Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR

PADA KURIKULUM SMK

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Derajat Gelar S-2
Program Studi Magister Pedagogi

Disusun oleh :

DWI EFYANTO
NIM : 201910240211012

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR
PADA KURIKULUM SMK

Diusulkan oleh :

DWI EFYANTO
NIM : 201910240211012

Telah disetujui
Pada hari/tanggal: Sabtu/17 juli 2021

.
TESIS

DWI EFYANTO
201910240211012

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji :


Pada hari/tanggal : 17 Juli 2021
Dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan
memperoleh gelar Magister/ Profesi di Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI :

Ketua : Dr. Endang Poerwanti, M.Pd.

Sekretaris : Dr. Frida Kusumastuti, M.Si.

Penguji I : Assc. Prof. Dr. Budiono, M.Si.

Penguji II : Dr. Agus Tinus, M.Pd.

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : DWI EFYANTO

NIM : 201910240211012

Program Studi : Magister PEDAGOGI

Dengan ini menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul : ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN MERDEKA


BELAJAR PADA KURIKULUM SMK adalah karya saya dan dalam naskah
Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dalam daftar pustaka.
2. Apabila ternyata dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia Tesis ini DIGUGURKAN dan GELAR
AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta
diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Malang, 01 Juli 2021

Yang menyatakan,

DWI EFYANTO
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas nikmat dan rahmat-Nya, sehingga
kita diberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala urusan kita, dan atas segala
petunjuk dan hidayah-Nya pula penulisan tesis dengan judul Analisis Penerapan
Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK ini selesai. Shalawat serta salam
senantiasa kita curahkan ke hadirat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat serta
pengikutnya hingga akhir zaman, beliaulah yang telah mejadikan hidup kita terang
benderang dengan cahaya ilmu dan kebenaran.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran Analisis
Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK. Gambaran yang
didapatkan diharapkan dapat menjadi contoh bagi lembaga lain dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan.
Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu saya dalam penulisan tesis ini, yaitu sebagai berikut :
1. Dr. Fauzan, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang;
2. Prof. Akhsanul In'am, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah memberi izin dan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi di Program Pascasarjana UMM Malang;
3. Dr. Agus Tinus, M.Pd. selaku Ketua Prodi Pedagogi UMM yang telah
memberikan arahan awal sebelum seminar proposal tesis;
4. Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. selaku pembimbing utama yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini;
5. Dr. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si. selaku pembimbing pendamping yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini;
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa dan kasih sayangnya serta
menjadi motor utama saya untuk melanjutkan studi di pascasarjana UMM;

v
7. Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru Produktif TKR, SMKN 1 Singosari,
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan SMK Turen Malang, yang telah
bersedia menjadi informan penelitian;
8. Istri tercinta serta putra-putri tersayang yang senantiasa memberikan dukungan
setulus hati dalam menyelesaikan studi program pascasarjana UMM;
9. Teman-teman S2 yang penuh semangat memberikan motivasi dan dukungan;
10. Segenap civitas akademika SMKN Wonosalam yang telah memberikan
kesempatan, dukungan dan do’anya selama pelaksanaan kuliah sampai selesainya
penulisan tesis ini.
Semoga tesis ini dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.
Penulis sadar tak ada tesis yang sempurna, maka saran dan kritik dibutuhkan untuk
perbaikan tesis dimasa mendatang. Penulis menerima saran dan kritikan melalui
email isfaulah@gmail.com. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih,
jazaakumullah khoiron katsiron.

Penulis

vi
ANALISIS PENARAPAN KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR PADA
KURIKULUM SMK

DWI EFYANTO
isfaulah@gmail.com
Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. (NIDN. 8891980018)
Dr. Frida Kusumastuti, M.Si. (NIDN. 0727116902)
Magister Pedagogi
Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran: 1). Bagaimana


penerapan kebijakan merdeka belajar pada kurikulum SMK, 2) Apa hambatan
penerapan kebijakan merdeka belajar pada kurikulum SMK, serta 3) Apa upaya yang
ditempuh untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Tempat penelitian di
laksanakan di SMKN 1 Singosari, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan SMK
Turen Malang. Pendekatan yang digunakan terhadap masalah penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif didukung oleh data deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi partisipasi aktif, wawancara dan studi dokumen.
Teknik analisis data yang digunakan selama penelitian ini menggunakan model
analisis interaktif Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, display data dan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa: 1) Penerapan
kebijakan merdeka belajar pada kurikulum SMK dengan melaksanakan sistem
pendidikan pada ranah input, proses, dan output; 2) Hambatan penerapan merdeka
belajar dari ketiga SMK meliputi (1) Pemenuhan kompetensi industri memerlukan
peningkatan kompetensi guru yang terprogram; (2) Guru belum mempunyai
pengalaman lapangan dalam penerapan kompetensi industri; (3) Perubahan standar
kompetensi industri yang dinamis memerlukan pengembangan kurikulum yang
berkelanjutan dan pemenuhan sarana prasarana yang memadai; (4) Kesulitan
memfasilitasi pembelajaran dengan efektif sesuai dengan budaya industri; 3) Upaya
untuk mengatasi kendala yang ada dari penerapan merdeka belajar adalah: a)
Membuat program kesepakatan kerjasama antara SMK dengan pihak Industri; (b)
Mengembangkan metode pembelajaran yang mampu menciptakan nuansa kerja
seperti di perusahaan; (c) Sinkronisasi kurikulum dengan industri rekanan untuk
penyusunan kurikulum pembelajaran otomotif; (d) Meningkatkan kompetensi guru
dalam konteks pemenuhan harapan industri.

Kata Kunci: Analisis, Merdeka Belajar, Kurikulum SMK.

vii
ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF INDEPENDENT LEARNING
POLICY IN THE VOCATIONAL HIGH SCHOOL CURRICULUM

DWI EFYANTO
isfaulah@gmail.com
Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. (NIDN. 8891980018)
Dr. Frida Kusumastuti, M.Si. (NIDN. 0727116902)
Magister Pedagogi
Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRACT

The purpose of this study is to get an overview: 1). How is the


implementation of the free learning policy in the SMK curriculum, 2) What are the
obstacles to the implementation of the independent learning policy in the SMK
curriculum, and 3) What are the efforts taken to overcome the various existing
problems. The place of research was carried out at SMKN 1 Singosari, SMK
Muhammadiyah 7 Gondanglegi and SMK Turen Malang. The approach used to this
research problem is a qualitative approach supported by descriptive data. Data
collection techniques used active participation observation techniques, interviews
and document studies. The data analysis technique used during this study used an
interactive analysis model by Miles and Huberman, namely data reduction, data
display and drawing conclusions. This study found that: 1) The implementation of
the independent learning policy in the SMK curriculum in the realm of input,
process, and output; 2) Barriers to the application of independent learning from the
three vocational schools include (1) Fulfilling industrial competence requires
programmed teacher competency improvement; (2) Teachers do not have field
experience in the application of industrial competencies; (3) The dynamic change in
industrial competency standards requires the development of a sustainable
curriculum and the fulfillment of adequate infrastructure; (4) Difficulty facilitating
learning effectively according to industrial culture; 3) Efforts to overcome the
existing obstacles from the application of independent learning are: a) Creating a
cooperation agreement program between SMK and the Industry; (b) Developing
learning methods that are able to create a working atmosphere like in a company; (c)
Curriculum synchronization with partner industries for the preparation of automotive
learning curriculum; (d) Improving teacher competence in the context of meeting
industry expectations.

Kata Kunci: Analisis, Merdeka Belajar, Kurikulum SMK.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii
SUSUNAN DEWAN PENGUJI : .............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT.............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xi
A. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
B. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 4
1. Analisis Kebijakan ............................................................................................ 4
2. Pendekatan kebijakan ....................................................................................... 4
3. Bentuk-bentuk analisis ...................................................................................... 5
4. Kebijakan Merdeka Belajar .............................................................................. 5
5. Pokok-pokok Kebijakan Merdeka Belajar : ...................................................... 6
6. Kurikulum 2013 ................................................................................................ 8
7. Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 ........................................................ 10
8. Perencanaan Pembelajaran di era Merdeka Belajar ........................................ 12
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................................... 13
10. Pelaksanaan pembelajaran .......................................................................... 14
11. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 15
C. METODE PENELITIAN ................................................................................... 16
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................................... 16
2. Tempat dan Lokasi Penelitian......................................................................... 17
3. Instrumen Penelitian/Kehadiran Peneliti di Lapangan ................................... 18
4. Data dan Sumber Data .................................................................................... 18
5. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................. 18
6. Teknis Analisis Data ....................................................................................... 19
7. Pengujian keabsahan data ............................................................................... 19
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 19
1. Hasil Penelitian ............................................................................................... 20

ix
2. Pembahasan .................................................................................................... 29
E. PENUTUP .......................................................................................................... 42
1. Simpulan ......................................................................................................... 42
2. Saran ............................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen penelitian....................................................................................... 50
2. Pedomana wawancara .................................................................................... 51
3. Pedoman dokumentasi ................................................................................... 53
4. Review Informan ........................................................................................... 54
5. Catatan lapangan 1 ......................................................................................... 57
6. Catatan lapangan 2 ......................................................................................... 62
7. Catatan lapangan 3 ......................................................................................... 67

xi
A. PENDAHULUAN
Hasil berbagai macam penilaian yang dimandatkan kepada institusi
pendidikan, seperti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), Progress in
International Reading Literacy Study (PIRLS), Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS), dan Programme for International
Student Assessment (PISA), terlihat adanya kesenjangan kualitas pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kondisi tersebut terjadi disebabkan terbatasnya
akses terhadap guru dan sumber belajar berkualitas dan teknologi bagi sebagian
peserta didik, yang secara ekonomi masih kurang beruntung (disadvantaged
family). Keadaan ini sudah mulai dirasakan sebagian peserta didik, guru, dan
pengelola pendidikan. Merdeka Belajar, berpeluang untuk mempersempit
perbedaan kualitas (quality devide) tersebut, melalui program intervensi
pendidikan yang sedang dilakukan, terutama dengan konsep kurikulum yang
fleksibel dan beragam, penguatan otonomi sekolah dan kapasitas guru (berbasis
kebutuhan), kepala sekolah (instructional management) dan teknologi
pembelajaran. Esensi dari Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar
untuk para guru dan murid untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas
pembelajaran; karenanya, pemerataan akses teknologi menjadi
keniscayaan.(Alam, 2020)
Merdeka Belajar menjadi revolusi pendidikan Indonesia yang makin
berkualitas. Kemerdekaan memberikan berbagai macam fleksibilitas di
kurikulum. Kemerdekaan adalah guru diberikan hak untuk memasukkan kearifan
lokal dan kemerdekaan pemikiran agar anak-anak bangsa bisa berpikir secara
merdeka dan tidak terjajah oleh pemikiran sempit. Merdeka Belajar dilaksanakan
untuk memerdekakan otak dan kesempatan ekonomi anak-anak penerus bangsa
pada saat masuk ke dunia pekerjaan, memerdekakan guru untuk bisa menentukan
apa yang terbaik bagi level kompetensi dan minat dari anak-anaknya, serta
memerdekakan institusi-institusi pendidikan untuk berinovasi dan mencoba hal-
hal yang baru. Menurut Mendikbud R.I dalam (Hendri, 2020) bahwa “Merdeka
Belajar” adalah kemerdekaan berpikir. Nadiem A. Makarim mengartikan
merdeka belajar sebagai sebuah kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk
belajar dengan mandiri dan kreatif. Artinya sekolah, guru dan siswanya punya
kebebasan dalam belajar dan menyiapkan pembelajaran.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada
Pemerintah Negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia seluruh warga negara
Indonesia menjadi manusia yang seutuhnya. Perwujudan dari amanat ini yaitu
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang menjadi landasan yuridis dan filosofis untuk
menerapkan kebijakan merdeka belajar, kemerdekaan berpikir, kemerdekaan
untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar mandiri dan kreatif dimana guru dan
siswa mempunyai kebebasan dalam belajar dan menyiapkan pembelajaran.
(Hendri, 2020)
Pendidikan saat ini memiliki terlalu banyak beban birokrasi yang terlalu
berbelit. (Baedhowi, 2020). Merdeka Belajar merevitalisasi sistem pendidikan
untuk membangun kompetensi utama agar kegiatan belajar menjadi
menyenangkan. Pada kategori pedagogi, Merdeka Belajar mendorong berbasis
kompetensi dan nilai-nilai, kurikulum, dan penilaian; serta pendekatan berbasis
kebutuhan individu dan berpusat kepada siswa. Pada kategori kurikulum,
Merdeka Belajar membentuk kurikulum berdasarkan kompetensi, fokus kepada
soft skill dan pengembangan karakter, sedangkan pada kategori sistem penilaian,
Merdeka Belajar menghadirkan penilaian yang bersifat formatif, serta
berdasarkan portofolio. (Kemdikbud, 2020). Pembangunan SMK difokuskan
pada peningkatan kompetensi sebagai pondasi dalam membangun kemandirian
dan daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global ke depan. Berbagai
kebijakan yang dilakukan pemerintah (khususnya Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan) bersama dengan pemangku kepentingan lainnya telah
menghasilkan sejumlah capaian sebagai dampak langsung berbagai upaya
perbaikan tersebut. (Direktorat Pembinaan SMK, 2019). Capaian SMK di
Kabupaten Malang, khususnya SMKN 1 Singosari pada tahun 2013 oleh
PPPGT/VEDC Malang ditetapkan sebagai Pilot Project SMK Indonesia, tahun

2
2015 oleh Mendikbud di tetapkan sebagai Sekolah Berintegritas dan di tetapkan
sebagai Sekolah Kawasan Industri dan Kawasan berikat oleh Dit. PSMK
Lasjurin. Dari capaian prestasi tersebut terlihat konsep merdeka belajar sudah
diterapkan oleh SMK.
Menurut efrisko dalam (Butarbutar, 2020) Pemerintah memberikan
kebebasan dalam hal kurikulum yang digunakan oleh masing-masing sekolah,
tinggal bagaimana sekolah menyikapi kebijakan tersebut dengan
mengimplementasikan di sekolah masing-masing sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai oleh sekolah. Sedangkan dalam penelitian hendri (Hendri, 2020).
Kemerdekaan dimaknai dengan kebebasan. Permasalahan pendidikan adalah
masih banyak upaya pengekangan. Guru dan peserta didik belum merasakan
otonomi yang cukup untuk menentukan arah kebijaksanaan belajar dan
mengajarnya karena masih diatur dengan regulasi yang mengikat. Hasil studi
literatur sherly dalam (Sherly et al., 2020) Untuk mengimplementasikan program
“Merdeka Belajar” perlu tranformasi kurikulum sekolah dan pembelajaran;
transformasi manajemen pendidikan nasional dan transformasi manajemen
pendidikan daerah dan otonomi sekolah.
Kebijakan merdeka belajar menjadi reformasi pembelajaran yang
berdampak pada tuntutan perubahan paradigma pendidik dalam merancang
kurikulum, mengembangkan pembelajaran dan mengevaluasinya. Merdeka
belajar menjadikan pembelajaran sangat fleksibel baik yang berkenaan dengan
konten, strategi, maupun tempat belajarnya; Berdasarkan latar belakang tersebut,
penelitian ini mengangkat judul “analisis penerapan kebijakan merdeka belajar
pada kurikulum SMK” dengan Rumusan Masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana
penerapan kebijakan Merdeka Belajar pada Kurikulum SMK?; 2) Apa hambatan
penerapan kebijakan Merdeka Belajar pada Kurikulum SMK?; 3) Apa upaya
yang ditempuh untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada?

3
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan menurut Dunn dalam (asmad, 2013) adalah suatu kegiatan
ilmiah untuk mengkritisi, menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan di
dalam sebuah kebijakan. Analisa kebijakan sebagai ilmu yang menggunakan
berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks argumentasi untuk
menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan. Dalam makna umum, analisis kebijakan adalah
bentuk penelitian yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang spesifik
mengenai masalah sosial teknis dan untuk mencari solusi yang lebih baik.
analisis kebijakan mencari langkah-langkah yang mudah diamati, menyusun
informasi dan bukti-bukti serta pengaruh-pengaruh akibat penerapan suatu
kebijakan yang dilakukan untuk membantu para pembuat kebijakan didalam
memilih tindakan yang lebih baik.
2. Pendekatan kebijakan
Upaya untuk menghasilkan informasi dan argumen, dapat menggunakan
beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan empiris, evaluatif, legitimasi,
implementasi dan normatif (asmad, 2013); yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada tujuan menjelaskan sebab
dan akibat dari kebijakan publik. Prosedur kerja analisis, untuk menghasilkan
informasi dan argumennya, dapat dilakukan melalui 4 tahapan : (a) perumusan
masalah, (b) peliputan atau monitoring, (c) pembahasan, (d) peramalan, sebagai
hasil akhir kegiatan analisis; 2. Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada
tujuan menemukan “nilai” dari berbagai kebijakan publik yang dilaksanakan.
Penekanan pada pendekatan evaluatif, adalah tersusunnya prioritas model atau
prosedur terbaik dari beragam input dengan pertimbangan plus-minus jika dibuat
kebijakan. Modus atau prosedur kerja analisis, untuk menghasilkan informasi dan
argumennya, dapat dilakukan melalui 5 tahapan, yaitu : (a) perumusan masalah,
(b) peliputan/monitoring, (c) pembahasan, (d) peramalan, (e) dan rekomendasi; 3.
Pendekatan legitimasi bertujuan untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan guna memperoleh pengakuan dari masyarakat; 4. Pendekatan
implementasi merupakan salah satu komponen dalam proses kebijakan.
Melaksanakan kebijakan berarti melaksanakan pilihan yang telah ditetapkan dari
berbagai alternatif dalam perumusan dan perundangan yang berlaku, didukung
oleh personil yang profesional, serta sarana dan prasarana yang tersedia; 5.
Pendekatan Normatif memusatkan perhatian pada tujuan “mengusulkan”
tindakan apa yang semestinya dilakukan. Inti pendekatan normatif adalah
pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah. Penekanan pada
pendekatan normatif adalah “anjuran” yang semestinya dilakukan. Prosedur kerja
analisis, untuk menghasilkan informasi dan argumennya, dapat dilakukan melalui
6 tahapan, yaitu: (1) perumusan masalah, (2) peliputan atau monitoring, (3)
peramalan, (4) pembahasan, (5) rekomendasi, dan (6) penyimpulan praktis.
3. Bentuk-bentuk analisis
Menurut Dunn dalam (asmad, 2013) Ada 3 (tiga) bentuk analisis kebijakan,
yaitu: (1) Analisa Kebijakan prospektif, (2). Analisa kebijakan retrospektif, dan
(3) Analisa Kebijakan terintegrasi. Analisa kebijakan prospektif adalah suatu
analisis kebijakan yang dilakukan untuk membuat dan mengolah informasi
sebelum proses kebijakan di terapkan dan merupakan alat untuk memadukan
informasi yang dipakai dalam merumuskan alternatif dan prioritas kebijakan
yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan
kualitatif sebagai pedoman dalam pengambilan kebijakan. Analisa kebijakan
retrospektif merupakan analisis kebijakan untuk membuat dan mengolah
informasi setelah aksi kebijakan di terapkan. Sedangkan analisa kebijakan
integrasi adalah merupakan kombinasi dari analisis prospektif dan analisis
kebijakan retrospektif, yaitu untuk membuat dan mengolah informasi sebelum
dan setelah aksi kebijakan diambil.
4. Kebijakan Merdeka Belajar
Kemendikbud telah membuat kebijakan reformasi sistem pendidikan
Indonesia melalui Merdeka Belajar. Tujuannya adalah untuk menggali potensi
terbesar para guru dan murid serta meningkatkan kualitas pembelajaran, dengan
memberikan kemerdekaan kepada guru untuk memilih cara penyampaian
kurikulum atau cara mengajar yang sesuai dengan kompetensi peserta didiknya
(Kemendikbud, 2020a). Merdeka Belajar merupakan kebijakan untuk
mengembalikan esensi dari asesmen. Konsep Merdeka Belajar untuk

5
mengembalikan Pendidikan kepada esensi undang-undang untuk memberikan
kemerdekaan sekolah memahami kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian
mereka (Kusumaryono, 2020). Menurut Kemendikbud dalam (Sintia, 2021),
Merdeka Belajar adalah memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga
pendidikan dan merdeka dari birokratisasi. inti Merdeka Belajar adalah sekolah,
guru dan murid memiliki kebebasan untuk melakukan inovasi, bebas untuk
belajar dengan mandiri dan kreatif (GTK, 2019).
Kebijakan merdeka belajar dapat terwujud secara optimal melalui : 1)
peningkatan kompetensi kepemimpinan, kolaborasi antar elemen masyarakat, dan
budaya; (2) peningkatan sarana prasarana serta pemanfaatan teknologi informasi
pendidikan di seluruh satuan pendidikan; 3) perbaikan pada kebijakan, prosedur,
dan pendanaan pendidikan; dan (4) penyempurnaan kurikulum, pedagogi, dan
asesmen. (Permendikbud No. 22 Tahun 2020, 2020) Perubahan Kebijakan
Merdeka Belajar akan terjadi pada kategori: (1) ekosistem pendidikan; (2) guru;
(3) pedagogi; (4) kurikulum; dan (5) sistem penilaian. Pada lingkungan
pendidikan, Kemendikbud akan mengubah pandangan dan praktik yang bersifat
mengekang kemajuan pendidikan, seperti penekanan pada pengaturan yang kaku,
persekolahan sebagai tugas yang memberatkan, dan manajemen sekolah yang
terfokus pada urusan internalnya sendiri menjadi ekosistem pendidikan yang
diwarnai oleh suasana sekolah yang menyenangkan, keterbukaan untuk
melakukan kolaborasi lintas pemangku kepentingan pendidikan.
5. Pokok-pokok Kebijakan Merdeka Belajar :
5.1.Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
Semangat Undang-Undang Sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan, namun
USBN membatasi penerapan hal ini. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi, perlu
asesmen yang lebih holistik untuk mengukur kompetensi peserta didik
(Kemendikbud, 2019). Pada Tahun 2020, USBN akan diganti dengan ujian
(asesmen) yang diselenggarakan hanya oleh sekolah, Ujian dilaksanakan untuk
menilai kompetensi peserta didik, bisa dilakukan dalam bentuk tes tertulis
dan/atau bentuk penilaian lain seperti portofolio dan penugasan (tugas kelompok,

6
karya tulis, dan sebagainya). Tujuan dari perubahan kebijakan ini agar guru dan
sekolah lebih merdeka dalam menilai hasil belajar siswa.
5.2.Ujian Nasional (UN)
Selama ini Guru cenderung menguji penguasaan konten, bukan kompetensi
penalaran, UN menjadi beban bagi siswa, guru, dan orang tua karena menjadi
indikator keberhasilan siswa sebagai individu, seharusnya berfungsi untuk
pemetaan mutu sistem pendidikan nasional, bukan penilaian siswa, kelemahan
UN hanya menilai aspek kognitif dari hasil belajar, belum menyentuh karakter
siswa secara menyeluruh (Kemendikbud, 2019). Pada tahun 2020, UN akan
dilaksanakan untuk terakhir kalinya dan sebagai penggantinya pada tahun 2021,
UN akan diubah Asesmen Nasional yang meliputi menjadi Asesmen Kompetensi
Minimum (literasi dan numerasi), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan
Belajar. Asesmen Nasional dilakukan pada siswa yang berada di tengah jenjang
sekolah (kelas 4, 8, 11) sehingga mendorong guru dan sekolah untuk
memperbaiki mutu pembelajaran dan tidak bisa digunakan untuk basis seleksi
siswa ke jenjang berikutnya, Terkait Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei
Karakter, dimaksudkan supaya setiap sekolah bisa menentukan model
pembelajaran yang lebih cocok untuk murid-murid, daerah, dan kebutuhan
pembelajaran mereka (Kusumaryono, 2020). konsep ini mengacu pada praktik
level internasional seperti PISA dan TIMMS.
5.3.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Situasi saat ini format guru diarahkan mengikuti format RPP secara kaku,
dimana RPP sekarang ini memiliki komponen yang terlalu banyak, guru diminta
menulis dengan sangat rinci (satu dokumen RPP bisa mencapai lebih dari 20
halaman), dari sisi durasi, penulisan RPP menghabiskan banyak waktu guru,
yang seharusnya bisa digunakan untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses
pembelajaran itu sendiri. (Kemendikbud, 2019). Implementasi dalam kebijakan
merdeka belajar, guru dapat bebas memilih, membuat, menggunakan dan
mengembangkan format RPP dengan 3 komponen inti; a) tujuan pembelajaran;
b) kegiatan pembelajaran; c) asesmen, 3 komponen inti cukup dibuat dalam 1
halaman, penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru

7
memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses
pembelajaran itu sendiri.
5.4.Peraturan Penerimaan Siswa Didik Baru (PPDB) Zonasi
Tujuan peraturan PPDB zonasi adalah memberikan akses pendidikan
berkualitas dan mewujudkan Tripusat Pendidikan (Sekolah, Keluarga,
Masyarakat) dengan bersekolah di lingkungan tempat tinggal, pembagian zonasi
sebagai berikut: a) jalur zonasi minimal 80%; b) jalur prestasi maksimal 15%; c)
jalur perpindahan maksimal 5% dari pagu. Dalam praktiknya peraturan tersebut
banyak menemui kendala karena kurang mengakomodir perbedaan situasi
daerah, belum terimplementasi dengan lancar di semua daerah dan belum disertai
dengan pemerataan jumlah guru. (Kemendikbud, 2019). Rancangan peraturan
dalam kebijakan merdeka belajar terkait PPDB dibuat lebih fleksibel untuk
mengakomodir ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah, pembagian
tiap jalur menjadi sebagai berikut : a) jalur zonasi minimal 50%; b) jalur afirmasi
minimal 15%; c) jalur perpindahan maksimal 5%; d) jalur prestasi (sisanya 0-
30%, disesuaikan dengan kondisi daerah). Daerah berwenang menentukan
proporsi final dan menerapkan wilayah zonasi dan juga pemerataan akses dan
kualitas pendidikan perlu diiringi dengan inisiatif lainnya dari pemerintah daerah,
seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan guru.
6. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 (K13) dikembangkan dengan teori pendidikan berdasarkan
standar yaitu kualitas minimal yang harus dimiliki melalui 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP), dan teori kurikulum berbasis kompetensi. memberikan peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif.
Kurikulum 2013 menekankan kegiatan pembelajaran secara holistik baik di
sekolah, kelas, dan masyarakat, serta memperhatikan pengalaman belajar
langsung dari peserta didik, karakteristiknya, dan kemampuan awal peserta didik.
Pedoman pengembangan dokumen kurikulum, implementasi kurikulum, dan
evaluasi kurikulum berdasarkan kerangka dasar. berikut adalah perbedaan antara
kurikulum 2006 dan 2013.
6.1.Kompetensi

8
Berdasar pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagaikemampuan
yangkemampuan yang dibutuhkan dibutuhkan untuk melakukan atau untuk
melakukan atau melaksanakan pekerjaan melaksanakan pekerjaan yang dilandasi
oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Pada Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), standar isi dirumuskan berdasarkan standar kompetensi lulusan mata
pelajaran yang dirinci menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran. Disini kompetensi diturunkan dari mata pelajaran. Sementara pada
K13, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi
inti. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
6.2.Mata Pelajaran
KTSP dirancang dengan kompetensi dasar yang berdiri sendiri sebanyak
sebelas mata pelajaran yang harus dikuasasi siswa, di K13 untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik setiap pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
Siswa mengamati, bertanya, mencoba, menalar, mencipta dan
mengkomunikasikan. Disini enam hingga tujuh mata pelajaran harus dikuasai
siswa. Setiap mata pelajaran dan kompetensi dasar dirancang berdiri sendiri.
Pendekatan mata pelajaran berbeda-beda. Pada dasarnya pendekatan saintifik
juga sudah dipakai dalam KTSP, dengan istilah pendekatan inquiry. Selain itu,
mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP sejajar dengan mata pelajaran lain
dan diperlakukan sebagai pengetahuan. Sedangkan dalam Kurikulum 2013,
Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi dan pembawa pengetahuan. Begitu
juga dengan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
(Nurfuadah, 2014)
6.3.Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik jenjang pendidikan menengah didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Sahih; (2) Objektif; (3) Adil; (4)
Terpadu; (5) Terbuka; (6) Menyeluruh dan berkesinambungan, (7) Sistematis,(8)
Beracuan kriteria; (9) Akuntabel (PSMK, 2015, p. 9). Proses penilaian di KTSP,
dominan pada aspek pengetahuan saja. Sedangkan Pada K13, dilakukan penilaian
secara otentik dengan mengukur kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap berdasarkan proses dan hasil. Di K13 guru mengukur bukan semata hasil
kerja siswa saja tp proses kerjanya juga.

9
6.4.Penjurusan
Pada Kurikulum KTSP peserta didik SMA bisa memilih jurusan sejak kelas
XI, sedangkan di K13, tidak ada penjurusan untuk peserta didik. mata pelajaran
wajib, peminatan, antarminat dan pendalaman minat harus dipelajari oleh para
siswa. Pada Kurikulum 2013, SMA tidak ada penjurusan bagi peserta didik.
Siswa menamatkan mata pelajaran wajib, peminatan, antarminat dan pendalaman
minat. Di SMK penjurusan juga tidak terlalu detail seperti pada KTSP.
Penjurusan di SMK meliputi pengelompokan peminatan dan pendalaman
(Nurfuadah, 2014).
7. Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013
Pembelajaran merupakan sinergi antara pendidikan yang berlangsung di
sekolah, keluarga dan masyarakat yang bertujuan untuk mengembangan potensi
dan pembangunan karakter peserta didik. Kurikulum 2013 memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan dan meningkatkan potensinya
yang diperlukan untuk berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia,
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif (Endarta, 2014). Proses
pembelajaran kurikulum 2013 akan tercapai jika ada sinergi antara pendidikan
yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat.
7.1.Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional perlu kualifikasi kemampuan
lulusan SMK dalam standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian
pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar kompetensi
lulusan berisi kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang akan dicapai
setelah menyelesaikan masa belajarnya pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Standar kompetensi lulusan SMK dikembangkan dari tujuan
pendidikan sekolah dan profil lulusan dalam rumusan area kompetensi
(Permendibud No. 34 Tahun 2018, 2018). SKL memiliki ruang lingkup, di
antaranya adalah: 1) SKL satuan pendidikan (SKL-SP); 2) SKL
kelompok mata pelajaran (SKL-KMP); dan 3) SKL mata pelajaran (SKL-MP).
SKL-SP SMK dikembangkan berdasarkan tujuan SMK, untuk meningkatkan

10
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
SKL-KMP dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/ atau
kegiatan setiap kelompok mata pelajaran sedangkan SKL-MP dikembangkan
untuk meningkatkan kompetensi siswa pada ranah pengetahuan dan
keterampilan. SMK memiliki tujuan pendidikan kejuruan yaitu menghasilkan
tenaga kerja terampil yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dunia usaha/industri, serta mampu mengembangkan potensinya dalam
menerapkan dan beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
7.2.Standar Proses Pembelajaran
Penerapan standar proses dalam pembelajaran di tingkat satuan pendidikan
memiliki keterkaitan erat dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi.
Standar kompetensi lulusan menjadi kerangka konseptual sebuah proses dan
sasaran pembelajaran yang harus dicapai sekolah. Sementara standar isi menjadi
kerangka konseptual bagaimana proses kegiatan pembelajaran berlangsung yang
diturunkan dari tingkat kompetensi dan materi pada standar kompetensi lulusan,
sasaran pembelajaran mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dikolaborasi. (Ilham, 2014). Setiap ranah kompetensi memiliki proses
psikologis yang berbeda. kompetensi sikap diperoleh melalui aktivitas
mengamalkan. Kompetensi pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
mengevaluasi, dan mencipta, sementara kompetensi keterampilan diperoleh
melalui aktivitas menalar, dan mencipta. Pada proses pembelajaran untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), para guru diharapkan mampu
menerapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning), yang bertujuan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning).
7.3.Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian proses pengumpulan data yang
menunjukkan perkembangan belajar peserta didik. umpan balik terhadap kegiatan

11
pembelajaran dapat diperoleh dari penilaian hasil belajar. Pada hakikatnya,
kegiatan penilaian dilakukan untuk menilai kegiatan pengajaran yang dilakukan
itu sendiri. Menurut Nurgiantoro (Arafah, 2016). Penilaian merupakan suatu
kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara
umum. Merupakan suatu hal yang tidak mungkin jika ada kegiatan pembelajaran
yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti suatu penilaian. Pada
semua satuan pendidikan termasuk Sekolah Menengah Kejuruan, untuk
kelancaran sistem penilaian pembelajaran perlu adanya pedoman atau panduan
penilaian. Pedoman penilaian Kurikulum 2013 SMK terdiri dari : 1) prinsip
penilaian, 2) jenis ujian, 3) instrumen dan bentuk penilaian, 4) mekanisme
penilaian, 5) prosedur penilaian, 6) penilaian pencapaian kompetensi pada siswa.
(Setiadi, 2016)
8. Perencanaan Pembelajaran di era Merdeka Belajar
Tantangan masa depan telah mendorong pemerintah untuk merevisi
kurikulum pendidikan. Upaya pemerintah terhadap perubahan revolusi industri
yang begitu cepat ialah melalui edukasi. Proses edukasi telah melalui berbagai
fase. Fase 1 ialah pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru sebagai
pusat pengetahuan dan buku pelajaran sebagai sumber materi. Fase 2,
pembelajaran berpusat pada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa. Fase 3 ialah pembelajaran yang berpedoman pada kolaborasi. Fase 4 ialah
pembelajaran yang lebih fleksibel dan kreatif, fase ini pembelajar dapat
menekuni lintas bidang ilmu ataupun pembelajaran jarak jauh. Fase ini,
pendidikan dapat melampui batas. Artinya, akses pembelajar terhadap informasi
sangatlah luas. Maka peran guru haruslah mampu memfasilitasi pembelajar agar
mereka tetap on the track. Guru harus mampu menyediakan kegiatan bagi
pembelajar untuk memecahkan masalah dan berbasis pada team-work. Pada
sistem penilaian, pembelajar dinilai berdasarkan proses berjuang selama kegiatan
pembelajaran dan bukan atas dasar tes dan nilai saja. Dengan alasan tersebut,
maka pemerintah menerapkan pendidikan yang merdeka, atau dikenal dengan
merdeka belajar.

12
8.1.Kelebihan Merdeka Belajar
Kemampuan utama pada pendidikan 4.0, adalah berkomunikasi,
berkolaborasi, berpikir kritis serta berpikir kreatif. Pertama, implementasi
merdeka belajar tidak terbatas ruang dan waktu, dengan mengunjungi tempat
wisata, museum dan lain-lain. Kedua, berbasis pada proyek, dengan menerapkan
keterampilan yang telah dimiliki. Ketiga, pengalaman di lapangan dengan
kolaborasi antara dunia pendidikan dan dunia industri, peserta didik diarahkan
untuk terjun ke lapangan untuk menrapkan soft skill dan hard skill agar mereka
siap memasuki dunia kerja. Praktik ini ciri pendidikan SMK. Keempat,
personalized learning. Pada tahap ini, pembelajaran disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik, aktivitas pembelajar tidak dibuat sama rata. Kelima,
interpretasi data. big data untuk mendukung proses pendidikan dan digunakan
sebagai sentral memecahkan masalah serta disesuaikan dengan
kebutuhan.(Chahyanti, 2021). Cara pandang penerapan merdeka belajar, guru
menjadi fasilitator yang memotivasi peserta didik untuk “merdeka belajar”. dan
menyediakan aktivitas bagi peserta didik untuk mengeksplorasi diri agar setiap
peserta didik memiliki pengalaman dalam pembelajaran yang merdeka.
8.2.Kelemahan Merdeka Belajar
Program merdeka belajar belum sempurna untuk dilakukan. Ada beberapa
kendala atau tantangan yang harus dihadapi. Berikut ini merupakan 5 tantangan
program merdeka belajar bagi guru, di antaranya yaitu: a) Keluar dari Zonasi
Nyaman Sistem Pembelajaran; b) Tidak Memiliki Pengalaman Program Merdeka
Belajar; c) Keterbatasan Referensi; d) Keterampilan Mengajar; e) Minim Fasilitas
dan Kualitas Guru. (Supini, 2020). Menurut penulis, untuk mencapai
kemerdekaan belajar tanpa kendala, guru membutuhkan dukungan dari semua
pihak, mulai dari orangtua siswa, siswa, sekolah, pemerintah hingga masyarakat
luas. bentuk dukungan dari pemerintah yaitu dengan membuat pelatihan atau
pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan kompetensi guru.
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
Surat Edaran Mendikbud nomor 14 tahun 2019 tertanggal 13 Desember 2019
merupakan salah satu terobosan baru yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan

13
dan Kebudayaan Nadiem Makarim, penyederhanaan RPP ini didedikasikan untuk
para guru untuk meringankan beban administrasi guru. Berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah, RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran untuk satu pertemuan
atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD). Komponen
RPP ini disederhanakan menjadi tiga komponen inti dalam satu halaman, yaitu
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen. Sisa komponen
lainnya sebagai pelengkap dan dapat dipilih secara mandiri oleh guru sesuai
dengan kebutuhan. (Maryam, 2020). Menanggapi kebijakan baru tersebut,
penulis mengapresiasi Kebijakan Pokok Kemendikbud yang menyederhanakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama ini beban administrasi dari
penyusunan RPP sering dikeluhkan para guru.
10. Pelaksanaan pembelajaran
Implementasi dari RPP, terdiri 3 kegiatan yaitu pendahuluan, inti dan
penutup. Pertama, kegiatan pendahuluan. kegiatan guru yang harus dilakukan
adalah: a) menyiapkan peserta didik untuk siap mengikuti proses pembelajaran;
b) memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual; c) mengajukan pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari; d)
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; dan e) menyampaikan
cakupan materi dan uraian kegiatan. Kedua, kegiatan inti. Pada kegiatan inti,
setiap guru dituntut untuk menggunakan berbagai model pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran.
Pendekatan tematik/tematik terpadu/saintifik/inkuiri dan penyingkapan
(discovery)/pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan
jenjang pendidikan. Tentu saja, menurut peneliti, masih banyak model
pembelajaran yang lain yang dapat dipilih oleh guru untuk mengembangkan
berbagai potensi peserta didik. Ketiga, kegiatan penutup. kegiatan ini, guru
bersama siswa melakukan refleksi untuk mengevaluasi: a) seluruh rangkaian
aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara

14
bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil
pembelajaran; b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran; c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian
tugas; dan d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
11. Kerangka Berpikir

PENERAPAN
KEBIJAKAN SISTEM MAIN INPUT
MERDEKA PEMBELAJARAN SMK
BELAJAR PADA SMK
KURIKULUM SMK

KENDALA/KESENJ
ANGAN YANG OUTPUT HASIL PROSES
TERJADI DI BELAJAR SISWA PEMBELAJAR
LAPANGAN AN

DESKRIPSI ANALISIS PENERAPAN MERDEKA BELAJAR PADA KURIKULUM


SMK DI SATUAN PENDIDIKAN

Gambar 1 : alur kerangka berpikir penelitian

Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang (1) Bagaimana


penerapan kebijakan Merdeka Belajar pada Kurikulum SMK?; (2) Apa hambatan
penerapan kebijakan Merdeka Belajar pada Kurikulum SMK?; (3) Apa upaya
yang ditempuh untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada?. Penelitian ini
termasuk dalam Jenis deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan
kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa tabel dan narasi tertulis dan
lisan dari berbagai sumber informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini akan
menghasilkan deskripsi kesiapan sekolah dalam Menerapkan kebijakan merdeka
belajar pada Kurikulum SMK.

15
C. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan deskriptif
kualitatif, yang mempunyai karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber
data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, Dalam hal ini
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik yang artinya
dalam mendeskripsikan sekaligus memberikan analisa terhadap tema yang
dibahas, penyebaran instrumen untuk menggambaran secara deskriptif fenomena-
fenomena yang terjadi di lapangan. Pilihan pendekatan deskriptif analitik dengan
maksud untuk memperoleh dan mendeskripsikan “Analisis Penerapan kebijakan
Merdeka Belajar pada Kurikulum SMK”. Kegiatan penelitian ini meliputi
pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri dengan
sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut. Berikut alur
desain penelitian untuk memberi gambaran yang akan dilakukan peneliti : (a)
Tahap pra-lapangan; (b) Tahap pekerjaan lapangan; (c) Tahap Pasca Lapangan

16
Penyusunan Pengurusan ijin
awal penelitian Observasi awal
penelitian

instrumen untuk Pemilihan dan Penyempurnaan


kegiatan interaksi dengan rancangan
lapangan informan penelitian

Proses
Membuat konsep
pengumpulan Validitas data
triangulasi data
data

Deskripsi
Analisis
Penerapan Metode analisis
Kesimpulan data
kebijakan
Merdeka Belajar
pada kurikulum
SMK

Gambar 2 : Desain penelitian

2. Tempat dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Singosari, SMK Muhammadiyah 7
Gondang legi dan SMK Negeri Turen Malang, Provinsi Jawa Timur pada jurusan
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO). Lokasi yang diambil dalam
penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive) yang dilakukan di lembaga
sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa
SMK di Kabupaten Malang memiliki capaian prestasi sebagai Pilot Project SMK
Indonesia, Sekolah Berintegritas dan Sekolah Kawasan Industri dan Kawasan
berikat yang mengindikasikan penerapan merdeka belajar.

17
3. Instrumen Penelitian/Kehadiran Peneliti di Lapangan
Pada penelitian ini, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri
dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi kepada
informan
4. Data dan Sumber Data
Data dan sumber penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder sebagai berikut: (a) Data primer diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara terhadap kepala sekolah, Waksek bidang kurikulum dan guru
produktif TKR; (b) Data sekunder berupa dokumen data-data yang mendukung
untuk memperkuat analisis kebijakan merdeka belajar pada kurikulum SMK
(Rencana strategis (renstra) SMK, program kerja kepala sekolah, lembar
supervisi guru, dokumen 1 kurikulum, dan RPP)
5. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (a) Observasi,
dilaksanakan untuk pengumpulan data. Pada penelitian ini peneliti melakukan
observasi di SMK Negeri 1 Singosari Malang, SMK Muhammadiyah 7 Gondang
legi Malang dan SMK Negeri Turen Malang pada jurusan TKRO. Proses
pengamatan penerapan kebijakan merdeka pada kurikulum SMK dilakukan pada
profil SMK, capaian prestasi yang sudah di raih, dan sarana prasarana lingkungan
belajar; (b) Wawancara. dilakukan untuk memperoleh data langsung dari kepada
Sekolah dan Wakasek Bidang Kurikulum di SMKN 1 Singosari, SMK
Muhammadiyah 7 Godanglegi dan SMK Turen Malang. Wawancara dalam
penelitian dilakukan untuk memperoleh data tentang: (1) Bagaimana penerapan
kebijakan Merdeka Belajar pada Kurikulum SMK?; 2) Apa hambatan penerapan
kebijakan Merdeka Belajar pada Kurikulum SMK?; 3) Apa upaya yang ditempuh
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada? Pelaksanaan wawancara ini
diawali dengan berkunjung dan bersilaturahmi ke informan, Adapun perkiraan
waktu yang dibutuhkan dalam tiap wawancara terhadap partisipan sekitar 30-60
menit. Dalam wawancara ini peneliti sudah menyiapkan pedoman wawancara,
namun peneliti juga lebih terbuka dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan; (c) Dokumentasi, pengumpulan dokumen dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh data berupa dokumentatif seperti program kerja kepala sekolah,

18
dokumen 1 kurikulum, lembar supervisi guru, RPP untuk melihat apa saja
hambatan dan upaya sekolah dalam menerapkan Kebijakan Merdeka Belajar
Pada Kurikulum SMK. Alasan peneliti menggunakan teknik penelitian tersebut
karena pada penelitian kualitatif untuk mengumpulkan informasi melibatkan
partisipasi langsung.
6. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data merupakan proses mengolah data menjadi informasi
baru. Bertujuan agar data menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna sebagai
solusi bagi suatu permasalahan, khususnya yang berkaitan dengan penelitian.
Teknik analisis data adalah cara untuk mengolah data menjadi informasi yang
mudah dipahami dan sebagai solusi permasalahan. Informasi umum juga menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan untuk kegiatan kedepannya (Miftah,
2021). Teknik analisis data yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan
model analisis interaktif Miles dan huberman yaitu: reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Sugiyono, 2015).
7. Pengujian keabsahan data
Menurut Arikunto dalam (Agustian, 2019) validitas adalah derajat ketetapan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh penelitian. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak
berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peniliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Keabsahan data dilakukan untuk
membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan
penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Untuk mencapai
kreadibilitas peneliti menggunakan teknik perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, dan diskusi dengan teman
sejawat. peneliti juga menggunakan trianggulasi sumber untuk membandingkan
ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber
berbeda, dan triangulasi teori dengan memanfaatkan dua teori atau lebih untuk
dipadukan (Bachri, 2012)
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumen, berikut kami
paparkan data penelitian dan analisis data sebagai berikut:

19
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dan pemeriksaan dokumen
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru
produktif di ketiga SMK pada sistem pembelajaran SMK meliputi input, proses
dan output, pada ranah input meliputi PPDB zonasi/siswa, dan environmental
input/lingkungan pembelajaran, ranah proses meliputi penulisan RPP, proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta desain pembelajaran
sedangkan pada ranah output sekolah dan guru lebih merdeka dalam menilai hasil
belajar.
1.1.Penerapan Merdeka Belajar di SMK
Penerapan Merdeka Belajar di SMKN 1 Singosari dimulai dengan
pendaftaran yang disampaikan oleh Kepala Sekolah sebagai berikut:
Pendaftaran PPDB tahun 2021/2022 dilaksanakan mengacu pada juknis
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur No. 188.4/2045/101.7.1/2021,
tahapan pendaftaran melalui 3 tahap yakni: (1) tahap I meliputi jalur afirmasi
(15%), perpindahan tugas orang tua/wali (5%) dan jalur prestasi hasil lomba
(5%); (2) tahap II, jalur zonasi (10%) dan (3) Tahap III, jalur prestasi
akademik (65%). (W.RMS-1. KS1)

PPDB dilaksanakan sesuai juknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk
menjamin adanya pemerataan akses dan mutu pendidikan pada setiap
zona/wilayah yang ditetapkan mendekati tempat tinggal peserta didik. Proses
PPDB dilaksanakan secara online, dokumen juknis PPDB sebagai pedoman
berisi jadwal dan alur pendaftaran tiap tahapan. Pada proses PPDB ini, Peneliti
melakukan melakukan observasi pada web PPDB jatim.net dan mendapatkan
data tahapan dan persentase/kuota tiap jalur pendaftaran telah sesuai dengan
pernyataan kepala sekolah dan sesuai dokumen juknis PPDB Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur. Kondisi lingkungan pembelajaran/environment input (EI),
seperti yang disampaikan waka bidang kurikulum, bahwa:
Budaya literasi sudah dilaksanakan selama 7 sampai dengan 10 menit untuk
membaca apapun yang ada di hadapannya baik koran, majalah atau apapun
bentuknya dan selanjutnya dilakukan diskusi sebelum masuk ke
pembelajaran, selain itu dilakukan modernisasi perpustakaan dengan
peremajaan koleksi buku-buku manual atau ebook. (W.RMS-1. Wkur1)

20
Program literasi dilaksanakan dalam rangka membantu peserta didik agar mampu
mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual,
intelektual, emosional, maupun sosial. Berdasarkan hasil observasi dan
pengamatan dokumen diperoleh hasil sebagai berikut:
fasilitas perpustakaan sebagai pendukung program literasi sudah
representatif, koleksi buku sudah memenuhi kebutuhan siswa. Program
literasi sudah tertuang dalam program kerja waka kurikulum. (O.RMS-
Proker1)

Pada proses pelaksanaan pembelajaran waka bidang kurikulum menyampaikan:


Guru membuat RPP 1 lembar yang berisi 3 komponen utama yaitu tujuan,
kegiatan, dan asesmen pembelajaran serta beberapa lampiran rubrik dan
lembar penilaian. perencanaan pembelajaran dalam RPP mengacu pada hasil
sinkronisasi kurikulum dengan industri dan hasil pemetaan kompetensi siswa.
(W.RMS-1. Wkur1)

Pembuatan RPP berisi 3 komponen utama tetap memperhatikan kebutuhan


kompetensi siswa hasil dari sinkronisasi kurikulum dengan industri dan pemetaan
kompetensi siswa untuk menentukan indikator keberhasilan siswa dalam
menguasasi kompetensi. Hasil observasi dokumen RPP sebagai acuan
pelaksanaan pembelajaran bengkel praktik diperoleh hasil sebagai berikut:
RPP guru produktif TKRO sudah berisi tujuan, kegiatan dan asesmen
pembelajaran (D. RMS-1. RPP1)
Guru produktif TKRO menyampaikan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
RPP sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, proses pembelajaran
dilakukan dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
diskusi/praktik, dalam satu kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Kelompok diskusi diberikan
troubleshooting/benda praktik untuk diselesaikan dengan saling
berkomunikasi, hasil diskusi di sajikan di depan kelas. Sedangkan evaluasi
pembelajaran memperhatikan proses interaksi dalam intern kelompok diskusi
sejauhmana efektifitas komunikasi yang terjalin antar siswa. (W.RMS-1.
Guru1)

Guru sebagai unsur pembelajaran yang bersinggungan langsung dengan siswa,


harus mampu mengenali karakteristik peserta didiknya, agar proses pembelajaran
berjalan efektif, kreatif, nyaman dan menyenangkan. Hasil observasi pada proses
pembelajaran di bengkel TKRO, peneliti mendapatkan data sebagai berikut:

21
Proses pembelajaran diawali oleh guru dengan memberi salam, mengabsen,
dan menerangkan tujuan pembelajaran, mengaitkan materi pembelajaran
dengan pengalaman peserta didik, memotivasi siswa untuk kegiatan literasi,
guru mendemonstrasikan cara kerja benda praktik yang akan dipelajari,
memberikan siswa untuk bertanya materi yang belum dipahami, membentuk
kelompok praktik, siswa praktik dengan jobsheet, siswa memaparkan hasil
praktik di depan bengkel, Guru membuat rangkuman/simpulan
pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran, Penilaian Pengetahuan berupa tes tertulis uraian, tes lisan/
tanya jawab serta penugasan, Penilaian Keterampilan berupa penilaian unjuk
kerja siswa dan interaksi selama praktik. (O.RMS-1. Guru1)
Pada proses output, Waka bidang kurikulum menyampaikan bahwa:
Standar hasil belajar/kompetensi siswa disesuaikan dengan kompetensi yang
dibutuhkan oleh industri, indikator penilaian dibuat secara fleksibel, sesuai
kondisi dan kemampuan siswa dan kedalaman kompotensi yang dipelajari.
(W.RMS-1. WKur1)
Kompetensi industri diperoleh dari hasil sinkronisasi kurikulum, proses
sinkronisasi memetakan kompetensi mana saja yang dibutuhkan oleh industri,
sekolah mengikuti perkembangan industri melalui workshop bersama industri di
awal tahun pelajaran bersama stakeholder yang lain. Pada ranah output,
pengamatan dokumen kisi-kisi soal diperoleh data sebagai berikut:
Kisi-kisi soal mewakili silabus atau materi yang telah diajarkan secara
proporsional, kompetensi esensial dalam kompetensi dasar dijelaskan secara
rinci, soal menggunakan kata operasional yang tepat, soal objektif
menggunakan satu kata operasional. (D.RMS-1.Kisi1)
Guru produktif TKRO juga menyampaikan sebagai berikut:
Ujian Sekolah Tingkat Satuan Pendidikan (USTSP) pengganti USBN, ujian
dilakukan dalam bentuk tes tulis dan praktik (UKK/LSP P1), kisi-kisi soal tes
tulis sepenuhnya dibuat oleh guru mapel dengan mengacu kebutuhan
kompetensi yang dibutuhkan industri. (W.RMS-1. Guru1)
Dalam membuat soal berbasis kebutuhan industri, dibutuhkan kompetensi
pedagogi guru yang baik karena membuat soal yang valid tidak mudah.
Peningkatan kompetensi guru harus terus ditingkatkan dengan mengikuti
pelatihan pembuatan soal HOTS. Hasil pemeriksaan dokumen kurikulum (buku
1) tahapan sistem pembelajaran dimulai dari:
1) Menentukan visi misi SMK; 2) SKL SMK; 3) Menentukan profil lulusan
SMK; 4) SKL di tingkat jurusan; 4) Pemetaan kompetensi bersama
industri/sinkronisasi kurikulum; 5) Pemetaan kompetensi siswa; 6)

22
Pengembangan kelas industri; 7) Proses pembelajaran; 8) Penilaian hasil
belajar. (O.RMS-1. Dkur1)
Pengembangan kelas industri dilaksanakan bersama industri, pada proses awal
pembelajaran pengajar di kelas industri dari tenaga ahli industri yang turun
langsung ke sekolah, bersamaan dengan itu guru-guru juga melaksanakan
training of trainer (TOT) di industri rekanan, setelah guru-guru meningkatkan
kompetensi sesuai standar industri, tenaga pengajar dari industri melakukan
evaluasi program.
Penerapan Merdeka Belajar pada SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi
Kepala Sekolah menyampaikan proses seleksi PPDB dilaksanakan seperti
berikut:
PPDB dilaksanakan dengan calon siswa mengerjakan soal akademik dan
psikotes dengan alur sebagai berikut: 1) Mengisi formulir pendaftaran; 2)
mengerjakan soal tes PPDB online; 3) Melakukan konfirmasi pendaftaran
kepada petugas pendaftaran melalui WA panitia; 4) Mendapatkan Informasi
Jadwal Siswa Baru. (W.RMS-1. KS2)
Proses seleksi secara daring, link soal akademik dan psikotes bisa dibuka di
website sekolah dan pengerjaan soal pada aplikasi google form, tahap berikutnya
calon siswa melakukan konfirmasi pendaftaran ke panitia melalui aplikasi
whatsapp dan bagi siswa yang dinyatakan diterima akan mendapatkan informasi
jadwal dari panitia sekolah. Data hasil observasi pada proses PPDB ini sebagai
berikut:
Pendaftaran dilaksanakan secara online, formulir pendaftaran, soal akademik
dan psikotest bisa di akses di web PPDB SMK Muhammadiyah 7
Gondanglegi. (O.RMS-1. PPDB2)
Budaya baca atau literasi dilaksanakan SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi
seperti yang disampaikan oleh waka bidang kurikulum sebagai berikut:
Budaya literasi diterapkan dengan penggunaan buku panduan di
perpustakaan, iklan di mading, lomba literasi duta literasi dan melengkapi
perpustakaan di tiap program studi yang ada di sekolah serta memulai
pembelajaran dengan membaca Al-Qur’an. (W.RMS-1. Wkur2)
Pada program kerja waka bidang kurikulum, budaya literasi dilaksanakan setiap
memulai proses pembelajaran dengan membaca Al-Qur’an, mengkoordinir wali
kelas untuk mengkondisikan kelasnya untuk membuat mading sesuai
penjadwalan dari kurikulum, waka kurikulum juga berkoordinasi dengan ketua

23
jurusan untuk melengkapi jurusan TKRO dengan perpustakaan. Hasil observasi
dokumen program kerja waka kurikulum diperoleh data sebagai berikut:
Budaya literasi sudah terdapat dalam program kerja waka kurikulum,
pelaksanaannya melibatkan guru mata pelajaran yang mengajar di jam
pertama dalam proses pembelajaran. (D. RMS-1. Proker2)
Penerapan merdeka belajar selanjutnya pada proses pelaksanaan pembelajaran,
oleh waka kurikulum yang disampaikan sebagai berikut:
Pembuatan RPP berisi 3 komponen utama yaitu tujuan, kegiatan, dan
asesmen pembelajaran serta beberapa lampiran rubrik dan lembar penilaian.
perencanaan pembelajaran dalam RPP mengacu pada hasil sinkronisasi
kurikulum dengan industri dan hasil pemetaan kompetensi siswa. (W.RMS-1.
Wkur2)
Pembuatan RPP berisi 3 komponen utama tetap memperhatikan kebutuhan
kompetensi siswa hasil dari sinkronisasi kurikulum dengan industri dan pemetaan
kompetensi siswa untuk menentukan indikator keberhasilan siswa dalam
menguasasi kompetensi. Hasil pengamatan dokumen pada proses ini didapatkan
data sebagai berikut:
Dokumen RPP guru produktif TKR sudah berisi tentang 3 komponen utama
yaitu tujuan, kegiatan dan asesmen pembelajaran yang meliputi penilaian
pengetahuan dan keterampilan. (D.RMS-1. RPP2)
Guru produktif TKR selaku pelaksana kebijakan dari program kerja waka bidang
kurikulum melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok diskusi, dalam satu kelompok dibuat heterogen. Setiap
kelompok diberikan troubleshooting/benda praktik untuk diselesaikan
menggunakan jobsheet, hasil diskusi di sajikan di depan kelas. Evaluasi
pembelajaran diperoleh dari proses interaksi dalam kelompok dengan
mengamati efektifitas komunikasi yang terjalin antar siswa. (W.RMS-1.
Guru2).
Guru sebagai unsur pembelajaran yang bersinggungan langsung dengan siswa,
harus mampu mengenali karakteristik peserta didiknya, agar proses pembelajaran
berjalan efektif, kreatif, nyaman dan menyenangkan. Proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru produktif TKRO sudah sesuai dengan hasil pengamatan
dokumen RPP di waka kurikulum.
Penerapan merdeka belajar pada ranah output dalam menilai hasil belajar
siswa, waka bidang kurikulum menyatakan bahwa:

24
Standar hasil belajar/kompetensi siswa disesuaikan dengan kompetensi yang
dibutuhkan oleh industri, indikator penilaian dibuat secara fleksibel, sesuai
kondisi dan kemampuan siswa dan kedalaman kompotensi yang dipelajari.
Dalam Ujian Sekolah Tingkat Satuan Pendidikan (USTSP) pengganti USBN,
ujian untuk menilai kompetensi siswa dilakukan dalam bentuk tes tulis dan
praktik (UKK/LSP P1), kisi-kisi soal tes tulis sepenuhnya dibuat oleh guru
mapel dengan mengacu kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan industri.
(W.RMS1. Wkur2)
Pada tes tulis, pembuatan kisi-kisi soal dan bobot soal USTSP sepenuhnya
diserahkam ke guru produktif TKRO, bobot soal mengacu pada kompetensi yang
dibutuhkan industri, pada ujian praktik indikator penilaian dibuatkan rubrik yang
bisa menilai kemampuan siswa berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Dalam
membuat soal berbasis kebutuhan industri, dibutuhkan kompetensi pedagogi guru
yang baik karena membuat soal yang valid tidak mudah. Pengamatan dokumen
pada ranah output diperoleh data sebagai berikut:
Kisi-kisi soal mewakili kurikulum/silabus atau materi yang telah diajarkan
secara proporsional, kompetensi esensial dalam kompetensi dasar dijelaskan
secara rinci, soal menggunakan kata operasional yang tepat, soal objektif
menggunakan satu kata operasional. (D.RMS-1.Kisi2)
Peningkatan kompetensi guru harus terus ditingkatkan dengan mengikuti
pelatihan pembuatan soal HOTS. Hasil pemeriksaan dokumen kurikulum (buku
1) tahapan sistem pembelajaran SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dimulai
dari:
1) Menentukan visi misi SMK; 2) SKL SMK; 3) Menentukan profil lulusan
SMK; 4) SKL di tingkat jurusan; 4) Pemetaan kompetensi bersama
industri/sinkronisasi kurikulum; 5) Pemetaan kompetensi siswa; 6)
Pengembangan media pembelajaran; 7) Proses pembelajaran; 8) Penilaian
hasil belajar. (D.RMS-1. Dkur2)
Penerapan Merdeka Belajar di SMK Turen, dimulai dari Tahapan seleksi
PPDB kepala sekolah menyampaikan bahwa:
Proses PPDB dilaksanakan secara daring dengan mengisi biodata calon siswa
pada google form, proses selanjutnya calon siswa melaksanakan wawancara
yang dijadwalkan panitia. (W.RMS-1. KS3)
Proses pengisian biodata calon siswa dilakukan secara daring dengan mengisi
google formulir pada website SMK Turen. Data yang masuk di google form di
rekap berdasarkan jurusan yang dipilih oleh panitia dan dijadwalkan untuk

25
pelaksanaan wawnacara. Hasil pengamatan proses PPDB menghasilkan data
sebagai berikut:
Pendaftaran dilaksanakan secara online, formulir pendaftaran bisa di akses di
web PPDB SMK Turen dan selanjutnya siswa mendapatkan jadwal untuk tes
wawancara. (O.RMS-1. PPDB3)
SMK Turen menerapkan budaya literasi pada siswa seperti yang disampaikan
oleh waka kurikulum sebagai berikut:
Siswa diberikan waktu 10 menit sebelum memulai pelajaran pada jam
pertama untuk membaca buku apa saja yang dibawa pada hari itu. (W.RMS-
1. WKur3)
Budaya literasi sudah tertuang dalam program kerja waka kurikulum, dalam
pelaksanaannya waka kurikulum berkoordinasi dengan semua guru yang
mengajar pada jam pertama untuk memberikan waktu kepada siswa membaca
buku apa saja yang dibawa pada hari itu. Hasil pengamatan pada program literasi
pada dokumen program kerja waka kurikulum diperoleh data:
Budaya literasi sudah di programkan dalam program kerja waka kurikulum,
pelaksanaannya melibatkan kepala perpustakaan dan wali kelas dalam
mengkondisikan siswa. (D.RMS-1. Proker3)
Penerapan merdeka belajar pada proses pembelajaran, waka bidang kurikulum
menyampaikan sebagai berikut:
Pembuatan RPP berisi 3 komponen utama yaitu tujuan, kegiatan, dan
asesmen pembelajaran, asesmen dilengkapi dengan rubrik penilaian.
Perencanaan pembelajaran dalam RPP mengacu pada hasil sinkronisasi
kurikulum dengan industri dan hasil pemetaan kompetensi siswa. (W.RMS-1.
Wkur3)
Pembuatan RPP berisi 3 komponen utama tetap memperhatikan kebutuhan
kompetensi siswa hasil dari sinkronisasi kurikulum dengan industri dan pemetaan
kompetensi siswa untuk menentukan indikator keberhasilan siswa dalam
menguasasi kompetensi. Pengamatan dokumen RPP pada proses pembelajaran
mendapatkan data sebagai berikut:
Dokumen RPP guru produktif TKRO berisi tentang 3 komponen utama yaitu
tujuan, kegiatan dan asesmen pembelajaran yang meliputi penilaian
pengetahuan dan keterampilan. (D.RMS-1. RPP3)
Guru produktif TKRO selaku pelaksana kebijakan dari program kerja waka
bidang kurikulum melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

26
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok diskusi, dalam satu kelompok dibuat heterogen. Setiap
kelompok diberikan troubleshooting/benda praktik untuk diselesaikan
menggunakan jobsheet, hasil diskusi di sajikan di depan kelas. Evaluasi
pembelajaran diperoleh dari proses interaksi dalam kelompok dengan
mengamati efektifitas komunikasi yang terjalin antar siswa. (W.RMS-1.
Guru3)
Guru sebagai unsur pembelajaran yang bersinggungan langsung dengan siswa,
harus mampu mengenali karakteristik peserta didiknya, agar proses pembelajaran
berjalan efektif, kreatif, nyaman dan menyenangkan. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran guru produktif TKRO sudah sesuai dengan dokumen RPP di waka
kurikulum. Ranah output dalam menilai hasil belajar siswa, waka bidang
kurikulum menyatakan bahwa:
Standar hasil belajar/kompetensi siswa disesuaikan dengan kompetensi yang
dibutuhkan oleh industri, indikator penilaian dibuat secara fleksibel, sesuai
kondisi dan kemampuan siswa dan kedalaman kompotensi yang dipelajari.
Dalam Ujian Sekolah Tingkat Satuan Pendidikan (USTSP) pengganti USBN,
ujian untuk menilai kompetensi siswa dilakukan dalam bentuk tes tulis dan
praktik (UKK/LSP P1), kisi-kisi soal tes tulis sepenuhnya dibuat oleh guru
mapel dengan mengacu kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan industri.
(W.RMS1. Wkur3)
Pembuatan kisi-kisi soal dan bobot soal USTSP sepenuhnya diserahkam ke guru
produktif TKRO, bobot soal mengacu pada kompetensi yang dibutuhkan industri,
pada ujian praktik indikator penilaian dibuatkan rubrik yang bisa menilai
kemampuan siswa berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Dalam membuat soal
berbasis kebutuhan industri, dibutuhkan kompetensi pedagogi guru yang baik
karena membuat soal yang valid tidak mudah. Peningkatan kompetensi guru
harus terus ditingkatkan dengan mengikuti pelatihan pembuatan soal HOTS.
Pengamatan dokumen pada ranah output diperoleh data sebagai berikut:
Kisi-kisi soal sudah mewakili kurikulum/silabus atau materi yang telah
diajarkan secara proporsional, kompetensi esensial dalam kompetensi dasar
dijelaskan secara rinci, soal menggunakan kata operasional yang tepat, soal
objektif menggunakan satu kata operasional. (D.RMS-1.Kisi3)
Hasil pemeriksaan dokumen kurikulum (buku 1) tahapan sistem pembelajaran
SMK Turen dimulai dari:
Menentukan visi misi SMK; 2) SKL SMK; 3) Menentukan profil lulusan
SMK; 4) SKL di tingkat jurusan; 4) Pemetaan kompetensi bersama

27
industri/sinkronisasi kurikulum; 5) Pemetaan kompetensi siswa; 6) Proses
pembelajaran; 8) Penilaian hasil belajar. (D.RMS-2. Dkur3)
1.2.Kendala Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK
Kendala yang dihadapi ketiga SMK dalam penerapan merdeka belajar dalam
pelaksanaan sistem pembelajaran disampaikan ketiga kepala SMK sebagai
berikut:
(1) Pemenuhan kompetensi industri memerlukan peningkatan kompetensi
guru dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan industri; (2) Guru belum
mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan ketrampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan; (3)
Perubahan standar kompetensi industri yang dinamis memerlukan
pengembangan kurikulum yang berkelanjutan; (4) Perkembangan indutri
yang dinamis memerlukan peningkatan kompetensi guru yang terprogram
dan kesulitan memfasilitasi pembelajaran pada siswa dengan efektif sesuai
dengan budaya industri; (5) Kompetensi yang dibutuhkan industri berbeda-
beda dan berubah-ubah secara dinamis mengikuti pasar dan pemenuhan
sarana praktik serta kompetensi guru membutuhkan biaya dan waktu yang
besar dan lama. (W.RMS-2.KS)
Pengamatan dokumen program kerja kepala SMK, diperoleh data sebagai
berikut:
Pada pemenuhan sarana prasarana praktik, kebijakan sekolah di SMKN 1
Singosari tidak bisa seleluasa di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan
SMK Turen. SMKN Singosari sebagai lembaga negeri sumber dana sekolah
diperoleh dari bantuan pemerintah berupa dana BOS, BPOPP dan sumbangan
komite dari wali murid yang besarannya dibatasi oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur, sedangkan di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan
SMK Turen, selain mendapatkan fasilitas sumber dana yang sama dari
pemerintah, apabila sekolah merasa tidak tercukupi, sekolah bisa membuat
suatu perencanaan dengan mengajukan proposal kegiatan dana yang
ditujukan yayasan, apabila yayasan merasa kegiatan itu perlu untuk
dilaksanakan, maka yayasan akan menyetujui dan dana akan cair. (D.RMS-2.
KSProker)
1.3.Upaya Yang Ditempuh
Upaya yang ditempuh ketiga SMK untuk mengatasi kendala dalam penerapan
kebijakan merdeka belajar seperti yang disampaikan oleh kepala SMK sebagai
berikut:
Membuat kesepakatan kerjasama antara SMK dengan industri; (2)
Mengembangkan metode pembelajaran dengan nuansa kerja sesuai dengan
nuansa kerja di perusahaan; (3) Dialog untuk penyusunan kurikulum; (4)
Meningkatkan kompetensi guru yang diperlukan dalam konteks pemenuhan
harapan industri. Sedangkan terkait sumber dana sekolah untuk pemenuhan

28
sarana prasarana praktik, upaya SMK negeri membuat inovasi dengan jalan
memaksimalkan unit produksi dan jasa (UPJ) sekolah untuk memenuhi
sarana prasarana yang tidak terakomodasi dari sumber dana BOS dan
BPOPP, sekaligus sebagai sarana praktik siswa untuk menerapkan materi
kewirausahaan. (W. RMS-3. KS).
Upaya-upaya yang dilakukan SMK untuk mengatasi kendala yang muncul
dikoordinasikan dengan seluruh stakeholder untuk mendapatkan persepsi yang
sama, dan untuk dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-
masing, dengan kebersamaan dan kerjasama yang kompak segala kendala yang
muncul akan bisa diatasi ileh SMK. Hasil pengamatan dokumen program kerja
kepala SMK dari ketiga SMK tempat penelitian, diperoleh data sebagai berikut:
Kepala SMK sudah membuat rencana strategis (renstra) untuk mengatasi
kendala yang ada dalam sistem pembelajaran SMK. (D.RMS-3.Renstra)

2. Pembahasan
2.1.Penerapan Merdeka Belajar di SMK
PPDB zonasi menghasilkan kelas yang heterogen. Pentingnya sistem zonasi
diterapkan bertujuan untuk menghapus stigma sekolah favorit dan bukan favorit.
Di samping itu, kebijakan ini juga akan menjamin pemerataan akses pendidikan
dan mendorong kreativitas pendidik dalam kelas heterogen. Menurut Mendikbud
dalam (Priambodo & Nurfaidah, 2019). “Populasi dalam sebuah kelas itu
semestinya heterogen. Jika homogen, berarti itu bukan kelas,”. Kutipan tersebut
menunjukkan bahwa agar tidak ada lagi calon siswa yang nilai akademiknya
tinggi menjadi satu dalam satu sekolah yang sama, kelas heterogen menjadi
tantangan bagi guru untuk berkreasi menentukan metode dan strategi mengajar
yang efektif agar tujuan pembelajaran tercapai. Tantangan tersebut sejalan
dengan kebijakan merdeka belajar sebagai sebuah kebebasan untuk berinovasi,
kebebasan untuk belajar mandiri dan kreatif artinya guru dan siswa punya
kebebasan dalam belajar dan menyiapkan pembelajaran. Kompetensi guru sangat
menentukan tercapainya tujuan pembelajaran, peningkatan kompetensi guru
harus dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan.
Hasil wawancara terkait pertanyaan penelitian tentang resources input (RI)
terlihat di ketiga SMK, kepala sekolah sudah mempunyai program peningkatan
kompetensi guru, dan peningkatan sarana dan prasarana pembelajaran yang

29
disesuaikan dengan standar industri. Peningkatan kompetensi dan pemenuhan
sarana prasarana disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses belajar siswa yang
heterogen. Peran aktif sekolah memfasilitasi peningkatan kompetensi guru
produktif, hal ini sesuai dengan strategi implementasi revitalisasi SMK (Sampun
Adam, Nastiti Rahayu, 2017) Guru produktif harus mempunyai sertifikat
kompetensi yang sesuai dengan keahlian yang diajarkan, guru yang mengajar
teknik otomotif harus mempunyai sertifikat yang menyatakan kompetensinya
dalam bidang otomotif. Peningkatan kompetensi guru dan pemenuhan sarana
prasarana yang mengacu standar industri merupakan upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan agar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan industri hal ini
sejalan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dimana menurut hamid
dalam (Baedhowi, 2020) tujuan utama MBS adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Sekolah dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai
dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri, tidak
perlu lagi menunggu perintah dari pusat. Keleluasaan SMK mengelola
peningkatan kompetensi guru dan pemenuhan sarana prasarana standar industri
dengan melibatkan masyarakat sejalan dengan konsep merdeka belajar
Kemendikbud. Konsep merdeka belajar merupakan implementasi dari MBS
dimana sekolah mempunyai otonomi untuk berinovasi dan berkreasi melakukan
sinkronisasi kompetensi yang dibutuhkan industri.
Hasil wawancara terkait pertanyaan penelitian tentang environment input (EI)
terlihat di ketiga SMK, pada pertanyaan yang diajukan kepada kepala sekolah
dan waka kurikulum, sekolah telah mencanangkan program literasi dalam rangka
membantu warga belajar agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. pada
SMKN 1 Singosari sudah melaksanakan budaya literasi berupa kegiatan selama 7
sampai dengan 10 menit untuk membaca apapun yang ada di hadapannya baik
koran, majalah atau apapun bentuknya dan selanjutnya dilakukan diskusi
sebelum masuk ke pembelajaran, selain itu dilakukan modernisasi perpustakaan
dengan peremajaan koleksi buku-buku manual atau ebook. Budaya baca atau
literasi di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi menerapkan penggunaan buku
panduan di perpustakaan, iklan di mading, lomba literasi duta literasi dan

30
melengkapi perpustakaan di tiap program studi yang ada di sekolah serta
memulai pembelajaran dengan membaca Al-Qur’an. SMK Turen menerapkan
budaya literasi pada siswa dengan memberikan waktu 10 menit sebelum memulai
pelajaran pada jam pertama untuk membaca buku apa saja yang dibawa pada hari
itu. Komponen environmental input salah satunya merupakan penerapan budaya
sekolah, dalam hal ini adalah budaya literasi. Pada tahun 2021 kebijakan merdeka
belajar menghapus UN menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan
survey karakter, dalam AKM salah satu kemampuan dasar yang diujikan adalah
kemapuan literasi (Kemendikbud, 2019).
Hasil wawancara dengan guru produktif TKR terkait pertanyaan penelitian di
ranah proses pembelajaran tentang penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan
efektif, terlihat di ketiga SMK, penulisan RPP terdiri dari tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan asesmen dalam 1 halaman dan beberapa lampiran
rubrik dan lembar penilaian. Konsep merdeka belajar (Kemendikbud, 2019)
menyatakan guru produktif TKR dapat memilih membuat dan menggunakan
serta mengembangkan format RPP meliputi komponen inti: 1) tujuan
pembelajaran; 2) kegiatan pembelajaran; 3) asesmen dalam 1 halaman cukup,
kebijakan ini bertujuan agar guru memiliki lebih banyak waktu untuk
mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Hasil wawancara terkait
pertanyaan penelitian tentang proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran, terlihat di ketiga SMK, jawaban dari waka kurikulum dan guru
produktif TKR, perencanaan pembelajaran dalam RPP mengacu pada hasil
sinkronisasi kurikulum dengan industri dan hasil pemetaan kompetensi siswa,
guru bebas berkreasi menentukan metode dan strategi belajar, bahan ajar dan
menentukan tahapan berpikir dari SK, KD dan indikator pencapaian kompetensi
(IPK) yang ingin dicapai dan menentukan IPK masing-masing KD dengan
memperhatikan tahapan berpikir SK dan KD yang sudah di sinkronisasikan
dengan industri. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok diskusi/praktik, dalam satu kelompok terdiri dari
siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Kelompok diskusi
diberikan troubleshooting/benda praktik untuk diselesaikan dengan saling
berkomunikasi, hasil diskusi di sajikan di depan kelas. Sedangkan evaluasi

31
pembelajaran memperhatikan proses interaksi dalam kelompok diskusi
sejauhmana efektifitas komunikasi yang terjalin antar siswa.
Menurut mustaghfiroh dalam (Baedhowi, 2020) konsep merdeka belajar
serupa dengan aliran progresivisme yang mempunyai prinsip 1) anak harus bebas
dan berkembang dengan natural; 2) pengalaman langsung adalah pengalaman
terbaik dalam pembelajaran; 3) Guru harus bisa memandu dan menjadi fasilitator
yang baik; 4) Lembaga pendidikan harus menjadi laboratorium pendidikan untuk
perubahan siswa; 5) Aktivitas di lembaga pendidikan dan di rumah harus dapat
dikooperasikan. Prinsip dasar dari merdeka belajar adalah kebebasan dalam
belajar maupun dalam menyiapkan pembelajaran. Konsep ini serupa dengan
filsafat progresivisme John Dewey, aliran ini adalah salah satu aliran filsafat
pendidikan modern yang menginginkan adanya perubahan mendasar terhadap
pelaksanaan pendidikan ke arah yang lebih baik, berkualitas dan memberikan
kemanfaatan yang nyata bagi siswa. Proses pembelajaran dimana siswa diberi
kebebasan berkreasi dan menemukan solusi dari troubleshooting yang diberikan
guru sebagai fasilitator merupakan implementasi dari konsep merdeka belajar.
Mengacu pada data hasil penelitian ketiga SMK pada desain sistem
pembelajaran SMK, terlihat desain sistem pembelajaran yang digunakan di ketiga
SMK, dimana peran pendidik sebagai fasilitator dan motivator dalam proses
pengembangan kemampuan peserta didk dan melihat kemampuan masing-masing
individu peserta didik memiliki kemampuan yang bervariatif, maka menyusun
desain sistem pembelajaran diawali dengan analisis kondisi dan kemampuan awal
peserta didik dan faktor pendukung lainnya. Hal ini dimaksudkan agar desain
sistem pembelajaran yang disusun efektif, efisien dan produktif, untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif. SMKN 1 Singosari mengembangkan desain
pembelajaran dimana sistem pembelajaran tahapannya dimulai dari: 1)
Menentukan visi misi SMK; 2) SKL SMK; 3) Menentukan profil lulusan SMK;
4) SKL di tingkat jurusan; 4) Pemetaan kompetensi bersama industri/sinkronisasi
kurikulum; 5) Pemetaan kompetensi siswa; 6) Pengembangan kelas industri; 7)
Proses pembelajaran; 8) Penilaian hasil belajar. Pengembangan kelas industri
dilaksanakan bersama industri, pada proses awal pembelajaran pengajar di kelas
industri dari tenaga ahli industri yang turun langsung ke sekolah, bersamaan

32
dengan itu guru-guru juga melaksanakan training of trainer (TOT) di industri
rekanan, setelah guru-guru meningkatkan kompetensi sesuai standar industri,
tenaga pengajar dari industri melakukan evaluasi program.
Desain pembelajaran yang diterapkan SMKN 1 Singosari menyerupai Model
AADIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). Deskripsi masing-
masing langkah adalah sebagai berikut: 1) Tahap analisis merupakan suatu proses
mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan
needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan),
dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan
dihasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta didik, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas
kebutuhan; 2) Tahap desain dikenal juga dengan istilah membuat rancangan
(blueprint). tahapan desain ini pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang
SMART (spesific, measurable, applicable, realistic, dan Times ). Selanjutnya
menyusun tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan,
dengan mempertimbangkan sumber-sumber pendukung, antara lain sumber
belajar yang relevan dan lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya; 3)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain yang dibuat
menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa
multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan, misal
diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula
halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses
pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting
dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap
uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu
evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk
memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang dikembangkan; 4) Implementasi
adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang dibuat.
Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dipersiapkan sesuai
dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika
memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstall. Jika

33
penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau setting tertentu
tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain
awal; 5) Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang
sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya
tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi
pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya
untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan
salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input
terhadap rancangan yang sedang dibuat. Pada tahap pengembangan, mungkin
perlu uji coba dari produk yang dikembangkan atau mungkin perlu evaluasi
kelompok kecil dan lain-lain.
Pada SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, mengembangkan desain
pembelajaran dengan tahapan dimulai dari: 1) Menentukan visi misi SMK; 2)
SKL SMK; 3) Menentukan profil lulusan SMK; 4) SKL di tingkat jurusan; 4)
Pemetaan kompetensi bersama industri/sinkronisasi kurikulum; 5) Pemetaan
kompetensi siswa; 6) Pengembangan media pembelajaran; 7) Proses
pembelajaran; 8) Penilaian hasil belajar. Desain pembelajaran yang diterapkan
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi menyerupai langkah-langkah model
Hannafin dan Peck dimana model desain pengajaran ini terdiri daripada tiga fase,
yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain dan fase pengembangan atau
implementasi (Sujarwo, n.d., p. 14). Model ini adalah model desain pembelajaran
berorientasi produk. Deskripsi setiap fase adalah sebagai berikut: 1) Fase pertama
analisis kebutuhan. Fase ini untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dalam
mengembangkan suatu media pembelajaran yang di dalamnya terdapat tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang
diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
Setelah diidentifikasi, proses selanjutnya menjalankan penilaian terhadap hasil
itu; 2) Fase kedua desain. untuk mengenali kaidah yang paling baik untuk
mencapai tujuan pembuatan media. Sebelum lanjut pada fase berikutnya perlu
dilaksanakan penilaian; 3) Fase ketiga pengembangan dan implementasi. aktivitas
yang dilakukan pada fase ini ialah membuat diagram alur, pengujian, serta
penilaian formatif dan penilaian sumatif. Untuk menilai kelancaran media yang

34
dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan
pada fase ini dan hasilnya akan digunakan dalam proses penyesuaian untuk
mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model ini menekankan proses
penilaian formatif yang dilaksanakan sepanjang proses pengembangan media dan
penilaian sumatif dilakukan setelah media selesai dikembangkan serta
pengulangan proses pengujian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase.
Sedangkan pada SMK Turen mengembangkan desain pembelajaran dengan
tahapan dimulai dari: 1) Menentukan visi misi SMK; 2) SKL SMK; 3)
Menentukan profil lulusan SMK; 4) SKL di tingkat jurusan; 4) Pemetaan
kompetensi bersama industri/sinkronisasi kurikulum; 5) Pemetaan kompetensi
siswa; 6) Proses pembelajaran; 8) Penilaian hasil belajar. Desain pembelajaran
yang diterapkan SMK Turen menyerupai pembelajaran desain model Isman yang
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Input (identifikasi
kebutuhan, isi, tujuan, metode, materi dan media); 2) Proses (protootipe test, disain
ulang pembelajaran, kegiatan pembelajaran); 3) Output (testing dan analisis
hasil), 4) Umpan balik; dan 5) Pembelajaran (Prabawa, 2012, p. 7). Langkah
pertama adalah mengenali faktor input. langkah-langkahnya sebagai berikut ini;
1) Mengidentifikasi kebutuhan. Merupakan faktor penting dalam proses desain
pembelajaran. Identifikasi kebutuhan berasal dari penilaian kebutuhan berkenaan
dengan kurikulum tertentu; 2) Mengidentifikasi isi. Isi berasal dari kebutuhan
siswa, untuk memperjelas apa yang akan diajarkan; 3) Mengidentifikasi Tujuan
dan Sasaran. Untuk menentukan apa yang siswa dapat lakukan setelah proses
pembelajaran. Kategori hasil belajar meliputi yaitu keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Tujuan dan
sasaran mengandung keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Unsur keterampilan
meliputi keterampilan psikomotor dan keterampilan intelektual. untuk belajar
mengembangkan tindakan otot dan keterampilan intelektual, mereka
mengembangkan aktivitas kognitif seperti diskriminasi, pelaksanaan, dan
pemecahan masalah. Tujuan dan sasaran berasal dari penilaian kebutuhan dan isi;
4) Menetapkan metode pembelajaran. Metode pembelajaran harus berkaitan
dengan isi dan tujuan karena tujuan pembelajaran akan tercapai dengan metode
yang tepat; 5) Mengidentifikasi media pembelajaran, adalah cara pengiriman

35
pesan dalam proses desain pembelajaran. Jenis media pembelajaran meliputi
media pembelajaran tradisional dan media pembelajaran modern. Buku-buku,
jurnal, grafik, model, gambar, poster, kartun, koran, diorama, perjalanan, papan
tulis dan lainnya merupakan media pembelajaran tradisional. Sedangkan
multimedia, film, radio, telepon, televisi, komputer, proyeksi data, internet
termasuk media pembelajaran modern. Media tradisonal maupun media modern
memiliki tujuan utama media untuk menerapkan aktivitas komunikasi dan
aktivitas pembelajaran. Identifikasi media pembelajaran berdasarkan pada kajian
kebutuhan, isi, tujuan, dan metode pengajaran. Media pembelajaran harus
memotivasi peserta didik untuk belajar dan memudahkan membangun
pengetahuan baru dalam memori jangka panjang.
Langkah kedua adalah proses. Tiga langkah dalam tahap proses meliputi
pengujian prototipe, merancang ulang pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran.
Langkah pertama adalah menguji prototipe. Pada langkah ini, guru siap untuk
mencoba pembelajaran yang direncanakan dengan peserta didik dengan tujuan
untuk mengetahui mana tahapan yang berhasil dan tahap mana yang tidak
berhasil. selama pengujian prototipe permasalahan dalam desain pembelajaran
akan teridentifikasi. Langkah kedua adalah mendesain ulang pembelajaran.
Desainer pembelajaran mereorganisasi kegiatan pembelajaran. peran penting
dalam merancang pembelajaran yang efektif adalah tahap pra-pengujian. Tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan baik jika pembelajaran dirancang dengan
baik. Langkah ketiga adalah kegiatan pembelajaran. Guru mulai menerapkan isi
dan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bantuan
media pembelajaran.
Langkah ketiga adalah output, meliputi kegiatan penilaian dan revisi
pembelajaran. kegiatan penilaian, guru menilai kegiatan pembelajaran dalam
model desain pembelajaran. Pendidik dalam mendesain pembelajaran
menerapkan metode evaluasi formatif dan sumatif untuk memeriksa tujuan dan
sasaran. Proses ini menuntut pendidik untuk mengimplementasikan alat penilaian
dalam menentukan apakah peserta didik menunjukkan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang dijelaskan guru dalam tujuan pembelajaran atau
tidak. Pengukuran pembelajaran dan proses evaluasi harus dilaksanakan oleh

36
guru untuk memberikan hasil tentang apa yang peserta didik pelajari dari
kegiatan pembelajaran. Guru melakukan analisis hasil dan membuat keputusan
tentang efektivitas pembelajaran. Langkah revisi dilakukan, setelah pendidik
mengevaluasi semua kegiatan pembelajaran. Apabila pendidik menemukan
adanya masalah, kemudian pendidik merevisi bagian yang mengalami masalah
tersebut.
Langkah keempat adalah umpan balik. Jika selama tahap implementasi, guru
menemukan bahwa siswa tidak belajar sesuai dengan yang direncanakan atau
tidak sesuai dengan yang ingin dipelajari siswa atau mereka tidak menikmati
proses belajar yang terjadi, guru kembali ke langkah sebelumnya dan mencoba
untuk merevisi beberapa aspek dari pembelajaran mereka sehingga lebih
memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, jika ada
masalah pada tahap input, desainer pembelajaran akan kembali ke tahap input.
Kemudian, desainer pembelajaran akan membuat perubahan dan memulai proses
dari tahap input. Proses ini akan dilakukan sampai semua tujuan pembelajaran
dipelajari atau tercapai oleh peserta didik. Selama tahap ini, pendidik dapat
kembali ke langkah manapun terkait masalah yang terjadi.
Langkah kelima adalah tahap belajar. Tahap ini bisa dicapai apabila tahap-
tahap sebelumnya tidak mengalami kendala sehingga tercipta modus full
learning. Tahap belajar memiliki satu bagian yaitu "belajar jangka panjang".
Proses belajar melibatkan belajar penuh (full learning). Sebagai poin terakhir,
belajar jangka panjang terjadi ketika sesuatu dipraktikkan. Jika ada sesuatu yang
dipraktikkan, maka itu berarti memiliki makna bagi peserta didik. Jika peserta
didik tidak mempraktekkan pengetahuan dan pengetahuan tersebut tidak
bermakna bagi peserta didik sendiri, itu artinya guru harus pergi ke awal model,
dan melakukan hal yang sama dari awal sampai akhir. Selama proses belajar,
guru memastikan bahwa peserta didik belajar sesuai rencana pembelajaran. Jika
pada tahap ini, guru menemukan bahwa peserta didik mencapai tujuan mereka
dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat melanjutkan ke kegiatan pembelajaran
baru.
Hasil wawancara terkait pertanyaan penelitian di ranah output tentang
kemerdekaan sekolah dalam menilai hasil belajar siswa, terlihat di ketiga SMK

37
bahwa standar hasil belajar/kompetensi siswa disesuaikan dengan kompetensi
yang dibutuhkan oleh industri, indikator penilaian dibuat secara fleksibel, sesuai
kondisi dan kemampuan siswa dan kedalaman kompotensi yang dipelajari.
Dalam Ujian Sekolah Tingkat Satuan Pendidikan (USTSP) pengganti USBN,
ujian untuk menilai kompetensi siswa dilakukan dalam bentuk tes tulis dan
praktik (UKK/LSP P1), kisi-kisi soal tes tulis sepenuhnya dibuat oleh guru mapel
dalam satuan pendidikan dengan mengacu kebutuhan kompetensi yang
dibutuhkan industri. Dalam konsep merdeka belajar, USTSP ini membuat Guru
menjadi lebih merdeka dalam mengajar dan melakukan asesmen siswa. Guru
dapat melakukan asesmen yang lebih sesuai untuk kebutuhan siswa dan situasi
kelas/sekolahnya. Hal ini juga mendorong guru untuk terus mengembangkan
kompetensi profesionalnya, terutama terkait asesmen siswa. Kebijakan baru ini
membutuhkan peningkatan kompetensi pedagogi dan profesional guru dalam
membuat asesmen siswa yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar pada kurikulum SMK sudah berjalan
optimal pada ekosistem pendidikan pada proses input, proses dan output dimana
guru mendapat perhatian untuk meningkatkan kompetensi pedagogi dan
profesionalnya melalui magang/pelatihan di industri, penyusunan kurikulum yang
fleksibel dengan melakukan sinkronisasi dengan industri dan sistem penilaian
yang merdeka dalam proses pembelajaran dan hasil belajar. Merdeka belajar juga
menjadi solusi dari beban birokrasi pendidikan yang berbelit dengan empat
pokok kebijakan antara lain USBN diganti dengan AKM, penghapusan UN,
penyederhanaan RPP dan PPDB Zonasi yang lebih fleksibel. Bentuk
kemerdekaan di SMK adalah kebebasan berinovasi dalam mendesain sistem
pembelajaran yang dimulai dari analisis kebutuhan kompetensi industri yang
bertujuan meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan lulusan SMK agar dapat
terserap ke dunia kerja.
2.2.Kendala Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar
Kendala yang dihadapi ketiga SMK dalam penerapan merdeka belajar yakni
(1) Pemenuhan kompetensi industri memerlukan peningkatan kompetensi guru
yang terprogram; (2) Guru belum mempunyai pengalaman yang sukses dalam
penerapan ketrampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan

38
dilakukan; (3) Perubahan standar kompetensi industri yang dinamis memerlukan
pengembangan kurikulum yang berkelanjutan; (4) Kesulitan memfasilitasi
pembelajaran pada siswa dengan efektif sesuai dengan budaya industri; (5)
Kompetensi yang dibutuhkan industri berbeda-beda dan berubah-ubah secara
dinamis mengikuti pasar dan pemenuhan sarana praktik serta kompetensi guru
membutuhkan biaya dan waktu yang besar dan lama.
Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan
komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses
belajar mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Manajemen
sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan
prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan
berarti pada jalannya proses pendidikan. Pada pemenuhan sarana prasarana
praktik, kebijakan sekolah di SMKN 1 Singosari tidak bisa seleluasa di SMK
Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan SMK Turen. SMKN Singosari sebagai
lembaga negeri sumber dana sekolah diperoleh dari bantuan pemerintah berupa
dana BOS, BPOPP dan sumbangan komite dari wali murid yang besarannya
dibatasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, sedangkan di SMK
Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan SMK Turen, apabila sekolah merasa tidak
tercukupi dari sumber dana dari pemerintah, sekolah bisa membuat suatu
perencanaan dengan mengajukan proposal kegiatan dana yang ditujukan yayasan,
apabila yayasan merasa kegiatan itu perlu untuk dilaksanakan, maka yayasan
akan menyetujui dan dana akan cair. SMK swasta saat memiliki kemampuan
lebih baik dalam peningkatan mutu pendidikan khusunya untuk pemenuhan
sarana prasarana praktik.
2.3.Upaya yang Ditempuh Untuk Mengatasi Berbagai permasalahan
Upaya yang ditempuh ketiga SMK untuk mengatasi kendala dalam penerapan
kebijakan merdeka belajar yakni (1) Membuat kesepakatan kerjasama antara
SMK dengan industri; (2) Mengembangkan metode pembelajaran dengan nuansa
kerja sesuai dengan nuansa kerja di perusahaan; (3) Dialog dengan industri untuk
penyusunan kurikulum; (4) Meningkatkan kompetensi guru yang diperlukan
dalam konteks pemenuhan harapan industri. Kesepakatan kerjasama dengan
industri dibutuhkan kesepahaman visi misi sekolah dengan industri, peran kepala

39
sekolah sangat besar dalam hal ini, harus bisa meyakinkan industri tentang
keberlanjutan kerjasama yang akan dilakukan, profil SMK dan track record
sekolah menjadi salah satu pertimbangan industri untuk menjalin kerjasama,
diperlukan personal incharge yang setiap saat bisa memenuhi kebutuhan industri
yang terkadang harus terpenuhi diluar jam kerja, mengingat budaya industri yang
dinamis dan kompetitif, komunikasi dengan industri harus terjaga tanpa terikat
dengan jam kerja,. Bentuk kerjasama tidak hanya diatas kertas MoU, harus
benar-benar riil terjadi di lapangan dan terjaga keberlangsungannya. Disisi lain
kepala sekolah juga harus bisa menjaga keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan industri dengan kebutuhan siswa sebagai pelajar, misal konsep
pelaksanaan Teaching Factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi
atas 4 model, (1) model Dual System; (2) Competency Based Training (CBT);
Production Based Education and Training (PBET); dan (4) model Teaching
Factory. Pada model keempat yakni teaching factory, dalam rangka pemenuhan
pesanan produk pada saat siswa menerima order dari industri, siswa bisa terjebak
dalam kapitalisme industri.
Pengembangan metode pembelajaran dengan nuansa kerja sesuai dengan di
perusahaan bisa menggunakan teknologi pendidikan yang semakin maju,
perkembangan teknologi otomotif bisa diikuti dalam pembelajaran menggunakan
pembelajaran berbasis video (video based learning), saat ini banyak video
animasi tentang teknologi otomotif di youtube, pemilihan media pembelajaran
berbasis video dipilih karena efektif dan efisien; merupakan pengalaman belajar
yang baru; mudah dimengerti; dan mendukung pembelajaran aktif. Video based
learning ini bisa dijadikan kearifan lokal (local wishdom) SMK untuk mengikuti
perkembangan indutri yang dinamis sambil terus berupaya memenuhi sarana
prasarana praktik sesuai dengan kondisi industri. Upaya mengatasi hambatan
penerapan merdeka belajar yang ketiga dengan mengkomunikasikan penyusunan
kurikulum dengan pihak industri, bersama-sama industri sekolah menyusun
kurikulum dengan harapan output dari SMK bisa langsung diterima di dunia
kerja, industri sebagai pemakai alumni SMK harus dilibatkan dalam penyusunan
kurikulum, agar sekolah mengetahui apa saja yang dibutuhkan industri, sekolah
bisa melakukan pemetaan kompetensi dan merumuskan profil lulusan yang tepat

40
sasaran. Pemetaan kompetensi perlu dilakukan untuk menentukan kedalaman
materi yang akan diajarkan ke siswa dari KI/KD yang sudah ditetapkan oleh
Pemerintah. Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto,
penyusunan kurikulum bersama industri ini merupakan lima syarat minimal “link
and match” pendidikan vokasi dengan industri (Denty.A., 2020)
Meningkatkan kompetensi guru yang diperlukan dalam konteks pemenuhan
harapan industri adalah upaya keempat mengatasi masalah penerapan merdeka
belajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat
terobosan baru dengan program "Pernikahan Massal" antara Pendidikan Vokasi
dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dengan meluncurkan
Program Upskilling dan Reskilling Guru SMK di Balai Besar Pengembangan
penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika
(BBPPMPV BOE) Malang. Melalui program Upskilling dan Reskilling Guru
SMK, Kemendikbud merancang kurikulum SMK yang baru, yakni lebih
sederhana dan sesuai dengan kebutuhan industri karena disusun bersama
industri. Dimana Program Upskilling adalah program untuk meningkatkan
kemampuan guru, sedangkan Reskilling adalah pelatihan kemampuan baru
bagi para guru SMK. Dalam Diklat ini, terdapat lima jenis pelatihan, mulai dari
lnstalasi Plumbing, mesin, otomotif, elektronika, bangunan dan juga terkait IT.
Program yang dijalankan ini tidak mengedepankan sains atau knowledge, akan
tetapi mengedepankan terhadap skill atau praktik langsung dilapangan guna
peningkatan kompetensi para tenaga pendidik. Presentase teoritis sebesar 30
persen dan praktik 70 persen. Penilaian terhadap peserta mencakup aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penilaian dilakukan melalui tes untuk
aspek penqetahuan, sedangkan untuk aspek sikap dan keterampilan menggunakan
instrumen non tes dan tes melalui pengamatan selama kegiatan berlangsung
(Kemendikbud, 2020b). Proses pendaftaran program ini bisa dilakukan melalui
akun Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(SIM PKB) yang dimiliki oleh guru produktif.

41
E. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Penerapan kebijakan merdeka belajar pada kurikulum SMK pada ranah input,
proses, dan output. Desain sistem pembelajaran yang dikembangkan SMKN 1
Singosari menggunakan model ADDIE, SMK Muhammadiyah 7
Gondanglegi menggunakan model Hannafin dan Peck dan SMK Turen
menggunakan pembelajaran desain model Isman. Desain sistem pembelajaran
yang dikembangkan dapat meningkatkan kebebasan SMK untuk berinovasi,
belajar dengan mandiri dan kreatif. Sekolah, guru dan siswa punya kebebasan
dalam belajar dan menyiapkan pembelajaran.
b. Hambatan penerapan merdeka belajar dari ketiga SMK meliputi (1)
Pemenuhan kompetensi industri memerlukan peningkatan kompetensi guru
yang terprogram; (2) Guru belum mempunyai pengalaman lapangan dalam
penerapan kompetensi industri; (3) Perubahan standar kompetensi industri
yang dinamis memerlukan pengembangan kurikulum yang berkelanjutan dan
pemenuhan sarana prasarana yang memadai; (4) Kesulitan memfasilitasi
pembelajaran dengan efektif sesuai dengan budaya industri;
c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dari penerapan
merdeka belajar adalah (1) Membuat program kesepakatan kerjasama antara
SMK dengan pihak Industridalama dokumen MoU; (2) Mengembangkan
metode pembelajaran yang mampu menciptakan nuansa kerja sesuai dengan
perusahaan; (3) Sinkronisasi kurikulum dengan industri rekanan untuk
penyusunan kurikulum pembelajaran otomotif; (4) Meningkatkan kompetensi
guru dalam konteks pemenuhan kompetensi industri dengan meningkatkan
kemampuan untuk memahami cara kerja peralatan teknologi baru yang setara
dengan teknologi yang digunakan di Industri.
2. Saran
Dari hasil penelitian yang di dapatkan, sebagai upaya mempertahankan
keberhasilan yang ada, berikut ini adalah beberapa saran yang penulis berikan
untuk arah perkembangan selanjutnya:

42
a. Program peningkatan kompetensi guru bisa dilaksanakan secara mandiri
melalui kerjasama dengan industri rekanan atau mengikuti diklat upskiling
pada SIM PKB yang diselenggarakan oleh pemerintah;
b. Sekolah mengirim guru untuk magang di industri secara berkelanjutan agar
mengenal budaya kerja dan peningkatan kompetensi di industri;
c. SMK melakukan sinkronisasi kurikulum dengan industri pada akhir tahun
pelajaran sebagai evaluasi kurikulum yang telah berjalan dan memetakan
kompetensi untuk menyusun kurikulum pada tahun pelajaran berikutnya
sekaligus melakukan penyesuaian sarana prasarana praktik dengan kebutuhan
industri;
d. Guru merancang proses pembelajaran dengan efektif sesuai dengan hasil
pemetaan kompetensi dengan industri dan peserta didik dilatih menggunakan
replika lingkungan belajar sesuai dengan tempat bekerjanya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, I. (2019). Pengaruh Sistem Informasi Manajamen Terhadap Peningkatan


Kualitas Pelayanan Di Pt.Jasaraharja Putra Cabang Bengkulu. Jurnal
Professional FIS UNIVED Vol.6No.1Juni 2019, 19.

Alam, S. (2020). Merdeka Belajar dan Mutu Pendidikan.


Https://Mediaindonesia.Com/Opini/311863/Merdeka-Belajar-Dan-Mutu-
Pendidikan.

Arafah, K. (2016). Evaluasi Sistem Penilaian Pembelajaran Produktif Di SMK


Negeri 4 Bantaeng. 3, 1–10.

asmad. (2013). Konsep dasar Analisis Kebijakan. Https://Ejournal.Kopertais4.or.Id,


17.

Bachri, B. S. (2012). Menyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada


Penelitian Kualitatif. Http://Yusuf.Staff.Ub.Ac.Id/Files/2012/11/Meyakinkan-
Validitas-Data-Melalui-Triangulasi-Pada-Penelitian-Kualitatif.Pdf.

Baedhowi. (2020). Pengaplikasian Pola Multi Entry-Multi Exit ( MEME ) Guna


Mendukung Konsep Merdeka Belajar di SMK. Direktorat Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, 266.

Butarbutar, poltak efrisko. (2020). Kurikulum Merdeka Belajar.


Https://Www.Kompasiana.Com/Poltakbutarbutar8687/5e6b5006097f36798e4ca
062/Kurikulum-Merdeka-Belajar.

Chahyanti, D. (2021). Pembelajaran di Era Merdeka Belajar.


Https://Www.Timesindonesia.Co.Id/Read/News/341708/Pembelajaran-Di-Era-
Merdeka-Belajar.

Denty.A., A. . (2020). Lima Syarat “Link and Match” Pendidikan Vokasi dan Dunia
Industri. Https://Www.Kemdikbud.Go.Id/Main/Blog/2020/09/Lima-Syarat-Link-
and-Match-Pendidikan-Vokasi-Dan-Dunia-Industri.

Direktorat Pembinaan SMK. (2019). Kondisi Umum Sekolah Menengah Kejuruan.


Http://Eksis.Ditpsmk.Net/Artikel/Kondisi-Umum-Sekolah-Menengah-Kejuruan.

Permendibud No. 34 Tahun 2018, 1369 (2018).

Endarta. (2014). Pembelajaran Berpusat Pada Siswa.


Https://Belajarpedagogi.Wordpress.Com/2014/05/04/Pembelajaran-Kurikulum-
2013/.

GTK, S. (2019). Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak.


Https://Gtk.Kemdikbud.Go.Id/Read-News/Mengenal-Konsep-Merdeka-Belajar-
Dan-Guru-Penggerak.

44
Hendri, N. (2020). Merdeka Belajar; Antara Retorika Dan Aplikasi.
Http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Php/e-Techr, 08 Number.
https://doi.org/10.1007/XXXXXX-XX-0000-00

Ilham, A. W. (2014). Standar Proses Pendidikan Nasional dan Penerapannya dalam


Sistem Pendidikan di Sekolah.
Https://Www.Kompasiana.Com/Arits.Ilham/54f73fffa33311590f8b47ab/Standar
-Proses-Pendidikan-Nasional-Dan-Penerapannya-Dalam-Sistem-Pendidikan-
Di-Sekolah?Page=all.

Kemendikbud. (2019). Merdeka belajar 11.

Kemendikbud. (2020a). Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan


“Merdeka Belajar.” Www.Kemdikbud.Go.Id.

Kemendikbud. (2020b). Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan


Berstandar Industri. Https://Bantuan.Simpkb.Id/Books/Simpkb-Upskill-Vokasi-
Smk/Ch01/1-1-Login-Kedalam-Simpkb.Html.

Kusumaryono, R. S. (2020). Merdeka Belajar. Https://Gtk.Kemdikbud.Go.Id/Read-


News/Merdeka-Belajar.

Maryam, S. (2020). RPP Satu Lembar dalam Merdeka Belajar.


Https://Bdksemarang.Kemenag.Go.Id/Berita/Rpp-Satu-Lembar-Dalam-
Merdeka-Belajar.

Miftah, S. (2021). Teknik Analisis Data. Https://Www.Dqlab.Id/Teknik-Analisis-


Data-Mengenal-Lebih-Dalam-Analisis-Data, 2.

Nurfuadah, R. N. (2014). Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013.


Https://News.Okezone.Com/Read/2014/12/08/65/1076314/Perbedaan-Ktsp-
Dan-Kurikulum-2013.

Permendikbud No. 22 Tahun 2020, 174 (2020).

Prabawa, D. G. A. P. (2012). Mengkaji Desain Pembelajaran Model Isman.


Https://Minio1.123dok.Com/Dt03pdf/123dok/000/103/103683.Pdf.Pdf?X-Amz-
Content-Sha256=UNSIGNED-PAYLOAD&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-Amz-
Credential=HBT28R878GBP52A279VA%2F20210701%2F%2Fs3%2Faws4_r
equest&X-Amz-Date=20210701T165013Z&X-Amz-SignedHeaders=.

Priambodo, B., & Nurfaidah, M. (2019). PPDB Sistem Zonasi Wujudkan Kelas
Heterogen. Https://Lpmpjatim.Kemdikbud.Go.Id/Site/Detailpost/Ppdb-Sistem-
Zonasi-Wujudkan-Kelas-Heterogen.

PSMK, D. (2015). Panduan Penilaian Pada SMK.


Https://Www.Google.Com/Url?Sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiHtZLIn6LxAhWEX30KHboWBO0QFjABeg

45
QIAhAF&url=https%3A%2F%2Fakhmadsudrajat.Files.Wordpress.Com%2F20
15%2F12%2Fpanduan-Penilaian-Smk.Pdf&usg=AOvVaw0M1aUB-7-
S_kYdfnQdFwSe, 103.

Sampun Adam, Nastiti Rahayu, A. nur A. (2017). Strategi Implementasi Revitalisai


SMK. 21.

Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian


Dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 166–178.
https://doi.org/10.21831/pep.v20i2.7173

Sherly, S., Dharma, E., & Sihombing, H. B. (2020). Merdeka belajar: kajian literatur.
UrbanGreen Conference Proceeding Library, 1, 183–190.

Sintia. (2021). Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.


Https://Fmipa.Unri.Ac.Id/Berita/Merdeka-Belajar-Kampus-Merdeka/.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan.

Sujarwo. (n.d.). Desain Sistem Pembelajaran.


Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/132304795/Penelitian/Desain+Pembelajara
n-Pekerti.Pdf.

Supini, E. (2020). 5 Tantangan Program Merdeka Belajar Untuk Guru.


Https://Blog.Kejarcita.Id/5-Tantangan-Program-Merdeka-Belajar-Untuk-
Guru/.

Agustian, I. (2019). Pengaruh Sistem Informasi Manajamen Terhadap Peningkatan


Kualitas Pelayanan Di Pt.Jasaraharja Putra Cabang Bengkulu. Jurnal
Professional FIS UNIVED Vol.6No.1Juni 2019, 19.

Alam, S. (2020). Merdeka Belajar dan Mutu Pendidikan.


Https://Mediaindonesia.Com/Opini/311863/Merdeka-Belajar-Dan-Mutu-
Pendidikan.

Arafah, K. (2016). Evaluasi Sistem Penilaian Pembelajaran Produktif Di SMK


Negeri 4 Bantaeng. 3, 1–10.

asmad. (2013). Konsep dasar Analisis Kebijakan. Https://Ejournal.Kopertais4.or.Id,


17.

Bachri, B. S. (2012). Menyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada


Penelitian Kualitatif. Http://Yusuf.Staff.Ub.Ac.Id/Files/2012/11/Meyakinkan-
Validitas-Data-Melalui-Triangulasi-Pada-Penelitian-Kualitatif.Pdf.

Baedhowi. (2020). Pengaplikasian Pola Multi Entry-Multi Exit ( MEME ) Guna


Mendukung Konsep Merdeka Belajar di SMK. Direktorat Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, 266.

46
Butarbutar, poltak efrisko. (2020). Kurikulum Merdeka Belajar.
Https://Www.Kompasiana.Com/Poltakbutarbutar8687/5e6b5006097f36798e4ca
062/Kurikulum-Merdeka-Belajar.

Chahyanti, D. (2021). Pembelajaran di Era Merdeka Belajar.


Https://Www.Timesindonesia.Co.Id/Read/News/341708/Pembelajaran-Di-Era-
Merdeka-Belajar.

Denty.A., A. . (2020). Lima Syarat “Link and Match” Pendidikan Vokasi dan Dunia
Industri. Https://Www.Kemdikbud.Go.Id/Main/Blog/2020/09/Lima-Syarat-Link-
and-Match-Pendidikan-Vokasi-Dan-Dunia-Industri.

Direktorat Pembinaan SMK. (2019). Kondisi Umum Sekolah Menengah Kejuruan.


Http://Eksis.Ditpsmk.Net/Artikel/Kondisi-Umum-Sekolah-Menengah-Kejuruan.

Permendibud No. 34 Tahun 2018, 1369 (2018).

Endarta. (2014). Pembelajaran Berpusat Pada Siswa.


Https://Belajarpedagogi.Wordpress.Com/2014/05/04/Pembelajaran-Kurikulum-
2013/.

GTK, S. (2019). Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak.


Https://Gtk.Kemdikbud.Go.Id/Read-News/Mengenal-Konsep-Merdeka-Belajar-
Dan-Guru-Penggerak.

Hendri, N. (2020). Merdeka Belajar; Antara Retorika Dan Aplikasi.


Http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Php/e-Techr, 08 Number.
https://doi.org/10.1007/XXXXXX-XX-0000-00

Ilham, A. W. (2014). Standar Proses Pendidikan Nasional dan Penerapannya dalam


Sistem Pendidikan di Sekolah.
Https://Www.Kompasiana.Com/Arits.Ilham/54f73fffa33311590f8b47ab/Standar
-Proses-Pendidikan-Nasional-Dan-Penerapannya-Dalam-Sistem-Pendidikan-
Di-Sekolah?Page=all.

Kemendikbud. (2019). Merdeka belajar 11.

Kemendikbud. (2020a). Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan


“Merdeka Belajar.” Www.Kemdikbud.Go.Id.

Kemendikbud. (2020b). Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan


Berstandar Industri. Https://Bantuan.Simpkb.Id/Books/Simpkb-Upskill-Vokasi-
Smk/Ch01/1-1-Login-Kedalam-Simpkb.Html.

Kusumaryono, R. S. (2020). Merdeka Belajar. Https://Gtk.Kemdikbud.Go.Id/Read-


News/Merdeka-Belajar.

Maryam, S. (2020). RPP Satu Lembar dalam Merdeka Belajar.


Https://Bdksemarang.Kemenag.Go.Id/Berita/Rpp-Satu-Lembar-Dalam-

47
Merdeka-Belajar.

Miftah, S. (2021). Teknik Analisis Data. Https://Www.Dqlab.Id/Teknik-Analisis-


Data-Mengenal-Lebih-Dalam-Analisis-Data, 2.

Nurfuadah, R. N. (2014). Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013.


Https://News.Okezone.Com/Read/2014/12/08/65/1076314/Perbedaan-Ktsp-
Dan-Kurikulum-2013.

Permendikbud No. 22 Tahun 2020, 174 (2020).

Prabawa, D. G. A. P. (2012). Mengkaji Desain Pembelajaran Model Isman.


Https://Minio1.123dok.Com/Dt03pdf/123dok/000/103/103683.Pdf.Pdf?X-Amz-
Content-Sha256=UNSIGNED-PAYLOAD&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-Amz-
Credential=HBT28R878GBP52A279VA%2F20210701%2F%2Fs3%2Faws4_r
equest&X-Amz-Date=20210701T165013Z&X-Amz-SignedHeaders=.

Priambodo, B., & Nurfaidah, M. (2019). PPDB Sistem Zonasi Wujudkan Kelas
Heterogen. Https://Lpmpjatim.Kemdikbud.Go.Id/Site/Detailpost/Ppdb-Sistem-
Zonasi-Wujudkan-Kelas-Heterogen.

PSMK, D. (2015). Panduan Penilaian Pada SMK.


Https://Www.Google.Com/Url?Sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiHtZLIn6LxAhWEX30KHboWBO0QFjABeg
QIAhAF&url=https%3A%2F%2Fakhmadsudrajat.Files.Wordpress.Com%2F20
15%2F12%2Fpanduan-Penilaian-Smk.Pdf&usg=AOvVaw0M1aUB-7-
S_kYdfnQdFwSe, 103.

Sampun Adam, Nastiti Rahayu, A. nur A. (2017). Strategi Implementasi Revitalisai


SMK. 21.

Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian


Dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 166–178.
https://doi.org/10.21831/pep.v20i2.7173

Sherly, S., Dharma, E., & Sihombing, H. B. (2020). Merdeka belajar: kajian literatur.
UrbanGreen Conference Proceeding Library, 1, 183–190.

Sintia. (2021). Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.


Https://Fmipa.Unri.Ac.Id/Berita/Merdeka-Belajar-Kampus-Merdeka/.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan.

Sujarwo. (n.d.). Desain Sistem Pembelajaran.


Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/132304795/Penelitian/Desain+Pembelajara
n-Pekerti.Pdf.

Supini, E. (2020). 5 Tantangan Program Merdeka Belajar Untuk Guru.

48
Https://Blog.Kejarcita.Id/5-Tantangan-Program-Merdeka-Belajar-Untuk-
Guru/.

49
LAMPIRAN-LAMPIRAN

50
LAMPIRAN 1:

INSTRUMEN PENELITIAN
Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK

PEDOMAN OBSERVASI
NO INDIKATOR URAIAN OBSERVASI
1. 4 Pokok Kebijakan Merdeka a. USBN
Belajar b. UN
c. RPP
d. PPDB
2. Penyusunan Kurikulum SMK a. Visi Misi
b. Profil Lulusan
c. Capaian Pembelajaran Lulusan
d. SKL
e. SKL Kompetensi Keahlian
f. Lulusan
g. Pengembangan Kurikulum
3. Desain Sistem Pembelajaran a. Rencana strategis SMK
b. Program kerja kepala sekolah
c. Sinkronisasi Kurikulum dengan Industri
d. Pemetaan kompetensi siswa
e. Silabus
f. RPP (perencanaan, proses dan penilaian
pembelajaran)
g. Sarana prasarana pembelajaran praktik

51
PEDOMAN WAWANCARA
NO INFORMAN INDIKATOR URAIAN WAWANCARA
1. Kepala SMK Input SMK 1. Bagaimana Bapak/Ibu memetakan
input SMK (siswa, guru, sarpras) agar
mempunyai kendali terhadap kondisi
kerja?
Proses 2. Bagaimana Bapak/Ibu mengelola
sumberdaya di sekolah agar proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan?
3. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan
proses pembelajaran berjalan dengan
baik sesuai tujuan pendidikan?

Output hasil belajar 4. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk


siswa SMK meningkatkan hasil belajar siswa agar
memiliki kompetensi yang di
butuhkan oleh dunia kerja
Hambatan dan upaya 5. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan
mengatasi pada kebijakan merdeka belajar di sekolah
penerapan kebijakan
merdeka belajar
2. Waka Input SMK 1. Program keunggulan apa yang
Kurikulum SMK ditawarkan sekolah sehingga siswa
mendaftar di sekolah bapak/ibu?
Proses Pembelajaran 2. Bagaimana proses membangun
budaya sekolah untuk agar guru
termotivasi dan menciptakan proses
mengajar yang lebih baik?
3. Bagaimana memastikan guru
menerapkan hasil pelatihan
peningkatan kompetensi guru?
4. Apa saja action plan dari wakasek
kurikulum untuk pembinaan
profesionalisme guru?
5. Apa saja program kurikulum untuk
mendorong budaya baca di sekolah?
6. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan
semua guru merdeka dalam proses
pembelajaran sebelum dan saat
pandemi covid 19?
7. Apa program bapak/Ibu untuk
menciptakan lingkungan
pembelajaran yang lebih baik?

52
Output hasil belajar 8. Apakah kebijakan merdeka belajar
siswa SMK memfasilitasi penerapan kurikulum
SMK dengan tercapainya standar
kompetensi lulusan?
9. Bagaimana sekolah memfasilitasi
guru dan siswa untuk belajar di rumah
pada saat pandemi covid-19?
Hambatan dan upaya 10. Apa yang menjadi hambatan dan
mengatasi pada upaya mengatasinya pada penerapan
penerapan kebijakan kebijakan merdeka belajar di sekolah
merdeka belajar Bapak/Ibu?
3. Guru Produktif Input SMK 1. Bagaimana proses memetakan
TKRO karakteristik siswa pada kelas yang
heterogen?
2. Bagaimana mengkolaborasikan
kemampuan/karakteristik siswa pada
kelas yang heterogen?
Proses Pembelajaran 3. Bagaimana proses perencanaan
pelaksanaan pembelajaran daring
untuk kompetensi di ranah
psikomotorik?
4. Bagaimana proses pelaksanaan
pembelajaran mapel produktif untuk
mencapai kompetensi pada ranah
psikomotorik?
5. Bagaimana melakukan evaluasi
pembelajaran pada kompetensi ranah
psikomotorik?
Output hasil belajar 6. Apa bentuk asesmen dari ranah
siswa SMK psikomotorik dalam US tahun 2021?
Hambatan dan upaya 7. Apa yang menjadi hambatan pada saat
mengatasi pada memetakan karakteristik siswa selama
penerapan kebijakan proses pembelajaran mulai dari
merdeka belajar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran?
8. Bagaimana upaya Bapak/Ibu
mengatasi hambatan yang terjadi
dalam memetakan karakteristik siswa
dalam proses pembelajaran?

53
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Data tentang rencana strategis SMK (arah kebijakan)
2. Data tentang visi, misi dan tujuan SMK
3. Data tentang dokumen kurikulum (buku 1)
4. Data tentang program kerja SMK (kepala sekolah dan waka kurikulum)
5. Data tentang RPP

54
Lampiran 2:

REVIEW INFORMAN

INFORMAN
NO SMK
KEPALA SEKOLAH WAKA KURIKULUM GURU PRODUKTIF TKR

1 SMKN SINGOSARI MALANG

PPDB zonasi menghasilkan kelas yang


Guru melakukan pemetaan kompetensi siswa
heterogen, peningkatan kompetensi siswa perlu
Workshop pemetaan kompetensi bersama di awal tahun pelajaran untuk menentukan
a. Input ditunjang dengan sarpras yang sesuai dengan
industri rekanan indikator keberhasilan siswa dalam
kondisi industri dan peningkatan kompetensi
menguasai kompetensi
guru

Bebas berekpresi menentukan strategi,


Mengorganisasikan semua potensi dari Melakukan pengembangan kurikulum
b. Proses metode mengajar dan jenis asesmen sesuai
komponen yang ada di sekolah sesuai tupoksi bersama industri dengan memetakan
pembelajaran dengan hasil pemetaan siswa, pembelajaran
masing-masing komponen kompetensi yang dibutuhkan di industri
yang kontekstual dengan kondisi industri

Menjaga dan memastikan penyelengaraan


Memberikan kemanfaatan yang nyata bagi
pendidikan sesuai dengan yang direncanakan Kesesuaian kompetensi yang diajarkan ke
c. Output siswa dengan penguasaan kompetensi yang
dengan peningkatan kompetensi guru melalui siswa dengan industri rekanan
sesuai dengan industri
TOT/magang ke industri

d. Hambatan Petunjuk teknis tentang penerapan merdeka Dialog dengan industri untuk penyusunan Pemenuhan kompetensi industri memerlukan
kebijakan belajar belum ada, sekolah menerjemahkan kurikulum peningkatan kompetensi guru dan sarpras
merdeka belajar sendiri penerapan merdeka belajar yang sesuai dengan industri
Mengembangkan metode pembelajaran Meningkatkan kompetensi guru yang
e. Upaya yang di Membuat kesepakatan kerjasama antara SMK
dengan nuansa kerja sesuai dengan di diperlukan dalam konteks pemenuhan
tempuh dengan industri;
perusahaan; kebutuhan industri.

2 SMK MUHAMMADIYAH 7 GONDANGLEGI MALANG

Standarisasi sarana prasarana dengan Melakukan singkronisasi kurikulum sesuai Guru melakukan pemetaan kompetensi siswa
a. Input
industri dan peningkatan kompetensi guru IDUKA di awal tahun pelajaran

Membuat dokumen kurikulum berisi tentang Bebas berekpresi menentukan strategi,


b. Proses Meningkatkan kompetensi pedagogi dan visi misi sekolah, profil lulusan dan standar metode mengajar dan jenis asesmen sesuai
Pembelajaran profesional guru dengan pelatihan dan magang kelulusan, membuat jurnal mengajar dan dengan hasil pemetaan siswa dan kompetensi
penggunaan modul yang dibutuhkan industri

Merdeka belajar menjadikan lebih kreatif Standar Kompetensi Lulusan disesuaikan Membekali siswa dengan kompetensi dan
c. Output
dalam pengembangan kurikulum dengan standar IDUKA budaya industri

Guru telah mempunyai pengalaman yang sukses


d. Hambatan Perubahan standar kompetensi IDUKA yang Perkembangan indutri yang dinamis
dalam penerapan ketrampilan dan pengetahuan
kebijakan dinamis memerlukan pengembangan memerlukan peningkatan kompetensi guru
pada operasi dan proses kerja yang akan
merdeka belajar kurikulum yang berkelanjutan yang terprogram
dilakukan

Mengembangkan metode pembelajaran Meningkatkan kompetensi guru yang


e. Upaya yang di Membuat kesepakatan kerjasama antara SMK
dengan nuansa kerja sesuai dengan di diperlukan dalam konteks pemenuhan
tempuh dengan industri;
perusahaan kebutuhan industri.

3 SMK TUREN MALANG

55
Pemetaan karakter siswa dengan
Meningkatkan kompetensi guru dan kesesuaian menggali informasi/latar belakang siswa
a. Input Singkronisasi kurikulum dengan industri
sarpras dengan standar industri dan pengamatan langsung selama proses
pembelajaran.
Membuat dokumen kurikulum berisi tentang Penguasaan kompetensi siswa di
b. Proses Memberdayakan potensi sekolah yang ada untuk visi misi sekolah, profil lulusan dan standar
pembelajaran menghasilkan lulusan yang berhasil guna kelulusan, membuat jurnal mengajar dan
sesuaikan dengan sarpras dan kebutuhan
penggunaan modul industri

Fleksible menentukan Profil lulusan dan SKL Peningkatan kompetensi siswa dengan
Peningkatan kompetensi guru dan siswa serta
c. Output berdasarkan singkronisasi kurikulum dengan melaksanakan asesmen dalam bentuk USP,
kesesuaian sarpras dengan standar industri
DU/DI UKK, dan LSP P1

d. Hambatan Kompetensi yang dibutuhkan DU/DI Update sarpras dan kompetensi guru
Kesulitan memfasilitasi pembelajaran pada siswa
kebijakan
dengan efektif sesuai dengan budaya industri
berbeda-beda dan berubah-ubah secara membutuhkan biaya dan waktu yang besar
merdeka belajar dinamis mengikuti pasar dan lama

Mengembangkan metode pembelajaran Meningkatkan kompetensi guru yang


e. Upaya yang di Membuat kesepakatan kerjasama antara SMK
dengan nuansa kerja sesuai dengan di diperlukan dalam konteks pemenuhan
tempuh dengan industri;
perusahaan; kebutuhan industri.

56
Lampiran 3

CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 23 April 2021


Jam : 09.00 WIB
Lokasi : SMKN 1 Singosari
Sumber Data : Kepala Sekolah

1. Bagaimana Bapak/Ibu memetakan input SMK (siswa, guru, sarpras) agar


mempunyai kendali terhadap kondisi kerja?
Jawaban:
PPDB zonasi menghasilkan kelas yang heterogen, peningkatan kompetensi siswa
perlu ditunjang dengan sarpras yang sesuai dengan kondisi industri dan
peningkatan kompetensi guru

2. Bagaimana Bapak/Ibu mengelola sumberdaya di sekolah agar proses


pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan?
Jawaban:
Mengorganisasikan semua potensi dari komponen yang ada di sekolah sesuai
tupoksi masing-masing komponen

3. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan proses pembelajaran berjalan dengan baik


sesuai tujuan pendidikan?
Jawaban:
Melalui supervisi guru oleh kepala sekolah dan PKG

4. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar
memiliki kompetensi yang di butuhkan oleh dunia kerja?
Jawaban:
Menjaga dan memastikan penyelengaraan pendidikan sesuai yang direncanakan
dengan peningkatan kompetensi guru melalui TOT/magang ke industri

5. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan kebijakan merdeka belajar di sekolah?


Jawaban:
Petunjuk teknis tentang penerapan merdeka belajar belum ada, sekolah
menerjemahkan sendiri penerapan merdeka belajar
CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 23 April 2021


Jam : 10.00 WIB
Lokasi : SMKN 1 Singosari
Sumber Data : Waka Kurikulum

1. Program keunggulan apa yang ditawarkan sekolah sehingga siswa mendaftar di


sekolah bapak/ibu?
Jawaban:
Program keunggulan di sekolah kami diantaranya adalah kerjasama dengan pihak
DU/DI (dunia usaha/dunia industri), menggunakan kurikulum industri dengan
membuka kelas industri dan pemenuhan Sarana Prasarana yang menyerupai
budaya industri
2. Bagaimana proses membangun budaya sekolah untuk agar guru termotivasi dan
menciptakan proses mengajar yang lebih baik?
Jawaban:
Sekolah kami secara periodik mengirimkan guru-guru produktif untuk
melaksanakan TOT (Trainer Of Training) ke perusahaan rekanan guna
mempelajari teknologi dan budaya industri, serta melakukan penyelarasan
kurikulum dan standarisasi sarana prasarana dengan industri, karena
pembelajaran yang berbasis budaya industri akan lebih mudah jika sarana
prasarana praktik terpenuhi

3. Bagaimana memastikan guru menerapkan hasil pelatihan peningkatan


kompetensi guru?
Jawaban:
Waka kurikulum melakukan pemantauan hasil kompetensi siswa melalui jurnal
pembelajaran dan supervisi guru oleh kepala sekolah
4. Apa saja action plan dari wakasek kurikulum untuk pembinaan profesionalisme
guru?
Jawaban:
Sekolah melaksanakan workshop sinkronisasi kurikulum, dimana setiap jurusan
melakukan pemetaan kompetensi dengan industri dan melaksanakan sertifikasi
kompetensi keahlian oleh industri melalui supervisi eksternal
5. Apa saja program kurikulum untuk mendorong budaya baca di sekolah?
Jawaban:
Budaya literasi dilaksanakan dengan memberi waktu 7 sampai dengan 10 menit
sebelum proses pembelajaran dengan membaca apapun yang ada di depan siswa
kemudian dilakukan diskusi dari proses literasi yang dilakukan dan melakukan
modernisasi perpustakaan dengan buku elektronik dan menambah koleksi buku
manual menuju digital library.

58
6. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan semua guru merdeka dalam proses
pembelajaran sebelum dan saat pandemi covid 19?
Jawaban:
Waka kurikulum melakukan pantauan dari E-jurnal dengan dokumentasi aktivitas
siswa, monitoring perangkat pembelajaran, mengikuti pembelajaran di semua
kelas di Google classroom
7. Apa program Bapak/Ibu untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih
baik?
Jawaban:
Sekolah menggunakan Sistem Informasi Sekolah/berbasis online, pantauan
proses pembelajaran dengan melibatkan orangtua/wali, melaksanakan PKG
(Penilaian Kinerja Guru) setiap satu tahun sekali dan pemenuhan sarana
prasarana pembelajaran
8. Apakah kebijakan merdeka belajar memfasilitasi penerapan kurikulum SMK
dengan tercapainya standar kompetensi lulusan?
Jawaban:
Kebijakan Merdeka belajar menjadikan sekolah lebih kreatif dalam
pengembangan kurikulum menyesuaikan kebutuhan industri, memudahkan untuk
memodifikasi desain sistem pembelajaran sesuai kompetensi industri dan standar
kompetensi lulusan
9. Bagaimana sekolah memfasilitasi guru dan siswa untuk belajar di rumah pada
saat pandemi covid-19?
Jawaban:
Sekolah menggunakan media teknologi pembelajaran yang fleksibel sehingga
dapat diakses oleh semua siswa dalam proses pembelajaran daring, memberikan
kuota tambahan kepada siswa untuk digunakan mengakses pembelajaran PJJ,
memberikan tambahan bandwicht pada koneksi internet di sekolah dan
menambah sarana pendukung untuk pembelajaran online
10. Apa yang menjadi hambatan dan upaya mengatasinya pada penerapan kebijakan
merdeka belajar di sekolah Bapak/Ibu?
Jawaban:
Masih ada guru yang gagap teknologi, penerapan budaya industri terkendala
sarana prasarana yang tidak standar dengan industri dan perubahan kompetensi
industri yang dinamis membutuhkan pengembangan kurikulum yang terus
menerus. Upaya yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan tersebut
dengan melakukan workshop peningkatan kompetensi guru bersama-sama
dengan industri rekanan

59
CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 23 April 2021


Jam : 13.00 WIB
Lokasi : SMKN 1 Singosari
Sumber Data : Guru Produktif TKRO

1. Bagaimana proses memetakan karakteristik siswa pada kelas yang heterogen?


Jawaban:
Pertama, pada saat pertama kali masuk seorang guru harus menggali
informasi/latar belakang siswa tersebut, dengan memberi tugas siswa untuk
membuat essay tentang profil dan kompetensi yang ingin dicapai dalam
pembelajaran. Kedua, karakter siswa akan terlihat sejalan dengan dilakukannya
pembelajaran, disitulah guru dapat memetakan karakter dari masing-masing
siswa.

2. Bagaimana mengkolaborasikan kemampuan/karakteristik siswa pada kelas yang


heterogen?
Jawaban:
Pada saat pemberian tugas dalam proses pembelajaran, guru membuat kelompok
belajar dimana dalam satu kelompok terdapat beberapa siswa yang memiliki
karakter yang berbeda, dengan tujuan melatih team work dan kekompakan.

3. Bagaimana proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran daring untuk


kompetensi di ranah psikomotorik?
Jawaban:
Untuk guru produktif TKRO yang notabennya adalah menggunakan peralatan
khusus dan tidak dimiliki siswa dirumah, pembelajaran daring di mata pelajaran
produktif hanya untuk menguatkan sisi kognitif siswa, untuk ranah psikomotorik
tetap dilaksanakan pembelajaran tatap muka dengan protokol yang ketat, dimana
wajib memakai masker, hand sanitizer, dan dalam 1 kelas hanya diisi ¼ dari
jumlah siswa 1 kelas

4. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran mapel produktif untuk mencapai


kompetensi pada ranah psikomotorik?
Jawaban:
Rasio perbandingan antara teori dan praktik adalah sekitar 30:70, dimana praktik
harus lebih banyak dilakukan daripada sekedar teori. Semakin banyak jam
terbang siswa untuk praktik, semakin baik pula ranah psikomotoriknya

60
5. Bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran pada kompetensi ranah
psikomotorik?
Jawaban:
Evaluasi pembelajaran praktik menggunakan rubrik penilaian untuk memetakan
kemampuan siswa, proses penilaian menggunakan penugasan kinerja, portofolio
dan proyek dan hasil penilaian digunakan untuk merencanakan strategi
pembelajaran untuk 1 tahun kedepan.

6. Apa bentuk asesmen dari ranah psikomotorik dalam US tahun 2021?


Jawaban:
Penilaian dilakukan pada kelas XII melalui 2 kali ujian praktik, pertama adalah
UKK, dan yang kedua adalah melakukan asesmen yang diselenggarakan pihak
LSP P1 SMK

7. Apa yang menjadi hambatan pada saat memetakan karakteristik siswa selama
proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran?
Jawaban:
Untuk saat ini, di masa pandemi ini seorang guru memang merasakan kesulitan
dalam melakukan pemetaan karakteristik siswa, dikarenakan kurangnya interaksi
tatap muka, sehingga pembelajaran dirasa kurang maksimal

8. Bagaimana upaya Bapak/Ibu mengatasi hambatan yang terjadi dalam memetakan


karakteristik siswa dalam proses pembelajaran?
Jawaban:
Memalui pendekatan secara personal membuat seorang guru dapat lebih
mengenal karakter siswa, akan tetapi hal tersebut memang akan memakan waktu
lebih banyak. Terkadang ada siswa yang terlalu malu, sehingga seorang guru
harus memanggil secara personal untuk menggali informasi tentang karakter
siswa tersebut

61
Lampiran 4

CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 30 April 2021


Jam : 09.00 WIB
Lokasi : SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi
Sumber Data : Kepala Sekolah

1. Bagaimana Bapak/Ibu memetakan input SMK (siswa, guru, sarpras) agar


mempunyai kendali terhadap kondisi kerja?
Jawaban:
Melaksanakan sistem manajemen sekolah (MBS) untuk meningkatkan partisipasi
ekosistem pendidikan dan secara periodik melakukan peningkatan kompetensi
guru melalui magang serta penyesuaian sarpras dengan kondisi industri.

2. Bagaimana Bapak/Ibu mengelola sumberdaya di sekolah agar proses


pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan?
Jawaban:
Mengorganisasikan semua potensi dari komponen yang ada di sekolah sesuai
tupoksi masing-masing komponen dengan melaksanakan evaluasi setiap enam
bulan sekali.

3. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan proses pembelajaran berjalan dengan baik


sesuai tujuan pendidikan?
Jawaban:
Melalui supervisi wakil kepala sekolah, ketua jurusan dan guru oleh kepala
sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan penyesuaian kecukupan
sarana praktik

4. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar
memiliki kompetensi yang di butuhkan oleh dunia kerja?
Jawaban:
Menjaga dan memastikan penyelengaraan pendidikan sesuai yang direncanakan
dengan peningkatan kompetensi guru melalui TOT/magang ke industri dan
menerapkan manajemen bengkel yang efektif untuk memastikan kecukupan alat
dan bahan praktik.

5. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan kebijakan merdeka belajar di sekolah?


Jawaban:
Memberdayakan dan memaksimalkan semua ekosistem sekolah dengan
meningkatkan koordinasi dan evaluasi sesuai dengan tupoksi masing-masing.

62
CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 30 April 2021


Jam : 10.00 WIB
Lokasi : SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi
Sumber Data : Waka Kurikulum

11. Program keunggulan apa yang ditawarkan sekolah sehingga siswa mendaftar di
sekolah bapak/ibu?
Jawaban:
Program keunggulan di sekolah kami diantaranya adalah program Bursa Kerja
Khusus dengan menyalurkan 86% lulusan bekerja di berbagai bidang, Kerjasama
dengan IDUKA (industri dan dunia kerja), menggunakan Kurikulum Industri dan
Sarana Prasarana yang menyerupai kondisi di industri
12. Bagaimana proses membangun budaya sekolah untuk agar guru termotivasi dan
menciptakan proses mengajar yang lebih baik?
Jawaban:
Sekolah kami secara terus menurus melakukan penyelarasan dengan budaya
Industri, standarisasi sarana prasarana dengan industri, melaksanakan magang
guru di Industri, diklat guru di industry serta sertifikasi profesi industri

13. Bagaimana memastikan guru menerapkan hasil pelatihan peningkatan


kompetensi guru?
Jawaban:
Secara periodik waka kurikulum melakukan pemantauan hasil kompetensi siswa
melalui jurnal pembelajaran teori maupun praktek, jurnal penggunaan modul,
supervisi internal, supervisi eksternal (industri) dan sertifikasi berkelanjutan
14. Apa saja action plan dari wakasek kurikulum untuk pembinaan profesionalisme
guru?
Jawaban:
Sekolah melaksanakan diklat kurikulum, magang guru, mendatangkan guru tamu
industri pada pembelajaran di kelas, dan sertifikasi kompetensi keahlian oleh
industri
15. Apa saja program kurikulum untuk mendorong budaya baca di sekolah?
Jawaban:
Budaya literasi dilaksanakan melalui penggunaan buku panduan di perpustakaan,
pembuatan iklan di mading sekolah, mengadakan lomba literasi, duta literasi,
melengkapi perpustakaan di setiap program studi, pembuatan tugas akhir dalam
pross penilaian kompetensi, penggunaan E-Book dan E-Learning dalam proses
pembelajaran dan memulai pembelajaran dengan membaca Al-Qur’an.
16. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan semua guru merdeka dalam proses
pembelajaran sebelum dan saat pandemi covid 19?

63
Jawaban:
Waka kurikulum melakukan pantauan dari E-jurnal dengan dokumentasi aktivitas
siswa, monitoring perangkat pembelajaran, mengikuti pembelajaran di semua
kelas di Google classroom, dan melakukan FGD dengan guru produktif
17. Apa program Bapak/Ibu untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih
baik?
Jawaban:
Sekolah menggunakan Sistem Informasi Sekolah/berbasis online, pantauan
proses pembelajaran dengan melibatkan orangtua/wali, melaksanakan PKG
(Penilaian Kinerja Guru) setiap satu tahun sekali, pemenuhan sarana prasarana
pembelajaran dan menggalakkan FGD
18. Apakah kebijakan merdeka belajar memfasilitasi penerapan kurikulum SMK
dengan tercapainya standar kompetensi lulusan?
Jawaban:
Kebijakan Merdeka belajar menjadikan sekolah lebih Kreatif dalam
pengembangan kurikulum, merdeka belajar memberikan kemudahan untuk
memodifikasi pembelajaran sesuai kompetensi IDUKA, Pengembangan
Kurikulum mudah menyesuaikan dengan kebutuhan IDUKA, dan Standar
Kompetensi Lulusan disesuaikan dengan standar Iduka
19. Bagaimana sekolah memfasilitasi guru dan siswa untuk belajar di rumah pada
saat pandemi covid-19?
Jawaban:
Sekolah menggunakan media IT yang fleksibel yang dapat diakses oleh semua
siswa dalam proses pembelajaran daring, memberikan kuota tambahan kepada
siswa untuk digunakan mengakses pembelajaran PJJ, memberikan tambahan
bandwicht pada koneksi internet di sekolah, menambah sarana pendukung untuk
pembelajaran online, dan pembuatan sistem informasi manejemen dalam
pembelajran online
20. Apa yang menjadi hambatan dan upaya mengatasinya pada penerapan kebijakan
merdeka belajar di sekolah Bapak/Ibu?
Jawaban:
Beberapa guru masih gagap teknologi, sarana prasarana yang tidak standar
dengan IDUKA, daerah tempat tinggal siswa yang berada di daerah pelosok dan
perbedaan kurikulum dengan standar IDUKA. Upaya yang dilakukan sekolah
untuk mengatasi hambatan tersebut dengan melakukan mengembangkan metode
pembelajaran dengan nuansa kerja sesuai dengan di perusahaan

64
CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 30 April 2021


Jam : 13.00 WIB
Lokasi : SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi
Sumber Data : Guru Produktif TKRO

1. Bagaimana proses memetakan karakteristik siswa pada kelas yang heterogen?


Jawaban:
Melakukan pendekatan personal dan melakukan identifikasi kebutuhan siswa
melalui profil dan biodata siswa.

2. Bagaimana mengkolaborasikan kemampuan/karakteristik siswa pada kelas yang


heterogen?
Jawaban:
Membentuk kelompok belajar yang terdiri berbagai macam karakter siswa
dengan kemampuan akademik yang bervariasi pada setiap kelompok untuk
melatih komunikasi dan kekompakan kelompok.

3. Bagaimana proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran daring untuk


kompetensi di ranah psikomotorik?
Jawaban:
Pada masa pandemi, pembelajaran praktik teteap dilaksankan secara tatap muka
dengan pembatasan siswa yang masuk sejumlah ½ dari jumlah kelas dan
penerapan protokoler kesehatan yang ketat sesuai dengan instruksi satgas covid.

4. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran mapel produktif untuk mencapai


kompetensi pada ranah psikomotorik?
Jawaban:
Rasio pembelajran praktik lebih besar dari teori sebesar 70:30, dimana praktik
harus lebih banyak dilakukan daripada sekedar teori. Karena ranah psikomotorik
memerlukan pembiasaan untuk menambah pengalaman praktik.

5. Bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran pada kompetensi ranah


psikomotorik?
Jawaban:
Evaluasi pembelajaran praktik menggunakan rubrik penilaian untuk memetakan
kemampuan siswa, proses penilaian menggunakan penugasan kinerja, portofolio
dan proyek dan hasil penilaian digunakan untuk merencanakan strategi
pembelajaran.

65
6. Apa bentuk asesmen dari ranah psikomotorik dalam US tahun 2021?
Jawaban:
Di sekolah kami khususnya kelas XII menggunakan 2 kali penilaian praktik,
melalui uji kompetensi keahlian (UKK) dan melakukan asesmen yang
diselenggarakan pihak LSP P1 SMK

7. Apa yang menjadi hambatan pada saat memetakan karakteristik siswa selama
proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran?
Jawaban:
kurangnya pembelajaran tatap muka, sehingga pendekatan personal pada siswa
kurang maksimal

8. Bagaimana upaya Bapak/Ibu mengatasi hambatan yang terjadi dalam memetakan


karakteristik siswa dalam proses pembelajaran?
Jawaban:
Memalui penugasan berbentuk proyek dan portofolio untuk lebih mengenali
karakteristik dan kemampuan siswa, dan pendekatan secara personal pada saat
melakukan pembelajaran praktik.

66
Lampiran 5:

CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 07 Mei 2021


Jam : 09.00 WIB
Lokasi : SMK Turen
Sumber Data : Kepala Sekolah

1. Bagaimana Bapak/Ibu memetakan input SMK (siswa, guru, sarpras) agar


mempunyai kendali terhadap kondisi kerja?
Jawaban:
Melalui penguatan tupoksi setiap penanggung jawab unit tugas di sekolah dan
peningkatan kompetensi guru melalui magang dan pelatihan di industri.
Peningkatan kompetensi siswa perlu ditunjang dengan sarpras yang sesuai
dengan kondisi industri

2. Bagaimana Bapak/Ibu mengelola sumberdaya di sekolah agar proses


pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan?
Jawaban:
Mengorganisasikan semua potensi dari komponen yang ada di sekolah sesuai
tupoksi masing-masing komponen

3. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan proses pembelajaran berjalan dengan baik


sesuai tujuan pendidikan?
Jawaban:
Menggunakan instrumen supervisi guru oleh kepala sekolah dan rapat tinjauan
manajemen setiap 6 bulan sekali

4. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar
memiliki kompetensi yang di butuhkan oleh dunia kerja?
Jawaban:
Peningkatan kompetensi profesional guru dengan magang ke industri dan
peningkatan kemampuan pedagogi melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan
oleh pemerintah

5. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan kebijakan merdeka belajar di sekolah?


Jawaban:
Melibatkan semua ekosistem pendidikan di sekolah untuk mendesain sistem
pembelajaran dan mendorong guru untuk berinovasi dan meningkatkan kreatifitas dalam
menyiapkan pembelajaran

67
CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 07 Mei 2021


Jam : 10.00 WIB
Lokasi : SMK Turen
Sumber Data : Waka Kurikulum

1. Program keunggulan apa yang ditawarkan sekolah sehingga siswa mendaftar di


sekolah bapak/ibu?
Jawaban:
Program keunggulan di sekolah kami diantaranya adalah penyaluran alumni ke
industri dengan kerjasama dalam proses rekrutmen tenaga kerja, Kerjasama
dengan industri dalam pengembangan kurikulum industri dan pemenuhan sarana
prasarana yang menyerupai kondisi di industri
2. Bagaimana proses membangun budaya sekolah untuk agar guru termotivasi dan
menciptakan proses mengajar yang lebih baik?
Jawaban:
Sekolah secara terus menurus melakukan penyelarasan dengan budaya Industri,
standarisasi sarana prasarana dengan industri, melaksanakan magang guru di
Industri, diklat guru di industri serta sertifikasi profesi industri

3. Bagaimana memastikan guru menerapkan hasil pelatihan peningkatan


kompetensi guru?
Jawaban:
Waka kurikulum melakukan pemantauan hasil kompetensi siswa melalui jurnal
pembelajaran, penggunaan modul, supervisi internal,
4. Apa saja action plan dari wakasek kurikulum untuk pembinaan profesionalisme
guru?
Jawaban:
Melaksanakan workshop kurikulum, mendatangkan guru tamu dari industri pada
pembelajaran praktik
5. Apa saja program kurikulum untuk mendorong budaya baca di sekolah?
Jawaban:
Budaya literasi dilaksanakan melalui pembiasaan membaca apa saja yang di
bawa siswa sebelum memulai pelajaran.
6. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan semua guru merdeka dalam proses
pembelajaran sebelum dan saat pandemi covid 19?
Jawaban:
Waka kurikulum melakukan pemantauan aktivitas siswa, monitoring perangkat
pembelajaran, dan memberikan kebebasan guru dalam merancang proses
pembelajaran dan penilaian hasil belajar

68
7. Apa program Bapak/Ibu untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih
baik?
Jawaban:
Sekolah menggunakan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam sistem
administrasi sekolah (SAS), untuk meningkatkan keterlibatan orangtua/wali
dalam proses pembelajaran, dan pemenuhan sarana prasarana pembelajaran.
8. Apakah kebijakan merdeka belajar memfasilitasi penerapan kurikulum SMK
dengan tercapainya standar kompetensi lulusan?
Jawaban:
Merdeka belajar menjadikan sekolah lebih leluasa dalam pengembangan
kurikulum, merdeka belajar memberikan kemudahan untuk memodifikasi desain
sistem pembelajaran sesuai kompetensi industri
9. Bagaimana sekolah memfasilitasi guru dan siswa untuk belajar di rumah pada
saat pandemi covid-19?
Jawaban:
Sekolah menggunakan media IT yang fleksibel yang dapat diakses oleh semua
siswa dalam proses pembelajaran daring, memberikan kuota tambahan kepada
siswa untuk digunakan mengakses pembelajaran PJJ.
10. Apa yang menjadi hambatan dan upaya mengatasinya pada penerapan kebijakan
merdeka belajar di sekolah Bapak/Ibu?
Jawaban:
Sarana prasarana yang tidak standar belum standar isndustri dan perbedaan
kurikulum dengan standar industri. Upaya yang dilakukan sekolah untuk
mengatasi hambatan tersebut dengan meningkatkan kompetensi guru yang
diperlukan dalam konteks pemenuhan kebutuhan industri

69
CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/Tanggal : Jumat, 07 Mei 2021


Jam : 13.00 WIB
Lokasi : SMK Turen
Sumber Data : Guru Produktif TKRO

1. Bagaimana proses memetakan karakteristik siswa pada kelas yang heterogen?


Jawaban:
Pertama, pada saat pertama kali masuk seorang guru harus menggali
informasi/latar belakang siswa tersebut, dengan cara siswa diberikan kesempatan
untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Kedua, karakter siswa akan terlihat
sejalan dengan dilakukannya pembelajaran, disitulah guru dapat memetakan
karakter dari masing-masing siswa.

2. Bagaimana mengkolaborasikan kemampuan/karakteristik siswa pada kelas yang


heterogen?
Jawaban:
Pada saat pemberian tugas kelompok seorang guru dapat membagi siswa-
siswanya yang akan dijadikan dalam satu kelompok, diusahakan dalam satu
kelompok terdapat beberapa siswa yang memiliki karakter yang berbeda,
diharapkan dalam satu kelompok tersebut dapat menjadi pembelajaran tentang
team work, dan kekompakan.

3. Bagaimana proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran daring untuk


kompetensi di ranah psikomotorik?
Jawaban:
Karena saya mengajar di jurusan teknik otomotif yang notabennya adalah
menggunakan peralatan yang berukuran besar dan tidak dimiliki siswa saat
dirumah, jadi untuk saat ini pembelajaran daring di mata pelajaran produktif
dirasa hanya menguatkan sisi kognitif siswa, jadi untuk ranah psikomotorik tetap
dibuat pembelajaran tatap muka dengan protokol yang ketat, dimana wajib
memakai masker, harus ada hand sanitizer, dan dalam 1 kelas hanya diisi ½ dari
jumlah siswa 1 kelas

4. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran mapel produktif untuk mencapai


kompetensi pada ranah psikomotorik?
Jawaban:
Rasio perbandingan antara teori dan praktik adalah sekitar 30:70, dimana praktik
harus lebih banyak dilakukan daripada sekedar teori. Semakin banyak jam
terbang siswa untuk praktik, semakin baik pula ranah psikomotoriknya

70
5. Bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran pada kompetensi ranah
psikomotorik?
Jawaban:
Di setiap akhir tahun pembelajaran selalu ada rapat evaluasi di bengkel jurusan
untuk melakukan pembahasan masalah-masalah yang telah terjadi selama 1
tahun, dan merencanakan strategi pembelajaran untuk 1 tahun kedepan

6. Apa bentuk asesmen dari ranah psikomotorik dalam US tahun 2021?


Jawaban:
Di sekolah kami khususnya kelas XI menggunakan 2 kali ujian praktik, yang
pertama adalah UKK, dan yang kedua adalah melakukan asesmen yang
diselenggarakan pihak LSP P1 SMK

7. Apa yang menjadi hambatan pada saat memetakan karakteristik siswa selama
proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran?
Jawaban:
Untuk saat ini, di masa pandemi ini seorang guru memang merasakan sedikit
kesulitan dalam melakukan pemetaan karakteristik siswa, dikarenakan kurangnya
pembelajaran tatap muka, sehingga pembelajaran dirasa kurang maksimal

8. Bagaimana upaya Bapak/Ibu mengatasi hambatan yang terjadi dalam memetakan


karakteristik siswa dalam proses pembelajaran?
Jawaban:
Memalui pendekatan secara personal membuat seorang guru dapat lebih
mengenal karakter siswa, akan tetapi hal tersebut memang akan memakan waktu
lebih banyak. Terkadang ada siswa yang terlalu malu, sehingga seorang guru
harus memanggil secara personal untuk menggali informasi tentang karakter
siswa tersebut

71

Anda mungkin juga menyukai