambil dalam
kegiatan manajemen risiko. Penetapan konteks proses menajemen
risiko K3RS meliputi:
- Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatanmanajemen
risiko yang terdiri dari karyawan, kontraktordan pihak ketiga.
- Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatandan
Kesehatan Kerja.
- Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal
maupunemergensi), proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan
danaset di tempat kerja.
- Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasimanajemen
risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Identifikasi Bahaya Potensial
Identifikasi bahaya potensial merupakan langkah pertama man
ajemen risiko kesehatan di tempat kerja. Pada tahap ini dilakukan
identifikasi potensi bahaya kesehatan yang terpajan pada pekerja,
pasien, pengantar dan pengunjung yang dapat meliputi:
- Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran, lantai licin.
- Kimia, contohnya formaldehid, alkohol, ethiline okside,bahan
pembersih lantai, desinfectan, clorine.
- Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus,kecoa,
kucing dan sebagainya.
- Ergonomi, contohnya posisi statis, manual handling,mengangkat
beban.
- Psikososial, contohnya beban kerja, hubungan atasan
danbawahan, hubungan antar pekerja yang tidak harmonis.
- Mekanikal, contohnya terjepit mesin, tergulung,
terpotong,tersayat, tertusuk.
- Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis,hubungan arus
pendek kebakaran akibat listrik.
- Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah
gas dan limbah cair
Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan
terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang
digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping
proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi.
Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka perlu dipelajari
Material Safety Data Sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang
digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang
terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan
inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika ditemukan dua
atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin berinteraksi
dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang
berbahaya. Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan
dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.
Beberapa contoh bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan
di Rumah Sakit antara lain :
Gambar 2.2
Bahaya Potensial RS

3. Analisis Risiko
Risiko adalah probabilitas/kemungkinan bahaya potensial
menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan,
aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan
dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan
juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan
selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan.
Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran (magnitude)
risiko kesehatan pada pekerja.
Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan
yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik,
dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat
terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi
risiko mengintegrasikan semua informasi tentang bahaya yang
teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan
atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status
kesehatan pekerja, termasuk pengalaman kejadian kecelakaan atau
penyakit akibat kerja yang pernah terjadi. Analisis awal ditujukan
untuk memberikan gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian
disusun urutan risiko yang ada. Prioritas diberikan kepada risiko-
risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.
4. Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang
telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar
yang digunakan. Pada tahapan ini, tingkat risiko yang telah diukur
pada tahapan sebelumnya dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan. Selain itu, metode pengendalian yang telah diterapkan
dalam menghilangkan/meminimalkan risiko dinilai kembali, apakah
telah bekerja secara efektif seperti yang diharapkan. Dalam tahapan
ini juga diperlukan untuk membuat keputusan apakah perlu untuk
menerapkan metode pengendalian tambahan untuk mencapai
standard atau tingkat risiko yang dapat diterima.
Sebuah program evaluasi risiko sebaiknya mencakup beberapa
elemen sebagai berikut:
- Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan
higiene industri
- Wawancara nonformal dengan pekerja
- Pemeriksaan kesehatan
- Pengukuran pada area lingkungan kerja
- Pengukuran sampel personalHasil evaluasi risiko diantaranya
adalah:
- Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
- Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
- Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam
parameter biaya ataupun parameter lainnya.
- Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
5. Pengendalian Risiko

F. Faktor Resiko K3 Diluar Gedung


Secara garis besar bahaya yang dihadapi dapat digolongkan dalam :
1. Ruang bangunan dan halaman
Semua ruang dan unit didalam halaman yang ada dalam batas pagar
(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk
berbagaikeperluan dan kegiatan gedung.
2. Lingkungan bangunan
Lingkungan bangunan gedung harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang
atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
3. Lingkungan bangunan harus bebas dari banjir
Jika berlokasi di daerah rawan banjir, harus menyediakan fasilitas/
teknologi untuk mengatasinya.
4. Lingkungan harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak becek,
atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat berlandai menuju
kesaluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk,
dan disesuaikan dengan luas halaman
5. Pencahayaan faktor-faktor resiko K3 diluar gedung
Jalur pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan bangunan gedung
harus dilengkapi dengan penerangan, dengan intensitas cahaya yang
cukup terutama pada area dengan bayangan kuat dan menghadap
cahaya yang menyilaukan
6. Kebisingan
Terjadinya bunyi yang tidka dikendaki sehingga menganggu atau
membahayakan kesehatan. Dengan menanam pohon green belt,
meninggikan tembok, dan meninggikan tanah (bukit buatan)
7. Kebersihan
Halaman bebas dari bahaya dan resiko minimum untuk terjadinya
infeksi silang, masalah kesehatan dan keselamatan kerja
8. Saluran limbah medis dan domestik harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan
limbah
9. Luas laham bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan
dilengkapi dengan rambu parkir
10. Ditempat parkir, halaman atau ruang tunggu harus disediakan tempat
sampah
11. Lingkungan, ruang, gedung, harus selalu dalam keadaan bersih dan
tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat
berenang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan
binatang penganggu lainya.
12. Jalur lalu lintas pejalan kaki dan kendaraan harus dipisahkan
Jalur pejalan kaki : lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang
disabilitas, memiliki rambu atau marka yang jelas. Bebas penghalang
dan memiliki rel pemandu
Jalur kendaraan : cukup lebar, kontruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan seperti polisi tidur,
marka jalan jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar
maksimum, memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan
jembatan penyebrangan bagi pejalan kaki.
13. Ketetapan yang diatur oleh the environtment protection act 1990
mendefinisikan :
- Polutan : limbah padat dibuang ketanah, limbah cair dibuang
ke tanah atau saluran air
- Limbah terkendali : limbah rumah tangga, limbah industri,
limbah usaha komersial
- Limbah khusus : limbah terkendali yang berbahay sehingga
me mbutuhkan prosedur pembuangan khusus
- Kriteria limbah berbahaya : dapat menyala /mudah menyala,
iritan, berbahaya, beracun, karsiogenik, korosif, dan produk
obat obatan yang diresepkan

G. Manajemen Pengendalian Monitoring Resiko K3 di luar Gedung


1. Eliminasi, memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya.
Misalnya memperkenalkan perangkat angkat mekanik untuk
menghilangkan penanganan bahaya manual
2. Substitusi, pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi
sistem. Misalnya menurukan kekuatan, ampere, suhu, dll
3. Kontrol teknik/ perancangan, menginstal sistem ventilasi, mesin
penjagaan, interlock, dll
4. Kontrol administrastif, tanda tanda keselamatan, tanda daerah
berbahaya, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirine/ lampu,
alarm, prosedur keselamatan, inpeksi peralatan, kontrol akses, sistem
yang aman, penandaan izin kerja
5. Alat pelindung diri, kacamata safety, perlindungan pendengaran,
pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan
Dalam penerapan hirarki manajemen diluar gedung rs harus
mempertimbangkan biaya relatif, manfaat pengurangan resiko dan
keandalan dari pilihan tersedia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Risiko adalah sesuatu yang mengarah ke ketidakpastian atas terjadinya
suatu peristiwa selama jangkah waktu tertentu dimana peristiwa tersebut
menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti
maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari
perusahaan..
Hirarki pengendalian risiko adalah suatu tahapan dalam pencegahan dan
pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan
secara berurutan Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
Prinsip pengendalian risiko meliputi 5 hierarki, yaitu: Menghilangkan bahaya
(eliminasi), Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lainyang
tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (substitusi), Rekayasa
engineering/pengendalian secara teknik, Pengendalian secara administrasi,
Alat Pelindung Diri (APD).
Manajemen resiko K3 adalah suatu upaya mengelola resiko untuk
mencegah terjadinya kecelakan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstuktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehinggga
memungkinkan manajemen meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi
dan menganalis resiko yang ada.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pemahaman serta
keluasan ilmu keperawatan mengenai Hirarki Pengendalian Risiko Serta
Manajemen Resiko K3 Dalam Dan Luar Gedung serta dapat dijadikan acuan
dan menjadi bahan dalam memberikan asuhan keperawatan di pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit sehinga pemberian asuhan keperawatan yang
optimal kepada pasien dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Adityanto, Beryl,dkk. 2013. Manajemen Resiko Keselamatamndan kesehatan

kerja (k3) pada pekerjaan struktur bawah danstruktur atas gedung

bertingkat.. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponogoro

Semarang

Anwar, Fahmi. 2014. Analis Menejemen Resiko Kesehatan Dan Keselamatan

Kerja (K3) Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung Bertingkat. Jurnal

Kontruksi ISSN : 2302-7312 Vol.13 No. I 2014

Soputan,Gaby.2014. Menejemen resiko kesehtan dan keselamatan kerja (k3) studi

kasus pada pembangunan gedung SMA Eben Hechar. Jurnal ilmiah media

engineering Vol.4 No.4 Desember 2014 ISSN : 2087-9334

Galih endradita, 2022. Manajemen Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di

Rumah Sakit https://eprints.umm.ac.id/57284/3/BAB%20II.pdf Diakses

pada 20 Januri 2023

Keselamatan dan kesehatan kerja https://eprints.umm.ac.id/57284/3/BAB

%20II.pdf diakses pada 20 Januari 2023 pukul 01.30

Anda mungkin juga menyukai