Anda di halaman 1dari 235

TESIS

PENGARUH SISTEM AKUNTANSI, PENGENDALIAN INTERN DAN


PENGAWASAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur)

EKA SUPRIHASTINI
I2F015009

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017

1
TESIS

PENGARUH SISTEM AKUNTANSI, PENGENDALIAN INTERN DAN


PENGAWASAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur)

EKA SUPRIHASTINI
I2F015009

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017

ii
PENGARUH SISTEM AKUNTANSI, PENGENDALIAN INTERN DAN
PENGAWASAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur)

TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister
Pada Program Studi Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Mataram

Oleh:
EKA SUPRIHASTINI
I2F015009

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017

iii
Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL ………………………

Oleh
Pembimbing Ketua

Prof. Dr. H. Akram, SE, M.Si.,CMA


NIP. 19621229 198803 1 003

Pembimbing Pendamping

Drs. H. Budi Santoso, M. Com., Ph.D


NIP. 19600712 198603 1 002

Mengetahui
Ketua Program

Prof. Dr. Hj. Rr. Titiek Herwanti, Dra., M.Si.


NIP. 19510829 197803 2 003

iv
Telah diuji pada
Tanggal 18 Juli 2017
PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. H. Akram, SE, M.Si.,CMA


NIP. 19621229 198803 1 003 (…………………..)

1. Drs. H. Budi Santoso, M. Com., Ph.D


Anggota : NIP. 19600712 198603 1 002
(…………………..)

2. Dr. Ni Ketut Surasni, M.Si.


NIP. 19580105 198703 2 001
(…………………..)

3. Dr. Endar Pituringsih, SE., M. Si., Ak., CA


NIDN. 0706067101
(…………………..)

v
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa tesis dengan judul:
PENGARUH SISTEM AKUNTANSI, PENGENDALIAN INTERN DAN
PENGAWASAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi
Pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur)

Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 18 Juli 2017, adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol
yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang
saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik tesis yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Mataram, Juli 2017


Yang Memberi Pernyataan

EKA SUPRIHASTINI
NIM. I2F015009

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut memberikan sumbangan
pikiran, dorongan semangat, dan membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung guna penyelesaian tesis ini, yaitu:

1. Rektor Universitas Mataram, Bapak Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D., atas


kesempatan, waktu, ijin yang diberikan untuk menempuh studi pada Program
Studi Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Mataram.
2. Direktur Pascasarjana Universitas Mataram, Bapak Prof. Ir. I Komang Damar
Jaya, M.Sc. Agr., Ph.D., atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh
studi pada Program Studi Magister Akuntansi.
3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Bapak Dr. Muaidy Yasin,
MSi., atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada Program
Studi Magister Akuntansi.
4. Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Mataram, Prof. Dr. Hj.
Rr. Titiek Herwanti, Dra., M.Si., atas kesempatan yang diberikan untuk
menempuh studi pada Program Studi Magister Akuntansi.
5. Dosen pembimbing utama, Prof. Dr. H.Akram, M.Si., CMA dan dosen
pembimbing pendamping, Drs. H. Budi Santoso, M. Com., Ph.D, yang telah
banyak memberikan bimbingan, masukan serta saran guna perbaikan tesis ini.
6. Dosen pembahas, Dr. Ni Ketut Surasni, M.Si dan Dr. Endar Pituringsih, SE.,
M. Si., Ak., CA, yang telah memberikan masukan serta saran guna perbaikan
tesis ini.
7. Dosen pengajar, yang telah berbagi ilmu dan pengetahuan dan Staf akademik,
yang telah memfasilitasi proses administrasi selama menempuh studi pada
Program Studi Magister Akuntansi Universitas Mataram.
8. Penanggung Jawab Program Beasiswa STAR BPKP beserta seluruh
jajarannya, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam

vii
menempuh dan menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Akuntansi
Universitas Mataram.
9. Suamiku tercinta Lalu Iling Swaprana, terima kasih atas dukungan dan
do’amu dan anakku tersayang Lalu Labib Ghaisan Athoillah, tawa ceriamu
selalu menjadi penyemangat bunda.
10. Orang tuaku tercinta dan adik-adikku tersayang terima kasih atas do’a dan
dukungan yang tiada putus sehingga studi ini dapat selesai dengan baik dan
tepat pada waktunya.
11. Teman-teman penerima Program Beasiswa STAR BPKP Batch IV pada
Program Studi Magister Akuntansi Universitas Mataram, yang telah banyak
membantu, saling mendukung dan selalu berjuang bersama-sama dalam
menyelesaikan studi.
12. Semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan baik dalam bentuk moril maupun materil.
Akhir kata, semoga segala bimbingan, dukungan maupun do’a dari semua
pihak yang terlibat dalam penyelesaian tesis ini, diberi balasan yang setimpal oleh
Allah SWT, amin.

Mataram, Juli 2017

Penulis

viii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sistem akuntansi keuangan


daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah terhadap
akuntabilitas keuangan pemerintah daerah serta menguji pengaruh pemanfaatan
teknologi informasi dalam memperkuat hubungan variabel-variabel tersebut
terhadap akuntabilitas keuangan. Penelitian dilakukan di seluruh satuan kerja
perangkat daerah lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Populasi
penelitian melibatkan seluruh aparat pengelola keuangan pada seluruh satuan
kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian
berjumlah 102 responden yang terdiri dari pejabat penatausahaan keuangan dan
bendahara. Estimasi model penelitian menggunakan pendekatan Partial Least
Squares (PLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel sistem akuntansi
keuangan daerah dan sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas keuangan pemerintah daerah dan pemanfaatan teknologi informasi
hanya mampu memperkuat hubungan sistem pengendalian intern terhadap
akuntabilitas keuangan. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat berkontribusi
pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi sektor publik dan
dapat memberikan referensi untuk studi masa depan, selain itu dapat digunakan
sebagai evaluasi bagi pemerintah daerah untuk membenahi pengelolaan keuangan
dalam rangka meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Kata kunci : Akuntabilitas keuangan, sistem akuntansi keuangan daerah, sistem


pengendalian intern, pengawasan keuangan daerah, pemanfaatan
teknologi informasi

ix
ABSTRACK

This study aimed to examine the influence of regional financial accounting


system, internal control system and local financial supervision on financial
accountability of local governments and test the influence of utilization of
information technology in strengthening the relationship of these variables to
financial accountability. The research was conducted in all working units of the
regional scope of the Government of East Lombok Regency. This research used
survey method where the primary data is obtained by distributing questionnaires.
The study population involved all financial management officers in all units of the
local government unit of East Lombok regency. Sampling technique used was
purposive sampling. The sample of research was 102 respondents consisting of
financial administration officials and treasurer. Estimation of research model
used Partial Least Squares (PLS) approach. The results of this study indicate that
the variables of regional financial accounting system and internal control system
have a positive effect on financial accountability of local government and the
utilization of information technology can only strengthen the relationship of
internal control system to financial accountability. Theoretically, the results of
this research can contribute to the development of science in the field of public
sector accounting and can provide a reference for future studies, but it can be
used as an evaluation for local governments to fix financial management in order
to improve government financial accountability.

Keywords : Financial accountability, regional financial accounting system,


internal control system, regional financial supervision, utilization of
information technology

x
DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Depan ............................................................................................ i


Sampul Dalam ............................................................................................ ii
Prasyarat Gelar ........................................................................................... iii
Lembar Persetujuan .................................................................................... iv
Penetapan Panitia ....................................................................................... v
Pernyataan Keaslian Tesis .......................................................................... vi
Ucapan Terima Kasih ................................................................................. vii
Abstrak ....................................................................................................... ix
Abstract ...................................................................................................... x
Daftar Isi ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel .............................................................................................. xiv
Daftar Gambar ............................................................................................ xv
Daftar Lampiran ......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 17
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 17
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 18
1.4.1. Manfaat Teoretis ............................................................ 18
1.4.2. Manfaat Praktis .............................................................. 18
1.4.3. Manfaat Kebijakan ......................................................... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 20


2.1. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ............................ 20
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................ 20
2.1.2. Teori Stewardship (Stewardship Theory) ................. 24
2.1.3. Teori Kontinjensi ......................................................... 27
2.1.4. Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah ............. 31
2.1.5. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ......................... 33
2.1.6. Sistem Pengendalian Intern ....................................... 35
2.1.7. Pengawasan Keuangan Daerah .................................... 37
2.1.8. Pemanfaatan Teknologi Informasi ............................. 38
2.1.9. Telaah Riset Terdahulu .............................................. 41
2.2. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis............. 51
2.2.1. Rerangka Konseptual .................................................. 52
2.2.2. Pengembangan Hipotesis............................................. 56
2.2.2.1. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Terhadap Akuntabilitas Keuangan ................. 56

xi
2.2.2.2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap
Akuntabilitas Keuangan ................................. 58
2.2.2.3. Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap
Akuntabilitas Keuangan Daerah..................... 59
2.2.2.4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memoderasi
Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
terhadap Akuntabilitas Keuangan .................. 61
2.2.2.5. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memoderasi
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap
Akuntabilitas Keuangan ................................. 63
2.2.2.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memoderasi
Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Keuangan ................................. 64

METODE PENELITIAN .......................................................................... 67


3.1. Jenis Penelitian ..................................................................... 67
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 67
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 68
3.3.1. Populasi Penelitian....................................................... 68
3.3.2. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ..................... 68
3.4. Variabel Penelitian ................................................................ 69
3.4.1. Klasifikasi Variabel .................................................... 69
3.4.2. Definisi Operasional Variabel .................................... 70
3.5. Prosedur Pengumpulan Data.................................................. 74
3.6. Prosedur Analisis Data........................................................... 75
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif ......................................... 76
3.6.2. Analisis Partial Least Square (PLS) – Structural Equation
Modelling (SEM).......................................................... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 85


4.1. Gambaran Obyek Umum Penelitian .................................... 85
4.2. Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen Penelitian .............. 87
4.2.1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .......................... 87
4.2.2. Uji Validitas Instrumen Penelitian .............................. 88
4.3. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 89
4.3.1. Analisis Statistik Deskriptif Profil Responden ........... 90
4.3.2. Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden ....... 95
4.3.2.1. Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden
Berdasarkan Nilai Jawaban ............................ 96
4.3.2.2. Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden
Berdasarkan Tingkat Jawaban........................ 99
4.4. Analisis Statistik Inferensial .................................................. 107
4.4.1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ............... 107
4.4.1.1. Uji Validitas Convergent................................ 107
4.4.1.2. Uji Validitas Discriminant ............................. 109
4.4.1.3. Uji Composite Reliability ............................... 112

xii
4.4.1.4. Persamaan Model Pengukuran (outer model) 113

4.4.2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) ................... 115


2
4.4.2.1. R square (R ).................................................. 115
4.4.2.2. Q2 predictive relevance .................................. 116
4.4.2.3. Nilai Signifikansi............................................ 116
4.4.2.4. Pengujian Efek Moderasi ............................... 120
4.4.2.5. Persamaan Model Struktural (Inner Model)... 121
4.5. Pembahasan............................................................................ 122
4.5.1. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Keuangan .............................................. 123
4.5.2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Akuntabilitas
Keuangan ..................................................................... 129
4.5.3. Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Keuangan .............................................. 133
4.5.4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memperkuat
Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Keuangan .............................................. 137
4.5.5. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memperkuat
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Akuntabilitas
Keuangan ..................................................................... 141
4.5.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memperkuat
Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Keuangan .............................................. 144
4.6. Implikasi Hasil Penelitian ...................................................... 148

BAB V PENUTUP...................................................................................... 152


5.1. Simpulan ............................................................................... 152
5.2. Saran untuk Perbaikan Praktek ............................................. 155
5.3. Keterbatasan Penelitian dan Arah Penelitian Mendatang ...... 157

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Opini BPK atas LKPD di Provinsi NTB......... 5
Tabel 2.1 Asumsi Dasar Teori Stewardship ............................................ 26
Tabel 3.1 Kategori Nilai pada Masing-masing Interval Kelas................. 75
Tabel 4.1 Data Penyebaran dan Tingkat Pengembalian Kuisioner ......... 86
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................ 87
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen ................................ 88
Tabel 4.4 Profil Responden ..................................................................... 91
Tabel 4.5 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden
Berdasarkan Nilai Jawaban ..................................................... 97
Tabel 4.6 Kategori Nilai pada Masing-masing Variabel ......................... 100
Tabel 4.7 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden untuk
Variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ......................... 101
Tabel 4.8 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden
untuk Variabel Sistem Pengendalian Intern ............................. 102
Tabel 4.9 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden
untuk Variabel Pengawasan Keuangan Daerah ...................... 103
Tabel 4.10 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden
untuk Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi .................. 105
Tabel 4.11 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden
untuk Variabel Akuntabilitas Keuangan ................................. 106
Tabel 4.12 Nilai AVE analisis PLS algorithm (Tahap I)........................... 109
Tabel 4.13 Nilai AVE dari analisis PLS algorithm (Tahap III) ................ 110
Tabel 4.14 Nilai Cross Loading ................................................................. 111
Tabel 4.15 Nilai Composite Reliability...................................................... 112
Tabel 4.16 Nilai R square .......................................................................... 115
Tabel 4.17 Kesimpulan Hipotesis Penelitian ............................................. 117
Tabel 4.18 Nilai Total Effect...................................................................... 121

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Rerangka Konseptual Penelitian ............................................. 55
Gambar 3.1 Model Struktural dan Pengukuran dengan PLS-SEM ........... 78
Gambar 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 90
Gambar 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ....................................... 92
Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi 93
Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Latar Belakang Tingkat
Pendidikan Tertinggi .............................................................. 94
Gambar 4.5 Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja ........................... 95
Gambar 4.6 Model Pengukuran Tahap I .................................................... 108
Gambar 4.7 Model Pengukuran Tahap III ................................................. 110
Gambar 4.8 Hasil proses bootstrapping...................................................... 117

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Telaah Riset Terdahulu

Lampiran 2 Data Populasi dan Sampel Kabupaten Lombok Timur

Lampiran 3 Definisi Operasional Variabel

Lampiran 4 Kuisioner Penelitian

Lampiran 5 Data Tingkat Pengembalian Kuisioner

Lampiran 6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Lampiran 7 Profil Responden

Lampiran 8 Tabulasi Jawaban Responden, Statistik Deskriptif Jawaban


Responden Berdasarkan Tingkat Jawaban dan Hasil Statistik
Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Jawaban

Lampiran 9 Hasil Evaluasi Outer Model Tahap I PLS Algorithm

Lampiran 10 Hasil Evaluasi Outer Model Tahap II PLS Algorithm

Lampiran 11 Hasil Evaluasi Outer Model Tahap III PLS Algorithm

Lampiran 12 Hasil Uji PLS Bootstraping

Lampiran 13 Titik Persentase Distribusi t

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Good government governance (tata pemerintahan yang baik) menjadi

istilah yang sangat mengemuka sejak dimulainya reformasi di Indonesia.

Konsep good government governance muncul karena kurang efektifnya kinerja

pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik.

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan

salah satu instrumen yang merefleksikan keinginan pemerintah untuk

melaksanakan tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah (Agustiar, 2016). Undang-undang tersebut merupakan landasan yuridis

pengembangan otonomi daerah yang menjelaskan pemberian otoritas eksekutif

dan pelimpahan kewenangan rakyat kepada kepala daerah untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah termasuk kewenangan dalam

pengelolaan keuangan daerah.

Pemberian kewenangan tersebut mencerminkan adanya hubungan

keagenan antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan hal ini menuntut

akuntabilitas pemerintah daerah dalam hal pengelolaan keuangan daerah yang

sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 21 tahun 2011

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Keterikatan kepala

1
2

daerah dengan peraturan perundang-undangan merupakan bentuk kontrak

dari perspektif keagenan.

Eisenhardt (1989) menyatakan masalah keagenan yang pertama muncul

yaitu ketika terdapat konflik antara tujuan principal dengan tujuan agent dan

sulitnya principal memverifikasi apa yang sebenarnya dilakukan oleh agent.

Masyarakat sebagai pemilik dana tidak dapat mengawasi langsung proses

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan pemerintah

daerah, oleh karena itu Undang-undang No. 23 Tahun 2014 mengatur bahwa

terdapat agen lainnya yang berfungsi sebagai pengawas (check and balances)

terhadap upaya pengelolaan sumber daya. Agen penyeimbang tersebut dalam

konteks daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan DPRD sebagai refresentasi masyarakat

merupakan bentuk agency cost akibat adanya peluang yang sangat besar

terjadinya berbagai agency problems di pemerintah daerah.

Kepala daerah menyusun rancangan peraturan daerah (Perda) tentang

urusan daerah, organisasi perangkat daerah dan pokok-pokok pengelolaan

keuangan daerah. Penetapan Perda tersebut bersama-sama dengan DPRD

menunjukkan adanya kontrak antara kepala daerah dengan DPRD. Secara

kelembagaan DPRD merupakan representasi rakyat yang mendelegasikan

kekuasaannya sebagai prinsipal kepada anggota DPRD (Abdullah : 2012).

Kepala daerah sebagai agen harus menjalankan ketentuan dalam kontrak

tersebut dengan dibantu oleh SKPD, jadi dalam hal ini kepala SKPD adalah

agen pelaksana yang membantu pemerintah daerah.


3

Sebagai turunan dari Permendagri No. 21 Tahun 2011, peraturan daerah

yang disepakati kepala daerah bersama DPRD terkait pokok-pokok pengelolaan

keuangan daerah mencakup sistem pengendalian manajemen yang harus

dijalankan pemerintah dalam pengelolaan keuangan pemerintah yaitu sistem

akuntansi dan pengendalian intern serta pengawasan keuangan. Kepala daerah

(pemerintah) dalam melakukan pengelolaan keuangan harus berpedoman pada

peraturan tersebut. Kepala daerah wajib melaksanakan pengelolaan dengan

menerapkan sistem akuntansi, sistem pengendalian intern termasuk tugas

pengawasan yang kewenangannya dilimpahkan kepada aparat pengawas intern

untuk menjamin bahwa program dan kegiatan yang tertuang dalam APBD serta

penatausahaan atas pengelolaan keuangan daerah dapat dijalankan secara baik

sesuai peraturan.

Kepala daerah berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan kepada

DPRD sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan yang telah

dilaksanakan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga eksternal yang

ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD), berperan mengurangi asimetri informasi sehingga DPRD dapat

menilai kinerja dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah karena

laporan keuangan yang disampaikan kepada DPRD adalah laporan keuangan yang

telah diaudit BPK. Opini yang diberikan BPK atas suatu laporan keuangan

pemerintah daerah merupakan gambaran tingkat akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah, kenaikan opini merupakan cerminan adanya perbaikan

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.


4

Menurut United Nation Development Program (UNDP) dalam Mardismo

(2002:24), akuntabilitas merupakan salah satu karakteristik pelaksanaan good

governance. Sesuai dengan karakteristik akuntabilitas, pemerintah daerah

dituntut untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan azas

umum pengelolaan keuangan daerah yang tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab dengan

memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. LAN dan

BPKP (2000:28) mengungkapkan bahwa akuntabilitas keuangan merupakan

pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan

terhadap peraturan perundangan.

Berdasarkan data Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I BPK Tahun

2016, BPK telah melakukan pemeriksaan atas 533 LKPD tahun 2015 dan

memberikan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) atas 312 LKPD, opini

Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas 187 LKPD, opini Tidak Wajar (TW) atas

4 LKPD dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atas 30 LKPD. Dengan

demikian sebanyak 58 persen LKPD yang telah mendapat opini WTP dan 42

persen belum mendapat opini WTP. Perolehan opini tersebut menunjukkan belum

tercapainya target pemerintah, dimana dari tahun 2014 pemerintah telah

menetapkan diperolehnya opini WTP atas seluruh LKPD sebagaimana tertuang

dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Belum

diraihnya opini WTP tersebut karena hasil pemeriksaan BPK mengungkapkan

masih adanya temuan sejumlah 7.989 kasus yang di dalamnya terdapat 6.150
5

permasalahan sistem pengendalian intern dan 6.016 permasalahan ketidakpatuhan

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian

daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan penerimaan dan kelemahan

administrasi senilai Rp2,52 triliun (BPK, IHPS I Tahun 2016).

Temuan tersebut menyebabkan beberapa daerah belum memperoleh opini

WTP termasuk Pemerintah Kabupaten Lombok Timur yang merupakan satu-

satunya pemerintah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang masih mendapat

opini WDP sampai tahun 2015. Perkembangan opini BPK atas akuntabilitas

keuangan pemerintah daerah di Provinsi NTB selama 5 tahun terakhir disajikan

pada Tabel 1.1. berikut ini :

Tabel 1.1. Perkembangan Opini BPK atas LKPD di Provinsi NTB


No. Entitas 2011 2012 2013 2014 2015
1 Prov. Nusa Tenggara Barat WTP WTP WTP WTP WTP
2 Kab. Bima TMP WDP WDP WDP WTP
3 Kab. Dompu TMP WDP WDP WTP WTP
4 Kab. Lombok Barat WDP WDP WDP WTP WTP
WTP
5 Kab. Lombok Tengah WDP WTP WTP WTP
DPP
6 Kab. Lombok Timur WDP WDP WDP WDP WDP
7 Kab. Lombok Utara WDP WDP WDP WTP WTP
WTP
8 Kab. Sumbawa WDP WTP WTP WTP
DPP
9 Kab. Sumbawa Barat WDP WDP WDP WTP WTP
10 Kota Bima WDP WDP WDP WTP WTP
11 Kota Mataram WDP WDP WDP WTP WTP
Sumber : BPK, IHPS I Tahun 2016

Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten

Lombok Timur merupakan satu-satunya pemerintah daerah di NTB yang masih

belum berhasil memperoleh opini WTP sampai tahun 2015. Hal tersebut terjadi

karena masih terdapat temuan-temuan terkait sistem pengendalian intern. Opini

WDP tersebut menunjukkan masih rendahnya akuntabilitas keuangan Pemerintah

Kabupaten Lombok Timur.


6

Terwujudnya akuntabilitas keuangan yang baik merupakan cerminan teori

stewardship. Berdasarkan pendekatan governance sesuai pandangan teori

stewardship, pemerintah akan berupaya untuk mewujudkan akuntabilitas

keuangan yang baik dengan melakukan pengelolaan keuangan sesuai peraturan.

Pengelolaan keuangan dilakukan dengan menerapkan mekanisme, sistem dan

prosedur kerja yang akan meningkatkan kualitas pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan. Osho (2014) menyatakan bahwa akuntabilitas

dapat dicapai melalui penerapan sistem kontrol keuangan dan strategi manajemen

dengan efisien dan efektif. Strategi manajemen meliputi kebijakan, prosedur

pelaporan dan pengawasan. Akuntabilitas keuangan memerlukan pengaturan

mekanisme keuangan internal dan eksternal termasuk sistem akuntansi yang

memadai, pelaporan dan pengawasan internal dan eksternal untuk menjamin

legalitas pengeluaran publik (Rabrenovic, 2009).

Kepala daerah bersama DPRD menentukan prosedur kerja termasuk

penetapan sistem akuntansi dalam bentuk Perda pengelolaan keuangan daerah dan

melakukan kontrol atas kinerja kepala SKPD melalui mekanisme sistem

pengendalian intern dan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas intern.

Penerapan sistem akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah, diharapkan

mampu memperbaiki kinerja pengelolaan keuangan sehingga apa yang diharapkan

masyarakat sebagai pemilik dana publik sejalan dengan kinerja dan

pertanggungjawaban yang diberikan pemerintah. Mardiasmo (2002:34)

menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

maka diperlukan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah yang handal untuk
7

dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal dan dapat dipercaya.

Pemerintah harus berupaya untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas

karena laporan keuangan pemerintah merupakan sarana untuk menilai

akuntabilitas pengelolaan keuangan.

Pemerintah dalam menjalankan amanah masyarakat dalam pengelolaan dana

publik memiliki otoritas atas pengendalian seluruh aktivitas pengelolaan sumber

daya. Pengendalian intern yang lemah menyebabkan laporan keuangan yang

dihasilkan kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan

(Mardiasmo, 2002:34). Laporan keuangan yang andal dan relevan mencerminkan

integritas pelaporan keuangan pemerintah sebagai wujud akuntabilitas keuangan.

Selain itu akuntabilitas keuangan juga dicerminkan dengan ketaatan terhadap

peraturan peundang-undangan. Dengan demikian efektif tidaknya penerapan

sistem pengendalian intern akan sangat berpengaruh terhadap akuntabilitas

keuangan pemerintah.

Hasil pemeriksaan BPK atas LKPD Tahun 2015 menunjukkan dari 6.150

kasus kelemahan SPI 38 persen merupakan permasalahan sistem pengendalian

akuntansi dan pelaporan, 40 persen kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja, dan 22 persen kelemahan struktur

pengendalian intern (BPK, IHPS I Tahun 2016). Temuan BPK atas LKPD

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015 mengungkapkan adanya kelemahan SPI

dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban tunjangan profesi, tunjangan

fungsional, dan dana tambahan penghasilan guru pada Dinas Pendidikan dan

Olahraga Kabupaten Lombok Timur serta instansi terkait lainnya terdiri dari 5
8

kasus penyimpangan terhadap peraturan tentang pendapatan dan belanja 1 kasus

kelemahan SPI lain-lain. Ditemukan juga ketidakpatuhan terhadap ketentuan

Peraturan Perundang-undangan sebanyak 4 kasus dengan nilai 521,32 jt yang

terdiri dari 2 kasus belanja tidak sesuai/melebihi ketentuan senilai 383,32 jt, 1

kasus penyimpangan peraturan bidang tertentu, 1 kasus lain-lain permasalahan

ketidakpatutan senilai 138 jt. Temuan lain yaitu terkait asset tetap yang disajikan

tidak sesuai dengan SAP.

Terkait temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah serta pengendalian intern belum

dilaksanakan dengan maksimal sesuai Permendagri No. 21 tahun 2011

menyebabkan pengelolaan keuangan tidak baik sehingga akuntabilitas

keuanganpun lemah. BPK menyatakan bahwa permasalahan tersebut pada

umumnya terjadi karena pejabat/pegawai yang bertanggung jawab lalai dan tidak

cermat dalam menaati dan memahami ketentuan yang berlaku, lemah dalam

melakukan pengawasan dan pengendalian. Lemahnya pengendalian

mengindikasikan belum diterapkannya sistem akuntansi keuangan yang handal

karena sistem akuntansi yang lemah akan menyebabkan pengendalian intern

lemah (Mardiasmo, 2002:34).

Kontrak hubungan keagenan kepala daerah dengan DPRD yang tertuang

dalam peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan mengharuskan kepala

daerah untuk melakukan pengawasan atas kegiatan pengelolaan keuangan yang

dilaksanakan oleh aparatnya. Dalam hal ini, kepala daerah menunjuk inspektorat

daerah untuk melakukan pengawasan. Mardiasmo (2002:240) menyatakan bahwa


9

keterlibatan auditor internal dalam proses pengawasan sangat penting untuk

menilai konsistensi antara praktik yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan

standar yang berlaku serta menilai kebijakan akuntansi. Pujiswara, et al. (2014)

dalam penelitiannya mengungkapkan rendahnya akuntabilitas keuangan yang

diindikasikan oleh rendahnya nilai informasi laporan keuangan dapat disebabkan

oleh masih lemahnya pengawasan.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh sistem

akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan keuangan terhadap akuntabilitas

keuangan pemerintah. Pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah telah diuji oleh Widyaningsih, et al.

(2011), Kurnia (2013), Olatunji (2013) dan Soleha (2014), membuktikan bahwa

sistem akuntansi keuangan daerah yang diimplementasikan dengan efektif

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan akuntabilitas

keuangan. Hasil tersebut didukung oleh hasil penelitian Hazrita, et al. (2013) dan

Lily (2015) yang membuktikan adanya pengaruh sistem akuntansi keuangan

terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah. Sementara hasil penelitian Saputra

(2014) dan Asfiryati (2017) menunjukkan hal yang berbeda bahwa penerapan

sistem akuntansi keuangan daerah tidak mampu meningkatkan kualitas

akuntabilitas keuangan.

Penelitian yang mengkaji pengaruh sistem pengendalian intern terhadap

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah telah dilakukan oleh Widyaningsih, et

al. (2011), Soleha (2014), Ichlas, et al. (2014) Aramide dan Bashir (2015) dan

Kewo (2017) memberikan bukti bahwa pemerintah daerah yang menerapkan


10

sistem pengendalian intern dengan efektif, mampu meningkatkan akuntabilitas

keuangannya. Hasil yang tidak konsisten dikemukakan Retnaningtyas (2016) dan

Santoso (2016) bahwa penerapan sistem pengendalian intern tidak berhasil

memberikan peningkatan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah.

Pengaruh pengawasan keuangan terhadap akuntabilitas keuangan

pemerintah telah dikaji oleh Amasi (2013) dan Retnningtyas (2016) yang

mengemukakan hasil bahwa pengawasan keuangan yang semakin efektif mampu

meningkatkan akuntabilitas keuangan. Hasil tersebut didukung oleh penelitian

Pujiswara, et al. (2014) yang membuktikan bahwa pengawasan keuangan daerah

berpengaruh positif terhadap nilai informasi dan akuntabilitas pemerintah.

Sementara penelitian Solomon (2015) dan Alqodri (2015) yang menguji pengaruh

audit intern (pengawasan keuangan) terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah

tidak menunjukkan adanya pengaruh. Hal yang sama ditunjukkan dari hasil

penelitian Syarifuddin, et al. (2016) yang tidak menemukan pengaruh antara peran

auditor internal dalam pengawasan terhadap kualitas informasi sebagai sarana

akuntabilitas keuangan pemerintah.

Hasil penelitian-penelitian tersebut masih menunjukkan adanya

pertentangan tentang pengaruh sistem akuntansi, pengendalian intern dan

pengawasan keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah.

Pertentangan hasil penelitian tersebut diduga kuat karena adanya faktor situasional

yang mempunyai efek kontijensi terhadap hubungan variabel-variabel eksogen

tersebut terhadap akuntabilitas keuangan. Menurut Govindarajan (1998) dalam

Suhartono dan Mochammad (2006), diperlukan upaya untuk merekonsiliasi


11

ketidakkonsistenan dengan cara mengidentifikasikan faktor-faktor kondisional

antara kedua variabel tersebut dengan pendekatan kontijensi. Penggunaan

pendekatan kontijensi tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang

bertindak sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan antara

sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah dengan

akuntabilitas keuangan pemerintah. Penelitian ini mencoba memasukkan salah

satu variabel yang mempunyai efek kontinjensi sebagai variabel moderasi

kedalam model penelitian.

Jogiyanto (2010) menjelaskan bahwa suatu variabel moderasi adalah suatu

variabel independen lainnya yang dimasukkan kedalam model karena mempunyai

efek kontinjensi dari hubungan variabel dependen dan variabel independen

sebelumnya. Pendekatan kontinjensi yang digunakan dalam akuntansi manajemen

berdasarkan pada premis bahwa sistem akuntansi manajemen tergantung pada

faktor-faktor situasional yang menyebabkan sistem tersebut menjadi lebih efektif

(Istanti, 2013).

Salah satu variabel kontinjensi yang dapat terjadi dalam suatu sistem

pengendalian manajemen menurut Fisher (1998) adalah variabel yang terkait

dengan teknologi. Sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan

merupakan suatu rangkaian sistem pengendalian manajemen. Variabel kontinjensi

akan mempengaruhi rangkaian pengendalian organisasi yang meliputi desain

sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, organisasi dan rencana

pengendalian lain dan hal ini akan mempengaruhi efektivitas organisasi dalam

pencapaian tujuan (Fisher,1998).


12

Padu padan yang sesuai antara sistem akuntansi manjemen dan variabel

kontinjensi kontekstual akan menghasilkan kinerja organisasi dan individual yang

semakin meningkat (Istanti, 2013). Teknologi informasi sebagai salah satu

variabel kontinjensi yang berpengaruh terhadap sistem pengendalian manajemen

dibutuhkan untuk mendukung sistem akuntansi, pengendalian intern dan

pengawasan keuangan bekerja dengan efektif dalam rangka mempermudah

tercapainya peningkatan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Fujiastuti (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi aplikasi teknologi

informasi akan meningkatkan kemampuan suatu sistem akuntansi untuk

menyajikan informasi. Silviana (2014) mengungkapkan bahwa integrasi teknologi

informasi dengan sistem akuntansi dalam sistem pengelolaan keuangan daerah

dibutuhkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal dan tepat waktu

sebagai wujud akuntabilitas keuangan pemerintah. Hasil penelitian Murungi dan

Kayigamba (2015) juga mengungkapkan bahwa komputerisasi proses akuntansi

berpengaruh terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan. Istiana (2013)

menyatakan bahwa teknologi informasi juga mempunyai pengaruh penting

terhadap tipe informasi akuntansi yang perlu disediakan yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap kinerja maupun pencapaian tujuan organisasi. Suhartono

dan Mochammad (2006) menyatakan bahwa kinerja diantaranya bisa diwujudkan

dalam hal keuangan dan akuntabilitas. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi sangat diperlukan

untuk menunjang efektifnya sistem akuntansi yang telah dirancang yang pada
13

akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan

pemerintah.

Adanya sebuah faktor kontinjensi dalam mekanisme pengendalian akan

menghasilkan peningkatan efektivitas maupun ketidakefektivan (Istanti, 2013).

Yendrawati (2013) menyatakan bahwa faktor eksternal yang salah satunya adalah

teknologi informasi mampu mengefektifkan sistem pengendalian internal dalam

menyajikan informasi keuangan yang berkualitas sebagai bentuk akuntabilitas

keuangan pemerintah. Utomo (2006) mengungkapkan bahwa kefektifan prosedur

pengendalian manual yang telah dirancang tergantung pada keefektifan

pengendalian kelengkapan dan keakuratan pemrosesan komputer. Dengan

demikian pemanfaatan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap

efektivitas penerapan pengendalian intern dalam rangka mewujudkan

akuntabilitas keuangan.

Pengelolaan dan pelaporan keuangan yang telah dilaksanakan dengan sistem

yang terkomputerisasi juga akan sangat mempermudah proses pemeriksaan dan

pengawasan keuangan. Adanya teknologi informasi berupa aplikasi pengelolaan

keuangan menjadikan data-data akuntansi tercatat secara akurat dan tepat waktu

serta membantu dalam proses backup data sehingga memudahkan pengawasan.

Pengelolaan keuangan yang telah terkomputerisasi sangat membantu kelancaran

pengumpulan data dalam proses pemeriksaan. Penyusunan laporan keuangan yang

telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi akan mempermudah dan

mempercepat proses pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah

(www.bpkp.go.id, 2017).
14

Pujiswara et al. (2014) membuktikan bahwa pengawasan keuangan dan

integrasi teknologi informasi dalam sistem akuntansi keuangan mampu

meningkatkan nilai informasi pelaporan keuangan yang merupakan wujud

akuntabilitas keuangan pemerintah. Dengan demikian pengawasan keuangan akan

lebih mudah dilakukan atas pengelolaan keuangan yang telah dirancang dengan

sistem yang telah terintegrasi dengan teknologi informasi dalam rangka

meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Beberapa penelitian yang menggunakan teknologi informasi sebagai

variabel moderasi dalam hubungan antara sistem akuntansi keuangan, sistem

pengendalian dan pengawasan keuangan diantaranya telah dilakukan oleh Untary

(2015) yang menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi yang

merupakan faktor eksternal tidak dapat memoderasi hubungan antara sistem

informasi akuntansi keuangan terhadap kualitas informasi keuangan yang

merupakan sarana akuntabilitas keuangan pemerintah. Yendrawati (2015) yang

mengemukakan hasil bahwa faktor eksternal yang meliputi teknologi informasi

dapat memoderasi pengaruh sistem pengendalian itern terhadap kualitas informasi

laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas keuangan pemerintah. Namun

tidak sejalan dengan hasil penelitian Sukmaningrum (2012) yang mengungkapkan

hasil bahwa faktor eksternal yang diproksikan dengan kemajuan IT,

perkembangan web dan internet tidak dapat memoderasi hubungan sistem

pengendalian intern dan kualitas informasi laporan keuangan sebagai wujud

akuntabilitas keuangan pemerintah.


15

Masih adanya temuan kelemahan SPI atas LKPD Pemerintah Kabupaten

Lombok Timur merupakan indikasi kurang handalnya laporan keuangan yang

disajikan sebagai wujud akuntabilitas keuangan pemerintah. Hal tersebut terjadi

karena belum dimanfaatkannya secara maksimal teknologi informasi untuk

mendukung sistem akuntansi dan pengendalian yang sudah dibangun, hal ini juga

menyebabkan pengawasan tidak dapat dilakukan dengan efektif. Permasalahan

tersebut di ungkapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor

6 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2005-2025 bahwa pemanfaatan teknologi

informasi untuk menghasilkan pelayanan publik yang lebih cepat, lebih baik, dan

lebih murah, belum dapat dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada Pemerintah Kabupaten

Lombok Timur terkait masih lemahnya akuntabilitas keuangan yang dicerminkan

dengan belum berhasil diraihnya opini WTP sampai tahun 2015, serta masih

adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu menjadi alasan

dan motivasi bagi penelitian ini untuk menguji kembali pengaruh sistem akuntansi

keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan terhadap

akuntabilitas keuangan serta pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam

memperkuat pengaruh sistem akuntansi, sistem pengendalian intern dan

pengawasan keuangan terhadap akuntabilitas keuangan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang menjadi

orisinalitas penelitian ini adalah : Pertama, penelitian sebelumnya yang dilakukan

Untary (2015), Yendrawati (2015) dan Sukmaningrum (2012) menggunakan


16

faktor eksternal yang diukur dengan perkembangan teknologi informasi,

perubahan standar dan regulasi, sementara penelitian ini fokus menggunakan

pamanfaatan teknologi informasi sebagai variabel yang memoderasi pengaruh

sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan

keuangan terhadap akuntabilitas keuangan, hal ini didasarkan pada pandangan

teori kontinjensi bahwa teknologi informasi merupakan faktor yang

mempengaruhi rangkaian sistem akuntansi dan pengendalian manajemen, selain

itu teknologi informasi telah dikembangkan secara nasional dengan adanya

aplikasi dalam pengelolaan keuangan.

Kedua, penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu variabel dari sistem

pengendalian manajemen yaitu penelitian Untary (2015) hanya menggunakan

variabel sistem akuntansi, Yendrawati (2015) dan Sukmaningrum (2012) hanya

menggunakan variabel sistem pengendalian intern, sementara penelitian ini

menggunakan tiga variabel sistem pengendalian manajemen yaitu sistem

akuntansi, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan intern. Ketiga,

penelitian sebelumnya mengkaji pertanggungjawaban pemerintah hanya dari

aspek kualitas informasi keuangan sementara penelitian ini mengkaji

pertanggungjawaban pemerintah menggunakan aspek-aspek akuntabilitas

keuangan yang lebih luas yaitu aspek kualitas laporan dan informasi keuangan,

pengungkapan informasi serta aspek ketaatan terhadap peraturan. Keempat,

penelitian ini menggunakan pendekatan model struktural dengan alat analisis

menggunakan analisis Partial Least Square (PLS) 3.0.


17

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pengendalian intern,

dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh terhadap akuntabilitas

keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur?

2. Apakah pemaanfaatan teknologi informasi berperan dalam memperkuat

hubungan sistem akuntansi keuangan daerah, pengendalian intern, dan

pengawasan keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah

Daerah Kabupaten Lombok Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan sistem akuntansi

keuangan daerah, pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah

terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok

Timur.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pemaanfaatan teknologi informasi

dalam memperkuat pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah,

pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah terhadap akuntabilitas

keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur.


18

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari hasil penelitian ini antara lain

manfaat teoretis, praktis dan kebijakan.

1.4.1 Manfaat teoretis :

Hasil penelitian ini dapat menambah literatur untuk penelitian selanjutnya di

bidang akuntansi pemerintahan, terutama terkait akuntabilitas pengelolaan

keuangan pemerintah daerah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian ini juga memberikan pemahaman mengenai teori keagenan dan teori

stewardship. Kedua teori tersebut didasarkan pada adanya pelimpahan

kewenangan pengelolaan keuangan dari masyarakat kepada pemerintah daerah

dan adanya kontrak hubungan berupa peraturan daerah terkait pedoman

pengelolaan keuangan daerah yang mengikat dan memberikan pedoman kerja

pengelolaan keuangan mencakup sistem akuntansi, pengendalian intern dan

pengawasan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pengelolaan keuangan yang

dijalankan pemerintah daerah. Selain itu memberikan pemahaman mengenai teori

kontinjensi dalam hubungannya dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam

menguatkan pengaruh sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan

keuangan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah.

1.4.2 Manfaat praktis :

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis bagi pengelola

keuangan, khususnya pengelola keuangan pada Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur yaitu memberikan informasi dan pertimbangan tentang pentingnya upaya

untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah dengan mengupayakan


19

perbaikan dalam pengelolaan keuangan dengan penerapan sistem dan prosedur

pengelolaan keuangan yang sesuai peraturan, pemanfaatan teknologi untuk

mempercepat proses pengelolaan serta mengoptimalkan pengawasan untuk

menjamin pengelolaan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Dengan demikian diharapkan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

dapat memperoleh opini WTP sebagai wujud peningkatan akuntabilitas

keuangannya.

1.4.3 Manfaat kebijakan :

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi bahan

pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam merumuskan dan

menyesuaikan regulasi daerah terkait sistem akuntansi pemerintahan sesuai PP

No. 71 Tahun 2010, sistem pengendalian intern sesuai PP. No. 60 Tahun 2008,

pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan sesuai PP No. 79

Tahun 2005 dan sistem informasi keuangan sesuai sesuai PP No. 65 Tahun 2010.

Selain itu dapat menjadi pertimbangan untuk penyempurnaan dan evaluasi

pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No. 7 Tahun 2009

tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lombok Timur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

Landasan teori memuat uraian yang sistematik tentang grand theory dan

konsep-konsep dasar yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dan

digabungkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Grand theory yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu teori agency, stewardship dan kontinjensi

untuk menjelaskan hubungan antar variabel, selain itu beberapa konsep dasar

lainnya digunakan untuk menjelaskan masing-masing variabel penelitian.

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan pada dasarnya merupakan teori yang muncul karena

adanya konflik kepentingan atara prinsipal dan agen. Teori ini mengasumsikan

bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya

sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.

Prinsipal mengontrak agen untuk melakukan pengelolaan sumber daya perusahaan

dan berkewajiban untuk memberikan imbalan kepada agen sedangkan agen

berkewajiban melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan

dan bertanggungjawab atas tugas yang dibebankan kepadanya (Jensen dan

Meckling, 1976). Kontrak hubungan tersebut diwujudkan dalam kesepakatan-

kesepakatan dalam struktur institusional pada berbagai tingkatan, seperti norma

perilaku dan konsep kontrak antara keduanya.

20
21

Teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) asumsi yaitu (a) asumsi tentang sifat

manusia; (b) asumsi tentang keorganisasian dan (c) asumsi tentang informasi.

Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat

mementingkan diri sendiri (self interest) memiliki keterbatasan rasionalitas

(bounded rationality) dan tidak menyukai resiko (risk aversion). Asumsi

keorganisasian menekankan adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi

sebagai kriteria produktivitas. Asimetri informasi (asimmetric information)

merupakan informasi yang tidak seimbang antara prinsipal dan agen.

Teori keagenan akan terjadi pada berbagai organisasi termasuk dalam

organisasi pemerintahan dan berfokus pada persoalan ketimpangan/asimetri

informasi antara pengelola (agen/pemerintah) dan publik (prinsipal/diwakili

dewan). Prinsipal harus memonitor kerja agen, agar tujuan organisasi dapat

dicapai dengan efisien serta tercapainya akuntabilitas publik. Mardiasmo (2006)

menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas publik sebagai kewajiban pihak

pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,

melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (prinsipal) yang memiliki hak

untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri dari dua

macam, yaitu: (a) pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas

yang lebih tinggi (akuntabilitas vertikal), dan (b) pertanggungjawaban kepada

masyarakat luas (akuntabilitas horizontal).

Praktek pelaporan keuangan dalam organisasi sektor publik merupakan

suatu konsep yang didasari oleh teori keagenan. Pemerintah yang bertindak
22

sebagai agen mempunyai kewajiban menyajikan informasi yang bermanfaat bagi

para pengguna informasi keuangan pemerintah yang bertindak sebagai prinsipal

dalam menilai akuntabilitas.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

menyatakan kepala daerah dipilih oleh rakyat. Mekanisme pemilihan ini

merupakan pemberian otoritas eksekutif dan pelimpahan wewenang rakyat kepada

pemerintah daerah (gubernur, bupati/walikota). Pemerintah daerah juga menerima

pelimpahan wewenang atas pengelolaan sumber daya yang ada di daerah.

Pertanggungjawaban pemerintah daerah selaku agen terhadap wewenang yang

diberikan rakyat, wajib memberikan laporan pertanggungjawaban atas

perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya yang tertuang dalam

APBD kepada rakyat dalam bentuk LKPD yang telah diaudit oleh BPK.

DPRD yang merupakan representasi keterwakilan rakyat selaku prinsipal

adalah pengemban fungsi kontrol terhadap jalannya pemerintahan di daerah.

Prinsipal harus memonitor kerja agen, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan

efisien. Kinerja kepala daerah akan dinilai dalam laporan pertangungjawabannya

kepada DPRD tentang keberhasilan berbagai program dan kebijakannya yang

tercermin pada realisasi APBD serta opini LKPD yang diperoleh pemerintah

daerah.

Kepala daerah dalam menjalankan kewenangannya dibantu oleh organisasi

perangkat daerah yang disebut Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

dipimpin oleh Kepala SKPD. Kepala SKPD bertanggung jawab kepada kepala

daerah melalui sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.


23

Wujud tanggung jawab tersebut sesuai amanat PP Nomor 8 Tahun 2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, adalah dalam

bentuk laporan keuangan dan laporan kinerja. Kepala SKPD selaku Pengguna

Anggara (PA) menyusun laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD pada SKPD yang bersangkutan melalui Pajabat

Penatausahaan Keuangan (PPK) dan menyampaikannya kepada gubernur/ bupati/

walikota selaku kepala daerah melalui Pajabat Penatausahaan Keuangan Daerah

(PPKD). Sesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, PPKD menyusun laporan keuangan

pemerintah daerah berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan

pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang setidak-tidaknya

terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas

laporan keuangan. Hubungan tersebut merupakan salah satu bentuk hubungan

pendelegasian (chains of delegation). Pendelegasian terjadi ketika seseorang atau

sekelompok orang/prinsipal memilih orang atau kelompok lain/agen untuk

melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan prinsipal.

Teori keagenan dalam penelitian ini dapat menjelaskan adanya agency

problem dimana pemerintah daerah seringkali tidak dapat menjalankan tugas dan

fungsinya dengan baik, tidak melakukan pengelolaan keuangan sesuai dengan

pedoman dan peraturan sebagaimana yang diataur dalam kontrak keagenan yang

telah disepakati yaitu Perda terkait pedoman pengelolaan keuangan daerah,

sehingga tujuan organisasi untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan yang baik

tidak terwujud. Beberapa hal yang diatur dalam Perda tersebut antara lain tentang
24

sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan keuangan yang harus

dijalankan pemerintah dalam kegiatan pengelolaan keuangan yang dilakukannya.

Adanya keterbatasan rasionalitas dan self interest yang dimiliki pemerintah

kadang menyebabkan berbagai pertimbangan dan kebijakan yang dibuat

menyebabkan kegiatan pengelolaan keuangan menjadi tidak efektif dan efisien

dan bahkan tidak sesuai dengan peraturan.

2.1.2. Teori Stewardship (Stewardship Theory)

Teori Stewardship sebagaimana dikemukakan oleh Donaldson dan Davis

(1991), menggambarkan situasi dimana para manajemen tidaklah termotivasi oleh

tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil untuk kepentingan

organisasi. Pada masa perkembangan akuntansi, pendekatan stewardship telah

dipakai sebagai suatu pendekatan untuk menentukan titik berat utama dari suatu

laporan keuangan, yang didasarkan kepada suatu konsep bahwa manajemen pada

suatu perusahaan dianggap bertanggungjawab kepada pemilik untuk

mengamankan kekayaan yang telah dipercayakan kepadanya. Pemilik bertindak

sebagai prinsipal dan manajemen sebagai steward. Pendekatan ini berasal dari

ilmu psikologi dan sosiologi yang didisain oleh para peneliti untuk membentuk

suatu perilaku yang mengarah pada sikap melayani (stewardship).

Teori stewardship sangat berhubungan dengan konsep-konsep yang

mencakup tentang model of man, behavioral, mekanisme psikologis (motivasi,

identifikasi dan kekuasaan), dan mekanisme situasional yang mencakup

manajemen dan perbedaan kultur (Pasoloran, 2001). Teori stewardship dibangun

berdasarkan asumsi filosofi mengenai hakekat sifat-sifat manusia yang dapat


25

dipercaya, mampu bertindak dan bertanggungjawab, memiliki integritas dan

kejujuran untuk kepentingan publik dan stakeholder. Konsep teori ini didasarkan

pada asas kepercayaan pada pihak yang diberikan wewenang, dimana manajemen

dicerminkan sebagai good steward yang melaksanakan tugas yang diberikan oleh

atasannya secara penuh tanggungjawab.

Stakeholders dipandang tidak memiliki keinginan untuk memenuhi

kepentingan pribadi, melainkan lebih mendambakan pemenuhan kebutuhan

tertinggi menurut hirarki kebutuhan Maslow yaitu aktualisasi diri dan

mendapatkan kepuasan dari pekerjaan yang ditekuni. Manajer juga akan lebih

mementingkan kredibilitas atau kepercayaan publik. Prinsip yang mendasari

adalah bahwa manajer merasa memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal

pengelolaan dan pengalokasian sumber daya yang ada dengan cara yang bijaksana

dan hati-hati demi melaksanakan pelayanan kebutuhan masyarakat luas, sehingga

tidak termotivasi untuk memenuhi keinginan pribadi tetapi dengan memenuhi

kebutuhan masyarakat luas, manajer merasa baha aktualisasi dirinya telah

terpenuhi. Hal inilah yang menghindarkan adanya konflik kepentingan antara

stakeholders dan manajemen.

Selanjutnya teori stewardship juga mengasumsikann bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik,

steward akan melindungi dan memaksimalkan kinerja orgnisasi, kepentingan

pemilik (Santoso, 2014). Asumsi yang terpenting adalah bahwa steward yang

dalam hal ini adalah manajer meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan pemilik.
26

Haliah (2012) mengungkapkan bahwa teori stewardship dapat diterapkan

pada penelitian akuntansi sektor publik seperti organisasi pemerintahan. Kondisi

perkembangan organisasi sektor publik semakin kompleks dengan bertambahnya

tuntutan akan akuntabilitas pada organisasi sektor publik dan principal semakin

sulit untuk melaksanakan sendiri fungsi-fungsi pengelolaan. Pemisahan antara

fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan menjadi semakin nyata. Adanya

berbagai keterbatasan, menyebabkan pemilik sumber daya (capital

supplier/principal) mempercayakan (trust=amanah) pengelolaan sumber daya

tersebut kepada pihak lain (steward=manajemen) yang lebih capable dan siap.

Kontrak hubungan antara stewards dan principals atas dasar kepercayaan

(amanah=trust), bertindak kolektif sesuai dengan tujuan organisasi, sehingga

model yang sesuai pada kasus organisasi sektor publik adalah stewardship theory.

Teori stewardship juga sering disebut sebagai teori pengelolaan

(penatalayanan) dengan beberapa asumsi-asumsi dasar yang ditunjukkan dalam

tabel berikut :

Tabel 2.1
Asumsi Dasar Teori Stewardship

Manager as Stewards
Approach To Governance Sociological and Psychological
Model of human behavior Collectivistic, pro-organizational,
trustworthy
Managers Motivated by Principal objectives
Manager-Principal Interst Covergence
Structures That Facilitate and Empower
Owners Attitude Risk-Propensity
The Principal-Manager Relantionship Relly on Trust
Sumber : (Podrug, N dalam Haliah, 2012).
27

Asumsi–asumsi dasar teori stewardship tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Manajemen sebagai stewards (pelayan/penerima amanah/pengelola),


akan bertindak dengan penuh kesadaran, arif dan bijaksana bagi
kepentingan organisasi.
2. Pendekatan governance menggunakan sosiologi dan psikologi, untuk
menguji situasi manajemen sebagai stewards (pelayan) dapat termotivasi
untuk bertindak sesuai dengan keinginan principal.
3. Model Manusia, steward (pelayan) berprilaku kolektif untuk kepentingan
organisasi.
4. Motivasi pimpinan sejalan dengan tujuan principal sehingga steward
(manajemen) bertindak sesuai keinginan prinsipal.
5. Kepentingan manajer-principal adalah konvergensi yang artinya
keduanya mempunyai tujuan yang sama menuju satu titik yaitu untuk
kepentingan organisasi.
6. Struktur berupa fasilitasi dan pemberdayaan .
7. Sikap pemilik mempertimbangkan risiko.
8. Hubungan principals - manajemen saling percaya. (Haliah, 2012)

Teori stewardship dalam penelitian ini dapat menjelaskan pemerintah

daerah sebagai suatu lembaga yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan publik dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

menerapkan prinsip-prinsip stewardship untuk dapat memberikan

pertanggungjawaban keuangan terbaik. Pemerintah dipandang sebagai lembaga

yang memiliki integritas yang tinggi, mampu menjaga amanah bertindak sebaik-

baiknya bagi kepentingan principal maupun organisasi. Dalam menjalankan

kegiatan pengelolaan keuangan, pemerintah mempertimbangkan faktor resiko

sehingga perlu membuat kebijakan dan tindakan pengendalian serta pengawasan

untuk menjamin kegiatan berjalan secara efisien, efektif dan sesuai peraturan.

2.1.3. Teori Kontinjensi

Pendekatan kontinjensi biasanya digunakan dalam penelitian dalam rangka

memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya dipertimbangkan dalam

rancangan penelitian. Berdasarkan teori kontinjensi, ada dugaan bahwa terdapat


28

faktor situasional lainnya yang mungkin akan saling berinteraksi dalam

mempengaruhi situasi tertentu (Outlay, 1980 dalam Istanti, 2013).

Jogiyanto (2010) menjelaskan bahwa suatu variabel moderasi (moderating

variable) atau (VMO) adalah suatu variabel independen lainnya yang dimasukan

ke dalam model karena mempunyai efek kontingensi dari hubungan variabel

dependen dan variabel independen sebelumnya. Variabel moderasi ini

diidentifikasikan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai

kesimpulan hubungan kausal yang hasilnya konflik, baik konflik signifikansinya

maupun konflik arahnya. Jika hasil-hasil penelitian sebelumnya bertentangan atau

konflik, mungkin ada variabel lain yang memoderasi hubungan kausal

sebelumnya.

Menurut Govindarajan (1998) dalam Suhartono dan Mochammad (2006),

diperlukan upaya untuk merekonsiliasi ketidakkonsistenan dengan cara

mengidentifikasikan faktor-faktor kondisional antara kedua variabel tersebut

dengan pendekatan kontijensi. Penggunaan pendekatan kontijensi tersebut

memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang bertindak sebagai variabel

moderating yang mempengaruhi hubungan antara sistem akuntansi, pengendalian

intern dan pengawasan keuangan dengan akuntabilitas keuangan.

Suhartono dan Mochammad (2006) mengatakan perlunya penelitian

mengenai pendekatan kontinjensi untuk menguji faktor kontekstual yang

mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian dengan kinerja.

Performance bisa diwujudkan dalam hal keuangan, manajerial, operasional dan

akuntabilitas. Faktor kontekstual yang mempengaruhi keefektifan sistem


29

pengendalian, pada umumnya di luar domain akuntansi sehingga menyangkut

multidisiplin. Faktor ketidakpastian, faktor teknologi, faktor desain dan struktur

organisasi merupakan faktor kontekstual yang akan mempengaruhi keefektifan

sistem pengendalian tersebut.

Teori kontinjensi menyatakan bahwa desain dan penggunaan sistem

pengendalian tergantung pada pengaturan perusahaan dimana pengendalian

tersebut dioperasikan (Istanti, 2013). Menurut Fisher (1998) dalam Istanti (2013),

beberapa variabel kontinjensi yang dapat terjadi dalam suatu sistem pengendalian

manajemen dibagi kedalam lima kategori yaitu :

1. Variabel yang terkait dengan unsur ketidakpastian (uncertainty) meliputi


ketidakpastian tugas dan lingkungan eksternal.
2. Variabel yang terkait dengan teknologi dan interdependensi, ini
menyangkut bagaimana proses operasi organisasi (mengubah input
menjadi output) dan termasuk hardware, mesin-mesin, alat-alat, manusia,
software dan pengetahuan.
3. Variabel yang terkait dengan industri, perusahaan dan unit bisnis, ini
menyangkut diversifikasi, struktur, dan ukuran perusahaan.
4. Variabel yang terkait dengan misi dan strategi kompetitif.
5. Variabel yang terkait dengan faktor-faktor yang dapat diobservasi meliputi
pengukuran, evaluasi dan umpan balik terhadap aktivitas personal dan
hasil (outcome) dalam sistem pengendalian manajemen.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa desain/struktur organisasi adalah

kontinjen atau tergantung pada faktor kondisional lainnya. Rahmawati (2008)

menyatakan bahwa efektifitas dari suatu sistem ditentukan sejauhmana faktor-

faktor kontekstual mempengaruhi persyaratan kondisional dari suatu sistem.

Pendekatan kontinjensi yang digunakan dalam akuntansi manajemen berdasarkan

pada premis bahwa sistem akuntansi manajemen tergantung pada faktor-faktor

situasional yang menyebabkan sistem tersebut menjadi lebih efektif (Istanti,

2013). Fisher (1998) mengungkapkan beberapa variabel yang perlu


30

dipertimbangkan dalam penentuan sistem akuntansi dan pengendalian manajemen

yaitu faktor lingkungan, teknologi, ukuran organisasi dan strategi manajemen.

Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap sistem akuntansi

dan pengendalian manajemen.

Istanti (2013) juga mengungkapkan salah satu kategori variabel kontinjensi

yang merupakan faktor situasional yang berpengaruh terhadap sistem akuntansi

dan pengendalian manajemen adalah variabel yang terkait dengan teknologi.

Selanjutnya dinyatakan bahwa variabel kontinjensi akan mempengaruhi rangkaian

pengendalian organisasi yang meliputi desain sistem informasi akuntansi, sistem

informasi manajemen, organisasi dan rencana pengendalian lain dan hal ini akan

mempengaruhi efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan.

Kompleksitas desain penelitian yang menggunakan pendekatan kontinjensi

bisa dibagi dalam 4 level (Fisher, 1998). Pertama, adalah desain penelitian yang

menghubungkan satu variabel kontinjensi dengan satu variabel pengendali.

Kedua, adalah desain sistem yang menguji interaksi (pengaruh bersama) antara

satu variabel kontinjensi dan satu variabel sistem pengendalian terhadap variabel

dependen tertentu (variabel konsekuensi). Ketiga, adalah desain penelitian yang

menguji interaksi antara satu variabel kontinjensi dengan lebih dari satu desain

pengendalian manajemen terhadap variabel konsekuensi. Keempat, adalah desain

penelitian yang memasukkan berbagai variabel kontinjensi untuk menentukan

desain pengendalian yang optimal.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang ketiga yaitu menguji

interaksi antara satu variabel kontinjensi dengan lebih dari satu desain
31

pengendalian manajemen terhadap variabel konsekuensi. Penelitian ini menguji

interaksi variabel kontinjensi yaitu pemanfaatan teknologi informasi dengan

desain sistem pengendalian manajemen yang terdiri dari desain sistem akuntansi,

sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan intern oleh inspektorat

daerah, dan menguji pengaruh interaksi hubungan tersebut terhadap akuntabilitas

keuangan pemerintah.

2.1.4. Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah

Pengertian akuntabilitas seperti yang dinyatakan dalam PP No. 71 Tahun

2010, akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya

serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Pertanggungjawaban

(akuntabilitas) tersebut adakalanya berbentuk sebagai akuntabilitas kinerja dan

akuntabilitas keuangan.

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban

suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik (LAN dan

BPKP, 2000:51). Sedangkan akuntabilitas keuangan lebih difokuskan pada

kepentingan kontrol keuangan. Tujuannya untuk meyakinkan bahwa anggaran,

pemanfaatan dana dan pembelanjaan atas dana publik yang dipercayakan telah

dilakukan untuk memenuhi kepentingan masyarakat sesuai aturan yang berlaku.

LAN dan BPKP (2000:28) menyatakan bahwa akuntabilitas keuangan

merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan


32

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sasarannya adalah laporan

keuangan yang mencakup penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan

instansi pemerintah. Komponen pembentuk akuntabilitas keuangan terdiri atas :

a. Integritas Keuangan.
Integritas keuangan mencerminkan kejujuran penyajian. Agar laporan
keuangan dapat diandalkan informasi yang terkandung didalamnya harus
menggambarkan secara jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b. Pengungkapan.
Laporan keuangan didesain dan disajikan sebagai kumpulan gambaran
atau kenyataan dari kejadian ekonomi yang mempengaruhi instansi
pemerintahan untuk suatu periode dan berisi cukup informasi.
c. Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan.
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan akuntansi pemerintahan. (LAN dan BPKP 2000:28)

Mardiasmo (2006) menyatakan bahwa pembuatan laporan keuangan adalah

suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya

akuntabilitas yang berupa keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan

sumber daya publik. Laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan

melalui proses akuntansi merupakan bentuk akuntabilitas pengelolaan keuangan

publik.

Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan yang mencakup sistem

akuntansi yang memadai dibutuhkan untuk dapat menghasilkan laporan keuangan

yang baik kualitasnya (andal dan relevan) sebagai bentuk akuntabilitas keuangan.

Penerapan sistem akuntansi juga membutuhkan pengendalian untuk memberikan

keyakinan memadai atas penggunaan sistem akuntansi/informasi untuk

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
33

pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Selain itu peran pengawasan keuangan juga sangat berpengaruh untuk

manjamin proses pengelolaan, penatausahaan dan pelaporan keuangan sesuai

dengan standar dan peraturan yang berlaku sehingga informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan berkualitas dan dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan hal tersebut mencerminkan

akuntabilitas keuangan yang berkualitas. Disamping itu untuk dapat menyajikan

laporan keuangan secara tepat waktu, efisien dan efektif dibutuhkan dukungan

sistem yang terintegrasi dengan adanya dukungan teknologi informasi yang

memadai untuk menjamin proses administrasi, penatausahaan dan pelaporan

keuangan yang lebih cepat, efisien dan efektif. Pengelolaan keuangan yang telah

menggunakan teknologi informasi juga mempermudah proses pengawasan dan

pemeriksaan.

2.1.5. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Sistem akuntansi keuangan daerah adalah serangkaian proses atau prosedur,

yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan/atau

kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD (Darise, 2008: 41). Menurut Peraturan Pemerintah No 71

Tahun 2010 sistem akuntansi pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari

prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi

akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di

lingkungan organisasi pemerintah. Pemerintah menyusun sistem akuntansi


34

pemerintahan yang mengacu pada SAP. Selanjutnya dinyatakan sistem akuntansi

pemerintahan pada tingkat pemerintah daerah diatur dengan peraturan

gubernur/bupati/walikota, mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan

keuangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Penggunaan sistem akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah adalah

untuk menjamin kualitas pertanggungjawaban pemerintah daerah.

“Tujuan sistem akuntansi pemerintahan adalah pertanggungjawaban,


manajerial dan pengawasan. Pertanggungjawaban (accountability and
stewardship) memiliki arti memberikan informasi keuangan yang lengkap,
cermat dalam bentuk dan waktu yang tepat yang berguna bagi pihak yang
bertanggungjawab yang berkaitan dengan operasi unit-unit pemerintah.
Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintah harus menyediakan
informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah. Tujuan
pengawsan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintah harus memungkinkan
terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara
efektif dan efisien.” (Halim, 2002:28)

Satuan kerja dalam struktur Pemerintahan Daerah merupakan entitas

akuntansi yang mempunyai kewajiban melakukan pencatatan atas transaksi-

transaksi pendapatan, belanja, asset dan selain kas yang terjadi di lingkungan

satuan kerja. Proses pencatatan tersebut dilakukan oleh Pejabat Penatausahaan

Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) dan pada akhir periode

dari catatan tersebut PPK-SKPD menyusun laporan keuangan untuk satuan kerja

yang bersangkutan (Tanjung, 2008:2).

Satuan kerja dalam konstruksi keuangan daerah, terdiri dari dua jenis yaitu

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan

Daerah (SKPKD). Pada SKPKD yang dapat berupa Badan Pengelola Keuangan
35

Daerah (BPKD) pencatatan transaksi-transaksi akuntansi diklasifikasikan menjadi

dua yaitu :

a. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja


yaitu mencatat transaksi-transaksi keuangan dalam melaksanakan program
dan kegiatan pada atau biro yang ada pada BPKD.
b. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai pemerintah
daerah untuk mencatat transaksi-transaksi keuangan seperti pendapatan
yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah, belanja bunga,
belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil,
belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga serta penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. (Tanjung, 2008:2)

Hasil akhir sistem akuntansi pemerintah daerah adalah laporan keuangan

pemerintah daerah. Menurut Permendagri No 64 Tahun 2013 menyatakan bahwa

laporan keuangan yang harus disajikan oleh Pemerintah adalah laporan realisasi

anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional,

laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Pada SKPKD tidak perlu dibuat laporan keuangan khusus sebagai satuan kerja

dan sebagai pemerintah daerah. Secara teknik akuntansi, pelaporan keuangan

dapat disatukan menjadi laporan keuangan SKPKD.

2.1.6. Sistem Pengendalian Intern

Committee of Sponsoring Organization / COSO (1992) dalam laporannya

yang berjudul Internal Control –Integrated Framework dalam Jusup (2001:252)

mendefinisikan internal kontrol sebagai “proses yang dilakukan oleh manajemen

dan personil lain dalam organisasi yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan

yang memadai bahwa akan terdapat perbaikan dalam pencapaian tujuan – tujuan:

efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan

terhadap peraturan yang berlaku”.


36

Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) disebutkan bahwa sistem pengendalian intern adalah proses

yang intregal pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam PP Nomor

60 Tahun 2008 meliputi 5 (lima) unsur, yaitu; 1) lingkungan pengendalian, 2)

penilaian resiko, 3) kegiatan pengendalian, 4) informasi dan komunikasi, dan 5)

pemantauan.

Instansi pemerintah dituntut untuk menerapkan suatu sistem pengendalian

intern yang efektif dan efisien, dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan

transparansi pertanggungjawaban pengelolaan dana. Diperolehnya keyakinan

yang memadai, bahwa dana yang dipercayakan kepada pemerintah telah dikelola

dengan baik, diwujudkan dengan peningkatan dalam: 1) Efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan program-program pemerintah; 2) Penyampaian laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan/program yang lebih tepat waktu

kepada shareholders dan stakeholders; 3) ketaatan terhadap peraturan dan

perundang–undangan yang berlaku, diwujudkan dengan semakin berkurangnya

penyimpangan–penyimpangan yang terjadi dalam penggunaan anggaran belanja

Negara (BPKP, 2009:28).


37

2.1.7. Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan atas penyelenggaran Pemerintahan Daerah adalah proses

kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan

secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam PP No. 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa untuk

memperkuat dan menunjang efektivitas sistem pengendalian intern dilakukan

pengawasan atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi Pemerintah termasuk

akuntabilitas keuangan negara. Selanjutnya dinyatakan pengawasan ini

dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) melalui audit,

reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.

Aparat pengawas intern Pemerintah terdiri atas BPKP, Inspektorat Jendral,

Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupten/Kota. Inspektorat Kabupaten/Kota

melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan

tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang didanai dengan APBD

kabupaten/kota (PP No 60 Tahun 2008).

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) melakukan pengawasan sesuai


dengan fungsi dan kewenangannya melalui:
1. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah.
2. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu;
3. Pengujian terhadap laporan berkala dan/atau sewaktu - waktu dari
unit/satuan kerja;
4. Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya
penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme;
5. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program
dan kegiatan; dan
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan
pemerintahan desa. (PP No 79 Tahun 2005)

Berdasarkan obyek pengawasan, pengawasan terhadap pemerintah daerah

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pengawasan terhadap produk hukum dan
38

kebijakan daerah, pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah serta produk

hukum dan kebijakan keuangan daerah (Cahyat, 2004 dalam Efendy, 2008).

Tugas pokok dan fungsi inspektorat daerah di antaranya yaitu melakukan

pengawasan keuangan. Menurut Susmanto (2008) dalam Efendy (2010), APIP

melakukan pengawasan fungsional terhadap pengelolaan keuangan negara agar

berdaya guna dan berhasil guna untuk membantu manajemen pemerintahan dalam

rangka pengendalian terhadap kegiatan unit kerja yang dipimpinnya (fungsi

quality assurance).

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa

pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah berpedoman pada norma

: a) obyektif, professional, independen dan tidak mencari-cari kesalahan, b) terus

menerus untuk memperoleh hasil yang berkesinambungan, c) efektif untuk

menjamin adanya tindakan koreksi yang cepat dan tepat, dan d) mendidik dan

dinamis.

2.1.8. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Reformasi birokrasi yang dilatarbelakangi tuntutan terhadap tebentuknya

sistem pemerintahan yang bersih, transparan dan mampu menjawab tuntutan

perubahan secara lebih efektif melahirkan dua hal utama dalam pengertian e-

governmen yang pertama adalah penggunaan teknologi informasi dan yang kedua

adalah tujuan pemanfaatannya (Nurhakim, 2014). Pemanfaatan teknologi

informasi merupakan penggunaan secara optimal dari suatu teknologi komputer

(mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan


39

(internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan

dengan teknologi untuk mengolah data (Nurillah, 2014). Suyanto (2005)

menyatakan teknologi informasi memanfaatkan komputer elektronik dan

perangkat lunak komputer untuk mengubah, menyimpan, memproses, melindungi,

mentransmisikan dan memperoleh informasi secara aman.

Seiring dengan kemajuan teknologi penerimaan teknologi informasi oleh

pemakai individual tidak lepas dari kepercayaan-kepercayaan pemakai terhadap

teknologinya, kepercayaan tersebut mempengaruhi perilaku individu terhadap

pemanfaatan teknologi (Jogiyanto, 2007). Rahadi (2007) menyatakan bahwa

kemudahan dalam menggunakan teknologi informasi tidak selalu memberikan

hasil yang positif, dimana pegawai akan menerima teknologi informasi.

Pemerintah perlu meningkatkan kemampuan skill staf dengan melakukan

pelatihan teknologi informasi secara berkesinambungan dan mengubah budaya

face to face menjadi face to technology. Kondisi ini juga harus didukung dengan

kemudahan untuk memperoleh teknologi informasi dengan harga yang terjangkau

dan kemampuan teknologi yang baik.

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan sarana penunjang bagi

organisasi dalam mencpai tujuan organisasi (Rahmawati, 2008). Arens, et al.

(2009) dalam Accounting Corner (2014) menyatakan bahwa keunggulan

kompetitif dari suatu teknologi informasi adalah adanya kemampuan untuk

menangani suatu transaksi bisnis yang kompleks dalam jumlah besar dengan

efisien karena pengendalian yang terintegrasi dengan teknologi lebih efektif,

sehingga dihasilkan informasi yang berkualitas. Faktor kontinjensi berupa


40

teknologi informasi dapat mempengaruhi unsur-unsur dimensi formalisasi dalam

struktur organisasi (Rahmawati, 2008). Sistem akuntansi, pengendalian intern dan

pengawasan keuangan merupakan unsur-unsur dalam dimensi formalisasi struktur

organisasi. Silviana (2014) mengungkapkan bahwa integrasi teknologi informasi

dengan sistem akuntansi dalam sistem pengelolaan keuangan daerah dibutuhkan

untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal dan tepat waktu sebagai wujud

akuntabilitas keuangan pemerintah.

Penyajian laporan keuangan yang memenuhi kriteria kualitas pelaporan

(andal, tepat waktu, dapat dipahami dan dapat dibandingkan) sebagai sarana

akuntabilitas keuangan pemerintah membutuhkan integrasi teknologi informasi

dalam sistem pengelolaan keuangan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam

sistem pengelolaan keuangan yang meliputi teknologi komputer, internet dan

teknologi komunikasi dapat meningkatkan keakurasian dan kecepatan dalam

pemrosesan data keuangan, serta penyampaian informasi keuangan kepada publik

sebagai wujud akuntabilitas atas kegiatan yang dilakukan pemerintah.

Kefektifan prosedur pengendalian manual yang telah dirancang tergantung

pada keefektifan pengendalian kelengkapan dan keakuratan pemrosesan komputer

(Utomo, 2006). Yendrawati (2013) menyatakan bahwa faktor eksternal yang salah

satunya adalah teknologi informasi mampu mengefektifkan sistem pengendalian

internal dalam menyajikan informasi keuangan yang berkualitas sebagai bentuk

akuntabilitas keuangan pemerintah.

Pengelolaan keuangan yang dilakukan dengan sistem yang sudah

terkomputerisasi akan sangat mempermudah proses pencatatan dan menjamin


41

keamanan penyimpanan data-data keuangan, sehingga mempermudah penyajian

bukti pada saat pengawasan dan pemeriksaan. Pengelolaan keuangan yang telah

terkomputerisasi sangat membantu kelancaran pengumpulan data dalam proses

pemeriksaan (www.bpkp.go.id, 2017). Lebih lanjut dinyatakan bahwa penyusunan

laporan keuangan yang telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi akan

mempermudah dan mempercepat proses pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah daerah.

Adanya teknologi informasi berupa aplikasi pengelolaan keuangan

menjadikan data-data akuntansi tercatat secara akurat dan tepat waktu serta

membantu dalam proses backup data sehingga memudahkan pengawasan.

Pengelolaan keuangan yang telah terkomputerisasi sangat membantu kelancaran

pengumpulan data dalam proses pemeriksaan, begitu pula dengan pemeriksaan

laporan keuangan menjadi lebih mudah dan cepat. Laporan keuangan dapat tersaji

dengan tepat waktu dan akurat sehingga pengawasan keuangan akan lebih mudah

dilakukan atas pengelolaan keuangan yang telah dirancang dengan sistem yang

telah terintegrasi dengan teknologi informasi dalam rangka meningkatkan

akuntabilitas keuangan pemerintah.

2.1.9. Telaah Riset Terdahulu

Beberapa rujukan literatur yang mengkaji hubungan antara sistem informasi

keuangan daerah, sistem akuntansi keuangan daerah dan pengawasan keuangan

daerah terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah dapat dilihat dari hasil

penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia.


42

Widyaningsih, et.al (2011) mengkaji hubungan antara efektifitas sistem

akuntansi keuangan daerah dan pengendalian intern dengan kualitas akuntabilitas

keuangan menggunakan kualitas informasi laporan keuangan sebagai variabel

intervening. Kajian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di

Wilayah Provinsi Jawa Barat yaitu sejumlah 26 kabupaten/kota dengan unit

observasi yaitu Inspektorat . Alasan dipilihnya inspektorat sebagai unit observasi

adalah karena Inspektorat melakukan pengawasan dan pembinaan atas

penyelenggaraan pemerintahan. Data dianalisis menggunakan teknik analisis jalur

(Path Analysis). Temuan penelitian ini menginformasikan bahwa sistem akuntansi

keuangan daerah yang berjalan efektif akan meningkatkan sistem pengendalian

intern yang lebih baik. Sistem akuntansi keuangan daerah yang efektif ditunjang

dengan sistem pengendalian intern yang baik dapat menghasilkan informasi

laporan keuangan yang berkualitas. Apabila sistem akuntansi keuangan daerah

telah berjalan dengan sangat efektif dan sistem pengendalian intern yang berjalan

dengan sangat baik sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas, tentunya hal tersebut akan mendorong meningkatnya kualitas

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.

Hazrita, et al. (2013) menguji pengaruh sistem akuntansi terhadap kualitas

pertanggungjawaban laporan keuangan pada satuan kerja di lingkungan Kanwil

Kementerian Agama Provinsi Riau. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai

Keuangan Satker di Lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau yang

berjumlah 82 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus

karena menggunakan seluruh elemen populasi atau disebut juga sampel jenuh.
43

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini

adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel kompetensi

tidak berpengaruh, sementara variabel sistem akuntansi instansi berpengaruh

terhadap kualitas pertanggungjawaban laporan keuangan pada Satker di

Lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau.

Kurnia (2013) manguji pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah dan

kualitas aparatur pemerintah terhadap akuntabilitas keuangan. Studi dilaksanakan

pada Inspektorat Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Barat. Data dianalisis

menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan kualitas aparatur berpengaruh

signifikan positif terhadap akuntabilitas keuangan daerah Propinsi Sumatera

Barat.

Amasi (2013) meneliti pengaruh pengawasan fungsional terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Studi dilakukan pada Pemerintah

Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah pengawas fungsional

pemerintah daerah Kota Gorontalo yang berjumlah 18 orang yang terdiri dai 13

pengawas pemerintah dan 5 orang auditor. Data dianalisis menggunakan analisis

regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan arah positif sehingga dapat

disimpulkan bahwa apabila pengawasan fungsional oleh Inspektorat Kota

Gorontalo dilakukan dengan baik dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah pada pemerintah Kota Gorontalo.

Olatunji (2013) menguji dampak sistem akuntansi terhadap kinerja.

Penelitian dilakukan pada perusahaan kecil dan menengah di Nigeria. Penelitian


44

dilakukan dengan survei melalui kuesioner. Analisis data dilakukan menggunakan

F-Statistik (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem

akuntansi meningkatkan kinerja perusahaan kecil dan menengah di Nigeria.

Temuan menunjukkan bahwa sistem akuntansi yang efektif di perusahaan skala

kecil dan menengah memiliki dampak yang mendalam pada kinerja.

Saputra (2014) menguji pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan

daerah, transparansi publik dan aktivitas pengendalian terhadap akuntabilitas

keuangan. Penelitian dilakukan pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Bintan.

Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa SKPD dan auditor pemerintah di

Pemerintahan Kabupaten Bintan. Sampel dalam penelitian ini adalah Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penata Keuangan (PPK), bendahara dan

auditor pemerintah. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah dan

transparansi publik secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

akuntabilitas keuangan, sedangkan aktivitas pengendalian berpengaruh secara

signifikan terhadap akuntabilitas keuangan.

Ichlas, et al. (2014) meneliti pengaruh penerapan standar akuntansi

pemerintahan, sistem pengendalian intern pemerintah dan aksesibilitas laporan

keuangan terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah Kota Banda Aceh. Objek

penelitian ini adalah seluruh instansi/lembaga di lingkungan Pemerintah Kota

Banda Aceh. Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Linear

Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan standar akuntansi


45

pemerintahan, sistem pengendalian intern dan aksesabilitas laporan keuangan

berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah Kota Banda Aceh.

Soleha (2014) melakukan kajian mengenai pengaruh penerapan sistem

akuntansi keuangan daerah dan aktivitas pengendalian terhadap akuntabilitas

keuangan. Penelitian dilakukan pada SKPD Kabupaten/Kota Propinsi Banten.

Responden penelitian ini adalah Kepala SKPD dengan pertimbangan bahwa

merekalah yang memiliki tanggung jawab dalam melakukan sistem akuntansi

keuangan daerah SKPD dan aktivitas pengendalian SKPD, sedangkan responden

auditor intern pemerintahan Kabupaten/Kota yaitu inspektorat untuk mengukur

akuntabilitas keuangan SKPD. Data dianalisis menggunakan analisis jalur. Hasil

penelitian membuktikan implementasi sistem keuangan daerah memberikan

pengaruh yang positif dan signifikan atas akuntabilitas keuangan dan

implementasi aktivitas pengendalian memberikan pengaruh yang positif dan

signifikan atas akuntabilitas keuangan.

Pujiswara, et.al (2014) meneliti pengaruh pemanfaatan sistem informasi

akuntansi keuangan daerah dan pengawasan keuangan daerah terhadap nilai

informasi pelaporan keuangan dan akuntabilitas pemerintah daerah. Studi

dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Klungkung.

responden penelitian berjumlah 82 orang yang terdiri dari para pegawai bagian

akuntansi dan keuangan yang memiliki jenjang pendidikan terakhir minimal

SMA/Sederajat, dan telah bekerja minimal 1 tahun. .Analisis data menggunakan

regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sistem

informasi akuntansi keuangan daerah dan pengawasan keuangan daerah secara


46

parsial berpengaruh positif terhadap nilai informasi pelaporan keuangan

pemerintah daerah dan pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah

dan pengawasan keuangan daerah secara parsial berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas pemerintah daerah.

Osho dan Afolabi (2014) melakukan kajian mengenai pengaruh efektivitas

sistem pengendalian keuangan dan strategi manajemen terhadap akuntabilitas dan

transparansi sektor pemerintah di Nigeria. Strategi manajemen yang dianalisis

meliputi kebijakan, prosedur standar pelaporan dan pengawasan. Data

dikumpulkan melalui kuesioner yang diberikan kepada pegawai Pemerintah

Nigeria yaitu pada Kementerian Kesehatan, Pendidikan, Pertanian dan Sektor

Keuangan di semua tingkat manajemen. Data dianalisis menggunakan tabulasi

silang dan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian

keuangan dan strategi manajemen yang efektif mampu meningkatkan

akuntabilitas pemerintah.

Aramide dan Bashir (2015) menguji pengaruh efektivitas sistem

pengendalian internal terhadap akuntabilitas keuangan pada Pemerintah Daerah di

Negeria. Responden penelitian ini adalah pegawai negeri sipil di lingkungan

pemerintah daerah yang memiliki hubungan langsung dengan sistem pengendalian

internal pemerintah daerah yaitu yang menduduki posisi strategis dalam

departemen perbendaharaan lokal, yaitu kepala departemen dan wakil, direktur

keuangan dan wakil nya, auditor, akuntan, kasir dan petugas gaji. Sampel

berjumlah 150 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian

internal berpengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas keuangan yang baik


47

pada pemerintah daerah di Nigeria. Rekomendasi penelitian ini adalah Pemerintah

daerah harus meningkatkan upaya untuk memastikan efektifnya penerapan sistem

pengendalian internal pada pemerintah daerah untuk meningkatkan akuntabilitas

keuangan.

Widyaningsih (2015) melakukan kajian mengenai pengaruh sistem

pengendalian intern terhadap akuntabilitas keuangan pada Sekolah Dasar di

Bandung. Indikator-indikator pengendalian yang digunakan yaitu lingkungan

pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi

serta pengawasan. Analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (Path

Analysis). Hasil penelitian menunjukkan lingkungan pengendalian, aktivitas

pengendalian dan pengawasan berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas

keuangan. Sementara penilaian risiko, informasi dan komunikasi tidak

mempengaruhi akuntabilitas keuangan secara signifikan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal yang efektif dari sekolah dapat

meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan.

Lily (2015) menguji pengaruh sistem akuntansi keuangan dan aksesibilitas

laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah

daerah. Penelitian dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota

Payakumbuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pengelola

keuangan pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh. Responden

dipilih dengan metode purposive sampling, dengan kriteria yang menjadi

pelaksana pengelolaan keuangan langsung yaitu Kepala SKPD, Kabag. keuangan,

bendahara SKPD dan Pejabat pelaksana teknis kegitan (PPTK) Satuan Kerja
48

Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh. Metode

analisis data adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program

komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20,0. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan dan aksesibilitas

laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

Solomon (2015) menguji pengaruh audit terhadap akuntabilitas dan

transparansi. Penelitian ini mengidentifikasi praktek-praktek pengendalian internal

untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi yang efektif dalam LSM dan

efektivitas eksternal audit dalam menjamin akuntabilitas dan transparansi LSM.

Penelitian ini difokuskan pada 16 LSM di Kota Bolgatanga. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan

regresi dengan program SPSS 17.0. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat

pengaruh dari audit terhadap akuntabilitas dan transparansi.

Murungi dan Kayigamba (2015) meneliti mengenai dampak sistem

komputerisasi akuntansi pada akuntabilitas pelaporan keuangan di Departemen

Pemerintah Daerah MINALOC Rwanda. Penelitian mengkaji sifat sistem

komputerisasi akuntansi yang digunakan oleh Kementerian, bagaimana

komputerisasi akuntansi telah mempengaruhi pelaporan keuangan, dan sejauh

mana kontribusi komputerisasi akuntansi untuk pelaporan keuangan di

MINALOC. Penelitian ini dilakukan dengan survey kuesioner dengan sampel 65

responden yang dipilih secara acak dari 110 populasi. Hasil penelitian

menunjukkan bawa komputerisasi akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas


49

pelaporan keuangan. Penelitian ini diharapkan akan membantu kementerian untuk

memahami pentingnya menggunakan paket perangkat lunak akuntansi dalam

penyusunan laporan keuangan yang dapat diandalkan. Sistem komputerisasi

akuntansi juga akan mempercepat pemrosesan transaksi keuangan di

Kementerian.

Santoso (2016) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh sistem

pengendalian intern pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi dan kompetensi

sumber daya manusia terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Penelitian

dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Lampung Timur. Sampel yang diambil

adalah pengguna anggaran, kuasa pengguna anggaran, pejabat penatausahaan

keuangan SKPD, pejabat pelaksana teknis kegiatan dan bendahara, dengan

pertimbangan berkaitan langsung dengan pengelolaan keuangan dan terlibat

langsung secara teknis terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode SEM (structure

equation model) berbasis PLS (partial least square). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern dan pemanfaatan teknologi

informasi secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

akuntabilitas keuangan daerah. Hal ini menunjukkan peningkatan pemanfaatan

teknologi informasi belum tentu akan meningkatkan akuntabilitas keuangan

daerah, karena pemanfaatan teknologi yang tidak digunakan secara maksimal.

Retnaningtyas (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran,

pengendalian akuntansi, sistem pelaporan, desentralisasi dan pengawasan


50

fungsional terhadap akuntabilitas kinerja keuangan pemerintah daerah. Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi. Metode

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah multistage

sampling. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi anggaran dan pengendalian

akuntansi tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja keuangan sementara

kejelasan sasaran anggaran sistem pelaporan, desentralisasi dan pengawasan

fungsional berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja keuangan.

Ng’eni (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menilai peran

audit dalam meningkatkan akuntabilitas keuangan publik pada Pemerintah Daerah

Tanzania. Penelitian ini melakukan analisis menyeluruh tentang bagaimana audit

berkontribusi bagi keberhasilan akuntabilitas keuangan yang menjamin

penggunaan dana publik secara tepat. Penelitian ini mengeksplorasi dan

menyajikan aspek teoritis praktik audit di pemerintah daerah Tanzania dan

perannya dalam manajemen keuangan yang sehat. Audit dibutuhkan untuk

menilai efisiensi penggunaan dana publik dan memastikan kepatuhan terhadap

peraturan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peran audit sangat penting

dalam meningkatkan akuntabilitas keuangan publik di pemerintah daerah serta

sangat penting untuk meningkatkan efektifitas pelayanan publik.

Asfiryati (2017) mengkaji pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan

daerah dan penyajian laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah menggunakan sistem pengendalian intern sebagai variabel

intervening. Studi dilakukan pada SKPD Kota Dumai. Pengujian hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan analisis path (analisis jalur). Kriteria yang digunakan
51

dalam pengambilan sempel adalah bendahara, kasubag keuangan dan staf bagian

keuangan. Hasil penelitian menunjukkan penerapan sistem akuntansi keuangan

daerah dan penyajian laporan keuangan secara parsial tidak berpengaruh terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Sistem pengendalian intern

berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penerapan

sistem akuntansi keuangan daerah dan penyajian laporan keuangan berpengaruh

tidak langsung terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah melalui sistem

pengendalian intern.

Kewo (2017) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji apakah

akuntabilitas keuangan dipengaruhi oleh pengendalian intern dan kinerja

manajerial pada Pemerintah Daerah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh unit Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara yaitu sejumlah

226 SKPD. Jumlah sampel 115 SKPD dengan responden sebanyak 345 PNS. Data

dianalisis menggunakan PLS-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan pengendalian internal yang semakin baik menyebabkab akuntabilitas

keuangan pemerintah daerah juga semakin baik begitu pula dengan kinerja

manajerial yang lebih baik membuat pertanggungjawaban keuangan yang lebih

tinggi atau lebih akuntabel.

2.2. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

Rerangka konseptual disistesis dari berbagai teori dan hasil riset empiris

sebelumnya yang mencerminkan pemahaman berfikir secara logis dan

berdasarkan rerangka konseptual dapat dibangun hipotesis.


52

2.2.1. Rerangka Konseptual

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai

integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan.

Pemerintah daerah dituntut untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dana

yang dipercayakan masyarakat. Adanya pendelegasian wewenang pengelolaan

keuangan oleh masyarakat (principal) kepada pemerintah (agen) menunjukkan

adanya kontrak keagenan. Kontrak tersebut diwujudkan dalam bentuk peraturan

daerah yang disepakati antara DPRD (sebagai wakil masyarakat) dengan

pemerintah yang merupakan pedoman untuk mengatur kegiatan pengelolaan

keuangan yang mencakup ketentuan penerapan sistem akuntansi dan pengendalian

intern yang harus dilaksanakan pemerintah. Sebagai agen pemerintah harus

menaati peraturan tersebut dan memberikan informasi (melaporkan) kegiatan

pengelolaan yang telah dilaksankan kepada DPRD.

Berdasarkan pendekatan teori stewardship pemerintah daerah sebagai suatu

lembaga yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik

dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat sebagai pengelola dana

publik dengan memberikan pertanggungjawaban keuangan yang akuntabel. Untuk

melaksanakan tanggungjawab tersebut maka pemerintah daerah sebagai good

stewards (pelayan) berupaya untuk menjalankan kontrak yang telah disepakati

bersama DPRD yaitu menjalankan pengelolaan keuangan berpedoman pada

pokok-pokok pengelolaan yang diatur pada peraturan yang telah disepakati

tersebut yang mencakup penerapan sistem akuntansi, pengendalian dan

pengawasan intern. Melalui penerapan sistem akuntansi secara efektif dalam


53

pengelolaan keuangan, diharapkan mampu memperbaiki kinerja pengelolaan

keuangan pemerintah daerah sehingga apa yang diharapkan masyarakat sebagai

pemilik dana publik sejalan dengan kinerja dan pertanggungjawaban yang

diberikan pemerintah.

Pemerintah dalam menjalankan amanah masyarakat dalam pengelolaan dana

publik memiliki otoritas dalam mengendalikan seluruh aktivitas pengelolaan

sumber daya. Sistem pengendalian intern yang baik yang diterapkan oleh

pemerintah dalam pengelolaan keuangan akan mampu menciptakan keseluruhan

proses kegiatan pengelolaan keuangan dari perencanaan sampai pelaporan dan

pertanggungjawaban yang baik pula. Penerapan sistem pengendalian intern

ditujukan untuk memberikan jaminan terselenggaranya kegiatan secara efisien dan

efektif, keandalan pelaporan keuangan dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan sebagai bentuk akuntabilitas keuangan pemerintah.

Dalam memenuhi tuntutan masyarakat atas akuntabilitas keuangan yang

berkualitas, pemerintah akan berupaya untuk mongoptimalkan pengawasan atas

kegiatan pengelolaan keuangan. Pengawasan keuangan ditujukan untuk menjamin

agar pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintahan daerah berjalan secara

efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-

undangan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas keuangan.

Variabel sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan keuangan

telah dibuktikan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah.

Penelitian-penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Widyaningsih, et al.

(2011), Kurnia (2013), Olatunji (2013) dan Soleha (2014) yang mengungkapkan
54

bahwa keefektifan sistem akuntansi keuangan daerah akan meningkatkan kualitas

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Penelitian Widyaningsih, et al (2011),

Soleha (2014), Ichlas, et al. (2014) Aramide dan Bashir (2015) dan Kewo (2017)

yang membuktikan sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas keuangan. Penelitian Amasi (2013) dan Retnningtyas (2016)

menunjukkan bahwa pengawasan keuangan berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas keuangan pemerintah.

Selain itu adanya faktor lain yang memiliki hubungan kontinjensi terhadap

sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan keuangan akan sangat

menentukan tercapainya akuntabilitas keuangan. Salah satu variabel yang

memiliki efek kontinjensi terhadap variabel-variabel tersebut adalah pemanfaatan

teknologi informasi. Sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan

keuangan yang telah dirancang akan semakin efektif penerapannnya jika didukung

oleh pemanfaatan teknologi informasi.

Arens, et al. (2009) dalam Accounting Corner (2014) menyatakan bahwa

keunggulan kompetitif dari suatu teknologi informasi adalah adanya kemampuan

untuk menangani suatu transaksi bisnis yang kompleks dalam jumlah besar

dengan efisien sehingga dihasilkan informasi yang berkualitas. Kefektifan

prosedur pengendalian manual yang telah dirancang tergantung pada keefektifan

pengendalian kelengkapan dan keakuratan pemrosesan komputer (Utomo, 2006).

Pengelolaan keuangan yang telah terkomputerisasi sangat membantu kelancaran

pengumpulan data dalam proses pemeriksaan dan penyusunan laporan keuangan

yang telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi akan mempermudah dan


55

mempercepat proses pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah

(bpkp.go.id, 2017).

Fujiastuti (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi aplikasi teknologi

informasi akan meningkatkan kemampuan suatu sistem akuntansi untuk

menyajikan informasi sebagai bentuk akuntabilitas keuangan pemerintah. Silviana

(2014) mengungkapkan bahwa integrasi teknologi informasi dengan sistem

akuntansi dalam sistem pengelolaan keuangan daerah dibutuhkan untuk

menghasilkan laporan keuangan yang andal dan tepat waktu sebagai wujud

akuntabilitas keuangan pemerintah. Teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk

mendukung sistem akuntansi, pengendalian intern dan pengawasan keuangan

bekerja dengan efektif dalam rangka mempermudah tercapainya peningkatan

akuntabilitas keuangan pemerintah.

Berdasarkan penjelasan di atas maka secara skematis rerangka konseptual

dari penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.1.


Agency & Stewardship Theory Widyaningsih, et
al. (2011), Kurnia (2013), Olatunji (2013), Pemanfaatan
Soleha (2014)
Teknologi Informasi

Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah Teori Kontinjensi

Sistem Pengendalian Akuntabilitas


Intern Keuangan

Agency &Stewardship Theory


Widyaningsih, et al (2011), Soleha (2014), Ichlas, et al.
(2014) Aramide dan Bashir (2015) dan Kewo (2017)
Pengawasan
Agency & Stewardship Theory
Keuangan Daerah Amasi (2013), Pujiswara, et al. (2014) dan Retnningtyas
(2016)

Gambar 2.1. Rerangka Konseptual Penelitian


56

2.2.2 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui

data yang terkumpul (Sugiyono, 2014). Pengembangan hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

2.2.2.1 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap


Akuntabilitas Keuangan

LAN dan BPKP (2000:28) mengungkapkan bahwa akuntabilitas keuangan

merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan,

dan ketaatan terhadap peraturan perundangan. Pemerintah sebagai penerima

kewenangan masyarakat atas pengelolaan dana publik, harus

mempertanggungjawabkan kegiatan pengelolaannya kepada masyarakat melalui

DPRD dalam bentuk laporan keuangan. Keterbatasan pengetahuan DPRD atas

pengelolaan keuangan pemerintah menimbulkan asimetri informasi antara DPRD

dan pemerintah. BPK sebagai pihak independen yang ditunjuk untuk melakukan

pemeriksaan keuangan berperan mengurangi asimetri informasi tersebut. DPRD

akan menilai pertanggungjawaban pemerintah daerah berdasarkan hasil

pemeriksaan BPK.

Adanya pemeriksaan BPK memberikan motivasi bagi pemerintah untuk

bertindak sebagai good steward dengan berupaya melaksanakan pengelolaan

keuangan dengan baik sesuai peraturan termasuk penerapan sistem akuntansi,

pengendalian intern dan pengawasan keuangan sehingga mendapat opini yang

baik. Dengan demikian dapat diberikan pertanggungjawaban yang akuntabel

kepada DPRD.
57

Penerapan sistem akuntansi dalam pengelolan keuangan daerah yang

merupakan rangkaian kegiatan sistematis mulai dari pencatatan, penggolongan,

peringkasan transaksi keuangan sampai pelaporan keuangan, bertujuan untuk

memberikan pertanggungjawaban keuangan yang baik kepada masyarakat sebagai

pemilik dana yang dikelola pemerintah. Mardiasmo (2002:34) menyatakan dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi maka diperlukan sistem

akuntansi keuangan pemerintah daerah yang handal untuk dapat menghasilkan

laporan keuangan yang relevan, handal dan padat dipercaya.

Pemerintah harus berupaya untuk menyajikan laporan keuangan yang

berkualitas karena laporan keuangan merupakan sarana untuk menilai

akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah. Melalui penerapan sistem

akuntansi secara efektif dalam pengelolaan keuangan, diharapkan mampu

memperbaiki kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah sehingga apa yang

diharapkan masyarakat sebagai pemilik dana publik sejalan dengan kinerja dan

pertanggungjawaban yang diberikan pemerintah.

Hasil penelitian Widyaningsih, et al. (2011), Kurnia (2013), Olatunji (2013)

dan Soleha (2014) membuktikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah yang

diimplementasikan dengan efektif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan. Berdasarkan hasil peneitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa keefektifan sistem akuntansi keuangan daerah akan

meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian

peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif


terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.
58

2.2.2.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Akuntabilitas


Keuangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 Pasal 1 ayat

(1) tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menyebutkan bahwa

Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pemerintah

sebagai agen masyarakat dalam pengelolaan keuangan publik harus melakukan

pengendalian atas setiap kegiatan pengelolaan yang dilaksanakannya sesuai

dengan aturan yang telah disepakati bersama DPRD.

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas keuangan, maka instansi

pemerintah sebagai pihak pemegang amanah (steward) yang diberikan

kewenangan oleh pihak pemberi amanah sebagai prinsipal dituntut untuk

meningkatkan pengendalian intern dalam organisasinya dalam rangka pelaksanaan

kegiatan mulai dari perencanaan sampai pelaporan untuk mengurangi terjadinya

penyimpangan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Pemerintah dalam menjalankan amanah masyarakat dalam pengelolaan dana

publik memiliki otoritas dalam mengendalikan seluruh aktivitas pengelolaan

sumber daya. Pengendalian dapat dilakukan dengan menetapkan standar-standar

pelaksanaan untuk menjamin tercapainya tujuan secara efektif, efisien dan tidak

bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Sistem Pengendalian Intern yang

baik yang diterapkan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan akan mampu
59

menciptakan keseluruhan proses kegiatan pengelolaan keuangan dari perencanaan

sampai pelaporan dan pertanggungjawaban yang baik pula. Penerapan sistem

pengendalian intern ditujukan untuk memberikan keyakinan bahwa kegiatan telah

dilaksanakan secara efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan sebagai bentuk akuntabilitas

keuangan pemerintah.

Widyaningsih, et al. (2011), Soleha (2014), Ichlas, et al. (2014) Aramide

dan Bashir (2015) dan Kewo (2017) memberikan bukti bahwa pemerintah daerah

yang menerapkan sistem pengendalian intern dengan efektif, mampu

meningkatkan akuntabilitas keuangannya. Dengan demikian peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut :

H2 : penerapan sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap


akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.

2.2.2.3 Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas


Keuangan Daerah

Kepala daerah sebagai agen pengelola dana publik harus melakukan

pengawasan atas proses pengelolaan keuangan yang dilaksanakan SKPD

sebagaimana yang diatur dalam peraturan daerah. Kepala daerah dalam hal ini

memberikan kewenangan kepada inspektorat daerah untuk melakukan

pengawasan dalam rangka memberikan jaminan atas kinerja pengelolaan

keuangan yang dijalankan pemerintah.

Menurut pandangan teori stewardship, masyarakat sebagai pihak yang

memiliki dana yang dipercayakan untuk dikelola oleh pemerintah, membutuhkan

jaminan bahwa pengelolaan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan prinsip-


60

prinsip pengelolaan keuangan yang benar, sesuai dengan peraturan dan memenuhi

harapan masyarakat. Dalam memenuhi tuntutan masyarakat atas akuntabilitas

keuangan, pemerintah akan berupaya untuk mongoptimalkan pengawasan atas

kegiatan pengelolaan keuangan.

Pengawasan keuangan ditujukan untuk menjamin agar pengelolaan

keuangan yang dilakukan pemerintahan daerah berjalan secara efisien dan efektif

sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan

ini dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sesuai dengan

fungsi dan kewenangannya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah

No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Menurut Susmanto (2008) dalam Efendy

(2010), APIP melakukan pengawasan fungsional terhadap pengelolaan keuangan

negara agar berdaya guna dan berhasil guna untuk membantu manajemen

pemerintahan dalam rangka pengendalian terhadap kegiatan unit kerja yang

dipimpinnya (fungsi quality assurance).

Keterlibatan auditor internal dalam proses pengawasan sangat penting untuk

menilai konsistensi antara praktik yang dilakukan oleh pemerintah dengan standar

yang berlaku sebagai jaminan kinerja pemerintah. Auditor internal melakukan

pengawasan intern melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan

pengawasan lainnya. Pengawasan yang dilaksanakan APIP tersebut dapat

diharapkan memberikan solusi kepada pemerintah mengenai hasil, hambatan, dan

hal yang tidak pantas yang terjadi atas jalannya pemerintahan yang menjadi
61

tanggung jawab pemerintah, sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban

yang baik kepada masyarakat.

Penelitian Amasi (2013) dan Retnningtyas (2016) mengemukakan hasil

bahwa pengawasan keuangan yang semakin efektif mampu meningkatkan

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan uraian tersebut diduga

terdapat pengaruh positif antara pengawasan keuangan daerah dengan

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah sehingga penulis mengajukan hipotesis:

H3 : pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap


akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.

2.2.2.4 Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memoderasi Pengaruh


Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas
Keuangan

Penerapan sistem akuntansi secara efektif dalam pengelolaan keuangan,

diharapkan mampu memperbaiki kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah

sehingga apa yang diharapkan masyarakat sebagai pemilik dana publik sejalan

dengan kinerja dan pertanggungjawaban yang diberikan pemerintah. Sistem

akuntansi yang telah dirancang akan semakin efektif penerapannnya jika didukung

oleh pemanfaatan teknologi informasi sebagai faktor yang memiliki efek

kontinjensi dalam hubungan antara sistem akuntansi dengan akuntabilitas

keuangan.

Arens, et al. (2009) dalam Accounting Corner (2014) menyatakan bahwa

keunggulan kompetitif dari suatu teknologi informasi adalah adanya kemampuan

untuk menangani suatu transaksi bisnis yang kompleks dalam jumlah besar

dengan efisien sehingga dihasilkan informasi yang berkualitas. Fujiastuti (2008)

menyatakan bahwa semakin tinggi aplikasi teknologi informasi akan


62

meningkatkan kemampuan suatu sistem akuntansi untuk menyajikan informasi

sebagai sarana akuntabilitas keuangan pemerintah. Silviana (2014)

mengungkapkan bahwa integrasi teknologi informasi dengan sistem akuntansi

dalam sistem pengelolaan keuangan daerah dibutuhkan untuk menghasilkan

laporan keuangan yang andal dan tepat waktu sebagai wujud akuntabilitas

keuangan pemerintah.

Penyajian laporan keuangan yang memenuhi kriteria kualitas pelaporan

(andal, tepat waktu, dapat dipahami dan dapat dibandingkan) sebagai sarana

akuntabilitas keuangan pemerintah membutuhkan integrasi teknologi informasi

dalam sistem pengelolaan keuangan. Integrasi antara sistem akuntansi dengan

teknologi informasi penting untuk dapat menyajikan informasi yang handal secara

tepat waktu tanpa kehilangan nilainya (akurat). Pemanfaatan teknologi informasi

dalam sistem pengelolaan keuangan yang meliputi teknologi komputer, internet

dan teknologi komunikasi dapat meningkatkan keakurasian dan kecepatan dalam

pemrosesan data keuangan, serta penyampaian informasi keuangan kepada publik

sebagai wujud akuntabilitas pemerintah.

Berdasarkan uraian tersebut diduga pemanfaatan teknologi informasi

berperan dalam meningkatkan efektivitas sistem akuntansi yang berimplikasi

terhadap peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan. Dengan demikian dapat

dirumuskan hipotesis :

H4 : pemanfaatan teknologi informasi memperkuat pengaruh positif


penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas
keuangan pemerintah daerah.
63

2.2.2.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memoderasi Pengaruh


Sistem Pengendalian Intern terhadap Akuntabilitas Keuangan

Pemerintah sebagai pihak yang dipercaya melakukan pengelolaan dana

publik, akan berusaha memberikan kinerja dan pertanggungjawaban terbaik

kepada masyarakat. Pengendalian intern diharapkan mampu mengontrol kinerja

pengelolaan keuangan sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan

sehingga kualitas akuntabilitas keuanganpun meningkat.

Kefektifan prosedur pengendalian manual yang telah dirancang tergantung

pada keefektifan pengendalian kelengkapan dan keakuratan pemrosesan komputer

(Utomo, 2006). Arens, et al. (2009) dalam Accounting Corner (2014) menyatakan

bahwa keunggulan kompetitif dari suatu teknologi informasi adalah adanya

kemampuan untuk menangani suatu transaksi bisnis yang kompleks dalam jumlah

besar dengan efisien karena pengendalian yang terintegrasi dengan teknologi lebih

efektif. Yendrawati (2013) menyatakan bahwa faktor eksternal yang salah satunya

adalah teknologi informasi mampu mengefektifkan sistem pengendalian internal

dalam menyajikan informasi keuangan yang berkualitas sebagai bentuk

akuntabilitas keuangan pemerintah.

Adanya faktor kontinjensi dalam hubungan antara sistem pengendalian

intern dengan akuntabilitas keuangan pemerintah berupa pemanfaatan teknologi

informasi, akan mempengaruhi kekuatan hubungan variabel-variabel tersebut.

Sistem pengendalian intern yang telah dirancang akan semakin efektif

penerapannya jika sistem tersebut dirancang dengan memanfaatkan teknologi

informasi. Adanya teknologi dapat lebih mengefektifkan sistem pengendalian

intern. Hal ini dapat dilihat dari proses kendali yang dilakukan dengan
64

memanfaatkan teknologi misalnya data-data keuangan dapat tersimpan dengan

aman dan lengkap dalam software yang hanya dapat diakses oleh pihak-pihak

yang memiliki otoritas. Penatausahaan transaksi tidak akan bisa diproses lebih

lanjut jika tidak didukung dengan bukti yang valid dan sah seperti tidak adanya

nomor bukti. Dengan demikian sistem pengendalian intern yang ditunjang dengan

memanfaatkan teknologi informasi mampu meningkatkan akuntabilitas keuangan

pemerintah.

Berdasarkan uraian tersebut diduga bahwa pemanfaatan teknologi informasi

berperan dalam meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern yang

berimplikasi terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan. Dengan demikian

dapat dirumuskan hipotesis :

H5 : pemanfaatan teknologi informasi memperkuat pengaruh positif


penerapan sistem pengendalian intern terhadap akuntabilitas keuangan
pemerintah daerah.

2.2.2.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memoderasi Pengaruh


Pengawasan Keuangan Daearah terhadap Akuntabilitas Keuangan

Pengawasan merupakan salah satu cara pemerintah untuk membangun dan

menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan

menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif (Pujiswara, et al. 2014).

Penerapan teknologi informasi dalam pengelolaan keuangan memberikan dampak

terhadap proses pengawasan dan auditing.

Faktor kontinjensi berupa teknologi informasi dapat mempengaruhi unsur-

unsur dimensi formalisasi dalam struktur organisasi salah satunya adalah fungsi

pengawasan (Rahmawati, 2008). Pengelolaan keuangan yang dilakukan dengan

sistem yang sudah terkomputerisasi akan sangat mempermudah proses pencatatan


65

dan menjamin keamanan penyimpanan data-data keuangan, sehingga

mempermudah penyajian bukti pada saat pengawasan dan pemeriksaan.

Pengelolaan keuangan yang telah terkomputerisasi sangat membantu kelancaran

pengumpulan data dalam proses pemeriksaan (bpkp.go.id). Lebih lanjut

dinyatakan bahwa penyusunan laporan keuangan yang telah menggunakan sistem

yang terkomputerisasi akan mempermudah dan mempercepat proses pemeriksaan

atas laporan keuangan pemerintah daerah.

Adanya teknologi informasi berupa aplikasi pengelolaan keuangan

menjadikan data-data akuntansi tercatat secara akurat dan tepat waktu serta

membantu dalam proses backup data sehingga memudahkan pengawasan.

Pengelolaan keuangan yang telah terkomputerisasi sangat membantu kelancaran

pengumpulan data dalam proses pemeriksaan, begitu pula dengan pemeriksaan

laporan keuangan menjadi lebih mudah dan cepat. Laporan keuangan dapat tersaji

dengan tepat waktu dan akurat. Dengan demikian pengawasan keuangan akan

lebih mudah dilakukan atas pengelolaan keuangan yang telah dirancang dengan

sistem yang telah terintegrasi dengan teknologi informasi dalam rangka

meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Pujiswara et al. (2014) membuktikan bahwa pengawasan keuangan dan

integrasi teknologi informasi dalam sistem akuntansi keuangan mampu

meningkatkan nilai informasi pelaporan keuangan yang merupakan wujud

akuntabilitas keuangan pemerintah. Berdasarkan uraian tersebut diduga bahwa

pemanfaatan teknologi informasi berperan dalam meningkatkan efektivitas


66

pengawasan keuangan yang berimplikasi terhadap peningkatan akuntabilitas

keuangan. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis :

H6 : pemanfaatan teknologi informasi memperkuat pengaruh positif


pengawasan keuangan daerah terhadap kualitas akuntabilitas
keuangan pemerintah daerah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang

mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Hubungan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal. Hubungan kausal adalah

hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen/yang

mempengaruhi dan variabel dependen/dipengaruhi (Sugiyono, 2014:37).

Penelitian ini akan menguji apakah variabel sistem akuntansi keuangan daerah,

sistem pengendalian intern, dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh

terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah serta apakah pemanfaatan

teknologi informasi berperan dalam memoderasi pengaruh variabel-variabel

tersebut terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2017.

Alasan dilakukannya penelitian ini pada lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur adalah karena adanya permasalahan terkait masih rendahnya akuntabilitas

keuangan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur yang ditunjukkan dengan belum

diperolehnya opini WTP sampai tahun 2015.

67
68

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tentang apa yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014:80). Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2014 : 81)

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparatur pengelola keuangan

sesuai yang disebutkan dalam Permendagri No. 21 Tahun 2011. Aparatur

pengelola keuangan dipilih sebagai populasi penelitian karena aparat pengelola

keuangan seperti yang disebutkan dalam Permendagri No. 21 Tahun 2011

merupakan pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap proses pengelolaan

keuangan dan perwujudan akuntabilitas keuangan yang baik. Populasi dalam

penelitian ini yaitu Pengguna Anggaran (PA), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) dan bendahara yang tersebar di

51 SKPD di lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Total populasi

berjumlah 235 orang. Daftar populasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3.2. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non

probability sampling dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel sehingga dilakukan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2014:85).


69

Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan untuk

mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Pejabat yang melaksanakan fungsi akuntansi (penatausahaan) dan pelaporan

keuangan SKPD. Alasan dipilihnya fungsi ini karena lebih mengetahui proses

dan teknis pengelolaan keuangan terkait sistem dan prosedur kerja yang

dijalankan serta sebagai pihak yang lebih memahami penyusunan laporan

keuangan. Fungsi ini dijalankan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK)

pada masing-masing SKPD.

2. Bendahara pengeluaran sebagai pihak yang bertanggungjawab secara teknis

atas proses pengelolaan keuangan.

Dari jumlah populasi 235 aparatur pengelola keuangan di SKPD dan

kecamatan, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 102 orang yang terdiri

dari 51 orang PPK dan 51 orang bendahara pengeluaran pada masing-masing

SKPD (dapat dilihat pada Lampiran 2).

3.4. Variabel Penelitian

Secara teoretis variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek

yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lainnya atau satu obyek

dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981 dalam Sugiyono 2014 : 38)

3.4.1. Klasifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok

yaitu :
70

1. Variabel eksogen merupakan variabel yang nilainya tidak

dipengaruhi/ditentukan oleh variabel lain dalam suatu model. Variabel eksogen

dalam penelitian ini yaitu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Sistem

Pengendalian Intern (SPI) dan Pengawasan Keuangan Daerah (PKD).

2. Variabel endogen merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi/ditentukan

oleh variabel lain dalam suatu model. Variabel endogen dalam penelitian ini

yaitu Akuntabilitas Keuangan (AK).

3. Variabel moderasi merupakan variabel yang berperan

(memperkuat/memperlemah) hubungan variabel eksogen dengan variabel

endogen. Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah Pemanfaatan

Teknologi Informasi (PTI).

3.4.2. Definisi Operasional Variabel

Seluruh variabel dalam penelitian ini merupakan variabel laten yang tidak

dapat diukur secara langsung sehingga variabel-variabel tersebut diukur dengan

indikator-indikator dalam bentuk pernyataan dengan menggunakan skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (variabel penelitian) (Sugiyono,

2014:93). Untuk mengukur variabel yang digunakan dalam penelitian ini serta

untuk menguji hipotesis dan mendefinisikan variabel-variabel yang akan

dianalisis, maka peneliti memberikan definisi operasional terhadap variabel-

variabel dalam penelitian sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 3) :


71

a. Variabel eksogen

1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)

Menurut Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) Departemen

Keuangan RI (2001:1), Sistem akuntansi keuangan adalah suatu sistem

informasi yang menggabungkan proses pencatatan, pengklasifikasian,

pengikhtisaran, pelaporan data yang berkaitan dengan keuangan dari

suatu entitas sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang

dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak-

pihak yang berkepentingan. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah diukur

dengan menggunakan indikator yang dikembangkan dari penelitian

Soleha (2014) dan Santoso (2014) yaitu : 1) Kesesuaian sistem akuntansi

dengan SAP, 2) Analisis/identifikasi transaksi dan pengklasifikasian, 3)

identifikasi catatan, 4) Dokumen sumber pembukuan, 5) Pencatatan

transakasi secara kronologis, 6) Klasifikasi transaksi kedalam pos-pos

yang semestinya dan 7) Pembuatan laporan keuangan secara konsisten

dan periodik.

2. Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah No 60 Tahun

2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-


72

undangan. Sistem Pengendalian Intern diukur dengan menggunakan

indikator yang dikembangkan dari penelitian Soleha (2014) yaitu : 1)

Pemisahan tugas, 2) Otorisasi, 3) Dokumen/ bukti, 4) Catatan akuntansi,

5) Verifikasi independen dan 6) Review laporan keuangan.

3. Pengawasan Keuangan Daerah (PKD)

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah, Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah

proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan

Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan

ketentuan peraturan perundang–undangan yang dilaksanakan oleh APIP

sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. Pengawasan diukur dengan

menggunakan indikator yang dikembangkan dari PP No 79 Tahun 2005

dan penelitian Wati (2011) yaitu : 1) Pemeriksaan, 2) Pengujian

kebenaran laporan, 3) Menguji kesesuaian SAP, 4) Penelusuran bukti

yang mendukung temuan dan 5) Evaluasi temuan.

b. Variabel Endogen

Akuntabilitas Keuangan (AK)

Akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban mengenai

integritas keuangan daerah, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan (LAN dan BPKP, 2000:28). Sasaran

pertanggungjawaban adalah laporan keuangan daerah yang disajikan.

Akuntabilitas keuangan diukur dengan menggunakan indikator yang


73

dikembangkan dari penelitian Wiyana dan Anna (2016) yaitu : 1) Penyusunan

laporan keuangan tepat waktu dan lengkap, 2) Laporan keuangan bebas dari

kesalahan material, 3) Laporan keuangan dapat dibandingkan dan andal, 4)

Laporan keuangan menyajikan informasi keuangan yang lengkap, 5)

Informasi laporan keuangan digunakan untuk menilai pencapaian tujuan, 6)

Informasi laporan keuangan digunakan untuk menilai efisiensi dan

efektivitas penggunaan sumber daya, 7) Penyusuanan laporan keuangan

berdasarkan SAP dan 8) Review dan audit LKPD.

c. Variabel Moderasi

Pemanfaatan Teknologi Informasi (PTI)

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan penggunaan secara optimal dari

suatu teknologi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak

(software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan

jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi untuk mengolah data,

termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi

data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas,

yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk

keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang

strategis untuk pengambilan keputusan (Nurillah, 2014). Pemanfaatan

teknologi informasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

indikator yang dikembangkan dari penelitian Santoso (2016) yaitu : 1)

Ketersediaan komputer, 2) Ketersediaan jaringan internet, 3) Pemanfaatan

jaringan internet, 4) Komputerisasi proses akuntansi, 5) Penggunaan software


74

yang sesuai peraturan 6) Integrasi sistem akuntansi dalam pembutan laporan

dan 7) perawatan peralatan.

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kepustakaan atau dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang

bersumber dari penelaahan kepustakaan atau dokumen berupa jurnal-jurnal,

data pendukung, dan referensi lainnya yang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti.

2. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014:142). Kuesioner dalam penelitian ini

berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden

dengan maksud agar responden dapat memberikan jawaban terkait

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Skala yang digunakan untuk

menilai suatu konsep penyataan responden dalam penelitian ini adalah skala

likert 5 poin. Interpretasi atau deskripsi interval dalam kategori variabel

penelitian menggunakan interval kelas. Interval kelas dihitung dengan

menggunakan formula sederhana. Interval kelas digunakan untuk menentukan

jarak interval atau rentang antar jenjang sikap mulai dari tidak baik sampai

dengan baik sebagai berikut:

skor tertinggi  skor terendah 5 1


Interval = = = 0,80
banyaknya kategori 5

Tabel 3.1 Kategori Nilai pada Masing-masing Interval Kelas


75

Interval Kategori
Kelas SAKD SPI PKD PTI AK
Sangat Tidak Sangat Tidak Sangat Tidak Sangat Tidak Sangat Tidak
1,00 – 1,80
Baik Baik Optimal Optimal Baik
1,81 – 2,60 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Optimal Tidak Optimal Tidak Baik
2,61 – 3,40 Kurang Baik Kurang Baik Kurang Optimal Kurang Optimal Kurang Baik
3,41 – 4,20 Baik Baik Optimal Optimal Baik
4,21 – 5,00 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Optimal Sangat Optimal Sangat Baik

Interval kelas diatas menunjukkan bahwa tiap variabel yang menuju kearah

yang baik maka nilainya semakin tinggi. Semakin tinggi nilai yang

ditunjukkan oleh akuntabilitas keuangan, sistem akuntansi keuangan daerah,

sistem pengendalian intern, pengawasan keuangan daerah dan pemanfaatan

teknologi informasi berarti memiliki makna semakin baik.

Sebelum kuisioner disebarkan kepada responden, terlebih dahulu dilakukan

uji pendahuluan (pre-test) terhadap instrument penelitian. Hal ini

dimaksudkan untuk melihat sejauh mana responden dapat memahami kalimat

yang terdapat dalam kuisioner sehingga dapat mengurangi bias respon.

3.6. Prosedur Analisis Data

Menurut Sugiyono (2014:147), kegiatan dalam menganalisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

3.6.1. Analisis Statistk Deskriptif


76

Analisis statistik deskriptif adalah analisis statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014:147). Analisis ini diperlakukan

pada variabel – variabel penelitian tetapi sifatnya sendiri, tidak dikaitkan dengan

variabel lain. Berdasarkan variabel tersebut analisis dapat dilakukan untuk

mendapatkan informasi mengenai banyak hal seperti rata – rata, deviasi standar,

nilai maksimum dan minimum, tabulasi dan uji Kai-Kuadrat untuk melihat

perbedaan data berdasarkan kategori yang ada pada data tersebut (Umar, 2013 :

103-104).

3.6.2. Analisis Partial Least Square (PLS) – Structural Equation Modelling

(SEM)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PLS-

SEM dengan bantuan Program Smart PLS versi 3.0. PLS – SEM bertujuan untuk

menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan

atau pengaruh antar konstruk tersebut (Ghozali dan Hengky 2015:19).

Analisis dengan PLS – SEM dipilih karena dapat dilakukan tanpa dasar teori

yang kuat dan data yang lemah seperti jumlah sampel yang kecil, mengabaikan

beberapa asumsi (non-parametrik) seperti data harus terdistribusi normal secara

multivariate dan tidak adanya problem multikolinieritas antar variabel eksogen

dan parameter ketepatan model prediksi dilihat dari koefisien determinasi (R-

Square) (Ghozali dan Hengky 2015:5-19). Adapun tahapan dari analisis PLS-

SEM menurut Ghozali dan Hengky (2015:47-54) adalah sebagai berikut :


77

1. Konseptualisasi Model

Konseptualsasi model terdiri dari pengembangan dan pengukuran konstruk

Ghozali dan Hengky (2015:48). Pengembangan konstruk dalam penelitian ini

menggunakan konstruk dengan indikator refleksif. Konstruk dengan indikator

refleksif ini mengasumsikan bahwa kovarian di antara pengukuran model

dijelaskan oleh varian yang merupakan manifestasi domain konstruknya. Arah

konstruknya dari konstruk ke indikator. Pada setiap indikatornya harus ditambah

dengan error terms atau kesalahan pengukuran (Ghozali dan Hengky 2015:57-

58).

2. Menentukan metode analisis algoritma

Dalam PLS-SEM menggunakan program SmartPLS 3.0, metode analisis

algoritma menyediakan tiga skema yang dikembangkan untuk mendapatkan nilai

estimasi variabel laten tertentu, yaitu factorial, centroid dan path atau struktural

weighting. Dalam penelitian ini menggunakan skema path atau struktural

weighting (Ghozali dan Hengky, 2015:51).

3. Menetukan metode resampling

Terdapat dua jenis metode yang digunakan peneliti dibidang SEM untuk

melakukan resampling yaitu bootstrapping dan Jackkniffing. Metode yang

digunakan peneliti adalah boothstrapping yaitu menggunakan seluruh sampel asli

untuk melakukan resampling kembali (Ghozali dan Hengky, 2015:52).

4. Menggambar diagram jalur


78

Diagram jalur dari analisis PLS-SEM ini sebagaimana disajikan pada

Gambar 3.1. diagram jalur tersebut terdiri dari model struktural dan model

pengukuran PLS-SEM.

Ε19 ε20 ε21 ε22 ε23


ε1.
1

ε2 SAKD.1
SAKD2
.
PTI1 PTI2 PTI3 PTI4 PTI5
1

ε3 SAKD3
.1 PTI6 ε24

ε4
PTI PTI7 ε25
SAKD4 SAKD
ε5

SAKD5

ε6 SAKD6 SAKD7

Ε33
ζ AK8
ε7
ε8 SPI1
Ε32
SPI2 AK7
ε9
AK Ε31
AK6
Ε10 SPI3
SPI
Ε30
AK5
ε11 .1
SPI4
Ε29
ε12
SPI5 AK4

ε13 SPI6 AK1 AK2 AK3

Ε26 ε 28
PKD Ε27

ε14 PKD1

ε15 PKD2

ε16 PKD3
PKD5

ε17 PKD4.

ε18

Gambar 3.1. Model Struktural dan Pengukuran dengan PLS-SEM

5. Evaluasi model
79

Tahapan evaluasi model terdiri dari evaluasi outer model dan inner

model. Evaluasi outer model untuk menilai validitas dan reabilitas model

sedangkan evaluasi inner model dilakukan untuk memprediksi hubungan antar

variabel laten (Ghozali dan Hengky, 2015:77).

1). Evaluasi Model Pengukuran (outer model)

Outer model berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana setiap indikator

berhubungan dengan variasi latennya. Pada penelitian ini indikator konstruk

berbentuk indikator reflektif. Uji yang dilakukan untuk outer model dengan

indikator reflektif antara lain dengan melihat nilai convergent validity,

discriminant validity dan composite reliability.

a) Convergent Validity, merupakan uji validitas konvergen yang dapat dilihat

dari nilai loading factor untuk setiap indikator konstruk (Ghozali dan

Hengky, 2015:74). Rentang nilai loading factor yaitu 0.5 sampai 0.6

dianggap cukup.

b) Discriminant Validity, merupakan cara untuk menguji bawa konstruk

laten memprediksi ukuran pada konstruknya lebih baik dari pada ukuran

pada konstruk lain. Discriminant Validity dapat dievaluasi dengan melihat

nilai cross loading yaitu loading indikator ke konstruk yang diukur lebih

besar dari pada loading ke konstruk lain atau dengan melihat akar kuadrat

Average Variance Extracted (AVE) lebih besar dari korelasi antar

konstruk. (Ghozali dan Hengky, 2015:74).


80

c) Nilai Composite reliability, Nilai Composite reliability untuk menilai

reliabilitas konstruk. Nilai Composite reliability harus lebih besar dari 0,7

menunjukkan bahwa data mempunyai nilai reliability tinggi (Ghozali dan

Hengky, 2015:75).

Persamaan Model Pengukuran/measurement (outer model)

a. Untuk variabel laten SAKD (refleksif)

SAKD1 = λ1.1 SAKD + ε1.1

SAKD2 = λ1.2 SAKD + ε1.2

SAKD3 = λ1.3 SAKD + ε1.3

SAKD4 = λ1.4 SAKD + ε1.4

SAKD5 = λ1.5 SAKD + ε1.5

SAKD6 = λ1.6 SAKD + ε1.6

SAKD7 = λ1.7 SAKD + ε1.7

b. Untuk variabel laten SPI (refleksif)

SPI1 = λ2.1 SPI + ε2.1

SPI2 = λ2.2 SPI + ε2.2

SPI3 = λ2.3 SPI + ε2.3

SPI4 = λ2.4 SPI + ε2.4

SPI5 = λ2.5 SPI + ε2.5

SPI6 = λ2.6 SPI + ε2.6

c. Untuk variabel laten PKD (refleksif)

PKD1 = λ3.1 PKD + ε3.1

PKD2 = λ3.2 PKD + ε3.2


81

PKD3 = λ3.3 PKD + ε3.3

PKD4 = λ3.4 PKD + ε3.4

PKD5 = λ3.5 PKD + ε3.5

d. Untuk variabel laten PTI (refleksif)

PTI1 = λ4.1 PTI + ε4.1

PTI2 = λ4.2 PTI + ε4.2

PTI3 = λ4.3 PTI + ε4.3

PTI4 = λ4.4 PTI + ε4.4

PTI5 = λ4.5 PTI + ε4.5

PTI6 = λ4.6 PTI + ε4.6

PTI7 = λ4.7 PTI + ε4.7

e. Untuk variabel laten AK (refleksif)

AK1 = λ5.1 AK + ε5.1

AK2 = λ5.2 AK + ε5.2

AK3 = λ5.3 AK + ε5.3

AK4 = λ5.4 AK + ε5.4

AK5 = λ5.5 AK + ε5.5

AK6 = λ5.6 AK + ε5.6

AK7 = λ5.7 AK + ε5.7

AK8 = λ5.8 AK + ε5.8

Keterangan :
SAKD = Variabel sistem akuntansi keuangan daerah
SAKD1 – SAKD7 = Indikator 1-7 variabel sistem akuntansi keuangan
daerah
SPI = Variabel sistem pengendalian intern
SPI1 – SPI6 = Indikator 1-6 variabel sistem pengendalian intern
82

PKD = Variabel pengawasan keuangan daerah


PKD1 – PKD5 = Indikator 1-5 variabel pengawasan keuangan daerah
PTI = Variabel pemanfaatan teknologi informasi
PTI1 – PTI7 = Indikator 1-7 variabel pemanfaatan teknologi
informasi
AK = Variabel akuntabilitas keuangan
AK1 – AK8 = Indikator 1-8 variabel akuntabilitas keuangan
λ1.1 – λ1.7 = Lamda (kecil), loading factor indikator 1-7 variabel
sistem akuntansi keuangan daerah
λ2.1 – λ2.6 = Lamda (kecil), loading factor indikator 1-6 variabel
sistem pengendalian intern
λ3.1 – λ3.5 = Lamda (kecil), loading factor indikator 1-5 variabel
pengawasan keuangan daerah
λ4.1 – λ4.7 = Lamda (kecil), loading factor indikator 1-7 variabel
pemanfaatan teknologi informasi
λ5.1 – λ5.8 = Lamda (kecil), loading factor indikator 1-8 variabel
akuntabilitas keuangan
ε1.1 – ε1.7 = Epsilon (kecil), error terms atau galat model
pengukuran indikator 1-7 variabel sistem akuntansi
keuangan daerah
ε2.1 – ε2.6 = Epsilon (kecil), error terms atau galat model
pengukuran indikator 1-6 variabel sistem
pengendalian intern
ε3.1 – ε3.5 = Epsilon (kecil), error terms atau galat model
pengukuran indikator 1-5 variabel pengawasan
keuangan daerah
ε4.1 – ε4.7 = Epsilon (kecil), error terms atau galat model
pengukuran indikator 1-7 variabel pemanfaatan
teknologi informasi
ε5.1 – ε5.8 = Epsilon (kecil), error terms atau galat model
pengukuran indikator 1-8 variabel akuntabilitas
keuangan

2). Pengujian Inner Model atau Structural Model berfungsi untuk menguji

hubungan antara konstruk laten (pengujian hipotesis), dilakukan antara lain

dengan :

a) R square pada konstruk endogen digunakan untuk melihat kemampuan

variabel eksogen untuk menerankan variabel endogen. Klasifikasi nilai R

square menurut Chin(1998) dalam Ghozali dan Hengky (2015:78) terdiri

dari 0,67 (kuat), 0,33 (moderate) dan 0,19 (lemah).


83

b) Predictive relevance (Q square) digunakan untuk mengukur seberapa

baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi

parameternya atau mengetahui kapabilitas prediksi dengan prosedur

blindfolding (Ghozali dan Hengky 2015:81). Nilai Q square > 0,

menunjukkan bahwa model memiiki predictive relevance, sedangkan Q

square < 0, menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive

relevance (Ghozali dan Hengky, 2015:81). Lebih lanjut Ghozali dan

Hengky (2015:80) menyebutkan bahwa dalam kaitannya dengan f

square, perubahan Q square (q square) memberikan dampak relatif

terhadap model struktural, dimana q square 0,02 (lemah), 0,15

(moderate) dan 0,35 (kuat).

c) Uji inner model juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk

melihat pengaruh antar variabel dimana dalam SEM yang lebih sering

digunakan adalah dengan metode bootstrapping (Ghozali dan Hengky,

2015:80). Untuk nilai signifikan keterdukungan hipotesis dapat

dipergunakan perbandingan nilai T-table dan T-Statistics pada hasil

estimasi for path coefisiens (nilai koefisien jalur). Jika T-statistics lebih

besar dibandingkan T-table berarti hipotesis terdukung. Nilai signifikan

yang digunakan untuk hipotesis berarah (one-tailed) dengan tingkat

keyakinan 95 persen (alpha 5 persen) adalah 1,66 dan hipotesis tidak

berarah (two-tailed) dengan tingkat keyakinan 95 persen (alpha 5 persen)

adalah 1,96.
84

d) Pengujian efek moderasi

Pengujian efek moderasi dalam PLS digunakan untuk menunjukkan

interaksi antara variabel eksogen (prediktor) dengan variabel moderator

dalam mempengaruhi variabel endogen (Ghozali dan Hengky, 2015:163).

Pada pengujian efek moderasi, output parameter uji signifikansi dilihat

pada tabel total effect untuk melihat efek total prediksi (direct and

indirect effect). Hal ini dikarenakan, pada efek moderasi tidak hanya

dilakukan pengujian efek langsung (direct effect) tetapi juga hubungan

interaksi antara variabel eksogen dengan variabel moderasi terhadap

variabel endogen (indirect effect).

Persamaan Model Struktural (inner model)

AK = γ1SAKD + γ2SPI + γ3PKD + γ4PTI + β1SAKD.PTI +β2SPI.PTI + β3PKD.PTI + ζ

Keterangan :
AK = Variabel akuntabilitas keuangan
SAKD = Variabel sistem akuntansi keuangan daerah
SPI = Variabel sistem pengendalian intern
PKD = Variabel pengawasan keuangan daerah
PTI = Variabel pemanfaatan teknologi informasi
γ1 = Gamma, koefisien pengaruh variabel sistem akuntansi keuangan
daerah terhadap variabel akuntabilitas keuangan
γ2 = Gamma, koefisien pengaruh variabel sistem pengendalian intern
terhadap variabel akuntabilitas keuangan
γ3 = Gamma, koefisien pengaruh variabel pengawasan keuangan
daerah terhadap variabel akuntabilitas keuangan
γ4 = Gamma, koefisien pengaruh variabel pemanfaatan teknologi
informasi terhadap variabel akuntabilitas keuangan
β1 = Beta, koefisien hubungan variabel sistem akuntansi keuangan
daerah dengan variabel pemanfaatan teknologi informasi
β2 = Beta, koefisien hubungan variabel sistem pengendalian intern
dengan variabel pemanfaatan teknologi informasi
β3 = Beta, koefisien hubungan variabel pengawasan keuangan daerah
dengan variabel pemanfaatan teknologi informasi
ζ = Zeta, error terms atau galat model struktural
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan membuktikan pengaruh sistem

akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan

daerah terhadap akuntabilitas keuangan serta untuk memberikan bukti apakah

pemanfaatan teknologi informasi mampu memperkuat pengaruh variabel-variabel

endogen tersebut terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur. Kabupaten Lombok Timur dengan luas wilayah 2.679,88 Km2 merupakan

salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di bagian

timur Pulau Lombok, berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Selat Alas di

sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan dan Kabupaten Lombok

Tengah dan Kabupaten Lombok Utara di sebelah barat.

Kabupaten Lombok Timur lahir pada 27 Desember 1958 berdasarkan

Undang-undang Nomor 69 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan

Nusa Tenggara Timur. Dalam mengelola sumberdaya daerah, Pemerintah

Kabupaten Lombok Timur dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati dan dibantu

oleh perangkat daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,

Inspektorat, Dinas Daerah, Badan dan Kecamatan (Lampiran 2). Seluruh SKPD

yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 6

tahun 2016 tersebut akan mempertanggungjawaban kinerja atas pengelolaan

85
86

sumberdaya daerah yang dipercayakan kepadanya melalui Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD). Hasil pemeriksaan BPK atas LKPD Kabupaten

Lombok Timur menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan Pemerintah

Kabupaten Lombok Timur masih lemah hal ini karena opini yang diperoleh

sampai tahun 2015 belum ada peningkatan masih WDP. Hal ini memotivasi

peneliti untuk membuktikan secara empiris tentang faktor-faktor yang mampu

meningkatkan akuntabilitas keuangan dengan mengambil data primer pada

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner kepada pejabat

penatausahaan keuangan (PPK) dan bendahara yang ada pada seluruh SKPD.

Jumlah kuisioner yang disebar ke 51 SKPD sebanyak 102 sesuai dengan jumlah

responden sebagaimana disajikan pada Lampiran 2. Data penyebaran dan

pengembalian kuisioner penelitian dapat disajikan pada Tabel 4.1. sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data penyebaran dan tingkat pengembalian kuisioner

Kuisioner Kuisioner yang kembali Kuisioner Response


NO. Responden yang dapat tidak dapat yang tidak Rate
disebar diolah diolah kembali (%)

1 Pejabat Penatausahaan Keuangan 51 46 2 3 90,20


2 Bendahara 51 47 0 4 92,16
JUMLAH 102 93 2 7 91,18
Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 102

kuisioner. Kuisioner yang kembali sebanyak 93 kuisioner dengan rincian yang

dapat diolah sebanyak 93 kuisioner dan tidak dapat diolah sebanyak 2 kuisioner.

Kuisioner yang kembali namun tidak dapat diolah disebabkan karena kuisioner

tersebut tidak terisi sebagian. Kuisioner yang tidak kembali sebanyak 7 kuisioner.
87

Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian (response rate) kuisioner yang

dapat diolah sebagai data penelitian adalah sebesar 91,18 persen.

4.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama sedangkan

instrumen valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2014:121).

4.2.1 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini dengan cara one shot. One shot

atau pengukuran sekali saja yaitu mengukur hanya sekali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan/pernyataan lain atau mengukur korelasi antar

jawaban pertanyaan. Uji reliabiltas instrumen pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan SPSS 16.0. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,7 (Nunally, 1994 dalam

Ghozali, 2013:48). Adapun hasil pengujian reliabilitas instrumen untuk masing-

masing konstruk sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen


Nilai Cronbach's Nilai Cronbach's
Variabel Kesimpulan
Alpha Statistik Alpha Kritis
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah 0,803 0,7 Reliabel
Sistem Pengendalian Intern 0,808 0,7 Reliabel
Pengawasan Keuangan Daerah 0,937 0,7 Reliabel
Pemanfaatan Teknologi Informasi 0,823 0,7 Reliabel
Akuntabilitas Keuangan 0,886 0,7 Reliabel
Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen yang dilakukan pada 20

responden sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2, diketahui bahwa semua nilai
88

Cronbach’s Alpha statistik masing-masing konstruk lebih besar dari 0,7. Dapat

disimpulkan bahwa seluruh item instrumen untuk masing-masing konstruk yaitu

sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern, pengawasan

keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan akuntabilitas keuangan

dinyatakan reliabel.

4.2.2 Uji Validitas Instrumen Penelitian

Uji validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan nilai item

instrumen/indikator dengan total nilai konstruk. Jika harga korelasi antara tiap

instrumen dengan total nilai konstruk (r-hitung) positif dan lebih besar dari r-tabel

maka instrumen tersebut merupakan konstruk yang kuat atau instrumen valid

(Sugiyono, 2014:125-127). Pada penelitian ini uji validitas instrumen dilakukan

dengan menggunakan program SPSS 16.0. Teknik yang dilakukan yaitu dengan

cara menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) antara

masing-masing nilai indikator dengan total nilai konstruk (Ghozali, 2016:54).

Hasil pengujian validitas secara lengkap sebagaimana disajikan pada Lampiran 6

dan secara ringkas disajikan pada Tabel 4.3.

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen sebagaimana disajikan pada Tabel

4.3, diketahui bahwa semua nilai korelasi antara tiap nilai instrumen dengan total

nilai konstruk (r-hitung) positif dan lebih besar dari r-tabel (0,444) untuk sampel

(N) sejumlah 20 responden pada taraf signifikansi (α) 5 persen. Dapat

disimpulkan bahwa seluruh item instrumen untuk tiap konstruk/variabel yaitu

sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern, pengawasan


89

keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan akuntabilitas keuangan

dinyatakan valid.

Tabel 4.3 Ringkasan hasil uji validitas instrumen


Hasil Korelasi nilai
No . Item item instrumen r-tabel
Variabel Kesimpulan
Pernyataan dengan nilai total (N=20, α=0,05)
( r-hitung)
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah 1 0,646 0,444 Valid
2 0,736 0,444 Valid
3 0,757 0,444 Valid
4 0,532 0,444 Valid
5 0,786 0,444 Valid
6 0,601 0,444 Valid
7 0,717 0,444 Valid
Sistem Pengendalian Intern 1 0,658 0,444 Valid
2 0,771 0,444 Valid
3 0,689 0,444 Valid
4 0,694 0,444 Valid
5 0,852 0,444 Valid
6 0,653 0,444 Valid
Pengawasan Keuangan Daerah 1 0,866 0,444 Valid
2 0,933 0,444 Valid
3 0,916 0,444 Valid
4 0,890 0,444 Valid
5 0,888 0,444 Valid
Pemanfaatan Teknologi Informasi 1 0,740 0,444 Valid
2 0,700 0,444 Valid
3 0,854 0,444 Valid
4 0,608 0,444 Valid
5 0,650 0,444 Valid
6 0,777 0,444 Valid
7 0,641 0,444 Valid
Akuntabilitas Keuangan 1 0,706 0,444 Valid
2 0,691 0,444 Valid
3 0,822 0,444 Valid
4 0,776 0,444 Valid
5 0,733 0,444 Valid
6 0,625 0,444 Valid
7 0,776 0,444 Valid
8 0,902 0,444 Valid
Sumber : Lampiran 6

4.3 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul


90

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum

atau generalisasi (Sugiyono, 2014:147). Analisis statistik deskriptif dalam

penelitian ini terdiri dari deskriptif profil responden dan jawaban responden.

4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pejabat penatausahaan keuangan

(PPK) dan bendahara pada seluruh SKPD Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

Responden-responden ini dipilih karena bertanggungjawab dan lebih mengetahui

proses dan teknis pengelolaan keuangan terkait sistem dan prosedur kerja yang

dijalankan. Dari kuisioner yang telah dikembalikan diperoleh profil responden

berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan tertinggi, latar belakang

pendidikan tertinggi dan masa kerja sebagaimana disajikan pada Tabel 4.4.

a. Profil responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden

dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (61,29%) dan perempuan

sebanyak 36 orang (38,71%). Data profil responden berdasarkan jenis

kelamin dapat ditunjukkan pada Gambar 4.1.

38,71
Laki-laki
61,29
Perempuan

Gambar 4.1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui bahwa sumber daya manusia yang

menduduki jabatan sebagai PPK dan bendahara pada Pemerintah Kabupaten


91

Lombok Timur lebih dominan yang berjenis kelamin pria dibandingkan

dengan wanita. Hal ini karena mobilitas laki-laki lebih tinggi, sementara itu

perempuan lebih diposisikan sebagai pendamping untuk mendukung

pelayanan dalam organisasi.

Tabel 4.4 Profil Responden


Responden
No. Profil Responden
Jumlah %
a Jenis Kelamin
- Laki-laki 57 61,29
- Perempuan 36 38,71
93 100,00
b Usia
- 17 - 25 tahun 0 0,00
- 26 - 35 tahun 11 11,83
- 36 - 45 tahun 36 38,71
- 46 - 55 tahun 46 49,46
- 56 - 65 tahun 0 0,00
93 100,00
c Tingkat Pendidikan Tertinggi
- SMA 31 33,33
- D3 5 5,38
- S1 54 58,06
- S2 3 3,23
93 100,00
d Latar Belakang Tingkat Pendidikan Tertinggi
- Ekonomi 23 24,73
- Administrasi publik 11 11,83
- Akuntansi 4 4,30
- Sosial 9 9,68
- Hukum 4 4,30
- SMA 31 33,33
- Jurusan lain-lain pada Perguruan Tinggi 11 11,83
93 100,00
e Masa Kerja
- < 5 Tahun 1 1,08
- 5 - 9 Tahun 22 23,66
- 10 - 14 Tahun 17 18,28
- 15 - 19 Tahun 20 21,51
- > 19 Tahun 13 35,48
93 100,00
Sumber : Lampiran 7
92

b. Profil responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa mayoritas responden

berusia 46 – 55 tahun yaitu sebanyak 46 orang (49,46%) dan responden

berusia 36 - 45 tahun sebanyak 36 orang (38,71%) dan sisanya adalah

responden dengan usia 26 - 35 tahun. Data profil responden berdasarkan usia

dapat ditunjukkan pada Gambar 4.2.

0,00
0,00

11,83 17 - 25 tahun
49,46 26 - 35 tahun
38,71 36 - 45 tahun
46 - 55 tahun
56 - 65 tahun

Gambar 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan Gambar 4.2, diketahui bahwa mayoritas responden penelitian ini

berada pada usia cukup matang dengan tingkat kemandirian dan loyalitas

yang tinggi dalam menyelesaikan tugas pokok dan fingsinya. Tingkat

kemandirian dan loyalitas yang tinggi berdampak positif terhadap

produktivitas kerja. Pegawai pada usia tersebut pada umumnya memiliki

kematangan pemikiran dan lebih tekun dan bertanggungjawab atas

pekerjaannya. Bertambahnya usia bagi seorang pekerja professional bukan

menjadi kendala justru akan meningkatkan produktivitas kerja.

c. Profil responden berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi menunjukkan

bahwa responden yang menempuh pendidikan tertinggi pada tingkat SMA

sebanyak 31 orang (33,33%), Diploma-3 (D3) sebanyak 5 orang (5,38%),


93

Strata-1 (S1) sebanyak 54 orang (58,06%) dan Strata-2 (S2) sebanyak 3 orang

(3,23%). Data profil responden berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi

dapat ditunjukkan pada Gambar 4.3.

3,23%

33,33%
SMA
D3
58,06%
S1
≥S2
5,38%

Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi

Berdasarkan gambar 4.3, diketahui bahwa sumber daya manusia dalam

bidang pengelolaan keuangan yang menduduki posisi PPK dan bendahara

mayoritas berpendidikan tertinggi S1, dengan demikian sumber daya manusia

dalam bidang pengelolaan keuangan berdasarkan tingkat pendidikan cukup

memadai. Secara umum tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi

sikap, pengambilan keputusan serta kemampuan dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan secara lebih efisien dan efektif. Seseorang dengan pengetahuan

yang lebih tinggi akan mampu menyederhanakan situasi yang kompleks,

menganalisa masalah dan membuat keputusan terbaik demi tercapainya

tujuan organisasi.

d. Profil responden berdasarkan latar belakang tingkat pendidikan tertinggi

menunjukkan bahwa responden didominasi oleh responden dengan latar

belakang tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 31 orang (33,33%) dan


94

untuk responden dengan latar pendidikan akuntansi sangat minim. Data profil

responden berdasarkan latar belakang tingkat pendidikan tertinggi dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.4..

ekonomi

administrasi
publik
33,33% 24,73% hukum

11,83% akuntansi
11,83%
9,68% sosial

4,30% jurusan lain-lain


4,30% pada PT
SMA

Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Latar Belakang Tingkat Pendidikan Tertinggi

Latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi pemahaman dan

kompetensi seseorang atas bidang pekerjaan yang dijalankannya. Rendahnya

kompetensi seseorang akan menyulitkan penyelesaian tugas pokok dan fungsi

sehingga kinerja yang diharapkan tidak tercapai. Dalam konteks pengelolaan

keuangan, seharusnya ditempati oleh pegawai dengan latar belakang

pendidikan akuntansi yang diharapkan lebih memahami mekanisme

pengelolaan keuangan.

e. Profil responden berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa dominasi

responden memiliki masa lebih dari 19 tahun. Data profil responden

berdasarkan masa kerja dapat ditunjukkan pada Gambar 4.5.


95

1,08%
< 5 Tahun
35,48% 23,66%
5 - 9 Tahun
18,28% 10 - 14 Tahun
21,51% 15 - 19 Tahun
> 19 Tahun

Gambar 4.5. Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa berhubungan dengan pengalaman kerja, kepercayaan diri, keterampilan

teknis dan pemahaman tentang pekerjaan yang lebih baik. Hal tersebut erat

kaitannya dengan produktivitas kerja. Seseorang dengan masa kerja yang

lebih lama memiliki pengalaman kerja lebih banyak dan luas, kepercayaan

diri yang tinggi keterampilan teknis dan pemahaman yang lebih baik atas

bidang pekerjaannya sehingga dapat berkinerja produktif untuk mencapai

tujuan organisasi. Mayoritas usia responden yang lebih dari 19 tahun

menunjukkan bahwa responden sudah cukup matang dalam hal teknis kerja

dan keterampilan mengelola keuangan dan anggaran.

4.3.2 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden

Analisis statistik deskriptif adalah analisis statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014:147). Jawaban responden

dianalisis dengan dua cara yaitu analisis deskriptif jawaban responden

berdasarkan nilai jawaban dan berdasarkan tingkat jawaban.


96

4.3.2.1 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan Nilai


Jawaban
Analisis statistik deskriptif jawaban responden berdasarkan total nilai

jawaban diperlakukan pada variabel–variabel penelitian tetapi sifatnya sendiri,

tidak dikaitkan dengan variabel lain. Berdasarkan variabel tersebut analisis dapat

dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai banyak hal seperti rata–rata,

deviasi standar, nilai maksimum dan minimum, tabulasi dan uji Kai-Kuadrat

untuk melihat perbedaan data berdasarkan kategori yang ada pada data tersebut

(Umar, 2013:103-104). Dalam penelitian ini, analisis deskriptif jawaban

responden berdasarkan nilai jawaban dilakukan untuk mendapatkan informasi

rata–rata (mean), deviasi standar, nilai maksimum, minimum skewness dan

kutosis dari masing-masing variabel. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata

data yang bersangkutan. Deviasi standar digunakan untuk mengetahui seberapa

besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan

untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Nilai minimum

digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi

dari rata-rata. Koefisien variasi, skewness dan kurtosis digunakan sebagai

pengukur penyebaran distribusi data variabel. Analisis statistik deskriptif jawaban

responden berdasarkan nilai jawaban dalam penelitian ini sebagaimana disajikan

pada Tabel 4.5.


97

Tabel 4.5 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan


Nilai Jawaban
Descriptive Statistics
Std. Koef. Skewness Kurtosis
N Minimum Maximum Mean Deviation Variasi
SAKD 93 1 5 3.99 0.84 0.21 -0.64 0.31
SPI 93 2 5 4.13 0.82 0.20 -0.50 -0.65
PKD 93 2 5 4.12 0.86 0.21 -0.65 -0.38
PTI 93 2 5 4.45 0.58 0.13 -0.56 -0.08
AK 93 2 5 4.12 0.55 0.13 -0.05 0.54
Valid N (listwise) 93
Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini data

primer yang digunakan terdiri dari 5 variabel yaitu Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah (SAKD), Sistem Pengendalian Intern (SPI), Pengawasan Keuangan

Daerah (PKD), Pemanfaatan Teknologi Informasi (PTI) dan Akuntabilitas

Keuangan (AK). Total nilai rata-rata untuk indikator dari variabel SAKD berada

pada angka 3,99 menunjukkan bahwa persepsi responden secara umum tentang

SAKD yang diterapkan baik dan tertib sesuai standar–standar pelaksanaan

pengelolaan anggaran. Total nilai rata-rata untuk indikator dari variabel SPI

berada pada angka 4,13 menunjukkan bahwa persepsi responden secara umum

tentang SPI yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sudah baik,

tertib sesuai standar–standar pelaksanaan pengelolaan anggaran sehingga mampu

mengontrol penyimpangan terhadap arah pencapaian tujuan organisasi. Total nilai

rata-rata untuk indikator dari variabel PKD berada pada angka 4,12 menunjukkan

bahwa persepsi responden secara umum tentang pengawasan keuangan oleh

Inspektorat Daerah telah optimal dilaksanakan dalam rangka memberikan jaminan

kinerja pengelolaan keuangan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kepada

publik. Total nilai rata-rata variabel PTI berada pada angka 4,45 menunjukkan
98

bahwa persepsi responden secara umum tentang PTI sangat optimal dalam

menunjang proses pengelolaan keuangan. Total nilai rata-rata untuk variabel AK

berada pada angka 4,12 menunjukkan bahwa persepsi responden secara umum

tentang akuntabilitas keuangan telah dilaksanakan dengan baik sebagai wujud

pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya.

Salah satu asumsi yang melandasi metode kuadrat terkecil (least square)

yang digunakan dalam model regresi adalah keharusan penyebaran variabel

eksogen yang layak (sufficient variety). Adanya penyebaran variabel eksogen dan

variabel endogen merupakan hal yang essential dalam menggunakan alat analisis

regresi (Gujarati, 2004: 73). Atas dasar itu, dalam bagian ini digunakan atribut

koefisien variasi sebagai pengukur penyebaran distribusi data variabel (Gujarati,

2004: 72-73). Pengukur penyebaran distribusi data yang juga penting adalah

skewness dan kurtosis. Pada metode analisis regresi yang tidak mensyaratkan data

berdistribusi normal sebagian, tetapi juga membatasi data variabel tidak terlalu

non-normal. Jika nilai koefisien variasi, skewness dan kurtosis sesuai dengan yang

disyaratkan, maka akan diperoleh sinyal atau petunjuk mengenai besaran estimasi

parameter regresi.

Skewness atau kemiringan adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan

simetri dari sebuah distribusi data. Sedangkan kurtosis adalah derajat keruncingan

puncak suatu distribusi data terhadap distribusi normalnya data. Kriteria ideal

untuk nilai skewness dan kurtosis adalah tidak boleh lebih besar dari +1 dan tidak

boleh lebih kecil dari -1 (Hair et al., 2014: 54). Berdasarkan Tabel 4.5, nilai

skewness untuk variabel SAKD sebesar -0,64, variabel SPI sebesar -0,50, variabel
99

PKD sebesar -0,65 dan variabel PTI sebesar -0,56. Nilai skewness dari masing-

masing variabel tersebut telah memenuhi persyaratan nilai skewness yang ideal

yang berarti bahwa penyebaran data berdistribusi normal dengan arah kemiringan

condong ke kiri yang ditandai dengan tanda minus (-). Seperti halnya dengan nilai

skewness, seluruh variabel independen telah memenuhi persyaratan ideal nilai

kurtosis. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dengan derajat

keruncingan data yang normal.

Penyebaran distribusi data tidak hanya dapat dilihat dari nilai skewness dan

kurtosis saja, tetapi nilai koefisien variasi pun perlu diperhatikan. Koefisien

variasi berguna untuk melihat sebaran data dari nilai rata-ratanya. Semakin kecil

nilai koefisien variasi maka data semakin homogen. Sebaliknya, semakin besar

nilai koefisien variasi maka data semakin heterogen. Berdasarkan Tabel 4.5, nilai

koefisien variasi untuk ketiga variabel eksogen (SAKD, SPI dan PKD) lebih besar

dari nilai koefisien variasi variabel endogen (AK) sementara variabel moderating

PTI memiliki nilai koefisien variasi yang sama dengan variabel AK. Hal ini

menunjukkan sebaran data untuk ketiga variabel eksogen dan variabel moderasi

cenderung heterogen. Dengan melihat nilai koefisien variasi variabel eksogen

terhadap nilai koefisien variasi variabel endogen, dapat diprediksi bahwa ketiga

variabel eksogen (SAKD, SPI dan PKD) dan variabel moderasi (PTI) memiliki

sebaran data cukup baik.

4.3.2.2 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan


Tingkat Jawaban

Analisis statistik deskriptif jawaban responden berdasarkan tingkat jawaban

dilakukan untuk menilai tingkat jawaban responden pada masing-masing variabel.


100

Hasil analisis ini akan menunjukkan jenjang sikap atau tingkat jawaban responden

atas pernyataan-pernyataan dalam kuisioner mulai dari sangat tidak baik sampai

dengan sangat baik. Dalam penelitian ini rentang kelas antar jenjang kategori nilai

yang digunakan adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 () sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif maka kategori nilai masing-masing

variabel dapat disajikan sebagaimana Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kategori Nilai pada Masing-masing Variabel


Nilai
Variabel
Rata-rata Kategori
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) 3,99 Baik
Sistem Pengendalian Intern (SPI) 4,13 Baik
Pengawasan Keuangan Daerah (PKD) 4,12 Optimal
Pemanfaatan Teknologi Informasi (PTI) 4,45 Sangat Optimal
Akuntabilitas Keuangan (AK) 4,12 Baik
Sumber : Lampiran 8
Adapun hasil analisis statistik deskriptif jawaban responden berdasarkan

tingkat jawaban dari masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :

4.3.2.2.1 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan


Tingkat Jawaban pada Variabel Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah

Variabel sistem akuntansi keuangan daerah terdiri atas 7 (tujuh) indikator

yaitu (1) kesesuaian sistem akuntansi dengan SAP, (2) analisis/identifikasi

transaksi dan pengklasifikasian, (3) identifikasi catatan, (4) dokumen sumber

pembukuan, (5) pencatatan transakasi secara kronologis, (6) klasifikasi transaksi

kedalam pos-pos yang semestinya, dan (7) pembuatan laporan keuangan secara

konsisten dan periodik. Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam pernyataan-

pernyataan responden sebagaimana disajikan dalam kuisioner pada Lampiran 4,

dengan menggunakan skala likert 5 poin untuk mengukur jawaban atas

pernyataan-pernyataan tersebut. Adapun nilai jawaban responden atas pernyataan-


101

pernyataan pada variabel sistem akuntansi keuangan daerah sebagaimana

disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel. 4.7 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden untuk Variabel


Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Jumlah Nilai Jawaban
Item Pernyataan
1 2 3 4 5 Total Nilai Rata-rata

1 0 0 22 57 14 93 3.91
2 0 0 25 36 32 93 4.08
3 0 1 28 22 42 93 4.13
4 0 0 15 32 46 93 4.33
5 0 1 10 63 19 93 4.08
6 0 0 15 63 15 93 4.00
7 5 21 22 24 21 93 3.38
Total Nilai Rata-rata 3.99
Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 4.7, responden memberikan nilai tertinggi pada item

pernyataan 4 dengan nilai rata-rata 4,33. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam

proses pengelolaan keuangan aparatur pengelola keuangan Pemerintah Kabupaten

Lombok Timur selalu menggunakan bukti transaksi setiap melakukan transaksi

keuangan. Nilai rata-rata terendah berada pada item pernyataan 7 dengan nilai

rata-rata 3,38, nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa pembuatan laporan

keuangan seringkali konsisten dan periodik. Total nilai rata-rata untuk indikator

dari variabel sistem akuntansi keuangan daerah berada pada angka 3,99. Total

nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa persepsi responden secara umum

tentang sistem akuntansi keuangan daerah yang diterapkan baik, tertib sesuai

standar–standar pelaksanaan pengelolaan anggaran sehingga proses pengelolaan

keuangan menjadi terarah dan terkontrol dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi.
102

4.3.2.2.2 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan


Tingkat Jawaban pada Variabel Sistem Pengendalian Intern

Variabel sistem pengendalian intern terdiri atas 6 (enam) indikator yaitu (1)

pemisahan tugas, (2) otorisasi, (3) dokumen/bukti (4) catatan akuntansi, (5)

verifikasi independen dan (6) review laporan keuangan. Indikator-indikator

tersebut dituangkan dalam pernyataan-pernyataan responden sebagaimana

disajikan dalam kuisioner pada Lampiran 4, dengan menggunakan skala likert 5

poin untuk mengukur jawaban atas pernyataan-pernyataan tersebut. Adapun nilai

jawaban responden atas pernyataan-pernyataan pada variabel sistem pengendalian

intern sebagaimana disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel. 4.8 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden untuk Variabel


Sistem Pengendalian Intern
Jumlah Nilai Jawaban
Item Pernyataan
1 2 3 4 5 Total Nilai Rata-rata

1 0 0 20 55 18 93 3.98
2 0 6 27 34 26 93 3.86
3 0 1 13 42 37 93 4.24
4 0 0 26 29 38 93 4.13
5 0 0 18 35 40 93 4.24
6 0 6 11 23 53 93 4.32
Total Nilai Rata-rata 4.13
Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 4.8, responden memberikan nilai tertinggi pada item

pernyataan 6 dengan nilai rata-rata 4,32. Hal tersebut menunjukkan bahwa laporan

keuangan selalu direview oleh kasubag keuangan/akuntansi sebelum

didistribusikan. Nilai rata-rata terendah berada pada item pernyataan 2 dengan

nilai rata-rata 3,86, hal ini menunjukkan bahwa setiap transaksi hampir tidak bisa

dilakukan tanpa adanya otorisasi dari pihak yang berwenang. Total nilai rata-rata
103

untuk indikator dari variabel sistem pengendalian intern berada pada angka 4,13.

Total nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa persepsi responden secara

umum tentang sistem pengendalian intern yang diterapkan Pemerintah Kabupaten

Lombok Timur sudah baik, sehingga mampu mengontrol penyimpangan terhadap

arah pencapaian tujuan organisasi.

4.3.2.2.3 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan


Tingkat Jawaban pada Variabel Pengawasan Keuangan Daerah

Variabel pengawasan keuangan daerah terdiri atas 5 (lima) indikator yaitu

(1) pemeriksaan, (2) pengujian kebenaran laporan, (3) menguji kesesuaian SAP,

(4) penelusuran bukti yang mendukung temuan dan (5) evaluasi temuan.

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam pernyataan-pernyataan responden

sebagaimana disajikan dalam kuisioner pada Lampiran 4, dengan menggunakan

skala likert 5 poin untuk mengukur jawaban responden atas pernyataan-

pernyataan tersebut. Adapun nilai jawaban responden atas pernyataan-pernyataan

pada variabel pengawasan keuangan daerah sebagaimana disajikan pada Tabel

4.9.

Tabel. 4.9 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden untuk Variabel


Pengawasan Keuangan Daerah
Jumlah Nilai Jawaban
Item Pernyataan
1 2 3 4 5 Total Nilai Rata-rata

1 0 10 20 33 30 93 3.89
2 0 4 8 40 41 93 4.27
3 0 1 22 30 40 93 4.17
4 0 4 14 43 32 93 4.11
5 0 2 21 32 38 93 4.14
Total Nilai Rata-rata 4.12
Sumber : Lampiran 8
104

Berdasarkan Tabel 4.9, responden memberikan nilai tertinggi pada item

pernyataan 2 dengan nilai rata-rata 4,27. Hal tersebut menunjukkan bahwa

inspektorat seringkali melakukan pengujian atas kebenaran laporan. Nilai rata-rata

terendah berada pada item pernyataan 1 dengan nilai rata-rata 3,89, hal ini

menunjukkan resonden setuju bahwa Inspektorat telah melakukan pemeriksaan

secara berkala sesuai jadwal yang telah ditetapkan (6 bulan sekali). Total nilai

rata-rata untuk indikator dari variabel pengawasan keuangan daerah berada pada

angka 4,12. Total nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa persepsi responden

secara umum tentang pengawasan keuangan oleh Inspektorat Daerah telah optimal

dilaksanakan dalam rangka memberikan jaminan kinerja pengelolaan keuangan

yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kepada publik.

4.3.2.2.4 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan


Tingkat Jawaban pada Variabel Pemanfaatan Teknologi
Informasi

Variabel pemanfaatan teknologi informasi terdiri atas 7 (tujuh) indikator

yaitu (1) ketersediaan komputer, (2) ketersediaan jaringan internet, (3)

pemanfaatan jaringan internet (4) komputerisasi proses akuntansi, (5) penggunaan

software yang sesuai peraturan, (6) integrasi sistem akuntansi dalam pembutan

laporan dan (7) perawatan peralatan. Indikator-indikator tersebut dituangkan

dalam pernyataan-pernyataan responden sebagaimana disajikan dalam kuisioner

pada Lampiran 4, dengan menggunakan skala likert 5 poin untuk mengukur

jawaban responden atas pernyataan-pernyataan tersebut. Adapun nilai jawaban

responden atas pernyataan-pernyataan pada variabel pemanfaatan teknologi

informasi sebagaimana disajikan pada Tabel 4.10.


105

Tabel. 4.10 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden untuk Variabel


Pemanfaatan Teknologi Informasi
Jumlah Nilai Jawaban
Item Pernyataan
1 2 3 4 5 Total Nilai Rata-rata

1 0 1 5 79 8 93 4.01
2 0 1 5 49 38 93 4.33
3 0 0 5 47 41 93 4.39
4 0 0 0 25 68 93 4.73
5 0 0 0 52 41 93 4.44
6 0 0 1 30 62 93 4.66
7 0 0 5 28 60 93 4.59
Total Nilai Rata-rata 4.45
Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 4.10, responden memberikan nilai tertinggi pada item

pernyataan 4 dengan nilai rata-rata 4,73. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses

akuntansi telah dilakukan secara komputerisasi. Nilai rata-rata terendah berada

pada item pernyataan 1 dengan nilai rata-rata 4,01, hal ini menunjukkan bahwa

komputer tersedia memadai. Total nilai rata-rata variabel pemanfaatan teknologi

informasi berada pada angka 4,45. Total nilai rata-rata tersebut menunjukkan

bahwa persepsi responden secara umum tentang pemanfaatan teknologi informasi

sangat optimal dalam menunjang proses pengelolaan keuangan.

4.3.2.2.5 Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan


Tingkat Jawaban pada Variabel Akuntabilitas Keuangan

Variabel akuntabilitas keuangan terdiri atas 8 (delapan) indikator yaitu (1)

penyusunan laporan keuangan tepat waktu, (2) laporan keuangan bebas dari

kesalahan material, (3) laporan keuangan dapat dibandingkan dan andal, (4)

laporan keuangan menyajikan informasi keuangan yang lengkap, (5) informasi

laporan keuangan digunakan untuk menilai pencapaian tujuan, (6) informasi

laporan keuangan digunakan untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan


106

sumber daya, (7) penyusuanan laporan keuangan berdasarkan SAP dan (8) review

dan audit LKPD. Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam pernyataan-

pernyataan responden sebagaimana disajikan dalam kuisioner pada Lampiran 4,

dengan menggunakan skala likert 5 poin untuk mengukur jawaban responden atas

pernyataan-pernyataan tersebut. Adapun nilai jawaban responden atas pernyataan-

pernyataan pada variabel akuntabilitas keuangan sebagaimana disajikan pada

Tabel 4.11.

Tabel. 4.11 Nilai Jawaban Pernyataan-pernyataan Responden untuk Variabel


Akuntabilitas Keuangan
Jumlah Nilai Jawaban
Item Pernyataan
1 2 3 4 5 Total Nilai Rata-rata

1 0 1 20 48 24 93 4.02
2 0 1 22 59 11 93 3.86
3 0 0 4 55 34 93 4.32
4 0 0 11 70 12 93 4.01
5 0 0 6 67 20 93 4.15
6 0 0 3 75 15 93 4.13
7 0 0 3 67 23 93 4.22
8 0 0 0 71 22 93 4.24
Total Nilai Rata-rata 4.12
Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 4.11, responden memberikan nilai tertinggi pada item

pernyataan 3 dengan nilai rata-rata 4,32. Hal tersebut menunjukkan bahwa laporan

keuangan yang disusun dapat dibandingkan dan andal. Nilai rata-rata terendah

berada pada item pernyataan 2 dengan nilai rata-rata 3,86, namun hal ini masih

menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun bebas dari kesalahan

material. Total nilai rata-rata untuk indikator dari variabel akuntabilitas keuangan

berada pada angka 4,12. Total nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa

persepsi responden secara umum tentang akuntabilitas keuangan Pemerintah


107

Kabupaten Lombok Timur telah dilaksanakan dengan baik sebagai wujud

pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan

kepadanya.

4.4 Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan dalam penelitian sosial

sebagai alat untuk menganalisis data dengan tujuan eksplanasi yaitu melakukan

generalisasi sampel terhadap populasi atau menguji hipotesis penelitian (Bungin,

2014:191-192). Metode analisis statistik inferensial yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode Partial Least Square – Structural Equation

Modelling (PLS-SEM) dengan bantuan Program Smart PLS versi 3.0. Ghozali dan

Hengky (2015:19) menjelaskan bahwa metode analisis PLS–SEM bertujuan untuk

menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan

atau pengaruh antar konstruk tersebut.

4.4.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif. Outer model

dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminant dari indikator pembentuk

konstruk laten dan composite reliability untuk blok indikatornya. Proses evaluasi

model pengukuran (outer model) pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

4.4.1.1 Uji Validitas Convergent

Uji validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur–

pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas

convergent indikator refleksif dengan program SmartPLS 3.0 dapat dilihat dari
108

nilai loading factor untuk tiap indikator konstruk (Ghozali dan Hengky, 2015:74).

Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent

sebagaimana dikatakan oleh Ghozali dan Hengky (2015:74), yaitu nilai

loading factor harus lebih dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory,

namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai

loading factor 0,5 – 0,6 masih dianggap cukup, sedangkan nilai Average Variance

Extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5 (Chin dalam Ghozali dan Hengky

(2015:74). Adapun hasil uji validitas convergent dari analisis PLS algorithm pada

penelitian ini sebagaimana disajikan melalui Gambar 4.6 berikut :

Gambar 4.6 Model Pengukuran Tahap I


109

Tabel 4.12 Nilai AVE dari analisis PLS algorithm (Tahap I)


AVE Keterangan
AK 0.446 Tidak Valid
PKD 0.610 Valid
PTI 0.399 Tidak Valid
SAKD 0.531 Valid
SPI 0.529 Valid
Sumber : Lampiran 9

Berdasarkan Gambar 4.6, dapat diketahui hasil yaitu indikator PTI1 < 0,5

artinya tidak memenuhi syarat loading factor sehingga harus di droping. Tabel

4.12 menunjukkan ada dua variabel yang memiliki nilai AVE kurang dari 0,5

yaitu AK dan PTI, sehingga harus dilakukan droping kembali untuk beberapa

indikator dengan nilai terkecil secara bertahap dengan melihat pengaruhnya

terhadap kenaikan nilai AVE untuk masing-masing variabel tersebut (Lampiran

10 dan Lampiran 11). Setelah melewati proses droping nilai loading factor dari

masing-masing indikator dan nilai AVE masing-masing variabel dinyatakan telah

memenuhi kriteria convergent validity seperti disajikan pada Gambar 4.7.

Berdasarkan Gambar 4.7, diketahui bahwa terdapat 5 indikator yang di

droping karena tidak memenuhi kriteria convergent validity yaitu indikator PTI1,

PTI5, PTI6, AK2 dan AK3. Setelah droping, nilai semua indikator yang tersisa

dan semua variabel telah memenuhi kriteria convergent validity. Berdasarkan

Gambar 4.7 dan Tabel 4.13, diperoleh nilai loading factor untuk semua indikator

lebih besar dari 0,5 dan nilai AVE variabel seluruhnya lebih besar dari 0,5.

4.4.1.2 Uji Validitas Discriminant

Validitas discriminant menurut Ghozali dan Hengky (2015:74) berhubungan

dengan prinsip bahwa pengukur–pengukur konstruk yang berbeda seharusnya

tidak berkorelasi dengan tinggi. Cara untuk menguji validitas discriminant dengan
110

indikator refleksif pada penilitian ini yaitu dengan melihat nilai cross loading

antara konstruk dengan indikatornya. Jika korelasi konstruk dengan indikatornya

lebih besar dari korelasi indikator dengan konstruk lainnya maka konstruk

memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik daripada indikator pada blok

lainnya, sehingga memenuhi persyaratan discriminant validity (Ghozali dan

Hengky, 2015:39). Hasil uji validitas discriminant sebagaimana disajikan pada

Tabel 4.14.

Gambar 4.7 Model Pengukuran Tahap III

Tabel 4.13 Nilai AVE dari analisis PLS algorithm (Tahap III)
AVE Keterangan
AK 0.502 Valid
PKD 0.610 Valid
PTI 0.536 Valid
SAKD 0.530 Valid
SPI 0.528 Valid
Sumber : Lampiran 11
111

Tabel. 4.14 Nilai Cross Loading


AK PKD PTI SAKD SPI
AK1 0.722 0.371 0.220 0.430 0.459
AK4 0.690 0.183 0.151 0.402 0.328
AK5 0.687 0.213 0.138 0.288 0.367
AK6 0.630 0.029 0.129 0.341 0.266
AK7 0.783 0.116 0.143 0.418 0.372
AK8 0.730 0.309 0.308 0.417 0.419
PKD1 0.269 0.799 0.352 0.266 0.394
PKD2 0.174 0.794 0.099 0.121 0.349
PKD3 0.277 0.792 0.136 0.116 0.309
PKD4 0.192 0.750 0.216 0.114 0.236
PKD5 0.232 0.769 0.049 0.080 0.163
PTI2 0.208 0.195 0.787 0.233 0.304
PTI3 0.230 0.199 0.838 0.117 0.275
PTI4 0.113 0.048 0.562 -0.017 0.005
PTI7 0.200 0.177 0.712 0.380 0.262
SAKD1 0.342 -0.095 0.098 0.710 0.087
SAKD2 0.390 0.261 0.150 0.760 0.263
SAKD3 0.387 0.186 0.199 0.802 0.407
SAKD4 0.249 0.122 0.194 0.690 0.200
SAKD5 0.392 0.063 0.164 0.717 0.306
SAKD6 0.461 0.132 0.271 0.726 0.356
SAKD7 0.471 0.222 0.241 0.684 0.515
SPI1 0.366 0.244 0.140 0.155 0.667
SPI2 0.476 0.353 0.263 0.293 0.735
SPI3 0.376 0.172 0.228 0.398 0.756
SPI4 0.297 0.209 0.268 0.393 0.672
SPI5 0.339 0.298 0.163 0.357 0.804
SPI6 0.397 0.321 0.313 0.350 0.716
Sumber : Lampiran 11

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa korelasi konstruk dengan masing-

masing indikatornya memiliki nilai cross loading yang lebih besar dari pada

korelasi dengan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suatu konstruk

mampu memprediksi indikator pada blok masing-masing lebih baik dibandingkan


112

dengan indikator pada blok lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

indikator-indikator tersebut telah memenuhi kriteria validitas discriminant atau

indikator dinyatakan valid.

4.4.1.3 Uji Composite Reliability

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk

dengan indikator refleksif (Ghozali dan Hengky, 2015:75). Pada penelitian ini uji

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Composite Reliability. Rule of thumb

yang biasa digunakan untuk menilai reliabilitas konstruk menurut Ghozali dan

Hengky (2015:75) yaitu nilai composite reliability harus lebih besar dari 0,7 untuk

penelitian yang bersifat confirmatory. Hasil analisis PLS algorithm untuk melihat

nilai composite reliability pada penelitian ini sebagaimana disajikan pada Tabel

4.15.

Tabel 4.15 Nilai Composite Reliability


Rule of thumb Keterangan
Variabel
Nilai Syarat (Composite Reliability)
AK 0.858 > 0,7 Reliabel
SAKD 0.887 > 0,7 Reliabel
SPI 0.870 > 0,7 Reliabel
PKD 0.887 > 0,7 Reliabel
PTI 0.819 > 0,7 Reliabel
Sumber : Lampiran 11

Berdasarkan Tabel 4.15. diketahui bahwa konstruk sistem akuntansi

keuangan daerah, sistem pengendalian intern, pengawasan keuangan daerah,

pemanfaatan teknologi informasi dan akuntabilitas keuangan memiliki nilai

composite reliability lebih besar dari 0,7. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa indikator-indikator dalam penelitian telah memenuhi kriteria composite

reliability atau indikator dinyatakan reliabel.


113

4.4.1.4 Persamaan Model Pengukuran (outer model)

Hasil uji validitas dan reliabilitas model sebagaimana telah disajikan

sebelumnya memberikan kesimpulan bahwa model pengukuran telah memenuhi

kriteria validitas convergent, validitas discriminant dan composite reliability

sehingga model pengukuran dinyatakan valid dan reliabel. Selanjutnya

berdasarkan hasil bootstrapping dengan melihat nilai outer loading sebagaimana

disajikan pada Lampiran 12 dapat dibuat persamaan model pengukuran (outer

model) sebagaimana berikut :

a. Untuk variabel konstruk SAKD (refleksif)

SAKD1 = 0,710 SAKD

SAKD2 = 0,760 SAKD

SAKD3 = 0,802 SAKD

SAKD4 = 0,690 SAKD

SAKD5 = 0,717 SAKD

SAKD6 = 0,726 SAKD

SAKD7 = 0,684 SAKD

b. Untuk variabel laten SPI (refleksif)

SPI1 = 0,667 SPI

SPI2 = 0,735 SPI

SPI3 = 0,756 SPI

SPI4 = 0,672 SPI

SPI5 = 0,804 SPI

SPI6 = 0,716 SPI


114

c. Untuk variabel laten PKD (refleksif)

PKD1 = 0,799 PKD

PKD2 = 0,794 PKD

PKD3 = 0,792 PKD

PKD4 = 0,750 PKD

PKD5 = 0,769 PKD

d. Untuk variabel laten PTI (refleksif)

PTI2 = 0,787 PTI

PTI3 = 0,838 PTI

PTI4 = 0,562 PTI

PTI7 = 0,712 PTI

e. Untuk variabel laten AK (refleksif)

AK1 = 0,722 AK

AK4 = 0,690 AK

AK5 = 0,630 AK

AK6 = 0,630 AK

AK7 = 0,783 AK

AK8 = 0,730 AK

Keterangan :
SAKD = Variabel sistem akuntansi keuangan daerah
SAKD1 – SAKD7 = Indikator 1-7 variabel sistem akuntansi keuangan
daerah
SPI = Variabel sistem pengendalian intern
SPI1 – SPI6 = Indikator 1-6 variabel sistem pengendalian intern
PKD = Variabel pengawasan keuangan daerah
PKD1 – PKD5 = Indikator 1-5 variabel pengawasan keuangan daerah
PTI = Variabel pemanfaatan teknologi informasi
115

PTI2 – PTI7 = Indikator 1-7 variabel pemanfaatan teknologi


informasi
AK = Variabel akuntabilitas keuangan
AK1 – AK8 = Indikator 1-8 variabel akuntabilitas keuangan

4.4.2 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Evaluasi model struktural yang digunakan untuk menguji hubungan

konstruk (pengujian hipotesis). Evaluasi model struktural dilakukan dengan cara

melihat nilai antara lain :

4.4.2.1 R square (R2)

Nilai R square digunakan untuk menjelaskan pengaruh konstruk eksogen

tertentu terhadap konstruk endogen apakah mempunyai pengaruh yang subtantive.

Nilai R square 0.67, 0.33 dan 0.19 dapat disimpulkan bahwa model kuat,

moderate dan lemah (Ghozali dan Hengky, 2015:81). Nilai R square dari hasil

analisis yang menggunakan metode resampling bootstrap pada level sigifikansi 5

persen sebagaimana disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Nilai R square


R square
AK 0,490
Sumber : Lampiran 12

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai R square dari hubungan

antara variabel sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern,

pengawasan keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan dan dengan

dimoderasi oleh pemanfaatan teknologi informasi adalah 0,490. Hasil ini

menunjukkan bahwa 49 persen keragaman dari variabel akuntabilitas keuangan

dapat dijelaskan oleh variabel sistem akuntansi keuangan daerah, sistem

pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah dan dengan dimoderasi


116

oleh pemanfaatan teknologi informasi. Sisanya sebesar 51 persen dijelaskan oleh

variabel lain diluar model yang dibangun dalam penelitian ini. Berdasarkan nilai

R square dapat disimpulkan bahwa model termasuk kategori moderat.

4.4.2.2 Q2 predictive relevance

Nilai Q2 predictive relevance untuk merepresentasi synthesis dari cross-

validation dan fungsi fitting dengan prediksi dari observed variable dan estimasi

dari konstruk (Ghozali dan Hengky, 2015:79). Nilai Q2 > 0 menunjukkan bahwa

model mempunyai predictive relevance, sedangkan nilai Q2 < 0 menunjukkan

bahwa model kurang memiliki predictive relevance. Nilai Q2 predictive relevance

0.02, 0.15 dan 0.35 menunjukkan bahwa model lemah, moderate dan kuat. Nilai

Q2 predictive relevance diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

Q2 = 1 – (1 – R2)

Q2 = 1 – (1 – 0,490)

Q2 = 1 – 0,51

Q2 = 0,490

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai Q2 predictive

relevance sebesar 0,490 atau nilai Q2 predictive relevance > 0. Hal ini

menunjukkan bahwa model mempunyai predictive relevance yang kuat.

4.4.2.3 Nilai Signifikansi

Nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar konstruk (pengujian

hipotesis) yaitu dengan membandingkan nilai t-statistik dengan t-tabel yang

dihasilkan dari proses bootstrapping dalam PLS. Level signifikansi yang

digunakan adalah 5 persen. Hipotesis diterima jika nilai t-statistik lebih tinggi dari
117

pada nilai t-tabel (t-statistik > 1,66 untuk hipotesis berarah pada level signifikan 5

persen). Hasil proses bootstrapping dalam PLS untuk nilai t-statistik dalam

penelitian ini sebagaimana disajikan pada Gambar 4.8 dan Lampiran 12 (tabel

path coefficients).

Gambar 4.8. Hasil proses bootstrapping

Tabel 4.17. Kesimpulan Hipotesis Penelitian

Hubungan antar Hipot Original T T Keterangan Keputusan


variabel esis sample Statistics Table
(O)
SAKD -> AK H1 0.336 4.353 1,66 Signifikan Hipotesis
diterima
SPI -> AK H2 0.313 3.679 1,66 Signifikan Hipotesis
diterima
PKD -> AK H3 0.091 1.047 1,66 Tidak Hipotesis
Signifikan ditolak
PTI *SAKD -> AK H4 0.420 1.103 1,66 Tidak Hipotesis
Signifikan ditolak
PTI*SPI -> AK H5 0.840 1.961 1,66 Signifikan Hipotesis
diterima
PTI*PKD -> AK H6 0.009 0.033 1,66 Tidak Hipotesis
Signifikan ditolak
Sumber : Lampiran 12
118

Berdasarkan hasil analisis bootstrapping dalam PLS sebagaimana disajikan

dalam Tabel 4.17 dapat disimpulkan hasil analisis untuk pengujian hipotesis

sebagaimana disajikan pada Tabel 4.18. dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Nilai t-statistik untuk pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap

akuntabilitas keuangan adalah 4.353 lebih besar dari t-tabel (1,66) pada level

signifikansi 5 persen dengan nilai koefisien jalur (path coefficient) sebesar

0.336. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) yang menyatakan

bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas keuangan diterima.

b. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Nilai t-statistik untuk pengaruh sistem pengendalian intern terhadap

akuntabilitas keuangan adalah 3.679 lebih besar dari t-tabel (1,66) pada level

signifikansi 5 persen dengan nilai koefisien jalur (path coefficient) sebesar

0.313. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) yang menyatakan

bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap akuntabilitas

keuangan diterima.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Nilai t-statistik untuk pengaruh pengawasan keuangan daerah terhadap

akuntabilitas keuangan adalah 1.047 lebih kecil dari t-tabel (1,66) pada level

signifikansi 5 persen dengan nilai koefisien jalur (path coefficient) sebesar

0.091. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan


119

bahwa pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas keuangan ditolak.

d. Pengujian Hipotesis Keempat (H4)

Nilai t-statistik untuk pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam

memperkuat pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap

akuntabilitas keuangan adalah 1.103 lebih kecil dari t-tabel (1,66) pada level

signifikansi 5 persen dengan nilai koefisien jalur (path coefficient) sebesar

0.420. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke-empat (H4) yang menyatakan

bahwa pemanfaatan teknologi informasi memperkuat pengaruh sistem

akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan ditolak.

e. Pengujian Hipotesis Kelima (H5)

Nilai t-statistik untuk pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam

memperkuat hubungan sistem pengendalian intern terhadap akuntabilitas

keuangan adalah 1.961 lebih besar dari t-tabel (1,66) pada level signifikansi 5

persen dengan nilai koefisien jalur (path coefficient) sebesar 0.840. Dapat

disimpulkan bahwa hipotesis ke-lima (H5) yang menyatakan bahwa

pemanfaatan teknologi informasi memperkuat pengaruh sistem pengendalian

intern terhadap akuntabilitas keuangan diterima.

f. Pengujian Hipotesis Keenam (H6)

Nilai t-statistik untuk pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam

memperkuat hubungan pengawasan keuangan daerah terhadap akuntabilitas

keuangan adalah 0.033 lebih kecil dari t-tabel (1,66) pada level signifikansi 5

persen dengan nilai koefisien jalur (path coefficient) sebesar 0.009. Dapat
120

disimpulkan bahwa hipotesis ke-enam (H6) yang menyatakan bahwa

pemanfaatan teknologi informasi memperkuat pengaruh pengawasan

keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan ditolak.

4.4.2.4. Pengujian Efek Moderasi

Pemanfaatan teknologi informasi digunakan sebagai variabel moderasi yaitu

variabel yang memoderasi hubungan sistem akuntansi keuangan daerah, sistem

pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah terhadap akuntabilitas

keuangan. Efek moderasi dalam analisis program Smart PLS 3.0 dapat dilihat dari

nilai total effect. Solimun (2011: 33) menyebutkan terdapat empat jenis efek

moderasi yang ditimbulkan dari hubungan moderasi yaitu pure moderasi, quasi

moderasi, homologiser moderasi dan predictor moderasi.

Pengklasifikasian dari jenis efek moderasi tergantung dari hubungan yang

melibatkan variabel moderasi, variabel prediktor dan hubungan interaksi antara

variabel moderasi dengan variabel prediktor. Dalam penelitian ini sistem

akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan

daerah adalah variabel prediktor. Hubungan moderasi tampak pada interaksi

variabel pemanfaatan teknologi informasi dengan sistem akuntansi keuangan

daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah terhadap

akuntabilitas keuangan serta hubungan langsung antara pemanfaatan teknologi

informasi dengan akuntabilitas keuangan.

Jenis pure moderasi terjadi apabila hubungan langsung pemanfaatan

teknologi informasi dengan akuntabilitas keuangan tidak signifikan sementara

hubungan interaksi antara variabel moderasi pemanfaatan teknologi informasi


121

dengan variabel prediktor signifikan. Quasi moderasi terjadi jika hubungan

langsung pemanfaatan teknologi informasi dengan akuntabilitas keuangan

signifikan dan hubungan interaksi antara variabel moderasi pemanfaatan teknologi

informasi dengan variabel prediktor juga signifikan. Homologiser moderasi terjadi

jika hubungan langsung pemanfaatan teknologi informasi dengan akuntabilitas

keuangan dan hubungan interaksi antara variabel moderasi pemanfaatan teknologi

informasi dengan variabel prediktor keduanya tidak signifikan. Prediktor moderasi

terjadi jika hubungan langsung pemanfaatan teknologi informasi dengan

akuntabilitas keuangan signifikan sementara hubungan interaksi antara variabel

moderasi pemanfaatan teknologi informasi dengan variabel prediktor tidak

signifikan.

Untuk mengetahui efek moderasi dari hasil analisis SmartPLS 3.0 dapat

dilihat dari nilai total efek berikut :

Tabel 4.18. Nilai Total Effect


Original
T T Efek
sample Tipe Moderasi
Statistics Table Moderasi
(O)
PTI -> AK 0.112 1.404 1,66 Tidak
Signifikan
PTI*SAKD -> AK 0.420 1.103 1,66 Tidak Homologiser
Signifikan moderasi
PTI*SPI -> AK 0.840 1.961 1,66 Signifikan Pure moderasi
PTI*PKD -> AK 0.009 0.033 1,66 Tidak Homologiser
Signifikan moderasi
Sumber : Lampiran 12

4.4.2.5 Persamaan Model Struktural (Inner Model)

Berdasarkan hasil analisis bootstrapping dalam PLS sebagaimana disajikan

Lampiran 11 (tabel path coefficients dan tabel R square) dapat disusun persamaan

model struktural (inner model) sebagai berikut :


122

AK = 0,336 SAKD + 0,313 SPI + 0,091 PKD + 0,112 PTI + 0,420 SAKD.PTI +
0,840 SPI.PTI + 0,009 PKD.PTI

Keterangan :

AK = Variabel akuntabilitas keuangan


SAKD = Variabel sistem akuntansi keuangan daerah
SPI = Variabel sistem pengendalian intern
PKD = Variabel pengawasan keuangan daerah
PTI = Variabel pemanfaatan teknologi informasi

4.5 Pembahasan

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai

integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan (LAN dan BPKP, 2000:28). Integritas keuangan mencerminkan

kejujuran penyajian dan keandalan laporan. Pengungkapan laporan keuangan

merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik atas

pengelolaan sumberdaya. Upaya peningkatan akuntabilitas keuangan

dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan good government governance dan untuk

meningkatkan kepercayaan publik bahwa pengelolaan sumber daya telah

dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Peningkatan akuntabilitas keuangan dapat terwujud dengan melakukan

perbaikan atas kualitas pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik

membutuhkan pengaturan mekanisme dan prosedur kerja yang baik termasuk

penerapan sistem yaitu sistem akuntansi dan pengendalian intern serta mekanisme

pengawasan keuangan intern. Penerapan sistem akuntansi, sistem pengendalian


123

intern dan pengawasan keuangan intern akan semakin efektif dengan adanya

dukungan teknologi informasi dalam proses pengelolaan keuangan.

Penelitian ini mencoba menguji dan mendapatkan bukti mengenai pengaruh

sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan

keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah serta

pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam memperkuat pengaruh sistem

akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan

daerah terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Dari pengujian

hipotesis dengan menggunakan alat analisis PLS dapat dijelaskan hasil penelitian

sebagai berikut :

4.5.1. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas


Keuangan

Masyarakat selaku principal mendelegasikan kewenangan pengelolaan

sumber daya daerah kepada manajemen pemerintah daerah (steward/agen)

sehingga mampu mencapai tujuan. Pemerintah daerah dituntut untuk mampu

memberikan kinerja terbaik yang pada akhirnya akan berdampak pada baiknya

pertanggungjawaban yang diberikan. Pertanggungjawaban yang baik atas

pengelolaan sumber daya daerah dapat diwujudkan dengan penetapan prosedur

dan mekanisme pengelolaan keuangan yang mencakup penerapan sistem

akuntansi.

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan.

Dengan kata lain, semakin baik penerapan sistem akuntansi keuangan daerah,

maka semakin baik akuntabilitas keuangan. Hasil pengujian hipotesis pertama


124

menunjukkan bahwa hipotesis H1 diterima, berarti bahwa baiknya penerapan

sistem akuntansi keuangan daerah mampu meningkatkan akuntabilitas keuangan

secara signifikan.

Sistem akuntansi berperan sebagai pengendali atas setiap transaksi keuangan

yang dilakukan pemerintah, artinya bahwa adanya sistem akuntansi menyebabkan

setiap transaksi keuangan dapat tercatat dan dilaporkan dengan akurat dan

kronologis. Sistem akuntansi berperan untuk menghasilkan laporan keuangan

yang baik sesuai yang dipersyaratkan, baiknya laporan keuangan yang dihasilkan

merupakan dampak dari baiknya penerapan sistem akuntansi. Laporan keuangan

merupakan media pertanggungjawaban pemerintah atas pengelolaan dana yang

telah dilakukan, dengan demikian baiknya penerapan sistem akuntansi akan

berdampak pada baiknya pertanggungjawaban/akuntabilitas yang diberikan

pemerintah.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan asumsi dasar sifat manusia dari

teori keagenan yang menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya mementingkan

diri sendiri (self interest). Penerapan sistem akuntansi yang baik oleh pengelola

keuangan sebagai agen yang membantu pemerintah dalam pengelolaan keuangan,

menunjukkan bahwa pengelola keuangan telah mampu menyelaraskan tujuannya

dengan tujuan organisasi yaitu mencapai akuntabilitas yang baik.

Sistem akuntansi merupakan salah satu komponen dalam kontrak hubungan

yang disepakati antara Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan DPRD yang

tertuang dalam Perda No. 7 Tahun 2009. Adanya sistem akuntansi yang telah

ditetapkan sebagai pengendali setiap transaksi keuangan melalui penerapan sistem


125

yang sesuai dengan SAP, analisis/identifikasi dan klasifikasi transaksi dan catatan,

dukungan bukti transaksi, pencatatan secara kronologis dan penyusunan laporan

keuangan secara konsisten dan periodik akan memberikan perbaikan kinerja dan

pertanggungjawaban pemerintah. Sistem akuntansi keuangan daerah

meningkatkan keandalan pengelolaan dan pelaporan keuangan dengan

kemampuan menyediakan informasi keuangan secara tepat waktu dengan tetap

mempertahankan kualitas informasi yang disajikan sebagai bentuk akuntabilitas

pemerintah atas pengelolaan dana publik yang dipercayakan kepadanya.

Berdasarkan pandangan teori stewardship, pemerintah akan berupaya

memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat termasuk dalam hal

pengelolaan keuangan untuk dapat memberikan pertanggungjawaban terbaik

untuk memenuhi harapan masyarakat. Stewardship mengacu pada pengelolaan

atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien (Mahsun, 2011). Asumsi

governance yang didasarkan pada faktor psikologi dan sikap manajemen yang

selalu mempertimbangkan risiko dalam kajian teori stewardship menunjukkan

adanya komitmen dan motivasi untuk berkinerja sesuai tujuan organisasi.

Berdasarkan asumsi governance yang didasarkan pada faktor psikologi, bahwa

penerapan sistem akuntansi dengan baik merupakan bentuk komitmen pemerintah

untuk mencapai efektif dan efisiennya kegiatan pengelolaan keuangan dan untuk

menghindari risiko ketidakpercayaan masyarakat atas kierja pemerintah. Dengan

demikian berarti pemerintah memiliki kejujuran dan integritas karena lebih

mementingkan tujuan organisasi.


126

Sistem akuntansi keuangan yang efektif menyebabkan proses pengelolaan

keuangan menjadi efisien dan ekonomis karena pencatatan dan pelaporan

keuangan dalam satu sistem yang terintegrasi sehingga laporan keuangan yang

merupakan media pertanggungjawaban pemerintah dapat memenuhi kriteria

kualitas laporan yang baik. Hal ini karena sistem akuntansi keuangan daerah yang

diterapkan dengan efektif mampu mengendalikan seluruh aktifitas keuangan

organisasi sehingga pencatatan transaksi menjadi akurat. Informasi laporan

keuangan yang dihasilkan dari sistem akuntansi tersebut dapat menjadi sarana

evaluasi bagi manajemen (pemerintah daerah) untuk dapat menilai pencapaian

kinerja. Selain itu laporan keuangan menjadi media pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan pemerintah kepada publik terkait keberhasilan atau

kegagalan pengelolaan sumber daya.

Selain itu, pemerintah sebagai penerima kewenangan masyarakat atas

pengelolaan dana publik, harus mempertanggungjawabkan kegiatan

pengelolaannya kepada masyarakat melalui DPRD dalam bentuk laporan

keuangan. DPRD akan menilai pertanggungjawaban pemerintah daerah

berdasarkan hasil pemeriksaan BPK. Salah satu indikator penilaian BPK atas

LKPD adalah penerapan sistem akuntansi. Berdasarkan pandangan teori

stewardship, adanya pemeriksaan BPK memberikan dorongan psikologi bagi

pemerintah yaitu memberikan motivasi untuk bertindak sebagai good steward

dengan berupaya menerapka sistem akuntansi yang baik sesuai peraturan dalam

pengelolaan keuangan. Sejalan juga dengan pandangan teori keagenan bahwa

adanya mekanisme pemeriksaan BPK atas penerapan sistem akuntansi akan


127

mendorong pemerintah (agen) untuk menerapkan sistem akuntansi dengan baik

sesuai ketentuan. Dengan demikian pemerintah telah mampu menjaga

kepercayaan (trust) yang diberikan masyarakat dan menghindarkan terjadinya

konflik kepentingan.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif atas tingkat jawaban

responden menunjukkan rata-rata jawaban responden dalam menilai sistem

akuntansi keuangan daerah yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur sangat baik. Namun masih banyak responden yang memberikan pendapat

bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan daerah kurang baik bahkan masih

ada beberapa responden yang memberikan jawaban tidak baik. Hal tersebut

ditunjukkan dari beberapa responden berpendapat bahwa sistem akuntansi yang

terapkan masih kurang sesuai dengan SAP serta analisis dan klasifikasi transaksi

kadang-kadang atau hampir tidak pernah dilakukan. Perbedaan persepsi tersebut

karena kondisi tiap-tiap SKPD berbeda-beda, ada yang sudah menerapkan sistem

akuntansi dengan baik ada juga yang belum karena berbagai alasan seperti belum

memadainya sumberdaya manusia, peralatan dan lainnya. Untuk itu diperlukan

penyelarasan penggunaan sistem untuk seluruh SKPD. Sementara mengenai

akuntabilitas keuangan persepsi responden rata-rata menunjukkan bahwa

akuntabilitas keuangan sudah baik.

Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur belum mampu menerapkan sistem akuntansi dengan efektif menyebabkan

proses pengelolaan keuangan menjadi tidak baik dan ini menjadi alasan tidak

diperolehnya opini WTP atas penilaian akuntabilitas keuangan Pemerintah


128

Kabupaten Lombok Timur. Hal tersebut ditunjukkan dengan temuan pemeriksaan

BPK atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dimana

sampai tahun 2015 masih ditemukan pencatatan keuangan dan asset yang tidak

sesuai dengan SAP.

Perbedaan persepsi responden dengan penilaian BPK atas penerapan sistem

akuntansi tersebut disebabkan karena responden memberikan tanggapan terhadap

kuisioner berdasarkan pengetahuan, pengalaman maupun persepsi masing-masing

individu. Sementara BPK menilai penerapan sistem akuntansi yang diterapkan

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sesuai dengan peraturan yaitu menilai

berdasarkan SAP dan ketentuan lainnya yang terkait. Hal ini mengindikasikan

bahwa pengetahuan dan pemahaman responden tentang sistem akuntansi yang

baik masih kurang. Responden dalam penelitian ini merupakan pelaku yang

menerapkan langsung sistem akuntansi keuangan daerah didominasi oleh

responden dengan latar belakang pendidikan SMA sedangkan untuk jurusan

akuntansi sangat kurang yaitu hanya 4 orang. Latar belakang pendidikan

mempengaruhi pemahaman responden atas pernyataan kuisioner dan hal ini tentu

saja mempengaruhi jawaban. Latar belakang pendidikan menunjukkan

kompetensi. Kompetensi sumber daya yang dibutuhkan untuk mengisi fungsi-

fungsi pengelolaan keuangan diutamakan yang memiliki kemampuan dalam

bidang akuntansi. Hal ini diharapkan karena sumberdaya dengan latar pendidikan

akuntansi memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami sistem dan prosedur

pengelolaan keuangan yang baik mulai dari tahap perencanaan, pelaksaaan sampai

pelaporan dan pertanggungjawaban. Sementara responden dalam penelitian ini


129

yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi sangat minim sehingga

pemahaman atas pernyataan mengenai sistem akuntansi kurang dipahami.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widyaningsih, et al. (2011),

Kurnia (2013), Olatunji (2013) dan Soleha (2014) yang membuktikan bahwa

sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas

keuangan pemerintah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sistem akuntansi

keuangan daerah yang diimplementasikan dengan efektif memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan. Namun tidak

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2014) dan Asfiryati

(2017) yang menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan daerah

tidak mampu meningkatkan akuntabilitas keuangan. Hasil penelitian tersebut

disebabkan karena pemerintah daerah belum mampu mengefektifkan penerapan

sistem akuntansi dalam proses pengelolaan keuangan untuk memperbaiki

akuntabilitas keuangan menjadi lebih baik.

4.5.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Akuntabilitas


Keuangan

Sistem pengendalian intern ditujukan untuk memberikan keyakinan atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien serta taat

terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas

keuangan yang baik, maka instansi pemerintah sebagai pihak yang diberikan

kewenangan atas pengelolaan dana publik dituntut untuk meningkatkan

pengendalian intern dalam organisasinya mulai dari perencanaan sampai

pelaporan untuk mengurangi terjadinya penyimpangan yang akan memicu

timbulnya konflik kepentingan.


130

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa sistem

pengendalian intern berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan. Dengan

kata lain, semakin baik penerapan sistem pengendalian intern, maka semakin baik

akuntabilitas keuangan. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa

hipotesis H2 diterima berarti bahwa semakin baik sistem pengendalian intern yang

diterapkan maka akuntabilitas keuangan akan semakin baik.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan asumsi teori keagenan bahwa

manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), namun

menunjukkan bahwa pengelola keuangan sebagai agen yang membantu

pemerintah dalam hal pengelolaan keuangan mampu menyelaraskan tujuannya

sesuai dengan tujuan organisasi (pemerintah) yaitu mewujudkan akuntabilitas

keuangan yang baik melalui penerapan sistem pengendalian intern yang baik.

Pengendalian intern yang baik menjamin dilakukannya pengelolaan keuangan

sesuai dengan peraturan. Penetapan mekanisme pengendalian internal oleh

pemerintah bersama DPRD sebagaimana yang tercantum dalam peraturan daerah,

dapat memberikan batasan-batasan atas pengelolaan keuangan yang dilakukan

pemerintah supaya tidak menyimpang dari peraturan dan hal ini ditujukan untuk

dapat memberikan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan yang baik kepada

masyarakat.

Selain itu, sistem pengendalian intern merupakan salah satu indikator

penilaian BPK atas LKPD. Pemerintah harus menyampaikan pertanggungjawaban

dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit BPK. Adanya audit BPK atas

sistem pengendalian intern, memberikan motivasi bagi pemerintah untuk


131

menerapkan mekanisme pengendalian yang baik sesuai peraturan. Sesuai

pandangan teori keagenan, bahwa adanya mekanisme pengendalian dan

pemeriksaan akan mengurangi permasalaan keagenan.

Penerapan sistem pengendalian intern yang baik menunjukkan bahwa

pemerintah telah mampu bertindak sebagai good steward. Prinsip stewardship

pada dasarnya mengacu pada pengelolaan aktivitas secara efektif, efisien dan

ekonomis. Pengelolaan keuangan yang dilaksanakan dengan menerapkan sistem

pengendalian intern yang baik mendukung efektif, efisien dan ekonomisnya

proses pengelolaan keuangan tersebut. Baiknya penerapan sistem pengendalian

intern menunjukkan bahwa pemerintah telah memiliki integritas dan kejujuran

sebagaimana asumsi dalam teori stewardship dan sesuai dengan asumsi

governance bahwa penerapan sistem pengendalian yang baik ditujukan untuk

memperbaiki kinerja pengelolaan keuangan yang pada akhirnya mampu

meningkatkan akuntabilitas keuangan.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, rata-rata responden

mengungkapkan bahwa sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sudah baik, tertib sesuai standar–standar

pelaksanaan pengelolaan anggaran sehingga mampu mengontrol penyimpangan

dalam proses pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat dari baiknya pemisahan tugas

yang dilaksanakan dalam pelaksanaan anggaran dan proses transaksi keuangan

yang hampir tidak dapat dilakukan tanpa melalui otorisasi terlebih dahulu dari

pihak-pihak yang berwenang serta setiap transaksi keuangan selalu didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan sah. Untuk menjaga keakuratan dan kelengkapan
132

pencatatan informasi keuangan, setiap transaksi selalu dicatat dan dilakukan

pengecekan atas jurnal. Selain itu responden juga berpendapat bahwa kasubbag

keuangan sebagai pejabat yang melakukan penatausahaan dan pelaporan

keuangan selalu melakukan review atas laporan keuangan yang diterbitkan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan BPK dimana belum

diperolehnya opini WTP oleh pemerintah Kabupaten Lombok Timur karena

masih adanya temuan terkait kelemahan dalam sistem pengendalian intern.

Responden menganggap bahwa sistem pengendalian intern sudah dilakukan

dengan baik mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku. Hal ini karena

responden yang dalam hal ini adalah pengelola keuangan yang melaksanakan

sistem tersebut memberikan tanggapan terhadap kuisioner berdasarkan

pengetahuan, pengalaman maupun persepsi masing-masing individu. Sementara

BPK menilai bahwa pengelola keuangan belum mampu menerapkan sistem

pengendalian yang baik dan mengikuti ketentuan yang berlaku. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengendalian intern yang diterapkan Pemerintah

Kabupaten Lombok Timur belum efektif dalam mendukung proses pengelolaan

keuangan.

Penelitian terdahulu yang sejalan dengan hasil pengujian hipotesis yang

kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih, et al. (2011), Soleha

(2014), Ichlas, et al. (2014) Aramide dan Bashir (2015) dan Kewo (2017)

memberikan bukti bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan

signifikan terhadap akuntabilitas keuangan. Hal ini berarti semakin baik sistem

pengendalian intern dalam suatu instansi maka akuntabilitas keuangan juga akan
133

semakin baik. Namun tidak sesuai dengan hasil penelitian Retnaningtyas (2016)

dan Santoso (2016) bahwa penerapan sistem pengendalian intern tidak berhasil

memberikan peningkatan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah.

4.5.3 Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas


Keuangan

Pengawasan keuangan daerah ditujukan untuk menjamin agar pengelolaan

keuangan yang dilakukan pemerintahan daerah berjalan secara efisien dan efektif

sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Difungsikannnya auditor intern pemerintah sebagai pengawas penyelenggaraan

pemerintahan mencakup pengelolaan keuangan merupakan langkah pemeritah

dalam memberikan jaminan kualitas pengelolaan keuangan kepada masyarakat.

Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa

pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas

keuangan. Dengan kata lain, semakin optimal pengawasan keuangan, maka

semakin baik akuntabilitas keuangan. Hasil pengujian hipotesis ketiga

menunjukan bahwa hipotesis H3 ditolak berarti bahwa optimalnya pengawasan

keuangan daerah yang dilakukan inspektorat tidak mampu meningkatkan

akuntabilitas keuangan.

Hipotesis ketiga penelitian ini tidak berhasil dibuktikan, diduga karena

kegiatan pengawasan yang dilaksanakan inspektorat belum efektif. Hal ini terlihat

dari tanggapan responden yang masih banyak berada pada kode 2 dan 3 yaitu 30

responden pada indikator pemeriksaan berkala, 12 responden pada indikator

pengujian kebenaran laporan, 23 responden pada indikator pengujian kesesuaian


134

SAP, 18 responden pada indikator penelusuran bukti dan 23 orang pada indikator

evaluasi temuan.

Tidak efektifnya kegiatan pengawasan yang dilakukan inspektorat karena

jumlah aparat pengawas intern yang terbatas tidak sebanding dengan jumlah

satuan kerja (obyek pemeriksaan) yang ada menyebabkan beban kerja yang tinggi

bagi aparat pengawas sehingga tidak bisa maksimal dalam melakukan

pengawasan. Sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Bupati Lombok Timur

Nomor 188.45/41/IRT/2017 tentang Penetapan Program Kerja Pengawasan

Tahunan Inspektorat Lombok Timur Tahun 2017, obyek pemeriksaan berjumlah

108 obyek mencakup dinas/badan/kantor dengan tambahan pengawasan pada

sekolah sejumlah 736 sekolah dan kantor-kantor UPT dan puskesmas pada

seluruh kecamatan, sementara auditor yang ada pada Inspektorat Lombok Timur

sejumlah 27 orang. Keterbatasan jumlah auditor tersebut menyebabkan fungsi

pengendali mutu dan pengendali teknis selama ini sebagian besar dijalankan oleh

pejabat struktural atau yang bukan berasal dari profesi auditor. Keterbatasan

jumlah auditor juga menyebabkan pegawai yang bukan auditor diperbantukan

dalam tim pengawasan/pemeriksaan. Untuk menjamin efektifnya pengawasan,

kegiatan pengawasan seharusnya dilakukan oleh profesi auditor.

Pengawasan keuangan oleh aparat pengawas intern daerah yang merupakan

rangkaian kegiatan pengelolaan keuangan ditujukan untuk memberikan jaminan

atas kualitas pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah. Mekanisme

pengelolaan keuangan yang mencakup pangawasan keuangan diatur dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No. 7 Tahun 2009. Peraturan


135

tersebut merupakan bentuk kontrak keagenan antara pemerintah daerah dengan

masyarakat (diwakili DPRD). Sebagai agen pengawasan yang membantu

pemerintah, inspektorat belum mampu mengefektifkan peran pengawasan yang

dilakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu

menjalankan kontrak yang telah disepakati dengan DPRD. Tidak efektifnya peran

pengawas ispektorat daerah menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam

pengelolaan keuangan tidak ditemukan dan tidak dapat dilakukan koreksi atas

kesalahan tersebut sehingga pada saat pemeriksaan BPK ini menjadi temuan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan asumsi filosofis teori stewardship

yang menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya dapat dipercaya, mampu

bertindak dengan penuh tanggungjawab, berintegritas dan jujur untuk mencapai

tujuan organisasi. Dari teori ini diharapkan aparat pengawasan intern dapat

menjaga independensinya, menjaga integritas dan meningkatkan perannya sebagai

penjamin kualitas sehingga pengelola keuangan yang merupakan agen yang

membantu pemerintah dalam melakukan pengelolaan keuangan dapat

memberikan pertanggungjawaban yang baik untuk memenuhi harapan

masyarakat. Aparat pengawas intern sebagai agen yang membantu pemerintah

dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja pengelola keuangan, tidak

melaksanakan perannya secara efektif sehingga tidak dapat membantu pemerintah

dalam menjaga kualitas pengelolaan dan pelaporan keuangan sehingga tidak dapat

mencapai peningkatan akuntabilitas. Dari pandangan teori keagenan bahwa

manusia memiliki keterbatasan rasionalitas dan tidak menyukai resiko, bahwa

dengan dilibatkannya pegawai yang bukan auditor dalam kegiatan pengawasan


136

diharapkan untuk menghindari risiko tidak optimalnya pengawasan yang

dilakukan karena kurangnya jumlah auditor internal, namun harapan tidak sesuai

fakta yang terjadi bahwa hal tersebut tidak memberikan peningkatan efektivitas

kinerja pengawasan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan fakta yang terjadi bahwa Pemerintah

Kabupaten Lombok Timur belum mampu mengefektifkan fungsi pengawasan

sebagaimana yang diungkapkan BPK dalam IHPS I Tahun 2016 dimana masih

adanya temuan-temuan dalam LKPD Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

karena lemahnya pengawasan pemerintah. Pengawasan yang lemah atas

pengelolaan keuangan memungkinkan terjadinya tindakan-tindakan

penyimpangan dilakukan oleh pengelola keuangan. Untuk itu mekanisme

pengawasan keuangan daerah perlu dirancang dengan memperhatikan standar-

standar pengawasan dan pengelolaan keuangan serta melakukan evaluasi terhadap

kegiatan pengawasan yang telah dilaksanakan.

Berbeda dengan hasil analisis deskriptif jawaban responden dimana rata-rata

jawaban responden menunjukkan bahwa pengawasan keuangan yang dilakukan

inspektorat telah optimal. Hal ini karena responden memberikan tanggapan

terhadap kuisioner berdasarkan pengetahuan, pengalaman maupun persepsi

masing-masing individu. Responden meyakini bahwa kegiatan pengawasan yang

dilakukan inspektorat telah optimal, dimana responden berpendapat bahwa

inspektorat telah melakukan pemeriksaan sesuai jadwal, melakukan pengujian

kebenaran laporan, menguji kesesuaian SAP, mengumpulkan bukti yang

mendukung temuan dan melakukan evaluasi hasil temuan. Perbedaan tanggapan


137

responden dengan penilaian BPK dimungkinkan karena responden penelitian

adalah pengelola keuangan dan tidak menjalankan kegiatan pengawasan, namun

kegiatan pengawasan dilakukan oleh aparat pengawas di inspektorat daerah,

pengelola keuangan tidak memahami sejauh mana kegiatan pengawasan dapat

dikatakan telah optimal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Alqodri (2015) dan

Syarifuddin (2016) yang tidak menemukan pengaruh antara pengawasan

keuangan yang dilakukan auditor internal terhadap pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

Amasi (2013) dan Retnningtyas (2016) yang membuktikan bahwa pengawasan

keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah.

4.5.4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memperkuat Pengaruh


Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas
Keuangan

Sistem akuntansi yang telah dirancang akan semakin efektif penerapannnya

jika didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi sebagai faktor yang memiliki

efek kontinjensi dalam hubungan antara sistem akuntansi dengan akuntabilitas

keuangan. Sistem akuntansi bersifat kontinjensi artinya tergantung pada faktor-

faktor situasional yang ada dalam setiap keadaan. Salah satu variabel kontinjensi

yang dapat terjadi dalam suatu sistem pengendalian manajemen menurut Fisher

(1998) adalah variabel yang terkait dengan teknologi. Teori kontinjensi

menyatakan bahwa padu padan yang sesuai antara sistem akuntansi manjemen

dan variabel kontinjensi kontekstual akan menghasilkan kinerja organisasi dan

individual yang semakin meningkat.


138

Penyajian laporan keuangan yang memenuhi kriteria kualitas pelaporan

(andal, tepat waktu, dapat dipahami dan dapat dibandingkan) sebagai sarana

akuntabilitas keuangan pemerintah membutuhkan integrasi teknologi informasi

dalam sistem pengelolaan keuangan. Integrasi antara sistem akuntansi dengan

teknologi informasi penting untuk dapat menyajikan informasi yang handal secara

tepat waktu tanpa kehilangan nilainya (akurat). Pemanfaatan teknologi informasi

dalam sistem pengelolaan keuangan yang meliputi teknologi komputer, internet

dan teknologi komunikasi dapat meningkatkan keakurasian dan kecepatan dalam

pemrosesan data keuangan, serta penyampaian informasi keuangan kepada publik

sebagai wujud akuntabilitas pemerintah.

Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa

pemanfaatan teknologi informasi memperkuat hubungan sistem akuntansi

keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan. Hasil pengujian hipotesis

keempat menunjukan hipotesis H4 ditolak berarti bahwa pemanfaatan teknologi

informasi tidak mampu memperkuat pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah

terhadap akuntabilitas keuangan.

Berdasarkan Tabel 4.18. variabel moderasi dalam penelitian ini termasuk

dalam homologizer moderasi yang diidentifikasikan melalui koefisien hubungan

langsung pemanfaatan teknologi informasi dengan akuntabilitas keuangan dan

hubungan interaksi antara variabel moderasi pemanfaatan teknologi informasi

dengan variabel prediktor, keduanya tidak signifikan. Artinya bahwa variabel

pemanfaatan teknologi informasi berpotensi sebagai variabel moderasi dalam

penelitian ini (Solimun, 2011:33). Namun jika dilihat dari nilai t-statistik
139

hubungan langsung variabel pemanfaatan teknologi informasi dengan

akuntabilitas keuangan yang lebih besar dari nilai t-statistik hubungan interaksi

antara variabel moderasi pemanfaatan teknologi informasi dengan variabel

prediktor (1,404 > 1,103), maka variabel pemanfaatan teknologi informasi lebih

berpotensi untuk menjadi variabel prediktor (independen).

Pemanfaatan teknologi informasi tidak mampu memperkuat pengaruh

sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas keuangan karena

pemanfaatan teknologi informasi belum efektif dan belum maksimal dalam

menunjang proses pengelolaan keuangan. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil

analisis deskriptif jawaban responden. Berdasarkan hasil analisis statistik

deskriptif, rata-rata responden mengungkapkan bahwa teknologi informasi telah

dimanfaatkan dengan sangat optimal dalam proses pengelolaan keuangan, namun

masih ada beberapa responden yang menyatakan bahwa pemanfaatannya belum

optimal. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban responden yang masih berada pada

rentang jawaban 2 dan 3 yang artinya bahwa pemanfaatan teknologi informasi

belum optimal. Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa pemanfaatan

teknologi pada masing-masing SPKD berbeda-beda, ada yang sudah optimal ada

pula yang belum.

Penyebab lainnya bisa dijelaskan dari fakta yang terjadi bahwa

diharuskannya penggunaan aplikasi pengelolaan keuangan yaitu aplikasi SIMDA

dari BPKP tidak didukung oleh kesiapan pemerintah daerah untuk menggunakan

aplikasi tersebut seperti belum memadainya kompetensi sumber daya manusia.

Pelatihan teknis bagi operator SIMDA juga tidak pernah dilakukan menyebabkan
140

operator membutuhkan waktu lama untuk mempelajarinya. Selain itu aplikasi ini

juga belum online system, transfer data masih harus dilakukan secara manual.

Penempatan pegawai pada jabatan yang bukan keahliannya atau tidak sesuai

dengan latar belakang pendidikan juga menyebabkan rendahnya kompetensi yang

dimiliki. Deskriftif profil responden menunjukkan bahwa pengelola keuangan

(PPK dan bendahara) pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sangat minim

yang berlatar belakang pendidikan akuntansi. Selain itu pelatihan teknis

pengelolaan keuangan berbasis teknologi informasi juga sangat jarang diberikan

kepada para pengelola keuangan. PPK sebagai penanggungjawab penatausahaan

keuangan bertanggungjawab dalam memberikan arahan dan instruksi kerja kepada

operator yang mengeoperasikan sistem pengelolaan keuangan, sehingga PPK

haruslah diiisi oleh sumberdaya yang memiliki kompetensi dibidang akuntansi

dan memahami teknologi informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi tidak mampu mempengaruhi hubungan

sistem akuntansi keuangan daerah dengan akuntabilitas keuangan. Teori

kontinjensi berpandangan bahwa efektifitas sistem akuntansi sebagai bagian dari

rangkaian sistem pengendalian manajemen dipengaruhi oleh teknologi informasi.

Ketika teknologi informasi telah dimanfaatkan secara optimal dan efektif, maka

akan mampu meningkatkan efektifitas sistem akuntansi dan akuntabilitas

keuanganpun meningkat, sementara jika teknologi informasi tidak dimanfaatkan

secara optimal dan efektif maka sistem akuntansi menjadi tidak efektif dan

akuntabilitas keuangan yang baikpun tidak dapat tercapai. Selain itu sistem

akuntansi manajemen adalah unsur yang bersifat tidak pasti dan dipengaruhi oleh
141

banyak faktor bukan hanya teknologi informasi. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Fisher (1998) bahwa beberapa variabel yang perlu dipertimbangkan dalam

penentuan sistem akuntansi manajemen yaitu lingkungan, teknologi, ukuran

organisasi dan strategi organisasi dimana variabel-variabel tersebut saling terkait

dan berhubungan satu sama lain. Sistem kontinjensi berupa lingkaran yang tak

terputus saling berimplikasi dan mempengaruhi (Istanti, 2013). Jadi dengan

pemanfaatan teknologi informasi belum dapat mempengaruhi efektifnya sistem

akuntansi keuangan daerah yang diterapkan tetapi harus dipertimbangkan faktor-

faktor lainnya juga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasi penelitian Untary (2015) yang

menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi yang merupakan faktor

eksternal tidak dapat memoderasi hubungan antara sistem akuntansi keuangan

terhadap kualitas informasi keuangan yang merupakan sarana akuntabilitas

keuangan pemerintah.

4.5.5. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memperkuat Pengaruh


Sistem Pengendalian Intern terhadap Akuntabilitas Keuangan

Kefektifan prosedur pengendalian manual yang telah dirancang tergantung

pada keefektifan pengendalian kelengkapan dan keakuratan pemrosesan komputer

(Utomo, 2006). Adanya faktor kontinjensi dalam hubungan antara sistem

pengendalian intern dengan akuntabilitas keuangan pemerintah berupa

pemanfaatan teknologi informasi, akan mempengaruhi kekuatan hubungan

variabel-variabel tersebut. Sistem pengendalian intern yang telah dirancang akan

semakin efektif penerapannya jika sistem tersebut dirancang dengan

memanfaatkan teknologi informasi. Adanya teknologi dapat lebih mengefektifkan


142

sistem pengendalian intern. Hal ini dapat dilihat dari proses kendali yang

dilakukan dengan memanfaatkan teknologi misalnya data-data keuangan dapat

tersimpan dengan aman dan lengkap dalam software yang hanya dapat diakses

oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas. Penatausahaan transaksi tidak akan bisa

diproses lebih lanjut jika tidak didukung dengan bukti yang valid dan sah seperti

tidak adanya nomor bukti. Dengan demikian sistem pengendalian intern yang

ditunjang dengan memanfaatkan teknologi informasi mampu meningkatkan

akuntabilitas keuangan pemerintah.

Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa

pemanfaatan teknologi informasi memperkuat hubungan sistem pengendalian

intern terhadap akuntabilitas keuangan. Hasil pengujian hipotesis menunjukan

bahwa hipotesis H5 diterima berarti bahwa pemanfaatan teknologi informasi

mampu memperkuat hubungan sistem pengendalian intern terhadap akuntabilitas

keuangan. Karena koefisien hubungan langsung pemanfaatan teknologi informasi

dengan akuntabilitas keuangan tidak signifikan dan hubungan interaksi antara

variabel moderasi pemanfaatan teknologi informasi dengan variabel prediktor

sistem pengendalian intern signifikan, maka efek moderasi yang terjadi adalah

pure moderasi (moderasi murni). Pure moderasi yaitu variabel pemanfaatan

teknologi informasi murni menjadi variabel moderasi tanpa menjadi variabel

prediktor.

Adanya variabel kontinjensi berupa pemanfaatan teknologi informasi

mampu memperkuat pengaruh sistem pengendalian intern terhadap akuntabilitas

keuangan. Teori kontinjensi menyatakan bahwa padu padan yang sesuai antara
143

sistem pengendalian dengan variabel kontinjensi kontekstual akan menghasilkan

kinerja organisasi dan individual yang semakin meningkat. Adanya teknologi

informasi dapat lebih mengefektifkan sistem pengendalian intern. Hal ini dapat

dilihat dari proses kendali yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi

misalnya data-data keuangan dapat tersimpan dengan aman dan lengkap dalam

software yang hanya dapat diakses oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas.

Penatausahaan transaksi tidak akan bisa diproses lebih lanjut jika tidak didukung

dengan bukti yang valid dan sah seperti tidak adanya nomor bukti. Data-data

keuangan dapat selalu tersaji up to date jika pengelolaan keuangan memanfaatkan

teknologi karena kemampuan teknologi dalam mengolah data dalam waktu yang

singkat dan proses yang singkat, berbeda dengan sistem manual yang

membutuhkan waktu yang lama dan proses yang panjang dalam rangkaian proses

pencatatannya, sehingga data keuangan yang tersaji kadang tidak selalu up to

date. Pengecekan catatan akuntansi dan review laporan keuangan juga dapat

segera dilakukan dan tidak membutuhkan waktu yang lama jika pencatatan dan

pelaporan terintegrasi dalam satu sistem teknologi informasi. Dengan demikian

sistem pengendalian intern yang ditunjang dengan memanfaatkan teknologi

informasi mampu meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Yendrawati (2015)

yang mengemukakan hasil bahwa faktor eksternal yang meliputi teknologi

informasi dapat memoderasi pengaruh sistem pengendalian itern terhadap kualitas

informasi laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas keuangan pemerintah.

Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian Sukmaningrum (2012) yang


144

mengungkapkan hasil bahwa faktor eksternal yang diproksikan dengan kemajuan

IT, perkembangan web dan internet tidak dapat memoderasi hubungan sistem

pengendalian intern dan kualitas informasi laporan keuangan sebagai wujud

akuntabilitas keuangan pemerintah.

4.5.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Memperkuat Pengaruh


Pengawasan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Keuangan

Faktor kontinjensi berupa teknologi informasi dapat mempengaruhi unsur-

unsur dimensi formalisasi dalam struktur organisasi salah satunya adalah fungsi

pengawasan (Rahmawati, 2008). Pengawasan yang merupakan bagian dari

rangkaian sistem pengendalian adalah unsur yang bersifat kontinjensi atau penuh

dengan ketidakpastian dan efektivitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Otley

(1980) dalam Istansti (2013) menyatakan bahwa variabel kontinjensi akan

mempengaruhi rangkaian pengendalian organisasi yang meliputi desain sistem

akuntansi, sistem informasi manajemen, organisasi dan rencana pengendalian

lainnya.

Pengelolaan keuangan yang dilakukan dengan sistem yang sudah

terkomputerisasi akan sangat mempermudah proses pencatatan dan menjamin

keamanan penyimpanan data-data keuangan, sehingga mempermudah penyajian

bukti pada saat pengawasan dan pemeriksaan. Pengelolaan keuangan yang telah

terkomputerisasi sangat membantu kelancaran pengumpulan data dalam proses

pemeriksaan (bpkp.go.id). Lebih lanjut dinyatakan bahwa penyusunan laporan

keuangan yang telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi akan

mempermudah dan mempercepat proses pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah daerah.
145

Adanya teknologi informasi berupa aplikasi pengelolaan keuangan

menjadikan data-data akuntansi tercatat secara akurat dan tepat waktu serta

membantu dalam proses backup data sehingga memudahkan pengawasan.

Pengelolaan keuangan yang telah terkomputerisasi sangat membantu kelancaran

pengumpulan data dalam proses pemeriksaan, begitu pula dengan pemeriksaan

laporan keuangan menjadi lebih mudah dan cepat. Laporan keuangan dapat tersaji

dengan tepat waktu dan akurat. Dengan demikian pengawasan keuangan akan

lebih mudah dilakukan atas pengelolaan keuangan yang telah dirancang dengan

sistem yang telah terintegrasi dengan teknologi informasi dalam rangka

meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa

pemanfaatan teknologi informasi memperkuat pengaruh pengawasan keuangan

daerah terhadap akuntabilitas keuangan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa hipotesis H6 ditolak berarti bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak

mampu memperkuat pengaruh pengawasan keuangan daerah terhadap

akuntabilitas keuangan.

Berdasarkan hasil analisis efek moderasi, diperolah nilai koefisien hubungan

langsung pemanfaatan teknologi informasi dengan akuntabilitas keuangan tidak

signifikan dan hubungan interaksi antara variabel moderasi pemanfaatan teknologi

informasi dengan variabel prediktor pengawasan keuangan daerah juga tidak

signifikan. Oleh karena itu variabel moderasi dalam penelitian ini dikategorikan

sebagai homologizer moderasi. Artinya bahwa variabel pemanfaatan teknologi

informasi berpotensi sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini (Solimun,


146

2011:33). Namun jika dilihat dari nilai t-statistik hubungan langsung variabel

pemanfaatan teknologi informasi dengan akuntabilitas keuangan yang lebih besar

dari nilai t-statistik hubungan interaksi antara variabel moderasi pemanfaatan

teknologi informasi dengan variabel prediktor (1,404 > 0,033), maka variabel

pemanfaatan teknologi informasi lebih berpotensi untuk menjadi variabel

prediktor (independen).

Pemanfaatan teknologi informasi tidak mampu mengefektivkan pengawasan

keuangan dalam mencapai peningkatan akuntabilitas keuangan secara signifikan.

Hal ini karena perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dalam proses

pengelolaan keuangan tidak didukung oleh peningkatan kemampuan aparat

pengawas keuangan dalam memahami proses pengelolaan berbasis teknologi

informasi. Selain itu, perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dalam

proses pengelolaan keuangan tidak didukung oleh pemanfaatan teknologi

informasi dalam proses pengawasan. Pengawasan keuangan oleh Inspektorat

Kabupaten Lombok Timur sampai saat ini masih dilakukan secara manual, belum

ada penggunaan aplikasi dalam menunjang proses pengawasan. Tidak

digunakannya teknologi dalam proses pengawasan menyebabkan kegiatan

pengawasan tidak dapat dilakukan terhadap aplikasi yang digunakan dalam

pengelolaan keuangan. Pengawasan atas pengelolaan keuangan yang sudah

tersistem menggunakan teknik pengawasan manual menyebabkan pemeriksaan

tidak dapat dilakukan secara komprehensif tetapi dilakukan penyampelan atas

obyek dan subyek pengawasan. Teknik sampel tersebut memungkinkan adanya

pencatatan yang salah tidak ditemukan. Berbeda dengan pengawasan yang


147

dilakukan dengan sistem/aplikasi yang dapat melakukan pengawasan secara

menyeluruh atas sistem pengelolaan keuangan. Hal inilah yang menyebabkan

pengawasan menjadi tidak efektif.

Pemanfaatan teknologi informasi tidak mampu mempengaruhi hubungan

pengawasan keuangan daerah dengan akuntabilitas keuangan. Teori kontinjensi

berpandangan bahwa efektifitas pengawasan keuangan intern sebagai bagian dari

rangkaian sistem pengendalian manajemen dipengaruhi oleh teknologi informasi.

Ketika teknologi informasi telah dimanfaatkan secara optimal dan efektif, maka

akan mampu meningkatkan efektifitas sistem akuntansi dan akuntabilitas

keuanganpun meningkat, sementara jika teknologi informasi tidak dimanfaatkan

secara optimal dan efektif maka sistem akuntansi menjadi tidak efektif dan

akuntabilitas keuangan yang baikpun tidak dapat tercapai. Selain itu pengawasan

keuangan sebagai bagian dari rangkaian sistem pengendalian adalah unsur yang

bersifat tidak pasti dan dipengaruhi oleh banyak faktor bukan hanya teknologi

informasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fisher (1998) bahwa beberapa

variabel yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan sistem pengendalian

manajemen yaitu lingkungan, teknologi, ukuran organisasi dan strategi organisasi

dimana variabel-variabel tersebut saling terkait dan berhubungan satu sama lain.

Sistem kontinjensi berupa lingkaran yang tak terputus saling berimplikasi dan

mempengaruhi (Istanti, 2013). Jadi dengan pemanfaatan teknologi informasi

belum dapat mempengaruhi efektifnya pengawasan keuangan yang diterapkan

tetapi harus dipertimbangkan faktor-faktor lainnya juga.


148

4.6 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penelitian ini membawa implikasi

baik secara teoretis, praktis dan kebijakan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Implikasi Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan implikasi bagi

pengembangan penelitian di sektor publik terutama yang berkaitan dengan

akuntabilitas keuangan pemerintah. Temuan penelitian ini berkontribusi

mendukung teori agency. Teori agency menggambarkan adanya kontrak

keagenan antara masyarakat (diwakili DPRD) dan pemerintah yang diberikan

kewenangan untuk melakukan pengelolaan dana publik serta adanya problem

agency dimana pemerintah sebagai agen tidak dapat menjalankan fungsi

keagenannya dengan baik karena masih memiliki kepentingan sendiri yang

tidak sejalan dengan kepentingan publik. Problem agency dari hasil penelitian

ini dicerminkan oleh kegiatan pengawasan yang dilaksanakan inspektorat

belum efektif disebabkan minimnya jumlah tenaga pengawas intern tidak

sebanding dengan banyaknya jumlah obyek yang harus diawasi. Tidak

efektifnya pengawasan inspektorat menyebabkan peningkatan akuntabilitas

keuangan tidak tercapai.

Teori stewardship menggambarkan situasi dimana eksekutif sebagai steward

(penatalayanan) termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan principal

(pemberi amanah), dengan melaksanakan pengelolaan keuangan yang baik

dalam rangka mencapai tujuan yaitu akuntabilitas keuangan yang baik. Hasil

penelitian ini mengungkapkan bahwa pemerintah daerah selaku steward


149

mampu melakukan pengelolaan keuangan publik melalui baiknya penerapan

sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern dalam

rangka mencapai tujuan yaitu akuntabilitas keuangan yang baik.

Teori kontinjensi menjelaskan bahwa kesesuaian antara sistem pengendalian

intern dan variabel kontinjensi teknologi informasi menghasilkan peningkatan

akuntabilitas keuangan. Adanya teknologi informasi dapat lebih

mengefektifkan sistem pengendalian intern dalam mencapai akuntabilitas

keuangan yang baik, karena pengendalian lebih mudah dilakukan jika

pengelolaan keuangan menggunakan teknologi informasi.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan temuan penelitian ini, aspek praktis yang ingin dicapai adalah

dapat memberikan pemahaman dan petimbangan bagi pengelola keuangan,

khususnya pengelola keuangan pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan dengan mengupayakan perbaikan

dalam pengelolan keuangan dengan penerapan sistem akuntansi keuangan

daerah dan sistem pengendalian intern yang baik serta pengawasan keuangan

dan pemanfaatan teknologi informasi secara optimal dan efektif. Kemajuan

teknologi harus diimbangi dengan peningkatan kompetensi aparat pengelola

keuangan untuk dapat mengoptimalkan dan mengefektifkan pemanfaatan

kemajuan teknologi informasi untuk mempermudah pencapaian tujuan

organisasi. Pengawasan keuangan juga perlu diefektifkan dengan

meningkatkan kemampuan dan pemahaman aparat pengawas terkait

pengawasan keuangan berbasis teknologi informasi dan perlu merancang


150

sistem pengawasan berbasis teknologi untuk mengimbangi proses

pengelolaan berbasis teknologi informasi. Dengan demikian diharapkan

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dapat memperoleh opini WTP sebagai

wujud peningkatan akuntabilitas keuangannya.

3. Implikasi Kebijakan

Dari aspek kebijakan, pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur harus

melakukan penyesuaian terhadap arah kebijakan yang tertuang dalam

beberapa regulasi, antara lain regulasi daerah yang mengatur tentang sistem

akuntansi pemerintahan sebagai turunan dari PP No. 71 Tahun 2010, regulasi

daerah tentang sistem pengendalian intern pemerintah sebagai turunan PP No.

60 Tahun 2008, regulasi daerah tentang tentang pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan pemerintahan sebagai turunan PP No. 79 Tahun 2005, dan

regulasi daerah tentang sistem informasi keuangan daerah sebagai turunan PP

No. 65 Tahun 2010.

Selain itu sebagai pertimbangan untuk penyempurnaan dan evaluasi

pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No. 7 Tahun 2009

tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lombok

Timur. Pemerintah Kabupaten Lombok Timur juga perlu melakukan evaluasi

atas kebijakan kepegawaian sehingga pegawai dapat ditempatkan pada

jabatan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki serta perlu ditetapkan

kebijakan pengawasan terkait penggunaan sistem/teknologi informasi dalam

pengawasan inspektorat untuk mengimbangi perkembangan teknologi

informasi dalam pengelolaan keuangan sehingga dapat mengefektifkan fungsi


151

pengawasan inspektorat daerah. Evaluasi peraturan-peraturan tersebut

diharapkan dapat memperbaiki akuntabilitas keuangan pemerintah demi

terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good government

governance).
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan sistem akuntansi

keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah

terhadap akuntabilitas keuangan serta menguji pengaruh pemanfaatan teknologi

informasi dalam memperkuat pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah, sistem

pengendalian intern dan pengawasan keuangan daerah terhadap akuntabilitas

keuangan pemerintah daerah. Data penelitian ini diperoleh dari kuisioner yang

disebarkan kepada 102 responden pada 51 SKPD di Kabupaten Lombok Timur

(43% dari jumlah populasi). Responden penelitian adalah PPK yaitu sebagai pihak

yang bertanggungjawab atas penatausahaan dan pelaporan keuangan dan

bendahara pengeluaran SKPD sebagai pelaksana teknis proses pengelolaan

keuangan. Model penelitian ini merupakan model struktural dengan menggunakan

alat analisa Partial Least Square (PLS).

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern berpengaruh

positif signifikan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah. Artinya bahwa

semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern

yang diterapkan maka akan semakin meningkatkan akuntabilitas keuangan.

Baiknya penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dilakukan dengan

menerapkan dan menjalankan sistem akuntansi sesuai dengan SAP, melakukan

152
153

analisis, identifikasi dan klasifikasi atas setiap transaksi keuangan, melakukan

identifikasi atas catatan, setiap transaksi keuangan didukung bukti transaksi,

dilakukan pencatatan secara kronologis, dilakukan klasifikasi dalam pos-pos di

laporan serta menyusun laporan keuangan secara konsisten dan periodik. Dengan

menjalankan seluruh rangkaian sistem akuntansi keuangan tersebut dengan baik

dan sesuai peraturan akan dapat memperbaiki akuntabilitas keuangan pemerintah.

Akuntabilitas keuangan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pemerintah dapat

menunjukkan integritas keuangan dengan menyajikan laporan keuangan secara

tepat waktu, bebas dari kesalahan material, dapat dibandingkan dan andal, dan

melakukan pengungkapan informasi keuangan yang lengkap, yang dapat

digunakan oleh pengguna untuk menilai pencapaian tujuan, efeisiensi dan

efektifitas penggunaan sumberdaya serta laporan keuangan disusun berdasarkan

SAP serta laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem akuntansi menjamin

untuk dapat dilakukan review dan audit oleh inspektorat dan BPK untuk

menjamin kesesuaian dengan peraturan.

Baiknya penerapan sistem pengendalian intern diwujudkan melalui

pemisahan tugas yang jelas dan baik, penerapan otorisasi atas setiap transaksi,

pencatatan yang up to date, dilakukan pengecekan independen atas catatan dan

review laporan oleh kasubbag keuangan akan mampu meningkatkan akuntabilitas

keuangan pemerintah dari aspek integritas keuangan dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan.

Hasil lain dari penelitian ini adalah bahwa pengawasan keuangan tidak

berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah. Artinya


154

bahwa pengawasan keuangan yang dilakukan inspektorat belum banyak

memberikan pengaruh dalam peningkatan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Pengawasan keuangan yang dimaksud adalah terkait dengan pemeriksaan berkala,

pengujian kebenaran laporan, pemeriksaan catatan dan pengujian kesesuaian

dengan SAP, pengumpulan bukti yang mendukung hasil pemeriksaan dan

melakukan evaluasi hasil temuan. Pengawasan keuangan tidak berpengaruh

signifikan terhadap akuntabilitas keuangan, hal ini karena aparat pengawas intern

tidak efektif dalam melakukan pengawasan karena terbatasnya jumlah aparat

pengawas yang tidak sesuai dengan banyaknya jumlah obyek yang harus diawasi.

Akibatnya, pengawasan keuangan tersebut belum memberi kontribusi yang besar

bagi perbaikan akuntabilitas keuangan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

Terkait hubungan moderasi dibuktikan bahwa variabel pemanfaatan

teknologi informasi dapat memperkuat pengaruh sistem pengendalian intern

terhadap akuntabilitas keuangan secara signifikan. Hal ini karena pengendalian

lebih mudah dilakukan dengan menggunakan teknologi. Penggunaan komputer

dan aplikasi menjadikan proses update data menjadi lebih cepat. Proses

pengendalian dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah meliputi

pengelolaan transaksi keuangan dalam jumlah besar dan kompleks, sehingga

dengan memanfaatkan teknologi informasi dapat mempercepat dan

mempersingkat proses update data. Pemrosesan transaksi yang tidak didukung

bukti yang valid dan sah dan tidak diotorisasi pihak yang berwenang tidak bisa

diproses lebih lanjut ke pencatatan jika menggunakan teknologi informasi, karena

dalam sistem nomor bukti dan otorisasi dapat dideteksi valid dan sahnya.
155

Pengecekan atas jurnal dan review juga lebih mudah dilakukan dengan teknologi

informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi tidak dapat memperkuat pengaruh sistem

akuntansi dan pengawasan keuangan terhadap akuntabilitas keuangan secara

signifikan. Hal ini karena TI tidak dimanfaatkan secara maksimal dalam

mendukung proses akuntansi. Transfer data-data keuangan antar unit kerja masih

dilakukan secara manual. Pengaruh pengawasan keuangan terhadap akuntabilitas

keuangan juga tidak dapat diperkuat secara signifikan oleh PTI. Hal ini karena

pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pengelolaan keuangan tidak

didukung oleh peningkatan kemampuan aparat pengawas keuangan dalam

memahami proses pengelolaan berbasis teknologi informasi serta tidak didukung

oleh pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pengawasan.

5.2 Saran untuk Perbaikan Praktek

Data penelitian yang diperoleh dari kuisioner merupakan pemahaman dan

pengetahuan dari pihak internal pemerintah daerah terkait penerapan sistem

akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern, pengawasan keuangan

daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan akuntabilitas keuangan pemerintah.

Sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern, pengawasan

keuangan daerah merupakan rangkaian sistem pengendalian manajemen dalam

prosedur pengelolaan keuangan dan teknologi informasi merupakan faktor yang

mendukung efektifnya proses pengelolaan keuangan tersebut untuk mencapai

akuntabilitas keuangan yang baik.


156

Hasil pemeriksaan BPK atas LKPD Kabupaten Lombok Timur

menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur masih rendah ditunjukkan dengan opini WDP yang diperoleh. Hal ini

menunjukkan perlu dilakukannya perbaikan dalam sistem pengendalian

manajemen yang ada. Responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa sistem

akuntansi dan pengendalian intern telah diterapkan dengan baik, pengawasan

keuangan dan pemanfaatan teknologi telah optimal dan akuntabilitas keuangan

pemerintah sudah baik.

Mencermati adanya perbedaan fenomena dan hasil analisis statistik

deskriptif atas variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini, Pemerintah

Kabupaten Lombok Timur sebaiknya segera melakukan perbaikan dalam

pengelolaan keuangan dengan membenahi dan melakukan perbaikan terhadap

sistem pengendalian manajemen guna meningkatkan kinerja pengelolaan dan

meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah. Perbaikan sistem pengendalian

manajemen tersebut dapat diwujudkan melalui beberapa upaya antara lain:

pertama, memperbaiki kebijakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan

Permendagri No. 21 Tahun 2011 yang merupakan turunan dari PP No. 58 Tahun

2005; kedua, menerapkan sistem akuntansi keuangan sesuai dengan amanat PP

No. 71 Tahun 2010; ketiga, menerapkan sistem pengendalian intern yang baik

sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008; keempat, melakukan pengawasan keuangan

yang efektif dalam hal ini oleh inspektorat daerah sesuai dengan amanat PP No.

79 Tahun 2005; kelima, mengoptimalkan dan mengefektifkan pemanfaatan

teknologi dalam menunjang sistem pengendalian manajemen untuk menghasilkan


157

informasi keuangan sebagai wujud akuntabilitas pemerintah; keenam melakukan

sosialisasi dan memberikan pelatihan teknis terkait proses pengelolaan keuangan

berbasis teknologi informasi kepada seluruh pengelola keuangan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta menyamakan persepsi dengan

pihak eksternal serta melakukan evaluasi atas kegiatan pengelolaan keuangan

sehingga mampu meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah.

5.3 Keterbatasan Penelitian dan Arah Penelitian Mendatang

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat memberi arah bagi

penelitian mendatang, antara lain: pertama, penelitian ini menggunakan tiga

variabel eksogen yaitu sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian

intern dan pengawasan keuangan yang dihipotesiskan dapat mempengaruhi

akuntabilitas keuangan dan satu variabel moderasi yang dihipotesiskan dapat

memperkuat pengaruh variabel-variabel eksogen tersebut terhadap akuntabilitas

keuangan. Model moderasi yang dibangun dalam penelitian ini adalah desain

ketiga dari model penelitian yang kemukakan Fisher (1998) yaitu desain

penelitian yang menguji interaksi antara satu variabel kontinjensi dengan lebih

dari satu desain pengendalian manajemen terhadap variabel konsekuensi

akuntabilitas keuangan. Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai R square

sebesar 0,490. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat variabel lain diluar

model penelitian ini yang memberikan pengaruh terhadap akuntabilitas keuangan.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan beberapa variabel yang

berpotensi meningkatkan ketepatan model penelitian, seperti kompetensi aparatur.


158

Kompetensi sumberdaya manusia dapat dipertimbangkan sebagai variabel

moderasi lainnya yang mempengaruhi kekuatan hubungan sistem pengendalian

manajemen terhadap akuntabilitas keuangan, sehingga model penelitian menjadi

lebih kompleks. Pertimbangan terhadap usulan tersebut, mengingat variabel

tersebut dinyatakan sangat menentukan efektivitas sistem pengendalian

manajemen untuk mencapai akuntabilitas keuangan. Sistem tidak dapat berjalan

dengan baik jika tidak didukung oleh aparat yang berkompeten.

Kedua, variabel pengawasan keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan

terhadap akuntabilitas keuangan. Hasil analisis deskriptif jawaban responden

untuk variabel ini bervariasi dari nilai 2 sampai 5 mungkin disebabkan

penggunaan indikator atau pernyataan yang masih terbatas pada pemeriksaan

berkala, pengujian kebenaran laporan dan kesesuaian SAP, pengumpulan bukti

dan evalusi temuan sehingga variabel pengawasan keuangan belum terukur secara

optimal. Memperhatikan hal di atas, maka untuk penelitian mendatang diperlukan

upaya mengaplikasikan berbagai indikator lain yang memiliki relevansi dengan

pengawasan keuangan daerah seperti peran auditor dalam mengurangi tingkat

kesalahan berulang tiap tahun, dan peran auditor dalam mengurangi tindak

kecurangan dan potensi korupsi. Pertimbangan usulan tersebut karena berdasarkan

PP No. 79 Tahun 2005 bahwa peran auditor internal dalam pengusutan kebenaran

laporan sangat penting untuk mengurangi tindak kecurangan, penyimpangan dan

korupsi kolusi dan nepotisme.

Ketiga, terdapat ketidakkonsistenan antara fenomena berdasarkan laporan

hasil pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPD Kabupaten Lombok Timur dengan
159

temuan data penelitian melaui kuisioner. Ketidakkonsistenan tersebut terkait

penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern,

pengawasan keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan akuntabilitas

keuangan. LHP BPK didasarkan pada peraturan yang berlaku sementara hasil data

penelitian berdasarkan persepsi responden yang cenderung bersifat normatif

sehingga kurang dapat menjelaskan atau tidak sesuai dengan fenomena yang

terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran variabel masih belum optimal

meskipun indikator-indikator sudah merefleksikan variabel-variabel yang diukur.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan kuisioner yang bersifat

terbuka sehingga data yang diperoleh dari kuisioner dapat dapat lebih optimal

dalam mencerminkan fakta yang terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy. Hubungan Keagenan antara Kepala Daerah dan Kepala SKPD
– Anggaran SKPD. https://syukriy.wordpress.com/,2012.

Accounting Corner. Dampak Teknologi Informasi dan Proses Audit.


http://www.accounting-corner.com/,2014.

Agustiar, Akhmad Awaludin. Otonomi Daerah dan Good Governance:


http://akhmadawaludin.web.ugm.ac.id//otonomi-daerah-dan-good-
governance/, 2016.

Alqodri, Muhammad. 2015. Pengaruh Akuntabilitas Keuangan, Pengawasan, dan


Penyajian Laporan Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah
(Studi pada Pemerintah Kota Dumai). JOM. FEKON Vol. 2 No. 2 : 1-15.

Amasi, Rosnawati. 2013. Pengaruh Pengawasan Fungsional terhadap


Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Kota Gorontalo. e-
jurnal.ung.ac.id.

Aramide, S.F, Mustapha M.B. 2015. The Effectiveness of Internal Control


Systems and Financial Accountability at Local Government Level in
Nigeria. International Journal of Research in Business Management
(IMPACT: IJRBM) Vol. 3 : 1 - 6.

Assagaf, M. F. Teori Kontinjensi di Sektor Publik. Seminar Akuntansi Sektor


Publik. https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/,2017.

Asfiryati, Dewi. 2017. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


dan Penyajian Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel
Intervening (Studi Pada SKPD Kota Dumai). JOM Fekon Vol. 4 No. 1 :
1986 – 1999.

Badan Akuntansi Keuangan Negara Departemen Keuangan RI. 2001. Sistem


Akuntansi Keuangan. Jakarta : Departemen Keuangan RI.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2016. Ikhtisar Hasil


Pemeriksaan Semester I Tahun 2016.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2009. Gambaran Umum Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah. Modul Diklat. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pengawasan.
Berita Seputar BPKP dan Pengawasan. www.bpkp.go.id, 2017.

Bungin, B. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi dan


Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.

Bupati Lombok Timur. Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor


188.45/41/IRT/2017 tentang Penetapan Program Kerja Pengawasan
Tahunan Inspektorat Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017.

Bupati Lombok Timur. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 6


Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik).


Jakarta : PT Indeks.

Donaldson, Lex and Davis James H. 1991. Stewardship Theory or Agency Theory
: CEO Governance and Shareholder Returns. Australian Journal of
Management Vol. 16 No. 1 : 49-65.

Efendy, M. Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi


terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan
Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis,
Universitas Diponegoro.

Eseinhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory : An Assessment and Review. The


Academy of Management Review Vol. 14 No. 1 : 57-74.

Fahmi, M. L. Faktor Efektivitas dan Efisiensi sebagai Cerminan Mutu Organisasi.


http://bdiyogyakarta.kemenperin.go.id/news/post/,2016.

Fisher, J.G. 1998. Contingency Theory, Management Control System and Firm
Outcome: Past Results and Future Directions. Behavioral Research in
Accounting Vol. 10 : 47-64.

Fujiastuti, Yunifa. 2008. Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen


terhadap Kinerja Manajerial dengan Teknologi Informasi sebagai Variabel
Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Jabotabek).
repository.uinjkt.ac.id.

Ghozali, Imam. 2014. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan


Partial Least Square. Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ghozali, Imam dan Hengky Latan. 2015. Partial Least Square : Konsep, Teknik
dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Haliah. 2012. Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan


Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Disertasi, Universitas Hasanuddin.

Halim, Abdul. 2002. “Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah:


Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah”. Yogyakarta: UPP
AMPYKPN.

Hazrita, et al. (2013). Pengaruh Kompetensi dan Sistem Akuntansi terhadap


Kualitas Pertanggungjawaban Laporan Keuangan pada Satuan Kerja di
Lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau. Jurnal SOROT
Vol. 9 No. 1 : 59-69.

Ichlas, Muhammad, Hasan Basri dan Muhammad Arfan. 2014. Pengaruh


Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas
Keuangan Pemerintah Kota Banda Aceh. Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No. 4 : 76-84

Istanti, Sri Laila Wahyu. 2013. Teori Kontingensi, Sistem Pengendalian


Manajemen dan Keluaran Perusahaan: Hasil yang Lalu dan Arah Masa
Depan. Jurnal POTENSIO Vol. 18 No. 2: 94-99.

Jensen, M. C and Meckling. W. H. 1976. Theory of the Firm: Managerial


Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics Vol. 3 : 305-360.

Jogiyanto, H. M. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan


Pengalaman-Pengalaman. Edisi Enam. Yogyakarta : BPFE.

Jusup, A.H. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta : STIE YKPN.

Kewo, Cecilia Lelly. 2017. The Influence of Internal Control Implementation and
Managerial Performance on Financial Accountability Local Government in
Indonesia. International Journal of Economics and Financial Issues Vol. 7
Issue 1 : 293-297.

Kurnia, Indra. 2014. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Kualitas
Aparatur Pemerintah terhadap Akuntabilitas Keuangan (Studi Pada Kantor
Inspektorat Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Barat). e-
journal.unp.ac.id.
LAN dan BPKP. 2000. Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP). Jakarta : LAN.

Lembaga Administrasi Negara. 2003. Pedoman Penyusunan Laporan


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta.
Lily. 2015. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan dan Aksesibilitas Laporan
Keuangan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi
Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Payakumbuh). Jom
FEKON Vol. 2 No. 2 : 1-15.

Mahsun, M. 2011. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE UGM.

Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui


Akuntansi Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance. Jurnal
Akuntansi Pemerintahan. Vol. 2 No.1 : 1-17

, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.


Andi.

Murungi, Scovia dan Callist Kayigamba. 2015. The Impact of Computerized


Accounting System on Financial Reporting in the Ministry of Local
Government of Rwanda. Journal of Emerging Trends in Economics and
Management Sciences (JETEMS) Vol. 6 No. 4 : 261-265.

Ng’eni, F.B. 2016. Theoretical Aspects Underpinning Public Sector Audit and
Financial Accountability in Tanzanian Local Government Authorities
(LGAs). International Journal of Finance and Accounting Vo. 5 No. 1 : 46-
53.

Nurhakim, M. R. (2014). Implementasi e-Government dalam Mewujudkan


Transparansi dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Indonesia. Jurnal Ilmu
Administrasi Vol.XI No.3 : 403-422.

Nurillah, As Syifa dan Dul Muid. 2014. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD),
Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada SKPD
Kota Depok). Diponegoro Journal of Accounting Vol. 3 No. 2 : 1-13.

Olatunji, TE. 2013. The Impact of Accounting System on the Performance of


Small and Medium Scale Enterprises in Nigeria – A Survey of SME’s in
Oyo State-Nigeria. International Journal of Business and Management
Invention Vol. 2 : 13-17.
Osho, Augustine dan Afolabi Matthew. 2014. The Effects and Effectiveness of
Accountability and Transparency in Government Sectors. IOSR Journal of
Business and Management (IOSR-JBM) Vol. 16 Issue 4 : 46-54.

Pasoloran, O. (2001). Teori Stewardship : Tinjauan Konsep dan Implikasinya


pada Akuntabilitas Organisasi Sektor Publik. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
419.
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok
Timur Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lombok Timur Tahun 2005-2025.

, Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 7 Tahun


2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Lombok Timur.

Pujiswara, I.B, Nyoman T.H. dan Ni K.S. 2014. Pengaruh Pemanfaatan Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengawasan Keuangan Daerah
terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan dan Akuntabilitas Pemerintah
Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten
Klungkung. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 2 No. 1.

Rabrenovic, Aleksandra. 2009. Financial Accountability as a Condition Eu


Membership. Belgrade : Institute of Comaparative Law.

Rahadi, D. R. (2007). Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan


Pelayanan Sektor Publik. Seminar Nasional Teknologi.

Rahmawati, Diana. 2008. Peran Teknologi Informasi dalam Hubungan Struktur


Organisasi dengan Lingkungan (Suatu Kajian Teori). Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia Vol. VI No. 1.

Repuplik Indonesia, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

,Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah


Daerah.

,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 tahun 2005


tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran
Pemerintahan Daerah.

,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2006


tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah.

, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-
2014.

,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, tentang


Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, tentang


Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, tentang


Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah.

Retnaninytyas, T.W. 2016. Analisis Akuntabilitas Kinerja Keuangan Satuan Kerja


Perangkat Daerah Kota Surakarta. e-jurnal eprints.ums.ac.id.

Santoso, Eli Budi. 2016. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,


Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah
Kabupaten Lampung Timur). Tesis. Universitas Lampung.

Saputra, Iskandar. 2014. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan


Daerah, Transparansi Publik dan Aktivitas Pengendalian terhadap
Akuntabilitas Keuangan pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Bintan. e-
jurnal jurnal.umrah.ac.id.

Silviana. 2014. Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap


Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Survey pada Pemerintah
Kabupaten di Seluruh Jawa Barat. Jurnal PROFITA Vol. 6 No. 1 : 24-36.

Soleha, Nurhayati. 2014. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan


Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan: Studi
pada SKPD Kabupaten/Kota Propinsi Banten. Jurnal Etikonomi Vol. 13 No. 1 :
21-34.

Solimun, 2012. Analisis Variabel Moderasi dan Mediasi. Program Studi Statistika
FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang. http://www.academi.edu.

Solomon, Ali Baba. 2015. The Impact of External Audit in Accountability and
Transparency of NGOS in the Bolgatanga Municipality. Thesis. College of
Humanities and Social Sciences.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung.


Alfabeta.

Suhartono, Ekrmann dan Mochammad Solichin. 2006. Pengaruh kejelasan


Sasaran Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah
Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi. SNA 9 Padang.

Sukmaningrum, Tantriani. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris
pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang). Jurnal Publikasi On-line.

Suyanto. (2005). Pengantar Teknologi Informasi untuk Bisnis. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Syarifudin. 2016. Determinan Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya


terhadap Akuntabilitas Publik (Studi Empiris pada Inspektorat Kab.
Lombok Timur, Kabupaten Bima dan Perwakilan BPKP Provinsi NTB).
SNA XIX.

Tanjung, Abdul Hafiz. 2008. Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Darah


(Konsep dan Aplikasi sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan). Bandung :
Alfabeta.

Umar, H. 2013. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan (Paradigma


Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah). Jakarta. Rajawali Pers.

Untary, N.R. 2015. Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi, Sistem Pengendalian


Intern dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah dengan Faktor Eksternal sebagai Pemoderasi (Studi Kasus
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang). Jurnal Publikasi.

Utomo, Agus Prasetyo. 2006. Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi


terhadap Proses Auditing dan Pengendalian Internal. Jurnal Teknologi
Informasi DINAMIK Vol. XI No. 2 : 66-74.
Wati, Sinta Suhanda. 2011. Analisis atas Pengawasan Fungsional Pengaruhnya
terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada Inspektorat Kota
Bandung. e-jurnal dir.unikom.ac.id.

Widyaningsih, Aristanti, Alvian Triantoro dan Lili SW. 2011. Hubungan


Efektifitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengendalian Intern
dengan Kualitas Akuntabilitas Keuangan: Kualitas Informasi Laporan
Keuangan sebagai Variabel Intervening (Penelitian pada Laporan Realisasi
Anggaran di Pemda Kabupaten/Kota Wilayah Propinsi Jawa Barat). SNA
XIV Aceh.

. , 2015. The Influence of Internal Control Systems on the Financial


Accountability of Elementary Schools in Bandung Indonesia. Research
Journal of Finance and Accounting Vol.6 No.24 : 89-96.
Wiyana, Anim dan Anna Sutrisna. 2016. Determinan Aksesibilitas dan Penyajian
Laporan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Daerah. Syariah Paper Accounting FEB UMS. ISSN 2460-0784.

Yendrawati, Reni. 2013. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Kapasitas


Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan
dengan Faktor Eksternal sebagai Variabel Moderating. JAAI Vol. 17 No. 2 :
166-175.
Lampiran 1

Telaah Riset Terdahulu

PEENELITI/ JUDUL METODE/ALAT UJI VARIABEL HASIL PENELITIAN


NO. TAHUN

1 Aristanti Widyaningsih, Hubungan efektifitas sistem Analisis Jalur (Path Independen : - Sistem akuntansi keuangan daerah
Alvian Triantoro dan akuntansi keuangan daerah dan Analysis) - Efektifitas Sistem Akuntansi yang berjalan efektif akan
Lili Sugeng pengendalian intern dengan Keuangan Daerah meningkatkan sistem pengendalian
Wiyantoro/2011 kualitas akuntabilitas keuangan: - Pengendalian Intern intern yang lebih baik.
kualitas informasi laporan Dependen : - Sistem akuntansi keuangan daerah
keuangan sebagai variabel - Kualitas Akuntabilitas yang efektif ditunjang dengan sistem
intervening Keuangan pengendalian intern yang baik dapat
(Penelitian pada Laporan menghasilkan informasi laporan
Realisasi Anggaran di Pemda Intervening : keuangan yang berkualitas.
Kabupaten/Kota Wilayah Propinsi - Kualitas Informasi Laporan - Sistem akuntansi keuangan daerah
Jawa Barat) Keuangan telah berjalan dengan sangat efektif
dan sistem pengendalian intern yang
berjalan dengan sangat baik sehingga
menghasilkan informasi laporan
keuangan yang berkualitas, tentunya
hal tersebut akan mendorong
meningkatnya kualitas akuntabilitas
keuangan pemrintah daerah.
2 Hazrita, et al/2013 Pengaruh Kompetensi dan Sistem Regresi linier berganda Independen : - Kompetensi tidak berpengaruh
Akuntansi terhadap - Kompetensi terhadap kualitas pertanggungjawaban
Kualitas Pertanggungjawaban - Sistem Akuntansi Instansi laporan keuangan
Laporan Keuangan pada Dependen : - Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Satuan Kerja di lingkungan Kualitas pertanggungjawaban laporan berpengaruh terhadap kualitas
Kanwil Kementerian keuangan pertanggungjawaban laporan keuangan
Agama Provinsi Riau
3 Kurnia, Indra/2013 Pengaruh Sistem Akuntansi Analisis Regresi Independen : - Penerapan sistem akuntansi keuangan
Keuangan Daerah dan Kualitas Berganda - Sistem Akuntansi Keuangan daerah berpengaruh signifikan positif
Aparatur Pemerintah terhadap Daerah terhadap akuntabilitas keuangan
Akuntabilitas Keuangan - Kualitas Aparatur daerah Propinsi Sumatera Barat, dan
(Studi Pada Kantor Inspektorat - Kualitas aparatur pemerintah
Kabupaten/Kota Di Propinsi Dependen : berpengaruh signifikan positif terhadap
Sumatera Barat) Akuntabilitas Keuangan akuntabilitas keuangan Propinsi
Sumatera Barat.
4 Rosnawati Amasi/2013 Pengaruh Pengawasan Fungsional Analisis regresi linear Independen : - Pengawasan fungsional berpengaruh
terhadap Akuntabilitas sederhana - Pengawasan Fungsional signifikan dan positif terhadap
Pengelolaan Keuangan Daerah akuntabilitas pengelolaan keuangan
Pemerintah Kota Gorontalo Dependen : daerah
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Daerah
5 Olatunji T.E./ 2013 The Impact Of Accounting F-Statistik (ANOVA) Independen : - Penerapan sistem akuntansi
System On The Accountability Of penerapan sistem akuntansi meningkatkan akuntabilitas perusahaan
Small And Medium Scale Dependen : kecil dan menengah di Nigeria.
Enterprises In Nigeria – A Survey Akuntabilitas Keuangan
Of SME’s In Oyo State-Nigeria
6 Iskandar Saputra/2014 Pengaruh Penerapan Sistem Regresi Linear Independen : - Sistem akuntansi keuangan daerah dan
Akuntansi Keuangan Daerah, Berganda - Penerapan Sistem Akuntansi transparansi publik tidak berpengaruh
Transparansi Publik dan Aktifitas Keuangan Daerah signifikan terhadap akuntabilitas
Pengendalian terhadap - Transparansi Publik keuangan.
Akuntabilitas Keuangan SKPD - Aktifitas Pengendalian - Aktivitas pengendalian berpengaruh
pada Pemerintah Kabupaten Dependen : secara signifikan terhadap akuntabilitas
Bintan Akuntabilitas Keuangan keuangan
7 Muhammad Ichlas, Pengaruh Penerapan Standar Regresi Linear Independen : - Penerapan Standar Akuntansi
Hasan Basri dan Akuntansi Pemerintahan, Sistem Berganda - SAP Pemerintahan berpengaruh terhadap
Muhammad Arfan/2014 Pengendalian Intern Pemerintah - SPIP akuntabilitas keuangan
dan Aksesibilitas Laporan - Aksesibilitas Laporan - Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Keuangan Terhadap Akuntabilitas Keuangan Pemerintah berpengaruh terhadap
Keuangan Pemerintah Kota Dependen : akuntabilitas keuangan
Banda Aceh Akuntabilitas Keuangan - Aksesibilitas laporan keuangan
berpengaruh terhadap akuntabilitas
keuangan
8 Nurhayati Soleha/2014 Pengaruh Penerapan Sistem Analisis Jalur Independen : - Implementasi sistem keuangan daerah
Akuntansi Keuangan Daerah dan - Penerapan Sistem Akuntansi memberikan pengaruh yang positif dan
Aktivitas Pengendalian Terhadap Keuangan Daerah signifikan atas akuntabilitas keuangan.
Akuntabilitas Keuangan: Studi - Aktivitas Pengendalian - Implementasi aktivitas pengendalian
pada SKPD Kabupaten/Kota memberikan pengaruh yang positif dan
Propinsi Banten Dependen : signifikan atas akuntabilitas keuangan.
Akuntabilitas Keuangan
9 Ida Bagus Pujiswara, Pengaruh Pemanfaatan Sistem Regresi linear berganda Independen : - Pemanfaatan system informasi
Nyoman Trisna Informasi Akuntansi Keuangan - Pemanfaatan Sistem akuntansi keuangan daerah dan
Herawati dan Ni Kadek Daerah dan Pengawasan Informasi Akuntansi pengawasan keuangan daerah secara
Sinarwati/2014 Keuangan Daerah terhadap Nilai Keuangan Daerah parsial berpengaruh positif terhadap
Informasi Pelaporan Keuangan - Pengawasan Keuangan nilai informasi pelaporan keuangan
dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah pemerintah daerah.
Daerah Dependen : - Pemanfaatan system informasi
(Studi Pada Satuan Kerja - Nilai Informasi Pelaporan akuntansi keuangan daerah dan
Perangkat Daerah di Kabupaten Keuangan pengawasan keuangan daerah secara
Klungkung) - Akuntabilitas Pemerintah parsial berpengaruh positif terhadap
Daerah akuntabilitas pemerintah daerah.

10 Osho, Augustine E dan The effects and effectiveness of chi-square Independen : - Penerapan sistem pengendalian
Afolabi, Matthew Accountability and Transparency - Efisien dan Efektif penerapan keuangan yang efisien dan efektif
B/2014 in Government Sectors sistem pengendalian keuangan meningkatkan akuntabilitas
- Strategi manajemen - Strategi manajemen meningkatkan
akuntabilitas
Dependen :
Akuntabilitas dan tra
11 Sanusi Fasilat Aramide The effectiveness of internal non-parametric Independen : Sistem Pengendalian Intern berpengaruh
& Mustapha control system and financial statistical test, Chi- Sistem Pengendalian Intern positif signifikan terhadap akuntabilitas
Muhammed accountability at local square keuangan
Bashir/2015 government level in Nigeria Dependen :
Akuntabilitas Keuangan

12 Aristanti The Influence of Internal Control Path analysis Independen : - Sistem pengendalian internal yang
Widyaningsih/2015 System on the Financial - Sistem Pengendalian Intern efektif dapat meningkatkan kualitas
Accountability of Elementary akuntabilitas keuangan.
Schools in Bandung, Indonesia Dependen :
Akuntabilitas Keuangan
13 Lily/2015 Pengaruh Sistem Akuntansi Regresi berganda Independen : - Sistem akuntansi keuangan
Keuangan dan Aksesibilitas - Sistem Akuntansi Keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas
Laporan Keuangan terhadap - Aksesibilitas Laporan Keuangan pengelolaan keuangan daerah
Akuntabilitas - Aksesibilitas laporan keuangan
Pengelolaan Keuangan Daerah Dependen : berpengaruh terhadap akuntabilitas
(Studi Empiris Pada Satuan Kerja Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
Perangkat Daerah Kota Pengelolaan Keuangan Daerah
Payakumbuh)
14 Solomon, Ali The Impact of Audit in Regresi dengan Independen : - Tidak terdapat pengaruh dari audit
Baba/2015 Accountability and Tranparancy program SPSS 17.0 - Audit Intern terhadap akuntabilitas dan transparansi
in the Bolgatangga Municipality - Audit Eksternal

Dependen :
- Akuntabilitas
- Transparansi
15 Murungi dan The Impact of Computerized Regresi Independen : - Komputerisasi akuntansi berpengaruh
Kayigamba/2015 Accounting System on - Sistem akuntansi terkomputerisasi terhadap akuntabilitas pelaporan
Accountability of Financial keuangan.
Reporting in the Ministry of Local Dependen :
Government of Rwanda Akuntabilitas pelaporan keuangan
16 Eli Budi Santoso / 2016 Pengaruh Sistem Pengendalian SEM-PLS Independen : - Sistem pengendalian intern pemerintah
Intern Pemerintah, - Sistem Pengendalian Intern berpengaruh positif tidak signifikan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Pemerintah terhadap akuntabilitas keuangan daerah,
dan Kompetensi Sumber - Pemanfaatan Teknologi Informasi - Pemanfaatan teknologi informasi
Daya Manusia terhadap - Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh positif tidak signifikan
Akuntabilitas Keuangan Daerah terhadap akuntabilitas keuangan daerah
(Studi Empiris pada Pemerintah Dependen : - Kompetensi sumber daya manusia
Kabupaten Lampung Timur) - Akuntabilitas Keuangan Daerah berpengaruh positif signifikan terhadap
akuntabilitas keuangan daerah.
17 Theresia Wahyu Analisis Akuntabilitas Kinerja Regresi linier berganda Independen : - Partisipasi anggaran dan pengendalian
Retnaningtyas/2016 Keuangan Satuan Kerja - partisipasi anggaran akuntansi tidak berpengaruh terhadap
Perangkat Daerah Kota Surakarta - pengendalian akuntansi akuntabilitas kinerja keuangan
- kejelasan sasaran anggaran - Kejelasan sasaran anggaran, sistem
- sistem pelaporan pelaporan, desentralisasi dan
- desentralisasi pengawasan fungsional berpengaruh
- pengawasan fungsional signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
keuangan
Dependen :
akuntabilitas kinerja keuangan
18 Ng’eni/2016 Theoretical Aspects Underpinning Kualitatif Audit dan akuntabilitas keuangan - Peran audit sangat penting dalam
Public Sector Audit and Financial meningkatkan akuntabilitas keuangan
Accountability in Tanzanian publik di pemerintah daerah serta
Local Government Authorities sangat penting untuk meningkatkan
(LGAs) efektifitas pelayanan publik
19 Dewi Asfiryati/2017 Pengaruh penerapan sistem Analisis path Independen : - Penerapan sistem akuntansi keuangan
akuntansi keuangan - Sistem akuntansi keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap
daerah dan penyajian laporan daerah akuntabilitas pengelolaan keuangan
keuangan - Penyajian laporan keuangan daerah
terhadap akuntabilitas - Sistem pengendalian intern
pengelolaan Dependen : berpengaruh terhadap akuntabilitas
keuangan daerah dengan sistem Akuntabilitas pengelolaan pengelolaan keuangan daerah
pengendalian intern sebagai keuangan daerah
variabel intervening
(Studi Pada SKPD Kota Dumai) Intervening :
Sistem pengendalian intern
20 Kewo, Cecilia Lelly The Influence of Internal Control PLS Independen : - Penerapan pengendalian internal yang
/2017 Implementation and Managerial - Implementasi pengendalian semakin baik menyebabkab
Performance on Financial internal akuntabilitas keuangan pemerintah
Accountability Local Government - Kinerja manajerial daerah juga semakin baik.
in Indonesia - Kinerja manajerial yang lebih baik
Dependen : membuat pertanggungjawaban
Akuntabilitas keuangan keuangan yang lebih tinggi atau lebih
akuntabel.
Lampiran 2

Data Populasi dan Sampel Kabupaten Lombok Timur

Populasi Sampel
No NAMA SKPD PPT Bendahara Bendahara Bendahara
PA PPK Jumlah PPK Jumlah
K Penerimaan Pengeluaran Pengeluaran
1 Sekretariat Daerah 1 9 1 1 12 1 1 2
2 Sekretariat DPRD 1 1 1 1 4 1 1 2
3 Inspektorat 1 1 1 1 4 1 1 2
Dinas Pendidikan dan
4 Kebudayaan 1 1 1 1 4 1 1 2

5 Dinas Kesehatan 1 1 1 1 1 5 1 1 2
Dinas Pekerjaan Umum dan
6 Penataan Ruang 1 1 1 1 1 5 1 1 2

7 Dinas Pemuda dan Olahraga 1 1 1 1 4 1 1 2


Dinas Perumahan dan
8 Kawasan Permukiman 1 1 1 1 4 1 1 2

9 Satuan Polisi Pamong Praja 1 1 1 1 4 1 1 2


10 Dinas Sosial 1 1 1 1 4 1 1 2
Dinas Tenaga Kerja dan
11 Transmigrasi 1 1 1 1 1 5 1 1 2

12 Dinas Ketahanan Pangan 1 1 1 1 4 1 1 2


Dinas Lingkungan Hidup
13 dan Kebersihan 1 1 1 1 1 5 1 1 2
Dinas Kependudukan dan
14 Pencatatan Sipil 1 1 1 1 1 5 1 1 2

Dinas Pemberdayaan
15 Masyarakat dan Desa 1 1 1 1 4 1 1 2

Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan
16 1 1 1 1 4 1 1 2
Anak dan Keluarga
Berencana
17 Dinas Perhubungan 1 1 1 1 1 5 1 1 2
Dinas Komunikasi,
18 Informatika dan Persandian 1 1 1 1 1 5 1 1 2

Dinas Perindustrian dan


19 Perdagangan 1 1 1 1 1 5 1 1 2

Dinas Koperasi dan Usaha


20 Kecil Menengah 1 1 1 1 4 1 1 2

Dinas Penanaman Modal


21 dan Pelayanan Terpadu Satu 1 1 1 1 1 5 1 1 2
Pintu
Dinas Perpustakaan dan
22 Kearsipan 1 1 1 1 4 1 1 2

23 Dinas Pariwisata 1 1 1 1 1 5 1 1 2
24 Dinas Pertanian 1 1 1 1 1 5 1 1 2
Dinas Peternakan dan
25 Kesehatan Hewan 1 1 1 1 1 5 1 1 2

Dinas Kelautan dan


26 1 1 1 1 1 5 1 1 2
Perikanan
Badan Perencanaan
27 Pembangunan Daerah 1 5 1 1 8 1 1 2
Badan Kepegawaian dan
28 Pengembangan Sumber 1 5 1 1 1 9 1 1 2
Daya Manusia

Badan Pengelolaan
29 Keuangan dan Aset 1 1 1 1 4 1 1 2

30 Badan Pendapatan Daerah 1 1 1 1 1 5 1 1 2


Badan Penanggulangan
31 Bencana Daerah 1 1 1 1 4 1 1 2

32 Kecamatan Selong 1 1 1 1 4 1 1 2
33 Kecamatan Sakra 1 1 1 1 4 1 1 2
34 Kecamatan Sukamulia 1 1 1 1 4 1 1 2
35 Kecamatan Keruak 1 1 1 1 4 1 1 2
36 Kecamatan Terara 1 1 1 1 4 1 1 2
37 Kecamatan Sikur 1 1 1 1 4 1 1 2
38 Kecamatan Masbagik 1 1 1 1 4 1 1 2
39 Kecamatan Aikmel 1 1 1 1 4 1 1 2
40 Kecamatan Pringgabaya 1 1 1 1 4 1 1 2
41 Kecamatan Sambalia 1 1 1 1 4 1 1 2
42 Kecamatan Labuhan Haji 1 1 1 1 4 1 1 2
43 Kecamatan Wanasaba 1 1 1 1 4 1 1 2
44 Kecamatan Pringgasela 1 1 1 1 4 1 1 2
45 Kecamatan Sembalum 1 1 1 1 4 1 1 2
46 Kecamatan Suralaga 1 1 1 1 4 1 1 2
47 Kecamatan Suela 1 1 1 1 4 1 1 2
48 Kecamatan Montong Gading 1 1 1 1 4 1 1 2
49 Kecamatan Sakra Timur 1 1 1 1 4 1 1 2
50 Kecamatan Sakra Barat 1 1 1 1 4 1 1 2
51 Kecamatan Jerowaru 1 1 1 1 4 1 1 2

Jumlah 51 67 51 15 51 235 51 51 102


Sumber : Perda Kab. Lombok Timur No. 6 Tahun 2017 (diolah)
Lampiran 3

Definisi Operasional Variabel

Nomor Item
Variabel Indikator Skala Referensi
Pertanyaan

Sistem Akuntansi 1. Kesesuaian sistem akuntansi dengan Likert 1 Soleha


Keuangan Daerah SAP
2 (2014) dan
(SAKD) 2. Analisis/identifikasi transaksi dan 5 poin Santoso
pengklasifikasian 3
3. Identifikasi catatan
(2014)
4. Dokumen sumber pembukuan 4
5. Pencatatan transakasi secara 5
kronologis
6. Klasifikasi transaksi kedalam pos- 6
pos yang semestinya 7
7. Pembuatan laporan keuangan secara
konsisten dan periodik
Sistem Pengendalian 1. Pemisahan tugas Likert 1 Soleha
Intern (SPI) 2. Otorisasi 2 (2014)
5 poin
3. Dokumen/ bukti
3
4. Catatan akuntansi
4
5. Verifikasi independen
6. Review laporan keuangan 5
7. Perawatan peralatan 6
Pemanfaatan Teknologi 1. Ketersediaan komputer Likert 1 Santoso
Informasi (PTI) 2. Ketersediaan jaringan internet 2 (2016)
3. Pemanfaatan jaringan internet 5 poin
3
4. Komputerisasi proses akuntansi
5. Penggunaan software yang 4
sesuai peraturan 5
6. Integrasi sistem akuntansi dalam
6
pembutan laporan
7. Perawatan peralatan 7
Pengawasan Keuangan 1. Pemeriksaan Likert 1 Wati (2011)
Daerah (PKD) 2. Pengujian kebenaran laporan 2
3. Menguji kesesuaian SAP 5 poin 3
4. Penelusuran bukti yang 4
mendukung temuan
5. Evaluasi temuan 5
(PP No. 79 Tahun 2005)
Akuntabilitas 1. Penyusunan laporan keuangan Likert 1 Santoso
Keuangan (AK) tepat waktu dan lengkap (2014) dan
2. Laporan keuangan bebas dari 5 poin 2 Wiyana dan
kesalahan material Anna (2016)
3. Laporan keuangan dapat 3
dibandingkan dan andal
4. Laporan keuangan menyajikan 4
informasi keuangan yang lengkap
5. Informasi laporan keuangan
digunakan untuk menilai 5
pencapaian tujuan
6. Informasi laporan keuangan
digunakan untuk menilai efisiensi 6
dan efektivitas penggunaan
sumber daya
7. Penyusuanan laporan keuangan 7
berdasarkan SAP
8. Review dan audit LKPD 8
Lampiran 4

Kuesioner Penelitian

Mataram, 2017

Nomor :-
Lampiran : 1 (satu) Eks.
Perihal : Mohon kesediaan
menjadi responden

Kepada :
Yth. Bapak/ Ibu Responden
di –

Tempat

Dengan hormat,

Dengan ini saya sampaikan, bahwa saya mahasiswa Program Studi Magister Akuntansi
Program Pasca Sarjana Universitas Mataram, sedang melakukan penelitian tentang
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah.
Untuk keperluan tersebut, kami mohon kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu untuk
berpartisipasi selaku responden penelitian dan jawaban atas kuesioner ini akan dijamin
kerahasiaannya sesuai dengan etika penelitian karena jawaban atas kuesioner ini semata-mata
ditujukan untuk kepentingan penelitian dan bukan untuk maksud lain.
Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima
kasih.

Hormat Saya,

Eka Suprihastini
KUESIONER PENELITIAN

A. Daftar Pertanyaan Umum

1. Nama SKPD : ...............................................................


2. Nama (boleh tidak diisi) : ...............................................................
3. Usia : .................. Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *

5. Pendidikan Tertinggi : ...............................................................


Latar Belakang Pendidikan : ...............................................................

6. Masa Kerja : .................. Tahun


7. Status : Kawin / Tidak Kawin *
8. Jabatan : Pejabat Penatausahaan Keuangan / Bendahara *

(*) coret yang tidak perlu

B. Cara Pengisian Kuesioner


1. Mohon kuesioner diisi dan dijawab sesuai dengan fakta atau kenyataan berdasarkan
pengalaman anda atau kondisi yang sebenarnya, bukan berdasarkan perasaan subjektif
anda.
2. Setiap pertanyaan hanya boleh memilih satu jawaban.
3. Silahkan memberikan jawaban anda dengan memberikan tanda (√) pada salah satu
pilihan jawaban yang mempunyai tingkat kesesuaian pada pengalaman atau kondisi
anda dengan pilihan jawaban 1, 2, 3, 4 dan 5 yang disesuaikan dengan pertanyaan.
KUESIONER

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

No PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1 Sistem akuntansi yang diterapkan dalam 1. □ Sangat tidak sesuai


pengelolaan keuangan sesuai dengan Standar 2. □ Tidak sesuai
Akuntansi Pemerintahan (SAP)
3. □ Kurang sesuai
4. □ Sesuai
5. □ Sangat sesuai
2 Setiap transaksi keuangan dilakukan 1. □ Tidak pernah
analisis/identifikasi transaksi kemudian dilakukan 2. □ Hampir tidak pernah
pengklasifikasian
3. □ Kadang-kadang
4. □ Sering
5. □ Selalu
3 Dilakukan pengidentifikasian atas pencatatan 1. □ Tidak pernah
2. □ Hampir tidak pernah
3. □ Kadang-kadang
4. □ Sering
5. □ Selalu
4 Setiap transaksi keuangan didukung oleh bukti 1. □ Tidak pernah
transaksi 2. □ Hampir tidak pernah
3. □ Kadang-kadang
4. □ Sering
5. □ Selalu
5 Semua transaksi keuangan dilakukan pencatatan 1. □ Tidak pernah
secara kronologis 2. □ Hampir tidak pernah
3. □ Kadang-kadang
4. □ Sering
5. □ Selalu
6 Dilakukan klasifikasi atas transaksi kedalam pos- 1. □ Tidak pernah
pos yang semestinya 2. □ Hampir tidak pernah
3. □ Kadang-kadang
4. □ Sering
5. □ Selalu
7 Pembuatan laporan keuangan dilakukan secara 1. □ Tidak pernah
konsisten dan periodik 2. □ Hampir tidak pernah
3. □ Kadang-kadang
4. □ Sering
5. □ Selalu
Sistem Pengendalian Intern

No PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1 Pemisahan tugas yang dilaksanakan dalam 1. □ Sangat tidak baik


rangka pelaksanaan APBD 2. □ Tidak baik
3. □ Kurang baik
4. □ Baik
5. □ Sangat baik
2 Transaksi dapat dilakukan tanpa adanya 1. □ Selalu bisa dilakukan
2. □ Seringkali bisa dilakukan
otorisasi dari pihak yang berwenang. 3. □ Kadang – kadang bisa dilakukan
4. □ Hampir tidak bisa dilakukan
5. □ Tidak bisa dilakukan
3 Setiap transaksi selalu didukung bukti yang 1. □ Sangat tidak setuju
valid dan sah 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju

4 Setiap transaksi dicatat dalam buku catatan 1. □ Tidak Pernah


2. □ Hampir tidak pernah
akuntansi dan dijaga untuk tetap di “up to 3. □ Kadang-Kadang
date” 4. □ Sering
5. □ Selalu

5 Dilakukan pengecekan independen atas 1. □ Tidak pernah


kesesuaian antara ikhtisar cek harian yang 2. □ Hampir tidak pernah
diterbitkan dengan jurnal untuk pengeluaran 3. □ Kadang-kadang
4. □ Sering
kas
5. □ Selalu

6 Laporan keuangan direview oleh kasubag 1. □ Tidak Pernah


keuangan/akuntansi sebelum didistribusikan 2. □ Hampir tidak pernah
3. □ Kadang-Kadang
4. □ Sering
5. □ Selalu
Pemanfaatan Teknologi Informasi

No PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1 Ketersedian komputer memadai 1. □ Sangat tidak memadai


2. □ Tidak memadai
3. □ Kurang memadai
4. □ Memadai
5. □ Sangat memadai
2 Jaringan internet terpasang disemua bagian 1. □ Semuanya tidak terpasang
2. □ Hampir semuanya tidak terpasang
3. □ Sebagian terpasang
4. □ Hampir semuanya terpasang
5. □ Semuanya terpasang
3 Jaringan internet telah dimanfaatkan sebagai 1. □ Tidak pernah dimanfaatkan
penghubung antar unit kerja dalam 2. □ Hampir tidak pernah dimanfaatkan
pengiriman data dan informasi yang 3. □ Kadang-Kadang dimanfaatkan
4. □ Sering dimanfaatkan
dibutuhkan
5. □ Selalu dimanfaatkan
4 Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga1. □ Tidak pernah dilakukan
pembuatan laporan keuangan dilakukan 2. □ Hampir tidak pernah dilakukan
secara komputerisasi 3. □ Kadang-Kadang dilakukan
4. □ Sering dilakukan
5. □ Selalu dilakukan
5 Pengelolaan data transaksi keuangan 1. □ Sangat tidak sesuai
menggunakan software yang sesuai dengan 2. □ Tidak sesuai
peraturan perundang-undangan 3. □ Kurang sesuai
4. □ Sesuai
5. □ Sangat sesuai
6 Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan 1. □ Sangat tidak setuju
dari sistem informasi yang terintegrasi 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
7 Dilakukan pendataan peralatan yang rusak 1. □ Tidak pernah dilakukan
dan jadwal pemeliharaan secara teratur 2. □ Hampir tidak pernah dilakukan
3. □ Kadang-Kadang dilakukan
4. □ Sering dilakukan
5. □ Selalu dilakukan
Pengawasan Keuangan Daerah

No PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1 Inspektorat melakukan pemeriksaan di 1. □ Tidak sesuai jadwal


kantor Anda secara berkala sesuai jadwal 2. □ Hampir tidak sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (6 bulan sekali) 3. □ Kadang-kadang sesuai jadwal
4. □ Seringkali sesuai jadwal
5. □ Selalu sesuai jadwal
2 Pada saat pemeriksaan di kantor Anda, 1. □ Tidak pernah dilakukan
Inpektorat melakukan pengujian atas 2. □ Hampir tidak pernah dilakukan
kebenaran laporan 3. □ Kadang-kadang dilakukan
4. □ Seringkali dilakukan
5. □ Selalu dilakukan
3 Pada saat pemeriksaan di kantor Anda, 1. □ Tidak pernah dilakukan
Inpektorat melakukan pemeriksaan dengan 2. □ Hampir tidak pernah dilakukan
menelusuri catatan akuntansi dan menguji 3. □ Kadang-kadang dilakukan
4. □ Seringkali dilakukan
kesesuain dengan SAP
5. □ Selalu dilakukan
4 Pada saat pemeriksaan di kantor Anda, 1. □ Sangat tidak setuju
Inspektorat bekerja profesional, mencari dan 2. □ Tidak setuju
mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dan 3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
kompeten untuk mendukung hasil
5. □ Sangat setuju
pemeriksaan

5 Inspektorat mengevaluasi hasil temuan 1. □ Sangat tidak setuju


setelah 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
melakukan pemeriksaan di kantor Anda 4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
Akuntabilitas Keuangan

No PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1 Penyusunan laporan keuangan selalu tepat waktu 1. □ Sangat tidak setuju


2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
2 Laporan keuangan yang disusun bebas dari 1. □ Sangat tidak setuju
kesalahan material 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
3 Laporan keuangan yang disusun dapat 1. □ Sangat tidak setuju
dibandingkan dan andal 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
4 Laporan keuangan yang disusun menyajikan 1. □ Sangat tidak setuju
informasi keuangan yang lengkap 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
5 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan 1. □ Sangat tidak setuju
dapat digunakan oleh pengguna laporan untuk 2. □ Tidak setuju
menilai pencapaian atas tujuan yang telah
3. □ Kurang setuju
ditetapkan.
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
6 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan 1. □ Sangat tidak setuju
dapat digunakan oleh pengguna laporan untuk 2. □ Tidak setuju
menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan
3. □ Kurang setuju
sumber daya organisasi
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
7 Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar 1. □ Sangat tidak setuju
Akuntansi Pemerintahan (SAP) 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
8 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 1. □ Sangat tidak setuju
direview inspektorat dan diaudit BPK 2. □ Tidak setuju
3. □ Kurang setuju
4. □ Setuju
5. □ Sangat setuju
Lampiran 5

Data Penyebaran dan Tingkat Pengembalian Kuisioner

Juml
Kuision Kuision Kuision
ah Kuision Kuision
er yang er tidak er Responde
NO. SKPD Resp er yang er yang
tidak dapat dapat n Rate
onde disebar kembali
kembali diolah diolah (%)
n
1 Sekretariat Daerah 2 2 0 2 0 2
100.00
2 Sekretariat DPRD 2 2 0 2 1 1
50.00
3 Inspektorat 2 2 2 0 0 0 0.00
Dinas Pendidikan dan
4 2 2 0 2 0 2
Kebudayaan 100.00
5 Dinas Kesehatan 2 2 0 2 0 2
100.00
Dinas Pekerjaan Umum dan
6 2 2 0 2 0 2
Penataan Ruang 100.00
7 Dinas Pemuda dan Olahraga 2 2 0 2 0 2
100.00
Dinas Perumahan dan Kawasan
8 2 2 0 2 0 2
Permukiman 100.00
9 Satuan Polisi Pamong Praja 2 2 0 2 0 2
100.00
10 Dinas Sosial 2 2 0 2 0 2
100.00
Dinas Tenaga Kerja dan
11 2 2 0 2 0 2
Transmigrasi 100.00
12 Dinas Ketahanan Pangan 2 2 0 2 0 2
100.00
Dinas Lingkungan Hidup dan
13 2 2 0 2 0 2
Kebersihan 100.00
Dinas Kependudukan dan
14 2 2 0 2 0 2
Pencatatan Sipil 100.00
Dinas Pemberdayaan Masyarakat
15 2 2 0 2 0 2
dan Desa 100.00
Dinas Pemberdayaan Perempuan,
16 Perlindungan Anak dan Keluarga 2 2 0 2 0 2
100.00
Berencana
17 Dinas Perhubungan 2 2 0 2 0 2
100.00
Dinas Komunikasi, Informatika
18 2 2 0 2 0 2
dan Persandian 100.00
Dinas Perindustrian dan
19 2 2 1 1 0 1
Perdagangan 50.00
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
20 2 2 0 2 0 2
Menengah 100.00
Dinas Penanaman Modal dan
21 2 2 0 2 0 2
Pelayanan Terpadu Satu Pintu 100.00
Dinas Perpustakaan dan
22 2 2 0 2 0 2
Kearsipan 100.00
23 Dinas Pariwisata 2 2 0 2 0 2
100.00
24 Dinas Pertanian 2 2 0 2 0 2
100.00
Dinas Peternakan dan Kesehatan
25 2 2 0 2 0 2
Hewan 100.00
26 Dinas Kelautan dan Perikanan 2 2 0 2 0 2
100.00
Badan Perencanaan
27 2 2 0 2 0 2
Pembangunan Daerah 100.00
Badan Kepegawaian dan
28 Pengembangan Sumber Daya 2 2 0 2 0 2
100.00
Manusia
Badan Pengelolaan Keuangan dan
29 2 2 0 2 0 2
Aset 100.00
30 Badan Pendapatan Daerah 2 2 0 2 0 2
100.00
Badan Penanggulangan Bencana
31 2 2 0 2 0 2
Daerah 100.00
32 Kecamatan Selong 2 2 2 0 0 0 0.00

33 Kecamatan Sakra 2 2 0 2 0 2
100.00
34 Kecamatan Sukamulia 2 2 0 2 0 2
100.00
35 Kecamatan Keruak 2 2 0 2 0 2
100.00
36 Kecamatan Terara 2 2 0 2 0 2
100.00
37 Kecamatan Sikur 2 2 0 2 0 2
100.00
38 Kecamatan Masbagik 2 2 0 2 0 2
100.00
39 Kecamatan Aikmel 2 2 0 2 0 2
100.00
40 Kecamatan Pringgabaya 2 2 0 2 0 2
100.00
41 Kecamatan Sambalia 2 2 0 2 0 2
100.00
42 Kecamatan Labuhan Haji 2 2 0 2 0 2
100.00
43 Kecamatan Wanasaba 2 2 0 2 0 2
100.00
44 Kecamatan Pringgasela 2 2 2 0 0 0 0.00

45 Kecamatan Sembalum 2 2 0 2 0 2
100.00
46 Kecamatan Suralaga 2 2 0 2 0 2
100.00
47 Kecamatan Suela 2 2 0 2 0 2
100.00
48 Kecamatan Montong Gading 2 2 0 2 0 2
100.00
49 Kecamatan Sakra Timur 2 2 0 2 1 1
50.00
50 Kecamatan Sakra Barat 2 2 0 2 0 2
100.00
51 Kecamatan Jerowaru 2 2 0 2 0 2
100.00
JUMLAH 102 102 7 95 2 93
91.18
Tingkat Pengembalian Kuisioner Berdasarkan Kriteria Sampel

Kuisioner yang kembali Kuisi


oner
Kuisioner yang Respond
NO. Responden dapat tidak dapat
yang disebar tidak en Rate
diolah diolah kemb (%)
ali
Pejabat Penatausahaan
1 51 46 2 3
Keuangan 90.20
2 Bendahara Pengeluaran 51 47 0 4
92.16

JUMLAH 102 93 2 7
91.18
Lampiran 6
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


Correlations

SAKD1 SAKD2 SAKD3 SAKD4 SAKD5 SAKD6 SAKD7 TOTAL

SAKD1 Pearson Correlation 1 .296 .329 .455* .709** .367 .174 .646**

Sig. (2-tailed) .205 .157 .044 .000 .112 .463 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20

SAKD2 Pearson Correlation .296 1 .584** .010 .466* .241 .535* .736**

Sig. (2-tailed) .205 .007 .968 .039 .306 .015 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

SAKD3 Pearson Correlation .329 .584** 1 .439 .350 .268 .461* .757**

Sig. (2-tailed) .157 .007 .053 .130 .254 .041 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

SAKD4 Pearson Correlation .455* .010 .439 1 .336 .490* .232 .532*

Sig. (2-tailed) .044 .968 .053 .147 .028 .324 .016

N 20 20 20 20 20 20 20 20

SAKD5 Pearson Correlation .709** .466* .350 .336 1 .491* .553* .786**

Sig. (2-tailed) .000 .039 .130 .147 .028 .011 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

SAKD6 Pearson Correlation .367 .241 .268 .490* .491* 1 .349 .601**

Sig. (2-tailed) .112 .306 .254 .028 .028 .131 .005

N 20 20 20 20 20 20 20 20

SAKD7 Pearson Correlation .174 .535* .461* .232 .553* .349 1 .717**

Sig. (2-tailed) .463 .015 .041 .324 .011 .131 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

TOTAL Pearson Correlation .646** .736** .757** .532* .786** .601** .717** 1

Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .016 .000 .005 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's Alpha Based on


N of Items
Alpha Standardized Items

.803 .816 7

Variabel Sistem Pengendalian Intern

Correlations

SPI1 SPI2 SPI3 SPI4 SPI5 SPI6 TOTAL

SPI1 Pearson Correlation 1 .316 .450* .334 .574** .326 .658**

Sig. (2-tailed) .175 .046 .151 .008 .161 .002

N 20 20 20 20 20 20 20

SPI2 Pearson Correlation .316 1 .484* .338 .469* .604** .771**

Sig. (2-tailed) .175 .031 .145 .037 .005 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

SPI3 Pearson Correlation .450* .484* 1 .404 .520* .249 .689**

Sig. (2-tailed) .046 .031 .077 .019 .290 .001

N 20 20 20 20 20 20 20

SPI4 Pearson Correlation .334 .338 .404 1 .816** .135 .694**

Sig. (2-tailed) .151 .145 .077 .000 .570 .001

N 20 20 20 20 20 20 20

SPI5 Pearson Correlation .574** .469* .520* .816** 1 .345 .852**

Sig. (2-tailed) .008 .037 .019 .000 .136 .000

N 20 20 20 20 20 20 20

SPI6 Pearson Correlation .326 .604** .249 .135 .345 1 .653**

Sig. (2-tailed) .161 .005 .290 .570 .136 .002

N 20 20 20 20 20 20 20

TOTA Pearson Correlation .658** .771** .689** .694** .852** .653** 1


L Sig. (2-tailed) .002 .000 .001 .001 .000 .002

N 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's Alpha Based


Alpha on Standardized Items N of Items

.808 .816 6

Variabel Pengawasan Keuangan Daerah


Correlations

PKD1 PKD2 PKD3 PKD4 PKD5 TOTAL

PKD1 Pearson Correlation 1 .790** .691** .704** .667** .866**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .001 .001 .000

N 20 20 20 20 20 20

PKD2 Pearson Correlation .790** 1 .856** .780** .770** .933**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

PKD3 Pearson Correlation .691** .856** 1 .793** .799** .916**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

PKD4 Pearson Correlation .704** .780** .793** 1 .744** .890**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

PKD5 Pearson Correlation .667** .770** .799** .744** 1 .888**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

TOTAL Pearson Correlation .866** .933** .916** .890** .888** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's Alpha Based


Alpha on Standardized Items N of Items

.937 .940 5

Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi


Correlations

PTI1 PTI2 PTI3 PTI4 PTI5 PTI6 PTI7 TOTAL

PTI1 Pearson Correlation 1 .663** .535* .474* .462* .557* .177 .740**

Sig. (2-tailed) .001 .015 .035 .040 .011 .455 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

PTI2 Pearson Correlation .663** 1 .729** .226 .162 .254 .373 .700**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .338 .494 .279 .105 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20

PTI3 Pearson Correlation .535* .729** 1 .521* .353 .512* .489* .854**

Sig. (2-tailed) .015 .000 .019 .126 .021 .029 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

PTI4 Pearson Correlation .474* .226 .521* 1 .427 .450* .048 .608**

Sig. (2-tailed) .035 .338 .019 .060 .047 .839 .004

N 20 20 20 20 20 20 20 20

PTI5 Pearson Correlation .462* .162 .353 .427 1 .719** .325 .650**

Sig. (2-tailed) .040 .494 .126 .060 .000 .162 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20

PTI6 Pearson Correlation .557* .254 .512* .450* .719** 1 .503* .777**

Sig. (2-tailed) .011 .279 .021 .047 .000 .024 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20

PTI7 Pearson Correlation .177 .373 .489* .048 .325 .503* 1 .641**

Sig. (2-tailed) .455 .105 .029 .839 .162 .024 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20

TOTAL Pearson Correlation .740** .700** .854** .608** .650** .777** .641** 1

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .004 .002 .000 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based


Cronbach's Alpha on Standardized Items N of Items

.823 .839 7

Variabel Akuntabilitas Keuangan


Correlations

AK1 AK2 AK3 AK4 AK5 AK6 AK7 AK8 TOTAL


AK1 Pearson Correlation 1 .261 .488* .311 .567** .559* .311 .565** .706**
Sig. (2-tailed) .267 .029 .182 .009 .010 .182 .009 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
AK2 Pearson Correlation .261 1 .672** .514* .511* .204 .514* .606** .691**
Sig. (2-tailed) .267 .001 .020 .021 .389 .020 .005 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
AK3 Pearson Correlation .488* .672** 1 .530* .439 .462* .530* .862** .822**
Sig. (2-tailed) .029 .001 .016 .053 .040 .016 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
AK4 Pearson Correlation .311 .514* .530* 1 .465* .319 1.000** .614** .776**
Sig. (2-tailed) .182 .020 .016 .039 .171 .000 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
AK5 Pearson Correlation .567** .511* .439 .465* 1 .319 .465* .678** .733**
Sig. (2-tailed) .009 .021 .053 .039 .170 .039 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
AK6 Pearson Correlation .559* .204 .462* .319 .319 1 .319 .535* .625**
Sig. (2-tailed) .010 .389 .040 .171 .170 .171 .015 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
AK7 Pearson Correlation .311 .514* .530* 1.000** .465* .319 1 .614** .776**
Sig. (2-tailed) .182 .020 .016 .000 .039 .171 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
AK8 Pearson Correlation .565** .606** .862** .614** .678** .535* .614** 1 .902**
Sig. (2-tailed) .009 .005 .000 .004 .001 .015 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TOTA Pearson Correlation .706** .691** .822** .776** .733** .625** .776** .902** 1
L Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .000 .000 .003 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.886 .892 8
Lampiran 7

Profil Responden

SKPD Res Usia JK PT LBPT MK

Sekretariat Daerah 1 3 1 3 1 4
2 3 1 3 2 4
Sekretariat DPRD 3
4 4 2 3 2 5
Inspektorat 5
6
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 7 4 2 3 4 5
8 3 2 3 1 2
Dinas Kesehatan 9 3 2 3 1 3
10 4 2 1 6 5
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 11 4 1 1 6 5
12 3 1 1 6 2
Dinas Pemuda dan Olahraga 13 4 1 4 3 5
14 4 1 3 2 4
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 15 3 1 3 2 4
16 3 1 3 4 2
Satuan Polisi Pamong Praja 17 3 1 3 1 4
18 2 2 1 6 2
Dinas Sosial 19 4 1 3 4 5
20 4 2 3 7 2
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 21 4 1 3 1 5
22 2 1 1 6 2
Dinas Ketahanan Pangan 23 4 1 3 1 5
24 4 2 3 6 5
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan 25 3 1 3 1 4
26 2 1 2 1 2
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 27 4 1 3 1 5
28 2 1 1 6 2
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 29 4 1 3 4 5
30 4 1 3 1 4
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
31 4 1 3 7 5
Anak dan Keluarga Berencana
32 3 1 3 2 2
Dinas Perhubungan 33 3 2 3 4 5
34 3 1 1 6 4
Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian 35 3 2 3 1 3
36 4 2 1 6 2
Dinas Perindustrian dan Perdagangan 37 4 1 1 6 5
38
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 39 4 1 3 5 5
40 4 2 3 1 4
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
41 4 1 3 2 3
Satu Pintu
42 4 1 1 6 2
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 43 3 2 3 2 5
44 3 1 2 3 3
Dinas Pariwisata 45 3 2 3 2 5
46 2 2 3 1 2
Dinas Pertanian 47 4 1 3 7 5
48 3 1 3 2 5
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 49 3 1 4 7 4
50 3 2 3 7 2
Dinas Kelautan dan Perikanan 51 3 1 4 7 3
52 3 1 3 5 4
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 53 4 1 3 1 5
54 4 2 3 1 2
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
55 4 1 3 1 4
Daya Manusia
56 4 1 1 6 3
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset 57 3 2 3 1 4
58 3 2 3 1 1
Badan Pendapatan Daerah 59 4 2 3 4 4
60 4 2 3 4 3
Badan Penanggulangan Bencana Daerah 61 4 2 1 6 5
62 2 1 1 6 2
Kecamatan Selong 63
64
Kecamatan Sakra 65 4 2 1 6 5
66 4 2 1 6 5
Kecamatan Sukamulia 67 4 2 1 6 5
68 4 1 1 6 3
Kecamatan Keruak 69 4 2 3 7 3
70 3 1 1 6 2
Kecamatan Terara 71 3 2 3 1 4
72 3 2 3 1 4
Kecamatan Sikur 73 4 1 3 7 4
74 4 2 1 6 3
Kecamatan Masbagik 75 3 1 3 1 5
76 3 2 3 2 2
Kecamatan Aikmel 77 3 2 3 4 5
78 3 1 1 6 3
Kecamatan Pringgabaya 79 4 2 3 1 5
80 2 2 3 1 3
Kecamatan Sambalia 81 4 1 3 5 4
82 2 2 1 6 2
Kecamatan Labuhan Haji 83 4 1 1 6 5
84 3 1 1 6 2
Kecamatan Wanasaba 85 4 1 1 6 5
86 2 1 1 6 2
Kecamatan Pringgasela 87
88
Kecamatan Sembalum 89 2 1 2 3 3
90 2 1 2 7 3
Kecamatan Suralaga 91 4 1 3 4 5
92 3 1 1 6 4
Kecamatan Suela 93 4 1 3 2 5
94 4 1 3 5 3
Kecamatan Montong Gading 95 4 2 1 7 5
96 3 1 1 6 4
Kecamatan Sakra Timur 97 4 1 1 6 2
98
Kecamatan Sakra Barat 99 4 1 3 7 5
100 3 2 1 6 3
Kecamatan Jerowaru 101 3 1 2 3 3
102 3 1 1 6 2
Keterangan :
Usia JK = Jenis Kelamin PT = Pendidikan Tertinggi
Kode Keterangan Jumlah Kode Keterangan Jumlah Kode Keterangan Jumlah
1 17 - 25 tahun 0 1 Laki-laki 57 1 SMA 31
2 26 - 35 tahun 11 2 Perempuan 36 2 D3 5
3 36 - 45 tahun 36 3 S1 54
4 46 - 55 tahun 46 4 ≥S2 3
5 56 - 65 tahun 0

LBPT = Latar belakang pendidikan tertinggi MK = Masa kerja


Kode Keterangan Jumlah Kode Keterangan Jumlah

1 Ekonomi 23 1 < 5 Tahun 1


2 Administrasi publik 11 2 5 - 9 Tahun 22
3 Akuntansi 4 3 10 - 14 Tahun 17
4 Sosial 9 4 15 - 19 Tahun 20
5 Hukum 4 5 > 19 Tahun 33
6 SMA 31

7 Jurusan lain-lain pada 11


Perguruan Tinggi
Lampiran 8

Tabulasi Jawaban Responden

No SAKD SPI PKD PTI AK


Res
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8

1 3 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 5 5 5 4 5 5 3 3 4 3 4 3 3 4

2 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5

3 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5

4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4

5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 3 4 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 4 4

6 3 4 4 4 4 4 1 4 3 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 3 3 4 3 4 4 3 4

7 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 3 4 5 4 3 3 4 4

8 4 4 5 5 4 4 4 5 3 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 5 4 4 5

9 3 3 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4

10 3 5 3 5 4 4 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 2 4 4 4 4 4 4

11 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

12 3 4 3 4 4 4 3 5 3 4 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5

13 5 5 5 5 4 4 4 3 2 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 5 5 4 5 5 3 4 5 4 4 4 5 4

14 4 5 5 5 5 4 3 4 3 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 4

15 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 3 4 3 4 4 3 4

16 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 3 4 5 4 3 3 4 5

17 4 3 3 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4

18 4 4 5 5 4 4 4 5 3 4 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 5 4 4 5

19 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4

20 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
21 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

22 5 5 5 5 4 4 1 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4

23 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

24 4 3 3 4 4 4 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

25 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4

26 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 3 4 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

27 4 4 3 5 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

28 3 3 3 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 4 3 4 3 4 4 4

29 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5

30 3 3 3 4 3 4 3 5 3 4 3 4 5 3 4 4 3 3 4 4 4 5 4 5 4 3 3 4 3 4 4 4 4

31 4 4 5 5 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 5 4 4 4 4 5 3 4 5 4 3 4 4 4

32 4 3 3 5 5 4 2 4 3 5 5 5 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4

33 5 4 4 4 5 5 4 3 4 4 3 3 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5

34 5 5 5 5 4 4 1 4 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 3 4 4 4 4

35 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5

36 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4

37 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4

38 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4

39 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 5 5 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 3 3 3 4 3 4 4 4

40 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5

41 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4

42 3 3 4 4 5 5 3 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4

43 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

44 4 5 5 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4

45 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

46 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5

47 4 5 5 5 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4

48 4 5 5 5 4 4 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4

49 4 3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
50 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4

51 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

52 4 4 3 5 4 4 3 3 4 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5

53 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5

54 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4

55 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5

56 3 3 4 4 3 4 2 4 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4

57 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4

58 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4

59 4 4 5 3 4 3 4 3 4 4 3 3 5 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4

60 4 4 5 5 4 4 2 4 3 4 5 5 5 5 5 3 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4

61 5 3 4 5 4 4 2 5 4 4 5 4 4 3 4 4 3 2 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4

62 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

63 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5

64 4 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 5 5 3 5 5 2 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5

65 4 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4

66 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4

67 3 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 5 4 2 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

68 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

69 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 3 4 4 4 4

70 4 3 3 5 5 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

71 5 3 4 4 5 5 3 4 4 5 3 4 5 3 4 2 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4

72 5 5 5 5 4 4 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4

73 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5

74 4 5 4 4 4 4 5 4 3 5 5 5 4 2 3 3 4 3 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4

75 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4

76 3 3 2 3 2 3 3 5 3 4 3 4 5 2 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 3 3 4 3 4 4 4 4

77 4 4 3 5 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 4

78 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
79 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4

80 3 3 3 3 3 3 2 5 3 5 4 5 3 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4

81 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4

82 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 5 4

83 4 4 5 5 4 4 2 4 5 5 5 5 5 4 2 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4

84 5 3 4 5 4 4 2 3 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

85 4 4 4 4 4 4 2 4 3 5 4 5 3 3 5 3 3 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4

86 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5

87 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5

88 4 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4

89 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4

90 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5

91 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 2 5 5 4 5 4 3 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4

92 4 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 5 5 3 3 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4

93 4 3 4 4 4 4 3 4 5 5 3 4 5 2 4 3 2 3 4 4 4 5 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4

Total 364 379 384 403 379 372 314 370 359 394 384 394 402 362 397 388 382 385 373 403 408 440 413 433 427 374 359 402 373 386 384 392 394

Rata-
3,91 4,08 4,13 4,33 4,08 4,00 3,38 3,98 3,86 4,24 4,13 4,24 4,32 3,89 4,27 4,17 4,11 4,14 4,01 4,33 4,39 4,73 4,44 4,66 4,59 4,02 3,86 4,32 4,01 4,15 4,13 4,22 4,24
rata
Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Jawaban

SAKD SPI
Jumlah Skor Jawaban Jumlah Skor Jawaban Skor
Skor rata- rata-
Item Pernyataan 1 2 3 4 5 Total rata Item Pernyataan 1 2 3 4 5 Total rata
1 0 0 22 57 14 93 3.91 1 0 0 20 55 18 93 3.98
2 0 0 25 36 32 93 4.08 2 0 6 27 34 26 93 3.86
3 0 1 28 22 42 93 4.13 3 0 1 13 42 37 93 4.24
4 0 0 15 32 46 93 4.33 4 0 0 26 29 38 93 4.13
5 0 1 10 63 19 93 4.08 5 0 0 18 35 40 93 4.24
6 0 0 15 63 15 93 4 6 0 6 11 23 53 93 4.32
7 5 21 22 24 21 93 3.38 Total Skor Rata-rata 4.13
Total Skor Rata-rata 3.99

PKD PTI
Jumlah Skor Jawaban Jumlah Skor Jawaban Skor
Skor rata- rata-
Item Pernyataan 1 2 3 4 5 Total rata Item Pernyataan 1 2 3 4 5 Total rata
1 0 10 20 33 30 93 3.89 1 0 1 5 79 8 93 4.01
2 0 4 8 40 41 93 4.27 2 0 1 5 49 38 93 4.33
3 0 1 22 30 40 93 4.17 3 0 0 5 47 41 93 4.39
4 0 4 14 43 32 93 4.11 4 0 0 0 25 68 93 4.73
5 0 2 21 32 38 93 4.14 5 0 0 0 52 41 93 4.44
Total Skor Rata-rata 4.12 6 0 0 1 30 62 93 4.66
7 0 0 5 28 60 93 4.59
Total Skor Rata-rata 4.45
AK
Jumlah Skor Jawaban
Skor rata-
Item Pernyataan 1 2 3 4 5 Total rata
1 0 1 20 48 24 93 4.02
2 0 1 22 59 11 93 3.86
3 0 0 4 55 34 93 4.32
4 0 0 11 70 12 93 4.01
5 0 0 6 67 20 93 4.15
6 0 0 3 75 15 93 4.13
7 0 0 3 67 23 93 4.22
8 0 0 0 71 22 93 4.24
Total Skor Rata-rata 4.12
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Jawaban Responden Berdasarkan Nilai Jawaban
Lampiran 9

Hasil Evaluasi Outer Model Tahap I PLS Algorithm


Outer Loadings

AK PKD PTI SAKD SPI


AK1 0.686
AK2 0.610
AK3 0.603
AK4 0.675
AK5 0.637
AK6 0.652
AK7 0.761
AK8 0.707
PKD1 0.798
PKD2 0.791
PKD3 0.789
PKD4 0.756
PKD5 0.772
PTI1 0.459
PTI2 0.707
PTI3 0.787
PTI4 0.609
PTI5 0.526
PTI6 0.564
PTI7 0.705
SAKD1 0.709
SAKD2 0.764
SAKD3 0.805
SAKD4 0.694
SAKD5 0.718
SAKD6 0.721
SAKD7 0.680
SPI1 0.667
SPI2 0.728
SPI3 0.752
SPI4 0.680
SPI5 0.809
SPI6 0.718

Average Variance Extracted (AVE)

AVE
AK 0.446
PKD 0.610
PTI 0.399
SAKD 0.531
SPI 0.529
Lampiran 10

Hasil Evaluasi Outer Model Tahap II PLS Algorithm


Outer Loadings

AK PKD PTI SAKD SPI


AK1 0.690
AK2 0.608
AK3 0.597
AK4 0.679
AK5 0.643
AK6 0.644
AK7 0.758
AK8 0.708
PKD1 0.799
PKD2 0.791
PKD3 0.788
PKD4 0.757
PKD5 0.772
PTI2 0.776
PTI3 0.847
PTI4 0.585
PTI7 0.698
SAKD1 0.709
SAKD2 0.764
SAKD3 0.805
SAKD4 0.694
SAKD5 0.719
SAKD6 0.722
SAKD7 0.679
SPI1 0.667
SPI2 0.728
SPI3 0.752
SPI4 0.679
SPI5 0.809
SPI6 0.717

Average Variance Extracted (AVE)

AVE
AK 0.446
PKD 0.610
PTI 0.537
SAKD 0.531
SPI 0.529
Lampiran 11

Hasil Evaluasi Outer Model Tahap III PLS Algorithm


Outer Loadings

AK PKD PTI SAKD SPI


AK1 0.722
AK4 0.690
AK5 0.687
AK6 0.630
AK7 0.783
AK8 0.730
PKD1 0.799
PKD2 0.794
PKD3 0.792
PKD4 0.750
PKD5 0.769
PTI2 0.787
PTI3 0.838
PTI4 0.562
PTI7 0.712
SAKD1 0.710
SAKD2 0.760
SAKD3 0.802
SAKD4 0.690
SAKD5 0.717
SAKD6 0.726
SAKD7 0.684
SPI1 0.667
SPI2 0.735
SPI3 0.756
SPI4 0.672
SPI5 0.804
SPI6 0.716

Average Variance Extracted (AVE)

AVE
AK 0.502
PKD 0.610
PTI 0.536
SAKD 0.530
SPI 0.528
Hasil uji validitas discriminant

Cross Loadings

AK PKD PTI SAKD SPI


AK1 0.722 0.371 0.220 0.430 0.459
AK4 0.690 0.183 0.151 0.402 0.328
AK5 0.687 0.213 0.138 0.288 0.367
AK6 0.630 0.029 0.129 0.341 0.266
AK7 0.783 0.116 0.143 0.418 0.372
AK8 0.730 0.309 0.308 0.417 0.419
PKD1 0.269 0.799 0.352 0.266 0.394
PKD2 0.174 0.794 0.099 0.121 0.349
PKD3 0.277 0.792 0.136 0.116 0.309
PKD4 0.192 0.750 0.216 0.114 0.236
PKD5 0.232 0.769 0.049 0.080 0.163
PTI2 0.208 0.195 0.787 0.233 0.304
PTI3 0.230 0.199 0.838 0.117 0.275
PTI4 0.113 0.048 0.562 -0.017 0.005
PTI7 0.200 0.177 0.712 0.380 0.262
SAKD1 0.342 -0.095 0.098 0.710 0.087
SAKD2 0.390 0.261 0.150 0.760 0.263
SAKD3 0.387 0.186 0.199 0.802 0.407
SAKD4 0.249 0.122 0.194 0.690 0.200
SAKD5 0.392 0.063 0.164 0.717 0.306
SAKD6 0.461 0.132 0.271 0.726 0.356
SAKD7 0.471 0.222 0.241 0.684 0.515
SPI1 0.366 0.244 0.140 0.155 0.667
SPI2 0.476 0.353 0.263 0.293 0.735
SPI3 0.376 0.172 0.228 0.398 0.756
SPI4 0.297 0.209 0.268 0.393 0.672
SPI5 0.339 0.298 0.163 0.357 0.804
SPI6 0.397 0.321 0.313 0.350 0.716

Hasil Uji Composite Reliability

Composite
Reliability
AK 0.858
PKD 0.887
PTI 0.819
SAKD 0.887
SPI 0.870
Lampiran 12

Hasil Uji PLS Bootstraping


Outer Loadings

Mean, STDEV, T-Values, P-Values

Standard
Original Sample Error T Statistics
Sample (O) Mean (M) (STERR) (|O/STERR|) P Values
AK1 <- AK 0.722 0.723 0.061 11.911 0.000
AK4 <- AK 0.690 0.678 0.074 9.310 0.000
AK5 <- AK 0.687 0.694 0.071 9.703 0.000
AK6 <- AK 0.630 0.633 0.083 7.595 0.000
AK7 <- AK 0.783 0.774 0.065 12.086 0.000
AK8 <- AK 0.730 0.723 0.080 9.068 0.000
PKD1 <- PKD 0.799 0.797 0.094 8.541 0.000
PKD2 <- PKD 0.794 0.775 0.090 8.773 0.000
PKD3 <- PKD 0.792 0.778 0.088 8.969 0.000
PKD4 <- PKD 0.750 0.733 0.107 7.026 0.000
PKD5 <- PKD 0.769 0.755 0.095 8.085 0.000
PTI2 <- PTI 0.787 0.758 0.115 6.873 0.000
PTI3 <- PTI 0.838 0.804 0.113 7.413 0.000
PTI4 <- PTI 0.562 0.530 0.199 2.829 0.002
PTI7 <- PTI 0.712 0.705 0.104 6.869 0.000
SAKD1 <- SAKD 0.710 0.703 0.064 11.173 0.000
SAKD2 <- SAKD 0.760 0.757 0.049 15.629 0.000
SAKD3 <- SAKD 0.802 0.799 0.050 16.052 0.000
SAKD4 <- SAKD 0.690 0.680 0.064 10.707 0.000
SAKD5 <- SAKD 0.717 0.711 0.068 10.519 0.000
SAKD6 <- SAKD 0.726 0.720 0.059 12.264 0.000
SAKD7 <- SAKD 0.684 0.689 0.058 11.690 0.000
SPI1 <- SPI 0.667 0.665 0.073 9.129 0.000
SPI2 <- SPI 0.735 0.740 0.052 14.175 0.000
SPI3 <- SPI 0.756 0.757 0.047 15.972 0.000
SPI4 <- SPI 0.672 0.671 0.074 9.136 0.000
SPI5 <- SPI 0.804 0.799 0.050 16.020 0.000
SPI6 <- SPI 0.716 0.713 0.048 14.929 0.000

R Square

Mean, STDEV, T-Values, P-Values

Original Sample Standard Error T Statistics


Sample (O) Mean (M) (STERR) (|O/STERR|) P Values
AK 0.490 0.576 0.056 8.745 0.000
Path Coefficients

Mean, STDEV, T-Values, P-Values

Original Sample Standard


Sample Mean Error T Statistics P
(O) (M) (STERR) (|O/STERR|) Values
Interaction Effect: PTI
(Product Indicator) -> 0.009 -0.089 0.282 0.033 0.487
PKD -> AK
Interaction Effect: PTI
(Product Indicator) -> 0.420 0.630 0.381 1.103 0.135
SAKD -> AK
Interaction Effect: PTI
(Product Indicator) -> SPI 0.840 0.808 0.428 1.961 0.025
-> AK
0.091 0.080 0.087 1.047 0.148
PKD -> AK
0.112 0.120 0.080 1.404 0.081
PTI -> AK
0.336 0.303 0.077 4.353 0.000
SAKD -> AK
0.313 0.297 0.085 3.679 0.000
SPI -> AK

Anda mungkin juga menyukai