Anda di halaman 1dari 139

DAMPAK PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN ALUN-ALUN

KOTA WISATA BATU TERHADAP JUMLAH SAMPAH DI KAWASAN


ALUN-ALUN KOTA BATU

(Studi Kasus : Manajemen Alun-alun Kota Wisata Batu)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik

Oleh

Dewi Arimbi

NPM 216.01.09.1.036

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO

“Dibawa santai aja, jangan overthinking, nanti ribet dan pusing sendiri. Santai

bukan berarti meremehkan keadaan. Jalani, gak usah disesali, tekuni. Kalau susah

istirahat bukan berhenti”

vi
TANDA PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi,Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Islam Malang, pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Skripsi atas nama :
Judul :

Dan dinyatakan lulus

MAJELIS PENGUJI

Ketua Anggota

Dr Afifuddin, S .Ag., M.Si Retno Wulan S, M. AP., M. Pol. Sc


NPP. 2151061976321004 NPP.152312198832234

Ketua Anggota

Penguji Penguji

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman, amiin.

Penulis skripsi inidiajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana pada program Administrasi Publik, Universitas Islam Malang. Judul

yang penulis ajukan adalah “Peran Perpustakaan Desa Dalam Menumbuhkan

Minat Baca Siswa Sekolah Dasar (Studi Pada Desa Gampingan Kecamatan Pagak

Kabupaten Malang)”. Dalam penyusunan dan penulisan sekripsi ini tentunya tidak

terlepas dari kekurangan, baik pada aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari

materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang

dimiliki penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis

membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa

mendatang. Tentunya penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatam ini penulis dengan tulus hati menyampaikan banyak terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Masykuri M.Si selaku Rektor Universitas Islam

Malang

viii
2. Ibu Dr. Rini Rahayu Kuniati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi

3. Bapak Suyeno S.Sos., M.AP selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

4. Bapak Dr. Affifudin, S. Ag., M. Si selaku dosen pembimbing 1, yang

selalu sabar dan santai dalam membimbing dan memberikan nasihat untuk

kesempurnaan skripsi ini. Terimakasih Pak.

5. Ibu Retno Wulan Sekarsari S. AP., M. AP., M. Pol. Sc selaku dosen

pembimbing 2, yang telah banyak meluangkan waktu, memberi nasihat

dan masukan yang membangun sehingga proses penyusunan skripsi

berjalan lancar. Terimakasih bu, berkat ibu skripsi saya terarah dengan

baik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Administrasi khususnya Administrasi Publik

yang telah membekali penulis dengan berbagi seluruh ilmu dan

pengalamannya selama 4 tahun ini

7. Kedua orang tua saya, sebagai tanda bukti, hormat dan bakti saya terhadap

beliau atas segala kasih sayang, do‟a, motivasi, dukungan moril maupun

materil dan perhatian yang diberikan.

8. Mas saya yang menyebalkan tapi tidak pernah luput memberikan dorongan

9. Untuk Keluarga kecilku selama duduk di bangku perkuliahan (KELAS

FIA NEGARA A), tanpa support, dukungan dan tingkah kalian yang

menyebalkan saya tidak akan enjoy dalam berkuliah

ix
10. Untuk keluarga KKN 33 Desa Bumirejo, Terimakasih sudah memberikan

notif WA di HP saya yang sepi. Terimakasih sudah memberikan ilmu dan

menjadi keluarga baru.

11. Untuk sahabat-sahabat saya di Malang (Alief, Suci, Puput, Intan) dan

sahabat saya di Surabaya ( Yesi Gundek, Anggik Koplo, Wike, Atus dan

Mbak Anis) terimakasih sudah mendukung, membantu dan menemani

saya. Terimakasih sudah mau berteman dengan saya. Tetep Koncoan lur !

12. Untuk Buk kos, maaf gak bisa hadir di saat-saat terakhir. Terimakasih

sudah mengijinkan saya nge-kos di rumah Ibuk

13. Untuk Mas Rifqi, terimakasih sudah menjadi sosok kakak di Malang.

Meski sedikit singkat namun sungguh bermakna

14. Untuk motor Vario ku, terimakasih sudah menamniku kemana-mana, maaf

gak bisa servis dengan rutin. Yang awet ya

x
ABSTRAK

Sektor pariwisata merupakan sektor yang cukup menjanjikan untuk

meningkatkan pendapatan daerah. Berbagai daerah di Indonesia sedang giat

mengembangkan potensi wisata mereka. salah satunya Kota Wisata Batu. Kata

mengembangkan tidak lepas dari pembangunan. Dalam penelitian ini

berkaitan dengan Pembangunan Alun-alun Kota Batu.

Pembangunan Alun-alun Kota Batu memiliki dampak yang mengikuti.

Dampak tersebut apabila dibiarkan nantinya akan memengaruhi tatanan alam

dan sosial kedepannya. Untuk diperlukan penelitian terkait kondisi di

lapangan agar dapat dikelola dan ditangani dengan baik atas dampak yang

akan terjadi kedepannya.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif, dimana tidak ada perhitungan didalamnya. Penelitian ini akan

membahas beberapa hal terkait pembangunan alun-alun beserta dampaknya.

Penelitian ini meliputi pembangunan alun-alun, dampak pembangunan alun-

alun dan pengelolaan sampah di kawasan alun-alun.

Kata Kunci : Wisata, Pembangunan, Dampak

xi
ABSTRACT

The tourism sector is a sector that is quite promising to increase regional

income. Various regions in Indonesia are actively developing their tourism

potential. one of them is Batu Tourism City. The word develop cannot be

separated from development. In this research related to Batu Town Square

Construction.

The construction of Batu City Square has a following impact. The impact,

if left unchecked, will affect the natural and social order going forward. Research

is needed related to conditions in the field so that it can be managed and handled

properly for the impact that will occur in the future.

This research was conducted using qualitative research methods, where

there are no calculations. This research will discuss several matters related to the

construction of the square and its impacts. This research includes the construction

of the square, the impact of the construction of the square and waste management

in the area of the square.

Keywords: Tourism, Development, Impact

xii
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................. i
Lembar Persetujuan ...................................................................................... ii
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi .............................................................. iii
Kartu Konsultasi I ....................................................................................... iv
Kartu Konultasi II ........................................................................................ v
Motto ........................................................................................................... vi
Biodata Penulis .......................................................................................... vii
Kata Pengantar .......................................................................................... viii
Abstrak ........................................................................................................ xi
Abstract ...................................................................................................... xii
Daftar Isi .................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ............................................................................................... xv
Daftar Gambar ........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Tujuan .................................................................................................... 8
1.4 Manfaat .................................................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 9
2.2 Pembangunan ....................................................................................... 18
2.3 Pariwisata ............................................................................................. 19
2.4 Ekologi dan Lingkungan Hidup ........................................................... 29
2.5 Limbah ................................................................................................. 34
2.6 AMDAL ............................................................................................... 36
2.7 Manajemen Pariwisata ......................................................................... 38

xiii
2.8 Kerangka Berpikir ................................................................................ 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 43
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................... 44
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................. 45
3.4 Sumber Data ......................................................................................... 46
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 47
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 49
3.7 Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 52
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Batu ................................................................ 54


4.2 Pembangunan Alun-alun ...................................................................... 60
4.3 Dampak Pembangunan Alun-alun ....................................................... 76
4.3.1 Dampak Terhadap Kemacetan .................................................... 77
4.3.2 Dampak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ................................ 87
4.3.3 Dampak Terhadap Jumlah Sampah ........................................... 92
4.4 Manajemen Pengolaan Sampah ........................................................... 94

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 108
3.2 Saran ................................................................................................... 109
Daftar Pustaka .......................................................................................... 112
Lampiran
Lampiran 1 ............................................................................................... 114
Lampiran 2 ............................................................................................... 117
Lampiran 3 ............................................................................................... 123

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Pengunjung Alun-alun KWBTahun 2019 ............................ 3
Tabel 1.2 Data Jumlah SampahTahun 2019 ................................................ 4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 13
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Batu menurut Kecamatan ............................ 54
Tabel 4.2Luas Kecamatan berdasar Jenis Tanah ........................................ 56
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Batu Berdasarkan Kecamatan
Per 31 Desember 2018 ................................................................................ 59
Tabel 4.4Jumlah penduduk Kota Batu berdasarkan melompok umur
per 31 Desember 2018 ................................................................................ 60
Tabel 4.5 Angka Kendaraan di Kawasan Alun-alun Kota Wisata Batu
saat Weekend atau musim liburan .............................................................. 81
Tabel 4.6 Angka Kendaraan di Kawasan Alun-alun Kota Batu
di hari-hari biasa.......................................................................................... 81
Tabel 4.7 Jumlah Kendaraan Parkir di Kawasan Alun-alun Kota Batu ..... 83
Tabel 4.8 Jumlah Ruko dan PKL di Kawasan Alun-alun Kota Batu ......... 89

xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif ....................................................... 51
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kota BatuGambar........................ 58
Gambar 4.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan oleh John Elkington .... 65
Gambar 4.3 Alun-alun Kota Batu tahun 1970-an ....................................... 68
Gambar 4.4 Alun-alun Kota Batu Tahun 1985
dengan Branding Rokok Bentoel ................................................................ 69
Gambar 4.5 Alun-alun setelah Perombakan Branding Bentoel .................. 70
Gambar 4.6 Alun-alun setelah Perombakan Branding Bentoel (2)............. 70
Gambar 4.7 Alun-alun Kota Batu tahun 2000-an ....................................... 71
Gambar 4.8 Alun-alun Kota Batu tahun 2000-an (2).................................. 72
Gambar 4.9 Alun-alun setelah Pembangunan di tahun 2010 ...................... 73
Gambar 4.10 Alun-alun setelah Pembangunan di tahun 2010 (2) .............. 73
Gambar 4.11 Kondisi PKL sebelum Penataan dan Pembangunan ............. 75
Gambar 4.12 Kondisi PKL setelah Penataan dan Pembangunan ................ 75
Gambar 4.13 Food Court di kawasan Alun-alun Kota Batu ....................... 75
Gambar 4.14 Kemacetan di Kawasan Alun-alun ....................................... 82
Gambar 4.15 Lahan parkir di Jl. Munif
(Sebelah selatan Alun-alun) 128m ....................................................... 83
Gambar 4.16 Lahan Parkir di Jl. Sudiro
(Sebelah barat Alun-alun) 82m ............................................................ 83
Gambar 4.17 Lahan Parkir di Jl. Agus Salim
(Sebelah timur Alun-alun, depan alun-alun) 66m ................................ 84
Gambar 4.18 Lahan parkir Jl. WR. Supratman
(Arah ATM BNI) 119m ....................................................................... 84
Gambar 4.19 Lahan parkir Jl. Gajah Mada
(Sebelah barat alun-alun – Klenteng) 220m ........................................ 84
Gambar 4.20 Lahan parkir Jl. Gajah Mada (Depan Masjid) 133m ............. 85
Gambar 4.21 Lahan parkir Jl. Kartini (Sebelah Barat laut Alun-alun, kawasan susu
Ganesha) 154m............................................................................................ 85

xvi
Gambar 4.22 Parkir Sepeda Motor di Kawasan Alun-alun ........................ 86
Gambar 4.23 Parkir Mobil di Kawasan Alun-alun .................................... 86
Gambar 4.24 Padatnya PKL ....................................................................... 89
Gambar 4.25 TPA Tlekung dari Citra Satelit............................................ 101
Gambar 4.26 Lahan Penampung Sampah ................................................. 101
Gambar 4.27 Pengolahan Pupuk Kompos ................................................ 102
Gambar 4.28 Kompor Biogas Hasil Pengolahan Sampah ........................ 103
Gambar 4.29 Kolam Penampungan Pupuk Cair ...................................... 105

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan seribu kekayaan alam. Ribuan bukit dan

luasnya bahari terbentang dari ujung timur hingga ke ujung barat negeri. Dari

kekayaan alam tersebut menjadikan pariwisata menjadi salah satu sektor yang

perlu diberikan perhatian khusus oleh pemerintah, baik pemerintah pusat ataupun

daerah. Karna dari sektor pariwisata bisa memberikan pemasukan kas negara yang

jumlahnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal tersebut pula yang mendasari

Kota Batu mengambil concern khusus disektor pariwisata, bahkan Kota Batu

melabeli diringa sendiri sebagai Kota Wisata Batu atau biasa disingkat KWB.

Langkah tersebut sangatlah tepat mengingat Malang raya dijadikan sebagai tujuan

berlibur oleh masyarakat di setiap daerah, provinsi Jawa Timur khususnya. Lokasi

Kota Batu yang berada ditengah-tengah Antara Kota Malang dan Kabupaten

Malang menjadikan Kota Batu memiliki letak yang strategis dalam membangun

tempat wisata.

Pariwisata sedang dikembangkan dengan giat di Indonesia. Dibanyak

tempat ia menunjukkan peningkatan yang tajam, terutama pariwisata domestik. Di

akhir pekan dan hari libur lainnya banyak tempat wisata dibanjiri oleh wisatawan.

Beberapa tempat seperti Yogyakarta dan Bali banyak mendapatkan wisatawan

asing. Tak hanya bagi suatu daerah hadirnya pariwisata juga sama pentingnya

bagi individu, terutama bagi yang kesehariannya melakukan aktivitas rutin

sehingga kejenuhan kerja harus dihilangkan, salah satunya dengan berwisata.

1
2

Selain menghilangkan kejenuhan kerja berwisata juga bisa meningkatkan

daya kreativitas dan produktivitas seseorang. Menurut Yuwana (2010 : 1) Dengan

meningkatnya waktu luang sebagai akibat lebih singkatnya hari kerja dan

didukung oleh meningkatnya penghasilan maka aktivitas kepariwisataan akan

semakin meningkat. Dari pernyataan Yuwana tersebut, saat ini pariwisata menjadi

kebutuhan baru dimasyarakat. Menurut Wahab (2003) pariwisata adalah salah

satu dari industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi

yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam

mengaktifkan sektor produksi lain dalam negara penerima wisatawan. Karena

kebutuhan akan berwisata terus bertambah maka pengembangan dan

pembangunan objek wisata terus dilakukan. Seperti halnya alun-alun Kota wisata

Batu.

Alun-alun merupakan ikon utama bagi setiap daerah, begitu pula kota

Batu. Desain dan karakteristik kota divisualisasikan dalam desain dan bentuk

taman kota. Buah apel, yang menjadi komoditi utama, dan kini menjadi ciri Kota

Batu diletakkan ditengah alun-alun yang menggambarkan bahwa buah apel

merupakan citra dari Kota Batu itu sendiri yang perlu dijadikan sebagai landmark.

Air mancur yang berada ditengah alun-alun juga memiliki makna tersendiri, yakni

menunjukkan bahwa Kota Batu merupakan kota dengan sumber air yang sejuk,

dingin dan bersih. Alun-alun KWB (Kota Wisata Batu) sendiri telah mengalami

beberapa perombakan dan pemugaran selama beberapa kali, dan pembangunan

terakhir dilakukan pada tahun 2010 lalu yang diresmikan pada mei 2011. Dengan

adanya pemugaran, perluasan wilayah dan sentra pkl baru membuat pengunjung
3

alun-alun meningkat dengan pesat. Padatnya pengunjung alun-alun KWB sangat

terasa dihari-hari libur dan akhir pekan.

Tabel 1.1 Data Pengunjung Alun-alun KWBTahun 2019

No. Hari Jumlah Kendaraan yang Akumulasi Perkiraan


Datang Pengunjung
1. Senin 1.300 – 2.000 motor, 100-300 3.830 orang per hari
mobil
2. Selasa 1.300 – 2.000 motor, 100-300 3.830 orang per hari
mobil
3. Rabu 1.300 – 2.000 motor, 100-300 3.830 orang per hari
mobil
4. Kamis 1.300 – 2.000 motor, 100-300 3.830 orang per hari
mobil
5. Jumat 1.500 – 2.000 motor, 150-300 4.400 orang per hari
mobil
6. Sabtu 2.000 – 3.500 motor, 200-300 6.500 orang per hari
mobil
7. Minggu 2.000 – 3.500 motor, 200-300 6.500 orang per hari
mobil
Sumber : Data yang Tealah Diolah Penulis

Dari pembangunan dan pengembangan kawasan alun-alun yang menarik

daya kunjung wisatawan, ramainya kawasan alun-alun memiliki dampaknya

tersendiri. Salah satunya dampak pada sisi ekologis. Lingkungan ekologis Kota

Batu banyak terpengaruh oleh tempat-tempat objek wisata, baik wisata alam

maupun wisata buatan. Dampak yang terasa adalah adanya pembukaan lahan baru

untuk dijadikan objek wisata ataupun akokodasi penunjang seperti penambahan

lahan pkl, parkir dan yang lainnya.

Seiring meningkatnya jumlah wisatawan meningkat pula jumlah sampah

yang dihasilkan. Setiap wisatawan pasti menghasilkan sampah rumah tangga.

Entah sampah hasil belanja di sekitar kawasa alun-alun ataupun sampah yang
4

sudah dibawa sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dari data jumlah sampah

dinkawasan alun-alun kota batu :

Tabel 1.2 Data Jumlah SampahTahun 2019

No. Hari Akumulasi Jumlah Sampah


1. Senin 4,13 m3 sampah
2. Selasa 4,13 m3 sampah
3. Rabu 4,13 m3 sampah
4. Kamis 4,13 m3 sampah
5. Jumat 4,97 m3 sampah
6. Sabtu 5,85 m3 sampah
7 Minggu 5,85 m3 sampah
Sumber : Petugas Pengangkut Sampah Alun-alun Kota Batu Tahun 2019

Jumlah tersebut didaptkan dari perhitungan antara jumlah tempat sampah dengan

kapasitas tempat sampah, antara lain :

a) 19 tempat sampah kotak 3 yang berkapasitas 75 liter

b) 4 tempat sampah bulat yang berkapasitas 50 liter

c) 15 tempat sampah oval yang berkapasitas 72 liter

d) 19 tempat sampah segi enam yang berkapasitas 75 liter, serta

e) 15 tempat sampah pengangkut ukuran sedang yang berkapasitas 120 liter,

dan

8 tempat sampah pengangkut ukuran besar yang berkapasitas 600 liter

Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya osangat ditentukan

oleh baik-buruknya lingkungan. Ia sangat peka terhadapp kerusakan lingkungan,

misalnya pencemaran oleh limbah domestik seperti sampah yang bertumpuk,

nampak kotor dan bau, dan kerusakan pemandangan oleh penebangan hutan,
5

gulma air, gedung yang letak dan arsitekturnya tidaks sesuai serta sikap dsri

masyarakat itu sendiri. Karena pada dasarnya tanpa libgkungan yang baik tak

mungkinlah pariwisata bisa berkembang.Dari data tersebut, menunjukkan bahwa

jumlah sampah rumah tangga dari hasil pengembangan kawasan wisata alun-alun

kota Batu memberikan masalah baru, antara lain :

1. Sampah rumah tangga meningkat jumlahnya

Dengan meningkatknya jumlah pengunjung secara otomatis

menambah pula jumlah sampah. Karena aktivitas pengunjung

mempegaruhi aktivitas dikawasan sekitarnya seperti PKL, masjid, toko

dan resto di sekitar. Selain kegiatan jual beli ada pula kegiatan non jual

beli yang turut menyumbang sampah rumahtangga seperti kegiatan parkir.

Dari karcis parkir yang sudah tidak digunakan dan dibuang begitu saja

tanpa ada proses pengolahan lebih lanjut.

2. Kebutuhan akan tempat sampah meningkat

Seiring dengan meningkatnya jumlah sampah maka sarana

prasarana yang diperlukan juga turut meningkat. Tempat sampah,

merupakan sarana dasar yang diperlukan dalam kasus ini. Jumlah tempat

sampah yang sesuai dengan volume sampah harian akan sangat membantu

dalam menjaga kebersihan alun-alun. Peningkatan jumlah tempat sampah

ini terlihat dari adanya tempat sampah baru di area alun-alun dan

bertmbahnya tempat sampah pengangkut di area alun-alun.


6

3. Diperlukan inovasi baru terkait daur ulang sampah (terutama sampah

plastik)

Di alun-alun aktivitas yang paling banyak diakukan ialah kegiatan

jual-beli makanan dan minuman dan yang kedua adalah produk oleh-oleh

(aksesoris dan souvenir). Dari aktivitas jual-beli makanan tersebut sampah

yang paling banyak dihasilkan adalah sampah plastik, yang terlihat dari

pembungkus makanan dan inuman. Sedangkan jenis sampah yang paling

banyak dihasilkan kedua adalah sampah sterofoam dan kertas minyak, dan

yang ketiga adalah sampah daun yang berguguran dari pohon-pohon di

sekitar alun-alun. Dengan banyaknya sampah plastik maka concern daur

ulang sampah plastik perlu ditingkatkan mengingat sampah plastik adalah

sampah yang paling banyak di bumi dan sangat susah untuk lapuk. Inovasi

daur ulang sampah plastik sangat diperlukan, mengingat sampah terus

dihasilkan setiap harinya.

4. Diperlukan pengelolaan dan penjagaan kebersihan kawasan alun-alun

lebih intensif

Aktivitas yang beragam, ribuan manusia yang datang setiap

harinya membuat alun-alun menjadi tempat yang tak pernah kosong.

Manajemen yang tepat dan intensif sangat amat diperlukan, untuk menjaga

ketertiban dan keteraturan kawasan alun-alun mulai dari akomodasi sarana

dan prasarana, arus lalu lintas dan tentu saja sampah. Sampah yang

merupakan sesuatu yang kurang berguna dan cenderung tidak memiliki

nilai yang bersumber dari aktivitas baik manusia maupun alam. Sampah
7

akan menjadi hal negatif apabila tidak ada pengolahan yang berarti di

dalamnya, yang dapat mempengaruhi estetika dan kebersihan dari alun-

alun itu sendiri. Maka penjagaan dan pengelolaan sampah dan kebersihan

secara insentif sangat diperlukan di kawasan alun-alun kota Batu.

Dari jumlah sampah yang dihasilkan harus seimbang dengan proses daur

ulang dan teraturnya pengelolaan sampah di kawasan alun-alun Kota Batu agar

kebersihan lingkungan tetap terjaga. Oleh karena itu, dari permasalahan yang

telah dijabarkan sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengkaji tentang Dampak

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Alun-alun Kota Wisata Batu terhadap

Jumlah Sampah di Kawasan Alun-alun Kota Batu dengan studi kasus :

Manajemen Pengelolaan Sampah Alun-alun Kota Wisata Batu.

1.2 Rumusan Masalah

Dari akar permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang ingin diteliti oleh penulis ialah :

1. Bagaimana pembangunan dan pengembangan kawasan alun-alun Kota

Batu selama 10 tahun terakhir ?

2. Apa saja dampak dari pembangunan dan pengembangan alun-alun Kota

Batu ?

3. Bagaimana manajemen dan pengelolaan sampah di kawasan alun-alun

Kota Wisata Batu ?


8

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan dan pengembangan kawasan

alun-alun Kota Batu selama 10 tahun terakhir

2. Untuk meneliti jumlah sampah dari beragamnya aktivitas di alun-alun

Kota Batu

3. Untuk mengetahui bagaimana manajemen dan pengelolaan sampah di

kawasan alun-alun Kota Batu

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah :

1. Manfaat akademis, yaitu sebagaj salah satu sumbangan dalam

mengembangkan ilmj pengetahuan sehingga menambah wawasan

khususnya pada sektor ekologis dalam upaya pengembangan objek wisata

2. Manfaat praktis, yaitu sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi Pemda

setempat terutama dalam upaya pengolaan sampah di kawasan alun-alun

Kota Batu

3. Manfaat subjektif, yaitu sebagai suatu tahap pelatihan dan pengembangan

kemampuan berfikir ilmiah dan kemampuan untuk menukiskannya dalam

bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang

diperoleh dari bidang ilmu administrasi negara.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai rujukan, antara lain :

2.1.1 Jussac Maulana Masjhoer, S. Kel., M. Sc, jurnal dengan judul Kajian

Pengelolaan Sampah di Kawasan Wisata Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul.

Metode yang digunakan dalam penelitian jni adalah deskriptif

menggunakan survey dan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung,

kuesioner dan wawancara. Hasil dalam penelitian tersebut, peneliti menjelaskan

bahwa dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung beriringan dengan jumlah

volume sampah per harinya. Di hari-hari biasa volume sampah dikawasan pantai

Parangtritis mencapai 964 liter/hari, sedangkan dihari libur sampah meningkat

drastis sebesar 7.364 liter/hari. Angka tersebut menunjukkan peningkatan volume

sampah sebesar 70% perharinya. Jumlah yang cukup fantastis. Dari biasanya

jumlah tersebut, diperlukan upaya 'lebih' dalam pengelolaan sampah dikawasan

pantai beserta sarana dan prasarananya. Mulai dari tenaga kerja pengelolaan

sampah, tempat sampah, TPS baru, peranan masyarakat, persepsi wisatawan dan

produk hukum yang mampu diimplementasikan dengan baik. Dengan pengelolaan

sampah yang tepat dan efektif maka dampak lingkungan dikawasan wisata pantai

Parangtritis mampu dikendalikan dengan baik sehingga tidak menimbulkan efek

negatif dan mampu dikembangkan kedepannya.

9
10

2.1.2 Vincentia Reni Vitasurya (2014), jurnal dengan judul SAWITRI

(Sampah Wisata Pentingsari) : Model Pengelolaan Sampah Aktivitas Wisata Desa

Pentingsari, Yogyakarta.

Penelitian dilakukan dengan metode partisipatif riset aksi (participation

action research) dengan perspektif pelestarian lingkungan. Jenis penelitian yang

digunakan peneliti menekankan keterlibatan sasaran subyek yang aktif,

menjadikan pengalaman mereka sebagai bagian integral dalam penelitian. Hasil

dalam penelitian tersebut, penliti menjelaskan tentang perkembangan wisata di

desa Pentingsari, dimana wisata buatan dan dan wisata minat khusus tengah

menjadi trend baru di masyarakat. Desa wisata Pentingsari pun turut

mengembangkan wisata didesanya yang terlihat dari meningkatnya aktivitas

wisata yang semakin beragam seperti bertumbuhnya jumlah homestay, ada

peningkatan aktivitas wisata seperti berkemah, membatik, menjanur dan aktivitas

wisata lainnya. Dengan meningkatnya aktivitas wisata, meningkat pula wisatawan

yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah sampah dikawasan desa. Sampah yang

ada dikawasan desa wisata Pentingsari ada 3 jenis yakni sampah organik, sampah

anorganik dan sampah emisi gas karbon. Pengolahan limbah sampah organik dan

anorganik dilakukan oleh kelompok masyarakat setempat secara rutin.

Pengelolaan limbah sampah emisi gas karbon diatas dengan menentukan pool area

parkir dan membatasi jumlah kendaraan yang masuk. Sedangkan pengolahan

sampah organik, anorganik dan MCK dilakukan dengan cara mandaur ulang

menjadi souvenir dan menjadikan energi biogas sebagai alternatif energi.


11

2.1.3 Rany Puspita Dewi (2017), Jurnal dengan judul Perancangan Sistem

Pengelolaan Sampah Untuk Mendukung Perkembangan Industri Kreatif di Daerah

Pariwisata.

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah melalui studi

pustaka dan pengambilan data sekunder. Studi pustaka dilakukan dengan

melakukan kajian pustaka kondisi pengelolaan sampah tujuan wisata di Indonesia.

Pengambilan data sekunder meliputi data sampah beberapa contoh destinasi

wisata dan data pengelolaan sampah yang telah dilakukan keterkaitannya dengan

industri kreatif. Hasil dari penelitian tersebut ialah, dengan perancangan sistem

pengelolaan sampah didaerah wisata diharapkan dapat meningkatkan kebersihan

dan mendukung industri kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Karena kebersihan merupakan salah satu faktor tujuan wisata dan sampah bisa

menjadi sumberdaya yang bernilai bagi industri kreatif. Yang tentu saja proses ini

tidak lepas dari peran aktif instansi pemerintah terkait dan masyarakat yang saling

bersinergi.

2.1.4 Agus Muriawan Putra (2009), Jurnal dengan judul Sosialisasi Konsep

Pariwisata Berelanjutan dalam pengelolaan Objek Wisata Pantai Yeh Gangga

Kabupaten Tabanan.

Bali merupakan salah satu sentra wisata di Indonesia. Pantai Yeh Gangga

di kabupaten tabanan mulai memasuki kegiatan kepariwisataan. Namun sebuah

lingkungan memiliki kemampuan yang fisik yang terbatas. Oleh karena itu

diperlukan adanya konsep pariwisata berkelanjutan. Dari ke-khawatiran atas

rusaknya lingkungan akibat kegiatan kepariwisataan, peneliti mengadakan


12

sosialisai konsep pariwisata berkelanjutan di Desa Sudimara Kabupatan Tabanan,

Bali yang erupakan lokasi tempat pantai Yeh Gangga itu senidir. Sosialisasi

dilakukan dengan 2 metode yakni metode ceramah dan metode diskus. Konsep

pariwisata berkelanjutan sendiri adalah dimana kegiatan wisata bisa

menguntungkan masyarakat setempat dan berfokus pada pelestarian lingkungan.

Pariwisata berkelanjutan ini sangat pentign adanya mengingat pariwisata yang

“dijual” adalah keindahan alam. Untuk menjaga keindahan alam langkah yang

perlu dilakukan ialah dengan : 1) membuat peraturan yang berpihak kepada alam,

2) isu keamanan, kenyamanan dan kebersihan diberikan concern khusus, 3)

pertisipasi para pelaku kegiatan wisata.

2.1.5 Mohammad Sayuti Djau, Widya Kurniati Mohi, Trisusanti Lamangida,

Syahril Pakaya (2017), jurnal dengan judul Aksi Pengelolaan Sampah Plastik di

Kawasan Wisata Pantai Untuk Eknomi Produktif.

Setiap kegiatan wisata pasti menghasilkan sampah. Sampah plastik

merupakan ancaman lingkungan yang tiada habisnya. Oleh karena itu para peneliti

ini melakukan aksi pengelolaan sampah plastik di kawasan wisata pantai. Selain

untuk menjaga lingkungan tapi juga bisa menambah ekonomi produktif. Langkah-

langkah dari aksi tersebut ialah : 1) melakukan pemisahan sampah plastik dengan

jenis sampah lainnya, 2) memanfaatkan limbah plastik menjadi kerajinan tangan,

3) dijadikan sebagai pot tanaman hidropolik dan, 4) diolah sebagai bahan bakar

minyak. Selain pengolahan sampah plastik, langkah yang dilakukan untuk

penjagaan lingkungan adalah dengan memasang slogan pada gazebo dan tempat-

tempat ramai dan strategis, serta kampanye terhadap masyarakat.


13

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Feedback/Solusi Kategori


. Peneliti Penelitian Penelitian Rujukan
1. Jussac Kajian Peningkatan Perlu adanya Jurnal
Maulana Pengelolaan jumlah pengelolaan
Masjhoer, Sampah di pengunjung sampah
S. Kel., M. Kawasan beriringan dikawasan pantai
Sc Wisata Pantai dengan beserta sarana
Parangtritis, jumlah dan
Kabupaten volume prasarananya.
Bantul. sampah per Mulai dari tenaga
harinya. Di kerja pengelolaan
hari-hari biasa sampah, tempat
volume sampah, TPS
sampah baru, peranan
dikawasan masyarakat,
pantai persepsi
Parangtritis wisatawan dan
mencapai 964 produk hukum
liter/hari, yang mampu
sedangkan diimplementasika
dihari libur n dengan baik
sampah
meningkat
drastis sebesar
7.364
liter/hari.
Angka
tersebut
menunjukkan
14

peningkatan
volume
sampah
sebesar 70%
perharinya
2. Vincentia SAWITRI Perkembanga Pengelolaan Jurnal
Reni (Sampah n wisata di limbah sampah
Vitasurya Wisata desa emisi gas karbon
(2014) Pentingsari) : Pentingsari, diatas dengan
Model dimana wisata menentukan pool
Pengelolaan buatan dan area parkir dan
Sampah dan wisata membatasi
Aktivitas minat khusus jumlah
Wisata Desa tengah kendaraan yang
Pentingsari, menjadi trend masuk.
Yogyakarta. baru di Pengolahan
masyarakat. sampah organik,
Dengan anorganik dan
meningkatnya MCK dilakukan
aktivitas dengan cara
wisata, mandaur ulang
meningkat menjadi souvenir
pula dan menjadikan
wisatawan energi biogas
yang pada sebagai alternatif
akhirnya energi.
mempengaruh
i jumlah
sampah
dikawasan
desa. Sampah
15

yang ada
dikawasan
desa wisata
Pentingsari
ada 3 jenis
yakni sampah
organik,
sampah
anorganik dan
sampah emisi
gas karbon.

3. Rany Perancangan Dengan Salah satu cara Jurnal


Puspita Sistem perancangan pengelolaan
Dewi Pengelolaan sistem sampah di daerah
(2017) Sampah pengelolaan wisata adalah
Untuk sampah di perubahan nilai
Mendukung daerah wisata sampah itu
Perkembanga diharapkan sendiri seperti
n Industri dapat diolah sebagai
Kreatif di meningkatkan barang kerajinan
Daerah kebersihan bernilai seni. Dan
Pariwisata dan dalam melakukan
mendukung hal tersebut
industri diperlukan
kreatif untuk pelatihan
meningkatkan ketrampilan agar
kesejahteraan masyarakat bisa
masyarakat. turun langsung
Karena dan berperan
kebersihan dalam
16

merupakan pengelolaan
salah satu sampah wisata.
faktor tujuan
wisata dan
sampah bisa
menjadi
sumberdaya
yang bernilai
bagi industri
kreatif
4. Agus Sosialisasi Konsep Untuk menjaga Jurnal
Muriawan Konsep pariwisata keindahan alam
Putra Pariwisata berkelanjutan langkah yang
(2009) Berelanjutan untuk perlu dilakukan
dalam menjaga ialah dengan : 1)
pengelolaan lingkungan membuat
Objek Wisata dan agar peraturan yang
Pantai Yeh lingkungan berpihak kepada
Gangga bisa alam, 2) isu
Kabupaten dimanfaatkan keamanan,
Tabanan oleh kenyamanan dan
masyarakat kebersihan
kedepannya. diberikan
concern khusus,
3) pertisipasi
para pelaku
kegiatan wisata.

5. Mohamma Aksi Setiap Langkah-langkah Jurnal


d Sayuti Pengelolaan kegiatan dari aksi
17

Djau, Sampah wisata pasti pengelolaan ialah


Widya Plastik di menghasilkan : 1) melakukan
Kurniati Kawasan sampah. pemisahan
Mohi, Wisata Pantai Sampah sampah plastik
Trisusanti Untuk plastik dengan jenis
Lamangida, Eknomi merupakan sampah lainnya,
Syahril Produktif. ancaman 2) memanfaatkan
Pakaya lingkungan limbah plastik
(2017) yang tiada menjadi
habisnya. kerajinan tangan,
Oleh karena 3) dijadikan
itu para sebagai pot
peneliti ini tanaman
melakukan hidropolik dan,
aksi 4) diolah sebagai
pengelolaan bahan bakar
sampah minyak. Selain
plastik di pengolahan
kawasan sampah plastik,
wisata pantai. langkah yang
Selain untuk dilakukan untuk
menjaga penjagaan
lingkungan lingkungan
tapi juga bisa adalah dengan
menambah memasang
ekonomi slogan pada
produktif gazebo dan
tempat-tempat
ramai dan
strategis, serta
kampanye
18

terhadap
masyarakat
Sumber : Data Olahan Penulis tahun 2019

2.2 Pembangunan

Pembangunan mempunyai tujuan jangka panjang dalam arti kita tidak

hanya membangun untuk kita, generasi yang sekarang melainkan untuk anak cucu

kita, generasi yang akan datang. Dalam hubungan ini patutlah kiranya untuk

direnungkan konsep bahwa bumi pada umumnya bukanlah milik kita sebagai

warisan melainkan milik anak cucu kita, seperti sebuah pinjaman. Sebagai

pinjaman kita tidak boleh menggunakannya sesuka hati kita sampai habis karena

kita berkewajiban mengembalikannya kepada generasi selanjutnya dalam keadaan

baik tentunya. Keadaan yang baik itu tidak cukup dalam arti statis, melainkan

lebih penting lagi dalam arti dinamis. Artinya, keadaan yang baik dalam suatu

proses panjang menuju ke kondisi yang makin baik. Fase yang ditinggalkan itu

harus merupakan dasar untuk mendukung fase pembangunan berikutnya. Haruslah

ada jaminan tidak akan terjadi keambrukan karena lingkungan tidak dapat lagi

mendukung pembangunan itu. Inilah pada hekekatnya pembangunan berwawasan

lingkungan. Pembangunan yang menaikkan mutu hidup sekaligus menjaga dan

memperkuat lingkungan untuk mendukung pembangunan yang

berkesinambungan.

Ekologi pembangunan

Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup.

Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi


19

yang disebut ekosistem. Ilmu yang mempelajari interaksi antara pembangunan

dan lingkungan hidup disebut ekologi pembangunan. Manusia, baik sebagai

obyek maupun subyek pembangunan merupakan bagian dari ekosistem.

Pandangan holitis inilah yang dipakai dalam ekologi pembangunan. Pembangunan

bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula

dikatakan pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena

mutu hidup dapst diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan dasar,

pembangunan dapst diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar

rakyat dengan lebih baik.

2.3Pariwisata

A. Definisi Pariwisata

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Bab 1 Pasal tentang

Kepariwisataan,pariwisata adalah berbagai macama kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,pengusaha,

pemerintah,dan pemerintah daerah.

Yoeti (1996:118) menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan

yang dilakukan untuk sementara waktu,yang diselenggarakan dari satu

tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk usaha mencari nafkah

ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan

tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan

yang beraneka ragam.


20

Oleh karena itu, Pariwisata adalah bentuk dari kegiatan wisata yang dilakukan

oleh wisatawan dan di dukung berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan

oleh masyarakat. Pariwisata juga merupakan suatu perjalanan yang dilakukan

untuk sementara waktu,yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat lain dan

tidak bermaksud untuk menetap, berbisnis ataupun melakukan pekerjaan.

Konsep pariwisata menurut Burkart dan dan Medlik (1981:46) wisatawan

memiliki empat ciri, diantaranya adalah :

a. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di

berbagai tempat tujuan.

b. Tempat tujuan wisatwan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya

sehari-hari. Karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan

penduduk yang berdiam dan bekerja ditempat tujuan wisata.

c. Wisatwan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan-

bulanan, karena perjalanan itu bersifat sementara dan berjangka panjang.

d. Wisatwan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal

untuk menetap ditempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.

Wisatawan merupakan orang yang melakukan perjalanan diberbagai tempat

tujuan wisata dan tidak bermaksud untuk menetap,tetapi pulang kembali dalam

beberapa hari karena perjalanan bersifat sementara dan berjangka.

Menurut Cohen (1974:533) seorang wisatawan adalah seorang pelancong

yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu sementara
21

dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang

dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.

Wisatawan adalah perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang di

selenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk

berusaha tetapi semata-mata hanya menikmati perjalanan untuk memenuhi

keinginan yang beranekaragam dan bukan untuk bekerja.

Menurut Cohen (1974:533) konsep pariwisata adalah sebuah konsep yang

jernih, garis-garis batas antara peran wisatawandan bukan peran wisatawan sangat

kabur, dan banyak mengandung kategori antara. Ada tujuh ciri perjalanan wisata

menurut pendapatnya yang membedakan wisatwan dari orang-orang lain yang

juga bepergian adalah sebagai berikut :

a. Sementara, untuk membedakan perjalanan tiada henti yang dilakukan

petualang (tramp) dan pengembara (nomad)

b. Sukarela atau atas kemauan sendiri, untuk membedakan perjalanan yang

harus dilakukan orang yang diasingkan dan pengungsi

c. Perjalan pulang pergi, untuk membedakan dari perjalanan satu arah yang

dilakukan orang yang pindah ke negara lain (migran)

d. Relatif lama, untuk membedakan dari perjalan pesiar (excursion)

bepergian (tripper)

e. Tidak berulang-ulang, untuk membedakan perjalan berkali-kali yang

dilakukan orang yangmemiliki rumah istirahat (holiday house owner )


22

f. Tidak sebagai alat, untuk membedakan dari perjalanan sebagai cara untuk

mencapai tujuan lain, seperti perjalan dalam rangka usaha, perjalanan yang

dilakukan pedagang dan orang yang berziarah

g. Untuk sesuatu yang baru dan berubah, untuk membedakan dari perjalanan

untuk tujuan-tujuan lain, seperti misalnya menuntut ilmu

h. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan

pariwisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal seseorang diluar

tempat tinggalnya karena suatu alasan untuk melakukan kegiatan yang

bukan untuk menghasilkan upah.

Dengan demikian wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan

dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu yang bersifat sementara dan akan

pulang kembali ke tempat asalnya.

B. Komponen Pariwisata

Perjalanan wisata akan dipengaruhi oleh berbagai komponen pariwisata yang

terdapat didaerah atau objek wisata tersebut. komponen-komponen pariwisata

dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu komponen penawaran (supply) dan

komponen permintan (demand) dari pariwisata.

1. Penawaran (supply) pariwisata

Yang dimaksud dengan penawaran (supply) pariwisata adalah produk dan jasa

yang ditawarkan kepada wisatwan. Freyer (1993) dikutip Damanik dan Weber
23

(2006) Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau

dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata.

Elemen pariwisata yang sering disebut sebagai triple A,s yang terdiri dari

atraksi, aksessibilitas, dan amenitas. Secara singkat atraksi dapat diartikan sebagai

objek yang memberikan kenikmatan wisata. Aksesibilitas mencakup keseluruhan

infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari,ke dan selama di

daerah tujuan wisata (Inskeep,1991) mulai dari darat,laut dan udara. Akses ini

tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga insklusif mutu, ketepatan

waktu, kenyamanan dan keselamatan. Amenitas adalah infrastruktur yang

sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata, tetapi sering menjadi bagian

kebutuhan wisatwan.

2. Permintaan (demand) pariwisata

Menurut Salah Wahab (1976), yaitu yang dimaksud dengan permintaan

pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jumlah wisatawan

secara kuantitatif, dimana permintaan pariwista tersebut dapat dibagi menjadi

permintaan yang potensial dan permintaan yang sebenarnya. Yang dimaksud

dengan permintaan potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial akan

sanggup dan mampu dalam melakukan perjalan wisata. Sedangkan yang

dimaksud dengan permintaan sebenarnya adalah sejumlah orang yang sebenarnya

berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, artinya sejumlah wisatawan yang

secara nyata sedang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata.


24

Komponen pariwisata dapat dipengaruhi oleh dua faktor yang terdiri atas

penawaran dan permintaan. Keduanya juga menjelaskan elemen-elemen wisata

yang mencakup dengan atraksi sebagai objek wisata atau destination,

aksessibilitas sebagai pengaksesan para wisatwan untuk mencapai ke suatu tempat

objek wisata atau atraksi wisata dan ketiga amnesti sebagai infrastruktur yang

akan dibutuhkan oleh wisatwan dalam berwisata.

Menurut Hadinoto (1996:32-34) sistem pariwisata terdiri dari 5 komponen

besar, dimana komponen tersebut merupakan merupakan satu kesatuan yang

memerlukan keterkaitan, ketergantungan dan keterpaduan, yaitu :

1. Atraksi wisata. Adalah daya tarik wisata untuk berlibur. Atraksi wisata

merupakan faktor utama salah satu untuk menarik wisatawan berkunjung

ke suatu objek wisata.

2. Promosi. Merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi yang

ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat di kunjungi. Untuk

perencanaan, promosi merupakan bagian yang penting.

3. Pasar (asal wisatawan). Pasar wisata juga merupakan bagian yang penting.

walaupun tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun

informasi mengenai trend perilaku,keinginan,kebutuhan,asal,motivasi,dan

sebagainya dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur.

4. Transportasi. Yang terdiri dari rute angkatan,dan mode angkutan. Yang

menyangkut orang ke dan dari destinasi pariwisata.

5. Fasilitas/pelayanan. Yaitu untuk mendukung aktivitas pariwisata, yang di

dominasi pihak swasta.


25

Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang memerlukan

keterkaitan,ketergantungan,dan keterpaduan. Komponen pariwisata tersebut

dimulai dari atraksi wisata. Pada umumnya atraksi wisata berdasarkan pada

sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih,

adanya aksebilitas yang tinggi untuk mengunjungi serta memiliki ciri khusus. Dan

untuk memperkenalkan atraksi wisata tersebut dibutuhkan yang namanya promosi

yaitu untuk memperkenalkan dan memperomosikan atraksi wisata tersebut. selain

itu juga diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam untuk mengetahui asal

wisatawan dan kebutuhan wisata di tempat objek tersebut. untuk mencapai ke

suatu tempat atraksi wisata juga dibutuhkan transportasi yang menyangkut orang

ke dan dari destinasi wisata tersebut. sehingga pengunjung juga akan merasa puas

dengan pelayanan yang mendukukung pengunjung untuk berwisata dan

melakukan aktivitas wisata.

C. Objek Pariwisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan

daya tarik wisata. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009, Daya tarik wisata

adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.


26

Menurut Yoeti (1996) suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata

(DTW) yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik

untuk dikunjungi,yakni:

1. Adanya sesuatu yang dapat dilihat (something to see), maksudnya adanya

sesuatu yang menarik untuk dilihat dalam hal ini objek wisata

yangberbeda dengan tempat-tempat lain. Disamping itu juga perlu

mendapat perhatian terhadap atraksi wisata yang dapat dijadikan

entertainment bila orang berkunjung nanti.

2. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy) terdapat sesuatu yang

menarik yang dapat dibeli dalam hal ini dijadikan candramata untuk

dibawa pulang ketempat masing-masing sehingga didaerah tersebut harus

ada fasilitas untuk dapat berbelanja dan menyediakan souvenir maupun

kerajinan tangan lainnya dan harus didukung pula dengan fasilitas lainnya

seperti money changer dan Bank.

3. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do) ,yaitu suatu

aktivitas yang dapat dilakukan ditempat ituyang bisa membuat orang

berkunjung merasa betaj ditempat.

Objek wisata yang baik dan menarik untuk dikunjungi harus mempunyai

keindahan alam dan juga harus memiliki keunikan dan daya tark untuk dikunjungi

oleh fasilitas pada saat menikmatinya.

MenurutMappi (2001:30-33) objek wisata dikelompokkan kedalam tiga jenis,

yaitu :
27

a. Objek wisata alam, misalnya : laut, pantai, gunung, danau, sungai, fauna,

kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam, dan lain-lain.

b. Objek wisata budaya,misalnya: upacara kelahiran, tari-tari, musik, pakaian

adat, perkawinan adat, upacara turun kesawah, upacara panen, cagar

budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya,

kain tenun (tradisional),tekstil lokal, pertunjukan (tradisional), adat istiadat

lokal, museum dan lain-lain.

c. Objek wisata buatan, misalnya: sarana dan fasilitas olahraga,permainan,

hiburan, ketangkasan,taman rekreasi,pusat-pusat perbelanjaan dan lain-

lain.

Objek wisata terdiri atas objek wisata alam yang diciptakan tuhan dalam

wujud alam,dan objek wisata budaya yang didalamya berkaitan dengan budaya

adata suatu objek serta objek wisata buatan berupa olahan dari tangan manusia.

Dalam membangun objek wisata tersebut harus memperhatikan keadaan sosial

ekonomi masyarakat setempat,sosial budaya daerah setempat,nilai-nilai agama,

adat istiadat,lingkungan hidup,dan objek wisata itu sendiri. Pembangunan objek

dan daya tarik wisata dapat dilakukan oleh pemerintah, Badan Usaha maupun

Perseorangan dengan melibatkan dan bekerjasama pihak-pihak terkait.

1. Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi

wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata adalah

potensi sumber daya keragaman budaya,seni,dan alam (pesona alam).

Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan


28

nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata

dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan

masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata.

Pembangunan kepariwisataan memiliki 3 (tiga) fungsi atau tri-fungsi, yaitu :

a. Menggalakkan kegiatan ekonomi.

b. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

c. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa,

semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan

kesatuan nasional.

Berdasarkan fungsi pembangunan keparwisataan, kegiatan pariwisata bisa

memperluas kesempatan tenaga kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan

prasarana maupun dari berbagai sektor usaha yang langsung maupun tidak

langsung berkaitan dengan kepariwisataan. Objek wisata juga harus dijaga

kelestarian lingkungan hidupnya sehingga akan membawa dampak positif

terhadap pengembangan wisatanya. Pengembangan pariwisata juga dapat

menumbuhkan dan meningkatkan pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya,

sehingga dapat memotivasi sikap toleransi dalam pergaulan yang merupakan

kekuatan dalam pembangunan bangsa, selain itu juga pariwisata mampu

memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan.

Berdasarkan itu untuk tercapainya tri-fungsi tersebut maka harus ditempuh 3

(tiga) macam upaya, yaitu :


29

a. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata.

b. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran

c. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan

Pengembangan kepariwisataan tentu tidak luput dengan pembangunan yang

berkelanjutan untuk mendorong pengembangan objek wisata dalam hal ini

menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pasal 6

menyatakan bahwa Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan

perencanan pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan

keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia

untu berwisata. kemudian pasal 7 dinyatakan bahwa, pembangunan kepariwisatan

meliputi: Industri pariwisata,destinasi pariwisata,pemasaran dan kelembagaan

pariwisata.

2.4 Ekologi dan Lingkungan Hidup

A. Pengertian Ekologi

Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erast Haeckel, seorang ahli

ilmu hayat, dalam pertengahan dasawarsa di tahun 1865. Istilah ini berasal dari

bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang bersrti ilmu.

Karena itu secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhkuk hidup dalam

rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu rumah tangga makhluo hidup.

Suatu konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi

yang terbentuk oleh hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan

lingkungannya. Menurut pengertian, suatu sistem terdiri atas komponen-


30

komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem

terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang berinteraksi

membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi oleh adanya arus

materi dan energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam

ekosistem itu. Masing-masing komponen itu mempunyai fungsi atau relung.

Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama

dengan baik, keteraturan ekosistem itu pun terjaga.

Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut ada dalam suatu

keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis, melainkan

dinamis. Ia selalu berubah-ubah kadang-kadang perubahan itu dapat terjadi secara

alamiah maupun sebagai akibat dari perbuatan manusia.

Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk hidup

lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Manusia bersama tumbuhan, hewan

dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Selain makhluk hidup dalam

ruang itu terdapat juga benda tak hidup seperti udara, gas, air, tanah dan batu.

Ruang yg ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak

hidup didalamnya disebut lingkungan hidup. Sifat Lingkungan hidup ditentukan

oleh bermacam-macam faktor. Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing

jenis unsur lingkungan hidup tersebut. Kedua, hubungan atau interaksi antara

unsur dalam Lingkungan hidup tersebut. Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur

lingkungan hidup. Keempat, faktor non materiil seperti suhu, cahaya dan suara.

B. Daya dukung lingkungan


31

Daya dukung lingkungan perlu sesekali dipelajari dalam kaitannya dengan

berbagai kegiatan pembangunan, sebab semua daerah di permukaan bumi

memiliki daya dukung yang terbatas. Terlebih lagi pembangunan yang harus

mengubah atau setidak-tidaknya merambah suatu daerah yang akan dihadiri

sejumlah manusia dengan segala perilaku budayanya. Gangguan daya dukung di

suatu daerah atau kawasan tidak sekedar gangguan tata alamnya. Ada kalanya,

terganggu pula keaslian tata masyarakat nya. Kalau tata masyarakat terganggu,

masyarakat akan terangsang dan terpacu untuk ikut merambah dan mengganggu

tataan alam di sekitarnya.

Seperti yang diketahui, daya dukung lingkungan disuatu daerah, sangat

terikat pada kemampuannya untuk dapat pulih kembali secara alami. Ada yang

kemampuannya untuk pulih kembali secara alami berlangsung dengan cepat,

lambat atau bahkan tidak mampu pulih kembali seperti semula. Kemampuan

alami untuk dapat kembali pulih disebut dengan daya lenting. Daya lenting suatu

daerah umumnya akan sangat bergantung pada tata geologisnya khususnya jenis

litologi (batuan) yang mencetak topografi (gambaran permukaan) medannya. Jenis

dan sifat fisik batuannya juga ikut berperan, disamping kemungkinan adanya

tektonik (gaya yang bekerja didalam kerak bumi) aktif yang masih bekerja

didaerah bersangkutan. Seandainya tata geologi disuatu daerah sudah mantap,

kemungkinan besar daya lentingnya tinggi. Namun kalau tata geologinya tidak

mantap (labil) daya lentingnya pasti rendah.

Pemahaman sifat dan gejala yang erat kaitannya dengan masalah daya

dukung lingkungan, sangat diperlukan dalam perancangbangunan suatu kegiatan


32

pembangunan fisik dan nonfisik termasuk permintakannya sesuai dengan

peruntukannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemahaman tata alam dengan

segala sifat dan gejala nya, termasuk tata masyarakat yang ada disekitarnya.

Semua ini dilakukan untuk menunjang perancangbangunan dan perekayasaannya

agar tidak melampaui ambang batas daya dukung lingkungannya.

C. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan sebagai usaha secara sadar

untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar

kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Karena persepsi tentang kebutuhan

dasar, terutama untuk kepangsungan hidup yang manusiawi, tidak sama untuk

semua golongan dan berubah- ubah dari waktu ke waktu, pengelolaan lingkungan

haruslah bersifat lentur dan dinamis. Dengan kedinakisan tersebut kita berusaha

untuk tidak menutup pilihan golongan masayakat tertentu untuk memdapat

kebutuhan dasarnya atau menutup secara dini pilihan kita untuk kemudian hari.

Pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan cara

yang beraneka ragam pula. Pertama, ialah pengelolaan lingkungan secara rutin.

Kedua, ialah perencanaan dini pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi

dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. Ketiga, ialah perencanaan

pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan

terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan.

Keempat, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki


33

lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun larena

tindakan manusia.

Untuk mendapatkan mutu lingkungan yang baik, usaha kita ialah

memperbesar manfaat lingkungan dan atau memperkecil resiko lingkungan.

Keseimbangan lingkungan sering pula disebut keseimbangan ekologi. Dan sangat

dianjurkan bagi sebuah bangsa untuk melestarikan keserasian lingkungan. Dalam

kamus W.JS. Poerwadarminta (1976) lestari berarti tetap selama-lamanya, kekal,

tidak berubah sebaga sediakala; melestarikan bersrti menjadikan (membiarkan)

tetap tak berubah; dan serasi berarti cocok, sesuai, kena benar. Berdasarkan arti

dalam kamus ini melestarikan keserasian dan keseimbangan lingkungan bersrti

membuat tetap tak berubah atau kekal keserasian dan keseimbangan lingkungan.

Keserasian adalah suatu hal yang relatif dan subyektif. Apa yang dianggao

serasi oleh seseorang atau segolongan orang tidaklah selalu serasi bagi orang atau

golongan orang lain. Masing-masing orang atau golongan orang dan waktu

mempunyai selera yangmenetukan apa yang serasi atau tidak serasi. Jadi,

keserasian bukanlah suatu hal yang kekal, melainkan berubah-ubah meburut umur

orang atau golongan, tempat dan waktu. Karena itu melesatrikan keserasian

bertentangan dengan hakekat hidup yang menginginkan perubahan. Melestarikan

keserasian akan berarti meniadakan kebutuhan dasar untuk dapst memilih, yang

mana akan berarti menurunkan mutu lingkungan dan dengan itu mutu hidup.
34

2.5 Limbah

Secara teknik, limbah adalah bahan buangan hasil kegiatan hidup manusia

atau kegiatan alam yang belum memiliki nilai ekonomi bagi kesejahteraan hidup

manusia. Limbah baru dikatakan berbahaya bagi kehidupan manusia, jika sudah

melampaui nilai ambang batas. Nilai ambang batas yang membahayakan

kehidupan manusia disetiap daerah, tidak sama sebab disamping bergantung pada

tata ruang alami juga pada tata binaannya. Tata ruang alami memiliki peran yang

cukup besar dalam menunjang tinggi-rendahnya daya dukung lingkungan suatu

daerah yang menjadi tempat manusia bermukim dan bermasyarakat. Tetapi tata

ruang buatan, juga dapat direkayasa agar dapat menunjang daya dukung

lingkungan suatu daerah. Hanya pada umumnya diperlukan pembiayaan lebih

besar baik perekayasa maupun pemeliharaannya.

Limbah biasanya dalam bentuk fisik, fisis, kimia atau budaya yang

biasanya paling sulit diatasi. Selain itu, limbah buatan dapat terjadi dimana saja,

sedang limbah alami umumnya terbatas penyebarannya. Disamping terbatas,

terjadinya juga berlangsung sesuai hukum alam dan lambat atau cepat, dapat

terolah secara alami dan umumnya menjadi bermanfaat bagi kehidupan manusia

atau makhluk hidup lainnya. Lain halnya dengan limbah hasil kegiatan manusia

yang mudah sekali menyebabkan terjadinya gangguan pada tata lingkungan hidup

manusia.

Limbah hasil kegiatan hidup manusia terdiri dari dari limbah padat, cair,

dan gas dan umumnya lebih sulit didaur ulang serta lebih luas lagi sebarannya.
35

Dan apabila menjamah kawasan pemukiman masyarakat akan menciptakan

lingkungan yang kumuh dan hal tersebutlah yang mempengaruhi kesehatan

masyarakat. Menurut Departemen Kesehatan, lingkungan yang kumuh dapat

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan sebesar 40%, sedangkan perilaku

budaya manusia sendiri sebesar 35%. Limbah sendiri terbagi kedalam 2 jenis

yakni limbah alami dan limbah buatan.

a. Limbah alami

Setiap kegiatan alam baik nonhayati maupun hayati pasti menghasilkan

limbah. Limbah tersebut walaupun belum dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

hidup manusia tetapi pada umumnya tidak menimbulkan dampak yang terlalu

merugikan bagi kepentingan hidup manusia. Apalagi jika limbah tersebut murni

sebagai hasil kegiatan alam seperti muntahan gunung api, endapan berbagai hasil

pelapukan batuan, gas alam aktivitas gunung api dan yang lainnya. Sedangkan

limbah alami yang termasuk hayati yaitu endapan batu gamping yang terbentuk

didasar laut, bahan bakar organik seperti batubara dan minyak bumi dan yang

lainnya.

Sekalipun disebut limbah atau dapat disetarakan sebagai limbah, tetapi kalau

merupakan hasil buangan kegiatan alam tidak mustahil pasti ada manfaatnya.

Hanya saja, manusia belum memiliki kemampuan untuk memanfaatkannya.

b. Limbah buatan

Limbah buatan atau limbah hasil kegiatan hidup manusia ada dua, yakni

limbah industri dan limbah rumah tangga. Pada umumnya limbah industri lebih
36

mudah dikendalikan sebab kualitas dan kuantitasnya sudah diketahui, baik yang

bersifat fisik, fisis maupun kimia. Limbah rumah tangga umumnya amat rumit,

sebab terdiri dari berbagai adonan (campuran berbagai bahan cairan organik) atau

senyawa kimia. Adonan yang dimaksud tersebut dapat berupa adonan biologi

yang tidak mustahil, menjadi penyebab terjadinya pengembang-biakan berbagai

macam kuman penyakit yang bersifat endemik.

c. Sampah

Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari

bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun bukan logam yang

dapat terbakar dan yang tidak dapt terbakar. Sampah organik merupakan sampah

yang dapat terurai oleh bakteri secara alami, misalnya dedaunan, sisa makanan

dan ranting pohon. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang tidak

dapat terurai oleh bakteri secara alami dan akan membutuhkan waktu yang cukup

lama dalam penguraikannya, misalnya sampah plastik, kaleng, dan besi (Rizal,

2011)

2.6 AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

a. Pengertian umum amdal

Dampak, yaitu perubahan akibat adanya kegiatan dan dapat bersifat positif

(menguntungkan) atau negatif (merugikan), baik fisik, maupun psikis. Terjadinya

perubahan umumnya disebabkan oleh perilaku budaya manusia yang kurang

memahami kualitas dan kuantitas tata lingkungan alam.


37

Lingkungan alam umumnya dibentuk oleh 5 unsur alami, yaitu unsur

sebaran batuan (geologi), peredaran udara atau cuaca (meteorolgi), tata keairan

(hidrologi), tumbuhan dan hutan (botani) dan masyarakat hewani (zoologi).

Masing-masing unsur tersebut secara alami membentuk suatu interdependensi

(saling ketergantungan yang menguntungkan) sesuai matra waktu dan ruang

hingga kalau terganggu keseimbangan nya, lambat atau cepat dapat menjadi sebab

timbulnya perubahan.

Untuk mengetahuinya perlu dilakukan suatu kajian data dan informasi

unsur dan atau paduan unsur tata lingkungan. Kajian semacam ini disebut analisis.

Dalam melakukan analisis, yang kemudian disebut analisis mengenai dampak

lingkungan atau AMDAL, perlu dikerjakan dengan cermat dan teliti agar hasilnya

betul-betul tepat guna. Hasil AMDAL juga dapat digunakan untuk kepentingan

audit lingkungan atau ISO (International Standardized Organization) 14000, yang

amat bermanfaat untuk mengendalikan berbagai macam kegiatan kerja, baik fisik

maupun nonfisik. AMDAL yang dilakukan dengan baik dan benar dapat

dimanfaatkan untuk mendayagunakan dan sekaligus menghasilgunakan berbagai

kegiatan kerja, hingga kemungkinan terjadinya limbah dapat ditekan seminimal

mungkin agar tidak menimbulkan berbagai macam kerugian.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, audit lingkungan

secara teratur dapat juga diterapkan, sebab disamping dapat digunakan untuk

penyesuaian organisasi kegiatan kerja dan atau penghematan, juga dapat

digunakan untuk kepentingan lainnya yang bermanfaat. Audit lingkungan yang

berguna untuk menentukan suatu peruntukan sesuai dengan daya dukung


38

lingkungan suatu daerah, dan atau untuk menentukan jenis kegiatan kerja apa

yang paling menguntungkan. AMDAL atau audit lingkungan juga dapat

digunakan untuk sarana pengendalu kualitas dan kuantitas kegiatan kerja, untuk

mencegah atau menghindarkan kemungkinan terjadinya penyimpangan (deviasi)

kegiatan kerja.

AMDAL dilakukan dengan 2 cara yakni :

1) penyajian informasi lapangan ; pada hakekatnya merupakan kegiatan

kerja inventarisasi berbagai unsur lingkungan baik alami maupun hasil

rekayasa manusia lengkap dengan keterangannya.

2) SWOT ; Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity

(peluang) dan Threat (ancaman). Setiap daerah, kawasan atau wilayah

selalu memiliki kekuatan berupa kualitas dan kuantitas tata lingkungan

alam yang memiliki sifat sosial, ekonomi dan budaya baik secara

terpisah maupun secara terpadu. Dalam peneralan SWOT keempat

unsurnya selalu terpadu walaupun kualitas dan kuantitas nilainya tidak

selalu sama bobotnya. Untuk itulah berdasarkan inventarisasi unsur

tata lingkungan hidup yang terdiri dari fisiografi, meteorologi dan

klimatologi, hidorlogi, flora dan fauna dan demografi dapat digunakan

untuk bahan kajian SWOT.

2.7 Manajemen Pariwisata

Manajemen pariwisata tidak terbatas pada kawasan, obyek dan daya tarik

wisatanya saja, tetapi juga para wisatawan dan unsur penunjangnya. Sebab
39

kelancaran pelawatan wisata yang sudah direkayasa dalam suatu kemasan wisata

tergantung pada ketepatan manajemenberbagai unsur penunjangnya. Untuk

merekayasa suatu manajemen pariwisata yang umumnya memiliki cukup banyak

segi dan cukup rumit bisa disederhanakan dengan runtunan kegiatan pariwisata

yang tepat. Inti dari kegiatan pariwisata yaitu bagaimana menciptakan

interdependensi antara wisatawan dengan daya tarik wisata tersebut. Kegiatan

pariwisata yang pada intinya adalah wisatawan, baik umum ataupun minat khusus

memerlukanberbagai unsur penunjang. Apalagi dikawasan wisata yang padat

pengunjung dan jangkauan sasaran mutu wisata semakin berkembang, kebutuhan

akan manajemen yang tangguh juga turut meningkat.

Melalui manajemen yang berdaya guna untuk menciptakan

interdependensi antara wisatawan dengan daya tarik wisata diperlukan berbagai

macam sarana penunjang. Sarana penunjang tersebut yang utama yaitu kegiatan

promosi, pemanduan, transportasi, restorasi, akomodasi, dan unsur lainnya yang

sesuai dengan sasaran wisatanya. Sarana penunjang tersebut juga merupakan

sumberdaya yang memerlukan manajemen tepat guna, agar dapat dimanfaatkan

untuk menciptakan interdependensi pariwisata. Jika interdependensi pariwisata

sudah terwujud maka kegiatan wisata ekologi pun akan berjalan sesuai dengan

asas pembangunan berkesinambungan tanpa menimbulkan dampak negatif.

Manajemen sudah menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan dengan

berbagai konsepsinya dapat digunakan untuk menunjang berbagai pengelolaan

kegiatan kerja baik teknik maupun nonteknik. Begitu pula dibidang

kepariwisataan. Untuk mengendalikan kualitas dan kuantitas manajemen


40

diperlukan untuk memperhitungkan berbagai sumberdaya wisatanya agar sasaran

yang diinginkan tercapai sesuai rencana. Karena sekecil apapun kesalahan yang

dilakukan akan menimbulkan kerusakan yang berkesinambungan.


41

2.8 Kerangka Berpikir

Untuk memudahkan dalam memahami isi dari penelitian ini, digambarkan

dalam kerangka berikut ini :

Kebutuhan Individu akan


Wisata

Menuntut

Pengembangan dan Pembangunan


Tempat Wisata

Akar Permasalahan :
Fokus penilitian :
- sampah rumah tangga
meningkat – pembangunan alun-alun

– perlu inovasi terkait daur – peningkatan jumlah


ulang sampah sampah

– pengelolaan dan penjagaan – manajemen pengelolaan


lingkungan yang lebih
intensif

Kajian teori :
– Pembangunan
– ekologi
– pariwisata
– limbah
– AMDAL
42

Metodologi Penelitian :
Menggunakan metode
kualitatif dengan analisis
deskriptif, karena manusia
dibutuhkan sebagai subjek
penelitiannya

Feedback/Solusi Sementara :

- pemisahan sampah antara sampah


kering dan sampah basah untuk
memudahkan dan memaksimalkan
proses daur ulang

- inovasi daur ulang sampah, seperti


dijadikan kerajinan atau sumber daya
baru

- inovasi terhadap tempat sampah,


untuk menarik wisatawan agar
membuang sampah pada tempatnya
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian ada jalan yang perlu ditempuh untuk

mendapatkan informasi guna mencari dan mendukung kekuatan data penelitian.

Informasi tersebut bisa didapatkan melalui metodologi penelitian. Metodologi

penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk

melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi secra

harfiah metodologi penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan

menggunakan pikiran secaea saksama untuk mencapai suatu tujuan (Cholid,

2010).

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Abercrombie, Hill, Turner dalam Darsono (2005) penelitian

kualitatif merupakan suatu penelitian yang dicirikan oleh tujuan penelitian yang

ingin memahami gejala-gejala yang tidak memerlukan kuantifikasi atau gejala-

gejala yang tidak memungkinkan untuk diukur secara tepat atau kuantitaif.

Moleong dalam Darsono (2005) mengartikan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian kualitatif biasanya

suatu penelitian yang ingin mengungkapkan atau menjawab tentang pertanyaan

bagaimana sifat suatu hal atau objek yang diamati.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk

menghasilkan hipotesis dan analisisnya dilakukan secara deskriptif. Penelitian

43
44

kualitatif ini termasuk dalam naturalisitic inquiry atau penelitian alamiah

yang memerlukan manusia sebagai intrumennya. Dari beberapa penjelasan

tersebut maka penelitian Dampak Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Alun-alun Kota Wisata Batu terhadap Jumlah Sampah di Kawasan Alun-alun

Kota Batu dengan studi kasus : Manajemen Pengelolaan Sampah Alun-alun Kota

Wisata Batu menggunakan penelitian kualitatif.

3.2 Fokus Penelitian

Menurut Moeleong (2014:93) fokus penelitian adalah penentuan masalah

tergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, evaluator/

peneliti kebijakan. Dengan fokus penelitian, diharapkan memberi pengarahan agar

peneliti terhindar dari pengumpulan data yang tidak perlu dan membatasi pada

masalah umum dalam penelitian. Adapun fokus penelitian ini adalah:

1. Pembangunan dan pengembangan kawasan alun-alun Kota Batu selama 10

tahun terakhir yang meliputi :

a. Pembangunan kawasan alun-alun kota batu

b. Penambahan sarana-prasarana alun-alun seperti tempat bermain

anak-anak, bianglala, kamar mandi, tempat sampah dan kantor

informasi

c. Pembangunan PKL dan parkir kendaraan

2. Dampak dari pembangunan dan pengembangan alun-alun Kota Batu,

yakni :
45

a. Jumlah sampah rumah tangga meningkat

b. Kemacetan di area sekitar alun-alun akibat dari peningkatan jumlah

kendaraan pribadi

3. Manajemen dan pengelolaan sampah di kawasan alun-alun Kota Wisata

Batu, yakni:

a. Pengelolaan sampah harian

b. Kebersihan lingkungan alun-alun

c. Pengolahan sampah

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melaksanakan untuk

memperoleh data atau informasi yang diperlukan berkaitan dengan judul

penelitian. Tujuan ditetapkanannya lokasi penelitian ini agar dapat diketahui lebih

jelas objek penelitiannya. Adapun lokasi ini yaitu di kawasan Alun-alun Kota

Wisata Batujl. Diponegoro, Sisir, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur.

Peneliti memilih kawasan Alun-alun Kota Wisata Batu sebagai lokasi

penelitian dengan pertimbangan bahwa :

a. Alun-alun kota Batu merupakan tempat rekreasi umum yang dikelola oleh

pemerintah kota Batu

b. Alun-alun kota Batu merupakan ruang publik yang dapat diakses siapa pun

tanpa dikenakan biaya masuk

c. Pengunjung kawasan alun-alun sangat ramai dan padat


46

d. Terdapat banyak pedagang kaki lima, dimana pedagang kaki lima

merupakan salah satu penghasil sampah di kawasan alun-alun

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana dapat diperoleh

berdasarkan sumbernya atau cara memperolehnya. Menurut Moleong (2012)

sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan dan selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya.

Dalam penelitian ini adalah sumber data terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yang asli

yang memiliki informasi dan data. Dalam penelitian ini sumber data primer

diperoleh dari :

a. Sekretaris pelaksana manajemen alun-alun kota wisata Batu

b. Staff TPA Tlekung

c. Masyarakat yang pernah mengunjungi aun-alun Kota Batu

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung data primer yang diperoleh

secara tidak langsung dari sumbernya bisa melalui perantara atau data

yang di catat oleh pihak lain yang telah dipublikasikan seperti peneliataian

terdahulu, jurnal dan artikel yang berkesinambungan dengan penelitian.


47

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Darsono (2005) dalam kegiatan penelitian cara untuk

memperoleh atau mengambil data atau informasi disebut teknil pengumpulan

data. Dalam setiap teknik pengumpulan data, diperlukan suatu alat bantu yang

disebut dengan instrument, yaitu alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan

data atau informasi. Ada 5 metode atau teknik pengumpulan data dan ada 5

instrument dalam pengumpulan data, teknik tersebut antara lain:

a. Metode wawancara, dengan instrumen yang digunakan adalah metode

wawancara (interview guide)

b. Metode tes, dengan instrumennya adalah soal tes

c. Metode angket atau kuesioner, dengan instrumennya adalah berupa angket

dan kuesioner

d. Metode observasi, dengan instrumennya adalah pedoman observasi

e. Metode dokumentasi, dengan instrumennya adalah pedoman dokumentasi

atau dapat juga berupa check list

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara :

1) Observasi

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan secara

mengamati dan mencatat sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Darsono,

2005). Pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti dilokasi

penelitian untuk melihat kenyataan dan fakta sosial sehingga dicocokkan

antara hasil wawancara atau informasi dari subjek penelitian secara


48

langsung yang digunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana

dampak pengembangan dan pembangunan kawasan alun-alun kota Batu

terhadap jumlah sampah.

2) Wawancara

Dalam Darsono (2005) wawancara adalah proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana 2 orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan. Wawancara dilakukan peneliti dengan subyek-

subyek penelitian seperti pihak manajemen alun-alun kota Batu, pihak

Dinas terkait dan masyarakat yang pernah mnegunjungi alun-alun kota

Batu.

3) Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan

cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini, seperti buku, jurnal, surat kabar dan lain

sebagainya untuk mendapatkan data kegiatan pengembangan dan

pembangunan kawasan alun-alun kota Batu. Metode ini dilaksanakan guna

untuk mendukung dan melengkapi data yang diperoleh dari wawancara

dan observasi. Data yang dapat diperoleh dari metode ini adalah berupa

tulisan, rekaman seperti buku-buku pedoman laporan resmi catatan harian,

notulen rapat (Arikunto, 2002:135).


49

3.6 Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis adalah tahapan yang penting dan menentukan dalam

kegiatan penelitian, karena pada tahapan ini dengan melalui penggunaan data dan

akan diperoleh kesimpulan-kesimpulan kebenaran ilmiah sebagai jawaban atas

pertanyaan penelitian yang diajukan dengan menggunakan imajinasi dan

kreativitas penelitian. Analisis data sebenarnya adalah suatu proses kegiatan

penyederhanaan data kedalam bentuk tertentu agar lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan. Ada 2 alat analisis data, yaitu analisis statistik dan analisis non

statistik. Hal ini tergantung dari jenis datanya. Untuk data kualitatif dilakukan

analisis deskriptif eksplanatoris. Analisis kualitatif atau analisis deskriptif,

dilakukan untuk data yang bersifat monografi atau yang berwujud kasus-kasus

atau disebut data yang bersifat kualitatif, dimana data ini tidak dapat disusun

kedalam suatu struktur klasifikasi (Darsono, 2005)

Menurut Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2010:280), analisis data sebagai

proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan

merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai

usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Menurut

milles dan hubermen, analisis data tertera dalam situs ditegaskan bahwa kolom

pada sebuah matriks tata waktu disusun dengan jangka waktu, dalam susunan

tahapan, sehingga dapat dilihat kapan gejala tertentu waktu. Untuk menyajikan

data agar mudah dipahami, maka langkah-langkah analisis data yang digunakan

dalam penelitian adalah analysis intercactive model dari milles dan huberman,

yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa


50

bagian yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang

sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, doumen resmi,

gambar, foto dan sebagainya ( Moleong, 2006:247 )

b. Reduksi data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final

dapat ditarik dan diverifikasi (Milles dan Huberman, 2007:16). Reduksi

data merupakan proses merangkum dalam memilih data, memfokuskan

pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data ini

berlangsung secacara terus menerus selama penelitian berlangsung.

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, semua catatan dibaca,

dipahami dan dibuat ringkasan kontak yang berisi uraian hasil penelitian

terhadap catatan lapangan, pemfokusan dan penjawaban terhadap masalah

yang diteliti.

c. Penyajian data

Penyajian data/display data dimaksudkan untuk menemukan pola-

pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan

simpulan serta memberikan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini


51

juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang

telah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi

yang kompleks menjadi sederhana namun selektif. Data yang diperoleh

dari penelitian ini berwujud kata-kata, kalimat, atau paragraph. Karena itu

data tersebut akan disajikan dalam bentuk teks atau berupa uraian naratif.

d. Penarikan kesimpulan

Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:352), menyatakan

langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan

dan verifikasi. Dari reduksi data dan penyajian data/display inilah

selanjutnya apabila kesimpulan dan verifikasi pada awal telah didukung

oleh bukti-bukti valid dan konsisten, maka kesimpulan yang kredibel.

Hubungan interaktif tersebut digambarkan sebagai berikut.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif

Sumber: Milles dan Huberman (2007:20)

Dari model interaktif analisis data tersebut, peneliti harus melakukan

proses–proses yang sesuai dengan model tersebut yang dimulai dengan

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan juga penarikan


52

kesimpulan. Analisis ini merupakan proses yang bisa berulang-ulang dan

bertahap hingga pada akhirnya mampu berada dipenulisan akhir penelitian.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Di dalam pelaksanaan penelitian untuk dapat menetapkan kebasahan data

(trustworthiness) data diperlukan teknis pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong (2017)

yaitu ada empat kriteria yang dapat digunakan diantaranya adalah derajat

kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), serta kepastian (confirmability).Selain itu, di dalam keabsahan

data juga dilakukan sebuah proses yang disebut triangulasi.

Menurut Moleong (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Denzin dalam

Moleong (2007:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan

teori.

a. Triangulasi sumber (data)

Untuk membandingkan dan mengecek baik derajat keprcayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam metode

kualitatif.

b. Triangulasi metode

Untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.


53

c. Triangulasi penyidik

Untuk memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

d. Triangulasi teori

Berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa

derajat kepercayaan dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu dapat

dilakukan, dalam hal ini dinamakan penjelasan banding.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Kota Batu

Dalam LKJIP (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) Kota Batu

dijabarkan gambaran umum Kota batu mulai dari kondisi geografis dan kondisi

demografis.

a. Kondisi Geografis

Kota Batu merupakan salah satu daerah yang secara administrasi berada

dalam wilayah Provinsi Jawa Timur. Menurut Bappelitbangda Kota Batu luas

wilayah yang dimiliki adalah seluas 19.908,72 hektar atau 199,09 km2. Kurang

lebih 0,42 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kota Batu

terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Batu dengan 4 desa dan 4

kelurahan seluas 45,46 km2, Kecamatan Junrejo dengan 6 desa dan 1 kelurahan

seluas 25,65 km2, dan Kecamatan Bumiaji dengan 9 desa seluas 127,98 km2.

Adapun batas wilayah Kota Batu berbatasan dengan beberapa wilayah lain yaitu :

- Batas Utara : Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Prigen

Kabupaten Pasuruan.

- Batas Selatan : Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang

- Batas Timur : Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Dau Kabupaten

Malang

54
55

- Batas Barat : Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Batu menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Presentase


Desa/Kelurahan
1. Batu 45,46 km2 8 22,83 %
2. Junrejo 25,65 km2 7 12,88 %
3. Bumiaji 127,98 km2 9 64,28 %
Kota Batu 199,09 km2 24 100 %
Sumber : Bappelitbangda Kota Batu Tahun 2018

Data yang diperoleh dari Bappelitbangda Kota Batu,Kota Batu secara

geografis terletak pada posisi 112° 35'22.31152‟‟ Bujur Timur (BT) dan

7°45'51.61362„' Lintang Selatan (LS). Secara geostrategis, Kota Batu memiliki

posisi yang cukup strategis bagi pengembangan potensi daerah. Kota Batu yang

terletak di Provinsi Jawa Timur dikelilingi oleh Kota Malang, Kabupaten Malang,

Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto,

dan Kabupaten Pasuruan. Kota Batu terletak sekitar 101 km di sebelah timur Kota

Surabaya, dan sekitar 15 km di sebelah barat Kota Malang.

a) Topografi Kondisi topografi Kota Batu dalam konteks kemiringan lahan

berada pada kemiringan 0%->40%. Namun demikian, sehubungan dengan

kontur Kota Batu yang merupakan perbukitan dan pegunungan, maka lebih

banyak wilayah berada pada kemiringan 25%-40% dan >40%. Wilayah

dengan kemiringan 0%-8% adalah seluas 2.207,21 Ha, kemiringan >8%-15%

adalah seluas 2.223,73 Ha, kemiringan >15%-25% adalah seluas 1.799,37

Ha, kemiringan >25%-40% adalah seluas 4.529,85 Ha, dan kemiringan >40%

adalah seluas 4.493,33 Ha. Kondisi topografi Kota Batu dalam konteks

ketinggian lahan berada pada ketinggian 600 DPL- >3.000 DPL. Wilayah
56

dengan ketinggian 600-1.000 DPL adalah seluas 6.019,21 Ha, ketinggian

1.000-1.500 DPL adalah seluas 6.493,64 Ha, ketinggian 1.5002.000 DPL

adalah seluas 4.820,40 Ha, ketinggian 2.000-2.500 DPL adalah seluas

1.789,91 Ha, ketinggian 2.500-3.000 DPL adalah seluas 707,32 Ha; dan

ketinggian >3.000 DPL adalah seluas 78,29 Ha.

b) Geologi

Kondisi geologi Kota Batu terkait dengan struktur dan karakteristik tanah,

serta potensinya sangat dipengaruhi oleh jenis batuan pembentuknya.

Sebagian besar tanah di wilayah Kota Batu dibentuk oleh jenis batuan yang

berkarakteristik subur. Kurang lebih seluas 6.231,12 Ha terbentuk dari batuan

andosol yang memiliki karakteristik paling subur, dan 3.026,37 Ha terbentuk

dari batuan kambisol yang memiliki karakteristik cukup subur. Adapun

selebihnya terbentuk dari jenis batuan alluvial dan laktosol yang memiliki

karakteristik kurang subur dan berkapur. Hal ini berarti 84,4 persen luas tanah

di Kota Batu berkarakteristik subur. Oleh karenanya, kesuburan tanah ini

cukup berpotensi mendukung pengembangan sektor pertanian dan

perkebunan.

Tabel 4.2 Luas Kecamatan berdasar Jenis Tanah


No. Kecamatan Andosol Kambisol Aluvial Latosol

1. Batu 1.831,04 889,31 239,86 260,34


2. Junrejo 1.526,19 741,25 199,93 217,00
3. Bumiaji 2.873,89 1.395,81 376,48 408,61
Kota Batu 6.231,12 3.026,37 816,27 885,95
Sumber : Bappelitbangda Kota Batu Tahun 2018
57

Dilihat dari formasi geologi diatas menunjukan bahwa Kota Batu

merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena jenis tanahnya merupakan

endapan dari sederetan gunung yang mengelilingi Kota Batu, ada tiga gunung

yang berada di wilayah Kota Batu yaitu Gunung Panderman (2.010 meter),

Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter), sehingga di

Kota Batu mata pencaharian penduduknya didominasi oleh sektor pertanian.

c) Hidrologi

Kondisi hidrologi Kota Batu diwarnai oleh keberadaan sumber mata air,

daerah aliran sungai, dan sungai. Sumber mata air yang berada di wilayah Kota

Batu berjumlah sekitar 111 (seratus sebelas) sumber mata air, 83 (delapan puluh

tiga) diantaranya berstatus produktif dan diberdayakan oleh PDAM unit Kota

Batu, Kota Malang, danKabupaten Malang untuk memenuhi kebutuhan air dari

masyarakat. Sumber mata air itu mengalir melalui 17 (tujuh belas) jaringan

sungai yaitu Kali Brantas, Kali Gringsing, Kali Ampo, Kali Lanang, Kali

Jurangsusuh, Kali Junggo, Kali Braholo, Kali Brugan, Kali Ngujung, Kali

Clumprit, Kali Sumpil, Kali Sumbergunung, Kali Kasinan, Kali Krikil, Kali

Krecek, Kali Jurangjero, dan Kali Mranak. Selain itu, Kota Batu juga memiliki

Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Brantas. Hulu DAS Brantas terletak di

Desa Sumberbrantas. Panjang DAS Brantas dari hulu hingga hilir sekitar 12.000

km2 melewati 485 (empat ratus delapan puluh lima) sungai. DAS Brantas

mengalir melewati 9 (sembilan) kabupaten dan 6 (enam) Kota di Jawa Timur.


58

d) Klimatologi

Kondisi iklim di Kota Batu cenderung merupakan iklim pegunungan yang

berudara sejuk dan curah hujan yang tinggi. Curah hujan sepanjang tahun 2016

termasuk cukup tinggi. Hanya pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober

berada pada kisaran 0 mm-81,8 mm. Rata-rata curah hujan selama tahun 2016

adalah 193,89 mm. Curah hujan terendah pada bulan September, sedangkan

tertinggi pada bulan Desember. Rata-Rata suhu udara sepanjang tahun 2016

termasuk cukup dingin yaitu pada suhu ratarata 23,5o C. Rata-rata suhu udara

terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 21,9oC, sedangkan tertinggi pada bulan

Oktober yaitu 24,4oC. Ratarata kelembaban udara sepanjang tahun 2016 termasuk

cukup tinggi yaitu pada 79,75 %. Rata-rata kelembaban terendah terjadi pada

bulan September sebesar 70 %, sedangkan tertinggi pada bulan Desember sebesar

86 %.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Batu

Sumber : Bappelitbangda Kota Batu Tahun 2018


59

b. Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Kota Batu Per 31 Desember 2018 sebesar 211.869

jiwa yang tersebar di 3 Kecamatan, Kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak adalah Kecamatan Batu sebesar 97.107 jiwa yang terbagai ke dalam

30.111 kepala keluarga sedangkan Kecamatan Junrejo merupakan kecamatan

dengan jumlah penduduk paling sedikit yakni sebanyak 53.041 jiwa yang terbagi

ke dalam 16.656 kepala Keluarga

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Batu Berdasarkan Kecamatan Per 31 Desember
2018
Presentasi terhadap
Jumlah Kartu
No. Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
Keluarga
Kota
1. Batu 97.107 45,83 % 30.111
2. Bumiaji 61.721 29,13 % 19.593
3. Junrejo 53.041 25,03 % 16.656
Jumlah 211.869 100 % 66.360
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu Tahun 2018

Berdasarkan aspek usia, sebagian besar penduduk Kota Batu terkategori

sebagai usia produktif yakni pada rentang usia 15-64 tahun 150.029 Jiwa atau

70,81 % dari total jumlah penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang termasuk

ke dalam kategori tidak produktif sebanyak 61.840 jiwa atau 29,19 % dari total

jumlah penduduk. Adapun uraian jumlah penduduk berdasarkan Klasifikasi usia

sebagaimana tabel berikut :


60

Tabel 4.4Jumlah penduduk Kota Batu berdasarkan melompok umur per 31


Desember 2018

No. Struktur Umur Total Persen (%)


1. 0-4 13.945 6,58
2. 5-9 16.138 7,62
3. 10-14 15.631 7,38
4. 15-19 15.363 7,25
5. 20-24 15.900 7,50
6. 25-29 15.686 7,40
7. 30-34 16.601 7,84
8. 35-39 18.408 8,69
9. 40-44 15.795 7,46
10. 45-49 16.126 7,61
11. 50-54 14.422 6,81
12. 55-59 12.459 5,88
13. 60-64 9.269 4,37
14. 65-69 6.179 2,92
15. 70-74 3.849 1,82
16. > 75 6.098 2,88
TOTAL 211.869 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu Tahun 2018

4.2 Pembangunan Alun-alun

Kota batu menjuluki dirinya sebagai kota wisata, dengan berjamurnya

obyek wisata baik obyek wisata alam maupun buatan. Industri wisata menjadi

komoditas utama yang disusul dengan industri agriculture mulai dari sayuran

(hortikutura), perkebunan buah dan bunga hngga agrowisata. Menururt data dari

BPS Kota Batu, jumlah wisatawan yang mengunjungi Kota Batu tahun 2018

mencapai 5.644.168 pengunjung, dan angka tersebut meningkat dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya seperti di tahun 2016 mencapai 2.177.591 wisatawan dan

di tahun 2017 mencapai 4.188.910 wisatawan.


61

Data-data tersebut menujukkan 2 hal yakni :

1. Kota Batu merupakan pusat wisata di Provinsi Jawa Timur, karena

dibandingkan kota lain di Jawa Timur, Kota Batu memiliki angka

wisatawan tertinggi

2. Pengunjung meningkat setiap tahunnya

Dari dua hal tersebut dapat ditarik garis besar mengenai pariwisata di Kota

Batu. Tingginya angka pengunjung/wisatwan dengan jumlah obyek wisata yang

beragam, maka diperlukan pembangunan infrastruktur meliputi perbaikan jalan,

tata ruang kota dan RTH, sistem drainase, arus lalu lintas dan pembangunan ruang

publik. Dari sekian banyak fokus pembangunan, Alun-alun Kota Batu menjadi

sorotan utama. Selain menjadi ikon kota, Alun-alun menjadi investasi tersendiri

dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Karena kota Batu

merupakan kota wisata maka fokus pembangunan alun-alun didasarkan pada

prinsip pembangunan obyek wisata dan pembangunan berkelanjutan.

Menurut Yoeti (1996) suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata

(DTW) yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik

untuk dikunjungi,yakniadanya sesuatu yang bisa dilihat (something to see),

adanya sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) dan adanya sesuatu yang bisa

dilakukan (something to do). Selain itu objek wisata yang baik dan menarik untuk

dikunjungi harus mempunyai keindahan alam dan juga harus memiliki keunikan

dan daya tarik untuk dikunjungi oleh fasilitas pada saat menikmatinya. Untuk
62

mencapai hal tersebut diperlukan pengembangan objek wisata, dalam kasus ini

ialah pengembangan alun-alun.

Pembangunan alun-alun dimaksudkan agar alun-alun tidak hanya sebagai

ruang publik tetapi juga obyek wisata yang bisa diakses oleh seluruh lapisan

masyarakat. Alun-alun tidak sekedar ikon semata, melainkan merangkap sebagai

taman kota, obyek wisata dan salah satu sentra ekonomi di Kota Batu.

Pengembangan alun-alun bertujuan untuk memberikan keuntungan baik

bagi wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata adalah

potensi sumber daya keragaman budaya, seni dan pesona alam. Dalam

membangun objek wisata harus memperhatikan keadaan sosial ekonomi

masyarakat, sosial budaya, adat istiadat, nilai-nilai agama, lingkungan hidup dan

objek wisata itu sendiri. Penggunaan gagasan sustainable development/

pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan alun-alun bukan tanpa dasar.

Semenjak diadakannya Konferensi Stockholm di tahun 1972 (dalam Arief, 2011 :

52) mengenai lingkungan hidup semua pembangunan harus didasarkan pada

prinsip pembangunan berkelanjutan. Di Indonesia sendiri juga sudah mulai

menerapkan prinsip tersebut yang diperkuat dengan adanya regulasi-regulasi

terkait pembangunan dan pariwisata, seperti UU No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan.

Perbedaan pembangunan kota dan pembangunan obyek wisata (tanpa

unsur „sustainnable‟) terletak pada fokus dan tujuan pembangunan. Pembangunan

kota berfokus pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, sedangkan pembangunan


63

obyek wisata berfokus pada profit dari para wisatawan atas kenyamanan dan

hiburan yang telah mereka terima. Seringkali pembangunan-pembangunan

tersebut terlalu mengeksploitasi lingkungan yang dampaknya hanya bisa

dirasakan beberapa tahun kedepan. Seperti pembukaan lahan untuk ruang wisata

yang mengakibatkan berkurangnya ruang hijau meningkatkan polusi. Hasil limbah

dari tempat wisata juga tidak bisa dikatakan sedikit. Oleh karena itu perlu

diterapkan gagasan pembangunan berkelanjutan dalam sebuah pembangunan, baik

pembangunan kota maupun pembangunan obyek wisata. Menerapkan prinsip

pembangunan berkelanjutan / sustainable development dalam pembangunan

obyek wisata tidaklah mudah dan menjadi tantangan tersendiri. Karena

mengoptimalkan kenyamanan dan kebutuhan wisatawan dengan pelestarian

lingkungan bukanlah perkara mudah. Pada dasarnya pembangunan adalah

perubahan, merubah, mengganti sesuatu menjadi lebih baik maka harus ada yang

perlu dikorbankan dalam „perubahan‟ tersebut. Pariwasata kini menjadi sebuah

industri dimana para wisatawan bisa dikaakan konsumen yang mulai cukup

selektif dalam memilih kualitas kenyamanan dan hiburan apa yang bisa ia

dapatkan.

Gagasan pembangunan berkelanjutan sudah mulai diimplemntasikan

dalam pembangunan alun-alun. Gro Harlem Brundtland (dalam Arief, 2011 : 52) ,

penggagas sustainable development/pembangunan berkelanjutan di Konferensi

Stockholm mendefinisikan sustainable development / pembangunan berkelanjutan

sebagai suatu pembangunan yang sesuai dengn kebutuhan-kebutuhan saat ini

tanpa mengkompromikan kemampuan generasi yang akan datang menyesuaikan


64

kebutuhan-kebutuhan mereka. Sumber daya tidak boleh dihabiskan oleh generasi

masa kini, tetapi harus dapat diberikan juga untuk anak cucu di masa mendatang.

Sedangkan Soemarwoto (2005) mendefinikan pembangunan berkelanjutan

sebagai perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi

dan sosial dimana masyarakat bergantung kepadanya. Pembangunan

berkelanjutan bisa dikatakan teralisasi dengan baik dilihat dari beberapa kriteria

yang sudah dicapai, kriteria tersebut menurut Haeruman (1997) dalam Arief (2011

: 54), antara lain :

a. Dalam konteks ekonomi, pembangunan harus menghindari upaya-

upaya untuk memperkaya satu kelompok yang akan memisikinkan

kemlompok-kelompok lainnya

b. Dalam konteks fisik (tidak dalam konteks sosial ekonomi), dalam

embangunan berkenaljutan keadilan dan persamaan benar-benar

menjadi dasar yang wajib diterapkan

c. Dalam konteks ekologis pembangunan selayaknya menjaga,

memperbaiki dan memulihkan sumber daya alam yang dimiliki, baik

pada daerah-daerah yang dimanfaatkan secara produktif maupun pada

daerah-daerah marginal

d. Dalam konteks sosial, diperlukan suatu solidaritas, koordinasi dalam

tindakan serta partisipasi oleh berbagai sektor dan individu.


65

Sedangkan menurut Salim (2009) dalam Arief (2011 : 54) pembangunan

berkelanjutan harus meliputi :

a. Keberlanjutan lingkungan, berupa keseimbangan fungsi ekosistem

dalam menopang sistem kehidupan alami yang menghidupi seluruh

komponen lingkungan hidup manusia

b. Keberlanjutan ekonomi, berupa proses ekonomi yang berjalan secara

berlanjut (steady) dengan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan

produktifitas yang memperkaya kualitas kehidupan manusia

c. Keberlanjutan sosial perilaku, dengan melibatkan peran serta

masyarakat madani yang berdaya diri

Sustainable development atau Pembangunan berkelanjutan berpegang

pada 3 pilar yakni pembangunan ekonomi, sosial dan lignkungan. John Elkington

menyatakan konsep sustainable development kedalam 3 pilar yakni Planet, People

dan Profits. Pilar oleh Elkington biasa disebut dengan 3P.

Gambar 4.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan oleh John Elkington

Sumber : Google Image tahun 2019


66

Penerapan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development

dalam pembangunan obyek wisata berbeda dengan pembangunan berkelanjutan

dalam pembangunan sebuah kota. Pembangunan berkelanjutan yang diterapkan

saat pembangunan kota mengedepankan fungsi kota dan pemenuhan kebutuhan

masyarakat. Sedangkan pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan sebuah

obyek wisata tidak hanya mengedepankan aspek lingkungan dan fungsi obyek

tetapi juga berfokus pada kenyamanan wisatawan. Dalam pembangunan alun-alun

kota Batu pembangunan sangat difokuskan pada alam, karena alam tidak hanya

dipandang sebatas sebagai lingkungan hidup tetapi sebagai simbol dan daya tarik

wisata itu sendiri.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, sebelum

dilaksanakan sebuah proyek pembangunan diperlukan kajian mengenai dampak

kedepannya, terutama dampak terhadap lingkungan. Kajian tersebut disebut

analisis mengenai dampak lingkungan atau disebut AMDAL. Pemahaman terkait

tata alam, sifat dan gejalanya, termasuk tata masyarakatnya diperlukan untuk

menunjang perancang-bangunan supaya tidak melebihi ambang batas daya

dukung lingkungan. AMDAL dilakukan dengan 2 cara yakni penyajian informasi

lapangan dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opprtunity and Threat).

Perkembangan Alun-alun Kota Wisata Batu Dari Tahun ke Tahun

Alun-alun sendiri sudah melewati historis pembangunan yang panjang,

dari sebelum kota Batu menjadi Kota otonom alun-alun KWB sudah berdiri. Di

masa kolonial kawasan alun-alun dijadikan sebagai kawasan perkantoran


67

pemerintah Hindia Belanda. Di abad ke 18 M mulai ada peralihan kekuasan

pemerintahan Hindia Belanda terutama oleh VOC dimana VOC membuka lahan

perkebunan melihat iklim kota Batu yang cocok dijadikan lahan perkebunan.

Perkebunan yang banyak dikembangkan saat itu ialah perkebunan kopi dan kina,

dimana pada masa itu kopi dan kina adalah komoditas utama yang disukai oleh

banyak penduduk di Eropa.

Sebelum menjadi alun-alun yang kita lihat sekarang alun-alun difngsikan

menjadi beberapa tempat sebelumnya. Seperti kantor VOC, pusat pengumuman,

dan pasar besar. Seperti yang dijabarkan oleh Mas Aris dan Ibu Rodiyah

“Sebenernya ini dulu pasar mbak, trus dibangun jadi alun-alun”– Mas
Aris
“iya pasar besar Batu. Awal muawal itu pasar, pasar kuno”– Bu Rodiyah
Mas Aris pun menambahkan penjabaran mengenai pembangunan alun-

alun sebagai penduduk asli Kota Batu.

“lah.. trus dijadikan ikon Batu, dijadikan alun-alun lah pasar pindah
kesana (jalan dewi sartika). Sudah 5, 6 kali pembangunannya”- Mas Aris
“sudah 6 kali ini. Kalau saya masih menangi (melihat langsung) 4
(pembangunan), tugu, apel, apel 2x. Nah.. itu apel sendiri, trus ada lagi apel yang
pakek kubis itu, lah ada yang gunung-gunungan. Tugu, apel, gunung, apel kubis,
trus ini. Tapi sebelum tugu itu Cuma tanah ikonnya itu apa gitu, ada kok di foto”-
Mas Aris

Dari pernyataan tersebut membuktikan bahwa alun-alun sudah mengalami

beberapa kali perombakan baik secara fisik maupun secara fungsi dimana

perubahan secara fisik terlihat oleh perubahan bentuk bangunan, sedankgan

perubahan secara fungsi terlihat dari kegiatan yang berjalan didalamnya. Oleh

karena itu penulis akan menjabarkan pembangunan alun-alun di setiap tahunnya.


68

Tahun 1970-an

Setelah Indonesia merdeka Kota Batu mengganti jenis tanaman

perkebunan, pada saat itu banyak petani beralih ke buah apel yang hingga kini

kota Batu menjadi sentra perkebunan apel. Alun-alun pun turut mengalami

perombakan, hingga pada tahun 1970-an Alun-alun mulai berdiri ditandai dengan

adanya tugu ditengah-tengah alun-alun penanda pusat kota mulai dibangun.

Kawasan alun-alun dulunya merupakan daerah pasar besar, pusat pereknomian

Kota Batu. Alun-alun pada masa itu berdiri secara sederhana, hanya ada tugu

sederhana ditengah-tengah alun-alun.

Gambar 4.3 Alun-alun Kota Batu tahun 1970-an

Sumber : Facebook Kisah Kota Batu tahun 2019

Tahun 1980-an

Selanjutnya di tahun 1980-an kembali dilakukan renovasi. Tugu di alun-

alun diganti dengan monumen apel, mengingat mulai pada masa itu kota Batu

dikenal sebagai produsen apel terbesar di Indonesia. Jika sebelumnya kawasan


69

alun-alun merupakan pasar besar atau pusat perdagangan dan perekonomian,

maka ditahun 1975-1980 alun-alun sudah tidak berfungsi sebagai pasar, karena

pada masa itu ada insiden kebakaran yang melahap pasar. Sehingga alun-alun

mulai difungsikan sebagai taman dan ikon kota. Di tahun tersebut pembangunan

alun-alun di sponsori oleh rokok Bentoel, sehingga secara tidak langsung dalam

alun-alun ada unsur branding terhadap rokok Bentoel itu sendiri.

Gambar 4.4 Alun-alun Kota Batu Tahun 1985 dengan Branding Rokok
Bentoel

Sumber : Facebook Kisah Kota Batu tahun 2019

Namun alun-alun dengan branding rokok Bentoel tidak bertahan lama,

alun-alun kembali dirombak. Perombakan dilakukan dengan membangun tugu

apel ditengah-tengah alun-alun dan kolam air.


70

Gambar 4.5 Alun-alun setelah Perombakan Branding Bentoel

Sumber : Facebook Kisah Kota Batu Tahun 2019

Gambar 4.6 Alun-alun setelah Perombakan Branding Bentoel (2)

Sumber : Facebook Kisah Kota Batu tahun 2019


71

Tahun 2000-an

Pembangunan kembali dilakukan di tahun 2000-an, tahun dimana Kota

Batu sudah menjadi Kota otonom. Monumen apel diperjelas dengan lambang dan

semboyan kota Batu. Wajah kota Batu tidak hanya buah apel, melainkan buah

lainnya seperti strawberry, bunga dan tanaman hias dan sayur-sayuran. Oleh

karena itu monumen apel ditambahi komponen „kubis‟ sebagai perwakilan sayur

yang dihasilkan oleh petani di Batu. Lambang dan slogan kota pun sudah mulai

dipampang serta area alun-alun pun mulai diperluas.

Gambar 4.7 Alun-alun Kota Batu tahun 2000-an

Sumber : Facebook Kisah Kota Batu tahun 2019


72

Gambar 4.8 Alun-alun Kota Batu tahun 2000-an (2)

Sumber : Facebook Kisah Kota Batu tahun 2019

Tahun 2010

Renovasi alun-alun paling besar dengan perombakan yang menelan biaya

sekitar 12 Milyar dimulai pada tahun 2010. Dimana alun-alun dibangun dengan

konsep taman wisata kota yang ditujukan untuk semua kalangan dari tua hingga

muda, anak-anak hingga dewasa, pria atau wanita. Dengan konsep taman wisata

kota alun-alun menjadi sarana rekreasi sekaligus edukasi bagi seluruh lapisan

masyarakat. Dalam pembangunannya, alun-alun mempertegas ciri khas kota Batu

dengan adanya monumen apel ditengah alun-alun dan bangunan dengan desain

buah-buahan yang menjadikan daya tarik sekaligus ikon bahwa kota Batu tidak

hanya menghasilkan buah apel tapi lebih beragam dari itu.


73

Gambar 4.9 Alun-alun setelah Pembangunan di tahun 2010

Sumber : Google Image tahun 2019

Gambar 4.10 Alun-alun setelah Pembangunan di tahun 2010 (2)

Sumber : Google Image tahun 2019

Pembangunan alun-alun disetiap tahunnya merujuk seperti yang

disebutkan oleh Yoeti sebelumnya, yakni adanya sesuatu yang dapat dilihat
74

(something to see)hingga pada pembangunan alun-alun yang terakhir di tahun

2010 pembangunan tidak hanya difokuskan pada sesuatu yang dapat dilihat saja,

tetapi adanya sesuatu yang dapat dibeli (simething to buy) dan adanya sesuatu

yang dapat dilakukan (something to do).

Pembangunan tersebut juga meliputi perluasan daerah kawasan alun-alun,

pembangunan sentra PKL, lahan parkir dan wahana bermain keluarga. Di

pembangunan terakhir juga meliputi pembangunan food court. Perluasan alun-

alun dengan segala fasilitas didalammya ditujukan untuk mencapai 3 hal yang

perlu dimiliki oleh sebuah objek wisata yang baik seperti yang sudah disebutkan

sebelumnya. Pertama, perluasan alun-alun dengan pembangunan berbagai tugu,

patung yang bervariasi dan pepohonan didasarkan pada poin „adanya sesuatu yang

dilihat atau dinikmati‟ oleh para wisatawan. Berbagai bangku juga disediakan

untuk para wisatawan yang ngin duduk berisitirahat sejenak atau sekedar

meinkmati suasana alun-alun. Kedua, pemnbangunan wahana bermain keluarga

seperti bianglala, taman air mancur dan playground anak-anak merujuk pada poin

„adanya sesuatu yang dapat dilakukan‟. Ketiga, pembangunan sentra PKL dan

foodcourt yang merujuk pada poin „adanya sesuatu yang bisa dibeli‟. Selain

bermain, para wisatawan juga bisa menikmati jajanan dan makanan khas Kota

batu serta membeli oleh-oleh khas Batu yang semuanya bisa diakses di alun-alun.

Dan dengan adanya pembangunan tersebut penempatan PKL menjadi lebih tertata

serta lahan parkir yang lebih luas sehingga kemacetan bisa teratasi karena alur

jalan yang jelas dan tertata.


75

Gambar 4.11 Kondisi PKL sebelum Penataan dan Pembangunan

Sumber : Google Image tahun 2019

Gambar 4.12 Kondisi PKL setelah Penataan dan Pembangunan

Sumber : Google Maps tahun 2019

Gambar 4.13 Food Court di kawasan Alun-alun Kota Batu

Sumber : Google Maps tahun 2019


76

Dari pembangunan alun-alun penambahan jumlah pengunjung pun turut

mengikuti. Oleh karena itu pembangunan fasilitas-fasilitas umum turut

dikembangkan seperti yang dijabarkan sebelumnya. Manurut Bu Fatma selaku

sekretaris pengelola alun-alun pembangunan alun-alun sangat mempengaruhi pada

jumlah pengunjung dan fasilitas yang ada didalamnya.

“Pasti ada, karena alun-alun dikonsep untuk semua kalangan, dari


kalangan anak-anak, kalangan remaja, kalangan dewasa, kalangan orang tua,
keluarga jadi konsepnya disini semua masuk berwisata, rileks menikmati
keindahan taman dan kota. Ada juga fasilitas feriswheel yg sebagai ikon kota
batu, jadi pengunjung sangat signifikan.” – Bu fatma

Pembangunan berarti suatu kegiatan perubahan untuk menambah nilai

suatu benda atau barang. Alun-alun tidak sekedar ikon, melainkan sebuah aset

tersendiri, baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Pembangunan alun-alun

menjadikan alun-alun tidak sekedar ikon kota, melainkan tempat yang juga

memiliki nilai seni dan nilai ekonomi.

4.3 Dampak Pembangunan Alun-alun

Sejak adanya pembangunan alun-alun, terutama dengan adanya berbagai

wahana seperti Taman bermain Anak (Playground), taman air mancur,

Bianglala/Feriswheel membuat para wisatawan yang berkunjung ke kota Batu

mewajibkan diri untuk singgah di ikon kota Batu ini. Pariwisata memang sektor

yang sangat menggiurkan untuk meningkatkan pendapatan daerah. Terutama pada

kawasan yang diberkati dengan kakayaan alam yang indah seperti kota Batu.

Sehingga hanya perlu sedikit tamabahan sentuhan pembangunan infrastruktur

maka semua akan nampak luar biasa. Di pembahasan sebelumnya sudah


77

dijabarkan data terkait pendapatan daerah kota Batu dari sektor pariwisata. Dari

semua aktivitas wisata ada dampak yang menyertai dibelakangnya, dalam

Soewarno (2013) secara umum dampak tersebut antara lain :

a. Dampak Positif

1) Meningkatkan investasi dan kegiatan ekonomi di suatu daerah

2) Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat

3) Meningkatkan pembangunan secara ekonomi maupun infrastruktur

4) Membantu menyebarkan budaya dan kearifan lokal masyarakat

b. Dampak negatif

1) Kenaikan harga tanah

2) Terjadinya urbanisasi

3) Padatnya arus lalu lintas

4) Meningkatkan resiko kerusakan alam

Dengan bertambahnya jumlah pengunjung ada beberapa dampak yang

lebih spesifik timbul, yakni diantaranya ialah dampak terhadap kemacetan,

dampak terhadap ekonomi, dan dampak terhadap jumlah sampah.

4.3.1 Dampak terhadap Kemacetan

Kota Batu memiliki titel sebagai “Kota Wisata” bersanding dengan 2

kawasan wisata lainnya yakni Bali dan Yogyakarta, Kota Batu memiliki jumlah

pengunjung wisata terbanyak no.3 di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Kota

Batu memiliki puluhan destinasi wisata baik wisata alam maupun buatan, wisata

rekreasi maupun edukasi serta iklim sejuk yang menambah nilai plus sehingga
78

banyak yang menjadikan kota Batu sebagai destinasi wisata. Terlebih lagi lokasi

kota Batu dikelilingi oleh kota-kota padat penduduk seperi Surabaya, Sidoarjo dan

Gresik yang menjadikan kota Batu menjadi desinasi wisata utama. Pernyataan dari

Mas Aris sebagai petugas parkir dan Bu Rodiyah sebagai penduduk yang

sekaligus memiliki warung Gorengan terhadap kemacetan di kawasan alun-alun :

“ya tambah rame kalau macet, kalau macet berarti disini kan full. Macet
kan pas libur, liburan besar” – Mas Aris
“kalau liburan ya macet, tapi jadi rame (warungnya), kalau ndak macet
ndak ada yang datang jadi sepi (warungnya)”- Bu Rodiyah

Menurut laporan dari World Bank (Urban Transport, World Bank Paper,

Washington, 1975) menyebutkan bahwa pada akhir dekade in penduduk kota akan

berkembang 2 kali lipat sedangkan kepemilikan mobil (kedaraan pribadi) akan

bertmbah 3 kali lipat. Hal tersebut benar adanya, menururt data dari BPS pada

tahun 2018 kepemilikan kendaraan pribadi mencapai 146 ribu dengan angka

tersebsar ialah kepemilikan sepeda motor. Angka tersebut meningkat dari tahun

sebelumnya yang mencapai 137 ribu. Kendaraan pribadi banyak digunakan oleh

masyarakat karena dianggap lebih murah untuk dibawa kemana-mana, begitu pula

untuk berwisata. Menurut Hadinoto (1996) transportasi termasuk ke salah satu

dari 5 komponen pariwisata, yang berarti berjalannya sistem transportasi harus

diperhitungkan dan dipertimbangkan agar sektor pariwisata tidak terganggu atau

berkurang eksistensinya.
79

Banyaknya wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi

mengakibatkan adanya lonjakan volume kendaraan. Para wisatawan lebih memilih

menggunakan kendaraan pribadi karena beberapa faktor yakni :

1. Kurang terintergrasinya transportasi umum pada tempat-tempat wisata.

Hanya beberapa tempat wisata yang bisa diakses dengan angkutan umum

2. Jangkauan yang lebih mudah dan fleksibel. Karena tidak ada angkutan

umum yang terintegrasi maka untuk mencapai tempat satu dan tempat

lainnya akan lebih mudah menggunakan kendaraan pribadi

3. Jarak kota Batu yang cukup dengan kota padat penduduk seperti Surabaya,

Sidoarjo dan Gresik dimana di kota-kota tersebut memiliki angka

kepemilikan kendaraan pribadi yang cukup tinggi. Jarak yang tidak terlalu

jauh, yang bisa ditempuh selama 2-3 jam saja sehingga banyak wisatawan

yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi

4. Pembangunan infrastrukur, jalan tol, mendorong penggunaan kendaraan

pribadi menjadi lebih tinggi karena dengan melalui jalan tol waktu tempuh

perjalanan menjadi lebih singkat

Namun tidak sedikit juga wisatawan yang meenggunakan transportasi

umum. Hal tersebut terlihat dari penjualan tiket kereta api yang selalu habis di

akhir pekan dan padatnya terminal bus utama (Arjosari dan Landungsari).

Artinya, meski sebagian besar wisatawan menggunakan kendaraan pribadi

transportasi umum masih menjadi opsi. Angka penggunaan transportasi umum

akan menignkat apabila diirngi upaya untuk mengitegrasi tempat-tempat wisata


80

dengan jangkauan transportasi umum yang ada sehingga kemacetan di akhir

pekan dan di musim liburan dapat di minimalisir.

Dengan padatnya wisatawan terutama pada akhir pekan dan musim liburan

menyebabkan naiknya volume kendaraan, terutama kendaraan pribadi. Akibatnya

terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan. Salah satunya jalan di kawasan alun-alun

Kota Wisata Batu seperti jl. Diponegoro, jl. Sudiro dan jl. Gajah Mada. Penyebab

kemacetan itu sendiri ialah karena meningkatnya jumlah kendaraan dan sebagian

badan jalan digunakan sebagai lahan parkir. Data kemacetan di Kota Batu bisa

diperoleh dengan menggunakan metode Traffic Counting (TC), yakni Metode

untuk mendapatkan data volume arus lalu lintas adalah dengan metoda

pencacahan arus lalu lintas

Cara / langkah-langkah pengambilan data :

1. Mencatat semua jenis kendaraan yang lewat pada masing-masing arah.

2. Kendaraan di catat dalam jangka waktu 10 menit yang nantinya hasil

perhitungan akan dikali 6 dalam acuan satuan /jam. Penggunaan waktu 10

menit untuk efisiensi waktu

Data umum yang diperoleh :

1. Tipe jalan perkotaan:


- Jalan satu Jalur,dua Lajur,dua arah.
- Jalan satu Jalur, dua Lajur, satu arah
2. Termasuk Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan
pengumpulan/pembagian dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
81

Traffic Counting :
Menghitung manual kendaran yang melintas (dipisahkan sesuai jenis
kendaraan) selama 10 menit X 6 = Arus lalu lintas kendaraan/Jam

Tabel 4.5 Angka Kendaraan di Kawasan Alun-alun Kota Wisata Batu saat
Weekend atau musim liburan
Arus Lalu Lintas
(Kendaraan/jam)
Jl. Ahmad Yani – Jl. Jl. W.R. Jl. Bromo
Jenis
No. Kartini/Kawasan Supratman (Belakang
Kendaraan
RSU Karsa Husada (2 Lajur 1 Arah) Klenteng)
(2 Lajur 1 Arah) (2 Lajur Satu
Arah)
1. Mobil 648 726 888
2. Motor 1932 2400 2526
3. Lain-lain
(Bis,
Angkot,
18 12 12
Truk, Elf,
Angkutan
BBM)
Jumlah 2598 3138 3426
Sumber : Data olahan Penulis tahun 2019

Dibandingkan dengan arus kendaraan saat hari biasa

Tabel 4.6 Angka Kendaraan di Kawasan Alun-alun Kota Batu di hari-hari biasa
Arus Lalu Lintas
(Kendaraan/jam)
Jl. Ahmad Yani – Jl. Jl. W.R. Jl. Bromo
Jenis
No. Kartini/Kawasan Supratman (Belakang
Kendaraan
RSU Karsa Husada (2 Lajur 2Arah) Klenteng)
(2 Lajur 2 Arah) (2 Lajur Satu
Arah)
1. Mobil 612 420 600
2. Motor 1321 1098 1362
3. Lain-lain
(Truk, Elf,
42 30 30
Angkutan
BBM)
Jumlah 1975 1548 1992
Sumber : Data olahan Penulis tahun 2019
82

Pemilihan kawasan jalan tersebut yakni Jl. Ahmad Yani – Jl. Kartini, Jl.

W.R. Supratman, Jl. Bromo kareana 3 kawasan tersebut merupakan titik dimana

aktivitas terhadap alun-alun banyak dilakukan. Dari angka tersebut terlihat

padatnya kendaraan yang melintasi kawasan alun-alun. Untuk itu Dishub Kota

Batu memerlakukan sistem jalan searah dari jl. Dewi Sartika (pasar Batu) hingga

ke kawasan alun-alun. Pemberlakukan sistem jalan searah dimaksudkan agar

kendaraan bisa tetap lancar melintas dan tidak stuck disuatu ruas jalan saja.

Gambar 4.14 Kemacetan di Kawasan ALun-alun Kota Batu

Sumber : Dokumentasi Penulis tahun 2019

Selain kendaraan yang melintas, jumlah kendaraan yang parkir juga cukup

tinggi. Terlihat banyak kendaraan yang mencari parkiran, khususnya kendaraan

roda 4. Tak jarang beberapa jalan yang biasanya menjadi jalan umum dijadikan

lahan parkir oleh masyarakat. 7 lokasi yang disebutkan dalam tabel adalah lahan

parkir tetap di kawasan alun-alun. Daya tampung jalan yang terbatas seringkali
83

menyebabkan kemacetan di beberapa titik jalan. Menurut Mas Ahmad, salah satu

petugas parkir di kawasan alun-alun menuturkan :

“motor yang parkir sangat banyak, kalau hari-hari biasa bisa habis 2-3 bendel
karcis kalau sabtu minggu bisa dapet 4-5 bendel. Satu bendel isinya 100. Dan di
alun-alun parkiran motor ada 4-5 orang parkir (petugas parkir)”– Mas Ahmad

Tabel 4.7 Jumlah Kendaraan Parkir di Kawasan Alun-alun Kota Batu

Jenis/Panjang
No. Lokasi Parkir Jumlah
Parkiran
Jl. Sudiro (Sebelah Barat
Parkiran Motor / 82
1. alun-alun, Belakang 200 - 220 Motor
m (2 Sisi Jalan)
Feriswheel)
Jl. Munif (Sebelah Selatan Parkiran Motor / 128
2. 324 - 344 Motor
Alun-alun) m (2 sisi Jalan)
Jl. Gajah Mada (Depan Parkiran Mobil / 133
3. 29 - 30 Mobil
Masjid-Plaza Batu) m
Jl. Gajah Mada (Barat alun- Parkiran Mobil / 220
4. 48 - 49 Mobil
alun – Klenteng) m
Jl. WR. Supratman (Arah Parkiran Mobil / 120
5. 26 - 27 Mobil
ATM BNI) m (2 Sisi Jalan)
Jl. Agus Salim (Depan Alun- Parkiran Mobil /
6. 14 - 15 Mobil
alun, Komplek ruko) 67m
Jl. Kartini (Susu ganesha – Parkiran Mobil / 154
7. 34 - 35 Mobil
BTC) m
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2019

Berikut merupakan gambar peta jalan yang dijadikan lahan parkir yang

diambil melalui citra satelit :

Gambar 4.15 Lahan parkir di Jl. Munif (Sebelah selatan Alun-alun) 128m

Sumber : Google Maps tahun 2019


84

Gambar 4.16 Lahan Parkir di Jl. Sudiro (Sebelah barat Alun-alun) 82m

Sumber : Google Maps tahun 2019

Gambar 4.17 Lahan Parkir di Jl. Agus Salim (Sebelah timur Alun-alun, depan
alun-alun) 66m

Sumber : Google Maps tahun 2019

Gambar 4.18 Lahan parkir Jl. WR. Supratman (Arah ATM BNI) 119m

Sumber : Google Maps tahun 2019


85

Gambar 4.19 Lahan parkir Jl. Gajah Mada (Sebelah barat alun-alun – Klenteng)
220m

Sumber : Google Maps tahun 2019

Gambar 4.20 Lahan parkir Jl. Gajah Mada (Depan Masjid) 133m

Sumber : Google Maps tahun 2019

Gambar 4.21 Lahan parkir Jl. Kartini (Sebelah Barat laut Alun-alun, kawasan
susu Ganesha) 154m

Sumber : Google Maps tahun 2019


86

Gambar 4.22 Parkir Sepeda Motor di Kawasan Alun-alun Kota Batu

Sumber : Dokumentasi Penulis tahun 2019

Gambar 4.23 Parkir Mobil di Kawasan Alun-alun Kota Batu

Sumber : Dokumentas Penulis tahun 2019

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jika

semakin banyak wisatawan yang datang maka volume kendaraan juga meningkat

hingga perlu diberlakukan pengaturan sistem „jalan satu arah‟ untuk beberapa ruas

jalan. Volume kendaraan di hari libur meningkat hingga 14%. Selain itu jumlah
87

parkir di kawasan alun-alun juga meningkat. Jumlah tersebut bisa meningkat

hingga 200% dari jumlah kendaraan parkir di hari-hari biasa.

4.3.2 Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kedatangan para wisatawan dijadikan lahan ekonomi baru bagi

masyarakat Kota Batu. Banyak kebutuhan dari ribuan wisatawan yang perlu

dipenuhi mulai dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier. Oleh karena itu

muncul usaha-usaha baru di tengah-tengah masyarakat dan 3 usaha yang paling

banyak ditemui ialah terkait urusan penginapan, makan dan oleh-oleh khas Batu.

Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya brand dan UMKM yang berbarengan

dengan meningkatnya jumlah ruko, warung makan/restoran/pujasera, pusat oleh-

oleh hingga berbagai jenis penginapan seperti vila hingga hotel dengan berbagai

bintang. PKL juga turut berkembang, terutama dikawasan alun-alun Batu yang

didalamnya terdapat sentra PKL.

Pembangunan alun-alun mendorong pemberdayaan masyarakat yang jika

di mata rantai dari pembangunan alun-alun berdampak pada pertumbuhan

ekonomi, kemudian berdampak pada besarnya pendapatan daerah. Menurut data

dari BPS Kota Batu, di tahun 2010 PAD kota Batu dari sektor wisata mencapai

kurang lebih 17 Milyar Rupiah sedangkan di tahun 2011 (setelah pembangunan

alun-alun) PAD meningkat menjadi kurang lebih 30 Milyar Rupiah dan di tahun

berikutnya yakni tahun 2012 PAD mencapai kurang lebih 38 Milyar rupiah.

Peningkatan PAD disektr wisata dua tahun terakhir yang mencapai 2x lipat setalah

adanya pembangunan infrastruktur di kawasan Alun-alun. Pembangunan alun-


88

alun juga berdampak pada industri pariwisata. Alun-alun menjadi daya tarik

tersendiri pada pembangunan obyek wisata buatan. Seperti kompleks wisata

Jatimpark (Jatimpark 2, Batu Secret Zoo, Museum Tubuh, Ecopark, Museum

Angkut) berlokasi tidak jauh dari alun-alun. Sementara itu dampak pembangunan

alun-alun ke obyek wisata alam adalah obyek wisata semakin dikembangkan dan

menjadi perhatian, seperti Desa agrowisata yang berfokus pada florikultura Desa

Bumiaji, Desa Pujon, kawasan wisata Gunung Banyak (Paralayang). Obyek-

obyek wisata baru juga semakin banyak bermunculan. Menurut BPS Kota Batu, di

tahun 2010 byek wisata di Kota Batu sebanyak 7 obyek, di tahun 2013 bertambah

menjadi 14 obyek hingga di tahun 2018 jumah obyek wisata di kota Batu

mencapai 33 obyek. Bertambahnya jumlah obyek wisata tentu saja berdampak

pada peningkatan PAD Kota Batu. Di tahun 2018 PAD kota Batu dari sektor

wisata mencapai kurang lebih 162 Milyar rupiah, meningkat 9x lipat dari tahun

2010. Dari data tersebut dapatdisimpulkan bahwa dari pembangunan alun-alun

menjadi daya tarik pembangunan obyek wisata lain yang kemuadian berdampak

pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Di alun-alun sendiri terdapat sentra PKL dibawah 5 paguyuban yang

berbeda yakni diantaranya Paguyuban PNS (Pelaku Naga Sipil), Paguyuban PKL

Pasar Laron, PKL Kartini Tas, PKL Kartini bawah, dan PKL Pasar Panggung. Di

dalam kawasan alun-alun sendiri terdapat 44 ruko yang terdiri atas 25 pertokoan,

18 restoran dan pujasera, dam 1 toko oleh-oleh, serta kurang lebih terdapat 235

PKL (tidak termasuk PKL di pasar panggung dan food court). Angka tersebut

diperinci melalui tabel dbawah ini :


89

Tabel 4.8 Jumlah Ruko dan PKL di Kawasan Alun-alun Kota Batu
PKL
Restoran/ PKL Tidak Toko
dalam Toko Bank/
No. Lokasi Ruko Wr. Makan/ Tetap/Luar Oleh-
Alun- Ritel Koperasi
Pujasera Alun-alun oleh
alun
Masjid
Agung
1. 64 52 37 - 19 3 5
Batu-Lippo
Plaza
Kawasan
2. 25 18 9 235 1 2 1
Alun-alun
Alun-alun
– Klenteng
3. 68 14 17 - 2 3 1
– belakang
klenteng
Belakang
Alun-alun
4. –RSU 18 29 17 - 2 2 -
Karsa
Husada
Pasar
Panggung
5. - - - 57 - - -
dan Food
Court
Jumlah 175 113 85 292 25 9 7
Sumber : Data Olahan Penulis, Tahun 2019

Gambar 4.24 Padatnya PKL di Kawasan Alun-alun Kota Batu

Sumber : Dokumentasi Penulis tahun 2019Pertumbuhan ekonomi sendiri

berarti adanya peningkatan kegiatan ekonomi seiring dengan adanya pertumbuhan

penduduk, modal dan teknologi (Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik). Dalam

Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi menurut teori Neoklasik tergantung kepada


90

pertambahan penyediaan faktor prduksi (ppenduduk, tenaga kerja,dan akumulasi

modal) dan timgkat kemajuan teknologi. Dan di kota batu terutama di kawasan

alun-alun menjadi sentra pertumbuhan ekonmi selain desa dan obyek wisata lain

diamana kegiatan ekonomi terus mengalami perkembangan. Hal tersebut

diperkuat dengan data pada tabel sebelumnya menganai banyaknya jumlah PKL,

toko oleh-oleh, restauran, hotel sebagai wujud wirausaha yang membuka lapangan

pekerjaan bagi masyarakat kota Batu. Pembangunan alun-alun memang ditujukan

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Batu. Hal tersebut terlihat

dari peraturan yang ditetapkan pemerintah dalam perputaran roda ekonomi di

kawasan alun-alun. Para pegawai manajemen alun-alun misalnya. Hanya

masyarakat Kota Batu asli yang boleh menjadi pegawai manajemen. Begitu pula

dengan PKL dan petugas parkir.

“siapa saja boleh berdagang disini, siapa saja boleh jadi PKL asal warga
asli Batu. Karena tujuannya dimaksudkan untuk mengurangi pengangguran dan
menaikkan perekonomian” - Pak Oki, Koordinator PKL Pelaku Niaga Sipil
Tak hanya dari PKL, roda perekonomian di alun-alun juga berasal dari

lahan parkir. Para petugas parkir meningkat pendapatannya sesuai dengan jumlah

pengunjung di alun-alun. Penerapan aturan “warga Batu asli” juga berlaku untuk

para petugas parkir.

“Hanya warga asli kota Batu yang boleh menjadi petugas parkir di
kawasan alun-alun. Penguasaan harus dibawah warga Batu, takutnya kalo
dikuasai orang luar kita kalah tempat karna tujuannya untuk menyejahterakan
masyarakat Batu.”– Mas Aris
91

Namun hasil dari parkir tidak semata-mata dibawa pulang seluruhnya oleh

para petugas parkir. Petugas parkir juga harus menyerahkan retribusi ke pihak

Dishub atas penggunaan bahu jalan.

Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pembangunan alun-alun berdampak pada kegiatan ekonomi di masyarakat. Baik

secara mikro maupun makro. Peningkatan kegiatan ekonomi terlihat dari

banyaknya jumlah PKL dikawasan alun-aun, pembangunan ruko-ruko, banyaknya

toko oleh-oleh, dan banyak dibukanya restauran atau cafe. Hal tersebut turut

meningkatkan ekonomi dan pendapatan masyarakat Kota Batu, melihat beberapa

regulasi yang ditetapkan mengkhususkan bahwa kegiatan ekonomi hanya bisa

dijalankan oleh warga asli Kota Batu, seperti pedagang kaki lima di kawasan alun-

alun.

Jika dimata rantai dampak alun-alun terhadap pertumbuhan ekonomi


adalah sebagai berikut :

Pembangunan
alun-alun

Pertumbuhan Daya tarik dalam


ekonomi pembangunan obyek
wisata baru

Tumbuhnya
lapangan kerja
baru
92

4.3.3 Dampak terhadap Jumlah Sampah dan Lingkungan

Dampak selanjutnya dari pembangunan alun-alun ialah meningkatnya

jumlah sampah, baik sampah organik maupun anorganik. Semenjak pembangunan

alun-alun di tahun 2010 dimana terdapat wahana-wahana bagi seluruh kalangan

masyarakat alun-alun tidak pernah sepi pengunjung. Meningkatnya jumlah

pengunjung beriringan dengan meningkatnya jumlah sampah. Sampah dalam

Rizal (2011) adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari

bahan organik dan atau anorgnik, baik benda logam maupun bukan logam yang

dapat terbakar atau tidak dapat terbakar. Meningkatnya aktivitas wisata yang ada

di kawasan alun-alun mempengaruhi terhadap jumlah sampah. Aktivitas-aktvitas

wisata yang ada di kawasan alun-alun kota Batu yang menghasilkan limbah dan

sampah, meliputi :

a. Aktivitas dari bermain wahana feriswheel ; menghasilkan sampah berupa

sisa karcis naik wahana

b. Aktivitas dari parkir kendaraan ; menghasilkan sampah berupa sisa karcis

tanda parkir kendaraan, polusi udara dan penyempitan jalan

c. Aktivitas dari playground, taman air dan patung selfie ; tidak

menghasilkan sampah padat tetapi menimbulkan kerusakan secara tidak

langsung seperti rumput yang diinjak, lantai yang kotor dan penyusutan

aset

d. Aktivitas dari kegiatan komersil ; menghasilkan sampah berupa plastik

makanan, wadah minuman dan sisa makanan


93

Menurut Pak Sukardi, salah satu petugas kebersihan alun-alun, jumlah

sampah meningkat saat akhir pekan atau saat musim liburan. Di hari-hari biasa

para petugas kebersihan mengangkut sekitar 5 tong sampah yang tiap satu tong

memiliki bobot 40 kg. Sedangkan di akhir pekan dan musim liburan jumlah

tersebut meningkat dua kali lipat menjadi 9-10 tong per hari bahkan bisa lebih dari

itu.

“Kalo malam minggu ada 10 seperti ini (menunjuk tempat sampah).


Buanyak sampahnya ada 10 – 9 (tong).” – Pak Sukardi
“Ini ? beratnya ? sekitar 40 kg-an, kan sampah basah. Kalo hari biasa ya 5
(tong)” - Pak Sukardi
Sampah-sampah tersebut berasal dari banyak sumber. Entah dari sampah

yang dibawa pengunjung sebelumnya atau sampah yang memang berasal dari

kawasan alun-alun. Sampah dari kawasan alun-alun adalah sampah yang berasal

dari alun-aluun itu sendiri seperti daun-daun kering dari pohon, ranting atau

sampah plastik dari hasil belanja di kawasan alun-alun. Menurut Pak Oki selaku

koordinator PKL yang juga selaku pedagang es jeruk peras memaparkan bahwa di

hari biasa sampah yang ia hasilkan dari dagangannya sekitar 1-3 karung kulit

jeruk sedangkan di akhir pekan atau di musim liburan sampah yang dihasilkan

mencapai 3-6 karung kulit jeruk perhari.

“Kalau dari PKL sendiri sampahnya bermacam-macam, kan julannya


ndak sama. Kalau saya sendiri sampahnya sekitar 1 karung kalau rame bisa
sampek 3 karung, karung kayak gini (menunjuk jarung yang digunakan untuk
sampah kulit jeruk). Tapi kalau sabtu minggu atau liburan gini bisa 3 karung
sampek 6 karung”-Pak Oki
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jika

semakin banyak wisatawan yang datang maka jumlah sampah yang dihasilkan
94

juga meningkat. Jumlah sampah meningkat hingga 200 %. Jumlah tersebut bisa

berasal dari sampah para wisatawan maupun dari para PKL. sampah yang

dihasilkan bervariasi, ada sampah organik seperti kulit jagung, kulit jeruk dan ada

pula sampah anorganik seperti plastik makanan atau minuman.

4.4 Manajemen Pengelolaan Sampah

Manajemen sudah menjadi cabang ilmu baik dalam ilmu teknik maupun

nonteknik. Dalam kegiatan wisata juga terdapat ilmu manajemen, dimana

pengaturan antara wisatawan dengn obyek wisata diatur sedemikian rupa agar

tercipta interdependensi antara satu sama lain. Manajemen wisata ini mengatur

dan mengelola obyek wisata agar tetap pada fungsinya, terutama fungsi ekologi.

Pengelolaan dan pengawasan suatu obyek wisata tehadap suatu lingkungan

diperlukan sebagai langkah jangka panjang pelestarian lingkungan. Dalam suatu

obyek wisata manajemen pengelolaan limbah atau sampah sangat diperlukan

untuk menjaga agar lingkungan baik alam maupun sosial tidak terkena dampak

yang signifikan. Jika tidak ada pengawasan kegiatan wisata dalam suatu obyek

wisata maka limbah yang dihasilkan menjadi tidak terkontrol.

Sampah yang berasal di kawasan Alun-alun Kota Batu seringkali disebut

juga dengan sampah wisata, yakni sampah yang bersumber dari hasil kegiatan

pariwisata. Para wisatawan yang datang ke Alun-alun pasti menghasilkan sampah,

entah hasil dari transaksi dari kawasan Alun-alun atau sampah yang sejak awal

dibawa sebelumnya. Sampah yang paling banyak dihasilkan di kawasan Alun-

alun adalah sampah dengan jenis sampah anorganik seperti plastik makanan, botol
95

minuman, sterofoam, dan sejejnisnya. Sedangkan untuk sampah organik

berjumlah sepertiganya. Sampah organaik sendiri paling banyak dihasilkan dari

bahan-makanan yang dibawa dan diolah oleh para PKL sperti kulit jeruk peras,

kulit telur, sayur-sayuran dll. Untuk tetap mempertahankan kebersihan demi

mencapai tempat wisata yang bersih dan nyaman diperlukan manajemen

pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di Alun-alun kota Batu dilakukan oleh

beberapa pihak, yakni diantaranya adalah pihak manajemen alun-alun dan pihak

TPA. Baik dari pihak manajemen alun-alun maupun TPA kedua instansi tersebut

sama-sama berada dibawah naungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu.

Menurut Arif (2001:25) terdapat beberapa cara pengolahan limbah padat,

pertama adalah penimbunan, kedua adalah insinerasi, ketiga adalah kompos dan

terakhir adalah daur ulang.

1) Penimbunan

Proses pengolahan sampah dengan cara penimbunan adalah metode yang

paling kuno yang dgunakan sebagai metode pengolahan sampah. Sampah

akan ditimbun didalam tanah dan dari penimbunan tersebut akan ada

proses pembusukan oleh mikroorganisme. Ada 2 cara pengolahan melalui

metode penimbunan, yakni open dumpling dan sanitary landfill. Open

dumpling adalah pengolahan sampah padat dengan menimbun sampah

kedalam lahan yang sudah disiapkan. Cara penimbunan terbuka ini

memiliki beberapa efek negatif seperti hama dan kuman penyebab

penyakit dapat dengan mudah berkembang biak dan menyebar, gas metan

yang dihasilkan dari pembusukan dapat menyebar ke udara, dan


96

meimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dari

sampah dapat merembes ke tanah sehingga dapat mencemari tanah dan air

tanah itu sendiri, dimana cairan dapat mengandung zat-zat berbahaya bagi

kesehatan dan lingkungan.

Berbeda dengan metode sanitary landfill. Cara ini merupakan

perkembangan dari metode sebelumnya atau open dumpling. Di metode ini

lahan penampungan sampah tidak hanya sekedar tanah yang digali tetapi

ada pengolahan didalamnya. Lahan yang sudah digali dilapisi dengan

lempung dan lembaran plastik secara berulang untuk mencegah

perembesan cairan sampah masuk kedalam tanah. Lahan tersebut akan

dilengkapi pipa yang nantinya akan mengalirkan cairan ke kolam yang

sudah disiapkan untuk menampung. Sampah yang dikumpulkan akan

dilapisi dengan tanah tipis setiap hari gas metan tidak mencemari udara,

mencegah perkembangan bakteri dan kuman penyebab penyakit.

Kelemahan proses pengolahan sampah melalui penimbunan adalah proses

memakan waktu yang relatif lama dan memerlukan lahan yang cukup luas.

2) Insinerasi

Metode kedua adalah insinerasi, yakni pembakaran sampah limbah padat

dengan mengguakan suatu alat yang disebut insenerator. Dengan metode

ini volume sampah bisa berkurang hingga 90%. Panas yang dihasilkan dari

pembakaran juga bisa digunakan sebagai alternatif penghangat. Namun

metode ini memiliki kekurangan yakni besarnya biaya operasional yang

diperlukan untuk proses pembakaran. Asap dari proses insinerasi juga


97

dapat mencemari udara karena asap pembakaran mengandung senyawa-

senyawa kimia yang tidak bisa dianggap enteng. Selain itu tidak semua

jenis sampah bisa diolah dengan proses ini seperti sampah kaca, sisa

makanan dan baterai.

3) Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik seperti sayuran,

daun kering, kotoran hewan dan sisa makanan melalui degradasi oleh

mikroorganisme tertentu. Kompos sendiri biasa digunakan sebagai pupul

untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang

diperlukan tumbuhan. Berdasarkan bentuknya kompos berbentuk padat

dan cair. Pembuatan kompos dapat dilakukan dengn menggunakan

kompos yang telah jadi, kultur mikroorganisme seperti Effecteive

microorganism 4 (EM4) atau dengan cacing tanah.

4) Daur ulang

Daur ulang adalah cara yang paling sering disebutkan dan dianggap efektif

bagi banyak orang. Namun tidak semua sampah bisa didaur ulang. Sampah

yang bisa didaur ulang adalah seperti kertas, kaca, plastik, karet, dan

logam. Namun memerlukan beberapa peralatan pengolah. Dalam ukuran

mikro daur ulang sampah sangat susah dikembangkan dan membutuhkan

pihak penggerak gerakan daur ulang sampah, seperti PKK atau Karang

taruna yang menggerakkan masyarakat untuk memisahkan sampah dan

mendaur ulang. Bank sampah juga dianggap sebagai pengolahan daur

ulang sampah secara sederhana. Gerakan bank sampah kini sudah


98

menyebar ke seluruh pelosok negeri kaena prosesnya yang sederhana dan

masyarakat bisa mengambil keuntungan secara langsung dari kegiatan

tersebut.

Pengolahan Sampah oleh Pihak Alun-alun

Pihak manajemen alun-alun mengelola sampah yang ada di kawasan alun-

alun saja, sampah yang berasal dari luar kawasan alun-alun ditangani oleh pihak

lain seperti dari paguyuban untuk sampah yang berasal dari PKL dan petugas dari

DLH untuk sampah yang berada di dekat kawasan alun-alun. Menurut Bu Fatma

selaku Sekretaris Pengelola alun-alun, petugas kebersihan alun-alun disendirikan

atau terpisah dengan petugas pengangkut sampah yang biasanya, hal tersebut

dikarenakan kebutuhan akan penjagaan dan pengawasan kebersihan di alun-alun

secara optimal dan intensif. Sehingga apabila terdapat permasalahan kebersihan

seperti sampah yang menumpuk, sampah yang dibuang sembarangan bisa dengan

sigap dibersihkan, jadi kebersihan alun-alun tetap terjaga.

“khusus alun-alun saja, kalau PKL itu masuk perindag, jadi ini
(manajemen) khusus alun-alun saja” - Bu Fatma
“shift petugas ada 3 shift, pertama shift pagi dari jam 6 pagi sampai jam
12 atau jam 1 siang, terus yang siang jam 12 sampai jam 6 sore, yang
malam dari jam 6 sore sampai jam 12 atau jam 1 malam”– Bu Fatma
“selain dari himbauan dan tulisan-tulisan, ada petugas yang keliling juga,
nanti kalau ketemu masyarakat yang buang sampah sembarangan ada
teguran” – Bu Fatma
Penututan terkait pengelolaan kebersihan alun-alun juga dituturkan oleh Mas Aris:

“kalau kebersihan saya akui ya, pembangunan alun-alun sekarang sama


dulu, itu ketata sekarang daripada dulu, masalahnya sekarang kalau
pengunjung bawa makanan itu dipantau. ada yang mantau, kalau gak salah
setiap 15 menit sekali ada yang keliling petugasnya, sekalipun enggak itu
99

kan ada cctv juga. Jadi kita tau mana yang ngerokok, ada yang buang
sampah, cuma itu kan kesadaran dari wisatawannya sendiri, padahal tong
sampah kan disediakan buanyak. Kalau dulu sebelum ini dibangun (alun-
alun) itu katakanlah kebersihan cuma ada 40% “ - Mas Aris
Pengelolaan sampah harisan di alun-alun merupakan wujud pengelolaan

lingkungan yang secara rutin dilakukan. Menurut Otto (1991) Pengelolaan

lingkungan sendiri terdapat 3 cakupan, yakni pertama, pengelolaan lingkungan

yang rutin dilakukan, kedua, pengelolaan lingkungan sebagai dasar pembangunan

dan ketiga, pengelolaan lingkungan berdasarkan perencaan dampak lingkungan.

Proses pengelolaan sampah dimulai dengan pengangkutan sampah yang

ada di setiap bak-bak sampah yang telah tersedia. Pengangkutan dilakukan

minimal 2x sehari yakni pagi hari setelah shubuh dan sore hari. Berbeda dengan

akhir pekan dan musim liburan pengangkutan sampah bisa dilakukan 3-4x sehari

tergantung jumlah sampah yang dihasilkan di hari-hari tersebut. Pengangkutan

sampah dilakukan dengan mengumpulkan sampah dari tong satu ke tong yang

memiliki kapasitas lebih besar dan selanjutnya dibuang ke TPS terdekat, yakni di

depan pasar laron. Setelah dari TPS, sampah selanjutnya diangkut ke TPA dengan

mobil pengangkut sampah dari DLH. Sampah yang diangkut hingga ke TPA

masih dalam keadaan tercampur, meskipun ada beberapa tong sampah di alun-

alun yang memberikan informasi mengenai pemisahan sampah anatara sampah

organik, anorganik, dan sampah yang berbahaya. Menurut Pak Nanang selaku staf

pengolahan persampahan, sampah yang masih bercampur saat pengangkutan

dikarenakan jumlah sampah yang sudah dipisahkan hanya berjumlah kecil jadi

petugas langsung mengangkutnya secara bercampur. Pak Nanang menuturkan,

namun apabila jumlah pemilahan sampah meningkat menjadi lebih besar maka
100

tidak menutup kemungkinan para petugas tetap memilahnya saat pengangkutan.

Jadi pihak manajemen alun-alun tidak mengolah sampah secara terpadu

melainkan hanya mengelola, mengatur dan menjaga kebersihan alun-alun saja,

sebatas membersihkan, mengangkut dan mengumpulkan sampah, tidak mengelola

sampah lebih lanjut.

Pengolahan sampah di TPA

Pengolahan sampah dari kawasan alun-alun dilakukan di TPA (Tempat

Pengolahan Akhir) Tlekung yang berada di Dusun Tlekung Desa Junrejo. Jumlah

sampah dari kawasan alun-alun yang masuk ke TPA sebanyak 1 mobil kontainer

atau sekitar 1.5 ton sampah kering, apabila sampah basah sekitar 4-5 ton sampah.

Jumlah tersebut meningkat sebesar 10-30 % saat akhir pekan atau musim liburan.

Salah satu pengelola TPA, Pak Nanang menuturkan :


“untuk sampah yang masuk ke TPA sendiri itu biasanya 70 ton per hari, lha yang
berasal dari alun-alun sebesar 4-5 ton per hari. Kalau hari minggu atau liburan
naik sebesar 10-30%”– Pak Nanang
Saat sampah diangkut ke TPA, sampah akan dipilah sesuai jenisnya sampah

organik, anorganik dan samlah yang berbahaya. Pengolahan sampah di TPA

Tlekung menggunakan metode Sanitary Landfill, Kompos dan daur ulang.

“ada petugas pemilahnya sendiri, kalau sampah organik dicacah dijadikan


kompos. Yang anorganik, dipisah disesuaikan nilainya, bentuknya sama nilai
jualnya dan mana yg sampah residu” – Pak Nanan
101

Gambar 4.25 TPA Tlekung dari Citra Satelit

Sumber : Google Earth tahun 2020

Gambar 4.26 Lahan Penampung Sampah

Sumber : Dokumentasi Penulis tahun 2020

Untuk sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos. Sampah yang

biasa dijadikan pupuk kompos adalah sampah sisa sayuran, daun-daun kering dan

sisa makanan. Sampah yang sudah dikumpulkan akan dicacah menjadi potongan

yang lebih kecil. Setelah dicacah sampah akan di campur dengan tanah, bakteri

baik dan sedikit kompos yang sudah jadi, selanjutnya campuran sampah tadi akan
102

didiamkan selama 7-14 hari agar menjadi pupuk yang sempurna. Total waktu

yang diperlukan untuk membuat pupuk kompos sealam 40-50 hari. Pupuk yang

dihasilkan hanya sebesar 10% dari jumlah sampah yang diolah. Pupuk kompos

yang dihasilkan akan digunakan untuk perawatan taman kota, namun apabila ada

masyarakat kota Batu yang membutuhkan kompos maka pihak TPA akan

memberikannya secara gratis.

Gambar 4.27 Pengolahan Pupuk Kompos

Sumber : Dokumentasi Penulis tahun 2020

Sedangkan untuk sampah anorganik, sampah akan dipilah lagi sesuai

dengan nilai jual sampah tersebut. Sampah anorganik yang masih memiliki nilai

jual seperti botol minuman plastik, kantong kresek, mika dan sejenisnya akan

dikumpulkan dan nanti ada pihak ketiga yakni swasta yang akan mengambil

sampah tersebut untuk diadur ulang kembali. Sedangkan sampah anorganik yang

tidak memiliki nilai jual atu biasa disebut dengan sampah residu akan ditimbun

didalam tanah. Metode penimbunan sampah di TPA menggunakan metode


103

sanitary landfill. Dari timbunan tersebut akan mengahsilkan 2 hal, yakni gas

metan dan ABR (Anaerobic Baffled Reactor).

Gas metan yang dihasilkan dari timbunan sampah akan diolah menjadi

biogas yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pengganti Liquified Petroleum

Gasatau biasa disebut LPG. Gas yang dihasilkan akan diolah melalui mesin panel

genset 500 W dan selanjutnya akan dialirkan oleh mesin blower. Konsep gas ini

serupa dengan Biogas yang berasal dari kotoran hewan, titik perbedaannya

terletak di bahan baku pembuatan gas. Biogas ini sudah dimanfaatkan dan

digunakan oleh masyarakat Desa Tlekung, terutama di dusun-dusun yang

rumahnya berlokasi dekat dengan TPA. Tercatat sudah 55 KK sudah beralih dari

gas LPG ke Biogas. Pihak TPA menuturkan bahwa Biogas yang dimanfaatkan

warga saat ini gratis namun ada sedikit biaya untuk pemeliharaan peralatan

penyalur biogas. Penyebaran luasan biogas ini juga sudah dilakukan, namun

terkendala dalam masalah pengemasan gas. Pihak TPA tidak memiliki peralatan

untuk menyimpan gas dan memasukkan gas tersebut.

Gambar 4.28 Kompor Biogas Hasil Pengolahan Sampah

Sumber : Dokumentasi Penulis tahun 2020


104

Selain gas metan, hasil dari timbunan sampah lainnya adalah ABR atau

Anaerobic Baffled Reactor. ABR merupakan cairan yang dihasilkan dari timbunan

sampah. Dari cairan tersebut nantinya akan dijadikan pupuk kompos cair.

Pengolahan sampah menjadi pupuk cair membutuhkan beberapa proses. Cairan

yang berasal dari timbunan sampah akan ditampung di kolam yang sudah

dipersiapkan. Dalam memproses cairan residu menjadi kompos cair, diperlukan

beberapa tahapan, mulai dari penampungan awal hingga fermentasi

mikroorganisme.

Proses pertama adalah penimbunan sampah ke lahan yang sudah

disiapkan. Dari timbunan tersebut akan diberi tanah sebagai penutup agar sampah

bisa tereduksi dan menghasilkan cairan. Cairan/air residu nantinya akan

ditampung dikolam yang letaknya berada dibawah dari lahan timbunan. Total

kolam yang digunakan untuk menampung dan mengolah air residu ada 4 kolam

yakni kolam ABR, kolam fakultatif, kolam maturasi dan kolam penampung

lumpur. Kolam yang peretama adalah kolam ABR. Kolam ABR merupakan

kolam dimana cairan yang dihasilkan dari timbunan residu ditampung. Di kolam

ini cairan masih terlihat kotor, kasar, berbusa dan berbau. Air residu perlu

didiamkan beberapa hari untuk memisahkan antara zat-zat yang diperlkan untuk

menjadi kompos dan tidak. Setelah didiamkan di kolam ABR cairan kemudian

dialihkan ke kolam selanjutnya, yakni kolam Fakultatif. Di kolam ini cairan akan

ditambahkan dengan bakteri baik, karena zat-zat yang dibutuhkan dan yang tidak

dibutuhkan sudah memisah di kolam ABR. Di kolam ini cairan menjadi sedikit

lebih halus, busa sedikit dan tidak berbau. Selanjutnya cairan akan dialihkan ke
105

kolam Maturasi. Kolam Maturasi ini adalah tempat untuk fermentasi bakteri.

Cairan yang sudah diberi bakteri sebelumnya didiamkan agar bakteri bisa

berkembang dengan baik. Cairan di fermentasi selama 40 hari. Karena proses

fermentasi cairan di kolam ini menjadi lebih halus, tidak ada busa dan tidak

berbau. Setelah fermentsi selesai, cairan ABR sudah menjadi pupuk cair yang

sudah bisa digunakan dan didistribusikan. Kolam penampung lumpur digunakan

apabila pada air residu mengandung lumpur atau tanah didalamnya. Pupuk

kompos maupun pupuk cair hasil olahan sampah di TPA nantinya akan digunakan

untuk pemeliharaan taman-taman di kota Batu. Namun apabila ada masyarakat

yang membutuhkan pupuk tersebut maka pihak TPA akan memberikannya secara

gratis dalam jumlah tertentu.

Gambar 4.29 Kolam Penampungan Cairan yang akan Dijadikan Pupuk Cair

Sumber : Dokumentasi Penulis 2019


Pengolahan sampah di kota Batu sebagian besar berada di TPA Tlekung.

Peran masyarakat dalam pengolahan sampah terbatas pada lingkup mikro seperti

bank sampah dan pemberdayaan kerajinan di PKK desa-desa setempat. Tidak ada
106

pengolahan sampah secara khusus dan intensif. Sedikit berbeda dengan

pengolahan sampah di lingkup Alun-alun. Beberapa PKL sudah melakukan

pengolahan sampah meski tidak dalam proses yang rumit. Seperti pengumpulan

sampah kulit jagung dan kulit jeruk untuk dijadikan pakan ternak dan pupuk

kompos.

“ada pendaur-ulangan sampah, itu yang jual jagung disana, kuliatnya


nanti dikumpulukan, ada yang beli. Buat pakan sapi” - Pak Oki
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

diperlukannya manajemen pengelolaan sampah di setiap obyek wisata yang ada.

Di alun-alun kota Batu pengelolaan sampah dimulai dari sistem pengangkutan

sampah yang ada disekitar kawasan alun-alun. Selanjutnya sampah akan

dikumpulkan ke TPS sebelum diangkut ke TPA. Pengolahan sampah dilakukan

oleh TPA, dmana sampah akan diolah menjadi pupuk kompos, pupuk cair dan

biogas. Jika pengelolaan sampah dilakukan secara baik maka lingkungan tidak

akan terdampak secara negatif.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Alun-alun merupakan ikon perwujudan identitas sebuah kota. Alun-alun

Kota Batu pertama kali direnovasi pada tahun 1970-an dengan pembangunan tugu

sederhana ditengah-tengah. Pembangunan kedua dilakukan pada tahun 1980-an.

Tugu mulai digantikan dengan patung apel. Setelah Kota Batu memisahkan diri

dengna Kota Malang dan menjadi kota administratif sendiri pembangunan

kembali dilakukan tepatnya pada tahun 2001, dengan menambahkan patung sayur

kol dan bunga sepatu serta ditulisnya slogan dan semboyan kota. Mengingat

komoditi utama kota Batu tidak hanya buah apel tetapi juga sayur-sayuran dan

bunga hias. Pembangunan terakhir dilakukan pada tahun 2010 dengan renovasi

total, mulai dari perluasan lahan, perombakan sarana prasarana dan penambahan

wahana bermain keluarga.

Pembangunan dan pengembangan kawasan alun-alun berdampak pada

kehidupan sosial dan lingkungan. Dampak yang diakibatkan antara lain, pertama

dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan merebaknya PKL

dan berjamurnya ruko, hotel, reataurant dan penyedia layanan kebutuhan lainnya.

Dampak kedua adalah dampak terhadap kemacetan lalu lintas. Peningkatan

volume kendaraan seiring banyaknya wisatawan yang datang. Akibatnya terjadi

kemacetan terutama di daerah-daerah wisata seperti kawasan jatimpark, alun-alun

dan daerah wisata lainnya. Ketiga, dampak terhadap jumlah sampah.

107
108

Pembangunan alun-alun mengundang para wisatawan untuk datang. Banyaknya

wisatawan yang datang turut menambah jumlah sampah. Kegiatan wisata,

konsumsi barang dan konsumsi makanan pasti menghasilkan sampah.

Peningkatan sampah saat akhir pekan dan musim liburan mencapai 60%.

Pengelolaan sampah di alun-alun dimulai dari pengawasan kebersihan di

kawasan alun-alun dan pengangkutan sampah dengan rutin minimal 2x sehari.

Pengolahan sampah dilakukan di TPA Tlekung. Sampah dipilah antara sampah

organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dan pakan

ternak. Sedangkan sampah anorganik akan dipilah lagi antara sampah yang bisa

didaur ulang dan sampah yang sudah tidak bisa di daur ulang. Sampah yang bisa

di daur ulang akan dibawa oleh pihak ketiga sedangkan sampah yang tidak bisa

didaur ulang disebut residu, yang nantinya akan ditimbun didalam tanah.

Timbunan sampah menjadi 2 hal yakni liquid atau cairn dan gas metan. Gas metan

akan dijadikan biogas sebagai pengganti LPG dan cairan akan dijadikan pupuk

cair.

5.2 Saran

Dari penelitian yang sudah dilakukan, saran yang bisa penulis sampaikan

adalah :

1) Melakukan pembangunan berdasarkan prinsip pembangunan

berkelanjutan, melalui analisis SWOT dengan menilai secara seksama

dampak yang akan ditimbulkan dari sebuah pembangunan.


109

2) Menjadikan kawasan alun-alun sebagai kawasan ruang terbuka hijau yang

bebas dari limbah baik organik, anorganik maupun limbah hasil kendaraan

bermotor serta menjadikan kawasan alun-alun sebagai kawasan yang

ramah lingkungan dan ramah untuk pengunjung disabilitas

3) Sosialisasi terhadap pemilihan sampah, dan menyadarkan masyarakat

seberapa besar dampak dari pemilahan sampah dari awal. sosialisasi dapat

dilakukan oleh dinas terkait dengan pendekatan langsung maupun tidak

langsung seperti himbauan dari petugas kebersihan maupun petunjuk

pembuangan sampah yang tepat.

4) Mencari inovasi terkait pengolahan sampah yang berasal dari kegiatan

wisata alun-alun kota batu, agar sampah tidak hanya dialihkan ke TPS dan

TPA, seperti pengelolaan sampah langsung oleh PKL, dimana PKL bisa

mengelola sampahnya melalui pendaur ulangan sampah atau mengadakan

Bank Sampah oleh paguyuban PKL.

Sedangkan saran yang bisa penulis berikan untuk penelitian selanjutnya

adalah:

a. Informasi mengenai pengunjung alun-alun secara rigid, karena saat ini

pengunjung alun-alun tidak bisa didata secara rigid karena akses pintu

masuk yang beragam dan tidak ada tiket masuk

b. Pengelolaan sampah di kawasan alun-alun. Slogan ynag selalu dituturkan

oleh pihak TPA adalah “Pilah sampah dari rumah” dan pihak TPA selalu

mengupayakan adanya pengolahan sampah dimulai dari rumah.dari slogan

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah sebaiknya dimulai


110

dari sumber sampah, maka sampah yang dihasilkan di alun-alun sebaiknya

diolah dari alun-alun. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengupas

tentang pengelolaan sampah secara mikro ataupun makro di kawasan alun-

alun kota Batu.


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Cahyono, Drs. Dwi M. Hum. 2011. Sejarah Daerah Batu, Rekonstruksi Sosio-
Budaya Lintas Masa. Batu : Jejak Kata Kita

Darsoprajitno, H. Soewarno. 2013. Ekologi Pariwisata Tata Laksana Pengelolaan


Objek dan Daya Tarik Wisata. Bandung : Angkasa
Narbuko, Drs. Cholid. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta


: Djambatan

Wisadirana, Dr. Ir. Darsono. 2005. Metode Penelitian dan Pedoman Penulisan
Skripsi Untuk Ilmu Sosial. Malang : UMM Press

Jurnal
Dewi, Rany Puspita. 2017. Perancangan Sistem Pengelolaan Sampah Untuk
Mendukung Perkembangan Industri Kreatif di Daerah Pariwisata.
Prosiding Seminar Multi Disiplin Ilmu dan Call For Papers
UNISBANK ke-3
Djau, Mohammad Sayuti. Mohi, Widya Kurniati. Lamangida, Trisusanti. Pakaya,
Syahril. 2017. Aksi Pengelolaan Sampah Plastik di Kawasan Wisata
Pantai Untuk Eknomi Produktif.Seminar Nasional Pengabdian
Masyarakat Tahun 2017
Masjhoer, S. Kel., M. Sc, Jussac Maulana. Kajian Pengelolaan Sampah di
Kawasan Wisata Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (STIPRAM)

Vitasurya,Vincentia Reni.2014. SAWITRI (Sampah Wisata Pentingsari) : Model


Pengelolaan Sampah Aktivitas Wisata Desa Pentingsari, Yogyakarta.
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI : Vol. 10, Nomor 5, Edisi April 2014
Putra, Agus Muriawan. 2009. Sosialisasi Konsep Pariwisata Berelanjutan dalam
pengelolaan Objek Wisata Pantai Yeh Gangga Kabupaten Tabanan.
Program Studi Pariwisata, Universitas Udayana

Skripsi
Febriana, Yusrissa Ekka. 2018. Analisis Dampak Pengembangan Kepariwisataan
Dalam Menunjang Kebelanjutan Ekonomi Dan Sosial Budaya Lokal .
Masyarakat. Skripsi. Malang. Fakultas Ilmu Administrasi : Universitas Brawijaya

111
112

Subandi, Mukhamad. 2019. Dampak Pengembangan Kawasan Mangrove Edu


Park Terhadap Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Lokal.
Malang. Fakultas Ilmu Administrasi : Universitas Brawijaya.

Internet
Iqbal, Rizaldi A. R. 2017. Sejarah Asal Mula Kota Batu.
http://3kjakel2bindonesia.blogspot.com/2017/11/sejarah-asal-mula-kota-
batu.html. Diakses pada 9 Januari 2020
Rahmanto, Ilham. 2017. Alun-alun Kota Batu Destinasi Wisata Akhir Pekan.
https://ilhamteguh.com/alun-alun-kota-batu. Diakses pada 9 Januari 2020
Lainnya
Pemerintah Kota Batu. Lembar Kinerja Instansi Pemerintah Kota Batu. 2018.
Batu.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Pihak yang perlu diwawancara :
a) Pegawai alun-alun kota batu, kalau bisa petugas yang sudah lama/bekerja
sebelum pembangunan
b) Penduduk setempat, karang taruna setempat, yang sudah tinggal di daerah
kawasan alun-alun
c) Paguyuban pengurus PKL
d) Petugas parkir (petugas parkir sekitar alun-alun, masjid, barat ke arah
klenteng, depan restoran)
e) Pihak yang menjadi saksi pembangunan alun-alun (pos ketan, orang-orang
di plaza batu dll)

Untuk Penduduk Setempat

1. Sudah berapa lama tinggal dikawasan alun-lun ?


2. Bagaimana pendapat bapak / ibu terhadap pembangunan di alun-alun? (1)
3. Apakah bapak / ibu sekeluarga sering main ke alun-alun? Jelaskan
alasannya. (1)
4. Perubahan apa yang paling terasa setelah adanya pembangunan? (2)
5. Ada dampak ke kehidupan sehari-hari atau tidak? (2)
6. Apakah warga sekitar menjadikan alun-alun sebagai destinasi wisata ?
sesering apa mereka berkunjung ke alun-alun ?
7. Kalau weekend / liburan panjang volume kendaraan kan naik lalu
bagaimana menurut bapak / ibu? Jika dirasa masalah solusi apa yang
diharapkan? (2)
8. Kan sampah meningkat, apakah tidak ada gerakan dari kelompok
masyarakat untuk pengelolaan/daur ulang sampah? (3)
9. Apakah bapak/ibu mengetahui bagaimana pengelolaan kebersihan di alun-
alun ? (3)
10. Bagaimana perkembangan pengelolaan kebersihan alun-alun? Dulunya
bagaimana? Sekarang bagaimana?

113
114

Untuk Paguyuban dan PKL

1. Bagaimana pendapat bapak / ibu terhadap pembangunan di alun-alun? (1)


2. Apakah bapak / ibu sekeluarga sering main ke alun-alun? Jelaskan
alasannya.
3. Apa ada pengaruhnya terhadap Paguyuban itu sendiri? (2)
4. Apakah banyak / tidaknya pengunjung alun-alun berdampak pada
Paguyuban? (2)
5. Menurut PKL, mereka membayar uang kebersihan ke Paguyuban. Apakah
mendapat ijin dari Dinas (Pemerintah)? (3)
6. Apakah kepengurusan PKL sepenuhnya diatur oleh Paguyuban? (3)
7. Apakah Paguyuban memiliki ijin resmi? SK? (3)
8. Apakah Paguyuban memiliki program kerja terkait pendaur ulangan
sampah? (3)
9. Apakah bapak/ibu mengetahui bagaimana pengelolaan kebersihan di alun-
alun ? (3)
10. Bagaimana perkembangan pengelolaan kebersihan alun-alun? Dulunya
bagaimana? Sekarang bagaimana?

Untuk Petugas Parkir (Parkir alun-alun, masjid, plaza batu, arah barat menuju
klenteng, dekat restoran)

1. Sudah berapa lama menjadi petugas parkir di alun-alun ?


2. Bagaimana pendapat bapak / ibu terhadap pembangunan di alun-alun? (1)
3. Perubahan apa yang paling terasa setelah adanya pembangunan? (2)
4. Apa pengaruhnya terhadap jumlah parkir ? Apakah banyak / tidaknya
pengunjung alun-alun berdampak pada Parkir dan penghasilan ? (2)
5. Apakah bapak/ibu mengetahui bagaimana pengelolaan kebersihan di alun-
alun ? (3)
6. Bagaimana perkembangan pengelolaan kebersihan alun-alun? Dulunya
bagaimana? Sekarang bagaimana? (3)
7. Apakah bapak / ibu sekeluarga sering main ke alun-alun? Jelaskan
alasannya.Apakah alun-alun dijadikan destnasi wasata ? (1)
115

8. Petugas parkir kan mendapat penghasilan dari kendaraan yang parkir,


apakah sepenuhnya dibawa oleh petugas ? apakah pihak laun-alun tidak
mendapatkan retribusi ?
9. Apakah dari para petugas alun-alun tidak ada inisiatis/inovasi terkait
pengolahan dan daur uang sampah dari alun-alun ?

Untuk TPA

1. Seberapa banyak sampah yang diangkut dari kawasan alun-alun


perharinya ?
2. Kalau saat weekend atau musim liburan seberapa banyak sampah yang
dihasilkan ?
3. Paling banyak sampah jenis apa ?
4. Apakah masyarakat khususnya wisatawan sudah bisa memilah sampah
sesuai jenisnya dengan baik ?
5. Apakah saat pengangkutan, sampah tetap terpisah sesuai jenisnya ?
6. Bagaimana pengolahan sampah di TPA ?
7. Diolah menjadi apa ?
8. Pengolahan dilakukan dalam rentang waktu berapa lama ?
9. Inovasi apa saja yang sudah diterapkan ?
10. Apakah pembangunan alun-alun memberi dampah terhadap jumlah
sampah ?
11. Bagaimana distribusi hasil pengolahan sampah ?
12. Apa harapan terkait pembangunan alun-alun dan lingkungan kedepannya ?

Lampiran 2 Rangkuman Wawancara

RM/Fokus Pertanyaan Jawaban Narasumber Hal.


Sebenernya ini dulu Mas Aris,
pasar mbak, trus Petugas parkir,
Additional
dibangun jadi alun- penduduk asli
alun kota Batu
1/A 66
- iya pasar besar - Mas Aris,
Sebelumnya
Batu. Awal Petugas
merupakan Pasar
muawal itu pasar, parkir
Batu ?
pasar kuno
116

- Iya sebelumnya - Bu Rodiyah,


pasar, pasar lama, penduduk
trus ada kebakaran asli kota
jadi pasar dipindah Batu
lah.. trus dijadikan ikon
Batu, dijadikan alun-
Yang jual sayur- alun lah pasar pindah
sayur itu ? kesana (jalan dewi
sartika). Sudah 5, 6
kali pembangunannya
sudah 6 kali ini. Kalau
saya masih menangi
(melihat langsung) 4
(pembangunan), tugu, Mas Aris,
apel, apel 2x Petugas parkir,
nah.. itu apel sendiri, penduduk asli
trus ada lagi apel yang kota Batu
Oh sudah 6x pakek kubis itu, lah ada
pembangunan ? yang gunung-
gunungan. Tugu, apel,
gunung, apel kubis,
trus ini. Tapi sebelum
tugu itu Cuma tanah
ikonnya itu apa gitu,
ada kok di foto

pasti ada, karena alun-


alun dikonsep untuk
semua kalangan, dari
kalangan anak-anak,
Dari kalangan remaja,
pembangunan kalangan dewasa,
alun-alun 10 kalangan orang tua,
tahun yang lalu keluarga jadi Bu Fatma,
apakah ada konsepnya disini Sekretaris
1/B 74
perubahan pada semua masuk Pengelola
yang signifikan berwisata, rileks alun-alun
dari pengunjung menikmati keindahan
? taman dan kota. Ada
juga fasilitas
feriswheel yg sebagai
ikon kota batu, jadi
pengunjung sangat
signifikan.
Bagaimana - ya tambah rame - Mas Aris,
2/B 76
dampak alun- kalau macet, kalau Petugas
117

alun terhadap macet berarti disini parkir


kemacetan ? kan full. Macet kan
pas libur, liburan - Bu Rodiyah,
besar penduduk
asli kota
- kalau liburan ya Batu
macet, tapi jadi
rame (warungnya),
kalau ndak macet
ndak ada yang
datang jadi sepi
(warungnya)

motor yang parkir


sangat banyak, kalau
hari-hari biasa bisa
habis 2-3 bendel karcis
Seberapa banyak
kalau sabtu minggu Mas Ahmad,
motor yang
2/B bisa dapet 4-5 bendel. Petugas Parkir 81
datang per
Satu bendel isinya 100. motor
harinya ?
Dan di alun-alun
parkiran motor ada 4-5
orang parkir (petugas
parkir)
Kalo malam minggu
biasanya kalo
ada 10 seperti ini
sehari banyak
(menunjuk tempat
sampahnya
sampah)
seberapa pak ?
Pak Sukardi,
Ini ? beratnya ? sekitar Petugas
2/A 89
Berapa liter itu 40 kg-an, kan sampah kebersihan
Pak ? basah. Kalo hari biasa Alun-alun
ya 5 (tong)
Rame ya pak
Buanyak sampahnya
kalo malam
ada 10 – 9
minggu ?
Hanya warga asli kota
Batu yang boleh
menjadi petugas parkir
di kawasan alun-alun.
Oh hanya orang
Penguasaan harus
2/ batu yang boleh 86
dibawah warga Batu,
kerja disini ?
takutnya kalo dikuasai
orang luar kita kalah
tempat karna tujuannya
untuk menyejahterakan
118

masyarakat Batu

Kalau dari PKL sendiri


sampahnya bermacam-
macam, kan julannya
ndak sama. Kalau saya
sendiri sampahnya
sekitar 1 karung kalau Pak Oki,
Kalo dari PKL
rame bisa sampek 3 Koordinator
sampahnya
2/A karung, karung kayak PKL Pelaku 89
seberapa banyak
gini (menunjuk jarung Niaga Sipil
?
yang digunakan untuk (PNS)
sampah kulit jeruk).
Tapi kalau sabtu
minggu atau liburan
gini bisa 3 karung
sampek 6 karung
- siapa saja boleh
berdagang disini,
siapa saja boleh
jadi PKL asal
warga asli Batu.
Karena tujuannya
- Pak Oki,
dimaksudkan untuk
Koordinato
mengurangi
r PKL
pengangguran dan
Dampaknya ke Pelaku
menaikkan
kehidupan sehari- Niaga Sipil
perekonomian
2/ hari apa ? di (PNS) 86
- Hanya warga asli
perekonomian
kota Batu yang
misalnya - Mas Aris,
boleh menjadi
Petugas
petugas parkir di
parkir
kawasan alun-alun.
Penguasaan harus
dibawah warga
Batu, takutnya kalo
dikuasai orang luar
kita kalah tempat
karna tujuannya
119

untuk
menyejahterakan
masyarakat Batu.
kalau kebersihan saya
akui ya, pembangunan
alun-alun sekarang
kalau menurut
sama dulu, itu ketata
mas kebersihan
3/A sekarang daripada
di alun-alun
dulu, masalahnya
bagaimana?
sekarang kalau
pengunjung bawa
makanan itu dipantau
ada yang mantau, kalau
gak salah setiap 15
menit sekali ada yang
keliling petugasnya, Mas Aris,
sekalipun enggak itu Petugas parkir 94
kan ada cctv juga. Jadi
kita tau mana yang
ngerokok, ada yang
oh ada yang buang sampah, cuma
3/B
mantau ? itu kan kesadaran dari
wisatawannya sendiri,
padahal tong sampah
kan disediakan
buanyak. Kalau dulu
sebelum ini dibangun
(alun-alun) itu
katakanlah kebersihan
cuma ada 40%
- “khusus alun-alun
saja, kalau PKL itu
masuk perindag,
jadi ini
(manajemen)
khusus aun-alun
Bagaimana saja” Bu Fatma,
pengelolaan - “shift petugas ada Sekretaris
3/B 94
kebersihan di 3 shift, pertama Pengelola
alun-alun shift pagi dari jam alun-alun
6 pagi sampai jam
12 atau jam 1
siang, terus yang
siang jam 12
sampai jam 6 sore,
yang malam dari
120

jam 6 sore sampai


jam 12 atau jam 1
malam”
- “selain dari
himbauan dan
tulisan-tulisan, ada
petugas yang
keliling juga, nanti
kalau ketemu
masyarakat yang
buang sampah
sembarangan ada
teguran”

“untuk sampah yang


masuk ke TPA sendiri
itu biasanya 70 ton per
Sampah yang hari, lha yang berasal
masuk perharinya dari alun-alun sebesar
3/C
seberapa banyak 4-5 ton per hari. Kalau
pak ? hari minggu atau
liburan naik sebesar
10-30%”
Pak Nanang,
“ada petugas Staf Pengelola 96
pemilahnya sendiri, Persampahan
kalau sampah organik
dicacah dijadikan
kompos. Yang
Ada petugas yang
3/C anorganik, dipisah
mengolahnya ?
disesuaikan nilainya,
bentuknya sama nilai
jualnya dan mana yg
sampah residu”

“ada pendaur -
ulangan sampah, itu
yang jual jagung
Kalau dari PKL Pak Oki,
disana, kuliatnya nanti
3/C ada pengolahan Koordinator 101
dikumpulukan, ada
sampahnya ? PKL
yang beli. Buat pakan
sapi”
121

Lampiran 3 Foto Penelitian


Foto Bersama BU Fatma, Sekretaris Manajemen alun-alun Kota Batu

Foto bersama Mas Aris, Petugas Parkir di kawasan alun-alun


122

Foto Bersama Mas Eko, Petugas Parkir di Kawasan Alun-alun

Foto Bersama Pak Nanang, Staf Pengelola Sampah diTPA Tlekung

Anda mungkin juga menyukai