Anda di halaman 1dari 116

DAMPAK PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS

LENGKAP (PTSL) TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH


DI KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

SUSI ADILA SARI


167003053/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


DAMPAK PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS
LENGKAP (PTSL) TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH
DI KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister


Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh
SUSI ADILA SARI
167003053/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Tujuan dari Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) selain untuk
memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
tanah (Land Reform), Sertipikat tanah juga memiliki kedudukan yang sangat penting
dan selain itu, sertipikat memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dijadikan
jaminan utang dengan hak tanggungan atas tanah. Sertifikat bisa digunakan untuk
memperoleh modal usaha sebagai jaminan di bank ataupun yang lainnya (Acces
Reform). Penelitian ini bertujuan untuk menganalis Implentasi program Pendaftaran
Tanah sistematis Lengkap (PTSL) serta dampak pelaksanaan program Pendaftaran
Tanah sistematis Lengkap (PTSL) dalam perekonomian wilayah (akses permodalan,
asset, dan pendapatan) di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Sampel
penelitian terdiri dari 100 orang responden yang mengikuti program Pendaftaran
Tanah sistematis Lengkap (PTSL). Penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik slovin. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
Observasi, Kuesioner dan wawancara. Metode penelitian yang digunakan adalah
Kuantitatif dengan analisis data Uji T paired test dan wilcoxon yakni melihat
perbedaan akses permodalan, asset, dan pendapatan sebelum dan sesudah Program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sudah berjalan
dengan baik dan memenuhi indikator yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan
struktur birokrasi. Selain itu Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
memberikan dampak positif terhadap akses permodalan, asset, dan pendapatan
masyarakat menunjukkan peningkatan signifkan sesudah program Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

Kata kunci: Impelentasi PTSL, Akses Pemodalan, Aset, Pendapatan,


Perekonomian Wilayah

i
Universitas Sumatera Utara
Abstract

The purpose of the Complete Systematic Land Registration Program (PTSL) in


addition to providing legal certainty and legal protection to holders of land rights,
land certificates also have a very important position and besides, certificates are in
accordance with questionable economic needs. with mortgage rights on the land. The
certificate can be used to obtain venture capital as collateral in banks or others
(Access Reform). This study aims to analyze the Complete Systematic Land
Registration Implementation (PTSL) program and the implementation of the
Systematic Complete Land Registration program (PTSL) in the regional economy
(access to capital, assets, and income) in Deli Serdang Regency, North Sumatra
Province. The research sample consisted of 100 respondents who participated in the
Complete Systematic Land Registration (PTSL) program. Determination of the
sample is done using the Slovin technique. Data collection methods used were
observation, questionnaire and interview. The research method used is quantitative
with data analysis. Paired T test and Wilcoxon T test are looking at differences in
access to capital, assets, and income before and after. Complete Systematic Land
Registration Program (PTSL). The Complete Systematic Land Registration
Implementation (PTSL) Research Program has been running well and meets the
communication, resource, disposition, and bureaucratic structure indicators. In
addition, the Complete Systematic Land Registration Program (PTSL) has a positive
influence on access to capital, assets, and community income, showing an increase
that shows the Complete Systematic Land Registration Program (PTSL).

Keywords: PTSL Implementation, Capital Access, Assets, Revenue, Regional


Economy

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memampukan penulis dalam menyelesaikan seluruh rangkaian
punyusunan tesis yang berjudul: “Dampak Program Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) Terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Deli Serdang”
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Megister Sains pada Program
Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak
mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta
petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa
bantuan dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini, baik ketika penulis melakukan
penelitian maupun saat penulis menyusun setiap kata demi kata dalam penyusunan
proposal dan hasil penelitian, ada banyak pihak yang Tuhan telah kirimkan untuk
membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
perhargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum sebagai Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S Selaku Direktur
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg Sirojuzilam, SE selaku ketua
program studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Universitas Sumatera Utara
4. Yang Terhormat Bapak Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku
pembimbing utama dan Bapak Dr.Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku anggota
komisi pembimbing penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing,

iii
Universitas Sumatera Utara
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya memberi saran dan
koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.
5. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS., Dr. Rujiman, MA, dan
Prof. Dr. Lic.rer.reg Sirojuzilam, SE selaku pembanding atas saran dan kritik
yang konstrukstif yang diberikan demi penyempurnaan Tesis ini.
6. Yang Terhormat Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu bermanfaat
kepada penulis dan seluruh Seluruh Civitas Akademika Universitas Sumatera
Utara yang tidak dapat disebut satu per satu.
7. Yang terhormat Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli
Serdang Drs. Hiskia Simarmata, M.Si dan seluruh jajarannya, yang telah
memberikan kesempatan dan memfasilitasi selama proses pengumpulan data.
8. Yang tercinta Ayahanda Agus Mariadi dan Ibunda Suriati Umar, S.Pd dan
seluruh Keluarga besar yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa,
kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan
membesarkan saya, dan tidak bosan-bosannya memotivasi untuk terus
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Dan akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, penulis
panjatkan doa kepada Allah SWT, agar kiranya berkenan untuk memberkati dan
melindungi kita semua. Aamin.

Medan, 03 Maret 2019


Penulis

Susi Adila Sari

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Susi Adila Sari, lahir di Blangpidie 06 Juni 1993, anak keempat dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak H. Agus Mariadi dan Ibu Hj. Suriati Umar, S.Pd.
Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Blangpidie pada
tahun 2005, kemudian menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum pada
tahun 2011 di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Blangpidie. Pada tahun 2016 penulis
telah menyelesaikan pendidikan S-1 pada program studi Sosiologi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Pada tahun 2017 penulis menempuh pendidikan pada Program Studi Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD), Sekolah Pacasarjana
Universitas Sumatera Utara. Saat ini penulis bekerja di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang.
Semangat yang tinggi walau cobaan silih berganti terus dihadapai demi
keuletan yang tinggi dalam mencari ilmu, dijadikan motivasi dirinya untuk terus
belajar dan berusaha hingga akhirnya penulispun bisa menyelesaikan pengerjaan
tugas akhirnya berupa Tesis. Semoga tesis ini bisa memberikan kontribusi yang
positif pada dunia pendidikan. Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang
sebesar-besarnya atas penyelesaian Tesis yang berjudul “Dampak Program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Terhadap Perekonomian Wilayah di
Kabupaten Deli Serdang”.
Medan, 31 Januari 2019
Penulis,

SUSI ADILA SARI

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 9
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 9
1.4. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 11
2.1.1. Penelitian Oleh Taufik Iman Ashari ..................................................... 11
2.1.2. Penelitian Oleh Putu Agus Eka Kurniawan .......................................... 12
2.2. Landasan Teori .................................................................................................. 13
2.2.1. Kebijakan Publik ................................................................................... 13
2.2.2. Proses Kebijakan Publik ....................................................................... 15
2.2.3. Implementasi Kebijakan Publik ............................................................ 17
2.2.4. Model Implementasi Kebijakan Publik................................................. 18
2.3. Pembangunan Ekonomi Daerah ....................................................................... 23
2.3.1. Modal Usaha ........................................................................................ 24
2.3.2. Sumber Modal ...................................................................................... 25
2.3.3. Pendapatan ........................................................................................... 26
2.4. Teori Sumber Daya Alam dan Lingkungan ...................................................... 27
2.4.1. Ekonomi Sumber Daya Tanah .............................................................. 27
2.5. Pendaftaran Tanah ............................................................................................. 30
2.5.1. Tujuan Pendaftaran Tanah .................................................................... 31
2.5.2. Asas – asas Pendaftaran Tanah ............................................................ 32
2.5.3. Hak Milik ............................................................................................. 33
2.6. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ............................................................ 34
2.6.1. Ruang Lingkup dan Tujuan PTSL ........................................................ 36

vi
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Obyek dan Tahapan Pelaksanaan PTSL ............................................... 37
2.7. Indikator Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap .............................. 38
2.6.1. Kriteria Peserta ...................................................................................... 38
2.6.2. Indikator Penentuan Lokasi PTSL ............................................................. 39
2.7. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 41
2.8. Hipotesis Penelitian.......................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 44
3.2. Jenis Penelitian .................................................................................................. 45
3.3. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 46
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 48
3.4.1. Obeservasi ............................................................................................. 48
3.4.2. Dokumentasi ......................................................................................... 48
3.4.3. Kuesioner .............................................................................................. 49
3.5. Metode Analisis Data ........................................................................................ 50
3.5.1. Uji Normalitas ...................................................................................... 50
3.5.2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 51
3.6. Batasan Operasional .......................................................................................... 54
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang ...................................................... 55
4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Percut Sei Tuan .................................... 56
4.1.2. Gambaran Umum Kecamatan Lubuk Pakam ........................................ 57
4.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Morawa .................................. 58
4.2. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang ........ 59
4.3. Gambaran Umum Responden Penelitian .......................................................... 60
4.3.1. Usia Responden ..................................................................................... 61
4.3.2. Jenis Kelamin Responden ..................................................................... 61
4.3.3. Pendidikan Responden .......................................................................... 62
4.3.4. Bukti Kepemilikan Tanah Responden .................................................. 62
4.3.5. Lama Usaha Responden ........................................................................ 63
4.4. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis lengkap di Kabupaten Deli Serdang
.................................................................................................................................. 63
4.4.1. Analisis Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis lengkap
di Kabupaten Deli Serdang .................................................................. 65
4.4.1.1. Komunikasi ............................................................................ 65
4.4.1.2. Sumber Daya .......................................................................... 68
4.4.1.3. Disposisi ................................................................................. 74
4.4.1.4. Struktur Birokrasi ................................................................... 75
4.5. Hasil Penelitian Dampak Program (PTSL) ..................................................... 76

vii
Universitas Sumatera Utara
4.5.1. Dampak Terhadap Akses Pemodalan.................................................... 76
4.5.2. Dampak Terhadap Asset ...................................................................... 79
4.5.3. Dampak Terhadap Pendapatan ............................................................. 81
4.6. Pembahasan .................................................................................................... 82
4.6.1. Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) di Kabupaten Deli Serdang ...................................................... 82
4.6.2. Dampak Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Deli Serdang . 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 94
5.2. Saran ................................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 97

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

NO Judul Hal

1.1. Jumlah Sertifikat Hak atas Tanah di Provinsi Sumatera Utara ......................... 4
Dan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 – 2015
1.2. Daftar Rekapitulasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis ............................ 6
Lengkap Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017
1.3. Daftar Target dan Realisasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis............... 7
Lengkap pada tahun 2015- 2018
3.1. Daftar Lokasi yang terdaftar mengikuti Pendaftaran Tanah ........................... 44
Sistematis Lengkap pada tahun 2017
4.1. Daftar Desa/Kelurahan di Kecamatan Percut Sei Tuan .................................. 57
4.2. Daftar Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa ................................ 58
4.3. Daftar Desa/Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam ..................................... 59
4.4. Daftar Usia Responden Penelitian .................................................................. 61
4.5. Daftar Jenis Kelamin Responden Penelitian ................................................... 61
4.6. Daftar Tingkat Pendidikan Responden Penelitian .......................................... 62
4.7. Daftar Bukti Kepemilikan Tanah Responden Penelitian ................................ 62
4.8. Daftar Lama Usaha Responden Penelitian ...................................................... 63
4.9. Daftar Tahap-tahap pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah ....................... 64
Sistematis Lengkap sesuai Petunjuk Teknis Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
4.10. Daftar Jenis Informasi, frekuensi, waktu, lokasi pada tahap sosialisasi ......... 66
Pendaftaran Tanah Sistemati Lengkap di Kabupaten Deli Serdang
4.11. Daftar Jumlah Pegawai menurut kualifikasi pendidikan dan golongan .......... 70
4.12. Daftar Susunan Panitia Adjudikasi Pendaftaran Tanah Sistemati Lengkap ... 71
Kabupaten Deli Serdang

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1. Tahapan Kebijakan Publik William Dunn ...................................................... 17


2.7. Kerangka Teoritis ............................................................................................ 42
4.1. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................... 55
4.2. Sarana dan prasarana Kantor BPN Deli Serdang ............................................ 73

x
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bumi, air, dan ruang angkasa demikian pula kekayaan alam yang

terkandung di dalam tanah merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Tanah

mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka secara

konstitusional didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan

bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi tanah tersebut, maka dalam rangka

mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) dan demi

terciptanya kepastian hukum hak atas tanah bagi rakyat Indonesia, maka dengan

demikian negara tidak perlu memiliki tetapi hanya cukup dengan menguasai. Hak

menguasai yang dimiliki Negara memberikan wewenang kepada Negara yakni

untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut (Boedi Harsono, 2008).

Dalam perjalanan panjang kebijakan pembangunan di Indonesia, terutama

dalam tigapuluh tahun terakhir, diakui bahwa pengelolaan pertanahan belum

memperoleh perhatian yang memadai. Kasus-kasus yang menyangkut sengketa

dibidang pertanahan dapat dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai

kecenderungan untuk meningkat dalam kompleksitas maupun kuantitas

permasalahannya seiring dengan dinamika ekonomi, sosial dan politik di

Indonesia. Untuk itu sudah saatnya diperlukan adanya pembaharuan dalam sistem

perangkat

1
Universitas Sumatera Utara
2

hukum dengan menciptakan suasana hukum yang komprehensif mencakup segala

permasalahan yang terkait dengan kepentingan pertanahan.

Penyelesaian kasus-kasus pertanahan senantiasa menjadi perhatian seluruh

jajaran Badan Pertanahan Nasional RI di tingkat Pusat, Kantor Wilayah Propinsi

maupun Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Sampai dengan

bulan September 2013, jumlah kasus pertanahan mencapai 4.223 kasus yang

terdiri dari sisa kasus tahun 2012 sebanyak 1.888 kasus dan kasus baru sebanyak

2.335 kasus. Jumlah kasus yang telah selesai mencapai 2.014 kasus atau 47,69%

yang tersebar di 33 Provinsi seluruh Indonesia dan hingga saat ini jumlah tanah

yang bersertifikat baru hanya 45% dari seluruh jumlah tanah di Indonesia.

(http://www.presidenri.go.id/blusukan-2/jumlah-penerbitan-sertifikat-tanah-terus-

ditingkatkan-.html/diakses tanggal 24 September 2018). Kenyataan ini pada

akhirnya menjadi dasar timbulnya kekerasan dan perampasan yang dilakukan oleh

individu atau bahkan sekelompok orang tertentu, yang biasanya lebih sering

dikenal dengan “Viktimisasi Kejahatan Pertanahan”(Nadeak, 2017).

Salah satu contoh konflik sosial dibidang pertanahan yang terjadi di

Kabupaten Deli Serdang, kasus-kasus sengketa pertanahan sering terjadi di

masyarakat yang mengakibatkan timbulnya konflik dalam masyarakat tersebut.

Kasus sengketa tanah yang pernah terjadi di masyarakat Kabupaten Deli Serdang

diantaranya adalah masalah sengketa tanah seluas 135 hektar antara masyarakat

Desa Cimahi, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang melawan PT.

Karya Harea Indonesia dalam tipologi sengketa tentang ganti rugi yang tidak

layak yang dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap tanah garapan masyarakat

yang diambil secara paksa. Sengketa lain masalah tanah yang pernah terjadi di

Universitas Sumatera Utara


3

Kabupaten Deli Serdang adalah sengketa tanah antara masyarakat Desa pergulaan,

Kecamataan Sei Rampah, Kabupaten Deli Serdang atas tanah seluas 165,6 Ha

yang dikuasai oleh PT. Perkebunan Persero Lonsum Indonesia Kebun Rambung

berdasarkan sertifikat HGU Nomor 2/Pergulaan. Masyarakat Desa Pergulaan

menuntut pengembalian tanah tersebut kepada mereka karena PT. Perkebunan

Persero Lonsum mengambil secara paksa tanah garapan tersebut dengan hanya

memberikan ganti rugi atas tanaman yang ada, tanpa memperhitungkan nilai

tanahnya. Dengan banyaknya sengketa mengenai tanah di masyarakat, maka perlu

adanya kepastian hak atas kepemilikan suatu tanah. Dasar hukum hak atas tanah

di atur dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria. Hadirnya

UndangUndang Pokok Agraria (UUPA) tersebut merupakan dasar dalam

memberikan jaminan hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Sertifikat hak atas tanah sebagai bukti hak yang merupakan perwujudan

dari proses pendaftaran tanah yang dapat memberikan kepastian hukum dan

perlindung hukum bagi pemegangnya yang

dilidungi dengan diadakannya pendaftaran tanah yaitu pemegang sertifikat hak

atas tanah, karena dengan dilakukannya pendaftaran

tanah berarti akan tercipta kepastian hukum, kepastian hak serta tertib administrasi

pertanahan sehingga semua pihak terlidungi dengan baik, baik pemegang

sertifikat, pemegang hak atas tanah, pihak ketiga yang memperoleh hak atas tanah

maupun pemerintah sebagai penyelenggara negara (Bustomi Abuyazid, 2014).

Universitas Sumatera Utara


4

Berdasarkan tabel dibawah ini merupakan jumlah Sertifikat Hak atas Tanah

yang diterbitkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) provinsi Sumatera Utara dan

Kabupaten Deli Serdang berdasarkan data BPS tahun 2012 sampai dengan 2015.

Tabel 1.1
Jumlah Sertifikat Hak atas Tanah di Provinsi SumateraUtara dan
Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 – 2015

Jumlah Sertifikat Hak atas Tanah yang Diterbitkan

Kab/Kota 2012 2013 2014 2015

Sumatera Utara 65.271 201.414 85.285 74.838


Deli Serdang 15.555 116.286 11.971 16.122
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum terhadap hak atas

tanah, maka pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

189 tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. Penyelenggaraan

Proyek Operasi Nasional Agraria atau yang biasa disebut dengan PRONA yaitu

berupa persertifikatan tanah secara masal dan penyelesaian sengketa-sengketa

tanah yang bersifat strategis. Program PRONA ini di tujukan kepada masyarakat

dengan golongan ekonomi lemah. Penyelenggaraan PRONA dilakukan di seluruh

Kabupaten maupun Kotamadya di seluruh Indonesia dan ditetapkan secara

berkelompok.

Melalui program PRONA, pendataan tanah sebagai penerima sertifikat

prona dilakukan secaramerata di seluruh desa dan kelurahan dalam satu

kabupaten. Dalam program Prona, satu tahun angaran bisa disebar ke beberapa

desa, bahkan hingga 10 desa.Program Prona, tidak seluruh bidang tanah yang

tidak bersertifikat dalam satu desa diberikan bantuan tetapi secara bertahap. Inilah

Universitas Sumatera Utara


5

yang menjadi salah satu kekurangan dari Prona, sehingga memunculkan program

baru yakni Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah proses pendaftaran

tanah untuk pertama kali, yang dilakukan secara serentak dan meliputi semua

obyek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan di dalam suatu wilayah desa atau

kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu. Melalui program ini,

pemerintah memberikan jaminan kepastian hukum atau hak atas tanah yang

dimiliki masyarakat. Untuk mengikuti Program ini masyarakat tidak dibebankan

biaya sekali (gratis) karena biaya pelaksanaannya telah dibiayai oleh APBN pada

alokasi DIPA BPN RI. Hal ini tentu diharapkan dapat mengatasi kesadaran dan

pemahaman masyarakat akan pentingnya pendaftaran tanah. Tujuan Program ini

adalah memberikan pelayanan pendaftaran pertama kali dengan proses yang

sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah

diseluruh Indonesia dengan mengutamakan desa miskin/tertinggal, daerah

pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga kota, pinggiran kota atau

daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi rakyat ( www.bpn.go.id ).

Pada tahun 2017 secara Nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang

(ATR)/Badan Pertanahan Nasional mengusulkan 5 juta bidang tanah yang akan

didata selanjutnya dibuatkan sertifikat gratis oleh masing – masing BPN setempat

di daerah – daerah. Untuk Wilayah Provinsi Sumatera Utara sendiri mendapatkan

jatah sebesar 210.000 sertifikasi dan dengan demikian maka untuk Wilayah

Kabupaten Deli Serdang mendapatkan jatah kuota sertifikasi lahan sebanyak

12.000 sertifikat yang kemudian di sebar di tiga Kecamatan yang ada di

Universitas Sumatera Utara


6

Kecamatan Percut Sei Tuan, Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Tanjung

Morawa.

Tabel 1.2
Rekapitulasi Program PTSL Sumatera Utara

LAPORAN PENINGKATAN PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP


KANWIL BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA
06 DESEMBER 2017
PETA
TARGET
BIDANG
NO KOTA/KABUPATEN NASIONAL 5 SK SERTIPIKAT
TANAH (K1
JUTA
S/D K3)
1 Kab. Tapanuli Selatan 5.450 6.534 5.463 5.450
Kab. Humbang
5.200
2 Hasundutan 4.733 4.195 4.193
3 Kab. Labuhan Batu 10.750 10.31 8.398 8.387
4 Kab. Tapanuli Tengah 5.300 4.6 3.508 3.508
5 Kab. Mandailing Natal 5.400 4.956 3.562 3.560
6 Kab. Simalungun 5.700 5.354 4.093 3.522
7 Kab. Deli Serdang 12.800 17.433 8.113 7.346
8 Kab. Langkat 10.500 9.836 6.16 6.003
9 Kab. Nias Selatan 1.100 738 694 600
10 Kab. Pakpak Bharat 1.100 703 582 582
11 Kota Medan 9.700 8.911 4.993 4.985
12 Kab. Nias 2.200 1.271 1.066 1.065
13 Kab. Karo 5.400 3.047 2.352 2.161
14 Kab. Asahan 10.500 7.268 3.935 3.900
15 Kab. Serdang Bedagai 10.500 8.045 4.22 3.037
16 Kota Tanjung Balai 12.100 10.019 3.451 3.450
17 Kab. Dairi 5.500 3.039 1.495 1.494
18 Kab. Tapanuli Utara 5.300 3.213 1.442 1.428
19 Kab. Samosir 2.100 1.726 508 502
20 Kab. Toba Samosir 5.350 2.261 1.090 1.090
21 Kota Binjai 15.800 5.447 3.199 3.191
Kota
15.100
22 Padangsidimpuan 1.756 1.224 1.075
23 Kota Tebing Tinggi 20.800 1.864 1.225 1.163
24 Kota Pematang Siantar 20.300 3.859 1.009 776
25 Kota Sibolga 6.050 1.033 226 81
JUMLAH 210.000 127.956 76.203 72.549

Minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kepemilikan hak atas

tanah (sertifikat tanah) dibuktikan dengan minimnya partisipasi masyarakat dalam

mengikuti program tersebut. Hal ini dibuktikan dengan angka realisasi program

sertifikat tanah di Provinsi Sumatera Utara pada tabel di atas. Berbagai faktor

Universitas Sumatera Utara


7

disebabkan, diantaranya kondisi birokrasi yang menyediakan pelayanan publik

dalam bidang kepengurusan hak atas tanah yang dinilai rumit dan berbelit-belit.

Banyak masyarakat yang hanya menggunakan surat lurah atau surat perjanjian

jual beli sebagai dokumen kepemilikan hak atas tanah, biaya BPHTB dan

sebagainya.

Tabel 1.3
Target dan Realisasi Program Sertifikat Tanah pada tahun 2015 - 2018

Program Sertifikat Tanah


TARGET REALISASI
PRONA/PTSL

PRONA 2015 2457 2457


PRONA 2016 4350 4350
PTSL 2017 12000 8331
PTSL 2018 28000 27450
Data diperoleh dari Kantor Badan Petanahan Nasional Deli Serdang

Pendaftaran Tanah menjelaskan mengenai tujuan pendaftaran hak atas

tanah yang meliputi: (1) untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan

hukum kepada pemegang hak atas tanah, (2) untuk menyediakan informasi kepada

pihak-pihak yang berkepentingan, dan (3) terselenggaranya tertib administrasi

pertanahan. Berdasarkan uraian diatas, maka sertipikat tanah memiliki kedudukan

yang sangat penting dan selain itu, sertipikat memiliki nilai ekonomi yang tinggi

apabila dijadikan jaminan utang dengan hak tanggungan atas tanah.

Untuk mendukung penataan pemanfaatan tanah yang adil bagi semua

masyarakat baik berupa asset reform maupun access reform serta dan dalam

Universitas Sumatera Utara


8

rangka mewujudkan tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat, politik arah

kebijakan pertanahan sesuai dalam Renstra BPN RI didasarkan pada 4 (empat)

prinsip:

1. Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran

rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta

peningkatan ketahanan pangan (Prosperity).

2. Pertanahan berkontribusi secara nyata dalam peningkatan tatanan

kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam

kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan

tanah (P4T) (Equity).

3. Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk mewujudkan tatanan

kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai

sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air serta

melakukan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan

pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di

kemudian hari (Social Welfare).

4. Pertanahan berkontribusi secara nyata bagi terciptanya keberlanjutan

sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan

memberikan access seluas-luasnya pada generasi yang akan datang

terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat

(Sustainability)

Kepemilikan sertipikat tanah dapat mengurangi konflik sengketa lahan baik

dengan swasta maupun pemerintah. Selain itu dengan adanya sertipikat tanah

Universitas Sumatera Utara


9

dapat menambah atau membantu masyarakat dalam mendapatkan modal usaha

sehingga berdampak untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Deli

Serdang. Dengan adanya persoalan ini, maka penulis tertarik untuk menulis

penelitian yang berjudul: “Dampak program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Deli Serdang”.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah

yaitu:

1. Bagaimana Implementasi program Pendaftaran Tanah SistematisLengkap

(PTSL) di Kabupaten Deli Serdang?

2. Apa dampak program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

terhadap perekonomian wilayah wilayah (Akses permodalan, Aset dan

Pendapatan) di Kabupaten Deli Serdang?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi program Pendaftaran Tanah

SistematisLengkap (PTSL) di Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk menganalisis dampak program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) terhadap perekonomian wilayah (Akses permodalan,

Aset dan Pendapatan) di Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan pelajari bagi peneliti untuk menjadi pribadi

yang mampu berpikir secara luas dan mampu berinteraksi dengan baik di

Universitas Sumatera Utara


10

lingkungan dunia kerja secara nyata, sehingga peneliti mendapatkan pengalaman

secara nyata bagaimana sistem pengendalia internal dapat diterapkan pada instansi

pemerintah. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan kontribusi:

1. Bagi Instansi

Memberikan saran dan rekomendasi terkait dalam pelaksanaan program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) bagi Kantor Badan

Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang.

2. Bagi Akademisi

Memberikan suatu acuan penelitian dan menambah pengetahuan kepada

peneliti-peneliti lain, khuskhususnya yang berkeinginan lebih mendalami

atas masalah yang sama.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


2.1.1. Penelitian Oleh Taufik Imam Ashari (2018)
Taufik Imam Ashari (2018) Universitas Lampung judul skripsi

“Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kabupaten

Lampung Selatan”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif dengan mengambil lokasi di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian

tersebut dianalisis secara kritis dengan dasar pemikiran teori Van Metter dan Van

Horn, meliputi unsur standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar

organisasi, karakteristik agen pelaksana, disposisi implementator, dan kondisi

ekonomi, sosial dan politik. Secara menyeluruh belum optimal karena ada dua

indikator yang tidak sesuai dengan teori Van Metter dan Van Horn.

Persoalan yang akan dikaji dalam adalah bagaimana Implementasi

Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Lampung

Selatan dan di analisis dengan teori Van Metter dan Von Horn meliputi unsur

standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi,

karakteristik agen pelaksana, disposisi implementator, dan kondisi ekonomi,

sosial dan politik.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Kurang optimalnya

implementasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) untuk percepatan

sertipikasi tanah secara masal di Kabupaten Lampung Selatan, dikarenakan pada

sumber daya non manusia dan disposisi implementator tidak sesuai dengan

pernyataan Van Meter dan Van Horn. Dilihat dari sumber daya non manusia,

sebenarnya sarana dan prasarana yang ada pada Balai Desa atau Kelurahan sudah

11
Universitas Sumatera Utara
12

sangat mendukung akan tetapi pada implementasinya di lapangan aparatur desa

atau kelurahan tidak memakai sarana dan prasarana yang ada. Pada segi disposisi

implementator juga tidak sesuai karena salah satu implementator yaitu pada

tingkat kelurahan tidak memahami dan menjalankan tugasnya sesuai dengan

standard operating procedure (SOP) yang ada dimana biaya yang dikenakan pada

masyarakat melebihi standar yang sudah ada karena sudah ditetapkan berdasarkan

Surat Keputusan Bersama tiga Menteri meliputi Menteri Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Desa.

Adapun kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menganalisis

tentang Implementasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), namun

pada penelitian ini peneliti tidak hanya melihat dalam segi implementasi tetapi

juga dampak program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) terhadap

perekonomian wilayah di Kabupaten Deli Serdang.

2.1.2. Penelitian oleh Putu Agus Eka Kurniawan (2013)

Putu Agus Eka Kurniawan, dkk (2013) Universitas Udayana dengan judul

“Pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Melalui PRONA di Kabupaten

Gianyar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program

sertipikasi tanah melalui PRONA di Kabupaten Gianyar serta hambatan-hambatan

yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian

hukum empiris yang meneliti berbagai peraturan tentang Program Proyek Operasi

Nasional Agraria (PRONA) dalam prosesnya, dalam interaksinya, serta

penerapannya dan atau pengaruhnya dalam masyarakat.

Penelitian yang bersifat deskriptif ini menggunakan 2 (dua) jenis sumber

data, yaitu data primer serta data sekunder. Sampel pada penelitian ini adalah

Universitas Sumatera Utara


13

Kantor Pertanahan Gianyar yang ditentukan melalui teknik non probability

sampling yaitu purposive sampling. Data yang diperoleh pada penelitian ini

dianalisis secara kualitatif yang kemudian disajikan secara deskriptif. Berdasarkan

target pembuatan sertipikat tanah yang telah ditetapkan untuk setiap desa peserta

PRONA di Kabupaten Gianyar Tahun Anggaran 2011, maka realisasinya telah

memenuhi target yaitu, desa Lodtunduh sebanyak 618 sertipikat atau 100%, desa

Medahan sebanyak 330 sertipikat atau 100%, desa Siangan sebanyak 52 sertipikat

atau 100%.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Pelaksanaan

Program PRONA di Kantor Pertanahan Kabupaten Gianyar Tahun Anggaran

2011 dilaksanakan melalui proses persiapan dan proses pelaksanaan pendaftaran

tanah. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program sertipikasi tanah melalui

PRONA dapat ditinjau dari pihak masyarakat desa sebagai peserta PRONA dan

Kantor Pertanahan Kabupaten Gianyar diantaranya hambatan yang berhubungan

dengan faktor sarana dan prasarana, seperti keterbatasan jumlah SDM,

kendaraan operasional, gedung kantor (ruang tempat kerja dan ruang

penyimpanan warkah), komputer peta pendaftaran dan lain-lain. Adapun

kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menganalisis tentang

Implementasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan tetapi juga

dampak program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) terhadap

perekonomian wilayah di Kabupaten Deli Serdang.

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Kebijakan Publik

Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7)

mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan

Universitas Sumatera Utara


14

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana

terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan kesempatan

terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan

perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari

definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang

sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan

pada suatu masalah.

Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu ternyata

banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Easton

memberikan definisi kebijakan publik sebagai the authoritativeallocation of values

for the whole society atau sebagai pengalokasian nilainilai secara paksa kepada

seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga mengartikan kebijakan

publik sebagai a projected program of goal,value, and practice atau sesuatu

program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah.

Kebijakan dapat didefinisikan sebagai serangkaian rencana program,

aktivitas, aksi, keputusan, sikap, untuk bertindak maupun tidak bertindak yang

dilakukan oleh para pihak (aktor-aktor), sebagai tahapan untuk penyelesaian

masalah yang dihadapi. Penetapan kebijakan merupakan suatu faktor penting bagi

organisasi untuk mencapai tujuannya (Iskandar, 2012). Lebih lanjut, kebijakan

memiliki dua aspek (Thoha, 2012), yakni:

a. Kebijakan merupakan praktika sosial, kebijakan bukan event yang

tunggal atau terisolir. Dengan demikian, kebijakan merupakan sesuatu

yang dihasilkan pemerintah yang dirumuskan berdasarkan dari segala

Universitas Sumatera Utara


15

kejadian yang terjadi di masyarakat. Kejadian tersebut ini tumbuh dalam

praktika kehidupan kemasyarakatan, dan bukan merupakan peristiwa

yang berdiri sendiri, terisolasi, dan asing bagi masyarakat.

b. Kebijakan adalah suatu respon atas peristiwa yang terjadi, baik untuk

menciptakan harmoni dari pihak-pihak yang berkonflik, maupun

menciptakan insentif atas tindakan bersama bagi para pihak yang

mendapatkan perlakuan yang tidak rasional atas usaha bersama tersebut.

Dengan demikian, kebijakan dapat dinyatakan sebagai usaha untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu, sekaligus sebagai upaya pemecahan masalah

dengan menggunakan sarana-sarana tertentu, dan dalam tahapan waktu tertentu.

Kebijakan umumnya bersifat mendasar, karena kebijakan hanya menggariskan

pedoman umum sebagai landasan bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

1.2.2.Proses Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual

yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis

tersebut Nampak dalam serangkaian kegiatan seperti yang diungkapkan Dunn

(2003:24) yang mencakup tahapn-tahapan berikut :

1. Tahap penyusunan agenda.

Dalam penyusunan agenda kebijakan beberapa kegiatan yang dilakukan adalah (1)

membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-

benar dianggap sebagai masalah; (2) membuat batasan masalah; dan (3)

memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dalam agenda pemerintah.

Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk

Universitas Sumatera Utara


16

ke dalam agenda kebijakan. Pada, akhirnya beberapa masalah masuk ke agenda

kebijakan para perumus kebijakan.

2. Tahap formulasi kebijakan.

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan dengan menganalisis informasi-informasi yang berhubungan

dengan masalah yang bersangkutan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk

kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal

dari berbagai alternatif yang ada. Pada tahap ini masing-masing alternative-

alternatif kebijakan bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil

untuk memecahkan masalah sehingga sampai kepada sebuah kebiajakan yang

dipilih.

2. Tahap adopsi kebijakan.

Dari beberapa alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan,

pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan

dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan

peradilan.

3. Tahap implementasi kebijakan.

Dukungan sumberdaya sangat diperlukan pada tahap ini. Organisasi pelaksana

disusun sehingga kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

4. Tahap penilaian kebijakan.

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk

melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat. Ditentukan ukuran-ukuran atau

kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah

Universitas Sumatera Utara


17

meraih dampak yang diinginkan. Berikut adalah tahapan kebijakan publik

menurut William N. Dunn (2003:25) dapat digambarkan sebagai berikut:

Perumusan Masalah Penyusunan Agenda

Peramalan Formulasi Kebijakan

Rekomendasi Adopsi Kebijakan

Pemantauan Implementasi Kebijakan

Penilaian Penilaian Kebijakan

Gambar 2.1. Tahapan Kebijakan Publik oleh William Dunn

2.2.3. Implementasi Kebijakan Publik

Pada suatu aktivitas, implementasi mengacu pada suatu tindakan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan

ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola

operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil

sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya, implementasi juga merupakan

langkah yang sangat penting di dalam proses kebijakan. Menurut Van Meter

dan Van Horn dalam Wahab (2012: 135) merumuskan proses implementasi

sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau pejabat-

pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Universitas Sumatera Utara


18

Menurut (Wahab,1991: 117) tahap implementasi kebijakan pada posisi

yang berbeda, namun pada prinsipnya setiap kebijakan publik selalu ditindak

lanjuti dengan implementasi kebijakan. Oleh karena itu implementasi merupakan

tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan (Ripley dan Franklin,1982

dalam Tarigan, 2000:14; Wibawa dkk.,1994:15). Dari beberapa pengertian

menurut para ahli diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa, implementasi

kebijakan ialah suatu aktivitas yang dilaksanakan setelah di keluarkan pengarahan

yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya input untuk menghasilkan

output atau outcome bagi masyarakat.

2.2.4 Model Implementasi Kebijakan Publik

Tahap implementasi kebijkaan dapat dibedakan dengan dua tahap atau dua

model implementasi kebijakan. Pembuatan kebijkaan disatu sisi merupakan

proses yang memiliki logika buttom up, dalam arti proses kebijakan diawali

dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau dukungan dari masyarakat.

Sedangkan implementasi kebijakan di sisi lain didalamnya memiliki logika top-

down, dalam arti penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau makro menjadi

tindakan konkret atau mikro.

Menurut George Edward III dalam Widodo (2010:96) terdapat 4 faktor yang

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan antara lain

yaitu faktor (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi dan (4) struktur

birokrasi.

a. Komunikasi

Menurut Edward III dalam Widodo (2010 :97), komunikasi diartikan

sebagai “proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan”.

Universitas Sumatera Utara


19

Informasi mengenai kebijakan publik menurut Edward III dalam Widodo

(2010:97) perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan

dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk

menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat

dicapai sesuai dengan yang diharapakan.

Menurut Edward III dalam Widodo (2010:97), komunikasi kebijakan

memiliki beberapa dimensi, antara lain dimensi transmisi (trasmission), kejelasan

(clarity) dan konsistensi (consistency).

1. Dimensi transmisi menghendaki agar kebijakan publik disampaikan

tidak hanya disampaikan kepada pelaksana (implementors) kebijakan

tetapi juga disampaikan kepada kelompok sasaran kebijakan dan pihak

lain yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

2. Dimensi kejelasan (clarity) menghendaki agar kebijakan yang

ditrasmisikan kepada pelaksana, target grup dan pihak lain yang

berkepentingan secara jelas sehingga diantara mereka mengetahui apa

yang menjadi maksud, tujuan, sasaran, serta substansi dari kebijakan

publik tersebut sehingga masing-masing akan mengetahui apa yang

harus dipersiapkan serta dilaksanakan untuk mensukseskan kebijakan

tersebut secara efektif dan efisien.

3. Dimensi konsistensi (consistency) diperlukan agar kebijakan yang

diambil tidak simpang siur sehingga membingungkan pelaksana

kebijakan, target grup dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Universitas Sumatera Utara


20

b. Sumberdaya

Edward III dalam Widodo (2010:98) mengemukakan bahwa faktor

sumberday mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan.

Menurut Edward III dalam Widodo (2010:98) bahwa sumber daya tersebut

meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran, dan sumberdaya

peralatan dan sumberdaya kewenangan.

c. Disposisi

Pengertian disposisi menurut Edward III dalam Widodo (2010:104)

dikatakan sebagai “kemauan, keinginan dan kecenderungan para perlaku

kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh sungguh

sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan”. Edward

III dalam Widodo (2010:104-105) mengatakan bahwa: jika implementasi

kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana

(implementors) tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan

mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan tersebut, tetapi

mereka juga harus mempunyai kamauan untuk melaksanakan kebijakan

tersebut.

Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III dalam Agustinus

(2006:159-160) mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri

dari: 1) Pengangkatan birokrasi. Disposisi atau sikap pelaksana akan

menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi

kebijakan bila personel yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang

diinginkan oleh pejabat-pejabat yang lebih atas. Karena itu, pengangkatan

dan pemilihan personel pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang

Universitas Sumatera Utara


21

memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi

pada kepentingan warga masyarakat. 2) Insentif merupakan salah-satu

teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah sikap para pelaksana

kebijakan dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya orang bergerak

berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif oleh

para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.

Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan

menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan

perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi

kepentingan pribadi atau organisasi.

d. Struktur birokrasi

Ripley dan Franklin dalam Winarno (2005:149-160)

mengidentifikasi enam karakteristik birokrasi sebagai hasil pengamatan

terhadap birokrasi di Amerika Serikat, yaitu: 1) Birokrasi diciptakan

sebagai instrumen dalam menangani keperluan-keperluan publik (public

affair). 2) Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam

implementasi kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang

berbeda-beda dalam setiap hierarkinya. 3) Birokrasi mempunyai sejumlah

tujuan yang berbeda. 4) Fungsi birokrasi berada dalam lingkungan yang

kompleks dan luas. 5) Birokrasi mempunyai naluri bertahan hidup yang

tinggi dengan begitu jarang ditemukan birokrasi yang mati. 6) Birokrasi

bukan kekuatan yang netral dan tidak dalam kendali penuh dari pihak luar.

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan

cukup dan para pelaksana (implementors) mengetahui apa dan bagaimana

Universitas Sumatera Utara


22

cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk melakukannya,

namun Edward III dalam Widodo (2010:106) menyatakan bahwa

“implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif karena

ketidakefisienan struktur birokrasi”. Struktur birokasi ini menurut Edward

III dalam Widodo (2010:106) mencangkup aspekaspek seperti struktur

birokrasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organnisasi

dan sebagainya. Menurut Edwards III dalam Winarno (2005:150) terdapat

dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: ”Standard Operational

Procedure (SOP) dan fragmentasi”.

Menurut Winarno (2005:150), ”Standard operational procedure

(SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian

waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja

yang kompleks dan luas”. Edward III dalam Widodo (2010:107)

menyatakan bahwa: demikian pula dengan jelas tidaknya standar operasi,

baik menyangkut mekanisme, system dan prosedur pelaksanaan kebijakan,

pembagian tugas pokok, fungsi dan kewenangan, dan tangggung jawab

diantara pelaku, dan tidak harmonisnya hubungan diantara organisasi

pelaksana satu dengan yang lainnya ikut pula menentukan keberhasilan

implementasi kebjakan. Namun, berdasakan hasil penelitian Edward III

dalam Winarno (2005:152) menjelaskan bahwa: SOP sangat mungkin

dapat menjadi kendala bagi implementasi kebijakan baru yang

membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipetipe personil baru untuk

melaksanakan kebijakan-kebijakan. Dengan begitu, semakin besar

kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim dalam

Universitas Sumatera Utara


23

suatu organisasi, semakin besar pula probabilitas SOP menghambat

implementasi Edward III dalam Winarno (2005:155) menjelaskan bahwa

”fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan

kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”

Edward III dalam Widodo (2010:106), mengatakan bahwa: struktur

birokrasi yang terfragmentasi (terpecah-pecah atau tersebar red.) dapat

meningkatkan gagalnya komunikasi, karena kesempatan untuk

instruksinya terdistorsi sangat besar. Semakin terdistorsi dalam

pelaksanaan kebijakan, semakin membutuhkan koordinasi yang intensif” .

2.3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Sirojuzilam (2008:16) mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu

proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar,

baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau

menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam

konteks pertumbuhan ekonomi.

Adisasmita (2008:13), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi

dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi

modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah,

kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan

(kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan

masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola

kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menc iptakan suatu

Universitas Sumatera Utara


24

lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di wilayah

tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang mencakup

pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa

yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan perusahaan-perusahaan (Arsyad, 1999:107).

Setiap upaya pembangunan daerah mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Guna

mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat harus secara bersama-sama

mengambil inisiatif pembangunan daerah dengan menggunakan segenap potensi

yang dimilikinya baru.

2.3.1 Modal Usaha

2.3.1. Definisi Modal

Istilah modal sangat identik dengan dunia ekonomi dan bisnis. Inti dasar

dari suatu perusahaan dapat menjalankan kegiatan usahanya adalah dengan

adanya modal. Modal merupakan faktor produksi terpenting. Bagi perusahaan

yang baru berdiri modal digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha, sedangkan

bagi perusahaan yang sudah berdiri lama modal digunakan untuk

mengembangkan usaha dan memperluas pangsa pasar. Besar kecilnya modal

memang dipengaruhi oleh besar kecilnya usaha yang akan dibuat.

Modal memiliki banyak pendapat dalam artian dan pengertiannya. Salah

satu pengertian modal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah barang yang

digunakan sebagai dasar atau bekal untul bekerja. Sedangkan menurut Bambang

Riyanto pengertian modal yang klasik ialah sebagai ‚hasil produksi yang

Universitas Sumatera Utara


25

digunakan untuk memproduksi lebih lanjut‛ dimana setelah berkembang,

pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau

menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal. Adapun pengertian

modal jika dikaitkan dengan usaha dapat dimengerti sebagai sesuatu yang

digunakan untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha.

Modal usaha diperlukan sebagai bekal untuk menjalankan sebuah

rencana bisnis/usaha demi terpenuhinya kebutuhan dasar oleh seseorang sehingga

terhindar dari kekurangan bahkan kemiskinan. Modal ini bisa berupa uang dan

tenaga (keahlian). Modal uang biasa digunakan untuk membiayai berbagai

keperluan usaha, seperti biaya prainvestasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk

membeli aset, hingga modal kerja, sedangkan modal keahlian adalah kepiawaian

seseorang dalam menjalankan suatu usaha.

2.3.2. Sumber Modal

Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya,

berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya,

modal dapat dibagi menjadi dua, yakni:

a. Modal yang Berasal dari Sumber Intern

Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang

dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Metode pembelanjaan

dengan menggunakan dana atau modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di

dalam perusahaan, yang berarti suatu pembelanjaan dengan ‚kekuatan sendiri‛

disebut ‚pembelanjaan dari dalam perusahaan‛ atau‚ internal financing‛ dalam

artian yang luas.

b. Modal yang Berasal dari Sumber Ekstern

Universitas Sumatera Utara


26

Sumber ekstern‛ adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan, dan

metode pembelanjaan di mana usaha pemenuhan kebutuhan modalnya diambilkan

dari sumber-sumber modal yang berada di luar perusahaan dinamakan

pembelanjaan dari luar perusahaan (external financing). Dana yang berasal dari

sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta

atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari para

kreditur merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang

berasal dari para kreditur tersebut ialah apa yang disebut modal asing. Metode

pembelanjaan dengan menggunakan modal asing disebut pembelanjaan asing atau

‚pembelanjaan dengan utang (debt financing).

2.3.3. Pendapatan Masyarakat

Menurut Reksoprayitno (2004:79), pendapatan (revenue) adalah sebagai

jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka

waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah

disumbangkan. Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi

bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Menurut

Boediono (2002:150), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala

distribusi pendapatan disuatu daerah, antara lain sebagai berikut :

1. Perolehan faktor-faktor produksi seperti modal, tanah, tenaga kerja, dan

kewirausahaan didalam menghasilkan sebuah produk

2. Perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai faktor produksi

yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh didalam

mengahsilkan sebuah produk.

Universitas Sumatera Utara


27

3. Laju produksi daerah, dalam hal yang menyangkut produksi pengolahan

dari hasil pertanian yanga ada di daerah dalam menghasilkan suatu produk.

Tinggi rendahnya pengeluaran sangat bergantung kepada kemampuan

keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya. Selain itu pengalaman

berusaha juga mempengaruhi pendapatan. Karena seseorang atau kelompok

memiliki kelebihan keterampilan dalam meningkatkan aktivitas sehingga

pendapatan turut meningkat. Usaha meningkatkan penadapatan masyarakat dapat

dilakukan dengan pemberantasan kemiskinan yaitu membina kelompok

masyarakat dapat diwujudkan dengan pemenuhan modal kerja, ketepatan dalam

penggunaan modal kerja yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan usaha sesuai dengan yang diharapkan sehingga upaya peningkatan

pendapatan masyarakat dapat terwujud dengan optimal.

Pendapatan masyarakat dapat meningkat, khususnya pendapatan

masyarakat yang dan mengelola sumber daya yang ada di daerah yaitu sebagai

suatu potensi ekonomi lokal yang dilihat dari kemapuan suatu daerah untuk

menghasilkan produk-produk unggulan daerah yang memiliki daya saing baik itu

di pasar domestik maupun di pasar lokal. Pengembangan produk-produk unggulan

daerah diharapakan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan terwujudnya

kesejahteraan masyarakat.

2.4. Sumber Daya Alam dan Lingkungan

2.4.1. Ekonomi Sumber Daya Tanah

Tanah sebagai sumbedaya yang sangat penting untuk kelangsungan hidup

manusia. Tanah selain sebagai aspek tanah (soil), tanah dapat dilihat sebagai lahan

(space) tempat orang tinggal, lahan memproduksi hasil-hasil pertanian dan

Universitas Sumatera Utara


28

penghasil bahan mentah lainnya. Oleh sebab itu, tanah mempunyai fungsi jamak

yaitu; 1) sebagai faktor produksi untuk menghasilkan bahan mentah dan energi, 2)

sebagai barang konsumsi terhadap tanah dapat mempunyai hak kepemilikan yang

ekslusif dan bisa dialih tangankan yang semuanya berkonotasi hukum.

Beberapa permasalahan berkaitan dengan tanah adalah:

1. Masalah tataguna tanah (terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke

pembangunan non pertanian).

2. Masalah perpajakan (nilai tanah dapat sebagai basis dana melalui system

dan mekanisme perpajakan).

3. Masalah kelestarian sumberdaya tanah (manusia sering memiliki

kecenderungan untuk memnfaatkan tanah secara berlebihan dan tidak

terkendali, terutama terjadi di daerah/kelompok masyarakat marginal).

4. Masalah semakin banyaknya petani gurem, meningkatnya jumlah

penduduk akan dihdapkan pada ketersediaan tanah. (Berdampak sosial,

ekonomi bahkan politik yang tidak menguntungkan).

5. Masalah kepemilikan dan penguasaan tanah (land ownership). Pemilikan

dan penguasaan lahan merupakan interaksi antara manusia dengan lahan

yang dimilikinya/dikuasainya. Selain itu, penguasaan lahan/tanah

berkaitan pula dengan luasnya maupun penyebarannya (fragmentasi).

Perundang-undangan berkaitan dengan lahan/tanah adalah UUPA dan

UUPBH (yang masih dirasakan mandul).

Tanah merupakan sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan

hidup manusia, karena merupakan masukan (input) yang diperlukan untuk setiap

bentuk aktifitas manusia seperti: pertanian, perindustrian, pemukiman,

Universitas Sumatera Utara


29

transportasi, rekreasi. Untuk daerah perkotaan, penggunaan tanah yang utama

adalah untuk pemukiman, perkantoran, transportasi, industri dan perdagangan dan

lainnya. Di negara maju penggunaan tanah yang terbaik dan tertinggi adalah untuk

industri dan perdagangan. Selanjutnya disusul oleh pemukiman, kemudian untuk

pertanian dan terakhir untuk pengembalaan dan tanah dikosongkan (bera).

Penggunaan didasarkan atas kepemilikan dan penguasaanya. Pemilikan

pribadi (privat) yang sifatnya ekslusif dan transferable (bisa dialih tangankan) dan

SDA milik bersama (common ekslusif), yaitu bentuk pemilikan yang tidak

ekslusif dan non transfarable. Penggunaan tanah yang tergantung pada lokasi

tanah, terutama adalah untuk pemukiman, industri, rekreasi dan sebagainya.

Dengan demikian tanah memiliki nilai ekonomi dan pasar yang berbeda-berbeda.

Tanah di perkotaan memiliki nilai pasar yang tinggi karena di sana terletak

sumber penghidupan manusia yang paling efisien dan memberikan nilai produksi

yang tinggi. Secara umum, pemilik tanah menggunakan tanahnya untuk tujuan

yang memberikan nilai produksi tertinggi. Namun penggunaan tanah ini

tergantung kepada penilaian sipemilik sendiri apakah dinilai dengan uang atau

dengan nilai yang tidak dapat dijangkau (intangible) seperti nilai sosial.

Penggunaan tanah terbaik dan tertinggi tergantung kepada kapasitas tanah serta

tinggi rendahnya permintaan terhadap tanah itu sendiri.

Untuk mengejar pemenuhan kebutuhan manusia yang terus berkembang

dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemanfaatan sumber daya tanah sering

kali kurang bijaksana dan untuk kebutuhan jangka pendek. Akibat penggunaan

tanah yang kurang bijaksana adalah berkurangnya persediaan tanah yang tinggi

kualitasnya. Sehingga manusia akan tergantung kepada tanah yang semakin

Universitas Sumatera Utara


30

rendahnya kualitasnya. Dengan semakin langkanya sumber daya anah, maka perlu

pula pengelolaan sumber daya tanah secara optimal dan lestari untuk mencapai

kesejahteraan sosial yang maksimum.

2.5. Pendaftaran Tanah

Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi

pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data

fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi

bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya, dan hak milik atas satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Menurut A.P Parlindungan (1998) pendaftaran tanah berasal dari kata

Cadastre (Bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu record

(rekaman), menunjukkan kepada luas, nilai dan kepemilikan terhadap suatu

bidang tanah. Kata ini berasal dari Bahasa latin “Capistratum” yang berarti

suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi

(Capotatio Terrens). Dalam arti yang tegas, Cadastre adalah record pada lahan,

nilai dari pada tanah dan pemegang haknya untuk kepentingan perpajakan.

Dengan demikian, Cadastre merupakan alat yang tepat dalam memberikan

uraian tersebut dan juga sebagai Cobtinous recording (rekaman yang

berkesinambungan) dari hak atas tanah.

Menurut Urip Santosa yang mengutip pendapat Soedikno Mertokusumo

yang dimaksud hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada

yang mempunyai hak untuk menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah

Universitas Sumatera Utara


31

yang dihakinya. Kata “menggunakan” mengandung pengertian bahwa hak atas

tanah digunakan untuk kepentingan pembangunan, misalnya rumah, toko,

hotel, kantor, dan pabrik. Kata “ mengambil manfaat” mengandung pengertian

bahwa hak atas tanah digunakan untuk kepentingan pertanian, perikanan,

peternakaan, perkebunan.

2.5.1. Tujuan Pendaftaran Tanah

Dalam menjamin kepastian hukum di bidang agraria, pemerintah

menyelenggarakan pendaftaran tanah sebagai langkah untuk mengantisipasi

permasalahan yang akan timbul kedepannya mengenai agraria atau sengketa

pertanahan. Dalam peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 1997, berdasarkan

pasal 3 dikemukanan bahwa tujuan pendaftaran tanah meliputi:

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak -hak

lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan. Sebagaimana dimaksud diatas, untuk

memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak

yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah.

2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenal bidang-

bidang tanah dan satuan satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Untuk

melaksanakan fungsi informasi sebagaiana dimaksud, data fisik dan data

yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar

terbuka untuk umum.

Universitas Sumatera Utara


32

3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Untuk mencapai

tertib administrasi pertanahan, setiap bidang tanah dan satuan rumah

susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya ha katas bidang

tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib daftar.

2.5.2. Asas-Asas Pendaftaran Tanah

Menurut Tehupeiory (2012 : 9-11) Pendaftaran tanah dilaksanakan

dengan asas sederhana, terjangkau, mutakhir dan terbuka.

1. Asas sederhana

Untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu

diselenggarakan dengan teliti dan cermat, sehingga hasilnya

dapat menjamin kepastian hukum sesuai dengan tujuannya.

2. Asas Terjangkau

Dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang

memerlukan, khususnya dengen memperhatikan kebutuhan dan

kemampuan golongan ekonomi lemah sehingga dapat

memberikan pelayanan pendaftaran tanah.

3. Asas Mutakhir

Mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam

pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan data.

Asas mutakhir menuntut untuk dipeliharanya data pendaftaran

tanah secara terus-menerus dab berkesinambungan sehingga data

yang tersimpan di kantor pertanahan selalu up to date sesuai

dengan kenyataan dilapangan.

Universitas Sumatera Utara


33

4. Asas Keterbukaan

Terbuka dimaksudkan agar masyarakat dapat memperoleh

keterangan dalam hal penyelenggaraan pendaftaran tanah

mengenai data yang benar setiap saaat di Kantor Pertanahan.

2.5.3. Hak milik

Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan tetap mengingat ketentuan tentang hak atas

tanah untuk fungsi sosial (Pasal 20 ayat (2) Undang Undang Pokok Agraria).

Hak milik merupakan hak yang paling kuat atas tanah, yang memberikan

kewenangan kepada pemiliknya untuk memberikan kembali suatu hak lain di

atas bidang tanah hak milik yang dimilikinya tersebut (dapat berupa hak guna

bangunan atau hak pakai, dengan pengecualian hak guna usaha), yang hampir

sama kewenangan negara (sebagai penguasa) untuk memberi hak atas tanah

kepada warganya (Muliadi, Kartini dkk 2004).

Hak milik tidak dibatasi oleh jangka waktu. Selama pemegang haknya

masih memenuhi syarat sebagai subyek hak milik, maka hak milik tersebut

tetap berlaku. Sebaliknya, kalau pemeganghaknya tidak lagi memenuhi syarat

sebagai subyek hak milik, maka hak milik tersebut menjadi hapus. Sifat khas

dari hak milik yaitu turun temurun, terkuat, dan terpenuh. Turun-temurun

artinya hak milik tidak hanya berlangsung selama hidupnya orang yang

mempunyai, tetapi dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya apabila pemiliknya

meninggal dunia. Terkuat menunjukkan:

a. Jangka waktu hak milik tidak terbatas. Jadi berlainan dengan hak guna

usaha atau hak guna bangunan, jangka waktunya tertentu.

Universitas Sumatera Utara


34

b. Hak yang terdaftar dan adanya “tanda bukti hak”. Hak milik juga hak

yang terkuat, karena terdaftar dan yang mempunyai diberi “tanda hak

milik”. Terpenuh artinya:

a. Hak milik itu memberikan wewenang kepada yang empunya, yang

paling luas jika dibandingkan dengan hak lain.

b. Hak milik bisa merupakan induk daripada hak-hak lainnya. Artinya

seseorang pemilik tanah bisa memberikan tanah kepada pihak lain

dengan hak-hak yang kurang daripada hak milik: menyewakan,

membagi hasilkan, menggadaikan, menyerahkan tanah itu kepada orang

lain dengan hak guna bangunan atau hak pakai.

c. Hak milik tidak berinduk kepada hak atas tanah lain.

d. Dilihat dari peruntukannya, hak milik juga tak terbatas. Hak guna

bangunan untuk keperluan bangunan saja, hak guna usaha terbatas

hanya untuk pertanian sedangkan hak milik dapat digunakan untuk

usaha pertanian maupun untuk bangunan.

2.6. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Di dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 pada Pasal 1

menyebutkan bahwa, Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah

kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak

bagi semua obyek pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia dalam

satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang

meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis

Universitas Sumatera Utara


35

mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan

pendaftarannya.

Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi

pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data

isik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah

dan satuan rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-

bidang tanah yang sudah ada haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta

hak-hak tertentu yang membebaninya.

Untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum program

PTSL, serta untuk mengurangi sengketa Kementerian ATR/BPN

menyempurnakan berbagai perangkat peraturan/dasar hukum tertulis, yang

lengkap dan jelas, sumberdaya manusia ditingkatkan, sarana dan prasarana

diperbanyak kualitas dan kuantitasnya, segi pembiayaan diperluas, adanya

koordinasi antar lembaga di luar BPN. Secara normatif telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan sebagai sarana memberi kemudahan dan

percepatan dalam pendaftaran tanah seluruh Indonesia. Perangkat hukum yang

tertulis, lengkap, dan jelas dalam pelaksanaan PTSL telah tertuang dalam beragam

regulasi, petunjuk teknis, surat edaran sebagai sarana kemudahan dalam

pelaksanaan PTSL.

Dalam pandangan Prayitno (2017, 14) Untuk mempercepat program PTSL

dilakukan beberapa terobosan di antaranya: (a) melibatkan pihak swasta dalam

proses pengukuran dan pemetaan bidang tanah; (b) mengatasi kekurangan petugas

ukur Kementerian ATR/BPN; (c) mengundang partisipasi perusahaan swasta

Universitas Sumatera Utara


36

dalam bentuk program tanggung jawab sosial perusahaan/ CSR; (d)

mempersingkat masa pengumuman dari 1 bulan menjadi 14 hari, (e) menyediakan

mekanisme BPHTB terhutang bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (f) Surat

keputusan bersama (SKB) Menteri ATR/Ka. BPN, Menteri Dalam Negeri, dan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmingarsi tentang

pembiayaan persiapan PTSL. Meskipun berbagai regulasi sebagai payung hukum

PTSL telah diterbitkan dan kerjasama atau koodinasi antar instasi telah dibangun

serta berbagai kemudahan/terobosan telah dibuat, namun dalam tataran

implementasi, masih terdapat hambatan-habatan dalam pelaksanaan PTSL yang

berorientasi target kuantitas yang memungkinkan mengabaikan kualitas.

Hambatan ini di antaranya adalah Biaya Pajak atas Tanah (PPh dan BPHTB),

Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana, tanah absentee, tanah kelebihan

maksimum, dan tanah terlantar, masalah pengumuman data fisik dan data yuridis

dan penerapan asas kontradiktur delimitasi, dari hambatan-hambatan ini

dideskripsikan dan memberikan solusi terhadap pelaksanaan PTSL.

2.6.1. Ruang Lingkup dan Tujuan PTSL

Ruang lingkup peraturan menteri ini adalah percepatan pelaksanaan

program pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) yang dilaksanakan desa

demi desa di wilayah kabupaten dan kelurahan demi kelurahan di wilayah

perkotaan yang meliputi semua bidang tanah diseluruh wilayah Republik

Indonesia.

Tujuan dari pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) adalah untuk

percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas

tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan

Universitas Sumatera Utara


37

terbuka serta akuntabel sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta mengurangi dan mencegah

sengketa dan konflik pertanahan.

2.6.2. Obyek dan Tahapan Pelaksanaan PTSL

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dilaksanakan untuk

seluruh obyek pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia. Obyek

PTSL ini sendiri meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang

tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak, baik

merupakan tanah aset Pemerintah/Pemerintah daerah, Tanah Badan Usaha

Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Tanah Desa, Tanah Negara, Tanah

Masyarakat Hukum Adat, Kawasan Hutan, Tanah Obyek Landrefrom, Tanah

Transmigrasi, dan Tanah bidang lainnya. Obyek PTSL sebagai mana yang

dimaksud diatas adalah baik untuk bidang tanah yang sudah ada tanda batasnya

maupun yang akan ditetapkan tanda batasnya dalam pelaksanaan kegiatan

PTSL.

Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dilakukan dengan

tahapan :

a. Perencanaan dan persiapan

b. Penetapan lokasi kegiatan PTSL

c. Pembentukan dan penetapan Panitia Ajudikasi PTSL

d. Penyuluhan

e. Pengumpulan Data Fisik dan Data Yuridis bidang tanah

f. Pemeriksaan tanah

Universitas Sumatera Utara


38

g. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis bidang tanah serta

pembuktian hak

h. Penerbitan keputusan pemberian atau pengakuan Hak atas Tanah

i. Pembukuan dan penerbitan Sertifikat Hak atas Tanah

j. Penyerahan Sertipikat Hak atas Tanah.

2.6.3. Indikator Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap


2.6.3.1. Kriteria Peserta
Subyek atau peserta PTSL adalah masyarakat golongan ekonomi lemah

sampai ekonomi menengah yang memenuhi persyaratan. Persyaratan peserta

antara lain tidak memiliki penghasilan tidak tetap, misalnya petani, nelayan,

pedagang, peternak, pengrajin, pelukis, buruh musimn dan lain-lain pekerja

dengan penghasilan tetap, yaitu sebagai berikut:

1. Pegawai perusahaan baik swasta maupun BUMN / BUMD dengan

penghasilan per bulan sama atau di bawah Upah Minimum Regional

(UMR) yang ditetapkan oleh masing-masing kabupaten / kota, yang

dibuktikan dengan penetapan Upah Minimum Kabupaten / Kota (UMK)

dan surat keterangan penghasilan dari perusahaan.

2. Veteran, Pegawai Negeri Sipil (PNS) pangkat sampai dengan Penata

Muda Tingkat I (III/d), prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI)

pangkat sampai dengan Kapten dan anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Polri) pangkat sampai dengan Komisaris Polisi,

dibuktikan dengan fotokopi Surat Keputusan Pangkat terakhir.

3. Suami / istri veteran, suami / istri PNS, suami / istri prajurit TNI, suami

/ istri anggota Polri sebagaimana disebut dalam huruf b), dibuktikan

dengan fotokopi Surat Keputusan pangkat terakhir dan akta nikah

Universitas Sumatera Utara


39

4. Pensiunan PNS, pensiunan TNI dan pensiunan anggota Polri,

dibuktikan dengan fotokopi Surat Keputusan pensiun.

5. Janda/duda pensiunan PNS, janda / duda pensiunan TNI, janda / duda

pensiunan anggota Polri, dibuktikan dengan fotokopi Surat Keputusan

pensiun janda / duda dan akta nikah

Selain itu peserta PTSL juga memiliki kewajiban untuk :

1. Menyediakan / menyiapkan alas hak / alat bukti perolehan /

penguasaan tanah yang akan dijadikan dasar pendaftaran tanah sesuai

ketentuan yang berlaku

2. Menunjukkan letak dan batas-batas tanah yang dimohon (dapat dengan

kuasa)

3. Menyerahkan Bukti Setor Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) dan Bukti Setor Pajak Penghasilan dari

Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PPh) bagi peserta yang

terkena ketentuan tersebut

4. Memasang patok batas tanah sesuai ketentuan yang berlaku.

2.6.3.2. Indikator Penentuan Lokasi PTSL

Dalam penetepan lokasi PTSL, perlu diperhatikan kondisi wilayah dan

infrastruktur pertanahan yang tersedia, antara lain :

a. Kondisi wilayah.

Lokasi kegiatan PTSL diarahkan pada wilayah-wilayah sebagai

berikut :

1. Desa miskin / tertinggal

2. Daerah pertanian subur atau berkembang

Universitas Sumatera Utara


40

3. Daerah penyangga kota, pinggiran kota atau daerah miskin kota

4. Daerah pengembangan ekonomi rakyat

5. Daerah lokasi bencana alam

6. Daerah pemukiman padat penduduk serta mempunyai potensi cukup

besar untuk dikembangkan

7. Daerah di luar sekeliling transmigrasi

8. Daerah penyangga daerah Taman Nasional

9. Daerah pemukiman baru yang terkena pengembangan prasarana

umum atau relokasi akibat bencana alam

b. Kondisi Infrastruktur

Penetapan lokasi wilayah desa / kelurahan Program PTSL, hendaknya

memperhatikan ketersediaan infrastruktur pertanahan, antara lain :

1. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

2. Inventarisasi Pengaturan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan

Tanah (IP4T)

3. Peta Penatagunaan Tanah

4. Peta Pengukuran dan Pendaftaran Tanah (Fotogrametis)

5. Infrastruktur Titik Dasar Teknik dan Peta Dasar Pendaftaran

6. Teknologi Informasi dan Komunikasi

7. Mobil dan peralatan Larasita

8. Infratruktur lainnya

2.6.4. Kriteria Objek Program PTSL

Adapun kriteria objek PTSL, antara lain :

a. Tanah sudah dikuasai secara fisik

Universitas Sumatera Utara


41

b. Mempunyai alas hak (bukti kepemilikan)

c. Bukan tanah warisan yang belum dibagi

d. Tanah tidak dalam keadaan sengketa

e. Lokasi tanah berada dalam wilayag kabupaten lokasi peserta program

yang dibuktikan dengan KTP

f. Memenuhi ketentuan tentang luas tanah maksimal obyek PTSL

Luas dan Jumlah Tanah Obyek PTSL diatur sebagai berikut :

1. Tanah Negara :

a. Tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 2.000 m², kecuali obyek

Prona yang berlokasi wilayah Kabupaten / Kota Pertanahan tipe A sampai

dengan 500 m²

b. Tanah pertanian dengan luas sampai 2 hektar

2. Penegasan konversi / pengakuan hak :

a. Tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 5.000 m ², kecuali

obyek Prona yang berlokasi wilayah Kabuoaten / Kota Kantor Pertanahan

tipe A sampai dengan luas 1.000 m²

b. Tanah pertanian dengan luas sampai 5 hektar

3. Jumlah bidang tanah

Bidang tanah yang dapat didaftarkan atas nama seseorang atau satu peserta

dalam kegiatan PTSL paling banyak dua bidang tanah.

2.7. Kerangka Teoritis

Tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia; sebagai negara

agraris Tanah merupakan faktor penting bagi bangsa Indonesia baik sebagai daya

produksi maupun sebagai pemukiman. Oleh sebab itu, pengelolaan tanah dalam

Universitas Sumatera Utara


42

arti pengaturan penguasaan tanah, penatagunaan tanah, pengurusan hak-hak tanah,

serta pengukuran dan pendaftaran tanah perlu ditata dan diatur sedemikian rupa

sehingga tanah dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat

seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3).

Gambar 2.: Kerangka Berpikir

Kondisi Bidang Tanah Terdaftar di Indonesia sebesar 44%


 Penyelenggaraan pendataran tanah merupakan tanggung
jawab pemerintah
 Jumlah bidang tanah akan terus bertambah
 Perlu percepatan pendaftaran tanah

Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Sertifikat Tanah

Uji T

Dampak Ekonomi Dampak Ekonomi


Sebelum Program Sesudah Program
PTSL: PTSL:
- Akses - Akses

Implementasi Kebijakan Program


Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
- Komunikasi
- Sumber Daya
- Disposisi
- Struktur Birokrasi

Universitas Sumatera Utara


43

2.8. Hipotesa Penelitian

Hipotesis Diduga terdapat perbedaan pendapatan yang signifikan dengan

adanya Program Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dengan peningkatan akses

permodalan, aset, dan pendapatan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang yang sudah dipilih tiga

kecamatan yakni Kecamatan Percut Sei Tuan, Kecamatan Lubuk Pakam, dan

Kecamatan Tanjung Morawa. Selain itu penelitian juga dilaksanakan di Kantor

Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera

Utara.

Tabel 3.1.
Lokasi yang terdaftar mengikuti Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap di Kecamatan dan Desa yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
NO KECAMATAN DESA

1. Bandar Khalipah
2. Bandar Setia
3. Laut Dendang
4. Sambirejo Timur
5. Tembung
6. Percut
1 Percut Sei Tuan 7. Cinta Damai
8. Cinta Rakyat
9. Tanjung Selamat
10. Tanjung Rejo

1. Lubuk Pakam I-II


2. Lubuk Pakam III
3. Lubuk Pakam Pekan
4. Bakaran Baru
2 Lubuk Pakam 5. Sekip
6. Cemara
7. Syahmad
8. Pagar Merbau III
9. Paluh Kemiri
10. Patapahan
11. Pasar Melintang
12. Pagar Jati

1. Dagang Kerawan
2. Perdamean
3. Bandar Labuhan
4. Lengau Seprang
3 Tanjung Morawa 5. Punden Rejo
6. Tanjung Baru
7. Bangun Sari Baru
8. Tanjung Morawa A
9. Naga Timbul
10. Bangun Rejo
11. Limau Manis
12. Dagang Kelambir

44
Universitas Sumatera Utara
45

3.2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan, Pendekatan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto 2006: 12)yang mengemukakan

penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut

menguakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan hasilnya.Jenis penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dengan Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah uji

beda dan wawancara. Menurut Sugiyono (2011:7), metode penelitian kuantitatif

dapat diartikansebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.

Teknik pengambilan sampel pada umum nya dilakukan secara acak

(random sampling), pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan. Sedangkan seperti yang dinyatakan oleh Burns dan Bush

(dalam Mangkunegara, 2011) bahwa, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

membutuhkan penggunaa struktur pertanyaan dimana pilihan-pilihan jawabannya

telah disediakan dan membutuhkan banyak responden. Format yang didapat

adalah berupa angka atau numeric. Dalam penelitian ini penelusuran tentang

dampak program PTSL terhadap perekonomian wilayah tersebut didapatkan

dengan menggunakan metode survey, dimana menggunakan kuesioner sebagai

instrumen utama. Teknik pengumpulan data survey ini, dimana penelitian

dilakukan dalam ruang alamiah atau bukan buatanpeneliti melakukan perlakuan

dalam pengumpulan data. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:6)

Universitas Sumatera Utara


46

bahwa, metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu

yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam

pengumpulan data, misalnya dengan instrumen kuesioner, wawancara terstruktur

dan sebagainya.

3.3. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2001: 55) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda

alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek

atau subjek itu. Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.

Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia

memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama

dengan banyaknya manusia. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian

(Arikunto, 2002: 108).

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah bidang tanah yang diperoleh

pada saat Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yakni 12.000 bidang

tanah.Dengan demikian sampel adalah sebagian dari populasi yang

karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan populasinya

sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi jumlah Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh peserta PTSL yang berjumlah 12.000 bidang tanah. Dalam

penelitian ini penulis mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh karyawan

Universitas Sumatera Utara


47

sebanyak 12.000 sertipikat dengan menghitung ukuran sampel yang dilakukan

dengan menggunakan teknik Slovin menurut Sugiyono (2011:87).

Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena dalam

penarikansampel, jumlahnya harus representative agar hasil penelitian dapat

digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah sampel,

namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana. Rumus Slovin

untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :

𝑁
𝑛
1 + 𝑁 (𝑒)2
Keterangan:

n = Ukuran sampel/jumlah responden

N = Ukuran populasi

E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih

bisa ditolerir; e=0,1 Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara

10-20 % dari populasi penelitian.Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah

sebanyak 12.000 sertifikat, sehingga presentase kelonggaran yang digunakan

adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian.

Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:

12000
𝑛=
1 + 12000 (10)2

12000
𝑛=
121

n
Universitas Sumatera Utara
48

𝑛 = 99.17 𝑑𝑖𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 100

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang mejadi responden dalam

penelitian ini di sesuaikan menjadi sebanyak 100 orang dari seluruh total peserta
n dalam pengolahan data dan untuk hasil
PTSL, hal dilakukan untuk mempermudah

pengujian yang lebih baik.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai

sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode

eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari

sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau

teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

interview, kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2006: 137)

3.4.1. Observasi

Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen

pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian

atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu

petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga

Universitas Sumatera Utara


49

mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala

bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya

mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang,

atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).

3.4.2. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden(Iskandar, 2008: 77).

3.4.3. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. Oleh karena itu dalam

melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah

disiapkan. Dalam hal ini penulis akan mewawancarai Ketua Panitia Ajudikasi

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

No Informan Jenis Informasi Metode


1. Informasi tentang isi kebijakan
-
(content of policy) dan lingkungan
Wawancara
implementasi (complex of
Ketua Ajudikasi - Dokumen
implementation) pelaksanan kebijakan
Program dan arsip
percepatan pelaksanaan Pendaftaran
1 Pendaftaran yang
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di
Tanah Sistematis mendukung
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Lengkap terkait
Deli Serdang 2. Teknik Implementasi
program
yang dilakukan oleh badan pertanahan
PTSL
Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara


50

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Uji Normalitas

Untuk mendeteksi normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan

uji kolmogorov-smirnov test. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Jika

analisis mengunakan metode parametrik maka persyaratan normalitas harus

terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi normal. Jika data tidak berdistribusi

normal, maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik. Dasar

pengambilan keputusan untuk menentukan normalitas data adalah sebagai berikut:

a. Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka data tidak terdistribusi

normal

b. Jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka data terdistribusi normal

Syarat yang harus dipenuhi pada prosedur uji kolmogorof-smirnof test,

yaitu:

1. Data yang digunakan yaitu data kuantitatif

2. Uji kolmogorof-smirnof test mempunyai asumsi bahwa parameter

uji distribusi telah spesifik.

Ada beberapa prosedur tes distribusi yang digunakan, yaitu normal,

poisson dan uniform. Namun lebih sering digunakan adalah tes distribusi normal.

3.5.2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini di tentukan berdasarkan hasil dari

uji normalitas data, berdasarkan hasil uji normalitas data maka akan dapat

ditentukan alat uji apa yang paling sesuai digunakan. Apabila data berdistribusi

normal maka digunakan uji parametrik Paired Sample T-Test. Sementara apabila

Universitas Sumatera Utara


51

data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji non-parametrik yaitu

Wilcoxon Signed Rank Test. Kedua model uji beda tersebut digunakan untuk

menganalisis model penelitian pre-post atau sebelum dan sesudah. Uji beda

digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu pada satu sampel

yang sama pada dua periode pengamatan yang berbeda (Pramana, 2012).

1. Paired Sample T-test

Paired sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan dua sampel yang

berpasangan. Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel 45

dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda pada

situasi sebelum dan sesudah proses (Santoso, 2001). Paired sample t-test

digunakan apabila data berdistribsui normal. Menurut Widiyanto (2013) paired

sample t-test merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk

mengkaji kefektifan perlakuan, ditandai adanya perbedaan rata-rata sebelum dan

rata-rata sesudah diberikan perlakuan. Dasar pengambilan keputusan untuk

menerima atau menolak Ho pada uji paired sampel t-test adalah sebagai berikut:

Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika

probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Prosedur uji

paired sample t-test (Siregar, 2013):

a. Menentukan hipotesis Hipotesis yang ditentukan dalam pengujian paired

sample t-test ini adalah sebagai berikut:

Ho1 : tidak terdapat perbedaan antara akses permodalan pada saat sebelum

dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha1 : terdapat perbedaan antara akses permodalan pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Universitas Sumatera Utara


52

Ho2 : tidak terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha2 : terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat sebelum dan sesudah

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ho3 : tidak terdapat perbedaan antara pendapatan pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha3 : terdapat perbedaan antara pendapatan pada saat sebelum dan sesudah

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

b. Menentukan level of significant sebesar 5% atau 0,05

c. Menentukan kriteria pengujian Ho ditolak jika nilai probabilitas < 0,05 berarti

terdapat perbedaan yang signifikan dalam akses permodalan, nilai aset hingga

pendapatan pada saat sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap. Ho diterima jika nilai probablitias > 0,05 berarti terdapat perbedaan

yang tidak signifikan akses permodalan, nilai aset hingga pendapatan pada saat

sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

d. Penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis

2. Wilcoxon Signed Rank Test

Wilcoxon signed rank test merupakan uji non parametrik yang digunakan

untuk menganalisis data berpasangan karena adanya dua perlakuan yang berbeda

(Pramana, 2012). Wolcoxon signed rank test digunakan apabila data tidak

berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak

Ho pada uji wilcoxon signed rank test adalah sebagai berikut: Jika probabilitas

(Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika probabilitas

Universitas Sumatera Utara


53

(Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Prosedur uji wilcoxon

signed rank test (Siregar, 2013):

a. Menentukan hipotesis Hipotesis yang ditentukan dalam pengujian wilcoxon

signed rank test ini adalah sebagai berikut:

Ho1 : tidak terdapat perbedaan antara akses permodalan pada saat sebelum

dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha1 : terdapat perbedaan antara akses permodalan pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ho2 : tidak terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha2 : terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat sebelum dan sesudah

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ho3 : tidak terdapat perbedaan antara pendapatan pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha3 : terdapat perbedaan antara pendapatan pada saat sebelum dan sesudah

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

b. Menentukan level of significant sebesar 5% atau 0,05.

c. Menentukan kriteria pengujian Ho ditolak jika nilai probabilitas < 0,05 berarti

terdapat perbedaan yang signifikan dalam akses permodalan, nilai aset hingga

pendapatan pada saat sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap. Ho diterima jika nilai probablitias > 0,05 berarti terdapat perbedaan

yang tidak signifikan akses permodalan, nilai aset hingga pendapatan pada saat

sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

d. Penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis.

Universitas Sumatera Utara


54

3.6. Batasan Operasional

Untuk mengarahkan dan menghindari salah pengertian dalam pelaksanaan

penelitian ini, maka dibuat batasan operasional,yakni sebagai berikut:

Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran


Proses pendaftaran tanah
untuk pertama kali, yang
dilakukan secara serentak
1.Implementasi
dan meliputi semua obyek
Program program
pendaftaran tanah yang Skala
Sertifikat 2.Hambatan
belum didaftarkan di Interval 1-5
Tanah pelaksanaan
dalam suatu wilayah desa
program
atau kelurahan atau nama
lainnya yang setingkat
dengan itu.
1.Kesempatan
Perubahan Ekonomi
memulai
masyarakat sebagai akibat
usaha
dari suatu aktivitas
2.Akses
Dampak pembangunan dan usaha.
terhadap Skala
Perekonomian Adanya pertambahan
modal usaha Interval 1-5
Wilayah pendapatan masyarakat
3.Peningkatan
yangterjadi di wilayah
Pendapatan
tersebut, yaitu kenaikan
Pertambahan
seluruhnilai tambah
Nilai aset
(added value)

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2057’ – 3016’

Lintang Utara dan 98033’ – 99027’ Bujur Timur, merupakan bagian dari

wilayahpada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah

2.497,72km2 dari luas Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 22 kecamatan dan

403desa/kelurahan, dengan batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan: Selat Sumatera

Sebelah Selatan berbatasan :Kabupaten Karo

SebelahTimur berbatasan: Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelah Barat berbatasan: Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Gambar 1:
Peta Lokasi Penelitian

55
Universitas Sumatera Utara
56

Keadaan topografi Kabupaten Deli Serdang dari landai sampai bergelombang,

kondisi dataran pada umumnya terdapat di sepanjang pantai yang

berhadapandengan Selat Malaka, sedangkan bergelombang terdapat di bagian

selatankabupaten. Kabupaten Deli Serdang berada pada ketinggian berkisar 0

sampai 500meter diatas permukaan laut. Secara teknis kondisi lahan tersebut

dapatmemberikan kemudahan bagi sektor pertanian maupun pemukiman.

Menurut data yang diperoleh dari situs pemerintahan Kabupaten Deli

Serdang, luas wilayah Kabupaten Deli Serdang saat ini adalah 2.497,72 Km2,

terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3,34

persen dari luas Sumatera Utara.Dulu daerah ini mengelilingi tiga “Daerah Kota

Madya” yaituKabupaten Deli Serdang yang menjadi ibu Kota Provinsi Sumatera

Utara, Kota Binjai dan Kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan

beberapa Kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas

daerah 6.400 KM2 terdiri dari 33 kecamatan dan 902 kampung.

4.1.1. Kecamatan Percut Sei Tuan

Kecamatan Percut Sei Tuan adalah salah satu dari kabupaten Deli serdang.

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79km2 yang terdiri dari

18 Desa dan 2 kelurahan. Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki jumlah penduduk

yang sangat padat, menurut data BPS pada Maret 2010, penduduk Kecamatan

Percut Sei Tuan berjumlah 436003 jiwa dan jumlah penduduk terkecil di Desa

Cinta Damai yakni sebesar 5.022 jiwa. Sebagian besar penduduk di Kecamatan

Percut Sei Tuan berbagai macam suku dan agama dengan mayoritas Suku Melayu

Deli, terdapat juga suku Jawa dan Batak Mendailing.

Universitas Sumatera Utara


57

Kecamatan Percut Sei Tuan terdiri dari 20 Desa/Kelurahan, namun hanya

10 desa yang mendapatkan program Pensertifikatan tanah (PTSL) seperti yang

tertera pada tabel dibawah ini yaitu:

Tabel 4.1.
Daftar Desa/Keluharan di Kecamatan Percut Sei Tuan
NO DESA/KELURAHAN KETERANGAN
1 Desa/Kelurahan Tanjung Rejo WILAYAH PTSL
2 Desa/Kelurahan Tanjung Selamat WILAYAH PTSL
3 Desa/Kelurahan Tembung WILAYAH PTSL
4 Desa/Kelurahan khalipah WILAYAH PTSL
5 Desa/Kelurahan Bandar Setia WILAYAH PTSL
6 Desa/Kelurahan Cinta Damai WILAYAH PTSL
7 Desa/Kelurahan Cinta Rakyat WILAYAH PTSL
8 Desa/Kelurahan Laut Dendang WILAYAH PTSL
9 Desa/Kelurahan Percut WILAYAH PTSL
10 Desa/Kelurahan Amplas BUKAN WILAYAH PTSL
11 Desa/Kelurahan Klippa BUKAN WILAYAH PTSL
12 Desa/Kelurahan Kenangan BUKAN WILAYAH PTSL
13 Desa/Kelurahan Kenangan Baru BUKAN WILAYAH PTSL
14 Desa/Kelurahan Kolam BUKAN WILAYAH PTSL
15 Desa/Kelurahan Medan Estate BUKAN WILAYAH PTSL
16 Desa/Kelurahan Pematang Lalang BUKAN WILAYAH PTSL
17 Desa/Kelurahan Saentis BUKAN WILAYAH PTSL
18 Desa/Kelurahan Sampali BUKAN WILAYAH PTSL
19 Desa/Kelurahan Sei Rotan BUKAN WILAYAH PTSL
20 Desa/Kelurahan Sumber Rejo Timur BUKAN WILAYAH PTSL

4.1.2. Kecamatan Tanjung Morawa

Kecamatan Tanjung Morawa memiliki jumlah penduduk yang sangat

menurut data BPS pada Maret 2015, penduduk Kecamatan Kabupaten Tanjung

Morawa berjumlah 227.051 jiwa. Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari 26

Desa/Kelurahan, namun hanya desa yang mendapatkan program Pensertifikatan

tanah (PTSL) seperti yang tertera pada tabel dibawah ini yaitu:

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 4.2.
Daftar Desa/Keluharan di Kecamatan Tanjung Morawa
No Desa/Kelurahan Keterangan
1 Kelurahan/Desa Bandar Labuhan Wilayah PTSL
2 Kelurahan/Desa Bangun Rejo Wilayah PTSL
3 Kelurahan/Desa Bangun Sari Baru Wilayah PTSL
4 Kelurahan/Desa Dagang Kelambir Wilayah PTSL
5 Kelurahan/Desa Dagang Kerawan Wilayah PTSL
6 Kelurahan/Desa Tanjung Baru Wilayah PTSL
7 Kelurahan/Desa Tanjung Morawa A Wilayah PTSL
8 Kelurahan/Desa Lengau Serpang Wilayah PTSL
9 Kelurahan/Desa Limau Manis Wilayah PTSL
10 Kelurahan/Desa Naga Timbul Wilayah PTSL
11 Kelurahan/Desa Penara Kebun Wilayah PTSL
12 Kelurahan/Desa Perdamean (Perdamaian) Wilayah PTSL
13 Kelurahan/Desa Punden Rejo Wilayah PTSL
14 kelurahan/Desa Medan Sinembah Bukan Wilayah PTSL
15 Kelurahan/Desa Buntu Badimbar (Bedimbar) Bukan Wilayah PTSL
16 Kelurahan/Desa Bangun Sari Baru Bukan Wilayah PTSL
17 Kelurahan/Desa Tanjung Morawa B Bukan Wilayah PTSL
18 Kelurahan/Desa Tanjung Mulia Bukan Wilayah PTSL
19 Kelurahan/Desa Telaga Sari Bukan Wilayah PTSL
20 Kelurahan/Desa Ujung Serdang Bukan Wilayah PTSL
21 Kelurahan/Desa Wono Sari Bukan Wilayah PTSL
22 Kelurahan/Desa Sei/Sungai Merah Bukan Wilayah PTSL
23 Kelurahan/Desa Pekan Tanjung Morawa Bukan Wilayah PTSL
24 Kelurahan/Desa Dalu X A (Dalu Sepuluh A) Bukan Wilayah PTSL
25 Kelurahan/Desa Dalu X B (Dalu Sepuluh B) Bukan Wilayah PTSL
26 Kelurahan/Desa Aek Pancur Bukan Wilayah PTSL

4.1.3. Kecamatan Lubuk Pakam

Lubuk Pakam memiliki jumlah penduduk yang sangat menurut data BPS

pada Maret 2015, penduduk Kecamatan Lubuk Pakam berjumlah 91.981Jiwa.

Wilayah Kecamatan Lubuk Pakam mempunyai luas 31.19km2yang terdiri dari 6

Desa dan 7 kelurahan.Kecamatan Lubuk Pakam terdiri dari 13 Desa/Kelurahan,

namun hanya 12 desa yang mendapatkan program Pensertifikatan tanah (PTSL)

seperti yang tertera pada tabel dibawah ini yaitu:

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 4.3.
Daftar Desa/Keluharan di Kecamatan Lubuk Pakam
No Desa/Kelurahan Keterangan
1 Lubuk Pakam I-II Wilayah PTSL
2 Lubuk Pakam III Wilayah PTSL
3 Lubuk Pakam Pekan Wilayah PTSL
4 Bakaran Baru Wilayah PTSL
5 Sekip Wilayah PTSL
6 Cemara Wilayah PTSL
7 Syahmad Wilayah PTSL
8 Pagar Merbau III Wilayah PTSL
9 Paluh Kemiri Wilayah PTSL
10 Patapahan Wilayah PTSL
11 Pasar Melintang Wilayah PTSL
12 Pagar Jati Wilayah PTSL
13 Tanjung Garbus Bukan Wilayah PTSL

4.2. Gambaran Umum Kantor Badan Pertanahan Wilayah Kabupaten Deli


Serdang
Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga pemerintah

nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang Pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur

melalui Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015. Kantor Badan Pertanahan

Nasional Deli Serdang sendiri adalah instansi vertikal dari Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggungjawab

langsung kepada Kepala Kantor Wilayah BadanPertanahan Nasional Provinsi

Sumatera Utara. Kantor Pertanahan Deli Serdang mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugasdan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam

lingkungan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kantor Badan Pertanahan

Kabupaten Deli Serdang sendiri dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang dalam

pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Kepala Sub BagianTata Usaha; Kepala Seksi

Universitas Sumatera Utara


60

Survei, Pengukuran dan Pemetaan; Kepala Seksi HakTanah Dan Pendaftaran

Tanah; Kepala Seksi Pengaturan dan PemetaanPertanahan; Kepala Seksi

Pengedalian dan Pemberdayaan; Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara.

Kantor Pertanahan dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan

Pertanahan Nasional. Saat ini ada 3 tugas besar yang harus dilaksanakan Kantor

Pertanahan, yaitu melaksanakan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN),

menangani dan menyelesaikan Sengketa, Konflik dan Perkara pertanahan serta

mewujudkan pelayanan prima. Keberhasilan melaksanakan tugas tersebut akan

mendukung tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia pengemban amanat konstitusi yang digariskan dalam UUD 1945 (pasal

33 ayat 3) dan UU No.5 Tahun 1960 (UUPA).

4.3. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan data dari 100 sampel yang diteliti melalui daftar pertanyaan

didapat kondisi responden tentang usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan

asal mula kepemilikan alat bukti. Penggolongan yang dilakukan terhadap

responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai

gambaran responden sebagai objek penelitian. Gambaran umum objek penelitian

tersebut satu persatu dapat diuraikan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


61

4.3.1. Usia Responden

Usia responden berdasarkan hasil penelitian ditunjukkan pada tabel


dibawah ini:
Tabel 4.4.
Daftar Usia Responden Penelitian

No USIA n PERSENTASE
1 < 30 THN 2 2%
2 30 - 40 THN 16 16%
3 41 - 50 THN 46 46%
4 51 - 60 THN 32 32%
5 > 60 4 4%
Jumlah 100 100%
Data Primer hasil penyebaran kuesioner kepada Responden Tahun 2018

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari hasil penelitian terhadap responden

melalui kuesioner, diketahui bahwa paling banyak berumur 41 sampai 50 tahun

berjumlah 46 orang atau 46% kemudian umur 51 sampai 60 tahun berjumlah 32

orang atau 32%, kemudian umur 30 sampai 40 tahun berjumlah 16 orang atau 16

% kemudian umur diatas 60 tahun sebanyak 4 orang atau 4% dan dibawah 30

tahun sebanyak 3 orang atau 3%.

4.3.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada

table berikut ini:

Tabel 4.5.
Daftar Jenis Kelamin Responden Penelitian
No Jenis Kelamin n Persentase
1 Laki-laki 54 54%
2 Perempuan 46 46%
Jumlah 100 100%
Data Primer hasil penyebaran kuesioner kepada Responden Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


62

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari hasil penelitian terhadap responden

melalui kuesioner, diketahui bahwa paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 54 orang atau 54% dan wanita sebanyak 46 orang atau 46%.

4.3.3. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden berdasarkan hasil penelitian dapat

ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6.
Daftar Tingkat Pendidikan Responden Penelitian

No Tingkat Pendidikan n Persentase


1 SD 11 11%
2 SMP 28 28%
3 SMA 49 49%
4 DIPLOMA/S1 11 11%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data Primer hasil penyebaran kuesioner kepada Responden Tahun 2018

Dari tabel di atas, diketahui bahwa masyarakat yang mempunyai

pendidikan paling tinggi yaitu lulusan SLTA sebanyak 49 orang atau 49%, disusul

dengan lulusan SLTP sebanyak 28 orang atau 28%, kemudian lulusan SD

sebanyak 11 orang atau 11% dan disusul Diploma/S1 11 orang atau 11%.

4.3.4. Bukti Kepemilikan Tanah

Asal mula kepemilikan alat bukti responden berdasarkan tabel berikut ini:

Tabel 4.7.
Asal Mula Kepemilikan Alat Bukti Tanah Responden Penelitian
No Bukti kepemilikan Tanah n Persentase
1 Leter C / Pethok 76 76%
2 Akta jual beli 22 22%
3 Tidak ada alat bukti 2 2%
Jumlah 100 100%
Data Primer hasil penyebaran kuesioner kepada Responden Tahun 2018

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari hasil penelitian terhadap responden

melalui kuesioner diketahui bahwa alat bukti yang dimiliki oleh responden paling

Universitas Sumatera Utara


63

banyak adalah leter c berjumlah 76 orang atau 76%. Secara umum girik adalah

suatu hak atas sebuah tanah, dimana masih berbentuk Surat Keterangan Tanah

dari pihak kelurahan dan kecamatan yang merupakan bukti penguasaan atas tanah,

bukan sebagai bukti kepemilikan, melainkan hanya sebagai identitas pembayar

pajak atas tanah yang dikuasainya. Kemudian akta jual beli sebanyak 22 orang

atau 22% dan tidak ada alat bukti sebanyak 2 orang atau 2%.

4.3.5. Lama Usaha

Lama usaha responden berdasarkan tabel berikut ini:

Tabel 4.8 .
Lama Usaha Responden Penelitian
NO Lama Usaha N Persentase
1 1 - 5 tahun 45 45%
2 6 - 10 tahun 44 44%
3 11 - 20 tahun 11 11%
Jumlah 100 100%
Data Primer hasil penyebaran kuesioner kepada Responden Tahun 2018

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari hasil penelitian terhadap responden

melalui kuesioner diketahui bahwa lama usaha responden terbanyak adalah 1

sampai 5 tahun sebanyak 45 usaha atau 45% kemudian disusul dengan angka 6

sampai 10 tahun sebanyak 44 usaha atau 44% dan kemudian 11 sampai 20 tahun

sebanyak 11 usaha atau 11%.

4.4.Pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Badan


Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan petunjuk teknis (JUKNIS) Program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap Badan Pertanahan Nasional Bidang Yuridis tahun 2017

Sesuai Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI Nomor 35

Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Sistematis Lengkap

harus memenuhi unsur-unsur yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 4.9.
Tahap-Tahap pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap sesuai dengan Petunjuk Teknis Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN RI

Output/Keluaran
Tahapan Target K1 K2 K3 K4
(Keterangan)
Persiapan(Sosialisasi,
Penetapan Lokasi,Pere SK Pembentukan Panitia
ncanaan Tenaga Dan Adjudikasi yang telah
1 _ _ _ _
Pembentukan Panitia disetujui Kepala Kantor
Ajudikasi Percepatan, Badan Pertanahan Nasional
Pelatihan)
Berita Acara dari Kantor
2 Penyuluhan Ya X X X
Pertanahan

Pengumpulan Data
Dokumen Alas Hak, Daftar
3 (alat bukti hak/alas 8372 81 3244 101
Rekap Alas Hak
hak)
Pengukuran dan
pengumpulan
4 8372 81 3244 101 Gambar Ukur (GU)
informasi bidang
tanah
Pemetaan bidang tanah
dilakukan secara digital
menggunakan aplikasi
Autodesk Map (AutoCAD)
Pemetaan Bidang dan aplikasi Komputerisasi
5 5683 81 3244 101
Tanah Kegiatan Setiap bidang
tanah yang
dipetakanharus diberi
Target Nomor Identifikasi
12.000 Bidang(NIB).
Bidang Risalah Panitia A /Risalah
6 Pemeriksaan tanah Tanah 8372 Ya Ya X
Tim Ajudikasi
Hasil pemeriksaan bidang
tanah diumumkan dalam
papan pengumuman di
7 Pengumuman 8113 X 525 X Kantor Pertanahan atau
Kantor Kelurahan/Desa
lokasi bidang tanah tersebut
selama 14 hari
Berita
8 Pengesahan 8113 X X X AcaraPengesahan Hasil
Pengumuman
Penerbitan Surat
Keputusan
9 8113 X X X SK Hak Atas Tanah
Hak/Pengesahan Data
Fisik dan Yuridis
Menyiapkan/
10 Pembukuan Hak 8113 X X X
mencetak Buku Tanah
11 Penerbitan Sertipikat 8113 X X X Buku Tanah dan Sertipikat

Mendokumentasikan seluru
Pengelolaan Warkah/
12 Ya X X X h warkah/dokumen data
Dokumen
fisik maupun yuridis
Pelaporan kegiatan PTSL
13 Pelaporan Ya X X X
(semua tahapan)

Universitas Sumatera Utara


65

Sumber : Data Sekunder dari Badan Pertanahan Nasional Deli Serdang

Tabel diatas merupakan pencapaian program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap pada tahun 2017 Kabupaten Deli Serdang. Dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kabupaten Deli

Serdang telah sesuai dengan Petunjuk Teknis dari Kementerian Agararia dan Tata

Ruang/Badan Petanahan Nasional (ATR/BPN). Akan tetapi dalam pelaksanaan

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Deli Serdang belum mampu memenuhi target yang diberikan yakni

12000 bidang tanah. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang hanya

mampu memenuhi 8113 yang bersertifikat.

4.4.1. Analisis Data tentang Implementasi Kebijakan Program


Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Deli Serdang
Faktor-faktor yang akan diukur dalam Implementasi Kebijakan Program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Deli Serdang meliputi 4 (empat) variabel yaitu variabel komunikasi, sumber daya,

struktur birokrasi, kecenderungan, hubungan antar organisasi dan pelaksanaan

program. Berikut analisis keempat variabel dimaksud :

1.4.2.1 Variabel Komunikasi

Komunikasi merupakan persyaratan pertama dalam pelaksanaan kebijakan

yang efektif adalah bahwa yang melaksanakan tugas tersebut memahami dan

mengetahui apa yang harus mereka lakukan, jika ada suatu kejelasan tentang apa

yang harus dilakukan.

Pada proses komunikasi terdapat tiga indikator penting yang perlu

diperhatikan dalam proses komunikasi yaitu:

Universitas Sumatera Utara


66

1. Transmisi

Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu

implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran

komunikasi yaitu adanya salah pengertian (miskomunikasi) yang disebabkan

banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi,

sehingga apa yang diharapkan terdirtorsi di tengah jalan (Agustino, 2006). Dalam

hal ini kebijakan publik hendaknya disampaikan tidak hanya kepada pelaksana

kebijakan saja namun juga kepada kelompok sasaran kebijakan dan pihak-pihak

lain yang berkepentingan baik yang secara langsung ataupun tidak dengan kata

lain perlunya sosialisasi baik kepada pelaksana kebijakan, kelompok sasaran serta

masyarakat umum. Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) juga tidak luput dari proses transmisi yaitu melalui sosialiasi. Pada

program PTSL tahap sosialisasi awal tahun 2017 yakni bulan Februari seperti

tabel dibawah ini:

Tabel 4.10
Jenis Informasi, Frekuensi, waktu, lokasi pada tahap sosialisasi Program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kecamatan Percut Sei
Tuan, Lubuk Pakam dan Tanjung Morawa oleh Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Deli Serdang

Penanggun
No Jenis Informasi Frekuensi Waktu Lokasi
g Jawab
Penjelasan mengenai tugas
tugas pokok Kantor Badan
Pertanahan Nasional
SESI Seluruh
Penjelasan mengenai
1 8 Desa dan
Program Pendaftaran
Februari - Kecamatan Panitia
Tanah Sistematis Lengkap 1x
20 yang Ajudikasi
Tata Cara Pendaftaran
Februari terlibat
SESI
Tanya – Jawab PTSL
2
SESI
Penutupan
3
Olah Data Penelitian

Universitas Sumatera Utara


67

Sosialisasi tidak hanya dilakukan pada pendukung Program Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) terkait namun juga pada melalui radio, media

massa koran, pemasangan baner pada setiap kecamatan dan kelurahan.

2. Kejelasan

Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan (street-level-

bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu/mendua

(Agustino, 2006). Ketidakjelasan informasi akan menghambat implementasi

kebijakan. Kejelasan informasi merupakan hal yang penting karena dengan

adanya kejelasan komunikasi diharapkan tidak terjadi perbedaan persepsi antara

pembuat kebijakan, pelaksana dan masyarakat. Hasil wawancara dengan

masyarakat menyebutkan bahwa kejelasan informasi yang dilakukan oleh Badan

Pertanahan Nasioanl Kabupaten Deli Serdang masih kurang, hal ini dapat terlihat

dari sosialisasi yang tidak jelas dan tidak tahunya sebagian masyarakat dusun X

Desa Bandar Khalifa Kecamatan Percut Sei Tuan, Ramini pada wawancara

tanggal 10 oktober mengatakan

“selama ini belum ada sosialisasi khusus untuk Program Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL), sosialisasi dilakukan hanya dikantor kepala desa
tidak sampai ke dusun X ini” (Hasil wawancara langsung dengan warga tanggal
17 oktober 2018).

Demikian pula yang dinyatakan Sukardimito dusun 1 Desa Pagar Merbau

3 Kecamatan Lubuk Pakam mengatakan:

“sosialisasi kepada masyarakat belum dilaksanakan secara massif. Sosialisasi


baru dilakukan di kantor desa dan kantor camat sedangkan banyak masyarakat
yang tempat tinggalnya jauh dari Kantor Desa tidak mendapatkan informasi. Kami
hanya mendengar lewat lewat radio yang mendengarkan juga hanya angin lalu”
(Hasil wawancara langsung dengan warga tanggal 17 oktober 2018).

Universitas Sumatera Utara


68

3. Konsistensi

Indikator selanjutnya dalam komunikasi yaitu konsistensi. Konsistensi

diperlukan agar kebijakan yang diambil tidak simpang siur sehingga

membingungkan pelaksana kebijakan, target group dan pihak-pihak yang

berkepentingan. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang yang

diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas, jika

perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan

kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

“Kalau perintah-perintah pelaksanaan sudah jelas, tapi sosialisasi ke


masyarakat sangat susah, konsisten dan kejelasan ditingkat mana itu tidak jelas,
yang mengetahui baru takaran-takaran orang yang memang sudah mengerti
program ini sebelumnya. Dikarenakan belum adanya standarisasi sebenarnya di
SOP sudah dalam melakukan atau menjalankan tugas perlu ada peningkatan
kapasitas dan kualitas baik dari segi kejelasan komunikasi dan konsistensi, dan
juga perlu peningkatan kerjasama dengan pihak luar (wawancara langsung dengan
Ketua Ajudikasi PTSL 2017)

Jadi dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi yang terjadi dalam

implementasi kebijakan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) kantor Kabupaten Deli

Serdang belum berjalan dengan baik, dikarenakan penyampaian informasi yang

kurang jelas, perbedaan kemampuan implementor dalam menangkap dan

memahami informasi yang disampaikan juga berbeda.

4.2.2. Sumber Daya

Untuk variabel sumber daya terdapat empat indikator sumber daya yang perlu

disoroti dalam proses implementasi kebijakan, diantaranya :

Universitas Sumatera Utara


69

1. Sumber daya manusia

Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau

pegawai (street-level bureaucrats). Kegagalan yang sering terjadi dalam

implementasi kebijakan, salah-satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak

cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya.

Diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang

diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan

Agustino, 2006). Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi

menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan

pekerjaan yang diisyaratkan oleh suatu kebijakan yang telah ditetapkan.

Implementasi suatu program membutuhkan pendanaan yang pasti sehingga akan

mendukung berjalannya suatu program. Dalam kebijakan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional

(BPN) kantor Kabupaten Deli Serdang sudah didukung oleh sumber daya yang

mumpuni. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh pegawai BPN

sebagai kepala Seksi Pengadaan Tanah ataupun yang merupakan ketua Tim

PTSL:

“Dalam Pelaksanaan PTSL ini, selain yang sudah diatur secara nasional, BPN
Kabupaten Deli Serdang mengelola sumber daya Manusia dalam satuan satuan
Tim pelaksana yaitu yang disebut sebagai Panitia Adjudikasi, Satuan tugas fisik
dan satuan tugas yuridis percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah sistematik
lengkap sehingga kami sudah memiliki tupoksi masingmasing dan bekerja sesuai
tugas kami” (Hasil wawancara langsung dengan warga tanggal 20 oktober 2018)
Dari segi tingkat pendidikan sumber daya manusia Implementor PTSL di

badan Petanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang sudah didukung oleh tenaga

pelaksana yang sudah memiliki jenjang pendidikan yang medukung seperti tabel

dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara


70

Tabel 4.10
Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan dan Pangkat Golongan
Badan Pertanahan Nasional Deli Serdang Tahun 2017
Jumlah Pegawai Menurut
No
Pendidikan Golongan
SMA 23 I 8
2 D1 8 II 9
3 D2 14 III 16
4 D3 15 IV 8
5 S1 35 - 59
6 S2 5
Jumlah 100 100
Data Sekunder Penelitian

Dari segi tingkat pendidikan sumber daya manusia Implementor PTSL di

Badan Petanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang sudah didukung oleh tenaga

pelaksana yang sudah memiliki jenjang pendidikan yang medukung. Pelaksanaan

program PTSL ini dilakukan secara formal sesuai dengan intruksi atau surat

keputusan kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dan secara sumber

daya manusia pelaksanaan kebijakan ini didukung oleh sumber daya yang

memadai. Berdasarkan dokumen yang ditemukan dilapangan BPN Kabupaten

Deli Serdang dalam melaksanakan program PTSL memiliki susunan sumber daya

manusia sebagaimana dokumen yang diperoleh sejak penelitian sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


71

Tabel 4.11
Susunan Panitian Ajudikasi Percepatan Pelaksanaan Program Pendaftan
Sistematis Lengkap (PTSL) Kecamatan Percut Sei Tuan, Lubuk Pakam, dan
Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang 2017

Jabatan Dalam
No Nama Jabatan
Program PTSL
MARANGKUP Kepala Seksi Penataan
1 SIMANULLANG, SH Ketua
Pertanahan
Kepala Subseksi
IMAN KURNIA Wakil Ketua bidang
2 YULIANTO, SH Pengukuran dan
Infrastruktur Pertanahan
Pemetaan Kadastral
Kepala Subbagian Tata Wakil Ketua Hubungan
3 YAYUK SUPRIATY, SH
Usaha Hukum Pertanahan
MONALISA ARITONANG, Kepala Urusan Keuangan
4 SH Anggota
dan BMN
Kepala Urusan
5 KURNIA SARAGIH, SH Perencanaan, Evaluasi, Sekretaris
dan Pelaporan
Kepala Seksi Pengukuran Wakil Ketua bidang
6 IRWAN MUSLIM, ST
dan Pemetaan Kadastral Infrastruktur Pertanahan
7 HARLEN TUAH DAMANIK Petugas Ukur Anggota
HUTOMO YUGO
8 GINTING Petugas Ukur Anggota
NIKO DEMUS
9 SIMARMATA Petugas Ukur Anggota
SAKTI HAMONANGAN
10 LUBIS Petugas Ukur Anggota
11 MUHAMMAD ALI SAFII Petugas Ukur Anggota
Kepala Subseksi
Fasilitasi Pengadaan dan
12 ELSARIA TARIGAN, SH Anggota
Penetapan Tanah
Pemerintah
Pengadministrasian
13 NURAINI, S.SOS Anggota
Umum
Kepala Urusan Umum
14 SABIRIN, SH Anggota
dan Kepegawaian
15 SUSI ADILA SARI, S.SOS PPNPN Anggota
16 NICE LANUARI, SE PPNPN Anggota
17 FAUZI HAMDANI, S.IKOM PPNPN Anggota
DEAR CRISDO SARAGIH,
18 SH PPNPN Anggota
FEISAL MUHAMMAD,
19 S.HUM PPNPN Anggota
20 AHMAD MUHTADI PPNPN Anggota
Data Sekunder Penelitian

Universitas Sumatera Utara


72

2. Sumber daya anggaran

Anggaran diperlukan untuk membiayai operasionalisasi pelaksanaan

kebijakan misal untuk membayar gaji pelaksana kebijakan, penyediaan fasilitas,

untuk operasionalisasi program dan yang lainnya. Untuk pelaksanaan Program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) penyediaan anggaran diserahkan

pada masing-masing Kabupaten/Kota yang di ambil yakni Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN). Target yang telah direncanakan untuk Pelaksanaan

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap tahun 2017 sebanyak 5 juta bidang, dana

yang telah tersedia di dalam DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang TA 2017

sebanyak 2 juta bidang, anggaran untuk 3 juta bidang masih dalam pembahasan

dengan Kementerian Keuangan. Di dalam DIPA 2017 sebaran lokasi pendaftaran

tanah secara sporadis pada beberapa desa, agar kegiatan tersebut dapat

dilaksanakan secara sistematis desa lengkap maka harus dilakukan revisi dengan

memasukan anggaran ke lokasi menjadi desa lengkap, DIPA tetap berada di

Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota.

3. Sumber daya fasilitas atau sarana dan pra-sarana

Operasionalisasi implementasi suatu kebijakan bisa berupa gedung, tanah,

alat dan sarana yang semuanya berfungsi untuk memudahkan dalam pemberian

pelayanan dalam implementasi kebijakan. Pada pelaksanaan Program Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) fasilitas yang menyangkut kebutuhan bagi para

pelaksana kebijakan sudah hampir sepenuhnya terpenuhi untuk penunjang

pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) seperti

gambar dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


73

Gambar 2. Sarana dan Prasarana Badan Pertanahan Kabupaten Deli


Serdang
Dengan dukungan sarana dan prasarana yang baik Kantor Badan

Pertahanan Nasional dapat menjalankan Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) dengan baik.

4. Sumber daya informasi dan kewenangan

Sumber daya terpenting berikutnya yang berpengaruh dalam implementasi

kebijakan. Para pelaksana kebijakan perlu mengetahui bagaimana melaksanakan

suatu kebijakan seperti petunjuk pelaksanaan kebijakan, tahapan, proses atau

sejenisnya. Tujuannya agar pelaksanaan kebijakan menjadi lebih jelas.

Penyampaian informasi pada pelaku kebijakan tidak hanya disampaikan sekali

Universitas Sumatera Utara


74

serta rapat koordinasi yang dilaksanakan persatu bulan sekali. Implementasi

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sampai saat ini berjalan

dengan cukup baik salah satu faktor pendorongnya yaitu kewenangan yang cukup

disetiap lini. Seperti dikutip dari pernyataan Panitia Ajudikasi PTSL 2017:

“untuk menyelesaikan masalah pertanahan itu kewenangannya sudah


terbagi-bagi misal ada masalah Sengketa Tanah itu sudah tertangani oleh Seksi 5
Sengketa dan Konflik Pertanahan BPN Deli Serdang. Kewenangan pelaksanaan
Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sudah terbagi rata dan
tidak lagi dibebankan pada satu seksi saja”.

Dalam hal ini Kantor Badan Pertanahan Deli Serdang masing-masing

seksi sudah mempunyai wewenang untuk menyelesaikan permasalahan.

1.4.2.2.Disposisi

Disposisi (Sikap Pelaksana) Menurut Edward III dalam Widodo

(2010:104) disposisi merupakan kemauan, keinginan dan kecenderungan para

pelaku untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguhsungguh sehingga apa

yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Sikap dari pelaksana kebijakan

akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator

memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan

baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila

sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

Dari penelitian yang didapatkan, sikap pelaksanaan dalam implementasi kebijakan

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) cukup baik. Hal ini

disampaikan oleh Marangkup Simanullang, SH (selaku Ketua Ajudikasi PTSL

BPN Deli Serdang), menjelaskan bahwa :

“Dalam hal ini pihak BPN Deli Serdang mendukung kebijakan ini dan siap
melaksanakannya dan sangat bermotivasi untuk meningkatkan kepedulian
masyarakatdan kami bermotivasi siap melaksanakan kebijakan ini agar setiap
warga kami memiliki kesadaran akan pentingnya terhadap tanah mereka dengan

Universitas Sumatera Utara


75

cara mengikuti program sertifikat tanah ini”. (Hasil wawancara langsung dengan
tanggal 20 Oktober 2018)

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, sikap pelaksanaan

dalam implementasi kebijakan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) ditanggapi cukup baik. Dalam hal ini pelaksana kebijakan program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). menjalankan tugas dan

tanggungjawab seperti yang diharapkan sesuai dengan intruksi dari pusat. Karena

ketika pelaksana memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat

kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

1.4.2.3.Struktur Birokrasi

Birokrasi menjadi salah satu organisasi yang paling sering menjadi pelaksana

kebijakan. Menurut Edward III terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi,

yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau Standard Operating

Procedures (SOP) dan fragmentasi.

1. Standard Operating Procedures (SOP)

Untuk Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) beracuan

pada Peraturan Menteri Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN

RI Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Sistematis

Lengkap. Namun belum ada SOP khusus yang disediakan oleh Pemerintah Deli

Serdang untuk pelaksanaan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL). Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Deli

Serdang sudah membentuk Tim Panitia Satuan Tugas pelaksanaan program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Setiap panitia satgas telah

memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing sehingga proses pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


76

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL ) menjadi terstruktur dan

tidak lagi tumpang tindih.

2. Fragmentasi

Struktur Organisasi pada Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

kantor Badan Pertanahan Nasional menggambarkan dengan jelas pemisahan

kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan

aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi ini pola koordinasi yang

terjalin menempatkan Ketua Ajudikasi sebagai pejabat tertinggi dimana setiap

bagian-bagian organisasi terhubung dengan rantai komando langsung ke Ketua

Ajudikasi.

4.3. Hasil Penelitian Dampak Program Pendaftaran Tanah Sistematis


Lengkap (PTSL) Terhadap Perekonomian Wilayah (akses permodalan,
aset dan pendapatan) di Kabupaten Deli Serdang
Hasil analisis data menggunakan paired t test dengan menggunakan spss 24
sebagaimana hasil penelitiannya diperoleh sebagai berikut:

4.5.1. Akses Permodalan


4.5.1.1. Uji Normalitas

Data Uji Normalitas digunakan untuk mengukur apakah data tersebut

memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam hal ini uji normalitas dataDalam hal

ini uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-

Smirnov dan dipadukan dengan uji deskriptif selisih pendapatan sebelum dan

sesudah program dengan Kurva Normal Q-Q Plots.

Universitas Sumatera Utara


77

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Log Akses Modal .237 100 .000 .877 100 .000


Sebelum Program

Log Akses Modal .177 100 .000 .723 100 .000


Sesudah Program

Olah data menggunakan SPSS 24

Hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal

karena probability valuenya< 0,05 sehingga harus ditransformasi agar data

terdistribusi secara normal. Perlakuan terhadap data yang tidak normal adalah

dengan melakukan transformasi atau mengubah data ke dalam bentuk ln

(logaritma natural) untuk memperkecil skala ukuran data dan untuk menormalkan

distribusi data. Hasil uji normalitas data setelah transformasi adalah sebagai

berikut :

Universitas Sumatera Utara


78

Grafik Normalitas setelah Transformasi

Dalam grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa dalam grafik normal

plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, dan dalam persebarannya

tidak jauh dari garis diagonal. Karena data tidak berdistribusi normal maka

pengujian yang digunakan untuk pengambilan hipotesis yaitu menggunakan

penghitungan statistika non parametrik, yaitu dengan uji Wilcoxon sebagai

pengganti pengujian statistika paired T test.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

Sum of
N Mean Rank Ranks

a
Log Akses Modal Negative Ranks 0 .00 .00
Sesudah Program - b
Positive Ranks 100 50.50 5050.00
Log Akses Modal
Sebelum Program c
Ties 0

Total 100

a. Log Akses Modal Sesudah Program < Log Akses Modal Sebelum Program

b. Log Akses Modal Sesudah Program > Log Akses Modal Sebelum Program

c. Log Akses Modal Sesudah Program = Log Akses Modal Sebelum Program

Rumusan hipotesi ini adalah sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat perbedaan antara akses permodalan pada saat sebelum

dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha : terdapat perbedaan antara akses permodalan pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Hasil out put untuk pengambilan hipotesis menunjukkan:

Universitas Sumatera Utara


79

Test Statisticsa

Log Akses Modal Sesudah Program


- Log Akses Modal Sebelum
Program

b
Z -8.683

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

Hasil signifikansi p-value sebesar 0,000 (<0,05) maka 𝐻0 ditolak Ha

diterima. Sehingga kesimpulannya terdapat perbedaan antara akses permodalan

pada saat sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL).

4.5.2. Nilai Aset


4.5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang akan digunakan

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan

hasil uji kolmogrof smirnov dan Shapiro – Wilk dengan menggunakan Software

SPSS 24.0 for windows dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal.

Hasil out put adalah sebagai berikut:

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Aset Sebelum Program .216 100 .000 .840 100 .000

Aset Sesudah Program .214 100 .000 .767 100 .000

Olah data SPSS 24.0

Universitas Sumatera Utara


80

Out put tersebut menunjukkan hasil penghitungan signifikansi: Test

Kolmogorov – Smirnov = 0,000 < 0,05 (data nilai tidak berdistribusi normal), dan

signifikansi hasil penghitungan Shapiro – Wilk = 0,000 < 0,05 (data nilai tidak

berdistribusi normal).

4.5.3.2. Uji Hipotesis Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

a
Log Aset Sesudah Program Negative Ranks 21 28.36 595.50
- Log Aset Sebelum b
Positive Ranks 63 47.21 2974.50
Program
c
Ties 16

Total 100

a. Log Aset Sesudah Program < Log Aset Sebelum Program


b. Log Aset Sesudah Program > Log Aset Sebelum Program
c. Log Aset Sesudah Program = Log Aset Sebelum Program

Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat sebelum dan

sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Ha : terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat sebelum dan sesudah

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Universitas Sumatera Utara


81

Hasil out put untuk pengambilan hipotesis menunjukkan:

Test Statisticsa

Log Aset Sesudah Program - Log Aset


Sebelum Program

b
Z -5.308

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Olah data SPSS 24.0

Hasil signifikansi p-value sebesar 0,000 (<0,05) maka 𝐻0 ditolak Ha

diterima. Sehingga kesimpulannya terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat

sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

4.5.3. Pendapatan
4.5.3.1. Uji Normalitas
Data Uji Normalitas digunakan untuk mengukur apakah data tersebut

memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam hal ini uji normalitas dataDalam hal

ini uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-

Smirnov dan dipadukan dengan uji deskriptif selisih pendapatan sebelum dan

sesudah program dengan Kurva Normal Q-Q Plots.

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

*
Log Pendapatan .072 85 .200 .981 85 .246
Sebelum Program

Log Pendapatan .086 85 .178 .972 85 .062


Sesudah Program

Universitas Sumatera Utara


82

Berdasarkan hasil pengujian di atas terlihat bahwa model penelitian

menunjukkan nilai Asymp. Sig. 0,062. Nilai Asymp. Sig. tersebut lebih dibawah

dari 0,05 yang berarti bahwa residual pada penelitian ini berdistribusi normal.

4.5.3.2 Pengujian Hipotesis

Uji t paired t test bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

antara pendapatan sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL). Kesimpulan penelitian dinyatakan signifikan apabila t hitung > t

tabel pada taraf signifikansi 5% dan nilai 0.05. adapun nilai uji t ditunjukan pada

tabel dibawah ini:

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference Sig.

Upper T df (2-tailed)

Pair 1 Log Pendapatan -.20313 -20.180 84 .000


Sebelum Program -
Log Pendapatan
Sesudah Program

Olah data menggunakan SPSS 24

Pada tabel diatas Test Statistics di dapat nilai t hitung adalah -20.180,

sedangkan nilai t tabel dengan alpha 5% atau 0.05 nilainya sekitar -1,667.

Sedangkan pada nilai Asymp. Sig (2-tailed) diperoleh 0.000 sesuai dengan

pengujian statistik yang digunakan maka H0 ditolak, Ha diterima. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pendapatan sebelum dan sesudah

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


83

4.6. Pembahasan
4.6.1. Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
di Kabupaten Deli Serdang
Sertifikat tanah merupakan tanda bukti alaas hak tanah yang diakui

keabsahannya. Badan Pertanahan Nasional sebagai perpanjang tangan dari

pemeritah pusat dalam mengurusi masalah pertanahan telat mengeluarkan

berbagai macam produk pertanahan yang tujuannya adalah untuk melayani

seluruh masyarakat. Salah satu program yang telah dikonsepkan dan telah berjalan

yaitu Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap adalah kegiatan

pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua

obyek pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu

wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang

meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis

mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan

pendaftarannya. Tujuan daripada program ini yakni membantu masyarakat

khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah untuk mendapatkan hak atas

tanahnya secara legal dan mendaftarkan tanahnya.

Implementasi merupakan aspek penting dalam keseluruhan proses

kebijakan. Implementasi juga bagian dari menjalankan ide yang sebelumnya telah

ditetapkan sebagai analisa dari sebuah kebijakan. Tanpa implementasi, suatu

kebijakan hanyalah sebuah dokumen yang tidak bermakna tanpa adanya sebuah

bentuk nyata. Implementasi harus berdasarkan perencanaan yang matang karena

menyangkut dengan aksi kebijakan di lapangan.

Universitas Sumatera Utara


84

Mengukur implementasi tentu membutuhkan variabel dan indikator

sebagai alat ukurnya. Sebagaimana diungkapkan oleh George Edward III tentang

konsep implementasinya, ada beberapa indikator yang harus diperhatikan

diantaranya adalah komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan stuktur organisasi

serta hambatan yang ada dalam proses pengimplementasiannya. Tujuan dari

digunakan indikator ini adalah untuk melihat implementasi program Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) tahun 2017 di Kantor Pertahanan Deli

Serdang.

Implementasi program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

tahun 2017 di Kabupaten Deli Serdang sudah berjalan dengan baik. Kantor

Pertanahan Kabupaten Deli Serdang mendapat target sebanyak 12000 bidang

tanah. Namun Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang hanya mampu

memenuhi target 8113 yang bersertifikat dan 3.887 persil hanya melengkapi surat

pernyataan tidak bersedia mengikuti Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) yang diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Deli

Serdang.

4.6.1.1. Komunikasi

Komunikasi merupakan alat kebijakan untuk menyampaikan informasi

agar Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) ini dapat

disosialisasikan dengan baik kepada seluruh masyarakat. Yang dimaksudkan

disini adalah kelancaran, kejelasan, dan konsistensi meyampaikan atau

pengiriman perintah dan arahan atau informasi. Dalam pelaksanaannya program

yang sudah disetujui perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang

berkepentingan. Kemudian didalam pelaksanaannya pihak-pihak yang terlibat

Universitas Sumatera Utara


85

harus melakukan komunikasi dengan baik kepada masyarakat. Terdapat tiga hal

penting dalam proses komunikasi kebijakan yaitu sebagai berikut seperti:

Transmisi, Kejelasan, Konsistensi.

4.6.1.1.1. Penyaluran (Transmisi)

Transmisi merupakan faktor utama dalam hal komunikasi. penyaluran

komunikasi yang baik akan menghasilkan suatu implementasi kebijakan yang

baik pula. Dalam penyaluran komunikasi sering terjadi masalah salah pengertian

(miskomunikasi), sehingga apa yang disampaikan diharapkan dapat dipahami.

Arus komunikasi yang terjadi harus tegas dan jelas. Bila tidak, maka akan terdapat

kelonggaran bagi para pelaksana untuk menfsirkan kebijakan tersebut. Dengan

kata lain, perlu dihindari adanya suatu hal yang dapat menimbulkan suatu

kegaduhan, kebingungan diantara para pelaksana sebagai akibat dari adanya

kelonggaran dalam menafsirkan kebijakan. Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) merupakan bagian dari pelaksanaan agenda Badan Pertanahan

Nasional (BPN) yang bekerja sama dengan pemerintah desa untuk menjalankan

program ini. Dalam pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) sesuai dengan hasil penelitian yang mengacuh dari sumber informasi

tentang Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), bahwa informasi

tentang kegiatan atau program ini dilakukan secara langsung oleh Badan

Pertanahan Nasional (BPN) dan juga pemerintah desa dengan diadakannya

sosialisasi/penyuluhan dikantor desa bersama dengan masyarakat desa setempat.

4.6.1.1.2. Kejelasan Komunikasi

Dalam komunikasi yang dijalankan dalam Implementasi Program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sangat diperlukan suatu informasi

Universitas Sumatera Utara


86

yang jelas dari pelaku kebijakan pada tataran dimensi kejelasan menghendaki agar

informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan

interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang

terkait dalam implementasi program Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL), kejelasan dalam komunikasi yang dilakukan oleh Badan

Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Deli Serdang.

4.6.1.1.3. Konsistensi Informasi (Consistecy)

Dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus

konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan,

kelompok sasaran maupun pihak terkait. Untuk melihat sejauhmana Konsistensi

Informasi yang dilaksankan dalam Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) di Kabupaten Deli Serdang. Dimensi konsistensi hal yang cukup

penting dalam menyampaian informasi dalam berkomunikasi dikarenakan dengan

konsistemnsi informasi yang disampaikan tidak menimbulkan kebingungan

pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait. Konsistensi

Informasi yang dilaksankan dalam Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lenghkap (PTSL) di Kabupaten Deli Serdang. Kosistensi Infoemasi tercipta pada

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) tingginya tingkat

pemahaman petugas-petugas pada pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) dan penyampaian informasi yang menggunakan

bahasa yang sederhana sehingga warga desa cukup cepat dalam memahami dan

tidak adanya kebingungan yang timbul dari masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


87

4.6.2.2. Faktor Sumber Daya

Kesadaran manusia akan pentingnya SDM bukan hal baru, manusia

hidupnya selalu memikirkan cara memperoleh bahan pangan, sandang, dan papan.

Peradaban manusia berpangkal pada usaha memperoleh dan memanfaatkan SDA

yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya.

Siapapun yang mengelola organisasi akan mengolah berbagai sumber daya untuk

meraih tujuan organisasi tersebut. Untuk menjalankan suatu program sangat

dibutuhkan sumber daya, sebab sumber daya adalah titik tolak dari terlaksananya

suatu program. sumber daya yang dimaksud disini adalah seperti jumlah petugas

pelaksana, pengetahuan petugas pelaksana, dan fasilitas yang mendukung.

4.6.2.2.1. Staff

Staff merupakan salah satu faktor penentu keberhasilansuatu kebijakan,

hal ini disebabkan karena staff sanagtlah penting dalam suatu implementasi

kebijakan. akan tetapi jumlah staff jumlah staff juga tidak semata-mata menetukan

keberhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui

banyaknya staff tidak otomatis mendorong implementasi berjalan secara baik, hal

mendasar yang perlu diketahui adalah kecakapan staff dalam bekerja yang perlu

diperhatikan. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) juga akan menimbulkan

masalah dalam implementasi kebijakan. Akan tetapi kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) yang baik dapat menentukan keberhasilan dari suatu program

termasuk Pendaftran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Deli

Serdang. Jumlah staff yang ada di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli

Serdang 100 orang yang terdiri dari ASN, ASK, PPNPN dan tenaga horor.

Universitas Sumatera Utara


88

4.6.2.2.2. Anggaran (Budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan

modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin

terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.

Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) tahun

anggaran 2017 dilakukan dengan pola sistematis yang mencakup seluruh desa.

Tujuan dari ditetapkannya petunjuk teknis pelaksanaan anggaran ini adalah agar

terdapat keseragaman dalam pertanggungjawaban keuangan, pencatatan, dan

pelaporan atas pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap. Ruang lingkup pelaksanaan anggaran Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap dibiayai melalui APBN, APBD, Sertipikat Massal Swadaya,

dana CSR BUMN/ BUMD/ Swasta, dalam pelaksanaan Anggaran dalam PTSL

pada beberapa hal di Kabupaten Deli Serdang. Anggaran pembiayaan dalam

kegiatan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten

Deli Serdang dianggarkan pada DIPA tahun 2017, dengan pembiayaan ditetapkan

pada Zona 4 yang masuk kedalam Kluster 1/K1 meskipun mempunyai hambatan-

hambatan pencairan dalam pembiayaan.

4.6.2.2.3. Informasi Para pelaksana

Perlu mengetahui kebijakan mnengenai apa yang harus dilakukan dan

bagaimana cara melaksanakannya. Dengan demikian para pelaksana diberi

petunjuk untuk melakukannya. Kedua data yang terkait dengan kebijakan yang

akan dilaksanakan. Terkait dengan fakor Informasi dalam Program Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara


89

tidak terlepas pada tahap-tahap pada Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) terutama pada tahap: 1. Persiapan (Sosialisasi, Penetapan

Lokasi, Perencanaan Tenaga Dan Pembentukan Panitia Ajudikasi

Percepatan,Pelatihan); 2. Penyuluhan; 3. Pengolahan Data Yuridis dan

PembuktianHak; 4. Pemeriksaan Tanah; 5. Pengumuman; Fakor Informasi dalam

Program.

4.6.2.2.4. Kewenangan

Kewenangan yang dibutuhkan dan harus tersedia bagi implementor sangat

bervariasi tergantung pada kebijakan apa yang harus dillaksanakan. Kewenangan

tersebut dapat berwujud: membawa kasus ke meja hijau; menyediakan barang dan

jasa; kewenangan untuk memperoleh dan menggunakan dana, staf, dan lain-lain

kewenangan untuk meminta kerjasama dengan Badan Pemerintah yang lain.

Untuk melihat implementasi kewenangan yang dilaksanakan pada Program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Deli Serdang

Kewenangan Perangkat dan Petugas pelaksana Program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) diKabupaten Deli Serdang didasari oleh Peraturan

dan Petunjuk Teknis berdasarkan petunjuk teknis yang ada dapat dilihat bahwa

kewenangan petugas pelaksana Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) seperti, kewenagan yang terdapat pada penyuluh dan kewenagan yang

terdapat pada Peraturan dan Petunjuk Teknis Program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL). Serta kegiatan pengumpulan Data Yuridis harus

dikoordinasikan dengan Pemerintah Desa, Kelurahan, Kecamatan, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota agar data yuridis peserta Ajudikasi Program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) dapat dikumpulkan secara kolektif pada suatu tempat

Universitas Sumatera Utara


90

yang telah ditetapkan sebelumnya untuk masing-masing desa/kelurahan atau

kecamatan

4.6.2.2.5. Fasilitas (facility)

Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,

seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam

keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan. Begitu juga

implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

diKabupaten Deli Serdang. Berdasarkan hasil wawancara faktor fasilitas yang ada

pada Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Fasilitas yang

tersedia pada Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dapat

disimpulkan bahwa untuk fasilitas Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) sudah memenuhi dan membantu dalam pencapaian target

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

4.6.3. Disposisi

Kesediaan dari para imlementator untuk cepat mengeluarkan kebijakan

publik tersebut. Dalam hal ini bentuk sikap/respon implementor terhadap

kebijakan adalah kesadaran pelaksana. Dalam implementasi kebijakan Program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) bahwa sikap kerjasama yang baik

telah dilaksanakan oleh para pembuat kebijakan yaitu Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten dalam hal ini telah mensosialisasikan tentang program tersebut

terhadap Pemerintah Desa setempat. Komitmen dan Demokrasi petugas atau

perangkat yang terlibat dalam Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk mensukseskan dan untuk

Universitas Sumatera Utara


91

berusaha mencapai target Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

di Kabupaten Deli Serdang.

4.6.4. Struktur Birokrasi

Berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi

penyelenggara implementasi kebijakan publik. Implementasi kebijakan yang

bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika struktur

birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan

menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat jalannya pelaksanaan kebijakan.

4.6.2. Dampak Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)


terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Deli Serdang

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) diawali pada

tahun 2017 sampai sekarang. Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) yang populer dengan istilah sertipikasi tanah ini merupakan wujud

pelaksanaan kewajiban pemerintah untuk menjamin kepastian dan perlindungan

hukum atas kepemilikan tanah masyarakat. Selain itu nantinya masyarakat yang

telah mendapatkan sertifikat dapat menjadikan sertifikat tersebut sebagai modal

pendampingan usaha yang berdaya, kenaikan nilai aset dan peningkatan tingkat

pendapatan. Ini tentunya juga akan meningkatan kesejahteraan hidupnya.

4.6.2.1. Akses Permodalan

Salah satu penyebab lemahnya akses masyarakat terhadap permodalan

adalah tidak dimilikinya aset yang dapat diagunankan untuk memperoleh kredit.

Aset berupa tanah yang dimiliki masyarakat umumnya belum memiliki kekuatan

hukum, karena belum bersertifikat, sehingga hanya menjadi modal mati (dead

capital), karena tidak bankable (De Soto, 2000). Kondisi tersebut malah sering

Universitas Sumatera Utara


92

dimanfaatkan oleh para tengkulak untuk membuat sistem ketergantungan yang

kuat secara sosial dan ekonomi sehingga semakin mempersulit masyakat untuk

memperoleh pendapatan yang layak dan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Pada dasarnya, dalam rangka mengatasi hal tersebut, pemerintah telah

melakukan berbagai upaya agar masyarakat memiliki kemandirian dalam

ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah melalui BPN meluncurkan satu program

yang ditujukan untuk meningkatkan akses permodalan dan meningkatkan

pemberdayaan masyarakat melalui Program Sertifikasi Hak Atas Tanah. Ini

merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan pemerataan dan mewujudkan

kesempatan bagi masyarakat agar dapat melakukan aktivitas ekonomi di tanah

yang telah diberikan sertifikat tersebut.

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) telah memberikan

dampak positif melalui akses permodalan, ini terlihat dari hasil signifikansi p-

value yang telah diuji melalui uji t wilcoxon sebesar 0,000 (<0,05) maka H0

ditolak Ha diterima. Sehingga kesimpulannya terdapat perbedaan antara akses

permodalan pada saat sebelum dan sesudah program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL).

4.6.2.2. Aset

Asset merupakan asset dasar yang ada dan dimiliki masyarakat yang dapat

dimanfaatkan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Berdasarkan hasil

penelitian lapangan diketahui bahwa asset yang muncul dari dalam masyarakat

yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan

keinginan di Kabupaten Deli Serdang untuk memancing pertumbuhan ekonomi di

wilayah tersebut.Pentingnya pengelolaan aset terutama tanah merupakan sumber

Universitas Sumatera Utara


93

daya alam yang sangat penting bagi kehidupan dan keberadaan manusia. Salah

satu bentuk pengelolaan aset adalah konsep real property, yaitu suatu hak milik.

Real property merupakan kepemilikan sebagai konsep hukum (penguasaan secara

yuridis) yang dilandasi dengan sesuatu hak atas tanah berupa sertifikat tanah.

(Siregar, 2004).

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) telah memberikan

dampak positif melalui peningkatan nilai asset, ini terlihat dari hasil signifikansi

p-value yang telah diuji melalui uji t wilcoxon sebesar Hasil signifikansi p-value

sebesar 0,000 (<0,05) maka H0 ditolak Ha diterima. Sehingga kesimpulannya

terdapat perbedaan antara nilai aset pada saat sebelum dan sesudah program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

4.6.2.3. Pendapatan

Pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diperoleh masyarakat atas

prestasi kerjanya dalam periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun

tahunan. Rahardja dan Manurung (2001) mengemukakan pendapatan adalah total

penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga dalam

periode tertentu. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh masyarakat berdasarkan

kinerjanya, baik pendapatan uang maupun bukan uang selama periode tertentu,

baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Terbukanya akses permodalan

masyarakat juga berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sesuai

dengan yang di analisis menggunakan uji t Pada tabel Test Statistics di dapat nilai

t hitung adalah -20.180, sedangkan nilai t tabel dengan alpha 5% atau 0.05

nilainya sekitar -1,667. Sedangkan pada nilai Asymp. Sig (2-tailed) diperoleh

Universitas Sumatera Utara


94

0.000 sesuai dengan pengujian statistik yang digunakan maka H0 ditolak, Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pendapatan

sebelum dan sesudah Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab terdahulu, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan tentangtujuan yang dikemukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Implementasi program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

sudah berjalan selama 2 tahun sejak disahkannya Peraturan Menteri

Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Percepatan Pelaksanaan

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Implementasi program

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) tahun 2017 di Kabupaten

Deli Serdang sudah berjalan dengan baik. Kantor Pertanahan Kabupaten

Deli Serdang mendapat target sebanyak 12000 bidang tanah, namun

Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang hanya mampu memenuhi

target 8113 yang bersertifikat yakni di angka 68%.

2. Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) mampu

memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian wilayah yakni

sebagai berikut :

a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara akses permodalan

sebelum dan sesudah Program Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) Kabupaten Deli Serdang.

b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai asset sebelum

dan sesudah program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) Kabupaten Deli Serdang.

94
Universitas Sumatera Utara
95

c. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pendapat sebelum

dan sesudah Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) di Kabupaten Deli Serdang.

5.2. Saran

Hasil kesimpulan penelitian implementasi program pendaftaran tanah

sistematis lengkap di Kabupaten Dei Serdang sedah berjalan dengan baik dan

dampak terhadap pensertifikatan tanah di Kabupaten Deli Serdang berpengaruh

signifikan terdapat pendapatan sebelum dan sesudah program PTSL terlihat

banyak sertifikat hak atas tanah yang sudah dimanfaatkan untuk mengakses

permodalan maka perlu dilakukan beberapa hal yang disarankan antara lain:

1. Dengan jumlah bidang yang di targetkan seharusnya kantor pertanahan

memliliki backup sumber daya manusia yang mempuni untuk menjadikan

program PTSL tersebut degan teliti dan benar. Memberikan pengertian

penyuluhan tentang dampak yang di berikan pada sebelum dan sesudah

mempunyai sertipikat untuk cakupan luasnya dunia globalisasi yang akan

datang.

2. Koordinasi dan komunikasi seluruh stakeholder lebih ditingkatkan agar

program dapat berjalan dengan baik, perlu adanya koordinasi dan

sosialisasi yang terus menerus agar tercapai kesamaan intepretasi dan

kesamaan persepsi terhadap program PTSL.

3. Perlu adanya komitmen dan dukungan Pemerintah Daerah Provinsi dan

Kab/Kota, Legislatif (DPRD Provinsi dan Kab/Kota), dan aparatur

perangkat desa dalam bentuk dukungan, penyediaan SDM serta sarana

Universitas Sumatera Utara


96

prasarana yang memadai sehingga pelaksanaan program PTSL dapat

berjalan.

4. Pascaprogram sertifikasi tanah masyarakat, pelu adanya kegiatan

bimbingan dan pendampingan dapat lebih ditingkatkan dan dilaksanakan

secara berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabeta

Akib, Header dan Tarigan, Antonius. 2000. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan:
Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung : CV Pustaka Setia.

A.P. Parlindungan. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Mandar Maju. Bandung, 1998.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Dunn, William N., 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada. University Press,
Yogyakarta.

Effendi Perangin. 1989. Hukum Agraria Indonesia, Alumni, Bandung.

Harsono, Budi, 2008 Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan peraturan Hukum Tanah,
Djambatan, Jakarta.

Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik, Proses, Analisis, dan Partisipasi. Bogor: Ghalia
Indonesia

Hutagalung, Arie Sukanti dan Gunawan Markus. 2009. Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Mulyadi, Deddy. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayan Publik (Konsep dan Aplikasi Proses
Kebijakan Publik Berbasis Analisis Bukti untuk Pelayanan Publik). Bandung: Alfabeta.

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja. Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, 2005, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

Nogi Tangkilisan, Hessel. 2003. Implementasi kebijakann publik transformasi pikiran George
Edward, Lukman Offset: Yogyakarta Penebar Swadaya

Pasolong, Harbani. 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Universitas Sumatera Utara


Suparmoko, M. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Suatu Pendekatan
Teoritis, Ed.4. BPFE. Yogyakarta.

Tarigan, Antonius 2000 Implementasi Kebijakan Jaring Pengaman Sosial: Studi Kasus Program
Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Dati II Lebak, Jawa Barat. Tesis Magister
Administrasi Publik UGM Yogyakarta.

Urip Santosa 2010. Pendaftaran dan Perolehan Hak Atas Tanah. Kencana, Jakarta.

Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan:dari formulasi ke penyusunan model-model


implementasi kebijakan publik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Winoto, Joyo. 2007. Reforma Agraria dan Keadilan Sosial, Badan Pertanahan Nasional, Jakarta.

Sumber Lain :

Buku Petunjuk Teknis pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Sistematis Lengkap. 2016.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Buku Kumpulan Peraturan dan Pendukungnya Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL). 2017. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Prayitno, RR 2017, “Hambatan dan kedala serta solusi PTSL 2017 di D.I. Yogyakarta”,
Prosiding seminar nasional percepatan pendaftaran tanah di indonesia: Tantangan
pelaksanaan PTSL dan respon solusinya, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN),
Yogyakarta.

Pangestu, Ganda Yoga. 2016. Efektifitas Program Legalisasi Aset PRONA Tahun 2015 Dalam
Pelayanan Sertipikasi Tanah di Kota Binjai (Studi Pada Kantor Pertanahan Kota Binjai).
Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Ritohardoyo, Su. 2001. Aspek Sosial Ekonomi Dan Penyertifikatan Tanah (Kasus Daerah
Kecamatan Salam Kabupaten Sleman). Jurnal. Universitas Gadjah Mada.

Simamora, Budi Brendan. 2017. Implementasi Program Nasional Agrarian (PRONA) Tahun
2011 di Kota Pematang Siantar (Studi Pada Kantor Pertanahan Kot Pematang Siantar).
Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Risnarto. 2007. Dampak Sertifikasi Tanah Terhadap Pasar Tanah dan Kepemilikan Tanah Skala
Kecil (Effects of the Land Certification Projects on the Land Markets and Smallholders)
dalam http://www.googlescholar.com. Diakses pada tanggal 27 September 2018.

Taufik Imam Ashari. 2018. Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di
Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.

Universitas Sumatera Utara


Tongam Nadeak. 2018. Implementasi Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) di Badan Pertanahan Nasional Kota Medan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara

Putu Agus Eka Kurniawan, dkk. 2013.Pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Melalui PRONA
di Kabupaten Gianyar. Jurnal Mahasiswa. Universitas Udayana

Wulan, Dian Retno.2006. Pelaksanaan Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) di kabupaten
Karanganyar. Tesis. Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro

Peraturan Perundang Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap

Surat Keputusan Bersama 3 Menteri: Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional (BPN), Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
Dan Transmigrasi Tentang Pembiayaan Persiapan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap.

Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional; Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah;

Website :

http://www.bpn.go.id/PUBLIKASI/Peraturan-Perundangan/Peraturan-MenteriATR-Kepala-
BPN/peraturan-menteri-agraria-dan-tata-ruang-kepala-badanpertanahan-nasional-
republik-indonesia-nomor-1-tahun-2017-66525 , di unduh pada 17 september 2018,
12.30 WIB

http://e-journal.uajy.ac.id/5888/1/JURNAL.pdf di unduh pada 17 september 2018, 12.30 WIB

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Ini Syarat Mengurus Sertifikat Tanah
untuk Ekonomi Lemah, http://jogja.tribunnews.com/2014/04/18/ini-syarat-mengurus-
sertifikat-tanah-untuk-ekonomi-lemah. di unduh pada 17 september 2018, 12.30 WIB

Universitas Sumatera Utara


Dewi Kartika-Sekretaris Jenderal KPA, dalam Mongabay , Konflik Agraria Masih Tinggi pada
2017, Kriminalisasi Warga Terus terjadi, diakses pada 17 september 2018, pukul 19.20
WIB

http://kepri.bpn.go.id/Publikasi/Berita-Kantor-Pertanahan/percepatanpendaftaran- tanah-
sistematis-lengkap-66325.aspx diakses pada 17 september 2018, pukul 19.50.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai