Skripsi
Disusun Oleh:
N. Amalia Andara
150904087
Public Relations
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
Dekan
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di
kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia
diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
HALAMAN PENGESAHAN
Majelis Penguji
Penguji : (..............................)
Ditetapkan di : Medan
Tanggal : Maret 2019
ii
N. Amalia Andara
iii
iv
vi
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
era teknologi elektronika. Rogers memulai era ini dengan mengambil moment
pada saat Samuel Morse pada tanggal 24 Mei 1844 menemukan suatu cara
menyampaikan pesan melalui kabel elektronika, belakangan dikenal dengan
istilah telegraph. Dan keempat, era komunikasi interaktif. Media baru adalah
media yang berkembang pada era komunikasi interaktif.
New media atau media baru merupakan media menggunakan internet,
media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan
dapat berfungsi secara private maupun public (Mondry, 2008: 13). Kemunculan
media baru memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media
baru secara langsung dapat mengubah pola kehidupan bermasyarakat. Internet
adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai sebagai alat
informasi paling penting untuk dikembangkan kedepannya. Internet memiliki
kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan menerima pesan
(Ruben, 2013: 110) dalam skripsi Nurul (2015).
Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi baru juga memiliki
kemampuan untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita
inginkan dengan lebih efisien. Internet tidak hanya memperkecil jarak dalam
menyampaikan pesan, teknologi komputer dan interet juga telah berkembang dan
mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi
transmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004: 114).
Dewasa ini, perkembangan teknologi dan aplikasi secara tidak sadar
menuntut para penggunanya untuk memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan
memahami apa yang harus diikuti oleh para penggunanya. Saat ini masyarakat
dimanjakan oleh teknologi yang memudahkan seluruh aspek kehidupan sehari-
hari. Begitu banyak hal yang disediakan oleh internet dan salah satu yang paling
banyak digunakan masyarakat melalui media internet adalah media sosial.
Nasrullah (2015:11) mengatakan bahwa media sosial merupakan medium di
internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun
berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial secara virtual.
Menurut Shirky (dalam Nasrullah, 2015:11) media sosial dan perangkat
lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk
Dilansir dari portal dailysocial.id saat ini aplikasi Tinder sudah digunakan
di lebih dari 190 negara, dengan puluhan juta basis pengguna. Adanya tim
pengembang bisnis di tiap negara, perusahaan mengharapkan dukungan lokal
untuk bisnis dan basis komunitas pengguna. Langkah tersebut dinilai penting,
pasalnya di lanskap online dating persaingan di tingkat lokal pun makin
menantang. Menurut hasil riset yang dilakukan portal dailysocial
(https://dailysocial.id) di tahun 2017. Dari 1019 responden yang terlibat dalam
survei, 51,91% di antaranya percaya bahwa aplikasi kencan dapat membantu
menyelesaikan permasalahan tentang perjodohan. Bahkan 38,57% di antaranya
pernah mendengar keberhasilan orang terdekat dalam memanfaatkan aplikasi
kencan.
Tidak jarang pula dari pengguna aplikasi kencan khususnya Tinder yang
berhasil meresmikan hubungan mereka ke tahap pernikahan. Seperti data yang di
dapat dari laman Tribunnews Makassar, pada tahun 2016 ada pasangan yang
hanya membutuhkan waktu 7 hari dari awal waktu pertemuan mereka di Tinder
dan tanpa ragu langsung melaksanakan pernikahan. Mereka adalah pasangan Rey
Utami seorang presenter bola dan politisi sukses Pablo Putera Benua
(makassar.tribunnews.com). Data-data yang didapat dalam riset menyimpulkan
penerimaan masyarakat secara umum penggunaan aplikasi kencan.
Melalui media sosial Tinder, kegiatan komunikasi dilakukan para
penggunanya yaitu untuk pencarian dan perkenalan dengan lawan jenis atau yang
disebut dengan ―Tinder Match‖, yang pada umumnya untuk menjalin hubungan
seperti pertemanan, berpacaran, atau bahkan sampai menjalin pernikahan. Dengan
demikian, fenomena media sosial kencan online seperti Tinder ini memiliki kaitan
terhadap komunikasi antarpribadi untuk dapat menghubungkan seorang pengguna
dengan pengguna lainnya yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun
sebelumnya untuk dapat memiliki hubungan antarpribadi seperti hubungan
pertemanan.
Penggunaan aplikasi Tinder diperlukan adanya keterbukaan diri untuk
memulai hubungan antara satu pengguna dengan pengguna lainnya agar
komunikasi dan hubungan tersebut dapat tercipta. Proses penyampaian informasi
yang berhubungan dengan diri sendiri kepada orang lain oleh Jounard disebut
sebagai pengungkapan diri atau self disclosure (dalam Sari dkk, 2006). Sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Devito (1997: 61) bahwa Self disclosure atau
pengungkapan diri merupakan jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan
informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.
Menurut Lumsden (dalam Pamuncak, 2011) self disclosure dapat
membantu seseorang berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan
kepercayaan diri serta hubungan menjadi lebih akrab. Selain itu, self disclosure
dapat melepaskan perasaan bersalah dan cemas. Maka hal-hal tersebutlah yang
pada akhirnya dapat mendorong seseorang untuk melakukan pengungkapan diri
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya dalam berinteraksi.
Berbagai penelitian mengenai aplikasi kencan online Tinder juga sudah
banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kadek
Awidya, I Dewa Ayu, Ni Nyoman Dewi (2018) menyimpulkan bahwa dalam
proses pengungkapan diri pada aplikasi Tinder, kaum gay terlihat lebih detail
dalam proses mengungkapkan diri. Kaum gay lebih memilih untuk
mengungkapkan diri lebih lanjut dalam sebuah pengembangan hubungannya pada
aplikasi Personal Messenger, yakni line dan juga whatsapp.
Dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi melalui proses tersebut,
maka penguna aplikasi Tinder yang sedang menciptakan sebuah hubungan baru
dapat mengenal pribadi satu sama lain dengan baik. Namun, tidak sedikit dari
pengguna Tinder yang menutupi identitas asli dari dirinya. Ada juga pengguna
yang tidak secara gamblang mengungkapkan keterbukaan dirinya kepada
pasangannya. Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah penelitian ini ingin melihat bagaimana keterbukaan diri yang terjadi pada
pengguna aplikasi Tinder yang terlah berkerja. Peneliti ingin melihat bagaimana
para pengguna yang bekerja membagi waktu ditengah kesibukan kerja dengan
mencari pasangan.
Berdasarkan fenomena yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti bagaimana pengungkapan diri pengguna aplikasi Tinder
pada kalangan pekerja di kota Medan.
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tipe penjelasan yang digunakan. Menurut
Dedy N. Hidayat ada tiga paradigma ilmu komunikasi yang mengacu pada
pemikiran Guba dan Lincoln (dalam Bungin, 2006 : 263) yaitu : (1) paradigma
klasik yang mencakup positivism dan pospositivisme (2) paradigma kritis dan (3)
paradigma konstruktivisme.
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme bertujuan untuk memahami apa yang
menjadi konstruksi suatu realitas yang membuat peneliti harus dapat mengetahui
dan menggali faktor apa saja yang mendorong suatu realita dapat terjadi dan
menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut merekonstruksi realitas tersebut
(Pujileksono, 2015 : 28-29).
Paradigma konstruktivis ini menginterpretasikan sesuatu sesuai dengan
keyakinan/kepercayaan mereka untuk dapat membentuk sebuah realitas sosial.
Sebuah realitas sosial dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang, karena
setiap orang memiliki persepsi dan pengalaman yang berbeda-beda.
Konstruktivisme berpandangan bahwa realitas merupakan konstruksi sosial
(asumsi tentang realitas). Kebenaran suatu realitas bersifat relatif dan berlaku
sesuai konteks spesifik yang relevan oleh perilaku sosial. Melalui paradigma
konstruktivisme ini, kita dapat melihat suatu fenomena dan memahami suatu
kejadian tersebut sebagai sebuah kesatuan yang bermakna.
dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teoriteori yang digunakan untuk
menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan
kajian pustaka dengan kerangka teori. Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan
yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji
(Prastowo,2012:80). Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini
adalah:
2.2.1 Komunikasi
Menurut Lexicographer, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi
untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman
yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang
diinginkan oleh keduanya. Definisi komunikasi menurut beberapa ahli itu sendiri
salah satunya adalah J.A Devito mengartikan bahwa komunikasi merupakan suatu
tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang
terdistorsi oleh gangguan terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Menurut
Trenholm dan Jensen (dalam Fajar, 2009: 31), komunikasi merupakan suatu
proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam
saluran. Suatu proses yang mentransmisikan pesan kepada penerima pesan
melalui berbagai media yang dilakukan oleh komunikator adalah suatu tindakan
komunikasi.
Bernard Bereleson dan Gary A. Steiner (dalam Mulyana, 2011:68),
komunikasi merupakan suatu transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan,
dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata, gambar, figur, grafik
dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi tersebut yang disebut dengan
komunikasi.
Menurut Hovland, Jains dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses
melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam
bentuk kata-kata) dengan tujuan untuk membentuk perilaku orang-orang lainnya
(khalayak). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaaan symbol-symbol seperti kata-kata,
gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Definisi komunikasi secara umum
kita sendiri. Enam tujuan komunikasi antar pribadi yang dapat dipergunakan
untuk berbagai tujuan adalah sebagai berikut (Fajar, 2009: 78):
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi
antar pribadi. Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk
memperbincangkan diri kita sendiri. Melalui komunikasi antar pribadi, kita juga
belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang
lain. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga akan membuat kita mengetahui
nilai, sikap, dan perilaku orang lain. Kita dapat menanggapi dan memprediksi
tindakan orang lain.
2. Mengetahui dunia luar
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami
lingkungan kita secara baik, yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.
Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antar pribadi.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa sebagian besar informasi yang ada berasal
dari media massa, tetapi infomasi dari media massa tersebut sering dibicarakan
dan diinternalisasi melalui komunikasi antar pribadi. Dalam komunikasi antar
pribadi, kita sering membicarakan hal-hal yang telah disajikan media massa.
Namun demikian, pada kenyataannya nilai keyakinan, sikap, dan perilaku kita
banyak dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi dibandingkan dengan media
massa dan pendidikan formal.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Manusia diciptakan sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara
hubungan dekat dengan orang lain. Kita juga tidak ingin hidup sendiri terisolasi
dari masyarakat dan kita ingin merasakan dicintai serta disukai maupun mencintai
dan menyukai orang lain. Oleh karenanya, kita menggunakan banyak waktu
berkomunikasi antar pribadi yang bertujuan untuk menciptakan dan memelihara
hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membantu mengurangi
kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita
sendiri.
4. Mengubah sikap dan perilaku
Dalam komunikasi antar pribadi, sering kita berupaya mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk
mempersuai orang lain melalui komunikasi antar pribadi.
ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak
mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik, dan sentuhan yang
sepantasnya.
3. Sikap Mendukung
Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan yang di dalamnya
terdapat sikap mendukung. Jack Gibb menyatakan bahwa komunikasi yang
terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategis, dan provisional bukan sangat yakin.
4. Sikap positif
Sikap positif dapat dikomunikasikan dalam komunikasi antar pribadi
dengan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada
sedikitnya dua aspek dari komunikasi antar pribadi. Pertama, komunikasi antar
pribadi terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang menikmati interaksi atau bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan
Dalam beberapa situasi terjadi ketidaksetaraan. Terlepas dari
ketidaksetaraan, komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga serta memandang satu dengan yang lain sebagai
sesuatu yang penting. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain dan
memberikan penghargaan positif tanpa syarat.
dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk
intelektual dan emosional dan hingga pada batasan di mana pasangan melakukan
aktivitas bersama. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan orang sangat
bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, supervisor-karyawan,
pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa
hubungan ―melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat
penetrasi sosial‖ (West & Turner, 2008 : 196).
Asumsi teori penetrasi sosial (West & Turner, 2008:197):
1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial
ataupun tidak akrab dan bergerak pada sebuah kontinium menuju tahapan
yang lebih intim. Sejalan dengan adanya waktu hubungan-hubungan
mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim.
2. Secara umum, perkembangan hubungan sistermatis dapat diprediksi.
Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan prediktabilitas.
Secara khusus, para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan
berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi.
3. Perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (penarikan diri) dan
disolusi.
Ketika hubungan menjadi berantakan, dan yang terjadi adalah menarik diri
(keruntuhan perlahan sebuah hubungan), kemunduran ini dapat
menyebabkan terjadinya disolusi hubungan.
4. Pembukaan diri (self-disclosure) adalah inti dari perkembangan hubungan.
Menurut Altman & Taylor hubungan yang tidak intim menjadi intim
dikarenakan adanya keterbukaan diri antara satu dengan yang lain.
Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa
depan antara dua orang dan ―membuat diri terbuka terhadap orang lain
memberikan kepuasan yang intristik‖. Membuka diri dapat membuat
hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab.
Teori ini membahas tentang bagaimana proses seseorang komunikator
mendekati komunikan. Ketika seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan
bicaranya (komunikan). Altman dan Taylor menyebutnya sebagai analogi kulit
bawang. Dimana terdapat banyak lapisan-lapisan yang ada tentang informasi diri
seseorang komunikan. Lapisan terluar dari diri seseorang disebut dengan citra
public (public image) yakni informasi diri tentang fisik (rambut, bentuk wajah,
warna kulit, tinggi badan), usia, nama dll. Penetrasi sosial adalah teori yang
bercerita tentang bagaimana seseorang komunikator ingin mengenal lebih jauh
dengan komunikan. Setiap manusia disini dianalogikan oleh Altman dan Taylor
sebagai bawang. Bawang adalah sebuah tanaman ubis (kbbi.web.id) yang
memiliki lapisan-lapisan. Seseorang ingin mengenal orang lebih jauh pastilah
bertahap melakukan pendekatannya sama seperti mengupas bawang. Lapisan
paling dalam adalah informasi diri yang tidak sembarangan orang yang
mengetahui. Penetrasi sosial memiliki tahapan proses penetrasi sosial (West &
Turner, 2008:205):
1) Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit Tahap paling awal dari interaksi,
disebut tahap orientasi, yang terjadi pada tingkat publik; seseorang hanya
sedikit mengenai dirinya yang terbuka untuk orang lain. Selama tahapan
ini, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat biasanya hanya hal-hal klise dan
merupakan gambaran hal-hal yang bersifat tidak akrab dari seorang
individu. Dalam tahapan ini orang biasanya bertindak sesuai dengan cara
yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati tidak melanggar harapan
sosial.
2) Pertukaran penjajakan afektif: Munculnya diri Merupakan tahapan dimana
perluasan daerah publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari
kepribadian seorang individu mulai muncul.
3) Pertukaran penjajakan afektif: Komitmen dan Kenyamanan Pada tahap ini
ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dimana
dalam tahapan ini komunikasi sering kali berjalan spontn dan individu
membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan
perhatian untuk hubungan secara keseluruhan dalam tahap ini penggunaan
personal idiom mulai muncul.
4) Pertukaran Stabil Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan
pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang
Gambar 2.1
Johari Window
Diketahui Oleh 1 2
Orang Lain Terbuka Buta
Tidak Diketahui 3 4
Oleh Orang Lain Tersembunyi Tidak Diketahui
mengandung self disclosure pada saat kegiatan komunikasi kita dengan orang
lain.
2. Valensi self disclosure
Hal ini berkaitan dengan kualitas self disclosure kita, positif atau negatif.
Kualitas positif dan negatif dari self disclosure (menyenangkan atau tidak
menyenangkan). Ini akan menimbulkan dampak yang berbeda baik bagi
komunikator maupun komunikan.
3. Kecermatan dan kejujuran
Kecermatan dalam self disclosure yang kita lakukan sangat ditentukan oleh
kemampuan kia mengetahui atau mengenal diri kita sendiri. Apabila kita
mengenal dengan baik diri kita maka kita akan mampu melakukan self disclosure
dengan cermat. Di samping itu, kejujuran merupakan hal yang penting yang akan
mempengaruhi self disclosure kita. Oleh karena itu, kita mengemukakan apa yang
kita ketahui maka kita memiliki pilihan, seperti menyatakan secara jujur, melebih-
lebihkan atau berbohong.
4. Maksud dan tujuan
Ketika melakukan sef disclosure, salah satu hal yang kita pertimbangkan
adalah maksud atau tujuannya. Tidak mungkin orang melakukan pengungkapan
diri tanpa maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena menyadari adanya maksud dan
tujuan self disclosure itu maka kita pun melakukan kontrol atas self disclosure
yang kita lakukan. Orang yang melebih-lebihkan atau berbohong dalam
melakukan self-disclosure pada satu sisi bisa di pandang sebagai salah satu bentuk
kontrol supaya self disclosure-nya mencapai maksud atau tujuan yang
diinginkannya.
5. Keakraban
Keakraban merupakan salah satu hal yang erat kaitannya dengan
komunikasi self disclosure. Apa yang diungkapkan itu bisa saja hal-hal yang
bersifat pribadi atau hal-hal yang bersifat umum. Sejauh mana kedalaman dalam
self disclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan
komunikasi kita. Semakin akrab kita makan semakin dalam self disclosure yang
dilakukan. Ketika kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal maka
kita akan berbicara tentang sisi terluar dari diri kita, namun ketika hubungan
tersebut semakin akrab maka kita akan mengungkapkan tentang hal pribadi dari
diri kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self disclosure adalah:
a. Besar Kelompok
Keterbukaan diri lebih banyak terjadi pada kelompok kecil daripada
kelompok besar. Diadik (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan
kelompok yang sesuai karena pelaku komunikasi tidak banyak.
b. Perasaan Menyukai
Membuka diri pada orang lain akan mudah terjadi jika kita menyukai atau
mempercayai orang tersebut.
c. Efek Diadik
Seseorang melakukan keterbukaan diri apabila orang yang bersamanya
juga melakukan hal yang sama.
d. Kompetensi
Orang yang kompeten biasanya lebih percaya diri dan lebih banyak
mempunyai hal yang positif tentang diri mereka untuk diungkapkan
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak kompeten.
e. Kepribadian
Orang-orang yang extrovert dan mudah bergaul akan lebih mudah
melakukan keterbukaan diri dibandingkan dengan yang introvert. Mereka
akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan orang
yang baru dikenal.
f. Jenis Kelamin
Umumnya wanita lebih mudah membuka diri dibandingkan dengan pria.
Wanita lebih banyak mengungkapkan diri dengan orang yang disukainya
sedangkan pria lebih banyak mengungkapan diri dengan orang yang
dipercayainya.
g. Usia
Orang akan mudah melakukan keterbukaan diri dengan orang yang
memiliki usia yang sama dengan dirinya.
komunitas massa yang menegaskan bentuk awal dari organisasi dari segala segi
(individu, grup, organisasi, dan kelompok sosial). Dengan kata lain, aspek
mendasar dari formasi teori ini adalah semua yang memiliki hubungan yang luas
secara kolektivitas (Van Dijk, 2006: 20).
Mc.Quail (2009: 157) memberikan lima konsep pembeda antara media
baru dan media lama, antara lain :
1) Derajat interaksitivitas, dimana interaksi dalam new media lebih
fleksibel dan lebih tinggi dibanding media konvensional.
2) Derajat social presence (keberadaan sosial) dimana media massa
bersifat lebih personal, mengurangi ambiguitas. Media baru
memungkinkan audience untuk bisa berhubungan secara personal
dengan media melalui kontak langsung.
3) Derajat otonomi, dimana pengguna media memiliki kemampuan
untuk mengontrol isi dan penggunaan medianya sendiri dan
menjadi sumber independen. Penggunaan new media bisa memiliki
media sendiri dan diolah sendiri.
4) Derajat playfullness, kemampuan media menyediakan hiburan bagi
user
5) Derajat privasi, yang berhubungan dengan tepi isi yang dimiliki
para pengguna media. Mereka bebas menampilkan apa pun di
media baru (internet) sehingga menghasilkan media yang unik
(berbeda) dan personal.
Selain menjelaskan menganai konsep pembeda antara media baru dan
media lama, Mc. Quail juga menunjukkan perbedaan antara media lama dan
media baru, yaitu:
1) Media lama konsepnya satu objek berbicara pada banyak orang,
sementara media baru bersifat decentralized, yang artinya semua
memiliki kesempatan berbicara kepada siapa pun.
2) Media lama adalah one way communication, sementara media baru
two ways communication yang memungkinkan adanya feedback
dari audience.
sebaran itu bisa menyebarkannya lagi pada orang-orang dalam jaringannya, dan
seterusnya (dalam skripsi Putri, 2015).
2.2.9 Tinder
kecocokkan yang baik dan menggesekkan kiri pada foto untuk pindah ke yang
berikutnya. (wikipedia.org)
anak dapat bertemu dan memelihara persahabatan baru. Kemudian pada bulan
September 2016, Tinder mengumumkan tambahan – fitur premium yang artifisial
mempromosikan pengguna lain di dekat profil. Fitur ini mirip dengan fitur
premium pada Situs Perjodohan OkCupid.
Tujuan Penelitian:
Alasan Penggunaan
Tinder
Keterbukaan Diri saat
menggunakan Tinder
Hambatan menggunakan
Tinder
38
observasi ini peneliti datang ke tempat kegiatan yang diamati, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan.
c. Studi Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur
dan sumber lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini,
studi kepustakaan adalah melalui buku-buku, surat kabar, jurnal, internet dan
sebagainya yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini.
menjadi jelas dan berupa hubungan kausal atau interaktif dan hipotesisatau
teori. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan setelah dari lapangan
(Pujileksono, 2015:152).
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini, akan dimulai dengan menelaah
semua data yang terkumpul berupa wawancara, pengamatan, serta catatan
lapangan. Hasil data yang diperoleh berdasarkan teknik analisis data yang telah
dijelaskan sebelumnya, akan disususun membentuk laporan secara sistematis.
Sesuai dengan metodologi penelitian ini, maka hasil penelitian akan dijabarkan
dalam bentuk deskripsi yang didukung dengan teori yang bersumber dari buku,
jurnal ilmiah dan lainnya, kemudian peneliti akan menganalisisnya untuk
mengetahui alasan menggunakan aplikasi Tinder, Keterbukaan diri para
penggunanya, serta hambatan yang di dapat pengguna Tinder dalam mencari
pasangan.
42
Tinder. Langsung saja peneliti meminta tolong agar ditanyakan kesediaan beliau
untuk diwawancara. Setelah mendapat izin, peneliti dan teman peneliti
menyambangi rumah beliau dan wawancara dilakukan di rumah dikarenakan
beliau ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Informan ketiga ini adalah seorang perempuan bernama Yopi. Ia seorang
supplier sebuah produk kesehatan. Saat ingin wawancara ia masih menunggu
barang dagangannya diambil oleh kurir sehingga kami harus wawancara
dirumahnya. Awalnya peneliti merasa sungkan karena belum pernah mengenal
Yopi tapi datang ke rumahnya. Tapi karena peneliti ditemani oleh beberapa teman
peneliti, sehingga peneliti memberanikan diri untuk datang ke rumah Yopi.
Wawancara dengan Yopi berlangsung cukup panjang karena dilakukan dengan
santai. Yopi merupakan pribadi yang terbuka. Ia dengan mudah menceritakan
seluruh pengalaman yang ia dapat selama bermain Tinder kurang lebih 3 tahun.
Informan selanjutnya juga dikenalkan oleh teman peneliti. Karena peneliti
merasa sangat sulit menawarkan orang yang langsung di dapat dari Tinder untuk
dijadikan informan. Informan keempat ini adalah seorang perempuan bernama
Rani ia merupakan teman sd dari salah satu teman peneliti. Setelah menyelesaikan
kuliah di jenjang D3, Rani mulai mencari kesibukan dengan menyediakan jasa
titip (jastip) yang saat ini banyak diminati orang-orang. Berawal dari hobi jalan-
jalan, Rani berpikir untuk bisa liburan dan menghasilkan uang secara bersamaan.
Dimulai pada bulan agustus lalu, Rani pertama kali membuka jasa titip dari Kuala
lumpur. Dan hasilnya lumayan, ia bisa membayar tiket pesawat dan biaya makan
selama liburan dari hasil membelikan barang-barang titipan pembelinya.
Wawancara dilakukan disebuah warung makan di kawasan dr.mansyur pada
tanggal 4 Februari 2019. Rasa canggung tidak peneliti rasakan karena sebelumnya
peneliti sudah pernah bertemu dengan informan keempat ini. Rani menceritakan
pengalaman baik dan buruk yang ia dapat dari Tinder. Ia juga menjawab seluruh
pertanyaan peneliti dengan sangat terbuka. Ia merupakan pribadi yang humoris
dan mudah bergaul dengan orang yang baru dikenalnya.
Informan kelima adalah teman dari Bang Tama yaitu informan pertama
peneliti. Saat wawancara dengan bang tama, ia mengatakan bahwa ada teman di
kantornya yang bermain Tinder seperti dirinya. Karena peneliti sudah merasa
buntu dalam pencarian informan, peneliti kembali menghubungi bang Tama dan
meminta kontak temannya tersebut. Setelah memperkenalkan diri melalui
Whatsapp dan menjelaskan sedikit maksud peneliti, peneliti bertanya apakah
Bang Mahdi mau menjadi informan peneliti dan ia bersedia untuk diwawancara.
Wawancara dengan informan kelima ini berlangsung pada malam hari
tanggal 8 Februari 2019 di sebuah warung kopi di daerah setiabudi. Ditemani oleh
teman peneliti Rara, peneliti sempat merasa canggung saat awal bertemu dengan
bang Mahdi. Wawancara sempat berlangsung kaku karena beliau merupakan
pribadi yang kurang terbuka. Namun, lama-kelamaan berangsur mencair rasa
canggung tersebut. Bang Mahdi menjawab pertanyaan informan dengan baik dan
diselingi dengan beberapa candaan.
Informan terakhir penelitian ini adalah Jaja. Ia adalah seorang penyiar di
salah satu radio. Kebetulan Bunga teman peneliti sedan magang di radio tersebut
dan ia memberi informasi bahwa salah satu teman di kantornya ada yang bermain
Tinder. Lalu peneliti meminta untuk dipertemukan dengan Jaja. Jadwal yang
cukup padat sedikit menghambat peneliti dalam membuat janji bersama Jaja.
Namun, akhirnya wawancara dapat berlangsung di kantor radio tempat Jaja
bekerja. Wawancara yang berlangsung antara peneliti dengan informan terakhir
ini tidak berlangsung lama karena pada saat itu Jaja sudah memiliki janji lagi
sehingga ia meminta untuk mewawancarai dengan singkat. Namun, tidak lupa
peneliti meminta kontak yang bisa dihubungi sehingga apabila ada data yang
kurang, peneliti masih bisa berkomunikasi dengan Jaja.
Dalam proses penelitian selama di Lapangan, peneliti sering mendapat
kendala, terutama penolakan para pengguna Tinder yang langsung peneliti cari di
aplikasi Tinder untuk dijadikan informan peneliti, hal tersebut karena kebanyakan
dari mereka hanya iseng bermain Tinder dan tidak terlalu serius dalam
menggunakannya sehingga saat diminta untuk di wawancarai mengenai Tinder
mereka menolak dengan alasan baru saja menjadi pengguna Tinder dan tidak
terlalu tau tentang aplikasi ini. Sehingga pada saat di lapangan peneliti
menggunakan metode snowball (dalam Neuman, 2003 Teknik sampling snowball
adalah suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel
dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus ) dan peneliti menilai
metode ini lebih efektif karena dibantu oleh teman peneliti yang memiliki kerabat
yang bermain Tinder. Kendala itu juga yang membuat peneliti sedikit lama berada
di Lapangan untuk mengumpulkan data. Demi kenyamanan dan atas permintaan
dari informan yang tidak ingin privasinya terganggu, seluruh nama informan pada
penelitian ini merupakan nama samaran. Ketika peneliti merasa data yang
diperoleh sudah cukup maka peneliti menyusun data yang sudah ada sesuai
dengan tujuan penelitian.
Medan, yang ia temukan hanyalah teman-teman dari sekelilingnya yang tidak lain
sudah di kenal sebelumnya. Entah itu teman dekatnya ataupun sekedar
mengetahui orang tersebut sebelumnya. Menurut Tama saat bermain Tinder
di luar kota Medan, ia bisa mendapatkan banyak teman baru.
“Kalau downloadnya sih mungkin setahunan ya, tapi kalau
menggunakannya baru sekitar 6 bulan lah. Itu juga karena waktu itu aku
lagi ke jakarta buat kerjaan. Jadi pengen cari orang baru kan lumayan
dapet teman baru di kota lain”
Alasan utama informan tama bermain Tinder bukan untuk mencari
pasangan. Tama mengaku bermain Tinder hanya sekedar iseng untuk mengisi
waktu luang tetapi kalau akhirnya bisa menjadi jodoh itu merupakan bonus. Ia
juga ingin mencari teman baru di kota yang ia kunjungi untuk sekedar menemani
ngobrol ditengah kepenatan bekerja.
“Pertamanya sih pengen cari temen yang manatau bisa jadi jodoh. Tapi
bukan itu sih alasan utamanya. Alasan utamanya emang iseng cuma mau
nyari temen aja.”
Selain itu informan Tama menggunakan aplikasi Tinder bukan karena ia
kesulitan dalam mendapatkan pasangan di lingkungan sekitarnya. Tama hanya
ingin mencoba sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum pernah ia coba. Ia
ingin tahu bagaimana bisa berkenalan dan chat dengan orang baru yang ia
temukan secara acak melalui sebuah aplikasi.
Dalam memilih perempuan yang akan ia swipe kanan (pertanda suka),
informan tama memiliki kriterianya sendiri. Ia melihat terlebih dahulu informasi
yang tertera di profil orang yang ia temui. Setelah dirasa orang tersebut bukan
pengguna palsu (fake) barulah tama memilih orang tersebut dan menunggu apakah
mereka bisa cocok / match atau tidak. Setelah match dengan seseorang, tama
akan memulai komunikasi dengan mengucapkan salam seperti halo atau hai.
“Ya standart seperti orang yang baru mengenal di sosial media. Hanya
sekedar “hai” trus nanya asal darimana, kuliah atau kerja. Cuma gitu
gitu aja sih.”
“paling ya biasa kalo match aku tanya boleh kenalan atau ngga, asal
mana, kuliah atau kerja. Gitu sih, kalo responnya bagus ya paling sejalannya aja
tanya hobi apa, selera musik mungkin, itu aja sih ga pernah nanya lebih
dari itu karena menurutku itu privasi yang ga bisa aku ganggu apa lagi
sama orang baru kan.”
Komunikasi yang terjalin antara tama dan teman Tinder-nya hanya sebatas
di aplikasi saja. Tama mengaku tidak berani untuk meminta nomor whatsapp atau
Line teman Tinder-nya karena menurutnya itu sudah mengganggu privasi
seseorang. Tama berkata bahwa ia tidak berani mencampruri privasi dari orang
yang baru di kenalnya apalagi ini melalu dunia maya.
“Cuma sekedar chat biasa aja sih, itu juga ga sampai pindah ke roomchat
lain kayak line atau WA karena menurut saya itukan totally stranger ya
dan karena emang cuma iseng-iseng jadi ya ga berani untuk terlalu
mengganggu privasi orang apalagi ngajak ketemuan dll.”
Selama proses wawancara berlangsung, peneliti melihat Tama adalah
orang yang ramah dan terbuka. Namun, Tama mengatakan ia tidak begitu
membuka diri dengan orang-orang yang ia jumpai di Tinder. Tama merasa tidak
terlalu percaya dengan orang-orang yang baru ia jumpai. Informasi yang ia
berikan pun hanya berupa nama, usia, pekerjaan, dan foto profil yang tertera pada
akun Tinder-nya. Tama juga mengaku tidak pernah bertemu atau sekedar
mengajak teman Tinder-nya untuk kopi darat. Karena menurutnya itu merupakan
privasi seseorang, dan kembali lagi ia tidak mau mengusik privasi orang terlalu
jauh. Di tambah lagi karena ia bermain Tinder hanya sekedar iseng.
“Nggak pernah, karena emang cuma iseng aja jadi ga berani terlalu
mendalami privasi orang”
“karena ini dunia maya ya, apa saja sekarang bisa di salah gunakan.
Termasuk identitas seseorang. Jadi saya ga terlalu percaya dengan orang
yang baru saya kenal apalagi via media sosial. Jadi sekedar nama, usia,
kerjaan, sama foto profil Tinder saya aja lah. Paling hal-hal biasa kayak
hobi gitu.”
Tama mengisi waktu kosongnya di malam hari atau saat sedang menunggu
klien dengan bermain Tinder. Meskipun tama bermain Tinder hanya sekedar
iseng, ia berpendapat bahwa aplikasi ini bukanlah hal yang buruk untuk
digunakan. Tama juga merasa tidak menemukan hal-hal negatif selama
4.1.2.2 Informan 2
Nama : Hamzah
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
“Kebetulan sih aku punya pacar ya. Udah lama juga lah pacaran. Tapi
emang main Tinder ini karena cuma iseng jadi emang gaada niat
selingkuh atau apalah.”
Hamzah mengatakan Tinder menjadi tempat ia bisa ‗mencuci‘ mata
melihat-lihat cewek yang ia rasa cantik. Saat menemukan yang dirasa cantik dan
match, Hamzah tidak pernah memulai percakapan terlebih dahulu. Ia selalu
mendapat sapaan dari teman-teman Tinder yang match dengannya. Sapaan yang
dikirim biasanya berupa emoji atau lambang berbentuk ‗hai‘. Setelah itu barulah
Hamzah merespon dengan sapaan juga.
“Awalnya kalo match itu biasa lawannya duluan yang kirim gif, baru deh
aku respon. Aku sih ga pernah mulai duluan ya”
Bicara tentang kriteria, Hamzah banyak menemukan orang-orang yang
sesuai dengan kriterianya. Tapi, menurut Hamzah banyak juga dari mereka yang
memasang foto profil yang palsu atau terlalu banyak mengedit foto sehingga yang
terlihat tidak sesuai dengan keadaan aslinya.
“Sesuai kriteria ya ada, cuma kadang kan di Tinder itu suka banyak yang
pake data palsu. Kayak fotonya terlalu palsu lah, edit lah, atau pake foto
orang lain gitu.”
Komunikasi yang terjalin antara Hamzah dengan teman Tinder nya pun
tidak mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang dilayangkan standart saja seperti
asal darimana, kesibukan sehari-hari, usia,dll. Hamzah mengaku tidak mau
mencampuri terlalu dalam kehidupan orang yang baru di kenalnya. Ia juga tidak
terlalu percaya dengan teman Tindernya karena menurut Hamzah saat ini banyak
penipuan yang bermula dari media sosial.
Informasi yang dibagikn hamzah di akun Tinder pun hanya sekedar nya
saja. Ia hanya mencantumkan foto, nama panggilan dan usianya. Ia tidak
mencantumkan pekerjaan layaknya pengguna Tinder yang lain. Menurutnya
pekerjaan adalah suatu hal yang tidak perlu di umbar ke orang asing. Tapi jika ada
teman chat Hamzah ada yang bertanya mengenai pekerjaan, ia akan
menceritakannya secara terbuka.
“kalo di Tinder aku cuma cantumin foto aku kan. Ga banyak juga 2 aja.
Kan ada orang yang sampe dibuatnya kayak galeri foto di Tinder itu kan.
Ya paling sama umur lah. Kalo kerjaan gitu nggak aku masukkan karena
menurutku ga perlu juga orang tau. Tapi kalo ada yang nanya via chat ya
aku jawab seadanya aja.”
Hamzah juga tidak berani untuk mengajak teman Tinder-nya bertemu.
Selain karena ia takut ketahuan pacarnya, ia merasa hal itu tidak perlu dilakukan.
Menurutnya, Tinder hanya tempat ia iseng-iseng dan mencari teman chat yang
baru. Ia tidak mau orang asing mengusik privasi nya terlalu dalam juga. Bertemu
dengan orang dari Tinder itu terlalu mengusik privasi menurut Hamzah.
“kopdar nggak pernah, karena emang cuma mau cari kawan chat aja”
Biasanya Hamzah menghabiskan waktu sekitar setengah jam sampai satu
jam dalam sehari untuk bermain Tinder. Dengan catatan tidak ada pekerjaan yang
sedang ia lakukan dan tetap memprioritaskan pacarnya dahulu. Walaupun tidak
menemukan manfaat yang terlalu signifikan, Hamzah merasa aplikasi Tinder ini
layak untuk dicoba terutama untuk orang-orang yang sedang mencari jodoh dan
kesulitan dalam mencari di lingkungan sekitar.
“Kalo untuk aku manfaat nya ga terlalu ada. Ngilangin bosan ya
lumayan. Tapi mungkin untuk orang lain gatau lah ya.”
“ya bagus lah aplikasi ini. Mungkin untuk kalian yang susah cari jodoh
bisa lah di coba aplikasi ini”
4.1.2.3 Informan 3
Nama : Yopi
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausaha
travelling, karena memang ia hobi jalan-jalan. Yopi juga merasa tidak memiliki
kesulitan dalam mencari pasangan langsung dari lingkungan sekitar. Tapi Yopi
berpikir kalau dari lingkungan sekitar berarti tidak jauh-jauh itu teman sendiri.
Yopi tidak mau menjalin hubungan dengan teman karena menurut nya teman ya
berarti teman, tidak bisa dicampur aduk dengan petasaan Selama bermain Tinder
kurang lebih 3 tahun, Yopi memiliki banyak pengalaman menyenangkan juga
kurang menyenangkan. Yopi pernah berpacaran lebih dari 3 kali dengan orang-
orang dari negara berbeda.
“..tujuan utama aku pastinya bukan langsung untuk cari pasangan ya. Aku
juga ga pernah kepikiran buat nyari pasangan disitu. Aku emang pengen
nyari teman chat bule (orang luar negeri) di Tinder..”
“..Kesulitan sebenernya nggak ya. Cuma aku mikirnya kalo dari
lingkungan sekitar kan itu biasanya berawal dari teman gitu kan. Nah menurut
aku kalo teman ya teman aja gitu..”
Yopi pernah berpacaran dengan orang asal palestina selama 4 bulan. Tapi
hubungan tersebut kandas karena Yopi ditipu oleh pasangannya. Yopi tidak kapok
dengan kejadian tersebut. selanjutnya Yopi pernah berpacaran dengan orang asal
Belanda. Hubungan yang berjalan lumayan lama itu harus kandas karena
pasangannya selingkuh dengan sahabat Yopi sendiri. Darisini Yopi mulai
membatasi diri dan kembali ke tujuan awalnya untuk mencari teman jalan-jalan
saja.
Saat awal-awal memutuskan ingin bertemu dengan teman Tindernya, Yopi
juga pernah mengalami perlakuan kurang menyenangkan. Saat itu mereka janjian
untuk pertama kali bertemu di salah satu mall ternama di Jakarta. Yopi sengaja
datang terlambat karena ia ingin melihat respon dari teman Tinder asal Prancis ini.
Saat bertemu, tidak sampai 5 menit teman Tinder Yopi pamit untuk pulang.
Otomatis Yopi merasa marah dan bertanya kenapa teman Tindernya ini pulang.
Lalu dengan sarkas teman Tinder nya berkata kalau ia tidak menyukai Yopi
karena fisik Yopi yang menurutnya terlalu gendut. Yopi langsung saja merasa
minder dan sempat tidak bermain Tinder bahkan tidak mau bertemu orang lain
selama beberapa waktu. Namun akhirnya Yopi sadar kalau ia tidak bisa terus
begitu. Ia mulai menata kembali kehidupannya. Dan betulan pula ia dipindahkan
orang tuanya ke Kuala lumpur untuk kuliah. Karena saat di Jakarta Yopi merasa
tidak sanggup mengikuti perkuliahan di tempat itu.
“tapi dulu aku pernah janjian sama orang prancis di grand indonesia.
Nah aku sengaja datang telat setengah jam. Pas aku datang, ga sampai 5
menit dia langsung pamit pulang karena katanya ada acara. Aku marah
lah kan. Aku tanya kenapa dia tiba-tiba pulang ya aku tau aku salah
karena datang telat tapi kenapa ga dihargai aku baru datang 5 menit.
Trus dia jawab karena dia gasuka aku gendut.”
“jujur disitu aku sempat down. Aku gamau ketemu orang.”
Saat di Kuala lumpur, Yopi kembali bermain Tinder. Tapi Yopi tidak
langsung percaya dengan teman baru nya. Kalau ada yang mengajak untuk
bertemu, Yopi harus menilai attitude orang itu dahulu dan itu membutuhkan
waktu yang tidak singkat. Paling tidak untuk terbuka dan percaya, Yopi
membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu terhitung dari awal mereka
berkomunikasi. Selama memulai komunikasi pun Yopi merasa harus menjaga
privasi baik itu privasi dirinya sendiri maupun teman Tindernya. Yopi sadar
konsekuensi berkomunikasi dengan orang asing yang memiliki budaya yang
berbeda dengannya tidaklah mudah. Contohnya, setelah bertemu dengan berbagai
watak dari negara berbeda, Yopi menyimpulkan bahwa topik tentang keluarga
bukanlah hal yang bisa ia bahas dengan teman Tindernya. Yopi berpendapat
bahwa orang ‗luar‘ tidak suka hal tentang keluarga dibicarakan dengan orang yang
pada dasarnya bukan siapa-siapa saat itu.
Yopi mengatakan topik privasi tentang keluarga baru mulai dibahas
setelah mereka berkomitmen untuk serius. Ia tidak tau kenapa, tapi memang sudah
biasa seperti itu jika ia berkomunikasi dengan teman Tindernya. Saat ini, Yopi
sedang menjalin hubungan dengan teman Tinder nya dan sudah berlangsung lebih
dari 9 bulan. Pacar Yopi saat ini berasal dari Syria sebut saja namanya Hamid.
Mereka sama-sama kuliah di Kuala lumpur. Saat awal match dan komunikasi
dengan Hamid, Yopi tidak langsung percaya untuk bertemu dengan hamid. Tapi
hal yang membuat Yopi akhirnya mau bertemu hamid adalah karena hamid sangat
sopan dan baik. Bahkan saat mengajak bertemu, hamid meminta untuk tidak
bertemu berdua saja. Ia meminta Yopi mengajak temannya, dan hamid juga
membawa teman. Dari situ Yopi mulai mau membuka diri kepada hamid.
“kebetulan sekarang pacarku dari Tinder. Dia orang Syria. Aku pindah
kuliah di kuala lumpur kan. Kami sama-sama kuliah disana. Dan ini
bukan pacar pertamaku dari Tinder sih. Mungkin dia ini yang keempat.
Awalnya kami sama-sama ga kepikiran mau pacaran. Cuma teman jalan-
jalan aja karena kami juga sama-sama perantau kan, tapi akhirnya
nyaman yaudah mutusin buat pacaran. Pacarannya pun gaada nembak
gitu. Ya dia suka aku trus aku suka dia yaudah sama-sama komitmen aja
untuk mengenal lebih jauh. Udah 9 bulan lah kami pacaran. Aku baru
ngenalin dia sama orang tuaku sekarang.”
Yopi bukan orang yang tertutup. Di awal pertemuan mungkin orang akan
menilai Yopi adalah orang yang sombong. Namun kalau sudah berbicara, Yopi
akan mengeluarkan sisi positifnya. Begitu pula yang terjadi dengan pacarnya saat
ini. Yopi sudah menceritakan bagaimana keadaan keluarganya kepada hamid.
Bahkan hamid sudah ikut ke Indonesia dan berkenalan dengan keluarga Yopi.
Namun, hamid belum bisa mengenalkan Yopi kepada keluarganya karena di
negara nya melarang untuk berpacaran. Respon keluarga Yopi saat diawal
bertemu hamid tidak terlalu baik. Selayaknya orangtua mengetahui anaknya
berpacaran dengan orang dari negara berbeda, orangtua Yopi tidak mensetujui
hubungannya. Tapi, lama kelamaan melihat perilaku hamid yang sangat sopan dan
tidak menyerah untuk mencoba mendekat ke keluarga Yopi, perlahan-lahan
orangtua Yopi bisa menerima kehadiran hamid.
“ya seperti kebanyakan orangtua diluar sana ya, awalnya sempat ga
merespon dengan baik lah. Tapi syukurnya pacarku ini bisa bawa diri.
Dan dia pun seiman juga. Lama-lama luluh juga orangtuaku. Tapi kami
masih backstreet dari orangtua dia karena budaya disana yang ga
membenarkan pacaran. Jadi aku belum berani ketemu orangtua dia.”
Saat disinggung mengenai keseriusan, Yopi mengatakan tidak mau terlalu
serius tapi tidak main-main juga dengan pacar nya sekarang. Bagaimana pun rasa
trauma masih tertinggal di diri Yopi. Ia hanya menyerahkan semua kepada-Nya.
Kalau memang jodohnya adalah hamid, berarti Tinder berhasil membuat
4.1.2.4 Informan 4
Nama: Rani
Usia: 22 Tahun
Pekerjaan: Penyedia jasa titip
saat itu mengalami kesulitan dalam mencari pasangan dari lingkungannya. Selain
karena kebanyakan teman Rani adalah perempuan, Rani juga merasa kurang
percaya diri dengan tampilan fisiknya. Sehingga, Rani memilih foto dirinya yang
ia rasa bagus dan cantik untuk di pasang sebagai profil dari akun Tindernya. Rani
berharap dengan menampilkan foto terbaiknya, ia bisa bertemu dengan orang
yang sesuai kriterianya dan bisa menjalin hubungan lebih dari sekedar teman.
Awal mula bermain Tinder, Rani sedikit kesulitan dengan bagaimana cara
memilih dan menolak orang yang muncul. Tapi lama kelamaan Rani bisa
mengerti. Untuk kriteria laki-laki yang akan Rani swipe kanan (pilih) sendiri tidak
terlalu signifikan. Pada dasarnya Rani bukan orang yang melihat laki-laki dari
tampilan fisik. Tapi, tidak memungkiri kalau ada yang dirasanya terlalu tidak
masuk akal Rani akan menolak. Biasanya, Rani akan melihat orang tersebut dari
segi usia dan tampilan profilnya. Usia yang dipilih Rani mulai dari 19 hingga 25
tahun. Dengan tampilan biodata yang singkat dan tidak mendayu-dayu, karena
Rani tidak suka laki-laki yang terlalu banyak menampilkan sisi dirinya di profil
awal akun Tindernya.
“di awal aku sering kepencet super like jadi, malu la kayak aku ngebet
kali gitu suka sama dia tapi lama-lama udah ngerti dan terbiasa lah”
Rani menemukan banyak orang yang sesuai dengan kriterianya. Saat
match, Rani selalu menunggu teman Tinder-nya yang memulai komunikasi.
Karena ia merasa gengsi untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Setelah
mendapat sapaan dari orang yang baru match dengannya, barulah komunikasi
terjalin dengan lancar.
“karena aku cewek dan masih punya gengsi jadi aku selalu nunggu
mereka yang chat duluan”
Tapi tidak semua lancar juga, Rani melihat respon dari beberapa teman
Tinder nya juga. Kalau ia merasa pembicaraan sudah mengarah ke arah yang
negatif maka Rani tidak akan melanjutkan pembicaraan. Ada beberapa teman
Tinder Rani yang meminta sosial media Rani selain Tinder seperti whatsapp atau
line agar komunikasi yang terjalin lebih enak katanya. Rani juga tidak sembarang
memberikan nomor teleponnya. Ia hanya memberikan kepada orang yang ia rasa
enak di ajak ngobrol selama mereka chat di Tinder.
Sejauh ini Rani pernah bertemu dengan satu orang teman Tinder nya. Saat
itu di akhir tahun 2017 ia bertemu dengan Putra (samaran). Bermula dari
percakapan ringan tentang kegiatan sehari-hari melalu Tinder, Rani merasa putra
cocok untuk dijadikan teman ngobrol. Lalu mereka pindah ke line agar
percakapan yang terjalin lebih enak. Setelah 1 minggu saling bercerita dan
membuka diri, Rani menerima ajakan untuk bertemu secara langsung. Tapi Rani
masih menolak karena ia belum percaya diri dan takut nanti setelah bertemu putra
tidak mau lagi berteman dengannya. Selama 2 minggu Rani dan putra saling
berbalas pesan bahkan melakukan videocall setiap malamnya. Rani perlahan-
lahan mulai meyakinkan diri untuk mau bertemu dengan putra. Sampai akhirnya
Rani dan putra janjian untuk nonton di salah satu mall.
“Aku butuh beberapa hari untuk yakin kalo dia bisa dipercaya dan ga
akan macam-macam kalo jumpa. Jadi kami chat semingguan lebih telepon,
videocall juga, aku lihat anaknya baik, humble, dan asik di ajak bicara
trus yaudah dia ajak nonton yaa aku iyain aja”
Rani mengatakan ia sengaja datang 5 menit lebih cepat agar ia bisa
menetralkan dirinya terlebih dahulu. Saat putra datang, Rani merasa sangat
canggung karena ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang yang dikenalnya
dari sebuah aplikasi online. Respon yang diberikan putra biasa saja. Ia pun
menilai putra sesuai dengan apa yang ia pikirkan selama mereka berbalas pesan.
Namun, setelah pulang dari nonton Rani tidak mendapat pesan apapun dari putra.
Hal tersebut membuat Rani berpikiran negatif. Ia menyimpulkan bahwa putra
tidak menyukai Rani karena fisik Rani tidak cantik. Sehingga Rani kehilangan
kepercayaan dirinya lagi. dan sempat tidak mau bermain Tinder lagi karena rasa
trauma.
“jadi kemarin aku pernah deket sama orang dari Tinder ini. Pernah
ketemu juga, tapi setelah ketemu dia langsung ga balas chat aku lagi. Aku
mikir negatif aja apa mungkin karena dia gasuka liat aku ya. Aku jadi ga
percaya diri, sempat hapus Tinder juga gara2 dia itu.”
Rani mengatakan bahwa sebelum bertemu dengan putra, ia merasa bahwa
bisa berhubungan lebih dari teman dengan putra. Karena mereka sudah terbuka
satu sama lain. Setiap melakukan videocall atau telepon biasa, mereka selalu
4.1.2.5 Informan 5
Nama : Mahdi
Usia : 24 Tahun
Pekerjaan : Editor
4.1.2.6 Informan 6
Nama : Jaja
Usia : 25 Tahun
Pekerjaan : Penyiar Radio
membicarakan tentang tempat mencari jodoh. Jaja merasa tertarik dan langsung
bertanya tentang apa yang dibicarakan temannya.
“awalnya dari temen, kalo nongkrong mereka suka main. Pas aku lihat
dan tanya itu apa. Ternyata aplikasi cari jodoh yaa aku tertarik buat
download”
Tujuan awal Jaja bermain Tinder adalah untuk mencari partner dalam
segala hal. Termasuk di dalamnya partner sex. Karena Jaja mengatakan bahwa ia
mencari orang yang memiliki pemikiran yang terbuka tentang sex. Ia mengatakan
saat ini sex merupakan kebutuhan, jadi dia tidak segan untuk langsung mencari
orang yang memiliki pemikiran yang sama dengannya.
“aku sih emang mau cari partner ya. Partner apapun itulah termasuk partner sex
haha. Karena aku emang cari orang yang open minded. Kita taulah sekarang sex
itu udah menjadi kebutuhan.”
Dalam mencari pasangan di Tinder, Jaja termasuk orang yang pemilih. Ia
hanya memilih orang-orang yang sesuai kriterianya. Adapun kriteria yang Jaja
cari adalah perempuan yang memasang foto profil yang tidak terlalu palsu. Palsu
disini maksudnya adalah yang tidak banyak merubah bentuk wajah (edit). Ia juga
menyukai perempuan yang mempunyai biodata simple, tidak neko-neko dan unik.
Selama lebih dari 6 bulan bermain Tinder, Jaja sudah pernah bertemu dengan 6
orang teman Tindernya. Namun, tidak semua dari mereka menjadi partner sex
Jaja.
Proses komunikasi di awal pertemuan dengan teman Tindernya, Jaja selalu
memulai sama seperti beberapa informan lainnya. Jaja mulai dengan sapaan, ia
menunggu dan melihat bagaimana respon dari teman Tindernya tersebut. kalau
Jaja merasa asyik di ajak ngobrol, Jaja akan melanjutkan hubungan mereka. Jaja
merupakan pribadi yang terbuka. Ia memiliki wawasan yang luas dan selera yang
tinggi akan banyak hal seperti musik, film, dll.
“aku orangnya sedikit pemilih. Jadi ga asal swipe aja. Aku lihat dulu
kalau foto yang dipasang bagus, tidak terlalu menipu, atau editan. Dan aku juga
aku suka yang kulit sawo matang, mungil. Sejauh ini adalah beberapa
yang kayak gitu.”
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap 6 informan, maka
peneliti menyusun pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian, sebagai berikut:
Perkembangan teknologi yang semakin cepat juga kian mempengaruhi apa
yang terjadi di dalam lingkungan sehari-hari. Menurut McLuhan (dalam
Morissan, dkk, 2010: 31), teknologi komunikasi menjadi penyebab utama
perubahan budaya. Kehidupan keluarga, lingkungan kerja, sekolah, pertemanan,
kegiatan keagamaan, politik, dan sebagainya semua terpengaruh teknologi
komunikasi. Di zaman yang serba canggih saat ini, urusan asmara semakin
dimudahkan dengan hadirnya aplikasi kencan pada ponsel seperti Tinder. Tinder
menawarkan sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan kita dengan teman yang
sehobi dengan kita, atau bahkan pasangan idaman kita. Karena itu, Tinder sering
disebut sebagai media pencari teman kencan. Dengan kemunculan aplikasi kencan
online seperti Tinder ini secara perlahan mampu merubah perilaku masyarakat
dalam pencarian pasangan kencan. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui alasan penggunaan aplikasi Tinder.
tidak menyukai fisiknya. Informan 4 sempat merasa tidak percaya diri bahkan
sempat menghapus akun Tinder-nya selama beberapa bulan.
Informan 3 bermain Tinder karena ingin mencari teman yang bisa di ajak
travelling. Tapi diluar ekspektasi nya ternyata akhirnya Informan 3 menemukan
pasangan dan bisa menjalin hubungan lebih dari sekedar teman travelling. Selama
lebih dari 3 tahun menggunakan Tinder, Informan 3 pernah berpacaran 4 kali
dengan teman Tindernya. Informan 3 mengaku proses untuk berani melangkah
dan percaya untuk berkomitmen dengan orang asing tidaklah singkat. Butuh
waktu dan pendekatan serta pengamatan yang panjang. Informan 3 perlu menilai
terlebih dahulu bagaimana sifat dari orang-orang yang mengajaknya berpacaran.
Terlebih lagi informan 3 mengatakan sempat ditipu oleh salah satu pasangan
Tinder-nya. Ia mengatakan pasangannya saat itu membawa lari uang sebesar
sekian juta dengan alasan ingin mengurus visa untuk mencari pekerjaan. Informan
3 juga pernah diselingkuhi oleh pasangan Tinder-nya yang kedua. Ia bercerita
bahwa pasangan Tinder-nya ini berselingkuh dengan temannya sendiri. Sejak saat
itu, informan 3 mengaku lebih selektif dan berhati-hati dalam bermain Tinder. Ia
mengatakan tidak mau terlalu serius menanggapi orang-orang dari Tinder lagi.
Sampai saat beberapa bulan lalu ia bertemu dengan seorang asal Suria yang saat
ini sudah menjadi pasangannya selama lebih dari 6 bulan. Ia mengatakan
pasangannya saat ini mampu meyakinkannya bahwa ia serius ingin menjalin
hubungan dengan Informan 3. Informan 3 menilai laki-laki ini memiliki sifat yang
lain dari mantan-mantan pasangan Tinder-nya yang lalu. Maka dari itu, informan
3 kembali mau membuka hatinya dan mulai berhubungan serius dengan
pasangannya hingga saat peneliti melakukan wawancara.
Informan 5 mengatakan alasannya menggunakan Tinder awalnya karena
rasa penasaran dan iseng setelah melihat teman kantornya menggunakan aplikasi
ini. Sama seperti Informan 1 sebelumnya, Informan 5 juga menggunakan Tinder
saat sedang melakukan perjalan kerja ke salah satu kota di luar kota Medan. Saat
itu ia mengatakan ingin mengenal perempuan dari kota tersebut. Dan Informan 5
mengatakan ia berhasil mengajak match Tinder-nya bertemu untuk sekedar
mengobrol lebih santai. Namun, hubungan yang terjalin hanya sampai disitu saja
karena Informan 5 mengatakan ia tidak mau menjalin hubungan jarak jauh.
tahap perkenalan, seluruh informan juga hanya menceritakan sisi baik tanpa mau
membuka tentang sisi sebaliknya. Hal ini menurut peneliti, seluruh informan
hanya menampilkan keterbukaan diri semu. Karena, teman-teman atau pasangan
Tinder mereka tidak bisa memastikan apakah informasi yang bereka ceritakan
benar adanya.
Terbukti dari jawaban informan 1,2,4,dan 5 yang mengaku tidak
membuka diri apa adanya kepada teman Tinder mereka. Informan 1,2,4 dan 5
mengatakan mereka hanya mau menampilkan sedikit kelebihan atau sisi positif
dari diri mereka tanpa mau membuka sisi lainnya. Mereka mengaku hal ini
dilakukan agar tidak merusak citra diri mereka, selain itu agar teman Tinder
mereka tetap mau melanjutkan komunikasi yang terjalin dengan informan 1,2,4
dan 5 ini.
membuka diri melanggar ingin respon lawan bertanya dan membuka privasi
privasi dicampuri bicara diri dahulu diusik
kehidupan terlebih terlalu
pribadinya dahulu dalam
1) Obrolan-obrolan ringan terjadi lebih sering dan lebih awal dari informasi
pribadi
2) Keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik),
Dari data hasil penelitian diperoleh bahwa keenam informan melewati fase
kedalaman pertama dalam self disclosure. Hal-hal yang diungkapkan berupa
sapaan ringan seperti ―hai‖, kemudian obrolan mengenai wilayah tempat tinggal,
daerah asal, tempat wisata, pendidikan, kegiatan sehari-hari, dan informasi pribadi
informan atau matches seperti identitas diri lainnya yang belum tercantum di
dalam profil Tinder.
adalah berpindah ke aplikasi chat lain dan keputusan akhir untuk bertemu
langsung.
Teori self disclosure (keterbukaan diri) dikenal dengan adanya teori Johari
Window. Johari Window merupakan alat untuk menelaah mengenai luas dan
hubungannya antara pengungkapan diri dan umpan balik di dalam suatu hubungan
(Budyatna, 2011: 40). Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat
bidang. Bidang I yaitu bidang terbuka (open) menunjukkan bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan juga
orang lain, yang artinya terdapat keterbukaan, dan tidak disembunyikan kepada
orang lain. Bidang II, yakni bidang buta (blind) menggambarkan bahwa kegiatan
seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya tidak menyadari apa yang ia
lakukan. Selanjutnya bidang III, yakni bidang tersembunyi (hidden) merupakan
kegiatan yang disadari sepenuhnya, tetapi tidak dapat diketahui orang lain. Ini
menandakan bahwa orang tersebut bersifat tertutup. Terakhir bidang IV, yakni
bidang unknown menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari
oleh dirinya sendiri dan orang lain.
Apabila dikaitkan dengan teori diatas, makan keterbukaan yang dilakukan
keenam informan adalah sebagai berikut:
kepada teman Tindernya. Ia mengatakan itu bukanlah hal penting yang bisa di
bahas kepada siapa pun. Masih banyak topik obrolan lain yang bisa di bahas tanpa
harus membawa keluarga.
Menurut peneliti, hal tersebut merupakan hal yang wajar dilakukan. kita
tidak bisa dengan mudahnya menceritakan hal-hal sensitif kepada orang yang baru
di kenal. Apalagi orang tersebut berasal dari dunia maya yang tidak diketahui
kebenaran identitasnya. Tapi, peneliti menilai sebenernya Tama memiliki sifat
terbuka apabila ia bertemu langsung dengan lawan bicaranya.
Saat proses wawancara berlangsung, Tama mengatakan bahwa ia sangat
memahami sifat dan karakter yang ada dalam dirinya. Ia paham betul bagaimana
sebernarnya sifat yang ia punya. Namun, tentu hal tersebut tidak di tampilkannya
saat ia bermain Tinder. Ia tidak menampilkan sifat aslinya yang humoris saat ia
berkomunikasi di Tinder. Hal tersebut dilakukannya karena seperti alasan
sebelumnya. Ia berkomunikasi hanya melalu sebuah aplikasi di dunia maya. Ia
tidak tau apakah lawan bicaranya di Tinder menampilkan identitas aslinya atau
tidak. Jadi ia hanya mengambil cara aman dengan tidak menampilkan siapa dia
sebenarnya.
- Agama
- Keadaan masa lalu
- Kebiasaan buruk
(merokok dan
clubbing)
Hidden Area Unknown Area
- Permasalahan dalam - Information
keluarga unknown to
others
Informan 5 merasa takut jika membicarakan hal yang berbentuk pribadi. Ia tidak
mau orang lain terlalu mengusik urusan pribadinya sehingga ia pun tidak mau
mengusik urusan pribadi orang lain. Topik keterbukaan yang biasanya dibahas
hanya seputar hobi dan selera musik. Menurut informan 5, sebagai seorang
introvert, berani memulai membuka diri saja sudah merupakan hal yang sulit di
lakukan.
baginya seks merupakan sebuah kebutuhan dan tidak perlu ditutupi bahwa ia
mencari partner yang berpikiran sama dengannya. Informan 6 adalah satu-satunya
informan yang memiliki alasan dan tujuan bermain Tinder yang berbeda dari yang
lain.
Informan 6 mengatakan kepada peneliti bahwa selama memulai
komunikasi dengan orang baru, sampai akhirnya bertemu bahkan memulai
hubungan lebih dari teman, ia selalu terbuka dan tidak pernah menutupi hal-hal
mengenai dirinya. Ia selalu bersikap apa adanya selayaknya ia bergaul dengan
teman-temannya dikehidupan sehari-hari. Tapi ada hal yang memang tidak ia
bagikan seperti alamat tempat ia tinggal. Menurutnya hal tersebut terlalu pribadi
untuk disebar kemana-mana. Ia hanya akan memberitahu alamat rumah kepada
pasangan yang sudah menjadi pacarnya. Kalau kepada sekedar partner ―bermain‖
ia tidak mau memberitahu karena ia tidak mau keluarganya diganggu jika terjadi
suatu hal tidak mengenakkan nantinya.
Informan 6 mengatakan kepada peneliti bahwa ia sudah dewasa dan sudah
tau apa konsekuensi dari setiap tindakan yang ia ambil. Ia juga mengetahui apa
yang ia lakukan saat ini sudah menjadi kebutuhan sehingga ia merasa hal tersebut
bukan hal yang perlu ia tutupi.
ini, informan 1 belum mendapat orang yang cocok baik dari lingkungan sekitar
maupun melalu Tinder karena kesibukan dan padatnya jadwal pekerjaan.
Informan 1 mengatakan ia belum fokus dalam mencari seorang pendamping.
Walaupun usia sudah menginjak 26 tahun, informan 1 masih menikmati pekerjaan
sekaligus hobi yang ia kerjakan sekarang.
Lain halnya dengan informan 2. Informan 2 satu-satunya informan yang
sedang berpacaran. Ia dan pacarnya sudah pacaran lebih dari 3 tahun. Hubungan
yang terjalin di antara mereka juga baik-baik saja. Informan 2 tidak merasa ada
hambatan dalam mencari pasangan karena ia sudah memiliki pasangan yang
menurutnya sesuai dengan apa yang ia inginkan selama ini.
Informan 3 adalah seorang perempuan yang memiliki kriteria pasangan
yang berasal dari negara asing lebih tepatnya Arab. Informan 3 mengatakan ia
merasa kurang tertarik dengan laki-laki asli Indonesia. Hal tersebut pula yang
menghambatnya dalam mencari pasangan. Tapi, hasil dari kesabaran dalam
mencari, informan 3 akhirnya menemukan pasangannya melalui Tinder.
Walaupun setelah melalui beberapa kali rasa trauma akibat kegagalan yang ia
terima.
Selanjutnya informan 4. Informan 4 mengalami rasa tidak percaya diri
yang sangat besar. Ia merasa laki-laki di sekitarnya tidak akan ada yang bisa
menjadi pasangannya. Maka dari itu ia memilih Tinder sebagai tempat ia mencari
pasangan. Saat mencari pasangan di Tinder pun dirasanya tidak mudah. Ia harus
memilih foto profil yang menurutnya bagus agar dapat menarik perhatian dari
pengguna Tinder lainnya.
Informan 5 mengaku memiliki sifat yang tertutup. Hal itu peneliti rasakan
saat proses wawancara berlangsung, informan 5 hanya menjawab pertanyaan yang
peneliti berikan seadanya. Sifat yang tertutup ini yang menjadi hambatan bagi
informan 5 dalam menemukan pasangan. Terlebih lagi informan 5 tidak mudah
percaya dengan orang yang belum dikenalnya, sehingga informan 5 kurang
tertarik untuk mencari pasangan melalui Tinder. Ia mengatakan Tinder hanya
tempat ia mencari hiburan di sela padatnya pekerjaan yang ia miliki.
Informan terkhir mempunya sifat yang cepat merasa bosan dengan
pasangan sehingga sedikit menghambatnya dalam mencari pasangan yang serius.
Ia mengaku selama ini ia tidak pernah bisa bertahan menjalani hubungan dengan
seseorang lebih dari 4 bulan. Peneliti menilai informan 6 merupakan orang yang
memiliki wawasan yang luas dan nyambung jika diajak berdiskusi. Tapi, mungkin
gaya hidup yang bebas menyebabkan informan 6 sulit untuk berhubungan yang
serius.
Keenam informan penelitian ini berpendapat selama menggunakan
aplikasi Tinder, mereka mendapat manfaat yang berbed-beda. 3 dari 6 informan
mengatakan melalui Tinder mereka bisa mengenal banyak orang-orang baru
dengan berbagai watak yang berbeda. 2 informan lainnya mengatakan mereka bisa
menemukan pasangan melalui Tinder. Secara keseluruhan, keenam informan
mengatakan aplikasi Tinder bisa menghilangkan rasa bosan dan cocok digunakan
untuk mengisi waktu kosong. Seluruh informan mengatakan Tinder cocok untuk
dijadikan tempat mengenal orang-orang baru untuk sekedar menambah
pertemanan. Tinder juga cocok untuk orang-orang dengan sifat tertutup yang
ingin belajar cara menjalin komunikasi dengan orang yang tidak di kenal agar
dapat lebih terbuka secara perlahan.
Kriteria pasangan
3. Informan 3 (Yopi) Mendapat pasangan >3 kali selalu orang asal
luar negeri
Tidak percaya diri
4. Informan 4 (Rani) Mendapat teman baru 1 kali
Tertutup
5. Informan 5 (Mahdi) Mendapat teman baru 1 kali
5.1 Simpulan
87
5.2 Saran
Dalam sebuah penelitian tentu ada beberapa hal yang menjadi masukan
dari peneliti untuk keperluan berbagai pihak. Untuk itu, berdasarkan kesimpulan
diatas maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:
Daftar Pustaka
Bagdakian, B.H. (2004). The New Media Monopoly. Boston: Beacon Press.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Morissan, Andy Corry Wardhani & Farid Hamid. 2010. Teori Komunikasi Massa.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Rosdakarya.
Penelitian.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Ruben, Brent dan Lea P Stewart. (2013). Commuication and Human Behavior.
USA: Viacom Company.
Severin, W.J. dan Tankard. J. W. 2007. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana
Van Dijk, J.A.G.M. 2006. The Network Society. London: SAGE Publications.
Jurnal:
Putri,T.( 2015). Motif Pria Pengguna Tinder sebagai Jejaring Sosial Pencarian
Jodoh.(Jurnal Online, Universitas Telkom,2015)
Sari, R.P., Rejeki, T.A., & Mujab, Achmad. (2006). Pengungkapan diri
mahasiswa tahun pertama universitas diponegoro ditinjau dari jenis kelamin
dan harga diri. Vol.3 no.2.
Skripsi:
Giga, Kadek Awidya Nanda. (2018). Proses Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
Kaum Gay Dalam Mencari Pasangan Pada Aplikasi Tinder. Bali: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.
Putri, Nurul Rezekiah. (2015). Ask.fm dan Keterbukaan Diri: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Sumber Internet:
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4286/Pengguna+Internet+Indonesia
+Nomor+Enam+Dunia/0/sorotan_media diakses pada 5 November 2018 pukul
12.00 WIB
http://makassar.tribunnews.com/2016/10/13/kenal-7-hari-dari-aplikasi-jodoh-
presenter-dinikahi-politisi-muda-kaya-dibelikan-jam-tangan-rp-4-m?page=3
diakses pada 15 November 2018