TESIS
Oleh
ALI HASMI
047018003/EP
K O L A
E
H
S
PA
A
N
C
A S A R JA
S
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
TESIS
Oleh
ALI HASMI
047018003/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Kata Kunci : Analisis, Efisiensi, Efektivitas, Keuangan Daerah dan Otonomi Daerah
The purpose of this study is to analyze the level of efficiency and effectiveness
of Regional Financial Management in Government of Regency of Aceh Singkil
during the regional autonomy since the regulations 22 number in 1999.
The data used in this study was time series secondary data from 2000 – 2006
budget Analyzing relationship structure of central government and regional
government of Aceh Singkil from the revenue side, rate of growth, and closeness of
relationship of revenue and routine fiscal year.
The result suggested that relationship ratio of central government and
regional government of Aceh Singkil 98 percent..
Efficiency level ranged from 24 to 63 percent this classified as efficient and
the levelof effectiveness ranged from 96 to 109 percent could be classified as
effective.There are three variables significantly influenced on the economic growth of
government of regency of Aceh Singkil.
Segala Puji kehadirat Ilahi Rabbi berkat rahmat dan hidayahNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul ”Analisis Efisiensi dan
Otonomi Daerah”, shalawat dan salam tidak lupa-lupanya kita haturkan pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummat manusia
Penulisan Tesis ini merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-2 pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca
Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa hal ini
tidak terlepas dari bantuan, semangat, serta saran dan pendapat dari berbagai pihak,
oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam menyelesaikan tesis ini
1. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec. selaku pembimbing utama yang dengan
ini.
2. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, selaku pembimbing yang terus mengingatkan
4. Bapak H. Makmursyah Putra, SH. MM, selaku Bupati Kabupaten Aceh Singkil
Sumatera Utara.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Program Magister Ekonomi
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan pelayanan yang sangat baik.
6. Ibunda terkasih, adik dan kakak-kakakku yang telah mendoakan dan memberikan
7. Teristimewa untuk istriku Anita Rosda dan ananda Haura yang telah
dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
Penulis
Ali Hasmi
Ali Hasmi
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
Kata Kunci : Analisis, Efisiensi, Efektivitas, Keuangan Daerah dan Otonomi Daerah
The purpose of this study is to analyze the level of efficiency and effectiveness
of Regional Financial Management in Government of Regency of Aceh Singkil
during the regional autonomy since the regulations 22 number in 1999.
The data used in this study was time series secondary data from 2000 – 2006
budget Analyzing relationship structure of central government and regional
government of Aceh Singkil from the revenue side, rate of growth, and closeness of
relationship of revenue and routine fiscal year.
The result suggested that relationship ratio of central government and
regional government of Aceh Singkil 98 percent..
Efficiency level ranged from 24 to 63 percent this classified as efficient and
the levelof effectiveness ranged from 96 to 109 percent could be classified as
effective.There are three variables significantly influenced on the economic growth of
government of regency of Aceh Singkil.
PENDAHULUAN
pengeluaran akibat kegiatan-kegiatan itu. Tujuan utama hubungan pusat dan daerah
untuk mencapai perimbangan antara pembagian potensi dan sumber daya dapat sesuai
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk mewujudkan otonomi daerah
keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Dalam
anggaran yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
daerah yaitu :
piutang daerah;
milik daerah;
cerminan dari kemandirian daerah. Pendapatan Asli Daerah meskipun dapat menjadi
memadai.
lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai
Daerah, pendapatan daerah dapat menjadi dasar perencanaan jangka pendek yang
merupakan pencerminan dari potensi ekonomi daerah, untuk itu tidak berlebihan
apabila pemerintah pusat menjadikan pendapatan asli daerah sebagai kriteria utama
pengeluaran dari Tahun anggaran 2000 sampai dengan Tahun Anggaran 2006
1. Sabagai bahan untuk menambah wawasan penulis terutama lagi bermanfaat dalam
mengelola keuangan daerah pada masa-masa yang akan datang terkait dengan
meneliti efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah pada era otonomi
daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Menurut Jaya (1999)
Menurut Mamesah (1995) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang
dimilikiatau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain
daerah yang merupakan klient dari pemerintah daerah. Dalam hal ini, semua unit
pemerintah yang ada secara pokok difungsikan untuk melayani dengan sebaik-
sebagai berikut :
a. Tanggung jawab
Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka
panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.
c. Kejujuran
Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga
e. Pengendalian
output)
2. Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan pengorbanan seminimal mungkin; atau dengan kata lain suatu kegiatan
telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai
sasaran dengan biaya yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil
yang diinginkan.
3. Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja, maupun
sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja serta dana keuangan.
masyarakat.
tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan berhasil guna untuk
dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : efektifitas dari
pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah daerah tersebut dapat dicapai sesuai
2006, efektivitas adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah
kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini jelas terlihat dari rendahnya
proporsi PAD (Pendapatan Asli Daerah) terhadap total pendapatan daerah dibanding
adalah rasio antara PAD dengan total pendapatan daerah. PAD terdiri atas pajak-
pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan lain-lain yang sah. Kebijakan fiskal
pengeluaran negara. Subsidi atau transfer dari pusat kepada daerah selama ini melalui
tiga jalur :
1. Subsidi Daerah Otonom (SDO) atau Dana Alikasi Umum (DAU) yaitu transfer
2. Program Inpres atau Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu untuk membiayai
struktur keuangan antar daerah seperti inpres Sekolah Dasar, Kesehatan, Pasar,
daerah seperti gas bumi, perikanan dan lain-lain yang dialokasi untuk
tersebut berasal dari tranfer pemerintah pusat maupun pendapatan asli daerah.
Pengeluaran pemerintah daerah dapat terdiri dari belanja rutin dan belanja
pembangunan.
tertentu. Menurut Jones (1996) anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah
daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode tertentu (satu tahun).
standar untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan
alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Fenomena yang terdapat
pusat, hal ini ditunjukkan oleh besarnya proporsi sumber-sumber pendanaan dari
pemerintah pusat.
dalam rangka membiayai kegiatan daerah terdiri dari Pendapatan Daerah dan
Pembiayaan, yaitu:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan seperti penjualan asset
2. Jasa giro;
3. Pendapatan bunga;
5. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau
c. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi
e. Pertambangan umum;
f. Perikanan;
adalah dikelolanya uang rakyat secara transparan dengan didasarkan pada nilai uang
agar terciptanya akuntabilitas publik. Nilai uang merupakan tiga elemen dasar yaitu :
Ekonomis, efisien dan efektif, untuk itu pengelolaan keuangan daerah merupakan
Perbantuan;
otonom, seperti provinsi, kabupaten dan kota untuk mengelola dan mengurus rumah
22 dan 25 tahun 1999 serta Undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 adalah
otonomi daerah dan desentralisasi yang luas dan nyata dan bertanggungjawab kepada
kelembagaan, sumber daya manusia dan tehnologi dalam mewujudkan otonomi dan
HUBUNGAN
KEUANGAN
PUSAT-DAERAH
kabupaten atau kota terdiri dari pendapatan asli daerah, dana bagi hasil dari
2.6 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
meliputi data target dan realisasi penerimaan, pengeluaran dan target yang telah
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2006 pada saat pelaksanaan otonomi daerah.
Pengelompokan dan pengumpulan data didasarkan atas jenis dan asal data,
yang terdiri dari data primer yang bersumber dari peneriman daerah, belanja daerah,
pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum,dana
alokasi khusus, juga berasal dari data sekunder yang berupa data Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang berasal dari Bagian Keuangan Sekretariat
Daerah dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Singkil.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan
cara membaca dan mempelajari sumber-sumber tertulis, baik berupa buku-buku,
laporan hasil penelitian, data badan pusat statistik, tulisan ilmiah, jurnal, dokumen
yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan bagian Keuangan Sekretariat Daerah
Kabupaten Aceh Singkil yang diteliti berupa laporan keuangan yang terdiri dari
laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas serta dokumen-dokumen lain
yang berkaitan dengan topik dan obyek penelitian.
Kabupaten Aceh Singkil pada era otonomi daerah, maka digunakan model analisis
Analisis Efisiensi
Pengeluaran Rutin
Efisiensi = x 100 % (1)
penerimaan
Analisis efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu
organisasi. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah
penerimaan dengan target yang ditetapkan dikalikan dengan seratus dalam bentuk
persentase
Realisasi Penerimaan
Efektifitas = x 100 % (3)
Target
pemerintahan, dalam banyak hal, tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan
dan pasang surut seiring dengan perubahan konstelasi politik yang melekat dan terjadi
dekonstrasi dibiayai dari atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
desentraliasi dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
3. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat
pemerintah daerah tingkat atasnya atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Dari sisi penerimaan struktur hubungan keuangan pusat dan daerah dapat
antara pemerintah pusat dan daerah dapat diukur dengan menghitung persentase rasio
antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD).
Daerah (DDP) yaitu dengan menghitung persentase Bagi Hasil Pajak Pusat dan
sebagai berikut :
PAD
DDF = x 100 % (5)
TPD
B
DB = x 100 % (6)
TPD
BHP
DDP = x 100 % (7)
TPD
Keterangan:
X t − X ( t −1)
ΔX = x 100 % (8)
X ( t −1)
Keterangan :
TPAD
KRD = x 100 % (9)
TBRD
Dimana :
Dimana :
DBH = Dana Bagi hasil pajak dan bukan pajak (dalan juta rupiah)
µ = Kesalahan pengganggu
Penerimaan daerah yang berasal dari daerah sendiri seperti Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Retribusi Daerah,
penerimaan Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) serta
penerimaan yang bersumber dari Pemerintah Pusat seperti Subsidi Daerah Otonom
atau Dana Alokasi Umum dan Bantuan Pembangunan serta Pinjaman Daerah.
1. Pendapatan asli daerah yang terdiri hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari
tahun anggaran dan tidak menambah asset atau kekayaan bagi daerah, yaitu,: Belanja
b. Uji-t (t-test) digunakan untuk mengetahui signifikasi variabel secara parsial dan
serentak.
b. Jika nilai X² hitung < X² tabel, maka hipotesis yang dinyatakan bahwa tidak ada
Belanja Daerah.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah total pendapatan daerah yang dihasilkan
3. Dana alokasi umum (DAU) adalah total penerimaan daerah yang dialokasikan
berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam negeri netto yang telah
(dalam rupiah).
menyadari benar akan amanah berat yang dipikulnya dalam upaya meningkatkan
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki sebagai daerah otonom dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.
Tabel 4.1. Nilai PDRB Kabupaten Aceh Singkil Tahun 1999 – 2003
Atas Dasar Atas Dasar Harga
Harga berlaku Pertumbuhan Pertumbuhan
Tahun Konstan 1993
(%) (%)
(jutaan Rp) (jutaan Rp)
1999 292.872,67 38,21 128.926,70 0,58
2000 343.454,89 17,27 132.986,16 3,15
2001 396.307,61 15,39 137.782,96 3,61
2002 454.067,35 14,57 143.480,37 4,14
2003 510.719,85 12,48 149.918,28 4,49
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil 2004
Kalau dilihat atas dasar harga konstan 1993, PDRB Kabupaten Aceh Singkil
juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan selama periode 1999-
2003 terjadi peningkatan sebesar 15,97% atau rata-rata 3,19%. Pada tahun 1999
PDRB Kabupaten Aceh Singkil atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.
128.926,70 juta, kemudian meningkat menjadi Rp. 132.986,16 juta pada tahun 2000
(terjadi pertumbuhan sebesar 3,15%) selanjutnya terus meningkat secara signifikan
sampai dengan tahun 2003 mencapai sebesar Rp. 149.918,28 juta.
Upaya Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dalam pemulihan ekonomi yang
dilanda krisis semenjak pertengahan tahun 1997, hal ini terlihat dari nilai laju
pertumbuhan ekonomi (Pertumbuhan PDRB ADHK 1993) pada tahun 1999 hanya
tumbuh sebesar 0,58% mampu ditingkatkan menjadi 3,15% pada tahun 2000 dan
terus meningkat menjadi sebesar 4,49% pada tahun 2003. Pertumbuhan ekonomi rata-
rata Kabupaten Aceh Singkil selama periode 1999-2003 adalah sebesar 3,19%. Yang
paling menggembirakan lagi adalah bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Singkil yang terjadi setiap tahunnya selalu berada diatas laju pertumbuhan
ekonomi nasional dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pada tahun 1999 hanya ada satu sektor (lapangan usaha) yang mengalami
pertumbuhan negatif yaitu sektor Pertanian yaitu minus 2,65%, sektor-sektor lainnya
semuanya mengalami pertumbuhan positif. Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun
Pada tabel tersebut terlihat bahwa sektor pertanian yang mempunyai peran
yang cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Singkil namun
mempunyai laju pertumbuhan ekonomi yang masih berada dibawah rata-rata,
berkaitan dengan kondisi ini maka kebijakan pemerintah Kabupaten Aceh Singkil
dalam meningkatkan produksi pangan untuk mencapai swasembada pangan pada
tahun 2006 sangat tepat sekali. Dengan meningkatnya produksi maka diharapkan
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian akan dapat dicapai diatas rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Singkil.
Setiap sektor (lapangan usaha) mempunyai peranan yang cukup variatif dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Singkil, sehingga dengan mudah dapat dilihat
sektor-sektor mana saja yang mempunyai kontribusi yang paling tinggi yang sangat
menentukan dan sektor-sektor yang mempunyai kontribusi yang relatif kecil. Dengan
tinjauan secara sektoral ini juga dapat menggambarkan sektor-sektor yang cukup
berpotensi atau mempunyai peluang untuk ditingkatkan peranannya dalam
pembangunan ekonomi daerah serta dapat memberikan gambaran keterkaitannya
dengan skala prioritas pembangunan yang telah dan akan digunakan sebagai landasan
dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah, peranan masing-masing sektor
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Kabupaten Aceh
Singkil Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku tahun
1999 – 2003
Tahun
Lapangan Usaha 1999 2000 2001 2002 2003
(%) (%) (%) (%) (%)
Pertanian 68,56 69,06 69,23 68,90 66,32
Pertambangan dan Penggalian 1,83 1,82 1,88 2,02 2,33
Industri Pengolahan 3,07 2,80 2,75 2,70 2,62
Listrik dan Air Minum 0,31 0,29 0,28 0,33 0,33
Bangunan/Konstruksi 6,30 5,85 5,96 6,19 6,05
Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,60 10,87 10,61 10,34 11,77
Perhubungan dan Komunikasi 5,61 5,57 5,53 5,73 6,03
Bank dan Lemb. Keuangan Lainnya 1,46 1,64 1,79 1,80 2,53
Jasa-Jasa 2,26 2,10 1,98 1,99 2,02
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil 2004
Selama kurun waktu tahun 1999 – 2003 Sektor Pertanian mempunyai peranan
yang sangat dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Singkil kemudian
diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Besarnya peranan Sektor
Pertanian terutama disumbangkan dari Sektor Kehutanan dan Sektor Perkebunan,
namun oleh karena produksi komoditi kehutanan terutama produksi kayu semakin
menurun maka peranan Sektor Pertanian secara umum terhadap PDRB juga semakin
Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 pertumbuhan PDRB atas
dasar harga konstan mulai dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk, hasil ini
mengakibatkan perkembangan pendapatan regional perkapita mengalami
pertumbuhan yang positif dan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
1. Pendapatan asli daerah yang terdiri hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
2. Dana perimbangan yaitu bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan
bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari
untuk satu tahun anggaran dan tidak menambah asset atau kekayaan bagi daerah,
yaitu belanja administrasi umum yang terdiri dari : belanja pegawai, belanja barang,
5.1 Kesimpulan
Dari uraian dan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab-bab terdahulu
dan rata-rata selama penelitian sebesar 40 persen. Berdasarkan hasil ini dapat
pemerintah daerah berkisar antara 96 persen sampai dengan 109 persen, rata-rata
selama tahun penelitian sebesar 101 persen hal ini menunjukan bahwa realisasi
penerimaan hampir selalu melampaui target diamping itu dapat juga diartikan
tepat. Bila ditinjau dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
tersebut yaitu PDRBt-1, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak serta Pendapatan Asli
PDRB Kabupaten Aceh Singkil, ini disebabkan oleh besarnya belanja pegawai
rasio PAD terhadap total penerimaan daerah Kabupaten Aceh Singkil sangat
rendah yaitu berkisar antara 2,03 – 3,51 persen. Apabila dilihat rata-rata dari
tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 tergolong sangat rendah yaitu sebesar 2,47
persen, sedangkan untuk Bagi hasil Pajak dan Bukan Pajak berkisar antara 5,35 –
26,56 persen yang tertinggi pada tahun 2004 dengan rata-rata sebesar 11,49
181,91 persen, kemudian mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun
2003 sebesar 0,36 persen dan pada akhir penelitian terjadi kenaikan sebesar36,20
dimana pada awalnya mengalami kenaikan sebesar 55,47 persen kemudian turun
terbesar pada tahun 2004 sebesar 0,56 persen dan kemudian naik kembali sebesar
66,60 persen, dan pada akhir tahun penelitian turun kembali menjadi sebesar
64,79 persen.
5.2 Saran
khususnya penerimaan asli daerah, meskipun hasil yang telah dicapai tergolong
tentang pajak daerah dan retribusi daerah belum baik, untuk itu pemerintah
daerah harus lebih bijak dalam menggali potensi PAD agar tidak menyebabkan
dengan cara meningkatan pendapatan asli daerah agar biaya untuk pembangunan
PENERIMAAN PENGELUARAN
Tahun TOTAL APBD
Anggaran (Rp) KETERGANTUNGAN PEMBANGUNAN
PAD (Rp) RUTIN (Rp)
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
TA PENERIMAAN PENG.RUTIN
(Y) (X)
2000 45.822.986.296 19.632.239.000
Included observation : 28
=====================================================
=====================================================
=====================================================
Test Equation:
=====================================================
====================================================
=====================================================
Test Equation:
Dependent Variable:PDRB
Included observations: 28
=====================================================
=====================================================
=====================================================
Included observations: 28
=======================================================
Included observations: 28
=======================================================
Included observations: 20
Included observations: 24
=======================================================