Anda di halaman 1dari 222

TESIS

DETERMINAN KUALITAS
INFORMASI LAPORAN KEUANGAN DENGAN
EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Satuan Kerja Badan Pusat Statistik
se-Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Oleh:
Aris Wahyudi
NIM. I2F015005

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017
TESIS
DETERMINAN KUALITAS
INFORMASI LAPORAN KEUANGAN DENGAN
EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Satuan Kerja Badan Pusat Statistik
se-Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Oleh:
Aris Wahyudi
NIM. I2F015005

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM
2017

ii
DETERMINAN KUALITAS
INFORMASI LAPORAN KEUANGAN DENGAN
EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Satuan Kerja Badan Pusat Statistik
se-Provinsi Nusa Tenggara Barat)

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister

Pada Program Studi Magister Akuntansi

Pascasarjana Universitas Mataram

Oleh :

ARIS WAHYUDI

NIM. I2F015005

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS MATA RAM
2017

iii
iv
v
vi
UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat


dan ijin-Nya serta shalawat dan salam untuk junjungan kita Rasulullah
Muhammad SAW sebagai panutan umat, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Saya menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini banyak
melibatkan berbagai pihak yang dengan tulus telah membimbing, memberikan
bantuan dan dorongannya. Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah
saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Mataram, Bapak Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D., atas
kesempatan, waktu, dan ijin yang diberikan untuk menempuh studi pada
program studi pada Program Studi Magister Akuntansi Pascasarjana
Universitas Mataram.
2. Direktur Pascasarjana Universitas Mataram, Bapak Prof. Ir. I Komang
Damar Jaya, M.Sc. Agr., Ph.D., atas kesempatan yang diberikan untuk
menempuh studi pada Program Studi Magister Akuntansi.
3. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram selaku Ketua
Majelis Pertimbangan program studi Magister Akuntansi, Bapak Dr. Muaidy
Yasin, M.Si., atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi pada
Program Studi Magister Akuntansi Pascasarjana universitas Mataram.
4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Mataram, Ibu Prof. Dr. Hj. Rr. Titiek Herwanti, Dra., M.Si., dan Ibu Dr. Lilik
Handajani, SE, MSA, AK., CA, atas kesempatan yang diberikan untuk
menempuh studi pada program studi Magister Akuntansi.
5. Bapak Drs. Hermanto, MBA, DBA selaku Pembimbing Ketua dan Ibu
Dr. Endar Pituringsih, SE, M.Si, Ak., CA selaku Pembimbing Pendamping
atas waktu yang diberikan untuk bimbingan, masukan, saran, dan
penjelasan, serta dorongan yang diberikan untuk menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Penguji Ujian Tesis yang telah menguji dan
memberikan masukan serta saran guna penyempurnaan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Akuntansi Universitas

vii
Mataram, yang telah memberikan pengetahuan selama menempuh pendidikan
di Program Magister Akuntansi Universitas Mataram.
8. Penanggung Jawab Program Beasiswa STAR BPKP, yang telah
memberikan kesempatan dan dukungan dalam menempuh pendidikan di
Program Magister Akuntansi Universitas Mataram.
9. Persembahan tesis ini untuk kedua orang tuaku (Ayahanda Muhammad
Amin dan khusus Almh. Ibunda Amirotun terima kasih atas do’anya).
Untuk Istriku tercinta Fitriah dan putri-putriku tersayang Naila Qisya
Latifa dan Talita Dzakira Nikmah, terimakasih atas do’a, dukungan, dan
kesabaran yang selalu memberikan motivasi selama kuliah pada Program
Studi Magister Akuntansi Universitas Mataram.
10. Staf-staf administrasi pada Program Magister Akuntansi Universitas
Mataram, yang telah memberikan bantuannya selama menempuh pendidikan.
11. Teman-teman penerima Progam Beasiswa STAR BPKP Batch IV pada
Program Magister Akuntansi Universitas Mataram, yang sangat kompak
telah banyak memberikan dukungan selama masa perkuliahan sampai tesis
ini terselesaikan.
12. Kepala Badan Pusat Statistik dan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi NTB
yang telah memberikan dukungan dan kesempatan bagi saya untuk menempuh
pendidikan, serta terimakasih kepada para responden atas partisipasi dan
dukungannya.
13. Kalimat yang selalu Memotivasi penulis “Allah sesuai dengan prasangka
hamba-Nya”.
14. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih atas bantuannya dalam bentuk apapun.

Akhir kata, penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya bila ada kesalahan
karena penulis menyadari tesis ini jauh dari kesempurnaan.

Mataram, Juli 2017


Penulis,

viii
DETERMINAN KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
DENGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Satuan Kerja Badan Pusat Statistik
se-Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Aris Wahyudi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk membuktikan dan menganalisis faktor-faktor yang


mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pada satuan kerja Badan
Pusat Statistik (BPS) wilayah Nusa Tenggara Barat terkait opini Wajar Dengan
Pengecualian yang diperoleh BPS. Jumlah sampel diambil secara purposive
sampling sebanyak 66 responden dari populasi sebanyak 131 orang. Responden
tersebut adalah orang yang terkait dan bertanggungjawab dalam penyusunan
laporan keuangan. lnstrumen penelitian berbentuk kuesioner dan data dianalisis
menggunakan Partial Least Square 3.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan manajemen dan efektivitas sistem pengendalian intern berpengaruh
signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan, sedangkan peran auditor
internal dan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
informasi laporan keuangan. Artinya, kualitas informasi laporan keuangan dapat
meningkat melalui tingginya kemampuan manajemen dengan dukungan
efektivitas sistem pengendalian intern meskipun tidak banyak dipengaruhi oleh
tingginya peran auditor internal dan pemanfaatan aplikasi teknologi informasi.
Sebagai variabel intervening, efektivitas sistem pengendalian intern memediasi
parsial pengaruh kemampuan manajemen dan memediasi penuh pengaruh
teknologi informasi terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Implikasi
penelitian ini mengarah pada peningkatan kualitas informasi laporan keuangan
dapat terwujud melalui kemampuan manajemen yang baik dalam melaksanakan
fungsi-fungsinya, peran auditor internal yang baik dalam pengawasan dan
pembinaan, pemanfaatan aplikasi teknologi informasi dengan baik serta didukung
sistem pengendalian intern yang efektif.

Kata kunci: kualitas informasi laporan keuangan, efektivitas sistem


pengendalian intern, kemampuan manajemen, peran auditor Internal, teknologi
informasi

ix
DETERMINANTS OF THE QUALITY OF FINANCIAL STATEMENTS
INFORMATION WITH THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL
CONTROL SYSTEM AS INTERVENING VARIABLES
(Study In The Central Statistics Agency in West Nusa Tenggara Province)

Aris Wahyudi

ABSTRACT

This study aims to prove and analyze the factors that affect the quality of financial
statement information on the Central Statistics Agency in West Nusa Tenggara
related to the Qualified Opinion achieved by Central Statistics Agency. The
number of samples taken by purposive sampling as many as 66 respondents from
the population of 131 people, These respondents are the people who are related
and responsible in the preparation of financial statements. This research
instrument using questionnaires and analyzed by Partial Least Square 3.0. The
results showed that management capabilities and internal control system
effectiveness have a significant effect to the quality of financial statement
information, while the role of internal auditors and information technology has no
significant effect to the quality of financial statement information. Its mean, the
quality of financial statement information can be enhanced through high
management capabilities with the support of internal control system effectiveness,
although not much influenced by the high role of internal auditors and utilization
of information technology applications. Internal control system effectiveness
mediate partially the effect of management capabilities and fully mediate the
effect of information technology to the quality of financial statement information.
The implications of this study lead to improving the quality of financial statement
information can be realized through good management capabilities in performing
its functions, the high role of internal auditors in supervision and coaching,
utilization of information technology applications well, and supported by an
effective internal control system.

Keywords: quality of financial statement information, management capabilites,


the role of internal auditors, information technology, effectiveness of the internal
control system

x
DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Depan --------------------------------------------------------------------------- i


Sampul Dalam --------------------------------------------------------------------------- ii
Lembar Persetujuan --------------------------------------------------------------------- iv
Penetapan Panitia ------------------------------------------------------------------------ v
Pernyataan Keaslian Tesis -------------------------------------------------------------- vi
Ucapan Terimakasih --------------------------------------------------------------------- vii
Abstrak ------------------------------------------------------------------------------------ ix
Abstract ------------------------------------------------------------------------------------ x
Daftar Isi ---------------------------------------------------------------------------------- xi
Daftar Tabel ------------------------------------------------------------------------------ xiii
Daftar Gambar ---------------------------------------------------------------------------- xiv
Daftar Lampiran -------------------------------------------------------------------------- xv

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------ 1


1.1 Latar Belakang ----------------------------------------------------------- 1
1.2 Perumusan Masalah ----------------------------------------------------- 11
1.3 Tujuan Penelitian -------------------------------------------------------- 12
1.4 Manfaat Penelitian ------------------------------------------------------ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ------------------------------------------------------ 15
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ---------------------------- 15
2.1.1 Landasan Teori ---------------------------------------------------- 15
2.1.1.1 Stewardship Theory ------------------------------------ 16
2.1.1.2 Technology Acceptance Model ----------------------- 21
2.1.1.3 Kualitas Laporan Keuangan -------------------------- 22
2.1.1.4 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern ------------- 26
2.1.1.5 Kemampuan Manajemen------------------------------ 29
2.1.1.6 Peran Auditor Internal --------------------------------- 32
2.1.1.7 Teknologi Informasi ----------------------------------- 34
2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu --------------------------------------- 35
2.2 Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis --------------- 38
2.2.1 Rerangka Konseptual ------------------------------------------- 39
2.2.2 Pengembangan Hipotesis -------------------------------------- 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN -------------------------------------------- 59
3.1 Jenis Penelitian ----------------------------------------------------------- 59
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ------------------------------------------ 59
3.3 Populasi Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel -------------- 60
3.4 Variabel Penelitian ------------------------------------------------------ 61
3.4.1 Klasifikasi Variabel --------------------------------------------- 62
3.4.2 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ------------- 62
3.5 Prosedur Pengumpulan Data ------------------------------------------- 68
3.6 Prosedur Analisis Data -------------------------------------------------- 69

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -------------------------- 79
4.1 Hasil Penelitian ---------------------------------------------------------- 79
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian-------------------------- 79
4.1.2 Karakteristik Responden --------------------------------------- 82
4.2 Analisis Statistik Deskriptif------------------------------------------- 86
4.3 Statistik inferensial ----------------------------------------------------- 95
4.4 Pengujian Hipotesis ------------------------------------------------- 108
4.5 Pembahasan ----------------------------------------------------------- 117
4.5.1 Pengaruh Kemampuan Manajemen Terhadap Kualitas
Informasi Laporan Keuangan ------------------------------- 117
4.5.2 Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Kualitas
informasi Laporan Keuangan-------------------------------- 121
4.5.3 Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kualitas
Informasi Laporan Keuangan ------------------------------- 124
4.5.4 Pengaruh Kemampuan Manajemen Terhadap
Efektivitas Sistem pengendalian Intern -------------------- 127
4.5.5 Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas
Sistem pengendalian Intern ---------------------------------- 130
4.5.6 Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Efektivitas
Sistem pengendalian Intern ---------------------------------- 132
4.5.7 Pengaruh Efektivitas Sistem pengendalian Intern
Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan -------- 134
4.5.8 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Memediasi
Hubungan Kemampuan Manajemen dengan Kualitas
Informasi Laporan Keuangan ------------------------------ 139
4.5.9 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Memediasi
Hubungan Peran Auditor Internal dengan Kualitas
Informasi Laporan Keuangan ------------------------------ 141
4.5.10 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Memediasi
Hubungan Teknologi Informasi dengan Kualitas
Informasi Laporan Keuangan ------------------------------ 144
4.6 Implikasi Penelitian -------------------------------------------------- 146

BAB V PENUTUP --------------------------------------------------------------------- 152


5.1 Simpulan ------------------------------------------------------------------ 152
5.2 Saran ----------------------------------------------------------------------- 153
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Arah Penelitian Mendatang ---------- 154

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------- 157


LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------------------ 165

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Asumsi Dasar Teori Stewardship ---------------------------------------- 17


Tabel 3.1 Rentang Kriteria dan Kategori sebagai Panduan Pengelompokan
Hasil Penelitian -------------------------------------------------------------- 68
Tabel 4.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner -------------------------------
Tabel 4.2 Frekuensi dan Persentase Variabel Kemampuan Manajemen -------- 82
Tabel 4.3 Frekuensi dan Persentase Variabel Peran Auditor Internal------------ 89
Tabel 4.4 Frekuensi dan Persentase Variabel Teknologi Informasi -------------- 91
Tabel 4.6 Frekuensi dan Persentase Variabel Efektvitas Sistem
Pengendalian Intern --------------------------------------------------------- 92
Tabel 4.7 Frekuensi dan Persentase Variabel Kualitas Informasi Laporan
Keuangan -------------------------------------------------------------------- 94
Tabel 4.8 Construct Reliability Runnning I ----------------------------------------- 96
Tabel 4.9 Construct Reliability Running II ----------------------------------------- 97
Tabel 4.10 Outer Loading Running I ------------------------------------------------- 99
Tabel 4.11 Cross Loading Running I ----------------------------------------------- 100
Tabel 4.12 Average Variance Extracted (AVE)Running I ------------------------- 101
Tabel 4.13 Discriminant Validity Fornell-larcker Criterion Running I --------- 101
Tabel 4.14 Outer Loading Running II ------------------------------------------------ 103
Tabel 4.15 Average Variance Extracted (AVE)Running II ------------------------ 103
Tabel 4.16 Discriminant Validity Fornell-larcker Criterion Running II -------- 104
Tabel 4.17 Cross Loading Running II ---------------------------------------------- 105
Tabel 4.18 Model Pengukuran (Outer Model) --------------------------------------- 106
Tabel 4.19 Nilai R-Square -------------------------------------------------------------- 107
Tabel 4.20 Path Coefficient ------------------------------------------------------------ 109
Tabel 4.21 Indirect Effect --------------------------------------------------------------- 109
Tabel 4.22 Total Effect ------------------------------------------------------------------ 109

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rerangka Konseptual Penelitian -------------------------------------- 41


Gambar 3.1 Model Struktural dengan PLS ----------------------------------------- 73
Gambar 4.1 Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin -- 83
Gambar 4.2 Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ---------------------------------------------------------------- 84
Gambar 4.3 Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Usia --------------- 84
Gambar 4.4 Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Masa Kerja ------ 85
Gambar 4.5 Model Pengukuran Tahap I--------------------------------------------- 98
Gambar 4.6 Model Pengukuran Tahap II -------------------------------------------- 102
Gambar 4.6 Model Struktural --------------------------------------------------------- 108

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penelitian Terdahulu


Lampiran 2 Peta Penelitian Terdahulu
Lampiran 3 Ppopulasi Penelitian
Lampiran 4 Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
Lampiran 5 Tabel 3.2 Pengukuran Variabel
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 Karakterstik Responden
Lampiran 8 Penilaian Responden Atas Kemampuan Manajemen
Lampiran 9 Penilaian Responden Atas Peran Auditor Internal
Lampiran 10 Penilaian Responden Atas Teknologi Informasi
Lampiran 11 Penilaian Responden Atas Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
Lampiran 12 Penilaian Responden Atas Kualitas Informasi laporan Keuangan
Lampiran 13 Hasil Pengolahan Data (Output PLS 3.0).

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia

dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

publik, baik di pusat maupun daerah (https://syukriy.wordpress.com).

Akuntabilitas merupakan suatu kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media

pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003 dalam

Mardiasmo, 2006). Salah satu upaya untuk mewujudkan kepercayaan publik

adalah dengan meningkatkan transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan negara yang tercermin diantaranya melalui laporan keuangan

pemerintah (Effendi, 2011). Laporan keuangan yang berkualitas penting karena

akan dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Governmental

Accounting Standards Board – GASB, Concepts Statement No.1, 1999).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa, untuk menghasilkan laporan

keuangan yang bermanfaat bagi para pemakainya, maka informasi yang terdapat

dalam laporan keuangan tersebut harus berkualitas dan berguna dalam

pengambilan keputusan. Kualitas laporan keuangan tersebut tercermin dari

karakteristik kualitatif. Ukuran normatif yang diperlukan agar informasi laporan

keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan,

1
2

andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Hal ini senada dengan hasil

penelitian Van Beest et al. (2009) yang mengemukakan bahwa karateristik

kualitatif informasi akuntansi merupakan alat pengukuran yang valid dan dapat

diandalkan untuk menilai kualitas informasi laporan keuangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai Lembaga Pemerintah Non

Departemen yang juga dituntut untuk dapat mewujudkan good governance dan

clean government salah satu upayanya adalah dengan menyajikan informasi

laporan keuangan yang berkualitas. Selama kurun waktu 4 (empat) tahun dari

tahun 2011-2014, BPS memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Akan tetapi fakta yang ada sekarang untuk

Laporan Keuangan tahun 2015, BPS gagal mempertahankan opini yang sudah

diraih dan memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Undang-Undang No 15 tahun 2014 menyebutkan, opini WTP diberikan

dengan kriteria: sistem pengendalian intern memadai dan tidak ada salah saji yang

material atas pos-pos laporan keuangan dan secara keseluruhan laporan keuangan

telah menyajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP). Sedangkan Opini WDP diberikan dengan kriteria: sistem pengendalian

intern memadai, namun terdapat salah saji yang material pada beberapa pos

laporan keuangan. (www.bpk.go.id).

Penelitian dari Xu et al. (2003) dan Benston (2003) menyatakan faktor

utama yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan adalah faktor :

isu Sumber Daya Manusia (human issue), isu sistem (system issue), isu

organisasi (organizational issue), dan isu eksternal (external issue). Pendapat

2
3

Benston (2003) dan Xu et al. (2003) mendapat dukungan dari penelitian

Iatridis (2010), Al-shetwi et al. (2011), dan Verlun et al. (2011). Hasil

penelitian mereka menyatakan bahwa faktor peraturan, auditor internal, dan

manajemen yang memengaruhi kualitas informasi laporan keuangan. Penelitian-

penelitian tersebut umumnya menggunakan teori agency untuk mencari solusi

atas permasalahan faktor penentu kualitas informasi laporan keuangan.

Secara konseptual Vander Bauwhede (2001:1) mengemukakan bahwa

faktor potensial yang memengaruhi kualitas informasi laporan keuangan adalah :

keputusan manajemen, kualitas dari mekanisme tata kelola eksternal (contohnya

kualitas audit), kualitas dari mekanisme tata kelola internal (contohnya kualitas

dewan direksi), dan peraturan, serta mekanisme dari tata kelola eksternal dan

internal.

Penelitian ini menggunakan faktor kualitas dari mekanisme tata kelola

internal yang diproksikan dengan variabel kemampuan manajemen. Faktor

kualitas dari mekanisme tata kelola eksternal diproksikan dengan variabel

peran auditor internal. Faktor keputusan manajemen, peraturan, dan

mekanisme dari tata kelola internal yang diproksikan dengan variabel

efektivitas sistem pengendalian intern. Faktor mekanisme dari tata kelola

eksternal yang diproksikan dengan teknologi informasi.

Kualitas informasi laporan keuangan dapat terwujud apabila didukung

dengan kemampuan manajemen yang mumpuni. Kemampuan manajemen

merupakan keahlian (skill) dalam mengkoordinasikan sumber daya dan

menempatkannya secara produktif (Haliah, 2013). Manajemen (pimpinan)

3
4

menjalankan peran penting dalam perancangan, implementasi, dan pemantauan

sistem pelaporan keuangan organisasi, penyusunan rencana dan anggaran

organisasi, penilaian dan analisis kinerja, serta pencegahan dan pendeteksian

pelaporan keuangan yang menyesatkan (Mulyadi, 2002:182).

Fakta yang terjadi di satuan Kerja Badan Pusat Statistik adalah

kemampuan menerapkan fungsi-fungsi manajemen tersebut belum optimal,

seperti : kurangnya perencanaan dan koordinasi antara subject matter dengan

bagian perbendaharaan sehingga kegiatan terhambat karena tidak tersedianya

anggaran untuk pelaksanaanya, pembagian tugas yang tidak sesuai dengan

standard operational procedure (SOP) sehingga terjadi tumpang tindih pekerjaan,

kurangnya kontrol dari pimpinan di bagian administrasi dan lebih mementingkan

kegiatan teknis sehingga banyak surat pertanggungjawaban (SPJ) kegiatan

terlambat dibuat, SPJ belum diotorisasi dan tidak diverifikasi kebenarannya

karena tugas bagian verifikasi tidak berjalan maksimal, sering terjadi revisi

anggaran kegiatan, serta masih adanya rekomendasi dari pemeriksaan pada tahun

sebelumnya yang masih belum ditindaklanjuti.

Grafik 1.1 Status Tindaklanjut Temuan atas Pemeriksaan BPK


Periode 2004-2015

94 Sesuai
23%
Belum sesuai dan dalam proses tindak lanjut
274 32
66% 8% Belum ditindaklanjuti

14 Tidak dapat ditindaklanjuti dengan alasan yang


3% sah

4
5

Fakta ini mengindikasikan bahwa penerapan fungsi-fungsi manajemen

oleh pimpinan belum optimal sehingga akan mempengaruhi efektivitas sistem

pengendalian intern dan berdampak pula pada kualitas informasi laporan

keuangan. Penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Argyris (1992), Yadnyana dan

Mertha (2008), Haliah (2013) menunjukkan bahwa kemampuan manajemen

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

Kemampuan manajemen juga meningkatkan efektivitas pengendalian intern

(Carslaw dan Kaplan, 1991; Mc Swain et al., 2008; Haliah, 2013).

Organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif , efisien dan menghasilkan

informasi laporan keuangan berkualitas apabila didukung peran aktif dari auditor

internal dalam menilai ketepatan pelaksanaan kebijakan organisasi serta

memberikan tindakan koreksi jika terdapat penyimpangan. Peran auditor internal

dalam PP No. 60 Tahun 2008 yaitu : pengawasan intern terhadap akuntabilitas

keuangan Negara, pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dan riviu laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Peran yang diemban oleh auditor internal sepertinya masih kurang optimal

hal ini terlihat dari masih adanya kesalahan pertanggungjawaban administrasi

keuangan yang masih berulang dari tahun ke tahun, tindak lanjut dari rekomendasi

yang lambat, masih terdapat kesalahan pembebanan akun dan pengungkapan yang

kurang memadai dalam laporan keuangan (LK). Disisi lain, sebagai pereviu LK

seharusnya auditor internal melakukan telaah LK untuk menjaga kualitas laporan

keuangan dan informasi yang terkandung didalamnya, sehingga kesalahan yang

5
6

bersifat material yang dapat menimbulkan ketidakwajaran dapat diminimalisir

bahkan tidak ada ketika LK diperiksa oleh pihak eksternal (BPK).

Penelitian yang menguji hubungan kualitas jasa auditor internal terhadap

kualitas informasi keuangan dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), Nassir

et al. (2001), Haliah (2013), peran auditor internal oleh Yuliani et al. (2010),

Setyowati et al. (2016) menyimpulkan kualitas jasa dan peran auditor internal

berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan. Sementara

penelitian Al-Shetwi et al. (2011) dan Syarifudin (2014) menyimpulkan bahwa

peran audit internal tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.

Penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Krishnan (2005), Yadnyana (2009), Haliah

(2013), Tarigan et al. (2013), Syarifudin (2014) menyimpulkan bahwa peran

auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem

pengendalian intern.

Penyusunan laporan keuangan harus dilakukan secara efektif dan efisien,

tepat waktu, cepat dan tentunya data yang dihasilkan harus akurat. Oleh karena

itu, diperlukan suatu sistem yang dapat merangkul pencapaian tersebut, yaitu

adanya dukungan teknologi informasi. Dijelaskan dalam Technology Acceptance

Model (TAM) bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan

manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku,

tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari pengguna/user suatu sistem

informasi. Dalam penelitian ini penerapan teknologi informasi berfokus pada

implementasi dari Sistem Informasi Akuntansi yang digunakan oleh instansi

pemerintah saat ini.

6
7

Penerapan teknologi informasi akan mempengaruhi kualitas informasi

laporan keuangan pemerintah, karena sistem akuntansi pemerintah perlu

memanfaatkan semua jenis informasi dan teknologi komputer agar efektivitas dan

efisiensi penyusunan laporan keuangannya dapat tercapai. Selain itu penggunaan

teknologi informasi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna laporan

keuangan karena kualitas, kecepatan dan keakuratan data yang terdapat dalam

laporan keuangan tersebut. Kendala aplikasi dalam penyusunan laporan keuangan

menjadi suatu permasalahan tersendiri, seperti belum update aplikasi ke versi

terbaru yang menyebabkan input data terganggu dan berakibat pada molornya

waktu rekonsiliasi. Kesalahan input data sehingga data SIMAK-BMN dan SAIBA

tidak sesuai saat rekonsiliasi, hal ini terjadi karena kedua aplikasi ini terpisah.

Penelitian yang dilakukan oleh Indriasari dan Nahartyo (2008),

Sukmaningrum (2012), Yosefrinaldi (2013) menunjukkan bahwa teknologi

informasi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

Akan tetapi dalam penelitian Anggraeni (2014), Surastiani dan Handayani (2015)

menyimpulkan bahwa teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap kualitas

informasi laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian Ompusunggu (2002)

dan Meilawati (2014) menyimpulkan Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh

positif signifikan terhadap sistem pengendalian intern.

Sistem pengendalian intern muncul dari perspektif kontingensi. Teori

kontingensi berasas pada beberapa asumsi dasar mengenai organisasi dan

individu, diantaranya: Kebanyakan tujuan formal dan informal organisasi

tumpang tindih dan tidak terkoordinasi dengan baik serta saling bertentangan;

7
8

Tingkat performa ditentukan oleh kecocokan antara harapan eksternal dan proses

internal; Tidak ada satu jalan terbaik untuk seluruh organisasi dan administrasi;

Pimpinan membutuhkan infomasi karena tidak bisa mengetahui seluruh kejadian

yang ada disekelilingnya. Berdasar asumsi-asumsi tersebut maka manajemen

(pimpinan) perlu mendesain sebuah sistem pengendalian untuk menghadapi

ketidakpastian dalam lingkungannya. Pendekatan kontingensi menunjukkan

bahwa sistem pengendalian akan lebih dapat menunjang pencapaian tujuan

organisasi apabila desainnya sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi

(Pondevile, 2000 dalam Ramandei, 2009). Dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa sistem pengendalian adalah sarana penghubung antara

manajemen dengan tujuan organisasi dalam hal ini adalah menghasilkan informasi

laporan keuangan yang berkualitas.

Informasi laporan keuangan yang berkualitas dihasilkan melalui sistem

pengendalian intern yang efektif. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern

merupakan salah satu kriteria yang digunakan oleh BPK dalam meneliti

kewajaran informasi keuangan, hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 15

tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara, penjelasan Pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa ” Opini merupakan

pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang

disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria salah satunya

adalah efektivitas sistem pengendalian intern”.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral

pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan

8
9

dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Bab I Ps. 1 butir 1).

Dari hasil audit BPK atas Laporan Keuangan BPS Tahun 2015 ditemukan

beberapa kelemahan sistem pengendalian intern (hasil temuan dapat dilihat dalam

tabel 1.1 pada lampiran 1). Kasus terbaru yang dikutip dari

(www.poskotanews.com) adalah bahwa “Kejaksaan Agung kembali menahan

seorang tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan rompi, topi, tas dan

ATK dalam kegiatan Sensus Ekonomi 2016 sebesar 53 miliar yaitu LP, oknum

PNS yang merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di BPS”.

Penelitian mengenai pengaruh sistem pengendalian intern terhadap

kualitas informasi laporan keuangan dilakukan antara lain oleh Sukmaningrum

(2011), Haliah (2013), Syarifudin (2014) dimana hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa pengendalian internal berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas

informasi laporan keuangan, hasil berbeda didapatkan dari penelitian Karmila et

al. (2013), Anggraeni (2014), dimana pengendalian intern tidak berpengaruh

terhadap keterandalan pelaporan keuangan Pemerintan Daerah.

Kualitas informasi laporan keuangan merupakan hal yang menarik untuk

selalu dikaji. Faktanya dalam laporan keuangan masih terdapat data-data yang

tidak sesuai dan masih banyak penyimpangan yang ditemukan oleh BPK. Laporan

keuangan juga bersifat dinamis artinya selalu berubah baik dari sistematika

penyusunannya, regulasi dan juga sistem informasi akuntansi (aplikasi)

9
10

pengelolaan keuangannya yang terus berkembang. Selain itu target utama yang

harus dicapai dari setiap entitas sekarang ini adalah membuat laporan keuangan

yang berkualitas dan mendapat opini WTP. Opini WTP menjadi sebuah euphoria

tersendiri, banyak instansi berlomba-lomba mengekspos keberhasilan mereka di

media massa padahal WTP bukan menjadi tolak ukur bahwa instansi tersebut

bersih dan bebas dari penyelewengan.

Dalam mewujudkan informasi laporan keuangan yang berkualitas,

dibutuhkan kerjasama semua pihak dan tidak bisa hanya melibatkan orang

perorang dalam organisasi. Hal ini selaras dengan Stewardship Theory bahwa

dalam sebuah organisasi kepentingan ataupun konflik antar individu

dikesampingkan atau tidak ada, karena masing-masing menginginkan tercapainya

goal congruence dalam organisasi. Pimpinan juga akan lebih mementingkan

kredibilitas atau kepercayaan publik. Steward yang sukses mampu mengelola dan

mengendalikan organisasinya dengan baik, membangun sinergi dengan anggota

organisasi maupun pengawas internal sehingga mampu meningkatkan kinerja

organisasi, salah satunya dengan menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas yang berguna bagi stakeholder lainnya.

Fenomena-fenomena yang terjadi diatas serta ketidakkonsistenan hasil

penelitian terdahulu menjadi alasan dan motivasi dalam penelitian ini untuk

mengidentifikasi dan menguji kembali determinan yang mempengaruhi kualitas

informasi laporan keuangan. Penelitian ini pengembangan dari penelitian Haliah

(2013). Penelitian ini menguji variabel kemampuan manajemen dimana variabel

ini masih jarang diuji pada sektor pemerintahan karena pada penelitian-penelitian

10
11

sebelumnya lebih banyak terfokus pada kompetensi sumber daya manusia. Dasar

teori yang digunakan adalah stewardship theory sementara pada penelitian

sebelumnya lebih banyak menggunakan Agency Theory, New Public

Management, Entity Theory, maupun Goal Setting Theory. Perbedaan dan

orisinalitas penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: (1) variabel yang

dibangun, pada penelitian sebelumnya menguji kualitas jasa audit internal (lebih

kepada kemampuan auditor menerapkan norma pemeriksaan/ standar profesi)

sedangkan dalam penelitian ini lebih kepada peran dari audit internal dari persepsi

auditi; (2) penelitian ini menambahkan variabel teknologi informasi untuk diuji

karena literature yang menguji variabel teknologi informasi terhadap efektivitas

pengendalian intern masih jarang pada sektor publik dan secara teori teknologi

informasi dapat membantu pencapaian goal congruence suatu organisasi; (3)

obyek yang digunakan adalah Instansi Pemerintah Pusat (vertikal) sedangkan

penelitian sebelumnya banyak dilakukan pada sektor Swasta dan Pemerintah

Daerah; (4) penelitian ini lebih fokus kepada penyajian informasi laporan

keuangannya bukan pada pengguna laporan keuangan; (5) alat analisis dalam

penelitian ini menggunakan Smart Partial Least Square (PLS) 3.0.

1.2 Perumusan Masalah

Laporan keuangan menjadi suatu tolok ukur bagaimana kinerja dari entitas

dalam pengelolaan keuangannya, oleh karena itu informasi dalam laporan

keuangan yang dihasilkan harus berkualitas serta memenuhi karakteristik

kualitatif laporan keuangan. Laporan keuangan bagi Badan Pusat Statistik adalah

hal yang harus terus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya untuk terwujudnya good

11
12

governance dan clean government sekaligus sebagai cerminan dari akuntabilitas

dan kinerja organisasi.

Sesuai dengan konsep dan theory serta hasil penelitian sebelumnya maka

Kualitas informasi dalam laporan keuangan akan bisa terwujud apabila didukung

oleh kemampuan manajemen, peran audit intern, teknologi informasi serta sistem

pengendalian intern yang efektif. Berdasarkan argumentasi diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah kemampuan manajemen, peran auditor internal, teknologi informasi

dan efektivitas sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas

informasi laporan keuangan?

2. Apakah kemampuan manajemen, peran auditor internal dan teknologi

informasi berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian intern?

3. Apakah Efektivitas sistem pengendalian intern memediasi pengaruh

kemampuan manajemen, peran auditor internal dan teknologi informasi

dengan kualitas informasi laporan keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah :

1. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh kemampuan manajemen,

peran auditor internal, teknologi informasi dan efektivitas sistem pengendalian

intern terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

2. Untuk membuktikan dan menganalisis mengenai pengaruh kemampuan

manajemen, peran auditor internal dan teknologi informasi terhadap

efektivitas sistem pengendalian intern.

12
13

3. Untuk membuktikan dan menganalisis mengenai Efektivitas sistem

pengendalian intern memediasi pengaruh kemampuan manajemen, peran audit

intern dan teknologi informasi dengan kualitas informasi laporan keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji dan menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pada

Badan Pusat Statistik di Propinsi Nusa Tenggara Barat, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat berkontribusi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang

tertarik di bidang akuntansi sektor publik khususnya pada

Kementerian/Lembaga yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi

kualitas informasi laporan keuangan. Selain itu hasil penelitian diharapkan

dapat mendukung implementasi stewardship theory dan technology

acceptance model dimana steward (manajemen dan auditor intern) melalui

pemanfaatan teknologi informasi tidak termotivasi oleh tujuan individu tetapi

lebih kepada kepentingan organisasi yaitu mengefektifkan sistem

pengendalian intern untuk menghasilkan informasi keuangan yang berkualitas.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Satuan Kerja Badan Pusat Statistik

di Propinsi NTB dan Auditor Internal Badan Pusat Statistik dalam upaya

meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan melalui peningkatan

13
14

kemampuan manajemen, peran auditor internal, teknologi informasi dan

efektivitas sistem pengendalian intern.

3. Manfaat Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan bagi

Badan Pusat Statistik di Provinsi NTB dalam membuat kebijakan untuk

meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi auditor intern (inspektorat) dalam

menyusun langkah-langkah kebijakan untuk mengoptimalkan perannya. Serta

menjadi masukan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan untuk lebih

meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern terutama aplikasi sistem

informasi akuntansi guna meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan

pemerintah.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Hasil Penelitian Terdahulu

Landasan teori sangat penting dalam penelitian, peneliti tidak bisa

mengembangkan masalah yang ditemui jika tidak memiliki acuan landasan teori

yang mendukungnya. Pada penelitian kuantitatif teori atau paradigma teori

digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah penelitian, menemukan

hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi, dan menemukan

alat-alat analisis (Bungin, 2005:25). Sedangkan hasil penelitian terdahulu

dimaksudkan untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam menganalisis

rumusan masalah yang akan dibahas dalam proposal (Creswell, 2010:157) dan

mempertegas tentang fenomena, gap riset, memperkaya penelitian, mendukung

hipotesis dan memperdalam hasil penelitian.

2.1.1 Landasan Teori

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat

konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori

mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan

(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono, 2014:81). Dalam

penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus jelas, karena teori disini akan

berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar merumuskan

hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh

15
16

karena itu landasan teori dalam proposal penelitian harus jelas teori apa yang akan

dipakai (Sugiyono, 2015:85).

2.1.1.1 Stewardship Theory

Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah stewardship

theory. Teori stewardship menggambarkan situasi dimana manajemen tidak

termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil

utama mereka untuk kepentingan organisasi (Donaldson dan Davis, 1991). Teori

tersebut mengasumsikan bahwa adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan

kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi menggambarkan maksimalisasi

utilitas kelompok principal dan manajemen. Maksimalisasi utilitas kelompok ini

pada akhirnya akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada dalam

kelompok organisasi tersebut (Raharjo, 2007).

Dalam penelitiannya Morgan et al. (1996), merumuskan pertanyaan

penelitian yaitu “Apa yang dilakukan manajer menengah di pemerintahan lokal

atau daerah?”. Hasilnya menunjukkan bahwa manajer menengah di

pemerintahan lokal lebih banyak bersikap steward daripada agent yang

menyebabkan kinerja organisasi dapat ditingkatkan. Penelitian lainnya oleh Van

Slyke (2006), menunjukkan bahwa manajemen pemerintahan lebih banyak

bertindak sebagai steward karena dipengaruhi oleh jenis layanan yang

diberikan, tingkat kapasitas manajemen publik, jenis insentif, dan sanksi yang

digunakan, serta frekuensi informasi yang diperlukan. Berdasarkan uraian

tersebut, maka sangat relevan jika teori stewardship diterapkan pada penelitian

organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan.


16
17

Beberapa asumsi dasar (fundamental assumptions of stewardship theory)

ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Asumsi Dasar Teori Stewardship

Manager as Steward
Approach to governance Sociological and psychological
Model of human behaviour Collectivistic, pro-organizational, t rustworthy
Managers motivated by Principal objectives
Manager-principal interst Covergence
Structures that Facilitate and empower
Owners attitude Risk-propensity
The principal-manager
Trust
relantionship relly on
Sumber : Podrug (2011).

Berdasarkan Tabel 2 . 1, maka penelitian ini menggunakan teori

stewardship dari Podrug (2011), dengan beberapa pertimbangan diuraikan pada

penjelasan berikut (Haliah, 2013) :

1. Manajemen sebagai steward (pelayan/penerima amanah/pengelola)

Teori stewardship memandang bahwa manajemen organisasi sebagai

“Steward/penatalayanan”, akan bertindak dengan penuh kesadaran, arif dan

bijaksana bagi kepentingan organisasi (Donaldson dan Davis, 1991). Oleh

karena itu organisasi pemerintahan sebagai Steward mempunyai tugas

melayani, bukan dilayani.

Dalam penelitian ini manajemen satuan kerja (satker) bertindak sebagai

steward, dan penerima amanah harus menyajikan informasi yang bermanfaat

bagi organisasi dan para pengguna informasi keuangan pemerintah. Informasi

17
18

dapat dimanfaatkan oleh penggunanya jika didukung oleh penyajian yang

berkualitas.

2. Pendekatan governance menggunakan sosiologi dan psikologi

Teori stewardship menggunakan pendekatan governance atas dasar

psikologi dan sosiologi. Teori tersebut didesain bagi para peneliti untuk

menguji situasi manajemen sebagai steward (pelayan) dapat termotivasi

untuk bertindak sesuai dengan keinginan principal dan organisasi (Davis et al..

1997). Faktor psikologi diantaranya asumsi motivasi dan komitmen, sedang

faktor sosiologi diantaranya adalah asumsi filosofi manajemen dan budaya.

Penelitian ini mengarah ke asumsi governance yaitu menghasilkan

informasi laporan keuangan yang berkualitas dengan pendekatan faktor

sosiologi dan psikologi. Pendekatan faktor sosiologi dilakukan pada saat

analisis variabel efektivitas pengendalian intern. Pertimbangan faktor

psikologi dilakukan pada saat analisis variabel kemampuan manajemen dalam

hal melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.

3. Model manusia, berprilaku kolektif untuk kepentingan organisasi

Model of man pada teori stewardship didasarkan pada steward

(pelayan) yang memiliki tindakan kolektif atau berkelompok, bekerja sama

dengan utilitas tinggi dan selalu bersedia untuk melayani (Argyris, 1973:18).

Kepentingan antara steward dan principal tidak sama, tetapi steward

organisasi sektor publik tetap akan menjunjung tinggi nilai kebersamaan untuk

mencapai tujuan organisasi.

18
19

Implikasi pada penelitian ini bahwa perilaku steward pada pemerintahan

adalah kolektif dan kooperatif. Artinya, manajemen dan auditor internal secara

kolektif (bersama-sama) dan kooperatif menciptakan sikap pro organisasi

dengan mengarahkan kemampuannya dalam mengefektifkan sistem

pengendalian intern untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas.

4. Motivasi pimpinan sejalan dengan tujuan principal

Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi para

pimpinan tidak termotivasi oleh tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada

sasaran utama untuk kepentingan organisasi, sehingga steward (manajemen)

bertindak sesuai keinginan principal (Block,1996).

Konteks penelitian ini adalah pelaporan informasi keuangan yang

berkualitas yang menjadi tujuan dari principal, sehingga sebagai pengemban

amanah steward (manajemen dan auditor internal akan bekerjasama dan

mengesampingkan kepentingan individu mereka agar sejalan dengan tujuan

principal.

5. Kepentingan manajer dan principal adalah konvergensi

Teori stewardship mengasumsikan bahwa kepentingan manajer dan

principal adalah konvergensi (Hofstede, 1991). Artinya, keduanya mempunyai

tujuan yang sama menuju satu titik yaitu untuk kepentingan organisasi

sehingga tujuan organisasi tercapai. Penelitian ini menggunakan variabel

kemampuan manajemen dan peran auditor internal. Keduanya diasumsikan

mempunyai tujuan yang sama dengan principal yaitu efektivitas sistem

19
20

pengendalian intern untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas.

6. Struktur berupa fasilitasi dan pemberdayaan

Teori stewardship menggunakan struktur yang memfasilitasi dan

memberdayakan. Penggunaan variabel kemampuan manajemen dan peran auditor

internal diharapkan dapat memfasilitasi dan memberdayakan sistem

pengendalian intern pemerintah menjadi efektif sehingga informasi laporan

keuangan yang dihasilkan menjadi berkualitas.

7. Sikap pemilik mempertimbangkan risiko

Teori stewardship cenderung mempertimbangkan risiko. Dalam

Penelitian ini steward harus mempertimbangkan risiko-risiko dalam sistem

pengendalian intern. Kemampuan steward dalam mempertimbangkan resiko dan

mengambil keputusan akan mendorong terwujudnya informasi keuangan yang

berkualitas.

8. Hubungan principal dan manajemen saling percaya

Teori stewardship dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat

manusia yakni manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak

dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak

lain (Cadwell et al., 2008). Asumsi filosofis tersebut tersirat dalam hubungan

fidusia antara principal dan manajemen. Teori stewardship memandang

manajemen sebagai institusi yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan principal maupun organisasi.

20
21

Implikasi teori stewardship terhadap penelitian ini, dapat menjelaskan

bahwa satuan kerja sebagai suatu lembaga yang dapat dipercaya untuk bertindak

sesuai dengan tugas dan fungsinya. Tugas dan fungsinya berupa membuat

pertanggungjawaban keuangan yang diamanatkan kepadanya. Untuk

melaksanakan tanggung jawab tersebut maka steward (manajemen dan auditor

internal) bersama-sama bekerja dalam mengefektifkan sistem pengendalian

intern untuk dapat menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas.

2.1.1.2 Technology Acceptance Model (TAM)

Model penerimaan teknologi atau Technology Acceptance Model (TAM)

diperkenalkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1986, model ini merupakan adaptasi

dari Theory of Reasoned Action (TRA) atau teori tindakan beralasan.TAM

bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance)

pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoretis

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu

tekhnologi dalam suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat

antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan

penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari

pengguna/user suatu sistem informasi.

Davis et al. (1989) mendefinisikan persepsi atas kemanfaatan (perceived

usefulness) sebagai “suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa

menggunakan sistem tersebut dapat meningkatkan kinerjanya dalam bekerja”.

Sedangkan Marvine Hamner et al. (2008) menambahkan Persepsi atas manfaat

untuk diri sendiri (Perceive Personal Utility), dimana lebih mengacu pada

21
22

manfaat yang diperoleh untuk pribadi sedangkan Perceive Usefulness mengacu

pada manfaat untuk organisasi. Persepsi atas kemudahan penggunaan (Perceived

ease of use), secara kontras, mengacu pada “suatu tingkatan dimana seseorang

percaya bahwa menggunakan sistem tersebut tak perlu bersusah payah. Ini

mengikuti definisi dari “mudah” (“ease”): “freedom from difficulty or great

effort” atau “tidak memiliki kesulitan atau atau upaya keras.

Implikasi dari pemanfaatan teknologi informasi dalam penelitian ini adalah

bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan efektivitas sistem

pengendalian intern dan kualitas informasi laporan keuangan. Dengan adanya

teknologi informasi berupa aplikasi pengelolaan keuangan maka setiap data dapat

tercatat secara tepat waktu dan akurat serta dapat mem backup data sehingga

memudahkan dalam pengawasannya apabila terjadi resiko kehilangan data.

2.1.1.3 Kualitas Informasi Laporan Keuangan

Kualitas merupakan sesuatu yang memenuhi harapan ataupun kriteria yang

ditetapkan. Kriteria untuk menilai kualitas informasi laporan keuangan berbeda

antara pengguna dan pembuat/penyusun informasi laporan keuangan. Penelitian

dari sisi penyusun oleh Verlun et al. (2011) dan Iatridis (2010) menunjukkan

bahwa laporan keuangan berkualitas apabila memenuhi peraturan atau standar

akuntansi keuangan. Namun akan menjadi masalah bagi pengguna yang tidak

memahami kriteria yang ada dalam standar akuntansi keuangan. Sementara

penelitian dari sisi pengguna oleh Xu et al. (2003) menunjukkan bahwa laporan

keuangan berkualitas apabila tepat waktu. Oleh karena itu kualitas informasi

laporan keuangan harus memenuhi kriteria dari sisi pengguna dan pembuat
22
23

laporan keuangan. Penelitian Van Beest (2009) menunjukkan bahwa karakteristik

kualitatif merupakan alat pengukuran yang valid dan dapat diandalkan untuk

menilai kualitas informasi laporan keuangan.

Dalam UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa Pemeriksaan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah dilakukan oleh BPK. Pemeriksaan keuanngan oleh

BPK tersebut merupakan pemeriksaan pada Laporan Keuangan (LK) Pemerintah

Pusat dan Daerah. Dari hasil pemeriksaan tersebut, BPK mengeluarkan

pernyataan atau kesimpulan yang disebut “opini”. Opini BPK merupakan

kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan keuangan harus memenuhi

karakteristik kualitatif untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas.

Karakteristik kualitatif adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu

diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, agar laporan keuangan pemerintah dapat

memenuhi kualitas yang dikehendaki maka laporan keuangan pemerintah perlu

memenuhi empat karakteristik berikut ini :

1. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat

didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, memprediksi masa depan, dan

menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka. Selain itu informasi dapat

23
24

dikatakan relevan jika disajikan tepat waktu dan lengkap. Dijelaskan dalam PP

No. 71 Tahun 2010 bahwa informasi yang relevan yaitu :

a. Memiliki manfaat umpan balik; Informasi memungkinkan pengguna untuk

menegaskan atau mengoreksi ekspektasi/kejadian mereka di masa lalu.

b. Memiliki manfaat prediktif; Informasi dapat membantu pengguna untuk

memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan

kejadian masa kini.

c. Tepat waktu; Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan

berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap; Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap

mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi

yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam

laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam

penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta

dapat diverifikasi. Penggunaan informasi yang relevan, tetapi hakikat atau

penyajiannya tidak dapat diandalkan, maka informasi tersebut secara potensial

dapat menyesatkan. Dalam PP No.71 Tahun 2010 dijelaskan pula informasi yang

andal memenuhi karakteristik :

24
25

a. Penyajian Jujur: Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat

diharapkan untuk disajikan.

b. Netralitas: Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak

pada kebutuhan pihak tertentu.

c. Dapat Diverifikasi: Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat

diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang

berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika

dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan

keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan

secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila

suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.

Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan

menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah

menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi

yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode

terjadinya perubahan.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan

batas pemahaman para pengguna.Sehubungan dengan hal ini, pengguna

25
26

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan

operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari

informasi yang dimaksud.

2.1.1.4 Efektivitas sistem pengendalian intern

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran

yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti

makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2001:24). Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 menjelaskan bahwa efektivitas adalah pencapaian hasil program dengan

target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan

hasil. Oleh sebab itu, sistem pengendalian intern yang efektif dibutuhkan untuk

memastikan tercapainya tujuan organisasi, kualitas informasi laporan keuangan,

dan kepatuhan terhadap peraturan.

Aren (2008) mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut,

pengendalian intern adalah proses yang dirancang untuk menyediakan jaminan

yang layak mengenai pencapaian dari sasaran manajemen dalam kategori sebagai

berikut; (1) keandalan laporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi dari

operasional dan (3) pemenuhan dengan ketentuan hukum dan peraturan yang

biasa diterapkan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem

pengendalian intern merupakan proses yang dirancang oleh manajemen organisasi

untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi bersangkutan. Untuk

memperbaiki kinerja pemerintah perlu diciptakannya sistem pengendalian intern

pemerintah agar instansi pemerintah dapat mengetahui dana publik yang

digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Rosdiana, 2010).


26
27

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), disebutkan bahwa sistem

pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Secara

konseptual, sistem pengendalian intern merupakan landasan bagi terciptanya

pelaporan keuangan yang berkualitas Doyle et al. (2007:3).

SPIP dalam PP No.60 Tahun 2008 meliputi lima unsur yaitu : lingkungan

pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi

serta pemantauan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian

Mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah menciptakan dan memelihara

lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk

penerapan sistem pengendaian intern dalam lingkungan kerjanya, melalui : 1)

penegakan nilai integritas dan etika, 2) komitmen terhadap kompetensi, 3)

kepemimpinan yang kondusif, 4) pembentukan struktur organisasi sesuai

kebutuhan, 5) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, 6)

penyusunan dan penerapan kebijakanyang sehat tentang pembinaan sumber daya

manusia, 7) perwujudan peran APIP yang efektif, 8) hubungan kerja yang baik

dengan instansi pemerintah terkait.

27
28

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang

mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah yang meliputi

kegiatan identifikasi, analisis, dan mengelola resiko yang relevan bagi proses atau

kegiatan organisasi.

3. Kegiatan Pengendalian

Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan

Pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien

dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian terdiri

dari: 1) reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan, 2) pembinaan

sumber daya manusia, 3) pengendalian atas sistem informasi, 4) pengendalian

fisik atas aset, 5) penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja, 6)

pemisahan fungsi, 7) otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting, 8)

pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian, 9) pembatasan

akses atas sumber daya dan pencatatannya, 10) akuntabilitas terhadap sumber

daya dan pencatatannya, 11) dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian

intern serta transaksi dan kejadian penting.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada Pimpinan Instansi

Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu

bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan Pimpinan

Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggungjawabnya.

Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif, untuk

28
29

menyelenggarakan komunikasi yang efektif, Pimpinan Instansi Pemerintah harus

sekurang-kurangnya: 1) menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk sarana

komunikasi dan 2) mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem

informasi secara terus menerus.

5. Pemantauan

Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu kinerja

sistem pengendalian intern dalam proses yang memberikan keyakinan bahwa

temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindak lanjuti. Pemantauan sistem

pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi

terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan

berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi,

pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain terkait dalam pelaksanaan tugas.

2.1.1.5 Kemampuan Manajemen

Kemampuan menurut Robbins (2003:52) adalah suatu kapasitas individu

untuk melaksanakan tugas dalam pekerjaan tertentu. Sedangkan arti manajemen

adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui

rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya (Sule dan

Saefullah, 2005:6). Sehingga kemampuan manajemen dapat didefinisikan sebagai

kemampuan untuk mengatur, mengoordinasikan dan menggerakkan dan

mengendalikan para bawahan kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan

organisasi. Seorang pimpinan harus menguasai fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-

fungsi manajemen menurut Nikles, McHugh dan McHugh sebagaimana


29
30

diterangkan oleh Sule dan Saefullah, (2005:8), terdiri dari empat fungsi yaitu

planning, organizing, directing dan controlling. Uraian empat fungsi tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk

mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan datang dan penentu strategi dan

taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

Sule dan Saefullah, (2005:11) menyatakan ada empat fungsi dalam

perencanaan yaitu : (a) menetapkan tujuan atau target, (b) merumuskan strategi

untuk mencapai tujuan dan target, (c) menentukan sumber-sumber daya yang

diperlukan, dan (d) menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian

tujuan dan target.

Beberapa manfaat perencanaan antara lain: (a) sebagai alat pengawasan

dan pengendalian kegiatan sehari-hari organisasi. Perencanaan yang baik akan

memudahkan para pelaksana untuk mengetahui apakah tindakan mereka

menyimpang atau sesuai rencana., (b) dengan adanya perencanaan yang disusun

dengan cermat dapatlah dipilih dan ditetapkan kegiatan-kegiatan mana yang

diperlukan dan mana yang tidak, dan (c) dengan adanya rencana, segala kegiatan

dapat dilakukan secara tertib dan teratur sesuai tahap-tahap yang semestinya

(www.lalulintasbisnis.weebly.com).

Disamping manfaat terdapat pula kelemahan perencanaan diantaranya :

pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan terkadang berlebihan pada kontribusi

nyata, cenderung menunda kegiatan, perencanaan mungkin terlalu membatasi

30
31

manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi, kadang-kadang hasil paling baik

didapatkan oleh penanganan setiap masalah pada saat masalah terjadi

(www.lalulintasbisnis.weebly.com).

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian merupakan suatu proses yang menyangkut bagaimana

strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam

sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan

organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam

organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan

organisasi.

Fungsi pengorganisasian diantaranya : (a) mengalokasikan sumber daya,

merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan,

(b) menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan

dan tanggungjawab, dan (c) kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan

pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja, (d) kegiatan penempatan

sumber daya manusia pada posisi yang tepat (Sule dan Saefullah, 2005:11).

3. Fungsi Pengarahan (directing)

Pengarahan merupakan kegiatan pengimplementasian program agar bisa

dijalankan oleh semua pihak dalam organisasi dengan memotivasi agar semua

pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan

produktivitas yang tinggi. Pimpinan harus mampu menciptakan suasana yang

bisa mendorong orang untuk bekerja. Cara yang dipakai berbeda antara satu

organisasi dengan organisasi lainnya, tergantung prinsip yang digunakan pimpinan

31
32

dalam melakukan pengarahan.

Fungsi pengarahan diantaranya adalah : (a) mengimplementasikan proses

kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasikepada tenaga kerja agar

dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan, (b) memberikan

tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan, dan (c) menjelaskan kebijakan

yang ditetapkan (Sule dan Saefullah, 2005:11).

4. Fungsi Pengendalian (controlling)

Pengendalian merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan

seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan

diimplentasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun

berbagai perubahan terjadi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Fungsi pengendalian antara lain: (a) mengevaluasi keberhasilan dalam

pencapaian tujuan dan target sesuai dengan indicator yang telah ditetapkan, (b)

mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin

ditemukan, (c)melakukan berbagai alternative solusi atas berbagai masalah yang

terkait dengan pencapaian tujuan organisasi (Sule dan Saefullah, 2005:11-12).

2.1.1.6 Peran Auditor Internal

Menurut Assosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI), audit

intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk pemberian

keyakinan (assurance activities) dan konsultansi (consulting activities), yang

dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasional sebuah

organisasi (auditi). Kegiatan ini membantu organisasi (auditi) mencapai

tujuannya dengan cara menggunakan pendekatan yang sistematis dan teratur


32
33

untuk menilai dan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol

(pengendalian), dan tata kelola (sektor publik).

Audit intern dilakukan oleh auditor internal. Auditor internal di lingkungan

pemerintahan Republik Indonesia adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(APIP) yang terdiri atas Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP), Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat

Kabupaten/Kota (PP 60 tahun 2008 Ps.49).

Peranan auditor internal semakin penting seiring dengan semakin

kompleksnya sistem pemerintahan. Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia

(2013), menjelaskan peran audit internal yang efektif terwujud dalam: pemberian

keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas

pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah

(assurance activities); memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas

manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah

(anti corruption activities); memberikan masukan yang dapat memelihara dan

meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah (consulting activities).

APIP diharapkan menjadi agen perubahan yang dapat menciptakan nilai

tambah pada produk atau layanan instansi pemerintah. APIP sebagai pengawas

intern pemerintah merupakan salah satu unsur manajemen pemerintah yang

penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance)

yang mengarah pada pemerintahan/birokrasi yang bersih (clean government)

(Assosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia).

33
34

2.1.1.7 Teknologi Informasi

Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi

apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, dan

mengkomunikasikan informasi (Hariyanto, 2012). Teknologi informasi meliputi

komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database,

jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang

berhubungan dengan teknologi (Wilkinson et al. 2000 dalam Indriasari, 2008).

Teknologi informasi selain sebagai teknologi komputer (hardware dan software)

untuk pemrosesan dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi

komunikasi untuk penyebaran informasi.

Menurut Aldiani (2010) perangkat pendukung yang memberikan sarana

kepada penyusun laporan keuangan pemerintah daerah dapat dibedakan menjadi

dua kategori yaitu : (1) Perangkat keras : Perangkat keras (hardware) adalah

perangkat yang berwujud fisik dan kasat mata. (2) Perangkat lunak : Perangkat

lunak (software) meliputi perintah-perintah yang berisi program serta data yang

melengkapi dan juga mempunyai tugas yang menghubungkan manusia dengan

perangkat kerasnya.

Pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu mempercepat

proses pengelolaan data transaksi keuangan, penyajian laporan keuangan, serta

dapat menghindari kesalahan dalam melakukan posting dari dokumen buku,

jurnal, buku besar, hingga menjadi kesatuan laporan keuangan yang utuh sesuai

dengan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan pemerintah

daerah. (Setyowati et al., 2016:182).

34
35

2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang andal dan

relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Beberapa penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah : Penelitian dari

Van Beest et al. (2009) yang menunjukkan bahwa karateristik kualitatif informasi

akuntansi merupakan alat pengukuran yang valid dan dapat diandalkan untuk

menilai kualitas informasi laporan keuangan.

Penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), penelitian dilakukan di perusahaan

publik di Selandia Baru. Variabel intervening yang digunakan adalah

pengendalian intern perusahaan untuk melihat hubungan kontrol perusahaan

(manajemen dan pemilik) serta auditor terhadap ketepatan pelaporan keuangan

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pengendalian

intern yang kuat, maka manajemen dan auditor intern memerlukan waktu yang

relatif singkat dalam melakukan penyusunan/telaah laporan keuangan sehingga

dapat meminimalisasi penundaan pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian dari Argyris (1992), Yadnyana dan Mertha (2008) yang

menunjukkan bahwa kemampuan manajemen berpengaruh signifikan sementara

Haliah (2013) berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

Penelitian McSwain et al. (2008) bertujuan untuk menentukan keputusan

(niat) manajer keuangan pemerintah pusat dan daerah (State and Local

Government- SLGs) memodifikasi pengendalian intern. Hasil penelitian

McSwain et al. (2008) menunjukkan bahwa keputusan manajer keuangan

35
36

memodifikasi pengendalian intern berpengaruh secara positif terhadap

perubahan (perbaikan/efektivitas) pengendalian intern. Pengaruh positif

disebabkan oleh manajer keuangan pemerintah yakin akan fungsi-fungsinya

(sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan/perceived

behavioral control) mampu memperbaiki pengendalian intern. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Haliah (2013) dan sejalan dengan Carslaw dan Kaplan

(1991) yang menyimpulkan bahwa kemampuan manajemen akan meningkatkan

efektivitas pengendalian intern.

Yadnyana (2009), meneliti hubungan antara auditor internal dan

efektivitas penerapan struktur pengendalian intern. Populasi penelitiannya adalah

semua perusahaan hotel berbintang empat dan lima yang beroperasi di Provinsi

Bali. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membentuk

auditor internal berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan

struktur pengendalian intern. Pengaruh signifikan disebabkan oleh sebagian besar

staf auditor internal berpendidikan sesuai dengan tugasnya dan berpengalaman

dalam pekerjaannya. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Carslaw dan Kaplan (1991), Krishnan (2005) dan didukung oleh penelitian Haliah

(2013), Tarigan et al. (2013), Syarifudin (2014) yang menyimpulkan bahwa peran

auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem

pengendalian intern. Signifikan ini disebabkan auditor tidak memiliki kepentingan

pribadi sehingga mampu mengungkapkan permasalahan pengendalian intern.

Nassir et al. (2001) meneliti efektivitas auditor internal dan kualitas

informasi laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan di Malaysia. Temuan

36
37

penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian personil, komitmen auditor

internal, dukungan dari komite audit dan dewan direksi, kinerja audit dan

integritas, efisiensi bagian audit, kompetensi dalam bidang audit, pengetahuan

auditor intern tentang operasi perusahaan dan industri, independensi auditor

internal berpengaruh positif terhadap efektivitas fungsi auditor intern dalam

melakukan evaluasi dan penilaian atas prosedur yang dilaksanakan perusahaan.

Tujuannya untuk menghasilkan informasi yang berkualitas dalam laporan

keuangan. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Yuliani et al. (2010),

Haliah (2013), Setyowati et al. (2016) menyimpulkan kualitas jasa dan peran

auditor internal berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas laporan

keuangan. Sementara penelitian Al-Shetwi et al. (2011) dan Syarifudin (2014)

menyimpulkan bahwa peran audit internal tidak berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan.

Penelitian dari Indriasari dan Nahartyo (2008), menunjukkan bahwa

pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi memiliki

pengaruh positif terhadap keterandalan informasi pelaporan keuangan Pemerintah

Daerah. Penelitian tersebut mendapat dukungan dari Sukmaningrum (2012),

Karmila et al. (2013), Yosefrinaldi (2013) juga menyimpulkan hal yang sama

bahwa teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi

laporan keuangan. Akan tetapi penelitian Anggraeni (2014), Surastiani dan

Handayani (2015) menyimpulkan bahwa teknologi informasi tidak berpengaruh

terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah. Sementara

37
38

penelitian Ompusunggu (2002) dan Meilawati (2014) menyimpulkan Sistem

Informasi Akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap pengendalian intern.

Penelitian mengenai pengaruh pengendalian internal terhadap kualitas

informasi laporan keuangan oleh Surastiani dan Handayani (2015), bertujuan

untuk memperoleh bukti secara empiris, pengaruh sistem pengendalian intern

terhadap kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Salatiga. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh

signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Penelitian ini

mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sukmaningrum (2011),

Yosefrinaldi (2013), Haliah (2013), Syarifudin (2014) dimana hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pengendalian internal berpengaruh signifikan positif

terhadap kualitas laporan keuangan, dan hasil berbeda didapatkan dari hasil

penelitian Karmila et al. (2013), Anggraeni (2014), bahwa pengendalian intern

tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan Pemerintan Daerah.

Hasil peneitian lainnya dari Penelitian Haliah (2013) menyimpulkan

bahwa efektivitas pengendalian intern dapat memediasi hubungan kemampuan

manajemen dan kualitas jasa audit intern dengan kualitas informasi laporan

keuangan. Sementara penelitian Syarifudin (2014) menyatakan sebaliknya yaitu

SPIP tidak dapat memediasi hubungan antara peran auditor internal dengan

kualitas informasi laporan keuangan.

2.2 Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

Iskandar (2008:55) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif,

kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh


38
39

dalam mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian

yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel

secara teoretis yang berhubungan degan hasil penelitian terdahulu yang

kebenarannya dapat diuji secara empiris (https://yusrizalfirzal.wordpress.com).

Untuk menjawab masalah-masalah dalam penelitian maka dibuatlah hipotesis.

Arikunto (2000:57) menyatakan bahwa hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban

yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.

Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang

akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian

(https://yusrizalfirzal.wordpress.com).

2.2.1 Rerangka Konseptual

Stewardship theory menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan antara

agen dan principal, sehingga semua aktor dalam suatu entitas harus bersinergi dan

bekerja dengan lurus dan jujur demi tercapainya tujuan organisasi, dalam hal ini

informasi laporan keuangan yang berkualitas. Kualitas laporan keuangan

merupakan laporan terstruktur mengenai laporan posisi keuangan dan transaksi-

transaksi yang dilakukan dan dipertanggungjawabkan oleh suatu entitas

pelaporan. Suatu laporan keuangan itu berkualitas dan bermanfaat bagi sejumlah

besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut

dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan. Tujuan khusus pelaporan

keuangan sektor publik adalah menyediakan informasi yang relevan dalam

pengambilan keputusan, dan menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya

yang dipercayakan (Bastian, 2006:247).


39
40

Kemampuan manajemen yang baik dalam menjalankan fungsi-fungsinya

dalam mempertanggungjawabkan sumberdaya yang diamanahkan kepadanya akan

membantu terselenggaranya informasi laporan keuangan yang berkualitas. Untuk

mengawasi manajemen dalam menjalankan tanggungjawabnya maka diperlukan

pihak yang netral yang membantu manajemen dalam mengelola sumberdaya

secara ekonomis, efektif dan efisien sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk itulah

peran auditor internal sangat penting dalam mengawal manajemen agar dapat

mempertanggungjawabkan amanah sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Dalam mewujudkan informasi laporan keuangan yang berkualitas

kemampuan manajemen dan peran auditor membutuhkan sistem kontrol internal

yang baik, sistem pengendalian akan membantu manajemen mendapatkan

informasi yang diperlukan serta mendukung penyusunan laporan keuangan yang

berkualitas. Untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas dibutuhkan

bantuan teknologi informasi yang memudahkan penyusunannya melalui aplikasi-

aplikasi laporan keuangan seperti Sistem Akuntansi Basis Akrual (SAIBA) dan

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-

BMN).

Perilaku steward pada pemerintahan adalah kolektif dan kooperatif.

Artinya, manajemen dan auditor internal secara kolektif (bersama-sama) dan

kooperatif menciptakan sikap proorganisasi dengan mengarahkan kemampuannya

dalam mengefektifkan pengendalian intern untuk menghasilkan informasi

laporan keuangan yang berkualitas, tentu saja dengan memanfaatkan teknologi

informasi yang ada.

40
41

Berdasarkan telaah teoretis dan kajian dari beberapa penelitian terdahulu,

maka peneliti mengidentifikasi 4 (empat) variabel yang mempengaruhi Kualitas

Informasi Laporan Keuangan (KILK) yaitu : Kemampuan Manajemen (KM),

Efektivitas sistem pengendalian intern (ESPI), Peran Audit Internal (PAI), dan

Teknologi Informasi (TI).

Hubungan variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diilustrasikan sebagai berikut:

Stewardship Theory, Stewardship Theory, Stewardship Theory,


Carslaw dan Kaplan (1991), Carslaw dan Kaplan (1991), Sukmaningrum (2011), Yosefrinaldi
McSwain et al. (2008), Yadyana Argyris (1992),Yadyana dan (2013), Haliah (2013), Karmila, et
(2009), Haliah (2013) Mertha (2008), Haliah (2013) al.(2013), Syarifudin (2014), Anggraeni
(2014)

Kemampuan
Manajemen

Peran Auditor Efektivitas Sistem Kualitas informasi


Internal Pengendalian Laporan
Intern Keuangan

Teknologi
Informasi Technology Acceptance
Model, Ompusunggu
(2002), Meilawati
(2014)

Stewardship Theory, Technology Acceptance Model


Stewardship Theory, Nassir et al. (2001), Yadyana Indriasari dan Nahartyo (2008),
Krishnan (2005), Yadyana (2009),Yuliani et al. (2010), Al- Sukmaningrum (2012), Yosefrinaldi
(2009), Syarifudin (2014) Shetwi et al. (2011), Syarifudin (2013), Anggraeni (2014), Surastiani
(2014), Setyowati et al. (2016) dan Handayani (2015)

Gambar 2.1
Rerangka Konsep Penelitian

41
42

2.2.2 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis kuantitatif merupakan prediksi-prediksi yang dibuat peneliti

tentang hubungan antar variabel yang ia harapkan (Creswell, 2010:197). Dalam

statistik, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter

populasi sedangkan dalam penelitian, hipotesis diartikan sebagai jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2014:84-85).

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka penelitian yang telah diuraikan

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

2.2.2.1 Pengaruh Kemampuan Manajemen terhadap Kualitas Informasi


Laporan Keuangan

Pentingnya laporan pertanggungjawaban keuangan pusat / daerah tidak

akan terlepas dari kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkan. Artinya,

laporan keuangan tidak akan bermanfaat bila tidak didukung dengan kualitas

informasi yang baik. Kualitas informasi laporan pertanggungjawaban dapat

dilihat dari sisi karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu dapat dipahami

relevan, andal, dapat diperbandingkan, tepat waktu, keseimbangan antar biaya

dan manfaat. Penelitian Van Beest et al. (2009) menunjukkan bahwa karakteristik

kualitatif merupakan alat pengukuran yang valid dan dapat diandalkan untuk

menilai kualitas informasi laporan keuangan.

Pertanggungjawaban informasi laporan keuangan yang berkualitas

merupakan tanggung jawab manajemen organisasi. Manajemen pemerintah

sebagai steward harus mampu menyajikan informasi laporan keuangan yang

42
43

berkualitas yang menjadi kewajiban dan tanggungjawabnya kepada pengguna

informasi laporan keuangan (principal).

Penelitian Yadnyana dan Mertha (2008) menunjukkan bahwa

kemampuan manajemen berupa perencanaan dan pengorganisasian berpengaruh

secara signifikan terhadap kualitas informasi akuntansi. Sebaliknya kemampuan

manajemen berupa pengarahan dan pengendalian terbukti tidak berpengaruh

terhadap kualitas informasi akuntansi pada hotel berbintang di Bali. Penelitian ini

mendukung penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Argyris (1992) dan didukung

oleh penelitian dari Haliah (2013) yang menunjukkan bahwa kemampuan

manajemen berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

Konsep dan kajian empiris di atas sejalan dengan asumsi dari teori

stewardship yaitu governance dengan pendekatan psikologi. Asumsi governance

pada penelitian ini yaitu menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas. Semakin mampu manajemen menjalankan fungsi-fungsinya dalam

mengelola apa yang menjadi tanggungjawabnya maka akan semakin berkualitas

informasi yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Dengan demikian maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Kemampuan manajemen berpengaruh positif terhadap peningkatan


kualitas informasi laporan keuangan.

2.2.2.2 Pengaruh Peran Audit Internal terhadap Kualitas Informasi Laporan


Keuangan

Tugas auditor internal adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur

yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau

tidaknya penjagaan kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas


43
44

prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan

(Mulyadi, 2002:29). Disamping itu fungsi utama auditor internal adalah

mengadakan penyelidikan dan penilaian pengendalian intern yang

diselenggarakan organisasi juga memberikan rekomendasi berdasarkan temuan-

temuan serta perbaikan untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas.

Fungsi tersebut di atas sejalan dengan tugas auditor internal di lembaga

Pemerintahan yang diatur dalam PP. No. 8 Tahun 2006 Pasal 33 ayat 3.

Peraturan tersebut menyatakan bahwa fungsi pemeriksaan intern adalah

melakukan reviu atas laporan keuangan dan kinerja Pemerintah Daerah dalam

rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh

kepala daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK). Peraturan lain yang

mengisyaratkan fungsi auditor internal terhadap kualitas laporan keuangan

yaitu Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan

Akuntabilitas Keuangan Negara point ke 4 bagian a. Menurut peraturan

tersebut dalam rangka mempercepat peningkatan kualitas keuangan Negara

sebagaimana dimaksud dalam instruksi presiden ini, Kepala BPKP

melaksanakan asistensi kepada kementerian/lembaga/pemerintah daerah.

Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman bagi pejabat pemerintah pusat/

daerah dalam pengelolaan keuangan Negara/Daerah, meningkatkan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan, dan meningkatkan kualitas laporan

keuangan dan tata kelola.

44
45

Penelitian yang menguji hubungan auditor internal terhadap kualitas

informasi laporan keuangan dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991),

Nassir et al. (2001), Haliah (2013), menyimpulkan kualitas jasa auditor

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan. Yuliani (2010),

Setyowati et al. (2016) menyimpulkan peran auditor internal berpengaruh positif

terhadap kualitas laporan keuangan Sementara Al-Shetwi et al. (2011) dan

Syarifudin (2014) menyimpulkan bahwa peran audit internal tidak berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan.

Sejalan dengan asumsi filosofis dari stewardship theory mengenai sifat

manusia, asumsi tersebut adalah bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya,

mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab, berintegritas dan jujur terhadap

pihak lain (Donaldson and Davis, 1991). Oleh sebab itu auditor intern harus dapat

menjaga independensinya, menjaga integritas dan meningkatkan kualitasnya dalam

menjalankan perannya supaya mendapatkan kepercayaan dalam menjalankan tugas

dan tanggungjawabnya sehingga mampu menyajikan informasi laporan keuangan

yang berkualitas.

Berdasar uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran dari

auditor internal akan berdampak pada kualitas informasi laporan keuangan.

Dengan demikian hipotesis yang dapat dibangun adalah sebagai berikut :

H2 : Peran auditor internal berpengaruh positif terhadap peningkatan


kualitas informasi laporan keuangan

45
46

2.2.2.3 Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Kualitas Informasi Laporan


Keuangan

Davis et al. (1989) mendefinisikan persepsi atas kemanfaatan (perceived

usefulness) sebagai “suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa

menggunakan sistem tersebut dapat meningkatkan kinerjanya dalam bekerja”. Hal

ini sejalan dengan teori technology acceptance model, dimana penggunaan

teknologi informasi akan terus berkembang jika dirasa teknologi tersebut

membantu peningkatan kinerja.

Laporan keuangan dapat dikatakan berkualitas jika dalam penyusunan

laporan keuangan seluruh akun yang disajikan disusun secara jujur, tepat, teliti

dan dengan didukung oleh bukti-bukti yang jelas dan lengkap. Oleh karena itu

untuk mengurangi ketidaktelitian dan tingkat kesalahan para pengguna dalam

penyusunan laporan keuangan, maka dibuatlah suatu sistem informasi berbasis

teknologi yang dapat mendukung pencapaian tersebut, yaitu Sistem Informasi

Akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, untuk menghasilkan informasi

laporan keuangan yang berkualitas.

Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang

Sistem Informasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola

keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada

pelayanan publik (Anggraeni, 2014; Surastiani dan Handayani, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Indriasari dan Nahartyo (2008),

menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi memiliki pengaruh positif


46
47

terhadap keterandalan informasi pelaporan keuangan Pemerintah Daerah.

Penelitian tersebut mendapat dukungan dari Sukmaningrum (2012), Karmila et al.

(2013), Yosefrinaldi (2013) yang menyimpulkan hal yang sama bahwa teknologi

informasi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

Akan tetapi dalam penelitian Anggraeni (2014), Surastiani dan Handayani (2015)

menyimpulkan bahwa teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap kualitas

informasi laporan keuangan pemerintah daerah.

Berdasar uraian diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

teknologi informasi dapat berdampak pada terselenggaranya informasi laporan

keuangan yang berkualitas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

H3 : Teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi


laporan keuangan

2.2.2.4 Pengaruh Kemampuan Manajemen terhadap Efektivitas Sistem


Pengendalian Intern

Kemampuan manajemen sangat berpengaruh terhadap efektivitas dari

sistem pengendalian intern, dimana pimpinan harus mampu mengalokasikan

sumber daya yang ada dalam melakukan pengendalian dan juga penanggulangan

resiko untuk tujuan bersama. Tidak efektifnya sistem pengendalian intern menjadi

tanggungjawab dari manajemen. Tanggungjawab manajemen dilaksanakan

dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen.

Tanggung jawab manajemen terhadap efektivitas sistem pengendalian

intern, juga berlaku pada lembaga pemerintahan yang dinyatakan dalam Pasal 4,

PP No. 60 Tahun 2008. Peraturan tersebut menyatakan bahwa diamanatkan

agar pimpinan instansi pemerintah menciptakan dan memelihara


47
48

lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk

penerapan SPI dalam lingkungan kerjanya. Proses penciptaan lingkungan

pengendalian antara lain melalui: (a) penegakan integritas dan nilai etika, (b)

komitmen terhadap kompetensi. Penciptaan lingkungan pengendalian yang

kondusif dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi implementasi unsur-unsur

sistem pengendalian intern lainnya. Uraian tersebut menunjukkan bahwa

pimpinan bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern (SPI) di lingkungan masing- masing.

Teori stewardship menyatakan bahwa manajemen sebagai steward

menjalankan fungsi-fungsinya mengefektifkan pengendalian intern untuk

kepentingan organisasi. Dikatakan demikian karena tujuan pengendalian intern

sejalan dengan tujuan organisasi, salah satunya adalah efisiensi dan efektivitas

kegiatan organisasi. Semakin tinggi kemampuan manajemen sebagai steward

dalam menjalankan fungsi-fungsinya maka semakin meningkat efektivitas sistem

pengendalian intern sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Penelitian McSwain et al. (2008) yang mengkaji hubungan antara

manajemen dan pengendalian intern. Temuan penelitiannya menyatakan

keputusan manajer keuangan memodifikasi pengendalian intern berpengaruh

secara positif terhadap perubahan (perbaikan/efektivitas) pengendalian intern.

Pengaruh positif disebabkan manajer keuangan pemerintah daerah yakin akan

fungsi- fungsinya (sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan

atau perceived behavioral control mampu memperbaiki pengendalian intern.

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Haliah (2013) yang menyimpulkan

48
49

bahwa kemampuan manajemen berpengaruh positif terhadap efektivitas

pengendalian intern.

Berdasarkan kajian teoretis dan penelitian terdahulu maka dapat

disimpulkan bahwa semakin bagus kinerja manajemen dalam menjalankan fungsi-

fungsi manajemen maka akan mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian

intern dalam menghasilkan informasi keuangan yang berkualitas. Dengan

demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H4 : Kemampuan manajemen berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem


pengendalian intern

2.2.2.5 Pengaruh Peran Audit Internal terhadap Efektivitas sistem


pengendalian intern

Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya melalui suatu

pendekatan yang sistematik dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan tata kelola (Zamzani et al.,

2015:2). Tata kelola pemerintahan yang baik dicirikan oleh pengelolaan keuangan

Negara dan pelayanan publik terbebas dari praktek kecurangan, korupsi dan

penyalahgunan wewenang.

Auditor internal dan manajemen mempunyai kontribusi terhadap

efektivitas sistem pengendalian intern organisasi. Dengan demikian menjadi

kewajiban auditor internal dan manajemen untuk menjaga efektivitas sistem

pengendalian intern organisasi. Pernyataan tersebut sejalan dengan prinsip

pengelolaan keuangan daerah dalam PP RI No. 58 Tahun 2005. Peraturan

tersebut menyatakan bahwa fungsi pemeriksa intern adalah melakukan

pengendalian intern atas pengelolaan keuangan daerah.


49
50

Penelitian yang menguji hubungan auditor internal terhadap efektivitas

pengendalian intern dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), Yadnyana

(2009), Haliah (2013), Tarigan (2013), Syarifudin (2014) menunjukkan bahwa

peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengendalian intern. Penelitian Krishnan (2005), menyimpulkan peran auditor

internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian intern

Konsep dan kajian empiris di atas sejalan dengan asumsi filosofis teori

stewardship mengenai sifat manusia yakni kepercayaan (trust). Asumsi tersebut

menyatakan bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak

dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak

lain. Demikian juga dengan auditor internal adalah profesi kepercayaan, penuh

tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Auditor

internal sebagai pihak yang dipercaya, dituntut meningkatkan perannya dalam

menjalankan fungsinya (menelaah pengendalian intern) sehingga sistem

pengendalian intern semakin efektif.

Dengan demikian, hipotesis yang dibangun adalah :

H5 : Peran auditor internal berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem


pengendalian intern

2.2.2.6 Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Efektivitas Sistem


pengendalian intern

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dalam hal ini sistem

informasi akuntansi maka resiko terjadinya kekeliruan dalam pencatatan atau

perhitungan dapat diminimalisasikan. Salah satu bagian dalam sistem informasi

akuntansi yang menunjang kinerja sistem informasi tersebut adalah pengendalian


50
51

internal (www.dwipw.wordpress.com). Pengendalian intern didefinisikan sebagai

suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi

informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan

tertentu.

Kualitas sistem teknologi informasi agar terhindar dari kecurangan,

penyimpangan atau penyelewengan baik sengaja atau tidak disengaja yang dapat

mengurangi nilai informasi yang dihasilkannya maka memerlukan suatu sistem

pengendalian intern yang efektif. Hubungan antara sistem pengendalian intern

dengan sistem teknologi informasi ini adalah dapat memenuhi fungsinya untuk

menghasilkan informasi akuntansi yang tepat waktu, relevan dan dapat dipercaya

serta resiko terjadinya kekeliruan dapat diminimalisasikan sehingga dapat

membantu penyusunan laporan keuangan yang berkualitas.

Sejalan dengan TAM bahwa suatu sistem informasi akan memberi manfaat

dan kemudahan bagi penggunanya, maka sistem teknologi informasi ini sekaligus

sebagai alat kontrol atau alat pengendalian internal dalam pengelolaan keuangan

karena mampu menyimpan data transaksi keuangan dan juga berfungsi

membackup data sehingga apabila terjadi kehilangan data atau kerusakan sistem

maka akan dapat diperbaiki dengan cepat dan mudah. Penelitian dari Ompusunggu

(2002), Meilawati (2014) menyatakan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi

berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian intern. Dengan demikian

Hipotesis yang dapat dibangun dalam penelitian ini adalah :

H6 : Teknologi informasi berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem


pengendalian intern

51
52

2.2.2.7 Pengaruh Efektivitas sistem pengendalian intern terhadap Kualitas


Informasi Laporan Keuangan

Efektivitas adalah keberhasilan suatu ukuran untuk mencapai target yang

telah ditentukan. Semakin besar persentase target yang dicapai maka semakin

tinggi efektivitasnya. Pada konteks pengendalian internal, seperti dikemukakan

oleh Tunggal (2000:115) bahwa Efektivitas adalah bagaimana suatu kebijakan

atau prosedur pengendalian intern diterapkan, konsistensi penerapannya oleh siapa

dan prosedur tersebut dilaksanakan. Pengendalian intern didefinisikan sebagai

suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi

informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan

tertentu. Sistem pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,

mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting

dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan (fraud). Sistem pengendalian

intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam mencapai sasaran

dan menjamin atau menyediakan informasi keuangan yang andal, serta menjamin

ditaatinya hukum dan peraturan yang berlaku. Pada tingkatan organisasi, tujuan

sistem pengendalian intern berkaitan dengan keandalan laporan keuangan, umpan

balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan

strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi (Anggraeni, 2014).

COSO mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang

dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga

tujuan yaitu: 1) keandalan laporan keuangan, 2) kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku, 3) efektivitas dan efisiensi operasi. Hal ini sejalan dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


52
53

Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa pengendalian intern merupakan proses yang

dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian

tujuan pemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan,

efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya

peraturan perundang-undangan. Salah satu tujuan umum manajemen dalam

merancang sistem pengendalian intern pemerintah yang efektif adalah agar

laporan keuangan reliabel (Arens, 2008:370).

Penelitian yang dilakukan oleh Sukmaningrum (2011), Yosefrinaldi

(2013), Haliah (2013), Syarifudin (2014) melihat hubungan yang signifikan positif

antara pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan. Sementara hasil

berbeda didapatkan dari penelitian Karmila et al. (2013), Anggraeni (2014) bahwa

pengawasan intern tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan

Pemda.

Konsep dan kajian empiris di atas sejalan dengan asumsi dari teori

stewardship yaitu governance dengan menggunakan pendekatan sosiologi.

Penelitian ini mengarah ke governance yaitu menghasilkan informasi laporan

keuangan yang berkualitas. Pendekatan faktor sosiologi dilakukan pada saat

analisis kelima unsur variabel sistem pengendalian intern untuk dapat

menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas. Selain itu dari

stewardship theory juga berhubungan dengan penekanan resiko pengendalian.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas sistem

pengendalian intern berperan penting dalam peningkatan kualitas laporan

keuangan. Dengan demikian hipotesis ketujuh dalam penelitian ini adalah :

53
54

H7 : Efektivitas sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap


peningkatan kualitas informasi laporan keuangan

2.2.2.8 Efektivitas sistem pengendalian intern Memediasi Kemampuan


Manajemen dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan

Pengendalian internal dirancang oleh manajemen dan dilakukan oleh

personal disemua tingkatan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran

organisasi dengan menjamin efisiensi dan efektivitas proses operasi, keandalan

catatan keuangan dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku (Zamzami et al.,

(2015:71). Pengendalian intern yang berlaku dalam entitas merupakan faktor yang

menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan entitas tersebut. Oleh

karena itu dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang

diauditnya, auditor meletakkan kepercayaan atas efektivitas pengendalian intern

dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntansi

(Mulyadi, 2002:195)

Manajemen dapat menjalankankan tanggung jawabnya dengan baik

(menghasilkan laporan yang berkualitas) jika di mediasi oleh sistem

pengendalian intern yang baik. Hal ini terjadi karena kemampuan manajemen

yang baik akan mengefektifkan sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian

intern yang efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas. Penyataan ini sesuai dengan definisi pengendalian intern yang

dikemukakan oleh COSO (2009). Definisi tersebut adalah pengendalian intern

merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh pihak dewan direksi,

manajemen, auditor internal, dan personil lainnya. Tujuannya untuk pencapaian

tujuan pengendalian intern yaitu keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian


54
55

dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi

operasi.

Hasil penelitian Haliah (2013) menyimpulkan bahwa efektivitas

pengendalian intern dapat memediasi hubungan kemampuan manajemen dengan

kualitas informasi laporan keuangan.

Didalam stewardship theory, principal dan steward (manajemen)

menggunakan pengendalian melalui melalui kontrak intrinsik bukan ekstrinsik,

yaitu suatu usaha yang berkesinambungan melalui kegiatan yang efektif dan

efisien guna mencapai tujuan organisasi untuk menghasilkan laporan keuangan

yang berkualitas (Haliah, 2013). Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan

adalah :

H8 : Efektivitas sistem pengendalian intern memediasi hubungan kemampuan


manajemen dengan kualitas informasi laporan keuangan

2.2.2.9 Efektivitas sistem pengendalian intern Memediasi Peran Auditor


Internal dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan

Pengendalian intern yang berlaku dalam entitas merupakan faktor yang

menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan entitas tersebut. Oleh

karena itu dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang

diauditnya, auditor meletakkan kepercayaan atas efektivitas pengendalian intern

dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntansi

(Mulyadi, 2002:195)

Auditor internal dapat menjalankankan tanggung jawabnya dengan baik

(menghasilkan laporan yang berkualitas) jika di mediasi oleh sistem

pengendalian intern yang baik. Hal ini terjadi karena peran auditor internal yang
55
56

baik akan mengefektifkan sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian

intern yang efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas. Penyataan ini sesuai dengan definisi pengendalian intern yang

dikemukakan oleh COSO (2009). Definisi tersebut adalah pengendalian intern

merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh pihak dewan direksi,

manajemen, auditor internal, dan personil lainnya. Tujuannya untuk pencapaian

tujuan pengendalian intern yaitu keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian

dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi

operasi.

Hasil penelitian Haliah (2013) menyimpulkan bahwa efektivitas

pengendalian intern dapat memediasi hubungan kualitas jasa audit intern dengan

kualitas informasi laporan keuangan. Penelitian Syarifudin (2014) SPIP tidak

dapat memediasi hubungan peran auditor internal dan kualitas laporan keuangan

Didalam stewardship theory, principal dan steward (auditor intern)

menggunakan pengendalian melalui melalui kontrak intrinsik bukan ekstrinsik,

yaitu suatu usaha yang berkesinambungan melalui kegiatan yang efektif dan

efisien guna mencapai tujuan organisasi untuk menghasilkan laporan keuangan

yang berkualitas (Haliah, 2013). Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan

adalah :

H9 : Efektivitas sistem pengendalian intern memediasi peran audit internal


terhadap kualitas informasi laporan keuangan

56
57

2.2.2.10 Efektivitas sistem pengendalian intern Memediasi Teknologi


Informasi dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan

Menurut Aldiani (2010) perangkat pendukung yang memberikan sarana

kepada penyusun laporan keuangan pemerintah daerah dapat dibedakan menjadi

dua kategori yaitu : (1) Perangkat keras : Perangkat keras (hardware) adalah

perangkat yang berwujud fisik dan kasat mata. (2) Perangkat lunak : Perangkat

lunak (software) meliputi perintah-perintah yang berisi program serta data yang

melengkapi dan juga mempunyai tugas yang menghubungkan manusia dengan

perangkat kerasnya.

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dalam hal ini sistem

informasi akuntansi maka resiko terjadinya kekeliruan dalam pencatatan atau

perhitungan dapat diminimalisasikan. Salah satu bagian dalam sistem informasi

akuntansi yang menunjang kinerja sistem informasi tersebut adalah pengendalian

internal (dwipw.wordpress.com). Pengendalian pengolahan informasi menurut

Mulyadi (2002:190) dibagi menjadi dua yaitu : pengendalian umum dan

pengendalian aplikasi. Untuk lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengendalian umum; Unsur pengendalian umum ini meliputi : organisasi

pusat pengolahan data, prosedur dan standar untuk perubahan program,

pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.

2. Pengendalian aplikasi; Pengendalian operasi dirancang untuk memenuhi

persyaratan pengendalian khusus setiap aplikasi. Pengendalian aplikasi

mempunyai tujuan : (a) Menjamin bahwa semua transaksi yang telah

diotorisasi telah diproses sekali saja secara lengkap; (b) Menjamin bahwa

data transaksi lengkap dan teliti; (c) Menjamin bahwa pengolahan data
57
58

transaksi benar dan sesuai keadaan; (d) Menjamin bahwa hasil pengolahan

data dimanfaatkan untuk tujuan yang telah ditetapkan; (e) Menjamin bahwa

aplikasi dapat terus menerus berfungsi.

Pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu mempercepat

proses pengelolaan data transaksi keuangan, penyajian laporan keuangan, serta

dapat menghindari kesalahan dalam melakukan posting dari dokumen buku,

jurnal, buku besar, hingga menjadi kesatuan laporan keuangan yang utuh sesuai

dengan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan pemerintah

daerah (Setyowati et al., 2016:182). Teknologi informasi akan menghasilkan

informasi laporan keuangan yang berkualitas melalui sistem pengendalian intern

yang efektif. Dengan demikian hipotesis yang dibangun adalah :

H10 : Efektivitas sistem pengendalian intern memediasi teknologi informasi


terhadap informasi laporan keuangan yang berkualitas

58
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

explanatori (explanatory research). Menurut Sukandarrumidi (2006:105),

penelitian explanatori merupakan penelitian untuk menguji hipotesis yang

menyatakan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Beberapa pakar

mengatakan penelitian ini digunakkan untuk mengembangkan dan

menyempurnakan teori serta memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji

hubungan sebab akibat dari dua atau lebih variabel (Bungin, 2005:46). Dalam

penelitian ini eksplanasi digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan untuk

dapat menjelaskan hubungan variabel kemampuan manajemen, peran auditor

internal, teknologi informasi terhadap variabel efektivitas sistem pengendalian

intern dan kualitas informasi laporan keuangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada (11) sebelas satuan kerja yang terdapat dalam

lingkup Badan Pusat Statistik se Provinsi NTB. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Februari sampai dengan Maret 2017. Alasan pemilihan satuan kerja di BPS

Se-NTB adalah :

1. Adanya degradasi opini dari BPK, setelah sebelumnya selama 4 (empat)

tahun (2011-2014) BPS selalu meraih opini WTP tetapi untuk tahun 2015

BPS mendapat opini WDP. Laporan keuangan yang disajikan merupakan

59
60

gabungan dari seluruh entitas pelaporan BPS Provinsi se-Indonesia, dimana

opini yang diberikan juga merupakan cerminan kualitas informasi laporan

keuangan di tingkat BPS Provinsi sebagai Unit Akuntansi Pembantu

Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) dan BPS Kabupaten/Kota sebagai

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).

2. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)

BPK RI, yang melakukan uji petik di Provinsi NTB terkait pelaksanaan

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Pendataan Sensus Ekonomi

(PSE) ditemukan bahwa pengendalian atas pengelolaan keuangan belum

efektif dan merugikan Negara karena tidak didukung dengan bukti yang sah.

3. Kurangnya sumber daya manusia dibidang administrasi pengelolaan keuangan

sehingga menyebabkan rangkap pekerjaan dan berdampak pada terlambatnya

penyelesaian antara pekerjaan satu dengan lainnya.

3.3 Populasi Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2014:61), populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek /subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah semua pejabat struktural

(selaku manajemen, perencana dan pengelola anggaran), bendahara dan operator

(SAIBA dan SIMAK-BMN) di lingkungan Badan Pusat Statistik di Provinsi

NTB. Jumlah populasi yang ada adalah 131 orang dari 11 satuan kerja.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2014:62). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian

60
61

purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2014:68). Kriteria sampel dalam penelitian ini berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Pejabat

Perbendaharaan dan PMK Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

(LKKL). Pejabat perbendaharaan dan Struktur Organisasi UAKPA dan UAPPA-

W terdiri dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen

(PPK), Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar (PPSPM), Bendahara

dan Operator (SAIBA dan SIMAK-BMN). Kriteria ini dipilih karena KPA, PPK,

PPSPM, Bendahara dan Operator termasuk pengelola keuangan Satker dan

terlibat langsung dalam penyusunan LKKL. Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 66 responden. Daftar populasi dan sampel disajikan pada Lampiran 4.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang acuan-acuannya mudah diidentifikasikan dan

diobservasi serta mudah diklasifikasi, diurut atau diukur (Bungin, 2005:70).

Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu

organisasi yang dapat diukur atau diobservasi (Creswell, 2010:76). Lebih lanjut

(Sugiyono, 2014:3) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

61
62

3.4.1 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel eksogen yang merupakan variabel yang tidak dipengaruhi/ditentukan

variabel lain dalam model. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah

Kemampuan Manajemen (KM), Peran Audit Internal (PAI), Teknologi

Informasi (TI).

2. Variabel endogen yang merupakan variabel yang dipengaruhi/ditentukan oleh

variabel lain dalam suatu model. Variabel endogen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Efektivitas sistem pengendalian intern (SPI) dan Kualitas

Informasi Laporan Keuangan (KILK).

3. Variabel Intervening (mediasi), yaitu variabel yang secara teoretis

mempengaruhi hubungan variabel independen (eksogen) dengan dependen

(endogen), tetapi tidak dapat diamati dan diukur (Sugiyono, 2014:61).

Variabel intervening dalam penelitian ini adalah Efektivitas sistem

pengendalian intern (ESPI).

3.4.2 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Agar variabel dapat diukur maka variabel harus dijelaskan kedalam konsep

operasional variabel, untuk itu maka variabel harus dijelaskan parameter atau

indikator-indikatornya (Bungin, 2005:70). Definisi konseptual dan operasional

variabel yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

a. Kemampuan Manajemen (KM)

Variabel kemampuan manajemen dalam penelitian ini adalah kesanggupan

62
63

atau kecakapan untuk melakukan proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian penggunaan sumber daya untuk mencapai

tujuan/sasaran kinerja. Kemampuan manajemen diukur dengan menggunakan

indikator fungsi-fungsi manajemen dari Nickles, McHugh dan McHugh (1997

dalam Sule dan Saefullah (2005).

Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam

penelitian ini adalah: Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan, menetapkan

indikator keberhasilan, struktur organisasi, mengkoordinasikan program dan

kegiatan, penempatan SDM pada posisi yang tepat, pengarahan dan pembinaan,

motivasi, mengevaluasi keberhasilan, mengambil langkah klarifikasi dan koreksi

atas penyimpangan, membuat berbagai alternative solusi atas masalah dalam

pencapaian tujuan..

Kuesioner yang dipakai untuk mengukur kemampuan manajemen ini

dikembangkan sendiri oleh peneliti mengacu pada fungsi-fungsi manajemen dari

Nicles, McHugh dan McHugh (1997). Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 6.

b. Peran Auditor Internal (PAI)

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan dan status. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia

menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2009:212-213).

Peran aparat pengawas internal pemerintah (APIP) dalam PP No.60 Tahun

2008 adalah : 1) memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,

efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Instansi Pemerintah, 2) memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas

63
64

manajemen resiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah,

dan 3) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas

dan fungsi Instansi Pemerintah.

Indikator dalam penelitian ini didasarkan pada penjelasan peran APIP yang

dituangkan dalam PP No.60 Tahun 2008 yaitu: Pemeriksaan dan pembinaan

rutin, pemeriksaan menyeluruh, memberikan keyakinan pengelolaan sumber daya

secara ekonomis, efisien, dan efektif, membantu manajemen mengenali resiko,

membantu menurunkan penyebab penyimpangan/kesalahan yang berulang,

mereviu laporan keuangan.

Kuesioner yang dipakai untuk mengukur peran auditor internal ini

dikembangkan sendiri oleh peneliti mengacu pada PP No.60 Tahun 2008.

Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 6.

c. Teknologi Informasi (TI)

Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi

apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, dan

mengkomunikasikan informasi (William dan Sawyer dalam Hariyanto,2012).

Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat

lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan

jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson et al. 2000 dalam

Indriasari, 2008). Dalam penelitian ini indikator yang dipakai mengadopsi

indikator TI yang dikemukakan oleh Davis (1989) yaitu: Mudah dipelajari dan

dioperasikan, menambah ketrampilan, penyusunan laporan lebih mudah dan cepat,

menambah produktivitas kerja, meningkatkan efektivitas.

64
65

Kuesioner yang dipakai untuk mengukur teknologi informasi diadaptasi

dari penelitian Davis (1989). Kuesioner lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

d. Efektivitas sistem pengendalian intern (SPI)

Efektivitas adalah keberhasilan suatu ukuran untuk mencapai target yang

telah ditentukan. Semakin besar persentase target yang dicapai maka semakin

tinggi efektivitasnya (Siagian, 2001:24). Pada konteks pengendalian internal,

seperti dikemukakan oleh Tunggal (2000:115) bahwa Efektivitas adalah

bagaimana suatu kebijakan atau prosedur pengendalian intern diterapkan,

konsistensi penerapannya dan oleh siapa prosedur tersebut dilaksanakan.

Efektivitas didasarkan sejauh mana tujuan suatu organisasi dapat dicapai,

efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam

mencapai target yang telah ditetapkan. Dikaitkan dengan pengendalian internal,

maka untuk mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian intern perlu

dilaksanakan pengujian kebijakan dan prosedur sistem pengendalian intern yang

relevan. Ukuran yang digunakan untuk mengukur efektivitas sistem pengendalian

intern adalah tercapainya struktur sistem pengendalian intern dalam PP Nomor 60

Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Indikator yang dipakai adalah : Tersedia Job description dan

SOP,Pemeriksaan mendadak, tindakan terhadap pelanggaran, identifikasi dan

analisis resiko, perencanaan mengurangi resiko, pengendalian fisik atas aset,

otorisasi atas transaksi, dokumentasi yang baik, komunikasi, informasi tersedia

tepat waktu, tindak lanjut atas temuan audit, evaluasi SPI.

65
66

Kuesioner yang dipakai untuk mengukur efektivitas sistem pengendalian

intern ini dikembangkan sendiri oleh peneliti mengacu pada PP No.60 Tahun 2008.

Kuesioner lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

e. Kualitas Informasi Laporan Keuangan (KLK)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, kualitas

laporan keuangan kementerian/lembaga adalah ukuran-ukuran normative yang

perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.

Dari pengertian tersebut, kualitas laporan keuangan kementerian/lembaga

merupakan unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam laporan keuangan

kementerian/lembaga agar dapat bermanfaat baik bagi penyusunan maupun

pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

Indikator yang digunakan untuk variabel kualitas informasi laporan

keuangan ini adalah karakteristik kualitatif laporan keuangan sesuai dengan PP

No.71 Tahun 2010 yaitu: memiliki umpan balik, memiliki manfaat prediktif

tepat waktu dan lengkap, penyajian yang jujur, bebas dari kesalahan yang

bersifat material, penerapan kebijakan akuntansi konsisten, informasi yang

termuat dalam laporan keuangan dapat bandingkan, informasi laporan

keuangan disesuaikan dengan pemahaman para pengguna.

Kuesioner yang dipakai untuk mengukur kualitas informasi laporan

keuangan ini dikembangkan sendiri oleh peneliti mengacu pada PP No.71 Tahun

2010. Kuesioner lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

Penilaian terhadap variabel eksogen dan variabel endogen diatas dilakukan

dengan menggunakan skala semantic differential. Skala diferensial semantik

66
67

merupakan metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh

butir yang menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim

(Indriantoro, 2014:105). Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban

yang positif sampai dengan yang negative. Responden yang memberi penilaian

dengan angka 7, berarti persepsi responden sangat positif terhadap obyek yang

ditanyakan, bila memberi jawaban pada angka 4 berarti netral, dan bila menjawab

1, maka persepsi responden sangat negative terhadap obyek yang ditanyakan

(Widoyoko, 2012:118). Secara ringkas pengukuran variabel disajikan pada

Lampiran 5.

Mengingat bahwa hasil penelitian ini nilai skor rata-rata pada masing-

masing variabel diatas yang bersumber dari pernyataan atau persepsi 72

responden tidak bulat, maka untuk menentukan nilai kriteria dan kategori

dalam penelitian ini dilakukan penilaian dengan menggunakan interval kelas

dengan rumus sebagai berikut (Nasehudin dan Gozali, 2012:135) :

− ℎ
Interval Kelas =

Nilai skor tertinggi dalam penelitian ini adalah 7 dan nilai terendah adalah 1

yang berasal dari skala penilaian kuesioner, dan jumlah interval adalah 7.

Dengan demikian didapatkan :

7-1
Interval Kelas = = 0,86
7

Pedoman rentang kriteria dan kategori sebagai panduan pengelompokan

hasil penilaian disajikan dalam table 3.1 sebagai berikut :

67
68

Tabel 3.1 Rentang Kriteria dan Kategori Sebagai Panduan


Pengelompokan Hasil Penilaian

Kategori Variabel
Interval Kualitas Peran
No Kemampuan Auditor Teknologi Efektivitas
Kriteria Informasi
Manajemen Internal Informasi SPI
LK
Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat
1. ≥ 6,14
b aik b aik b aik b aik b aik

2. 5,28 s/d <6,14 Baik Baik Baik Baik Baik

Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup


3. 4,42 s/d < 5,28
baik baik baik baik baik
Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
4. 3,56 s/d < 4,42
b aik b aik b aik b aik b aik
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
5. 2,7 s/d 3,56
b aik b aik b aik b aik b aik

6. 1,84 s/d 2,7 Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk

Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat


7. <1,84
buruk buruk buruk buruk buruk

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli (tidak melalui media perantara) (Indriantoro dan Supomo, 2002:146-147).

Pengumpulan data diantar sendiri oleh peneliti dengan mendatangi responden

secara langsung. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat struktural

dan pengelola keuangan Badan Pusat Statistik se-Provinsi NTB.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan metode angket yaitu teknik pengumpulan data dengan serangkaian

atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk diisi oleh responden

(Bungin, 2005:133). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini

adalah kuesioner. Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner akan diuji coba

68
69

untuk mengetahui keterbacaan/keterpahaman instrument dan validitas/reabilitas

instrument (Widoyoko, 2012:55). Jika sesudah diujicobakan ternyata instrument

belum dianggap baik, maka akan dilakukan revisi. Percobaan akan dilakukan

kepada responden sebanyak 10-20 responden sesuai dengan syarat pre test yang

dikemukakan oleh Fowler (1986).

3.6 Prosedur analisis data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan

data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasar variabel

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk

menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2014:147).

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada

populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif

dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka

analisisnya dapat menggunakan statistik deskriptif maupun inferensial

(Sugiyono, 2014:206). Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah

penyajian data melalui tabel, grafik, dan diagram lingkaran. Statistik deskriptif

digunakan bila peneliti hanya ingin mendiskripsikan data sampel dan tidak ingin

69
70

membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel tersebut

diambil. Statistik deskriptif juga digunakan untuk membandingkan data sampel

(Sugiyono, 2014:207).

3.6.2 Uji Kualitas Data

Kesimpulan hasil penelitian tergantung pada kualitas data yang dianalisis

dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Menurut

Indriantoro dan Supomo (2002:180), ada dua konsep untuk mengukur kualitas

data, yaitu reliabilitas dan validitas, dimana suatu penelitian akan menghasilkan

kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliable dan kurang valid. Konsep

reliabilitas dan validitas dipahami melalui ide dasar konsep tersebut, yaitu

konsistensi dan akurasi. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, validitas dan

reliabilitas instrumen diukur dengan menggunakan analisis statistik melalui

Partial Least Square (PLS).

3.6.3 Partial Least Square (PLS)

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Partial

Least Square (PLS) dengan bantuan program Smart PLS versi 3.0. PLS adalah

analisis analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan

dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model

struktural (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:164). Keunggulan PLS adalah tidak

mendasarkan pada berbagai asumsi, dapat digunakan untuk memprediksi model

70
71

dengan landasan teori yang lemah, dapat digunakan pada data yang tidak

berdistribusi normal, mengalami masalah multikolinearitas dan masalah

autokorelasi, dapat digunakan untuk sampel kecil dan dapat digunakan untuk

konstruk formatif dan reflektif.

Menurut Lathan dan Ghozali (2012:47), tahapan analisis menggunakan

PLS-SEM setidaknya melalui lima proses tahapan, yaitu konseptualisasi model,

menentukan metode analisis algorithm, menentukan metode resampling,

menggambar diagram jalur, dan evaluasi model.

Tahapan 1. Konseptualisasi Model

Konseptualisasi model merupakan langkah awal pada analisis PLS. Pada

tahap ini peneliti harus melakukan pengembangan dan pengukuran konstruk

(Lathan dan Ghozali, 2012:48). Pemodelan dalam PLS terdiri dari 2 (dua )

pemodelan yaitu inner model dan outer model (Abdillah dan Jogiyanto,

2015:193). Outer model (model pengukuran) menggambarkan hubungan indikator

dengan variabel latennya, sedangkan inner model (model struktural)

menggambarkan hubungan antar variabel laten.

Ghozali dan Latan (2012:60) menjelaskan bahwa untuk melakukan outer

model, penting bagi seorang peneliti untuk mengetahui arah indikator suatu

konstruk, apakah berbentuk reflektif ataukah formatif agar dapat mengevaluasi

hubungan antara variabel laten dengan indikatornya. Model indikator reflektif

mengasumsikan bahwa kovarian diantara pengukuran dijelaskan oleh varian yang

merupakan manifestasi dari konstruk latennya. Arah kausalitas dari konstruk ke

indikator (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:20). Konstruk dengan indikator formatif

71
72

mengasumsikan bahwa setiap indikatornya mendefinisikan atau menjelaskan

karakteristik domain konstruknya (Lathan dan Ghozali, 2012:60). Arah kausalitas

dari indikator ke konstruk. Kesalahan pengukuran ditunjukkan pada konstruk

bukan pada indikatornya sehingga pengujian validitas dan reliabilitas konstruk

tidak diperlukan.

Variabel eksogen yang terdiri dari Kemampuan Manajemen, Peran

Auditor Internal dan Teknologi Informasi menggunakan indikator reflektif karena

apabila salah satu indikatornya dihilangkan atau dihapus, tidak akan mengurangi

makna dari konstruk Kemampuan Manajemen, Peran Auditor Internal dan

Teknologi Informasi. Variabel endogen berupa Efektivitas sistem pengendalian

intern dan Kualitas Informasi Laporan Keuangan juga menggunakan indikator

reflektif, karena diasumsikan terkait dengan sikap (attitude) responden dalam

memberikan jawaban atas kuesioner tentang kualitas informasi laporan keuangan.

Fornell dan Bookstein (1982) dalam Ghozali (2014:16) menjelaskan bahwa

konstruk seperti “personalitas” atau “sikap” umumnya dipandang sebagai faktor

yang menimbulkan sesuatu yang kita amati sehingga indikatornya bersifat

reflektif. Adapun gambar model penelitian ini dapat dilihat pada tahapan 4.

Tahapan 2. Menentukan metode analisis algorithm

Dalam PLS menggunakan program Smart PLS 3.0, metode analisis

algorithm yang disediakan hanya algorithm PLS dengan tiga pilihan skema yaitu

factorial, centroid dan path (Ghozali, 2015:34). Penelitain ini menggunakan

skema algorithm PLS path atau structural weighting.

72
73

Tahapan 3. Menentukan metode resampling

Metode yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan proses resampling

adalah bootstrapping dan jackfinning (Latan dan Ghozali, 2012:53). Metode

jackknifing hanya menggunakan subsampel dari sampel asli yang dikelompokkan

dalam grup untuk melakukan resampling kembali, sedangkan metoda

bootstrapping menggunakan seluruh sampel asli untuk melakukan resampling

kembali. Metode bootstrapping lebih sering digunakan dalam model persamaan

struktural, karena itu dalam penelitian ini, peneliti memilih metoda bootstrapping.

Tahapan 4. Menggambar diagram jalur

Berdasarkan konseptualisasi model pada tahap 1, maka diagram jalur

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

δ1 δ2 δ3 δ4 δ5 δ6 δ7 δ8 δ9 δ10

X1.1 X1.2 X13 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10

λ1 λ7 λ10
λ2 λ3 λ4 λ5 λ6 λ8 λ9

ε1 Y1.1
KM
λ1
ε2 Y1.2 (ξ1)
λ2 Y2.1 ε13
ε3 Y1.3
λ3 γ4 λ13 Y2.2 ε14
ε4 Y1.4
λ4 γ1
λ14 Y2.3 ε15
ε5 Y1.5
λ5 β
λ15
SPI Y2.4 ε16
ε6 Y1.6 λ6
KLK λ16
(η1) (η2) λ17 Y2.5 ε17
ε7 Y1.7 λ7
γ5 λ18
λ8 Y2.6 ε18
ε8 Y1.8 λ19
λ9 γ3 λ20 Y2.7 ε19
ε9 Y1.9 γ2
γ6
ε10
λ10 Y2.8 ε20
Y1.10
λ11 PAI
ε11 Y1.11
λ12 (ξ2) TI
ε12 Y1.12 (ξ3)

λ11 λ12 λ13 λ14 λ15 λ16 λ17 λ18 λ19 λ21
λ20

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5

δ11 δ12 δ13 δ14 δ15 δ16 δ17 δ18 δ19 δ2 δ21

Gambar 3.1 Model Pengukuran dan Struktural dengan PLS

73
74

Berdasarkan diagram jalur pada Gambar 3.1, maka persamaan untuk

model penelitian ini adalah :

1. Persamaan Model pengukuran (outer model)

Ghozali (2014:37) menyatakan outer model sering juga disebut (outer

relation atau measurement model) mendefinisikan bagaimana setiap blok

indikator berhubungan dengan variabel latennya.

a. Untuk variabel laten KM

X1.1= λx1KM+δ1 X1.6= λx6KM+δ6


X1.2= λx2KM+δ2 X1.7= λx7KM+δ7
X1.3= λx3KM+δ3 X1.8= λx8KM+δ8
X1.4= λx4KM+δ4 X1.9= λx9KM+δ9
X1.5= λx5KM+δ5 X1.10= λx10KM+δ10

b. Untuk variabel laten PAI

X2.1= λx15PAI+δ15 X2.4= λx18PAI+δ18


X2.2= λx16PAI+δ16 X2.5= λx19PAI+δ19
X2.3= λx17PAI+δ17 X2.6= λx20PAI+δ20
c. Untuk variabel laten TI

X3.1= λx22TI+δ22 X3.4= λx25 TI +δ25


X3.2= λx23 TI +δ23 X3.5= λx26 TI +δ26
X3.3= λx24 TI +δ24
d. Untuk variabel laten SPI

Y1.1= λy1SPI+ ε1 Y1.7= λy7SPI+ ε7


Y1.2= λy2SPI+ ε2 Y1.8= λy8SPI+ ε8
Y1.3= λy3SPI+ ε3 Y1.9= λy9SPI+ ε9
Y1.4= λy4SPI+ ε4 Y1.10= λy10SPI+ ε10
Y1.5= λy5SPI+ ε5 Y1.11= λy11SPI+ ε11
Y1.6= λy6SPI+ ε6 Y1.12= λy12SPI+ ε12

74
75

e. Untuk variabel laten KLK

Y2.1= λy13KLK+ ε13 Y2.5= λy17KLK+ ε17


Y2.2= λy14KLK+ ε14 Y2.6= λy18KLK+ ε18
Y2.3= λy15KLK+ ε15 Y2.7= λy19KLK+ ε19
Y2.4= λy16KLK+ ε16 Y1.8= λy20KLK+ ε20

2. Persamaan Model Struktural (inner model)

SPI = γ1KM+ γ2PAI+ γ3TI+ζ1


KLK = βSPI+ γ4KM+ γ5PAI+ γ6TI+ ζ2
Keterangan :
KM = Kemampuan Manajemen
PAI = Peran Audit Intern
TI = Teknologi Informasi
SPI = Efektivitas sistem pengendalian intern
KLK = Kualitas Informasi Laporan Keuangan
X1.1 = merumuskan strategi untuk mencapai tujuan
X1.2 = menetapkan standar/indikator keberhasilan
X1.3 = struktur organisasi
X1.4 = koordinasi
X1.5 = penempatan sumber daya manusia pada tempat yang tepat
X1.6 = pengarahan dan pembinaan
X1.7 = motivasi
X1.8 = mengevaluasi keberhasilan pencapaian tujuan
X1.9 = mengambil langkah koreksi dan klarifikasi
X1.10 = melakukan berbagai alternative solusi atas berbagai masalah
X2.1 = pemeriksaan dan pembinaan rutin
X2.2 = pemeriksaan menyeluruh
X2.3 = memberikan keyakinan pengelolaan sumber daya ekonomis, efisien, dan efektif
X2.4 = membantu manajemen mengenali resiko
X2.5 = membantu mengurangi / memperbaiki penyebab penyimpangan
X2.6 = mereviu laporan keuangan
X3.1 = penyusunan laporan menjadi lebih mudah dan cepat
X3.2 = menambah produktifitas kerja
X3.3 = meningkatkan efektivitas
X3.4 = mudah dipelajari dan mudah dioperasikan
X3.5 = menambah ketrampilan
Y1.1 = job description dan SOP lengkap
Y1.2 = pemeriksaan mendadak
Y1.3 = tindakan atas pelanggaran
Y1.4 = identifikasi dan analisis resiko menyeluruh
Y1.5 = perencanaan untuk mengurangi resiko
Y1.6 = pengamanan fisik aset
Y1.7 = otorisasi atas transaksi
Y1.8 = dokumentasi transaksi

75
76

Y1.9 = komunikasi pada karyawan


Y1.10 = informasi tepat waktu
Y1.11 = status tindak lanjut temuan
Y1.12 = upaya peningkatan SPI
Y2.1 = dapat sebagai alat koreksi
Y2.2 = memiliki manfaat prediktif
Y2.3 = penyajian LK sesuai SAP
Y2.4 = penyajian yang jujur
Y2.5 = bebas dari kesalahan yang bersifat material
Y2.6 = konsisten penerapan kebijakan akuntansi
Y2.7 = informasi dapat dibandingkan
Y2.8 = informasi LK sesuai dengan pemahaman para pengguna
γ (gama) = koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel laten endogen
β (beta) = koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel laten endogen
ζ (zeta) = galat model structural
λ (lambda) = koefisien model pengukuran
δ (delta) = galat model pengukuran pada variabel laten eksogen
ε (epsilon) = galat model pengukuran pada variabel laten endogen

Tahapan 5. Evaluasi model

Model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model dan inner

model. Model pengukuran atau outer model digunakan untuk menilai validitas dan

reliabilitas model, sedangkan model struktural atau inner model digunakan untuk

memprediksi hubungan antar variabel laten (Latan dan Ghozali, 2012:77).

Langkah-langkah evaluasi model dalam penelitian diantaranya :

1. Evaluasi outer model

Hubungan indikator dan variabel laten dalam penelitian ini merupakan suatu

personalitas atau sikap sehingga menggunakan model reflektif. Uji outer

model dengan indikator reflektif adalah sebagai berikut :

a. Uji validitas convergent dapat dilihat dari nilai loading factor > 0,7,

namun nilai 0,5 - 0,6 untuk penelitain tahap awal dianggap cukup, nilai

average variance extracted (> 0,5), dan nilai communality (> 0,5) (Latan

dan Ghozali, 2012:81).

76
77

b. Uji validitas diskriminan dilakukan dengan melihat nilai cross loading

yang harus > 0,7 dalam satu variabel (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:196).

c. Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai cronbach’s alpha dan

composite reliability. Nilai cronbach’s alpha dan composite reliability

seharusnya > 0,7 untuk dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi

(Latan dan Ghozali, 2012:81), namun nilai 0,6 juga masih dapat diterima

(Abdillah dan Jogiyanto, 2015:196).

2. Pengujian inner model

Pengujian inner model dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel

laten (pengujian hipotesis). Pengujian untuk model struktural dalam

penelitian ini adalah :

a. R square. Dalam menilai model struktural dengan PLS, kita mulai dengan

melihat nilai R-squares untuk setiap variabel laten endogen sebagai

kekuatan prediksi dari model struktural. Perubahan nilai R-squares dapat

digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu

terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh substantive.

Nilai R-Squares 0.75, 0.50 dan 0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat,

moderate dan lemah (Lathan dan Ghozali, 2012:82). Semakin tinggi nilai

R-square berarti semakin baik model prediksi dari model yang diajukan

(Abdillah dan Jogiyanto, 2015:197).

b. Q2 Predictive Relevance (Q Square), uji ini dilakukan untuk mengetahui

kapabilitas prediksi dengan prosedur blindfolding. Nilai Q2 > 0

menunjukkan bahwa model mempunyai predictive relevance, Q2 < 0

77
78

menunjukkan bahwa model kurang mempunyai predictive relevance.

Dalam kaitannya dengan f2 , perubahan Q2 memberikan dampak relative

terhadap model struktural. Jika nilai q2 predictive relevance 0.02, 0.15,

dan 0.35 menunjukkan bahwa model lemah, moderate, kuat (Latan dan

Ghozali : 2012:84). Prediksi ini hanya dapat dilakukan untuk konstruk

endogen dengan indikator reflektif.

c. Nilai koefisien path. Nilai koefisien path menunjukkan tingkat signifikansi

dalam pengujian hipotesis yang ditunjukkan dengan nilai t-statsitik > t-

tabel (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:197). Dilakukan dengan prosedur

Bootstrapping seperti resampling yang dipilih pada tahapan 3. Nilai

signifikansi yang digunakan untuk hipotesis berarah (one-tailed) t value

1,64 (Significance level = 5% ). Dalam penelitian ini, hipotesis dapat

diterima jika memiliki nilai t statistics (t hitung) pada tabel Path

Coefficient output lebih besar dari t-tabel (1,64).

78
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Badan Pusat Statistik (BPS) didirikan sebagai salah satu upaya pemerintah

untuk menyelenggarakan kegiatan statistik melalui sensus, survei, kompilasi

produk administrasi, dan cara lainnya, serta mengumumkan hasilnya secara

berkala atau sewaktu-waktu dan terbuka kepada masyarakat baik instansi

pemerintah, lembaga swasta, lembaga swadaya masyarakat ataupun perorangan.

Dalam mendukung Visi Pembangunan Indonesia 2005-2025 yaitu “Indonesia

yang mandiri, maju, adil, dan makmur” dan visi pembangunan nasional untuk

tahun 2015-2019 yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, BPS berupaya meningkatkan

kontribusinya dalam hal pembangunan nasional dibidang statistik.

Dengan memperhatikan misi pembangunan nasional dan pencapaian BPS

pada Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode kedua 2010-2014, BPS

menetapkan visi tahun 2015-2019: “Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk

Semua”. Misi BPS dirumuskan dengan memperhatikan misi RPJMN 2015-2019

dan tugas, fungsi, dan kewenangan BPS. Perumusan misi BPS juga dilakukan

dengan memperhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders),

dan memberikan peluang untuk dapat disesuaikan dengan tuntutan perkembangan

79
80

lingkungan strategis. Pernyataan misi BPS yang dikaitkan dengan Visi BPS

dijabarkan sebagai berikut:

1. Menyediakan data statistik berkualitas melalui kegiatan statistik yang

terintegrasi dan berstandar nasional maupun internasional.

2. Memperkuat Sistem Statistik Nasional yang berkesinambungan melalui

pembinaan dan koordinasi di bidang statistik.

3. Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk

kemajuan perstatistikan.

Organisasi dan tata kerja entitas diatur dengan Keputusan Kepala Badan

Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Perwakilan BPS di Daerah. Pada tahun 2015 BPS Provinsi NTB melaksanakan 3

(tiga) program yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai berikut:

1. Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik (P2IS).

2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPS

(DMPTTL).

3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPS (PSPA BPS).

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna

Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan

laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.

BPS perwakilan daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari

11 (sebelas) Satker yaitu: BPS Provinsi NTB, BPS Kabupaten Lombok Barat, BPS

Kabupaten Lombok Tengah, BPS Kabupaten Lombok Timur, BPS Kabupaten


81

Lombok Utara, BPS Kabupaten Sumbawa, BPS Kabupaten Sumbawa Barat, BPS

Kabupaten Dompu, BPS Kabupaten Bima, BPS Kota Bima dan BPS Kota Mataram,

yang merupakan salah satu entitas akuntansi dibawah Badan Pusat Statistik yang

berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun laporan

keuangan berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan operasional, laporan

perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Penyusunan Laporan Keuangan BPS se Provinsi NTB mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Laporan keuangan telah disusun dan disajikan dengan basis akrual

sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang transparan, akurat

dan akuntabel. Laporan Keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang berguna kepada para pemakai laporan khususnya sebagai sarana untuk

meningkatkan akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan

keuangan negara pada Badan Pusat Statistik di Provinsi NTB. Disamping itu,

laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada

manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata

kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada responden yang

menjadi sampel. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 13 Maret 2017

sedangkan batas akhir pengumpulan kuesioner adalah 3 April 2017. Dari 66

(enam puluh enam) kuesioner yang disebarkan kepada responden di BPS se


82

Provinsi NTB, jumlah kuesioner yang kembali yaitu 66 (enam puluh enam)

kuesioner, dengan respons rate 100%. Rincian kuesioner penelitian yang

disebarkan kepada responden sampai dengan kuesioner penelitian yang dapat

diolah lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1
Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase


Jumlah kuesioner yang disebarkan 66 100 %
Jumlah kuesioner yang tidak dikembalikan 0 0%
Jumlah kuesioner yang diterima kembali 66 100 %
Jumlah kuesioner yang tidak diisi lengkap/cacat 0 0%
Jumlah kuesioner yang dianalisis lebih lanjut 66 100 %
Sumber: Data primer diolah, (2017)

4.1.2 Karakteristik Responden

Pemilihan responden pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa responden adalah orang yang berkaitan langsung dalam penyusunan

laporan keuangan di setiap Satker. Responden dalam penelitian ini adalah 1)

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), 2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), 3)

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM), 4) Bendahara, 5)

Operator Sistem Akuntansi Instansi Basis Akrual (SAIBA), 6) Operator Sistem

Informasi Manajemen Akuntansi Keuangan Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)

di lingkup BPS wilayah Nusa Tenggara Barat.


83

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden pria

sebanyak 4 3 orang (65%) dan wanita sebanyak 23 orang (35%) dari jumlah total

responden sebanyak 66 orang. Hal ini menunjukkan bahwa secara fisik dan

mental laki-laki lebih diposisikan sebagai pemimpin sekaligus penanggungjawab

dalam pengelolaan keuangan dan pelaporannya. Hal ini didukung pula oleh

mobilitas laki-laki lebih tingi, sementara itu perempuan lebih diposisikan sebagai

pendamping untuk mendukung pelayanan dalam organisasi. Informasi jumlah

responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai

berikut:

23
35%
Laki-Laki
43
65% Perempuan

Sumber : Lampiran 7, data diolah (2017)

Gambar 4.1
Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Secara umum tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi sikap,

pengambilan keputusan serta kemampuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

secara lebih efektif dan efisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan responden lebih banyak pada jenjang Strata satu sebanyak 45 orang atau

sebesar 68%. Artinya bahwa pendidikan menjadi perhatian penting, hal ini terbukti
84

dengan jabatan manajerial lebih dominan diisi oleh SDM dengan tingkat

pendidikan Strata satu dan Strara dua. Sementara yang tidak masuk jajaran

pimpinan adalah sebagai pelaksana meskipun sudah sudah menyelesaikan tingkat

pendidikan lanjutan. Informasi jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

6
9%
SMA
45 11 DI
68% 17%
1 DIII
1% S1
3 S2
5%

Sumber : Lampiran 7, data diolah (2017)

Gambar 4.2
Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia biasanya dikaitan dengan produktivitas kerja, komitmen dan juga

kepuasan kerja. Informasi jumlah responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

Gambar 4.3 sebagai berikut :

24
1
36% < 25
2%
16 Usia 25 - 35 th
24% 25
38% Usia 36 - 46 th
Usia > 46 th

Sumber : Lampiran 7, Data diolah (2017)

Gambar 4.3
Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Usia
85

Bertambahnya usia bagi seorang pekerja profesional bukan menjadi kendala,

justru akan meningkatkan produktivitas kerja karena pekerjaan dilakukan dengan

komitmen yang tinggi dan adanya kepuasan dari pekerjaan yang dilakukan.

Berdasarkan Gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebaran usia responden pada

masing-masing kelompok umur cukup merata, hanya satu responden berusia < 25

tahun. Artinya secara umum responden masih dalam usia yang produktif dan sudah

cukup matang dalam hal kemampuan manajerial, pengelolaan dan pelaporan

anggaran, serta mampu menguasai sistem informasi akuntansi instansi dengan baik.

Selain itu perbedaan usia dapat menimbulkan sinergi antara senior dan para juniornya

dilingkungan Satker BPS di wilayah NTB dalam hal pengelolaan keuangaan

pemerintah dan penyajian informasi laporan keuangan yang berkualitas .

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja erat hubungannya dengan pengalaman kerja, kepercayaan diri

dan pemahaman tentang pekerjaan yang lebih baik. Komposisi responden

berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini ;

17 22
26% 33% < 5th
5-10 th
19
11-20 th
29%
8
> 20 th
12%

Sumber : Lampiran 7, data diolah (2017)

Gambar 4.4
Persentase Komposisi Responden Berdasarkan Masa Kerja
86

Berdasarkan Gambar 4.4 mengenai masa kerja, responden sebagian besar

menjawab telah menjadi PNS selama > 20 th (33%). Hal ini menunjukkan bahwa

responden sudah cukup matang dalam hal teknis kerja dan keterampilan mengelola

organisasi, mengelola anggaran sampai dengan penyajian laporan keuangan.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan

menginterpretasikan nilai rata-rata dari masing-masing variabel dalam penelitian ini.

Tujuannya untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dari fenomena yang

berkembang sehubungan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas

informasi laporan keuangan satuan kerja BPS di wilayah NTB. Analisis deskriptif

dalam penelitian ini didasarkan pada data yang dihimpun dari jawaban kuesioner yang

diterima sebanyak 66 responden pejabat dan staf yang terlibat dalam pengelolaan

keuangan dan pelaporannya. Berikut disajikan sebaran respon dari responden untuk

masing-masing variabel dalam kuesioner.

4.2.1 Variabel Kemampuan Manajemen

Variabel kemampuan manajemen diukur dengan 10 (sepuluh) indikator

dan 10 (sepuluh) pertanyaan. Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban

responden variabel kemampuan manajemen dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :
87

Tabel 4.2 Frekuensi dan persentase variabel kemampuan manajemen

Skor Jawaban Responden


Indikator
Total Mean Ket
Pertanyaan Satuan 1 2 3 4 5 6 7
Resp
Perencanaan F 0 0 1 3 13 31 18 66
X1.1 5.94 Baik
% 0 0 1.52 4.55 19.7 47 27.3 100
F 0 0 1 2 12 39 12 66
X1.2 5.89 Baik
% 0 0 1.52 3.03 18.2 59.1 18.2 100
Peng- F 0 0 1 0 8 39 18 66
Organisasian X1.3 6.11 Baik
% 0 0 1.52 0 12.1 59.1 27.3 100
F 0 0 1 2 14 36 13 66
X1.4 5.88 Baik
% 0 0 1.52 3.03 21.2 54.5 19.7 100
F 0 0 2 6 21 25 12 66
X1.5 5.59 Baik
% 0 0 3.03 9.09 31.8 37.9 18.2 100
Pengarahan F 0 0 1 1 17 33 14 66
X1.6 5.88 Baik
% 0 0 1.52 1.52 25.8 50 21.2 100
F 0 0 1 3 20 29 13 66
X1.7 5.76 Baik
% 0 0 1.52 4.55 30.3 43.9 19.7 100
Pengawasan/ F 0 0 0 1 14 38 13 66
Pengendalian X1.8 % 100
5.95 Baik
0 0 0 1.52 21.2 57.6 19.7
F 0 0 0 2 16 34 14 66
X1.9 5.91 Baik
% 0 0 0 3.03 24.2 51.5 21.2 100
F 0 0 0 1 11 28 26 66 Sangat
X1.10 6.20
% 0 0 0 1.52 16.7 42.4 39.4 100 Baik
Mean variabel kemampuan manajemen 5.91 Baik
Sumber : Lampiran 8, diolah (2017)

Penilaian responden terhadap variabel kemampuan manajemen adalah baik,

dengan nilai rata-rata 5,91. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen/pimpinan pada

satker BPS di wilayah NTB telah menunjukkan kemampuan yang baik dalam hal

menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Dari sisi perencanaan yaitu merumuskan

strategi untuk mencapai tujuan (X1.1), menetapkan indikator keberhasilan

(X1.2); pengorganisasian yaitu struktur organisasi (X1.3), mengkoordinasikan

program dan kegiatan (X1.4), penempatan SDM pada posisi yang tepat (X1.5);

pengarahan yaitu pengarahan dan pembinaan (X1.6), Motivasi (X1.7); dan

pengawasan/pengendalian yaitu mengevaluasi keberhasilan (X1.8), mengambil


88

langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan (X1.9), membuat berbagai

alternative solusi atas masalah dalam pencapaian tujuan (X1.10).

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, apabila dibandingkan antar indikator

variabel kemampuan manajemen yang tertinggi ada pada indikator

pengawasan/pengendalian (X1.8, X1.9, X1.10) dengan skor rata-rata 6,02. Nilai

terendah ada pada indikator pengarahan (X1.6, X1.7) dengan skor rata-rata 5,82.

Dengan demikian indikator yang dominan dalam membentuk variabel

kemampuan manajemen adalah pengawasan/pengendalian. Hal ini berarti

pengawasan/pengendalian merupakan hal yang dianggap penting oleh pimpinan

Satker BPS di wilayah NTB.

Hasil tersebut beralasan karena dengan pengawasan/pengendalian maka

pelaksanaan pekerjaan akan dapat diamati apakah sesuai dengan apa yang telah

direncanakan atau tidak. Rencana betapapun baiknya akan gagal jika tidak disertai

dengan pengawasan/pengendalian. Maksud dari pengawasan/pengendalian itu

sendiri adalah untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan

ataupun ketidaksesuaian dengan apa yang telah ditentukan, bukan untuk mencari

kesalahan perorangan tetapi lebih kepada hasil pekerjaan.

4.2.2 Variabel Peran Auditor Internal

Variabel peran auditor internal diukur dengan 6 (enam) indikator dan 6

(enam) pertanyaan. Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden

variabel peran auditor internal dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
89

Tabel 4.3 Frekuensi dan persentase variabel peran auditor internal


Skor Jawaban Responden
Indikator Total Mean Ket
Satuan 1 2 3 4 5 6 7
Resp
F 0 2 2 2 29 20 11 66
X2.1 5.45 Baik
% 0 3.03 3.03 3.03 43.9 30.3 16.7 100
F 0 1 0 0 16 19 30 66 Sangat
X2.2 6.15
% 0 1.52 0 0 24.2 28.8 45.5 100 Baik
F 0 1 0 3 17 31 14 66
X2.3 5.80 Baik
% 0 1.52 0 4.55 25.8 47 21.2 100
F 0 1 0 1 15 30 19 66
X2.4 5.97 Baik
% 0 1.52 0 1.52 22.7 45.5 28.8 100
F 0 1 0 0 10 33 22 66
X2.5 6.12 Baik
% 0 1.52 0 0 15.2 50 33.3 100
F 0 1 0 1 19 34 11 66
X2.6 5.79 Baik
% 0 1.52 0 1.52 28.8 51.5 16.7 100
Mean variabel peran auditor internal 5.88 Baik
Sumber : Lampiran 9, diolah (2017)

Penilaian responden terhadap variabel peran auditor internal adalah baik,

dengan nilai rata-rata 5,88. Hal ini menunjukkan bahwa peran auditor internal bagi

satker BPS di wilayah NTB sangat membantu dalam memberikan keyakinan yang

memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan

penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yaitu dengan pemeriksaan

dan pembinaan rutin (X2.1), pemeriksaan menyeluruh (X2.2), memberikan

keyakinan pengelolaan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif ( X2.3);

memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko

dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah dengan membantu

manajemen mengenali resiko (X2.4), membantu menurunkan penyebab

penyimpangan/kesalahan yang berulang (X2.5); dan memelihara serta

meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah dengan mereviu laporan keuangan (X.2.6).


90

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, apabila dibandingkan antar indikator

variabel peran auditor internal yang tertinggi ada pada indikator untuk peran

memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko

dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (X2.4, X2.5) dengan

skor rata-rata 6,05. Nilai terendah pada indikator peran memelihara serta

meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah (X.2.6) dengan skor rata-rata 5,79. Dengan demikian indikator yang

dominan membentuk peran auditor internal dan oleh responden dinilai penting

adalah memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen

resiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

Hal ini wajar mendapat apresiasi tinggi dari responden, mengingat fakta

dilapangan bahwa opini WDP yang di peroleh adalah adanya indikasi peran

auditor internal dalam memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas

manajemen resiko tidak maksimal. Diharapan dengan adanya peningkatan peran

tersebut dapat menjadi early warning system sehingga dapat mengurangi hal-hal

yang bersifat material pada saat dilakukan pemeriksaan oleh pihak eksternal.

4.2.3 Variabel Teknologi Informasi

Variabel teknologi informasi diukur dengan 5 indikator dan 5 pertanyaan.

Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden variabel peran auditor

internal dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut :


91

Tabel 4.4 Frekuensi dan persentase variabel teknologi informasi

Indikator Skor Jawaban Responden


Total Mean Ket
Satuan 1 2 3 4 5 6 7
Resp
Kemudahan F 0 0 0 3 27 33 3 66
X3.1 5.55 Baik
% 0 0 0 4.55 40.9 50 4.55 100
F 0 0 1 4 13 39 9 66
X3.2 5.77 Baik
% 0 0 1.52 6.06 19.7 59.1 13.6 100
F 0 0 0 2 16 35 13 66
X3.3 5.89 Baik
% 0 0 0 3.03 24.2 53 19.7 100
Manfaat F 0 0 1 2 10 39 14 66
X3.4 5.95 Baik
% 0 0 1.52 3.03 15.2 59.1 21.2 100
F 0 0 0 2 12 39 13 66
X3.5 5.95 Baik
% 0 0 0 3.03 18.2 59.1 19.7 100
Mean variabel teknologi informasi 5.82 Baik
Sumber : Lampiran 10, diolah (2017)

Penilaian responden terhadap variabel teknologi informasi adalah baik,

dengan nilai rata-rata 5,82. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi

informasi pada satker BPS di wilayah NTB sangat baik guna mengefektifkan

sistem pengendalian intern dan menunjang terwujudnya informasi laporan

keuangan yang berkualitas. Apabila dibandingkan antar indikator variabel

teknologi informasi maka nilai yang tertinggi ada pada indikator dari sisi manfaat

TI yaitu menambah produktivitas (X3.4) dan meningkatkan efektivitas (X3.5)

dengan skor rata-rata 5,95. Sedangkan pada indikator TI dari sisi kemudahan yaitu

mudah dioperasikan (X3.1), menambah ketrampilan (X3.2), penyusunan LK lebih

mudah dan cepat (X3.3) menghasilkan skor rata-rata 5,74. Dengan demikian

indikator yang dominan dalam membentuk variabel teknologi informasi adalah

manfaat.

Hal ini berarti manfaat teknologi informasi merupakan hal yang dianggap

penting oleh pimpinan Satker BPS di wilayah NTB untuk mencapai tujuan
92

organisasi. Hasil tersebut beralasan karena dengan memanfaatkan teknologi

informasi maka akan meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan

efektivitas dalam penyusunan laporan keuangan.

4.2.4 Variabel efektivitas sistem pengendalian intern

Variabel efektivitas sistem pengendalian intern diukur dengan 12 indikator

dan 12 pertanyaan. Hasil rekapitulasi pengukuran efektivitas sistem pengendalian

intern pada Satker BPS di NTB dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Frekuensi dan persentase variabel efektivitas


sistem pengendalian intern

Skor Jawaban Responden


Indikator Total Mean Ket
Satuan 1 2 3 4 5 6 7
Resp
Lingkungan F 0 0 0 4 18 22 22 66
Pengendalian Y1.1 5.94 Baik
% 0 0 0 6.06 27.3 33.3 33.3 100
F 0 0 4 6 16 20 20 66
Y1.2 5.70 Baik
% 0 0 6.06 9.09 24.2 30.3 30.3 100
F 0 0 2 2 14 24 24 66
Y1.3 6.00 Baik
% 0 0 3.03 3.03 21.2 36.4 36.4 100
Penilaian F 1 0 2 2 15 28 17 66
Resiko Y1.4 5.71 Baik
% 1.54 0 3.08 3.08 23.1 43.1 26.2 100
F 0 1 0 1 15 30 19 66
Y1.5 5.97 Baik
% 0 1.52 0 1.52 22.7 45.5 28.8 100
Kegiatan F 0 0 1 1 13 36 15 66 Baik
Pengendalian Y1.6 5.95
% 0 0 1.52 1.52 19.7 54.5 22.7 100
F 0 0 0 1 8 38 19 66 Sangat
Y1.7 6.14
% 0 0 0 1.52 12.1 57.6 28.8 100 baik
F 0 0 0 2 11 32 21 66 Baik
Y1.8 6.09
% 0 0 0 3.03 16.7 48.5 31.8 100
Informasi F 0 0 1 2 11 35 17 66 Baik
Komunikasi Y1.9 5.98
% 0 0 1.52 3.03 16.7 53 25.8 100
F 0 0 0 1 16 33 16 66 Baik
Y1.10 5.97
% 0 0 0 1.52 24.2 50 24.2 100
Pemantauan F 0 0 0 0 30 21 15 66
Y1.11 5.77 Baik
% 0 0 0 0 45.5 31.8 22.7 100
F 0 0 0 1 12 29 24 66 Sangat
Y1.12 6.15
% 0 0 0 1.52 18.2 43.9 36.4 100 baik
93

Mean variabel efektivitas pengendalian intern 5.95 Baik


Sumber : Lampiran 11, diolah (2017)

Penilaian responden terhadap variabel efektivitas sistem pengendalian

intern adalah baik, dengan nilai rata-rata 5,95. Hal ini menunjukkan bahwa

penerapan sistem pengendalian intern pada satker BPS di wilayah NTB sudah

dilaksanakan dengan baik. Namun demikian ada beberapa pengimplementasian

indikator dari SPI yang belum optimal/dilaksanakan secara penuh.

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, apabila dibandingkan antar indikator

variabel efektivitas SPI, maka nilai yang tertinggi ada pada indikator SPI dari segi

kegiatan pengendalian yaitu pengendalian fisik atas aset (Y1.6), otorisasi atas

transaksi (Y1.7) dan dokumentasi yang baik (Y1.8) dengan skor rata-rata 6,06.

Nilai terendah pada indikator SPI dari segi penilaian resiko yaitu identifikasi dan

analisis resiko (Y1.4) dan perencanaan mengurangi resiko (Y1.5) dengan skor

rata-rata 5,84. Dengan demikian indikator yang dominan dalam membentuk

variabel efektivitas sistem pengendalian intern adalah indikator dari segi kegiatan

pengendalian.

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengendalian merupakan hal yang

dianggap penting oleh responden didalam meningkatkan efektivitas SPI. Hasil

tersebut adalah wajar dan beralasan, karena tanpa adanya kegiatan pengendalian,

SPI tidak akan dapat berkembang seperti yang diharapkan dan temuan hasil

pemeriksaan akan terus berulang dan bertambah. Kegiatan pengendalian yang

dilakukan secara kontinyu akan membantu dalam menyediakan informasi yang

berkualitas terutama berkaitan dengan LK sehingga tidak lagi menghasilkan


94

laporan yang mengandung salah saji yang material yang berimbas pada opini yang

diberikan oleh BPK.

4.2.5 Variabel Kualitas Informasi Laporan Keuangan

Variabel kualitas informasi laporan keuangan diukur dengan 8 indikator

dan 8 pertanyaan. Hasil rekapitulasi pengukuran kualitas informasi laporan

keuangan dari 66 responden pada Satker BPS di NTB dapat dilihat pada Tabel 4.7

berikut ini :

Tabel 4.7 Frekuensi dan persentase variabel kualitas informasi laporan


keuangan

Indikator Skor Jawaban Responden


Total Mean Ket
Satuan 1 2 3 4 5 6 7
Resp
Relevan F 0 0 0 2 16 28 20 66
Y2.1 6.00 Baik
% 0 0 0 3.03 24.2 42.4 30.3 100
F 0 0 0 2 11 37 16 66
Y2.2 6.02 Baik
% 0 0 0 3.03 16.7 56.1 24.2 100
F 0 0 0 2 12 39 13 66
Y2.3 5.95 Baik
% 0 0 0 3.03 18.2 59.1 19.7 100
Andal F 0 0 0 1 10 34 21 66 Sangat
Y2.4 6.14
% 0 0 0 1.52 15.2 51.5 31.8 100 Baik
F 0 0 0 0 16 37 13 66
Y2.5 5.95 Baik
% 0 0 0 0 24.2 56.1 19.7 100
Dapat F 0 0 2 2 10 36 16 66
dibandingkan Y2.6 5.94 Baik
% 0 0 3.03 3.03 15.2 54.5 24.2 100
F 0 0 0 0 11 33 22 66 Sangat
Y2.7 6.17
% 0 0 0 0 16.7 50 33.3 100 Baik
Dapat F 0 2 0 2 16 27 19 66
dipahami Y2.8 5.86 Baik
% 0 3.03 0 3.03 24.2 40.9 28.8 100
Mean variabel kualitas informasi laporan keuangan 6.00 Baik
Sumber : Lampiran 12, diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, penilaian responden terhadap variabel

kualitas informasi laporan keuangan adalah baik, dengan nilai rata-rata 6,00. Hal

ini menunjukkan bahwa informasi laporan keuangan pada satker BPS di wilayah
95

NTB sudah baik karena telah menyajikan informasi laporan keuangan yang

relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, apabila dibandingkan antar indikator variabel

kualitas informasi laporan keuangan, maka nilai yang tertinggi ada pada indikator

kualitas informasi laporan keuangan dari segi andal yaitu penyajian yang jujur

(Y2.4) dan bebas dari kesalahan yang bersifat material (Y2.5) serta dari segi dapat

dibandingkan yaitu penerapan kebijakan akuntansi konsisten (Y2.6) dan

informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat dibandingkan (Y2.7)

dengan skor rata-rata masing-masing 6,05. Nilai terendah ada pada indikator dari

segi mudah dipahami yaitu informasi laporan keuangan disesuaikan dengan

pemahaman para pengguna (Y2.8) dengan skor rata-rata 5,86. Dengan demikian

indikator yang dominan membentuk variabel kualitas informasi laporan keuangan

dan sebagai bagian yang paling penting untuk menghasilkan informasi laporan

keuangan yang berkualitas di BPS wilayah NTB adalah indikator dari segi andal

dan dapat dibandingkan. Hal ini wajar karena laporan keuangan yang disajikan

secara jujur dan dapat dibandingkan dapat menghindari terjadinya asimetri

informasi dalam pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara.

4.3 Statistik Inferensial

Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik

probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2014:207).

Analisis data pada penelitian ini menggunakan Structural Equation Modelling

(SEM) berbasis varian atau biasa disebut dengan soft modeling, dengan
96

menggunakan alat analisis Partial Least Square (PLS). Alat bantu atau software

yang digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel laten dalam penelitian ini

adalah Smart PLS 3.0

4.3.1 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model )

Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas konstruk dan

reliabilitas instrumen. Uji validitas dalam penelitian ini yaitu convergent validity

dan discriminant validity, sedangkan untuk uji reliabilitas yaitu composite

reliability dan Cronbach’s Alpha. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

analisis PLS Algoritm.

4.3.1.1 Uji Reliabilitas

Uji reliabiltas konstruk diukur dengan menggunakan dua kriteria yaitu

Composite Reliability dan Cronbach Alpha dari blok indikator yang mengukur

konstruk. Nilai Composite Reliability dan Cronbach Alpha hasil analisis PLS

Algoritm pada running pertama dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8 Construct Reliability

Cronbach's Alpha Composite Reliability Keterangan


ESPI 0.913 0.927 reliabel
KILK 0.883 0.907 reliabel
KM 0.813 0.855 reliabel
PAI 0.815 0.845 reliabel
TI 0.910 0.931 reliabel
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Dalam running pertama validitas beberapa variabel tidak valid sehingga

dilakukan running kedua, nilai Composite Reliability dan Cronbach Alpha hasil
97

analisis PLS Algoritm pada running kedua dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai

berikut :

Tabel 4.9 Construct Reliability

Cronbach's Alpha Composite Reliability Keterangan


ESPI 0.911 0.929 reliabel
KILK 0.884 0.915 reliabel
KM 0.836 0.902 reliabel
PAI 0.792 0.878 reliabel
TI 0.922 0.945 reliabel
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability maupun

cronbach alpha diatas 0,70 (Latan dan Ghozali, 2012:81). Hasil analisis PLS

Algoritm untuk realibilitas konstruk dapat dilihat dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9

diatas. Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menunjukkan nilai composite reliability dan

cronbach’s alpha > 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua indikator

konstruk adalah reliabel atau memenuhi uji reliabilitas dan memiliki reliabilitas

yang tinggi.

4.3.1.2 Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini yaitu convergent validity dan

discriminant validity. Convergent validity dari model pengukuran dengan

refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component

score dengan construct score yang dihitung dengan PLS (Ghozali, 2014:39).

Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70

(>0,70) dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian menurut Chin
98

(1998) dalam Ghozali (2014:39), nilai Loading factor 0,50 sampai 0,60 pada

masing-masing indikator terhadap variabel konstruknya dianggap cukup.

Uji validitas juga dapat dilihat dari nilai Discriminant Validity.

Discriminant Validity dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan

konstruk. Metode lain menilai Discriminant Validity adalah dengan

membandingkan nilai Square Root of Average Variance Extracted (AVE). Nilai

Discriminant Validity terpenuhi apabila nilai akar AVE > nilai korelasi antar

variabel laten (Ghozali, 2014:43). Nilai AVE yang direkomendasikan harus lebih

besar dari 0,5 (Ghozali, 2014:40). Hasil uji validitas pada running pertama melalui

PLS Algorithm disajikan sebagai berikut :

Gambar 4.5 Model Pengukuran Tahap I


99

Tabel 4.10 Outer Loading

Original Sample (O) Keterangan


X1.1 0.668 Tidak valid
X1.10 0.841 valid
X1.2 0.602 Tidak valid
X1.3 0.809 valid
X1.4 0.264 Tidak valid
X1.5 0.368 Tidak valid
X1.6 0.524 Tidak valid
X1.7 0.695 Tidak valid
X1.8 0.820 valid
X1.9 0.384 Tidak valid
X2.1 0.766 valid
X2.2 0.632 Tidak valid
X2.3 0.805 valid
X2.4 0.839 valid
X2.5 0.636 Tidak valid
X2.6 0.418 Tidak valid
X3.1 0.881 valid
X3.2 0.672 Tidak valid
X3.3 0.922 valid
X3.4 0.864 valid
X3.5 0.916 valid
Y1.1 0.694 Tidak valid
Y1.10 0.582 Tidak valid
Y1.11 0.586 Tidak valid
Y1.12 0.825 valid
Y1.2 0.572 Tidak valid
Y1.3 0.814 valid
Y1.4 0.842 valid
Y1.5 0.806 valid
Y1.6 0.612 Tidak valid
Y1.7 0.704 valid
Y1.8 0.738 valid
Y1.9 0.774 valid
Y2.1 0.758 valid
Y2.2 0.793 valid
Y2.3 0.634 Tidak valid
Y2.4 0.782 valid
Y2.5 0.917 valid
Y2.6 0.698 Tidak valid
Y2.7 0.720 valid
Y2.8 0.606 Tidak valid
100

Tabel 4.11 Cross Loading

ESPI KILK KM PAI TI


X1.1 0.596 0.442 0.668 0.187 0.401
X1.10 0.660 0.544 0.841 0.320 0.284
X1.2 0.591 0.192 0.602 0.299 0.385
X1.3 0.751 0.543 0.809 0.458 0.284
X1.4 0.112 0.188 0.264 0.305 0.066
X1.5 0.242 0.073 0.368 0.293 0.217
X1.6 0.509 0.475 0.524 0.277 0.164
X1.7 0.492 0.308 0.695 0.201 0.144
X1.8 0.671 0.689 0.820 0.273 0.479
X1.9 0.202 0.245 0.384 0.329 0.003
X2.1 0.437 0.282 0.401 0.766 0.218
X2.2 0.051 0.211 0.141 0.632 -0.206
X2.3 0.430 0.327 0.283 0.805 0.179
X2.4 0.328 0.290 0.264 0.839 0.005
X2.5 0.407 0.218 0.385 0.636 0.283
X2.6 -0.057 -0.152 -0.001 0.418 -0.112
X3.1 0.603 0.478 0.504 0.283 0.881
X3.2 0.366 -0.008 0.289 0.151 0.672
X3.3 0.459 0.278 0.349 0.140 0.922
X3.4 0.354 0.254 0.261 0.101 0.864
X3.5 0.457 0.431 0.335 0.166 0.916
Y1.1 0.694 0.599 0.561 0.645 0.128
Y1.10 0.582 0.244 0.326 0.460 0.250
Y1.11 0.586 0.557 0.551 0.409 0.138
Y1.12 0.825 0.651 0.724 0.545 0.257
Y1.2 0.572 0.322 0.523 0.137 0.540
Y1.3 0.814 0.637 0.682 0.285 0.731
Y1.4 0.842 0.534 0.650 0.199 0.613
Y1.5 0.806 0.611 0.714 0.497 0.297
Y1.6 0.612 0.271 0.689 0.391 0.177
Y1.7 0.704 0.536 0.591 0.298 0.565
Y1.8 0.738 0.422 0.583 0.233 0.560
Y1.9 0.774 0.293 0.531 0.422 0.348
Y2.1 0.658 0.758 0.448 0.449 0.335
Y2.2 0.537 0.793 0.519 0.263 0.448
Y2.3 0.257 0.634 0.333 0.150 -0.012
Y2.4 0.579 0.782 0.473 0.423 0.209
Y2.5 0.582 0.917 0.593 0.295 0.398
Y2.6 0.374 0.698 0.455 0.176 0.124
Y2.7 0.454 0.720 0.360 0.306 0.207
Y2.8 0.489 0.606 0.633 0.187 0.387
101

Tabel 4.12 Average Variance Extracted (AVE)

Original Sample (O) Keterangan


ESPI 0.517 valid
KILK 0.554 valid
KM 0.395 Tidak valid
PAI 0.487 Tidak valid
TI 0.732 valid
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Tabel 4.13 Discriminant Validity Fornell-Larcker Criterion

ESPI KILK KM PAI TI


ESPI 0.719
KILK 0.687 0.744
KM 0.841 0.656 0.629
PAI 0.523 0.394 0.440 0.698
TI 0.542 0.386 0.424 0.209 0.856
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Hasil uji validitas running pertama disajikan pada Gambar 4.5, Tabel

4.10, Tabel 4.11, Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 diatas. Berdasarkan tabel diatas

diketahui terdapat banyak indikator yang mempunyai loading factor < 0,7 yang

disajikan pada Tabel 4.10, beberapa konstruk masih belum memenuhi syarat

cross loading pada tabel 4.11, nilai AVE beberapa variabel konstruk kurang dari

0,5 pada Tabel 4.12, dan ada nilai akar kuadrat AVE < nilai korelasi antar

konstruk laten pada Tabel 4.13. Oleh sebab itu maka langkah yang ditempuh

adalah dengan mengeluarkan indikator yang memiliki loading factor kurang dari

0,7 dari model kemudian di re-estimasi kembali untuk mendapatkan model yang

valid.

Hasil uji validitas pada running data yang kedua disajikan sebagai berikut:
102

Gambar 4.6 Model Pengukuran Tahap II

Nilai dari outer loading pada Gambar 4.6 disajikan dalam Tabel 4.14 berikut :
103

Tabel 4.14 Outer Loading


Original Sample (O) Keterangan
X1.3 0.825 valid
X1.8 0.871 valid
X1.10 0.907 valid
X2.1 0.810 valid
X2.3 0.880 valid
X2.4 0.828 valid
X3.1 0.882 valid
X3.3 0.930 valid
X3.4 0.860 valid
X3.5 0.928 valid
Y1.3 0.886 valid
Y1.4 0.894 valid
Y1.5 0.790 valid
Y1.7 0.776 valid
Y1.8 0.776 valid
Y1.9 0.734 valid
Y1.12 0.790 valid
Y2.1 0.822 valid
Y2.2 0.796 valid
Y2.4 0.829 valid
Y2.5 0.882 valid
Y2.7 0.802 valid
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Berdasarkan Tabel 4.14 diatas s maka kriteria validitas konstruk terpenuhi

sebab nilai outer loading > 0,7 . Selanjutnya validitas konstruk juga dilihat dari

nilai AVE. Nilai AVE disajikan Tabel 4.15 sebagai berikut :

Tabel 4.15 Average Variance Extracted (AVE)


Original Sample (O) Keterangan
ESPI 0.654 valid
KILK 0.683 valid
KM 0.754 valid
PAI 0.705 valid
TI 0.810 valid
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0
104

Berdasarkan Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa nilai dari Average

Variance Extracted (AVE) > 0,5 sehingga memenuhi uji validitas. Selain itu Uji

validitas juga dapat dilihat dari nilai Discriminant Validity. Berdasarkan analisis

PLS Algoritm, Discriminant Validity terpenuhi, karena nilai akar kuadrat AVE >

nilai korelasi antar konstruk laten. Nilai tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.16

berikut :

Tabel 4.16 Discriminant Validity Fornell-Larcker Criterion


ESPI KILK KM PAI TI
ESPI 0.808
KILK 0.674 0.827
KM 0.783 0.638 0.868
PAI 0.398 0.403 0.362 0.840
TI 0.589 0.415 0.396 0.157 0.900
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Ukuran lain dari Discriminant Validity adalah dengan melihat nilai Cross

Loading. Nilai cross loading yang dihasilkan dari analisis PLS Algoritm untuk

setiap blok indikator. Dengan Cross Loading diharapkan setiap blok indikator

memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukur,

dibandingkan dengan indikator untuk variabel laten lainnya. Nilai dari Cross

Loading disajikan dalam Tabel 4.17 sebagai berikut :


105

Tabel 4.17 Cross Loading


KM PAI TI ESPI KILK
X1.3 0.825 0.421 0.281 0.734 0.520
X1.8 0.871 0.234 0.470 0.645 0.642
X1.10 0.907 0.282 0.270 0.655 0.489
X2.1 0.348 0.810 0.197 0.383 0.285
X2.3 0.289 0.880 0.164 0.356 0.390
X2.4 0.274 0.828 0.017 0.253 0.334
X3.1 0.484 0.268 0.882 0.590 0.475
X3.3 0.286 0.078 0.930 0.509 0.291
X3.4 0.277 0.061 0.860 0.481 0.255
X3.5 0.338 0.118 0.928 0.518 0.425
Y1.3 0.672 0.231 0.732 0.886 0.605
Y1.4 0.607 0.139 0.607 0.894 0.532
Y1.5 0.764 0.464 0.297 0.790 0.586
Y1.7 0.563 0.274 0.569 0.776 0.564
Y1.8 0.514 0.196 0.554 0.776 0.430
Y1.9 0.471 0.436 0.306 0.734 0.380
Y1.12 0.768 0.515 0.245 0.790 0.646
Y2.1 0.443 0.451 0.353 0.620 0.822
Y2.2 0.579 0.212 0.467 0.557 0.796
Y2.4 0.461 0.418 0.228 0.538 0.829
Y2.5 0.657 0.268 0.424 0.587 0.882
Y2.7 0.481 0.324 0.211 0.468 0.802
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Dari hasil proses PLS Algorithm, nilai cross loading > 0,7 pada indikator

terhadap konstruknya, artinya bahwa indikator dinyatakan valid. Dari semua

pengujian validitas disimpulkan bahwa semua indikator konstruk dinyatakan valid

sebab telah memenuhi semua kriteria pengujian validitas konstruk seperti Outer

Loading > 0,7, AVE > 0,5, Discriminant Validity terpenuhi, karena nilai akar

kuadrat AVE > nilai korelasi antar konstruk laten dan Cross Loading > 0,7.

4.3.1.3 Persamaan Model Pengukuran (Outer Model)

Proses uji validitas dan uji reliabilitas telah menghasilkan model

pengukuran dengan indikator yang telah valid dan reliabel. Setelah dilakukan
106

uji validitas dan reliabilitas konstruk maka persamaan model pengukuran

(outer model) yang memenuhi syarat convergent validity, discriminant

validity, composite reliability dan cronbach’s alpha dalam penelitian ini

sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.18 sebagai berikut :

Tabel 4.18
Model Pengukuran (Outer Model) yang Terbentuk
Model Pengukuran
No Variabel
(Outer Model)
1 Kemampuan Manajemen ( KM) (X1) x1.3 = 0.825 + δ3
x1.8 = 0.871 + δ4
x1.10 = 0. 907 + δ5

2 Peran Auditor Internal (PAI) (X2) x2.1 = 0.810 + δ11


x2.3 = 0.880 + δ13
x2.4 = 0.828 + δ14

3 Teknologi Informasi (TI) (X3) x3.1 = 0.882 + δ17


x3.3 = 0.930+ δ19
x3.4 = 0.860 + δ20
x3.5 = 0.928 + δ21

4 Efektivitas Sistem pengendalian intern (ESPI) y1.3 = 0.886 + ε3


y1.4 = 0.894 + ε4
y1.5 = 0.790 + ε5
y1.7 = 0.776 + ε6
y1.8 = 0.776 + ε8
y1.9 = 0.734 + ε9
y1.12 = 0.790 + ε12

5 Kualitas Informasi Laporan Keuangan (KILK) y2.1 = 0.822 + ε13


y2.2 = 0.796 + ε14
y2.4 = 0.829+ ε16
y2.5 = 0.882 + ε17
y2.7 = 0.802 + ε19

4.3.2 Model Struktural (Inner Model )

Dalam menilai model struktural dengan PLS dimulai dengan melihat nilai

R-Squares untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari

model struktural. Hasil uji bootstrapping untuk nilai R-square dijelaskan dalam

Tabel 4.19 sebagai berikut :


107

Tabel 4.19 Nilai R-square

Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
ESPI 0.720 0.735 0.059 12.098 0.000
KILK 0.506 0.541 0.099 5.090 0.000
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Nilai R Square 0,67, 0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam

model struktural mengindikasikan bahwa model baik, moderate dan lemah

(Ghozali, 2014:42). Tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa variabel laten dalam

model struktural pada kriteria moderat dengan nilai 0,720 untuk variabel ESPI dan

nilai 0,506 untuk variabel KILK. Hasil ini juga menunjukkan bahwa 72 %

variabel efektivitas sistem pengendalian intern dapat dijelaskan oleh variabel

kemampuan manajemen, peran auditor internal dan teknologi informasi sedangkan

28% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. Selain itu 50,6 %

variabel kualitas informasi laporan keuangan dapat dijelaskan oleh variabel

efektivitas sistem pengendalian intern, kemampuan manajemen, peran auditor

internal dan teknologi informasi sedangkan 49,4 % dijelaskan oleh faktor lain

diluar variabel yang diteliti.

Selain dengan melihat nilai R-Squares, model PLS dapat dievaluasi

dengan melihat nilai Q-square predictive relevance. N ilai Q-square lebih

besar dari 0 (> 0) menunjukkan model mempunyai nilai predictive yang

relevan. Nilai Q2 predictive relevance 0.02, 0.15 dan 0.35 menunjukkan bahwa

model lemah, moderate dan kuat. Nilai Q² dapat diperoleh dengan perhitungan

sebagai berikut :
108

Q² = 1- (1-R1²) (1-R2²)
Q² = 1- (1-0,720²) (1-0,506²)
Q² = 1- (1-0,518) (1-0,256)
Q² = 1- (0,482) (0,744)
Q² = 0,642
Nilai Q² > 0, berarti model yang dikembangkan memiliki predictive relevance.

4.4 Pengujian Hipotesis

Setelah analisis model dilakukan, analisis selanjutnya adalah pengujian

hipotesis, analisis ini dilakukan dengan membandingkan nilai T-Tabel dengan

nilai T-statistics yang dihasilkan dari proses bootstrapping dalam PLS. Hipotesis

diterima (terdukung) jika nilai T-statistics lebih tinggi daripada nilai T-Tabel

(1,64) dengan signifikansi level 5% (one tailed). Hasil proses bootstrapping

PLS dapat dilihat pada Gambar 4.6, Tabel 4.20, Tabel 4.21 dan Tabel 4.22

sebagai berikut :

Gambar 4.6 Model Struktural


109

Tabel 4.20 Path Coefficient

Original Sample Standard


T Statistics
Sample Mean Deviation P Values Ket
(|O/STDEV|)
(O) (M) (STDEV)
KM -> KILK 0.278 0.264 0.153 1.816 0.035 H1 diterima
PAI -> KILK 0.150 0.173 0.108 1.389 0.083 H2 ditolak
TI -> KILK 0.073 0.091 0.131 0.558 0.289 H3 ditolak
KM -> ESPI 0.608 0.593 0.109 5.585 0.000 H4 diterima
PAI -> ESPI 0.127 0.141 0.075 1.701 0.045 H5 diterima
TI -> ESPI 0.328 0.339 0.102 3.209 0.001 H6 diterima
ESPI -> KILK 0.354 0.342 0.177 2.004 0.023 H7 diterima
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Tabel 4.21 Indirect Effects

Original Sample Standard


T Statistics
Sample Mean Deviation P Values Ket
(|O/STDEV|)
(O) (M) (STDEV)
KM -> KILK 0.215 0.207 0.121 1.769 0.039 H8 diterima
PAI -> KILK 0.045 0.046 0.033 1.360 0.087 H9 ditolak
TI -> KILK 0.116 0.110 0.064 1.807 0.036 H10 diterima
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Tabel 4.22 Total Effect

Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
KM -> KILK 0.492 0.471 0.114 4.333 0.000
PAI -> KILK 0.195 0.219 0.112 1.732 0.042
TI -> KILK 0.189 0.201 0.115 1.640 0.051
KM -> ESPI 0.608 0.593 0.109 5.585 0.000
PAI -> ESPI 0.127 0.141 0.075 1.701 0.045
TI -> ESPI 0.328 0.339 0.102 3.209 0.001
ESPI -> KILK 0.354 0.342 0.177 2.004 0.023
Sumber: Lampiran 13 Output PLS 3.0

Berdasarkan Gambar Tabel 4.20 maka hasil pengujian hipotesis untuk

pengaruh langsung adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan Tabel 4.20, hipotesis pertama yang menyatakan kemampuan

manajemen (KM) berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan


110

keuangan (KILK), menghasilkan nilai koefisien jalur sebesar 0,278. Hasil uji

hipotesis menunjukkan path coeficient antara kemampuan manajemen (KM)

dengan kualitas informasi laporan keuangan (KILK) memiliki nilai T-

statistics (1,816) > T-Tabel (1,64), P Values (0.035) dengan signifikansi 5%

(one tailed). Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen (KM)

berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan (KILK)

dan signifikan. Pengaruh positif kemampuan manajemen terhadap kualitas

informasi laporan keuangan artinya peningkatan kemampuan manajemen

akan diikuti dengan peningkatan kualitas informasi laporan keuangan,

demikian pula sebaliknya penurunan kemampuan manajemen akan diikuti

penurunan kualitas informasi laporan keuangan pada taraf signifikansi

sebesar 0,035. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis 1 (satu) diterima.

b. Hasil uji hipotesis kedua yang menyatakan peran auditor internal (PAI)

berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan (KILK)

menghasilkan nilai koefisien jalur sebesar 0,150. Hipotesis menunjukkan path

coeficient antara peran auditor internal (PAI) dengan kualitas informasi

laporan keuangan (KILK) memiliki nilai T-statistics (1,389) < T-Tabel (1,64),

P Values (0.083) dengan signifikansi 5% (one tailed), menunjukkan bahwa

peran auditor internal (PAI) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

informasi laporan keuangan (KILK). Sehingga dapat disimpulkan hipotesis 2

(dua) ditolak.

c. Hasil uji hipotesis ketiga yang menyatakan teknologi informasi (TI)

berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan (KILK),


111

menghasilkan nilai koefisien jalur sebesar 0,073. Hipotesis menunjukkan path

coeficient antara teknologi informasi (TI) dengan kualitas informasi laporan

keuangan (KILK) memiliki nilai T-statistics (0,558) < T-Tabel (1,64), P

Values (0.289) dengan signifikansi 5% (one tailed), menunjukkan bahwa

teknologi informasi (TI) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

informasi laporan keuangan (KILK). Sehingga dapat disimpulkan hipotesis 3

(tiga) ditolak.

d. Hasil uji hipotesis keempat yang menyatakan bahwa kemampuan manajemen

(KM) berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem pengendalian intern

(ESPI) menghasilkan koefisien jalur sebesar 0,608. Hipotesis menunjukkan

path coeficient antara kemampuan manajemen (KM) dengan efektifitas

sistem pengendalian intern (ESPI) memiliki nilai T-statistics (5,585) > T-

Tabel (1,64), P Values (0.000) dengan signifikansi 5% (one tailed),

menunjukkan bahwa kemampuan manajemen berpengaruh positif dan

signifikan terhadap efektifitas sistem pengendalian intern. Artinya

peningkatan kemampuan manajemen akan diikuti dengan peningkatan

efektivitas sistem pengendalian intern, demikian pula sebaliknya penurunan

kemampuan manajemen akan diikuti penurunan efektivitas sistem

pengendalian intern pada taraf signifikansi sebesar 0,000. Dengan asumsi

faktor-faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya efektivitas sistem

pengendalian intern dinggap konstan. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis 4

(empat) diterima.
112

e. Hasil uji hipotesis kelima yang menyatakan peran auditor internal (PAI)

berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem pengendalian intern (ESPI)

menghasilkan koefisien jalur sebesar 0,127. Hipotesis menunjukkan path

coeficient antara peran auditor internal (PAI) dengan efektifitas sistem

pengendalian intern (ESPI) memiliki nilai T-statistics (1,701) > T-Tabel

(1,64), P Values (0.045) dengan signifikansi 5% (one tailed), menunjukkan

bahwa peran auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap

efektifitas sistem pengendalian intern. Artinya peningkatan peran auditor

internal akan diikuti dengan peningkatan efektivitas sistem pengendalian

intern, demikian pula sebaliknya penurunan peran auditor internal akan

diikuti penurunan efektivitas sistem pengendalian intern dengan taraf

signifikansi sebesar 0,045. Dengan asumsi faktor-faktor lain yang

mempengaruhi tinggi rendahnya efektivitas sistem pengendalian intern

dianggap konstan. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis 5 (lima) diterima.

f. Hasil uji hipotesis keenam yang menyatakan teknologi informasi (TI)

berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem pengendalian intern (ESPI)

menghasilkan koefisien jalur sebesar 0.328. Hipotesis menunjukkan path

coeficient antara teknologi informasi (TI) dengan efektifitas sistem

pengendalian intern (ESPI) memiliki nilai T-statistics (3,209) > T-Tabel

(1,64), P Values (0.001) dengan signifikansi 5% (one tailed), menunjukkan

bahwa teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap

efektifitas sistem pengendalian intern. Artinya teknologi informasi

berpengaruh secara langsung untuk meningkatkan efektivitas sistem


113

pengendalian intern. Dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi

tinggi rendahnya efektivitas sistem pengendalian intern dinggap konstan.

Sehingga disimpulkan hipotesis 6 (enam) diterima.

g. Hasil uji hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa efektivitas sistem

pengendalian intern (ESPI) berpengaruh positif terhadap kualitas informasi

laporan keuangan (KILK) menghasilkan koefisien jalur sebesar 0,354.

Hipotesis menunjukkan path coeficient antara efektifitas sistem pengendalian

intern (ESPI) dengan kualitas informasi laporan keuangan (KILK) memiliki

nilai T-statistics (2,004) > T-Tabel (1,64) dengan P Values 0.023 dengan

signifikansi 5% (one tailed), menunjukkan bahwa efektifitas sistem

pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

informasi laporan keuangan. Artinya peningkatan efektivitas sistem

pengendalian intern akan diikuti dengan peningkatan kualitas informasi

laporan keuangan, demikian pula sebaliknya penurunan efektivitas sistem

pengendalian intern akan diikuti penurunan kualitas informasi laporan

keuangan dengan taraf signifikansi sebesar 0,023. Dengan asumsi faktor-

faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas informasi laporan

keuangan dinggap konstan. Sehingga disimpulkan hipotesis 7 ( tujuh)

diterima.

Hasil analisis pengaruh langsung variabel eksogen terhadap efektivitas

sistem pengendalian intern menunjukkan bahwa koefisien pengaruh langsung

terbesar terhadap efektivitas sistem pengendalian intern adalah koefisien

kemampuan manajemen yaitu sebesar 0,608, hasil tersebut lebih besar dari
114

koefisien pengaruh langsung peran auditor internal dan teknologi informasi

terhadap efektivitas sistem pengendalian intern sebesar 0,127 dan 0,328. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajemen lebih kuat

pengaruhnya terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian intern

dibandingkan peran auditor internal dan teknologi informasi.

Hasil analisis pengaruh langsung terhadap kualitas informasi laporan

keuangan menunjukkan bahwa koefisien pengaruh langsung kemampuan

manajemen terhadap kualitas informasi laporan keuangan sebesar 0,278. Hasil

tersebut lebih besar dari koefisien pengaruh langsung peran auditor internal dan

teknologi informasi terhadap kualitas informasi laporan keuangan sebesar 0,150

dan 0,073. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajemen

lebih kuat pengaruhnya untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas dibandingkan peran auditor internal dan teknologi informasi.

Berdasarkan Tabel 4.20 dan 4.21 maka hasil pengujian hipotesis untuk

pengaruh tidak langsung adalah sebagai berikut:

h. Hasil uji hipotesis kedelapan yang menyatakan efektivitas sistem

pengendalian intern (ESPI) memediasi pengaruh kemampuan manajemen

(KM) terhadap kualitas informasi laporan keuangan (KILK) menghasilkan

koefisien sebesar 0,215 dengan nilai T-statistics (1,769) > T-Tabel (1,64), P

Values (0.039) dengan signifikansi 5% (one tailed). Artinya hipotesis 8

(delapan) diterima. Hasil pengujian pada Tabel 4.20 menunjukkan koefisien

pengaruh langsung kemampuan manajemen terhadap kualitas informasi

laporan keuangan 0,278 dan signifikan. Koefisien pengaruh tidak langsung


115

kemampuan manajemen terhadap kualitas informasi laporan keuangan pada

Tabel 4.21 turun menjadi 0,215 dan signifikan. Hasil tersebut menunjukkan

partial mediation. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan informasi

laporan keuangan yang berkualitas, manajemen harus meningkatkan

kemampuannya untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern, sebab

laporan keuangan yang berkualitas dihasilkan melalui sistem pengendalian

intern yang efektif.

Pengujian mediasi juga dapat dilakukan dengan melihat nilai variance

accounted for (VAF). Nilai VAF disajikan sebagai berikut :

axb
VAF =
a x b + c’

0.608 x 0,354
VAF =
(0.608 x 0,354) + 0,278

0,215
VAF =
0,493

VAF = 0,44

VAF > 80% artinya terjadi full mediation, 20% ≤ VAF ≤ 80% artinya terjadi

partial mediation, VAF < 20% artinya no mediation (Hair et al., 2013:224).

Dari hasil penggujian, ESPI memiliki efek mediasi dalam model penelitian

dengan status sebagai partial mediation, sebab nilai VAF-nya berada pada

kisaran 20% - 80%, yaitu 44 %. Artinya ESPI hanya memberikan efek

mediasi sebesar 44% pada pengaruh variabel KM terhadap KILK.

i. Hasil uji hipotesis kesembilan yang menyatakan efektivitas sistem

pengendalian intern memediasi pengaruh peran auditor internal terhadap

kualitas informasi laporan keuangan menghasilkan koefisien jalur sebesar


116

0,045 dengan nilai T-statistics (1,360) < T-Tabel (1,64), P Values (0,087)

dengan signifikansi 5% (one tailed). Hipotesis menunjukkan efektivitas

sistem pengendalian intern (ESPI) tidak mampu memediasi pengaruh peran

auditor internal (PAI) terhadap kualitas informasi laporan keuangan (KILK).

Artinya hipotesis 9 (sembilan) ditolak. Hasil pengujian pada Tabel 4.20

menunjukkan bahwa pengaruh langsung peran auditor internal terhadap

kualitas informasi tidak signifikan dan pengaruh tidak langsung peran auditor

internal terhadap kualitas informasi laporan keuangan pada Tabel 4.21 tidak

signifikan. Hasil tersebut menunjukkan tidak terjadi mediasi. Hal ini

menunjukkan bahwa peran auditor tidak signifikan dalam mendukung

tersedianya informasi laporan keuangan yang berkualitas meskipun peran

auditor internal itu sendiri mampu meningkatkan efektivitas sistem

pengendalian intern.

j. Hasil uji hipotesis kesepuluh yang menyatakan bahwa efektivitas sistem

pengendalian intern (ESPI) memediasi pengaruh teknologi informasi (TI)

terhadap kualitas informasi laporan keuangan (KILK) menghasilkan

koefisien sebesar 0,116 dengan nilai T-statistics (1,807) > T-Tabel (1,64), P

Values (0,036) dengan signifikansi 5% (one tailed). Hipotesis menunjukkan

efektivitas sistem pengendalian intern (ESPI) memediasi pengaruh teknologi

informasi (TI) terhadap kualitas informasi laporan keuangan (KILK). Artinya

hipotesis 10 (sepuluh) diterima. Hasil pengujian Tabel 4.20 menunjukkan

bahwa efek langsung teknologi informasi terhadap kualitas informasi laporan

keuangan tidak signifikan sedangkan pada Tabel 4.21 menunjukkan pengaruh


117

tidak langsung teknologi informasi terhadap kualitas informasi laporan

keuangan adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi mediasi

penuh yang berarti hanya efek tidak langsung melalui mediator yang ada

(Nitzl et al. 2016). Diterimanya hipotesis ini menunjukkan bahwa sistem

pengendalian intern yang efektif mampu mentransmisikan pengaruh teknologi

informasi terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

4.5 Pembahasan

Penelitian ini menguji pengaruh kemampuan manajemen, peran auditor

interna, teknologi informasi, efektivitas sistem pengendalian intern terhadap

kualitas informasi laporan keuangan.

4.5.1 Pengaruh Kemampuan Manajemen Terhadap Kualitas Informasi


Laporan Keuangan

Hipotesis 1 (satu) yang menyatakan kemampuan manajemen berpengaruh

positif terhadap peningkatan kualitas informasi laporan keuangan diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan manajemen pimpinan BPS di

wilayah Nusa Tenggara Barat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas

informasi laporan keuangan. Dilihat dari hasil penelitian dan analisis jawaban

responden, kemampuan manajemen pimpinan BPS di wilayah Nusa Tenggara

Barat secara keseluruhan sudah baik meskipun masih terdapat beberapa fungsi

manajemen yang belum optimal dijalankan.

Berdasarkan hasil analisis data, variabel eksogen yang paling besar

mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan adalah variabel kemampuan

manajemen. Terbukti dengan nilai koefisien kemampuan manajemen yang lebih


118

besar dibandingkan variabel eksogen lainnya. Besarnya nilai koefisien ini

membuktikan bahwa kemampuan manajemen di BPS wilayah NTB mampu

mempengaruhi terselenggaranya informasi laporan keuangan akan berkualitas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan asumsi dari teori stewardship yaitu

governance dengan pendekatan psikologi. Asumsi governance pada penelitian

ini yaitu menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas. Semakin

mampu manajemen menjalankan fungsi-fungsinya dalam mengelola apa yang

menjadi tanggungjawabnya maka akan semakin berkualitas informasi yang

dihasilkan oleh organisasi tersebut.

Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan usia dan masa bekerja, dan

tingkat pendidikan pimpinan rata-rata strata satu dan strata dua, menunjukkan bahwa

responden sudah cukup matang dan berkemampuan tinggi dalam hal teknis kerja dan

keterampilan mengelola organisasi, mengelola anggaran sampai dengan menghasilkan

informasi laporan keuangan yang berkualitas. dari hasil analisis jawaban responden,

pengaruh masing-masing indikator kemampuan manajemen terhadap kualitas

informasi laporan keuangan dijelaskan sebagai berikut :

a. Perencanaan yang telah dibuat oleh pimpinan memberi kontribusi positif

terhadap peningkatan kualitas informasi laporan keuangan. Hal ini terlihat

dari indikator yang menyatakan pimpinan telah mampu menyusun langkah-

langkah strategis untuk mencapai tujuan organisasi dalam hal ini

menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas, mendapat respon

positif dan dinilai baik oleh reponden.

b. Pengorganisasian yang dilakukan oleh pimpinan juga berkontribusi positif


119

terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan

kemampuan manajemen dalam menyusun struktur organisasi dan

menempatkan pegawai dalam organisasi. Responden memberi respon yang

baik terhadap indikator tersebut, dimana penilaian yang diberikan untuk

struktur organisasi yang ada sekarang ini adalah sudah efektif dan pimpinan

juga mampu menempatkan sumber daya yang ada sesuai kapasitas dan

kelayakan yang miliki. Tujuan dari semua itu adalah untuk menghasilkan

informasi laporan keuangan yang berkualitas.

c. Pengarahan yang dilakukan pimpinan juga memberikan kontribusi positif

terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan

kemampuan manajemen dalam memberikan pembinaan, bimbingan dan

arahan. Responden memberikan respon yang baik terhadap indikator tersebut

karena pembinaan, bimbingan dan arahan selalu dilakukan dimana tujuannya

adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia terutama dalam

pengelolaan keuangan Negara untuk menghasilkan informasi laporan

keuangan yang berkualitas.

d. Pengawasan yang dilakukan pimpinan untuk menghasilkan informasi laporan

keuangan yang berkualitas juga mendapat respon yang baik, hal ini

ditunjukkan dari indikator evaluasi keberhasilan, solusi, inovasi dan

perubahan untuk meraih WTP. Responden memberi respon yang baik

terhadap indikator tersebut, dimana pimpinan selalu mengevaluasi

keberhasilan kegiatan termasuk opini yang diraih serta optimis terhadap

alternative solusi, inovasi dan perubahan untuk meraih WTP.


120

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa indikator kemampuan

manajemen dalam hal pengorganisasian dan pengawasan menjadi indikator yang

berpengaruh besar dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan. Artinya

beberapa indikator kemampuan manajemen masih perlu untuk lebih ditingkatkan.

Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan hasil penelitian Argyris (1992) yang

menyimpulkan kemampuan manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi

berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Demikian juga

dengan penelitian Yadyana dan Mertha (2008) yang menyatakan bahwa

kemampuan manajemen berupa perencanaan dan pengorganisasian berpengaruh

secara signifikan terhadap kualitas informasi akuntansi. Penelitian dari Haliah

(2013), juga menyimpulkan bahwa kemampuan manajemen berpengaruh positif

terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

Variabel kemampuan manajemen dalam penelitian ini adalah kesanggupan

atau kecakapan untuk melakukan proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian penggunaan sumber daya untuk mencapai

tujuan/sasaran kinerja. Peningkatan kemampuan manajemen bagi pimpinan

sebagai pelaksana fungsi manajerial sekaligus pelaksana teknis perlu menjadi

perhatian terutama dalam hal perencanaan, hal ini berkaitan dengan pengelolaan

dan penempatan sumber daya yang menjadi tanggungjawabnya supaya tujuan

menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dapat tercapai. Kemampuan

manajemen yang baik apabila tidak didukung dengan personil organisasi yang

mumpuni maka tidak akan tercapai tujuan dari organisasi tersebut. Masa kerja

pegawai yang cukup lama yaitu diatas 10 tahun akan membuat seseorang
121

memiliki pengalaman kerja yang banyak dan cenderung memiliki kemampuan

yang baik dari sisi kualitas dan penyelesaian tugas yang tepat waktu. Hal ini

menjadi salah satu alternative dalam penempatan pegawai, walaupun tidak sesuai

dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Satker BPS NTB hampir seluruh

pegawainya berlatar belakang pendidikan non keuangan/akuntansi, hal ini

mungkin bisa menjadi alternative bagi pimpinan dari segi pengorganisasian untuk

merekrut dan menempatkan sumber daya manusia sesuai dengan latar belakang

pendidikan, walaupun responden menyatakan bahwa penempatan SDM selama ini

sudah sesuai dengan kepatutan dan kelayakan yang dimiliki.

Selain itu wawasan dari pengelola keuangan juga harus di tingkatkan,

personil yang terlibat harus peka terhadap setiap perubahan baik dari regulasi,

kebijakan maupun aplikasi pengelolaan keuangan, sehingga perlu untuk dilakukan

pelatihan, seminar ataupun rekonsiliasi secara berkala sehingga mampu

meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan. Disamping itu pimpinan harus

turun untuk memberikan pengarahan dan memotivasi karyawan serta

mengapresiasi karyawan yang berprestasi dengan memberikan reward, karena dari

jawaban responden reward akan memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik.

4.5.2 Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Kualitas Informasi


Laporan Keuangan

Hipotesis 2 (dua) yang menyatakan peran auditor internal berpengaruh

positif terhadap peningkatan kualitas informasi laporan keuangan ditolak. Hasil

penelitian ini tidak memenuhi asumsi filosofis dari stewardship theory mengenai

sifat manusia, asumsi tersebut adalah bahwa manusia pada hakekatnya dapat
122

dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab, berintegritas dan jujur

terhadap pihak lain (Donaldson and Davis, 1991). Dari teori ini diharapkan

auditor intern mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab, menjaga integritas

dan meningkatkan kualitasnya dalam menjalankan perannya supaya mendapatkan

kepercayaan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sehingga mampu

menyajikan informasi laporan keuangan yang berkualitas.

Penjelasan dari ditolaknya hipotesis ini diantaranya adalah auditor internal

tidak terlibat secara langsung dalam proses penyusunan laporan keuangan dan

auditor internal hanya bertugas untuk melakukan pemeriksaan, pembinaan, dan

konsultan manajemen guna meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern.

Dari hasil analisis memperlihatkan bahwa ada beberapa indikator yang diindikasi

menjadi penyebab lemahnya hubungan peran auditor internal terhadap kualitas

informasi laporan keuangan yaitu :

a. Indikator peran auditor internal dalam pemeriksaan dokumen , bukti transaksi

memperlihatkan bahwa belum semua dokumen diperiksa secara menyeluruh

oleh auditor internal. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dokumen yang diperiksa

oleh auditor internal lebih terfokus pada tempat-tempat yang memiliki jumlah

nominal yang besar dan sekiranya rawan terhadap penyelewengan anggaran.

b. Indikator peran auditor mampu membantu menurunkan tingkat kesalahan yang

berulang tiap tahunnya. Jawaban responden juga menunjukkan bahwa peran

auditor internal juga belum bisa membantu menyelesaikan penyebab

penyimpangan yang sama yang terjadi setiap tahunnya, karena kesalahan yang

sama masih sering berulang terjadi setiap tahunnya. Hal ini tentunya
123

berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal.

c. Selain itu peran auditor internal dalam mereviu laporan keuangan juga belum

sepenuhnya optimal. Dari jawaban responden reviu laporan keuangan yang

dilakukan auditor internal belum dilakukan secara berkala/jarang khususnya

untuk satuan kerja di daerah. Hal ini didukung dengan skor jawaban responden

yang rendah pada indikator ini.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuliani (2010), Setyowati et al. (2016) yang menyimpulkan peran auditor internal

berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian ini mendukung

hasil penelitian Syarifudin (2014), bahwa peran auditor internal tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas LKPD dan hasil penelitian Al-shetwi et al. (2011)

dimana tidak terdapat hubungan antara fungsi auditor internal dan kualitas laporan

keuangan. Hasil temuan ini juga mengindikasikan bahwa kualitas informasi

laporan keuangan tidak dipengaruhi secara langsung oleh peran auditor internal,

tetapi ada faktor lain diluar model yang secara langsung lebih mempengaruhi

kualitas informasi laporan keuangan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa meningkatnya peran auditor internal tidak berpengaruh signifikan dalam

meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan.

Peran aparat pengawas internal pemerintah (APIP) dalam PP No.60 Tahun

2008 adalah : 1) memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,

efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Instansi Pemerintah, 2) memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas

manajemen resiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah,


124

dan 3) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas

dan fungsi Instansi Pemerintah.

Analisis jawaban responden memperlihatkan bahwa secara keseluruhan

peran auditor internal di lingkungan BPS di wilayah NTB sudah baik, akan tetapi

perlu ditingkatkan frekuensinya, hal ini terkait dengan indikator pemeriksaan oleh

auditor internal yang belum dilakukan secara rutin dan indikator mengenai reviu

laporan keuangan yang belum optimal dan merata ke semua daerah yang ada di

wilayah NTB. Perlunya tambahan personil bagi auditor internal (inspektorat)

untuk lebih mengoptimalkan perannya dalam memberikan informasi dan saran-

saran kepada manajemen atas kelemahan-kelemahan yang ditemukannya dan

mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang ada dalam organisasi untuk mencapai

tujuan audit dan tujuan organisasi.

4.5.3 Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Informasi Laporan


Keuangan

Informasi laporan keuangan yang berkualitas dapat terselenggara apabila

ditunjang oleh fasilitas teknologi informasi yaitu sistem informasi akuntansi

pengelola keuangan dan pengelolaan barang milik Negara. Penggunaan teknologi

informasi dapat memudahkan pimpinan memperoleh informasi mengenai sumber

daya yang dikelolanya selain itu teknologi informasi mempengaruhi tingkat

kepuasan pengguna laporan keuangan karena kualitas, kecepatan dan keakuratan

data yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut.

Hipotesis 3 (tiga) yang menyatakan teknologi informasi berpengaruh

positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan ditolak. Hal ini tidak sejalan
125

Technology Acceptance Model (TAM) bahwa terdapat hubungan sebab akibat

antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan

penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari

pengguna/user suatu sistem informasi.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa teknologi informasi terutama sistem

informasi akuntansi dalam pengelolaan keuangan Negara, seperti aplikasi SAIBA

dan SIMAK-BMN membawa pengaruh positif yang relative kecil. Artinya

peningkatan penggunaan teknologi informasi berpengaruh tidak signifikan

disebabkan teknologi informasi tidak dapat bekerja sendiri, akan tetapi

membutuhkan kemampuan dari pengguna untuk mengoperasikan teknologi yang

ada. Oleh sebab itu peran dari operator aplikasi akan sangat menunjang

keberhasilan dari pemanfaatan teknologi informasi pengelolaan keuangan dan

pengelolaan barang milik Negara dalam menghasilkan informasi laporan

keuangan yang berkualitas.

Dari hasil analisis jawaban responden, rata-rata responden memberikan

respon yang baik mengenai kemudahan dan manfaat dari penggunaan teknologi

informasi. Artinya pemanfaatan aplikasi pengelolaan keuangan di BPS wilayah

NTB sudah bagus untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas. Akan tetapi indikator dari penggunaan teknologi informasi akan

menambah ketrampilan pengguna dalam menghasilkan informasi keuangan yang

berkualitas tidak terpenuhi, karena responden memberikan nilai yang lebih kecil

pada indikator ini dibandingkan dengan jawaban pada indikator lainnya.


126

Operator yang bertugas dalam menyusun laporan keuangan belum begitu

sepenuhnya memahami sepenuhnya dengan hasil atau output yang dikeluarkan

dari sistem informasi akuntansi yang ada. Interpretasi makna dari hasil output

aplikasi belum dikuasai dengan baik, sehingga hal ini dapat menyebabkan salah

penyajian dalam laporan keuangan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Indriasari dan Nahartyo (2008), dimana pemanfaatan teknologi informasi

memiliki pengaruh positif terhadap keterandalan informasi pelaporan keuangan

Pemerintah Daerah. Penelitian tersebut mendapat dukungan dari Sukmaningrum

(2012), Karmila et al. (2013), Yosefrinaldi (2013) yang menyimpulkan hal yang

sama bahwa teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi

laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni

(2014), Surastiani dan Handayani (2015) yang menyimpulkan bahwa teknologi

informasi tidak berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan

pemerintah daerah.

Informasi laporan keuangan yang berkualitas dapat terselenggara apabila

ditunjang oleh fasilitas teknologi informasi yaitu sistem informasi akuntansi

pengelola keuangan dan pengelolaan barang milik Negara. Penggunaan teknologi

informasi dapat memudahkan pimpinan memperoleh informasi mengenai sumber

daya yang dikelolanya selain itu teknologi informasi mempengaruhi tingkat

kepuasan pengguna laporan keuangan karena kualitas, kecepatan dan keakuratan

data yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut. Untuk itu diperlukan

intervensi dari pimpinan selaku manajemen dalam pemanfaatan teknologi


127

informasi ini dengan menempatkan operator yang mampu dan bertanggungjawab

dalam menjalankan tugasnya.

Operator pengelola aplikasi SAIBA dan SIMAK-BMN di BPS wilayah

NTB hanya beberapa orang berlatar belakang pendidikan akuntansi dan

selebihnya non akuntansi, sehingga perlu lebih ditingkatkan pertemuan-pertemuan

atau rekonsiliasi internal di BPS wilayah NTB untuk meningkatkan kemampuan

dari operator dalam menginterpretasikan hasil output dari aplikasi SAIBA dan

SIMAK-BMN guna mendukung terwujudnya laporan keuangan yang berkualitas.

4.5.4 Pengaruh Kemampuan Manajemen Terhadap Efektivitas


Sistem Pengendalian Intern

Hipotesis 4 (empat) yang menyatakan kemampuan manajemen terhadap

efektivitas sistem pengendalian intern diterima. Diterimanya hipotesis 4 (empat)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan manajemen dan

efektivitas sistem pengendalian intern di lingkungan satuan kerja BPS di Nusa

Tenggara Barat. Artinya semakin tinggi kemampuan manajemen dalam

menjalankan fungsi-fungsi manajemen, maka unsur-unsur pengendalian dalam

sistem pengendalian intern akan semakin efektif. Pasal 4, PP No. 60 Tahun

2008 mengamanatkan agar pimpinan instansi pemerintah menciptakan dan

memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan

kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya.

Artinya pemegang tanggungjawab utama terhadap struktur sistem pengendalian

intern dalam organisasi adalah tetap berada ditangan manajemen (pimpinan).


128

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori stewardship yang menyatakan

bahwa manajemen sebagai steward menjalankan fungsi-fungsinya mengefektifkan

pengendalian intern untuk kepentingan organisasi. Dikatakan demikian karena

tujuan pengendalian intern sejalan dengan tujuan organisasi, salah satunya

adalah efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi. Semakin tinggi kemampuan

manajemen sebagai steward dalam menjalankan fungsi-fungsinya maka semakin

meningkat efektivitas sistem pengendalian intern sehingga tujuan organisasi dapat

tercapai.

Indikator-indikator kemampuan manajemen dalam penelitian ini dapat

menjelaskan hubungan kemampuan manajemen dengan efektivitas sistem

pengendalian intern. Berdasarkan penilaian responden kemampuan manajemen

BPS di NTB sudah baik diantaranya, dalam perencanaan terlihat dari bagaimana

pimpinan mampu menyusun langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan

organisasi, dalam pengorganisasian pimpinan mampu menyusun struktur

organisasi dengan baik, pimpinan juga selalu memberikan pengarahan kepada

karyawan, pimpinan melakukan pengawasan/kontrol dengan mengevaluasi setiap

keberhasilan termasuk mengevaluasi opini yang diraih saat ini serta mencari

alternative solusi dan inovasi untuk meraih WTP kembali. Hasil analisis dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa indikator kemampuan manajemen dalam hal

pengorganisasian dan pengawasan menjadi indikator yang berpengaruh besar

dalam meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern. Artinya beberapa

indikator kemampuan manajemen masih perlu untuk lebih ditingkatkan.


129

Semakin tinggi kemampuan manajemen sebagai steward dalam

melaksanakan fungsi-fungsinya maka akan memberikan pengaruh positif terhadap

peningkatan efektivitas sistem pengendalian intern. Hasil penelitian ini

menguatkan penelitian Van Slyke (2006), hasil penelitiannya menyatakan bahwa

manajemen cenderung bersikap sebagai steward dibandingkan agent. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Haliah (2013), bahwa kemampuan

manajemen berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian McSwain et al. (2008) temuan

penelitiannya menyatakan keputusan manajer keuangan memodifikasi

pengendalian intern berpengaruh secara positif terhadap perubahan

(perbaikan/efektivitas) pengendalian intern.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel eksogen yang paling besar

mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian intern diantara variabel eksogen

lainnya dalam penelitian ini adalah kemampuan manajemen. Artinya kemampuan

manajemen memegang peranan sentral dalam peningkatan efektivitas sistem

pengendalian intern atau dapat dikatakan baik dan buruknya atau efektif dan

tidaknya sistem pengendalian intern berada di tangan pimpinan selaku

manajemen.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas informasi

laporan keuangan dalam suatu organisasi dapat diwujudkan melalui suatu sistem

pengendalian intern yang efektif. Untuk menjaga efektivitas sistem pengendalian

intern tersebut maka dibutuhkan tanggungjawab besar dari manajemen dalam

mengelola sistem pengendalian intern. Dalam upaya meningkatkan efektivitas


130

sistem pengendalian intern, manajemen dapat melaksanakan rekomendasi dari

auditor internal yang telah menilai bagaimana kondisi sistem pengendalian intern

dari organisasi yang diperiksanya. Keberhasilan dalam mengefektifkan sistem

pengendalian intern tersebut tentunya perlu dukungan semua pihak. Oleh sebab itu

pimpinan selaku manajemen harus mampu menggerakkan semua pegawai secara

bersama-sama, untuk turut serta dalam peningkatan efektivitas sistem

pengendalian intern dilingkungan kerjanya.

4.5.5 Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem


Pengendalian Intern

Hipotesis 5 (lima) yang menyatakan kemampuan manajemen berpengaruh

positif terhadap efektivitas sistem pengendalian intern diterima. Diterimanya

hipotesis ini menjelaskan bahwa tugas pengawasan yang dilakukan oleh auditor

internal BPS dapat memperkuat dan mampu meningkatkan efektivitas

penyelenggaraan SPI. Dari hasil penilaian responden peran auditor internal sangat

baik dan membantu dalam meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern

melalui bimbingan kepada manajemen dalam mengenali resiko-resiko yang dapat

menghambat pencapaian tujuan organisasi. Artinya peran auditor internal yang

diamanatkan dalam PP No. 60 Tahun 2008 yaitu pembinaan penyelenggaraan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah dilaksanakan dengan baik

oleh auditor internal BPS.

Hasil penelitian ini sejalan dengan asumsi filosofis teori stewardship

mengenai sifat manusia yakni kepercayaan (trust). Asumsi tersebut menyatakan

bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan


131

penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.

Demikian juga dengan auditor internal adalah profesi kepercayaan, penuh

tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Auditor

internal sebagai pihak yang dipercaya, dituntut meningkatkan perannya dalam

menjalankan fungsinya (menelaah pengendalian intern) sehingga pengendalian

intern semakin efektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), Krishnan (2005), Yadnyana (2009),

Haliah (2013), Tarigan (2013), Syarifudin (2014) yang menyimpulkan bahwa

peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap efektivitas sistem

pengendalian intern.

Auditor internal berperan dalam memberikan penilaian mengenai sistem

pengendalian intern auditi dan memberikan rekomendasi pada pimpinan selaku

manajemen sebagai upaya meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern di

lingkungannya. Dari hasil analisis masih terdapat beberapa indikator dari peran

auditor internal yang masih belum optimal seperti pemeriksaan menyeluruh,

membantu menurunkan penyebab kesalahan yang berulang dan reviu laporan

keuangan. Penjelasan dari hal tersebut adalah disebabkan karena terbatasnya

personil yang ada pada auditor internal BPS dan keterbatasan waktu pemeriksaan

sementara cakupan wilayah kerjanya yang luas. Adapun terjadi kelemahan sistem

pengendalian intern dalam pemeriksaan oleh auditor eksternal yaitu BPK pada

pemeriksaan Laporan Keuangan BPS Tahun 2015 adalah sebuah hal yang wajar,

karena persepsi antara auditor satu dengan yang lain kadang berbeda dalam

menelaah suatu kejadian dalam pemeriksaan. Selain itu perubahan basis akuntansi
132

dari kas menuju akrual menjadi akrual penuh pada tahun 2015 menjadi salah satu

bagian yang tidak terpisahkan yang menyebabkan penurunan opini. Hal ini

disebabkan adanya akun-akun yang belum disesuaikan dan masuk dalam akrual

seiring dengan berubahnya nomenklatur terutama akun barang persediaan, akun

belanja barang perkantoran dan langganan daya dan jasa, serta SOP untuk masing-

masing kegiatan yang belum semuanya dibuat, dan pimpinan jarang melakukan

pemeriksaan mendadak terhadap catatan-catatan akuntansi maupun pembukuan.

Hal ini dibuktikan dengan jawaban responden yang memberi penilaian yang

rendah pada indikator tersebut.

4.5.6 Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Efektivitas Sistem


Pengendalian Intern

Hipotesis 6 (enam) yang menyatakan teknologi informasi berpengaruh

positif terhadap efektivitas sistem pengendalian intern diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara teknologi informasi dan efektivitas

sistem pengendalian intern. Artinya bahwa semakin meningkat teknologi

informasi maka sistem pengendalian intern akan semakin efektif. Hubungan

antara sistem pengendalian intern dengan sistem teknologi informasi ini adalah

dapat memenuhi fungsinya untuk menghasilkan informasi akuntansi yang tepat

waktu, relevan dan dapat dipercaya serta resiko terjadinya kekeliruan dapat

diminimalisasikan sehingga dapat membantu penyusunan laporan keuangan yang

berkualitas.

Sejalan dengan TAM bahwa suatu sistem informasi akan memberi manfaat

dan kemudahan bagi penggunanya, maka sistem teknologi informasi akuntansi ini
133

sekaligus sebagai alat kontrol atau alat pengendalian internal dalam pengelolaan

keuangan karena mampu menyimpan data transaksi keuangan dan juga berfungsi

membackup data sehingga apabila terjadi kehilangan data atau kerusakan sistem

maka akan dapat diperbaiki dengan cepat dan mudah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Ompusunggu (2002),

Meilawati (2014) yang menyatakan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi

berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian intern. Dari hasil analisis

menunjukkan bahwa variabel eksogen kedua terbesar yang mempengaruhi

efektivitas sistem pengendalian intern adalah teknologi informasi. Artinya

teknologi informasi berupa sistem informasi akuntansi (SAIBA dan SIMAK-

BMN) berperan penting dalam meningkatkan efektivitas sistem pengendalian

intern. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi

berpengaruh secara langsung terhadap efektivitas sistem pengendalian intern,

disebabkan teknologi informasi khususnya sistem informasi adalah menjadi bagian

tidak terpisahkan dari unsur pengendalian yaitu pengendlian aplikasi dalam sistem

pengendalian intern.

Penggunaan aplikasi SAIBA membantu manajemen untuk mengontrol

kondisi keuangan yang dikelola oleh satkernya. Informasi uptodate mengenai

posisi keuangan, bagaimana daya serap anggaran dan berapa sisa anggaran dapat

secara cepat disajikan, sehingga pimpinan dapat membuat kebijakan dan prioritas

kegiatan mana yang harus segera dilaksanakan supaya anggaran tidak menumpuk

pada akhir tahun. Demikian juga dengan aplikasi SIMAK-BMN, pimpinan dapat

segera mengetahui posisi persediaan dan juga asset-aset yang dikelolanya,


134

sehingga dapat mengambil kebijakan mana asset yang kondisinya bagus, rusak

ringan, rusak berat ataupun yang sudah habis masa pakainya untuk segera dilelang

dan dilakukan perawatan ataupun pergantian. Oleh sebab peran dari aplikasi ini

sangat membantu dalam meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern dan

berimplikasi pada terselenggaranya informasi laporan keuangan yang berkualitas.

Pemanfaatan teknologi informasi khususnya sistem informasi akuntansi (SAIBA

dan SIMAK-BMN) di lingkungan BPS di NTB sudah baik, hal ini didukung

dengan pernyataan responden yang menanggapi positif dan memberikan penilaian

yang baik dalam setiap indikator teknologi informasi dalam kuesioner, seperti

sistem informasi (SAIBA dan SIMAK-BMN) membantu dalam penyusunan

laporan keuangan jadi lebih cepat dan mudah, menambah produktivitas kerja dan

meningkatkan efektivitas terselenggaranya informasi laporan keuangan yang

berkualitas. Tentu saja hal ini perlu didukung oleh personil (operator) yang

berkompeten, dilihat dari karakteristik responden rata-rata operator sudah

berpendidikan lanjutan, memiliki masa kerja dan usia yang cukup matang, artinya

secara teknis dan administrasi operator mampu menjalankan tugasnya dengan

baik.

4.5.7 Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas


Informasi Laporan Keuangan

Hipotesis 7 (tujuh) yang menyatakan Efektivitas Sistem Pengendalian

Intern berpengaruh positif terhadap peningkatan Kualitas Informasi Laporan

Keuangan diterima. Artinya bahwa efektifitas sistem pengendalian intern pada


135

Satker BPS di wilayah NTB memberikan dampak yang positif terhadap

peningkatan kualitas informasi laporan keuangan.

Hal ini dapat dijelaskan dari penilaian responden terhadap masing-masing

indikator yang mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian intern terhadap

kualitas informasi laporan keuangan:

a. Dari unsur lingkungan pengendalian responden memberikan penilaian yang

baik, dimana dalam melakukan pengendalian lingkungan pimpinan selalu

mengambil tindakan yang tegas apabila terjadi pelanggaran kebijakan,

prosedur maupun aturan dalam pengelolaan keuangan. Penempatan personil

dalam struktur organisasi khususnya pengelolaan keuangan disesuaikan

dengan ukuran dan sifat kegiatan serta kemampuan dan tanggungjawab

personil, sehingga arus informasi penyusunan laporan keuangan dapat

difasilitasi secara menyeluruh.

b. Dalam hal penilaian resiko, pimpinan melakukan identifikasi dan analisis

resiko terhadap kemungkinan timbulnya pelanggaran terhadap sistem

akuntansi, membuat perencanaan untuk mengurangi resiko pelanggaran

terhadap sistem atau prosedur akuntansi dalam organisasi dengan baik.

Kontribusi positif ini dapat dilihat dari penilaian responden yang baik dalam

hal penilaian resiko di lingkungan BPS di NTB.

c. Dalam kegiatan pengendalian, pimpinan telah menyusun perencanaan dan

prosedur untuk kegiatan yang ada di lingkungan BPS diantaranya: pimpinan

di BPS telah melakukan otorisasi terhadap semua bukti transaksi dan catatan

atas pengelolaan keuangan yang menjadi tanggungjawabnya. Selain itu bukti


136

pengeluaran dari anggaran yang dikelola selalu didokumentasikan dan diberi

nomor urut untuk mempermudah dalam pencarian berkas ataupun

pemeriksaan. Respon positif ditunjukkan oleh responden dengan memberi

penilaian yang baik dalam indikator kegiatan pengendalian ini. Artinya

pimpinan telah mampu melakukan kegiatan pengendalian dengan baik

sehingga berdampak pada informasi laporan keuangan yang baik.

d. Dalam kaitannya dengan pengendalian informasi dan komunikasi, respon

positif diberikan oleh responden dengan memberikan penilaian yang baik

dalam unsur pengendalian ini. Terkait dengan unsur pengendalian ini

pimpinan selalu mengkomunikasikan dan menginformasikan setiap kegiatan

yang akan dilaksanakan. Hal ini mendorong terciptanya sinkronisasi

informasi sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi apabila terjadi

miskomunikasi antara subjeck matter dengan bagian keuangan terkait

anggaran pelaksanaannya dan diharapkan membantu menciptakan informasi

laporan keuangan yang berkualitas.

e. Dalam hal pemantauan, respon positif juga diberikan responden dimana

responden menilai bahwa upaya yang dilakukan pimpinan dalam meraih

opini WTP kembali melalui berbagai alternative solusi, inovasi dan

perubahan yang dilakukan telah dilaksanakan dengan baik.

Terpenuhinya unsur-unsur pengendalian intern ini mengindikasikan

pimpinan dan seluruh pegawai telah menjalankan amanat dari PP 60 Tahun 2008

yaitu mampu mengefektifkan sistem pengendalian intern sehingga tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan


137

keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan dapat tercapai.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa efektifitas sistem pengendalian

intern adalah variabel yang paling menonjol mempengaruhi kualitas informasi

laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel paling

berpengaruh dalam meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan di BPS

adalah efektivitas sistem pengendalian intern. Akan tetapi hal ini tidak lepas dari

pengaruh kemampuan manajemen, peran auditor internal dan pemanfaatan

teknologi informasi yang baik dalam upaya meningkatkan efektivitas sistem

pengendalian intern.

Hasil penelitian ini mendukung temuan Doyle et al. (2007:3) yang

menyatakan bahwa secara konseptual, sistem pengendalian intern merupakan

landasan bagi terciptanya pelaporan keuangan yang berkualitas. Penelitian ini juga

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sukmaningrum (2011), Yosefrinaldi

(2013), Haliah (2013), Syarifudin (2014) yang melihat hubungan yang signifikan

positif antara pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian

ini juga tidak sejalan dengan penelitian Karmila et al. (2013), Anggraeni (2014)

bahwa pengawasan intern tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan

keuangan Pemda.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan asumsi dari teori stewardship

yaitu governance dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Hasil penelitian

ini mengarah ke governance yaitu menghasilkan informasi laporan keuangan

yang berkualitas. Selain itu salah satu asumsi stewardship theory adalah sikap
138

pemilik (principal) cenderung mempertimbangkan resiko. SPI merupakan langkah

principal yang mempertimbangkan resiko dengan memberikan kewenangan

kepada steward untuk meningkatkan kinerjanya melalui pengendalian intern

dalam organisasinya dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan organisasi mulai

dari perencanaan sampai pada pelaporan.

Berdasarkan dari hasil temuan ini maka wajar bila BPK menilai masih

terdapat kelemahan sistem pengendalian intern dalam hasil pemeriksaannya.

Apabila dilihat lebih jauh dari hasil perolehan data dari responden, maka unsur

lingkungan pengendalian memiliki skor rata-rata yang rendah. Indikator yang

menyatakan satker telah dilengkapi dengan job description dan standard

operating procedure masih menghasilkan skor yang belum optimal, indikator

yang menyatakan pimpinan selalu melakukan pemeriksaan mendadak terhadap

catatan akuntansi, kas dan fisik barang juga menghasilkan skor yang belum

optimal. Dalam unsur kegiatan pengendalian, indikator mengenai pengendalian

fisik atas asset masih belum optimal. Dalam unsur informasi dan komunikasi,

menurut responden informasi masih belum disediakan tepat waktu. Dan dari

unsur pemantauan, responden juga memberikan penilaian yang belum optimal

terhadap tindak lanjut temuan pemeriksaan. Artinya dengan melihat hal ini

diharapkan manajemen satker lebih mengoptimalkan kemampuan manajemennya

dibantu oleh auditor internal agar dapat lebih mengoptimalkan unsur-unsur

pengendalian internalnya sehingga kelemahan sistem pengendalian intern dapat

ditanggulangi, disamping itu peningkatan unsur-unsur pengendalian adalah


139

sebagai upaya dalam pencegahan tindakan penyimpangan seperti korupsi dan

kolusi yang dapat di lakukan di lingkungan BPS.

4.5.8 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Memediasi Pengaruh


Kemampuan Manajemen terhadap Kualitas Informasi Laporan
Keuangan

Hipotesis 8 (delapan) yang menyatakan efektivitas sistem pengendalian

intern memediasi hubungan kemampuan manajemen dengan kualitas informasi

laporan keuangan diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen

di lingkungan BPS di wilayah NTB sudah baik, sehingga mampu mengefektifkan

sistem pengendalian intern yang pada akhirnya berdampak dengan dihasilkannya

informasi laporan keuangan yang berkualitas. Artinya sistem pengendalian intern

yang efektif jika didukung dengan penerapan fungsi-fungsi manajemen yang baik

akan mampu memberikan peluang bagi pimpinan dalam meningkatkan kualitas

informasi laporan keuangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui sistem pengendalian intern

yang efektif akan membantu pimpinan mengelola organisasi secara efisien dan

efektif untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas.

Pimpinan mempunyai keterbatasan untuk dapat mengontrol semua aktivitas

organisasi terutama dengan ruang lingkup yang luas dan kompleks dalam

organisasi pemerintahan. Hal ini menyebabkan pimpinan melimpahkan sebagian

wewenang kepada sistem ataupun orang-orang yang bertanggungjawab untuk

mengawasi dan mengelola jalannya organisasi. Salah satu sistem yang dapat

membantu pimpinan dalam mengontrol kegiatan organisasi adalah sistem

pengendalian intern yang efektif. Dengan pengendalian intern yang efektif


140

diharapkan informasi yang dihasilkan dapat berkualitas dan dapat digunakan

sebagai pengambilan keputusan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan definisi pengendalian intern yang

dikemukakan oleh COSO (2009). Definisi tersebut adalah pengendalian intern

merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh pihak dewan direksi,

manajemen, auditor internal, dan personil lainnya. Tujuannya untuk pencapaian

tujuan pengendalian intern yaitu keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian

dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi

operasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Haliah (2013) yang

menyimpulkan bahwa efektivitas pengendalian intern dapat memediasi secara

parsial hubungan kemampuan manajemen dan kualitas jasa audit intern dengan

kualitas informasi laporan keuangan.

Kemampuan manajemen yang diterapkan dengan baik melalui sistem

pengendalian intern yang efektif akan berdampak pada terwujudnya informasi

laporan keuangan yang berkualitas. Temuan ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi

manajemen jika dipadukan dengan unsur-unsur sistem pengendalian intern yang

baik akan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern dan

memberi peluang bagi manajemen dalam meningkatkan kualitas informasi laporan

keuangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan efektivitas sistem pengendalian

intern memediasi secara parsial pengaruh kemampuan manajemen terhadap

kualitas informasi laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari pengaruh langsung

kemampuan manajemen terhadap kualitas informasi laporan keuangan yang

signifikan dan tetap signifikan setelah mengontrol variabel mediator. Hasil ini
141

menunjukkan bahwa efektivitas sistem pengendalian intern bukan satu-satunya

pemediasi hubungan kemampuan manajemen dengan kualitas informasi laporan

keuangan.

Hasil penelitian ini juga mendukung asumsi stewardship theory yaitu

governance dengan pendekatan kontrak intrinsik sebagai pengendalian. Asumsi

governanace dalam penelitian ini adalah menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas. Dalam stewardship theory, principal dan steward (manajemen dan

auditor intern) menggunakan pengendalian melalui melalui kontrak intrinsik

bukan ekstrinsik, yaitu suatu usaha yang berkesinambungan melalui kegiatan yang

efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi untuk menghasilkan laporan

keuangan yang berkualitas (Haliah, 2013).

Hasil temuan ini juga mendukung teori kontingensi. Pendekatan

kontingensi menunjukkan bahwa sistem pengendalian akan lebih dapat

menunjang pencapaian tujuan organisasi apabila desainnya sesuai dengan kondisi

lingkungan organisasi (Pondevile, 2000 dalam Ramandei, 2009). Kaitannya

dengan hal ini bahwa pimpinan membutuhkan infomasi karena tidak bisa

mengetahui seluruh kejadian yang ada disekelilingnya, sehingga perlu sistem

pengendalian untuk mencapai tujuan dalam hal ini informasi laporan keuangan

yang berkualitas.

4.5.9 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Memediasi Pengaruh Peran


Auditor Intern terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan

Hipotesis 9 (Sembilan) yang menyatakan bahwa efektivitas sistem

pengendalian intern memediasi hubungan peran auditor intern dengan kualitas


142

informasi laporan keuangan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa peran auditor

internal di lingkungan BPS dalam meningkatkan efektivitas sistem pengendalian

intern telah dilakukan dengan baik, akan tetapi peran auditor internal belum

mampu untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas.

Artinya, dengan sistem pengendalian intern yang efektif, tidak menjamin bahwa

auditor internal membantu terselenggaranya informasi laporan keuangan yang

berkualitas.

Ditolaknya hipotesis ini dapat dijelaskan, karena auditor intern masih

mengalami beberapa kendala dalam melakukan pemeriksaan, pembinaan dan

konsultan manajemen sejak awal tahun anggaran hingga akhir periode akuntansi.

Kendala tersebut diataranya terbatasnya jumlah auditor internal, keterbatasan

kompetensi, dan luas wilayah/pos-pos pemeriksaan (Syarifudin, 2014). Kendala

tersebut menyebabkan peran auditor internal kurang optimal dalam membantu

manajemen untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan telah dilakukan sesuai

dengan aturan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dari hasil analisis indikator penelitian dapat diketahui bahwa auditor

internal belum melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap dokumen (transaksi

keuangan), peran auditor internal belum membantu menurunkan penyebab

kesalahan yang sama setiap tahunnya dan peran auditor internal dalam mereviu

laporan keuangan belum optimal.

Hasil penelitian ini tidak mendukung definisi pengendalian intern yang

dikemukakan oleh COSO (2009). Definisi tersebut adalah pengendalian intern

merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh pihak dewan direksi,


143

manajemen, auditor internal, dan personil lainnya. Tujuannya untuk pencapaian

tujuan pengendalian intern yaitu keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian

dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi

operasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran auditor internal hanya

sebatas meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern, dan tidak

berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

Peran auditor internal adalah menilai efektivitas sistem pengendalian intern

dan memberikan rekomendasi kepada manajemen. Secara teori peran auditor

melalui sistem pengendalian intern yang efektif akan berdampak pada terwujudnya

informasi laporan keuangan yang berkualitas. Akan tetapi berdasarkan hasil

analisis, penelitian ini menunjukkan efektivitas sistem pengendalian intern tidak

dapat memediasi hubungan peran auditor internal dengan kualitas informasi

laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari pengaruh langsung peran auditor

internal terhadap kualitas informasi laporan keuangan yang tidak signifikan dan

pengaruh tidak langsung peran auditor terhadap kualitas informasi laporan

keuangan yang tidak signifikan setelah mengontrol variabel mediator. Hasil ini

menunjukkan bahwa efektivitas sistem pengendalian intern bukan pemediasi

dalam hubungan peran auditor intern dengan kualitas informasi laporan keuangan.

Auditor internal hanya berperan dalam upaya peningkatan efektifitas sistem

pengendalian intern dan merekomendasikan kepada manajemen, selanjutnya

manajemen yang melaksanakan rekomendasi sebagai jalan dalam menyajikan

informasi laporan keuangan yang berkualitas.


144

Hasil penelitian ini tidak mendukung stewardship theory, yang didasarkan

pada trust dan menitikberatkan pada pengendalian melalui sistem pengendalian

intern dan pendekatan governance yaitu menghasilkan informasi laporan

keuangan yang berkualitas. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian

dari hasil penelitian Haliah (2013) yang menyimpulkan bahwa efektivitas

pengendalian intern dapat memediasi parsial hubungan kemampuan manajemen

dan kualitas jasa audit intern dengan kualitas informasi laporan keuangan. Dan

hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Syarifudin (2014) yang

menyimpulkan SPIP tidak dapat memediasi hubungan peran auditor internal dan

kualitas laporan keuangan.

4.5.10 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Memediasi Pengaruh


Teknologi Informasi terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan

Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi

apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, dan

mengkomunikasikan informasi (Haryanto,2012). Laporan keuangan dapat

dikatakan berkualitas jika dalam penyusunan laporan keuangan seluruh akun yang

disajikan disusun secara jujur, tepat, teliti dan dengan didukung oleh bukti-bukti

yang jelas dan lengkap. Oleh karena itu untuk mengurangi ketidaktelitian dan

tingkat kesalahan para pengguna dalam penyusunan laporan keuangan, dibuatlah

sistem pengendalian informasi menggunakan teknologi informasi yang dapat

mendukung pencapaian tersebut, yaitu penerapan teknologi informasi dalam

penyusunan laporan keuangan, guna menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas.
145

Hipotesis 10 (sepuluh) yang menyatakan efektivitas sistem pengendalian

intern memediasi hubungan teknologi informasi dengan kualitas informasi laporan

keuangan diterima. Artinya, efektivitas sistem pengendalian intern merupakan

variabel yang mampu mentransmisikan pengaruh teknologi informasi terhadap

peningkatan kualitas informasi laporan keuangan. Hasil ini dapat dijelaskan

sebagai berikut ;

1. Teknologi informasi itu sendiri yaitu sistem informasi akuntansi (SAIBA dan

SIMAK-BMN) telah mengandung unsur-unsur pengendalian didalamnya

(internal cek), seperti adanya menu posting sehingga data entri dapat dipilah-

pilah sesuai dengan akun kegiatan masing-masing, adanya menu backup data

yang dapat menyimpan data sehingga apabila terjadi data lose maka akan

dapat diambil lagi. Artinya untuk menghasilkan informasi laporan keuangan

yang berkualitas maka aplikasi sistem informasi akuntansi harus melalui

sistem pengendalian intern yang baik.

2. Teknologi informasi dalam hal ini sistem informasi akuntansi (SAIBA dan

SIMAK-BMN) kerap terjadi permasalahan disebabkan karena tidak adanya

internal kontrol didalamnya serta melemahnya faktor penunjang efektivitas

sistem teknologi yang ada, seperti aplikasi tidak dapat digunakan karena tidak

sesuai versi yang terbaru. Artinya informasi laporan keuangan yang

berkualitas tidak dapat disajikan apabila pengendalian intern atas aplikasi

tersebut tidak dilakukan secara terus menerus.

Pemanfaatan teknologi informasi khususnya aplikasi SAIBA dan SIMAK-

BMN yang diterapkan dengan baik melalui sistem pengendalian intern yang
146

efektif akan berdampak pada terwujudnya informasi laporan keuangan yang

berkualitas. Temuan ini menunjukkan bahwa aplikasi SAIBA dan SIMAK-BMN

jika dipadukan dengan unsur-unsur sistem pengendalian intern yang baik akan

mampu meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern dan meningkatkan

kualitas informasi laporan keuangan.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan efektivitas sistem pengendalian intern

memediasi secara penuh pengaruh teknologi informasi terhadap kualitas informasi

laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari pengaruh langsung teknologi informasi

terhadap kualitas informasi laporan yang tidak signifikan dan berpengaruh

signifikan setelah mengontrol variabel mediator. Dengan kata lain, efek dari

variabel teknologi informasi terhadap kualitas informasi laporan keuangan benar-

benar ditransmisikan dengan bantuan variabel efektivitas sistem pengendalian

inten. Hal ini juga menunjukkan kondisi kualitas informasi laporan keuangan

benar-benar menyerap efek positif dari teknologi informasi. Hasil ini

menunjukkan bahwa efektivitas sistem pengendalian intern merupakan pemediasi

yang baik bagi pengaruh teknologi informasi dengan kualitas informasi laporan

keuangan.

4.6 Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh positif dari

kemampuan manajemen, peran auditor internal dan teknologi informasi, terhadap

efektifitas sistem pengendalian intern dan kualitas informasi laporan keuangan.

Selain itu efektivitas sistem pengendalian intern sebagai variabel intervening

mampu memediasi pengaruh kemampuan manajemen dan teknologi informasi,


147

terhadap kualitas informasi laporan keuangan pada satuan kerja Badan Pusat

Statistik di Wilayah NTB.

1. Secara Teoretis, hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam mendukung

implementasi stewardship theory pada organisasi sektor publik khususnya

pemerintahan. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa asumsi dari teori

stewardship terpenuhi diantaranya :

a. Manajemen sebagai steward (pelayan/penerima amanah/pengelola). Hasil

penelitian ini menunjukkan pada umumnya manajemen unit satuan kerja

telah bertindak sebagai steward, termotivasi pada sasaran utama yaitu

kepentingan organisasi. Hal ini di tunjukkan oleh nilai yang tinggi

bahwa pada umumnya variabel kemampuan manajemen mampu

mempengaruhi secara positif kualitas informasi laporan keuangan.

Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah satu tujuan

organisasi.

b. Asumsi governance menggunakan pendekatan sosiologi dan psikologi.

Hasil penelitian ini memenuhi asumsi governance dengan pendekatan

sosiologi dan psikologi. Asumsi governance ditunjukkan dengan nilai

yang baik pada variabel efektivitas sistem pengendalian intern dan

kualitas informasi laporan keuangan. Pendekatan sosiologi ditunjukkan

pada saat analisis variabel efektivitas sistem pengendalian intern

menunjukkan nilai yang tinggi. Demikian juga asumsi psikologi

terpenuhi ditunjukkan variabel kemampuan manajemen berupa

motivasi dan pengarahan pimpinan dalam melaksanakan fungsi-fungsi


148

manajemen menunjukkan nilai yang baik.

c. Model manusia, berprilaku kolektif untuk kepentingan organisasi. Hasil

penelitian ini menunjukkan asumsi model of man, berperilaku kolektif

untuk kepentingan organisasi terpenuhi. Terbukti, manajemen dan

auditor internal secara kolektif dan kooperatif mengarahkan semua

kemampuannya dan perannya. Tujuannya, agar kepentingan organisasi

terpenuhi yaitu mengefektifkan sistem pengendalian intern untuk

menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas.

d. Motivasi pimpinan sejalan dengan tujuan principal. Hasil penelitian ini

menunjukkan asumsi motivasi pimpinan sejalan dengan tujuan principal

terpenuhi, yaitu meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern dan

menghasilkan informasi laporan keuangan kualitas.

e. Kepentingan manajer-principal adalah konvergensi. Hasil penelitian ini

menunjukkan asumsi konvergensi dari teori stewardship terpenuhi.

Terbukti manajemen dan auditor internal mempunyai tujuan yang sama

dengan principal yaitu mampu meningkatkan efektivitas sistem

pengendalian intern dan kualitas informasi laporan keuangan.

f. Struktur berupa fasilitasi dan pemberdayaan. Hasil penelitian ini

menunjukkan asumsi fasilitasi dan pemberdayaan terpenuhi. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai yang tinggi secara umum pada variabel efektivitas

sistem pengendalian intern sehingga mampu berfungsi sebagai sistem

yang menfasilitasi dan memberdayakan untuk menghasilkan laporan

keuangan yang berkualitas. Hasil tersebut ditunjukkan oleh pengaruh


149

kemampuan manajemen berpengaruh positif terhadap kualitas informasi

laporan keuangan melalui efektivitas sistem pengendalian intern.

g. Sikap pemilik mempertimbangkan risiko. Hasil penelitian ini

menunjukkan asumsi pertimbangan risiko terpenuhi. Hasil ini terbukti,

memperlihatkan nilai yang baik pada saat analisis efektivitas sistem

pengendalian intern khususnya analisis risiko.

h. Hubungan principal-manajemen saling percaya. Hasil penelitian ini

menunjukkan asumsi hubungan principal-manajemen saling percaya

terpenuhi. Terbukti, manajemen mampu memengaruhi secara langsung

kualitas informasi laporan keuangan sekalipun tidak melalui sistem

pengendalian intern. Artinya, manajemen menunjukkan hubungan dengan

principal yakni saling percaya, karena tanpa dikontrol pun dapat

memengaruhi kualitas informasi laporan keuangan.

Hasil penelitian ini juga dapat menjelaskan Technology Acceptance

Model (TAM) sebagai sistem informasi yang memberikan manfaat dan

kemudahan. Terbukti dengan aplikasi SAIBA dan SIMAK-BMN mampu

mempengaruhi secara langsung terselenggaranya informasi laporan keuangan

yang berkualitas. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menambah literature

akuntansi keuangan pemerintah untuk menambah referensi dan mendorong

dilakukannya penelitian-penelitian akuntansi sektor publik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Satuan Kerja Badan

Pusat Statistik di NTB dalam meningkatkan kualitas informasi laporan

keuangan dengan cara : 1) pimpinan perlu meningkatkan kemampuan


150

manajemennya untuk melakukan penguatan sistem pengendalian intern dalam

rangka menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas; 2)

Pimpinan harus mendorong dan membina aparatur untuk meningkatkan

kinerja dalam mengelola keuangan supaya efektif, efisien dan akuntabel

sesuai dengan SOP; 3) Pimpinan perlu mengupayakan peningkatan

kompetensi SDM dalam pemahaman akuntansi dan hal lain menyangkut

kegiatan, program, dan peraturan yang mampu mendukung efektivitas SPI.

Bagi Auditor Internal Badan Pusat Statistik agar lebih meningkatkan

perannya sebagai langkah antisipasi (early warning system) apabila ada

pemeriksaan dari pihak eksternal dengan cara : 1) melakukan pembinaan

secara rutin; 2) melakukan audit keuangan secara menyeluruh; 3) reviu atas

laporan keuangan lebih dioptimalkan; 4) perlu adanya penambahan personil

auditor untuk lebih memaksimalkan perannya mengingat banyaknya pos-pos

pemeriksaan dan cakupan wilayah kerjanya yang luas.

3. Secara kebijakan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu

pertimbangan bagi Badan Pusat Statistik dalam membuat kebijakan

khususnya terkait dengan sistem pengendalian intern serta acuan dalam

menetapkan standard operating procedure (SOP) guna meningkatkan

kualitas informasi laporan keuangan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat

digunakan oleh auditor intern (inspektorat) untuk menyusun langkah-langkah

guna lebih meningkatkan perannya dalam mendampingi satuan kerja dalam

hal pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara terutama dalam

hal pengawasan SPI dan reviu laporan keuangan, serta membantu pemerintah
151

dalam merumuskan peraturan-peraturan baru yang terkait kebijakan dalam

peningkatan efektifitas sistem pengendalian intern pemerintah, terutama

pengembangan dari teknologi Sistem Informasi Akuntansi Instansi yang

selama ini sudah ada untuk lebih memudahkan dalam penyusunan laporan

keuangan sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang

berkualitas.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pada satuan kerja

Badan Pusat Statistik (BPS) di wilayah Nusa Tenggara Barat terkait opini Wajar

Dengan Pengecualian (WDP) yang diraih oleh BPS. Penelitian ini ditinjau dari

tujuan penelitian adalah explanatory research. Jumlah sampel diambil secara

purposive sampling sebanyak 66 responden dari populasi sebanyak 131 orang,

Responden tersebut adalah orang yang terlibat dan bertanggungjawab dalam

penyusunan laporan keuangan. lnstrumen penelitian ini dalam bentuk kuesioner

dan menggunakan alat analisis Part Least Square 3.0.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

kemampuan manajemen yang baik, peran auditor internal yang baik, pemanfaatan

teknologi informasi yang baik, dan sistem pengendalian intern yang efektif dapat

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatkan kualitas informasi laporan

keuangan. Akan tetapi masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi

peningkatan kualitas informasi laporan keuangan diluar dari variabel dalam

penelitian ini. Hasil lain dari penelitian ini adalah efektivitas sistem pengendalian

intern sebagai variabel pemediasi mampu memediasi secara parsial pengaruh

kemampuan manajemen dan memediasi penuh pengaruh teknologi informasi

terhadap kualitas informasi laporan keuangan serta tidak memberikan efek

152
153

mediasi terhadap pengaruh peran auditor internal terhadap kualitas informasi

laporan keuangan. Artinya masih banyak variabel lain yang dapat menjadi

pemediasi bagi pengaruh kemampuan manajemen, dan peran auditor internal

terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat

dikemukanan untuk peningkatan efektivitas sistem pengendalian intern dan

kualitas informasi laporan keuangan sebagai berikut :

1. Terkait dengan kemampuan manajemen, maka setiap pegawai yang

memegang jabatan harus memiliki kompetensi yang memadai terutama

terkait dengan kemampuan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen

dan senantiasa meningkatkan kemampuannya. Pimpinan harus

memberikan contoh kepemimpinan yang baik bagi bawahannya, supaya

bawahan dapat mengambil contoh dan menerapkan apa yang telah

dilakukan atasan sehingga terjalin tata kelola yang baik dilingkungan

kerjanya.

2. Auditor internal perlu meningkatkan kemampuannya karena perannya

sangat penting dalam menilai efektivitas sistem pengendalian intern satuan

kerja dan memberikan saran perbaikan terhadap kemungkinan resiko yang

dihadapi oleh satuan kerja. Selain itu jumlah auditor perlu ditingkatkan

terkait belum secara rutin satuan kerja di periksa setiap tahun.

3. Dalam rangka peningkatan efektivitas sistem pengendalian intern maka


154

perlu adanya pemahaman terhadap sistem pengendalian intern yang

kurang, pembinaan moral dan mental, sehingga perlu adanya sosialisasi

maupun membuat atribut-atribut yang menekankan pentingnya sistem

pengendalian intern.

4. Dalam rangka memaksimalkan penerapan teknologi informasi, maka perlu

ditingkatkan pengendalian atas aplikasi sistem informasi akuntansi yang

dipakai dengan selalu melakukan update aplikasi kedalam versi terbaru

supaya tidak terjadi kesalahan input data. Serta menempatkan personel

yang berkompeten sebagai operator.

5. Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan

diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh pihak dan peningkatan

efektivitas sistem pengendalian intern serta selalu mengikuti perubahan

regulasi yang sering terjadi. Disamping itu perlu secara rutin

mengikutsertakan pegawai yang bertugas sebagai operator untuk

mengikuti sosialisasi maupun diklat-diklat yang diselenggarakan oleh

instansi terkait untuk lebih memaksimalkan perannya dalam mewujudkan

informasi laporan keuangan yang berkualitas

5.3 Keterbatasan dan arah penelitian mendatang

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat beberapa

keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-

keterbatasan tersebut yaitu:

1. Variabel eksogen dalam penelitian ini masih terbatas dalam menjelaskan


155

variabel endogen. Hal ini dapat dilihat dari masih terdapat 49,4% variabel lain

yang dapat mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan, dan

penelitian ini hanya menguji efektivitas sistem pengendalian intern sebagai

variabel mediasi tunggal untuk melihat pengaruh tidak langsung variabel

eksogen terhadap variabel endogen.

2. Penelitian ini tidak melibatkan input dan proses dalam menghasilkan

informasi laporan keuangan, tetapi hanya terfokus pada aspek output

(informasi laporan keuangan).

3. Model yang dipakai dalam penelitian ini hanya berdasarkan asumsi/dugaan

dari kajian teori dan beberapa penelitian sebelumnya, bukan dari model yang

sudah teruji, meskipun dilihat dari hasil uji model yang menunjukkan Q2

sebesar 0,64, artinya memiliki predictive relevance kuat.

4. Kuesioner dalam penelitian ini adalah hasil karya sendiri walaupun sudah

dilakukan uji realibilitas dan validitas tetapi masih perlu disempurnakan lebih

lanjut karena banyak indikator yang mempunyai loading factor yang lemah.

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran dapat dirumuskan dalam

penelitian mendatang adalah sebagai berikut :

1. Dapat menguji kembali pengaruh variabel yang tidak berpengaruh signifikan

dalam penelitian ini, serta dapat menambahkan variabel penelitian lain yang

belum diteliti dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya dapat mengekplorasi

variabel lain sebagai variabel mediasi dan dapat menguji beberapa variabel

sekaligus sebagai variabel intervening yang secara konseptual dapat

mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan misalnya dengan


156

menggunakan variabel regulasi, motivasi dan komitmen.

2. Pada penelitian selanjutnya dapat lebih mengeksplorasi aspek input dan

proses dalam menghasilkan output (informasi laporan keuangan) yang

berkualitas.

3. Untuk memperoleh model yang kuat disarankan supaya mengacu pada model

penelitian yang sudah teruji pada penelitian sebelumnya untuk mendapatkan

hasil yang optimal.

4. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan kuesioner dengan nilai reliabilitas

dan validitas yang lebih tinggi yang terkait dengan variabel penelitian, atau

dapat menggunakan kuesioner dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu

memperbaiki dan mengembangkan indikator pertanyaan yang ada. Disamping

itu perlu dilakukan wawancara untuk lebih mengoptimalkan hasil penelitian

dan mendalami keadaan yang sebenarnya dilapangan supaya dapat

memberikan solusi yang tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Willy dan Jogiyanto, 2015. Partial Least Square, Alternatif Structural
Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.

Aldiani, Sulani. (2010). Faktor-faktor pendukung keberhasilan penerapan


peraturan pemerintah No.24 Tahun 2005 pada pemerintah Kabupaten
Labuhan Batu. Simposium Nasional XII, Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara.

Al-Shetwi, M., Ramadili, S. M., Chowdury, T. H. S., and Sori, Z. M. 2011.


Impact of Internal Audit Function (IAF) On Financial Reporting Quality
(FRQ): Evidence from Saudi Arabia. African Journal of Business
Management Vol. 5(27): 11.189-11.198.

Anggraeni, D.T. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterandalan


Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada SKPD di Kabupaten
Sidoarjo). Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3.

Aren, Alvin A, Randal J, Beasly, dan Mark S. 2008. Auditing dan Jasa Assurance.
Edisi keduabelas. Jakarta: PT Indeks IKPI.

Argryis, C. 1973. Organization Man: Rational and Self-actualizing. Public


Administration Review. Vol. 33: 354-357.

____. 1992. Interpersonal Barriers to Decision Making: What are They? What
Damage Do They Do? What Can Be Done to Overcome Them? Harvard
Business Review. March/April, : 57–69.

Assosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). 2013. Standar Audit


Intern Pemerintah Indonesia. Jakarta.

Badan Pemeriksa Keuangan. 2016. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan


Keuangan BPS Tahun 2015.

Baron, R. M., and Kenny, D.A. 1986. The Moderator-Mediator Variable


Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and
Statistical Considerations. Journal of Personality and Social
Psychology Vol. 51 No. 56: 1173-1182.

Bastian, I. 2006. Akuntansi sektor publik suatu pengantar. Jakarta: Erlangga.

Benston, G. J. 2003. The Quality of Corporate Financial Statements and Their


Auditors Before and After Enron. Policy Analysis. No. 497: 1-29.

157
158

Block, P. 1996. Stewardship: Choosing Service Over Self-interest. Second


Edition. Revised and Expanded.Berrett-Koehler Publisher, Inc. San
Fransisco Canadian Business Review. Vol.21(2): 37.

Bungin, B, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan


Kebijakan Publik Serta ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kedua. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Cadwell, C., Hayes, L. A., Karri, R., and Bernal, P. 2008. Ethical Stewardship-
Implications for Leadership and Trust. Journal of Business Ethics No. 78:
78-153.

Carslaw, C. A. P. N., and Kaplan, S. E. 1991. An Examination of Audit Delay:


Further Evidence From New Zeland. Accounting and Business Research
Vol. 22 No. 85: 21-32.

Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission


(COSO). 2009. Internal Control – Integrated Framework. AICPA
Publication.

Creswell. J.W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Davis, Fred. D. 1986. A Technology Acceptance Model For Empirically Testing


New End-User Information Sistems. Theory And Results. Desertasi
Massachusetts Institute Of Technology.

Davis, Fred. D., Bagozzi, Richard P., Warshaw, Paul R. 1989. User Acceptance of
Computer Technology : A Comparison of Two Theoritical Model.
Management Science 35(8): 982-1003.
_________, 1989. Preceived Usefulness, Preceived of Use, and user Acceptance of
Information Technology. MIS Quarterly 13(3): 319-340.
Davis, J. H., Schoorman, F.D. and Donaldson, L. 1997. Toward a Stewardship
Theory of Management. Academy of Management Review Vol. 22 (1):
20-47.
Donaldson, L., and Davis, J. H. 1991. Stewardship Theory or Agency Theory:
CEO Covernance and Shareholders Return. Australian Journal of
Management Vol. 16(1): 49-65.
159

Doyle, J., Ge, W., Mc Vay, S. 2007. Accruals Quality and Internal Control over
Financial Reporting. The Accounting Review, forthcoming. January24,2007,
1-47.
Effendi, S. 2011. Langkah Menuju Perwujudan Good Governance dan Peningkatan
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Rakernas Akuntansi 2011.
Fowler, Floyd.J, (1986). Survey Research Method. Sage Publication, Inc.London.

Ghozali, H.Imam. 2014. Structural Equation Modeling . Metode Alternatif


Dengan Partial Least Squares (PLS). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Governmental Accounting Standard Board (GASB). 1999. Concepts Statement


No.1: Objective of Financial Reporting in Governmental Accounting
Standards Series Statement No. 34: Basic Financial Statement and
Management’s. Discussion and Analysis for State and Local
Governments, Norwalk.
Hair, J.F, Hult, G.T.M, Ringle, C.M, Sarstedt, M. 2014. A Primer On Partial Least
Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). USA: SAGE
Publications, Inc.
Haliah (2013), Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerntah Daerah dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. (Desertasi, Universitas Hasanuddin.
Makasar).

Hariyanto, Agus. (2012). Penggunaan Basis Akrual dalam Akuntansi


Pemerintahan di Indonesia. Semarang: STIE Dharma Putra.

Hofstede, G.H. 1991. Cultures and Organization. New York, NY: McGraw-Hill

Iatridis, G. 2010. International Financial Reporting Standards and the Quality of


financial Sstatement Information. International Review of Financial
Analysis 19: 193–204.

Indriantoro, N., dan Supomo, B. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk


Akuntansi & Manajemen.Yogyakarta: BPFE

Indriasari, Desi & Ertambang Nahartyo (2008). Pengaruh Kapasitas Sumber Daya
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengendalian Intern
Akuntansi terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Palembang dan Kabuppaten Ogan
Hilir). Simposium NasionalAkuntasi XI, Politeknik Negeri Sriwijaya,
Palembang.
160

Instruksi Presiden RI. 2011. Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 2011 Tentang
Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
Jakarta: Indonesia.

Karmila, Tanjung A.R, dan Darlis, Edfan. 2013. Pengaruh Kapasitas Sumber
Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian
Intern Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
(Studi Pada Pemerintah Provinsi Riau) Jurnal SOROT Vol. 9 No. 1: 25-42.

Krishnan, J. 2005. Internal Commitee Quality and Internal Control: An


Empirical Analysis. The Accounting Review. Vol. 80 No.2: 649-675.

Latan, Hengky., dan Ghozali , Imam. 2012. Partial Lest Square, Konsep, Teknik
dan Aplikasi SMARTPLS 2.0 M3 Untuk Penelitian Bisnis. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.

Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui


Akuntansi Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance. Jurnal
Akuntansi Pemerintah Vol. 2 No. 1: 1-17.

_________.2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Meilawati. 2014. Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi terhadap Pengendalian


Intern Pada Kantor AJB Bumi Putera Gorontalo. Skripsi. Universitas
Negeri Gorontalo.

McSwain, D. N., Glandon, S., and Glandon, T. A. 2008. The Theory of Planned
Behavior: an Examination of Governmental Financial Managers‘
Intentions To Modify Internal Controls For E-Services. Review of
Business Information Sistems Vol.12 No.1: 33-52.

Morgan, D., Bacon, K. G., Bunch, R., Cameron, C. D., and Deis, R. 1996.
What Middle Managers Do In Local Government: Stewardship of The
Public Trust and Limits of Reinventing Government. Public
Administration Review Vol. 56 (4): 359-366.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1. Edisi keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Nasehudin, Syatori, T., Gozali, N. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif.


Bandung: CV. Pustaka Setia.

Nassir, A., Hamid, M. A. B., Mohamad, S., and Sori, Z. M. 2001. The
Effectiveness of the Internal Auditor in Malaysia Listed Firms. Jounal of
Malaysian Institute of Accounting Vol. 14(9): 30-33.
161

Nitzl, C, Roldan, J.L, Carrion, J.C. Mediation Analysis in Partial Least Squares
Path Modeling: Helping Researchers Discuss More Sophisticated Models;
Industrial Management & Data Systems, Oktober 2016, 1-32.

Nugraheni, P., Subaweh, I., 2008. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi


Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi
Bisnis 1(13): 49-50.

Ompusunggu, H. 2002. Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap


Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern. Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol. 1,
No. 2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah. Jakarta: Indonesia.

_____. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Indonesia.

_____. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem


Pengendalian Pemerintah. Jakarta: Indonesia.

_____. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar


Akuntansi Pemerintah. Jakarta: Indonesia.

______. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Indonesia.

Podrug, N. 2011. The Strategic Role of Managerial Stewardship Behaviour for


Achieving Corporate Citizenship. Ekonomski Pregled 62(7-8): 404-420.

Raharjo, E. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam Perspektif


Akuntansi ( Agency Theory vs Steward Theory in the Accounting
Perspective). Jurnal Fokus Ekonomi. Vol.2: 1907-6304.

Ramandei, P. 2009. Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran dan Sistem


Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Manajerial. (Tesis, Universitas
Diponegoro).

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks

Rosdiana. 2010. Pengaruh SPIP dan Penerapan Good Governance Terhadap


Kinerja Pemerintah Kota Padang. ( Skripsi, Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Padang).
162

Setyowati, L., Isthika, W., Pratiwi, R.D. 2016. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Semarang. KINERJA Vol. 20 No. 2: 179-191.

Siagian, S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ketujuh. Jakarta:
Radar Jaya Offset.

Soekanto, S. 2009, Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

________. 2014. Statistika untuk Penelitian. Cetakan ke 24. Bandung: Alfabeta

________, 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif


dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Peneliti


Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sukmaningrum, T. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas


Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi empiris pada
Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang).

Sule, E.T., Saefullah, K., 2005. Pengantar Manajemen. Edisi Pertama. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Surastiani, D.P., Handayani, B.D. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 7 No. 2: 139-149.

Syarifudin, A. 2014. Pengaruh Kompetensi SDM dan Peran Audit Intern


Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan Variabel
Intervening Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Studi Empiris Pada
Pemkab Kebumen). Jurnal Fokus Bisnis Vol. 14 No. 2: 26-44.

Tarigan, N.E., Saputra, B.W., Ginting, T. 2013. Peran Internal Auditor Terhadap
Efektivitas Pengendalian Internal Process Credit Granting and Collection.
Finance & Accounting Journal Vol. 2 No. 1: 68-89.

Tunggal, A.T. 2000. Auditing Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ulum, I.M.D. 2009. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.
163

Undang-undang Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 15 tahun 2004


tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Vander Bauwhede, H. 2001. What Factors Influence Financial Statement Quality


a Frame and Some Empirical Evidence. Disampaikan pada Konferensi
The Euroconference on Financial Reporting and Regulatory Practices in
Europe, Parlermo, Italy, May 20-23.

Van Beest, F., Braam, G., and Boelens, S. 2009. Quality of Financial
Reporting: Measuring Qualitative Characteristics. Nijmegen Center for
Economics (NiCE) Working Paper 09-108. April, 1-41.

Van Slyke, D. M. 2006. Agents or Stewards: Using Theory to Understand the


Government-Nonprofit Social Service Contracting Relationship. Journal
of Public Administration Research and Theory 17: 157-187.

Verlun, M., Georgakopoulos, G., Sotiropoulos, I., and Vasileiou, K. Z. 2011.


The Sarbannes-Oxley Act and Accounting Quality: A Comprehensive
Examination. International Journal of Economics and Finance Vol. 3
No. 5: 49-64.

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Xu, H., Nord, J. H. Nord, G. D., and Lin, B. 2003. Key Issues of Accounting
Information Quality Management: Australian Case Studies. Industrial
Management and Data Sistems Vol. 103 No. 7: 461-470.
Yadnyana, I. K., dan Mertha, M. 2008. Pengaruh Kemampuan Manajemen
terhadap Kualitas Informasi Akuntansi Pada Hotel Berbintang di Bali.
Buletin Studi Ekonomi Vol. 13 No. 1: 82-91.

___________. 2009. Pengaruh Kualitas Jasa Auditor Internal Terhadap


Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Internal Pada Hotel
Bintang Empat dan Lima di Bali. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 4 No.
1: 1-13.

Yosefrinaldi. 2013. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia Dan Pemanfaatan


Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Dengan Variabel Intervening Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (Studi Empiris pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Se-Sumatera Barat). Jurnal Akuntansi Vol. 1 No. 1.

Yuliani, S., Nadirsyah, Bakar,U. 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi,


Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran
Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
164

(Studi pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal Telaah dan Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 2: 206-220.

Zamzani, F., Faiz, I.A., Mukhlis. 2015. Audit Internal Konsep dan Praktek.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

http://dwipw.wordpress.com/2010/10/24/ sistem-pengendalian-internal-sia/
diakses tanggal 12-1- 2017

http://lalulintasbisnis.weebly.com/blog/kelebihan-kekurangan-sebuah-
perencanaan-terhadap-bisnis diakses tanggal 12-1-2017.

http://poskotanews.com/2016/11/13/kejaksaan-agung-tetapkan-tiga-tersangka-
dugaan-korupsi-di-bps/ diakses tanggal 12-1-2017.

https://statistikakomputasi.wordpress.com/2010/03/18/sekilas-tentang-technology
acceptance-model-tam diakses tanggal 4-2-2016.

https://syukriy.wordpress.com/2010/01/12/pewujudan-transparansi-dan-
akuntabilitas-publik-melalui-akuntansi-sektor-publik-suatu-sarana-good-
governance/ diakses tanggal 5 maret 2017.

https://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/22/kajian-teori-kerangka-
konseptual-dan-hipotesis/amp/ diakses tanggal 5 maret 2017.
165
LAMPIRAN
Lampiran 1.

Tabel 1.1 Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Badan Pusat Statistik Tahun 2015

No. Temuan Pemeriksaan Rekomendasi


A Temuan SPI

1. BPS belum memiliki kebijakan BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS


akuntansi yang mengatur saat melalui Sestama agar membuat kebijakan akuntansi
pengakuan pendapatan dan beban yang mengatur saat pengakuan pendapatan dan
serta dokumen pencatatan beban serta dokumen pencatatan transaksi akrual
transaksi akrual
2. Penjualan Data dan Informasi di BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
Sekretariat Utama (Settama) melalui Sestama agar
Belum Dapat Dipantau Frekuensi a. Membuat data warehouse, sistem monitoring
Penjualannya Sehingga penjualan dan pengamanan raw data;
Berpotensi Tidak Terlaporkan b. Melakukan kajian dan evaluasi dalam rangka
menilai dan menyajikan raw data sebagai aset
BPS.
3. Pengendalian Internal BPS atas BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
Pengelolaan Kerjasama BPS melalui Sestama agar Menyusun suatu mekanisme
dengan Instansi Lainnya masih pengelolaan kerja sama yang menjadi acuan bagi
lemah pengelola kerja sama seluruh satker BPS agar
dimasa mendatang pelaksanaan dan
pertanggungjawaban kerja sama lebih tertib dan
sesuai ketentuan yang berlaku
4. Pendapatan pelunasan TP TGR BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
pada Laporan Keuangan BPS melalui Sestama agar menyusun SOP terkait
Tahun 2015 belum dicatat secara pelunasan TP/TGR dan petunjuk pembukuan
tepat pelunasan TP/TGR di BPS daerah dan BPS Pusat.
5. Terdapat Kelebihan Pembayaran BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
Belanja Gaji dan Tunjangan melalui Sestama agar:
Kinerja dalam Tahun 2015 a. Menarik dan menyetorkan ke kas negara
sebesar Rp74.252.903,00 dan kelebihan pembayaran gaji dan Tunjangan
Pengenaan Hukuman Disiplin senilai Rp64.223.903,00;
Tidak Efektif b. BPS melakukan rekonsiliasi internal antara
Bagian Administrasi Kepegawaian dan Bagian
Keuangan
6. Iuran BPJS Belanja Barang untuk BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
Jasa Cleaning Service/Jasa melalui Sestama agar:
Pengemudi/Teknisi Tahun 2015 a. Memperhitungkan kekurangan pemungutan
senilai Rp27.305.528,00 terlambat iuran BPJS senilai Rp5.888.370,00 dan
disetor dan Iuran BPJS yang menyetorkan ke kas negara;
ditanggung Pemberi Kerja senilai b. Mengupayakan pembayaran iuran BPJS lewat
Rp5.888.370,00 belum dipotong pemotongan SPM;
dan disetor c. Melaksanakan rekonsiliasi dengan BPJS sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
7. Pengelolaan Hibah Langsung Luar BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
Negeri Pada BPS Tahun 2015 melalui Sestama agar:
Belum Sepenuhnya Memadai a. Memerintahkan Bagian Perbendaharaan dan
subject matter untuk meningkatkan koordinasi
dan melaksanakan rekonsiliasi terkait
No. Temuan Pemeriksaan Rekomendasi
pengelolaan dan pelaporan hibah;
b. memerintahkan para pengelola hibah langsung
luar negeri di lingkungan Settama agar
menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan
usulan pengesahan dana hibah ke KPA dan
pejabat penandatangan SPM dengan
melampirkan rekening koran dan bukti
pertanggungjawaban.
8. Pengungkapan dan Penyajian BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
BMN pada Laporan Keuangan melalui Sestama agar:
BPS Tahun 2015 Kurang a. Berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan
Memadai untuk menyempurnakan aplikasi SIMAK BMN
sehingga beban penyusutan dapat tercatat
dengan tepat;
b. Menyusun pedoman proses verifikasi berjenjang
pada pengaplikasian SIMAK BMN;
c. Menerapkan amortisasi atas Aset Tak
Berwujud; dan;
d. Melakukan koreksi dan reklasifikasi atas
ketidaksesuaian klasifikasi transaksi BMN dan
reklasifikasi antar jenis aset dari intrakomptable
ke ekstrakomtable atau sebaliknya.
9. Penghapusan BMN BPS Tahun BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
2015 belum dikelola dan melalui Sestama agar:
diadministrasikan secara memadai a. Menyusun dan mensosialisasikan pedoman
penghapusan BMN sehingga BPS mempunyai
pemahaman yang sama atas nilai perolehan yang
diajukan dalam SK Penghapusan;
b. Melakukan rekonsiliasi antara SK penghapusan
dengan penghapusan BMN di Simak untuk
memastikan bahwa penghapusan BMN dari
Simak BMN telah didukung dengan SK
Penghapusan dan/atau SK Penghapusan telah
ditindaklanjuti dengan penghapusan BMN di
SIMAK.

10. Pengendalian atas pengelolaan BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS


dan pencatatan persediaan melalui Sestama agar:
pencatatan persediaan kurang a. Melakukan verifikasi dan rekonsiliasi
memadai pengiriman persediaan dari BPS Pusat ke BPS
Daerah dan/atau sebaliknya sehingga transfer
masuk persediaan sesuai dengan transfer keluar;
b. Menyempurnakan aplikasi persediaan yang
dapat merekonsiliasi antara pengelola
persediaan dan pembayarannya;
c. Melaksanakan inventarisasi fisik persediaan per
akhir periode pelaporan sesuai ketentuan yang
berlaku.
11. Akun-Akun dalam Laporan BPK merekomendasikan kepada Kepala BPS
Perubahan Ekuitas belum melalui Sestama agar menyusun pedoman
disajikan dan diungkapkan secara akuntansi terkait jenis-jenis transaksi yang
memadai mempengaruhi ekuitas.
Lampiran 2. Penelitian Terdahulu

No Peneliti/tahun Variabel Aalat uji Hasil


1 Desi Indriasari Kapasitas SDM, Regresi Pemanfaatan teknologi informasi
dan Ertambang Pemanfaatan Linear dan pengendalian intern akuntansi
Nahartyo Teknologi Informasi, Berganda memiliki pengaruh positif terhadap
(2008) Pengendalian Intern keterandalan informasi pelaporan
Akuntansi dan keuangan Pemerintah Daerah.
Ketepatwaktuan Tetapi kapasitas SDM berpengaruh
Pelaporan Keuangan negatif.
Pemda.
2 Tantriani Kompetensi SDM, Regresi Kompetensi SDM dan SPI
Sukmaningrum SPI, Faktor Eksternal Linear mempengaruhi kualitas informasi
dan Puji Harto dan Kualitas Informasi Berganda laporan keuangan pemerintah
(2011) Laporan Keuangan daerah dan diperkuat oleh faktor
Pemda eksternal diantaranya kemajuan IT,
perubahan standar pelaporan dan
perubahan regulasi pemerintah
3 Halomoan Sistem Informasi Regresi Terdapat hubungan dan pengaruh
Ompussunggu. Akuntansi, Sistem Linear positif dari penerapan sistem
( 2002) Pengendalian Intern informasi akuntansi dengan
efektivitas pelaksanaan sistem
pengendalian intern.
4 Surastiani, Kualitas SDM, Regresi Kualitas SDM dan Sistem
D.P., dan Pemanfaatan Linear Pengendalian Intern berpengaruh
Handayani, Teknologi Informasi, Berganda positif signifikan terhadap kualitas
B.D. Sistem Pengendalian informasi laporan keuangan
(2015) Intern dan Kualitas Pemerintah Daerah, sedangkan
Informasi Laporan teknologi informasi tidak
Keuangan mempunyai pengaruh terhadap
kualitas informasi laporan
keuangan Pemerintah Daerah.
5 Karmila, Kapasitas SDM, SPI, Regresi pemanfaatan TI berpengaruh
Amries Rusli pemanfaatan TI dan Linear signifikan terhadap keterandalan
Tanjung dan Keterandalan pelaporan keuangan pada Provinsi
Edfran Darlis pelaporan keuangan Riau sedangkan kapasitas SDM
(2013) Pemerintah Daerah dan pengendalian intern tidak
berpengaruh signifikan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan
6 Yosefrinaldi Kapasitas SDM, Analisis Jalur Kapasitas SDM, Pemanfaatan TI
(2013) SPIP, Pemanfaatan dengan SPSS dan SPIP berpengaruh signifikan
TI dan Kualitas positif terhadap kualitas laporan
laporan keuangan keuangan
7 Yuliani et al. Pemahaman Regresi Semua variable independen yaitu
(2010) Akuntansi, Linear Pemahaman Akuntansi,
Pemanfaatan Sistem Berganda Pemanfaatan Sistem Informasi
Informasi Keuangan Keuangan Daerah dan Peran
Daerah, Peran Internal Audit secara simultan dan
Internal Audit dan parsial berpengaruh positif
Kualitas Laporan terhadap kualitas laporan
Keuangan Pemda keuangan.
8 Meilawati et.al. Sistem Informasi Regresi Sistem informasi akuntansi
(2014) Akuntansi dan Linear berpengaruh signifikan positif
Pengendalian Intern terhadap pengendalian intern
9 Setyowati et Peran teknologi Regresi Semua variabel independen yang
al. Informasi, Linear diturunkan secara simultan
(2016) Kompetensi SDM, berpengaruh positif terhadap
Peran Internal Audit kualitas laporan keuangan. Secara
dan Kualitas Laporan parsial Peran TI tidak berpengaruh
Keuangan signifikan terhadap kualitas LK,
kompetensi sumber daya manusia
dan peran internal audit
berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan
daerah
10 Dian Tri Kualitas SDM, PLS Kualitas SDM dan pengawasan
Anggraeni Pengawasan keuangan berpengaruh positif
(2014) Keuangan, SPI, terhadap keterandalan pelaporan
Teknologi Informasi keuangan Pemda sedangkan
dan Keterandalan teknologi informasi dan
pelaporan keuangan pengendalian intern tidak
Pemda berpengaruh terhadap keterandalan
pelaporan keuangan Pemda
11 Akhmad Kompetensi SDM , SEM Kualitas SDM dan Peran Audit
Syarifudin Peran Audit Intern, internal tidak berpengaruh terhadap
2014. SPI dan Kualitas Kualitas LKPD, SPIP berpengaruh
Laporan Keuangan signifikan positif terhadap Kualitas
Pemda LKPD, Kompetensi SDM dan
Peran Audit internal berpengaruh
terhadap SPIP, SPIP dapat
memediasi pengaruh Kompetensi
SDM terhadap kualitas LKPD,
SPIP tidak memediasi pengaruh
peran audit internal terhadap
kualitas LKPD
12 McSwain, D. Manajer keuangan Regresi Keputusan manajer keuangan
N., Glandon, dan pengendalian linier memodifikasi pengendalian intern
S., and intern berpengaruh positif terhadap
Glandon. perubahan (perbaikan/efektivitas)
2008. pengendalian intern karena manajer
keuangan pemerintah daerah yakin
akan fungsi-fungsinya (sikap,
norma subyektif dan kontrol
perilaku yang dirasakan/perceived
behavioral control) mampu
memperbaiki pengendalian intern
13 Krishnan, J. Kualitas independen, Analisis Independensi dengan keahlian
2005. keahlian auditor dan regresi bidang keuangan auditor adalah
kualitas pengendalian berhubungan positif dan signifikan
intern terhadap pengendalian intern.
Signifikan ini disebabkan oleh
auditor tidak memiliki kepentingan
pribadi (independen) sehingga
mampu mengungkapkan
(disclosure) permasalahan
pengendalian intern.
14 Yadnyana, I. K. Faktor membentuk Analisis Faktor-faktor yang membentuk
2009. auditor internal dan regresi auditor internal berpengaruh secara
efektivitas penerapan signifikan terhadap efektivitas
pengendalian penerapan struktur pengendalian
internal. internal. Pengaruh yang signifikan
disebabkan oleh sebagian besar
staf auditor internal berpendidikan
yang sesuai dengan tugasnya dan
berpengalaman dalam
pekerjaannya.
15 Yadnyana, I. K., Kemampuan Regresi Hasil penelitian menunjukkan
dan Mertha, M. Manajemen dan bahwa kemampuan manajemen
2008. Kualitas Informasi berupa perencanaan dan
. Akuntansi pengorganisasian berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas
informasi. Sebaliknya kemampuan
manajemen berupa pengarahan dan
pengendalian terbukti tidak
berpengaruh terhadap kualitas
informasi akuntansi pada hotel
berbintang di Bali.
16 Nassir, A., Auditor internal dan Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi
Hamid, M. A. informasi akuntansi efektivitas fungsi audit internal
B., Mohamad, l aporan keuangan
berkontribusi cukup signifikan
S., Sori, Z. M.
2001. terhadap kualitas informasi
akuntansi. (keahlian personalia,
komitemen auditor internal,
dukungan dari komite audit dan
dewan dereksi (BOD), kinerja audit
dan integritas, efisiensi bagian
audit, kompetensi dalam bidang
audit, pengetahuan auditor intern
tentang operasi perusahaan dan
industri dan independen auditor
intern merupakan atribut yang
penting dalam meningkatkan
kualitas fungsi audit.
17 Van Beest, F., Karateristik kualitatif Regresi Temuan penelitian menunjukkan
Braam, G., and informasi akuntansi bahwa karateristik kualitatif
Boelens, S. informasi akuntansi merupakan
2009. alat pengukuran yang valid dan
dapat diandalkan untuk menilai
kualitas informasi laporan
keuangan.
18 Tarigan, N.E., Peran Auditor Internal, Regresi Hasil penelitian menunjukkan
Saputra, Efektivitas peranan internal auditor
B.W., Pengendalian Internal berpengaruh signifikan terhadap
Ginting, T.
efektifitas pengendalian internal
2013.
process credit granting and
collection di PT.X sebesar 13,9%
dan 86,1% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diteliti seperti
pendekatan risk-based audit yang
dilakukan internal auditor.
19 Haliah. 2013 Kemampuan SEM Kemampuan manajemen dan
manajemen, kualitas kualitas jasa auditor internal yang
jasa auditor internal, semakin baik akan meningkatkan
efektivitas
efektivitas pengendalian intern
pengendalian intern
dan kualitas informasi yang pada akhirnya akan
laporan keuangan meningkatkan kualitas informasi
laporan keuangan
20 Carslaw, C. A. Kontrol perusahaan Regresi Hasil penelitiannya menyatakan
P. N., and (manajemen dan bahwa perusahaan yang memiliki
Kaplan, S. E. pemilik), auditor pengendalian intern yang kuat,
1991. internal, ketepatan maka manajemen dan auditor
pelaporan keuangan intern memerlukan waktu yang
dan variabel mediasi relatif singkat dalam melakukan
adalah pengendalian penyusunan/telaah laporan
intern keuangan sehingga dapat
21 Argyris, C. Atasan dan Regresi Atasan berpengaruh
meminimalisasi signifikan
penundaan
1992. kehandalan informasi terhadap kehandalan informasi
pelaporan keuangan.
keuangan keuangan. Sedangkan bawahanlah
yang harus melaksanakan
kebijakan-kebijakan yang diambil
atasan. Jadi kualitas informasi
akuntansi laporan keuangan
tergantung pada kebijakan atasan.
Hubungan signifikan ini terjadi
karena bawahan mampu
melaksanakan kebijakan yang
dikeluarkan oleh atasan.
Lampiran 3. Peta Penelitian Terdahulu

Kualitas Jasa Kualitas Penerapan / Kompetensi Penerapan


Audit Independen Pemahaman SDM SAP
Internal Audit Internal SAKD
14
19,20 4,8,9 1,2,4,6,8,9,10,11
13

Kemampuan
Manajemen 15,19,20

18,19,20
Peran 2,6,7,8,10,11,19
Auditor
Internal 11,18
Efektifitas Sistem Kualitas Informasi
Pengendalian Intern Laporan
Keuangan
Teknologi 3,8
Informasi
1,2,6,8,10

4,9,11

13 12 14 17 10
SIA

Manajer Karakteristik
Keahlian Auditor Keuangan Kualitatif

2
Faktor Pembentuk Faktor
Pengawasan
Auditor Internal eksternal

Keterangan :

1. Indriasari dan Nahartyo (2008) 11. Syarifudin (2014)


2. Sukmaningrum dan Pujiharto (2011) 12. Mc. Swain et al. (2008)
3. Ompusunggu (2002) 13. Krishan, J. (2005)
4. Surastiani dan Handayani (2015) 14. Yadnyana dan Mertha (2008)
5. Karmila et al. (2013) 15. Yadnyana (2009)
6. Yosefrinaldi (2013) 16. Nassir et al. (2001)
7. Yuliani et l. (2010) 17. Van Beest et al. (2009)
8. Meilawati et al. (2014) 18. Tarigan et al. (2013)
9. Setyowati et al. (2016) 19. Haliah (2013)
10. Anggraeni (2014) 20. Carslaw dan Kaplan (1991)
Lampiran 4.

Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian


Operator
Satuan Kerja Badan Pejabat SAIBA dan Jumlah
No Bendahara Sampel
Pusat Statistik Struktural SIMAK- Populaasi
BMN
1 BPS Provinsi NTB 27 2 2 31 6
BPS Kabupaten
2 7 1 2 9 6
Lombok Barat
BPS Kabupaten
3 7 1 2 9 6
Lombok Tengah
BPS Kabupaten
4 7 1 2 9 6
Lombok Timur
BPS Kabupaten
5 7 1 2 9 6
Lombok Utara
BPS Kabupaten
6 7 1 2 9 6
Sumbawa
BPS Kabupaten
7 7 1 2 8 6
Sumbawa Barat
BPS Kabupaten
8 7 1 2 9 6
Dompu
9 BPS Kabupaten Bima 7 1 2 8 6

10 BPS Kota Bima 7 1 2 7 6

11 BPS Kota Mataram 7 1 2 9 6

Jumlah 97 12 22 131 66
Sumber: Subbag Kepegawaian BPS Prov.NTB
Lampiran 5.

Tabel 3.2 Pengukuran Variabel

Skala No.
No Variabel Indikator
Pengukuran Pertanyaan
1 KLK - Memiliki umpan balik, Skala 1
- Memiliki manfaat prediktif, Semantic 2
(PP.71/2010) - Sesuai dengan SAP Differential 3
- Penyajian yang jujur, 4
- Bebas dari kesalahan yang bersifat 5
material,
- Penerapan kebijakan akuntansi 6
konsisten,
- Informasi yang termuat dalam 7
laporan keuangan dapat
dibandingkan,
- Informasi laporan keuangan 8
disesuaikan dengan pemahaman para
pengguna.

2 SPI - Tersedia Job description dan SOP, Skala 9


- Pemeriksaan mendadak, Semantic 10
(PP 60/2008) - Tindakan terhadap pelanggaran, Differential 11
- Identifikasi dan analisis resiko, 12
- Perencanaan mengurangi resiko, 13
- Pengendalian fisik atas aset, 14
- Otorisasi atas transaksi, 15
- Dokumentasi yang baik. 16
- Komunikasi, 17
- Informasi tersedia tepat waktu, 18
- Tindak lanjut atas temuan audit, 19
- Evaluasi SPI 20

3 KM - Merumuskan strategi untuk mencapai Skala 21


tujuan, Semantic
Nickles, - Menetapkan indikator keberhasilan, Differential 22
McHugh - Struktur organisasi, 23
dan - Mengkoordinasikan program dan 24
McHugh kegiatan,
(1997) - Penempatan SDM pada posisi yang 25
tepat, 26
- Pengarahan dan pembinaan, 27
- Motivasi, 28
- Mengevaluasi keberhasilan, 29
- Mengambil langkah klarifikasi dan
koreksi atas penyimpangan, 30
- Membuat berbagai alternative solusi
atas masalah dalam pencapaian tujuan.
4 PAI - Pemeriksaan dan pembinaan rutin, Skala 31
- Pemeriksaan menyeluruh, Semantic 32
(SAIPI) - Memberikan keyakinan pengelolaan Differential 33
sumber daya secara ekonomis, efisien,
dan efektif,
- Membantu manajemen mengenali 34
resiko,
- Membantu menurunkan penyebab 35
penyimpangan/kesalahan yang
berulang,
- Mereviu laporan keuangan 36

5 TI - Mudah dipelajari dan dioperasikan, Skala 37


- Menambah ketrampilan Semantic 38
Davis (1989) - Penyusunan laporan lebih mudah dan Differential 39
cepat,
- Menambah produktivitas kerja, 40
- Meningkatkan efektivitas, 41
Lampiran 6.

Nomor : Mataram, Maret 2017


Lampiran :
Perihal :

Kepada Yth. Pejabat Perbendaharaan (KPA, PPK, PPSPM, Bendahara)


dan Operator SAI (SAIBA dan SIMAK-BMN)
di
Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan tugas akhir (tesis) pada Program Studi Magister Akuntansi Pascasarjana
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, bersama dengan ini saya :
Nama : Aris Wahyudi
NIM : I2F015005
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Determinan Kualitas Informasi Laporan


Keuangan Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel Intervening” pada
satuan kerja Badan Pusat Statistik di Provinsi NTB.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i berpartisipasi
dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang terlampir, dengan lengkap, jujur dan tanpa
pengaruh dari pihak manapun. Angket kuesioner ini semata-mata hanya untuk kepentingan
ilmiah, dimana kerahasiaan jawaban yang diberikan dijamin sepenuhnya.
Atas kerjasama dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktunya memberikan
informasi yang diperlukan, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

ttd

Aris Wahyudi
KUESIONER PENELITIAN

I Identitas Responden

Nama : …………………………………………………………………

Satuan Kerja : …………………………………………………………………

Jabatan : KPA PPK PPSPM Bendahara

Operator SAIBA Operator SIMAK-BMN

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Usia : < 25 th 25 - 35 th 36 - 46 th > 46 th

Masa Kerja : < 5 th 5 - 10 th > 10 th

Pangkat / Golongan : Gol II Gol III Gol IV

Pendidikan Terakhir : SLTA / Sederajat S1

Diploma S2

Latar belakang pendidikan : …………………………………………………………………

II Pernyataan
Petunjuk cara pengisian kuesioner :

Mohon kuesioner diisi sesuai dengan fakta berdasarkan pengalaman atau kondisi sebenarnya, bukan berdasarkan
perasaan subyektif dan berilah tanda (√) pada salah satu ruang yang tersedia. Jawaban anda menunjukkan
seberapa dekat penilaian anda dari kedua alternatif jawaban yang tersedia.
Misalnya : Berilah persepsi anda tentang kenyamanan bekerja menggunakan komputer

Tidak nyaman √ Sangat nyaman

Artinya : Anda cenderung merasa tidak nyaman bekerja menggunakan komputer

Tidak nyaman √ Sangat nyaman

Artinya : Anda cenderung merasa sangat nyaman bekerja menggunakan komputer


KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

1 Menurut anda, apakah informasi laporan keuangan yang dibuat dapat digunakan sebagai alat koreksi
terhadap pengelolaan anggaran pada tahun lalu ?

Tidak dapat dipakai sebagai Dapat dipakai sebagai alat


alat koreksi kejadian dimasa koreksi kejadian dimasa
lalu lalu

2 Menurut anda, apakah informasi laporan keuangan yang dibuat dapat sebagai alat untuk memprediksi
kejadian dimasa yang akan datang?

Tidak dapat sebagai alat


prediksi Dapat sebagai alat prediksi

3 Menurut anda, apakah penyajian laporan keuangan di Satker anda sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) ?

Tidak sesuai Sesuai

4 Menurut anda, apakah penggambaran transaksi-transaksi dan peristiwa dalam laporan keuangan
sudah secara jujur disajikan oleh Satker anda ?

Tidak jujur Jujur

5 Informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan yang dibuat Satker anda bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan yang bersifat material?

Tidak setuju Setuju

6 Menurut anda, bagaimana penerapan kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan di
Satker anda dari tahun ke tahun?

Tidak konsisten Konsisten

7 Menurut anda, apakah Informasi dalam laporan keuangan yang dibuat tahun anggaran sekarang dapat
dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya?

Tidak dapat dibandingkan Dapat dibandingkan

8 Menurut anda, bagaimana cara penyampaian informasi laporan keuangan yang di buat oleh Satker
anda untuk pengguna laporan keuangan?

Sukar dipahami Mudah dipahami


EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

9 Apakah Satker anda dilengkapi dengan uraian tugas (Job Description) yang jelas untuk masing-
masing pegawai dan Standard Operating Procedure (SOP) untuk semua kegiatan/pekerjaan?

Tidak ada Lengkap

10 Apakah pimpinan selalu melakukan pemeriksaan mendadak terhadap catatan akuntansi, kas, fisik,
dan barang di Satker anda ?

Tidak pernah Selalu

11 Apakah pimpinan selalu mengambil tindakan yang tegas atas pelanggaran kebijakan, prosedur dan
aturan yang berlaku di Satker anda?

Tidak pernah Selalu

12 Apakah pimpinan melakukan identifikasi dan analisis resiko secara menyeluruh terhadap
kemungkinan timbulnya pelanggaran terhadap sistem akuntansi di Satker anda?

Tidak pernah Selalu

13 Menurut anda, bagaimana perencanaan untuk mengurangi resiko pelanggaran terhadap sistem atau
prosedur akuntansi di Satker anda?

Tidak terencana dengan baik Terencana dengan baik

14 Bagaimana pendapat anda mengenai kebijakan dan prosedur pengamanan fisik atas aset di Satker
anda?

Buruk Baik

15 Apakah SPJ, SPM, SP2D, pembukuan dan bukti transaksi lainnya seluruhnya sudah diotorisasi?

Belum diotorisasi Sudah diotorisasi

16 Apakah bukti pengeluaran dari anggaran yang dikelola selalu didokumentasikan dan selalu diberi
nomor urut?

Tidak pernah Selalu

17 Apakah pimpinan selalu mengkomunikasikan setiap kegiatan yang akan dilaksanakan kepada semua
karyawan di Satker anda?

Tidak pernah Selalu


18 Apakah informasi realisasi anggaran, persediaan, penyelesaian kontrak dll, selalu disediakan tepat
waktu sehingga memungkinkan dilakukan tindakan koreksi secara cepat apabila terjadi kesalahan
prosedur di satker anda?

Tidak tepat waktu Tepat waktu

19 Bagaimana status tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan (audit) di Satker anda?

Tidak ditindak lanjuti Sudah ditindak lanjuti

20 Bagaimana pendapat anda mengenai upaya peningkatan sistem pengendalian intern di Satker anda
sehingga dapat menghasilkan informasi yang berkualitas?

Tidak efektif Efektif

KEMAMPUAN MANAJEMEN

21 Menurut anda, bagaimana langkah-langkah strategis yang telah disusun oleh manajemen (pimpinan)
untuk mencapai misi dan tujuan organisasi dalam hal ini menghasilkan informasi laporan keuangan
yang berkualitas?

Buruk Baik

22 Menurut anda, bagaimana kemampuan manajemen (pimpinan) dalam merumuskan indikator-


indikator untuk mengukur keberhasilan program/kegiatan dalam Satker anda?

Buruk Baik

23 Menurut anda, bagaimana struktur organisasi yang ada saat ini di Satker anda ?

Tidak efektif Efektif

24 Menurut anda, bagaimana kemampuan manajemen didalam mengkoordinasikan setiap program dan
kegiatan yang ada pada setiap bidang dan bagian sehingga dapat menunjang terwujudnya informasi
laporan keuangan yang berkualitas?

Tidak baik Baik

25 Menurut anda, apakah manajemen (pimpinan) telah menempatkan SDM sesuai dengan kepatutan dan
kelayakan yang dimiliki ?

Tidak sesuai Sesuai

26 Menurut anda, apakah pimpinan selalu memberikan pembinaan, bimbingan, arahan kepada seluruh
karyawan pada Satker anda?

Jarang Selalu
27 Menurut anda, apakah penghargaan yang diberikan oleh pimpinan atas prestasi personil pada Satker
anda memotivasi kinerja personil lainnya?

Tidak memotivasi Memotivasi

28 Menurut anda, apakah pimpinan selalu mengevaluasi keberhasilan kegiatan termasuk opini yang
diraih oleh Satker anda saat ini?

Jarang Selalu

29 Menurut anda, bagaimana langkah koreksi dan klarifikasi yang dilakukan manajemen Satker anda
ketika mendapat degradasi opini ?

Lambat Cepat

30 Bagaimana sikap anda, terhadap berbagai alternatif solusi, inovasi dan perubahan yang saat ini
dilakukan Satker anda untuk memenuhi target meraih opini WTP kembali ?

Pesimis Optimis

PERAN AUDITOR INTERNAL

31 Apakah Internal auditor (Inspektorat) rutin melakukan pemeriksaan dan pembinaan di satker anda?

Tidak pernah Rutin

32 Apakah dalam pemeriksaan kewajaran dokumen, bukti transaksi, catatan dan laporan diperiksa
menyeluruh oleh auditor internal (inspektorat)?

Tidak diperiksa seluruhnya Diperiksa seluruhnya

33 Menurut anda, apakah Auditor intern (inspektorat) mampu memberikan keyakinan bahwa Satker
anda mengelola sumber daya secara ekonomis, efektif dan efisien ?

Tidak mampu Mampu

34 Menurut anda, apakah Auditor intern (inspektorat) membantu dan membimbing manajemen dalam
mengenali resiko-resiko yang sekiranya dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi pada Satker
anda?

Tidak membantu Membantu

35 Menurut anda, apakah pemeriksaan dan pembinaan dari inspektorat yang dilakukan di Satker anda
membantu menurunkan penyebab dan tingkat kesalahan / penyimpangan yang sama setiap tahunnya
dalam pengelolaan keuangan dan barang milik negara?

Tidak membantu Membantu


36 Apakah auditor intern (inspektorat) selalu mereviu laporan keuangan pada Satker anda?

Tidak pernah Selalu

TEKNOLOGI INFORMASI

37 Apakah aplikasi SAIBA dan SIMAK BMN mudah dipelajari dan dioperasikan oleh pengguna?

Sukar Mudah

38 Penggunaan aplikasi SAIBA dan SIMAK BMN secara kontinyu akan menambah ketrampilan
pengguna dalam menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas?

Tidak setuju Setuju

39 Aplikasi SAIBA dan SIMAK BMN membantu penyusunan laporan keuangan jadi lebih mudah dan
cepat di Satker anda?

Tidak membantu Membantu

40 Apakah aplikasi SAIBA dan SIMAK BMN dapat menambah produktivitas kerja penyusun laporan
keuangan di Satker anda?

Tidak menambah produktivitas Menambah produktivitas


kerja kerja

41 Apakah aplikasi SAIBA dan SIMAK BMN membantu meningkatkan efektivitas penyusunan laporan
keuangan di Satker anda, sehingga LK selesai tepat waktu?

Tidak membantu Membantu


Lampiran 7: Karakteristik Responden

Latar Belakang
Usia (th) Jenis Kelamin Masa Kerja (th) Jabatan Pendidikan Terakhir
Pendidikan
No. Resp
PP OP. OP. S1
< 25 25-35 36-46 >46 L P <5 5-10 11-20 > 20 KPA PPK BEND SMA D1 D3 S2 Ak Non Ak
SPM SAIBA BMN /DIV
1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1
Latar Belakang
Usia (th) Jenis Kelamin Masa Kerja (th) Jabatan Pendidikan Terakhir
Pendidikan
No. Resp
PP OP. OP. S1
< 25 25-35 36-46 >46 L P <5 5-10 11-20 > 20 KPA PPK BEND SMA D1 D3 S2 Ak Non Ak
SPM SAIBA BMN /DIV
35 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1 1
51 1 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1 1
53 1 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1 1
60 1 1 1 1 1 1
61 1 1 1 1 1 1
62 1 1 1 1 1 1
63 1 1 1 1 1 1
64 1 1 1 1 1 1
65 1 1 1 1 1 1
66 1 1 1 1 1 1
67 1 1 1 1 1 1
68 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 1 25 16 24 43 23 8 19 17 22 11 11 11 11 11 11 11 1 3 45 6 0 66
Lampiran 8: Penilaian responden atas Kemampuan Manajemen

No
responden X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Jumlah Mean
1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 70 7
2 6 6 6 4 5 6 5 6 5 5 54 5,4
3 5 5 6 5 5 7 5 5 5 6 54 5,4
4 6 6 5 5 5 6 5 5 6 6 55 5,5
5 7 6 7 6 4 6 7 7 5 7 62 6,2
6 6 5 6 5 4 5 5 6 6 6 54 5,4
7 5 6 6 6 4 6 6 6 5 7 57 5,7
8 6 6 7 6 5 5 5 5 6 6 57 5,7
9 5 5 6 6 5 6 5 5 5 5 53 5,3
10 6 5 6 5 5 6 6 6 6 7 58 5,8
11 5 6 6 6 5 7 6 6 6 5 58 5,8
12 6 6 5 6 5 7 5 6 6 6 58 5,8
13 4 4 6 6 6 6 4 5 5 7 53 5,3
14 6 6 6 4 5 6 5 6 6 5 55 5,5
15 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 59 5,9
16 5 5 5 6 5 5 5 5 5 6 52 5,2
17 6 6 6 6 5 6 6 6 6 6 59 5,9
18 6 6 5 6 4 5 4 5 6 6 53 5,3
19 6 6 6 6 5 5 6 6 6 6 58 5,8
20 6 6 6 5 5 6 5 6 6 7 58 5,8
21 6 6 6 6 5 6 6 6 6 6 59 5,9
22 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 3,3
23 5 5 6 5 6 5 6 5 6 7 56 5,6
24 6 6 6 5 6 6 6 6 5 5 57 5,7
25 7 7 7 6 6 6 5 6 5 5 60 6
26 5 5 6 6 5 5 6 6 5 5 54 5,4
27 7 7 7 6 6 5 5 5 5 6 59 5,9
28 6 6 6 6 6 6 7 6 7 6 62 6,2
29 6 4 6 6 6 5 6 6 6 5 56 5,6
30 7 6 6 6 7 6 7 6 6 6 63 6,3
31 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 58 5,8
32 4 5 7 5 5 5 6 5 6 6 54 5,4
33 7 5 5 7 6 5 6 6 5 7 59 5,9
34 6 7 5 6 4 5 5 6 4 5 53 5,3
No
responden X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Jumlah Mean
35 5 6 6 6 5 6 6 6 5 5 56 5,6
36 6 7 5 5 5 5 5 6 7 6 57 5,7
37 5 6 6 5 6 5 5 5 6 6 55 5,5
38 6 6 6 5 5 6 5 5 6 5 55 5,5
39 6 5 6 5 4 4 4 6 6 6 52 5,2
40 6 6 5 5 3 5 5 6 5 6 52 5,2
41 5 6 6 6 6 6 6 6 7 7 61 6,1
42 6 6 7 6 5 6 5 5 5 7 58 5,8
43 5 5 6 6 6 6 5 5 7 7 58 5,8
44 6 5 6 5 6 5 6 6 6 7 58 5,8
45 5 6 6 6 5 5 6 6 6 7 58 5,8
46 6 6 7 6 7 7 7 6 7 7 66 6,6
47 6 6 6 7 7 6 7 6 6 7 64 6,4
48 7 7 6 7 7 6 7 7 7 7 68 6,8
49 6 6 7 7 7 7 7 7 6 7 67 6,7
50 7 6 7 6 6 6 7 7 7 7 66 6,6
51 6 7 6 7 7 6 5 6 5 6 61 6,1
52 7 6 6 6 6 6 6 6 7 7 63 6,3
53 7 6 7 7 7 7 7 7 7 7 69 6,9
54 7 6 7 7 6 7 7 7 6 7 67 6,7
55 6 7 6 6 7 6 6 6 7 6 63 6,3
56 6 6 7 6 6 7 7 6 6 7 64 6,4
57 7 7 6 6 7 6 6 7 6 6 64 6,4
58 6 7 6 7 6 6 6 6 7 7 64 6,4
59 6 6 7 7 6 6 6 7 6 6 63 6,3
60 7 6 7 7 7 7 6 6 7 6 66 6,6
61 7 6 7 6 6 7 7 7 6 6 65 6,5
62 7 7 6 7 6 7 6 7 6 6 65 6,5
63 6 6 6 6 7 7 6 7 7 6 64 6,4
64 7 6 7 6 6 6 6 7 6 7 64 6,4
65 7 7 6 6 6 6 6 6 6 7 63 6,3
66 7 6 7 7 6 7 6 6 6 7 65 6,5
Jumlah 392 389 403 388 369 388 380 393 390 409
Mean 5,94 5,89 6,11 5,88 5,59 5,88 5,76 5,95 5,91 6,20
Lampiran 9: Penilaian responden atas Peran Auditor Internal

No Resp X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 Jumlah Mean


1 7 7 7 7 7 7 42 7,00
2 6 6 6 6 7 6 37 6,17
3 5 7 5 6 6 6 35 5,83
4 6 6 6 7 6 7 38 6,33
5 7 7 7 6 7 6 40 6,67
6 5 5 5 6 6 5 32 5,33
7 5 7 7 7 5 6 37 6,17
8 5 5 5 5 6 5 31 5,17
9 6 7 7 7 5 6 38 6,33
10 5 6 6 7 7 6 37 6,17
11 5 6 4 6 6 6 33 5,50
12 6 7 6 5 6 7 37 6,17
13 3 7 6 6 7 4 33 5,50
14 6 6 6 6 6 6 36 6,00
15 2 2 2 2 2 2 12 2,00
16 5 5 5 5 5 5 30 5,00
17 4 5 5 5 6 5 30 5,00
18 4 6 5 5 5 5 30 5,00
19 6 5 6 6 6 5 34 5,67
20 2 5 6 5 7 7 32 5,33
21 5 6 6 6 6 6 35 5,83
22 3 5 5 5 5 5 28 4,67
23 5 5 6 5 5 5 31 5,17
24 5 5 6 5 5 6 32 5,33
25 7 5 5 6 5 6 34 5,67
26 5 6 5 6 6 5 33 5,50
27 7 7 7 7 7 7 42 7,00
28 7 7 7 7 7 6 41 6,83
29 7 7 6 6 7 5 38 6,33
30 5 6 5 5 5 5 31 5,17
31 7 7 6 6 7 5 38 6,33
32 7 6 6 5 6 6 36 6,00
33 5 5 6 6 7 5 34 5,67
34 5 6 6 5 6 6 34 5,67
No Resp X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 Jumlah Mean
35 6 7 7 7 7 7 41 6,83
36 5 6 6 4 6 6 33 5,50
37 6 6 7 6 6 6 37 6,17
38 6 5 4 6 6 5 32 5,33
39 5 5 4 5 7 7 33 5,50
40 5 5 7 5 5 6 33 5,50
41 5 7 7 7 6 6 38 6,33
42 5 5 5 6 6 5 32 5,33
43 6 7 7 7 6 6 39 6,50
44 5 6 6 6 6 6 35 5,83
45 5 6 5 6 6 6 34 5,67
46 6 7 6 6 6 7 38 6,33
47 6 6 6 6 6 6 36 6,00
48 5 7 5 6 6 6 35 5,83
49 6 6 6 6 6 7 37 6,17
50 7 7 7 7 6 6 40 6,67
51 5 5 5 6 6 5 32 5,33
52 5 7 7 7 7 6 39 6,50
53 6 6 6 6 6 6 36 6,00
54 7 7 6 7 7 6 40 6,67
55 6 6 6 6 6 6 36 6,00
56 5 7 5 6 7 5 35 5,83
57 5 7 7 5 6 7 37 6,17
58 6 7 6 6 6 6 37 6,17
59 6 7 6 7 7 6 39 6,50
60 5 7 6 7 7 5 37 6,17
61 5 7 6 7 7 6 38 6,33
62 6 7 5 6 7 6 37 6,17
63 6 7 6 6 6 5 36 6,00
64 5 7 6 7 7 6 38 6,33
65 6 7 6 7 6 6 38 6,33
66 7 7 5 7 7 7 40 6,67
Jumlah 360 406 383 394 404 382
Mean 5,45 6,15 5,80 5,97 6,12 5,79
Lampiran 10: Penilaian responden atas Teknologi Informasi

No Resp X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 Jumlah Mean


1 7 7 7 7 7 35 7
2 6 6 7 6 6 31 6,2
3 4 4 4 4 4 20 4
4 4 6 5 6 5 26 5,2
5 6 6 6 6 7 31 6,2
6 6 5 7 7 7 32 6,4
7 6 5 6 5 5 27 5,4
8 5 6 6 5 5 27 5,4
9 5 5 5 5 5 25 5
10 6 7 6 7 6 32 6,4
11 5 6 6 6 6 29 5,8
12 6 7 6 6 6 31 6,2
13 6 7 7 7 7 34 6,8
14 6 6 7 6 6 31 6,2
15 6 6 6 6 6 30 6
16 6 6 6 6 6 30 6
17 6 6 6 6 6 30 6
18 5 5 5 5 6 26 5,2
19 5 6 6 6 6 29 5,8
20 6 6 7 6 7 32 6,4
21 6 6 6 6 6 30 6
22 5 5 5 5 5 25 5
23 5 7 6 6 6 30 6
24 6 6 6 6 6 30 6
25 5 4 4 5 6 24 4,8
26 5 3 5 4 4 21 4,2
27 6 7 6 3 5 27 5,4
28 5 5 6 7 5 28 5,6
29 6 4 5 5 5 25 5
30 5 6 5 7 5 28 5,6
31 6 4 5 6 6 27 5,4
32 6 5 6 7 5 29 5,8
33 5 5 5 6 6 27 5,4
34 5 6 5 7 7 30 6
No Resp X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 Jumlah Mean
35 6 6 7 6 6 31 6,2
36 7 6 7 6 6 32 6,4
37 6 6 6 6 6 30 6
38 5 5 6 5 6 27 5,4
39 6 5 6 6 5 28 5,6
40 4 6 5 6 6 27 5,4
41 6 6 6 6 6 30 6
42 5 6 6 6 6 29 5,8
43 5 6 5 5 5 26 5,2
44 6 7 6 7 6 32 6,4
45 5 6 6 6 6 29 5,8
46 6 7 6 6 6 31 6,2
47 6 6 7 6 6 31 6,2
48 5 6 7 7 7 32 6,4
49 5 6 5 6 6 28 5,6
50 6 6 6 6 7 31 6,2
51 6 6 7 7 7 33 6,6
52 6 6 6 6 6 30 6
53 5 6 6 6 6 29 5,8
54 5 6 6 6 7 30 6
55 6 6 6 6 6 30 6
56 5 5 5 6 6 27 5,4
57 6 5 6 7 6 30 6
58 5 6 6 6 6 29 5,8
59 6 6 5 6 6 29 5,8
60 5 6 6 7 6 30 6
61 5 5 6 6 6 28 5,6
62 5 6 6 6 6 29 5,8
63 5 6 5 5 6 27 5,4
64 6 6 7 6 7 32 6,4
65 6 6 6 6 7 31 6,2
66 7 7 7 7 7 35 7
Jumlah 366 381 389 393 393
Mean 5,55 5,77 5,89 5,95 5,95
Lampiran 11: Penilaian responden atas Efektivitas Sistem Pengendalian Intern

No Resp Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Jumlah Mean
1 7 6 7 7 7 7 7 7 7 6 7 7 82 6,83
2 4 5 6 5 5 6 6 6 5 5 5 7 65 5,42
3 6 4 4 4 5 4 6 4 4 4 5 6 56 4,67
4 6 3 5 5 5 6 6 6 6 6 5 6 65 5,42
5 7 7 6 6 6 6 7 7 7 6 6 7 78 6,50
6 5 5 6 6 5 6 5 6 5 5 5 5 64 5,33
7 4 4 5 5 6 6 6 5 6 6 6 7 66 5,50
8 6 6 5 6 5 5 6 6 7 6 5 6 69 5,75
9 4 4 5 5 6 5 5 5 6 6 6 7 64 5,33
10 6 5 6 6 6 5 6 5 6 5 6 6 68 5,67
11 4 5 5 5 5 6 5 6 5 5 5 6 62 5,17
12 6 6 5 5 5 5 6 5 6 6 5 6 66 5,50
13 7 3 7 5 2 3 4 7 5 7 7 7 64 5,33
14 5 5 6 5 5 6 6 6 5 5 5 6 65 5,42
15 5 5 3 1 6 6 5 5 6 5 5 5 57 4,75
16 5 5 5 5 6 6 6 6 6 5 5 5 65 5,42
17 6 5 5 6 5 6 6 6 6 6 6 6 69 5,75
18 5 4 5 4 5 5 6 4 4 6 5 6 59 4,92
19 6 5 6 6 6 6 7 6 6 6 6 6 72 6,00
20 5 5 6 6 5 6 7 6 7 7 5 7 72 6,00
21 7 5 6 6 5 6 6 6 6 5 6 6 70 5,83
22 5 3 3 3 4 5 5 5 3 6 6 5 53 4,42
23 7 3 4 3 7 6 7 5 6 5 5 4 62 5,17
24 5 5 5 5 6 6 6 6 5 5 5 5 64 5,33
25 5 4 6 6 6 5 6 6 5 5 7 5 66 5,50
26 5 6 7 6 7 6 7 6 7 6 5 6 74 6,17
27 6 6 5 5 6 6 6 5 6 5 5 6 67 5,58
28 5 6 6 6 7 6 5 6 6 6 5 6 70 5,83
29 6 6 7 6 6 6 6 6 7 6 6 6 74 6,17
30 5 5 6 6 7 6 5 5 6 6 5 6 68 5,67
31 6 5 6 5 6 5 6 5 6 5 6 5 66 5,50
32 6 5 5 5 6 5 5 6 6 6 5 5 65 5,42
33 5 6 6 6 6 5 6 6 5 6 6 5 68 5,67
34 5 5 7 5 6 5 6 6 5 6 6 5 67 5,58
35 5 6 7 6 5 5 6 6 6 5 5 6 68 5,67
36 5 4 5 5 6 6 6 6 6 6 5 6 66 5,50
No Resp Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Jumlah Mean
37 5 6 7 7 5 7 7 7 5 5 7 6 74 6,17
38 6 7 6 7 5 7 7 7 6 5 5 5 73 6,08
39 5 6 5 5 6 5 7 5 5 6 5 5 65 5,42
40 7 6 7 6 6 7 7 7 6 7 7 6 79 6,58
41 6 7 7 7 6 6 6 7 6 6 6 7 77 6,42
42 7 6 7 6 7 7 6 6 7 6 7 6 78 6,50
43 6 7 7 7 6 7 7 7 6 6 6 7 79 6,58
44 6 7 6 6 6 7 6 7 6 7 7 7 78 6,50
45 7 7 7 7 7 6 7 6 7 7 6 7 81 6,75
46 7 6 7 7 7 7 6 7 6 6 6 7 79 6,58
47 7 7 6 7 7 6 6 6 7 7 5 6 77 6,42
48 7 7 7 7 7 7 6 7 7 7 5 6 80 6,67
49 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 7 7 79 6,58
50 6 7 6 6 6 6 7 7 7 6 5 7 76 6,33
51 7 7 6 6 7 6 7 6 7 7 5 6 77 6,42
52 6 7 7 7 6 6 6 7 6 6 6 6 76 6,33
53 7 6 6 6 7 7 7 7 6 6 6 6 77 6,42
54 7 7 7 6 7 6 6 7 7 7 5 6 78 6,50
55 7 7 6 7 6 7 6 7 6 7 7 7 80 6,67
56 7 7 7 6 6 6 7 7 6 7 5 6 77 6,42
57 6 6 6 6 7 6 6 6 6 7 7 7 76 6,33
58 7 6 7 7 6 6 6 6 6 6 6 7 76 6,33
59 6 7 7 6 6 7 7 6 7 7 6 7 79 6,58
60 7 7 7 7 7 7 6 7 6 6 5 6 78 6,50
61 7 7 7 7 7 6 7 7 7 7 6 7 82 6,83
62 7 7 6 7 7 6 6 7 7 6 7 7 80 6,67
63 6 6 7 6 6 7 6 6 7 7 7 7 78 6,50
64 7 6 6 7 7 7 6 7 6 6 7 7 79 6,58
65 6 6 7 6 6 6 7 6 6 7 7 7 77 6,42
66 6 7 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 75 6,25
Jumlah 392 376 396 382 394 393 405 402 395 394 381 406
Mean 5,94 5,70 6,00 5,79 5,97 5,95 6,14 6,09 5,98 5,97 5,77 6,15
Lampiran 12: Penilaian responden atas Kualitas Informasi Laporan Keuangan

No Resp Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6 Y2.7 Y2.8 Jumlah Mean
1 7 7 7 7 7 7 7 7 56 7,00
2 6 6 6 6 6 6 6 6 48 6,00
3 5 5 4 5 5 6 5 6 41 5,13
4 5 5 5 6 5 6 6 5 43 5,38
5 7 6 7 7 7 7 7 7 55 6,88
6 5 6 7 7 7 7 7 6 52 6,50
7 5 5 5 7 6 6 7 5 46 5,75
8 6 6 5 6 5 5 5 5 43 5,38
9 4 5 5 7 6 6 7 5 45 5,63
10 6 6 6 6 6 5 6 6 47 5,88
11 6 6 6 5 6 6 7 5 47 5,88
12 4 6 6 6 6 5 6 6 45 5,63
13 5 4 7 5 5 6 6 2 40 5,00
14 6 6 6 6 6 6 6 6 48 6,00
15 6 6 6 6 6 6 6 5 47 5,88
16 5 5 6 6 6 5 6 6 45 5,63
17 5 6 6 6 5 6 6 6 46 5,75
18 6 6 6 7 6 6 6 6 49 6,13
19 5 6 6 6 6 6 6 5 46 5,75
20 5 6 7 6 7 6 6 7 50 6,25
21 6 6 6 6 6 6 6 6 48 6,00
22 5 4 5 5 6 5 5 5 40 5,00
23 6 5 6 7 5 6 7 7 49 6,13
24 5 6 6 6 6 6 6 6 47 5,88
25 5 6 6 6 5 5 5 5 43 5,38
26 5 6 4 5 5 3 5 5 38 4,75
27 7 7 5 7 6 7 6 6 51 6,38
28 7 7 5 6 5 5 6 6 47 5,88
29 6 6 5 5 6 4 5 5 42 5,25
30 5 5 5 5 5 6 5 6 42 5,25
31 6 6 6 5 6 4 5 5 43 5,38
32 6 5 5 6 6 5 6 6 45 5,63
33 6 6 6 5 5 5 5 5 43 5,38
34 6 5 7 6 5 6 5 5 45 5,63
35 6 6 6 6 5 5 6 5 45 5,63
No Resp Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6 Y2.7 Y2.8 Jumlah Mean
36 5 6 6 6 5 6 6 4 44 5,50
37 5 6 6 5 5 3 5 5 40 5,00
38 6 6 6 4 5 6 6 4 43 5,38
39 6 5 5 6 6 6 6 6 46 5,75
40 7 5 6 7 6 6 7 2 46 5,75
41 7 6 6 7 6 6 7 7 52 6,50
42 6 6 6 6 7 7 7 7 52 6,50
43 7 7 5 7 6 6 7 7 52 6,50
44 6 6 6 6 6 7 6 6 49 6,13
45 6 7 6 7 6 6 7 7 52 6,50
46 7 7 6 6 6 7 6 6 51 6,38
47 6 6 6 6 6 6 6 6 48 6,00
48 7 7 7 7 7 6 7 6 54 6,75
49 7 7 6 6 7 6 6 7 52 6,50
50 7 6 7 7 7 7 7 7 55 6,88
51 7 6 7 7 7 7 7 6 54 6,75
52 7 7 6 7 6 6 7 7 53 6,63
53 7 7 6 6 6 7 7 7 53 6,63
54 6 7 7 6 6 7 7 7 53 6,63
55 6 7 6 7 6 7 6 7 52 6,50
56 7 6 6 6 7 6 6 7 51 6,38
57 6 7 6 7 6 6 6 6 50 6,25
58 6 6 6 6 6 7 7 6 50 6,25
59 6 7 6 7 7 7 6 7 53 6,63
60 7 6 6 6 7 6 6 6 50 6,25
61 7 6 6 7 6 6 7 6 51 6,38
62 6 6 6 6 6 6 7 6 49 6,13
63 7 6 6 6 6 6 6 7 50 6,25
64 6 7 7 6 6 6 6 6 50 6,25
65 7 6 7 6 6 7 7 7 53 6,63
66 7 7 7 7 7 7 6 7 55 6,88
Jumlah 396 397 393 405 393 392 407 387
Mean 6,00 6,02 5,95 6,14 5,95 5,94 6,17 5,86
Lampiran 13 Hasil Output PLS3.0

1. Hasil Output PLS Algoritm Running I

R Square
R Square
R Square
Adjusted
ESPI 0.776 0.766
KILK 0.496 0.463

Construct Reliability and Validity


Average
Cronbach's Composite Variance
rho_A
Alpha Reliability Extracted
(AVE)
ESPI 0.913 0.923 0.927 0.517
KILK 0.883 0.895 0.907 0.554
KM 0.813 0.871 0.855 0.395
PAI 0.815 0.751 0.845 0.487
TI 0.910 0.967 0.931 0.732

Discriminant Validity

Fornell-Larcker Criterion

ESPI KILK KM PAI TI


ESPI 0.719
KILK 0.687 0.744
KM 0.841 0.656 0.629
PAI 0.523 0.394 0.440 0.698
TI 0.542 0.386 0.424 0.209 0.856
Outer Loadings
ESPI KILK KM PAI TI
X1.1 0.668
X1.10 0.841
X1.2 0.602
X1.3 0.809
X1.4 0.264
X1.5 0.368
X1.6 0.524
X1.7 0.695
X1.8 0.820
X1.9 0.384
X2.1 0.766
X2.2 0.632
X2.3 0.805
X2.4 0.839
X2.5 0.636
X2.6 0.418
X3.1 0.881
X3.2 0.672
X3.3 0.922
X3.4 0.864
X3.5 0.916
Y1.1 0.694
Y1.10 0.582
Y1.11 0.586
Y1.12 0.825
Y1.2 0.572
Y1.3 0.814
Y1.4 0.842
Y1.5 0.806
Y1.6 0.612
Y1.7 0.704
Y1.8 0.738
Y1.9 0.774
Y2.1 0.758
Y2.2 0.793
Y2.3 0.634
Y2.4 0.782
Y2.5 0.917
Y2.6 0.698
Y2.7 0.720
Y2.8 0.606
Cross Loadings
ESPI KILK KM PAI TI
X1.1 0.596 0.442 0.668 0.187 0.401
X1.10 0.660 0.544 0.841 0.320 0.284
X1.2 0.591 0.192 0.602 0.299 0.385
X1.3 0.751 0.543 0.809 0.458 0.284
X1.4 0.112 0.188 0.264 0.305 0.066
X1.5 0.242 0.073 0.368 0.293 0.217
X1.6 0.509 0.475 0.524 0.277 0.164
X1.7 0.492 0.308 0.695 0.201 0.144
X1.8 0.671 0.689 0.820 0.273 0.479
X1.9 0.202 0.245 0.384 0.329 0.003
X2.1 0.437 0.282 0.401 0.766 0.218
X2.2 0.051 0.211 0.141 0.632 -0.206
X2.3 0.430 0.327 0.283 0.805 0.179
X2.4 0.328 0.290 0.264 0.839 0.005
X2.5 0.407 0.218 0.385 0.636 0.283
X2.6 -0.057 -0.152 -0.001 0.418 -0.112
X3.1 0.603 0.478 0.504 0.283 0.881
X3.2 0.366 -0.008 0.289 0.151 0.672
X3.3 0.459 0.278 0.349 0.140 0.922
X3.4 0.354 0.254 0.261 0.101 0.864
X3.5 0.457 0.431 0.335 0.166 0.916
Y1.1 0.694 0.599 0.561 0.645 0.128
Y1.10 0.582 0.244 0.326 0.460 0.250
Y1.11 0.586 0.557 0.551 0.409 0.138
Y1.12 0.825 0.651 0.724 0.545 0.257
Y1.2 0.572 0.322 0.523 0.137 0.540
Y1.3 0.814 0.637 0.682 0.285 0.731
Y1.4 0.842 0.534 0.650 0.199 0.613
Y1.5 0.806 0.611 0.714 0.497 0.297
Y1.6 0.612 0.271 0.689 0.391 0.177
Y1.7 0.704 0.536 0.591 0.298 0.565
Y1.8 0.738 0.422 0.583 0.233 0.560
Y1.9 0.774 0.293 0.531 0.422 0.348
Y2.1 0.658 0.758 0.448 0.449 0.335
Y2.2 0.537 0.793 0.519 0.263 0.448
Y2.3 0.257 0.634 0.333 0.150 -0.012
Y2.4 0.579 0.782 0.473 0.423 0.209
Y2.5 0.582 0.917 0.593 0.295 0.398
Y2.6 0.374 0.698 0.455 0.176 0.124
Y2.7 0.454 0.720 0.360 0.306 0.207
Y2.8 0.489 0.606 0.633 0.187 0.387
2. Hasil Output PLS Algoritm Running II

R Square
R Square
R Square
Adjusted
ESPI 0.720 0.706
KILK 0.506 0.474

Construct Reliability and Validity


Average
Cronbach's Composite
rho_A Variance
Alpha Reliability
Extracted (AVE)
ESPI 0.911 0.919 0.929 0.654
KILK 0.884 0.888 0.915 0.683
KM 0.836 0.836 0.902 0.754
PAI 0.792 0.802 0.878 0.705
TI 0.922 0.936 0.945 0.810

Discriminant Validity

Fornell-Larcker Criterion

ESPI KILK KM PAI TI


ESPI 0.808
KILK 0.674 0.827
KM 0.783 0.638 0.868
PAI 0.398 0.403 0.362 0.840
TI 0.589 0.415 0.396 0.157 0.900
Cross Loadings
ESPI KILK KM PAI TI
X1.10 0.655 0.489 0.907 0.282 0.270
X1.3 0.734 0.520 0.825 0.421 0.281
X1.8 0.645 0.642 0.871 0.234 0.470
X2.1 0.383 0.285 0.348 0.810 0.197
X2.3 0.356 0.390 0.289 0.880 0.164
X2.4 0.253 0.334 0.274 0.828 0.017
X3.1 0.590 0.475 0.484 0.268 0.882
X3.3 0.509 0.291 0.286 0.078 0.930
X3.4 0.481 0.255 0.277 0.061 0.860
X3.5 0.518 0.425 0.338 0.118 0.928
Y1.12 0.790 0.646 0.768 0.515 0.245
Y1.3 0.886 0.605 0.672 0.231 0.732
Y1.4 0.894 0.532 0.607 0.139 0.607
Y1.5 0.790 0.586 0.764 0.464 0.297
Y1.7 0.776 0.564 0.563 0.274 0.569
Y1.8 0.776 0.430 0.514 0.196 0.554
Y1.9 0.734 0.380 0.471 0.436 0.306
Y2.1 0.620 0.822 0.443 0.451 0.353
Y2.2 0.557 0.796 0.579 0.212 0.467
Y2.4 0.538 0.829 0.461 0.418 0.228
Y2.5 0.587 0.882 0.657 0.268 0.424
Y2.7 0.468 0.802 0.481 0.324 0.211

3. Hasil Bootstrapping

Path Coefficients
Mean, STDEV, T-Values, P-Values
Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
ESPI -> KILK 0.354 0.342 0.177 2.004 0.023
KM -> ESPI 0.608 0.593 0.109 5.585 0.000
KM -> KILK 0.278 0.264 0.153 1.816 0.035
PAI -> ESPI 0.127 0.141 0.075 1.701 0.045
PAI -> KILK 0.150 0.173 0.108 1.389 0.083
TI -> ESPI 0.328 0.339 0.102 3.209 0.001
TI -> KILK 0.073 0.091 0.131 0.558 0.289
Indirect Effects
Mean, STDEV, T-Values, P-Values
Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
ESPI -> KILK
KM -> ESPI
KM -> KILK 0.215 0.207 0.121 1.769 0.039
PAI -> ESPI
PAI -> KILK 0.045 0.046 0.033 1.360 0.087
TI -> ESPI
TI -> KILK 0.116 0.110 0.064 1.807 0.036

Total Effects
Mean, STDEV, T-Values, P-Values
Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
ESPI -> KILK 0.354 0.342 0.177 2.004 0.023
KM -> ESPI 0.608 0.593 0.109 5.585 0.000
KM -> KILK 0.492 0.471 0.114 4.333 0.000
PAI -> ESPI 0.127 0.141 0.075 1.701 0.045
PAI -> KILK 0.195 0.219 0.112 1.732 0.042
TI -> ESPI 0.328 0.339 0.102 3.209 0.001
TI -> KILK 0.189 0.201 0.115 1.640 0.051
Outer Loadings
Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
X1.10 <- KM 0.907 0.902 0.033 27.087 0.000
X1.3 <- KM 0.825 0.821 0.040 20.415 0.000
X1.8 <- KM 0.871 0.867 0.031 28.114 0.000
X2.1 <- PAI 0.810 0.801 0.072 11.259 0.000
X2.3 <- PAI 0.880 0.881 0.033 26.876 0.000
X2.4 <- PAI 0.828 0.817 0.065 12.751 0.000
X3.1 <- TI 0.882 0.885 0.020 45.179 0.000
X3.3 <- TI 0.930 0.927 0.022 42.435 0.000
X3.4 <- TI 0.860 0.855 0.053 16.341 0.000
X3.5 <- TI 0.928 0.925 0.028 32.989 0.000
Y1.12 <- ESPI 0.790 0.784 0.052 15.073 0.000
Y1.3 <- ESPI 0.886 0.883 0.032 27.931 0.000
Y1.4 <- ESPI 0.894 0.886 0.039 22.728 0.000
Y1.5 <- ESPI 0.790 0.786 0.047 16.648 0.000
Y1.7 <- ESPI 0.776 0.767 0.061 12.649 0.000
Y1.8 <- ESPI 0.776 0.765 0.065 11.956 0.000
Y1.9 <- ESPI 0.734 0.726 0.077 9.503 0.000
Y2.1 <- KILK 0.822 0.820 0.038 21.427 0.000
Y2.2 <- KILK 0.796 0.792 0.065 12.250 0.000
Y2.4 <- KILK 0.829 0.827 0.040 20.900 0.000
Y2.5 <- KILK 0.882 0.880 0.027 32.837 0.000
Y2.7 <- KILK 0.802 0.797 0.051 15.655 0.000
R Square

Mean, STDEV, T-Values, P-Values


Original Sample Standard Deviation T Statistics
P Values
Sample (O) Mean (M) (STDEV) (|O/STDEV|)
ESPI 0.720 0.735 0.059 12.098 0.000
KILK 0.506 0.541 0.099 5.090 0.000

R Square Adjusted

Mean, STDEV, T-Values, P-Values


Original Sample Standard T Statistics
P Values
Sample (O) Mean (M) Deviation (STDEV) (|O/STDEV|)
ESPI 0.706 0.722 0.062 11.322 0.000
KILK 0.474 0.511 0.106 4.471 0.000

Average Variance Extracted (AVE)

Mean, STDEV, T-Values, P-Values


Original Sample Mean Standard T Statistics
P Values
Sample (O) (M) Deviation (STDEV) (|O/STDEV|)
ESPI 0.654 0.645 0.059 11.015 0.000
KILK 0.683 0.681 0.051 13.481 0.000
KM 0.754 0.748 0.047 16.155 0.000
PAI 0.705 0.699 0.046 15.225 0.000
TI 0.810 0.808 0.039 20.571 0.000
Composite Reliability

Mean, STDEV, T-Values, P-Values


Original Sample Mean Standard T Statistics
P Values
Sample (O) (M) Deviation (STDEV) (|O/STDEV|)
ESPI 0.929 0.925 0.019 48.247 0.000
KILK 0.915 0.913 0.019 48.080 0.000
KM 0.902 0.898 0.023 38.696 0.000
PAI 0.878 0.873 0.027 32.201 0.000
TI 0.945 0.943 0.014 65.571 0.000

Cronbach's Alpha

Mean, STDEV, T-Values, P-Values


Original Sample Standard Deviation T Statistics
P Values
Sample (O) Mean (M) (STDEV) (|O/STDEV|)
ESPI 0.911 0.905 0.026 35.180 0.000
KILK 0.884 0.880 0.029 30.763 0.000
KM 0.836 0.828 0.044 19.147 0.000
PAI 0.792 0.787 0.043 18.408 0.000
TI 0.922 0.921 0.019 49.167 0.000
Model Pengukuran Tahap I
Model Pengukuran Tahap II
Model Struktural

Anda mungkin juga menyukai