Oleh:
Ria Juliyanti
NIM : 103046128350
Oleh:
Ria Juliyanti
NIM : 103046128350
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan,
PANITIA UJIAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
Ria Juliyanti
ABSTRAK
Bismillaahirrohmaanirrohim
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari
tugas akademis di jurusan Muamalat Perbankan Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk
kepada umat manusia menuju kehidupan dan peradaban dan berkeadilan serta para
dapat diselesaikan dengan yang diharapkan penulis. Kebahagiaan yang tak ternilai
bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada
kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil yang
1. Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dekan Fakultas
2. Euis Amalia, M. Ag, Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharudin
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
kuliah.
5. Pihak Muamalat institute khususnya Mba Narti yang telah banyak membantu
6. Rasa Ta’zim dan Terima Kasih yang mendalam kepada Ayahanda Sa’adi H.B.
dan Ibunda Mani atas dukungan moril dan materil, kesabaran, keikhlasan,
perhatian serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis bahkan do’a
Nafisah yang selalu memberikan motivasi, keceriaan, canda dan tawa yang
kelas D yang tercinta yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu dan
semoga hubungan persahabatan ini tidak akan terputus sampai kapan pun.
Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis dapat
diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan,
kekurangan dan kelebihan yang ada semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa
Ria Juliyanti
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN
C. Perkembangan Pembiayaan
B. Saran ...............................................................................................
129
130
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
10. Gambar 4.8 Pembiayaan Musyarakah UKM Januari 2003–Desember 2007 110
11. Gambar 4.9 Pembiayaan Mudharabah UKM Januari 2003-Desember 2007 112
12. Gambar 4.10 Pembiayaan Murabahah UKM Januari 2003–Desember 2007 114
14. Gambar 4.12 Proporsi Pembiayaan Musyakah UKM dan Non UKM
18. Gambar 4.16 Proporsi Pembiayaan Murabahah UKM dan Non UKM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
pada sektor perbankan, baik konvensional maupun Bank Syariah, yang dalam
dari hasil operasional dengan memanfaatkan dana yang ada dan tingkat suku bunga
pada bank konvensional, sedangkan pada Bank Syariah adalah tingkat margin bagi
hasil. Selisisih suku bunga atau margin bagi hasil yang diterima bank dari debitur dan
suku bunga atau margin bagi hasil yang harus dibayarkan bank kepada nasabah yang
1
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1995), edisi IV, h. 88.
segelintir orang saja. Sedangkan Bank Syariah mempunyai prinsip yang berbeda
dengan bank konvensional. Perbedaan yang paling mendasar adalah pada bagaimana
bunga, sedang Bank Syariah melarang adanya bunga yaitu dengan menggunakan
yang saling menguntungkan, dan keuntungan yang didapat harus dengan cara halal.
Dan bagian yang terpenting lain adalah bank syariah harus mengeluarkan zakat guna
sistem keuangan dan perbankan Islam dapat diterima secara religius, khususnya oleh
pelayanan berbagai macam jasa keuangan terhadap masyarakat. Akan tetapi, selain
muslim dalam sektor keuangan, secara konseptual akan selalu mengacu pada upaya
2
M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Kepraktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.
34.
diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat multidimensional, bukan hanya
bersifat finansial.
UKM ini merupakan cerminan dari perekonomian rakyat, karena kelompok usaha ini
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini. Sedangkan usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai
kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih
Salah satu regulasi yang dibuat pemerintah pada tanggal 23 Mei 1995
untuk UKM adalah pembebasan bea masuk sejumlah produk yang merupakan input
bagi perindustrian. Kebijakan ini mempunyai tujuan agar dunia usaha benar-benar
1999, sebagai lembaga pembiayaan dan jasa manajemen khusus untuk membantu
program eks KLBI yang sebelumnya dikelola oleh Bank Indonesia (BI). Selama
bahwa pembiayaan terhadap rakyat miskin tidak harus merugi. Hal tersebut bisa
dilihat dari kinerja keuangan PNM dimana tingkat akumulasi laba sebelum pajak
mencapai Rp 200 miliar, dan laba setelah pajak hampir Rp 150 miliar. PNM juga
telah membayar pajak sebesar Rp 55 miliar dan deviden Rp 78 miliar. Total asset
PNM tahun 2003 hampir Rp 2 triliun, dengan tingkat ROI sebesar 16,8 % dan non
Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tengah tahun 1997 sampai saat ini
belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Krisis ini juga telah mengakibatkan
kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit
karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat
sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi
sektor perbankan juga ikut terpuruk ikut memperparah sektor industri dari sisi
permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena
tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM yang sebagian besar tetap bertahan,
Perkembangan jumlah UKM tahun 2005 adalah 47.102.744 unit dan pada
tahun 2006 mengalami kenaikan 3,88% yaitu 48.929.636, dengan proporsi unit usaha
3
Abdul Salim, “Upaya Meningkatkan Aksesibilitas UMKM Terhadap Perbankan”,
Republika, (Jakarta), 11 Desember 2003, h.5.
(1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 53,37% (2) perdagangan, hotel
dan restoran 27,19% (3) industri pengolahan 6.58% (4) jasa-jasa 6,06% (5)
pengangkutan dan komunikasi 5,52%. Berikut gambar proporsi unit usaha UKM.
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
6% perikanan
6% Perdagangan,
7% Hotel dan
Restoran
Industri
54% Pengolahan
27%
Jasa-jasa
Pengangkutan
dan Komunikasi
Sumber: Departemen Koperasi dan UKM dan Badan Pusat Statistik tahun 2005 -
2006
UKM dalam pembentukkan PDB nasional. Pada tahun 2005 tercatat penciptaan PDB
nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 1.491.06 triliun atau 53,54% dari
total PDB. Sedangkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 19,29% menjadi
Rp. 1.778075 triliun atau 53,28%. Dalam hal penyerapan tenaga kerja UKM juga
memberikan kontribusi yang besar pada tahun 2005 penyerapan tenaga kerja UKM
sebesar 83.233.793 orang atau 96,28% dari total penyerapan tenaga kerja nasional,
sedang pada tahun 2006 terjadi peningkatan kembali yaitu 2,62% menjadi 85.416.493
atau 96,18%.4
permasalahan UKM adalah5: (1) Permasalahan bersifat klasik dan mendasar UKM,
antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hokum yang umumnya non
formal, SDM, pengembangan produk dan akses pemasaran (2) permasalan lanjutan,
antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya
pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permalahan
hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang
yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar
antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam
kewirausahaan.
secara umum dalam hal pemberdayaan Koperasi dan UMKM diarahkan terutama
4
Departemen Koperasi dan UKM dan Badan Pusat Statistik Tentang Statistik UKM 2005 –
2006.
5
Andang Setyobudi, “Peran Serta Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM)”, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, volume 5, nomor 2,
Agustus 2007.
kesempatan kerja, investasi, dan ekspor; dan (2) upaya penanggulangan kemiskinan.
produktivitas dan akses UKM kepada sumberdaya produktif. Arah kebijakan yang
penting adalah mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi UMKM,
dengan: (1) menyelesaikan RUU tentang UMKM dan koperasi serta penyusunan
sektor dan daerah terhadap perkembangan UMKM; (3) mengurangi biaya transaksi
dengan menghapus biaya-biaya pungutan yang tidak wajar dan menghambat; dan (4)
produksi, nilai tambah dan ekonomi daerah; (2) meningkatkan fasilitas pemasaran
dan promosi ekspor produk-produk UKM dan koperasi; (3) meningkatkan akses
samping itu, pemberdayaan koperasi dan UKM juga sekaligus diarahkan untuk
mendorong kesempatan kerja yang lebih luas termasuk melalui penumbuhan
wirausaha baru.
kebijakan yang penting adalah mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif
bagi UMKM, dengan: (1) menyelesaikan RUU tentang UMKM dan koperasi serta
sektor dan daerah terhadap perkembangan UMKM; (3) mengurangi biaya transaksi
dengan menghapus biaya-biaya pungutan yang tidak wajar dan menghambat; dan (4)
produksi, nilai tambah dan ekonomi daerah; (2) meningkatkan fasilitas pemasaran
dan promosi ekspor produk-produk UKM dan koperasi; (3) meningkatkan akses
samping itu, pemberdayaan koperasi dan UKM juga sekaligus diarahkan untuk
mendorong kesempatan kerja yang lebih luas termasuk melalui penumbuhan
wirausaha baru.
yang sangat mulia, tetapi dalam prakteknya kondisi ideal masih sulit untuk tercapai.
Saleh Kamel, seorang penerima IDB Award pernah melontarkan beberapa kritik
pembiayaan bisnis skala kecil dan menengah, sebagai ciri utama yang harus
oleh karena itu, hal tersebut menjadi persoalan menarik untuk diteliti, agar dapat
diketahui apakah hal tersebut juga berlaku dalam praktek pembiayaan Bank Syariah
di Indonesia.
melakukan penelitian kebijakan Bank Syariah dalam pembiayaan kepada UKM, yang
dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah Bank Muamalat Indonesia Pusat.
6
Umar Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h.232.
Identifikasi Masalah
yaitu:
1. Kebijakan Bank Muamalat Indonesia yang akan dibahas dibatasi hanya pada
2. Objek penelitian dalam riset ini adalah Bank Muamalat Indonesia Pusat.
4. UKM terdiri atas Usaha Kecil dan Usaha Menengah, yang masing-masing
200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
pembiayaan UKM tahun 2003-2004 dan 2006-2007. Untuk tahun 2005 tidak
tidak tersedia.
Muamalat Indonesia ?
Muamalat Indonesia ?
UKM ?
Mengetahui porsi pembiayaan untuk UKM yang diberikan oleh Bank Muamalat
Indonesia.
Muamalat Indonesia.
Mengetahui kebijakan Bank Muamalat Indonesia dalam pembiayaan kepada
UKM.
Perbankan Syariah.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi input bagi kantor pusat Bank
Indonesia atau Bank Syariah lainnya yang terkait dengan pengembangan bank
UKM.
E. Tinjauan Pustaka
Persoalan tentang UKM telah diteliti oleh sejumlah Peneliti, setidaknya
terdapat empat penelitian yang dapat dijadikan sebagai fokus tinjauan pustaka,
Menengah, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan BSM
lembaga lain sebagai mitra baik lembaga negara atau swasta dan menjalin kerjasama
dengan lembaga penjamin pembiayaan sebagai alternatif solusi bagi usaha kecil yang
dilihat dari jumlah pembiayaan yang diberikan untuk sektor UKM periode tahun
2001-2003 yaitu pada tahun 2001 pembiayaan yang diberikan untuk sektor UKM
sebesar Rp 399.701 juta mengalami peningkatan pada tahun 2002 sebesar Rp.
699.519 juta dan sepanjang tahun 2003, pembiayaan yang diberikan kepada
kelompok ini sebesar Rp. 1.126.230 juta. Tahun 2001 ketahun 2002 terjadi kenaikan
sebesar 75% sedangkan pada tahun 2002 ketahun 2003 juga mengalami peningkatan
sebesar 61% .
Kecil Menengah (UKM) Melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Penelitian ini
intermediary kurang memberikan solusi bagi UKM, khususnya usaha kecil, yang
kadang kala tidak mau repot dengan prosedur-prosedur permohonan kredit tersebut
yang birokratif, dan merasa keberatan dengan beban suku bunga yang tidak menentu,
selain itu lembaga keuangan syariah mengambil peranan penting sebagai lembaga
alternatif yang menyediakan pembiayaan dengan prosedur yang relatif mudah, serta
dengan sistem bagi hasil (profit-sharing), namun lembaga keuangan ini mempunyai
permasalahan yang krusial yaitu keterbatasannya dana untuk disalurkan dan sumber
daya manusia yang kurang kompeten. PT. Permodalan Nasional Madani hadir sesuai
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKMK) secara terpadu, baik melalui
lansung dengan UMKMK tetapi melaui lembaga keuangan lain yang ditunjuk baik
bertema Fungsi BMT Dalam Meningkatkan UKM (Studi Kasus Pada BMT Masjid Al-
Azhar Pasar Minggu). Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa BMT Masjid Al-
Azhar telah berperan dalam menjaga kelangsungan hidup UKM yang menjadi
tambahan modal dengan sistem bagi hasil mudharabah dan murabahah, sampai tahun
2004 penerima bantuan pinjaman tambahan modal sudah mencapai 142 / tahun.
UKM yang diberikan bantuan pinjaman tambahan modal mayoritas bergerak pada
sektor perdagangan. Selain itu pemberian bantuan pinjaman tambahan modal ini telah
meningkatkan asset nasabah UKM BMT Masjid Al- Azhar jika dibandingkan dengan
sebelum memperoleh pinjaman dengan peningkatan profit yang diperoleh
perbulannya. Akan tetapi kendala yang dialami oleh BMT Masjid Al- Azhar dalam
upaya pembinaan UKM ternyata belum memiliki badan dan program pembinaan dan
pengawasan secara formal. Hal ini mengakibatkan ketidak pahaman nasabah tentang
sistem keuangan syariah dan prinsip bagi hasil. Penelitian ini memang memberikan
mengembangkan UKM.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Lilis Sali Satunnisa (2004), yang
bertajuk BMT Sebagai Mitra Pengusaha Kecil dan Menengah ( Studi Kasus pada
keberadaan BMT fajar Shiddiq di pasar regional Tanah Abang sangat membantu para
digunakan adalah produk jual-beli dan anjak piutang ( mudharabah, murabahah dan
kafalah). Penelitian ini juga memberikan informasi bahwa peranan BMT terhadap
UKM mempunyai peranan yang besar sebagai mitra pengusaha kecil dan menengah.
bank dalam memberikan pembiayaan kepada UKM belum pernah dijadikan faktor
penelitian-penelitian yang pernah ada selama ini. Sehingga peneliti tertarik untuk
perusahaan usaha kecil-menengah dan besar. Ada 4 aspek yang dapat dipergunakan
dalam konsep usaha kecil-menengah tersebut menurut Gaedeke dan Tootelian yaitu,
meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya, keempat adalah ukuran dari
lainnya dalam bidang usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja
7
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil/ Menengah &
Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet. II h.15.
dan pengerahan dana, diantaranya adalah prinsip bagi hasil, prinsip jual beli, prinsip
dilihat dari segi tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu
sesuai dengan gejala-gejala yang ada. Ditinjau dari segi pendekatan waktu
2. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
8
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Kepraktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.
83.
a. Studi Kepustakaan (Library Research) dengan mengkaji data-data yang
Muamalat Indonesia.
4. Teknik Pengolahan data, dalam peneltian ini menggunakan data kualitatif dan
5. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahap. Tahapan pertama
atau bagian dari hasil pengamatan/ observasi dan wawancara dengan manager
pembiayaan BMI. Dan yang terakhir, analisis tema yaitu analisis data hasil
dari analisis komponen disesuaikan dan diarahkan sesuai dengan tema skripsi
penulisan karya ilmiah pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi
yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
H. Kerangka Pemikiran
Analisis dilakukan dengan melihat bagaimanakah Bank Muamalat
UKM Total
UKM Total
UKM Total
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi, perumusan dan
Bab ini terdiri atas teori-teori yang berkaitan dengan: pengertian usaha
BAB V : PENUTUP
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kebijakan
pengertian kebijakan:
Kebijakan adalah jalan atau cara bagi lembaga yang berperan sebagai pemegang
kewenangan publik (dalam hal ini pemerintah) untuk mengatasi suatu permasalahan
Kebijakan adalah cara atau jalan yang dipilih pemerintah untuk mendukung suatu
aspek dari ekonomi termasuk sasaran yang pemerintah cari untuk mencapainya dan
pemilihan metoda untuk mencapai tujuan dan sasaran itu (Elis, 1994).
Kebijakan adalah tindakan apapun yang dipilih pemerintah perlu untuk dilakukan
(Dya, 1984).
Kebijakan adalah kegiatan yang dipilih secara sengaja oleh aktor tertentu atau
kebijakan yang dibuat oleh lembaga pemerintah dan pejabatnya (Anderson, 1984).
Kebijakan bukan hanya apa yang tertulis dalam peraturan dan perundang-undangan.
Kebijakan merupakan refleksi dari struktur dan fungsi pemerintahan yang
rakyatnya. Karena itu kebijakan adalah untuk kepentingan umum (publik). Kebijakan
harga, kebijakan keuangan, moneter dan finansial; atau 3) petunjuk dan arahan atau
rencana, program dan kemudian dapat diterjemahkan ke dalam proyek dan rencana
anggaran tertentu.9
Dari berbagai definisi di atas, beberapa elemen penting dari kebijakan yaitu:
9
Tony Djogi, dkk, Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroforestri, (Bogor: World
Agroforestry Centre (ICRAF), 2003), h. 8-9
o Aturan untuk menggunakan instrumen tersebut
Instrumentasi kebijakan
Kebijakan hanya akan menjadi kebijakan atau cita-cita semata kalau tidak
maupun metoda, alat dan teknik analisis untuk evaluasi dan pemantauan atas
dapat berupa subsidi, pajak, harga, tarif, retribusi dan sebagainya. Instrumen-
dan institusionalisasi kebijakan sering menjadi persoalan serius. Ada kebijakan yang
sudah dibuat beberapa tahun sebelumnya tetapi ada daerah dan masyarakat yang
sama sekali tidak pernah tahu bahkan sampai kebijakan tersebut dicabut kembali dan
diganti dengan kebijakan yang baru. Sering terjadi masyarakat terkejut dengan
masyarakat.
informasi kebijakan yang tengah atau telah dibuat. Artinya sebelum kebijakan
tersebut diputuskan atau dikeluarkan secara resmi, masyarakat perlu tahu sehingga
bias memberikan tanggapan atau reaksi yang bisa digunakan sebagai umpan balik
atau masukkan bagi proses pembuatan kebijakan yang lebih transparan dan
partisipatif. Memang tidak semua orang bisa dipuaskan dengan kebijakan dan pasti
ada pihak yang menerima dan ada yang keberatan tetapi yang paling utama adalah
kehidupan masyarakat. Proses ini biasanya memakan waktu yang agak panjang.
Suatu kebijakan akan mengakar dengan baik jika bermanfaat atau mengakomodasi
masalah bersama dan akhirnya diterima secara luas walaupun kebijakan itu sendiri
Perumusan
Kebijakan
Penyusunan Pengambilan
Agenda Keputusan
Konteks:
- Sejarah
- Bio-fisik
- Sosial dan Politik
- Institusi
- Teknologi
- Ekonomi
Perumusan Pelaksanaan
10
Ibid., h. 13
Masalah (Implementasi)
Analisis
Dampak
B. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
1 milyar.11
skala kecil yang difokuskan pada industri manufaktur dengan menggunakan kriteria
serapan tenaga kerja. Berdasarkan kriteria BPS itu, industri skala kecil dicatat sebagai
orang.12
Perdagangan yang membagi Usaha Kecil menjadi dua kelompok, yaitu industri kecil
dan perdagangan kecil. Industri kecil adalah usaha yang memiliki investasi peralatan
di bawah Rp 70 juta dan investasi pertenaga kerja maksimal Rp 625 ribu, jumlah
pekerja di bawah 20 orang, serta asset perusahaan tidak lebih dari Rp 100 juta.
dibidang perdagangan atau jasa komersial yang memiliki modal kurang dari Rp 80
11
Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2000), h.10.
12
Marzuki Usman, Kiat Sukses pengusaha kecil, (Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan
Institut banker Indonesia, 1998), h.1.
juta, dan perusahaan yang bergerak di bidang usaha produksi atau industri yang
Berdasarkan dari Surat Edaran BI No. 26/ 1/ UKK tanggal 29 Mei 1993
perihal kredit usaha kecil, Usaha Kecil didefinisikan:14 “Yang dimaksud dengan
Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki total asset maksimum Rp 600 juta, tidak
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana
milyar rupiah);
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
13
Gunawan Sumodinigrat, Perlu Lembaga Keuangan Kerakyatan, Media KUK No. 15,
(Jakarta, 1996), h.41.
14
Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal, Bagi Koperasi Perusahaan Kecil
Menengah, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.3
e. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih
dan hasil penjualan tahunan Usaha Kecil. Dalam INPRES No.10 tahun 1999
bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai maksimal Rp 10 milyar (tidak termasuk
a. memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
b. Di samping itu sesuai ketentuan butir empat Inpres No.10/1999 tetang usaha
menengah, para menteri sesuai dengan ruang lingkup tugas, kewenangan, dan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
Kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap
atau kurang.
usaha kecil-kecilan.
barang.
15
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil/ Menengah &
Koperasi, Cet. II,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h.15.
16
Ibid., h.22-23.
5. 60% menggunakan teknologi tradisional.
Menurut Drs. Soetrisno P.H. jenis Usaha Kecil dan Menengah dilihat dari
1. Sektor Koperasi
2. Sektor Negara
a. Perseroan Terbatas
b. Perseroan Komanditer
c. Firma
d. Usaha Perorangan
e. Perusahaan Internasional
1. Perusahaan Industri
2. Perusahaan Niaga
17
Edillius, et all., Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.12.
3. Perusahaan Agraris
4. Perusahaan Jasa
5. Perusahaan Ekstartif
6. Perusahaan Kredit
1. Kelompok A
UKM yang telah memasuki pasar global. Kelompok usaha ini telah
18
Hasan Amin AA.D., Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, (Jakarta: Pradnya Paratama,
1976), h.17.
2. Kelompok B
UKM yang telah memasuki pasar Internasional. Kelompok UKM ini sudah
mengekspor, tetapi atas dasar pesanan luar negeri dan bukan atas upaya pemasaran
mereka sekitar 5-7%. Di Indonesia kelompok ini banyak terdapat di Bali dimana para
importir asing (yang datang sebagai turis) telah melaksanakan order bisnis yang
cukup lumayan. Bahkan produk yang diekspornya bukan dari Jawa Tengah dan Jawa
Barat.
3. Kelompok C
UKM yang belum pernah melakukan transaksi luar negeri, tetapi memiliki
4. Kelompok D
UKM yang memang tidak ada orientasi ke pasar luar negeri. Mayoritas
hambatan atau kendala yang dihadapi dalam beberapa aspek yang berkaitan langsung
1. Keterbatasan Pemasaran
19
Tulus T.H. Tambunan, Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia, Beberapa Isu Penting,
Edisi I, (Jakarta: Salemba, 2002), h. 73-81.
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan UKM. Salah satu yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum
dihadapi oleh UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar domestik dari
juga mengalami kekurangan modal dan SDM dalam melakukan usaha. Di samping
itu juga karena daerah mereka yang relatif terisolir dari pusat-pusat informasi,
2. Keterbatasan Finansial
yaitu pada mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses kemodal kerja dan
finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan
output jangka panjang. Hal ini disebabkan lokasi bank terlalu jauh bagi banyak
pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolir, persyaratan terlalu berat,
ancaman serius bagi UKM Indonesia untuk dapat bersaing baik di pasar domestik
5. Keterbatasan Teknologi
tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya
productivity dan efesiensi di dalam proses produksi, tetapi juga kwalitas produk yang
dibuat rendah.
modal investasi, informasi mengenai teknologi atau alat-alat produksi yang baru serta
keterbatasan SDM yang dimiliki oleh UKM. Keterbatasan semua faktor tersebut
pengembangan produk.
berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada
umumnya birokratis.
tidaknya hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. pertama, pertumbuhan ekonomi
yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran
sektor Usaha Kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat
sejak perang dunia II, sumbangan UKM ternyata tak bisa diabaikan .20
pengadaan lapangan kerja menyediakan barang dan jasa, serta pemerataan usaha
20
Tiktik sartika Partomo dan Abd. Rachman Soesoedono, ed., Ekonomi Skala Kecil/
Menengah & Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h.12.
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kini dinilai sebagai
salah satu kekuatan ekonomi Indonesia yang cukup signifikan. Secara makro dapat
dilihat bahwa potensi yang dimiliki sektor UKM ini sudah cukup besar. Secara
umum, pada 2006, sumbangan UKM terhadap produk domestik bruto (PDB)
mencapai 53,3%. Artinya, lebih dari setengah gerak perekonomian Indonesia kini
ditopang oleh sektor UKM. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, pada 2006 UKM
berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 85,4 juta atau sekitar 96,2% dari total
angkatan kerja.21
1. Kebijakan Pemerintah
dilakukan pada berbagai aspek antara lain pasar, modal, teknologi, manajemen secara
usaha, yang dalam usahanya banyak mengalami kesulitan. Tujuan pembinaan UKM
tersebut adalah:
21
“Genjot Sektor UMKM dengan Kredit Usaha Rakyat”, Jurnal KUKM, Edisi November
2007, h.5.
22
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil/ Menengah &
Koperasi, Cet. II,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h.27.
2. Meningkatkan akses terhadap sumber-sumber modal dan memperkuat struktur
modal
berusaha meningkatkan daya saing UKM melalui kebijakan antra lain sebagai
berikut:
input bagi perindustrian. Kebijakan ini bertujuan agar dunia usaha benar-
peningkatan investasi.
tercapai efesiensi. Disamping itu dunia usaha harus terus menerus melakukan
teknik pemasaran menyebakan dasar hidup suatu produk relatif singkat. Oleh
karena itu para pengusaha perlu mengamati dan mulai menerapkan teknologi
No.9 Tahun 1995 menyatakan bahwa pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
pengertian kemitraan usaha adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai
pihak yang sinergis, bersifat suka rela dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan,
pengembangan UKM oleh Usaha Besar. Pola kemitraan usaha UU-RI No. 9 Tahun
1. Pola Inti Plasma adalah hubungan kemitraan antara UKM dan usaha besar,
yang di dalamnya UKM bertindak sebagai inti dan UKM sebagai plasma.
2. Pola Subkontrak adalah hubungan kemitraan antara UKM dan Usaha Besar,
3. Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara UKM dan Usaha
Besar, di mana Usaha Besar memasarkan hasil produksi UKM dan UKM
manajemen.
khusus untuk memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Besar sebagai
mitranya.
Pada aspek permodalan UKM kebijakan pemerintah mengarah pada
UMKM.
- Bantuan teknis yang efektif, bekerja sama dengan asosiasi, konsultan swasta,
dan kecil melalui bantuan perkuatan dana bergulir syariah. Kegiatan ini bertujuan
untuk memberdayakan pengusaha mikro melalui kegiatan usaha berbasis pola syariah
serta memperkuat peran dan posisi KJKS/UJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah/
Pelaksanaan kegiatan usaha berbasis pola syariah yang telah dimulai pada tahun 2003
pada 26 KSP/USP- Koperasi Syariah dan pada tahun 2004 kepada 100 KSP/USP-
Koperasi Syariah, sedang pada tahun 2005 mencapai 300 KJKS yang tersebar pada
70 Kabupaten dan Kota di 26 propinsi.23 Pada tanggal 5 November Departemen
Koperasi dan UKM meluncurkan kredit usaha mikro, kecil dan menengah serta
koperasi dengan pola penjaminan, program ini sebagai bentuk perhatian pemerintah
menengah.
prinsip-prinsip koperasi.
Bank Indonesia, kegiatan yang masih dilakukan Bank Indonesia dalam membantu
23
Departemen Koperasi dan UKM, “Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Melalui Bantuan
Dana Bergulir Syariah”, artikel ini diakses pada 24 Mei 2007 dari http://www.depkop.go.id
Sejak tanggal 4 Januari 2001, Bank Indonesia telah mnyempurnakan
ketentuan tentang kredit usaha kecil (KUK) yang melalui Peraturan Bank Indonesia
(PBI) Nomor. 3/ 2/ PBI/ 2001 tentang pemberian kredit usaha kecil yang pokok-
pokoknya meliputi:
Indonesia
dihapuskan
kegiatan bantuan teknis pengembangan Usaha Kecil dan Mikro (PUKM) melalui
dibantu dengan dana pinjaman Asian Development Bank (ADB) yang dimulai sejak
tahun 1995, di mana Bank Indonesia menunjuk sebagai executing agency. Tujuan
proyek ini adalah untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan peranan wanita
melalui BPR dan melalui lembaga pengembangan swadaya masyarakat (LPSM) yang
Pola-pola Linkage:24
1. Executing adalah pola kerjasama Bank Umum dengan BPR/ BPRS dengan
2. Joint Financing adalah pola kerjasama Bank Umum dengan BPR/ BPRS dengan
3. Channelling adalah pola kerjasama Bank Umum dengan BPR/ BPRS dengan
kerjasama antara BPRS dengan bank umum syariah atau UUS untuk meningkatkan
24
Abdul Salam, ”Mendorong Akselerasi Intermediasi kepada Usaha Mikro dan Kecil melalui
Linkage Program”, makalah pada seminar Linkage Program Gema PKM & Bank Indonesia.
Nomor 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret tentang Penilaian Kualitas aktiva Bank
perbankan untuk kredit usaha mikro, kecil dan menengah. Selama ini pemberian
kredit UKM didasarkan pada tiga pilar. Yaitu kemampuan perusahaan membayar,
membayar yang menjadi pertimbangan kucuran kredit. Bank sentral juga menaikkan
a. Prinsip kehati-hatian
e. Pengawasan
g. Manajemen risiko
adalah penyaluran dana mikro melalui pola linkage yang bertujuan agar para
pengusaha UKM lebih dengan mudah memperoleh pinjaman dana. Adapun pola
linkage yang digunakan Bank Muamalat Indonesia adalah Executing, Joint Financing
dan Channelling.
sistem bagi hasil. Karena dalam sistem bagi hasil tercerminlah nilai-nilai syariah
CSR yang dilakukan adalah KUM3 (Komunitas usaha mikro muamalat berbasis
masjid). Peserta BMM dari 1999 – 2007 adalah 1.029 peserta dari kalangan
UKM penulis akan memaparkan terlebih dahulu mengenai fungsi dan peran Bank
3. Penyediaan jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank Syariah dapat
lazimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan
25
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk, dan Implementasi
Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h.24.
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam,
amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang diarahkan kepada
yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti
26
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2003), h. 40-41.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas Bank
Syariah.
Dengan meninjau fungsi dan peran Bank Syariah serta tujuan Bank
UKM. Selain tugas Bank Syariah sebagai menejer investasi dari nasabah yang
mempercayakan modalnya pada Bank Syariah, Bank Syariah juga mempunyai tugas
untuk memberikan peluang bagi para kaum miskin dalam hal ini nasabah yang
memerlukan dana untuk usaha dengan cara memberikan modal usaha. Sehingga
Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya adalah
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito.
MODAL
TITIPAN/ WADI’AH
INVESTASI/ MUDHARABAH
BANK SYARIAH
INVESTASI KHUSUS/
MUDHARABAH MUQAYYADAH
Dari diagram di atas, sumber dana yang terhimpun dari masyarakat terdiri
4. Dana modal yaitu dana dari pendiri lembaga keuangan tersebut. Islam
mengenal modal sebagai suatu komponen utama dalam usaha, dan hak atas
modal dalam Islam diakui sebagai hak individu atau golongan yang berbeda
5. Dana titipan masyarakat yang dipercayakan untuk dikelola oleh bank dengan
harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sedangkan dalam hal
27
Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 107-112.
wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas
Karena wadi’ah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini juga disifati
yang dipinjami.
6. Sumber dana yang ketiga adalah dana masyarakat yang diinvestasikan melalui
bank. Dana jenis ini juga sering disebut dengan dana investasi tak terbatas
7. Sedangkan dana keempat disebut juga dengan dana investasi khusus atau dana
dalam Bank Syariah metode penyaluran dana jauh berbeda dengan bank
konvensional, karena Bank Syariah tidak mengenal kredit dengan segala macam
derivatnya, karena kredit akan sangat berhubungan erat dengan uang dan bunga
(riba).
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk
28
Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 97-107.
a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba)
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem nilai
Islam (haram)
(ketidak pastian)
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, tak terkecuali Bank
berarti penyediaan dana atau barang serta fasilitas lainnya kepada nasabah yang tidak
bertentangan dengan konsep Syariah Islam dan standar akuntansi Islam yang berlaku.
• Jual beli
• Bagi hasil
• Sewa
• Jasa-jasa lainnya
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
maupun secara kualitatif yaitu peningkatan mutu dan kualitas produksi (b)
barang.
Adapun penyaluran dana yang termasuk kedalam bentuk jual beli adalah:
a. Al- Murabahah, yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga
beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Kedua belah pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
dicantumkan dalam waktu akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu
ﺴ َﺮ ٍة
َ ﻈ َﺮ ٌة ِاﻟَﻰ َﻣ ْﻴ
ِ ﺴ َﺮ ٍة َﻓ َﻨ
ْﻋُ ن ُذ ْو
َ ن آَﺎ
ْ ِوِا
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan…..”
َا ْﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ: ﻦ اﻟ َﺒ َﺮ َآ ُﺔ
ث ِﻓ ْﻴ ِﻬ ﱠ
ُ َﺛﻠَﺎ: ل
َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ
ُ ﻰ ﺻَﻠﱠﻰ ا
َ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ
َا ﱠ
ﺖ ﻟَﺎِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ ِﻊ )رواﻩ
ِ ﺸ ِﻌ ْﻴ ِﺮ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ
ﻂ ا ْﻟ ُﺒﺮﱢ ﺑِﺎﻟ ﱠ
ُ ﺧ ْﻠ
َ ﺿ ُﺔ َو
َ وَا ْﻟ ُﻤﻘَﺎ َر،ٍﺟﻞ
َ اِﻟَﻰ َا
adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja
transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada
sewa milik bank dan bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang
perjanjian sewa suatu barang antara bank dengan nasabah yang diakhiri
ﺤﻴَﻮ ِة
َ ﺸ َﺘ ُﻬ ْﻢ ﻓِﻰ ا ْﻟ
َ ﺴ ْﻤﻨَﺎ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ ْﻢ َﻣ ِﻌ ْﻴ
َ ﻦ َﻗ
ُﺤ
ْ ﻚ َﻧ
َ ﺖ َر ﱢﺑ
ِ ﺣ َﻤ
ْ ن َر
َ ﺴ ُﻤ ْﻮ
ِ َأ ُه ْﻢ َﻳ ْﻘ
ﻀ ُﻬ ْﻢ َﺑ ْﻌﻀًﺎ
ُ ﺨ َﺬ َﺑ ْﻌ
ِ ت ِﻟ َﻴ ﱠﺘ
ٍ ﺾ َد َرﺟَﺎ
ٍ ق َﺑ ْﻌ
َ ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻓ ْﻮ
َ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َو َر َﻓ ْﻌﻨَﺎ َﺑ ْﻌ
ن
َ ﺠ َﻤ ُﻌ ْﻮ
ْ ﻚ ﺧَ ْﻴ ٌﺮ ِﻣﻤﱠﺎ َﻳ
َ ﺖ َر ﱢﺑ
ُ ﺣ َﻤ
ْ ﺨﺮِﻳﱠﺎ َو َر
ْﺳُ
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu ? kami telah
kami telah meningkatkan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagai yang lain dan
2. Hadits Nabi riwayat Abd ar. Razzad dari Abu hurairah dan Abu Sa’id al-
ﺟ َﺮ ُﻩ
ْ ﺟ َﺮ اَﺟِ ْﻴﺮًا َﻓ ْﻠ ُﻴ ْﻌِﻠ ْﻤ ُﻪ َا
َ ﺳ َﺘ ْﺄ
ْﻦ ا
ِ َﻣ
“Barang siapa mempekerjakan pekarja, beritahukanlah uapanya”
3. Fatwa DSN No: 27/ DSN-MUI/ III/ 2002 Tentang Al-Ijarah
c. Salam, adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum
nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip transaksi ijon, namun
dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang
harus ditentukan secara pasti. Dalam praktek perbankan, ketika barang telah
nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan.
Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari nasabah
menjualnya dengan cicilan, kedua pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Harga jual dicatumkan dalam akad jual beli dan
jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya
transaksi ini diterapkan dalam pembiyaan barang yang belum ada seperti
secara tunai atau cicilan. Dalam pengertian yang sederhana bai’as salam
Salam Paralel, yaitu akad salam dimana bank (pemesan) meminta pesanan
kepada produsen atas dasar pesanan nasabah bank yang akan membeli. Bank
ﻞ َﻣ ْﻌُﻠ ْﻮ ٍم
ٍﺟَ ن َﻣ ْﻌُﻠ ْﻮ ٍم اِﻟَﻰ َا
ٍ ﻞ َﻣ ْﻌُﻠ ْﻮ ٍم َو َو ْز
ٍ ﺊ َﻓﻔِﻰ َآ ْﻴ
ٍ ﺷ ْﻴ
َ ﺳَﻠ َﻢ ﻓِﻰ
ْ ﻦ َا
ْ َﻣ
“Barang siapa melakukan salaf (salam), hedaknya ia melakukan dengan
takaran yang jelasdan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang
diketahui.
harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang
telah disepakati dicamtumkan dalam akad istishan dan tidak boleh berubah
selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan
Adapun penyaluran dana yang termasuk kedalam bentuk bagi hasil adalah:
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. Transaksi musyarakah
biasanya dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang
2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
1. Firman Allah
ﻦ
َ ﺾ ِاﻟﱠﺎ اﱠﻟ ِﺬ ْﻳ
ٍ ﻀ ُﻬ ْﻢ ﻋَﻠَﻰ َﺑ ْﻌ
ُ ﺨﻠَﻄَﺂءِ ﻟَﻴَ ْﺒﻐِﻰ َﺑ ْﻌ
ُ ﻦ ا ْﻟ
َ ن َآ ِﺜ ْﻴﺮًا ِﻣ
َوِا ﱠ
ﻞ ﻣَﺎ ُه ْﻢ
ٌ ت َو َﻗِﻠ ْﻴ
ِ ﻞ اﻟﺼﱠﺎِﻟﺤَﺎ
ُ ﻋ ِﻤ
َ ﺁ َﻣ ُﻨﻮْا َو
“ ….Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu
sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini…..”
2. Hadits riwayat Abu Daud dari Abu hurairah, Rasulullah SAW berkata :
ﺣ ُﺪ ُهﻤَﺎ
َ ﻦ َا
ْﺨ
ُ ﻦ ﻣَﺎَﻟ ْﻢ َﻳ
ِ ﺸ ِﺮ ْﻳ َﻜ ْﻴ
ﺚ اﻟ ﱠ
َ َاﻧَﺎ ﺛَﺎِﻟ: ل
ُ ﷲ َﺗﻌَﺎﻟَﻰ َﻳ ُﻘ ْﻮ
َ نا
ِا ﱠ
ﻦ َﺑ ْﻴ ِﻨ ِﻬﻤَﺎ
ْ ﺖ ِﻣ
ُ ﺟ
ْ ﺧ َﺮ
َ ﺣ َﺒ ُﻪ
ِ ﺣ ُﺪ ُهﻤَﺎ ﺻَﺎ
َ ن َا
َ ﺣ َﺒ ُﻪ َﻓِﺎذَا ﺧَﺎ
ِ ﺻَﺎ
“Allah SWT, berfirman : “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika
salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka”. (H.R. Abu Daud,
4.Fatwa DSN No: 08/ DSN-MUI/ IV/ 2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah
b. Al Mudharabah, adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk
harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang
3. Hasil usaha dibagi dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan
dana.
administrasi.
َرﺑﱠ ُﻪ
“…. Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
Allah Tuhannya…”
َا ْﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ: ﻦ اﻟ َﺒ َﺮ َآ ُﺔ
ث ِﻓ ْﻴ ِﻬ ﱠ
ُ َﺛﻠَﺎ: ل
َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ
ُ ﻰ ﺻَﻠﱠﻰ ا
َ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ
َا ﱠ
ﺖ ﻟَﺎِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ ِﻊ
ِ ﺸ ِﻌ ْﻴ ِﺮ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ
ﻂ ا ْﻟ ُﺒﺮﱢ ﺑِﺎﻟ ﱠ
ُ ﺧ ْﻠ
َ ﺿ ُﺔ َو
َ وَا ْﻟ ُﻤﻘَﺎ َر،ٍﺟﻞ
َ اِﻟَﻰ َا
“Nabi bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung berkah: Jual beli tidak
sewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk di jual. “(H.R. Ibnu
Mudharabah
a. Al Qardh, adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali. Dalam literatur fiqih Salaf ash Shalih, qardh dikategorikan
dalam aqad tathawwui atau akad saling bantu membantu dan bukan transaksi
komersial.
bersabda,
ﻰ َﻓ ْﻠ َﻴ ﱠﺘ ِﺒ ْﻊ
ﻋﻠَﻰ َﻣِﻠ ﱢ
َ ﺣ ُﺪ ُآ ْﻢ
َ َﻓِﺎذَا ُا ْﺗ ِﺒ َﻊ َا،ٌﻇ ْﻠﻢ
ُ ﻰ
ﻞ ا ْﻟ َﻐ ِﻨ ﱢ
ُﻄْ َﻣ
“Menunda-nunda pembayaran utang yang dilakukan oleh orang mampu
adalah suatu kezaliman. Maka, jika seseorang diantara kamu sealihkan hak
ﻋِﻠ ْﻴ ٌﻢ
َ ﻆ
ٌ ﺣ ِﻔ ْﻴ
َ ض ِاﻧﱢﻰ
ِ ﻦ ا ْﻟَﺎ ْر
ِ ﺧﺰَا ِﺋ
َ ﺟﻌَ ْﻠﻨِﻰ ﻋَﻠَﻰ
ْا
“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah
2. Hadits Nabi
ﻦ
َ ﺟﻠًﺎ ِﻣ
ُ ﺚ َا َﺑﺎ رَا ِﻓ ٍﻊ َو َر
َ ﺳﱠﻠ َﻢ َﺑ َﻌ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ا
َ ﷲ
ِ لا
ُ ﺳ ْﻮ
ُ ن َر
َا ﱠ
(اﻟﻤﻮﻃﺄ
“Rasulallah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi dan seorang Anshar untuk
dalam al-Muwaththa’)
ﺿ ٌﺔ
َ ن َﻣ ْﻘ ُﺒ ْﻮ
ٌ ﺳ َﻔ ٍﺮ َوَﻟ ْﻢ ﺗَﺠِ ُﺪوْا آَﺎ ِﺗﺒًﺎ ﻓَﺮِهَﺎ
َ ن ُآ ْﻨ ُﺘ ْﻢ ﻋَﻠَﻰ
ْ َوِا
“Dan apabila kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh seorang
2. Hadits Nabi riwayat Al-Bukhari & Muslim dari ‘Aisah r.a Ia berkata,
ى
ﻦ َﻳ ُﻬ ْﻮ ِد ﱢ
ْ ﻃﻌَﺎﻣًﺎ ِﻣ
َ ﺷ َﺘﺮَى
ْ ﺳﱠﻠ َﻢ ِا
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ا
َ ﷲ
ِ لا
ُ ﺳ ْﻮ
ُ ن َر
َا ﱠ
ﺣ ِﺪ ْﻳ ٍﺪ
َ ﻦ
ْ ﻞ َو َر َه َﻨ ُﻪ ِد ْرﻋًﺎ ِﻣ
ٍﺟَ اِﻟَﻰ َا
“Sesungguhnya rasulullah saw pernah membeli makanan dengan berutang
dari seseorang yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya”.
Mekanisme perhitungan bagi hasil Bank Syariah terdiri dari dua sistem,
1. Profit Sharing
Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah
perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih
besar dari biaya total (total cost).29 Secara definitive profit sharing diartikan
“Distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”.
Hal ini dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan
pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya atau dapat berbentuk
pembayaran mingguan atau bulanan. Menurut para Ulama MUI bagi untung (profit
sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya
pengelolaan dana.30
didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya
istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing dimana hal ini dapat
29
Christopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1994),
Edisi-2, h. 534.
30
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan
Syariah Nasional, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003), Cet. II, h. 93.
31
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep , Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h.264.
diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima
keduanya akan terikat kontrak bahwa didalam usaha tersebut jika mendapat
keuntungan akan dibagi kedua belah pihak sesuai dengan nisbah kesepakatan diawal
perjanjian dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama
2. Revenue Sharing
Revenue sharing berasal dari bahasa inggris yang tediri dari dua kata
yaitu, revenue yang berarti hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk
kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian.32 Revenue sharing berarti
diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa
Dalam Perbankan Syariah istilah revenue sharing yaitu bagi hasil yang
dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya-biaya
32
John M. Echol dan Hsan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1996), Cet.3, h.13.
33
Christopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1994),
Edisi-2, h. 583.
pengelolaan dana.34 Lebih jelasnya revenue sharing dalam arti perbankan adalah
perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima
pendapatan tersebut.35
atas investasi dana dan tidak termasuk pada pendapatan fee atau komisi atau jasa-jasa
pendapatan yang dibagikan oleh bank adalah seluruh pendapatan, baik hasil investasi
dana maupun pendapatan fee atas jasa-jasa yang diberikan oleh bank setelah
dalam perbankan syariah adalah Fatwa DSN No: 15/ DSN-MUI/ IX/ 2000 tentang
prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah yang berbunyi “pada
dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil (Net Revenue Sharing) maupun
bagi untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra
(nasabah)nya.
34
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan
Syariah Nasional, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003), Cet. II, h. 93.
35
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep , Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h.264.
36
Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005),
Cet.3, h. 57-58.
Dalam aplikasi Perbankan Syariah pada umumnya dapat menggunakan
sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung pada kebijakan masing-
masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bank-bank Syariah yang
ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar
revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasil kepada para pemilik dana
(deposan). Hal ini diasumsikan bahwa para nasabah belum terbiasa menerima kondisi
berbagi hasil dan berbagi risiko. Selain itu dengan kemaslahatan saat ini revenue
ideal digunakan dalam sistem operasinya adalah sistem profit and loss sharing,
sistem inilah yang dapat dijadikan ciri khas Bank Syariah yang membedakan dengan
Beban-beban:
Gaji Pegawai : Rp. 600.000
1.Menurut prinsip Profit sharing, pembagian hasil usaha dari laporan laba rugi
2.Sedangkan menurut prinsip Revenue Sharing, pembagian hasil usaha dari laporan
laba rugi pengusaha sembako adalah pendapatan bersih yaitu Rp. 5.000.000
BAB III
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia, dan melalui kegiatan
operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp. 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1997, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen koperasi. Bank Muamalat
Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF)
mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencapai kerugian sebesar 105 miliar. Ekuitas
mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor
awal.
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS
tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat Indonesia. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002
berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksaan perbankan syariah secara murni.
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian
menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada: (i) tidak mengandalkan
setoran modal tambahan dari pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun
terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak
memotong hak kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa
percaya diri kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun kepengurusan Direksi
baru, (iv) peletakkan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja
usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank
dari Giro Wadhiah dan Tabungan Wadhiah, sedangkan investasi tidak terikat terdiri
Muamalat Indonesia untuk mendukung pertumbuhan sektor Usaha Mikro, Kecil dan
menguntungkan. Hal tersebut dibuktikan oleh Bank Muamalat Indonesia pada tahun
2006 pemberian pembiayaan pada sektor UMKM mencapai 67,31% dari jumlah
pembiyaan yang dikeluarkan. Hal ini karena sektor UMKM terbukti mampu bertahan
yang terdiri dari 51 cabang, 8 cabang pembantu, 89 kantor kas, 43 gerai muamalat, 18
unti pelayanan syariah dan 1400 SOPP POS. Berikut di bawah ini perkembangan
perangkat bunga, tetapi menerapkan sistem bagi hasil, baik terhadap simpanan berupa
tabungan dan deposito maupun pemberian kredit investasi dan modal kerja.
Yang dimaksud dengan sistem bagi hasil adalah suatu system yang
meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara Bank Muamalat Indonesia dengan
nasabah penerima kredit investasi dan modal kerja. Hasil usaha Bank Muamalat
Indonesia yang dibagikan kepada penyimpan dana adalah laba usaha Bank Muamalat
Indonesia yang telah diperhitungkan selama periode tertentu. Hasil usaha nasabah
penerima kredit investasi dan modal kerja yang dibagi hasilkan adalah pendapatan
kotor yang dihasilkan penerima kredit itu dari usahanya yang secara utuh dibiayai
oleh Bank Muamalat Indonesia setelah melewati periode tertentu yang disepakati
bersama. Sistem bagi hasil ini bukan merupakan penyertaan modal penyimpanaan
pada Bank Muamalat Indonesia dapat menarik kembali dananya sebagian atau
seluruhnya tiap waktu atau setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati dan kepada nasabah penerima kredit investasi atau modal kerja
kreditnya secara menyicil atau seluruhnya pada waktu jatuh tempo yang ditetapkan.
Penerapan sistem bagi hasil dikukuhkan dalam suatu perjanjian tetapi tidak dalam
Yang dimaksud dengan sistem mark-up adalah semacam biaya bank yang
diperhitungkan secara lump-sum dalam bentuk nominal di atas nilai kredit yang
diterima nasabah. Biaya bank tersebut besarnya ditetapkan sesuai dengan kesepakatan
Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana,
maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang
2. Sistem Jual Beli dengan Margin Keuntungan, sistem ini adalah suatu system
yang menerapkan tata cara jual beli dimana bank mengangkat nasabah sebagai
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi bank (margin/ mark-up).
3. Sistem Fee (Jasa), system ini meliputi seluruh layanan non- pembiayaan yang
diberikan oleh bank, bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain
yang sejenis. Struktur organisasi yang dibuat itulah yang akan menjalankan kegiatan
perusahaan untuk mencapai tujuan. Adapun struktur Bank Muamalat Indonesia terdiri
atas:
Adalah wakil dewan dari pegang saham yang mempunyai peran sebagai
perusahaan. Adapun tugas dan wewenang dewan komisaris adalah sebagai berikut:
berdasarkan prinsip bagi hasil, disebutkan bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil
pengawasan atas produk perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan
dari pengurus bank, sehingga tidak mempunyai akses dalam operasional bank .
Secara lengkap tugas dan wewenang dewan pengawas syariah di Bank Muamalat
• Memeriksa buku laporan tahunan dan kesesuaian syariah disemua produk dan
• Menerima penjelasan dari direksi dan aparat bank lainnya tentang hal-hal
yang ditanyakan
d. Operation Director
e. Administration Group
bulanan keuangan bank dan menyampaikan pada pihak internal atau eksternal
yang berkepentingan.
terminasi atau pengunduran diri karyawan serta memonitor dan memelihara data
base kepersonaliaan.
pembayaran jamsostek dan pajak (pph 21) seluruh karyawan serta pengurus bank.
sebagai berikut:
Indonesia.
Emotional Market.
investor.
dan dana serta asset lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan audit.
- Melakukan UAT atas produk atau program yang akan diluncurkan dan
- Financing Supervision
k.1 Marketing
operasional bank
Strategi Pengembangan
kegiatan-kegiatan:
Pembinaan lanjutan
menengah.
e. Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
panen.
Tabungan Ummat
nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produksi ini akan membantu untuk
Selain fasilitas asuransi kecelakaan, tersedia juga hadiah khusus bagi pelajar
berprestasi.
4. Tabungan Ukhuwah
Republik untuk kemudian pembayaran ZIS secara teratur dan otomatis dengan tiga
paket pilihan yaitu Rp. 25.000, Rp. 50.000, Rp. 100.000. nasabah tidak dikenakan
biaya atas pembuatan kartu ataupun jasa yang diberikan. Nasabah memperoleh
perlindungan asuransi kecelakaan dan kartu tebungan yang berfungsi sebagai katu
5. Deposito Fulinves
dengan bagi hasil yang menarik. Tersedia dalam jangka waktu 1.3.6 dan 12 bulan
dan memperoleh kesempakan untuk umroh melalui undian dengan kelipatan Rp.
1.000.000. fasilitas asuransi jiwa diberikan kepada yang memilih jangka waktu 6
dan 12 bulan.
6. Giro Wadi’ah
Merupakan titipan dan pihak ketiga berupa simpanan giro yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro
dan pemindah bukuan. Bank akan memberikan bonus kepada nasabah berdasarkan
pendapatan bank.
Shar-E adalah investasi syariah yang dikemas dalam bentuk paket perdana
seharga Rp. 125.000,- dan dapat deperoleh di kantor-kantor Pos Online diseluruh
Indonesia. Fasilitas yang didapat yaitu berupa ATM, sebagai kartu debit, phone
Produk Pembiayaan:
1. Murabahah
dilakukan dengan cara mengangsur selama jangka waktu yang telah ditetapkan.
2. Istishna
Akad jual beli antara nasabah dan bank, dimana kenutuhan barang
Bank memesan barang pesanan nasabah kepada produsen sesuai dengan perjanjian
yang mengikat. Setelah barang jadi, maka bank menjual barang tersebut kepada
keuntungan dari proyek dilakukan sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama.
Perjanjian kerja sama antara nasabah dan bank, dimana nasabah hanya
boleh menggunakan modal yang diberikan untuk melasanakan proyek yang telah
ditentukan. Pembagian hasil keuntungan dari proyek dilakukan sesuai nisbah yang
disepakati bersama.
4. Musyarakah
dilakukan antara nasabah dan Bank Muamalat Indonesia dalam suatu usaha/
ditanamkan. Proyek ini boleh dikelola oleh salah satu dari pemberi dana atau oleh
pihak lainnya. Untuk jenis pembiayaan ini, pemilik dana boleh melakukan
5. Qardhul Hasan
Perjanjian pemberian pinjaman bank kepada kedua dan pinjaman
6. Rahn
(mutahin) sebagai jaminan atau gadai, jika emas di rahn-kan maka fisik emas
diserahkan kepada bank, sedangkan untuk kendaraan atau rumah (properti) cukup
7. Wakalah
kepada pihak lain sebagai wakil dalam melaksanakan transaksi. Segala hak dan
disepakati bersama.
8. Hiwalah
pertama) kepada bank (pihak kedua) dari nasabah lain (pihak ketiga). Peihak
pertama meminta bank untuk membayarkan telebih dahulu piutang yang timbul,
baik dari jual beli maupun transaksi lainnya. Setelah piutang tersebut jatuh tempo,
pihak ketiga akam membayar kepada bank. Bank akan memdapatkan keuntungan
1. ATM
2. Phone Banking
3. Payment Point
6. Penggajian (Payorll)
Inisiasi
S l l A l
Dokumentasi
1. Regular monitoring
2 Restrukturisasi pembiayaan
1. Inisiasi
Proses awal menetapkan kriteria nasabah pembiayaan sesuai dengan kriteria yang
a. Solisitas
Mencari nasabah sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Dalam hal ini terdapat
beberapa tahapan, yaitu:
1. Penetapan target market, misal sektor industri
b. Evaluasi
a. tujuan
b. hasil kunjungan
2. Pengumpulan data-data
a. surat permohonan nasabah
d. data jaminan
a. Persetujuan
b. Kolektibilitas
c. Permintaan informasi
d. Penyidikan
e. Penilaian jaminan
g. Laporan kunjungan
h. Korespondensi intern
i. Korespondensi extern
4. Tahapan evaluasi
trade, personal)
5. Evaluasi data disajikan dalam usulan pembiayaan (UP) dengan
berisikan:
track record)
f. analisa jaminan
g. aspek syariah
h. kesimpulan
c. Approval
approval)
penolakan.
b. Disetujui, AM membuat offering letter (OL) atau surat
2. Dokumentasi
1. offering letter
2. akad pembiayaan
3. Monitoring
a. Regular monitoring
supervisor AM
2. Monitoring pasif, yaitu monitoring pembayaran kewajiban nasabah
b. Restrukturisasi pembiayaan
2. penjualan jaminan
Solisitas
Unit Bisnis dilakukan oleh AM Mikro BMI langsung kepada end user.
Mitra Aliansi dilakukan oleh AM BMT, BPRS, Koperasi yang berbadan hukum
kepada end user dan atau AM BMI ke end user dengan channel Mitra Aliansi.
Taksasi Jaminan
Taksasi dilakukan oleh unit support dan atau kru marketing lain yang bukan
pemilik atau penanggung jawab account (cross taxation antar AM). Dalam
account yang bersangkutan. Laporan taksasi untuk unit bisnis ditandatangani oleh
atau Manager.
Usulan Penanaman Dana:
Proses Persetujuan:
Aliansi: diajukan mitra kemudian direview dan disetujui oleh Komite Cabang
Pengikatan:
Aliansi: oleh Pemimpin Mitra Aliansi yang telah mendapatkan Kuasa Substitusi
dari Pemimpin Cabang BMI berdasarkan Surat Kuasa Khusus dari Direksi
BMI
Collection:
Ketentuan Pendukung
1. Biaya Administrasi
a. Unit Bisnis : minimal 1,5% per transaksi = 1 % untuk BMI dan 0,5% untuk
marketing.
3. Jenis Jaminan
c. Verponding
f. Faktur
g. Ijasah
h. SK Pengangkatan Pegawai
i. Taspen
k. Stok Barang
l. Cessie gaji
m. Cessie Piutang
4. Jenis Pengikatan
a. Pembiayaan : Internal
b. Jaminan : Surat Kuasa Jual
a. Unit Bisnis : wajib menyimpan semua dokumen terkait penanaman dana mikro
dimitra aliansi dan copy dokumen disimpan di BMI serta BMI mempunyai
6. Ketentuan Lainnya
a. Unit Bisnis:
b. Mitra Aliansi
terbesar ternyata berasal dari pembiayaan murabahah dan terkecil dari pembiayaan
panjang, sedangkan secara umum pengusaha yang tergolong dalam UKM hanya
sebagian saja yang dapat menyelesaikan suatu proyek jangka panjang. Oleh sebab
peningkatan yang berarti, akan tetapi sejak awal tahun 2004 , 2006 sampai dengan
tahun 2007 peningaktan terjadi dengan signifikan. Hal ini menunjukan bahwa
pembiayaan musyarakah yang merupakan pembiayaan jangka panjang semakin
2000
1800
1600
1400
Nasabah
1200
1000
800
600
400
200
0
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46
Bulan
Perubahan yang signifikan meningkat terjadi pada awal tahun 2004 sampai
dengan pertengahan tahun 2006 (lihat gambar 4.2). Pada tahun 2007 mengalami
25000
20000
15000
Nasabah
10000
5000
0
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46
Bulan
25000
20000
Nasabah
15000
10000
5000
0
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46
Bulan
Dana pihak ketiga dari tahun 2003 - September 2007 menunjukan adanya
peningkatan. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa kinerja Bank
Muamalat Indonesia dalam menggalang dana pihak ketiga semakin baik. Selain itu
hal tersebut menandakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Bank
Muamalat Indonesia semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan dana pihak
ketiga Bank Muamalat Indonesia sebagaimana gambar 4.4 di bawah.
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa peningkatan pihak ketiga terus terjadi sejak
tahun 2003. Akan tetapi peningkatan yang paling besar terjadi pada tahun 2004.
Kondisi ini sejalan dengan peningkatan pembiayaan dan pendapatan Bank Muamalat
Indonesia.
Gamber 4.4 Dana Pihak Ketiga Bank Muamalat Indonesia (Juta Rupiah)
9000000
8000000
7000000
Dana Pihak ketiga
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
1 2 3 4 5
Tahun
kenaikan 72,57% dari tahun 2003 yaitu Rp. 2.510.243 juta. Pada tahun 2005 Rp.
5.750.227 juta naik 32,73%, tahun 2006 kenaikan mengalami 18,90% yaitu Rp
6.837.431 juta. Sedangkan pada tahun 2007 sampai bulan September kenaikan hanya
C. Perkembangan Pembiayaan
murabahah, maka untuk pembiayaan total (UKM & Non UKM), jumlah terbesar
juga pada jenis pembiayaan murabahah. Disamping itu pembiayaan total Bank
total untuk masing-masing jenis pembiayaan, berikut akan dibahas satu persatu.
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
Bulan
kerja sama antara bank dengan investor dalam jangka panjang. Di duga Bank
Muamalat Indonesia masih berhati-hati dalam memilih mitra kerja yang dapat
Indonesia.
3500000
3000000
2500000
Pembiayaan
2000000
1500000
1000000
500000
0
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57
Bulan
murabahah yang mempunyai sifat jangka pendek. Akan tetapi Bank Muamalat
harga yang telah di mark-up, yang dibayar secara mencicil atau diangsur,
modal, akan tetapi karena pembiayaan ini yang dikeluarkan bank sangat kecil,
maka diduga hal tersebut lebih dominan digunakan untuk pembelian barang-
barang konsumsi.
besar terdiri dari, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Non UKM. Khusus
menunjukan adanya peningkatan yang signifikan terutama pada tahun 2004 (lihat
lampiran 3)
maka pembiayaan untuk UKM yang terbesar juga pada pembiayaan murabahah
600000
500000
Pembiayaan
400000
300000
200000
100000
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
Bulan
rata Bank Muamalat Indonesia tahun 2003 mencapai Rp 1.477,92 juta per
bulan, pada tahun 2004 pambiayaan rata-rata naik lebih dari 100% dibanding
tahun 2003 manjadi Rp 143.554,92 juta perbulan. Hal ini menunjukan bahwa
sejalan dengan waktu meningkat cukup tinggi. Akan tetapi pada tahun 2006
tahun 2004 yaitu Rp 68.463,08 juta perbulan, baru pada tahun 2007 peningkatan
2007 adalah Rp. 280.683,67 juta perbulan, hal tersebut menandakan bahwa di
adanya peningkatan pada tahun 2003 meski perubahan tersebut relatif kecil.
Akan tetapi sejak tahun 2004,2006 dan 2007 pembiayaan mudharabah UKM
mudharabah UKM ini menunjukan bahwa sejak tahun 2004, Bank Muamalat
Pembiayaan 2000000
1500000
1000000
500000
0
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
1
Bulan
Pada tahun 2004 pembiayaan rata-rata mudharabah UKM naik lebih dari 100%,
mudharabah naik sebesar 10,49% menjadi Rp. 2.180.057,42 juta perbulan. Hal
2003 113.997,58
2004 1.125.782,33
2006 1.972.944,83
2007 2.180.057,42
2004, sekalipun tahun 2003 terjadi kecenderungan perubahan yang stabil. Di awal
sampai dengan Desember 2007 mengalami peningkatan kembali. Hal ini menunjukan
bahwa penyaluran pembiayaan untuk UKM semakin meningkat sejak tahun 2004
2500000
2000000
Pembiayaan
1500000
1000000
500000
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47
Bulan
juga terjadi peningakatan lebih dari 100% pada tahun 2004 sebesar Rp 1.424.029,42
juta perbulan, dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu Rp 141.495,83 juta perbulan,
Pada tahun 2006 peningkatan rata-rata pembiayaan hanya mencapai 14,22% dengan
lebih tinggi mencapai 37,13% yaitu Rp 2.230.670,50 juta perbulan. Semua ini
Secara garis besar dapat terlihat bahwa pada awalnya perhatian, Bank
Muamalat Indonesia kepada UKM relatif masih kecil, tetapi dari tahun ke tahun
tampaknya perhatian tesebut semakin meningkat, terutama sejak awal tahun 2004,
meski pada tahun berikut mengalami penurunan dan peningkatan kembali yang
cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Muamalat Indonesia telah
memberikan perhatian lebih kepada UKM. Selain itu mengindikasikan juga bahwa
Bank Muamalat Indonesia menjalankan fungsi sosialnya dengan cara
meningkatkan pembiayaan yang dikeluarkan untuk UKM.
dan murabahah sejak tahun 2003 sampai dengan September 2007 menunjukkan
1000000
800000
Pendapatan
600000
400000
200000
0
1 2 3 4 5
Tahun
untuk UKM tahun 2003 – 2007 adalah 36%, sedangkan untuk Non UKM sebesar
64% (lihat gambar 4.13). Sepanjang tahun 2003, pembiayaan musyarakah kepada
UKM relatif masih kecil. Dengan kata lain, pembiayaan musyarakah terhadap
kelompok Non UKM jauh lebih tinggi. Akan tetapi pada tahun 2004, pembiayaan
musyarakah untuk UKM meningkat sangat besar, bahkan dalam beberapa bulan
proporsi pembiayaan untuk UKM mencapai 100% (lihat gambar 4.12). Hal tersebut
dapat disebabkan karena usaha Non UKM tidak ada yang membutuhkan pembiayaan
musyarakah pada tahun 2004, tetapi juga dapat disebabkan karena kebijakan Bank
alasannya, dengan melihat kondisi ini paling tidak Bank Muamalat Indonesia telah
jauh dengan keadaan proporsi pembiayaan UKM di tahun 2004. Pada tahun 2006 dan
tahun 2007 proporsi pembiayaan mengalami penurunan kembali (lihat gambar 4.12).
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor penyebab turunnya proporsi
jangka panjang, tetapi juga dapat disebabkan karena kebijakan Bank Muamalat
Indonesia yang tidak memprioritaskan UKM. Akan tetapi apapun alasannya dengan
melihat kondisi ini dapat di ketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia tidak
memprioritaskan UKM pada tahun 2006 – 2007. Atau dengan kata lain, Bank
kepentingan UKM.
100%
80%
60%
Proporsi
40%
20%
0%
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46
Bulan
UKM
36%
Non UKM
64%
proporsi pembiayaan musyarakah yaitu sejak tahun 2003, proporsi pembiayaan untuk
UKM relatif lebih kecil dibanding pembiayaan Non UKM. Akan tetapi sejak awal
tahun 2004, 2006 sampai 2007, terjadi peningkatan proporsi yang sangat besar,
bahkan dalam satu bulan di tahun 2004 mencapai 100% untuk pembiayaan
Bank Muamalat Indonesia untuk UKM tahun 2003 – 2007 sebesar 70% proporsi ini
lebih besar dibandingkan Non UKM, sedangkan untuk Non UKM sebesar 30% (lihat
gambat 4.15).
proporsi pembiayaan mudharabah untuk UKM lebih besar dari kelompok Non UKM,
kembali menunjukan bahwa perhatian Bank Muamalat Indonesia kepada UKM telah
100%
80%
60%
Proporsi
40%
20%
0%
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46
Bulan
Non UKM
30%
UKM
70%
untuk UKM masih kecil dibandingkan dengan proporsi pembiayaan untuk Non
UKM. Pada tahun 2004, 2006 sampai 2007, proporsi pembiayaan untuk UKM
Indonesia untuk UKM tahun 2003 – 2007 sebesar 53% proporsi ini lebih besar
dibandingkan Non UKM, sedangkan untuk Non UKM sebesar 47% (lihat gambar
4.17). Hal ini kembali membuktikan bahwa Bank Muamalat Indonesia mengambil
100%
80%
60%
Proporsi
40% C
20%
0%
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47
Bulan
Non UKM
47% UKM
53%
Dari gambar ketiga proporsi yang telah dianalisis diatas, serta analisis
sejak tahun 2004, 2006 dan 2007, Bank Muamalat Indnesia telah memberikan porsi
yang besar kepada pembiayaan UKM. Akan tetapi proporsi pembiayaan musyarakah
di tahun 2006-2007 untuk UKM kembali turun, hal ini menunjukan bahwa Bank
A. KESIMPULAN
penelitian dan analisa data, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
telah ditentukan oleh peihak Bank Muamalat Indonesia. (2) Account Manager
apabila layak maka UP tersebut diterima, akan tetapi apabila tidak layak maka UP
tersebut tidak diterima. (4) Apabila disetujui Account Manager membuat offering
latter yang telah ditanda tangani oleh direksi/ pemimpin cabang/ kepala divisi
seluruh dokumen dikembalikan kepada nasabah dan disertai surat penolakan. (5)
perbulan sebagai berikut : (1) Pada pembiayaan musyarakah untuk UKM tahun
2004 naik lebih dari 100% sebesar Rp 143.554,92 juta perbulan, dibandingkan
tahun 2003 yaitu Rp 1.477,92 juta perbulan. Sedangkan pada tahun 2006
68.463,08 juta perbulan. Sedangkan tahun 2007 peningkatan lebih dari 100%
mudharabah untuk UKM pada tahun 2004 juga terjadi peningkatan lebih dari
perbulan. (3) Pada pembiayaan murabahah untuk UKM tahun 2003 adalah Rp
141.495,83 juta perbulan, pada tahun 2004 naik lebih 100% sebesar Rp
waktu ke waktu.
3. Proporsi pembiayaan UKM dan berdasarkan jenis pembiayan sebagai berikut : (1)
Proporsi pembiayaan musyarakah UKM pada tahun 2003 relatif kecil rata-
ratanya hanya mencapai 7%, tahun 2004 meningkat menjadi 75% ini mengartikan
Proporsi pembiayan UKM pada tahun 2006 rata-rata hanya mencapai 15%,
sedangkan pada tahun 2007 mencapai 30%. Hal ini kembali menunjukan bahwa
untuk UKM sepanjang tahun 2003 relatif kecil, namun sejak tahun 2004,2006 dan
2004 mencapai 85%, tahun 2006 mencapai 83% dan tahun 2007 mencapai 92%.
proporsi pembiayaan murabahah UKM tahun 2003 hanya mencapai 13%. Namun
sejak tahun 2004 proporsi pembiayaan UKM meningkat menjadi 86%, tahun
2006 proporsi pembiayaan mudharabah UKM 52%, dan tahun 2007 mencapai
62%. Hal ini menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia berpihak kepada
5. Skema aplikasi perbankan dari al- Musyarakah, al- Mudharabah dan al-
Skema al-Musyarakah
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
Skema al-Mudharabah
PERJANJIAN
BAGI HASIL
PROYEK / USAHA
Nisbah Nisbah
X% PENBAGIAN Y%
KEUNTUNGAN
Skema Bai’al-Murabahah
Negosiasi &
1
Persyaratan
6 Bayar
5 Terima
Barang &
3 Beli 4 Kiri Dokumen
SUPLIER
PENJUAL
Channelling. Selain itu dalam penyaluran dana CSR BMI menjalin kerja sama
7. Pola linkage merupakan solusi yang diberikan bank dalam hal ini Bank Muamalat
Indonesia dalam pemberian fasilitas pembiayaan bagi UKM, sehingga UKM bisa
B. SARAN-SARAN
sebagai berikut
kepada UKM.
3. Meningkatkan kerja Account Manager karena AM adalah pihak yang selalu
4. Untuk menarik minat para nasabah, Bank Muamalat Indonesia harus lebih
inovatif.
Antonio, M. Syafi’i, Bank Syariah Dari Teoti Kepraktik, Jakarta: Gema Insani, 2001.
Antonio, M. Syafi’i, Bank Syariah, Wacana Ulama dan Cendikia, Jakarta: Tazkia
Institute, 1999.
Chapra, M. Umer, Masa Depan Ilmu Ekonomi Sebuah Tinjauan Islam, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001, Cet. Ke- I.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Jakarta: CV. Gaung Persada, 2006, Cet. Ke-III.
Firdaus, Rahmat dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, Toeri,
Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit,
Bandung: ALFABETA, 2004.
Hafsah, Muhammad Ja’far, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2000.
Ismawan, Indra, Sukses di Era Ekonomi Liberal, Bagi Koperasi Perusahaan Kecil
Menengah, Jakarta: Grasindo, 2001.
Karim, Adiwarman .A, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
Mannan, M. Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997.
Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/
menengah dan Koperasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, Cet. Ke- II.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES,
1995, Cet. Ke- II.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Tambunan, Tulus T.H, Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia, Beberapa Isu
Penting, Jakarta: Salemba, 2002.
Usman, Marzuki, Kiat Sukses Pengusaha Kecil, Jakarta: Jurnal Keuangan dan
Moneter dan Institut Banker Indonesia, 1998.
Pembiayaan Total
Pembiayaan UKM