Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN PREMI ASURANSI PENDIDIKAN DI


KABUPATEN LABUHAN BATU

TESIS

Oleh

NURINTAN ASYIAH SIREGAR


117018017/EP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN PREMI ASURANSI PENDIDIKAN DI
KABUPATEN LABUHAN BATU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Magister Sains Dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURINTAN ASYIAH SIREGAR


117018017/EP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan


Premi Asuransi Pendidikan Di Kabupaten Labuhanbatu
Nama Mahasiswa : Nurintan Asyiah Siregar
Nomor Pokok : 117018017
Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ramli, MS Dr. Murni Daulay, SE, M.Si


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Syaad Afifuddin,SE,M.Ec Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, AK,CA
Tanggal Ujian: 12 Februari 2014
Telah diuji pada
Tanggal : 12 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS :

KETUA : Prof. Dr. Ramli, SE, MS

ANGGOTA : 1. Dr. Murni Daulay, M.Si

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec


3. Dr. Rujiman, SE, MA

4. Dr. HB. Tarmizi, SU

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


NAMA : Nurintan Asyiah Siregar
NIM : 117018017
KEDUDUKAN : MAWASISWA/PENELITI

Dengan ini menyatakan tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Magister Sain pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

penulis sendiri.

Pengutipan hasil karya orang lain yang saya lakukan dalam tesis ini, telah

saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Jika dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini

bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

perundangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, Februari 2014


Penulis

Nurintan Asyiah Siregar


NIM. 117018017
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN PREMI ASURANSI PENDIDIKAN
DI KABUPATEN LABUHANBATU

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan premi


asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu. Data yang digunakan adalah data
primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan model
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan
dan tingkat pendidikan berpengaruh positif yang signifikan terhadap permintaan
premi asuransi pendidikan, variabel jumlah anak berpengaruh negatif yang
signifikan sedangkan variabel umur berpengaruh negatif yang tidak signifikan
terhadap permintaan premi asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu.

Kata Kunci : Permintaan Premi Asuransi Pendidikan, Pendapatan, Saving, Umur,


Jumlah Anak, Tingkat Pendidikan
AN ANALYSIS ON THE FACTORS WHICH INFLUENCE THE DEMAND
FOR EDUCATION INSURANCE PREMIUM IN
LABUHANBATU DISTRICT

Nurintan Asyiah Siregar, Ramli, Murni Daulay

ABSTRACT
The objective of the research was to find out some factors which influence the
demand for education insurance premium in Labuhanbatu District. The primary
data were obtained from respondents through questionnaires by using multiple
linear regression models. The result of the research showed that the variables of
income and the level of education had positive and significant influence on the
demand for education insurance premium. The variable of the number of children
had negative and significant influence, while the variable of age had negative and
insignificant influence on the demand for education insurance premium in
Labuhanbatu District.

Keywords: Demand for Education Insurance Premium, Income, Savings, Age, the
Number of Children, Level of Education
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis bidang Magister Ekonomi

Pembangunan yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Premi Asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu” ini dengan

baik. Penulis sangat bersyukur atas petunjuk dan pertolongan Allah SWT dalam

penyelesaian tesis ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi besar Muhammad SAW.

Tesis ini dapat penulis selesaikan karena bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan tesis ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec. selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembengunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, dan Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. Selaku

dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan atas bantuan,

bimbingan dan masukan yang begitu berarti yang telah diberikan kepada

penulis dalam penyelesaian tesis ini.

3. Kepada para dosen pembanding, Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE,

M.Ec, Bapak Dr. Rujiman SE, MA dan Dr. HB. Tarmizi, SU, terima kasih

penulis ucapkan atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan.

4. Kepada orang tua dan keluarga penulis, yang selama ini memberikan

dukungan dan doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam


menempuh pendidikan dan penyelesaian tesis ini, penulis ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya. Semoga hasil yang penulis kerjakan ini dapat

memberikan kebanggaan pada keluarga dan kedua orangtua penulis.

5. Teman-teman dan sahabat yang selalu mendukung, memotivasi dan

membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih penulis

ucapkan pada semuanya, semoga Allah membalas semua kebaikan yang

telah diberikan.

6. Para staf pengajar dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis

dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian

ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar

menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah jua penulis berserah diri, Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Medan, Februari 2014

Penulis

Nurintan Asyiah Siregar


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurintan Asyiah Siregar

Agama : Islam

Tempat/Tgl. Lahir : Padang Sidempuan, 28 September 1983

Jenis Kelamin : Perempuan

Warganegara : Indonesia

Alamat : Jl. Kancil No. 42 A Sigambal Kab. Labuhan Batu

No. Handphone : 081361676296

Pekerjaan : Dosen Universitas Labuhan Batu

Riwayat Pendidikan Formal :

2012 – 2014 : Magister Ekonomi Pembangunan (MEP) USU Medan


Tahun 2006 : Lulus dari Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara
Tahun 2002 : Lulus dari SMU Negeri 3 Padang Sidimpuan
Tahun 1999 : Lulus dari SLTP Negeri 4 Rantau Prapat
Tahun 1996 : Lulus dari SD Negeri 112149 Sigambal
Telah diuji pada

Tanggal : 12 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS :

KETUA : Prof. Dr. Ramli, SE, MS

ANGGOTA : 1. Dr. Murni Daulay, M.Si

2. Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec,

3. Dr. Rujiman SE, MA

4. Dr. HB. Tarmizi, SU


DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................. v
DARTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 14
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 18
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 19
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 21


2.1 Lembaga Keuangan ..................................................................................... 21
2.2 Asuransi ....................................................................................................... 23
2.2.1 Jenis Usaha Asuransi ............................................................................ 24
2.2.2 Manfaat Asuransi .................................................................................. 26
2.2.3 Tujuan Asuransi .................................................................................... 26
2.2.4. Sifat Asuransi...................................................................................... 28
2.2.5. Polis dan Premi di dalam Asuransi ..................................................... 29
2.2.6. Subyek dan Obyek Asuransi ................................................................ 34
2.3 Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi ..................................................... 37
2.4 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi ................................................................. 42
2.4.1 Teori Konsumsi .................................................................................... 44
2.4.2 Fungsi Tabungan ...................................................................................... 49
2.4.3 Marginal propensity to save dan average propensity to save ............... 49
2.4.4 Hubungan antara MPC dengan MPS, APC dengan APS .................... 51
2.5 Teori Permintaan ......................................................................................... 52
2.5.1 Pengertian Permintaan .......................................................................... 52
2.5.2 Faktor Penentu Permintaan ................................................................... 54
2.5.3 Perubahan Permintaan .......................................................................... 58
2.6 Penelitian Sebelumnya ................................................................................ 61
2.7 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 64
2.8 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 67
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 67
3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 67
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 67
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 68
3.5 Metode Analisis ...................................................................................... 68
3.6 Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 70
3.7 Definisi Operasional ............................................................................... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 74


4.1. Gambaran Umum Labuhanbatu ................................................................. 74
4.2. Daftar Perusahaan Perasuransian ............................................................... 77
4.3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Labuhanbatu.................... 79
4.4. Perkembangan Pendidikan di Labuhanbatu ............................................... 81
4.5. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ......................................................... 83
4.5.1. Deskripsi Data ..................................................................................... 83
4.5.2.Uji Asumsi Klasik................................................................................896
4.5.3. Uji Statistik Hasil Estimasi Model ..................................................... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 98


5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 98
5.2. Saran-saran ................................................................................................. 98
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN PREMI ASURANSI PENDIDIKAN
DI KABUPATEN LABUHANBATU

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan premi


asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu. Data yang digunakan adalah data
primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan model
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan
dan tingkat pendidikan berpengaruh positif yang signifikan terhadap permintaan
premi asuransi pendidikan, variabel jumlah anak berpengaruh negatif yang
signifikan sedangkan variabel umur berpengaruh negatif yang tidak signifikan
terhadap permintaan premi asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu.

Kata Kunci : Permintaan Premi Asuransi Pendidikan, Pendapatan, Saving, Umur,


Jumlah Anak, Tingkat Pendidikan
AN ANALYSIS ON THE FACTORS WHICH INFLUENCE THE DEMAND
FOR EDUCATION INSURANCE PREMIUM IN
LABUHANBATU DISTRICT

Nurintan Asyiah Siregar, Ramli, Murni Daulay

ABSTRACT
The objective of the research was to find out some factors which influence the
demand for education insurance premium in Labuhanbatu District. The primary
data were obtained from respondents through questionnaires by using multiple
linear regression models. The result of the research showed that the variables of
income and the level of education had positive and significant influence on the
demand for education insurance premium. The variable of the number of children
had negative and significant influence, while the variable of age had negative and
insignificant influence on the demand for education insurance premium in
Labuhanbatu District.

Keywords: Demand for Education Insurance Premium, Income, Savings, Age, the
Number of Children, Level of Education
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Asuransi pendidikan merupakan salah satu jenis asuransi jiwa yang

mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka

ada sejumlah nilai tunai yang bisa diambil untuk membayar biaya pendidikan

anak. Karena itu, biasanya nilai tunai pada asuransi pendidikan hanya bisa diambil

pada saat tahapan pendidikan anak jatuh tempo. Misalnya saat akan membayar

uang pangkal masuk sekolah SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

Namun, perkembangan selanjutnya produk asuransi pendidikan menjadi

lebih variatif. Nilai tunai tidak hanya bisa diambil pada saat tahapan pendidikan

saja, tetapi juga pada waktu lain. Hal ini memang dimungkinkan hanya jika nilai

tunainya sudah muncul. Karena itu jika kembali ke konsep awal, nilai tunai

memang bisa diambil jika memang sudah ada bagian dari premi asuransi yang

diinvestasikan.

Sejak dua hingga tiga tahun belakangan produk ini cukup populer di

tengah masyarakat. Hal itu seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat

atas pendidikan. Pada saat ini setidaknya ada tiga hal utama yang menyebabkan

masyarakat menjadikan asuransi sebagai instrumen investasi, yakni kesehatan,

pendidikan, dan pensiun. Alasan kesehatan masih menjadi hal utama bagi

masyarakat yang hendak berasuransi. Namun, pada masa mendatang tidak

menutup kemungkinan alasan pendidikan menjadi hal utama bagi masyarakat

untuk memegang polis asuransi.


Selain itu, perusahaan asuransi yang memiliki produk asuransi pendidikan,

juga semakin bersemangat mempromosikan produk-produknya. Tampaknya,

perusahaan asuransi melihat peluang untuk "menjual" produk asuransi pendidikan

semakin besar. "Khususnya di kalangan masyarakat menengah,". masyarakat

menengah menjadi pasar potensial. Sebab, masyarakat menengah semakin

menyadari pentingnya arti pendidikan bagi anak-anak. Di sisi lain, mereka juga

menyadari akan semakin beratnya biaya pendidikan pada masa mendatang.

Karena itulah, asuransi pendidikan menjadi alternatif bagi masyarakat menengah

untuk membiayai pendidikan anak-anaknya pada masa depan.

Biaya pendidikan yang terus meningkat membuat masyarakat mencari

alternatif pembiayaan bagi pendidikan anak-anaknya pada masa mendatang.

Walaupun tidak menutupi semua kebutuhan biaya pendidikan, dengan adanya

asuransi pendidikan masyarakat akan terbantu.

Itulah sebabnya sebagian besar masyarakat yang memiliki polis asuransi

pendidikan menyamakan jatuh tempo pembayaran sesuai dengan jenjang

pendidikan anak, yakni saat masuk SD, masuk SMP, masuk SMA atau masuk

perguruan tinggi. Sebab, ketika anak-anak kejenjang sekolah yang lebih tinggi,

masyarakat harus menyiapkan dana besar. Dengan menjadi peserta asuransi

pendidikan sama saja membuat orangtua lebih memperhatikan pendidikan anak-

anaknya. Tidak selamanya orangtua bisa membiayai pendidikan anak-anak.

Apalagi tidak seorang pun yang bisa meramalkan masa depan akan seperti apa.

Mengingat pentingnya pendidikan maka dianjurkan kepada orang tua agar

segera membuat perencanaan pendidikan dengan memiliki asuransi pendidikan,

sehingga pendidikan anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan sampai


pada tingkat perguruan tinggi. Bila semua anak memiliki pendidikan yang tinggi

maka kualitas sumber daya manusia akan meningkat juga sehingga pembangunan

ekonomi akan mudah dilaksanakan.

Asuransi pendidikan bisa menjadi alternatif bagi orangtua yang ingin

menjamin masa depan anak-anaknya. Di luar negeri, pertumbuhan asuransi

pendidikan sudah tidak terlalu besar. Ini karena masyarakat luar negeri sudah

menjadikan asuransi sebagai bagian dari kebutuhan wajib. "Sejak jauh-jauh hari,

mereka telah memikirkan kebutuhan masa depan”.

Yang dimaksud dengan perusahaan perasuransian adalah perusahaan yang

terkait dengan bisnis asuransi dan pertanggungan, artinya perusahaan asuransi

akan menanggung semua resiko yang dipertanggungkan baik resiko kerugian

maupun resiko kematian. Perusahaan tersebut adalah perusahaan asuransi jiwa,

kerugian, reasuransi, pialang asuransi maupun agen asuransi.

Asuransi pendidikan merupakan bagian dari asuransi jiwa yang

mempertanggungkan jaminan pendidikan terhadap nasabah yang

dipertanggungkan. Jenis asuransi ini cukup diminati oleh masyarakat umumnya

dan masyarakat Labuhanbatu khususnya hal ini kemungkinan masyarakat telah

mengerti arti dan manfaat asuransi tersebut. Asuransi pendidikan merupakan jenis

asuransi yang memiliki prisip jaminan atas masa depan yang cerah kepada

keluarga khususnya terhadap anak yang di masa datang karena adanya jaminan

kelangsungan pendidikan.

Asuransi pendidikan mengajak masyarakat untuk mewujudkan masa depan

anak melalui kepastian atas jaminan terhadap pendidikan. Fenomena yang ada

menunjukkan bahwa masih banyak anak yang putus sekolah akibat kekurangan
biaya yang seharusnya dapat diatasi dengan memanfaatkan fasilitas yang

disediakan oleh lembaga perasuransian.

Asuransi pendidikan menganut system kepemilikan dan kepenguasaan

yang unik, yakni bentuk badan usaha “mutual” atau “usaha bersama”. Semua

pemegang polis adalah pemilik perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil

mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya

perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme

dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama perusahaan

asuransi hingga saat ini.

Dengan menjadi nasabah asuransi pendidikan maka kebutuhan akan

jaminan pendidikan terhadap generasi muda (putra-putri), perusahaan asuransi

siap membantu dalam hal pembiayaan pendidikan. Asuransi mitra beasiswa

adalah salah satu jenis asuransi pendidikan merupakan produk asuransi

perorangan yang memberikan proteksi sampai saat tertanggung meninggal dunia.

Manfaat dari asuransi tersebut tetap terlaksana sesuai dengan perjanjian yaitu

memberikan uang pertanggungan serta beasiswa tanpa harus membayar premi

yang belum dibayarkan berdasarkan yang telah disepakati dalam perjanjian.

Asuransi jiwa yang memberikan proteksi biaya pendidikan bagi putra-putri

tercinta mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, baik tertanggung

masih hidup maupun meninggal dengan asumsi biaya premi dibayar lancar,

karena jenis asuransi ini menggabungkan unsur tabungan dan proteksi sampai

tertanggung meninggal dunia.

Potensi asuransi pendidikan sangat besar manfaatnya terhadap masyarakat,

khususnya untuk meningkatkan kapasitas pendidikan masyarakat, di mana salah


satu indikator utama pembangunan adalah tingkat pendidikan yang telah dimiliki

oleh masyarakat. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka kegiatan

pelaksanaan pembangunan akan semakin bagus. Jadi peranan pendidikan dalam

pembangunan sangat penting, oleh karena itu dukungan dan upaya agar

pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik adalah melalui asuransi pendidikan.

Potensi jumlah penduduk usia sekolah yang cukup banyak belum

dimanfaatkan secara optimal oleh perusahaan asuransi yang jumlahnya cukup

banyak, jadi persentase penduduk yang masuk ke dalam asuransi pendidikan

belum banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada.

Dari uraian diatas, terlihat bahwa asuransi pendidikan memiliki potensi

pengembangan cukup besar dengan adanya kebutuhan masyarakat dan dukungan

kebijakan pengembangan yang kuat. Oleh karena itu penulis mengambil

judul :”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi permintaan premi asuransi

pendidikan di Labuhanbatu”.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan premi asuransi pendidikan di Kabupaten labuhanbatu.

Penelitian juga ingin mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan premi asuransi pendidikan di Kabupaten labuhan Batu yang dapat

dirinci sebagai berikut :

a. Apakah pendapatan responden mempengaruhi permintaan premi asuransi

pendidikan di Kabupaten labuhan Batu?


b. Apakah saving mempengaruhi permintaan premi asuransi pendidikan di

Kabupaten Labuhan Batu?

c. Apakah umur responden mempengaruhi permintaan premi asuransi

pendidikan di Kabupaten labuhan Batu?

d. Apakah jumlah anak responden mempengaruhi permintaan premi asuransi

pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu?

e. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi permintaan premi asuransi

pendidikan di Kabupaten labuhan Batu?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui manfaat suatu kegiatan tersebut harus mempunyai

tujuan yang jelas. Demikian juga dalam suatu penelitian harus mempunyai arah

dan tujuan yang jelas, dalam penelitian ini bertujuan :

a. Untuk menganlisis pengaruh pendapatan responden terhadap permintaan

premi asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu.

b. Untuk menganlisis pengaruh saving terhadap permintaan premi asuransi

pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu.

c. Untuk menganlisis pengaruh umur responden terhadap permintaan premi

asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu.

d. Untuk menganlisis pengaruh jumlah anak responden terhadap permintaan

premi asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu.

e. Untuk menganlisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap permintaan

premi asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu.


1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang arti

dan fungsi asuransi pendidikan.

b. Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi

perusahaan asuransi khususnya asuransi pendidikan untuk bahan

perencanaan dalam pengambilan keputusan asuransi.

c. Dapat mengetahui bagaimana perkembangan permintaan premi asuransi

pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu bagi penelitian selanjutnya

d. Dapat memberikan alternative dan referansi bagi peneliti yang akan

datang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Keuangan


Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang

pokok-pokok perbankan, yang dimaksud Lembaga Keuangan adalah semua badan

yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari dan

menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. Secara garis besar lembaga

keuangan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Lembaga Keuangan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahunn 1992 tentang

perbankan)

b. Lembaga Keuangan Non Bank. Sebagaimana bank, Lembaga Keuangan

Bukan Bank (LKNB) ini juga berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur

dana dari dan ke masyarakat, yang bertujuan untuk menunjang

pengembangan pasar uang dan modal serta membantu permodalan

perusahaan-perusahaan.

Akan tetapi, lembaga keuangan non bank tidak dapat secara langsung

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito

berjangka. Lembaga keuangan non bank hanya memfokuskan pada salah satu

kegiatan keuangan saja. Misalnya perusahaan leasing menyalurkan dana dalam

menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman jangka pendek dengan jaminan barang
bergerak. Secara garis besar, lembaga keuangan non bank dapat dikelompokkan

menjadi: Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Pasar Uang, dan Reksadana.

Untuk menjadi suatu perusahaan asuransi yang layak harus memiliki 6

macam prinsip dasar, yaitu: insurable interest, utmost good faith, proximate cause,

indemnity,subrogation dan contribution.

a. Insurable interest, yaitu hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari

suatu hubungan keuangan, antara anda dengan obyek yang diasuransikan

dan dapat diakui secara hukum.

b. Utmost good faith, yaitu suatu tindakan untuk mengungkapkan secara

akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai

sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.

c. Proximate cause, yaitu suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan

rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya suatu

intervensi yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru da

independen.

d. Indemnity, yaitu suatu mekanisme di mana perusahaan asuransi

menyediakan kompensasi financial dalam upaya menempatkan anda dalam

posisi keuangan yang anda miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian

(KUHD Pasal 252, 253 dan dipertegas dalam Pasal 278).

e. Subrogation, Yaitu pengalihan hak tuntut dari nasabah kepada perusahaan

asuransi setelah klaim dibayar.

f. Contribution, yaitu suatu perusahaan asuransi untuk mengajak perusahaan

asuransi lainnya untuk sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama

kewajibannya terhadap tertanggung dalam memberikan indemnity.


2.2 Asuransi
Salah satu penanggulangan resiko melalui pembiayaan adalah dengan

mengasuransikan suatu resiko kepada perusahaan asuransi. Cara ini dianggap

sebagai metode yang efektif dalam upaya penanggulangan resiko yang

diakibatkan oleh ketidakpastian dalam suatu perencanaan. Asuransi telah

berkembang menjadi bidang usaha/bisnis yang menarik dan mempunyai peranan

penting dalam kehidupan ekonomi maupun pembangunan ekonomi terutama di

bidang pendanaan.

Ada beberapa definisi tentang asuransi seperti:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian:”Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua

pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung mengakibatkan diri

kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang

yang dipertanggungkan”.

b. Asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak,

tertanggung dan penanggung (Djojosoedarso,2003).

c. Menurut Mehr dan Cammark (Djojosoedarso,2003); asuransi adalah alat

social untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah yang

memadai unit-unit yang terkena resiko, sehingga kerugian individual

mereka secara objektif dapat diramalkan.


d. Menurut C.Arthur William Jr dan Richard M Heins (Djojosoedarso,2003);

bahwa asuransi dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:

 Asuransi adalah suatu pengamanan terhadap kerugian financial yang

dilakukan oleh seorang penanggung.

 Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang

atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian

financial.

2.2.1 Jenis Usaha Asuransi


Sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, maka

usaha perasuransian dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Usaha asuransi yang terdiri dari:

 Asuransi kerugian (non life insurance)

 Asuransi jiwa (life insurance)

 Reasuransi (reinsurance)

b. Usaha penunjang usaha asuransi yang terdiri dari:

 Pialang asuransi

 Pialang reasuransi

 Penilai kerugian asuransi

 Konsultan aktuaria

 Agen asuransi

Menurut jenis bidang yang ditangani asuransi dikelompokkan menjadi:

a. Asuransi jiwa; pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara

orang-orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang

diakibatkan oleh resiko kematian; resiko hari tua dan resiko kecelakaan.
b. Asuransi kecelakaan diri yaitu usaha untuk melindungi resiko financial

akibat kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat/luka yang sifat

dan tempatnya ditentukan oleh dokter.

c. Asuransi sosial; merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial

bagi anggota masyarakat baik secara lokal, regional ataupun Nasional.

d. Asuransi sosial tenaga kerja yaitu perlindungan sosial bagi tenaga kerja

yang dijalankan melalui pola mekanisme asuransi yang dikelola oleh

perum ASTEK.

e. Asuransi Kesehatan yaitu asuransi yang memberikan santunan kesehatan

kepada seseorang (tertanggung) berupa sejumlah uang untuk biaya

pengobatan dan perawatan.

f. Asuransi kesehatan penumpang yaitu asuransi yang mengelola

perlindungan sosial dalam kecelakaan penumpang dan lalu lintas jalan.

g. Asuransi kebakaran yaitu pertanggungan yang menjamin

kerugian/kerusakan atas harta benda yang diakibatkan kebakaran.

h. Asuransi Kredit yaitu pertanggungan yang diberikan kepada pemberi

kredit (bank, Lembaga Keuangan) terhadap resiko kredit.

i. Asuransi Rekayasa (engineering insurance) adalah pertanggungan yang

diterapkan pada proyek-proyek pembangunan yang berhubungan dengan

rekayasa.

j. Asuransi perusahaan yang meliputi pertanggungan terhadap: Asuransi

pengiriman uang, penyimpanan uang, penggelapan uang dan pencurian

uang.
k. Asuransi tanggung gugat yang dijamin adalah kewajiban untuk

bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pihak lain.

l. Asuransi transportasi adalah asuransi yang berkenaan dengan barang-

barang dalam transit atau barang-barang yang sedang ditangani perusahaan

pengangkutan.

2.2.2 Manfaat Asuransi


Asuransi memberikan manfaat bagi tertanggung, penanggung, dan

pemerintah. Manfaat yang diterima tertanggung baik sebagai individu atau

sebagai pengusaha dari jasa asuransi, yaitu:

a. Rasa aman dan perlindungan

b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil

c. Polis asuransi dapat dijadikan memperoleh kredit dan dapat dijadikan

sebagai kelengkapan memperoleh kredit

d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.

Asuransi dapat memberikan manfaat bagi penanggung untuk mendorong

peningkatan kegiatan usaha serta memperoleh keuntungan.

Asuransi dapat memberikan manfaat kepada pemerintah, yaitu:

a. Mendorong peningkatan investasi di berbagai bidang usaha

b. Mendorong peningkatan kesempatan kerja

c. Meningkatkan penerimaan pajak

2.2.3 Tujuan Asuransi


Tujuan dari Asuransi atau Pertanggungan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Ganti Rugi


Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung apabila

tertanggung menderita kerugian yang dijamin oleh polis, yang bertujuan untuk

mengembalikan tertangung dari kebangkrutan sehingga ia masih mampu berdiri

seperti sebelum menderita kerugian.

Jadi tertanggung hanya boleh memperoleh ganti rugi sebesar kerugian

yang dideritanya, artinya tertanggung tidak boleh mencari keuntungan (speklasi)

dari asuransi. Bagitu juga dengan penanggung, ia tidak boleh mencari keuntungan

atas interst yang ditanggungnya, kecuali memperoleh balas jasa atau premi.

b. Tujuan tertanggung adalah sebagai berikut :

 Untuk memperoleh rasa tentram dan aman dari resiko yang dihadapinya

atas kegiatan usahanya atas harta miliknya.

 Untuk mendorong keberanianya mengikatkan usaha yang lebih besar

dengan resiko yang lebih besar pula, karena risiko yang benar itu diambil

oleh penanggung.

c. Tujuan penanggung dibagi 2 (dua), yaitu :

 Tujuan Umum, yaitu : memperoleh keuntungan selain menyediakan

lapangan kerja, apabila penanggung membutuhkan tenaga pembantu.

 Tujuan Khusus, adalah :

o Meringankan resiko yang yang dihadapi oleh para nasabah atau

para tertanggung dengan mangambil alih risiko yang dihadapi.

o Menciptakan rasa tentram dan aman dikalangan nasabahnya,

sehingga lebih berani mengikatkan usaha yang lebih besar.


o Mengumpulkan dana melalui premi yang terkumpul sedikit demi

sedikit dari para nasabahnya sehingga terhimpun dana besar yang

dapat digunakan untuk membiayai pembagian Bangsa dan Negara.

2.2.4. Sifat Asuransi


Asuransi atau pertanggungan di Indonesia sebenarnya berasal dari hukum

Berat, baik dalam pengertian maupun dalam bentuknya. Asuransi sebagai bentuk

hukum di Indonesia yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang mempunyai beberapa sifat sebagai berikut: (W irjono Projodikoro, 1994)

a. Sifat Perjanjian

Semua asuransi berupa perjanjian tertentu (Boyzondere Over Komst), yaitu

suatu pemufakatan antara dua pihak atau lebih dengan maksud akan mencapai

suatu tujuan, dimana seorang atau lebih berjanji terhadap seorang lain atau

lebih (pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

b. Sifat timbal balik (Weder Kerige)

Persetujuan asuransi atau pertanggungan merupakan suatu persetujuan timbal

balik (Weder Kerige Overeen Komst), yang berarti bahwa masing-masing

pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain.

Pihak terjamin berjanji akan membayar uang premi, pihak penjamin berjanji

akan membayar sejumlah uang (uang asuransi) kepada pihak terjamin,

apabila suatu peristiwa tertentu terjadi.

c. Sifat Konsensual

Persetujuan asuransi atau pertangungan merupakan suatu persetujuan yang

bersifat konsensual, yaitu sudah dianggap terbentuk dengan adanya kata

sepakat antara kedua belah pihak (pasal 251 KURD).

d. Sifat Perkumpulan
Jenis asuransi yang bersifat perkumpulan (Vereeninging ) adalah asuransi

saling menjamin yang terbentuk diantara para terjamin selaku anggota.

Asuransi seperti ini disebutkan dalam pasal 286 Kitab Undang-undang

Hukum Dagang (KUHD) yang menyatakan bahwa asuransi itu takluk pada

persetujuannya dan peraturannya.

Perkumpulan asuransi diatur dalam Pasal 1635, 1654 dan 1655 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), yang dapat disimpulkan bahwa

perkumpulan asuransi saling menjamin merupakan “Zadelijk Lichaam” yang

artinya asuransi dalam masyarakat dapat bertindak selaku orang dan dapat

mengadakan segala perhubungan hukum dengan orang lain secara sah.

Perkumpulan asuransi dapat bertindak kedalam dan keluar, yaitu kedalam

dapat mengadakan persetujuan asuransi dengan para anggota selaku terjamin, dan

keluar dengan perbuatan hukum lainnya, persetujuan ini takluk pada ketentuan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), baik dengan anggota sendiri

maupun dengan orang lain.

e. Sifat Perusahaan

Asuransi yang mengatur sifat perusahaan adalah asuransi secara premi dimana

diadakan antara pihak penjamin dan pihak terjamin, tanpa ikatan hukum

diantara terjamin dengan orang lain yang juga menjadi pihak terjamin terhadap

si penjamin.

Dalam hal ini pihak penjamin biasanya bukan seorang individu, melainkan suatu

badan yang bersifat perusahaan, yang memperhitungkan untung rugi dalam

tindakannya.

2.2.5. Polis dan Premi di dalam Asuransi


a. Polis Asuransi
Suatu perjanjian asuransi atau pertanggungan bersifat konsensual (adanya

kesepakatan), harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta antara pihak yang

mengadakan perjanjian. Pada akta yang dibuat secara tertulis itu dinaman “polis”.

Jadi, polis adalah tanda bukti perjanjian pertanggungan yang merupakan bukti

tertulis.

Pada perjanjian asuransi atau pertanggungan antara para pihak, seorang

penanggung harus menyerahkan polis kepada tertanggung dalam jangka waktu

sebagai berikut:

 Bila perjanjian dibuat seketika dan langsung antara penanggung dan

tertanggung yang dikuasakan tertanggung, maka polis yang telah

ditandatangani oleh penanggung harus duserahkan kepada tertanggung

dalam tempo 24 jam (pasal 259 KUHD).

 Jika pertanggungan dilakukan mulai makelar asuransi (broker), maka polis

yang telah ditandatangani oleh penanggung harus diserahkan kepada

tertangung paling lama dalam tempo 8 (delapan) hari (pasal 260 KUHD).

Fungsi Umum Polis, adalah :

 Perjanjian pertanggungan (Contract Of Indonesia)

 Sebagai bukti jaminan diri penanggung kepada tertanggung untuk

mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tergugat akibat peristiwa

yang tidak diduga sebelumnya dengan prinsip :

o Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula

sebelum mengalami kerugian; atau

o Untuk mengindarkan tertanggung dari kebangkrutan (Toial

Collapse)
 Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung

sebagai balas jasa atas jaminan penanggung.

Isi polis pada Umumnya dalam Asuransi

Sesuai dengan peraturan Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),

dengan pengecualian terhadap asuransi atau pertanggungan jiwa, terdapat 8

(delapan) syarat diantaranya yaitu

 Hari ditutupnya perjanjian pertanggungan

 yang menutup pertanggungan, atas namanya sendiri atau atas tanggungan

orang ketiga.

 Uraian yang jelas mengenai benda pertangungan atau obyek yang dijamin

 Jumlah pertanggungan, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi)

 Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung

 Saat mulai dan akhir tenggang waktu, dalam mana didakan jaminan oleh

penjamin.

 Jumlah uang Premi yang harus dibayar oleh si terjamin

 Keterangan tambahan yang perlu diketahui oleh penjamin dan janji-janji

khusus yang diadakan oleh kedua belah pihak.

b. Premi Asuransi

Pengertian premi dalam asuransi atau pertanggungan adalah kewajiban

tertanggung, dimana hasil dari kewajiban tertanggung akan digunakan oleh

penangung untuk mengganti kerugian yang diderita tertanggung.

Premi biasanya ditentukan dalam suatu presentase dari jumlah

pertanggungan, dimana dalam presentase menggambarkan penilaian penanggung


terhadap resiko yang ditanggungnya, penilaian penanggung berbeda-beda, akan

tetapi hal ini dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran.

Fungsi dari premi merupakan harga pembelian dari tanggungan yang wajib

diberikan oleh penanggung atau sebagai imbalan resiko yang diperalihkan

pertanggungan dibuat, kecuali pertanggungngan saling menanggung. Sedangkan

mengenai pembayaran premi, biasanya dibayar tunai pada saat perjanjian

pertanggungan ditutup. Tetapi jika premi diperjanjikan dengan anggaran maka

premi dibayar pada permulaan tiap-tiap waktu angsuran.

Kriteria premi asuransi adalah:

a. dalam bentuk sejumlah uang

b. dibayar lebih dahulu oleh tertanggung

c. sebagai imbalan pengalihan risiko

d. dihitung berdasarkan persenase terhaddap nilai risiko yang dialihkan

c. Jumlah premi yang harus dibayarkan.

Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada perhitungan analisis

risiko sehat. Besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung

ditentukan berdasarkan peniliaian risiko yang dipikul oleh penanggung. Dalam

praktiknya penetapan besarnya jumlah premi itu diperjanjikan oleh tertanggung

dan penanggung secara layak dan dicantumkan dalam polis. Besarnya jumlah

premi dihitung sedemikian rupa, sehingga dengan penerimaan premi dari

beberapa tertanggung, penanggung berkemampuan membayar klaim ganti

kerugian kepada tertanggung yang terkena peristiwa yang menimbulkan kerugian.


Dalam jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung juga termasuk

biaya yang berkenaan dengan pengadaan asuransi itu. Rincian yang dapat

dikalkulasikan dalam jumlah premi adalah:

a. Jumlah persentase dari jumlah yang diasuransikan

b. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penanggung, misalnya biaya

materai, biaya polis.

c. Kurtase untuk pialang jika asuransi diadakan melalui pialang.

d. Keuntungan bagi penanggung dan jumlah cadangan.

Menurut ketentuan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992, premi

harus ditetapkan padda tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak

diterapkan secara diskriminatif. Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila:

a. sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang

diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan.

b. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat

solvabilitas perusahaan.

c. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim

kompetisi yang sehat.

Tingkat premi dinilai berlebihan apabila sedemikian tinggi, sehingga sangat tidak

sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang

bersangkutan. Penerapan tingkat premi dinilai bersifat diskriminatif apabila

tertanggung dengan luas pengadaan yang sama serta dengan jenis dan tingkat

risiko yang sama dikenakan tingkat premi yang berbeda.


2.2.6. Subyek dan Obyek Asuransi

a. Subyek Asuransi

Dalam tiap-tiap persetujuan selalu ada 2 (dua) macam subyek, yaitu di satu

pihak seorang atau badan hukum mendapat badan kewajiban untuk sesuatu, dan

dilain pihak ada seorang atau suatu badan hukum yang mendapat hak atas

pelaksanaan kewajiban itu, maka dalam tiap-tiap persetujuan selalu ada pihak

berkewajiban dan pihak berhak. Dengan demikian, para pihak dalam perjanjian

pertanggungan yaitu penanggung dan tertanggung.

Jadi berdasarkan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. (KUHD) bisa

disimpulkan bahwa ada dua pihak yang berperan sebagai subyek asuransi, yaitu :

 Pihak tertanggung, yaitu pihak yang mempunyai harta benda yang

diancam bahaya. Pihak ini bermaksud untuk mengalihkan resiko atas harta

bendanya, atas peralihan resiko tersebut pihak tertanggung mempunyai

kewajiban untuk membayar premi.

 Pihak penanggung, yakni pihak yang mau menerima resiko atas harta

benda orang lain, dengan suatu kontra prestasi berupa premi. Dengan

demikian apabila terjadio peristiwa yang mengakibatkan keinginan

penanggnglah yang memberi ganti rugi

b. Obyek Asuransi

Yang dipergunakan pada umumnya adalah harta benda seseorang atau

tepatnya milik atas harta benda, misalnya ; rumah, bangunan, perhiasan dan benda

berharga lainnya. Dalam hal ini dikatakan bahwa yang pertanggungkan adalah

sama dengan benda pertanggungan.


Disamping itu bisa terjadi bahwa obyek pertanggungan tidak sama dengan benda

pertanggungan. Contohnya asuransi kendaraan bermotor, benda

pertanggungannya adalah tanggung jawab pemilik pabila kendaraan itu membuat

celaka orang lain.

Jadi ada 3 (tiga) hal yang dapat didipertanggungkan (obyek asuransi), yaitu :

 Risiko pribadi, yaitu kehidupan dan kesehatan.

 Hak milik atas benda

 Tanggung jawab atau kewajiban yang harus dipikul seseorang.

Obyek pertanggungan dikenal pula dengan sebutan “Kepintangan”.

kepentingan merupakan unsur utama dalam pertanggungan Pasal 250 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) menyebutkan bahwa bila pada waktu

pertanggungan seorang tertanggung tidak mempunyai kepentingan atas benda

yang dipertanggungkan, penanggung tidak wajib memberi ganti rugi. Mengingat

pentingnya obyek pertanggungan tersebut maka tidak setiap kepentingan dapat

dipertanggungkan. Agar dapat dipertanggungkan, kepentingan yang dimaksud

harus memenuhi syarat tertentu.

Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) menyatakan,

bahwa yang dapat menjadi obyek asuransi ialah semua kepentingan yang :

 Dapat dinilai dengan sejumlah uang

 Dapat diancam oleh macam bahaya

 Tidak dikecualikan oleh undang-undang

Ada kalanya diadakan asuransi terhadap kemungkinan orang menderita

karena tidak mendapat untung dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini tidak ada

suatu benda berwujud, yang akan musnah atau akan ada kerusakan dan
sebagainya. Jadi selama persetujuan asuransi berjalan, tidak ada suatu benda yang

terlihat sebagai barang yang terkena suatu macam bahaya.(W irjono Prof

Jodikoro,1994)

a. Benda Pertanggungan

Jika seorang pemilik rumah mempertanggungkan rumahnya terhadap bahaya

kebakaran, maka disini benda pertanggungannya ialah apa yang menjadi

obyek dari bahaya itu, yaitu rumahnya. Kerugian yang timbul disebabkan

terbakarnya rumah. Sebagai akibat kebakaran rumah, maka pemilik menderita

suatu kehilangan yang akan diganti kerugiannya oleh penanggung dan rumah

itulah benda yang terkena. Dalam hal ini benda pertanggungannya jatuh

bersamaan dengan pokok pertanggungannya.

b. Kepentingan Yang Tidak Jatuh Bersamaan Dengan Benda Pertanggungan

Ada pertanggungan dimana benda pertanggungannya dan pokok

pertanggungannya tidak jatuh bersama. Pokok pertanggungan berbeda dengan

benda pertanggungan, walaupun sering dikemukakan bahwa pokok

penanggungan dan benda pertanggungan itu adalah identik.

Kepentingan adalah obyek pertanggungan dan merupkan hak subyektif yang

mungkin akan lenyap atau berkurang karena terjadinya suatu peristiwa tak

tentu atau tidak pasti. Unsur kepentingan adalah unsur mutlak harus ada pada

tiap-tiap pertanggungan, baik pada saat ditutupnya pertanggungan maupun

pada saat terjadinya evenemen.

Molengraff mendefenisikan bahwa yang dimaksud dengan kepentingan ialah harta

kekayaan atau sebagian dari harta kekayaan tertanggung yang dipertanggungkan


yang mungkin diserang bahaya. Definisi Molengraff ini menunjuk langsung pada

benda, yakni harta kekayaan.

Namun hal ini sulit dijelaskan pada pertanggungan kendaraan bermotor

dengan WA (Wettelijke Annsprakelijkeheid), yaitu pertanggungan tanggung jawab

menurut hukum. Pada pertentangan jenis ini yang merupakan kepentingan ialah

kewajiban tertanggung menurut hukum terhadap kerugian pada pihak ketiga. Jadi

singkatnya menurut Purwosutjipto, S.H., kepentingan adalah hak dan kewajiban

tertanggung yang dipertanggungkan.

2.3 Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (UUD RI;6).

Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh

lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi atau standar kompetensi merupakan

perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan

dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2001). Mardhapi (2001)

memberikan batasan atandar kompetenssi yaitu batas dan arah kemampuan yang

harus dimiliki dan dapat dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

suatu mata pelajaran tertentu.

Cakupan materi yang terkandung pada setiap standar kompetensi cukup

luas terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Pendidikan
berbasis kompetensi ini berimplikasi terhadap pengembangan silabus dan system

pengujian berbasis kemampuan dasar. Kemampuan dasar yakni kemampuan

minimal (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang harus dimiliki siswa dalam

mempelajari mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Kompetensi standar

merupakan standar atau bakuan kinerja yang harus dicapai ketika siswa harus

menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu.

Setiap standar kompetensi dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar

yang merupakan perincian lebih lanjut dari standar kompetensi tersebut.

Perumusan kemampuan dasar menurut Sutiman (2001), dapat menggunakan kata-

kata kerja misalnya: menunjukkan, menghitung, menggambarkan, menentukan,

menyusun, menyimpulkan, mengevaluasi, merumuskan, membuat, menganalisis,

mensintesis dan sebagainya yang merupakan tingkah laku hasil belajar yang dapat

diamati (observable) dan diukur (measurable).

Silabus disusun dengan mengacu kepada kompetensi standar dan

kemampuan dasar. Silabus inilah yang dijadikan acuan untuk merencanakan dan

melaksanakan program pembelajaran, dimana pihak sekolah dan para guru

mempunyai tugas menentukan indicator pencapaian kemampuan dasar.

Pengembangan kemampuan dasar menjadi sejumlah indicator dan pengembangan

indicator menjadi soal ujian harus mengikuti prosedur tertentu (Azra, 2002).

Mangkunegara (2003) menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu

proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,

yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan

teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Demikian pula Hariandja (2002) menyatakan


bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing

perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan.

Konsekuensi dunia pendidikan dengan sektor ekonomi masyarakat

Indonesia memiliki hubungan yang erat, di mana kedua kkomponen lembaga

tersebut merupakan asset Negara yang memerlukan pengelolaan secara hati-hati

dan cermat. Secara lebih khusus hubungannya menyangkut modal fisik, tenaga

kerja dan kemajuan teknologi yang merupakan faktor produksi pokok sebagai

masukan (input) dalam produksi pendapatan nasional. Semakin besar jumlah

tenaga kerja, berarti laju pertumbuhan penduduk tinggi dan semakin besar

pendapatn nasional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Perhatian terhadap faktor manusia menjadi bagian yang utama yang

berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi.

Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada bahwa manusia

merupakan modal utama yang berperan secara signifikan, bahkan lebih penting

dari pada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal manusia

tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas tetapi yang jauh lebih penting adalah

dari segi kualitas.

Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan

paling penting dalam menentukan kualitas manusia. Melalui pendidikan, manusia

diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik.

Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas.

Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi

kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan

kesejahteraan bangsa tersebut.


Menurut Tobing (2001) dewasa ini berkembang paling tidak tiga

perspektif secara teoritis yang menjelaskan hubungan antara pendidikan dan

pertumbuhan ekonomi, yakni teori modal manusia, teori alokasi dan teori

reproduksi strata sosial. Teori modal manusia menjelaskan proses di mana

pendidikan memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Teori ini

mendominasi literature pembangunan ekonomi dan pendidikan pada pasca perang

dunia kedua sampai pada tahun 70-an. Termasuk para pelopornya adalah

pemenang hadiah Nobel ilmu ekonomi Gary Schultz (dalam Tobing, 2001), juga

pemenang hadiah Nobel ekonomi atas penelitiannya tentang masalah ini.

Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu

sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik disbanding yang

pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka

semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi

produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi

Pada tahun 70-an, teori ini mendapat kritik tajam. Argument yang

disampaikan adalah tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan kualitas

pekerjaan, sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak

berbeda produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama. Juga ditekankan

bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang berkeahlian

tinggi tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat

cepat dan proses produksi yang semakin dapat disederhanakan.

Dengan demikian, orang berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan

(yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya nonformal) akan memiliki
produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal.

Argumen ini diformalkan dalam suatu teori yang dikenal dengan teori alokasi atau

persaingan status yang mendapat dukungan dari Lester Thurow, 1974, john Meyer,

1997 dan Randall Collins, 1979 (sebagaimana dituangkan oleh Tobing, 2001).

Teori persaingan status ini memperlakukan pendidikaan sebagai suatu

lembaga social yang salah satu fungsinya mengalokasikan personil secara social

menurut strata pendidikan. Keinginan mencapai status lebih tinggi menggiring

orang untuk mengambil pendidikan lebih tinggi. Meskipun orang-orang

berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam pendapatan nasional,

tetapi peningkatan proporsi orang yang berpendidikan lebih tinggi dalam suatu

bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan ekspansi ataupun pertumbuhan

ekonomi.

Teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen bahwa fungsi

utama pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan ketidakseimbangan

social. Pendidikan pada kelompok elit lebih menekankan studi-hal-hal klasik,

kemanusiaan dan pengetahuan lain yang tidak relevan dalam pembangunan

ekonomi masyarakat.

Romer (Tobing, 2001) menyatakan bahwa, modal mannusia merujuk pada

stok pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah

salah satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi. Oleh

karena modal manusia, seperti dikemukakan di atas memiliki hubungan positif

dengan pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya pendidikan juga memiliki

hubungan positif dengan produktivitas atau pertumbuhan ekonomi.penggalian


ilmu penegatahuan dan teknologi. Karena dari pendidikan akan diperoleh

pengembangan sumber daya manusia melalui penelitian dan pengembangan

informasi yang ada, karena pada hakikatnya, pengetahuan yang sama sekali tidak

dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia akan mubazir. Oleh karena itu

aspek penelitiaan dan penngembangan SDM menjadi salah satu agenda utama

bagi suatu bangsa karena apabila bangsa tersebut berkeinginan untuk hidup sejajar

dengan bangsa-bangsa lain maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan.

Secara implisit, pendidikan sangat bermanfaat dalam menyumbang

2.4 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari

orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas

makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan

pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.

(Dumairy, 1996).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan

di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan

nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat

dinyatakan dalam persamaan :

C = a + bY

Dimana a adalah komsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional

adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, c adalah tingkat konsumsi

dan y adalah tingkat pendapatan nasional.


Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan

disposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposibel dengan tabungan yaitu

konsep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan

mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi

marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Kecondongan mengkonsumsi

marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggrisnya Marginal

Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara

pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan

disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan

∆C
menggunakan formula : 𝑀𝑃𝐶 =
∆Yd

Kecondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average

Pronpensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara

tingkat pengeluaran konsumsi (c) dengan tingkat pendapatan disposebel pada

ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd), Nilai APC dapat dihitung dengan

menggunakan formula :

C
𝐴𝑃𝐶 =
Yd

Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan

menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan

menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save)

adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan

pendapatan (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula :

∆S
𝑀𝑃𝑆 =
∆Yd
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average

Propensity to Save), menunjukkan perbandingkan di antara tabungan (S) dengan

pendapatan disposebel (Yd). nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan

formula (Sukirno, 2003) :

S
𝐴𝑃𝑆 =
Yd

2.4.1 Teori Konsumsi

a. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analis statistic, dan juga membuat

dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi casual.

Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecendrungan mengkonsumsi

marginal (marginal propensity to cosume) jumlah dikonsumsi dalam setiap

tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi

marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan

pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiscal, untuk mempengaruhi

perekonmian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiscal muncul dari

umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan,

yang di sebut kecendrungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to

cosume), turun ketika pendapatan naik. Keynes percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang

lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang orang miskin.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan

konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes

menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap

pengeluaran individual dari pendapatannya bersifat sekunder dan relative tidak

penting.

Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai

(Mankiw, 2003) :

C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1

Keterangan :

C = konsumsi

Y = pendapatan disposibel

C = konstanta

c = kecendrungan mengkonsumsi marginal

C=Y

saving
E a + bY
Cg

C disaving

Yeq Y

Gambar 2.1. Kurva Konsumsi

secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi

Keynes (Reksoprayitno, 2006) :


a. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan

hubungan antara penadapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang

keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

b. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang

menetukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan

nasional yang terjadi atau current national income.

c. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variable

pendapatan nasionalnya perlu diiterpretasikan sebagai pendapatan nasional

absolute, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relative, pendapatan

permanen dan sebagainya.

d. Bentuk fungsi komsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk

garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk

lengkung.

b. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman)

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M

Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2

yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara

(transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah:

a. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat

diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

b. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan

seseorang (yang menciptakan kekayaan).

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bias

diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap pula


bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan

permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun

konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari

pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima

pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi.

Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negative

maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 1991).

c. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani.

Franco Modigliani menerapkan bahwa pola pengeleuaran konsumsi masayarakat

mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran

konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus

hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang

rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua,

maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur

mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negative (dissaving), orang

berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda

mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa

usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets)

sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila

terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah

dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau

karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan


orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya oranng

yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka

konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya

hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan

koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahn-perubahan

yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun

pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 1991).

d. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) mengemukakan bahwa

pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya

pendapatan yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan

banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan

tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila

pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi

bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar

dengan pesatnya.

Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang

telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya

telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan

bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak

bertambahnya saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya,

Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) menggunakan dua asumsi yaitu:


a. Selera sebuah rumah tangga atas bang konsumsi adalah interdependen.

Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran

yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

b. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran

seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada

saat penghasilan mengalami penurunan (Mangkoesoebroto, 1998).

2.4.2 Fungsi Tabungan

Tabungan atau penabungan dapat didefinsikan sebagai bagian daripada

pendapatan nasional per tahunnya yang tidak dikonsumsi. Dengan

menggunakan singkatan dapat kita tulis:

S=Y–C

Kalau persamaan diatas kita hubungkan dangan persamaan umum

fungsi konsumsi, kita akan menemukan persamaan umum daripada fungsi

tabungan.

S=Y–C

C = a + bY

Maka

S = Y – (a + bY)

= Y – a – bY

S = (1 – b) Y – a

2.4.3 Marginal propensity to save dan average propensity to save

Kalau fungsi konsumsi mengenal marginal propensity to consume dan

average propensity to consume, fungsi tabungan juga mengenal marginal


propensity to save dan average propensity to save. Yang dimaksud dengan

marginal propensity to save adalah perbandingan antara bertambahnya tabungan

dengan bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya

tabungan tersebut. Oleh karena itu perumusannya ialah:

MPS = ∆S / ∆Y

Untuk fungsi tabungan berbentuk garis lurus besarnya marginal propensity

to save pada semua tingkat pendapatan nasional adalah sama. Yang dimaksud

dengan average propensity to consume adalah perbandingan antara besarnya

besarnya tabungan pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya

pendapatan nasional bersangkutan. Jadi formulanya:

APSn = Sn / Yn

Perlu diperhatikan bahwa untuk fungsi konsumsi berbentuk garis lurus

fungsi tabungannya pun akan berbentuk garis lurus juga. Untuk fungsi tabungan

garis lurus ini, besarnya average propensity to save berbeda-beda tergantung pada

tinggi-rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional,

semakin besar pula average propensity to save-nya. Pada tingkat-tingkat

pendapatan nasional break-even, angka average propensity to save mempunyai

tanda negatif. Sebaliknya, pada tingkat-tingkat pendapatan nasional break-even,

average propensity to save angkanya akan selalu positif. Sedangkan pada tingkat

pendapatan break-even, angka average propensity to save-nya akan sama dengan

nol, oleh karena, seperti di atas telah kita terangkan, yang dimaksud dengan tingkat

pendapatan break-even ialah tingkat pendapatan nasional dimana seluruh

pendapatan digunakan untuk konsumsi, yang berarti bahwa pada tingkat


pendapatan break-even besarnya tabungan sama dengan nol.

2.4.4 Hubungan antara MPC dengan MPS, APC dengan APS

Hubungan antara marginal propensity to consume dengan marginal

propensity to save dapat kita nyatakan sebagai berikut.

MPC + MPS = 1

Atau dengan cara lain: MPC = 1 – MPS

MPS = 1 – MPC
Pembuktian dari perumusan tersebut adalah sebagai berikut:
Y =C+S
Maka:
∆Y = ∆C + ∆S
Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing dibagi dengan ∆Y, maka hasilnya:
∆Y ∆C + ∆S
=
∆Y ∆Y
∆C ∆S
1= +
∆Y ∆Y
1 = MPC + MPS
Hubungan antara average propensity to consume dengan average

propensity to save adalah mirip dengan hubungan antara marginal propensity to

consume dengan marginal propensity to save, yaitu:

APCn = APSn + 1
atau
APCn = 1 – APSn

APSn = 1 – APCn

pembuktiannya adalah:
Y=C+S
ini berarti: Yn = Cn + Sn
Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing dibagi dengan Yn, maka
hasilnya:
Yn Cn + Sn
=
Yn Yn
Cn Sn
1 = +
Yn Yn
1 = APCn + APSn
2.5 Teori Permintaan

2.5.1 Pengertian Permintaan

Seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali yang akan

dilakukan adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Selain

itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika

harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa yang sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Perilaku tersebut sesuai dengan hukum permintaan

(Samuelson & Nordhaus, 1992), yang mengatakan bahwa bila harga suatu barang

atau jasa naik, maka jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen akan

mengalami penurunan. Dan sebaliknya bila harga dari suatu barang atau jasa turun,

maka jumlah barang dan jasa yang dimintai konsumen akan mengalami kenaikan

(ceteris paribus).

Permintaan suatu barang di pasar akan terjadi apabila konsumen

mempunyai keinginan (willing) dan kemampuan (ability) untuk membeli , pada

tahap konsumen hanya memiliki keinginan atau kemampuan saja maka

permintaan suatu barang belum terjadi, kedua syarat willing dan ability harus ada

untuk terjadinya permintaan (Turner, 1971) dalam (Salma, 2004).

Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu

komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang

diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan (Sugiarto, 2005). Dalam

teori permintaan beberapa istilah perlu diketahui seperti permintaan, hukum


permintaan, daftar permintaan, kurva permintaan, permintaan dan jumlah barang

yang diminta dan sebagainya.

Permintaan/ demand adalah sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh

konsumen pada beberapa tingkat harga pada suatu waktu tertentu dan pada tempat

atau pasar tertentu (Palutturi, 2005). Menurut Lipsey (1990), demand adalah

jumlah yang diminta merupakan jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah

berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu

komoditas, harga komoditas lain, pendapatan, selera, dan lain-lain.

Fungsi permintaan menunjukan hubungan antara kuantitas suatu barang

yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya: harga, pendapatan,

selera dan harapan-harapan untuk masa mendatang (Arsyad, 1991).

Hubungan antara harga satuan komoditas (barang dan jasa) yang mau

dibayar pembeli dengan jumlah komoditas tersebut dapat disusun dalam suatu

tabel yaitu daftar permintaan. Data yang diperoleh dari daftar permintaan tersebut

dapat digunakan pula untuk menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu

komoditas dengan jumlah komoditas tersebut yang diminta dalam suatu kurva

permintaan. Perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta.

Permintaan adalah keseluruhan daripada kurva permintaan sedangkan jumlah

barang yang diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga

tertentu (Sugiarto, 2005).

Kurva permintaan dapat bergeser ke kiri atau ke kanan sebagai efek faktor

bukan harga. Secara umum faktor penentu permintaan yaitu harga barang itu

sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan

rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan


dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan mengenai

keadaan di masa yang akan datang (Palutturi, 2005).

Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang

menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya

terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum elastisitas

permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga (price

elasticity of demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income

elasticity of demand), dan elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of

demand). Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar

perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi

elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah

komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan

asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan

hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut

merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah

perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan

perubahan harga (Sugiarto, 2005).

2.5.2 Faktor Penentu Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh

banyak faktor. Diantara faktor – faktor tersebut yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen

terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga
suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang

itu akan menurun. (Mandala Manurung, 2004).

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut

1. Barang pengganti (barang subtitusi) sekiranya harga barang

pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan

mengalami pengurangan atau penurunan dan sebaliknya.

2. Barang pelengkap (barang komplementer), kenaikan atau

penurunan permintaan barang yang dilengkapinya.

3. Barang netral, perubahan terhadap permintaan salah satu barang

tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.

c. Pendapatan rata-rata masyarakat dan rumah tangga

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan

pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis

barang.

d. Cita rasa masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan

masyarakat untuk membeli barang-barang.

e. Jumlah penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan

pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti

oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih

banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli

dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.


f. Ramalan mengenai keadaan di masa mendatang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang

akan dating dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen

bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan

mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk

menghemat pengeluaran pada masa yang akan dating. Sebaliknya, ramalan

bahwa lowongan kerja akan bertambah sukar diperoleh dan kegiatan

ekonomi akan mengalami resesi, akan mendorong orang lebih berhemat

dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan. (Sadono Sukirno,

2005)

Adalah sangat sukar untuk menganalisa sekaligus pengaruh berbagai

faktor tersebut terhadap permintaan suatu barang. Oleh sebab itu dalam

membicarakan teori permintaan, para ahli ekonomi membuat analisa yang lebih

sederhana, dengan menganggap permintaan suatu barang terutama dipengaruhi

oleh harga barang itu sendiri. Sadono Sukirno menganalisa mengenai hubungan

antar jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Adapun

dalam analisa tersebut diasumsikan bahwa “faktor-faktor lain tidak mengalami

perubahan, ceteris paribus”.

Secara matematis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dituliskan

dalam persamaan yang dikenal dengan fungsi permintaan:

QD= f(Pq, Py, Y, T, C, Ed,..,)

Dimana:
QD = Kuantitas permintaan
Pq = Harga barang itu sendiri
Py = Harga barang lain
Y = Pendapatan rata-rata masyarakat dan rumah tangga
T = Cita rasa masyarakat
C = Jumlah penduduk

Ed = Ramalan mengenai keadaan di masa mendatang

Hal ini disajikan dalam tabel permintaan di bawah ini, yang menunjukkan

adanya hubungan antara harga dan jumlah barang yang akan dibeli.

Tabel 2.1. Permintaan barang x

Jenis barang Harga per unit (P) Jumlah yang diminta (Q)
A 10 1
B 9 2
C 8 3
D 7 4
E 6 5
F 5 6
G 4 7
Sumber: Pengantar Teori Mikroekonomi, Sadono Sukirno.

Pada setiap harga pasar, pada suatu waktu tertentu akan terdapat sejumlah

barang yang hendak dibeli para pembeli. Pada harga yang lebih rendah jumlah

barang yang diminta bertambah, demikian sebaliknya pada harga yang lebih tinggi

jumlah ynag akan diminta berkurang. Berdasarkan tabel tersebut kita dapat

menentukan jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.

Dari daftar permintaan tabel atas barang X dengan tingkat harga yang

berbeda menghasilkan kombinasi tingkat permintaan dan hubungannya dengan

tingkat harga sehingga dapat dibuat sebuah kurva permintaan sebagai berikut:
P
12

10 D

6 kurva perminta an

2 D

0 Q
2 4 6 8
Kurva 2.2. Permintaan Barang dan Harga.

Kurva di atas memperlihatkan bahwa permintaan berbentuk garis lurus

yang miring dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping to the right) atau

mempunyai lereng (slope) yang negatif. Hal ini sangat erat kaitannya dengan

hubungan antara jumlah dan harga yang bersifat berbanding terbalik atau

mempunyai arah yang berlawanan. Q naik apabila P turun. Sifat dari permintaan

ini disebut Hukum Permintaan .

Hukum Permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang

menyatakan: “makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan

terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang, maka

makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut, faktor-faktor lain dianggap

tetap, ceteris paribus”. (Sadono Sukirno, 2005)

2.5.3 Perubahan Permintaan

Ada suatu hal yang penting sekali untuk diperhatikan dalam perubahan

permintaan yaitu perbedaan antara istilah permintaan dan jumlah yang diminta.

Hal ini sering sekali menimbulkan kesalahpahaman, sebab kebanyakan orang

menganggapnya sama. Sampai saat ini masih ada yang mengatakan ”bahwa
naiknya harga sesuatu barang akan menurunkan permintaan akan barang itu”

pernyataan itu salah, sebab dalam hal ini bukan permintaan (demand) berubah

atau turun, tetapi adalah jumlah yang diminta (quantity demanded). Ada

perbedaan yang jelas antara kedua istilah ini, timbul karena adanya perbedaan

pengertian masalah perubahan atau gerakan kurva permintaan. Perubahan

permintaan dapat dibedakan dalam dua pengertian:

a. Gerakan sepanjang kurva permintaan (shift a long demand curve)

b. Gerakan seluruh kurva permintaan (shift of the demand curve)

Hal yang pertama menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang

diminta sedangkan hal yang kedua menyebabkan terjadinya perubahan permintaan.

Kondisi ini dapat dilihat pada kurva di bawah ini berikut:

P’

P”
D
Q
Q’ Q”

Kurva 2.3. Perubahan Jumlah Yang Diminta

Kurva 2.3 menunjukkan perubahan permintaan sepanjang kurva. Terjadi

bila harga barang atau jasa yang diminta berubah naik atau turun. Penurunan

harga tersebut akan menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga barang

atau jasa tersebut akan mengurangi jumlah yang diminta


Dt D Dn

Dt D Dn
0 Q
Qt Q Qn

Kurva 2.4 Pergeseran Kurva Permintaan

Kurva 2.4 menunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan

atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-

faktor selain harga barang atau jasa tersebut. Permintaan bisa naik (kurva

permintaan bergeser ke kanan menjadi Dn Dn) dan bisa juga turun (kurva

permintan bergeser ke kiri Dt Dt). Pada gambar di atas jelas sekali terjadi adanya

pergeseran kurva permintaan, yang disebut perubahan permintaan. (Sugiarto, dkk,

2000)

Ada banyak sebab mengapa kurva permintaan bergeser yakni:

a. tingkat pendapatan masyarakat (income)

b. citarasa atau selera masyarakat (taste)

c. harga barang lain khususnya harga barang-barang perlengkapan dan harga

barang pengganti (price of related comodities)

Jadi dapat diambil suatu asumsi mengenai apa yang dimaksud dengan

kenaikan dan penurunan permintaan, yaitu :


a. Permintaan dikatakan naik jika:

1. Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih

banyak sekalipun harga barang itu tetap tak berubah.

2. Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang

tetap sekalipun harga barang itu sudah naik.

b. Permintaan dikatakan turun jika:

1. Orang akan membeli jumlah yang lebih sedikit walaupun harganya

tidak berubah.

2. Orang akan membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga

barang itu sudah turun.

Sehubungan dengan adanya perbedaan pengaruh-pengaruh yang

ditimbulkan masing-masing variabel, maka pernyataan perubahan permintaan

maupun jumlah permintaan di atas berada dalam keadaan cateris paribus, yang

berarti semua hal lain tetap.

2.6. Penelitian Sebelumnya

Veronika (2004) yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian pada PT. Jasaraharja

Putra cabang Medan”. Penelitian ini menelaah bagaimana pengaruh pendapatan

dan pendidikan masyarakat terhadap permintaan Asuransi Kerugian. Variabel

yang digunakan antara lain variabel independen (pendapatan dan pendidikan) dan

variabel dependen (permintaan Asuransi Kerugian). Model analisis yang

digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dengan menggunakan

metode Ordinary Least Square (OLS).


Berdasarkan analisis empiris diperoleh kesimpulan bahwa variabel

pendapatan berpengaruh positip terhadap permintaan asuransi kerugian,

sedangkan variabel pendidikan mempunyai pengaruh negatip terhadap permintaan

asuransi kerugian. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat, yang

menyatakan bahwa baik variabel pendapatan maupun pendidikan mempunyai

pengaruh yang positif terhadap permintaan asuransi kerugian.

Selain itu, berdasarkan uji-t yang dilakukan, variabel pendidikan tidak

signifikan (tidak nyata pengaruhnya) terhadap permintaan asuransi kerugian (t-

hitung < t-tabel). Namun secara serentak (uji-F) keduanya secara nyata

mempengaruhi permintaan asuransi kerugian pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai

R2 (koefisien determinasi) yang diperoleh sebesar 0,572 yang berarti variabel-

variabel independen yaitu pendapatan dan pendidikan mampu menjelaskan variasi

dari variabel dependen sebesar 57,2 % dan sisanya 42,8 % dijelaskan oleh

variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Penelitian lainnya yaitu penelitian dari Renatha (2006) dengan

judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi

Jiwa pada PT. Allianz Life Indonesia cabang Medan”. Variabel yang digunakan

adalah pendapatan, pendidikan dan usia sebagai variabel independen dan

permintaan polis asuransi jiwa sebagai variabel dependennya. Model analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode analisa Ordinary Least

Square (OLS). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random

sampling atau pengambilan sampel secara acak.

Dari ketiga variabel yang diuji, variabel pendapatan dan pendidikan

berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi jiwa, sedangkan variabel usia


berpengaruh negatif terhadap permintaan asuransi jiwa. Dari uji parsial (uji-t)

yang dilakukan, pendapatan dan pendidikan nyata pengaruhnya terhadap

permintaan asuransi jiwa, sedangkan usia tidak nyata pengaruhnya terhadap

permintaan asuransi jiwa (t-hitung < t-tabel).

Namun, jika dilakukan uji secara serentak (uji-F) ketiga variabel bebas

nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa pada tingkat kepercayaan

99%. Nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,902004 yang berarti variabel

pendapatan, pendidikan, dan usia tertanggung mampu menjelaskan variasi dari

variabel dependen sebesar 90,2 % dan sisanya 9,8 % dijelaskan oleh variabel

lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Haro (2010) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan asuransi pendidikan di kota Medan”. Dengan menggunakan variabel

jumlah anak, pendidikan, pendapatan dan usia berpengaruh positif terhadap

permintaan asuransi sedangkan premi tidak signifikan terhadap permintaan

asuransi pendidikan di kota Medan.

Variabel terikat adalah permintaan asuransi pendidikan dan sebagai

variabel bebas adalah jumlah anak, Lama pendidikan, Tingkat pendapatan, Besar

premi dan usia nasabah. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan sampel

non probabilitas (non- probability sampling method).

Berdasarkan uji t-statistik dapat diketahui variabel-variabel yang

berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan di Kota

Medan terdapat empat dari lima variabel bebas yang signifikan mempengaruhi

asuransi pendidikan, yaitu variabel jumlah anak, pendidikan, pendapatan dan usia
sedangkan variabel premi tidak signifikan mempengaruhi permintaan asuransi

pendidikan di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan uji serempak diperoleh hasil R2 = 0,545 yang bermakna

bahwa variabel jumlah anak, pendidikan, pendapatan, besar premi dan usia

nasabah mampu menjelaskan variasi permintaan asuransi pendidikan di Kota

Medan sebesar 55% dan sisanya sebesar 45% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model estimasi. Model analisis yang digunakan adalah

model analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS).

2.7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya serta hasil pengamatan

di lapangan, nasabah dengan tingkat pendapatan yang tinggi cenderung memilih

program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi dengan demikian vaiabel

pendapatan mempunyai hubungan yang positif dengan permintaan asuransi/uang

pertanggungan, artinya jika tingkat pendapatan nasabah tinggi maka permintaan

terhadap premi asuransi akan tinggi.

Nasabah dengan tingkat umur yang tinggi cenderung mengambil program

asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Tingkat umur yang tinggi

mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tingkat

umurnya lebih rendah, sehingga variabel umur mempunyai hubungan yang positif

dengan permintaan asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin tinggi tingkat

umur maka semakin tinggi pula permintaan terhadap premi asuransinya.

Nasabah dengan jumlah anak yang lebih banyak cenderung mengambil

program asuransi yang uang pertanggungannya rendah. Dengan jumlah anak yang
banyak, pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin besar jika dibandingkan

dengan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Dengan demikian variabel jumlah

anak mempunyai hubungan yang negatif dengan variabel permintaan premi

asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin banyak jumlah anak dalam

keluarga semakin kecil permintaan premi asuransinya.

Nasabah yang tingkat pendidikannya lebih tinggi cenderung memilih

program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Kesadaran akan pentingnya

asuransi dalam menanggulangi ketidakpastian akan adanya suatu resiko. Dengan

demikian variabel pendidikan mempunyai hubungan yang positif dengan variabel

permintaan premi asuransi/uang pertanggungan.

Pendapatan

Saving

Umur Permintaan Premi


Asuransi Pendidikan
Jumlah Anak

Tingkat Pendidikan
Gambar 2.5. Kerangka Konseptual Analisis Permintaan Premi Asuransi
Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu

Berdasarkan permasalahan pokok di atas kemudian dikemukakan tujuan

dan kegunaan serta hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap

masalah yang dikemukakan. Kemudian untuk membuktikan hipotesis, maka

digunakan model analisis regresi berganda yang akan menunjukkan faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan premi asuransi pendidikan di Labuhan Batu


2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009). Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

a. Pendapatan responden berpengaruh positif terhadap permintaan premi

asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

b. Saving berpengaruh negatif terhadap permintaan premi asuransi Pendidikan

di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

c. Umur responden berpengaruh negatif terhadap permintaan premi asuransi

Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

d. Jumlah anak responden berpengaruh negatif terhadap permintaan premi

asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.

e. Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap permintaan premi

asuransi Pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu, Ceteris paribus.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Labuhan Batu dengan ruang lingkup

penelitian pada Nasabah Asuransi yang telah menjadi Nasabah Asuransi

pendidikan untuk semua perusahaan asuransi yang ada di Labuhan Batu.

Penelitian dimulai pada April 2013

3.2. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2010), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah asuransi pendidikan di

Kabupaten Labuhanbatu yang berjumlah 1059 orang dari nasabah asuransi

pendidikan Bumi Putra, Prudential dan Axa Mandiri. Dari populasi yang ada,

ditetapkan jumlah sampel secara random sampling. Menurut Arikunto (2010),

bahwa jika jumlah populasi besar lebih dari 100, maka jumlah sampel yang dapat

diambil adalah sebanyak 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Berdasarkan

pernyataan diatas, maka peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi atau

sebanyak 106 orang nasabah asuransi pendidikan.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor yang penting yang

menjadi pertimbangan yang menentukan metode pengumpulan data. Dalam

penelitian ini data diperoleh dari peserta asuransi pendidikan dengan memberikan

daftar pertanyaan (quessioner) yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini,

dengan lokasi penelitian yang dilakukan adalah di Kabupaten Labuhan Batu


3.4. Metode Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan

Yaitu pengambilan data di daerah/ lokasi penelitian dengan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

• Interview (Wawancara) yang dilakukan secara langsung kepada

nasabah asuransi pendidikan yang berhak dan berwenang member

data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

• Questionnaire (Daftar pertanyaan) yang diberikan kepada nasabah

asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu yang menjadi

responden.

b.Penelitian Kepustakaan

Yaitu penelitian melalui beberapa buku bacaan, literatur atau keterangan-

keterangan ilmiah untuk memperoleh teori yang melandasi dalam menganalisa

data yang diperoleh dari lokasi penelitian.

3.5 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

Metode Ordinary Least Square (OLS) dan alat bantu penelitian dengan software

SPSS 19.0.

Metode OLS (Ordinary Least Square) sangat banyak digunakan karena :

a. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan

menghasilkan parameter yang bersifat optimum.

b. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika

dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini tidak

membutuhkan banyak data.


c. Metode Kuadrat Terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam hubungan

ekonomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi yang baik. Dengan

demikian metode ini banyak digunakan pada waktu mengestimasi hubungan

dalam metode Ekonometrika.

d. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami.

e. Metode kuadrat terkecil adalah komponen yang penting dalam ekonomerika.

Untuk mengidentifikasi variabel bebas dan variabel terikat digunakan persamaan

regresi linier baerganda (multiple linear regression). Variabel terikat (dependent

variable ) dalam penelitan ini adalah permintaan premi asuransi pendidikan dan

sebagai variabel bebas (independent variable ) adalah pendapatan, MPS, usia,

jumlah anak, dan tingkat pendidikan. Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

DPAP = f (Y, S, UM, JA, PDDK) …………………………(1)

Selanjutnya fungsi tersebut dispesifikasika ke dalam model linier

sebagai berikut:

DPAP = β0 + β1Y + β2 S + β3 UM + β4 JA + β5 PDDK + µ …………..(2)

dimana:

DPAP : Permintaan premi asuransi pendidikan (Ribu Rupiah)

Β0 : Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5, β6, β : Koefisien Regresi

Y : Pendapatan responden (Juta Rupiah)

S : Saving (Ribu Rupiah)

UM : Umur responden (Tahun)

JA : Jumlah Anak responden (Orang)


PDDK : Tingkat Pendidikan (Tahun)

μi : Error term

3.6 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik pada model regresi digunakan untuk

menunjukkan apakah hubungan antara variabel bebas memiliki hubungan yang

valid atau tidak terhadap variabel terikat. Adapun asumsi dasar yang harus

dipenuhi, antara lain:

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakh model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variable independen. Menurut Ghojali

(2005) bahwa; jika variable independen saling berkorelasi, variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variable independen yang nilai korelasi antar

sesam variable independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF > 10

berarti terdapat multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila varian tidak konstan atau berubah-ubah

atau keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Untuk

mendeteksi heteroskedasitas pada model persamaan regresi dilakukan dengan

SPSS 19.0.
c. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat adanya autokorelasi antara

variabel bebas yang diurutkan berdasarkan waktu. Hal ini dapat dilihat dalam

pengujian terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW). Nilai DW kemudian

dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan menghasilkan

kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:

a. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif

b. Jika d > (4 - dl), berarti terdapat autokorelasi negatif

c. Jika du < d < (4 - dl), berarti tidak terdapat autokorelasi

d. Jika dl < d < du atau (4 - du), berarti tidak dapat disimpulkan

Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing

koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat

menggunakan uji statistik diantaranya :

a. Analisis koefisien determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

pengaruh variabel independen (pendapatan nasabah, nilai tabungan, usia nasabah,

jumlah anak, dan tingkat pendidikan) terhadap variabel dependen (pemintaan

premi asuransi pendidikan).

Koefisien Determinan (R2) pada intinya mengukur kebenaran model

analisis regresi. Dimana analisisnya adalah apabila nilai R2 mendekati angka 1,

maka variabel independen semakin mendekati hubungan dengan variabel

dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat

dibenarkan. Model yang baik adalah model yang meminimumkan residual berarti

variasi variabel independen dapat menerangkan variabel dependennya dengan α


sebesar diatas 0,75 (Gujarati, 2003), sehingga diperoleh korelasi yang tinggi

antara variabel dependen dan variabel independen.

Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen determinasi terjadi

bias terhadap satu variabel indipenden yang dimasukkan dalam model. Setiap

tambahan satu variabel indipenden akan menyebabkan peningkatan R2, tidak

peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan terhadap varibel

dependen (memiliki nilai t yang signifikan).

b. Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua

sampel kecil independen bila datanya berbentuk nominal (Sugiyono, 2009).

Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau variabel independen secara

bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak

signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak

dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi

yang digunakan yaitu 5%.

c. Uji Statistik t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel

dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara

individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : ß1 = 0 tidak berpengaruh, H1 : ß1 >

0 berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 berpengaruh negatif. Dimana ß1 adalah


koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilaiparameter hipotesis. Biasanya nilai ß

dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila thitung > ttabel

maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan).

Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak,

dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

3.7 Definisi Operasional

Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis memberikan

batasan variabel yang meliputi:

a. Permintaan premi asuransi pendidikan adalah nilai tanggungan dari

asuransi pendidikan yang dipertanggungkan dalam perjanjian, diukur

dengan satuan ribu rupiah.

b. Pendapatan adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh keluarga

pemegang polis baik dari pendapatan utama, sampingan dan lainnya,

variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah total semua pendapatan yang

diterima keluarga konsumen dengan satuan juta rupiah tiap bulannya.

c. Saving adalah pendapatan dikurang dengan konsumsi berdasarkan satuan

ribu rupiah

d. Umur responden adalah umur pemegang polis pada saat mengajukan

permintaan asuransi pendidikan. Usia didasarkan pada satuan tahun

e. Jumlah anak nasabah adalah jumlah anak kandung dalam satu keluarga

dihitung dengan jumlah orang

f. Tingkat pendidikan merupakan latar belakang pendidikan nasabah atau

pendidikan terakhir yang sudah diluluskan, yang diukur dengan jumlah

tahun
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Labuhanbatu

Wilayah Kabupaten Labuhanbatu terletak pada 1026’ – 2011’ LU dan

91001’ – 97007’ BT. Daerah ini dikelilingi oleh 2 kabupaten, 1 propinsi, dan 1

selat. Adapun yang membatasi daerah ini sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dibatasi oleh Selat Malaka,

2. Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan

3. Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan

4. Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Propinsi

Riau.
Luas awal daerah ini sebesar 9.223,18 Km2 merupakan daerah

Kabupaten/Kota terluas ke-2 di Sumatera Utara. Namun setelah ada pemekaran

wilayah, luasnya hanya 2.561,38 Km2. Yang terdiri dari 9 Kecamatan, 75 Desa

dan Kelurahan. Seluruh Desa/Kelurahan tersebut telah berstatus Desa/Kelurahan

Defenitif.

Tabel 4.1 Luas Kecamatan dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten di


Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012

Luas (Km2) Rasio terhadap luas total


No KECAMATAN
(%)
01 Bilah Hulu 293,23 11,45
02 Pangkatan 355,47 13,88
03 Bilah Barat 202,98 7,92
04 Bilah Hilir 430,83 16,82
05 Panai Hulu 276,31 10,79
06 Panai Tengah 483,74 18,89
07 Panai Hilir 342,03 13,35
08 Rantau Selatan 64,32 2,51
09 Rantau Utara 112,47 4,35
Jumlah 2561,38 100,00
Sumber: BPS Labuhanbatu tahun 2013.
76

A. Propil Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2012 adalah

442.972 jiwa yang terdiri dari 213.766 jiwa penduduk laki-laki (50,54%) dan

229.206 jiwa penduduk perempuan (49.46%) yang terdapat pada 95.722 rumah

tangga. Atau dengan kata lain rasio jenis kelamin (angka sex ratio) 102.27 yang

berarti perkembangan penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan

dan rata-rata terdapat 4 jiwa per rumah tangga.

Tabel 4.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio per Kecamatan
di Kabupaten La buhanbatu Tahun 2011

JENIS KELAMIN SEX


No KECAMATAN LAKI- PEREMPUAN JUMLAH RATIO
LAKI
01 Bilah Hulu 28.603 28.312 56.915 100,03
02 Pangkatan 16.207e 15.828 32.035 102,40
03 Bilah Barat 17.328 16.741 34.069 103,51
04 Bilah Hilir 25.767 24.628 50.395 104,62
05 Panai Hulu 17.002 16.452 33.454 103,34
06 Panai Tengah 17.326 16.558 33.884 104,64
07 Panai Hilir 18.454 17.691 36.145 104,31
08 Rantau Selatan 29.520 28.970 58.490 101,90
09 Rantau Utara 41.639 41.966 83.605 99,22
Jumlah 211.846 207.146 418.992 102,27
Sumber : BPS Labuhanbatu tahun 2011.

Rantau Utara adalah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk

terbanyak yakni 84.399 jiwa, diikuti kecamatan Rantau Selatan dengan jumlah

penduduk mencapai 59.046 jiwa, dan kecamatan Bilah Hulu di urutan ketiga

dengan penduduk sebanyak 57.456 jiwa dan sebaliknya keccamatan dengan

jumlah penduduk terendah adalah kecamatan Pangkatan dengan jumlah penduduk

sebesar 32.339 jiwa. Kecamatan Rantau Selatan merupakan kecamatan yang

paling padat penduduknya dengan kepadatan penduduk mencapai 918 jiwa per
77

Km2 dan kecamatan Panai Tengah merupakan kecamatan dengan kepadatan

penduduk terkecil dengan kepadatan hanya sebesar 71 jiwa per Km2.

Komposisi penduduk Kabupaten Labuhanbatu secara umum didominasi

oleh penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun), yakni sebesar 262.916 jiwa

(62,16%). Sedangkan penduduk usia 0 – 14 tahun berjumlah 147.392 jiwa

(34,85%) dan sekitar 12.664 jiwa (2,99%) penduduk usia lanjut.

Untuk agama, penduduk Kabupaten Labuhanbatu mayoritas beragama

Islam (83,31%), Kristen Protestan (12,16%), Kristen Katolik (2,43%), Budha

(1,93%), Hindu (0,09%) dan lainnya sebesar (0,08%).

Tabel 4.3. Perkembangan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten


Labuhanbatu

Penduduk
No Kecamatan
1990 2000 2010 2011 2012
01 Bilah Hulu 157.531 46.300 56.388 56.915 57.456
02 Pangkatan ** 28.239 31.738 32.035 32.339
03 Bilah Barat ** 25.831 33.753 34.069 34.392
04 Bilah Hilir 58.761 45.181 49.928 50.395 50.873
05 Panai Hulu ** 25.526 33.144 33.454 33.772
06 Panai Tengah 43.800 25.732 33.570 33.884 34.206
07 Panai Hilir 27.694 32.651 35.811 36.145 36.489
08 Rantau Selatan ** 38.799 57.948 58.490 59.046
09 Rantau Utara ** 64.981 82.830 83.605 84.399
JUMLAH 287.786 333.240 415.110 418.992 422.972
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu 2013.

4.2. Daftar Perusahaan Perasuransian

Jumlah perusahaan perasuransian yang beroperasi di negara kita sampai

dengan tahun 2013 cukup banyak dan bervariasi. Yang dimaksud dengan

perusahaan perasuransian di sini adalah perusahaan yang terkait dengan bisnis

asuransi, yakni perusahaan asuransi jiwa, kerugian, reasuransi, pialang asuransi

maupun agen asuransi.


78

Bisnis Asuransi Jiwa di Indonesia saat ini tumbuh cukup pesat, hal ini

kemungkinan diakibatkan oleh perkembangan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat mengenai arti dan manfaat asuransi tersebut. Dari sejumlah perusahaan

yang beroperasi di Indonesia ada 10 perusahaan asuransi jiwa yang terbesar yaitu

pada tabel 4.4:

Tabel 4.4. Rangking Perusahaan asuransi jiwa di Indonesia


No Nama Perusahaan
1 Prudential Life Assurance
2 Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG
3 Asuransi Allianz Life Indonesia
4 Asuransi Jiwa Mulife Indonesia
5 AIA Financial
6 Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
7 AXA Mandiri Financial Services
8 Indolife Pensiontama
9 Panin Life
10 Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha

Sumber: Majalah Investor, 2012.

Produk Asuransi Jiwa yang ditawarkan di pasar pada dasarnya terdiri atas

tiga bentuk, yaitu Term Insurance, Whole Life Insurance dan Endowment

Insurance, dimana produk-produk ini dikategorikan sebagai produk tradisional.

Jika dilihat dari laporan kegiatan perusahaan asuransi dapat dicatat bahwa asuransi

term insurance masih mendominasi jumlah pertanggungan dengan pangsa pasar

56,08% dari total tertanggung, kemudian disusul oleh endowment insurance

dengan pangsa pasar 27,18% dan produk-produk asuransi kesehatan serta asuransi

kecelakaan diri sebesar 15,18% sedangkan produk asuransi Whole life hanya

memiliki pangsa pasar jumlah tertanggung sebesar 0,82%.


79

4.3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Labuhanbatu

Untuk menggambarkan struktur perekonomian suatu wilayah sangat

ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi

barang dan jasa. Sektor primer mencakup kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan,

serta pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder meliputi perdagangan, hotel

dan restoran, angkutan jasa perushaan, persewaan bangunan dan jasa lainnya.

Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka penjang (mengikuti

pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,

dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale

(relasi positif, antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang

dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi

membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan

semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-

faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku,

dan teknologi, relatif tetap.

Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan

didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya

dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor

produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha

terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2008 – 2012 menunjukkan, pada
80

tahun 2008 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 29,82%, sektor sekunder

sebesar 49,06 persen dan sektor primer sebesar 21,12 persen. Lapangan usaha

dominan yaitu industri menyumbang sebesar 46,05 persen, sub sektor pertanian

sebesar 19,43 persen dan sub sektor perrdagangan, hotel dan restoran sebesar 16,6

persen.

Kontribusi tersebut tidak mengalami petubahan berarti bila dibandingkan

dengan kondisi tahun 2009. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 31,32

persen, sekunder sebesar 47,54 persen dan primer sebesar 21,14 persen. Masing-

masing lapangan usaha yang dominan yaitu industri sebesar 44,5 persen, sektor

pertanian sebesar 19,43 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,15

persen dan jasa-jasa 8,34 persen.

Demikian juga pada tahun 2012, sektor sekunder mendominasi

perekonomian labuhanbatu, yaitu sebesar 47,00 persen, disusul sektor tersier

sebesar 32,42 persen dan sektor primer sebesar 20,58 persen. Masing-masing

lapngan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 44,18 persen dari

lapangan usaha industri, lapangan usaha pertanian sebesar 18,90 persen dan

lapangan usaha perdagangan,hotel dan restoran sebesar 16,97 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah.

Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi

juga akan bertambah. Hal ini hanya bisa diperoleh melalui peningkatan output

agregat (barang dan jasa) atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan setiap

tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah

pemanbahan PDRB atas dasar harga konstan.


81

Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu


Tahun 2008 – 2012
N0 Sektor/Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian 6,58 4,77 3,77 5,59 5,91
2 Pertambangan & Penggalian 5,76 5,23 5,52 5,12 4,50
3 Industri Pengolahan 5,74 3,61 5,02 5,43 5,82
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,01 5,60 5,59 5,59 3,19
5 Kontruksi 5,44 6,54 6,68 7,05 6,73
6 Perdagangan, Hotel & 6,64 6,28 5,16 5,67 6,38
Restoran
7 Transportasi & 3,29 6,38 6,33 6,09 5,93
Telekomunikasi
8 Keuangan & Jasa Perusahaan 6,56 7,68 6,55 6,29 8,91
9 Jasa-jasa 5,54 6,92 7,27 6,87 7,16
PDRB 5,92 4,88 5,15 5,72 6,11
Sumber BPS Labuhanbatu, 2013.
4.4. Perkembangan Pendidikan di Labuhanbatu
Salah satu sumber daya pembangunan adalah manusia, untuk dapat

membentuk SDM yang handal diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mendukung proses perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas

sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan yang pernah

dikecapnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan

kebutuhan yang mendesak untuk menghadapi tantangan era komputerisasi dan

informasi yang semakin canggih.

Pendidikan adalah gerbang utama dari kemajuan suatu bangsa. Untuk itu

sejak tahun 1994 Pemerintah Indonesia mencanangkan program wajib belajar

Sembilan tahun. Dengan demikian diharapkan kualitas sumber daya manusia

akan meningkat sehingga mencerdaskan kehidupan bangsa.

Setiap warga Negara henddaknya memiliki kesempatan yang sama dalam

memperoleh pendidikan, tidak terbatas pada kemampuan ekonomi, akses


82

terhadap sarana pendidikan ataupun kesenjangan gender. Dengan demikian

diharapkan tingkat pendidikan masyarakat dapat lebih ditingkatkan.

a. Partisipasi Sekolah

Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa penduduk perempuan yang tidak/belum

pernah sekolah persentasenya jauh lebih tinggi dari penduduk laki-laki.

Penduduk laki-laki yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 0,64%

sedangkan penduduk perempuan lebih dari dua kali lipatnya yaitu sebesar

1,34%.

Tabel 4.6. Persentase Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Berumur 10


Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Labuhanbatu
tahun 2011

Partisipasi Sekolah Laki-laki Perempuan L+P


Tidak/Belum Pernah 0,64 1,34 0,98
Sekolah
Masih Sekolah 24,93 22,02 23,53
Tidak Sekolah Lagi 74,43 76,64 75,50
Sumber : BPS Kabuaten Labuhanbatu 2011.

Pada tabel 4.7. dapat dilihat bahwa pada kelompok umur 7-12 tahun yang

masih sekolah sebesar 98,10%, pada kelompok umur 13-15 tahun sebesar

91,34 %, pada kelompok umur 16-18 tahun sebesar 65,69% dan pada

kelompok umur 19-24 tahun yang masih sekolah sebesar 11,22%.

Tabel 4.7. Persentase Penduduk yang masih Sekolah menurut Kelompok


Umur di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011

Kelompok Umur Persentase Yang Masih Sekolah


7 – 12 98,10
13 – 15 91,34
16 – 18 65,69
19 – 24 11,22
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu 2011.

Dapat disimpulkan bahwa partisipasi penduduk usia sekolah pada kelompok

umur yang lebih tinggi semakin menurun. Khususnya pada kelompok umur
83

19-24 tahun yaitu pada jenjang pendidikan Diploma/Sarjana, persentase

penduduk yang masih sekolah sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

masih banyak penduduk yang belum mengecap pendidikan tinggi.

Hal ini perlu diperhatikan karena untuk dapat meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, salah satunya yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Angka Buta Huruf

Dari Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa Jumlah penduduk perempuan yang

buta huruf (1,79%) lebih banyak dari pada penduduk laki-laki yang buta huruf

(0,85%). Hal ini dapat dikaitkan dengan lebih banyaknya jumlah penduduk

perempuan yang tidak atau belum pernah bersekolah dibandingkan dengan

penduduk laki-laki. Artinya kesempatan penduduk perempuan untuk bersekolah

masih lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki.

Tabel 4.8. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun keatas Menurut


Kepandaian Baca dan Tulis dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2011.

Kepandaian Baca dan Jenis Kelamin Jumlah


Tulis Laki-laki Perempuan
Melek Huruf 99,15 98,21 98,70
Buta Huruf 0,85 1,79 1,30
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu 2011.
Secara umum dapat dilihat salah satu faktor yang menyebabkan tidak

terlaksananya pendidikan sebagaimana yang diinginkan adalah yang diakibatkan

oleh kekurangan biaya, dimana biaya yang digunakan sudah relatif besar. Untuk

mengatasi hal inilah perlunya pengertian dan manfaat Asuransi Pendidikan.

4.5. Hasil Analisis Data dan Pembahasan


4.5.1. Deskripsi Data
Responden merupakan orang yang membantu peneliti dalam penelitian ini,
84

karena melalui pertanyaan dan keyakinan atas jawaban yang diberikan penelitian

ini dapat dilakukan pengolahan data dengan menggunakan alat analisa yang ada.

Dalam penelitian ini jumlah responden yang menjadi objek penelitian adalah 85

orang yang semuanya adalah merupakan nasabah asuransi pendidikan. Adapun

karakteristik responden dibagi menurut kategori umur/usia, tingkat pendidikan,

mempermudah pengolahan data sesuai dengan variabel jumlah anak, dan besarnya

premi asuransi dengan tujuan agar menganalisa data lebih terarah sesuai dengan

tujuan penelitian ini.

Data dalam penelitian ini didapatkan adalah data primer yang diperoleh

dari hasil kusesioner yang disebarkan di antara nasabah asuransi pendidikan di

Labuhanbatu. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah 106 yang terdiri dari

beberapa jenis perusahaan yang ada di Labuhanbatu. Deskripsi data dilakukan pada

variabel-variabel yang akan diuji, yaitu Jumlah Anak (JA), Tingkat Pendidikan

(PDDK), MPS, Pendapatan (PNP), dan Umur (UM) serta permintaan Premi

Asuransi Pendidikan (DPAP) di Labuhanbatu.

a. Pendapatan Nasabah (PNP)


Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh nasabah asuransi

pendidikan yang diukur dengan satuan rupiah. Dari hasil angket terhadap

responden diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.9. Pendapatan Responden


Pendapatan (000) Frekwensi Persentase (%)
3600 – 5999 43 37,65
6000 – 8399 37 34,12
8400 – 10799 19 22,35
10800 – 13199 4 3,53
13200 – 15599 2 2,35
85

Jumlah 105 100


Sumber : Lampiran 3.
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang paling banyak

menjadi nasabah asuransi pendidikan adalah yang berpendapatan antara Rp.

3.600.000 – Rp. 5.999.000 (37.65%), kemudian diikuti nasabah dengan pendapatan

Rp.6.000.000 – Rp.8.399.000 (34,12%), Pendapatan nasabah antara Rp.8.400.000

– Rp.10799.000 (22,35%), dan seterusnya. Dapat disimpulkan bahwa jika dilihat

dari pendapatan, maka responden yang paling banyak menjadi nasabah Asuransi

Pendidikan adalah nasabah yang berpendapatan antara Rp.3.600.000 –

Rp.10.799.000.

b. Saving Responden
Saving adalah pendapatan dikurang konsumsi. Dari hasil angket terhadap

responden diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.0. Saving Responden


Saving Frekwensi Persentase (%)
150.000 – 1.300.000 43 40.57
1.350.000 – 2.500.000 45 42.45
2.550.000 – 3.700.000 6 5.66
3.750.000 – 4.900.000 5 4.72
4.950.000 – 6.100.000 7 6.60
Jumlah 106 100
Sumber : Lampiran 3
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang paling banyak

peserta asuransi pendidikan adalah dengan saving 1.350.000 – 2.500.000 sebanyak

45 orang atau 42.45%, saving 150.000 – 1.300.000 sebanyak 43 orang atau 40.57%,

saving 4.950.000 – 6.100.000 sebanyak 7 orang atau 6.60%, saving 2.550.000 –

3.700.000 sebanyak 6 orang atau 5.66% dan yang terakhir adalah dengan saving

3.750.000 – 4.900.000 sebanyak 5 orang atau 4.72%. Dapat disimpulkan bahwa

jika dilihat dari saving maka responden yang paling banyak menjadi nasabah
86

Asuransi Pendidikan adalah nasabah yang mempunyai saving 1.350.000 –

2.500.000.

c. Umur Responden (UM)


Usia adalah umur pemegang polis pada saat mengajukan nasabah

permintaan asuransi pendidikan. Umur merupakan faktor yang sangat penting

dipertimbangkan dalam menentukan nilai atau besarnya jumlah yang harus

dipertanggungkan serta besarnya nilai premi yang akan dibebankan kepada

nasabah. Usia nasabah dihitung berdasarkan lama pendidikan yang diukur dengan

satuan tahun berikut ini hasil tabulasi pendidikan yang digunakan:

Tabel 5.1. Umur Responden


Kelas (Umur) Frekwensi Persentase (%)
30 – 35 5 4.72
36 – 40 10 9.43
41 – 45 44 41.50
46 – 50 39 36.80
51 – 55 8 7.55
Jumlah 106 100
Sumber: Lampiran 3
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang paling banyak

menjadi nasabah asuransi pendidikan adalah umur antara 41 – 45 tahun (41,50%),

kemudian diikuti nasabah dengan umur antara 46 – 50 tahun (36,80%), umur

antara 36 – 40 tahun (9,43%), umur antara 51 – 55 tahun (7,55%) dan umur 30 –

35 tahun (4,75%). Dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari umur, maka yang

berusia antara 41 – 50 tahun merupakan kondisi yang bagus untuk di prospek

menjadi Nasabah Asuransi Pendidikan.

d. Jumlah Anak Responden


Jumlah anak adalah jumlah anak kandung dari nasabah asuransi pendidikan
87

dalam satu keluarga berdasarkan orang. Berikut ini hasil tabulasi jumlah anak:

Tabel 5.2. Jumlah Anak Responden


Jumlah Anak (orang) Frekwensi Persenstase (%)
1 13 12.26
2 34 32.08
3 30 28.30
4 29 27.36
Jumlah 106 100%
Sumber : Lampiran 3
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang paling banyak

peserta asuransi pendidikan adalah dengan anak 2 orang yaitu sebanyak 34 orang

atau 32.08% diikuti dengan jumlah anak 3 orang sebanyak 30 orang atau 28.30%,

jumlah anak 4 sebanyak 29 orang atau 27.36% serta peserta dengan jumlah anak 1

orang sebanyak 13 orang atau 12.26%.

e. Tingkat Pendidikan Responden (PDDK)

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam

pemahaman pengertian perasuransian, artinya jika tingkat pendidikan semakin

tinggi maka diharapkan akan menjadi peserta asuransi pendidikan. Berdasarkan

data yang diperleh dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori yaitu tamatan SMA

(12 Tahun), tamatan S1 (17 Tahun), tamatan S2 (19 tahun) dan tamatan Sarjana S3

atau > 19 tahun dengan asumsi lama pendidikan dianggap normal berikut tabelnya:

Tabel 5.3. Tingkat Pendidikan Responden


Pendidikan (Tahun) Frekwensi Persentase (%)
SMA 13 12.26
S1 57 53.77
S2 26 24.53
S3 10 9.44
Jumlah 106 100
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel di atas bahwa nasabah asuransi pendidikan di
88

Labuhanbatu didominasi oleh lulusan Sekolah Pasca Sarjana (S1), yaitu sebanyak

57 orang atau 53.77%, lulusan S2 sebanyak 26 orang atau 24.53%. SMA

merupakan mayoritas ketiga dari responden penelitian, yaitu sebanyak 13 orang

atau 12.26%. hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka

semakin mengerti arti dan manfaat asuransi pendidikan terhadap anggota

keluarganya demi untuk mencapai pendidikan yang lebih baik.

f. Permintaan Premi Asuransi Pendidikan


Premi adalah jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh nasabah

kepada perusahaan asuransi berdasarkan atas satuan ribu rupiah. Besarnya premi

asuransi dapat dikelompokkan berdasarkan atas kemampuan para nasabah. Dari

hasil yang diperoleh berikut ini tabulasi untuk mempermudah penjelasan, maka

data tersebut dapat diklasifikasikan menjadi:

Tabel 5.4. Besarnya Premi Asuransi Pendidikan


Premi Asuransi (000) Frekwensi Persentase (%)
75 – 250 8 7.55
251 – 426 41 38.68
427 – 602 33 31.13
603 – 778 1 0.94
779 – 954 4 3.77
955 – 1130 13 12.26
1131 – 1306 1 0.94
1307 – 1482 1 0.94
1483 – 1658 4 3.77
Jumlah 106 100
Sumber : Lampiran 3
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa jika dilihat dari besarnya premi

maka responden yang paling banyak menjadi nasabah asuransi pendidikan adalah

yang dengan nilai premi antara Rp. 251.000 – Rp.426. 000 (38.68%), kemudian
89

diikuti nasabah dengan besar premi Rp.427.000 – Rp.602.000 (31.13%), premi

antara Rp.955.000 – Rp.1130.000 (12.26%), dan seterusnya. Dapat disimpulkan

bahwa jika dilihat dari besarnya premi, maka responden yang paling banyak

menjadi nasabah Asuransi Pendidikan adalah yang besar premi antara Rp.75.000 –

Rp. 1.130.000 atau 94.33%.

4.5.2.Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik yang diuji dalam penelitian ini meliputi uji normalitas ,uji Linieritas,

uji multikolinieritas. Berikut perincian pengujian tersebut:

a. Uji Normalitas

Normalitas data merupakan salah satu asumsi yang diperlukan dalam regresi linier

berganda.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual dari data

berdistribusi normal atau tidak.

Pada penelitian ini, untuk menguji normalitas data digunakan hasil keluaran SPSS

19.0 sebagai berikut:

Gambar 4.1. Uji Normalitas

Data berdistribusi normal jika data tersebut membentuk kurva bel. Jika
90

dilihat gambar diatas, meski tidak sempurna data yang digunakan ada

kecenderungan membentuk kurva bel, dengan demikian data dianggap

berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

c.

d.

Gambar 4.2. Uji Linieritas

Dari gambar di atas dapat disimpulkan data telah membentuk garis lurus

dari sisi kiri bawah ke kanan atas sesuai dengan teori linieritas. Dapat disimpulkan

bahwa linieritas dalam model regresi ini telah terpenuhi.

c. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi yang cukup besar antara variabel bebas (X). Korelasi yang terlalu tinggi

antar sesama X akan berpengaruh pada menurunnya korelasi secara simultan

terhadap variabel Y. Untuk mendeteksi terjadinya multikolineritas dilihat dari nilai

tolerance dan inflantion factor (VIF) keluaran SPSS 19.0 dengan nilai < 10 yang

berarti tidak terdapat multikolinieritas.

d. Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk

melihat heterokedastisitas dapat dilihat dari gambar Scatterplot dari hasil analisa

menggunakan SPSS 19 seperti gambar di atas .


91

Gambar 4.3. Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat

di simpul kan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga

model regresi layak dipakai

4.5.3. Uji Statistik Hasil Estimasi Model

Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variable)

terhadap variabel terikat (dependent variable) dilakukan dengan menggunakan

angka linier terhadap model regresi berganda. Hasil perhitungan analisis regresi

berganda diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

DPAP = 185905,973+ 0,79Y – 1,06S – 6087,850UM – 152723,964JA +

40614,908PDDK

Std Error (303878,405) (0,022) (0,034) (6403,705) (37040,299)


92

(12784,738)
t-statistik (0,612) (3,664) (-3,127) (-0,951) (-4,123)
(3,177)
R2 = 0.30 F-Statistk = 8,579
2
R Adjusted = 0,265 D-W = 0.539
**Signifikan α 5%
***Signifikan α 1%
Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat menunjukkan bahwa R2 = 0,30

yang bermakna bahwa variasi Jumlah Anak (JA), Pendidikan (PDDK), Pendapatan

(Y), Saving (S) dan Umur (UM) mampu menjelaskan variasi permintaan premi

asuransi pendidikan di Labuhanbatu sebesar 30% dan sisanya sebesar 70%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan, maka dapat dilihat signifikan

secara bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat

(dependent variable). Hasil estimasi tersebut diperoleh pada nilai F-Statistik

sebesar 8,579 yang berarti secara bersama-sama Jumlah Anak (JA), Pendidikan

(PDDK), Pendapatan (Y), S dan Umur (UM) dapat mempengaruhi permintaan

asuransi pendidikan di Labuhanbatu secara signifikan dengan tingkat keyakinan

95%.

Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-tabel dengan F-

hitung. Untuk Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = (k-1) = 6-1 = 5

dan v2 = (n-k) = 106-6 = 100, dijumpai F-tabel; pada α = 0.05 sebesar 2,35.

Sebagaimana yang telah dirumuskaan pada bab sebelumnya, bahwa

pengujian secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan

nilai t-tabel. Selain itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikan (sig) pada hasil

estimasi.

Berdasarkan uji partial (Uji t-statistik) dapat diketahui variabel-variabel


93

yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan Premi Asuransi

Pendidikan di Labuhanbatu. Pada jumlah sampel (n) = 106, variabel bebas (k) = 5.

Koutsoyiannis, menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas termasuk

konstanta,. Dengan demikian k = 6 dijumpai Degree of Freedom (DF) = 106-6 =

100. Pada DF = 100 dijumpai t-tabel pada pengujian dua ekor pada α = 0.05

sebesar 1,67.

Hasil perhitungan t statistik dapat dilihat pada keluaran SPSS 19.0 pada

tabel dibawah ini:

Tabel 5.6. Uji t statistik


Standard
ized
Unstandardized Coeffici 95,0% Confidence Collinearity
Coefficients ents Interval for B Correlations Statistics
Std. Lower Upper Zero- Parti Toler
Model B Error Beta T Sig. Bound Bound order al Part ance VIF
1 (Constan 185905, 303878 ,612 ,542 - 788792,
t) 973 ,405 416980, 073
128
Pendapat ,079 ,022 ,589 3,66 ,000 ,036 ,122 ,339 ,344 ,307 ,271 3,688
an 4
Dipoksi -,106 ,034 -,485 - ,002 -,174 -,039 ,171 -,298 -,262 ,291 3,441
Saving 3,12
7
Umur - 6403,7 -,084 -,951 ,344 - 6616,91 ,014 -,095 -,080 ,903 1,108
6087,85 05 18792,6 7
0 17
Jumlah - 37040, -,472 - ,000 - - -,114 -,381 -,345 ,533 1,876
Anak 152723, 299 4,12 226210, 79237,0
964 3 863 65
Pendidik 40614,9 12784, ,338 3,17 ,002 15250,3 65979,4 ,386 ,303 ,266 ,617 1,621
an 08 738 7 53 64
a. Dependent Variable: Permintaan Premi Asuransi Pendidikan
sumber : Output SPSS 19.0..

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji parsial setiap variabel:

a. Pendapatan responden mempunyai t-hitung sebesar 3,664 lebih besar dari t-

tabel: 1,67, hal ini dapat memberi makna bahwa variabel pendapatan

responden berpengaruh signifikan secara positif terhadap permintaan premi

asuransi pendidikan di Labuhanbatu pada tingkat kepercayaan 95%.


94

Koefisien regresi pendapatan responden diperoleh sebesar 0.079 dapat

diartikan apabila pendapatan responden meningkat sebanyak Rp. 1.000.000,

maka permintaan asuransi juga akan meningkat sebesar Rp. 79.000, ceteris

paribus, hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif pendapatan responden untuk meningkatkan permintaan

premi asuransi pendidikan di Labuhanbatu.

b. Hasil perhitungan yang diperoleh S memiliki t-hitung sebesar -3,127 lebih

kecil dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,67 yang bermakna bahwa variabel

MPS berpengaruh negatif pada tingkat kepercayaan 95% terhadap

peningkatan permintaan premi asuransi pendidikan di Labuhanbatu.

Koefisien regresi besar S diperoleh sebesar -0,106, hal ini dapat memberi

arti apabila S meningkat Rp. 1.000, maka permintaan premi asuransi juga

akan turun Rp.106 berarti hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh negatif Saving untuk meningkatkan permintaan

premi asuransi pendidikan di Labuhanbatu.

c. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa umur responden memiliki nilai t-

hitung sebesar -0,951 lebih kecil dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,67,

menunjukkan bahwa umur responden tidak signifikan mempengaruhi

permintaan premi asuransi pendidikan di Labuhanbatu pada tingkat

kepercayaan 95%.

Koefisien regresi besar umur responden diperoleh sebesar -6087,850 hal ini

dapat memberi arti apabila umur responden meningkat satu tahun, maka

permintaan premi asuransi pendidikan akan turun Rp. 6.087,850. berarti hal

ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh


95

negatif umur responden untuk meningkatkan permintaan premi asuransi

pendidikan di Labuhanbatu.

d. Jumlah anak responden memiliki nilai t-hitung sebesar -4,123 lebih kecil

dibandingkan t-tabel sebesar 1,67 yang bermakna bahwa variabel jumlah

anak berpengaruh signifikan yang negatif pada tingkat kepercayaan 95%

terhadap permintaan premi asuransi pendidikan di Labuhanbatu.

Koefisien regresi jumlah anak responden diperoleh sebesar -152723,964,

dapat diartikan apabila jumlah anak responden bertambah satu orang maka

akan mengakibatkan penurunan terhadap permintaan premi asuransi

pendidikan sebesar Rp.15.272.396,- ceteris paribus. Hasil ini dapat

menjawab hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang

negatif antara jumlah anak responden terhadap permintaan premi asuransi

pendidikan di Labuhanbatu.

e. Pendidikan memiliki nilai t-hitung sebesar 3,177 lebih besar dibandingkan

dengan t-tabel: 1,67, hal ini memberi makna bahwa variabel pendidikan

berpengaruh signifikan positif terhadap permintaan premi asuransi

pendidikan di Labuhanbatu pada tingkat kepercayaan 95%.

Nilai koefisien regresi pendidikan diperoleh sebesar 40614,908, dapat

diartikan apabila tingkat pendidikan responden meningkat satu tahun maka

permintaan premi asuransi juga akan meningkat sebesar Rp.40.614,90,

ceteris paribus. Hasil ini telah sesuai dengan hipotesis yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat pendapatan responden untuk

meningkatkan permintaan premi asuransi pendidikan di Labuhanbatu.

e. Implikasi Asuransi terhadap Perekonomian di Labuhanbatu


96

Sifat dasar asuransi adalah untuk proteksi terhadap kerugian finansial

akibat kejadian yang tidak pasti seperti bencana alam, kondisi perekonomian yang

tidak stabil dan lain sebaginya. Dengan adanya perusahaan perasuransian serta

fasilitas yang diberikannya maka diharapkan akan dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat di Labuhanbatu, hal ini didukung dari manfaat asuransi

yaitu melindungi resiko investasi, sebagai sumber dana investasi, persyaratan

kredit, mengurangi kekhawatiran, mengurangi biaya modal, menjamin kestabilan

perusahaan, meratakan keuntungan, menyediakan layanan profesional, pencegahan

kerugian dan membantu pemeliharaan kesehatan.

Jika dianalisis dari sudut manfaatnya terhadap pendidikan, dapat dikatakan

bahwa asuransi pendidikan sangat bermanfaat untuk menjamin kelangsungan

pendidikan nasabahnya. Hal ini dapat diketahui bahwa pada umumnya biaya

pendidikan akan semakin meningkat sedangkan kemampuan orang tua untuk

menyediakan biaya pendidikan semakin menurun, tetapi bagi masyarakat yang

telah memiliki Polis Asuransi akan lebih terjamin kelangsungan pendidikan

anaknya ke jenjang yang lebih baik karena sudah diproteksi perusahaan asuransi,

hal ini akan mempunyai korelasi yang positif terhadap tingkat perekonomian di

Labuhanbatu, karena kemajuan pendidikan merupakan keberhasilan perekonomian

suatu daerah.

Jika dianalisis dari kesempatan kerja, maka perusahaan perasuransian juga ikut

dalam penyediaan lapangan kerja. Dalam mencari kerja sangat erat kaitannya

dengan kwalitas dari pencari kerja, maka dalam hal ini asuransi pendidikan ikut

bertanggung jawab terhadap kwalitas pencari kerja melalui jaminan pendidikan

bagi nasabahnya. Pendidikan yang berkwalitas akan memperoleh kesempatan yang


97

relatif lebih besar dibanding dengan masyarakat yang kwalitas pendidikannya lebih

rendah. Maka dari penjelasan tersebut dapat dikatakan asuransi pendidikan sangat

berperan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Labuhanbatu.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya maka dapat diberikan kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan uji serempak (Uji F-Statistik) diperoleh hasil R2 = 0.30 bermakna

bahwa variabel Pendapatan, Saving, Umur, Jumlah Anak dan Tingkat

pendidikan mampu menjelaskan variasi permintaan premi asuransi pendidikan

di Labuhanbatu sebesar 30% dan sisanya sebesar 70% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

2. Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan premi

asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu

3. Saving berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan premi asuransi

pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu

4. Umur berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan premi

asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu

5. Jumlah Anak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan premi

asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu

6. Tingkat Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan

premi asuransi pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu

5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan

beberapa saran, sebagai bentuk implementasi dari hasil penelitian ini sebagai

91
99

berikut:

1. Sebaiknya perusahaan asuransi melihat penduduk yang berpendapatan tinggi

dan mengarahkan saving yang dimiliki di jadikan menjadi asuransi pendidikan.

2. Sebaiknya perusahaan asuransi mengambil kebijakan mengantisipasi asuransi

dengan mempermudah pengklaimannya sehingga penduduk tidak meragukan

dan merasa aman untuk masuk asuransi.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin (1991). Ikhtisar teori dan Soal Jawab Ekonomi Mikro, Edisi 1.
Yogyakarta: Penerbit BPF
Azra,Azyumardi.2002.Pendidikan Multikultural:Membangun Kembali Indonesia
Bhineka Tunggal Ika.Makalah Disampaikan dalam Symposium
Internasional Antropologi Indonesia Ke-3. Denpasar: Kajian Budaya
UNUD

Djojosoedarso Soeisno, 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, edisi


revisi, Surabaya: Salemba Empat

Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia, cetakan Kelima, Jakarta: Erlanga

Hariandja, Mariot T.E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Jakarta:Grasindo
Haro, Jamardua, 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Asuransi Pendidikan di Kota Medan
Lipsey, Richard, Peter O. Steiner, Douglas D.Purvis, Paul N. Courant (1990),
Microeconomics. Ninth edition. New York: Harper Collins Publishers.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama
Mangkoesoebroto, Guritmo, 1998.Teori Ekonomi Makro, Yogyakarta: STIE
YKPN

Mankiw, N. Gregory, 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama

Mulyasa, M. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan


Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Pallutturi, Sukri. 2005. Ekonomi Kesehatan. Penerbit : Bagian Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan FKM UNHAS
Paul A. Samuelson dan Willian D. Nordhaus. 2000, Makro Ekonomi. Edisi
Keempatbelas. Jakarta: Erlangga
Rahardja, Prathama, Manurung, Mandala (2004), Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi), LPFE –UI, Jakarta
Reksoprayitno, Soediyono, 2000. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis
Pendapatan Nasional), Edisi Kelima. Cetakan Kedua, Yogyakarta: Liberty.
Sadono Sukirno. 2003. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Salma, J. 1992. Health as An Investment. Journal of Political Economy. Vol.70
Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Suparmoko, M,1991. Pengantar Ekonomika Makro, Yogyakarta: BPFE
Supranto, J. 2001. Statistik : Teori dan Aplikasi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Veronika. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
terhadap Asuransi Kerugian Pada PT. Jasaraharja Putra Cabang Medan.

91
101

Renatha. Elsye, 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan


terhadap Asuransi Jiwa Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Keempat. Bandung: Alfabeta
Wirjono Prof Jodikoro,1994, Hukum Asuransi di Indonsia. Jakarta: Inter Masa
Lampiran I. Kuesioner

NO………………..IDENTITAS RESPONDEN

i. Nama :……………………………………….

ii. Alamat : ……………………………………….

iii. Pekerjaan : ……………………………………….

iv. Jenis kelamin : ……………………………………….

v. Usia : ………………………………………..

vi. Pendidikan : ………………………………………..

vii. Jumlah anak : ………………………………………..

No Nama Pendidikan Masuk asuransi keterangan


1
2
3
4
5
6

Pertanyaan:

1. Pengeluaran:

1.1.Pengeluaran untuk pendidikan : Rp……………./bulan

1.2.Pengeluaran untuk konsumsi : Rp……………./bulan

1.3.Pengeluaran investasi : Rp……………./bulan

1.4.Pengeluaran transportasi untuk sekolah : Rp……………./bulan

1.5.Menabung atau tidak :………………

1.6.Berapa besar tabungan : Rp……………../bulan

2. Pendapatan:

2.1.Pendapatan ayah : Rp……………../bulan

2.2.Pendapatan ibu : Rp……………../bulan

91
103

2.3.Pendapatan lainnya : Rp………………/bulan

3. Jenis asuransi :…………………………………………………………….

4. Lama masuk asuransi……………………..tahun………………….bulan

5. Alas an masuk asuransi……………………………………………………

6. Total nilai yang dipertanggungkan : Rp……………………..

7. Nilai premi asuransi : Rp………………./bulan

8. System pembayaran asuransi (premi)………………………

a. Bulanan

b. Triwulan

c. Semester

d. Tahunan

e. Premi tunggal
104

TABULASI DATA

Y S UM JA PDDK DPAP
4500000 1250000 45 3 12 75000
3650000 1150000 34 1 12 75000
4000000 1500000 40 1 12 75000
4500000 1500000 43 2 12 75000
5500000 1000000 45 4 12 150000
5000000 2000000 43 2 17 250000
7500000 4000000 48 2 17 250000
4500000 2000000 47 1 12 250000
4500000 750000 43 4 17 300000
9000000 1750000 45 4 23 300000
6500000 2000000 43 4 17 300000
4000000 1000000 46 3 17 300000
10000000 2000000 46 4 19 300000
9000000 5500000 45 1 19 300000
12000000 5400000 48 4 23 300000
8700000 4200000 50 4 19 300000
7000000 3000000 55 3 23 300000
9000000 1000000 51 4 19 300000
9500000 2000000 47 4 19 300000
4500000 1000000 47 3 17 300000
4500000 1750000 48 2 17 300000
4500000 1500000 39 2 12 300000
5000000 1500000 34 3 17 350000
6000000 1000000 35 4 17 350000
3650000 150000 55 4 12 350000
5500000 2500000 55 2 17 350000
7500000 1000000 45 2 17 350000
6500000 3500000 45 1 17 350000
8500000 1000000 45 4 17 350000
6500000 3500000 45 1 17 350000
5000000 1500000 45 2 19 350000
7700000 1200000 45 4 17 350000
5500000 1500000 43 3 17 350000
5500000 2000000 48 2 17 350000
8500000 2000000 49 4 19 350000
4000000 500000 45 2 12 350000
7700000 700000 48 3 17 350000
5500000 1000000 46 4 17 350000
105

5500000 2000000 38 3 17 350000


6500000 2000000 46 3 17 350000
5500000 2000000 45 2 17 350000
4500000 500000 48 4 19 400000
6500000 2000000 43 3 17 400000
8300000 1800000 49 3 12 400000
4500000 1500000 43 1 17 400000
9000000 1000000 45 4 19 400000
4500000 500000 48 4 17 400000
7500000 3000000 35 2 17 400000
6500000 2000000 47 2 17 400000
7000000 2000000 48 2 17 450000
6500000 2500000 43 2 17 500000
4500000 500000 43 3 19 500000
15000000 10000000 52 1 19 500000
15000000 5500000 49 3 19 500000
4600000 600000 49 3 17 500000
9000000 2500000 55 2 19 500000
6000000 500000 44 4 17 500000
7500000 1500000 38 3 17 500000
9000000 1000000 47 4 19 500000
10000000 4500000 45 2 19 500000
9500000 1000000 45 4 19 500000
8000000 2000000 45 2 23 500000
9000000 500000 45 4 19 500000
9500000 500000 43 4 19 500000
9500000 1500000 49 4 19 500000
5500000 2000000 47 2 12 500000
5500000 1000000 44 3 17 500000
4500000 1000000 44 2 17 500000
5500000 1000000 48 3 17 500000
5500000 1000000 47 3 17 500000
5700000 1700000 45 2 17 500000
5500000 1000000 46 3 17 500000
7500000 2000000 43 2 12 500000
5700000 1200000 38 3 17 500000
4500000 1000000 44 2 17 500000
5500000 1500000 48 2 17 500000
5500000 1000000 47 3 17 500000
7700000 2200000 45 3 19 600000
5500000 2000000 50 2 19 600000
106

4700000 700000 36 2 17 600000


6500000 2000000 37 3 17 600000
6500000 3000000 37 2 12 600000
4500000 500000 43 4 17 700000
7500000 1000000 40 3 17 800000
5500000 1500000 46 3 17 890000
7500000 1000000 47 3 23 900000
7500000 1500000 47 3 23 900000
6500000 500000 43 4 17 1000000
10000000 2000000 36 4 19 1000000
4500000 1000000 48 1 19 1000000
6500000 2500000 45 1 17 1000000
6500000 1500000 45 2 19 1000000
6500000 1000000 47 2 17 1000000
6500000 2000000 47 1 17 1000000
10000000 5000000 49 2 19 1000000
5700000 2200000 54 1 17 1000000
11500000 4000000 55 4 23 1000000
5500000 2000000 44 2 17 1000000
6700000 1200000 45 3 17 1000000
5500000 1000000 44 2 17 1000000
15000000 5500000 47 3 23 1200000
7500000 1000000 35 3 17 1400000
7700000 3200000 47 1 17 1500000
10000000 1500000 45 4 19 1500000
12000000 5500000 45 2 23 1500000
12000000 4500000 45 2 23 1500000

Anda mungkin juga menyukai