Disusun Oleh
Tiara Putri Amalia 191FK03086 Bella Nurfauziyyah 191FK03095
Nurhayati 191FK03087 Ade Fitria Holisudin 191FK03096
Resta Rizka Depia 191FK03088 Yolanda Janice R.S 191FK03098
Adka Aulia Pebriyanti 191FK03089 Raida Rihadatul 191FK03099
Rena Ahlelawati 191FK03090 Bioseffa Oktaviani 191FK03100
Ahmad Jazuli 191FK03091 Aldi Rizki Fauzy 191FK03101
Aneu Restri Nur Aisah 191FK03092 Salma Mu’alimatul Z 191FK03102
Kamelia Sari 191FK03093 Faradila Putri Nirmala 191FK03103
Tiara Nur Zaharani 191FK03094 Ucu Adam Mudin 191FK03122
Kelompok 1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk
untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari
proses pembelajaran yang telah dititipkan kepada kelompok kami. Makalah ini memuat
tentang “ Managemen Resiko Dalam Gedung K3”. Tema yang akan dibahas di makalah
ini sengaja dipilih oleh dosen pembimbing kami untuk kami pelajari lebih dalam.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
10. Risk Register?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami Managemen Resiko Dalam Gedung K3.
Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Konsep Manajemen Resiko K3
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Teori Penyebab Kecelakaan Dan Manajemen
K3
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Hirarki Pengendalian Risiko
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perencanaan Respon Terhadap Risiko
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Cara Pengendalian Dan Monitoring Risiko
Dalam K3
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Manajemen Resiko Kecelakaan Kerja
7. Untuk Mengetahui Apa Itu Manajemen Risiko K3 Dalam Gedung Rumah
Sakit
8. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis-jenis Insiden Di Dalam Rumah Sakit
9. Untuk Mengetahui Apa Saja Contoh Insiden Di dalam Rumah Sakit
10. Untuk Mengetahui Risk Register.
1.4 Manfaat
Agar Mahasiswa mampu memahami Managemen Resiko Dalam Gedung K3
2
BAB II
PEMABAHASAN
3
3. Pentingnya Manajemen Risiko K3 Dalam Keperawatan
A. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan mengandung bahaya.
B. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak
diinginkan.
C. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi
bagi setiap unsur dalam organisasi/perusahaan/rumah sakit.
D. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.
4
B. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi
risiko adalah mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin dan
umumnya dihadapi oleh perawat.
C. Analisi Risiko Kualitatif, adalah proses menilai (assesment) dam
kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi.
D. Analisa Risiko Kuantitatif, adalah proses identifikasi secara
numeric probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya
terhadap tujuan proyek.
E. Perencanaan Respon Risiko, adalah proses yang dilakukan untuk
meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas yang
dapat diterima.
F. Pengendalian dan Monitoring Risiko, langkah ini adalah proses
mengawasi risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko
yang tersisa, dan mengidentifikasikan risiko baru, memastikan
pelaksanaan risk manajemen plan dan mengevaluasi
keefektifannya dalam mengurangi risiko.
5
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep
rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen
dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses
konstruksi yang aman (Suraji,2004). Ada banyak pendekatan dalam manajemen
K3, diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana keselamatan
merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program pengendalian mutu
terpadu yang harus ditingkatkan secara terus - menerus untuk memenuhi kepuasan
pelanggan (intern-ekstern).
6
2. Substitusi (Substitution)Substitusi didefinisikan sebagai penggantian
bahan yang berbahaya dengan bahan yang lebih aman. Prinsip
pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko dengan sarana
atau peralatan lain yang lebih aman atau lebih rendah tingkat resikonya.
3. Rekayasa (Engineering) Rekayasa / Engineering merupakan upaya
menurunkan tingkat risiko dengan mengubah desain tempat kerja,
mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam
tahap ini adalah melinatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana
membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan
kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuansi
dalam melakukan kegiatan berbahaya.
4. Administrasi Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada
penggunaan prosedur seperti SOP (Standard Operating Procedure)
sebagai langkah mengurangi tingkat risiko.
5. Alat Pelindung Diri (APDAlat pelindung diri merupakan langkah
terakhir yang dilakukan yang berfungsi untuk mengurangi keparahan
akibat dari bahaya yang ditimbulkan. Diagram sebab-akibat atau sering
disebut diagram tulang ikan (fishbone) adalah suatu diagram yang
menujukan hubungan antara sebab-akibat. Dari diagram sebab akibat
ini akan diketahui factor faktor penyebab terjadinya suatu masalah.
Metode ini dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1963. Ada 5
faktor yang berpengaruh yang perlu diperhatikan , yaitu:
A. Manusia (Man).
B. Mesin atau Alat (Machine).
C. Metode (Method)
D. Material atau bahan (Material)
E. Lingkungan (Environment).
7
2.4 Perencanaan Respon Terhadap Risiko
1. Risiko Positif
Risiko positif adalah risiko yang mungkin terjadi dan merupakan peluang
untuk memberikan manfaat terhadap suatu proyek. Menurut PMBOK 3rd
Edition 2004 strategi untukrisiko positif
antara lain:
a. Exploit yaitu strategi untuk memastikan bahwa kesempatan (risiko
positif) dapat terealisasi.
b. Share yaitu alokasi kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki
kemampuan terbaik menangkap peluang manfaat proyek.
c. Enchance yaitu memodifikasi “ukuran” kesempatan dengan
meningkatkan peluang dan
2. Risiko Negatif
Risiko Negatif adalah risiko yang mungkin terjadi dan jika terjadi dapat
memberikan dampak buruk dan merugikan untuk suatu proyek. Menurut
PMBOK 3rd Edition 2004 strategi untuk
risiko negatif antara lain:
a. Avoid yaitu upaya untuk mencegah risiko dengan cara menghentikan
aktivitas atau kondisi yang dapat memberikan risiko. Upaya ini
dilakukan jika tidak ada respon risiko yang sesuai untuk menangani
risiko yang diperkirakan.
b. Transfer berarti respon risiko yang dilakukan dengan upaya
mengurangi frekuensi atau pun dampak risiko dengan cara
mentransfer atau membagi porsi risiko dengan pihak lain dengan
cara membuat asuransi atau melakukan outsource pada aktivitas
yang diperkirakan dapat memberikan risiko.
c. Mitigate adalah melakukan tindakan pengurangan peluang atau
dampak dari aktivitas risiko yang dapat merugikan
8
2.5 Cara Pengendalian Dan Monitoring Risiko Dalam K3
Menurut Ramli (2010) menjelaskan bahwa pengendalian risiko merupakan
langkah yang menentukan dalam keselurahan manajemen risiko. Berkaitan dengan
risiko K3, strategi dalam pengendalian risiko dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu: menekan likelihood, menekan konsekuensi dan pengalihan risiko.
9
Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan apakah risiko tersebut
masih bisa diterima (acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk) oleh suatu
organisasi. Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka organisasi harus
menetapkan bagaimana risiko tersebut ditangani hingga tingkat dimana
risikonya paling minimum/ sekecil mungkin. Bila risiko mudah dapat
diterima/tolerir maka organisasi perlu memastikan bahwa monitoring terus
dilakukan terhadap risiko itu. Menentukan suatu risiko dapat diterima akan
tergantung kepada penilaian/pertimbangan dari suatu organisasi berdasarkan :
1. Tindakan pengendalian yang telah ada
2. Sumber daya (finansial, SDM, fasilitas, dll)
3. Regulasi/standard yang berlaku
4. Rencana keadaan darurat
5. Catatan/data kecelakaan terdahulu, dll Walau suatu risiko masih
dapat diterima tapi tetap harus dipantau/dimonitor.
10
5. Perencanaan Respon Risiko Risk
Response planning adalah proses yang dilakukan untuk
meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas yang dapat
diterima.
6. Pengendalian dan Monitoring Risiko
Langkah ini adalah proses mengawasi risiko yang sudah
diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan mengidentifikasikan
risiko baru, memastikan pelaksanaan risk management plan dan
mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko.
11
3. Alat pelindung telinga
Penutup telinga ini terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau
penutup telinga (ear muff) yang berfungsi untuk melindungi telinga
dari kebisingan (polusi suara) atau tekanan udara.
4. Alat pelindung saluran pernapasan
Fungsi alat ini adalah untuk melindungi organ pernapasan dengan
cara menyalurkan udara bersih atau menyaring paparan zat atau
benda berbahaya, seperti mikroorganisme (virus, bakteri, dan
jamur), debu, kabut, uap, asap, dan gas kimia tertentu, agar tidak
terhirup dan masuk ke dalam tubuh.Contoh alatnya adalah masker.
5. Alat pelindung tangan
Pelindung tangan atau sarung tangan berfungsi untuk melindungi
jari-jari tangan dari api, suhu panas atau dingin, radiasi, arus listrik,
bahan kimia, benturan.
6. Alat pelindung kaki
Alat ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau
tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas
atau dingin dan bahan kimia berbahaya, serta terpeleset karena
permukaan yang licin. Jenis alat pelindung kaki berupa sepatu karet
(boot) dan safety shoes.
7. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh dari suhu
panas atau dingin yang ekstrim, paparan api dan benda panas,
percikan bahan kimia, uap panas, benturan, radiasi, gigitan atau
sengatan binatang, serta infeksi virus, jamur, dan bakteri.
12
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Suatu insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak
menyebabkan cedera pada pasien. Contohnya : darah transfuse yang salah
sudah dialirkan ke pasien tetapi tidak timbul cedera/gejala inkompatibilitas
pada pasien tersebut.
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera,
dapat terjadi karena keberuntungan. Misalnya pasien yang menerima suatu
obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat.
4. Kondisi Potensial Cedera (KPC)
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden. Contohnya : ICU yang sangat sibuk tetapi jumlah staf selalu
berkurang, penempatan defibrillator IstandbyI di IGD ternyata rusak dan
tidak dapat digunakan.
5. Kejadian Sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
13
5. Kejadian Sentinel
A. Kematian yang tidak diharapkan.
B. Kehilangan fungsi tubuh yang utama.
C. Operasi pada sisi yang salah, prosedur yang salah, atau pasien yang
salah.
D. Penculikan anak.
E. Anak diserahkan kepada orang tua yang salah.
F. Pemerkosaan yang terjadi di Rumah Sakit.
G. Bunuh diri di Rumah Sakit.
14
2.10 Risk Register
IDENTIFI
TINDAKAN:
KASI KATEGORI KATEGORI
S P R DESKRIPSI DAMPAK PENCEGAHAN- BIAYA RANGKING
RESIKO RESIKO DAMPAK
MITIGASI
UNIT
Penundaan Patien care 4 5 2 Cidera pasien - Keterlambatan pemberian - Mengevaluasi Rp. 1
ketersediaan related risk 0 terapi. sistem dan
obat injeksi - Terjadinya perburukan prosedur distribusi
diruangan kondisi pasien. obat ke ruangan.
- Timbulnya keluhan pasien. - Melakukan shift
- Pasien membeli obat keluar lembur pada jam-
RS. jam sibuk.
- Ketidak percayaan - Penambahan
pelanggan. jumlah SDM
(tenaga apoteker).
- Perluasan ruangan
penyiapan obat.
15
Pasien Patien care 4 4 1 Cidera pasien Dapat mengakibatkan cidera - Melakukan Rp. 2
terjatuh dari related risk 6 pada pasien. penilaian resiko
tempat tidur jatuh.
- Melakukan
pengawasan pada
kelompok
beresiko.
- Memasang pagar
pengaman jika
pasien sudah
ditempat tidur.
Kesalahan Patien care 4 4 1 Cidera pasien - Kesalahan pemberian Monitoring pelaksanaan Rp. 3
identifikasi related risk 6 terapi. SPO identifikasi pasien
pasien - Kesalahan dalam diruangan.
melakukan
prosedur/tindakan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang harus
dikelola di tempat kerja, dimana diprediksi dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Sebaliknya, keberadaan risiko dalam kegiatan perusahaan mendorong
perlunya adanya upaya keselamatan untuk mengendalikan semua risiko yang ada
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep
rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen
dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses
konstruksi yang aman.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan Mahasiswa Keperawatan
mampu mengetahui mengenai Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola
risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komperhensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Shinty Tenia, dkk. 2019. Manajemen Risiko K3 Didalam Gedung dan Diluar
Gedung. Program Study Ners Fakultas Dan ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia. Medan.
Sepang, B. A. W., Tjakra, J., Langi, J. E. C., & Walangitan, D. R. O. (2013).
Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek
pembangunan ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 1(4).
Soputan, Gabby EM, Bonny F. Sompie, and Robert JM Mandagi. "Manajemen Risiko
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)(Study Kasus Pada Pembangunan Gedung
SMA Eben Haezar)." Jurnal Ilmiah Media Engineering 4.4 (2014).
Ponda, Henri, and Nur Fadilah Fatma. "Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Departemen Foundry PT.
Sicamindo." Heuristic 16.2 (2019).
Ramadhan, F. (2017). Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menggunakan
metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC).
Seminar Nasional Riset Terapan, November, 164–169.
18