Anda di halaman 1dari 97

Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok

(Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan


Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)

SKRIPSI

Vionita Anjani
150904027

Jurnalistik

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini ditujukan untuk mempertahankan Sidang Meja Hijau:

Nama : Vionita Anjani

NIM : 150904027

Judul Skripsi :

Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif


Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Drs. Safrin, M.Si Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D


NIP. 196110011987011001 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU,

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si


NIP. 197409302005011002

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Vionita Anjani

NIM : 150904027

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok

(Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan


Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk
2015 dan 2016)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (…………………….)

Penguji : (…………………….)

Penguji Utama : (…………………….)

Ditetapkan di : Medan

Tanggal : April 2019

ii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya cantumkan dengan benar. Jika di kemudian hari
saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses
sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Vionita Anjani

NIM : 150904027

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 April 2019

iii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif
Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016). Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan agar penulis memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis melalui banyak kesulitan, baik itu dalam
memperbanyak data yang akurat mengenai aplikasi Tik Tok, waktu dan tenaga serta
biaya.

Perjalanan dan proses yang panjang telah penulis tempuh untuk


menyempurnakan penulisan skripsi ini. Atas izin Allah SWT semua kesulitan dan
kendala yang penulis hadapi dapat dilalui dengan baik. Penulis bersyukur Allah SWT
turut serta memberikan dorongan, motivasi, bantuan kepada penulis melalui orang –
orang yang selalu berada di sekitar penulis.

Pada skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang turut membantu
dan memberi dukungan positif, terkhusus untuk kedua orang tua penulis Ayah
tercinta Muhammad Zulham, SE., M.Si. dan Ibunda tersayang Roosvieta yang tiada
hentinya mendo’akan penulis, memberikan dukungan, nasehat dan semangat
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sahabat, dan teman-teman kerabat
yang telah memberikan motivasi sampai dengan penyelesaian skripsi ini. Atas segala
bantuan. dukungan, motivasi dan bimbingan yang diberikan dari berbagai pihak,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin. S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.

iv
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
serta Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi.
3. Kepada dosen pembimbing skripsi dan sebagai dosen penasehat akademik
penulis, Bapak Drs. Safrin, M.Si., yang telah memberikan bimbingan,
dukungan dan nasehat kepada penulis.
4. Kepada Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Dosen Pembanding yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.
5. Bapak/Ibu dosen, staff akademik dan pegawai Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU.
6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kakanda, Rizky Rivanni,
S.Kom yang memotivasi penulis dengan pengalamannya dalam mengerjakan
skripsi sehingga penulis dapat terus menjalani semua proses penulisan skripsi
dengan baik.
7. Kepada saudara sepupu penulis Gita Dwi Ananda yang telah membagi
waktunya untuk kelancaran skripsi penulis.
8. Teman-teman kuliah dan tim seperjuangan, khususnya Kartika Oktarija, Sarah
Treny.S, Sanaam Mayta, Irma Syahfitri, Riri Pratama Putri, Dina Sakinah,
Clara Pangaribuan, Lena, Annisa Rahmi, Maya Andani, Qori, Ziya, Deby,
Vira, Indah Ramadhani yang telah memberikan semangat, tempat diskusi dan
bantuan kepada penulis sampai saat ini.
9. Kepada seluruh rekan-rekan Mahasiswa seangkatan yang telah banyak
memberikan ide dan gagasan serta saran kepada penulis sampai skripsi ini
dapat terselesaikan.
10. Semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis ucapkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca meskipun di
dalamnya masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis, semoga Allah SWT
memberikan kesehatan dan limpahan rezeki-Nya.

Medan, 25 April 2019

Vionita Anjani
150904027

vi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Vionita Anjani
NIM : 150904027
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok

(Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan


Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)”

Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 25 April 2019
Yang Menyatakan :

(Vionita Anjani)

vii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi
Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)”. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU
stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok. Untuk mengetahui keefektifan
dari aplikasi Tik Tok. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap
aplikasi Tik Tok. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi,
teknologi komunikasi, media baru, dan persepsi. Metode penelitian yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2019
yang berjumlah sebanyak 238 mahasiswa. Sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus dari Burhan Burgin. Dari rumus tersebut, peneliti menggunakan presisi sebesar
5% dan sampel ditentukan dengan purposive sampling. Dari rumus tersebut, maka
diperoleh sampel sebanyak 149 mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, untuk
pemakaian aplikasi tik tok sendiri, dari 149 mahasiswa, hanya 10.1% mahasiswa
yang menggunakan aplikasi Tik Tok, artinya hanya ada 15 orang yang menggunakan
aplikasi tersebut. Hal ini menunjukkan ketidaktertarikan responden penelitian
terhadap aplikasi Tik Tok untuk dijadikan media atau sarana untuk berkomunikasi
dengan video yang dihasilkan dari aplikasi tersebut. Persepsi dari sampel yang
terpilih menunjukkan, 71 orang merasa aplikasi Tik Tok membawa pengaruh buruk
kepada penggunanya. Sementara itu, sebanyak 64 orang mengatakan bahwa aplikasi
Tik Tok telah disalahgunakan oleh penggunanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi mahasiswa mengenai aplikasi Tik Tok adalah banyaknya kasus atau
peristiwa yang negatif mengenai aplikasi Tik Tok.
Kata Kunci : Persepsi, Aplikasi Tik Tok, Komunikasi

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
This research is entitled "Community Perception of Tik Tok Application
(Quantitative Descriptive Study of Tik Tok Application in Students of USU Stambuk
2015 and 2016)." The purpose of this study was to determine the perceptions of the
2015 and 2016 USU FISIP Communication Science students in the Tik Tok
application. To find out the effectiveness of the Tik Tok application. To find out the
factors that influence the perceptions of the 2015 and 2016 USU FISIP
Communication Science students in the Tik Tok application. The theories used in this
study are communication, communication technology, new media, and perception.
The research method used by the author in this study is a quantitative method. The
population in this study were the 2015 and 2019 USU FISIP Communication Science
students who numbered 238 students. Samples were determined with a precision of
5% by Burhan Burgin using purposive sampling, then a sample of 149 students was
obtained. Based on the results of the study, for the application of tick tok itself, of
149 students, only 10.1% of students used the Tik Tok application, meaning that there
were only 15 people using the application. This shows the disinterest 2015 and 2019
USU FISIP Communication Science students of Tik Tok application to be used as a
medium or means to communicate with the video produced from the application. The
perceptions of the selected sample showed that 71 people felt the Tik Tok application
had a bad influence on its users. Meanwhile, as many as 64 people said that the Tik
Tok application has been misused by its users. Factors that influence student
perceptions of the Tik Tok application are the number of negative cases or events
regarding the Tik Tok application.
Keywords: Perception, Tik Tok application, Communication

ix
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 7
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................. 8
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB. II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori .................................................................... 10
2.1.1 Komunikasi ................................................................ 10
2.1.1.1 Definisi Komunikasi ....................................... 10
2.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ................................ 12
2.1.1.3 Dimensi Komunikasi ...................................... 15
2.1.1.4 Proses Komunikasi ......................................... 18
2.1.2 Teknologi Komunikasi ................................................ 18
2.1.3 Media Baru ................................................................. 20
2.1.4 Persepsi ...................................................................... 23
2.1.4.1 Perhatian ......................................................... 25
2.1.4.2 Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan
Persepsi ......................................................... 29
2.1.4.3 Faktor-faktor Struktural yang Menentukan
Persepsi ........................................................ 29
2.1.5 Hubungan Persepsi dengan Komunikasi ..................... 30
2.2 Model Teoritik ..................................................................... 31

x
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 32
3.1.1 FISIP USU ................................................................. 32
3.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan FISIP USU .............................. 35
3.1.2.1 Visi ................................................................. 35
3.1.2.2 Misi ................................................................ 36
3.2 Metode Penelitian ................................................................. 37
3.3 Populasi dan Pengambilan Sampel ........................................ 39
3.3.1 Populasi ............................................................. 39
3.3.2 Sampel .............................................................. 40
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel .................................. 41
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 43
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................ 44

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ........................................... 46
4.1.1 Penelitian Kepustakaan ............................................... 46
4.1.2 Penelitian Lapangan .................................................... 46
4.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 47
4.3 Analisis Tabel Tunggal ......................................................... 47
4.3.1 Karakteristik Responden ............................................. 47
4.3.2 Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi ........... 50
4.4 Pembahasan .......................................................................... 68
BAB. V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .............................................................................. 77
5.2 Saran .................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian ................................................................ 40


Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian .................................................................. 42
Tabel 4.1 Jenis Kelamin .................................................................................... 47
Tabel 4.2 Usia ................................................................................................... 48
Tabel 4.3 Stambuk ............................................................................................ 48
Tabel 4.4 Pengguna Aplikasi Tik Tok ............................................................... 49
Tabel 4.5 Mengetahui Aplikasi Tik Tok ............................................................ 50
Tabel 4.6 Mengetahui Pemberitaan Negatif yang Berkaitan dengan Aplikasi .... 51
Tabel 4.7 Setuju dengan Penggunaan Aplikasi Tik Tok di Atas 12 Tahun ......... 52
Tabel 4.8 Setuju Pengguna Tik Tok membuat Konten Kreatif ........................... 54
Tabel 4.9 Setuju Aplikasi Tik Tok memberi Pengaruh Buruk ............................ 57
Tabel 4.10 Aplikasi Tik Tok sebagai Perantara Eksistensi ................................. 59
Tabel 4.11 Pemakai menyalahgunakan aplikasi Tik Tok ................................... 61
Tabel 4.12 Setuju dengan pemblokiran yang dilakukan Kemkominfo ................ 63
Tabel 4.13 Setuju aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen ............................ 65
Tabel 4.14 Aplikasi Tik Tok layak digunakan setelah pemblokiran ................... 67

xii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Elemen Komunikasi ......................................................................... 12


Gambar 2. Model Teoritik Penelitian ................................................................ 31

xiii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembaran Kuesioner
2. Lembar Catatan Bimbingan
3. Curiculum Vitae

xiv
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tik Tok atau yang dikenal sebagai aplikasi sinkron bibir (lip-sync) saat ini
sedang berada di atas puncak ketenarannya. Aplikasi sosial berbasis video ini
mendapat banyak perhatian dari masyarakat, terutama pada generasi muda.
Terbukti pada awal Agustus tahun lalu, Tik Tok memiliki 600 juta pengguna
diseluruh dunia. Hal itu membuat Tik Tok mendapat gelar sebagai aplikasi terbaik
2018 di Google Play Store. (www.detik.com 04/12/2018)

Setelah mengamati aplikasi Tik Tok, peneliti menyimpulkan bahwa Tik


Tok merupakan aplikasi yang memungkinkan penggunanya membuat video
berdurasi pendek dengan cepat. Dalam aplikasi Tik Tok ini, pengguna akan
melakukan sinkron bibir sesuai dengan lagu yang dipilih. Lagu yang ada didalam
Tik Tok bermacam-macam sehingga penggunanya mempunyai banyak pilihan.
Tik Tok juga memberikan special effects yang unik, sehingga video yang
dihasilkan terlihat menarik dan keren walaupun video tersebut berdurasi pendek.
Video yang sudah dibuat dapat dibagikan dengan mudah kepada pengguna Tik
Tok yang lainnya.

Selain dikenal dengan nama Tik Tok, aplikasi ini juga mempunyai nama
lain, yaitu Douyin yang artinya video pendek vibrato. Douyin atau Tik Tok yang
berperan sebagai jaringan social dan platform video music itu diluncurkan pada
bulan September 2016 oleh Zhang Yiming. Di Indonesia sendiri, aplikasi Tik Tok
diluncurkan pada bulan Mei 2017. (id.m.wikipedia.org 04/07/2018)

Zhang Yiming adalah tokoh dibalik peluncuran platform video musik


tersebut. Beliau merupakan alumni dari Universitas Nankai lulusan software
engineer. Selain menjadi alumni dari Universitas Nankai, ia juga mendirikan
perusahaan teknologi yang disebut “ByteDance”. Perusahaan tersebut didirkan
pada bulan Maret 2012 lalu. Aplikasi yang pertama kali diluncurkan oleh
perusahaan teknologi ByteDance tersebut yaitu Toutiau yang sekarang telah
menjadi salah satu aplikasi terbesar di Cina. Tren yang sudah berkembang

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
sekarang membuat Zhang Yiming memutuskan untuk menciptakan aplikasi media
social yang lebih interaktif dan menarik. Dari proses itu kemudian terciptalah
aplikasi Tik Tok yang merupakan media pembuat video berdurasi pendek.
(www.moneysmart.id 04/07/2018)

Untuk Zhang Yiming terutama ByteDance, kesuksesan aplikasi Tik Tok


tentunya berdampak positif. Tik Tok memberikan kekayaan yang berlimpah untuk
Zhang Yiming. Zhang Yiming selaku pendiri Tik Tok memiliki harta kekayaan
sebesar 4 Miliar Dolar Amerika Serikat atau setara dengan 57,4 Triliun Rupiah.
Pada usianya yang ke 34 tahun, Yiming sudah menempati rangking 545 di daftar
orang terkaya di dunia. (www.moneysmart.id 04/07/2018)

Suksesnya aplikasi Tik Tok dibuktikan oleh Firma intelijen aplikasi sensor
tower yang menjelaskan bahwa jumlah install Tik Tok lebih tinggi dibanding
facebook, Instagram, snapchat dan youtube di AS. Empat aplikasi terbesar itu
mampu dilampaui oleh Tik Tok dalam unduhan harian pada tanggal 29 September
2018 dimana 29.7% unduhan berdatangan pada aplikasi Tik Tok tersebut. Sampai
saat itu, pangsa pasar aplikasi tersebut terus menunjukkan peningkatan mencapai
42.4% unduhan pada tanggal 30 Oktober lalu. Pengunduhan aplikasi Tik Tok di
AS juga meningkat 237% dibanding bulan Oktober 2017. (www.tek.id
04/11/2018)

Dibalik kesuksesan berkembangnya aplikasi Tik Tok, beberapa akun


penggunanya juga menjadi sorotan publik. Contohnya saja seperti akun Bowo
Alpenliebe.

Lipsync di aplikasi Tik Tok yang dilakukan oleh sosok Bowo Alpenliebe
menjadi viral di media sosial. Hal tersebut sampai membuatnya menggelar acara
meet and greet di daerah Kota Tua, Jakarta, pada bulan Mei lalu. Karena aksi yang
ia suguhkan di aplikasi tersebut, Bowo Alpenliebe yang umurnya masih berusia
13 tahun sudah menjadi sosok yang dipenuhi dengan kontroversi. Perempuan-
perempuan yang masih berumur belia sudah sangat mengidolakannya, bahkan
terdapat beberapa keterangan di media sosial yang menyebutkan akan membuat
aliran “agama bowo”. Dalam agama tersebut, Tuhan yang dimaksud adalah Bowo
Alpenliebe. (www.detik.com 02/07/2018)
2

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Selain itu, ada juga kegiatan “meet and greet” yang sering dilakukan oleh
para muser. Muser adalah sebutan bagi mereka pelaku atau pengguna aplikasi Tik
Tok. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk bertemu atau berjumpa langsung
dengan para artis Tik Tok. Kegiatan ini tentunya dipungut biaya alias tidak gratis,
belum lagi dengan rentang pembayaran yang ditagih cukup mahal. Sekitar 80 ribu
sampai 500 ribu rupiah. Pada kasus “meet and greet” Bowo Alpenliebe, harga
tiket yang ditagih oleh panitia pelaksana acara adalah berkisar 80 ribu sampai 100
ribu. Beberapa meet and greet juga diberi harga tiket yang lebih mahal yaitu
mencapai 200 hingga 300 ribu. Dari kesuluruhan harga tiket itu, benefit yang
ditawarkan bermacam-macam. Untuk harga yang termurah, biasanya peserta
hanya mendapatkan tempat duduk paling belakang dan snack. Sementara untuk
yang termahal, peserta mendapatkan tempat duduk paling depan, bisa foto dengan
artis Tik Tok dan muser yang hadir, dan bisa mengajukan pertanyaan ke artis Tik
Tok dan muser tersebut. (www.detik.com 02/07/2018)

Beralih ke kasus lain, video singkat seorang anak perempuan yang masih
belia bernama Nuraini, mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Nuraini
adalah gadis yang berasal dari Palu, Sulawesi Tengah. Ia terkenal mendadak
dikarenakan videonya yang viral karena menggoda Iqbaal Ramadhan, artis muda
tanah air. Dalam video tersebut, Nuraini mengaku sebagai “istri sah Iqbaal”.
Kejadian ini membuat Nuraini mendapat banyak komentar dari masyarakat. Sisi
baiknya adalah, Nuraini dapat menunjang perekonomian keluarganya melalui
endorse dari beberapa produk lewat akun media sosialnya. Tetapi tetap saja,
Nuraini tidak memiliki keahlian apa-apa dari pembuatan video tersebut.
(www.kompasiana.com 30/06/2018)

Kejadian yang lebih miris terjadi kepada seorang balita berusia dua tahun
di Wuhan Provinsi Hubei, dilaporkan mengalami luka yang cukup serius. Sang
ayah berniat melakukan gerakan yang cukup berbahaya. Hal tersebut dilihatnya
melalui aplikasi Tik Tok. Akibat dari keinginannya tersebut, anaknya mengalami
cidera. Tubuh anak tersebut jatuh ketika sang ayah ingin membalikkan tubuh
anaknya 180 derajat. (www.liputan6.com 29/06/2018)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Ada juga seorang gadis yang menjadi bahan omongan masyarakat
dikarenakan video singkatnya yang dianggap sangat tidak pantas dan tidak
semestinya dilakukan. Gadis tersebut menggunggah video dimana dirinya sedang
melakukan lipsync, sementara di sampingnya terdapat jenazah kakeknya yang
sudah terbungkus kain kafan. (video.tribunnews.com 12/03/2018)

Selain penggunanya, Tik Tok juga mendapat perhatian khusus. Hal ini
berhubungan dengan kata-kata “aplikasi goblok” yang ketika kita mengetikkan
kata-kata tersebut di google Play Store, maka aplikasi pertama yang akan muncul
adalah aplikasi Tik Tok. (www.liputan6.com 02/07/2018)

Kejadian-kejadian yang sudah dipaparkan di atas membuat banyak orang


yang menuntut untuk memblokir aplikasi ini di Indonesia. Masyarakat menilai
bahwa konten yang terdapat dalam aplikasi Tik Tok tersebut kurang mendidik
anak-anak. Maka muncullah keresahan hingga desakan dari para masyarakat dan
petisi agar Kemkominfo dapat memblokir aplikasi tersebut. Pada akhirnya,
Kemkominfo memutuskan untuk memblokir aplikasi tersebut sementara.
Kemkominfo mengambil keputusan pemblokiran sementara sampai pihak dari Tik
Tok sendiri menghapus konten-konten yang negatif didalam aplikasi tersebut.
Pemblokiran yang dilakukan oleh Kemkominfo mempunyai dasar. Hasil dari
pantauan tim AIS Kominfo (tim yang mengoperasikan AIS (Automatic
Identification System) sebagai sebuah mesin pelacakan otomatis yang digunakan
untuk mengais konten-konten negatif), mereka menemukan pelanggaran konten
yang di antaranya adalah pornografi, asusila, pelecahan agama, dan lain-lain. Dari
semua pelanggaran tersebut, maka Kemkominfo memutuskan untuk melakukan
pemblokiran terhadap aplikasi Tik Tok untuk sementara sampai semua konten
diatas dihapuskan. (www.detik.com 04/07/2018)

Pengonsumsian media sosial sebagai perantara eksistensi merupakan pola


komunikasi yang sedang terjadi pada masyarakat sekarang ini. Internet bukan lagi
menjadi alat yang hanya bermanfaat untuk mencari informasi dan berita, tetapi
juga untuk mencari jati diri. (www.alinea.id 28/06/2018)

Dalam peristiwa Tik Tok, arti sebagai manusia sudah diperkecil menjadi
sebatas sebuah pencitraan diri agar menjadi terkenal dan eksis. Mengambil data
4

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
dari south China Morning Post (SCMP) bahwasanya pengguna Tik Tok
merupakan anak-anak yang masih berada di bawah umur. Seorang anak yang
masih berada di tingkat sekolah dasar, mengaku kalau aplikasi Tik Tok telah
merubah dirinya. Anak tersebut mengungkapkan fakta bahwa Tik Tok sangat
popular. Dua puluh teman sekelasnya beserta adiknya yang masih berumur 9
tahun sudah menggunakan aplikasi tersebut. Kini, ia meraka kalau dirinya sudah
seperti seorang artis. Orang-orang yang sedang berjalan mengenal dirinya setelah
mengunggah video di Tik Tok. (www.alinea.id 28/06/2018)

Psikolog klinis Tara de Thouars yang memiliki dua gelar sarjana dari
Universitas Indonesia dan University Of Queensland Australia itu mengatakan
bahwa dalam kasus yang ada saat ini, aplikasi bukan menjadi masalahnya, tetapi
karakter berekspresi dari para penggunanya. Beliau juga berpendapat bahwa
remaja terkenal sangat rentan karena mereka yang kita tahu sedang dalam masa
pencarian identitas diri. Mereka sebagai remaja butuh diakui. Mereka merasa
dunia sedang berfokus kepada dirinya. Di lain sisi, Tik Tok datang dan menjadi
suatu sarana yang bisa dijadikan tempat untuk mengekspresikan diri. Namun,
ekspresi yang di lontarkan menjadi berlebihan. Peristiwa ini dapat terjadi pada
orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk tampil lebih besar dan tidak
memperdulikan norma yang berlaku. (www.alinea.id 28/06/2018)

Dari pemaparan yang ada, maka Tik Tok juga tidak bisa disalahkan
sepenuhnya. Pengguna dari aplikasi tersebut juga perlu membenahi pola pikirnya.
Hal ini tentu berkesinambungan karena keluaran sebuah alat atau aplikasi
bergantung pada penggunanya. Pengguna dari aplikasi Tik Tok memiliki peluang
untuk menciptakan konten-konten yang kreatif. Namun, fakta yang ada justru
kebalikkannya. Pengguna menjadi kelewatan dalam membuat video, mulai dari
penampilan yang tidak sopan dan tidak semestinya serta gerakan yang tidak
seharusnya dipublikasikan secara umum. Semua dilakukan demi mencapai
popularitas. (www.alinea.id 28/06/2018)

Terkait dengan hal ini, masyarakat khususnya mahasiswa memiliki


persepsi atau pandangan tersendiri terhadap kasus-kasus dari aplikasi Tik Tok.
Persepsi pada dasarnya muncul ketika seorang individu sedang mengamati orang

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
lain yang sedang mengkomunikasikan sikap atau perilakunya dalam suatu
lingkup. Munculnya persepsi atau pandangan tentang penggunaan aplikasi Tik
Tok yang terbentuk saat ini ditentukan pada sikap yang ditunjukkan oleh
pengguna aplikasi Tik Tok tersebut. (Anwar 2009 : 4)

Dalam jurnal persepsi remaja tentang komunikasi verbal dalam tayangan


lawak klub oleh Abdul Wahid (2015 : 31-45), persepsi merupakan pengalaman
seseorang mengenai objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang didapat atau
diperoleh dengan mengumpulkan informasi-informasi yang ada dan pesan-pesan
yang ditafsirkan. Sedangkan dalam skripsi Esa Melianna (2018 : 19) Persepsi juga
merupakan suatu objek yang dimulai dari penginderaan, yaitu proses stimulus
yang dilakukan oleh individu melalui proses sensoris (Walgito 2002 : 87).
Selanjutnya, stimulus yang didapat diproses sehingga menjadi sebuah persepsi.

Persepsi sering dikaitkan dengan sensasi. Dalam hal ini, sensasi yang
dimaksud adalah proses dari kerja indera, dimana indera menangkap rangsangan-
rangsangan yang ada, lalu menghasilkan sebuah persepsi yang dapat dijadikan
sebagai informasi. (Esa Melianna 2018 : 19)

Proses terjadinya persepsi dimulai dari alat indera yang menangkap stimuli
atau rangsangan, lalu rangsangan tersebut berubah menjadi sebuah informasi yang
dapat dimengerti oleh otak untuk kemudian diolah menjadi sebuah pandangan
atau persepsi. (Esa Melianna 2018 : 4)

Setiap orang memiliki persepsi atau pandangan yang berbeda. Secara


biologis dan psikis, manusia bisa saja memiliki kesamaan, tetapi tidak dengan
persepsi mereka terhadap suatu objek yang sama. Jika ada beberapa individu yang
memiliki persepsi yang sama terhadap dunia luar, maka keseluruhan dari persepsi
mereka dapat dikategorikan ke dalam persepsi kelompok. (Esa Melianna 2018 : 4)

Masyarakat khususnya mahasiswa memiliki persepsi tersendiri mengenai


penggunaan aplikasi Tik Tok dan kasus – kasus yang terjadi terkait dengan
penggunaannya. Pro dan kontra terkait kasus – kasus yang berhubungan dengan
aplikasi Tik Tok membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam
mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016).

Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Mahasiswa merupakan bagian


dari masyarakat yang mewakili kelompok masyarakat intelektual, memiliki
pemahaman yang lebih unggul dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.
Mahasiswa juga diharapkan mempunyai pandangan ataupun pendapat yang dapat
dijadikan bahan tolak ukur serta pedoman dalam masyarakat mengenai masalah
yang ada, termasuk kaitannya dengan penggunaan aplikasi Tik Tok.

Bangsa saat ini sangat membutuhkan peran dari masyarakatnya agar


terjadinya perubahan yang lebih baik. Maka dari itu, peran mahasiswa sebagai
agent of change dan kontrol sosial mewajibkan mahasiswa untuk lebih perduli
terhadap sesamanya, terutama akibat yang dimunculkan dari kemajuan teknologi
seperti para pengguna Tik Tok tersebut.

Oleh karena itu, penelitan ini dilakukan dikalangan Mahasiswa Ilmu


Komunikasi FISIP USU dikarenakan mahasiswa Ilmu Komunikasi mempunyai
hubungan yang erat dengan fenomena media online sebagai sarana komunikasi,
khususnya media online seperti aplikasi Tik Tok. Peneliti juga memilih jurusan
Ilmu Komunikasi FISIP USU dikarenakan mahasiswa/i dari Ilmu Komunikasi
sendiri diwajibkan untuk lebih mengerti dan memahami serta lebih menguasai
perkembangan teknologi komunikasi di zaman yang sekarang. Dari
perkembangan teknologi komunikasi yang diciptakan untuk mempermudah dan
mendukung kekreatifitasan manusia khususnya anak-anak muda, muncullah
aplikasi Tik Tok yang memudahkan penggunanya menghasilkan video dengan
berbagai konten dengan bermacam-macam efek yang disuguhkan di dalam
aplikasi. Karena itu, aplikasi Tik Tok sangat menarik untuk diteliti sebagai media
atau sarana komunikasi bagi kalangan anak-anak muda yang ingin berkreasi
dalam sebuah video singkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pemaparan latar belakang masalah yang telah


peneliti jelaskan di atas, maka peneliti dapat merumuskan fokus masalah dari

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
penelitian ini adalah “Bagaimana Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok”.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus dan dapat menghindari ruang
lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti membuat batasan masalah
sehingga penelitian menjadi lebih jelas dan terarah.

1. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kuantitatif dengan


pendekatan kuantitatif.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Ilmu
Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik
Tok.
3. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 yang mengenal
aplikasi Tik Tok.

1.4 Tujuan Penelitian

Melalui penelitian ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi


FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok.
2. Untuk mengetahui keefektifan dari aplikasi Tik Tok
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap aplikasi Tik
Tok.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, adalah :

1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang Ilmu
Komunikasi, terutama dalam persepsi komunikasi.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
2. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas
wawasan serta memperbanyak refernsi pada penelitan selanjutnya,
terutama untuk Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi
pihak – pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkaitan dengan
masalah penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
10

BAB II
URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan bagian dari penelitian dimana didalamnya terdapat


teori-teori yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau inti
permasalahan yang ada dalam penelitan (Arikunto, 2006 : 92). Pada dasarnya, teori
adalah panduan untuk memahami. Teori membantu kita untuk menggambarkan,
menjelaskan, meramalkan, dan kadang – kadang mengendalikan fenomena dan
keadaan yang kita hadapi (Hamad, 2014 : 11).

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan beberapa kerangka teori yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Teori-teori yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah :

2.1.1 Komunikasi
2.1.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses suatu kegiatan yang memiliki banyak langkah


terpisah tetapi saling berhubungan sepanjang waktu. Ketika kita mempersiapkan diri
untuk memberikan presentasi publik, misalnya, kita tidak berdiam diri. Sebaliknya,
kita bergerak melalui urutan kegiatan yang saling terkait sebagaimana kita
rencanakan, mengumpulkan bahan, berlatih, melakukan presentasi, dan mungkin
menyesuaikan penyajian yang kita berikan, berdasarkan reaksi penonton. Begitu pula,
komunikasi yang terjadi dalam sebuah percakapan adalah suatu kegiatan yang terdiri
dari sejumlah langkah yang saling terkait yang terjadi sepanjang waktu (Hamad, 2014
: 16).

Komunikasi sangatlah mendasar untuk individu, hubungan, kelompok,


organisasi dan masyarakat. Bagi kita sebagai individu, komunikasi adalah jalur yang
menghubungkan kita di dunia, sarana kita menampilkan kesan, mengekspresikan diri,
dan mempengaruhi orang lain. Melalui komunikasi kita membangun hubungan
dengan orang lain. Bagi teman-teman, kenalan, keluarga atau kolega di sekolah atau

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
di tempat kerja, komunikasi merupakan sarana untuk mencapai tujuan bersama,
menghubungkan satu dengan yang lain, dan alat berbagi ide. Dalam kelompok,
organisasi dan masyarakat, komunikasi adalah sarana yang dapat mempertemukan
kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kebutuhan dan tujuan pihak lain. Di dalam
organisasi yang lebih besar, masyarakat dan komunitas dunia, komunikasi
menyediakan jaringan hubungan yang memungkinkan kita untuk melakukan aksi
bersama, pembentukan identitas bersama, dan pengembangan kepemimpinan
(Hamad, 2014 : 17).

Komunikasi melibatkan penerimaan dan penciptaan pesan serta mengubahnya


menjadi informasi yang dapat digunakan. Kita terlibat dalam penciptaan pesan
melalui perilaku verbal dan non-verbal. Dalam situasi tatap muka, pesan disampaikan
dari orang ke orang atau dari tempat ke tempat baik verbal maupun non-verbal.
Dalam situasi lain, teknologi komunikasi atau media memainkan peran penting
dengan menambah kemampuan “alamiah” kita untuk berkomunikasi. Dalam kondisi
demikian, komunikasi antarindividu, kelompok, organisasi, atau masyarakat bersifat
dibantu oleh media (Hamad, 2014 : 18).

Komunikasi membuat kita beradaptasi dengan orang dan lingkungan. Kita


menciptakan dan menafsirkan pesan sebagai pribadi dan sebagai bagian dari
hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat adalah untuk mengaitkan diri kita
dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. Dalam beberapa kasus, proses
terseut mengharuskan kita menyesuaikan diri dengan keadaan di mana kita berada di
dalamnya. Lebih sering lagi, komunikasi mengharuskan kita untuk secara aktif
menciptakan situasi dan mendapatkan titik temu tindakan kita dengan tindakan orang
lain (Hamad, 2014 : 19).

Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka kesimpulan dari definisi komunikasi


ialah proses melalui mana individu dalam hubungan, kelompok, organisasi dan
masyarakat membuat dan menggunakan informasi untuk berhubungan satu sama lain
dan dengan lingkungan.

11
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi


antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi
kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur
ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2007 : 22).

Gambar 1. Elemen Komunikasi (Sumber : Cangara, 2007 : 24)

 Sumber.

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat


atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya
partai, organisasi, atau lembaga.

 Pesan.

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang


disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.

12
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
 Media.

Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk


memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media
bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra
manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang
digolongkan sebagia media komunikasi antarpribadi.

 Penerima.

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau Negara. Penerima adalah elemen penting dalam
proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai
macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada
sumber, pesan, atau saluran.

 Efek.

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,


dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang (De Fleur, 1982). Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan
seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

 Umpan Balik.

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi,
sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan

13
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep
surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum
sampai ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang
diterima oleh sumber.

 Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat


memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas
empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,
lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa


terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi
sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, di mana
tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan
raya.

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik


yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan
bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial.

Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam


berkomunikasi. Misalnya menghindar kritik yang menyinggung perasaan
orang lain, menyajikan materi yang seusai dengan usia khalayak. Dimensi
psikologis ini biasa disebut dimensi internal (Vora, 1979 dalam Cangara,
2007 : 28). Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat
untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda
karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui
karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai (Cangara, 2007 : 28).

Setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses
komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Tanpa

14
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
salah satu unsur, maka jalannya proses komunikasi tidak akan efektif (Cangara, 2007
: 28).

2.1.1.3 Dimensi Komunikasi

Dalam bukunya Cangara yang berjudul pengantar ilmu komunikasi (2007),


dimensi komunikasi terdiri dari :

1. Komunikasi Sebagai Proses.

Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud


adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang
didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya
bergerak aktif, dinamis dan tidak statis.

2. Komunikasi Sebagai Simbolik

Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi


banyak ditentukan oleh simbol atau lambang – lambang yang digunakan
dalam berkomunikasi.

Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal)
maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). Simbol membawa
pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap
simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah,
melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.

3. Komunikasi Sebagai Sistem

Suatu sistem senantiasa memerlukan sifat-sifat, yakni menyeluruh, saling


bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif
dan memiliki tujuan. Menyeluruh berarti semua komponen yang
membangun sistem itu merupakan suatu kesatuan yang integratif yang
tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, dalam proses
kerjanya semua komponen saling berinteraksi.

15
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Saling bergantung berarti mengikuti aturan permainan yang ada. Di sini
sistem harus melakukan kontrol atau pengawasan terhadap berfungsi
tidaknya semua komponen itu dalam menciptakan suatu keseimbangan
yang dinamis. Karena ia melakukan kontrol terhadap semua komponen
yang mendukungnya, tidak ada jalan lain kecuali sistem harus memiliki
tujuan dan kemampuan adaptif dengan mengandalkan kerja sama di
antara komponen-komponen tersebut. Artinya, jika salah satu
komponennya tidak berfungsi dengan baik, sistem itu secara otomatis
tidak dapat berjalan secara normal sebagaimana mestinya. Ini berarti
sistem harus dilihat secara menyeluruh dan bukannya terpindah satu sama
lain.

Dari segi bentuknya sistem dapat dibedakan atas dua macam, yakni
sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah sistem di mana
prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya,
sedangkan sistem tertutup adalah sistem di mana prosesnya tertutup dari
pengaruh luar.

Jika konsep sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan


bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsur-unsur
yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integratif yang saling
bergantung satu sama lain. Jadi proses komunikasi tidak akan terjadi
bilamana salah satu komponennya terabaikan. Pesan tidak akan tercipta
tanpa sumber, efek tidak akan ada tanpa pesan, umpan balik ada karena
adanya penerima, serta tidak ada penerima tanpa adanya sumber.

4. Komunikasi Sebagai Transaksional

Komunikasi tidak pernah terjadi tanpa melibatkan orang lain. Dalam


proses yang demikian, akan timbul aksi dan interaksi di antara para
pelaku-pelaku komunikasi. Komunikasi adalah kerja sama yang dilihat
dari sisi relasional antara orang-orang yang terlibat dalam suatu peristiwa

16
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
komunikasi, apakah itu dalam bentuk komunikasi antarpribadi (lebih dari
satu orang), komunikasi kelompok (lebih dari dua orang), atau
komunikasi massa yang melibatkan banyak orang sekalipun dalam situasi
diantarai oleh media.

5. Komunikasi Sebagai Aktivitas Sosial

Komunikasi sebagai aktivitas sosial, tidak saja menjadi jembatan untuk


para pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan, tetapi juga dalam
tataran yang lebih rendah pada tingkat akar rumput menjadi kebutuhan
para anggota masyarakat dengan membicarakan berbagai permasalahan,
mulai dari masalah kehidupan sehari-hari mereka sampai kepada hal – hal
yang terjadi di luar lingkungan sosialnya. Hal ini terutama semakin
gencarnya informasi yang mereka terima dari media massa seperti
televisi, surat kabar radio dan media lainnya. Aktivitas para anggota
masyarakat dalam membicarakan isu-isu yang mereka dengan dan lihat.
Sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam memikirkan dan menjadikan
dirinya sebagai bagian dari suatu masyarakat.

6. Komunikasi Sebagai Multidimensional

Ada dua tingkatan yang dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi dan
dimensi hubungan. Kedua dimensi ini tidak terpisah satu sama lain.
Dimensi isi menunjukkan pada kata, bahasa, dan informasi yang dibawa
oleh pesan, sementara dimensi hubungan menunjukkan bagaimana
peserta komunikasi berinteraksi satu sama lain.

Asumsi dasar hubungan multidimensional, bahwa sebuah elemen bisa


saja memengaruhi dan dipengaruhi oleh satu unsur atau lebih. Artinya
sumber tidak hanya memengaruhi pesan tetapi juga bisa memengaruhi
saluran dan penerima. Begitu juga sebaliknya, saluran dan penerima dapat
memengaruhi sumber.

17
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4 Proses Komunikasi

Terdapat dua tahap proses komunikasi, tahap pertama yaitu proses komunikasi
terjadi secara primer dan yang kedua adalah secara sekunder.

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan


atau perasaan seseirang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, gestur, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang
secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan
komunikator kepada komunikan (Effendy, 2001 : 11-13).

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh


seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Karena
proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi
primer untuk menembus ruang dan wkatu, maka dalam menata lambang-
lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator
harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan
digunakan (Effendy, 2001 : 16-17).

2.1.2 Teknologi Komunikasi

Perubahan-perubahan teknologi terus meningkatkan kecepatan komunikasi


secara menakjubkan. Anda dapat mengirimkan resume anda ke suatu perusahaan
yang prospektif sehingga ia diterima pada hari yang sama ketika iklan lowongan kerja
itu dimuat. Pertemuan-pertemuan internasional dapat direncanakan dan dokumen-
dokumen dipertukarkan dengan kecepatan yang tidak terbayangkan. Tempo banyak
transaksi yang diselesaikan lewat media terus meningkat. Selain kecepatan yang lebih
besar untuk mengirimkan pesan, kita juga menyaksikan perubahan-perubahan besar

18
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dalam volume informasi yang dikirimkan, disimpan, dan diambil kembali (Mulyana,
2005 : 224).

Williams (1989) menjelaskan bahwa teknologi baru dapat dianggap sebagai


perluasan media bahwa sementara media berfungsi sebagai perluasan indra-indra
dasar dan cara-cara komunikasi kita. Media baru biasanya bukan merupakan sistem
tersendiri. (Mulyana, 2005 : 225)

Everett M. Rogers (1986) dalam tesis Suangkupon Doli mengenai penggunaan


media sosial dan persepsi terhadap foto selfie melihat bahwa teknologi komunikasi
adalah perangkat keras sebuah struktur organisasi yang di dalamnya terdapat nilai-
nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan
saling bertukar informasi dengan individu lain. Hal ini membuktikan bahwasanya
teknologi komunikasi memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah teknologi
komunikasi memiliki hubungan dengan perangkat keras atau alat, teknologi
komunikasi muncul dalam suatu struktur ekonomi sosial dan politik, teknologi
komunikasi membawa nilai-nilai dari struktur diatas, dan teknologi komunikasi
berkaitan dengan perangkat keras di bidang komunikasi.

Dalam tesis Suangkupon Doli juga menjelaskan bahwa masyarakat informasi,


dapat dilihat dari beberapa kriteria (Webster, 1995) seperti teknologi, dimana
masyarakat informasi akan bergantung pada inovasi teknologi yang semakin lama
semakin berkembang. Untuk ekonomi, masyarakat informasi akan mempunyai
industri informasi yang terbagi dalam 5 kategori, yaitu pendidikan, media
komunikasi, mesin informasi, pelayanan informasi dan kegiatan informasi lain seperti
penelitian dan kegiatan sosial, dimana perubahan yang terjadi dalam masyarakat
informasi menyebabkan perubahan yang terjadi dalam ketersediaan dan kebutuhan
tenaga kerja dalam bidang informasi. Spasial, dimana masyarakat informasi
mempunyai jaringan informasi yang terhubung dengan lokasi dan mempunyai efek
pada pengorganisasian waktu dan ruang. Terakhir yaitu budaya, dimana masyarakat
informasi mengalami perubahan sirkulasi sosial budaya dalam kehidupan sehari-
sehari karena informasi yang tersedia di berbagai media yang ada.

19
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Media Baru

Dalam jurnal Yesi Puspita mengenai pemanfaataan new media dalam


memudahkan komunikasi dan transaksi Pelacur Gay, media baru adalah istilah yang
dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi
informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang
digambarkan sebagai media baru adalah digital, seringkali memiliki karakteristik
dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif dan tidak memihak. Secara
sederhana media baru adalah media yang terbentuk dari interaksi antara manusia
dengan komputer dan smartphone serta internet secara bersamaan (Puspita, 2015 :
206).

New media berasal dari kata “new” yang berarti baru dan “media” yang
berarti alat yang digunakan oleh sumber untuk mengirim atau menyampaikan
pesannya kepada penerima (Mulyana dalam jurnal Puspita, 2008 : 70). Media baru
merupakan bentuk dari konvergensi media tradisional atau konvensional dengan
media digital. Kelebihan dari media baru adalah ia mempunyai sifat yang realtime,
dimana masyarakat bisa mengakses informasi dan segala macam kebutuhan yang
diperlukan dengan cepat, kapan saja dan dimana saja, selama mereka terhubung
dengan perangkat dan jaringan internet (Puspita, 2015 : 206).

McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2000 : 16-17) menamakan


media baru sebagai media telematik yang merupakan perangkat teknologi elektronik
yang berbeda dengan penggunaan yang berbeda pula. Perangkat media elektronik
baru ini mencakup beberapa sistem teknologi, sistem transmisi melalui kabel atau
satelit, sistem miniaturisasi, sistem penyimpanan dan pencarian informasi serta sistem
penyajian gambar dengan menggunakan kombinasi teks dan grafik secara lentur, dan
sistem pengendalian oleh komputer (Doli, 2018 : 12).

Media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari
perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual
menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. McQuail

20
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dalam Ardianto (2011 : 14) menyebutkan ciri utama yang dapat menjelaskan
perbedaan antara media baru dengan media lama berdasarkan pandangan dari
penggunanya, yaitu (Puspita, 2015 : 206) :

1. Interaktif
Diindikasikan oleh rasio respon atau inisiatif dari pengguna terhadap
“tawaran” dari sumber/pengirim (pesan).

2. Kehadiran sosial
Dialami oleh pengguna. Media baru dapat menjembatani adanya
perbedaan kerangka referensi, mengurangi ambiguitas, memberikan
isyarat – isyarat, lebih peka dan lebih personal.

3. Otonomi
Seorang pengguna merasa dapat mengedalikan isi dan menggunakannya
dan bersikap independen terhadap sumber.

4. Main – main
Digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.

5. Personalisasi
Tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik.

McQuail (2000) dalam buku Teori Komunikasi Massa juga mengungkapkan


media telematik atau media baru memiliki beberapa ciri utama yaitu (Doli, 2018 : 13)
:

1. Desentralisasi yaitu pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya


berada di tangan pemasok komunikasi.

2. Kemampuan tinggi yaitu pengantaran melalui kabel dan satelit.


Pengantaran tersebut mampu mengatasi hambatan komunikasi
dikarenakan pemancar lainnya.

21
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3. Komunikasi timbal balik, yaitu penerima dapat memilih, menukar
informasi, menjawab kembali, dan dihubungkan dengan penerima lainnya
secara langsung.

4. Kelenturan bentuk, isi dan penggunaan.

Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dalam media baru memunculkan


masyarakat informasi. Menurut McQuail (2000) ada 3 permasalahan utama yang
sering muncul dalam teori media baru, yaitu power and inequality, social integration
and identity dan social change (Doli, 2018 : 13).

a. Power and inequality, merupakan permasalahan pertama dimana media


baru sulit untuk ditempatkan. Hal ini berhubungan dengan kepemilikan
dan kekuasaan media. Isi dan arus informasi sudah dikendalikan.

b. Social integration dan identity, merupakan permasalahan kedua yang


menganggap bahwa media baru sebagai kekuatan untuk melakukan
disintegrasi kohesivitas sosial yang ada dalam masyarakat.

c. Social change, merupakan permasalahan ketiga yang menganggap bahwa


media baru adalah agen perubahan sosial sekaligus agen perubahan
ekonomi yang tersusun atau terencana. Dalam permasalahan ini, sangat
mungkin terjadi tidak adanya pengendalian pesan yang baik dari pemberi
maupun penerima pesan.

Lister, dalam bukunya New Media: A Critical Introduction (2009 : 13)


menjelaskan bahwa terminologi media baru merujuk kepada perubahan dalam skala
yang besar untuk produksi media, distribusi media dan penggunaan media yang
bersifat teknologis, tekstual, tradisional dan budaya. Lister (2009 : 13-14) juga
menyatakan bahwa media baru memiliki beberapa karakteristik, yaitu digital,
interaktif, hipertekstual, virtual, jaringan dan simulasi (Doli, 2018 : 14).

a. Digital, artinya media yang mempunyai sifat digital bisa memproses


semua data dan disimpan dalam bentuk angka serta keluarannya akan

22
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
disimpan dalam bentuk cakram digital. Terdapat beberapa implikasi dari
digitalisasi media yaitu dematerialisasi atau teks terpisah dari bentuk fisik,
tidak memerlukan ruangan yang luas untuk menyimpan data karena data
dikompres menjadi ukuran yang lebih kecil, data mudah diakses dengan
kecepatan yang tinggi serta mudahnya data dimanipulasi.

b. Interaktif, yaitu media yang memungkinkan penggunanya untuk dapat


berinteraksi satu dengan yang lainnya serta memungkinkan penggunanya
untuk dapat terlibat secara langsung dalam perubahan gambar ataupun
teks yang mereka akses.

c. Hiperteks, yaitu media yang memungkinkan penggunanya untuk dapat


membaca teks tidak secara berurutan seperti media lama melainkan dapat
memulai dari mana pun yang diinginkan. Hiperteks adalah teks yang
mampu menghubungkan dengan teks lain di luar teks yang ada.

d. Jaringan, yaitu media yang berhubungan dengan ketersediaan konten


berbagi melalui internet. Karakteristik ini berhubungan dengan konsumsi.

e. Virtual, merupakan karakteristik yang berhubungan dengan usaha


mewujudkan sebuah dunia virtual yang diciptakan oleh keterlibatan dalam
lingkungan yang dibangun dengan grafis komputer dan video digital.

f. Simulasi, merupakan media dengan karakteristik yang berkaitan dengan


penciptaan dunia buatan yang dilakukan melalui model tertentu.

2.1.4 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan


hubungan yang diperoleh dengan meyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dengan
persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu,
menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga
atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Desiderato dalam Rakhmat, 2005 : 51).

23
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mulyana (2007 : 175), persepsi merupakan proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik
lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan
suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang
benar terhadap situasi. Dari pengertian tersebut, terdapat perbedaan antara persepsi
dan penginderaan (Doli, 2018 : 22).

Fisher dalam Kuswarno (2009 : 198) menjelaskan bahwa mempersepsi diri


tidak hanya sebatas penilaian diri sendiri, melainkan juga bagaimana seseorang
mempersepsi orang lain yang memandang dirinya (Doli, 2018 : 22).

Bersumber dari skrispi persepsi mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah


oleh Melianna (2018 : 21), terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
terbentuknya sebuah persepsi :

1. Faktor Fungsional.

Faktor Fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman


masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk dalam faktor – faktor personal.
Objek – objek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya merupakan
objek – objek yang memenuhi kebutuhan tujuan individu yang menghasilkan
persepsi.

3 Faktor Struktural

Faktor struktural merupakan faktor yang menentukan persepsi yang berasal


dari luar individu seperti lingkungan, budaya, hukum yang berlaku, serta nilai
– nilai dalam masyarakat.

Dari beberapa faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor fungsional


adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri individu tersebut, contohnya
seperti : pengalaman, motivasi, perhatian dan sebagainya. Sementara itu, faktor
struktural merupakan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu itu sendiri,

24
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
seperti : lingkungan, budaya, hukum yang berlaku, nilai – nilai dalam masyarakat.
(Melianna 2018 : 21)

Persepsi, seperti juga senssasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor
situasional. Krech dan Crutchfield (1977 : 235) menyebutkan faktor fungsional dan
faktor struktural. Selain faktor fungsional dan faktor struktural, terdapat faktor lain
yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian (Rakhmat, 2005 : 51).

2.1.4.1 Perhatian

Perhatian menurut Anderson (1972 : 46) adalah proses mental ketika stimuli
atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat
indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain
(Rakhmat, 2005 : 52)

 Faktor Eksternal Penarik Perhatian (Rakhmat, 2005 : 52)

Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan


personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan
perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian. Stimuli
diperhatian karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain :
gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan.

Pertama untuk gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara


visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat
huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang
yang diiklankan. Pada tempat yang dipenuhi benda-benda mati, kita
akan tertarik hanya kepada tikus kecil yang bergerak.

Kedua untuk intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang


lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar
belakang putih tubuh jangkung di tengah-tengan orang pendek, suara
keras di malam sepi, iklan setengah halaman dalam surat kabar, atau

25
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tawaran pedagang yang paling nyaring di pasar malam, sukar lolos
dari perhatian kita.

Ketiga adalah kebaruan. Hal-hal yang baru, yang luar biasa yang
berbeda akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga
membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau
diingat. Karena alasan inilah maka orang mengejar novel yang baru
terbit, film yang baru beredar, atau kendaraan yang memiliki
rancangan mutakhir. Pemasang iklan sering memanipulasikan unsur
kebaruan ini dengan menonjolkan yang luar biasa dari barang atau jasa
yang ditawarkannya. Media massa juga tidak henti-hentinya
menyajikan program-program baru. Tanpa hal – hal yang baru, stimuli
menjadi monoton membosankan dan lepas dari perhatian.

Yang terakhir yaitu perulangan. Hal – hal yang disajikan berkali-kali,


bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Di sini,
unsur “familiarity” (yang sudah kita kenal) berbeda dengan unsur
“novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur
sugesti : mempengaruhi bawah sadar kita. Bukan hanya pemasang
iklan, yang mempopulerkan produk dengan mengulang-ngulang
“jingles” atau slogan-slogan tetapi juga kaum politisi memanfaatkan
prinsip perulangan. Emil Dofivat (1968), tokoh aliran publisistik
Jerman, bahkan menyebut perulangan sebagai satu di antara tiga
prinsip penting dalam menaklukkan massa.

 Faktor Internal Penaruh Perhatian (Rakhmat, 2005 : 53)

Faktor-faktor biologis. Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran


didominasi oleh makanan. Karena itu bagi orang lapar, yang paling
menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang akan menaruh
perhatian pada hal-hal yang lain. Anak muda yang baru saja menonton
film porno, akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.

26
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor sosiopsikologis. Berikan sebuah foto yang
menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit.
Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal
yang berbeda. Tetapi seorang pun tidak akan dapat melaporkan berapa
orang terdapat pada gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto
mereka memperoleh pertanyaan itu. Bila kita ditugaskan untuk
meneliti berapa orang mahasiswa berada di kelas, kita tidak akan dapat
menjawab berapa orang di antara mereka yang berbaju merah.

Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa


yang kita perhatikan. Dalam perjalanan naik gunung geologi akan
memperhatikan batuan; ahli botani, bunga – bungaan; ahli zoology,
binatang; seniman, warna dan bentuk (Lefrancois, 1974 : 56).

Anderson (1972 : 51-52) dalam Rakhmat (2005 : 54) menyimpulkan dalil-


dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.

1. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif dan
refleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan
perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhatian dari
stimuli yang satu dan memindahkannya pada stimuli yang lain.

2. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol


atau melibatkan diri kita.

3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan


sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. Kita cenderung
memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai dan kepentingan yang ada dalam
mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikan.

4. Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian,


tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita
cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah
tertentu, dan menonton acara tv tertentu. Hal-hal seperti ini akan

27
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh
perhatian.

5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita


untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan.

6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan
lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita
akan betul-betul cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat
mendistorsi persepsi kita.

7. Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita; kita cenderung


mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi.

8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian


dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau
distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang
sebenarnya tidak ada).

9. Intensitas perhatian tidak konstan.

10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan,
kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi kepada objek
secara keseluruhan.

11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena


usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap
stimuli mungkin akan berhenti.

12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
Makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, maka makin
kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu.

28
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan
mempertahankan perhatian.

2.1.4.2 Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal
lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang
menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang
memberikan respon pada stimuli itu. Persepsi yang berbeda tidak disebabkan oleh
stimuli, perbedaan bermula pada kondisi biologis (Rakhmat, 2005 : 55).

Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai


kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang
berkaitan dengan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk
menjelaskan persepsi sosial. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener
menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada
rangkaian objek yang dinilainya. Dalam rangkaian objek-objek yang berat, objek
seberat 92 gram dinilai ringan; sedangkan dalam rangkaian benda-benda ringan,
objek yang sama dinilai berat. Bila dilanjutkan pada persepsi sosial kita akan melihat
bahwa besar-kecilnya pendapatan dinilai dalam kerangka rujukan penilaiannya. Buat
orang yang terbiasa mendapat gaji 500 ribu rupiah, keuntungan 100 ribu rupiah
tidaklah begitu menggembirakan. Buat orang yang menganggur, jumlah yang sama
merupakan keuntungan yang luar biasa (Rakhmat, 2005 : 57).

Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana


orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari
(1968 : 140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna
untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami (Rakhmat,
2005 : 58).

2.1.4.3 Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-
efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt,

29
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
seperti Kohler, Wartheimer (1959) dan Koffa, merumuskan prinsip-prinsip persepsi
yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt.
Menurut teori Gestalt bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai
suatu keseluruhan. Menurut Kohler, jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita
tidak dapat meneliti fakta-fakta terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan
keseluruhan. Untuk memahami seeorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya,
dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya (Rakhmat, 2005 : 58).

Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak murni struktural; sebab apa yang
dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu, tidaklah dianggap sama atau
berdekatan oleh individu lain (Rakhmat, 2005 : 61).

Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Pada masyarakat yang


menitikberatkan kekayaan, orang akan membagi masyarakat pada dua kelompok :
orang kaya dan orang miskin. Pada masyarakat yang mengutamakan pendidikan,
orang mengenal dua kelompok : kelompok terdidik dan tidak terdidik.
Pengelompokkan kultural erat kaitannya dengan label; dan yang kita beri label yang
sama cenderung dipersepsi sama (Rakhmat, 2005 : 61)

Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi


sebagai bagian dari struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga
dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat. Menurut Krech dan
Crutchfield, kecenderungan untuk mengelompokkan stimuli berdasarkan kesamaan
dan kedekatan adalah hal yang universal (Rakhmat, 2005 : 62).

2.1.5 Hubungan Persepsi dengan Komunikasi

Menurut Rakhmat dalam tesis Suangkupon Doli (2018 : 29) istilah persepsi
disebut juga dengan pandangan, gambaran atau anggapan. Setiap orang
mengkomunikasikan persepsi mereka yang berbeda-beda. Termasuk dalam hal
merek. Ada banyak merek air mineral yang tersebar di supermarket, tetapi masih
banyak masyarakat yang menyebut air mineral dengan merek Aqua. Padahal yang
mereka beli adalah air mineral merek ades ataupun cleo. Selain itu, masyarakat juga

30
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
masih sering menyebut Indomie untuk membeli mie instan dengan merek yang lain.
Orang-orang yang bergerak di bidang pemasaran terbukti mempunyai kemampuan
yang hebat, khususnya di bidang brand image. Mereka berhasil membuat nama-nama
produk yang bisa tertanam bertahun-tahun di benak para konsumennya sampai turun-
temurun.

Persepsi merupakan kata yang mempunyai hubungan dengan waktu yang


sudah berlalu sampai saat ini atau juga berhubungan dengan pengalaman. Dalam hal
ini, persepsi setiap orang sangat sulit untuk disamakan, karena setiap orang memiliki
pengalaman yang berbeda beda.

2.2 Model Teoritik

Penggunaan Aplikasi
Persepsi
Tik Tok

Mahasiswa Jurusan Ilmu


Komunikasi FISIP USU
Stambuk 2015 dan 2016

Gambar 2. Model Teoritik Penelitian

31
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
32

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


3.1.1 FISIP USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP
USU) berdiri isejak tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 1982 dan menjadi fakultas yang ke-9 (kesembilan) di
lingkungan Universitas Sumatera Utara. FISIP USU merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam aktivitas mencerdaskan kehidupan bangsa, menguatkan suasana
demokrasi, dan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan FISIP USU di Provinsi
Sumatera Utara memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan daerah yang
dikenal sangat multikultural. Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai tugas
utama, FISIP USU telah melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat khususnya kepada masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dan provinsi
tetangganya. Meskipun tidak sedikit layanan pendidikan yang diberikan FISIP USU
dirasakan oleh putra-putri terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia. Kegiatan Tri
Dharma Perguruan Tinggi menjadi ciri khas FISIP USU dalam merancang program
dan produk berupa hasil penelitian yang dipublikasikan, model pembelajaran yang
diterapkan, dan pengabdian masyarakat yang diadaptasikan. FISIP USU
menyebutnya sebagai Tri Dharma untuk Negeri yang memberikan kontribusi
pemantapan demokrasi dan kesejahteraan rakyat.

Prioritas utama dari kegiatan Tri Dharma yang dilakukan FISIP USU sejak
1980 telah mengalami berbagai perkembangan terutama terkait program studi dan
sumber daya manusia (SDM) untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bermula dari
Jurusan Pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
setahun kemudian diubah menjadi Jurusan Pengetahuan Masyarakat, kemudian
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi
menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung
perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya (1980/1981), FISIP USU hanya membuka dua jurusan, yaitu 1)
Jurusan Ilmu Administrasi Negara; dan 2) Jurusan Ilmu Komunikasi. Pembukaan dua
jurusan ini tentunya didasarkan pada pertimbangan kedua jurusan tersebut sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, pembangunan daerah, dan ketersediaan staf pengajar
(dosen). Tahun Ajaran 1983/1984, FISIP USU membuka dua jurusan baru yaitu 1)
Jurusan Sosiologi; dan 2) Jurusan Kesejahteraan Sosial; serta menerima perpindahan
Jurusan Antropologi dari Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/0/83 tahun 1983 tentang jenis dan
jumlah jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, FISIP USU
mempunyai 6 (enam) jurusan, yaitu:

 Jurusan Sosiologi,
 Jurusan Kesejahteraan Sosial,
 Jurusan Antropologi Sosial,
 Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial,
 Jurusan Ilmu Komunikasi,
 Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
 Jurusan MKDU kemudian diserahkan pengelolaannya di luar FISIP USU
dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan disiplin Ilmu yang
berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada
kelompok Mata Kuliah Dasar Umum.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, pemerintah daerah dan


didukung oleh ketersediaan staf pengajar, FISIP USU kembali membuka Program
Studi D3 Administrasi Perpajakan, pada tahun 1996 dengan SK Dikti No.
105/Dikti/Kep/1996 tanggal 18 April 1996 dan membuka program S1 Program Studi
Ilmu Politik dengan SK Dikti No. 108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001. Tahun
2009 FISIP USU membuka Program Studi Administrasi Bisnis dengan SK Rektor
USU No. 920/H5.1.R/SK/PRS/2009, tanggal 11 Mei 2009. Selain Program S1 dan
D3, FISIP USU juga telah membuka Program S2 Program Studi Studi Pembangunan

33
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tahun 2009 dengan SK Rektor USU No.17019/H5.1.R/SK/SPB/2009, serta Program
Studi S2 Ilmu Komunikasi tahun 2011 dengan SK Rektor USU
No.980/H5.1.R/SK/PRS/2011, dan Program Studi S2 Sosiologi dengan SK Rektor
USU No.2356/UN5.1.R/SK/PRS/2011. Setelah itu, di tahun yang sama FISIP USU
juga membuka Program Studi S3 Studi Pembangunan dengan SK Rektor
USU No.3122/UN5.1.R/SK/PRS/2011 tanggal 31 Desember 2011. Pembukaan
program studi sejak tahun 2005 dilakukan seiring dengan perubahan statute
Universitas Sumatera Utara menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan sejak
tahun 2016 USU menjadi PTN-BH yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Statuta Universitas Sumatera
Utara.

Tahun 2015 berdiri Program Studi S2 Ilmu Politik yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara No:
1427/UN5.1.R/SK/PRS/2015 tanggal 03 September 2015. Saat ini FISIP USU
mengelola 13 Program Studi yaitu :

1. Program Diploma, terdiri dari :


 Perpajakan,

2. Program Sajana, terdiri dari :


 Ilmu Administrasi Negara,
 Ilmu Komunikasi,
 Ilmu Kesejahteraan Sosial,
 Sosiologi
 Antropologi,
 Ilmu Politik,
 Ilmu Administrasi Bisnis,

3. Program Magister, terdiri dari :


 Studi Pembangunan,
 Ilmu Komunikasi,

34
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
 Sosiologi,
 Ilmu Politik,

4. Program Doktoral, terdiri dari :


 Studi Pembangunan,

Program rutin yang menjadi prioritas FISIP USU yaitu menghasilkan alumni
yang memiliki kualitas akademik dan praktik bidang ilmu sosial dan politik, memiliki
kekuatan daya saing dan mampu meningkatkan kualitas staf pengajar serta tenaga
kependidikan yang professional. Layanan pendidikan FISIP USU selalu diukur
dengan capaian kinerja penelitian, publikasi, dan pengabdian masyarakat,
pertambahan presentase dosen dengan kualifikasi pendidikan S3 dan guru besar
(professor) bidang ilmu sosial dan politik.

3.1.2 Visi, Misi dan Tujuan FISIP USU


3.1.2.1 Visi

Sejalan dengan perkembangan dan dinamika masyarakat Indonesia,


khususnya yang terkait dengan otonomi daerah, demokratisasi, globalisasi dan lain
sebagainya, FISIP USU telah memiliki kontribusi dalam kegiatan penelitian,
publikasi, dan pengabdian masyarakat yang aplikatif.

Oleh karena itu, agar program studi lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan selama kurun waktu 2016-2021 dan untuk mensinergikan dengan
program kerja Universitas Sumatera Utara, maka ditetapkan VISI FISIP USU 2016-
2021 yaitu :

“Menjadi Fakultas yang Memiliki Keunggulan Akademik dan Mampu


Bersaing dalam Pengembangan Ilmu dan Riset Terapan Kebijakan Publik Bidang
Sosial dan Politik Pada Tataran Global Tahun 2021”

Visi FISIP USU diharapkan dapat menjadi motivasi yang tinggi bagi seluruh
sivitas akademika untuk secara bersama-sama membangun FISIP khususnya dan
USU pada umumnya melalui pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu

35
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat sehingga FISIP USU
menjadi fakultas yang unggul di bidang pendidikan dan riset terapan kebijakan publik
bidang sosial dan politik.

Melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut diharapkan FISIP


USU tidak hanya unggul dalam bidang pendidikan dan riset sosial politik, tetapi juga
berkontribusi bagi pembangunan masyarakat yang berkualitas dan berkarakter.

3.1.2.2 Misi

Untuk mencapai Visi FISIP USU, maka disusunlah misi yaitu kegiatan yang
harus dilaksanakan organisasi. Melalui misi yang jelas, diharapkan seluruh anggota
organisasi dan pihak-pihak yang berkepentingan mengenal organisasi dan mengetahui
peran serta dan hasil-hasil yang akan diperoleh organisasi di masa yang akan datang.

Kompetisi yang semakin ketat meneuntut FISIP USU untuk segera dan
bergerak lebih cepat membenahi institusi sekaligus membangun jejaring dengan
lingkungan eksternal. Untuk dapat mengakselerasi pencapaian visi sebagaimana telah
disebut di atas, maka FISIP USU menetapkan misi sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di bidang ilmu sosial dan


ilmu politik dengan kompetensi dosen sesusai materi yang relevan dan
mutakhir, kompetitif dan bermoral.

Tujuan : Menghasilkan sistem pendidikan dan pengajaran dengan materi


yang relevan, mutakhir, kompetitif, dan bermoral.

2. Menjadikan lulusan yang mampu berperan sebagai pelaku perubahan


dalam kehidupan sosial dan politik di masyarakat.

Tujuan :

 Meningkatkan atmosfer akademik di kalangan sivitas akademika guna


menambah kompetensi dosen yang produktif dan professional

36
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
 Menciptakan lulusan yang dapat mengembangkan ilmu sosial dan ilmu
politik agar mampu bersaing di tingkat internasional berdasarkan
nilai etika, moral dan agama.

3. Mengembangkan riset terapan dan publikasi untuk memperkaya ilmu


pengetahuan yang berguna bagi masyarakat.

Tujuan : Meningkatnya jumlah riset terapan bidang sosial dan politik


yang berdaya saing tinggi dan digunakan sebagai dasar kebijakan publik
untuk menambah kualitas kehidupan sosial dan politik masyarakat.

4. Meningkatkan kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangka kepedulian


sosial sivita akademik terhadap masyarakat.

Tujuan : Meningkatkan jumlah pengabdian kepada masyarakat berbasis


riset yang bermanfaat bagi masyarakat.

5. Membangun jaringan kerjasama dalam rangka meningkatkan daya saing


dengan instansi pemerintah, pihak swasta dan non-pemerintahan.

Tujuan : Meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah, pihak


swasta dan non-pemerintahan sehingga mendapatkan nilai tambah hasil
kerjasama bagi semua pihak yang dilibatkan.

3.2 Metode Penelitian

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan memerlukan


metode khusus yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahannya.
Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Jadi
metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran
yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang
dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan
(Subagyo, 1997 : 1).

37
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Penelitian digunakan hampir di seluruh profesi (Kumar : 1996), menandakan
bahwa penelitian merupakan aktifitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal, terlebih dahulu dipahami hakikat
penelitan itu sendiri dan kaidah-kaidah apa saja yang harus dipedomani. Penelitian
ditinjau dari asal usulnya berasal dari Bahasa Inggris yaitu research yang kadang kala
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi riset. Secara etimologi research
berasal dari kata re yang berarti kembali, dan search yang berarti mencari. Sehingga
research dapat diartikan “mencari kembali” (Nazir : 2003). Mencari kembali
bermakna berusaha untuk menemukan jawaban dari sesuatu yang belum jelas atau
yang diragukan kebenarannya (Sinambela, 2014 : 2).

Sementara dalam bukunya Joko Subagyo yang berjudul metode penelitian


mengatakan bahwa penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris : research yang
berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu
metode tertentu dan dengan cara hati – hati, sistematis serta sempurna terhadap
permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab
permasalahannya (Subagyo, 1997 : 2).

Mencermati berbagai pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan penelitian adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan hati – hati
dan cerdas untuk memperoleh berbagai data guna memecahkan permasalahan yang
ditetapkan (Sinambela, 2014 : 3).

Penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan. Metode penelitian


merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap
segala permasalahan. Di dalam penelitian dikenal adanya beberapa macam teori
untuk menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu
mengingat bahwa tidak setiap permasalahan yang dikaitkan dengan kemampuan si
peneliti, biaya dan lokasi dapat diselesaikan dengan sembarang metode penelitian.

Penelitan mengenai “Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi


Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu

38
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)” menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Menurut Kuncoro (2011) metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah
terhadap pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi (Sinambela, 2014 : 34).

Metode penelitian deskriptif (Shields; Ranjangan 2013) adalah penelitian


yang mendeskripsikan karakteristik dari suatu populasi tentang suatu fenomena yang
diamati. Penelitian deskriptif salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk
menyajikan gambaran yang lengkap mengenai setting sosial. Dalam hal ini penelitian
akan mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan
sosial dengan jalan menggambarkan sejumlah variabel yang berhubungan dengan
masalah dan variabel yang diamati (Sinambela, 2014 : 66 – 67).

3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel


3.3.1 Populasi

Dalam metode penelitian kata populasi amat popular, digunakan untuk


menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.
Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian
yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,
sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian (Burgin, 2005 : 109).

Populasi berasal dari kata bahasa Inggris “population”, yang berarti jumlah
penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakkan
menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan (Burgin, 2001 : 101).

Sedangkan dalam bukunya Joko Subagyo yang berjudul metode penelitian


mengartikan populasi sebagai objek penelitian yang dijadikan sasaran untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data (Subagyo, 1997 : 23).

Lijan Poltak Sinambela mengartikan populasi sebagai objek/subjek yang


mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam hal ini, populasi bukan hanya
orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah

39
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Menurut Nazir (2003), populasi adalah
kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan
(Sinambela, 2014 : 94).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, disimpulkan bahwa populasi adalah


objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sinambela, 2014 : 94).

Populasi dalam penelitian yang dilakukan, meliputi seluruh mahasiswa Ilmu


Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 yang terdaftar di
dirmahasiswa.usu.ac.id dimana jumlah mahasiswa untuk stambuk 2015 ada 125
mahasiswa dan untuk stambuk 2016 ada 113 mahasiswa. Maka total populasi yang
ada adalah 238 mahasiswa.

Departemen Angkatan Jumlah

2015 125 mahasiswa


Ilmu Komunikasi FISIP USU
2016 113 mahasiswa

Total 238 mahasiswa

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Menurut Malhotra (2010), sampel adalah sub kelompok dari
elemen dari populasi yang dipilih untuk berpartisipasi dalam suatu penelitian.
Selanjutnya menurut Sugiyono (1997), sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sinambela, 2014 : 95).

Sampel penelitian merupakan suatu faktor penting yang perlu diperhatikan


dalam penelitian yang kita lakukan. Sampel penelitian mencerminkan dan

40
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menentukan seberapa jauh sampel tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan
penelitian. Sampel merupakan suatu bagian dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah
anggota yang dipilih dari populasi. Dengan mengambil sampel peneliti ingin menarik
kesimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi. Suatu subjek merupakan
suatu anggota tunggal dari sampel, sama halnya dengan elemen yang merupakan
anggota tunggal dari populasi (Sudaryono, 2018 : 167).

Rumus perhitungan besaran sampel yang digunakan untuk penelitian adalah


sebagai berikut (Burgin, 2011 : 115) :

n = N / N(d)2 + 1

Keterangan : n = Jumlah sampel yang dicari


N = Jumlah populasi
d = Nilai presisi (digunakan 5% atau 0.05)

Perhitungan sebagai berikut :

n = 238 / 238(0.05)2 + 1
n = 238 / 1,595
n = 149,216301
n = 149

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Sampel diambil dalam penelitian sebagai pertimbangan efisiensi dan


mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari
populasinya (Subagyo 1997 : 29).

Dalam hal ini peneliti menggunakan dua teknik penarikan sampel, yaitu
sebagai berikut :

1. Sampel Stratifikasi Proporsional, yaitu teknik yang dapat digunakan pada


populasi berstrata, populasi area ataupun populasi cluster. Peneliti harus
mengetahui besar kecil unit-unit populasi yang ada. Kemudian dengan

41
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan ini peneliti mengambil wakil dari unit-unit populasi tersebut
dengan sistem perwakilan yang berimbang (Burgin, 2011 : 124).

Populasi yang dipilih sebagai sampel menggunakan rumus :

N = n1 x n2 / n

Keterangan : n1 = jumlah mahasiswa per – angkatan


n2 = jumlah sampel
N = jumlah populasi

Dengan menggunakan rumus yang ada di atas, maka hasil sampel dari
setiap mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU per – angkatan adalah
sebagai berikut :

Departemen Angkatan Populasi Penarikan Sampel


Sampel

2015 125 125 x 149 / 78

Ilmu Komunikasi FISIP mahasiswa 238 mahasiswa

USU 2016 113 113 x 149 / 71


mahasiswa 238 mahasiswa

149
Total
mahasiswa

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian

2. Purposive Sampling, adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu


saja. Teknik ini berorientasi kepada pemilihan sampel di mana populasi
dan tujuan yang spesifik dari penelitian, diketahui oleh peneliti sejak awal.
Dalam pelaksanaannya, peneliti dapat memanfaatkan pengetahuan dan
pengalamannya dalam menentukan responden yang tepat melalui
observasi awal sehingga sampel tersebut memenuhi kriteria yang
ditentukan sebelumnya (Sinambela, 2014 : 103).

42
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini peneliti menentukan beberapa kriteria yang sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan. Kriteria responden yang peneliti tentukan
adalah sebagai berikut :

a. Mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2015 dan


2016 yang aktif.
b. Mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2015 dan
2016 yang mengetahui aplikasi Tik Tok.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kuantitatif menghasilkan data bersifat terstruktur, sehingga


peneliti dapat melakukan proses pengkuantitatifan data, yaitu mengubah data semula
menjadi data berwujud angka (Istijanto, 2005). Dalam pengumpulan data kuantitatif,
data dihasilkan dari lapangan dengan mengandalkan instrumen yang dipersiapkan
peneliti (Sinambela, 2014 : 123).

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan
melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya merupakan data primer.
Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat
dan masih memerlukan analisa lebih lanjut (Subagyo, 1997 : 87).

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :

a. Kuesioner, merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data


secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya – jawab
dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga
disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
harus dijawab atau direspon oleh responden (Sudaryono, 2018 :
207).

43
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jenis kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah kuesioner langsung tertutup dimana kuesioner dirancang
sedemikian rupa untuk mereka data tentang keadaan yang dialami
oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang
harus dijawab responden telah tertera dalam kuesioner tersebut
(Burgin, 2011 : 133).

b. Observasi, atau pengamatan merupakan kegiatan keseharian


manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu
utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman,
mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya (Burgin,
2011 : 143).

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan disebut
sebagai data sekunder. Untuk mendapatkan data sekunder, bahan
kepustakaan yang berupa teori-teori siap untuk dipakai tetapi dapat pula
berupa hasil-hasil penelitian yang masih memerlukan pengujian
kebenarannya (Subagyo, 1997 : 88).

Peneliti menggunakan berbagai data yang bersumber dari buku, jurnal,


internet dan hasil penelitian terdahulu yang dapat mendukung masalah
penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data kuantitatif yaitu data dalam bentuk jumlah dituangkan untuk
menerangkan suatu kejelasan dari angka-angka atau memperbandingkan dari
beberapa gambaran sehingga memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan
kembali dalam bentuk kalimat/uraian (Subagyo, 1997 : 106).

44
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey yang merupakan
penelitian pengambilan sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpul data (Sinambela, 2014 : 68). Dalam hal ini, peneliti akan
menganalisis data dengan melakukan survey dari kuesioner-kuesioner yang telah diisi
oleh para responden. Data-data kuesioner yang sudah diperoleh akan dianalisa dengan
menggunakan analisis tabel tunggal.

Analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian


kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi disebut dengan
analisis tabel tunggal (Melianna, 2018 : 44).

45
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
46

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti melewati beberapa proses dalam mengumpulkan data, proses yang


dilalui tersebut adalah sebagai berikut :

4.1.1 Penelitian Kepustakaan

Penelitian yang menggunakan literatur dan bacaan yang berhubungan atau


berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan merupakan penelitian
kepustakaan. Peneliti mengumpulkan data dari beberapa jurnal yang berkaitan,
bacaan dan berita-berita yang ada di internet yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Setelah peneliti mendapatkan data dari penelitian kepustakaan, peneliti
mulai menyusun proposal skripsi. Peneliti juga mulai menyusun daftar pertanyaan
atau kuesioner yang nantinya akan disebarkan kepada responden yang sudah
ditentukan yaitu mahasiswa-mahasiswi dari jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2015 dan 2016.

4.1.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan yang digunakan peneliti yaitu menghimpun atau


mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner kepada mahasiswa/i jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
stambuk 2015 dan 2016. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner terdiri dari 15
pertanyaan. Dalam 15 pertanyaan tersebut, terdapat 1 pertanyaan yang nantinya dapat
menentukan apakah hasil dari responden tersebut dapat digunakan atau tidak, lalu ada
4 pertanyaan untuk identitas pengisi kuesioner, dan 9 pertanyaan untuk persepsi
mahasiswa terhadap penggunaan aplikasi Tik Tok. Setelah kuesioner selesai, peneliti
membagikan kuesioner kepada mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2015 dan 2016. Total
mahasiswa/i yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 238 mahasiswa/i,
maka sampel yang dihasilkan adalah sebanyak 149 mahasiswa/i.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti mengolah data yang sudah dikumpulkan


dari penyebaran kuesioner kepada sampel yang sudah ditentukan. Proses dari
pengolahan data yang didapatkan dari kuesioner akan disusun ke dalam sebuah tabel
tunggal sehingga menjadikan data lebih terklarifikasi.

4.3 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal adalah analisis dimana variabel dari penelitian akan
dibagikan ke dalam kategori-kategori atas dasar frekuensi. Tabel tunggal adalah
langkah peneliti untuk menganalisis data yang sudah terkumpul dari penyebaran
kuesioner. Tabel tunggal terdiri dari 2 kolom yaitu kolom frekuensi dan kolom
persentasi. Setiap pertanyaan dari kuesioner akan disusun kedalam tabel tunggal.

4.3.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin


Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Frekuensi
No. Jenis Kelamin
F %
1. Laki – Laki 49 32.9
2. Perempuan 100 67.1
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan, jumlah


responden perempuan mendominasi total responden yang ada. Diketahui bahwasanya
jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 49 orang dengan persentase
32.9%. Untuk jumlah sampel yang berjenis kelamin perempuan ada 100 orang
dengan persentase 67.1%.

Dalam penyebaran kuesioner, terlihat bahwa perempuan lebih merespon


kuesioner yang dibagikan oleh peneliti dibandingkan dengan laki-laki.

47
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Usia
Responden Penelitian Berdasarkan Usia

Frekuensi
No. Usia Responden
F %
1. 18 – 20 30 20.1
2. 21 - 22 107 71.8
3. 23 - 25 12 8.1
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden dengan usia 21 – 22 mendominasi


kuesioner yang disebarkan. Untuk rentang usia 18 – 20 terdapat 30 orang dengan
jumlah persentase 20.1%. Rentang usia 21 – 22 yang mendominasi data kuesioner
terdapat 107 orang dengan jumlah persentasi 71.8%. Rentang usia terakhir yaitu 23 –
25 terdapat 12 orang dengan jumlah persentasi 8.1%.

Tabel 4.3 Stambuk


Responden Penelitian Berdasarkan Stambuk

Frekuensi
No. Stambuk
F %
1. 2015 78 52.3
2. 2016 71 47.7
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3, terdapat data responden yang sudah menjadi sasaran
peneliti untuk menyebarkan kuesioner. Jumlah responden untuk stambuk 2015 dan
stambuk 2016 sudah ditentukan diawal penelitian. Untuk jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU stambuk 2015 terdapat 78 orang dengan persentasi 52.3%. Kemudian,

48
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
untuk jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2016 terdapat 71 orang dengan
jumlah persentasi 47.7%.

Tabel 4.4
Responden Penelitian Pengguna Aplikasi Tik Tok

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Ya 15 10.1
2. Tidak 134 89.9
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4, terdapat 15 orang pengguna aplikasi Tik Tok dengan
persentase 10.1%. Hal ini menunjukkan bahwa data kuesioner didominasi oleh
mereka yang tidak menggunakan atau bukan pengguna dari aplikasi Tik Tok. Untuk
mahasiswa/i yang bukan pengguna aplikasi tik tok terdapat 134 orang dengan jumlah
persentase 89.9%. Ini membuktikan aplikasi Tik Tok bukan merupakan aplikasi yang
dibutuhkan untuk media komunikasi.

Peneliti juga menyimpulkan bahwa berkembangnya aplikasi Tik Tok yang


diikuti dengan pemberitaan negatif membuat responden penelitian mayoritas tidak
menggunakan aplikasi Tik Tok. Julukan “Alay” untuk pengguna aplikasi Tik Tok
serta sebutan “aplikasi goblok” dalam google play store menghasilkan pandangan
yang buruk terhadap aplikasi Tik Tok. Penggunaan aplikasi Tik Tok yang sangat
minim pada responden peneliti menunjukkan bahwa ketidaktertarikkan mahasiswa
Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok.

Dalam tabel tersebut, terdapat 15 orang yang memakai aplikasi Tik Tok.
Walaupun aplikasi tersebut mendapat banyak komentar negatif, masih ada beberapa
responden yang tetap menggunakannya.

49
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan bahwa Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dapat
membuktikan kalau aplikasi Tik Tok dapat digunakan untuk hal-hal yang positif, baik
untuk hiburan semata, menuangkan ide-ide kreatif, dan lain sebagainya.

4.3.2 Persepsi Mahasiswa/i Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk


2015 dan 2016

Tabel 4.5
Responden Penelitian yang Mengetahui Aplikasi Tik Tok

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Mengetahui 39 26.2
2. Mengetahui 84 56.4
3. Netral 26 17.4
4. Tidak Mengetahui 0 0.0
5. Sangat tidak mengetahui 0 0.0
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.5 menunjukkan frekuensi dari para responden yang mengetahui


aplikasi Tik Tok. Dari 149 responden, 30 orang dengan persentase 26.2% sangat
mengetahui aplikasi Tik Tok. Sebanyak 84 orang dengan persentase 56.4%
mengetahui aplikasi Tik Tok. Lalu sisanya yaitu 26 orang dengan persentase 17.4%
menjawab netral. Jawaban dengan kategori mengetahui mendominasi jawaban dari
responden.

Peneliti mengambil kesimpulan bahwa responden mayoritas mengetahui


aplikasi Tik Tok. Total responden yang mengetahui aplikasi Tik Tok adalah 123
orang, sementara 26 diantaranya memilih netral. Pertanyaan yang berkaitan dengan
pengetahuan responden mengenai aplikasi Tik Tok ini bertujuan untuk menyaring

50
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
apakah data tersebut layak untuk diolah atau tidak. Selain untuk menyaring jawaban
dari responden, pertanyaan ini bertujuan untuk melihat eksistensi aplikasi Tik Tok
dikalangan mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Eksistensi aplikasi Tik
Tok di kalangan mahasiswa/I jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015
dan 2016 cukup baik dikarenakan mendapat 123 orang yang mengetahui aplikasi
tersebut, sementara 26 diantaranya memilih netral. Dalam tabel 4.5 untuk variabel
tidak mengetahui dan sangat tidak mengetahui mendapat angka 0 yang menunjukkan
bahwa seluruh responden penelitian tidak ada yang tidak mengetahui aplikasi Tik
Tok.

Tabel 4.6
Responden Penelitian yang Mengetahui Pemberitaan Negatif yang Berkaitan
dengan Aplikasi Tik Tok

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Mengetahui 29 19.5
2. Mengetahui 77 51.7
3. Netral 32 21.5
4. Tidak Mengetahui 11 7.4
5. Sangat tidak mengetahui 0 0.0
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pemberitaan negatif mengenai aplikasi Tik


Tok diketahui oleh responden sebanyak 77 orang dengan persentase sebanyak 51.7%.
Sebanyak 29 orang dengan persentase 19.5% sangat mengetahui pemberitaan negatif
yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok. Selain itu, 32 orang menjawab netral dengan
persentase 21.55%. Maraknya pemberitaan yang negatif mengenai aplikasi Tik Tok
ternyata masih menyisakan 11 orang dengan persentase 7.4% yang tidak mengetahui
pemberitaan tersebut.

51
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kesuksesan aplikasi Tik Tok diikuti dengan pemberitaan yang negatif.
Peneliti menemukan 106 responden mengetahui pemberitaan negatif yang berkaitan
dengan aplikasi Tik Tok, lalu 32 diantaranya memilih netral. Sedikitnya, 11 orang
responden tidak mengetahui pemberitaan negatif mengenai aplikasi Tik Tok. Hal ini
juga merupakan temuan dari peneliti, mengingat bahwa maraknya video-video dari
aplikasi Tik Tok yang tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat mengakibatkan
aplikasi ini diblokir untuk sementara sampai aplikasi dianggap layak untuk digunakan
kembali.

Tabel 4.7
Responden Penelitian yang Setuju Penggunaan Aplikasi Tik Tok oleh Mereka
yang berumur 12 Tahun ke atas

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Setuju 6 4.0
2. Setuju 33 22.1
3. Netral 41 27.5
4. Tidak Setuju 33 22.1
5. Sangat tidak setuju 36 24.2
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.7 dengan pertanyaan mengenai setuju tidaknya aplikasi Tik Tok
digunakan oleh mereka yang berumur 12 tahun ke atas di dominasi oleh variabel
netral dengan 41 orang persentase 27.5%. Sebanyak 36 orang dengan persentase
24.2% memilih variabel sangat tidak setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok di
atas umur 12 tahun. Variabel setuju ternyata seri dengan variabel tidak setuju dengan
angka 33 orang persentase 22.1%. Tersisa 6 orang yang ternyata sangat setuju dengan
penggunaan aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun ke atas.

52
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas netral terhadap keputusan Kemkominfo
mengenai pemakaian aplikasi Tik Tok diperbolehkan untuk mereka yang berumur 12
tahun ke atas. Tetapi, jika jumlah variabel tidak setuju ditambahkan dengan jumlah
variabel sangat tidak setuju, maka ada 69 orang yang dapat dikategorikan tidak setuju
dengan pemakaian aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun.

Maka mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan
2016 mayoritas tidak setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok oleh mereka yang
berumur 12 tahun ke atas.

Aplikasi Tik Tok merupakan media baru yang sangat interaktif, menjembatani
interaksi sosial dimana pengguna aplikasi dapat berinteraksi dengan semua orang
yang berada di waktu dan tempat yang berbeda. Aplikasi Tik Tok juga membuat
penggunanya dapat mengendalikan isi dan memanfaatkan aplikasi untuk menanggapi
sumber yang diperolehnya. Dalam hal ini, umur sangat penting untuk dibahas dalam
penggunaan aplikasi Tik Tok.

Pada latar belakang permasalahan sudah dijelaskan bahwa remaja terkenal


sangat rentan karena mereka dalam masa pencarian identitas diri. Menurut WHO,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun. Sementara itu, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah
(www.depkes.go.id). Keterangan mengenai rentang usia remaja ini menjelaskan
bahwa umur 12 tahun ke atas adalah umur dimana mereka sangat rentan untuk
menggunakan aplikasi Tik Tok. Mereka yang berumur 12 tahun mempunyai peluang
yang besar untuk menyalahgunakan aplikasi tersebut. Aplikasi Tik Tok dapat menjadi
alat atau saran mereka untuk mencari jati diri, menjadi tempat mereka untuk bebas
berekspresi terhadap sumber yang mereka peroleh. Sumber tersebut bisa saja
merupakan sumber yang menurut mereka itu sangat menarik untuk ditiru, padahal apa
yang mereka lihat itu belum tentu baik untuk psikis mereka.

53
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dengan banyaknya persepsi yang mengatakan tidak setuju dengan pemakaian
aplikasi Tik Tok oleh mereka yang berumur 12 tahun keatas menunjukkan bahwa
perlunya mengkaji ulang batasan umur untuk pemakaian aplikasi Tik Tok di
Indonesia. Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi seperti aplikasi Tik Tok dapat
berdampak kepada perubahan sosial di mana tidak adanya pengendalian pesan yang
baik dari pemberi maupun penerima pesan.

Walaupun pemakaian aplikasi Tik Tok untuk mereka yang berumur 12 tahun
ke atas masih merupakan peraturan yang keliru, terdapat 39 orang mahasiswa Ilmu
Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 yang setuju dengan peraturan
tersebut. Ini menunjukkan bahwa persepsi dari responden penelitian memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang berbeda sehingga pendapat yang mereka
munculkan juga berbeda dari kelompok mayoritas.

Tabel 4.8
Responden Penelitian yang Setuju bahwa Pemakaian Aplikasi Tik Tok
membuat penggunanya membuat Konten yang Kreatif

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Setuju 46 30.9
2. Setuju 51 34.2
3. Netral 41 27.5
4. Tidak Setuju 9 6.0
5. Sangat tidak setuju 2 1.3
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Pada Tabel 4.8 variabel setuju mendominasi sebanyak 51 orang dengan


persentase 34.2%. Variabel sangat setuju dipilih sebanyak 46 orang dengan
persentase 30.9%. Sedangkan variable netral dipilih sebanyak 41 orang dengan
persentase 27.5%. Sebanyak 9 orang dengan persentase 6.0% tidak setuju bahwa

54
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
aplikasi Tik Tok mendorong penggunanya untuk membuat konten yang kreatif,
diikuti dengan 2 orang dengan persentase 1.3% yang sangat tidak setuju.

Dari hasil tabel 4.8 peneliti mengambil kesimpulan bahwa mayoritas


mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 sangat
setuju dengan adanya aplikasi Tik Tok, membuat penggunanya membuat konten yang
kreatif.

Seperti yang dikatakan oleh Psikolog klinis Tara de Thours bahwa aplikasi
bukan menjadi masalahnya, tetapi karakter berekspresi dari para penggunanya. Jika
pengguna dari aplikasi Tik Tok dapat berpikir secara dewasa, maka ia akan
menggunakan aplikasi tersebut secara bijak. Menggunakan aplikasi secara bijak
berarti membuat video berdurasi pendek dengan mengkombinasikan efek-efek yang
tersedia di aplikasi sehingga video terlihat menarik, tetapi tetap menjunjung tinggi
nilai sosial dan norma-norma yang berlaku di Indonesia.

Pertanyaan ini menunjukkan bahwasanya video-video yang dihasilkan dari


aplikasi Tik Tok tidak semuanya berbau negatif. Beberapa diantaranya memiliki nilai
kreatif, menarik dan menghibur para penontonnya. Salah satu contoh yang dapat
peneliti berikan adalah pengguna aplikasi Tik Tok yang bernama Hari Kutty. Hari
Kutty merupakan pemuda yang berasal dari Theni, India. Video Tik Tok yang ia buat
dinobatkan sebagai yang terbaik di Dunia (www.banjarmasin.tribunnews.com). Ia
mengaku tidak mudah untuk membuat video ini, bahkan ia hampir menyerah. Hari
Kutty memerlukan sembilan handphone untuk menghasilkan video tersebut,
sementara ia harus memastikan bahwa daya dari kesembilan handphone tersebut
cukup dan tidak ada panggilan yang masuk saat proses perekaman video sedang
berlangsung. Setelah video diupload ke dalam instagram, Hari Kutty mendapat
banyak apresiasi dan pujian dari masyarakat yang melihat hasil karyanya yang kreatif
(www.banjarmasin.tribunnews.com).

55
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kekreatifitasan dari Hari Kutty dengan kasus banyaknya pemakaian aplikasi
Tik Tok disalahgunakan dapat dilihat dengan unsur komunikasi. Unsur komunikasi
terdiri dari sumber, pesan, media, penerima, efek dan umpan balik.

Hari Kutty merupakan sumber. Ia menyebarkan sebuah video dengan


kreatifitas yang belum tentu semua orang dapat membuatnya. Hari Kutty yang
merupakan sumber memberikan pesan kepada penerima. Pesan yang diberikan
tersebut adalah sebuah video, sementara penerima dari pesan tersebut ada khalayak
atau masyarakat yang menonton video tersebut. Video tersebut menjadi video yang
terbaik di dunia karena umpan balik dari penerima video. Efek yang ditimbulkan dari
pesan tersebut adalah penerima video atau mereka yang menonton video tersebut
memberikan umpan balik kepada Hari Kutty.

Hal ini juga berlaku jika si sumber memberikan pesan berupa video yang
berisikan konten yang kurang mendidik seperti pornografi, asusila, pelecahan agama
dan yang lainnya. Jika isi pesan terlihat menarik dengan konten pornografi di
dalamnya, maka penerima akan memberikan berbagai macam umpan balik. Umpan
balik yang di dapat bisa berupa apresiasi jika yang melihat merasa senang dengan hal
yang seperti itu, bisa juga berupa nasihat agar lebih menghargai diri sendiri, tetapi
bagaimana dengan mereka yang belum bijak menggunakan aplikasi tersebut,
terutama untuk mereka yang masih remaja. Mereka akan mencoba untuk meniru
video tersebut, dengan harapan mereka mendapat banyak perhatian, jumlah like yang
banyak dan followers yang banyak juga. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan
sumber juga sangat penting agar penerima tidak memberikan umpan balik yang salah.
Aplikasi Tik Tok juga seharusnya mempunyai sistem yang dapat menyaring video-
video yang mengandung konten-konten negatif sehingga pembuat video tidak
mengarah kepada hal yang negatif.

Masyarakat tidak dapat terhindar dari kemajuan teknologi. Aplikasi Tik Tok
merupakan bentuk dari majunya teknologi yang ada saat ini. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana kita menanggapi kemajuan teknologi tersebut. Jika

56
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kita cukup dewasa untuk menyikapinya, maka kita akan memanfaatkan teknologi
tersebut dengan bijak, karena salah satu ciri utama dari media baru adalah bersifat
menghibur dan mendidik. Jika aplikasi Tik Tok memunculkan video-video yang
menarik, kreatif, dan mendidik, maka pengguna akan berusaha untuk ikut membuat
video yang tidak kalah menarik dan kreatif untuk ditonton. Selain itu, mereka sebagai
penikmat video dari aplikasi Tik Tok akan merasa terhibur dengan video-video yang
dihasilkan oleh penggunanya. Baik pengguna maupun aplikasi itu sendiri harus saling
menjaga agar dapat menghasilkan sesuatu yang baik untuk masyarakat atau khalayak
umum.

Walaupun mayoritas mengatakan setuju dengan pertanyaan tersebut, masih


ada 11 orang yang tidak setuju. Peneliti menarik kesimpulan bahwa berita negatif
yang dimunculkan di berbagai media mengenai aplikasi Tik Tok menghasilkan
persepsi bahwa aplikasi tik Tok tidak membuat penggunanya membuat konten-
konten kreatif. Banyaknya pemberitaan yang negatif, menenggelamkan video-video
yang mempunyai nilai positef di dalamnya.

Tabel 4.9
Responden Penelitian yang setuju bahwa Penggunaan Aplikasi Tik Tok
Memberikan Pengaruh yang Buruk

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Setuju 18 12.1
2. Setuju 53 35.6
3. Netral 66 44.3
4. Tidak Setuju 11 7.4
5. Sangat tidak setuju 1 0.7
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

57
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwasanya variabel netral mendominasi jawaban dari
responden sebanyak 66 orang dengan persentase 44.3%. Hal ini terbukti bahwa
mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 netral
dengan pertanyaan ke 9 tersebut.

Selain variabel netral, variabel setuju juga mendapat banyak angka, yaitu
sebanyak 53 orang dengan persentase 35.6% diikuti dengan variabel sangat setuju
yang mendapat angka 18 orang dengan persentase 12.1%. Jika angka tersebut
ditotalkan, maka sebanyak 71 orang dikategorikan setuju bahwa aplikasi Tik Tok
memberikan pengaruh yang buruk kepada penggunanya.

Dalam beberapa kasus yang sudah dijelaskan pada latar belakang,


menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi Tik Tok pada anak berumur 12 tahun ke
atas patut diperhatikan. Hal ini dikarenakan beberapa pengguna lebih mementingkan
jumlah like dan followers agar akun mereka terkenal. Upaya mereka dalam
meningkatkan jumlah like dan followers mengesampingkan nilai-nilai dan norma
sosial yang ada. Beberapa diantaranya berusaha untuk tampil cantik dan menggoda
agar yang menonton tertarik untuk menekan tombol like dan memfollow akun
penggunanya. Selain itu, ada yang menampilkan adegan kekerasan yang dapat
membahayakan nyawa demi jumlah like dan followers yang banyak. Kasus-kasus
yang peneliti paparkan pada latar belakang sudah menjelaskan bahwa penggunaan
aplikasi Tik Tok membawa pengaruh buruk. Mereka akan melakukan apa saja agar
video tersebut disukai banyak orang dan dikagumi oleh orang banyak. Ketenaran,
memiliki penggemar atau fans menjadi godaan untuk mereka. Aplikasi Tik Tok
menjadi sarana mereka untuk menjadi artis secara instan, mengesampingkan
pendidikan, nilai moral, privasi serta nyawa agar terlihat keren dan menarik.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa komunikasi sebagai sistem. Sistem yang


dimaksud adalah aplikasi Tik Tok. Aplikasi Tik Tok adalah sistem di mana kita dapat
berkomunikasi menggunakan video yang berdurasi pendek dan dapat disebarkan
kepada masyarakat luas. Dalam hal ini, sistem yang merupakan aplikasi Tik Tok
harus melakukan kontrol atau pengawasan agar komunikasi menjadi seimbang.

58
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Seimbang dalam arti tidak menyimpang dari nilai sosial dan norma-norma yang ada.
Pada bab II yang menjelaskan tentang komunikasi sebagai sistem, sistem harus
melakukan kontrol terhadap semua komponen yang mendukungnya, mengendalikan
kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud
adalah berbagai macam layanan yang tersedia di aplikasi Tik Tok beserta
penggunanya. Dalam hal ini, pengguna dari aplikasi Tik Tok mendapat pengaruh
buruk karena video-video yang dihasilkan oleh aplikasi tersebut banyak yang
menyimpang. Oleh karena itu, aplikasi Tik Tok yang merupakan sistem perlu
mengontrol video-video yang diunggah agar komunikasi menjadi seimbang.

Untuk variabel tidak setuju dan sangat tidak setuju, terdapat 12 orang yang
mengatakan tidak setuju bahwa aplikasi Tik Tok memberi pengaruh yang buruk.
Peneliti menarik kesimpulan untuk variabel ini bahwa jika bercerita bahwa aplikasi
Tik Tok memberikan pengaruh buruk, maka aplikasi lain seperti youtube, instagram,
aplikasi-aplikasi yang berbasis media sosial dan video juga mempunyai peluang
untuk memberikan pengaruh yang buruk kepada penggunanya. Hal ini akan kita
bahas di tabel 4.11

Tabel 4.10
Responden Penelitian yang Setuju bahwa Penggunaan Aplikasi Tik Tok sebagai
Perantara Eksistensi

Frekuensi
No. Variabel
F %

1. Sangat Setuju 56 37.6

2. Setuju 59 39.6

3. Netral 32 21.5

4. Tidak Setuju 2 1.3

5. Sangat tidak setuju 0 0

Total 149 100.0

59
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Dalam Tabel 4.10 terlihat bahwa variabel sangat setuju dengan setuju hanya
berbeda 3 angka. Variabel setuju di pilih oleh 59 orang dengan persentase 39.6%,
sedangkan untuk variabel sangat setuju dipilih oleh 56 orang dengan persentase
37.6%. Sementara untuk variabel netral, terdapat 32 orang dengan persentase 21.5%.
Terdapat 2 orang dengan persentase 1.3% yang mengatakan tidak setuju dengan
penggunaan aplikasi Tik Tok sebagai perantara eksistensi.

Dari tabel 4.10 peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa/i jurusan


Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 setuju bahwa penggunaan
aplikasi Tik Tok sebagai perantara eksistensi penggunanya. Peneliti kembali
membahas kasus pada latar belakang masalah dimana berita tersebut diambil dari data
South China Morning Post (SCMP). Berita tersebut mengatakan bahwa pengguna Tik
Tok merupakan anak-anak yang masih berada di bawah umur. Seorang anak yang
masih berada di tingkat sekolah dasar mengakui kalau aplikasi Tik Tok telah merubah
dirinya. Anak tersebut merasa kalau dirinya sudah seperti seorang artis. Setelah ia
mengunggah video Tik Tok, orang-orang yang sedang berjalan mengenali dirinya
(www.alinea.id 28/06/2018).

Kasus ini juga mewakili beberapa kasus lainnya. Menghasilkan video yang
menarik dan kreatif dapat menjadi hobi anak-anak muda, tetapi jika tujuan dari
pembuatan video tersebut untuk eksistensi semata, maka hal ini patut menjadi pusat
perhatian. Pengonsumsian media sosial seperti aplikasi Tik Tok sebagai perantara
eksistesi penggunanya merupakan pola komunikasi yang sedang terjadi. Contoh lain
yang dapat mewakili pernyataan ini adalah seorang anak perempuan yang bernama
Nuraini. Kasus ini sudah peneliti jelaskan pada latar belakang. Walaupun video dari
perempuan yang bernama Nuraini tersebut mengundang tawa banyak orang,
ketenarannya tidak berlangsung lama. Semenjak video tersebut diunggah, banyak
acara-acara talkshow yang mengundangnya untuk hadir dan mengkonfirmasi video
tersebut. Berkat ketenarannya, Nuraini bisa sedikit menunjuang kondisi
perekonomian keluarganya.

60
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Ketenaran atau popularitas seseorang diukur melalui kemampuan yang
dimiliki oleh orang tersebut. Dalam kasus Nuraini, ia tidak memiliki bakat apapun
selain menggunakan nama seorang aktor ternama dan mengaku sebagai istri sah dari
aktor tersebut. Maka dari itu, pengguna dari aplikasi Tik Tok harus diberikan
kesadaran bahwa ketenaran bukan hal yang harus dikejar, melainkan sebagai bonus
dari hasil kerja keras kita. Hari Kutty bekerja keras untuk mendapatkan hasil video
yang menarik dan kreatif. Ia terkenal karena kekreatifitasannya, bahkan videonya
dinobatkan sebagai video terbaik di Dunia.

Walaupun mayoritas mengatakan setuju dengan pernyataan ini, masih terdapat


2 orang yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan pengalaman yang berbeda
dalam artian beberapa dari pengguna aplikasi tersebut tidak untuk perantara
eksistensi, tetapi untuk mencari hiburan. Beberapa juga mempunyai keinginan untuk
menampilkan konten-konten kreatif yang dapat dibuat dari aplikasi tersebut, seperti
akun Hari Kutty. Perbedaan pandangan dapat terjadi sesuai dengan pengalaman dan
pengetahuan yang pemberi persepsi dapat dalam kesehariannya.

Tabel 4.11
Responden Penelitian yang Setuju bahwa Penggunaan Aplikasi Tik Tok
disalahgunakan oleh Pemakainya

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Setuju 64 43.0
2. Setuju 54 36.2
3. Netral 23 15.4
4. Tidak Setuju 5 3.4
5. Sangat tidak setuju 3 2.0
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

61
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa/i jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 sangat setuju penggunaan aplikasi
Tik Tok disalahgunakan oleh pemakainya. Sebanyak 64 orang dengan persentase
43.0% memilih sangat setuju dengan penyalahgunaan aplikasi Tik Tok oleh
pemakainya. Sementara itu, sebanyak 54 orang dengan persentase 36.2% menjawab
setuju. Variabel netral dipilih sebanyak 23 orang dengan persentase 15.4%.

Walaupun mayoritas mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU


stambuk 2015 dan 2016 memilih setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok
disalahgunakan oleh pemakainya, masih ada beberapa mahasiswa yang tidak setuju.
Terdapat 5 orang dengan persentase 3.4% yang tidak setuju dan 3 orang dengan
persentase 2.0% sangat tidak setuju.

Sebelumnya peneliti sudah membahas bahwasanya aplikasi Tik Tok sebagai


sarana atau media dalam berkomunikasi perlu melakukan kontrol terhadap
komponennya. Menurut pandangan peneliti, pengguna juga perlu mengontrol dirinya
dalam memanfaatkan aplikasi Tik Tok. Kita tidak dapat mengontrol setiap manusia
yang ada di dunia. Manusia mempunyai berbagai macam sifat dan tingkah laku.
Ketika kita akan memberikan wadah kepada mereka untuk berekspresi secara bebas,
maka mereka akan melakukannya dengan senang hati. Apalagi jika wadah tersebut
tidak memiliki kontrol atau pengawasan yang cukup. Peneliti melihat data dari
kuesioner yang sudah disebar, bahwa hasil dari responden yang setuju aplikasi Tik
Tok disalahgunakan dengan hasil dari responden yang setuju bahwa aplikasi Tik Tok
memberi pengaruh buruk kepada penggunanya, mayoritas responden menjawab
bahwa aplikasi Tik Tok disalahgunakan oleh para pemakainya. Hasil ini
menunjukkan bahwa aplikasi Tik Tok hanya media yang digunakan untuk
menuangkan ekspresi dari penggunanya. Justru penggunanyalah yang perlu di
kondisikan. Tetapi, peneliti tetap kembali pada pendapat di mana aplikasi Tik Tok
adalah sistem dari sebuah komunikasi yang harus meningkatkan kontrol dan
pengawasannya terhadap komponen-komponen yang mendukungnya.

62
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam pertanyaan nomer 9 yang mengatakan tidak setuju bahwa aplikasi Tik
Tok memberikan pengaruh buruk kepada penggunanya mempunyai kaitan dengan
pertanyaan di nomer 11 ini. Jika aplikasi Tik Tok memberikan pengaruh yang buruk
kepada penggunanya, bagaimana dengan aplikasi-aplikasi yang lain, seperti youtube,
instagram. Aplikasi tersebut juga aplikasi yang berbasis video dan bersifat interaktif.
Aplikasi tersebut juga mempunyai peluang untuk memberikan pengaruh yang buruk
kepada penggunanya.

Video-video yang ada di dalam aplikasi tersebut tidak semuanya bersifat


positif. Untuk youtube sendiri, video-video yang bersifat negatif akan diberikan
batasan umur. Jika pengguna dari youtube tersebut belum mencapai batas umur
tertentu, maka ia tidak dapat mengakses video tersebut. Hal ini sama dengan
instagram. Jika video dalam instagram tersebut memuat konten kekerasan atau
sejenisnya, maka video harus mendapat persetujuan dari si pengguna instagram
terlebih dahulu. Video dapat dilihat jika pengguna instagram setuju untuk tetap
melihat video tersebut.

Dari contoh sistem kontrol aplikasi youtube dan instagram tadi, pengguna dari
aplikasi akan terjaga dari video-video yang menyimpan konten negatif. Jika aplikasi
Tik Tok digunakan dan diberikan sistem yang sama seperti aplikasi youtube dan
instagram tadi, maka aplikasi dapat memperkecil kemungkinan pengguna untuk
memdapatkan pengaruh yang buruk.

Semua aplikasi yang ditawarkan melalui handphone masing-masing


mempunyai peluang untuk memberikan pengaruh yang buruk, masalahnya adalah
bagaimana kita sebagai pengguna memanfaatkan aplikasi tersebut.

Tabel 4.12
Responden Penelitian yang Setuju dengan Tindakan KemKominfo memblokir
Sementara Aplikasi Tik Tok

No. Variabel Frekuensi

63
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
F %
1. Sangat Setuju 43 28.9
2. Setuju 54 36.2
3. Netral 46 30.9
4. Tidak Setuju 6 4.0
5. Sangat tidak setuju 0 0
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Pada Tabel 4.12 variabel setuju mendominasi jawaban para responden dengan
angka 54 orang dengan persentase 36.2%. Lalu, sebanyak 43 orang dengan persentase
28.9% memilih sangat setuju dengan keputusan Kemkominfo memblokir sementara
aplikasi Tik Tok dan 46 orang memilih netral dengan keputusan tersebut. Terlihat ada
6 orang dengan persentase 4.0% yang tidak setuju dengan pemblokiran sementara
aplikasi Tik Tok. Meskipun mayoritas memilih setuju dengan keputusan
Kemkominfo, sebanyak 6 orang dengan persentase 4.0% memilih tidak setuju dengan
keputusan Kemkominfo.

Ketika pemblokiran terjadi, banyak masyarakat yang mengapresiasi keputusan


dari pihak Kemkominfo. Pemblokiran terjadi dikarenakan temuan yang didapat oleh
Tim AIS Kominfo (tim yang mengoperasikan AIS (Automatic Identification System)
sebagai sebuah mesin pelacakan otomatis yang digunakan untuk mengais konten-
konten negatif), dikarenakan banyak ditemukannya pelanggaran konten yang di
antaranya adalah pornografi, asusila, pelecahan agama, dan lain-lain. Dari semua
pelanggaran tersebut, maka Kemkominfo memutuskan untuk melakukan pemblokiran
terhadap aplikasi Tik Tok untuk sementara sampai semua konten diatas dihapuskan.
Peneliti juga pada saat itu merasa setuju dengan keputusan tersebut. Peneliti merasa
penggunaan aplikasi Tik Tok di Indonesia masih perlu diberikan sosialisasi mengenai
kemajuan teknologi dan media baru. Peneliti juga berpendapat bahwa masyarakat
Indonesia khususnya anak remaja masih belum siap dalam menggunakan media
sosial secara bijak.

64
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hal ini peneliti lihat dari banyaknya penyalahgunaan handphone ketika
peneliti mengadakan sosialisasi ke salah satu sekolah yang ada di Medan. Sosialisasi
dilaksanakan untuk memenuhi tugas dari salah satu mata kuliah. Peneliti mendapat
temuan bahwa seluruh anak SD kelas 5 di sekolah tersebut mempunyai handphone
android dan beberapa dari mereka sudah mengetahui istilah-istilah pornografi yang
ada di media sosial. Kasus ini menunjukkan bahwa anak-anak di Indonesia belum
siap menghadapi kemajuan teknologi. Selain tidak siapnya anak-anak di Indonesia
untuk menghadapi kemajuan teknologi yang ada, peristiwa ini juga terjadi karena
tidak adanya pantauan dari masing-masing orang tua ketika anak-anak sedang asik
bermain gawai mereka.

Jika anak-anak ini mengenal aplikasi Tik Tok dan menggunakan aplikasi Tik
Tok, maka pelanggaran-pelanggaran konten akan terjadi. Mengingat anak-anak yang
masih duduk di sekolah tingkat SD sudah menggunakan handphone, peneliti setuju
dengan keputusan Kemkominfo untuk memblokiran aplikasi Tik Tok.

Apresiasi dari tindakan Kemkominfo ini juga mendapat dukungan dari


mereka yang menganggap bahwa aplikasi ini adalah “aplikasi goblok”. Mereka yang
membenci pengguna aplikasi Tik Tok juga beranggapan bahwa penggunanya adalah
manusia yang alay, dalam artian mereka adalah manusia yang berlebihan dalam
berekspresi.

Tabel 4.13
Responden Penelitian yang Setuju Aplikasi Tik Tok diblokir Secara Permanen

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Setuju 42 28.2
2. Setuju 15 10.1
3. Netral 68 45.6
4. Tidak Setuju 22 14.8

65
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5. Sangat tidak setuju 2 1.3
Total 149 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.13 mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU


mayoritas netral dalam pertanyaan ini. Ada 68 orang dengan persentase 45.6% yang
netral, sementara 42 orang dengan persentae 28.2% sangat setuju jika aplikasi
diblokir secara permanen.

Untuk variabel setuju, terdapat 15 orang dengan persentase 10.1% yang


memilih. Maka total dari responden yang setuju dengan diblokirnya aplikasi Tik Tok
secara permanen adalah 57 orang.

Untuk variabel tidak setuju, terdapat 22 orang dengan persentase 14.8%


diikuti dengan variable sangat tidak setuju yang berjumlah hanya 2 orang dengan
persentase 1.3%.

Banyaknya persepsi responden yang mengatakan netral dengan pemblokiran


permanen aplikasi Tik Tok membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok bukan merupakan
aplikasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk
2015 dan 2016. Banyaknya jumlah responden yang tidak menggunakan aplikasi Tik
Tok mendukung pernyataan dari pertanyaan ke 13 ini.

Jika aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen, otomatis mereka yang
mayoritas tidak menggunakan aplikasi ini tidak merasa keberatan dikarenakan
mereka tidak menggunakannya dan mereka juga merasa tidak membutuhkan aplikasi
tersebut. Sebaliknya, jika aplikasi tetap dioperasikan seperti biasa, mereka juga tidak
akan menggunakan aplikasi tersebut.

Walaupun mayoritas responden memilih netral, masih terdapat 57 orang yang


setuju agar aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen. Hal ini membuktikan
bahwasanya mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016
perduli dengan kondisi pengguna aplikasi tersebut yang belum bijak dalam
pemakaiannya.

66
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dari 149 responden, tersisa 24 orang yang tidak setuju aplikasi Tik Tok
diblokir secara permanen. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa beberapa dari 24
orang yang menjawab tidak setuju dengan pemblokiran permanen tersebut merupakan
pengguna dari aplikasi Tik Tok.

Beberapa diantaranya berpendapat bahwa jika aplikasi Tik Tok diblokir secara
permanen, maka penggunanya tidak dapat menghasilkan video-video atau konten-
konten yang kreatif. Pemblokiran secara permanen justru menghentikan
kekreatifitasan pengguna aplikasi tersebut.

Tabel 4.14
Responden Penelitian yang Setuju bahwa Aplikasi Tik Tok sudah Layak
digunakan setelah Pemblokiran Sementara

Frekuensi
No. Variabel
F %
1. Sangat Setuju 3 2.0%
2. Setuju 13 8.7
3. Netral 79 53.0
4. Tidak Setuju 34 22.8
5. Sangat tidak setuju 20 13.4
Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP


USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas netral dengan layaknya pemakaian aplikasi
Tik Tok setelah diblokir sementara. Terdapat 79 orang dengan persentase 53.0% yang
memilih netral. Untuk variabel tidak setuju, ada 34 orang dengan persentase 22.8%
yang memilih, dan 20 orang dengan persentase 13.4% memilih sangat tidak setuju.

67
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk variabel setuju, terdapat 13 orang dengan persentase 8.7% yang
memilih dan 3 orang dengan persentase 2.0% memilih sangat setuju.

Peneliti menarik kesimpulan bahwa banyaknya responden penelitian yang


memilih netral dikarenakan aplikasi Tik Tok setelah pemblokiran sementara, tidak
mendapat perubahan yang signifikan. Penggunaan aplikasi tersebut diperbolehkan
untuk mereka yang berumur 12 tahun ke atas. Hal ini sudah peneliti bahas
sebelumnya, bahwa anak remaja dalam rentang umur 10 – 19 tahun masih dalam
masa yang sangat rentan untuk diberi kebebasan dalam berekspresi. Hal ini tidak
mengubah aplikasi untuk menjadi layak dipakai. Akan lebih baik jika aplikasi Tik
Tok menambah pengawasan terhadap video-video yang mempunyai konten negatif.

Persepsi merupakan pengalaman mengenai objek, kejadian atau peristiwa,


serta hubungan-hubungan yang didapat lalu ditarik kesimpulan sehingga menjadi
sebuah pendapat. Persepsi yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner peneliti
satukan dengan fakta-fakta yang peneliti peroleh dari berita-berita yang berhubungan
dengan aplikasi Tik Tok.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah peneliti uraikan menggunakan analisis tabel


tunggal, menunjukkan bahwa responden penelitian yang merupakan mahasiswa/i
Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas bukan pengguna
aplikasi Tik Tok. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok bukan merupakan
aplikasi yang dapat memnuhi saran komunikasi responden penelitian. Hal ini juga
membuktikan bahwa berkembangnya aplikasi Tik Tok yang diikuti dengan
pemberitaan yang negatif membuat responden penelitian tidak tertarik untuk
menggunakan aplikasi tersebut.

Tidak tertariknya responden penelitian dengan aplikasi tersebut terlihat dari


tabel 4.4 dimana pengguna aplikasi Tik Tok hanya 15 orang dari 149 responden
penelitian. Untuk 134 orang menyatakan tidak menggunakan aplikasi tersebut.
Ketertarikan mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap aplikasi Tik Tok juga terlihat dari

68
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tabel 4.13 dimana sebanyak 68 orang menjawab netral jika aplikasi Tik Tok diblokir
secar permanen. Pada tabel 4.14 juga terdapat sebanyak 79 orang yang menjawab
netral bahwa aplikasi Tik Tok sudah layak digunakan setelah pemblokiran sementara.

Angka-angka diatas menjelaskan bahwa responden penelitian yang


merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 tidak
tertarik dengan aplikasi Tik Tok. Angka di atas juga menunjukkan ketidakpedulian
mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi
tersebut. Terbukti pada pertanyaan di tabel 4.13 mengenai pemblokiran aplikasi Tik
Tok secara permanen, sebanyak 68 orang menjawab netral. Jika aplikasi harus
diblokir secara permanen mengingat masyarakat Indonesia yang belum bijak
menggunakan media sosial, responden penelitian mayoritas menjawab netral yang
berarti mereka tidak keberatan jika pemblokiran secara permanen harus dilakukan.

Selain penggunaan aplikasi, peneliti juga ingin mengetahui keeksistensian


aplikasi Tik Tok dikalangan mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015
dan 2016 mengingat bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU
diwajibkan untuk mengetahui segala macam perkembangan teknologi komunikasi
yang ada. Pada tabel 4.5 diketahui sebanyak 123 orang dikategorikan mengetahui
aplikasi Tik Tok. Hal ini membuktikan bahwa lebih dari setengah jumlah responden
penelitian mengetahui aplikasi Tik Tok. Walaupun sebanyak 134 orang bukan
merupakan pengguna dari aplikasi Tik Tok, tetapi sebanyak 123 orang mengetahui
aplikasi tersebut. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa eksistensi dari aplikasi Tik
Tok terbilang tinggi dikalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk
2015 dan 2016.

Walaupun eksistensi aplikasi Tik Tok dikalangan mahasiswa/i Ilmu


Komunikasi FISIP USU tinggi, ada beberapa mahasiswa/i yang tidak mengetahui
aplikasi tersebut. Dalam tabel 4.5 ini, peneliti tidak menampilkan 3 orang yang tidak
mengetahui aplikasi Tik Tok dikarenakan pertanyaan ini bertujuan untuk menyaring
responden penelitian yang dapat digunakan datanya untuk dianalisis lebih jauh oleh
peneliti, karena menurut peneliti, jika ia tidak mengetahui aplikasi Tik Tok, ia tidak

69
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dapat menilai baik buruknya aplikasi tersebut jika digunakan secara bebas.
Ketidaktahuan aplikasi Tik Tok oleh 3 orang tersebut termasuk ke dalam hasil
temuan peneliti dikarenakan maraknya berita-berita negatif terkait aplikasi Tik Tok
membuat peneliti berpendapat bahwa mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU
stambuk 2015 dan 2016 seharusnya tidak ada yang tidak mengetahui aplikasi Tik
Tok, mengingat bahwasanya mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk
2015 dan 2016 mempunyai kewajiban untuk mengenal dan mengetahui berbagai
macam media atau sarana komunikasi yang berkembang setiap saat.

Untuk menilai atau berpendapat mengenai suatu kejadian atau fenomena yang
sedang terjadi, kita harus mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang berkaitan
dengan fenomena atau kejadian tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengajukan
pertanyaan tentang pemberitaan negatif yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok.
Peneliti ingin melihat apakah responden penelitian yang merupakan mahasiswa/i Ilmu
Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mengetahui pemberitaan negatif
yang berkaitan dengan aplikasi tersebut atau tidak sama sekali. Dalam temuan
penelilti, terdapat 106 responden penelitian yang dikategorikan mengetahui
pemberitaan negatif aplikasi tersebut. Hal ini menunjukkan lebih dari setengah
jumlah responden penelitian mengetahui berita-berita negatif yang berkaitan dengan
aplikasi tersebut. Lalu, sebanyak 32 responden penelitian menjawab netral yang
berarti mereka mengetahui sedikit dari banyaknya berita-berita negatif mengenai
aplikasi Tik Tok.

Dari berbagai macam berita negatif yang muncul mengenai aplikasi Tik Tok,
masih tersisa 11 responden penelitian yang tidak mengetahui aplikasi Tik Tok. Hal
ini juga menunjukkan ketidakpedulian beberapa mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP
USU stambuk 2015 dan 2016 tentang sarana, alat atau media komunikasi yang
sedang berkembang saat ini.

Mengenai pemakaian aplikasi Tik Tok yang diperbolehkan untuk mereka


yang berumur 12 tahun keatas mendapat variasi angka dari berbagai variabel.
Mayoritas responden penelitian memilih tidak setuju dengan peraturan ini. Sebanyak

70
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
41 responden penelitian menjawab netral dengan peraturan ini. Tersisa 39 responden
penelitian yang menjawab kategori setuju dengan peraturan ini.

Pada pertanyaan ini, peneliti juga melakukan observasi ketika sedang berada
di luar. Rata-rata anak-anak yang masih berusia dibawah 12 tahun sudah diberikan
handphone atau android agar anak tesebut dapat diam dan tidak menangis. Jika
memang pemberian handphone tersebut dengan pantauan dari orang tua, maka
perbuatan tersebut tidak akan menimbulkan masalah, tetapi bagaimana jika tanpa
pantauan dan arahan dari orang tua, hasilnya akan seperti yang peneliti temukan
ketika sedang memberikan penyuluhan di sekolah. Anak-anak SD sudah mengetahui
istilah-istilah yang seharusnya tidak boleh mereka ketahui. Selain itu, dalam aplikasi
Tik Tok, masih beredar video-video yang seharusnya anak umur 12 tahun tidak
pantas untuk menonton video tersebut. Jika hal ini dipertimbangkan kembali, akan
lebih baik jika batasan umur yang diperbolehkan untuk mengakses dan
mengoperasikan aplikasi ini ditingkatkan ke umur 25 tahun ke atas. Dengan begitu,
konten-konten yang disuguhkan di dalam aplikasi tersebut dapat ditonton oleh
mereka yang juga sudah memiliki umur yang cukup. Dengan begitu, aplikasi dapat
digunakan oleh mereka yang lebih bijak dalam menggunakan media social seperti
aplikasi Tik Tok ini.

Untuk responden penelitian yang menjawab setuju dengan pemakaian aplikasi


okeh mereka yang berumur 12 tahun ke atas, membuktikan bahwa persepsi yang
dihasilkan oleh responden penelitian didasari oleh pengalaman dan pengetahuan yang
berbeda dengan peneliti dan responden penelitian yang menjawab tidak setuju karena
persepsi didasari oleh pengalaman dan pengetahuan yang dialami oleh si pemberi
persepsi. Untuk pemilih variabel netral, terdapat 41 responden penelitian dimana hal
ini membuktikan ketidakpedulian mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk
2015 dan 2016 terhadap penggunaan aplikasi Tik Tok.

Pemakaian aplikasi Tik Tok membuat penggunanya membuat konten yang


kreatif. Pernyataan ini mendapat angka 97 respnden penelitian yang dikategorikan
setuju, sementara 41 diantaranya netral.

71
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Peneliti sudah memberikan contoh mengenai pernyataan ini, yaitu Hari Kutty.
Video yang ia hasilkan dari aplikasi Tik Tok dinobatkan sebagai video terbaik di
dunia. Ini membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok memang membuat penggunanya
dapat menghasilkan video-video yang kreatif. Hal ini juga membuktikan bahwa jika
masyarakat dapat menggunakan aplikasi Tik Tok secara bijak, maka tidak akan ada
yang namanya pemblokiran sementara untuk aplikasi Tik Tok.

Hari Kutty membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok adalah aplikasi yang dapat
mengembangkan kekreatifitasan seseorang dalam membuat video singkat yang
menarik.

Tidak hanya aplikasi Tik Tok, berbagai macam aplikasi yang tersedia di
gawai kita masing-masing mempunyai nilai kreatif yang dapat kita manfaatkan.
Semua tergantung dari si pengguna aplikasi tersebut, jika ia bijak dalam
pemakaiannya, maka aplikasi tersebut dapat digunakan dengan baik. Hal ini
mendukung 41 responden penelitian yang menjawab netral. Aplikasi Tik Tok adalah
aplikasi yang netral, jika kita menggunakannya dengan baik, maka ia akan menjadi
aplikasi yang baik. Sebaliknya, jika digunakan untuk keburukan, maka ia juga
berdampak buruk untuk banyak orang.

Selanjutnya mengenai aplikasi Tik Tok yang membari pengaruh buruk kepada
penggunanya mendapat 71 responden penelitian yang menjawab setuju, sementara 66
diantaranya menjawab netral. Peneliti menyimpulkan bahwa semua aplikasi dapat
memberikan pengaruh buruk. Semua hal yang mengandung unsur internet dapat
memberikan pengaruh yang buruk kepada penggunanya. Hal ini yang membuat
batasan umur dalam penggunaan internet menjadi sangat penting. Kebijakan dalam
penggunaan internet sangat diperlukan agar internet tersebut memiliki manfaat untuk
orang banyak. Pernyataan ini mendukung persepsi dari 66 responden penelitian yang
menjawab netral dan 12 responden penelitian yang menjawab tidak setuju.

Pada tabel 4.10 terdapat 115 responden penelitian yang setuju bahwa aplikasi
Tik Tok sebagai perantara eksistensi. Beberapa kasus penggunaan aplikasi Tik Tok

72
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menonjolkan penggunanya sebagai orang yang bertujuan untuk menjadi terkenal
tetapi dengan usaha yang minim. Hal ini mendukung persepsi dari 115 responden
penelitian yang menjawab setuju dengan pernyataan tersebut. Lalu 32 diantaranya
netral sementara 2 responden penelitian mengatakan tidak setuju.

Dari beberapa pernyataan di atas, peneliti menuju kepada pernyataan bahwa


penggunaan aplikasi Tik Tok disalahgunakan oleh pemakainya. Pernyataan ini
mendapat 118 responden penelitian yang mengatakan setuju sementara 23 responden
penelitian mengatakan netral dan 8 responden penelitian mengatakan tidak setuju.
Lebih dari setengah jumlah responden penelitian mengatakan setuju dengan
pernyataan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok memang
disalahgunakan oleh pemakainya.

Untuk pemblokiran sementara yang telah dilakukan oleh KemKominfo,


terdapat 97 responden penelitian yang setuju dengan pemblokiran tersebut. Sementara
itu, sebanyak 46 responden peneliltian memilih netral. Walaupun mayoritas
responden penelitian setuju dengan pemblokiran tersebut, masih terdapat 6 responden
penelitian yang tidak setuju. Hal ini menunjukkan walaupun aplikasi Tik Tok tidak
banyak digunakan oleh mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan
2016, masih terdapat 6 responden penelitian yang merasa bahwa aplikasi Tik Tok
tidak perlu di blokir secara permanen. Pada tabel 4.13 juga terlihat bahwa 24
responden penelitian tidak setuju aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen. Peneliti
menyimpulkan, selain 15 orang di antaranya adalah pengguna aplikasi Tik Tok,
terdapat 9 responden penelitian yang merasa bahwa aplikasi Tik Tok tidak perlu
diblokir secara permanen. Hal ini juga membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok adalah
aplikasi yang tidak berbahaya, melainkan aplikasi ini dapat bermanfaat untuk banyak
orang jika digunakan dengan baik. Jika aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen,
maka peluang yang sama juga berlaku untuk aplikasi lain yang serupa dengan
aplikasi Tik Tok.

Untuk pernyataan yang terakhir yaitu aplikasi Tik Tok sudah layak digunakan
setelah pemblokiran sementara mendapat 54 responden penelitian yang memilih tidak

73
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
setuju, sementara 79 responden penelitian memilih netral. Lalu 16 responden
penelitian mengatakan setuju.

Dari berbagai pernyataan di atas, kita dapat melihat bahwa persepsi dari setiap
orang berbeda-beda. Persepsi dari masing-masing orang dapat berbeda dikarenakan
pengalaman mereka tentang aplikasi Tik Tok, peristiwa yang terjadi yang berkaitan
dengan aplikasi Tik Tok, berbeda dengan yang lainnya. Mereka yang merupakan
pengguna dari aplikasi Tik Tok sudah pasti tidak menyetujui pemblokiran permanen
terhadap aplikasi Tik Tok dikarenakan mereka adalah pengguna. Mereka
membutuhkan aplikasi tersebut sebagai sarana, media atau alat komunikasi mereka.
Beberapa dari kita yang bukan merupakan pengguna dari aplikasi tersebut akan
menjawab setuju dengan pemblokiran sementara aplikasi tersebut dikarenakan kita
tidak menggunakannya. Kita juga merasa tidak membutuhkan aplikasi tersebut, lalu
kita juga mendapatkan informasi yang buruk mengenai aplikasi Tik Tok, otomatis
persepsi kita mengenai aplikasi Tik Tok akan menjadi buruk dan akan sangat setuju
jika aplikasi tersebut diblokir secara permanen.

Pengalaman juga mempengaruhi persepsi seseorang. Pada tabel 4.7 terdapat


39 responden penelitian yang menjawab setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok
oleh mereka yang berumur 12 tahun ke atas. Sementara 69 responden penelitian
mengatakan tidak setuju. Dalam tabel tersebut perhatian dari 39 responden penelitian
berbeda dengan perhatian dari 69 responden penelitian. Bagi 39 responden penelitian
yang menjawab setuju, umur 12 tahun ke atas sudah cukup bijak dalam penggunaan
aplikasi Tik Tok, tetapi tidak dengan yang 69 responden penelitian yang menjawab
tidak setuju.

Selain pengalaman, perhatian juga mempengaruhi persepsi seseorang,


contohnya pada tabel 4.8 dimana 97 responden penelitian menjawab setuju dengan
pemakaian aplikasi Tik Tok membuat penggunanya menjadi kreatif. Sementara itu,
11 responden penelitian mengatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan perhatian
yang berbeda. Walaupun mayoritas menjawab setuju, 11 responden penelitian lebih
memperhatikan sisi buruk dari aplikasi Tik Tok.

74
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.9 juga dapat kita lihat, terdapat 71 responden penelitian yang
setuju bahwa penggunaan aplikasi Tik Tok memberikan pengaruh yang buruk kepada
pemakainya. Perhatian dari 71 responden penelitian tersebut lebih tertuju kepada hal-
hal yang buruk mengenai aplikasi Tik Tok. Berbeda dengan 12 responden penelitian
yang mengatakan tidak setuju yang berarti mereka melihat bahwa bukan aplikasi Tik
Tok yang memberikan mereka pengaruh yang buruk.

Selain pengalaman dan perhatian, pengetahuan juga mempengaruhi persepsi


seseorang. Pada tabel 4.11 dapat kita lihat, terdapat 118 rsponden penelitian yang
setuju penggunaan aplikasi Tik Tok disalahgunakan oleh pemakainya. Sementara itu
8 responden penelitian mengatakan tidak setuju. Pengetahuan dari 118 responden
yang menjawab setuju berbeda dengan 8 responden penelitian yang mengatakan tidak
setuju.

Persepsi merupakan kata yang mempunyai hubungan dengan waktu yang


sudah berlalu sampai saat ini atau juga berhubungan dengan pengalaman, perhatian
dan pengetahuan. Dalam hal ini, persepsi setiap orang akan sangat sulit untuk
disamakan, karena setiap orang memiliki pengalaman, perhatian, pengetahuan yang
berbeda.

Derasnya perkembangan teknologi menjadikan masyarakat dimanjakan


dengan sesuatu yang dapat dengan mudah diperoleh, baik itu informasi, pendidikan,
hiburan bahkan ketenaran. Aplikasi Tik Tok merupakan salah satu dari
perkembangan teknologi tersebut. Layanan yang disediakan oleh aplikasi Tik Tok
membuat penggunanya dapat mengekspresikan dirinya lebih dari yang ia bisa
tunjukkan di dunia nyata. Berkat sebuah aplikasi, perilaku atau tingkah laku dari
pengguna aplikasi Tik Tok tersebut berubah. Perilaku malu, sopan santun, norma-
norma sosial mulai dihiraukan oleh masyarakat saat ini.

Aplikasi Tik Tok menjadi fenomena yang menimbulkan keresahan


masyarakat. Mereka sebagai pengguna aplikasi Tik Tok menginterpresentasikan apa
yang mereka lihat dalam aplikasi tersebut dan hal itu menuntun mereka untuk

75
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mengubah tingkah lakunya. Beberapa dari mereka berubah menjadi orang yang
kreatif dalam mengedit video berdurasi pendek sehingga ia dapat terkenal dengan
kekreatifitasannya. Beberapa dari mereka juga menjadi penghibur di dunia maya
berkat videonya yang dinilai sangat menghibur penontonnya, yang lain terkenal
karena video yang dinilai negatif dan membuat penontonnya menjadi kesal.

Walaupun aplikasi Tik Tok sering dinilai negatif oleh masyarakat, peneliti
berpendapat bahwa semua aplikasi yang ada di dalam handphone kita dapat
dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif, tidak hanya aplikasi Tik Tok saja,
mengingat banyaknya kasus-kasus penyimpangan konten seperti hoax, tindak
kekerasan, penyerangan terhadap suatu kelompok, pornografi dapat disebarkan
melalui media komunikasi atau aplikasi apa saja. Oleh sebab itu, aplikasi juga tidak
dapat disalahkan secara sepihak, pengguna juga harus dipastikan sudah bijak dan
dewasa dalam menggunakan aplikasi. Anak-anak yang masih berada di usia 12 tahun
ke atas perlu diberi wawasan tentang tata cara penggunaan aplikasi, apa yang boleh
dan tidak boleh di lakukan ketika ingin menggunakan aplikasi untuk berkomunikasi.

76
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
77

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari keseluruhan penjelasan peneliti mengenai persepsi masyarakat terhadap


aplikasi Tik Tok, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015


dan 2016 menunjukkan bahwasanya mayoritas responden penelitian setuju
aplikasi Tik Tok membawa pengaruh yang buruk kepada penggunanya.
Responden penelitian juga mayoritas setuju jika aplikasi Tik Tok
membuat penggunanya dapat menuangkan kekreatifitasannya dengan
aplikasi tersebut. Hal ini mengarah kepada penggunaan aplikasi Tik Tok
yang tidak baik. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU
stambuk 2015 dan 2016 mayoritas setuju bahwa jika aplikasi Tik Tok
tidak disalahgunakan, atau digunakan secara bijak, maka aplikasi tersebut
tidak akan memberika dampak yang buruk. Pembatasan umur juga perlu
diperhitungkan kembali karena umur menentukan sikap seseorang dalam
menggunakan sebuah aplikasi.
2. Melalui penyebaran kuesioner yang telah peneliti lakukan, peneliti
menarik kesimpulan bahwa keefektifan aplikasi Tik Tok ditentukan oleh
bagaimana pengguna tersebut memanfaatkan aplikasi Tik Tok. Hal ini
juga didukung dari banyaknya responden penelitian yang menjawab setuju
dengan pemakaian aplikasi Tik Tok yang membuat penggunanya kreatif.
Selain itu, mayoritas responden penelitian menjawab setuju dengan
penyalahgunaan aplikasi Tik Tok. Mayoritas responden juga menjawab
netral dengan pemblokiran permanen dan kelayakan penggunaan aplikasi
Tik Tok setelah pemblokiran. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Tik
Tok mengikuti pengguna dari aplikasi tersebut. Jika aplikasi digunakan
secara baik, maka aplikasi akan menjadi baik untuk banyak orang,

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
sebaliknya jika aplikasi digunakan dengan cara yang salah, maka aplikasi
akan berdampak buruk bagi banyak orang.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa/i jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 adalah pengalaman,
perhatian, dan pengetahuan. Mereka yang merupakan pengguna dari
aplikasi Tik Tok tidak akan setuju dengan pemblokiran aplikasi Tik Tok.
Mereka akan menjawab pernyataan sesuai dengan pengalaman mereka
dalam menggunakan aplikasi Tik Tok. Perhatian juga terlihat dari
responden penelitian. Beberapa responden penelitian menjawab
pernyataan yang ada sesuai dengan apa yang mereka perhatikan. Beberapa
hanya memperhatikan bagian terburuk dari aplikasi Tik Tok, beberapa lagi
memperhatikan sisi baik dan sisi buruk dari aplikasi Tik Tok. Selain
pengalaman dan perhatian, pengetahuan juga merupakan faktor dari
persepsi responden penelitian. Hal ini terlihat pada tabel 4.7 yang
membahas tentang batasan umur pemakaian aplikasi Tik Tok.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa


saran dari peneliti.

1. Secara Akademis

Diharapkan penelitian yang berhubungan dengan penelitian sejenis dapat


dilanjutkan oleh mahasiswa khususnya dalam bidang Ilmu Komunikasi.
Adanya penelitian yang berbeda dapat menambah referensi dan memperkaya
penelitian serupa serta dapat dimanfaatkan untuk calon peneliti yang
berikutnya.

2. Secara Praktis

Peneliti berharap pemakaian aplikasi Tik Tok kedepannya dapat menghasilkan


berbagai macam video kreatif dengan beragam konten yang tetap menjunjung
tinggi nilai – nilai sosial di dalamnya.
78

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
3. Saran Responden Penelitian

Dari penelitian ini, peneliti berharap pemerintah dapat mengkaji ulang batasan
umur dalam penggunaan aplikasi Tik Tok, mengingat bahwa untuk anak
berumur 12 tahun ke atas masih dalam masa yang labil dan belum dewasa
dalam menggunakan media sosial secara bebas. Dengan batasan umur yang
lebih tepat dan pengawasan aplikasi Tik Tok yang ditingkatkan, peneliti
berpendapat penyimpangan konten dalam aplikasi dapat berkurang.

79

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka

Buku Cetak

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial : Format – Format


Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya : Airlangga University Pers.
Bungin, M. Burhan. 2011. Metodologi penelitian kuantitatif : komunikasi,
ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya, Ed.2, Jakarta :
Kementrian Pertanian.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Raih Asa Sukses.

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail 1, Ed.6, Jakarta :
Salemba Empat.
Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi, Jakarta : Get Your Wisdom.

Mulyana Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Rakhmat, Jalaludin. dan Sujarman, Tjun. 1992. Psikologi Komunikasi, Bandung :


Rekayasa Sains.

Ruben, Brent D. dan Stewart, Lea P. 2006. Komunikasi dan Perilaku Manusia,
Ed. 5, Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Sinambela, Lijan Poltak. 2014. Metodologi penelitian kuantitatif : untuk bidang
ilmu administrasi, kebijakan publik, ekonomi, sosiologi, komunikasi dan ilmu
sosial lainnya, Jakarta : Grafitipers.
Sobur, Alex. 2001. Analisis teks : suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis
semiotik, dan analisis framing, Bandung : Rekayasa Sains.

Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian dalam teori dan Praktek, Jakarta :
Rimba Cipta.
Sudaryono. 2018. Metodologi Penelitian, Depok : Rajawali Pers.

Tubbs, Stewart L dan Moss, Sylvia. 1996. Human communication : konteks


80

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
konteks komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Grange Books.

Internet

www.detik.com
id.m.wikipedia.org
www.moneysmart.id
www.tek.id
www.kompasiana.com
www.liputan6.com
video.tribunnews.com
www.alinea.id
www.banjarmasin.tribunnews.com
www.depkes.go.id

81

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
CURICULUM VITAE

Nama : Vionita Anjani


NIM : 150904027
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 04 Juni 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat : Gg. Eka Warni VII Komp. Griya Mawar No. B 15
No. HP : 0821-6537-5710
Email : vionitaanjani04@gmail.com
Nama Orang Tua :
 Ayah : Muhammad Zulham, SE. M.Si
 Ibu : Roosvieta
Pekerjaan Orang Tua :
 Ayah : Pegawai Negeri
 Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Gg. Eka Warni VII Komp. Griya Mawar No. B 15

Riwayat Pendidikan
 SD : Swasta Wiyata Dharma
 SMP : Swasta Wiyata Dharma
 SMA : Swasta Wiyata Dharma

PENGALAMAN BERORGANISASI / KEGIATAN PADA MASA


PERKULIAHAN
No. Organisasi / Kegiatan Jabatan Periode
1. Fokus Anggota 2015
2. Study Tour Peserta 2017
3. Lomba Fotografi Dies Natalis Peserta 2018
USU

82

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai