Anda di halaman 1dari 107

PENGGUNAAN FITUR INSTAGRAM STORY DAN TINGKAT

KETERBUKAAN DIRI
(Studi Korelasional Tentang Fitur Instagram Story dengan Tingkat Keterbukaan
Diri pada Mahasiswa Pengguna Instagram Story di Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program


Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Unitersitas Sumatera Utara

Oleh :

Herbert Juergen Gunawan

120904085

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Herbert Juergen Gunawan

NIM : 120904085

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Penggunaan Fitur Instagram Story dan Tingkat


Keterbukaan Diri. (Studi Korelasional Tentang Fitur
Instagram Story dengan Tingkat Keterbukaan Diri
pada Mahasiswa Pengguna Instagram Story di
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara)

Medan, Juni 2019

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Yovita S. Sitepu, S.Sos, M.Si Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D


NIP: 198011072006042002 NIP: 196505241989032001

Dekan FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si


NIP: 197409302005011002

ii Universitas Sumatera Utara


Halaman Pernyataan Orisinalitas

Skripsi ini adalah hasil karya Saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah Saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika
dikemudian hari Saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka Saya
bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Herbert Juergen Gunawan

NIM : 120904085

Tanda Tangan :

Tanggal : Juni 2019

iii Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Herbert Juergen Gunawan

NIM : 120904085

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Penggunaan Fitur Instagram Story dan Tingkat


Keterbukaan Diri. (Studi Korelasional Tentang Fitur
Instagram Story dengan Tingkat Keterbukaan Diri
pada Mahasiswa Pengguna Instagram Story di
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang dipergunakan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji utama : ( )

Ditetapkan di :

Tanggal :

iv Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti naikkan kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh
Kudus yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan
tugas skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Politik dan
Ilmu Sosial Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan baik dari susunan kata demi kata maupun isinya
tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain
dalam mengembangkan penelitiannya. Peneliti juga menyadari, bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga
penyusunan skripsi ini, maka skripsi ini akan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta Gunardi Gunawan dan Sanita Sunardi, serta kedua
saudara kandung penulis Albert Theodore Gunawan dan Hans Allen
Gunawan, yang selalu memberi dukungan, motivasi, serta doanya yang
selalu menyemangati dan menyertai penulis.
2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya.
3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Emilia Ramadhani, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
5. Ibu Yovita S. Sitepu, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih
atas waktu, tenaga serta sumbangsih pemikiran serta masukan yang telah
diberikan dengan sabar untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Ibu Dra. Fatma Wardy lubis, M.A selaku dosen penasehat akademik
peneliti.

v Universitas Sumatera Utara


7. Seluruh dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.
8. Teman-teman seperjuangan peneliti selama masa perkuliahan, yaitu Vina
Naomiria Tarigan, Januari Siregar, Ika Francika Sinaga, Noni Theresia
Sianturi, Olivia Siagian, Timothy Jo, dan Raja Ramos Purba. Terima kasih
telah menjadi teman yang baik selama kuliah.
9. Samuel Christian Lubis, Andro Felix Ginting, Theresia Era Natalia Purba,
Melva Emagita Ginting, Nove Rini Solavide Purba, dan anggota kelompok
Veggie Rangers lainnya yang sudah menemani peneliti dalam penulisan
skripsi ini.
10. Kepada para responden penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Terima
kasih telah memberikan waktu untuk mengisi kuesioner.
11. Seluruh teman-teman Departemen Ilmu Komunikasi, khususnya stambuk
2012, terima kasih atas dukungan san saran yang telah diberikan selama
masa kuliah.
12. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan proses penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Apabila


terdapat kesalahan/kekhilafan dalam bentuk kata, bahasa penyampaian, dan Teknik
penulisan, dengan rendah hati peneliti mengharapkan agar para pembaca memberi
masukan berupa saran yang bertujuan membangun kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih.

Medan, Juli 2019

Peneliti

Herbert Juergen
NIM: 120904085

vi Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Herbert Juergen Gunawan


NIM : 120904085
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive
Royalty - Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Penggunaan Fitur Instagram Story dan Tingkat Keterbukaan Diri, Studi


Korelasional tentang Fitur Instragram Story dengan Tingkat Keterbukaan Diri
pada Mahasiswa Pengguna Instagram Story di Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara, beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif
ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir Saya tanpa meminta izin dari Saya selama tetap
mencatumkan nama Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada tanggal : Juni 2019

Yang menyatakan,

Herbert Juergen Gunawan

vii Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Penggunaan Instagram Story dan Tingkat Keterbukaan Diri
(Studi Korelasional Tentang Fitur Instagram Story dengan Tingkat Keterbukaan
Diri pada Mahasiswa Pengguna Instagram Story di Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara)”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Instagram Story terhadap
tingkat keterbukaan diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. Teori yang
menjadi pendukung dalam penelitian ini antara lain, teori komunikasi, teori
komunikasi antar pribadi, media sosial, dan penggunaan media. Penelitian ini
menggunakan metode korelasional untuk menghitung hubungan penggunaan
Instagram Story dengan keterbukaan diri mahasiswa. Populasi penelitian ini
berjumlah 174 pengguna Instagram Story dari mahasiswa Ilmu Komunikasi
Angkatan 2014 dan 2015. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin
maka didapatkanlah sampel sebesar 64 orang. Teknik penarikan sampel
menggunakan Proportional Random Sampling dan Simple Random Sampling.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan studi kepustakaan.
Dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis table tunggal, analisis
table silang, dan uji hipotesis dengan analisis Spearman melalui perangkat lunak
SPSS versi 22. Hasil penelitian ini diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,656 yang
menunjukkan H0 memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak, menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara penggunaan Instagram
Story terhadap keterbukaan diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Kata Kunci: Instagram Story, Keterbukaan diri, New Media

viii Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
This research entitled “The usage of Instagram Story and self disclosure (Study
about the correlation of the usage of Instagram Story to self disclosure among
students in Communication major in Social and Politics Faculty of University of
North Sumatera)”. This research aims to determine the effect of the usage of
Instagram story to self disclosure among students of Communication major in
Sosial and Politics faculty of University of North Sumatera. The supported theory
that used for this research are Communication theory, Interpersonal
Communication theory, social media, and media usage. This research used the
correlation method, which is aimed to calculate the relation of Instagram story
usage to self disclosure among students of Communication major in Social and
Politics Faculty of University of North Sumatera. The population of this research
amount to 174 users of Instagram Story from 2014 and 2015 class. Sample
determination is using Slovin formula then obtained the sample amount of 64
people. The sampling technique used is proportional random sampling and simple
random sampling. The technique of collecting data used questionnaires and
literature studies. Single table analysis, cross table analysis and hypothesis testing
with Spearman analysis are used in analyzing the research data through SPSS
software version 22. The results of this research is obtained correlation coefficient
equal to 0,656 indicates H0 has significance value less than 0,05 then H0 is
rejected, showed that a strong relation between usage of Instagram Story with self
disclosure among students of Communication major in Social and Politics Faculty
of University of North Sumatera.

Keywords: Instagram Story, Self Disclosure, New Media

ix Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………….ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………v
HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PPUBLIKASI………vii
ABSTRAK……………………………………………………………………...viii
ABSTRACT………………………………………………………………………ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………………..5
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori………………………………………………………………...7
2.1.1 Teori Komunikasi………………………………………………………..7
2.1.2 Komunikasi Antar Pribadi……………………………………………...18
2.1.3 Media Sosial……………………………………………………………27
2.2 Kerangka Konsep…………………………………………………………….32
2.3 Variabel Penelitian…………………………………………………………...33
2.4 Definisi Operasional………………………………………………………….33
2.5 Hipotesis……………………………………………………………………...34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………………………..35
3.1.1 Sejarah Fakiltas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik………………………….35
3.1.2 Visi dan Misi Fakiltas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik…………………...36
3.2 Metodologi Penelitian………………………………………………………..37
3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………..38
3.3 Populasi dan Sampel…………………………………………………………38
3.3.1 Populasi………………………………………………………………...38
3.3.2 Sampel………………………………………………………………….39
3.4 Teknik Penarikan Sampel……………………………………………………40
3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………...41
3.6 Teknik Analisis Data…………………………………………………………42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian……………………………………………..43
4.1.1 Tahap Awal…………………………………………………………….43
4.1.2 Penelitian Kepustakaan………………………………………………...43
4.1.3 Penelitian Lapangan……………………………………………………43
4.1.4 Tahap Pengolahan Data………………………………………………...44
4.2 Analisis Tabel Tunggal………………………………………………………45

x Universitas Sumatera Utara


4.2.1 Identitas Responden……………………………………………………45
4.2.2 Instagram Story………………………………………………………...46
4.2.3 Keterbukaan Diri……………………………………………………….55
4.3 Analisis Tabel Silang………………………………………………………...64
4.4 Uji Hipotesis………………………………………………………………….70
4.5 Pembahasan…………………………………………………………………..73
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..77
5.2 Saran………………………………………………………………………….78
DAFTAR REFERENSI………………………………………………………...79
LAMPIRAN……………………………………………………………………..81

xi Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Jendela Johari…………………………………………………………….27


2.2 Variabel Penelitian……………………………………………………….33
3.1 Pengguna Instagran Story di Departemen Ilmu Komunikasi USU……...39
3.2 Tabel Sampel……………………………………………………………..40
4.1 Jenis Kelamin…………………………………………………………….45
4.2 Angkatan…………………………………………………………………46
4.3 Intensitas Penggunaan Instagran Story…………………………………..46
4.4 Intensitas Upload Foto ke Instagram Story……………………………...47
4.5 Intensitas Upload Video ke Instagram Story…………………………….48
4.6 Durasi Penggunaan Instagram Story per Penggunaan…………………...48
4.7 Durasi Penggunaan Instagram Story per Hari…………………………...49
4.8 Durasi Video Unggahan Instagram Story………………………………..50
4.9 Frekuensi Unggah Foto Selfie……………………………………………50
4.10 Frekuensi Unggah Foto Bersama Orang Lain……………………………51
4.11 Frekuensi Unggah Foto Tanpa Menampilkan Diri Sendiri………………52
4.12 Mengunggah Konten yang Tidak Berhubungan dengan Kegiatan Pribadi52
4.13 Penggunaan Fitur Voting dalam Instagram Story……………………….53
4.14 Penggunaan Fitur Close Friend…………………………………………..54
4.15 Keterbukaan dalam Posting Hal-hal Pribadi……………………………..55
4.16 Mengunggah Foto/Video Permasalahan Pribadi ke Instagram Story……56
4.17 Respon Perasaan apabila Story diresponi oleh Orang Lain……………...56
4.18 Respon terhadap Opini Orang lain terhadap Instagram Story…………...57
4.19 Pengaruh Opini Orang terhadap Diri, Situasi, dan Informasi yang
diunggah………………………………………………………………….58
4.20 Motivasi Mengunggah Konten ke Instagram Story untuk
Kesenangan Pribadi………………………………………………………59
4.21 Pengguna Mengabaikan opini Orang Lain tentang Instagram Story…….60
4.22 Kenyamanan Menceritakan Informasi Diri secara Detil………………....61
4.23 Memposting hal yang memiliki Makna yang tersembunyi………………61
4.24 Tingkat Kenyamanan untuk Memposting di jam yang sepi……………...62
4.25 Memposting hal yang tidak ada hubungan dengan informasi diri ………63
4.26 Frekuensi Unggah Foto dengan Keterbukaan Memposting Hal Pribadi...64
4.27 Durasi penggunaan Instagram Story per hari dengan mendapatkan
informasi baru tentang diri atau tentang unggahan dari orang lain………65
4.28 Mengunggah konten tanpa Menampilkan diri Sendiri dengan Mengunggah
Hal-hal yang Memiliki Makna Tersembunyi…………………………….67
4.29 Frekuensi Mengunggah Foto Selfie dengan Motivasi Posting Instagram
Story untuk Kesenangan Pribadi…………………………………………69
4.30 Correlation……………………………………………………………….71

xii Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian
2. Tabel Fotron Cobol
3. Lembar Bimbingan
4. Biodata Peneliti

xiii Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media sosial merupakan salah satu penemuan terbesar manusia di abad 21.
Media sosial terbukti telah mengubah cara berkomunikasi bahkan gaya hidup
manusia secara keseluruhan. Pada 2018, diperkirakan pengguna media sosial akan
mencapai 2,44 miliar orang, dimana pada 2010 pengguna media sosial hanya
berjumlah 970 juta orang. Media sosial sendiri digunakan untuk berbagai
kepentingan mulai dari hubungan personal, hiburan, pekerjaan, dan juga
pendidikan. World Economic Forum mencatat bahwa setiap menitnya terdapat 30
juta pesan terkirim dari Facebook dan hampir 350 ribu cuitan di Twitter (Iskandar,
2016).

Perkembangan media sosial tidak terlepas dari perkembangan internet. Internet


bermula pada saat DoD (Department of Defense) Amerika Serikat membentuk
ARPA (Advanced Research Projects Agency) sebagai respon terhadap peluncuran
satelit Sputnik milik Uni Soviet. Sebenarnya ARPA dibentuk untuk
mengembangkan teknologi militer, tetapi hanya memiliki kantor dan budget yang
kecil dan melakukan kerjasama dengan Universitas-universitas dan perusahaan-
perusahaan yang menjanjikan untuk kepentingan tersebut. Pada tahun 1960an saat
puncak perang dingin, DoD merasa bahwa jaringan telepon sudah tidak aman
karena bila salah satu komponen jaringannya terputus, maka seluruh jaringannya
akan terputus. Maka ARPA mengembangkan jaringan baru yang membuat
beberapa titik menjadi host yang bernama ARPANET dan memiliki 4 host awal.
Untuk sistem komunikasinya, dikembangkanlah protokol yang disebut TCP/IP dan
pengaturan nama-nama host menggunakan DNS (Domain Naming System). Seiring
perkembangan jaringan ARPANET, jaringan milik militer dipisahkan dari
ARPANET dengan nama MILNET. Operasional ARPANET dibongkar pada tahun
1990. Penerus dari ARPANET sendiri adalah NSFNET yang dikembangkan pada
tahun 1984 oleh National Science Foundation (NSF). NSFNET berkembang begitu
pesat hingga akhirnya NSF kewalahan dan meminta MERIT, MCI, dan IBM
mengambil alih NSFNET dan mengubah nama jaringen tersebut menjadi

1 Universitas Sumatera Utara


2

ANSNET. ANSNET pun kemudian dijual kepada American Online pada


tahun 1995. Pada saat itu setiap regional harus memiliki jaringan sendiri-sendiri dan
setiap jaringan regional dapat berkomunikasi satu sama lain. Pada awal tahun
1990an, aplikasi baru WWW mengubah wajah internet. Pada tahun 1992, sudah
lebih dari satu juta komputer yang terhubung dan internet menjadi bagian dari
kehidupan manusia (Sumargono, 2011: 2-5).

Sejak saat itu komputer dan internet menjadi bagian dari kehidupan
manusia. Bill Gates yang mendirikan Microsoft pada tahun 1975 pernah
mengatakan bermimpi suatu hari nanti setiap rumah akan memiliki komputer
pribadi dan hari ini hal itu menjadi nyata bahkan lebih dari itu. Hari ini, setiap orang
memiliki akses ke internet yang lebih mudah dari melalui sebuah komputer, yaitu
melalui smartphone atau telepon pintar. Sejak ponsel iphone dan ponsel android
pertama kali diluncurkan pada tahun 2007 dan tahun 2008, akses internet melalui
telepon pintar semakin melesat naik bahkan melebihi jumlah akses melalui
komputer pribadi. Ditambah lagi perkembangan jaringat internet yang semakin
cepat seperti teknologi 4G yang membuat akses internet semakin cepat dan mudah.

Situs-situs mulai bermunculan seiring dengan perkembangan internet


dimana para pengguna dapat saling berinteraksi yang disebut situs media sosial.
Sampai pada januari 2019, pengguna internet di dunia sudah mencapai 4,388 miliar
orang atau 57% dari populasi dunia dengan pengguna media sosial mencapai 3,484
miliar orang atau 45% dari populasi dunia, sedangkan di Indonesia sampai januari
2019 pengguna internet sudah mencapai 150 juta atau 56% dari populasi Indonesia,
tumbuh 13% atau 17 juta pengguna dari tahun sebelumnya, dengan pengguna media
sosial juga 150 juta orang atau 56% dari populasi Indonesia, tumbuh 15% atau
sebesar 20 juta pengguna dari tahun sebelumnya (datareportal.com, 2019)

Situs media sosial dapat dikatakan sudah menjadi bagian dari kehidupan
manusia di abad 21. Media sosial dapat diakses di mana saja dan kapan saja melalui
telepon pintar. Saat ini 130 juta penduduk Indonesia mengakses media sosial
melalui telepon pintar dengan rata2 penggunaan 3 jam dan 26 menit dalam sehari
(datareportal.com, 2019). Selain untuk bersosialisasi, media sosial juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk berdagang, mencari informasi, dll.

Universitas Sumatera Utara


3

Perkembangan teknologi yang pesat yang membuat banyak orang khawatir


bahwa teknologi membuat manusia menjadi antisosial ternyata dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk bersosialisasi dan menunjukkan
ekspresi dan image dari dirinya. Maka, situs media sosial pun diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia tersebut dengan cara yang berbeda dari sebelum-
sebelumnya dimana dulu manusia hanya dapat berkomunikasi dan membuka diri
pada beberapa orang, tetapi pada hari ini, semua orang dapat mengekspresikan dan
membuka diri kepada hampir semua orang (Aljawiy dan Muklason, 2011: 5-6).

Salah satu jejaring sosial yang sedang populer saat ini adalah Instagram.
Instagram merupakan jejaring sosial dimana pengguna dapat berbagi foto dan
memberikan komentar atau likes pada foto orang yang sudah diikuti/di-follow.
Instagram hanya dapat diakses pada aplikasi di smartphone Android, IOS, dan
komputer. Pada komputer, kita hanya dapat menjelajah foto yang ada dan tidak
dapat mengirim foto.

Instagram adalah sebuah aplikasi Smartphone untuk berbagi foto yang


memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital pada foto yang
akan diunggah, dan membagikannya ke sesama pengguna Instagram.

Pada awalnya Instagram didirikan dengan nama Burbn, Inc yang


merupakan aplikasi fotografi dengan berbagai fitur. Tetapi karena dianggap
memiliki terlalu banyak fitur dan semakin mirip dengan media sosial Foursquare,
maka Burbn, Inc difokuskan hanya menawarkan fitur berbagi foto saja dan berganti
nama menjadi Instagram. Seiring perkembangan persaingan jejaring sosial di
internet, instagram telah menambahkan berbagai fitur seperti chatting pribadi antar
sesama pengguna. Salah satu fitur lain yang ditambahkan oleh instagram adalah
Instagram Story atau yang populer dengan nama Snapgram (Wikipedia.org, 2019).

Fitur Instagram Story/Snapgram diluncurkan pertama kali pada tanggal 2


Agustus 2016 sebagai reaksi pada pesatnya pertumbuhan Snapchat yang
mempengaruhi pengguna aktif Instagram. Pada awalnya banyak pengguna
instagram yang beralih ke Snapchat yang merilis fitur Stories pada Oktober 2013,
tetapi sejak Instagram Story diluncurkan, pengguna Snapchat perlahan-lahan mulai
merosot dan beralih kembali ke Instagram. Sampai pada bulan Januari 2019,

Universitas Sumatera Utara


4

pengguna aktif harian Instagram Story telah mencapai 500 juta pengguna,
dibandingkan dengan Snapchat yang memiliki 287 juta pengguna sehingga dapat
dilihat bahwa Media Sosial Instagram dan fitur Instagram Story ini merupakan
salah satu media sosial utama yang digunakan oleh masyarakat. Fitur Intagram
Story ini memiliki fitur yang hampir sama seperti fitur Stories Snapgram di mana
pengguna dapat memposting foto atau video terbaru dan foto video ini akan
terhapus secara otomatis setelah 24 jam. Fitur ini berguna untuk memberitahu
orang-orang apa yang sedang dilakukan atau situasi pengirim foto/video pada saat
itu. Fitur Instagram Story diletakkan terpisah di bagian atas tampilan Instagram
terpisah dari fitur utama berbagi foto (Cunningham, 2017).

Perkembangan teknologi internet bukan hanya membuat penyimpanan dan


pengiriman data semakin efisien, tetapi juga semakin mempermudah komunikasi.
Dimulai dari berkirim pesan elektronik (E-mail), chatting, video call, dan media
sosial. Salah satu fungsi utama dari media sosial khususnya Instagram Story adalah
untuk komunikasi. Melalui media sosial Instagran Story, pengguna dapat lebih
mudah dalam berkomunikasi untuk berbagi tentang diri kepada orang lain dan
menerima respon. Dalam berbagi tentang diri inilah terdapat ketebukaan diri atau
Self Disclosure.

Self Disclosure atau pembukaan diri menurut de vito (dalam Ningsih, 2015:
21) adalah jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi mengenai diri
kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Pengungkapan diri ini juga
merupakan informasi tentang diri sendiri, pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
Self Disclosure dapat terjadi, apabila seseorang dengan sukarela menceritakan
tentang dirinya sendiri kepada orang lain. Pengertian lain mengenai pengungkapan
diri atau keterbukaan diri adalah kegiatan membagi perasaan dan informasi yang
akrab dengan orang lain. self disclosure mencerminkan tingkat kedekatan
(Intimacy), yakni sejauh mana derajat informasi itu mencerminkan orang yang
bersangkutan secara personal atau pribadi atau perasaan-perasaan yang paling
dalam dari diri.

Dalam kehidupan sehari-hari, self disclosure ini tidak hanya dalam


komunikasi langsung antar manusia. Namun proses pengungkapan diri ini dapat

Universitas Sumatera Utara


5

pula terjadi pada media perantara, yakni media sosial. Dinamika kehidupan
manusia diwarnai dengan berbagai macam situasi dan kondisi yang beraneka
ragam. Manusia bisa merasakan bahagia, tetapi dapat juga berada pada titik
kehidupan yang tidak menyenangkan. Sejak adanya media sosial, seseorang dapat
dengan mudah berbagi hal pribadi, serta perasaan, dan kegiatan dalam media
tersebut.seseorang bisa meluapkan kebahagiaan dan kemarahannya di media sosial.
Hal inilah yang disebut self disclosure di media sosial.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa fitur instagram story


sebagai media sosial ini bisa saja mendorong perkembangan karakter masyarakat
dalam membuka diri (self disclosure) terutama di kalangan mahasiswa sehingga
penulis tertarik untuk meneliti apakah penggunaan instagram story berpengaruh
dengan tingkat keterbukaan diri mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan
2014 dan 2015

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka


dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Sejauh manakah hubungan antara fitur Instagram Story di aplikasi Instagram
dengan tingkat keterbukaan diri di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui tingkat penggunaan Instagram Story di kalangan


mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b. Mengetahui tingkat keterbukaan diri mahasiswa Ilmu Komunikasi


FISIP USU pengguna Instagram Story.

c. Mengetahui sejauh mana hubungan antara penggunaan Intagram Story


dengan tingkat keterbukaan diri di kalangan mahasiswa Ilmu
Komunikasi FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara


6

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan


memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di
lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan


mengenai perkembangan teknologi komunikasi, khususnya social
media.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan


bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik para pebisnis online,
maupun pengguna internet.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Menurut Surbakti (2008), teori di dalam sebuah penelitian berguna untuk


memberikan pola bagi interpretasi data, menghubungkan satu studi dengan lainnya,
menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dan
memungkinkan kita menginterpretasikan data yang lebih besar dari temuan yang
diperoleh dari suatu penelitian (Aminah, dkk, 2005:34).

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi atau dalam dari bahasa Inggris communication berasal dari kata
latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di
sini adalah sama makna. Sebagai contoh komunikasi yang terjadi di antara dua
orang dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung
selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa
yang digunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna.
Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti maknanya.
Percakapan yang saling mengerti maknanya dikatakan komunikatif (Effendy,
2006:9).

Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (dalam Mulyana, 2007):


Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol (kata-kata, figur, grafik, dan
sebagainya). Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut
komunikasi. Menurut Carl I. Hovland: Komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain) komunikan.
Menurut Raymond S. Ross: Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih,
dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksudkan komunikator. Dan Harold Laswell: Cara yang baik untuk

7 Universitas Sumatera Utara


8

menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan


berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” atau
”Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh
bagaimana” (Mulyana, 2007 : 62-66).

2.1.1.1 Proses Komunikasi

a. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan


atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa,
kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan
(Effendy, 2005).

1. Bahasa

Bahasa merupakan yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi


karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang
kepada orang lain. Apakah itu dalam bentuk ide, informasi atau opini;
baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja
tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan
juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

2. Kial (gesture)

Kial dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga tereskspresikan


secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-
jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh
lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat
terbatas).

Universitas Sumatera Utara


9

3. Isyarat dan warna

Isyarat menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirene, dan lain-lain


serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang itu amat
terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang
kepada orang lain.

4. Gambar

Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi


memang melebihi kial, isyarat atau warna dalam hal
kemampuan.menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak
melebihi bahasa.

Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang


tersebut sering dipadukan penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari
bukanlah hal yang luar biasa apabila kita terlibat dalam komunikasi yang
menggunakan bahasa beserta gambar-gambar berwarna.

Bahasa merupakan media primer atau lambang yang paling banyak


digunakan, tetapi tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat
dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang
sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung
makna yang sama bagi semua orang.

Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian


denotatif dan pengertian konotatif. Sebuah perkataan dalam pengertian
denotatif adalah yang mengandung arti sebagaimana tercantum dalam
kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa
dan kebudayaan yang sama. Perkataan dalam pengertian konotatif adalah
yang mengandung pengertian emosional atau mengandung penilaian
tertentu.

Universitas Sumatera Utara


10

Komunikasi berlangsung apabila terjadi terjadi kesamaan makna


dalam persan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain,
komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setara bagi komunikator
dan komunikan.

Pertama-tama komunikator menyandi pesan yang akan disampaikan


kepada komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang/bahasa yang diperkirakan akan dimengerti
oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-
sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan
lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi
dalam konteks pengertiannya. Dalam proses itu komunikator berfungsi
sebagai penyandi dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi.

Hal penting dalam proses penyandian itu adalah bahwa komunikator


dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa-sandi hanya ke dalam kata
bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamnnya masing-masing.

Komunikasi antarpersona melibatkan dua orang dalam situasi


interaksi, komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikannya
kepada komunikan, dan komunikan mengawasandi pesan tersebut. Sampai
di situ komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder.
Akan tetapi, karena komunikasi antarpersona itu berfifat dialogis, maka
ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan
komunikator menjadi decoder dan tanggapan yang diberikan komunikan ini
disebut umpan balik.

Universitas Sumatera Utara


11

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam


komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya
komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan
balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif
adalah tanggapan atau response atau reaksi komunikan yang menyenangkan
komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik
negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak menyenangkan
komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan
komunikasinya.

Seperti halnya dengan penyampaian pesan secara verbal, yakni


dengan menggunakan bahasa dan secara nonverbal, yaitu dengan
menggunakan kial, isyarat, gambar, atau warna, umpan balik pun dapat
disampaikan oleh komunikan secara verbal atau secara nonverbal.

Umpan balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang


dinyatakan dengan kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang
lebar. Umpan balik secara nonverbal adalah tanggapan komunikan yang
dinyatakan bukan dengan kata-kata. Umpan balik yang berasal dari luar
komunikator atau dari komunikan disebut umpan balik eksternal (external
feedback), sedangkan umpan balik yang berasal dari dalam komunikator
disebut umpan balik internal (internal feedback). Misalnya saat kita sedang
menulis surat, kita akan sadar jika di antara yang kita tulis itu ada yang salah,
maka, kita segera memperbaikinya sebelum surat itu dikirimkan.

Komunikasi antarpersona dilakukan tatap muka (face-to-face


communication) sehingga tanggapan komunikan dapat segera diketahui.
Umpan balik dalam komunikasi seperti itu bersifat langsung; karena itu
dinamakan umpan balik seketika (immediate feedback). Dalam hubungan
ini komunikator perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan agar
komunikasi yang telah berhasil dari awal dapat dipelihara keberhasilannya.
Situasi yang sama berlaku juga dengan komunikasi kelompok, baik
komunikasi kelompok kecil, maupun komunikasi kelompok besar.

Universitas Sumatera Utara


12

Berbeda dengan komunikasi tatap muka yang umpan baliknya


berlangsung seketika, komunikasi bermedia menghasilkan umpan balik
tertunda (delayed feedback); komunikator mengetahui tanggapan setelah
komunikasi selesai seperti pada waktu seminar, kuliah, ceramah, dll.

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian


pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama (Effendy, 2005).

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam


melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada
di tempat yang relatif jauh dan jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks,
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pada umumnya kalau kita berbicara di kalangan masyarakat yang


dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana
diterangkan di atas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media
komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (symbol)
beserta isi (content), yakni pikiran dan perasaan yang dibawanya menjadi
totalitas pesan, yang tampak tak dapat dipisahkan. Tidak seperti media
dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-lainnya yang jelas tidak selalu
dipergunakan.

Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan


kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication)
mengalami kemajuan pula dengan memadukan komunikasi berlambang
bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film,
televisi, dan video pun sebagai media yang mengandung lambang bahasa,
gambar, dan warna melanda masyarakat di negara manapun.

Universitas Sumatera Utara


13

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses


komunikasi, dipengaruhi oleh efisiensi dalam mencapai komunikan. Surat
kabar, radio atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam
mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Akan tetapi, oleh
para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi
bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif.
Cara yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah
komunikasi tatap muka karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui
oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik
berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan
atau reaksi komunikan pada saat itu juga.

Umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media massa,


biasanya dinamakan umpan balik tertunda, karena sampainya tanggapan
atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu.
Bagaimanapun dalam proses komunikasi bermedia, misalnya dengan surat,
poster, spanduk, radio, televisi, atau film, umpan balik akan terjadi. Dengan
kata lain, komunikator mengetahui komunikan jika komunikasinya sendiri
selesai secara tuntas. Ada kekecualian, memang, dalam komunikasi
bermedia telepon. Meskipun bermedia, umpan balik berlangsung seketika.
Namun, karena komunikator tidak melihat ekspresi wajah komunikan, maka
reaksi sebenarnya dari komunikan tidak akan dapat diketahui oleh
komunikator seperti kalau berkomunikasi tatap muka.

Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan


berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap
memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk
dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. Dengan
demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dopat diklasifikasikan sebagai media massa, media nirmassa, dan media
nonmassa.

Universitas Sumatera Utara


14

Media massa, misalnya surat kabar, radio, televisi, dan film


memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain ciri massif (massive) atau massal,
yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif amat banyak. Sedangkan
media nirmassa atau media nonmassa, umpamanya surat, telepon, telegram,
poster, spanduk, papan pengumuman, buletin, folder, majalah, dll tertuju
pada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.

2.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi


yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: (Mulyana 2005:62)

1. Sumber (Source) / Pengirim (Sender) / Penyandi (Encoder) / Komunikator


(Communicator) / Pembicara (Speaker) / Originator.

Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk


berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan, atau bahkan suatu negara. Kebutuhannya bervariasi, mulai dari sekadar
mengucapkan “Selamat Pagi” untuk memelihara hubungan yang sudah dibangun,
menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideologi,
keyakinan agama, dan perilaku pihak lain. Untuk menyampaikan apa yang ada di
dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah
perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal dan atau
nonverbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut
encoding (penyandian).

2. Pesan.

Pesan adalah apa yang dikomunikasikan sumber kepada penerima. Pesan


merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan,
nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai 3 komponen: Makna,
simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi
pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan
objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara,
diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet). Kata-
kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat

Universitas Sumatera Utara


15

dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh
(acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga
melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan sebagainya.

3. Saluran atau media,

Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk
pesan yang disampaikan kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk
pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran
nonverbal. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran, yakni
cahaya dan suara, meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indra kita untuk
menerima pesan dari orang lain. Mulai dari wangi parfum (penciuman), mencicipi
makanan (Kecapan), dan jabat tangan (sentuhan). Saluran juga merujuk pada cara
penyajian pesan: apakah langsung (tatap muka) atau lewat media cetak (surat kabar,
majalah) atau media elektronik, surat pribadi, telepon, selebaran, overhead
projector, Sound System, multimedia, semua itu dapat dikategorikan sebagai
(bagian dari) saluran komunikasi.

4. Penerima (receiver)

Penerima sering juga disebut tujuan (destination), komunikate (communicatee),


penyandi-balik (decoder), atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir
(interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan
pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan
perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat
simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia
pahami. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).

5. Efek

Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima menerima pesan
tersebut, misalnya penambahan pengetahuan ( dari tidak tahu menjadi tahu),
terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan,
perubahan perilaku, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


16

2.1.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut (Effendy, 2005):

a. Menyampaikan informasi (to inform).


Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan informasi di dalam
hubungan antar pribadi maupun dalam sebuah organisasi untuk
menghindari kesalahpahaman maupun memperkuat relasi.

b. Mendidik (to educate).

Komunikasi dapat berfungsi sebagai media pendidikan untuk menolong


orang yang tidak tahu menjadi tahu.

c. Menghibur (to entertain)

Komunikasi dapat berfungsi sebagai hiburan ketika dilakukan dengan


orang yang dipercaya. Komunikasi dengan orang yang dipercaya dapat
mengurangi kepenatan dan melepas tekanan.

d. Mempengaruhi (to influence)

Komunikasi dapat digunakan untuk membujuk seseorang untuk


mengubah sikap maupun keputusannya,

2.1.1.4 Tujuan Komunikasi

Beberapa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut (Effendy, 2005):


a. Perubahan sikap (attitude change)
b. Perubahan pendapat (opinion change)
c. Perubahan perilaku (behavior change)
d. Perubahan sosial (social change)

2.1.1.5 Ruang Lingkup Komunikasi

Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2005:7-9)


1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Komunikasi personal (personal communication)
1) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication)
2) Komunikasi antarpersona (interpersonal communication)

Universitas Sumatera Utara


17

b. Komunikasi kelompok (group communication)


1) Komunikasi kelompok kecil (small group
communication)
a) Ceramah (lecture)
b) Diskusi panel (panel discussion)
c) Simposium (symposium)
d) Forum
e) Seminar
f) Curahsaran (brainstorming)
g) Dan lain-lain
2) Komunikasi kelompok besar (large group
communication)
c. Komunikasi massa (mass communication)
1) Pers
2) Radio
3) Film
4) Televisi
5) Lain-lain
2. Berdasarkan sifat komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tatap muka (face to face)
b. Bermedia (mediated)
c. Verbal (verbal)
1) lisan (oral)
2) tulisan/cetak (written/printed)
d. Nonverbal (non-verbal)
1) Kial/isyarat badaniah (gestural)
2) Bergambar (pictorial)
3. Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jurnalistik (journalism)
1) Jurnalistik cetak (printed journalism)
2) Jurnalistik elektronik (electronic journalism)
3) Jurnalistik radio (radio journalism)
4) Jurnalistik televisi (television journalism)
b. Hubungan masyarakat (public relations)
c. Periklanan (advertising)
d. Pameran (exhibition/exposition)
e. Publisitas (publicity)
f. Propaganda
g. Perang urat saraf (psychological warfare)
h. Penerangan
4. Berdasarkan teknik komunikasi, adalah :
a. Komunikasi informatif (informative communication)
b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
c. Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive
communication)
d. Hubungan manusiawi (human relations)
5. Berdasarkan tujuan komunikasi, adalah
a. Perubahan sikap (attitude change)

Universitas Sumatera Utara


18

b. Perubahan pendapat (opinion change)


c. Perubahan perilaku (behavior change)
d. Perubahan social (social change)
6. Berdasarkan model komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Komunikasi satu tahap (one step flow communication)
b. Komunikasi dua tahap (two step flow communication)
c. Komunikasi multitahap (multistep communication)
7. Berdasarkan bidang komunikasi, meliputi :
a. Komunikasi sosial (social communication)
b. Komunikasi manajemen/organisasional
(management/organizational communication)
c. Komunikasi perusahaan (business communication)
d. Komunikasi politik (political communication)
e. Komunikasi internasional (international communication)
f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)
g. Komunikasi pembangunan (development communication)
h. Komunikasi lingkungan (environmental communication)
i. Komunikasi tradisional (traditional communication)

2.1.2 Komunikasi Antar Pribadi

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi Antar pribadi merupakan komunikasi yang terjadi antara dua


orang. Beberapa ahli mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi dapat pula terjadi
antara lebih dari dua orang. Ada juga juga ahli yang mengungkapkan bahwa
komunikasi antar pribadi yang hanya membahas hal-hal dangkal tidak termasuk
komunikasi antar pribadi.

Menurut Dean C. Barnlund (1968, dalam Surip, 2011:30), mengungkapkan


bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan antar dua orang, atau tiga
orang atau empat orang yang terjadi secara spontan atau tidak berstruktur.

2.1.2.2 Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Menurut De Vito (1976, dalam Surip, 2011:31), komunikasi antar pribadi


mengandung ciri-ciri, yaitu Keterbukaan (Openess), empati (Empathy), dukungan
(Supportiveness), rasa positif (positivness), dan kesamaan (equality).

Menurut Evert M. Rogers (dalam liliweri, 1991) ada beberapa ciri-ciri


komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi:

1. Arus pesan yang cenderung dua arah

Universitas Sumatera Utara


19

2. Konteks komunikasinya tatap muka

3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi

5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat

6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap

Ciri komunikasi antar pribadi dapat dirumuskan sebagai berikut (Liliweri,


1991:14-19):

1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil


lalu

2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu

3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang


tidak mempunyai identitas yang jelas

4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun


yang tidak disengaja

5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan


hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya
keterpengaruhan

7. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak


membuahkan hasil

8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang bermakna

Universitas Sumatera Utara


20

2.1.2.3 Sifat-sifat Komunikasi Antar Pribadi

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua
orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang
terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986), Porter dan
Samovar (1982) (dalam Liliweri, 1991: 31-43).. Sifat-sifat komunikasi antar pribadi
itu adalah:

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal maupun


non-verbal

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh, maka setiap hari


sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah
melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun non-
verbal

Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan


kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan
tanda-tanda non-verbal terlihat dalam ekspresi wajah dan gerakan tangan.
Dan hal demikian setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali.
Pelaksanaan komunikasi antar pribadi setiap hari terbanyak melibatkan
perilaku non-verbal sebagai penguat pesan-pesan verbal yang diucapkan.

Goffman (1971), De Lozier (1976), dan Little John (1978) (dalam


Liliweri, 1991: 32) merinci perilaku perilaku verbal tersebut atas sebagai
berikut:

a. Bahasa jarak atau proksemik

Yang dimaksud dengan bahasa jarak adalah tanda-tanda non-


verbal yang mewakili atribut suatu pesan tentang bagaimana
jarak fisik harus dan tidak harus dilakukan dalam suatu
komunikasi antar pribadi atau tatap muka.

b. Bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik

Dalam bahasa gerakan anggota tubuh (kinesik) menurut


cassagrande lambang-lambang non-verbal bisa hadir dalam

Universitas Sumatera Utara


21

bentuk emblem seperti menunjukkan tanda dua jari untuk


melambangkan Golkar pilihan rakyat. Ilustrator yang
memberikan petunjuk terhadap besarnya perut dari seorang
pelawak atau tingginya tumbuhan bonsai yang anda tanam di
serambi depan dengan tangan. Regulator yaitu gerakan anggota
tubuh untuk mengawasi aliran suatu informasi dari orang lain,
misalnya menggeleng-gelengkan kepala sebagai tanda tidak
setuju. Dan terakhir adaptor, yang menunjukkan suatu gerakan-
gerakan spesifik dari seseorang yang sudah anda kenal.

c. Perilaku yang terletak antara verbal dan non-verbal yang disebut


dengan paralinguistik

Paralinguistik adalah tanda untuk menunjukkan suatu suasana


kebatinan dalam suara dan gerak seperti sewaktu kita
melukiskan cerita terjadinya suatu kejahatan dalam bentuk
tangisan.

Komunikasi antar pribadi dalam memanfaatkan tanda-tanda


informasi verbal maupun non-verbal sebenarnya sangat memperhatikan hal
isi dan hubungannya dengan suatu pesan. Unsur isi terdiri atas apa yang
dikatakan dan dibuat, sedangkan unsur hubungan/relasi terdiri atas
bagaimana sesuatu itu dikatakan dan dibuat.

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan


contrived.

Ketika berkomunikasi dengan sesamanya umumnya ia harus


mempertimbangkan secara pasti setiap perilakunya sendiri. Ia dapat
melakukan apa saja yang ada dalam benaknya, kemudian mewujudkannya
baik dalam perilaku yang disebut spontan, scripted, dan contrived.

Universitas Sumatera Utara


22

Bentuk perilaku yang pertama adalah yang bersifat spontan.


Perilaku seperti ini dalam suatu komunikasi antar pribadi dilakukan secara
tiba-tiba, serta merta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar tanpa
terpikir lebih dahulu. Dalam hal demikian, maka reaksi dari emosilah yang
paling penting.

Bentuk perilaku yang kedua adalah yang bersifat scripted. Reaksi


dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus
membangkitkan suatu kebiasaan anda untuk belajar dan akhirnya perilaku
ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan.

Bentuk ketiga dari dari perilaku komunikasi antar pribadi adalah


perilaku contrived. Perilaku ini merupakan perilaku yang sebagian besar
didasarkan pada pertimbangan kognitif. Jadi seseorang berperilaku karena
ia berpendapat, atau percaya bahwa apa yang dilakukan benar-benar
rasional, masuk akal sesuai dengan pikiran, pendapat, kepercayaan dan
keyakinannya.

3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang

Komunikasi antar pribadi menurut miller dan steinberg adalah


proses yang berkembang dan bersifat dinamis. Keduanya menerangkan
bahwa jika ada orang yang baru pertama kali bertemu maka mereka hanya
mempunyai gambaran yang umum atau pengetahuan dasar tentang orang
lain yang sangat terbatas. Jika kedua orang tersebut terus bergaul setiap hari
maka di antara mereka informasi mengenai pribadi masing-masing akan
semakin bertambah.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai


interaksi dan koherensi

Suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya


umpan balik. Seandainya kita berbicara dengan orang lain dan yang
diharapkan adalah jawabannya sehingga kita mengetahui pikirannya,
perasaannya dan melaksanakan apa yang kita maksudkan, dan jika harapan-
harapan itu terpenuhi, maka dapat disimpulkan komunikasi antar pribadi

Universitas Sumatera Utara


23

telah berhasil karena umpan baliknya membuat kita bersama menjadi saling
mengerti.

Namun umpan balik saja tidaklah cukup bahkan komunikasi antar


pribadi juga melibatkan beberapa tingkat dari interaksi antara peserta
komunikasi. Adanya interaksi menunjukkan bahwa komunikasi antar
pribadi harus menghasilkan suatu keterpengaruhan tertentu. Tanpa adanya
pengaruh sebaliknya interaksi juga tidak ada manfaatnya. Interaksi dalam
komunikasi antar pribadi mengandalkan suatu perubahan dalam sikap,
pendapat, pikiran, perasaan, dan minat maupun tindakan tertentu.

Jucius (1967) (dalam Liliweri, 1991: 38) mengemukakan bahwa


interaksi dalam komunikasi antar pribadi merupakan satu kekuatan
pendukung. Ada lima hal yang harus diketahui dalam interaksi terhadap
sesama, yaitu: (1) dengan siapa individu mengadakan hubungan; (2)
seberapa sering, eratnya maupun renggangnya hubungan tersebut; (3)
bagaimana status dan peranan individu di dalam lingkungan kerja maupun
lingkungan pribadinya; (4) bagaimana ikatan-ikatan dengan organisasi
sosial maupun politik anggota kelompoknya; (5) pertemuan-pertemuan apa
yang dihadiri oleh individu dalam kelompok yang diteliti.

Selain umpan balik dan interaksi maka hasil komunikasi antar


pribadi lainnya adalah koherensi. Suatu umpan balik yang verbal maupun
non-verbal lebih bermakna lagi menunjang suatu interaksi kalau adanya
koherensi, yaitu adanya suatu benang merah yang terjalin antara pesan-
pesan verbal dan non-verbal yang terungkap sebelumnya dengan yang baru
saja diungkapkan. Dengan begitu semua pihak dalam komunikasi antar
pribadi harus mengetahui alur, urutan cara berpikir, perasaan, maupun
tindakan pada waktu sedang berkomunikasi.

Universitas Sumatera Utara


24

5. Komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik.

Intrinsik maksudnya adalah suatu standart dari perilaku yang


dikembangkan oleh seseorang sebagai pandu bagaimana mereka
melaksanakan komunikasi. Misalnya dua kawan yang menghindari topik
pembicaraan tertentu karena pandangan mereka terhadap topik tersebut
sangat berbeda.

Ekstrinsik maksudnya dengan adanya standart atau tata aturan


lainnyayang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau
pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antar pribadi harus
diperbaiki atau malah dihentikan. Jadi dalam komunikasi antar pribadi
selalu mempunyai hambatan sosial.

6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan

Komunikasi antar pribadi, ada sesuatu yang harus dilakukan oleh


mereka yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Jadi kedua pihak harus
sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sehingga tanda bahwa
mereka memang berkomunikasi.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia

Sunarjo (1983) dari berbagai sumber menyebutkan bahwa persuasi


tidak lain merupakan teknik untuk mempengaruhi manusia dengan
memanfaatkan penggunaan data atau fakta psikologis maupun sosiologis
dari komunikan yang hendak dipengaruhi dengan demikian persuasi bukan
merupakan pembujukan terhadap seseorang ataupun suatu kelompok untuk
menerima pendapat yang lain.

Universitas Sumatera Utara


25

2.1.2.1 Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial mulai dikembangkan sejak tahun 1973 oleh dua orang
ahli psikologi, Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Mereka mengajukan sebuah
konsep penetrasi sosial yang menjelaskan bagaimana berkembangnya kedekatan
hubungan. Mereka menduga bahwa hubungan interpersonal berakhir dengan teman
terbaik hanya jika mereka memproses dalam sebuah tahapan “tahapan dan bentuk
yang teratur dari permukaan ke tingkat pertukaran yang lebih intim sebagai hasil
langsung dan pemikiran” (Kadarsih, 2009 : 53).

Altman dan Taylor mengembangkan teori mereka pada bidang psikologi,


sehingga banyak dari proses dalam teorinya yang nampak terpusat pada
pengembangan hubungan yang bersifat psikologis. Meskipun demikian, Altman
dan Taylor juga menjelaskan proses komunikasi dalam teorinya, sehirgga tidak
mengherankan jika teori penetrasi sosial mempunyai banyak cabang dalam teori
komunikasi dan memainkan peran utama dalam gagasan-gagasan mengenai
komunikasi sebagai pusat proses dalam pengembangan hubungan.

Sejak lahirnya, teori penetrasi sosial mempunyai peran yang besar dalam
bidang psikologi dan komunikasi. Model teori penetrasi sosial menyediakan jalan
yang lengkap untuk menggambarkan perkembangan hubungan interpersonal dan
untuk mengembangkannya dengan pengalaman indivicu sebagai proses
pengungkapan diri yang mendorong kemajuan hubungan. Sehingga, teori telah
digunakan secara luas sebagai model dalam pengajaran mengenai hubungan
interpersonal dan sebagai kerangka kerja dalam mempertimbangkan
pengembangan hubungan.

Teori Penetrasi Sosial ini tidak hany melibatkan Self Disclosure, tetapi juga
menjelaskan bagaimana harus melakukan Self Disclosure dalam perkembangan
hubungan. Penetrasi sosial merupakan proses yang bertahap, dimulai dari
komunikasi basa-basi yang tidak akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut
topik pembicaraan yang lebih pribadi dan akrab, seiring dengan berkembangnya
hubungan. Di sini orang akan membiarkan orang lain untuk mengenal dirinya
secara bertahap. Dalam proses ini orang biasanya akan menggunakan persepsinya
untuk menilai keseimbangan antara upaya dan ganjaran (cost and reward) yand

Universitas Sumatera Utara


26

diterima atas pertukaran yang terus berlangsung untuk memperkirakan prospek


hubungan mereka (Bungin, 2006:264).

Altman dan Taylor (dalam Bungin, 2006: 264) menggunakan bawang


merah sebagai analogi untuk menjelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling
mengelupas lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Lapisan luar
berisi informasi superfisial seperti nama, alamat, dan umur. Ketika lapisan-lapisan
ini telah terkelupas’ kita semakin mendekati lapisan terdalam yang berisi informasi
yang lebih mendasar tentang kepribadian. Altman dan Taylor juga mengemukakan
adanya dimensi “keluasan” dan “kedalaman” dari jenis-jenis informasi, yang
menjelaskan setiap lapisan kepribadian. Keluasan mengacu pada banyaknya jenis-
jenis informasi pada lapisan tertentu yang dapat diketahui oleh orang lain dalam
pengembangan hubungan. Dimensi kedalaman mengacu pada lapisan informasi
mana yang dapat dikemukakan pada orang lain. Bila suatu hubungan menjadi rusak,
keluasan dan kedalamansering kali akan (tetapi tidak selalu) menurun, proses ini
disebut depenetrasi.

2.1.2.2 Self Disclosure

Self Disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan


diri melalui informasi yang diberikan kepada orang lain untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan keakraban.

Menurut Person (dalam Ifdil, 2013 : 111), self disclosure sebagai tindakan
seseorang memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara
sukarela dan disengaja dengan maksud memberi informasi yang akurat mengenai
dirinya. Menurut Gainau (dalam ifdil, 2013 : 111), informasi yang disampaikan
terdiri atas 5 aspek, yaitu perilaku, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang
sesuai dengan diri orang yang bersangkutan.

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa
setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang
lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang
pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan jendela
Johari (Johari Window).

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 2.1

Jendela Johari

1. Terbuka (Diketahui diri 2. Buta (Tidak diketahui diri


sendiri dan diketahui orang sendiri tetapi diketahui orang
lain) lain)

3. Tersembunyi (Diketahui diri 4. Tidak dikenal (Tidak


sendiri tetapi tidak diketahui diketahui diri sendiri dan
orang lain) tidak diketahui orag lain)

Sumber: Liliweri, (1991).

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam


pengembangan hubungan antar seorang dengan yang lainnya terdapat empat
kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang (jendela).

Bidang 1, melukiskan suatu kondisi di mana antara seorang dengan yang


lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling
mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Bidang 2, melukiskan bidang buta,
masalah hugungan antara kedua pihak hanya diketahui orang lain namun tidak
diketahui oleh diri sendiri. Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah
hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang
lain. Bidang 4, bidang tidak dikenal, di mana kedua pihak sama-sama tidak
mengetahui masalah hubungan di antara mereka (Liliweri, 1993:53).

2.1.3 Media Sosial

Situs sosial media pertama kali diciptakan pada tahun 1995. Kala itu situs
pertama tersebut bernama classmates.com. Media sosial merupakan situs-situs web
yang diciptakan untuk memudahkan komunikasi tanpa perlu melakukan tatap muka
secara langsung dalam bentuk yang lebih maju (modern). Dalam media sosial,
komunikasi dapat dilakukan secara interpersonal seperti melalui chatting maupyn
secara massa. Media sosial merupakan bentuk komunikasi yang terbuka antar setiap
pengguna sehingga membentuk jaringan yang saling terhubung antar pengguna.

Universitas Sumatera Utara


28

Teknologi internet mengalami perkembangan terus dengan munculnya


berbagai macam fasilitas untuk mengakses informasi. Perkembangan terakhir
adalah digunakannya sebagai sosial media (social network) melalui Facebook,
Twitter, Blog (My Space), LinkedIn (bisnis dan profesional), friendster, DevianART
(digital art), Wayn dan Couchsurfing (traveling), Flickr (berbagi foto). Disebut
media sosial karena masalah sosial (interaksi sosial) yang dimediasi oleh media.

Beberapa kelebihan pengguna internet sebagai media sosial, antara lain:

1. Interaktif, terbuka, dan demokratis sehingga siapa saja bisa


berpartisipasi, memberi komentar dan berbagi informasi dalam waktu
yang cepat dan tak terbatas

2. Bersifat global tanpa perlu bertemu muka secara langsung (terakhir bisa
dengan muka melalui virtual yahoo messenger dan Skype)

3. Sebagai ruang publik yang terbuka, luwes, dan lingkungan informasi


yang dinamis

4. Pengguna terbawa pada jejaring perkawanan dalam situasi yang erat


(friendly) sehingga dengan mudah melakukan kontak, mencurahkan
perasaan (curhat), mencerca, keluhan, pujian, fitnah yang tidak bisa
dilakukan oleh media konvensional

5. Menciptakan jejaring sosial (individu, kelompok, dan antarkomunitas)


dalam membangun isu dan kekuatan yang bisa melahirkan gerakan
massa

6. Setiap pengguna bisa memproduksi informasi dan mendistribusikannya


ke banyak pihak tanpa batas (multilevel marketing model)

Begitu bebasnya penggunaan internet untuk jejaring sosial, sehingga


melahirkan sejumlah pengaruh pada perilaku manusia dalam berkomunikasi
maupun dalam hubungan antarmanusia menurut Darmastuti (dalam Cangara
2013:131) antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


29

1. Mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dengan


terbiasa melakukan transaksi dan negosiasi secara online

2. Perubahan perilaku dengan mudah: penyimpangan seksual


(perselingkuhan), menghujat, dan memfitnah orang lain sehingga bisa
menimbulkan delik hukum

3. Membiasakan masyarakat berperilaku tidak jujur dan suka berbohong,


melalui pesan yang tidak sesuai dengan realitas sesungguhnya

4. Membuat masyarakat jarang berkomunikasi langsung sehingga


komunikasi antara orang tua dan anak lebih banyak melalui media
virtual

5. Cara pandang masyarakat dengan melihat dunia dalam arti luas dan
global-tidak berorientasi lokal

6. Individu menjadi pusat informasi, sehingga menimbulkan keakuan,


menang sendiri, dan cenderung menonjolkan pencitraan diri

7. Berlomba-lomba menonjolkan diri untuk mendapatkan teman dengan


menawarkan diri menjadi sahabat

2.1.3.1 New Media

Media baru muncul pada tahun 1990 dengan terbitnya buku “The Second
Media Age” yang menggambarkan munculnya teknologi interaktif dan komunikasi
jejaring (Network communication), khususnya internet yang akan mengubah
kehidupan masyarakat dalam berkomunikasi (Cangara, 2013).

Internet ditemukan 30 tahun setelah ditemukannya computer. Munculnya


internet membuat fungsi computer tidak lagi hanya sekedar pengganti mesin hitung
dan mesin ketik, tetapi juga menjadi media komunikasi lintas benua (Cangara,
2007:150).

Universitas Sumatera Utara


30

Kelebihan dari internet ini adalah kecepatan mengirim, menerima, dan


penyedia data dan informasi yang sangat baik. Internet juga dapat difungsikan
sebafai media antarpribadi dengan pengiriman pesan dalam bentuk e-mail dan
media sosial yang tidak membutuhkan waktu lama seperti media lama seperti surat
(Cangara 2007:150)

Media internet memiliki sejumlah kelebihan, antara lain:

1. Kemampuan untuk menembus batas wilayah, ruang, dan waktu

2. Memperluas akses memperoleh informasi global

3. Meningkatkan kemampuan untuk berserikat secara bebas

4. Mengancam tatanan yang telah mapan seperti pemerintah otokrasi

5. Memiliki kecepatan perkembangan dan penyebaran yang sulit diatasi

Hal ini sejalan dengan pendapat McQuail dalam Cangara (2013:127) bahwa
media baru memiliki ciri-ciri, yakni:

1. Digitalisasi dan konvergensi pada semua aspek media

2. Interaktif dan konektivitas yang tinggi

3. Mobilisasi pengiriman dan penerimaan informasi yang cepat

4. Adaptasi publikasi dan peran baru khalayak

5. Menjadi gateway untuk bisa mengakses informasi dari web

6. Kaburnya institusi media yang selama ini dilembagakan pada media massa

2.1.3.2 Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi pengambil foto dan berbagi foto.


Instagram dapat mengambil foto seperti aplikasi kamera lainnya dan menerapkan
filter dan pengguna dapat membagikannya ke Facebook, Twitter, Tumblr, dan
media sosial lainnya. Instagram dapat juga berfungsi sebagai media sosial dimana
pengguna dapat melihat foto orang lain dan memberikan “like” dan komentar.
Penggunaannya yang sederhana membuat Instagram menjadi media sosial yang

Universitas Sumatera Utara


31

terkenal dalam waktu cepat. Beberapa fitur Instagram saat ini termasuk filter foto,
sticker, Instagram Story dan live streaming (businessinsider.com, 2010).

Secara etimologis, Instagram terdiri dari kata Insta dan Gram. insta berasal
dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan
sebutan "foto instan". Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan,
seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari
kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain
dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan
menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat
diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan gabungan dari kata
instan dan telegram. (Sinaga, 2017:26)

2.1.3.3 Instagram Story

Instagram Story adalah fitur baru yang diluncurkan oleh Instagram. Fitur
ini mirip dengan aplikasi Snapchat dan bertujuan untuk bersaing dengan Snapchat.
Pengguna dapat langsung membagikan kegiatan sehari-hari baik dalam bentuk foto
maupun video singkat langsung ke kolom Instagram Story yang langsung dapat
dilihat oleh pengikut. Foto dan video yang dibagikan ke dalam Instagram Story
hanya akan bertahan selama 24 jam. Setelah itu konten Instagram Story akan
terhapus secara otomatis. Sampai pada Januari 2019, pengguna Instagram Story
telah mencapai 500 juta pengguna. (Alfando, Erawan, dan Rahim, 2018).

2.1.4 Penggunaan Media

Penggunaan media tidak dapat dilepaskan dari teori Uses and Gratification
dicetuskan oleh Herbert Blumer dan Elihu Kartz pada tahun 1974. Teori ini
mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari
sumber media yang paling baik dalam memenuhi kebutuhannya. (Nurudin,
2004:181)

Penggunaan media ini juga dipengaruhi oleh dua elemen dasar lainnya,
yaitu banyaknya penggunaan dan alur penggunaan media tersebut. Banyaknya

Universitas Sumatera Utara


32

penggunaan media dan bagaimana media digunakan saling mempengaruhi sati


sama lain. Misalnya e-mail, jika e-mail digunakan hanya untuk kepentingan kantor,
tentunya frekuensinya akan sebatas penggunaan di kantor. Tetapi jika e-mail
tersebut digunakan juga untuk kepentingan diluar kantor, maka frekuensi
penggunaan e-mail tersebut juga akan bertambah. (El-Shinnawy, 1993:36)

2.2 Kerangka Konsep

Objek kajian dipahami dan ditata berdasarkan konsep-konsep. Setiap objek


dan setiap hubungan antar objek mempunyai nama dan nama itulah yang disebut
konsep. Berdasarkan konsep-konsep itu peneliti dapat menata hasil pengamatannya
ke dalam suatu tata kepahaman yang menggambarkan dunia realitas sebagaimana
yang dirasa, dialami, dan diamati (Aminah dkk, 2005:49).

Untuk menguji konsep secara empiris, maka harus ditentukan variabel


terlebih dahulu. Komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
pengguna Instagram Story dan keterbukaan diri mahasiswa. Berdasarkan
komponen tersebut, maka skema model teoritis yang terbentuk adalah sebagai
berikut:

Instagram Story Keterbukaan Diri Mahasiswa

Gambar 1

Model Teoritis Penelitian

Universitas Sumatera Utara


33

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan.


Maka dibuat batasan variabel penelitian agar lebih jelas penggunaannya di lapangan
daloam bentuk tabel berikut:

Tabel 2.2

Variabel Penelitian

Variabel Teoritis Indikator

Variabel X • Frekuensi

Instagram Story • Durasi

• Isi

Variabel Y • Terbuka

Tingkat keterbukaan Diri Mahasiswa • Buta

• Tersembunyi

2.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian lapangan, konsep yang relevan dan berkedudukan sentral


dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Jadi, tidak cukup kiranya
jika konsep itu hanya sekadar didefinisikan secara eksplisit. (Aminah, Cahyana,
dkk, 2005 : 50).

2.4.1 Variabel Bebas (Instagram Story)

Instagram Story

• Frekuensi, yaitu seberapa sering Instagram Story digunakan oleh


pengguna.

• Durasi, yaitu lama penggunaan Instagram Story.

• Isi, yaitu konten yang diunggah oleh pengguna Instagram Story.

Universitas Sumatera Utara


34

2.4.2 Variabel Terikat (Keterbukaan Diri)

Tingkat keterbukaan diri mahasiswa

• Terbuka, yaitu kondisi hubungan yang saling mengetahui di mana


pengguna bersifat terbuka untuk mengeluarkan opini dan informasi
tentang dirinya dan mau menerima masukan dari orang lain.

• Buta, yaitu kondisi hubugnan yang diketahui orang lain, tetapi tidak
oleh diri sendiri dimana pengguna bersifat tertutup untuk opini orang
lain tentang dirinya sendiri tetapi senang memberikan opininya
kepada orang lain.

• Tersembunyi, yaitu kondisi hubungan yang diketahui diri sendiri,


tetapi tidak dengan orang lain dimana pengguna bersifat tertutup
dengan hanya memberikan sebagian kecil informasi yang hanya
dimengerti oleh pengguna, tetapi tidak oleh orang lain. Pengguna
biasanya mencari tahu opini orang tetapi tidak mengeluarkan
informasi dirinya dengan detail untuk menghindari respon orang
yang tidak diinginkannya.

2.5 HIPOTESIS

Hipotesis adalah pernyataan atau jawaban tentatif atas masalah dan


kemudian hipotesis dapat diverifikasi hanya setelah uji hipotesis secara empiri.
Tujuannya ialah untuk mengetahui kebenaran atau ketidakbenaran atau untuk
menerima dan menolak jawaban tentatif.

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara fitur Instagram Story terhadap keterbukaan


diri mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan.

H1 : Terdapat pengaruh antara fitur Instagram Story terhadap keterbukaan diri


mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan


format deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di kalangan mahasiswa
ilmu komunikasi Fisip USU (Bungin 2005 : 36).

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi fakultas pada
tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 1982 tersebut menetapkan FISIP sebagai fakultas yang ke 9 (Sembilan) di
Universitas Sumatera Utara. FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982,
tetapi cikal bakal FISIP USU sudah muncul pada tahun 1980, berdasarkan Surat
Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80,pada tanggal 1 Juli 1980.
Perkuliahan pertamakali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah
mahasiswa hasil ujian Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SIPENMARU) bulan
Juli 1980 sebanyak 75 orang.

Pada tahun 1981, kurang lebih dalam setahun, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 0535/0/83
tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas
Sumatera Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia tersebut, disebutkan FISIP USU mempunyai 6
(enam) jurusan dengan urutan berikut:

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan Ilmu Politik

5. Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

35 Universitas Sumatera Utara


36

6. Jurusan Ilmu Komunikasi

7. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan


berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Republik Indonesia Nomor : 0535 / 0 /
83 itu, karena pembukaan jurusan pada tahap awal dilakukan pada semester tujuh
yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada
ketersediaan staf pengajar.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terletak
di Jalan Dr. A. Sofian No.1 Kampus USU, Kota Medan. Dewasa ini FISIP USU
mempunyai 6 (enam) Departemen, satu Program Diploma III, dan Satu Program
Pasca Sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi yang dibagi ke
dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dan Program Studi Ilmu
Administrasi Bisnis, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi, dan
Departemen Ilmu politik.Program Studi Diploma III Administrasi, Perpajakan , dan
Pogram Studi S2 Megister Studi Pembangunan.

3.1.2 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

a. Visi yang diemban oleh FISIP USU:Menjadi Pusat Pendidikan dan


Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat.

b. Misi yang diemban oleh FISIP USU:

1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat


riset, kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

Universitas Sumatera Utara


37

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh


stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi
relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi profesional
pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan
sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang
ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak
lain.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf


dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam
menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus
memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademika.
Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip
Profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan
pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan
menjalankan fungsi masing- masing.

4. Menjadi Institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi
pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-
pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara sendiri.

3.2 Metodologi Penelitian

Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki permasalahan


yang akan menjadi pusat perhatian peneliti. Kemudian peneliti mendefinisi serta
memformulasikan masalah penelitian dengan jelas dan sehingga mudah dimengerti.
Setelah masalah penelitian diformulasikan, maka didesain rancangan penelitian
yaitu desain model penelitian. Dengan inilah yang nantinya menuntun penelitian
secara keseluruhan mulai dari awal sampai akhir penelitian (Bungin 2009 : 50).

Universitas Sumatera Utara


38

Metode korelasional digunakan untuk mengukur hubungan di antara


berbagai variabel, meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang
variabel bebas, mempermudah cara untuk membuat rancangan penelitian
eksperimental.

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan penggunaan metode


korelasional, maka penelitian ini diarahkan untuk menanalisis apakah hubungan
antara penggunaan Instagram Story terhadap keterbukaan diri Mahasiswa FISIP
USU Angkatan 2014-2015.

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Alamat
FISIP USU Jalan Dr. A. Sofyan Nomor 1. Kampus USU Padang Bulan, Medan,
Kode Pos 20155. Sementara, penelitian ini dilakukan pada tanggal Mei 2017
sampai tanggal Mei 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek
yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga
objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin 2005 : 99).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik USU, angkatan 2014 dan 2015 yang sudah pernah menggunakan Fitur
Instagram Story.

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 3.1

Pengguna Instagram Story di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Angkatan Jumlah Pengguna Instagram Story

2014 200 110

2015 128 64

Jumlah Total 174

Sumber: Survey Pra Penelitian

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut. Sampel ini yang nantinya akan menjadi objek penelitian yang akan
diberikan kuesioner. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus slovin,
yaitu:

𝑁
𝑛=
𝑁(𝑑)2 + 1

174
𝑛=
174(0.1)2 + 1

174
𝑛=
2.74

𝑛 = 63.5 ≈ 64

Keterangan:

N = jumlah populasi

n = sampel

𝑑 2 = presisi (digunakan 90% atau sig 0,1)

Universitas Sumatera Utara


40

3.4 Teknik penarikan sampel

A. Proporsional Random Sampling

Teknik sampling ini dapat digunakan pada populasi berstrata,


populasi area, ataupun populasi cluster. Hal yang terpenting dalam teknik
ini adalah penggunaan perwakilan berimbang. Peneliti harus mengetahui
besar kecil unit-unti populasi yang ada. Kemudian dengan pengetahuan ini
peneliti mengambil wakildari unit-unit populasi tersebut dengan sistem
perwakilan berimbang (Bungin 2005 : 114). Dari jumlah 64 orang, maka
dipilih jumlah sampel dari setiap kelas dengan menggunakan rumus:

𝑛 × 𝑛1
𝑛𝑎 =
𝑁

Keterangan:

na = ukuran sampel tiap golongan


n = jumlah sampel keseluruhan
n1 = jumlah populasi tiap bagian
N = jumlah populasi

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat diperoleh jumlah sampel per


angkatan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2
Tabel Sampel

No Angkatan Rumus Jumlah Sampel

1 2014 64 × 110 40,46 ≈ 40


174

2 2015 64 × 64 23,5 ≈ 24
174

Total 64

Universitas Sumatera Utara


41

B. Simple Random Sampling

Simple random sampling ialah sebuah sampel yang diambil


sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
(Mantra 2004 : 108).

Tata Cara pengundian unit-unit populasi adalah sebagai berikut:

1. Semua unit penelitian akan disusun dalam kerangka sample

2. Setiap nomor unit penelitian akan ditulis dalam sebuah kertas dan
digulung

3. Kertas-kertas tersebut akan dikocok dan diambil sesuai dengan jumlah


yang direncanakan

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti


untuk mengumpulkan data sehingga dapat menghasilkan data yang valid.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:

a. Penelitian lapangan

Pengumpulan data dengan cara melakukan survei ke lokasi


penelitian dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner
merupakan serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian diberikan kepada responden untuk diisi
berdasarkan apa yang menjadi keadaan ataupun pendapatnya.

Studi kepustakaan merupakan cara pengumpulan data yang


dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-
pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media
cetak., khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan
dengan masalah yang dibahas oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


42

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan cara pengumpulan data yang


dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-
pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media
cetak., khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan
dengan masalah yang dibahas oleh peneliti.

3.7 Teknik Analisis Data

a. Analisis tabel tunggal

Tujuan membuat tabel tunggal dalam metode survei adalah


untuk mendeskripsikan jumlah dan persebaran dari masing-masing
variabel yang merupakan karakteristik dari kondisi demografi, sosial
dan ekonomi dari sampel responden yang diteliti (Mantra 2004 :
135).

b. Analisis tabel silang

Analisis tabel silang bertujuan untuk memberikan penjelasan


(explanatory issues) misalnya hubungan antara variabel satu dengan
variabel lain (Mantra, 2004 : 135)

c. Uji Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang yang dirumuskan dalam


bentuk yang dapat diuji dan menggambarkan atau memprediksikan
suatu hubungan tertentu antara dua atau lebih variabel. Oleh karena
itu kebenaran atau keberlakuan suatu hipotesis harus diuji terlebih
dahulu secara empiris (Aminah, Cahyana, dkk, 2005 : 112). Uji
Hipotesis menggunakan SPSS versi 22.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan beberapa tahap agar data-data yang dibutuhkan


sehubungan dengan penelitian ini dapat terkumpul sebanyak-
banyaknya, tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi:

4.1.1 Tahap Awal

Pada tahap awal, peneliti melakukan survei pra-penelitian untuk


mengetahui siapa saja pengguna Instagram Story di kalangan
mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip USU stambuk 2014 dan 2015. Survei
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui jumlah
pengguna Instagram Story dan akan dijadikan sebagai populasi dalam
penelitian nanti. Setiap penerima kuisioner prapenelitian yang
menjawab bahwa mereka menggunakan Instagram Story akan dijadikan
populasi.

4.1.2 Penelitian Kepustakaan

Peneliti kemudian mempelajari dan mengumpulkan data untuk


penelitian melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan
mendukung penelitian. Peneliti melakukan penelitian kepustakaan
dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, penelitian
sebelumnya, dan internet sebagai media online yang sangat membantu
untuk memperoleh informasi yang terkait masalah penelitian.

4.1.3 Penelitian Lapangan

Peneliti mengadakan penelitian dengan cara menyebarkan kuisioner


secara online. Awalnya peneliti meminta bantuan dari 2 mahasiswa
masing-masing dari angkatan 2014 dan 2015 untuk menyebarkan
kuisioner yang sudah peneliti susun siapkan di Google Docs dan
memberikan link kuisioner untuk disebarkan kepada responden yang

43 Universitas Sumatera Utara


44

telah dipilih. Responden sendiri dipilih secara diundi dari populasi yang
telah ditentukan dalam survei prapenelitian. Dari populasi tersebut
ditentukan 64 penerima kuisioner dan dari 64 penerima kuisioner yang
ditentukan, tidak semuanya mengisi kuisioner. Terdapat 10 orang yang
tidak meresponi permintaan untuk mengisi kuisioner, 7 dari stambuk
2014 dan 3 dari stambuk 2015. Peneliti akhirnya memutuskan untuk
mengganti penerima kuisioner. Penentuan penerima kuisioner yang baru
juga ditentukan dengan cara diundi dan dari 10 orang baru yang
ditentukan, hanya 8 orang yang meresponi.

4.1.4 Tahapan Pengolahan Data

Penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti di kampus Universitas


Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik berhasil
mengumpulkan data dari 64 responden, maka peneliti melakukan
pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Penomoran Kuisioner
Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut yang telah
diisi responden sebagai tanda pengenal (01-64).
2. Billing
Merupakan proses pengeditan jawaban responden untuk
memperjelas jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya
kesilapan pengisian data dalam kode yang disediakan.
3. Label
Memberi label pada setiap pertanyaan sebagai tanda untuk
membedakan pertanyaan yang satu dengan yang lain dalam bentuk
skor untuk memudahkan memasukkan data.
4. Coding
Proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak-kotak kode
yang telah disediakan pada lembar kuesioner dalam bentuk angka
(score).
5. Inventarisasi
Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar FC
(Fotron Cobol) sehingga membentuk satu kesatuan.

Universitas Sumatera Utara


45

6. Tabulasi Data
Pada tahap ini, data FC di masukkan ke dalam tabel. Tabel tersebut
terdiri dari tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Sebaran data dalam
tabel secara rinci meliputi kategori frekuensi, persentase, dan
selanjutnya dianalisa.
7. Uji Hipotesa
Pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data yang
diajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini digunakan
rumus uji statistik yang telah ditentukan, yaitu uji korelasi tata
jenjang Spearman. Untuk mengukur tinggi rendahnya digunakan
skala Ordinal.

4.2 Analisis Tabel Tunggal

Data yang dibahas dan disajikan dalam analisis tabel tunggal


terdiri dari : Identitas Responden; Penggunaan Instagram Story; dan
Keterbukaan diri dalam penggunaan Instagram Story.

4.2.1 Identitas Responden


Tabel 4.1
Jenis Kelamin
No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Laki-laki 15 23.4

2 Perempuan 49 76.6

Jumlah 64 100

P.1/FC.2
Dari tabel jenis kelamin diatas, diketahui responden dengan jenis kelamin
laki-laki adalah sebanyak 15 responden (23,4%), dan responden perempuan adalah
sebanyak 49 responden (76,6%). Jadi dari keseluruhan responden, jumlah
responden perempuan ialah responden yang terbanyak dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 49 orang.

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.2

Angkatan

No Angkatan Frekuensi (f) Persen (%)

1 2014 40 62.5

2 2015 24 37.5

Jumlah 64 100

P.2/FC.3

Dari tabel Stambuk diatas, diketahui responden dari stambuk 2014 adalah
sebanyak 40 responden (62,5%), dan responden dari stambuk 2015 adalah sebanyak
24 responden (37,5%). Jadi dari keseluruhan responden, jumlah responden dari
stambuk 2014 ialah responden yang terbanyak dalam penelitian ini yaitu sebanyak
40 orang.

4.2.2 Instagram Story

Tabel 4.3

Intensitas Penggunaan Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Jarang 9 14.1

2 Kadang-kadang 17 26.6

3 Sering 25 39.1

4 Sangat Sering 13 20.3

Jumlah 64 100

P.3/FC.4

Universitas Sumatera Utara


47

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang jarang menggunakan


Instagram Story adalah sebanyak 9 responden (14,1%), kadang-kadang adalah
sebanyak 17 responden (26,6%), sering adalah sebanyak 25 responden (39,1%), dan
sangat sering adalah sebanyak 13 responden (20.3%). Dari uraian tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden sering menggunakan Instagram
Story.

Tabel 4.4

Intensitas Upload Foto ke Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 1 1.6

2 Jarang 24 37.5

3 Kadang-kadang 31 48.4

4 Sering 8 12.5

Jumlah 64 100

P.4/FC.5

Dari tabel di atas, dapat diketahui pengguna Instagram Story yang tidak
pernah meng-upload foto adalah sebanyak 1 responden (1,6%), jarang adalah
sebanyak 24 responden (37,5%), kadang-kadang adalah sebanyak 31 responden
(48,8%), dan sering adalah sebanyak 8 responden (12.5%). Dari uraian tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden tidak terlalu sering meng-
upload foto atau hanya kadang-kadang saja.

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 4.5

Intensitas Unggah Video ke Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 3 4.7

2 Jarang 24 37.5

3 Kadang-kadang 31 48.4

4 Sering 6 9.4

Jumlah 64 100

P.5/FC.6

Dari tabel di atas, dapat diketahui pengguna Instagram Story yang tidak
pernah meng-upload video adalah sebanyak 3 responden (4,7%), jarang adalah
sebanyak 24 responden (37,5%), kadang-kadang adalah sebanyak 31 responden
(48,8%), dan sering adalah sebanyak 6 responden (9.4%). Dari uraian tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden tidak terlalu sering meng-
upload foto atau hanya kadang-kadang saja.

Tabel 4.6

Durasi Penggunaan Instagram Story per Penggunaan

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Sebentar (1-10 menit) 40 62.5

2 Agak Lama (11-20 menit) 18 28.1

3 Cukup Lama (21-30 menit) 6 9.4

4 Sangat Lama (30 menit ke atas) 0 0

Jumlah 64 100

P.6/FC.7

Universitas Sumatera Utara


49

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang hanya sebentar


menggunakan Instagram Story per pemakaian adalah sebanyak 40 responden
(62.5%), agak lama adalah sebanyak 18 responden (28.1%), cukup lama adalah
sebanyak 6 responden (9.4%), dan sangat lama adalah sebanyak 0 responden (0%).
Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden hanya
sebentar menggunakan Instagram Story per penggunaan.

Tabel 4.7

Durasi Penggunaan Instagram Story per Hari

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Sebentar (1 jam) 45 70.3

2 Agak Lama (2 jam) 11 17.2

3 Cukup Lama (3 jam) 7 10.9

4 Sangat Lama (4 jam ke atas) 1 1.6

Jumlah 64 100

P.7/FC.8

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang hanya sebentar


menggunakan Instagram Story per hari adalah sebanyak 45 responden (70,3%),
agak lama adalah sebanyak 11 responden (17,2%), cukup lama adalah sebanyak 7
responden (10,9%), dan sangat lama adalah sebanyak 1 responden (1,6%). Dari
uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden hanya
sebentar menggunakan Instagram Story per hari.

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 4.8

Durasi Video Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Sangat pendek (dibawah 30 detik) 40 62.5

2 Pendek (30 detik) 18 28.1

3 Panjang (diatas 30 detik) 6 9.4

4 Sangat panjang (1 menit) 0 0

Jumlah 64 100

P.8/FC.9

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang mengunggah video


berdurasi sangat pendek adalah sebanyak 40 responden (62.5%), pendek adalah
sebanyak 18 responden (28.1%), panjang adalah sebanyak 6 responden (9.4%), dan
sangat panjang adalah sebanyak 0 responden (0%). Dari uraian tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden mengunggah video berdurasi
sangat pendek.

Tabel 4.9

Frekuensi Unggah Foto Selfie

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 17 26,6

2 Jarang 43 67.2

3 Sering 4 6.3

4 Sangat Sering 0 0

Jumlah 64 100

P.9/FC.10

Universitas Sumatera Utara


51

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah mengunggah
foto selfie adalah sebanyak 17 responden (26,6%), responden yang sering adalah
sebanyak 43 responden (67,2%), responden yang sering adalah sebanyak 4
responden (6,3%), dan responden yang sangat sering adalah sebanyak 0 responden
(0%). Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden
jarang mengunggah foto Selfie.

Tabel 4.10

Frekuensi Unggah Foto Bersama Orang Lain

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 2 3.1

2 Jarang 30 46.9

3 Sering 29 45.3

4 Sangat Sering 3 4.7

Jumlah 64 100

P.10/FC.11

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah mengunggah
foto bersama orang lain adalah sebanyak 2 responden (3,1%), responden yang
jarang adalah sebanyak 30 responden (46,9%), responden yang sering adalah
sebanyak 29 responden (45,3%), dan responden yang sangat sering adalah sebanyak
3 responden (4,7%). Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
mayoritas responden jarang mengunggah foto bersama orang lain.

Universitas Sumatera Utara


52

Tabel 4.11

Frekuensi Mengunggah Foto Tanpa Menampilkan Diri Sendiri

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 5 7.8

2 Jarang 32 50

3 Sering 23 35.9

4 Sangat Sering 4 6.3

Jumlah 64 100

P.11/FC.12

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah mengunggah
foto tanpa menampilkan diri sendiri adalah sebanyak 5 responden (7,8%),
responden yang jarang adalah sebanyak 32 responden (50%), responden yang
sering adalah sebanyak 23 responden (35,9%), dan responden yang sangat sering
adalah sebanyak 4 responden (6,3%). Dari uraian tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa mayoritas responden jarang mengunggah foto tanpa
menampilkan diri sendiri.

Tabel 4.12

Mengunggah Konten yang Tidak Berhubungan dengan Kegiatan Pribadi

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 10 15.6

2 Jarang 36 56.3

3 Sering 16 25

4 Sangat Sering 2 3.1

Jumlah 64 100

P.12/FC.13

Universitas Sumatera Utara


53

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah mengunggah
foto yang tidak berhubungan dengan kegiatan pribadi adalah sebanyak 10
responden (15,6%), responden yang jarang adalah sebanyak 36 responden (56,3%),
responden yang sering adalah sebanyak 16 responden (25%), dan responden yang
sangat sering adalah sebanyak 2 responden (3,1%). Dari uraian tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden jarang mengunggah foto yang
tidak berhubungan dengan kegiatan pribadi.

Tabel 4.13

Penggunaan Fitur Voting dalam Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 27 42.2

2 Jarang 33 51.6

3 Sering 2 4.7

4 Sangat Sering 1 1.6

Jumlah 64 100

P.13/FC.14

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah


menggunakan fitur voting adalah sebanyak 27 responden (42,2%), responden yang
jarang adalah sebanyak 33 responden (51,6%), responden yang sering adalah
sebanyak 2 responden (4,7%), dan responden yang sangat sering adalah sebanyak
1 responden (1,6%). Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
mayoritas responden jarang menggunakan fitu voting dalam Snapgram.

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 4.14

Penggunaan Fitur Close Friend

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 41 64.1

2 Jarang 14 21.9

3 Sering 7 10.9

4 Sangat Sering 2 3.1

Jumlah 64 100

P.14/FC.15

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah


menggunakan fitur hanya berbagi dengan teman dekat atau Close Friend adalah
sebanyak 41 responden (64,1%), responden yang jarang adalah sebanyak 14
responden (21,9%), responden yang sering adalah sebanyak 7 responden (10,9%),
dan responden yang sangat sering adalah sebanyak 2 responden (3,1%). Dari uraian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden tidak pernah
menggunakan fitur Close Friend dalam Snapgram.

Universitas Sumatera Utara


55

4.2.3 Keterbukaan Diri

Tabel 4.15

Keterbukaan dalam Posting Hal-hal Pribadi

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Terbuka 35 54.7

2 Sedikit Terbuka 24 37.5

3 Cukuo Terbuka 5 7.8

4 Sangat Terbuka 0 0

Jumlah 64 100

P.15/FC.16

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak terbuka dalam
memposting hal-hal pribadi yang menunjukkan identitas diri adalah sebanyak 35
responden (54,7%), responden yang sedikit terbuka adalah sebanyak 24 responden
(37,5%), responden yang cukup terbuka adalah sebanyak 5 responden (7,8%), dan
responden yang sangat terbuka adalah sebanyak 0 responden (0%). Dari uraian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden tidak terbuka dalam
memposting hal-hal pribadi yang menunjukkan identitas diri.

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel 4.16

Mengunggah Foto/Video Permasalahan Pribadi ke Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 41 64.1

2 Jarang 21 32.8

3 Sering 2 3.1

4 Sangat Sering 0 0

Jumlah 64 100

P.16/FC.17

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah mengunggah
foto/video tentang permasalahan pribadi ke Snapgram adalah sebanyak 41
responden (64,1%), responden yang jarang adalah sebanyak 21 responden (32,8%),
responden yang sering adalah sebanyak 2 responden (3,1%), dan responden yang
sangat sering adalah sebanyak 0 responden (0%). Dari uraian tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden tidak pernah mengunggah
foto/video tentang permasalahan pribadi ke Snapgram.

Tabel 4.17

Respon Perasaan Terhadap Respon Orang Lain

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Senang 0 0

2 Kurang Senang 5 7.8

3 Senang 55 85.9

4 Sangat Senang 4 6.3

Jumlah 64 100

P.17/FC.18

Universitas Sumatera Utara


57

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak senang apabila
storynya diresponi orang adalah sebanyak 0 responden (0%), responden yang
kurang senang adalah sebanyak 5 responden (7,8%), responden yang senang adalah
sebanyak 55 responden (85,9%), dan responden yang sangat senang adalah
sebanyak 4 responden (6,3%). Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa mayoritas responden senang apabila Instagram Storynya diresponi oleh
orang lain.

Tabel 4.18

Respon terhadap Opini dalam Respon Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Peduli 5 7.8

2 Kurang Peduli 16 25

3 Peduli 40 62.5

4 Sangat Peduli 3 4.7

Jumlah 64 100

P.18/FC.19

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak peduli akan opini
orang lain akan Instagram Story adalah sebanyak 5 responden (7,8%), responden
yang kurang peduli adalah sebanyak 16 responden (25%), responden yang peduli
adalah sebanyak 40 responden (62,5%), dan responden yang sangat peduli adalah
sebanyak 3 responden (4,7%). Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa mayoritas responden peduli akan opini orang akan Instagram Storynya.

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 4.19

Pengaruh Opini Orang terhadap Diri, Situasi, dan Informasi dalam


Unggahan

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Berpengaruh 11 17.2

2 Kurang Berpengaruh 29 45.3

3 Berpengaruh 21 32.8

4 Sangat Berpengaruh 3 4.7

Jumlah 64 100

P.19/FC.20

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak terpengaruh akan
opini orang lain terhadap diri sendiri, situasi, dan informasi yang diunggah adalah
sebanyak 11 responden (17,2%), responden yang kurang terpengaruh adalah
sebanyak 29 responden (45,3%), responden yang terpengaruh adalah sebanyak 21
responden (32,8%), dan responden yang sangat terpengaruh adalah sebanyak 3
responden (4,7%). Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas
responden kurang terpengaruh akan opini orang lain terhadap diri sendiri, situasi,
dan informasi yang diunggah.

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 4.20

Motivasi Mengunggah Konten ke Instagram Story untuk Kesenangan Pribadi

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak 11 17.2

2 Ragu-ragu 7 10.9

3 Benar 42 65.6

4 Sangat Benar 4 6.3

Jumlah 64 100

P.20/FC.21

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang mengunggah konten ke


Instagram Story bukan hanya untuk kesenangan pribadi adalah sebanyak 11
responden (17,2%), responden yang ragu-ragu adalah sebanyak 7 responden
(10,9%), responden yang setuju adalah sebanyak 42 responden (65,6%), dan
responden yang sangat setuju adalah sebanyak 4 responden (6,3%). Dari uraian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden mengunggah
konten ke Instagram Story hanya untuk kesenangan pribadi.

Universitas Sumatera Utara


60

Tabel 4.21

Pengguna Mengabaikan Opini Orang tentang Instagram Story

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Mengabaikan 22 34.4

2 Sedikit Mengabaikan 27 42.2

3 Sering Mengabaikan 14 21.9

4 Selalu mengabaikan 1 1.6

Jumlah 64 100

P.21/FC.22

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak mengabaikan opini
orang tentang Instagram Storynya adalah sebanyak 22 responden (34,4%),
responden yang sedikit mengabaikan adalah sebanyak 27 responden (42,2%),
responden yang sering mengabaikan adalah sebanyak 14 responden (21,9%), dan
responden yang selalu mengabaikan adalah sebanyak 1 responden (1,6%). Dari
uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden sedikit
mengabaikan opini orang terhadap Instagran Storynya.

Universitas Sumatera Utara


61

Tabel 4.22

Kenyamanan Menceritakan Informasi Diri secara Detil

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Nyaman 50 78.1

2 Kurang Nyaman 12 18.8

3 Nyaman 2 3.1

4 Sangat Nyaman 0 0

Jumlah 64 100

P.22/FC.23

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak nyaman


menceritakan informasi diri secara detil dalam Instagram Storynya adalah sebanyak
50 responden (78,1%), responden yang kurang nyaman adalah sebanyak 12
responden (18,8%), responden yang nyaman adalah sebanyak 2 responden (3,1%),
dan responden yang sangat nyaman adalah sebanyak 0 responden (0%). Dari uraian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden tidak nyaman
menceritakan informasi dirinya dalam postingan Instagran Storynya.

Tabel 4.23

Posting Hal yang memiliki Makna yang Tersembunyi

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 33 51.6

2 Jarang 25 39.1

3 Sering 5 7.8

4 Sangat Sering 1 1.6

Jumlah 64 100

P.23/FC.24

Universitas Sumatera Utara


62

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah memposting
hal yang memiliki makna tersembunyi dalam Instagram Storynya adalah sebanyak
33 responden (51,6%), responden yang jarang adalah sebanyak 25 responden
(39,1%), responden yang sering adalah sebanyak 5 responden (7,8%), dan
responden yang sangat sering adalah sebanyak 1 responden (1,6%). Dari uraian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden tidak pernah
memposting hal yang memiliki makna tersembunyi dalam Instagram Storynya.

Tabel 4.24

Tingkat Kenyamanan untuk Memposting di Jam yang Sepi

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Nyaman 17 26.6

2 Kurang Nyaman 16 25

3 Nyaman 30 46.9

4 Sangat Nyaman 1 1.6

Jumlah 64 100

P.24/FC.25

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak nyaman


memposting dijam yang sepi adalah sebanyak 17 responden (26,6%), responden
yang kurang nyaman adalah sebanyak 16 responden (25%), responden yang
nyaman adalah sebanyak 30 responden (46,9%), dan responden yang sangat
nyaman adalah sebanyak 1 responden (1,6%). Dari uraian tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa mayoritas responden nyaman memposting dijam yang sepi.

Universitas Sumatera Utara


63

Tabel 4.25

Memposting hal yang tidak ada hubungan dengan informasi diri

No Pilihan Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 9 14.1

2 Jarang 24 37.5

3 Sering 25 40.6

4 Sangat Sering 5 7.8

Jumlah 64 100

P.25/FC.26

Dari tabel di atas, dapat diketahui responden yang tidak pernah memposting
hal yang tidak ada hubungannya dengan informasi diri atau kegiatan diri adalah
sebanyak 9 responden (14,1%), responden yang jarang adalah sebanyak 24
responden (37,5%), responden yang sering adalah sebanyak 25 responden (40,6%),
dan responden yang sangat sering adalah sebanyak 5 responden (7,8%). Dari uraian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden sering memposting
hal yang tidak ada hubungannya dengan informasi diri atau kegiatan diri.

Universitas Sumatera Utara


64

4.3 Analisis Tabel Silang

Tabel 4.26

Frekuensi Unggah Foto dengan Keterbukaan Memposting Hal Pribadi

Keterbukaan dalam unggahan


Frekuensi unggah
Tidak Kurang Sangat
foto Terbuka f
Terbuka Terbuka Terbuka
Tidak Pernah 1 0 0 0 1
Jarang 14 8 2 0 24
Kadang-kadang 17 14 0 0 31
Sering 3 2 3 0 8
Jumlah 35 24 5 0 64

Tabel 40 menunjukkan hubungan antara frekuensi unggah foto dengan


keterbukaan memposting hal pribadi. Dari 64 responden, jumlah responden yang
menyatakan tidak pernah mengunggah foto ke Instagram Story dan tidak terbuka
mengunggah postingan pribadi ke Instagram Story adalah sebanyak 1 responden.
Jumlah responden yang menyatakan jarang mengunggah foto ke Instagram Story
dan tidak terbuka mengunggah postingan bersifat pribadi adalah sebanyak 14
responden, kurang terbuka adalah sebanyak 8 responden, dan terbuka adalah
sebanyak 2 responden. Jumlah responden yang menyatakan kadang-kadang
mengunggah foto ke Instagram Story dan tidak terbuka mengunggah postingan
bersifat pribadi adalah sebanyak 17 responden, kurang terbuka adalah sebanyak 14
responden. Jumlah responden yang menyatakan sering mengunggah foto ke
Instagram Story dan tidak terbuka mengunggah postingan bersifat pribadi adalah
sebanyak 3 responden, kurang terbuka adalah sebanyak 2 responden, dan terbuka
adalah sebanyak 3 responden.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui hubungan antara frekuensi


mengunggah foto ke nstagram Story dengan keterbukaan dalam postingan hal
bersifat pribadi Instagram Story. Dari 64 responden, mayoritas responden memiliki

Universitas Sumatera Utara


65

tidak terbuka, maka yang akan dibahas adalah jawaban yang menyatakan tidak
terbuka, yaitu:

Tidak Pernah : 1/64 X 100% = 1,6%

Kadang-kadang : 14/64 X 100% = 21,9%

Sering : 17/64 X 100% = 26,6%

Sangat Sering : 3/64 X 100% = 4,7%

Berdasarkan data diatas dapat diketahui persentase responden yang


menyatakan tidak pernah mengunggah foto ke Instagram Story dan tidak terbuka
mengunggah postingan bersifat pribadi adalah sebesar 1,6%, persentase responden
yang menyatakan kadang-kadang mengunggah foto ke Instagram Story dan tidak
terbuka mengunggah postingan bersifat pribadi adalah sebesar 21,9%, oersentase
responden yang sering mengunggah foto ke Instagram Story namun tidak terbuka
mengunggah postingan bersifat pribadi adalah sebesar 26,6%, dan persentase
responden yang menyatakan sangat sering mengunggah foto ke Instagram Story
namun tidak terbuka mengunggah postingan bersifat pribadi adalah sebesar 4,7%.
dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan antara
frekuensi mengunggah foto dengan terbukaan dalam mengunggah postingan yang
bersifat pribadi di Instagram Story, yaitu sebesar 54,8%.

Tabel 4.27
Durasi penggunaan Instagram Story per hari dengan mendapatkan informasi
baru tentang diri atau tentang unggahan dari orang lain

Frekuensi mendapatkan informasi baru


Durasi penggunaan
tentang diri dan tentang unggahan
Instagram Story per
Tidak Sangat
hari. Jarang Sering f
Pernah Sering
Sebentar 10 26 8 0 44
Agak Lama 3 7 1 1 12
Lama 2 4 0 1 7
Sangat Lama 0 1 0 0 1
Jumlah 15 38 9 2 64

Universitas Sumatera Utara


66

Tabel 41 menunjukkan hubungan antara durasi penggunaan Instagram


Story per hari dengan seringnya mendapatkan informasi baru tentang diri atau
tentang unggahan dari orang lain. Dari 64 responden, jumlah responden yang
menyatakan hanya sebentar menggunakan Instagram Story per hari dan tidak
pernah mendapatkan informasi baru tentang dirinya dan unggahannya adalah
sebanyak 10 responden, jarang adalah sebanyak 26 responden, dan sering adalah
sebanyak 8 responden. Jumlah responden yang menyatakan agak lama
menggunakan Instagram Story dalam sehari dan tidak pernah mendapatkan
informasi baru tentang dirinya dan unggahannya adalah sebanyak 3 responden,
jarang adalah sebanyak 7 responden, sering adalah sebanyak 1 responden, dan
sangat sering adalah sebanyak 1 responden. Jumlah responden yang menyatakan
menggunakan Instagram Story dalam waktu yang lama dalam sehari dan tidak
pernah mendapatkan informasi baru tentang dirinya dan unggahannya adalah
sebanyak 2 responden, jarang adalah sebanyak 4 responden, dan sangat sering
adalah sebanyak 1 responden. Jumlah responden yang menyatakan sangat lama
menggunakan Instagram Story dalam sehari dan jarang mendapatkan informasi
baru tentang dirinya dan unggahannya adalah sebanyak 1 responden.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui hubungan antara durasi


penggunaan Instagram Story per hari dengan seringnya mendapatkan informasi
baru tentang diri atau tentang unggahan dari orang lain Dari 64 responden,
mayoritas responden memiliki jarang, maka yang akan dibahas adalah jawaban
yang menyatakan jarang, yaitu:

Sebentar : 26/64 X 100% = 40,6%

Agak Lama : 7/64 X 100% = 10,9%

Lama : 4/64 X 100% = 6,2%

Sangat Lama : 1/64 X 100% = 1,6%

Berdasarkan data diatas dapat diketahui persentase responden yang


menyatakan hanya sebentar menggunakan Instagram Story dalam sehari dan jarang
mendapatkan informasi baru tentang dirinya dan unggahannya adalah sebesar

Universitas Sumatera Utara


67

40,6%, persentase responden yang menyatakan agak lama menggunakan Instagram


Story dalam sehari dan jarang mendapatkan informasi baru tentang dirinya dan
unggahannya adalah sebesar 10,9%, persentase responden yang menggunakan
Instagram Story dalam waktu yang lama dalam sehari dan jarang mendapatkan
informasi baru tentang dirinya dan unggahannya adalah sebesar 6,2%, dan
persentase responden yang menyatakan menggunakan Instagram Story dalam
waktu yang sangat lama dalam sehari dan jarang mendapatkan informasi baru
tentang dirinya dan unggahannya adalah sebesar 1,6%. dari hasil tersebut, dapat
diambil kesimpulan terdapat hubungan antara durasi penggunaan Instagram Story
per hari dengan seringnya mendapatkan informasi baru tentang diri atau tentang
unggahan dari orang lain, yaitu sebesar 59,3%.
Tabel 4.28

Mengunggah konten tanpa Menampilkan diri Sendiri dengan Mengunggah


Hal-hal yang Memiliki Makna Tersembunyi

Frekuensi Frekuensi mengunggah hal-hal yang


mengunggah konten memiliki makna tersembunyi
tanpa menampilkan Tidak Sangat
Jarang Sering f
diri sendiri Pernah Sering
Tidak Pernah 1 3 1 0 5
Jarang 14 16 3 0 33
Sering 15 6 1 0 22
Sangat Sering 2 0 1 1 4
Jumlah 32 25 6 1 64

Tabel 42 menunjukkan hubungan mengunggah konten tanpa menampilkan


diri sendiri dengan mengunggah hal-hal yang memiliki makna tersembunyi. Dari
64 responden, jumlah responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah
konten tanpa menampilkan diri sendiri ke Instagram Story dan tidak pernah
mengunggah hal-hal yang memiliki makna tersembunyi ke Instagram Story adalah
sebanyak 1 responden, jarang adalah sebanyak 3 responden, dan sering adalah
sebanyak 1 responden. Jumlah responden yang menyatakan jarang mengunggah

Universitas Sumatera Utara


68

konten tanpa menampilkan diri sendiri dan tidak pernah mengunggah hal-hal yang
memiliki makna tersembunyi ke Instagram Story adalah sebanyak 14 responden,
jarang adalah sebanyak 16 responden, dan sering adalah sebanyak 3 responden.
Jumlah responden yang menyatakan sering mengunggah konten tanpa
menampilkan diri sendiri dan tidak pernah mengunggah hal-hal yang memiliki
makna tersembunyi ke Instagram Story adalah sebanyak 15 responden, jarang
adalah sebanyak 6 responden, dan sering adalah sebanyak 1 responden. Jumlah
responden yang menyatakan sangat sering mengunggah konten tanpa menampilkan
diri sendiri dan tidak pernah mengunggah hal-hal yang memiliki makna
tersembunyi ke Instagram Story adalah sebanyak 2 responden, sering adalah
sebanyak 1 responden, dan sangat sering adalah sebanyak 1 responden.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui hubungan mengunggah konten


tanpa menampilkan diri sendiri dengan mengunggah hal-hal yang memiliki makna
tersembunyi. Dari 64 responden, mayoritas responden memiliki tidak pernah, maka
yang akan dibahas adalah jawaban yang menyatakan tidak pernah, yaitu:

Tidak Pernah : 1/64 X 100% = 1,6%

Jarang : 14/64 X 100% = 21,9%

Sering : 15/64 X 100% = 23,4%

Sangat Sering : 2/64 X 100% = 3,1%

Berdasarkan data diatas dapat diketahui persentase responden yang


menyatakan tidak pernah mengunggah konten tanpa menampilkan diri sendiri dan
tidak pernah mengunggah hal-hal yang memiliki makna tersembunyi adalah sebesar
1,6%, persentase responden yang menyatakan jarang mengunggah konten tanpa
menampilkan diri sendiri dan tidak pernah mengunggah hal-hal yang memiliki
makna tersembunyi adalah sebesar 21,9%, persentase responden yang sering
mengunggah konten tanpa menampilkan diri sendiri dan tidak pernah mengunggah
hal-hal yang memiliki makna tersembunyi adalah sebesar 23,4%, dan persentase
responden yang sangat sering mengunggah konten tanpa menampilkan diri sendiri
dan tidak pernah mengunggah hal-hal yang memiliki makna tersembunyi adalah
sebesar 3,1%. dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan

Universitas Sumatera Utara


69

mengunggah konten tanpa menampilkan diri sendiri dengan mengunggah hal-hal


yang memiliki makna tersembunyi., yaitu sebesar 50%.

Tabel 4.29
Frekuensi Mengunggah Foto Selfie dengan Motivasi Posting Instagram Story
untuk Kesenangan Pribadi

Motivasi posting Instagram Story untuk


Frekuensi
kesenangan pribadi
mengunggah foto
Ragu- Sangat
selfie Tidak Benar f
ragu Benar
Tidak Pernah 4 5 8 0 17
Jarang 6 1 33 4 44
Sering 1 0 2 0 3
Sangat Sering 0 0 0 0 4
Jumlah 11 6 43 4 64

Tabel 43 menunjukkan hubungan motivasi posting Instagram Story untuk


kesenangan pribadi dengan frekuensi mengunggah foto selfie. Dari 64 responden,
jumlah responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah foto selfie ke
Instagram Story dan tidak memposting story untuk kesenangan pribadi adalah
sebanyak 4 responden, ragu-ragu adalah sebanyak 5 responden, dan benar adalah
sebanyak 8 responden. Jumlah responden yang menyatakan jarang mengunggah
foto Selfie dan tidak memposting story untuk kesenangan pribadi adalah sebanyak
6 responden,ragu-ragu adalah sebanyak 1 responden, benar adalah sebanyak 33
responden dan benar adalah sebanyak 4 responden. Jumlah responden yang
menyatakan sering mengunggah foto Selfie dan tidak memposting story untuk
kesenangan pribadi adalah sebanyak 1 responden, dan benar adalah sebanyak 2
responden.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui hubungan mengunggah konten


tanpa menampilkan diri sendiri dengan mengunggah hal-hal yang memiliki makna
tersembunyi. Dari 64 responden, mayoritas responden benar memposting di

Universitas Sumatera Utara


70

Instagram Story untuk kesenangan pribadi, maka yang akan dibahas adalah
jawaban yang menyatakan benar, yaitu:

Tidak Pernah : 8/64 X 100% = 12,5%

Jarang : 33/64 X 100% = 51,56%

Sering : 2/64 X 100% = 3,13%

Sangat Sering : 0/64 X 100% = 0%


Berdasarkan data diatas dapat diketahui persentase responden yang menyatakan
tidak pernah mengunggah foto Selfie dan benar memposting di Instagram Story
untuk kesenangan pribadi adalah sebesar 12,5%, persentase responden yang
menyatakan jarang mengunggah foto selfie dan benar memposting di Instagram
Story untuk kesenangan pribadi adalah sebesar 51,56%, dan persentase responden
yang sering mengunggah foto selfie dan benar memposting di Instagram Story
untuk kesenangan pribadi adalah sebesar 3,13%, dari hasil tersebut, dapat diambil
kesimpulan terdapat hubungan motivasi posting Instagram Story untuk kesenangan
pribadi dengan frekuensi mengunggah foto selfie, yaitu sebesar 67,19%.

4.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah menyelesaikan tabel tunggal dan table


silang. Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam
penelitian ini dapat diterima atau ditolak. Hipotesis ini meliputi variabel bebas (X)
yaitu Penggunaan Instagram Story dan variabel terikat (Y) yaitu Keterbukaan diri
pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. Dengan melakukan analisis
Spearman melalui perangkat lunak SPSS versi 22, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara


71

Tabel 4.30

Correlations

Instagram Keterbukaan
story diri

Spearman's rho Instagram story Correlation


1.000 .656**
Coefficient

Sig. (2-tailed) . .000

N 64 64

Keterbukaan Correlation
.656** 1.000
diri Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 .

N 64 64

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil korelasi pada tabel di atas H0 diterima jika > 0,05 dan
jika < 0,05 maka H0 ditolak. Nilai signifikasi dari tabel di atas adalah 0,00 maka <
0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan begitu H1 diterima, maka terdapat hubungan
antara penggunaan Instagram Story dengan keterbukaan diri pada kalangan
Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Untuk melihat tinggi rendahnya
korelasi (derajat hubungan) digunakan skala koefisien korelasi (Eriyanto
2015:351), sebagai berikut:

0,00-0,199 = Sangat rendah

0,20-0,399 = Rendah

0,40-0,599 = Sedang

0,60-0,799 = Kuat

Universitas Sumatera Utara


72

0,80-0,999= Sangat Kuat

1,00 = Sempurna

Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel diatas, dapat diketahui


besar koefisien korelasi Spearman (rho) adalah 0,656. Dengan menggunakan skala
koefisien korelasi, hasil 0,656 menunjukkan hubungan kuat. Signifikansi hasil
korelasi dapat dilihat berdasarkan perbandingan nilai probabilitas dan tanda */**
(flag of significant) diberikan SPSS Statistic 22. Jika probabilitas > 0,05 maka H1
ditolak, jika probabilitas < 0,01 maka H1 diterima. Berdasarkan analisis di atas,
dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis penggunaan Instagram Story dengan
keterbukaan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dengan nilai 0,656.
Signifikasi korelasi diketahui dari probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 (0,05 >
0,00) dan adanya tanda ** / * ( flag of significant ) yang diberikan SPSS 22 yang
menunjukan hasil signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian ini diterima dan hubungannya signifikan. Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan Instagram Story mempengaruhi keterbukaan diri Mahasiswa jurusan
Ilmu Komunikasi FISIP USU. Koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh penggunaan Instagram Story pada keterbukaan diri Mahasiswa
jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU, maka digunakan rumus determinasi. Adapun
rumusnya sebagai berikut:

Kd = (Rs)2 x 100%

Dari hasil uji hipotesis variabel X dan Y di dapatkan nilai r = 0,656 maka
dengan menggunakan rumus Kd di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Kd = (Rs)2 x 100%

= (0,656)2 x 100%

= 0,430336 x 100%

= 43,0336 %

= 43 %

Universitas Sumatera Utara


73

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap


Y dalam penelitian ini adalah sebesar 43,0336% dibulatkan menjadi 43 %. Hal ini
berarti H1 diterima. Dengan begitu H0 ditolak. Maka terdapat pengaruh sebesar
43% antara penggunaan Instagram Story dengan keterbukaan diri pada kalangan
Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

4.5 Pembahasan

Instagram merupakan salah satu media sosial yang paling populer di dunia
pada saat ini. Diluncurkan pada tahun 2010 dan didirikan oleh Kevin Systrom dan
Mike Krieger, instagram merupakan media sosial dimana pengguna dapat berbagi
foto kepada orang-orang yang telah mengikuti dan pengguna dapat melihat foto-
foto orang yang telah diikuti. Instagram diakuisisi oleh Facebook pada tahun 2012.

Pada tanggal 2 Agustus 2016 yang lalu, Instagram telah meluncurkan fitur
baru yaitu Instagram Story, dimana pengguna dapat berbagi foto dan video dalam
bentuk slideshow, tetapi hanya untuk sementara waktu karena foto tersebut akan
dihapus dalam waktu 24 jam. Fitur ini ditujukan untuk berbagi kegiatan sehari-hari
dalam bentuk gambar dan video. Dalam penggunaannya, pengguna lainnya dapat
meresponi foto dan video dengan mengirim pesan singkat terhadap pengguna yang
mengunggah. (https://en.wikipedia.org/wiki/Instagram)

Dari pengumpulan data dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa


mayoritas responden sering menggunakan Instagram Story lebih dari 7 kali dalam
sehari walaupun frekuensi unggah konten ke Instagram Story tidak begitu banyak
hanya beberapa kali dalam seminggu. Durasi penggunaan Instagram Story
tergolong sebentar dengan penggunaan rata-rata hanya 1-10 menit per pemakaian
dan total durasi pemakaian 1 jam dalam sehari. Isi konten Instagram Story dapat
dikatakan tidak terlalu banyak namun cukup variatif. Mayoritas responden
menyatakan hanya mengunggah video dengan durasi kurang dari 10 detik, jarang
mengunggah foto selfie, sebagian besar jarang mengunggah foto Bersama orang
lain dengan sebagian kecil sering mengunggah foto bersama orang lain dan jarang
mengunggah konten yang tidak berhubungan dengan diri seperti foto
pemandangan.

Universitas Sumatera Utara


74

Dari data yang dikumpulkan juga dapat dilihat bahwa mayoritas responden
jarang menggunakan fitur voting dalam Instagram Story dan tidak pernah
menggunakan fitur berbagi dengan teman dekat yang dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden tidak membatasi orang yang melihat konten mereka dan tidak
terlalu mementingkan pendapat orang tentang konten mereka.

Self Disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan


diri melalui informasi yang diberikan kepada orang lain untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan keakraban. Menurut Person (dalam Ifdil, 2013 : 111), self
disclosure sebagai tindakan seseorang memberikan informasi yang bersifat pribadi
pada orang lain secara sukarela dan disengaja dengan maksud memberi informasi
yang akurat mengenai dirinya.

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa
setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang
lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang
pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan jendela
Johari (Johari Window).

Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan


antar seorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana
terwakili melalui suasana di keempat bidang (jendela).

Bidang 1, melukiskan suatu kondisi di mana antara seorang dengan yang


lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling
mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Bidang 2, melukiskan bidang buta,
masalah hubungan antara kedua pihak hanya diketahui orang lain namun tidak
diketahui oleh diri sendiri. Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah
hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang
lain. Bidang 4, bidang tidak dikenal, di mana kedua pihak sama-sama tidak
mengetahui masalah hubungan di antara mereka (Liliweri, 1993:53).

Dalam bidang yang pertama, yaitu Terbuka, mayoritas responden


menyatakan tidak pernah memposting hal-hal yang bersifat pribadi atau tentang
permasalahan pribadi mereka. Namun, mayoritas responden menyatakan mereka

Universitas Sumatera Utara


75

senang dan terbuka dengan respon dan opini orang tentang postingan Instagram
Story walaupun tidak terlalu mempengaruhi pengenalan responden akan diri
mereka sendiri.

Dalam bidang yang kedua yaitu buta, mayoritas responden menyatakan


jarang mendapatkan informasi baru tentang diri dari respon postingan mereka. Hal
ini disebabkan karena sikap mayoritas responden yang sering mengabaikan opini
atau respon dari orang-orang yang melihat Instagram Story mereka. Namun dapat
menjadi catatan bahwa para mayoritas responden mengakui sadar bahwa setiap
orang yang melihat Story mereka memiliki opini akan Story mereka, tetapi karena
motivasi mayoritas responden dalam menggunakan Instagram Story adalah hanya
untuk kesenangan pribadi, maka dapat disimpulkan Instagram Story tidak terlalu
membantu untuk mempersempit bagian buta dalam diri responden.

Dalam bidang yang ketiga, yaitu tersembunyi, mayoritas responden


menyatakan tidak nyaman untuk memposting konten yang berisi informasi pribadi
dan lebih banyak memposting konten yang tidak berisi informasi pribadi. Mayoritas
responden juga lebih nyaman memposting pada jam-jam yang sepi seperti tengah
malam. Namun, hanya sebagian responden yang menyatakan memposting content
yang memiliki makna tersembunyi.

Setelah dilakukan analisa dari setiap kuisioner dan dilanjutkan dengan


melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan analisis spearmen dengan perangkat
lunak SPSS versi 22. Hipotesis yang diajukan diharapkan dapat menunjukkan
pengaruh penggunaan Instagram Story terhadap keterbukaan diri mahasiswa
jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Melalui uji silang antara antara frekuensi unggah foto dengan keterbukaan
memposting hal pribadi, terdapat hubungan yaitu sebesar 54,8%. Hubungan antara
durasi penggunaan Instagram Story per hari dengan seringnya mendapatkan
informasi baru tentang diri atau tentang unggahan dari orang lain diperoleh terdapat
hubungan yaitu sebesar 59.3%. Hubungan antara mengunggah konten tanpa
menampilkan diri sendiri dengan mengunggah hal-hal yang memiliki makna
tersembunyi diperoleh terdapat hubungan yaitu sebesar 50%. Dan hubungan antara

Universitas Sumatera Utara


76

motivasi posting Instagram Story untuk kesenangan pribadi dengan frekuensi


mengunggah foto selfie diperoleh terdapat hubungan yaitu sebesar 67.19%..
Pengujian hipotesis dimulai dengan membuat ranking dan nilai-nilai
jawaban responden pada setiap kuisioner yang telah diberi skor untuk setiap
pertanyaan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program spss versi 22
maka didapat hasil koefisien korelasi 𝑟𝑠 sebesar 0.656. Dengan menggunakan skala
koefisien asosiasi, hasil 0,656 menunjukkan hubungan positif yang mantap.
Signifikansi hasil korelasi dapat dilihat berdasarkan perbandingan nilai probabilitas
dan tanda */** (flag of significant) diberikan SPSS Statistic 22. Jika probabilitas >
0,05 maka H1 ditolak, jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima. Berdasarkan
analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis penggunaan Instagram
Story dengan keterbukaan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dengan nilai
0,656. Signifikasi korelasi diketahui dari probabilitas yang lebih kecil dari 0,05
(0,05 > 0,00 ) dan adanya tanda ** / * ( flag of significant ) yang diberikan SPSS
22 yang menunjukan hasil signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis penelitian ini diterima dan hubungannya signifikan. Hal ini menunjukan
bahwa penggunaan Instagram Story mempengaruhi keterbukaan diri Mahasiswa
jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU.
Hasil perhitungan determinasi menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan
Instagram Story terhadap ketebukaan diri mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU adalah sebesar 43%.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dipertemukan pada Analisa


tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesis serta pembahasan, penelitian ini
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat penggunaan Instagram Story cukup tinggi namun hanya pasif. Dari
7 jam penggunaan sehari, para responden hanya mengunggah konten
beberapa kali seminggu dengan jumlah yang sedikit untuk foto dan durasi
yang sedikit untuk video. Isi konten yang diunggah dapat dikatakan cukup
variatif.
2. Tingkat keterbukaan diri responden dalam menggunakan Instagram Story
tidak terlalu terbuka dimana mayoritas responden tidak memposting hal-hal
yang bersifat pribadi tetapi mau menerima respon dari orang lain walaupun
tidak terlalu terpengaruh oleh opini orang atas postingannya.
3. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program spss versi 22 maka
didapat hasil koefisien korelasi 𝑟𝑠 sebesar 0.656. Dengan menggunakan
skala koefisien asosiasi, hasil 0,656 menunjukkan hubungan positif yang
mantap. Signifikansi hasil korelasi dapat dilihat berdasarkan perbandingan
nilai probabilitas dan tanda */** (flag of significant) diberikan SPSS
Statistic 22. Jika probabilitas > 0,01 maka H1 ditolak, jika probabilitas <
0,01 maka H1 diterima. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil uji hipotesis penggunaan Instagram Story dengan keterbukaan
mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dengan nilai 0,656. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima dan
hubungannya signifikan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan Instagram
Story mempengaruhi keterbukaan diri Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU

77 Universitas Sumatera Utara


78

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, peneliti


melihat pada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat
menjadi masukan yang positif demi kebaikan bersama. Adapun saran tersebut
adalah sebagai berikut:
5.2.1 Saran dari Responden Penelitian
Responden memberikan saran agar para pengguna Instagram Story lebih
bijaksana dalam menggunakan media sosial dimana pergaulan melalui media sosial
harus dapat diseimbangkan dengan pergaulan di dunia nyata sehingga kebutuhan
untuk membuka diri dapat didapatkan melalui pergaulan yang nyata juga dan
keterbukaan di media sosial khususnya Instagram Story tidak terlalu berlebihan
sehingga menimbulkan efek yang negatif.
5.2.2 Saran dalam Kaitan Akademis
Masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh
penggunaan media sosial khususnya Instagram Story terhadap keterbukaan diri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi dikarenakan media sosial masih dapat berkembang
lebih jauh lagi dan akan sangat berpengaruh terhadap Mahasiswa Ilmu Komunikasi
sebagai generasi muda mengingat pengguna media sosial terbesar berasal dari
kalangan generasi muda. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah
sumbangsih ilmu dalam bidang komunikasi sehingga dapat menjadi referensi
mahasiswa terutama mahasiswa Ilmu Komunikasi ketika melakukan penelitian
sejenis dengan sudut pandang berbeda. Sehingga mendapatkan kesimpulan yang
akan memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu komunikasi khususnya
penelitian mengenai korelasi penggunaan media sosial khususnya Instagram Story
dengan keterbukaan diri mahasiswa Ilmu Komunikasi USU.
5.2.3 Saran dalam Kaitan Praktis
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara dalam mempelajari tingkat
keterbukaan mahasiswa dalam penggunaan media sosial sehingga dapat menyikapi
dengan lebih bijaksana dalam berkomunikasi melalui media sosial khususnya
Instagram Story.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR REFERENSI
Alfando, J, Erawan, E, & Rahim, M. (2018), Motif Penggunaan Instagram Story
(Studi Kasus pada Siswa Siswi Jurusan Multimedia di SMK Negeri
Samarinda).

Aljawiy, Yafi dan Muklason, Ahmad. (2011), Jejaring Sosial dan Dampak Bagi
Penggunanya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Aminah, Cahyana, dkk. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif


Pendekatan: Kencana.

Bungin, M. Burhan. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Ghalia Indonesia.

________________. (2006). Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi


Komunikasi di Masyarakat: Kencana.

Cangara, Hafid. (2013). Perencanaan dan Strategi Komunikasi: Rajagrafindo


Persada.

_____________. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi: Eajagrafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. (2005). Komunikasi: Teori dan Praktek: Rosda.

El-Shinnawy, Maha Mohamed. (1993). Media Choice Theories and The New
Media: A New Model of New Media Choice and Usage: University of
California, Los Angeles.

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik: Graha Ilmu.

Ifdil. (2013). Konsep dasar self disclosure dan pentingnya bagi Mahasiswa
bimbingan dan konseling: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume XIII
No.1: 110-117: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.

Kadarsih Ristiana. (2009). Jurnal Dakwah: UIN Sunan Kalijaga.

Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antar Pribadi: Citra Aditya Bakti.

Lubis, Suwardi. (1998). Metodologi Penelitian Komunikasi: USU PRESS.

Mantra, Ida Bagoes. (2004). Filsafat Penelitian: Metode Penelitian Sosial: Pustaka
Pelajar.

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Ningsih, Widiana. (2015). Self Disclosure pada Media Sosial (Studi Deskriptif pada
Media Sosial Anonim): Serang, Universitas Sultan Agung Tirtayasa.

79
Nurudin. (2004). Komunikasi Massa: Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Sinaga, Dina Hairani. (2017). Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial dan
Perilaku Komunikasi

Sumargono. (2011). Sejarah Perkembangan Internet dan Kebutuhan Informasi Era


Online Dalam Dunia Pendidikan: Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum
Jombang.

Surip, Muhammad. (2011). Teori Komunikasi: Perspektif Teoritis Teori


Komunikasi: UNIMED.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education.


(p. 145). New York: McGraw Hill.
Website:
Cunningham, Baldwin. (2017, 25 April). Snapchat Vs. Instagram Stories: What
Business Owners Need to Know. 2 Februari 2018
https://www.forbes.com/sites/baldwincunningham/2017/04/25/snapchat
vs-instagram-stories-what-business-owners-need-to-know/#e25b6df5fe21
Frommer, Dan (2010, November 1). Here’s How to Use Instagram. 25 April 2017
https://www.businessinsider.com/instagram-2010-11?IR=T
Iskandar. (2016, 10 April). Mencengangkan, Ini 6 cara Media Sosial mengubah
Dunia. 20 Februari 2017.
http://tekno.liputan6.com/read/2479704/mencengangkan-ini-6-cara-media
sosial-mengubah-dunia
https://datareportal.com/reports/digital-2019-indonesia diakses pada tanggal 30
Mei 2019.
https://en.wikipedia.org/wiki/Instagram diakses pada tanggal 24 April 2017 pukul
19.11
https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_komunikasi diakses pada tanggal 20
Februari 2017 pukul 17.35
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet diakses pada tanggal 20 Februari
2017 pukul 17.40

80
Lampiran

1. Kuesioner Penelitian
2. Table Fotron Cobol
3. Lembar Bimbingan
4. Biodata Peneliti

81
Kuesioner Penelitian

PENGGUNAAN FITUR INSTAGRAM STORY DAN TINGKAT


KETERBUKAAN DIRI
(Studi Korelasional Tentang Fitur Instagram Story dengan Tingkat Keterbukaan
Diri pada Mahasiswa Pengguna Instagram Story di Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara)

KATA PENGANTAR

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang


saya lakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, maka saya melakukan
penelitian dengan judul “Penggunaan fitur Instagram Story dan tingkat
keterbukaan diri”.

Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan


menyebarkan kuesioner kepada responden. Untuk itu, saya mengharapkan
kesediaan saudara/I sekalian untuk mengisi kuesioner ini sebagai data yang akan
dipergunakan dalam penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan
terima kasih.

Peneliti

Herbert Juergen

Universitas Sumatera Utara


PETUNJUK PENGISIAN

1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab


dengan jujur.
2. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh alternatif
jawabannya.
3. Berilah tanda (X) pada jawaban yang menurut anda sesuai dengan anda.
4. Terima kasih atas partisipasi anda dalam dalam pengisian kuesioner ini.

KARAKTERISTIK RESPONDEN
I. Nama:_______________

II. Jenis Kelamin

a. Laki-laki
b. Perempuan

III. Stambuk/Angkatan

a. 2014
b. 2015

IV. NIM:_______________

Instagram Story
I. Frekuensi Penggunaan
1. Seberapa intensitas anda membuka Snapgram dalam sehari?

a. Jarang (1-3 kali)


b. Kadang-kadang (4-6 kali)
c. Sering (7-9 kali)
d. Sering Sekali (10 kali keatas)

Universitas Sumatera Utara


2. Berapa kali anda mengupload foto ke Snapgram?

a. Tidak pernah
b. Jarang (Beberapa hari sekali)
c. Kadang-kadang (Beberapa kali dalam seminggu)
d. Sering (Setiap hari)

3. Berapa kali anda mengupload Video ke Snapgram?


a. Tidak pernah
b. Jarang (Beberapa hari sekali)
c. Kadang-kadang (Beberapa kali dalam seminggu)
d. Sering (Setiap hari)

II. Durasi Penggunaan


4. Berapa lama rata-rata durasi anda menggunakan Snapgram per
pemakaian?
a. Sebentar (1-10 menit)
b. Agak lama (10-20 menit)
c. Lama (20-30 menit)
d. Sangat lama (30 menit keatas)

5. Berapa lama total durasi anda menggunakan Snapgram per hari?

a. Sebentar (1 jam)
b. Agak lama (2 jam)
c. Lama (3 jam)
d. Sangat lama (4 jam ke atas)

Universitas Sumatera Utara


III. Isi penggunaan

6. Berapa lama rata-rata durasi video yang anda upload ke Snapgram?


a. Sangat pendek (30 detik ke bawah)
b. Pendek (30 detik)
c. Panjang (30 detik ke atas)
d. Sangat panjang (1 menit)

7. Apakah anda sering mengupload foto selfie?

a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering

8. Apakah anda sering mengupload foto bersama orang lain?

a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering

9. Apakah anda sering mengupload konten yang tidak menampilkan diri


anda di dalamnya?

a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering

Universitas Sumatera Utara


10. Apakah anda sering mengupload foto/video yang tidak berhubungan
dengan kegiatan aktual anda seperti foto pemandangan, promosi, dll?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering

11. Apakah anda sering menggunakan Fitur voting dalam Snapgram?


a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. sangat sering

12. Apakah anda menggunakan fitur yang hanya berbagi untuk teman dekat
atau orang-orang tertentu?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering

Keterbukaan Diri

I. Terbuka
13. Apakah anda terbuka dalam memposting hal-hal yang bersifat pribadi
tentang diri anda yang menunjukkan siapa diri anda dalam Story anda?
a. Tidak terbuka
b. Agak terbuka
c. Terbuka
d. Sangat terbuka

Universitas Sumatera Utara


14. Apakah Anda sering memposting foto/Video tentang permasalahan
pribadi anda (Curhat)?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering
15. Bagaimana perasaan anda bila orang lain memberikan respon dari story
anda?
a. Tidak senang
b. Kurang senang
c. Senang
d. Sangat senang
16. Apakah anda menerima dan mempertimbangkan opini dalam respon
orang terhadap story anda?
a. Tidak peduli
b. Kurang peduli
c. Peduli
d. Sangat peduli

17. Apakah opini orang mempengaruhi pendapat anda tentang diri anda
sendiri, situasi, dan informasi yang anda post?
a. Tidak berpengaruh
b. Kurang berpengaruh
c. Berpengaruh
d. Sangat berpengaruh

Universitas Sumatera Utara


18. Apakah anda sering mendapatkan informasi baru tentang diri anda atau
informasi baru tentang topik postingan anda dari orang lain?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering

II. Buta
19. Apakah anda memposting story untuk kesenangan pribadi saja?
a. Tidak
b. Ragu
c. Benar
d. Sangat Benar
20. Apakah menyadari bahwa setiap orang mempunyai opini tentang story
anda?
a. Tidak menyadari
b. Sedikit menyadari
c. Menyadari
d. Sangat menyadari
21. Apakah anda sering mengabaikan opini orang tentang story anda?
a. Tidak
b. Sedikit mengabaikan
c. Sering Mengabaikan
d. Selalu mengabaikan

Universitas Sumatera Utara


III. Tersembunyi
22. Apakah anda merasa nyaman menceritakan informasi diri anda secara
detil dalam postingan anda?
a. Tidak nyaman
b. Kurang nyaman
c. Nyaman
d. Sangat nyaman
23. Apakah anda sering menggunakan Instagram Story untuk memposting
hal-hal yang maknanya tersembunyi? Misalnya, foto hitam dengan
tulisan-tulisan kecil yang tak tampak?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering
24. Apakah anda lebih nyaman memposting story di jam-jam yang sepi
seperti tengah malam?
a. Tidak nyaman
b. Kurang nyaman
c. Nyaman
d. Sangat nyaman

25. Apakah anda sering memposting story yang tidak memiliki hubungan
sama sekali tentang informasi diri anda atau kegiatan anda? Misalnya,
foto pemandangan, makanan, dll?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering

Universitas Sumatera Utara


Identitas
Subjek Responden Keterbukaan Diri Instagram Story
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 1 2014 4 4 3 1 1 2 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 1 4 2 1 1 2 3
2 2 2014 3 3 2 2 2 1 1 3 2 3 1 3 2 1 3 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3
3 2 2014 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 1 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 1 1 2
4 2 2014 3 2 3 1 1 2 2 3 2 3 2 1 1 1 3 3 3 2 3 3 3 1 2 2 3
5 1 2014 3 3 3 1 1 1 3 2 2 2 1 1 2 1 3 3 2 2 1 3 1 1 1 1 2
6 2 2014 2 3 2 1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 3 3 2 2 1 3 1 1 2 1 2
7 1 2014 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 1 1 2 1 3 3 2 2 3 3 1 1 1 1 1
8 2 2014 4 4 3 1 1 1 3 3 2 2 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 2
9 2 2014 3 2 4 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 3 3 3 2 3 3 1 1 2 2 3
10 1 2014 2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 3 1 2 2 2 1 1 3 3 3 1 2 3 1
11 1 2014 2 2 2 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 1 1 3 3
12 2 2014 2 4 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 1 1 2 2 1
13 2 2014 4 4 4 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 1 4 2 2 1 1 3 3
14 2 2014 2 3 3 1 1 1 1 3 4 3 1 1 1 3 3 3 3 3 1 3 1 2 3 3 3
15 2 2015 4 4 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 2 2 3
16 2 2014 1 3 2 2 2 1 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 4 2 4
17 2 2014 3 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 2 2 3 3 1 1 3 1 2
18 2 2014 3 3 3 2 2 1 2 3 3 4 2 1 2 2 4 4 4 4 3 4 1 2 1 4 4
19 2 2014 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 2 1 1 3 1 1 2 3 2
20 2 2014 3 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 1 3 4 2 1 2 1 2
21 1 2014 3 2 3 1 1 1 1 2 3 2 4 1 1 1 3 2 1 3 2 1 3 1 3 1 2
22 1 2014 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 3 1 1 3 2
23 2 2014 1 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 1 3 1 1 1 2 3 3 1 1 3 3
24 2 2014 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 3 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2
25 2 2014 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3 2 2 1 3 3 2 1 1 1 2

Universitas Sumatera Utara


26 2 2014 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 2 2 1 1 3 3 3 1 3 2 2 1 1 3 3
27 2 2015 3 3 3 2 1 2 2 3 1 1 2 1 2 1 3 3 3 2 4 2 1 2 1 3 2
28 1 2015 3 3 3 2 1 2 1 2 3 3 1 1 1 1 3 1 1 3 3 4 3 1 1 3 3
29 2 2015 2 2 3 2 1 3 2 2 1 1 1 1 3 1 2 3 1 1 3 3 3 1 2 3 2
30 2 2015 3 2 2 1 1 1 2 3 2 1 2 1 1 1 3 2 2 2 3 4 2 1 1 2 1
31 2 2015 1 3 3 1 1 1 3 3 2 2 3 2 2 2 4 4 3 3 3 3 3 1 1 1 1
32 2 2015 2 3 2 1 1 1 2 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 2
33 1 2015 1 2 3 1 2 1 1 2 4 3 1 1 1 1 4 3 2 2 2 1 1 1 1 2 4
34 2 2015 1 3 3 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 3 3 3 2 3 1 2 1 1 1 2
35 2 2015 2 3 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 3 3 3 2 3 3 1
36 2 2014 1 3 3 1 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 3 3 3 2 3 4 2 1 1 3 3
37 1 2015 3 2 2 1 1 1 2 3 3 4 2 2 2 1 3 3 2 2 4 3 1 2 1 3 4
38 2 2015 2 3 2 1 1 1 2 4 2 2 1 1 1 1 3 3 3 2 1 2 1 1 1 1 2
39 2 2014 4 3 3 2 3 1 2 3 3 1 2 1 2 1 3 1 2 2 3 3 3 2 2 3 4
40 2 2015 4 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 2 2 1 2 2 2
41 2 2015 4 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 2 2 1 2 2 2
42 2 2014 3 3 1 1 1 1 1 4 2 2 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 1 1 2 3 3
43 2 2015 3 2 2 1 1 1 2 3 3 2 2 1 1 1 3 3 3 2 1 3 1 1 1 3 2
44 1 2015 3 3 3 2 1 1 2 2 1 1 2 3 1 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1
45 2 2014 3 3 3 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 1 2 2 2
46 2 2014 4 2 3 3 4 3 2 2 2 1 2 1 1 1 3 3 3 2 2 4 2 1 2 2 2
47 2 2014 2 3 3 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 3 2 2 1 1 3 1 2 2 2 1
48 1 2014 2 2 2 1 2 1 2 3 3 2 1 1 1 1 3 3 3 1 3 3 1 1 1 3 3
49 2 2015 4 3 3 2 1 3 1 1 4 3 1 1 2 2 2 3 2 1 3 4 2 2 1 3 3
50 2 2015 4 4 4 1 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3
51 1 2015 4 2 1 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 3 3 3 1 2 3 3
52 2 2014 4 3 3 1 1 2 2 3 3 3 1 1 1 1 3 2 2 2 3 3 3 1 1 2 3

Universitas Sumatera Utara


53 2 2014 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 1 2 3 2
54 2 2014 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 3 3 1 1 2 2 2
55 2 2015 2 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 2
56 2 2014 2 3 3 3 3 3 2 4 2 2 2 1 2 1 3 3 1 2 3 3 2 1 1 2 3
57 2 2015 3 3 3 1 1 1 1 2 3 3 2 4 1 1 3 2 1 2 3 4 1 2 1 3 3
58 2 2014 3 4 4 1 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 3 3 2 3 3 4 2 1 3 2 2
59 2 2014 4 4 3 2 1 1 1 1 3 3 2 1 1 1 2 2 2 2 1 4 2 1 2 1 3
60 1 2014 3 3 3 1 1 1 1 3 3 2 1 3 1 1 3 2 2 2 3 2 2 1 1 3 3
61 2 2014 3 2 3 1 1 1 1 2 3 3 1 1 2 1 3 3 3 2 2 1 1 1 1 3 3
62 2 2015 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 3 3 2 2 3 3 2 1 1 1 3
63 2 2015 3 2 2 1 1 1 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 1 1 3 3 3 1 1 1 3
64 2 2015 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 3 4 1 1 3 1

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR CATATAN
BIMBINGAN

NAMA : Herbert Juergen


NIM :120904085
PEMBIMBING : Yovita S. Sitepu, S.Sos, M.Si

NO. TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF


PEMBIMBING
1. Rabu, 05 Oktober 2016 Diskusi Judul, Proposal
& Kuesioner Pra
Penelitian.
2. Selasa, 28 Februari 2017 Acc Seminar Proposal

3. Kamis, 30 Maret 2017 Revisi Bab I, Bab II


& Bab III

4. Kamis, 20 April 2017 Acc Bab I, Revisi Bab II


& Bab III
5. Senin, 20 November 2017 Acc Bab II & Bab III,
Diskusi Kuesioner

6. Senin, 04 Desember 2017 Acc Kuesioner

7. Kamis, 10 Mei 2018 Diskusi Bab IV

8. Kamis, 16 Agustus 2018 Revisi Bab IV, Diskusi


Bab V

9. Jumat, 15 Februari 2019 Acc Bab IV

10. Rabu, 19 Juni 2019 Acc Bab V


Biodata Peneliti

Nama Peneliti : Herbert Juergen Gunawan

NIM : 120904085

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Program Studi : Public Relation

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/14 Februari 1995

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Villa Gading Mas 1 Blok F No. 2

Orang Tua : Gunardi Gunawan

Sanita Sunardi

Saudara : Albert Theodore Gunawan

Hans Allen Gunawan

Pendidikan : 1. TK Santo Yoseph Medan

2. SD Methodist-2 Medan

3. SMP W.R. Supratman 2 Medan

4. SMA Methodist-2 Medan

Anda mungkin juga menyukai