Anda di halaman 1dari 121

TESIS

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN


INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN
ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS
ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
(Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)

NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

TESIS
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN
INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN
ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS
ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
(Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)

NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI


NIM 1291662026

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN


INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN
ASIMETRI INFORMASI PADA AKUNTABILITAS
ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
(Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI LUH PUTU NORMADEWI ABDI PRADNYANI


NIM 1291662026

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 30 DESEMBER 2014

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi.


NIP. 19670501 199203 2 002

Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak.


NIP. 19730515 199903 2 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi


Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP 19641224 199103 1 002

NIP. 19590215 198510 2 001

iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 22 Desember 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor


Universitas Udayana, No:4454/UN14.4/HK/2014, Tanggal 11 Desember 2014

Ketua

Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi.

Anggota

Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak.


Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak.
Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE, MSi., Ak.
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama

Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani

NIM

1291662026

Program Studi :

Magister Akuntansi

Judul Tesis

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi

dan

Asimetri Informasi pada

Akuntabilitas

Organisasi

dengan

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi sebagai Variabel Intervening


(Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Provinsi Bali)

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2015

(Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang
berjudul Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan
Asimetri Informasi pada Akuntabilitas Organisasi dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di
Provinsi Bali).
Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. sebagai Dosen Pembimbing Akademis
sekaligus Pembimbing I beserta Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi.,Ph.D, Ak.
sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar
telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
2. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana.
3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
4. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. I Gst. Wyn. Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman
Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu
Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis
ini.
8. Bapak Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak., Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE,
MSi., Ak., beserta Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.sebagai Penguji yang
dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada
penulis.
9. Pimpinan serta staf perguruan Tinggi Negeri di Bali yang telah bersedia memberikan
data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Orang tua tercinta, Ayah I Nyoman Abdi, SE, Mecom. dan Ibu Made Agiari SE,adikadik tersayang Ni Made Mega Abdi Utami, Komang Budi Abdi Wiguna dan Ketut
Adyaksa Abdi Wibawa serta rekan terbaik dalam hal apapun Made Dion Adi Negara
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moral dan material kepada
penulis.
vi

11. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan khususnya Diah Anggreni, Astrid Krisdayanthi
dan Cokorda Istri Juliana Dewi serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan XI dan
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam
penulisan tesis ini.

Denpasar, 30 Desember 2014

Penulis

vii

ABSTRAK
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL,
KETAATAN ATURAN AKUNTANSI DAN ASIMETRI INFORMASI
PADA AKUNTABILITAS ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai
pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan
asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening. Studi empiris dilakukan pada
empat Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali yaitu Universitas Udayana,
Universitas Pendidikan Ganesha, Politeknik Negeri Bali, Institut Seni Indonesia.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 99 responden yang dipilih berdasarkan metode
purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Partial Least
Square.
Hasil yang diperoleh ada 3. Pertama, keefektifan pengendalian internal
berpengaruh pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan
akuntansi. Kedua, ketaatan aturan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Ketiga, asimetri
informasi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan
kecurangan akuntansi.

Kata kunci: Keefektifan pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi,


Asimetri Informasi, Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, Akuntabilitas
Organisasi

viii

ABSTRACT
INFLUENCE THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL CONTROL,
COMPLIANCE OF ACCOUNTING RULES AND INFORMATION
ASYMMETRY ON ORGANIZATIONAL ACCOUNTABILITY
THROUGH TENDENCY OF ACCOUNTING FRAUD AS AN
INTERVENING VARIABLE
(EMPIRICAL STUDY ON UNIVERSITIES IN THE PROVINCE OF BALI)
This study aims to obtain empirical evidence about the influence of the
effectiveness of internal control, compliance of accounting rules and information
asymmetry on organizational accountability, using the tendency of accounting
fraud as an intervening variable. This study was conducted at four Universities in
Bali Province, such as: Universitas Udayana, Universitas Pendidikan Ganesha,
Politeknik Negeri Bali and Institut Seni Indonesia.
Data was collected using the questionnaire technique. The number of
samples in this study were 99 respondents, selected using purposive sampling
method. This research uses analytical techniques Partial Least Square.
The results are threefolds. First, the effectiveness of internal control affects
the accountability of the organization through the tendency of accounting fraud.
Second, compliance of accounting rules affect the accountability of the
organization through the tendency of accounting fraud. Third, information
asymmetry affects the accountability of the organization through the tendency of
accounting fraud.
Keywords: Effectiveness of Internal Control, Compliance of Accounting Rules,
Information Asymmetry, Tendency of Accounting Fraud, Organizational
Accountabilit

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................

PRASYARAT GELAR ..............................................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................

iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...........................................................

iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .........................................................

UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................

vi

ABSTRAK ................................................................................................ viii


ABSTRACT ..............................................................................................

ix

DAFTAR ISI .............................................................................................

DAFTAR TABEL .....................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv


BAB I

PENDAHULUAN............................... ........ ..................................


1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA................ ..................................................
2.1 Teori Keagenan ........................................................................
2.2 Teori Perkembangan Moral ......................................................
2.3 Teori Atribusi ..........................................................................
2.4 Pengendalian Internal ...............................................................
2.5 Ketaatan Aturan Akuntansi .......................................................
2.6 Asimetri Informasi ....................................................................
2.7 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi .....................................
2.8 Akuntabilitas Organisasi ...........................................................
2.9 Penelitian Terdahulu .................................................................

10

1
1
7
7
8
10
10
12
14
15
18
23
25
27
31

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS


PENELITIAN.............................................................................
3.1 Kerangka Berpikir...............................................................
3.2 Konsep Penelitian...............................................................
3.3 Hipotesis.................................................................................
BAB IV METODE PENELITIAN.............. ................................ ............
4.1. Rancangan Penelitian............................................... .........
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................... .........
4.3. Populasi dan Sampel.................................................. .........
4.4. Penentuan Sumber Data............................................. .........
4.5. Variabel Penelitian.................................................... .........
4.6. Instrumen Penelitian.................................................. .........
4.7. Analisis Data.............................................................. .........
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................
5.1 Karakteristik Responden ....................................................
5.2 Uji Partial Least Square ....................................................
5.3 Pengujian Hipotesis ...........................................................
BAB VI PEMBAHASAN .........................................................................
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

11

34
34
36
37
44
44
45
46
49
50
51
55
60
60
64
71
74
80

DAFTAR TABEL

No.

Tabel

Halaman

Tabel 4.1 Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Bali..................................

46

Tabel 4.2 Populasi Perguruan Tinggi Negeri di Bali ............................... 47


Tabel 4.3 Daftar Jumlah Sampel Penelitian .............................................. 49
Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 60
Tabel 5.2 Rincian Pengiriman dan pengembalian kuisioner ...................... 61
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................... 62
Tabel 5.4 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 62
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...... 63
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ................ 64
Tabel 5.7 Hasil Uji Outer Model .............................................................. 66
Tabel 5.8 Hasil Uji Discriminant Validity dengan Cross Loading ............. 68
Tabel 5.9 Hasil Uji Discriminant Validity dengan Square Root AVE......... 69
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Inner Model dengan ukuran R-Square. ............ 70
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................... 72
Tabel 5.12 Hasil Path Coefficients ............................................................ 72

12

DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar

Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran ..........................................................

35

Gambar 3.2

Konsep penelitian ..............................................................

36

Gambar 4.1

Rancangan penelitian ........................................................

44

Gambar 5.1

Full Model Struktural ........................................................

65

Gambar 5.2

Hasil Pengujian Bootstraping ............................................

71

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Penelitian Terdahulu

Lampiran 2

Permohonan Kesediaan menjadi Responden

Lampiran 3

Identitas Responden

Lampiran 4

Kuisioner

14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Wacana tentang good government atau kepemerintahan yang baik merupakan


isu yang paling mengemuka belakangan ini. Tuntutan masyarakat agar pengelolaan
negara dijalankan secara amanah dan bertanggung jawab adalah sejalan dengan
keinginan masyarakat saat ini (Arifiyadi, 2008). Organisasi yang bergerak di bidang
jasa pelayanan publik dalam pengelolaannya harus melakukan transparansi dan
akuntabilitas (Riantiarno dan Azlina, 2011). Akuntabilitas merupakan salah satu
unsur pokok perwujudan good government yang saat ini sedang diupayakan di
Indonesia. Pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari program yang telah
dilaksanakan sehingga masyarakat dapat menilai apakah pemerintah telah bekerja
dengan ekonomis, efisien dan efektif (Sadjiarto, 2000).
Akuntabilitas diyakini mampu mengubah kondisi pemerintahan dari yang
tidak memberikan pelayanan publik secara baik dan korup menuju suatu tatanan
pemerintahan yang demokratis (Riantiarno dan Azlina, 2011). Penyelenggaraan
pemerintahan yang akuntabel akan mendapat dukungan dari publik. Hal ini berarti
bahwa pemerintah tersebut mendapat kepercayaan masyarakat atas apa yang
diselenggarakan, direncanakan, dan dilaksanakan.

15

Rasul (2003), mengemukakan salah satu akuntabilitas publik adalah


akuntabilitas financial (keuangan) dimana mengharuskan lembaga-lembaga publik
untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi
kepada pihak luar. Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban lembagalembaga publik untuk menggunakan dana publik secara ekonomis, efisien dan efektif,
tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas keuangan
terkait dengan penghindaran penyalahgunaan dana publik (Mardiasmo, 2002).
Penurunan atau peningkatan akuntabilitas organisasi disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya karena terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi
di dalam suatu instansi (Thoyibatun, 2009). Kecurangan akuntansi merupakan
kesengajaan untuk melakukan tindakan penghilangan atau penambahan jumlah
tertentu sehingga terjadi kesalahan dalam laporan keuangan. Kecurangan akuntansi
dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank di Indonesia, diajukannya
manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi
pajak, korupsi di komisi penyelenggaraan pemilu, dan DPRD (Wilopo, 2006), serta
dugaan kasus korupsi yang melibatkan Perguruan Tinggi Negeri di Bali, antara lain
dugaan korupsi dana hibah B-Art senilai Rp 629 juta di Institut Seni Indonesia
(www.infokorupsi.com, 23 Juli 2010) sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara.
Temuan BPK terhadap penyimpangan yang berujuk pada tindak pidana
korupsi yang dapat terkait praktik kecurangan akuntansi yang terjadi di lingkungan
Perguruan Tinggi Negeri adalah permasalahan pengadaan barang dan jasa. Kasus
16

yang banyak ditemui adalah pekerjaan tidak sesuai kontrak dan spesifikasi, kemudian
pengadaan alat praktikum yang tidak sesuai kebutuhan dan belum dapat
dimanfaatkan, indikasi mark-up, pengadaan perabot asrama mahasiswa yang belum
dimanfaatkan, pembukaan rekening universitas tanpa persetujuan Menkeu, sisa dana
kegiatan yang belum dipertanggungjawabkan, penggunaan dana tidak sesuai dengan
peruntukannya (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa Keuangan,
2014).
Tindakan kecurangan dapat dipengaruhi oleh pengendalian internal dan
monitoring oleh atasan (Wilopo, 2006). Jika pengendalian internal suatu perusahaan
lemah maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan semakin besar.
Sebaliknya, jika pengendalian internalnya kuat maka kemungkinan terjadinya
kecurangan dapat diperkecil (Adelin dan Fauzihardani, 2013). Keefektifan
pengendalian internal mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya pencegahan
kecenderungan kecurangan akuntansi, dengan adanya pengendalian internal maka
pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang oleh orang
lain. Teori Atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin atau orang yang
diberi kewenangan atau kekuasaan dipengaruhi oleh atribut penyebab yang terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Oleh sebab itu, diperlukan sistem
pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan
kecurangan akuntansi. Hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Semester I
Tahun 2014 menunjukkan adanya 6.531 kasus yang merupakan kelemahan sistem
17

pengendalian intern (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa


Keuangan, 2014).
Aturan akuntansi memberikan pedoman bagi manajemen dalam melakukan
kegiatan akuntansi dengan baik dan benar sehingga menghasilkan laporan keuangan
yang efektif dan mampu menghasilkan informasi yang handal kepada pihak yang
berkepentingan (Adelin dan Fauzihardani, 2013). Menurut teori perkembangan moral
pada tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu pada level moral ini
akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan
suatu tindakan dan pada tahap tertinggi (post-conventional) individu akan mendasari
tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain dan mendasarkan
tindakannya pada hukum-hukum universal (Puspasari dan Suwardi, 2012).
Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang
secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung jawaban sosial. Karena
adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan
tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya
(Rahmawati, 2012). Hasil pemeriksaan keuangan BPK Semester I Tahun 2014
mengungkapkan sebanyak 8.323 kasus merupakan temuan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan

peraturan

perundang-undangan

yang

berdampak

finansial

yang

mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan (Ikhtisar


Hasil Pemeriksaan Semester I Badan Pemeriksa Keuangan, 2014).

18

Selain faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, asimetri informasi juga


merupakan faktor lain yang mempengaruhi terjadi kecurangan akuntansi. Menurut
teori keagenan yang dilandasi oleh asumsi-asumsi yakni asumsi bahwa manusia yang
memiliki sifat mementingkan diri sendiri, memiliki keterbatasan rasionalitas, tidak
menyukai risiko, terjadinya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria
produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen serta informasi
sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan sehingga agen akan termotivasi
untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya dengan
berbagai cara. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal
tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen
bekerja sesuai dengan keinginan principal. Prinsipal tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai
perusahaan secara keseluruhan (Wisnumurti, 2010). Hal inilah yang mengakibatkan
adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen (Nasution
dan Setiawan, 2007). Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan
asimetri informasi sehingga mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agen.
Penelitian ini mengacu pada Penelitian Thoyibatun (2012) yang berjudul
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi menunjukkan
19

hasil bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadiannya oleh


faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan terhadap
aturan dan perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis sebagai salah satu faktor kuat yang
berpengaruh terhadap semakin naiknya kecenderungan kecurangan akuntansi
dipengaruhi kejadian oleh faktor kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem
kompensasi dan ketaatan terhadap aturan akuntansi.
Penelitian Wilopo (2006) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi:

Studi Pada

Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia menunjukkan hasil
bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat
diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi, namun
penelitian ini menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil
penelitian sebelumnya bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan
ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan
akuntansi. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak
sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari
perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding kompensasi yang
diterimanya. Demikian pula saat ini di Indonesia belum ada sistem kompensasi yang
menjadi acuan secara nasional bagi perusahaan, dan pemerintah untuk mengatur hak

20

dan kewajiban, ukuran prestasi dan kegagalan, serta ganjaran dan pinalti dalam
mengelola organisasi.
Perguruan Tinggi Negeri di Bali sebagai lembaga publik diharapkan memiliki
ciri dan komunitas yang berbeda dengan lembaga publik yang mengalami
permasalahan kecenderungan kecurangan akuntansi yang berdampak negatif pada
akuntabilitas organisasi. Berdasarkan uraian ini peneliti melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan
asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri
di Provinsi Bali).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1)

Bagaimana pengaruh keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas


organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan
Tinggi Negeri di Provinsi Bali?

2)

Bagaimana pengaruh ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas


organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan
Tinggi Negeri di Provinsi Bali?

3)

Bagaimana pengaruh asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi


melalui kecenderungan kecurangan akuntansi di Perguruan Tinggi Negeri
di Provinsi Bali?
21

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris:
1) Untuk

mendapatkan

pengendalian

bukti

internal

secara

pada

empiris

pengaruh

akuntabilitas

keefektifan

organisasi

melalui

kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening di


Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali.
2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh ketaatan aturan
akuntansi

pada

akuntabilitas

organisasi

melalui

kecenderungan

kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening di Perguruan Tinggi


Negeri di Provinsi Bali.
3) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh asimetri informasi
pada

akuntabilitas

organisasi

melalui

kecenderungan

kecurangan

akuntansi sebagai variabel intervening di Perguruan Tinggi Negeri di


Provinsi Bali.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis untuk berbagai pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini,
yaitu:
1)

Manfaat Teoritis
Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangan

pengetahuan yang lebih luas terkait teori keagenan, teori perkembangan


22

moral dan teori atribusi dan dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis berupa
pengaruh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan
asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening.
2)

Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau
pertimbangan bagi Perguruan Tinggi Negeri terutama untuk pembuat
keputusan di dalam bidang keuangan dalam mengevaluasi keputusan yang
diambil.

23

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Keagenan
Menurut Hadiprajitno (2013) Teori Keagenan merupakan ranting yang
diturunkan dari teori ekonomi neoklasik Adam Smith. Manajer perusahaan yang
bukan pemilik sepenuhnya perusahaan, tidak dapat diharapkan berkinerja baik sesuai
tujuan pemilik lainnya. Prinsipal dan agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki
rasional ekonomis (rational economic person) yang dimotivasi oleh kepentingan
pribadi, tetapi mereka mungkin berbeda rasa dalam preferences, beliefs dan
informasi. Teori Keagenan (agency theory) menjadi terkenal setelah Jensen dan
Meckling mempublikasikan hasil penelitian tentang teori perusahaan dilihat dari
perilaku managerial. Wright et al. (2001) melakukan usaha membuat asumsi teori
keagenan lebih mudah. Biaya keagenan muncul ketika kepentingan agen (manajer
perusahaan) tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal (pemilik perusahaan) dan
mempengaruhi pilihan dalam tugas, kelalaian, serta keputusan manajer berdasarkan
kepentingan sendiri maupun keputusan pembentengan (entrenchment) yang berarti
mengurangi kesejahteraan prinsipal juga.
Teori Keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi
teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini
24

menyatakan bahwa organisasi sebagai suatu hubungan kerja sama antara pemegang
saham (prinsipal) dan manajer (agent) berdasarkan kontrak yang telah disepakati.
Manajer tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan
keputusan, dan resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham
(prinsipal). Oleh karena itu, para manajer cenderung melakukan pengeluaran yang
bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti
peningkatan gaji dan status. Terdapat tiga kondisi yang akan menyebabkan terjadinya
kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial statement) dan
penyalahgunaan aset (missapproproation assets), sebagaimana dijelaskan dalam PSA
70 (SA 316). Ketiga kondisi ini dinamakan dengan segitiga kecurangan (fraud
triangle). Ketiga kondisi yang mempengaruhi dalam melakukan kecurangan yang
terdapat dalam fraud triangle teory adalah sebagai berikut (Scott, 2000):
a. Tekanan
Tekanan merupakan situasi dimana manajemen atau pegawai lain merasakan
insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Tekanan yakni insentif
yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup,
ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba
untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.

25

b. Kesempatan
Kesempatan yaitu adanya atau tersedianya kesempatan untuk melakukan
kecurangan atau situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan fraud.
c. Rasionalisasi
Rasionalisasi dapat diartikan sebagai adanya atau munculnya sikap, karakter,
atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai
untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Rasionalisasi sebagai pemikiran
yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang
secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal.
Teori Keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut
dibedakan menjadi tiga jenis, yakni asumsi tentang sifat manusia, asumsi
keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan pada
manusia yang memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki
keterbatasan rasionalitas (bounded rasionality), dan tidak menyukai risiko (risk
aversion). Asumsi keorganisasian adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi
sebagai kriteria produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan
agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa
diperjualbelikan.

26

2.2 Teori Perkembangan Moral


Salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam
penelitian etika adalah model Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran
moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam perkembangan
yang dapat teridentifikasi. Kohlberg (1969) menggunakan cerita-cerita tentang dilema
moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan
menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral
yang sama. Kohlberg (1969) kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon
yang dimunculkan ke dalam tahap yang berbeda. Tahapan perkembangan moral
adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan
penalaran moralnya seperti yang diungkapkan Kohlberg (1969). Keenam tahapan
tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pre-konvensional, konvensional, dan postkonvensional.
Tiga tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg (1969) yaitu :
1) Tingkat 1 (Pre-Konvensional)
a. Orientasi kepatuhan dan hukuman
b. Orientasi minat pribadi
2) Tingkat 2 (Konvensional)
a. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
b. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial

27

3) Tingkat 3 (Post-Konvensional)
a. Orientasi kontrak sosial
b. Prinsip etika universal ( Principled conscience)
Dalam tahapan yang paling rendah (pre-conventional), individu akan
melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum/peraturan yang ada. Selain
itu individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya
sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Pada tahap kedua
(conventional), individu akan mendasarkan tindakannya persetujuan teman-teman
dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat. Pada tahap
tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan memperhatikan
kepentingan orang lain dan berdasarkan tindakannya pada hukum-hukum universal
(Puspasari dan Suwardi, 2012). Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan
manajemen dalam merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis.
Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang
secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung-jawaban sosial.
Karena adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi
diharapkan tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya
(Rahmawati, 2012).
2.3. Teori Atribusi
Teori Atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang
yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and Mitchell,
28

dalam Waworuntu, 2003). Teori Atribusi yang dikembangkan oleh Fritz Heider yang
berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan
internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu
faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan (Ikhsan dan Ishak 2005). Hal yang sama dikemukakan Robbins
(2006) bahwa Teori Atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai
orang secara berlainan, bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu
perilaku tertentu.
Teori Atribusi menurut Ikhsan dan Ishak (2005) merupakan suatu proses
untuk menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilaku seseorang.
Teori ini ingin menjelaskan tentang perilaku seseorang terhadap peristiwa di
sekitarnya dan mengetahui alasan-alasan melakukan perilaku seperti itu. Teori
Atribusi yang dikemukakan oleh Robbins (2006) menjelaskan perilaku seseorang
yang disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Teori Atribusi adalah teori yang menjelaskan upaya untuk memahami
penyebab dibalik perilaku orang lain.
Perilaku individu menurut Robbins (2006) disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Perilaku yang disebabkan oleh faktor internal adalah perilaku yang
diyakini berada di bawah kendali atau berasal dari dalam diri individu seperti ciri
kepribadian, motivasi atau kemampuan. Perilaku yang disebabkan oleh faktor
29

eksternal adalah perilaku yang diyakini sebagai hasil dari sebab-sebab luar atau
berasal dari luar diri individu seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain
(Kusumastuti, 2012).
2.4. Pengendalian Internal
Menurut Bastian (2006) pengendalian akuntansi merupakan bagian dari
sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, sedangkan Boynton dan Johnson (2006)
mendefinisikan aktivitas pengendalian sebagai kebijakan dan prosedur yang
membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilakukan. Aktivitas
pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan
dengan risiko yang diambil untuk pencapaian tujuan organisasi.
Menurut PP No. 8 Tahun 2006 pengendalian internal adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang
memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan.
Committee

of

sponsoring

organization

(COSO)

pada

tahun

1992

mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai proses yang didesain untuk


menghasilkan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan dalam kategori
sebagai berikut:

30

1)

Efektivitas dan efisiensi operasi

2)

Keandalan dalam laporan keuangan

3)

Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mendefinisikan


sistem pengendalian internal mencakup susunan organisasi dan semua metode beserta
kebijakan/ peraturan yang terkoordinasi dalam perusahaan, dengan tujuan untuk
melindungi:
1)

Harta kekayaan perusahaan

2)

Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi

3)

Meningkatkan efisiensi operasi usaha

4)

Mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan

Tiga tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002) yaitu:


1)

Keandalan informasi keuangan, manajer bertanggung jawab atas


menyiapkan laporan keuangan untuk investor, kreditur, dan para
pemakaian lainnya. Manajemen mempunyai tanggung jawab baik
hukum dan profesional untuk meyakinkan bahwa informasi tersebut
disiapkan secara wajar.

2)

Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, kendali dalam


suatu organisasi dimaksudkan untuk mendorong penggunaan yang
efektif dan efesien atas sumber dayanya, mencakup personel untuk
mengoptimalkan sasaran manajemen.
31

3)

Efektivitas

dan

efisiensi

operasi,

perusahaan

harus

mampu

meningkatkan efektifitas dan efesiensi operasi perusahaan, dimana


kegiatan operasi perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan PP SPIP nomor 60 tahun 2008 tersebut, sistem pengendalian
internal pemerintah terdiri dari lima unsur, yaitu :
1) Lingkungan pengendalian, merupakan kondisi dalam instansi pemerintah
yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya
pengendalian suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas yang menjadi
tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas pengendalian
internal.
2) Penilaian risiko, merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan
terjadinya situasi yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
instansi pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis, dan
mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan organisasi.
3) Kegiatan pengendalian, merupakan tindakan yang diperlukan untuk
mengatasi risiko serta penerapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur
untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan
secara efektif.
4) Informasi dan komunikasi. Informasi merupakan data yang telah diolah
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka
32

penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, sedangkan


komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.
5) Pemantauan, merupakan proses penilaian atas mutu kinerja sistem
pengendalian internal dan proses yang memberikan keyakinan bahwa
temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.
2.5. Ketaatan Aturan Akuntansi
Menurut Rahmawati (2012), aturan merupakan tindakan atau perbuatan yang
harus dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai dasar dalam
penyusunan laporan keuangan. Dalam standar akuntansi terdapat aturan-aturan yang
harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan yang
berpedoman terhadap aturan-aturan yang dikeluarkan oleh IAI. Informasi yang
tersedia dilaporan keuangan sangat dibutuhkan bagi investor dan manajemen jadi
harus dapat diandalkan sehingga dibutuhkan suatu aturan untuk menjaga keandalan
informasi tersebut dan menghindari tindakan yang dapat merugikan perusahaan atau
organisasi.
Ada dua kebutuhan yang berkepentingan terhadap hasil laporan keuangan
yaitu pihak pemakai (pihak ekstern) dan pimpinan selaku pihak pengelola aset dan
penyaji laporan keuangan. Dari pihak ekstern, pemakai laporan keuangan terdiri atas:
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor, pelanggan, pemerintah,
33

dan masyarakat. Mereka memilki kebutuhan informasi yang berbeda-beda yang harus
dipenuhi (Thoyibatun, 2009). Agar menghasilkan informasi yang berkualitas maka
penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan prosedur dan prinsip serta aturan
kerja yang sesuai dengan prinsip akuntansi. Prinsip-prinsip akuntansi merupakan
sejumlah aturan yang menjadi pedoman betindak dalam melaksanakan akuntansi di
perusahaan (Thoyibatun, 2009). Penerapan prinsip etika profesi Ikatan Akuntan
Indonesia:
1) Tanggung jawab penerapan
Sebagai

profesional,

anggota

mempunyai

peran

penting

dalam

masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai


tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota

untuk

mengembangkan

profesi

akuntansi,

memelihara

kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam


mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2) Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

34

3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam

menguji

semua

keputusan

yang

diambilnya.

Integritas

mengharuskan seorang anggota untuk antara lain, bersikap jujur dan


berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
4) Obyektifitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap
adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh
pihak lain.
5) Kehati-hatian
Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini
mengandung

arti

bahwa

anggota

mempunyai

kewajiban

untuk

melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan


kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung-jawab profesi kepada publik.

35

6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7) Konsistensi
Konsistensi

merupakan konsep

dalam akuntansi

yang

menuntut

diterapkannya standar secara terus-menerus, tidak di ubah-ubah kecuali


dengan alasan yang dapat dibenarkan.
8) Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis
dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of
Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang
relevan.
Secara teoritis, ketaatan akuntansi juga merupakan kewajiban. Sebab, jika
laporan keuangan dibuat tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku, keadaan
tersebut dinyatakan sebagai suatu bentuk kegagalan dan akan menimbulkan
36

kecenderungan kecurangan atau perilaku tidak etis yang tidak dapat atau sulit
ditelusuri auditor (Thoyibatun, 2009).
Ketaatan aturan akuntansi dipandang sebagai tingkat kesesuaian prosedur
pengelolaan aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi, dan penyajian laporan
keuangan beserta bukti pendukungnya dengan aturan yang ditentukan BPK dan atau
SAP (PP RI Nomor 24/2005). Dinyatakan mentaati aturan akuntansi jika PTN telah
menerapkan persyaratan pengungkapan, menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
kepentingan publik, objektif, memenuhi syarat kehati-hatian dan memenuhi konsep
konsistensi penyajian (Thoyibatun, 2009).
Persyaratan pengungkapan menjelaskan bahwa setiap entitas akuntansi di
lingkungan pemerintah diharapkan menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas
laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan keuangan terdiri atas laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, sedangkan
laporan kinerja berisi ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan
hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam
dokumen pelaksanaan APBN/APBD yang diatur dalam PP RI nomor 24, 2005
tentang SAP. Laporan-laporan tersebut dibuat dalam bentuk dan dengan isi sesuai
SAP supaya kinerja organisasi antar periode dapat dibandingkan.
2.6. Asimetri Informasi
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk digunakan oleh berbagai pihak,
termasuk pihak internal perusahaan itu sendiri. Pihak-pihak yang sebenarnya paling
37

berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (pemegang


saham, kreditor, pemerintah, masyarakat) (Kusumastuti, 2012). Para pengguna
internal mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada perusahaan, sedangkan
pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan secara langsung,tidak mengetahui
informasi tersebut sehingga tingkat ketergantungan manajemen terhadap informasi
akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan prinsipal adalah adanya
asimetri informasi (Rahmawati, 2012). Asimetri informasi adalah suatu keadaan
dimana agen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan
prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan prinsipal (Wisnumurti,
2010). Asimetri informasi adalah situasi dimana terjadi ketidakselarasan informasi
antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang
membutuhkan informasi (Scoot, 2003). Kondisi ini memberikan kesempatan kepada
agen menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya. Asimetri informasi
ini mengakibatkan terjadinya moral hazard berupa usaha manajemen untuk
melakukan kecurangan akuntansi. Menurut Scott (2003), terdapat dua macam
asimetri informasi yaitu:
1) Adverse selection yaitu jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau
lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha,
atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.
38

Adverse selection terjadi karena para manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang dapat
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh prinsipal tersebut yang
tidak disampaikan kepada prinsipal, sehingga muncul bias dalam pemilihan
untuk mendapatkan pilihan yang tepat. Jadi adverse selection timbul akibat
adanya informasi yang tersembunyi.
2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor),
sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang
saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma
mungkin tidak layak dilakukan. Moral hazard adalah memanfaatkan
ketidaktahuan pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perjanjian awal yang akibatnya merugikan pihak lain. Dalam hal ini agent
memanfaatkan ketidaktahuan prinsipal untuk menyajikan suatu laporan yang
tidak sesuai perjanjian awal atau standar yang berlaku sehingga terjadilah
moral hazard.
Schift dan Lewin (1970) menyatakan bahwa agen berada pada posisi yang
memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan
perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi bahwa
individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka
39

dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agen untuk


menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal.
Penyajian informasi akuntansi khususnya penyusunan laporan keuangan,
seorang agen memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel
mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Dengan
adanya kondisi yang asimetri, maka agen dapat mempengaruhi angka-angka
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan.
2.7. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Kecenderungan menurut Daryanto dalam Thoyibatun (2009) diartikan sebagai
lebih tertarik pada. Kecurangan sering kali menyangkut (a) suatu tekanan atau suatu
dorongan untuk melakukan kecurangan, (b) suatu peluang yang disarankan ada untuk
melaksanakan kecurangan (Wilopo, 2006).
Kecurangan Akuntansi dapat diartikan sebagai tindakan, cara, penyembunyian
dan penyamaran yang tidak semestinya secara sengaja dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan tertentu (Wilopo, 2006). IAPI (2013) menjelaskan kecurangan
akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan
keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan
keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan
pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai
40

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak


semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang
menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau
dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih
individu di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.
Menurut Bastian (2007) kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial
reporting) terdiri dari tindakan-tindakan seperti:
1)

Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan atau dokumen


pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.

2)

Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwaperistiwa, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada
dalam laporan keuangan.

3)

Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang


berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Jadi kecenderungan kecurangan akuntansi berarti terkait dengan tindakan


yang lebih tertarik ingin dilakukan yang mengakibatkan terjadinya salah saji yang
timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan karena adanya penghilangan
secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dan salah saji
yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva yang berkaitan dengan
41

pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.8. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai
"pertanggungjawaban". Sugijanto, et al (1995) mengutip Patricia Douglas
menguraikan fungsi accountability tersebut meliputi tiga unsur: (1) providing
information about decisions and actions taken during the course of operating entity;
(2) having the internal parties review the information, and (3) taking corrective
actions where necessary. Jadi, suatu entitas (atau organisasi) yang accountable adalah
entitas yang mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusankeputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut, memungkinkan
pihak luar (misalnya legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas) mereview
informasi tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil
tindakan korektif. Akuntabilitas adalah bentuk suatu pertanggungjawaban atas
delegasi wewenang dan tugas yang diberikan kepada setiap instansi pemerintah dan
setiap satuan kerja atau unit kerja yang berada di dalamnya (Ulum, 2010).
Pertanggungjawaban (akuntabilitas) tersebut adakalanya berbentuk sebagai
akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
42

pertanggungjawaban secara periodik (Lembaga Administrasi Negara, 2003).


Sedangkan akuntabilitas keuangan lebih difokuskan pada kepentingan kontrol
keuangan. Tujuannya untuk meyakinkan bahwa anggaran pemanfaatan dana dan
pembelanjaan atas dana publik yang dipercayakan telah dilakukan untuk memenuhi
kepentingan masyarakat sesuai aturan yang berlaku (Thoyibatun, 2009).
Akuntabilitas publik yang harus dijalankan oleh organisasi sektor publik
mempunyai beberapa dimensi. Ellwood dalam Mardiasmo (2002) menjelaskan
terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor
publik, yaitu:
1) Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity
and legality)
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penyalahgunaan jabatan (abuse of
power), sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap aturan hukum dan aturan lain yang disyaratkan dalam
penggunaan sumber dana publik.
2) Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas proses terkait apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.

43

3) Akuntabilitas program (program accountability)


Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan
alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya
minimal.
4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Akuntabitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban baik pusat maupun
daerah

atas

kebijakan-kebijakan

yang

diambil

pemerintah

terhadap

DPR/DPRD dan masyarakat luas.


Lembaga Administrasi Negara (2003) membedakan akuntabilitas dalam tiga
macam akuntabilitas, yaitu :
1) Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas
keuangan,

pengungkapan

dan

ketaatan

terhadap

peraturan

perundangundangan. Sasarannya adalah laporan keuangan yang mencakup


penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan instansi pemerintah.
Komponen pembentuk akuntabilitas keuangan terdiri atas :
a) Integritas Keuangan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas berarti kejujuran,
keterpaduan, kebulatan dan keutuhan. Dengan kata lain, integritas
keuangan mencerminkan kejujuran penyajian. Agar laporan keuangan
44

dapat

diandalkan

informasi

yang

terkandung

didalamnya

harus

menggambarkan secara jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang


seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b) Pengungkapan.
Konsep pengungkapan mewajibkan agar laporan keuangan didesain dan
disajikan sebagai kumpulan gambaran atau kenyataan dari kejadian
ekonomi yang mempengaruhi instansi pemerintahan untuk suatu periode
dan berisi cukup informasi.
c) Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan.
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan akuntansi pemerintahan. Apabila terdapat pertentangan antara
standar

akuntansi

keuangan

pemerintah

dengan

peraturan

perundangundangan yang lebih tinggi, maka yang digunakan adalah


peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2) Akuntabilitas Manfaat
Akuntabilitas manfaat pada dasarnya memberi perhatian pada hasil-hasil dari
kegiatan pemerintahan. Hasil kegiatannya terfokus pada efektivitas, tidak
sekedar kepatuhan terhadap prosedur. Bukan hanya output, tapi sampai
outcome. Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
45

masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output


hanya mengukur dari hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur output dan dampak yang dihasilkan.
Pengukuran outcome memiliki dua peran yaitu restopektif dan prospektif.
Peran restopektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran
prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang.
3) Akuntabilitas Prosedural
Akuntabilitas yang memfokuskan kepada informasi mengenai tingkat
kesejahteraan sosial. Diperlukan etika dan moral yang tinggi serta dampak
positif pada kondisi sosial masyarakat. Akuntabilitas prosedural yaitu
merupakan pertanggungjawaban mengenai aspek suatu penetapan dan
pelaksanaan suatu kebijakan yang mempertimbangkan masalah moral, etika,
kepastian hukum dan ketaatan pada keputusan politik untuk mendukung
pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini, merujuk pada pembagian akuntabilitas menurut
Lembaga Administrasi Negara (LAN), akuntabilitas yang dimaksud mengerucut pada
akuntabilitas keuangan.
2.9. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah penelitian
Wilopo (2009) yang menunjukkan hasil bahwa perilaku tidak etis manajemen dan
kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan
46

keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen,


serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian ini menemukan hal yang
bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya, bahwa
kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak menurunkan
perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil penelitian Thoyibatun (2012) menunjukkan hasil bahwa kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi kejadiannya oleh faktor kesesuaian sistem
pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan terhadap aturan dan perilaku tidak
etis. Perilaku tidak etis sebagai salah satu faktor kuat yang berpengaruh terhadap
semakin naiknya kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh faktor
kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi dan ketaatan terhadap
aturan akuntansi.
Penelitian dari Fauwzi (2011) dengan menggunakan variabel keefektifan
pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas manajemen, perilaku tidak
etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Pengendalian internal dan moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap
perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan kesesuaian
kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh
positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil penelitian Rahmawati (2012) menunjukkan bawa pengendalian internal
yang efektif, ketaatan manajemen terhadap aturan akuntansi, dan semakin tinggi
47

moralitas yang dimiliki tiap manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap


kecenderungan kecurangan akuntansi,sedangkan pemberian kompensasi dan adanya
asimetri informasi tidak mempengaruhi adanya kecenderungan kecurangan akuntansi
secara signifikan.
Hasil penelitian Meliany et al. (2012) menunjukkan bahwa keefektifan
pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Keefektifan Pengendalian Internal secara statistik memiliki pengaruh secara positif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. kesesuaian kompensasi secara
statistik memiliki pengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada beberapa hal
yaitu objek penelitian adalah di perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali dan dengan
waktu penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 serta menggunakan alat analisis
yaitu PLS (Partial least Square). Untuk ringkasan penelitian sebelumnya dapat
dilihat pada Lampiran 1.

48

BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka berpikir


Tindakan kecurangan akuntansi dapat dipengaruhi oleh pengendalian internal,
ketaatan aturan akuntansi dan asimetri informasi yang ada dalam organisasi. Menurut
teori perkembangan moral, pada tahapan yang paling rendah individu pada level
moral ini akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam
melakukan suatu tindakan. Seseorang dengan tingkat kematangan moral yang rendah
dikhawatirkan akan melakukan berbagai cara untuk mencari celah melakukan
perilaku yang menyimpang dan kecurangan akuntansi.
Keefektifan pengendalian internal mempunyai pengaruh dalam upaya
pencegahan kecenderungan kecurangan akuntansi, dengan adanya pengendalian
internal maka pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang
oleh orang lain sehingga tindakan kecurangan akuntansi dapat dikurangi. Hasil
pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Semester I Tahun 2014 menunjukkan
adanya 6.531 kasus yang merupakan kelemahan sistem pengendalian intern, hal ini
mengindikasikan bahwa pengendalian internal yang ada terbukti masih memberikan
celah untuk melakukan kecurangan. Aturan akuntansi akan memberikan pedoman
dalam melakukan kegiatan akuntansi dengan baik dan benar sehingga mengurangi
adanya kecurangan akuntansi, tetapi ketaatan aturan akuntansi yang ada di organisasi
kurang baik terbukti dengan hasil pemeriksaan keuangan BPK Semester I Tahun
49

2014 yang mengungkapkan sebanyak 8.323 kasus merupakan temuan ketidakpatuhan


terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Asimetri informasi akan
mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada
principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen,
salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kecurangan akuntansi.
Kecenderungan kecurangan akuntansi yang ada dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi akuntabilitas khususnya akuntabilitas keuangan. Kecenderungan
kecurangan akuntansi yang ada dalam organisasi mengakibatkan laporan keuangan
yang

dibuat

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan

(accountable),

sehingga

penyelenggaraan pemerintahan yang tidak accountable tidak akan mendapat


dukungan dari publik dan tidak mendapat kepercayaan masyarakat atas apa yang
diselenggarakan, direncanakan, dan dilaksanakan.
Kajian Teori:
1. Teori Keagenan
2. Teori Perkembangan Moral
3. Teori Atribusi
4. Pengendalian internal
5. Ketaatan aturan akuntansi
6. Asimetri Informasi
7. Kecenderungan kecurangan
akuntansi
8. Akuntabilitas Organisasi

Rumusan
masalah
Hipotesis
Uji statistik
Hasil

Kesimpulan dan
saran
50

Kajian Empiris:
1. Wilopo (2009)
2. Thoyibatun (2012)
3. Kusumastuti (2012)
4. Rahmawati (2012)
5. Fauwzi (2011)
6. Riantiarno et al. (2011)
7. Aranta (2008)
8. Garnita (2008)
9. Gaviria (2001)
10. Ramandei (2009)
11. Meliany et al. (2009)
12. Dewi (2012)
13. Primayoni et al. (2014)
14. Tresnawati (2011)
15. Kartika (2013)
16. Widyaningsih et al. (2011)
17. Nugraha (2011)
18. Isvihana (2011)
19. Kresiadanti (2012)
20. Puspasari et al. (2012)
21. Zirman et al. (2010)
22. Hapsari (2013)
23. Yue (2010)
24. Priyanto et al. (2014)
Lampiran 1

3.2. Konsep Penelitian


Berdasarkan kerangka berfikir, kemudian disusun konsep yang menjelaskan
hubungan antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian merupakan
hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris. Konsep disajikan dalam
Gambar 3.2 berikut ini:
H1
Keefektifan
Pengendalian Internal
(X1)

Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
(Y1)

Ketaatan Aturan
Akuntansi (X2)

Asimetri Informasi
(X3)

Akuntabilitas
Organisasi (Y2)

H3
H2

Gambar 3.2. Konsep Penelitian


Konsep dalam penelitian ini meliputi: variabel eksogen yaitu sistem
pengendalian internal (X1), ketaatan aturan akuntansi (X2) dan asimetri informasi
(X3). Variabel intervening adalah kecenderungan kecurangan akuntansi (Y1).
Variabel endogen adalah akuntabilitas organisasi (Y2).

51

3.3 Hipotesis
3.3.1 Hubungan keefektifan pengendalian internal pada
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi

akuntabilitas

Green and Mitchell dalam Waworuntu (2003) menyatakan bahwa


Teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang
yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab antara lain
terdiri dari kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu faktorfaktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha,
dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari
luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan dan Ishak
2005). Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian untuk mengurangi
penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan kecurangan akuntansi.
Pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi adanya tindakan
menyimpang yang dilakukan oleh manajemen. Manajemen cenderung
melakukan tindakan menyimpang untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Salah satu contoh tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan
kecurangan akuntansi.
Pengendalian internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan
menutup peluang untuk melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi.
Smith et al. (1997) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif
mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini berpendapat
bahwa pengendalian internal yang efektif mempengaruhi kecenderungan
52

kecurangan akuntansi. Abbot et al. (2002) juga menyatakan bahwa


pengendalian internal yang efektif akan mengurangi kecenderungan
kecurangan akuntansi. AICPA (1947) menjelaskan bahwa pengendalian
internal sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
Hal ini terbukti dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
Wilopo (2006), Puspasari et al. (2012) Meliany et al. (2012) yang menyatakan
bahwa

pengendalian

internal

berpengaruh

terhadap

kecenderungan

kecurangan akuntansi. Hasil penelitian dari Fauwzi (2011) juga menyatakan


bahwa Pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis
dan kecenderungan kecurangan akuntansi.

Menurut

hasil penelitian

Thoyibatun (2012) dikatakan bahwa kesesuaian sistem pengendalian internal


merupakan faktor yang berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Penelitian dari Rahmawati (2012) dan Kusumastuti
(2012) juga memberikan bukti bahwa pengendalian internal berpengaruh
negatif pada kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut Gaviria (2001)
kecurangan akuntansi melanggar kesepakatan yang ada dan hanya berfokus
pada meningkatnya kekayaan pihak tertentu dan menjadikan pihak lain
sebagai bagian yang dirugikan sehingga apabila tingkat kecurangan dalam
organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi. Menurut
53

Thoyibatun (2009), akuntabilitas bisa mendorong terbentuknya budaya


organisasi dan perilaku anggota organisasi yang dapat meminimalkan
kecenderungan kecurangan akuntansi. Sehingga dengan adanya pengendalian
internal yang efektif dalam organisasi maka kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat diminimalkan sehingga akan tercapai akuntabilitas organisasi
yang baik.
Penelitian Primayoni et al.(2014), Tresnawati (2011), Kartika (2013),
Widyaningsih et al. (2011), Nugraha (2011), Isvihana (2011), Kresiadanti
(2012) juga menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh
signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk
mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggungjawaban
pengelolaan dana instansi pemerintah, organisasi dituntut untuk menerapkan
suatu pengendalian yang efektif dan efisien. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian internal yang efektif dapat memberikan pengaruh positif
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan uraian ini
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1:

Keefektifan

pengendalian

internal

berpengaruh

positif

pada

akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.


3.3.2 Hubungan ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi
melalui kecenderungan kecurangan akuntansi
Pada teori perkembangan moral

Kohlberg (1969),

moralitas

manajemen yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku.
54

Dalam teori tersebut pada tahap pasca konvensional, manajemen berorientasi


pada peraturan yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat
membentuk moralitas manajemen yang tinggi dan dapat menurunkan
kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen
(Kusumastuti, 2012). Faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk
menyediakan informasi laporan keuangan adalah kekuatan pasar serta
kekuatan regulasi (Foster, 1986). Regulasi ini mensyaratkan perusahaan untuk
menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai aturan atau standar
akuntansi kepada para pihak yang membutuhkan. Wolk and Tearney (1997:
93-95) menjelaskan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang
disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan akuntansi, akan menimbulkan
kecurangan perusahaan yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor. Hal ini
dapat ditunjukkan dari beberapa yaitu penelitian dari Wilopo (2006)
memberikan hasil bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian dari Thoyibatun
(2009) juga menunjukkan bahwa ketaatan terhadap aturan akuntansi
berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hipotesis
ketaatan

terhadap

aturan

akuntansi

berpengaruh

negatif

terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi juga telah dibuktikan oleh Rahmawati


(2012) dan Kusumastuti (2012). Menurut Thoyibatun (2009), akuntabilitas
bisa mendorong terbentuknya budaya organisasi dan perilaku anggota
55

organisasi yang dapat meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi.


Ketaatan aturan akuntansi

di

dalam

organisasi

dapat

menurunkan

kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen


sehingga akan meningkatkan akuntabilitas organisasi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Zirman et al. (2010), Hapsari
(2013), Yue (2010), Riantiarno et al. (2011) yang menyatakan ketaatan pada
peraturan perundangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan uraian ini maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2:

Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif pada akuntabilitas

organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.


3.3.3 Hubungan asimetri informasi pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi
Teori keagenan (Jensen and Meckling) sering digunakan untuk
menjelaskan kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan
dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Salah satunya adalah
problem yang muncul bila keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen
bertentangan, dan juga disaat prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa
yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya
memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki kenginan dan
motivasi yang berbeda, maka agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai
keinginan prinsipal (pemegang saham). Keinginan, motivasi dan utilitas yang
56

tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan


kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham (Aranta,
2008).
Bila terjadi asimetri informasi,

manajemen

perusahaan akan

menyajikan laporan keuangan yang bermanfaat bagi mereka, demi motivasi


untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi, mempertahankan jabatan
dan lain-lain (Khang, 2002). Demikian pula, bila terjadi asimetri informasi,
manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan
sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta ratioratio keuangan perusahaan (Scott, 2003:13). Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dan Aranta (2008) yang
membuktikan bahwa asimetri informasi yang terjadi akan berpengaruh positif
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Menurut Gaviria (2001)
kecurangan akuntansi melanggar kesepakatan yang ada dan hanya berfokus
pada meningkatnya kekayaan pihak tertentu dan menjadikan pihak lain
sebagai bagian yang dirugikan sehingga apabila tingkat kecenderungan
kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja
organisasi. Menurut Thoyibatun (2009), akuntabilitas bisa mendorong
terbentuknya budaya organisasi dan perilaku anggota organisasi yang dapat
meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Asimetri informasi
yang terjadi di dalam organisasi akan meningkatkan kecenderungan
57

kecurangan akuntansi sehingga akan berpengaruh terhadap akuntabilitas


organisasi.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Priyanto et al. (2014) yang
menyatakan bahwa asimetri Informasi berpengaruh signifikan terhadap tata
kelola perusahaan, salah satu indikatornya adalah akuntabilitas. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi yang tinggi, tata
kelola perusahaan akan lebih buruk dan begitu sebaliknya, apabila asimetri
informasi rendah maka tata kelola perusahaan akan lebih baik. Berdasarkan
uraian ini maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3:

Asimetri informasi berpengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi

melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.

58

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian survei di lapangan yaitu penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai data
yang pokok. Adapun rancangan dalam penelitian ini adalah :

Masalah
penelitian
Tujuan
Penelitian
Kajian pustaka dan
penelitian
sebelumnya

Hipotesis
penelitian

Variabel
penelitian

Data primer
kuesioner
1. Akuntabilitas Organisasi (Y2)
2. kecenderungan kecurangan
akuntansi (Y1)
3. Pengendalian internal (X1)
4. Ketaatan aturan akuntansi
(X2)
5. Asimetri Informasi (X3)

Kesimpulan
penelitian

Saran dan
implikasi

Hasil pengujian

Analisis
PLS

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian


59

4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada perguruan tinggi negeri di Provinsi Bali.

Alasan peneliti mengambil lokasi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) karena
pendanaan PTN bersumber dari APBN, selain itu menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2013 pada pasal 3 ayat (2) selain dialokasikan dari APBN,
pendanaan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi oleh PTN Badan Hukum juga dapat
bersumber dari masyarakat, biaya pendidikan, pengelolaan dana abadi dan usahausaha PTN Badan Hukum, kerjasama tridharma, pengelolaan kekayaan Negara yang
diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk kepentingan pengembangan
Pendidikan Tinggi; dan atau sumber lain yang sah, oleh karena itu sangat penting
untuk menciptakan akuntabilitas PTN dalam rangka good government khususnya di
PTN di Provinsi Bali. Perguruan Tinggi Negeri sebagai instansi milik pemerintah
baru-baru ini dikagetkan dengan beberapa dugaan kasus korupsi yang melibatkan
beberapa pejabat Perguruan Tinggi Negeri di Bali yang membuat peneliti tertarik
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya kecenderungan
kecurangan akuntansi dan pengaruhnya terhadap akuntabilitas di instansi pemerintah
khususnya di Perguruan Tinggi Negeri.
Menurut Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (2014), di Provinsi Bali terdapat
4 Perguruan Tinggi Negeri Negeri yang berada di bawah pengelolaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Universitas Udayana, Politeknik Negeri Bali,
Universitas Pendidikan Ganesha, Institut Seni Indonesia) dan 3 perguruan tinggi
60

negeri di bawah pengelolaan kementrian lain. Penelitian ini akan dilakukan pada 4
Perguruan Tinggi Negeri di Bali yang berada di bawah pengelolaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk lebih memfokuskan penelitian pada satu
Kementrian dan jumlah perguruan tinggi negeri di bawah pengelolaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan lebih banyak daripada kementrian lain.
Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali yang berada di bawah pengelolaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berjumlah 4, antara lain dapat dilihat pada
Tabel 4.1:
Tabel 4.1
Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Bali
No.

Nama Perguruan Tinggi Negeri

Lokasi

Universitas Udayana

Badung

Politeknik Negeri Bali

Badung

Institut Seni Indonesia

Denpasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja

Sumber : DIKTI (2014)


4.3 Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2003) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat dan pegawai Perguruan Tinggi

61

Negeri yang berada di bawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan


di Provinsi Bali, antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2
Populasi Perguruan Tinggi Negeri di Bali
No.
1

Nama Perguruan Tinggi Negeri


Universitas Udayana
- Rektor, PR 1, PR 2,PR 3,PR 4
- Biro Administrasi Akademik
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- Biro Administrasi Kemahasiswaan
- Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem
Informasi
- UPT Perpustakaan
- UPT Pusat Komputer
- Lembaga Penelitian
- Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
- Fakultas Sastra, Ekonomi,Hukum,
Kedokteran,
Pertanian,Peternakan,Teknik,MIPA,
Kedokteran Hewan
Politeknik Negeri Bali
- Direktur, PD 1, PD 2, PD 3
- Administrasi Akademik dan
Kemahasiswaan
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- UPT Perpustakaan, Komputer, Perawatan
dan Perbaikan
- Jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik
Elektro, Akuntansi, Administrasi Niaga,
Pariwisata
- Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

62

Jumlah

Total
770

5
26
98
35
24
19
42
8
19
12
482

197
5
17
45
31
26

70
4

Institut Seni Indonesia


- Rektor, PR 1, PR 2, PR 3, PR 4
- Biro Adm Akademik, Kemahasiswaan dan
Kerjasama
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- Fakultas Seni Pertunjukan,Seni Rupa dan
Desain
- LP2M
- UPT Perpustakaan, Bengkel Peralatan,
Ajang Gelar, Penerbitan, Pusat
Dokumentasi Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
- Rektor, PR 1, PR 2, PR 3, PR 4
- Biro Adm. Akademik Kemahasiswaan,
Perencanaan dan Sistem Informasi
- Biro Administrasi Umum
- Biro Keuangan
- Lembaga Penelitian
- Lembaga Pengabdian Masyarakat
- UPT Perpustakaan
- UPT Pusat Komputer
- Fakultas MIPA, Ilmu Pendidikan, Teknik
dan Kejuruan, Bahasa dan Seni, Olahraga
dan Kesehatan
TOTAL

256
5
21
45
16
139
12

18
322
5
24
51
23
7
23
38
9

142
1545

Sumber: Perguruan Tinggi Negeri (2014)


Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi atau sebagian populasi yang menjadi subyek penelitian yang dapat mewakili
populasi penelitian (Arikunto, 2003). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
tujuan tertentu (Sugiyono, 2001). Penelitian ini akan meneliti mengenai ketaatan
aturan akuntansi dan akuntabilitas organisasi yang terkait dengan akuntabilitas

63

keuangan serta mengenai kecenderungan kecurangan akuntansi, maka kriteria


pemilihan sampel dalam penelitian ini:
1) Semua pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam pencatatan transaksi
keuangan, penyusunan laporan keuangan dan laporan akuntabilitas di PTN
Provinsi Bali.
2) Bagian keuangan pada kantor pusat di setiap PTN di Provinsi Bali di bawah
pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
3) Kuisioner yang dikembalikan dengan pengisian yang lengkap.
Tabel 4.3
Jumlah Pegawai Bagian Keuangan
No

Nama Perguruan Tinggi Negeri

Jumlah

Universitas Udayana

35

Politeknik Negeri Bali

31

Institut Seni Indonesia

16

Universitas pendidikan Ganesha

23

Total

105

Populasi penelitian adalah sebanyak 1545 dan sampel yang terkait dalam
penelitian ini adalah bagian keuangan di kantor pusat setiap PTN Provinsi Bali yang
berjumlah 105 orang serta terdapat 6 kuisioner yang tidak dikembalikan dan
pengisian yang tidak lengkap sehingga sampel yang digunakan adalah 99 dan ada
sebanyak 1446 responden yang dikeluarkan dari sampel.
64

4.4

Penentuan Sumber Data

4.4.1 Sumber Data


Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer merupakan informasi yang diperoleh dari tangan pertama
peneliti, (Sekaran, 2007). Data primer dalam penelitian ini berupa
pernyataan responden dalam menjawab kuisioner.
2) Data sekunder yaitu informasi yang dikumpulkan dari sumber yang
telah ada, (Sekaran, 2007). Data sekunder dalam penelitian ini adalah
jumlah pegawai di setiap perguruan tinggi negeri.
4.4

Variabel Penelitian
Di dalam analisis Partial Least Square, variabel laten dibedakan menjadi 2

(dua) yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel dependen disebut
sebagai variabel endogen dan variabel independen disebut variabel eksogen
(Sugiyono, 2001).
a.

Variabel Endogen yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya
variabel eksogen, (Sugiyono, 2001). Variabel endogen dalam hal ini adalah
Akuntabilitas Organisasi. Dalam penelitian ini, akuntabilitas organisasi lebih
terfokus pada akuntabilitas keuangan yang selanjutnya disebut dengan Y2.
Akuntabilitas keuangan (Y2) merupakan pertanggungjawaban mengenai
integritas

keuangan,

pengungkapan

dan

ketaatan

terhadap

perundangundangan (Lembaga Administrasi Negara, 2003).


65

peraturan

b.

Variabel Eksogen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
timbulnya variabel endogen, (Sugiyono, 2001). Variabel eksogen dalam hal ini
adalah:
1) Keefektifan Pengendalian internal (X1): suatu proses yang dipengaruhi
oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang
memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian
laporan keuangan (PP No.8 Tahun 2006).
2) Ketaatan Aturan Akuntansi (X2): tingkat kesesuaian prosedur pengelolaan
aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi, dan penyajian laporan
keuangan beserta bukti pendukungnya dengan aturan yang ditentukan BPK
dan atau SAP (PP RI Nomor 24/2005).
3) Asimetri Informasi (X3): situasi dimana terjadi ketidakselarasan informasi
antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak
yang membutuhkan informasi (Scoot, 2003).

c.

Variabel antara atau penghubung (intervening variable) yaitu variabel yang


membantu mengkonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel

terikat.

Variabel

intervening

dalam

penelitian

ini

adalah

kecenderungan kecurangan akuntansi (Y1). Kecenderungan Kecurangan


Akuntansi (Y1) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan
66

keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap
aktiva berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia (IAPI, 2013).
4.5

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang diadopsi dari

penelitian sebelumnya Wilopo (2006) dan Garnita (2008). Kuisioner dalam penelitian
ini sebelumnya diuji melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Penelitian ini
menggunakan skala dasar pengukuran Likert memakai urutan skala lima dengan
kriteria: Sangat setuju=5, Setuju=4, Netral=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju
(STS)= 1. Alasan digunakan skala Likert 5 dengan pilihan netral adalah untuk
mengindikasi item pernyataan dalam kuisioner yang tidak dimengerti dan tidak
diketahui oleh partisipan.
a.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian


internal terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari
Wilopo (2006) diukur dengan menggunakan skala Likert 1 5 dengan 5
indikator antara lain:
1) P1.1

: Penerapan wewenang dan tanggungjawab

2) P1.2

: Pencatatan transaksi

3) P1.3

: Pengendalian fisik

4) P1.4

: Sistem akuntansi
67

5) P1.5
b.

: Pemantauan dan evaluasi

Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketaatan aturan akuntansi terdiri


dari 7 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) dan
diukur dengan menggunakan skala Likert 1 5 dengan 7 indikator antara
lain:
1) KAA.1 : Tanggung jawab penerapan
2) KAA.2 : Integritas
3) KAA.3 : Obyektivitas
4) KAA.4 : Kehati-hatian
5) KAA.5 : Kerahasiaan
6) KAA.6 : Konsistensi
7) KAA.7 : Standar teknis

c.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur Asimetri Informasi terdiri dari 7


item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Wilopo (2006) dan diukur
dengan menggunakan skala Likert 1 5 dengan 7 indikator antara lain:
1) AI.1

2) AI.2

3) AI.3

4) AI.4

Situasi di mana bagian keuangan memiliki informasi


yang lebih baik atas aktivitas yang menjadi tanggung
jawabnya dibanding pihak luar bagian keuangan.
Situasi di mana bagian keuangan lebih mengenal
hubungan input-output dalam bagian yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.
Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui
potensi kinerja yang menjadi tanggung jawabnya
dibanding pihak luar bagian keuangan.
Situasi di mana bagian keuangan lebih mengenal
68

d.

5) AI.5

6) AI.6

7) AI.7

teknis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya


dibanding pihak luar bagian keuangan.
Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui
pengaruh faktor eksternal dalam bidang yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.
Situasi di mana bagian keuangan lebih mengetahui
pengaruh faktor internal dalam bidang yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.
Situasi di mana bagian keuangan lebih mengerti apa
yang dapat dicapai dalam bidang yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding pihak luar bagian
keuangan.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan kecurangan


akuntansi terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari
Wilopo (2006) dan diukur dengan menggunakan skala Likert 15 dengan 5
indikator antara lain:
1) KKA.1 :

2) KKA.2 :

3) KKA.3 :
4) KKA.4 :

5) KKA.5 :

Kecenderungan untuk melakukan manipulasi,


pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya.
Kecenderungan untuk melakukan penyajian yang
salah atau penghilangan peristiwa, transaksi, atau
informasi yang signifikan dari laporan keuangan.
Kecenderungan untuk melakukan salah menerapkan
prinsip akuntansi secara sengaja.
Kecenderungan untuk melakukan penyajian laporan
keuangan yang salah akibat pencurian (penyalahgunaan/penggelapan) terhadap aktiva yang membuat
entitas membayar barang/jasa yang tidak diterima.
Kecenderungan untuk melakukan penyajian laporan
keuangan yang salah akibat perlakuan yang tidak
semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan
catatan atau dokumen palsu dan dapat menyangkut
satu atau lebih individu di antara manajemen,
karyawan, atau pihak ketiga.
69

e.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur akuntabilitas keuangan terdiri


dari 10 item pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari Garnita (2008)
yang dan diukur dengan menggunakan skala Likert 1-5 dengan 3 indikator
antara lain integritas keuangan pada pertanyaan 1,2 dan 3, pengungkapan
pada pertanyaan 4,5,6 dan 7 dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan pada pertanyaan 8,9 dan 10. Indikator ini akan membentuk 10
item pertanyaan antara lain:
1)

AK.1

2)

AK.2

3)

AK.3

4)

AK.4

5)

AK.5

6)

AK.6

7)

AK.7

8)

AK.8

9)

AK.9

10)

AK.10 :

Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam


organisasi di otorisasi oleh pimpinan PTN.
Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam
organisasi disajikan secara transparan (adanya
keterbukaan).
Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam
organisasi telah sesuain dengan kebutuhan dan target
yang ditetapkan.
Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan
secara komprehensif (lengkap dan terperinci).
Sumber-sumber dan penggunaan dana harus akurat
dan jelas.
Sumber-sumber dan penggunaan dana diketahui oleh
stakeholder
Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan
secara informatif (dapat dimengerti dan dipahami)
Sumber-sumber dan penggunaan dana selalu dibuat
secara periodik.
Laporan keuangan yang disajikan menyediakan
informasi keuangan yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode
pelaporan.
Sistem pelaporan akuntansi dan keuangan organisasi
telah dan selalu diaudit oleh auditor yang
independen.

70

4.7

Analisis Data

4.7.1 Uji Partial Least Square (PLS)


Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Structural Equation
Model (SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS)
yaitu software Smart PLS versi 2.0.M3. Adapun alasan peneliti menggunakan
metode ini, karena penelitian ini terdiri dari 3 variabel eksogen, variabel
dalam penelitian ini bersifat laten karena memerlukan indikator atau
pernyataan-pernyataan untuk menjelaskannya serta sampelnya yang tidak
terlalu besar sehingga alat analisis yang cocok adalah dengan menggunakan
PLS.
PLS dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar
variabel laten, PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk
dengan indikator refleksif dan formatif dan ukuran sampel tidak terlalu besar.
Menurut Ghozali (2008) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan
prediksi. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikatagorikan
menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk
menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path
estimate) yang menghubungakan variabel laten dan antar variabel laten dan
blok indikatornya (loading). Ketiga adalah berkaitan dengan mean dan lokasi
parameter (nilai konstan regresi) untuk indikator dan variabel laten.

71

Dalam analisis dengan menggunakan PLS ada beberapa hal yang


dilakukan yaitu:
a. Menilai outer model atau measurement model.
Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity,
Discriminant Validity dan Composite Reliability.
Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score/componen score yang
dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut
Chin (1998) dalam Ghozali (2008) untuk penelitian tahap awal dari
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.6 dianggap
cukup memadai.
Discriminant Validity dari model pengukuran dengan refleksif
indikator dinilai berdasarkan Cross Loading pengukuran dengan
konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar
daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan
konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada
ukuran pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai Discriminant
Validity adalah membandingkan nilai square root of average variance
extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan
konstruk lainnya dalam model (Ghozali, 2008). Jika nilai akar kuadrat
72

AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk
dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai
discriminant validity yang baik. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih
besar 0.5 (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Imam Ghozali, 2008).
b.

Menilai Inner Model atau Structural Model


Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antar variabel laten, nilai signifikansi dan R-square dari model
penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square
untuk konstruk dependen dan uji t serta signifikansi dari koefisien
parameter jalur struktural.
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square
untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat
digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang
substantif (Ghozali, 2008).

c.

Mengkonstruksi diagram Jalur

d.

Estimasi
Nilai estimasi koefisien jalur antara konstruk harus memiliki nilai
yang signifikan. Signifikansi hubungan dapat diperoleh dengan prosedur
Bootstrapping. Nilai yang dihasilkan berupa nilai T statistik yang

73

kemudian dibandingkan dengan t tabel. Apabila nilai t statistik > t tabel


maka nilai estimasi koefisien jalur tersebut signifikan.
e. Goodness of fit
Goodness of fit dalam PLS dibagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut:
1) Outer Model
Wiyono (2011) menyatakan kriteria penilaian yang digunakan dalam
menilai indikator adalah:
a) Convergent Validity nilai loading factor 0.5 sampai 0.6
b) Discriminant Validity nilai korelasi cross loading dengan
variable latennya harus lebih besar dibandingkan dengan
korelasi terhadap variable laten yang lain.
c) Nilai AVE harus diatas 0.5
d) Nilai Composite reliability yang baik apabila memiliki nilai
0.7.
2) Inner Model
Goodness of fit pada inner model diukur dengan menggunakan
R square variable laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat
digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang
substantif.

74

f. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada pengujian inner model
yaitu:
1) T statistik
Apabila koefisien t statistik menunjukkan koefisien yang lebih
besar dari t tabel, hasil ini menggambarkan variabel tersebut
signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang
bermakna variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Variabel
eksogen dinyatakan signifikan pada variabel endogen apabila hasil t
statistik lebih besar dari t tabel.
2) Path Coefficients
Nilai path coefficients menunjukkan koefisien hubungan antara
variabel laten dengan variabel laten lainnya.
3) Pengujian Variabel Intervening
Pengujian

variabel

intervening

ini

dapat

dilihat

dari

perbandingan pengaruh langsung dengan total effect, apabila pengaruh


langsung lebih kecil daripada total effect maka terbukti bahwa variabel
kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening.

75

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Karakteristik Responden
Jumlah kuesioner menunjukkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria
penelitian: (1) Semua pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam pencatatan
transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan laporan akuntabilitas di PTN
Provinsi Bali yaitu bagian keuangan pada kantor pusat di setiap PTN di Provinsi Bali
adalah sebanyak 105 responden. Sisanya dinyatakan gugur karena tidak memenuhi
kriteria penelitian. Populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
5.1 :
Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

NO.

NAMA PTN

JUMLAH

JUMLAH

POPULASI

SAMPEL

(Orang)

(Orang)

1.

Universitas Udayana

770

35

2.

Politeknik Negeri Bali

197

31

3.

Institut Seni Indonesia

256

16

4.

Universitas Pendidikan Ganesha

322

23

1545

105

Total
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)

76

Tabel 5.2 Rincian pengiriman dan pengembalian kuesioner

KETERANGAN

JUMLAH

Kuesioner yang disebarkan

105

Kuesioner yang tidak kembali

Kuesioner yang dikembalikan


Kueisioner yang digugurkan (tidak
pengisiannya)

102
lengkap
3

Kuesioner yang digunakan

99

Tingkat pengembalian
Sumber: Data diolah (2014)

97%

Kuisioner yang disebar dalam penelitian adalah sebanyak 105 kuisioner sesuai
dengan jumlah sampel, jumlah kuisioner yang dikembalikan adalah sebanyak 102
kuisioner sehingga ada 3 kuisioner yang tidak dikembalikan. Tingkat pengembalian
kuisioner ini termasuk tinggi yaitu sebesar 97%. Dari 102 kuisioner yang
dikembalikan, ada 3 kuisioner yang tidak lengkap sehingga dikeluarkan dari sampel.
Jadi sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 99.
5.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Data responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini:

77

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


No

Usia

Jumlah

Persentase

20 -29 tahun

25

25.3%

30-39 tahun

39

39.4%

40-49tahun

24

24.2%

50 tahun

11

11.1%

99

100%

Total

Sumber: Data Primer yang diolah (2014)


Dari hasil Tabel 5.3. terlihat bahwa responden berusia 30-39 tahun memiliki
persentase paling banyak yaitu sebesar 39,4% atau 39 responden dan responden
berusia lebih dari 50 tahun memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 11,1% atau
11 responden. Responden dengan kelompok usia 20-29 memiliki presentase 25,3%
atau 25 responden. Responden dengan usia 40-49 tahun memiliki persentase 24,2%
atau 24 responden.
5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
48
2
Perempuan
51
Total
99
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
78

Persentase
48,5%
51,5%
100%

Berdasarkan Tabel 5.4. terlihat bahwa responden perempuan memiliki


persentase lebih besar yaitu sebesar 51% atau 51 responden. Responden laki-laki
memiliki presentase 48,5% atau 48 responden.
5.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No

Pendidikan Terakhir

Jumlah

Persentase

SMA

14

14,1%

Diploma

17

17,2%

S1

61

61,6%

S2

7,1%

Total
99
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)

100%

Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendidikan S1


dengan persentase 61,6% atau sebanyak 61 responden. Responden dengan pendidikan
terakhir SMA memiliki persentase 14,1% atau 14 responden. Responden
berpendidikan Diploma memiliki presentase 17,2% atau sebanyak 17 responden.
Responden dengan pendidikan terakhir S2 memiliki persentase paling sedikit sebesar
7,1% atau sebanyak 7 responden.
5.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Data responden berdasarkan lama bekerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

79

Tabel 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja


No.

Lama Bekerja

Jumlah Persentase

1 5 tahun

46

46,5%

5 10 tahun

22

22,2%

10 15 tahun

20

20,2%

> 15 tahun

11

11,1%

99

100%

Total

Sumber: Data Primer yang diolah (2014)


Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa responden yang memiliki lama bekerja
15 tahun memiliki persentase paling besar yaitu 46,5% atau 46 responden dan
responden yang memiliki lama bekerja lebih dari 15 tahun memiliki persentase paling
kecil yaitu sebesar 11,1% atau 11 responden. Responden yang memiliki lama kerja 5
10 tahun memiliki presentase 22,2% atau 22 responden. Responden yang memiliki
lama bekerja 1015 tahun memiliki persentase 20,2% atau 20 responden.
5.2.

Uji Partial Least Square (PLS)

5.2.1. Penilaian Outer Model (Measurement Model)


Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity,
Discriminant Validity dan Composite Reliability (Ghozali, 2008). Gambar full model
persamaan struktural untuk menilai outer model dengan menggunakan Smart PLS
versi 2.0 dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.

80

Gambar 5.1. Full Model StrukturaL


Keterangan:
PI

: Pengendalian Internal

KAA : Ketaatan Aturan Akuntansi


AI

: Asimetri Informasi

KKA : Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


AK

: Akuntabilitas Keuangan

81

Tabel 5.7. Hasil Uji Outer Model


Variabel

Indikator

Loading

PI1
0.844
PI2
0.838
PI
PI3
0.827
(Pengendalian
Internal)
PI4
0.810
PI5
0.630
KAA1
0.855
KAA2
0.666
KAA3
0.788
KAA
KAA4
0.861
(Ketaatan Aturan
Akuntansi)
KAA5
0.808
KAA6
0.744
KAA7
0.882
AI1
0.699
AI2
0.653
AI3
0.701
AI
AI4
0.823
(Asimetri Informasi)
AI5
0.780
AI6
0.746
AI7
0.746
KKA1
0.825
KKA
KKA2
0.760
(Kecenderungan
KKA3
0.799
Kecurangan
KKA4
0.745
Akuntansi)
KKA5
0.732
AK1
0.652
AK2
0.718
AK3
0.776
AK4
0.737
AK
AK5
0.778
(Akuntabilitas
AK6
0.765
Keuangan)
AK7
0.751
AK8
0.708
AK9
0.792
AK10
0.788
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
82

Composite
Reliability

0.894

0.927

0.892

0.881

0.927

Setelah melakukan uji outer model terhadap variabel keefektifan


pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi,
kecenderungan kecurangan akuntansi dan akuntabilitas keuangan seperti pada
Tabel 5.7. maka didapat seluruh indikator-indikator konstruk memenuhi nilai
convergent validity dengan faktor loading > 0.5. Jadi dapat disimpulkan
bahwa, seluruh data dalam diagram full model adalah valid dan memiliki
konvergen yang baik.
Uji composite reliability seluruh variabel dinyatakan reliable apabila
nilai loading-nya di atas 0.7. Nilai Composite Reliability seluruh variabel
penelitian berada diatas 0.7, hal ini menunjukkan bahwa variabel dalam
penelitian ini reliable karena telah memenuhi kriteria Composite Reliability.
Uji discriminant validity menggambarkan korelasi antara variabel
dengan nilai korelasi cross loading seluruh indikator yang digunakan dalam
membentuk variabel laten dinyatakan valid apabila nilai korelasi cross
loading variabel latennya yang lebih besar dibandingkan dengan korelasi
terhadap variabel laten yang lain. Nilai korelasi cross loading masing-masing
variabel dijelaskan pada Tabel 5.8 sebagai berikut :

83

Tabel 5.8. Hasil Uji Discriminant Validity dengan Cross Loading


PI
KAA
AI
KKA
0.597
-0.604
-0.608
PI1
0.844
0.584
-0.624
-0.651
PI2
0.838
0.577
-0.645
-0.634
PI3
0.827
0.621
-0.654
-0.623
PI4
0.810
0.484
-0.472
-0.451
PI5
0.630
0.565
-0.554
-0.635
KAA1
0.855
0.440
-0.531
-0.554
KAA2
0.666
0.585
-0.548
-0.565
KAA3
0.788
0.666
-0.633
-0.639
KAA4
0.861
0.570
-0.610
-0.609
KAA5
0.808
0.621
-0.622
-0.590
KAA6
0.744
0.598
-0.581
-0.605
KAA7
0.882
-0.474
-0.506
0.590
AI1
0.699
-0.512
-0.576
0.612
AI2
0.653
-0.580
-0.546
0.599
AI3
0.701
-0.624
-0.554
0.651
AI4
0.823
-0.623
-0.529
0.534
AI5
0.780
-0.540
-0.519
0.565
AI6
0.746
-0.556
-0.518
0.515
AI7
0.746
-0.609
-0.596
0.638
KKA1
0.825
-0.546
-0.517
0.607
KKA2
0.760
-0.618
-0.568
0.600
KKA3
0.799
-0.586
-0.626
0.632
KKA4
0.745
-0.547
-0.580
0.578
KKA5
0.732
0.548
0.605
-0.589
-0.708
AK1
0.599
0.617
-0.607
-0.732
AK2
0.691
0.613
-0.684
-0.635
AK3
0.509
0.590
-0.621
-0.623
AK4
0.642
0.655
-0.671
-0.601
AK5
0.662
0.623
-0.695
-0.627
AK6
0.598
0.602
-0.654
-0.617
AK7
0.575
0.587
-0.585
-0.705
AK8
0.708
0.613
-0.703
-0.653
AK9
0.522
0.620
-0.660
-0.644
AK10
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)

84

AK
0.668
0.677
0.703
0.640
0.522
0.681
0.599
0.621
0.710
0.673
0.680
0.634
-0.608
-0.583
-0.658
-0.738
-0.624
-0.617
-0.627
-0.712
-0.641
-0.666
-0.680
-0.681
0.652
0.718
0.776
0.737
0.778
0.765
0.751
0.708
0.792
0.788

Hasil pada Tabel 5.8. menunjukkan bahwa nilai korelasi korelasi


konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk
lainnya, maka hal tersebut menunjukkan konstruk laten telah memprediksi
ukuran pada blok variabel konstruk lebih baik daripada ukuran pada blok
lainnya.
Discriminant validity juga dapat ditunjukkan dengan membandingkan
square root AVE setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan
konstruk lainnya.
Tabel 5.9. Hasil Uji Discriminant Validity dengan Square Root AVE
Variabel PI
KAA
AI
KKA
PI
0.794
KAA
0.523
0.804
AI
0.577
0.529
0.738
KKA
0.567
0.560
0.626
0.773
AK
0.661
0.673
0.752
0.767
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)

AK

0.748

Tabel 5.9. menunjukkan bahwa Discriminant Validity tercapai karena


nilai Square Root AVE pada masing-masing konstruk lebih besar dari 0.5,
selain itu hasil di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh variabel memiliki
nilai Square Root AVE yang lebih besar dari nilai konstruk lainnya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa model penelitian telah memenuhi kriteria Uji Partial
Least Square dengan ukuran Outer Model (Measurement Model).

85

5.2.2. Pengujian Inner Model


Tabel 5.10. Hasil Pengujian Inner Model dengan ukuran R-Square

Variabel
R-Square
Pengendalian Internal
Ketaatan Aturan Akuntansi
Asimetri Informasi
Kecenderungan Kecurangan
0.712
Akuntansi
0.882
Akuntabilitas Keuangan
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)
Tabel

5.10.

menunjukkan

kecenderungan kecurangan

nilai

akuntansi

R-square

sebesar

0.712

square

menunjukkan

bahwa

terikat

dan

variabel

5.10.

koefisien

akuntabilitas

keuangan

akuntabilitas keuangan sebesar 0,882. Berdasarkan Tabel


determinasi

variabel

dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi,


asimetri informasi dan kecenderungan kecurangan akuntansi sebesar 88,2%,
sisanya 11,8% dipengaruhi faktor lain yang tidak ada dalam model.
Sedangkan, R square kecenderungan kecurangan akuntansi sebesar 71,2%
artinya kecenderungan kecurangan akuntansi merupakan variabel intervening
yang cukup kuat karena dipengaruhi oleh variabel eksogen yaitu keefektifan
pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi 71,2%
sisanya 28,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

86

Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan ukuran kriteria pengukuran


Inner Model didapatkan bahwa model penelitian telah memenuhi kriteria
Inner Model.
5.3.

Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis didapatkan dari pengujian Bootstrapping dengan

menggunakan bantuan software SmartPLS 2.0. Hasil pengujian disajikan pada


gambar di bawah ini :

87

Gambar 5.2. Hasil Pengujian Bootstraping

88

5.3.1 T Statistik
Variabel eksogen dinyatakan signifikan pada variabel endogennya
apabila hasil t statistik > t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil t statistik masingmasing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.11 sebagai berikut :
Tabel 5.11. Hasil Pengujian Hipotesis

Path

Original
Sample
(O)

Standard
Sample
Deviation
Mean (M)
(STDEV)

0.152
0.164
0.064
PI -> AK
0.221
0.215
0.059
KAA -> AK
-0.318
-0.317
0.078
AI -> AK
-0.247
-0.253
0.109
PI -> KKA
-0.281
0.094
KAA -> KKA -0.278
0.401
0.393
0.093
AI -> KKA
-0.343
-0.340
0.060
KKA -> AK
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)

Standard
Error
(STERR)

T Statistics
(|O/STERR|)

0.064
0.059
0.078
0.109
0.094
0.093
0.060

2.386
3.780
4.075
2.269
2.963
4.307
5.756

Tabel 5.11. menunjukkan bahwa nilai t statistik pada masing-masing


variabel signifikan karena memiliki nilai t statistik > 1.96 (Sig=5%). Hasil
original sample yang bernilai negatif menunjukkan pengaruh yang
berlawanan (negatif) antar variable dan hasil original sample yang bernilai
positif menunjukkan pengaruh yang searah (positif).

89

5.3.2 Path Coefficients


Tabel 5.12. Hasil Path Coefficients
Path
Path Coefficients
-0.247
PI -> KKA
-0.278
KAA -> KKA
0.401
AI -> KKA
-0.343
KKA -> AK
0.152
PI -> AK
0.221
KAA -> AK
-0.318
AI -> AK
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS (2014)

Total Effect
-0.247
-0.278
0.401
-0.343
0.237
0.316
-0.456

Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan


keefektifan pengendalian internal berpengaruh pada akuntabilitas organisasi
sebesar 0.152 disertai dengan meningkatnya total effect sebesar 0.237. Maka
hasil ini mendukung hipotesis pertama, yaitu keefektifan pengendalian
internal

berpengaruh

positif

pada

akuntabilitas

organisasi

melalui

kecenderungan kecurangan akuntansi.


Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan pengaruh
ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.221 disertai
dengan meningkatnya total effect sebesar 0.316. Maka hasil ini mendukung
hipotesis kedua, yaitu ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif pada
akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan.
Berdasarkan Tabel 5.12. hasil path coefficients menunjukkan asimetri
informasi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sebesar -0.318 disertai
dengan meningkatnya total effect sebesar -0.456. Maka hasil ini mendukung
90

hipotesis ketiga, yaitu asimetri informasi berpengaruh negatif pada


akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.

91

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1

Pengaruh keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas organisasi


melalui kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil path coefficients menunjukkan keefektifan pengendalian internal
berpengaruh positif pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.152 dan t statistik 2.386 >
t tabel 1.96 (Sig=5%). Hasil ini konsisten dengan penelitian Primayoni et al. (2014)
yang telah dilakukan yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal
berpengaruh signifikan positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pertanggungjawaban
pengelolaan dana instansi pemerintah, organisasi dituntut untuk menerapkan suatu
pengendalian yang efektif dan efisien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tresnawati (2011), yang menunjukkan bahwa efektivitas
pengendalian internal berpengaruh positif pada kinerja Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bandung. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kartika
(2013) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah dan kualitas
laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan pada
pemerintah daerah kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat. Serta dalam penelitian
Widyaningsih et al. (2011) yang menyatakan apabila sistem pengendalian intern
berjalan dengan sangat baik sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang
berkualitas, tentunya hal tersebut akan mendorong meningkatnya kualitas
92

74

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan
hasil penelitian Nugraha (2011) bahwa sistem pengendalian intern secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas aset tetap di pemerintah
kota Cimahi. Sesuai dengan penelitian Isvihana (2011) yang menunjukan bahwa
pengendalian intern memiliki pengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengendalian intern akan berpengaruh baik
dalam meningkatkan atau menurunkan akuntabilitas publik. Sesuai dengan teori
menyatakan bahwa untuk mendukung akuntabilitas dibutuhkan adanya sistem
pengendalian intern dan ekstern yang baik serta dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian yang hampir sama juga telah dilakukan oleh Kresiadanti (2012) yang
menjelaskan dalam penelitiannya berkaitan dengan internal control dan internal
auditor

terhadap

akuntabilitas

bahwa

terdapat

hubungan

internal

control

(pengendalian intern) terhadap akuntabilitas.


Pada penelitian ini keefektifan pengendalian internal secara tidak langsung
berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar
0.237. Sehingga hipotesis pertama berhasil membuktikan bahwa keefektifan
pengendalian

internal

berpengaruh

pada

akuntabilitas

organisasi

dengan

kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening yang berarti


dengan meningkatnya keefektifan pengendalian internal yang disertai dengan
kecenderungan kecurangan akuntansi yang menurun akan menghasilkan akuntabilitas
93

organisasi yang semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian mengenai pengaruh
tidak langsung dari variabel keefektifan pengendalian internal pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari
Wilopo (2006), menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi, penelitian oleh juga menyatakan bahwa
pengendalian internal yang efektif akan mengurangi kecenderungan kecurangan
akuntansi, dan juga beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Novita (2012),
Meliany et al. (2012), Fauwzi (2011), Thoyibatun (2012), Rahmawati (2012) dan
Kusumastuti (2012) yang menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa kecurangan akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sesuai dengan
penelitian Gaviria (2001) yang menyatakan bahwa apabila tingkat kecurangan dalam
organisasi cukup tinggi dapat menurunkan kinerja organisasi.
6.2

Pengaruh ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui


kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil path coefficients menunjukkan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
positif pada akuntabilitas organisasi sebesar 0.221 dan t statistik 3.780 > t tabel 1.96
(Sig=5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zirman et al. (2010)
menyatakan ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh positif dan
signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian dari Hapsari
(2013) juga menyatakan hasil analisis data, bahwa ketaatan pada peraturan
perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
94

instansi pemerintah. Menurut Yue (2010), Hal ini memberikan gambaran bahwa
penerapan akuntabilitas keuangan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan
berpengaruh positif dan signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Riantiarno (2011) yang
menyatakan bahwa variabel ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Pada penelitian ini ketaatan aturan akuntansi secara tidak langsung
berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan
akuntansi sebagai variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar
0.316. Sehingga hipotesis kedua berhasil membuktikan bahwa ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh pada akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel intervening yang berarti dengan meningkatnya
ketaatan aturan akuntansi yang disertai dengan menurunnya kecenderungan
kecurangan akuntansi akan menghasilkan akuntabilitas organisasi yang semakin baik.
Hasil ini sesuai dengan penelitian mengenai pengaruh tidak langsung dari variabel
ketaatan aturan akuntansi pada akuntabilitas organisasi melalui kecenderungan
kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari Kusumastuti (2012), bahwa ketaatan
aturan akuntansi akan dapat menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi yang
dilakukan oleh manajemen. Hal ini juga sesuai dengan beberapa yaitu penelitian dari
Wilopo (2006), Thoyibatun (2009), Rahmawati (2012) juga menunjukkan bahwa
ketaatan terhadap aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
95

kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi


berpengaruh pada akuntabilitas organisasi sesuai dengan penelitian Gaviria (2001)
yang menyatakan bahwa apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi
dapat menurunkan kinerja organisasi.
6.3

Pengaruh asimetri Informasi pada


kecenderungan kecurangan akuntansi.

akuntabilitas

organisasi

melalui

Hasil path coefficients menunjukkan asimetri informasi berpengaruh negatif


pada akuntabilitas organisasi sebesar -0.318 dan t statistik 4.075 > t tabel 1.96
(Sig=5%). Hasil ini konsisten dengan penelitian Priyanto et al. (2014) yang
menyatakan bahwa asimetri Informasi berpengaruh signifikan terhadap tata kelola
perusahaan, salah satu indikatornya adalah akuntabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan adanya asimetri informasi yang tinggi, tata kelola perusahaan akan lebih
buruk dan begitu sebaliknya, apabila asimetri informasi rendah maka tata kelola
perusahaan akan lebih baik.
Pada penelitian ini asimetri informasi secara tidak langsung berpengaruh pada
akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai
variabel intervening dengan kenaikan koefisien total effect sebesar -0.456. Sehingga
hipotesis ketiga berhasil membuktikan bahwa asimetri informasi berpengaruh pada
akuntabilitas organisasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai
variabel intervening yang berarti dengan menurunnya asimetri informasi yang disertai
dengan menurunnya kecenderungan kecurangan akuntansi akan menghasilkan
akuntabilitas organisasi yang semakin baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian
96

mengenai pengaruh tidak langsung dari variabel asimetri informasi pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi antara lain penelitian dari
Petra (2008), Wilopo (2006) yang menyatakan bahwa bahwa asimetri informasi yang
terjadi akan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi berpengaruh pada
akuntabilitas organisasi sesuai dengan penelitian Gaviria (2001) yang menyatakan
bahwa apabila tingkat kecurangan dalam organisasi cukup tinggi dapat menurunkan
kinerja organisasi.

97

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, landasan teori, bukti
empiris, hipotesis, dan hasil pengujian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Keefektifan pengendalian internal berpengaruh positif pada akuntabilitas
organisasi melalui kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan
meningkatnya keefektifan pengendalian internal maka kecenderungan kecurangan
akuntansi akan menurun sehingga akuntabilitas organisasi juga akan semakin
baik.
2) Ketaatan aturan akuntansi pengaruh positif pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan meningkatnya
ketaatan aturan akuntansi maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan
menurun sehingga akuntabilitas organisasi juga akan semakin baik.
3) Asimetri informasi pengaruh negatif pada akuntabilitas organisasi melalui
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti dengan menurunnya asimetri
informasi maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan menurun sehingga
akuntabilitas organisasi juga akan semakin baik.

98

7.2 Saran
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan sehingga masih perlu untuk
disempurnakan. Saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1)

Penelitian ini dilakukan di Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Bali di bawah


pengelolaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan saja. Pada penelitian
selanjutnya disarankan mencakup penelitian di Perguruan Tinggi Negeri di
Provinsi Bali di bawah pengelolaan Kementrian lain misalnya Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar di bawah Kementrian Agama (Peraturan Menteri
Agama Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013), Poltekkes Kesehatan
Denpasar di bawah pengelolaan Kementrian Kesehatan (Surat Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor: 298/Men.KesKesos/SK/IV/2001) dan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali di bawah pengelolaan
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor 102 tahun 1993).

2)

Penelitian selanjutnya disarankan menentukan sampel dengan kriteria


pendidikan terakhir dan pengalaman kerja. Staff dengan pendidikan terakhir
yang lebih tinggi dan pengalaman bekerja yang lebih lama diharapkan lebih
mampu memahami faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi
akuntabilitas.

3)

Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kecenderungan kecurangan


akuntansi mampu menjadi variabel intervening, maka disarankan pihak
99

Perguruan Tinggi Negeri mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi


untuk meningkatkan akuntabilitas organisasi. Salah satu caranya adalah
dengan meningkatkan pengendalian dan disiplin para pegawai. Selain itu
diperlukan suatu upaya peningkatan moral pegawai dan mengurangi
terjadinya

perbedaan

informasi,

sehingga

kecenderungan kecurangan

akuntansi dapat dikurangi dan bisa meningkatkan akuntabilitas organisasi.

100

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, L. J., Parker, Susan., Peters, Gary F. 2002. Audit Committee


Characteristics and Financial Statement: A Study of the Efficacy of Certain Blue
Ribbon Committee Recommendation. Working paper. www.ssrn.com.
Adelin, Vani dan Fauzihardani, Eka. 2013. Pengaruh Pengendalian Internal,
Ketaaatan pada Aturan Akuntansi dan Kecenderungan Kecurangan Terhadap Perilaku
Tidak Etis. WRA, Vol: 1, No. 2, Oktober 2013.
AICPA. 2003. Auditors Responsibility for Fraud Detection. Journal of
Accountancy. (serial online), Jan.-Mar., [diakses 22 Maret 2014]. Available from:
URL: http://www.aicpa.org/PUBS/JOFA.
Alvin, A. Arens., Ellder, J. Ronald., Beasley, Mark S. 2008. Auditing dan
Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi. Erlangga: Jakarta.
Aranta, Petra Zulia. 2008. Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri
Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (skripsi). Padang:
Universitas Negeri Padang.
Arifiyadi, Teguh. 2008. Konsep tentang Akuntabilitas dan Implementasinya
di Indonesia. (serial online), Jul.-Sept., [diakses 15 September 2014]. Tersedia: URL:
http://blogs.depkominfo.go.id/itjen/2008/12/19/konsep-tentang
akuntabilitas-danimplementasinya-di-indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta: Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2014. Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester I Tahun 2014.
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Erlangga:
Jakarta.
. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga:
Jakarta.
Boynton, W. C., Johnson, R.N., Kell, W.G. 2006. Modern Auditing. Eight
Edition: John Wiley and Son. Inc.

101

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan. Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, (serial online), [diakses 10 Oktober
2014]. Tersedia: URL: http://www.evaluasi.dikti.go.id.
Dewi, Sarita Permata. 2012. Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus Pada
SPBU Anak Cabang Perusahaan RB. Group). Jurnal Nominal. Vol: 1, Nomor 1. hal.
1 22.
Eisenhardt, Kathleem M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.
Academy of Management Review, 14, 57-74.
Fauwzi. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi
Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis dan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis 2nd Edition. New Jersey, USA:
Prentice Hall International, Inc.
Garnita, Nita. 2008. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kinerja Instansi
Pemerintah (Studi Kasus Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik) (tesis).
Bandung: Universitas Widyatama.
Gaviria, A. 2001. Assessing the Effects of Corruption and Crime on Firm
Performance. Working Paper. di-download dari Social Science Research Network.
Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hadiprajitno, P. Basuki. 2013. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata Kelola
Perusahaan dan Biaya Keagenan di Indonesia. (Studi Empirik pada Perusahaan di
Bursa Efek di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol. 9, No. 2. hal. 97
127.
Hapsari, Dian Tri. 2013. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan, Kompetensi Aparatur
Pemerintah Daerah dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Lumajang) (skripsi).
Jember: Universitas Jember.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA
Seksi 316. Pertimbangan Atas Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan.

102

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Pemeriksaan Akuntan


Publik. SA Seksi 240. Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam
Suatu Audit atas Laporan Keuangan.
Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan.
Salemba Empat. Jakarta.
Isvihana. 2011. Pengaruh Pengendalian Intern dan Audit Kinerja Terhadap
Akuntabilitas Publik (Pada Pemerintah Kota Bandung)(skripsi). Bandung:
Universitas Komputer Indonesia.
Kartika, Indriya. 2013. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya Terhadap
Akuntabilitas Keuangan (Penelitian Pada Laporan Realisasi Anggaran di Pemerintah
Daerah Kabupaten Wilayah Provinsi Jawa Barat)(skripsi). Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Khang, K. dan Tao Hsien, Dolly King. 2002. Is Devidend Policy Related to
Information Asymmetry? Evidence from Insider Trading Gains. Working Paper.
www.ssrn.com.
Kohlberg, L. 1969. Stage and sequence: The cognitive-development approach
moral action to socialization. In D. A. Goslin (Ed). Handbook of socialization theory
and research. Chicago: RandMcNally. p.347-480.
Kresiadanti, Anastasia Rasia Rahma. 2012. Pengaruh Internal Control dan
Internal Auditor terhadap Akuntabilitas di Universitas Brawijaya (skripsi). Malang:
Universitas Brawijaya.
Kusumastuti, Nur Ratri. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai
Variabel Intervening (skripsi). Semarang: Unversitas Diponegoro.
LAN, BPKP. 2003. Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah, Modul
Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Lembaga
Administrasi Negara. Jakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Meliany, Lia dan Ernawati, Herna. 2009. Pengaruh Keefektifan Pengendalian
Internal dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi. Journal dan Proceeding Universitas Jenderal Soedirman, Vol: 3, No.1.
Hal. 1-10.

103

Mulyadi. 2002. Auditing. Yogyakarta: Salemba Empat.


Nasution, Marihot dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007.
Nugraha, Darya Setia. 2010. The Influence Of Internal Control System To
The Reliability Of Local Goverment Financial Statement (Case Study at Pemerintah
Provinsi Jawa Barat). Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi, Vol: 2,
No. 2.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor. 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Primayoni, R., Adiputra, P., dan Sujana, Edy. 2014. Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran dan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada SKPD Kabupaten Klungkung)
(tesis). Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha.
Priyanto, E., Maryunani., Mazkie, Ghozali dan Khusaini, M. 2014. Effects Of
Asymmetric Information, Transaction Cost To Corporate Governance, And Public
Organization Performance. IOSR Journal of Business and Management.
Puspasari, Novita dan Suwardi, Eko. 2012. Pengaruh Moralitas Individu dan
Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi
Eksperimen Pada Konteks Pemerintahan Daerah). Simposium Nasional Akuntansi 15.
Radar Bali. 2010. Terdakwa Korupsi ISI Denpasar Nangis, Minta Rektor
Dijadikan Terdakwa Utama. (serial online), [diakses 24 Desember 2013]. Tersedia:
URL:
http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=6688&l=terdakwa-korupsi-isi
denpasar-nangis-minta-rektor-dijadikan-terdakwa-utama.
Rahmawati, Ardiana Peri. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Internal dan
Moralitas Manajemen Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
104

Ramandei, Pilipus. 2009. Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran dan


Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah
(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Jaya Pura) (tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Rasul, S. 2000. Pengukuran Kinerja: Suatu Tinjauan pada Instansi
Pemerintah. BPKP.
Riantiarno, Reynaldi dan Azlina, Nur. 2011. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu). Jurnal Pekbis, Vol: 3, No.3.
Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi (Drs. Benjamin Molan), Edisi
Bahasa Indonesia, Klaten: PT. INTAN SEJATI.
Sadjiarto, Arja. 2000. Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintah.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol: 2, No. 2. Hal. 138-150.
Schiff, M. and Lewin, A. 1970. The Impact of People on Budgets. The
Accounting Review, Volume: 45, p. 259 -268.
Scott, William. R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition.
Canada: Prentice-Hall Canada Inc.
Smith, R., Tiras, Sam., and Vichitlekarn, Stan, 1997. The Interaction Between
Internal Control Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working
Paper. Di download dari Social Science Research Network.
Sugijanto, Gunardi H., Robert dan Loho, Sonny. 1995. Akuntansi
Pemerintahan dan Organisasi Non Laba. Malang: Unibraw.
Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
The Committee of Sponsoring Organizations of the Tread way Commission
(COSO). 2009. Fraudulent Financial Reporting : 1998 2007, An Analysis of U.S.
Public Company. USA.
Thoyibatun, Siti. 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku
Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya Terhadap
Kinerja Organisasi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol: 16, No. 2. Hal. 245 260.
Tresnawati, Rina. 2011. Pengaruh Efektifitas Pengendalian Intern Terhadap
Kinerja Instansi Pemerintah Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung (skripsi).
Bandung: Universitas Widyatama.

105

Uma Sekaran. 2007. Research Methods For Business. Salemba Empat:


Jakarta.
Widyaningsih, Aristanti., Triantoro, Arvian dan Widyantoro, Lili Sugeng.
2011. Hubungan Efektivitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengendalian
Intern dengan Kualitas Akuntabilitas Keuangan: Kualitas Informasi Laporan
Keuangan sebagai Variabel Intervening (Penelitian pada Laporan Realisasi Anggaran
di Pemda Kabupaten/Kota Wilayah Provinsi Jawa Barat). Simposium Nasional
Akuntansi XIV. Aceh.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan
Usaha Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
Wisnumurti, Andhika. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Goverance
Terhadap Hubungan Asimetris Informasi dengan Praktik Manajemen Laba (skripsi).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Wolk, H. I. and Tearney, Michael G. 1997. Accounting Theory: A Conceptual
and Institusional Approach 4th ed. Ohio, South-Western College Publishing.
Wright, P., A. Mukherji and Kroll, M.J. 2001. A Reexamination of Agency
Theory Assumptions: Extensions and Extrapolations. Journal of Socio- Economics,
Vol: 30, No. 5, pp. 413-429.
Waworuntu, Bob. 2003. Determinan Kepemimpinan. Depok:Departemen Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Wiyono, Gendro. 2001. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis
SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yue, Marion Yulian. 2010. Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah
Daerah, Penerapan Akuntabilitas Keuangan, dan Ketaatan Terhadap Peraturan
Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) (Studi pada
satuan kerja perangkat daerah kota Tembilahan) (skripsi). Riau: Universitas Riau.
Zirman., Darlis, Edfan dan Rozi, R., Muhammad. 2010. Pengaruh
Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah, Penerapan Akuntabilitas Keuangan,
Motivasi Kerja, dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Ekonomi, Vol: 18, No. 1.

106

Lampiran 1
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No

Peneliti dan
Tahun
penelitian

Wilopo
(2009)

Thoyibatun
(2012)

Fauwzi (2011)

Kesimpulan hasil penelitian

Variabel

Perilaku tidak etis manajemen


dan kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat diturunkan
dengan meningkatkan
keefektifan pengendalian
internal, ketaatan aturan
akuntansi, moralitas manajemen,
serta menghilangkan asimetri
informasi.

Penelitian menggunakan variabel


pengendalian intern, kepatuhan
akuntansi, moralitas manajemen,
asimetri informasi, kecenderungan
kecurangan akuntansi, perilaku
tidak etis.

Kecenderungan kecurangan
akuntansi dipengaruhi
kejadiannya oleh faktor
kesesuaian sistem pengendalian
internal, sistem kompensasi,
ketaatan terhadap aturan dan
perilaku tidak etis. Perilaku tidak
etis sebagai salah satu faktor
kuat yang berpengaruh terhadap
semakin naiknya kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Kecenderungan kecurangan
akuntansi berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja tidak
terbukti dalam penelitian ini.

Penelitian menggunakan variabel


pengendalian internal, ketaatan
aturan akuntansi, kecenderungan
kecurangan akuntansi.

Pengendalian internal dan


moralitas manajemen
berpengaruh negatif terhadap
perilaku tidak etis dan
kecenderungan kecurangan
akuntansi, sedangkan kesesuaian
kompensasi tidak memiliki
pengaruh terhadap perilaku tidak

Penelitian menggunakan variabel


keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, moralitas
manajemen, perilaku tidak etis dan
kecenderungan kecurangan
akuntansi.

107

etis dan berpengaruh positif


terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
4

Kusumastuti
(2012)

Faktor keefektifan pengendalian


internal, kesesuaian kompensasi,
ketaatan aturan akuntansi,
asimetri informasi, dan moralitas
manajemen berpengaruh
signifikan terhadap perilaku
tidak etis. Sedangkan perilaku
tidak etis berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Tetapi
penelitian ini juga menunjukan
bahwa faktor keefektifan
pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, ketaatan
aturan akuntansi, asimetri
informasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi, sedangkan moralitas
manajemen berpengaruh
signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi.

Penelitian menggunakan variable


keefektifan pengendalian internal,
ketaatan aturan akuntansi,
kesesuaian kompensasi, asimetri
informasi, moralitas manajemen,
kecenderungan kecurangan
akuntansi perilaku tidak etis.

Rahmawati
(2012)

Pengendalian internal yang


efektif, ketaatan manajemen
terhadap aturan akuntansi, dan
semakin tinggi moralitas yang
dimiliki tiap manajemen
berpengaruh secara signifikan
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi,sedangkan
pemberian kompensasi dan
adanya asimetri informasi tidak
mempengaruhi adanya
kecenderungan kecurangan
akuntansi secara signifikan.

Penelitian menggunakan variabel


Keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, ketaatan
aturan akuntansi, asimetri
informasi, dan moralitas
manajemen, kecenderungan
kecurangan akuntansi.

108

Riantiarno et al.
(2011)

Ketaatan pada peraturan


perundangan berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah. Sedangkan
untuk variabel penerapan
akuntabilitas keuangan tidak
berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.

Penelitian menggunakan variable


Penerapan Akuntabilitas Keuangan,
Ketaatan pada Peraturan
Perundangan, Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.

Aranta (2008)

Moralitas aparat berpengaruh


signifikan negatif terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi, asimetri informasi
berpengaruh signifikan positif
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.

Penelitian menggunakan variable


moralitas aparat, asimetri informasi
dan kecenderungan kecurangan
akuntansi.

Garnita (2008)

Akuntabilitas terbukti
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja.

Penelitian menggunakan variable


Akuntabilitas dan variabel Kinerja
Instansi Pemerintah.

Gaviria (2001)

Korupsi memiliki efek yang


nyata pada hasil ekonomi dari
perusahaan. korupsi dan
kejahatan secara substansial
mengurangi daya saing .

Penelitian menggunakan variable


korupsi, kejahatan, hasil ekonomi.

10

Pilupus (2009)

Karakteristik sasaran anggaran


(Partisipasi Anggaran, kejelasan
sasaran anggaran, umpan balik
anggaran dan evaluasi anggaran)
tidak bepengaruh terhadap
Kinerja Manajerial. Sedangkan
system pengendalian intern
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja manajerial aparat
pemerintah daerah.

Penelitian menggunakan variable


karakteristik sasaran anggaran,
sistem pengendalian internal dan
kinerja managerial.

11

Dewi (2012)

Pengendalian Internal
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja
Karyawan dan Gaya
Kepemimpinan berpengaruh

Penelitian menggunakan variable


pengendalian internal, gaya
kepemimpinan dan kinerja
karyawan.

109

positif dan signifikan terhadap


Kinerja Karyawan
12

Meliany et al.
(2012)

Keefektifan pengendalian
internal dan kesesuaian
kompensasi secara bersamasama (simultan) berpengaruh
secara signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan
akuntansi. Keefektifan
Pengendalian Internal secara
statistik memiliki pengaruh
secara positif terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi. kesesuaian
kompensasi secara statistik
memiliki pengaruh secara positif
terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.

Penelitian menggunakan variable


keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi dan
kecenderungan kecurangan
akuntansi.

13

Primayoni et al.
(2014)

Efektivitas Pengendalian
Internal berpengaruh positif
terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.

Penelitian menggunakan variabel


kejelasan sasaran Anggaran,
efektivitas pengendalian internal
dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah

14

Tresnawati
(2011)

Pengendalian internal
mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja.

Penelitian menggunakan variabel


pengendalian internal dan kinerja.

15

Kartika (2013)

Sistem pengendalian intern


berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.

Penelitian menggunakan variabel


sistem pengendalian intern
pemerintah, kualitas laporan
keuangan, akuntabilitas keuangan.

16

Widyaningsih et Sistem akuntansi keuangan


al. (2011)
daerah telah berjalan dengan
sangat efektif dan sistem
pengendalian intern yang
berjalan dengan sangat baik
sehingga menghasilkan
informasi laporan keuangan
yang berkualitas, tentunya hal
tersebut akan mendorong
110

Penelitian menggunakan variabel


efektifitas sistem akuntansi
keuangan daerah, pengendalian
intern, kualitas akuntabilitas
keuangan dan kualitas informasi
laporan keuangan.

meningkatnya kualitas
akuntabilitas keuangan
pemerintah daerah.
17

Nugraha (2011)

Sistem pengendalian intern


secara simultan berpengaruh
politik dan signifikan terhadap
akuntabilitas aset tetap.

18

Isvihana (2011)

Pengendalian intern berpengaruh Penelitian menggunakan variabel


terhadap akuntabilitas publik.
pengendalian intern, audit kinerja
dan akuntabilitas publik.

19

Kresiadanti
(2012)

Terbukti terdapat hubungan


internal control terhadap
akuntabilitas.

Penelitian menggunakan variabel


internal control dan internal
auditor terhadap akuntabilitas.

20

Zirman et al.
(2010)

Ketaatan pada Peraturan


Perundangan juga memiliki
pengaruh positif dan signifikan
terhadap Akuntabilitas
KinerjaInstansi Pemerintah.

Penelitian menggunakan variabel


kompetensi aparatur pemerintah
daerah, penerapan akuntabilitas
keuangan, motivasi kerja, ketaatan
pada peraturan perundangan
danakuntabilitas kinerja instansi
pemerintah

21

Hapsari (2013)

Ketaatan pada Peraturan


Perundangan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.

Penelitian menggunakan variabel


Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), Ketaatan
pada Peraturan Perundangan (KPP),
Kompetensi Aparatur Pemerintah
Daerah (KAP), Motivasi Kerja dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)

22

Priyanto et al.
(2014)

Asymmetric information has


significant influence toward
corporate governance.

Penelitian menggunakan variabel


Asymmetric
Information,Transaction Cost To
Corporate Governance, And Public
Organization Performance.

111

Penelitian menggunakan variabel


sistem pengendalian intern,
transparansi dan akuntabilitas aset
tetap pemerintah.

23

Puspasari et al.
(2012)

Terdapat interaksi antara


moralitas individu dan
pengendalian internal. Kondisi
elemen pengendalian internal
tidak mempengaruhi individu
dengan level moral tinggi untuk
cenderung tidak melakukan
kecurangan akuntansi.
Sedangkan individu dengan
level moral rendah cenderung
melakukan kecurangan
akuntansi pada kondisi tidak
terdapat elemen pengendalian
internal

Penelitian menggunakan variabel


moralitas individu, pengendalian
internal dan kecenderungan
kecurangan akuntansi.

24

Yue (2010)

Penerapan akuntabilitas
keuangan dan ketaatan terhadap
peraturan perundangan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah

Penelitian menggunakan variabel


Kompetensi aparatur Pemerintah
Daerah, Penerapan Akuntabilitas
Keuangan, ketaatan terhadap
peraturan perundangan dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)

112

KUISIONER PENELITIAN

Disusun oleh:
Ni Luh Putu Normadewi Abdi Pradnyani

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

113

Lampiran 2
Perihal : Permohonan Kesediaan menjadi Responden
Kepada Yth.
Bapak / Ibu / Sdr / Sdri
di Tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tesis pada Program Magister Akuntansi di
Universitas Udayana, maka peneliti sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr/
Sdri untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi kuisioner yang saya sertakan ini
di tengah kesibukan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri pada saat bertugas.
Kuisioner ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu jawaban
yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu
dan penelitian saya. Kuisioner ini tidak ada hubungannya dengan status dan
kedudukan di tempat kerja, sehingga saya berharap Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mengisi
kuisioner ini dengan lengkap dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sesuai
etika penelitian, maka data yang diperoleh akan kami jaga kerahasiaannya dan hanya
akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja. Data tersebut akan dianalisis
dan disajikan secara agregat bukan secara individu.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas segala kerjasama dan bantuan yang
telah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan dalam penelitian ini.
Denpasar, September 2014
Hormat saya,

Ni Luh Pt. Normadewi Abdi Pradnyani


114

Lampiran 3

IDENTITAS RESPONDEN

1. Usia anda saat ini

a. 20 29 tahun.

c. 40 49 tahun

b. 30 39 tahun.

d. > 50 tahun

2. Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Pendidikan formal tertinggi :


SMA
Diploma
S1
S2
4. Masa Kerja di posisi sekarang :

115

1 of 5 Pages

Lampiran 4
Petunjuk Pengisian
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dimohon untuk memberikan tanggapan atas pernyataan
yang ada pada kuisioner ini sesuai dengan keadaan, pendapat, perasaan
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri sebenarnya, bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat
orang lain. Pernyataan-pernyataan dalam angket ini mempunyai lima alternatif
jawaban yaitu (SS) = Sangat setuju, (S) = Setuju, (N) = Netral, (TS) =Tidak setuju,
(STS) = Sangat tidak setuju. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban
dalam

angket

dibawah

ini

sesuai

dengan

keadaan,

pendapat,

perasaan

Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
Akuntabilitas Keuangan
No

Pernyataan

Pilihan
STS

1
2
3
4
5
6
7

8
9

10

Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi di


otorisasi oleh pimpinan PTN.
Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi
disajikan secara transparan (adanya keterbukaan).
Sumber-sumber dan penggunaan dana dalam organisasi telah
sesuai dengan kebutuhan dan target yang ditetapkan.
Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara
komprehensif (lengkap dan terperinci).
Sumber-sumber dan penggunaan dana harus akurat dan jelas.
Sumber-sumber dan penggunaan dana diketahui oleh
stakeholder (Pemberi sumber dana, Badan pengawas).
Sumber-sumber dan penggunaan dana disajikan secara
informatif (dapat dimengerti dan dipahami) bagi pembuat
keputusan.
Sumber-sumber dan penggunaan dana selalu dibuat secara
periodik.
Laporan keuangan yang disajikan menyediakan informasi
keuangan yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi selama satu periode pelaporan.
Sistem pelaporan akuntansi dan keuangan organisasi telah dan
selalu diaudit oleh auditor yang independen (Inspektorat,
BPK).
116

TS

SS

2 of 5 Pages

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


No

Pernyataan

Pilihan
STS

Agar saldo organisasi ini tampak lebih besar, maka


wajar bila pimpinan bagian akuntansi/ keuangan di
organisasi ini memperkecil biaya-biaya yang tercatat
dalam pembukuan organisasi

Bagi pimpinan keuangan di organisasi ini, demi


mengamankan posisi pimpinan lembaga adalah wajar
bila catatan dan dokumen penyuapan kepada pejabat
pemerintah dihilangkan dari pembukuan

Bila ingin menunjukkan kinerja organisasi yang lebih


baik, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan
di organisasi ini diperkenankan untuk mengubah saldosaldo pada Laporan Realisasi Anggaran.

Pimpinan bagian keuangan di perusahaan ini, sepatutnya


berusaha untuk tidak menerima berbagai pembayaran
fiktif yang ada di organisasi

Pimpinan bagian akuntansi/ keuangan di organisasi ini,


seharusnya, berani menolak permintaan pimpinan
lembaga untuk membeli pengadaan barang dan jasa
dengan harga murah (di bawah harga pasar)

117

TS

SS

3 of 5 Pages

Keefektifan Pengendalian Internal


No

Pernyataan

Pilihan
STS

Di Organisasi tempat saya bekerja ini:


1

Penerapan wewenang dan tanggung jawab tidak terlalu


dipentingkan

Bila laporan keuangan perlu segera diterbitkan, maka


otorisasi transaksi dan bukti pendukung dapat diabaikan

Pemeriksaan fisik atas kekayaan perusahaan (kas,


persediaan dan lain-lain) hanya dilakukan pada saat
diperlukan

Sistem akuntansi tidak dapat mencatat seluruh informasi


kegiatan operasional organisasi

Pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional


untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal
(misalnya derajat keamanan kas, persediaan) tidak
dilakukan secara terus menerus.

118

TS

SS

4 of 5 Pages

Ketaatan Aturan Akuntansi


No

Pernyataan

Pilihan
STS

Dalam melaksanakan tugas, penanggung jawab


penyusunan laporan keuangan di organisasi ini perlu
mempertimbangkan kepentingan pengguna laporan
keuangan sebagai skala prioritas.

Dalam menyusun laporan keuangan, sangatlah sulit bagi


penanggungjawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini untuk mengungkapkan seluruh kejadian
dan transaksi keuangan yang ada di organisasi.

Dalam menyusun laporan keuangan, penanggung jawab


penyusunan laporan keuangan di organisasi ini harus
berusaha membebaskan diri dari berbagai pengaruh
kepentingan tertentu dari pihak lain yang bertentangan
dengan ketentuan akuntansi.

Dalam menyusun laporan keuangan, penanggung jawab


penyusunan laporan keuangan di organisasi ini perlu
bertindak hati-hati yang didasarkan pada keahliannya

Bila diminta sebagai saksi di depan pengadilan,


penangungjawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini wajib mengungkapkan rahasia dan
kejadian organisasi yang sebenarnya.

Bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas,


penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini tidak harus mentaati ketentuan organisasi
secara konsisten.

Dalam kenyataannya bila menyusun laporan keuangan,


penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di
organisasi ini tidak perlu menggunakan standar
akuntansi keuangan.
119

TS

SS

5 of 5 Pages
Asimetri Informasi
No

Pernyataan

Pilihan
STS

Atas pekerjaan di bidang akuntansi, pihak luar baik


langsung atau tidak langsung, juga mengetahui seluruh
informasi yang berkaitan dengan transaksi PTN yang
mempunyai dampak keuangan.
Dalam PTN ini, hanya penanggung jawab penyusunan
laporan keuangan yang memahami seluruh hubungan
antara data transaksi keuangan dengan proses
penyusunan laporan keuangan.
Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, selalu
mengetahui dan memahami isi dan angka laporan
keuangan yang selesai dikerjakan.
Di PTN ini, hanya penanggung jawab penyusunan
laporan keuangan yang mengerti lika-liku pembuatan
laporan keuangan.
Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, juga
mengetahui faktor
eksternal yang mempengaruhi
kegiatan pembuatan laporan keuangan.
Pihak luar, baik langsung atau tidak langsung, juga
mengetahui faktor
internal yang mempengaruhi
kegiatan pembuatan laporan keuangan.
Di PTN ini, pihak luar baik langsung atau tidak
langsung, tidak pernah mengetahui isi dan angka yang
sebenarnya dari laporan keuangan yang disusun
perusahaan.

Terimakasih atas partisipasi Bapak/ Ibu/ Sdr/ Sdri.

120

TS

SS

Anda mungkin juga menyukai