Anda di halaman 1dari 126

TESIS

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF


PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI
INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL
DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN
JEMBRANA, BALI)

PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

TESIS

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF


PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI
INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL
DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN
JEMBRANA, BALI)

PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI


NIM 1291662017

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF


PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI
INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL
DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN
JEMBRANA, BALI)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI


NIM 1291662017

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 11 MARET 2015

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak


NIP 19550910 198403 1 001

Dr.Drs.I.D.G Dharma Suputra, MSi.,Ak


NIP 19570110 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi


Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak


NIP 19641224 199103 1 002

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)


NIP. 19590215 198510 2 001

iii

Tesis Ini Telah Diuji pada


Tanggal 11 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor


Universitas Udayana, No: 0692/UN14.4/HK/2015, Tanggal 4 Maret 2015

Ketua : Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak.


Anggota: Dr. Drs. I.D.G Dharma Suputra, MSi.,Ak.
Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi.
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, MSi.
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.
Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, Msi.,Ak.

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama

: Putu Novia Hapsari Ardianti

NIM

: 1291662017

Program Studi : Magister Akuntansi


Judul Tesis

: Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri


Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai
Variabel Moderasi (Studi pada SKPD Kabupaten Jembrana).

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 30 Maret 2015

Putu Novia Hapsari Ardianti

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang
berjudul Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri
Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel
Moderasi (Studi pada SKPD Kabupaten Jembrana).
Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak. sebagai Dosen Pembimbing
Akademis sekaligus Pembimbing I beserta Bapak Dr. Drs. I.D.G Dharma Suputra,
Msi., Ak. sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan
dengan sabar telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
2. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana.
3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
4. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. I Gst. Wyn. Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman
Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu
Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini.
8. Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, Msi., Bapak Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE,
MSi.,Ak., beserta Ibu Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi., sebagai Penguji
yang dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada
penulis.
9. Seluruh pegawai dan staf SKPD Kabupaten Jembrana yang telah bersedia memberikan
data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Orang tua tercinta, Ayah Ir. I Ketut Swijana, MT. dan Ibu Ir. N.L.P Mei Ardiani, serta
adik tersayang I Made Joddy Dewangga Putra yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, dukungan moral, dan material kepada penulis.

vi

11. Sahabat-sahabat khususnya I Gusti Ayu Pradnya Dewi, Ni Made Rahindayati, Rahayu
Damayanti, Laksmi Cintya, Saka Sumarsana, Gede Bagus Brahma Putra, Desak
Nyoman Yuliantari, Lusi Adimakayani dan Mas Pramitasari, serta seluruh rekan-rekan
MAKSI Angkatan XI dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
kritik dan saran dalam penulisan tesis ini.

Denpasar, Maret 2015


Penulis

vii

ABSTRAK
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY
SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF
CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)

Diduga partisipasi penganggaran tidak selalu linear pengaruhnya pada


budgetary slack. Hal ini dikarenakan adanya faktor kontijensi, empat diantanya
adalah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asimetri informasi, self esteem,
locus of control, dan kapasitas individu mampu memoderasi pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Budgetary slack adalah
perbedaan antara jumlah anggaran yang dilaporkan oleh agen dengan jumlah
estimasi yang terbaik dari perusahaan. Agen cenderung mengajukan anggaran
dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan
estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah tercapai.
Penganggaran partisipatif adalah hal yang sering dihubungkan dengan budgetary
slack. Namun, beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak
konsisten terkait dengan pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack.
Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan
kontinjensi (contingency approach). Dalam penelitian ini diajukan variabel
asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai
variabel pemoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif pada budgetary
slack.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 110 pejabat eselon SKPD
Kabupaten Jembrana yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderasi (MRA).
Hasil yang diperoleh adalah variabel penganggaran partisipatif berpengaruh
positif pada budgetary slack. Variabel self esteem, dan locus of control
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack,
sedangkan variabel asimetri informasi dan kapasitas individu tidak mampu
memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.

Kata kunci: budgetary slack, penganggaran partisipatif, self esteem, locus of


control, kapasitas individu

viii

ABSTRACT
THE EFFECT OF PARTICIPATORY BUDGETING ON BUDGETARY
SLACK WITH ASYMMETRY INFORMATION , SELF ESTEEM , LOCUS
OF CONTROL AND INDIVIDUAL CAPACITY AS MODERATING
VARIABLE
( A STUDY ON JEMBRANA LOCAL GOVERMENT SKPDS,BALI)

Budgetary participation not always has a linear effect on budgetary slack.


This is because the contingency factors, four of them are asymmetry information,
self-esteem, locus of control, and individual capacity. The research aimed to
determine whether asymmetry information, self esteem, locus of control, and
individual capacity capability to moderate the effects of participatory budgeting
on budgetary slack. Budgetary slack is the difference between the amounts of the
budget that was reported by the agents with the best estimate of the number of
companies. Agents tend to make the budget by decreasing the revenue and
increasing the cost compared with the best estimate of the proposed, so that the
target would be easier to achieve. Participatory budgeting is often associated with
budgetary slack. However, several previous studies have shown inconsistent
results related to the effect of budget participation on budgetary slack. The
difference in the results of the study can be completed through a contingency
approach. This research uses asymmetry information, self-esteem, locus of control
and individual capacity as the moderating variable in the relationship between
participatory budgeting on budgetary slack.
The data was collected using questionnaire. The amount of samples in this
research were 110 echelon SKPDs Jembrana selected by purposive sampling
method. The analysis technique used regression analysis moderation. The result
showed that participatory budgeting had a positive effect on budgetary slack. Selfesteem and locus of control weaken the effect of participatory budgeting on the
budgetary slack, while asymmetry information and individual capacities are not
be able to moderate the effect of participatory budgeting on budgetary slack.
Keywords: Budgetary Slack, Asymmetry Information, Self Esteem, Locus Of
Control, Individual Capacity.

viii

DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL
PERSYARATAN GELAR
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN PANITIA
PENGUJI
SURAT PERNYATAAN
BEBAS PLAGIAT
UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

........ i
. ii
.... iii
. iv
. v
. vi
. vii
. viii
.... ix
............ xii
.... xiii
.... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan..........................................................................
2.2 Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah (APBD)....
2.2.1 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)....................................................
2.3 Pendekatan Teori Kontijensi.....................................................
2.4 Senjangan Anggaran..................................................................
2.5 Penganggaran Partisipatif..........................................................
2.6 Asimetri Informasi.....................................................................
2.7 Self Esteem................................................................................
2.7.1 Ciri-Ciri Self Esteem..........................................................
2.8 Locus Of Control.......................................................................
2.9 Kapasitas Individu....................................................................
2.10 Penelitian Terdahulu.................................................................

ix

1
7
8
8

10
15
16
17
19
20
21
22
23
24
26
27

BAB
3.1
3.2
3.3

III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
Kerangka berpikir........................................................................ 29
Konsep penelitian........................................................................ 31
Hipotesis penelitian..................................................................... 32
3.3.1 pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack................................................................................... 32
3.3.2 Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh
peng anggaran partisipatif pada budgetary slack................ 33
3.3.3 Kemampuan self esteem memoderasi penganggaran
partisipatif pada budgetary slack................................
34
3.3.4 Kemampuan locus of control memoderasi penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.................................... 35
3.3.5 Kemampuan kapasitas individu memoderasi penganggaran
partisipatif pada budgetary slack........................................ 35

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 37
4.2 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian..................................... 38
4.3 Data Penelitian............................................................................. 39
4.3.1 Jenis Data............................................................................ 39
4.3.2 Sumber Data....................................................................... 39
4.3.3 Metode Penentuan Sampel................................................. 39
4.4 Variabel Penelitian....................................................................... 43
4.4.1 Identifikasi Variabel........................................................... 43
4.4.2 Definisi Operasional Variabel............................................ 44
4.5 Metode Pengumpulan Data......................................................... 48
4.6 Instrumen Penelitian................................................................... 48
4.6.1 Skala Pengukuran.............................................................. 48
4.6.2 Uji Reliabilitas dan Validitas............................................. 49
4.7 Teknik Analisis Data................................................................... 50
4.7.1 Uji Asumsi Klasik............................................................... 50
4.7.1.1 Uji Normalitas.......................................................... 50
4.7.1.2 Heteroskedastisitas................................................ 51
4.7.2 Analisis Regresi................................................................... 51
BAB V
5.1
5.2
5.3

HASIL PENELITIAN
Deskripsi Responden............54
Karakteristik Responden..55
Hasil Analisis Data...... 57
5.3.1 Statistik Deskriptif ............. 57

5.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian....... 58


5.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik......... 60
5.3.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis.... 61

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack.. ....66
6.2 Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack .............67
6.3 Self Esteem Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack..............................................68
6.4 Locus of Control Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack .............69
6.5 Kapasitas Individu Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack 70
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan............71
7.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian....72

DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................73
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1

Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah


Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran 2007-2013........................................

1.2

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah).................

4.2
4.3
4.4

Nama- Nama SKPD dan Jumlah Jabatan Struktural di


Lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana........................................................ 41
Jumlah Sampel Penelitian................................................................................. 42
Indikator Penilaian Variabel............................................................................ 47

5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8

Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner ..........................


Karakteristik responden ......................................................................
Klasifikasi Rata-Rata Deskripsi Data Penelitian.....................................
Statistik deskriptif ...............................................................................
Hasil uji reliabilitas instrumen ............................................................
Hasil uji normalitas ..............................................................................
Hasil uji heteroskedastisitas ................................................................
Hasil analisis regresi moderasi (MRA) ...............................................

xii

54
56
57
57
59
60
61
62

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

3.1 : Kerangka Berpikir ...


3.2 : Konsep Penelitian ..
4.1 : Rancangan Penelitian ....

xiii

30
31
38

DAFTAR LAMPIRAN

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
11.

Lampiran
Halaman
Ringkasan hasil penelitian sebelumnya ..................................................
1
Kuesioner ...............................................................................................
8
Statistik deskriptif .................................................................................. 13
Hasil uji validitas ................................................................................... 14
Hasil uji reliabilitas ................................................................................ 20
Hasil uji normalitas ................................................................................ 22
Hasil uji heteroskedastisitas ................................................................... 23
Hasil analisis regresi moderasi (MRA) .................................................. 24

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggaran adalah unsur yang sangat penting dalam perencanaan,
koordinasi dan pengendalian perusahaan, yang berisikan rencana kegiatan di
masa datang dan mengindikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan
(Hansen dan Mowen,1997; Nouri, 1996). Penganggaran dalam organisasi sektor
publik merupakan suatu proses politik, dimana anggaran merupakan instrumen
akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program
yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2002).
Kabupaten Jembrana telah mengalami reformasi penganggaran sejak
diberlakukannya otomoni daerah yang diatur dalam UU No.32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah. Reformasi penganggaran ini merupakan perubahan
dari sistem anggaran tradisional (traditional budget system) ke sistem anggaran
berbasis kinerja (performance budget system) (Sandrya, 2013). Sistem anggaran
berbasis kinerja disusun untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional dan
menggunakan kinerja sebagai tolok ukur (Mahsun, 2007). Penilaian kinerja
berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong agen
melakukan senjangan anggaran (budgetary slack) demi jenjang karir yang lebih b
aik di masa mendatang.
Budgetary slack banyak terjadi pada tahap perencanaan dan persiapan
anggaran daerah, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh

kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan


masyarakat (Kartiwa,2004). Dalam hal ini, eksekutif sebagai agen melakukan
penyusunan anggaran yang akan disahkan oleh legislatif yang bertindak sebagai
prinsipal.
Budgetary slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang dilaporkan
oleh agen dengan jumlah estimasi yang terbaik dari perusahaan (Anthony dan
Govindaradjan,

2007).

Agen

cenderung

mengajukan

anggaran

dengan

merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi


terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah tercapai. Hilton
dalam Hermanto (2003) menyatakan ada tiga alasan utama agen melakukan
budgetary slack: (a) orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka
akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka mencapai anggarannya; (b)
budgetary slack selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, jika
tidak

ada

kejadian

yang

tidak

terduga,

maka

agen

tersebut

dapat

melampaui/mencapai anggarannya; (c) rencana anggaran selalu dipotong dalam


proses pengalokasian sumber daya (Falikhatun, 2007). Hal ini dapat berdampak
buruk pada organisasi sektor publik yang menyebabkan bias dalam evaluasi
kinerja agen terhadap unit pertanggungjawaban.
Dilihat pada tabel 1.1, kabupaten Jembrana merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dibandingkan
dengan Kabupaten lainnya di Propinsi Bali, namun Kabupaten Jembrana selalu
bisa mencapai target anggaran pendapatan dan belanja daerahnya (Prasojo et all,
2005).

Tabel 1.1
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)
Kabupaten /kota

Jumlah pendapatan daerah


(Rp)
JJembrana
745.334,983
Tabanan
1.253.026,819
Badung
2.954.662,971
Gianyar
1.248.415,648
Klungkung
711.405,235
Bangli
702.229,030
Karangasem
1.041.577,611
Buleleng
1.390.657,293
Denpasar
1.547.605,213
Sumber: Bapeda Provinsi Bali (data diolah 2014)

Jumlah belanja daerah


(Rp)
718.538,444
1.198.702,307
2.755.459,722
1.192.027,629
665.548,503
652.343,659
1.078.485,761
1.413.380,933
1.537.883,625

Tabel 1.2
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Dearah
Kabupaten Jembrana
Tahun Anggaran 2007-2013 (dalam jutaan rupiah)
Tahun

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Anggaran
Pendapatan
Asli
Daerah (Rp)
14.989,35
19.523,66
20.755,68
32.824,81
36.247,62
51,525,70
63,525,47

Realisasi
Pendapatan
Daerah (Rp)

Persentase
pencapaian
(%)

Anggaran
Belanja
Daerah (Rp)

Realisasi
Belanja
Daerah (Rp)

Persentase
pencapaian(
%)

16.975,88
21.235,51
33.952,88
41.996,03
41.330,60
46.470,11
68,485,48

113,25%
108,77%
163,58%
127,93%
114,02%
90,19%
107,80%

430.728,50
500.248,97
514.245,61
550.991,34
615.427,63
728.713.20
797.854.89

392.380,64
445.271,55
479.134,81
496.307,78
546.848,47
664.723,06
718.538.44

91,10%
89.01%
93,17%
90,07%
88,85%
91,21%
90,05%

Sumber: Pemerintah Kabupatem Jembrana (data diolah 2013)

Perkembangan anggaran pendapatan asli daerah dan belanja daerah


Kabupaten Jembrana tahun anggaran 2007-2013 dapat dilihat pada table 1.2,
angka realisasi pendapatan daerah cenderung lebih tinggi dibandingkan angka
anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan dan angka realisasi belanja daerah
yang lebih rendah dibanding dengan anggaran belanja daerah dari tahun ke tahun.
Fraud yang ditunjukkan dalam tabel diatas dapat diduga terjadi budgetary slack,
dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya sehingga selalu bisa
tercapai dan kinerjanya dinilai baik.

Proses penggangaran dapat dilakukan dengan metode top down, bottom


up, dan penganggaran partisipatif (Hapsari,2011). Penganggaran partisipatif inilah
yang sering dihubungkan dengan budgetary slack. Hasil penelitian Lowe dan
Shaw (1968), Young (1985) dan Lukka (1988) menunjukkan bahwa partisipasi
penganggaran memiliki pengaruh positif dan dapat meningkatkan terjadinya
budgetary slack, karena individu-individu berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran mencari kemudahan
dalam pencapaian anggaran yang ditetapkan dan menginginkan penghargaan atas
pencapaian target

anggaran tersebut. Namun,

beberapa penelitian lain

menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dimana penelitian yang dilakukan oleh
Onsi (1973), Camman (1976), Merchant (1985) dan Dunk(1993) mengungkapkan
bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi budgetary slack,
karena agen membantu memberikan informasi kepada prinsipal tentang prospek
masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih akurat. Adanya
partisipasi dalam penganggaran ini diharapkan mampu membantu jalannya
penganggaran agar mencapai hasil yang baik.
Hasil penelitian yang berlawanan ini mungkin karena ada faktor lain yang
juga berpengaruh terhadap hubungan antara penganggaran partisipatif dan
senjangan anggaran (Latuheru,2005). Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat
diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi (contingency approach). Hal ini
dilakukan dengan memasukkan variabel lain yang mungkin mempengaruhi
hubungan penganggaran partisipatif dengan budgetary slack (Govindarajan
,1986). Dalam penelitian ini diajukan variabel asimetri informasi, self esteem,

locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi hubungan


antara penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Asimetri informasi adalah suatu kondisi apabila prinsipal tidak
mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen baik itu dalam kinerja
aktual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi
bawahan terhadap hasil aktual perusahaan atau organisasi (Anthony dan
Govindaradjan, 2007). Adanya asimetri informasi ini sering kali dimanfaatkan
oleh agen dengan tidak memberikan seluruh informasi yang dimilikinya dan
membuat anggaran yang lebih mudah dicapai sehingga terciptalah budgetary
slack.
Self Esteem merupakan suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan
evaluasi diri secara keseluruhan. Seseorang dengan Self Esteem yang tinggi
dimana mereka melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang
dengan Self Esteem rendah merasa kurang baik dengan dirinya. Orang yang
memiliki Self Esteem tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai
seorang yang penting, berharga, berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi
yang mempekerjakan mereka (Hapsari,2011). Hasil penelitian Belkoui (1989),
Nugrahani dan Sugiri (2004) membuktikan secara empiris bahwa agen yang
memiliki self esteem rendah memiliki peluang lebih tinggi dalam membuat
budgetary slack.
Locus of control menurut Mustikawati (1999) dalam Sinaga (2013)
didefinisikan sebagai tingkatan keyakinan seseorang terhadap kemampuan
mengontrol nasibnya sendiri. Seseorang yang tidak memiliki locus of control yang

baik akan gagal menjalankan tugasnya dalam melakukan penyusunan anggaran.


Hal ini tentu saja menjadi indikasi gagalnya partisipasi anggaran yang pada
gilirannya akan berdampak pada penurunan kinerja dan rendahnya pencapaian
sehingga berakibat timbulnya budgetary slack (Sinaga,2013). Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitian yang di lakukan oleh Adi dan Mardiasmo (2002)
yang menunjukkan bahwa locus of control berpengaruh terhadap budgetary slack.
Organisasi birokrasi dalam era otonomi daerah perlu mempersiapkan
tenaga kerja atau aparatur yang memiliki kemampuan dalam bekerja, baik dari
segi pendidikan, pelatihan maupun pengalaman, loyalitas kepentingan dan
memiliki keterkaitan kepentingan (Sandrya,2013). Dengan disiapkannya kapasitas
individu yang baik diharapkan mampu menurunkan terjadinya kesalahan kerja
dan kecurangan dalam bekerja yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.
Yuhertiana (2004) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu yang
memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya dengan
baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, penelitian ini
fokus pada pengaruh kinerja individu dan karakteristik personal yang
berpartisipasi pada penyusunan anggaran sehubungan dengan sistem anggaran
berbasis kinerja, dengan menggunakan variabel asimetri informasi, self esteem,
locus of control, dan kapasitas individu, sedangkan pada penelitian sebelumnya
lebih banyak menguji pengaruh peran organisasi dalam partisipasi anggaran pada
budgetary slack, dengan menggunakan variabel komitmen organisasi, budaya
organisasi dan ketidakpastian lingkungan.

Berdasarkan latar belakang diatas yang ditunjang oleh hasil penelitianpenelitian terdahulu dan data APBD dari Kabupaten Jembrana, maka peneliti
termotivasi untuk menguji pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack dengan faktor kontijensi yaitu asimetri informasi, self esteem, locus of
control, dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Jembrana, Bali.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan fenomena dan uraian latar belakang masalah, maka terdapat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah penganggaran partisipatif berpengaruh pada budgetary slack?
2) Apakah

asimetri

informasi

memoderasi

pengaruh

penganggaran

partisipatif pada budgetary slack?


3) Apakah self esteem memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack?
4) Apakah locus of control memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack?
5) Apakah

kapasitas

individu

memoderasi

partisipatif pada budgetary slack?

pengaruh

penganggaran

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh bukti secara empiris dan untuk mengetahui:
1) Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
2) Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
3) Kemampuan self esteem memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack.
4) Kemampuan locus of control memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
5) Kemampuan kapasitas individu memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.

1.4 Manfaat Penelitian


1) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi
SKPD Kabupaten Jembrana sebagai pertimbangan dalam rangka
menurunkan tingkat terjadinya budgetary slack dalam penyusunan
anggaran, dimana dengan memahami karakteristik dan kemampuan
personal pegawai SKPD Jembrana akan membantu dalam proses
pemilihan individu yang akan dilibatkan secara langsung dalam proses
penyusunan anggaran.

2) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi,
wawasan, dan pengetahuan, serta dapat dijadikan refrensi bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan
masalah budgetary slack.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan


Penjelasan mengenai konsep budgetary slack dimulai dari pendekatan
agency theory. Teori keagenan dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang
menjelaskan mengenai kontrak antara satu orang atau lebih yang bertindak
sebagai principal menunjuk orang lain sebagai agen untuk melakukan jasa untuk
kepentingan prinsipal termasuk mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan
keputusan (Jensen dan Meckling, 1976).
Praktik budgetary slack dalam perspektif agency theory dipengaruhi oleh
adanya konflik kepentingan antara agen dengan principal yang timbul ketika
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya.
Arifah (2012) mengutip Eisenhard (1989) menyebutkan ada beberapa
asumsi yang muncul terkait teori keagenan antaranya:
1)

Asumsi mengenai sifat manusia yang cenderung mengutamakan


kepentingan diri sendiri (self interest), keterbatasan rasionalitas

2)

atau daya pikir terhadap masa depan, dan cenderung untuk


menghindari risiko.

3)

Asumsi mengenai keorganisasian, konflik antar anggota organisasi,


efisiensi dan asimetri informasi antara prinsipal dan agen.

10

4)

Asumsi mengenai informasi, informasi dianggap sebagai barang


komoditi yang dapat diperjualbelikan.

Jika agen yang berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran


mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal, akan memungkinkan agen
memberikan

informasi

yang

dimilikinya

untuk

membantu

kepentingan

perusahaan. Namun, sering keinginan prinsipal tidak sama dengan bawahan


sehingga menimbulkan konflik diantara mereka. Hal ini dapat terjadi misalnya,
jika dalam melakukan kebijakan pemberian rewards perusahaan kepada bawahan
didasarkan pada pencapaian anggaran. Bawahan cenderung memberikan
informasi yang bias agar anggaran mudah dicapai dan mendapatkan rewards
berdasarkan pencapaian anggaran tersebut (Darlis,2000). Kondisi ini jelas akan
menyebabkan terjadinya budgetary slack.
Entitas di Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu entitas sektor publik dan
non publik/swasta. Anggaran sektor publik berhubungan dengan proses penentuan
jumlah dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang
menggunakan dana milik rakyat, serta bersifat terbuka untuk publik. Sedangkan,
anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup untuk publik dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Meskipun berbeda, tetapi kedua sektor
memiliki kesamaan sifat yakni terbagi dalam dua pihak, yaitu: prinsipal dan agen
(Sandrya,2013)
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran sektor publik meliputi
eksekutif, legislatif, dan masyarakat. Hubungan keagenan dalam penganggaran
daerah, adalah:

11

1) Hubungan Keagenan antara Masyarakat (Publik atau Voters) dan Legislatif


Legislatif adalah lembaga perwakilan rakyat yang keberadaannya
telah dipilih oleh rakyat (voters). Rakyat berdasarkan asas demokrasi
adalah prinsipal utama dan legislatif berperan sebagai agen yang mewakili
rakyat sebagai prinsipal. Rakyat melakukan pengawasan terhadap DPR
dengan cara social pressure, yaitu rakyat berperan sebagai parliament
watch, media dan aksi langsung dengan kekuatan massa melalui
demonstrasi (Kencana, 2010). Legislatif berperan penting dalam
penganggaran daerah, karena DPRD adalah pengesah APBD dalam tahap
ratifikasi. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999, DPRD dan Gubernur,
Bupati atau Walikota menetapkan APBD. Sehingga, DPRD perlu untuk
mendengarkan aspirasi rakyat melalui berbagai komponen yang mewakili
rakyat, yaitu: Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi,
kuesioner, kotak pos, media massa, dan lain sebagainya (Kencana, 2010).
Masalah keagenan antara legislatif dengan rakyat adalah legislative
akan membela kepentingan rakyat atau pemilihnya, tetapi seringkali tidak
terjadi karena pendelegasian kewenangan rakyat atau pemilih dengan
legislatornya tidak ada kejelasan aturan konsekuensi kontrol keputusan
yang disebut abdikasi (abdication). Lupia dan Mc.Cubbins (2000) dalam
Halim dan Abdullah (2006) menyatakan bahwa abdikasi terjadi karena
pemilih (voters) tidak ingin mempengaruhi legislatif yang mereka pilih,
sedangkan legislatif tidak memiliki banyak waktu dan pengetahuan untuk
mengetahui semua kebutuhan rakyat. Sehingga, legislatur cenderung

12

melakukan political corruption dalam proses penyusunan anggaran dan


menimbulkan administration corruption. Legislatif akan memaksimalkan
utilitasnya (self interest) dalam pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan rakyat (Garamvalvi, 1997; Abdullah, 2006).
2) Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Eksekutif (Pemerintah Daerah)
Hubungan keagenan antara legislatif dan eksekutif berdasarkan UU
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan posisi
luasnya kekuasaan antara legislatif sebagai prinsipal terhadap eksekutif
sebagai agen. DPRD tidak menjadi satu kesatuan dengan Kepala Daerah
beserta perangkatnya. Hubungan keagenan terjadi dalam konteks
pembuatan kebijakan, yang mana legislatif memberikan kewenangan
kepada agen untuk membuat usulan kebijakan baru dan berakhir setelah
usulan tersebut diterima atau ditolak. Fungsi DPRD adalah mengawasi
pelaksanaan

peraturan

daerah,

pelaksanaan

keputusan

Gubernur/Bupati/Walikota, pelaksanaan APBD, pelaksanaan kebijakan


daerah dan pelaksanaan kerjasama internasional di daerah. Sedangkan,
kepala

daerah

memiliki

kewajiban

dan

tanggung

jawab

atas

terselenggaranya pemerintahan, serta meningkatkan kepuasan rakyat.


Kinerja kepala daerah dinilai dari keberhasilan berbagai program
pemerintahan dan kebijakan pada realisasi APBD dalam laporan
pertanggungjawaban kepada DPRD (Kencana, 2010).
Masalah keagenan dalam hubungan legislatif dan eksekutif adalah
legislatif cenderung melakukan kontrak semu dengan eksekutif, karena

13

memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power) (Kencana, 2010).


Legislatif mengutamakan kepentingan pribadi secara jangka panjang demi
menjaga kesinambungan dan nama baik politisi atau anggota dewan.
Sedangkan, eksekutif cenderung melakukan budgetary slack karena
memiliki

keunggulan

informasi

(asimetri

informasi)

dan

untuk

mengamankan posisinya di pemerintahan. Eksekutif akan mengusulkan


anggaran belanja yang lebih besar dan target anggaran yang lebih rendah,
agar lebih mudah dicapai ketika realisasi dilaksanakan.
3) Hubungan

Keagenan

antara

Kepala

Daerah

(Bupati)

dan

KepalaDinas/Kantor/Badan
Hubungan keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan Kepala
Dinas/Kantor/Badan adalah Kepala Daerah (Bupati) berperan sebagai
prinsipal dan Kepala Dinas/Kantor/Badan sebagai agen. Eksekutif akan
menyampaikan dokumen rancangan APBD kepada legislatif untuk diteliti
dan disahkan. Kepala daerah berorientasi pada penetapan sistem
pengendalian manajemen yang mengatur Dinas/Kantor/Badan, serta
mendukung keberhasilan reformasi anggaran, keuangan dan sistem
akuntansi daerah. Dinas/Kantor/Badan akan mengajukan daftar usulan
kegiatan daerah dan daftar usulan proyek daerah yang akan dibahas oleh
panitia

anggaran

daerah.

Perangkat

daerah

(Dinas/Kantor/Badan)

bertanggung jawab dalam pelayanan masyarakat (Kencana, 2010).


Kencana (2010) mengutip pernyataan Mardiasmo (2001) bahwa slack
yang diciptakan oleh perangkat daerah cenderung merupakan slack yang

14

positif, karena menjaga hubungannya dengan kepala daerah dan


mengamankan pekerjaan dan posisi atau jabatan di pemerintahan.

2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk
mendukung reformasi penganggaran daerah. Kementerian Dalam Negeri telah
mengeluarkan UU No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri
No.13/2006, Peraturan Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012
sebagai pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Lembaga-lembaga yang berperan penting dalam perencanaan dan
penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan
UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), Kepala daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan
pengelolaan keuangan Negara. Salah satu penanggulangan yang dilakukan
pemerintah pusat adalah memperbaiki sistem keuangan Negara dengan
menerapkan sistem penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis
Kinerja (ABK). Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan
APBD di organisasi sektor publik untuk tatakelola pemerintahan, yakni proses
pembangunan yang efisien dan partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu
penggunaan sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) untuk
menggantikan sistem anggaran tradisional (traditional budget system). Proses
15

pembangunan ini melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan


kegiatan pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai
penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Salah satu kunci utama
penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah penentuan kinerja, adanya ukuran
kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi terhadap outcome, output maupun
kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output yang dicapai (Mahsun,
dkk.,2007).

2.2.1 Prinsip Penyusunan APBD


Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD)

berdasarkan

Permendagri No.37/2012 adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah


yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Tahun anggaran daerah meliputi masa satu
tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: pendapatan daerah,
belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Prinsip penyusunan APBD berdasarkan
pada Permendagri No.37/2012 adalah:
1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah
daerah;
2) APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal;
3) Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, yaitu memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi yang
seluas-luasnya tentang APBD;

16

4) Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat;


5) APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan;
6) Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

2.3.Pendekatan Kontijensi
Pendekatan

kontijensi

merupakan

sebuah

aplikasi

konsep

yang

menyatakan bahwa tidak ada suatu sistem kontrol terbaik yang dapat diterapkan
untuk semua organisasi dan penerapan sistem yang tepat harus memandang
adanya keterlibatan variabel konstektual dimana organisasi tersebut berada. Teori
kontinjensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi
manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk
berbagai macam tujuan dan untuk menghadapi persaingan (Otley, 1980).
Penelitian-penelitian

sebelumnya

menunjukkan

bahwa

ada

ketidakkonsistenan hasil penelitian. Hasil penelitian Camman,1976; Dunk, 1993;


Merchant, 1985; Onsi,1973 menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi agen
dalam proses penyusunan anggaran akan mengurangi kecenderungan untuk
menciptakan budgetary slack. Hal ini terjadi karena agen membantu memberikan
informasi pribadi tentang prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun
menjadi lebih akurat. Sedangkan peneliti lain (Lowe dan Shaw, 1968; Lukka,
1988; Young,1985) mendapatkan bukti empiris bahwa partisipasi anggaran justru
menyebabkan manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran cenderung
untuk melakukan senjangan anggaran.

17

Govindarajan (1986) mengemukakan bahwa untuk menyelesaikan


perbedaan dari berbagai hasil temuan tersebut, dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kontijensi (contingency approach). Beberapa penelitian
dalam bidang akuntansi manajemen melalui pendekatan kontinjensi bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel-variabel kontekstual dengan desain sistem
akuntansi manajemen dan untuk mengevaluasi keefektifan hubungan antara dua
variabel (hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack) dengan
menggunakan variabel kontekstual sebagai variable moderating (Latuheru, 2005).
Dalam pendekatan kontinjensi (contingency approach) dianggap bahwa
pembuatan dan penggunaan desain sistem pengendalian manajemen (termasuk
penganggaran) yang efektif tidaklah berlaku secara universal (Merchant, 1981).
Keefektifannya bergantung kepada berbagai faktor kontekstual yang selalu
dikenal dengan faktor-faktor kontinjensi, seperti ketidakpastian lingkungan,
teknologi yang diadopsi, budaya organisasi, dan karakter personal. Sistem
pengendalian manajemen, seperti partisipasi penganggaran perlu digeneralisasi
dengan mempertimbangkan faktor perilaku individu (manager)

dalam

melaksanakan aktivitas apakah melakukan perilaku yang menyimpang (perilaku


dysfunctional), sehingga perlu adanya faktor kontijensi karakter personal antara
lain adalah self esteem, locus of control, dan kapasitas individu.
Hapsari (2011) menyatakan bahwa self esteem dan kapasitas individu
mampu menjadi faktor kontijensi pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack, karena dengan adanya keyakinan diri pada para manajer dimana
mereka menganggap mampu memberikan kontribusi yang positif dan memiliki

18

banyak hal yang dapat dibanggakan untuk kemajuan organisasi secara nyata akan
menurunkan budgetary slack yang terjadi saat para manajer diikutsertakan dalam
proses penyusunan anggaran. Berdasarkan hal tersebut penting untuk menyiapkan
individu yang memiliki self esteem yang tinggi dan kapasitas individu yang baik
untuk diikutsertakan dalam penyusunan anggaran.
Penelitian Sinaga (2013) menyatakan hasil bahwa locus of control mampu
menjadi faktor kontijensi hubungan penganggaran partisipatif dengan budgetary
slack. Apabila manajer memiliki internal locus of control, dia akan yakin akan
kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan maka penggunaan
anggaran partisipatif akan menimbulkan kepuasan kerja manajer dan diharapkan
akan meningkatkan kerja manajer, sehingga mampu menurunkan terjadinya
budgetary slack.

2.4 Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack)


Kesenjangan Anggaran (budget slack) adalah perbedaan antara jumlah
anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari
organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2007). Bawahan melakukan budget slack
dengan merendahkan pendapatan atau menaikkan biaya dibandingkan dengan
estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target anggaran akan lebih mudah
tercapai. Budget slack timbul karena keinginan dari atasan dan bawahan yang
tidak sama terutama jika kinerja bawahan dinilai berdasar pencapaian anggaran.
Apabila bawahan merasa insentifnya tergantung pada pencapaian sasaran

19

anggaran, maka mereka akan menciptakan budget slack melalui proses partisipasi
(Schiff dan Lewin, 1970; Chow dan Waller, 1988)
Budget slack juga didefinisikan sebagai suatu perilaku yang disfungsional
bahkan tidak jujur, karena manajer berusaha untuk memuaskan kepentingannya
dan menyebabkan meningkatnya biaya organisasi (Stevens, 1996). Oleh karena
itu, manajer secara moral menilai budget slack sebagai sesuatu yang negatif.
Hobson dkk (2011) mengeksplorasi argumen ini dan mengungkapkan bahwa
skema pembayaran slack-inducing (insentif) dan nilai-nilai personal mendorong
manajer menilai budget slack sebagai perilaku tidak etis.

2.5 Penganggaran Partisipatif


Brownell (1982) mengatakan penganggaran partisipatif merupakan suatu
proses dimana individu-individu terlibat langsung di dalamnya dan mempunyai
pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan
kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka.
(Falikhatun, 2007).
Adapun karakteristik dari pertisipasi dalam penyusunan anggaran dapat
dilihat dari beberapa faktor Sumarno (2005:203), yaitu :
a. Pengaruh yang besar dalam partisipasi pengukuran anggaran
b. Pengaruh dalam revisi penyusunan anggaran
c. Pengaruh mengenai pendapat/usulan dalam penetapan anggaran
d. Keyakinan dalam memutuskan suatu anggaran
e. Pentingnya kontribusi usulan atau pemikiran dalam penyusunan anggaran
f. Keikutsertaan dalam kegiatan penyusunan anggaran.

20

Dari beberapa definisi mengenai partisipasi anggaran maka disimpulkan


bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah seberapa jauh keterlibatan dan
pengaruh individu dalam proses penyusunan anggaran. Maka proses anggaran secara
partisipasi sangat dibutuhkan. Dengan adanya penyusunan anggaran secara partisipasi
dapat terjadi pertukaran informasi baik antara atasan dengan bawahan maupun level
manajemen yang sama.

2.6 Asimetri Informasi


Asimetri informasi adalah prinsipal atau pemegang kuasa anggaran
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada agen atau pelaksana
anggaran mengenai unit tanggung jawabnya, atau sebaliknya. Bila kemungkinan
pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari
atasan/pemegang kuasa anggaran kepada pelaksana anggaran mengenai
pencapaian target anggaran yang disepakati. Sebaliknya, bila kemungkinan kedua
terjadi, pelaksana anggaran akan menyatakan target yang lebih rendah daripada
yang dimungkinkan dicapai.
Young (1985) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi dapat
menyebabkan bawahan untuk melebih-lebihkan kebutuhan sumber daya mereka
atau mengecilkan kemampuan kerja mereka. Sehingga, interaksi antara anggaran
partisipatif dengan asimetri informasi dapat menyebabkan terjadinya budgetary
slack. Secara teoritis, asimetri informasi dapat dikurangi melalui monitoring dan
desain sistem informasi yang lebih baik.

21

2.7 Self Esteem


Self Esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi
diri secara keseluruhan. Self Esteem diukur dengan pernyataan positif dan negatif.
Pernyataan positif pada survey Self Esteem adalah saya merasa bahwa saya
adalah seseorang yang sangat berarti, seperti orang lainnya, sedangkan pernyataan
pernyataan yang negatif adalah saya merasa bahwa saya tidak memiliki banyak
hal untuk dibanggakan. Orang yang sepakat dengan pernyataan positif dan tidak
sepakat dengan pernyataan negatif memiliki Self Esteem yang tinggi dimana
mereka melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang yang dengan
Self Esteem rendah tidak merasa baik dengan dirinya. Para peneliti
mendefinisikan Self Esteem dalam organisasi sebagai nilai yang dimiliki oleh
individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam
konteks organisasi. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi cenderung
memandang diri mereka sendiri sebagai sebagai orang yang penting, berharga,
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakan mereka
(Kreitner&Kinicki, 2003). Dengan demikian jika seseorang merasa dirinya begitu
penting, berharga dan berpengaruh maka timbul kepercayaan diri atas pekerjaan
yang dilakukannya karena apa yang dilakukannya berhasil dan menciptakan hasil
yang optimal.
Pernyataan Coopersmith yang dikutip oleh Sulistyaningsih (1995)
menyatakan bahwa dengan self esteem individu dapat mengevaluasi dirinya
sehingga membuatnya mampu untuk menghargai diri sendiri, hal ini
menimbulkan suatu sikap yang disetujui atau dan tidak disetujui dan

22

mengindikasikan perluasan rasa percaya akan kemampuannya, kesuksesannya,


dan keberartiannya. Singkatnya, Self Esteem adalah suatu pendapat pribadi yang
diekspresikan dalam sikap-sikap individu yang berpatokan pada dirinya sendiri.
Saifuddin Azwar menyatakan bahwa Self Esteem merupakan dasar
pembentukan konsep diri. Dikatakan oleh bechman dan O Malley bahwa konsep
diri yang positif akan membuat individu lebih ambisius, lebih antusias, dan
meletakkan aspirasinya pada level yang tinggi. Self Esteem bukanlah faktor yang
dibawa sejak lahir, namun merupakan faktor yang dipelajari, dan terbentuk
sepanjang pengalaman hidup individu dalam relasinya dengan diri sendiri maupun
dengan individu yang lain (Sulistyaningsih, 1995).

2.7.1. Ciri-Ciri Self Esteem


Sulistyaningsih (1995) mengutip Coopersmith, bahwa ada tiga tingkatan
dalam Self Esteem dan tiap tingkatan punya ciri-ciri yang berbeda. Seseorang
dengan Self Esteem tinggi mempunyai ciri-ciri aktif, ekspresif, bebas
mengungkapkan pendapat, cenderung sukses dalam bidang akademik maupun
bidang sosial, mau menerima kritik dan perbedaaan pendapat, mempunyai
perhatian yang cukup terhadap lingkungannya, optimistik dan mempunyai tingkat
kecemasan yang relatif rendah.
Pada tingkat menengah, terdapat ciri-ciri yang hampir sama dengan tinggi,
tetapi orang yang memiliki Self Esteem tingkat menengah menunjukan
kebimbangan dalam menilai dirinya sendiri sehingga dukungan sosial masih
sangat dibutuhkan.

23

Pada tingkatan yang rendah Self Esteem menunjukan ciri-ciri rendah diri,
takut terhadap pendapat yang bertentangan dengan dirinya, kurang aktif dan
ekspresif bahkan cenderung merasa dirinya terisolasi dan tidak dicintai, dalam
aktivitas sosial lebih suka sebagai pendengar dan pengikut, kurang dapat
menerima kritik, sering melaumun dan mudah tersinggung.
Pernyataan Nuryati Atamimi yang dikutip oleh Sulistyaningsih (1995)
juga mencatat pandapat dua ahli yaitu De ViestaF. J. Dan G. T. Thompson bahwa
orang-orang dengan Self Esteem yang tinggi cenderung untuk melihat dirinya
sebagai orang yang berhasil secara relatif bebas dari kecemasan dan sintom
psikomatis, yakni akan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan percaya
bahwa usaha-usaha yang dilakukannya akan mendapatkan hasil. Mereka mudah
menerima orang lain seperti orang lain menerima dirinya, serta lebih mandiri
daripada mereka yang memiliki Self Esteem yang rendah.

2.8 Locus of Control


Rotter (1990) mendefinisikan locus of control sebagai suatu variabel
kepribadian tentang keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol
nasib (destiny) dirinya sendiri. Konsep Locus of control didasarkan pada teori
pembelajaran sosial (theory social learning) (Reiss dan Mitra, 1998). Teori
pembelajaran sosial menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh individu dari berbagai
macam perilaku potensial yang tersedia untuk mereka (Phares, 1976 dalam Reiss
dan Mitra, 1998). Locus of control didefinisikan Mac Donald (1973) dalam Tsui
dan Gul (1996) sebagai sejauh mana seseorang merasakan hubungan kontijensi

24

antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Seseorang yang percaya bahwa
mereka memiliki pengendalian atas takdir mereka disebut internal. Dalam hal ini,
mereka mempercayai bahwa pengendalian itu terletak dalam diri mereka sendiri.
Dilain pihak, eksternal adalah orang yang percaya bahwa hasil mereka ditentukan
oleh agen atau faktor ekstrinsik diluar mereka sendiri. Sebagai contoh, oleh takdir,
keberuntungan, kekuatan yang lain atau sesuatu yang tidak dapat diprediksi.
Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku seorang manajer
dalam penyusunan anggaran akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of controlnya. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa
suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran
dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya, orang dengan
eksternal locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar
kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan,
dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Penelitian
Singer dan Singer (2001) mencoba untuk mengungkapkan eskalasi ko mitmen
yang berbeda-beda pada individu yang sensitizer dan repressor dan individu yang
internal locus of control dan external locus of control. Hasil mengungkapkan
bahwa individu yang repressor cenderung mengalami eskalasi lebih besar
daripada individu yang sensitizer, demikian juga dengan individu yang cenderung
internal locus of control mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang
cenderung external locus of control.

25

2.9 Kapasitas Individu


Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum baik
melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman seseorang. Pendidikan dan
pelatihan merupakan investasi sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja
seseorang. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang telah
ditempuh seseorang di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Kurikulum
pendidikan yang baku dan waktu yang relatif lama biasanya dapat membekali
seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan umum.
Pelatihan merupakan pendidikan yang diperoleh seorang karyawan di
instansi terkait dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan
atau dunia kerja. Pelatihan biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat
dengan tujuan untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Sedangkan,
pengalaman adalah pendidikan yang diperoleh sesorang selama bekerja di
instansinya. Pengalaman seorang pegawai berkaitan dengan kondisi psikologis
seseorang

yang

sudah

handal

dalam

melaksanakan

pekerjaan

karena

pengalamannya dalam beberapa tahun (Simanjuntak, 2011).


Menurut David (1964) yang dikutip oleh

Nasution (2011) kinerja

seseorang merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Motivasi


merupakan perpaduan antara sikap dan kondisi, sedangkan kemampuan
merupakan

perpaduan

antara

pengetahuan

dan

keterampilan

seseorang.

Kemampuan adalah faktor penting dalam meningkatkan produktifitas kerja dan


berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Individu yang

26

memiliki pengetahuan yang cukup adalah individu yang berkualitas dan mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya.

2.10 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai budgetary slack telah dilakukan oleh banyak peneliti
dan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil-hasil penelitian terdahulu
dapat dijelaskan secara ringkas pada Tabel 2.2 (Lampiran 1).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lowe dan Shaw (1968), Merchant
(1981), Young (1985), Andriyani dan Hidayati (2010), Nasution (2010) dan
penelitian-penelitian lainnya menunjukkan bahwa anggaran partisipatif yang
tinggi dapat menyebabkan budgetary slack. Hasil-hasil tersebut berbeda dengan
penelitian Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Minan (2005),
Utomo (2006), Supanto (2010), Schoute dan Wiersma (2011), dan penelitianpenelitian lainnya yang menyatakan bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat
mengurangi terjadinya budgetary slack. Sebaliknya, jika anggaran partisipatif
menurun, maka dapat meningkatkan budgetary slack.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong
peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan
antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Tujuannya adalah untuk
mengetahui pengaruh variabel kontijensi dapat memperkuat atau memperlemah
hubungan tersebut. Penelitian ini mereplikasi penelitian Sandrya (2013) dengan
menggunakan satu variabel kontijensi yang sama yaitu kapasitas individu dan

27

menambahkan variabel kontijensi lainnya yaitu asimetri informasi, self esteem,dan


locus of control.

28

BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir merupakan hasil dari abstraksi dan sintesis teori dari
kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. Pembentukan
kerangka berpikir bertujuan untuk menjawab dan memecahkan persoalan
penelitian, yaitu penyusunan hipotesis penelitian yang merupakan dugaan
sementara. Dalam membentuk kelompok teori yang akan dikemukakan pada
kerangka berpikir untuk membuat suatu hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya (Sugiono,2010;31). Selanjutnya dilakukan pengujian
statistik terhadap variabel tersebut. Dari hasil pengujian statistik akan diketahui
apakah penelitian ini mendukung teori dan studi empiris yang telah ada
sebelumnya.
Isu budgetary slack telah dibahas oleh beberapa peneliti dengan hasil
yang tidak konsisten dan berdasarkan data Anggaran Belanja Asli dan Belanja
Daerah Kabupaten Jembrana, sehingga peneliti termotivasi untuk memasukkan
variabel pemoderasi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara
penganggaran partisipatif dengan budgetary slack. Variabel moderasi yang
digunakan adalah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas
individu yang mungkin mempengaruhi penganggaran partisipatif dan budgetary
slack.

29

Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian yang disajikan pada
Gambar 3.1 berikut ini:
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK
DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN
KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)

Kajian Teoretis
1. Teori
keagenan
(agency
theory)
sebagai grand
theory
2. Pendekatan
Teori kontijensi
sebagai teori
pendukung

H1:
H2:
H3:
H4:
H5:

Kajian Empiris
Penelitian terdahulu :
1.Artikel asing: Lowe dan Shaw (1968), Schift dan Lewin
(1970), Onsi (1973), Camman (1976), Collin (1978), Baiman
(1982), Young (1985), , Lukka (1988), Siegel dan Marconi
(1989), Dunk ( 1993), Dunk dan Perera (1997), Douglas dan
Wier (2000), Martjin dan Wiersma (2011), Nouri dan Parker
(1996),dll
2.Artikel Indonesia (nasional): Wartono (1998), Supomo dan
Indriantoro (1998), Yuwono (1999), Latuheru (2005), Hafsah
(2005), Minan (2005), Utomo (2006), Sari (2006), Nasution
(2011), Hapsari (2011), Sandrya (2013), Sinaga (2013) , dll

Hipotesis:
Penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack.
Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack.
Self esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack.
Locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack.
Kapasitas individu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack.

Pengujian Hipotesis
Pengujian H1, H2, H3, H4, dan H5 menggunakan analisis regresi moderasi dengan
metode interaksi (Moderated Regression Analysis/MRA)
Uji model: uji statistik F (F-test)
Uji hipotesis: uji statistik t atau uji parsial (t-test)
Pembahasan Hasil
Kesimpulan dan saran

Gambar 3.1
Kerangka Berpikir

30

3.2 Konsep Penelitian


Berdasarkan konsep berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian
disusun konsep penelitian yang merupakan hubungan logis dari landasan teori dan
kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kerangka konsep
menunjukkan semua variabel yang berpengaruh pada penelitian. Konsep
penelitian dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.2 sebagai berikut:
Asimetri
Informasi
Self
Esteem
Budgetary
Slack

Penganggar
an
partisipatif
Kapasitas
Individu
Locus of
Control

Gambar 3.2
Konsep Penelitian

Gambar 3.2 mendeskripsikan pengaruh variabel

independen

yaitu

penganggaran partisipatif pada budgetary slack sebagai variabel dependen dengan


asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai
variabel moderasi.

31

3.3 Hipotesis Penelitian


3.3.1 Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack
Sistem anggaran berbasis kinerja yang kini diberlakukan adalah
reformasi dari sistem anggaran berbasis tradisional yang menggunakan
kinerja

sabagai

penyelenggaraan

tolok

ukur

kegiatan

keberhasilan

pemerintahan.

suatu
Namun,

organisasi

dalam

penilaian

kinerja

berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran daerah menimbulkan


terjadinya budgetary slack. Agen cenderung mengajukan anggaran dengan
merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan
estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah
tercapai, hal ini juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
penghargaan atas target yang telah dicapai. Selain itu, tahap perencanaan
dan persiapan anggaran daerah sering menimbulkan budgetary slack, karena
penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh kepentingan eksekutif dan
legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa,
2004). Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Lowe dan Shaw (1968),
Merchant (1981), Young (1985), Antie dan Eppen (1985), Andriyani dan
Hidayati (2010), dan Nasution (2011) dan penelitian lainnya yang
menyatakan bahwa penganggaran partisipatif meningkatkan terjadinya
budgetary slack. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan:
H1:

Penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack.

32

3.3.2 Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh penganggaran


partisipatif pada budgetary slack.
Berdasarkan teori keagenan, manusia akan bertindak opportunistik
yaitu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi.
Agen akan termotivasi untuk meningkatkan kompensasi di masa mendatang
guna meningkatkan kinerjanya, sedangkan prinsipal termotivasi untuk
meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya. Prinsipal tidak dapat memonitor
kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen mengetahui informasi penting
mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan organisasinya secara
keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi yaitu
ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen.
Asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen yang
berpartisipasi dalam penganggaran dapat menimbulkan budgetary slack.
Karena, kinerja yang dinilai dari tingkat pencapaian anggaran menjadi
motivasi agen untuk melakukan asimetri informasi untuk memudahkan
pencapaian anggaran. Teori ini didukung oleh Young (1985), Utomo
(2006), Djasuli dan Fadilah (2011) bahwa interaksi penganggaran
partisipatif dan asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan pada
budgetary slack. Menurut Anthony dan Govindarajan (2001) dalam
Falikhatun (2007), eksekutif sebagai agen cenderung melakukan budgetary
slack, karena bertujuan untuk mengamankan posisinya di pemerintahan.
Sedangkan, legislatif sebagai principal cenderung melakukan kontrak semu
dengan eksekutif. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat
dihipotesiskan:

33

H2:

Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif

pada budgetary slack.

3.3.3 Kemampuan self esteem memoderasi penganggaran partisipatif pada


budgetary slack
Penciptaan slack dalam anggaran memiliki dampak negatif bagi
perusahaan. Slack diciptakan penyusun anggaran untuk mengamankan
jabatan, mendapatkan bonus, ataupun mendapatkan promosi dari atasan,
oleh karena itu slack dalam anggaran seharusnya dihindari atau sekurangkurangnya diminimalkan oleh perusahaan. Orang yang memiliki Self Esteem
tinggi diharapkan mampu untuk mengurangi Budgetary Slack. Mereka
cenderung memandang dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh,
maka timbul kepercayaan diri atas pekerjaan yang dilakukannya karena ia
memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil dan
menciptakan hasil yang optimal. Pemenuhan tingkat aspirasi mereka lebih
pada kinerjanya bukan pada tujuan pribadinya. Hal ini didukung oleh
penelitian Belkoui (1989) dalam Nugrahani dan Sugiri (2004) serta
penelitian Nugrahani dan Sugiri (2004)

sendiri, yang sama-sama

memberikan bukti empiris bahwa karyawan yang memiliki Self Esteem


rendah cenderung lebih

tinggi

dalam membuat

budgetary

slack.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan:


H3 : Self Esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack

34

3.3.4 Kemampuan locus of control memoderasi penganggaran partisipatif


pada budgetary slack
Pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack dapat
diperkuat dan diperlemah oleh locus of control. Menurut Robbins (1996)
dalam Sinaga (2013) locus of control adalah sampai sejauh mana orang
yakin bahwa mereka menguasai nasib mereka sendiri. Dunk dan Nouri
(1998) mengemukakan bahwa bila manager berpandangan bahwa faktor
penentu berada dalam kendali individu (internal locus of control), maka
manajer akan berusaha secara optimal untuk mempengaruhi organisasi agar
dapat mencapai target yang ditentukan. Sebaliknya, bila manager
berpandangan bahwa faktor pengendali berada diluar kendali organisasi
(eksternal locus of control), maka manajer akan merasa tidak berdaya untuk
menggerakkan organisasi mencapai sasaran yang ingin dicapai dalam
anggaran. Dengan demikian, manajer akan termotivasi untuk menciptakan
budgetary slack serta tindakan penyimpangan lainnya untuk memungkinkan
tercapainya sasaran organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dihipotesiskan:
H4 : Locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack

3.3.5 Kemampuan kapasitas individu memoderasi penganggaran partisipatif


pada budgetary slack
Pemerintah daerah dalam era otonomi daerah dihadapkan pada
tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan profesionalisme birokrasi.

35

Sehingga, pemerintah daerah perlu untuk mempersiapkan tenaga kerja atau


aparatur yang profesional dalam bekerja. Kapasitas individu dari aparatur
daerah dapat terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui
pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman. Hal ini juga penting bagi
pemerintah daerah dalam menghadapi dan mengantisipasi ketidakpastian
lingkungan, terutama isu budgetary slack. Menurut Yuhertiana (2004),
inidvidu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan
sumber daya dengan baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack.
Tetapi, Sari (2006), Nasution (2011) dan Hapsari (2011) menyatakan hal
yang

berbeda

bahwa

kapasitas

individu

yang

meningkat

justru

memunculkan budgetary slack dan sebagai konsekuensi yang muncul dalam


penyusunan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
dihipotesiskan:
H5:

Kapasitas

individu

memperlemah

partisipatif pada budgetary slack.

36

pengaruh

penganggaran

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian merupakan rencana dari struktur penelitian yang
mencakup tahapan-tahapan penelitian mulai dari latar belakang masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian pustaka serta penelitian-penelitian sebelumnya
untuk dapat merumuskan suatu hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya adalah
mempersiapkan data penelitian dan pengujian hipotesis sehingga dapat ditarik
kesimpulan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat praktis bagi
pemerintah daerah dalam menyikapi isu budgetary slack akibat dari adanya sistem
anggaran berbasis kinerja. Populasi pada penelitian ini adalah pejabat struktural
yang terdiri dari Eselon II, III, dan IV di Kabupaten Jembrana. Sampel dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan yang digunakan
adalah metode survei berupa kuesioner. Semua hipotesis penelitian diuji
menggunakan analisis regresi moderasi interaksi (Moderated Regression
Analysis/MRA) dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and
Service Solutions) 20.0 for windows. Data yang diperoleh akan disajikan dalam
bentuk pembahasan dan interpretasi hasil, diberi kesimpulan dan saran.
Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

37

Masalah Penelitian
Hipotesis Penelitian
Variabel Penelitian
Instrumen Penelitian: Kuesioner

Desain sampel:
-populasi
-sampel
-responden

Teknik pengumpulan data: metode survei (kuesionerTeknik


pengambilan sampel: teknik purposive sampling

Pengolahan data dan analisis

Pembahasan dan interpretasi hasil analisis data

Simpulan dan saran

Gambar 4.1
Rancangan Penelitian

4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di lingkungan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kabupaten Jembrana. Waktu penelitian adalah pada bulan Juni
Oktober 2014, karena pemerintah daerah akan menyampaikan Kebijakan Umum
APBD tahun anggaran 2015 pada pertengahan bulan Juni tahun 2014.

38

4.3 Penentuan Sumber Data


4.3.1 Data menurut sumbernya
Menurut sumbernya, data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder (Sugiyono, 2009:137).
1) Data primer diperoleh dari daftar pernyataan dalam bentuk kuesioner yang
diberikan secara langsung kepada responden. Hasil yang diperoleh akan
diolah dalam bentuk pembahasan, kesimpulan dan saran.
2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data APBD tahun anggaran
2007-2013 di Kabupaten Jembrana, Jumlah pejabat struktural di SKPD
Kabupaten Jembrana.
4.3.2 Data menurut sifatnya
Berdasarkan sifatnya, data dibagi menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif (Sugiyono, 2009:14). Penelitian ini hanya menggunakan data kuantitatif.
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka (Sugiyono, 2009:
14). Data kuantitatif berupa informasi mengenai laporan APBD tahun 2007-2013
Kabupaten Jembrana, jumlah pejabat strutural Eselon II, III, dan IV di Kabupaten
Jembrana, data yang diperoleh dari pernyataan responden yang dinyatakan dalam
angka-angka meliputi skor nilai dari jawaban responden dalam kuesioner
penelitian
4.3.3

Populasi dan Metode Penentuan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural, terdiri dari Eselon

II, III, dan IV yang masih aktif tugas sampai bulan Desember 2014 yang
berjumlah 466. Sampel pada penelitian ini adalah pejabat struktural yang

39

berpartisipasi

dalam

penganggaran

daerah.

Metode

pengumpulan

data

menggunakan metode survei berupa kuesioner, yaitu daftar pernyataan tertulis


yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Nama-nama SKPD dan
jumlah jabatan struktural di SKPD Kabupaten Jembrana berdasarkan Eselon
perangkat daerah dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Pejabat struktural di lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana berdasarkan
eselon perangkat daerah pada Tabel 4.2, antara lain:
1) Pejabat Eselon II (Eselon II/a dan II/b) sebanyak 22, terdiri dari Sekretaris
Daerah, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Inspektorat, dan Kepala
Badan Daerah.
2) Pejabat Eselon III (Eselon III/a dan III/b) sebanyak 101, terdiri dari Kepala
Bidang pada Badan Daerah, Dinas Daerah dan Inspektorat, Sekretaris pada
Badan Daerah, Dinas Daerah dan Kepala Bagian di lingkungan Sekretaris
Daer ah Kabupaten Jembrana.
3) Pejabat Eselon IV (Eselon IV/a dan IV/b) sebanyak 343, terdiri dari Kepala
Seksi dan Kepala Sub. Bagian.

40

Tabel 4.2
Nama-nama SKPD dan Jumlah Jabatan Struktural
di Lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

SKPD

II

Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Inspektorat
Badan Perencanaan Pembangunan dan
Penanaman Modal
Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan
Dinas Kesehatan
Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Peternakan
Dinas Kelautan, Perikanan, dan
Kehutanan
Dinas Pendapatan
Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Daerah
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kantor Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Rumah Sakit Umum
Satuan Polisi Pamong Praja
Kecamatan ( 5 Kecamatan)
Kelurahan (10 Kelurahan)
Jumlah:

Sumber: SekDa Kabupaten Jembrana 2014

41

ESELON
III
A B
8
4
4
1 4

IV
A
24
8
12
11

B
-

39
13
17
17

21

29

1
1

4
4

15
13

21
19

12

17

1
1
1

1
1
1

3
4
3

12
15
12

17
21
17

15

21

15

21

1
1
1

1
1
1

4
4
4

15
11
11

21
17
17

1
1

4
4

5
5

1
1

4
4

5
5

A
1
-

B
6
1
1
1

1
1

Jumlah

1
4
1 4
9
1
1
6
5 5 20 15
10 40
21 41 60 282 61

5
14
8
45
50
466

Tabel 4.3
Jumlah Sampel Penelitian
No.

SKPD

I
II

Jumlah Populasi
Jumlah Eselon yang tidak ikut
berpartisipasi dalam penganggaran
Jumlah Eselon yang ikut
berpartisipasi dalam penganggaran
Rincian sampel:

III

1
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Badan Perencanaan Pembangunan dan


Penanaman Modal
Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan
Dinas Kesehatan
Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Peternakan
Dinas Kelautan, Perikanan, dan
Kehutanan
Dinas Pendapatan
Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Daerah
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kantor Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Rumah Sakit Umum
Satuan Polisi Pamong Praja
Kecamatan ( 5 Kecamatan)
Kelurahan (10 Kelurahan)
Jumlah sampel:

42

ESELON
II
III
IV
A B A B
A
B
1 21 41 60 282 61
5 10 46 244 51

Jumlah
466
356

16 31 14

38

10

110

1
1

1
1

1
1

1
1

4
4

1
1
1

1
1
1

1
1
1

1
1
1

4
4
4

1
1
1

1
1
1

1
1
1

1
1
1

4
4
4

1
1

1
1

2
2

1
1

1
1

2
2

1
1
1
5
10
38

10
10

2
3
2
10
20
110
110

1
1 1
1
5
16 31 14
17
45

48

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu metode


pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang
ditetapkan. Kriteria dalam penelitian ini adalah pejabat Eselon II/III/IV (kepala
badan/kepala dinas/kepala bagian/kepala kantor/kepala sub bagian/sekertaris pada
badan daerah)

yang ikut serta berpartisipasi secara langsung dalam proses

penyusunan anggaran. Kriteria ini digunakan karena tidak semua pejabat eselon
ikut serta dalam penganggaran, sehingga digunakan kriteria untuk menghindari
terjadinya kesalahan penentuan sampel. Jumlah sampel berdasarkan pada Tabel
4.3 diperoleh sebanyak 110 orang sebagai sampel penelitian.

4.4

Variabel Penelitian

4.4.1

Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang dianalisis pada penelitian ini berdasarkan
rumusan permasalahan adalah sebagai berikut:

1) Variabel Bebas/Independen
Variabel bebas atau independen yang dianalisis pada penelitian ini adalah
penganggaran partisipatif.
2) Variabel Terikat/Dependen
Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah budgetary slack.
3) Variabel Moderasi (Moderating Variable)
Variabel moderasi pada penelitian ini adalah asimetri informasi, self
esteem, locus of control, dan kapasitas individu.

43

4.4.2

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel


Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:

1) Penganggaran Partisipatif
Penganggaran partisipatif adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh
individu yaitu para pejabat struktural yang terlibat dalam penganggaran
daerah. Penganggaran partisipatif (PA) diukur dengan 3 indikator, yaitu:
(a) Keikutsertaan dalam penyusunan usulan kegiatan, (b) Keterlibatan
dalam pembahasan usulan dengan tim anggaran, dan (c) Kontribusi dalam
penyusun ananggaran. Instrumen penelitian yang digunakan berupa
kuesioner yang diadaptasi dari penelitian Milani (1975) pada Adrianto
(2008), terdiri dari 5 pertanyaan.
2) Budgetary Slack
Budgetary slack adalah usaha masing-masing pejabat struktural dalam
penganggaran daerah yang termotivasi untuk mencapai target yang lebih
mudah. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan
oleh Begum (2009) pada Sandrya (2013) di organisasi sektor publik.
Indikator budgetary slack (BS) adalah jumlah anggaran pendapatan yang
dibuat lebih rendah dari seharusnya dan jumlah anggaran belanja yang
dibuat lebih tinggi dari seharusnya, terdiri dari 5 pernyataan.
3) Variabel Moderasi
(1) Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya budgetary slack. Kesempatan berpartisipasi digunakan agen

44

untuk membuat budgetary slack guna meningkatkan kinerjanya. Indikator


asimetri informasi (AI) diukur dengan 4 indikator, yaitu: (a) Kecukupan
informasi, (b) Kualitas informasi yaitu informasi yang mampu memenuhi
kebutuhan kualitas informasi, (c) Kuantitas informasi yaitu informasi yang
mampu memenuhi kebutuhan banyaknya informasi, dan (d) Pemahaman
informasi. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh
Novita, dkk., (2009) di organisasi sektor publik, terdiri dari 6 pernyataan.
(2) Self Esteem
Self esteem merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
budgetary slack. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi diharapkan mampu
untuk mengurangi Budgetary Slack. Mereka cenderung memandang dirinya
begitu penting, berharga dan berpengaruh, maka timbul kepercayaan diri atas
pekerjaan yang dilakukannya karena ia memiliki keyakinan bahwa apa yang
dilakukannya akan berhasil dan menciptakan hasil yang optimal. Instrumen
penelitian berupa kuisioner yang dikembangkan dari penelitian yang

dilakukan oleh Rosenberg (1965) dan telah diterjemahkan oleh Azwar (


2003), terdiri dari 10 pertanyaan.
(3) Locus Of Control
Locus of control merupakan tingkatan dimana seseorang menerima
tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka.
Indikator Locus of control (LC) diukur dengan 3 indikator, yaitu: (a)
Kepercayaan akan adanya takdir, (b) Kepercayaan diri, (c) Usaha/kerja

45

keras. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh


Sinaga (2013), terdiri dari 8 pertanyaan.
(4) Kapasitas Individu
Kapasitas individu pada hakekatnya terbentuk dari proses
pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan dan
pengalaman. Indikator Kapasitas Individu (KI) diukur dengan 3 indikator,
yaitu: (a) Pendidikan, (b) Pelatihan, dan (c) Pengalaman. Instrumen
kapasitas individu berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Sari (2006),
terdiri dari 7 pernyataan.

46

Definisi operasional dan indikator variabel secara ringkas dapat dilihat


pada Tabel 4.4 berikut ini:

Variabel
Anggaran Partisipatif (PA)

Tabel 4.4
Indikator Penilaian Variabel
Indikator

Jumlah
pertanyaan

- Keterlibatan dalam penyusunan usulan


kegiatan
- Keterlibatan dalam pembahasan
usulan dengan Tim Anggaran
- Kontribusi dalam pembahasan
anggaran (Supriyatno, 2010)
- Kecukupan informasi
- Kualitas informasi
- Kuantitas informasi
- Pemahaman informasi (Novita, dkk.,
2009)
- Pengendalian diri
- Keyakinan untuk sukses dalam
menyelesaikan tugas dan berhadapan
dengan orang lain
- Kepercayaan diri
( A.H Eagly, 2003)
- Kepercayaan akan adanya takdir
- Kepercayaan diri
- Usaha/kerja keras
( Rotler dalam Robbins,1998)

Kapasitas Individu (KI)

- Pendidikan
- Pelatihan
- Pengalaman
(Sari, 2006)

3
2
2

Budgetary slack (BS)

- Jumlah anggaran pendapatan yang


dibuat lebih rendah dari seharusnya;
- Jumlah anggaran belanja yang dibuat
lebih tinggi dari seharusnya.
(Begum, 2009)

Asimetri informasi (AI)

Self Esteem (SE)

Locus of Control (LC)

Sumber data diolah: 2014

47

2
2
1
1
1
3
3
3
4

3
3
2

4.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei berupa
kuesioner, yaitu dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011;135). Kuesioner yang
disebarkan berupa daftar pernyataan tertulis kepada responden mengenai
penganggaran partisipatif, budgetary slack, asimetri informasi, self esteem, locus
of control, dan kapasitas individu. Masing-masing variabel tersebut disiapkan
dengan jumlah pernyataan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kuesioner
disertai surat pemohonan untuk menjadi responden diberikan secara langsung.
Jika ada halangan tertentu, responden diberikan kebijakan berdasarkan
kesepakatan antara peneliti dengan responden.

4.6

Instrumen Penelitian

4.6.1 Skala Pengukuran


Pengukuran masing-masing varabel menggunakan skala Likert lima
poin, yaitu: Skor 1= sangat tidak setuju (STS); Skor 2= tidak setuju (TS);
Skor 3= ragu-ragu (RR); Skor 4= setuju (S); dan Skor 5= sangat setuju (SS).
Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data ordinal. Data ordinal
adalah data kualitatif yang menggunakan angka sebagai symbol data
kualitatif atau bukan angka sebenarnya dan dalam prosedur statistik, seperti:
regresi, uji t dan lain sebagainya, mengharuskan data berskala interval.
Tahap awal yang akan dilakukan adalah mengolah data dengan merubah
data ordinal menjadi data interval menggunakan Method Successive Interval

48

dengan bantuan program Excel. Method Successive Interval merupakan


proses mengubah data ordinal menjadi data interval (Sarwono dan Budiono,
2012).

4.6.2 Uji Reliabilitas dan Validitas


Uji reliabilitas dan uji validitas dilakukan dengan bantuan program
SPSS (Stastistival Product and Service Solutions) 20.0 for windows.
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat yang mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2011;119).
Uji reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan melihat Cronbachs
Alpha. Instrumen yang reliabel berarti bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Variabel
dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbachs Alpha > 0,70
(Ghozali, 2011;48). Instrumen yang reliabel belum tentu valid dan
instrumen yang valid belum tentu reliabel, sehingga reliabilitas instrum en
merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen (Sugiyono,
2011;120).
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid/sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mendapatkan apa yang hendak diukur. Instrumen yang tidak valid atau bias
akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Uji validitas dapat dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi pada hasil analisis korelasi bivariate pada
kolom Corelations (Ghozali, 2011;55).

49

4.7

Teknik Analisis Data

4.7.1 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pelanggaran asumsi klasik atau tidak, karena merupakan persyaratan
statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang
berbasis ordinary least square (OLS). Estimasi yang tidak sahih atau valid
biasanya terjadi karena adanya penyimpangan terhadap asumsi tersebut.
Pengujian asumsi klasik meliputi uji Normalitas dan uji Heteroskedastisitas
4.7.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual
terdistribusi Normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data yang Normal atau mendekati Normal. Ada dua cara yang
dapat digunakan, yaitu:
(a) Analisis grafik, yaitu: dengan melihat Normal Probability Plot, yaitu
membandingkan distribusi komulatif dari data observasi dengan
distribusi yang mendekati Normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika data berdistribusi Normal, maka garis yang
menggambarkan data observasi akan mengikuti garis diagonalnya
(Ghozali, 2011;34).
(b) Analisis statistik, yaitu uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S). Uji ini dilakukan dengan membandingkan dis tribusi

50

kumulatif relatif hasil observasi dengan distribusi kumulatif relatif


teoretisnya. Data populasi dapat dikatakan berdistribusi Normal bila
koefisien Asymp. Sign. (2-tailed) lebih besar dari = 0,05 (Ghozali,
2011;33)
4.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2011;105). Model regresi
yang baik adalah tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau
mempunyai

variance

yang

homogen.

Jika

suatu

model

regresi

mengandung gejala heteroskedastisitas, maka akan memberikan hasil yang


menyimpang. Uji ini dapat dianalisis melalui Uji Glejser dengan melihat
tingkat signifikan berada di atas 0,05 maka model regresi bebas dari
masalah heteroskedastisitas.

4.7.2 Analisis Regresi


Model analisis data dan uji hipotesis dalam penelitian ini adalah
model analisis regresi moderasi interaksi (Moderated Regression
Analysis).

Pengujian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

pengaruh

penganggaran partisipatif pada budgetary slack, serta mengetahui


pengaruh asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas
individu yang memoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif
dengan budgetary slack. Analisis regresi ini merupakan aplikasi khusus

51

regresi linier berganda yang mana dalam persamaan regresinya


mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel
independen). Bentuk regresi ini dirancang untuk menentukan hubungan
antar dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel ketiga (variabel
moderasi) (Suliyanto, 2011). Secara sistematis diperoleh persamaan
regresi:
Y = a + b1PA + b2AI + b3SE+ b4LC + b5KI + b6 PA xAI + b7 PA xSE +
b8 PA xLC + b9 PA xKI + e.... (1)
Keterangan:
Y :
Budgetary Slack
PA :
Penganggaran Partisipatif
AI :
Asimetri Informasi
SE:
Self Esteem
LC:
Locus of control
KI :
Kapasitas Individu
a:
Konstanta
b1- b9 : Koefisien Regresi
PA xAI: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan asimetri
informasi
PA xSE: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan self esteem
PA xLC:Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan locus of control
PA xKI: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan kapasitas
individu
e:
error atau variabel pengganggu

Berdasarkan analisis regresi, kemudian diamati Goodness of Fit-nya yaitu:


koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis (Uji t).
Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1) Koefisien determinasi
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi

52

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel


terikatnya (Suliyanto, 2011:55).
2) Uji kelayakan model (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh
secara simultan terhadap variabel terikat ma ka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan
dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program SPSS, yaitu
dengan membandingkan tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi F =
0,05 maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
Sebaliknya F > = 0,05 maka model persamaan regresi tidak masuk dalam
kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:67).
3) Uji hipotesis (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis atau pengaruh secara parsial
(per variabel bebas) terhadap variabel terikat (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini
dapat dilakukan dengan mengamati hasil regresi yang diolah menggunakan
program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas dengan = 0,05. Apabila tingkat signifikansi t 0,05 maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima (Suliyanto, 2011:67).

53

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Responden


Hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data berupa kuesioner
dengan responden berdasarkan jabatan struktural Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Jembrana yang ikut serta dalam
penganggaran daerah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan
teknik analisis yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian. Ringkasan
penyebaran dan pengambilan kuesioner penelitian disajikan pada Tabel 5.1
berikut ini:
Tabel 5.1
Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner
Keterangan
Jumlah populasi
Jumlah sampel
Kuesioner yang dikirim
Kuesioner yang direspon
Kuesioner yang tidak direspon
Kuesioner yang tidak dapat digunakan
Kuesioner yang dapat digunakan
Tingkat pengembalian (respon rate)=

Jumlah kuesioner
466
110
110
105
5
3
102
x 100% = 95,45%

Tingkat pengembalian yang digunakan (usable respon rate)


=
x100% =92,7 %

Berdasarkan tabel di atas, kuesioner yang dikirim adalah sebanyak 110 kuesioner.
Kuesioner yang direspon sebanyak 105 kuesioner atau sebesar 95,45%, dan 3
kuesioner yang tidak dapat digunakan. Sehingga, kuesioner yang dapat digunakan

54

adalah sejumlah 102 kuesioner atau sebesar 92,7% dari seluruh kuesioner yang
dikirim.
5.2 Karakteristik Responden
Data karakteristik responden merupakan data responden yang dikumpulkan
untuk mengetahui profil responden penelitian. Karakteristik responden dalam
penelitian ini meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, serta tingkat pendidikan
responden. Pengukuran tersebut diperoleh melalui data yang diperoleh dari
kuesioner yang kembali. Karakteristik responden dijelaskan dalam Tabel 5.2
sebagai berikut.
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini sebagian
besar terdiri dari responden yang berusia antara 40 sampai dengan 50 Tahun
dengan persentase sebesar 50%, sehingga diharapkan responden sudah memiliki
kematangan dalam berpikir dan dapat lebih objektif dalam menjawab pertanyaan
kuesioner. Responden sebagian besar memiliki pengalaman berpartisipasi dalam
penganggaran selama 1 sampai 2 Tahun dengan persentase 34,31% , dengan
tingkat pendidikan S1 sebesar 62,75%, dengan pengalaman berpartisipasi dan
tingkat pendidikan yang baik diharapkan responden mampu menyusun anggaran
dengan baik. Selain itu, responden sebagian besar merupakan pejabat eselon III
dengan persentase 44,12%, artinya sebagian besar responden merupakan kepala
bidang atau kepala bagian di lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana yang
memiliki informasi paling banyak mengenai keuangan SKPD sesuai dengan
bidang dan bagian pertanggungjawabannya, sehingga

55

diharapkan mampu

memberi informasi yang baik dalam proses penyusunan anggaran, serta mampu
menjawab pertanyaan kuesioner dengan baik.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden


Keterangan
Umur
30-40 Th
40-50 th
> 50 th
Total:
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total:
Tingkat pendidikan
SMA
D3/Akademi
Sarjana (S1)
Pascasarjana (S2)
Total:
Pengalaman
>1 tahun
1-2 tahun
3-4 tahun
4 tahun
Lebih dari 4 tahun
Total:
Jabatan
Pejabat Eselon II
Pejabat Eselon III
Pejabat Eselon IV
Total:

Frekuensi

Persentase
12
51
39
102

11,76%
50,00%
39,24%
100,00%

67
35
102

65,69%
34,31%
100,00%

64
38
102

62,75%
37,25%
100,00%

35
27
8
32
102

34,31%
26,47%
7,84%
31,37%
100,00%

14
45
43
102

13,73%
44,12%
42,15%
100,00%

56

5.3 Hasil Analisis Data


5.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan
informasi tentang karakteristik variabel penelitian, antara lain nilai minimum,
maksimum, mean, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean) merupakan
cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu
distribusi data, sedangkan standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang
diteliti dengan nilai rata-ratanya. Statistik deskriptif dalam penelitian ini ditunju
kkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.3 Klasifikasi Rata-Rata Deskripsi Data Penelitian


1,00-1,8
1,81-2,6
2,61-3,4
3,41-4,2
4,21-5

Sangat Rendah
Rendah
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi

Sumber: Umar (2004)


Tabel 5.4 Statistik Deskriptif
Varia
bel
PA
AI
SE
LC
KI
BS

Minimum

102
102
102
102
102
102

18,00
22,00
24,00
17,00
13,00
16,00

Maksim
um
25,00
30,00
39,00
40,00
20,00
25,00

Rata-Rata
22,1176
26,7843
31,6863
35,0882
17,4608
21,7059

Sumber: Lampiran 3 (data diolah), 2015

57

Frekuensi
jawaban
4,4235
4,4640
3,1686
4,3860
4,3652
3,6177

Keterangan
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Cukup tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Tinggi

Standar
Deviasi
1,96148
2,82712
3,38307
3,47296
1,95327
2,43972

Berdasarkan Tabel 5.3 statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum untuk


variabel penganggaran partisipatif, asimetri informasi, self esteem, locus of
control, kapasitas individu, dan budgetary slack masing-masing sebesar 18,00;
22,00; 24,00; 17,00; 13,00; 16,00 dan nilai maksimumnya masing-masing sebesar
25,00; 30,00; 39,00; 40,00; 20,00; 25,00. Mean variabel penganggaran partisipatif
adalah 22,1176 berarti rata-rata penilaian responden pada penganggaran
partisipatif sebesar 22,1176. Berdasarkan frekuensi jawaban yang diperoleh, dapat
dilihat bahwa responden memiliki partisipasi penganggaran sangat tinggi dengan
nilai sebesar 4,4235; asimetri informasi yang sangat tinggi dengan nilai 4,4640;
self esteem yang cukup tinggi dengan nilai 3,1686; locus of control yang sangat
tinggi dengan nilai 4,3860, kapasitas individu yang sangat tinggi dengan nilai
4,3652; serta tingkat terjadinya budgetary slack adalah tinggi dengan nilai 3,6177.

Standar deviasi sebesar 1,96148 berarti terjadi penyimpangan nilai


penganggaran partisipatif terhadap nilai rata-ratanya sebesar 1,96148. Rata-rata
untuk variabel asimetri informasi, self esteem, locus of control, kapasitas individu,
dan budgetary slack masing-masing adalah 26,7843; 31,6863; 35,0882; 17,4608;
21,7059 sedangkan standar deviasinya masing-masing adalah 2,82712; 3,38307;
3,47296; 1,95327; 2,43972.

5.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian


5.3.2.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut

58

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,


2009:172). Penelitian ini menggunakan korelasi pearson correlation dengan
bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) untuk mengukur
validitas instrumen. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skor masing-masing butir pernyataan dengan skor total. Biasanya syarat
minimum suatu kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r 0,30
(Sugiyono, 2009: 178).
Berdasarkan Lampiran 4 dapat diketahui bahwa instrumen-instrumen pada
setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid dan dapat dipakai untuk
melakukan penelitian atau menguji hipotesis penelitian karena nilai pada pearson
correlations setiap instrumen lebih besar rkritis (0,30).
5.3.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan bentuk uji kualitas data apakah kuesioner dapat
diandalkan atau reliable. Hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 5.4, dimana masing-masing butir pertanyaan memiliki
cronbachs alpha lebih besar dari 0,60 yang artinya semua instrumen penelitian
dinyatakan reliable.
Tabel 5.5 Hasil uji reliabilitas instrumen
No.
Variabel
Jumlah item
cronbachs
alpha
1
PA
5
0,744
2
AI
6
0,892
3
SE
10
0,655
4
LC
8
0,871
5
KI
4
0,697
6
BS
5
0,635
Sumber: Lampiran 5 (data diolah), 2015
59

Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

5.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik


1)

Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi
terpenuhi atau tidaknya uji normalitas dengan ketentuan bila signifikansi tiap
variabel lebih besar dari atau sama dengan 0,05 maka berdistribusi normal,
sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil dari 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal (Ghozali, 2009:32). Berdasarkan tabel 5.5 diketahui nilai
signifikansi sebesar 0,432 > 0,05. Hal ini berarti model regresi berdistribusi
normal.
Tabel 5.6 Hasil uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,432
Sumber: Lampiran 6 (data diolah), 2015

2)

Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang


lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Metode ini dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun

60

variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terkait (nilai


absolute ei), maka tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125). Hasil uji
heteroskedastisitas disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.7 Hasil uji heteroskedastisitas
Model
T
1
(Constant)
-1,224
2
PA
-0,534
3
AI
-1,904
4
SE
0,748
5
LC
1,789
6
KI
-0,953
7
AP*AI
1,721
8
AP*SE
-0,223
9
AP*LC
-1,789
10
AP*KI
0,932
Sumber: Lampiran 7 (data diolah), 2015

Sig.
0,224
0,595
0,060
0,457
0,077
0,343
0,089
0,824
0,77
0,354

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa variabel bebas tidak


berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dari model regresi yang
digunakan karena signifikansi setiap variabel bebas lebih besar dari taraf nyata ()
yaitu 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

5.3.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis


Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda dengan metode interaksi (Moderated Regression Analysis).
Berdasarkan Tabel 5.7 maka dapat disusun persamaan regresi:
Y = a + b1PA + b2AI + b3SE+ b4LC + b5KI + b6 PAxAI + b7 PAxSE +
b8PAxLC + b9PA xKI + e....
= -34,916 + 3,428 PA + 1,025 AI + 0,689 SE + 2,961 LC 5,224 KI 0,065
PAxAI - 0,059 PAxSE 0,153 PAxLC + 0,287 PAxKI + e

61

Berdasarkan atas persamaan regresi yang didapatkan, apabila nilai koefisien


regresi penganggaran partisipatif, asimetri informasi, self esteem, locus of control,
dan kapasitas individu serta interaksinya bernilai nol, maka nilai koefisien
budgetary slack sebesar -34,916. Hal ini menunjukan bahwa apabila dalam suatu
SKPD tidak mengimplementasikan sistem penganggaran partisipatif serta
didalamnya tidak ada asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan
kapasitas individu beserta interaksinya maka pada SKPD tersebut tidak terjadi
budgetary slack. Persamaan tersebut juga menunjukan pengaruh positif variabel
penganggaran partisipatif (PA), dan interaksi penganggaran partisipatif dengan
kapasitas individu (PA*KI). Sedangkan interaksi penganggaran partisipatif
dengan asimetri informasi (PA*AI), partisipasi penganggaran dengan self esteem
(PA*SE), dan penganggaran partisipatif dengan locus of control (PA*LC)
mempunyai pengaruh negatif pada budgetary slack (BS).
Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Moderasi (MRA)
Variable

Unstandardized coefficients
B
(constant)
-34,916
PA
3,428
AI
1,025
SE
0,689
LC
2,961
KI
-5,224
PA*AI
-0,065
PA*SE
-0,059
PA*LC
-0,153
PA*KI
0,287
Adjusted (R2)
0,610
Signifikansi F
0,000
Sumber: Lampiran 8 (data diolah), 2015

62

Sig
0,002
0,000
0,001
0,081
0,000
0,001
0,005
0,031
0,001
0,002

Analisis regresi linear berganda dengan metode interaksi (Moderated


Regression Analysis) mengamati goodness of fit (uji kecocokan) dengan melihat
koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t)
yaitu sebagai berikut.
1)

Koefisien Determinasi
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,645. Hal ini

mengandung pengertian bahwa 64,5 persen variasi perubahan variabel budgetary


slack mampu dijelaskan oleh variabel penganggaran partisipatif, asimetri
informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu, sedangkan sisanya
sebesar 35,5 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam
model.
2)

Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)


Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program komputer Statistical Package
for Social Science (SPSS) nilai signifikansi F = 0,000 < alpha = 0,05. Hal ini
berarti model yang digunakan pada penelitian ini adalah layak (fit).
3)

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)


Uji t digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh
terhadap variabel terikat. Hasil pengujian secara parsial masing-masing sebagai
berikut.

63

1) Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.


Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai signifikansi t = 0,000 <
alpha = 0,05 dan nilai beta sebesar 3,428,. Jadi H1 diterima, dimana hal ini
menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgetary slack.
2) Kemampuan asimetri informasi dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,005 < alpha =
0,05; namun nilai beta sebesar -0,065 menunjukkan arah negatif yang
berlawanan dengan hipotesis, sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran
pastisipatif pada budgetary slack.
3) Kemampuan self esteem dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai beta sebesar -0,059 dan nilai
signifikansi t = 0,031 < alpha = 0,05. Jadi H1 diterima yang berarti Self esteem
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
4) Kemampuan locus of control dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai beta sebesar -0,153 dan nilai
signifikansi t = 0,001 < alpha = 0,05. Jadi H1 diterima yang berarti locus of

64

control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary


slack.
5) Kemampuan kapasitas individu dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,002 < alpha =
0,05.; namun nilai beta sebesar 0,287 menunjukkan arah po sitif yang
berlawanan dengan hipotesis, sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran
pastisipatif pada budgetary slack.

65

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack


Hasil pengujian atas hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh pada budgetary slack.
Koefisien regresi bernilai 3,428 menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif
berpengaruh positif pada bugetary slack. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak individu yang berpartisipasi dalam penganggaran maka semakin tinggi
pula peluang terjadinya budgetary slack. Penganggaran partisipatif adalah proses
yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan
mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas
pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982)
Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya,
Andriyani dan Hidayati (2010) menemukan bahwa penganggaran partisipatif
berpengaruh positif pada budgetary slack. Penganggaran partisipatif merupakan
salah satu faktor yang menimbulkan budgetary slack, setiap individu yang terlibat
dalam proses penyusunan anggaran seringkali mencari kemudahan dalam
pencapaian anggaran yang ditetapkan, sehingga setiap individu tersebut
melakukan budgetary slack dengan cara meninggikan biaya atau menurunkan
pendapatan dari yang seharusnya, supaya anggaran mudah dicapai (Anthony dan
Govindarajan, 2005).

66

Menurut Becker dan Green (1962) dalam Muhammad (2001) penganggaran


partisipatif dapat merusak motivasi bawahan dan menurunkan usaha pencapaian
tujuan organisasi jika terdapat kecacatan dalam goal setting. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu siapa yang seharusnya dilibatkan dalam penyusunan
anggaran dan keputusan-keputusan apa saja yang memerluakan partisipasi.
Kelemahan yang lain yaitu dapat menciptakan partisipasi semu yaitu agent
seakan-akan berpartisipasi tapi kenyataannya tidak, agent biasanya hanya
dikumpulkan dan diminta menandatangani anggaran yang telah disusun. Hal ini
dapat menurunkan motivasi dan semangat kerja agent.

6.2 Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif


pada Budgetary Slack
Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack dirumuskan dalam hipotesis kedua (H2). Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa Ho diterima, dan H1 ditolak. Hal ini terjadi karena nilai beta
memiliki arah yang berlawanan dengan hipotesis yaitu bernilai negatif sebesar 0,065. Berdasarkan hal tersebut, maka asimetri informasi tidak mampu
memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian
Falikhatun (2007) dan Pello (2014) yang menyatakan bahwa asimetri informasi
tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya asimetri informasi dalam
organisasi sektor publik sangat kecil karena adanya peraturan yang jelas mengenai

67

tugas dan kewajiban setiap aparat termasuk aturan yang terkait informasi yang
dimiliki oleh bawahan yang harus dilaporkan kepada atasannya (Falikhatun,2007).

6.3 Self Esteem Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada


Budgetary Slack
Hipotesis ketiga (H3) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah self
esteem mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack. Koefisien regresi bernilai -0,059 menunjukkan bahwa variabel self esteem
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Jika self
esteem yang dimiliki oleh individu yang berpartisipasi dalam penganggaran
tinggi, maka kemungkinan terjadinya budgetary slack akan menurun.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hapsari (2011) yang
menemukan bahwa self esteem mampu mengurangi budgetary slack. Para peneliti
mendefnisikan self esteem dalam organisasi sebagai nilai yang dimiliki oleh
individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam
konteks organisasi. Orang yang memiliki self esteem tinggi cenderung
memandang diri mereka sendiri sebagai sebagai orang yang penting, berharga,
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakan mereka
(Kreitner&Kinicki, 2003). Dengan demikian self esteem mampu memperlemah
pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, karena jika seseorang
merasa dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh maka timbul
kepercayaan diri bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil dan menciptakan
hasil yang optimal.

68

6.4 Locus of Control Memoderasi Pengaruh Penganggaran


pada Budgetary Slack

Partisipatif

Hipotesis keempat (H4) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah locus
of control mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack. Koefisien regresi bernilai -0,153 menunjukkan bahwa variabel
locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack. Hal ini berarti, semakin semakin tinggi locus of control yang
dimiliki, maka semakin kecil kecendrungan partisipasi bawahan dalam
penganggaran dapat meningkatkan budgetary slack.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sari (2006) yang menemukan
bahwa locus of control mampu memoderasi pengaruh penganggaran patisipatif
pada budgetary slack. Dimana, apabila setiap individu yang terlibat dalam proses
penyusu nan anggaran memiliki locus of control internal yang baik, maka individu
tersebut tidak akan melakukan budgetary slack. Hal ini disebabkan karena setiap
individu yang memiliki locus of control internal yang baik akan mengetahui
konsekuensi apa yang akan diterimanya apabila melakukan budgetary slack (Sari,
2006). Setiap individu yang berpartisipasi dalam penganggaran dengan locus of
control internal yang baik akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena
apapun hasil dari pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan
bertanggungjawab atas kinerjanya, dan tidak akan melakukan budgetary slack.
Sehingga, adanya locus of control dapat memperlemah pengaruh antara
penganggaran partisipatif pada budgetary slack.

69

6.5 Kapasitas Individu Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif


pada Budgetary Slack

Hipotesis kelima (H5) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah


kapasitas individu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima, dan
H1 ditolak. Hal ini terjadi karena nilai beta memiliki arah yang berlawanan
dengan hipotesis yaitu bernilai positif sebesar 0,287. Berdasarkan hal tersebut,
maka kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sandrya (2013) yang
menyatakan bahwa kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack, karena kapasitas individu
merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan individu dan tidak dapat
digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam melakukan budgetary slack.
Maskun (2008) berpendapat bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
semakin positif pandangannya pada budgetary slack. Berdasarkan data yang
diperoleh, sebagian besar perangkat daerah mempunyai tingkat pendidikan strata
1 (S1) yaitu sejumlah 62,75 persen, dan berpendidikan pascasarjana sejumlah
31,37 persen, dimana responden yang mayoritas berpendidikan tinggi cenderung
memiliki kemampuan untuk bertindak secara rasional dan profesional, sehingga
lebih berani untuk mengutarakan pendapatnya kepada atasan.

70

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack dengan asimetri informasi, self esteem, locus of
control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi di SKPD Kabupaten
Jembrana, Bali dapat disimpulkan bahwa:
1) Variabel penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary
slack, hal ini bermakna bahwa semakin tinggi partisipasi bawahan dalam
penganggaran akan menciptakan budgetary slack yang tinggi.
2) Variabel asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack disebabkan oleh
kemungkinan adanya asimetri informasi dalam organisasi sektor publik
sangat kecil karena adanya peraturan yang jelas mengenai tugas. Hal ini
dan kewajiban setiap aparat termasuk aturan yang terkait informasi yang
dimiliki oleh bawahan yang harus dilaporkan kepada atasannya
3) Variabel self esteem mampu memperlemah pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack. Hal ini mengindikasikan bahwa
seseorang

self

esteem

yang

tinggi

pasti

akan

merasa

mampu

menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak akan melakukan budgetary slack.


4) Variabel locus of control mampu memperlemah pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack. Setiap individu yang berpartisipasi

71

dalam penganggaran dengan locus of control internal yang baik akan


memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena apapun hasil dari
pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan bertanggung jawab atas
kinerjanya tersebut, sehingga locus of control akan mengurangi terjadinya
budgetary slack
5) Variabel kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Kapasitas individu
merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan individu dan
tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam
melakukan budgetary slack.

7.2 Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, antara lain metode
pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik
kuesioner sehingga dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perbedaan
persepsi antara responden dan peneliti berkaitan dengan pernyataan yang terdapat
dalam kuesioner, penelitian ini hanya menghubungkan antara penganggaran
partisipatif dan budgetary slack, serta penelitian ini hanya menggunakan asimetri
informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel
pemoderasi.
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka
masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian

72

yang lebih baik pada penelitian-penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa


saran yang dapat disampaikan.
1) Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

penganggaran

partisipatif

berpengaruh pada budgetary slack, sehingga perlu dilakukan pengendalian


internal yang lebih memadai dalam pelaksanaan anggaran di SKPD
Kabupaten Jembrana. Dengan lebih selektif dalam menentukan individu
yang ikut berpartisipasi dalam penganggaran.
2) SKPD Kabupaten Jembrana harus meningkatkan transparansi kepada
publik dengan mempublikasikan laporan keuangan maupun informasiinformasi yang berkaitan dengan SKPD Kab. Jembrana, sehingga tidak
ada asimetri informasi.
3) SKPD Kabupaten Jembrana harus lebih selektif dalam memilih pejabat
yang nantinya akan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran yaitu yang
memilik self esteem, locus of control yang tinggi. Karena dengan memiliki
self esteem, locus of control internal yang tinggi seseorang akan merasa
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang optimal, sehingga
menurunkan terjadinya budgetary slack.
4) Penelitian selanjutnya dapat menemukan variabel-variabel baru yang dapat
berpengaruh pada budgetary slack, maupun menemukan variabel-variabel
lain

seperti

transparansi

pengendalian
anggaran

yang

internal,
dapat

pengawasan
memoderasi

penganggaran partisipatif dan budgetary slack.

73

atasan,
hubungan

ataupun
antara

DAFTAR RUJUKAN

Adi , Hendrika C Tri dan Mardiasmo. 2002. Analisis Pengaruh Strategi Institusi,
Budaya Institusi, dan Conflict of interest terhadap Budgetary Slack. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.17, No.1.
Adrianto, Yogi. 2008. Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial dengan kepuasan kerja, job relevenant information
dan kepuasan kerja sebagai variabel moderating (studi empiris pada rumah sakit
swasta di Wilayah Kota Semarang) (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro
Andriyani, Lilik., dan Hidayati, L.A.2010. Pengaruh Komitmen Organisasi
Terhadap Hubungan Antara Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi
Anggaran Dengan Senjangan Anggaran, Studi Kasus Pada Pemerintahan
Kabupaten Magelang (tesis). Universitas Muhammadyah Malang
Anthony, R.N., dan V. Govindarajan. 2007. Management Control Syste., McGraw
Hill, New York.
Antle, R. dan Eppen, G, D. 1985. Capital Rationing and Organizational Slack in
Capital Budgeting. Management Science 31 (February). Pp.163-174
Arifah, Dista. 2012. Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik.
Prestasi Vol. 9 No.1-Juni 2012. ISSN 1411-1497. Fakultas Ekonomi. Universitas
Sultan Agung Semarang.
Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikolog. Edisi IV. Pustaka Pelajar
Yogyakarta
Baiman, S. 1982. Agency Research in Management Accounting: A Survey.
Journal of Accounting Literature 1 (spring). hal. 154-213.
Begum, Amaliah. 2009. Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap
Kesenjangan Anggaran Dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi,
Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Serang (tesis). Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia
Belkoui, Ahmed. 1989. Behavioral Accounting. Connecticut: Quorum Books.
Brownell, P. 1982. The Role of Accounting Data in Performance Evaluation,
Budgetary Participation, and Organizational Effectiveness. Journal of
Accounting Research, Vol. 20. Pp. 12-27.
Brownell, P., dan M. McInnes. 1986. Budgetary Participation, Motivation, and
Managerial Performance. The Accounting Review, Vol. 61 (4). Pp. 587-600.

74

Camman, C. 1976. Effects of the Use of Control System. Accounting,


Organizations, and Society. Vol. 4. Hal. 301-313.
Chow, C. W., J. C. Cooper, dan W. S. Waller. 1988. Participative budgeting:
Effects of a Truth-Inducing Pay Scheme and Information Asymmetry on Slack
and Performance. The Accounting Review, Vol. 63. Pp. 111122.
Darlis, Edfan. 2000. Analisis Pengaruh Komitmen Organisasional dan
Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan
Senjangan Anggaran (tesis). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Desmiyati. 2009. Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan
Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating. Pekbis
Jurnal. Vol 1, No. 2. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Djasuli, M., dan Fadilah, N, I. 2009. Efek Interaksi Informasi Asimetri, Budaya
Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi Dalam Hubungan Kausal Antara
Budgeting Participation dan Budgetary Slack. ISSN: 1858-2559. Proceeding
PESAT ( psikologi, ekonomi, sastra, arsitektur dan sipil). Vol. 4, Oktober 2011.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Dunk, A.S., 1993, The Efects of Budget Emphasis and Information Asymmetry
on The Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting
Review, Vol. 68 (2). Pp. 400-410.
Dunk, A.S., dan H. Nouri. 1998. Antecedents of Budgetary Slack: A Literature
Review and Synthesis. Journal of Accounting Literature, Vol.17. Pp. 72-96.
Dunk, Alan S. dan Hector Perera. 1996. The Incidence of Budgetary Slack: A
Field Study Exploration. Accounting, Auditing and Accountability Journal, No.
10 (5), 649-664.
Douglas,P.C, and Wler, Benson. 2000. Integrating Ethical Dimensions Into A
Model Of Budgetary Slack Creation. Journal Of Business Ethics, vol 28
Dwi, Christine,K.S dan Agustina, Lidya. 2010.Pengaruh Participation Budgeting,
Information Asimetry dan Job Relevant Information Terhadap Budget Slack pada
Institut Pendidikan (Studi pada Institut Pendidikan Universitas Maranatha).
Jurnal Akuntansi, Vol2 No.2
Falikhatun. 2007. Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dan Group
Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary
Slack. Symposium Nasional Akuntansi X.
Fitri, Yulia. 2007. Senjangan Anggaran: Pengaruh Informasi Asimetri,
Partisipasi Anggaran, Dan Komitmen Organisasi (Studi Empiris Pada Universitas

75

Swastadi Kota Bandung). Jurnal Ichsan Gorontalo. Dosen Fakultas Ekonomi


Universitas Syiah Kuala
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Govindarajan, V. 1986. Impact of Participation in the Budgetary Process on
Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contingency
Perspective. Decision Science 17. Hal. 496-516.
Hansen, D.R., dan M.M. Mowen. 1997. Management Accounting, International
Editions, McGraw-Hill.
Hapsari, Yuliana, I. 2011. Pengaruh Kapasitas Individu Terhadap Budgetary
Slack dengan Self Esteem sebagai variabel Pemoderasi (tesis). Yogyakarta
Hartono, Jogiyanto. 2007. Metode Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta.
Hopwood A.G., 1972. An Empirical Study of The Role of Accounting Data in
Performance Evaluation. Journal Accounting Research. Vol. X. 156-193
Kartiwa, H.A. 2004. Proses Penyusunan Anggaran (APBD) dan Arah Kebijakan
Umum. Makalah. Sukabumi, 8 Desember 2004
Kencana, I.K.A.W.2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Daerah terhadap Belanja Pemda pada Kabupaten/Kota di Bali (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.
Kreitner, Robert, dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Terjemahan:
Erly Suandy, edisi pertama. Penerbit salemba empat: Jakarta.
Latuheru, Belianus Patria. 2005. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap
Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Moderating. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol 7. Hal. 117-130.
Lawler, E & Hall, D. 1970. "Relationship of Job Characteristic to Job
Involvement, Satisfaction and Intricsic Motivation". Journal of Applised
Psychology. pp. 305-312
Little, H.T,. Magner, N.R., dan Welker,. R.B.2002. The Fairness of Formal
Budgetary Procedures and Their Enactment: Relationship with manager
behavior. Group & Organization Management 27.2
Lowe, E. A. dan R. W. Shaw. 1968. An Analysis of Managerial Biasing:
Evidence From a Companys Budgeting Proses. The Journal of Management
Studies 5. Oktober. hal 304-315.

76

Lukka, K. 1988. Budgetary Biasing in Organizations: Theoritical Framework and


Empirical Evidence. Accounting, Organization, and Society 13. hal. 281-301.
Mahsun, Mohamad., Sulistyowati, Firma., dan Purwanugraha, H.A. 2007.
Akuntansi Sektor Publik. Edisi kedua. Yogyakarta. BPFE.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Martjin, Schoute, and Wiersma, Eelke. 2011. Hubungan antara tujuan
penggunaan anggaran dan senjangan anggaran. Marc J, Epstein, John Y. Lee
(ed). (Kemajuan Dalam Akuntansi Manajemen, Volume 19), emerald group
Limited
Merchant, K.A. 1981. The Design of Corporate Budgeting System: Influences on
Managerial Behaviour and Performance. The Accounting Review, October: 813829.
Merchant, K. A. 1985. Budgeting and Propersity to Create Budgetary Slack.
Accounting, organization, and Society. 10. Hal. 201-210.
Maskun, Ali. 2008. Analisi Faktor Etika, Budaya Demokrasi, Tekanan Sosial,
Dan Kapasitas Individu Terhadap Budgetary Slack (Senjangan Anggaran) (Kajian
Perilaku Eksekutif Dalam Proses Penyusunan Anggaran Di Badan Koordinator
Wilayah II Jatim). Terakreditasi Dirjen Dikti (2008)
Murray Dennis. 1990. The Performance Effects of Participatice Budgeting: An
Integration on Intervening & Moderating Variables. Behavior Research in
Accounting. Vol 2.
Mustikawati, Renny. 1999. Pengaruh Locus of Control dan Budaya Paternalistik
Terdadap Keefektifan Penganggaran Partisipasif dalam Peningkatan Kinerja
Manajerial. Jurnal Bisnis Akuntansi, Vol.1 No.2 hal 96-119
Nasution, E.Y.2011. Analisis Kapasitas Individu, Partisipasi Anggaran Dan
Kesenjangan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Langkat
(Tesis). Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Nugrahani, Tri Siwi., Sugiri, Slamet. 2004. Pengaruh Reputasi Etika dan Self
Esteem pada Budgeting Slack. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar.
Nouri, H., dan R.J. Parker. 1996. The Effect of Organizational Comitment on
Relation Between Budgetary Participation and Budgetary Slack. Behavioral
Research in Accounting, Vol 8. Pp. 74-89.G
Novita, Dina, Sam, Iskandar, dan Jumaili, Salham. 2009. Analisis Pengaruh
Partisipasi Penganggaran, Informasi Asimetri, Komitmen Organisasi Terhadap

77

Budgetary Slack di PDAM Tirta Mayang Kota Jambi. Jurnal Cakrawala


Akuntansi, Vol 1 no 1
Onsi, M, 1973, Factor Analysis of Behavioral Variables Affecting Budgetary
Slack. The Accounting Review, Vol. 48. Pp. 535-548.
Otley, D. T. 1980. The Contingency Theory of Management Accounting:
Achivement and Prognosis. Accounting, Organizational Behaviour, Heinemann:
London.
Pello, Elizabeth Vyninca. 2014. Pengaruh Asimetri Informasi Dan Locus Of
Control Pada Hubungan Antara Penganggaran Partisipatif Dengan Senjangan
Anggaran. (tesis). Program pascasarjana Universitas Udayana.
Prasojo, Eko., Kurniawan, Teguh., Hazan, Azwar. 2005. Efisiensi Anggaran
sebagai Faktor Kunci Keberhasilan dalam Pelaksanaan Program Inovasi di
Kabupaten Jembrana. Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya, Vol. V, No. 2, Maret-Agustus 2005, hal 77-189
Reiss, Michelle C., dan Kaushik Mitra. 1998. The Effect of Individual Difference
Faktors on the Acceptibility of Ethical and Unethical Workplace Behaviors.
Journal of Business Ethics 17: 1581-1593.
Reysa, Annastasya. 2011. Interaksi asimetri informasi, kultur organisasi, dan
group cohesiveness antara partisipasi anggaran dan budgetary slack di PDAM
Delta Tirta Sidoarjo. (tesis). Jawa timur: Universitas Pendidikan Nasional
Veteran.
Robbins, S.P. dan Judge, T.A 2008. Perilaku Organisasi (Organizational
Behaviour). Buku 2. Edisi 12. Jakarta. Salemba Empat
Rotter, J.B .1990. Internal Versus External Control of Reinforcement. American
Psychologist, Vol. 45 No.4
Sandrya, Luh Putu. 2013. Analisis Pengaruh Anggaran Partisipatif Pada
Budgetary Slack Dengan Asimetri Informasi, Komitmen Organisasi, Budaya
Organisasi, Dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Pemoderasi. (Studi kasus
Pada Skpd Di Kabupaten Badung, Bali). (tesis). Program pascasarjana
Universitas Udayana.
Sari, Shinta Permata. 2006. Pengaruh Kapasitas Individu yang Diinteraksikan
dengan Locus of Control Terhadap Budgetary Slack. Surakarta. Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang.
Sarwono, Jonathan, dan Budiono, Herlina. 2012. Statistik Terapan. Aplikasi untuk
Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi (menggunakan SPSS, AMOS, dan Excel).
Jakarta. PT Elex Media Komputindo.

78

Schiff, M., dan A.Y. Lewin, 1970, The Impact of People on Budgets.
Accounting Review, Vol 45. Pp. 259-268.
Siegel dan R. Marconi. 1989. Behavioral Accounting, South-Western Publishing,
Ohio.
Sinaga,
M.T.
2013.
Pengaruh
Partisipasi
Anggaran
Terhadap
SenjanganAnggaran Dengan Locus Of Control Dan Organisasi Sebagai Variabel
Pemoderasi. (tesis). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Singer, Ming dan Singer, Alan E. 2001. Individual Differences and The Escala
tion of Commitment Paradigma. The Journal of Social Psychology.
Simanjuntak, Payaman, J. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universita Indonesia.
Stevens, D.E., 2002, The Effects of Reputation and Ethics on Budgetary Slack.
Journal Management Accounting Research, Vol.14. Pp. 153171.
Sudarba, I.K. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang
Anggaran Pada Pengawasan Keuangan Di Kabupaten Badung. (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ke-18. Bandung.
ALFABETA
Sulistyaningsih, F.C. 1995. Pengaruh Self Esteem Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Dan Sikap Kreatif Remaja (Skripsi., Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Supanto. 2010. Analisis Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary
Slackdengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi Sebagai
Pemoderasi (Tesis). Program Pascasarjana. UniversitasDiponegoro: Semarang.
Supomo, Bambang, dan Indriantoro, Nur. 1998. Pengaruh Struktur Dan Kultur
Organisasional Terhadap Keefektifan Anggaran Partisipasi Dalam Peningkatan
Kinerja Manajerial: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.
Kelola no. 18/VII: 61-84
Supriyanto. 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Budgetary Slack
dengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi Sebagai Pemoderasi
(Studi Kasus pada Politeknik Negeri Semarang) (tesis). Universitas Diponegoro
Semarang.
Tsui, J.S.L. dan F.A. Gul. 1996. Auditors Behavior in an Audit Conflict
Situation: A Research Note on the Role of Locus of Control and Ethical
Reasoning. Accounting, Organizations and Society, Vol 21 No. 1

79

Yuhertiana, Indrawati. 2004. Kapasitas Individu dalam Dimensi Budaya,


Keberadaan Tekanan Sosial dan Keterkaitannya dengan Budgetary Slack.
Wacana, Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur.
Young, S.M. 1985. Participative Budgeting: The Effects of Risk Aversion and
Symmetric Information on Budgeting Slack. Journal of Accounting Research,
Vol. 23 (2). Pp. 829842.

80

Lampiran 1

Penelitian-penelitian sebelumnya
Nama (tahun)

Variabel

Teknik analisis data

Hasil

Lowe dan shaw (1968)


survey (perusahaan retail di
300 toko dan 400 toko di
setiap pasar local)
Schift dan lewin (1970)
kuesioner
(tiga divisi independen dari
100 perusahaan)
Onsi (1973)
kuesioner
(107
manajer/dari
7
perusahaan manufaktur)
Camman (1976)

budgetary slack
anggaran
partisipatif

Analisis
regresi
linier sederhana

anggaran partisipatif berpengaruh positif pada


budgetary slack

budgetary slack
anggaran
partisipatif

Analisis
regresi
linier sederhana

anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada


budgetary slack

budgetary slack
anggaran
partisipatif

Analisis
regresi
linier sederhana

budgetary slack menurun sejak partisipasi


mengarah pada komunikasi positif
anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada
budgetary slack

Analisis
regresi
linier sederhana

anggaran partisipatif dapat mengurangi terjadinya


budgetary sluck

Collin (1978)

budgetary slack
anggaran
partisipatif
budgetary slack
anggaran
partisipatif

Analisis
regresi
linier sederhana

budgetary slack
anggaran

Analisis
regresi
linier sederhana

anggaran partisipatif berpengaruh tidak signifikan


pada budgetary slack
korelasi negative antara motivasi slack dan
motivasi untuk mencapai target anggaran
anggaran partisipatif cenderung mengurangi
budgetary slack

Baiman (1982)

partisipatif
Young (1985)
Empiris (43 pelajar)

Antie dan Eppen (1985)

Lukka (1988)

Siegal dan Marconi (1989)

Dunk (1993)
Kuesioner
(79 manajer di perusahaan
manufakur)

budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
budgetary slack
anggaran
partisipatif
budgetary slack
anggaran
partisipatif
budgetary slack
anggaran
partisipatif
budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
penekanan
anggaran (budget
emphasis)

analisis
berganda

regresi
-

Analisis
regresi
linier sederhana

Analisis
regresi
linier sederhana

anggaran partisipatif berpengaruh positif pada


budgetary slack

Analisis
regresi
linier sederhana

anggaran paritisipatif memungkinkan terjadinya


budgetary slack

analisis
berganda

anggaran partisipatif, asimetri informasi dan


penekanan anggaran berpengaruh negatif pada
budgetary slack
anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada
budgetary slack
asimetri informasi berpengaruh positif pada
hubungan anggaran partisipatif dan budgetary
slack
jika budget emphasis tinggi, maka budgetary slack
akan tinggi atau sebaliknya
anggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgeraty slack

regresi

Dunk dan Perera (1997)

budgetary slack
anggaran
partisipatif

anggaran partisipatif berpengaruh positif pada


budgetary slack
asimetri informasi berpengaruh positif pada
budgetary slack
anggaran partisipatif akan menciptakan budgetary
slack

Analisis
regresi linier
sederhana

Falikhatun
(2007)
kuesioner
(middle management level
di RSUD se-Jawa tengah
(masa
jabatan
paling
sedikit satu tahun)
Fitri (2007)
Kuesioner
(43 sampel
pembantu
dekan II, dan dilakukan
secara proposional)

budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
budaya organisasi
grup cohesiveness
(kovesivitas
kelompok)
budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
komitmen
organisasi

Analisis
regresi
moderasi (MRA)

Path Analysis

Maskun (2008)
Kuesioner
Badan koordinator wilayah
II jawa timur

etika
budaya birokrasi
tekanan social
kapasitas individu
budgetary slack

Path Analysis

anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan


pada budgetary slack
asimetri
informasi
dan
grupcohesiveness
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
budaya organisasi (employee oriented) tidak
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
anggaran partisipatif berpengarub negatif tetapi
signifikan pada budgetary slack melalui asimetri
informasi dan k omitmen organisasi
anggaran partisipatif berpengaruh positif dan
signifikan pada komitmen organisasi
asimetri informasi, anggaran partisipatif, dan
komitmen organisasi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap budgetary slack
asimetri informasi berpengaruh tidak signifikan
terhadap budgetary slack
asimetri informasi berpengaruh negatif dan
signifikan pada anggaran partisipatif dan
komitmen organisasi
komitmen organisasi melalui asimetri informasi
dan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan
signifikan pada budgetary slack
etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budgetary slack
etika berpengaruh negative pada budgetary slack
melalui kapasitas individu
budaya birokrasi berpengaruh negatif dan
signifikan pada budgetary slack

Novita, dkk. (2009)


Kuesioner
(27 manajer dan 2 staf di
devisi/unit PDAM tirta
mayang kota jambi)

Sudarba (2010)
Kuesioner
(studi kasus pada SKPD di
kabupaten tabanan)

Supanto (2010)
Kuesioner
(studi
kasus
Politeknik
Semarang)

pada
Negeri

Nouri dan Parker (1996)


Kuesioner

budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
komitmen
organisasi
budgetary slack
anggaran
partisipatif
komitmen
organisasi
ketidakpastian
lingkungan
budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
motivasi
budaya organisasi
komitmen
organisasi

Analisis
berganda

regresi

Analisis
berganda

regresi

Analisis
regresi
moderasi (MRA)

analisis
berganda

regresi

budaya birokrasi berpengaruh negatif pada


budgetary slack melalui kapasitas individu
budaya birokrasi berpengaruh psoitif dan
signifikan pada budgetary slack melalui tekanan
social
budaya birokrasi tidak berpengaruh signifikan pada
budgetary slack melalui tekanan social dan
kapasitas individu
anggaran partisipatif tidak berpengaruh signifikan
pada budgetary slack
anggaran partisipatif, asimetri informasi dan
komitmen organisasi berpengaruh secara simultan
pada budgetary slack
anggaran
partisipatif
yang
tinggi
akan
meningkatkan budgetary slack
komitmen
organisasi
dan
ketidakpastian
lingkungan berpengarub signifikan pada budgetary
slack

anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan


signifikan pada budgetary slack
asimetri informasi dapat memoderaasi pengaruh
anggaran partisipatif pada budgetary slack
motivasi dan budaya organisasi tidak dapat
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
tingkat komitmen organisasi dapat mempengaruhi
budgetary slack

(139 manajer perusahaan


multinasional dari industry
minyak)

Minan (2005)
Kuesioner (37 pimpinan
menengah di perguruan
tinggi swasta kota medan)

Hafsah (2005)
Kuesioner
(perusahaan go public di
sumatera utara)

Latuheru (2005)
Kuesioner
(kawasan
industri
Maluku)

di

Sari (2006)
Kuesioner
(45 manajer di perhotelan
Surakarta)

Desmiyati (2009)
Kuesioner
(pejabat eselon III dan IV

anggaran
partisipatif
budgetary slack

tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan


mengurangi budgetary slack
tingkat komitmen organisasi yang rendah akan
meningkatkan budgetary slack
anggaran partisipatif tidak berpengaruh pada
budgetary slack
komitmen organisasi tidak berpengaruh pada
hubungan antara anggaran partisipatif dengan
budgetary slack
asimetri informasi bukan variabel yang
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
komitmen organisasi bukan variabel yang
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack

komitmen
organisasi
anggaran
partisipatif
budgetary slack
budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
komitmen
organisasi

analisis regresi
berganda

budgetary slack
anggaran
partisipatif
komitmen
organisasi

analisis regresi
berganda

interaksi komitmen organisasi dan anggaran


partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan
pada budgetary slack

kapasitas individu
budgetary slack
locus of control

analisis regresi
moderasi
(MRA)

kapasitas individu berpengaruh positif pada


budgetary slack dengan locus of control sebagai
variabel moderasi
kapasitas individu berpengaruh positif pada
budgetary slack
anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan
signifikan pada budgetary slack
interaksi anggaran partisipatifdan komitmen

analisis regresi
moderasi
(MRA)

budgetary slack
anggaran
partisipatif

analisis regresi
berganda

kabupaten

komitmen
organisasi

Andriyani dan Hidayati


(2010)
Kuesioner
(pemda magelang)

budgetary slack
anggaran
partisipatif
kejelasan sasaran
anggaran
komitmen
organisasi
budgetary slack
anggaran
partisipatif
kapasitas individu
komitmen
organisasi

analisis
berganda

budgetary slack
anggaran
partisipatif
asimetri informasi
budaya organisasi
grup cohesiveness

Analisis
regresi
moderasi (MRA)

di
pemda
indargiri hulu)

Nasution (2011)
Kuesioner
(64 orang pegawai pada
satuan kerja perangkat
daerah (SKPD)
di kabupaten langkat)

Reysa (2011)
Kuesioner
(68 responden PDAM Tirta
sidoarjo)

organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada


budgetary slack
regresi

Analisis
berganda

regresi

Hapsari (2011)

budgetary slack
kapasitas individu

Analisis
regresi

anggaran partisipatif berpengaruh positif pada


budgetary slack
komitmen organisasi berpengaruh positif pada
budgetary slack
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif
pada budgetary salck
kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen
organisasi,
dan
budgetary
slack
saling
mempengaruhi
indikator paling dominan dalam menentukan
kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen
organisasi, dan budgetary slack adalah inisiatif
anggaran partisipatif berpengaruh positif
budgetary slack
asimetri informasi merupakan variabel
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif
budgetary slack
budaya organisasi merupakan variabel
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif
budgetary slack
grup cohesiveness merupakan variabel
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif
budgetary slack
kapasitas individu berpengaruh positif
signifikan pada budgetary slack

pada
yang
pada
yang
pada
yang
pada
dan

Sandrya (2013)

self esteem

moderasi
(MRA)

budgetary slack
anggaran
partisipatif
kapasitas individu
komitmen
organisasi
budaya organisasi

Analisis
regresi
moderasi
(MRA)

Sinaga (2013)

-Partisipasi Anggaran
- Senjangan Anggaran
-Locus Of Control Dan
-Budaya Organisasi

Analisis regresi
moderasi (MRA)

interaksi antara kapasitas individu dengan self


esteem berpengaruh negatif dan signifikan pada
budgetary slack
anggaran partisipatif berpengaruh positif terhadap
budgetary slack
interaksi anggaran partisipatif dengan asimetri
informasi berpengaruh positif pada budgetary slack
interaksi anggaran partisipatif dengan komitmen
organisasi berpengaruh negatif pada budgetary
slack
interaksi anggaran partisipatif dengan budaya
organisasi berpengaruh negatif pada budgetary
slack
interaksi anggaran partisipatif dengan kapasitas
individu berpengaruh positif pada budgetary slack
Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan
negatif terhadap senjangan
Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan
negatif terhadap senjangan anggaran. Pengaruh
tersebut akan semakin kuat pada saat individu
menganut Locus of control internal
Budaya organisasi yang berorientasi pada orang
tidak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara
partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.

Lampiran2
Denpasar,

2014

Lampiran:
Hal
: Permohonan Menjadi Responden
Kepada
Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/ i
..........................................................
..........................................................
di
Tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan tugas akhir (tesis) sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Magister Akuntansi, maka dengan ini saya:
Nama
: Putu Novia Hapsari Ardianti
Nim
: 1291662017
Jurusan
: Program Pasca Sarjana
Fakultas/Universitas : Ekonomi/Universitas Udayana
Melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penganggaran Partisipatif
pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi, Self Esteem, Locus Of
Control dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi kasus
pada Skpd Kabupaten Jembrana, Bali)
Untuk kepentingan penelitian ini, saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini sesuai petunjuk dengan lengkap
dan jujur. Kuesioner ini nantinya akan saya gunakan semata-mata untuk keperluan
ilmiah. Sesuai dengan etika penelitian, saya berjanji akan menjaga kerahasiaan
identitas responden dan isi kuesioner ini.
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas kerjasama dan
partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Putu Novia Hapsari Ardianti


NIM. 1291662017

KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi,
Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Pemoderasi
(Studi pada Skpd Kabupaten Jembrana, Bali)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Umur

:..................................................................

Jenis Kelamin

Masa Jabatan

:................................. tahun ...............bulan

Jabatan

:...................................................................

Unit Kerja

:...................................................................

NB: *) Beri tanda check (

Laki-laki atau

Perempuan *)

) di dalam kotak yang tersedia.

Mohon jawab pertanyaan berikut ini dengan melingkari salah satu dari a sampai
dengan e.
1. Apa tingkat pendidikan formal terakhir yang berhasil Bapak/Ibu selesaikan?
a. SMP
b. SMU
c. D3/Akademi
d. S1
e. Pascasarjana (S2/S3)
2. Dalam setahun terakhir, sudah berapa kali Bapak/Ibu mengikuti pelatihan tentang
anggaran?
a. Belum Pernah
b. 1-2 kali
c. 3-4 kali
d. 4 kali
e. Lebih dari 4 kali
3. Bapak/Ibu memiliki pengalaman berapa tahun terkait dengan keikutsertaan dalam
proses penganggaran selama menduduki jabatan (minimal unit kerjanya)?
a. Kurang dari 1 tahun
b. 1-2 tahun
c. 3-4 tahun
d. 4 tahun
e. Lebih dari 4 tahun

II. Persepsi Responden


Mohon dijawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda () pada kolom jawaban yang
menunjukkan:
Sangat Sedikit
Sedikit
Sedang
Banyak
Sangat Banyak
(SS)
(S)
(SD)
(B)
(SB)
1
2
3
4
5

No.
1

Jawaban
STS TS RR S

Pertanyaan

SS

Saya terlibat dalam penyusunan rencana kegiatan anggaran


di wilayah pertanggungjawaban saya
Saya mempunyai pengaruh dalam penentuan jumlah akhir
dari anggaran wilayah pertanggungjawaban saya
Saya selalu memprakarsai adanya diskusi dalam
penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA)
Pengaruh usulan dan pemikiran saya terhadap anggaran
akhir dipertimbangkan
Kontribusi saya di wilayah pertanggungjawaban saya
sangat penting

2
3
3
5

Untuk pertanyaan ini Mohon dijawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda ()
pada kolom jawaban yang menunjukkan:
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
(STS)
(TS)
(RR)
(S)
(SS)
1
2
3
4
5

No.
6

8
9
10
11
12

Jawaban
STS TS RR S

Pertanyaan
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan
program/kegiatan SKPD selama ini sudah sesuai dengan
kebutuhan
Informasi yang diberikan oleh pegawai dalam proses
penyusunan anggaran, bertujuan agar target anggaran
tercapai
Pegawai harus memeliki keahlian dalam bidangnya
Secara teknis, pegawai mengetahui pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya
Pegawai mengetahui dengan pasti kinerja potensial pada
bidang yang menjadi tanggung jawabnya
Latar belakang pendidikan dan pengetahuan harus sesuai
dengan bidang tugas yang dibebankan
Saya merasa bahwa diri saya cukup berharga,

10

SS

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
35
36
37
38
39

40

41

setidaktidaknya sama dengan orang lain


Seringkali kita bisa memutuskan apa yang akan kita
perbuat dengan cara melemparkan/mengundi dengan
mata uang logam.
Saya orang yang gagal
Saya percaya bahwa berhasil atau tidaknya suatu
pekerjaan bergantung pada kemauan saya sendiri
Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada
diri saya
Saya menerima keadaan diri saya seperti apa adanya
Saya percaya bahwa saya dapat mengendalikan hidup
saya melalui kerja keras dan usaha saya saya sendiri
Saya berharap saya dapat lebih dihargai
Saya sering merasa tidak berguna
Kadang-kadang saya merasa diri saya tidak baik.
Sebenarnya, tidak ada yang disebut keberuntungan
Saya rasa banyak hal-hal yang baik dalam diri saya
Bagi saya memperoleh apa yang saya inginkan sama
sekali tidak ada hubungannya dengan kemujuran
Saya mampu menghadapi situasi penuh tekanan
Saya mampu mengerjakan sesuatu seperti apa yang
dapat dilakukan orang lain
Apabila saya membuat rencana, saya hampir selalu
yakin bahwa saya bisa menjalankan rencana tersebut.
Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya.
Untuk berhasil orang harus berusaha keras,
keberuntungan tidak ada peranannya dalam hal ini.
Pegawai mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan dalam
proses penyusunan anggaran
Tingkat pendidikan berpengaruh dalam penyelesaian tugas
Pegawai perlu mengikuti diklat agar dapat melaksanakan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya
Pegawai mengetahui hal apa yang dapat dicapai pada
bidang yang menjadi tanggung jawabnnya
Jumlah anggaran pendapatan asli daerah/ PAD (pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah) ditentukan
lebih rendah dari seharusnya
Jumlah anggaran dana perimbangan (dana bagi hasil
pajak/bagi hasil bukan pajak, dana lokasi umum, dan dana
alokasi khusus) ditentukan lebih rendah dari seharusnya
Jumlah anggaran lain-lain pendapatan daerah yang sah
(dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah
lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan
keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya, dan
dana insentif daerah) ditentukan lebih rendah dari
11

42.

43.

seharusnya.
Jumlah anggaran belanja tidak langsung (belanja pegawai,
subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil kepada
provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, bantuan
keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah
desa, dan belanja tidak terduga) ditentukan lebih tinggi dari
seharusnya
Jumlah anggaran belanja langsung (belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, dan belanja modal) ditentukan
lebih tinggi dari seharusnya.

TERIMAKASIH

12

Lampiran 3

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N
BS
PA
AI
SE
LoC
KI
Valid N (listwise)

102
102
102
102
102
102
102

Minimum
16,00
18,00
22,00
24,00
27,00
13,00

13

Maximum
25,00
25,00
30,00
39,00
40,00
20,00

Mean
21,7059
22,1176
26,7843
31,6863
35,0882
17,4608

Std. Deviation
2,43972
1,96148
2,82712
3,38307
3,47296
1,95327

Lampiran 4
UJI VALIDITAS
Variabel PA (X1)

Correlations
X1.1
X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

PA

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

1
30
-,009
,962
30
,333
,072
30
,193
,306
30
,075
,692
30
,401*
,028
30

X1.2
-,009
,962
30
1
30
,353
,056
30
,313
,092
30
,691**
,000
30
,685**
,000
30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

14

X1.3
,333
,072
30
,353
,056
30
1
30
,612**
,000
30
,437*
,016
30
,787**
,000
30

X1.4
,193
,306
30
,313
,092
30
,612**
,000
30
1
30
,513**
,004
30
,785**
,000
30

X1.5
,075
,692
30
,691**
,000
30
,437*
,016
30
,513**
,004
30
1
30
,802**
,000
30

PA
,401*
,028
30
,685**
,000
30
,787**
,000
30
,785**
,000
30
,802**
,000
30
1
30

Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel AI (X2)

Correl ations
X2.1
X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X2.5

X2.6

AI

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

1
30
,579**
,001
30
,738**
,000
30
,544**
,002
30
,476**
,008
30
,958**
,000
30
,879**
,000
30

X2.2
,579**
,001
30
1
30
,535**
,002
30
,394*
,031
30
,699**
,000
30
,583**
,001
30
,755**
,000
30

X2.3
,738**
,000
30
,535**
,002
30
1
30
,659**
,000
30
,553**
,002
30
,718**
,000
30
,862**
,000
30

**. Correlation is s ignificant at t he 0.01 level (2-t ailed).


*. Correlation is s ignificant at t he 0.05 level (2-t ailed).

15

X2.4
,544**
,002
30
,394*
,031
30
,659**
,000
30
1
30
,408*
,025
30
,599**
,000
30
,771**
,000
30

X2.5
,476**
,008
30
,699**
,000
30
,553**
,002
30
,408*
,025
30
1
30
,503**
,005
30
,717**
,000
30

X2.6
,958**
,000
30
,583**
,001
30
,718**
,000
30
,599**
,000
30
,503**
,005
30
1
30
,895**
,000
30

AI
,879**
,000
30
,755**
,000
30
,862**
,000
30
,771**
,000
30
,717**
,000
30
,895**
,000
30
1
30

Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel SE (X3)
Correl ations
X3.1
X3.1

X3.2

X3.3

X3.4

X3.5

X3.6

X3.7

X3.8

X3.9

X3.10

SE

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

1
30
,610**
,000
30
,198
,295
30
,096
,612
30
-,176
,353
30
,072
,707
30
-,160
,399
30
,224
,235
30
,147
,440
30
-,017
,928
30
,461*
,010
30

X3.2
,610**
,000
30
1
30
,123
,518
30
,215
,255
30
-,382*
,037
30
,151
,427
30
-,150
,430
30
,279
,135
30
,138
,467
30
-,345
,062
30
,385*
,036
30

X3.3
,198
,295
30
,123
,518
30
1
30
-,011
,954
30
,339
,066
30
-,288
,122
30
-,068
,721
30
-,040
,834
30
,177
,350
30
,042
,826
30
,387*
,034
30

X3.4
,096
,612
30
,215
,255
30
-,011
,954
30
1
30
-,041
,828
30
,164
,386
30
,145
,444
30
-,060
,752
30
,470**
,009
30
-,121
,523
30
,458*
,011
30

X3.5
-,176
,353
30
-,382*
,037
30
,339
,066
30
-,041
,828
30
1
30
,014
,940
30
,339
,067
30
,124
,512
30
,088
,643
30
,469**
,009
30
,446*
,013
30

**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-t ailed).


*. Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-t ailed).

16

X3.6
,072
,707
30
,151
,427
30
-,288
,122
30
,164
,386
30
,014
,940
30
1
30
,141
,458
30
-,110
,563
30
,050
,793
30
,183
,333
30
,367*
,046
30

X3.7
-,160
,399
30
-,150
,430
30
-,068
,721
30
,145
,444
30
,339
,067
30
,141
,458
30
1
30
,302
,105
30
,262
,162
30
,272
,145
30
,444*
,014
30

X3.8
,224
,235
30
,279
,135
30
-,040
,834
30
-,060
,752
30
,124
,512
30
-,110
,563
30
,302
,105
30
1
30
,225
,232
30
,125
,511
30
,386*
,035
30

X3.9
,147
,440
30
,138
,467
30
,177
,350
30
,470**
,009
30
,088
,643
30
,050
,793
30
,262
,162
30
,225
,232
30
1
30
,060
,751
30
,539**
,002
30

X3.10
-,017
,928
30
-,345
,062
30
,042
,826
30
-,121
,523
30
,469**
,009
30
,183
,333
30
,272
,145
30
,125
,511
30
,060
,751
30
1
30
,385*
,036
30

SE
,461*
,010
30
,385*
,036
30
,387*
,034
30
,458*
,011
30
,446*
,013
30
,367*
,046
30
,444*
,014
30
,386*
,035
30
,539**
,002
30
,385*
,036
30
1
30

Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel LoC (X4)
Correlations
X4.1
X4.1

X4.2

X4.3

X4.4

X4.5

X4.6

X4.7

X4.8

LoC

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

1
30
,307
,099
30
,484**
,007
30
,596**
,001
30
,377*
,040
30
,901**
,000
30
,184
,329
30
,754**
,000
30
,810**
,000
30

X4.2
,307
,099
30
1
30
,367*
,046
30
,309
,096
30
,489**
,006
30
,466**
,009
30
,713**
,000
30
,489**
,006
30
,695**
,000
30

X4.3
,484**
,007
30
,367*
,046
30
1

X4.4
,596**
,001
30
,309
,096
30
,228
,225
30
1

30
,228
,225
30
,289
,122
30
,511**
,004
30
,508**
,004
30
,722**
,000
30
,695**
,000
30

30
,514**
,004
30
,567**
,001
30
,309
,096
30
,395*
,031
30
,696**
,000
30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

17

X4.5
,377*
,040
30
,489**
,006
30
,289
,122
30
,514**
,004
30
1
30
,422*
,020
30
,342
,064
30
,400*
,029
30
,653**
,000
30

X4.6
,901**
,000
30
,466**
,009
30
,511**
,004
30
,567**
,001
30
,422*
,020
30
1
30
,219
,246
30
,675**
,000
30
,835**
,000
30

X4.7
,184
,329
30
,713**
,000
30
,508**
,004
30
,309
,096
30
,342
,064
30
,219
,246
30
1
30
,342
,064
30
,603**
,000
30

X4.8
,754**
,000
30
,489**
,006
30
,722**
,000
30
,395*
,031
30
,400*
,029
30
,675**
,000
30
,342
,064
30
1
30
,818**
,000
30

LoC
,810**
,000
30
,695**
,000
30
,695**
,000
30
,696**
,000
30
,653**
,000
30
,835**
,000
30
,603**
,000
30
,818**
,000
30
1
30

Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel KI (X5)
Correlations
X5.1
X5.1

X5.2

X5.3

X5.4

KI

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

1
30
,210
,266
30
,607**
,000
30
,524**
,003
30
,823**
,000
30

X5.2
,210
,266
30
1
30
,381*
,038
30
,347
,060
30
,636**
,000
30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

18

X5.3
,607**
,000
30
,381*
,038
30
1
30
,132
,486
30
,704**
,000
30

X5.4
,524**
,003
30
,347
,060
30
,132
,486
30
1
30
,729**
,000
30

KI
,823**
,000
30
,636**
,000
30
,704**
,000
30
,729**
,000
30
1
30

Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel BS (Y1

Correlations
Y1.1

Y1.1

Y1.2

Y1.3

Y1.4

Y1.5

BS

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

1
30
,549**
,002
30
,565**
,001
30
,452*
,012
30
,318
,087
30
,809**
,000
30

Y1.2
,549**
,002
30
1
30
,229
,224
30
,250
,182
30
,354
,055
30
,610**
,000
30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

19

Y1.3
,565**
,001
30
,229
,224
30
1
30
,157
,408
30
,430*
,018
30
,573**
,001
30

Y1.4
,452*
,012
30
,250
,182
30
,157
,408
30
1
30
,216
,251
30
,792**
,000
30

Y1.5
,318
,087
30
,354
,055
30
,430*
,018
30
,216
,251
30
1
30
,552**
,002
30

BS
,809**
,000
30
,610**
,000
30
,573**
,001
30
,792**
,000
30
,552**
,002
30
1
30

21

Lampiran 5
HASIL UJI RELIABILITAS

Variabel PA (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,744

N of Items
5

Variabel AI (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,892

N of Items
6

Variabel SE (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,655

N of Items
10

Variabel LoC (X4)


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,871

N of Items
8

20

Lampiran 5 (Lanjutan)

HASIL UJI RELIABILITAS


Variabel KI (X5)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,697

N of Items
4

Variabel BS (Y1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,635

N of Items
5

21

21

Lampiran 6
HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
As ymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

22

Unstandardized
Residual
102
,0000000
1,81891329
,086
,057
-,086
,872
,432

Lampiran 7
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Model
1

(Constant)
PA
AI
SE
LoC
KI
Int. PA.AI
Int. PA.SE
Int. PA.LoC
Int. PA.KI

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-1,177
,961
-,081
,152
-,312
,164
,099
,132
,743
,416
-,808
,848
,020
,012
-,002
,008
-,042
,024
,045
,048

a. Dependent Variable: Abs _Res

23

Standardized
Coefficients
Beta
-,056
-1,202
,311
3,519
-1,977
1,823
-,155
-3,955
2,434

t
-1,224
-,534
-1,904
,748
1,789
-,953
1,721
-,223
-1,789
,932

Sig.
,224
,595
,060
,457
,077
,343
,089
,824
,077
,354

25

Lampiran 8

HASIL MODERATED REGRESSION ANALYSIS

Variables Entered/Removedb
Model
1

Variables Entered
Int. PA.KI, SE, LoC, AI,
PA, KI, Int. PA.AI,
Int. PA.
a
SE, Int. PA.LoC

Variables
Removed

Method
.

Enter

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: BS

Model Summary
Model
1

R
,803a

R Square
,645

Adjusted
R Square
,610

Std. Error of
the Estimate
1,90581

a. Predictors: (Constant), Int. PA.KI, SE, LoC, AI, PA, KI,


Int. PA.AI, Int. PA.SE, Int. PA.LoC

ANOVAb
Model
1

Regres sion
Residual
Total

Sum of
Squares
606,854
334,153
941,007

df
9
92
101

Mean Square
67,428
3,632

F
18,565

Sig.
,000a

a. Predictors: (Constant), Int. PA.KI, SE, LoC, AI, PA, KI, Int. PA.AI, Int. PA.SE, Int. PA.
LoC
b. Dependent Variable: BS

24

Lampiran 8 (Lanjutan)

HASIL MODERATED REGRESSION ANALYSIS

Coefficientsa

Model
1

(Constant)
PA
AI
SE
LoC
KI
Int. PA.AI
Int. PA.SE
Int. PA.LoC
Int. PA.KI

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-34,916
11,105
3,428
,793
1,025
,310
,689
,391
2,961
,766
-5,224
1,569
-,065
,022
-,059
,027
-,153
,044
,287
,089

a. Dependent Variable: BS

25

Standardized
Coefficients
Beta
3,218
1,400
,769
4,969
-4,534
-2,060
-1,724
-5,058
5,511

t
-3,144
4,323
3,304
1,762
3,864
-3,330
-2,898
-2,189
-3,501
3,214

Sig.
,002
,000
,001
,081
,000
,001
,005
,031
,001
,002

Anda mungkin juga menyukai