Anda di halaman 1dari 71

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB

PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA


MAKASSAR UTARA

MUHTIA NABILA
19 044 014 010

Hasil Penelitian
Dalam Rangka Penulisan Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh
GelarSarjana/Strata Satu (S1) Program Studi Administrasi Fiskal
FISIP Universitas Islam Makassar

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI FISKAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB


PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA
MAKASSAR UTARA

Telah diperiksa dan disetujui Oleh:

Pembimbing I,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Muhammad. Nadhar, SE, M. Si H.B.Hasan Basri.SH, M.H


NIDN. 0925016301 NIDN. 0914117203

Diajukan Kepada Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Islam Makassar

Ketua, Sekretaris,

Andi. Indah Lestari. AM. SE, M.M Nisma Ariskha Masdar, SE. M. Ak
NIDN. 0912059202 NIDN. 0912059202

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhtia Nabila

Stambuk/Nim : 19 044 014 010

Program Studi : Administrasi Fiskal

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis

dengan judul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi pada KPP Makassar Utara” adalah benar merupakan

hasil karya sendiri bukan merupakan tulisan atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan skripsi ini hasil karya cipta orang lain maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 17 Februari
Yang membuat pernyataan
Materai
10000
6

Muhtia Nabila

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur, kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul” Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Makassar Utara.

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Manajemen (S.M) jurusan Administrasi Fiskal

pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Makassar.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna dan banyak kekurangan dalam metode penulisan maupun

dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan

kemampuan pen ulis yang bersifat membangun mudah mudahan

dikemudian hari dapat memeperbaiki segala kekurangannya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis selalu mendapatkan

bimbingan, dorongan serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya kepada

1. Kedua orang tua penulis yakni Bapak Muhammad Sukri dan Ibu

Setiawati yang telah memberikan doa dan dukungan terhadap peneliti.

vi
2. Dr. Ir. Hj. A. Majdah. M. Zain, M.Si. Rektor Universitas Islam Makassar.

3. Dr. H. Mochtar Lutfih. M, SE, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik.

4. Andi Indah Lestari AM, SE, M.M. Wakil Dekan I dan sebagai Dosen

Penguji II.

5. Nisma Ariskha Masdar, SE, M.Ak. Ketua Program Studi Administrasi

Fiskal .

6. Dr. Muhammad Nadhar, SE, M.Si. Direktur P2 UB UIM sebagai Dosen

pembimbing I.

7. Rifqi Nur Wahyudi, SE, M.M, sebagai Dosen penguji I.

8. H.HB Hasan Basri. SH, M.H. sebagai Dosen pembimbing II.

9. Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Makassar.

10. Keluarga penulis, di Makassar yang telah memberikan dorongan

sampai saat ini.

11. Untuk sahabat-sahabat penulis serta teman-teman seperjuangan

administrasi fiskal angkatan 2019.

Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

banyak pihak dan mohon maaf jika tidak disebutkan satu persatu

dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca, baik bagi para pihak yang telah

membantu penulisan skripsi ini. Semoga amal dan kebaikan

mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

vii
Makassar, Februari 2023

Penulis,

Muhtia Nabila

19044014010

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
ABSTRAK
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Al-Qur’an dan Hadist 8


B. Konsep dan Teori Pemahaman Pajak 11
C. Konsep dan Teori Kesadaran Pajak 14
D. Konsep dan Teori Sanksi Perpajakan 15
E. Konsep dan Teori Pelayanan Pajak 18
F. Konsep dan Teori Wajib Pajak Orang Pribadi 21
G. Konsep dan Teori Wajib Pajak 21
H. Konsep dan Teori Kepatuhan Wajib Pajak 28
I. Kerangka Konseptual
J. Hipotesis 29
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 31
B. Identifikasi Variabel Penelitian 31
C. Waktu dan Lokasi Penelitian 32
D. Sumber Data 33

ix
E. Fokus dan Deskripsi Penelitian 33
F. Infomasi Penelitian 34
G. Instrumen Penelitian 34

H. Teknik Pengumpulan Data 35

I. Teknik Analisis Data 35

DAFTAR PUTAKA 37

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

untuk membiayai pengeluaran negara (Riftiasari, 2019). Menurut Andriani

dalam Waluyo (Suharyadi, 2019) pajak adalah iuran kepada negara (yang

dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintah.

Salah satu jenis pajak yang berpengaruh paling besar adalah pajak

penghasilan, Pajak penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang

berkewajiban melekat pada subjek pajak yang bersangkutan. Pemahaman

perpajakan, kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan pelayanan

fiskus serta kepatuhan wajib pajak sangat berperan penting untuk

keberhasilan dalam suatu perpajakan. Pajak penghasilan dapat dikenakan

pada subjek pajak berkaitan dengan penghasilan yang diterima atau

diperoleh dalam satu tahun pajak.

Peran sektor perpajakan bagi pendapatan Negara saat ini cukup

besar, dan menjadi salah satu andalan bagi penerimaan kas Negara. Hal

tersebut dapat dilihat dari perkembangan terakhir yang menunjukkan

11
bahwa pendapatan Negara dari sektor perpajakan telah menempati urutan

pertama untuk tahun 2009.

Sistem pemungutan pajak yang pernah dilaksanakan di Indonesia

ada 3(tiga) yaitu Official Assessment System, Self Assessment dan With

Holding System. Dari ketiga sistem tersebut mempunyai ciri dan

karakteristik yang berbeda-beda. Dimana Official Assessment System

lebih menekankan inisiatif pihak fiskus untuk menentukan besarnya pajak

terutang, Self Assessment System melakukan pemenuhan kewajiban

perpajakannya sendiri, sedangkan With Holding System lebih

menekankan pihak Ketiga selain fiskus dan wajib pajak untuk menentukan

besarnya pajak terutang.

Masalah kepatuhan dalam perpajakan terutama dalam sistem Self

Assessment System ini sangatlah penting. Dikarenakan sistem tersebut

juga membuka peluang melakukan kecurangan oleh wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakan. Kecurangan tersebut dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu perlawanan aktif dan perlawanan pasif.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan perpajakan, upaya

penagihan dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi jumlah Wajib

Pajak yang ditagih. Optimalisasi tersebut dimasukkan agar dapat

menghasilkan penerimaan pajak dan juga mempertimbangkan segi

keadilan dalam memperlakukan Wajib Pajak. Oleh sebab itu, diupayakan

agar setiap wajib pajak akan mendapatkan giliran untuk diperiksa dalam

12
rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakannya (Syahab dan

Gisijanto, 2008). Kepatuhan wajib pajak merupakan masalah klasik yang

terjadi di setiap Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Isu kepatuhan menjadi

penting karena dengan wajib pajak yang patuh, maka akan meningkatkan

penerimaan dari sektor pajak

Kepatuhan Wajib Pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan No.

544/KMK.04/2000, yaitu suatu tindakan Wajib Pajak untuk memenuhi

kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan

dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku disuatu negara.

Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

melaporkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam

menghitung dan memperhitungkan besarnya pajak yang terutang, serta

membayar kewajiban perpajakannya (Direktorat Jederal Pajak, 2000).

Kepatuhan wajib pajak sangat penting guna meningkatkan penerimaa

pajak, jika semua wajib pajak yang ada memiliki kepatuhan dalam

membayar pajak maka pembangunan akan terlaksana dan target

penerimaan dari sektor pajak tercapai (Agung, 2011).

Tabel I.1 Data wajib pajak terdaftar KPP Pratama Makassar Utara

Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi


Tahun
Terdaftar Karyawan Non
Karyawan
2016 71.744 12.376
2017 78.650 14.437
2018 86.396 16.961
Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Makassar Utara

13
Tabel I.2 Data wajib pajak terdaftar KPP Pratama Makassar Utara

Tahun Wajib Pajak Melapor SPT


Melapor (Orang Pribadi)
2016 34.690
2017 34.422
2018 36.273
Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Makassar Utara
Berdasarkan tabel I.1 dan tabel I.2 diatas, pada tahun 2016

jumlah wajib pajak orang pribadi karyawan dan non karyawan sebanyak

84.120 sedangkan yang melaporkan SPT hanya 34.690 hal tersebut

menunjukkan bahwa masih banyak wajib pajak yang tidak melaporkan

SPT. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah wajib pajak orang pribadi yang

mendaftarkan diri sebagai wajib pajak mengalami peningkatan sebanyak

93.087 akan tetapi wajib pajak yang telah melaporkan SPT menurun

sebanyak 34.422 wajib pajak. Penurunan tingkat kepatuhan wajib pajak

dalam melaporkan SPT juga ditunjukkan pada tahun 2018 dimana, jumlah

wajib pajak yang terdaftar mengalami peningkatan yang signifikan akan

tetapi tidak sebanding dengan jumlah wajib pajak yang melapor.

Kesadaran wajib pajak adalah tindakan itikad baik seseorang untuk

memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan hati nuraninya yang

tulus ikhlas. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka

pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Wardani dan Rumiyatun,

2017:17)

Sanksi merupakan hukuman negatif kepada orang yang melanggar

peraturan, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi perpajakan adalah

14
hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara

membayar uang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sulud Kahono

(2003) menyatakan bahwa sanksi denda berpengaruh positif tehadap

kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan permasalahan yang

terjadi maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Faktor

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pada KPP Pratama Makassar Utara “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah pokok

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak secara simultan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP

Pratama Makassar Utara?

2. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Makassar Utara ?

3. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi di KPP Pratama Makassar Utara?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah penelitian yang telah dibuat, maka tujuan dari

rumusan masalah penelitian ini adalah:

15
1. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak

secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP

Pratama Makassar Barat.

2. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama

Makassar Barat.

3. Untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi di KPP Pratama Makassar Barat.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian diatas, maka

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan

dan ilmu pengetahuan tentang kepatuhan wajib pajak dan sebagai

acuan untuk penelitian berikutnya mengenai topik ini.

b) Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang

kepatuhan wajib pajak.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan bahan masukan serta wawasan tentang faktor

yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP

Pratama Makassar Barat.

b. Dapat memeberikan informasi kepada wajib pajak agar lebih patuh

dalam membayar pajak

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Al Qur’an dan Hadist

Pajak dalam Bahasa Arab disebut dengan al-usyr atau al-maks

dan al-dharibah, yang berarti pemungutan yang ditarik dari rakyat oleh

penarik pajak. Kata pajak dalam Al-Qur’an diterjemahkan sebagai

dharibah yang mana secara etimologi berasal dari kata (dharaba,

yadhribu, dharban) artinya adalah kewajiban, menentukan,

menetapkan, membebankan dan lain – lain. Ia disebut beban karena

merupakan kewajiban tambahan atas harta setelah zakat, sehingga

dalam pelaksanaannya akan dirasakan sebagai sebuah beban.

Gusfahmi, (2007: 27-30) menjelaskan perpajakan secara

bahasa maupun tradisi, dharibah dalam penggunaannya memiliki

banyak arti, namun para ulama mengartikan bahwa kata dharibah

untuk menyebut harta yang dipungut sebagai kewajiban. Sedangkan

kharaj adalah berbeda dengan dharibah, karena kharaj adalah pajak

yang obyeknya adalah tanah (taklukan) dan subyeknya adalah non-

muslim. Sementara jizyah obyeknya adalah jiwa (an-nafs) dan

subyeknya adalah juga non-muslim. Hal ini tampak jelas dalam

ungkapan bahwa jizyah dan kharaj dipungut secara dharibah. Jadi

dharibah adalah harta yang dipungut secara wajib oleh Negara selain

jizyah dan kharaj, sekalipun keduanya dapat dikategorikan dharibah.

17
Adapun pengertian pajak menurut Yusuf Qaradhawi (1973: 988)

adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus

18
19

disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat

prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluran-

pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan

ekonomi, sosial, politik dan tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara.

Gazi Inayah, (1995) berpendapat bahwa pajak adalah kewajiban

untuk membayar tunai yang ditentukan oleh pemerintah atau pejabat

berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan tertentu.

Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan kemampuan si pemilik harta dan

dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum dan untuk

memenuhi tuntutan politik keuangan bagi pemerintah

Abdul Qadim dkk (1988) berpendapat bahwa pajak adalah harta

yang diwajibkan Allah SWT kepada kaum muslim untuk membiayai

berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan

atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang/harta.

Dari berbagai definisi tersebut, nampak bahwa definisi yang

dikemukakan Abdul Qadim lebih dekat dan tepat dengan nilai-nilai syariah,

karena di dalam definisi yang dikemukakannya terangkum lima unsur

penting pajak menurut hukum ekonomi Islam, yaitu:

1) diwajibkan oleh Allah SWT

2) obyeknya harta

3) subyeknya kaum muslim yang kaya

4) tujuannya untuk membiayai kebutuhan mereka


20

5) diberlakukan karena adanya kondisi darurat (khusus), yang

harus segera diatasi oleh Ulil Amri.

Ulama yang memperbolehkan pajak. Ada Sebagian kaum muslimin

sejak zaman sahabat sampai masa tabi’in berpendapat bahwa dalam

harta kekayaan ada kewajiban lain selain zakat. Pendapat tersebut datang

dari Umar, Ali, dan lainnya dari kalangan tabi’in. Dalil-dalil yang mereka

kemukakan, antara lain:

Al – Qur’an Surah Al – An’am (6) ayat 141

Artinya: Dan dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang


merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang
beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia
berbuah dan berikan haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya,
tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebihan (QS. Al – An’am : 141)
Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Muhalla. Tatkala ditanyakan “apakah hak

yang diwajibkan pada ayat tersebut (QS Al-An’am (6) : 141)?”, Beliau

menjawab, “Ya! Itulah kewajiban diluar Zakat, yaitu sesuatu yang harus

diberikan oleh pemilik hak paten serelanya di waktu panen, tapi jumlahnya

tidak dibatasi.bnu Hazam mengatakan:

“Apabila dana zakat tidak mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan orang-

orang miskin dalam suatu daerah atau Negara, maka menjadi tanggung
21

jawab warga yang mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Apabila

mereka tidak melakukan itu, semuanya berdosa. Inilah pendapat yang

tidak bisa diragukan, yang diambil dari makna dan tujuan Al-Qur’an”.

Marginani dalam kitabnya Al-Hidayah:

“Jika sumber daya Negara tidak mencukupi, Negara harus menghimpun

dana dari rakyat untuk memenuhi kepentingan umum. Jika manfaat itu

memang dinikmati rakyat, kewajiban mereka membayar ongkosnya”

Diperbolehkan memungut pajak, menurut para ulama tersebut

diatas alasan utamanya adalah untuk kemaslahatan umat, karena dana

pemerintah tidak mencukupi untuk membiayai berbagai pengeluaran yang

jika pengeluaran itu tidak dibiayai, maka akan timbul kemudaratan.

Sedangkan mencegah kemudaratan adalah juga suatu kewajiban.

Sebagaimana kaidah fikih yang di bawakan oleh Imam As-Suyuthi dalam

Kitabnya Al-Asybah wa An-Nazhair, kadah no 23, pada halaman 329.

Imam As-Suyuthi rahimahullah menyatakan.

Artinya: “ Perkara wajib tidaklah ditinggalkan kecuali karena

perkara wajib”

Perkara yang dihimpun oleh pemerintah harus dipergunakan untuk

kepentingan yang diizinkan Allah SWT, yakni kemaslahatan segenap

rakyat. Pemungutan yang dilakukan atas kepentingan masyarakat tetap

harus berpatokan dengan syariat Islam, terutama dalam keadilan dalam


22

pemungutan pajak serta tidak ada penindasan yang dilakukan oleh pihak

pemungutan pajak.

1. Konsep dan Teori Pemahaman Pajak

a) Pengertian Pemahaman Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari

kata dasar paham yang artinya suatu proses,cara, atau perbuatan untuk

memahami dan mengerti tentang sesuatu.

Mardiasmi & Pusparini (2011) memberikan pengertian pemahaman

wajib pajak sebagai berikut:

Pemahaman wajib pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap

sistem pemungutan pajak yang ada di Indonesia dan segala macam

peraturan perpajakan yang berlaku.

Sedangkan Carolina (2009) memberikan pemahaman wajib pajak sebagai

berikut: Pemahaman wajib pajak adalah informasi yang digunakan wajib

pajak dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh

arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajibannya di bidang perpajakan.

Menurut Waluyo (2011) mendefinisikan “pemahaman wajib pajak

adalah proses dimana Wajib Pajak mengetahui dan memahami tentang

perpajakan dan mengaplikasikannya untuk membayar pajak”. Sedangkan

menurut Yulianti (2015) “Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan

perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang


23

perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk membayar

pajak”.

Dalam pemahaman tersebut wajib pajak dituntut untuk mengerti dan

paham akan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi wajib pajak, dimana

wajib pajak harus mengetahui tentang peraturan dan undang-undang

serta tata cara perpajakan dan menerapkannya untuk melakukan kegiatan

perpajakan seperti, membayar pajak, melaporkan SPT, dan sebagainya.

Semakin tingginya pemahaman tentang peraturan perpajakan, maka wajib

pajak akan semakin patuh dalam membayar pajak.

b) Indikator Pemahaman Perpajakan

Widayati dan Nurlis (2017) menyatakan bahwa terdapat beberapa

indikator wajib pajak memahami peraturan perpajakan, antara lain:

1) Kewajiban memiliki NPWP, setiap wajib pajak yang memiliki

penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP

sebagai salah satu sarana untuk pengadministrasian pajak.

2) Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai

wajib pajak, apabila wajib pajak telah mengetahui kewajiban sebagai

wajib pajak maka mereka akan melakukan salah satunya adalah

membayar pajak.

3) Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan, semakin

tahu dan paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka


24

semakin tahu dan paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan

diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka

4) Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak

5) Wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui

sosialisasi yang dilakukan oleh KPP, Indonesia menganut sistem Self

Assessment dalam pemungutan pajaknya. Tujuan utama melalui

adanya sistem Self Assessment adalah kepatuhan sukarela dari wajib

pajak untuk jujur melaporkan usahanya

2. Konsep dan Teori Kesadaran Pajak

a) Pengertian Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kesadaran adalah keadaan

mengerti atau tahu dan merasa. Kesadaran wajib pajak adalah suatu

kondisi di mana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan

ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela, Mintje (2016).

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:191) Kesadaran wajib pajak

merupakan kondisi dimana wajib pajak mengerti dan memahami arti,

fungsi maupun tujuan pembayaran pajak kepada Negara. Hal senada

dikemukakan oleh Erly Suandy (2011:128), Kesadaran wajib pajak artinya

wajib pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya

seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan jumlah

terutangnya.

Sedangkan menurut Handayani dkk (2012) Kesadaran merupakan

unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara


25

bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Pengetahuan dan

pemahaman tentang perpajakan sangatlah penting karena hal itu dapat

membantu wajib pajak dalam mematuhi setiap aturan perpajakan.

Berdasarkan pengertian – pengertian diatas maka dapat dikatakan

bahwa kesadaran wajib pajak adalah kondisi dimana wajib pajak mengerti

dan memahami arti pajak serta malakukan kewajiban perpajakannya

dengan kemauan sendiri.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:192), tingginya tingkat

kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari:

1) Target penerimaan pajak tercapai

2) Tingkat kepatuhan pajak tinggi

3) Tax ratio tinggi

4) Jumlah wajib pajak meningkat sejalan dengan jumlah

masyarakat usia produktif

5) Jumlah tagihan pajak rendah

6) Tingkat pelanggaran rend ah

b) Indikator Kesadaran Wajib Pajak

Indikator Kesadaran Wajib Pajak menurut Ekawati (77:2008) sebagai

berikut:
26

1) Mengetahui adanya Undang – Undang dan ketentuan tentang

perpajakan

2) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan Negara

3) Memahami bahwa kewajiban perpajakan sendiri harus

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku

4) Menghitung, membayar, serta melaporkan pajak dengan sukarela

dan dengan cara yang benar

3. Konsep dan Teori Sanksi Perpajakan

a) Pengertian Sanksi Perpajakan

Sanksi Perpajakan didefinisikan oleh Mardiasmo (2018:62) adalah

Sanksi Pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (norma dituruti/ditaati/dipatuhi. Dengan kata lain

merupakan alat pencegah (preventif) agar melanggar norma perpajakan”.

Sanksi perpajakan didefinisikan juga oleh Diana Sari (2016:272)

Sanksi Pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti atau ditaati atau

dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

pencegah (prevent if ) agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan”.

Zahidah (2010) memberikan pandangan terkait pengenaan sanksi

yang dapat dipergunakan untuk untuk 2 (dua) hal, antara lain:


27

1) Untuk mendidik, yang dimaksudkan agar mereka yang dikenakan

sanksi akan menjadi lebih baik dan mengetahui hak dan kewajibannya

sehingga tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

2) Untuk menghukum, sehingga pihak yang terhukum akan menjadi jera

dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

b) Macam – macam Sanksi Perpajakan

Dalam undang – undang perpajakan terdapat dua macam sanksi

perpajakan yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Achmad Tjahjono

(109:2000) memberikan pandangan bawah “ dalam pelaksanaannya,

seorang wajib pajak dapat dikenakan sanksi administrasi, sanksi pidana

atau keduanya”.

1) Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak

memenuhi ketentuan peraturan perpajakan atau melakukan pelanggaran

terhadap aturan perpajakan yang berlaku sanksi administrasi berupa

pembayaran kerugian kepada Negara, dapat berupa bunga, denda atau

kenaikan.

2). Sanksi Pidana

Menurut ketentuan dalam undang – undang perpajakan ada 3

macam sanksi pidana, yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara.

a) Denda Pidana
28

Sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada wajib pajak

ada juga yang diancamkan kepada pejabat atau kepala pihak ketiga yang

melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang

bersifat pelanggaran maupun yang bersifat kejahatan

b) Pidana Kurungan

Pidana kurungan hanya diancam kepada tindak pidana yang bersifat

pelanggaran. Dapat ditunjukkan kepada wajib pajak, dan pihak ketiga.

Karena pidana kurungan yang diancamkan kepada di pelanggar norma itu

ketentuannya sama dengan diancam dengan denda pidana, maka

masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti

dengan pidana kurungan selama – lamanya sekian.

c) Pidana Penjara

Pidana penjara merupakan hukuman perampasan kemerdekaan.

Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara

tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan

kepada wajib pajak.

c) Indikator Sanksi Perpajakan

Suryo Wibowo Pusponegoro (2013) berpendapat persepsi wajib pajak

atas sanksi perpajakan dapat diukur dengan beberapa hal, antara lain:

1) Sanksi perpajakan yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup

berat. Sanksi perpajakan yang cukup berat digunakan sebagai alat


29

pencegahan agar wajib pajak tidak melanggar aturan – aturan

perpajakan atau Undang – Undang yang telah ditetapkan sehingga

tercipta kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajak.

2) Pengenaan sanksi pajak yang cukup berat merupakan salah satu

sarana untuk mendidik wajib pajak. Pengenaan sanksi pajak yang

cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak

dimaksudkan agar wajib pajak yang dikenai sanksi akan menjadikan

lebih baik dan lebih mengetahui hak dan kewajibannya sebagai wajib

pajak sehingga tidak lagi melakukan kesalahan atau pelanggaran yang

sama.

3) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggannya tanpa toleransi.

Maksud dari sanksi pajak dikenakan kepada pelanggarnya tanpa

toleransi adalah untuk menghukum wajib pajak yang dikenai sanksi

tanpa toleransi atau keringanan sanksi atau hukuman apapun

sehingga mereka akan menjadi jera dan tidak lagi melakukan

kesalahan atau pelanggaran yang sama.

4. Konsep dan Teori Pelayanan Pajak

a) Pengertian Pelayanan Pajak

Rustiyaningsih (2011) mengemukakan Pengertian pelayanan pajak

adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara – cara

tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar

tercipta kepuasan dan keberhasilan


30

Sedangkan menurut Bayu Caroko (2015) memberikan pendapatan

pelayanan pajak adalah suatu proses bantuan kepada wajib pajak dengan

cara – cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan

interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Sementara itu,

menurut Emielia Mareta (2014) berpendapat pelayanan fiskus yaitu segala

kegiatan pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak dalam membantu,

membimbing, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib

pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Menurut Debby Farihun Najib (2013) “pelayanan pajak (tax service)

bertujuan untuk memberikan kenyaman, keamanan, dan kepastian bagi

wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban dan haknya di dalam

perpajakan.

b) Indikator Kualitas Pelayanan Pajak

Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012) mengemukakan lima dimensi kualitas

jasa, yaitu:

1) Keandalan (Reliability) merupakan kemampuan untuk memberikan

jasa seperti yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang

diharapkan pelanggan yang tercermin dari ketetapan waktu, pelayanan

yang sama untuk semua orang tanpa kesalahan.

2) Ketanggapan (Responsiveness) adalah kemampuan untuk membantu

dan memberikan pelayan yang sebaik mungkin kepada pengguna.

Dimensi ini menekankan pada perhatian, kecepatan dan ketepatan


31

dalam menghadapi permintaan, pertanyaan, complain dan masalah

dari pengguna layanan. Dayya tanggap dikomunikasikan pada

konsumen melalui waktu tunggu untuk dilayani, jawaban dari

pertanyaan yang mereka ajukan atau perhatikan mereka terhadap

masalah – masalah yang ada, juga meliputi fleksibilitas dan

kemampuan untuk melayani kebutuhan pelanggan.

3) Jaminan (Assurance) adalah pengetahuan karyawan dan kesopanan/

keramahannya, kemampuan perusahaan serta karyawan untuk

menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan, yang

mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya risiko atau keragu

– keraguan

4) Empati (Emphaty) merupakan perhatian tulus, caring (kepedulian),

yang diberikan kepada pelanggan yang meliputi kemudahan dalam

melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan

memahami kebutuhan pelanggan. Pelanggan ingin perusahaan

memahami mereka dan sangat penting bagi perusahaan mereka

5) Bukti langsung (Tangible) didefinisikan sebagai penampilan fasilitas

fisik, peralatan personil dan alat komunikasi. Semua peralatan tersebut

mewakili pelayanan secara fisik atau memberikan image pelayanan

yang akan digunakan oleh pengguna untuk mengevaluasi kualitas.


32

6) Konsep dan Teori Wajib Orang Pribadi

Thomas Sumarsan (2017:9) berpendapatan wajib pajak sebagai

berikut:Wajib pajak adalah orang pribadi maupun badan, meliputi

pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang – undangan perpajakan. Sedangkan Siti Kurnia

Rahayu (2017:2273) berpendapat bahwa Wajib Pajak antara lain:

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat

objektif, yaitu untuk Wajib Pajak dalam Negeri memperoleh atau

menerima penghasilan yang melebihi PTKP (Penghasilan Tidak Kena

Pajak) dan jika Wajib Pajak Luar Negeri, menerima penghasilan dari

sumber – sumber yang ada di Indonesia yang tidak ada batas

minimumnya (PTKP).

Pengertian wajib pajak menurut Diana Sari (2016:178) “wajib pajak

adalah pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang –

undangan

5. Konsep dan Teori Wajib Pajak

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 2

mendefinisikan Wajib Pajak sebagai berikut:

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayaran

pajak, pemotong pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan
33

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –

undangan perpajakan.

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007, Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa : “Badan adalah

sekumpulan orang atau modal yang meupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroran terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan

Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan

dalam bentuk apaun firma, kongsi koperasi, dan pension, persekutuan,

perkumpulan, Yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau

organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak

investasi kolektif dan bentuk usaha tetap”.

Pasal 1 UU No 6 Tahun 2009 tentang ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan menyatakan bahwa “Wajib pajak merupakan orang

pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak dan

pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

6. Konsep dan Teori Kepatuhan Wajib Pajak

a) Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “ Kepatuhan adalah

tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan”. Jadi, kepatuhan perpajakan
34

yaitu ketaatan, tunduk atau patuh dalam melaksanakan ketentuan pajak

yang sesuai dengan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Rahayu (2010) memberikan pendapatnya terkait wajib pajak yaitu “

Keadaan dimana wajib pajak harus memenuhi kewajibannya dalam

membayar pajak”. Sedangkan menurut Simanjuntak dan Mukhlis (2012)

“Kepatuhan wajib pajak yaitu kesadaran wajib pajak untuk patuh terhadap

peraturan perpajakan dan administrasi perpajakan yang berlaku tanpa

perlu disertai dengan aktivitas tindakan dari otoritas pajak”. Santoro (2008)

memberikan definisi kepatuhan pajak sebagai berikut:

Kepatuhan Pajak adalah wajib pajak memiliki kesediaan untuk

memenuhi kewajiban dalam membayar pajak sesuai dengan peraturan

yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib

pajak adalah tindakan wajib pajak yang harus melaksanakan semua

kewajibannya dalam membayar pajak dan menikmati semua hak dari

pembayaran pajaknya sesuai dengan ketentuan perundang – undangan

perpajakan yang berlaku, tetapi wajib pajak juga harus tepat waktu dalam

menyampaikan surat pernyataan.

b) Indikator Kepatuhan Wajib Pajak

Safri (2013) menjelaskan ada beberapa indikator kepatuhan wajib pajak,

sebagai berikut:
35

1) Membayar Pajaknya Tepat pada Waktunya

Wajib pajak tepat waktu dalam menyampaikan SPT dan

membayar pajak untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.

2) Wajib Pajak Tidak Mempunyai Tunggakan Pajak

Seorang wajib pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk

semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur

atau menunda pembayaran pajak.

3) Wajib Pajak dapat Mengetahui Jatuh Tempo Pembayaran

Wajib pajak harus menghitung jumlah pembayaran dan

mengetahui jatuh tempo pembayaran pajak sesuai dengan

perundang – undangan yang berlaku.

4) Tidak Pernah Melanggar Ketentuan Peraturan

Apabila seorang wajib pajak tidak melanggar ketentuan

perpajakan yang berlaku maka akan menguntungkan pemasukan

keuangan Negara.

B. Kerangka Pikir

1. Kesadaran wajib pajak, apabila wajib pajak memahami suatu kondisi

dimana wajib pajak, mengetahui, memahami, dan melaksanakan

ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Sehingga apabila

wajib pajak telah memenuhi semua kondisi tersebut berpengaruh

positif terhadap kepatuhan wajib pajak


36

2. Sanksi Perpajakan, wajib pajak tidak patuh dalam kewajiban

perpajakannya akan dikenai sanksi perpajakan bisa berupa sanksi

administrasi, denda, bunga ataupun yang terberat berupa sanksi

pidana. Jadi sanksi pajak disini bukan untuk menghukum Wajib Pajak

tapi hanya untuk mengingatkan supaya lebih teliti dalam hal

perpajakannya

3. Kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai suatu keadaan Dimana

wajib pajak memenuhi suatu kewajiban perpajakan dan melaksanakan

hak perpajakannya.

Kesadaran wajib
Pajak
X1

Sanksi Pajak
X2

Kepatuhan wajib
pajak
Y

Gambar. 2.1 Kerangka Pikir


37

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis kausal merupakan

hipotesis yang menyatakan ada pengaruh suatu variabel terhadap

variabel lainnya sebagai berikut :

H1 : Kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Makassar

Utara

H2 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi di KPP Pratama Makassar Utara.

H3: Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi di KPP Pratama Makassar Utara


38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan

pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah

bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis (Riduwan

dan Kuncoro, 2014). Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada

pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian

yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab terhadap akibat yang

terjadi. Variabel sebab akibat tersebut. Jadi penelitian tersebut digunakan

untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independen

variabel) terhadap variabel terikat (dependen variabel).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan

penelitian adalah pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar

Utara yang beralamat di Jalan Jl. Urip Sumoharjo No.Km, RW.4,

Makassar dengan pertimbangan bahwa sumber data Wajib Pajak Orang

Pribadi yang dibutuhkan untuk penelitian ini mudah diperoleh dan dapat

langsung ditemui. Adapun target waktu untuk melakukan penelitian ini

yaitu pada bulan Februari – April 2023


39

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer data yang merupakan data yang diperoleh langsung oleh

Responden melalui maupun observasi. Responden yang terpilih

sebagai sampel dalam hal ini adalah Relawan pajak di KPP Makassar

Utara

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber objek

penelitian berupa buku-buku dan jurnal, literatur yang berkaitan

masalah yang akan dibahas

D. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto,

2010). Sedangkan menurut (Mulyatiningsih, 2013) populasi adalah

sekumpulan subjek yang akanditeliti, jadi dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah sekumpulan keseluruhan subjek yang akan

diteliti. Populasi penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang

terdaftar di KPP Pratama Makassar Utara. Jumlah wajib pajak di KPP

Pratama Makassar Utara adalah 229.391 wajib pajak. Maka populasi

dalam penelitian ini adalah 229.391 wajib pajak.

2) Sampel

Menurut (Agung, 2014:69) Sampel ialah sebagian dari populasi

yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil


40

dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pengambilan data tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan. Teknik purposive sampling merupakan

cara penarikan sampel dengan memilih subjek berdasarkan kriteria

spesifik yang ditetapkan peneliti. Adapun alasan peneliti dalam

menggunakan teknik purposive sampling yaitu sebagai berikut:

a) Teknik ini tidak menghabiskan banyak waktu dalam melakukan

penelitian

b) Lebih memudahkan peneliti dalam menentukan data yang akan

dig0unakan untuk diinput dalam mengolah hasil penelitian

Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui

jumlahnya, maka perlu menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin seperti

berikut:

N
n= 2
1+ N (Ne )

Keterangan:

n = jumlah sample yang di cari

N = jumlah populasi

e = sampling error (0.1)


41

Berdasarkan data dari di KPP Pratama Makassar Utara, tercatat

sebanyak 229.391 Wajib Pajak Badan yang terdaftar. Oleh karena itu,

jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian ini dengan margin of error

sebesar 10% adalah:

229.391
n=
1+(229.391 x 0 , 01)
229.391
n=
2294 , 91
n=99 , 95
n=100

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 Wajib Pajak Pribadi yang

terdaftar di KPP Pratama Makassar Utara.

E.Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei

menggunakan media angket (kuesioner). Sejumlah pertanyaan diajukan

kepada responden dan kemudian diminta menjawab sesuai pendapat

mereka. Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala Ordinal

lima angka untuk mengukur kepatuhan wajib pajak, kesadaran wajib

pajak, dan sanksi pajak yaitu mulai angka 1 untuk pendapat sangat tidak

setuju (STS) hingga angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS). Berikut

perinciannya:
42

Angka 1 = Sangat Tidak setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Tidak Tahu (N)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul dari penelitian yang

bersifat kuantitatif, peneliti menggunakan analisis data statistik dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Kualitas Data

a) Uji Validitas

Kegunaan dari uji validitas adalah untuk mengukur sah (valid) atau

tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan

pada kuesioner mampu mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Uji validitas yang di uji menggunakan corrected item

total correlation, yaitu dengan cara mengoreksi skor total diperoleh

dengan menjumlahkan semua skor pertanyaan. Dengan kriteria pengujian

validitas penelitian sebagai berikut:


43

1) Jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka kuesioner tersebut valid (r

hitung > r tabel) =valid

2) Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka kuesioner tersebut tidak

valid (r hitung < r tabel) =tidak valid

b) Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seorang terhadap pernyataan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini untuk

mencari reliabilitas instrumen menggunakan Cronbanch’s Alpha (α),

karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya

merupakan rentangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total.

Kehandalan atau reliabilitas didefinisikan sebagai seberapa jauh

pengukuran bebas dari varian kesalahan. Kuesioner yang reliable adalah

kuesioner yang apabila dicoba secara berulang ulang kepada kelompok

yang sama akan menghasilkan data yang sama dengan asumsi tidak

terdapat perubahan psikologis pada responden. Perhitungan perkiraan

Cronbrach’s Alpha (α) biasanya dikerjakan dengan bantuan SPSS yang

memang dirancang untuk dapat menghitung perkiraan kehandalan. Suatu

variabel dikatakan handal atau realible jika nilai dari Cronbach’s Alpha >

0,70 (Ghozali, 2013:48).


44

2. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah

terkumpul. Teknik analisis data statistik deskriptif untuk masing-masing

variabel terdiri dari mean, median, standar deviasi, minimum, dan

maksimum.

3. Analisis Statistik Inferensial

Statistik Inferensial digunakan peneliti untuk menganalisis data

kuesioner kesadaran wajib pajak, data hasil kuesioner sanksi pajak dan

data hasil kepatuhan wajib pajak. Metode analisis yang diterapkan. Uji

analisis dilakukan secara parsial dan secara simultan antara variabel

bebas dan variabel terikat. Sebelum melakukan uji regresi linear ganda

maka terlebih dahulu perlu dilakukan uji prasyarat sebagai berikut:

a. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi yang

diambil dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Alat yang

dapat digunakan untuk menguji normalitas data sangat banyak modelnya .

Salah satunya dengan menggunakan statistik kolmogrov-smirnov dengan

melihat kolom signifikan.


45

Kriteria penilaian data yaitu jika nilai signifikansi ≥ 0,05 pada taraf

signifikansi 5% (α = 0,05) maka data dikatakan berdistribusi normal dan

sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka data dikatakan tidak

berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah masing-

masing variabel independen atau tidak, jika ternyata terdapat

multikolinieritas pada data yang diperoleh, maka kita hanya perlu

mengambil satu variabel yang akan digunakan untuk menginterpretasikan

pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.

Asalkan nilai VIF (Variance Inflatorial Facto) pada masing-masing variabel

independen kurang dari 10, maka variabel tersebut bebas dari masalah

multikolinieritas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Dengan ketentuan jika sig ≥ 0,05 maka tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

b. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis

melalui analisis regresi berganda dengan uji F dan uji t. Uji F ini berfungsi
46

untuk menguji pengaruh ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat

secara simultan. Jika nilai sig < 0,05 maka terdapat pengaruh variabel

bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika nilai sig >

0,05 maka tidak terdapat pengaruh variabel bebas secara simultan

terhadap variabel terikat. Setelah uji F selanjutnya dilakukan Uji t

bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat secara parsial. Jika nilai sig < 0,05 maka terdapat

pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh variabel

bebas secara parsial terhadap variabel terikat

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat

atau variabel dependent dan variabel bebas atau independent, yaitu:

a. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2016). Dalam penelitian

ini Variabel dependennya adalah Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

(Y). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah dikutip dari Safri

(2013) yang meliputi 7 pertanyaan dan variabel ini menggunakan skala

ordinal 1-5 point.


47

b. Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Sugiyono (2019 : 69) Variabel Independen sering disebut sebagai

variabel bebas, variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini, variabel bebas

(independen) yang digunakan adalah Kesadaran wajib pajak (X1), dan

sanksi pajak (X2). Variabel bebas pada penelitian ini adalah:

1) Kesadaran Wajib Pajak (X1)

Kesadaran wajib pajak dapat diartikan sebagai suatu bentuk sikap moral

yang memberikan sebuah kontribusi kepada negara untuk menunjang

pembangunan negara dan berusaha untuk mentaati semua peraturan

yang telah ditetapkan oleh negara serta dapat dipaksakan kepada Wajib

Pajak. Indikator dalam penelitian ini merupakan replikasi dari kuisioner

penelitian Oktamanora Fina (2017) yaitu terdiri dari 5 pertanyaan. Variabel

ini diukur dengan skala Ordinal 1-5 poin.

3) Sanksi perpajakan (X3)

Suandy (2011) menyatakan bahwa sanksi perpajakan merupakan jaminan

bahwa ketentuan peraturan perundangan perpajakan (norma perpajakan)

akan ditaati atau dipatuhi. Dengan kata lain, Sanksi perpajakan

merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan. Indikator dalam penelitian ini yaitu replikasi dari kuisioner


48

penelitian Sri ( 2014 ) yang terdiri dari 5 pertanyaan. Variabel ini

menggunakan skala Ordinal yang terdiri dari 1-5 point.


BAB IV

GAMBARAN LOKASI UMUM PENELITIAN

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Makassar Utara

KPP Pratama Makassar Utara merupakan salah satu KPP

Pratama yang berada di bawah koordinasi Kantor Wilayah DJP Sulawesi

Selatan, Barat dan Tenggara. Wilayah kerjanya tersebar di 7 kecamatan

yang mencakup 66 kelurahan di kota Makassar. Jumlah Wajib Pajak

terdaftar saat ini mencapai 240 ribu Wajib Pajak. Sektor perekonomian

yang dominan adalah perdagangan dan industri mengingat di Makassar

terdapat pelabuhan dan kawasan industri.

KPP Pratama Makassar Utara melewati sejarah perjalanan yang

panjang seiring dengan transformasi kelembagaan yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 94/KMK.01/1994, di Makassar hanya terdapat satu kantor pajak

di kota Makassar yaitu Kantor Pelayanan Pajak Ujung Pandang yang

berada di bawah Kantor Wilayah XII Sulawesi Selatan dan Sulawesi

Tenggara. Karena laju perekonomian Kota Makassar yang sangat tinggi,

maka pada tahun 2001 KPP Ujung Pandang dipecah menjadi KPP

Makassar Utara dan KPP Makassar Selatan melalui Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001. KPP Makassar Utara ini yang

kemudian bertransformasi menjadi KPP Pratama Makassar Utara sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-67/PMK.01/2008

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

49
132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal

Direktorat Jenderal Pajak. Perubahan ini merupakan bagian dari

reformasi dan modernisasi perpajakan yang dicanangkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak. Semangat reformasi dan modernisasi ini yang kemudian

membawa KPP Pratama Makassar Utara senantiasa memberikan

kontribusi positif bagi penerimaan negara serta terus meningkatkan

kualitas layanan yang diberikan kepada wajib pajak. Semangat ini juga

yang membawa KPP Pratama Makassar Utara mampu meraih berbagai

prestasi termasuk menjadi Kantor Pelayanan Pajak Percontohan di

lingkungan Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara.

B. Visi dan Misi KPP Pratama Makassar Utara

KPP Pratama adalah bagian dari Direktorat Jenderal Pajak

sehingga Visi dan Misi KPP Pratama sama dengan Visi dan Misi yang

telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. yaitu:

a. Visi Direktorat jenderal Pajak

Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik

demi Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara.

b. Misi Direktorat jenderal Pajak

Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri

dengan:

1) mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela

yang tinggi dan penegakan hukum yang adil;

50
2) pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan

kewajiban perpajakan;

3) aparatur pajak yang berintegritas. kompeten dan profesional; dan

4) kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja.

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Makassar Utara

KPP Pratama Makassar Utara dipimpin oleh Seorang Kepala Kantor

dan membawahi:

a) Sebagian Umum dan Kepatuhan Internal;

b) Seksi Penjaminan Kualitas Data

c) Seksi Pelayanan;

d) Seksi Pemeriksaan, Penilaian, dan Penagihan;

e) Seksi Pengawasan I;

f) Seksi Pengawasan II;

g) Seksi Pengawasan III;

h) Seksi Pengawasan IV;

i) Seksi Pengawasan V;

j) Seksi Pengawasan VI; dan

k) Kelompok Jabatan Fungsional.

51
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar di KPP Pratama Makassar Utara dengan jumlah responden

sebanyak 100 orang. Karakteristik responden dikelompokkan menurut

usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan pendidikan pajak.

Untuk memperjelas karakteristik responden yang dimaksud, maka

disajikan tabel mengenai responden seperti dijelaskan berikut ini.

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.1 Presentase Usia Responden


Usia Frekuensi (Orang) Persentase (%)
< 20 - -
21-30 24 24%
31-40 25 25%
41-50 32 32%
> 51 19 19%
Total 100 100%
Data primer yang diolah (2023)

Dari data karakteristik responden berdasarkan usia pada tabel 5.1

diatas, maka jumlah responden terbesar adalah responden yang berusia

41- 50 tahun yaitu sebanyak 32 orang atau 32%. Sedangkan jumlah

responden terendah adalah responden yang berusia >51 tahun yaitu

sebanyak 19 orang atau 19%. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Makassar Utara

adalah berusia produktif.

52
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 presentase jenis kelamin responden


Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)
laki-laki 59 59%
perempuan 41 41%
total 100 100%
Sumber data primer diolah (2023)

Dari data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada

tabel 5.2 di atas, maka jumlah responden terbesar adalah responden

yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 59 orang atau 59%.

Sedangkan jumlah responden terendah adalah responden yang

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 41 orang atau 41%. Maka

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar di KPP Makassar Utara adalah berjenis kelamin laki-laki.

3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.3 Presentase Pekerjaan Responden


Pekerjaan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
PNS 16 16%
Pegawai Swasta 42 42%
Wiraswasta 36 36%
Jasa Profesi 6 6%
100 100%
Sumber data primer diolah (2023)

Dari data karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pada

tabel 5.3 di atas, maka jumlah responden terbesar adalah responden

yang bekerja sebagai Pegawai Swasta yaitu sebanyak 42 orang atau

42%. Sedangkan jumlah responden yang terkecil adalah bekerja

53
sebagai Jasa Profesi yaitu sebanyak 6 orang atau 6%. Maka dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar di KPP Makassar Utara dalah bekerja sebagai Pegawai

Swasta.

4. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 5.4 Presentase Pendidikan Terakhir Responden


Pendidikan Terakhir Frekuensi (Orang) Persentase (%)
SD 0 0
SMP 0 0
SMA 31 31%
D3 15 15%
S1 38 38%
S2 12 12%
S3 4 4%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2023)

Dari data karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

pada tabel 5.4 di atas, maka jumlah responden terbesar adalah

responden yang S1 yaitu sebanyak 38 orang atau 38%. Sedangkan

jumlah responden terendah adalah responden yang S3 yaitu sebanyak 4

orang atau 4%. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wajib

pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Makassar Utara adalah S1.

B. Hasil Uji Kualitas Data

1) Hasil Uji Validitas

Uji Validitas dan dipakai untuk mengukur sah atau valid atau

tidaknya suatu kusioner. Suatu kusioner dinyatakan valid jika pernyataan

pada kusioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur

54
kusioner tersebut. jika r hitung positif atau > dari rtabel maka pernyataan

valid. Jika r hitung negatif < dari r tabel maka pernyataan tidak valid.

Berdasarkan hasil uji statistik mengenai validitas kusioner (angket)

pernyataan dan yang harus mendapatkan persetujuan dari responden

yang menjadi sampel dalam peneltian sebagaimana hasil uji validitas

sebagai berikut:

Tabel 5.5 Uji Validitas Kesadaran Wajib Pajak


No. R hitung R Table Keterangan
1. 0.512 0.195 Valid
2. 0.631 0.195 Valid
3. 0.601 0.195 Valid
4. 0.498 0.195 Valid
5. 0.461 0.195 Valid

Sumber
Sumber pengolahan data dengan spss

Dilihat dalam tabel diatas dapat dinyatakan bahwa dari lima (5) item

pernyataan variabel X1 semua valid ditingkat signifikan 5%. Dengan nilai

r hitung lebih besar dari r tabel (0.195), baik dari item pernyataan yang

memiliki r hitung terendah maupun dari item pernyataan yang memiliki r

hitung tertinggi.

Tabel 5.6 Uji Validitas Sanksi Pajak


No. R hitung R Table Keterangan
1. 0.531 0.195 Valid
2. 0.435 0.195 Valid
3. 0.509 0.195 Valid

55
4. 0.611 0.195 Valid
5. 0.370 0.195 Valid
Sumber pengolahan data dengan spss

Sesuai dengan tabel hasil uji validitas diatas, dapat disimpulkan

bahwa setiap item-item pernyataan yang ada pada variabel X2 ini semua

valid ditingkat signifikan 5%. Dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel

(0.195).

Tabel 5.7 Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak (Y)


No. R hitung R Table Keterangan
1. 0.442 0.195 Valid
2. 0.224 0.195 Valid
3. 0.286 0.195 Valid
4. 0.573 0.195 Valid
5. 0.626 0.195 Valid
6. 0.588 0.195 Valid
7. 0.437 0.195 Valid
Sumber pengolahan data dengan spss

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji validitas variabel Y dari item

pernyataan pertama (1) sampai dengan item pernyataan terakhir (7)

dengan nilai r hitung yang berbeda-beda setiap item pernyataan tersebut

semua valid ditingkat signifikan 5%. Dan setiap nilai r hitung tersebut lebih

besar dari r tabel (0.195).

2) Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian ini dilakukan

56
dengan menghitung koefisien cronbach’s alpha dari masing – masing

instrumen dalam suatu variabel. Instrumen dapat dikatakan reliabel

apabila memiliki nilai cronbach’s alpha lebih dari 0,60 dikemukakan oleh

Ghozali (Aryobimo, 2012). Hasil uji Reliabilitas dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.8 Hasil Uji Reliabilitas


No Sub Variabel Cronbach’s Alpha N of Items
1. Kesadaran Wajib Pajak (X1) 0.681 5
2. Sanksi Pajak (X2) 0.633 5l
3. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0.764 7
Sumber pengolahan data dengan spss

Sesuai tabel 5.7 diatas dinyatakan bahwa hasil uji reliabilitas variabel

kesadaran wajib pajak mendapatkan angka Cronbach's alpha yaitu 0.681

> 0.60, variabel sanksi pajak mendapatkan nilai angka Cronbach's alpha

yaitu 0.633 > 0.60, dan variabel kepatuhan wajib pajak mendapatkan nilai

angka Cronbach's alpha yaitu 0.764 > 0.60. Hal itu menunjukkan bahwa

tingkat reabilitas data baik dan dapat diterima.

Berdasarkan hasil uji reabilitas yang dilakukan dengan menggunakan

program SPSS, didapat bahwa hasil koefisien cronbach alpa untuk

Kesadaran wajib pajak, hasil koefisien cronbach alpa lebih besar dari 0,60

yaitu antara 0,60-0,77. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat reabilitas

cukup baik dan data dapat diterima. Sedangkan untuk variabel Sanksi

pajak dan Kepatuhan wajib pajak, hasil koefisien cronbach alpa lebih

57
besar dari 0,80. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat reabilitas data baik

dan dapat diterima.

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini merujuk pada nilai rata-rata

(mean) dan simpanan baku (standar deviation), nilai minimum dan

maksimum dan lain lain, serta dari seluruh variabel dalam penelitian ini

yaitu Kepatuhan wajib pajak (Y), Kesadaran Wajib Pajak (X1), dan Sanksi

Pajak (X2).

Tabel 5.9 Statistik Deskriptif


Statistics
Kesadaran Kepatuhan
Wajib Pajak Sanksi Pajak Wajib Pajak
N Valid 100 100 100
Missing 0 0 0
Mean 18.88 18.98 27.25
Median 19.00 19.00 27.00
Std. Deviation 1.929 1.752 2.280
Minimum 15 15 22
Maximum 24 23 33
Sum 1888 1898 2725
Sumber pengolahan data dengan spss

Berdasarkan Tabel 5.9 diatas diketahui jumlah data keseluruhan

dalam penelitian ini adalah 100. Dan tidak ada missing variabel dalam

penelitian, yang berarti semua variabel dapat di uji. Dan dari hal tersebut

dapat diketahui bahwa nilai rata rata variabel Kepatuhan Wajib Pajak

adalah 27,25 dan nilai median 27,00 dengan standar deviasi 2,280 dan

nilai sum 2725 kemudian nilai minimum dan maksimum antara 22–23. nilai

58
rata rata variabel Kesadaran Wajib Pajak adalah 18,88 dan nilai median

19,00 dengan standar deviasi 1,929 dan nilai sum 1888 kemudian nilai

minimum dan maksimum antara 15–24. nilai rata rata variabel Sanksi

Pajak adalah 18,98 dan nilai median 19,00 dengan standar deviasi 1,752

dan nilai sum 1898 kemudian nilai minimum dan maksimum antara 15–23.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel dalam

penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Model yang tinggi adalah

yang memiliki ditribusi data yang normal atau mendekati normal (Ghozali,

2011). Hasil uji normalitas data dengan menggunakan analisis histogram

yaitu grafik yang berbentuk lonceng hal ini berarti data berkompetensi

normal. Analisis grafik dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

59
Gambar 5.1 Grafik Histogram

Uji normalitas betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada

Gambar di atas dapat diketahui bahwa tampilan histogram terlihat

memenuhi asumsi uji normalitas. Histogram menunjukkan pola distribusi

normal dan berbentuk lonceng.

60
Gambar 5.2 Grafik P-Plot

Berdasarkan gambar 5.1 mnunjukan bahwa model regresi layak

dipakai dalam penelitian ini karena pada grafik normal plot terlihat titik-titik

menyebar disekitar garis diagonal serta penyebaranya mengikuti arah

diagonal sehingga memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen).

Persyaratan yang harus terpanuhi dalam model regresi adalah tidak

adanya multikolonieritas, dengan melihat nilai tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Bila angka VIF ada yang

melebihi 10 berarti terjadinya multikolonieritas.

61
Tabel 5.10 Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Independen Tolerance VIF
Kesadaran Wajib Pajak 0.971 1.030
Sanksi Pajak 0.971 1.030
Sumber: Hasil Output data, 2019
Nilai VIF untuk masing-masing variabel independen dalam persamaan

memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka

semua variabel dalam model tidak terkena masalah multikolinearitas. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel penganggu

mempunyai varian yang sama atau tidak

Gambar 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik

62
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat

dikatakan uji heterokedastisitas terpenuhi.

3. Uji Hipotesis

1) Uji F

Uji statistik F (simultan) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan

atau tidak terhadap variabel terikat (dependen) dan sekaligus juga untuk

menguji hipotesis. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

signifikan level taraf nyata 0.05 (α = 5%).

Tabel 5.11 Uji Hipotesis (Uji F)


ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 53.300 2 26.650 5.602 .005b
Residual 461.450 97 4.757
Total 514.750 99
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS

Berdasarkan tabel 5.11 ditas, hasil uji F diketahui nilai sig untuk
pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak adalah sebesar 0,005 < 0,05 dan nilai F
hitung 5,602 > F tabel 3,09 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak secara simultan memiliki
pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Adapun hasil koefisien

63
determinasi yang menggunakan tabel model summary dapat dilihat pada
tabel 5.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil Koefisien Diterminasi R2


Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate

1 .322 ͣ .104 .085 2.181

Sumber: Pengolahan data dengan SPSS

Berdasarkan tabel 5.12 diatas diketahui nilai R Square 0,104 hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh kesadaran wajib pajak secara simultan

tehadap kepatuhan wajib pajak sebesar 10,4%.

2) Uji t

Selanjutnya karena terdapat variabel bebas dalam penelitian

secara simultan berpengaruh maka dilakukan analisis lanjutan yaitu

pengujian hipotesis untuk masing-masing variabel bebas dengan

menggunakan uji-t. Untuk itu maka dibuat tabel hasil analisis uji-t

berdasarkan hasil SPSS seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut

Tabel 4.13 Hasil Analisis Uji t Masing Masing Variabel.


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) 17.358 2.968 5.848 .000

64
Kesadaran .248 .115 .210 2.152 .034
Wajib Pajak
Sanksi Pajak .274 .127 .211 2.162 .033
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS

Berdasarkan Tabel 5.13 diatas, diperoleh keofisien 𝛽0 adalah

17,358, 𝛽1 adalah 0,248 dan 𝛽2 adalah 0,274 sehingga persamaan

regresi yang diperoleh adalah 𝑦 = 17,358 + 0,248𝑋1 + 0,274𝑋2

Pada hipotesis kedua bertujuan untuk mengetahui kesadaran wajib

pajak memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Data

yang dianalisis berjumlah 100 responden, Pengujian analisis diolah

dengan teknik statistik uji-t dengan bantuan SPSS.

Berdasarkan Tabel 5.13 diperoleh koefisien regresi sebesar 0,248

untuk variabel kesadaran wajib pajak. Nilai t-hitung sebesar 2,152 dan

nilai signifikansi bernilai 0,034 untuk variabel kesadaran wajib pajak.

Karena nilai t-hitung > t-tabel (2,152 > 1,985) dan nilai signifikan 0,034 <

dari taraf signifikan 0,05 (0,034 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh positif kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak. Koefisien regresi sebesar 0,248 memberikan indikasi bahwa

apabila variabel kesadaran wajib pajak dioptimalkan sampai 100% maka

skor kepatuhan wajib pajak akan meningkat 24,8%. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang telah diajukan pada akhir

Bab II dinyatakan diterima dan rumusan masalah pada Bab I dinyatakan

telah terjawab.

3) Uji Hipotesis Ketiga

65
Pada hipotesis ketiga bertujuan untuk mengetahui sanksi pajak

memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Data yang

dianalisis berjumlah 100 responden, Pengujian analisis diolah dengan

teknik statistik uji-t dengan bantuan SPSS.

Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh koefisien regresi sebesar 0,274

untuk variabel sanksi pajak. Nilai t-hitung sebesar 2,162 dan nilai

signifikansi bernilai 0,033 untuk variabel sanksi pajak. Karena nilai t-hitung

> t-tabel (2,162 > 1,985) dan nilai signifikan 0,033 < dari taraf signifikan

0,05 (0,033 < 0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif sanksi

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Koefisien regresi sebesar 0,274

memberikan indikasi bahwa apabila variabel sanksi pajak dioptimalkan

sampai 100% maka skor kepatuhan wajib pajak akan meningkat 27,4%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang telah

diajukan pada akhir Bab II dinyatakan diterima dan rumusan masalah

pada Bab I dinyatakan telah terjawab.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bagian

sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil

penelitian tentang pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak.

1) Pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

66
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan uji regresi

berganda dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari

kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengaruh tersebut dapat dilihat dari dari tabel 5.11 hasil uji ANOVA

dengan nilai F-hitung sebesar 5,602 dan nilai signifikansi yang sangat

kecil (p = 0,005). Hal ini menunjukkan bahwa uji regresi berganda telah

terpenuhi. Berdasarkan koefisien determinasi atau daya penjelas dari

tabel 5.12 yang diperoleh yaitu R2 = 0,104 dapat dikatakan bahwa sekitar

10,4% variabel skor kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan secara

simultan dari skor kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa kesadaran

wajib pajak dan sanksi pajak memberikan kontribusi yang cukup signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin kesadaran wajib pajak

yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak.

begitu juga sanksi pajak, semakin tinggi atau semakin berat sanksi pajak

maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Miftahul jannah hasugian (2018) Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kesadaran wajib pajak dan sanksi perpajakan secara bersama sama

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

2) Pengaruh Kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

Pada hasil uji analisis untuk masing-masing variabel bebas diperoleh

67
koefisien regresi sebesar 0,248 untuk variabel kesadaran wajib pajak.

Nilai t-hitung sebesar 2,152 dan nilai signifikansi bernilai 0,034 untuk

variabel kesadaran wajib pajak. Karena nilai t-hitung > t-tabel (2,152 >

1,985) dan nilai signifikan 0,034 < dari taraf signifikan 0,05 (0,034 < 0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif kesadaran wajib

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Koefisien regresi sebesar 0,248

memberikan indikasi bahwa apabila variabel kesadaran wajib pajak

dioptimalkan sampai 100% maka skor kepatuhan wajib pajak akan

meningkat 24,8%. Maka penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan

hasil perhitungan data yang diperoleh bahwa semakin tinggi kesadaran

wajib pajak orang pribadi maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak

dan begitu juga sebaliknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arum (2014) yang menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak secara

parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak dengan nilai signifikan < 0,05. Tanpa adanya kesadaran

dalam membayar pajak oleh wajib pajak maka akan mempengaruhi

penurunan tingkat kepatuhan wajib pajak karena kesadaran wajib pajak

merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kepatuhan dalam

menjalankan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut juga dijelaskan oleh

Rahayu (2010:142) bahwa kepatuhan dapat meningkat apabila wajib

pajak memiliki kesadaran akan pentingnya pajak bagi pembangungan

Negara.

68
3) Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pada hasil uji analisis untuk masing-masing variabel bebas

diperoleh koefisien regresi sebesar 0,274 untuk variabel sanksi pajak.

Nilai t-hitung sebesar 2,152 dan nilai signifikansi bernilai 0,033 untuk

variabel sanksi pajak. Karena nilai t-hitung > t-tabel (2,162 > 1,985) dan

nilai signifikan 0.033 lebih kecil dari taraf signifikan 0.05 (0.033 < 0.05),

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara sanksi

pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Koefisien regresi sebesar 0,274

memberikan indikasi bahwa apabila sanksi pajak dioptimalkan sampai

100% maka skor kepatuhan wajib pajak akan meningkat 27,4%. Maka

penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan hasil perhitungan data yang

diperoleh bahwa semakin tinggi sanksi pajak maka semakin tinggi pula

kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan begitu juga sebaliknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sri (2014)

yang menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh signifikan dan positif

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Arabella dan Yenni (2013)

yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban

perpajakannya bila memandang bahwa pelaksanaan sanksi perpajakan

akan lebih banyak merugikannya (Nugroho: 2006 dalam Muliari dan

Setiawan, 2009:4). Pelaksanaan dan Pemberian sanksi yang dimaksud

adalah dalam bentuk pemberian sanksi administrasi/denda maupun

69
sanksi pidana.

BAB VI

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan hasil

penelitian, maka beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu:

1) Penelitian ini memperlihatkan terdapat pengaruh secara simultan

antara kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak

2) Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Makassar Utara. Hal ini

menunjukkan bahwa wajib pajak memiliki kesadaran yang tinggi

70
untuk melakukan perpajakannya. Karena jika semakin tinggi

kesadaran wajib pajak maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan

wajib pajak.

3) Sanksi Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini dikarenakan wajib pajak akan

memenuhi kewajiban pajaknya bila memandang sanksi yang

dikenakan nantinya akan lebih banyak merugikannya. Sehingga

semakin tinggi atau berat sanksi perpajakan yang diterapkan maka

kepatuhan wajib pajak akan semakin tinggi.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian serta hal-hal terkait dengan

keterbatasan penelitian, maka terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan yaitu :

1) Saran untuk wajib pajak di KPP Pratama Makassar Utara agar dapat

lebih ikut berperan serta kepada negara dengan cara menjadi wajib

pajak yang taat, patuh, dan transparan terhadap peraturan

perpajakan dan ikut dalam kegiatan sosialisasi yang diberikan oleh

pemerintah. karena dengan meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak,

maka kesejahteraan warga negara juga akan meningkat

71
2) Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lainnya

sehingga untuk selanjutnya dapat ditemukan variabel baru yang

akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Selain itu,

disarankan untuk melakukan observasi penelitian yang lebih banyak

sehingga data yang dihasilkan akan lebih akurat dan memungkinkan

untuk dilakukan generalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani; Waluyo (2011), Perpajakan Indonesia Edisi 10, Jakarta:


Penerbit Salemba Empat.

Anshari, Tunggul, 2008, Pengantar Hukum Pajak, Malang: Bayu


Media Publishing.

Abdul Rahman, 2010, Panduan Pelaksanaan Administrasi


Perpajakan untuk Karyawan, Pelaku Bisnis dan Perusahaan, Bandung:
Nuansa.

Ardanannto, Bagiyo, 2003, Profesionalisme Aparat Pajak dan


Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Universitas Indonesia:
Tesis.

72
Marjan, Mutmainah Marjan, 2014, Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan
Formal Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Makassar Selatan).

Setiawan, 2009, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus Pada
Kantor Pelayanan Pajak Batu).

Nasution, 2006, Perpajakan, Jakarta: Bumi Aksara Nurmanto,


Saifi, 2003 , Pengantar Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192 Nomor 03 Pasal 1


Tahun 2007 tentang Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu yang
Selanjutnya Disebut Sebagai Wajib Pajak Patuh.

Ardanannto, Bagiyo, 2003, Profesionalisme Aparat Pajak dan


Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Universitas Indonesia:
Tesis.

Setiawan, 2009, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus Pada
Kantor Pelayanan Pajak Batu).

Soemitro, Rochmat, 1991, Pengantar Singkat Hukum Pajak, CV


Eresco, Bandung.

Putra, Rama Riyanda Risky, 2014, Pengaruh Sanksi Administrasi


Sosialisasi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Penyampaian SPT (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Singosari).

Syaodih, Nana, 2009, Metode Penelitian, Bandung: Remaja


Rosdakarya

73

Anda mungkin juga menyukai