Anda di halaman 1dari 131

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON

TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN


(Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2017-2021)

SKRIPSI

Oleh :

FITRIANA
NIM. 11870320271

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2023
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON
TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2017-2021)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Akuntansi
(S.Ak) Pada Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Oleh :

FITRIANA
NIM. 11870320271

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2023
ABSTRAK
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FRAUD PENTAGON TERHADAP
KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2017-2021)

OLEH :
FITRIANA
NIM. 11870320271
Fraud Pentagon Theory merupakan teori faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh financial
stability, financial target, external pressure, institutional ownership, nature of
industry, ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor,
change in director, dan frequent number of CEO picture terhadap kecurangan
laporan keuangan. Metode yang digunakan untuk mengukur kecurangan adalah
metode Fraud Score (F-score). Populasi dalam penelitian ini adalah 72
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2017-2021. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling dan sampel terpilih sebanyak 14 perusahaan. Metode analisis data
dengan cara dokumentasi data sekunder yang telah dikumpulkan. Teknik analisis
data menggunakan regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan secara
parsial financial stability dan financial target berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Sedangkan external pressure, institutional ownership, nature
of industry, ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor,
change in director, frequent number of CEO picture secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Secara simultan seluruh
variabel berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Kata Kunci : Fraud Pentagon Theory, Financial Stability, Financial Target,


Kecurangan Laporan Keuangan, F-score.

i
ABSTRACT
THE EFFECT OF PENTAGON FRAUD FACTORS ON FRAUD OF
FINANCIAL REPORTS (EMPIRICAL STUDY OF FOOD AND BEVERAGE
SUB-SECTOR COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK
EXCHANGE FOR THE 2017-2021 PERIOD)

BY :

FITRIANA
NIM. 11870320271

Fraud Pentagon Theory is a theory of factors that can lead to fraudulent


financial statements. This research is a quantitative research that aims to find out
how the effect of financial stability, financial targets, external pressure,
institutional ownership, nature of industry, ineffective monitoring, quality of
external audit, change in auditor, change in director, and frequent number of
CEO pictures on financial statement fraud. The method used to measure fraud is
the Fraud Score (F-score) method. The population in this study were 72 food and
beverage sub-sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the
2017-2021 period. The sample selection used a purposive sampling method and
14 companies were selected as samples. Methods of data analysis by means of
secondary data documentation that has been collected. The data analysis
technique uses panel data regression. The results of this study show that partially
financial stability and financial targets have an effect on fraudulent financial
reporting. While external pressure, institutional ownership, nature of industry,
ineffective monitoring, quality of external audit, change in auditor, change in
director, frequent number of CEO pictures partially have no effect on fraudulent
financial statements. Simultaneously all variables influence fraudulent financial
statements.

Keyword : Fraud Pentagon Theory, Financial Stability, Financial Target,


Fraudulent Financial Statement, F-score.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah, kesehatan,

kemudahan, kegigihan dan kasih sayang-Nya. Shalawat beserta salam penulis

ucapkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam yang

telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat muslim di dunia ini. Sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir kuliah yang berjudul

“Pengaruh Faktor-faktor Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan

Minuman Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2017-2021)”.

Adapun penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Studi Program S1 pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu untuk yang pertama

kali penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua

orangtua, Ayahanda tercinta Ndemo dan Ibunda tercinta Saini yang tidak pernah

lelah merawat, membesarkan dan tiada henti memberikan kasih sayang, nasihat,

motivasi, doa serta dukungan untuk keberhasilan penulis hingga saat ini. Semoga

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala selalu merahmati dan menyayangi Ayahanda dan

iii
Ibunda tercinta., Aamiin. Selanjutnya kepada adik-adikku tercinta yaitu Gema

Afriadi, Desi Mayang Sari, Safana Nur Afni dan Azmi Alhafiz serta seluruh

keluarga besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis juga ingin menyampaikan rasa

hormat dan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Staf.

2. Ibu Dr. Hj. Mahyarni, SE,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Kamaruddin, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Mahmuzar, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Ibu Dr. Juliana, SE, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Ibu Faiza Muklis, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

7. Bapak Nasrullah Djamil, SE, M.Si, Ak. CA, selaku Penasehat Akademik,

terimakasih atas waktu, nasehat, masukan dan motivasi yang diberikan

kepada penulis selama masa perkuliahan ini.

8. Bapak Andri Novius, SE, M.Si. Ak, CA selaku Pembimbing Proposal dan

Skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan, masukan

iv
dan sumbangan pikiran kepada penulis untuk menyusun dan

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang berharga kepada penulis selama perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini.

10. Biro administrasi, staff dan seluruh pegawai yang telah membantu penulis

dalam mengurus segala surat yang diperlukan selama perkuliahan di

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Nurhafizah, Mia Marlisa, Dwi Indah

Sari, Tania, Riska Jayadi, Nurul Aysa, Salindri, Siti Aisyah. Terima kasih

atas waktu, tenaga, pikiran serta selalu memberikan dukungan dan

motivasi ketika penulis mulai patah semangat dalam mengerjakan skripsi.

12. Teman-teman Akuntansi S1 terutama kelas B angkatan 2018 dan Kelas A

konsentrasi Akuntansi Audit serta teman-teman KKN Desa Mahato Rokan

Hulu yang selalu memberi bantuan dan informasi selama kuliah di

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

13. Teman seperbimbingan Putriani, Teman seperkajian Anjelina, Senior

terbaik Mutia Merantika Deditya yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan skripsi ini.

v
Semoga segala bantuan dari berbagai pihak mendapat imbalan disisi Allah

SWT sebagai amal ibadah. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kepada pembaca skripsi ini agar memberikan kritik dan saran yang membangun,

penulis harapkan untuk perbaikan-perbaikan kedepannya. Semoga tugas akhir ini

dapat membantu dan bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 10 Januari 2023


Penulis

Fitriana

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 12
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................ 13

BAB II LANDASAN TEORITIS ............................................................. 15


2.1 Landasan Teori .................................................................................. 15
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) .............................................. 15
2.2 Fraud (Kecurangan) .......................................................................... 16
2.3 Kecurangan Laporan Keuangan ........................................................ 18
2.4 Fraud Pentagon .................................................................................. 21
2.5 Pandangan Islam Terhadap Kecurangan ........................................... 32
2.6 Penelitian Terdahulu.......................................................................... 35
2.7 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 39
2.8 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 52


3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 52
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................ 52
3.2.1 Variabel Dependen ..................................................................... 53
3.2.2 Variabel Independen ................................................................... 55
3.3 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 56

vii
3.4 Populasi dan Sampel.......................................................................... 64
3.5 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 67
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 68
3.7 Teknik Analisis Data ......................................................................... 68
3.7.1 Statistik Deskriptif ...................................................................... 68
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 68
3.7.3 Pemilihan Regresi Model Data Panel ......................................... 71
3.7.4 Uji Hipotesis ............................................................................... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 80


4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman pada
Bursa Efek Indonesia ......................................................................... 80
4.2 Analisis Statistik Deskriptif.............................................................. 81
4.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 88
4.3.1 Uji Multikolinieritas ................................................................... 88
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 88
4.4 Pemilihan Regresi Model Data Panel ................................................ 90
4.4.1 Model Data Panel........................................................................ 91
4.4.2 Pemilihan Model ......................................................................... 94
4.5 Uji Hipotesis ...................................................................................... 97
4.5.1 Analisis Regresi Data Panel ........................................................ 97
4.5.2. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ................. 101
4.5.3 Uji Signifikan Keseluruhan (Uji Statistik F) .............................. 106
4.5.4 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 106
4.6 Pembahasan ...................................................................................... 107
4.6.1 Pengaruh Financial Stability Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan .................................................................................. 107
4.6.2 Pengaruh Financial Target Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan .................................................................................. 109
4.6.3 Pengaruh External Pressure Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan .................................................................................. 110

viii
4.6.4 Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan .................................................................... 112
4.6.5 Pengaruh Nature of Industry Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan .................................................................................. 113
4.6.6 Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan .................................................................... 114
4.6.7 Pengaruh Quality of External Audit Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan .................................................................... 115
4.6.8 Pengaruh Change in Auditor Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan .................................................................................. 116
4.6.9 Pengaruh Change in Director Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan .................................................................................. 117
4.6.10 Pengaruh Frequent Number of CEO Picture Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan ............................................... 118

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 120


5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 120
5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 121
5.3 Saran .................................................................................................. 122

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

2.6.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 35


3.3.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 63
3.4.1 Jumlah Populasi ................................................................................ 64
3.4.2 Kriteria Penentuan Sampel Penelitian ............................................... 66
3.4.3 Jumlah Sampel Penelitian ................................................................. 67
4.1 Sampel Penelitian ................................................................................. 81

x
DAFTAR GAMBAR

2.4.1 Fraud Pentagon .................................................................................. 22


2.7.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 39
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ...................................................................... 81
4.2 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................... 88
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 90
4.4 Hasil Uji Common Effect Model ......................................................... 91
4.5 Hasil Uji Fixed Effect Model ................................................................ 92
4.6 Hasil Uji Random Effect Model ........................................................... 93
4.7 Hasil Uji Chow .................................................................................... 95
4.8 Hasil Uji Hausman ............................................................................... 97
4.9 Model Regresi Data Panel Terpilih Fixed Effect Model ...................... 98

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu

perusahaan pada suatu periode akuntansi yang berguna untuk menunjukan

baik atau tidaknya kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan PSAK No.1

menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur

dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan

keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomis (Alfarizy, 2020). Laporan

keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan harus akurat dan andal

(reliable) agar para pemakai laporan keuangan seperti stakeholders,

investor, dan kreditor dapat mengambil keputusan ekonomi dan kinerja

perusahaan dapat dinilai baik oleh para pemakai laporan keuangan.

Manajemen perusahaan merupakan salah satu pihak yang terlibat

dalam pembuatan laporan keuangan. Manajemen perusahaan juga

merupakan pihak yang terlibat dalam menjalankan kegiatan bisnis seorang

pemegang saham seperti investor. Dalam menjalankan kegiatan bisnis,

investor membutuhkan pihak atau agen yang dapat menjalankan kegiatan

operasional perusahaan. Sebagai pemegang saham, para investor akan

menunjuk manajemen sebagai pihak untuk menjalankan kegiatan bisnisnya.

1
2

Hubungan antara manajemen dan pemegang saham (principal) dijelaskan

dalam teori agensi. Teori agensi menjelaskan tentang hubungan yang timbul

dari kontrak kerja antara principals (pemegang saham) dan agen

(manajemen perusahaan). Principals mendelegasikan beberapa wewenang

kepada manajemen untuk menjalankan perusahaan dan memaksimalkan

keuntungan pemegang saham. Selain dapat memaksimalkan laba

perusahaan, manajemen juga dituntut mengungkapkan keadaan sebenarnya

suatu perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan,

perusahaan tidak selamanya mengalami laba. Hal tersebut dapat terjadi

disebabkan keadaan eksternal seperti kebijakan pemerintah yang merugikan

perusahaan, atau keadaan internal perusahaan. Kemudian agar kinerja

perusahaan terlihat baik, hal ini memicu manajemen (agen) untuk

melakukan kecurangan atas laporan keuangan (fraud) dengan memberikan

informasi yang tidak wajar, tidak relevan dan tidak valid, sehingga laporan

tidak disajikan sesuai dengan keadaan sebenarnya suatu entitas. Padahal,

pemegang saham (principals) membutuhkan informasi yang sebenarnya

sesuai dengan realita, supaya dapat mengambil keputusan sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan.

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),

kecurangan (fraud) merupakan tindakan penipuan atau kekeliruan yang

dilakukan seseorang atau badan yang mengetahui sesungguhnya bahwa

kekeliruan dapat mengakibatkan timbulnya manfaat yang tidak baik kepada

individu atau entitas atau pihak lain. Kecurangan dalam laporan keuangan
3

menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan karena

penyajiannya yang tidak jujur dan terdapat unsur yang menyesatkan para

pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomi.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah lembaga yang

melakukan survey dan penelitian mengenai kasus penipuan dan kecurangan

dalam dunia bisnis di seluruh Negara yang mana anggota asosiasi ini terdiri

dari para auditor yang memiliki kualifikasi tertentu dari seluruh Negara.

Menurut survey fraud Indonesia 2019 yang dilakukan ACFE menyatakan

bahwa jenis Fraud yang paling merugikan Negara adalah korupsi (69,9%)

sebesar Rp373.650.000.000, penyalahgunaan aset (20,9%) sebesar

Rp257.520.000.000 dan kecurangan laporan keuangan (9,2%) sebesar

Rp242.260.000.000. ACFE juga menyatakan bahwa salah satu media utama

ditemukannya fraud disebabkan oleh laporan keuangan (38,9%) dan audit

internal (23,4%). Meskipun persentase fraud yang disebabkan oleh

kecurangan laporan keuangan tergolong kecil, namun kerugiannya cukup

besar yaitu mencapai lebih dari Rp 242 Miliar (ACFE Indonesia, 2020).

Kasus kecurangan laporan keuangan telah banyak terjadi di

Indonesia. Contohnya pada kasus perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yaitu pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (PT TPS Food).

Dilansir dari CNBC Indonesia, pada tahun 2017 PT Tiga Pilar Sejahtera

diduga melakukan penggelembungan laporan keuangan perusahaan. PT

Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang produksi barang-barang consumer good. Dalam Rapat


4

Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 30 Juli 2018,

investor dan pemegang saham menolak laporan keuangan tahun buku 2017

karena ada dugaan penyelewengan dana. Hingga pada Oktober 2018

pemegang saham mengajukan investigasi pada laporan keuangan tahun

2017 yang diduga ada penyelewengan dana tersebut bersamaan dengan

agenda penggantian direksi baru yang diadakan oleh komisaris dalam Rapat

Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Dalam laporan Hasil

Investigasi Berbasis Fakta PT Ernst & Young Indonesia (EY) kepada

manajemen baru AISA pada tanggal 12 Maret 2019, terdapat dugaan

penggelembungan yang terjadi pada akun piutang usaha, persediaan dan

aset tetap Grup AISA. Ditemukan fakta bahwa direksi lama melakukan

penggelembungan dana senilai Rp4.000.000.000.000 kemudian ada juga

temuan dugaan penggelembungan pendapatan senilai Rp662.000.000.000

dan penggelembungan lain senilai Rp329.000.000.000 pada pos EBITDA

(laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) (Monica Wareza,

2019).

Hingga akhirnya dilansir dari Kontan.co.id, pada tanggal 5 Agustus

2021 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis dengan

hukuman penjara 4 tahun dan denda Rp2.000.000.000 subsider tiga bulan

penjara kepada dua mantan direksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

Keduanya dinyatakan bersalah karena telah melakukan manipulasi laporan

keuangan 2017 dengan tujuan untuk mengerek harga saham perseroan

(Sugeng Adji Soenarso, 2021)


5

Dari kasus kecurangan laporan keuangan tersebut, ada beberapa

faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan.

Faktor-faktor tersebut ada dalam teori yang menjelaskan penyebab

terjadinya kecurangan laporan keuangan yaitu yang pertama teori fraud

triangle oleh Cressey (1953). Pada teori fraud triangle dijelaskan bahwa

faktor kecurangan laporan keuangan disebabkan oleh 3 faktor, yaitu tekanan

(pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization),

kemudian teori fraud triangle dikembangkan lagi oleh Wolfe dan

Hermanson (2004) menjadi fraud diamond dengan menambahkan satu

faktor yaitu kemampuan (capability), kemudian Crowe (2011)

mengembangkan teori fraud diamond menjadi teori fraud pentagon dengan

mengubah satu faktor berupa kemampuan (capability) menjadi kompetensi

(competence) dan menambahkan satu faktor yaitu arogansi (arrogance)

(Rahman Siddiq et al., 2017).

Berdasarkan kasus kecurangan laporan keuangan dan teori penyebab

kecurangan laporan keuangan diatas maka dilakukan penelitian ini dengan

melakukan pengujian untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan

dengan menggunakan teori fraud pentagon. Ada 5 faktor dalam teori fraud

pentagon yang dapat menyebabkan kecurangan, yang pertama yaitu tekanan

(pressure). Tekanan dapat diartikan sebagai dorongan seseorang untuk

melakukan tindakan kecurangan, tekanan yang terjadi pada setiap orang bisa

berbagai macam seperti gaya hidup yang berlebihan, tuntutan keuangan, dan

permasalahan keluarga yang berhubungan dengan ekonomi. Kemudian


6

faktor yang kedua yaitu kesempatan (opportunity) adalah peluang yang

dapat dilakukan seseorang dalam melakukan kecurangan. Kemudian faktor

yang ketiga yaitu rasionalisasi (rationalization) artinya seseorang mencari

cara untuk membenarkan apa yang ia lakukan meskipun mengandung fraud.

Kemudian faktor yang keempat yaitu kompetensi (competence) artinya

seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan. Yang

terakhir faktor kelima yaitu arogansi (arrogance) adalah sifat serakah dan

jiwa superioritas hak yang dimiliki seseorang dan menganggap

pengendalian internal dan kebijakan tidak berlaku untuknya dalam

melakukan kecurangan.

Penelitian yang berkaitan dengan kecurangan laporan keuangan

telah banyak dilakukan beberapa tahun belakangan dan menjadi referensi

penelitian ini. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Helda F.

Bawekes, Aaron M.A., Simanjuntak, SE., M.Si, CBV, CMA, dan Sylvia

Christina Daat, SE., M.Sc. Ak (2018). Hasil penelitiannya adalah financial

target berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent

financial reporting, financial stability berpengaruh positif dan signifikan

terhadap fraudulent financial reporting, external pressure berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting,

institutional ownership berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

fraudulent financial reporting, ineffective monitoring berpengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting, kualitas auditor

eksternal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap fraudulent


7

financial reporting, changes in auditor berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap fraudulent financial reporting, pergantian direksi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial

reporting, dan frequent number of CEO picture berpengaruh positif dan

signifikan terhadap fraudulent financial reporting.

Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Fitri Damayani,

Tertiarto Wahyudi, dan Emylia Yuniate (2017). Hasil penelitiannya adalah

secara parsial sifat industri berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan

keuangan, sedangkan stabilitas keuangan berpengaruh negatif terhadap

kecurangan laporan keuangan, target keuangan berpengaruh negatif

terhadap kecurangan laporan keuangan, tekanan pihak luar berpengaruh

negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, pengawasan

yang tidak efektif berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan

keuangan, pergantian auditor berpengaruh negatif terhadap kecurangan

laporan keuangan, pergantian dewan direksi berpengaruh negatif terhadap

kecurangan laporan keuangan, dan frekuensi kemunculan gambar CEO

berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan dan secara

simultan seluruh variabel berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Deditya

Merantika (2019). Hasil penelitiannya adalah variabel financial stability,

financial target, external pressure, personal financial need, institutional


8

ownership, ineffective monitoring, quality of external audit, change in

auditor, change in director, dan frequent number of CEO secara parsial

maupun simultan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang

dilakukan oleh Helda F. Bawekes, Aaron M.A., Simanjuntak, SE., M.Si,

CBV, CMA, dan Sylvia Christina Daat, SE., M.Sc. Ak (2018) yang peneliti

jadikan sebagai jurnal acuan. Perbedaan dan keterbaruan penelitian ini

dengan penelitian tersebut yang membuat penelitian ini layak diteliti yaitu

pada variabel dependen peneliti menambah variabel Nature of Industry

dalam penelitian. Nature of industry merupakan suatu keadaan ideal dari

perusahaan dalam lingkungan industri. Peraturan industri tempat perusahaan

beroperasi menjadi salah satu celah bagi perusahaan untuk melakukan

tindakan kecurangan laporan keuangan. Munculnya celah tersebut

disebabkan peraturan industri yang menuntut perusahaan untuk mempunyai

keahlian dalam melakukan estimasi terhadap akun-akun yang nilainya

dihitung berdasarkan penilaian subjektif. Tiffani & Marfuah (2015)

menjelaskan bahwa terdapat akun-akun tertentu dalam laporan keuangan

yang saldonya ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi,

misalnya akun piutang tak tertagih. Disinilah dapat timbul kesempatan

untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan

oleh Sihombing & Rahardjo (2014) menunjukkan bahwa sifat industri yang

diproksi dengan rasio perubahan piutang berpengaruh secara signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan. Mereka menjelaskan bahwa


9

peningkatan jumlah piutang perusahaan dari tahun sebelumnya dapat

menjadi indikasi bahwa perputaran kas perusahaan tidak baik. Banyaknya

piutang usaha yang dimiliki perusahaan akan mengurangi jumlah kas yang

dapat digunakan perusahaan untuk kegiatan operasionalnya. Terbatasnya

kas dapat menjadi dorongan bagi manajemen untuk memanipulasi laporan

keuangan. Hal ini menjadi alasan peneliti menambahkan variabel tersebut

untuk melakukan penelitian ulang pada objek penelitian yang berbeda.

Kemudian yang menjadi objek penelitian ini yaitu perusahaan sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI sesuai dengan fenomena yang

terjadi serta pada penelitian ini periode pengamatan dilakukan pada periode

2017-2021. Pengujian variabel dependen pada penelitian ini juga dilakukan

dengan pengujian menggunakan pengukuran Fscore dan pengujian hipotesis

menggunakan analisis regresi data panel. Berdasarkan uraian latar belakang

diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian yaitu

“Pengaruh Faktor-faktor Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan” dengan melakukan studi empiris pada perusahaan sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah financial stability berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021?


10

2. Apakah financial target berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021?

3. Apakah external pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021?

4. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

5. Apakah nature of industry berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021?

6. Apakah ineffective monitoring berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

7. Apakah quality of external audit berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

8. Apakah change in auditor berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021?


11

9. Apakah change in director berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021?

10. Apakah frequent number of CEO picture berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh financial stability terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh financial target terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

3. Untuk mengetahui pengaruh external pressure terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

4. Untuk mengetahui pengaruh institutional ownership terhadap

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

5. Untuk mengetahui pengaruh nature of industry terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.


12

6. Untuk mengetahui pengaruh ineffective monitoring terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

7. Untuk mengetahui pengaruh quality of external audit terhadap

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

8. Untuk mengetahui pengaruh change in auditor terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

9. Untuk mengetahui pengaruh change in director terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

10. Untuk mengetahui pengaruh frequent number of CEO picture terhadap

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan ilmu akuntansi khususnya pada bidang

akuntansi forensik tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi

perusahaan untuk melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan

menggunakan elemen indikator yang berasal dari fraud pentagon theory.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan
13

Sebagai pertimbangan bagi manajemen sebagai penanggung

jawab serta agen dalam melindungi pemegang saham. Manajemen juga

harus mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecurangan

serta dampak yang ditimbulkan agar tidak terdapat kesalahan dalam

pengambilan keputusan serta menjaga nama baik perusahaan.

b. Bagi Investor

Sebagai pertimbangan bagi investor untuk lebih berhati-hati

dalam menilai dan menganalisis suatu perusahaan terhadap

kemungkinan terjadinya suatu kecurangan agar investasinya berada di

perusahaan yang tepat.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar pembahasan ini lebih sistematis dan terarah, maka penulis membagi

pembahasan dalam 5 (lima) bab. Masing-masing bab akan membahas

masalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Bab ini membahas landasan teori yang digunakan sebagai dasar

dan bahan acuan dalam penelitian, penelitian terdahulu, kerangka

pemikiran dan pengembangan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN


14

Pada bab ini menjelaskan bagaimana tentang desain penelitian,

variabel-variabel penelitian, penentuan populasi dan sampel, jenis

dan sumber data, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang analisis hasil penelitian dan

pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil dan

pembahasan, keterbatasan penelitian serta saran yang diberikan

berhubungan dengan pembahasan penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu kontrak dimana

satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agent) untuk

dapat melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberikan

wewenang kepada agent agar dapat membuat keputusan yang terbaik

untuk principal (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Rahman Siddiq et al.,

2017). Principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen

perusahaan. Manajemen sebagai pihak yang dikontrak pemegang saham

harus bekerja menjalankan kegiatan operasional perusahaan demi

kepentingan pemegang saham. Manajemen juga telah diberi kekuasaan

untuk membuat keputusan terbaik bagi pemegang saham. Oleh karena itu

manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya dalam

menjalankan kegiatan operasional perusahaan kepada pemegang saham.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, manajemen dituntut

untuk dapat mempertahankan laba perusahaan atau meningkatkan laba

perusahaan. Padahal kinerja perusahaan tidak selalu berjalan sesuai dengan

yang direncanakan. Namun demi menjaga laba perusahaan dan nama baik

perusahaan serta untuk tetap mendapatkan kepercayaan pemegang saham,

manajemen sering sekali berusaha melakukan yang terbaik dengan segala

15
cara. Hal ini menimbulkan conflict of interest antara manajemen dengan

pemegang saham. Demi memenuhi tuntutan pemegang saham agar

perusahaan mencapai target laba perusahaan dan tidak merugi, akhirnya

hal ini membuat manajemen dapat melakukan kecurangan laporan

keuangan perusahaan agar kinerja perusahaan yang dijalankan dinilai baik.

2.2 Fraud (Kecurangan)

a. Definisi Fraud

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2016

dalam Merantika, 2019) fraud merupakan perbuatan-perbuatan yang

dilakukan dengan sengaja yang melawan hukum untuk suatu tujuan

tertentu yaitu memanipulasi atau memberikan laporan keliru kepada pihak

lain dan dilakukan oleh orang-orang dari luar atau dalam suatu organisasi

demi mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok dengan secara

langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain. Fraud

(kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja yang dilakukan oleh

individu atau kelompok yang menimbulkan kerugian tanpa diketahui oleh

pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pihak

yang melakukan kecurangan tersebut. Kecurangan sering kali terjadi

karena adanya tekanan dalam diri individu atau kelompok untuk

melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan

kesempatan yang ada dan juga dikarenakan adanya pembenaran (diterima

secara umum) terhadap tindakan kecurangan tersebut (Putri, 2012).


Fraud sering terjadi dalam sebuah organisasi perusahaan maupun

pemerintahan. Pada intinya fraud dalam perusahaan merupakan perbuatan

kecurangan yang disengaja yang dilakukan dengan ketidakjujuran. Fraud

dapat dilakukan oleh siapa saja, baik karyawan maupun pimpinan

perusahaan yang dapat mengakibatkan kerugian perusahaan, baik kerugian

secara financial maupun non-financial. Tindakan fraud yang merugikan

perusahaan juga dapat membawa perusahaan menuju kebangkrutan (Putri,

2012).

b. Tipologi Fraud

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2018 dalam

Merantika, 2019) membagi fraud dalam 3 tipologi tindakan, yaitu :

1) Penggelapan aset (asset missapropriation), meliputi tindakan

penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta milik perusahaan atau

pihak lain dan mempunyai sifat tangible atau dapat dilakukan

perhitungan

2) Korupsi (corruption), merupakan salah satu bentuk kecurangan yang

sudah sering terjadi akibat lemahnya supremasi hukum, tata kelola

yang belum memadai serta kurangnya kesadaran dari pelaku korupsi

secara moral. Jenis fraud ini sulit untuk dideteksi perbuatannya karena

pihak-pihak yang melakukan korupsi sama-sama menikmati

keuntungan. Termasuk didalamnya juga terdapat penyalahgunaan


jabatan, hak dan wewenang, politik dan konflik kepentingan,

penyuapan, penerimaan yang tidak sah, serta pemerasan.

3) Kecurangan Laporan Keuangan (fraudulent financial statement),

adalah kecurangan yang dilakukan dengan cara merekayasa laporan

keuangan agar mendapat keuntungan. Laporan keuangan yang dibuat

tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya.

2.3 Kecurangan Laporan Keuangan

Australian Auditing Standard (ASS) mengartikan kecurangan

laporan keuangan adalah perbuatan yang disengaja ataupun kelalaian

dalam hal penyajian pelaporan keuangan yang digunakan untuk mengecoh

para pengguna laporan keuangan, sedangkan menurut American Institute

of Certified Public Accountant (AICPA, 2002 dalam Herviana, 2017)

kecurangan laporan keuangan merupakan suatu kesengajaan atau kelalaian

yang menyebabkan laporan keuangan tersebut salah saji sehingga

menyesatkan para pemakainya. Berdasarkan uraian tentang pengertian

kecurangan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa melakukan

kecurangan adalah suatu perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja

dalam penyajian pelaporan keuangan, sehingga menyesatkan pemakai

laporan keuangan dalam mengambil keputusan serta menetapkan

kebijakan bagi entitas.

Berdasarkan SAS No. 99, salah saji yang muncul dari kecurangan

laporan keuangan adalah salah saji yang disengaja atau penghilangan

jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dimana akibatnya


menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan, dalam semua hal, yang

sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP). Ada beberapa

cara yang dilakukan dalam melakukan kecurangan pelaporan keuangan,

antara lain :

a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau

dokumen pendukung dari mana laporan keuangan disiapkan.

b. Kesalahan penyajian atau penghilangan yang disengaja dari

laporan keuangan tentang peristiwa, transaksi, atau informasi

penting lainnya.

c. Kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi terkait dengan

jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Pelaporan keuangan yang memiliki unsur kecurangan didalamnya

dapat mengakibatkan turunnya suatu integritas atau keandalan dari

informasi keuangan tersebut dan dapat mempengaruhi berbagai pihak yang

bersangkutan.

Menurut Purba (2015 dalam Badrus, 2017), ada beberapa alasan

yang menyebabkan manajemen melakukan tindakan fraud atas laporan

keuangan, antara lain untuk:

a. Meningkatkan kinerjanya dimata stakeholders yang meminta

pertanggungjawabannya.

b. Menutupi ketidakmampuan manajemen dalam menghasilkan

target/laba yang dibebankan kepadanya.


c. Memperoleh bonus atau kenaikan gaji karena adanya kenaikan

kinerja perusahaan/organisasi/unitnya.

d. Menghilangkan persepsi yang negatif dari pemakai laporan dan

pasar.

e. Memperoleh keuntungan dari penjualan saham atau dividen

perusahaan/organisasi yang lebih tinggi.

f. Membayar jumlah pajak yang lebih kecil.

g. Memperoleh kredit atau sumber pembiayaan lainnya yang lebih

menguntungkan.

Adapun Priantara (2013:90 dalam Badrus, 2017) menjelaskan

teknik financial number game yang biasa digunakan oleh manajemen

untuk memperindah laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:

a. Aggressive Accounting: Penerapan dan pemilihan prinsip

akuntansi yang dilakukan agar laba tahun berjalan lebih tinggi

(higher current earnings), terlepas dari apakah praktik tersebut

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.

b. Earnings Management: Manipulasi laba secara aktif untuk

target yang sebelumnya telah ditentukan, untuk proyeksi

keuangan yang sebelumnya telah dibuat, atau untuk

mendapatkan angka yang konsisten dengan arus kas dan tren

laba yang tidak fluktuatif dan lebih berkelanjutan (smoother,

more sustainable earnings stream).


c. Income Smoothing: Merupakan bentuk earnings management

yang didesain untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif,

termasuk cara-cara untuk mereduksi dan “menyimpan” laba

pada saat kinerja keuangan sedang membaik supaya laba

tersebut dapat dimanfaatkan ketika kinerja keuangan sedang

mengalami penurunan.

d. Fraudulent Financial Reporting: Penyajian keliru

(misstatement) yang disengaja atau penyembunyian (omission)

atas suatu angka atau pengungkapan didalam laporan keuangan

yang bertujuan untuk memperdayai pemakai laporan keuangan.

e. Creative Accounting: Setiap langkah yang digunakan untuk

memainkan angka-angka laporan keuangan, yang meliputi

aggressive accounting, fraudulent financial reporting, income

smoothing, earnings management.

2.4 Fraud Pentagon

Fraud pentagon adalah pengembangan dari fraud triangle yang

dikembangkan oleh Cressey (1953) kemudian dikembangkan lagi oleh

Wolfe dan Hermanson (2004) menjadi fraud diamond, kemudian Crowe

(2011) mengembangkan teori fraud triangle dan fraud diamond menjadi

fraud pentagon dengan mengubah faktor risiko fraud berupa capability

menjadi competence yang memiliki pengertian yang sama dan Crowe juga

menambahkan satu faktor risiko yaitu arrogance (Rahman Siddiq et al.,

2017). Menurut Aprilia (2017) fraud pentagon memiliki skema


kecurangan yang lebih luas dan melibatkan manipulasi yang dilakukan

oleh CEO atau CFO. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya manipulasi

laporan keuangan yang dilakukan oleh pejabat internal perusahaan karena

memiliki wewenang dan akses informasi yang mudah atas laporan

keuangan. Marks (2012 dalam Agustina & Pratomo, 2019) menjelaskan

bahwa arogansi atau keserakahan sebanyak 70% dilakukan oleh CEO dan

CFO didalam perusahaan karena mereka berpikir dengan memiliki jabatan,

mereka memiliki kemampuan untuk dapat menghindari pengendalian

internal dan tidak ada sanksi yang akan menjeratnya. ACFE Report to the

Nation (2016:49 dalam Agustina & Pratomo, 2019) juga memperoleh

bukti bahwa akibat dari jabatan CEO dan CFO ini perusahaan mengalami

kerugian yang paling signifikan. Atas dasar ini , Crowe Howard

menambah faktor arogansi didalam faktor-faktor pemicu fraud.

Gambar 2.4.1

Fraud pentagon theory by Crowe (2011, dalam Rahman Siddiq et al.,

2017)
Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor-faktor fraud pentagon

yang dapat berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, antara

lain:

a. Tekanan (pressure)

Tekanan adalah dorongan bagi entitas untuk melakukan manipulasi

laporan keuangan yang muncul saat terjadinya penurunan atau

ketidakstabilan dalam prospek keuangan entitas, yang disebabkan oleh

kondisi ekonomi, industri, ataupun operasi entitas (Hery, 2016:200 dalam

Agustina & Pratomo, 2019).

Berdasarkan SAS No. 99, ada beberapa situasi yang

mengakibatkan terjadinya tekanan (pressure) untuk melakukan tindakan

kecurangan, antara lain:

1) Stabilitas Keuangan (financial stability)

Menurut SAS No. 99, Financial stability merupakan suatu keadaan

yang menunjukkan stabilitas keuangan perusahaan dalam kondisi

stabil. Keuangan perusahaan bisa dikatakan stabil dengan mengukur

pertumbuhan keuangannya melalui penjualan perusahaan, nilai laba

perusahaan per tahun dan pertumbuhan aset perusahaan. Apabila

stabilitas keuangan perusahaan mengalami goncangan terhadap

keadaan ekonomi, entitas yang beroperasi, dan industri maka manajer

menghadapi tekanan sehingga terdorong dalam melakukan kecurangan

laporan keuangan (Skousen et al., 2009, dalam Rahman Siddiq et al.,

2017)
2) Target Keuangan (financial target)

Target keuangan merupakan keadaan yang membuat manajemen harus

menerima tekanan dari perusahaan untuk dapat mencapai target

perusahaan, target perusahaan yang ditekankan pada manajemen bisa

berupa target keuangan, penjualan, atau return yang tinggi. Dalam hal

ini, pihak manajemen akan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya

agar mencapai target perusahaan.

3) Tekanan Eksternal (external pressure)

Tekanan eksternal merupakan tekanan yang timbul dari pihak ketiga

yang diterima oleh manajemen dalam memenuhi harapan mereka.

Harapan tersebut bisa berupa tuntutan dalam mencari tambahan modal

atau tambahan utang. Sehingga membuat manajemen mencari cara

agar dapat memenuhi harapan tersebut dengan kemungkinan

melakukan kecurangan.

4) Kepemilikan Institusional (institutional ownership)

Kepemilikan institusional mempunyai kemampuan untuk

mengendalikan pihak manajemen secara efektif melalui proses

monitoring sehingga mengurangi terjadinya tindakan manajemen

dalam melakukan manajemen laba. Persentase yang dimiliki institusi

bisa mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak

menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai dengan kepentingan

pihak manajemen. Apabila perusahaan dimiliki oleh lembaga

keuangan yang disponsori oleh bank maka nilai perusahaan akan


menjadi lebih tinggi. Dalam hal ini, bank sebagai sebuah instansi serta

pemilik dari perusahaan akan menjalankan fungsi monitoringnya atau

pengawasan terhadap perusahaan dengan lebih baik dan investor

percaya bahwa bank tidak akan melakukan kecurangan (Merantika,

2019).

b. Kesempatan (opportunity)

Kesempatan merupakan peluang seseorang untuk melakukan

kecurangan. Peluang untuk melakukan kecurangan muncul ketika

pengawasan yang tidak efektif dimana sistem pengendalian internal tidak

berjalan secara efektif sehingga memberikan kesempatan untuk melakukan

kecurangan (ACFE, 2016 dalam Merantika, 2019). Menurut Priantara

(2013:46 dalam Ulfah et al., 2017) Opportunity adalah kesempatan yang

memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku fraud mempercayai bahwa

perbuatan mereka tidak akan terdeteksi.

Berdasarkan SAS No. 99 (2002, dalam Badrus, 2017) dalam faktor

opportunity ada beberapa hal yang memotivasi terjadinya fraud antara

lain:

1) Sifat Industri (nature of industry)

Nature of industry menyajikan peluang untuk kecurangan

laporan keuangan, yang disebabkan oleh keadaan-keadaan sebagai

berikut: (SAS No. 99, 2002:1750 dalam Badrus, 2017)

a) Transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi yang tidak

dilakukan dalam kondisi dan ketentuan bisnis normal atau


dengan entitas yang berelasi yang tidak diaudit atau diaudit

oleh KAP lain.

b) Keadaan atau kemampuan keuangan yang kuat untuk

mendominasi suatu sektor industri tertentu yang

memungkinkan entitas untuk mendikte keadaan atau ketentuan

kepada pemasok atau pelanggan, yang bisa mengakibatkan

transaksi yang tidak semestinya atau transaksi yang tidak

dilakukan dengan pihak yang tidak berelasi.

c) Aset, liabilitas, pendapatan atau biaya yang didasarkan pada

estimasi signifikan yang melibatkan pertimbangan subjektif

atau ketidakpastian yang sulit untuk mendukung hasil yang

disajikan.

d) Transaksi yang signifikan, tidak dapat atau mengandung

kompleksitas yang tinggi, terutama yang terjadi menjelang

akhir periode pelaporan, yang menimbulkan pertanyaan sulit

tentang “substansi melebihi bentuk”.

e) Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan di lintas batas

internasional dalam yurisdiksi yang mempunyai perbedaan

lingkungan dan budaya bisnis.

f) Rekening bank, atau anak perusahaan atau kantor cabang yang

signifikan di yurisdiksi yang merupakan tax-haven yang

tampaknya tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas.


Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

adanya fraudulent financial statement dalam nature of industry

berkaitan dengan lingkungan bisnis dari perusahaan itu dan

operasional bisnis tersebut serta hubungannya dengan pihak-pihak

yang berelasi dengan perusahaan. Keadaan-keadaan seperti itu

memungkinkan adanya fraud dalam perusahaan.

2) Pengawasan Yang Tidak Efektif (ineffective monitoring)

Dalam SAS No. 99, menyatakan bahwa pengawasan yang tidak

efektif (ineffective monitoring) oleh pihak yang bertanggung jawab

atas tata kelola proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern

yang tidak efektif dapat memotivasi adanya fraud. Jika

pengendalian intern suatu perusahaan berjalan baik maka dapat

mengurangi fraud, salah satunya melalui dewan komisaris

independen. Komisaris independen merupakan anggota dewan

komisaris yang tidak mempunyai hubungan afiliasi baik dengan

pihak pemegang saham, direktur atau komisaris lainnya. Komisaris

independen juga tidak bekerja rangkap dengan perusahaan namun

memahami peraturan perundang-undangan serta kebijakan

perusahaan. keberadaan dewan komisaris dapat meningkatkan

pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga

dapat mengurangi terjadinya fraud. Tetapi, jika pengawasan

perusahaan terhadap manajemen lemah, maka akan memberikan


kesempatan kepada manajemen untuk melakukan perbuatan

menyimpang sehingga terjadi fraud (Norbarani, 2012).

3) Kualitas Audit Eksternal (quality of external audit)

Kualitas auditor merupakan kemampuan dalam memperkirakan

maupun menemukan serta melaporkan hasil dari proses audit yang

dilakukan. Untuk mencapai kualitas audit yang baik pada

prinsipnya auditor harus menerapkan standar dan prinsip audit,

independen, patuh kepada hukum, dan mentaati kode etik profesi.

Auditor eksternal tergabung dalam sebuah perkumpulan atau

organisasi yang disebut Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam

menjalankan pekerjaannya, auditor eksternal mengaudit secara

umum, keseluruhan atas laporan keuangan dan mereview kinerja

laporan keuangan prospektif. Audit yang dilakukan oleh auditor,

harus dilakukan oleh orang yang profesional, independen, dan

kompeten dengan standar profesional akuntan yang berlaku.

Dengan demikian, hal yang dilarang dapat dihindari oleh akuntan

publik serta memberikan opini yang sesuai dengan hasil audit

(Merantika, 2019).

c. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi merupakan suatu sikap pembenaran seseorang

terhadap perbuatan fraud yang sudah dilakukan. Sikap pembenaran

tersebut mengartikan bahwa perbuatan fraud yang dilakukan bukanlah


suatu pelanggaran (Rahman Siddiq et al., 2017). Menurut Priantara

(2013:47 dalam Ulfah et al., 2017) rasionalisasi terjadi karena seseorang

mencari pembenaran atas tindakannya yang mengandung fraud. Para

pelaku fraud meyakini bahwa perbuatannya bukan merupakan fraud

melainkan suatu hal yang memang haknya, bahkan kadang pelaku merasa

sudah berjasa karena sudah berbuat banyak untuk organisasi.

Rasionalisasi diproksikan dengan perubahan Kantor Akuntan

Publik yang melakukan audit yang bertujuan mengupayakan penghapusan

jejak audit supaya tidak ditemukan adanya fraud pada audit sebelumnya

dan untuk menutupi risiko kecurangan yang dilakukan sehingga

kemungkinan kecil untuk diketahui oleh auditor karena auditor baru belum

sepenuhnya memahami keadaan perusahaan dengan baik (Rahman Siddiq

et al., 2017). Perusahaan yang melakukan fraud akan lebih sering

melakukan pergantian auditor karena untuk mengurangi kemungkinan

pendeteksian tindak kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh

perusahaan serta perusahaan mempunyai kuasa untuk menekan auditor

supaya mengubah pendeteksian kecurangan laporan keuangan yang

dilakukan oleh auditor (Rachmawati, 2014).

d. Kemampuan (competence)

Kemampuan adalah keahlian yang dimiliki karyawan untuk

mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi penyembunyian,

dan mengamati kondisi sosial untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

(Crowe, 2011 dalam Rahman Siddiq et al., 2017). Kemampuan diartikan


sebagai posisi atau fungsi seseorang dalam organisasi (K et al., 2015

dalam Agustina & Pratomo, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Annisya et al., (2016) menyatakan bahwa posisi kecurangan yang

dimaksud adalah CEO, direksi, dan kepala divisi lainnya.

Kemampuan individu adalah sifat dan keterampilan pribadi

seseorang yang memegang peran besar dalam mencapai keterjadian dari

suatu tindakan. Individu tersebut harus mempunyai kemampuan untuk

mengenali peluang sebuah kesempatan dan pengambilan keputusan

tersebut. Kemampuan menjadi kontribusi utama yang dianggap sebagai

penyebab terjadinya fraud (Priantara, 2013 dalam Badrus, 2017).

Kemampuan dapat terjadi akibat adanya perubahan direksi.

Perusahaan yang melakukan fraud sering melakukan pergantian

direksi karena pada masa ini terjadi stress period dimana kondisi

perusahaan sedang tidak stabil. Selain itu, pergantian direksi yang sering

dilakukan mencerminkan adanya kepentingan politik pada jajaran direksi

dan sebagai upaya dalam mengurangi efektivitas kinerja manajemen

karena harus beradaptasi dengan budaya kerja direksi yang baru (Septriani,

2018).

e. Arogansi (arrogance)

Arogansi adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan

merasa bahwa kontrol internal dan kebijakan perusahaan tidak berlaku

untuk dirinya (Crowe, 2011 dalam Rahman Siddiq et al., 2017).

Sedangkan menurut Aprilia (2017) menjelaskan bahwa arogansi adalah


sifat kurangnya hati nurani yang merupakan sikap superioritas atau adanya

sifat congkak pada seseorang yang percaya bahwa kontrol internal tidak

dapat diberlakukan secara pribadi. Tingkat arogansi yang tinggi bisa

mengakibatkan terjadinya kecurangan karena arogansi yang dimiliki CEO

bisa membuatnya melakukan cara apapun untuk mempertahankan posisi

dan kedudukan yang dimilikinya sekarang.

Oleh sebab itu, frequent number of CEO picture adalah jumlah

penggambaran seorang CEO dalam suatu perusahaan dengan

menampilkan display picture ataupun profil, prestasi, foto, ataupun

informasi lainnya mengenai track of record CEO yang dipaparkan secara

berulang-ulang didalam laporan keuangan tahunan perusahaan (Crowe,

2011 dalam K et al., 2015 dalam Agustina & Pratomo, 2019). Banyaknya

foto CEO yang terpampang dalam sebuah laporan keuangan perusahaan

dapat menunjukkan tingkat arogansi dan superioritas yang dimiliki CEO

tersebut (Rahman Siddiq et al., 2017)

Crowe (2011 dalam Yusuf, 2015 dalam Badrus, 2017) menyatakan

bahwa ada lima unsur arogansi perspektif CEO, antara lain:

1) Mempunyai ego yang besar, CEO cenderung dipandang

sebagai seorang selebriti daripada seorang pengusaha.

2) Mereka menghindari kontrol internal dan tidak bisa terjebak.

3) Mereka mempunyai sikap yang suka bullying.

4) Mereka berlatih gaya manajemen otokratis.

5) Mereka takut jika kehilangan posisi dan status mereka.


2.5 Pandangan Islam Terhadap Kecurangan

Dalam Islam perbuatan curang adalah perbuatan yang dilarang

karena perbuatan curang bukanlah perbuatan yang terpuji justru perbuatan

yang merugikan orang lain. Islam sangat melaknat perbuatan jinayah,

dzalim dan tidak terpuji tersebut. Ada beberapa bentuk tindakan jinayah

dalam bidang ekonomi yang dikenal dalam islam, yaitu Risywah

(penyuapan), Ghulul (mengambil paksa hal orang lain), Sariqah

(pencurian), Hirabah (perampokan), Al-maks (pungutan liar), Al-ikhtilas

(pencopetan), dan Al-ihtihab (perampasan). Dari beberapa bentuk tindakan

jinayah tersebut salah satu diantaranya seperti Ghulul (penggelapan)

adalah bentuk kejahatan yang terbagi kedalam 4 macam, antara lain yaitu

mencuri harta rampasan perang, menggelapkan uang kas Negara,

menggelapkan zakat, dan hadiah untuk pejabat. Selanjutnya Risywah

(penyuapan), bentuk kejahatan yang sering terjadi dalam bidang ekonomi

seperti tender fiktif, pemilihan pemimpin suatu perusahaan atau institusi.

Adapun pelaku dalam tindakan kecurangan ini disebut dengan tathfif.

Dalam Al-Qur‟an pada surah Al-Muthaffifin, surah ke-83 ayat 1-6,

Allah SWT berfirman :

{١}‫َو ْي ٌل لِّ ْل ُوطَفِّفِ ْييَ ال‬

ِ ٌَّ‫ا ّلـ ِذ ْييَ اِ َذا ا ْكتَلُىْ َع َل ال‬


{٣}‫{ َواِ َذا َكبلُىْ هُ ْن اَوْ َّو َسًُىْ هُ ْن ي ُْخ ِظزُوْ ىَ قلے‬٢}‫ض يَ ْظتَىْ فُىْ ىَ صلے‬

َ ِ‫اَ َال يَظُ ُّي اُولَئ‬


{٦}‫{ يَىْ َم يَقُىْ ُم الٌَّبصُ لِ َزةِّ ال َعلَ ِو ْييَ قلے‬٥}‫{ لِيَىْ ٍم َع ِظي ٍْنال‬٤}‫ك اًََّهُ ْن َّه ْب ُع ْىثُىْ ىَ ال‬
1) Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan

menimbang).

2) (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain

mereka meminta dicukupkan.

3) Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain),

mereka mengurangi.

4) Tidaklah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan

dibangkitkan.

5) Pada suatu hari yang besar.

6) (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan

seluruh alam.

Ayat ini menerangkan bahwasannya Allah SWT sangat membenci

dan melaknat perbuatan curang, perbuatan tercela dan jinayah yang bisa

merugikan orang lain, dzalim terhadap orang lain dan mementingkan diri

sendiri. Allah SWT bahkan akan mengazab orang yang melakukan

perbuatan tersebut dihari Pembalasan. Untuk itu, didalam kehidupan

sehari-hari dibutuhkan lembaga yang bisa memberikan pengawasan dan

jaminan keamanan dari tindakan keji tersebut.

Dalam islam terdapat istilah Hisbah dan Muhtasib. Hisbah

merupakan suatu lembaga yang bertugas menjadi pengawas dalam

kegiatan pasar. Namun, definisi tentang hisbah mulai berkembang seiring

waktu berjalan. Di zaman modern ini, hisbah tidak hanya dikenal sebagai

lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pasar, tetapi juga


dikenal sebagai lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap

kegiatan ekonomi, menetapkan aturan dalam pengawasan, mencegah

segala bentuk kecurangan dan penipuan, serta mencegah kegiatan ekonomi

dari monopoli. Hisbah sendiri dapat bersifat lembaga yang independen

atau lembaga yang berada dibawah pemerintah. Dalam penelitian ini,

hisbah sangat berperan penting dalam memberikan pengawasan yang

memadai agar publik terlindungi dari tindakan kecurangan dan penipuan,

atau dapat mencegah para pelaku ekonomi melakukan tindakan yang tidak

sesuai dengan nilai moral, baik berdasarkan syariat islam maupun nilai

yang berkembang ditengah masyarakat. Dinegara kita sendiri bentuk dari

hisbah ini adalah OJK (Otoritas Jasa Keuangan), KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi), Pengadilan, Kepolisian, ICW (Indonesian

Corruption Watch), Inspektorat, BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan),

BPKAD (Badan Keuangan dan Pembangunan), dan KAP (Kantor Akuntan

Publik).

Hisbah sebagai lembaga yang melakukan pengawasan, maka

diperlukan orang-orang yang menjalankan tugas dari lembaga hisbah

tersebut. Orang yang menjalankan tugas hisbah tersebut disebut dengan

muhtasib. Untuk menjadi seorang muhtasib harus dapat berlaku adil,

merdeka, memiliki pandangan atau wawasan luas dan tajam pemikirannya,

teguh dalam pendirian agama, dan mempunyai pengetahuan tentang

perbuatan-perbuatan kemungkaran yang terjadi dalam masyarakat. Dalam

tatanan Negara kita yang dapat dikatakan muhtasib adalah seorang auditor,
polisi, dan hakim. Oleh karena itu peran hisbah sangat dibutuhkan dalam

menjalankan roda ekonomi, supaya seluruh kebutuhan umat tercapai dan

terlindungi, mengantarkan pada kemaslahatan dan mencegah pada

kemungkaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

ِ ٌَ‫يَأْ ُهزُوْ ىَ ٍ َوا ْل ُو ْْ ِهٌُىْ ىَ َوا ْل ُو ْْ ِه‬


‫م‬
‫ُهُ ْن اَوْ لِيَء ُُ ََ ْع‬
ُ ‫ِ ََ ْع‬

َ َّ َ‫صلَىةَ َوي ُْْتُ ْىىَ ال َّش َكىةَ َويُ ِط ْي ُع ْىى‬


َّ ‫َِب ْل َو ْعزُوْ فَ َويَ ٌْهَىْ ىَ ع َِي ا ْل ُو ٌْكـَزْ َويُقِيْ ُوىْ ىَ ال‬
‫قلے‬
ُُ َ‫َّللا َو َر ُطىْ ل‬

َ َّ ‫ٌٌ اِ َّى‬ َّ ‫ك َطيـَزْ َح ُوهُ ُن‬


َ ِ‫اُولَئ‬
‫قلے‬
{١١}‫َش ْي ٌش َحكِيْن‬
ِ ‫َّللا ع‬ ُ‫َّللا‬

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan,

sebagian mereka yang menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka

menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,

melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan

Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah SWT. Sungguh, Allah

maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS At-Taubah ayat 71)

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.6.1

Nama dan Judul


No Persamaan Perbedaan Hasil penelitian
Tahun Penelitian
1 Merantika, Pengaruh Menggunakan Menambahkan Hasil
Mutiara Faktor-faktor variabel variabel penelitiannya
Deditya Fraud Financial Nature of adalah seluruh
(2019) Pentagon Stability, Industry. variabel secara
Terhadap Financial Sampel dan parsial maupun
Kecurangan Target, periode simultan tidak
Laporan External meneliti berpengaruh
Keuangan Pressure, berbeda. terhadap
Menggunakan Personal kecurangan
Metode F- Financial laporan
Score Need, keuangan
Institutional
Ownership,
Ineffective
Monitoring,
Quality of
External Audit,
Change in
Auditor,
Change in
Director,
Frequent
Number of
CEO Picture.
Metode
penelitian
sama.
2 Helda F. Pengujian Menggunakan Menggunakan Hasil penelitian
Bawekes, Teori Fraud Variabel yang metode F-score ini adalah
Aaron M.A. Pentagon sama yaitu untuk financial
Simanjuntak, Terhadap Financial mengukur stability,
SE., M.Si, Fraudulent Stability, kecurangan, kualitas auditor
CBV, CMA, Financial Financial menambahkan eksternal,
dan Sylvia Reporting Target, variabel baru change in
Christina (Studi Empiris External yaitu Nature of auditor,
Daat, SE., Pada Pressure, Industry serta frequent number
M.Sc. Ak Perusahaan Institutional teknik analisis of CEO picture
(2018) Yang Terdaftar Ownership, data berbeda. berpengaruh
Di Bursa Efek Ineffective positif,
Indonesia Monitoring, sedangkan
Tahun 2011- Kualitas financial target,
2015) Auditor external
Eksternal, pressure,
Change in institutional
Auditor ownership,
Pergantian ineffective
Direksi, monitoring, dan
Frequent pergantian
Number of direksi
CEO Picture. berpengaruh
negatif.
3 Pungky Aji Analisis Faktor Menggunakan Menambahkan Hasil penelitian
Pamungkas Risiko variabel yang institutional ini adalah
(2018) Kecurangan sama yaitu ownership. tekanan
Teori Fraud stabilitas Teknik analisis eksternal,
Pentagon keuangan, data berbeda. stabilitas
Dalam target keuangan, target
Mendeteksi keuangan, keuangan, dan
Financial tekanan pengaruh sifat
Statement eksternal, industri
Fraud kebutuhan berpengaruh
uang pribadi, positif
ketidakefektif signifikan.
pengawasan, Sedangkan
sifat industri, kebutuhan
kualitas audit keuangan
eksternal, pribadi,
pergantian ketidakefektifan
auditor, pengawasan,
pergantian kualitas auditor
direksi, eksternal,
frekuensi pergantian
jumlah foto auditor,
yang pergantian
terpampang. direksi, dan
Menggunakan jumlah foto
F-score yang
sebagai terpampang
pengukuran tidak
kecurangan berpengaruh.
laporan
keuangan.
4 Fitri Pengaruh Menggunakan Menambah Hasil penelitian
Damayani, Fraud variabel yang variabel baru ini adalah secara
Tertiarto Pentagon sama yaitu yaitu kualitas parsial nature of
Wahyudi, Terhadap stabilitas auditor industry
dan Emylia Kecurangan keuangan, eksternal. berpengaruh
Yuniate Laporan target Teknik analisis positif,
(2017) Keuangan pada keuangan, data berbeda. sedangkan
Perusahaan tekanan pihak variabel lainnya
Infrastruktur luar, berpengaruh
yang Terdaftar kepemilikan negatif. Secara
di Bursa Efek manajerial, simultan seluruh
Indonesia pengawasan variabel
Tahun 2014- yang tidak berpengaruh
2016 efektif, sifat positif.
industri,
pergantian
auditor,
pergantian
dewan direksi,
dan frekuensi
kemunculan
gambar CEO.
Menggunakan
model F-score.
5 Faiz Rahman Fraud Menggunakan Menambah Hasil penelitian
Siddiq, Pentagon variabel yang variabel baru ini adalah secara
Fatchan Dalam sama yaitu yaitu financial parsial seluruh
Achyani, Mendeteksi financial target, external variabel
dan Zulfikar Financial stability, pressure, berpengaruh
(2017) Statement quality of institutional positif.
Fraud external audit, ownership,
change in ineffective
auditor, monitoring,
change of nature of
director, industry.
frekuensi Menggunakan
jumlah foto metode F-score
CEO deteksi
kecurangan
Sumber: Penelitian Terdahulu 2020
2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.7.1

Tekanan (Pressure)

Financial Stability H1
Financial Target H2
External Pressure H3
Institutional Ownership H4

Kesempatan (Opportunity)

Nature of Industry H5
Ineffective Monitoring H6
Quality of External Audit H7

Rasionalisasi (Rationalization) Kecurangan Laporan


Change in Auditor H8 Keuangan (Financial
Statement Fraud)

Kemampuan (Competence)

Change in Directors H9

Arogansi (Arrogance)

Frequent Number of CEO


Picture H10

Sumber: Penelitian Aji Pamungkas (2018)


2.8 Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Financial Stability Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Stabilitas keuangan merupakan suatu kondisi keuangan perusahaan

yang berada dalam keadaan stabil. Menurut SAS No. 99 (Skousen et al.,

2009 dalam Aji Pamungkas, 2018) manajer seringkali dihadapkan oleh

tekanan untuk melakukan kecurangan serta manipulasi laporan keuangan

saat stabilitas keuangan dan profitabilitas perusahaannya terancam oleh

kondisi ekonomi, industri, dan kondisi lainnya. Loebbecke dan Bell

(1989, dalam Skousen et al., 2009, dalam Aji Pamungkas, 2018)

mengindikasi yang memungkinkan manajemen untuk manipulasi laporan

keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan adalah perusahaan

yang mengalami pertumbuhan dibawah rata-rata.

Dalam penelitian Skousen et al., (2009, dalam Aji Pamungkas,

2018) membuktikan bahwa pertumbuhan aset yang cepat secara positif

berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan. Penelitian lain

yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo (2014 dalam Annisya et al.,

2016) membuktikan bahwa financial stability yang diproksikan dengan

perubahan total aset terbukti berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan. Oleh sebab itu, rasio perubahan total aset (ACHANGE)

dijadikan proksi pada variabel financial stability.


Dalam penelitian Skousen et al., (2009, dalam Merantika, 2019)

menunjukkan hasil bahwa semakin besar rasio perubahan total aset

(ACHANGE) suatu perusahaan, maka kemungkinan potensi terjadinya

kecurangan laporan keuangan suatu perusahaan semakin tinggi. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh Septriani, (2018) dan Rahman Siddiq et al., (2017) menyatakan

bahwa financial stability berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan

sebagai berikut.

H1: Financial Stability berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021

2. Pengaruh Financial Target Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

SAS No. 99 (AICPA 2002, dalam Tiffani & Marfuah, 2015)

menjelaskan bahwa financial target adalah resiko yang timbul akibat

tekanan yang berlebihan pada manajemen untuk mencapai target

keuangan. Situasi ini berhubungan dengan teori agensi yang menjelaskan

hubungan antara agen dan principal, kaitannya dalam hal ini adalah

keinginan manajemen untuk mendapatkan insentif atas hasil kinerjanya

terhadap pemenuhan keinginan principal yaitu pemenuhan target finansial

berupa laba. Sehingga untuk mencapai target finansial agar mendapatkan

insentif atas hasil kinerjanya dan menjaga performa kinerja keuangan


perusahaan, timbul tekanan pada manajemen yang dapat mendorong

manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.

Skousen et al., (2009, dalam Aji Pamungkas, 2018) menyatakan

Return on total aset (ROA) merupakan ukuran kinerja operasional secara

luas yang digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aset yang sudah

digunakan. Semakin tinggi ROA yang ditargetkan oleh perusahaan, maka

semakin tinggi juga kemungkinan manajemen akan melakukan manipulasi

laba. Oleh sebab itu, ROA digunakan sebagai proksi pada variabel

financial target.

Penelitian yang dilakukan oleh Septriani (2018) dan Aji

Pamungkas (2018) berhasil membuktikan bahwa variabel financial target

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi juga

kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut.

H2: Financial Target berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI

periode 2017-2021

3. Pengaruh External Pressure Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

External Pressure adalah tekanan yang diterima oleh manajemen

yang berasal dari luar atau pihak ketiga dan secara langsung
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Yang dapat dilakukan

manajemen dalam menghadapi external pressure adalah dengan cara

mencari tambahan modal melalui dana pinjaman untuk pengembangan

pasar, aset, ataupun pengeluaran pembangunan (Skousen et al., 2009,

dalam Aji Pamungkas, 2018).

Agar mendapatkan dana pinjaman dari pihak luar, perusahaan

harus menampilkan performa rasio keuangan dan laba yang baik agar

kreditor tertarik. Perusahaan juga harus bisa meyakinkan kreditor

bahwasannya perusahaan mampu mengembalikan pinjaman yang sudah

didapatkan. Pihak eksternal akan menilai kemampuan perusahaan

menggunakan rasio leverage, yaitu dengan membandingkan antara total

liabilitas dan aset. Apabila perusahaan mempunyai leverage yang tinggi,

maka perusahaan tersebut dianggap mempunyai utang yang besar dan

risiko kredit yang tinggi. Semakin tinggi risiko kredit, semakin besar

tingkat kekhawatiran kreditor untuk meminjamkan dana. Oleh sebab itu,

hal ini menjadi poin penting bagi perusahaan dan bisa menjadi penyebab

munculnya tindakan kecurangan laporan keuangan. Oleh karena itu,

leverage dijadikan sebagai proksi pada variabel external pressure.

Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo (2014

dalam Annisya et al., 2016) dan Septriani (2018) menyatakan bahwa

external pressure yang diproksikan dengan leverage (LEV) memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut.


H3: External Pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021

4. Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Ketika dalam perusahaan terdapat institutional ownership atau

kepemilikan saham oleh institusi akan menjadi sebuah tekanan sendiri

bagi perusahaan tersebut. Tekanan tersebut dapat terjadi disebabkan oleh

pihak manajemen yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar

dikarenakan pertanggungjawaban yang dilakukan tidak hanya kepada

seorang individu, melainkan juga kepada institusi. Selain itu, kepemilikan

saham oleh institusi yang lebih besar daripada perseorangan membuat

manajemen memperindah laporan keuangan melalui tindakan manipulasi

(Bawekes et al., 2018).

Penelitian yang dilakukan Skousen et al., (2009, dalam Bawekes et

al., 2018) menemukan bukti bahwa kepemilikan saham-saham eksternal

juga berpengaruh dengan peningkatan kecurangan laporan keuangan.

Berdasarkan hal tersebut dapat diindikasikan, semakin besar kepemilikan

saham oleh institusi maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan

merasa tertekan sehingga melakukan kecurangan pelaporan keuangan.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut.


H4: Institutional Ownership berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021

5. Pengaruh Nature of Industry Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Nature of industry merupakan suatu keadaan ideal dari perusahaan

dalam lingkungan industri. Peraturan industri tempat perusahaan

beroperasi menjadi salah satu celah bagi perusahaan untuk melakukan

tindakan kecurangan laporan keuangan. Munculnya celah tersebut

disebabkan peraturan industri yang menuntut perusahaan untuk

mempunyai keahlian dalam melakukan estimasi terhadap akun-akun yang

nilainya dihitung berdasarkan penilaian subjektif. Tiffani & Marfuah

(2015) menjelaskan bahwa terdapat akun-akun tertentu dalam laporan

keuangan yang saldonya ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu

estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih. Disinilah dapat timbul

kesempatan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Penelitian

yang dilakukan oleh Sihombing & Rahardjo (2014) menunjukkan bahwa

sifat industri yang diproksi dengan rasio perubahan piutang berpengaruh

secara signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Mereka

menjelaskan bahwa peningkatan jumlah piutang perusahaan dari tahun

sebelumnya dapat menjadi indikasi bahwa perputaran kas perusahaan tidak

baik. Banyaknya piutang usaha yang dimiliki perusahaan akan mengurangi

jumlah kas yang dapat digunakan perusahaan untuk kegiatan


operasionalnya. Terbatasnya kas dapat menjadi dorongan bagi manajemen

untuk memanipulasi laporan keuangan.

Penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014, dalam Annisya et al.,

2016), Aji Pamungkas (2018) dan Damayani (2017) menyatakan nature of

industry berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal

tersebut mempunyai arti bahwa semakin tinggi nilai dari variabel

pengaruh sifat industri, semakin tinggi juga kecurangan laporan keuangan

yang dilakukan oleh manajemen. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis

yang diajukan sebagai berikut.

H5: Nature of Industry berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021

6. Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Ineffective monitoring merupakan kondisi dimana tidak adanya

keefektifan sistem pengawasan internal yang dimiliki perusahaan. Dalam

SAS No. 99 menjelaskan hal tersebut dapat terjadi pada proses pelaporan

keuangan dan pengendalian internal serta sejenisnya disebabkan oleh

adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa

kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan

komite audit. Perwakilan pengawasan atas kontrol dalam perusahaan

dilakukan oleh jajaran dewan komisaris yang beranggotakan komisaris


independen. Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris

yang memenuhi persyaratan tidak mempunyai hubungan terafiliasi baik

dengan pemegang saham pengendalian, direktur atau komisaris lainnya,

tidak bekerja rangkap dengan perusahaan terafiliasi dan memenuhi

peraturan perundang-undangan sekaligus kebijakan yang berlaku

diperusahaan (Merantika, 2019).

Dalam penelitian Beasly (1996 dalam Aji Pamungkas, 2018)

mengatakan dengan adanya dewan komisaris independen yang berasal dari

luar perusahaan, akan meningkatkan efektivitas dalam pengawasan

manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan atas laporan keuangan.

Namun jumlah dewan komisaris yang sedikit akan membuat pengawasan

menjadi tidak efektif dan menimbulkan tindakan kecurangan laporan

keuangan. Hasil penelitian Diany (2014 dalam Aji Pamungkas, 2018),

Tiffani & Marfuah (2015) dan Agustina & Pratomo (2019) dapat

memperkuat pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa ineffective

monitoring berpengaruh signifikan terhadap kecurangan atas laporan

keuangan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai

berikut.

H6: Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021


7. Pengaruh Quality of External Audit Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Pemilihan auditor eksternal oleh komite audit perusahaan dianggap

bisa melakukan pemeriksaan secara independen sehingga bisa

menghindari konflik kepentingan dan untuk menjamin integritas proses

audit. Dalam penelitian ini variabel kualitas audit eksternal diproksikan

dengan reputasi auditor yaitu Big Four dan Non Big Four. Kualitas

auditor eksternal berfokus pada perbedaan antara pemilihan jasa audit dari

kantor akuntan publik (KAP) oleh perusahaan yaitu KAP Big Four dan

Non Big Four. Alasan yang mendasari hal ini adalah KAP Big Four

dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendeteksi serta

mengungkapkan kesalahan pelaporan dalam manajemen.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lennox dan Pittman

(dalam Hanifa, 2015 dalam Bawekes et al., 2018) menunjukkan bahwa

auditor eksternal yang bekerja pada perusahaan audit besar “BIG”

memiliki kemampuan lebih untuk mendeteksi fraud dibandingkan dengan

perusahaan yang diaudit oleh perusahaan audit non-BIG. Berdasarkan

uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut.

H7: Kualitas Auditor Eksternal berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021


8. Pengaruh Change in Auditor Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

SAS No. 99 (AICPA, 2002 dalam Aji Pamungkas, 2018)

menjelaskan bahwa indikasi terjadinya kecurangan dapat dipengaruhi oleh

adanya pergantian auditor. Perusahaan yang mengalami fraud lebih sering

melakukan pergantian auditor, disebabkan auditor yang lama

berkemungkinan lebih dapat mendeteksi kemungkinan kecurangan yang

dilakukan oleh manajemen (Tiffani & Marfuah, 2015). Oleh sebab itu,

perusahaan berusaha mengurangi pendeteksian oleh auditor yang lama

terkait kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan,

melalui pergantian auditor yang bertujuan untuk menghilangkan jejak

(fraud trail) yang telah didapat oleh auditor lama. Pernyataan diatas

didukung oleh hasil penelitian Aji Pamungkas (2018); Bawekes et al.,

(2018); Rahman Siddiq et al., (2017) yang menyatakan bahwa change in

auditor berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan

uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut.

H8 : Change in Auditor berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021

9. Pengaruh Change in Director Terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan
Wolfe Hermanson (2004, dalam Aji Pamungkas, 2018)

mengatakan bahwa perubahan direksi menunjukkan adanya conflict

interest, seperti yang dijelaskan dalam penelitian Tessa dan Harto (2016,

dalam Aji Pamungkas, 2018) bahwa manajemen ingin memperbaiki hasil

kinerja dari direksi sebelumnya dengan merubah struktur organisasi

perusahaan atau dengan merekrut direksi baru yang diakui lebih kompeten.

Pergantian direksi dapat menjadi indikasi bahwa ada kepentingan dari

pihak-pihak tertentu terhadap jajaran direksi sebelumnya. Pergantian

direksi juga bisa menjadi salah satu upaya bagi perusahaan untuk

meningkatkan kinerja direksi sebelumnya, tetapi pergantian direksi juga

dapat dianggap sebagai upaya dalam mengurangi efektivitas kinerja

manajemen karena memerlukan waktu lebih bagi manajemen untuk bisa

beradaptasi dengan budaya kinerja yang baru. Berdasarkan uraian diatas

maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut.

H9 : Change in director berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021

10. Pengaruh Frequent Number of CEO Picture Terhadap kecurangan

Laporan Keuangan

Frequent number of CEO picture merupakan jumlah

penggambaran seorang CEO dalam suatu perusahaan dengan

menampilkan display picture ataupun profil, prestasi, foto, ataupun


informasi lainnya mengenai track of record CEO yang dipaparkan secara

berulang-ulang dalam laporan tahunan perusahaan (Crowe, 2011 dalam

Merantika, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simon et.al

(2015, dalam Zelin, 2018), dari foto yang terpampang dalam laporan

tahunan dapat mempresentasikan tingkat arogansi dan superioritas yang

dimiliki oleh CEO. Tingkat arogansi yang tinggi memungkinkan

terjadinya fraud, karena CEO merasa bahwa pengendalian internal apapun

tidak berlaku pada dirinya karena memiliki status dan posisi yang

menurutnya penting di perusahaan. Selain itu juga memungkinkan CEO

akan melakukan cara apapun untuk mempertahankan posisi dan

kedudukannya sekarang ini.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tessa dan Harto (2016);

Arrisandi dan Verawaty (2017, dalam Zelin, 2018) dan Septriani (2018)

frequent number of CEO picture berpengaruh positif signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan, artinya semakin banyak foto CEO yang

terdapat dalam annual report perusahaan, maka semakin tinggi

probabilitas terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan

tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai

berikut.

H10: Frequent Number of CEO Picture berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kuantitatif deskriptif dan pengaruh. Penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang dilakukan dengan melakukan perhitungan statistik,

sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan bertujuan

untuk mengetahui nilai dari masing-masing variabel, yaitu satu variabel

atau lebih yang bersifat independen agar memperoleh gambaran tentang

variabel-variabel tersebut. Penelitian pengaruh adalah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dari

penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk

menjelaskan, meramal dan mengontrol suatu gejala (Sujarweni, 2018

dalam Merantika, 2019). Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji

pengaruh dari faktor-faktor fraud pentagon terhadap kecurangan laporan

keuangan.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

yaitu Kecurangan Laporan Keuangan. Variabel independen dalam

penelitian ini yaitu pengembangan dari kelima faktor dalam fraud

pentagon. Variabel penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut.

52
53

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh

variabel independen atau variabel bebas. Variabel dependen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kecurangan laporan keuangan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari kelima faktor fraud

pentagon terhadap kecurangan laporan keuangan melalui variabel proksi

dengan menggunakan model f-score (Fraud Score Model), adapun model

ini dikembangkan oleh Dechow et al., (2007, dalam Merantika, 2019).

Pada model f-score, terdapat dua komponen variabel dalam Fraud Score

Model yang digunakan untuk penjumlahan, yaitu accrual quality (kualitas

akrual) dan Financial Performance (kinerja keuangan), adapun

persamaannya sebagai berikut.

Fscore = Accrual quality + Finance Performance

Kualitas akrual diproksikan dengan RSST accrual (Richardson,

Sloan, Soliman dan Tuna, 2005 dalam Merantika, 2019) dan Finance

Performance diproksikan dengan perubahan dalam akun piutang,

perubahan dalam akun persediaan, perubahan dalam akun penjualan tunai

dan perubahan dalam akun pendapatan sebelum pajak.

RSST Accrual =

Keterangan:

WC (Working Capital) = Currents Assets – Current Liability


54

NCO (Non Current Operating Accrual) = (Total Asset – Current

Assets – Investment and Advance) – (Total Liabilities – Current

Liabilities – Long Term Debt)

FIN (Financial Accrual) = Total Investment – Total Liabilities

ATS (Average Total Assets) =

Financial Performance = Change in Receivable + Change in

Inventories + Change in Cash Sales + Change in Earnings

Keterangan:

Change in Receivable =

Change in Inventory =

Change in Sales = +

Change in Earnings = -

Sumber: Gabungan Penelitian terdahulu 2020

Perusahaan dapat diprediksi melakukan kecurangan pada laporan

keuangan jika nilai Fraud Score mencapai 1.


55

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel bebas yang diprediksi

mempengaruhi variabel dependen. Tujuan variabel ini untuk menguji

pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Adapun variabel

independen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1) Financial Stability (stabilitas keuangan), merupakan kondisi

keuangan perusahaan dalam keadaan stabil.

2) Financial Target (target keuangan), merupakan kondisi yang

mengakibatkan manajemen mendapat tekanan untuk bisa mencapai

target laba.

3) External Pressure (tekanan dari luar), merupakan kondisi yang

membuat manajemen menerima tekanan untuk menyajikan kondisi

keuangan perusahaan dalam kondisi stabil dan laba untuk

memenuhi syarat pendanaan.

4) Institutional Ownership (kepemilikan oleh institusi lain),

merupakan keadaan perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki

oleh institusi lain, sehingga manajemen menghadapi tekanan untuk

selalu menunjukan keadaan keuangan dalam keadaan baik untuk

menjaga kepercayaan investor, reputasi perusahaan dan kinerja

yang baik.

5) Nature of Industry (sifat industry), merupakan suatu keadaan ideal

dari perusahaan dalam lingkungan industri.


56

6) Ineffective Monitoring (pengawasan yang tidak efektif), merupakan

keadaan yang kegiatan manajemen atau perusahaan tidak

mendapatkan pengawasan yang efektif atau memadai.

7) Quality of External Audit (kualitas auditor eksternal), merupakan

suatu kondisi perusahaan yang menggunakan jasa KAP ternama,

berlisensi dan tersertifikasi, serta terafiliasi dalam jaringan KAP

internasional untuk meraih keyakinan atas keandalan dan

kepercayaan laporan keuangan.

8) Change in Auditor (pergantian auditor), merupakan perubahan

KAP yang melakukan audit terhadap perusahaan untuk

memberikan opini atas pemeriksaan.

9) Change in Director (pergantian direksi), merupakan perusahaan

yang melakukan perubahan direksi untuk menjalankan kegiatan

perusahaan.

10) Frequent Number of CEO Picture (frekuensi kemunculan gambar

CEO), merupakan suatu kondisi seorang CEO ingin diketahui atas

pencapaiannya melalui penampilan foto dirinya dalam laporan

tahun perusahaan.

3.3 Definisi Operasional Variabel

1. Financial Stability

Berdasarkan SAS NO. 99 (AICPA,2002 dalam Merantika, 2019),

menjelaskan bahwasannya manajemen seringkali dihadapkan dengan

kejadian ekonomi yang tidak bisa menjamin stabilitas keuangan


57

perusahaan. Manajemen seringkali dituntut agar bisa mengelola aset

perusahaan dengan baik supaya dari pengelolaan aset tersebut dapat

memberikan return yang besar bagi perusahaan dan principal. Dengan

semakin besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan akan memberikan

daya Tarik bagi investor. Menurut Skousen et al., (2009 dalam Bawekes et

al., 2018) stabilitas keuangan bisa diukur dengan melihat perubahan aset

selama dua tahun. Maka peneliti menggunakan Asset Change

(ACHANGE) atau perubahan aset selama dua tahun sebagai rasio untuk

mengukur variabel Financial Stability, dengan rumus sebagai berikut.

ACHANGE =

Sumber: Bawekes et al., (2018)

2. Financial Target

Financial target adalah suatu tekanan yang berlebihan yang

diberikan kepada manajemen untuk mencapai target yang sudah

ditentukan oleh direksi. Manajer dituntut bisa melakukan performa yang

bagus dalam menjalankan kinerjanya. Pengukuran yang digunakan untuk

menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang

dikeluarkan adalah return on asset (ROA). Menurut Skousen et al., (2009,

dalam Aji Pamungkas, 2018) ROA sering digunakan manajer untuk

mengukur kenaikan upah dan bonus. Perbandingan tingkat laba terhadap

jumlah aset merupakan ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan


58

dalam menunjukkan efisiensi aset yang telah bekerja. ROA dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut.

ROA =

Sumber: Aji Pamungkas (2018)

3. External Pressure

External pressure merupakan situasi yang mana perusahaan

mendapatkan tekanan dari pihak luar perusahaan. Solusi mengatasi

tekanan tersebut, perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber

pembiayaan eksternal lainnya supaya tetap kompetitif, termasuk

pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal (Skousen et

al., 2008 dalam Aji Pamungkas, 2018). Jika perusahaan mempunyai

leverage yang tinggi, maka perusahaan tersebut dianggap mempunyai

utang yang besar dan risiko kredit yang dimiliki juga tinggi. Semakin

tinggi risiko kredit, maka semakin besar tingkat kekhawatiran kreditor

untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan. Hal ini menjadi salah

satu pemicu munculnya kecurangan laporan keuangan. Oleh sebab itu,

dalam penelitian ini variabel external pressure diproksikan dengan rasio

leverage (LEV) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut.

LEV =

Sumber: Aji Pamungkas (2018)


59

4. Institutional Ownership

Institutional ownership merupakan keadaan yang mana

kepemilikan oleh institusi lain dalam sebuah perusahaan dapat menambah

tekanan manajemen dalam memberikan pertanggungjawaban terhadap

kinerjanya, tidak hanya untuk para principal secara individu tetapi juga

principal berupa institusi. Selain itu, kepemilikan saham oleh institusi

yang lebih besar dibandingkan dengan kepemilikan saham secara individu,

dapat membuat manajemen melakukan kecurangan untuk memanipulasi

laporan keuangan dan menunjukkan kinerjanya dalam keadaan baik. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini variabel institutional ownership

diproksikan dengan rasio OSHIP yang dihitung dengan rumus sebagai

berikut.

OSHIPi =

Sumber: Bawekes et al., (2018)

5. Nature of Industry

Nature of industry merupakan keadaan ideal perusahaan dalam

industri. Summers dan Sweeney (1998, dalam Skousen et al., 2008 dalam

Aji Pamungkas 2018), menyatakan bahwa akun persediaan dan piutang

bisa digunakan untuk mengidentifikasi manipulasi laporan keuangan dan

memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan piutang tak tertagih

dan obsolete inventory. Penilaian yang subjektif tersebut yang dapat


60

membuat manajemen menggunakan akun tersebut untuk memanipulasi

laporan keuangan. Maka dalam penelitian variabel nature of industry

diproksikan dengan rasio total piutang usaha dengan rumus sebagai

berikut.

RECEIVABLE = -

Sumber: Aji Pamungkas (2018)

6. Ineffective Monitoring

Ineffective monitoring merupakan suatu keadaan perusahaan yang

mana unit pengawasnya tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan tidak efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh dewan

komisaris, direksi, dan komite audit atas pelaporan keuangan, serta

pengendalian internal dan sejenisnya (SAS No. 99, dalam Sihombing,

2014 dalam Aji Pamungkas, 2018). Maka dalam penelitian ini, variabel

ineffective monitoring (BDOUT) diproksikan dengan rasio komisaris

independen dari jumlah anggota dewan komisaris yang dihitung dengan

rumus sebagai berikut.

BDOUT =

Sumber: Aji Pamungkas (2018)

7. Quality of External Audit


61

Menurut Lennox dan Pittman (2010, dalam Rahman Siddiq et al.,

2017) menyatakan jika perusahaan menggunakan jasa salah satu anggota

Big Four maka kemungkinan besar akan mampu mendeteksi terjadinya

kecurangan laporan keuangan karena sumber daya manusia yang dimiliki

mempunyai keahlian yang lebih baik. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini

variabel quality of external audit diproksikan dengan reputasi auditor yaitu

Big Four dan Non Big Four yang diukur dengan variabel dummy. Jika

perusahaan menggunakan jasa audit KAP BIG 4 maka diberi kode 1

(satu), namun jika perusahaan tidak menggunakan jasa audit KAP BIG 4

maka diberi kode 0 (nol).

8. Change in Auditor

Dalam SAS No. 99 (AICPA, 2002 dalam Merantika, 2019)

menerangkan bahwa perubahan auditor dalam perusahaan bisa menjadi

sumber terjadinya fraud. Perusahaan yang mengganti auditor sebelum

masa empat tahun adalah suatu cara yang bertujuan untuk menutupi

kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Dikarenakan auditor lama

akan lebih mudah menemukan bukti serta mendeteksi kecurangan yang

dilakukan oleh manajemen, sehingga akan mempengaruhi opini yang

diberikan oleh auditor. Dengan hal ini, peneliti mengukur variabel change

in auditor dengan variabel dummy. Jika sampel yang diteliti melakukan

perubahan KAP selama periode penelitian maka akan diberikan kode 1

(satu), namun jika sampel tidak melakukan perubahan KAP selama

periode penelitian maka akan diberikan kode 0 (nol).


62

9. Change in Director

Pergantian direksi dapat menjadi sebuah indikasi adanya

kepentingan dari pihak-pihak tertentu dengan jajaran direksi sebelumnya.

Pergantian direksi juga bisa menjadi salah satu upaya bagi perusahaan agar

dapat meningkatkan kinerja direksi sebelumnya, tetapi pergantian direksi

juga dapat dianggap sebagai upaya untuk mengurangi efektivitas kinerja

manajemen disebabkan memerlukan waktu lebih bagi manajemen agar

bisa beradaptasi dengan budaya kerja direksi yang baru (Wolfe dan

Hermanson, 2004 dalam Aji Pamungkas, 2018). Oleh sebab itu, elemen

capability dalam teori fraud pentagon akan diproksikan dengan pergantian

direksi selama tahun pengamatan yang diukur dengan variabel dummy.

Apabila terjadi pergantian direksi perusahaan maka diberi kode 1 (satu),

apabila tidak mengalami pergantian direksi perusahaan maka diberi kode 0

(nol) (Sihombing, 2014 dalam Aji Pamungkas, 2018).

10. Frequent number of CEO Picture

CEO adalah orang yang dapat dipercaya untuk memimpin jajaran

direksi suatu perusahaan atau biasa disebut dengan direktur utama.

Banyaknya foto yang terpampang didalam laporan keuangan tahunan

perusahaan dapat merepresentasikan tingkat arogansi atau superioritas

yang dimiliki seorang CEO, sehingga CEO dapat dikatakan lebih ingin

menunjukkan kepada semua orang perihal status dan posisinya (Tessa dan

Harto, 2016 dalam Aji Pamungkas, 2018).


63

Hal ini sesuai dengan elemen arrogance yang dikemukakan oleh

Crowe (2011, dalam Aji Pamungkas, 2018). Maka dalam penelitian ini,

elemen arrogance diproksikan dengan frequent number of CEO picture

dan diukur dengan menghitung jumlah foto CEO yang ditampilkan pada

laporan keuangan tahunan.

Tabel 3.3.2 Defenisi Operasional Variabel

Nama Variabel Pengukuran


Financial Stability ACHANGE =
Financial Target ROA =
External Pressure LEV =
Institutional OSHIPi =
Ownership
Nature of Industry RECEIVABLE = -
Ineffective BDOUT =
Monitoring
Quality of External diukur dengan variabel dummy, jika sampel yang
Audit diteliti menggunakan jasa audit KAP BIG 4 maka
diberi kode 1, namun jika sampel yang diteliti tidak
menggunakan jasa audit KAP BIG 4 maka diberi kode
0.
Change in Auditor diukur dengan variabel dummy, jika sampel yang
diteliti melakukan perubahan KAP selama periode
penelitian maka akan diberikan kode 1 (satu), namun
jika sampel tidak melakukan perubahan KAP selama
periode penelitian maka akan diberikan kode 0 (nol).
Change in Director diukur dengan variabel dummy, apabila terjadi
pergantian direksi perusahaan maka diberi kode 1,
apabila tidak mengalami pergantian direksi perusahaan
maka diberi kode 0
Frequent Number of diukur dengan menghitung jumlah foto CEO yang
CEO Picture ditampilkan pada laporan keuangan tahunan selama
periode pengamatan.
64

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan selama periode 2017-2021, populasi perusahaan sub sektor

makanan dan minuman berjumlah 72 perusahaan.

Tabel 3.4.1 Jumlah Populasi

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan


1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ADES Akasha Wira International Tbk
3 AGAR Asia Sejahtera Mina Tbk
4 AISA FKS Food Sejahtera Tbk
5 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
6 ANDI Andira Agro Tbk
7 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk
8 BEEF Estika Tata Tiara Tbk
9 BISI Bisi International Tbk
10 BOBA Formosa Ingredient Factory Tbk
11 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
12 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk
13 BWPT Eagle High Plantations Tbk
14 CAMP Campina Ice Cream Tbk
15 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
16 CLEO Sariguna Primatirta Tbk
17 CMRY Cisarua Mountain Dairy Tbk
18 COCO Wahana Interfood Nusantara Tbk
19 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
20 CPRO Central Proteina Prima Tbk
21 CSRA Cisadane Sawit Raya Tbk
22 DLTA Delta Djakarta Tbk
23 DPUM Dua Putra Umum Makmur Tbk
24 DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
25 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk
26 ENZO Morenzo Abadi Perkasa Tbk
27 FAPA FAP Agri Tbk
28 FISH FKS Multi Agro Tbk
29 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk
65

30 GOLL Golden Plantation Tbk


31 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk
32 GZCO Gozco Plantations Tbk
33 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
34 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
35 IKAN Era Mandiri Cemerlang Tbk
36 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
37 IPPE Indo Pureco Pratama Tbk
38 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk
39 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
40 KEJU Mulia Boga Raya Tbk
41 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk
42 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk
43 MAIN Malindo Feedmill Tbk
44 MGRO Mahkota Group Tbk
45 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
46 MYOR Mayora Indah Tbk
47 NASI Wahana Inti Makmur Tbk
48 OILS Indo Oil Perkasa Tbk
49 PALM Provident Agro Tbk
50 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk
51 PGUN Pradiksi Gunatama Tbk
52 PMMP Panca Mitra Multiperdana Tbk
53 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
54 PSGO Palma Serasih Tbk
55 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
56 SGRO Sampoerna Agro Tbk
57 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk
58 SIPD Sreeya Sewu Indonesia Tbk
59 SKBM Sekar Bumi Tbk
60 SKLT Sekar Laut Tbk
61 SMAR SMART Tbk
62 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk
63 STTP Siantar Top Tbk
64 TAPG Triputra Agro Persada Tbk
65 TAYS Jaya Swarasa Agung Tbk
66 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
67 TGKA Tigaraksa Satria Tbk
68 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk
69 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk
70 WAPO Wahana Pronatural Tbk
71 WMPP Widodo Makmur Perkasa Tbk
72 WMUU Widodo Makmur Unggas Tbk
Sumber: Data IDX
66

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diteliti.

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan metode Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel dengan melakukan pertimbangan dan memiliki kriteria tertentu.

Adapun kriteria sampel yang digunakan sebagai berikut.

1) Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) secara berturut-turut selama periode 2017-2021.

2) Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang mengalami laba secara berturut-turut

selama periode 2017-2021.

3) Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang laporan

keuangannya memiliki data yang berkaitan dengan variabel penelitian

dan tersedia secara lengkap.

Tabel 3.4.2 Kriteria Penentuan Sampel Penelitian

No. Kriteria Jumlah


1 Populasi perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017- 72
2021
2 Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang tidak
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara berturut-turut (53)
selama periode 2017-2021
3 Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tidak mengalami laba (4)
secara berturut-turut selama periode 2017-2021
4 Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang laporan
keuangannya tidak memiliki data yang berkaitan dengan (1)
variabel penelitian dan tersedia secara lengkap.
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 14
Jumlah tahun pengamatan 5
Jumlah sampel data selama observasi 70
67

Berdasarkan proses penentuan sampel sesuai dengan kriteria yang

dibutuhkan dalam penelitian, terdapat 14 perusahaan sub sektor makanan

dan minuman yang menjadi sampel penelitian.

Tabel 3.4.3 Jumlah Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan IPO


1 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk 8 Mei 1995
2 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 9 Juli 1996
3 CLEO Sariguna Primatirta Tbk 5 Mei 2017
4 DLTA Delta Djakarta Tbk 12 Februari 1984
5 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk 22 Juni 2017
6 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 7 Oktober 2010
7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Juli 1994
8 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 15 Desember 1981
9 MYOR Mayora Indah Tbk 4 Juli 1990
10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 28 Juni 2010
11 SKBM Sekar Bumi Tbk 28 September 2012
12 SKLT Sekar Laut Tbk 8 September 1993
13 STTP Siantar Top Tbk 16 Desember 1996
Ultra Jaya Milk Industry
14 ULTJ 2 Juli 1990
& Trading Company Tbk

3.5 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data

sekunder. Data sekunder adalah data yang diukur dalam suatu skala

numerik. Data sekunder merupakan data yang tidak didapat secara

langsung oleh melainkan melalui media perantara (didapat dan dicatat oleh

pihak lain). Data sekunder bisa berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang sudah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

maupun yang tidak dipublikasikan. Adapun sumber data dalam penelitian

ini berasal dari data sekunder yang ada pada laporan keuangan tahunan
68

perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2017-2021.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan

cara dokumentasi yaitu dilakukan pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan atau mempelajari dokumen atau catatan yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti. Dalam studi dokumentasi teknik

pengumpulan data melalui penelusuran dokumen-dokumen, tidak

ditujukan langsung pada subjek penelitian (Merantika, 2019).

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini, uji deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian.

Uji deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat

dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,

sum, range, kurtosis dan skewness.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Basuki (2016:297) menjelaskan bahwa uji asumsi klasik

yang digunakan dalam regresi linier dengan pendekatan ordinary least

squared (OLS) meliputi uji linieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas,

multikolinieritas dan normalitas. Meskipun begitu, dalam regresi data

panel tidak semua uji perlu dilakukan.


69

1. Uji linieritas tidak dilakukan pada setiap model regresi linier

karena model sudah diasumsikan bersifat linier, maka uji linieritas

hamper tidak dilakukan pada model regresi linier.

2. Uji normalitas pada dasarnya bukan merupakan syarat BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator) dan beberapa pendapat juga tidak

mengharuskan syarat ini sebagai sesuatu yang wajib dipenuhi.

3. Uji autokorelasi pada data yang tidak bersifat time series (cross

section atau panel) akan sia-sia, karena autokorelasi hanya akan

terjadi pada data time series.

4. Pada saat model regresi linier menggunakan lebih dari satu variabel

bebas, maka perlu dilakukan uji multikolinieritas. Karena jika

variabel bebas hanya satu, tidak mungkin terjadi multikolinieritas.

5. Kondisi data mengandung heteroskedastisitas biasanya terjadi pada

data cross section, yang mana data panel lebih dekat ke ciri data

cross section dibandingkan time series.

Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pada

model regresi data panel, uji asumsi klasik yang dipakai hanya

multikolinearitas dan heteroskedastisitas saja.

1) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan korelasi yang tinggi atau sempurna antar

variabel independen (Ghozali, 2017:71). Model regresi yang baik


70

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Menurut

Ghozali (2017:73) jika koefisien korelasi antar variabel bebas melebihi

0,80 maka dapat disimpulkan bahwa model mengalami masalah

multikolinearitas, Sebaliknya, koefisien korelasi < 0,80 maka model

bebas dari multikolinearitas.

2) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018) uji heteroskedastisitas digunakan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang menunjukkan homoskedastisitas atau

tidak menunjukkan heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Uji

Breusch Pagan Godfrey, Uji Harvey, Uji Glejser, Uji Autoregressive

Conditional Heteroskedasticity model (ARCH), dan Uji White.

● Jika nilai p value ≥ 0,05 artinya tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas

● Jika nilai p value ≤ 0,05 artinya terdapat masalah

heteroskedastisitas
71

3.7.3 Pemilihan Regresi Model Data Panel

Regresi data panel dapat dilakukan dengan menguji tiga model

analisis yaitu common effect, fixed effect, dan random effect. Setiap model

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan model

tergantung pada asumsi yang digunakan oleh peneliti dan penerapan

persyaratan pengolahan data statistik yang benar, sehingga dapat

dijelaskan secara statistik. Oleh karena itu, hal pertama yang harus

dilakukan adalah memilih model yang sesuai dari ketiga model yang ada.

1) Model Data Panel

Terdapat tiga pendekatan dalam proses mengestimasi regresi data

panel yang dapat digunakan pooling Least Square (model Common

Effect), model Fixed Effect, dan model Random effect.

a. Common Effect

Estimasi common effect (koefisien tetap antar waktu dan individu)

adalah teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel.

Hal ini karena data panel dapat diestimasi menggunakan Ordinary

Least Square (OLS) hanya dengan mengkombinasikan data time series

dan data cross section tanpa mempertimbangkan perbedaan antara

waktu dan individu. Dalam pendekatan estimasi ini, baik dimensi

individu maupun waktu tidak dipertimbangkan. Dengan asumsi bahwa

perilaku data antar perusahaan pada periode yang berbeda adalah

sama, dengan mengkombinasikan data time series dan data cross


72

section tanpa mempertimbangkan perbedaan antar waktu dan individu,

maka model persamaan regresinya adalah :

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it +

β7X7it + β8X8it + β9X9it + β10X10it + eit

b. Fixed Effect

Model yang mengasumsikan intersep yang berbeda disebut dengan

model regresi Fixed Effect. Teknik model Fixed Effect adalah teknik

mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk

menangkap adanya perbedaan intersep. Definisi Fixed Effect ini

didasarkan pada perbedaan intersep antar perusahaan maupun

intersepnya sama antar waktu. Disamping itu, model ini juga

mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan

dan antar waktu. Model Fixed Effect dengan teknik Least Square

Dummy Variable (LSDV). Least Square Dummy Variable (LSDV)

adalah regresi Ordinary Least Square (OLS) dengan variabel dummy

dengan intersep diasumsikan berbeda antar perusahaan. Variabel

dummy ini sangat berguna dalam menggambarkan efek perusahaan

investasi. Model Fixed Effect dengan Least Square Dummy Variabel

(LSDV) dapat ditulis sebagai berikut:


73

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it+ β5X5it + β6X6it + β7X7it

+ β8X8it + β9X9it + β10X10it …. βndnit + eit

c. Random Effect

Pada model Fixed Effect terdapat kekurangan yaitu berkurangnya

derajat kebebasan (Degree Of Freedom) sehingga akan mengurangi

efisiensi parameter. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat

menggunakan pendekatan estimasi Random Effect. Pendekatan

estimasi Random Effect ini menggunakan variabel gangguan (error

terms). Variabel gangguan ini mungkin akan menghubungkan antar

waktu dan antar perusahaan. Penelitian konstan dalam model Random

Effect tidak lagi tetap, tetapi bersifat random sehingga dapat ditulis

dengan persamaan sebagai berikut:

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it+ β5X5it + β6X6it + β7X7it

+ β8X8it + β9X9it + β10X10it + eit+ μi

2) Pemilihan Model

Dari ketiga model yang telah diestimasi, akan dipilih model mana

yang paling tepat atau sesuai dengan tujuan penelitian. Tergantung pada

karakteristik data yang Anda miliki, ada tiga uji (test) yang dapat dijadikan

alat dalam memilih model regresi data panel (CE, FE atau RE)

berdasarkan karakteristik data yang dimiliki yaitu: F Test (Chow Test),

Hausman Test dan lagrange Multiplier (LM) Test.


74

a. F Test (Chow Test)

Uji Chow digunakan untuk memilih antara metode Common Effect

dan metode Fixed Effect, dengan ketentuan pengambilan keputusan

sebagai berikut :

H0 :Metode Common Effect

Ha : Metode Fixed Effect

Jika nilai p-value cross section Chi Square < 0,05 atau probability

(p-value) F Test < 0,05 maka H0 ditolak atau dapat dikatakan bahwa

metode yang digunakan adalah metode fixed effect. Jika nilai p-value

cross section Chi Square > 0,05, atau probability (p-value) F Test >

0,05 maka H0 diterima atau dapat dikatakan bahwa metode yang

digunakan adalah metode common effect.

b. Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah metode

Random Effect atau metode Fixed Effect yang sesuai, dengan ketentuan

pengambilan keputusan sebagai berikut:

H0 : Metode random effect

H1 : Metode fixed effect

● Apabila probability cross-section random < 0,05 maka H0 ditolak

atau metode yang digunakan adalah model fixed effect.


75

● Apabila probability cross-section random > 0,05 maka H0 diterima

atau metode yang digunakan adalah metode random effect.

c. Uji LM Test

Uji LM digunakan untuk memilih model random effect atau model

common effect yang sebaiknya digunakan.Uji LM ini didasarkan pada

distribusi chi-squares dengan degree of freedom sebesar jumlah

variabel independen. Ketentuan pengambilan keputusan pada uji LM

ini adalah sebagai berikut:

H0 : Metode Common Effect

H1 : Metode Random Effect

Jika nila LM statistik lebih besar nilai kritis chi-square, maka kita

menolak hipotesis nol. Artinya, estimasi yang tepat untuk regresi data

panel adalah random effect. Jika nilai uji LM lebih kecil dari nilai

statistic chi-squares sebagai nilai kritis, maka kita menerima hipotesis

nol. Artinya Estimasi random effect dengan demikian tidak dapat

digunakan untuk regresi data panel, tetapi digunakan metode common

effect.

3.7.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan

keputusan menerima atau menolak hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji


76

hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi data panel, uji

signifikan parameter individual (uji statistik t), uji signifikan keseluruhan

(uji statistik F) dan uji koefisien determinasi (R2).

1) Regresi Data Panel

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan metode

analisis regresi data panel. Metode analisis regresi data panel

digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel bebas

terhadap variabel terikat dengan jenis data yang digunakan yaitu

gabungan data time series dan cross section. Pada penelitian ini model

regresi data panel diuji dengan menggunakan software Eviews 12

untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen. Hubungan antara fraud pentagon dengan financial

statement fraud, diukur dengan rumus sebagai berikut:

Yit = α + β1 ACHANGEit + β2 ROAit + β3 LEVit + β4OSHIPi(it) +

β5RECit + β6 BDOUTit + β7 BIGit + β8CIA + β9 CID + β10

CEO picture + e

Keterangan :

Yit = Kecurangan Laporan Keuangan

α = Konstanta

i = Unit Cross Section


77

t = Unit Time Series

β1 - β10 = Koefisien Regresi

ACHANGE = Rasio perubahan total asset

ROA = Return on Assets

LEV = Rasio total kewajiban per total asset

OSHIPi = Rasio kepemilikan saham institusi

RECEIVABLE = Rasio perubahan piutang usaha

BDOUT = Rasio dewan komisaris independen

BIG = Kualitas auditor eksternal

CIA = Pergantian auditor independen

CID = Pergantian direksi dalam perusahaan

CEO picture =Jumlah foto yang terdapat dalam laporan keuangan

e = Error

2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel

dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai

probabilitas t lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen


78

berpengaruh terhadap variabel dependen. Adapun syarat penerimaan

dan penolakan hipotesis sebagai berikut:

a) Jika nilai probability < 0,05, maka hipotesis diterima. Hal

ini menunjukan bahwa variabel independen tersebut

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen secara

individu.

b) Jika nilai probability > 0,05, maka hipotesis ditolak. Hal ini
menunjukan bahwa variabel independen tersebut tidak

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen secara

individu.

3) Uji Signifikan Keseluruhan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,

2018:98). Tingkat signifikansi 0,05 digunakan untuk uji ini, dengan

kriteria sebagai berikut:

● Jika nilai signifikansi < 0,05 berarti semua variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

● Jika nilai signifikansi > 0,05 berarti semua variabel independen

secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.
79

4) Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur

seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependennya (Ghozali, 2018). Nilai adjusted R2 adalah nol

atau satu. Nilai R2 yang kecil maka kemampuan variabel-variabel

bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Nilai R 2

yang mendekati satu maka hampir semua variabel bebas mampu

memberikan informasi yang dibutuhkan (Ghozali, 2018).


BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen yaitu financial stability, financial target, external pressure,

institutional ownership, nature of industry, ineffective monitoring, quality of

external audit, change in auditor, change in director dan frequent number

of CEO picture terhadap variabel dependen yaitu kecurangan laporan

keuangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Financial stability secara parsial berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021.

2. Financial target secara parsial berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021.

3. External pressure secara parsial tidak berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021.

4. Institutional ownership secara parsial tidak berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

120
121

5. Nature of industry secara parsial tidak berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021.

6. Ineffective monitoring secara parsial tidak berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

7. Quality of external audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

8. Change in auditor secara parsial tidak berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021.

9. Change in director secara parsial tidak berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di BEI periode 2017-2021.

10. Frequent number of CEO picture secara parsial tidak berpengaruh

terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2021.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yang mungkin dapat

melemahkan hasil penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini

diantaranya yang pertama nilai koefisien determinasi (R 2) menunjukkan

bahwa kontribusi variabilitas variabel independen terhadap variabilitas


122

variabel dependen hanya 54%, sisanya 46% dijelaskan oleh variabel-

variabel diluar model. Kemudian yang kedua beberapa variabel dalam

penelitian ini hanya menggunakan proksi pengukuran berdasarkan

proporsi sehingga hasil penelitian tidak sejalan dengan rumusan hipotesis.

Kemudian yang ketiga sampel penelitian yang digunakan jumlahnya

sedikit karena objek penelitian hanya perusahaan golongan sub sektor.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Disarankan pada perusahaan agar tidak melakukan kecurangan

dalam pembuatan laporan keuangan karena dapat merugikan banyak

pihak. Perusahaan juga akan kena imbasnya jika ketahuan melakukan

kecurangan laporan keuangan. Nama baik perusahaan akan jelek dan akan

kehilangan investor karena tidak dapat dipercaya lagi dalam menjalankan

suatu bisnis dalam perusahaan.

2. Bagi Investor

Sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan, hendaknya

seorang investor perhatikan beberapa hal lain yang mungkin akan

menimbulkan masalah pada investasinya. Jangan terlalu berpatokan pada

laba perusahaan saja. Hal ini karena masih ada kemungkinan laba tersebut

merupakan hasil manipulasi manajemen.


123

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai kecurangan

laporan keuangan diharapkan dapat menambah variabel independen

lainnya yang tidak ada dalam penelitian ini sebagai keterbaruan dan

perbedaan untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, disarankan juga untuk

menggunakan objek lain selain sub sektor makanan dan minuman serta

menambah jumlah periode pengamatan agar mendapatkan hasil penelitian

yang lebih otentik dan intens.


DAFTAR PUSTAKA

Al Quran. (-). Surah Al-Mutaffifin. -: ayat 1-6


Al Quran. (-). Surah At-Taubah. -: ayat 71
ACFE Indonesia. (2020). Survei Fraud Indonesia 2019. Indonesia Chapter #111,
53(9), 1–76. https://acfe-indonesia.or.id/survei-fraud-indonesia/
Agustina, R. D., & Pratomo, D. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon Dalam
Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Manajemen,
Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 3(1), 44–62.
https://doi.org/10.31955/mea.vol3.iss1.pp44-62
Aji Pamungkas, P. (2018). Analisis Faktor Risiko Kecurangan Teori Fraud
Pentagon Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud ( Studi Empiris pada
Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2016 ). Skripsi.
Alfarizy, M. S. (2020). Analisis Fraudulent Financial Report Pada Perusahaan
Pertambangan Publik Melalui Crowe‟S Fraud Pentagon Theory. Skripsi.
http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/41936
Annisya, M., Lindrianasari, & Asmaranti, Y. (2016). Pendeteksian Kecurangan
Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond. Jurnal Bisnis Dan
Ekonomi (JBE), 23(1), 72–89.
Aprilia, A. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan Menggunakan Beneish Model Pada Perusahaan Yang
Menerapkan Asean Corporate Governance Scorecard. Jurnal ASET
(Akuntansi Riset), 9(1), 101. https://doi.org/10.17509/jaset.v9i1.5259
Badrus, A. Al. (2017). Model Pendeteksian Fraudulent Financial Statement
Menggunakan Analisis Fraud Pentagon. Skripsi.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/4114
Basuki, Agus Tri & Nano, Prawoto. (2016). Analisis Regresi Dalam Penelitian
Ekonomi & Bisnis (Dilengkapi Aplikasi SPSS & EVIEWS. Depok: Rajawali
Persada
Bawekes, H. F., Simanjuntak, A. M., & Christina Daat, S. (2018). Pengujian Teori
Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Studi Empiris
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).
Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah, 13(1), 114–134.
Damayani, F., Wahyudi, T., & Yuniarti, E. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Infrastruktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 – 2016.
AKUNTABILITAS: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Akuntansi, 11(2),
151–170. https://doi.org/10.29259/ja.v11i2.8936
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2017). Analisis Multivariat dan Ekonometrika Teori, Konsep dan
Aplikasi dengan Eviews 10 Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hanifa, S. I. (2015). Pengaruh Fraud Indicators Terhadap Fraudulent Financial
Statement (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listed di BEI Tahun 2008-
2013). Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Semarang, 1-90.
Harahap, D. A. T., Majidah, & Triyanto, D. N. (2017). Pengujian Fraud
Diamond Dalam Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada
Perusahaan Pertambangan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2015). e-Proceeding of Management (Vol. 4, pp. 420-427)
Herviana, E. (2017). Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud
Pentagon Pada Badan Usaha Milik Negara (Bumn) Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (Bei) Periode 2012-2016. Skripsi, 80–83.
Kurniawati, E. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial
Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle. Skripsi Program S1.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang., 1-68.
Merantika, M. D. (2019). Pengaruh Faktor-Faktor Fraud Pentagon Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Metode F-Score. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Norbarani, L. (2012). Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS No. 99.
Diponegoro Journal of Accounting, 2(99), 1–35.
Putriasih, K. (2016). Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015. JIMAT (Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) UNDIKSHA.
Putri, A. (2012). Kajian : Fraud (Kecurangan) Laporan Keuangan. Jurnal Riset
Akuntansi Dan Komputerisasi Akuntansi, 2.
Rachmawati, K. K. (2014). Pengaruh Faktor-Faktor Dalam Perspektif Fraud
Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting. Diponegoro Journal of
Accounting, 3(2), 23–24.
Rahman Siddiq, F., Achyani, F., & Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta, F. (2017). Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi
Financial Statement Fraud. Seminar Nasional Dan The 4th Call for Syariah
Paper.
Septriani, Y. (2018). Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis
Fraud Pentagon. Jurnal Politeknik Caltex Riau, 11(1), 11–23.
Sihombing, K. S., & Rahardjo, S. N. (2014). Analisis Fraud Diamond Dalam
Mendeteksi Financial Statement Fraud : Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun (BEI) Tahun
2010 - 2012. Diponegoro Journal of Accounting, 3(2), 1–12.
Tessa, C., & Harto, P. (2016). Fraudulent Financial Reporting:Pengujian Teori
Fraud Pentagon Pada Sektor Keuangan Dan Perbankan Di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 1–21.
Tiffani, L., & Marfuah. (2015). Deteksi Financial Statement Fraud dengan
Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia, 19(2), 112–
125.
Ulfah, M., Nuraina, E., & Langgeng Wijaya, A. (2017). Pengaruh Fraud Pentagon
Dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting (Studi Empiris Pada
Perbankan Di Indonesia Yang Terdaftar Di BEI. Forum Ilmiah Pendidikan
Akuntansi, 5(1), 399–417.
Yusof K, M., Khair A.H, A., & Simon, J. (2015). Fraudulent Financial Reporting:
An Application of Fraud Models to Malaysian Public Listed Companies. The
Macrotheme Review. A Multidisciplinary Journal of Global Macro
Trends,4(3), 126-145
Zelin, C. (2018). Analisis Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Fraud Score Model. Skripsi.

https://www.idx.co.id/
LAMPIRAN

Lampiran 1

Jika nilai variabel Y yang diukur dengan Fscore mencapai 1, maka perusahaan
terindikasi melakukan kecurangan laporan keuangan.
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Lampiran 24 Hasil Uji Multikolinieritas

Lampiran 25 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Lampiran 26 Hasil Uji Common Effect Model

Lampiran 27 Hasil Uji Fixed Effect Model


Lampiran 27 Hasil Uji Random Effect Model

Lampiran 28 Hasil Uji Chow Terpilih FEM


Lampiran 29 Hasil Uji Hausman Terpilih FEM

Lampiran 30 Hasil Model Regresi Data Panel Yang Terpilih


BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Fitriana, lahir di Rawasari, 21

Desember 2000. Penulis merupakan anak pertama dari 5

bersaudara. Lahir dari pasangan Ayahanda yang bernama

Ndemo dan Ibunda yang bernama Saini. Penulis

menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri

034 Tambusai Utara pada tahun 2012. Kemudian

menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4

Tambusai Utara pada tahun 2015. Kemudian menyelesaikan Pendidikan Sekolah

Menengah Atas di SMA Negeri 4 Tambusai Utara pada tahun 2018. Kemudian

pada tahun 2018 penulis melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi dengan

Program Studi S1 Akuntansi di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial di Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dengan berkat Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Faktor-faktor Fraud

Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada

Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2017-2021)” dibawah bimbingan bapak Andri Novius,

SE, M.Si, Ak, CA dengan pelaksanaan Ujian Oral Comprehensive pada tanggal

10 Januari 2023.

Anda mungkin juga menyukai