Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Penginderaan Jarak Jauh Jakarta, November 2020

KLASIFIKASI TERBIMBING
Dosen Penanggungjawab :
Dr.Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc.

Oleh :

Theonesco B Ginting
171201166
MNH 7

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Judul dari laporan ini
adalah “Klasifikasi Terbimbing” disusun sebagai salah satu tugas praktikum
Penginderaan Jarak Jauh Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc. selaku dosen pembimbing, yang memberikan
informasi dan wawasan kepada saya dalam menyusun Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, baik dari segi
teknik penyusunan maupun dari segi materi dan pembahasan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca atau
pengguna laporan ini demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga lapora ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.................................................................................................1
Tujuan..............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
METODE PRAKTIKUM........................................................................................6
Alat dan Bahan.................................................................................................6
Metode.............................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................8
Hasil................................................................................................................8
Pembahasan.....................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................9
Kesimpulan.....................................................................................................9
Saran................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penginderaan jarak jauh adalah ilmu (untuk beberapa kasus dikatakan


seni) dalam penerimaan/perolehan informasi mengenai permukaan bumi tanpa
secara langsung melakukan kontak dengannya. Ini dilakukan oleh penginderaan
dan pencatatan energi yang direfleksikan atau dipancarkan dan melakukan proses,
analisa dan aplikasi terhadap informasi tersebut. Floyd F. Sabins Jr mengatakan
bahwa penginderaan jarak jauh dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan
informasi mengenai suatu obyek tanpa secara langsung terjadi kontak fisik dengan
obyek. Pesawat udara dan satelit adalah platform yang paling umum dalam proses
observasi penginderaan jarak jauh. Kata penginderaan jarak jauh sendiri dibatasi
terhadap metode yang mempekerjakan energi elektromagnetik sebagai komponen
utama dalam proses deteksi dan pengukuran karakteristik target.
Penginderaan jarak jauh dari angkasa telah berkembang selama beberapa
dekade terakhir dari sebuah aplikasi coba–coba menjadi suatu teknologi yang
banyak mempengaruhi berbagai aspek penelitian tentang bumi dan planet. Sistem
penginderaan dengan satelit menyediakan data-data kritis seperti perkiraan cuaca,
forecasting, agrikultur, eksplorasi sumber daya alam, dan monitoring lingkungan.
Pencitraan mulai ada sejak rockte-borne camera pada awal 1890an, sedangkan
hasil inderaja dari angkasa sendiri dimulai seiring dengan Perang Dunia II dan
perkembangan teknologi roket. Pengembangan satelit meteorologikal awal
1960an mengantar penelitian mengenai citra atmosferik, dan adanya benda2 ruang
angkasa menunjukkan adanya potensial untuk mengorbitkan kamera untuk
menyediakan informasi mengenai permukaan bumi.
Ketika data dari penginderaan jarak jauh tersedia dalam bentuk dijital,
pemrosesan dan analisa secara dijital dapat dilakukan dengan menggunakan
komputer. Pemrosesan dijital dapat digunakan untuk meningkatkan mutu data
sebagai awal input untuk interpretasi secara visual. Pemrosesan dan analisa data
secara dijital juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi target dan
2

menghasilkan informasi yang lengkap secara otomatis tanpa adanya intervensi


dari manusia sebagai interpreter manual. Tetapi, sangat jarang sekali terjadi
dimana pemrosesan dan analisa dijital ini dapat menggantikan interpretasi manual
secara keseluruhan. Seringkali hal ini dilakukan untuk memberikan bantuan bagi
para analis. Adalah sangat penting untuk diingat bahwa analisa secara visual dan
dijital dari penginderaan citra jarak jauh adalah tidak saling terpisah. Kedua
metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pada banyak
kasus, penggunaan kedua metode tersebut dilakukan secara bersamaan untuk
menganalisa citra yang diberikan. Namun pada kenyataannya, pilihan terakhir dari
apa yang akan digunakan dan relevansi dari informasi yang dihasilkan pada akhir
proses tetap saja harus dilakukan oleh manusia.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, di mana umumnya
data penginderaan jauh direkam/disimpan dalam format dijital, sebenarnya semua
penelaahan dan analisa citra mengandung beberapa elemen dari pengolahan citra.
Pengolahan citra dijital dapat melibatkan banyak prosedur meliputi pemformatan
dan koreksi data, peningkatan dijital untuk menyediakan fasilitas interpretasi
visual yang lebih baik, atau juga klasifikasi otomatis terhadap target dan
citra/gambar secara keseluruhan oleh komputer. Untuk mengolah citra inderaja
secara dijital, data tersebut harus dicatat dan tersedia dalam bentuk dijital yang
cocok untuk disimpan dalam pita atau disk komputer. Disamping itu, kebutuhan
lain untuk pengolahan citra dijital adalah sebuah sistem komputer, terkadang
mengacu pada sebuah sistem analisa citra (image anlysis system), dengan
perangkat keras dan perngakat lunak yang cocok untuk memproses data. Beberapa
sistem perangkat lunak yang tersedia secara komersial sudah dikembangkan
secara spesifik untuk pengolahan dan analisa citra inderaja.

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Penginderaan Jarak Jauh yang berjudul “Koreksi
Radiometrik” adalah untuk mengetahui penggunaan koreksi radiometrik dan
fungsinya
3

TINJAUAN PUSTAKA

Penginderaan jauh merupakan ilmu yang digunakan untuk memperoleh


informasi tentang objek, daerah atau gejala, melalui data yang diperoleh dengan
menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang
akan dikaji (Lillesand and Kiefer, 1990). Penginderaan jauh dilakukan dengan
pengukuran nilai gelombang elektromagnetik pantulan (reflection) maupun
pancaran (emission) dari objek yang diamati. Obyek di permukaan bumi akan
memantulkan energi gelombang elektromagnetik, yang selanjutnya akan
ditangkap dan direkam oleh sensor (Bakara, 2014).
Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika
Serikat dengan diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang
disebut ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli
1972, menyusul ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV
(Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral Scanner) yang mempunyai
resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang kemudian setelah
diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan dengan
seriseri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6,7 dan terakhir adalah Landsat 8 yang
diorbitkan tanggal 11 Februari 2013, NASA melakukan peluncuran satelit Landsat
Data Continuity Mission (LDCM). Satelit ini mulai menyediakan produk citra
open access sejak tanggal 30 Mei 2013, menandai perkembangan baru dunia
antariksa. NASA lalu menyerahkan satelit LDCM kepada USGS sebagai
pengguna data terhitung 30 Mei tersebut. Satelit ini kemudian lebih dikenal
sebagai Landsat 8. Pengelolaan arsip data citra masih ditangani oleh Earth
Resources Observation and Science (EROS) Center. Landsat 8 hanya memerlukan
waktu 99 menit untuk mengorbit bumi dan melakukan liputan pada area yang
sama setiap 16 hari sekali. Resolusi temporal ini tidak berbeda dengan landsat
versi sebelumnya. Seperti dipublikasikan oleh USGS, satelit landsat 8 terbang
dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas
170 km x 183 km (mirip dengan landsat versi sebelumnya). NASA sendiri
menargetkan satelit landsat versi terbarunya ini mengemban misi selama 5 tahun
4

beroperasi (sensor OLI dirancang 5 tahun dan sensor TIRS 3 tahun). Tidak
menutup kemungkinan umur produktif landsat 8 dapat lebih panjang dari umur
yang dicanangkan sebagaimana terjadi pada landsat 5 (TM) yang awalnya
ditargetkan hanya beroperasi 3 tahun namun ternyata sampai tahun 2012 masih
bisa berfungsi.citra merupakan proses pengkajian dan pengenalan objek dalam
citra. Terdapat tiga tahapan dalam interpretasi citra, diantaranya;
1. Deteksi, yaitu: pengenalan objek dengan karakteristik tertentu oleh sensor.
2. Identifikasi, yaitu: mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
3. Analisis, yaitu: mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terperinci.
Tahap pengenalan objek merupakan tahapan terpenting dalam interpretasi citra
yang di dalamnya memadukan berbagai unsur-unsur interpretasi sehingga objek
tersebut dapat dikenali. Menurut Lillesand and Kiefer (1990), unsur-unsur
interpretasi terdiri dari beberapa hal, diantaranya:
1. Rona dan warna, merupakan unsur pengenal utama objek pada citra
penginderaan jauh. Rona merupakan tingkat kegelapan atau tingkat
kecerahan objek, sedangkan warna merupakan wujud yang tampak mata.
2. Bentuk, merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu objek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh.
3. Ukuran, merupakan ciri objek berupa jarak, luas, tinggi dan volume.
4. Tekstur, merupakan frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur dinyatakan
dengan kasar, halus atau sedang. Contoh; hutan umumnya bertekstur kasar,
belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
5. Pola atau susunan keruangan yang menandai objek bentukan manusia dan
beberapa objek alamiah. Contoh; perkebunan karet atau kelapa sawit
umumnya ditanam dengan pola dan jarak tanam yang seragam, serta lahan
sawah yang cenderung memiliki pola petak-petak.
6. Asosiasi, merupakan keterkaitan antara objek satu dengan objek yang lain.
Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu objek pada citra
merupakan petunjuk adanya objek lain.
7. Bayangan, sering menjadi kunci pengenalan yang penting bagi beberapa objek
dengan karakteristik tertentu. Contoh; jika objek menara diambil dari atas,
5

objek tersebut tersebut tidak dapat diindefikasi secara langsung, sehingga


untuk mengenali objek tersebut dapat dilihat dari bayangannya.

Data satelit penginderaan jauh sangatlah beragam, mulai dari citra yang
memiliki resolusi rendah, menengah, hingga tinggi. Masing-masing citra satelit
yang ada umumnya memiliki fungsi dan keunggulan masing-masing. Beberapa
citra satelit resolusi rendah yang banyak dimanfaatkan di Indonesia seperti
NOAA, Fengyun-1, Terra, dan Aqua. Citra satelit tersebut umumnya digunakan
untuk pemantauan cuaca, kebakaran hutan, kekeringan, hingga zonasi potensi
penangkapan ikan. Citra satelit resolusi menengah seperti Landsat, SPOT,
maupun ALOS umumnya digunakan untuk inventarisasi sumber daya alam,
pemantauan lingkungan, pemetaan wilayah, prediksi produksi padi, analisis
bencana, hingga untuk mendukung perencanaan tata ruang wilayah (Kushardono
et al., 2014).
Dari pandangan Frank Jefkins dan M. Linggar Abggoro mereka sama-
sama menjabarkan citra baik dari segi pandangan seorang pemimpin, pandangan
orang diluar perusahaan, citra yang diharapkan oleh perusahaan agar terbentuk di
benak khalayak diluar perusahaan melalui prilaku dari orang-orang didalam
perusahaan yang berupa pelayanan terhadap pelanggan, serta citra yang dibentuk
untuk menyamakan visi misi dari dalam perusahaan yang bertujuan untuk
meningkatkan loyalitas dari setiap komponen dalam perusahaan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas dari perusahaan tersebut. Dari kedua
pandangan tersebut Frank Jefkins menambahkan citra serbaneka yang meliputi
logo, atribut identitas, brand name, uniform yang bertujuan sebagai perwujutan
dari identitas akan sebuah perusahaan sehingga setiap orang diluar perusahaan
dapat dengan mudah mengetahui perusahaan tersebut.
Sekarang ini data citra dari satelit-satelit seri Landsat adalah yang secara
rutin digunakan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia dalam peramalan
pertanian, eksplorasi energi, pemantauan ekosistem, pengelolaan sumber alam,
pemetaan penggunaan lahan/penutup lahan, pengumpulan intelligent militer, dan
mitigasi bencana. Khususnya di Indonesia, ketersediaan data inderaja TM/
Landsat-5 dan ETMplus/Landsat-7 yang diterima pada Stasiun Bumi.
6

METODE PRAKTIKUM

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan ialah laptop ram 4 GB dan mouse
Bahan yang digunakan ialah jaringan internet, dan aplikasi ERDAS

Metode

1. Buka apk ERDAS > kemudian pilih citra yang akan di klasifikasi > tentukan
Band combinasinya (6,5,4)

2. classification > Supervised classification.


7

3. Kemudian tentukan daerah yang ingin diklasifikasikan.

4. Kemudian tentukan warna dari daerah yang sudah diklasifikasikan.

5. Save hasil yang sudah diklasifikasikan tersebut.


8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembahasan

Pemetaan penutup lahan diperlukan untuk keperluan perencanaan


pembangunan suatu wilayah. Satelit penginderaan jauh dapat memberikan
informasi yang diperlukan untuk keperluan klasifikasi penutup lahan. Penutup
lahan dapat berupa vegetasi dan konstruksi artifisial yang menutup permukaan
bumi. Penutup lahan berkaitan dengan jenis kenampakan di permukaan bumi,
seperti bangunan, danau dan vegetasi. Untuk mengetahui kondisi penutup lahan
pada suatu daerah dapat dilakukan secara lengkap, cepat dan relatif akurat melalui
teknologi penginderaan jauh. Dalam kaitan dengan obyek penutup lahan, citra
satelit yang digunakan untuk memonitor permukaan bumi adalah satelit sumber
daya alam seperti citra satelit Landsat-8. Data citra satelit awal yang belum diolah
biasanya mengandung noise yang ditimbulkan oleh sistem. Salah satu noise dapat
ditimbulkan karena perbedaan posisi matahari pada saat data diakusisi.
9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Klasifikasi Terbimbing dapat dilakukan di aplikasi ERDAS
2. Klasifikasi terbimbing digunakan untuk mengkalsifikasikan citra sesuai
dengan yang diamati
Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih memperhatikan proses dalam membuat
klasifikasi terbimbing dengan teliti.
10

DAFTAR PUSTAKA

Aradilla, A. S. 2009. Uji Efektifitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba


(Azadirachta indica) Terhadap Larva Aedes aegepty. Laporan Akhir
Penelitian Universitas Diponegoro.

BSN, Badan Standardisasi Nasional. 2014. Peta RBI. SNI 6502.2:20144. Jakarta.
Badan Informasi Geospasial.

BSN, Badan Standardisasi Nasional. 2007. Tata Guna Lahan. UU penataan ruang
No 26/2007). Jakarta. Badan Perencanaan Tata Ruang.

Erdas. 1991. Erdas Field Guide. Atlanta: Erdas Inc.

Muttaqin Arif. 2008. Pemanfaatan dan pengelolaan tutupan lahan dan tata guna
lahan. Jakarta: Salemba Medika

Prahasta, Eddy. 2014. Sistem Informasi Geografis (Konsep-Konsep Dasar


Perspektif Geodesi & Geomatika). Bandung: CV. Informatika.

Anda mungkin juga menyukai