Anda di halaman 1dari 104

ii

Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan


Online (Tinder)

Skripsi

Disusun Oleh:

N. Amalia Andara

150904087

Public Relations

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

2019

Universitas Sumatera Utara


iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:


Nama : N. Amalia Andara
NIM : 150904087
Judul : Keterbukaan Diri (Self disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan
online (Tinder)

Dosen Pembimbing, Ketua Prodi,

Dr.Nurbani M.Si. Dra. Dewi Kurniawati,M.Si, Ph.D


NIP.196108021987012001 NIP. 196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si.


NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara


iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di
kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia
diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : N. Amalia Andara


NIM : 150904087
Departemen : Ilmu Komunikasi
Tanda Tangan :
Tanggal :

Universitas Sumatera Utara


v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : N. Amalia Andara
NIM : 150904087
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul :Keterbukaan Diri (self disclosure) Pengguna
Aplikasi Kencan online (Tinder)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (..............................)

Penguji : (..............................)

Penguji Utama : (..............................)

Ditetapkan di : Medan
Tanggal : Maret 2019

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang


senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi yang berjudul Keterbukaan Diri
(Self Disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan Online (Tinder) ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan almamater Universitas
Sumatera Utara.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar dikarenakan dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua peneliti, Bapak Supriyanto dan Ibu
Fitri yang selalu sabar memberikan dukungan kepada peneliti baik itu dukungan
moral maupun materi serta memberikan semangat kepada peneliti untuk
menyelesaikan skripsi. Selain itu saya berterima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
2. Ketua Program studi, Ibu Dra, Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D dan
Sekretaris Program studi, Ibu Emilia Ramadhani, M.A
3. Dosen pembimbing peneliti, Ibu Dr. Nurbani M.Si. yang selalu sabar
membimbing dan memberikan arahan kepada peneliti hingga
selesainya skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
USU
5. Staf Program studi Kak Maya dan Kak Yanti yang dengan ramah dan
sabar membantu peneliti dalam setiap proses permasalahan dan urusan
perkuliahan.
6. Keluarga Besar peneliti yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu, yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa.

Universitas Sumatera Utara


7. Kepada teman-teman seperjuangan peneliti, Sely Fitri Aritonang, Rima
Mangunsong, Dask Lady, Maya Wandani, Alfi Syahri Lubis, Rizky
Fachrezy, Yudhistira Sandy, Fadhlan Nasution, Donny Handoyo,
Imanuel Bukit, yang telah memberikan pengalaman dan mengisi hari-
hari selama masa perkuliahan dan selalu memberikan dukungan dan
selalu menghibur peneliti disaat penyusunan skripsi hingga selesai.
Semoga kita semua sukses dan tetap seperti saat ini walaupun sudah
lulus nantinya.
8. Kepada Amalina Darayani dan Bunga Nabilah, yang telah membantu
peneliti mencari informan dan ikut membantu peneliti dalam proses
wawancara.
9. Teman-teman dekat peneliti, Puspa ayu, Tiara Amalia, Ismah Zulyana.
Yang sudah mau menjadi teman peneliti sejak awal masa perkuliahan
hingga saat ini.
10. Kepada M. Fadhil, teman peneliti yang selalu mendengarkan semua
keluh kesah peneliti baik masalah pribadi maupun perkuliahan.
Terimakasih untuk selalu menghibur dan membuat peneliti tertawa.
11. Oliviardy Reviansyah, yang selalu menjadi tempat keluh kesah peneliti
dan terimakasih untuk selalu membantu peneliti dalam masa
perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini selesai.
12. Kepada Divisi DIKLAR IMAJINASI periode 2018/2019. Dina, Lady,
Iren, Putri dan Esther. Terimakasih sudah menjadi bagian dari
pembelajaran yang berharga untuk peneliti
13. Kepada teman-teman stambuk 2015 lainnya yang tidak dapat peneliti
sebutkan namanya satu persatu. Semoga kita semua dapat lulus tepat
waktu dan menjadi orang yang sukses kedepannya. Amin.
14. Kepada seluruh informan yang sudah mau meluangkan waktunya
untuk diwawancarai oleh peneliti.

Demikianlah skripsi ini masih memilki kekurangan di dalamnya. Oleh


karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritikan, saran serta masukan untuk
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini kelak menjadi

ii

Universitas Sumatera Utara


sumber inspirasi dan informasi bagi banyak pihak. Akhir kata, peneliti mohon
maaf atas segala kesalahan yang terdapat pada skripsi ini dan terima kasih.
Medan, Maret 2019

N. Amalia Andara

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ―Keterbukaan Diri (Self disclosure) Pengguna Aplikasi


Kencan Online (Tinder)‖. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
alasan penggunaan aplikasi Tinder pada pengguna aktif aplikasi Tinder yang telah
bekerja, untuk mengetahui keterbukaan diri pengguna aplikasi Tinder, dan untuk
mengetahui hambatan pengguna Tinder dalam mencari pasangan. Teori yang
diangggap relevan dalam penelitian ini komunikasi, komunikasi antar pribadi,
penetrasi sosial, self disclosure, perkembangan teknologi komunikasi, new media,
dan Tinder. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
paradigma konstruktivisme. Jumlah informan pada penelitian ini ada 6 orang.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara
mendalam. Teknik analisis data yang dilakukan adalah teknik analisis model
Miles dan Huberman yang dilakukan 3 tahap Raduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa alasan
pengguna Tinder dalam menggunakan Tinder adalah iseng dan sekedar ingin
mencari teman dari aplikasi kencan online. Keterbukaan diri melalui Tinder
dilakukan untuk lebih merasa dekat dan nyaman dalam tahap perkenalan dengan
orang baru. Keterbukaan diri yang di lakukan pengguna Tinder yang menjadi
informan dalam penelitian ini berupa usia, pekerjaan, hobi, pengalaman, keadaan
keluarga, dan percintaan. Hambatan yang di dapat pengguna Tinder dalam
mencari pasangan berupa kesibukan pekerjaan, rasa mudah bosan, sifat tertutup
dan sulit membuka diri.
Kata kunci: Komunikasi, Keterbukaan Diri, Penetrasi Sosial, New Media, Tinder.

iv

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
This thesis is entitled "Self disclosure of Online Dating Application (Tinder)’s
Users". The purpose of this study is to find out the reason for using the Tinder
application for active users of the Tinder application, to find out about the
openness of Tinder application users, and to find out the obstacles of Tinder users
in finding partners. The theory considered relevant in this study is
communication, interpersonal communication, social penetration, self disclosure,
development of communication technology, new media, and Tinder. This research
is a qualitative research using the constructivism paradigm. The number of
informants in this study are 6 people. The data collection technique in this study
used the in-depth interview method. The data analysis technique performed is the
Miles and Huberman analysis technique which is carried out in 3 stages of data
reduction, data presentation, and conclusion and verification. This research
reveals that the reason Tinder users use Tinder is fun and just want to make
friends from the online dating application. Self-disclosure through Tinder because
they want to feel more comfort and closer in the introductory stage with strangers.
Self-disclosure by Tinder users who become informants in this study is in the form
of age, work, hobbies, experience, family circumstances, and romance. Obstacles
that Tinder users can get in finding partners in the form of busy work, ease of
boredom, closed difficulty opening up their self.
Keywords: Communication, self-disclosure, social penetration, new media,
Tinder.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Fokus Masalah .......................................................................................... 8
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... 8
1.4 Manfaat Masalah ....................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma .................................................................................................. 9
2.2 Kajian Pustaka ........................................................................................... 10
2.2.1 Komunikasi .................................................................................... 12
2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi............................................................... 14
2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ................................ 14
2.2.2.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ...................................... 16
2.2.2.3 Kualitas Komunikasi Antar Pribadi .................................... 18
2.2.3 Penetrasi Sosial .............................................................................. 19
2.2.4 Self disclosure ................................................................................ 22
2.2.5 Perkembangan Teknologi Komunikasi .......................................... 25
2.2.6 New media ....................................................................................... 26
2.2.6.1 Pengertian New media ......................................................... 26
2.2.6.2 Kelebihan dan Kelemahan New media ............................... 29
2.2.7 Internet Sebagai Media Komunikasi ............................................... 29
2.2.8 Media sosial ................................................................................ 31
2.2.9 Tinder .............................................................................................. 34
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 36

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian....................................................................................... 38
3.2 Subjek Penelitian........................................................................................ 38
3.3 Objek Penelitian ......................................................................................... 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ........................................................................................................... 42
4.1.1 Proses Penelitian ............................................................................. 42
4.1.2 Hasil Wawancara ............................................................................ 46
4.1.2.1 Informan 1........................................................................ 46
4.1.2.2 Informan 2......................................................................... 49
4.1.2.3 Informan 3......................................................................... 51
4.1.2.4 Informan 4......................................................................... 56
4.1.2.5 Informan 5......................................................................... 59
4.1.2.6 Informan 6......................................................................... 61
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 64
Alasan Penggunaan Aplikasi Tinder ........................................................... 65
Keterbukaan Diri Pengguna Aplikasi Tinder .............................................. 68
Teori Keterbukaan Diri Altman dan Taylor ....................................... 71
Teori Keterbukaan Diri Johari Window ............................................. 75
Hambatan Pengguna Tinder dalam Mencari Pasangan ............................... 83
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 86
5.2 Saran.............................................................................................................. 87
5.3 Implikasi Teoritis .......................................................................................... 87
5.4 Implikasi Praktis............................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

4.1 Karakteristik Informan 64


4.2 Alasan Penggunaan Aplikasi Tinder 67
4.3 Keterbukaan Diri Pengguna Aplikasi Tinder 70
4.4 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 1 76
4.5 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 2 77
4.6 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 3 78
4.7 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 4 79
4.8 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 5 80
4.9 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 6 82
4.10 Hambatan Pengguna Tinder Dalam Mencari Pasangan 85

viii

Universitas Sumatera Utara


1

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

2.1 Teori Johari Window 22


2.2 Tampilan Aplikasi Tinder 34
2.3 Kerangka Pemikiran 37

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah


Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu hubungan
antar manusia. Dalam suatu hubungan tersebut, diperlukan komunikasi yang
terbuka antara satu dengan yang lain. Dengan adanya keterbukaan dalam
berkomunikasi, maka manusia yang sedang menjalin suatu hubungan dapat
mengenal pribadi satu sama lain dengan baik. Hal-hal tersebut dapat membantu
manusia dalam membangun sebuah hubungan yang baik.
Menurut Rogers dan Kincaid (dalam Sari dkk, 2006) komunikasi adalah
proses pertukaran informasi dengan menyampaikan gagasan atau perasaan agar
mendapat tanggapan dari orang lain dan dapat mengekspresikan dirinya yang
unik. Informasi yang disampaikan dalam komunikasi dapat berupa identitas diri,
pikiran, perasaan, penilaian terhadap keadaan sekitar, pengalaman masa lalu dan
rencana masa depan yang sifatnya rahasia maupun yang tidak. Everet M. Ross
mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaram informasi antara satu sama lain, yang
pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam (Wiryanto, 2005:6).
Semakin majunya perkembangan zaman sekarang ini, tentulah
menghasilkan banyak penemuan penemuan baru yaitu berupa teknologi.
Teknologi dibuat oleh manusia untuk mempermudah manusia dalam melakukan
suatu aktifitas, sehingga aktifitas yang sulit dapat menjadi lebih efisien dari
biasanya. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan semakin canggih.
Masyarakat saat ini memiliki kehidupan dimana teknologi modern adalah hal
yang mendominasi komunikasi masyarakat. Teknologi juga dapat memberikan
bantuan, teknologi adalah kebutuhan yang mutlak bagi masyarakat modern saat
ini. Teknologi telah mempengaruhi gaya hidup berkomunikasi.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat juga kian mempengaruhi apa
yang terjadi di dalam lingkungan sehari-hari. Menurut McLuhan (dalam
Morissan, dkk, 2010: 31), teknologi komunikasi menjadi penyebab utama

Universitas Sumatera Utara


2

perubahan budaya. Kehidupan keluarga, lingkungan kerja, sekolah, pertemanan,


kegiatan keagamaan, politik, dan sebagainya semua terpengaruh teknologi
komunikasi.
Pada saat sekarang ini, untuk berkomunikasi antara komunikator dengan
komunikan tidak hanya melalui tatap muka langsung atau menggunakan media
seperti telephone maupun melalui SMS. Saat ini mulai berkembang media internet
(online), dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi dan
menciptakan konten sesuai dengan yang ingin disampaikan penggunanya. Media
online juga merupakan tempat dimana para pengguna bisa berinteraksi dan
berkomunikasi satu dengan yang lain tanpa hambatan yang berarti. Dan banyak
jenis media online yang dapat digunakan oleh seseorang sesuai dengan
kebutuhannya. Teknologi internet pada hakikatnya merupakan perkembangan dari
teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video,
multimedia, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu
meningkatkan pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif,
bisa dijadikan sebagai media massa dan interpersonal, dan terdapat segudang
sumber informasi dari penjuru dunia yang memungkinkan untuk menjadi media
pembelajaran yang lebih unggul dari generasi sebelumnya.
Perkembangan internet termasuk sangat cepat dibanding media lainnya.
Internet digunakan sebagai sarana media komunikasi dan penyebaran informasi
melalui fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya. Dengan mengakses informasi
lewat internet, pengguna dapat mengikuti perkembangan teknologi sekaligus bisa
memperoleh banyak pengetahuan terbaru dengan cepat, mudah dan murah.
Pengguna internet Indonesia sebagian besar menggunakan internet untuk
bermedia sosial. Menurut data yang peneliti dapat dari Kementerian Kominfo RI
melalu laman kominfo.go.id, di tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat
keenam pengguna Internet terbesar di dunia yaitu mencapai 112 pengguna. Media
sosial merupakan media yang telah menjadi bagian integral masyarakat, tanpa
kecuali didalam sebuah masyarakat dalam lingkup suatu perusahaan Media sosial
bisa dikatakan bagian dari media baru (New Media) atau lebih sering disebut
sebagai media konvergensi. Hal ini dikarenakan New Media sendiri diawali

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


3

dengan perkembangan dari salah satu aspek teknologi yang digabungkan


kemudian berkonvergensi (Rinawati :2014:18).
New Media secara etimologi berasal dari 2 kata yaitu New dan Media. New
yang berarti baru dan Media yang berarti perantara. Jadi, New Media merupakan
sarana perantara yang baru. Baru dalam arti disini dilihat dari segi waktu, manfaat,
produksi, dan distribusinya. Terbentuk dari interaksi antara manusia dengan
komputer dan internet secara khususnya termasuk di dalamnya adalah web, blog
online sosial ne twork, online forum , dan sebagainya (Putri, 2014:7).
New Media adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan
digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad
ke-20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai media baru adalah
digital, seringkali memiliki 12 karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan,
padat, interaktif dan tidak memihak. Secara sederhana media baru adalah media
yang terbentuk dari interaksi antara manusia dengan komputer dan internet secara
khusus. Termasuk di dalamnya adalah web, blog, online social network, online
forum, dan lain-lain yang menggunakan komputer sebagai medianya.
Menurut Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003: 17-18) merangkumkan
perkembangan media komunikasi ke dalam empat era. Pertama, era komunikasi
tulisan. Rogers memperlihatkan bahwa era tulisan memang yang pertama kali.
Berhubung menggunakan tulisan tentunya punya huruf-huruf tertentu namun
sayangnya belum pasti huruf apa yang pertama ada di dunia ini. Kedua, era
komunikasi cetak. Rogers memaparkan bahwa fase ini komunikasi manusia lebih
maju dengan memanfaatkan teknologi cetak. Pada mulanya kemunculan bahan
cetak ini berawal dari Cina dengan ditemukannya bahan baku pembuatan kertas.
Selanjutnya teknologi pencetakan mulai berkembang dari Cina kemudian Korea
hingga akhirnya ke Jerman dengan ditemukannya mesin cetak. Untuk membaca
dan mengerti berbagai jenis informasi. Sebenarnya perkembangan teknologi
percetakan sangat menentukan arah perkembangan media cetak itu sendiri.
Semakin maju perkembangannya, maka hasilnya tentu akan semakin bagus.
Ketiga, era telekomunikasi. Telecommunication Era, berimplikasi pada pengertian
komunikasi dengan jarak yang berjauhan (communication at a long distance).
pada era yang mulai berkembang pesat pada medium tahun 1800-an ini memasuki

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


4

era teknologi elektronika. Rogers memulai era ini dengan mengambil moment
pada saat Samuel Morse pada tanggal 24 Mei 1844 menemukan suatu cara
menyampaikan pesan melalui kabel elektronika, belakangan dikenal dengan
istilah telegraph. Dan keempat, era komunikasi interaktif. Media baru adalah
media yang berkembang pada era komunikasi interaktif.
New media atau media baru merupakan media menggunakan internet,
media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan
dapat berfungsi secara private maupun public (Mondry, 2008: 13). Kemunculan
media baru memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media
baru secara langsung dapat mengubah pola kehidupan bermasyarakat. Internet
adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai sebagai alat
informasi paling penting untuk dikembangkan kedepannya. Internet memiliki
kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan menerima pesan
(Ruben, 2013: 110) dalam skripsi Nurul (2015).
Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi baru juga memiliki
kemampuan untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita
inginkan dengan lebih efisien. Internet tidak hanya memperkecil jarak dalam
menyampaikan pesan, teknologi komputer dan interet juga telah berkembang dan
mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi
transmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004: 114).
Dewasa ini, perkembangan teknologi dan aplikasi secara tidak sadar
menuntut para penggunanya untuk memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan
memahami apa yang harus diikuti oleh para penggunanya. Saat ini masyarakat
dimanjakan oleh teknologi yang memudahkan seluruh aspek kehidupan sehari-
hari. Begitu banyak hal yang disediakan oleh internet dan salah satu yang paling
banyak digunakan masyarakat melalui media internet adalah media sosial.
Nasrullah (2015:11) mengatakan bahwa media sosial merupakan medium di
internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun
berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial secara virtual.
Menurut Shirky (dalam Nasrullah, 2015:11) media sosial dan perangkat
lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


5

berbagi (to share), bekerja sama ( to co-operate) di antara pengguna dan


melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka
institusional maupun organisasi. Banyaknya penggunaan media sosial saat ini
mendorong munculnya berbagai fenomena-fenomena baru di masyarakat. Salah
satunya adalah media sosial saat ini ramai dengan kemunculan aplikasi kencan
berbasis online.
Di zaman yang serba canggih saat ini, urusan asmara semakin dimudahkan
dengan hadirnya aplikasi kencan pada ponsel seperti Tinder, OkCupid,
Match.com, Hinge,dll.(sumber: liputan6.com). Jika dahulu kala masalah
percintaan terhalang oleh waktu dan lokasi, kini hadirnya aplikasi kencan dirasa
membawa banyak keuntungan bagi para penggunanya. Berbagai aplikasi kencan
memberikan tampilan yang tidak terlalu rumit sehingga pengguna yang kurang
paham dengan teknologi tetap dapat mengoperasikannya. Fitur yang disuguhkan
cukup jelas. Cukup mengunduh aplikasi kencan yang diinginkan pada ponsel
pintar dan koneksi internet, pencarian pasangan pun dapat langsung dimulai.
Selain mudah digunakan, aplikasi kencan ini juga praktis dan dapat digunakan
dimanapun. Bahkan ditengah kesibukan kerja pun penggunanya dapat diselingi
mencari pasangan.
Tinder adalah aplikasi kencan online yang diluncurkan oleh Sean Read,
Justin Mateen dan Jonathan Badin di West Hollywood, California (Putri,2015:02).
Tinder menawarkan sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan kita dengan teman
yang sehobi dengan kita, atau bahkan pasangan idaman kita. Karena itu, Tinder
sering disebut sebagai media pencari teman kencan. Dengan kemunculan aplikasi
kencan online seperti Tinder ini secara perlahan mampu merubah perilaku
masyarakat dalam pencarian pasangan kencan.
Sebelum adanya aplikasi kencan online Tinder, seseorang menemukan
pasangan kencan melalui cara sederhana seperti dipertemukan oleh orangtua,
dikenalkan teman, bertemu di acara yang memungkinkan bertemu dengan orang
banyak, atau bahkan teman kencannya adalah teman sepermainan itu sendiri.
Namun, seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, budaya masyarakat
dalam mencari pasangan pun kian berkembang.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


6

Dilansir dari portal dailysocial.id saat ini aplikasi Tinder sudah digunakan
di lebih dari 190 negara, dengan puluhan juta basis pengguna. Adanya tim
pengembang bisnis di tiap negara, perusahaan mengharapkan dukungan lokal
untuk bisnis dan basis komunitas pengguna. Langkah tersebut dinilai penting,
pasalnya di lanskap online dating persaingan di tingkat lokal pun makin
menantang. Menurut hasil riset yang dilakukan portal dailysocial
(https://dailysocial.id) di tahun 2017. Dari 1019 responden yang terlibat dalam
survei, 51,91% di antaranya percaya bahwa aplikasi kencan dapat membantu
menyelesaikan permasalahan tentang perjodohan. Bahkan 38,57% di antaranya
pernah mendengar keberhasilan orang terdekat dalam memanfaatkan aplikasi
kencan.
Tidak jarang pula dari pengguna aplikasi kencan khususnya Tinder yang
berhasil meresmikan hubungan mereka ke tahap pernikahan. Seperti data yang di
dapat dari laman Tribunnews Makassar, pada tahun 2016 ada pasangan yang
hanya membutuhkan waktu 7 hari dari awal waktu pertemuan mereka di Tinder
dan tanpa ragu langsung melaksanakan pernikahan. Mereka adalah pasangan Rey
Utami seorang presenter bola dan politisi sukses Pablo Putera Benua
(makassar.tribunnews.com). Data-data yang didapat dalam riset menyimpulkan
penerimaan masyarakat secara umum penggunaan aplikasi kencan.
Melalui media sosial Tinder, kegiatan komunikasi dilakukan para
penggunanya yaitu untuk pencarian dan perkenalan dengan lawan jenis atau yang
disebut dengan ―Tinder Match‖, yang pada umumnya untuk menjalin hubungan
seperti pertemanan, berpacaran, atau bahkan sampai menjalin pernikahan. Dengan
demikian, fenomena media sosial kencan online seperti Tinder ini memiliki kaitan
terhadap komunikasi antarpribadi untuk dapat menghubungkan seorang pengguna
dengan pengguna lainnya yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun
sebelumnya untuk dapat memiliki hubungan antarpribadi seperti hubungan
pertemanan.
Penggunaan aplikasi Tinder diperlukan adanya keterbukaan diri untuk
memulai hubungan antara satu pengguna dengan pengguna lainnya agar
komunikasi dan hubungan tersebut dapat tercipta. Proses penyampaian informasi
yang berhubungan dengan diri sendiri kepada orang lain oleh Jounard disebut

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


7

sebagai pengungkapan diri atau self disclosure (dalam Sari dkk, 2006). Sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Devito (1997: 61) bahwa Self disclosure atau
pengungkapan diri merupakan jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan
informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.
Menurut Lumsden (dalam Pamuncak, 2011) self disclosure dapat
membantu seseorang berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan
kepercayaan diri serta hubungan menjadi lebih akrab. Selain itu, self disclosure
dapat melepaskan perasaan bersalah dan cemas. Maka hal-hal tersebutlah yang
pada akhirnya dapat mendorong seseorang untuk melakukan pengungkapan diri
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya dalam berinteraksi.
Berbagai penelitian mengenai aplikasi kencan online Tinder juga sudah
banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kadek
Awidya, I Dewa Ayu, Ni Nyoman Dewi (2018) menyimpulkan bahwa dalam
proses pengungkapan diri pada aplikasi Tinder, kaum gay terlihat lebih detail
dalam proses mengungkapkan diri. Kaum gay lebih memilih untuk
mengungkapkan diri lebih lanjut dalam sebuah pengembangan hubungannya pada
aplikasi Personal Messenger, yakni line dan juga whatsapp.
Dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi melalui proses tersebut,
maka penguna aplikasi Tinder yang sedang menciptakan sebuah hubungan baru
dapat mengenal pribadi satu sama lain dengan baik. Namun, tidak sedikit dari
pengguna Tinder yang menutupi identitas asli dari dirinya. Ada juga pengguna
yang tidak secara gamblang mengungkapkan keterbukaan dirinya kepada
pasangannya. Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah penelitian ini ingin melihat bagaimana keterbukaan diri yang terjadi pada
pengguna aplikasi Tinder yang terlah berkerja. Peneliti ingin melihat bagaimana
para pengguna yang bekerja membagi waktu ditengah kesibukan kerja dengan
mencari pasangan.
Berdasarkan fenomena yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti bagaimana pengungkapan diri pengguna aplikasi Tinder
pada kalangan pekerja di kota Medan.

1.2 Fokus Masalah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


8

Berdasarkan fokus masalah yang telah diuraikan sebelumnya, fokus masalah


pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengungkapan diri (self disclosure)
pengguna aplikasi kencan online Tinder dalam mencari pasangan dan batasan
masalah dalam penelitian ini adalah pengguna aplikasi Tinder yang telah bekerja.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui alasan penggunaan aplikasi Tinder pada pengguna aktif
aplikasi Tinder yang telah bekerja.
2. Untuk mengetahui keterbukaan diri pengguna aplikasi Tinder pada
pengguna aktif aplikasi Tinder yang telah bekerja.
3. Untuk mengetahui hambatan pengguna Tinder dalam mencari pasangan.

1.4 Manfaat Penelitian


Sesuai dengan judul yang diangkat, maka manfaat penelitian ini terbagi
menjadi:
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapaat memperkaya untuk
mengembangkan keilmuan dalam bidang ilmu komunikasi khususnya
dibidang komunikasi tentang bagaimana penggunaan aplikasi Tinder di
kalangan pekerja di Kota Medan.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai komunikasi melalui sebuah aplikasi yang
menggunakan internet di telepon genggam.
3. Secara Akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih kepada
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU. Serta diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan, rekomendasi, dan kontribusi positif bagi peneliti
lain yang mengambil obyek serupa.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif/Paradigma Penelitian
Paradigma atau paradigm (inggris) atau paradigme (Perancis), istilah
tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis,
para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang
berarti model, contoh, arketipe, ideal). Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai
berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Paradigma penelitian
merupakan sudut pandang peneliti dalam memandang realitas yang diteliti. Sudut
pandang penelitian akan berimplikasi pada pendekatan, prosedur, asumsi dan teori
yang dipilih.
Paradigma adalah suatu set asumsi, konsep, nilai-nilai dan merupakan cara
pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/ realitas/ ilmu
pengetahuan/ yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami dan untuk
dicarikan pemecahan persoalannya (Pujileksono, 2015 : 25-26). Guba dan Lincoln
mendefinisikan paradigma sebagai serangkaian keyakinan-keyakinan dasar (basic
beliefs) atau metafisika yang berhubungan dengan prinsip-prinsip pokok.
Paradigma ini menggambarkan suatu pandangan dunia (world view) yang
menentukan bagi pengamat sifat dari ‗dunia‘ sebagai tempat individu dan
kemungkinan hubungan dengan dunia tersebut beserta bagian-bagiannya
(Hermawan, 2011:4).
Paradigma merupakan kekuatan dasar yang mampu mempertahankan
keberadaan sebuah ilmu pengetahuan. Pada hakikatnya, paradigma memberikan
batasan-batasan tertentu apa yang harus dikerjakan, dipilih dan diprioritaskan
dalam sebuah penelitian. Pada aspek lain, paradigma akan memberikan rambu-
rambu tentang apa yang harus dihindari dan tidak digunakan dalam penelitian.
Menurut sebuah analisis yang dikutip dari Bogdan dan Biklen, paradigma
merupakan kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,
konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian (Narwaya,
2006 : 110).
Paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang
mendasar untuk pedoman proses penelitian. Hal ini berguna untuk menentukan

Universitas Sumatera Utara


10

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tipe penjelasan yang digunakan. Menurut
Dedy N. Hidayat ada tiga paradigma ilmu komunikasi yang mengacu pada
pemikiran Guba dan Lincoln (dalam Bungin, 2006 : 263) yaitu : (1) paradigma
klasik yang mencakup positivism dan pospositivisme (2) paradigma kritis dan (3)
paradigma konstruktivisme.
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme bertujuan untuk memahami apa yang
menjadi konstruksi suatu realitas yang membuat peneliti harus dapat mengetahui
dan menggali faktor apa saja yang mendorong suatu realita dapat terjadi dan
menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut merekonstruksi realitas tersebut
(Pujileksono, 2015 : 28-29).
Paradigma konstruktivis ini menginterpretasikan sesuatu sesuai dengan
keyakinan/kepercayaan mereka untuk dapat membentuk sebuah realitas sosial.
Sebuah realitas sosial dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang, karena
setiap orang memiliki persepsi dan pengalaman yang berbeda-beda.
Konstruktivisme berpandangan bahwa realitas merupakan konstruksi sosial
(asumsi tentang realitas). Kebenaran suatu realitas bersifat relatif dan berlaku
sesuai konteks spesifik yang relevan oleh perilaku sosial. Melalui paradigma
konstruktivisme ini, kita dapat melihat suatu fenomena dan memahami suatu
kejadian tersebut sebagai sebuah kesatuan yang bermakna.

2.2 Kajian Pustaka


Penelitian ini menggunakan penelitian sebelumnya yang terkait dengan
judul penelitian ini, guna memberi tambahan informasi yang jelas. Penelitian
pertama dilakukan oleh Tessa Novala Putri,dkk Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Telkom Bandung. Tessa Novala Putri,dkk melakukan penelitian yang
berjudul Motif Pria Pengguna Tinder Sebagai Jejaring Sosial Pencari Jodoh.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui motif yang mendorong para pemilik akun aplikasi media sosial Tinder
dalam kategori pencarian jodoh.
Dalam penelitiannya, Tessa dkk melakukan pengumpulan data wawancara
dan observasi secara online dan offline, pengumpulan data secara online yaitu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


11

dengan mewawancarai informan melalui aplikasi jejaring sosial Tinder dengan


melakukan chatting kepada informan dan observasi online dimana peneliti
menggunggah lalu menggunakan aplikasi Tinder untuk melihat aktivitas di dalam
aplikasi tersebut, dan untuk melengkapi data mengenai aktivitas pengguna Tinder
dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara terhadap Bapak Awan
Rimbawan selaku ahli mengenai kultural siber.
Jumlah informan pada penelitian ini adalah 3 orang, dan mendapatkan
hasil Pertama, motif peniruan, artinya motif ini muncul karena adanya tindakan
meniru dan mengamati teman- teman di lingkungan informan untuk menggunakan
Tinder. Kedua motif peneguhan, artinya adanya keinginan dalam diri informan
untuk mencari hiburan atau menghabiskan waktu luangnya bahkan mengurangi
rasa jenuhnya. Tak hanya itu dengan menggunakan Tinder, adanya keinginan
informan untuk memperoleh informasi dan secara tidak langsung adanya
keinginan membangun suatu hubungan dengan pengguna lain di Tinder. Ketiga,
motif ekspresif, artinya adanya keinginan informan untuk menunjukkan
keeksistensianya dengan menunjukkan kepada orang-orang atau pengguna lain
melalui foto-foto yang ditunjukkan dalam konten aplikasi Tinder. Keempat, motif
ego defensif, artinya adanya keinginan informan mempertahankan identitas
dirinya sendiri dengan menunjukkan jati dirinya yang tidak sembarangan serta
memilih dan mempertimbangkan lawan jenis yang match sebelum di chat.
Kelima, motif afiliasi, artinya adanya keinginan informan untuk diterima oleh
pengguna lain di Tinder dan mencari perhatian dan kasih sayang dari yang telah
berinteraksi dengan pengguna. Keenam, motif reduksi tegangan, artinya adanya
keinginan infoman untuk mencari teman mengobrol dan berbagi cerita kehidupan
seperti curhat ( curahan hati) dalam interaksi para pengguna Tinder. Dan yang
terakhir, motif penonjolan, artinya dengan menggunakan Tinder, informan merasa
adanya penghargaan jika ia mendapatkan pengguna lain yang match dan terbilang
bagus sehingga dipuji oleh teman- teman disekitarnya.
Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai landasan
untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Kajian pustaka merupakan seluruh
bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca dan dianalisis, baik yang sudah
dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi. Kajian pustaka sering dikaitkan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


12

dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teoriteori yang digunakan untuk
menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan
kajian pustaka dengan kerangka teori. Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan
yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji
(Prastowo,2012:80). Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini
adalah:

2.2.1 Komunikasi
Menurut Lexicographer, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi
untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman
yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang
diinginkan oleh keduanya. Definisi komunikasi menurut beberapa ahli itu sendiri
salah satunya adalah J.A Devito mengartikan bahwa komunikasi merupakan suatu
tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang
terdistorsi oleh gangguan terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Menurut
Trenholm dan Jensen (dalam Fajar, 2009: 31), komunikasi merupakan suatu
proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam
saluran. Suatu proses yang mentransmisikan pesan kepada penerima pesan
melalui berbagai media yang dilakukan oleh komunikator adalah suatu tindakan
komunikasi.
Bernard Bereleson dan Gary A. Steiner (dalam Mulyana, 2011:68),
komunikasi merupakan suatu transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan,
dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata, gambar, figur, grafik
dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi tersebut yang disebut dengan
komunikasi.
Menurut Hovland, Jains dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses
melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam
bentuk kata-kata) dengan tujuan untuk membentuk perilaku orang-orang lainnya
(khalayak). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaaan symbol-symbol seperti kata-kata,
gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Definisi komunikasi secara umum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


13

adalah suatu proses pebentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan


yang terjadi didalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan tujuan
tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu
komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian,
penerimaan dan pengolahan pesan.
Harold D. Laswell (dalam Mulyana, 2011: 69) mengatakan cara terbaik
untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan who say what in which channel to whom with what effect?.
Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang
saling bergantung satu sama lain, yaitu:
1. Komunikator (Source/ sender/ encoder) adalah pihak yang berinisiatif atau
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, sumber bisa berupa individu,
kelompok, organisasi, perusahaan atau negara.
2. Pesan (Message) adalah apa yang ingin disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan. Pesan berupa simbol verbal maupun non-verbal.
3. Saluran media, adalah alat yang menjadi perantara yang digunakan
komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.
4. Komunikan (Receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari
komunikator.
5. Efek (effect) adalah apa saja yang terjadi pada penerima setelah ia
menerima pesan .
Komunikasi menjadi peranan terpenting bagi kehidupan manusia dalam
berinteraksi di kehidupannya sehari-hari. Terutama komunikasi yang terjadi
didalam masyarakat terkecil yaitu keluarga. Di dalam sebuah komunikasi
feedback merupakan hal yang diharapkan, untuk mampu mencapai tujuan yang
dimaksud dalam berkomunikasi. Secara terminologis, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian
tersebut, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain.Ilmu komunikasi sebagai ilmu
pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari
perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga
definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


14

Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu


sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna
komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.
Setiap penakluk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat
tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat
tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya
menciptakan suatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang
melalui proses kerja system syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini
kemudiandisampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung maupun tidak
langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang
disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah
melalui system syaraf dan diiterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan
tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini
terjadi maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaiakn pesan
baru. Demikianlah keempat tindakan ini terus menerus terjadi secara berulang-
ulang.
Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang
yang menjalankan ide/ gagasan, sikap, perasaan, praktik, atau tindakan. Bisa
berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gmbar, anga-angka, benda-benda,
gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya.
Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara
beberapa orang, atau banyak orang. Komunikasi mempunya tujuan tertentu.
Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan
para pelakunya.Pemaknaan terhadap informasi bersifat subjektif dan kontekstual.
Subjektif artinya, masing-masing pihak memiliki kapasitas untuk memakai
informasi yang disebarkan atau diterima berdasarkan apa yang ia rasakan, ia
yakini, dan ia mengerti serta berdasarkan tingkat pengetahuan kedua pihak.
Sedangkan kontekstual adalah bahwa pemaknaan itu berkaitan erat dengan
kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana kedua belah pihak
berada.

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


15

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi


Joseph A. Devito mendefinisikan "komunikasi antar pribadi sebagai proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika" (Fajar, 2009: 78).
Pola-pola komunikasi antar pribadi mempunyai efek yang berlainan pada
hubungan interpersonal. Semakin sering seorang melakukan komunikasi dengan
orang lain, semakin baik hubungan. Beberapa faktor lain yang dapat
menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu percaya, sikap suportif dan sikap
terbuka. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal,
faktor percaya adalah yang paling penting. Percaya meningkatkan komunikasi
antar pribadi karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan
penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai
maksudnya. Jika seseorang tidak mau mengungkapkan bagaimana perasaan dan
pikirannya, maka akan sulit untuk memahami tentang diri orang tersebut
(Rakhmat, 2007 :130)
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang yang bersikap defensif bila tidak menerima, tidak jujur dan
tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi antar pribadi akan
gagal. Karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman
yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi dibandingkan memahami pesan
orang lain. Komunikasi defensif daoat terjadi karena faktor-faktor personal
(ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan
sebagainya) atau faktor-faktor situasional (Rakhmat, 2007 :133)
Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
antar pribadi yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism sehingga
untuk memahami sikap terbuka harus mengidentifikasi terlebih dahulu
karakteristik orang dogmatis yaitu menilai pesan berdasarkan motif pribadi,
berpikir simplistic, berorientasi pada sumber, mencari informasi dari sumber
sendiri, secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya dan
tidak mampu membiarkan inkonsistensi (Rakhmat, 2007 :129)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


16

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan melahirkan hubungan antar


pribadi yang efektif, dogmatis harus diganti dengan sikap terbuka. Bersama-sama
dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya
saling pengertian, saling menghargai dan yang paling penting adalah saling
mengembangkan kualitas hubungan antar pribadi (Rakhmat, 2007 :138)
Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa karaktersitik-karakteristik
yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II dalam (Budyatna & Ganiem,
2011:15) yaitu:
1. Komunikasi antar pribadi paling sedikit melibatkan dua orang
2. Memiliki umpan balik langsung atau feedback dalam komunikasi
antarpribadi hampir selalu memiliki umpan balik langsung.
Feedback tersebut biasanya bersifat segera, nyata dan
berkesinambungan.
3. Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik
tidak terlalu penting bagi komunikasi antar pribadi yang sudah
berbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu yang
berkomunikasi yang membuat kehadiran fisik tidak menjadi terlalu
penting. Tapi, Weaver juga mengatakan komunikasi antar pribadi
yang dilakukan lewat media tidaklah ideal, walaupun komunikasi
antar pribadi tanpa kehadiran fisik seperti bermedia dikarenakan
jarak yang jauh masih dimungkinkan.
4. Komunikasi antar pribadi tidak harus disengaja atau dengan
kesadaran, ketika seseorang. Orang-orang itu mungkin
mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau tanpa
sadar, tetapi apa yang dilakukannya merupakan sebagai isyarat-
isyarat yang dapat mempengaruhi anda.
5. Menghasilkan beberapa pengaruh dan effect.Pengaruh atau efek
disini tidak harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata,
tetapi suau komunikasi antar pribadi haruslah terjadi ataupun
memiliki pengaruh.
6. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata Komunikasi
antar pribadi dapat dilakukan tanpa menggunakan katakata yakni
dengan melakukan komunikasi non-verbal.
7. Dipengaruhi oleh konteks Konteks adalah sesuatu yang
mempengaruhi harapan-harapan partisipan meliputi; jasmaniah,
sosial, sejarah, jiwa, dan kultur yang diperoleh para partisipan dan
perilaku mereka selanjutnya.
8. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise. Kegaduhan/kebiasaan atau
noise dapat bersifat external, internal, atau semantik.

2.2.2.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi


Hal yang harus diperhatikan dalam tujuan komunikasi antar pribadi yaitu
komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


17

kita sendiri. Enam tujuan komunikasi antar pribadi yang dapat dipergunakan
untuk berbagai tujuan adalah sebagai berikut (Fajar, 2009: 78):
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi
antar pribadi. Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk
memperbincangkan diri kita sendiri. Melalui komunikasi antar pribadi, kita juga
belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang
lain. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga akan membuat kita mengetahui
nilai, sikap, dan perilaku orang lain. Kita dapat menanggapi dan memprediksi
tindakan orang lain.
2. Mengetahui dunia luar
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami
lingkungan kita secara baik, yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.
Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antar pribadi.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa sebagian besar informasi yang ada berasal
dari media massa, tetapi infomasi dari media massa tersebut sering dibicarakan
dan diinternalisasi melalui komunikasi antar pribadi. Dalam komunikasi antar
pribadi, kita sering membicarakan hal-hal yang telah disajikan media massa.
Namun demikian, pada kenyataannya nilai keyakinan, sikap, dan perilaku kita
banyak dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi dibandingkan dengan media
massa dan pendidikan formal.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Manusia diciptakan sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara
hubungan dekat dengan orang lain. Kita juga tidak ingin hidup sendiri terisolasi
dari masyarakat dan kita ingin merasakan dicintai serta disukai maupun mencintai
dan menyukai orang lain. Oleh karenanya, kita menggunakan banyak waktu
berkomunikasi antar pribadi yang bertujuan untuk menciptakan dan memelihara
hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membantu mengurangi
kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita
sendiri.
4. Mengubah sikap dan perilaku

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


18

Dalam komunikasi antar pribadi, sering kita berupaya mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk
mempersuai orang lain melalui komunikasi antar pribadi.

5. Bermain dan mencari hiburan


Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Sering
kali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang
demikian perlu dilakukan karena bisa memberi suasana yang lepas.

2.2.2.3 Kualitas Komunikasi Antar Pribadi


Menurut Joseph A. Devito (dalam Fajar, 2009:84), kualitas umum
komunikasi antar pribadi dapat dilihat melalui:
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antar pribadi. Pertama, komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang
kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut "kepemilikan" perasaan
dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang dilontarkan adalah memang miliki kita dan kita bertanggung jawab
atasnya.
2. Empati
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu. Secara non verbal, kita dapat mengomunikasikan
empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan orang itu melalui

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


19

ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak
mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik, dan sentuhan yang
sepantasnya.
3. Sikap Mendukung
Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan yang di dalamnya
terdapat sikap mendukung. Jack Gibb menyatakan bahwa komunikasi yang
terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategis, dan provisional bukan sangat yakin.
4. Sikap positif
Sikap positif dapat dikomunikasikan dalam komunikasi antar pribadi
dengan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada
sedikitnya dua aspek dari komunikasi antar pribadi. Pertama, komunikasi antar
pribadi terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang menikmati interaksi atau bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan
Dalam beberapa situasi terjadi ketidaksetaraan. Terlepas dari
ketidaksetaraan, komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga serta memandang satu dengan yang lain sebagai
sesuatu yang penting. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain dan
memberikan penghargaan positif tanpa syarat.

2.2.3 Penetrasi Sosial


Teori penetrasi sosial (social penetration theory) merupakan teori yang
menggambarkan suatu pola dalam pengembangan hubungan. Penetrasi sosial
merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak
dari komunikasi superficial ataupun komunikasi yang tidak akrab menjadi
komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman di sini lebih

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


20

dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk
intelektual dan emosional dan hingga pada batasan di mana pasangan melakukan
aktivitas bersama. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan orang sangat
bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, supervisor-karyawan,
pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa
hubungan ―melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat
penetrasi sosial‖ (West & Turner, 2008 : 196).
Asumsi teori penetrasi sosial (West & Turner, 2008:197):
1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial
ataupun tidak akrab dan bergerak pada sebuah kontinium menuju tahapan
yang lebih intim. Sejalan dengan adanya waktu hubungan-hubungan
mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim.
2. Secara umum, perkembangan hubungan sistermatis dapat diprediksi.
Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan prediktabilitas.
Secara khusus, para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan
berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi.
3. Perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (penarikan diri) dan
disolusi.
Ketika hubungan menjadi berantakan, dan yang terjadi adalah menarik diri
(keruntuhan perlahan sebuah hubungan), kemunduran ini dapat
menyebabkan terjadinya disolusi hubungan.
4. Pembukaan diri (self-disclosure) adalah inti dari perkembangan hubungan.
Menurut Altman & Taylor hubungan yang tidak intim menjadi intim
dikarenakan adanya keterbukaan diri antara satu dengan yang lain.
Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa
depan antara dua orang dan ―membuat diri terbuka terhadap orang lain
memberikan kepuasan yang intristik‖. Membuka diri dapat membuat
hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab.
Teori ini membahas tentang bagaimana proses seseorang komunikator
mendekati komunikan. Ketika seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan
bicaranya (komunikan). Altman dan Taylor menyebutnya sebagai analogi kulit

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


21

bawang. Dimana terdapat banyak lapisan-lapisan yang ada tentang informasi diri
seseorang komunikan. Lapisan terluar dari diri seseorang disebut dengan citra
public (public image) yakni informasi diri tentang fisik (rambut, bentuk wajah,
warna kulit, tinggi badan), usia, nama dll. Penetrasi sosial adalah teori yang
bercerita tentang bagaimana seseorang komunikator ingin mengenal lebih jauh
dengan komunikan. Setiap manusia disini dianalogikan oleh Altman dan Taylor
sebagai bawang. Bawang adalah sebuah tanaman ubis (kbbi.web.id) yang
memiliki lapisan-lapisan. Seseorang ingin mengenal orang lebih jauh pastilah
bertahap melakukan pendekatannya sama seperti mengupas bawang. Lapisan
paling dalam adalah informasi diri yang tidak sembarangan orang yang
mengetahui. Penetrasi sosial memiliki tahapan proses penetrasi sosial (West &
Turner, 2008:205):
1) Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit Tahap paling awal dari interaksi,
disebut tahap orientasi, yang terjadi pada tingkat publik; seseorang hanya
sedikit mengenai dirinya yang terbuka untuk orang lain. Selama tahapan
ini, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat biasanya hanya hal-hal klise dan
merupakan gambaran hal-hal yang bersifat tidak akrab dari seorang
individu. Dalam tahapan ini orang biasanya bertindak sesuai dengan cara
yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati tidak melanggar harapan
sosial.
2) Pertukaran penjajakan afektif: Munculnya diri Merupakan tahapan dimana
perluasan daerah publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari
kepribadian seorang individu mulai muncul.
3) Pertukaran penjajakan afektif: Komitmen dan Kenyamanan Pada tahap ini
ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dimana
dalam tahapan ini komunikasi sering kali berjalan spontn dan individu
membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan
perhatian untuk hubungan secara keseluruhan dalam tahap ini penggunaan
personal idiom mulai muncul.
4) Pertukaran Stabil Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan
pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


22

mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang


tinggi. Pada tahap ini dibangunnya sebuah system komunikasi personal.

2.2.4 Self Disclosure


Informasi tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang
sama berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita. Ketika berkomunikasi tidak selamanya kita dapat membuka diri secara
leluasa. Pengungkapan diri biasa melalui lapisan-lapisan dari lapisan luar hingga
ke lapisan paling dalam atau yang bersifat pribadi tentang diri kita. Hubungan
antarpribaadi yang sehat ditandai keseimbangan pengungkapan diri yang tepat
yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi, dan perasaan-
perasaan yag tidak diketahui bagi orang lain, umpan balik berupa verbal dan
respon-respon fisik kepada orang atau pesan-pesan mereka dalam suatu hubungan
(Budyatna, 2011: 40).
Teori self disclosure dikenal dengan adanya Johari Window, yaitu
gabungan nama dari dua orang pengagasnya Joseph Luft dan Harry Ingham.
Johari Window merupakan alat untuk menelaah mengenai luas dan hubungannya
antara pengungkapan diri dan umpan balik di dalam suatu hubungan (Budyatna,
2011: 40). Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat bidang
yaitu:

Gambar 2.1
Johari Window

Diketahui Oleh Tidak Diketahui


Diri Sendiri Oleh Diri Sendiri

Diketahui Oleh 1 2
Orang Lain Terbuka Buta

Tidak Diketahui 3 4
Oleh Orang Lain Tersembunyi Tidak Diketahui

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


23

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara


skematis seperti terlihat pada skema di atas.
 Bidang I, yakni bidang terbuka menunjukkan bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan
juga orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dan keterbukaan
tersebut tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.
 Bidang II, yakni bidang buta menggambarkan bahwa kegiatan seseorang
diketahui orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang ia
lakukan.
 Bidang III, yakni bidang tersembunyi yakni kegiatan yang dilakukan
seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak dapat diketahui oleh
orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti ini bersikap tertutup.
 Bidang IV, yakni menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak
disadari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.
Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi
antarpribadi ialah bidang I, dimana antara komunikator dengan komunikan saling
mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyataan hubungan
antarpribadi tidak seideal yan diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam
berhubungan dengan orang lain betapa sering setiap mempunyai peluang untuk
menyembunyian atau mengungkapkan masalah yang dihadapinya (Efendy,2003:
307).
Dimensi Self Disclosure
Self disclosure memiliki berbagai dimensi menurut Joseph A. Devito
(1997: 40) menyebutkan ada 5 dimensi self disclosure, yaitu:
1. Ukuran / jumlah self disclosure
Hal ini berkaitan dengan seberapa banyak jumlah informasi diri kita yang
diungkapkan. Jumlah tersebut dapat kita lihat berdasarkan frekuensi kita
menyampaikan pesan-pesan self disclosure atau bisa juga dengan menggunakan
ukuran waktu, yakni berapa lama kita menyampaikan pesan-pesan yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


24

mengandung self disclosure pada saat kegiatan komunikasi kita dengan orang
lain.
2. Valensi self disclosure
Hal ini berkaitan dengan kualitas self disclosure kita, positif atau negatif.
Kualitas positif dan negatif dari self disclosure (menyenangkan atau tidak
menyenangkan). Ini akan menimbulkan dampak yang berbeda baik bagi
komunikator maupun komunikan.
3. Kecermatan dan kejujuran
Kecermatan dalam self disclosure yang kita lakukan sangat ditentukan oleh
kemampuan kia mengetahui atau mengenal diri kita sendiri. Apabila kita
mengenal dengan baik diri kita maka kita akan mampu melakukan self disclosure
dengan cermat. Di samping itu, kejujuran merupakan hal yang penting yang akan
mempengaruhi self disclosure kita. Oleh karena itu, kita mengemukakan apa yang
kita ketahui maka kita memiliki pilihan, seperti menyatakan secara jujur, melebih-
lebihkan atau berbohong.
4. Maksud dan tujuan
Ketika melakukan sef disclosure, salah satu hal yang kita pertimbangkan
adalah maksud atau tujuannya. Tidak mungkin orang melakukan pengungkapan
diri tanpa maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena menyadari adanya maksud dan
tujuan self disclosure itu maka kita pun melakukan kontrol atas self disclosure
yang kita lakukan. Orang yang melebih-lebihkan atau berbohong dalam
melakukan self-disclosure pada satu sisi bisa di pandang sebagai salah satu bentuk
kontrol supaya self disclosure-nya mencapai maksud atau tujuan yang
diinginkannya.
5. Keakraban
Keakraban merupakan salah satu hal yang erat kaitannya dengan
komunikasi self disclosure. Apa yang diungkapkan itu bisa saja hal-hal yang
bersifat pribadi atau hal-hal yang bersifat umum. Sejauh mana kedalaman dalam
self disclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan
komunikasi kita. Semakin akrab kita makan semakin dalam self disclosure yang
dilakukan. Ketika kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal maka
kita akan berbicara tentang sisi terluar dari diri kita, namun ketika hubungan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


25

tersebut semakin akrab maka kita akan mengungkapkan tentang hal pribadi dari
diri kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self disclosure adalah:
a. Besar Kelompok
Keterbukaan diri lebih banyak terjadi pada kelompok kecil daripada
kelompok besar. Diadik (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan
kelompok yang sesuai karena pelaku komunikasi tidak banyak.
b. Perasaan Menyukai
Membuka diri pada orang lain akan mudah terjadi jika kita menyukai atau
mempercayai orang tersebut.
c. Efek Diadik
Seseorang melakukan keterbukaan diri apabila orang yang bersamanya
juga melakukan hal yang sama.
d. Kompetensi
Orang yang kompeten biasanya lebih percaya diri dan lebih banyak
mempunyai hal yang positif tentang diri mereka untuk diungkapkan
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak kompeten.
e. Kepribadian
Orang-orang yang extrovert dan mudah bergaul akan lebih mudah
melakukan keterbukaan diri dibandingkan dengan yang introvert. Mereka
akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan orang
yang baru dikenal.
f. Jenis Kelamin
Umumnya wanita lebih mudah membuka diri dibandingkan dengan pria.
Wanita lebih banyak mengungkapkan diri dengan orang yang disukainya
sedangkan pria lebih banyak mengungkapan diri dengan orang yang
dipercayainya.
g. Usia
Orang akan mudah melakukan keterbukaan diri dengan orang yang
memiliki usia yang sama dengan dirinya.

2.2.5 Perkembangan Teknologi Komunikasi


Teknologi merupakan sebuah perangkat untuk membantu aktivitas kita
dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab
akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi memiliki dua
aspek, yakni hardware dan software, Rogers (1986) dalam (Nugroho, 2010: 3),
menjelaskan teknologi diartikan sebagai perlengkapan hardware, struktur
organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan,
memproses dan tukar-menukar informasi dengan indvidu lainnya.
Menurut Rogers (Bungin, 2008: 111), mengatakan bahwa dalam hubungan
komunikasi di masyarakat, dikenal ada empat era komunikasi, yakni era tulis, era
cetak, era telekomunikasi dan komunikasi interaktif. Dalam era terakhir, yakni era

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


26

media komunikasi interaktif dikenal media computer, videotext, teleconferencing,


TV kabel, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan Rogers itulah, maka
masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media dimulai dari era media
tulis dan cetak.
Saat ini penemuan teknologi komunikasi telah memberikan banyak
kemudahan bagi manusia, misalnya dalam melakukan informasi transaksi maupun
transportasi. Perkembangan teknologi ini juga meningkatkan standard hidup
manusia. Teknologi antara lain dapat diartikan sebagai penerapan ilmu
pengetahuan dalam suatu bidang. Teknologi Komunikasi adalah suatu penerapan
ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan komunikasi. Komunikasi adalah upaya untuk menciptakan kebersamaan
dalam makna(commoness in meaning). Dengan demikian, teknologi komunikasi
adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan komunikasi, Rogers, 1986 (Lubis, 2005: 42).
Teknologi komunikasi berubah dengan begitu cepat sehingga banya orang
berbicara tentang ―revolusi teknologi‖ atau ―ledakan informasi‖. Beberapa
teknologi baru yang sedang dalam proses pengembangan atau yang ada sekarang
adalah videotape recorder, video cassette, televisi kabel, surat kabar online, akses
pelayanan informasi koputer pribadi di rumah, internet dan World Wide Web,
serta CD Room.
Pada intinya, teknologi komunikasi merupakan suatu sarana yang
dikembangkan dalam proses menuju komunikasi yang efektif seiring dengan
semakin berkembangnya peradaban kehidupan manusia. Nasution (1990: 6),
menjelaskan bahwa berbagai kemampuan dan potensi yang dimiliki teknologi
komunikasi memungkinkan manusia untuk saling berhubungan satu sama lainnya,
seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lainnya, kini
dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai sarana komunikasi mutakhir.
Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi
teknologi informasi dengan bergabungnya telepon,radio,komputer,dan televise
menjadi satu dan menandai teknologi yang di sebut dengan internet
(Bungin,2006:113).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


27

2.2.6 New Media


2.2.6.1 Pengertian New Media
Teori media baru merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Pierre
Levy, yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas
mengenai perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan,
pertama yaitu pendangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut
kedekatannya dengan interaksi tatap muka. Pierre Levy memandang World Wide
Web (WWW) sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan
dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan
yang baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual
dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat
(http://en.wikipedia.org).
New media atau media baru merupakan media menggunakan internet,
media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan
dapat berfungsi secara private maupun public (Mondry, 2008: 13). Media baru
merupakan digitalisasi sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman
mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi
otomatisdan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Kemunculan media
baru memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media baru
secara langsung dapat mengubah pola kehidupan bermasyarakat.
Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet
dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan kedepannya.
Internet memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan
menerima pesan (Ruben, 2013: 110). Internet merupakan sebuah media dengan
segala karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup
layanan, isi dan image sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola
oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang
terhubung secara intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati
bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi
berperan dalam operasi internet (McQuail, 2009: 28-29).
Salah satu bagian dari new media adalah ―Network Society”. “Network
society” adalah formasi sosial yang berinfrastuktur dari kelompok, organisasi dan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


28

komunitas massa yang menegaskan bentuk awal dari organisasi dari segala segi
(individu, grup, organisasi, dan kelompok sosial). Dengan kata lain, aspek
mendasar dari formasi teori ini adalah semua yang memiliki hubungan yang luas
secara kolektivitas (Van Dijk, 2006: 20).
Mc.Quail (2009: 157) memberikan lima konsep pembeda antara media
baru dan media lama, antara lain :
1) Derajat interaksitivitas, dimana interaksi dalam new media lebih
fleksibel dan lebih tinggi dibanding media konvensional.
2) Derajat social presence (keberadaan sosial) dimana media massa
bersifat lebih personal, mengurangi ambiguitas. Media baru
memungkinkan audience untuk bisa berhubungan secara personal
dengan media melalui kontak langsung.
3) Derajat otonomi, dimana pengguna media memiliki kemampuan
untuk mengontrol isi dan penggunaan medianya sendiri dan
menjadi sumber independen. Penggunaan new media bisa memiliki
media sendiri dan diolah sendiri.
4) Derajat playfullness, kemampuan media menyediakan hiburan bagi
user
5) Derajat privasi, yang berhubungan dengan tepi isi yang dimiliki
para pengguna media. Mereka bebas menampilkan apa pun di
media baru (internet) sehingga menghasilkan media yang unik
(berbeda) dan personal.
Selain menjelaskan menganai konsep pembeda antara media baru dan
media lama, Mc. Quail juga menunjukkan perbedaan antara media lama dan
media baru, yaitu:
1) Media lama konsepnya satu objek berbicara pada banyak orang,
sementara media baru bersifat decentralized, yang artinya semua
memiliki kesempatan berbicara kepada siapa pun.
2) Media lama adalah one way communication, sementara media baru
two ways communication yang memungkinkan adanya feedback
dari audience.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


29

3) Media lama dibawah kontrol negara, sementara media baru diluar


kontrol negara, bahkan bisa dinikmati oleh siapa pun yang ada di
dunia tanpa batasan negara.
4) Media lama memproduksi lapisan sosial sementara media baru
adalah memproduksi konsep demokratisasi.
5) Media lama memfragmentasikan audience sementara media baru
meletakan audience pada posisi yang sama.
6) Media lama membentuk kebingungan sosial sedangkan media baru
berorientasi pada individu. (Mc.Quail,2009: 160).
Tetapi penggunaan media baru khususnya internet ini juga masih harus
diperhatikan, karena dapat menimbulkan efek negatif. Untuk itu perkembangan
internet sebagai new media juga harus diikuti dengan kebijakan dan pertanggung
jawaban khalayak pengguna. Jika ada sisi negatif maka akan ada pula sisi positif
yang diperoleh dari penggunaan new media ini, seperti media baru atau new
media ini dapat merubah pola pikir masyarakat, pola kehidupan dan juga budaya
masyarakat.

2.2.6.2 Kelebihan dan Kelemahan New Media


New media memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki kecepatan untuk
melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk
mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya.
Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja jika jaringan internet lancar
dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya dengan cepat
serta harus ada juga koneksi internet agar kita dapat menerima pesan tersebut.
Internet juga dianggap memiliki kapasitas besar sebagai media baru. Tidak
hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi komputer
dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel,
namun tetap bias memfasilitasi taransmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh
dunia (Bagdakian, 2004: 114). Menurut Bagdakian, duplikasi dan penyebaran
matri dari Internet ini bisa mencapai jangkauan yang sangat luas. Satu orang
khalayak bisa mengunduh kemudian menyebarkannya pada orang-orang dalam
jaringan pertemanan atau jaringan kerjanya. Kemudian pihak yang mendapatkan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


30

sebaran itu bisa menyebarkannya lagi pada orang-orang dalam jaringannya, dan
seterusnya (dalam skripsi Putri, 2015).

2.2.7 Internet Sebagai Media Komunikasi


Internet telah membentuk ruang dan waktu baru, yang bersifat nirjarak dan
nirwaktu, yang disebut cyberspace. Hampir semua media komunikasi saat ini
yang kita kenal akhirnya berkonvergensi menyatu membuat internet disebut
sebagai multimedia. Sebagian buku mengelompokkan internet yang multimedia
sebagai media massa, sebagian lagi mengkatergorikannya sebagai media
antarpribadi. Kedua pendapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya. Kedua
pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakikat internet yang
multimedia, artinya pada tataran tertentu ia adalah media massa, misalnya ketika
seseorang berkunjung ke majalah elektronik Tempo Online. Pada tataran lain ia
adalah media antarpribadi, ketika seseorang mengirim surat elektornik ke seorang
teman. Jadi karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi juga
antarpribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau mengkajinya
(Vardiansyah, 2004: 106).
Pertumbuhan dramatis internet telah mempersiapkan gagasan
―mediamorfosis‖ oleh Roger Fidler yang berarti sebagai perubahan bentuk media
komunikasi yang biasanya disebabkan oleh interkasi kompleks dari kebutuhan-
kebutuhan penting, tekanan-tekanan kompetitif dan politis dan inovasi-inovasi
dan teknolog (Severin dan Tankard, 2007: 459).
Internet pertama kali dikembangkan pada tahun 1969 oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat melalui sebuah proyek yang disebut dengan
ARPANET (Adanced Research Project Agency Network). Selama tahun 2000,
internet telah memasuki fase yang disebut web 2.0. (web two point-oh), dimana
semua menjadi lebih interaktif dan telah menjadi area untuk semua orang, tidak
hanya milik beberapa pihak saja. Semua orang saat ini dapat langsung mengambil
peran dan menaruh apapun kedalam internet. Perkembangan web 2.0 sebagai
platform telah mengubah sifat interaktivitas di web dan membuka alam semesta
bagi pengguna media. Sedangkan metafora halaman web 1.0 hanya diperbolehkan
untuk mengunduh informasi sejalan dan karena itu tidak berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


31

konsumsi media penyiaran, aplikasi web 2.0 memungkinkan pengguna untuk


menjadi produsen otonom. Blog, Youtube, Wikipedia, Ebay, Flickr, Second Life
dan situs jaringan sosial online lainnya seperti memungkinkan pengguna media
untuk memiliki pengalaman siaran. Pentingnya Web 2.0 adalah media siar
menghasilkan sebuah konteks hubungan sosial instan nasional atau internasional,
ada beberapa cara di mana individu mendapatkan interaksi berharga untuk
membuat koneksi global secara nyata. Faktanya bahwa pengguna sekarang dapat
bekerja dengan materi media siar sebagai sebuah cara mengembangkan ide pada
ruang publik (Littlejohn, 2009: 686).
Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi baru juga memiliki
kemampuan untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita
inginkan atau perlukan dengan lebih efisien. Secara garis besar, internet jauh leih
luwes dalam menjembatani waktu dan jarak dibandingkan media-media yang
sudah ada terlebih dahulu. Sebagai media komunikasi, internet mempunyai
peranan penting sebagai alat (channel) untuk menyampaikan pesan (message) dari
komunikator/penyalur pesan (source) kepada komunikan/penerima pesan
(receiver). Sifat dari internet sebagai media komunikasi adalah transaksional,
dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif (terus-menerus) dan
ada umpan balik (feedback) dari antar individu dalam setiap interaksi tersebut.
Selain itu, terdapat partisipasi antar individu dengan mempertimbangkan
untung/rugi dalam setiap interaksi. Internet juga dianggap memiliki kapasitas
besar sebagai media baru. Internet tidak hanya memperkecil jarak dalam
menyampaikan pesan, teknologi komputer dan interet juga telah berkembang dan
mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi
transmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004: 114).

2.2.8 Media Sosial


Ditelusuri dari asal katanya, media sosial berasal dari dua kata yaitu media
yang dapat dimaknai sebagai medium atau wadah dan sosial yang berarti
masyarakat. Dari dua kata tersebut, dapat dipahami bahwa media sosial adalah
wadah di mana banyak orang yang dapat berinteraksi layaknya di dalam sebuah
masyarakat melalui medium internet. Di dalam media sosial, kita bisa menemukan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


32

orang-orang saling ngobrol, berbagi informasi atau file, berkomentar, berdebat,


mencari pasangan hingga memasarkan produk. Semua hal itu sama seperti
aktivitas di masyarakat. Namun, aktivitas masyarakat di media sosial terjadi
dengan perantara internet. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010:59)
mendefinisikan media sosial sebagai ―sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memungkinkan
penciptaan dan pertukaran user-generated content‖. Menurut Kaplan dan Haenlein
(2010: 59-68), ada enam jenis media sosial, yaitu:
1. Proyek Kolaborasi Website mengizinkan usernya untuk dapat mengubah,
menambah ataupun menghapus konten-konten yang ada di website
tersebut. Contohnya Wikipedia.
2. Blog dan MicroblogUser lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di
blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah.
Contohnya twitter.
3. Konten Para user dari pengguna website ini saling meng-share konten-
konten media, baik video, ebook, gambar dan lain-lain. Contohnya
youtube.
4. Situs Jejaring Sosial Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat
terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat
terhubung dengan orang lain. Informasi itu bisa berupa foto-foto.
Contohnya Instagram.
5. Virtual Game World Dunia virtual, di mana mengreplikasikan lingkungan
3D, di mana user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan
serta berinteraksi dengan orang lain seayaknya di dunia nyata. Contohnya
gameonline.
6. Virtual Social World Dunia virtual yang membuat penggunanya merasa
hidup di dunia virtual, sama seperti virtualgame world, berinteraksi
dengan yang lain. Namun, virtual socialworldlebih bebas dan lebih ke arah
kehidupan. Contohnya secondlife. Jenis new media sekaligus media
online yang paling populer saat ini adalah media sosial (social media)
yang juga sering disebut ―social networking‖ atau jejaring sosial, antara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


33

lain: Blog, Facebook, Twitter, Instagram, Google Plus dan Path


(komunikasipraktis.com).
Kemunculan situs jejaring sosial ini diawali dengan adanya inisiatif untuk
menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia. Situs jejaring sosial
pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki
aplikasi untuk membuat profil, menambah teman dan mengirim pesan. Tahun
1999 dan 2000 muncul situs sosial Lunarstorm, Live Journal, Cyword yang
berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com
yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis.Tahun 2002, muncul Friendster
sebagai situs anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain.
Pada tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan
Friendster, Flick R, Youtube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005, Friendster dan
Myspace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati. Lalu para
pengguna sosial media beralih ke facebook yang sebenarnya telah dibuat pada
tahun 2004, tetapi baru saja booming pada tahun 2006. Tahun 2006, kemunculan
twitter ternyata menambah jumlah pemakai media sosial, Twitter merupakan
microblog yang memiliki batasan karakter tulisan bagi penggunanya, yaitu 140
karakter. Lalu setelah lahirnya Twitter muncul jejaring sosial lain seperti Path,
Instagram yang hanya bisa diakses melalui perangkat iOs atau Android.
Media sosial dapat memberi dampak postif maupun negative kepada
pengguna, tergantung kebijakan pengguna dalam memanfaatkan media sosial ini.
Beberapa manfaat media sosial sebagai berikut:
1) Mendapatkan Informasi Banyak
Informasi yang dapat kita peroleh lewat media sosial, seperti informasi
beasiswa, lowongan kerja, info seputar agama, politik, motivasi,
maupun hal-hal yang sedang trend dibicarakan banyak orang.
2) Menjalin Silaturahmi
Melalui media sosial, kita dapat menjalin silaturahmi meski terpisah
jarak, baik dengan orang baru, teman lama, maupun teman sekarang.
Lewat media sosial, banyak teman-teman dahulu yang hilang kontak,
akhirnya bisa bertemu di media sosial, kemudian mengadakan reuni
bersama. Ada juga yang sebenarnya di dunia nyata belum saling kenal,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


34

tetapi karena di online sudah saling berinteraksi, ketika bertemu


pertama kali di dunia nyata,merasa sudah akrab satu sama lain.
3) Membentuk Komunitas
Bagi yang memiliki kesukaan/hobi yang sama, dapat membentuk
perkumpulan/komunitas yang berisi dengan kesukaan/hobi yang sama.
Media online berperan untuk koordinasi, sharing dan interaksi ketika
tidak sedang bersama.

2.2.9 Tinder

Gambar 2.2 Tampilan Aplikasi Tinder


Sumber: http://daily.oktagon.co.id

Tinder adalah aplikasi layanan pencarian sosial berbasis lokasi


menggunakan profil dari Facebook dan layanan fitur GPS di ponsel) yang
memfasilitasi komunikasi antara pengguna yang saling tertarik, yang
memungkinkan kecocokkan (match) pengguna untuk mengobrol. Aplikasi ini
biasanya digunakan sebagai layanan kencan, dan telah bercabang untuk
memberikan layanan yang lebih, sehingga lebih umum dikategorikan sebagai
aplikasi media sosial. Awalnya diinkubasi di dalam Palka Labs, aplikasi ini
diluncurkan pada tahun 2012, dan pada tahun 2014 terdaftar sekitar satu miliar
"gesekan" per hari. Tinder merupakan aplikasi pertama yang "menggesekkan
aplikasi", di mana pengguna menggunakan gesekkan gerakan untuk memilih
antara foto-foto dari pengguna lain: menggesekkan kanan bagi yang berpotensi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


35

kecocokkan yang baik dan menggesekkan kiri pada foto untuk pindah ke yang
berikutnya. (wikipedia.org)

2.2.9.1 Sejarah Tinder


Tinder didirikan oleh Sean Rad, Jonathan Badeen, Justin Mateen, Joe
Munoz,, Dinesh Moorjani, Chris Gylczynski, dan Whitney Wolfe, yang kemudian
meninggalkan Tinder untuk memulai Bumble. Sumber Lain menyatakan bahwa
daftar pendiri dibatasi untuk Mateen, Rad, dan Badeen, meskipun hal ini telah
diperdebatkan. Rad dan Mateen telah mengenal satu sama lain sejak mereka masih
empat belas tahun. Mereka kemudian menghadiri USC bersama-sama dan masuk
pada Internet bidang kewirausahaan. Rad telah menyatakan bahwa dorongan
untuk aplikasi adalah pengamatan bahwa "tidak peduli siapa anda, anda merasa
lebih nyaman mendekati seseorang jika anda tahu mereka ingin anda untuk
mendekati mereka." Ia percaya bahwa "di operasi ganda" sistem bisa dibuat untuk
berpotensi mengurangi stres. Rad juga telah menyatakan bahwa Tinder mengisi
kesenjangan sosial situs untuk bertemu dengan orang asing, bukan
menghubungkan dengan orang-orang pengguna yang sudah tahu.
Tinder kemudian unggulan di berbagai kampus-kampus, dan diperluas ke
kampus-kampus lain. Aplikasi memenangkan Penghargaan TechCrunch's untuk
"Teknologi baru terbaik tahun 2013". Pada Maret 2013, ketika aplikasi itu masih
digunakan hanya di daerah tertentu, direktur media sosial Alexa Mateen
menyatakan bahwa aplikasi ini dimaksudkan untuk menjadi "kesempatan untuk
bertemu orang-orang yang anda biasanya tidak akan bertemu". pada Mei 2013,
Tinder adalah salah satu dari top 25 aplikasi jejaring sosial yang tersedia di web
didasarkan pada frekuensi penggunaan dan jumlah pengguna. Awalnya, bukannya
menggesekkan gerakan, pengguna akan klik pada hijau "jantung" atau merah
"oXo" untuk memilih atau move on dari foto-foto yang ditampilkan. Tinder
menjadi aplikasi baru pertama layanan kencan daring untuk menjadi salah satu
dari lima yang memanfaatkan layanan di web dalam waktu sekitar sepuluh tahun.
(sumber: wikipdia.org)
Per oktober 2014, aplikasi ini memproses lebih dari satu miliar gesekan
per hari, yang memproduksi sekitar dua belas juta kecocokkan per hari. Rata-rata

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


36

pengguna umumnya akan menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam di


aplikasi setiap hari. Setelah transisi dari mengklik fungsi Tinder awal yang
digunakan, Tinder menjadi yang pertama "aplikasi menggesek", sekarang istilah
untuk menggambarkan berbagai aplikasi yang menggunakan menggesekkan kiri
atau kanan untuk mengontrol konten apa yang dilihat pengguna dalam mode
pencarian. fungsi gesek ini sekarang di gunakan oleh beberapa perusahaan lain
dan perangkat lunak. Pada tahun 2015, Tinder memperkenalkan kemampuan
untuk kembali ke profil yang ditolak, "memutar" jika pengguna merasa mereka
membuat kesalahan—sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin terjadi pada
aplikasi.
Aplikasi pendamping yang sedang dikembangkan oleh perusahaan yang
berbeda yang memungkinkan pengguna untuk, misalnya, menggunakan denyut
jantung pengguna untuk menentukan arah mana yang harus menggesek bukan
pengguna menggesekkan dengan tangan mereka. pendamping utama situs untuk
Tinder ialah Facebook, pengguna Tinder menghubungkan profil Facebook untuk
memverifikasi akun Tinder mereka dan rincian profil. Mengobrol di Tinder ini
hanya tersedia antara dua pengguna yang telah digesek kanan pada salah satu
foto. pilihan pengguna yang tidak dikenal ke pengguna lain, kecuali dua individu
geser ke kanan pada profil masing-masing. Namun, setelah anda memiliki
kecocokkan pada aplikasi, anda dapat mengirim "Momen Tinder" untuk masing-
masing pengguna yang cocok sekaligus, yang memungkinkan setiap kecocokkan
untuk suka atau tidak suka pada foto. Situs ini juga memiliki profil terverifikasi
untuk tokoh masyarakat, sehingga selebriti dan tokoh publik lainnya dapat
memverifikasi bahwa mereka adalah pengguna aplikasi.
Pada 1 oktober 2015, Tinder merilis sebuah fitur baru yang disebut Super
Like secara global. Bukannya menunjukkan anonim anda tertarik pada seseorang
dengan menggesekkan kanan, anda sekarang dapat menggunakan Super Like,
mereka yang memberitahu bahwa anda tertarik pada mereka. Tinder mengatakan
bahwa dengan menggunakan Super Like, pengguna tiga kali lebih mungkin untuk
menemukan sebuah kecocokkan.
Pada 11 November 2015, "Saat-saat" fitur Tinder pensiun. Pada bulan
September 2016, Tinder diinvestasikan dalam Vina, jaringan sosial di mana anak-

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


37

anak dapat bertemu dan memelihara persahabatan baru. Kemudian pada bulan
September 2016, Tinder mengumumkan tambahan – fitur premium yang artifisial
mempromosikan pengguna lain di dekat profil. Fitur ini mirip dengan fitur
premium pada Situs Perjodohan OkCupid.

2.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan
uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan hasil penelitian yang dicapai dan
dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001:40).
Peneliti akan menjelaskan kerangka pemikirannya sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Keterbukaan Diri (Self


Pengguna Aplikasi Tinder Disclosure)
Pengguna Aplikasi Tinder

Tujuan Penelitian:
 Alasan Penggunaan
Tinder
 Keterbukaan Diri saat
menggunakan Tinder
 Hambatan menggunakan
Tinder

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
mempunyai langkah-langkah sistematis, sedangkan metodologi ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Metodologi
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif merupakan
jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2009: 56).
Istilah penelitian kualitatif yang dimaksudkan sebagai jenis penelitian
yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Pendekatan kualitatif ini diarahkan pada latar dan individu
secara menyeluruh. Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan secara langsung
bagaimana keterbukaan pengguna aplikasi kencan online Tinder.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini
tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa
menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Dalam penelitian ini ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan
banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2009:56).

3.2 Subjek Penelitian


Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Pada penelitian
kualitatif, responden atau subjek penelitian disebut informan. Informan adalah
subjek yang memahami informasi objek penelitian untuk studi kasus, jumlah
informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan penelitian.. Dalam hal ini, subjek penelitian pada penelitian ini adalah
Pengguna Aplikasi Tinder.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini dengan meggunakan
teknik purposive. Purposive adalah sebuah teknik yang menyeleksi atas dasar

38

Universitas Sumatera Utara


39

kriteria-kriteria tertntu yang dibuat berdasarkan tujuan riset (Kriyantono, 2006:


158). Karakteristik yang digunakan dalam pemilihan informan sebagai berikut:
- Pengguna aktif aplikasi Tinder
- Bekerja Full Time
- Usia diatas 20 Tahun
- Menggunakan Tinder dengan jangka waktu minimal 2 bulan

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian merujuk pada masalah yang sedang diamati. Objek
penelitian dalam penelitian ini adalah keterbukaan diri pengguna aplikasi Tinder.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah teknik-teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang mengajukan pertanyaan terhadap
narasumber dengan tujuan tertentu. Hasil wawancara menjadi data untuk
dianalisis sebagai penjelasan penelitian. Wawancara yang dilakukan dengan
melakukan wawancara mendalam dan bertatap muka secara langsung dengan
informan agar data lebih akurat dan lengkap. Pada wawancara ini, peneliti
tidak mempunyai kontrol terhadap informan, artinya informan bebas
memberkan jawaban. Karenanya peneliti berupaya agar wawancara
berlangsung secara informal seperti orang yang sedang mengobrol sehingga
informan bersedia memberikan jawaban dan tidak perlu ada yang ditutup-
tutupi.
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data secara sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagi sumber data
penelitian. Dimana teknik ini dinamakan observasi partisipan. Yang dimana,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


40

observasi ini peneliti datang ke tempat kegiatan yang diamati, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan.
c. Studi Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur
dan sumber lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini,
studi kepustakaan adalah melalui buku-buku, surat kabar, jurnal, internet dan
sebagainya yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data


Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2016:246)
Analisis data model Miles dan Huberman dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:
1. Reduksi data (Data Reduction) Reduksi dat berarti merangkum, memilih
hal pokok, memfokuskan pada hal penting, dicari pola dan temanya.
Reduksi data merupak proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ―kasar‖ yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tahapan-tahapan reduksi
dsata meliputi: (1) membuat ringkasan (2) mengkode (3) menelusur tema
(4) membuat gugus-gugus (5) membuat partisi (6) menulis memo.
2. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data berarti mendisplay atau
menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dsb. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif dalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan Dan Verifikasi (Conclusion Drawing And
Verification) Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab
rumusan masalah, karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti berada di
lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
disajikan berupa deskripsi atau gambaran yang awalnya belum jelas

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


41

menjadi jelas dan berupa hubungan kausal atau interaktif dan hipotesisatau
teori. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan setelah dari lapangan
(Pujileksono, 2015:152).
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini, akan dimulai dengan menelaah
semua data yang terkumpul berupa wawancara, pengamatan, serta catatan
lapangan. Hasil data yang diperoleh berdasarkan teknik analisis data yang telah
dijelaskan sebelumnya, akan disususun membentuk laporan secara sistematis.
Sesuai dengan metodologi penelitian ini, maka hasil penelitian akan dijabarkan
dalam bentuk deskripsi yang didukung dengan teori yang bersumber dari buku,
jurnal ilmiah dan lainnya, kemudian peneliti akan menganalisisnya untuk
mengetahui alasan menggunakan aplikasi Tinder, Keterbukaan diri para
penggunanya, serta hambatan yang di dapat pengguna Tinder dalam mencari
pasangan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Proses Penelitian
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai proses penelitian yang di
lakukan dengan wawancara mendalam terhadap 6 orang informan yang memenuhi
kriteria yang telah di paparkan pada bab III. Penelitian ini berlangsung kurang
lebih 1 bulan mulai dari Januari 2019. Namun, proses pencarian informan telah
dilakukan dari bulan Desember.
Ketika mengetahui bahwa judul skripsi yang terpilih mengenai
keterbukaan diri pengguna Tinder, peneliti merasa sangat senang dan sedikit lega
karena peneliti berpikir akan mudah untuk mendapatkan informan karena pada
dasarnya peneliti adalah pengguna aktif aplikasi Tinder sejak tahun 2017. Namun
faktanya sangat berbanding terbalik. Peneliti sedikit mengalami kesulitan saat
mencari pengguna Tinder yang bersedia untuk dijadikan informan.
Pada awalnya peneliti melakukan observasi dengan cara mencari
pengguna Tinder dan mencoba melakukan pendekatan dengan mereka melalui
aplikasi Tinder sebelum meminta mereka untuk menjadi informan penelitian ini.
Pendekatan tersebut dimulai dengan peneliti yang melakukan ―match‖ dengan
beberapa orang yang sesuai dengan kriteria penelitian. Setelah mulai
berkomunikasi selama beberapa hari, peneliti mulai menanyakan kesediaan
mereka untuk peneliti wawancara tentang aktivitas mereka di Tinder. Kebanyakan
dari mereka menolak untuk di wawancara tanpa memberikan alasan yang jelas
sehingga peneliti harus lebih bersabar dan mulai melakukan pendekatan dengan
pengguna Tinder lainnya.
Sampai peneliti bertemu dengan seorang lelaki sebut saja ia adalah D. Ia
bersedia untuk diwawancara dan dijadikan informan pada skripsi peneliti. Peneliti
merasa kembali bersemangat untuk melanjutkan penelitian. Namun, hambatan
kembali datang. Peneliti sulit untuk menyesuaikan jadwal dengan beliau karena
jadwal pekerjaan beliau yang tidak beraturan. Sampai akhirnya ia tidak bisa
diwawancara dikarenakan ia terkena musibah dan peneliti merasa tidak
memungkinkan untuk bertemu dan memaksakan untuk mewawancarai beliau.

42

Universitas Sumatera Utara


43

Ditengah keputusasaan pencarian informan, rara teman peneliti


mengatakan bahwa teman abangnya merupakan pengguna aplikasi Tinder.
Langsung saja peneliti meminta tolong untuk dipertemukan teman abangnya. Dan
syukurnya Bang Tama mau dijadikan informan.
Pada tanggal 8 Januari 2019 peneliti bertemu dengan Bang Tama
(informan 1) ditemani oleh rara di sebuah warung kopi di kawasan dr. Mansyur.
Pada awalnya wawancara terkesan canggung karena ini merupakan pertama
kalinya informan melakukan wawancara dengan orang yang belum dikenal
sebelumnya. Namun, Bang Tama sangat ramah dan baik sehingga suasana
canggung mulai mencair.
Setelah berhasil melakukan wawancara dengan informan pertama, peneliti
kembali melakukan observasi dengan mencari pengguna Tinder langsung dari
aplikasi Tinder. Saat memilih orang yang sesuai kriteria penelitian, peneliti
menemukan akun Tinder orang yang peneliti kenal. Ia merupakan senior peneliti
di kampus yang sekarang sudah menjadi alumni dan telah bekerja di salah satu
kedai kopi Medan.
Peneliti langsung berinisiatif untuk menghubungi Bang Hamzah. Dibantu
oleh Rizky teman peneliti, secara tidak sengaja kami bertemu Bang Hamzah di
kampus. Langsung saja peneliti menanyakan kesediaan beliau untuk dijadikan
informan dalam skripsi peneliti. Bang hamzah pun bersedia untuk di wawancara.
Lalu peneliti menyesuaikan jadwal dengan jam kerja beliau.
Wawancara dengan Bang Hamzah (informan kedua) dilakukan pada
tanggal 15 Januari 2019 di salah satu kedai kopi tempat ia membuka usaha.
Wawancara dilakukan setelah ia menyiapkan pekerjaannya pada pukul 5 sore.
Peneliti ditemani teman-teman agar wawancara berjalan lebih santai. Bang
Hamzah merupakan pribadi yang humoris sehingga pertanyaan-pertanyaan yang
peneliti berikan dijawab dengan santai dan tidak kaku dan diselingi dengan
beberapa candaan yang membuat proses wawancara terasa menyenangkan dan
terbuka.
Selanjutnya, peneliti mulai bertanya kepada beberapa teman apakah
mereka mempunyai kenalan yang berbain aplikasi Tinder. Lalu teman peneliti
bunga, memberitahu bahwa salah satu temannya sudah lama menjadi pengguna

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


44

Tinder. Langsung saja peneliti meminta tolong agar ditanyakan kesediaan beliau
untuk diwawancara. Setelah mendapat izin, peneliti dan teman peneliti
menyambangi rumah beliau dan wawancara dilakukan di rumah dikarenakan
beliau ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Informan ketiga ini adalah seorang perempuan bernama Yopi. Ia seorang
supplier sebuah produk kesehatan. Saat ingin wawancara ia masih menunggu
barang dagangannya diambil oleh kurir sehingga kami harus wawancara
dirumahnya. Awalnya peneliti merasa sungkan karena belum pernah mengenal
Yopi tapi datang ke rumahnya. Tapi karena peneliti ditemani oleh beberapa teman
peneliti, sehingga peneliti memberanikan diri untuk datang ke rumah Yopi.
Wawancara dengan Yopi berlangsung cukup panjang karena dilakukan dengan
santai. Yopi merupakan pribadi yang terbuka. Ia dengan mudah menceritakan
seluruh pengalaman yang ia dapat selama bermain Tinder kurang lebih 3 tahun.
Informan selanjutnya juga dikenalkan oleh teman peneliti. Karena peneliti
merasa sangat sulit menawarkan orang yang langsung di dapat dari Tinder untuk
dijadikan informan. Informan keempat ini adalah seorang perempuan bernama
Rani ia merupakan teman sd dari salah satu teman peneliti. Setelah menyelesaikan
kuliah di jenjang D3, Rani mulai mencari kesibukan dengan menyediakan jasa
titip (jastip) yang saat ini banyak diminati orang-orang. Berawal dari hobi jalan-
jalan, Rani berpikir untuk bisa liburan dan menghasilkan uang secara bersamaan.
Dimulai pada bulan agustus lalu, Rani pertama kali membuka jasa titip dari Kuala
lumpur. Dan hasilnya lumayan, ia bisa membayar tiket pesawat dan biaya makan
selama liburan dari hasil membelikan barang-barang titipan pembelinya.
Wawancara dilakukan disebuah warung makan di kawasan dr.mansyur pada
tanggal 4 Februari 2019. Rasa canggung tidak peneliti rasakan karena sebelumnya
peneliti sudah pernah bertemu dengan informan keempat ini. Rani menceritakan
pengalaman baik dan buruk yang ia dapat dari Tinder. Ia juga menjawab seluruh
pertanyaan peneliti dengan sangat terbuka. Ia merupakan pribadi yang humoris
dan mudah bergaul dengan orang yang baru dikenalnya.
Informan kelima adalah teman dari Bang Tama yaitu informan pertama
peneliti. Saat wawancara dengan bang tama, ia mengatakan bahwa ada teman di
kantornya yang bermain Tinder seperti dirinya. Karena peneliti sudah merasa

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


45

buntu dalam pencarian informan, peneliti kembali menghubungi bang Tama dan
meminta kontak temannya tersebut. Setelah memperkenalkan diri melalui
Whatsapp dan menjelaskan sedikit maksud peneliti, peneliti bertanya apakah
Bang Mahdi mau menjadi informan peneliti dan ia bersedia untuk diwawancara.
Wawancara dengan informan kelima ini berlangsung pada malam hari
tanggal 8 Februari 2019 di sebuah warung kopi di daerah setiabudi. Ditemani oleh
teman peneliti Rara, peneliti sempat merasa canggung saat awal bertemu dengan
bang Mahdi. Wawancara sempat berlangsung kaku karena beliau merupakan
pribadi yang kurang terbuka. Namun, lama-kelamaan berangsur mencair rasa
canggung tersebut. Bang Mahdi menjawab pertanyaan informan dengan baik dan
diselingi dengan beberapa candaan.
Informan terakhir penelitian ini adalah Jaja. Ia adalah seorang penyiar di
salah satu radio. Kebetulan Bunga teman peneliti sedan magang di radio tersebut
dan ia memberi informasi bahwa salah satu teman di kantornya ada yang bermain
Tinder. Lalu peneliti meminta untuk dipertemukan dengan Jaja. Jadwal yang
cukup padat sedikit menghambat peneliti dalam membuat janji bersama Jaja.
Namun, akhirnya wawancara dapat berlangsung di kantor radio tempat Jaja
bekerja. Wawancara yang berlangsung antara peneliti dengan informan terakhir
ini tidak berlangsung lama karena pada saat itu Jaja sudah memiliki janji lagi
sehingga ia meminta untuk mewawancarai dengan singkat. Namun, tidak lupa
peneliti meminta kontak yang bisa dihubungi sehingga apabila ada data yang
kurang, peneliti masih bisa berkomunikasi dengan Jaja.
Dalam proses penelitian selama di Lapangan, peneliti sering mendapat
kendala, terutama penolakan para pengguna Tinder yang langsung peneliti cari di
aplikasi Tinder untuk dijadikan informan peneliti, hal tersebut karena kebanyakan
dari mereka hanya iseng bermain Tinder dan tidak terlalu serius dalam
menggunakannya sehingga saat diminta untuk di wawancarai mengenai Tinder
mereka menolak dengan alasan baru saja menjadi pengguna Tinder dan tidak
terlalu tau tentang aplikasi ini. Sehingga pada saat di lapangan peneliti
menggunakan metode snowball (dalam Neuman, 2003 Teknik sampling snowball
adalah suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel
dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus ) dan peneliti menilai

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


46

metode ini lebih efektif karena dibantu oleh teman peneliti yang memiliki kerabat
yang bermain Tinder. Kendala itu juga yang membuat peneliti sedikit lama berada
di Lapangan untuk mengumpulkan data. Demi kenyamanan dan atas permintaan
dari informan yang tidak ingin privasinya terganggu, seluruh nama informan pada
penelitian ini merupakan nama samaran. Ketika peneliti merasa data yang
diperoleh sudah cukup maka peneliti menyusun data yang sudah ada sesuai
dengan tujuan penelitian.

4.1.2 Hasil Wawancara


4.1.2.1 Informan 1
Nama : Tama
Usia : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Fotografer

Tama merupakan informan pertama pada penelitian ini. Lelaki yang


berusia 26 tahun ini berprofesi sebagai fotografer di salah satu jasa fotografi di
kota Medan. Berawal dari hobi motret, ia dan teman-temannya berinisiatif untuk
meneruskan hobinya dan menjadikannya ladang bisnis dan pada tahun 2012
pekerjaan tetap sebagai penyedia jasa fotografi ini yang telah tama geluti sehari-
hari.
Sebagai seorang fotografer tentunya informan tama tidak hanya mendapat
klien dari dalam kota saja. Tama juga sering bekerja di berbagai kota dalam
jangka waktu yang cukup lama. Dari sinilah pengalaman Tama bermain Tinder
bermula. Awalnya tama mengenal Tinder dari sosial media. Tama melihat banyak
orang yang membicarakan tentang aplikasi pencari jodoh ini. Tama pun tertarik
untuk menggunakannya.
“Awalnya sih tau dari sosial media ya. Ngeliat banyak orang yang pake
jadi penasaran”
Namun, saat awal mengunduh aplikasi Tinder, tama tidak langsung
menggunakannya karena ia merasa lebih suka jika menggunakannya saat ia
sedang perjalanan kerja ke luar kota. Ia berpikir jika ia main Tinder saat di

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


47

Medan, yang ia temukan hanyalah teman-teman dari sekelilingnya yang tidak lain
sudah di kenal sebelumnya. Entah itu teman dekatnya ataupun sekedar
mengetahui orang tersebut sebelumnya. Menurut Tama saat bermain Tinder
di luar kota Medan, ia bisa mendapatkan banyak teman baru.
“Kalau downloadnya sih mungkin setahunan ya, tapi kalau
menggunakannya baru sekitar 6 bulan lah. Itu juga karena waktu itu aku
lagi ke jakarta buat kerjaan. Jadi pengen cari orang baru kan lumayan
dapet teman baru di kota lain”
Alasan utama informan tama bermain Tinder bukan untuk mencari
pasangan. Tama mengaku bermain Tinder hanya sekedar iseng untuk mengisi
waktu luang tetapi kalau akhirnya bisa menjadi jodoh itu merupakan bonus. Ia
juga ingin mencari teman baru di kota yang ia kunjungi untuk sekedar menemani
ngobrol ditengah kepenatan bekerja.
“Pertamanya sih pengen cari temen yang manatau bisa jadi jodoh. Tapi
bukan itu sih alasan utamanya. Alasan utamanya emang iseng cuma mau
nyari temen aja.”
Selain itu informan Tama menggunakan aplikasi Tinder bukan karena ia
kesulitan dalam mendapatkan pasangan di lingkungan sekitarnya. Tama hanya
ingin mencoba sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum pernah ia coba. Ia
ingin tahu bagaimana bisa berkenalan dan chat dengan orang baru yang ia
temukan secara acak melalui sebuah aplikasi.
Dalam memilih perempuan yang akan ia swipe kanan (pertanda suka),
informan tama memiliki kriterianya sendiri. Ia melihat terlebih dahulu informasi
yang tertera di profil orang yang ia temui. Setelah dirasa orang tersebut bukan
pengguna palsu (fake) barulah tama memilih orang tersebut dan menunggu apakah
mereka bisa cocok / match atau tidak. Setelah match dengan seseorang, tama
akan memulai komunikasi dengan mengucapkan salam seperti halo atau hai.
“Ya standart seperti orang yang baru mengenal di sosial media. Hanya
sekedar “hai” trus nanya asal darimana, kuliah atau kerja. Cuma gitu
gitu aja sih.”
“paling ya biasa kalo match aku tanya boleh kenalan atau ngga, asal
mana, kuliah atau kerja. Gitu sih, kalo responnya bagus ya paling sejalannya aja

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


48

tanya hobi apa, selera musik mungkin, itu aja sih ga pernah nanya lebih
dari itu karena menurutku itu privasi yang ga bisa aku ganggu apa lagi
sama orang baru kan.”
Komunikasi yang terjalin antara tama dan teman Tinder-nya hanya sebatas
di aplikasi saja. Tama mengaku tidak berani untuk meminta nomor whatsapp atau
Line teman Tinder-nya karena menurutnya itu sudah mengganggu privasi
seseorang. Tama berkata bahwa ia tidak berani mencampruri privasi dari orang
yang baru di kenalnya apalagi ini melalu dunia maya.
“Cuma sekedar chat biasa aja sih, itu juga ga sampai pindah ke roomchat
lain kayak line atau WA karena menurut saya itukan totally stranger ya
dan karena emang cuma iseng-iseng jadi ya ga berani untuk terlalu
mengganggu privasi orang apalagi ngajak ketemuan dll.”
Selama proses wawancara berlangsung, peneliti melihat Tama adalah
orang yang ramah dan terbuka. Namun, Tama mengatakan ia tidak begitu
membuka diri dengan orang-orang yang ia jumpai di Tinder. Tama merasa tidak
terlalu percaya dengan orang-orang yang baru ia jumpai. Informasi yang ia
berikan pun hanya berupa nama, usia, pekerjaan, dan foto profil yang tertera pada
akun Tinder-nya. Tama juga mengaku tidak pernah bertemu atau sekedar
mengajak teman Tinder-nya untuk kopi darat. Karena menurutnya itu merupakan
privasi seseorang, dan kembali lagi ia tidak mau mengusik privasi orang terlalu
jauh. Di tambah lagi karena ia bermain Tinder hanya sekedar iseng.
“Nggak pernah, karena emang cuma iseng aja jadi ga berani terlalu
mendalami privasi orang”
“karena ini dunia maya ya, apa saja sekarang bisa di salah gunakan.
Termasuk identitas seseorang. Jadi saya ga terlalu percaya dengan orang
yang baru saya kenal apalagi via media sosial. Jadi sekedar nama, usia,
kerjaan, sama foto profil Tinder saya aja lah. Paling hal-hal biasa kayak
hobi gitu.”
Tama mengisi waktu kosongnya di malam hari atau saat sedang menunggu
klien dengan bermain Tinder. Meskipun tama bermain Tinder hanya sekedar
iseng, ia berpendapat bahwa aplikasi ini bukanlah hal yang buruk untuk
digunakan. Tama juga merasa tidak menemukan hal-hal negatif selama

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


49

menggunakan Tinder. Walaupun manfaat yang di dapat tama tidak sebanyak


orang lain di luar sana yang bisa menemukan jodohnya, ia tetap merasa puas
dengan Tinder karena bisa membantu mengisi waktu-waktu kosong, juga
menghilangkan rasa penatnya setelah bekerja.
“So far, Tinder is good. Karena emang saya ga nemuin yang aneh-aneh
ya. Jadi oke lah digunain untuk yang lagi iseng dan kosong haha”
“..Manfaatnya di saya mungkin ga se-wow orang orang diluar sana yang
sampai pacaran bahkan nikah. Tapi ya sedikit banyaknya pasti ada
manfaatnya lah. Saya jadi banyak mengenal orang baru. ..”

4.1.2.2 Informan 2
Nama : Hamzah
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha

Informan kedua adalah Hamzah. Ia merupakan laki-laki berusia 22 tahun


dengan postur tubuh kurus dan tinggi. Memiliki sifat humoris, membuat
percakapan dengan hamzah terasa ringan dan santai. Hamzah baru saja
menyelesaikan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi negeri di Medan. Saat ini
ia sedang merintis usaha sebagai seorang pedagang di salah satu kedai kopi.
Hamzah pertama kali mengenal Tinder dari teman satu kampusnya. Saat
itu teman Hamzah dengan semangat mempromosikan dan menyarankan Hamzah
untuk mencoba Tinder. Merasa penasaran dengan usulan temannya, saat itu juga
Hamzah mengunduh aplikasi Tinder.
“Awalnya dari temen kuliah ya. Karena dia main jadi di rekomendasiin
sama dia”
Tujuan Hamzah bermain Tinder hanya karena iseng dan ingin melihat
cewek-cewek cantik saja, karena pada saat mulai bermain Tinder status Hamzah
tidaklah single. Ia sedang berpacaran dan sudah berjalan selama lebih dari 3
tahun. Tapi karena dirasa memang Hamzah hanya iseng dan tidak ada niat untuk
selingkuh, jadi ia tetap melanjutkan bermain Tinder.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


50

“Kebetulan sih aku punya pacar ya. Udah lama juga lah pacaran. Tapi
emang main Tinder ini karena cuma iseng jadi emang gaada niat
selingkuh atau apalah.”
Hamzah mengatakan Tinder menjadi tempat ia bisa ‗mencuci‘ mata
melihat-lihat cewek yang ia rasa cantik. Saat menemukan yang dirasa cantik dan
match, Hamzah tidak pernah memulai percakapan terlebih dahulu. Ia selalu
mendapat sapaan dari teman-teman Tinder yang match dengannya. Sapaan yang
dikirim biasanya berupa emoji atau lambang berbentuk ‗hai‘. Setelah itu barulah
Hamzah merespon dengan sapaan juga.
“Awalnya kalo match itu biasa lawannya duluan yang kirim gif, baru deh
aku respon. Aku sih ga pernah mulai duluan ya”
Bicara tentang kriteria, Hamzah banyak menemukan orang-orang yang
sesuai dengan kriterianya. Tapi, menurut Hamzah banyak juga dari mereka yang
memasang foto profil yang palsu atau terlalu banyak mengedit foto sehingga yang
terlihat tidak sesuai dengan keadaan aslinya.
“Sesuai kriteria ya ada, cuma kadang kan di Tinder itu suka banyak yang
pake data palsu. Kayak fotonya terlalu palsu lah, edit lah, atau pake foto
orang lain gitu.”
Komunikasi yang terjalin antara Hamzah dengan teman Tinder nya pun
tidak mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang dilayangkan standart saja seperti
asal darimana, kesibukan sehari-hari, usia,dll. Hamzah mengaku tidak mau
mencampuri terlalu dalam kehidupan orang yang baru di kenalnya. Ia juga tidak
terlalu percaya dengan teman Tindernya karena menurut Hamzah saat ini banyak
penipuan yang bermula dari media sosial.
Informasi yang dibagikn hamzah di akun Tinder pun hanya sekedar nya
saja. Ia hanya mencantumkan foto, nama panggilan dan usianya. Ia tidak
mencantumkan pekerjaan layaknya pengguna Tinder yang lain. Menurutnya
pekerjaan adalah suatu hal yang tidak perlu di umbar ke orang asing. Tapi jika ada
teman chat Hamzah ada yang bertanya mengenai pekerjaan, ia akan
menceritakannya secara terbuka.
“kalo di Tinder aku cuma cantumin foto aku kan. Ga banyak juga 2 aja.
Kan ada orang yang sampe dibuatnya kayak galeri foto di Tinder itu kan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


51

Ya paling sama umur lah. Kalo kerjaan gitu nggak aku masukkan karena
menurutku ga perlu juga orang tau. Tapi kalo ada yang nanya via chat ya
aku jawab seadanya aja.”
Hamzah juga tidak berani untuk mengajak teman Tinder-nya bertemu.
Selain karena ia takut ketahuan pacarnya, ia merasa hal itu tidak perlu dilakukan.
Menurutnya, Tinder hanya tempat ia iseng-iseng dan mencari teman chat yang
baru. Ia tidak mau orang asing mengusik privasi nya terlalu dalam juga. Bertemu
dengan orang dari Tinder itu terlalu mengusik privasi menurut Hamzah.
“kopdar nggak pernah, karena emang cuma mau cari kawan chat aja”
Biasanya Hamzah menghabiskan waktu sekitar setengah jam sampai satu
jam dalam sehari untuk bermain Tinder. Dengan catatan tidak ada pekerjaan yang
sedang ia lakukan dan tetap memprioritaskan pacarnya dahulu. Walaupun tidak
menemukan manfaat yang terlalu signifikan, Hamzah merasa aplikasi Tinder ini
layak untuk dicoba terutama untuk orang-orang yang sedang mencari jodoh dan
kesulitan dalam mencari di lingkungan sekitar.
“Kalo untuk aku manfaat nya ga terlalu ada. Ngilangin bosan ya
lumayan. Tapi mungkin untuk orang lain gatau lah ya.”
“ya bagus lah aplikasi ini. Mungkin untuk kalian yang susah cari jodoh
bisa lah di coba aplikasi ini”

4.1.2.3 Informan 3
Nama : Yopi
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wirausaha

Informan ketiga ini adalah informan pertama yang berjenis kelamin


perempuan. Yopi memiliki postur tubuh berisi dengan warna kulit sawo matang.
Perempuan berkacamata ini sedang menggeluti usaha berjualan online. Saat
proses wawancara berlangsung peneliti harus mendatangi rumah Yopi karena ia
masih harus mengirim barang dagangannya. Walaupun wawancara terkesan kaku
di awal, lama kelamaan berlangsung dengan santai karena peneliti dan informan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


52

sama-sama berjenis kelamin perempuan. Sehingga cerita-cerita pengalaman Yopi


bermain Tinder sejak 2015 mengalir dengan cukup panjang.
Yopi pertama kali mengenal Tinder dari seorang temannya. Saat itu ia dan
temannya sedang nongkrong di salah satu cafe, Yopi melihat temannya sedang
asyik berbalas chat dengan seseorang. Yopi pun bertanya tentang apa yang sedang
di sibukkan temannya itu. Saat tau kalau temannya sedang main di aplikasi
pencari jodoh, Yopi langsung tertarik dan langsung meng-unduh aplikasi Tinder.
“awalnya dari kawan sih. Dia main di depan aku, aku liat kayak seru gitu
yaudah aku coba main juga”
Di tahun 2015, Yopi berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di
Jakarta. Ia tinggal sendiri di kos-kosan dekat kampus nya. Hal ini juga yang
mendorong Yopi untuk menggunakan Tinder. Yopi mengatakan sebagai anak kos
pasti pernah merasa ingin makan di tempat-tempat mahal dan enak. Apalagi
posisinya ia nge-kos di ibukota. Tapi, ia juga harus pintar mengolah uang
Jajannya agar tetap bisa bertahan hidup di akhir bulan. Karena itu, ia bermain
Tinder agar bisa mencari teman yang bisa di ajak jalan-jalan dan membiayai Yopi
makan di tempat-tempat yang sedang ia inginkan saat itu.
Terlebih lagi Yopi memiliki kriteria nya sendiri dalam mencari teman di
Tinder. Ia hanya akan memilih orang-orang keturunan arab atau dari luar negara
indonesia. Ia tidak mau mencari orang indonesia melalui Tinder. Bukan karena
ada rasa trauma tertentu, tapi menurutnya kalau orang indonesia bisa kapan saja
bertemu secara langsung. Yopi berpikir kalau ia bertemu orang-orang pendatang,
pasti mereka akan meminta rekomendasi tempat yang layak untuk di datangi di
jakarta. Dari situlah Yopi bisa memilih secara bebas dimana saja tempat yang mau
ia datangi.
“Jadi kan aku main Tinder waktu aku lagi di jakarta, kuliah. Nah
namanya anak kos yang hidup di jakarta butuh makan yang enak-enak kan.
Jadi kalo aku ada temen di Tinder yang ngajak ketemuan apalagi itu bule
kan pasti dia nanya rekomendasi tempat. Yaudah aku pilih lah itu tempat
yang mahal- mahal”
Tujuan dari Yopi sendiri selama menggunakan Tinder bukan untuk
mencari jodoh. Pada awalnya Yopi bermain Tinder karena ingin mencari teman

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


53

travelling, karena memang ia hobi jalan-jalan. Yopi juga merasa tidak memiliki
kesulitan dalam mencari pasangan langsung dari lingkungan sekitar. Tapi Yopi
berpikir kalau dari lingkungan sekitar berarti tidak jauh-jauh itu teman sendiri.
Yopi tidak mau menjalin hubungan dengan teman karena menurut nya teman ya
berarti teman, tidak bisa dicampur aduk dengan petasaan Selama bermain Tinder
kurang lebih 3 tahun, Yopi memiliki banyak pengalaman menyenangkan juga
kurang menyenangkan. Yopi pernah berpacaran lebih dari 3 kali dengan orang-
orang dari negara berbeda.
“..tujuan utama aku pastinya bukan langsung untuk cari pasangan ya. Aku
juga ga pernah kepikiran buat nyari pasangan disitu. Aku emang pengen
nyari teman chat bule (orang luar negeri) di Tinder..”
“..Kesulitan sebenernya nggak ya. Cuma aku mikirnya kalo dari
lingkungan sekitar kan itu biasanya berawal dari teman gitu kan. Nah menurut
aku kalo teman ya teman aja gitu..”
Yopi pernah berpacaran dengan orang asal palestina selama 4 bulan. Tapi
hubungan tersebut kandas karena Yopi ditipu oleh pasangannya. Yopi tidak kapok
dengan kejadian tersebut. selanjutnya Yopi pernah berpacaran dengan orang asal
Belanda. Hubungan yang berjalan lumayan lama itu harus kandas karena
pasangannya selingkuh dengan sahabat Yopi sendiri. Darisini Yopi mulai
membatasi diri dan kembali ke tujuan awalnya untuk mencari teman jalan-jalan
saja.
Saat awal-awal memutuskan ingin bertemu dengan teman Tindernya, Yopi
juga pernah mengalami perlakuan kurang menyenangkan. Saat itu mereka janjian
untuk pertama kali bertemu di salah satu mall ternama di Jakarta. Yopi sengaja
datang terlambat karena ia ingin melihat respon dari teman Tinder asal Prancis ini.
Saat bertemu, tidak sampai 5 menit teman Tinder Yopi pamit untuk pulang.
Otomatis Yopi merasa marah dan bertanya kenapa teman Tindernya ini pulang.
Lalu dengan sarkas teman Tinder nya berkata kalau ia tidak menyukai Yopi
karena fisik Yopi yang menurutnya terlalu gendut. Yopi langsung saja merasa
minder dan sempat tidak bermain Tinder bahkan tidak mau bertemu orang lain
selama beberapa waktu. Namun akhirnya Yopi sadar kalau ia tidak bisa terus
begitu. Ia mulai menata kembali kehidupannya. Dan betulan pula ia dipindahkan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


54

orang tuanya ke Kuala lumpur untuk kuliah. Karena saat di Jakarta Yopi merasa
tidak sanggup mengikuti perkuliahan di tempat itu.
“tapi dulu aku pernah janjian sama orang prancis di grand indonesia.
Nah aku sengaja datang telat setengah jam. Pas aku datang, ga sampai 5
menit dia langsung pamit pulang karena katanya ada acara. Aku marah
lah kan. Aku tanya kenapa dia tiba-tiba pulang ya aku tau aku salah
karena datang telat tapi kenapa ga dihargai aku baru datang 5 menit.
Trus dia jawab karena dia gasuka aku gendut.”
“jujur disitu aku sempat down. Aku gamau ketemu orang.”
Saat di Kuala lumpur, Yopi kembali bermain Tinder. Tapi Yopi tidak
langsung percaya dengan teman baru nya. Kalau ada yang mengajak untuk
bertemu, Yopi harus menilai attitude orang itu dahulu dan itu membutuhkan
waktu yang tidak singkat. Paling tidak untuk terbuka dan percaya, Yopi
membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu terhitung dari awal mereka
berkomunikasi. Selama memulai komunikasi pun Yopi merasa harus menjaga
privasi baik itu privasi dirinya sendiri maupun teman Tindernya. Yopi sadar
konsekuensi berkomunikasi dengan orang asing yang memiliki budaya yang
berbeda dengannya tidaklah mudah. Contohnya, setelah bertemu dengan berbagai
watak dari negara berbeda, Yopi menyimpulkan bahwa topik tentang keluarga
bukanlah hal yang bisa ia bahas dengan teman Tindernya. Yopi berpendapat
bahwa orang ‗luar‘ tidak suka hal tentang keluarga dibicarakan dengan orang yang
pada dasarnya bukan siapa-siapa saat itu.
Yopi mengatakan topik privasi tentang keluarga baru mulai dibahas
setelah mereka berkomitmen untuk serius. Ia tidak tau kenapa, tapi memang sudah
biasa seperti itu jika ia berkomunikasi dengan teman Tindernya. Saat ini, Yopi
sedang menjalin hubungan dengan teman Tinder nya dan sudah berlangsung lebih
dari 9 bulan. Pacar Yopi saat ini berasal dari Syria sebut saja namanya Hamid.
Mereka sama-sama kuliah di Kuala lumpur. Saat awal match dan komunikasi
dengan Hamid, Yopi tidak langsung percaya untuk bertemu dengan hamid. Tapi
hal yang membuat Yopi akhirnya mau bertemu hamid adalah karena hamid sangat
sopan dan baik. Bahkan saat mengajak bertemu, hamid meminta untuk tidak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


55

bertemu berdua saja. Ia meminta Yopi mengajak temannya, dan hamid juga
membawa teman. Dari situ Yopi mulai mau membuka diri kepada hamid.
“kebetulan sekarang pacarku dari Tinder. Dia orang Syria. Aku pindah
kuliah di kuala lumpur kan. Kami sama-sama kuliah disana. Dan ini
bukan pacar pertamaku dari Tinder sih. Mungkin dia ini yang keempat.
Awalnya kami sama-sama ga kepikiran mau pacaran. Cuma teman jalan-
jalan aja karena kami juga sama-sama perantau kan, tapi akhirnya
nyaman yaudah mutusin buat pacaran. Pacarannya pun gaada nembak
gitu. Ya dia suka aku trus aku suka dia yaudah sama-sama komitmen aja
untuk mengenal lebih jauh. Udah 9 bulan lah kami pacaran. Aku baru
ngenalin dia sama orang tuaku sekarang.”
Yopi bukan orang yang tertutup. Di awal pertemuan mungkin orang akan
menilai Yopi adalah orang yang sombong. Namun kalau sudah berbicara, Yopi
akan mengeluarkan sisi positifnya. Begitu pula yang terjadi dengan pacarnya saat
ini. Yopi sudah menceritakan bagaimana keadaan keluarganya kepada hamid.
Bahkan hamid sudah ikut ke Indonesia dan berkenalan dengan keluarga Yopi.
Namun, hamid belum bisa mengenalkan Yopi kepada keluarganya karena di
negara nya melarang untuk berpacaran. Respon keluarga Yopi saat diawal
bertemu hamid tidak terlalu baik. Selayaknya orangtua mengetahui anaknya
berpacaran dengan orang dari negara berbeda, orangtua Yopi tidak mensetujui
hubungannya. Tapi, lama kelamaan melihat perilaku hamid yang sangat sopan dan
tidak menyerah untuk mencoba mendekat ke keluarga Yopi, perlahan-lahan
orangtua Yopi bisa menerima kehadiran hamid.
“ya seperti kebanyakan orangtua diluar sana ya, awalnya sempat ga
merespon dengan baik lah. Tapi syukurnya pacarku ini bisa bawa diri.
Dan dia pun seiman juga. Lama-lama luluh juga orangtuaku. Tapi kami
masih backstreet dari orangtua dia karena budaya disana yang ga
membenarkan pacaran. Jadi aku belum berani ketemu orangtua dia.”
Saat disinggung mengenai keseriusan, Yopi mengatakan tidak mau terlalu
serius tapi tidak main-main juga dengan pacar nya sekarang. Bagaimana pun rasa
trauma masih tertinggal di diri Yopi. Ia hanya menyerahkan semua kepada-Nya.
Kalau memang jodohnya adalah hamid, berarti Tinder berhasil membuat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


56

penggunanya menemukan pendamping. Menjadi pengguna aktif Tinder selama


bertahun-tahun membuat Yopi merasa nyaman untuk mencari pasangan secara
online. Yopi berpendapat bahwa sampai saat ini Tinder sangat berguna asal kita
tau menggunakannya secara positif dan tidak menyalah gunakan ke hal-hal yang
buruk.

4.1.2.4 Informan 4
Nama: Rani
Usia: 22 Tahun
Pekerjaan: Penyedia jasa titip

Informan kelima ini bernama Rani. Ia merupakan lulusan D3 pariwisata


dari salah satu perguruan tinggi negeri di Medan. Setelah lulus kuliah, Rani
mencari cara untuk bisa pergi liburan ke luar negeri tanpa menyusahkan
orangtuanya. Lalu Rani dan temannya memutuskan untuk menyediakan jasa titip
barang-barang dari negara yang akan mereka kunjungi saat liburan. Melihat
antusias pembeli yang lumayan banyak dan keuntungan yang lumayan, Rani
meneruskan usahanya sampai saat ini dia bisa berpergian kemana-mana dengan
uang sendiri.
Pengalamanan Rani menjadi pengguna Tinder berawal pada tahun 2017.
Saat itu gadis berkulit putih ini melihat sebuah postingan dari Instagram salah
satu artis. Artis ini memiliki postur tubuh yang gendut. Ia bercerita baru saja
menemukan orang dari aplikasi bernama Tinder, dan mencoba untuk
berkomitmen dengan orang yang baru ia kenal tersebut. Dari situ, Rani yang
merasa sedang butuh sosok pasangan, langsung saja meng-unduh aplikasi Tinder
ini.
“Awalnya aku liat ada artis gita bebhita kalo tau dia cerita dia dapat
pacar dari Tinder trus pacarnya baik gitu, aku jadi penasaran dan tertarik
trus mikirnya kok dia bisa dapat ya mungkin kalo aku main aku juga bisa
kayak dia gitu”
Bukannya ingin merendahkan orang yang berpostur tubuh gendut, tapi
Rani berpikir kalau artis tersebut saja bisa mendapat pacar, kenapa dia tidak. Rani

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


57

saat itu mengalami kesulitan dalam mencari pasangan dari lingkungannya. Selain
karena kebanyakan teman Rani adalah perempuan, Rani juga merasa kurang
percaya diri dengan tampilan fisiknya. Sehingga, Rani memilih foto dirinya yang
ia rasa bagus dan cantik untuk di pasang sebagai profil dari akun Tindernya. Rani
berharap dengan menampilkan foto terbaiknya, ia bisa bertemu dengan orang
yang sesuai kriterianya dan bisa menjalin hubungan lebih dari sekedar teman.
Awal mula bermain Tinder, Rani sedikit kesulitan dengan bagaimana cara
memilih dan menolak orang yang muncul. Tapi lama kelamaan Rani bisa
mengerti. Untuk kriteria laki-laki yang akan Rani swipe kanan (pilih) sendiri tidak
terlalu signifikan. Pada dasarnya Rani bukan orang yang melihat laki-laki dari
tampilan fisik. Tapi, tidak memungkiri kalau ada yang dirasanya terlalu tidak
masuk akal Rani akan menolak. Biasanya, Rani akan melihat orang tersebut dari
segi usia dan tampilan profilnya. Usia yang dipilih Rani mulai dari 19 hingga 25
tahun. Dengan tampilan biodata yang singkat dan tidak mendayu-dayu, karena
Rani tidak suka laki-laki yang terlalu banyak menampilkan sisi dirinya di profil
awal akun Tindernya.
“di awal aku sering kepencet super like jadi, malu la kayak aku ngebet
kali gitu suka sama dia tapi lama-lama udah ngerti dan terbiasa lah”
Rani menemukan banyak orang yang sesuai dengan kriterianya. Saat
match, Rani selalu menunggu teman Tinder-nya yang memulai komunikasi.
Karena ia merasa gengsi untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Setelah
mendapat sapaan dari orang yang baru match dengannya, barulah komunikasi
terjalin dengan lancar.
“karena aku cewek dan masih punya gengsi jadi aku selalu nunggu
mereka yang chat duluan”
Tapi tidak semua lancar juga, Rani melihat respon dari beberapa teman
Tinder nya juga. Kalau ia merasa pembicaraan sudah mengarah ke arah yang
negatif maka Rani tidak akan melanjutkan pembicaraan. Ada beberapa teman
Tinder Rani yang meminta sosial media Rani selain Tinder seperti whatsapp atau
line agar komunikasi yang terjalin lebih enak katanya. Rani juga tidak sembarang
memberikan nomor teleponnya. Ia hanya memberikan kepada orang yang ia rasa
enak di ajak ngobrol selama mereka chat di Tinder.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


58

Sejauh ini Rani pernah bertemu dengan satu orang teman Tinder nya. Saat
itu di akhir tahun 2017 ia bertemu dengan Putra (samaran). Bermula dari
percakapan ringan tentang kegiatan sehari-hari melalu Tinder, Rani merasa putra
cocok untuk dijadikan teman ngobrol. Lalu mereka pindah ke line agar
percakapan yang terjalin lebih enak. Setelah 1 minggu saling bercerita dan
membuka diri, Rani menerima ajakan untuk bertemu secara langsung. Tapi Rani
masih menolak karena ia belum percaya diri dan takut nanti setelah bertemu putra
tidak mau lagi berteman dengannya. Selama 2 minggu Rani dan putra saling
berbalas pesan bahkan melakukan videocall setiap malamnya. Rani perlahan-
lahan mulai meyakinkan diri untuk mau bertemu dengan putra. Sampai akhirnya
Rani dan putra janjian untuk nonton di salah satu mall.
“Aku butuh beberapa hari untuk yakin kalo dia bisa dipercaya dan ga
akan macam-macam kalo jumpa. Jadi kami chat semingguan lebih telepon,
videocall juga, aku lihat anaknya baik, humble, dan asik di ajak bicara
trus yaudah dia ajak nonton yaa aku iyain aja”
Rani mengatakan ia sengaja datang 5 menit lebih cepat agar ia bisa
menetralkan dirinya terlebih dahulu. Saat putra datang, Rani merasa sangat
canggung karena ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang yang dikenalnya
dari sebuah aplikasi online. Respon yang diberikan putra biasa saja. Ia pun
menilai putra sesuai dengan apa yang ia pikirkan selama mereka berbalas pesan.
Namun, setelah pulang dari nonton Rani tidak mendapat pesan apapun dari putra.
Hal tersebut membuat Rani berpikiran negatif. Ia menyimpulkan bahwa putra
tidak menyukai Rani karena fisik Rani tidak cantik. Sehingga Rani kehilangan
kepercayaan dirinya lagi. dan sempat tidak mau bermain Tinder lagi karena rasa
trauma.
“jadi kemarin aku pernah deket sama orang dari Tinder ini. Pernah
ketemu juga, tapi setelah ketemu dia langsung ga balas chat aku lagi. Aku
mikir negatif aja apa mungkin karena dia gasuka liat aku ya. Aku jadi ga
percaya diri, sempat hapus Tinder juga gara2 dia itu.”
Rani mengatakan bahwa sebelum bertemu dengan putra, ia merasa bahwa
bisa berhubungan lebih dari teman dengan putra. Karena mereka sudah terbuka
satu sama lain. Setiap melakukan videocall atau telepon biasa, mereka selalu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


59

membahas tentang kehidupan masing-masing. Saling terbuka baik itu tentang


kisah masa lalu atau bahkan sampai ke cerita mengenai keadaan keluarga. Hal
tersebut juga yang membuat Rani merasa sangat kecewa karena ia sudah terlalu
terbawa perasaaan dan menaruh ekspektasi tinggi terhadap hubungannya dengan
putra.
“udah sempat bahas keluarga dia, dia ga sungkan cerita kalau
orangtuanya sudah berpisah, dia tinggal sama mamanya, berapa bersaudara,
suku, hobi, yaa obrolan standar gitu. Kalo hubungan ya aku udah masuk ke
tahap terbawa perasaan sih karena dia emang gimana ya buat lemah aja gitu
tapi ternyata ga jodoh haha”
Setelah Rani mendapat banyak dukungan dari teman-temannya ia kembali
mau bermain Tinder. Tapi tujuan Rani bukan lagi untuk mencari pasangan.
Sampai saat ini ia hanya bermain Tinder untuk mengisi waktu kosong dan
menghilangkan rasa bosan. Rani sekarang juga tidak terlalu percaya dengan
orang-orang yang ia temui di Tinder. Banyak yang mengajak Rani untuk bertemu
tapi semua di tolak dengan berbagai macam alasan. Karena sekarang memang
tujuan Rani bukan untuk bertemu langsung dengan orang-orang dari Tinder
tersebut.
“setelah aku down itu, aku di support sama kawan-kawanku kan trus aku
sadar ngapain aku sedih Cuma karena cowo ga jelas dari aplikasi kekgini.
Yaudah aku download lagi Tinderku tapi aku ubah tujuanku jadi Cuma
iseng aja buat isi kekosongan, untuk sekedar kawan chat aja.”

4.1.2.5 Informan 5
Nama : Mahdi
Usia : 24 Tahun
Pekerjaan : Editor

Informan kelima pada penelitian ini adalah Mahdi. ia merupakan teman


kerja dari tama (informan pertama). Pada saat peneliti mewawancarai tama, ia
mengatakan seorang teman kantornya juga pengguna Tinder. Mahdi bekerja
sebagai seorang editor di jasa fotografi yang sama dengan tama. Ia mengetahui

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


60

adanya Tinder setelah melihat tama dan beberapa temannya menggunakan


aplikasi ini. Mahdi mulai menggunakan Tinder kurang lebih 3 bulan yang lalu.
Saat itu ia sedang berada di salah satu kota untuk melakukan suatu pekerjaan.
Karena ia merasa sedikit bosan dan butuh sedikit hiburan, ia teringat teman-teman
kantornya yang heboh membicarakan aplikasi kencan online.
“penasaran sih. Apa sih kenapa banyak kali orang yang main. Jadi
pengen nyoba gitu. Trus pun aku kemarin pas lagi ada kerjaan diluar jadi
pengen ada temen ngobrol kalo lagi suntuk.”
Didorong oleh rasa penasaran itu, Mahdi langsung meng-unduh dan
mencoba aplikasi Tinder ini. Setelah beberapa hari mendaftarkan akunnya, Mahdi
mendapat seorang gadis yang usianya sekitar 21 tahun. Komunikasi yang terjalin
antara Mahdi dan gadis ini cukup lancar. Respon yang di berikan gadis ini juga
baik. Mahdi menilai ia tidak seperti kebanyakan perempuan yang biasanya terlalu
jual mahal di awal perkenalan.
Setelah bercerita panjang selama beberapa hari, Mahdi memberanikan diri
untuk mengajak gadis ini bertemu. Di awal pertemuan, sama seperti layaknya
orang baru kenalan Mahdi juga merasa canggung dan kesulitan mencari topik
pembicaraan. Mahdi takut gadis teman kencannya merasa bosan. Tapi lama
kelamaan suasana mencair. Selama mereka jalan bersama, Mahdi menilai gadis
ini memiliki paras yang manis khas perempuan jawa. Mahdi mengatakan ia
merasa nyaman dengan gadis ini. tapi, hubungan yang terjalin hanya sampai situ
saja. Karena Mahdi tidak ingin terlibat hubungan pacaran dengan orang dari kota
yang berbeda dengannya. Ia kembali mengingat tujuan awalnya menggunakan
Tinder. Ia hanya sekedar mencari teman dikala ia merasa suntuk.
“..pernah kemarin itu pas aku lagi di jogja kebetulan aku bosan kali.
Kerjaan pun lagi bisa di tinggal. Aku coba beraniin ngajak ketemuan gitu
eh ternyata dia mau..”
Mahdi mengatakan ia tidak terlalu mau membuka diri kepada orang yang
baru dikenalnya. Topik yang biasa ia bahas dengan teman-teman Tindernya hanya
topik sederhana yang biasa orang bicarakan saat kenalan dengan orang baru.
Obrolan seputar hobi, kesibukan sehari-hari dan sedikit menyinggung mengenai
suku menurut Mahdi yang paling wajar di bicarakan. Ia juga merasa takut terlalu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


61

mendalami privasi seseorang. Ia takut lawan bicaranya merasa kurang nyaman


dan Mahdi takut dianggap lancang karena baru saling mengenal tapi sudah mau
mengusik hal pribadi.
“standart. Cuma dia hobi apa, kuliah atau kerja, suku apa, asli mana, gitu
aja ga berani nanya yang sampe keluarganya gitu sih takut dikira lancang
karena baru kenal”
Mahdi juga mengatakan ia bermain Tinder hanya sampai tugas di luar kota
tersebut selesai. Ia tidak melanjutkan karena sama seperti informan pertama. Ia
berpikir jika bermain Tinder di Medan ia hanya akan bertemu orang-orang yang
pernah dikenalnya. Ia merasa cukup sekedar pernah menggunakan Tinder saja.
Dan lebih nyaman mencari pasangan langsung dari lingkungannya. Ia akan
merasa lebih serius jika mencari secara langsung. Ia juga berpendapat bahwa
kebanyakan pengguna Tinder di Medan memasang foto profil yang terlalu palsu
dan edit. Maka dari itu Mahdi tidak melanjutkan pencariannya lagi.
“..kalo di medan aku main banyak yang fake fake gitu wajahnya. Terlalu
edit gitulah haha..”

4.1.2.6 Informan 6
Nama : Jaja
Usia : 25 Tahun
Pekerjaan : Penyiar Radio

Informan terakhir pada penelitian ini adalah Jaja. Ia merupakan seorang


penyiar di salah satu radio di kota Medan. Jaja memiliki sifat yang ramah.
Terbukti saat pertama kali peneliti bertemu dan mulai wawancara, ia menyambut
dan menjawab seluruh pertanyaan dengan sangat ringan tanpa merasa terbebani.
Ia juga dengan mudah menceritakan seluruh pengalaman yang ia dapat melalu
Tinder tanpa merasa malu.
Sama seperti beberapa informan lainnya, Jaja juga mengetahui Tinder dari
teman-temannya. Saat itu sekitar 6 bulan yang lalu, Jaja dan teman-temannya
sedang nongkrong di salah satu kafe. Jaja melihat teman-temannya asyik

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


62

membicarakan tentang tempat mencari jodoh. Jaja merasa tertarik dan langsung
bertanya tentang apa yang dibicarakan temannya.
“awalnya dari temen, kalo nongkrong mereka suka main. Pas aku lihat
dan tanya itu apa. Ternyata aplikasi cari jodoh yaa aku tertarik buat
download”
Tujuan awal Jaja bermain Tinder adalah untuk mencari partner dalam
segala hal. Termasuk di dalamnya partner sex. Karena Jaja mengatakan bahwa ia
mencari orang yang memiliki pemikiran yang terbuka tentang sex. Ia mengatakan
saat ini sex merupakan kebutuhan, jadi dia tidak segan untuk langsung mencari
orang yang memiliki pemikiran yang sama dengannya.
“aku sih emang mau cari partner ya. Partner apapun itulah termasuk partner sex
haha. Karena aku emang cari orang yang open minded. Kita taulah sekarang sex
itu udah menjadi kebutuhan.”
Dalam mencari pasangan di Tinder, Jaja termasuk orang yang pemilih. Ia
hanya memilih orang-orang yang sesuai kriterianya. Adapun kriteria yang Jaja
cari adalah perempuan yang memasang foto profil yang tidak terlalu palsu. Palsu
disini maksudnya adalah yang tidak banyak merubah bentuk wajah (edit). Ia juga
menyukai perempuan yang mempunyai biodata simple, tidak neko-neko dan unik.
Selama lebih dari 6 bulan bermain Tinder, Jaja sudah pernah bertemu dengan 6
orang teman Tindernya. Namun, tidak semua dari mereka menjadi partner sex
Jaja.
Proses komunikasi di awal pertemuan dengan teman Tindernya, Jaja selalu
memulai sama seperti beberapa informan lainnya. Jaja mulai dengan sapaan, ia
menunggu dan melihat bagaimana respon dari teman Tindernya tersebut. kalau
Jaja merasa asyik di ajak ngobrol, Jaja akan melanjutkan hubungan mereka. Jaja
merupakan pribadi yang terbuka. Ia memiliki wawasan yang luas dan selera yang
tinggi akan banyak hal seperti musik, film, dll.
“aku orangnya sedikit pemilih. Jadi ga asal swipe aja. Aku lihat dulu
kalau foto yang dipasang bagus, tidak terlalu menipu, atau editan. Dan aku juga
aku suka yang kulit sawo matang, mungil. Sejauh ini adalah beberapa
yang kayak gitu.”

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


63

Untuk memutuskan mengajak teman Tindernya bertemu, Jaja biasanya


membutuhkan waktu untuk mengenal orang tersebut terlebih dahulu. Tapi ada
salah satu teman Tinder Jaja yang langsung mengajak Jaja bertemu di hari mereka
baru match. Saat itu mereka memutuskan untuk nonton film dan sekedar makan
malam. Selain itu, peneliti bertanya bagaimana bisa Jaja berani mengajak salah
satu teman Tinderny untuk berhubungan seksual. Jaja menjawab setelah bertemu
dan mengobrol, mereka mulai membahas hal-hal yang lebih intim. Lalu setelah
saling berbagi pengalaman tentang hal tersebut, mereka sepakat untuk
melakukannya di salah satu hotel. Jaja mengatakan setelah hubungan satu malam
tersebut berlangsung, ia tidak memutus hubungan begitu saja dengan partner nya
karena ia bukan laki-laki tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral seperti itu.
Ia tetap menjaga komunikasi dengan baik terhadap partner nya tersebut.
“..ya seperti yang aku bilang tadi. Kalo sejauh apa yaa sejauh hubungan
one night stand. Tapi kalo udah selesai, aku ga serta merta langsung
berhenti nge-chat dia ya..”
Dalam membuka diri kepada semua teman Tinder-nya, Jaja termasuk
orang yang cukup terbuka. Ia tidak akan menutupi cerita tentang masa lalunya,
keadaan keluarga, atau apapun itu. Tapi tetap ada hal yang ditutupi Jaja seperti
alamat rumah dan permasalahan dalam keluarganya. Karena menurut Jaja,
permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya bukanlah suatu hal yang layak
untuk diumbar-umbar.
Selama menjadi pengguna aktif Tinder, Jaja juga mencari pasangan dari
lingkungan sekitarnya. Tapi Jaja merasa sekarang ini dia lebih nyaman untuk
mencari melalui Tinder. Karena menurut Jaja melalui Tinder, Jaja bisa bebas
memilih yang sesuai dengan kriterianya. Jaja berpendapat bahwa Tinder
merupakan aplikasi yang cukup bermanfaat dan layak untuk dicoba. Ia
merekomendasikan untuk siapa saja yang ingin mencoba hal baru dalam
pencarian jodoh.
“Tinder is good. Bagus buat orang-orang yang mau mencoba sesuatu
yang baru. Aku rekomendasiin sih patut dicoba”

4.1 Tabel Karakteristik Informan Pengguna Tinder

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


64

No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6


1. Nama Tama Hamzah Yopi Rani Mahdi Jaja
2. Umur 26 23 22 22 24 25
3. J. Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki
Penyedia
4. Pekerjaan Fotografer Wirausaha Wirausaha Editor Penyiar
jasa titip
Awal
Sosial Sosial
5. Mengetahui Teman Teman Teman Teman
media media
Tinder
Frekuensi
6. Menggunak 6 bulan 3 bulan 3 tahun 2 tahun 3 bulan 6 bulan
an Tinder

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap 6 informan, maka
peneliti menyusun pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian, sebagai berikut:
Perkembangan teknologi yang semakin cepat juga kian mempengaruhi apa
yang terjadi di dalam lingkungan sehari-hari. Menurut McLuhan (dalam
Morissan, dkk, 2010: 31), teknologi komunikasi menjadi penyebab utama
perubahan budaya. Kehidupan keluarga, lingkungan kerja, sekolah, pertemanan,
kegiatan keagamaan, politik, dan sebagainya semua terpengaruh teknologi
komunikasi. Di zaman yang serba canggih saat ini, urusan asmara semakin
dimudahkan dengan hadirnya aplikasi kencan pada ponsel seperti Tinder. Tinder
menawarkan sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan kita dengan teman yang
sehobi dengan kita, atau bahkan pasangan idaman kita. Karena itu, Tinder sering
disebut sebagai media pencari teman kencan. Dengan kemunculan aplikasi kencan
online seperti Tinder ini secara perlahan mampu merubah perilaku masyarakat
dalam pencarian pasangan kencan. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui alasan penggunaan aplikasi Tinder.

Alasan penggunaan aplikasi Tinder pada pengguna aktif aplikasi Tinder

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


65

Berdasarkan hasil wawancara dengan keenam informan, secara umum


alasan utama semua informan menggunakan Tinder hanya sekedar iseng untuk
menghilangkan rasa sepi ataupun rasa bosan. Informan 1,2,dan 5 menggunakan
karena ingin mencari teman baru yang bisa menemani di waktu senggang di
tengah kepenatan mereka bekerja. Informan 1 mengatakan ia menggunakan
Tinder hanya di sela-sela waktu kosong saat bekerja di luar kota Medan. Ia
mengatakan bermain Tinder untuk mencari teman ngobrol dari kota yang berbeda
dan berharap dapat mempeluas pertemanan. Namun, informan 1 tidak malnjutkan
hubungan dengan match-nya lebih jauh. Lain halnua dengan Informan 2.
Informan 2 saat menggunakan Tinder sudah memiliki kekasih. Infoman 2
mengatakan ia hanya menggunakan Tinder untuk mencari suasana baru dan
sekedar iseng mencari teman ngobrol tanpa ada niatan untuk selingkuh dari
pacarnya yang sudah ia pacari selama lebih dari 3 tahun. Selanjutnya, Informan
1,2,5 juga mengatakan mereka menggunakan Tinder karena dorongan rasa
penasaran setelah melihat teman mereka bermain aplikasi pencari jodoh ini.
Berbeda dengan Informan 3,4 dan 6. Ketiga informan ini memang serius
saat menggunakan Tinder. Informan 4 dan 6, menggunakan Tinder dengan alasan
ingin mencari pasangan. Kedua Informan ini ingin mencoba peruntungan dalam
mendapatkan pasangan dari Tinder. Informan 4 dan 6 merasa nyaman untuk
mencari pasangan secara online. Tapi tidak menutup kemungkinan mereka tetap
mencari pasangan dari lingkungan mereka sendiri. Informan 4 mengatakan pada
awalnya ia sangat berharap bisa bertemu dengan orang yang sesuai dengan
kriterianya dan bisa dijadikan pasangannya. Namun, informan 4 memiliki
pengalaman yang tidak menyenangkan saat pertama kali bertemu dengan match-
nya dari Tinder. Ia mengatakan saat itu Informan 4 diajak untuk menonton film di
bioskop. Informan 4 memutuskan untuk menerima ajakan tersebut karena ia
merasa teman Tinder-nya ini memiliki pribadi yang ramah dan tidak negatif.
Sehingga ia meletakkan ekspektasi yang cukup tinggi dan berharap nantinya
seletah pertemuan pertama mereka berlangsung, mereka bisa memasuki jenjang
hubungan yang lebih dalam. Namun, informan 4 mengatakan setelah mereka
menghabiskan waktu seharian, teman Tinder-nya ini berubah dan tidak lagi
membalas pesan dari Informan 4. Darisitu ia berpikir kalau teman Tinder-nya

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


66

tidak menyukai fisiknya. Informan 4 sempat merasa tidak percaya diri bahkan
sempat menghapus akun Tinder-nya selama beberapa bulan.
Informan 3 bermain Tinder karena ingin mencari teman yang bisa di ajak
travelling. Tapi diluar ekspektasi nya ternyata akhirnya Informan 3 menemukan
pasangan dan bisa menjalin hubungan lebih dari sekedar teman travelling. Selama
lebih dari 3 tahun menggunakan Tinder, Informan 3 pernah berpacaran 4 kali
dengan teman Tindernya. Informan 3 mengaku proses untuk berani melangkah
dan percaya untuk berkomitmen dengan orang asing tidaklah singkat. Butuh
waktu dan pendekatan serta pengamatan yang panjang. Informan 3 perlu menilai
terlebih dahulu bagaimana sifat dari orang-orang yang mengajaknya berpacaran.
Terlebih lagi informan 3 mengatakan sempat ditipu oleh salah satu pasangan
Tinder-nya. Ia mengatakan pasangannya saat itu membawa lari uang sebesar
sekian juta dengan alasan ingin mengurus visa untuk mencari pekerjaan. Informan
3 juga pernah diselingkuhi oleh pasangan Tinder-nya yang kedua. Ia bercerita
bahwa pasangan Tinder-nya ini berselingkuh dengan temannya sendiri. Sejak saat
itu, informan 3 mengaku lebih selektif dan berhati-hati dalam bermain Tinder. Ia
mengatakan tidak mau terlalu serius menanggapi orang-orang dari Tinder lagi.
Sampai saat beberapa bulan lalu ia bertemu dengan seorang asal Suria yang saat
ini sudah menjadi pasangannya selama lebih dari 6 bulan. Ia mengatakan
pasangannya saat ini mampu meyakinkannya bahwa ia serius ingin menjalin
hubungan dengan Informan 3. Informan 3 menilai laki-laki ini memiliki sifat yang
lain dari mantan-mantan pasangan Tinder-nya yang lalu. Maka dari itu, informan
3 kembali mau membuka hatinya dan mulai berhubungan serius dengan
pasangannya hingga saat peneliti melakukan wawancara.
Informan 5 mengatakan alasannya menggunakan Tinder awalnya karena
rasa penasaran dan iseng setelah melihat teman kantornya menggunakan aplikasi
ini. Sama seperti Informan 1 sebelumnya, Informan 5 juga menggunakan Tinder
saat sedang melakukan perjalan kerja ke salah satu kota di luar kota Medan. Saat
itu ia mengatakan ingin mengenal perempuan dari kota tersebut. Dan Informan 5
mengatakan ia berhasil mengajak match Tinder-nya bertemu untuk sekedar
mengobrol lebih santai. Namun, hubungan yang terjalin hanya sampai disitu saja
karena Informan 5 mengatakan ia tidak mau menjalin hubungan jarak jauh.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


67

Disamping perbedaan alasan menggunakan Tinder dari informan 1 sampai


6, seluruh informan merasa mendapatkan manfaat dari Tinder. Walaupun hanya
berawal dari rasa penasaran dan iseng ingin mencari teman, seluruh informan
berpendapat Tinder mampu mempertemukan mereka dengan banyak orang
dengan berbagai karakter dan berbagai usia pula. Seluruh informan mengatakan
mereka jadi mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri dan membuka diri
dengan orang-orang yang baru mereka jumpai dan belum pernah kenal
sebelumnya.
Bagi informan 6, Tinder tidak hanya mempertemukannya dengan orang
baru saja. Ia mendapatkan apa yang ia inginkan saat awal meng-unduh aplikasi
kencan ini. Melalui Tinder, informan 6 bisa menemukan partner ‗berhubungan‘
dimana hal tersebut merupakan suatu hal yang mengejutkan saat peneliti
mewawancarai informan 6 ini. Karena, 5 informan sebelumnya memang tidak
pernah memanfaatkan Tinder sejauh Informan 6 ini. Informan 6 mengatakan ia
mencari orang-orang yang memang memiliki pikiran yang terbuka seperti dirinya.
Ia mengatakan saat ini ―seks‖ merupakan kebutuhan dan bukanlah hal yang tabu
untuk dibicarakan. Ia mengaku pernah mengajak ―match” Tinder-nya melakukan
hubungan tersebut. Ia mengatakan selama menggunakan Tinder, ia sudah pernah
melakukan kopi darat dengan ‖match” Tinder-nya sebanyak 6 kali. Namun, tidak
semua dari mereka diajak ―berhubungan‖ oleh informan 6 ini. Dari penelitian ini,
setelah bertemu dengan informan 6 dan mengobrol panjang dengannya, peneliti
menjadi lebih berpikiran terbuka dalam menilai orang-orang baru yang peneliti
temui terkhusus dari aplikasi Tinder.

4.2 Tabel Alasan Penggunaan Aplikasi Tinder


No. Nama Informan Alasan Menggunakan Tinder
1. - Iseng ingin mencari teman baru
Tama - Penasaran setelah melihat teman
kantor bermain
2. - Iseng ingin mencari teman
Hamzah ngobrol
- Direkomendasikan teman kuliah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


68

3. - Mencari teman travelling dan


Yopi
jalan-jalan
4. Rani - Mencari pasangan
5. - Mencari teman jalan-jalan
Mahdi - Mencari teman di kota berbeda
agar mengisi waktu luang
6. Jaja - Mencari pasangan

Keterbukaan Diri Pengguna Aplikasi Tinder


Dalam memulai sebuah komunikasi dengan orang yang baru di temui di
aplikasi Tinder, tentu diperlukan adanya keterbukaan diri antara kedua pihak yang
terlibat. Keterbukaan diri bersifat intim dan tidak bisa dilakukan pada awal suatu
hubungan. Apalagi jika hubungan tersebut dimulai dengan orang yang belum
dikenal sebelumnya. Keterbukaan diri adalah informasi yang biasanya tidak akan
diungkapkan dan secara aktif berusaha untuk tetap menjaga kerahasiaannya
(Devito,2011:65).
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, tidak semua informan
melakukan keterbukaan diri saat berkomunikasi dengan teman Tinder yang baru
dikenalnya. Di awal memulai berkomunikasi, seluruh informan hanya
mengungkapkan identitas dasar seperti nama, usia, serta memasang foto profil
sebagai persyaratan saat mengaktivasi akun Tinder. Seluruh informan merasa
tidak perlu mencantumkan pekerjaan yang mereka geluti pada profil akun Tinder
mereka.
Setelah mereka masuk ke tahap perkenalan via chat, barulah seluruh
informan mengungkapkan pekerjaan apa yang mereka geluti. Itupun informan 2
hanya menyebutkan bahwa ia seorang wirausaha setelah lulus kuliah tanpa
menjelaskan secara detail dibidang apa tepatnya ia membuka usaha. Hal tersebut
dilakukan informan 2 karena informan 2 merasa tidak terlalu penting
membeberkan pekerjaannya pada orang yang baru ia temui secara online.
Informan 2 mengatakan ia tidak mau mudah percaya kepada orang baru sehingga
tidak menampilkan sisi dirinya kepada teman-teman Tindernya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


69

Berbeda dari informan 2, informan 3,4,5, dan 6 lebih membuka diri


kepada teman Tinder mereka. Informan 3 berpendapat bahwa ia perlu membuka
diri dengan teman Tindernya agar lebih akrab sebelum memulai komitmen untuk
berhubungan lebih dari teman. Itupun ia tidak membuka diri kepada semua teman
Tindernya. Ia mengamati terlebih dahulu mana yang memang pantas untuk
melanjutkan hubungan dengan informan 3 ini. Namun, terbuka disini juga tidak
serta merta langsung membeberkan seluruh informasi tentang informan 3. Topik
tentang keluarga masih belum akan dibicarakan di awal proses membuka diri.
Setelah memulai komitmen barulah Informan 3 mau menceritakan tentang
keadaan keluarga secara perlahan.
Informan 4,5 dan 6 berpendapat bahwa keterbukaan diri penting dilakukan
dalam proses awal berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal. Hal tersebut
karena menurut mereka dengan membuka diri, mereka bisa merasa lebih nyaman
berbicara dengan teman Tinder mereka. Selain itu, mereka merasa lebih banyak
topik pembicaraan yang dibahas dan tidak membuat teman ngobrol mereka bosan
saat bertemu.
Seluruh informan menjawab pemasalahan keluarga bukanlah hal yang
pantas untuk dibicarakan kepada orang yang baru mereka kenal. Seluruh informan
yang peneliti wawancara juga mengatakan tidak mau mengganggu privasi dari
teman Tinder mereka. Hal itu juga yang membuat mereka lebih memilih untuk
secara perlahan memilih topik apa yang cocok untuk dibahas dan topik apa yang
tidak akan mereka bahas secara mendalam.
Diantara keenam informan, peneliti menilai informan 3 dan 6 memiliki
sifat yang lebih terbuka dibanding keempat informan lainnya. Menurut peneliti,
hal tersebut juga di dorong dengan alasan utama mereka menggunakan Tinder.
Dikarenakan informan 3 dan 6 memang ingin mencari pasangan dari Tinder ini,
maka mereka lebih membuka diri dibanding informan-informan lain yang hanya
iseng bermain Tinder.
Dari hasil wawancara, peneliti melihat seluruh informan hanya
menampilkan sisi positif dari diri mereka. Seperti mereka memilih foto terbaik
yang mereka miliki untuk dipasang pada profil Tinder mereka. Hal ini mereka
lakukan agar lebih menarik perhatian dari calon teman Tinder mereka. Dalam

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


70

tahap perkenalan, seluruh informan juga hanya menceritakan sisi baik tanpa mau
membuka tentang sisi sebaliknya. Hal ini menurut peneliti, seluruh informan
hanya menampilkan keterbukaan diri semu. Karena, teman-teman atau pasangan
Tinder mereka tidak bisa memastikan apakah informasi yang bereka ceritakan
benar adanya.
Terbukti dari jawaban informan 1,2,4,dan 5 yang mengaku tidak
membuka diri apa adanya kepada teman Tinder mereka. Informan 1,2,4 dan 5
mengatakan mereka hanya mau menampilkan sedikit kelebihan atau sisi positif
dari diri mereka tanpa mau membuka sisi lainnya. Mereka mengaku hal ini
dilakukan agar tidak merusak citra diri mereka, selain itu agar teman Tinder
mereka tetap mau melanjutkan komunikasi yang terjalin dengan informan 1,2,4
dan 5 ini.

4.3 Tabel Keterbukaan Diri Pengguna Aplikasi Tinder

Informan Informan Informan Informan Informan Informan


No. Keterangan
1 2 3 4 5 6
Pengungkapan
1. diri awal identitas identitas identitas identitas identitas identitas
komunikasi
Topik Hobi,
Sebatas Hobi, selera
2. keterbukaan pekerjaan agama, masa Keadaan keluarga Kriteria pasangan
keseharian musik
diri lalu
Lebih
Tujuan Lebih akrab
banyak Lebih akrab saat
3. keterbukaan - - sebelum Merasa lebih nyaman
topik bertemu
diri berkomitmen
pembicaraan
- Foto profil
Hal positif Pencapaian Pengalaman Selera
yang terbaik
4. yang dalam - dalam Wawasan luas musik yang
- Perkerjaan
ditampilkan pekerjaan travelling baik
yang bagus
Masa lalu
Hal negatif Kebiasaan buruk (suka
kelam (suka
5. yang - - - - melakukan hubungan
merokok dan
ditampilkan seksual)
clubbing)
Privasi:
- Keadaan
Privasi: Privasi: Alamat - permasalahan
Hal yang tidak Privasi: keluarga
6. kehidupan keluarga, tempat keluarga
disampaikan Keluarga - Alamat
keluarga status, tinggal - Masa lalu
keluarga
(percintaan)
Apa adanya
dalam
7. tidak tidak Apa adanya tidak tidak Apa adanya
keterbukaan
diri
8. Alasan tidak Takut Tidak Melihat Menunggu lawan bicara Tidak suka -

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


71

membuka diri melanggar ingin respon lawan bertanya dan membuka privasi
privasi dicampuri bicara diri dahulu diusik
kehidupan terlebih terlalu
pribadinya dahulu dalam

Dalam menganalisis keterbukan diri keenam informan, peneliti


menggunakan teori penetrasi sosial. Dalam teori penetrasi sosial yang
dikemukakan Altman dan Taylor, mereka menggunakan model lapisan bawang
untuk menjelaskan tahapan penetrasi sosial. Jalur pokok untuk melakukan
penetrasi sosial
secara lebih dalam adalah self-disclosure, yaitu pengungkapan hal-hal yang
bersifat
pribadi dari diri kita kepada orang lain (Griffin, 2006: 115). Dimulai dengan
membuka lapisan demi lapisan dari bawang kepribadian seseorang dengan cara
berkomunikasi non verbal seperti, kontak mata dan senyuman serta komunikasi
yang dilakukan secara verbal. Namun self disclosure yang dilakukan pengguna
adalah self disclosure online. Darlega & Berg (dalam Attril, 2012:856)
menyatakan
self disclosure online terjadi ketika informasi diri diberitahukan kepada seseorang
atau beberapa orang lainnya melalui internet.
Berdasarkan tahapan penetrasi sosial menurut Altman dan Taylor (dalam
Griffin, 2006: 114) apabila dikaji menurut model bawang, peneliti menyusun
tahapan tersebut yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Artefak nonverbal yang dapat dilihat mata (dating, worldwide, studies,


tastes)
Pada tahapan penetrasi tingkat pertama ada artefak non-verbal yang dapat
dilihat dari foto-foto dan biodata pada profil Tinder informan. Dalam hal
ini, keenam infoman melalui tahapan penetrasi yang pertama ini. Syarat
utama pembuatan akun pada aplikasi Tinder adalah mencantumkan data
diri berupa nama, usia dan foto profil yang nantinya akan menjadi daya
tarik lawan main di Tinder.
2. Biographical data (nama, alamat, umur, pekerjaan)
Pada tingkat kedua ada biographical data dimana pada tingkat ini para
informan mulai mengungkapkan data diri pribadi. Informasi pribadi yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


72

diungkapkan lebih kepada pekerjaan, tempat bekerja dan alamat rumah.


Dari temuan hasil dapat dianalisis bahwa semua informan mengungkapkan
hal ini kepada match masing-masing. Namun, terdapat perbedaan
kedalaman informasi yang dibagikan setiap informan. Informan 2
misalnya mengaku tidak menyebarkan informasi mengenai pekerjaannya.
Ia mengatakan hanya memberikan informasi sebatas nama panggilan dan
usia di awal saja. Sedangkan kelima informan lainnya mengatakan tidak
masalah membagikan informasi seputar pekerjaan agar komunikasi yang
terjalin lebih rileks dan santai. Seluruh informan mengatakan tidak
memberikan informasi mengenai alamat mereka di awal komunikasi.
Hanya informan 3 dan 4 saja yang mengatakan mau membagi alamat
tempat mereka tinggal kepada match mereka saat komunikasi yang terjalin
sudah cukup mendalam.
3. Preferences in something (clothes, foods, music, etc)
Pada tingkat kedalaman ketiga yaitu preferences in something (clothes,
foods, music), para informan mengungkapkan kesukaan terhadap sesuatu,
misalnya aliran musik, makanan, mode busana yang disukai, hobi dan
lain-lain. Informan yang mengungkapkan hal ini adalah informan 3 dan 5.
Informan 4 mengatakan hanya akan membahas hal ini jika match-nya yang
memulai membahas topik ini. Sedangkan informan 6 mengatakan akan
mengungkapkan hal ini disaat ia dan match nya bertemu.
4. Goals, Aspirations (Tujuan-tujuan)
Di tingkat kedalaman keempat hal yang diungkapkan berupa tujuan dan
aspirasi (goals, aspiration). Ada 2 informan yang membuka irisan
kepribadian di tingkat ini yaitu informan 3 dan informan 6. Keduanya
mengungkapkan hal ini pada awal percakapan sebelum mereka
melanjutkan hubungan lebih lanjut. Informan 3 mengungkapkan tujuannya
berada di Tinder dan apa yang ia cari dari Tinder. Informan 6
mengungkapkan kriteria seperti apa yang ia cari di Tinder.
5. Religious convictions (keyakinan beragama)
Tidak ada informan yang mengungkapkan diri di kedalaman kelima.
Keenam informan mengatakan agama merupakan suatu topik yang sensitif

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


73

dan tidak seharusnya dibahas diawal pertemuan dengan orang baru.


Seluruh informan berpendapat biarlah hal tersebut terungkap seiring
berjalannya waktu.
6. Deeply held fears and fantasies (trauma, pengalaman dan masalah pribadi)
Di tingkat kedalaman keenam yang mana hal-hal yang diungkapkan
merupakan sebuah ketakutan, trauma, pengalaman pribadi, masalah
pribadi, konflik batin seseorang dengan dirinya, dan khayalan-khayalan
pada dirinya. Hal ini hanya disampaikan oleh informan 3,4, dan 6.
Informan 3 mengatakan pengalaman buruknya pernah di tipu dan di
selingkuhi pasangan Tindernya di awal komunikasi dengan match barunya
dengan tujuan agar pengalaman buruk tersebut tidak terulang kembali.
7. Concept of self (konsep diri)
Tahap konsep diri adalah hal – hal yang membentuk diri seseorang.
Menurut Altman dan Taylor, ini adalah bagian terdalam dan paling
dirahasiakan seseorang. Tidak ada Informan yang sampai pada tingkat
kedalaman ini.

Berdasarkan analisis tahapan penetrasi sosial hasil wawancara peneliti


dengan keenam informan, ditemukan hasil yang beragam, kedalaman self
disclosure mengacu pada seberapa dalam seseorang membukan irisan
kepribadiannya pada model bawang dan topik-topik yang diklasifikasikan dalam
tahapan penetrasi sosial menurut tingkat kedalaman self disclosure. Apabila topik
yang dibicarakan semakin bersifat pribadi, maka semakin dalam tingkat self
disclosure seseorang. Pengungkapan diri yang dalam pada Tinder berefek pada
keputusan seseorang untuk bertemu atau bertukar nomor handphone pribadi.
Hanya 4 informan yang mencapai tahap ini yaitu informan 3,4,5, dan 6. Hal ini
juga didukung dengan perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor
menjelaskan
beberapa penjabaran sebagai berikut (Griffin, 2006: 115-116) :

1) Obrolan-obrolan ringan terjadi lebih sering dan lebih awal dari informasi
pribadi
2) Keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik),

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


74

3) Penetrasi semakin berkurang ketika masuk ke dalam lapisan yang makin


dalam
4) Depenetrasi, adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar

Dari data hasil penelitian diperoleh bahwa keenam informan melewati fase
kedalaman pertama dalam self disclosure. Hal-hal yang diungkapkan berupa
sapaan ringan seperti ―hai‖, kemudian obrolan mengenai wilayah tempat tinggal,
daerah asal, tempat wisata, pendidikan, kegiatan sehari-hari, dan informasi pribadi
informan atau matches seperti identitas diri lainnya yang belum tercantum di
dalam profil Tinder.

Di tingkat kedalaman kedua yaitu self disclosure bersifat timbal balik. Di


tahap ini self disclosure mulai mengalami pergantian topik pembicaraan yang
lebih dalam dari sebelumnya. Hal-hal yang diungkapkan berupa hal-hal yang
disukai, hobi dan tujuan-tujuan tertentu seperti tujuannya menggunakan Tinder.
Dari hasil wawancara, informan yang melewati fase ini adalah informan 3, 5 , dan
6. Informan 5 mengatakan pada tahap ini informan 5 membahas mengenai hobi
yang digemari matches-nya. Hal ini ia lakukan agar komunikasi yang terjalin
antara informan 5 dan match lebih mendalam dan terbuka. Informan 3 dan 6 pada
tahap ini membahas mengenai tujuan mereka menggunakan Tinder. Mereka
mengatakan pembahasan mengenai tujuan ini dilakukan agar lebih dekat dan
terbuka dengan matches mereka.

Di tingkat kedalaman ketiga yaitu penetrasi semakin berkurang ketika


masuk kedalam lapisan yang lebih dalam. Hal-hal yang diungkapkan pada tingkat
ini adalah pengalaman pribadi dengan pasangan sebelumnya. Informan yang
mengalami tingkat kedalaman ketiga ini adalah informan 3,4,5, dan 6. Fase ini
merupakan fase penentu kelanjutan hubungan di dunia online. Apabila
pengungkapan diri informan dapat diterima oleh match, hubungan akan berlanjut
ke tahapan yang lebih berkembang, seperti keputusan bertemu, bertukar nomor
handphone pribadi atau berpindah ke aplikasi chat lain. Namun apabila
pengungkapan diri dari informan tidak diterima maka hubungan akan berlanjut ke
tahapan depenetrasi. Yang terjadi antara keempat informan dengan matches

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


75

adalah berpindah ke aplikasi chat lain dan keputusan akhir untuk bertemu
langsung.

Di tahap keempat kedalaman self disclosure ada tahap depenetrasi yaitu


proses bertahap dengan semakin memudar. Ini terjadi apabila hubungan tidak
berjalan lancar. Di dalam Tinder, unmatch adalah salah satu proses depenetrasi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada informan yang mengalami fase
ini dengan match masing-masing. Informan 4 hampir memasuki tahap depenetrasi
ini. setelah melakukan pertemuan dengan match-nya hubungannya tidak terjalin
dengan baik. Chat yang terjalin berhenti begitu saja. Namun, informan 4 tidak
sampai unmatch hanya tidak saling komunikasi kembali.

Berdasarkan hasil analisis peneliti, didapat hasil bahwa tidak semua


informan mengalami keempat tingkatan penetrasi sosial yang sama. Seperti
informan 4, setelah melalui fase pertama yaitu obrolan singkat berupa sapaan
ringan, ia tidak mengalami fase kedua melainkan langsung masuk ke fase ketiga
dimana ia membahas mengenai hobi dan hal-hal yang disukai matches-nya.
Informan 2 hanya berhenti sampai pada fase pertama dan tidak melanjutkan untuk
membuka diri ke fase-fase yang lebih mendalam.

Teori Keterbukaan Diri Johari Window

Teori self disclosure (keterbukaan diri) dikenal dengan adanya teori Johari
Window. Johari Window merupakan alat untuk menelaah mengenai luas dan
hubungannya antara pengungkapan diri dan umpan balik di dalam suatu hubungan
(Budyatna, 2011: 40). Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat
bidang. Bidang I yaitu bidang terbuka (open) menunjukkan bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan juga
orang lain, yang artinya terdapat keterbukaan, dan tidak disembunyikan kepada
orang lain. Bidang II, yakni bidang buta (blind) menggambarkan bahwa kegiatan
seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya tidak menyadari apa yang ia
lakukan. Selanjutnya bidang III, yakni bidang tersembunyi (hidden) merupakan
kegiatan yang disadari sepenuhnya, tetapi tidak dapat diketahui orang lain. Ini

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


76

menandakan bahwa orang tersebut bersifat tertutup. Terakhir bidang IV, yakni
bidang unknown menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari
oleh dirinya sendiri dan orang lain.
Apabila dikaitkan dengan teori diatas, makan keterbukaan yang dilakukan
keenam informan adalah sebagai berikut:

4.4 Tabel Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 1 (Tama)


Information known to self Information unknown to self
Open Area Blind Area
- Nama Information
- Usia - known to
- Pekerjaan others
- Warna kulit
- Struktur wajah
Hidden Area Unknown Area
- Permasalahan - Information
keluarga unknown to
- Keadaan masa lalu others
- Sifat

Informan 1 yang bernama Tama merupakan orang yang ramah. Saat


peneliti mewawancarai tama, ia sangat terbuka dalam menceritakan tentang
pengalamannya bermain Tinder. Ia juga terbuka saat peneliti menanyakan tentang
pekerjaannya secara mendalam. Namun, hal tersebut berbanding terbalik saat
tama berkomunikasi dengan teman-teman Tindernya. Tama mengaku tidak terlalu
membuka diri dengan orang yang ia kenal melalu dunia maya. Ia beralasan tidak
mau mengganggu privasi orang yang baru di kenalnya. Ia juga tidak mau
diganggu kehidupan pribadinya oleh orang yang asing.
Tama mengatakan ada hal yang memang bisa dengan mudah ia
ungkapkan, namun banyak juga yang harus ia simpan. Permasalahan keluarga
contohnya. Tama mengatakan tidak mau menceritakan perihal keluarganya

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


77

kepada teman Tindernya. Ia mengatakan itu bukanlah hal penting yang bisa di
bahas kepada siapa pun. Masih banyak topik obrolan lain yang bisa di bahas tanpa
harus membawa keluarga.
Menurut peneliti, hal tersebut merupakan hal yang wajar dilakukan. kita
tidak bisa dengan mudahnya menceritakan hal-hal sensitif kepada orang yang baru
di kenal. Apalagi orang tersebut berasal dari dunia maya yang tidak diketahui
kebenaran identitasnya. Tapi, peneliti menilai sebenernya Tama memiliki sifat
terbuka apabila ia bertemu langsung dengan lawan bicaranya.
Saat proses wawancara berlangsung, Tama mengatakan bahwa ia sangat
memahami sifat dan karakter yang ada dalam dirinya. Ia paham betul bagaimana
sebernarnya sifat yang ia punya. Namun, tentu hal tersebut tidak di tampilkannya
saat ia bermain Tinder. Ia tidak menampilkan sifat aslinya yang humoris saat ia
berkomunikasi di Tinder. Hal tersebut dilakukannya karena seperti alasan
sebelumnya. Ia berkomunikasi hanya melalu sebuah aplikasi di dunia maya. Ia
tidak tau apakah lawan bicaranya di Tinder menampilkan identitas aslinya atau
tidak. Jadi ia hanya mengambil cara aman dengan tidak menampilkan siapa dia
sebenarnya.

4.5 Tabel Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 2 (Hamzah)


Information known to self Information unknown to self

Open Area Blind Area


- Nama Information
- Usia - known to
- Warna kulit others
- Struktur wajah
Hidden Area Unknown Area
- Permasalahan - Information
keluarga unknown to

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


78

- Keadaan keluarga others


- Status
- Sifat
- Pekerjaan

Informan kedua bernama Hamzah ini memiliki sifat yang humoris.


Informan 2 juga pribadi yang mudah bergaul dengan siapa saja. Namun, informan
2 tidak menampilkan sifat aslinya saat bermain Tinder. Ia berkata, dikarenakan ia
hanya penasaran dengan aplikasi ini dan hanya sekedar ingin melihat-lihat
pengguna Tinder yang cantik, maka ia jarang memulai berkomunikasi dengan
orang-orang yang sudah match dengannya. Ia hanya akan membalas pesan yang
masuk seadanya saja. Ia juga tidak banyak membagikan informasi tentang dirinya.
Ia hanya menampilkan sebuah foto pada profil akun Tindernya. Informan 2
mengatakan tidak mau orang-orang asing dari Tinder memasuki kehidupan
pribadinya. Apalagi mengetahui bahwa statusnya saat ini berpacaran. Ia tidak mau
dianggap sebagai lelaki yang tidak setia dengan pasangan.
Saat wawancara berlangsung, informan 2 yang notabenenya adalah senior
peneliti menjawab pertanyaan yang peneliti berikan dengan diselingi candaan.
Peneliti sebelumnya kurang lebih sudah mengetahui karakter dari informan 2 ini.
Ia juga mengaku bahwa ia mengenal dirinya sendiri dengan baik.

4.6 Tabel Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 3 (Yopi)


Information known to self Information unknown to self

Open Area Blind Area


- Nama Information
- Usia - known to
- Warna kulit others
- Struktur wajah
- Sifat
- Status
- Keadaan keluarga

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


79

- Agama
- Keadaan masa lalu
- Kebiasaan buruk
(merokok dan
clubbing)
Hidden Area Unknown Area
- Permasalahan dalam - Information
keluarga unknown to
others

Menurut peneliti, informan 3 merupakan informan yang paling terbuka


dibandingkan dengan kelima informan lainnya. Terbukti dari proses wawancara
dengan informan 3 adalah wawancara terlama yang peneliti lakukan. Lebih dari
satu jam informan 3 menceritakan tentang bagaimana proses ia bisa bertemu
dengan pacarnya saat ini. Informan 3 mengatakan ia tidak akan segan untuk
membuka diri kepada orang-orang yang dirasa enak untuk diajak berbicara atau
berdiskusi sekalipun itu orang yang tidak dikenalnya sama sekali. Namun, sama
seperti informan lainnya, topik tentang permasalahan keluarga bukan hal yang
bisa ia bagikan kepada orang-orang. Bahkan ia mengatakan, ia baru menceritakan
perihal keluarganya saat ia dan pasangannya sudah berkomitmen untuk menjalani
hubungan lebih dari sekedar teman.
Selama bermain Tinder, Informan 3 tidak merasa takut jika diajak untuk
bertemu oleh beberapa teman Tindernya. Ia juga tidak akan segan menampilkan
sisi lain dirinya (merokok). Menurutnya, kalau saat pertemuan pertama teman
Tindernya bisa menerima diri dia yang sebenarnya, maka itu merupakan pembuka
untuk pertemuan mereka yang selanjutnya. Peneliti merasa salut dengan
keberanian informan 3 dalam membuka diri dengan orang-orang asing yang ia
kenal melalui Tinder. Bahkan informan 3 masih mau percaya untuk kembali
menjalin hubungan dengan teman Tindernya setelah ditipu dan diselingkuhi.
Informan 3 mengatakan hal tersebut karena pasangannya saat ini, sangat baik,
sopan dan terbuka kepada informan 3. Sehingga informan 3 dibuat luluh dan
mulai menaruh kepercayaan kepada pasangannya sekarang.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


80

4.7 Tabel Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 4 (Rani)


Information known to self Information unknown to self

Open Area Blind Area


- Nama panggilan Information
- Usia - known to
- Warna kulit others
- Struktur wajah

Hidden Area Unknown Area


- Permasalahan dalam - Information
keluarga unknown to
- Agama others
- Status
- Bentuk tubuh
- Masa lalu

Informan 4 ini menurut peneliti juga merupakan orang yang terbuka. Ia


mengaku tidak akan segan membagi informasi mengenai dirinya kepada peneliti
walaupun saat itu adalah pertemuan pertama peneliti dengan dirinya. Tapi, ia
mengatakan jika di Tinder ia akan menjadi pribadi yang tertutup. Ia hanya akan
mulai membuka diri setelah lawan bicaranya bertanya atau mulai membuka diri
terlebih dahulu. Informan 4 mengatakan ia mengenal dirinya dan sifat yang ia
miliki. Tapi ia tidak tau apa sebenarnya yang ia inginkan. Ia tidak tau laki-laki
seperti apa yang ia cari. Selama ini ia tidak pernah menetapkan kriteria untuk
orang yang akan menjadi pasangannya.
Informan 4 memiliki rasa percaya diri yang sangat minim. Bahkan hampir
tidak ada rasa percaya diri dalam dirinya. Padahal menurut peneliti, informan 4 ini
bisa mendapat pasangan secara langsung tidak membutuhkan bantuan Tinder.
Karena menurut peneliti, sifat yang dimiliki informan 4 ini sangat periang. Ia
mudah membuat orang lain tertawa. Hal itu pula yang membuat peneliti merasa
senang saat mewawancarai informan 4. Informan 4 mengatakan ia juga tidak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


81

menampilkan kepercayaan yang ia anut kepada teman Tindernya. ia berpikir


kepercayaan yang ia anut merupakan hak pribadinya. Tapi, kalau ada yang
bertanya ia akan menjawab dengan jujur tanpa menutup-nutupi kebenarannya.

4.8 Tabel Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 5 (Mahdi)


Information known to self Information unknown to self

Open Area Blind Area


- Nama Information
- Usia - known to
- Warna kulit others
- Struktur wajah
- Agama
- Hobi
- Selera musik
- Pekerjaan
Hidden Area Unknown Area
- Permasalahan dalam - Information
keluarga unknown to
- Kesalahan di masa others
lalu

Diantara seluruh informan, informan 5 memiliki sifat yang paling tertutup.


Informan 5 sendiri diawal pertemua sudah menyampaikan kalau ia sedikit sulit
membagi cerita dengan orang yang baru dikenalnya. Baik itu secara langsung
maupun via chat di Tinder. Pekerjaannya sebagai seorang editor yang bekerja di
belakang layar mendukung ia menjadi orang yang tertutup. Karena jarang
berkomunikasi dengan orang, dan lebih banyak menghabiskan waktu nya di depan
laptop.
Selama memulai komunikasi dengan teman Tinder-nya, informan 5
mengatakan bahwa ia berusaha untuk mulai membuka diri dengan cara mengajak
teman Tinder-nya tersebut berdiskusi berbagai hal yang dianggap bukan privasi.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


82

Informan 5 merasa takut jika membicarakan hal yang berbentuk pribadi. Ia tidak
mau orang lain terlalu mengusik urusan pribadinya sehingga ia pun tidak mau
mengusik urusan pribadi orang lain. Topik keterbukaan yang biasanya dibahas
hanya seputar hobi dan selera musik. Menurut informan 5, sebagai seorang
introvert, berani memulai membuka diri saja sudah merupakan hal yang sulit di
lakukan.

4.9 Tabel Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 6 (Jaja)


Information known to self Information unknown to self

Open Area Blind Area


- Nama Information
- Usia - known to
- Warna kulit others
- Struktur wajah
- Pekerjaan
- Kebiasaan buruk
(suka melakukan
hubungan seksual)

Hidden Area Unknown Area


- Status - Information
- Alamat tempat unknown to
tinggal others
- Agama

Informan 6 pada penelitian ini merupakan informan laki-laki yang


memiliki sifat paling terbuka diantara ketiga informan laki-laki lainnya. Informan
6 ini tidak segan untuk menceritakan kepada peneliti semua pengalamannya
bahkan pengalaman terintim yang pernah ia lalui bersama pasangan Tindernya.
Padahal saat wawancara, itu merupakan pertemuan pertama peneliti dengan
informan 6 ini. Ia mengaku memiliki pemikiran yang terbuka dan juga mencari
pasangan yang memiliki pemikiran terbuka pula. Ia mengatakan bahwa saat ini

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


83

baginya seks merupakan sebuah kebutuhan dan tidak perlu ditutupi bahwa ia
mencari partner yang berpikiran sama dengannya. Informan 6 adalah satu-satunya
informan yang memiliki alasan dan tujuan bermain Tinder yang berbeda dari yang
lain.
Informan 6 mengatakan kepada peneliti bahwa selama memulai
komunikasi dengan orang baru, sampai akhirnya bertemu bahkan memulai
hubungan lebih dari teman, ia selalu terbuka dan tidak pernah menutupi hal-hal
mengenai dirinya. Ia selalu bersikap apa adanya selayaknya ia bergaul dengan
teman-temannya dikehidupan sehari-hari. Tapi ada hal yang memang tidak ia
bagikan seperti alamat tempat ia tinggal. Menurutnya hal tersebut terlalu pribadi
untuk disebar kemana-mana. Ia hanya akan memberitahu alamat rumah kepada
pasangan yang sudah menjadi pacarnya. Kalau kepada sekedar partner ―bermain‖
ia tidak mau memberitahu karena ia tidak mau keluarganya diganggu jika terjadi
suatu hal tidak mengenakkan nantinya.
Informan 6 mengatakan kepada peneliti bahwa ia sudah dewasa dan sudah
tau apa konsekuensi dari setiap tindakan yang ia ambil. Ia juga mengetahui apa
yang ia lakukan saat ini sudah menjadi kebutuhan sehingga ia merasa hal tersebut
bukan hal yang perlu ia tutupi.

Hambatan pengguna Tinder dalam mencari pasangan


Dalam mencari seorang pasangan, membutuhkan proses yang tidak cepat.
Banyak fase yang harus dilewati sampai pada akhirnya memutuskan bahwa
seseorang itu layak untuk dijadikan pasangan. Dalam membangun sebuah
hubungan pun tidak bisa asal hanya karena seseorang tersebut memiliki paras
yang cantik atau tubuh yang proporsional. Banyak hal yang harus diperhatikan
dan dilakukan agar hubungan yang terjalin dengan pasangan berjalan harmonis.
Itulah yang terjadi dengan keenam informan penelitian ini. Masing-masing
informan memiliki kriteria tersendiri dalam mencari pasangan.
Informan 1 misalnya, ia bukan orang yang pemilih dan menilai seseorang
dari fisiknya. Informan 1 lebih menilai seseorang yang akan menjadi pasangannya
melalu sifat yang dimiliki calon pasangannya tersebut. Pada kenyataannya saat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


84

ini, informan 1 belum mendapat orang yang cocok baik dari lingkungan sekitar
maupun melalu Tinder karena kesibukan dan padatnya jadwal pekerjaan.
Informan 1 mengatakan ia belum fokus dalam mencari seorang pendamping.
Walaupun usia sudah menginjak 26 tahun, informan 1 masih menikmati pekerjaan
sekaligus hobi yang ia kerjakan sekarang.
Lain halnya dengan informan 2. Informan 2 satu-satunya informan yang
sedang berpacaran. Ia dan pacarnya sudah pacaran lebih dari 3 tahun. Hubungan
yang terjalin di antara mereka juga baik-baik saja. Informan 2 tidak merasa ada
hambatan dalam mencari pasangan karena ia sudah memiliki pasangan yang
menurutnya sesuai dengan apa yang ia inginkan selama ini.
Informan 3 adalah seorang perempuan yang memiliki kriteria pasangan
yang berasal dari negara asing lebih tepatnya Arab. Informan 3 mengatakan ia
merasa kurang tertarik dengan laki-laki asli Indonesia. Hal tersebut pula yang
menghambatnya dalam mencari pasangan. Tapi, hasil dari kesabaran dalam
mencari, informan 3 akhirnya menemukan pasangannya melalui Tinder.
Walaupun setelah melalui beberapa kali rasa trauma akibat kegagalan yang ia
terima.
Selanjutnya informan 4. Informan 4 mengalami rasa tidak percaya diri
yang sangat besar. Ia merasa laki-laki di sekitarnya tidak akan ada yang bisa
menjadi pasangannya. Maka dari itu ia memilih Tinder sebagai tempat ia mencari
pasangan. Saat mencari pasangan di Tinder pun dirasanya tidak mudah. Ia harus
memilih foto profil yang menurutnya bagus agar dapat menarik perhatian dari
pengguna Tinder lainnya.
Informan 5 mengaku memiliki sifat yang tertutup. Hal itu peneliti rasakan
saat proses wawancara berlangsung, informan 5 hanya menjawab pertanyaan yang
peneliti berikan seadanya. Sifat yang tertutup ini yang menjadi hambatan bagi
informan 5 dalam menemukan pasangan. Terlebih lagi informan 5 tidak mudah
percaya dengan orang yang belum dikenalnya, sehingga informan 5 kurang
tertarik untuk mencari pasangan melalui Tinder. Ia mengatakan Tinder hanya
tempat ia mencari hiburan di sela padatnya pekerjaan yang ia miliki.
Informan terkhir mempunya sifat yang cepat merasa bosan dengan
pasangan sehingga sedikit menghambatnya dalam mencari pasangan yang serius.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


85

Ia mengaku selama ini ia tidak pernah bisa bertahan menjalani hubungan dengan
seseorang lebih dari 4 bulan. Peneliti menilai informan 6 merupakan orang yang
memiliki wawasan yang luas dan nyambung jika diajak berdiskusi. Tapi, mungkin
gaya hidup yang bebas menyebabkan informan 6 sulit untuk berhubungan yang
serius.
Keenam informan penelitian ini berpendapat selama menggunakan
aplikasi Tinder, mereka mendapat manfaat yang berbed-beda. 3 dari 6 informan
mengatakan melalui Tinder mereka bisa mengenal banyak orang-orang baru
dengan berbagai watak yang berbeda. 2 informan lainnya mengatakan mereka bisa
menemukan pasangan melalui Tinder. Secara keseluruhan, keenam informan
mengatakan aplikasi Tinder bisa menghilangkan rasa bosan dan cocok digunakan
untuk mengisi waktu kosong. Seluruh informan mengatakan Tinder cocok untuk
dijadikan tempat mengenal orang-orang baru untuk sekedar menambah
pertemanan. Tinder juga cocok untuk orang-orang dengan sifat tertutup yang
ingin belajar cara menjalin komunikasi dengan orang yang tidak di kenal agar
dapat lebih terbuka secara perlahan.

4.10 Tabel Hambatan Pengguna Tinder Dalam Mencari Pasangan


Pernah bertemu Hambatan dalam
No. Informan Manfaat Tinder dengan teman mencari pasangan
Tinder
Sibuk dalam
1. Informan 1 (Tama) Mengenal orang baru tidak
pekerjaan
Sudah memiliki
2. Informan 2 (Hamzah) Menghilangkan rasa bosan tidak
pasangan

Kriteria pasangan
3. Informan 3 (Yopi) Mendapat pasangan >3 kali selalu orang asal
luar negeri
Tidak percaya diri
4. Informan 4 (Rani) Mendapat teman baru 1 kali

Tertutup
5. Informan 5 (Mahdi) Mendapat teman baru 1 kali

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


86

Mendapat partner dalam Cepat merasa


6. Informan 6 (Jaja) 6 kali
segala hal bosan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan


judul keterbukaan diri pengguna aplikasi kencan online Tinder, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Seluruh informan mulai menggunakan Tinder setelah mendapatkan


rekomendasi baik dari teman-teman mereka maupun dari sosial media.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keenam informan, secara umum
alasan utama semua informan menggunakan Tinder karena merasa
penasaran dan sekedar iseng untuk menghilangkan rasa sepi ataupun rasa
bosan. Informan 1,2,dan 5 menggunakan karena ingin mencari teman baru
yang bisa menemani di waktu senggang di tengah kepenatan mereka
bekerja. Hanya informan 4 dan 6 yang memang menggunakan Tinder
dengan alasan ingin mencari pasangan. Sedangkan informan 3
menggunakan Tinder karena ingin mencari teman yang bisa ia ajak
travelling mengikuti hobinya.
2. Keterbukaan diri yang terdapat pada seluruh informan pada penelitian ini
adalah keterbukaan semu (Keterbukaan online). Hal tersebut disebabkan
karena seluruh informan hanya menampilkan sisi positif dari diri mereka
tanpa menunjukkan sisi lainnya. Selain itu, seluruh informan hanya bisa
melihat dan menilai sifat yang berbentuk semu dari pasangan Tinder atau
teman Tinder mereka dan belum dapat dipastikan apakah itu adalah sifat
asli dari pasangan atau teman Tinder para informan tersebut atau tidak.
3. Seluruh informan pada penelitian memiliki kriteria tersendiri dalam
mencari pasangan. Para informan juga mendapat hambatan yang berbeda-
beda dalam mencari pasangan. Informan 1 terhambat oleh sibuk dan
padatnya jadwal pekerjaan menyebabkan ia tidak memiliki waktu untuk
fokus mencari pasangan. Informan 2 tidak merasa mendapat hambatan
karena ia sedang menjalin hubungan dengan pacarnya yang sudah
berlangsung lebih dari 3 tahun. Informan 3 yang terlalu pemilih

87

Universitas Sumatera Utara


88

membuatnya membutuhkan proses yang lebih lama dalam mendapatkan


pasangan. Informan 4 tidak memiliki kepercayaan diri untuk memulai
hubungan dengan orang dari lingkungan sekitarnya. Informan 5 memiliki
sifat yang tertutup sehingga ia merasa kesulitan dalam memulai suatu
hubungan dan lebih memilih fokus kepada pekerjaannya. Terakhir,
informan 6 memiliki sifat terlalu cepat merasa bosan sehingga ia tidak
pernah menjalin hubungan serius lebih dari 4 bulan.

5.2 Saran
Dalam sebuah penelitian tentu ada beberapa hal yang menjadi masukan
dari peneliti untuk keperluan berbagai pihak. Untuk itu, berdasarkan kesimpulan
diatas maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga


dampak negatif. Dampak positif dan negatif tersebut juga terdapat pada
aplikasi kencan online seperti Tinder. Sebagai pengguna teknologi,
sebaiknya mampu menyaring setiap perkembangan teknolohi yang masuk
2. Untuk menghindari kejahatan di dunia maya dan penyalah gunaan
identitas, ada baiknya agar tidak terlalu percaya dan tidak menyebar
informasi bersifat pribadi kepada orang yang baru dikenal melalu aplikasi
berbasis online seperti Tinder.

5.3 Implikasi Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori-teori yang telah ada.
Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam khazanah Ilmu Komunikasi terutama dalam
permasalahan keterbukaan diri.
5.4 Implikasi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangsih kepada
mahasiswa lain dalam mengetahui keterbukaan diri pengguna aplikasi kencan
online (Tinder). Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan
permasalahan yang diteliti oleh peneliti agar dapat melanjutkan penelitian yang
berkaitan dengan penggunaan aplikasi kencan online khususnya Tinder agar
hasilnya akan maksimal dan dapat membantu penelitian yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


89

Daftar Pustaka

Abrar, Ana Nadya.(2003).Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi.


Yogyakarta: lesfi

Bagdakian, B.H. (2004). The New Media Monopoly. Boston: Beacon Press.

Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi


Antarpribadi. Jakarta: PT. Prenada Media Grup.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan DIskursus


Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana

DeVito, Joseph.A. (1997). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional


books.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Griffin, Emory A.(2006).A First Look at Communication Theory, 6th edition.


New York: mcgraw-hill.

Kryantono, Rahmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Littlejohn, S.W dan Karen A.F. 2009. Encyclopedia of Communication Theory.


California: SAGE Publication

Lubis, Suwardi. 2005. Teknologi Komunikasi dan Pembangunan. Medan: USU


Press.

McQuail, Dennis. 2009. Mass Communication Theory. London: Stage Publication

Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Gihalia


Indonesia.

Morissan, Andy Corry Wardhani & Farid Hamid. 2010. Teori Komunikasi Massa.
Bogor: Ghalia Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


90

Mulyana, Dedy. (2011). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.


Remaja

Rosdakarya.

Prastowo, A.(2012).Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang :


Intrans Publishing

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja


Rosdakarya

Ruben, Brent dan Lea P Stewart. (2013). Commuication and Human Behavior.
USA: Viacom Company.

Severin, W.J. dan Tankard. J. W. 2007. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana

Van Dijk, J.A.G.M. 2006. The Network Society. London: SAGE Publications.

Vardiansyah, D. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wiryanto. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo

Jurnal:

Putri,T.( 2015). Motif Pria Pengguna Tinder sebagai Jejaring Sosial Pencarian
Jodoh.(Jurnal Online, Universitas Telkom,2015)

Rinawati, Harsuko dan Afiyanto, Agus Nur .Efektivitas komunikasi Sebagai


Mediator Terhadap Kinerja SDM Oalam Organisasi di Sektor Perikanan
dan Kelautan, Edisi September 2014, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan
dan Kelautan, Universitas Brawijaya.

Sari, R.P., Rejeki, T.A., & Mujab, Achmad. (2006). Pengungkapan diri
mahasiswa tahun pertama universitas diponegoro ditinjau dari jenis kelamin
dan harga diri. Vol.3 no.2.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


91

Skripsi:

Giga, Kadek Awidya Nanda. (2018). Proses Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
Kaum Gay Dalam Mencari Pasangan Pada Aplikasi Tinder. Bali: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

Pamuncak, Dimas. (2011). Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Self Disclosure


Pengguna Facebook.Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.

Putri, F. Aulia. (2014). Opini Siswa Terhadap Tindakan Cyberbully di Media


Sosial.Medan: Fak\ultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera
Utara.

Putri, Nurul Rezekiah. (2015). Ask.fm dan Keterbukaan Diri: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Sumber Internet:

https://dailysocial.id/post/tinder-di-indonesia diakses pada 28 Oktober 2018 pukul


14.10 WIB

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4286/Pengguna+Internet+Indonesia
+Nomor+Enam+Dunia/0/sorotan_media diakses pada 5 November 2018 pukul
12.00 WIB

http://makassar.tribunnews.com/2016/10/13/kenal-7-hari-dari-aplikasi-jodoh-
presenter-dinikahi-politisi-muda-kaya-dibelikan-jam-tangan-rp-4-m?page=3
diakses pada 15 November 2018

https://id.wikipedia.org/wiki/Media_baru diakses pada 28 Januari 2019

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai