Anda di halaman 1dari 6

MASYARAKAT MADANI

I. CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI

1.1 Hubungan Dekat dengan Tuhan

Hubungan dekat dengan Allah dapat ditunjukkan dengan menyembah dan

menunjukkan pengabdiannya kepada-Nya tanpa sirik, baik yang besar maupun

kecil. Mereka bertawakal kepada Allah dalam pelaksanaan hasil musyawarah,

oleh karena itu Allah mencintai orang-orang yang bertawakal (Yani, 2008).

Agama islam mengajarkan bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah

maka seseorang akan mendapatkan ketenangan hidup lahir dan batin serta

dapat mengontrol perilakunya (Azizah, 2008).

1.2 Sejahtera

Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia

saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak

tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia, ini dibuktikan dengan

tingginya disparitas pendapatan antar daerah (Rubiyanah et.al, 2016).

Kemampuan masyarakat dalam mengelola potensi sumber daya yang ada

di wilayahnya menjadi salah satu faktor penting untuk dapat mewujudkan

ketahanan ekonomi dalam masyarakat tersebut (Subekti et.al, 2016).

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan

pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur

(Dinartiana dan Sumini, 2011).

1
II. CARA MEMBENTUK MASYARAKAT MADANI

2.1 Membangun Kekuatan Akidah

Akidah ialah suatu perkara yang berkaitan dengan kepercayaan dan

keyakinan di dalam hati sehingga jiwa menjadi tenang karena tiada lagi

keraguan dan kesamaran untuk beriman kepada Allah S.W.T (Wahab dan

Azmi, 2013).

Akidah diperlukan untuk membangun kesadaran masyarakat sehingga

mempersatukan umat, memperbaiki pemikiran, dan membangun kekuatan

membentuk masyarakat islami (Amin, 2013).

Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, yaitu pengikraran yang bertolak

dari hati. Jadi, motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai motivasi dari dalam

yang muncul akibat kekuatan akidah tersebut (Shofwa, 2013).

Dalam konteks sosial, akidah merupakan tunjang yang berperan

melahirkan individu yang mempunyai keyakinan yang tinggi kepada Allah

s.w.t. dan seterusnya mampu membentuk jiwa yang tenang dan rohani yang

seimbang dengan amalan hidup dan tingkah laku. Nilai yang ada dalam akidah

islam itu sendiri menekankan aspek-aspek keimanan, kerohanian, dan

keilmuan, (Salleh et.al, 2013).

2.2 Membangun Kekuatan Ekonomi

Untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup sosial- ekonomi

penduduk, kita harus meningkatkan produksi barang dan jasa di masyarakat

dengan membangun berbagai sarana kekuatan-kekuatan di sektor pertanian,

industri, dan jasa (Trijono, 2007).

2
Di samping pembangunan fisik, pemerintah juga membangun masyarakat

dalam bentuk berbagai keahlian antara lain bidang ekonomi, yang mampu

berperan dalam aktivitas ekonomi. Salah satu aktivitas tersebut adalah apa yang

dapat dilaksanakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) (Miraza, 2008).

Tujuan pengembangan ekonomi rakyat adalah kesejahteraan rakyat.

Kesejahteraan rakyat dapat terwujud apabila pembangunan mengarah ke

perubahan struktur masyarakat. Perubahan diawali dari proses peningkatan

produksi dan distribusi yang selanjutnya dapat membuka kesempatan kerja (Yasa,

2012).

Dalam Strategi Pembangunan Indonesia meng-gariskan bahwa sasaran

Pembangunan Jangka Panjang Kedua, yaitu terciptanya kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia yang semakin maju dan mandiri dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam suasana tenteram dan sejahtera

lahir batin (Rante, 2013).

2.3 Membangun Kekuatan Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain, sehingga

orang lain bersikap sesuai dengan tujuan pemimpin. Sedangkan otoritas atau

kewenangan adalah hak yang menjadi dasar seseorang untuk mengontrol dan

memerintah orang lain (Ayub, 2008).

Keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi sebagian besar dipengaruhi

oleh pemimpin dan kepemimpinannya. Terdapat 3 gaya kepemimpinan yaitu gaya

kepemimpinan otokratik, demokratik dan kendali bebas. Masing-masing gaya

kepemimpinan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan (Umam et.al, 2015).

3
Gaya kepemimpinan yang efektif itu berbeda-beda sesuai dengan

Kematangan bawahan. Kematangan atau kedewasaan menurutnya bukan dalam

arti usai atau stabilitas emosional melainkan keinginan untuk berprestasi,

kesediaan untuk menerima tanggungjawab, dan mempunyai kemampuan serta

pengalaman yang berhubungan dengan tugas (Nurhakim dan Sugiarti, 2015).

Seseorang pemimpin itu seharusnya mampu melaksanakan tugas-tugasnya

sebagai ketua dan pemerintah yang dapat menentukan kesejahteraan rakyat,

bangsa dan negara. Ungkapan ini juga membuktikan bahawa jatuh bangunnya

seseorang pemimpin itu ditentukan oleh rakyat (Abdullah et.al, 2012).

2.4 Membangun Kekuatan Kecerdasan

Aspek non-kognitif yang urgen dan esensi dalam memperbaiki moral dan

karakter bangsa salah satunya yaitu kecerdasan emosional (emotional

intelligence). Faktor emotional intelligence (EI) belakangan ini telah diakui oleh

para psikolog sebagai salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang dalam

berbagai aspek kehidupannya (Ibrahim, 2012).

Kecerdasan emosional sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan

seseorang, karena kepemimpinan yang efektif adalah yang mempunyai empat

elemen kecerdasan emosional yaitu: Kesadaran diri; Manajemen diri; Kesadaran

sosial dan Manajemen hubungan (Indriyatni, 2009).

Kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir sesorang yang dapat

dijadikan modalitas dalam belajar. Penelitian Gardner telah meruntuhkan dua

asumsi umum tentang kecerdasan, yaitu kecerdasan manusia yang bersifat satuan

(Khasanah, 2016).

4
Selama ini, pendidikan di Indonesia, mulai dari sekolah dasar sampai

perguruan tinggi, selalu menekankan pada aspek akademik atau kecerdasan otak.

Akan tetapi intelegensi bukan satu-satunya factor yang menentukan sukses

tidaknya kehidupan seseorang. Keberhasilan antar pribadi yang berasal dari

kecerdasan emosional akan menjadi salah satu ketrampilan paling penting dalam

menambah kedalaman serta kekayaan kehidupan seseorang (Widhianingrum,

2017).

Makin tinggi kecerdasan intelektual, maka orang tersebut memiliki IQ tinggi dan

disebut orang pintar. Sebaliknya jika rendah kecerdasan intelektualnya dikatakan

rendah IQ-nya dan sekaligus dicap sebagai orang bodoh. Masa kejayaan

paradikma kecerdasan intelektual merupakan dekade cara berpikir bahwa cerdas

tidaknya seseorang sudah terlahir secara fitrah dan tidak banyak hal yang dapat

dilakukan untuk mengubahnya (Masaong, 2012).

2.5 Membangun Kekuatan Fisik

Aktivitas fisik dan pola makan yang buruk telah diidentifikasi sebagai

penyebab utama kematian di Amerika Serikat6. Kelebihan berat badan dan

meningkatnya obesitas merupakan penyebab dari kombinasi diet yang buruk dan

fisik yang tidak aktif hal ini bisa menjadi nomor satu penyebab kematian (Vera

dan Tando, 2012).

Kebutuhan tubuh akan gizi merupakan hal yang mutlak, zat gizi yang

diperlukan untuk mempertahankan kehidupan sel dalam tubuh .baik pada waktu

istirahat maupun pada waktu olah raga, Semua zat gizi yang diperlukan tubuh

terdapat didalam makanan yang kita makan (Surbakti, 2010).

5
Terdapat perbedaan pola tidur pada usia lanjut dibandingkan dengan usia

muda. Kebutuhan tidur akan berkurang dengan semakin berlanjutnya usia

seseorang. Sebagian besar kelompok usia lanjut mempunya risiko mengalami

gangguan pola tidur sebagai akibat erubahan lingkungan sosial, penggunaan

oabat-obatan yang meningkat, dan penyakit. (Prayitno, 2008).

Aktifitas tidur sangat penting bagi remaja karena pertumbuhan dan

perkembangannya sangat tergantung dari tidurnya. Tidur merupakan kondisi

istirahat yang sangat diperlukan oleh manusia secara reguler. Tidur akan

memberikan ketenangan dan memulihkan stamina atau energi (Egi et.al, 2017).

Pola atau gaya hidup diwaktumudamemberi kontribusi cukup besar

terhadap kualitas kesehatan di usia lanjut. Teknologi dan otomatik-elektrik telah

banyak memberi warna bagi gaya hidup manusia (Junaedi, 2011).

Makan yang diatur dalam sehari itu tiga kali. Rentang antara makan

pertama dan kedua jangan kurang 4 atau 5 jam, karena tersebut sudah dianggap

cukup bagi lambung untuk mencerna makanan. Makan yang tidak teratur dpat

mengakibatkan penyakit mag, sehingga dianjurkan makan tepat waktu (As-

Sayyid, 2008).

Pola tidur antara remaja dan dewasa itu berbeda, pada usia 13-28 tahun

terjadi perubahan-perubahan hormonal yang terjadi pada masa pubertas, sehingga

mengakibatkan pergeseran irama sirkadian yang mengakibatkan jam tidur

bergeser. Secara umum kebutuhan tidur orang dewasa muda berkisar 8,5 9,25

jam per hari. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, orang dewasa muda memiliki

cara tersendiri dalam mengatur pola tidurnya (Prasaja, 2009)

Anda mungkin juga menyukai