Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI


KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021)

AULYA AMANDA

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
SKRIPSI

ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI


KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021)

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

AULYA AMANDA
A031191034

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023

ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN

iv
v
PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa

atas segala rahmat, hidayah, serta karunianya yang tiada henti diberikan kepada

peneliti. Skripsi yang berjudul “Analisis Fraud Pentagon dalam Mendeteksi

Kecurangan Laporan Keuangan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel

Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2021)” ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada program Strata Satu Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Peneliti menyadari bahwa dalam

proses penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya

dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Kedua orang tua peneliti, yaitu Sahabuddin dan Umi, saudara peneliti, yaitu

Yusrizal dan Muhammad Yusran, beserta keluarga besar peneliti yang

senantiasa memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada peneliti.

2. Prof. Dr. Hj. Kartini, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen pembimbing I dan Dr.

Syamsuddin, SE., Ak., M.Si., CA selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing peneliti selama proses penyusunan

skripsi hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Prof. Dr. Syarifuddin, SE., Ak., M.Soc, Sc, CA selaku dosen penguji I dan Drs.

Muhammad Ashari, Ak., M.SA, CA selaku dosen penguji II yang telah

memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Dr. Darmawati, SE., M.Si., Ak., CA., AseanCPA selaku dosen penasehat

akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasihat kepada peneliti

selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.

vi
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah diberikan selama peneliti

menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.

6. Bapak dan Ibu pegawai serta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin atas bantuan yang diberikan kepada peneliti.

7. Sahabat-sahabat terdekat peneliti dalam grup DSPS yaitu Akbar, Ina, Noer,

Syukur dan Ulfa yang senantiasa mendukung, menghibur dan menemani

peneliti dalam menjalani perkuliahan di Universitas Hasanuddin.

8. Teman-teman seperjuangan dan sahabat dalam 19Nite yaitu Fhadly, Rima

dan teman-teman lain. Terima kasih atas pertemanan dan bantuannya kepada

peneliti selama masa perkuliahan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi

ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada

Almamater Kampus Merah Universitas Hasanuddin.

Makassar, 8 Mei 2023

Aulya Amanda

vii
ABSTRAK

Analisis Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan


dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris
pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2017-2021)

Analysis of Fraud Pentagon in Detecting Financial Statement Fraud with


Managerial Ownership as a Moderating Variable (Empirical Study of BUMN
Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2017-2021
Period)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fraud pentagon terhadap


kecurangan laporan keuangan. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling
dengan total sampel sebanyak 16 perusahaan. Objek penelitian ini adalah
perusahaan BUMN. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari website Bursa Efek Indonesia dan website masing-masing perusahaan
sampel. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan
moderated reggresion analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasionalisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Sedangkan, tekanan, peluang, kemampuan, dan arogansi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Kepemilikan manajerial dapat
memoderasi pengaruh antara tekanan, peluang, dan rasionalisasi terhadap
kecurangan laporan keuangan. Namun, kepemilikan manajerial tidak dapat
memoderasi pengaruh kemampuan dan arogansi terhadap kecurangan laporan
keuangan.

Kata kunci: fraud pentagon, tekanan, peluang, rasionalisasi, kemampuan,


arogansi, kepemilikan manajerial, kecurangan laporan keuangan.

This research aims to analyze the effect of fraud pentagon on fraudulent financial
statements. The research method used is quantitative research. The sample
selection used a purposive sampling technique with a total sample of 16
companies. The object of this research is a state-owned company. The data in this
study are secondary data obtained from the website of the Indonesia Stock
Exchange and the website of each sample company. This study used multiple
linear regression analysis and moderated regression analysis. The results showed
that rationalization had a positive and significant effect on fraudulent financial
reporting. Meanwhile, pressure, opportunity, ability, and arrogance have no
significant effect on fraudulent financial statements. Managerial ownership can
moderate the effect of pressure, opportunity, and rationalization on fraudulent
financial reporting. However, managerial ownership cannot moderate the effect of
ability and arrogance on fraudulent financial reporting.

Keywords: pentagon fraud, pressure, opportunity, rationalization, capability,


arrogance, managerial ownership, fraudulent financial statements.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN
PERSETUJUAN ............................................................................................... Error
! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv
PERNYATAAN
KEASLIAN ........................................................................................................ Error
! Bookmark not defined.
PRAKATA ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ........................................................... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis ............................................................ 10
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12


2.1 Teori dan Konsep .......................................................................... 12
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)................................... 12
2.1.2 Kecurangan Laporan Keuangan ..................................... 14
2.1.3 Fraud Pentagon............................................................... 16
2.1.4 Kepemilikan Manajerial ................................................... 22
2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 23
2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 25
2.4 Hipotesis Penelitian....................................................................... 25

ix
2.4.1 Hubungan Tekanan (Pressure) terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan.......................................................... 25
2.4.2 Hubungan Peluang (Opportunity) terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan.......................................................... 26
2.4.3 Hubungan Rasionalisasi (Rationalization) terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan ..................................... 27
2.4.4 Hubungan Kemampuan (Capability) terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan ..................................... 28
2.4.5 Hubungan Arogansi (Arrogance) terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan.......................................................... 29
2.4.6 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap
Tekanan dan Kecurangan Laporan Keuangan .............. 30
2.4.7 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap
Peluang dan Kecurangan Laporan Keuangan ............... 31
2.4.8 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap
Rasionalisasi dan Kecurangan Laporan Keuangan ....... 32
2.4.9 Hubungan Moderasi Kepemilkan Manajerial terhadap
Kemampuan dan Kecurangan Laporan Keuangan ........ 33
2.4.10 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap
Arogansi dan Kecurangan Laporan Keuangan .............. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 35


3.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 35
3.2 Tempat dan Waktu ........................................................................ 35
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 36
3.4 Jenis dan Sumber Data................................................................. 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 37
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 37
3.6.1 Variabel Dependen (Y).................................................... 37
3.6.2 Variabel Independen (X) ................................................. 38
3.6.3 Variabel Moderasi ........................................................... 40
3.7 Metode Analisis Data .................................................................... 40
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif .............................................. 40
3.7.2 Uji Asumsi Klasik............................................................. 41
3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda.................................... 43
3.7.4 Moderated Regression Analysis (MRA) ......................... 44
3.7.5 Uji Hipotesis .................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 46

x
4.1 Gambaran Objek Penelitian .......................................................... 46
4.2. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 46
4.3. Uji Asumsi Klasik........................................................................... 49
4.4 Uji Hipotesis .................................................................................. 52
4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data.................................................. 58

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 67


5.1 Kesimpulan.................................................................................... 67
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 67
5.3 Saran ............................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69


LAMPIRAN ....................................................................................................... 73

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 23

3.1 Kriteria Pengambilan Sampel Perusahaan ............................................. 37

4.1 Daftar Populasi Sampel ........................................................................... 46

4.2 Statistik Deskriptif..................................................................................... 48

4.3 Hasil Uji Normalitas.................................................................................. 51

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 51

4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................................... 52

4.6 Hasil Uji Signifikansi Simultan ................................................................. 54

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 54

4.8 Hasil Uji t .................................................................................................. 55

4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan dengan Variabel Moderasi ...................... 57

4.10 Hasil Koefisien Determinasi (R2) dengan Variabel Moderasi ................. 58

4.11 Hasil Uji t dengan Variabel Moderasi...................................................... 58

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Hasil Survei Fraud di Indonesia Tahun 2019 .......................................... 2

2.1 Kerangka Pemikiran................................................................................. 25

4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 53

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan yang menjual sahamnya kepada publik atau dikenal dengan

istilah Initial Public Offering (IPO), mereka selalu ingin keuangannya dalam kondisi

yang baik dan terlihat bagus di mata publik. Namun, tindakan tersebut dapat

menyebabkan kecurangan dalam laporan keuangan. ACFE (2016) menyatakan

kecurangan dalam laporan keuangan adalah tindakan yang bertentangan dengan

hukum yang dilakukan manajemen perusahaan ataupun oleh individu dengan

mengungkap informasi laporan keuangan yang tidak benar sehingga

menyesatkan pihak investor dan kreditur. Penelitian Lastanti (2020) menjelaskan

dua karakteristik mendasar dari laporan keuangan yaitu relevan dan reliable.

Laporan keuangan (financial statement) harus menyajikan informasi yang

komprehensif, netral dan bebas dari kesalahan, serta menyajikan informasi

keuangan secara akurat. Kecurangan (fraud) dapat terjadi apabila individu atau

pihak manajemen berkomitmen untuk memanipulasi informasi dalam laporan

keuangan. ACFE (2016) menjelaskan bahwa ada tiga skema yang dilakukan oleh

karyawan maupun pihak manajemen dalam melakukan tindakan kecurangan yaitu

korupsi, penyalahgunaan aset untuk kepentingan pribadi (asset misappropriation),

dan kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement).

ACFE (2016) menyatakan korupsi adalah fraud yang biasanya melibatkan

banyak pihak yang bekerja sama untuk menyembunyikan tindakan satu sama lain

untuk keuntungan bersama. Penyalahgunaan aset adalah pencurian atau

hilangnya aset perusahaan yang disengaja oleh pihak yang memiliki wewenang

untuk mengelolanya untuk keuntungan pribadi. Dua jenis penyalahgunaan aset

1
2

dalam fraud tree adalah penyalahgunaan kas dan penyalahgunaan aset lainnya.

Sementara, kecurangan laporan keuangan adalah penyajian yang keliru dari

kinerja keuangan bisnis dengan maksud menyesatkan pengguna laporan.

Tindakan kecurangan pelaporan keuangan menyebabkan informasi yang

dihasilkan tidak akurat dan berkualitas rendah. Oleh sebab itu, penelitian ini dibuat

untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi alasan dibalik terjadinya fraud pada

laporan keuangan, khususnya dengan fraud pentagon.

Hasil survei yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners

pada tahun 2019 mengenai kecurangan atau fraud terbanyak yang terjadi di

Indonesia mendapatkan hasil sebesar 64,4% dengan persentase paling besar

untuk korupsi. Kemudian penyalahgunaan aset sebesar 28,9%, dan diikuti oleh

kecurangan laporan keuangan sebesar 6,7%.

Gambar 1.1 Hasil Survei Fraud di Indonesia Tahun 2019

Sumber: ACFE (2019)

Data pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa fraud merupakan

permasalahan dan isu penting yang sedang dihadapi dan menjadi fokus

penyelesaian bersama. Di Indonesia sendiri terdapat 239 kasus fraud yang

diungkap oleh Association of Certified Fraud Examiners (2019) dengan merugikan


3

negara sebesar Rp873.430.000.000. Kemudian, dari total kerugian tersebut rata-

rata kerugian per kasus adalah sebesar Rp7.248.879.668. Jumlah kerugian ini

bersumber dari kecurangan seperti korupsi, penyalahgunaan aset untuk

kepentingan pribadi, dan kecurangan laporan keuangan. Namun, kecurangan

laporan keuangan akan menjadi fokus dari penelitian ini karena laporan keuangan

adalah bagian yang sangat penting dari perusahaan karena menyajikan semua

informasi perusahaan kepada pihak internal serta pihak eksternal perusahaan.

Dalam kasus kecurangan laporan keuangan, total kerugiannya adalah sebesar

Rp242.260.000.000. Bagi pihak pengguna, laporan keuangan berfungsi sebagai

alat komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan informasi keuangan dari

bisnis. Oleh karena itu, perusahaan harus menyajikan laporan keuangan yang

disesuaikan dengan Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan (KDPPLK) dan memenuhi karakteristik kualitatif, yang memiliki kualitas

primer dan sekunder.

Perlu diketahui bahwa fraud dalam laporan keuangan masih kerap kali

terjadi, seperti yang terjadi pada beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) seperti PT Garuda Indonesia Tbk dan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero).

Ditemukan adanya praktik manipulasi atau rekayasa laporan keuangan yang

dilakukan dengan cara mempercantik laporan keuangan atau dikenal sebagai

window dressing, karena dalam laporan keuangan sebenarnya perusahaan

mengalami kerugian namun dibuat seolah-olah perusahaan memiliki untung. Pada

tahun 2018 manajemen PT Garuda Indonesia Tbk melakukan praktik manipulasi

laporan keuangan. Perseroan melaporkan untung sebesar US$5 juta atau

Rp70,02 miliar. Namun, setelah melakukan penyesuaian pencatatan, ternyata

ditemukan bahwa perusahaan sedang merugi sebesar US$175 juta atau sebesar

Rp2,45 triliun (dengan kurs Rp14.004/US$) (Saragih, 2019).


4

Kasus selanjutnya ada pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero).

BPK mengungkapkan bahwa pada tahun 2017 terdapat indikasi kecurangan

sejumlah Rp7,7 triliun pada laporan keuangan dari PT. Asuransi Jiwasraya

(Persero). Diungkapkan oleh ketua BPK bahwa laba sebesar Rp2,4 triliun

dibukukan oleh perusahaan pada tahun 2017. Namun, ditemukan kecurangan

pencadangan sebesar Rp7,7 triliun yang berujung pada pemberian opini tidak

wajar pada laporan keuangannya. Laporan keuangan dari PT. Asuransi Jiwasraya

(Persero) semu sejak tahun 2006 karena laba yang didapatkan merupakan hasil

manipulasi laporan keuangan atau dikenal sebagai window dressing (Makki,

2020).

Dari beberapa kasus ini, kecurangan laporan keuangan tidak bisa

diabaikan karena apabila tidak ada penanganan secara serius, maka akan

berdampak buruk bagi keberlanjutan perusahaan. Apalagi perusahaan BUMN

sebagai perusahaan milik negara, yang didirikan dengan tujuan memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan BUMN yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia menjadi fokus dari penelitian ini.

Dalam mendeteksi kecurangan, berapa penelitian sudah menyampaikan

konsep mengenai pendeteksi kecurangan. Dimulai dari teori segitiga kecurangan

(fraud triangle) sampai segi lima kecurangan (fraud pentagon). Cressey (1953)

menjelaskan bahwa tiga faktor utama dalam teori segitiga kecurangan adalah

tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Lebih

lanjut, Wolfe dan Hermanson (2004) menyampaikan bahwa konsep yang

dikemukakan oleh Cressey masih memiliki kekurangan, karena kecurangan tidak

hanya tiga elemen yaitu tekanan, peluang, dan rasionalisasi yang mempengaruhi

terjadinya fraud pada laporan keuangan. Namun, kecurangan terjadi karena

adanya kemampuan (capability) pihak manajemen dalam melakukan kecurangan.


5

Konsep ini dikenal dengan segi empat kecurangan (fraud diamond) yang telah

menyempurnakan teori fraud tringle. Kemudian, Horwath (2011) mengemukakan

fraud pentagon dengan memberi tambahan elemen yaitu arogansi (arrogance)

yang merupakan penyempurnaan dari teori sebelumnya. Sehingga, penelitian ini

akan menggunakan fraud pentagon yang terdiri dari lima elemen. Kelima elemen

ini yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), rasionalisasi (rationalization),

kemampuan (capability) dan arogansi (arrogance) dalam mendeteksi kecurangan

pada laporan keuangan.

Albrecht et al. (2012) mendeskripsikan tekanan sebagai ketidakmampuan

manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan, sehingga membuat manajemen

melakukan kecurangan. Peluang (opportunity) merupakan keadaan yang memberi

seseorang kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan. Rasionalisasi

(rationalization) didefinisikan sebagai mekanisme yang dilakukan oleh individu

yang memberi individu kesempatan untuk melakukan pembenaran terhadap

perilaku tidak etis mereka. Rasionalisasi merupakan perilaku yang dilakukan oleh

pelaku yang melakukan fraud untuk mencari pembenaran atas tindakannya. Wolfe

dan Hermanson (2004) mengatakan kemampuan merupakan salah satu faktor

penyebab terjadinya fraud laporan keuangan karena tanpa keberadaan orang

yang memiliki kemampuan dalam mengenali peluang sebagai kesempatan maka

kecurangan tidak dapat terjadi. Selanjutnya arogansi adalah sifat superioritas

karena memberi kesan kepada orang-orang bahwa mereka tidak harus mengikuti

kebijakan dan proses perusahaan atau pengawasan internal karena mereka

memiliki hak istimewa (Horwath, 2011).

Penelitian Lastanti (2020) menemukan bahwa tekanan, peluang, dan

rasionalisasi berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

Sedangkan kemampuan dan arogansi tidak berpengaruh terhadap kecurangan


6

laporan keuangan. Penelitian Anggraini dan Arifin (2022) mendapatkan hasil

bahwa elemen fraud pentagon yang diproksikan oleh tekanan eksternal,

ketidakefektifan pengawasan, dan sifat industri berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan. Sedangkan stabilitas keuangan, pergantian auditor, pergantian

direksi, dan banyaknya jumlah foto CEO tidak memiliki pengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan. Namun, hasil penelitian dari Rezeki (2022)

menemukan bahwa tekanan dan arogansi memiliki pengaruh dalam memprediksi

kecurangan laporan keuangan. Sedangkan rasionalisasi, peluang, dan

kemampuan tidak memiliki pengaruh untuk memprediksi terjadinya kecurangan

laporan keuangan.

Penelitian sebelumnya belum menunjukkan hasil yang konsisten. Menurut

Lastanti (2020) yang menguji tekanan dengan proksi financial stability menemukan

bahwa tekanan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Berbeda

dengan penelitian Anggraini dan Arifin (2022) yang menguji financial stability,

namun mendapatkan hasil yang berbeda yaitu tidak memiliki pengaruh. Sehingga,

penelitian ini akan menguji tekanan dengan proksi financial stability. Selain itu,

peluang tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan (Rezeki,

2022) dan Anggraini & Arifin (2022) dengan proksi ineffective monitoring.

Ineffective monitoring adalah proksi yang digunakan untuk mengukur peluang

(opportunity). Sementara menurut Rianto et.al. (2021) peluang berpengaruh

terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menguji pengaruh dari fraud

pentagon terhadap kecurangan laporan keuangan (Fahira et al., 2021; Apriliana

dan Agustina, 2017; Handayani et al., 2021). Namun, yang menjadi pembeda

antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini

mengukur tekanan (pressure) dengan menggunakan proksi financial stability,


7

peluang (opportunity) dengan proksi ineffective monitoring, rasionalisasi

(rationalization) dengan proksi pergantian auditor, kemampuan (capability) dengan

proksi pergantian direktur, arogansi (arrogance) dengan proksi CEO picture,

kecurangan laporan keuangan dengan proksi F-Score, dan penggunaan

kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi. Penelitian terdahulu

menggunakan proksi manajemen laba untuk mengukur kecurangan laporan

keuangan, tetapi penelitian ini memakai proksi F-Score karena dianggap sebagai

teknik penilaian risiko yang paling akurat untuk mengukur kecurangan laporan

keuangan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2019 sampai tahun 2021.

Penelitian ini dilakukan di perusahaan BUMN karena sesuai dengan uraian

di atas, ditemukannya perusahaan BUMN yang melakukan manipulasi laporan

keuangan yang bisa memberikan dampak buruk bagi keberlanjutan perusahaan di

masa mendatang. Berbeda dengan penelitian sebelumnya di perusahaan sektor

manufaktur (Apriliana dan Agustina, 2017), property dan real estate (Fahira et al.,

2021), dan konstruksi (Rianto et al., 2021). Perusahaan BUMN bisa mencakup

banyak sektor seperti sektor perbankan, pertambangan, penerbangan, dan sektor-

sektor lainnya. Selain itu, penelitian ini menggunakan teori keagenan (agency

theory) karena pemilik perusahaan sebagai prinsipal dapat menekan agen untuk

meningkatkan kinerja dengan harapan prinsipal dapat meningkatkan keuntungan

yang akan diperoleh.

Pihak agen dalam penelitian ini adalah manajemen. Pihak manajemen bisa

memiliki tekanan, peluang, rasionalisasi, kemampuan dan arogansi. Agen memiliki

kemampuan dalam mengelola manajemen dan hal ini memberikan peluang bagi

agen dalam melakukan kecurangan karena agen memiliki akses informasi yang

lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal, hal yang dapat dilakukan agen dalam
8

hal ini adalah merekayasa informasi yang terdapat di laporan keuangan sehingga

terdapat perbedaan informasi antara prinsipal dan agen. Selain itu, sikap arogansi

yang dimiliki agen akan membuat agen melakukan segala cara agar dapat

mempertahankan posisi yang dimiliki dan secara rasional membenarkan

perbuatannya tanpa mempedulikan dampaknya terhadap pihak lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini:

1. Apakah Tekanan (Pressure) berpengaruh pada kecurangan laporan

keuangan?

2. Apakah Peluang (Opportunity) berpengaruh pada kecurangan laporan

keuangan?

3. Apakah Rasionalisasi (Rationalization) berpengaruh pada kecurangan

laporan keuangan?

4. Apakah Kemampuan (Capability) berpengaruh pada kecurangan laporan

keuangan?

5. Apakah Arogansi (Arrogance) berpengaruh pada kecurangan laporan

keuangan?

6. Apakah Kepemilikan Manajerial dapat memoderasi Tekanan (Pressure),

Peluang (Opportunity), Rasionalisasi (Rationalization), Kemampuan

(Capability), dan Arogansi (Arrogance) terhadap kecurangan laporan

keuangan?
9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:

1. Menganalisis pengaruh Tekanan (Pressure) pada kecurangan laporan

keuangan.

2. Menganalisis pengaruh Peluang (Opportunity) pada kecurangan laporan

keuangan.

3. Menganalisis pengaruh Rasionalisasi (Rationalization) pada kecurangan

laporan keuangan.

4. Menganalisis pengaruh Kemampuan (Capability) pada kecurangan

laporan keuangan.

5. Menganalisis pengaruh Arogansi (Arrogance) pada kecurangan laporan

keuangan.

6. Mengetahui apakah Kepemilikan Manajerial dapat memoderasi Tekanan

(Pressure), Peluang (Opportunity), Rasionalisasi (Rationalization),

Kemampuan (Capability), dan Arogansi (Arrogance) terhadap kecurangan

laporan keuangan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai teori dan

pengembangan fraud pentagon di Indonesia.

2. Memberikan pemahaman mengenai teori fraud pentagon dan menjelaskan

pengaruh kepemilikan manajerial dalam mengatasi permasalahan

kecurangan laporan keuangan.


10

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Perusahaan

Sebagai pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan untuk tidak

melakukan kecurangan laporan keuangan, karena akan berakibat buruk

bagi keberlanjutan perusahaan di masa mendatang.

2. Bagi Investor

Investor dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan

melakukan kecurangan laporan keuangan. Untuk menambah wawasan

investor mengenai kecurangan laporan keuangan yang dapat diketahui

dari elemen fraud pentagon, yaitu tekanan, peluang, rasionalisasi,

kemampuan, dan arogansi.

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan yang dapat dibagi

menjadi lima bab, dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang

penyusunan dan untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami

penelitian ini. Sistematika penulisan penelitian ini disusun sebagai berikut:

Pada Bab I yaitu Pendahuluan yang mencakup latar belakang sebagai

landasan penelitian, merumuskan masalah, menetapkan tujuan dan manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang mencakup landasan teori, kerangka, dan

rumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian mencakup rancangan penelitian, tempat dan

waktu, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

variabel, definisi operasional penelitian, dan metode analisis data.


11

Bab IV Hasil dan Pembahasan mencakup hasil dan pembahasan

karakteristik masing-masing variabel serta temuan pengujian hipotesis.

Bab V Kesimpulan mencakup kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan

saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Penelitian ini menggunakan teori keagenan. Teori ini menjelaskan

mengenai korelasi nyata antara prinsipal yaitu pemegang saham dan agen yaitu

manajemen. Manajemen sebagai pihak yang kinerjanya mengikat dalam

perjanjian kontrak tunduk pada pemegang saham dan bertanggung jawab atas

kinerjanya di hadapan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976)

bahwa agen kemungkinan besar bertindak atas nama kepentingan mereka karena

kepentingan mereka sangat berbeda dari kepentingan manajemen perusahaan

atau pemangku kepentingan. Kepentingan yang berbeda dapat memicu konflik

keagenan untuk melibatkan moral hazard dan adverse selection. Ketika agen

melakukan pelanggaran terhadap kontrak kerja yang mengikat yang tercantum

dalam perjanjian disebut dengan moral hazard, sementara prinsipal atau

stakeholder tidak mengetahui dengan baik dasar dari keputusan informasi agen

yang dapat diandalkan disebut adverse selection.

Teori keagenan menjelaskan hubungan yang melibatkan pihak prinsipal

(pemberi kerja) yang merupakan pemilik perusahaan dengan orang lain yaitu agen

(penerima kerja). Hubungan keagenan ini terjadi jika salah satu pihak pemilik

perusahaan mengontrak orang lain (agen) untuk pengambilan keputusan. Tujuan

pengambilan keputusan ini untuk mensejahterakan pihak perusahaan. Teori

keagenan dalam penelitian ini yang menjadi prinsipal yaitu pemilik perusahaan,

karena pemilik perusahaan akan menekan agen untuk meningkatkan kinerja

dengan harapan prinsipal dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh.

12
13

Sedangkan yang menjadi agen dalam penelitian ini adalah manajemen.

Sehingga, pihak manajemen memiliki peluang, rasionalisasi, kemampuan dan

arogansi. Agen memiliki kemampuan dalam mengelola perusahaan dan hal ini

memberikan peluang bagi agen untuk melakukan kecurangan karena

dibandingkan dengan prinsipal, agen memiliki akses informasi yang lebih

banyak dan hal yang dapat dilakukan agen dalam hal ini adalah melakukan

manipulasi terhadap informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sehingga

akan terdapat perbedaan informasi yang dimiliki oleh agen dengan prinsipal dan

dengan sikap arogansi yang dimiliki agen akan membuat agen melakukan segala

cara agar dapat mempertahankan posisi yang dimiliki dan secara rasional

membenarkan perbuatannya tanpa mempedulikan dampaknya terhadap pihak

lain.

Teori ini digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel dalam penelitian

ini seperti tekanan, peluang, rasionalisasi, kemampuan dan arogansi. Manajemen

sebagai pihak agen, memberikan pertanggungjawaban atas kinerjanya kepada

pihak prinsipal yaitu pemegang saham. Sehingga, bagi pihak manajemen, hal ini

memungkinkan timbulnya tekanan untuk memberikan laporan keuangan yang

tidak benar kepada pihak prinsipal. Tekanan merupakan suatu tujuan dan motivasi

yang hendak diraih namun dibatasi oleh ketidakmampuan manajemen untuk

mencapainya sehingga menyebabkan manajemen melakukan kecurangan

laporan keuangan (Albrecht et al., 2012).

Teori keagenan menjelaskan bahwa karena adanya kepentingan dari

manajemen sebagai agen, maka manajemen memungkinkan untuk mencari

alasan yang rasional atas tindakan kecurangan laporan keuangan yang telah

dilakukan tanpa mempedulikan pihak lain. Rasionalisasi (rationalization)

didefinisikan oleh Albrecht et al. (2012) sebagai mekanisme yang dilakukan oleh
14

individu yang memberi individu kesempatan untuk melakukan pembenaran

terhadap perilaku tidak etis mereka. Rasionalisasi merupakan perilaku yang

dilakukan oleh pelaku untuk mencari pembenaran atas tindakannya. Karakter ini

adalah hal yang menyebabkan individu melakukan tindakan kecurangan dan

kemudian merasionalkan tindakannya.

2.1.2 Kecurangan Laporan Keuangan

ACFE (2016) mendefinisikan bahwa kecurangan laporan keuangan

merupakan tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

dengan melakukan pengungkapan laporan keuangan yang menyesatkan,

sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang diderita oleh investor dan kreditur.

Menurut Lastanti (2020) bahwa kecurangan dapat terjadi apabila individu atau

manajemen perusahaan berkomitmen dalam melakukan manipulasi laporan

keuangan perusahaan. Laporan keuangan (financial statement) harus menyajikan

informasi yang komprehensif, netral dan bebas dari kesalahan, serta menyajikan

informasi keuangan secara akurat. Kecurangan (fraud) dapat terjadi apabila

individu atau pihak manajemen berkomitmen untuk memanipulasi informasi dalam

laporan keuangan. ACFE (2016) menjelaskan bahwa ada tiga skema yang

dilakukan oleh karyawan maupun pihak manajemen dalam melakukan tindakan

kecurangan yaitu korupsi, penyalahgunaan aset, dan kecurangan laporan

keuangan.

Menurut ACFE (2016) bahwa ada dua alasan mengapa individu atau

manajemen dari perusahaan melakukan manipulasi laporan keuangan, antara

lain:

1. Menampilkan laba yang lebih tinggi dari laba sebenarnya. Hal ini dilakukan

dengan maksud agar kinerja keuangan perusahaan tampak menguntungkan


15

bagi pengguna laporan keuangan, seperti investor dan kreditur, guna

meningkatkan kepercayaan mereka terhadap prospek usaha.

2. Menunjukkan laba yang lebih rendah dari jumlah yang sebenarnya.

Kewajiban perusahaan kepada pemerintah seperti membayar pajak, akan

berkurang sebagai akibatnya.

Terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan umumnya disebabkan oleh

tiga faktor yaitu:

a. Memanipulasi, memalsukan, dan mengubah catatan akuntansi maupun

dokumen-dokumen yang mendukung.

b. Keliru dalam melakukan representasi atau menghilangkan peristiwa,

transaksi, atau informasi penting dari laporan keuangan.

c. Secara sengaja melakukan penerapan prinsip akuntansi yang salah.

Kecurangan laporan keuangan merupakan tindakan yang akan merugikan

banyak pihak yang membutuhkan informasi akuntansi. Untuk mengetahui faktor-

faktor di balik terjadinya kecurangan laporan keuangan, beberapa peneliti telah

menemukan konsep dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sugiharto

(2022) mengatakan bahwa terdapat beberapa penelitian yang telah

mengemukakan konsep untuk mendeteksi kecurangan laporan laporan keuangan,

seperti penelitian Cressey pada tahun 1953 yang mengusulkan segitiga

kecurangan yang disebut fraud triangle. Dalam fraud triangle, Cressey (1953)

menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab terjadinya

kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan, yaitu tekanan (pressure),

peluang (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).

Konsep fraud triangle dikembangan oleh Wolfe dan Hermanson pada

tahun 2004, yang menjelaskan adanya faktor yang dapat mempengaruhi extortion

atau praktek kecurangan untuk memperoleh uang dengan menambah elemen


16

capability (kemampuan), sehingga teori ini dikenal dengan fraud diamond. Setelah

itu, Horwath menyempurnakan teori fraud triangle dan fraud diamond. Pada tahun

2011, Horwath menambah faktor arrogance (arogansi) yang dikenal dengan fraud

pentagon.

2.1.3 Fraud Pentagon

Menurut Albrecht et al. (2012) untuk memahami sepenuhnya mengapa

perusahaan rentan terhadap kecurangan, teori fraud triangle pertama-tama harus

dipahami. Menurut teori fraud triangle, semua penipuan memiliki tiga karakteristik

yaitu tekanan, kesempatan yang dirasakan, dan rasionalisasi. Ketiga elemen ini

selalu ada, terlepas dari apakah tindakan tidak jujur itu melibatkan penipuan yang

dilakukan atas nama perusahaan, seperti manipulasi laporan keuangan, atau

penipuan yang dilakukan terhadap perusahaan, seperti penyelewengan dana

secara besar-besaran oleh karyawan.

Kecurangan (fraud) merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan

melanggar aturan atau rekayasa oleh satu pihak untuk mendapatkan keuntungan

pribadi sekaligus merugikan pihak lain. ACFE (2016) membagi kecurangan

menjadi tiga kelompok berbeda, yang masing-masing disebut sebagai "fraud tree”.

Kategori khusus ini meliputi:

1. Korupsi

Korupsi adalah fraud yang biasanya melibatkan banyak pihak yang bekerja

sama untuk menyembunyikan tindakan satu sama lain untuk keuntungan

bersama. Oleh karena itu, korupsi disebut sebagai tindakan deteksi

penipuan yang sulit. Dalam fraud tree, korupsi dapat terjadi dalam berbagai

bentuk, termasuk suap, konflik kepentingan, pemerasan ekonomi, dan

gratifikasi ilegal.
17

2. Penyalahgunaan aset (asset misappropriation)

Penyalahgunaan aset adalah pencurian atau hilangnya aset perusahaan

yang disengaja oleh pihak yang memiliki wewenang untuk mengelolanya

untuk keuntungan pribadi. Dua jenis penyalahgunaan aset dalam fraud tree

adalah penyalahgunaan kas dan penyalahgunaan aset lainnya.

3. Kecurangan laporan keuangan

Kecurangan laporan keuangan adalah penyajian yang keliru dari kinerja

keuangan bisnis dengan maksud menyesatkan pengguna laporan. Seperti

yang ditunjukkan oleh ACFE (2016), ada dua ringkasan fraud. Pertama,

fraud yang mencoba untuk memenangkan kepercayaan pemegang saham

dengan menunjukkan kinerja keuangan yang baik dengan melebih-

lebihkan atau menilai terlalu tinggi laba bersih. Kedua, fraud yang

mengecilkan laba bersih untuk mengurangi kewajiban untuk membayar

pajak.

Crowe Horwath mengusulkan fraud pentagon pada tahun 2011. Dimulai

dengan segitiga penipuan (fraud triangle) oleh Cressey pada tahun 1953 dan fraud

diamond oleh Wolfe dan Hermanson pada tahun 2004, kemudian fraud pentagon

dikembangkan. Tekanan, peluang, dan rasionalisasi adalah komponen dari

segitiga penipuan, dan teori fraud diamond adalah penyempurnaan dari teori

segitiga penipuan (fraud triangle) yang menggabungkan kemampuan. Fraud

pentagon ini menambahkan komponen arogansi (arrogance). Teori fraud

pentagon dikembangkan karena peningkatan kasus kecurangan yang sulit

diungkapkan oleh perusahaan. Kecurangan ini dapat dilakukan oleh pihak internal

perusahaan karena mereka memiliki akses informasi yang lebih mudah atas

laporan keuangan.
18

Penelitian Marks (2012) mengemukakan bahwa keserakahan yang

dilakukan oleh pimpinan yang memiliki jabatan tinggi diakibatkan karena mereka

berpikir bahwa adanya kemampuan yang mereka miliki untuk melakukan

manipulasi laporan keuangan tanpa diketahui oleh pihak yang berwenang,

akibatnya dari tindakan ini mengakibatkan kerugian untuk pihak tertentu. Oleh

karena itu, dalam teori ini ditambahkan faktor arogansi yang menjadi dorongan

untuk melakukan fraud.

1. Tekanan (Pressure)

Tekanan (pressure) merupakan salah satu faktor yang membuat suatu

perusahaan terdorong untuk melakukan tindakan kecurangan laporan keuangan.

Menurut Albrecht et al. (2012) bahwa adanya kendala karena ketidakmampuan

untuk mencapai tujuan perusahaan, sehingga pelaku melakukan kecurangan.

Tekanan dapat muncul dari berbagai kondisi seperti kondisi financial dan

nonfinancial. Tekanan sering muncul karena pencapaian yang harus dipenuhi dari

harapan yang dibebankan kepada manajemen. Bagi manajemen, tekanan bisa

muncul karena manajemen diharapkan dapat menjaga kondisi perusahaan

supaya tetap stabil (Situngkir dan Triyanto, 2020). Ada empat jenis kondisi umum

menurut SAS No. 99 terkait tekanan yang dapat mengakibatkan kecurangan

laporan keuangan seperti tekanan stabilitas keuangan (financial stability

pressure), tekanan eksternal (external pressure), kebutuhan keuangan pribadi

(personal financial need), dan target keuangan (financial targets). Stabilitas

keuangan merupakan gambaran keadaan keuangan perusahaan dalam keadaan

stabil. Terdapat faktor resiko seperti manipulasi laba oleh perusahaan ketika

kondisi ekonomi mengancam stabilitas keuangan ataupun profitabilitas

perusahaan.
19

Personal financial need merupakan situasi dimana kondisi keuangan para

petinggi atau eksekutif perusahaan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

Terdapat faktor risiko seperti kepentingan keuangan yang signifikan dari

manajemen dalam perusahaan. Target keuangan atau financial targets

merupakan penetapan target keuangan yang dapat menimbulkan tekanan yang

berlebih pada manajemen untuk mencapai target yang telah ditetapkan tersebut.

Terdapat faktor resiko seperti adanya manipulasi terhadap laba yang mungkin

dilakukan oleh manajemen dengan tujuan agar target yang telah ditetapkan dapat

tercapai.

Menurut Albrecht et al. (2012) manajemen sebagai pihak agen,

memberikan pertanggungjawaban atas kinerjanya kepada pihak prinsipal yaitu

pemegang saham. Sehingga, bagi pihak manajemen, hal ini memungkinkan

timbulnya tekanan untuk memberikan laporan keuangan yang tidak benar kepada

pihak prinsipal. Tekanan merupakan suatu tujuan dan motivasi yang hendak diraih

namun dibatasi oleh ketidakmampuan manajemen untuk mencapainya, sehingga

menyebabkan manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan.

2. Peluang (Opportunity)

Peluang (opportunity) merupakan keadaan yang memberi seseorang

kesempatan untuk melakukan perbuatan tertentu, kesempatan untuk melakukan

tindakan kecurangan adalah salah satunya. Adanya peluang ini diakibatkan oleh

pengendalian internal yang lemah, pemantauan yang lemah, dan penyimpangan

kekuasaan atau lebih mementingkan kepentingan pribadi. Ketidakoptimalan

pengendalian internal yang dilakukan akan memberikan peluang bagi manajemen

atau individu untuk melakukan tindakan kecurangan.

Menurut SAS No 99, peluang dalam kecurangan pelaporan keuangan terbagi

menjadi tiga kelompok: sifat industri (nature of industry), pemantauan yang tidak
20

efektif (ineffective monitoring), dan struktur organisasi (organizational structure).

Timbulnya risiko bagi industri, yang memerlukan penilaian dan pertimbangan

dengan dampak yang jauh lebih besar, terkait dengan sifat industri. Salah satu

faktor risikonya adalah perusahaan dengan persediaan yang lebih banyak

cenderung memiliki penilaian persediaan yang salah saji, dan risikonya juga akan

meningkat jika persediaannya sudah kadaluarsa.

Ineffective monitoring adalah kondisi ketika tidak ada pengawasan yang

efektif yang dilakukan oleh perusahaan dalam melihat kinerja perusahaan. Faktor

risikonya termasuk manajemen yang dikendalikan oleh sekelompok orang ataupun

individu tanpa adanya kontrol, pengawasan yang lemah terhadap pelaporan

keuangan dan pengendalian internal dewan direksi dan komite audit. Struktur

organisasi (organization structure) adalah struktur yang kompleks dan tidak stabil,

seperti tingginya pergantian personel perusahaan seperti manajer senior atau

direksi.

3. Rasionalisasi ( Rationalization)

Rasionalisasi (rationalization) diartikan sebagai mekanisme dari individu yang

memberi individu kesempatan untuk melakukan pembenaran terhadap perilaku

tidak etis mereka (Albrecht et al., 2012). Rasionalisasi merupakan tindakan yang

dilakukan oleh pelaku untuk mencari pembenaran atas tindakannya. Karakter ini

adalah hal yang menyebabkan individu melakukan tindakan kecurangan dan

kemudian merasionalkan tindakannya. Bagi yang umumnya tidak jujur, bagi

mereka akan lebih mudah untuk merasionalisasikan penipuan. Orang yang

melakukan tindakan kecurangan akan selalu melakukan pembenaran atas

kecurangan yang dilakukannya tanpa mempedulikan pengaruhnya terhadap

pihak lainnya.
21

4. Kemampuan (Capability)

Kemampuan merupakan keahlian dari karyawan dalam mengabaikan

pengendalian internal, melakukan pengembangan strategi penyembunyian, dan

melakukan pengamatan terhadap kondisi sosial untuk mencapai kepentingan

pribadi mereka (Horwath, 2011). Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan

bahwa tanpa keberadaan dari orang yang memiliki kemampuan dalam mengenali

peluang sebagai kesempatan dalam melakukan tindakan kecurangan maka

kecurangan tidak akan terjadi. Lemahnya pengendalian internal dapat

memberikan seseorang peluang untuk melakukan tindakan kecurangan dalam

laporan keuangan. Untuk menutupi kecurangan ini maka perusahaan akan

melakukan pergantian direksi ataupun merekrut direksi baru. Hal ini

mengindikasikan bahwa telah terjadi kecurangan dalam perusahaan.

5. Arogansi (Arrogance)

Arogansi merupakan sikap serakah atau ketamakan yang dimiliki oleh pelaku

yang melakukan tindakan kecurangan. Menurut Horwath (2011) arogansi adalah

sifat superioritas karena memberi kesan kepada orang-orang bahwa mereka tidak

harus mengikuti kebijakan dan proses perusahaan atau pengawasan internal

karena mereka memiliki hak istimewa.

Frekuensi foto CEO dalam laporan tahunan dapat menunjukkan tingkat

arogansi yang mengindikasikan bahwa adanya kecurangan, karena banyaknya

foto CEO dalam laporan keuangan dapat menunjukkan tingkat arogansi yang

tinggi. Tingkat arogansi yang tinggi dapat memicu kemungkinan melakukan

kecurangan. Marks (2012) menyatakan bahwa seorang CEO mungkin melakukan

segala daya untuk menjaga posisi dan statusnya. Hal ini timbul akibat keyakinan

bahwa kebijakan yang diberlakukan dalam perusahaan tidak akan berpengaruh

pada dirinya dikarenakan tingkat posisi yang dimiliki. Sikap arogan ini biasanya
22

dimiliki oleh orang-orang dalam suatu perusahaan dengan jabatan yang tinggi

seperti CEO. Seorang CEO biasanya memiliki kecenderungan untuk menunjukkan

jabatannya kepada orang lain.

2.1.4 Kepemilikan Manajerial

Menurut Jansen dan Meckling (1976), meningkatkan kepemilikan saham

oleh pihak manajemen merupakan salah satu cara dalam mengurangi adanya

agency cost. Karena adanya kepemilikan saham oleh manajemen maka pihak

agen (manajemen) akan mendapatkan tekanan sehingga akan berhati-hati dalam

melakukan penyajian laporan keuangan dan akan termotivasi untuk meningkatkan

nilai perusahaan sesuai kepentingan pihak prinsipal atau pemegang saham.

Yusup et al. (2021) berkesimpulan bahwa kepemilikan saham oleh pihak

manajerial dapat menyatukan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak

pemegang saham. Dengan adanya saham yang dimiliki oleh pihak manajemen

akan membuat manajemen bertindak sesuai kepentingan pemegang saham dan

meningkatkan nilai dan kemampuan perusahaan. Jumlah kepemilikan saham yang

dimiliki pihak manajemen baik dalam jumlah besar maupun kecil memperlihatkan

adanya indikasi kesamaan kepentingan antara manajemen dan pemegang

saham.

Menurut Subagyo et al. (2018:46), kepemilikan saham oleh tata kelola

perusahaan dihitung oleh persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen.

Kepemilikan manajerial diproksikan oleh persentase jumlah saham yang dimiliki

oleh pihak manajemen dari semua jumlah saham perusahaan yang beredar.

Terdapat dua sudut pandang yang digunakan untuk menjelaskan struktur

kepemilikan manajerial, yaitu pendekatan keagenan dan ketidakseimbangan.

Pendekatan keagenan memandang kepemilikan manajerial sebagai alat yang

dapat mengurangi konflik keagenan sedangkan pendekatan ketidakseimbangan


23

informasi memandang kepemilikan manajerial sebagai usaha dalam mengurangi

informasi yang tidak seimbang antara insider dan outsider melalui pengungkapan

informasi dalam perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah bahan acuan serta pendukung yang akan

digunakan untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel dependen dan variabel

independen, dimana variabel independen yaitu fraud pentagon dan variabel

dependen yaitu kecurangan laporan keuangan, serta kepemilikan manajerial

sebagai variabel moderasi. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
1 Lastanti, Lastanti, H. S. Variabel Tekanan, peluang,
H. S. (2020). Role of Dependen: dan rasionalisasi
(2020). Audit Committee kecurangan berpengaruh
in the Fraud laporan keuangan terhadap
Pentagon and Variabel kecurangan laporan
Financial Independen: keuangan.
Statement Fraud tekanan, peluang, Sedangkan variabel
rasionalisasi, lain tidak
kemampuan, berpengaruh. Dan
arogansi komite audit
Variabel meningkatkan
Moderasi: komite pengaruh variabel
audit independen
terhadap variabel
dependen.
2 Anggraini, Analisis Fraud Variabel External pressure,
V. M., Pentagon dalam Dependen: ineffective
dan Arifin, Mendeteksi kecurangan monitoring, nature of
A. (2022). Financial laporan keuangan industry
Statement Fraud Variabel berpengaruh
(Studi Empiris Independen: terhadap financial
pada tekanan, peluang, statement fraud.
Perusahaan rasionalisasi, Sedangkan variabel
Manufaktur Sub kemampuan, lain tidak
Sektor Makanan arogansi berpengaruh
dan Minuman terhadap financial
yang Terdaftar statement fraud.
di BEI Periode
2017-2020).
24

Lanjutan Tabel 2.1

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
3 Rezeki, Analisis Variabel Tekanan, arogansi
F. G. Pengaruh Fraud Dependen: berpengaruh dalam
(2022). Pentagon Model kecurangan memprediksi
dalam laporan keuangan kecurangan laporan
Memprediksi Variabel keuangan.
Keterjadian Independen: Sementara,
Fraudulent tekanan, peluang, rasionalisasi, peluang,
Financial rasionalisasi, dan kemampuan tidak
Statement kemampuan, memiliki pengaruh
(Studi Empiris arogansi dalam memprediksi
pada terjadinya kecurangan
Perusahaan laporan keuangan.
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Periode 2016-
2018.
4 Novita, Teori Fraud Variabel Hasilnya
N. Pentagon dan Dependen: menunjukkan bahwa
(2019). Deteksi kecurangan hanya elemen
Kecurangan laporan keuangan tekanan dan
Laporan Variabel rasionalisasi yang
Keuangan Independen: dapat menentukan
tekanan, peluang, kemungkinan
rasionalisasi, kecurangan laporan
kemampuan, keuangan.
arogansi

5 Fahira, Pengaruh Fraud Variabel Hasil Penelitian


H. N., Pentagon Dependen: menunjukkan bahwa
Purnomo, terhadap kecurangan hanya variabel
M., dan Fraudulent laporan keuangan tekanan dan peluang
Rasmini, Financial Variabel berpengaruh terhadap
M. Statement Independen: fraudulent financial
(2021). tekanan, peluang, statement.
rasionalisasi,
kemampuan,
arogansi
25

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh moderasi kepemilikan

manajerial pada fraud pentagon dan kecurangan laporan keuangan pada

perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia). Berikut ini

kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Tekanan (X1) Kepemilikan Manajerial (Z)

Peluang (X2)

Rasionalisasi (X3) Kecurangan Laporan Keuangan (Y)

Kemampuan (X4)

Arogansi (X5)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Hubungan Tekanan (Pressure) terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Penelitian ini menggunakan teori keagenan oleh Jensen dan Meckling

(1976). Adanya keagenan karena pihak prinsipal (pemegang saham) dan agen

(manajemen) memiliki kepentingan yang berbeda. Manajemen sebagai pihak

agen, memberikan pertanggungjawaban atas kinerjanya kepada pihak prinsipal

yaitu pemegang saham. Sehingga, bagi pihak manajemen, hal ini memungkinkan

timbulnya tekanan untuk memberikan laporan keuangan yang tidak benar kepada

pihak prinsipal. Tekanan merupakan suatu tujuan dan motivasi yang hendak diraih

namun dibatasi oleh ketidakmampuan manajemen untuk mencapainya (Albrecht


26

et al., 2012) sehingga menyebabkan manajemen melakukan kecurangan laporan

keuangan.

Proksi financial stability digunakan untuk mengukur tekanan. Manajemen

akan melakukan manipulasi agar laporan keuangan terlihat baik ketika laba

perusahaan ada di bawah rata-rata industri. Begitu pula saat laba perusahaan ada

di atas rata-rata industri, manajemen tetap akan memanipulasi labanya. Hal ini

bertujuan untuk menjaga laba perusahaan agar terlihat tetap stabil pada laporan

keuangan (Novita, 2019). Ketidakstabilan keuangan dapat menjadi pemicu

munculnya tekanan yang memotivasi manajemen sehingga terdorong untuk

melakukan pemalsuan atau kecurangan pada laporan keuangannya (Anggraini

dan Arifin, 2022).

Menurut penelitian Lastanti (2020) dan Rezeki (2022) menunjukkan bahwa

tekanan berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal ini

juga sejalan dengan penelitian Anggraini dan Arifin (2022) bahwa tekanan

eksternal secara signifikan positif berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan dipengaruhi oleh tekanan, yang

menunjukkan bahwa dalam membuat laporan keuangan manajemen seringkali

mendapat tekanan.

H1 : Tekanan (pressure) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

2.4.2 Hubungan Peluang (Opportunity) terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Menurut teori keagenan, terdapat konflik kepentingan antara prinsipal dan

agen, sehingga prinsipal mengeluarkan biaya insentif kepada pihak eksternal

untuk memberikan pengawasan pada manajemen. Namun, kurangnya

pengawasan, lemahnya pengendalian internal dan sistem informasi memberikan


27

kesempatan kepada manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.

Peluang adalah keadaan yang memungkinkan terjadinya kecurangan laporan

keuangan (Albrecht et al., 2012).

Ineffective monitoring digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur

peluang. Pengawasan yang tidak efektif (ineffective monitoring) dalam SAS NO.99

adalah tidak efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan karena

lemahnya sistem pengawasan dan pengendalian internal perusahaan, seperti

dominasi manajemen dan pengawasan dewan komisaris yang tidak efektif

terhadap pelaporan keuangan atau proses pengendalian internal.

Menurut temuan penelitian Lastanti (2020) dan Faradiza (2019)

mengungkapkan bahwa peluang berpengaruh terhadap fraud. Sedangkan,

penelitian Rezeki (2022) mendapatkan hasil bahwa peluang tidak memiliki

pengaruh dalam memprediksi terjadinya kecurangan laporan keuangan.

H2 : Peluang (opportunity) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

2.4.3 Hubungan Rasionalisasi (Rationalization) terhadap Kecurangan

Laporan Keuangan

Menurut teori keagenan, manajemen dapat mencari pembenaran atas

tindakan kecurangan dalam laporan keuangan yang dilakukan tanpa

mempertimbangkan pihak lain karena kepentingan manajemen sebagai agen.

Rasionalisasi (rationalization) diartikan sebagai mekanisme individu yang memberi

individu kesempatan untuk melakukan pembenaran terhadap perilaku tidak etis

mereka. Rasionalisasi merupakan perilaku yang dilakukan oleh pelaku untuk

mencari pembenaran atas tindakannya. Karakter ini adalah hal yang

menyebabkan individu melakukan tindakan kecurangan dan kemudian

merasionalkan tindakannya (Albrecht et al., 2012)


28

Berdasarkan penelitian Novita (2019) dan Agustina dan Pratomo (2019)

menyimpulkan bahwa rasionalisasi (rationalization) berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Sementara hasil penelitian yang

dilakukan oleh Fahira et al. (2021) menunjukkan bahwa rasionalisasi

(rationalization) tidak memiliki pengaruh pada kecurangan laporan keuangan.

Pergantian auditor merupakan proksi rasionalisasi karena adanya

pergantian terhadap auditor perusahaan dianggap sebagai salah satu upaya

penghilangan jejak-jejak atau bukti-bukti kecurangan yang telah ditemukan oleh

auditor sebelumnya (Anggraini dan Arifin, 2022).

H3: Rasionalisasi (rationalization) berpengaruh terhadap kecurangan laporan


keuangan

2.4.4 Hubungan Kemampuan (Capability) terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Masalah keagenan muncul karena pihak pemegang saham (prinsipal)

memberikan wewenang kepada manajemen (agen) dalam mengelola perusahaan.

Hal itu menyebabkan munculnya konflik kepentingan antara pihak agen dan

prinsipal. Manajemen akan memanfaatkan seluruh informasi dan kemampuannya

agar bisa mendapatkan tujuan atau keinginannya.

Pihak pemegang saham (prinsipal) meminta pertanggungjawaban pihak

manajemen (agen) melalui laporan keuangan perusahaan. Namun, pihak agen

selalu menginginkan laporan keuangan yang disajikan harus terlihat baik dimata

prinsipal. Sehingga, agen akan menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk

memberikan informasi keuangan yang menyesatkan apabila pengawasan tidak

dilakukan secara baik oleh prinsipal.


29

Dalam fraud pentagon, Horwath (2011) berpendapat bahwa kemampuan

adalah pengetahuan karyawan untuk mengabaikan pengendalian internal, dan

mencari cara untuk menyembunyikan tindakan kecurangan yang sudah

dilakukannya, serta mengamati lingkungan sosial untuk mencapai tujuan

pribadinya. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa fraud tidak mungkin

terjadi tanpa kehadiran individu atau kelompok yang mampu mengidentifikasi

kemungkinan sebagai peluang untuk melakukan kecurangan. Agen dan prinsipal

mungkin memiliki kepentingan yang bertentangan yang memberi manajer

kesempatan untuk membuat kecurangan laporan keuangan.

Proksi pergantian direksi digunakan untuk mengukur kemampuan

(capability). Adanya pergantian direksi dan pengalihan tanggung jawab kepada

direksi baru menunjukkan adanya indikasi bahwa telah terjadi kecurangan dalam

laporan keuangan (Anggraini dan Arifin, 2022)

Berdasarkan temuan penelitian Faradiza (2019) dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan

menurut penelitian Lastanti (2020) dan Apriliana dan Agustina (2017)

menyimpulkan bahwa kemampuan (capability) tidak memiliki pengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan.

H4: Kemampuan (capability) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

2.4.5 Hubungan Arogansi (Arrogance) terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan

Pengawasan yang dilakukan oleh prinsipal atas wewenang yang diberikan

kepada pihak agen untuk mengambil keputusan menimbulkan masalah keagenan.

Ketika pendelegasian tugas tidak diawasi dengan baik akan menyebabkan

manajer melakukan perbuatan yang dianggap benar. Hal ini menyebabkan


30

seorang manajer menjadi arogan. Menurut Horwath (2011) arogansi adalah sifat

superioritas karena memberi kesan kepada orang-orang bahwa mereka tidak

harus mengikuti kebijakan dan proses perusahaan atau pengawasan internal

karena mereka memiliki hak istimewa.

Dalam perusahaan, seorang pemimpin yang baik seharusnya tidak hanya

membangun bisnis, dihormati dan disegani karyawannya. Tetapi seorang

pemimpin yang baik adalah orang yang ingin bekerjasama dan mengambil peran

aktif dalam membungun perusahaan bersama-sama. Faktor arogansi dijelaskan

dengan proksi jumlah banyaknya gambar CEO yang ditampilkan secara mencolok

dalam laporan tahunan perusahaan (Apriliana dan Agustina, 2017).

Rezeki (2022) menemukan dalam penelitiannya bahwa arogansi (arrogance)

memiliki pengaruh dalam memprediksi kecurangan laporan keuangan.

Sedangkan, penelitian Agustina dan Pratomo (2019) serta Anggraini dan

Arifin (2022) menunjukkan bahwa arogansi (arrogance) tidak berpengaruh

terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

H5: Arogansi (arrogance) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

2.4.6 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Tekanan dan

Kecurangan Laporan Keuangan

Adanya pemberian wewenang oleh pihak prinsipal kepada agen dalam

mengelola perusahaan menyebabkan munculnya konflik kepentingan. Jansen dan

Meckling (1976) berpendapat bahwa meningkatkan kepemilikan saham oleh pihak

manajemen merupakan salah satu cara dalam mengurangi adanya agency cost.

Dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak manajerial dapat menyatukan

kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham Yusup et

al. (2021).
31

Tekanan merupakan tujuan yang harus dicapai, namun menurut Albrecht

et al. (2012) bahwa adanya kendala karena ketidakmampuan untuk mencapai

tujuan itu, sehingga pelaku melakukan kecurangan. Adanya kepemilikan saham

oleh pihak manajerial dapat menyatukan kepentingan antara pihak manajemen

dengan pihak pemegang saham Yusup et al. (2021). Oleh karena itu, kepemilikan

manajerial dianggap dapat mengurangi tekanan bagi pihak manajemen untuk

melakukan tindakan curang.

H6 : Kepemilikan manajerial dapat memoderasi tekanan terhadap kecurangan

laporan keuangan

2.4.7 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Peluang dan

Kecurangan Laporan Keuangan

Manajer yang mementingkan kepentingan sendiri dibanding tujuan

perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham akan

menyebabkan munculnya konflik kepentingan antara pihak agen dan prinsipal.

Sehingga dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh pihak manajemen

diharapkan dapat mengurangi masalah keagenan (Jansen dan Meckling, 1976).

Peluang merupakan keadaan yang memungkinkan seseorang untuk

melakukan perbuatan tertentu, salah satunya adalah peluang untuk melakukan

kecurangan. Peluang muncul karena pengawasan yang tidak ketat, sehingga

membuka kesempatan bagi manajemen (agen) untuk melakukan kecurangan

laporan keuangan. Yaw et al. (2021) menjelaskan bahwa peluang merupakan

kepercayaan perusahaan kepada individu untuk bertanggung jawab atas

beberapa peran penting dalam perusahaan dengan pengawasan yang terbatas.

Utomo et al. (2019) berpendapat bahwa struktur kepemilikan manajerial

sebagai salah satu mekanisme tata kelola perusahaan dan alat pemantauan yang
32

efektif untuk mengurangi tindakan kecurangan laporan keuangan oleh pihak

manajemen.

H7 : Kepemilikan manajerial dapat memoderasi peluang terhadap kecurangan

laporan keuangan

2.4.8 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Rasionalisasi

dan Kecurangan Laporan Keuangan

Teori keagenan menjelaskan bahwa karena adanya berbagai kepentingan

dalam perusahaan sehingga akan menyebabkan munculnya permasalahan antara

pihak manajemen perusahaan dengan pihak prinsipal (Jansen dan Meckling,

1976).

Rasionalisasi (rationalization) didefinisikan oleh Albrecht et al. (2012)

sebagai mekanisme yang dilakukan oleh individu yang memberi individu

kesempatan untuk melakukan pembenaran terhadap perilaku tidak etis mereka.

Rasionalisasi merupakan perilaku yang dilakukan oleh pelaku untuk mencari

pembenaran atas tindakannya. Karakter ini adalah hal yang menyebabkan individu

melakukan tindakan kecurangan dan kemudian merasionalkan tindakannya. Teori

keagenan menjelaskan bahwa karena adanya kepentingan dari manajemen

sebagai agen, maka manajemen memungkinkan untuk mencari alasan yang

rasional atas tindakan kecurangan laporan keuangan yang telah dilakukan tanpa

mempedulikan pihak lain.

Kepemilikan manajerial dianggap dapat mengurangi praktik kecurangan

laporan keuangan karena dapat mengendalikan konflik keagenan. Dengan

struktur kepemilikan manajerial, pihak manajemen akan termotivasi dalam

meningkatkan nilai perusahaan dan mendorong manajer dalam bekerja sesuai

kepentingan pemegang saham karena manajer juga berperan sebagai pemegang


33

saham. Kepemilikan manajerial juga dapat menekan tindakan rasionalisasi karena

manajemen merasa sebagai pemilik perusahaan (Utomo et al., 2019).

H8 : Kepemilikan manajerial dapat memoderasi rasionalisasi terhadap kecurangan

laporan keuangan

2.4.9 Hubungan Moderasi Kepemilkan Manajerial terhadap Kemampuan

dan Kecurangan Laporan Keuangan

Masalah keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara

pihak agen dan prinsipal, menyebabkan manajer yang memiliki kemampuan dapat

melakukan kecurangan laporan keuangan. Kemudian pemegang saham tidak

dapat mengawasi ketika manajemen menjalankan tugasnya dalam mengelola

perusahaan.

Kemampuan merupakan pengetahuan atau keahlian dari karyawan dalam

mengabaikan pengendalian internal, melakukan pengembangan strategi

penyembunyian, dan melakukan pengamatan terhadap kondisi sosial untuk

mencapai kepentingan pribadi mereka (Horwath, 2011). Di dalam perusahaan,

CEO, dewan direksi, dan kepala divisi sangat rentan terhadap praktik penipuan

karena hak istimewa mereka memberikan mereka kemampuan untuk

mengarahkan atau mempengaruhi orang lain, atau memanfaatkan keadaan untuk

membuat kecurangan laporan keuangan (Lastanti, 2020).

Kepemilikan manajerial dianggap dapat mencegah dan mengurangi

tindakan kecurangan laporan keuangan. Dengan stuktur kepemilikan manajerial

yang tinggi dianggap mampu menjadi pengawas dan pemantau dalam mencegah

tindakan kecurangan (Utomo et al., 2019).


34

H9 : Kepemilikan manajerial dapat memoderasi kemampuan terhadap kecurangan

laporan keuangan

2.4.10 Hubungan Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Arogansi dan

Kecurangan Laporan Keuangan

Hubungan keagenan didefinisikan oleh Jansen dan Meckling (1976) sebagai

kontrak antara pihak pemilik sumber daya (prinsipal) dengan agen untuk mengurus

sumber daya tersebut. Hubungan keagenan ini timbul saat pihak prinsipal

mempekerjakan agen untuk melaksanakan tugas dan mendelegasikan wewenang

untuk membuat keputusan. Ketika pendelegasian tugas tidak diawasi dengan baik

maka akan menyebabkan manajer bersikap arogan.

Menurut Horwath (2011) arogansi adalah sifat superioritas karena memberi

kesan kepada orang-orang bahwa mereka tidak harus mengikuti kebijakan dan

proses perusahaan atau pengawasan internal karena mereka memiliki hak

istimewa.

Menurut Jansen dan Meckling (1976), meningkatkan kepemilikan saham

oleh pihak manajemen merupakan salah satu cara dalam mengurangi adanya

agency cost. Yusup et al. (2021) berkesimpulan bahwa kepemilikan saham oleh

pihak manajerial dapat menyatukan kepentingan antara pihak manajemen dengan

pihak pemegang saham.

H10 : Kepemilikan manajerial dapat memoderasi arogansi terhadap kecurangan

laporan keuangan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu rencana penelitian secara menyeluruh

yang dimulai dengan perumusan hipotesis dan implikasinya serta berlanjut sampai

pada kesimpulan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan

keuangan tahunan perusahaan-perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2017 sampai dengan tahun 2021. Data yang digunakan adalah

data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung melalui website resmi BEI

yaitu www.idx.co.id. Karena diyakini mampu menguji hipotesis dan

menggambarkan secara jelas hubungan antar variabel, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Teori utama dalam penelitian ini adalah teori

keagenan karena teori ini dapat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

tersebut. Terbentuknya masalah keagenan sebagai akibat adanya konflik

kepentingan prinsipal dan agen. Kecurangan laporan keuangan, dengan proksi

Fraud Score (F-Score) merupakan variabel dependen, kemudian fraud pentagon

meliputi tekanan, peluang, rasionalisasi, kemampuan, dan arogansi merupakan

variabel independen dan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa

efek Indonesia. Data sekunder dikumpulkan dari situs resmi Bursa Efek Indonesia

yaitu www.idx.co.id, dan situs-situs lain yang membahas mengenai perusahaan-

perusahaan BUMN yang tercatat di BEI. Durasi studi ini akan menjadi tiga bulan,

dari Desember 2022 sampai Februari 2023.

35
36

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan individu, peristiwa, atau segala sesuatu yang

ingin diteliti (Sekaran, 2017:53). Populasi penelitian ini terdiri dari laporan

keuangan tahunan (annual report) BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

antara tahun 2017 dan 2021. Strategi purposive sampling, atau pengambilan

sampel dengan pertimbangan tertentu untuk menghasilkan sampel yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, digunakan dalam penelitian ini untuk

mengumpulkan data dengan memenuhi kriteria berikut:

● Perusahaan BUMN selama tahun 2017 hingga 2021 yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

● Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam

website Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2021.

● Semua data untuk tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 yang

diperlukan untuk mengungkapkan data-data yang berkaitan dengan

variabel penelitian tersedia secara lengkap dan dapat diakses.

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel Perusahaan

No Kriteria Tahun
2017-2021
1 Perusahaan BUMN selama tahun 2017 hingga 20
2021 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2 Perusahaan BUMN yang tidak menerbitkan (0)
laporan keuangan selama tahun 2017 hingga
2021
3 Perusahaan BUMN yang tidak menyajikan (4)
data-data yang berkaitan dengan variabel
penelitian selama tahun 2017 hingga 2021
Total sampel perusahaan BUMN 16
Total sampel penelitian (16×5) 80

3.4 Jenis dan Sumber Data

Teori yang mendasari korelasi antar variabel akan diuji menggunakan

metodologi penelitian kuantitatif. Analisis statistik digunakan dalam penelitian ini


37

untuk melakukan pengukuran variabel. Data sekunder merupakan jenis informasi

yang digunakan dalam penelitian ini. Istilah "data sekunder" mengacu pada

informasi yang dikumpulkan melalui publikasi perusahaan, penelitian ini mengacu

pada informasi laporan keuangan tahunan BUMN yang terdaftar di BEI antara

tahun 2017 sampai dengan tahun 2021. Data yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder, yang

merupakan publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan BUMN yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017 sampai dengan tahun 2021. Teknik

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Metode

dokumentasi meliputi pengumpulan data dari catatan atau dokumen yang sudah

ada, seperti laporan keuangan tahunan dan profil perusahaan, guna

mengumpulkan data yang diperlukan untuk meneliti variabel-variabel pada

perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui

www.idx.co.id.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Dependen (Y)

Model Fraud Score (F-score) kecurangan pelaporan keuangan berfungsi

sebagai variabel dependen dalam penelitian ini. Sejalan dengan Skousen et al.

(2009), variabel kualitas akrual dan kinerja keuangan dalam model fraud score

ditambahkan untuk membuat model F-Score. Untuk model F-Score digunakan

rumus sebagai berikut:

𝐅 − 𝐒𝐜𝐨𝐫𝐞 = Kualitas Akrual + Kinerja Keuangan


38

Keterangan:

𝐊𝐮𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐀𝐤𝐫𝐮𝐚𝐥 (𝐀𝐜𝐜𝐫𝐮𝐚𝐥 𝐐𝐮𝐚𝐥𝐢𝐭𝐲) (𝐑𝐒𝐒𝐓) = (∆WC + ∆NCO + ∆FIN) / ATS


𝐊𝐢𝐧𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐤𝐞𝐮𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 = Perubahan Piutang + Perubahan Persediaan + Perubahan
Penjualan Tunai + Perubahan Laba

Penjelasan:

∆𝐖𝐂 (𝐖𝐨𝐫𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐂𝐚𝐩𝐢𝐭𝐚𝐥) = Working capital (t)– Workingcapital (t − 1)


𝐖𝐂 (𝐖𝐨𝐫𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐂𝐚𝐩𝐢𝐭𝐚𝐥) = Aset lancar – Liabilitas Jangka Pendek
∆𝐍𝐂𝐎 (𝑵𝒐𝒏 − 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒄𝒄𝒓𝒖𝒂𝒍 ) = NCO (t) − NCO (t − 1)
𝐍𝐂𝐎 = (Total Aset – Aset Lancar – Investasi dan uang muka)
−(Total liabilitas – Liabilitas Jangka Pendek – Liabilitas Jangka Panjang)
∆𝐅𝐈𝐍 (𝐅𝐢𝐧𝐚𝐧𝐜𝐢𝐚𝐥 𝐀𝐜𝐜𝐫𝐮𝐚𝐥) = Financial Accrual (t) − Financial Accrual (t − 1)
𝐅𝐈𝐍 (𝐅𝐢𝐧𝐚𝐧𝐜𝐢𝐚𝐥 𝐀𝐜𝐜𝐫𝐮𝐚𝐥) = Total Investasi – Total Liabilitas
𝐀𝐓𝐒 (𝐀𝐯𝐞𝐫𝐚𝐠𝐞 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭) = (Total Aset Awal – Total Aset Akhir)/2
∆Piutang
Perubahan Piutang =
Rata − Rata Total Aset
∆Persediaan
Perubahan Persediaan =
Rata − Rata Total Aset
∆Penjualan ∆Piutang
Perubahan Penjualan Tunai = ( )-
Penjualan (t) Piutang(t)
Laba (t) Laba (t−1)
Perubahan Laba = ( )-
Rata−rata Total Aset (t) Rata−Rata Total Aset (t−1)

3.6.2 Variabel Independen (X)

3.6.2.1 Tekanan (Pressure) (X1)

Tekanan merupakan tujuan yang harus dicapai, namun menurut Albrecht

et al. (2012) bahwa adanya kendala karena ketidakmampuan untuk mencapai

tujuan itu, sehingga pelaku melakukan kecurangan. Penelitian ini mengukur

tekanan dengan proksi financial stability, dilihat pada perubahan aset tahun

berjalan dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rumus yang digunakan

yaitu:

Total Aktiva (t) − Total Aktiva (t − 1)


Tekanan =
Total Aktiva (t)
39

3.6.2.2 Peluang (Opportunity) (X2)

Peluang menurut Albrecht et al. (2012), adalah keadaan yang

memungkinkan seseorang untuk melakukan penipuan dan dianggap sebagai

sesuatu yang aman. Penelitian ini menggunakan proksi monitoring yang tidak

efisien. Proksi ineffective monitoring dapat diukur dengan rumus:

Jumlah Komisaris Independen


Peluang =
Jumlah Komisaris

3.6.2.3 Rasionalisasi (Rationalization) (X3)

Albrecht et al. (2012) mengklaim bahwa rasionalisasi adalah proses yang

digunakan orang untuk memungkinkan mereka membenarkan perilaku amoral

mereka. Studi ini mengukur rasionalisasi dengan pergantian auditor perusahaan

dalam upaya untuk menghilangkan tanda-tanda kecurangan yang ditemukan oleh

auditor sebelumnya. Perubahan auditor diukur menggunakan dummy. Nilai "1"

akan diberikan jika kantor akuntan publik berubah antara tahun 2017 dan 2021,

nilai “0” akan diberikan jika tidak ada perubahan pada kantor akuntan publik.

3.6.2.4 Kemampuan (Capability) (X4)

Horwath (2011) mendefinisikan kemampuan sebagai kemahiran karyawan

dalam menghindari pengendalian internal, menciptakan strategi rahasia, dan

mengamati keadaan sosial untuk memajukan kepentingan mereka sendiri. Dalam

penelitian ini, pergantian direksi berfungsi sebagai proksi dari kemampuan.

Pergantian direksi diukur menggunakan dummy. Nilai “1” akan diberikan jika terjadi

pergantian direksi selama periode 2017–2021. Nilai "0" akan diberikan jika dewan

direksi tetap sama.

3.6.2.5 Arogansi (Arrogance) (X5)

Arogansi (Arrogance) menurut Horwath (2011), adalah sifat superioritas

karena memberi kesan kepada orang-orang bahwa mereka tidak harus mengikuti
40

kebijakan dan proses perusahaan atau pengawasan internal karena mereka

memiliki hak istimewa. Dalam studi ini, frekuensi foto CEO berfungsi sebagai

proksi dari arogansi.

Arogansi = Ʃ foto CEO di laporan tahunan

3.6.3 Variabel Moderasi

Kepemilikan manajerial merupakan variabel moderasi dalam penelitian ini.

Yusup et al. (2021) berkesimpulan bahwa kepemilikan saham oleh pihak

manajerial dapat menyatukan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak

pemegang saham. Dengan adanya saham yang dimiliki oleh pihak manajemen

akan membuat manajemen bertindak sesuai kepentingan pemegang saham dan

meningkatkan nilai dan kemampuan perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial

diukur menggunakan variabel dummy. Nilai “1” akan diberikan jika terdapat

kepemilikan saham oleh manajemen selama periode 2017–2021. Nilai "0" akan

diberikan jika tidak ada kepemilikan saham oleh manajemen.

3.7 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan untuk

menganalisis suatu masalah dan mengukur data penelitian guna mengumpulkan

informasi yang diperlukan untuk analisis. Metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis

regresi berganda, moderated regression analysis, dan pengujian hipotesis.

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Ghozali (2018:19) mendefinisikan statistik deskriptif sebagai gambaran

data yang meliputi mean, median, dan standar deviasi dari nilai terendah dan
41

tertinggi. Untuk memahami variabel yang digunakan dalam penelitian ini, statistik

deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang variabel dependen

yaitu kecurangan laporan keuangan, dan variabel independen yaitu fraud

pentagon yang terdiri dari tekanan, peluang, kemampuan, rasionalisasi dan

arogansi.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Janie (2012:13) uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas,

autokorelasi, multikolinearitas,dan heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan untuk

mendapatkan data yang lebih terpercaya dan akurat. Persamaan regresi

berganda yang digunakan akan diuji untuk mengetahui apakah menyimpang dari

asumsi klasik atau tidak dengan menggunakan uji ini.

3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas menurut Janie (2012:35) adalah penilaian terhadap variabel

dependen atau independen model regresi statistik untuk menentukan apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data

terdistribusi secara normal, yang konsisten dengan tujuan penelitian. Dengan

memeriksa nilai probabilitas dapat menentukan apakah data telah berdistribusi

secara teratur. Dapat dikatakan bahwa residual berdistribusi normal jika nilai sig

lebih besar dari 0,05, dan dikatakan tidak berdistribusi normal jika nilai sig lebih

kecil dari 0,05.

3.7.2.2 Uji Autokorelasi

Uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel dalam model regresi

saling mempengaruhi adalah autokorelasi, menurut Janie (2012:30) model regresi

ini tidak dapat digunakan jika persamaan regresi memiliki masalah autokorelasi,

persyaratan ini harus dipenuhi. Uji Durbin Watson digunakan dalam prosedur
42

pengujian penelitian ini untuk memeriksa autokorelasi. Dalam uji Durbin Watson,

harus memenuhi berikut ini:

a. Apabila dU<Durbin Watson (DW) < (dU-4) atau DW terletak diantara dU

dan (4-dU) artinya tidak ada autokorelasi.

b. Apabila DW<dL atau DW lebih kecil dari dL maka autokorelasi positif.

c. Apabila DW> (4-dL) atau DW lebih besar dari (4-dL) maka autokorelasi

negatif.

d. Apabila dU<DW <dL atau DW terletak diantara dU dan dL, maka tidak

menarik kesimpulan.

Uji Run adalah uji selanjutnya jika hasil Durbin-Watson tidak mengarah pada

kesimpulan yang jelas. Statistik non-parametrik termasuk uji Run, yang dapat

digunakan untuk menentukan apakah residual berkorelasi tinggi. Tidak ada

autokorelasi pada data jika nilai sig lebih besar dari 0,05.

3.7.2.3 Uji Multikolinieritas

Menurut Janie (2012:19), multikolinieritas dapat digunakan sebagai uji

untuk melihat apakah model regresi dapat membuktikan adanya hubungan antara

faktor-faktor bebas seperti tekanan, peluang, kemampuan, rasionalisasi, dan

arogansi. Uji ini dapat menentukan apakah ada atau tidak ada multikolinearitas.

Syarat berikut ini dapat digunakan untuk menentukan apakah ada atau tidak ada

multikolinearitas:

a. Multikolinearitas ada jika nilai tolerance kurang dari 0,10 dan VIF lebih besar

dari 10.

b. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dn VIF

kurang dari 10.


43

3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Janie (2012:24), heteroskedastisitas adalah uji untuk mengetahui

seberapa berbeda varians residual dengan pengamatan lainnya. Jika varians

antara residual kedua pengamatan sama disebut homoskedastisitas, dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Dengan menggunakan plot graf, penelitian

ini akan menguji heteroskedastisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya

heteroskedastisitas. Pengujian plot grafik yang digunakan untuk menentukan

apakah terdapat heteroskedastisitas antara nilai prediksi variabel dependen

(ZPRED) dan residual (SRESID) adalah sebagai berikut: Pertama, jika terdapat

pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola yang cukup teratur, maka

terjadi heteroskedastisitas. Tidak ada heteroskedastisitas jika tidak ada pola yang

terlihat dan titik-titik pada sumbu Y tersebar di atas dan di bawah angka 0.

3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan

regresi yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Persamaan:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e

Dimana :

Y : Kecurangan Laporan Keuangan


α : Konstanta
β : Koefisien Regresi
βX1 : Tekanan (Pressure)
β2X2 : Peluang (Opportunity)
β3X3 : Rasionalisasi (Rationalization)
β4X4 : Kemampuan (Capability)
β5X5 : Arogansi (Arrogance)
e : Error
44

3.7.4 Moderated Regression Analysis (MRA)

Moderated Regression Analysis (MRA) menurut Ghozali (2018:227)

digunakan untuk menentukan pengaruh dari interaksi variabel independen dengan

variabel moderasi terhadap variabel dependen. Berikut penjelasan model

persamaan regresi moderasi yang digunakan dalam penelitian ini:

Persamaan:

Y = α + β1X1*Z + β2X2*Z + β3X3*Z + β4X4*Z + β5X5*Z + e

Dimana :

Y : Kecurangan Laporan Keuangan


α : Konstanta
β : Koefisien Regresi
X1 : Tekanan (Pressure)
X2 : Peluang (Opportunity)
X3 : Rasionalisasi (Rationalization)
X4 : Kemampuan (Capability)
X5 : Arogansi (Arrogance)
Z : Kepemilikan Manajerial
X1*Z : Interaksi antara tekanan dengan kepemilikan manajerial
X2*Z : Interaksi antara peluang dengan kepemilikan manajerial
X3*Z : Interaksi antara rasionalisasi dengan kepemilikan manajerial
X4*Z : Interaksi antara kemampuan dengan kepemilikan manajerial
X5*Z : Interaksi antara arogansi dengan kepemilikan manajerial
e : Error

3.7.5 Uji Hipotesis

3.7.5.1 Uji F

Uji F digunakan untuk menentukan kelayakan model regresi. Kelayakan

dari model regresi dilihat pada nilai signifikansi F pada hasil uji regresi . Model

regresi layak digunakan apabila nilai probability lebih besar dari 5%. Sebaliknya,

model regresi tidak layak digunakan apabila nilai probability lebih kecil dari 5%.

3.7.5.2 Koefisien Determinasi (R 2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan dari model

dalam menjelaskan variasi dari variabel dependen. Nilai dari koefisien determinasi
45

yaitu antara nol dan satu. Jika nilainya kecil maka kemampuan variabel

independen terbatas dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Sedangkan,

jika nilainya mendekati satu maka berarti variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang diperlukan dalam memprediksi variasi variabel dependen.

3.7.5.3 Uji Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial dilakukan untuk menguji hipotesis dalam

peneltian ini. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel

independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi

yang digunakan yaitu 5% dengan kriteria sebagai berikut:

a. jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% berarti variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen

b. jika nilai signifikansi lebih besar dari 5% berarti variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen

3.7.5.4 Moderated Regression Analysis

Pedoman mendasar untuk menguji pengambilan keputusan adalah bahwa

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dimoderasi oleh

variabel moderasi jika nilai sig kurang dari 0,05. Apabila nilai sig lebih besar dari

0,05, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dapat

dimoderasi oleh variabel moderasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian

Perusahaan BUMN periode 2017-2021 yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia digunakan sebagai sampel dengan menggunakan laporan keuangan

tahunan yang dipublikasikan pada situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id serta pada

situs web perusahaan. Daftar perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.1 Daftar Populasi Sampel

No KODE PERUSAHAAN TANGGAL


IPO
1 GIAA PT. Garuda Indonesia (Persero)Tbk 11/02/2011
2 JSMR PT. Jasa Marga Tbk 12/11/2007
3 PGAS PT. Perusahaan Gas Negara Tbk 15/12/2003
4 KAEF PT. Kimia Farma Tbk 04/07/2001
5 INAF PT. Indofarma Tbk 17/04/2001
6 KRAS PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk 10/11/2010
7 SMGR PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk 08/07/1991
8 SMBR PT. Semen Baturaja Tbk 28/06/2013
9 PTPP PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 09/02/2010
10 ADHI PT. Adhi Karya (Persero) Tbk 18/03/2004
11 WSKT PT. Waskita Karya (Persero) Tbk 19/12/2012
12 WIKA PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk 29/10/2007
13 TINS PT. Timah Tbk 19/10/1995
14 PTBA PT. Bukit Asam Tbk 23/12/2002
15 ANTM PT. Aneka Tambang Tbk 27/11/1997
16 TLKM PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk 14/11/1995
Sumber: www.idx.co.id

4.2. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dideskripsikan oleh Ghozali (2018:19) sebagai

gambaran dari suatu kumpulan data yang terdiri dari nilai mean, median, dan

standar deviasi dari nilai terendah dan tertinggi. Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tekanan, peluang, rasionalisasi,

46
47

kemampuan, dan arogansi. Sedang variabel dependen adalah kecurangan

laporan keuangan. Hasil analisis disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Kecurangan LK 80 -1,38 1,74 ,0146 ,47128
Tekanan 80 -,33 1,42 ,1390 ,26644
Peluang 80 ,20 ,67 ,3974 ,09599
Rasionalisasi 80 0 1 ,23 ,420
Kemampuan 80 0 1 ,81 ,393
Arogansi 80 1 14 5,51 2,639
Kep_Manajerial 80 0 1 ,80 ,403
Valid N (listwise) 80
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

Tabel di atas menunjukkan bahwa 80 sampel digunakan dalam penelitian ini.

Setiap indikator dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dari variabel

kecurangan laporan keuangan (Y) yang diukur dengan menggunakan proksi

f-score adalah -1,38 yang diperoleh oleh PT. Garuda Indonesia Tbk. pada

tahun 2020. Sedangkan nilai maksimum variabel ini adalah 1,74 yang

diperoleh oleh PT. Aneka Tambang Tbk. pada tahun 2018. Berdasarkan nilai

statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel

dependen yaitu kecurangan laporan keuangan adalah sebesar 0,0146 yang

menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecurangan laporan keuangan pada

perusahaan BUMN periode 2017-2021 adalah 1,46% dan standar deviasinya

adalah sebesar 0.47128 yang menunjukkan tingkat variasi data.

2. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dari variabel

tekanan (X1) yang diukur dengan proksi financial stability adalah -0,33 yang
48

diperoleh oleh PT. Garuda Indonesia Tbk. pada tahun 2021. Sedangkan nilai

maksimum variabel ini adalah 1,42 yang diperoleh oleh PT. Garuda Indonesia

Tbk. pada tahun 2020. Berdasarkan nilai statistik deskriptif di atas dapat dilihat

bahwa nilai rata-rata dari variabel tekanan adalah sebesar 0,1390 dan standar

deviasinya adalah sebesar 0,26644.

3. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dari variabel

peluang (X2) yang diukur dengan proksi ineffective monitoring adalah 0,20

yang diperoleh oleh PT. Semen Baturaja Tbk. pada tahun 2017 yang artinya

bahwa perusahaan ini memiliki tingkat proporsi komisaris independen

terhadap jumlah dewan komisaris paling rendah. Sedangkan nilai maksimum

variabel ini adalah 0,67. Berdasarkan nilai statistik deskriptif di atas dapat

dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel peluang adalah sebesar 0,3974 dan

standar deviasinya adalah sebesar 0,09599.

4. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dari variabel

rasionalisasi (X3) yang diukur dengan proksi pergantian auditor dan

menggunakan variabel dummy adalah 0. Sedangkan nilai maksimum variabel

ini adalah 1. Berdasarkan nilai statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa

nilai rata-rata dari variabel rasionalisasi adalah sebesar 0,23 dan standar

deviasinya adalah sebesar 0,420.

5. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dari variabel

kemampuan (X4) yang diukur dengan proksi pergantian direksi dan

menggunakan variabel dummy adalah 0. Sedangkan nilai maksimum variabel

ini adalah 1. Berdasarkan nilai statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa

nilai rata-rata dari variabel kemampuan adalah sebesar 0,81 dan standar

deviasinya adalah sebesar 0,393.


49

6. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dari variabel

arogansi (X5) yang diukur dengan proksi frekuensi foto CEO pada laporan

tahunan perusahaan adalah 1 yang diperoleh oleh PT. Perusahaan Gas

Negara Tbk. pada tahun 2020. Sedangkan nilai maksimum variabel ini adalah

14 yang diperoleh oleh PT. Indofarma Tbk. pada tahun 2020. Berdasarkan

nilai statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel

arogansi adalah sebesar 5,51 dan standar deviasinya adalah sebesar 2,639.

7. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dari variabel

kepemilikan manajerial (Z) adalah 0. Sedangkan nilai maksimum variabel ini

adalah 1. Berdasarkan nilai statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata dari variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,80 yang

menunjukkan bahwa 80% perusahaan memiliki kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dan standar deviasinya adalah sebesar 0,403.

4.3. Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas menurut Janie (2012:35) adalah penilaian terhadap variabel

dependen atau independen model regresi statistik untuk menentukan apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-

Smirnov. Dapat dikatakan bahwa nilai residual berdistribusi normal jika nilai sig

lebih besar dari 0,05, dan dikatakan tidak berdistribusi normal jika nilai sig lebih

kecil dari 0,05.


50

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .24171577
Most Extreme Differences Absolute .077
Positive .072
Negative -.077
Test Statistic .077
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

Uji normalitas memperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa nilai residual dalam model regresi ini

terdistribusi normal karena nilainya lebih besar dari 0,05.

4.3.2 Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel dalam model regresi

saling mempengaruhi. Uji Durbin Watson digunakan dalam prosedur pengujian

penelitian ini untuk memeriksa autokorelasi.

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square Square the Estimate Watson
1 .130 a .017 -.064 .48609 2.163
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

Dengan jumlah sampel sebanyak 80 sampel dan variabel bebas 6, maka

didapatkan nilai dL=1.50703 dan dU=1.77156. Nilai DW adalah sebesar 2.163

karena DW terletak diantara dU dan (4-dU) artinya dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat autokorelasi.
51

4.3.3 Uji Multikolineritas

Menurut Janie (2012:19), multikolinieritas dapat digunakan sebagai uji

untuk melihat apakah model regresi dapat membuktikan adanya hubungan antara

variabel-variabel independen. Uji ini dapat menentukan apakah ada atau tidak ada

multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF.

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 Tekanan .911 1.098
Peluang .868 1.152
Rasionalisasi .937 1.067
Kemampuan .939 1.065
Arogansi .889 1.124
Kep_Manajerial .919 1.088
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

Berdasarkan tabel hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa

masing-masing variabel memiliki nilai nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan VIF

kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa multikolinearitas tidak terjadi.

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Janie (2012:24), heteroskedastisitas adalah uji untuk mengetahui

seberapa berbeda varians residual dengan pengamatan lainnya. Jika varians

antara residual kedua pengamatan sama disebut homoskedastisitas, dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas.


52

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan grafik scatterplot di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

heteroskedastisitas karena tidak ada pola yang terlihat dan titik-titik pada sumbu Y

tersebar di atas dan di bawah angka 0.

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

4.4.1.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah model regresi layak digunakan. Uji

ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada hasil uji regresi. Nilai

signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Tabel di bawah menunjukkan bahwa

hasil uji signifikansi mendapatkan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi

jauh lebih kecil dari α (0,05) maka model regresi dalam penelitian ini layak

digunakan.
53

Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Simultan

ANOVAa

Model Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
1 Regression 18.996 5 3.799 14.360 .000b
Residual 19.578 74 .265
Total 38.574 79
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

4.4.1.2 Koefisien Determinasi (R 2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan dari model

dalam menjelaskan variasi dari variabel dependen. Nilai dari koefisien determinasi

yaitu antara nol dan satu. Jika nilainya kecil maka kemampuan variabel

independen terbatas dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Sedangkan,

jika nilainya mendekati satu maka berarti variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang diperlukan dalam memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2)

Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error of


Square Square the Estimate
1 .702a .492 .458 .51436

Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel di atas menunjukkan nilai

adjusted R square sebesar 0,458. Hal ini memiliki arti bahwa 45.8% variasi variabel

kecurangan laporan keuangan (Y) dapat dijelaskan oleh variasi variabel

independen tekanan (X1), peluang(X2), rasionalisasi(X3), kemampuan(X4), dan

arogansi(X5) sedangkan 54,2% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel

lain di luar penelitian.


54

4.4.1.3 Uji t

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen

memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi

yang digunakan yaitu 5%. Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.8 Hasil Uji t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized T Sig.


Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,686 ,107 6,441 ,000
Tekanan ,021 ,070 ,035 ,300 ,765
Peluang ,214 ,110 ,237 1,934 ,057
Rasionalisasi ,709 ,290 ,290 2,446 ,017
Kemampuan ,228 ,191 ,139 1,197 ,235
Arogansi ,003 ,009 ,043 ,377 ,707
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

Berdasarkan hasil pengujian data pada tabel di atas, maka persamaan

model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Y = 0,686+ 0,021X1 + 0,214X2 + 0,709X3 + 0,228X4 + 0,003X5 + e

Model regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,686 menunjukkan

bahwa apabila semua variabel independen dianggap konstan maka nilai variabel

kecurangan laporan keuangan adalah 0,686

Hasil uji t pada tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Hasil uji t untuk variabel tekanan menunjukkan nilai koefisien sebesar

0,021 dan nilai signifikansi sebesar 0,765. Nilai koefisien regresi tekanan sebesar

0,021 memiliki arti apabila tekanan meningkat sebesar 1 maka kecurangan

laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,021. Karena nilai sig 0,765>0,05

maka variabel tekanan tidak berpengaruh signifikan. Kesimpulan yang didapat

adalah tekanan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.


55

Hasil uji t untuk variabel peluang menunjukkan nilai koefisien sebesar

0,214 dan nilai signifikansi sebesar 0,057. Nilai koefisien regresi peluang sebesar

0,214 memiliki arti apabila peluang meningkat sebesar 1 maka kecurangan

laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,214. Karena nilai sig 0,057>0,05

maka variabel peluang tidak berpengaruh signifikan. Kesimpulan yang didapat

adalah peluang tidak berpengaruh kecurangan laporan keuangan.

Hasil uji t untuk variabel rasionalisasi menunjukkan nilai koefisien sebesar

0,709 dan nilai signifikansi sebesar 0,017. Nilai koefisien regresi rasionalisasi

sebesar 0,709 memiliki arti apabila rasionalisasi meningkat sebesar 1 maka

kecurangan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,709. Karena nilai sig

0,017<0,05 maka variabel rasionalisasi berpengaruh signifikan. Kesimpulan yang

didapat adalah rasionalisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan.

Hasil uji t untuk variabel kemampuan menunjukkan nilai koefisien sebesar

0,228 dan nilai signifikansi sebesar 0,235. Nilai koefisien regresi kemampuan

sebesar 0,0228 memiliki arti apabila kemampuan meningkat sebesar 1 maka

kecurangan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,228. Karena nilai sig

0,235>0,05 maka variabel kemampuan tidak berpengaruh signifikan. Kesimpulan

yang didapat adalah kemampuan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Hasil uji t untuk variabel arogansi menunjukkan nilai koefisien sebesar

0,003 dan nilai signifikansi sebesar 0,707. Nilai koefisien regresi arogansi sebesar

0,003 memiliki arti apabila arogansi meningkat sebesar 1 maka kecurangan

laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,003. Karena nilai sig 0,707>0,05

maka variabel arogansi tidak berpengaruh signifikan. Kesimpulan yang didapat

adalah arogansi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.


56

4.4.2 Moderated Regression Analysis (MRA)

Moderated Regression Analysis (MRA) menurut Ghozali (2018:227)

digunakan untuk menentukan pengaruh dari interaksi variabel independen dengan

variabel moderasi terhadap variabel dependen

4.4.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel di bawah menunjukkan bahwa hasil uji signifikansi mendapatkan nilai

signifikansi 0,007. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari α (0,05) maka

model regresi dalam penelitian ini layak digunakan.

Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan dengan Variabel Moderasi

ANOVAa

Model Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square
1 Regression ,638 5 ,128 3,512 ,007b
Residual 2,690 74 ,036
Total 3,328 79
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

4.4.2.2 Koefisien Determinasi (R 2)

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel di bawah menunjukkan nilai

adjusted R square sebesar 0,537. Hal ini memiliki arti bahwa 53.7% variasi variabel

kecurangan laporan keuangan (Y) dapat dijelaskan oleh variasi variabel

independen yaitu tekanan (X1), peluang(X2), rasionalisasi(X3), kemampuan(X4),

dan arogansi(X5) yang dimoderasi oleh variabel kepemilikan manajerial (Z)

sedangkan 46,3% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel lain di luar

penelitian.
57

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2) dengan Variabel Moderasi

Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error of


Square Square the Estimate
1 ,838a ,592 ,537 ,19066
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

4.4.2.3 Uji t

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah interaksi setiap variabel

independen dengan variabel moderasi memiliki pengaruh terhadap variabel

dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Hasil pengujian

ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 Hasil Uji t dengan Variabel Moderasi

Coefficientsa

Unstandardized Standardized T Sig.


Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,554 ,100 5,564 ,000
KM*Tekanan ,225 ,077 ,318 2,941 ,004
KM*Peluang ,346 ,144 ,276 2,404 ,019
KM*Rasionalisasi 1,170 ,385 ,345 3,035 ,003
KM*Kemampuan ,235 ,250 ,103 ,942 ,349
KM*Arogansi ,003 ,012 ,026 ,241 ,810
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS

Berdasarkan hasil pengujian data pada tabel di atas, maka persamaan

model regresi moderasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Y = 0,554 + 0,225X1*Z + 0,346X2*Z + 1,170X3*Z + 0,235X4*Z + 0,003X5*Z + e

Hasil uji t pada tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel tekanan dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,004. Karena nilai sig


58

0,004<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dapat

memoderasi pengaruh tekanan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel peluang dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,019. Karena nilai sig

0,019<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dapat

memoderasi pengaruh peluang terhadap kecurangan laporan keuangan.

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel rasionalisasi dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan signifikansi sebesar 0,003. Karena nilai sig 0,003<0,05

maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dapat memoderasi

pengaruh rasionalisasi terhadap kecurangan laporan keuangan.

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel kemampuan dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan signifikansi sebesar 0,349. Karena nilai sig 0,349>0,05

maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi

pengaruh kemampuan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel arogansi dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan signifikansi sebesar 0,810. Karena nilai sig 0,810>0,05

maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi

pengaruh kemampuan terhadap kecurangan laporan keuangan.

4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data

4.5.1 Pengaruh Tekanan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk variabel tekanan menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,765. Karena nilai sig 0,765>0,05 maka variabel tekanan tidak berpengaruh

signifikan. Kesimpulan yang didapat adalah tekanan tidak berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian, H1 ditolak.


59

Variabel tekanan diproksikan dengan financial stability. Ketidakstabilan

kondisi keuangan perusahaan tidak selalu menjadi alasan dilakukannya tindakan

kecurangan karena dengan melakukan tindakan manipulasi keuangan akan

menyebabkan kondisi keuangan perusahaan semakin parah di masa mendatang.

Keuangan perusahaan yang tidak stabil tidak memicu pihak manajemen untuk

melakukan tindakan curang dalam rangka menstabilkan keuangan perusahaan

(Anggraini dan Arifin, 2022).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini dan Arifin (2022)

dan Sugiharto (2022) bahwa tekanan tidak berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan. Berbeda dengan peneltian Novita (2019) dan Apriliana dan

Agustina (2017) yang mendapatkan hasil bahwa tekanan berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan.

4.5.2 Pengaruh Peluang terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk variabel peluang nilai signifikansi sebesar 0,057. Karena

nilai sig 0,057>0,05 maka variabel peluang tidak berpengaruh signifikan.

Kesimpulan yang didapat adalah peluang tidak berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan. Dengan demikian, H2 ditolak.

Variabel peluang diproksikan oleh ineffective monitoring yaitu dengan

menghitung jumlah komisaris independen terhadap total komisaris dalam

perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh

signifikan terhadap tindakan kecurangan laporan keuangan.

Dewan komisaris independen akan meningkatkan efektifitas perusahaan

dalam melakukan pengawasan untuk mencegah kecurangan. Namun,

pengangkatan komisaris independen belum menjadi kebutuhan perusahaan

melainkan hanya untuk memenuhi regulasi BEI (Sugiharto, 2022).


60

Perusahaan mengangkat komisaris independen dalam rangka untuk

memenuhi regulasi. Pengangkatan ini tidak ditujukan untuk melakukan penegakan

Good Corporate Governance (GCG) sebagai salah satu upaya dalam mencegah

terjadinya tindak kecurangan (Santoso, 2019).

Hasil penelitian ini memperoleh hasil yang sama dengan penelitian

Handayani et al., (2021) dan Rezeki (2022) bahwa peluang tidak memiliki

pengaruh dalam memprediksi terjadinya kecurangan laporan keuangan. Penelitian

ini tidak sejalan dengan penelitian Agustina dan Pratomo (2019) yang

mendapatkan hasil bahwa peluang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

4.5.3 Pengaruh Rasionalisasi terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk variabel rasionalisasi menunjukkan nilai signifikansi

sebesar 0,017. Karena nilai sig 0,017<0,05 maka variabel rasionalisasi

berpengaruh signifikan. Kesimpulan yang didapat adalah rasionalisasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Dengan demikian, H3 diterima.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi perubahan auditor

maka kecurangan laporan keuangan juga meningkat. Perubahan auditor

perusahaan dindikasikan sebagai sebuah upaya dalam menghilangkan bukti

kecurangan oleh auditor sebelumnya. Pelaku tindakan curang memiliki anggapan

bahwa auditor baru tidak akan mendeteksi kecurangan (Santoso, 2019).

Pergantian auditor membatasi akses auditor ke informasi dan pemahaman

tentang perilaku dari manajemen untuk menghilangkan jejak penipuan yang

dilakukan perusahaan (Pusphita dan Yasa, 2018).

Auditor sebagai pemeriksa laporan keuangan memiliki peran yang sangat

penting. Informasi dan keahlian seorang auditor akan membuatnya mengetahui


61

perusahaan melakukan tindakan curang. Perusahaan yang pernah melakukan

kecurangan akan sering melakukan pergantian auditor dalam rangka untuk

mengurangi kemungkinan terdeteksinya tindakan curang yang dilakukan

manajemen perusahaan (Utomo et al., 2019)

Hasil penelitian mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian lastanti

(2020) Novita (2019). Sedangkan Aprilia (2017) dan Handayani et al., (2021)

mendapatkan hasil bahwa rasionalisasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan.

4.5.4 Pengaruh Kemampuan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk variabel kemampuan menunjukkan nilai signifikansi

sebesar 0,235. Karena nilai sig 0,235>0,05 maka variabel kemampuan tidak

berpengaruh signifikan. Kesimpulan yang didapat adalah kemampuan tidak

berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian, H4

ditolak.

Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa variabel kemampuan yang

diproksikan oleh pergantian direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Pergantian direksi tidak berpengaruh signifikan

karena sistem pengawasan perusahaan telah efektif sehingga walaupun dilakukan

pergantian direksi tidak membuat kebijakan perusahaan akan berubah (Aprilia,

2017). Pengawasan yang efektif yang dilakukan oleh dewan komisaris terhadap

kinerja direksi mengakibatkan jika adanya pergantian direksi maka tidak akan

membuka peluang terjadinya tindakan kecurangan terhadap laporan keuangan

(Lastanti, 2020).

Dewan komisaris akan selalu memantau kinerja direksi sehingga apabila

direksi tidak bekerja secara maksimal maka akan diganti dengan direksi yang

memiliki kompetensi lebih baik agar dapat meningkatkan nilai perusahaan


62

(Sugiharto, 2022). Pergantian direksi dengan merekrut direksi baru yang lebih

kompeten adalah satu cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu,

kemungkinan lain penyebab dilakukannya pergantian direksi adalah direksi yang

sebelumnya telah pensiun atau meninggal dunia (Agusputri dan Sofie, 2019).

hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Anggraini dan Arifin

(2022) dan Fahira et al., (2021). Sedangkan Novita (2019) mendapatkan hasil

yang berbeda.

4.5.5 Pengaruh Arogansi terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk variabel arogansi menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,707. Karena nilai sig 0,707>0,05 maka variabel arogansi tidak berpengaruh

signifikan. Kesimpulan yang didapat adalah arogansi tidak berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian, H5 ditolak.

Variabel arogansi diproksikan oleh jumlah foto CEO pada laporan

keuangan perusahaan. Menurut Agusputri dan Sofie (2019) foto CEO dalam

laporan keuangan memiliki tujuan agar CEO perusahaan dapat dikenal. Selain itu,

banyaknya foto CEO yang ditampilkan sebagian besar merupakan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan sepanjang tahun. Oleh karena itu,

jumlah foto CEO tidak menunjukkan arogansi CEO.

Foto CEO yang tersaji dalam laporan keuangan perusahaan menunjukkan

keikutsertaan serta tanggung jawab pimpinan pada kegiatan yang

diselenggarakan oleh perusahaan (Agustina dan Pratomo, 2019).

Hasil penelitian mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Anggraini dan Arifin (2022)dan Lastanti (2020). Namun, hasil

penelitian tidak sejalan dengan penelitian Santoso (2019) dan Pusphita dan Yasa

(2018).
63

4.5.6 Pengaruh Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Tekanan dan

Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel tekanan dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,004. Karena nilai sig

0,004<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dapat

memoderasi pengaruh tekanan terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan

demikian, H6 diterima.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat

memoderasi pengaruh tekanan yang diproksikan dengan financial stability

terhadap kecurangan laporan keuangan. Kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dapat menselaraskan kepentingan kedua pihak yaitu manajemen dan

pemegang saham. Kepemilikan manajerial adalah mekanisme perusahaan yang

dapat meminimalkan masalah keagenan dari pihak manajemen terhadap

pemegang saham. Kepemilikan manajerial mampu meningkatkan kualitas dari

proses pelaporan keuangan, hal ini karena ketika pihak manajemen mempunyai

saham maka mereka akan bertindak serupa dengan pemegang saham dan akan

memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan disajikan secara wajar dan

sesuai kondisi riil perusahaan (Utomo et al., 2019). Ketika kondisi keuangan

perusahaan tidak stabil, tidak akan menjadi tekanan bagi pihak manajemen untuk

melakukan tindakan curang karena akan memperburuk kondisi keuangan

perusahaan di masa mendatang (Mintara dan Hapsari, 2021). Oleh karena itu,

kepemilikan manajerial dapat mengurangi tekanan bagi pihak manajemen

sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan laporan

keuangan.
64

4.5.7 Pengaruh Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Peluang dan

Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel peluang dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,019. Karena nilai sig

0,019<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dapat

memoderasi pengaruh peluang terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan

demikian, H7 diterima.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat

memoderasi pengaruh peluang yang diproksikan dengan ineffective monitoring

terhadap kecurangan laporan keuangan. Tindakan kecurangan berpeluang terjadi

jika pengawasan tidak dilakukan secara efektif sehingga memberi peluang bagi

pihak manajer untuk berperilaku curang. Namun,dengan adanya kepemilikan

manajerial mampu meningkatkan kualitas dari proses pelaporan keuangan, hal ini

karena ketika pihak manajemen mempunyai saham maka mereka akan bertindak

serupa dengan pemegang saham dan akan memastikan bahwa laporan keuangan

perusahaan disajikan secara wajar dan sesuai kondisi riil perusahaan (Utomo et

al., 2019). Hal ini dapat mencegah pihak agen atau manajer dalam melakukan

perilaku menyimpang. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial dapat mengurangi

peluang bagi pihak manajemen dalam melakukan kecurangan laporan keuangan.

4.5.8 Pengaruh Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Rasionalisasi

dan Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel rasionalisasi dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan signifikansi sebesar 0,003. Karena nilai sig 0,003<0,05

maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dapat memoderasi

pengaruh rasionalisasi terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan

demikian, H8 diterima.
65

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat

memoderasi pengaruh rasionalisasi yang diproksikan dengan pergantian auditor

terhadap kecurangan laporan keuangan. Kepemilikan manajerial mampu

meningkatkan kualitas dari proses pelaporan keuangan, hal ini karena ketika pihak

manajemen mempunyai saham maka mereka akan bertindak serupa dengan

pemegang saham dan akan memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan

disajikan secara wajar dan sesuai kondisi riil perusahaan. Manajer akan lebih

berhati-hati dalam melakukan pengambilan keputusan karena keputusan yang

diambil akan mempengaruhi perusahaan dan pemegang saham yang tidak lain

adalah dirinya sendiri. Adanya kepemilikan saham oleh manajemen dapat

menekan pergantian auditor karena mereka merasa sebagai pemilik perusahaan.

Dengan menekan frekuensi pergantian auditor akan memudahkan dalam

mendeteksi tindakan kecurangan sehingga jika perusahaan ingin melakukan

kecurangan akan membutuhkan banyak pertimbangan dan dikhawatirkan akan

terungkap sehingga kecurangan laporan keuangan akan berkurang dan bahkan

tidak akan terjadi lagi (Utomo et al., 2019).

4.5.9 Pengaruh Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Kemampuan

dan Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel kemampuan dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan signifikansi sebesar 0,349. Karena nilai sig 0,349>0,05

maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi

pengaruh kemampuan terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan

demikian, H9 ditolak.

Kepemilikan manajerial tidak memoderasi pengaruh kemampuan yang

diproksikan dengan pergantian direksi terhadap kecurangan laporan keuangan.

Adanya perubahan direksi tidak selalu mengindikasikan adanya tindakan


66

kecurangan oleh pihak manajemen. Perubahan direksi merupakan salah satu

upaya dalam meningkatkan kinerja perusahaan yang dilakukan dengan mengubah

susunan direksi atau merekrut direksi baru yang dianggap lebih kompeten

(Santoso, 2019). Sehingga, penelitian ini dapat membuktikan bahwa kepemilikan

manajerial tidak memoderasi hubungan antara kemampuan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

4.5.10 Pengaruh Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Arogansi dan

Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil uji t untuk interaksi antara variabel arogansi dengan kepemilikan

manajerial menunjukkan signifikansi sebesar 0,810. Karena nilai sig 0,810>0,05

maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi

pengaruh kemampuan terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan

demikian, H10 ditolak.

Kepemilikan manajerial tidak memoderasi pengaruh arogansi yang diukur

dengan banyaknya foto CEO dalam laporan tahunan perusahaan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Mayoritas perusahaan menampilkan foto CEO

pada laporan keuangannya. Foto CEO dalam laporan keuangan memiliki tujuan

agar CEO perusahaan dapat dikenal. Selain itu, banyaknya foto CEO yang

ditampilkan sebagian besar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan sepanjang tahun. Oleh karena itu, jumlah foto CEO tidak

menunjukkan arogansi CEO (Agusputri dan Sofie, 2019). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak memoderasi pengaruh arogansi

terhadap kecurangan laporan keuangan.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tekanan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

2. Peluang tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

3. Rasionalisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

4. Kemampuan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

5. Arogansi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

6. Kepemilikan manajerial dapat memoderasi pengaruh antara tekanan,

peluang, dan rasionalisasi terhadap kecurangan laporan keuangan.

Namun, kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi pengaruh

kemampuan dan arogansi terhadap kecurangan laporan keuangan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Setiap variabel dalam penelitian ini hanya menggunakan satu proksi untuk

mengukurnya sehingga beberapa variabel tidak berpengaruh signifikan dalam

memprediksi terjadinya kecurangan laporan keuangan.

5.3 Saran

Untuk penelitian mengenai fraud pentagon di masa mendatang, peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut:

67
68

1. Peneliti selanjutnya dapat menambah proksi untuk mengukur setiap

variabel.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengganti objek penelitian dan

menggunakan periode pengamatan yang lebih lama sehingga analisis

akan lebih jelas.


DAFTAR PUSTAKA

ACFE. 2019. Survei Fraud Indonesia, (Online), (https://acfe-indonesia.or.id/survei-


fraud-indonesia/ diakses pada 1 November 2022).
ACFE. 2016. Report to Nations. Association of Certified Fraud Examiners. Austin,
(Online),(https://www.acfe.com/rttn2016/docs/2016-reporttothe
nations. Pd diakses pada 1 November 2022).
Agusputri, H. dan Sofie. 2019. Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap
fraudulent financial reporting dengan menggunakan analisis fraud
pentagon. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, Dan Keuangan
Publik, 14(2), 105-124.
Albrecht, W.S., Albrecht, C.O., Albrecht, C.C., & Zimbelman, M.F. 2012. Fraud
examination. South-Western: Cengange learning.
Anggraini, V. M., dan Arifin, A. 2022. Analisis Fraud Pentagon dalam mendeteksi
Financial Statement Fraud (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020).Jurnal Pendidikan
Nusantara :Kajian Ilmu Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 2(2), 44–
56.
Agustina, R. D., & Pratomo, D. 2019. Pengaruh Fraud Pentagon Dalam
Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Jurnal Ilmiah
Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 3(1), 44–62.
Aprilia, R. 2017. Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need, Ineffective
Monitoring, Change in Auditor Dan Change in Director Terhadap
Financial Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Diamond (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efe. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 4(1),
1472-1486.
Apriliana, S., & Agustina, L. 2017. The Analysis of Fraudulent Financial Reporting
Determinant through Fraud Pentagon Approach. JDA Jurnal Dinamika
Akuntansi, 9(2), 154–165.
Azzahroh, F., Suhendro, dan Fajri, R. N. 2020. The Effect of Self Efficacy and
Fraud Diamond on Fraudulent Behavior Academic Accounting
Students. Journal of Business, Management, and Accounting, 2, 116-
122.

Cressey, D. R. 1953. Other People’s Money: A Study in the Social Psychology of


Embezzlemente. New Jersey: Patterson Smith.

Dewi, K., dan Anisykurlillah, I. 2021. Analysis of the Effect of Fraud Pentagon
Factors on Fraudulent Financial Statement with Audit Committee as
Moderating Variable. Accounting Analysis Journal, 10(1), 39–46.

69
70

Faradiza, S. A. 2019. Fraud Pentagon Dan Kecurangan Laporan Keuangan.


EkBis: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(1), 1.
Fajriani, S., dan Darmayanti, Y. 2022. Pengaruh Fraud Pentagon terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan dengan Komite Audit sebagai
Variabel Moderasi. Abstract of Undergraduate Research, Faculty of
Economics, Bung Hatta University, 21(1).
Fahira, H. N., Purnomo, M., dan Rasmini, M. 2021. The Effect of Fraud Pentagon
on Fraudulent Financial Reporting. Integrated Journal of Business and
Economics, 5(3), 231-242.
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handayani, S., Bambang, dan Waskito, I. 2021. The Moderating Effect Of Audit
Committee On The Prevention Of Financial Statement Fraud With
Pentagon Fraud Analysis. Jurnal Ilmu Sosial, Agama, Budaya, Dan
Terapan, 1(1), 14–28.
Horwath, C. 2011. The Mind Behind The Fraudsters Crime: Key Behavioral and
Environmental Element. USA: Crowe Horwarth International.
Janie, D. N. A. 2012. Statistik deskriptif & regresi linier berganda dengan
SPSS. Semarang: Semarang University Press
Jensen, Michael C dan Meckling, William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics. Volume 3.
Lastanti, H. S. 2020. Role Of Audit Committee In The Fraud Pentagon And
Financial Statement Fraud. International Journal of Contemporary
Accounting, 2(1), 85–102.
Makki, S. 2020. BPK Sebut Kecurangan Jiwasraya Rp7,7 Triliun pada 2017,
(Online), (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200108141551-
78-463471/bpk-sebut-kecurangan-jiwasraya-rp77-triliun-pada-2017
diakses pada 1 November 2022).

Marks, J. 2012. The Mind Behind The Fraudsters Crime: Key Behavioral And
Environmental Elements. Crowe Howarth LLP (Presentation).

Mintara, M. B. M., & Hapsari, A. N. S. 2021. Pendeteksian kecurangan pelaporan


keuangan melalui fraud pentagon framework. Perspektif
Akuntansi, 4(1), 35-58.

Novita, N. 2019. Teori Fraud Pentagon Dan Deteksi Kecurangan Pelaporan


Keuangan. Jurnal Akuntansi Kontemporer, 11(2), 64–73.

Priswita, F., & Taqwa, S. 2019. Pengaruh corporate governance terhadap


kecurangan laporan keuangan. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(4),
1705-1722.
71

Puspitha, M. Y., & Yasa, G. W. 2018. Fraud pentagon analysis in detecting


fraudulent financial reporting (study on Indonesian capital
market). International Journal of Sciences: Basic and Applied
Research, 42(5), 93-109.
Rezeki, F. G. 2022. Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Model Dalam Memprediksi
Keterjadian Fraudulent Financial Statement (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode). SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: Economic,
Accounting, Management and Business, 5(1), 189–197.

Rianto et.al., 2021. Diamond Fraud Analysis in Detecting Financial Statement


Fraud with the Audit Committee as Moderating Variable (Empirical
Study on Sub Construction Companies listed on the IDX for the 2016-
2020 period). Inquisitive, Vol 2 (1), 37 – 54.
Santoso, S. H. 2019. Pengaruh Financial Target, Ketidakefektifan Pengawasan,
Perubahan Auditor, Perubahan Direksi Dan Arogansi Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Komite Audit Sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 6(2), 173–200.
Saragih, H. 2019. Tak Jadi Untung, Garuda Rugi hingga Rp2,45 T di 2018.
(Online). (https://www.cnbcindonesia.com/market/20190726090925-
17-87737/tak-jadi-untung-garuda-rugi-hingga-rp-245-t-di-2018
diakses pada 1 November 2022).
Sekaran. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis: Pendekatan Pengembangan
Keahlian. Edisi keenam, Buku dua, Penerbit : Salemba Empat,
Jakarta.
Situngkir, N. C., & Triyanto, D. N. 2020. Detecting fraudulent financial reporting
using fraud score model and fraud pentagon theory: Empirical study of
companies listed in the LQ 45 Index. The Indonesian Journal of
Accounting Research, 23(3), 373-410.
Subagyo., Nur, A. M., dan Indra, B. 2018. Akuntansi Manajemen Berbasis Desain.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiharto, S. I. 2022. Analisis Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial
Reporting. Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(8.5.2017), 2003–2005.
Skousen, C. J., dan Twedt, B. J. 2009. Fraud in Emerging Markets: A Cross
Country Analysis. Cross Cultural Management: An International
Journal, 16, 301-316.
The American Institute of Certified Public Accountans (AICPA), 2017. Statement
on Auditing Standards No. 99 (SAS 99), (Online),
(http://www.aicpa.org/research/standards/auditattest/sas.html#SAS84
diakses pada 1 November 2022).

Utomo, S. D., Machmuddah, Z., & Pamungkas, I. D. 2019. The effect of auditor
switching and managerial ownership on fraudulent financial
72

statement. WSEAS Transactions on Business and Economics, 16(1),


306-315.
Wolfe, D.T. , dan D R. Hermanson. 2004. The frauddiamond: Considering the four
elements of fraud. The CPA Journal, 74(12), 38-42.
Yaw et al.,2021. Examining the predictors of fraud in state-owned enterprises: an
application of the fraud triangle theory. Journal of Money Laundering.
10.1108/JMLC-05-2021-0053.
Yusup, T. L., Purnamasari, P., & Maemunah, M. 2021. Pengaruh Independensi
Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan. Prosiding Akuntansi, 7(1), 281-285.
73

LAMPIRAN
74

Lampiran 1: Biodata

BIODATA

Identitas Diri

Nama : Aulya Amanda

Tempat, Tanggal Lahir : Langnga, 23 Oktober 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jl. Ujung Tape UT, Kelurahan Pallameang,


Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten
Pinrang

Telepon Rumah dan HP : 082346919794

Alamat E-mail : aulyaamanda2310@gmail.com


Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

-Tahun 2006-2007 : TK Satu Atap SD Negeri 206 Pallameang

-Tahun 2007-2013 : SD Negeri 206 Pallameang

-Tahun 2013-2016 : SMP Negeri 1 Mattiro Sompe

-Tahun 2016-2019 : SMA Negeri 3 Pinrang

Pendidikan Non Formal

-Tahun 2019 : Pelatihan Basic Character Learning Skills,


Character, & Creativity (BALANCE)
Universitas Hasanuddin

-Tahun 2020 : Bina Kader Mahasiswa Akuntansi (BKMA)


Ikatan Mahasiswa Akuntansi (IMA)
Universitas Hasanuddin
Pengalaman

- Anggota Keluarga Mahasiswa (KEMA) Ikatan Mahasiswa Akuntansi


Universitas Hasanuddin

- Anggota Tim Re-akreditasi Departemen Akuntansi 2022

Makassar, 8 Mei 2023

Aulya Amanda
Lampiran 2: Peta Teori
PETA TEORI

Tujuan Variabel Penelitian dan


No Penulis/Judul Konsep/Teori/Hipotesis Hasil Penelitian
Penelitian Teknik Analisis
1 Lastanti, H. S. Penelitian ini ● Ha1: Tekanan berpengaruh positif Variabel Penelitian Hasil penelitian ini
(2020). Role of bertujuan untuk terhadap kecurangan laporan Variabel Dependen: menunjukkan bahwa
Audit Committee in mendeteksi keuangan Kecurangan Laporan tekanan, peluang, dan
the Fraud Pentagon kecurangan ● Ha2: Peluang berpengaruh positif Keuangan rasionalisasi
and Financial laporan terhadap kecurangan laporan Variabel Independen: berpengaruh terhadap
Statement Fraud keuangan melalui keuangan X1: Tekanan kecurangan laporan
Fraud Pentagon ● Ha3: Rasionalisasi berpengaruh X2: Peluang keuangan. Sedangkan
dengan komite positif terhadap kecurangan X3: Rasionalisasi kemampuan dan
audit sebagai laporan keuangan X4: Kemampuan arogansi tidak
variabel ● Ha4: Kemampuan berpengaruh X5: Arogansi berpengaruh terhadap
moderasi positif terhadap penipuan laporan Variabel Moderasi: Komite kecurangan laporan
keuangan Audit keuangan. Dan komite
● Ha5: Arogansi signifikan terhadap audit meningkatkan
kecurangan laporan keuangan Teknik Analisis: Analisis pengaruh variabel
● Ha6a: Komite Audit meningkatkan Linear Berganda dan Analisis independen terhadap
pengaruh Tekanan terhadap Regresi Moderasi variabel dependen.
kecurangan laporan keuangan
● Ha6b: Komite Audit meningkatkan
pengaruh Peluang terhadap
kecurangan laporan keuangan
● Ha6c: Komite Audit meningkatkan
pengaruh Rasionalisasi terhadap
kecurangan laporan keuangan
● Ha6d: Komite Audit meningkatkan
pengaruh Kemampuan terhadap

75
76

kecurangan laporan keuangan


● Ha6e: Komite Audit meningkatkan
pengaruh Arogansi terhadap
kecurangan laporan keuangan
2 Anggraini, V. M., & Tujuan penelitian ● H1: financial stability Variabel Penelitian Hasil penelitian
Arifin, A. (2022). ini adalah untuk berpengaruh terhadap financial Variabel Dependen: menunjukan bahwa
Analisis Fraud menganalisis statement fraud Kecurangan Laporan external pressure,
Pentagon dalam financial ● H2: external pressure Keuangan ineffective
mendeteksi statement fraud berpengaruh terhadap financial Variabel Independen: monitoring, nature of
Financial Statement pada perusahaan statement fraud. X1: Financial Stability industry berpengaruh
Fraud (Studi Manufaktur sub ● H3: ineffective monitoring X2: External pressure terhadap financial
Empiris Pada sektor makanan berpengaruh terhadap financial X3: Ineffective monitoring statement fraud.
Perusahaan dan minuman statement fraud. X4: Nature of industry Sedangkan
Manufaktur Sub yang terdaftar di ● H4: nature of industry X5: change in auditor financial stability, change
Sektor Makanan BEI periode berpengaruh terhadap financial X6: change in director in auditor, change in
dan Minuman yang 2017-2020. statement fraud. X7: frequent number of CEO director, dan frequent
Terdaftar di Bursa ● H5: change in auditor pic number of CEO pic tidak
Efek Indonesia berpengaruh terhadap financial berpengaruh terhadap
Periode 2017- statement fraud. Teknik Analisis: financial statement
2020). ● H6 : change in director model regresi linear fraud.
berpengaruh terhadap financial berganda.
statement fraud.
● H7: frequent number of CEO pic
berpengaruh terhadap financial
statement fraud.

3 Novita, N. (2019). Tujuan dari ● H1: Semakin besar tekanan Variabel Penelitian Hasilnya menunjukkan
Teori Fraud penelitian ini maka semakin besar pula Variabel Dependen: bahwa hanya elemen
Pentagon dan adalah untuk peluang perusahaan melakukan Kecurangan Laporan Tekanan dan
mengetahui kecurangan laporan keuangan Keuangan Rasionalisasi yang dapat
77

Deteksi Kecurangan apakah prediktor ● H2: Semakin besar peluang Variabel Independen: menentukan
Laporan Keuangan teori fraud maka semakin besar pula X1: Tekanan kemungkinan
pentagon, yaitu: peluang perusahaan melakukan X2: Peluang kecurangan laporan
tekanan,peluang, kecurangan laporan keuangan X3: Rasionalisasi keuangan. Proksi
rasionalisasi, ● H3: Semakin kuat rasionalisasi X4: Kemampuan Kemampuan
kemampuan dan maka semakin besar pula X5: Arogansi dan Arogansi yang
arogansi mampu peluang perusahaan melakukan Teknik Analisis: diusulkan dalam
menjelaskan kecurangan laporan keuangan Menggunakan model regresi penelitian ini tidak
probabilitas ● H4: Semakin tinggi kemampuan linear terbukti menjelaskan
terjadinya pimpinan maka semakin besar berganda. peluang untuk
kecurangan pula peluang perusahaan kecurangan laporan
laporan melakukan kecurangan laporan keuangan.
keuangan di keuangan
indonesia. ● H5: Semakin besar arogansi
pimpinan perusahaan maka
semakin besar pula peluang
perusahaan melakukan
kecurangan laporan keuangan
4 Rezeki, F. G. Tujuan penelitian ● H1: Tekanan berpengaruh dalam Variabel Penelitian Hasil penelitian ini
(2022). Analisis ini adalah memprediksi kecurangan laporan Variabel Dependen: mengindikasikan bahwa
Pengaruh Fraud determinasi keuangan Kecurangan Laporan tekanan, arogansi
Pentagon Model pengaruh fraud ● H2: Peluang berpengaruh dalam Keuangan berpengaruh dalam
dalam Memprediksi pentagon Model memprediksi kecurangan laporan Variabel Independen: memprediksi
Keterjadian untuk keuangan X1: Tekanan kecurangan laporan
Fraudulent memprediksi ● H3: Rasionalisasi berpengaruh X2: Peluang keuangan (Fraudulent
Financial Statement kecurangan dalam memprediksi kecurangan X3: Rasionalisasi Financial Statement).
(Studi Empiris pada laporan laporan keuangan X4: Kemampuan Sementara,
Perusahaan keuangan di ● H4: Kemampuan berpengaruh X5: Arogansi rasionalisasi, peluang,
Manufaktur yang Perusahaan dalam memprediksi kecurangan dan kemampuan tidak
Terdaftar di Bursa Manufaktur yang laporan keuangan Teknik Analisis: memiliki pengaruh dalam
Efek Indonesia terdaftar di BEI memprediksi terjadinya
78

Periode 2016- periode 2016- H5: Arogansi berpengaruh dalam Menggunakan model regresi kecurangan laporan
2018. 2018 memprediksi kecurangan laporan linear keuangan.
keuangan berganda.
5 Fahira, H. N., Tujuan penelitian ● H1: Tekanan berpengaruh dalam Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Purnomo, M., & ini adalah untuk memprediksi kecurangan laporan Variabel Dependen: menunjukkan bahwa
Rasmini, M. (2021). menunjukkan keuangan Kecurangan Laporan variabel tekanan dan
Pengaruh Fraud dan ● H2: Peluang berpengaruh dalam Keuangan peluang berpengaruh
Pentagon Terhadap mengeksplorasi memprediksi kecurangan laporan Variabel Independen: positif terhadap
Fraudulent bagaimana fraud keuangan X1: Tekanan fraudulent financial
Financial Statement pentagon ● H3: Rasionalisasi berpengaruh X2: Peluang statement. Sementara,
mempengaruhi dalam memprediksi kecurangan X3: Rasionalisasi rasionalisasi,
kecurangan laporan keuangan X4: Kemampuan kemampuan, dan
laporan ● H4: Kemampuan berpengaruh X5: Arogansi arogansi tidak
keuangan dalam memprediksi kecurangan Teknik Analisis: berpengaruh pada
laporan keuangan Menggunakan model regresi fraudulent financial
● H5: Arogansi berpengaruh dalam linear statement.
memprediksi kecurangan laporan berganda.
keuangan
6 Apriliana, S., & Tujuan dari ● H1: Financial Target Variabel Penelitian Hasil pengujian
Agustina, L. (2017). penelitian ini berpengaruh positif terhadap Variabel Dependen: menunjukkan bahwa
The Analysis of adalah untuk kecurangan pelaporan keuangan Kecurangan Laporan stabilitas keuangan,
Fraudulent menganalisis ● H2: Financial Stability Keuangan kualitas auditor
Financial Reporting prediksi berpengaruh positif terhadap Variabel Independen: eksternal, dan jumlah
Determinant kecurangan kecurangan pelaporan keuangan X1: Financial Target foto CEO dalam laporan
through Fraud pelaporan ● H3: Likuiditas berpengaruh X2: Financial Stability tahunan perusahaan
Pentagon keuangan positif terhadap kecurangan X3: Likuiditas berpengaruh positif
Approach. dengan pelaporan keuangan X4: Kepemilikan Institusional terhadap prediksi
perspektif fraud ● H4: Kepemilikan Institusional X5: Pengawasan efektif kecurangan pelaporan
pentagon. berpengaruh positif terhadap X6: Kualitas Auditor keuangan, sedangkan
kecurangan pelaporan keuangan X7: Perubahan Auditor target keuangan,
● H5: Pengawasan efektif likuiditas, kepemilikan
79

berpengaruh positif terhadap X8: Pergantian Direksi institusional, efektivitas


kecurangan pelaporan keuangan X9: CEO Picture pengawasan,
● H6: Kualitas Auditor Eksternal penggantian auditor
berpengaruh positif terhadap Teknik Analisis: eksternal, dan
kecurangan pelaporan keuangan Menggunakan model pergantian direksi
● H7: Perubahan auditor descriptive statistical analysis perusahaan tidak
berpengaruh positif terhadap dan logistic regression berpengaruh signifikan
kecurangan pelaporan keuangan analysis. terhadap prediksi
● H8: Pergantian direksi kecurangan pelaporan
berpengaruh positif terhadap keuangan. Kesimpulan
kecurangan pelaporan keuangan dari penelitian ini
● H9: CEO pic berpengaruh positif menunjukkan bahwa
terhadap kecurangan pelaporan kondisi keuangan yang
keuangan tidak stabil, kualitas audit
perusahaan dan tingkat
arogansi CEO dapat
mempengaruhi
terjadinya kecurangan
pelaporan keuangan.

7 Handayani, S., & Penelitian ini ● H1: pengaruh tekanan terhadap Variabel Penelitian Hasil penelitian telah
Waskito, B. I. bertujuan kecurangan pelaporan keuangan Variabel Dependen: menunjukkan bahwa
(2021). The untuk ● H2: pengaruh peluang terhadap Kecurangan Laporan tekanan dan arogansi
Moderating Effect mengetahui kecurangan pelaporan keuangan Keuangan berpengaruh positif
Of Audit Committee pengaruh ● H3: pengaruh rasionalisasi Variabel Independen: terhadap financial
On The Prevention tekanan, terhadap kecurangan pelaporan X1: Tekanan statement fraud pada
Of Financial peluang, keuangan X2: Peluang perusahaan sektor
Statement Fraud rasionalisasi, ● H4: pengaruh kemampuan X3: Rasionalisasi konstruksi yang terdaftar
With Pentagon kemampuan, terhadap kecurangan pelaporan X4: Kemampuan di BEI, sedangkan
Fraud Analysis. dan arogansi keuangan X5: Arogansi peluang, rasionalisasi,
80

terhadap ● H5: pengaruh arogansi terhadap Z: Komite Audit dan kemampuan tidak
pencegahan kecurangan pelaporan keuangan berpengaruh terhadap
Financial ● H6: komite audit dalam Teknik Analisis: financial statement fraud
Statement memoderasi tekanan terhadap Menggunakan model regresi pada perusahaan sektor
Fraud dengan kecurangan pelaporan keuangan linear konstruksi yang terdaftar
komite audit ● H7: komite audit dalam berganda dan MRA di BEI. Penelitian juga
sebagai memoderasi peluang terhadap (Moderate Regression menunjukkan bahwa
variabel kecurangan pelaporan keuangan Analysis) komite audit tidak
Moderasi ● H8: komite audit dalam memperlemah pengaruh
pada memoderasi rasionalisasi tekanan, peluang,
perusahaan terhadap kecurangan pelaporan rasionalisasi,
konstruksi keuangan kemampuan, dan
yang terdaftar ● H9: komite audit dalam arogansi terhadap
di Bursa Efek memoderasi kemampuan pencegahan financial
Indonesia terhadap kecurangan pelaporan statement fraud.
(BEI)tahun keuangan
2017-2019 ● H10: komite audit dalam
memoderasi arogansi terhadap
kecurangan pelaporan keuangan

8 Rianto et.al.,(2021). Tujuan dari H1: Financial targets berpengaruh Variabel Penelitian Hasil penelitian
Diamond Fraud penelitian ini positif terhadap kecurangan laporan Variabel Dependen: menunjukkan bahwa
Analysis in adalah untuk keuangan Kecurangan Laporan nature of industry,
Detecting Financial mengetahui H2: Nature of Industry berpengaruh Keuangan berpengaruh positif dan
Statement Fraud seberapa besar positif terhadap kecurangan laporan Variabel Independen: signifikan terhadap
with the Audit pengaruh Fraud keuangan. X1: Financial Target kecurangan laporan
Committee as Diamond dalam H3: Rationalization berpengaruh X2: Nature of Industry keuangan. Financial
Moderating Variable mendeteksi positif terhadap kecurangan laporan X3: Rationalization targets, total accruals
(Empirical Study on Financial keuangan. X4: Capability dan director changes
Sub Construction Statement Fraud X5: Komite Audit tidak berpengaruh
Companies listed dengan variabel terhadap kecurangan
81

on the IDX for the komite audit H4: Capability berpengaruh positif Teknik Analisis: laporan keuangan.
2016-2020 period) sebagai variabel terhadap kecurangan laporan Menggunakan model Variabel komite audit
pemoderasi pada keuangan. Descriptive Statistical dapat memoderasi
perusahaan H5: Komite audit memperlemah Analysis dan MRA (Moderate financial targets dan
sektor konstruksi pengaruh Financial targets terhadap Regression Analysis) rationalization terhadap
tahun 2016- kecurangan laporan keuangan. kecurangan laporan
2020, baik H6: Komite Audit memperlemah keuangan namun tidak
secara parsial pengaruh Nature of Industry dapat memoderasi
maupun terhadap kecurangan laporan nature of industry dan
simultan. keuangan director changes
H7: Komite Audit memperlemah terhadap kecurangan
pengaruh Rationalization terhadap laporan keuangan
kecurangan laporan keuangan
H8: Komite audit memperlemah
pengaruh Director Changes
terhadap kecurangan laporan
keuangan.

9 Santoso, S. H. Penelitian ini : Variabel Dependen: Hasil penelitian


(2019). Fenomena bertujuan untuk H1: Financial targets berpengaruh Kecurangan Laporan menunjukkan bahwa
Kecurangan menganalisis positif terhadap kecurangan laporan Keuangan financial target,
Laporan Keuangan pengaruh dari keuangan Variabel Independen: perubahan auditor dan
Pada Perusahaan financial target, H2: Ketidakefektifan pengawasan X1: Financial targets arogansi berpengaruh
Terbuka di ketidakefektifan berpengaruh positif terhadap X2: Ketidakefektifan positif terhadap
Indonesia pengawasan, kecurangan laporan pengawasan kecurangan laporan
perubahan keuangan X3: Perubahan auditor keuangan sedangkan
auditor, H3: Perubahan auditor berpengaruh X4: Perubahan direksi ketidakefektifan
perubahan positif terhadap kecurangan laporan X5: Arogansi pengawasan dan
direksi dan keuangan Z6: Komite audit perubahan direksi tidak
arogansi berpengaruh terhadap
terhadap Teknik Analisis: kecurangan laporan
82

kecurangan H4: Perubahan direksi berpengaruh Moderated Regression keuangan. Penelitian


laporan positif terhadap kecurangan laporan Analysis (MRA). juga menunjukkan
keuangan keuangan bahwa komite audit
dengan komite H5: Arogansi berpengaruh positif sebagai pemoderasi
audit sebagai terhadap kecurangan laporan memperlemah hubungan
variabel keuangan antara financial target
moderasi pada H6: Komite audit memperlemah dan perubahan auditor
perusahaan pengaruh financial targets terhadap terhadap kecurangan
sektor industri kecurangan laporan keuangan laporan keuangan,
dasar dan kimia, H7: Komite audit memperlemah sedangkan komite audit
aneka industri pengaruh ketidakefektifan sebagai pemoderasi
dan industri pengawasan terhadap kecurangan tidak memperlemah
barang konsumsi laporan keuangan ketidakefektifan
yang terdaftar di H8: Komite audit memperlemah pengawasan, perubahan
Bursa Efek pengaruh perubahan auditor direksi dan arogansi
Indonesia terhadap kecurangan laporan terhadap kecurangan
selama periode keuangan laporan keuangan.
2015-2017. H9: Komite audit memperlemah
pengaruh perubahan direksi
terhadap kecurangan laporan
keuangan
H10: Komite audit memperlemah
pengaruh arogansi terhadap
kecurangan laporan keuangan
Lampiran 3: Data Sampel

DATA KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2017

Kode Kualitas Kinerja


No Perusahaan Akrual Keuangan F-Score
1 GIAA -0.12257313 -0.18090194 -0.30347507
2 JSMR -0.06426827 0.75354282 0.68927455
3 PGAS 0.15447832 0.04652678 0.2010051
4 KAEF 0.00496294 1.26344398 1.26840692
5 INAF -0.23418704 0.12537163 -0.10881541
6 KRAS -0.32900352 -0.25742344 -0.58642696
7 SMGR -0.02667726 -0.17033348 -0.19701075
8 SMBR -0.00729443 -0.4553503 -0.46264474
9 PTPP -0.04115167 0.02683992 -0.01431175
10 ADHI -0.18008723 0.46906515 0.28897792
11 WSKT -0.17691432 0.37683302 0.1999187
12 WIKA -0.25505655 0.19950644 -0.0555501
13 TINS 0.01662068 -0.10629579 -0.08967511
14 PTBA 0.18220401 -0.05190978 0.13029423
15 ANTM -0.0830886 -0.20050516 -0.28359375
16 TLKM 0.00108438 -0.06791955 -0.06683517

DATA KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2018

Kode Kualitas Kinerja


No Perusahaan Akrual Keuangan F-Score
1 GIAA -0.40128907 -0.0786352 -0.47992427
2 JSMR -0.05039693 0.72917279 0.67877586
3 PGAS -0.23014056 0.20223296 -0.0279076
4 KAEF -0.13447586 0.35628385 0.22180799
5 INAF 0.01736916 -0.27067166 -0.2533025
6 KRAS -0.10469248 0.36755739 0.26286491
7 SMGR 0.06487939 -0.0094732 0.05540619
8 SMBR 0.01156833 0.07315867 0.084727
9 PTPP -0.12950711 0.40562919 0.27612208
10 ADHI -0.03700191 -0.0241202 -0.06112211
11 WSKT 0.01790958 0.05596772 0.0738773
12 WIKA -0.00060429 -0.07966249 -0.08026678
13 TINS -0.24819943 0.11597343 -0.13222601
14 PTBA 0.08971353 0.95172554 1.04143908
15 ANTM 0.04170687 1.70031822 1.74202508
16 TLKM 0.01799446 -0.18264834 -0.16465388

83
84

DATA KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2019

Kode Kualitas Kinerja


No Perusahaan Akrual Keuangan F-Score
1 GIAA -0.05587928 0.16442457 0.10854529
2 JSMR -0.08182325 -0.53534584 -0.61716909
3 PGAS 0.0676094 0.22643451 0.29404391
4 KAEF 0.04169093 0.04231518 0.08400611
5 INAF 0.27750128 -0.17819167 0.09930961
6 KRAS -0.34005221 -0.38315104 -0.72320326
7 SMGR -0.01159363 0.10349557 0.09190194
8 SMBR 0.03743721 0.01235711 0.04979433
9 PTPP -0.03584619 -0.08773912 -0.12358531
10 ADHI -0.151186 -0.08357897 -0.23476498
11 WSKT 0.09700867 -0.7205912 -0.62358253
12 WIKA 0.00651134 -0.09321385 -0.08670251
13 TINS -0.33520635 0.68280192 0.34759556
14 PTBA 0.09658005 -0.06110097 0.03547908
15 ANTM -0.00148273 0.19775063 0.1962679
16 TLKM -0.05160457 -0.00018025 -0.05178482

DATA KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2020

Kode Kualitas Kinerja


No Perusahaan Akrual Keuangan F-Score
1 GIAA -0.42496103 -0.95447928 -1.37944031
2 JSMR 0.27665082 -0.77024559 -0.49359478
3 PGAS -0.04857905 -0.24776253 -0.29634157
4 KAEF 0.01381995 0.0034566 0.01727654
5 INAF -0.32596387 -0.15047667 -0.47644054
6 KRAS 0.52167237 0.02033681 0.54200918
7 SMGR 0.02913004 -0.02865278 0.00047726
8 SMBR -0.08059839 -0.13171244 -0.21231083
9 PTPP 0.01647416 -0.51159832 -0.49512416
10 ADHI -0.09813343 -0.15811615 -0.25624958
11 WSKT -0.13942988 -0.77867814 -0.91810803
12 WIKA -0.25016907 -0.472471 -0.72264007
13 TINS 0.32489111 -0.13126053 0.19363058
14 PTBA -0.02604353 -0.04508663 -0.07113016
15 ANTM -0.04373053 -0.33538626 -0.37911679
16 TLKM -0.03312606 0.04452229 0.01139622
85

DATA KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2021

Kode Kualitas Kinerja


No Perusahaan Akrual Keuangan F-Score
1 GIAA -0.62549208 -0.11072672 -0.7362188
2 JSMR 0.03511741 0.78575809 0.8208755
3 PGAS 0.09011116 0.27149646 0.36160762
4 KAEF 0.05574441 0.06598716 0.12173156
5 INAF -0.07166028 0.8820538 0.81039352
6 KRAS -0.16246556 0.29076967 0.12830411
7 SMGR 0.01844613 0.01956154 0.03800767
8 SMBR 0.07713868 -0.00033041 0.07680827
9 PTPP -0.05148058 -0.04181956 -0.09330014
10 ADHI -0.10309928 0.11923495 0.01613567
11 WSKT 0.19339103 -0.11980717 0.07358387
12 WIKA 0.06551349 0.63210491 0.6976184
13 TINS 0.11666782 -0.211761 -0.09509318
14 PTBA 0.12264666 0.22460898 0.34725564
15 ANTM 0.08627112 0.27571029 0.36198141
16 TLKM 0.09588516 0.38872296 0.48460811
86

DATA TEKANAN (FINANCIAL STABILITY) TAHUN 2017

Perubahan Aset Tahun Berjalan terhadap Aset Tahun Sebelumnya

No Kode Perusahaan Total Aktiva (t) Total Aktiva (t-1) FS


1 GIAA 3.763.292.093 3.737.569.390 0.007
2 JSMR 79.192.773 53.500.323 0.480
3 PGAS 8.183.180.242 6.834.152.968 0.197
4 KAEF 7.272.084.556 4.612.562.541 0.577
5 INAF 1.529.874.782 1.381.633.321 0.107
6 KRAS 3.441.670 3.936.713 -0.126
7 SMGR 49.068.650 44.226.896 0.109
8 SMBR 5.060.337.247 4.368.876.996 0.158
9 PTPP 41.782.780.915.111 31.215.671.256.566 0.339
10 ADHI 28.332.948.013 20.095.435.959 0.410
11 WSKT 97.895.760.838.624 61.433.012.174.447 1.100
12 WIKA 45.683.774 31.355.205 0.457
13 TINS 11.718.724 9.548.631 0.227
14 PTBA 21.987.482 18.576.774 0.184
15 ANTM 28.798.635 29.981.536 -0.039
16 TLKM 198.484 179.611 0.105
87

DATA TEKANAN (FINANCIAL STABILITY) TAHUN 2018

No Kode Perusahaan Total Aktiva (t) Total Aktiva (t-1) FS

1 GIAA 4.155.474.803 3.763.292.093 0.104


2 JSMR 82.418.603 79.192.773 0.041
3 PGAS 7.939.273.167 8.183.180.242 -0.030
4 KAEF 11.329.090.864 7.272.084.556 0.558
5 INAF 1.442.350.608 1.529.874.782 -0.057
6 KRAS 3.582.502 3.441.670 0.041
7 SMGR 50.783.836 49.068.650 0.035
8 SMBR 5.538.079.503 5.060.337.247 0.094
9 PTPP 50.201.851.052.388 41.782.780.915.111 0.201
10 ADHI 30.091.600.973 28.332.948.013 0.062
11 WSKT 124.391.581.623.636 97.895.760.838.624 0.643
12 WIKA 59.230.001 45.683.774 0.297
13 TINS 15.220.685 11.718.724 0.299
14 PTBA 24.172.933 21.987.482 0.099
15 ANTM 32.195.351 28.798.635 0.118
16 TLKM 206.196 198.484 0.039
88

DATA TEKANAN (FINANCIAL STABILITY) TAHUN 2019

No Kode Perusahaan Total Aktiva (t) Total Aktiva (t-1) FS

1 GIAA 4.455.675.774 4.155.474.803 0.072


2 JSMR 99.679.570 82.418.603 0.209
3 PGAS 7.373.713.156 7.939.273.167 -0.071
4 KAEF 18.352.877.132 11.329.090.864 0.620
5 INAF 1.383.935.194 1.442.350.608 -0.041
6 KRAS 3.288.037 3.582.502 -0.082
7 SMGR 79.807.067 50.783.836 0.572
8 SMBR 5.571.270.204 5.538.079.503 0.006
9 PTPP 55.998.085.160.210 50.201.851.052.388 0.115
10 ADHI 36.515.833.215 30.091.600.973 0.213
11 WSKT 122.589.259.350.571 124.391.581.623.636 0.199
12 WIKA 62.110.846 59.230.001 0.049
13 TINS 20.361.278 15.220.685 0.338
14 PTBA 26.098.052 24.172.933 0.080
15 ANTM 30.194.908 32.195.351 -0.062
16 TLKM 221.208 206.196 0.073
89

DATA TEKANAN (FINANCIAL STABILITY) TAHUN 2020

No Kode Perusahaan Total Aktiva (t) Total Aktiva (t-1) FS

1 GIAA 10.789.980.407 4.455.675.774 1.422


2 JSMR 104.086.646 99.679.570 0.044
3 PGAS 7.533.986.395 7.373.713.156 0.022
4 KAEF 17.562.816.674 18.352.877.132 -0.043
5 INAF 1.713.334.659 1.383.935.194 0.238
6 KRAS 3.486.349 3.288.037 0.060
7 SMGR 78.006.244 79.807.067 -0.023
8 SMBR 5.737.175.560 5.571.270.204 0.030
9 PTPP 53.408.823.346.707 55.998.085.160.210 -0.046
10 ADHI 38.093.888.627 36.515.833.215 0.043
11 WSKT 105.588.960.060.005 122.589.259.350.571 -0.153
12 WIKA 68.109.185 62.110.846 0.097
13 TINS 14.517.700 20.361.278 -0.287
14 PTBA 24.056.755 26.098.052 -0.078
15 ANTM 31.729.513 30.194.908 0.051
16 TLKM 246.943 221.208 0.116
90

DATA TEKANAN (FINANCIAL STABILITY) TAHUN 2021

No Kode Perusahaan Total Aktiva (t) Total Aktiva (t-1) FS

1 GIAA 7.192.745.360 10.789.980.407 -0.333


2 JSMR 101.242.884 104.086.646 -0.027
3 PGAS 7.510.948.902 7.533.986.395 -0.003
4 KAEF 17.760.195.040 17.562.816.674 0.011
5 INAF 2.011.879.396 1.713.334.659 0.174
6 KRAS 3.773.676 3.486.349 0.082
7 SMGR 76.504.240 78.006.244 -0.019
8 SMBR 5.817.745.619 5.737.175.560 0.014
9 PTPP 55.573.843.735.084 53.408.823.346.707 0.041
10 ADHI 39.900.337.835 38.093.888.627 0.047
11 WSKT 103.601.611.883.340 105.588.960.060.005 -0.180
12 WIKA 69.385.794 68.109.185 0.019
13 TINS 14.690.989 14.517.700 0.012
14 PTBA 36.123.703 24.056.755 0.502
15 ANTM 32.916.154 31.729.513 0.037
16 TLKM 277.184 246.943 0.122
DATA PELUANG (INEFFECTIVE MONITORING)
Rasio Jumlah Komisaris Independen terhadap Total Dewan Komisaris

2017 2018 2019 2020 2021


No Kode Perusahaan KI DK IF KI DK IF KI DK IF KI DK IF KI DK IF
1 GIAA 2 6 0.33 3 7 0.43 2 5 0.40 2 5 0.40 2 3 0.67
2 JSMR 2 6 0.33 2 6 0.33 2 6 0.33 2 5 0.40 2 6 0.33
3 PGAS 2 6 0.33 2 5 0.40 3 6 0.50 3 6 0.50 3 6 0.50
4 KAEF 2 5 0.40 2 5 0.40 2 5 0.40 2 5 0.40 3 6 0.50
5 INAF 1 3 0.33 1 3 0.33 1 3 0.33 2 3 0.67 2 3 0.67
6 KRAS 2 6 0.33 2 6 0.33 2 6 0.33 2 6 0.33 2 6 0.33
7 SMGR 2 7 0.28571 2 7 0.28571 2 7 0.28571 2 7 0.28571 2 7 0.28571
8 SMBR 1 5 0.2 2 5 0.4 2 5 0.4 2 4 0.5 2 4 0.5
9 PTPP 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333
10 ADHI 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333
11 WSKT 2 6 0.33333 3 7 0.42857 3 7 0.42857 4 7 0.57143 3 7 0.42857
12 WIKA 2 6 0.33333 3 7 0.42857 3 7 0.42857 3 7 0.42857 4 7 0.57143
13 TINS 2 5 0.4 2 5 0.4 2 5 0.4 3 5 0.6 3 6 0.5
14 PTBA 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333 2 6 0.33333
15 ANTM 2 6 0.33333 2 5 0.4 2 6 0.33333 2 6 0.33333 3 5 0.6
16 TLKM 4 7 0.57143 3 7 0.42857 3 6 0.5 4 9 0.44444 4 9 0.44444

91
DATA RASIONALISASI (PERUBAHAN AUDITOR)

Kode
No Perusahaan 2017 2018 2019 2020 2021
1 GIAA 0 1 1 0 0
2 JSMR 0 0 0 0 0
3 PGAS 0 0 0 0 0
4 KAEF 0 0 1 1 0
5 INAF 0 0 0 0 0
6 KRAS 0 0 1 0 0
7 SMGR 0 0 1 0 0
8 SMBR 0 0 1 1 0
9 PTPP 1 1 0 1 0
10 ADHI 0 1 0 0 0
11 WSKT 1 1 0 0 1
12 WIKA 1 1 0 0 0
13 TINS 0 0 0 0 0
14 PTBA 0 0 1 0 0
15 ANTM 0 0 0 0 0
16 TLKM 0 0 0 0 0

DATA KEMAMPUAN (PERGANTIAN DIREKSI)

Kode
No Perusahaan 2017 2018 2019 2020 2021
1 GIAA 1 1 1 1 1
2 JSMR 1 1 0 1 1
3 PGAS 1 1 1 1 1
4 KAEF 1 0 1 0 1
5 INAF 1 1 1 0 1
6 KRAS 1 1 1 0 0
7 SMGR 1 1 1 0 1
8 SMBR 1 1 0 1 0
9 PTPP 0 1 0 1 1
10 ADHI 1 1 0 1 1
11 WSKT 1 1 1 1 1
12 WIKA 1 1 1 1 1
13 TINS 1 0 1 1 1
14 PTBA 1 1 1 1 1
15 ANTM 1 0 1 0 1
16 TLKM 1 1 1 1 1

92
93

DATA AROGANSI (FREKUENSI FOTO CEO)

Kode
No Perusahaan 2017 2018 2019 2020 2021
1 GIAA 5 7 3 5 5
2 JSMR 7 10 9 4 4
3 PGAS 6 3 3 1 3
4 KAEF 5 12 5 5 4
5 INAF 6 4 4 14 10
6 KRAS 5 5 3 6 11
7 SMGR 3 3 4 4 3
8 SMBR 7 12 8 6 4
9 PTPP 4 4 3 3 5
10 ADHI 4 4 3 4 3
11 WSKT 6 3 7 4 6
12 WIKA 5 8 8 6 6
13 TINS 3 8 4 7 3
14 PTBA 11 7 6 4 4
15 ANTM 13 7 3 3 4
16 TLKM 6 7 4 8 5

DATA KEPEMILIKAN MANAJERIAL

Kode
No Perusahaan 2017 2018 2019 2020 2021
1 GIAA 1 1 0 1 1
2 JSMR 1 1 1 1 1
3 PGAS 1 0 0 1 0
4 KAEF 1 1 0 0 0
5 INAF 0 0 1 0 0
6 KRAS 0 1 1 1 1
7 SMGR 1 1 0 0 1
8 SMBR 1 1 1 1 1
9 PTPP 1 1 1 1 1
10 ADHI 1 1 1 1 1
11 WSKT 1 1 1 1 1
12 WIKA 1 1 1 1 1
13 TINS 1 1 1 0 0
14 PTBA 1 1 1 1 1
15 ANTM 1 1 1 1 1
16 TLKM 1 1 1 1 1
Lampiran 4: Output SPSS

Statistik Deskriptif

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Kecurangan LK 80 -1,38 1,74 ,0146 ,47128
Tekanan 80 -,33 1,42 ,1390 ,26644
Peluang 80 ,20 ,67 ,3974 ,09599
Rasionalisasi 80 0 1 ,23 ,420
Kemampuan 80 0 1 ,81 ,393
Arogansi 80 1 14 5,51 2,639
Kep_Manajerial 80 0 1 ,80 ,403
Valid N (listwise) 80

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize
d Residual
N 80
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .24171577
Most Extreme Differences Absolute .077
Positive .072
Negative -.077
Test Statistic .077
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square Square the Estimate Watson
1 .130 a .017 -.064 .48609 2.163

94
95

Uji Multikolineritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 Tekanan .911 1.098
Peluang .868 1.152
Rasionalisasi .937 1.067
Kemampuan .939 1.065
Arogansi .889 1.124
Kep_Manajerial .919 1.088

Uji Heteroskedastisitas

Uji Hipotesis

Analisis Regresi Linear Berganda

ANOVAa

Model Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
1 Regression 18.996 5 3.799 14.360 .000b
Residual 19.578 74 .265
Total 38.574 79
96

Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error of


Square Square the Estimate

1 .702a .492 .458 .51436

Coefficientsa

Unstandardized Standardized T Sig.


Model Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,686 ,107 6,441 ,000

Tekanan ,021 ,070 ,035 ,300 ,765

Peluang ,214 ,110 ,237 1,934 ,057

Rasionalisasi ,709 ,290 ,290 2,446 ,017

Kemampuan ,228 ,191 ,139 1,197 ,235

Arogansi ,003 ,009 ,043 ,377 ,707

Moderated Regression Analysis (MRA)

ANOVAa

Model Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square
1 Regression ,638 5 ,128 3,512 ,007b
Residual 2,690 74 ,036
Total 3,328 79

Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error of


Square Square the Estimate

1 ,838a ,592 ,537 ,19066


97

Coefficientsa

Unstandardized Standardized T Sig.


Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,554 ,100 5,564 ,000
KM*Tekanan ,225 ,077 ,318 2,941 ,004
KM*Peluang ,346 ,144 ,276 2,404 ,019
KM*Rasionalisasi 1,170 ,385 ,345 3,035 ,003
KM*Kemampuan ,235 ,250 ,103 ,942 ,349
KM*Arogansi ,003 ,012 ,026 ,241 ,810

Anda mungkin juga menyukai