Anda di halaman 1dari 3

Pengalaman Usaha

Keahlian yang dimiliki seorang karyawan tidak hanya dipengaruhi oleh

pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah

pengalaman. Marinus dkk. (1997) dalam Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa

secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan

terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006)

memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja

yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya:

1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab

munculnya kesalahan.

Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa dalam literatur

psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting

untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi

tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain

dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki

sejumlah unsur lain di selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt et al.

(1988) dalam Alim, dkk (2007) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat

hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama

pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner

(1990) dalam Alim, dkk (2007) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik

tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam

penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik

akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor

(Hogarth, 1991 dalam Lubis, 2009).


Hasil penelitian Bonner (1990) dalam Alim, dkk (2007) menunjukkan bahwa

pengetahuan mengenai spesifik tugas membantu kinerja auditor berpengalaman

melalui komponen pemilihan dan pembobotan bukti hanya pada saat penetapan risiko

analitis.Ashton (1991) menemukan bukti empiris bahwa perbedaan pengetahuan yang

dimiliki auditor pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh

lamanya pengalaman yang dimilikinya. Choo dan Trotman (1991) dalam Mayangsari

(2003) memberikan bukti empiris bahwa auditor berpengalaman lebih banyak

menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang

berpengalaman, tetapi antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang

berpengalaman tidak berbeda dalam menemukan item-item yang umum (typical).

Penelitian serupa dilakukan oleh Tubbs (1992) dalam Alim, dkk (2007), menunjukkan

bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan

menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar

dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit. Abdolmohammadi dan

Wright (1987) dalam Alim, dkk (2007) memberikan bukti empiris bahwa dampak

pengalaman auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan.

Menurut Gibbins (1984) dalam Hernadianto (2002), pengalaman menciptakan

struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis

dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk

dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan

bahwa melalui pengalaman karyawan dapat memperoleh pengetahuan dan

mengembangkan struktur pengetahuannya. Karyawan yang berpengalaman akan

memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan

auditor yang belum berpengalaman.


Menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam Asihss (2006 : 12) mengatakan

bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Dan secara teknis Kebanyakan orang

memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang auditor, tentunya

dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru

memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang berpengalaman diasumsikan

dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang

belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian

seseorang baik secara teknis maupun secara psikis.

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori

episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau

dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi

otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 2003). Pengalaman merupakan

hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman

juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan

kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia.

Pengalaman adalah keahlian yang dimiliki seorang karyawan yang tidak

dipengaruhi oleh pendidikan formal (Aldi, 2005). Pengalaman usaha diukur

melalui indikator sebagai berikut: kemampuan mendeteksi kesalahan, penguasaan

terhadap pekerjaan dan peralatan, tingkat keterampilan yang dimiliki. (bab 3)

Anda mungkin juga menyukai