pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah
pengalaman. Marinus dkk. (1997) dalam Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa
secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan
terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006)
munculnya kesalahan.
psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting
dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki
sejumlah unsur lain di selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt et al.
(1988) dalam Alim, dkk (2007) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat
pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner
(1990) dalam Alim, dkk (2007) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik
penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik
akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor
melalui komponen pemilihan dan pembobotan bukti hanya pada saat penetapan risiko
dimiliki auditor pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh
lamanya pengalaman yang dimilikinya. Choo dan Trotman (1991) dalam Mayangsari
menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang
Penelitian serupa dilakukan oleh Tubbs (1992) dalam Alim, dkk (2007), menunjukkan
bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan
menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar
Wright (1987) dalam Alim, dkk (2007) memberikan bukti empiris bahwa dampak
struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis
dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk
dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan
memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada
suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Dan secara teknis Kebanyakan orang
memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang auditor, tentunya
dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru
memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang berpengalaman diasumsikan
dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang
episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau
dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi
otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 2003). Pengalaman merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman
juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan
kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia.