Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DAN PERAN AUDIT INTERNAL DALAM KUALITAS LAPORAN


KEUANGAN
( Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Program Studi Sarjana Akuntansi (S1)
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung

Disusun Oleh :

Devi Noor

31401405449

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEMARANG

2017
Usulan Penelitian untuk Pra Skripsi

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


DAN PERAN AUDIT INTERNAL DALAM KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN
( Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang)

Disusun Oleh :

Devi Noor

31401405449

Telah disetujui oleh pembimbing, selanjutnya

dapat diajukan kehadapan sidang panitia ujian usalan penulisan Skripsi

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Sultan Agung

Semarang, 13 November 2017

Mengetahui,

Ketua Program Studi Akuntansi Pembimbing

Dr. Dra. Hj. Winarsih, M.Si. Sri Dewi Wahyundaru, SE, M.Si, Ak, CA

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia

dan hidayahnya, sehingga penyusunan Pra skripsi yang berjudul ANALISIS

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN PERAN

AUDIT INTERNAL DALAM KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi

Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang) dapat terselesaikan

dengan baik guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi S1 pada Fakultas Ekonomi

Program Studi Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Telah tersusunnya penelitian ini berkat bantuan dan dukungan langsung

maupun tidak langsung dalam pembuatan penelitian ini. Adanya kesempatang

yang baik ini, penulis secara khusus menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Olivia Fachrunnisa, SE, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Unissula Semarang.

2. Ibu Dr. Dra. Hj. Winarsih, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Unissula Semarang.

3. Ibu Sri Dewi Wahyundaru, SE, M.Si, Ak, CA selaku dosen pembimbing yang

telah membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

motivasi, pengarahan, dan saran yang berguna bagi peneli.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi Unissula atas ilmu,

bantuan, dan bimbingannya.

iii
5. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Unissula atas kerja sama dan bantuan

yang telah dilakukan selama menempuh perkuliahan di Fakultas Ekonomi

Unissula Semarang.

6. Bapak dan ibu selaku orangtua yang telah memberikan cinta dan kasih

sayangnya, doa, semangat, materiil kepada peneliti yang telah membantu

dalam penelitian ini dan berharap menjadi awal untuk meraih kesuksesan.

Peneliti memohon maaf atas penelitian yang dilakukan yang masih jauh

dari kata sempurna. Adanya kritik dan saran yang dapat membangun sangat

diharapkan peneliti untuk dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Semarang, November 2017

Peneliti,

Devi Noor

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viiiii

1. Latar Belakang Penelitian ...................................................................................1

2. Rumusan Masalah ...............................................................................................5

3. Tujuan Penelitian .................................................................................................6

4. Manfaat Penelitian ...............................................................................................6

5. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis ....................................................6

5.1. Grand Theory ...................................................................................6

5.1.1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ......................6

5.1.2 Standar Akuntansi Pemerintahan ..........................................8

5.1.3 Audit Internal ......................................................................10

5.1.4 Kualitas Laporan Keuangan ...............................................11

5.2. Penelitian Terdahulu .......................................................................16

5.3 Pengembangan Hipotesis................................................................17

5.3.1 Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan .............................17

5.3.2 Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Kualitas Laporan

Keuangan ............................................................................19

v
5.4. Kerangka Penelitian ..................................................................................... 20

6. Metode Penelitian ..............................................................................................21

6.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ..............21

6.2 Populasi dan Sampel.......................................................................22

6.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................23

6.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................23

6.5 Teknik Analisis Data ......................................................................25

6.5.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas........................................25

6.5.2 Uji Asumsi Klasik ..............................................................27

6.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda .......................................29

6.5.4 Uji Kebaikan Model ................................................................... 31

6.5.5 Pengujian Hipotesis ............................................................31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................33

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 5.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 16

Tabel 6.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 21

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.5 Model Penelitian ........................................................................................... 20

viii
1

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DAN PERAN AUDIT INTERNAL DALAM KUALITAS LAPORAN

KEUANGAN

( Studi Kasus pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang)

1. Latar Belakang Penelitian

Di Indonesia tidak hanya industri yang memproduksi barang dan jasa saja

yang menjadi sorotan publik, melainkan industri di pelayanan atau sektor publik

juga sangat di perhatikan. Bahkan masyarakat Indonesia cukup sensitif bila suatu

perusahaan sektor publik tidak memberi pelayanan yang memuaskan atau tidak

berkualitas kepada masyarakat. Masyarakat akan menuntut pertanggungjawaban

dariapa yang seharusnya mereka terima dari perusahaan sektor publik tersebut.

Maka dari itu suatu pertanggungjawaban yang berkualitas akan sangat berguna

untuk masyarakat Indonesia sebagai salah satu acuan mereka dalam mengambil

keputusan.

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan

pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban

berupa laporan keuangan pemerintah.

Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prinsip-

prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi


2

Pemerintahan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Laporan keuangan pemerintah kemudian disampaikan kepada DPR/DPRD dan

masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Adapun komponen laporan keuangan yang disampaikan tersebut meliputi Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada

suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja

perusahaan tersebut . Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan

oleh Ikatan Akuntan Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan

semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan

ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian

masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi (Nurillah, 2014).

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, pemerintah

menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menggantikan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP). Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP

Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan

dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
3

pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk

menerapkan SAP Berbasis Akrual (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010).

SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan

persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan

kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.

Secara lebih mendalam, Study #14 IFAC Public Sector Committee dalam

Sari (2012) menyatakan bahwa pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam

mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan

pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat

mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana

pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya

sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi

pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk

mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan dan

mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut.

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, bahwa laporan

pertanggungjawaban pemerintah atau laporan keuangan pemerintah harus diaudit

oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebelum disampaikan kepada pihak

legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan BPK tersebut diamanatkan

oleh UU No. 15 Tahun 2004 pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

Keuangan Negara. Dalam rangka menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas laporan keuangan harus memenuhi kriteria yang memadai yaitu


4

memiliki relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Keempat

kriteria tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi terciptanya kualitas

laporan keuangan yang baik sebagai bukti pertanggungjawaban penggunaan

anggaran dari pemerintah (Juwita, 2013).

Dari hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah

yang berupa opini, BPK juga menerbitkan laporan hasil pemeriksaan atas Sistem

Pengendalian Intern (SPI) pada setiap entitas yang diperiksa. Dengan dukungan

Sistem Pengendalian Intern yang kuat tentunya akan meningkatkan kualitas

laporan keuangan SKPD. Sistem Pengendalian Intern merupakan suatu

perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat

yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk

menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran

data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya

kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Sedangkan peran audit internal

tentunya mengawasi dan mengevaluasi prosedur, kebijakan dan laporan keuangan

yang sudah dihasilkan suatu instansi, agar pengelolaan keuangan berjalan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyadari bahwa auditor

internal memiliki keterlibatan dalam proses pelaporan keuangan dan berkontribusi

aktif untuk menciptakan praktik corporate governance yang lebih efektif (Amalia,

2014). Audit Internal adalah aktivitias independen, keyakinan obyektif dan

konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi

organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan


5

menetapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan pengendalian dan

pengelolaan organisasi (Board of Directors IIA dalam Arif, 2016).

Apabila auditor internal dapat bekerjasama dalam melaksanakan tugasnya,

niscaya kualitas laporan keuanang pada pada lembaga dan perusahaan, mutunya

akan lebih meningkat. Dengan meningkatnya kualitas laporan keuangan pada

lembaga dan perusahaan, berarti akan berkurangnya kecurangan (fraud). Dengan

kata lain peranan auditor internal sangat besar terhadap kualitas laporan keuangan

suatu lembaga atau perusahaan (Arif, 2016).

Penelitian mengenai peran audit internal telah dilakukan oleh Nugraha dan

Susanti (2010) dalam Sukmaningrum (2012) meneliti penelitian pengaruh system

pengendalian internal terhadap reliabilitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Hasil penelitiannya menyatakan sistem pengendalian internal berpengaruh positif

terhadap keandalan laporan keuangan. Hasil penelitian Nugraha dan Susanti

(2010) sejalan dengan penelitian Sukmaningrum (2012) yang menunjukkan

bahwa system pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas informasi

laporan keuangan pemerintah daerah.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang dalam

menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah dalam Kualitas Laporan

Keuangan?

2. Bagaimana Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang dalam

menerapkan Peran Audit Internal dalam Kualitas Laporan Keuangan?


6

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Satuan Kerja

Perangkat Daerah Kota Semarang dalam menerapkan Standar Akuntansi

Pemerintah dan Peran Audit Internal dalam Kualitas Laporan Keuangan.

4. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Ilmu Ekonomi

khususnya Akuntansi, yaitu Akuntansi Sektor Publik tentang Penerapan

Standar Akuntansi Pemerintah dan peran audit internal dalam Kualitas

Laporan Keuangan.

2. Aspek Praktis

Dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan yang berkaitan

dengan kualitas laporan keuangan dan juga dapat memberikan manfaat

sebagai masukan untuk mewujudkan laporan keuangan pemerintah

daerah yang berkualitas.

5. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

5.1. Grand Theory (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan

tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja

dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas

dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat


7

sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama

pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum

dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan

pengukuran pendapatan danbelanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1)

Undang-Undang Nomor17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima)

tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis

Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrual terdapat

pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan

oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku

selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP

Berbasis Akrual. Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini dilaksanakan

sesuai Dengan jangka waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.

Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas

pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas

Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP

Berbasis Akrual. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis

Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku

kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan

pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan
8

salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding

dengan manfaat yang diperoleh. Selain mengubah basis SAP dari kas menuju

akrual menjadi akrual, Peraturan Pemerintah ini mendelegasikan perubahan

terhadap PSAP diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Perubahan terhadap

PSAP tersebut dapat dilakukan sesuai dengan dinamika pengelolaan keuangan

negara. Meskipun demikian, penyiapan pernyataan SAP oleh KSAP tetap harus

melalui proses baku penyusunan SAP dan mendapat pertimbangan dari BPK

(Peratruran Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010).

5.2. Variabel Variabel Penelitian

5.2.1 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan pelaksanaan

UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat

(2) yang menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu

komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK). Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan landasan hukum bagi

aparatur pemerintah pusat maupun daerah dalam mengelola penerimaan dan

penggunaan dana secara transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan

sehingga tujuan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dapat tercapai.

Peraturan yang diterbitkan pemerintah dalam mengatur dan mengelola

penyajian laporan keuangan yaitu tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang kemudian akan

digantikan dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar


9

Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual dan diterapkan selambat-lambatnya

tahun 2015.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.

64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis

Akrual Pada Pemerintah Daerah. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBK berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan

realisasi anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan

Perubahan SAL), neraca, Laporan Operasional (LO) Laporan Arus Kas (LAK),

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Adanya Standar Akuntansi Pemerintahan maka laporan keuangan

pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan, andal

dan dapat diperbandingkan). Dan laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu

oleh BPK untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan,

sebelum disampaikan kepada para stakeholder antara lain: pemerintah (eksekutif),

DPR/DPRD (legislatif), investor, kreditor dan masyarakat pada umumnya dalam

rangka tranparansi dan akuntabilitas keuangan negara (Tanjung, 2008:31).

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan menjamin bahwa laporan keuangan

disusun sesuai ketentuan yang berlaku. Standar Akuntansi Pemerintahan

merupakan standar yang menjamin laporan keuangan disusun memenuhi

kualifikasi informasi keuangan yang berguna bagi para penggunanya. Informasi


10

yang berguna merupakan indikator bahwa laporan keuangan memenuhi

kualifikasi informasi (Oktarina, dkk. 2016).

5.2.2 Peran Audit Internal

Audit internal merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian

intern dalam suatu organisasi, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari

elemen-elemen struktur pengendalian internal lainnya. Audit internal adalah suatu

penilaian fungsi independen yang dibuat yang dibuat dalam suatu organisasi

dengan tujuan menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan

organisasi (Tugiman dalam Arif, 2016).

Berkaitan dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara, dalam pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 disebutkan

bahwa Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan

intern pemerintah. Peran dan fungsi audit internal termasuk unsur yang penting

dalam sistem pengendalian organisasi yang memadai. Internal auditor merupakan

salah satu profesi yang menunjang terwujudnya tata kelola perusahaan yang pada

saat ini telah berkembang menjadi komponen utama dalam meningkatkan instansi

secara efektif dan efisien. Dengan semakin baiknya proses kegiatan pengawasan

atau reviuw yang dilakukan oleh peran auditor internal ke instansi-instansi

pemerintah tentunya akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan

Pemda (Inapty dan Martiningsih 2016).

Laporan hasil pengawasan dapat berupa laporan hasil audit, laporan hasil

reviu, laporan hasil evaluasi, atau laporan hasil pemantauan. Inspektorat sebagai
11

pengawas intern pemerintah harus berkompeten, independen, dan objektif.

Independen maksudnya adalah aparat pengawasan intern pemerintah dalam

pelaksanaan tugasnya bebas dari pengaruh pihak manapun (PP No. 60 tahun

2008). Jadi, dapat disimpulkan peran inspektorat adalah melakukan pengawasan

intern terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah agar terciptanya

penyelenggaraan pemerintah yang baik, efektif dan efesien, guna menghasilkan

laporan keuangan yang berkualitas (Septiana, 2017).

5.2.3 Kualitas Laporan Keuangan

Kualitas laporan keuangan dapat dikatakan baik adalah apabila informasi

yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, dan memenuhi

kebutuhan pemakainya dalam pengambilan keputusan, bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material serta dapat diandalkan, sehingga laporan

keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.

Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan

semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Secara umum, laporan keuangan menggambarkan pengaruh

dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non

keuangan (Ningsih, 2014).

Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi

pemerintahan menyebutkan bahwa keterandalan pelaporan keuangan merupakan

informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan

kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.

Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat
12

diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat

menyesatkan (Komasari, 2016). Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran

normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat

memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat

normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi

kualitas yang dikehendaki:

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat

didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan

membantumereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan

memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi

mereka di masalalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang

relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang

relevan memiliki karakteristik :

a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) : memberikan manfaat

untuk evaluasi kinerja masa lalu dan memberikan umpan balikan dalam

rangka perencanaan keuangan dan perbaikan kinerja di masa datang.

b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value) : informasi dapat

membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang

berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c) Tepat waktu : informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat

berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.


13

d) Lengkap : informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap

mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi

setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan

diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi

tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkandan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,

serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau

penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut

secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memiliki

karakteristik:

a) Penyajian jujur (faithfulness of presentation) : informasi menggambarkan

dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnyayang seharusnya disajikan

atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

b) Dapat diverifikasi (verifiability) : informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan dapat diuji dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali

oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang

tidak jauh berbeda.

c) Netralitas (neutrality) : informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan

tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat Dibandingkan
14

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jikadapat

dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya ataulaporan

keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat

dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal

dapatdilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama

daritahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas

yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila

entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik

daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut

diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan

batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas

pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi

yang dimaksud.

Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dapat ditentukan oleh hasil

opini audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam standar

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, terdapat empat jenis opini

audit, yang terdiri dari: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/Unqualified

Opinion),Wajar Dengan Pengecualian (WDP/Qualified Opinion), Tidak


15

Wajar (TW/Adverse Opinion) dan Tidak Memberikan Pendapat

(TMP/Disclaimer Opinion). Berikut penjelasan mengenai hasil opini audit :

1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/Unqualified Opinion),

menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan

secara wajar dalam semua hal yang material dan informasi keuangan

dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para pengguna laporan

keuangan.

2. Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP/Qualified Opinion),

menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan

secara wajar dalam semua hal yang material, kecuali untuk dampak hal-

hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan, sehingga informasi

keuangan dalam laporan keuangan yang tidak dikecualikan dalam opini

pemeriksa dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

3. Opini Tidak Wajar (TW/Adverse Opinion), menyatakan bahwa laporan

keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal

yang material, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan

tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

4. Pernyataan menolak memberikan opini atau Tidak Memberikan Pendapat

(TMP/Disclaimer Opinion), menyatakan bahwa laporan keuangan tidak

dapat diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan. Dengan kata lain,

pemeriksa tidak dapat memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan

bebas dari salah saji material, sehingga informasi keuangan dalam


16

laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan

keuangan.

5.3. Penelitian Terdahulu

Tabel 5.3
Penelitian Terdahulu1
Variabel-Variabel Hasil
No Nama Peneliti Judul
Penelitian Penelitian
1 - Friska Langelo1 Analisis Penerapan Variabel Terlihat dari hasil
- David Paul Elia Standar Akuntansi Independen : penelitian dan data,
Saerang Pemerintahan Standar Akuntansi Pemkot Bitung sudah
- Stanly Winylson Berbasis Akrual Pemerintahan tiga kali berturut-turut
Alexander3 Dalam Penyajian Berbasis Akrual. mendapatkan opini
Laporan Keuangan Variabel Dependen : WTP (Wajar Tanpa
Pada Pemerintah Penyajian Laporan Pengecualian) dari
Kota Bitung Keuangan. BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan).
dilihat dari sisi
pembuatan laporan
keuangan, Pemkot
Bitung sudah diakui
untuk membuat
laporan keuangannya
sendiri dengan baik
2 M. Ali Fikri Biana Pengaruh Penerapan Variabel Hipotesis pertama
Adha Inapty dan RR. Standar Akuntansi Independen : menyatakan penerapan
Sri Pancawati Pemerintah, Standar Akunansi Standar Akuntansi
Martiningsih Kompetensi Pemerintah, Pemerintah,
Aparatur Dan Peran Kompetensi Kompetensi Aparatur
Audit Internal Aparatur, Peran dan Peran Audit
Terhadap Kualitas Audit Internal. Internal berpengaruh
Informasi Laporan Variabel Dependen : positif terhadap
Keuangan. Kualitas Inormasi kualitas informasi
Laporan Keuangan. laporan keuangan.

3 Rukmi Juwita Pengaruh Variabel Standar akuntansi


Implementasi Independen : pemerintahan dan
Standar Akuntansi Standar Akuntansi sistem informasi
Pemerintahan dan Pemerintahan dan akuntansi
Sistem Informasi Sistem Informasi pemerintahan secara
Akuntansi Terhadap Akuntansi. simultan berpengaruh
Kualitas Laporan Variabel Dependen : terhadap kualitas
Keuangan Kualitas Laporan laporan keuangan.
Keuangan.
4 Heni Nurani H. dan Pengaruh Penerapan Variabel Penerapan Standar
Euis Eti Sumiyati Standar Akuntansi Independen : Akuntansi
Pemerintahan Penerapan Standar Pemerintahan (SAP)
Terhadap Kualitas Akuntansi mempunyai pengaruh
17

Laporan Keuangan Pemerintahan yang signifikan


(Survey Pada Variabel Dependen : terhadap kualitas
Pemerintahan Kualitas Laporan laporan keuangan.
Daerah Di Jawa Keuangan.
Barat)

Perbedaan pertama penelitian ini dengan penelitian pada jurnal utama

(Nurani dan Sumiyati, 2014) yaitu menambahkan Peran Audit Internal sebagai

variabel independen untuk memperkuat pada penelitian ini. Perbedaan kedua yaitu

penelitian ini menggunakan objek penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

di Kota Semarang. Perbedaan ketiga yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan

terbaru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 mengenai

penggunaan basis Akrual dalam menyajikan laporan keuangan.

5.4 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

5.4.1 Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap

Kualitas Laporan Keuangan

Definisi Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Kusumah (2012), adalah

prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

laporan keuangan pemerintah, sehingga SAP merupakan persyaratan yang

mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan

keuangan pemerintah di Indonesia. Untuk menghasilkan kualitas informasi

keuangan semakin baik, maka pemerintah harus menyusun laporan keuangan

berdasarkan prinsip- prinsip SAP. Selain itu, didukung dengan adanya pernyataan

dari Pemerintah Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 184

ayat 3 yang menyatakan: Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun dan


18

disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dibandingkan dan

berguna untuk penilain kinerja pemerintah, laporan keuangan dapat mengacu pada

Standar Akuntansi Pemerintahan. Penyampaian laporan pertanggungjawaban

keuangan Pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan

mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan salah satu upaya konkrit

untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas manajemen keuangan daerah.

Maka dapat dinyatakan bahwa dengan adanya penerapan Standar Akuntansi

Pemerintahan akan membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan karena

hal itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang standar

akuntansi pemerintahan menyebutkan bahwa keterandalan pelaporan keuangan

merupakan informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta

dapat diverifikasi (Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurani dan Sumiyati (2014)

dan Inapty dan Martiningsih (2016) menyatakan bahwa penerapan Standar

Aknuntansi Pemerintahan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah :

H1 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh positif terhadap

kualitas laporan keuangan.


19

5.4.2 Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Kualitas Laporan

Keuangan

Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah

yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikota. Inspektorat

Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD Kabupaten/Kota yang didanai dengan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota tersebut. Pengawasan

intern yang dilakukan yaitu melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan

kegiatan pengawasan lainnya. Kegiatan audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan

merupakan kegiatan yang berkaitan langsung dengan penjaminan kualitas (quality

assurance) (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008).

Pengawasan internal yang dalam hal ini adalah internal auditor

merupakan salah satu profesi yang menunjang terwujudnya tata kelola perusahaan

yang pada saat ini telah berkembang menjadi komponen utama dalam

meningkatkan instansi secara efektif dan efisien. Dengan semakin baiknya proses

kegiatan pengawasan atau reviu yang dilakukan oleh peran auditor internal ke

instansi-instansi pemerintah tentunya akan meningkatkan kualitas informasi

laporan keuangan Pemda. Peran dan fungsi audit internal termasuk unsur yang

penting dalam sistem pengendalian organisasi yang memadai (Inapty dan

Martiningsih, 2016). Peran audit internal yang baik dapat meningkatkan kualitas

laporan keuangan yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010

tentang standar akuntansi pemerintahan yang menyebutkan bahwa keterandalan

pelaporan keuangan merupakan informasi dalam laporan keuangan bebas dari


20

pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta

secara jujur, serta dapat diverifikasi (Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arif (2016) dan Inapty dan

Martiningsih (2016) menyatakan bahwa peran audit internal berpengaruh positif

terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka

hipotesis yang dapat diajukan adalah :

H2 : Peran audit internal berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

5.5. Kerangka Penelitian

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan H1


Kualitas Laporan Keuangan
Peran Audit Internal
H2

Gambar 5.5

Model Penelitian

Hipotesis pertama menyatakan bahwa penerapan standar akuntansi

pemerintahan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan dan

hipotesis kedua menyatakan bahwa peran audit internal berpengaruh positif

terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin baik pemahaman dan penerapan

standar akuntansi pemerintahan dalam penyusunan laporan keuangan, dan peran

audit internal dalam memberikan pengawasan agar laporan keuangan disajikan

sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, maka semakin baik kualitas yang
21

dimiliki laporan keuangan yang berarti bahwa laporan keuangan telah memenuhi

karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.


22

6. Metode Penelitian

6.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Tabel 6.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi dan Indikator
1. Standar PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Akuntansi Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa Standar
Pemerintahan Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip
(X1) akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Indikator
yang digunakan berdasarkan penelitian Ningtyas dan
Widyawati (2015) :
1. Pengakuan
2. Pengukuran
3. Pengungkapan
2. Peran Audit Audit internal merupakan elemen monitoring dari
Internal (X2) struktur pengendalian intern dalam suatu organisasi,
yang dibuat untuk memantau efektivitas dari elemen-
elemen struktur pengendalian internal lainnya. Indikator
yang digunakan berdasarkan penelitian Triyanto (2017)
:
1. Kompetensi
2. Ruang lingkup
3. Program
23

No Variabel Definisi dan Indikator


3. Kualitas Laporan Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran
Keuangan (Y) normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi
akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Indikator yang digunakan berdasarkan penelitian
Sudiarianti (2015) :
1. Relevan
2. Andal
3. Dapat dibandingkan
4. Dapat dipahami
Sumber : Ningtyas dan Widyawati (2015), Triyanto (2017), dan Sudiarianti (2015)

6.2 Populasi dan Sampel

Menurut Morissan (2012; 19), Populasi adalah sebagai suatu kumpulan

subjek, variabel, konsep, atau fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota

populasi untuk mengetahui sifat populasi yang bersangkutan. Populasi yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai Sub Bagian Perencanaan dan

Keuangan di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang.

Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang

sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya (Sabar,

2007). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik Purposive Sampling yaitu metode penetapan sampel dengan

memilih beberapa sampel tertenu yang dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah

penelitian dalam sebuah populasi (Nursalam; 2008). Adapun kriteria penggunaan

metode purposive sampling dalam penelitian ini adalah Kepala Sub Bagian

Perencanaan dan Keuangan di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang.


24

6.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif interpretif dikarenakan dalam penelitian ini, peneliti

bertujuan untuk menginterpretasi sejauh mana Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kota Semarang dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peran

Audit Internal dalam Kualitas Laporan Keuangan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer

adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama

oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi.

Sumber data primer adalah responden individu, kelompok fokus, internet juga

dapat menjadi sumber data primer jika koesioner disebarkan melalui internet

(Sekaran, 2011).

6.4 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2010: 310) terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang

dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan observasi (pengamatan), interview

(wawancara), dan dokumentasi.

1. Observasi (Pengamatan).

Metode ini digunakan dengan maksud untuk mengamati dan mencatat gejala-

gejala yang tampak pada objek penelitian pada saat keadaan atau situasi yang

alami atau yang sebenarnya sedang berlangsung, meliputi kondisi sumber daya

manusia, komitmen dari pimpinan, serta kendala-kendala yang ada seta kondisi

lain yang mendukung hasil penelitian ini.


25

2. Interview (wawancara).

Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung dan

mendalam (indepth interview) kepada pihak yang terlibat dan terkait langsung

guna mendapatkan penjelasan pada kondisi dan situasi yang sebenarnya pula.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah orang-orang yang dianggap

memiliki informasi kunci (key informan) yang dibutuhkan di wilayah

penelitian. Banyaknya pegawai yang diwawancarai tergantung seberapa layak

untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Studi dokumen ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Metode ini juga

merupakan suatu proses untuk memperoleh data-data yang terkait dengan

pemerintah Kota Semarang menuju penerapan akuntansi berbasis akrual.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis dapat menggunakan teknik observasi

dokumentasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan, dengan melihat data

jumlah SKPD Kota Semarang. Penulis mengumpulkan data jumlah SKPD Kota

Semarang yang dapat diperoleh melalui situs resmi Badan Kepegawaian

Negara dengan cara mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian baik di dalam media cetak maupun elektronik.


26

6.5 Teknik Analisis Data

6.5.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi, sebaliknya

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Ghozali,

2011). Instrumen dinyatakan valid apabila signifikansinya kurang dari 0,05 (5%)

sedangkan apabila lebih dari 0,05 (5%) maka dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang

mempunyai indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu :

1. Repeted measure atau pengukuran yaitu seseorang akan disodori pertanyaan

yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap

konsisten dengan jawabannya.

2. One Shot atau pengukuran sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan

dengan pertanyaan yang lain atau mengukur korelasi antara jawaban dengan

pertanyaan.

Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan program

SPSS, yang akan memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
27

statistic Cronbach Alpha ( ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbanch Alpha > 0,70 (Ghozali,2011).

6.5.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan data yang

digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah hasil analisis regresi yang dihadapi terdistribusi secara

normal, terbebas dari gejala multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi

klasik yang akan dilakukan meliputi :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi residual normal atau mendekati

normal, ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak yaitu dengan analisis grafik (grafik histogram dan grafik normal

probability plot) dan uji statistik (uji Kolmogorov Smirnov). Dalam analisis

grafik, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah

dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi

dengan distribusi residual yang mendekati normal. Dalam analisis grafik

normal probability plot dasar pengambilan keputusan adalah :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regesi memenuhi asumsi normalitas.


28

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan karena hasil

interpretasinya dapat berbeda-beda. Oleh karena itu, dilakukan uji statistik

untuk menyakinkan hasil uji normalitas, yaitu dengan uji Kolmogorov

Smirnov. Distribusi residual dapat dinyatakan normal apabila nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05).

b. Uji Heterokesdastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas

atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residualnya (Y prediksi-

Y sesungguhnya). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


29

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Selain menggunakan grafik Scatterplot dapat juga menggunakan uji

Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual

terhadap variabel independen.Indikator ada tidaknya heteroskedastisitas

dalam uji ini, jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%

maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau

lebih variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ tolerance). Nilai

cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas

adalah nilai tolerance< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, dan sebaliknya

jika nilai tolerance> 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 maka dapat

dikatakan terbebas dari multikolinieritas (Ghozali, 2011).

6.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk mengukur pengaruh antara dua variabel

atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan
30

variabel independen (Ghozali, 2011). Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik regresi linear berganda karena teknik ini bermanfaat

untuk mendeteksi pengaruh variabel bebas (variabel independen) terhadap

variabel terikat (variabel dependen). Analisis regresi linear berganda ini

digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan

dan peran audit internal terhadap kualitas laporan keuangan dengan alat analisis

statistika yang didukung dengan software Statistical Package for Social Science

(SPSS).

Model persamaan regresi linear berganda yang akan diuji dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

= + 11 + 22 +

Sumber : Langelo dkk 2015, Inapty dan Martiningsih 2016, Juwita 2013, dan

Nurani dan Sumiyati 2014, Dimodifikasi (2017)

Keterangan :

= Kualitas Laporan Keuangan

= Konstanta

1-2 = Koefisien Regresi

X1 = Penerapan Standar Kauntansi Pemerintahan

X2 = Peran Audit Internal

= Error Term
31

6.5.4 Uji Kebaikan Model

Uji kebaikan model ini bertujuan untuk menentukan seberapa baik model

yang digunakan cocok untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Uji

kebaikan model secara statistik dapat diukur dari nilai statistik F dan nilai

koefisien determinasi (Ghozali, 2011). Uji kebaikan model yang akan dilakukan

meliputi :

a) Uji Signifikan Simultan (Uji statistik F)

Uji statisitik F pada dasrnya menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011).Uji statistik F dapat

disebut juga tentang kebaikan model regresi (goodness of fit). Tingkat

kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi alpha sama

dengan 5% ( = 0,05) dengan kriteria pengambilan keputusan goodness of fit

sebagai berikut :

a. Apabila nilai p value 0,05 maka mampu menolak H0.

b. Apabila nilaip value >0,05 maka tidak mampu menolak H0.

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : 1 = 2 = 0, artinya variabel-variabel independen (penerapan standar

akuntansi pemerintahan dan peran audit internal) secara simultan atau bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (kualitas laporan keuangan).

Ha : tidak semua bernilai nol artinya variabel-variabel independen (penerapan

standar akuntansi pemerintahan dan peran audit internal) secara simultan atau
32

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (kualitas laporan

keuangan).

b) Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Uji koefisien determinasi (R Square) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,2011).

6.5.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji setiap hipotesis yang ada

dengan menggunakan uji statistik yang tepat. Pengujian yang tepat untuk

penelitian ini adalah uji statistik t. Hasil pengujian tersebut akan menentukan

apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis

menggunakan uji statistik t bertujuan untuk membuktikan apakah variabel bebas

berpengaruh secara signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel terikatnya

(Ghozali, 2011). Uji statistik t juga digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual berpengaruh terhadap

variabel dependen. Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H01 : 1 0, artinya penerapan standar akuntansi pemerintahan tidak

berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

Ha1 : 1 > 0, artinya penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh

positif terhadap kualitas laporan keuangan.


33

H02 : 2 0, artinya peran audit internal tidak berpengaruh positif terhadap

kualitas laporan keuangan.

Ha2 : 2 > 0, artinya peran audit internal berpengaruh positif terhadap kualitas

laporan keuangan.

Taraf signifikasi adalah batas toleransi dalam menerima kesalahan dari

hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Tingkat kepercayaan yang

digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (= 0,05) dengan ketentuan

sebagai berikut :

a) Apabila p value 0,05 maka mampu menolak H0 atau dengan kata lain

hipotesis alternatif diterima, artinya bahwa variabel independen secara parsial

atau individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dependen.

b) Apabila p value> 0,05 maka tidak mampu menolak H0 atau dengan kata lain

hipotesis alternatif tidak dapat diterima, artinya bahwa variabel independen

secara parsial atau individual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap dependen.
34

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Shabrina Rahutami Nur dan Laksito, Herry (2014), Pengaruh Auditor
Internal Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Pada Bank Perkreditan
Rakyat Di Jawa Tengah, Diponegoro Jurnal OF Accounting, Volume 3,
No.2, Tahun 2014, Halaman 1-10, ISSN (Online): 2337-3806.

Arif, Rachmat (2016), Peran Audit Internal Atas Kualitas Pemeriksaan Laporan
Keuangan Yang Dilakukan Oleh Audit Eksternal Pada Sebuah Perusahaan,
Jurnal Ekonomi, Volume 7 Nomor 1, Mei 2016.

Ghozali, Imam (2011), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Inapty, M. Ali Fikri Biana Adha dan Martiningsih, RR. Sri Pancawati (2016),
Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Kompetensi Aparatur
Dan Peran Audit Internal Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan,
Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi, Volume 9 (1), April 2016, P-ISSN:
1979-858X; E-ISSN: 2461-1190, Page 27 42,
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/akuntabilitas,
DOI:10.15408/akt.v9i1.3583.

Juwita, Rukmi (2013), Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan


dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan,
Trikonomika, Volume 12, No. 2, Desember 2013, Hal. 201214, ISSN
1411-514X.

Lamonisi, Sony (2016), Analisis Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual


Pada Pemerintah Kota Tomohon, Jurnal EMBA, Vol.4 No.1 Maret 2016,
Hal. 223-230, ISSN 2303-1174.

Langelo, Friska, Saerang, David Paul Elia , dan Alexander, Stanly Winylson
(2015), Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual Dalam Penyajian Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota
Bitung, Jurnal EMBA, Vol.3 No.1 Maret 2015, Hal. 1-8, ISSN 2303-1174.

Ningtyas, Pravitasari Eka dan Widyawati, Dini (2015), Pengaruh Efektivitas


Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 4 No.
1 (2015).

Nuraini, Heni dan Sumiyati, Euis Eti (2014), Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survey
Pada Pemerintahan Daerah Di Jawa Barat), Seminar Nasional Ekonomi
dan Bisnis (SNEB) 2014, Proceedings SNEB 2014.
35

Oktarina, Mia, Raharjo, Kharis, dan Andini, Rita (2016), Pengaruh Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan, Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah
Dan Good Governance Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Di Kota
Semarang (Studi Kasus pada Dinas Pengelolaan Keuangan Aset Daerah
Kota Semarang Tahun 2014), Journal Of Accounting, Volume 2 No.2
Maret 2016.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan.

Sari, Dita Puspita dan Putra, Hendrawan Santoso (2012), Menelisik Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual, JEAM, Vol XI No.2/2012, ISSN: 1412-
5366.

Septiana, Lola (2017), Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Peran
Audit Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Sawahlunto),
Universitas Negeri Padang, Skripsi Dipublikasikan.

Sudiarianti, Ni Made, Ulupui, I Gusti K. A., Budiasih, I Gusti A. (2015),


Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Pada Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Dan Standar Akuntansi Pemerintah Serta
Implikasinya Pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 4, No. 3, Hal : 1 25, ISSN:
2304-7318.

Sudiarianti, Ni Made, Ulupui, I Gusti K. A., Budiasih, I Gusti A. (2015),


Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Pada Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Dan Standar Akuntansi Pemerintah Serta
Implikasinya Pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 4, No. 3, Hal : 1 25, ISSN:
2304-7318.

Triyanto, Haerul (2017), Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,


Pengendalian Internal, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Peran
Inspektorat Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah (Studi
Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kulon Progo),
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Skripsi Dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai