Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


DI KABUPATEN ACEH SINGKIL
PADA ERA OTONOMI DAERAH

TESIS

Oleh

ALI HASMI
047018003/EP

K O L A
E
H
S
PA

A
N

C
A S A R JA
S

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DI KABUPATEN ACEH SINGKIL
PADA ERA OTONOMI DAERAH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALI HASMI
047018003/EP

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DI KABUPATEN ACEH SINGKIL
PADA ERA OTONOMI DAERAH
Nama Mahasiswa : Ali Hasmi
Nomor Pokok : 047018003
Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. DR. Sya’ad Afifuddin, SE.,MEc) (Drs. Iskandar Syarief, MA)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal lulus : 10 Maret 2010

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal : 10 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. DR. Sya’ad Afifuddin, SE.,MEc


Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA
2. Dr. Murni Daulay, M.Si
3. Kasyful Mahalli, SE.,M.Si
4. Drs. Rujiman, MA

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas


Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Aceh Singkil Pada Era Otonomi Daerah,
sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah maka kewenangan yang selama ini masih terpusat atau dekonstrasi
dilimpahkan ke daerah atau desentralisasi kecuali tugas-tugas yang masih
kewenangan pusat seperti agama, pertahanan, moneter dan lainnya, sehingga daerah
yang dahulunya memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja yang sedikit dengan
berlakunya otonomi daerah dapat mengelolala APBD yang relatif lebih besar,
sehingga kecenderungan penggunaan anggaran tidak terkontrol, ini menyebabkan
dibeberapa daerah peningkatan APBDnya besar tetapi tidak sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan penduduknya. Untuk itu penelitian ini ingin mengetahui
apakah APBD Kabupaten Aceh Singkil telah dikelola secara efesien dan efektif.
Penelitian ini menganalisis struktur hubungan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Singkil dari sisi penerimaan dana transfer
seperti Dana Alokasi Umum, Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam,
kemudian menganalisis pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan keeratan
hubungan realisasi penerimaan dengan pengeluaran rutin. Data yang digunakan
adalah data sekunder dengan runtut waktu (time series) dalam kurun waktu Tahun
Anggaran 2000 sampai dengan 2006.
Hasil penelitian ini menunjukan ketergantungan Anggaran Pemerintah
Kabupaten Aceh Singkil terhadap Pemerintah Pusat masih sangat besar mencapai 98
persen, ini berarti kemampuan daerah untuk mengali sumber-sumber pendapatan asli
daerah masih sangat kecil, kedepan diharapkan dapat lebih mengadakan intensifikasi
dan ekstensifikasi PAD. Pertumbuhan penerimaan dari tahun pertama meningkat
sangat tinggi dari Rp.45.822.986.296 pada tahun 2000 menjadi Rp 277.749.484.323
pada akhir tahun 2006, sedangkan penerimaan PAD bersifat fluktuatif pada tahun
2000 Rp 1.608264.122 pada akhir tahun penelitian meningkat menjadi
Rp6.199.131.809.
Untuk tingkat efisiensi berkisar antara 24 persen sampai dengan 63 persen ini
berarti tergolong efisien, sedangkan tingkat efektivitas berkisar antara 96 persen
sampai dengan 109 persen tergolong sangat efektif.

Kata Kunci : Analisis, Efisiensi, Efektivitas, Keuangan Daerah dan Otonomi Daerah

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the level of efficiency and effectiveness
of Regional Financial Management in Government of Regency of Aceh Singkil
during the regional autonomy since the regulations 22 number in 1999.
The data used in this study was time series secondary data from 2000 – 2006
budget Analyzing relationship structure of central government and regional
government of Aceh Singkil from the revenue side, rate of growth, and closeness of
relationship of revenue and routine fiscal year.
The result suggested that relationship ratio of central government and
regional government of Aceh Singkil 98 percent..
Efficiency level ranged from 24 to 63 percent this classified as efficient and
the levelof effectiveness ranged from 96 to 109 percent could be classified as
effective.There are three variables significantly influenced on the economic growth of
government of regency of Aceh Singkil.

Key words : Analyze, Efficiency, Effectiveness and Financial Management

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala Puji kehadirat Ilahi Rabbi berkat rahmat dan hidayahNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul ”Analisis Efisiensi dan

Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Aceh Singkil Pada Era

Otonomi Daerah”, shalawat dan salam tidak lupa-lupanya kita haturkan pada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummat manusia

dari zaman kebodohan ke zaman berilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah.

Penulisan Tesis ini merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai derajat

Sarjana S-2 pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa hal ini

tidak terlepas dari bantuan, semangat, serta saran dan pendapat dari berbagai pihak,

oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam menyelesaikan tesis ini

maupun selama mengikuti pendidikan yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec. selaku pembimbing utama yang dengan

sabar berkenan memberikan bimbingan dan arahan hingga selesainya penulisan

ini.

2. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, selaku pembimbing yang terus mengingatkan

penulis untuk secepatnya menyelesaikan penulisan ini, ditengah kesibukan beliau

masih sempat untuk membimbing penulis.

Universitas Sumatera Utara


3. Ibu. Dr. Murni Daulay, Msi. Selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak H. Makmursyah Putra, SH. MM, selaku Bupati Kabupaten Aceh Singkil

yang telah berkenan memberikan kesempatan tugas belajar kepada penulis,

sehingga dapat menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Program Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan pelayanan yang sangat baik.

6. Ibunda terkasih, adik dan kakak-kakakku yang telah mendoakan dan memberikan

motivasi penulis selama dalam mengikuti pendidikan ini.

7. Teristimewa untuk istriku Anita Rosda dan ananda Haura yang telah

mengorbankan segalanya agar penulis dapat menyelesaikan studi ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Magister Ekonomi Pembangunan terutama angkatan VII

yang telah membantu disaat suka maupun duka.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan tesis ini maupun penulisan dimasa yang akan datang.

Medan, Maret 2010

Penulis

Ali Hasmi

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Ali Hasmi


2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 5 Oktober 1972
3. Jenis Kelamin : Laki Laki
4. Status : Menikah
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Pegawai Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan
Daerah Kabupaten Aceh Singkil
7. Alamat : Jl. Iskandar Muda No. 21 Rimo Aceh Singkil
8. Nama Istri : Anita Rosda, Amd
9. Anak : Alya Haura Bonita
10. Nama Ayah : Nyak Mulia (Alm)
Ibu : Asmala
12. PENDIDIKAN
a. SD : SD Negeri 1 Rimo Aceh Singkil (1985)
c. SMP : SMP Negeri 1 Rimo Aceh Singkil (1988)
d. SMA : SMA Negeri 1 Tapak Tuan (1991)
e. D I : SPK Saree Aceh (1992)
f. Strata 1 : Universitas Mercu Buana Jakarta (1998)
g. Strata 2 : Pascasarjana Ekonomi Pembangunan USU (2010)

Medan, Maret 2010

Ali Hasmi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9


2.1 Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah ................................. 9
2.1.1. Konsep dan Pegertian Efesiensi ................................ 11
2.1.2. Konsep dan Pegertian Efektivitas ............................. 12
2.1.3. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Keuangan
Daerah ...................................................................... 12
2.2. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah.................................... 13
2.2.1 Penerimaan Daerah ................................................... 13
2.2.1.1. Pendapatan Asli Daerah ............................ 14
2.2.1.2. Dana Primbangan ...................................... 15
2.2.2. Pengeluaran Daerah .................................................. 16
2.2.3. Prinsip Penyusunan Keuangan Daerah ..................... 18
2.2.4. Proses Penyusunan Keuangan Daerah ...................... 21
2.2.5. Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah .......... 23
2.3. Konsep dan Pengertian Otonomi Daerah.............................. 24
2.4. Penelitian Sebelumnya ......................................................... 24
2.5 Kerangka Pemikiran ............................................................. 28
2.6. Hipotesis ............................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 30


3.1. Ruang Lingkup ..................................................................... 30
3.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 30

Universitas Sumatera Utara


3.3. Model Analisis ..................................................................... 31
3.3.1. Tingkat Efesiensi dan Efektivitas ............................. 31
3.3.2. Analisis Hubungan Keuangan Pusat dan daerah ...... 34
3.3.2.1. Derajat Desentralisasi Fiskal ..................... 35
3.3.2.2. Derajat Bantuan dan Sumbangan .............. 35
3.3.2.3. Derajat Desentralisasi Perpajakan Daerah . 36
3.3.3. Analisis Pertumbuhan Penerimaan Daerah............... 35
3.3.4. Kemampuan Keuangan daerah dalam Membiayai
Pengeluaran Rutin dan Pembangunan ...................... 36
3.3.5. Analisis pengaruh Penerimaan Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ............................................. 37
3.4. Variabel Penelitian ............................................................... 38
3.5. Metode Analisia ................................................................... 39
3.6. Test Uji Goodness Of Fit ..................................................... 39
3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ....................................... 39
3.7.1 Uji Multikolinearitas ................................................ 39
3.7.2 Uji Autokorelasi ....................................................... 40
3.8. Batasan Operasional ............................................................. 40

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................... 42


4.1. Gambaran Umum Kabupaten Aceh Singkil ......................... 42
4.2. Perkembangan PDRB ........................................................... 43
4.2.1. Produk Domestik Regional Bruto Secara Sektoral .. 46
4.2.2. Pendapatan Regional Perkapita ................................ 48
4.3. Struktur Keuangan Pusat dan daerah .................................. 49
4.3.1. Perkembangan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah 52
4.3.2. Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah ................ 53
4.3.3. Perkembangan Penerimaan Retribusi Daerah .......... 54
4.3.4. Perkembangan Penerimaan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ......................... 55
4.3.5. Perkembangan Penerimaan Bagi Hasil Pajak .......... 55
4.4. Perkembanga Pengeluaran Daerah ....................................... 57
4.4.1. Analisis Struktur Pengeluaran Daerah ..................... 59
4.4.2. Analisis Pertumbuhan Penerimaan dan Pengeluaran
Daerah ....................................................................... 61
4.4.3. Efesiensi Pengelolaan Keuangan Daerah ................. 63
4.4.4. Efektivitas Pengelolaan Penerimaan Keuangan
Daerah ...................................................................... 64

Universitas Sumatera Utara


4.5. Analisis Estimasi Pengaruh Penerimaan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 65
4.5.1. Hasil estimasi Dengan Menggunakan Metode OLS 65
4.5.2. Penerimaan Dana Alokasi Umum ............................ 66
4.5.3. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak ........................... 67
4.5.4. Pendapatan Asli Daerah ........................................... 67
4.5.5. PDRBt-1 ................................................................... 68
4.6. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 68
4.6.1. Linearitas .................................................................. 68
4.6.2. Uji Multikonearitas .................................................. 69
4.6.3. Uji Autokorelasi ...................................................... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 72


5.1. Kesimpulan .......................................................................... 72
5.2. Saran ................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Kriteria Kinerja Efisiensi Kinerja Keuangan .................................. 32


3.2 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan ............................................ 33
4.1 Nilai PDRB Kabupaten Aceh Singkil Tahun 1999- 2003 ............. 44
4.2 Hubungan Antara Peranan Sektoral dengan Laju Pertumbuhan
PDRB Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2003................................... 46
4.3 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Aceh Singkil Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999-2003 ...... 47
4.4 Pendapatan regional Perkapita Kabupaten Aceh Singkil Tahun
1999-2003 ......................................................................................... 49
4.5 Struktur Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2000-2006..................................... 51
4.6 Persentase PAD terhadap APBD Kabupaten Aceh Singkil Tahun
2000-2006 ........................................................................................ 53
4.7 Penerimaan Bagi Hasil Pajak Kabupaten Aceh Singkil Tahun
2000-2006 ........................................................................................ 56
4.8 Penerimaan Bagi Hasil Bukan Pajak Kabupaten Aceh Singkil
Tahun 2000-2006 ............................................................................. 56
4.9 Perbandingan Belanja Rutin dan Pembangunan Kabupaten Aceh
Singkil Tahun 2000-2006 ................................................................. 58
4.10 Struktur Keuangan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2000-2006 ..... 60
4.11 Pertumbuhan Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Rutin
Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil ............................................... 62
4.12 Tingkat Efesiensi Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Aceh Singkil Tahun 2000-2006 ........................................................ 63
4.13 Tingkat Efektivitas Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Aceh Singkil Tahun 2000-2006 ........................................................ 64
4.14 Hasil Uji Ramsey Test ...................................................................... 69
4.15 Hasil Uji Autokorelasi....................................................................... 71

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran...................................................................... 28

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2000 -


2006 ..................................................................................................... 77
2 Pertumbuhan Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Rutin
Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil 2000 - 2006............................... 78
3 Efesiensi Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Singkil 2000 -
2006...................................................................................................... 79
4 Efektivitas Pengelolaan Keuangan Kabupaten Aceh Singkil 2000 –
2006...................................................................................................... 80
5 Daftar Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Rutin 2000-2006 ........ 81
6 Method Least Squares Dependent Variable : PDRB ........................... 82
7 Uji Serial Korelasi................................................................................ 83
8 Uji Stabilitas Data (Linieritas Data)..................................................... 84
9 Uji Multikolinearitas ............................................................................ 85
10 Method Least Square Dependent Variable : DAU............................... 86
11 Uji Multikolinearitas ........................................................................... 87
12 Method Least Square Dependent Variable : PDRBt1.......................... 88

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas


Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Aceh Singkil Pada Era Otonomi Daerah,
sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah maka kewenangan yang selama ini masih terpusat atau dekonstrasi
dilimpahkan ke daerah atau desentralisasi kecuali tugas-tugas yang masih
kewenangan pusat seperti agama, pertahanan, moneter dan lainnya, sehingga daerah
yang dahulunya memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja yang sedikit dengan
berlakunya otonomi daerah dapat mengelolala APBD yang relatif lebih besar,
sehingga kecenderungan penggunaan anggaran tidak terkontrol, ini menyebabkan
dibeberapa daerah peningkatan APBDnya besar tetapi tidak sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan penduduknya. Untuk itu penelitian ini ingin mengetahui
apakah APBD Kabupaten Aceh Singkil telah dikelola secara efesien dan efektif.
Penelitian ini menganalisis struktur hubungan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Singkil dari sisi penerimaan dana transfer
seperti Dana Alokasi Umum, Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Sumber Daya Alam,
kemudian menganalisis pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan keeratan
hubungan realisasi penerimaan dengan pengeluaran rutin. Data yang digunakan
adalah data sekunder dengan runtut waktu (time series) dalam kurun waktu Tahun
Anggaran 2000 sampai dengan 2006.
Hasil penelitian ini menunjukan ketergantungan Anggaran Pemerintah
Kabupaten Aceh Singkil terhadap Pemerintah Pusat masih sangat besar mencapai 98
persen, ini berarti kemampuan daerah untuk mengali sumber-sumber pendapatan asli
daerah masih sangat kecil, kedepan diharapkan dapat lebih mengadakan intensifikasi
dan ekstensifikasi PAD. Pertumbuhan penerimaan dari tahun pertama meningkat
sangat tinggi dari Rp.45.822.986.296 pada tahun 2000 menjadi Rp 277.749.484.323
pada akhir tahun 2006, sedangkan penerimaan PAD bersifat fluktuatif pada tahun
2000 Rp 1.608264.122 pada akhir tahun penelitian meningkat menjadi
Rp6.199.131.809.
Untuk tingkat efisiensi berkisar antara 24 persen sampai dengan 63 persen ini
berarti tergolong efisien, sedangkan tingkat efektivitas berkisar antara 96 persen
sampai dengan 109 persen tergolong sangat efektif.

Kata Kunci : Analisis, Efisiensi, Efektivitas, Keuangan Daerah dan Otonomi Daerah

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the level of efficiency and effectiveness
of Regional Financial Management in Government of Regency of Aceh Singkil
during the regional autonomy since the regulations 22 number in 1999.
The data used in this study was time series secondary data from 2000 – 2006
budget Analyzing relationship structure of central government and regional
government of Aceh Singkil from the revenue side, rate of growth, and closeness of
relationship of revenue and routine fiscal year.
The result suggested that relationship ratio of central government and
regional government of Aceh Singkil 98 percent..
Efficiency level ranged from 24 to 63 percent this classified as efficient and
the levelof effectiveness ranged from 96 to 109 percent could be classified as
effective.There are three variables significantly influenced on the economic growth of
government of regency of Aceh Singkil.

Key words : Analyze, Efficiency, Effectiveness and Financial Management

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan rencana keuangan tahunan


pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sebagai
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah, maka dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah tergambar semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Selain sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, APBD merupakan
instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. Sejak diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, telah terjadi pelimpahan kewenangan yang semakin luas
kepada pemerintah daerah. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan fungsi pemerintahan perlu didukung oleh sumber pembiayaan yang
memadai. Disadari bahwa sumber-sumber penerimaan antar satu daerah dengan
daerah lainnya sangat beragam. Ada beberapa daerah dengan sumber daya yang
dimiliki mampu menyelenggarakan otonomi daerah, namun tidak tertutup
kemungkinan ada beberapa daerah akan menghadapi kesulitan dalam
menyelenggarakan tugas desentralisasi, mengingat keterbatasan sumber daya yang
dimiliki, kreatifitas dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber keuangan akan
sangat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pemerintahan daerah itu.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 mengamanatkan pemerintah daerah
tingkat kabupaten diberi kewenangan dalam menyelenggarakan semua urusan
pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
evaluasi kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter, fiskal, agama dan kewenangan lain yang ditetapkan Peraturan
Pemerintah. Sebagai konsekuensi dari kewenangan otonomi yang luas, pemerintah
daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
kepada masyarakat. Kewajiban itu dapat dipenuhi apabila pemerintah daerah mampu
mengelola potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
keuangannya secara efesien dan efektif dengan menganut prinsip pengelolaan
transparan dan akuntabel.

Universitas Sumatera Utara


Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan
daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, peran serta
masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan
Pertanggung jawaban Keuangan Daerah menegaskan bahwa pengelolaan keuangan
daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku , efesien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan dan kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, pengelolaan keuangan
daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam
anggaran pendapatan belanja daerah.
Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai dengan memperhatikan
fasilitas keterbatasan sumber daya yang ada maka dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan baik lingkup daerah maupun nasional perlu mengarahkan dan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara efesien dan efektif dengan disertai
pengawasan dan pengendalian yang ketat baik yang dilakukan oleh aparat tingkat
pusat maupun tingkat daerah serta jajarannya sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan
pembangunan, maka pemerintahan pada hakekatnya mengemban tiga fungsi utama
yaitu fungsi alokasi, meliputi sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa
pelayanan masyarakat, fungsi distribusi pembangunan dan fungsi stabilisasi yang
meliputi, pertahanan keamanan dan ekonomi moneter.
Menurut Devas, (1989) hubungan keuangan pusat dan daerah menyangkut

pembagian tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan - kegiatan tertentu antara

tingkat pemerintahan dan pembagian sumber penerimaan untuk menutupi

pengeluaran akibat kegiatan-kegiatan itu. Tujuan utama hubungan pusat dan daerah

untuk mencapai perimbangan antara pembagian potensi dan sumber daya dapat sesuai

dengan peranan yang dimainkan oleh pemerintah daerah.

Universitas Sumatera Utara


Mahi, (2000) mengemukakan bahwa, untuk menentukan besarnya

ketersediaan dana antar pemerintah daerah digunakan prinsip kebutuhan daerah

melalui pembagian fungsi yang direfleksikan dalam kebijaksanaan otonomi daerah,

yang didalamnya mengatur mengenai pembagian kewenangan sekaligus pembiayaan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk mewujudkan otonomi daerah

dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan manajemen

keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Dalam

rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah wajib melakukan optimalisasi

anggaran yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Secara hukum kewenangan Pegelolaan keuangan daerah dikabupaten Aceh


Singkil dilakukan oleh Kepala Daerah yang berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan, Penganggaran
dan Pengawasan Keuangan serta tata cara Penyusunan APBD, untuk itu kepala
daerah mendelegasikan sepenuhnya atau sebagian wewenangnya kepada sekretaris
daerah dan dilaksanakan oleh bagian keuangan sekretariat daerah.
Adapun kewenanagan Kepala Daerah dalam hal pengelolaan keuangan

daerah yaitu :

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;

c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran / pengguna barang;

d. Menetapkan bendahara penerimaan dan atau bendahara pengeluaran;

e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan

Universitas Sumatera Utara


penerimaan daerah;

f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan

piutang daerah;

g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang

milik daerah;

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan

dan memerintahkan pembayaran.

Dalam melaksanakan pemerintahan, Pemerintah Daerah dilengkapi dengan


seperangkat kemampuan pembiayan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah. Sumber-
sumber dana dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah terdiri dari: Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Asli
Daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan
yang sah dengan tujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
menggali sumber-sumber penerimaan guna menunjang pelaksanaan Otonomi Daerah
sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu tolok ukur kemampuan daerah

dalam menyelenggarakan dan mewujudkan Otonomi Daerah, disamping itu juga

cerminan dari kemandirian daerah. Pendapatan Asli Daerah meskipun dapat menjadi

modal utama bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dari tahun ke

tahun penerimaannya selalu mengalami peningkatan namun kondisinya belum

memadai.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan

segenap unsur lapisan masyarakat, serta memberikan kewenangan kepada pemerintah

daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah sehingga peran pemerintah

Universitas Sumatera Utara


adalah sebagai katalisator dan fasilitatator, karena pihak pemerintah daerah yang

lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai

katalisator dan fasilitator tentunya membutuhkan sarana dan fasilitas pendukung

dalam rangka terlaksananya pembangunan secara berkesinambungan.

Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah, pendapatan daerah dapat menjadi dasar perencanaan jangka pendek yang

merupakan pencerminan dari potensi ekonomi daerah, untuk itu tidak berlebihan

apabila pemerintah pusat menjadikan pendapatan asli daerah sebagai kriteria utama

dalam pemberian otonomi daerah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pengelolaan keuangan daerah


dalam rangka pertanggungjawaban terhadap publik yang merupakan stakeholder
perlu menjadi perhatian agar dana yang ada digunakan tepat sasaran untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berkaitan langsung dengan kebijakan
keuangan, pemerintah daerah harus mengoptimalkan anggaran secara efisien dan
efektif, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana tingkat efisiensi dan efektifitas
pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Aceh Singkil pada era otonomi daerah.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan Permasalahan yang hendak dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah di

Kabupaten Aceh Singkil.

2. Apakah pertumbuhan penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi tingkat

efesiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah pada era otonomi.

3. Bagaimanakah pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


ekonomi Kabupaten Aceh Singkil.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:


1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah

di Kabupaten Aceh Singkil pada era otonomi daerah.

2. Untuk menganalisis pertumbuhan penerimaan dan pengeluaran pemerintah

Kabupaten Aceh Singkil.

3. Untuk menganalisis hubungan antara realisasi pendapatan daerah dan realisasi

pengeluaran dari Tahun anggaran 2000 sampai dengan Tahun Anggaran 2006

terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Singkil.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Sabagai bahan untuk menambah wawasan penulis terutama lagi bermanfaat dalam

mengelola keuangan daerah pada masa-masa yang akan datang terkait dengan

pekerjaan dan tugas penulis.

2. Bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Aceh

Singkil mengenai tingkat efesien pengelolaan keuangan daerah.

3. Memberikan acuan bagi penelitian selanjutnya terutama yang berminat dalam

meneliti efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah pada era otonomi

daerah.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah

Prinsip keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan, asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk

masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang

terintegrasi yang diwujudkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah

yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Menurut Jaya (1999)

keuangan daerah adalah seluruh tatanan, perangkat kelembagaan dan

kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja daerah.

Menurut Mamesah (1995) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban

yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang

maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum

dimilikiatau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain

sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Tujuan utama dari pengelolaan keuangan daerah dan organisasi

Pemerintah Daerah adalah memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat di

daerah yang merupakan klient dari pemerintah daerah. Dalam hal ini, semua unit

pemerintah yang ada secara pokok difungsikan untuk melayani dengan sebaik-

Universitas Sumatera Utara


baiknya masyarakat yang bersangkutan. Untuk dapat berfungsi sebagai public

service maka persepsi aparatur pemerintah daerah tentang pelayanan terhadap

masyarakat merupakan suatu kunci dalam memberikan kejelasan arah, semakin

baik persepsi aparatur pemerintah akan semakin baik pula penyelenggaraan

pemerintahan begitu juga sebaliknya.

Menurut Devas (1989) Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus

dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut :

a. Tanggung jawab

Pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan keuangannya kepada

lembaga, Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum.

b. Mampu memenuhi kewajiban keuangan

Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu

melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka

panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.

c. Kejujuran

Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus

diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya.

d. Hasil guna dan daya guna

Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga

memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai

Universitas Sumatera Utara


tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam

waktu yang secepat-cepatnya.

e. Pengendalian

Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan harus

melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai

2.1.1 Konsep dan Pegertian Efisiensi

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efisiensi adalah hubungan


antara masukan dan keluaran, efisiensi merupakan ukuran apakah penggunaan barang
dan jasa yang dibeli dan digunakan oleh organisasi perangkat pemerintahan untuk
mencapai tujuan organisasi perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat tertentu.
Efisiensi juga mengandung beberapa pengertian antara lain :
1. Efisiensi pada sektor hasil dijelaskan dengan konsep masukan- keluaran (input-

output)

2. Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dengan pengorbanan seminimal mungkin; atau dengan kata lain suatu kegiatan

telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai

sasaran dengan biaya yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil

yang diinginkan.

3. Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dicapai dengan

memperhatikan aspek hubungan dan tatakerja antar instansi pemerintah daerah

dengan memanfaatkan potensi dan keanekaragaman suatu daerah.

Faktor penentu efisiensi adalah :.


1. Faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor struktur organisasi yaitu susunan yang stabil dari jabatan-jabatan baik itu

struktural maupun fungsional.

3. Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja, maupun

sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja serta dana keuangan.

4. Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksanaanya baik pimpinan maupun

masyarakat.

5. Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan keempat faktor

tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan berhasil guna untuk

mencapai sasaran yang dimaksud.

2.1.2 Konsep dan Pegertian Efektivitas

Pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil,

dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : efektifitas dari

pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah daerah tersebut dapat dicapai sesuai

dengan kebutuhan yang direncanakan. Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun

2006, efektivitas adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah

ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

2.1.3 Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Keuangan Daerah

Realitas hubungan fiskal antara pusat-daerah ditandai dengan tingginya

kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini jelas terlihat dari rendahnya

proporsi PAD (Pendapatan Asli Daerah) terhadap total pendapatan daerah dibanding

Universitas Sumatera Utara


besarnya subsidi (grants) yang ditransfer dari pusat. Indikator desentralisasi fiskal

adalah rasio antara PAD dengan total pendapatan daerah. PAD terdiri atas pajak-

pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan lain-lain yang sah. Kebijakan fiskal

pada dasarnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang penerimaan dan

pengeluaran negara. Subsidi atau transfer dari pusat kepada daerah selama ini melalui

tiga jalur :

1. Subsidi Daerah Otonom (SDO) atau Dana Alikasi Umum (DAU) yaitu transfer

kepada daerah untuk membiayai pengeluaran rutin

2. Program Inpres atau Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu untuk membiayai

pengeluaran pembangunan sekaligus upaya untuk mengatasi ketikseimbangan

struktur keuangan antar daerah seperti inpres Sekolah Dasar, Kesehatan, Pasar,

Penghijauan dan jalan. Dan

3. Dana Bagi Hasil merupakan pengembalian dari hasil pemanfaatan kekayaan

daerah seperti gas bumi, perikanan dan lain-lain yang dialokasi untuk

dimanfaatkan Pemerintah Daerah dalam mebiayai pembangunan.

2.2 Penerimaan dan Pengeluaran Daerah

Dalam menjalankan organisasi pemerintahan, pemerintah daerah memerlukan

sumber pendapatan yang akan digunakan untuk membiayai kegiatannyan, penerimaan

tersebut berasal dari tranfer pemerintah pusat maupun pendapatan asli daerah.

Pengeluaran pemerintah daerah dapat terdiri dari belanja rutin dan belanja

pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Penerimaan Daerah
Penerimaan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam tahun

tertentu. Menurut Jones (1996) anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah

daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode tertentu (satu tahun).

Anggaran ini digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pengeluaran,

membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi

pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran

standar untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan

alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Fenomena yang terdapat

pada struktur anggaran daerah kabupaten/kota di Indonesia yaitu pada sisi

penerimaan terdapat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap transfer pemerintah

pusat, hal ini ditunjukkan oleh besarnya proporsi sumber-sumber pendanaan dari

pemerintah pusat.

Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 menegaskan penerimaan daerah

dalam rangka membiayai kegiatan daerah terdiri dari Pendapatan Daerah dan

Pembiayaan, yaitu:

Pendapatan Daerah terdiri dari;

2.2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

Universitas Sumatera Utara


c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain PAD yang sah terdiri dari

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan seperti penjualan asset

kendaraan dinas dan lain-lain;

2. Jasa giro;

3. Pendapatan bunga;

4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah dengan mata uang asing;

5. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau

pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.

2.2.1.2 Dana Perimbangan

Dana Perimbangan terdiri dari :

1. Dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam

a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);

c. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi

dalam negeri dan PPh pasal 21;

d. Sumber daya alam kehutanan;

e. Pertambangan umum;

f. Perikanan;

g. Pertambangan minyak bumi;

h. Pertambangan gas bumi;

Universitas Sumatera Utara


i. Pertambangan panas bumi;

2. Dana alokasi umum (DAU)

3. Dana alokasi khusus (DAK)

4. Lain-lain Pendapatan terdiri dari:

a. Pendapatan hibah; dan

b. Pendapatan Dana Darurat seperti bencana alam.

2.2.2 Pengeluaran Daerah


Kebijakan yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
memerlukan perhatian terutama dalam hal pendistribusian anggaran, sehingga dapat
merangsang terciptanya sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah, salah satu
sudut pandang kebijakan yang dapat dilakukan melalui kebijakan pengeluaran
pemerintah daerah dalam hal pengelolaan keuangan yang efesien dan efektif adalah
pendistribusian pengeluaran yang merata.
Pengeluaran konsumsi pemerintah meliputi seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah Kabupaten Aceh Singkil
dalam rangka penyelenggaraan kegiatan administrasi pemerintahan. Nilai output
akhir pemerintah yang terdiri dari pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin
seperti pembayaran gaji pegawai dan perkiraan penyusutan barang modal pemerintah.
Besarnya proporsi tersebut memberikan suatu petunjuk bahwa pembangunan
perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh posisi anggaran pemerintah pusat.
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah pusat terkait dengan anggarannya, akan
langsung berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Pengaruh pemerintah pusat
terhadap daerah berjalan melalui mekanisme perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah yaitu melalui dana perimbangan dan transfer pemerintah
pusat kepada daerah.
Belanja Daerah, dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja terdiri
dari :
A. Belanja Rutin :
1) Administrasi Umum;
a) Belanja Pegawai;
b) Belanja Barang;
c) Belanja Pemeliharaan;

Universitas Sumatera Utara


d) Belanja Perjalanan Dinas.
2) Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
B. Belanja Pembangunan :
1) Publik;
2) Aparatur;
3) Modal.
C. Pengeluaran Transfer :
1) Angsuran dan Bunga;
2) Bantuan;
3) Dana Perimbangan;
4) Dana Cadangan.
D. Pengeluaran Tidak Terduga.

2.2.3 Prinsip Penyusunan Keuangan Daerah


Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan APBD, penyusunan Keuangan
Dearah mengacu pada norma dan prinsip-prinsip anggaran sebagai berikut :
a. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses
penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi
masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam
pelaksanaan APBD.
b. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
APBD yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah
diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap
jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan
hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu,
setiap penggunaan anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan
sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
c. Disiplin Anggaran
Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan antara lain
bahwa (1) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2)

Universitas Sumatera Utara


Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan
kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam
APBD/Perubahan APBD; (3) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam
tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBD dan
dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
d. Keadilan Anggaran
Pajak daerah, retribusi daerah, dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan
kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar.
Masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional
diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan
untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk
menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan
diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain
itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan
pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
diskriminasi pemberian pelayanan.
e. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat
efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu
diperhatikan (1) penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat,
serta indikator kinerja yang ingin dicapai; (2) penetapan prioritas kegiatan dan
penghitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.
f. Taat Azas
APBD sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
didalam penyusunannya harus tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah
lainnya.
Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
mengandung arti bahwa apabila pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tersebut telah sesuai dengan
ketentuan undang-undang. peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan
presiden, atau peraturan menteri/keputusan menteri/surat edaran menteri yang diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dimaksud mencakup kebijakan yang berkaitan
dengan keuangan daerah. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum

Universitas Sumatera Utara


mengandung arti bahwa rancangan peraturan daerah tentang APBD lebih diarahkan
agar mencerminkan keberpihakan kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat
dan bukan membebani masyarakat.
Peraturan daerah tidak boleh menimbulkan diskriminasi yang dapat
mengakibatkan ketidak adilan, menghambat kelancaran arus barang dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat, pemborosan keuangan negara/daerah, memicu ketidak
percayaan masyarakat kepada pemerintah, dan mengganggu stabilitas keamanan serta
ketertiban masyarakat yang secara keseluruhan mengganggu jalannya
penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Tidak bertentangan dengan peraturan
daerah lainnya mengandung arti bahwa apabila kebijakan yang dituangkan dalam
peraturan daerah tentang APBD tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan
daerah sebagai penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Sebagai
konsekuensinya bahwa rancangan peraturan daerah tersebut harus sejalan dengan
pengaturannya tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah dan menghindari
adanya tumpang tindih dengan peraturan daerah lainnya, seperti: Peraturan Daerah
mengenai Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan sebagainya.

2.2.4 Proses Penyusunan Keuangan Daerah


Hal-hal pokok yang diperlukan untuk proses awal penyusunan anggaran yang
baik adalah kemampuan manajemen dalam menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran.
Visi dan misi merupakan arahan yang harus dipertimbangkan dalam rangka
menyusun anggaran agar sesuai dan seiring dengan apa yang menjadi harapan
sebagian besar masyarakat dan daerah. Tujuan dan sasaran merupakan pernyataan
tentang posisi target yang ingin dicapai oleh unit kerja di pemerintahan daerah atau
petunjuk tentang variable-variabel penting yang seharusnya digunakan dalam
menentukan arah unit kerja dimasa datang.
Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Aceh Singkil yang diawali dengan proses penentuan rencana pagu APBD sesuai
siklus anggaran dimulai dari :
1. Proses penentuan penerimaan daerah;

2. Proses penentuan belanja rutin;

3. Proses penentuan belanja pembangunan atau Belanja Modal.

Selanjutnya hasil rencana anggaran yang telah disusun secara terpadu


diajukan kepada kepala daerah untuk mendapat persetujuan dan kemudian
Rancangan Anggaran Pendapatan Daerah tersebut diserahkan kepada DPRD. Dalam
pembahasan diharapkan pihak legislatif memberikan komentar, tanggapan dan

Universitas Sumatera Utara


masukan yang sifatnya hanya mengklarifikasi dan meratifikasi draft anggaran yang
diusulkan oleh pihak eksekutif dengan dokumen kebijakan pembangunan tahunan
dan kebijakan anggaran tahunan yang telah disepakati sebelumnya.
Pada sistem pengelolaan keuangan daerah, perubahan yang terjadi adalah

dengan dilakukannya reformasi anggaran, sistem pembiayaan, sistem akuntansi,

sistem pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah serta sistem manajemen

keuangan daerah. Dalam sistem keuangan tuntutan pembaharuan yang dilakukan

adalah dikelolanya uang rakyat secara transparan dengan didasarkan pada nilai uang

agar terciptanya akuntabilitas publik. Nilai uang merupakan tiga elemen dasar yaitu :

Ekonomis, efisien dan efektif, untuk itu pengelolaan keuangan daerah merupakan

prioritas utama dalam pencapaian tujuan pemerintahan daerah.

2.2.5 Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah

Dasar hukum yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah di mana

merupakan perwujudan dari rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah,

selain berdasarkan ketentuan-ketentuan umum yang berlaku juga berdasarkan pada :

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 perubahan atas Undang-undang Nomor

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang-undang Nomor Nomor 33 Tahun 2004 perubahan atas Undang-undang

Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah;

Universitas Sumatera Utara


5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Thn 2000 tentang Informasi Keuangan Daerah.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas

Perbantuan;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah

2.3 Konsep dan Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan penuh yang diberikan kepada daerah

otonom, seperti provinsi, kabupaten dan kota untuk mengelola dan mengurus rumah

tangganya sendiri, baik pengelolaan sumber daya alam, manusia maupun

pemerintahan kecuali bidang-bidang yang masih menjadi kewenangan pemerintah

pusat seperti : pertahanan keamanan, agama, moneter dan fiskal.

Perubahan yang fundamental dalam sistem tata pemerintahan dan sistem

keuangan pemerintah pusat dan daerah dengan berlakunya Undang-undang Nomor

22 dan 25 tahun 1999 serta Undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 adalah

pada sistem pemerintahan. Perubahan yang terjadi adalah berupa pelaksanaan

otonomi daerah dan desentralisasi yang luas dan nyata dan bertanggungjawab kepada

Universitas Sumatera Utara


pemerintah daerah, dimana pemerintah daerah dituntut untuk menyiapkan diri secara

kelembagaan, sumber daya manusia dan tehnologi dalam mewujudkan otonomi dan

desentralisasi secara nyata, bertanggungjawab dan dinamis.

2.4 Penelitian Sebelumnya

Studi Rappaport (1999) dimaksudkan untuk mengkaji empat kelompok fakta


data empiris dari pertumbuhan ekonomi antar daerah (local) di Amerika Serikat
dengan menggunakan data panel berbagai atribut local Amerika Serikat tahun 1970-
1990. Salah satu kelompok fakta empiris yang dikaji adalah kerelasi-korelasi
kebijakan anggaran pemerintah dari pertumbuhan ekonomi lokal tersebut (dilihat dari
tiga indikator; migrasi netto, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan
harga perumahan). Dilihat dari hasil; estimasinya ditemukan empat fakta proses
pertumbuhan ekonomi lokal Amerika Serikat tersebut adalah; pertama adalah bahwa
dari tahun 1970 sampai 1990, pertumbuhan ekonomi local; kedua, pertumbuhan
ekonomi lokal sepanjang periode yang diamati berkorelasi positif dengan pengeluaran
pemerintah lokal untuk pendidikan dasar dan menengah; ketiga, pertumbuhan
ekonomi daerah tahun 1970 sampai 1990 berkorelasi negatif dengan pajak
pendapatan personal lokal; keempat, pertumbuhan ekonomi daerah berkorelasi
negatif dengan pajak penjualan tertentu yang diambil oleh pemerintah lokal. Tampak
yang diamati disini hanya komposisi investasi pemerintah tetapi juga komposisi
penerimaan lokal.
Rozani (2000), menyatakan hasil penerimaan pajak-pajak daerah semestinya
harus elastis sepanjang waktu dan tidak berfluktuasi serta signifikan terhadap
perkembangan PDRB. Wilford menyatakan respon perkembangan penerimaan PAD
di suatu daerah yang selanjutnya akan digunakan untuk sumber dana daerah dalam
memenuhi permintaan barang sosial dan pelayanan, seharusnya memiliki elastisitas
yang tinggi terhadap perkembangan PDRB. Daerah yang memiliki penerimaan
PADnya tidak elastis terhadap PDRB, memerlukan perbaikan sistem perpajakan
daerah guna mendapatan penerimaan yang memadai.
Studi Iskandar (2004) dimaksudkan untuk mengkaji keterkaitan antara
perkembangan penerimaan asli daerah dengan perkembangan produk domestik
regional bruto di provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hasil analisisnya dapat diketahui
bahwa perkembangan PDRB DKI Jakarta terindentifikasi berpengaruh signifikan
terhadap perkembangan penerimaan PAD.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian tentang pengelolaan keuangan daerah telah pula pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya Kuncoro (1995) tentang otonomi
daerah di masa Orde Baru: Pembangunan di Daerah, yang memfokuskan
pengamatannya pada kenyataan rendahnya pendapatan asli daerah sehingga
ketergantungan keuangan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintah pusat.
Untuk mengurangi beban subsidi pemerintah pusat dianjurkan diberikannya otonomi
keuangan daerah yang cukup luas, sehingga daerah mampu menggali sumber-sumber
keuangannya sendiri dan memanfaatkannya secara optimal.
Insukindro (1994) mengkaji peranan dan pengelolaan keuangan daerah dan
usaha peningkatan pendapatan asli daerah, dengan melakukan penelitian di beberapa
daerah kabupaten/kota yaitu : Padang, Lampung Tengah, Banyumas, Semarang,
Yogyakarta, Kediri, Sumenep, Bandung, Barito Kuala dan Sidrap. Berdasarkan
penelitiannya ditemukan bahwa peranan PAD terhadap total penerimaan daerah rata-
rata sebesar 4 %. Daerah yang pengelolaan keuangan daerah efisien cenderung
peningkatan PADnya semakin tinggi seperti Kota Padang di Sumatera Barat dan
Yokyakarta.
Mardiasmo (2000) mengkaji bahwa dengan adanya dana desentralisasi akan
berimplikasi pada APBD yaitu pos penerimaan dengan konsekuensi
menggelembungnya jumlah penerimaan daerah, perubahan jumlah penerimaan
tersebut harus diikuti dengan pengeluaran keuangan daerah yang efesien dan efektif
dan disertai dengan peningkatan sumber daya manusia, persoalan otonomi daerah
tidak hanya berfokus pada peningkatan pendapatan asli daerah tetapi lebih berfokus
pada pemberian wewenang pemerintah daerah untuk menentukan dan mengatur
penggunaan dana-dana perimbangan tersebut.
Penelitian yang dilakukan Abdullah (2001) untuk mengetahui peranan sector
public terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia, menurunkan sebuah
persamaan yang mana tingkat pertumbuhan PDRB dapat dipecah dalam kontribusi
tenaga kerja, investasi swasta dan pengeluaran pembangunan serta pengeluaran rutin,
juga penerimaan dari pendapatan asli daerah, baik bagi hasil pajak dan bukan pajak
dalam isatilah produktifitas dan sumbangannya terhadap PDRB. Data PDRB yang
digunakan adalah PDRB harga berlaku tanpa migas, tenaga kerja denga penduduk
yang berumur 10 tahgun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut
propinsi dan status pekerjaan utama dan data investasi diproksi dengan kredit yang
dikeluarkan oleh bank umum menurut provinsi, sedangkan pengeluaran
pembangunan dan pengeluaran ruti serta pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan
bukan pajak dari APBD provinsi. Dengan mentransformasikan model ke dalam
bentuk Generalized Least Square dan selanjutnya diestimasi dengan OLS
menghasilkan bahwa penerimaan PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak adalah
signifikan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi regional sedangkan pengeluaran
pembangunan dan pengeluaran rutin adalah signifikan positif.

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka Konsep Analisis Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan

Daerah di Kabupaten Aceh Singkil Pada Era Otonomi Daerah

HUBUNGAN
KEUANGAN
PUSAT-DAERAH

PENDAPATAN BAGI HASIL TRANSFER PUSAT PINJAMAN


TRANSFER ASLI DAERAH PAJAK & Bukan Paja LAINNYA DAERAH
ERINTAH PROVINSI (PAD)

-PAJAK DAERAH -PBB -DAU -DALAM


BAGI HASIL PAJAK
-RETRIBUSI -BPHTB -DAK NEGERI
BAGI HASIL
DAERAH -PPh - PEN.LAINNYA -LUAR NEGERI
BUKAN -HASIL BUMD -HASIL SDA YANG SAH

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa penerimaan suatu daerah

kabupaten atau kota terdiri dari pendapatan asli daerah, dana bagi hasil dari

pemerintah pusat, transfer pemerintah pusat lainnya, transfer pemerintah provinsi

maupun pinjaman daerah.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan teori para peneliti sebelumnya, maka

hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara efesien dan efektif;

2. Pertumbuhan penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi tingkat efisiensi dan

efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada era otonomi daerah.

3. Terdapat pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Aceh Singkil.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengelolaan keuangan daerah di


Kabupaten Aceh Singkil pada era otonomi daerah yang mencakup : Kebijakan
keuangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil dalam bidang pendapatan dan dalam
bidang belanja.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
meliputi data target dan realisasi penerimaan, pengeluaran dan target yang telah
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2006 pada saat pelaksanaan otonomi daerah.
Pengelompokan dan pengumpulan data didasarkan atas jenis dan asal data,
yang terdiri dari data primer yang bersumber dari peneriman daerah, belanja daerah,
pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum,dana
alokasi khusus, juga berasal dari data sekunder yang berupa data Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang berasal dari Bagian Keuangan Sekretariat
Daerah dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Singkil.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan
cara membaca dan mempelajari sumber-sumber tertulis, baik berupa buku-buku,
laporan hasil penelitian, data badan pusat statistik, tulisan ilmiah, jurnal, dokumen
yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan bagian Keuangan Sekretariat Daerah
Kabupaten Aceh Singkil yang diteliti berupa laporan keuangan yang terdiri dari
laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas serta dokumen-dokumen lain
yang berkaitan dengan topik dan obyek penelitian.

3.3 Model Analisis

3.3.1 Tingkat Efisiensi dan Efektivitas

Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan di

Kabupaten Aceh Singkil pada era otonomi daerah, maka digunakan model analisis

Universitas Sumatera Utara


dengan kriteria penilaian berdasarkan pada Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1994

tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan

Analisis Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output/keluaran dan input/masukan

sekunder, sedangkan analisis yang dilakukan terhadap pengelolaan keuangan daerah

dengan pengeluaran rutin menggunakan ukuran tingkat efisiensi yaitu perbandingan

antara realisasi pengeluaran anggaran rutin dengan pendapatan/penerimaan daerah

dikalikan dengan seratus dalam bentuk persentase.

Pengeluaran Rutin
Efisiensi = x 100 % (1)
penerimaan

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efisiensi adalah

hubungan antara masukan dan keluaran, untuk dapat mengananalisis efesiensi

pengelolaan keuangan daerah terutama dibidang Pendapatan Asli Dearah dapat

dihitung dengan metode berikut :

Biaya Pemungutan Pajak


Efisiensi = x 100 % (2)
Realisasi PAD

Biaya pemugutan adalah alokasi anggaran untuk memungut PAD

Dengan mengetahui hasil perbandingan antara realisasi pengeluaran rutin dan


realisasi penerimaan dengan menggunakan ukuran efisiensi tersebut dapat dilakukan
terhadap sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah, yang disusun dalam tabel
berikut ini :
Tabel 3.1. Kriteria Efesiensi Kinerja Keuangan

Universitas Sumatera Utara


PERSENTASE KINERJA KEUANGAN KRITERIA
100% keatas Tidak efisien
90 % - 100 % Kurang efisien
80 % - 90 % Cukup efifien
60 % - 80 % Efisien
dibawah dari 60 % Sangat efisien
Sumber : Kepmendagri 1994

Analisis efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu

organisasi. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah

berjalan dengan efektif. Analisis efektivitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah

dapat dirumuskan dengan menggunakan rasio perbandingan antara realisasi

penerimaan dengan target yang ditetapkan dikalikan dengan seratus dalam bentuk

persentase

Realisasi Penerimaan
Efektifitas = x 100 % (3)
Target

Nilai efektivitas berpedoman pada Penilaian dan Kinerja Keuangan yang


disusun dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2. Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

PRESENTASE KINERJA KEUANGAN KRITERIA


100% keatas Sangat Efektif
90 % - 100 % Efektif
80 % - 90 % Cukup Efektif
60 % - 80 % Kurang Efektif
dibawah dari 60 % Tidak Efektif

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Kepmendagri 1994
Analisis efektivitas penerimaan daerah dilakukan untuk mengetahui
efektivitas penerimaan anggaran daerah dengan menggunakan formulasi sebagai
berikut :
Realisasi Penerimaan tahun t
E PDt = x 100 % (4)
Target Penerimaan tahun t

E PDt adalah efektivitas penerimaan daerah tahun ke t.

3.3.2 Analisis Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

Sentralisasi ataupin desentralisasi sebagai suatu sistem administrasi

pemerintahan, dalam banyak hal, tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan

suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik

dan pasang surut seiring dengan perubahan konstelasi politik yang melekat dan terjadi

pada perjalanan kehidupan bangsa. Pengaturan hubungan keuangan pusat-daerah

didasarkan atas 4 prinsip Kuncoro (2004):

1. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka

dekonstrasi dibiayai dari atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah sendiri dalam rangka

desentraliasi dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

3. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat

atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan, dibiayai oleh

Universitas Sumatera Utara


pemerintah pusat atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau oleh

pemerintah daerah tingkat atasnya atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah nya sebagai pihak yang menugaskan.

4. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi,

pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan.

Dari sisi penerimaan struktur hubungan keuangan pusat dan daerah dapat

diketahui dengan menggunakan Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF), dimana DDF

antara pemerintah pusat dan daerah dapat diukur dengan menghitung persentase rasio

antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD).

Sebagai perbandingan akan dianalisis Derajat Desentralisasi Perpajakan

Daerah (DDP) yaitu dengan menghitung persentase Bagi Hasil Pajak Pusat dan

Bukan Pajak (BHP) terhadap Total Penerimaan Daerah.

3.3.2.1 Derajat Desentralisasi Fiskal

Untuk menghitung Derajat Desentralisasi Fiskal digunakan perhitungan

sebagai berikut :

PAD
DDF = x 100 % (5)
TPD

Keterangan : DDF : Derajat Desentralisasi Fiskal,

PAD : Pendapatan Asli Daerah,

TPD : Total Penerimaan Daerah,

Universitas Sumatera Utara


3.3.2.2 Derajat Bantuan dan Sumbangan

Derajat bantuan dan sumbangan dapat dihitung dengan :

B
DB = x 100 % (6)
TPD

Keterangan: DB : Derajat Bantuan dan Sumbangan,

B : Sumbangan dan Bantuan Pemerintah Pusat.

TPD : Total Penerimaan Daerah,

3.3.2.3 Derajat Desentralisasi Perpajakan Daerah

Derajat Desentralisasi Perpajakan Daerah dapat dihitung dengan :

BHP
DDP = x 100 % (7)
TPD
Keterangan:

DDP : Derajat Desentralisasi Perpajakan Daerah,

BHP : Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak,

TPD : Total Penerimaan Daerah,

3.3.3 Analisis Pertumbuhan Penerimaan Daerah

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan realisasi penerimaan dan pengeluaran

rutin daerah dapat digunakan formula (Widodo, 1990 : 36 ) :

X t − X ( t −1)
ΔX = x 100 % (8)
X ( t −1)

Keterangan :

Universitas Sumatera Utara


ΔX = Rasio pertumbuhan realisasi penerimaan atau pengeluaran rutin

Xt = Jumlah penerimaan atau pengeluaran rutin

X(t-i) = Jumlah penerimaan atau pengeluaran rutin tahun sebelumnya.

3.3.4 Kemampuan Keuangan Daerah dalam membiayai Pengeluaran Rutin


dan Pembangunan

Kemampuan daerah dalam membiayai pengeluarannya baik bersifat rutin

maupun pembangunan dapat dihitung dengan formula :

TPAD
KRD = x 100 % (9)
TBRD
Dimana :

KRD = Kemampuan Rutin Daerah

TPAD = Total PAD

TBRD = Total Pengeluaran Rutin Daerah

3.3.5 Analisis Pengaruh Penerimaan daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Fungsi persamaan yang digunakan dalam menganalisis pengaruh penerimaan

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah adalah :

PDRB = f(DAU, PAD, DBH, PDRBt-1) ……. (1)

Dari fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam model linear sebagai berikut :

PDRB = ao + a1 DAU + a2 PAD + a3 DBH + a4 PDRBt-1 + µ . (2)

Dimana :

Universitas Sumatera Utara


PDRB = Pertumbuhan ekonomi yang diproxy dengan PDRB dengan harga

berlaku (dalam juta rupiah)

DAU = Dana Alokasi Umum (dalan juta rupiah)

DBH = Dana Bagi hasil pajak dan bukan pajak (dalan juta rupiah)

PDRBt-1 = PDRB satu tahun sebelumnya (dalan juta rupiah )

µ = Kesalahan pengganggu

ao,…an = Koeffesien regresi

3.4 Variabel Penelitian

Penerimaan daerah yang berasal dari daerah sendiri seperti Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Retribusi Daerah,

Bagian Laba BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lain-lain. Kemudian

penerimaan Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) serta

penerimaan yang bersumber dari Pemerintah Pusat seperti Subsidi Daerah Otonom

atau Dana Alokasi Umum dan Bantuan Pembangunan serta Pinjaman Daerah.

Berdasarkan paradigma baru yaitu Undang-undang nomor 32 dan 34 tahun

2004 disebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan

desentralisasi terdiri dari :

1. Pendapatan asli daerah yang terdiri hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Universitas Sumatera Utara


2. Dana perimbangan yaitu bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan

bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari

sumber daya alam

3. Dana alokasi umum

4. Dana alokasi khusus

Pengeluaran/belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu

tahun anggaran dan tidak menambah asset atau kekayaan bagi daerah, yaitu,: Belanja

Administrasi Umum terdiri dari : Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja

Perjalanan Dinas, Belanja pemeliharaan dan belanja Operasi serta Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana Umum.

3.5 Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode
Ordinary Least Square (OLS). Untuk memudahkan pengolahan data digunakan
program Eviews 4.1.

3.6 Test Uji Goodness Of Fit

a. R2 (coefficient Determination), untuk melihat kekuatan variabel bebas

(independent varabel) menjelaskan variabel terikat (dependent varabel).

b. Uji-t (t-test) digunakan untuk mengetahui signifikasi variabel secara parsial dan

c. Uji – F ( F-test) yang digunakan untuk mengetahui signifikasi statistik secara

serentak.

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Universitas Sumatera Utara


Permasalahan yang dapat terjadi dengan model regresi linier yang dapat
mengganggu model yang telah ditetapkan Insukindro (2000) yang meliputi :

3.7.1 Uji Multikolinieritas

Pemahaman persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi


bahwa variabel bebas dalam model tersebut tidak berkorelasi. Bila pada sebuah
model terdapat multikolinieritas akan menimbulkan penyimpangan.atau menyesatkan
interprestasi.

3.7.2 Uji Autokorelasi

Pengertian Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota


serangkaian observasi yang diururkan menurut waktu. Dalam keonteks regresi, model
regresi linear klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat
dalam disturbansi atau penggunaan. Dengan menggunakan lambang µ secara
sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang
berhubungan dengan pengamatan lain manapun.
Untuk mendeteksi adanya korelasi dalam model penelitian ini dilakukan uji
langange Multiplier (LM Test). Dengan membandingkan nilai X² hitung dengan X²
tabel, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
a. Jika nilai X² hitung > X² tabel, maka hipotesis yang dinyatakan bahwa tidak ada

autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.

b. Jika nilai X² hitung < X² tabel, maka hipotesis yang dinyatakan bahwa tidak ada

korelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

3.8 Batasan Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan


dalam penelitian ini maka perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut :
1. Pengelolaan keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah dalam hal merencanakan menggunakan dan mempertanggungjawabkan

penerimaan, pendapatan maupun belanja yang telah ditetapkan, sedangkan

Universitas Sumatera Utara


Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah pokok-

pokok kebijakan mencakup sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, prinsip dan kebijakan penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah total pendapatan daerah yang dihasilkan

daerah untuk setiap tahunnya (dalam rupiah)

3. Dana alokasi umum (DAU) adalah total penerimaan daerah yang dialokasikan

berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam negeri netto yang telah

ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (dalam rupiah)

4. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah total pendapatan dan

pengeluaran pemerintah daerah untuk setiap tahun anggaran (dalam rupiah)

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah keseluruhan

pengeluaran daerah yang dihasilkan setiap tahunnya berdasarkan harga berlaku

(dalam rupiah).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Aceh Singkil


Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil yang dibentuk berdasarkan Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1999 merupakan daerah pemekaran Kabupaten Aceh
Selatan Secara geografis Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 02° 02’ - 03°00’
Lintang Utara dan 97°04’ - 98°12’ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 525
meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah keseluruhan 3.578 Km2, BPS Aceh
Singkil (2000).. Sedangkan secara administratif wilayah Kabupaten Aceh Singkil
berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara : dengan Kabupaten Aceh Tenggara.

2. Sebelah Timur : dengan Provinsi Sumatra Utara.

3. Sebelah Selatan : dengan Samudra Indonesia.

4. Sebelah Barat : dengan Kabupaten Aceh Selatan.

Sebagai kabupaten yang baru dibentuk, Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil

menyadari benar akan amanah berat yang dipikulnya dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat. Upaya-upaya optimal telah dilakukan

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang

dimiliki sebagai daerah otonom dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.

4.2 Perkembangan PDRB


Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Singkil
dihitung dengan pendekatan produksi ( Production Approach ) yang ddisajikan dalam
dua bentuk perhitungan yaitu Atas Dasar harga berlaku dan atas dasaar harga konstan
1993. PDRB Atas Dasar harga berlaku dipengaruhi oleh faktor perubahan harga,
sedangkan atas dasaar harga konstan memperlihatkan perkembangan PDRB tanpa
dipengaruhi oleh faktor perubahan harga, jadi PDRB atas dasaar harga konstan
memperlihatkan perkembangan produk secara riil.

Universitas Sumatera Utara


Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Aceh Singkil
selama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 menunjukan peningkatan
yang sangat tinggi yaitu sebesar 97,92% atau rata-rata 19,58%. Pada tahun 1999
PDRB Kabupaten Aceh Singkil atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 292.872,67 juta,
kemudian meningkat menjadi Rp. 343.454,89 juta pada tahun 2000 (terjadi
peningkatan sebesar 17,27%), dan terus meningkat sampai tahun 2003 yaitu
mencapai Rp. 510.719,85 juta. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Nilai PDRB Kabupaten Aceh Singkil Tahun 1999 – 2003
Atas Dasar Atas Dasar Harga
Harga berlaku Pertumbuhan Pertumbuhan
Tahun Konstan 1993
(%) (%)
(jutaan Rp) (jutaan Rp)
1999 292.872,67 38,21 128.926,70 0,58
2000 343.454,89 17,27 132.986,16 3,15
2001 396.307,61 15,39 137.782,96 3,61
2002 454.067,35 14,57 143.480,37 4,14
2003 510.719,85 12,48 149.918,28 4,49
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil 2004
Kalau dilihat atas dasar harga konstan 1993, PDRB Kabupaten Aceh Singkil
juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan selama periode 1999-
2003 terjadi peningkatan sebesar 15,97% atau rata-rata 3,19%. Pada tahun 1999
PDRB Kabupaten Aceh Singkil atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.
128.926,70 juta, kemudian meningkat menjadi Rp. 132.986,16 juta pada tahun 2000
(terjadi pertumbuhan sebesar 3,15%) selanjutnya terus meningkat secara signifikan
sampai dengan tahun 2003 mencapai sebesar Rp. 149.918,28 juta.
Upaya Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dalam pemulihan ekonomi yang
dilanda krisis semenjak pertengahan tahun 1997, hal ini terlihat dari nilai laju
pertumbuhan ekonomi (Pertumbuhan PDRB ADHK 1993) pada tahun 1999 hanya
tumbuh sebesar 0,58% mampu ditingkatkan menjadi 3,15% pada tahun 2000 dan
terus meningkat menjadi sebesar 4,49% pada tahun 2003. Pertumbuhan ekonomi rata-
rata Kabupaten Aceh Singkil selama periode 1999-2003 adalah sebesar 3,19%. Yang
paling menggembirakan lagi adalah bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Singkil yang terjadi setiap tahunnya selalu berada diatas laju pertumbuhan
ekonomi nasional dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pada tahun 1999 hanya ada satu sektor (lapangan usaha) yang mengalami
pertumbuhan negatif yaitu sektor Pertanian yaitu minus 2,65%, sektor-sektor lainnya
semuanya mengalami pertumbuhan positif. Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun

Universitas Sumatera Utara


2003 semua sektor perekonomian di Kabupaten Aceh Singkil mengalami
pertumbuhan positif. Untuk sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang
cukup berat dalam menghadapi krisis yang berkepanjangan diberbagai daerah, namun
untuk Kabupaten Aceh Singkil terjadi pertumbuhan yang cukup tinggi selama
periode tahun 1999 – 2003 yaitu rata-rata sebesar 22,87%.
Ada tiga sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 agak
relatif rendah yaitu sektor industri pengolahan sebesar 2,55%, sektor jasa-jasa sebesar
2,85% dan sektor pertanian sebesar 2,87%. Walaupun sektor industri pengolahan dan
sektor jasa-jasa terjadi laju pertumbuhan yang rendah namun tidak begitu terpengaruh
terhadap pembentukan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Singkil karena
perannya yang masih sangat rendah. Dalam kaitan ini untuk jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Hubungan Antara Peranan Sektoral dengan Laju Pertumbuhan


PDRB Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2003

Laju Peranan Terhadap Total PDRB


Pertumbuhan > 10% 1 – 9,9% < 1%
ƒ perdagangan, hotel ƒ Pertambangan dan ƒ Listrik dan air
dan restoran pengalian minum
Diatas PDRB ƒ Pengangkutan dan
(4,49%) komunikasi
ƒ Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
ƒ Pertanian ƒ Industri pengolahan
Dibawah PDRB
4,49% ƒ Bangunan/ Konstruksi
ƒ Jasa-jasa
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil 2004

Pada tabel tersebut terlihat bahwa sektor pertanian yang mempunyai peran
yang cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Singkil namun
mempunyai laju pertumbuhan ekonomi yang masih berada dibawah rata-rata,
berkaitan dengan kondisi ini maka kebijakan pemerintah Kabupaten Aceh Singkil
dalam meningkatkan produksi pangan untuk mencapai swasembada pangan pada
tahun 2006 sangat tepat sekali. Dengan meningkatnya produksi maka diharapkan
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian akan dapat dicapai diatas rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Singkil.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto Secara Sektoral

Setiap sektor (lapangan usaha) mempunyai peranan yang cukup variatif dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Singkil, sehingga dengan mudah dapat dilihat
sektor-sektor mana saja yang mempunyai kontribusi yang paling tinggi yang sangat
menentukan dan sektor-sektor yang mempunyai kontribusi yang relatif kecil. Dengan
tinjauan secara sektoral ini juga dapat menggambarkan sektor-sektor yang cukup
berpotensi atau mempunyai peluang untuk ditingkatkan peranannya dalam
pembangunan ekonomi daerah serta dapat memberikan gambaran keterkaitannya
dengan skala prioritas pembangunan yang telah dan akan digunakan sebagai landasan
dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah, peranan masing-masing sektor
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Kabupaten Aceh
Singkil Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku tahun
1999 – 2003

Tahun
Lapangan Usaha 1999 2000 2001 2002 2003
(%) (%) (%) (%) (%)
Pertanian 68,56 69,06 69,23 68,90 66,32
Pertambangan dan Penggalian 1,83 1,82 1,88 2,02 2,33
Industri Pengolahan 3,07 2,80 2,75 2,70 2,62
Listrik dan Air Minum 0,31 0,29 0,28 0,33 0,33
Bangunan/Konstruksi 6,30 5,85 5,96 6,19 6,05
Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,60 10,87 10,61 10,34 11,77
Perhubungan dan Komunikasi 5,61 5,57 5,53 5,73 6,03
Bank dan Lemb. Keuangan Lainnya 1,46 1,64 1,79 1,80 2,53
Jasa-Jasa 2,26 2,10 1,98 1,99 2,02
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil 2004
Selama kurun waktu tahun 1999 – 2003 Sektor Pertanian mempunyai peranan
yang sangat dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Singkil kemudian
diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Besarnya peranan Sektor
Pertanian terutama disumbangkan dari Sektor Kehutanan dan Sektor Perkebunan,
namun oleh karena produksi komoditi kehutanan terutama produksi kayu semakin
menurun maka peranan Sektor Pertanian secara umum terhadap PDRB juga semakin

Universitas Sumatera Utara


menurun. Yang cukup menggembirakan adalah penurunan kontribusi Sub Sektor
Kehutanan secara perlahan telah diambil alih oleh Sub Sektor Perkebunan yang telah
menampakkan perkembangan yang sangat signifikan selama periode waktu tersebut.
Sektor lainnya yang mengalami peningkatan kontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Aceh Singkil adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor
Perhubungan dan Komunikasi, Sektor Bank dan Lembaga Keuangan lainnya.
Peningkatan peranan sektor perhubungan dan komunikasi sebagian besar ditunjang
dari sub sektor komunikasi yang mengalami perkembangan yang pesat selama tahun
2003, hal ini terkait dengan mulai dapat berfungsinya pemakaian telepon seluluer
(Satelindo/Mentari) pada awal tahun 2003 yang lalu.
Kalau kita tinjau secara umum perekonomian Kabupaten Aceh Singkil sudah
mulai menampakkan perkembangan ke arah ekonomi yang maju ditandai dengan
menurunnya secara perlahan peranan sektor tradisional/pertanian, dalam waktu yang
bersamaan mulai terlihat meningkatnya peranan sektor Industri, Perdagangan,
Perhubungan/Komunikasi, Keuangan dan Jasa.

4.2.2 Pendapatan Regional Perkapita

Pendapatan regional perkapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk


Domestik Regional Netto (PDRN) atas biaya faktor produksi (PDRN yang telah
dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung). Pendapatan Regional Perkapita
Kabupaten Aceh Singkil atas dasaar harga konstan 1993 selama kurun waktu 1999 –
2003 terus mengalami peningkatan, kalau pada tahun 1999 sebesar Rp. 963.647,-
terjadi peningkatan menjadi Rp. 1.043.444,- pada tahun 2003. Pada tahun 1999
pendapatan regional perkapita mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu minus 2,14
%, hal ini disebabkan oleh karena pada tahun tersebut laju pertumbuhan PDRB lebih
rendah yaitu sebesar 0,58 % jauh lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk yang mencapai 2,86 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.4. Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Aceh Singkil Tahun
1999 s.d 2003

Pendapatan Regional Perkapita Pertumbuhan


Pertumbuhan
Tahun ADHK 1993 PDRB ADHK Penduduk
(%) (%)
Nilai (Rp) Pertumbuhan (%)
1999 963.647,- -2,14 0,58 2,86
2000 969.265,- 0,58 3,15 3,73
2001 982.524,- 1,37 3,61 3,40

Universitas Sumatera Utara


2002 1.010.549,- 2,85 4,14 6,83
2003 1.043.4444,- 3,26 4,49 5,22
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil 2004

Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 pertumbuhan PDRB atas
dasar harga konstan mulai dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk, hasil ini
mengakibatkan perkembangan pendapatan regional perkapita mengalami
pertumbuhan yang positif dan semakin meningkat dari tahun ke tahun.

4.3 Struktur Keuangan Pusat dan Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 dan 34 tahun 2004 disebutkan bahwa

sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari :

1. Pendapatan asli daerah yang terdiri hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2. Dana perimbangan yaitu bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan

bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari

sumber daya alam

3. Dana alokasi umum (DAU)

4. Dana alokasi khusus (DAK)

5. Lain-lain penerimaan yang sah

Pengeluaran atau belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya

untuk satu tahun anggaran dan tidak menambah asset atau kekayaan bagi daerah,

Universitas Sumatera Utara


97

yaitu belanja administrasi umum yang terdiri dari : belanja pegawai, belanja barang,

belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan dan belanja operasi.

Berikut adalah tabel penerimaan daerah Kabupaten Aceh Singkil dalam

rangka membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5. Struktur Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2000 –
2006

Penerimaan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006


1,608,263,000 2,766,610,000 5,130,438,000 3,549,968,221 4,307,088,209
PAD
3,697,872,889 6,199,131,809
Pajak Daerah
284,967,000 228,270,000 1,098,894,000 758,031,000 2,007,839,486 511,214,905 887,894,000
Retribusi
Daerah 86,304,000 140,942,000 430,469,000 212,820,000 314,397,889 325,307,816 1,173,894,809
Pdpt.Pengelolaa
n kekayaan - 21,000,000 45,000,000 30,001,221 - 196,531,691 681,300,000
daerah yg
dipisahkan
Lain-lain PAD
1,236,992,000 2,376,398,000 3,556,075,000 2,549,116,000 1,984,850,834 2,664,818,477 3,456,043,000
Bagi Hasil
Pajak/Bukan 2,695,363,174 7,895,541,484 9,065,102,270 46,589,339,090 49,470,790,592 31,982,958,235 50,404,160,942
Pajak
DAU
41,519,359,000 88,020,390,000 128,533,857,000 93,249,999,600 106,033,999,996 117,849,000,000 174,747,000,000
DAK
- 27,817,339,000 10,517,672,000 14,246,409,996 11,530,534,823 11,190,000,000 26,820,000,000
Bagi Hasil Prov
- - - 3,110,625,243 1,180,000,000 34,530,492,807 19,579,153,302
Dana Bantuan
- 9,363,631,000 16,239,605,982 9,363,631,000 13,703,473,700 16,608,255,014 -
Jumlah 45,822,985,174 135,863,511,484 169,486,675,252 186,225,887,320 215,858,578,945 277,749,446,053
170,109,973,150

Sumber : Laporan Keuangan Aceh Singkil diolah

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian dan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab-bab terdahulu

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Kinerja pengelolaan keuangan daerah oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil

menunjukan tingkat efisiensi berkisar antara 24 persen sampai dengan 63 persen

dan rata-rata selama penelitian sebesar 40 persen. Berdasarkan hasil ini dapat

disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan di Pemda Kabupaten Aceh Singkil

tergolong sangat efisien, sedangkan tingkat efektivitas dari pengelolaan keuangan

pemerintah daerah berkisar antara 96 persen sampai dengan 109 persen, rata-rata

selama tahun penelitian sebesar 101 persen hal ini menunjukan bahwa realisasi

penerimaan hampir selalu melampaui target diamping itu dapat juga diartikan

apakah penetuan target yang ditetapkan sebelum penyusunan anggaran telah

tepat. Bila ditinjau dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan keuangan di Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil sangat efektif.

2. Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa terdapat tiga variabel yang

mempengaruhi PDRB Kabupaten Aceh Singkil secara signifikan. Ketiga variabel

tersebut yaitu PDRBt-1, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak serta Pendapatan Asli

Daerah, sedangkan variabel Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh terhadap

PDRB Kabupaten Aceh Singkil, ini disebabkan oleh besarnya belanja pegawai

dan operasional yang dialokasikan pada komponan dana alokasi umum.

Universitas Sumatera Utara


3. Dari hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah dapat diketahui bahwa

rasio PAD terhadap total penerimaan daerah Kabupaten Aceh Singkil sangat

rendah yaitu berkisar antara 2,03 – 3,51 persen. Apabila dilihat rata-rata dari

tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 tergolong sangat rendah yaitu sebesar 2,47

persen, sedangkan untuk Bagi hasil Pajak dan Bukan Pajak berkisar antara 5,35 –

26,56 persen yang tertinggi pada tahun 2004 dengan rata-rata sebesar 11,49

persen. Sedangkan pada Sumbangan dan Bantuan berkisar 0 – 7,36 persen

dengan rata-rata 2,17 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan penerimaaan pada

awal terbentuknya Kabupaten Aceh Singkil mengalami kenaikan sampai dengan

181,91 persen, kemudian mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun

2003 sebesar 0,36 persen dan pada akhir penelitian terjadi kenaikan sebesar36,20

persen, sedangkan tingkat pertumbuhan pengeluaran rutin sangat berfluktuasi,

dimana pada awalnya mengalami kenaikan sebesar 55,47 persen kemudian turun

terbesar pada tahun 2004 sebesar 0,56 persen dan kemudian naik kembali sebesar

66,60 persen, dan pada akhir tahun penelitian turun kembali menjadi sebesar

64,79 persen.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dari analisis dalam kesimpulan,

maka disampaikan saran-saran sebagai berikut.

1. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil tetap terus meningkatkan penerimaan

khususnya penerimaan asli daerah, meskipun hasil yang telah dicapai tergolong

cukup baik, dengan cara menggali potensi-potensi sumber pendapatan yang

Universitas Sumatera Utara


belum menjadi sumber penerimaan atau ekstensifikasi disamping itu harus juga

diadakan upaya perluasan objek Penerimaan Asli Daerah atau Ekstensifikasi.

2. Tingkat pengelolaan keuangan khususnya efisiensi hampir selalu melampaui


target, untuk itu disarankan agar Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dapat

menghitung kembali dengan lebih baik potensi-potensi penerimaan daerah.

Tingkat efisiensi agar tetap dipertahankan dan ditingkatkan menjadi sangat

efisien dengan meneliti kembali kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam

pengeluaran rutin, bahwa peingkatan PAD berpengaruh negatif dan signifikan

pada pertumbuhan PDRB, ini mengindikasikan kebijakan/peraturan daerah

tentang pajak daerah dan retribusi daerah belum baik, untuk itu pemerintah

daerah harus lebih bijak dalam menggali potensi PAD agar tidak menyebabkan

beban ekonomi biaya tinggi pada masyarakat.

3. Dalam rangka menghadapi otonomi daerah khususnya pengelolaan keuangan

diupayakan kemandirian ekonomi yang berarti ketergantungan transfer dari

pemerintah pusat yang selama ini rata-rata mencapai 97 % dapat dikurangi

dengan cara meningkatan pendapatan asli daerah agar biaya untuk pembangunan

maupun penyediaan fasilitas publik dapat lebih meningkat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Burhanuddin 2001. Peran Sektor Publik terhadapPertumbuhan Ekonomi


Regional , BANK INDONESIA, Jakarta.
Algifari, 1997. Statistik Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis , UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Barizwan,Z, 1998, Sistem Akutansi, Edisi ke- 5 BPFE Yogyakarta.
Benyamin, H, 1995, “ Peranan Administrator Pemerintah Daerah”. LP3ES Indonesia,
Jakarta.
Depdagri, 1997, Kepmendagri No.690.900.327.1996, “ Pedoman Penilaian dan
Kinerja Keuangan”.
Devas dkk, 1998, Keuangan Daerah Dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah
yang Nyata dan Bertanggung Jawab “Litbang Depdagri, Jakarta.
Hardjodiningrat, Soewandi, 1998. Pengantar Study Ilmu Administrasi dan
Manajemen, PT Guna Agung, Jakarta.
Insukindro, Mardiasmo, Widayati. W, Jaya. W.K, Puwanto. B.M, Halim. A,
Suprihanto. J, Purnomo. A.B., 1994, “Peran dan Pengelolaan Keuangan
Daerah dalam Usaha Peningkatan PAD”, Laporan Penelitian. KKD, FE-
UGM, Yogyakarta.
Iskandar, S,2004, Analisis Perkembangan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Propinsi DKI Jakarta, “Tesis S2” Program Pasca Sarjana UI, Jakarta
Jaya Kirana, Wihana,1999, Analisis Potensi Keuangan daerah, Pendekatan Makro,
PPPEB UGM Yogyakarta.
Jones, Rowan and Pendlebury, Maurice, 1996, Public Sector Accounting, London,
Pitman Publishing.
Kaho, Joseph Riwu,1997.Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Khan, MA, 1994, “Value For Money Studies In Revenue Auditing”, International
Journal of Government Auditing, Vol. 21, 7-8.
Kuncoro, M, 1995, “Desentralisasi Fiskal di Indonesia : Dilema Otonomi dan
Ketergantungan”, Prisma, No.4, 3 –17.
Mamesah.D.J. 1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah. PT.Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Mardiasmo dan Kirana-Jaya,W., 1999, “ Pengelolaan Keuangan Daerah Yang
Berorientasi Pada Kepentingan Publik,” KOMPAK No 21, Hal: 385-402.

Universitas Sumatera Utara


103

Mardiasmo, 2000, “Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah Untuk


Menyongsong Pelaksanaan otonomi Daerah 2001” Seminar Isu terakhir
Menjelang Pelaksanaan Otonomi Daerah Tahun 2001. HIMMEP,
Yogyakarta.
Mardiasmo,2001.”Desentralisasi Sistem dan Desentralisasi Fiskal”, Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Medi, Setianus, 1996, Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Propinsi Nusa
Tenggara Timur, “Tesis S2” Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.(tidak
dipublikasikan).
Miller, Stephen M. Dan Frank s. Russek, 1997, “Fiscal Structures and Economic
Growth at The State and Local Level”. Public Finance Review, Vol 25, No.
2, 213 – 237.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang
“Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom”.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 tahun 2000 tentang
“Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah”.
Rappaport, J., 1999, “Local Growth Theory “, CID Working Paper 19, Center for
International Development at Harvard University, USA.
Rozani, I., 2000, “Reformasi Sistem Perpajakan Daerah Ditinjau Dari Sudut
Pandang Kepentingan Daera “, LPM-UI, Jakarta
Sardjonopermono, I., 1981, “Sekelumit Analisa Regresi dan Korelasi “, Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Setiawan, J, 1989, Pemeriksaan Kinerja (Performance Auiditing) BPFE, Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang “Pemerintahan
Daerah Dirjen PUOD”. Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang “Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah” Dirjen PUOD Jakarta.
Widodo, Hg.Triyanto, 1990, Indikator Ekonomi, Cetakan Kesembilan, Kanisius,
Yogyakarta.
Wilford DS, Wilford WT, 1978, Taxation and Economic Development, Frank Cass
Company Limited, London.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 : REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2000 - 2006

PENERIMAAN PENGELUARAN
Tahun TOTAL APBD
Anggaran (Rp) KETERGANTUNGAN PEMBANGUNAN
PAD (Rp) RUTIN (Rp)
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6

2000 1,608,263,000 43,756,000,000


45,822,985,174 20,432,239,000 25,390,746,174
2001 127,464,390,000
135,863,511,484 2,766,610,000 29,522,971,200 106,340,540,284
2002 154,857,332,412
169,486,675,252 5,130,438,000 41,765,345,140 127,721,330,112
2003 153,903,243,098
170,109,973,150 3,549,968,221 64,000,568,000 106,109,405,150
2004 164,890,286,560
186,225,887,320 4,307,088,209 65,982,000,000 120,243,887,320
2005 189,356,105,171
215,858,578,945 3,697,872,889 106,987,234,610 108,871,344,335
2006 260,925,801,056
277,749,446,053 6,199,131,809 175,765,231,000 101,984,215,053
Sumber : Laporan Keuangan Pemkab Aceh Singkil (data diolah).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 : PERTUMBUHAN REALISASI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN RUTIN TAHUN
2000 – 2006

T A PENERIMAAN PERTUMBUHAN (%) PENG. RUTIN PERTUMBUHAN (%)


1 2 3 4 5
2000 45.822.986.296 19.632.239.000

2001 129.177.332.397 (129.177.332.397 -45.822.986.296) 30.522.971.200 (30.522.971.200-19.632.239.000)


= 18 =
45.822.986.296 5,5
19.632.239.000
2002 169.486.675.252 (169.486.675.252- 129.177.332.397) 44.298.908.800 (44.298.908.800- 30.522.971.200
=3 =
129.177.332.397 4,5
30.522.971.200
2003 170.109.973.150 (170.109.973.150- 169.486.675.252) 64.175.311.401 (64.175.311.401- 44.298.908.800)
= 0,3 =
169.486.675.252 4,4
44.298.908.800
2004 186.225.887.320 (186.225.887.320- 170.109.973.150) 64.540.965.242 (64.540.965.242- 64.175.311.401)
= 0,9 =
170.109.973.150 0,5
64.175.311.401
2005 203.927.579.984 (203.927.579.984- 186.225.887.320) 107.157.060.505 (107.157.060.505- 64.540.965.242)
= 0,9 =
186.225.887.320 6,6
64.540.965.242

2006 277.749.446.053 (277.749.446.053- 203.927.579.984) 176.586.295.703 (176.586.295.703-


= 0,3 107.157.060.505)
203.927.579.984
= 6,4
107.157.060.505

Sumber : Laporan Keuangan Pemkab Aceh Singkil (data diolah).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 : EFESIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN KABUPATEN ACEH SINGKIL 2000 – 2006

NO TA PENERIMAAN PENGELUARAN RUTIN EFISIENSI


1 2 3 4 5
1 2000 45.822.986.296 19.632.239.000 19.632.239.000
X 100 % = 42 %
45.822.986.296
2 2001 129.177.332.397 30.522.971.200 30.522.971.200
X 100 % = 24 %
129.177.332.397
3 2002 169.486.675.252 44.298.908.800 44.298.908.800
X 100 % = 27 %
169.486.675.252
4 2003 170.109.973.150 64.175.311.401 64.175.311.401
X 100 % = 38 %
170.109.973.150
5 2004 186.225.887.320 64.540.965.242 2.194.554.316
X 100 % = 35 %
186.225.887.320
6 2005 203.927.579.984 107.157.060.505 107.157.060.505
X 100 % = 52 %
203.927.579.984
7 2006 277.749.446.053 176.586.295.703 176.586.295.703
X 100 % = 63 %
277.749.446.053

Sumber : Laporan Keuangan Pemkab Aceh Singkil (data diolah).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 : EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN KABUPATEN ACEH SINGKIL 2000 - 2006

NO TA TARGET REALISASI EFEKTIVITAS


1 2 3 4 5
1 2000 45.418.948.000 45.822.986.296 45.822.986.296
X 100 % = 100,88 %
45.418.948.000
2 2001 131.225.390.000 129.177.332.397 129.177.332.397
X 100 % = 96,39 %
131.225.390.000
3 2002 159.388.832.412 169.486.675.252 169.486.675.252
X 100 % = 100,06 %
159.388.832.412
4 2003 159.378.243.098 170.109.973.150 170.109.973.150
X 100 % =106,73 %
159.378.243.098
5 2004 170.390.286.560 186.225.887.320 186.225.887.320
X 100 % = 109,29 %
170.390.286.560
6 2005 195.029.105.329 203.927.579.984 203.927.579.984
X 100 % = 108,78 %
195.029.105.329
7 2006 267.418.200.948 277.749.446.053 277.749.446.053
X 100 % = 103,86 %
267.418.200.948
Sumber : Laporan Keuangan Pemkab Aceh Singkil (data diolah).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5 : DAFTAR REALISASI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN RUTIN 2000 - 2006

TA PENERIMAAN PENG.RUTIN
(Y) (X)
2000 45.822.986.296 19.632.239.000

2001 129.177.332.397 30.522.971.200

2002 169.486.675.252 44.298.908.800

2003 170.109.973.150 64.175.311.401

2004 186.225.887.320 64.540.965.242

2005 203.927.579.984 107.157.060.505

2006 277.749.446.053 176.586.295.703

Sumber : Laporan Keuangan Pemkab Aceh Singkil (data diolah).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran : 6

Dependent Variable : PDRB

Method Least Squares

Date : 18/04/06 Time : 14:05

Sample : 2001 :1 2006:4

Included observation : 28

=====================================================

Variable Cofficient Std.Error t-Statistics Prob

=====================================================

C 65042.06 39442.02 1.649055 0.1127

BH 39.20462 18.19997 0.894754 0.3802

DAU 1.103440 1.233232 0.894754 0.3802

PAD -49.13810 30.14553 -1.973093 0.0743

Universitas Sumatera Utara


PDRBt-1 0.637949 0.137505 4.639384 0.0001

=====================================================

R- Squared 0.953983 Mean dependent variable 523685.1

Adjusted R-Square 0.945981 S.D dependent var 112657.5

S.E of regression 26184.00 Akaike info creterion 23.34412

Sum square resid 1.58E+10 Schwarz creterion 23.58201

Log likehood -321.8176 F-statistic 119.2046

Durbin-Watson stat 2.107274 Prob(F-stattistic) 0.000000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Uji Serial Korelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.187023 Probability 0.830791

Obs*R-squared 0.490000 Probability 0.782704

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 18/04/07 Time: 14:08

Presample missing value lagged residuals set to zero.

=====================================================

Variable Coefficient Std.error t-statistic Prob

====================================================

C -40794.70 79067.87 -0.515945 0.6113

Universitas Sumatera Utara


BH -5.622968 21.92218 -0.256497 0.8001

DAU -0.692420 1.773790 -0.390362 0.7002

PAD 6.882901 43.13838 0.159554 0.8748

PDRBT1 0.171166 0.314374 0.544465 0.5919

RESID(-1) -0.264621 0.439780 -0.601711 0.5538

RESID(-2) -0.166871 0.359308 -0.464424 0.6471

=====================================================

R-squared 0.017500 Mean dependent var 3.40E-11

Adjusted R-Square-0.263214 S.D dependent var 24166.74

S.E. of regression 27161.67 Akaike info creterion 23.46932

Sum squared resid 1.55E+10 Schwarz creterion 23.80237

Log likehood 1321.5705 F-statistic 0.062341

Durbin-Watson stat 2.080494 Prob(F-statistic) 0.998810

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Uji stabilitas Data (Linieritas Data)

Ramsey RESET Test:

F-statistic 1.811504 Probability 0.192035

Log likelihood ratio 2.215538 Probability 0.136627

Test Equation:

Dependent Variable:PDRB

Method: Least Squares

Date: 18/04/07 Time: 14:11

Sample: 2001:1 2006:4

Included observations: 28

=====================================================

Variable Coeffient Std.Error t-Statistic Prob

=====================================================

Universitas Sumatera Utara


C -139022.3 156493.9 -0.888356 0.3840

BH 77.58100 33.65928 2.304892 0.0310

DAU 2.300018 1.503138 1.530144 0.1402

PAD -93.19416 46.87204 -1.988268 0.0594

PDRBt-1 1.291783 0.504243 2.561825 0.0178

FITTED^2 -1.05E-06 7.84E-07 - 1.345921 0.1920

=====================================================

R-squared 0.957484 Mean dependent var 523685.1

Adjusted R-Square 0.947821 S.D. dependent var 112652.5

S.E. of regression 25733.95 Akaike info criterion 23.33642

Sum square resid 1.46E+10 Schwarz creterion 23.62189

Log likehood -320.7099 F- statistic 99.09065

Durbin-Watson stat 2.037002 Prob(F-statistic) 0.000000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: DBH

Method: Least Squares

Date: 18/04/07 Time: 14:11

Sample: 2001:1 2006:4

Included observations: 28

Variable Coeeficient Std.Error t-Satistic Prob

=======================================================

C 234.5135 439.7695 0.533265 0.5988

DAU 0.019735 0.013232 1.491510 0.1489

PAD 0.870018 0.413755 2.102739 0.0462

PDRBT1 0.003607 0.001355 2.662077 0.0136

R-squared 0.905356 Mean dependent var 4334.367

Adjusted R-square 0.819775 S.D. dependent var 1310.388

S.E. of regression 293.6701 Akaike info criterion 14.33435

Universitas Sumatera Utara


Sum squared resid 2069811 Schwarz criterion 14.52467

Log likelihood -1966810 F-statistic 171.1938

Durbin-Watson stat 1505529 Prob(F-statistic) 0.000000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10

Dependent Variable: DAU

Method: Least Square

Date: 09/04/07 Time: 14:12

Sample: 2001: 2006:4

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -21122.14 4902.144 -4.308755 0.0002

BH 4.298307 2.881849 1.491510 0.1489

PAD 20.74417 5.120969 4.050829 0.0005

PDRBT1 0.036311 0.021519 1.687404 0.1045

R-squared 0.863542 Mean dependent var 47512.17

Adjusted R-squared 0.745884 S.D. dependent var 21399.88

S.E. of regression 4333.965 Akaike info criterion 19.71792

Sum squared resid 4.51E+08 Schwarz criterion 19.90823

Universitas Sumatera Utara


Log likelihood -272.0508 F-statistic 211.4291

Durbin-Watson stat 1.432964 Prob(F-statistic) 0.000000

=======================================================

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: PAD

Method: Least Squares

Date: 09/04/06 Time: 14:13

Sample: 2001:1 2006:4

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 268.0085 192.9411 1.389069 0.1776

BH 0.178811 0.085037 2.102739 0.0462

DAU 0.019575 0.004832 4.050829 0.0005

PDRBT1 -0.000894 0.000675 -1.325221 0.1976

R-squared 0.851944 Mean dependent var 1516.130

Adjusted R-squared0.724937 S.D. dependent var 572.5906

S.E. of regression 133.1353 Akaike info criterion 12.75217

Sum squared resid 425399.9 Schwarz criterion 12.94249

Universitas Sumatera Utara


Log likelihood -1174.5304 F-statistic 158.4734

Durbin-Watson stat 1.972466 Prob(F-statistic) 0.000000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12

Dependent Variable: PDRBT1

Method: Least Squares

Date: 09/04/097Time: 14:14

Sample: 2001:1 2006:4

Included observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 213844.2 39023.46 5.479887 0.0000

BH 53.19533 23.73911 2.662077 0.0136

DAU 2.920749 1.730912 1.687404 0.1045

PAD -76.23692 57.52770 -1325221 0.1976

R-squared 0.886176 Mean dependent var 510942.0

Adjusted R-squared 0.871948 S.D. dependent var 108621.8

S.E. of regression 38869.69 Akaike info criterion 24.10538

Sum squared resid 3.63E+10 Schwarz criterion 24.29570

Universitas Sumatera Utara


122

Log likelihood -333.4753 F-statistic 62.28368

Durbin-Watson stat 1.224764 Prob(F-statistic) 0.000000

=======================================================

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai