Anda di halaman 1dari 21

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Paper

Disusun oleh:

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS UDAYANA


DENPASAR
2015
1

DAFTAR ISI

Lembaran Judul .................................................................................................

Daftar Isi ...........................................................................................................


Latar Belakang ...........................................................................................

ii A.
1

B. Rumusan masalah........................................................................................

C. Tujuan Penulisan .........................................................................................

D. Pembahasan ................................................................................................

1. Pengertian pajak dan hukum pajak ....................................................... 8


2. Retribusi Daerah.................................................................................... 12
3. Obyek Retribusi Daerah ........................................................................ 16
4. Dasar Hukum Sistem Pemungutan Pajak Daerah di Era Otonomi .......

16

5. Sistem Pemungutan Pajak Daerah di Era Otonomi Daerah ..................

20

E. Kesimpulan ................................................................................................

22

F. Daffar Pustaka .............................................................................................

23

A. Latar Belakang
Salah

satu

tujuan

didirikannya

Negara

adalah

untuk

memberikan

kesejahteraan bagi rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk


menjadi manusia seutuhnya. Demikian juga Negara Republik Indonesia sebagai
negara

merdeka

dan

berdaulat

mempunyai

tujuan

dalam

menjalankan

pemerintahannya. Pembangunan di segala bidang dilakukan untuk membentuk


masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan senantiasa suatu negara memerlukan beberapa unsur pendukung, salah
satunya adalah tersedianya sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan.
Sumber-sumber penerimaan ini sangat penting untuk menjalankan kegiatan dari
masing-masing tingkat pemerintahan, karena tanpa adanya penerimaan yang cukup
maka program-program pemerintah tidak akan berjalan secara maksimal. Semakin
luas

wilayah,

semakin

besar

jumlah

penduduk

semakin

kompleks

kebutuhan masyarakat maka akan semakin besar dana yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan.
Selain dari itu, dalam rangka efektivitas pelaksanaan pembangunan di
segala bidang, demi tercapainya keselarasan dan keseimbangan seluruh kegiatan
pembangunan, maka diperlukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi
seluruh rakyat. Oleh karena itu tidak semua urusan pemerintahan dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, akan tetapi daerah berikan kewenangan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan
daerah dari pendapatan asli daerah, menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 bersambung dengan Pasal 158 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, ditetapkan dengan Undang-Undang, yang pelaksanaanya di daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah. Kedua pasal tersebut merupakan penegasan dari apa
yang telah diatur oleh konstitusi tertulis, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 hasil
Amandemen, khususnya Pasal 23A yang menegaskan, bahwa pajak dan pungutan
lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Tujuan daripada reformasi terhadap peraturan perundang-undangan pajak dan
retribusi daerah adalah untuk menyederhanakan dan memperbaiki jenis dan struktur
perpajakan

daerah,

meningkatkan

pendapatan
3

daerah,

memperbaiki

sistem

administrasi perpajakan daerah dan retribusi daerah sejalan dengan sistem


administrasi

perpajakan

nasional,

mengklasifikasikan

retribusi,

dan

menyederhanakan tarif pajak dan retribusi.


Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal
balik langsung. Berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, yag dimaksud dengan Pajak Daerah, yang selanjutnya
disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk pajak tidak ada timbal balik
langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik
langsung

kepada

pembayar retribusi. Pajak merupakan pungutan yang bersifat

memaksa berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.


Sedangkan

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah

pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau Badan. Nampak perbedaan yang cukup signifikan antara pajak
daerah dan retribusi daerah.
Berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah di dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur mengenai
jenis dari pajak daerah dan retribusi daerah, tata cara pemungutannya yang diatur
secara umum, objek, subjek, dan dasar pengenaan pajak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
dikaji dalam paper ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana

dasar hukum sistem pemungutan

pajak daerah dan retribusi

daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar?


2. Bagaimana sistem pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar?

C. Tujuan Penulisan
4

Berdasarkann rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan paper


ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dasar hukum sistem pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar
2. Untuk mengetahui sistem pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar.
D. Pembahasan
1. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau PDRD adalah pungutan oleh
daerah yang merupakan salah satu hak daerah dalam menyelenggarakan otonomi
daerah. Hak-hak daerah tersebut sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Hasil PDRD merupakan sebagian sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selain dari PDRD, sumber PAD adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. PDRD ditetapkan dengan UndangUndang, terbaru dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintahan daerah dilarang melakukan pungutan
atau dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan Undang-Undang.
Pelaksanaan Undang-Undang PDRD di daerah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah (Perda). Penetapan rancangan Perda yang berkaitan dengan
PDRD dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri Keuangan, dalam hal ini
Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Ditjen Perimbangan Keuangan.
2. Prinsip Umum dan Pemungutan
a. Prinsip Umum :
a) Keadilan (equity)
b) Kepastian (certainity)
c) Kemudahan (convenience)
d) Efisiensi (efficiency)
b. Pemungutan
a) Didasarkan pada peraturan daerah
b) Daerah memiliki potensi penerimaan pajak dan/atau retribusi yang
memadai
c) Penetapan tarif memperhatikan kemampuan masyarakat dan aspek
keadilan
d) Administrasi pemungutan diatur secara efisien dan efektif
e) Terdapat kepastian hukum dan pengaturan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban pembayar dan pemungut pajak daerah dan retribusi daerah
5

f) Pemungutan tidak dapat diborongkan


g) Pemungutan tidak berlaku surut
3. Perbedaan antara Pajak dan Retribusi
a. Pembayar pajak tidak menerima imbalan langsung. Sedangkan pembayar
retribusi menerima imbalan/manfaat dari penerima retribusi.
b. Objek pajak bukan merupakan objek retribusi.
c. Pada retribusi berlaku sistem official assessment. Sedangkan pada pajak
berlaku sistem self assessment, official assessment, dan withholding.
4. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah Otonom (daerah) yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ciri-ciri pajak daerah :
a. Dipungut oleh Pemda, berdasarkan kekuatan peraturan perundang-undangan.
b. Dipungut apabila ada suatu keadaan, peristiwa dan perbuatan yang menurut
peraturan perundang-undangan dapat dikenakan pajak daerah.
c. Dapat dipaksakan, yakni apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban
pembayaran pajak daerah, yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi (pidana
dan denda).
d. Tidak terdapat hubungan langsung antara pembayaran pajak daerah dengan
imbalan/balas jasa secara perseorangan.
e. Hasil penerimaan pajak daerah disetor ke kas daerah.
5. Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut, jenis-jenis pajak daerah
dan retribusi daerah yang boleh dipungut oleh daerah adalah sebagai berikut :
a. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a) Pajak Kendaraan Bermotor;
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d) Pajak Air Permukaan; dan
e) Pajak Rokok.
b. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a) Pajak Hotel;
b) Pajak Restoran;
c) Pajak Hiburan;
d) Pajak Reklame;
e) Pajak Penerangan Jalan;
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g) Pajak Parkir;
6

h)
i)
j)
k)

Pajak Air Tanah;


Pajak Sarang Burung Walet;
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Jenis Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat tidak dipungut apabila
potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk
daerah provinsi dan Pajak untuk daerah kabupaten/kota.
Berikut adalah tabel tentang jenis pajak, objek pajak, dan subjek pajak
daerah sesuai dengan UU no. 28 Tahun 2009 :
No
1

Jenis Pajak
Pajak Provinsi :
a. Pajak
Kendaraan
Bermotor;
b. Bea Balik Nama
Kendaraan
Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar
Kendaraan
Bermotor;

d. Pajak
Permukaan;

e. Pajak Rokok.
Pajak kabupaten/kota
a. Pajak Hotel;

Air

Objek Pajak

Subjek Pajak

kepemilikan
dan/atau
penguasaan
Kendaraan
Bermotor.
penyerahan
kepemilikan
Kendaraan Bermotor.

orang pribadi atau Badan yang


memiliki dan/atau menguasai
Kendaraan Bermotor.
orang pribadi atau Badan yang
dapat menerima penyerahan
Kendaraan Bermotor.
konsumen
Bahan
Bakar
Kendaraan Bermotor.

Bahan
Bakar
Kendaraan
Bermotor yang disediakan atau
dianggap
digunakan
untuk
kendaraan bermotor, termasuk
bahan bakar yang digunakan
untuk kendaraan di air.
pengambilan
dan/atau
pemanfaatan Air Permukaan.

konsumsi rokok
pelayanan yang disediakan oleh
Hotel dengan pembayaran,
termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan Hotel yang sifatnya
memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan.
7

orang pribadi atau Badan yang


dapat melakukan pengambilan
dan/atau
pemanfaatan
Air
Permukaan.
konsumen rokok
orang pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran kepada
orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Hotel.

b. Pajak Restoran;

pelayanan yang disediakan oleh


Restoran.

c. Pajak Hiburan;

jasa penyelenggaraan Hiburan


dengan dipungut bayaran.
semua
penyelenggaraan
Reklame.
penggunaan tenaga listrik, baik
yang dihasilkan sendiri maupun
yang diperoleh dari sumber lain.
kegiatan pengambilan Mineral
Bukan Logam dan Batuan yang
meliputi:
a. asbes;
b. batu tulis;
c. batu setengah permata;
d. batu kapur;
e. batu apung;
f. batu permata;
g. bentonit;
h. dolomit;
i. feldspar;
j. garam batu (halite);
k. grafit;
l. granit/andesit;
m. gips;
n. kalsit;
o. kaolin;
p. leusit;
q. magnesit;
r. mika;
s. marmer;
t. nitrat;
u. opsidien;
v. oker;
w. pasir dan kerikil;
x. pasir kuarsa;
y. perlit;
z. phospat;
aa. talk;
ab. tanah serap (fullers earth);
ac. tanah diatome;
ad. tanah liat;
ae. tawas (alum);
af. tras;
ag. yarosif;
ah. zeolit;
ai. basal;
aj. trakkit; dan
ak. Mineral Bukan Logam dan
Batuan
lainnya
sesuai

d. Pajak Reklame;
e. Pajak
Jalan;
f.

Penerangan

Pajak
Mineral
Bukan Logam dan
Batuan;

orang pribadi atau Badan yang


membeli makanan dan/atau
minuman dari Restoran.
orang pribadi atau Badan yang
menikmati Hiburan.
orang pribadi atau Badan yang
menggunakan Reklame.
orang pribadi atau Badan yang
dapat menggunakan tenaga
listrik.
orang pribadi atau Badan yang
dapat
mengambil
Mineral
Bukan Logam dan Batuan.

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
penyelenggaraan tempat Parkir
di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan
pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor.
pengambilan
dan/atau
pemanfaatan Air Tanah.

i.

Pajak
Sarang
Burung Walet;

pengambilan
pengusahaan
Walet.

j.

Pajak Bumi dan


Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan;

Bumi dan/atau Bangunan yang


dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi
atau Badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
Perolehan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan.

k. Bea Perolehan Hak


atas
Tanah
dan
Bangunan.

dan/atau
Sarang Burung

orang pribadi atau Badan yang


melakukan parkir kendaraan
bermotor.

orang pribadi atau Badan yang


melakukan
pengambilan
dan/atau
pemanfaatan
Air
Tanah.
orang pribadi atau Badan yang
melakukan
pengambilan
dan/atau mengusahakan Sarang
Burung Walet.
orang pribadi atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu
hak
atas
Bumi
dan/atau
memperoleh manfaat atas Bumi,
dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat
atas Bangunan.
orang pribadi atau Badan yang
memperoleh Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan.

6. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah atau Retribusi adalah pungutan daerah (otonom) sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Ciri-ciri :
a. Dipungut oleh pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan peraturan perundangundangan.
b. Dapat dipungut apabila ada jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dan
dinikmati oleh orang atau badan.
9

c. Pihak yang membayar retribusi daerah mendapatkan imbalan/balas jasa secara


langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
d. Wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran retribusi daerah
dapat dikenakan sanksi ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi daerah
tidak memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
e. Hasil penerimaan retribusi daerah disetor ke kas daerah.
7. Objek dan Golongan Retribusi
Objek Retribusi adalah:
a. Jasa Umum;
b. Jasa Usaha; dan
c. Perizinan Tertentu.
Dengan demikian, retribusi digolongkan menjadi:
a. Retribusi Jasa Umum;
b. Retribusi Jasa Usaha; dan
c. Retribusi Perizinan Tertentu.
Berikut adalah tabel tentang jenis retribusi, objek retribusi, dan subjek
retribusi daerah sesuai dengan UU no. 28 Tahun 2009 :
NO
1.

JENIS RETRIBUSI
Jasa Umum :

a. Retribusi Pelayanan
Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan
Persampahan/Keber
sihan;

OBJEK RETRIBUSI
pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi
atau Badan.
pelayanan
kesehatan
di
puskesmas, puskesmas keliling,
puskesmas pembantu, balai
pengobatan, rumah sakit umum
daerah, dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang sejenis
yang dimiliki dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah, kecuali
pelayanan pendaftaran.
pelayanan
persampahan/
kebersihan
yang
diselenggarakan
oleh
Pemerintah Daerah, meliputi:
a) pengambilan/pengumpulan
sampah dari sumbernya ke
lokasi
pembuangan
sementara;
b) pengangkutan sampah dari
10

SUBJEK RETRIBUSI
orang pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati
pelayanan jasa umum yang
bersangkutan.

c. Retribusi
Penggantian Biaya
Cetak Kartu Tanda
Penduduk dan Akta
Catatan Sipil;

d. Retribusi Pelayanan
Pemakaman
dan
Pengabuan Mayat;

e. Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan
Umum;

f.

Retribusi Pelayanan
Pasar;

g. Retribusi Pengujian
Kendaraan
Bermotor;

sumbernya dan/atau lokasi


pembuangan sementara ke
lokasi
pembuangan/pembuangan
akhir sampah; dan
c) penyediaan
lokasi
pembuangan/pemusnahan
akhir sampah.
pelayanan:
a) kartu tanda penduduk;
b) kartu keterangan bertempat
tinggal;
c) kartu identitas kerja;
d) kartu penduduk sementara;
e) kartu identitas penduduk
musiman;
f) kartu keluarga; dan
g) akta catatan sipil yang
meliputi akta perkawinan,
akta
perceraian,
akta
pengesahan dan pengakuan
anak, akta ganti nama bagi
warga negara asing, dan
akta kematian.
pelayanan pemakaman dan
pengabuan mayat yang meliputi:
a) pelayanan
penguburan/
pemakaman
termasuk
penggalian dan pengurukan,
pembakaran/pengabuan
mayat; dan
b) sewa tempat pemakaman
atau pembakaran/pengabuan
mayat yang dimiliki atau
dikelola Pemerintah Daerah.
penyediaan pelayanan parkir di
tepi jalan umum yang ditentukan
oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
penyediaan
fasilitas
pasar
tradisional/sederhana,
berupa
pelataran, los, kios yang dikelola
Pemerintah Daerah, dan khusus
disediakan untuk pedagang.
pelayanan pengujian kendaraan
bermotor, termasuk kendaraan
bermotor di air, sesuai dengan
11

h. Retribusi
Pemeriksaan
Pemadam
Kebakaran;

i.

j.

Alat

Retribusi
Penggantian Biaya
Cetak Peta;
Retribusi
Penyediaan dan/atau
Penyedotan Kakus;

k. Retribusi
Pengolahan Limbah
Cair;

l.

Retribusi Pelayanan
Tera/Tera Ulang;

m. Retribusi Pelayanan
Pendidikan;
n. Retribusi
Pengendalian
Menara
Telekomunikasi.
2.

Jasa Usaha;

ketentuan
peraturan
perundangundangan,
yang
diselenggarakan
oleh
Pemerintah Daerah.
pelayanan pemeriksaan dan/atau
pengujian
alat
pemadam
kebakaran, alat penanggulangan
kebakaran,
dan
alat
penyelamatan
jiwa
oleh
Pemerintah Daerah terhadap
alat-alat pemadam kebakaran,
alat penanggulangan kebakaran,
dan alat penyelamatan jiwa yang
dimiliki dan/atau dipergunakan
oleh masyarakat.
penyediaan peta yang dibuat
oleh Pemerintah Daerah.
pelayanan penyediaan dan/atau
penyedotan
kakus
yang
dilakukan oleh Pemerintah
Daerah.
pelayanan pengolahan limbah
cair rumah tangga, perkantoran,
dan industri yang disediakan,
dimiliki,
dan/atau
dikelola
secara khusus oleh Pemerintah
Daerah dalam bentuk instalasi
pengolahan limbah cair.
a) pelayanan pengujian alatalat ukur, takar, timbang,
dan perlengkapannya; dan
b) pengujian barang dalam
keadaan terbungkus yang
diwajibkan sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan.
pelayanan
penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan teknis
oleh Pemerintah Daerah.
pemanfaatan
ruang
untuk
menara telekomunikasi dengan
memperhatikan
aspek
tata
ruang,
keamanan,
dan
kepentingan umum.
pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan
12

orang pribadi atau Badan yang


menggunakan/menikmati

a. Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah;
b. Retribusi
Pasar
Grosir
dan/atau
Pertokoan;

c. Retribusi
Tempat
Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi
Tempat
Khusus Parkir;

f.

Retribusi
Tempat
Penginapan/Pesangg
rahan/Villa;

g. Retribusi
Rumah
Potong Hewan;

menganut prinsip komersial


yang meliputi:
a) pelayanan
dengan
menggunakan/memanfaatka
n kekayaan Daerah yang
belum dimanfaatkan secara
optimal; dan/atau
b) pelayanan oleh Pemerintah
Daerah sepanjang belum
disediakan secara memadai
oleh pihak swasta.
pemakaian kekayaan Daerah.
penyediaan fasilitas pasar grosir
berbagai jenis barang, dan
fasilitas pasar/pertokoan yang
dikontrakkan,
yang
disediakan/diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
penyediaan tempat pelelangan
yang secara khusus disediakan
oleh Pemerintah Daerah untuk
melakukan pelelangan ikan,
ternak, hasil bumi, dan hasil
hutan termasuk jasa pelelangan
serta fasilitas lainnya yang
disediakan di tempat pelelangan.
pelayanan penyediaan tempat
parkir
untuk
kendaraan
penumpang dan bis umum,
tempat kegiatan usaha, dan
fasilitas lainnya di lingkungan
terminal,
yang
disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
pelayanan tempat khusus parkir
yang
disediakan,
dimiliki,
dan/atau
dikelola
oleh
Pemerintah Daerah.
pelayanan
tempat
penginapan/pesanggrahan/villa
yang
disediakan,
dimiliki,
dan/atau
dikelola
oleh
Pemerintah Daerah.
pelayanan penyediaan fasilitas
rumah
pemotongan
hewan
ternak termasuk pelayanan
13

pelayanan jasa
bersangkutan.

usaha

yang

h. Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan;

3.

i.

Retribusi
Rekreasi
Olahraga;

Tempat
dan

j.

Retribusi
Penyeberangan
Air;

di

k. Retribusi Penjualan
Produksi
Usaha
Daerah.
Perizinan Tertentu :

b. Retribusi
Izin
Mendirikan
Bangunan;
c. Retribusi
Izin
Tempat Penjualan
Minuman
Beralkohol;
d. Retribusi
Izin
Gangguan;

pemeriksaan kesehatan hewan


sebelum dan sesudah dipotong,
yang
disediakan,
dimiliki,
dan/atau
dikelola
oleh
Pemerintah Daerah.
pelayanan jasa kepelabuhanan,
termasuk fasilitas lainnya di
lingkungan pelabuhan yang
disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola
oleh
Pemerintah
Daerah.
pelayanan tempat rekreasi,
pariwisata, dan olahraga yang
disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola
oleh
Pemerintah
Daerah.
pelayanan penyeberangan orang
atau
barang
dengan
menggunakan kendaraan di air
yang dimiliki dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah.
penjualan hasil produksi usaha
Pemerintah Daerah.
pelayanan perizinan tertentu
oleh Pemerintah Daerah kepada
orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan
dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu
guna
melindungi
kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
pemberian
izin
untuk
mendirikan suatu bangunan.
pemberian izin untuk melakukan
penjualan minuman beralkohol
di suatu tempat tertentu.
pemberian
izin
tempat
usaha/kegiatan kepada orang
pribadi atau Badan yang dapat
menimbulkan ancaman bahaya,
kerugian dan/atau gangguan,
14

orang pribadi atau Badan yang


memperoleh izin tertentu dari
Pemerintah Daerah.

e. Retribusi
Trayek;

f.

Izin

Retribusi Izin Usaha


Perikanan.

termasuk
pengawasan
dan
pengendalian kegiatan usaha
secara terus-menerus untuk
mencegah terjadinya gangguan
ketertiban, keselamatan, atau
kesehatan umum, memelihara
ketertiban lingkungan, dan
memenuhi norma keselamatan
dan kesehatan kerja.
pemberian izin kepada orang
pribadi atau Badan untuk
menyediakan
pelayanan
angkutan penumpang umum
pada suatu atau beberapa trayek
tertentu.
pemberian izin kepada orang
pribadi atau Badan untuk
melakukan
kegiatan
usaha
penangkapan
dan
pembudidayaan ikan.

Jenis Retribusi Jasa Umum dan Retribusi Perizinan Tertentu untuk Daerah
provinsi dan Daerah kabupaten/kota disesuaikan dengan kewenangan Daerah
masing-masing sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Jenis Retribusi Jasa Usaha untuk Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota disesuaikan dengan jasa/pelayanan yang diberikan oleh Daerah
masing-masing.
Rincian jenis objek dari setiap Retribusi diatur dalam Peraturan Daerah
yang bersangkutan.
8. Kriteria Retribusi
Selain jenis-jenis retribusi di atas, pemerintah pusat dapat berwenang pula
menetapkan jenis retribusi lain melalui Peraturan Pemerintah.
Kriteria retribusi adalah sebagai berikut:
a. Retribusi Jasa Umum:
a) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi
Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;
b) jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi;

15

c) jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan yang
diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan
dan kemanfaatan umum;
d) jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang
membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang
tidak mampu;
e) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya;
f) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah
satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
g) pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
b. Retribusi Jasa Usaha:
a) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa
Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu;
b) jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau
terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan
secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu:
a) perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan
kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi;
b) perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum; dan
c) biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan
biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut
cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan;
9. Dasar Hukum Sistem Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Setiap jenis pajak daerah yang diberlakukan di Indonesia harus
mempunyai dasar hukum yang kuat untuk menjamin kelancaran pengenaan dan
pemungutannya. Sesuai dalam penjelasan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang
Dasar Negara RI 1945 sebelum amandemen ditegaskan, bahwa penetapan
belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan

nasibnya

sendiri,

maka

segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak


dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan undang- undang, yaitu dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu pemungutan pajak daerah
dan retribusi daerah harus didasarkan undang-undang.
16

Saat ini Undang-Undang yang mengatur tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak
Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Sendiri Oleh
Wajib Pajak. Inilah yang menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun
Peraturan Daerah tentang Pemguungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
10. Sistem Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Dalam melaksanakan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah,
Dinas Pendapatan Daerah berpedoman kepada :
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 tentang
Jenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau
Sendiri Oleh Wajib Pajak;
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan
Pendapatan Lain-lain;
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang dimaksud dengan
pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek
dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang
terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau
Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah :
a. Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.
b. Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat
ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan
perundangundangan perpajakan.
c. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan
Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan.
d. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan
menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.
Tata cara pemungutan retribusi daerah :
17

a. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang


dipersamakan.
b. Dokumen lain yang dipersamakan dapat berupa karcis, kupon, dan kartu
langganan.
c. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
d. Penagihan Retribusi terutang didahului dengan Surat Teguran.
e. Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Kepala Daerah.
E. Kesimpulan
Setiap jenis pajak daerah yang diberlakukan di Indonesia harus mempunyai dasar hukum
yang kuat untuk menjamin kelancaran pengenaan dan pemungutannya. Sesuai dengan
amanat Pasal 23A UUD Negara RI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa segala
pajak untuk kegunaan kas Negara berdasarkan undang-undang sehingga tidak mungkin
Negara memungut pajak dari rakyat tanpa adanya undang-undang.
Apabila diperhatikan antara peraturan daerah dengan peraturan perundang- undangan di
bidang pajak daerah terdapat hal yang kurang konsisten. Tidak konsistennya antara
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
maupun Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keungan antara
pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Aturan yang ditetapkan dalam Keputusan
Menteri dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun
2000 tentang perubahan atas Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.

18

DAFTAR PUSTAKA

H.A.W. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Gramedia,
Jakarta, 2007,
Jajat Djuhadiat S, Modul DPT III Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta : Departemen
Keuangan-BPLK, 1993,
Machfud Sidik, Makalah Seminar Nasional, Desentralisasi Fiskal, Kebijakan,
Implementasi dan Pandangan ke Depan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,
Yogyakarta, 20 April 2002
Mustaqiem, Pajak Daerah dalam Transisi Otonomi Daerah, FH UII Press, 2008
R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung, 1995
Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung. 1988
Soetandyo Wignjosoebroto,

Desentralisasi

dalam

Tata

Pemerintahan

Kolonial

Hindia-Belanda(Kebijakan dan Upaya Sepanjang Babak Akhir Kekuasaan Kolonial di


Indonesia 1900-1940), Bayumedia Publishing, Malang, 2005, hal
16
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
2008
Tjip Ismail, Pengaturan Pajak Daerah Indonesia, Yellow Printing, Jakarta, 2007.

Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas Undangundang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-undang No. 22


Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai