Anda di halaman 1dari 5

ETIKA AKADEMIK SEBAGAI LANDASAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

Disusun oleh :

1. Ikhwanul Roychan D1A0161038


2. Nurul Mahmudah D1A016134
3. Ega Pangesti D1A016138

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNKANA

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan tinggi sebagai jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah diharapkan dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas secara profesional dan keilmuwan. Kini
pada era globalisasi suatu negara akan dihormati apabila generasi muda suatu bangsa tersebut
dalam hal profesionalisme dan keilmuwannya secara kualitas mampu bersaing dengan kualitas
generasi muda bangsa negara lain. Untuk menghasilkan generasi muda bangsa yang berkualitas
secara profesional dan keilmuwan tersebut, terlebih lagi ditambahi dengan muatan menjadi anak-
anak bangsa yang berakhlak mulia, beriman serta takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
demokratis dan bertanggungjawab, sebagai mana amanah yang tersurat pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka tugas
lembaga pendidikan tinggi dalam melaksanakan proses pendidikannya tidaklah dapat
digampangkan. Tidak cukup hanya sampai pada terpenuhinya standar formal perundang-
undangan, tetapi melebihi daripada itu termasuk mengenai etika.
1.2 Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan etika akademik?
Apa saja penyimpangan terhadap etika akademik?\\
Mengapa etika akademik dijadikan landasan mutu pendidikan tinggi?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian etika akademik
Mengetahui pelanggaran etika akademik
Mengetahui peranan etika akademik dalam pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian etika akademik
Etika Akademik dapat diartikan sebagai ketentuan yang menyatakan perilaku baik atau
buruk dari para anggota sivitas akademika perguruan tinggi, ketika mereka berinteraksi dalam
kegiatan yang berkaitan dengan ranah pempelajaran. Penegakan etika akademik akan
mengarahkan pada terciptanya suasana akademik yang kondusif bagi perkembangan perguruan
tinggi sesuai dengan stadar yang telah ditentukan. Melalui suasana akademik yang kondusif
itulah kemudian akan tercipta adanya perbaikan kualitas hasil pembelajaran secara berkelanjutan.
22. Penyimpangan terhadap etika akademik
Hingga saat ini di Indonesia pada umumnya masih sangat banyak orang mencari
penghormatan melalui status formal. Salah satunya hal tersebut dapat ditempuh melalui
pendidikan. Betapapun suksesnya seseorang pada dunia bisnis misalnya, mereka masih belum
percaya diri dalam pergaulan sosial, tanpa punya embel-embel gelar kesarjanaan. Begitu pula
halnya pada aras birokrasi pemerintahan, mereka akan dibatasi kariernya hanya karena gara-gara
tidak punya gelar sarjana tertentu. Hal yang sama juga memasuki dunia politik, dimana sangat
banyak para politisi kita tidak percaya diri atau kehilangan kepercayaan diri karena nama mereka
belum disertai embel-embel gelar suatu kesarjanaan.
Meskipun etika Pemerintah sudah cukup baik dalam melakukan pengawasan mutu
pendidikan tinggi tersebut, toh realitanya hingga saat ini fenomena ijasah palsu,plagiat
skripsi,dll. Tidak sedikit para pejabat birokrat, politisi, tokoh-tokoh masyarakat, yang tiba-tiba
saja menyandang gelar sarjana entah kapan dan di mana proses pendidikan mereka berlangsung.
Kasus-kasus seperti ini realitasnya tidak dipungkiri banyak terjadi pada perguruan tinggi.

2.3 Etika akademik sebagai landasan mutu pendidikan


Berbicara tentang etika akademik, sama artinya kita membicarakan persoalan perilaku baik-
buruk, lurus-bengkok, benar-salah dan adanya penyimpangan ataupun pelanggaran praktek tidak
lagi disebabkan oleh faktor yang bersifat diluar kendali manusia (force majeur), tetapi lebih
diakibatkan oleh semakin kurangnya pemahan etika-moral yang melandasi perilaku manusia.
Pengertian tentang etika seringkali dikaitkan dengan istilah norma, yaitu pedoman tentang
bagaimana orang harus hidup dan bertindak secara baik dan benar, sekaligus merupakan tolok
ukur mengenai baik-buruknya perilaku tindakan yang diambil. Norma baik dan benar dalam
kontek perilaku beretika, akan selalu dihubungkan dengan kebutuhan dan hak orang lain.
Perguruan tinggi sebagai masyarakat akademis dengan ciri khasnya menjunjung tinggi nilai-
nilai kebenaran kebenaran ilmiah, perilaku segenap sivitas akademikanya dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya akan selalu terikat pada etika-moral. Artinya segala tindakan-tindakan
mereka dalam proses pembelajaran, harus selalu mempertimbangkan nilai-nilai kebaikan dan
kenenaran yang dapat diterima oleh orang banyak, bukan saja di lingkungan perguruan tinggi
tersebut. Sebagai contoh misalnya perilaku dosen untuk memberikan penilaian lulus 100%
mahasiswanya pada ujian akhir semester, mungkin oleh pandangan dosen ataupun pimpinan,
perilaku tersebut dinilai sebagi perilaku yang baik dan benar. Tetapi apakah dapat dibenarkan
tindakan tersebut, kalau di antara 100% mahasiswa yang dinyatakan lulus tersebut terdapat
banyak mahasiswa yang tingkat kehadiran perkuliahannya hanya dua tiga kali dalam satu
semester? Apakah pelulusan mahasiswa yang demikian ini dapat diterima dengan baik oleh
sebagian besar mahasiswa yang rajin kuliah sepanjang semester?. Masih banyak contoh lain
yang dapat kita lihat pada kesehariannya tentang hal ini.
Untuk dapat menjadikan etika akademik sebagai sebagai landasan penjaminan mutu,
diperlukan adanya seperangkat aturan yang wajib dipedomani oleh segenap sivitas akademika
dalam interaksinya pada proses pembelajaran. Selain dari itu juga diperlukan adanya kode etik,
baik bagi dosen, mahasiswa dan pegawai. Peraturan dan kode etik tersebut merupakan rambu-
rambu bagi segenap sivitas akademika untuk menyamakan persepsi dan visi dalam
menyelenggarakan keseluruhan proses pendidikan. Dengan adanya persamaan persepsi dan visi
tersebut, akan membentuk satu pola pikir, pola sikap dan pola tindak. Selanjutnya melalui
kesatuan pola tersebut akan dapat mengarahkan perilaku-perilaku segenap sivitas akademika
menuju pada suasana akadamik yang kondusif. Melalui suasana akademik yang kondusif itulah
semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, secara bertahap akan dapat meningkatkan
mutu hasil pendidikan tersebut.

BAB 111
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika Akademik dapat diartikan sebagai ketentuan yang menyatakan perilaku baik atau
buruk dari para anggota sivitas akademika perguruan tinggi,
Contoh penyimpangan etika antara lain plagiat skripsi, pemalsuan ijazah, dll
Untuk dapat menjadikan etika akademik sebagai sebagai landasan penjaminan mutu,
diperlukan adanya seperangkat aturan yang wajib dipedomani oleh segenap sivitas
akademika dalam interaksinya pada proses pembelajaran.
3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa harus menjunjung tinggi etika akademiik
Kita harus memiliki pikiran yang kreatif dan etika yang baik agar tidak
memplagiat atau memalsukan seperti skripsi,ijaazah,dll demi memajukan mutu
pendidikan Indonesia.

Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai