Anda di halaman 1dari 119

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MODEREN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK


DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MAKASSAR SELATAN

FITRI YURNANINGSIH
17044014006

SKRIPSI
Dalam Rangka Penulisan Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar
Serjana Strata Satu (S1) Program Studi Administrasi Fiskal FISIP
Universitas Islam Makassar

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI FISKAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN


MODEREN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP
PRATAMA MAKASSAR SELATAN

SKRIPSI
Dalam Rangka Penulisan Skripsi
Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar
Sarjana/Strata Satu (S1) Program Studi Administrasi Fiskal
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Makassar

Disusun Oleh

FITRI YURNANINGSIH

17 044 014 006

Telah Disetujui Oleh


Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Muhammad Nadhar, SE. M. Si Karmilah, S. Sos, MM


NIDN. 09250163301 NIDN. 0908038901

Diajukan Kepada
Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Makassar

Ketua, Sekretaris,

Dra. Hj. Zohrah Basalamah, M.Si Dr. H. Mochtar Luthfi M, SE.,M.Si


NIDN. 0016035103 NIDN. 0903026301

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitri Yurnaningsih

Stambuk/NIM : 17044014006

Program Studi : Adminitrasi Fiskal

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan

judul: PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MODEREN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP

PRATAMA MAKASSAR SELATAN, adalah benar merupakan hasil karya

saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran

orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 4 April 2021

Yang membuat pernyataan

Fitri Yurnaningsih

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat serta karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan

Moderen Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Makassar Selatan”

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan ujian

guna memperoleh gelar Sarjana Manajemen (S.M) Jurusan Administrasi

Fiskal pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam

Makassar.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun

dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan

kemampuan Penulis, sehingga Penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun mudah-mudahan dikemudian hari dapat

memperbaiki segala kekurangannya.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis selalu dapat bimbingan,

dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

iv
1. Kedua orang tua saya yakni Bapak Abu Irwan dan Ibu Siti Fatimah

serta kakak saya Yuni Saputri yang telah memberikan Do’a dan

materi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Hj. A. Majdah M. Zain, M.Si, Rektor Universitas Islam

Makassar beserta para Wakil Rektor Universitas Islam Makassar.

3. Bunda Dra. Hj. Zohrah Basalamah. M.Si, Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Makassar.

4. Ibu Andi Indah Lestari AM, S.E, MM, Ketua Program Studi

Administrasi Fiskal Universitas Islam Makassar.

5. Bapak Dr. Muhammad Nadhar, SE, M.Si, sebagai pembimbing I

6. Ibu Karmilah, S. Sos. MM, sebagai pembimbing II

7. Bapak Dr. H. Aras Solong, M.Si, sebagai penguji I

8. Ibu Nisma Ariska Masdar, SE. M.Ak sebagai penguji II

9. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Makassar.

10. Untuk sahabat-sahabat saya, Nining Saputri Lalang, Linda

Ratnasari, Hasrianti A, Wiwi Diayanti, Andini Syamsudin serta

teman-teman Program Studi Administrasi Fiskal angkatan 2017.

11. Untuk Muhammad Ariyanto yang telah banyak membantu saya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua

pihak dan apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf,

dengan besar harapan semoga skripsi yang ditulis oleh Penulis ini dapat

v
bermanfaat khususnya bagi Penulis sendiri dan umumnya pembaca. Bagi

para pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga

segala amal dan kebaikannya mendapatkan balasan yang berlimpah dari

Tuhan, Aamiin.

Makassar, April 2021


Penulis

Fitri Yurnaningsih
NIM: 17044014006

vi
ABSTRAK

Fitri Yurnaningsih, 17044014006, Pengaruh Penerapan Sistem


Administrasi Perpajakan Moderen Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak di KPP Pratama Makassar Selatan. Skripsi, Program Studi Ilmu
Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Makassar, dibawah bimbingan Muhammad Nadhar dan Karmilah.
Penelitian ini untuk menguji dan menganalisis Pengaruh Penerapan
Sistem Administrasi Perpajakan Moderen Terhadap Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak dan seberapa besar pengaruh tersebut di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Makassar Selatan.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui kuesioner, dokumentasi dan observasi dimana
kuesioner dalam penelitian ini dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi
dengan metode non probability sampling-quota sampling dengan
purposive sampling yang teknik analisis datanya menggunakan uji
validitas, uji reliabilitas, uji regresi linear sedehana, uji hipotesis dan uji
persial (t)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan
moderen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak di lihat dari hasil uji t dimana t hitung sebesar 5.891 > dari t
tabel sebesar 1.295, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penerapan sistem administrasi perpajakan moderen (X) terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 34,8% dilihat dari hasil uji koefisien
determinasi. Sementara itu nilai signifikan yang di peroleh sebesar
0.000<0.05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yakni terdapat pengaruh
signifikan antara sistem administrasi perpajakan moderen terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak.

Kata Kunci: Sistem, Administrasi Perpajakan Moderen dan Kepatuhan


Wajib Pajak

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7


A. Tinjuan Al – Quran Dan Hadist 7
B. Konsep Dan Teori Penerapan 8
C. Konsep Dan Teori Sistem 9
D. Konsep Dan Teori Administrasi 11
E. Konsep Dan Teori Sistem Administrasi 14
F. Konsep Dan Teori Perpajakan 19
G. Konsep Dan Teori Moderen 26
H. Konsep Dan Teori Perpajakan Moderen 27
I. Konsep Dan Teori Tingkat Kepatuhan 31
J. Konsep Dan Teori Wajib Pajak 33
K. Penelitian Terdahulu 35
L. Kerangka Pikir 36
M. Hipotesis 36

BAB III METODE PENELITIAN 38


A. Jenis Penelitian 38
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian 39
C. Jenis Dan Sumber Data 39
D. Populasi Dan Sampel 39

viii
E. Tehnik Pengumpulan Data 41
F. Tehnik Analisis Data 41
G. Variabel Penelitian Dana Defenisi Operasional 44
H. Skala Pengukuran Variabel 46
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 47
A. Sejarah KPP Pratama Makassar Selataan 47
B.Visi dan Misi KPP Pratama Makassar Selatan 48
C.Nilai-Nilai Perusahaan 49
D.Struktur Organisasi KPP Pratama Makassar 50
E.Tugas dan Fungsi KPP Pratama Makassar Selatan 55
F.Wilayah Kerja KPP Pajak Pratama Makassar Selatan 57
G.Jabatan Fungsional Penilai Pajak dan Fungsional Asisten
Penilai Pajak 57
H. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama
Makassar Selatan 58
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60

A. Karakteristik Responden 60
B. Hasil Uji Data 65
C. Pembahasan Hasil Penelitian 70
BAB VI PENUTUP 73

A. Kesimpulan 73
B. Saran 74
DAFTAR PUSTAKA 76

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Kerangka Pikir 36


4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Makassar Selatan 50
5.1 Responden Berdasarkan Umur 61
5.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 62
5.3 Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan 63
5.4 Lama Menjadi Wajib Pajak 64

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Penerimaan Pajak Pemerintah Tahun Anggaran 1984 – 2001 3


1.2 Penerimaan Pajak Pemerintah Tahun Anggaran 2017 – 2019 4
3.1 Variabel Penelitian 45
4.1 Data Statistik Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Tahun 2017-2019 58
5.1 Data Distribusi Kuesioner 60
5.2 Umur Responden 61
5.3 Jenis Kelamin Responden 62
5.4 Tingkat pendidikan Responden 63
5.5 Hasil Uji Validasi Instrument Sistem Administrasi
Perpajakan Moderen (Variabel X) 65
5.6 Hasil Uji Validasi Instrument Kepatuhan Wajib Pajak
(Variabel Y) 66
5.7 Hasi Uji reliabilitas Kuesioner Variabel X dan Y 66
5.8 Hasil Uji Regresi 67
5.9 Hasil Uji Determinasi (R) 68
5.10 Uji Persial (t) 69
5.11 Hasil Uji Hipotesis 69

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner penelitian 80
2. Tabulasi Data Hasil Penelitian 85
3. Hasil Output Uji Persyaratan 88
4. Nilai-nilai r Product moment 94
5. Nilai-nilai Tabel t 96
6. Dokumentasi Penelitian 100
7. Surat Permohonan Izin Penelitian 101
8. Surat Izin penelitian di KPP Pratama Makassar Selatan 102
9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di
KPP Pratama Makassar Selatan 103
10. Surat keterangan Turnitin 104
11. Riwayat Hidup 105

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang di pungut

berdasarkan undang – undang sehingga dapat di paksakan dan timbal

baliknya tidak biasa di rasakan secara langsung oleh wajib pajak serta di

gunakan untuk menutup biaya produksi barang – barang dan jasa kolektif

untuk mencapai kesejahtraan umum (DJP, 2016). Pajak juga merupakan

sumber penerimaan pemerintah yang di gunakan untuk membiayai

pembangunan negara. Besar kecilnya penerimaan pajak akan

menentukan kapasitas penerimaan negara dalam membiayai

pengeluaran negara.

Kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakat yang

berkembang akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak

memiliki sifat yang dinamik, mengikuti perkembangan kehidupan sosial

dan ekonomi negara serta masyarakatnya.

Peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam

segala aspek perpajakan menjadi alasan di lakukannya reformasi

administrasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa penyempurnaan

atau perbaikan kinerja administrasi baik secara individu, kelompok,

maupun kelembagaan efisien, ekonomis dan cepet. Sehingga di harapkan

potensi penerimaan pajak yang tersedia berasaskan keadilan sosial dapat

di pungut secara optimal. Adapun upaya pemerintah dalam meningkatkan

1
pelayanan kepada wajib pajak dalam setiap tahunnya adalah dengan

berusaha memperbaiki sistem administrasi perpajakan. Upaya tersebut di

wujudkan dengan di terapkannya moderenisasi perpajakan. Moderenisasi

perpajakan di awali pada tahun 1983 dengan melakukan perubahan dan

pembaharuan terhadap kebijakan perpajakan.

Menurut Djazoeli Sadhani moderenisasi administrasi perpajakan

adalah suatau proses reformasi pembaharuan dalam bidang administrasi

perpajakan yang di lakukan secara komprehensif meliputi aspek teknologi

informasi yaitu perangkat lunak, perangkat keras, sumber daya manusia

dengan tujuan mencapai tingkat kepatuhan perpajakan dan tercapainya

produktifitas kinerja aparat perpajakan yang tinggi sehingga di harapkan

dapat mengurangi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

(SEPTIYENI, 2014). Moderenisasi perpajakan dapat berupa

penyempurnaan kebijakan perpajakan dan memperbaiki sistem

administrasi perpajakan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak.

Pemerintah berupaya memperbaiki sistem administrasi perpajakan

dengan menetapkan adanya sistem administrasi perpajakan modern agar

pemungut pajak lebih sempurna dan dapat mengoptimalkan pajak sebagai

sumber penerimaan negara, juga untuk menigkatkan kemampuan

Direktorat Jendral Pajak dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan

perpajakan agar sesuai dengan Good Governance. Dengan adanya

penerapan sistem administrasi perpajakan modern di dukung dengan

2
sumber daya manusia yang berkualitas di harapkan dapat terciptanya

prinsip – prinsip Good Governance yang di landaskan transparansi,

akuntabel, responsif, independen, dan adil.

Direktorat Jendral Pajak dalam mengimplementasikan penerapan

sistem administrasi perpajakan modern telah melakukan perubahan dalam

berbagai aspek baik itu perubahan struktur organisasi, prosedur

organisasi, strategi organisasi, maupun budaya organisasi.

Berikut ini peneliti sajikan data penerimaan pajak tahun anggaran 1984

– 2001 sebelum sistem administrasi perpajakan moderen atau

moderenisasi pajak di berlakukan dan data penerimaan pajak tahun

anggaran 2017 – 2019 setelah di berlakukannya sistem administrasi

perpajakan moderen atau moderenisasi pajak dalam bentuk tabel:

Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Pemerintah Tahun Anggaran 1984 – 2001


(sebelum di berlakukannya sistem administrasi perpajakan moderen)

Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak


Tahun Oleh Pemerintah Tahun Oleh Pemerintah
(Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah)

1984 15,218.2 1993 39,772

1985 17,761.1 1994 46,886

1986 14,993.3 1995 52,989

1987 10,756 1996 57,340

1988 13,477 1997 70,935

1989 17,488 1998 96,082

3
1990 21,834 1999 107,123

1991 26,546 2000 115,800

1992 32,122 2001 185,500


Sumber: Listania Triwigati 2013

Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Pemerintah Tahun Anggaran 2017 – 2019


(setelah di berlakukannya sistem administrasi perpajakan moderen)

Tahun Target Realisasi Capaian

2017 1.283,57 terliun 1.151,03 terliun 89,67%

2018 1.424,00 terliun 1.315,51 terliun 92,24%

2019 1.577,56 terliun 1.332,06 terliun 84,44%


Sumber: Laporan Kinerja DJP 2018 dan 2019

Jika dilihat dari tabel 1.1 mengenai penerimaan pajak pemerintah

tahun anggaran 1984 – 2001 sebelum di berlakukannya sistem

administrasi perpajakan moderen atau moderenisasi pajak terlihat bahwa

penerimaan negara dari sektor pajak mengalami peningkatan dan juga

penurunan yang kurang stabil dari tahun ke tahunnya sedangkan

penerimaan pajak pemerintah tahun anggaran 2017 – 2019 pada tabel

1.2 setelah di berlakukannya sistem administrasi perpajakan moderen

atau moderenisasi pajak terlihat bahwa penerimaan pajak pemerintah

mengalami peningkatan yang cukup stabil, maka dapat di pastikan bahwa

realisasi penerimaan pajak pemerintah dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan yang stabil walaupun belum mencapai target

yang telah ditentukan dalam APBN di setiap tahunnya.

4
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut tentang masalah tersebut, sehingga pada

penelitian ini peneliti mengambil judul : Pengaruh Penerapan Sistem

Administrasi Perpajakan Moderen Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan sistem administrasi perpajakan moderen

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan ?

2. Seberapa besar pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan

moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan ?

C. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi

perpajakan moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang

pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan sistem

administrasi perpajakan moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib

pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar

Selatan.

5
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan

penelitian. Jika tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah dapat

terjawab secara akurat maka penelitian yang di lakukan memiliki

manfaat, baik manfaat akademis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Akademis

a. Dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh

penerapan sistem administrasi perpajakan moderen terhadap

tingkat kepatuhan wajib pajak di Kantor Peleyanan Pajak

Pratama Makassar Selatan Sebagai refrensi bagi mahasiswa

untuk menambah wawasan serta pengetahuan dan dapat di

gunakan sebagai pedoman untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi kepada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Makassar Selatan tentang pengaruh penerapan sistem

administrasi perpajakan moderen terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak agar dapat mengoptimalkan kinerja dalam

memungut pajak sebagai sumber utama penerimaan negara.

b. Dapat memberikan informasi kepada wajib pajak agar lebih

patuh dalam membayar pajak.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Al – Quran Dan Hadits

Pajak dalam islam dapat di kenakan pada wajib pajak yang ditarik atas

dasar pengenaan terhadap subjek pajak. Pemimpin dapat mewajibkan

masyarakatnya untuk membayar pajak karena memiliki wewenang untuk

menarik pajak. Adapun dalil – dalil dalam islam yang menjelaskan tentang

pajak adalah sebagai berikut :

1. Tinjauan Al - Quran

Firman Allah SWT dalam surah At – Taubah ayat 41

‫اِ ْنفِر ُْوا ِخفَافًا( َّوثِقَااًل َّو َجا ِه ُد ْوا بِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنفُ ِس ُك ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ ٰۗذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم‬
‫اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya: Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan
rasa berat, dan berjihatlah dengan harta dan dirimu dijalan allah. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

2. Tinjauan Hadits

Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

َ ‫ت َت ْو َب ًة َل ْو َتا َب َها‬
ٍ ‫صاحِبُ َم ْك‬
‫س َل ُغف َِر َل ُه‬ ْ ‫َف َوالَّذِى َن ْفسِ ى ِب َي ِد ِه َل َق ْد َتا َب‬

Artinya: Demi dzat dan jiwaku berada di tanganya, sesusungguhnya


perempuan itu telah benar-benar bertaubat, sekiranya seorang
pemungut Al Maks (pemungut pajak) bertaubat sebagaimana
taubatnya wanita itu, niscaya dosanya akan diampuni.”(HR. Muslim
III/1321 No. 1695, Abu Daud II/557 No.4442 dan di shahihkan oleh
Syaikh Al – Albani dalam silsilah Al – Ahadits Ash – Shahihah hal. 715
– 716).

7
Dalil – dalil diatas menjelaskan bahwa Allah SWT melarang hambanya

saling memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak di benarkan.

Allah SWT juga menyuruh kita untuk menolong mereka yang

membutuhkan, apalagi jika negara dalam keadaan genting maka seluruh

rakyat harus membantu, jika dalam posisi seperti ini, maka pajak dapat

dibolehkan untuk di pungut demi keselamatan negara karena perbuatan

ini termaksud dalam jihad dengan harta. Pajak merupakan salah satu

jalan batil bagi pemungutnya apabila dipungut tidak sesuai aturan – aturan

yang berlaku.

B. Konsep Dan Teori Penerapan

1. Pengertian Penerapan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Pengertian

Penerapan adalah perbuatan menerapkan sedangkan menurut Wahab

dalam Kresnawati (2020) penerapan adalah tindakan – tindakan yang

dilakukan baik oleh individu – individu atau kelompok – kelompok yang

diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan. Dalam hal ini penerapan adalah pelaksanaan sebuah hasil

kerja yang di peroleh melalui sebuah cara agar dapat dipraktekkan

kedalam masyarakat.

Dari pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,

metode, dan hal lainnya untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk

8
suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan

yang telah terencana dan tersusun sebelumnya

2. Unsur – unsur Penerapan

Wahab dalam Sukanto (2013) mengemukakan bahwa

penerapan adalah sebuah kegiatan yang memiliki tiga unsur

penting dan mutlak dalam menjalankannya. Unsur – unsur tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target yaitu masyarakat yang menjadi

sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program

tersebut.

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari proses penerapan tersebut.

C. Konsep Dan Teori Sistem

Kata sistem telah banyak sekali digunakan atau di dengar dalam

berbagai kesempatan baik dalam percakapan sehari – hari, forum seminar

atau diskusi, buku – buku atau berbagai dokumen ilmiah. Kata sistem juga

digunakan untuk menggambarkan banyak hal dan pada banyak bidang

pula seperti sistem tata surya, sistem pendidikan, sistem pertahanan dan

lain sebagainya.Organisasi dalam pendekatan moderen di pandang

sebagai suatu sistem terbuka yang merupakan subsistem dari sistem

yang lebih besar. Sistem tidak terlepas dari lingkungannya dimana bagian

9
– bagian yang ada didalamnya akan terjadi saling ketergantungan dan

saling mempengaruhi. Tinjauan kesisteman merupakan suatu cara

pandang terhadap realitas empiris sebagai kelompok dimana kelompok ini

terdiri dari beberapa komponen atau bagian yang saling berinteraksi

dalam hubungan yang dinamis. Dengan demikian dalam tujuan

kesisteman dapat diketahui bahwa suatu organisasi atau suatu negara

merupakan suatu sistem dari subsitem – subsistemnya. Dalam arti luas

dapat dikatakan pula bahwa organisasi atau negara tersebut adalah

merupakan salah satu subsistem dari yang lebih besar. Defenisi sistem itu

sendiri merujuk pada pengertian tentang metode atau cara yang

digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang digunakan ini akan

meliputi himpunan yang saling berhubungan satu sama lain menjadi suatu

kesatuan yang utuh. Sistem berasal dari kata yunani yang artinya

kesatuan. Suatu sistem terdiri dari elemen – elemen yang saling

berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem adalah jaringan kerja

yang terdiri dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul

sama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu

sasaran tertentu. Adapun defenisi sistem menurut para ahli:

1. Defenisi sederhana yang diterjemahkan bebas dari James A Hall

dalam Tangkuman (2018) menjelaskan sistem adalah sekelompok dari

dua atau lebih komponen atau subsistem yang berhubungan untuk

melayani tujuan umum.

10
2. Menurut Joseph Wilkinson dan Kawan – kawan dalam buku

Accounting information system mendefenisikan sistem sebagai sebuah

entitas yang terdiri dari bagian – bagian informasi yang terkoordinasi

untuk mencapai suatu atau lebih tujuan umum.

3. Mulyadi dalam bukunya sistem akuntansi menjelaskan sistem adalah

sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya

yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan.

Bila Mengacu pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dijumpai

pengertian sistem yaitu:

1. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja sama untuk

melakukan sesuatu maksud, Misalnya urat saraf dalam tubuh.

2. Sekelompok dari pendapat, peristiwa, kepercayaan dan sebagainya

yang disusun dan di atur baik – baik misalnya sistem filsafat.

3. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya sistem

pengajaran bahasa.

Dari defenisi – defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem

adalah suatau kesatuan yang utuh dan tidak dapat di pisahkan dari suatu

kerangkaian yang saling terkait antara satu sama lainnya, agar tujuan

dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

D. Konsep Dan Teori Administrasi

Dalam sejarah menunjukan bahwa bangsa Romawi telah melahirkan

ilmu administrasi yang dibudayakan oleh bangsa Eropa Barat (Eropa

Kontinental). Administrasi yang diterapkan di Indonesia adalah hasil

11
adopsi bangsa Belanda yang menjadi salah satu bangsa Eropa Barat.

Beberapa Negara memiliki istilah administrasi, misalnya menurut bahasa

Italia menggunakan kata “Administrazione”, bahasa Inggris menggunakan

kata “Administration”, dan bahasa Belanda menggunakan “Administratie”.

Terminologi administrasi berdasarkan etimologis (asal kata) bersumber

berasal dari bahasa latin yaitu “Ad” + “ministrare” yang secara operasional

berarti melayani, membantu atau memenuhi, yang dalam bahasa inggris

disebut “Admiistration” artinya “to serve”, yaitu melayani dengan sebaik-

baiknya.

Pengertian administrasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pengertian administrasi dalam arti sempit.

a. Soewarno Handayaningrat dalam bukunya “Pengantar Studi

Ilmu Administrasi dan Manajemen, Pengertian administrasi

dalam arti sempit mengandung maksud suatu kegiatan yang

meliputi catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan,

ketik mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis

ketatausahaan.

b. Administrasi berasal dari kata Belanda “Administratie” yang

merupakan pengertian administrasi dalam arti sempit yaitu

sebagai kegiatan tata usaha kantor (catat mencatat,

mengetik,menggandakan dan sebagainya)

c. Menurut Prof.Dr. Sondang P. Siagian pengertian administrasi

dalam arti sempit biasanya hanya dikaitkan dengan kegiatan-

12
kegiatan ketatausahaan yang mencakup korespondensi,

kesekretariatan, penyusunan laporan dan kearsipan.

Dari defenisi tersebut maka dapat di simpulkan administrasi

dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi

kegiatan catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan dan

pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang di maksudkan untuk

menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi

kembali jika dibutuhkan, yang berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan untuk mewujudkan tugas pokok suatu organisasi.

2. Pengertian administrasi dalam arti luas

Di kalangan para cendikiawan disadari bahwa pengertian

administrasi yang sesungguhnya jauh lebih luas dari hal-hal yang

telah diuraikan di atas seperti dikemukakan di bawah ini:

a. Menurut Leonard D, administrasi secara luas adalah suatu

proses pada umumnya terdapat pada tiap usaha kelompok-

kelompok baik pemerintah maupun swasta, sipil maupun militer,

dan ukuran besar maupun kecil dan sebagainya.

b. Pengertian administrasi dalam arti luas menurut Prof. Dr.

Sugiyono yaitu administrasi adalah proses perencanan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan sumber daya

manusia dan sumber daya yang lain guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.

13
c. Pengertian administrasi dalam arti luas yang dikemukakan oleh

Prof. Dr. sondang P. Siagian, MPA yakni Administrasi berarti

keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang

berdasarkan pada rasionalitas tertentu oleh dua orang atau

lebih dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sarana dan

prasarana tertentu pula.

Berdasarkan uraian dan pendapat kalangan ahli-ahli tersebut

dapat di tarik kesimpulan bahwa administrasi adalah keseluruhan

kegiatan yang di lakukan melalui kerja sama antara dua orang atau

lebih dalam sebuah organisasi berdasarkan rencana yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Pengertian administrasi dalam arti luas identic dengan

pengertian manajemen.

E. Konsep Dan Teori Sistem Administrasi

Usaha Kerjasama manusia dalam suatau organisasi tidak bisa

diilepaskan dari proses administrasi. Peran administrasi adalah melayani

setiap pekerjaan operatif dari seluruh aktivitas manajemen. Dalam

memberikan pelayanannya merupakan peran yang substansial karena

pengembangan suatu organisasi sangan ditentukan oleh sistem

administrasi yang ada. Analisis dalam sistem administrasi dapat dilakukan

dengan melihat pada sumber daya yang dimiliki, terutama sumber daya

manusia karena mereka yang akan melakukannya, analisis ini meliputi

14
evaluasi terhadap prosedur, metode, struktur, pekerjaan, dan akan

berimbas pada operasi pekerjaan yang menyangkut perencanaan,

penyederhanaan, penghematan, penghapusan, penggabungan.

Administrasi berperan memberikan kontribusi yang efektif terhadap

obyek yang dilayani. Eksistensi administrasi Nampak ketika ada kelompok

orang yang bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan dalam sebuah

wadah organisasi. Boleh dikatakan bahwa perkembangan atau mati

hidupnya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah disepakati

akan sangat bergantung pada sistem administrasinya. Sistem administrasi

dapat meliputi sistem administrasi negara, sistem administrasi

pablik ,sistem administrasi perpajakan dan lain sebagainya. Dalam

penelitian ini, peneliti akan lebih membahas tentang sistem administrasi

perpajakan dimana sistem administrasi perpajakan di Indonesia telah

mengalami moderenisasi sejak tahun 2002.

1. Administrasi perpajakan
Administrasi pajak dalam arti sempit adalah pelayanan dan

kegiatan ketatausahaan mencakup kegiatan catat mencatat dan

pembukuan ringan, korespondensi, kesekretariatan, penyusunan

laporan, dan kearsipan terhadap kewajiban- kewajiban dan hak-hak

wajib pajak, baik dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib

pajak sedangkan administrasi pajak dalam arti luas dapat di lihat

sebagai fungsi, sistem dan lembaga.

Prof. Dr. Mansury mengemukakan bahwa proses administrasi pajak

harus berstruktur untuk mengikuti prosedur tertentu, sehingga tujuan

15
administrasi perpajakn dapat di capai seefektif mungkin. Potensi untuk

meningkatkan administrasi pajak sangat tergantung pada lingkungan

politik, sosial dan budaya. Perbaikan (peningkatan) tersebut tidak bisa

diharapkan tanpa dukungan politik dari pemerintah. Secara umum

semakin efektif dan efesien administrasi pajak maka akan semakin adil

sistem perpajakan, semakin adil sistem perpajakan tersebut maka

akan semakin mudah untuk mengelola pajak. Dengan demikian sistem

pajak yang adil dan administrasi pajak yang efektif saling mengalami

ketergantungan. Adapun tiga faktor yang membangun perkembangan

administrasi pajak yaitu:

a. Faktor kesederhanaan dalam menghitung pajak terutang dan

kejelasan dalam undang-undang pajak membuat penggelapan

pajak akan lebih sulit dilakukan oleh wajib pajak.

b. Faktor kepastian tentang siapa membayar pajak, apa basis pajak,

dan kapan pajak harus di bayar.

c. Faktor prosedur untuk pengenaan pajak harus di rancang sebaik

mungkin untuk mendapatkan informasi dalam rangka penegakan

administrasi yang handal.

Administrasi perpajakn merupakan cara atau prosedur pengenaan

dan pemungutan pajak. Peran administrasi perpajakan sebagai upaya

untuk dapat merealisasi peraturan perpajakan, dan penerimaan negara

sebagaimana amanat APBN.

16
Dasar bagi terwujudnya administrasi pajak yang baik adalah

diterapkannya prinsip manajemen moderen yakni perencanaan,

pengorganisasian, penggerak dan pengendalian, terdapatnya

kebijakan perpajakan yang jelas dan sederhana sehingga

memudahkan setiap wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya,

tersedianya pegawai pajak yang berkualitas dan jujur serta

pelaksanaan penegakan hukum dapat dilakukan secara tegas dan

konsisten. Administrasi perpajakan dituntut bersifat dinamik sebagai

upaya meningkatkan penerapan kebijakan perpajakan yang efektif dan

efisien. Kriteria fisibilitas administrasi menuntut agar sistem pajak yang

baru meminimalisir biaya administrasi serta biaya kepatuhan yang

dapat menjadi administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak.

2. Aspek administrasi perpajakan


Tuntutan pelayanan yang cepat mudah, murah dan akurat

merupakan harapan masyarakat, demikian juga dengan perpajakan.

Untuk mendukung hal ini, kondisi administrasi perpajakan yang baik

merupakan suatu prasyarat. Di tengah perbatasan dalam berbagai hal

yakni sarana dan prasarana, sumber daya manusia , teknologi dan

sistem informasi maupun dana yang tersedia dari penelitian dapat

diketahui bahwa pada saat itu kondisi administrasi perpajakan kita

adalah:

a. Pelayanan di suatau kantor dilakukan di beberapa seksi

(berdasarkan jenis pajak), sehingga masyarakat terkadang harus

berhubungan dengan beberapa seksi-seksi terkait.

17
b. Akses atau perolehan informasi perpajakan dan ketentuannya yang

kadang di rasakan sulit, sehingga kondisi ini membuat tingkat

pemahaman masyarakat mengenai perpajakan menjadi kurang

atau bahkan tidak tahu sama sekali.

c. Proses kerja yang dilakukan secara umum masih secara manual,

sesuai dengan sarana kerja yang digunakan.

d. Untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, masyarakat harus

dating ke KPP. Padahal bisa saja karena masalah waktu menjadi

tidak bisa dating, atau karena jaraknya ke KPP jauh sehingga

masyarakat enggan untuk dating mendaftar.

e. Pembayaran pajak di bank persepsi yang banyak dikeluhkan

masyarakat, karena terkadang jam kerja untuk melayani pajak

sangat terbatas.

f. Pelaporan pajak yang di lakukan melalui sarana SPT harus

disampaikan langsung ke KPP atau di kirim melalui pos, sehingga

membutuhkan waktu dan biaya.

g. Terdapat beberapa unit kerja vertical DJP sebagai unit pelaksana

teknis (UPT) yang melayani masyarakat, yakni KPP, Kantor

pelayanan PBB, (KPPBB), dan kantor pemeriksaan dan penyelidik

pajak (karikpa). Keberadaan beberapa unit kerja ini bisa

menimbulkan dikotomi dalam pelayanan berdasarkan jenis pajak.

h. Organisasi di setiap unit kerja berbasis jenis pajak sehingga

terkesan adanya dikotomi pelayanan antara jenis pajak

18
i. Sistem informasi yang diterapkan cendrung terbatas kepada

kebutuhan pelaporan. Padahal atas data dan informasi yang ada

apada sistem, seperti untuk ekstensifikasi dan intensifikasi maupun

optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP) lainnya.

j. Sarana prasarana kerja yang masi terbatas sebagaimana

umumnya instansi pemerintah, sehingga memengaruhi optimalisasi

pelayanan.

k. Belum adanya standar perilaku pegawai dan budaya kerja

professional dalam pelaksanaan tugas, sehingga produktivitas

pegawai masih harus ditingkatkan lagi.

Dari kondisi di atas, dapat di petakan bahwa ada tiga hal yanag

melatar belakangi di lakukannya moderenisasi perpajakan pada awal

dekade 2000 an, yakni menyangkut:

a. Citra DJP, yang dinilai harus diperbaiki daan ditingkatkan.

b. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang harus

ditingkatkan

c. Integritas dan produktivitas sebagai pegawai yang masih harus

ditingkatkan.

F. Konsep Dan Teori Perpajakan

1. Defenisi pajak

Menurut undang – undang republik Indonesia nomor 16 tahun 2009

tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak adalah

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

19
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Sejumlah ahli telah mengemukakan defenisi pajak dari sudut

keilmuannya masing – masing. Berikut di kemukakan defenisi pajak

menurut para ahli baik yang berasal dari Indonesia maupun luar

negeri.

a. Prof. Dr. PJA. Andriani


Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan yang tidak dapat persentasi kembali, yang langsung

dapat di tunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran - pengeluaran umum berhubungan dengan tugas

pemerintah.

Kesimpulan yang dapat di tarik dari defenisi tersebut adalah

bahwa andriani memasukan pajak sebagai pengertian yang

dianggapnya sebagai suatu “species” ke dalam genus pungutan

(iuran). Jadi pungutan lebih luas dari pajak, yang di maksud dengan

pungutan adalah memperoleh sejumlah uang atau barang oleh

penguasaan public dari rumh tangga swasta dengan menggunakan

kekuasaan politik dan atau kekuasaan ekonomis yang timbul

karena kekuatan politik tersebut menurut norma-norma yang

diterapkan olehnya. Pungutan ini dapat di bagi menjadi dua yaitu

pajak dan retribusi.

20
b. Prof.Dr.H Rochmat Soemitro SH

Pajak adalah iuran rakyat pada kas Negara berdasarkan undang

– undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukan dan yang di

gunakan untuk membayar pengeluaran umum. Defenisi tersebut

kemudian di koreksinya yang berbunyi pajak adalah peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan surplusnya di gunakan untuk publik saving

yang merupakan sumber utama untuk membiayai publik

investment.

c. Ray M. Sommerfeld, Harschel M. Andersen, dan Horace R. Brock

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke

sector pemerintah, bukan akibat pelanggaran hokum namun wajib

di laksanakan berdasarkan ketentuan yang di tetapkan terlebih

dahulu tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional,

agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan.

Dari pengertian tersebut, pajak sebagai pungutan resmi

mempunyai unsur – unsur tertentu yang berbeda dengan unsur –

unsur pungutan resmi lainnya. Unsur – unsur yang terdapat pada

pengertian pajak yaitu:

a. Pajak di pungut berdasarkan undang – undang. Asas ini sesuai

dengan perubahan ketiga UUD 1945 Pasal 23A yang mengatakan

21
pajak dan pemungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

negara di atur dalam undang – undang.

b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (Kontraprestasi) yang dapat di

tunjukan secara langsung.

c. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, daik

rutin maupun pembangunan.

d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat di paksakan

apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dan

dapat di kenakan sangsi sesuai peraturan perundang – undangan.

2. Fungsi Pajak
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Fungsi anggaran (Budgetair) adalah fungsi mengisi kas negara

atau anggaran negara yang di perlukan untuk menutup

pembiayaan penyelenggaraan pemerintah.

Sebagai sumber pendapatan negara pajak berfungsi untuk

membiayai pengeluaran – pengeluaran negara. Untuk menjalankan

tugas – tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,

negara membutuhkan sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan

ini salah satunya dapat di peroleh dari penerimaan pajak.

Di dalam fungsi anggaran terdapat fungsi demokrasi dimana

pajak merupakan salah satu penjelmaan dari sistem kekeluargaan

dan kegotongroyongan rakyat yang sadar akan baktinya kepada

negara.

22
b. Fungsi mengatur (Regulerend)

Fungsi mengatur (Regulerend) adalah sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam sektor

ekonomi dan sosial. Pemerintah dapat mengatur kebijakan di

bidang ekonomi dan sosial melalui kebijakan fiskal. Dalam

menjalankan fungsi mengatur pajak dapat di gunakan sebagai alat

untuk mencapai tujuan negara.

3. Pengelompokan pajak

Pajak terdiri dari berbagai jenis yang dapat di kelompokan menjadi

3 kelompok yaitu pengelompokan pajak menurut golongan, menurut

sifat, dan menurut lembaga pemungutannya.

a. Menurut golongannya pajak dapat di bagi menjadi dua yaitu :

1. Pajak langsung adalah pajak yang di bebankan kepada wajib

pajak itu sendiri dan tidak dapat di limpahkan kepada orang lain.

2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat di bebankan atau

di limpahkan kepada orang lain.

b. Menurut sifatnya pajak dapat di bagi menjadi dua yaitu:

1. Pajak subjektif adalah pajak yang bersifat memaksa namun bisa

di beri keringanan di lihat dari subjeknya.

2. Pajak objektif adalah pajak yang tidak memperhatikan kondisi

dari wajib pajak atau pajak yang berpangkal pada objeknya.

c. Menurut lembaga penelitiannya pajak di bagi menjadi dua yaitu:


1. Pajak pusat adalah pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat

dan di gunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

23
2. Pajak derah adalah pajak yang di pungut oleh pemerintah

daerah dan di gunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Sesuai Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah, pajak daerah di bagi menjadi dua

jenis yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

4. Sistem pemungutan pajak

a. Self assessment system (Sistem menghitung pajak sendiri)


Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab

kepada wajib pajak untuk melaksanakan sendiri kewajiban dan hak

perpajakan. Dalam implementasi sistem ini kegiatan pemungutan

pajak diletakan pada tanggung jawab masyarakat wajib pajak, di

mana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri

pajak yang terutang,memotong atau memungut sendiri pajak yang

harus dipotong atau dipungut, membayar sendiri jumlah pajak yang

harus di bayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

b. Official assessment system (Pemungutan dengan sistem

ketetapan)

Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan

pajak yang memberikan wewenang kepada fiskus untuk

menentukan besarnya pajak yanag terutang. Dalam sistem ini

inisiatif dan kegiatan dalam menghitung pajak sepenuhnya ada

pada peraturan perpajakan. Sistem ini akan berhasil dengan baik,

24
bila aparatur perpajakan baik kualitas maupun kuantitas telah

memenuhi kebutuhan.

c. Withholding system

Withholding system adalah suatau sistem pemungutan pajak

yang memberikan wewenang kepada pihak tertentu atau pihak

ketiga (Withholder) untuk memotong atau memungut pajak yang

terutang berdasarkan persentase tertentu terhadap jumlah

pembayaran yang dilakukan dengan penerima penghasilan.

5. Stelsel pajak

Dalam hukum pajak di kenal tiga macam cara memungut pajak

(stelsel pajak) atas suatu penghasilan atau kekayaan yaitu:

a. Stelsel nyata
Stelsel nyata yakni pemungutan pajak didasarkan pada objek

yang sesungguhnya terjadi (Penghasilan yang nyata) sehingga

pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya dari tahun yang

bersangkutan diketahui.

b. Stelsel anggapan

Stelsel anggapan yakni pengenaan pajak didasarkan pada

suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya

penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya,

sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan

berdasarkan pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.

c. Stelsel campuran

25
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel yang nyata dan

stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung

berdasarkan suatu anggapan (sehingga terdapat angsuran pajak

penghasilan badan atau wajib pajak orang pribadi dalam tahun

berjalan). Bila besarnya pajak sesungguhnya lebih besar dari pada

menurut anggapan maka wajib pajak harus membayar

kekuranggannya (PPh Pasal 29). Sebaliknya jika lebih kecil maka

kelebihannya dapat diminta kembali (restitusi) atau

dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya.

Indonesia sendiri menganut stelsel campuran dengan

menerapkan tata cara sesuai dengan contoh pada kedua stelsel di

atas. Dengan berlakunya undang-undang PPh No. 36 Tahun 2009,

maka PPh pasal 29 badan harus dilunasi selambat-lambatnya pada

akhir bulan april tahun buku berikutnya. Sedangkan untuk PPh

pasal 29 wajib pajak orang pribadi harus silunasi selambat-

lambatnya pada akhir bulan maret tahun buku berikutnya.

G. Konsep Dan Teori Moderen

Moderenisasi adalah hal atau tindakan menjadikan moderen (terbaru,

mutakhir). Secara etimologi kata moderen berasal daria bahasa latin

moderma yang artinya masa kini, terbaru atau mutakhir. Moderen bisa

juga berarti sekarang, baru atau saat ini.

26
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) moderen dapat diartikan

sebagai sikap, cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan

zaman. Kata moderen dapat ditelusuri dalam beberapa hal yaitu :

1. Berhubungan dengan waktu (sejarah).

2. Berhubungan dengan penemuan – penemuan dalam bidang ilmu

pengetahuan.

3. Berhubungan dengan pikiran (idiologi).

Gagasan moderen sering di pahami sebagai gagasan pembaharuan

dan dipertentangkan dengan gagasan tradisional.

Donald Eugen Smith Mengemukakan batasan – batasan tentang

moderenisasi yang sering kali ditekankan pada aspek – aspek perubahan

di bidang tehnologi dan ekonomi, akan tetapi sebagaimana dikemukakan

oleh Manfret Halpern bahwa revolusi moderenisasi melibatkan

transformasi semua sistem yang di pakai orang untuk mengatur

masyarakatnya, baik sistem politik, sosial, ekonomi, intelektual,

keagamaan maupun psikologi. Hukum juga merupakan salah satu sistem

yang di pakai untuk mengatur kehidupan masyarakat. Demikian juga dari

sudut pandangan islam, sekularisasi harus dijauhkan dari proses

moderenisasi karena moderenisasi atau pembangunan tidak harus di

barengi dengan sekularisasi seperti pendapat smith.

H. Konsep Dan Teori Perpajakan Moderen


Moderenisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan

menjadi hal yang menarik dan trend di lingkungan DJP. Ada nuansa

tersendiri yang membuatnya jadi lebih teknis, focus dan dinamis sejalan

27
reformasi perpajakan itu sendiri. Apa lagi gambaran umum dari instansi

pemerintah di tanah air hingga saat ini di pandang masih jauh dari yang

diharapkan masyarakat, terlebih lagi dengan kesan dan pola kerja

moderen dalam melayani masyarakat. Suatu hal penting lainnya lagi,

bahwa pengelolaan pajak memiliki karakteristik tersendiri yang sangat

berbeda dengan pengelolaan layanan umum instansi pemerintah, seperti

mengelola kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, pekerjaan umum dan

lainnya. Perbedaan karakteristik ini ditunjukan dengan berbagai upaya

yang dilakukan yang pada akhirnya, bagaimana masyarakat agar mau

membayar pajak, di tengah tidak adanya kontraprestasi secara langsung

yang diperoleh pembayar pajak sendiri.

Dengan perbandingan yang ada dalam pengelolaan pajak di berbagai

negara, utamanya negara- negara yang lebih maju, agar mudah

diaplikasikan dan dilaksanakan maka di susun konsep moderenisasi

perpajakan ala Indonesia yakni disesuaikan dengan iklim, kondisi dan

sumber daya yang ada. Sebagai dasar dari konsep moderenisasi

administrasi perpajakan adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif

dengan pelaksanaan good governance.

1. Konsep umum

Moderenisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada

dasarnya meliputi:

a. Restrukturisasi organisasi

Dalam hal restrukturisasi organisasi konsepnya adalah:

28
1) Debirokratisasi.

2) Struktur organisasi berbasis fungsi terkait dengan perpajakan.

3) Dilakukan pemisahan antara fungsi pemeriksaan dan fungsi

keberatan.

4) Adanya segmentasi wajib pajak (level operasional) yang

dikelola

KPP.

5) Adanya internal audit dan change program unit.

6) Lebih efesien dan customer oriented.

b. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi

komunikasi dan informasi

1) Berbasis teknologi komunikasi dan informasi.

2) Efesien dan costomer oriented.

3) Sederhana dan mudah dimengerti.

4) Adanya built-in control.

c. Penyempurnaan manajeman sumber daya manusia

1) Berbasis kompetensi.

2) Optimalisasi teknologi komunikasi dan informasi.

3) Customer driven.

4) Continous improvement.

Berdasarkan konsep umum moderenisasi perpajakan tersebut

diatas, sebagai outcome yang diharapkan adalah:

29
a. Terjadinya perubahan paradikma, pola pikir dan nilai organisasi

yang tercermin pada prilaku setiap pegawai.

b. Terciptanya proses bisnis dari setiap jenis pekerjaan yanag lebih

efesien.

c. Mampu menjalanakana tata kelola pemerintahan yang baiak dan

benar (good governance).

Adapun tujuan moderenisasi perpajakan adalah untuk menjawab

latar belakang di lakukannya moderenisasi perpajakan yaitu:

a. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi.

b. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi

perpajakan yang tinggi.

c. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

Guna melaksanakan dan mewujudkan tujuan moderenisasi

perpajakan tersebut, dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor.

85/KMK.03/2003 dibentuk “Tim Moderenisasi Jangka Menengah”

tugas atau kegiatan pokok tim adalah:

a. Moderenisasi kelembagaan termasuk struktur organisasi, sistem

dan prosedur dan kebijakan di bidang sumber daya manusia.

b. Moderenisasi peraturan yang terdiri dari penyederhanaan prosedur

administrative dan ketentuan pajak lainnya.

c. Moderenisasi teknologi informasi termaksud pemanfaatan teknologi

informasi untuk mempermudah wajib pajak dan administrasi

perpajakan.

30
2. Perubahan paradikma perpajakan

Dari konsep dan tujuan moderenisasis perpajakan tersebut di atas,

telah terjadi perubahan paradikma dalam berbagai aspek yang

berkaitan dengan perpajakan, yakn:

a. Organisasi berubah dari berdasarkan jenis pajak menjadi

berdasarkan fungsi. Hal ini dalam rangka “clien oriented”

b. Sistem dan proses kerja, berubah dari manual menjadi

berdasarkan sistem (Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak,

SIDJP) dengan “case management”. Hal ini terkait dengan

pemanfaatan teknologi informasi terkini.

c. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada wajib pajak

(customer oriented) dengan adanya help desk maupun account

representative (AR).

d. Adanya unit khusus yang menangani keluhan (complaint center),

sebelunya tidak ada. Sehingga menjadi masukan berharga dalam

merawat dan memperbaiki pelayanan secara berkelanjutan.

e. Tuntutan professional sumber daya manusia dalam bekerja.

f. Adanya kode etik pegawai yang sebelumnya tidak ada seirama

dengan pelaksanaan “good governance” dan “equal treatment”

dapat berjalan dengan baik.

I. Konsep Dan Teori Tingkat Kepatuhan

31
Teori kepatuhan adalah teori yang menjelaskan suatu kondisi dimana

seseorang taat kepada perintah atau aturan yang diberikan. menurut

Permadi (2017) kepatuhan mengenai perpajakan merupakan tanggung

jawab terhadap tuhan, bagi pemerintah dan rakyat sebagai wajib pajak

untuk memenuhi semua kegiatan kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak merupakan

prilaku yang didasarkan pada kesadaran seseorang wajib pajak terhadap

kewajiban perpajakannya dengan tetap berlandaskan pada peraturan

perundang – undangan yang berlaku. Kepatuhan wajib pajak adalah salah

satu faktor penting dalam sistem perpajakn moderen, namun tidaklah

begitu mudah untuk diwujudkan karena sebagian masyarakat belum patuh

memenuhi kewajiban dalam hal mendaftarkan diri menjadi wajib pajak,

membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya.

Kepatuhan dalam dunia perpajakan dibedakan menjadi dua bagian

yakni:

1. Kepatuhan material adalah suatu keadaan yang dimana seorang wajib

pajak melakukan atau memenuhi semua ketentuan material yang ada

di dalam undang – undang perpajakan.

2. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana seorang wajib apajak

melakukan dan memenuhi ketentuan perpajakan secara formal sesuai

dengan undang – undang perpajakan.

Masalah kepatuhan pajak adalah pada pengenaan pajak itu sendiri.

Menggambarkan dan menjelaskan pola – pola yang diamati mengenai

32
ketidak patuhan pajak yang akhirnya dapat menemukan cara untuk

mengurangi ketidak patuhan pajak tersebut sangant penting bagi negara

di seluruh belahan dunia. Adapun masalah kepatuhan pajak yang lainnya

merupakan hal yang sangat klasik dalam dunia perpajajakan. Beberapa

parah ahli telah mengemukakan berbagai teori tentang kepatuhan pajak

yang menjelaskan tentang definisi serta faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pajak. Pendekatan sederhana dari kepatuhan pajak

berpendapat bahwa ketika orang-orang memutuskan apakah membayar

pajak mereka, maka mereka memperhitungkan besarnya pajak tersebut

serta sangsi legal yang di terima dari ketidakpatuhan. Ardianto (2014)

mengemukakan bahwa kepatuhan pajak adalah melaporkan seluruh

pendapatan dan membayar seluruh pajak berdasarkan hukum, peraturan

dan keputusan pengadilan.

J. Konsep Dan Teori Wajib Pajak

Menurut UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata

cara perpajakan yang berbunyi sebagai berikut: Wajib pajak adalah orang

pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan

pengumut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Anastasia Diana dalam lado (2018) mengemukakan wajib pajak adalah

orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

33
Mardiasmo (2016), Mengemukakan bahwa wajib pajak memiliki
beberapa kewajiban yang harus dipenuhi yakni:
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.


3. Menghitung pajak terutang, memperhitungkan pajak yang telah
dipotong oleh pihak lain, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
dengan benar.
4. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukan ke
kantor pelayanan pajak dalam batas waktu yang telah di tentukan.
5. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

6. Apabila di periksa wajib pajak di wajibkan:

a. Memperlihatkan laporan pembukuan atau catatan dan dokumen –

dokumen yang berhubungan dengan penghasilan yang di peroleh,

kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau obyek yang

terutang pajak.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan

yang diperlukan dan yang dapat memperlancarkan pemeriksaan.

7. Apabila ketika mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau

dokumen serta keterangan yang diminta. Wajib pajak terikat oleh suatu

kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan

itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

Menurut mardiasmo (2011) hak – hak wajib pajak yakni:

a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c. Melakukan pembetulan SPT.

34
d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran


pembayara pajak.
f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang di kenakan

dalam surat ketetapan pajak.

g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi,

serta pembetulan surat ketetapan pajak.

i. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban

pajaknya.

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.


K. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Triwigati (2013) dengan judul

penelitian yaitu pengaruh penerapan moderenisasi sistem administrasi

perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak (studi kasus atas

WPOP pada KPP Mlang Utara) yang menggunakan variabel independen

moderenisasi sistem administrasi perpajakan dan metode statistik analisis

regresi linear sederhana Menyimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini

adalah sistem administrasi perpajakan moderen berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugi Astana (2017) dengan

judul penelitian pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan

moderen dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak dengan

4 dimensi yaitu bidang struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi

35
informasi serta komunikasi, manajemen sumber daya manusia dan

pelaksanaan good governance yang menggunakan variabel independen

struktur organisasi (X1), proses bisnis dan teknologi informasi serta

komunikasi (X2), manajemen sumber daya manusia (X3), pelaksanaan

good gevernance (X4), kesadaran wajib pajak (X5) dengan menggunakan

metode statistik analisis tehnik linear berganda menyimpulkan bahwa hasil

dari penelitian ini adalah struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi

informasi serta komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan

pelaksanaan good governance dalam sistem administrasi perpajakan

modern dan kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif pada kepatuhan

Wajib Pajak.

L. Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan dalam
bentuk bagan sebagai berikut:

Sistem administrasi perpajakan


moderen (X)
Menurut : Pandiangan (2008)

Kepatuhan wajib pajak (Y)


Menurut : Peraturan Menteri
Keuangan RI No.74/PMK.03/2012

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

M. Hipotesis

36
Hipotesis adalah suatu kebenaran yang masi di ragukan, dan

merupakan hasil pemikiran rasional yang di landasi teori, dalil, hukum dan

lain sebagainya yang suda ada sebelumnya. Hipotesis juga dapat berupa

pernyataan yang menggambarkan atau memprediksi hubungan tertentu

antara dua variable atau lebih.

Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen berpengaruh

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak karena semakin baik penerapan

sistem administrasi perpajakan moderen yang dilakukan oleh aparatur

pajak maka semakin banyak wajib pajak yang akan patuh terhadap

kewajibannya dalam mempayar pajaknya.Berdasarkan hal ini dan di lihat

dari hasil penelitian terdahulu maka peneliti akan mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

H0 : Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen tidak memiliki

Pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

Ha : Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen memiliki

Pengaruh yang sifnifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Menurut Tatang M. Amirin (2011) pendekatan penelitian adalah

bagaimana meninjau, melihat, memperlakukan atau mendekati masalah

penelitian yang dilakukan apakah akan bersifat menggali,

mengungkapkan segala aspek yang termaksud menelusuri

perkembangan sesuatu, menentukan sebab akibat, membandingkan,

menghubung – hubungkan, mengadakan perbaikan dan

menyempurnakan, sedangkan menurut Sugiyono (2010) Penelitian di bagi

menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif

adalah penelitian yang menggunakan instrument penelitian serta analisis

data yang sifatnya statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang

telah di tentukan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan tehnik pengumpulan data triagulasi analisis data yang

memiliki sifat induktif dan hasil penelitian lebih condong pada makna dari

pada generalisasi.

Berdasarkan pemaparan diatas dalam penelitian ini pendekatan yang

di gunakan adalah statistik yang datanya berupa angka – angka sehingga

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.Dalam

penelitian ini peneliti juga menggunakan penelitian deskriptif dimana

38
penelitian ini berfungsi untuk mengetahui nilai variabel mandiri dari satu

variabel atau lebih (independen) tanpa melakukan perbandingan atau

menghubungkan variabel lainnya.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, Gedung

Keuangan Negara I, Jl. Urip Sumoharjo No.KM.04, Karuwisi Utara, Kec.

Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan di pilih sebagai tempat

dalam penelitian ini. Penelitian ini mulai di lakukan pada bulan februari

sampai maret 2021.

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data yang di pakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif yakni

data yang berbentuk angka – angka mengenai populasi wajib pajak

orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Makassar Selatan.

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer yaitu data yang di ambil secara langsung dari lokasi

penelitian, terlebih khusus di KPP Pratama Makassar Selatan

dimana data primer tersebut meliputi data hasil pembagian

kousioner pada responden.

b. Data sekunder yaitu data – data yang di ambil dari berbagai

sumber, baik dari laporan – laporan, dokumen – dokumen, buku –

buku maupun literature – literature yang memiliki keterkaitan erat

dengan masalah yang dibahas.

D. Populasi Dan Sampel

39
1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah tempat yang ingin di

teliti, populasi merupakan acuan yang di gunakan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kesimpulan yang di tarik berasal dari generalisasi yang

terdiri dari objek dan subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang di

tetapkan untuk menentukan populasi. Dalam penelitian ini populasi

yang di gunakan adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar pada KPP Pratama Makassar Selatan dengan jumlah sebesar

174.211.

2. Sampel

Menurut sugiyono (2013), sampel merupakan bagian dari jumlah

atau karakteristik yang di miliki populasi tersebut. Apabila peneliti

melakukan penelitian terhadap populasi yang besar sedangkan peneliti

ingin meneliti tentang populasi tersebut atau peneliti memiliki

keterbatasan biaya, tenaga dan waktu maka tehnik pengambilan

sampel akan di lakukan oleh peneliti dan untuk mengambil sebuah

sampel harus berdasarkan populasi yang dapat mewakili.

Dalam penelitian ini Tehnik pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik nonprobability sampling-quota sampling dengan

pendekatan purposive sampling. Proposive sampling yaitu salah satu

tehnik sampling non random sampling di mana peneliti menentukan

pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri – ciri khusus yang

sesuai dengan tujuan penelitian sehingga di harapkan dapat menjawab

40
permasalahan penelitian. Adapun indikator sampel dari penelitian ini

adalah wajib pajak orang pribadi, berusia 25-40 tahun, terdaftar

sebagai wajib pajak minimal 3 tahun di KPP Pratama Makassar

Selatan. Adapun sempel dalam penelitian ini berjumlah 100

responden.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini di

lakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penyebaran atau pembagian kousioner mengenai masalah penelitian

yang di bagikan kepada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada

KPP Pratama Makassar Selatan di mana kousioner tersebut berisi

pernyataan – pernyataan yang akan di jawab oleh responden.

2. Dokumentasi dimana pengumpulan data yang di lakukan berupa

laporan tertulis maupun literature – literature yang berhubungan

dengan hal – hal yang di perlukan oleh peneliti dalam penelitian ini.

3. Obsevasi dimana pengumpulan data yang di lakukan dengan

melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian yang di

gunakan untuk memperoleh data.

F. Tehnik Analisis Data

Pengamatan yang akan di lakukan menggunakan pendekatan

kuantitatif yang didalamnya menggunakan angka – angka dan

menggunakan rumus statistik yaitu:

41
1. Uji validitas adalah uji yang di gunakan untuk menilai data tersebut

apakah valid dengan menggunakan alat ukur kousioner. Dalam

menguji validitas peneliti menggunakan tehnik membandingkan hasil

korelasi r hitung dari variabel dan r table sedangkan pengujian

validitas instrument dilakukan terhadap 60 wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar pada KPP Pratama Makassar Selatan dengan

mengelola data pada aplikasi SPSS 20 for windows dengan

persyaratan sebagai berikut:

a. Jika r hitung positif atau > dari r tabel maka pernyataan valid.

b. Jika r hitung negaif atau < dari r tabel maka pernyataan tidak valid.

2. Uji reliabilitas di jadikan suatu instrument sehingga dapat menunjukan

keserasian di dalam menentukan indeks yang serupa. Permasalahan

yang ada di katakan valid pada uji validitas, lalu di tetapkan

realibilitasnya yang memiliki kriteria:

a. Jika r alpa positif atau > dari r tabel maka pernyataan reliabel.

b. Jika r alpa negative atau < dari r tabel maka pernyataan tidak

reliabel.

Menurut Rodi (2013) Untuk menentukan instrument penelitian yang

menggunakan reliabel atau tidak maka di uji berdasarkan kriteria

indeks reliabel instrument yaitu:

a. Interval 0,000 sampai 0,199 = sangat lemah

b. Interval 0,200 sampai 0,399 = rendah

c. Interval 0,400 sampai 0,599 = cukup

42
d. Interval 0,600 sampai 0,799 = kuat

e. Interval 0,800 sampai 1,000 = sangat kuat

3. Analisis regresi linear sederhana adalah metode pendekatan yang di

gunakan untuk menghubungkan antara suatu variabel dengan variabel

lainnya. Dalam analisis ini hubungan antara dua variabel bersifat

linear, apabila perubahan terjadi pada variabel x maka akan di ikuti

perubahan pada variabel y.

Secara matematis model analisis regresi linear sederhana di

gambarkan sebagai berikut:

Y = α + Bx

Dimana:

Y = Variabel dependen atau responden.

X = Variabel prediktor atau variabel faktor penyebab (independen).

α = Konstanta.

B = Koefisien regresi (kemiringan) atau besaran respoden yang di

timbulkan oleh prediktor.

4. Uji persial (uji – t) adalah uji signifikan yang digunakan untuk

membuktikan variabel bebas secara persial memiliki pengaruh secara

signifikan atau tidak terhadap variabel terikat dengan hipotesis yang

telah ditetapkan sebagai berikut:

H0:bi = 0, artinya secara persial tidak berpengaruh.

H1:bi ≠ 0, artinya secara persial terdapat pengaruh.

Tolak ukur pengambilan keputusan:

43
H0 diterima jika t hitung < t tabel.

H0 ditolak jika t hitung > t tabel.

5. Uji hipotesis akan menunjukan secara khusus bagaimana variabel

dapat di ukur dan seperti apa hubungan antara variabel tersebut.

Dalam penelitian ini tehnik analisis data yang digunakan adalah

korelasi produk moment dari program SPSS 20.0 for windows. Untuk

dapat mengetahui apakah ada hubungan antar sistem administrasi

perpajakan moderen (X) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak (Y),

kaidah yang digunakan adalah jika X2 hitung > dengan X2 tabel maka

Ha diterima artinya terdapat hubungan antara variabel X dengan

variabel Y begitu pun sebaliknya jika X2 hitung < dengan X2 tabel

maka Ha diterima artinya tidak terdapat hubungan variabel X dengan

variabel Y.

(Sumber;Ridwan MBA 2009)

G. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sistem administrasi

perpajakan moderen (X) sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak (Y). Adapun defenisi

operasional sistem administrasi perpajakan moderen yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah sistem administrasi perpajakan yang

mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerja baik secara

individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efesien,

ekonomis dan cepat yang merupakan perwujudan dari program dan

44
kegiatan dari reformasi administrasi perpajakan yang di gulir oleh

Direktorat Jendral Pajak. Sedangkan defenisi operasional kepatuhan

wajib pajak adalah kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk

memenuhi segala kewajiban perpajakannya.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Variabel Dimensi Indikator Teori

1. Sistem 1.Restrukturasi 1. Debirokratisasi Pandiangan


administrasi organisasi 2. Struktur (2008)
perpajakan (X) 2.Proses bisnis berbasis
berbasis fungsi
komunikasi dan perpajakan
informasi 3. Pemisahan
3.Penyempurnaan pemeriksaan
manajemen dengan
sumber daya keberatan
manusia 4. Segmentasi
wajib pajak
5. Internal audit
6. Efisiensi
7. Berbasis
teknologi
informasi
8. Sederhana
9. Mudah di
mengerti
10. Built-in control
11. Kompetensi
12. Optimalisasi
teknologi
13. Costomer
driven
14. Continous
improvement.

2. Kepatuhan 1. Wajib pajak 1.Tepat waktu Peraturan


wajib pajak (Y) patuh dalam Menteri
menyampaikan Keuangan RI

45
surat No.
pemberitahuan 74/PMK.03/2
2.Tidak 012
mempunyai
tunggakan
pajak untuk
semua jenis
pajak
3.Kelengkapan
surat
pemberitahuan
dan lampiran-
lampirannya
4.Kebenaraan
penulisan dan
perhitungan
pajak
5.Kebenaran
pembayaran
pajak yang
telah dilakukan
oleh wajib
pajak

H. Skala Pengukuran Variabel

Pengamatan yang di pakai dalam penelitian ini adalah skala likert

sebagai skala pengukuran variabel, skala tersebut menggunakan

beberapa item pernyataan untuk mengetahui sikap seseorang atau

individu dengan memilih sala satu dari lima titik pilihan dari setiap item

pernyataan yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju. Kemudahan dalam penerapan skala likert menimbulkan skala

ini lebuh banyak di gunakan oleh peneliti (Amirin ,2010).

1. Sangat tidak setuju :1

2. Tidak setuju :2

46
3. Kurang setuju :3

4. Setuju :4

5. Sangat setuju :5

BAB IV

GAMBARAN UMUN LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selataan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan merupakan unit

kerja vertikal yang berada dibawah Kantor Wilayah DJP Sulawesi Selatan,

Barat Dan Tenggara yang berlokasi di Kompleks Gedung Keuangan

Negara 1 Di Jalan Urip Sumoharjo KM.4 Makassar, sebagai salah satu

implementasi dan penerapan sistem administrasi perpajakan moderen

yang mengubah secara struktural dan fungsional organisasi dan tata kerja

instansi vertikal di lingkungan DJP sesuai dengan peraturan menteri

keuangan nomor 67/PKM.01/2008 tanggal 06 Mei 2008. KPP Pratama

Makassar Selatan merupakan hasil pemekaran dari KPP Makassar

Selatan, KPP Makassar Utara, Kantor Pelayanan PBB Makassar dan

Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Makassar.

Terhitung mulai tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan keputusan DJP

No.KEP-95/PJ/UP.53/2008 tanggal 19 Mei 2008, KPP Pratama Makasar

Selatan secara efektif beroperasi dan resmi di launching oleh menteri

47
keuangan pada tanggal 9 Juni 2008. Salah satu perubahan yang nyata

adalah penambahan “Pratama”, sehingga berubah dari KPP Makasar

Selatan menjadi KPP Pratama Makassar Selatan.

Dengan perubahan nama tersebut, seluruh fungsi dan seksi di KPP

mengalami perubahan nama dan fungsi sesuai dengan peraturan menteri

keuangan RI Nomor 132/PMK.01/2006 sebagaimana telah diubah dengan

PMK 62/PMK.01/2009 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal

Direktorat Jenderal Pajak. Oleh karena itu, struktur organisasi mengalami

perubahan menjadi 1 sub bagian, 9 seksi dan kelompok pejabat

fungsional pemeriksa pajak.

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan

Visi Direktorat Jendral Pajak adalah Menjadi Mitra Tepercaya

Pembangunan Bangsa untuk Menghimpun Penerimaan Negara melalui

Penyelenggaraan Administrasi Perpajakan yang Efisien, Efektif,

Berintegritas, dan Berkeadilan dalam rangka mendukung Visi

Kementerian Keuangan: "Menjadi Pengelola Keuangan Negara untuk

Mewujudkan Perekonomian Indonesia yang Produktif, Kompetitif, Inklusif

dan Berkeadilan".

Misi Direktorat Jendaral Pajak adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan regulasi perpajakan yang mendukung pertumbuhan

ekonomi Indonesia;

48
2. Meningkatkan kepatuhan pajak melalui pelayanan berkualitas

dan terstandardisasi, edukasi dan pengawasan yang efektif, serta

penegakan hukum yang adil; dan

3. Mengembangkan proses bisnis inti berbasis digital didukung budaya

organisasi yang adaptif dan kolaboratif serta aparatur pajak yang

berintegritas, profesional, dan bermotivasi.

Adapun visi dari KPP Pratama Makassar Selatan adalah menjadi

kantor pelayanan pajak terbaik dalam pelayanan, terdepan dalam

penerimaan, profesional dan dipercaya oleh masyarakat. Sedangkan misi

dari KPP Pratama Makassar Selatan adalah meningkatkan kepatuhan

wajib pajak melalui pelayanan prima untuk menghimpun penerimaan

negara secara optimal berdasarkan pada Undang-Undang perpajakan.

C. Nilai-Nilai Perusahaan

1. Integritas: Berfikir, berkata berperilaku dan bertindak dengan baik dan

benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.

Dapat dilakukan dengan bersifat jujur, tulus dan dapat dipercaya serta

menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela.

2. Profesionalisme: Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi

terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.

Dapat dilakukan dengan mempunyai keahlian dan pengetahuan yang

luas, dan bekerja dengan hati.

3. Sinergi: Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal

yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku

49
kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan

berkualitas. Dapat dilakukan dengan memiliki sangka baik, saling

percaya dan menghormati, serta menemukan dan melaksanakan

solusi terbaik.

4. Pelayanan: Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan

pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati,

transparan, cepat, akurat dan aman. Dapat dilakukan dengan

melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku, serta

bersikap proaktif dan cepat.

5. Kesempurnaan: Senantiasa melakukan upaya perbaikan disegala

bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. Dapat dilakukan

dengan perbaikan terus menerus serta mengembangkan inovasi dan

kreatifitas.

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan pajak Pratama Makassar

selatan

Gambar 4.1 Stuktur Organisasi KPP Pratama Makassar Selatan

Kantor
Pelayanan Pajak

Subbagian Umum
dan Kepatuhan
Internal
ksi Ekstensifikasi
ta dan Informasi

ksi Pemeriksaan

ksi Pengawasan

ksi Pengawasan

ksi Pengawasan

ksi Pengawasan
eksi Pengolahan

an Konsultasi IV
eksi Penagihan

an Konsultasi III
eksi Pelayanan

an Konsultasi II
an Penyuluhan

an Konsultasi I

50
KPP Pratama Makassar Selatan terdiri atas:

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV dan

11. Kelompok Jabatan Fungsional

Tugas masing-masing subbagian dan seksi adalah:

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas

melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah

tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai, melakukan pemantauan

51
pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan

kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan melakukan

pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan, dan melakukan

penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

2. Seksi Pengolahan Data dan lnformasi mempunyai tugas, melakukan

pencarian, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi

perpajakan, melakukan penjaminan kualitas dan validasi atas data

dan/atau alat keterangan yang berkaitan dengan kegiatan pencarian,

pengumpulan, pengolahan data dan informasi perpajakan serta

kegiatan penelitian, pengawasan, pengamatan, pemetaan, penilaian,

pemeriksaan, dan penagihan, melakukan penerusan data dan/atau

alat keterangan hasil penjaminan kualitas dan validasi, melakukan

perekaman dokumen perpajakan, melakukan tindak lanjut atas data

Wajib Pajak yang diterima dari Kantor Pusat, melakukan penyusunan

monografi fiskal, melakukan dukungan teknis komputer, melakukan

pemantauan aplikasi perpajakan, melakukan pengelolaan kinerja

organisasi dan pengelolaan risiko, serta melakukan pengelolaan dan

tindak lanjut kerja sama perpajakan.

3. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, melakukan penatausahaan dan

penyimpanan dokumen perpajakan, melakukan penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, melakukan penerimaan surat

lainnya, melakukan penyelesaian permohonan konfirmasi status Wajib

52
Pajak, serta melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak dan objek pajak

dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

4. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan penagihan tunggakan

pajak, melakukan penatausahaan piutang pajak, melakukan

penyelesaian permohonan penundaan dan angsuran tunggakan

pajak, melakukan usulan penghapusan piutang pajak dan/atau sanksi

administrasi perpajakan, serta melakukan penatausahaan dan

penyimpanan dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan

rencana pemeriksaan, melakukan pengawasan pelaksanaan aturan

pemeriksaan, melakukan penerbitan dan penyaluran Surat Perintah

Pemeriksaan Pajak, melakukan administrasi pemeriksaan perpajakan

lainnya, serta melaksanakan pemeriksaan yang dilakukan oleh

petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.

6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan

pemberian dan/atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,

pengukuhan dan/atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak, pemberian

dan/atau penghapusan nomor objek pajak secara jabatan, melakukan

analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak,

melakukan pengamatan potensi pajak, melakukan pendataan dan

pemetaan Wajib Pajak dan objek pajak, melakukan pengumpulan data

pendukung dan rekonsiliasi data dalam rangka pengawasan Wajib

Pajak, melakukan analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan

53
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan serta melakukan

imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak, melakukan produksi alat

keterangan hasil pengamatan, pendataan, pemetaan, dan

pengawasan Wajib Pajak, melakukan pemutakhiran basis data Wajib

Pajak, melakukan pemeriksaan dengan kriteria tertentu, melakukan

tindak lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat, melakukan

pemutakhiran basis data nilai objek pajak, melakukan penyuluhan

pajak, serta melakukan kegiatan penilaian.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan

proses penyelesaian tindak lanjut pengajuan/pencabutan permohonan

Wajib Pajak maupun masyarakat, melakukan usulan pembetulan

ketetapan hasil pemeriksaan/penelitian, dan melakukan pemberian

bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak

maupun masyarakat, serta melakukan tindak lanjut permohonan

pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II mempunyai tugas melakukan

analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak untuk

Wajib Pajak Strategis, melakukan pendataan dan pemetaan Wajib

Pajak Strategis dan objek pajak yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Strategis, melakukan pengumpulan

data pendukung dan rekonsiliasi data dalam rangka pengawasan

Wajib Pajak Strategis, melakukan analisis kinerja Wajib Pajak

Strategis, melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan

54
serta melakukan imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak

Strategis, melakukan produksi alat keterangan hasil kegiatan

pengawasan Wajib Pajak Strategis, melakukan pemutakhiran basis

data Wajib Pajak Strategis, melakukan pemeriksaan dengan kriteria

tertentu, melakukan tindak lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat,

serta melakukan pemutakhiran basis data nilai objek pajak yang

dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Strategis.

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III dan Seksi Pengawasan dan

Konsultasi IV masing-masing mempunyai tugas melakukan pemberian

dan/atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, pengukuhan

dan/atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak, pemberian dan/atau

penghapusan nomor objek pajak secara jabatan, melakukan analisis,

penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak, melakukan

pengamatan potensi pajak, melakukan pendataan dan pemetaan

Wajib Pajak dan objek pajak, melakukan pengumpulan data

pendukung dan rekonsiliasi data dalam rangka pengawasan Wajib

Pajak, melakukan analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan

pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan serta melakukan

imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak, melakukan produksi alat

keterangan hasil pengamatan, pendataan, pemetaan, dan

pengawasan Wajib Pajak, melakukan pemutakhiran basis data Wajib

Pajak, melakukan pemeriksaan dengan kriteria tertentu, melakukan

55
tindak lanjut data yang diterima dari Kantor Pusat, serta melakukan

pemutakhiran basis data nilai objek pajak.

E. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan pajak Pratama Makassar

Selatan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan mempunyai

tugas melaksanakan pelayanan, penyuluhan, pengawasan, dan

penegakan hukum Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak

Langsung Lainnya, dan Pajak Bumi dan Bangunan, serta melakukan

pengumpulan dan penjaminan kualitas data dan informasi perpajakan

dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan

menyelenggarakan fungsi:

a. analisis, penjabaran, dan pencapaian target penerimaan pajak;

b. pencarian, pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan

informasi perpajakan;

c. penjaminan kualitas dan validasi atas data dan/atau alat keterangan;

d. edukasi, pendaftaran/pengukuhan, pelayanan, pengelolaan pelaporan,

dan penghapusan/pencabutan Wajib Pajak, Pengusaha Kena Pajak,

atau objek pajak;

e. penyelesaian tindak lanjut pengajuan/pencabutan permohonan Wajib

Pajak maupun masyarakat;

56
f. pendataan, pemetaan, pengawasan dan pemeriksaan serta penilaian

untuk kepentingan perpajakan;

g. penetapan, penerbitan, dan/atau pembetulan produk hukum

perpajakan;

h. pemutakhiran basis data perpajakan;

i. pengenaan dan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi untuk

Permukaan Bumi Onshore, Pertambangan untuk Pengusahaan Panas

Bumi, Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Sektor Lainnya;

j. penatausahaan piutang pajak dan penagihan pajak;

k. pengelolaan kinerja dan pengelolaan risiko;

l. pelaksanaan dan pemantauan kepatuhan internal;

m. pelaksanaan tindak lanjut kerja sama perpajakan; dan

n. pelaksanaan administrasi kantor.

F. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan

terdiri dari

1. Kecamatan Panakkukang

2. Kecamatan Manggala

3. Kecamatan Rappocini dan

4. Kecamatan Makassar.

57
G. Jabatan Fungsional Penilai Pajak dan Fungsional Asisten Penilai
Pajak
Jabatan Fungsional Penilai Pajak dan Jabatan Fungsional Asisten

Penilai Pajak merupakan jabatan fungsional yang mempunyai tugas

melaksanakan Penilaian dan/atau Pemetaan.

Pejabat Fungsional Penilai Pajak yang selanjutnya disebut Penilai

Pajak adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak

untuk melakukan Penilaian dan/atau Pemetaan yang mempunyai

kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya

mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan, metodologi, dan teknik

analisis di bidang Penilaian dan/atau Pemetaan.

Pejabat Fungsional Asisten Penilai Pajak yang selanjutnya disebut

Asisten Penilai Pajak adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak untuk melakukan Penilaian dan/atau Pemetaan yang

mempunyai kualifikasi teknis yang pelaksanaan tugas dan fungsinya

mensyaratkan penguasaan

H. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak


Pratama Makassar Selatan
Tabel 4.1 Data Statistik Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun
2017-2019

Jumlah WP Lapor
Jenis SPT
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

SPT Tahunan PPh Orang 3.225 3.159 4.788


Pribadi 1770

58
SPT Tahunan PPh Orang 18.021 18.302 23.281
Pribadi 1770S

SPT Tahunan PPh Orang 20.553 20.376 21.065


Pribadi 1770SS

Total 41.799 41.837 49.134

Sumber: KPP Pratama Makassar Selatan

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat kita lihat dan kita simpulkan

bahwa kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Makassar Selatan dari tahun 2017 dengan total jumlah wajib

pajak lapor yaitu 41.799 wajib pajak, terus mengalami kenaikan yang

signifikan hingga tahun 2019 dengan total jumlah wajib pajak lapor yang

telah mencapai 49.134 wajib pajak.

59
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Kuesioner yang dibagikan dalam penelitian ini sebanyak 100

kuesioner dengan pembagian sebagai berikut:

Tabel 5.1 Data Distribusi Kuesioner

No Keterangan Jumlah Kuesioner Persentase

1. Kuesioner yang di bagikan 100 100%

2. Kuesioner yang tidak kembali 30 30%

3. Kuesioner yang kembali 70 70%

4. Kuesioner yang cacat 0 0%

Kuesioner yang sesuai


5. dengan indikator sampel 64 64%
(Kriteria)
Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Tabel diatas menunjukan bahwa kuesioner yang disebarkan

berjumlah 100 kuesioner dengan jumlah yang dikembalikan 70 kuesioner

60
atau tingkat pengembalian adalah 70% dari total yang disebarkan. Adapun

yang tidak dikembalikan sebanyak 30 kuesioner atau tingkat yang

diperoleh sebesar 30%. Kuesioner yang sesuai dengan indikator sampel

(kriteria) yang dapat diolah sebanyak 64 kuesioner dengan tingkat yang

diperoleh sebesar 64%. Dari kuesioner yang tidak kembali dikarenakan

kesibukan dari beberapa responden di KPP Pratama Makassar Selatan.

Terdapat 4 Karakteristik responden yang dimasukan dalam penelitian

ini yaitu sebagai berikut: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama

menjadi wajib pajak di KPP Pratama Makassar Selatan.

1. Umur

Gambar 5.1 Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.2 Umur Responden

Umur Jumlah Persentase

25-40 64 100%

61
41-50 0 0%

>50 0 0%

Total 64 100%

Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Jika dilihat pada gambar 5.1 dan tabel 5.2 mengenai karakteristik

umur responden maka dapat disimpulkan bahwa semua umur

responden dalam penelitian ini adalah 25-40 tahun dengan total

responden sebanyak 64 orang dan persentase 100%

2. Jenis Kelamin

Gambar 5.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 42 65,6%

Wanita 22 34,4%

62
Total 64 100%

Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Sesuai gambar 5.2 dan tabel 5.3 hasil pengamatan yang telah

dilakukan melalui kuesioner yang dihasilkan dari responden

menunjukan bahwa yang berjenis kelamin pria berjumlah 42 orang,

dengan persentase 65,6%. Adapun yang berjenis kelamin wanita

sebanyak 22 orang dengan persentase 34,4%. Berdasarkan tabel

diatas maka dapat disimpulkan bahwa responden yang mendominasi

adalah pria.

3. Pendidikan

Gambar 5.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.4 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

S3 0 0%

S2 4 6,3%

63
S1 27 42,2%

D3 3 4,7%

SMA/SMK 30 46,9%
Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Berdasarkan karakteristik responden, pada gambar 5.3 dan tabel

5.4 menunjukan bahwa responden yang berpendidikan S3 sebanyak 0

reponden dengan persentase 0%, responden yang berpendidikan S2

sebanyak 4 responden dengan persentase 6,3%, responden yang

berpendidikan S1 sebanyak 27 responden dengan persentase 42,2%,

responden yang berpendidikan D3 sebanyak 3 responden dengan

persentase 4,7%, dan yang berpendidikan SMA/SMK sebanyak 30

responden dengan persentase 46,9%

4. Lama Menjadi Wajib pajak

Gambar 5.4 Lama Menjadi Wajib Pajak

64
Pada gambar 5.4 menunjukan bahwa dalam penelitian ini semua

responden telah menjadi wajib pajak orang pribadi pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan selama kurang lebih 3

sampai 15 tahun.

B. Hasil Uji Data

1. Hasil Uji Validitas

Tabel 5.5 Hasil Uji Validasi Instrument Sistem Administrasi


Perpajakan Moderen (Variabel X)

Variabel Item Corrected item- Keterangan


Penelitian Pernyataan total correction
X1 0,658 Valid
X2 0,649 Valid
X3 0,559 Valid
X4 0,598 Valid
X5 0,609 Valid
X6 0,502 Valid
X7 0,627 Valid
Sistem
X8 0,720 Valid
Administrasi
X9 0,736 Valid
Perpajakan
Moderen X10 0,755 Valid
X11 0,694 Valid
X12 0,688 Valid
X13 0,501 Valid
X14 0,477 Valid
X15 0,665 Valid
X16 0,675 Valid
X17 0,704 Valid

65
Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Dari tabel 5.5 diatas dapat dibuktikan bahwa dari 17 item

pernyataan memiliki nilai corrected item-total lebih besar dari r tabel

(0,246). Item yang memiliki korelasi terendah adalah item 14 dengan

nilai korelasi sebesar 0,477 dan valid pada tingkat signifikan 0,05%

sedangkan item yang memiliki korelasi tertinggi dengan skor total

adalah item 10 dengan nilai korelasi sebesar 0,755 dan valid pada

tingkat signifikan 0,05%. Adapun hasil uji validitas instrument variabel

Y atau kepatuhan wajib pajak dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.6 Hasil Uji Validasi Instrument Kepatuhan Wajib Pajak


(Variabel Y)

Variabel Item Pernyataan Corrected item- Keterangan


Penelitian total correction
Y1 0,855 Valid
Y2 0,904 Valid
Kepatuhan Wajib
Y3 0,878 Valid
pajak
Y4 0,891 Valid
Y5 0,828 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Tabel 5.6 menunjukan bahwa 5 item pernyataan memiliki nilai

corrected item-total lebih besar jika dibandingkan r tabel (0,246). Item

yang mempunyai hubungan tertinggi dengan skor totalnya yaitu item 2

dengan angka korelasi 0,904 dan valid pada tingkat signifikan 0,05%,

sedangkan untuk item yang mempunyai korelasi terendah yaitu item 5

dengan nilai korelasi sebesar 0,828 dan valid pada tingkat signifikan

0,05%.

66
2. Hasil Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7 Hasi Uji reliabilitas Kuesioner Variabel X dan Y

No Sub Variabel Cronbach’s alpa Keterangan

1 Sistem Administrasi 0,907 Reliabel


Perpajakan Moderen

2 Kepatuhan Wajib Pajak 0,920 Reliabel

Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Hasil uji reliabilitas pada tabel 5.7 diatas menunjukan bahwa

instrument sistem administrasi perpajakan moderen mendapatkan

angka cronbach’s alpa yaitu (0,907)>0,800 sedangkan instrument

kepatuhan wajib pajak mendapatkan cronbach’s alpa yaitu

(0,920)>0,800 sehingga sistem administrasi perpajakan moderen dan

kepatuhan wajib pajak dapat dikatakan mempunyai reliabilitas sangat

kuat.

3. Hasil Uji Regresi

Hasil uji regresi dapat diketehui pada tabel berikut:

Tabel 5.8 Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. Correlations


Coefficients Coefficients

B Std. Beta Zero- Partial Part


Error order

(Constant) 7.107 2.685 2.647 .010


1
Sistem Administrasi
.214 .036 .599 5.891 .000 .599 .599 .599
(X)
a. Dependent Variable: Kepatuhan (Y)

67
Sumber: Data Primer yang diolah 2021

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diperoleh persamaan model regresi

sederhana yaitu sebagai berikut:

Y=α+Bx

Y=7.107+0.214x

Dimana:

X: Variabel terkait (sistem administrasi perpajakan moderen)

Y: Variabel bebas (kepatuhan wajib pajak)

α: Nilai konstan (X) sebesar 7.107

B: Nilai koefisien (Y) sebesar 0.214

Arti dari persamaan regresi yaitu jika variabel X adalah nol maka

variabel Y akan konstan sebesar 7.107 dan apabila terjadi kenaikan

pada variabel maka X sebesar 1, maka akan menjadi peningkatan Y

sebesar 0.214 dan demikian sebaliknya.

a. Analisis Regresi

Tabel 5.9 Hasil Uji Determinasi (R)

Model Summaryb

Model R R Adjusted Std. Error of Change Statistics


Square R Square the Estimate
R Square F df1 df2 Sig. F
Change Change Change

1 .599a .359 .348 2.10492 .359 34.698 1 62 .000


a. Predictors: (Constant), Sistem Administrasi (X)
b. Dependent Variable: Kepatuhan (Y)

Sumber: Data Primer yang diolah 2021

68
Dari tabel 5.9 yang tersaji diatas koefisien korelasi (R)

ditemukan hasil sebesar 0,599 yang berada pada interval 0,400

sampai 0,599 sehingga hasil tersebut dapat ditafsirkan dahwa

hubungan variabel bebas antara sistem administrasi perpajakan

moderen dan kepatuhan wajib pajak terhadap variabel terkait yaitu

kepatuhan wajib pajak memiliki tingkat hubungan yang cukup kuat.

b. Koefisien Determinasi

Untuk melihat kontribusi besarnya pengaruh variabel X

terhadap variabel Y maka digunakan koefisien deteminasi

(Adjusted R Square) pada tabel 5.9 berarti bahwa nilai koefisien

determinasi (Adjusted R square) sebesar 34,8%, persentase ini

menyatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen. Dan sisanya 65,2% dipengaruhi oleh variabel

yang tidak termaksud dalam penelitian ini.

4. Uji Persial (t)

Hasil uji persial (t) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.10 Uji Persial (t)

Variabel t hitung T tabel .Sig

Sistem Administrasi 5.891 1.295 0.000


Perpajakan moderen
(X)

Sumber Data Primer yang diolah 2021

69
Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t

tabel dari df= n-2= 62 maka diperoleh t tabel 1.295. Apabila tingkat

signifikasinya < 0.05 dan t hitung > dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima , maka hipotesis menyatakan “ Sistem administrasi

perpajakan moderen berpengaruh secara signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak.

5. Hasil Uji Hipotesis

Tabel 5.11 Hasil Uji Hipotesis


Correlations
Kepatuhan (Y) Sistem
Administrasi (X)
Kepatuhan (Y) 1.000 .599
Pearson Correlation
Sistem Administrasi (X) .599 1.000
Kepatuhan (Y) . .000
Sig. (1-tailed)
Sistem Administrasi (X) .000 .
Kepatuhan (Y) 64 64
N
Sistem Administrasi (X) 64 64

Sumber: Data Primer Yang diolah 2021

Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat dikatakan bahwa nilai

signifikasi pada variabel sistem administrasi perpajakan moderen (X)

dan kepatuhan wajib pajak (Y) yaitu 0.000 (sign<0.05). Besaran ini

menunjukan bahwa variabel sistem administrasi perpajakan moderen

(X) mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak (Y) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar selatan. Maka dari itu hipotesis penelitian ini menyatakan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh signifikan

70
antara sistem administrasi perpajakan moderen dengan kepatuhan

wajib pajak.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen di Kantor

pelayanan Pajak pratama Makassar selatan yang meliputi restrukturasi

organisasi, proses bisnis berbasis teknologi komunikasi dan informasi,

dan penyempurnaan manajemen sumber daya manusia sudah berjalan

dengan baik.

Dalam penelitian ini hasil uji validitas instrument sistem administrasi

perpajakan moderen (variabel X) yang terdiri dari 17 item pernyataan

memiliki nilai corrected item-total lebih besar dari r tabel (0,246). Item

yang memiliki korelasi terendah adalah item 14 dengan nilai korelasi

sebesar 0,477 dan valid pada tingkat signifikan 0,05% sedangkan item

yang memiliki korelasi tertinggi dengan skor total adalah item 10 dengan

nilai korelasi sebesar 0,755 dan valid pada tingkat signifikan 0,05%.

Adapun hasil uji validitas instrument variabel Y atau kepatuhan wajib pajak

yang terdiri dari 5 item pernyataan memiliki nilai corrected item-total lebih

besar jika dibandingkan r tabel (0,246). Item yang mempunyai hubungan

tertinggi dengan skor totalnya yaitu item 2 dengan angka korelasi 0,904

dan valid pada tingkat signifikan 0,05%, sedangkan untuk item yang

mempunyai korelasi terendah yaitu item 5 dengan nilai korelasi sebesar

0,828 dan valid pada tingkat signifikan 0,05%.

71
Hasi Uji reliabilitas Kuesioner Variabel X dan Y menunjukan bahwa

instrument sistem administrasi perpajakan moderen mendapatkan angka

cronbach’s alpa yaitu (0,907)>0,800 sedangkan instrument kepatuhan

wajib pajak mendapatkan cronbach’s alpa yaitu (0,920)>0,800 sehingga

sistem administrasi perpajakan moderen dan kepatuhan wajib pajak dapat

dikatakan mempunyai reliabilitas sangat kuat.

Berpengaruh atau tidaknya sistem administrasi perpajakan moderen

terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar selatan dapat diketahui dengan menggunakan pengujian

statistik, yaitu analisis regresi sederhana dan koefisien determinasi

dimana hasil pengujian regresi diperoleh persamaan model regresi

sederhana yaitu Y=7.107+0.214x, dengan nilai koefisien regresi 0.214x

berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan antara sistem administrasi

perpajakan moderen terhadap kepatuhan wajib pajak yang menunjukan

bahwa apabila sistem administrasi perpajakan moderen berjalan dengan

baik maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Besarnya pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan

moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dilihat melalui hasil

uji koefisien determinasi yang telah dilakukan, hasil ini menunjukan bahwa

sebesar 34,8% sistem administrasi perpajakan moderen berpengaruh

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dan sisanya sebesar 65,2%

dipengaruhi oleh variabel yang tidak termaksud dalam penelitian ini.

72
Adapun hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa sistem

administrasi perpajakan moderen memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Selatan, terbukti dengan hasil t hitung untuk variabel ini

sebesar 5.891 dengan nilai t tabel sebesar 1.295 dimana t hitung (5.891)

lebih besar dari t tabel (1.295), serta memiliki tingkat signifikan sebesar,

0.000 < dari signifikasi 0.05, besaran ini menunjukan bahwa variabel

penerapan sistem administrasi perpajakan moderen mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP

Pratama Makassar Selatan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini

menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh

signifikan antara sistem administrasi perpajakan moderen terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

73
1. Pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan moderen

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Makassar Selatan didapatkan berpengaruh, hal ini dapat

dilihat dari hasil statistik menggunakan uji regresi linear sederhana,

dengan hasil yang diperolah menunjukan nilai t hitung sebesar 5.891,

karena t hitung > dari t tabel 1.295 maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat pengaruh dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak.

Sementara itu hasil signifikan dari penelitian ini sebesar 0.000<0.05,

maka dari itu hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa Ho ditolak dan

Ha diterima yaitu terdapat pengaruh signifikan antara sistem

administrasi perpajakan moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib

pajak.

2. Besarnya pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan

moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dilihat melalui

hasil uji koefisien determinasi yang telah dilakukan, hasil ini

menunjukan bahwa sebesar 34,8% sistem administrasi perpajakan

moderen berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dan

sisanya sebesar 65,2% dipengaruhi oleh variabel yang tidak

termaksud dalam penelitian ini.

B. Saran

Dari hasil Pengamatan yang dilakukan penulis dapat menyajikan saran

yaitu sebagai berikut:

74
1. Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen yang berkaitan

dengan restrukturasi organisasi, proses bisnis berbasis teknologi

komunikasi dan informasi serta penyempurnaan sumber daya manusia

memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak,

maka dari itu pelaksanaan sistem administrasi perpajakan moderen

saat ini semoga bisa dipertahankan atau bila perlu ditingkatkan kearah

yang lebih baik. Hal itu bisa dilakukan baik dengan cara melakukan

sosialisasi dan penyuluhan mengenai sistem administrasi perpajakan

moderen kepada wajib pajak, aparatur KPP bisa lebih tegas lagi dalam

menyikapi wajib pajak yang tidak patuh dalam menyampaikan SPT

serta aparatur pajak bisa bekerja lebih profesional karena kinerja

aparatur KPP merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

penerapan sistem administrasi perpajakan pada sikap wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Penulis mengharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat

dijadikan bahan acuan maupun tambahan literature untuk pengamat

selanjutnya agar dapat meneliti pengaruh penerapan sistem

administrasi perpajakan moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib

pajak di KPP Pratama Makassar selatan sehingga ada perubahan atau

pembaharuan kearah yang lebih baik lagi kedepannya.

75
DAFTAR PUSTAKA

Al - Qur'an Hr . Muslim III/1321 No: 1695, Abu Daut II/557 No: 4442.
Al - Qur'an Surah At - Taubah Ayat : 41.
Amirin T. 2011. Populasi Dan Sampel Penelitian, Jakarta, Erlangga.
Ardiyanto. 2014. Pengaru sangsi pajak dan Pelayanan Aparat pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Resiko
Sebagai Variabel Moderasi. Accounting Analysis Journal: 57-58.

76
Arifin. 2015. Pengaruh Moderenisasi Sistem Administrasi Perpajakan,
Sanksi Pajak dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Perbanas Review, 41 - 45.
Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian; Suatau Pendekatan Praktik, Edisi
Refisi Vii Jakarta: PT. Primeka Cipta.
Bohari. (2019). Pengantar Hukum Pajak. Depok: Rajawali Pers.

Cenik Ardana. 2016. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Mitra Wacana


Media.
DJP. 2016. Kesadaran Pajak. Jakarta: Direktorat Jendral Pajak
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Emzir, M. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Dan
Kualitatif. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Fauzan Masykur. 2015. Sistem Administrasi Pengelolaan Arsip Surat
Masuk Dan Surat Keluar. IJNS – Indonesian Journal on Networking
and Security, 2.
Imam Zuhd. 2019. Pengaru moderenisasi sistem administrasi dan sangsi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi kepada KPP
Pratama Bandung X. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi &
Akuntansi) , 121-127.

Kementrian Keuangan Repoblik Indonesia Direktorat Jendral Pajak


Direktorat Penyuluhan. 2013. Susunan Dalam Satu Naskah
Undang-undang Perpajakan. Jakarta Selatan: Direktorat Jendaral
Pajak.
Kresnawati. 2020. Implementasi Pasal 55 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Terhadap Kebijakan Alokasi Dana Desa Di Wilayah
Kecamatan Karang Tinggi Bengkulu Tenggah. Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi Islam, 126.

Lado. 2018. Pengaru Penerapan E-filling Terhadap. JRAMB, Prodi


Akuntansi, Fakultas Ekonomi,UMB Yogyakarta, 67- 68
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Erlangga

Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi


Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: Erlangga

77
Maria. 2013.Pengaruh Moderenisasi Sistem Adminisrasi Perpajakan
Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandar Lampung. Jurnal Bisnis
Darmajaya , 39 - 44.
Masyhur. 2013. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakn Moderen
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Ilmu Manajemen &
Bisnis, 1 - 5.
Ompusunggu. 2015. Pemanfaatan teknologi Informasi, Sosialisasi Pajak,
Pengetahuan Perpajakan, dan Kepatuhan Pajak. Jurnal Riset
Akuntansi dan Perpajakan JRA, 194 - 195.
Pandiangan. (2008). Moderenisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Permadi. 2017. Pengaru Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan


dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei
Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Samsat
CPDPD Provinsi Wilayah Bandung III Sukarno Hatta).
Pohan, A. (2017). Pembahasan Komprehensif Pengantar Perpajakan
Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rahayu. (2010). Perpajakan Teori Dan Teknis Perhitungan. yogyakarta:


Graha Ilmu.
Septiyeni. 2014. Analisis Penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan
Dan Implikasinya terhadap Kinerja Account Representative . Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis , 81 - 84
Setiawan. (2016). Pengaruh Moderenisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 226 - 235.
Sinta Setiana, T. K. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi, 134 - 141
Sugi Astana. 2017. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Moderen Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 818 - 830.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta

78
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta
Sukanto. 2013.Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan Hak Anak
Dalam Rangka Perwujudan Kabupaten Layak Anak. JUrnal
Administrasi Publik.
Tangkuman. (2018). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Dalam
Pemberian Kredit Pada Koppelog Bulok Manado. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concren, 585.
TMbooks. 2015. Cermat Menguasai Seluk Beluk Perpajakan Indonesia.
Yogyakarta: C.V Andi Offset
Triwigati. 2013. Pengaruh Penerapan Moderenisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya.
Umar. 2014. Konsep Hukum Moderen: Suatu Perspektif Keindonesiaan,
Integrasi Sistem Hukum Agama dan Sistem Hukum Nasional.
Walisongo, 161.
Wardani. 2014. Pengaruh Penerapan Modernisasi Administrasi
Perpajakan Terhadap Tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi, 77 - 80.

79
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

Kepada Yth,
Bapak/Ibu Wajib Pajak Orang Pribadi
Ditempat

Responden yang terhormat,


Perkenalkan, saya Fitri Yurnaningsih mahasiswa program studi
Administrasi Fiskal strata satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Makassar. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar

80
sarjana dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Moderen Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan
Berkaitan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan bapak/ibu
responden untuk bersedia mengisi kuesioner penelitian ini. Saya
menjunjung tinggi kejujuran bapak/ibu responden dalam menjawab
pernyataan-pernyataan yang ada. Jawaban bapak/ibu sebagai responden
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Atas bantuan dan
kesediaan bapak/ibu dalam mengisi kuesioner penelitian ini saya ucapkan
terima kasih.

Hormat Saya

Fitri Yurnaningsih

A. IDENTITAS RESPONDEN

Mohon dijawab pada isian yang telah disediakan dan pilihlah jawaban

pada pernyataan pilihan dengan memberi tanda (√ ) pada satu jawaban

yang sesuai dengan kondisi Bapak / Ibu.

Nama :

Umur : 25-40 41-50 >50

Jenis Kelamin : Pria Wanita

Pendidikan Terakhir : S3 S2 S1 D3 SMA / SMK

Lama Menjadi Wajib Pajak :

81
B. PETUNJUK PENGISIAN

Berilah Tanda Centang (√ ) pada kotak yang tersedia pada masing –

masing pernyataan kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut

bapak/ibu. Tiap pernyataan hanya boleh ada satu jawaban. Dibawah ini

terdapat tujuh belas pernyataan yang berhubungan dengan sistem

administrasi perpajakan moderen dan lima pernyataan yang berhubungan

dengan tingkat kepatuhan wajib pajak sesuai dengan indikator – indikator

yang ada.

C. KETERANGAN

Keterangan Nilai Angka

Sangat Setuju ( SS ) 5

Setuju ( S ) 4

Kurang Setuju ( KS ) 3

Tidak Setuju ( TK ) 2

Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1

D. KUESIONER

Indikator pernyataan STS TS KS S SS

NO 1 2 3 4 5
Sistem Administrasi Perpajakan
Moderen (X)

82
a. Restrukturasi Organisasi

1 Birokrasi tidak lagi menjadi hambatan


dalam menjalankan kewajiban
perpajakan

2 Struktur yang berbasis fungsi


perpajakan mempermudah
pengurusan pajak

3 Pemisahan pemeriksaan dengan


keberatan bermanfaat bagi wajib pajak

4 Segmentasi wajib pajak


mempermudah pengurusan pajak

5 Internal audit meningkatkan


transparansi KPP di mata wajib pajak

6 Dengan reformasi perpajakan,


pengurusan pajak menjadi lebih efisien

b. Proses bisnis berbasis


teknologi komunikasi dan
informasi
1 Teknologi informasi yang diterapkan
mempermudah pelaksanaan kewajiban
perpajakan

2 Teknologi informasi yang diterapkan


mempercepat pelaksanaan kewajiban
perpajakan

3 Teknologi informasi yang diterapkan


mudah dipahami

83
4 Teknologi informasi yang diterapkan
mudah digunakan

5 Teknologi informasi yang diterapkan


memangkas jalur birokrasi

6 Teknologi informasi yang diterapkan


meningkatkan transparansi

c. Penyempurnaan manajemen
sumber daya manusia
1 Kompetensi pengetahuan petugas
dalam melakukan bimbingan

2 Kompetensi pengetahuan petugas


dalam melakukan pengawasan

3 Petugas mampu menggunakan


teknologi informasi

4 Petugas dapat memahami keinginan


wajib pajak

5 Petugas berlaku profesional dalam


menjalankan tugas

Indikator Pertanyaan STS TS KS S SS

NO
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 1 2 3 4 5

a. Wajib Pajak Patuh

1 Saya selalu tepat waktu dalam


menyampaikan surat pemberitahuan

84
(SPT)

2 Saya tidak mempunyai tunggakan


pajak untuk semua jenis pajak

3 Saya selalu melengkapi surat


pemberitahuan (SPT) dan lampiran-
lampirannya

4 Saya selalu menulis dan menghitung


pajak dengan benar

5 Saya selalu membayar pajak dengan


benar sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.

85
Lampiran 2. Tabulasi Data Hasil penelitian

1. Sistem Administrasi perpajakan Moderen (X) dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

MASTER TABEL

KEPATUHAN WAJIB
SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN (X)
NO PAJAK (Y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jml 1 2 3 4 5 Jml
1 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70 3 3 4 3 4 17
2 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 57 3 3 4 3 3 16
3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 75 5 5 5 5 5 25
4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 5 5 4 73 4 4 5 4 5 22
5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 49 3 3 3 3 3 15
6 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 72 4 4 4 4 4 20
7 5 5 4 3 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 77 4 5 5 5 4 23
8 4 4 5 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 73 4 3 4 5 5 21
9 3 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 76 4 5 5 5 4 23
10 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 77 4 5 5 5 5 24
11 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 78 5 5 5 5 5 25
12 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 79 5 4 5 4 5 23
13 5 4 5 4 3 5 5 4 3 5 4 5 3 4 5 5 5 74 5 5 4 5 5 24
14 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 77 5 5 5 5 5 25
15 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 76 4 4 5 5 4 22
16 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 76 5 5 5 4 5 24

86
17 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 82 5 5 5 5 5 25
18 3 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3 3 5 5 5 72 5 5 5 5 5 25
19 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 4 5 78 4 4 4 5 5 22
20 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 5 68 5 5 5 5 5 25
21 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 68 5 5 5 5 5 25
22 4 5 4 3 4 3 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 74 5 5 5 5 5 25
23 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 3 3 3 4 4 70 5 4 4 4 4 21
24 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 44 4 3 3 3 4 17
25 3 4 3 5 4 5 4 4 5 4 3 5 4 4 4 4 4 69 4 5 5 5 5 24
26 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 68 4 3 4 4 4 19
27 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 71 4 4 4 3 5 20
28 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 75 5 5 5 5 5 25
29 3 4 4 5 3 4 4 5 4 5 5 5 3 3 5 5 5 72 5 5 5 5 5 25
30 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 64 4 4 4 4 4 20
31 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 84 5 5 5 5 5 25
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4 4 4 4 4 20
33 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71 4 4 4 4 4 20
34 3 3 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 70 5 5 5 5 5 25
35 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 5 5 5 5 5 4 4 68 4 4 5 5 5 23
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4 4 4 4 4 20
37 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 73 4 5 4 4 5 22
38 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 75 4 4 4 4 5 21
39 4 4 4 4 4 5 5 5 3 3 5 5 4 4 4 4 4 71 4 5 5 5 5 24
40 5 4 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 3 5 5 5 74 5 5 5 5 5 25
41 4 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 72 4 4 5 5 5 23
42 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 80 5 5 5 5 5 25
43 3 4 3 4 4 4 5 5 4 4 3 3 3 3 5 5 5 67 5 5 5 5 5 25

87
44 4 3 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 3 3 5 5 5 73 5 5 5 5 5 25
45 5 4 3 5 4 3 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 75 4 4 4 4 4 20
46 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 68 5 5 5 5 5 25
47 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 78 5 4 5 5 4 23
48 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 81 5 5 5 5 5 25
49 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 81 5 5 5 5 5 25
50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 85 5 5 5 5 5 25
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 73 5 5 5 5 5 25
52 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 81 5 5 5 5 5 25
53 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 77 5 5 5 5 5 25
54 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 80 5 5 5 5 5 25
55 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 79 4 4 5 4 5 22
56 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 82 4 4 4 4 4 20
57 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 80 5 5 5 5 5 25
58 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 83 5 5 5 5 5 25
59 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 76 4 4 4 4 4 20
60 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 76 5 5 5 5 5 25
61 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 79 5 5 5 5 5 25
62 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 78 5 5 4 4 4 22
63 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 79 5 5 5 5 5 25
64 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 81 4 4 4 4 4 20

88
Lampiran 3. Hasil Output Uji Persyaratan Data

1. Sistem Administrasi perpajakan Moderen (X)

a. Uji Validitas

Correlations

X_1 X_2 X_3 X_4 X_5 X_6 X_7 X_8 X_9 X_10 X_11 X_12 X_13 X_14 X_15 X_16 X_17 TOTAL
Pearson
1 .478** .403** .445** .426** .409** .489** .280* .430** .430** .428** .416** .224 .246* .297* .306* .372** .658**
Correlation
X_1 Sig. (2-
.000 .001 .000 .000 .001 .000 .025 .000 .000 .000 .001 .076 .050 .017 .014 .002 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.478 **
1 .364 **
.443 **
.477 **
.422 **
.394 **
.446
**
.411 **
.428**
.298 *
.210 .258 *
.322**
.312*
.412
**
.379 **
.649**
Correlation
X_2 Sig. (2-
.000 .003 .000 .000 .001 .001 .000 .001 .000 .017 .096 .040 .010 .012 .001 .002 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.403 **
.364 **
1 .147 .448 **
.107 .229 .391 **
.237 .362**
.293 *
.282 *
.417**
.427**
.235 .348
**
.272 *
.559**
Correlation
X_3 Sig. (2-
.001 .003 .247 .000 .400 .068 .001 .059 .003 .019 .024 .001 .000 .061 .005 .030 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.445 **
.443 **
.147 1 .357 **
.538 **
.298 .467
* **
.431 **
.415**
.384**
.395 **
.201 .082 .369 **
.222 .262 *
.598**
Correlation
X_4 Sig. (2-
.000 .000 .247 .004 .000 .017 .000 .000 .001 .002 .001 .112 .518 .003 .077 .037 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X_5 Pearson
.426 **
.477 **
.448 **
.357 **
1 .407 **
.258 *
.313 *
.396 **
.278 *
.323**
.238 .477**
.418**
.193 .279 *
.253 *
.609**
Correlation
Sig. (2- .000 .000 .000 .004 .001 .039 .012 .001 .026 .009 .058 .000 .001 .126 .025 .044 .000
tailed)

89
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.409
**
.422 **
.107 .538 **
.407**
1 .357 **
.248 *
.278 *
.342
**
.256 *
.264 *
.190 .173 .135 .085 .224 .502**
Correlation
X_6 Sig. (2-
.001 .001 .400 .000 .001 .004 .048 .026 .006 .041 .035 .132 .171 .288 .503 .075 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.489
**
.394 **
.229 .298 *
.258 *
.357
**
1 .499 **
.469 **
.459
**
.384
**
.528 **
.186 .164 .361 **
.389
**
.415 **
.627**
Correlation
X_7 Sig. (2-
.000 .001 .068 .017 .039 .004 .000 .000 .000 .002 .000 .142 .195 .003 .002 .001 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.280 *
.446 **
.391**
.467 **
.313 *
.248 *
.499 **
1 .511 **
.643
**
.505
**
.527 **
.249
*
.159 .519 **
.517
**
.577 **
.720**
Correlation
X_8 Sig. (2-
.025 .000 .001 .000 .012 .048 .000 .000 .000 .000 .000 .047 .211 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.430
**
.411 **
.237 .431 **
.396**
.278 *
.469 **
.511
**
1 .732
**
.564
**
.558 **
.232 .222 .483 **
.481
**
.516 **
.736**
Correlation
X_9 Sig. (2-
.000 .001 .059 .000 .001 .026 .000 .000 .000 .000 .000 .065 .077 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.430
**
.428 **
.362**
.415 **
.278 *
.342
**
.459 **
.643
**
.732 **
1 .593
**
.600 **
.149 .097 .508 **
.564
**
.568 **
.755**
Correlation
X_10 Sig. (2-
.000 .000 .003 .001 .026 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .242 .448 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.428
**
.298 *
.293 *
.384 **
.323**
.256 *
.384 **
.505
**
.564 **
.593
**
1 .675 **
.247
*
.167 .480 **
.426
**
.472 **
.694**
Correlation
X_11 Sig. (2-
.000 .017 .019 .002 .009 .041 .002 .000 .000 .000 .000 .049 .186 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.416
**
.210 .282 *
.395 **
.238 .264 *
.528 **
.527
**
.558 **
.600
**
.675
**
1 .225 .213 .432 **
.398
**
.489 **
.688**
Correlation
X_12 Sig. (2-
.001 .096 .024 .001 .058 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .073 .092 .000 .001 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X_13 Pearson .224 .258* .417** .201 .477** .190 .186 .249* .232 .149 .247* .225 1 .810** .164 .148 .140 .501**
Correlation

90
Sig. (2-
.076 .040 .001 .112 .000 .132 .142 .047 .065 .242 .049 .073 .000 .194 .242 .271 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.246 *
.322 **
.427
**
.082 .418
**
.173 .164 .159 .222 .097 .167 .213 .810
**
1 .181 .242 .154 .477**
Correlation
X_14 Sig. (2-
.050 .010 .000 .518 .001 .171 .195 .211 .077 .448 .186 .092 .000 .152 .054 .225 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.297 *
.312 *
.235 .369 **
.193 .135 .361 **
.519
**
.483 **
.508
**
.480
**
.432 **
.164 .181 1 .774
**
.816 **
.665**
Correlation
X_15 Sig. (2-
.017 .012 .061 .003 .126 .288 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .194 .152 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.306 *
.412 **
.348
**
.222 .279 *
.085 .389 **
.517
**
.481 **
.564
**
.426
**
.398 **
.148 .242 .774 **
1 .799 **
.675**
Correlation
X_16 Sig. (2-
.014 .001 .005 .077 .025 .503 .002 .000 .000 .000 .000 .001 .242 .054 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.372
**
.379 **
.272 *
.262 *
.253 *
.224 .415 **
.577
**
.516 **
.568
**
.472
**
.489 **
.140 .154 .816 **
.799
**
1 .704**
Correlation
X_17 Sig. (2-
.002 .002 .030 .037 .044 .075 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .271 .225 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pearson
.658
**
.649 **
.559
**
.598 **
.609
**
.502
**
.627 **
.720
**
.736 **
.755
**
.694
**
.688 **
.501
**
.477
**
.665
**
.675
**
.704 **
1
Correlation
TOTAL Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64

91
b. Uji Reliabilitas

Case Processing Summary


N %
Valid 64 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 64 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.907 17

2. Kepatuhan Wajib pajak (Y)

a. Uji Validitas

Correlations

Y_1 Y_2 Y_3 Y_4 Y_5 TOTAL

Pearson Correlation 1 .766** .636** .672** .645** .855**

Y_1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 64 64 64 64 64 64

92
Pearson Correlation .766** 1 .737** .745** .660** .904**
Y_2 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64
Pearson Correlation .636** .737** 1 .791** .681** .878**
Y_3 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64
Pearson Correlation .672** .745** .791** 1 .660** .891**
Y_4 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64
Pearson Correlation .645** .660** .681** .660** 1 .828**
Y_5 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64
Pearson Correlation .855** .904** .878** .891** .828** 1

TOTAL Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000


N 64 64 64 64 64 64

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

93
b. Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Valid 64 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 64 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.920 5

94
95
Lampiran 4. Nilai-nilai r Produch Moment

96
97
Lampiran 5. Tabel t

Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)


Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884


2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715

98
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500

27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103


28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688

99
Titik Persentase Distribusi t (df = 41 – 80)
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001

df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002


41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253

100
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903
72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733
73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567
74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406
75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249
76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096
77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948
78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804
79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663
80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526

101
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

102
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Penelitian

103
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar selatan

104
Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan.

105
Lampiran 10. Surat Keterangan Turnitin

106
Lampiran 11. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

FITRI YURNANINGSIH, Lahir di Riung, Kecamatan

Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur,

Indonesia tanggal 15 Mei 1996, sebagai anak ke dua

dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Abu Irwan

dan Ibu Siti Fatima.

Penulis beralamat di Perintis Kemerdekaan IV lorong VI. Penulis berasal

dari Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penulis memasuki

jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2003 di SD Negeri

Nangamese dan tamat pada tahun 2008, kemudian melanjutkan

pendidikan di MTs.S. Raudhatul Jannah Riung dan tamat pada tahun

2011 selanjutnya memasuki jenjang pendidikan di MA. Muhammadiyah

Riung dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun 2017 penulis di terima

sebagai mahasiswi jurusan Administrasi Fiskal di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Makassar. Pada tahun 2021 ini, cita-cita

penulis menjadi seorang Serjana Manajemen terjawab dalam sebuah

skripsi yang di susun dengan judul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM

ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODEREN TERHADAP TINGKAT

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA MAKASSAR SELATAN”

107

Anda mungkin juga menyukai