Anda di halaman 1dari 190

TESIS

PENGARUH PENGANGGARAN, KOMPETENSI SUMBER


DAYA MANUSIA, KOMITMEN ORGANISASI, PROSES
PENGADAAN OBAT DAN REGULASI TERHADAP
PENYERAPAN ANGGARAN BELANJA DANA KAPITASI
PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

ENNY IRTIANNA
12F 015 010

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017

ii
PENGARUH PENGANGGARAN, KOMPETENSI SUMBER DAYA
MANUSIA, KOMITMEN ORGANISASI, PROSES PENGADAAN OBAT
DAN REGULASI TERHADAP PENYERAPAN ANGGARAN BELANJA
DANA KAPITASI PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN LOMBOK
TENGAH

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Studi Magister Akuntansi

Pascasarjana Universitas Mataram

Oleh:
ENNY IRTIANNA
I2F015010

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017

iii
Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 17 Juli 2017

Oleh
Pembimbing Ketua

Prof. Dr. H. Akram, SE., M.Si., CMA


NIP. 19621229 198803 1 003

Pembimbing Pendamping

H. Agusdin,SE. MBA, DBA


NIP. 19640813 198903 1 001

iv
Telah diuji pada

Tanggal 12 Juli 2017

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. H. Akram, SE, M.Si., CMA


NIP. 19621229 198803 1 003

Anggota:

1. H. Agusdin, SE, MBA, DBA


NIP. 19640813 198903 1 001

2. Prof. Drs. H. Thatok Asmony, MBA, DBA


NIP. 19600617 198903 1 001

3. Dr. Endar Pituringsih, SE, M.Si., Ak., CA


NIDN. 0706067101

v
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa tesis dengan judul :
“Pengaruh Penganggaran, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Komitmen
Organisasi, Proses Pengadaan Obat dan Regulasi Terhadap Penyerapan
Anggaran Dana Kapitasi Pada Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah”.
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 12 Juli 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang
saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik tesis yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Mataram, Juli 2017


Yang Memberi Pernyataan

NIM.12F015010

vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Bapak Prof.Dr. H.
Akram, SE., M.Si., CMA selaku Pembimbing Ketua, dan H. Agusdin,
SE.MBA,DBA selaku Pembimbing Pendamping atas kesabarannya dalam
membimbing, atas segala masukan dan saran, serta atas motivasi dan dukungan
yang diberikan selama penyusunan tesis ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut
memberikan sumbangan pikiran guna penyelesaian tesis, dan turut membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:
1. Rektor Universitas Mataram, Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D, atas kesempatan,
waktu, ijin yang diberikan untuk menempuh studi pada Program Studi
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Mataram.
2. Direktur Pascasarjana Universitas Mataram, Prof. Ir. Komang Damar Jaya,
M.Sc. Agr. Ph.D. atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi
pada Program Studi Magister Akuntansi.
3. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram selaku Ketua
Majelis Pertimbangan Program Studi Magister Akuntansi, Dr.Muaidi Yasin,
MS., atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada Program
Studi Magister Akuntansi.
4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Mataram, Prof. Dr. Hj. Rr. Titiek Herwanti, Dra. M.Si.,dan Dr. Lilik
Handajani, SE.MSA.,Ak.,CAatas kesempatan yang diberikan untuk
menempuh studi pada Program Studi Magister Akuntansi.
5. Bapak dan Ibu Dosen pada program studi Magister Akuntansi Universitas
Mataram, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama menempuh
pendidikan Program Magister Akuntansi Universitas Mataram.
6. Penanggung Jawab Program Beasiswa STAR BPKP beserta seluruh
jajarannya, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam

vii
menempuh pendidikan di Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Mataram.
7. Staf administrasi pada Program Magister Akuntansi Universitas Mataram,
yang telah memberikan dukungan dan bantuannya selama menempuh
pendidikan.
8. Teman-teman penerima Progam Beasiswa STAR BPKP Batch IV Universitas
Mataram yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan selama
masa perkuliahan sampai tesis ini terselesaikan.
9. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lombok
Tengah, H.Darwis, SH.MM, atas kesempatan mengikuti beasiswa dan atas
segala bantuannya selama menempuh pendidikan hingga penyelesaian tesis
ini.
10. Pengelola Dana Kapitasi pada seluruh Puskesmas di Kabupaten Lombok
Tengah yang telah mendukung dan membantu dalam proses pengumpulan
data penelitian.
11. Orang Tuaku tercinta Satran dan Ibundaku Tantri yang senantiasa
mendo’akan dan mencurahkan dukungannya dalam menyelesaikan
pendidikan
12. Suamiku tercinta, Saefiat yang senantiasa medoakan, mendampingi dan
mencurahkancinta, perhatian, motivasi dan dukungannya dalam
menyelesaikan pendidikan
13. Anak-anakku tercinta, Karina Dewi Saefitriana, Sofia Dwi Safitri, Khanza
Lhatifa Saefitiana, mohon maaf atas waktu yang banyak tersita untuk
menyelesaikan tesis ini.
14. Dan buat semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuannya dalam bentuk apapun.
Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada kesalahan
karena penulis menyadari tesis ini jauh dari kesempurnaan.
Mataram, Juli 2017

Penulis

viii
ABSTRAK

Pengaruh Penganggaran, Kompetensi Sumber Daya Manusia,Komitmen


Organisasi, Proses Pengadaan Obat dan Regulasi Terhadap Penyerapan Anggaran
Belanja Dana Kapitasi Pada Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah

Enny Irtianna

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis bahwa dan penganggaran,


kompetensi sumber daya manusia, komitmen organisasi, proses pengadaan obat,
dan regulasi berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi
program Jaminan Kesehatan Nasional pada puskesmas di Kabupaten Lombok
Tengah. Penelitian menggunakan survei kuesioner dan responden adalah pengelola
dana Kapitasi . Jumlah sampel penelitian sebanyak 102 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan secara Purposive sampling. Analisis data menggunakan
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penganggaran, kompetensi sdm, komitmen organisasi, proses pengadaan obat dan
regulasi berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja
dana kapitasi. Besarnya pengaruh kelima variabel dijelaskan oleh nilai koofisien
determinan adalah sebesar 77,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
diluar penelitian.Implikasi dari penelitian ini bahwa penganggaran yang didukung
dengan data yang akurat dan sesuai kebutuhan, peningkatan kompetensi sdm, dan
komitmen organisasi yang tinggi serta proses pengadaan obat yang baik dan
didukung dengan kejelasan regulasi dapat membantu meningkatkan penyerapan
anggaran belanja dana kapitasi

Kata Kunci : penganggaran; kompetensi sumber daya manusia;komitmen


organisasi; proses pengadaan obat; regulasi; penyerapan anggaran
belanja dana kapitasi.

ix
ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGETING, HUMAN RESOURCES COMPETENCY,


ORGANIZATIONAL COMMITMENT, PROCESS OF DRUG PROCUREMENT,
AND REGULATION ON THE ABSORPTION OF CAPITATION FUND
SPENDING IN PUBLIC HEALTH CENTERS IN CENTRAL LOMBOK.

Enny Irtianna

This research aimed at analyzing the effect of budgeting, human resource


competency, organizational commitment, process of drug procurement, and
regulation on the absorption of capitation fund spending of National Health
Insurance program in public health centers in Central Lombok. This research is
a survey study with questionnaires and the respondents are the managements of
Capitation Fund. The samples were 102 respondents selected through purposive
sampling and the data were analyzed with multiple linear regression. The
research showed that budgeting, human resources competency, organizational
commitment, process of drug procurement, and regulation had positive and
significant effect on the absorption of capitation fund. The big effect of those five
variables were explained by the value of determinant coefficient which is 77,2 %
while the rest is affected by other factors outside this research. The implication of
this research is that budgeting that is supported by accurate data and that meets
need, the improvement of human resource competency and high organizational
commitment and the process of drug procurement and supported by clear
regulation will able to increase the absorption of the capitation fund spending.

Keywords : budgeting, human resources competency, organizational commitment,


process of drug procurement, regulation, the absorption of budget spending,
capitation fund

x
DAFTAR ISI

Sampul Depan…………………………………………………………..………… i
Sampul Dalam……………………………………………………………………. ii
Prasyarat Gelar……………………………………………………………………iii
Lembar Persetujuan……………………………………………………………….iv
Penetapan Panitia…………………………………………………………………. v
Ucapan Terima Kasih............................................................................................ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................... 14
1.3.Tujuan Penelitian ...................................................................................... 15
1.4.Manfaat Penelitian .................................................................................... 15
1.4.1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 15
1.4.2. Manfaat Praktis ............................................................................... 16
1.4.3. Manfaat Kebijakan ......................................................................... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 18


2.1. Landasan Teori dan Hasil Penelitian Terdahulu ...................................... 18
2.1.1. Landasan Teori ............................................................................... 18
2.1.1.1. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory) ................. 18
2.1.1.2. Teori Implementasi Kebijakan Edward III ........................ 19
2.1.1.3. Konsep Disiplin Eksekusi .................................................. 22
2.1.1.4. Penganggaran ..................................................................... 23
2.1.1.5. Penganggaran Dana Kapitasi ............................................. 25
2.1.1.6. Kompetensi SDM .............................................................. 26
2.1.1.7. Komitmen Organisasi ........................................................ 27
2.1.1.8. Pengadaan Obat ................................................................. 29
2.1.1.9. Regulasi ............................................................................. 32
2.1.1.10. Penyerapan Anggaran ...................................................... 33
2.1.1.11. Dana Kapitasi .................................................................. 34
2.1.2. Telaah Penelitian Terdahulu .......................................................... 34
2.2. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis ............................... 38
2.2.1. Kerangka Konseptual ..................................................................... 38
2.2.2. Pengembangan Hipotesis ............................................................... 41

xi
2.2.2.1. Pengaruh Penganggaran Terhadap Penyerapan Dana
Kapitasi .............................................................................. 41
2.2.2.2. Pengaruh Kompetensi Terhadap Penyerapan Dana
Kapitasi .............................................................................. 44
2.2.2.3. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Penyerapan
Dana Kapitasi .................................................................... 45
2.2.2.4. Pengaruh Proses Pengadaan Obat Terhadap Penyerapan
Dana Kapitasi .................................................................... 47
2.2.2.5. Pengaruh Regulasi Terhadap Penyerapan Dana Kapitasi .. 49

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 53


3.1. Jenis Penelitian ......................................................................................... 53
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 53
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 54
3.4. Variabel Penelitian ................................................................................... 6
3.4.1. Klasifikasi Variabel ........................................................................ 56
3.4.2. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 56
3.5. Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data ........................................... 60
3.6. Uji Instrumen Penelitian .......................................................................... 62
3.6.1. Uji Validitas .......................................................................... 62
3.6. 2. Uji Realibilitas ..................................................................... 63
3.7. Prosedur Analisis Data…………………………………………………… 63
3.7.1. Pengujian Kualitas Data ................................................................. 64
3.7.1.1. Uji Multikolinieritas .......................................................... 64
3.7.1.2. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 64
3.7.1.3. Uji Normalitas ................................................................... 65
3.7.2 Statistik Deskriptif............................................................................ 65
3.7.3 Statistik Inferensial ......................................................................... 66
3.7.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 66
3.7.3.2. Koofesien Determinasi (R2)................................................ 67
3.7.3.3. Pengujian Hipotesis ........................................................... 67
3.7.3.3.1. Uji Signifikan Prameter Individual
(Uji Statistik t) ................................................... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 69


4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................ 69
4.1.1. Gambaran Umum Penelitian .......................................................... 69
4.1.2. Karateristik Responden .................................................................. 71
4.1.3. Analisis dan Hasil Penelitian.......................................................... 77
4.1.3.1.Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen ................. 69
4.1.4. Statistik Deskriptif ......................................................................... 83
4.1.5. Statistik Inferensial ........................................................................ 97

xii
4.1.5.1. Uji Asumsi Klasik.............................................................. 97
4.1.5.2. Pengujian Hipotesis .......................................................... 102
4.2. Pembahasan .............................................................................................. 109
4.2.1. Pengaruh Penganggaran Terhadap Penyerapan Dana Kapitasi ..... 110
4.2.2. Pengaruh Kopetensi SDM Terhadap Penyerapan Dana Kapitasi .. 115
4.2.3. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Penyerapan Dana
Kapitasi .......................................................................................... 117
4.2.4. Pengaruh Proses Pengadaan Obat Terhadap Penyerapan Dana
Kapitasi .......................................................................................... 120
4.2.5. Pengaruh Regulasi Terhadap Penyerapan Dana Kapitasi .............. 126
4.3. Implikasi Penelitian .................................................................................. 128

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 132


5.1. Simpulan .................................................................................................. 132
5.2. Keterbatasan dan Saran Penelitian ........................................................... 134
5.2.1. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 134
5.2.2. Saran Penelitian ............................................................................. 136

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Saldo Dana Kapitasi pada Kabupaten se-Pulau Lombok........................ 3

Tabel 1.2 Realisasi pendapatan dan belanja dana kapitasi pada Puskesmas........... 4

Tabel 1.3 Realisasi belanja obat dana kapitasi........................................................ 9

Tabel 3.1 Populasi dan sampel peneliitian ............................................................ 56

Tabel 3.2 Kategori variabel penelitian .................................................................. 62

Tabel 4.1 Jumlah sampel dan tingkat pengembalian responden ........................... 71

Tabel 4.2 Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel penganggaran .................... 78

Tabel 4.3 Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel kompetensi sdm................. 79

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas dan realibilitas Variabel Komitmen Organisasi .... 80

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas dan realibilitas Variabel Proses pengadaan obat.... 81

Tabel 4.6 Hasil Uji validitas dan reliabilitas variabel regulasi ............................. 82

Tabel 4.7 Hasil Uji validitas dan realibilitas variabel penyerapan anggaran ........ 83

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif ................................................................................ 84

Tabel 4.9 Tingkat penilaian responden pada setiap pernyataan tentang


penganggaran........................................................................................ 88

Tabel 4.10 Tingkat penilaian responden pada setiap pernyataan tentang


kompetensi sdm .................................................................................... 89

Tabel 4.11 Tingkat penilaian responden pada setiap pernyataan tentang komitmen
organisasi .............................................................................................. 91

Tabel 4.12 Tingkat penilaian responden pada setiap pernyataan tentang proses
pengadaan obat ..................................................................................... 93

Tabel 4.13 Tingkat penilaian responden pada setiap pernyataan tentang regulasi
.............................................................................................................. 94

Tabel 4.14 Tingkat penilaian responden pada setiap pernyataan tentang


penyerapan anggaran ............................................................................ 96

Tabel 4.15 Uji Kolmogorov Sminorv ................................................................... 98

Tabel 4.16 Hasil perhitungan nilai tolerrance dan VIF......................................... 99

xiv
Tabel 4.17 Uji Glejser ......................................................................................... 101

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien determinasi (Uji R2) .......................................... 103

Tabel 4.19 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ………..……104

Tabel 4.20 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis…………………………….…108

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rerangka Konseptual Penelitian ....................................................... 41

Grafik 4.1 Data responden berdasarkan jenis kelamin ......................................... 72

Grafik 4.2 Data responden berdasarkan umur ..................................................... 73

Grafik 4.3 Data responden berdasarkan tingkat pendidikan ................................. 74

Grafik 4.4 Data responden berdasarkan masa kerja.............................................. 76

Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Normal Probability plot ................................ 97

Gambar 4.2 Grafik Histogram dan Normal Probability plot .............................. 100

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Penelitian Terdahulu

Lampiran 2. Definisi Operasional Variabel

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas

Lampiran 4. Hasil Uji Koefisien Determinan

Lampiran 5. Hasil Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

Lampiran 7. Proses Lelang Harga Membentuk e-Catalogue

Lampiran 8. Alur Proses e-Purchasing

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh pemerintah

merupakan amanat UU Nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, dan kemudian terbit UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dimulai sejak Januari tahun 2014 dan dalam pelaksanaannya

Pemerintah menyalurkan Dana Kapitasi sebagai dukungan dana untuk operasional

pelayanan kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik

Pemerintah Daerah yang pada umumnya berbentuk Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas). Kedudukan Puskesmas berada di bawah koordinasi Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan berstatus

sebagai Unit Pelaksana Tehnis (UPT).

Dana Kapitasi JKN adalah dana yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan

kepada Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan bagi peserta

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dana Kapitasi dibayarkan dimuka setiap

bulan tanpa memperhitungkan banyaknya pasien peserta yang berobat dan jenis

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas. Dalam pelaksanaanya

pemerintah menetapkan berbagai regulasi pendukung pengelolaan dana Kapitasi,

antara lain Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan

Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belum menerapkan Pola Keuangan

1
2

Badan Layanan Umum Dareah (BLUD) dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

19 Tahun 2014 yang telah mengalami perubahan menjadi Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Peggunanaan Dana Kapitasi untuk Jasa

Pelayanan dan Dukungan Biaya Operasional serta Surat Edaran Menteri Dalam

Negeri Nomor 900/2280/SJ Tanggal 5 Mei 2014 tentang Petunjuk Teknis

Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, serta Pertanggungjawaban Dana

Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Milik Pemerintah Daerah.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 pada pasal 3

dinyatakan bahwa Dana Kapitasi dibayarkan langsung oleh BPJS kepada bendahara

Dana Kapitasi dan pada pasal 7 dinyatakan pendapatan Dana Kapitasi digunakan

langsung oleh Puskesmas untuk pelayanan kesehatan perserta. Tidak seperti

penerimaan daerah lainnya yang berasal dari pemerintah pusat, dimana penerimaan

tersebut ditujukan ke rekening kas umum daerah yang dikelola oleh Bendahara

Umum Daerah, Dana Kapitasi dibayarkan oleh BPJS Kesehatan langsung ke

rekening Dana Kapitasi yang dikelola oleh Bendahara Dana Kapitasi di Puskesmas.

Ketentuan dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang akan terdampak

dari penerapan kebijakan penggunaan langsung Dana Kapitasi JKN oleh Puskesmas

adalah perihal penatausahaan pengeluaran. Mekanisme penerbitan Surat Penyediaan

Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar

(SPM), dan Surat Permintaan Pencairan Dana (SP2D) tidak dikenal dalam

penatausahaan pengelolaan dan pemanfaatan Dana Kapitasi. Praktek seperti ini

mengingatkan kita pada fleksibelitas yang dimiliki oleh Satuan Kerja Perangkat
3

Daerah (SKPD) yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), meskipun

Puskesmas tersebut belum berstatus BLUD.

Fleksibelitas yang diberikan kepada puskesmas dalam mengelola dana

kapitasi dalam pelaksanaannya terjadi fenomena berupa besarnya dana yang belum

dapat dimanfaat oleh Puskesmas. Berdasarkan Buku I Laporan Hasil Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (LHP BPK-RI) Tahun 2014 dan

2015 atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau

Lombok dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Saldo Dana Kapitasi pada Kabupaten Kota se-Pulau Lombok.

REKAPITULASI SALDO KAS DI BENDARAHA DANA KAPITASI

No Nama Kabupaten/Kota Per 31 Des 2015 Per 31 Des 2014

1 Lombok Timur 18.660.542.335 10.840.866.389

2 Lombok Tengah 11.775.169.560 5.304.781.314

3 Lombok Barat 4.645.396.864 2.680.663.966

4 Lombok Utara 5.037.525.553 2.639.405.316

5 Mataram 5.166.782.002 2.623.220.000


Sumber : Buku I LHP BPK-RI (Data diolah, 2017)

Berdasarkan Tabel diatas Kabupaten Lombok Tengah memiliki saldo kas

kedua terbesar setelah Kabupaten Lombok Timur namun jika dibanding dengan

total pendapatan dan saldo kas tahun 2015 Rp. 34.844.401.314,-maka saldo kas

pada Kabupaten Lombok Tengah 34% sedangkan Kabupaten Lombok Timur

sebesar Rp. 60.345.268.645,- atau 31%, sehingga hal ini yang menjadi

pertimbangan peneliti memilih lokasi pada Kabupaten Lombok Tengah.


4

Berdasarkan data Penjabaran Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja pada

Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Tengah, tingkat realisasi

penyerapan anggaran Kapitasi yang pada tahun 2014-2016. Dimana pada

Pendapatan jumlah realisasinya selalu melampaui jumlah yang telah direncanakan,

namun pada anggaran belanja anggaran yang telah direncanakan tidak dapat

dimanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel

1.1. sedangkan rincian anggaran dan realisasi belanja untuk jasa pelayanan dan

belanja operasional ada pada lampiran 3.

Tabel 1.2. Realisasi Pendapatan dan Belanja Dana Kapitasi pada Puskesmas

di Kabupaten Lombok Tengah

Pendapatan ( dalam ribuan rupiah) Belanja (dalam ribuan rupiah)

Rencana Realisasi
%
Tahu (Rp) (Rp) Rencana Realisasi %
n (Rp) (Rp)
2 3 4 5 6 7 8
2014 29.157.486. 29.621.233. 101 18.627.275 13.969.037 74,99

2015 29.539.620. 32.232.917. 109 38.043.576. 29.480.083. 77,49

2016 29.539.620. 33.511.507. 110 41.329.037. 32.037.289. 72,66

Sumber: Bagian Keuangan Setda Kabupaten Lombok Tengah (data diolah, 2017)
Komposisi dana yang dikelola secara langsung pada Puskesmas di

Kabupaten Lombok Tengah didominasi oleh dana yang bersumber dari dana

kapitasi sebesar 84% sedangkan dana bantuan operasional (BOK) hanya 16% dari

total dana. Dari porsentase tersebut dapat dilihat bahwa anggaran untuk kegiatan

operasional Puskesmas yang bersumber dari dana kapitasi jumlahnya jauh lebih

besar dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Rendahnya Penyerapan


5

anggaran Dana Kapitasi pada Puskesmas ini perlu mendapat perhatian yang serius

dari Pemerintah terutama untuk jenis belanja dukungan biaya operasional kesehatan

dikarenakan belanja tersebut merupakan belanja yang pemanfaatannya langsung

dirasakan oleh masyarakat.

Menurut Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (2013:127)

perencanaan sebagai acuan bagi penganggaran pada dasarnya adalah proses

penyusunan rencana pendapatan, belanja, dan pembiayaan untuk suatu jangka

waktu tertentu. Perencanaan Anggaran merupakan salah satu faktor penting di

tingkat Pemerintah Daerah yang sangat berpengaruh terhadap kesulitan lainnya

dalam penyerapan anggaran (Ministry of Finance, Planning and Economic

Development of Uganda, 2011). Dalam proses Perencanaan Anggaran harus

mengikuti prosedur administratif dan juga harus mengacu pada aturan yang

melandasinya (Darise, 2009:129). Aspek perencanaan yang tidak matang dalam

penentuan anggaran yang akan disajikan akan berdampak pada tidak berjalannya

program kerja dengan baik, hal ini dikarenakan tidak selarasnya antara perencanaan

anggaran dan program kerja yang akan dilaksanakan sehingga menjadi salah satu

faktor penyebab minimnya penyerapan anggaran (Arif & Halim, 2013).

Sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ Tahun

2014 maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/Puskesmas yang belum

menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

mewajibkan Kepala Puskesmas untuk menyusun rencana pendapatan dan belanja

Dana Kapitasi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran Dinas Kesehatan (RKA-SKPD).


6

Penganggaran terhadap dana Kapitasi yang dilakukan oleh Kepala

Puskesmas mengacu pada Peraturan Bupati Lombok Tengah yang diterbitkan setiap

tahun anggaran yang mengatur tentang alokasi Dana Kapitasi sebesar 60% dari

alokasi penerimaan dana Kapitasi digunakan untuk pembayaran jasa pelayanan dan

40% digunakan untuk dukungan operasional , dan batasan jenis alokasi belanja

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2014 yang telah mengalami

perubahan menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 serta

kebijakan Dinas Kesehatan dalam menentukan prosentase pada alokasi belanja

bantuan operasional merupakan batasan bagi Kepala Puskesmas dalam

penganggaran terhadap belanja operasional yang sesuai dengan kebutuhan.

Penganggaran dana kapitasi yang tersentralisasi pada Dinas Kesehatan

sementara pelaksanaan pengelolaan pada Puskesmas kegiatan yang bersumber dari

dana kapitasi menjadi akibat penyerapan yang sangat rendah (Undap, 2017)

Aturan penggunaan dana kapitasi kurang mengakomodasi kebutuhan

Puskesmas, hal ini dikarenakan peruntukan dana kapitasi sebetulnya telah mampu

dibiayai dari APBN/APBD sebagai belanja rutin. Kesulitan yang kerap ditemui

sebenarnya pada belanja non-rutin seperti pengadaan meubelair dan rehabilitasi

gedung Puskesmas (www.kpk.go.id, 2015), namun kedua jenis belanja tersebut

baru dapat dianggarkan pada anggaran perubahan akhir tahun 2016 setelah

keluarnya Permenkes 21 Tahun 2016 sebagai pengganti Permenkes 19 Tahun 2014.

Perencanaan anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengakibatkan

rendahnya penyerapan anggaran, anggaran yang diusulkan lebih besar dari yang
7

dibutuhkan tanpa memperhatikan kebutuhan riil di lapangan dan kemudahan dalam

implementasinya (Yunarto, 2011).

Rendahnya Penyerapan anggaran juga disebabkan karena terlambatnya

menerima Dokumen Pelaksanaan Anggaran Perubahan Anggaran yang

mengakibatkan adanya kegiatan yang terlambat atau tidak dapat dilaksanakan

(Herryanto, 2012). Sisa Lebih Pagu Anggaran (SILPA) dan perubahan regulasi

terkait alokasi Dana Kapitasi dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun

2014 menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 mengakibatkan

dilakukannya revisi anggaran. Revisi Dokumen Pelaksanaan Anggaran tersebut

menyebabkan jadwal kegiatan harus dilakukan penyesuaian, dan waktu pelaksanaan

menjadi mundur. Kegiatan dan program juga belum dapat dilaksanakan sebelum

persetujuan revisi DPA tersebut disahkan, karena kegiatan dan program tersebut

dapat dikategorikan belum ada alokasi anggaran.

Triani (2013) mengemukakan permasalahan yang dihadapi Pemerintah

Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah terkait kapasitas sumber daya

manusia menunjukkan kondisi masih kurangnya tenaga pengelola keuangan yang

berlatar belakang akuntansi dan penempatan pegawai yang tidak sesuai spesifikasi

bidang ilmu turut memberi kontribusi bagi lemahnya pengelolaan keuangan di

daerah.

Dalam pelaksanaan APBD salah satu faktor yang diperlukan organisasi

untuk meningkatkan kinerjanya adalah sumber daya manusia yang andal

merupakan faktor penentu kesuksesan. Kebutuhan atas personel yang memahami

akuntansi menjadi suatu keharusan dan menjadi prioritas utama dalam


8

pembenahan pengelolaan keuangan daerah (Yuwono, 2008:484). Dengan

kompetensi yang dimiliki, pegawai akan mampu menunjang usaha pencapaian

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan organisasi (Arthana, 2016). Keberhasilan

suatu organisasi sangat ditentukan oleh kompetensi sumber daya manusia yang

bekerja didalamnya (Malahayati, 2015).

Hasil temuan Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) dalam pengelolaan

Dana Kapitasi adalah lemahnya pemahaman dan kompetensi sumber daya manusia

di Puskesmas dalam menjalankan regulasi (www.kpk.go.id,2015). Menurut data

kepegawaian pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah sumber daya

manusia pengelola Dana Kapitasi pada Puskesmas semuanya berlatar belakang

pendidikan kesehatan. Dengan tidak tersedianya sumber daya manusia yang

berkompeten di bidang pengelolaan keuangan mengakibatkan bendahara

pengeluaran yang ada pada 25 Puskesmas semuanya berasal dari tenaga yang

berlatar belakang pendidikan bidang kesehatan. Penyerapan anggaran yang baik

bila kapasitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh penanggungjawab terbesar

dalam pengelolaan keuangan baik (Malahayati, 2015).

Sumber daya manusia pengelola keuangan dengan latar belakang

pendidikan kesehatan merupakan suatu tantangan dan membutuhkan komitmen

yang tinggi dalam upaya merealisasikan anggaran yang merupakan komitmen untuk

direalisasikan dalam mencapai tujuan organisasi serta keterlambatan dalam

menerima dokumen anggaran perubahan membutuhkan komitmen yang tinggi dari

pengelola keuangan untuk merealisasikannya.


9

Komitmen Organisasi dapat berfungsi sebagai alat bantu psikologis bagi

pegawai untuk melakukan pekerjaannya sehingga dapat mencapai hasil yang

diinginkan (Wentzel, 2002). Komitmen organisasi dapat mempengaruhi kinerja

organisasi (Babakus et al. 2003). Oleh karena itu komitmen organisasi dapat

mempengaruhi penyerapan anggaran (Juliani, 2014). Anggaran di sektor publik

merupakan komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti para manajer

setuju menerima tanggung jawab untuk mencapai target yang ditetapkan dalam

anggaran (Halim dan Kusufi, 2012). Dalam Pelaksanaan lambatnya penyerapan

anggaran juga dipengaruhi oleh persoalan keterlambatan penunjukkan tenaga

pengelola keuangan, kebiasaan pengelola keuangan menunda pekerjaan dan tidak

adanya reward dan punishment dalam pengelolaan keuangan (Miliasih, 2012). Hal

ini menunjukkan kurangnya komitmen dalam mencapai tujuan organisasi.

Pengelolaan dana kapitasi pada Puskesmas di Kabupaten Lombok tengah

mengalami penyerapan anggaran yang sangat rendah khususnya untuk pengadaan

obat dengan realisasi anggaran pada tahun 2014 -2016 seperti dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.3 Realisasi Belanja Obat dana KapitasiTahun 2014-2016


Pengadaan
Obat
Tahun Pagu Anggaran berdasarkan
(sesuai DPA) (RKO) Realisasi Pengadaan %
(Rp) (Rp) (Rp)
2014 2.067.773.400 1.370.727.235 276.615.245 13,38
2015 3.544.754.400 2.707.675.852 425.198.278 12,00
2016 3.881.310.796 2.759.986.425 1.829.786.983 47,14
Sumber : Laporan Realisasi Obat UPT.Farmasi Dinas Kesehatan
Kab. Loteng (data diolah, 2017)

Sejak dimulainya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2014

pengadaan obat JKN di Puskesmas dilakukan dengan e-Purchasing melalui e-


10

Catalogue, hal ini dikarenakan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

63 Tahun 2014 dan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor KF/Menkes/167/III/

2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektonik, dimana Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) melaksanakan pengadaan obat melalui E-

Purchasing berdasarkan Katalog Elektronik (E-catalogue).

Berdasarkan paparan dalam evaluasi sistem e-catalogue obat terdapat

beberapa kendala dalam pengadaan obat menggunakan e-catalogue antara lain

industri farmasi belum melayani Satker dengan alasan jumlah persediaan yang

terbatas, belum mendapatkan bahan baku, biaya distribusi, penyedia lambat

merespon pemesanan dan sulit menghubungi penyedia obat serta penyedia obat

tidak melayani pemesanan manual berdasarkan e-catalogue. (http:/ /binfar.depkes

.go.id/), beberapa kendala tersebut tentunya akan berdampak pada jumlah

anggaran belanja obat yang dapat direalisasikan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendorong dilakukannya perbaikan

tata kelola obat pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini dilakukan

setelah kajian KPK menemukan mekanisme pengadaan obat melalui e-catalogue

belum optimal; dan Tidak akuratnya Rencana Kebutuhan Obat (RKO) sebagai dasar

pengadaan e-catalogue, ketidaksesuaian daftar obat pada FKTP/ Puskesmas dengan

Formularian Nasional FKTP. (www.dutaselaparang, 2016).

Faktor lain yang diduga kuat mempengaruhi adalah regulasi pemanfaatan

dana kapitasi yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun

2014 kurang mengakomodasi kebutuhan puskesmas akhirnya puskesmas tidak

mampu memanfaatkan dana tersebut dengan maksimal. Ketidakmampuan


11

puskesmas dalam menyerap anggaran bukan tanpa alasan, ketika aturan

pemanfaatan tidak jelas, maka pimpinan puskesmas akan berhati-hati dalam

memanfaatkan dana tersebut (Yuliyanto, 2016)

Berdasarkan hasil temuan KPK regulasi yang ada kurang mengakomodasi

kebutuhan Puskesmas, hal ini dikarenakan peruntukan Dana Kapitasi sebetulnya

telah mampu dibiayai dari APBN/APBD sebagai belanja rutin. Kesulitan yang

kerap ditemui sebenarnya pada belanja non-rutin seperti pengadaan meubelair dan

rehabilitasi gedung Puskesmas namun belanja tersebut berdasarkan regulasi yang

ada tidak dapat dianggarkan.

Mekanisme kapitasi telah membuat dana yang masuk ke sebagian

puskesmas meningkat drastis dan melebihi dari kebutuhan puskesmas setiap

tahunnya. Besarnya dana yang diterima dan realisasi anggaran yang lambat,

berpeluang menyebabkan sisa lebih di akhir tahun anggaran. Kalau ini terus

berulang dan terakumulasi tiap tahun, maka sisa lebih dana ini bisa sangat besar

pada sebuah puskesmas saja. (www.kpk.go.id, 2015).

Regulasi sebelumnya yang mengatur pemanfaatan dana kapitasi belum

mengatur secara jelas mekanisme pengelolaan sisa lebih dana kapitasi, namun

pemerintah telah berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan dikeluarkannya

Permenkes 21 Tahun 2016 yang berlaku pada bulan Mei 2016 sebagai penganti

Permenkes 19 Tahun 2014 dimana dalam Pasal 7 Permenkes Nomor 21 Tahun

2016 dinyatakan pendapatan dana kapitasi yang tidak digunakan seluruhnya pada

tahun anggaran berkenaan, sisa dana kapitasi dimanfaatkan untuk tahun anggaran

berikutnya.
12

Saldo dana kapitasi yang berasal dari dukungan biaya operasional

pemanfaatannya hanya dapat digunakan untuk dukungan biaya operasional begitu

pula sisa dana kapitasi dari jasa pelayanan kesehataan maka pemanfaatannya hanya

dapat digunakan untuk jasa pelayanan. Sisa dana tersebut harus dimasukkan dalam

rencana pendapataan dan belanja dana kapitasi JKN yang dianggarkan dalam

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD Dinas Kesehatan. Namun hal ini belum dapat

mengatasi masalah penyerapan anggaran disebabkan karena peraturan tersebut

mulai berlaku pada bulan Mei 2016 sehingga proses penganggaran belanja baru

dapat dilakukan pada saat anggaran perubahan sehingga waktu pelaksanaan relatif

singkat.

Dalam proses penyerapan anggaran belanja negara diperlukan peraturan

yang berorientasi pada pemberian kepercayaan pada eksekutif agar dapat lebih

fleksibel dalam menggunakan anggaran dengan tetap mengedepankan prinsip

efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas (Sinaga, 2016).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Malahayati (2015)

yang menguji pengaruh perencanaan anggaran, kapasitas sdm dan pelaksanaan

anggaran. Adapun yang membedakan penelitian ini adalah terletak pada variabel

yang akan diuji, penelitian ini akan menambahkan faktor yang lebih spesifik dalam

pelaksanaan yaitu proses pengadaan obat, regulasi dan komitmen organisasi

Penambahkan faktor komitmen organisasi merupakan faktor yang

diperlukan untuk meningkatkan penyerapan anggaran dengan ditunjang pegawai

yang memiliki komitmen yang tinggi maka pegawai akan berusaha mencapai

tujuan organisasi yang sulit. Ketersediaan obat merupakan hal paling penting yang
13

mendukung kualitas pelayanan kepada masyarakat, jumlah anggaran belanja untuk

obat merupakan prosentase tertinggi dalam anggaran belanja operasional puskesmas

namun hal ini tidak didukung dengan tingkat penyerapan yang tinggi.Regulasi

merupakan dasar bagi pengelola dalam melakukan pengelolaan dana kapitasi.

Regulasi yang kurang jelas dan kurang mendukung kebutuhan dapat menjadi salah

satu penyebab anggaran yang tidak diserap, hal ini dikarenakan sikap kehati-hatian

pengelola.

Pemilihan variabel tersebut juga dikarenakan pada penelitian sebelumnya

menunjukkan hasil yang tidak konsisten, seperti penelitian yang dilakukana oleh

Malahayati (2015), Zarinah (2015), Seftianova (2013), Priatno (2013), Herriyanto

(2012) menunjukkan Perencanaan Anggaran berpengaruh terhadap Penyerapan

Anggaran, sedangkan penelitian Rifai, et al (2016), Putri dan Fachruzzaman (2014)

menunjukkan hasil yang berbeda dimana Perencanaan Anggaran tidak berpengaruh

terhadap penyerapan anggaran.

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dibuktikan oleh penelitian

Taufik (2016), Arthana (2016), Malahayati (2015), Iskandar (2015), yang

menunjukkan adanya pengaruh kompetensi SDM terhadap penyerapan anggaran.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Priatno (2013), Rifai (2016) dan Fitri

(2013) menunjukkan hasil yang berbeda dimana variabel SDM tidak memberikan

pengaruh terhadap penyerapan anggaran.

Penelitian Taufik (2016) yang meneliti pengaruh e-Procurement terhadap

pelaksanaan pengadaan barang/jasa menunjukkan adanya pengaruh terhadap

penyerapan belanja modal dan penelitian Dwiaji (2016), Herriyanto (2012),


14

Siswanto dan Rahayu ( 2010) menunjukkan adanya pengaruh pelaksanaan

pengadaan dan jasa terhadap penyerapan anggaran.

Perbedaan lainnya yang merupakan beberapa kebaruan yang membedakan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain penyerapan anggaran pada

penelitian ini dikhususkan pada penyerapan anggaran Dana Kapitasi yang dalam

pengelolaan keuangannya mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014

sehingga terdapat beberapa pengecualian atas Peraturan Menteri Dalam Negeri 13

Tahun 2006 yang mengatur pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

Penelitian sebelumnya dilakukan pada pengelolaan keuangan pada Satuan Kerja

Pemerintah Daerah (SKPD) (kabupaten/kota/propinsi), sedangkan pada penelitian

ini dilakukan pada Puskesmas yang Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas

Kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu indikator dalam penilaian kinerja atas aspek implementasi yaitu

tingkat realisasi anggaran. Dengan tidak terealisasinya anggaran maka

mengakibatkan hilangnya manfaat belanja, karena dana yang dialokasikan ternyata

tidak semua dapat dimanfaatkan. Berdasarkan uraian diatas maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Penganggaran Dana Kapitasi berpengaruh terhadap penyerapan

anggaran belanja Dana Kapitasi?

2. Apakah Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap

penyerapan anggaran belanja Dana Kapitasi?


15

3. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap penyerapan

anggaran belanja Dana Kapitasi?

4. Apakah Pengadaan obat berpengaruh terhadap penyerapan anggaran

belanja Dana Kapitasi?

5. Apakah Regulasi berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja

Dana Kapitasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bahwa :

1. Penganggaran Dana Kapitasi berpengaruh terhadap penyerapan

anggaran belanja Dana Kapitasi.

2. Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap penyerapan

anggaran belanja Dana Kapitasi.

3. Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap penyerapan anggaran

belanja Dana Kapitasi.

4. Pengadaan obat berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja

Dana Kapitasi.

5. Regulasi berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja Dana

Kapitasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat mendukung dan membuktikan teori-

teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori penetapan tujuan dan Teori
16

Implementasi Kebijakan serta konsep disiplin eksekusi. Teori penetapan tujuan

berasumsi adanya hubungan antara tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja.

Penganggaran yang merupakan suatu rencana yang disusun dalam unit moneter

dalam rangka mempersiapkan keinginan dan tujuan dimasa datang sedangkan

penyerapan anggaran merupakan ukuran kinerja yang dicapai dalam pengelolaan

keuangan. Dalam teori penetapan tujuan dinyatakan bahwa tujuan individu

mempengaruhi komitmen organisasi yang mendorong usaha mencapai tujuan

organisasi. Walaupun Kompetensi yang dimiliki tidak sesuai dengan bidang

pekerjaan namun dengan komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan maka

pegawai berusaha keras mencapai tujuan organisasinya. Sedangkan Teori

Implementasi Kebijakan untuk menjelaskan hubungan implementasi kebijakan

dalam proses pengadaan obat dan proses implementasi dari perubahan regulasi

yang ditetapkan sebagai dasar yang kuat dalam melakukan perencanaan dan

proses pelaksanaan anggaran yang telah direncanakan, dimana dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan harus memperhatikan faktor- faktor

pendukung keberhasilan serta konsep disiplin eksekusi dimana dalam melakukan

eksekusi atas rencana anggaran yang telah dibuat dibutuhkan pelaksana yang

memiliki disiplin dalam usaha untuk mencapai targetnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis di harapkan dapat memberikan masukan

sebagai bahan evaluasi terhadap penyerapan anggaran Kapitasi JKN terkait

Penganggaran, sumber daya manusia, komitmen organisasi dan proses pengadaan

obat serta regulasi, sehingga dapat memimalisir penyebab serapan anggaran yang
17

rendah pada anggaran Kapitasi dan mengambil kebijakan ataupun langkah-langkah

didalam pengelolaan keuangan agar penyerapan anggaran dapat sesuai dengan

target yang telah direncanakan sehingga nantinya dapat meningkatkan penilaian

kinerja terhadap pengelolaan Dana Kapitasi dan meminimalisir jumlah dana yang

belum dimanfaatkan pada masing – masing Puskesmas.

1.4.3 Manfaat Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

pemerintah dalam penyempurnaan dan evaluasi pelaksanaan regulasi dan kebijakan

terkait Pengelolaan dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional dimana hasil

akhirnya adalah peningkatan penyerapan dana dan kualitas pelayanan kepada

masyarakat, dalam hal ini lebih spesifik pada Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun

2014 tentang Pemanfaatan Dana Kapitasi yang digunakan untuk pemberian jasa

pelayanan tanpa melihat jumlah pasien yang dilayani atau manfaat yang diterima

oleh masyarakat khususnya peserta program jaminan kesehatan dan Peraturan

Menteri Kesehatan 63 Tahun 2014 tentang pengadaan obat menggunakan katalog

elektronik (e-Catalogue) dengan sistem pembelian secara elektronik yang

pembeliannya hanya dapat dilakukan pada penyedia tertentu sehingga perlu adanya

kebijakan yang mengatur secara tegas terkait pemberian saksi bagi industri farmasi

yang tidak memenuhi komitmen.


18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori dan Hasil Penelitian Terdahulu

2.1.1. Landasan Teori

2.1.1.1. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)

Teori penetapan tujuan menunjukkan adanya hubungan antara penetapan

tujuan dengan prestasi kerja (kinerja). Penetapan tujuan yang sederhana untuk

anggota organisasitidak mengakibatkan komitmen mereka terhadap sasaran itu, jika

sasaran akan sulit untuk dilakukan, metode untuk mendapatkan penerimaan adalah

membiarkan anggota organisasi berpartsipasi dalam proses penentuan sasaran.

Dengan kata lain partisipasi dalam proses itu akan meningkatkan komitmen,

partisipasi membantu anggota organisasi mengerti dengan baik sasaran organisasi

Bandura (1997) dalam Lunenbug (2011).

Keuntungan utama dari partisipasi adalah penerimaan atas sasaran yang

telah ditetapkan sebagai sasaran yang diinginkan yaitu jika seseorang berpartisipasi

dalam penetapan sasaran maka lebih besar kemungkinan sasaran yang sulit akan

diterima karena individu lebih berkomitmen pada pilihan dimana mereka turut serta

menjadi bagian dari proses penetapan tujuan (Robbin, 2002:63).

Teori penetapan tujuan bahwa secara langsung terdapat hubungan antara

tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerjanya, tujuan spesifik dan sulit tapi

dapat dicapai dengan umpan balik akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi

dibandingkan orang-orang yang menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik

atau tidak ada tujuan sama sekali. Selanjutnya di saat yang sama, seseorang juga

18
19

harus memiliki kemampuan yang cukup dalam menerima tujuan yang ditetapkan

dan menerima umpan balik yang berkaitan dengan kinerja Locke and Latham

(1990) dalam Lunenburg (2011).

Teori penetapan tujuan menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh

ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan yang

ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu berkomitmen dengan sasaran

tertentu, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan konsekuensi

kinerjanya (Locke and Latham, 2013). Dengan demikian individu yang

berkomitmen pada tugas pokok dan fungsinya akan membantu organisasi dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Implikasi teori penetapan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

memperkuat jawaban atas masalah penganggaran, kompetensi SDM dan Komitmen

organisasi yang terkandung dalam teori penetapan tujuan, tujuan yang ditetapkan

secara bersama akan menumbuhkan komitmen bagi pelaksananya. Komitmen

organisasi yang kuat akan memberikan kontribusi dalam pencapaian rencana kerja

yang telah ditetapkan dan tujuan yang telah ditetapkan harus didukung dengan

kemampuan yang cukup untuk mencapainya.

2.1.1.2. Teori Implementasi Kebijakan Edward III

Model implementasi kebijakan yang berspektif top-down dikembangkan

oleh George C. Edward III. Menurut Edward III, terdapat empat variabel yang

sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu : komunikasi,

sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi (Agustino, 2016:136).

a. Variabel pertama komunikasi, menurut Edward III dalam Agustino


20

(2016:137) komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

dari implementasi kebijakan publik, komunikasi yang efektif bila pembuat

keputusan mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.Terdapat tiga

indikator dalam komunikasi yaitu (a) transmisi; penyaluran komunikasi

yang baik yang terhindar dari salah pengertian (miskomunikasi) akan

menghasilkan implementasi yang baik, (b) Kejelasan; komunikasi yang

diterima oleh pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan

(tidak ambigu) dan (c) Konsisten; perintah yang diberikan dalam

pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten untuk diterapkan dan

dijalankan.

b. Variabel kedua Sumber daya, menurut Edward III dalam Agustino

(2016:138) sumber daya terdiri empat elemen yaitu : (a) Staf; sumber daya

utama dalam implementasi adalah sumber daya manusia, kegagalan yang

sering terjadi dalam proses implementasi disebabkan staf yang tidak

mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.(b) Informasi;

mempunyai dua bentuk yaitu informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan dan informasi mengenai data kepatuhan dari pelaksana

terhadap peraturan.(c) Wewenang; kewenangan merupakan otoritas atau

legetimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang

ditetapkan secara politik dan (d) Fasilitas; fasilitas fisik pendukung (sarana

dan prasarana)

c. Variabel ketiga adalah disposisi, menurut Edward III dalam Agustino

(2016:1139) adalah sikap dari pelaksana kebijakan yang tidak hanya


21

mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi harus memilki kemampuan

untuk melaksanakannya sehingga dalam praktiknya tidak bias. Hal yang

perlu dicermati yaitu (a) efek disposisi; bila sikap pelaksana akan

menimbulkan hambatan yang nyata yaitu jika personil yang ada tidak

melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat tinggi.(b) melakukan

pengaturan birokrasi , ini merujuk pada penunjukan dan pengangkatan staf

dalam birokrasi yang sesuai dengan kemampuan, kapabilitas dan

kompetensinya.(c) Insentif, salah satu teknik yang disarankan untuk

mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adlah dengan

memanipulasi insentif, dengan cara menambah keuntungan atau biaya

tertentu mungkin akan menjadi pendorong para pelaksana melaksanakan

perintah denan baik. Hal ini sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi

dan organisasi.

d. Variabel keempat menurut Edward III dalam Agustino (2016:140) yaitu

Struktur birokrasi, meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan

suatu kebijakan cukup dan para pelaksana mengetahui apa dan bagaimana

cara melakukan serta mempunyai keinginan untuk melakukannya ,

kemungkinan kebijakan tidak dapat terlaksana karena kelemahan struktur

birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama

banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang

tersedia maka menyebabkan sumber daya yang tersedia tidak efektif dan

tidak termotivasi sehingga meghambat jalannya kebijakan.

Hubungan antara teori implementasi kebijakan Edward III digunakan


22

dalam penelitian ini untuk menjelaskan bahwa dalam implementasi

kebijakan pengadaan obat dengan menggunakan katalog elektronik dengan

sistem pembelian secara elektronik tentunya harus didukung dengan sumber

daya dalam mengimplementasikannya berupa staf pelaksana yang memadai,

mencukupi dan berkompeten di bidangnya serta didukung oleh informasi,

wewenang dan fasilitas berupa sarana dan prasaran untuk melakukan proses

pemesanan obat melalui katalog elektonik dengan sisitem pembelian secara

elektronik.

2.1.1.3 Konsep Disiplin Eksekusi

Konsep disiplin dalam eksekusi (Covey, 2012) adalah The 4 Disciplines of

Execution adalah sebuah perilaku teratur yang menuntun pada tercapainya sebuah

sasaran organisasi secara baik yang didasarkan pada penelitian mendalam dan

praktik di lapangan, serta prinsip pokok perilaku manusia.Kegagalan organisasi

bukan disebabkan ketidakmampuan menyusun strategi yang bagus, penyebabnya

lebih pada ketidakmampuan mengeksekusi.

Penjelasan Four Disciplines of Execution terdiri dari Disiplin Pertama,

Fokus pada Wildly Important Goal (WIGs) yaitu fokus pada hal yang harus

diutamakan atau dicapai, sebab jika tidak tercapai maka tujuan lain menjadi kurang

begitu relevan.

Disiplin Kedua adalah adanya papan skor, ini tentunya setelah disiplin pertama

dilakukan dengan konsisten. Papan skor bertujuan selalu mengetahui posisi dan

perkembangan menuju tujuan agar yang berkepentingan dapat kembali melakukan

cek dan ricek dengan mudah.


23

Disiplin Ketiga, adalah menerjemahkan strategi yang telah ditentukan melalui

WIGs menjadi aktivitas yang spesifik, mingguan atau harian, untuk maju ke depan

untuk mencapai tujuan, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu kita harus

mencari cara baru yang lebih baik bisa melihat orang lain dan mencontohnya,

melakukan perencanaan mingguan karena WIGs dapat memiliki waktu yang

panjang oleh karena itu penting bagi tim untuk menentukan tujuan yang dilakukan

bersama tim dan memasukkan rencana individual kealam sistem perencanaan

dengan disiplin masing-masing anggota tim melakukan tugas yang direncanakan.

Disiplin Keempat, mengupayakan semua anggota tim akuntabel setiap waktu

dengan melakukan pertemuan rutin bagi setiap anggota untuk melaporkan secara

teratur dan berkala mengenai perkembangan kemudian lakukan review terhadap

papan skor dan merumuskan tindak lanjut terkait alternatif solusi pemecahan

masalah.

Konsep disiplin organisasi digunakan dalam penelitian ini untuk

menjelaskan proses pengadaan obat yang penganggarannya dilakukan pada masing-

masing Puskesmas namun dalam proses eksekusi Puskesmas tidak mampu untuk

melakukan sendiri namun dilakukan secara terpusat pada Dinas Kesehatan hal

dikarenakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang ditetapkan untuk melakukan

pengadaan hanya berada pada Dinas Kesehatan bukan berada pada masing- masing

Puskesmas.

2.1.1.4 Penganggaran

Penganggaran pada sektor publik terkait dengan proses penataan jumlah

alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter.Proses
24

penganggaran sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan

strategik selesai dilakukan (Yuwono, 2007: 85). Anggaran merupakan artikulasi

dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat, tahap

penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak

berorientasi pada kinerja dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun.

Setiap rencana sebaiknya disampaikan dalam bentuk kuantitatif, yakni

berupa angka-angka atau yang “diangkakan” sehingga memudahkan pencapiannya,

sehingga dinamakan perencanaan fundamental ( Sinambela, 2016 : 65). Penetapan

anggaran merupakan perencanaan yang harus jelas dalam menyusun rencana

pembiayaan pencapaian rencana harus diuraikan dengan jelas dan transparan.

Penganggaran adalah suatu proses pembuatan anggaran yang dilaksanakan

dalam satu tahun dari proses persiapan, peretujuan, pelaksanaan, control, evaluasi

dan monitoring (Centre for Democracy and Development, 2005). Anggaran

merupakan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang

dinyatakan dalam ukuran finansial. Selanjutnya penganggaran adalah proses atau

metode untuk mempersiapkan anggaran (Mardiasmo, 2009:61)

Menurut Mulyadi (2001:488) anggaran merupakan suatu rencana kerja

yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan

satuan ukuran lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Menurut Bastian

(2009:80) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja yang

merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan dimasa mendatang dan

sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan

mekanisme kerja antar atasan dan bawahan yang digunakan sebagai alat
25

pengendalian unit kerja, alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien

dalam pencapaian visi organisasi

Anggaran mempunyai karateristik dinyatakan dalam satuan keuangan dan

satuan selain keuangan mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun

yang berisi komitmen atau kesanggupan menajemen untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan dan ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi

dari penyusun anggaran yang hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu (Bastian,

2009:81) . Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan penganggaran dapat

diartikan pula suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan

dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu

tertentu dimasa yang akan datang.

2.1.1.5. Penganggaran Dana Kapitasi

Menurut Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 Penganggaran Dana

Kapitasi pada FKTP/Puskesmas dilaksanakan melalui Kepala FKTP menyampaikan

rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN tahun berjalan kepada Kepala

SKPD Dinas Kesehatan. Rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN

mengacu pada jumlah peserta yang terdaftar di FKTP dan besaran kapitasi JKN.

Rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi tersebut dianggarkan dalam RKA-

SKPD Dinas Kesehatan.

Kepala SKPD Dinas Kesehatan menyusun DPA-SKPD berdasarkan

peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran berkenaan dan peraturan kepala

daerah tentang penjabaran APBD tahun anggaran berkenaan. Kepala Daerah

menetapkan bendahara Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP atas usul Kepala
26

SKPD Dinas Kesehatan melalui PPKD.

2.1.1.6 Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 7 Tahun 2013 tentang

Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil,

mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik dan kemampuan kerja yang

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan /atau

fungsi jabatan. Sedangkan kompetensi teknis adalah kemampuan kerja setiap

Pegawai Negeri Sipil yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap

kerja yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatannya.

Menurut Spencer dalam Abdullah (2014;50) kompetensi yang diduga

dapat memprediksi kinerja seseorang sedangkan kompetensi itu sendiri

merupakan sebuah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan

efektifitas kinerja dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang

memiliki hubungan atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,

efektifitas atau kinerja prima atau superior di tempat kerjanya atau pada situasi

tertentu.

Menurut Palan (2007) Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk

menghasilkan pada tingkat yang memuaskan di tempat kerja, juga menunjukkan

karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh

setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggung

jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas professional

dalam pekerjaan.
27

Menurut Wibowo (2006:132) mendefinisikan kompetensi merupakan

suatu kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan yang didasari keahlian dan

pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan

tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau

pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu

sebagai sesuatu yang terpenting ataupun sebagai unggulan bidang tertentu.

2.1.1.6.1 Komponen yang membentuk Kompetensi:

Menurut Abdullah (2014;52) komponen yang membentuk kompetensi :

1. Pengetahuan, adalah informasi yang dimilki seseorang, mudah


diketahui dan diidentifikasi
2. Keterampilan, merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas atau pekerjaan tertentu
3. Konsep diri, merupakan sikap yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dimiliki seseorang
4. Ciri diri, merupakan karakter bawaan, misalnya reaksi yag konstan
terhadap sesuatu
5. Motif, sesuatu yang dipikirkan, diinginkan oleh seseorang secara
konsisten yang dapat menghasilkan perbuatan.

Dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sumber daya manusia

yang andal merupakan penentu kesuksesan, kebutuhan atas personel yang

memahami akuntansi menjadi suatu keharusan dan menjadi prioritas utama dalam

pembenahan pengelolaan keuangan daerah (Yuwono, 2008:484).

2.1.1.7. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi sangatlah penting, tujuan yang baik, strategi yang

tepat dan lingkungan yang kondusif semuanya akan menjadi percuma jika

komitmen pegawai dalam mengembangkan organisasi tidak ada

(Sinambela, 2016; 81).


28

Luthans (2006:249) memberikan definisi komitmen organisasi adalah

keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi, keinginan utuk

berusaha keras sesuai keinginan organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan

nilai tujuan organisasi. Dengan kata lain merupakan aspek yang menandai

tingginya komitmen seseorang terhadap organisasinya dan keberhasilan serta

kemajuan organisasinya. Instrumen yang digunakan yaitu : (1) bekerja melalui

target, (2) membanggakan organisasi kepada orang lain, (3) menerima semua

tugas, (4) kesamaan nilai , (5) bangga menjadi baagian organisasi, (6) organisasi

merupakan inspirasi, (7) gembira memilih bekerja pada organisasi dan (8) peduli

nasib organisasi (Luthans, 2006).

Menurut Robbins dan Judge (2008:100) komitmen organisasional adalah

suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta

tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam

organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap

organisasi akan lebih mementingkan kepentingan organisasi dari pada

kepentingan individu. Dengan komitmen yang tinggi diharapkan akan

meningkatkan kinerja pegawai demi tercapainya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.( Robbins dan Judge ,2008: 101)

Allen dan Meyer (1998) dalam Robbins dan Judge (2008:101)

menyatakan bahwa ada tiga dimensi komitmen organisasi yaitu:

1. Komitmen afektif (Affectif commitment) adalah perasaaan emosional untuk


organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya.
2. Komitmen kontinuan (Continuence commitment) adalah nilai ekonomi
yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan
meninggalkan organisasi tersebut.
29

3. Komitmen normatif (Normative Commitment) adalah kewajiban untuk


bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral dan etis.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen

organisasi adalah keadaan psikologis individu yang berhubungan dengan

keyakinan, kepercayaan, dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai

organisasi, keinginan yang kuat untuk bekerja demi organisasi dan tingkat sampai

sejauh mana ia tetap ingin menjadi anggota organisasi.

2.1.1.8. Proses Pengadaan Obat melalui sistem E-Catalogue.

Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 yang dimaksud

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh

barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Institusi

yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya

seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

Berdasarkan Pasal 38 angka 5 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012,

dimana obat termasuk dalam kriteria barang/jasa karena jenis, jumlah dan

harganya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan sehingga dapat dilakukan

pengadaan dengan penunjukan langsung dan dengan telah dikembangkannya

sistem e-catalogue obat maka pengadaan obat oleh Dinas kesehatan dapat

dilakukan dengan prosedur e-purchasing namun jika belum ada dalam e-catalogue

dengan menggunakan proses pengadaan berdasarkan Perpres Nomor 70 tahun

2012.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 pengadaan

obat yang tersedia dalam sistem e-catalogue obat dilakukan dengan prosedur E-

Purchasing yang merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem e-


30

catalogue obat. Adapun pengertian e-catalogue obat adalah sistem informasi

elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari

berbagai penyedia barang/jasa tertentu.

Tahap-tahap E-purchasing obat yang tersedia dalam E-catalogue

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 tentang

Pengadaan obat berdasarkan E-Catalogue adalah sebagai berikut:

A. Persiapan

Sebelum melakukan E-Purchasing K/L/D/I sudah melakukan perencanaan

kebutuhan obat. Selanjutnya melakukan persiapan proses pengadaan obat

dengan E-Purchasing yaitu:

1. membuka portal pengadaan nasional untuk melihat e-catalogue obat yang

memuat nama propinsi, nama obat, nama penyedia, kemasan, harga

satuan terkecil, distributor, dan kontrak payung penyediaan obat.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menyusun rencana pengadaan obat

sesuai rencana kebutuhan obat dan ketersediaan anggaran yang

dikelompokkan berdasarkan kelompok rencana pelaksanaan pengadaan

obat berdasarkan e-catalogue obat dan rencana pelaksanaan diluar e-

catalogue obat yang ditandatangani oleh PPK dan Apoteker sebagai

penanggungjawab.

3. Daftar rencana pengadaan berdasarkan e-catalogue obat yang sudah

ditandantangani diteruskan oleh PPK kepada pejabat pengadaan untuk

diadakan dengan prosedur e-purchasing dan daftar rencana pengadaan

diluar e-catalogue diadakan sesuai Peraturan Presiden Nomor 54 tahun


31

2010 sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Presiden Nomor 70

tahun 2012.

Tahapan pengadaan obat dengan prosedur E-Purchasing adalah:

1. Pokja ULP/Pejabat Pengadaan membuat permintaan pembelian obat

berdasarkan pengelompokan penyedia melalui aplikasi e-purchasing,

sesuai daftar rencana pengadaan obat (Form 1) dari PPK.

2. Pokja ULP/Pejabat Pengadaan kemudian mengirimkan permintaan

pembelian obat kepada penyedia yang terdaftar pada e-catalogue

melalui aplikasi e-purchasing

3. Penyedia obat yang telah menerima permintaan pembelian obat dari

Pokja/Pejabat Pengadaan memberikan persetujuan / penolakan apabila

menyetujui menunjuk distributor dari daftar distributor yang sudah

ditentukan dan ditampilkan dalam E-Catalogue obat,

4. Sesudah persetujuan oleh penyedia pejabat pengadaan meneruskan

kepada PPK melalui aplikasi E-Purchasing.

5. PPK selanjutnya melakukan konfirmasi persetujuan/penolakan kepada

distributor melalui aplikasi E-Purchasing.

6. Sesudah konfirmasi persetujuan, PPK dan distributor melakukan

perjanjian pembelian obat secara manual sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah,

7. Sesudah dilakukan penandatanganan perjanjian pembelian obat antara

PPK dan distributor, dilanjutkan dengan proses pengadaan sesuai


32

peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa

Pemerintah,

8. Perjanjian pembelian obat antara PPK dan distributor dikirimkan

kepada Pokja ULP/Pejabat Pengadaan dan selanjutnya Pokja

ULP/Pejabat Pengadaan dan selanjutnya Pokja ULP/Pejabat

Pengadaan mengunggah perjanjian pembelian obat pada aplikasi e-

purchasing.

2.1.1.9. Regulasi

Kebijakan Publik dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/4/2007 mendefinisikan Kebijakan Publik

adalah “ Keputusan yang dibuat oleh Pemerintah atau Lembaga pemerintahan untuk

mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu atau mencapai

tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang

banyak”.yang mempunyai dua bentuk yaitu Peraturan yang terkodifikasi secara

formal dan legal, dan pernyataan pejabat publik di depan publik, hal ini dapat

dipahami karena Pejabat Publik adalah salah satu aktor kebijakan yang turut

berperan dalam implementasi kebijakan itu sendiri.

Menurut Subarsono (2005:3) Kebijakan Publik dapat berupa Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten dan

Keputusan Walikota/Bupati. Kebijakan publik merupakan sebuah sistem dimana

terdapat tiga elemen yang membentuk sistem kebijakan terdiri dari kebijakan,

pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan yang saling memiliki andil, dan saling

mempengaruhi dimana pelaku kebijakan dapat mempunyai andil dalam kebijakan,


33

namun mereka juga dapat dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Lingkungan

kebijakan juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan

kebijakan publik itu sendiri Thomas R.Dye dalam Dunn (2000:110)

Regulasi merupakan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah

untuk mendukung terjalinnya hubungan serasi, seimbang, sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma untuk mewujudkan pembagunan ekonomi yang

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya (http://id.

wikipedia.org/wiki/ regulasi).

2.1.1.10. Penyerapan Anggaran Belanja

Penyerapan Anggaran Belanja merupakan proporsi jumlah anggaran yang

telah direalisasikan selama satu tahun anggaran yang tidak akan diterima kembali

(Noviwijaya dan Rohman, 2013). Menurut Seftianova dan Adam (2013)

penyerapan anggaran adalah suatu ukuran seberapa besar anggaran yang telah

direalisasikan dibandingkan dengan pagu anggaran yang telah ditetapkan dan

biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Kinerja manajer publik akan dinilai

berdasarkan pencapaian target anggaran yang dilakukan dengan menganalisis

simpangan kinerja aktual dengan yang dianggarkan (Mardiasmo,2009)

Pemerintah pusat maupun daerah hingga saat ini belum memiliki definisi

baku tentang standar dari berapa persentase suatu daerah masuk ke dalam kategori

mengalami keminiman penyerapan APBD. Namun, ada beberapa daerah yang

memiliki pakta integritas yang kemudian ditanda-tangani oleh kepala SKPD,

bahwa suatu pemerintah daerah akan tercatat mengalami keminiman serapan


34

anggaran apabila sampai dengan akhir tahun tidak mampu merealisasikan 90%

dari total APBD yang telah disusun ( Arif dan Halim, 2013).

2.1.1.11. Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Berdasarkan ketentuan Pasal Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014,

Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka

kepada Puskesmas berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa

memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

Pembayaran dana Kapitasi dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada

Bendahara Dana Kapitasi JKN pada Puskesmas dan dimanfaatkan seluruhnya

untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional kesehatan sesuai

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan

Daerah tentang APBD tahun anggaran berkenaan dan Peraturan Kepala Daerah

tentang Penjabaran APBD.

2.1.2 Telaah Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan yang berkaitan penyerapan anggaran

dengan menggunakan beberapa variabel baik melalui pendekatan kuantitatif

maupun kualitatif.

Penelitian Zarinah (2016) menunjukkan hasil perencanaan anggaran dan

kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap penyerapan anggaran ,

penelitian Yumiati (2016) menunjukkan hasil kualitas SDM, perencanaan anggaran

dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap serapan anggaran di

Pemerintah Aceh. Secara parsial kualitas SDM dan komitmen organisasi

berpengaruh positif terhadap serapan anggaran , sedangkan perencanaan anggaran


35

berpengaruh negatif terhadap serapan anggaran.

Penelitian Arthana (2016) yang bertujuan untuk membuktikan secara

empiris kejelasan sasaran anggaran dan komitmen organisasi sebagai pemoderasi

kompetensi pegawai pada kinerja penyerapan anggaran satuan kerja di lingkup

pembayaran KPPN Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi

pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja penyerapan anggaran. Kejelasan

sasaran anggaran dan komitmen organisasi memperkuat pengaruh kompetensi

pegawai pada kinerja penyerapan anggaran.

Penelitian Malahayati (2015) yang menguji pengaruh kapasitas sumber daya

manusia, perencanaan anggaran, dan pelaksanaan anggaran terhadap serapan

anggaran SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) pada Pemerintah Kota Banda

Aceh, dengan hasil penelitian baik secara simultan maupun parsial mendukung

hipotesis bahwa kapasitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran, dan

pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap serapan anggaran .

Penelitian Rozai dan Subagio (2015) berjudul Optimalisasi Penyerapan

Anggaran Dalam Rangka Pencapaian Kinerja Organisasi (Studi Kasus : Inspektorat

Kabupaten Boyolali) menghasilkan kesimpulan bahwa perencanaan anggaran yang

kurang matang sering menyebabkan anggaran harus direvisi beberapa kali, sehingga

berakibat proses penyerapan anggaran belanja terhambat. Dalam pengajuan

penyusunan anggaran yang tidak disertai dokumen pendukung yang memadai,

seperti Term of Reference (TOR), Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) dan lain-

lain menyebabkan anggaran yang diajukan diberi tanda bintang atau mungkin tidak

disetujui oleh lembaga yang mengesahkan anggaran.


36

Penelitian Ridani (2015) dengan melakukan analisis Penyerapan Anggaran

Belanja Daerah di Kabupaten Bulungan menunjukkan hasil penyerapan anggaran

dipengaruhi oleh tujuh faktor yaitu penganggaran, pelaksanaan, kemampuan

kontraktor, komitmen organisasi, pengendalian dan pengawasan internal,

kompetensi sdm dan regulasi.

Penelitian Juliani (2014) yang menguji pengaruh faktor-faktor konstektual,

yaitu pengetahuan peraturan, komitmen manajemen, dan lingkungan birokrasi

terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Hasil kuantitatif

menunjukkan bahwa pengetahuan peraturan, komitmen manajemen, dan

lingkungan birokrasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran terkait

pengadaan barang/jasa. Hasil kualitatif juga mendukung hasil kuantitatif

berdasarkan wawancara yang dilakukan pada responden.

Penelitian yang dilakukan oleh Priatno dan Khusaini (2012) yang

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran pada satuan

kerja lingkup pembayaran KPPN Blitar menunjukkan hasil bahwa terdapat dua

faktor perencanaan dan faktor pengadaan barang/jasa. Namun terdapat dua faktor

tidak berpengaruh signifikan yaitu dokumen pengadaan dan kompetensi sumber

daya manusia.

Penelitian yang dilakukan oleh Herryanto (2012) menemukan bahwa

penyerapan anggaran dipengaruhi faktor perencanaan,pengadaan, administrasi dan

kualitas SDM . Penelitian yang dilakukan oleh Septianova dan Adam (2013) yang

dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas Dokumen Perencanaan Anggaran

(DIPA) dan Akurasi Perencanaan Kas Terhadap Kualitas Penyerapan Pada Satker
37

Wilayah KPPN Malang diperoleh hasil bahwa kualitas Dokumen Perencanaan

menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi penyerapan anggaran, namun

faktor akurasi perencanaan kas tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas penyerapan anggaran.

Penelitian yang dilakukan Putri dan Fachuzzaman (2014) yang juga

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran SKPD pada

Pemerintah Provinsi Bengkulu justru menghasilkan kesimpulan bahwa faktor

perencanaan dan administrasi tidak berpengaruh terhadap penyerapan anggaran

SKPD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa’i

(2016) yang menghasilkan perencanaan, regulasi, koordinasi, pelaksanaan,

desentralisasi dan sumber daya manusia merupakan faktor-faktor yang tidak

mempengaruhi daya serap anggaran pada SKPD Pemprov.NTB.

Penelitian Kuncoro (2013) terhadap mekanisme pengadaan melalui E-

procurement yang merupakan implementasi penggunaan sistem informasi

mempengaruhi daya serap anggaran pada satuan kerja . Demikian pula penelitian

Dwiaji (2016) dimana belum terjadinya keselarasan waktu penanyangan E-

catalogue menjadi penyebab tidak terealisasinya anggaran pengadaan obat

berdasarkan E-catalogue kesenjangan antara rencana kebutuhan obat dan daftar

obat pada katalog serta penayangan e-catalogue yang tidak memberikan cukup

waktu bagi penyedia untuk mempersiap obat dalam jumlah sesuai komitmen.

Siswanto dan Rahayu ( 2011) juga menunjukkan adanya pengaruh mekanisme

pengadaan terhadap penyerapan belanja pada kementerian/lembaga.


38

Penelitian Sinaga (2016) menunjukkan bahwa untuk mempercepat

penyerapan anggaran belanja maka diperlukan peraturan yang berorientasi pada

pemberian kepercayaan pada eksekutif agar dapat lebih fleksibel dalam

menggunakan anggaran dengan tetap mengedepankan prinsip efektifitas, efisiensi

dan akuntabilitas dan penelitian Supiatin (2012) menghasilkan bahwa regulasi baik

secara parsial maupun simultan mempengaruhi pengelolaan keuangan.

Penelitian Yulianto (2016) menyimpulkan hasil bahwa Perturan Menteri

Kesehatan Nomor 21 tahun 2016 dikeluarkan sebagai solusi atas

kekurangan/kelemahan regulasi sebelumnya akibat perkembanan penyelenggaraan

jaminan kesehatan nasional dan penelitian Undap (2017) menunjukkan pengelolaan

keuangan dana kapitasi JKN oleh FKTP belum sesuai dengan regulasi

menyebabkan program dan kegiatan yang bersumber dari dana kapitasi penyerapan

anggaran sangat rendah, selain itu proses pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan

terhambat karena harus melalui mekanisme pengadaan e-catalogue.

2.2 Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

2.2.1. Rerangka Konseptual

Penyerapan anggaran merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

melakukan evaluasi kinerja atas aspek implementasi. Meskipun persentase serapan

anggaran tidak diatur dalam Undang-Undang namun pada saat akhir tahun anggaran

instansi pemerintah berusaha menyerap anggaran hingga seratus persen agar tidak

dianggap memiliki kinerja yang buruk (BPKP,2011). Kegagalan target penyerapan

anggaran mengakibatkan hilangnya manfaat belanja, karena tidak semua dana dapat

dimanfaatkan.
39

Penganggaran merupakan proses penataan jumlah alokasi dana yang

merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerrja yang hendak dicapai selama

periode tertentu. Penganggaran merupakan proses penting dan berpengaruh dalam

penyerapan anggaran. Dalam proses penganggaran selalu mengacu pada prosedur

dan aturan yang melandasinya

Untuk merealisasikan anggaran yang telah ditetapkan diperlukan sumber

daya manusia sebagai pelaksananya. Keberhasilan suatu organisasi sangat

dipengaruhi oleh kompetensi sumber daya manusia yang bekerja didalamnya

(Malahayati, 2015). Selain kompetensi sumber daya manusia, komitmen organisasi

dapat berfungsi sebagai alat bantu psikologis bagi pegawai untuk melakukan

pekerjaannya. Komitmen organisasi yang kuat dalam individu akan menyebabkan

individu berusaha keras mencapai tujuan-tujuan organisasinya (Wetzel, 2002). Oleh

karena itu komitmen organisasi dapat mempengaruhi penyerapan anggaran

(Juliani, 2004).

Dalam proses pengadaan obat yang bersumber dari dana kapitasi

berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 63 tahun 2014 dilakukan dengan

menggunakan katalog elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis,

harga barang dari penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan cara pembelian

secara elektronik merupakan bentuk implementasi dari kebijakan pemerintah

berupa peraturan menteri.

Proses dalam melakukan pengadaan obat yang harus dilakukan oleh pejabat

pembuat komitmen (PPK) yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan dan berada

pada dinas kesehatan sehingga diperlukan disiplin eksekusi dalam proses pengadaan
40

hal ini terjadi karena adanya kesenjangan yang terjadi dimana puskesmas hanya

bisa membuat perencanaan atas belanja obat tanpa bisa melakukan pengadaan

sendiri. Hal ini mengakibatkan terjadi beberapa hambatan yang mengakibatkan

jumlah obat yang dipesan berdasarkan rencana kebutuhan obat yang telah dibuat

tidak dapat terpenuhi sehingga akan berpengaruh pada tingkat penyerapan anggaran

dikarenakan jumlah dana yang telah disediakan tidak dapat dibelanjakan karena

barang yang dipesan tidak dapat disediakan oleh pihak penyedia.

Terkait dengan penyerapan anggaran faktor lain yang diduga kuat

mempengaruhi adalah regulasi yang mengatur tata cara pengalokasian saldo dana

dan jenis alokasi dana, sistem pelaksanaan dalam merealisasikan dan

mempertanggungjawabkan anggaran yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan

dalam melakukan penganggaran dan pelaksanaan suatu kegiatan harus selalu

mengacu pada regulasi dan kebijakan yang mengaturnya dan regulasi yang kurang

mendukung akan berakibat kehati-hatian dalam proses perencanaan hingga

pelaksanaan . Perubahan regulasi yang ditetapkan pada pertengahan tahun anggaran

akan mengakibatkan banyak penyesuaian yang harus dilakukan terkait aturan yang

baru, sehingga pelaksanaan atas anggaran yang mengalami penyesuaian di akhir

tahun tidak dapat dilaksanakan dan berakibat pada tingkat realisasi atas perencanaan

anggaran yang telah dibuat.


41

Berdasarkan uraian diatas maka rerangka konseptual penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut:

Goal Setting Theory, Malahayati (2015),Zarinah


(2015),Seftinova (2013), Priyatno (2013),
Heryanto (2012) Goal Setting theory, Taufik (2016), Arthana
(2016), Malahayati (2015), Zarinah (2016),
Putri(2014) ,Heryanto (2012)
Penganggaran

Kompetensi Sumber
Daya Manusia
Penyerapan Anggaran Belanja
Komitmen Organisasi Dana Kapitasi JKN

Proses Pengadaan obat


Goal Setting Theory,Arthana (2016), Ardana
(2016), Ridani (2015), Juliani (2014), Shalikha
Regulasi (2014), Priatno & Khusaini (2012),

Teori Implementasi Kebijakan Edward III ,


Konsep diiplin eksekusi, Kuncoro Kebijakan Publik, Sinaga (2016) , Rifai, (2016),
(2013),Dwiaji (2012), Heryanto (2012), Supiatin (2012), Undap (2017)
Siswanto dan Rahayu (2011)

`Gambar 2.1. Rerangka Konseptual Penelitian

2.2.2. Pengembangan Hipotesis

2.2.2.1. Pengaruh Penganggaran Terhadap Penyerapan Anggaran

Teori penetapan tujuan menunjukkan adanya hubungan antara penetapan

tujuan dengan prestasi kerja (kinerja). Penetapan tujuan yang sederhana untuk

anggota organisasi tidak mengakibatkan komitmen mereka terhadap sasaran itu,

jika sasaran akan sulit untuk dilakukan, metode untuk mendapatkan penerimaan

adalah membiarkan anggota organisasi berpartsipasi dalam proses penentuan

sasaran. Dengan kata lain partisipasi dalam proses itu akan meningkatkan

komitmen, partisipasi membantu anggota organisasi mengerti dengan baik sasaran

organisasi Bandura (1997) dalam Lunenburg (2011).


42

Keuntungan utama dari partisipasi adalah penerimaan atas sasaran yang

telah ditetapkan sebagai sasaran yang diinginkan yaitu jika seseorang berpartisipasi

dalam penetapan sasaran maka lebih besar kemungkinan sasaran yang sulit akan

diterima karena individu lebih berkomitmen pada pilihan dimana mereka turut serta

menjadi bagian dari proses penetapan tujuan (Robbin, 2002:63).

Penganggaran merupakan proses dalam menentukan estimasi kinerja yang

hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial

(Mardiasmo, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses penganggaran akan

menghasilkan suatu anggaran yang memuat tujuan yang spesifik yang berupa

sasaran yang hendak dicapai dalam suatu kegiatan atau program yang harus

dilaksanakan. Tujuan yang sulit akan mendapatkan penerimaan dengan

membiarkan anggota organisasi berpartsipasi dalam proses penentuan sasaran.

Dengan kata lain partisipasi dalam proses itu akan meningkatkan komitmen,

partisipasi membantu anggota organisasi mengerti dengan baik sasaran organisasi

dengan dukungan dana yang telah dialokasikan untuk mendukung tercapainya

sasaran.

Penelitian Malahayati (2015) yang menguji pengaruh kapasitas sumber daya

manusia, perencanaan anggaran, dan pelaksanaan anggaran terhadap serapan

anggaran SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) pada Pemerintah Kota Banda

Aceh, dengan hasil penelitian baik secara simultan maupun parsial mendukung

hipotesis bahwa kapasitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran, dan

pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap serapan anggaran. Hasil penelitian

Ridani (2015) menunjukkan bahwa faktor penganggaran merupakan faktor yang


43

mempengaruhi penyerapan anggaran.

Penelitian yang meneliti pengaruh Perencanaan Anggaran terhadap

penyerapan anggaran adalah Rozai dan Subagio (2015) yang menghasilkan

kesimpulan bahwa perencanaan yang kurang matang sering menyebabkan revisi

anggaran, sehingga berakibat proses penyerapan anggaran terhambat. Penelitian

Priatno dan Khusaini (2012), Heriyanto (2012) serta Septianova dan Adam (2013)

memberikan kesimpulan Perencanaan berpengaruh pada penyerapan anggaran.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Murtini (2009) menunjukkan rendahnya

serapan anggaran dikarenakan lemahnya Perencanaan anggaran yang dibuat.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 dalam proses

penganggaran dana Kapitasi mewajibkan Kepala Puskesmas menyampaikan

rencana pendapatan dan belanja dana Kapitasi untuk dianggarkan dalam Rencana

Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) Dinas Kesehatan harus diberikan ruang

yang cukup dalam melakukan estimasi alokasi pada anggaran belanja operasional

Puskesmas yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan tentang jenis alokasi belanja operasional

Puskesmas yang kurang mendukung kebutuhan Puskesmas dan penentuan

persentase pada alokasi belanja operasional oleh Dinas Kesehatan tanpa

memperhatikan kebutuhan riil dilapangan merupakan kendala dalam melakukan

penganggaran. Apabila dalam melakukan penganggaran puskesmas diberikan

ruang yang cukup fleksibel dalam menentukan kebutuhan belanja sesuai dengan

kebutuhan Puskesmas maka akan dapat meningkatkan penyerapan anggaran.


44

Berpijak pada uraian diatas, dapat diargumentasikan bahwa semakin baik

penganggaran dilakukan maka semakin baik pula penyerapan anggarannya, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Penganggaran berpengaruh positif terhadap penyerapan Anggaran Dana


Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional.

2.2.2.2. Pengaruh Kompetensi SDM Terhadap Penyerapan Anggaran

Teori penetapan tujuan bahwa secara langsung terdapat hubungan antara

tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerjanya, tujuan spesifik dan sulit tapi

dapat dicapai dengan umpan balik akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi

dibandingkan orang-orang yang menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik

atau tidak ada tujuan sama sekali. Selanjutnya di saat yang sama, seseorang juga

harus memiliki kemampuan yang cukup dalam menerima tujuan yang ditetapkan

dan menerima umpan balik yang berkaitan dengan kinerja Locke and Latham

(1990) dalam Lunenburg (2011).

Dalam pelaksanaan APBD salah sastu faktor yang diperlukan untuk

mencapai tujuan adalah sumber daya yang andal sebagai penentu kesuksesan,

kebutuhan atas personel yang memahami akuntansi menjadi keharusan dan menjadi

prioritas utama dalam pembenahan pengelolaan keuangan (Yuwono, 2008:484)

Penelitian yang meneliti Pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap

Penyerapan Anggaran adalah Putri dan Fachruzzaman (2012), Iskandar (2015)

menunjukkan kompetensi sumber daya manusia memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap penyerapan anggaran, selanjutnya Herryanto (2012)

membuktikan faktor SDM sebagai salah satu faktor penyebab keterlambatan


45

penyerapan anggaran. Triani (2013) mengemukakan permasalahan yang dihadapi

pemerintah daerah terkait kapasitas SDM menunjukkan bahwa masih kurangnya

sumber daya manusia sebagai pengelola keuangan yang berlatar belakang

akuntansi, Penempatan SDM yang tidak sesuai spesifikasi bidang ilmu serta

masih lemahnya tingkat pemahaman dasar mengenai administrasi keuangan

Negara turut berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan keuangan. Taufik (2016)

menghasilkan kompetensi pejabat pembuat komitmen mempunyai pengaruh

terhadap penerapan e-Procument yang berimplikasi terhadap penyerapan belanja.

Penelitian Athana menunjukkan kompetensi pegawai berpengaruh positif pada

kinerja penyerapan anggaran.

Sumber daya manusia merupakan faktor utama didalam merealisasikan

tujuan anggaran yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia yang memiliki

kompetensi sesuai bidang pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap kinerjanya.

Berbagai usaha dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi SDM yang

dapat mendorong pencapaian penyerapan anggaran yang baik .

Berpijak pada uraian diatas dapat diargumentasikan bahwa semakin baik

kompetensi sumber daya manusia maka semakin tinggi penyerapan anggaran yang

dapat dicapai. Atas dasar uraian tersebut, hipotesis dalam penelitian adalah :

H2: Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh positif terhadap


Penyerapan Anggaran Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional.

2.2.2.3. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Penyerapan Anggaran

Teori penetapan tujuan menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh

ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan yang
46

ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu berkomitmen dengan sasaran

tertentu, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan konsekuensi

kinerjanya (Locke and Latham, 2013). Dengan demikian individu yang

berkomitmen pada tugas pokok dan fungsinya akan membantu organisasi dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penelitian Arthana et al. (2016) menunjukkan bahwa komitmen organisasi

berpengaruh pada kinerja penyerapan anggaran. Ridani (2015) memperoleh

kesimpulan bahwa komitmen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

penyerapan anggaran. Penelitian Arthana (2016) juga menghasilkan hasil terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara komitmen organisasi terhadap penyerapan

anggaran. Penelitian Juliani (2015) menunjukkan pengaruh positif komitmen

manajemen terhadap penyerapan anggaran. Penelitian Yumiati et al. (2016)

menghasilkan baik secara simultan maupun parsial komitmen organisasi

berpengaruh positif terhadap serapan anggaran.

Individu yang memiliki tujuan yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi

tingkat komitmen pada organisasi. Individu yangyang menerima tujuan organisasi

sebagai tujuan individu yang akan dicapai akan memiliki komitmen organisasi yang

tinggi untuk melakukan usaha yang maksimal dan keinginan yang kuat dalam

menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi. Komitmen organisasi

yang tinggi akan berpengaruh terhadap semakin tinggi penyerapan anggaran

merupakan tujuan dari anggaran yang telah ditetapkan.

Berpijak pada uraian diatas dapat diargumentasikan bahwa komitmen

organisasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap semakin tinggi penyerapan


47

anggaran yang dapat dicapai. Atas dasar uraian tersebut maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H3: Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap penyerapan


anggaran Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional .

2.2.2.4. Pengaruh Proses Pengadaan Obat Terhadap Penyerapan Anggaran

Implementasi dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014

yang mengharuskan pengadaan obat yang bersumber dana kapitasi pada Puskesmas

dilakukan dengan menggunakan katalog elektronik dan Peraturan Menteri

Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 tahun 2013 yang mengatur

tata cara pengadaan obat dengan menggunakan katalok elektronik merupakan

bentuk implementasi dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Menurut teori Implementasi Kebijakan Edward III dalam proses

implementasi kebijakan dipengaruhi variabel penting yaitu tersedianya sumber

daya yang terdiri dari staf atau sumber daya manusia, kegagalan yang sering

terjadi dalam implementasi salah satunya karena staf yang tidak mencukupi ,

memadai dan tidak kompeten. Informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan tujuan dan wewenang beripa otoritas atau legitimasi bagi pelaksana

dalam melaksanakan kebijakan dan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang

mendukung .(Agustino, 2016:138).

Pengadaan obat yang telah dianggarkan oleh puskemas sesuai dengan tujuan

strategis dalam pelayanan kuratif, namun dalam pelaksanaannya terjadi kesenjangan

eksekusi dimana puskesmas hanya mampu menganggarkan saja tanpa bisa

melakukan melakukan eksekusi pengadaan secara langsung, hal ini dikarenakan


48

pejabat pengadaan / PPK yang berhak melakukan eksekusi yang ditetapkan oleh

kepala Dinas Kesehatan berada pada dinas kesehatan sehingga terjadi kesenjangan

eksekusi (gap execution) dimana pihak puskesmas tidak dapat melaksanakan tugas

dalam pengadaan obat,tidak mampu membuat keputusan serta ketidakmampuan

dalan menjalankan komitmen yang telah dibuat . Dengan adanya kesenjangan

eksekusi ini maka menurut konsep disiplin eksekusi dibutuhkan disiplin tinggi bagi

pelaksana pengadaan dalam mengeksekusi pihak yang diberi kewenangan dalam

melakukan proses pengadaan obat yang merupakan sebuah perencanaan strategis

guna mencapai tingkat pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Hasil Penelitian Siswanto dan Rahayu (2010) menemukan bahwa

mekanisme pengadaan barang dan jasa mempengaruhi penyerapan anggaran,

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Priatno dan Khusaini (2012) yang

menghasilkan pengadaan barang dan jasa yang buruk dalam pelaksanaan kegiatan

cenderung memperlambat penyerapan anggaran dan penelitian Harriyanto (2012).

Penelitian Kualitatif yang dilakukan Damayanti (2012) sejalan dengan penelitian

Taufik (2016) membuktikan Penerapan e-Procurement yang merupakan

implementasi penggunaan sistem informasi belum mencapai maksimal sehingga

mempengaruhi daya serap anggaran satuan kerja.

Penelitian Dwiaji (2016) terhadap pengadaan obat publik pada program

Jaminan Kesehatan Nasional berdasarkan berdasarkan e-catalogue menunjukkan

hasil masih terdapatnya kendala dalam pelaksanaannya dimana adanya kesenjangan

antara Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dan e-Order yang diakibatkan oleh waktu

Penetapan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dan Harga Penentuan Sendiri (HPS),
49

waktu penayangan e-Catalogue yang tidak memberikan cukup waktu bagi

pemenang lelang untuk menyediakan obat dalam jumlah sesuai jumlah obat yang

dipesan yang berdampak pada jumlah penyerapan anggarannya . Hal ini sejalan

dengan penelitian Adyaksa (2015) proses pengadaan obat berdasarkan e-catalogue

dari segi pendanaan mencukupi namun faktor penghambatnya adalah tim

pengadaan kurang efektif, rekanan tidak dapat memenuhi pesanan dan gangguan

sistem yang terjadi dari server pusat.

Berpijak pada uraian diatas dapat diargumentasikan bahwa semakin baik

proses pengadaan obat melalui e-catalog maka semakin tinggi anggaran yang dapat

direalisasikan. Atas dasar uraian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

H4: Proses Pengadaan Obat berpengaruh positif terhadap penyerapan


anggaran Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional .
2.2.2.5. Pengaruh Regulasi Terhadap Penyerapan Anggaran

Kebijakan Publik merupakan Keputusan yang dibuat oleh Pemerintah atau

Lembaga Pemerintah untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan

kegiatan tertentu atau mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan

dan manfaat orang banyak. Regulasi merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah

yang telah terkodifikasi secara formal yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam

pengelolaan organisasi yang mempunyai sifat mengatur dalam bidang tertentu.

Menurut teori Implementasi Kebijakan Edward III bahwa implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan yang dapat

mempengaruhi keberhasilan dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan antara

lain faktor komunikasi harus disampaikan kepada personel yang tepat, jelas, akurat
50

dan konsisten. Faktor lain yang harus mendukung adalah faktor sumber daya yang

meliputi staf, otoritas dan fasilitas. Faktor disposisi merupakan hal yang krusial

karena jika implementator memiliki disposisi yang berlawanan dengan arah

kebijakan dapat mengakibatkan tujuan kebijakan tidak tercapai dan faktor struktur

birokrasi yang merupakan standarisasi Sistem Operasional dan Prosedur yang harus

dilakukan. Keempat faktor tersebut harus saling mendukung agar kebijakan yang

telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik guna mencapai tujuan sesuai yang

diharapkan.

Pengelolaan dana kapitasi pada puskemas mengacu pada regulasi berupa

Perpres nomor 32 tahun 2014 dilanjut dengan Permenkes 19 tahun 2014 dan Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ. Regulasi tersebut menurut

temuan KPK tidak mengakomodir kebutuhan puskesmas dalam penentuan jenis

belanja dan regulasi tersebut belum mengatur mekanisme pengelolaan sisa lebih

dana kapitasi. Pemanfaatan dana kapitasi yang diatur dalam Peraturan Presiden

Nomor 32 Tahun 2014 masih banyak ditemukan kekurangan (Yuliyanto, 2016).

Ketidakmampuan puskesmas dalam menyerap anggaran bukan tanpa

alasan, ketika aturan pemanfaatan tidak jelas maka pimpinan puskesmas akan

berhati-hati dalam memanfaatkan dana tersebut. Penggunaan saldo dana baru dapat

dianggarkan setelah keluarnya Permenkes 21 Tahun 2016, namun regulasi yang

ditetapkan pada bulan Mei 2016 mengakibatkan pihak puskesmas harus melakukan

penganggaran kembali dan waktu pelaksanaan tentunya sangat singkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2016) menunjukkan bahwa untuk

mempercepat penyerapan anggaran belanja diperlukan peraturan yang berorientasi


51

pada pemberian kepercayaan pada eksekutif agar dapat lebih fleksibel dalam

menggunakan anggaran dengan tetap mengedepankan prinsip efektifitas, efisiensi

dan akuntabilitas.

Penelitian Undap (2017) menunjukkan hasil penganggaran dana kapitasi

oleh FKTP dilakukan dan tersentralisasi di Dinas Kesehatan sementara pelaksanaan

pengelolaan dana kapitasi belum mengikuti regulasi yang mengatur sehingga

berimplikasi pada tidak maksimalnya pelayanan dan akibat kondisi pengelolaan

keuangan yang tidak sesuai dengan regulasi menyebabkan program dan kegiatan

yang bersumber dari dana kapitasi penyerapannya sangat rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliyanto (2016) disimpulkan bahwa

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2016 dikeluarkan sebagai solusi atas

kelemahan regulasi sebelumnya akibat perkembangan penyelengaraan jaminan

kesehatan nasional yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam

penyelenggaraan jaminan kesehatan. Sementara itu penelitian yang dilakukan Rifai

(2016) menunjukkan hasil regulasi tidak berpengaruh terhadap daya serap

anggaran.

Regulasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan serta mengutamakan

kepentingan dan manfaat orang banyak selayaknya didukung dengan pemberian

kepercayaan kepada pelaksananya agar dapat mencapai tujuan dan manfaat yang

ingin dicapai. Oleh sebab kejelasan regulasi yang mengatur sisa lebih dana kapitasi

dan jenis belanja operasional yang sesuai dengan kebutuhan dalam penganggaran

dan kemudahan dalam pelaksanaannyan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan

anggaran.
52

Berpijak pada uraian diatas dapat diargumentasikan bahwa semakin baik

regulasi yang ada dalam usaha pencapaian tujuan akan berpengaruh terhadap

semakin tingginya tingkat penyerapan penyerapan.Atas dasar uraian tersebut maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H5: Regulasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran Dana


Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional .
53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif yakni penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau

data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2014:14) sesuai dengan rumusan

masalah yang diangkat dan tujuan penelitian yang telah ditentukan maka jenis ini

adalah penelitian asosiatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2014:55). Hubungan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal bersifat sebab-akibat

antara variabel yang dipengaruh dan variabel-variabel yang mempengaruhi

(Sugiyono, 2014: 56).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 25 Puskesmas di Kabupaten Lombok

Tengah. Pemilihan Puskemas sebagai lokasi penelitian adalah :

1. Puskesmas merupakan organisasi yang mengelola secara langsung Dana

Kapitasi yang dimulai dari penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan

hingga pelaporan.

2. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPKP NTB dan Lampiran II

Perbup Lombok Tengah tentang Penjabaran Laporan Realisasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Dinas Kesehatan dimana penyerapan anggaran

Kapitasi sejak mulai pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016

anggaran yang terserap pada masing – masing Puskesmas rata-rata

53
54

dibawah 80%, hal ini mengakibatkan banyaknya saldo dana pada

rekening masing – masing Puskesmas yang hilang manfaat belanjanya

karena belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2014 : 115). Populasi juga berarti keseluruhan unit atau individu

dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh Aparatur Sipil Negara pada Puskemas Dinas

Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah sebagai penerima dan pelaksana

Dana Kapitasi Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014 ; 122) Pemilihan sampel pada penelitian ini

menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian

(Sugiyono. 2014 : 122). Sehingga aparat yang akan dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah Aparatur Tim Pengelola Dana Jaminan Kesehatan

Nasional dan Aparatur pengelola teknis yang terlibat dalam proses pengadaan

obat pada seluruh Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah. Pemilihan tehnik

sampel tersebut untuk penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

sampel tersebut adalah aparatur yang terlibat langsung dalam pengelolaan dana

kapitasi sehingga memahami permasalahan terkait dengan penyerapan


55

anggaran dana Kapitasi pada Puskesmas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

ini akan diambil sampel, yaitu seluruh pengelola dana kapitasi dan pengelola

obat sebagai responden. Seluruh Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah

berjumlah 25 Puskesmas, berdasarkan Surat Keputusan Pengelola Dana

Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskemas yang peneliti anggap memenuhi

kriteria menjadi sampel adalah:

1. Untuk masing-masing Puskemas 4 orang sampel yang terdiri dari:

a. Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab dana kapitasi

b. Kepala tata usaha sebagai ketua pelaksana

c. Anggota tim pengelola dana kapitasi

d. Bendahara pengeluaran dana kapitasi

2. Untuk UPT Farmasi Dinas Kesehatan diambil 2 orang sampel yaitu:

a. Pengelola obat yang bersumber dari Dana Kapitasi di UPT. Farmasi

tahun 2014-2015.

b. Pengelola obat di Farmasi Dinas Kesehatan tahun 2016.

Maka dari penjelasan tersebut dapat dirincikan populasi dan sampel

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1

Adapun perincian populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini :


56

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Jumlah
No Keterangan Populasi Responden responden
Penanggung
jawab Pengelola Bendahara
orang orang orang orang orang
UPT. Puskesmas
1.di Kab.Loteng
( sebanyak 25
Puskesmas) 878 25 50 25 100
2.UPT. Farmasi 9 2 2
Total 887 102
Sumber : Data primer diolah ,2017

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1 Klasifikasi Variabel.

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel

dependen dan variabel independen. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Sedangkan variabel

independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono.

2014:59).

Variabel Independent (variabel bebas) dalam penelitian ini terdiri atas

penganggaran (X1), kompetensi sdm (X2), komitmen organisasi (X3), proses

pengadaan obat (X4) dan regulasi (X5). Sementara itu, variabel dependen

dalam(variabel terikat) penelitian ini adalah Penyerapan Anggaran (Y).

3.4.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, dapat diuraikan sebagai berikut :


57

1. Penganggaran (X1)

Menurut Centre for Democracy and Development (2005) Penganggaran

merupakan proses pembuatan anggaran yang akan dilaksanakan dalam satu

tahun yang di lakukan dari proses persiapan, persetujuan, pelaksanaan, kontrol,

evaluasi dan monitoring. Penganggaran dalam penelitian ini adalah persepsi

atau pendapat pengelola keuangan dana kapitasi terhadap proses dalam

pembuatan anggaran yang akan dilaksanakan yang melalui prosedur dan

mekanisme persiapan, persetujuan, implementasi dan monitoring. Variabel

Penganggaran dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator yang

diadaptasi dari penelitian Heriyanto (2012) yaitu: (1) Kesesuaian jenis

anggaran dengan kebutuhan, (2) Penentuan Kode Akun, (3) Pembatasan Pagu,

(4) Waktu Penganggaran, (5) Revisi Anggaran, (6) Ketetapan pengalokasian

anggaran.

2. Kompetensi Sumber Daya Manusia (X2)

Menurut Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.7 tahun 2013

tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri

Sipil, kompetensi adalah karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup

aspek pengetahuan , keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi

jabatan. Kompetensi Sumber Daya Manusia yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pendapat pengelola dana kapitasi terhadap kemampuan yang dimiliki

sebagai pengelola dana kapitasi pada masing-masing Puskesmas untuk

menjalankan suatu pekerjaan yang diberikan kepadanya berdasarkan latar

belakang pendidikan, pelatihan yang diperoleh, pengetahuan,kemampuan, dan


58

pengalaman yang cukup memadai. Variabel Kompetensi SDM dalam penelitian

ini diukur dengan menggunakan indikator yang diadaptasi dan dimodifikasi dari

penelitian Kurniatun (2015) yaitu: (1) Pendidikan, (2) Pengetahuan, (3) Pelatihan

(4) Pengalaman, (5) sikap sesuai tugas (6). Pemaham aturan

3. Komitmen Organisasi (X3)

Komitmen organisasi adalah tingkatan dimana seseorang memposisikan dirinya

dalam organisasi dan kemauan untuk melanjutkan upaya pencapaian

kepentingan organisasinya. Komitmen organisasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pernyataan pengelola keuangan dana kapitasi yang dibagi

dalam komponen kognigtif, afektif dan keperilakuan. Indikator yang digunakan

untuk mengukur komitmen organisasi yaitu : Komitmen afektif, Komitmen

normative, dan Komitmen kontinyu yang diadaptasi dari penelitian Arrizal

(2006) yaitu: (1) Peduli nasib organisasi (2) organisasi memberikan inspirasi

(3) merasa bangga pada organisasi (4) bersedia bekerja melalui target

Organisasi (5) menerima penugasan (6) organisasi lain belum tentu memberi

hasil yang sama (7) organisasi memberi cukup finansial (8) organisasi sangat

berarti bagi kehidupan.

4. Proses pengadaan obat (X4)

Pengadaan barang/jasa adalah perolehan barang, jasa, dan pekerjaan publik

dalam cara tertentu yang menghasilkan nilai terbaik bagi pemerintah dan

masyarakat ( Bastian 2010). Menurut Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 48 Tahun 2013 pengadaan obat dengan metode e-purhasing adalah tata

cara pembelian/ pengadaan obat melalui sistem e-catalogue obat yang memuat
59

daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang tertentu dari berbagai

penyedia barang/jasa tertentu. Proses pengadaan obat yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah pendapat pengelola dana kapitasi terhadap proses

pengadaan obat yang dilakukan untuk merealisasikan anggaran belanja obat

yang berasal dari dana kapitasi dengan menggunakan prosedur e-purhasing

melalui e-catalogue. Pengukuran variabel ini diadaptasi dari penelitian

Herryanto (2012) yaitu : (1) Jenis kebutuhan dalam e-catalogue (2)Tanggapan

penyedia terhadap pesanan (3) Ketersediaan akses jaringan (4) Ketersediaan

spesifikasi barang/bahan (5) Waktu pengadaan (6) Kesanggupan penyedia (7)

Waktu Penunjukan Pejabat Pelaksana.

5. Regulasi (X5)

Menurut Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor PER/04/M.PAN/4/2007 peraturan berupa Undang-undang dan Peraturan

merupakan bagian dari kebijakan publik yang terkodifikasi secara formal dan legal

yang terdiri dari tiga elemen yang membentuk sistem kebijakan yaitu kebijakan

publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan yang saling memiliki andil dan

saling mempengaruhi yang merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk

mengatur perilaku masyarakat, perusahaan dan tingkat pemerintah yang lebih

rendah yang lebih rendah. Regulasi dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat

pengelola dana kapitasi terhadap penerapan peraturan-peraturan yang berupa

Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Kesehatan yang digunakan sebagai acuan

dalam pengelolaan dana kapitasi. Indikator pengukuran diadaptasi dari penelitian


60

Supiatin (2012) yaitu (1) Perubahan regulasi,(2) Kejelasan regulasi (3) Kesiapan

pelaksanaan regulasi .

6. Penyerapan Anggaran (Y)

Penyerapan Anggaran merupakan proporsi jumlah anggaran yang telah

direalisasikan selama satu tahun anggaran dibandingkan dengan pagu anggaran

yang telah ditetapkan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.

Penyerapan anggaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat

pengelola dana kapitasi terhadap jumlah dana kapitasi yang dapat

dibelanjakan/direalisasikan yang dinyatakan dalam bentuk prosentase yang

merupakan selisih dari anggaran yang telah direncanakan dan yang dapat

direalisasikan. Indikator pengukuran diadaptasi dari penelitian Rifai (2016) yaitu:

(1) Kesesuian rencana dan realisasi, (2) Kesesuaian realisasi pertriwulan, (3)

Kesesuain target realisasi pertahun.

3.5. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data

primer merupakan sumber data penelitian yang secara langsung dari sumber asli

atau tidak melalui perantara (Indiantoro dan Supomo, 1999). Data primer secara

khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pernyataan penelitian. Data

primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden, dimana

kuesioner akan dibagikan ke aparatur pengelola Dana Kapitasi pada Puskesmas dan

UPT. Farmasi sebanyak 102 kuesioner.

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik interview atau wawancara dan kuesioner (angket). Wawancara dalam


61

penelitian ini digunakan sebagai tahap studi pendahuluan untuk mengetahui jumlah

responden sedangkan angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan/pernyataan tertulis terhadap responden untuk

dijawab Sugiyono (2015:230). Data diperoleh dengan mengirimkan langsung

kuesioner ke masing-masing Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Tengah

dengan skala yang digunakan adalah skala likert lima point.

Menurut Sugiyono (2015:268) skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial yang telah ditetapkan oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel

penelitian. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator penelitian,

kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-

item instrument yang menggunakan skala likert lima point.

Untuk menentukan kategori dalam penelitian ini dilakukan penilaian

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nasehudin dan Gozali, 2012 : 135) :

Rentang = = = 0,8

Interval kelas tersebut dapat dijadikan pedoman untuk menentukan nilai

batasan untuk masing-masing kelas dan setelah itu nilai rata-rata masing-masing

variabel dimasukkan ke dalam kelas-kelas tersebut untuk mengetahui hasil

penelitian.

Dimana cara menghitung interval atau rentang yaitu :

Untuk interval I : 1 sampai (1 + 0,8) interval I adalah 1 – 1,8

Untuk interval II : (1,8 + 0,01) sampai (1,8 + 0,8) interval II adalah 1,81 – 2,60

Untuk interval III : (2,60 + 0,01) sampai (2,60+0,8) interval III adalah 2,61- 3,40
62

Untuk interval IV : (3,40 + 0,01) sampai (3,40+0,8) interval III adalah 3,41- 4,20

Untuk interval V : (4,20 + 0,01) sampai (4,20 +0,8) interval III adalah 4,21- 5

Tabel 3.2
Kategori Variabel Penelitian

Interval Kategori
Penganggaran Kompetensi Komitmen Proses Regulasi
SDM Organisasi Pengadaan Penyerapan

Sangat Tidak Sangat Tidak Sangat Tidak Sangat Tidak Sangat Tidak Sangat Tidak
1 - 1,8 Baik Baik Tinggi Baik Sesuai Baik
1,81 - 2,60 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tinggi Tidak Baik Tidak Sesuai Tidak Baik
Kurang Kurang
2,61 - 3,40 Kurang Baik Kurang Baik Tinggi Kurang Baik Sesuai Kurang Baik
3,41 - 4,2 Baik Baik Tinggi Baik Sesuai Baik
4,21 – 5 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Tinggi Sangat Baik Sangat Sesuai Sangat Baik

Dalam kategori diatas menunjukkan bahwa tiap variabel yang menuju

kearah yang baik maka nilainya semakin tinggi. Oleh karena itu semakin tinggi

nilai yang ditunjukkan penganggaran, kompetensi SDM, komitmen organisasi,

proses pegadaan obat, regulasi dan penyerapan anggaran berarti semakin baik.

3.6. Uji Instrumen Penelitian

Uji Instrumen dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan uji

validitas dan reabilitas instrument. Uji tersebut merupakan uji yang digunakan

untuk menguji layak atau tidaknya suatu instrument penelitian dijadikan sebagai

instrument dalam suatu penelitian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, instrumen yang realibel

adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang

sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2015;203)

3.6.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mampu untuk


63

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,

2013:52). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas

diukur dengan menggunakan uji korelasi Product Moment dari Karl Pearson

dengan criteria rdihitung > rkritis 0.3 (Sugiyono, 2014:178)

3.6.2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu

ke waktu. Jika jawaban terhadap indikator-indikator ini acak, maka dapat dikatakan

bahwa tidak reliable.

Untuk mengukur reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (a).

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,60 (Ghozali, 2013:47-48).

3.7. Prosedur Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh atau sumber

data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk

menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknis analisis data dalam penelitiana

kuantitatif menggunakan statistik, terdapat dua macam statistik yang digunakan

dalam analisis data dalam penelitian, yaitu Deskriptif dan statistik inferensial
64

(Sugiyono, 2013:147).

3.7.1 Pengujian Kualitas Data

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinieritas, uji

heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Sementara uji autokolerasi tidak digunakan

dalam penelitian ini karena penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk

kuesioner yang tidak berhubungan dengan model data yang memakai rentang waktu.

3.7.1.1 Uji Multikolinearitas

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel

independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Pada model regresi

yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi diantara variabel independen.

Uji Multikolinieritas dilakukan dengan melihat varian inflation faktor (VIF)

dan nilai tolerance. Nilai tolerance yang rendah yang rendah sama dengan nilai VIF

tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10

(Ghozali, 2013:106).

3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji hetroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan variance atau residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi

heterokedatisitas. Untuk medeteksi ada atau tidaknya heterokedatisitas, dapat

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedatisitas dapat dilakukan


65

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X

adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah studentized. (Ghozali,

2013:139). Selain melihat grafik scaterplot, dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan menggunakan uji glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk mengglejser nilai

absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2014:142).

3.7.1.3 Uji Normalitas

Untuk uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel

pengganggu atau residul memiliki distribusi normal. Untuk mendeteksi dapat

dilakukan dengan grafik dan melihat besaran Kolomogorov Smirnov. Dasar

pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah dengan melihat probabilitas >

0,05 maka data distribusi normal, sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka data

tidak berdistribusi normal, atau dapat diketahui dengan melihat normal probality

plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi

normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis

yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya

(Ghozali, 2013:2016).

3.7.2. Statistik Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran,

pictogram, pengukuran tendensi sentral (modus,median,mean) perhitungan

penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standard deviasi.


66

Statistik deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Statitistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk

memberikan informasi mengenai kaakteristik variabel penelitian yang paling utama

dan data demografi responden (Sugiyono, 2013:147). Statistik deskriptif dalam

penelitian ini terdiri dari rata-rata, deviasi standard, jawaban minimum dan

jawaban maksimum dari jawaban yang telah didapat dari kuesioner.

3.7.3. Statistik Inferensial

Statistik inferensial , (sering juga disebut statistik induktif atau statistik

probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2014:207). Sesuai

dengan hipotesis yang diajukan, maka dalam penelitian ini analisis statistik

inferensial diukur dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, untuk

menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel

dependen (Sugiyono, 2015 : 147).

3.7.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian dengan metode analisis regresi linear berganda bertujuan untuk

menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel

terikat (dependent) . Dalam hal ini, bagaimana pengaruh variabel independent yaitu

penganggaran, kompetensi sdm, komitmen organisasi, proses pengadaan obat dan

regulasi terhadap variabel dependent yaitu penyerapan anggaran belanja dana

kapitasi pada puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah.


67

Persamaan regresi linear berganda untuk hipotesis penelitian adalah sebagai

berikut :

Y = α + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ e

Dimana :
Y = Penyerapan Anggaran belanja Kapitasi
α = Konstanta
X1 = Penganggaran
X2 = Kompetensi SDM
X3 = Komitmen Organisasi
X4 = Proses Pengadaan obat
X5 = Regulasi
b1,2.3,4,5 = Koefisien Regresi untuk masing-masing variabel x
e = Error term

3.7.3.2. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan

variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai R² yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

dependen (Ghozali, 2013:97).

3.7.3.3.Uji Hipotesis

Adapun pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji

signifikansi parameter individual (uji statistik T).

3.7.3.3.1 Uji signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Menurut Ghozali (2013:98), uji-t pada dasarnya digunakan untuk

menunjukkan seberapa jauh satu variabel penjelas/independen secara individual

menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian Uji t dilakukan dengan


68

menggunakan significance level 0,05 (α=5persen). Jika nilai probabilitas signifikansi

t lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh langsung kuat

antara variabel independen dengn variabel dependen.

Ketentuan yang digunakan dalam uji t adalah :

Ho : Masing-masing variabel independen yaitu penganggaran, kompetensi sdm,

komitmen organisasi, proses pengadaan obat dan regulasi tidak berpengaruh

secara parsial terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi.

Ha : Masing-masing variabel Independen yaitu penganggaran, kompetensi sdm,

komitmen organisasi, proses pengadaan obat dan regulasi berpengaruh

secara parsial terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi.

Penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95% yang berarti

menggunakan α (alpha) sebesar 5% atau 0,05 sehingga kriteria untuk menerima dan

menolak hipotesis adalah jika probabilitas signifikansi < 0,05 atau nilai t hitung > t

tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima namun jika probalitas signifikansi > 0,05

atau nilai t hitung <t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.


69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitan

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya

yaitu untuk menguji dan mendapatkan bukti bahwa penyerapan anggaran dana

kapitasi program Jaminan Kesehatan Nasional dipengaruhi oleh faktor – faktor

seperti Penganggaran, kompetensi sumber daya manusia, komitmen organisasi,

proses pengadaan barang dan regulasi. Maka untuk memperoleh data dan hasil

penelitian sesuai dengan tujuan tersebut, penelitian dilakukan terhadap pengelola

dana kapitasi yang bertanggungjawab atas pegelolaan dana kapitasi yang dimulai

dari proses penganggaran, penatausahaan dan mempertanggung jawabkan dana

kapitasi pada Puskesmas.

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah yang

biasanya berbentuk Puskesmas berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari 25 Puskesmas yang

tersebar pada 12 Kecamatan. Berbagai regulasi dikeluarkan dalam pengelolaan

dana kapitasi oleh Puskesmas antara lain mengacu pada Peraturan Presiden

Nomor 32 Tahun 2014 pada pasal 3 yang menyatakan bahwa Dana Kapitasi

dibayarkan langsung oleh BPJS kepada bendahara Dana Kapitasi dan pada pasal 7

dinyatakan pendapatan Dana Kapitasi digunakan langsung oleh Puskesmas untuk

pelayanan kesehatan perserta. Tidak seperti penerimaan daerah lainnya yang

69
70

berasal dari pemerintah pusat, dimana penerimaan tersebut ditujukan ke rekening

kas umum daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah, Dana Kapitasi

dibayarkan oleh BPJS Kesehatan langsung ke rekening Dana Kapitasi yang

dikelola oleh Bendahara Dana Kapitasi di Puskesmas.

Sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ Tahun

2014 maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/Puskesmas yang belum

menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

mewajibkan Kepala Puskesmas untuk menyusun rencana pendapatan dan belanja

Dana Kapitasi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran Dinas Kesehatan (RKA-SKPD). Diperkuat juga

oleh Peraturan Bupati Lombok Tengah yang dikeluarkan pada setiap tahun

anggaran terkait pembagian porsentase alokasi dana kapitasi sebesar 60% dari

alokasi penerimaan dana Kapitasi digunakan untuk pembayaran jasa pelayanan

dan 40% digunakan untuk dukungan operasional, dan pengaturan jenis alokasi

belanja sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2014 yang telah

mengalami perubahan menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun

2016 serta kebijakan Dinas Kesehatan dalam penentuan prosentase pada alokasi

belanja bantuan operasional.

Proses pengumpulan data mulai dilakukan pada tanggal 10 April 2017

sampai dengan 19 April sebagai batas akhir pengembalian kuesioner. Dari 102

kuesioner yang telah disebarkan ke 25 puskesmas dengan sasaran masing-masing

4 aparatur sipil Negara di setiap puskesmas se Kabupaten Lombok Tengah dan 2

orang aparatur sipil negara pada Unit Pelaksana Teknis Farmasi Dinas Kesehatan
71

Kabupaten Lombok Tengah, yang keseluruhannya berhasil mengembalikan

kuesioner yang telah peniliti sebarkan. Seperti tersaji pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Jumlah sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

Kuesioner yang disebar 102

Kuesioner yang tidak kembali 0

Kuesioner yang kembali 102

Kuesioner yang tidak dapat digunakan 2

Kuesioner yang dapat digunakan 100

Sumber: data diolah, 2017

4.1.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah aparat pengelola dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional pada puskesmas yang berlokasi di Kabupaten Lombok

Tengah dengan jumlah 25 puskesmas. Aparat pengelola keuangan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah aparatur sipil Negara yang bertugas melakukan

pengelolaan atas dana kapitasi JKN di puskesmas yang terdiri dari Kepala

Puskesmas sebagai penanggung jawab, Ketua, Anggota dan bendahara pengeluaran

dana kapitasi berdasarkan surat keputasan yang keluarkan oleh masing-masing kepala

Puskesmas.

Jumlah aparatur pengelola dana JKN Kapitasi yang dijadikan populasi

dalam penelitian ini sebanyak 878 orang sedangkan yang dijadikan sampel

sebanyak 102 orang. Berdasarkan hasil akhir atas pengembalian kuesioner,

diperoleh sebanyak 100 orang aparatur pengelola dana JKN Kapitasi yang bisa

dijadikan sebagai responden akhir dalam penelitian.


72

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini didominasi

oleh responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 67 orang (67 persen),

sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (33 persen).

Responden Berdasarkan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Grafik 4.1 berikut:

Grafik 4.1 Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin

33%
Laki-Laki
67%
Perempuan

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan data pada Grafik 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa Aparatur

Sipil Negara pada Puskemas dan UPT. Farmasi Dinas Kesehatan di Kabupaten

Lombok Tengah sebagai penerima dan pelaksana Dana Kapitasi Program

Jaminan Kesehatan Nasional masih didominasi oleh Aparatur Sipil Negara

berjenis kelamin laki-laki dengan perbandingan sex rasio sebanyak 2:1, artinya

bahwa setiap 2 orang Aparatur Sipil Negara berjenis kelamin laki-laki terdapat

1 orang Aparatur Sipil Negara berjenis kelamin perempuan.

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur adalah waktu atau bertambahnya hari sejak lahir sampai dengan

batas akhir kehidupan seseorang. Umur berpengaruh terhadap kematangan


73

berfikir dan tingkat produktivitas kerja. Sebaran umur responden dapat

dikemukan bahwa responden berumur 26-40 tahun sebanyak 41 orang (41

persen), responden yang berumur 41-50 tahun sebanyak 30 orang (30 persen)

dan yang berumur > 50 tahun sebanyak 29 orang (29 persen). Informasi

lengkap mengenai responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Grafik 4.2

berikut:

Grafik 4.2 Data Responden Berdasarkan


Umur
0%

29% < 25 tahun


41%
25-40 tahun
30% 41-50 tahun
>50 tahun

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan Grafik 4.2 di atas dapat terlihat bahwa responden yang

mendominasi adalah dengan rentang antara 25-40 tahun dan antara 41-50 tahun

yang masing-masing berjumlah 41 orang atau 41% serta berjumlah 30 orang

atau 30% dari total seluruh sampel. Hal ini menunjukkan responden yang

terpilih dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup baik dari sisi usia, yang

mengindikasikan bahwa pengelola keuangan dana kapitasi secara umum masih

dalam kategori usia produktifyang dapat bekerja secara efektif dan efisien

dengan produktivitas tinggi.


74

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

keperibadian dan kemampuan seseorang melalui proses pendidikan secara

formal maupun nonformal. Secara umum pendidikan responden diperoleh

secara formal yang terbagi dalam jenjang tingkat pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. Berdasarkan jenjang pendidikan, dapat

dikemukakan secara berturut-turut bahwa responden berpendidikan jenjang

SLTA sederajat sebanyak 27 orang (27 persen), jenjang pendidikan Diploma

III sebanyak 17 orang (17 persen) dan jenjang pendidikan Sarjana sebanyak 56

orang (56%). Informasi lengkap mengenai data responden berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut:

Grafik 4.3 Data Responden Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

27%
SLTA
56% Diploma
17%
Sarjana

Sumber:Data diolah, 2017

Berdasarkan grafik 4.3 tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa

jenjang pendidikan responden ini dapat digolongkan ke dalam dua tingkatan

pendidikan yakni tingkat pendidikan menengah dan tingkat pendidikan tinggi.

Responden yang tergolong memiliki pendidikan tinggi yaitu dengan tingkat

pendidikan Diploma III dan Sarjana sebanyak 73 orang (73 persen) sedangkan
75

responden dengan tingkat pendidikan menengah sebanyak 27 orang (27

persen), sehingga dapat dijelaskan bahwa responden memiliki tingkat

pendidikan tinggi lebih dominan dari pada responden berpendidikan menengah

dengan rasio pebandingan 3:1, artinya setiap 3 orang responden berpendidikan

tinggi sederajat terdapat 1 orang responden berpendidikan menengah sederajat.

Rasio Perbandingan tingkat pendidikan tersebut sudah sangat memadai tetapi

secara latar belakang disiplin ilmu dan kompentensi yang dimiliki responden

yang rata-rata berlatang belakang berpendidikan kesehatan yang kurang

mendukung dalam perannya sebagai penerima dan pelaksana dana kapitasi

Program Jaminan Kesehatan Nasional yang idealnya harusnya memiliki latar

belakang pendidikan Administari atau akuntansi.

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja merupakan masa kerja yang dihitung sejak mulai hubungan

kerja sebagai Aparatur Sipil Negara menurut peraturan yang berlaku selama

melaksanakan tugas. Berdasarkan masa kerja, dapat dijelaskan bahwa

responden memiliki masa kerja < 5 tahun sebanyak 2 orang (2 persen),

responden dengan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 24 orang (24 persen),

responden dengan masa kerja 11-15 tahun sebanyak 18 orang (18 persen) dan

responden dengan masa kerja > 16 tahun sebanyak 56 orang (56 persen).

Informasi lengkap mengenai data responden berdasarkan masa kerja dapat

dilihat pada Grafikl 4.4 berikut:


76

Grafik 4.4 Data Responden


Berdasarkan Masa Kerja

2%

24% <5 tahun


5-10 tahun
56%
18%
11-15 tahun
>15 tahun

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan Grafik 4.4 tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa secara

umum responden dapat digolongkan memiliki masa kerja dengan rentang

waktu dibawah hingga 10 tahun masa kerja yaitu sebanyak 26 orang (26

persen) dan responden dengan masa kerja dengan rentang waktu lebih dari 10

tahun masa kerja sebanyak 74 orang (74 persen). Hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa lebih dominan responden memiliki masa kerja yang tergolong lama

(>10 tahun) dibandingkan dengan responden yang memiliki masa kerja baru

(<10 tahun), dengan memiliki masa kerja yang tergolong lama dan cukup

berpengalaman tersebut maka peran Aparatur Sipil Negara sebagai penerima

dan palaksana dana Kapitasi Program Jaminan Kesehatan Nasional di

Kabupaten Lombok Tengah akan semakin mudah dalam melakukan

penyesuaian menjalankan tugasnya.


77

4.1.3 Analisis dan hasil penelitian

4.1.3.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data Penelitian

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner (Ghozali, 2013:52). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah pernyataan dalam

kuesioner yang sudah dibuat dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas

diukur dengan menggunakan uji korelasi Product Moment dari Karl Pearson,

dengan kriteria rhitung > rkritis 0.3(Sugiyono, 2014:178).

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas (keandalan) dilakukan setelah

pengujian validitas dan hanya dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang

valid saja. Pengukuran one shot atau pengukuran sekali saja digunakan dalam

penelitian. Pengukuran hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban

pernyataan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji

statistic Cronbach Alpha (α)> 0.70 (Ghozali, 2013: 47-48).

Syarat validitas dan reliabilitas indikator dari variabel juga penting sebagai

input model. Model yang dihasilkan akan dapat dijadikan sebagai prediktor, alat

pengambilan keputusan yang tidak menyesatkan. Pembentukan model dengan

berbagai proses dan manfaatnya merupakan tujuan final dari riset ini. Hasil

pengujian validitas dan reliabilitas masing-masing variabel dapat diuraikan

sebagai berikut.
78

4.1.3.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penganggaran

Hasil Vadilitas dan Reliabilitas Variabel Penganggaran dapat dilihat pada

tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penganggaran

Validitas dan Reliabilitas


No Nomor Pernyataan Koefisien/rhitung Cronbach’s Keputusan
Alpha
0,680 Reliabel
1 X1.1 0,387 Valid
2 X1.2 0,509 Valid
3 X1.3 0,904 Valid
4 X1.4 0,678 Valid
5 X1.5 0,858 Valid
6 X1.6 0,882 Valid
Sumber: Data outpus SPSS diolah, 2017

Berdasarkan output analisis data uji validitas menggunakan SPSS pada

Tabel 4.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel

penganggaran memiliki nilai rhitung yang dapat dijelaskan pada kolom Pearson

Correlation > rkritis yaitu 0.3. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan

mulai dari no 1 sampai dengan nomor 6 untuk variabel Penganggaran adalah

valid.

Untuk uji reliabilitas, berdasarkan output analisis data 6 butir pernyataan

yang valid di atas, maka pernyataan tersebut dapat diuji reliabilitasnya. Pada

variabel Penganggaran (X1) diketahui nilai cronbach alpha adalah 0,680. Oleh

karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa

instrument penelitian yang digunakan telah reliabel atau andal


79

4.1.3.1.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kompetensi SDM

Hasil Vadilitas dan Reliabilitas Variabel kompetensi SDM dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kompetensi SDM

Validitas dan Reliabilitas


No Nomor Pernyataan Koefisien/rhitung Cronbach’s Keputusan
Alpha
6 pernyataan valid 0,705 Reliabel
1 X2.1 0,540 Valid
2 X2.2 0,807 Valid
3 X2.3 0,549 Valid
4 X2.4 0,781 Valid
5 X2.5 0,200 Tidak Valid
6 X2.6 0,688 Valid
7 X2.7 0,781 Valid
Sumber: Data output SPSS diolah, 2017

Berdasarkan output analisis data uji validitas menggunakan SPSS pada

Tabel 4.3 tersebut dapat dijelaskan bahwa 6 (enam) butir pernyataan untuk

variabel kompetensi SDM memiliki nilai rhitung yang dapat dijelaskan pada kolom

Pearson Correlation > rkritis yaitu 0.3. Jadi dapat disimpulkan bahwa 6 (enam)

pernyataan mulai dari no 1 sampai dengan nomor 4 dan nomor 6 sampai dengan 7

untuk variabel kompetensi SDM adalah valid.

Untuk uji reliabilitas, berdasarkan output analisis data 6 butir pernyataan

yang valid di atas, maka pernyataan tersebut dapat diuji reliabilitasnya. Pada

variabel Penganggaran (X2) diketahui nilai cronbach alpha adalah 0,705. Oleh

karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa

instrument penelitian yang digunakan telah reliabel atau andal


80

4.1.3.1.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Komitmen Organisasi

Hasil Vadilitas dan Reliabilitas Variabel komitmen organisasi dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Komitmen Organisasi

Validitas dan Reliabilitas


No Nomor Pernyataan Koefisien/rhitung Cronbach’s Keputusan
Alpha
8 pernyataan valid 0,691 Reliabel
1 X3.1 0,838 Valid
2 X3.2 0,688 Valid
3 X3.3 0,836 Valid
4 X3.4 0,819 Valid
5 X3.5 0,387 Valid
6 X3.6 0,518 Valid
7 X3.7 0,565 Valid
8 X3.8 0,557 Valid
Sumber: Data output SPSS diolah, 2017

Berdasarkan output analisis data uji validitas menggunakan SPSS pada

Tabel 4.4 tersebut dapat dijelaskan bahwa 8 (delapan) butir pernyataan untuk

variabel komitemen organisasi memiliki nilai rhitung yang dapat dijelaskan pada

kolom Pearson Correlation> rkritis yaitu 0.3. Jadi dapat disimpulkan bahwa 8

(enam) pernyataan mulai dari no 1 sampai dengan nomor 8 untuk variabel

komitmen organisasi adalah valid.

Untuk uji reliabilitas, berdasarkan output analisis data 8 butir pernyataan

yang valid di atas, maka pernyataan tersebut dapat diuji reliabilitasnya. Pada

variabel Penganggaran (X3) diketahui nilai cronbach alpha adalah 0,691. Oleh

karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa

instrument penelitian yang digunakan telah reliabel atau andal


81

4.1.3.1.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Proses Pengadaan Obat

Hasil Vadilitas dan Reliabilitas Variabel proses pengadaan obat dapat

dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Proses Pengadaan
Obat
Validitas dan Reliabilitas
No Nomor Pernyataan Koefisien/rhitung Cronbach’s Keputusan
Alpha
0,750 Reliabel
1 X4.1 0,479 Valid
2 X4.2 0,332 Valid
3 X4.3 0,682 Valid
4 X4.4 0,359 Valid
5 X4.5 0,438 Valid
6 X4.6 0,423 Valid
7 X4.7 0,513 Valid
Sumber : Data output SPSS diolah, 2017

Berdasarkan output analisis data uji validitas menggunakan SPSS pada

Tabel 4.5 tersebut dapat dijelaskan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel

proses pengadaan obat memiliki nilai rhitung yang dapat dijelaskan pada kolom

Pearson Correlation > rkritis yaitu 0.3. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua

pernyataan mulai dari no 1 sampai dengan nomor 7 untuk variabel proses

pengadaan obat adalah valid.

Untuk uji reliabilitas, berdasarkan output analisis data 7 butir pernyataan

yang valid di atas, maka pernyataan tersebut dapat diuji reliabilitasnya. Pada

variabel Penganggaran (X4) diketahui nilai cronbach alpha adalah 0,750. Oleh

karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa

instrument penelitian yang digunakan telah reliabel atau andal


82

4.1.3.1.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Regulasi

Hasil Vadilitas dan Reliabilitas Variabel regulasi dapat dilihat pada tabel

4.6 berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Regulasi

Validitas dan Reliabilitas


No Nomor Pernyataan Koefisien/rhitung Cronbach’s Keputusan
Alpha
0,642 Reliabel
1 X5.1 0,821 Valid
2 X5.2 0,359 Valid
3 X5.3 0,483 Valid
4 X5.4 0,434 Valid
5 X5.5 0,366 Valid
Sumber : Data output SPSS diolah, 2017

Berdasarkan output analisis data uji validitas menggunakan SPSS pada

Tabel 4.6 tersebut dapat dijelaskan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel

regulasi memiliki nilai rhitung yang dapat dijelaskan pada kolom Pearson

Correlation > rkritis yaitu 0.3. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan

mulai dari no 1 sampai dengan nomor 5 untuk variabel regulasi adalah valid.

Untuk uji reliabilitas, berdasarkan output analisis data 6 butir pernyataan

yang valid di atas, maka pernyataan tersebut dapat diuji reliabilitasnya. Pada

variabel Penganggaran (X5) diketahui nilai cronbach alpha adalah 0,642. Oleh

karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa

instrument penelitian yang digunakan telah reliabel atau andal


83

4.3.1.1.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penyerapan Anggaran


Belanja dana Kapitasi (JKN)

Hasil Vadilitas dan Reliabilitas Variabel penyerapan anggaran belanja

dana Kapitasi JKN dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penyerapan Anggaran

Validitas dan Reliabilitas


No Nomor Pernyataan Koefisien/rhitung Cronbach’s Keputusan
Alpha
0,863 Reliabel
1 Y1 0,629 Valid
2 Y2 0,611 Valid
3 Y3 0,611 Valid
Sumber : Data output SPSS diolah, 2017

Berdasarkan output analisis data uji validitas menggunakan SPSS pada

Tabel 4.7 tersebut dapat dijelaskan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel

penyerapan anggaran memiliki nilai rhitung yang dapat dijelaskan pada kolom

Pearson Correlation> rkritis yaitu 0.3. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua

pernyataan mulai dari no 1 sampai dengan nomor 3 untuk variabel penyerapan

anggaran adalah valid.

Untuk uji reliabilitas, berdasarkan output analisis data 3 butir pernyataan

yang valid di atas, maka pernyataan tersebut dapat diuji reliabilitasnya. Pada

variabel Penganggaran (X1) diketahui nilai cronbach alpha adalah 0,863. Oleh

karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa

instrument penelitian yang digunakan telah reliabel atau andal

4.1.4. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2014:206-207) statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengancara mendiskriptifkan data yang telah


84

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Mendiskriptifkan data adalah

menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden,

sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain terkait dengan hasil

penelitian yang bertujuan agar data lebih mudah dilihat dan dimengerti.

Analisis Deskriptif dalam penelitian ini didasarkan atas data yang dihimpun

dari 100 responden di seluruh puskesmas yang berlokasi di Kabupaten Lombok

Tengah sehubungan dengan varibel-variabel yang mempengaruhi penyerapan

anggaran dana kapitasi.Tahapan penentuan nilai katagori dalam penelitian ini

dilakukan penilaian dengan menggunakan rentang katagori yang tertera pada

Tabel 3.2 pada bab III. berikut statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada

Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Dev


Y 100 1 5 3,877 0,485
X1 100 1 5 3,852 0,448
X2 100 1 5 3,750 0,271
X3 100 1 5 4,096 0,357
X4 100 1 5 3,531 0,458
X5 100 1 5 3,980 0,381
Sumber : Data output SPSS diolah, 2017

Data pada penelitian yang diperoleh dari pengumpulan kuesioner yang

didistribusikan kepada responden pada 25 Puskesmas di Kabupaten Lombok

Tengah yakni berupa tanggapan berkaitan dengan variabel penyerapan anggaran

dana kapitasi, penganggaran, kompetensi sumber daya manusia, komitmen


85

organisasi, proses pengadaan obat dan regulasi. Interpetasi data penelitian

berdasarkan Tabel 4.2 sebagai berikut:

1. Data mengenai penyerapan anggaran belanja dana kapitasi (Y) melalui

kuesioner yang terdiri dari 3 (tiga) pernyataan dengan 5 (lima) alternatif

jawaban (1, 2, 3, 4, 5), dimana nilai jawaban tertinggi adalah 5 dan nilai

jawaban terendah adalah 1 dengan nilai rata-rata sebesar 3,887 dengan

standard deviasi sebesar 0,485.

2. Data mengenai penganggaran dana kapitasi (X1) melalui kuesioner yang

terdiri dari 6 (enam) pernyataan dengan 5 (lima) alternative jawaban (1, 2, 3,

4, 5), dimana nilai jawaban tertinggi adalah 5 dan nilai jawaban terendah

adalah 1 dengan nilai rata-rata sebesar 3,852 dengan standard deviasi

sebesar 0,448.

3. Data mengenai kompetensi sumber daya manusia (X2) melalui kuesioner

yang terdiri dari 6 (enam) pernyataan dengan 5 (lima) alternatif jawaban (1,

2, 3, 4, 5), dimana nilai jawaban tertinggi adalah 5 dan nilai jawaban

terendah adalah 1 dengan nilai rata-rata sebesar 3,838 dengan standard

deviasi sebesar 0,273.

4. Data mengenai komitmen orgnisasi (X3) melalui kuesioner yang terdiri dari

8 (delapan) pernyataan dengan 5 (lima) alternatif jawaban (1, 2, 3, 4, 5),

dimana nilai jawaban tertinggi adalah 5 dan nilai jawaban terendah adalah 1

dengan nilai rata-rata sebesar 4,096 dengan standard deviasi sebesar 0,357.

5. Data mengenai proses pengadaan obat (X4) melalui kuesioner yang terdiri

dari 7 (tujuh) pernyataan dengan 5 (lima) alternatif jawaban (1, 2, 3, 4, 5),


86

dimana nilai jawaban tertinggi adalah 5 dan nilai jawaban terendah adalah 1

dengan nilai rata-rata sebesar 3,531 dengan standard deviasi sebesar 0,458.

6. Data mengenai regulasi (X5) melalui kuesioner yang terdiri dari 5 (lima)

pernyataan dengan 5 (lima) alternatif jawaban (1, 2, 3, 4, 5), dimana nilai

jawaban tertinggi adalah 5 dan nilai jawaban terendah adalah 1 dengan nilai

rata-rata sebesar 3,980 dengan standard deviasi sebesar 0,381.

Secara umum nilai rata-rata (mean) dari data penelitian Penganggaran (X1),

Kompetensi SDM (X2), Komitmen Organisasi (X3), Proses pengadaan obat (X4),

Regulasi (X5) dan Penyerapan anggaran (Y) adalah berkisar 3,531 – 4,096. Nilai

standar deviasi tertinggi pada variabel Penyerapan anggaran (Y) yaitu sebesar

0,485 sedangkan standar deviasi terendah terdapat pada variabel Kompetensi

SDM (X2). Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel Kompetensi SDM

lebih baik daripada variabel-variabel lainnya karena memiliki stardar deviasi lebih

kecil, sedangkan pada variabel penyerapan anggaran (Y) menunjukkan nilai

standar deviasi paling besar yang berarti memiliki jawaban yang lebih bervariasi.

Selanjutnya, untuk mempermudah dalam menganalisis jawaban responden

maka pada analisis deskriptif juga dilakukan kategori terhadap rata-rata skor

tanggapan responden pada seluruh puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah

Nilai rata-rata pada seluruh puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah dengan

jumlah 100 orang responden. Penentuan kategori rata-rata skor tanggapan

responden didasarkan pada rentang skor minimum dengan skor maksimum,

dimana rentang skor minimum dengan skor maksimum akan dibagi menjadi 5

kategori sesuai dengan jumlah kategori pada instrument penelitian.


87

Prinsip kategorisasi rata-rata skor tanggapan responden diadopsi dari

Sugiyono (2005), yaitu melalui rentang skor maksimal dengan skor minimal

dibagi jumlah kategori yang digunakan. Kemudian rata-rata skor tanggapan

responden tersebut dikonsultasikan terhadap tabel pengkalsifikasian. Sesuai

dengan jumlah pilihan jawaban pada kuesioner yang diajukan, maka pada

penelitian ini tetap menggunakan 5 kategori untuk mengklasifikasikan rata-rata

skor tanggapan responden. Kriteria yang digunakan dalam penilaian rata-rata skor

tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 3.3 kategori variabel penelitian (Bab

III).

4.1.4.1. Deskripsi Variabel Penganggaran

Variabel Penganggaran dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

indikator yang diadopsi dari penelitian Heriyanto (2012) yaitu: (1) Kesesuaian

Penganggaran dengan kebutuhan, (2) Waktu penganggaran, (3) Penentuan kode

akun, (4) Revisi anggaran, (5) Pembatasan pagu, (6) Ketetapan pengalokasian

anggaran. Pernyataan untuk variabel penganggaran berjumlah enam. Jawaban

responden atas item pernyataan penganggaran disajikan pada Tabel 4.9 di bawah

ini.
88

Tabel 4.9 Tingkat Penilaian Responden pada setiap Pernyataan tentang


Penganggaran

Jumlah Jawaban Skor


ITEM Indikator Kategori
1 2 3 4 5 Rata-rata
Ketersediaan jenis belanja dan 0 0 6 68 26
X1.1 4,20 Baik
kebutuhan
X1.2 Waktu penganggaran 3 5 17 65 10 3,74 Baik

X1.3 Penentuan kode akun 1 9 19 58 13 3,73 Baik

X1.4 Revisi anggaran 2 9 10 60 19 3,85 Baik

X1.5 Pembatasan pagu 1 7 21 64 7 3,69 Baik

X1.6 SK pengalokasian anggaran 2 4 12 66 16 3,90 Baik

Rata-rata 3,85 Baik


Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 4.9 di atas terhadap penyataan variabel

penganggaran dengan menggunakan enam indikator dan dibuat dengan enam

pernyataan mempuyai skor rata-rata 3,85 termasuk dalam katagori baik. Kondisi

tersebut mengindikasikan bahwa aparatur pengelola dana kapitasi pada puskesmas

melakukan penganggaran dana kapitasi sesuai petunjuk dan tata cara dana

penganggaran dana kapitasi dengan baik.

Tabel 4.9 diatas juga menunjukkan rata-rata skor terendah berada pada

indikator pernyataan kelima yaitu pembatasan pagu anggaran sebesar 3,69 yang

dikategorikan baik. Responden untuk pernyataan kelima paling banyak menjawab

pengelola dana kapitasi mengalami kesulitan dalam melakukan penganggaran

yang sesuai kebutuhan dikarenakan adanya penentuan presentase alokasi jenis

anggaran pada belanja operasional tanpa adanya data pendukung atas kebutuhan

pada masing-masing Puskesmas.


89

Rata-rata skor tertinggi berada pada indikator pernyataan pertama yaitu

Kesesuaian Penganggaran dengan kebutuhan sebesar 4,20 yang dikategorikan

baik. Responden menyetujui pernyataan bahwa jenis alokasi yang dapat

dianggarkan telah sesuai dengan jenis kebutuhan Puskesmas.

4.1.4.2.Deskripsi Variabel Kompetensi SDM

Kompetensi Sumber Daya Manusia pada penelitian ini adalah pendapat

responden terhadap kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan yang

diberikan kepadanya berdasarkan latar belakang pendidikan, pengetahuan,

pelatihan, pengalaman dan pemahaman.

Tabel 4.10 Tingkat Penilaian Responden pada setiap Pernyataan tentang


Kompetensi SDM

Skor Rata-rata
ITEM Indikator Kategori
1 2 3 4 5 Skor
X2.1 Pendidikan 2 3 14 51 30 4,04 Baik

X2.2 Pengetahuan 30 44 8 13 5 2,19 Tidak Baik

X2.3 Pelatihan 0 1 26 46 27 3,95 Baik

X2.4 Pengalaman 0 1 11 65 23 4,10 Baik

X2.5 Penerimaan tugas 0 4 9 73 14 3,97 Baik

X2.6 Memahami aturan 0 0 6 67 27 4,21 Sangat Baik

Rata-rata 3,75 Baik


Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 di atas menunjukkan variabel

kompetensi dengan menggunakan enam indikator dan tertuang dalam enam

pernyataan mempunyai skor rata-rata sebesar 3,75 termasuk katagori baik. Hal ini

mengindikasikan bahwa rata-rata pengelola dana kapitasi pada umumnya

menyetujui pengelola dana kapitasi memiliki kompetensi yang baik.


90

Indikator pemahaman aturan menunjukkan skor tertinggi yaitu 4,21 artinya

rata-rata responden menyetujui bahwa pengelola dana kapitasi telah memahami

perturan terkait pengelolaan dana kapitasi dan rata-rata skor terendah berada pada

indikator pernyataan kedua yaitu pengetahuan sebesar 2,91 yang dikategorikan

tidak baik. Pernyataan responden terbesar pada jawaban menyetujui dan sangat

meyetujui bahwa pengelola dana kapitasi belum memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang memadai di bidang akuntansi sesuai dengan tuntutan tugas

sebagai pengelola keuangan hal ini dikarenakan sebagian besar pengelola dana

kapitasi berasal dari latar belakang pendidikan kesehatan.

4.1.4.3. Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi

Indikator yang digunakan diadaptasi dari Arrizal (2006) yaitu: (1) Peduli

nasib organisasi. (2) Organisasi memberikan inspirasi (3) merasa bangga pada

organisasi (4) bersedia bekerja sekuatnya membantu organisasi menjadi organisasi

sukses (5) menerima setiap penugasan. (6) Dapat maanfaat sebaik ini pada

organisasi lain. (7) organisasi memberi cukup finansial (8) organisasi berarti bagi

kehidupan. Pernyataan untuk variabel komitmen organisasi berjumlah delapan.

Jawaban responden atas item pernyataan komitmen organisasi disajikan pada

Tabel 4.11 di bawah ini.


91

Tabel. 4.11 Tingkat Penilaian Responden pada Setiap Pernyataan tentang


Komitmen Organisasi

Skor Rata-rata
ITEM Indikator Kategori
1 2 3 4 5 Skor
X3.1 Peduli nasib organisasi 1 1 11 60 27 4,11 Tinggi

X3.2 Organisasi memberi inspirasi 0 3 15 69 13 3,92 Tinggi

X3.3 Bangga pada organisasi 0 1 5 72 22 4,15 Tinggi

X3.4 Menerima penugasan 2 9 14 68 7 3,69 Tinggi

X3.5 Organisasi memberi inspirasi 0 1 3 70 26 4,11 Tinggi

X3.6 Dapat manfaat sebaik ini 1 0 5 69 25 4,17 Tinggi


pada organisasi lain
X3.7 Organisasi memberikan 0 0 1 80 19 4,18 Tinggi
financial
X3.8 Kenyamanan bekerja pada 1 0 3 56 40 4,34 Sangat tinggi
organisasi
Rata-rata 4,08 Tinggi
Sumber : Data diolah, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 4.11 di atas menunjukkan variabel komitmen

organisasi dengan menggunakan delapan indikator yang tertuang dalam delapan

pernyataan mempunyai skor rata-rata 4,08 termasuk dalam katagori tinggi. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa pengelola dana kapitasi pada umumnya memiliki

komitmen organisasi yang tinggi untuk tetap berada pada organisasinya.

Rata-rata skor terendah berada pada indikator pernyataan keempat yaitu

pengelola keuangan dana kapitasi menerima setiap tugas yang diberikan karena

kewajiban moral sebesar 3,69 yang dikategorikan Tinggi .Responden terbanyak

menyetujui bahwa aparatur pengelola dana kapitasi menerima setiap penugasan

yang telah diberikan karena merupakan kewajiban moral , akan tetapi beberapa

responden kurang menyetujui bahwa penerimaan tugas yang diberikan merupakan

kewajiban moral karena sebagian besar bendahara kapitasi menerima tugas tidak

berdasarkan keinginan sendiri namun ada keterpaksaan karena telah terbitnya


92

surat ketetapan penunjukkan hal ini dikarenakan tugas dalam pengelolaan

keuangan yang dana kapitasi yang cukup kompleks yang diawali dari melakukan

perencanaan hingga mempertanggung jawabkan hasil kegiatan namun kurang

didukung oleh kompetensi dari pengelola yang berlatar belakang pendidikan

kurang sesuai.

Rata-rata skor tertinggi berada pada indikator pernyataan kedelapan yaitu

kenyamanan bekerja pada organisasi sebesar 4,34 yang dikategorikan sangat

tinggi. Responden paling banyak menjawab menyetujui pernyataan bahwa

organisasi tempatnya bekerja cocok karena puskesmas merupakan tempat bekerja

yang sesuai dengan latar belakang pendidikan kesehatan dan organisasi dapat

memberikan kesejahteraan lebih tinggi karena adanya pemberian jasa pelayanan

yang bersumber dari dana kapitasi.

4.1.4.4. Deskripsi Variabel Proses Pengadaan Obat

Pengukuran variabel ini diadaptasi dari penelitian Heriyanto (2012) yaitu :

(1), Kesesuaian kebutuhan dan daftar katalog, (2) Tanggapan penyedia terhadap

pesanan, (3) Ketersediaan akses jaringan (4) Waktu pengadaan, (5) Ketersediaan

spesifikasi barang/bahan (6) Kesanggupan penyedia, (7) Penunjukan Pejabat Pembuat

Komitmen. Pernyataan untuk variabel proses pengadaan obat berjumlah tujuh.

Jawaban responden atas item pernyataan proses pengadaan obat disajikan pada

Tabel 4.12 di bawah ini.


93

Tabel. 4.12 Tingkat Penilaian Responden pada Setiap Pernyataan tentang


Proses Pengadaan Obat
Skor Rata-rata
ITEM Indikator Kategori
1 2 3 4 5 Skor
Kesesuaian kebutuhan dan 1 4 24 60 10 3,75 Baik
X4.1 daftar catalog
X4.2 Tanggapan penyedia 4 17 37 40 2 3,16 Kurang Baik
terhadap pesanan
X4.3 Ketersediaan akses jaringan 3 8 23 57 9 3,61 Baik

X4.4 Waktu pengadaan 2 14 23 56 5 3,48 Baik

X4.5 Ketersediaan spesifikasi 0 8 20 63 9 3,73 Baik


barang/bahan
X4.6 Kesanggupan penyedia 1 3 32 58 6 3,66 Baik

X4.7 Penunjukan Pejabat Pembuat 4 8 41 43 4 3,35 Kurang Baik


Komitmen
Rata-rata 3,53 Baik
Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa secara

keseluruhan variabel proses pengadaan obat dengan menggunakan tujuh

pernyataan mempunyai skor rata-rata 3,53 termasuk dalam katagori baik.

Rata-rata skor terendah berada pada indikator pernyataan kedua yaitu

tanggapan penyedia terhadap pesanan sebesar 3,16 yang dikategorikan kurang

baik. Responden menyetujui industri farmasi lambat dan kurang memberikan

kemudahan dalam proses konfirmasi atas pesanan. Hal tersebut disebabkan karena

jawaban atau tanggapan atas pesanan yang telah dikirim kepada penyedia obat

baru didapat menjelang akhir tahun anggaran terhadap pesanan obat yang ditolak

oleh industri farmasi sehingga tidak cukup waktu untuk melakukan pemesanan

dengan sistem lainnya. Akan tetapi beberapa orang kurang menyetujui bahkan

tidak setuju jika industri farmasi terlambat memberikan jawaban hal ini

dikarenakan ada jumlah industri farmasi sebagai penyedia ada sebagian industri

farmasi untuk jenis obat yang telah dipesan cepat memberikan jawaban.
94

Rata-rata skor tertinggi berada pada indikator pernyataan kelima yaitu

kesesuaian kebutuhan dan daftar katalog sebesar 3,75 yang dikategorikan sesuai

Responden paling banyak menyetujui bahwa daftar katalog obat telah memuat

jenis obat yang sesuai dengan jenis kebutuhan Puskesmas.

4.1.4.5.Deksirpsi Variabel Regulasi

Regulasi dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat pengelola dana

kapitasi terhadap peraturan-peraturan yang berupa Peraturan Presiden dan

Peraturan Menteri Kesehatan yang digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan

dana kapitasi. Indikator pengukuran diadopsi dari penelitian Supiatin (2012) yaitu:

(1) Kejelasan regulasi, (2) Perubahan regulasi, (3) Kesiapan pelaksanaan regulasi.

Tabel. 4.13 Tingkat Penilaian Responden pada Setiap Pernyataan tentang


Regulasi
Skor Rata-
ITEM Indikator rata Kategori
1 2 3 4 5 Skor
X5.1 Kejelasan regulasi 2 1 20 69 8 3,80 Sesuai

X5.2 0 6 23 59 12 3,77 Sesuai

X5.3 Pemahaman regulasi 0 3 16 64 17 3,95 Sesuai

X5.4 0 1 9 61 29 4,18 Sangat Sesuai


Kesiapan pelaksanaa regulasi
X5.5 0 0 4 72 24 4,20 Sangat Sesuai

Rata-rata 3,98 Sesuai


Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa skor rata-rata skor

terendah berada pada indikator pertama yaitu regulasi sulit diterapkan sebesar

3,77 yang dikategorikan jelas. Responden menyetujui pernyataan perubahan

regulasi yang mengatur jenis alokasi dan penggunaan saldo dana kapitasi

terlambat ditetapkan. Hal tersebut disebabkan Peraturan Menteri Kesehatan yang


95

mengatur tata cara penggunaan sisa saldo dana baru diterbitkan pada pertengahan

tahun 2016 setelah terjadi penumpukan saldo yang cukup besar. Terbitnya

peraturan pada pertengahan tahun juga mengakibatkan perlu dilakukan perubahan

anggaran yang memerlukan proses yang cukup lama sehingga mengakibatkan

waktu pelaksanaan kegiatan yang relatif singkat.

Rata-rata skor tertinggi berada pada indikator pernyataan kelima yaitu dengan

rata-rata skor 4,20 pengelola dana kapitasi menyetujui perlunya kesiapan yang

matang dalam melaksanakan regulasi terkait perubahan regulasi dan pelaksanaan

pengadaan obat dan pelaksanaan atas regulasi yang mengatur sanksi atas

pelanggaran komitmen yang telah disepakati antara pihak pemesan dan distributor

obat hal ini dikarenakan regulasi yang mengatur sanksi atas pelanggaran

komitmen sangat sulit diterapkan yang mengakibatkan pihak distributor seringkali

membatalkan atas pesanan yang telah disepakati secara sepihak tanpa ada sanksi

tegas yang dikenakan.

Secara keseluruhan variabel regulasi yang tertuang dalam lima pernyataan

mempunyai skor rata-rata sebesar 3,98 termasuk kategori jelas. Hal ini

mengindikasikan bahwa regulasi yang terkait pengelolaan dana kapitasi pada

umumnya sudah jelas.

4.1.4.6.Deksripsi Variabel Penyerapan Anggaran Belanja Dana Kapitasi


(JKN)

Penyerapan Anggaran dalam penelitian ini adalah tanggapan responden

terhadap ukuran seberapa besar anggaran yang telah direalisasikan dibandingkan

dengan pagu anggaran yang telah ditetapkan dan biasanya dinyatakan dalam

bentuk persentase.
96

Tabel. 4.14 Tingkat Penilaian Responden pada Setiap Pernyataan tentang


Penyerapan Anggaran Belanja Dana Kapitasi (JKN)

Skor Rata-rata
ITEM Indikator Kategori
1 2 3 4 5 Skor
Evaluasi kesesuian 0 0 8 78 14 4,06 Sangat Baik
Y.1 rencana dan realisasi
Kesesuaian realisasi 0 6 21 59 14 3,81 Baik
Y.2
pertriwulan
Kesesuain target realisasi 1 3 22 67 7 3,76 Baik
Y.3
anggaran pertahun
Rata-rata 3,88 Baik
Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa skor rata-rata

sebesar 3,88 dengan katagori baik dengan skor terendah berada pada indikator

ketiga yaitu kesesuain target realisasi anggaran pertahun sebesar 3,76 yang

dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa aparatur pengelola dana kapitasi

menyetujui bahwa dalam melakukan realisasi anggaran yang dinyatakan dengan

persentase penyerapan anggaran pengelola dana kapitasi telah sesuai dengan

tingkat penyerapan yang telah ditargetkan hal ini dikarenakan pengelola dana

kapitasi beranggapan realisasi yang dilakukan sudah maksimal sesuai dengan

kemampuan .

Rata-rata skor tertinggi berada pada indikator pernyataan pertama yaitu

Evaluasi kesesuian rencana dan realisasi sebesar 4,06 yang dikategorikan tinggi.

Responden menyetujui bahwa instansi tempatnya bekerja melakukan evaluasi

penyerapan anggaran melalui perbandingan anggaran dan realisasinya.


97

4.1.5. Statistik Inferensial

4.1.5.1. Uji Asumsi Klasik

4.1.5.1.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas untuk membuktikan bahwa residual dari model yang

dihasilkan berdistribusi normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis

lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Jika distribusi data residual adalah normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya

(Ghozali,2013:160). Hasil uji analisis grafik berupa grafik histogram dan normal

probability plot sebagai berikut :

Gambar 4.1. Grafik Histogram dan Normal Probability plot


98

Dengan melihat tampilan baik histogram maupun normal probability plot

diatas, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini memenuhi pola

distribusi normal, tidak mengarah kekiri atau kekanan, selanjutnya dengaan

melihat normal probability plot dapat dilihat data menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Karena uji normalitas dengan menggunakan grafik dapat menyesatkan

apabila tidak hati-hati secara visual terlihat normal, maka pengujian normalitas

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov. Pengujian dengan

menggunakan uji statistic one sample Kolmogrov Smirnov test (K-S). Jika nilai

probabilitas signifikansi K-S lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal

(Ghozali, 2013:163).

Tabel 4.15. Uji Kolmogorov Smirnov


Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.30055235
Most Extreme Absolute .138
Differences Positive .047
Negative -.138
Kolmogorov-Smirnov Z 1.390
Asymp. Sig. (2-tailed) .419
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Output SPSS diolah, 2017

Berdasarkan hasil olahan data yang disajikan pada Tabel 4.15

menunjukkan bahwa nilai Kolmogrov Smirnov (K-S) sebesar 1.390 dengan

signifikansi 0.419 lebih besar dari α = 0.05 (0,419 > 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.


99

4.1.5.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas / independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,

2013:105). Uji Multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

nilai tolerance dan lawannya nilai Variance Inflation Faktor (VIF). Tolerance

mengukur variabelitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan

oleh variabel independen lainnya. Dari hasil analisi dengan menggunakan SPSS

(Statistical Package Sosial Science) forWindows. Apabila nilai tolerance lebih

tinggi dari 0,10 atau nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak

terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali, 2013:105).

Hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF, sebagaima ditunjukkan pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Nilai Tolerance dan VIF

Variabel Collinearity Statistics


Tolerance VIF
Penganggaran (X1) .825 1.211
Kompetensi SDM (X2) .908 1.101
Komitemen Organisasi (X3) .823 1.215
Proses Pengadaan Obat (X4) .979 1.021
Regulasi (X5) .931 1.074
Sumber: Data Output SPSS diolah, 2017

Tabel 4.16 diatas menunjukkan hasil perhitungan tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak

ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 persen. Hasil

perhitungan Variance Inflation Faktor (VIF) juga menunjukkan tidak ada variabel
100

independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, yang berarti tidak ada korelasi

antar variabel Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar

variabel bebas dalam model regresi yang dibentuk.

4.1.5.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu

pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain bersifat tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

Uji heterokendatisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokendatisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu

X adalah residual yang telah di-studentized. Hasil uji heterokendatisitas dapat

dilihat pada gambar scaterploot berikut :

Gambar 4.2. Scaterploot


101

Dari grafik scaterploot pada gambar 4.2. diatas terlihat titik-titik

menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada

sumbu Y. Hasil pengujian tersebut memberikan pembuktian bahwa model

terhindar dari gejala heterokedastisitas dan memberikan jaminan bahwa model

yang dihasilkan akan konsisten.

Karena dengan menggunakan grafik scaterploot memiliki kelemahan

yang disebabkan jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting, maka untuk

lebih meyakinkan bahwa tidak terjadi heterokendatisitas dalam penelitian ini

dilakukan uji Heteroskedastisitas statistik yang akurat yaitu uji Glejser, uji

Glejser yang dilakukan untuk meregresikan nilai absolute residual tehadap

variabel bebas (Ghozali,2013:142).Model regresi dikatakan tidak mengandung

heteroskedasitas apabila tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat nilai absolute residual dengan probabilitas

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5 persen (Ghozali, 2013:143). Adapun

hasil uji Glejser, sebagaimana tersaji melalui tabel 4.17.

Tabel 4.17 Uji Glejser


Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) -.270 1.564 -.173 .863
Penganggaran (X1) -.002 .037 -.006 -.052 .959
Kompentensi SDM (X2) .033 .037 .094 .895 .373
Komitmen Organisasi (X3) .003 .034 .010 .089 .929
Proses Pengadaan Obat (X4) -.032 .028 -.114 -1.129 .262
Regulasi (X5) .057 .049 .121 1.161 .248
a. Dependent Variable: RES2
Sumber : Data Output SPSS diolah, 2017
102

Dari Tabel 4.17 tersebut di atas menunjukkan bahwa tidak ada satupun

variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

absolute residual sebagai variabel dependen, hal ini terlihat dari nilai probabilitas

signifikansinya masing-masing variabel bebas lebih besar dari nilai α 5% (0,05),

sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas.

4.1.6. Pengujian Hipotesis

Setelah hasil asumsi klasik dilakukan dan hasilnya secara keseluruhan

menunjukkan model regresi memenuhi asumsi klasik, maka tahap berikutnya

adalah melakukan evaluasi dan interpretasi model regresi berganda. Hipotesis

yang diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh penganggaran, kompetensi SDM,

komitmen organisasi, proses pengadaan obat dan regulasi terhadap penyerapan

anggaran dana kapitasi program Jaminan kesehatan nasional (JKN) di Kabupaten

Lombok Tengah.

4.1.6.1. Uji Koefisien Determinasi (Uji Statistik R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yan dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).


103

Berdasarkan Hasil pengujian yang dilakukan dengan aplikasi SPSS versi 19

terhadap data hasil penelitian, diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada tabel

berikut:

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji Statistik R2)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .867a .772 .596 1.33061
a. Predictors: (Constant), X5 ,X4, X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Penyerapan Anggaran

Berdasarkan Tabel 4.18 diperoleh nilai R adalah sebesar 0,867 dan R

Square (R2) adalah sebesar 0,772. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan

hubungan variabel penganggaran, kompetensi SDM, komitmen organisasi, proses

pengadaan obat dan regulasi adalah sebesar 86,7%, sementara itu kemampuan

variabel independen menjelaskan variasi pada variabel dependen mencapai 77,2%

atau dapat dikatakan bahwa kemampuan variabel independen dalam memberikan

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen adalah sebesar

77,2%.

Nilai adjusted R2 berdasarkan Tabel 4.18 adalah sebesar 0,596 yang

bernilai positif, hal ini mengindikasikan bahwa pengujian memberikan hasil yang

baik (goodness of fit) dimana kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen adalah sebesar 59,6%, sedangkan sisanya sebesar 40,4%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model yang dibangun pada penelitian

ini.

Karena variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah

lebih dari satu, maka untuk mengevaluasi mana model regresi terbaik digunakan
104

angka adjusted R square. Angka adjusted R square dapat turun ataupun naik jika

ke dalam model dimasukkan satu variabel independen (Ghozali, 2013).

Kelemahan mendasar dari digunakan R square ialah bias terkait jumlah variabel

bebas yang di input ke dalam model. Adanya penambahan satu variabel bebas ke

dalam model walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan,

maka R square pasti meningkat pula.

4.1.6.2. Uji Signifikansi parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh secara

sendiri-sendiri dari masing-masing variabel bebas (independen) pada variabel

terikat yang juga dikenal dengan pengujian secara parsial. Hasil uji t dengan

menggunakan program SPSS versi 19 dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik T

Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)


a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig.
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 1.512 2.574 .588 .558
Penganggaran .391 .054 .727 4.693 .005
Kompetensi SDM .368 .078 .619 3.202 .008
Komitmen Organisasi .331 .049 .670 4.659 .005
Proses Pengadaan obat .138 .041 .309 3.331 .001
Regulasi .175 .075 .230 2.324 .022
a. Dependent Variable: Penyerapan Anggaran
Sumber : Output SPSS 19 (2017)

Berdasarkan tabel 4.19 di atas, dapat dilihat nilai beta (ß) pada setiap

variabel. Seluruh variabel independen bernilai positif, sehingga menghasilkan

persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y =1,512 +0,391 X1 + 0,368 X2 + 0,331 X3 + 0,138 X4 + 0,175 X5 +e


105

Dimana :

Y = Penyerapan anggaran
X1 = Penganggaran
X2 = Kompetensi SDM
X3 = Komitmen Organisasi
X4 = Proses Pengadaan Obat
X5 = Regulasi
Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis dengan tingkat
keyakinan 95% adalah sebagai berikut :
a). Jika signifikansi < 0,05 atau nilai t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak; dan
b). Jika signifikansi > 0,05 atau nilai t-hitung < t-tabel maka H0 diterima.

Berdasarkan tabel 4.19 dapat dijelaskan pengaruh masing-masing variabel


independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
a. Nilai koefisien konstanta sebesar 1,512 menunjukkan bahwa jika variabel

penganggaran, kompetensi SDM, komitmen organisasi, proses pengadaan obat

dan regulasi nilainya adalah sama dengan 0 (nol), maka penyerapan anggaran

(Y) sebesar 1,512.

b. Nilai koefisien regresi variabel penganggaran (X1) adalah 0,391 artinya setiap

perubahan sebanyak satu satuan yang terjadi pada variabel penganggaran (X1)

akan menyebabkan perubahan pada penyerapan anggaran (Y) sebesar 0,391

dengan asumsi variabel lainnya tetap. Sedangkan hasil perhitungan nilai thitung

dan ttabel. Nilai ttabel pada tarif signifikan 5 persen dan df (derajat kebebasan)

n – k = 100-6 = 94 (0,05:94) pengujian satu arah (one tailed) adalah ± 1,671.

Dengan demikian, nilai thitung 4,716 > ttabel 1,671. Hasil pengujian ini

menginterpretasikan bahwa variabel penganggaran berpengaruh positif

signifikan terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi jaminan kesehatan


106

nasional pada taraf signifikansi 5 persen (one tailed) berari H0 ditolak atau

dengan kata lain H1 diterima.

c. Nilai koefisien regresi variabel kompetensi SDM (X2) adalah 0,368 artinya

setiap perubahan sebanyak satu satuan yang terjadi pada variabel kompetensi

SDM (X2) akan menyebabkan perubahan pada penyerapan anggaran (Y)

sebesar 0,368 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Sedangkan hasil

perhitungan nilai thitung dan ttabel. Nilai ttabel pada tarif signifikan 5 persen dan df

(derajat kebebasan) n – k = 100-6 = 94 (0,05:94) pengujian satu arah (one

tailed) adalah ± 1,671. Dengan demikian, nilai thitung 3,062 > ttabel 1,671. Hasil

pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel kompetensi SDM

berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional pada taraf signifikansi 5 persen (one tailed) atau

dengan kata lain H2 diterima.

d. Nilai koefisien regresi variabel komitmen organisasi (X3) adalah 0,331 artinya

setiap perubahan sebanyak satu satuan yang terjadi pada variabel komitmen

organisasi (X3) akan menyebabkan perubahan pada penyerapan anggaran (Y)

sebesar 0,331 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Sedangkan hasil

perhitungan nilai thitung dan ttabel. Nilai ttabel pada tarif signifikan 5 persen dan df

(derajat kebebasan) n – k = 100-6 = 94 (0,05:94) pengujian satu arah (one

tailed) adalah ± 1,671. Dengan demikian, nilai thitung 4,659 > ttabel 1,671. Hasil

pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel komitmen organisasi

berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi


107

jaminan kesehatan nasional pada taraf signifikansi 5 persen (one tailed) atau

dengan kata lain H3 diterima.

e. Nilai koefisien regresi variabel proses pengadaan obat (X4) adalah 0,138

artinya setiap perubahan sebanyak satu satuan yang terjadi pada variabel proses

pengadaan obat (X4) akan menyebabkan perubahan pada penyerapan anggaran

(Y) sebesar 0,138 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Sedangkan hasil

perhitungan nilai thitung dan ttabel. Nilai ttabel pada tarif signifikan 5 persen dan df

(derajat kebebasan) n – k = 100-6 = 94 (0,05:94) pengujian satu arah (one

tailed) adalah ± 1,671. Dengan demikian, nilai thitung 5,294 > ttabel 1,671. Hasil

pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel proses pengadaan obat

berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional pada taraf signifikansi 5 persen (one tailed) atau

dengan kata lain H4 diterima.

f. Nilai koefisien regresi variabel Regulasi (X5) adalah 0,175 artinya setiap

perubahan sebanyak satu satuan yang terjadi pada variabel regulasi (X5) akan

menyebabkan perubahan pada penyerapan anggaran (Y) sebesar 0,190 dengan

asumsi variabel lainnya tetap. Sedangkan hasil perhitungan nilai thitung dan ttabel.

Nilai ttabel pada tarif signifikan 5 persen dan df (derajat kebebasan) n – k =

100-6 = 94 (0,05:94) pengujian satu arah (one tailed) adalah ± 1,671. Dengan

demikian, nilai thitung 2,603 > ttabel 1,671. Hasil pengujian ini

menginterpretasikan bahwa variabel regulasi berpengaruh positif signifikan

terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada

taraf signifikansi 5 persen (one tailed) atau dengan kata lain H5 diterima.
108

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diatas, berikut disajikan

rangkuman uji hipotesis sebagai berikut:

Tabel 4.20 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Analisis
Kode Hipotesis Arah Sig thitung Ttabel Hasil
Koefisien
H1 Penganggaran Positif .005 4.693 1.671 Diterima
berpengaruh
positif terhadap
penyerapan Dana
Kapitasi
H2 Kompetensi
Sumber Daya
Manusia Positif .008 3.202 1.671 Diterima
berpengaruh
positif terhadap
Penyerapan Dana
H3 Komitmen
Organisasi
berpengaruh Positif .005 4.659 1.671 Diterima
positif terhadap
penyerapan Dana
Kapitasi
H4 Proses Pengadaan Positif .001 3.331 1.671 Diterima
Obat berpengaruh
positif terhadap
penyerapan Dana
Kapitasi
H5 Regulasi Positif .022 2.324 1.671 Diterima
berpengaruh
positif terhadap
penyerapan Dana
Kapitasi Nasional
Sumber: data diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa:

a. Hipotesis ke-1 diterima artinya penganggaran berpengaruh positif terhadap

penyerapan anggaran dana kapitasi pada Puskesmas di Kabupaten Lombok


109

Tengah. Apabila penganggaran sesuai dengan kebutuhan maka penyerapan

anggaran dana kapitasi juga akan meningkat.

b. Hipotesis ke-2 diterima artinya kompetensi sumber daya manusia

pengelola dana kapitasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran

dana kapitasi pada Puskesmas. Semakin baik kompetensi pengelola dana

kapitasi maka penyerapan dana kapitasi akan semakin meningkat.

c. Hipotesis ke-3 diterima artinya komitmen organisasi berpengaruh positif

terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi pada Puskesmas. Semakin

tinggi komitmen maka penyerapan dana kapitasi akan semakin meningkat.

d. Hipotesis ke-4 diterima artinya Proses pengadaan obat berpengaruh positif

terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi pada Puskesmas. Semakin

mudah proses pengadaan obat maka penyerapan dana kapitasi akan

semakin meningkat.

e. Hipotesis ke-5 diterima artinya Regulasi berpengaruh positif terhadap

penyerapan anggaran dana kapitasi pada Puskesmas. Semakin sesuai

regulasi yang mengatur pengelolaan dana kapitasi maka penyerapan dana

kapitasi akan semakin meningkat.

4.2. Pembahasan

Penyerapan anggaran merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

melakukan evaluasi kinerja atas aspek implementasi. Meskipun persentase

serapan anggaran tidak diatur dalam Undang-Undang namun pada saat akhir

tahun anggaran Instansi Pemerintah berusaha menyerap anggaran hingga seratus

persen agar tidak dianggap memiliki kinerja yang buruk. Kegagalan target
110

penyerapan anggaran mengakibatkan hilangnya manfaat belanja, karena tidak

semua dana dapat dimanfaatkan.

Penelitian ini menguji pengaruh dari penganggaran, kompetensi SDM,

komitemen organisasi, proses pengadaan obat dan regulasi terhadap penyerapan

anggaran dana kapitasi program jaminan kesehatan nasional (JKN) pada

Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah. Sebelum dilakukan analisis regresi

linear berganda terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas, serta uji

normalitas dan asumsi klasik yang berguna menjamin bahwa di dalam model yang

digunakan tidak ditemui adanya gejala ketidaknormalan data, multikoliniearitas

dan heteroskedastisitas. Secara keseluruhan, hasil pengujian signifikansi terhadap

hipotesis dengan menggunakan regresi berganda akan dibahas hasil perhitungan

yang telah dilakukan.

4.2.1 Pengaruh Penganggaran Terhadap Penyerapan Anggaran Dana


Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

Anggaran merupakan berwujudan suatu rencana keuangan yang disusun

secara sistematis dan akuntabel terhadap alokasi sumber daya manusia, material,

dan sumber daya lainnya sedangkan penganggaran merupakan proses atau metode

untuk mempersiapkan suatu anggaran yang merupakan estimasi kinerja yang

hendak dicapai dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial

(Mardiasmo,2005). Selain sebagai alat ukur dan pertanggung jawaban kinerja

pemerintah, sistem penganggaran yang dikembangkan oleh pemerintah berfungsi

sebagai pengendali keuangan, rencana manajemen, prioritas penggunaan dana dan

pertanggung jawaban kepada publik. Perencanaan anggaran merupakan salah satu

faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap kesulitan lainnya dalam


111

penyerapan anggaran (Ministry of Finance, Planning and Economic Development

of Uganda, 2011).

Besar kecilnya tingkat penyerapan belanja daerah dalam mendanai

pelayanan publik sangat dipengaruhi oleh proses perencanaan anggaran.

Perencanaan anggaran memberi kontribusi besar terhadap penyerapan anggaran,

sehingga semakin baik perencanaan anggaran akan semakin baik penyerapan

anggaran ( Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2013)

Proses mengalokasikan anggaran yang bersumber dari dana kapitasi

merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh kepala puskesmas. Dalam

proses penganggaran dilakukan dengan mengacu pada kebijakan yang telah dibuat

oleh Dinas Kesehatan berupa penentuan persentase pada belanja operasional yang

jenis alokasinya mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 19 tahun

2014 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun

2016.

Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa penganggaran berpengaruh

positif terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi. Dengan kata lain

semakin baik penganggaran dilakukan, maka penyerapan anggaran akan semakin

baik. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa pada variabel

penganggaran nilai nilai thitung4,716 > ttabel1,671 sehingga variabel penganggaran

berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi atau dengan kata

lain H1 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penganggaran

memilki pengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran. Hal ini berarti
112

semakin baik proses pengalokasian anggaran dilakukan akan semakin

mendukung tingkat penyerapan anggaran.

Hasil penelitian ini berdasarkan jawaban terbanyak responden

menunjukkan bahwa skor rata-rata jawaban responden untuk variabel

penganggaran masuk dalam kategori baik sehingga dapat diartikan bahwa

pernyataan rata-rata responden berpendapat proses perencanaan anggaran dana

kapitasi telah dilakukan sesuai prosedur dengan baik. Penganggaran dana kapitasi

telah sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 32 tahun 2014 dimana kepala

puskesmas sebagai penanggung jawab pengelolaan dana kapitasi telah menyusun

rencana kegiatan dan anggaran (RKA) yang digunakan sebagai usulan dalam

menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan.

Penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja dana kapitasi telah

mengacu pada Peraturan menteri kesehatan nomor 19 tahun 2014 yang telah

diubah menjadi Permenkes 21 tahun 2016 dan Peraturan Bupati Kabupaten

Lombok Tengah yang mengatur jumlah dan jenis alokasi belanja digunakan

sebagai bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran.

Pada sisi lain berdasarkan data tambahan yang diperoleh dari jawaban

responden, peneliti masih menemukan adanya aparatur pengelola dana kapitasi

yang mengalami kesulitan dalam penganggaran belanja operasional sesuai

kebutuhan Puskesmas karena adanya kebijakan yang diambil dinas kesehatan

dengan melakukan penentuan jumlah persentase pada masing-masing belanja

bantuan operasional tanpa didukung dengan data penunjang kebutuhan atau

rencana kebutuhan pada masing-masing puskesmas hal ini mengakibatkan


113

penganggaran pada belanja obat belanja obat melebihi rencana kebutuhan obat

yang telah dibuat dan hal ini menjadi salah satu penyebab penyerapan anggaran

yang tidak maksimal.

Anggaran yang diusulkan lebih besar dari yang dibutuhkan tanpa

memperhatikan kebutuhan riil di lapangan dan kemudahan dalam

implementasinya mengakibatkan rendahnya penyerapan anggaran (Yunarto, 2011)

Jika realisasi anggaran belanja obat disesuaikan dengan anggaran belanja obat

yang mendominasi dengan persentase tertinggi pada belanja operasional yang

melebihi rencana kebutuhan obat setiap tahunnya dikhawatirkan persediaan obat

yang tersedia akan melebihi kebutuhan dan mengakibatkan obat menjadi

kadaluarsa dan tingkat kesulitan dalam merealisasikan belanja obat karena

menggunakan katalog elektronik merupakan penyebab rendahnya penyerapan

anggaran.

Pengalokasian anggaran kurang mengakomodasi kebutuhan puskesmas

terutama untuk pembelian mebeluair dan rehabilitasi ringan terhadap kondisi fisik

puskesmas yang kurang memadai (BPKP,2014) sehingga mempengaruhi kualitas

pelayanan puskesmas dan kenyamanan kepada masyarakat sebagai pelanggan, hal

tersebut dikarenakan persentase anggaran yang ada selain belanja obat, alkes dan

bahan medis habis pakai jumlahnya relatif kecil yang harus dialokasikan pada

berbagai jenis belanja dan anggaran untuk rehab ringan baru dapat dianggarkan

setelah turunnya Permenkes 21 tahun 2016 yang ditetapkan pada bulan Mei 2016.

Perencanaan anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengakibatkan

rendahnya penyerapan anggaran, anggaran yang diusulkan lebih besar dari yang
114

dibutuhkan tanpa memperhatikan kebutuhan riil dilapangan dan kemudahan

dalam implementasinya (Yunarto, 2011).

Penelitian ini mendukung teori penetapan tujuan yang menyatakan adanya

hubungan antara penetapan tujuan dengan kinerja. Sasaran yang sederhana untuk

anggota organisasi tidak mengakibatkan komitmen mereka, namun jika sasaran

sulit untuk dilakukan maka metode untuk mendapatkan penerimaan adalah

membiarkan anggota organisasi berpartisipasi dalam proses penentuan sasaran,

dengan kata lain partisipasi dalam proses akan meningkatkan komitmen,

partisipasi membantu anggota mengerti dengan baik sasaran itu. Bandura (1997)

dalam Lunenburg (2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan variabel penganggaran

berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi mendukung dan

memperkuat teori penetapan tujuan karena dapat membuktikan bahwa proses

penetapan anggaran yang merupakan sasaran yang ingin dicapai dapat diterima

dan dicapai jika dalam proses penentuan tujuan melibatkan puskesmas dengan

mengakomodir usulan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dan didukung data

pendukung yang lengkap sehingga puskesmas akan lebih berkomitmen terhadap

sasaran yang ditetapkan dan dapat meningkatkan penyerapan anggaran.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Malahayati (2015) yang menemukan bahwa perencanaan angaran berpengaruh

terdapah serapan anggaran dan penelitian Subagio (2015) yang menghasilkan

kesimpulan bahwa perencanaan anggaran yang kurang matang sering

menyebabkan anggaran harus direvisi sehingga berakibat proses penyerapan


115

anggaran terhambat. Penelitian Herryanto (2012), Priatno dan Khusaini (2012)

yang hasilnya penelitiannya menunjukkan bahwa penganggaran berpengaruh

signifikan positif terhadap penyerapan anggaran yang berarti semakin baik

penganggaran dilakukan maka penyerapan anggaran akan semakin meningkat.

4.2.2 Pengaruh Kompetensi SDM Terhadap Penyerapan Anggaran Dana


Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

Kompetensi merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan

yang diberikan kepadanya berdasarkan keahlian, pengetahuan, serta perilaku kerja

yang dituntut oleh pekerjaan tersebut untuk melakukan tugas dan tanggung jawab

mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas professional dalam

pekerjaan (Wibowo, 2007).

Dalam pelaksanaan anggaran sumber daya manusia yang andal merupakan

faktor penentu kesuksesan, kebutuhan atas personel yang memahami akuntansi

menjadi suatu keharusan dan menjadi prioritas utama dalam pengelolaan

keuangan (Yuwono, 2014:484). Pengelolaan dana kapitasi yang dilakukan oleh

Puskesmas secara langsung mulai dari perencanaan, penatausahaan dan pelaporan

sehingga puskesmas perlu menyiapkan sumber daya manusia yang memilki

kompetensi dalam menjalankan tugas tersebut.

Hipotesis kedua kompetensi SDM berpengaruh positif terhadap

penyerapan anggaran belanja dana kapitasi. Dengan kata lain semakin baik

kompetensi SDM yang dimiliki pengelola dana kapitasi maka semakin tinggi

anggaran dana kapitasi yang dapat direalisasikan.

Pada hasil olah data dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi

yang dimiliki oleh SDM pengelola dana kapitasi pada puskemas akan
116

meningkatkan penyerapan anggaran belanja dana kapitasi jaminan kesehatan

nasional. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai thitung 3,062 > ttabel 1,671dan

nilai signifikansi sebesar 0,008 (0,008<0,05). Hasil pengujian ini

menginterpretasikan bahwa variabel kompetensi SDM berpengaruh positif

signifikan terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi jaminan kesehatan

nasional atau dengan kata lain H2 diterima, semakin baik kompetensi SDM yang

dimiliki pengelola dana kapitasi maka semakin tinggi anggaran dana kapitasi yang

dapat direalisasikan.

Hasil ini didukung dengan jawaban rata-rata responden pada indikator

pengetahuan yang menunjukkan bahwa responden dalam hal ini pengelola dana

kapitasi hampir seluruhnya menyatakan belum memilki pengetahuan akuntansi

yang memadai terutama bagi bendahara yang memiliki peran yang sangat penting

dalam proses merealisasikan anggaran yang telah dialokasikan hal ini dikarenakan

hampir seluruh pengelola dana kapitasi bukan berasal dari latar belakang

pendidikan ekonomi namun berlatar belakang pendidikan kesehatan yang belum

memiliki pengetahuan akuntansi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Teori penetapan tujuan yang

mengungkapkan bahwa individu yang diberi tujuan spesifik dan sulit tapi dapat

dicapai memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang

menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik atau tidak ada tujuan sama

sekali namun pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki kemampuan

yang cukup dalam menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan balik

yang berkaitan dengan kinerja Locke dan Latham (1990) dalam Bandura (2011)
117

Tujuan pengelolaan dana kapitasi secara spesifik telah ditetapkan pada

Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang disusun berdasarkan Rencana Kerja dan

Anggaran Kendala merupakan target kinerja yang harus direalisasikan, hal ini

merupakan target yang sulit bagi pengelola dana kapitasi yang memiliki

perbedaan antara latar belakang pendidikan yang dimiliki dengan pekerjaannya

namun hal tersebut akan dapat dicapai dengan adanya pengalaman dan bimbingan

dalam pengelolaan dana kapitasi melalui pelatihan atau bimbingan teknis yang

menunjang kemampuan pengelola dana kapitasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yumiati et. a.l (2016), Arthana et a.l (2016), Malahayati (2015), Herryanto (2012)

yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi SDM berpengaruh

signifikansi positif terhadap penyerapan anggaran, maka semakin baik kompetensi

yang dimiliki oleh pengelola keuangan akan meningkatkan penyerapan anggaran .

4.2.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Penyerapan Anggaran

Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

Menurut teori penetapan tujuan pegawai yang didukung dengan komitmen

yang tinggi terhadap organisasi akan lebih mementingkan kepentingan organisasi

dari pada kepentingan pribadi. Komitmen organisasi dapat berfungsi sebagai alat

bantu psikologis bagi pegawai untuk melakukan pekerjaannya sehingga dapat

mencapai hasil yang diiginkan (Wentzel, 2002). Komitmen organisasi dapat

mempengaruhi kinerja pegawai, oleh karena itu komitmen dapat mempengaruhi

penyerapan anggaran (Juliani, 2014).


118

Komitmen organisasi mendorong pegawai untuk berusaha mencapai target

anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi sehingga

berimplikasi pada pencapaian serapan anggaran. Pegawai yang berkomitmen

tinggi berusaha keras untuk mencapainya, menempatkan kepentingan organisasi

diatas kepentingan pribadi dan mendukung sepenuhnya nilai dan sasaran yang

ingin dicapai organisasi.

Anggaran merupakan komitmen atau kesanggupan manajemen yang

berarti para manajer setuju menerima tanggung jawab untuk mencapai target yang

ditetapkan dalam anggaran (Halim dan Kusufi, 2012). Anggaran dana kapitasi

yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang dibuat

berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran yang disusun oleh Puskesmas

merupakan bentuk kesanggupan manajer untuk mencapai target yang telah

ditetapkan.

Anggaran dana kapitasi yang terdiri dari belanja jasa pelayanan dan dana

bantuan operasional kesehatan sebagai dukungan di Puskesmas ditujukan untuk

membantu membiayai berbagai upaya kesehatan. Besaran pembayaran per-bulan

yang dibayar dimuka kepada FKTP/Puskesmas berdasarkan jumlah peserta yang

terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang

diberikan memerlukan komitmen yang tinggi dari para pengelola dalam

merealisasikan anggaran dengan meningkatkan pelayanan yang salah satunya

dapat dilihat dengan terealisasinya anggaran operasional yang dianggarkan untuk

mendukung pelayanan kepada masyarakat yang didukung dengan ketersediaan


119

obat-obatan, sarana dan prasarana dan kegiatan preventif, promotif dan

rehabilitatif yang juga menjadi sasaran penyaluran dana kapitasi.

Hipotesis ketiga (H3) yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa

komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran belanja

dana kapitasi jaminan kesehatan nasional. Hal ini dapat diartikan dengan kata lain

semakin tinggi komitmen organisasi maka semakin tinggi penyerapan anggaran

belanja dana kapitasi jaminan kesehatan nasional.

Pada hasil olah data menunjukkan nilai thitung 4,659 > ttabel 1,671 dan nilai

signifikan sebesar 0,005 lebih kecil dari nilai α 0,05 (0,005 <. 0,05). Hasil

pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel komitmen organisasi

berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran pada dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional pada taraf signifikansi 5 persen (one tailed) atau

dengan kata lain H3 diterima.

Hasil penelitian berdasarkan jawaban terbanyak responden menunjukkan

skor rata-rata jawaban responden berada pada kategori tinggi dikarenakan adanya

pendapatan jasa yang lebih besar pada pengelola dana kapitasi, hal ini juga dapat

ditunjukkan pada rata-rata tertinggi pada indikator komitmen kontinuan yang

menunjukkan pengelola cenderung berkomitmen pada organisasi karena faktor

financial yang diperoleh.

Hal ini terbukti dengan fakta dilapangan dimana pengelola dana kapitasi

yang memiliki keterbatasan dalam bidang pengelolaan keuangan dikarenakan latar

belakang dominan berasal dari tenaga kesehatan, namun selalu berusaha agar

dapat mengelola dana kapitasi yang dimulai dari proses penganggaran hingga
120

merealisasikan dengan didukungan oleh bukti-bukti pengeluaran hingga

menyampaikan laporan terkait pengelolaan dana kapitasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori penetapan tujuan menyatakan

bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran

dapat dipandang sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh individu. Jika seorang

individu berkomitmen dengan sasaran tertentu, maka hal ini akan mempengaruhi

tindakannya dan konsekuensi kinerjanya (Locke and Latham, 2013). Dengan

demikian individu yang berkomitmen pada tugas pokok dan fungsinya akan

membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yumiati

(2016), Arthana (2016) dan Juliani (2014) yang hasilnya menunjukkan bahwa

komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap penyerapan

anggaran.

4.2.4 Pengaruh Proses Pengadaan Obat Terhadap Penyerapan Anggaran


Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

Implementasi dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014

tentang pengadaan obat pada puskesmas dengan melalui katalog elektronik, maka

belanja obat yang bersumber dana kapitasi dilakukan dengan e-Purchasing

melalui e-Catalogue.

Katalog elektonik obat (E-Catalogue) yang telah disusun berdasarkan

rencana kebutuhan obat (RKO) tingkat nasional dan harga perkiraan sendiri (HPS)

yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penyusunan catalog

elektronik dilakukan melalui proses lelang dan negosiasi yang dilaksanakan oleh
121

lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa (LKPP) untuk mencapai

kesepakatan harga untuk penyediaan obat dengan kuantitas tertentu, di propinsi

tertentu, baik melalui mekanisme lelang maupun negosiasi, yang telah dibuat

kontrak payung yang menjadi dasar penayangan katalog elektronik. Dalam proses

pengadaan obat JKN dengan sistem online yang transparan dengan harapan

puskesmas dapat melakukan pengadaan obat JKN secara mudah, karena harga

obat dalam e-catalogue lebih murah dibanding harga regular e-catalogue tersebut

langsung dimanfaatkan untuk e-Purchasing.

Dalam melakukan pembelian obat melalui proses E-purchasing tidak dapat

dilakukan langsung oleh Puskesmas yang melakukan perencanaan atas belanja

obat namun dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang telah

ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan yang berjumlah satu orang untuk seluruh

jenis pengadaan pada Dinas Kesehatan

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

berhak melalukan pemesanan secara online terhadap obat yang telah dibuat

rekapitulasi atas kebutuhan pada seluruh puskesmas kepada perusahaan farmasi

pemenang dalam catalog elektronik. Perusahaan tersebut harus segera menyatakan

apakah mampu memenuhinya pesanan yang diajukan, jika tidak sanggup

perusahaan farmasi harus memberikan penjelasan yan dapat diterima. Jika

sanggup memenuhi pesanan pemenang lelang memberikan laporan kesediaan

untuk selanjutnya dibuat kontrak antara pihak pemesan dan perusahaan farmasi

pemenang lelang untuk pengiriman obat. Namun apabila menolak maka PPK

wajib melakukan pengadaan dengan cara lain sesuai peraturan dalam pengadaan
122

barang/jasa (Permenkes 48 Tahun 2014). Faktor pengadaan barang dan jasa

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan anggaran, faktor

pengadaan barang dan jasa yang buruk mempunyai kecenderungan memperlambat

penyerapan anggaran (Priatno dan Khusaini, 2012)

Hipotesis keempat (H4) menyatakan bahwa proses pengadaan obat

menggunakan katalog elektronik berpengaruh positif terhadap penyerapan

anggaran belanja dana kapitasi jaminan kesehatan nasional. Dengan kata lain

semakin baik proses pengadaan obat maka semakin tinggi penyerapan anggaran

belanja dana kapitasi jaminan kesehatan nasional.

Pada hasil pengolahan data menunjukkan nilai thitung 5,294 > ttabel 1,671

dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (0,001<0,05), hasil pengujian ini

menginterpretasikan bahwa variabel proses pengadaan obat berpengaruh positif

signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi jaminan kesehatan

nasional pada taraf signifikansi 5 persen (one tailed) atau dengan kata lain H4

diterima.

Hasil penelitian berdasarkan jawaban responden menunjukkan bahwa skor

rata-rata variabel proses pengadaan obat sebesar 3,53 yang dikategorikan

baik.Namun jika dilihat dari tujuh indikator yang digunakan terdapat dua indikator

dari pernyataan responden terdapat pernyataan kurang baik dalam proses

pengadaan obat hal ini dikarenakan dalam melakukan proses pengadaan obat

puskesmas pengelola dana kapitasi ataupun pihak lain di puskesmas tidak dapat

melakukan pemesanan/ pengadaan secara langsung namun harus dilakukan oleh


123

Pejabat Pembuat Komitmen yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

untuk melakukan pengadaan atas obat.

Fakta dilapangan keterbatasan jumlah PPK yang hanya berjumlah satu

orang untuk menangani seluruh jenis pengadaan pada dinas kesehatan tidak dapat

dilakukan pada awal tahun anggaran terkendala tidak mudah menunjuk Pejabat

pembuat komitmen (PPK) karena adanya persyaratan kompetensi khusus yang

harus dimiliki dan kehati-hatian dalam menerima tugas sebagai PPK dikarenakan

banyaknya pejabat pengadaan pada dinas kesehatan yang masih tersangkut kasus

hukum, hal ini mengakibatkan pelaksanaan pengadaan terlambat dilakukan.

Berdasarkan penyataan responden juga diperoleh jawaban bahwa dengan

waktu pemesanan obat yang dilakukan tidak pada awal tahun dengan

menngunakan sistem katalog elektronik (E-Catalogue) mengakibatkan jumlah

pemesan pada distributor yang telah ditunjuk oleh perusahaan farmasi pemenang

lelang tentunya sudah tidak sedikit sehingga industri farmasi terlambat

memberikan jawaban terkait ketidaksanggupan atas pemenuhan pesanan yang

telah dilakukan dengan alasan kosongnya ketersediaan obat dan tidak mampu

untuk memproduksi kembali karean keterbatasan bahan baku, jawaban atas

penolakan yang diterima mendekati akhir tahun anggaran mengakibatkan PPK

tidak mampu untuk melakukan proses pengadaan dengan cara non katalog atau

sistem pembelian lain yang memerlukan proses pengadaan yang tidak singkat

dikarenakan keterbatasan waktu.

Hal lain yang menjadi kelemahan dalam proses pengadaan obat yaitu

pedagang besar farmasi yang telah menyatakan kesanggupan dalam pemenuhan


124

pesanan pada akhirnya tidak memenuhi kesepakatan yang telah dibuat, namun

selama ini tidak ada sanksi yang tegas atas pembatalan kesepakatan tersebut

dikarenakan dokumen kontrak baru ditandatangani pada saat barang telah diterima

oleh pihak pemesan / pejabat pembuat komitmen.

Hasil penelitian ini mengungkap bahwa jika semakin baik proses pengadaan

obat dilakukan maka semakin tinggi anggaran belanja dana kapitasi yang dapat

diserap, hal ini sejalan dengan teori Implementasi Kebijakan Edward III bahwa

implementasi kebijakan dipengaruhi oleh variabel sumber daya dalam hal ini

keterbatasan sumber daya manusia berupa Pejabat Pembuat Komitmen yang

memilki keahlian dan spesifikasi khusus yang dapat melakukan pengadaan serta

faktor komunikasi yang dijalin antara puskesmas dengan pejabat pembuat

komitmen sebagai personal yang memiliki kewenangan dalam melakukan

pemesanan obat, begitu pula antara pejabat pembuat komitmen dengan pihak

pedagang besar farmasi sebagai penyedia .

Hasil penelitian ini juga mendukung teori kedisplinan eksekusi dimana telah

terjadi kesenjangan eksekusi (execution gap) dalam pengadaan obat dimana pihak

puskesmas sebagai pembuat rencana atas pengadaan obat tidak memiliki

kemampuan untuk melakukan pembelian, hal ini dikarenakan pembelian obat

dengan menggunakan catalog elektronik harus melalui pembelian secara e-

purchasing yang dilaksanakan oleh pejabat pembuat komitmen/PPK sebagai

pihak yang memperoleh disposisi dari kepala dinas kesehatan sebagai pelaku

kebijakan.
125

Penunjukan pejabat pengadaan obat tidak berada langsung pada masing-

masing puskesmas melainkan berada pada dinas kesehatan tidak merasakan

langsung dampak dan bertanggung jawab atas perkembangan tujuan yang mereka

akan capai, hal ini dikarenakan tanggung jawab terbesar apabila terjadi

kekosongan obat yang mengakibatkan terganggunya pelayanan berada pada

kepala puskesmas dan petugas kesehatan yang terlibat langsung dalam pelayanan

kepada masyarakat.

Menurut konsep disiplin eksekusi maka pertama, pejabat pengadaan harus

fokus pada pengadaan obat (wildly important goal) dikarenakan pelayanan kuratif

berupa pelayanan untuk penyembuhan penyakit dengan didukung ketersediaan

obat merupakan tujuan utama pada puskesmas. Pejabat pengadaan harus memiliki

komitmen dengan mengukur pencapaian realisasi obat (Lead measure) dengan

tingkat kunjungan pasien atau ketersediaan obat yang harus ada pada puskesmas.

Pejabat pengadaan harus memberikan laporan terkait pengadaan obat sehingga

dapat diambil tindakan dengan segera apabila usaha pencapain tersebut

mengalami kendala.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitain yang dilakukan oleh

Damayanti (2012) dalam proses e-Procurement perlu adanya peningkatan

kerjasama dari semua pihak dalam pekanisme proses dan pengawasan serta

penyediaan sarana dan prasana tehnologi yang menunjang. Kuncoro (2013),

Siswanto dan Rayahu (2011) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proses

pengadaan berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran. Hasil Penelitian

kualitatif Undap (2017) yang menghasilkan bahwa penyerapan dana kapitasi


126

yang rendah disebabkan yang oleh proses pengadaan obat yang dilaksanakan

melalui Dinas Kesehatan yang terhambat karena melalui mekanisme pengadaan e-

catalogue.

4.2.5 Pengaruh Regulasi Terhadap Penyerapan Anggaran Dana Kapitasi


Jaminan Kesehatan Nasional

Kebijakan Publik merupakan Keputusan yang dibuat oleh Pemerintah atau

Lembaga Pemerintah untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan

kegiatan tertentu atau mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan

kepentingan dan manfaat orang banyak. Regulasi merupakan bagian dari

kebijakan Pemerintah yang telah terkodifikasi secara formal yang harus dijalankan

dan dipatuhi dalam pengelolaan organisasi yang mempunyai sifat mengatur dalam

bidang tertentu.

Menurut Subarsono (2005:3) kebijakan publik dapat berupa undang-

undang, peraturan pemerintah, peraturan pemerintah provinsi/kota/kabupaten dan

keputusan walikota/bupati. Kebijakan publik merupakan sistem yang yang terdiri

dari kebijakan, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan yang saling memiliki

andil dan saling mempengaruhi.

Hipotesis kelima (H5) yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa

regulasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional. Dengan kata lain semakin sesuai dan jelas regulasi

yang berlaku maka semakin tinggi penyerapan anggaran belanja dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional.

Pada hasil olah data menunjukkan nilai thitung 2,603 > ttabel 1,671. Hasil

pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel regulasi berpengaruh positif


127

terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada

taraf signifikansi 5 persen (one tailed) atau dengan kata lain H5 diterima.

Berdasarkan pernyataan responden menunjukkan bahwa skor rata-rata

jawaban responden untuk variabel Regulasi (X5) sebesar 3,98 yang dikategorikan

sesuai hal ini sesuai dengan fakta dilapangan menunjukkan bahwa regulasi yang

berlaku saat ini telah sesuai dengan kebutuhan dalam pengelolaan dana kapitasi.

Dari hasil pernyataan responden menunjukkan bahwa perubahan regulasi

yang mengatur alokasi penggunaan terlambat ditetapkan dan kurangnya kesiapan

dalam melaksanakan regulasi , hal ini dikarenakan regulasi awal yang mengatur

pengalokasian jenis belanja yang diatur Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) Nomor 19 Tahun 2014 menurut temuan KPK belum mengakomodasi

kebutuhan Puskesmas, dikarenakan dalam regulasi tersebut kebutuhan puskesmas

untuk jenis belanja pengadaan mebeluair dan rehab puskesmas tidak dapat

dianggarkan dan pada regulasi tersebut juga tidak diatur tentang penggunaan saldo

dana kapitasi sehingga Kepala Puskesmas tidak dapat melakukan upaya

pengalokasi terhadap saldo dana yang jumlahnya cukup besar. Kedua masalah

tersebut baru dapat terjawab setelah keluar Permenkes 21 Tahun 2016 yang

berlaku pada bulan Mei sehingga Kepala Puskesmas harus melakukan

penyesuaian terhadap alokasi anggaran yang telah dibuat pada proses perubahan

anggaran, sehingga untuk kegiatan yang memerlukan waktu pelaksanaan yang

lama tidak dapat direalisasikan hal ini juga dikarena Dokumen Pelaksanaan

Anggaran Perubahan yang terlambat diterima.


128

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori implementasi kebijakan Edward III

yang menyatakan bahwa dalam proses implementasikan kebijakan dimana dalam

mengimplementasikan perubahan regulasi permenkes 19 tahun 2014 menjadi

permenkes 21 tahun 2016 yang mengatur jenis belanja operasional yang boleh

harus dianggarkan dan tata cara penganggaran saldo dana kapitasi dalam

implementasinya dipengaruhi sistem operasional dan prosedur dalam melakukan

perubahan anggaran yang memerlukan waktu yang tidak singkat dan proses

realisasi atas anggaran perubahan berupa rehab fisik yang memerlukan proses

pengadaan yang cukup lama dan jumlah sumber daya pejabat pembuat komitmen

yang hanya berjumlah satu orang untuk melakukan seluruh pengadaan pada dinas

kesehatan dan 25 puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Undap

(2017) yang menyatakan pengelolaan dana kapitasi yang tidak sesuai dengan

regulasi menjadi penyebab penyerapan anggaran sangat rendah dan penelitian

Supiatin (2012) , namun tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rifai et a.l (2016) yang hasilnya menjukkan bahwa regulasi tidak berpengaruh

positif terhadap penyerapan anggaran.

4.3. Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berhasil membuktikan secara empiris adanya

pengaruh positif penganggaran, kompetensi sdm, komitmen organisasi, proses

pengadaan obat dan regulasi terhadap penyerapan anggaran dana kapitasi pada

Puskesmas di kabupaten Lombok Tengah. Hasil penelitian ini memberikan

implikasi baik secara teoritis, praktis, dan kebijakan yang akan diuraikan sebagai

berikut :
129

1. Implikasi teoritis dalam penelitian ini mendukung dan memperkuat teori

penetapan tujuan (goal setting theory) yang berkaitan dengan

penganggaran yang merupakan proses penetapan tujuan yang merupakan

estimasi kinerja yang akan dicapai yang dinyatakan dalam bentuk

finansial, tujuan yag ditetapkan secara bersama-sama maka sasaran yang

sulit akan diterima karena individu lebih berkomitmen pada pilihan

dimana mereka turut serta menjadi bagian dari proses penetapan tersebut

dan tujuan individu menentukan seberapa besar usaha yang akan

dilakukannya, semakin tinggi komitmen karyawan terhadap tujuan akan

mendorong karyawan tersebut untuk melakukan usaha keras dalam

mencapai tujuan. Hasil penelitian ini juga relevan dengan teori

implementasi kebijakan publik yang dinyatakan oleh Edward III (1980)

dimana dalam proses pengadaan obat menggunakan katalog elektronik

yang merupakan implementasi dari peraturan menteri kesehatan perlu

didukung oleh faktor sumber daya manusia berupa jumlah Pejabat

Pembuat Komitmen yang hanya berjumlah satu orang sehingga mengalami

hambatan dalam proses pemesanan dengan cepat sehingga proses

komunikasi yang mudah dan cepat diantara pihak pemesan dan penyedia

tidak berjalan lancer, hal ini mempengaruhi tingkat realisasi belanja obat

dan faktor disposisi berupa kemauan keinginan dan kecenderungan pelaku

kebijakan dalam hal ini keterbatasan jumlah pejabat pembuat komitmen

sebagai pelaku kebijakan dikarenakan tidak sesuainya antara insentif dan

tanggungjawab/resiko.Selain itu hasil penelitian ini juga relevan dengan


130

konsep disiplin eksekusi dimana telah terjadi kesenjangan didalam proses

eksekusi sehingga pihak eksekutor/pelaksana harus memiliki disiplin

dalam proses pelaksanaan pengadaan obat.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan

bahan pertimbangan bagi pemerintah khusunya dinas kesehatan dan

Puskesmas dalam meningkatkan penyerapan anggaran. Proses

penganggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan riil pada masing –

masing Puskesmas yang ditunjang dengan data yang akurat dapat menjadi

dasar dalam melakukan penyusunan rencana kerja dan anggaran , dalam

melakukan penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran yang telah

disusun tentunya harus ditunjang kompetensi yang memadai hal ini dapat

diperoleh dengan dilakukan pelatihan dan bimbingan tehnis bagi pengelola

dana kapitasi. Dalam proses pengadaan obat perlu dilakukan penetapan

pejabat pengadaan yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan

dilakukan pada awal tahun sehingga proses pengadaan dapat segera

dilakukan sehingga dapat meminimalisir jumlah dana yang belum

dimanfaatkan.

3. Secara kebijakan, secara kebijakan penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan masukan/pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten

Lombok Tengah dalam pengelolaan dana kapitasi yang dilakukan

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 dan Permenkes 21

Tahun 2016 penentuan kebijakan terkait proses penganggaran dengan

memberikan tanggung jawab kepada Puskesmas dalam menyusun rencana


131

kerja dan anggaran dengan didukung dengan data yang akurat dan

kebutuhan riil pada masing-masing Puskesmas

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan

kebijakan dan pengambilan keputusan dalam proses pengadaan obat

terkait penunjukan pejabat pelaksana pengadaan yang hanya terkonsentrasi

pada Dinas Kesehatan sedangkan anggaran belanja obat berada pada

masing-masing Puskesmas.
132

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penganggaran,

kompetensi SDM, komitmen organisasi, proses pengadaan obat dan regulasi

terhadap penyerapan anggaran belanja kapitasi jaminan kesehatan nasional (JKN)

di Kabupaten Lombok Tengah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Nonprobability Sampling yaitu teknik purposive sampling. Aparatur Sipil

Negara (ASN) yang dijadikan sampel berjumlah 102 orang yang terdiri dari 100

petugas penanggungjawab dan pengelola dana kapitasi jaminan kesehatan

nasional yang tersebar pada 25 puskemas di seluruh ruang lingkup Kabupaten

Lombok Tengah dan 2 orang petugas penanggung jawab dan pengelola instalasi

Farmasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Analisis data dalam

penelitian ini adalah analisis statistik menggunakan pendekatan regresi linear

berganda. Sebelum diuji dengan regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji

kualitas instrument pengamatan dan uji asumsi klasik dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Package for Sosial Science) versi 19.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis mengenai pengaruh

penganggaran, kompetensi SDM, komitmen organisasi, proses pengadaan obat

dan regulasi terhadap penyerapan anggaran belanja kapitasi jaminan kesehatan

nasional (JKN) di Kabupaten Lombok Tengah, diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

132
133

1. Penelitian ini telah berhasil memberikan bukti empiris bahwa penganggaran

berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional (JKN). Hal ini berarti bahwa semakin baik

penganggaran dana kapitasi yang dilakukan oleh Puskesmas maka anggaran

yang terealisasi akan semakin baik, penganggaran telah dilakukan dengan baik

oleh Puskesmas sesuai jumlah dan jenis alokasi yang dananya bersumber dari

pendapatan dana kapitasi.

2. Penelitian ini telah berhasil memberikan bukti empiris bahwa Kompetensi

SDM berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional (JKN). Hal ini menggindikasikan semakin baik

kompetensi sumber daya manusia pengelola keuangan dana kapitasi dapat

meningkatkan penyerapan anggaran dana kapitasi. Pengelola keuangan dana

kapitasi yang ditujang dengan pengetahuan akuntansi dan pengelolaan

keuangan yang dimulai dari proses penganggaran, penatausahaaan dan

pertanggungjawaban akan lebih menunjang dalam melaksanakan tugas

sehingga dapat mengoptimalkan tingkat penyerapan anggaran dana kapitasi.

3. Penelitian ini telah berhasil memberikan bukti empiris bahwa Komitmen

Organisasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran belanja dana

kapitasi jaminan kesehatan nasional (JKN). Hal ini menginformasikan bahwa

semakin tinggi komitmen pengelola dana kapitasi dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya akan meningkatkan jumlah anggaran yang dapat

direalisasikan hal ini dikarenakan dengan komitmen yang tinggi pengelola


134

akan berusaha secara maksimal agar dana kapitasi yang telah disusun dalam

anggaran belanja dapat dimanfaatkan.

4. Penelitian ini telah berhasil memberikan bukti empiris bahwa Proses

pengadaan obat berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran belanja

dana kapitasi jaminan kesehatan nasional (JKN). Hal ini mengindikasikan

bahwa semakin mudah proses pengadaan obat yang bersumber dari dana

kapitasi akan meningkatkan jumlah anggaran belanja yang dapat direalisasikan,

hal ini dikarenakan dengan pengadaan obat menggunakan katalog elektronik

dimana dengan penyedia yang telah ditentukan apabila tidak didukung dengan

komitmen yang tinggi atas jumlah dan jenis obat yang telah dipesan akan

sangat mempengaruhi tingkat penyerapan anggaran.

5. Penelitian ini telah berhasil memberikan bukti empiris bahwa regulasi

berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi

jaminan kesehatan nasional (JKN). Hal ini mengindikasikan bahwa regulasi

yang mengatur tentang jenis alokasi belanja yang sesuai dengan kebutuhan

Puskemas dan tata cara pengadaannya mempengaruhi tingkat realisasi

anggaran dana kapitasi.

5.2. Keterbatasan dan Saran Penelitian

5.2.1 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat beberapa

keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun keterbatasan

dalam penelitian ini antara lain:


135

1. Lokasi penelitian ini terbatas pada terbatas pada Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) di Kabupaten Lombok Tengah , sehingga generalisasi hasil

temuan dan rekomendasi penelitian ini kurang dapat diberlakukan pada

Puskesmas di pada Kabupaten/Kota di Pulau Lombok.

2. Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner sehingga kesimpulan

yang diambil hanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui kuesioner,

sehingga menimbulkan masalah jika jawaban responden berbeda dengan

keadaan sebenarnya, keadaan ini tidak dapat dikendalikan karena diluar

kemampuan peneliti.

3. Penelitian ini tidak melakukan wawancara langsung terhadap responden dan

peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas penyerapan anggaran dana

kapitasi pada Puskesmas, sehingga kesimpulan hanya diambil berdasarkan data

yang telah diambil melalui penggunaan instrumen penelitian.

4. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel penganggaran, kompetensi SDM,

komitemen organisasi, proses pengadaan obat dan regulasi, serta belum

menggali faktor-faktor lain seperti kaakteristik anggaran dan sistem

pengendalian intern sebagai variabel yang mungkin mempengaruhi penyerapan

anggaran belanja dana kapitasi jaminan kesehatan nasional (JKN), dikarenakan

model regresi yang dibangun oleh kelima variabel tersebut hanya mampu

memprediksi 77,2 % terhadap penyerapan anggaran belanja dana kapitasi.


136

5.2.2 Saran Penelitian

Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka diajukan saran antara lain:

1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas lokasi penelitiannya, seperti pada

Kabupaten/kota se-Pulau Lombok.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti judul yang sama

disarankan untuk menggunakan variabel-variabel lain yang relevan seperti

karakteristik anggaran dan sistem pengendalian intern agar kemampuan

variabel independen lebih kuat memberi pengaruh terhadap variabel dependen

3. Dalam melakukan proses Penganggaran pada dana kapitasi sebaiknya

didukung dengan data yang lengkap dengan memanfaatkan sistem informasi

puskesmas (e-puskesmas) yang telah dibangun dengan melihat jumlah

kebutuhan obat dan epidemilogi penyakit sebagai dasar penentuan jumlah

anggaran yang akan dialokasikan untuk belanja obat dikarenakan jenis belanja

ini merupakan prioritas dalam penggunaan dana kapitasi, hal ini juga untuk

menghindari pengalokasian yang melebihi kebutuhan sehingga akan

menyebabkan terdapat dana yang tidak direalisasikan.

4. Untuk meningkatkan kompetensi pengelola keuangan kapitasi sangat perlu

dilakukan pelatihan atau bimbingan teknis terkait pengelolaan dana kapitasi

yang dimulai dari tata cara penganggaran hingga pertanggungjawaban, hal ini

dikarenakan sebagian besar pengelola dana kapitasi memiliki latar belakang

kesehatan sehingga masih memiliki pengetahuan yang sangat terbatas dalam

pengelolaan keuangan terutama bidang akuntansi..


137

5. Untuk meningkatkan komitmen organisasi yang berdampak pada penyerapan

anggaran operasional kesehatan, yang berdampak pada pelayanan kepada

masyarakat dalam pemberian jasa pelayanan kepada petugas kesehatan yang

selama ini ditentukan berdasarkan persentase dari jumlah dana yang diterima

tanpa melihat tingkat pelayanan kepada masyarakat agar ditinjau kembali,

peneliti menyarankan jumlah pemberian jasa yang diterima juga

memperhatikan jumlah dan jenis pelayanan preventif, kuratif dan promotif

yang telah dianggarkan dalam alokasi belanja dana kapitasi.

6. Dalam proses pengadaan obat dengan menggunakan katalog elektronik yang

harus dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan/PPK tidak dapat dilakukan sesuai

rencana dikarenakan keterbatasan jumlah pejabat yang ditetapkan oleh

pimpinan institusi, maka peneliti menyarankan agar menambah jumlah pejabat

pengadaan/PPK atau Kepala Dinas Kesehatan mengeluarkan surat keputusan

untuk membentuk perangkat pengadaan di Puskesmas yang secara khusus

menangani proses pengadaan obat. Pejabat ini sebaiknya diambil dari personil

yang berasal dari bagian farmasi yang memiliki latar belakang yang sesuai

dengan jenis pekerjaannnya sehingga dapat mempermudah dalam proses

pemesanan yang terkait dengan spesifikasi obat yang akan dipesan dan

perlunya diterapkan sanksi yang tegas kepada pedagang besar farmasi yang

telah membatalkan pesanan yang telah disetujui sehingga pedagang besar

farmasi tersebut lebih berkomitmen didalam penyediaan obat yang telah

dipesan.
138

7. Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam terkait penyerapan

anggaran dana kapitasi peneliti berikutnya dapat menggunakan jenis penelitian

kualitatif sehingga dapat lebih mengekplorasi dan menghindari persepsi yang

berbeda terkait instrumen penelitian sehingga faktor penyebab dana kapitasi

tidak dapat diserap atau dimanfaatkan secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ma’ruf. 2014. Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan.


Yogyakarta:Aswaja Pressindo

Adyaksa, Ida Bagus Wisnu. 2015. Evaluasi Implementasi Pengadaan Obat


Berdasarkan Katalog Elektonik di Kota Denpasar. (Skripsi). Universitas
Udayana.

Agustino, Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik (Edisi Revisi). Bandung :


Alfabeta.

Ardana, I Made Yogi Artha. Pengaruh Komitmen Organisasi, Dokumen Pengadaan,


Pengawasan Internal dan Kompetensi SDM terhadap Penyerapan Anggaran.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi.. 4.(1): 706-733.

Arif, E. & A.Halim. 2013. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Minimnya Penyerapan


Anggaran APBD Kabupaten/Kota di Propinsi Riau tahun 2011. Tesis. Riau:
Universitas Islam Riau.

Arthana, I Made,. Ni Putu Sri Harta Mimba dan Made Gede Wirakusuma. 2016.
Kejelasan Sasaran dan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh
Kompetensi Pegawai Pada kinerja Penyerapan Anggaran.E-Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana, .5.(5 ):1143-1170

Babakus, E., U. Yavas, O. M. Karatape, and T. Avei. 2003. The Effect of Management
Commitment to Service Quality on Employess’ Affective and Performance
Outcomes. Journal of the Academy of Marketing Science, 31 (3): 272-286.

Badan Pengawasan Pembangunan dan Keuangan Republik Indonesia. 2014. Buku I


Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Tahun
Anggaran 2014

.2015. Buku I
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Tahun
Anggaran 2015

_________.2016. Buku I
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Tahun
Anggaran 2016

Bakara F.S. 2000. Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran


Pembangunan Pemda DKI Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Sebuah Pengantar, Jakarta: Erlangga

Carsidiawan, Didi. 2013. Mengungkap Penyebab Rendahnya Penyerapan Anggaran


Pemerintah . Jakarta.Forum Blog.

Centre for Democracy and Development .2005. Handbook on Budgeting : A Guide to


the Due Process Approach, Rehobboth Publishing, Lagos.

Coryanata, Isma. 2004. Pelimpahan Wewenang dan Komitmen Organisasi dalam


Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VII. Denpasar.

Covey, Sean, Jim Huling. 2012. The4 Disciplines of Execution. Jakarta:PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Darise, Nurhan. 2009 Pengelolaan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan BLU, Jakarta: Indeks.

Damayanti, Amelia Iftitah. 2012. Penerapan E-Procurement Dalam Proses Pengadaan


barang/Jasa di kabupaten Malang. Jurnal Administrasi Publik (JAP). 1 (2) :
139-146.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (2013). Perencanaan dan Penganggaran


Daerah Kursus Keuangan Daerah. Jakarta: Kementrian Keuangan Republik
Indonesia.

___________________________________ (2014). Laporan Pelaksanaan Spending


Performance (Dalam Mendanai Pelayanan Publik). Jakarta : Kementrian
Keuangan Republik Indonesia

Dunn, William N. 1995. Analisa Kebijakan Publik. Terjemahan. Yogyakarta:


Hanindita Offset

Dwiaji, Ary. 2016. Evaluasi Pengadaan Obat Publik pada JKN berdasarkan Data e-
Catalogue Tahun 2014-2015. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia..1(1): 39-51

Evaluasi Penggunaan E-Catalog Obat. http://www.Binfar.Kemenkes.go.id/2015/06/


pertemuan rutin rapat evaluasi penggunaan e-catalog obat.(Diakses tanggal 21
Desember 2016)

E-Catalogue obat. http://binfar.depkes.go.id/v2/wp- content /uploads/


2015/12/Paparan-Batam-11-Des-2015.pdf (Diakses 14 Maret 2017)
Fitri, Syarifah Massuki. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi,
Kualitas Sumber Daya, Reward dan Punishment terhadap Anggaran Berbasis
Kinerja. Jurnal Dinamika Akuntansi . Vol.5: 157-171

Fogarty, T.J. and R.K. Rogers.2005.Financial Analysts' Report: An Extended


Institutional Theory Evaluation. Accounting, Organizations and Society, 30 (4):
331-356.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, A. dan S. Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik dari Anggaran hingga
Laporan Keuangan, dari Pemerintah hingga Tempat Ibadah. Jakarta : Salemba
Empat.

Herriyanto, Hendris. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan


Penyerapan Anggaran Belanja Pada Satker Kementrian/Lembaga di Wilayah
Jakarta. Tesis. Program Studi Perencanaan dan Kebijakan Publik, Universitas
Indonesia, Jakarta.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Iskandar , Joni. 2015 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Kompetensi


SDM dan Pengawasan Fungsional terhadap Efektifitas Pengelolaan Keuangan
Daerah. Jurnal Jom FEKOM..2 .(2) .: 177-186

Juliani, Dian. 2014. Pengaruh Faktor-Faktor Konstektual Terhadap Persepsian


Penyerapan Anggaran Terkait Pengadaan Barang/Jasa. Junal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 11.(2): 177-199

Komisi Pemberatasan Korupsi Temukan Masalah Pengelolaan Obat JKN.


https://www.dutaselaparang.com/blog/2016/10/21/kpk-temukan-8-masalah-
pengelolaan-obat-sistem-jkn. (Diakses 10 Desember 2016)

_______________________________temukan kelemahan pengelolaan dana kapitasi.


https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/2440-kpk-temukan-4-kelemahan-
pengelolaan-dana-kapitasi.(Diakses tanggal 12 Maret 2016)

Kuncoro, Dwi Egiasto. 2013. Analisis Penyerapan Anggaran Pasca Penerapan Aplikasi
SiPP Pada Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Dinas PU.Pov.Kaltim. E-
Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.1(4) : 106-129.
Kurniatun.2015.Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Kompetensi SDM,
Sistem Pengendalian Internal dan Komitmen Organisasi terhadap
Ketepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Pada Satuan Kerja di
Wilayah Kerja KPPN Mataram). Tesis. Mataram: Universitas Mataram.

Lee, M.J. 2010. An Explonatory Study on the Mature Level Evaluation of E-


Procurement System. Journal of Public Procurement, 10 (3): 405-427

Lunerburg, F.C. 2011 Goal-Setting Theory of Motivation. International Journal Of


Management and Administration. 15(1):1-6

Locke, E. A and G.P. Latham. 2013. New Developments in Goal Setting and Task
Performance. New York: Routledge

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Yogyakarta:Andi.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik . Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Malahayati, Cut. 2015. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Perencanaan


Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran Terhadap Serapan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Pemerintah Kota Banda Aceh.Tesis.
Magister Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik.. Yogyakarta : Andi Offset.

Miliasih, Retno. 2012. Analisis Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja Satuan


Kerja Kementrian Negara/Lembaga TA. 2010 Di Wilayah Pembayaran KPPN
Pekanbaru. Tesis. Jakarta. Universitas Indonesia.

Ministry of Finance, Planning and Economic Development of


Uganda.2011.Absorptive Capacity Constraints: The Causes and Implication For
Budget Execution.Uganda. East Africa. Development Policy and Research
Departement.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntans.Cetakan Ketiga.Jakarta: Salemba Empat.

Murtini. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Penyerapan Realisasi


Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia . Tesis. Universitas
Bina Nusantara.

Nasehudin, toto Sayuri dan Nanang Gozali. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung : CV. Pustaka Setia.

Nordiawan, D., and A. Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2 ed. Jakarta :
Salemba Empat.
Noviwijaya, A. & A. Rohman. (2013). Pengaruh Keragaman Gender dan Usia Pejabat
Perbendaharaan Terhadap Penyerapan Anggaran Satuan Kerja (Studi Empiris
pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Semarang I) Diponegoro
Journal of Accounting. Vol. 2(3): 1-10.

Palan, R. 2007. Competency management, Teknik Mengimplementasikan Manajemen


SDM Berbasisi Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi.
Jakarta : PPM.

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. 2014. Penjabaran Laporan Realisasi


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014.

.2015 Penjabaran Laporan Realisasi Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015

. 2016 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan


dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016

Priatno , Prasetyo Adi dan Khusaini. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penyerapan Anggaran Pada satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Blitar.
Jurnal Ilmiah.Malang. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya. 1,
(2) : 2-7.

Problematika Penyerapan Anggaran di Daerah. http://www.bpkp.go.id


/public/upload/unit/diy/files /PARIS.REV.NEW/PR.pdf. (Diakses tanggal 15
November 2015).

Putri, C.T., dan Fachruzzaman. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penyerapan Anggaran pada satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah
Provinsi Bengkulu, Tesis.Bengkulu : Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Bengkulu.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 2014
tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

________________2016. Permenkes RI No. 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan


Dana JKN Kapitasi

________________2016. Permenkes RI No. 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan


Dana JKN Kapitasi

________________2014. Permendagri No.900/2280/SJ tentang Petunjuk Tehnis


Penganggaran, Penatausahaan dan Pelaporan Dana JKN Kapitasi
_______________2013. Keputusan Menteri Kesehatan No. 48/Menkes/SK/III/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat dengan Prosedur E-
Purchasing.

________________2014. Permenkes RI No.63 Tahun 2014 tentang Pengadaan obat


berdasarkan Katalog Elektonik (e-Catalalogue)

________________2004. Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional.

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014 tentang Pedoman


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun


2013 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai
Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 4


Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi
Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik.

Ridani, M.Arsyad. 2015. Analisis Penyerapan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten


Bulungan. Tesis. Yogyakarta.Universitas Gajah Mada.

Rifai, Biana Adha Inapty dan Sri Pancawati. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keterlambatan Daya Serap Anggaran (Studi Empiris Pada
SKPD Pemprov NTB). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. 11 (1): 1-10

Robbins.P.Stephen 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima,Jakarta :


Erlangga.

Robbins, S. P, T. A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta: Salemba


Empat.

Rozai, M.A., dan Lilik Subagio. 2015 Optimalisasi penyerapan Anggaran dalam
Rangka Pencapaian Kinerja Organisasi ( Studi kasus : Inspektorat Kabupaten
Boyolali). 2015. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia 9.(1): 72-89

Seftianova, Ratih dan Helmi Adam. 2013. Pengaruh Kualitas DIPA dan Akurasi
Perencanaan Kas Terhadap Kualitas Penyerapan Anggaran Pada Satker
Wilayah KPPN Malang. JRAK. Vol. 4 No.1 Februari : 75-84

Sinaga, Edward James, 2016. Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran


Kementrian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah. Jurnal Rechtsvinding. 5,
(2) : 261-274.

Sinambela, Lijan Poltak. 201. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta : PT. Bumi
Aksara.

Siswanto, A.D dan Rahayu, S.L. (2010). Faktor-faktor Rendahnya penyerapan Belanja
kementrian/lembaga TA.2010. Kajian Fiskal. Badan Kebijakan Fiskal.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Subarsono. 2010.Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :


Pustaka Pelopor.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Supiatin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparatur Pengelolaan


Keuangan di Universitas Mataram. Tesis. Mataram : Universitas Mataram

Taufik, Muhamamad. 2016. Pengaruh Penerapan E-Procurement dan Kompetensi


Pejabat Pembuat Komitmen Terhadap Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
dan Implikasinya terhadap penyerapan Belanja Modal. Jurnal Magister
Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. 5 (1) : 183-191

Triani,M.(2013).Sumber Daya Manusia Pengelola Keuangan. http://merrytrianiii.


blogspot.com/2013/03/sumber-daya-manusia-pegelola-keuangan.html. Diakses
tanggal 15 Juni 2015

Tunggal, T.B. (2011). Problem Klasik Penyerapan Anggaran Harus diatasi.Media


Keuangan. Volume VI.

Uma, Sekaran. 2000. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Edisi Keempat. Penerjemah :
Kwan Men Yon. Jakarta : Penerbit Salemba Empat,

Undap, Imanuel Christian. Lintje Kalangi. Hendrik Manossoh. Analisis Pengelolaan


Dana Kapitasi JKN Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota
Bitung.Jurnal Riset dan Auditing "Goodwill". 8 (1) :191-200.

Uyara, E. and K. Flanagan. 2010. Understanding the Inoovation Impact of public


Procurement. Europen Planning Studies, 18 (1): 123-143.

Wentzel.K.2002.The Influence of Fairnes Perception and Goal Commitmen on


Manajer Performance in Budget Setting. Behavior Research In Accounting
14(1):247-271.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja grafindo Parsada.

Yulianto. (2016) Evaluasi Terhadap pengaturan Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana


Kapitasi Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pemerintah Daerah, Jurnal
Rechtsvinding. .5.( 2) : 229-243.

Yumiati, Fenny. Islahuddin dan Nadirsyah. (2016). Pengaruh Kualitas Sumber Daya
Manusia, Perencanaan Anggaran, dan Komitmen Organisasi terhadapa Serapan
Anggaran SKPA Di Pemerintah Aceh, Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala..5.(4) : 43-49

Yunarto, I. (2011). Memahami Proses Penganggaran untuk Mendorong Optimalisasi


Penyerapan Anggaran. Yogyakarta:Paris Review.

Yuwono, Sony.2008. Memahami APBD dan Permasalahannya, Bayumedia:Malang.

Zarinah, Monik.(2016). Pengaruh Perencanaan Anggaran dan Kualitas Sumber Daya


Manusia Terhadap Tingkat Penyerapan Anggaran SKPD di Kabupaten Aceh
Utara,Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
5(1):90-97
Lampiran 1 : Daftar Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian


1 Undap (2017) Analisis Pengelolaan Kualitatif Penganggaran Dana Kapitasi
Dana Kapitasi Pada dilakukan dan tersentralisasi di
Fasilitas Kesehatan Dinas Kesehatan dan
Tingkat Pertama pengelolaan belum mengikuti
(FKTP) Di Kota regulasi yang mengatur
Bitung sehingga kegiatan yang
bersumber dari dana kapitasi
JKN penyerapan anggaran
sangat rendah.
2 Taufik (2016) Pengaruh Penerapan Analisis Jalur Penerapan e-procurement ,
E-Procurement dan kompetensi PPK, dan
Kompetensi PPK pelaksanaan pengadaan barang
terhadap pelaksanaan dan jasa secara bersama-sama
pengadaan barang dan parsial berpengaruh
dan implikasinya terhadap penyerapan belanja
terhadap penyerapan
belanja
3 Arthana (2016) Kejelasan Sasaran Moderat Regresion Kompetensi pegawai
Anggaran dan Analysis berpengaruh positif pada
Komitmen organisasi kinerja penyerapan anggaran,
sebagai pemoderasi kejelasan sasaran anggaran dan
pengaruh kompetensi komitmen organisasi
pegawai pada kinerja memperkuat pengaruh
penyerapan kompetensi pegawai pada
kinerja penyusunan anggaran

4 Ardana (2016) Pengaruh Komitmen Regresi Linear Terdapat pengaruh positif


organisasi, Dokumen Berganda antara komitmen organisasi
Pengadaan, terhadap penyerapan
Pengawasan internal, anggaran,terdapat pengaruh
dan kompetensi signifikan antara dokumen
SDM terhadap pengadaan terhadap penerapan
penyerapan anggaran anggaran, terdapat pengaruh
(studi kasus pada positif signifikan antara
SKPD kompetensi SDM terhadap
Kab.Jembrana) penyerapan anggaran
5 Yulianto (2016) Evaluasi terhadap Penelitian Peraturan Menteri Kesehatan
peraturan kepustakaan (desk Nomor 21 Tahun 2016 tentang
pengelolaan dan research) penggunaan dana kapitasi
pemanfaatan dana dikeluarkan sebagai solusi
kapitasi pada fasilitas kelemahan regulasi
kesehatan tingkat sebelumnya dalam
pertama pemerintah penyelenggaraan jaminan
daerah kesehatan nasional.
Evaluasi pengadaan Metode Kualitatif Adanya kesenjangan antara
6 Dwiaji (2016) obat publik pada Rencana Kebutuhan obat dan
JKN berdasarkan e-order yang disebabkan waktu
data e-catalogue penanyangan e-catalog yang
tahun 2014-2015 singkat sehingga berpengaruh
pada penyerapan anggaran
pengadaan obat.
7 Sinaga (2016) Analisis Rendahnya Pendekatan yuridis Rendahnya penyerapan
Penyerapan normatif bersifat anggaran disebabkan oleh
Anggaran deskriptif analitik faktor ketakutan yang
Kementrian berlebihan terkait penggunaan
Lembaga (K/L) dan anggaran, lemahnya
Pemerintah Daerah perencanaan, kurangnya
pemahaman terkait mekanisme
penggunaan anggaran dan
model pertanggungjawaban,
proses panjang birokrasi,
keterlambatan penetapan
APBN/APBD, keterlambatan
Juknis, perubahan sistem
aplikasi dan penggantian
sumber daya.
8 Rifai, dkk Analisis faktor-faktor Regresi Linear Perencanaan, Regulasi,
(2016) yang mempengaruhi Berganda Pelaksanaan, Desentralisasi,
keterlambatan daya Koordinasi dan SDM tidak
serap anggaran pada berpengaruh pada
SKPD Pemprov keterlambatan daya serap
NTB anggaran
9 Rozai (2015) Optimalisasi Perencanaan anggaran yang
Penyerapan tidak matang berpengaruh
Anggaran dalam Analisis Eksploratif terhadap penyerapan anggaran.
Rangka Pencapaian
Kinerja Organisasi
10 Malahayati Pengaruh kapasitas Regresi Linear Baik secara simultan maupun
(2015) SDM, Perencanaan berganda parsial mendukung hipotesis
Anggaran dan bahwa kapasitas SDM,
pelaksanaan Perencanaan Anggaran dan
anggaran terhadap pelaksanaan anggaran
serapan anggaran berpengaruh terhadap serapan
SKPD pada anggaran SKPD pada
Pemkot.Banda Aceh. Pemkot.Banda Aceh.

11 Iskandar (2015) Pengaruh Sistem Regresi Linear Sistem pengendalian Intern


pengendalian Intern Berganda pemerintah , kompetensi SDM
pemerintah , dan pengawasan fungsional
kompetensi SDM berpengaruh positif terhadap
dan pengawasan efektifitas pengelolaan
fungsional terhadap keuangan daerah
efektifitas
pengelolaan
keuangan daerah

12 Ridani (2015) Analisis Penyerapan Mixed Method Penyerapan anggaran


Anggaran Belanja dipengaruhi oleh tujuh faktor
Daerah di Kabupaten yaitu pelaksanaan, kemampuan
bulungan kontraktor, penganggaran,
komitmen organisasi,
pengendalian dan pengawasan
internal, kompetensi SDM
pengadaan barang/jasa,
kompetensi SDM pengelola
keuangan dan Regulasi.
13 Zarinah (2015)Pengaruh Regresi Linear Perencanaan Anggaran dan
Perencanaan berganda kualitas SDM berpengaruh
Anggaran, kualitas baik secara simultan maupun
SDM terhadap parsial terhadap tingkat
tingkat penyerapan penyerapan
14 Putri dan Analisis Faktor – Regresi Linear Dokumen Perencanaan
Fachruzzaman faktor yang Berganda Anggarandan pencatatan
(2014) Mempengaruhi administrasi tidak berpengaruh
Penyerapan terhadap penyerapan anggaran,
Anggaran Pada sedangkan Kompetensi SDM,
Satuan Kerja dokumen pengadaan dan Uang
Perangkat Daerah di Persediaan berpengaruh positif
Pemerintah Provinsi signifikan
Bengkulu
15 Juliani (2014) Pengaruh faktor- Mixed method Analisis kuantitatif
faktor konstektual menunjukkan bahwa
terhadap persepsi pengetahuan peraturan,
penyerapan komitmen manajemen,
anggaran terkait lingkungan birokrasi
pengadaan berpengaruh positif terhadap
barang/jasa penyerapan anggaran terkait
pengadaan barang/jasa
16 Seftianova Pengaruh kualitas Regresi Linear kualitas DIPA berpengaruh
(2013) DIPA dan Akurasi Berganda positip dan Akurasi
Perencanaan Perencanaan Anggarankas
Anggarankas tidak berpengaruh terhadap
terhadap kualitas kualitas penyerapan anggaran
penyerapan
anggaran pada
satker wilayah
KPPN Malang.
17 Priatno (2013) Analisis faktor- Anaisis Faktor Diperoleh 3 faktor yaitu faktor
faktor yang administrasi dan SDM, Faktor
mempengaruhi Perencanaan Anggarandan
penyerapan Faktor Pengadaan barang/jasa
anggaran pada
Satker lingkup
pembayaran KPPN
Blitar

18 Herriyanto Faktor – faktor yang Analisis Menghasilkan empat faktor


(2012) mempengaruhi Explanatory yang berpengaruh signifikan
keterlambatan Factor terhadap penyerapan anggaran
penyerapan anggaran belanja pada satuan kerja
belanja pada satuan kementrian/lembaga di wilayah
kerja Jakarta yaitu faktor
kementrian/lembaga di perencanaan,Administrasi,SDM
wilayah Jakarta dan Dokumen Pengadaan
19 Miliasih (2011) Analisis keterlambatan Kualitatif Penyebab utama keterlambatan
penyerapan anggaran anggaran adalah permasalah
belanja satuan kerja terkait proses realisasi,
kementrian/lembaga kebijakan teknis, kultur
TA 2010 di wilyah pengelola anggaran di tingkat
pembayaran KPPN satuan kerja
Kediri
20 Siswanto dan Faktor-faktor Statistik Permasalahan terkait
Rahayu (2011) penyebab rendahnya Deskriptif penyerapan anggaran terdiri
penyerapan belanja dari persoalan internal K/L,
kementrian/lembaga mekanisme pengadaan
TA. 2010 barang/jasa, dokumen
pelaksanaan dan mekanisme
revisi.
Lampiran 2

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator No.item


Pertanyaan
Penganggaran Proses pembuatan 1. Kesesuain jenis anggaran 1-6
anggaran yang akan dengan kebutuhan
dilaksanakan dalam 2. Penentuan kode akun
satu tahun yang 3. Pembatasan pagu
dilakukan dari proeses 4. Waktu penganggaran
persiapan, 5. Petunjuk penganggaran
persetujuan,
pelaksanaan dan
kontrol
Kompetensi SDM Karakteristik 1. Pendidikan 7 -11
kemampuan yang 2. Pengetahuan
mencakup aspek 3. Pelatihan
pengetahuan, 4. Pengalaman
keterampilan, sikap 5. Sikap sesuai tugas
sesuai tugas / fungsi 6. Pemahaman aturan

Komitmen Sikap yang dimiliki 1. Bersedia bekerja sekuatnya 12-19


Organisasi oleh aparatur untuk membantu organisasi
pengelola keuangan menjadi sukses
untuk memihak dan 2. Organisasi merupakan
bersedia untuk tetap tempat bekerja yang baik
bekerja dengan sebaik 3. Peduli nasib organisasi
mungkin demi 4. Menerima setiap penugasan
terciptanya tujuan 5. Merasa bangga pada
organisasi organisasi
6. Dapat bekerja sebaik ini
pada organisasi lain
7. Organisasi memberikan
inspirasi
8. Senang bekerja pada
organisasi
Proses Pengadaan Proses perolehan obat 1. Kesesuaian kebutuhan dan 20-26
Obat melalui sistem catalog daftar catalog
elektronik (e- 2. Tanggapan penyedia
catalogue) yang terhadap pesanan
memuat daftar, jenis, 3. Ketersediaan akses jaringan
spesifikasi teknis dan 4. Ketersediaan spesifikasi
harga barang tertentu barang/bahan
dari berbagai penyedia 5. Waktu pengadaan
barang/jasa 6. Kesanggupan penyedia
pemerintah 7. Penunjukkan pejabat
(Permenkes No.63 pembuat komitmen
ahun 2014)

Regulasi Bagian kebijakan 1. Perubahan regulasi 27-31


publik yang 2. Kejelasan regulasi
terkodifikasi secara 3. Kesiapan pelaksanaan
formal yang regulasi
membentuk sistem
kebijakan yaitu
kebijakan, pelaku dan
lingkungan yang
bertujuan untuk
mengatur pemerintah
yang lebih rendah
Penyerapan ukuran seberapa besar 1. Kesesuain rencana dan 32-35
Anggaran anggaran yang telah realisasi
direalisasikan 2. Kesesuaian realisasi
dibandingkan dengan pertriwulan
pagu anggaran yang 3. Kesesuaian jadwal
telah ditetapkan dan pelaksanaan
biasanya dinyatakan
dalam bentuk
persentase
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas

a. Variabel Penganggaran

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.680 6

Correlations

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 Total


* *
X1.1 Pearson Correlation 1 .432 .117 .269 -.039 .277 .387

Sig. (1-tailed) .016 .289 .097 .427 .090 .028

N 25 25 25 25 25 25 25
* * **
X1.2 Pearson Correlation .432 1 .392 .037 .284 .277 .509

Sig. (1-tailed) .016 .026 .430 .084 .090 .005

N 25 25 25 25 25 25 25
* ** ** ** **
X1.3 Pearson Correlation .117 .392 1 .466 .866 .824 .904

Sig. (1-tailed) .289 .026 .009 .000 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X1.4 Pearson Correlation .269 .037 .466 1 .538 .553 .678

Sig. (1-tailed) .097 .430 .009 .003 .002 .000

N 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X1.5 Pearson Correlation -.039 .284 .866 .538 1 .735 .858

Sig. (1-tailed) .427 .084 .000 .003 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X1.6 Pearson Correlation .277 .277 .824 .553 .735 1 .882

Sig. (1-tailed) .090 .090 .000 .002 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25 25
* ** ** ** ** **
Total Pearson Correlation .387 .509 .904 .678 .858 .882 1

Sig. (1-tailed) .028 .005 .000 .000 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


b. Variabel Kompetensi SDM

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.705 6

Correlations

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 TOTAL


** ** ** **
X2.1 Pearson Correlation 1 .590 -.139 .541 .075 .044 .541 .540

Sig. (1-tailed) .001 .254 .003 .360 .418 .003 .003

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X2.2 Pearson Correlation .590 1 .078 .978 -.176 .300 .978 .807

Sig. (1-tailed) .001 .356 .000 .201 .072 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** **
X2.3 Pearson Correlation -.139 .078 1 .051 .192 .752 .051 .549

Sig. (1-tailed) .254 .356 .404 .178 .000 .404 .002

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X2.4 Pearson Correlation .541 .978 .051 1 -.171 .265 1.000 .781

Sig. (1-tailed) .003 .000 .404 .207 .101 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25 25 25

X2.5 Pearson Correlation .075 -.176 .192 -.171 1 .042 -.171 .200

Sig. (1-tailed) .360 .201 .178 .207 .421 .207 .169

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** **
X2.6 Pearson Correlation .044 .300 .752 .265 .042 1 .265 .688

Sig. (1-tailed) .418 .072 .000 .101 .421 .101 .000

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X2.7 Pearson Correlation .541 .978 .051 1.000 -.171 .265 1 .781

Sig. (1-tailed) .003 .000 .404 .000 .207 .101 .000

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** **
TOTAL Pearson Correlation .540 .807 .549 .781 .200 .688 .781 1

Sig. (1-tailed) .003 .000 .002 .000 .169 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


c. Variabel Komitmen Organisasi

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.691 8

Correlations

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 Total


** ** ** * **
X3.1 Pearson Correlation 1 .531 .866 .830 .391 .115 .175 .163 .838
Sig. (1-tailed) .003 .000 .000 .027 .293 .201 .219 .000
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** * * **
X3.2 Pearson Correlation .531 1 .624 .531 -.026 .361 .432 .130 .688
Sig. (1-tailed) .003 .000 .003 .451 .038 .015 .267 .000
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X3.3 Pearson Correlation .866 .624 1 .771 .258 .165 .228 .216 .836
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .106 .216 .137 .150 .000
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** **
X3.4 Pearson Correlation .830 .531 .771 1 .296 .115 .175 .273 .819
Sig. (1-tailed) .000 .003 .000 .075 .293 .201 .094 .000
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
* *
X3.5 Pearson Correlation .391 -.026 .258 .296 1 -.140 -.098 .093 .387
Sig. (1-tailed) .027 .451 .106 .075 .252 .321 .329 .028
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
* ** ** **
X3.6 Pearson Correlation .115 .361 .165 .115 -.140 1 .890 .762 .518
Sig. (1-tailed) .293 .038 .216 .293 .252 .000 .000 .004
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
* ** ** **
X3.7 Pearson Correlation .175 .432 .228 .175 -.098 .890 1 .678 .565
Sig. (1-tailed) .201 .015 .137 .201 .321 .000 .000 .002
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** **
X3.8 Pearson Correlation .163 .130 .216 .273 .093 .762 .678 1 .557
Sig. (1-tailed) .219 .267 .150 .094 .329 .000 .000 .002
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** * ** ** **
Total Pearson Correlation .838 .688 .836 .819 .387 .518 .565 .557 1
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .028 .004 .002 .002
N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
d. Variabel Proses Pengadaan Obat

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.750 7

Correlations

X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 TOTAL


** ** * **
X4.1 Pearson Correlation 1 -.519 .805 -.005 .068 -.431 -.055 .479

Sig. (1-tailed) .004 .000 .490 .374 .016 .398 .008

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** **
X4.2 Pearson Correlation -.519 1 -.225 .174 -.290 .795 .298 .332

Sig. (1-tailed) .004 .140 .203 .080 .000 .074 .053

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** **
X4.3 Pearson Correlation .805 -.225 1 .134 -.006 -.203 .018 .682

Sig. (1-tailed) .000 .140 .262 .488 .165 .466 .000

N 25 25 25 25 25 25 25 25

X4.4 Pearson Correlation -.005 .174 .134 1 -.151 .009 .033 .359

Sig. (1-tailed) .490 .203 .262 .235 .483 .438 .006

N 25 25 25 25 25 25 25 25

X4.5 Pearson Correlation .068 -.290 -.006 -.151 1 -.115 -.077 .438

Sig. (1-tailed) .374 .080 .488 .235 .292 .357 .008

N 25 25 25 25 25 25 25 25
* ** * *
X4.6 Pearson Correlation -.431 .795 -.203 .009 -.115 1 .458 .423

Sig. (1-tailed) .016 .000 .165 .483 .292 .011 .018

N 25 25 25 25 25 25 25 25
* **
X4.7 Pearson Correlation -.055 .298 .018 .033 -.077 .458 1 .513

Sig. (1-tailed) .398 .074 .466 .438 .357 .011 .004

N 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** * **
TOTAL Pearson Correlation .479 .332 .682 .359 .438 .423 .513 1

Sig. (1-tailed) .008 .053 .000 .006 .008 .018 .004

N 25 25 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).


e. Variabel Regulasi

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.642 5

Correlations

X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 TOTAL


**
X5.1 Pearson Correlation 1 .151 -.108 .190 .025 .821

Sig. (1-tailed) .236 .303 .182 .453 .000

N 25 25 25 25 25 25
*
X5.2 Pearson Correlation .151 1 .028 .043 -.136 .359

Sig. (1-tailed) .236 .447 .419 .258 .039

N 25 25 25 25 25 25

X5.3 Pearson Correlation -.108 .028 1 -.009 -.205 .483

Sig. (1-tailed) .303 .447 .483 .162 .008

N 25 25 25 25 25 25
*
X5.4 Pearson Correlation .190 .043 -.009 1 .043 .434

Sig. (1-tailed) .182 .419 .483 .419 .015

N 25 25 25 25 25 25

X5.5 Pearson Correlation .025 -.136 -.205 .043 1 .366

Sig. (1-tailed) .453 .258 .162 .419 .014

N 25 25 25 25 25 25
** * *
TOTAL Pearson Correlation .821 .359 .483 .434 .366 1

Sig. (1-tailed) .000 .039 .008 .015 .014

N 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).


f. Variabel Penyerapan Anggaran

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.863 3

Correlations

Y1 Y2 Y3 Total
**
Y1 Pearson Correlation 1 .055 .055 .629

Sig. (1-tailed) .796 .796 .001

N 25 25 25 25
**
Y2 Pearson Correlation .055 1 .107 .611

Sig. (1-tailed) .796 .610 .001

N 25 25 25 25
**
Y3 Pearson Correlation .055 .107 1 .611

Sig. (1-tailed) .796 .610 .001

N 25 25 25 25
** ** **
Total Pearson Correlation .629 .611 .611 1

Sig. (1-tailed) .001 .001 .001

N 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


Lampiran 4. Hasil Uji Kooefisien Determinan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .867 .772 .596 1.33061

a. Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X2, X1

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.512 2.574 .588 .558

Penganggaran .391 .054 .727 4.693 .005

Kompetensi SDM .368 .078 .619 3.202 .008

Komitmen Organisasi .331 .049 .670 4.659 .005

Proses Pengadaan Obat .138 .041 .309 3.331 .001

Regulasi .175 .075 .230 2.324 .022

a. Dependent Variable: Y
Lampiran 5
HASIL REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN

Masa ITEM PERTANYAAN


NO umur JK Pendidikan Kerja X1 Total X2 Total X3 Total X4 Total X5 Total Y Total
(TH) 1 2 3 4 5 6 skor 7 8 9 10 11 12 skor 13 14 15 16 17 18 19 20 skor 21 22 23 24 25 26 27 skor 28 29 30 31 32 skor 33 34 35 skor
1 25-40 L DIII >16 4 5 5 5 5 5 29 5 1 3 5 5 5 24 5 5 5 5 5 5 5 4 39 3 3 3 5 3 3 3 23 3 3 5 5 4 20 4 4 4 12
2 41-50 L S1 >16 4 5 4 3 5 3 24 5 2 3 3 5 3 21 4 5 5 4 4 4 4 4 34 3 3 3 3 3 3 3 21 4 3 3 3 3 16 3 4 4 11
3 >50 L SMA >16 5 4 4 4 4 4 25 4 1 3 5 4 5 22 5 4 5 4 4 4 4 5 35 4 4 4 4 5 4 4 29 4 4 4 4 4 20 4 5 5 14
4 41-50 P S1 >16 4 4 5 5 4 4 26 5 1 3 3 3 3 18 4 5 5 4 5 5 4 5 37 3 3 3 3 3 3 4 22 3 3 3 3 4 16 4 4 3 11
5 25-40 P SMA <5 4 4 4 4 4 5 25 4 2 3 5 5 5 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 3 3 4 4 4 26 4 3 4 4 4 19 4 4 4 12
6 25-40 P DIII 11-15 4 5 5 5 4 5 28 3 2 5 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 5 3 4 3 3 24 4 4 5 4 4 21 4 4 3 11
7 >50 L S1 >16 4 4 4 5 4 4 25 5 2 4 4 4 4 23 4 5 5 4 4 4 4 4 34 4 4 4 4 5 4 4 29 4 5 4 4 4 21 4 4 4 12
8 41-50 L SMA >16 4 4 4 3 4 4 23 4 2 3 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 3 3 3 4 4 25 4 4 4 4 4 20 3 4 4 11
9 25-40 P DIII 6-10 4 4 4 4 3 4 23 5 2 4 4 4 5 24 4 4 2 4 3 3 3 4 27 2 3 3 4 4 4 3 23 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
10 41-50 L S1 >16 3 4 5 4 3 4 23 5 4 3 4 5 5 26 5 5 4 4 4 5 5 5 37 3 3 4 3 4 3 4 24 4 4 3 4 5 20 5 4 4 13
11 >50 L S1 >16 5 4 4 4 4 4 25 4 1 4 5 4 4 22 4 5 5 4 5 5 5 4 37 4 3 1 3 3 4 4 22 3 4 3 4 4 18 4 4 4 12
12 25-40 P DIII 6-10 5 1 3 4 5 4 22 5 2 3 5 4 4 23 4 5 5 4 5 4 5 4 36 4 2 3 3 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
13 >50 L DIII >16 4 3 4 4 2 4 21 4 1 3 4 4 4 20 4 4 3 4 4 3 4 4 30 4 4 3 4 4 4 4 27 4 3 3 4 4 18 4 4 4 12
14 >50 L SMA >16 5 3 4 4 3 4 23 4 1 5 4 4 4 22 4 4 3 4 4 3 3 4 29 4 4 4 4 3 4 4 27 4 3 3 4 4 18 4 4 4 12
15 41-50 P DIII 6-10 4 2 4 4 4 4 22 4 2 4 3 4 4 21 4 4 4 5 4 4 4 4 33 5 4 4 4 4 4 4 29 5 4 4 4 4 21 4 4 4 12
16 >50 L S1 >16 4 3 4 4 4 4 23 4 2 4 4 4 4 22 4 4 5 4 4 4 3 4 32 4 4 4 4 4 4 4 28 5 4 4 4 4 21 4 4 4 12
17 >50 L S1 >16 5 4 5 5 4 4 27 3 2 3 4 4 5 21 2 4 5 4 5 5 4 4 33 5 2 3 3 2 3 2 20 3 4 5 4 5 21 4 5 4 13
18 41-50 L S1 >16 3 4 4 4 4 4 23 2 4 5 5 5 4 25 4 5 5 5 4 4 4 5 36 3 2 4 2 5 4 2 22 5 5 4 3 5 22 4 4 4 12
19 >50 L S1 >16 4 5 5 5 5 5 29 3 1 3 5 4 4 20 3 5 5 5 5 5 5 5 38 4 3 3 3 3 3 2 21 3 5 5 5 5 23 4 4 4 12
20 >50 L SMA >16 3 4 4 4 4 4 23 2 4 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 2 4 2 4 4 2 21 4 4 4 3 4 19 4 4 4 12
21 25-40 P S1 6-10 4 5 4 4 4 4 25 4 2 3 3 3 5 20 4 5 4 5 5 5 4 4 36 3 2 4 3 4 4 4 24 4 4 4 5 4 21 4 4 4 12
22 25-40 P S1 11-15 4 3 4 4 5 3 23 5 1 4 5 5 5 25 4 4 5 4 5 5 4 5 36 3 3 4 3 3 3 3 22 5 4 5 5 5 24 5 5 4 14
23 41-50 L S1 >16 4 3 4 4 4 3 22 5 1 3 5 5 5 24 4 5 5 4 5 4 4 4 35 3 3 4 4 3 3 3 23 5 4 5 5 5 24 5 5 5 15
24 >50 L SMA >16 4 4 4 4 4 4 24 4 1 5 4 3 5 22 4 5 4 5 5 5 4 4 36 3 2 4 4 4 4 4 25 4 4 4 5 4 21 4 4 4 12
25 >50 P SMA >16 4 4 5 4 4 4 25 4 2 4 4 4 4 22 4 5 5 5 5 5 4 4 37 4 4 4 4 3 4 3 26 4 4 4 5 5 22 4 4 4 12
26 >50 L S1 >16 5 5 3 5 5 5 28 5 1 3 5 2 3 19 5 5 5 5 5 5 5 4 39 3 3 4 4 2 3 3 22 1 2 5 5 4 17 3 3 3 9
27 >50 P SMA >16 4 4 5 4 4 4 25 4 2 4 4 4 4 22 4 5 5 5 5 5 4 4 37 4 4 4 4 3 4 3 26 4 4 4 5 5 22 4 4 4 12
28 25-40 L S1 11-15 5 4 4 4 4 4 25 4 2 4 4 4 4 22 3 4 3 4 3 4 3 4 28 4 4 4 5 4 3 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
29 41-50 L S1 >16 4 4 3 4 3 4 22 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 4 4 3 3 25 4 4 3 4 4 19 4 3 4 11
30 41-50 L S1 11-15 4 4 3 4 3 4 22 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 4 4 3 3 25 4 4 4 4 4 20 4 3 3 10
31 25-40 P S1 6-10 4 4 3 4 2 4 21 4 2 3 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 4 4 3 3 25 4 4 3 4 4 19 4 3 4 11
32 25-40 L DIII 11-15 4 4 3 4 3 4 22 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 4 4 3 3 25 4 4 3 4 4 19 4 3 4 11
33 25-40 L DIII 11-15 4 4 2 2 2 4 18 4 1 5 4 4 5 23 2 5 4 4 4 4 4 4 31 4 3 4 4 2 3 3 23 4 4 4 4 4 20 4 3 4 11
34 25-40 P DIII 6-10 4 3 2 3 2 4 18 4 1 3 4 4 5 21 2 5 4 4 4 4 4 4 31 3 3 4 4 2 3 4 23 4 4 4 4 4 20 4 3 4 11
35 41-50 L S1 6-10 4 2 4 2 4 4 20 4 2 4 4 4 4 22 2 4 4 4 4 4 4 4 30 2 4 2 2 4 4 4 22 4 4 2 4 4 18 4 4 4 12
36 25-40 L S1 >16 4 2 2 4 4 4 20 4 2 3 4 4 4 21 2 4 4 4 4 4 2 4 28 4 3 2 4 2 4 4 23 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
37 25-40 L DIII 6-10 4 2 4 5 4 2 21 3 4 5 4 4 4 24 3 3 4 4 3 4 4 4 29 3 3 4 4 4 3 3 24 4 5 5 5 4 23 4 3 3 10
38 25-40 L S1 6-10 5 4 4 4 4 5 26 5 3 3 5 4 5 25 4 4 4 4 4 5 4 4 33 3 3 4 4 3 3 3 23 4 4 4 5 4 21 4 4 4 12
39 25-40 P S1 11-15 5 4 4 4 4 5 26 5 2 5 5 4 4 25 4 4 4 4 4 5 3 4 32 4 3 4 4 3 3 4 25 4 4 4 5 4 21 4 5 5 14
40 41-50 P S1 >16 5 4 4 5 4 3 25 4 4 3 4 4 4 23 3 3 3 4 3 4 4 4 28 4 3 4 4 4 3 3 25 4 5 5 5 4 23 4 3 3 10
41 25-40 L S1 11-15 4 4 3 4 3 3 21 5 2 4 5 5 5 26 4 4 5 3 5 5 3 5 34 5 4 5 5 5 4 5 33 5 4 4 3 5 21 4 4 3 11
42 25-40 L S1 1-15 4 3 5 5 2 5 24 5 1 3 4 4 3 20 4 5 4 4 4 4 3 4 32 1 1 2 1 4 5 1 15 1 5 5 5 5 21 3 2 1 6
43 25-40 L DIII 6-10 4 4 4 4 4 4 24 4 2 4 4 4 4 22 3 4 4 4 4 4 4 4 31 4 4 4 3 4 3 3 25 3 4 4 5 5 21 4 3 3 10
44 25-40 L S1 6-10 5 1 3 5 3 4 21 4 3 3 4 4 4 22 4 4 3 4 4 4 4 4 31 4 4 4 3 4 2 2 23 4 2 4 4 5 19 4 3 3 10
45 41-50 L S1 >16 4 4 4 4 4 4 24 5 1 4 5 4 4 23 3 5 4 4 4 5 4 5 34 4 3 4 4 4 3 3 25 3 4 4 4 4 19 4 3 3 10
46 >50 P SMA >16 3 4 5 5 4 3 24 4 2 3 4 4 3 20 4 4 4 5 4 5 3 5 34 5 4 5 4 5 4 3 30 3 4 5 4 5 21 5 2 2 9
47 41-50 L S1 >16 5 4 3 2 4 3 21 4 1 4 4 4 4 21 3 4 3 5 4 4 4 5 32 4 4 4 4 4 5 5 30 4 3 3 4 5 19 4 4 4 12
48 >50 L S1 11-15 4 4 4 4 3 4 23 5 2 4 4 4 4 23 4 4 4 4 3 4 4 4 31 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 5 3 12
49 25-40 L SMA 11-15 4 4 5 5 4 4 26 4 1 5 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 3 11
50 25-40 L S1 11-15 4 4 4 4 4 5 25 5 2 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 2 4 4 4 4 26 4 2 2 4 3 15 4 4 4 12
51 25-40 L SMA 11-15 4 4 4 4 4 4 24 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 3 3 4 4 4 25 4 3 3 4 4 18 4 4 4 12
Masa ITEM PERTANYAAN
NO umur JK Pendidikan Kerja X1 Total X2 Total X3 Total X4 Total X5 Total Y Total
(TH) 1 2 3 4 5 6 skor 7 8 9 10 11 12 skor 13 14 15 16 17 18 19 20 skor 21 22 23 24 25 26 27 skor 28 29 30 31 32 skor 33 34 35 skor
52 >50 L S1 >16 4 4 4 4 4 4 24 4 2 4 5 4 4 23 4 5 5 5 5 5 5 4 38 4 4 2 4 4 4 4 26 3 3 3 4 4 17 4 4 3 11
53 25-40 P DIII 6-10 4 5 4 5 3 5 26 5 1 5 4 5 5 25 1 5 4 4 4 5 4 4 31 3 3 4 4 4 4 1 23 3 4 4 5 5 21 4 4 4 12
54 41-50 L S1 >16 5 4 4 4 4 4 25 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 2 4 4 4 4 4 26 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
55 41-50 L S1 >16 4 5 4 5 4 5 27 5 1 5 5 4 5 25 2 4 3 4 4 4 4 4 29 3 4 4 4 4 4 1 24 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
56 >50 L S1 >16 5 4 4 4 4 5 26 5 1 5 3 5 5 24 4 5 4 4 5 5 5 5 37 5 5 4 5 5 5 4 33 4 5 5 4 5 23 4 5 5 14
57 41-50 P S1 >16 4 3 2 1 3 3 16 3 2 4 4 4 4 21 4 4 3 4 4 4 3 4 30 4 3 2 3 4 4 3 23 4 3 3 3 4 17 4 3 4 11
58 41-50 L S1 11-15 5 3 3 2 4 4 21 5 1 5 5 5 5 26 3 5 5 5 5 5 5 5 38 5 3 4 5 5 5 4 31 4 3 4 4 4 19 4 4 3 11
59 25-40 P SMA 6-10 4 4 2 3 4 2 19 3 2 4 4 4 4 21 3 4 4 4 4 4 3 4 30 3 4 4 4 4 4 4 27 4 2 2 3 4 15 4 4 4 12
60 25-40 L SMA 6-10 4 4 4 4 3 4 23 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 3 4 4 4 3 26 4 4 4 4 4 20 4 3 3 10
61 25-40 P SMA >16 4 4 2 3 4 3 20 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 4 4 4 4 4 30 4 3 4 4 4 19 4 3 3 10
62 41-50 L S1 >16 4 4 3 4 4 4 23 4 1 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 3 4 31 3 2 4 2 2 3 3 19 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
63 >50 L S1 >16 4 2 2 4 4 4 20 5 1 3 4 4 4 21 4 5 4 5 5 4 2 4 33 4 2 4 2 2 2 2 18 4 4 4 4 5 21 4 3 2 9
64 25-40 L S1 >16 4 4 4 4 4 4 24 4 2 4 4 4 4 22 4 5 4 4 4 4 4 4 33 4 2 4 4 4 4 4 26 2 4 4 4 4 18 4 2 2 8
65 41-50 L S1 >16 4 1 3 4 4 5 21 2 3 4 3 4 4 20 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 2 4 4 3 4 3 24 3 4 4 4 4 19 4 4 4 12
66 41-50 P S1 >16 4 4 4 5 3 4 24 5 4 5 3 3 4 24 4 5 4 3 5 4 3 5 33 4 3 4 3 3 3 3 23 3 4 4 4 4 19 4 4 3 11
67 >50 L SMA 11-15 5 3 3 2 3 2 18 4 3 4 4 4 4 23 5 5 5 5 5 5 4 4 38 4 4 3 2 4 4 5 26 5 3 3 3 4 18 4 4 4 12
68 41-50 P SMA >16 5 4 5 5 4 4 27 4 1 5 5 4 4 23 3 5 5 5 5 4 5 5 37 5 4 4 5 4 4 4 30 4 5 5 5 5 24 5 5 5 15
69 41-50 p SMA >16 4 4 3 2 4 4 21 4 1 4 4 4 3 20 4 5 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
70 41-50 P DIII 11-15 4 4 4 4 4 4 24 4 2 5 3 4 4 22 3 4 3 3 4 4 4 4 29 4 3 3 3 4 4 3 24 4 3 3 4 4 18 4 4 5 13
71 >50 L S1 >16 4 4 4 4 4 4 24 4 2 5 3 4 4 22 4 5 4 4 4 5 2 4 32 4 3 3 3 4 3 3 23 3 4 4 3 4 18 3 4 4 11
72 25-40 L S1 6-10 4 4 3 3 3 3 20 4 2 5 5 4 5 25 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 3 4 3 4 25 4 3 4 4 4 19 4 4 3 11
73 >50 L S1 >16 5 4 3 2 4 2 20 4 2 5 4 4 5 24 4 5 4 4 4 4 5 5 35 3 4 3 2 4 4 4 24 4 3 3 4 4 18 3 4 4 11
74 41-50 P SMA 6-10 4 4 4 4 4 4 24 4 3 4 3 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 2 3 2 4 4 4 22 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
75 25-40 P SMA <5 5 3 4 2 2 5 21 5 5 5 2 4 5 26 3 4 4 4 4 4 3 3 29 3 2 3 2 4 4 4 22 3 3 4 5 4 19 3 3 3 9
76 25-40 L S1 6-10 4 4 4 4 3 4 23 5 4 5 4 4 4 26 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
77 41-50 L S1 >16 4 4 4 4 4 4 24 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 3 27 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
78 >50 P SMA >16 4 4 4 4 4 4 24 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 3 27 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
79 25-40 L DIII 6-10 4 4 4 4 4 4 24 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 3 27 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
80 25-40 L SMA 11-15 4 4 4 4 4 4 24 4 3 5 3 3 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 4 4 4 3 26 4 3 4 4 3 18 4 4 4 12
81 41-50 L S1 >16 5 4 4 4 4 4 25 3 4 5 4 4 4 24 4 4 4 5 4 4 4 4 33 4 3 5 4 4 4 4 28 4 3 4 5 5 21 5 5 4 14
82 >50 P S1 >16 5 4 4 4 4 4 25 3 4 5 4 4 4 24 4 4 5 5 4 4 4 4 34 4 3 5 4 4 4 4 28 4 3 4 5 5 21 5 5 4 14
83 >50 P SMA >16 5 4 4 4 4 4 25 3 4 5 4 4 4 24 4 4 5 5 4 4 4 4 34 4 3 5 4 4 4 4 28 4 3 4 5 5 21 5 5 4 14
84 25-40 L SMA >16 5 4 4 4 4 4 25 3 4 5 4 4 4 24 4 4 5 5 4 4 4 4 34 4 3 5 4 4 4 4 28 4 3 4 5 5 21 5 5 4 14
85 >50 P S1 >16 5 3 4 3 5 4 24 4 4 4 4 2 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 2 2 4 4 4 24 4 3 4 2 4 17 4 4 4 12
86 25-40 L S1 11-15 4 4 3 4 3 4 22 3 2 5 4 4 4 22 5 5 4 5 4 5 4 4 36 3 1 4 4 3 3 3 21 3 4 4 5 5 21 4 3 3 10
87 >50 L S1 >16 3 3 4 4 4 3 21 3 3 4 4 2 5 21 4 5 5 5 4 4 4 4 35 4 2 1 4 4 4 3 22 3 4 4 4 4 19 4 4 4 12
88 >50 P SMA 6-10 4 4 4 5 4 4 25 5 3 4 5 2 5 24 4 5 5 5 4 4 4 4 35 4 2 1 4 4 4 3 22 3 4 4 4 4 19 4 4 4 12
89 >50 L SMA >16 4 4 4 4 4 4 24 4 5 5 4 3 4 25 2 5 4 4 4 4 4 4 31 2 2 3 2 4 4 2 19 4 5 5 5 4 23 5 2 4 11
90 >50 L S1 >16 4 3 3 4 3 4 21 1 5 4 4 3 4 21 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 4 4 3 3 25 3 4 4 4 4 19 4 4 4 12
91 >50 L SMA >16 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 3 4 23 2 5 4 4 4 4 4 4 31 2 2 3 2 4 4 2 19 4 5 5 5 4 23 5 2 4 11
92 >50 P S1 >16 4 4 4 4 4 4 24 4 5 4 4 3 4 24 2 5 4 4 4 4 4 4 31 3 3 3 3 4 4 3 23 4 5 5 5 4 23 5 3 4 12
93 25-40 P S1 6-10 5 4 4 3 3 5 24 5 1 3 5 4 5 23 3 5 4 5 4 4 4 5 34 4 3 3 3 3 3 3 22 4 4 4 4 4 20 3 3 4 10
94 25-40 P SMA 6-10 4 4 4 4 4 5 25 5 1 3 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 4 4 3 3 3 23 3 4 4 4 3 18 4 3 3 10
95 41-50 L DIII >16 4 3 3 4 4 4 22 4 1 3 4 4 4 20 4 4 4 4 4 4 3 4 31 4 3 4 4 4 3 3 25 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
96 41-50 P S1 >16 4 5 1 1 3 1 15 1 5 4 5 5 5 25 1 3 1 5 2 3 3 4 22 4 1 5 2 2 2 1 17 4 4 4 5 4 21 4 2 4 10
97 41-50 L SMA 6-10 4 4 4 3 4 4 23 5 2 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 12
98 >50 L S1 >16 4 3 2 3 3 3 18 3 2 4 4 5 4 22 3 5 3 5 4 3 4 5 32 4 4 2 1 5 4 3 23 3 2 4 5 4 18 5 5 4 14
99 41-50 L S1 >16 5 5 5 5 2 1 23 5 1 4 5 5 5 25 5 1 5 2 5 1 5 5 29 5 1 5 2 5 1 5 24 5 5 5 5 5 25 5 5 5 15
100 25-40 L DIII 6-10 3 3 2 2 1 4 15 3 1 2 4 4 5 19 4 5 3 4 4 5 5 5 35 3 4 3 4 4 5 3 26 4 2 4 4 4 18 4 4 3 11
RATA-RATA 4.200 3.740 3.730 3.850 3.690 3.900 3.852 4.040 2.190 3.990 4.100 3.970 4.210 3.750 3.690 4.340 4.110 4.210 4.150 4.170 3.920 4.180 4.096 3.750 3.160 3.610 3.480 3.730 3.660 3.350 3.531 3.800 3.770 3.950 4.180 4.200 3.980 4.060 3.810 3.760 3.877
STANDAR DEVIASI 0.532 0.824 0.839 0.903 0.748 0.785 0.448 0.864 1.152 0.759 0.611 0.627 0.537 0.288 0.813 0.639 0.709 0.537 0.539 0.604 0.631 0.411 0.357 0.726 0.869 0.875 0.882 0.730 0.674 0.845 0.458 0.682 0.737 0.672 0.626 0.492 0.381 0.468 0.748 0.668 0.485
KUISIONER PENELITIAN

Praya, Maret 2017

Nomor :-
Lampiran : 1 Berkas
Perihal : Permohonan kesediaan menjadi responden

Kepada Yth:
Bapak/Ibu Responden
Di Tempat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Enny Irtianna

NIM : 12F015010

Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Program Studi : Magister Akuntansi Universitas Mataram

Mohon kiranya kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi kuisioner dalam rangka


penelitian saya yang berjudul : ”Pengaruh Penganggaran,Kompetensi SDM, Komitmen
Organisasi dan Regulasi terhadap Penyerapan Anggaran Belanja Dana Kapitasi pada
Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah”.
Kuisioner ini digunakan hanya untuk keperluan penelitian, sehingga informasi
yang Bapak/Ibu/Sdr/i sampaikan akan dijamin kerahasiaannya. Informasi yang
Bapak/Ibu/Sdr/i sampaikan sangat penting dan berharga bagi saya, untuk itu saya
mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi
kuisioner ini.

Peneliti,

ENNY IRTIANNA
NIM. 12F015010
KUESIONER PENELITIAN

I. Identitas Responden
1. Nama (boleh tidak diisi) :
2. Nama Puskesmas :

3. Jenis kelamin : pria wanita


4. Usia :
dibawah 25 thn 25-40 thn
41-50 thn > 50 thn
5. Riwayat pendidikan formal yang telah ditempuh:
SLTA/sederajat, jurusan ...................................................................
D1, jurusan ........................................................................................
D3, jurusan ........................................................................................
S1, jurusan .........................................................................................
S2, jurusan .........................................................................................
6. Masa kerja : ≤5 Tahun
6-10 Tahun
11- 15 Tahun
≥ 16 Tahun
Cara Pengisian Koisioner
1. Mohon kuisioner diisi atau dijawab sesuai dengan fakta atau kenyataan berdasarkan
pengalaman atau kondisi yang sebenarnya, bukan berdasarkan perasaan subyektif
2. Setiap pertanyaan hanya boleh memilih satu jawaban dengan memberikan tanda silang
(X) pada salah satu pilihan jawaban.
I. PENGANGGARAN (X1)
1. Adanya kesesuain jenis anggaran belanja operasional kapitasi dengan jenis
kebutuhan Puskesmas
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
2. Kecukupan waktu dan data pendukung yang lengkap dibutuhkan dalam
penganggaran.
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
3. Kesalahan dalam penentuan kode akun mengakibatkan revisi anggaran sering
saya alami
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
4. Penerimaan DPA perubahan oleh Pengelola Dana Kapitasi sehingga anggaran
mengakibatkan anggaran tidak dapat direalisasikan
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
5. Kesesuaian jumlah kebutuhan dengan penentuan prosentase penganggaran
belanja operasional dibutuhkan dalam pengalokasian anggaran operasional.
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
6. Diperlukan ketepatan waktu surat keputusan pengaturan besaran alokasi
anggaran kapitasi.
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
II. KOMPETENSI SDM (X2)
7. Latar belakang pendidikan yang saya miliki menentukan tingkat penyelesaian
pekerjaan dalam mengelola Dana Kapitasi pada Puskesmas
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
8. Saya memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang akuntansi yang belum
memadai sesuai dengan tuntutan tugas sebagai pengelola keuangan.
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
9. Sebagai pengelola keuangan saya memperoleh pelatihan/bintek tentang
pengelolaan keuangan.
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
10. Saya memiliki pengalaman sebagai pengelola keuangan pada Puskesmas
memudahkan tugas dalam mengelola dana kapitasi
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
11. Sebagai Pengelola Keuangan saya sudah memahami aturan-aturan yang
terkait dalam tugas pengelolaan keuangan
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
12. Saya melakukan tugas dalam Pengelolaan Keuangan Kapitasi sesuai buku
panduan/peraturan tentang pengelolaan keuangan dana Kapitasi
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
III. KOMITMEN ORGANISASI (X3)
13. Saya bersedia berusaha dan bekerja diatas batas normal untuk mencapai tujuan
organisasi
Sangat bersedia Kurang bersedia Sangat tidak bersedia
Bersedia Tidak bersedia
14. Organisasi tempat saya bekerja sangat berarti bagi saya
Sangat berarti Kurang Berarti Sangat tidak berarti
Berarti Tidak berarti
15. Saya selalu membanggakan tempat saya bekerja sebagai organisasi terbaik
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
16. Saya selalu menerima dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepada saya
karena merupakan kewajiban moral
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
17. Organisasi tempat saya bekerja memberikan inspirasi bagi saya untuk
berprestasi
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
18. Tetap bekerja pada puskesmas merupakan kebutuhan sekaligus keinginan saya
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
19. Saya tetap melanjutkan bekerja karena organisasi lain belum tentu akan
memberi manfaat/hasil seperti yang saya terima sekarang
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
20. Saya merasa nyaman bekerja pada Puskesmas.
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
IV PROSES PENGADAAN OBAT(X4)
21. Saya berpendapat E-catalogue sudah memuat daftar obat sesuai rencana
kebutuhan Puskesmas
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
22. Dalam proses pengadaan industri farmasi cepat dalam memberi respon dan
kemudahan dalam proses konfirmasi atas pesanan
Sangat cepat Kurang cepat Sangat lambat
cepat Lambat
23. Tersedianya akses jaringan internet dalam pelaksanaan pengadaan
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
24. Adanya kesesuaian biaya distribusi obat sehingga tidak terjadi penundaan
pengiriman obat oleh industri farmasi
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
25. Dalam pemenuhan pesanan penyedia dipengaruhi ketersediaan bahan
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
26. Distributor obat yang direkomendasikan oleh industri farmasi selalu
memenuhi seluruh pesanan sesuai jumlah yang telah disepakati
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
27. Menurut saya SK Penunjukan Pejabat Pembuat Komitmen yang berwenang
sebagai pejabat yang berhak melakukan pemesanan obat dibuat tepat waktu
Sangat Tepat Waktu Kurang Tepat waktu Sangat Tidak tepat
Tepat Tidak Tepat Waktu
IV REGULASI (X5)
28. Regulasi yang mengatur alokasi jenis kebutuhan telah sesuai dengan
kebutuhan puskesmas
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
29. Kejelasan regulasi yang mengatur tata cara pengalokasi penggunaan saldo
dana terlambat ditetapkan.
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
30. Perubahan regulasi yang terjadi menjelang akhir tahun anggaran perlu
dilakukan sosialisasi dengan optimal
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
31. Dalam penerapan regulasi pengadaan obat memerlukan kesiapan berupa
komitmen yang tinggi dari pihak pelaksana
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
32. Regulasi yang mengatur sanksi yang tegas dalam pelanggaran komitmen atas
pemenuhan pesanan obat perlu dilaksanakan dengan tegas
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
V PENYERAPAN ANGGARAN (X5)
33. Instansi saya melakukan evaluasi penyerapan anggaran melalui perbandingan
anggaran dan realisasi
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
34. Pencapaian realisasi pertriwulan sesuai sesuai persentase target anggaran
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
35. Pencapaian realisasi dana Kapitasi pada instansi saya pada akhir tahun
anggaran sesuai target yang telah ditentukan
Sangat Setuju Kurang Setuju Sangat Tidak setuju
Setuju Tidak Setuju
Lampiran 7. Proses Lelang Harga Membentuk e-Catalogue
Lampiran 8. Alur Proses e-Purchasing

Anda mungkin juga menyukai