NIM : 7774200009
KLS : 1 A MAKSI
CHAPTER 5
VALUE RELEVANCE OF ACCOUNTING INFORMATION
Earnings response
coefficient, earnings
persistence
5.1 OVERVIEW
Jika Teori Pasar Efisien dan Teori Keputusan mendasari deskripsi wajar atas realitas rata-rata,
kita mestinya dapat mengamati bahwa nilai sahamdi pasar akan merespon adanya informasi baru dengan
cara yang dapat diprediksi.
Hal ini mengarahkan padadilakukannyapenelitian-penelitian empiris mengenai hal tersebut.
Meskipun terdapatkesulitan dalam merancang eksperimen untuk menguji implikasi dari kebermanfaatan
keputusan (decision usefulness) atas informasi akuntansi, penelitian tersebut telah menemukan bahwa
harga saham di pasar sekuritasmemang merespons terhadap informasi akuntansi. Ketika harga
sahambereaksi dengan informasi dengan cara tersebut, kita dapat mengatakan bahwa informasi akuntansi
memiliki relevansi nilai (value relevance). Bukti signifikan pertama atas reaksi pasar sekuritasterhadap
pengumuman pendapatan perusahaan diberikan oleh Ball dan Brown pada tahun 1968. Sejak itu,
sejumlah besar penelitian empiris telah dilakukan untuk mendokumentasikan aspek tambahan dari nilai
relevansi.
Atas dasar penelitian tersebut, tampak bahwa informasi akuntansi memang berguna bagi investor
dalam membantu mereka memperkirakan nilai dan risiko dari pengembalian sekuritas yang diharapkan.
Pada Contoh 3.1 di bab sebelumnya (penggunaan terorema Bayes), kita dapat melihat bahwa jika
informasi akuntansi tidak memiliki kandungan informasi, maka tidak akan ada revisi keyakinan yang
dilakukan oleh investorsaat informasi baru diterima, dan tidak akan ada pemicu keputusan beli/jual.
Tanpa adanya keputusanbeli/jual tersebut, tidak akan ada volume perdagangan atau perubahan harga yang
terjadi.
Intinya, suatu informasi dianggap berguna jika informasi tersebut dapat mengarahkan investor
untuk mengubah keyakinan dan tindakan mereka, dan tingkat kebermanfaatan informasi bagi investor
dapat diukur dari tingkat perubahan volume atau harga setelah dirilisnyasuatu informasi.
Pendekatan relevansi nilai mengambil sudut pandang bahwa investor ingin membuat prediksi
mereka sendiri dalam menentukan tingkat pengembalian saham di masa depan (bukan dari laporan
keuangan, sebagaimana dalam kondisi ideal) dan mampu "melahap" semua informasi yang berguna
dalam hal ini. Relevansi nilai juga menyiratkan bahwa penelitian empiris dapat membantu akuntan untuk
lebih meningkatkan kebermanfaatan dengan membiarkan respon pasar membimbing mereka mengenai
informasi apa yang dianggap penting dan tidak penting bagi investor.
Namun demikian,kita harus berhati-hatiketika menyamakan kebermanfaatan informasi dengan
tingkat perubahan harga saham. Meskipun investor dan akuntan dapat mengambil manfaat dari informasi
yang berguna, tidak berarti bahwa masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sama. Informasi adalah
komoditas yang sangat kompleks, dan nilai suatu informasi secara privat dan sosial tidaklah sama. Salah
satu alasannya adalah biaya. Pengguna laporan keuangan umumnya tidak membayar langsung untuk
mendapatkan informasi tersebut. Akibatnya, mereka dapat menemukan bahwasuatu informasi dapat
berguna bagi mereka, namun menimbulkan biaya yang lebih bagi masyarakat (misalnya, dalam bentuk
harga produk yang lebih tinggi untuk membantu perusahaan-perusahaan membayar biaya dalam
menghasilkan dan melaporkan informasi). Selanjutnya, informasi mempengaruhi orang secara berbeda-
beda, dan dibutuhkan analisis biaya-manfaat yang kompleks untuk dapay menyeimbangkan berbagai
kepentingan dari berbagai konstituen yang berbeda.
Pertimbangan sosial ini tidak membatalkan nilai relevansi. Akuntan masih dapat berusaha untuk
meningkatkan posisi kompetitif mereka di pasar informasi dengan memberikan informasi yang lebih
berguna. Dan masih benar bahwa pasar sekuritas akan bekerja lebih baik dalam mengalokasikan sumber
dayanya apabila harga sekuritas memberikan indikator yang baik mengenai peluang investasi dan kinerja
di masa mendatang. Namun demikian, akuntan tidak dapat begitu sajamengklaim bahwa kebijakan
akuntansi yang terbaik adalah yang dapan menghasilkan respon pasar yang terbesar.
Beaver (1968), dalam penelitiannya yang terkenal, meneliti reaksi volume perdagangan. Ia
menemukan adanya peningkatan yang dramatis dalam volume perdanganan pada minggu rilisnya
pengumuman laba. Rincian lebih lanjut mengenai temuan Beaver dibahas dalam Pertanyaan 9 bab ini.
Dalam bab ini kita hanya akan berkonsentrasi pada reaksi harga pasar. Reaksi harga pasar dapat
menjadialat uji kebermanfaatan keputusan yang lebih baik dari reaksi atas volume perdagangan.
Misalnya, model Kim dan Verrecchia (1997) menunjukkan bahwa volume perdaganganlebih noisydari
perubahan harga sebagai ukuran kebermanfaatan keputusan informasi laporan keuangan.
Jika teori keputusan dan teori pasar efisien memiliki relevansi dengan akuntan, prediksi mereka
harus terlahir secara empiris. Seorang peneliti empiris bisa menguji prediksi ini dengan mendapatkan
sampel perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan menyelidiki apakah volume dan harga
memang bereaksi terhadap berita baik atau buruk sebagaimanadisebutkan dalam teori.
Gambar 5.2
Seperti dijelaskan dalam bab sebelumnya, peneliti akan memperoleh data terakhir pada R jt dan RMt
dan menggunakan analisis regresi untuk memperkirakan koefisien model. Misalkan dalam hal ini
dihasilkan nilai αj = 0,0001 dan βj = 0.80, seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Sekarang, dengan perkiraan dari model pasar untuk perusahaan j ini, peneliti dapat
mengkonsultasikannyake media keuangan untuk menemukan hari diumumkannya laba perusahaan
periode ini. Sebut saja "hari 0". Misalkan untuk hari 0 pengembalian indeks industri Dow Jones adalah
0,001. Maka model pasar yang diperkirakan untuk perusahaan j digunakan untuk memprediksi laba atas
saham perusahaan j untuk hari ini. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.2, hasil yang diharapkan adalah
0,0009. Sekarang asumsikan bahwa pengembalian aktual atas saham perusahaan j untuk hari 0 adalah
0,0015. Maka perbedaan antara pengembalian aktual dan yang diharapkan adalah 0,0006 (yaitu, Є jt =
0,0006 untuk hari ini). Angka 0,0006 ini adalah perkiraan yang abnormal, atau perusahaan-spesifik, atas
pengembalian saham perusahaan j untuk hari itu. Pengembalian abnormal ini juga diartikan sebagai
tingkat pengembalian saham perusahaan j untuk hari 0 setelah dihapusnya pengaruh faktor pasar.
Perhatikan bahwa penafsiran ini konsisten dengan Contoh 3.2, di mana kita membedakan antara faktor
pasar dan faktor spesifik perusahaan. Prosedur ini memberikan suatu cara operasional untuk membuat
pemisahan ini.
Koefisien respon laba mengukur sejauh mana respons abnormal return saham
perusahaan terhadap komponen laba tak terduga perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut.
Artinya, untuk menghitung ERC, bagi abnormal return saham (untuk jangka waktu seputar tanggal
rilis laba) dengan pendapatan tak terduga untuk periode tersebut. Ini akan mengukur abnormal return per
dolar dari pendapatan abnormal, yang memungkinkan perbandingan ERC di berbagai perusahaan dan dari
waktu ke waktu.
Beta Semakin berisiko urutan pengembalian yang diharapkan di masa depan atas suatu perusahaan,
semakin rendah nilainya bagi investor yang menghindari risiko, hal-hal lain yang sama. Untuk investor
yang terdiversifikasi, ukuran risiko yang relevan atas saham adalah beta. Karena investor mengacu ke
laba saat ini sebagai indikator kinerja masa depan dan return saham, semakin berisiko pengembalian
tersebut di masa depan, semakin rendah reaksi investor terhadap besaran laba tak terduga, yang akan
mengarah ke biaya modal yang lebih tinggi.
Sebagai gambaran, asumsikan investor yang rasional dan menghindari risiko,yang utilitasnya
naikseiring dengan kenaikan ekspektasi nilai dan turun seiring dengan risiko pengembalian/portofolionya.
Anggap bahwa investor tersebut, setelah menyadari bahwa perusahaan baru saja merilis informasi laba
GN, merevisi tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham perusahaan secara positif dan
memutuskan untuk membeli lebih banyak saham. Namun demikian, jika saham ini memiliki beta yang
tinggi, hal tersebut akan meningkatkan risiko portofolio. Karena investor melakukan tradeoff antara risiko
dan return, beta yang tinggi bertindak sebagai rem pada permintaan investor untuk saham GN. Karena
semua investor yang rasional dan menghindari risiko akan berpikir dengan cara ini, permintaan untuk
saham perusahaan GN ini akan semakin rendah beta semakin tinggi, hal-hal lain yang sama. Tentu saja,
permintaan yang lebih rendah menunjukkan peningkatan yang lebih rendah dalam harga pasar dan return
saham dalam merespons GN, karenanya ERC menjadi lebih rendah.
Bukti empiris dari ERC yang lebih rendah untuk beta yang lebih tinggiditemukan oleh Collins dan
Kothari (1989) dan Easton dan Zmijewski (1989).
Struktur Saham Untuk perusahaan yang dengan leverage yang tinggi, peningkatan, katakanlah,
pada laba (sebelum bunga) menambah kekuatan dan keamanan atas obligasi dan hutang lainnya, sehingga
banyak kabar baik mengenai laba lebih ditujukan ke debtholders daripada pemegang saham. Oleh karena
itu, ERC untuk sebuah perusahaan yang memiliki leverageyan tingi harus lebih rendah dari perusahaan
yang memiliki sedikit atau tidak ada utang, hal-hal lain sama.
Bukti empiris mengenai ERC yang lebih rendah bagi perusahaan dengan leverage yang tinggi
dilaporkan oleh Dhaliwal, Lee, dan Fargher (1991).
Kualitas Laba Kita menentukan kualitas (yaitu, keinformatifan) atas laba dari besarnya
probabilitas diagonal utama pada sistem informasi yang terkait. Semakin tinggi probabilitas ini, semakin
tinggi ERC yang kita harapkan, karena investor akan lebih mampu untuk menyimpulkan kinerja
perusahaan di masa depan dari kinerja saat ini.
Sebagai masalah praktis, pengukuran kualitas laba tidak sejelas di atas, karena probabilitas sistem
informasi tidak secara langsung diamati dan pendekatan pengambilan sampel menemui masalah sampling
error. Pendekatan tidak langsung, dibahas dalam Bagian 3.3.2, adalah untuk menyimpulkan kualitas laba
dengan besarnya revisiperkiraan laba analis setelah pengumuman laba. Namun demikian, hal ini hanya
menimbulkan pertanyaan mengapa analis merevisi perkiraan mereka lebih pada beberapa perusahaan
tertentu daripada yang lain.
Untungnya, beberapa langkah pengukuran lain dari kualitas laba tersedia. Di sini kita
mempertimbangkan dua langkah. Yang pertama adalah persistensi laba. Kita berharap bahwa ERC akan
semakin tinggi seiring dengan kabar baik atau buruk pada usaha tahun berjalan diperkirakan akan
bertahan di masa depan, karena penghasilan saat ini dianggap memberikan indikasi yang lebih baik
mengenai kinerja perusahaan di masa depan. Jadi, jika GN saat ini adalah karena efisiensi operasi,
keberhasilan pengenalan produk baru, atau pemangkasan biaya oleh manajemen, ERC harus lebih tinggi
daripada jika GN adalah karena, katakanlah, keuntungan yang tak terduga dari penjualan pabrik dan
peralatan. Dalam kasus kedua, nilai pasar perusahaan meningkatkan dolar ke dolar dengan jumlah
keuntungan, karena hanya ada sedikit alasan untuk mengharapkan keuntungan yang tidak biasa terjadi.
Dengan meningkatknya operasi, peningkatan pendapatan atau penghematan biaya akan bertahan dan
bermanfaat dalam pelaporan pendapatan di masa depan juga, sehingga ERC harus lebih tinggi.
Bukti bahwa ERC lebih tinggi seiringpersistensi perubahan pendapatan tak terduga disampaikan
oleh Kormendi dan Lipe (1987), yang mengukur persistensi dari sejauh mana perubahan laba dalam dua
tahun terakhir terus berlanjut hingga tahun ini semakin besar pengaruh perubahan laba dua tahun
terakhir dengan perubahan laba tahun berjalan, semakin besar persistensi penghasilan sebelumnya.
Li (2011) mengusulkan pendekatan yang terkait untuk mengukur persistensi. Dia berargumen
bahwa keputusan mengenai investasi modal dan tenaga kerja perusahaan mencerminkan informasi
internal manajemen tentang prospek laba jangka panjang perusahaan. Artinya, seorang manajer yang
rasional hanya akan menginvestasikan modal dan tenaga kerja pada proyek yang diharapkan akan bernilai
positif. Jika demikian, kekuatan hubungan antara perubahan belanja modal dan perubahan laba
merupakan ukuran kualitas laba. Karena laba jangka panjang dan persistensi laba adalah konsep yang
mirip, pendekatan Li memungkinkan adanya alternatif perkiraan persistensi laba.
Berdasarkan sampel perusahaan selama periode 1952-2004, Li mendokumentasikan hubungan
positif antara perubahan belanja modal dan perubahan laba, dan bahwa hubungan ini berkorelasi dengan
persistensi laba, konsisten dengan argumennya. Hasil ini dicapaidengan pengendalianatas ukuran lain
kualitas laba.
Persistensi adalah sebuah konsep yang menantang dan bermanfaat. Salah satu alasannya,
dikemukakan oleh Ramakrishnan dan Thomas (RT, 1991), adalah bahwa komponen yang berbeda dari
laba bersih mungkin memiliki persistensi yang berbeda. Misalnya, asumsikan bahwa di tahun yang sama
di mana sebuah perusahaan berhasil memperkenalkan suatu produk baru,perusahaan tersebut juga
melaporkan keuntungan dari penjualan pabrik dan peralatan. Dalam hal ini, persistensi laba merupakan
rata-rata tertimbang dari persistensi berbeda dari komponen pendapatan. RT membedakan tiga jenis
peristiwa laba:
Permanen, diharapkan bertahan tanpa batas waktu
Transitoris, mempengaruhi laba pada tahun berjalan tapi tidak tahun depan
Harga tidak relevan, persistensi nol
ERCs per dolar dari pendapatan tak terduga untuk ini adalah (1 + R f)/Rf (di mana Rf adalah tingkat bunga
bebas risiko), 1, dan 0, masing-masing.
Sebagai akibatnya, terdapat tiga ERC, masing-masing mungkin ada di laporan laba rugi yang sama.
RT menyarankan bahwa alih-alih mencoba untuk memperkirakan ERC rata-rata, investor harus berusaha
untuk mengidentifikasi tiga jenis ERC tersebut secara terpisah dan menetapkan ERC yang berbeda untuk
masing-masing. Dengan demikian, mereka dapat mengidentifikasi kekuatan laba permanen, atau
persisten.
Untuk memahami ERC untuk laba permanen, perhatikan bahwa hal itu dapat ditulis sebagai 1 +
1/Rf. Jadi, di bawah kondisi ideal, respon pasar atasi $1 dari pendapatan permanen terdiri dari angsuran
tahun berjalan sebesar $1 ditambah nilai sekarang dari lamanya angsuran masa depan 1/R f. Menulis ERC
dengan cara ini juga menunjukkan bahwa ketika laba tetap bertahan melampaui tahun berjalan, besarnya
ERC berbanding terbalik dengan tingkat bunga.
Peluang Pertumbuhan GN atau BN untuk laba saat ini dapat mengisyaratkan prospek pertumbuhan
masa depan perusahaan, dan karenanya ERC yang lebih tinggi. Seseorang dapat berpikir bahwa karena
laporan keuangan masih mengandung komponen biaya historis yang cukup besar, laba bersih tidak bisa
benar-benar menginformasikan pertumbuhan masa depan perusahaan. Namun, hal tersebut belum tentu
terjadi. Misalkan laba bersih saat ini mengungkapkan profitabilitas tinggi yang tidak terduga untuk
beberapa proyek investasi baru perusahaan. Hal ini dapatmemberikan indikasi ke pasar bahwa perusahaan
akan menikmati pertumbuhan yang kuat di masa depan.
Kesamaan Harapan Investor Investor yang berbeda akan memiliki harapan yang berbeda
mengenai laba perusahaan periode berikutnya, tergantung dari informasi awal yang mereka miliki dan
sejauh mana kemampuan mereka untuk mengevaluasi informasi tersebut. Namun, perbedaan ini akan
berkurang sepanjang mereka mendapatkan informasi tersebut dari sumber yang umum, seperti perkiraan
konsensus analis (misalnya, rata-rata semua perkiraan), ketika membentuk harapan mereka.
Keinformatifan Harga DiBagian 4.4, kita menggambarkan bagaimana harga saham secara
parsial menginformasikan tentang nilai masa depan perusahaan. Konsekwensinya adalah bahwa harga
menyebabkan laba, karena harga pasar merupakan agregat dari semua informasi perusahaan yang
diketahui publik, banyak di antaranya yang oleh sistem akuntansi terdapat lag. Efek ini muncul dengan
jelas dalam penelitian Ball dan Brown (lihat Gambar 5.3), di mana return saham atas GN atau BN
diantisipasi bahkan sejak 12 bulan sebelum laba dirilis. Akibatnya, semakin informatif laba tersebut,
semakin sedikit kandungan informasi dari laba akuntansi saat ini, hal-hal lain sama, sehingga semakin
rendah ERC.
5.4.4 Summary
Relevansi nilai dari laba bersih yang dilaporkan dapat diukur dengan tingkat perubahan harga
saham atau, lebih khusus, dengan besarnya abnormal return pasar, pada sekitar waktu di mana pasar
mengetahui informasi laba bersih saat ini. Hal ini karena investor yang rasional akan merevisi harapan
mereka mengenai kinerja perusahaan masa depan dan return saham atas dasar informasi laba saat ini.
Keyakinan yang direvisi dapat memicu keputusan membeli/menjual, karena investor bergerak dengan
membandingkan antara risiko-return dalam portofolio mereka ke tingkat yang diinginkan. Jika tidak ada
konten informasi pada laba bersih, maka tidak akan ada revisi keyakinan, dan tidak ada keputusan
jual/beli yang dihasilkan, sehingga dianggap tidak ada keterkaitan dengan perubahan harga.
Untuk jumlah tertentu laba bersih tak terduga, teori memprediksi bahwa tingkat perubahan harga
saham atau abnormal return tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, struktur modal,
risiko, prospek pertumbuhan, persistensi, kesamaan harapan investor, dan kualitas laba.
Setelah penelitian rintisan yang dilakukan Ball dan Brown, penelitian empiris telah menunjukkan
respon pasar diferensial tergantung pada sebagian besar faktor-faktor ini. Hasil empiris benar-benar
sangat luar biasa. Pertama, mereka dapat mengatasi masalah substansial desain statistik dan
eksperimental. Kedua, mereka menunjukkan bahwa pasar, rata-rata, sangat canggih dalam
kemampuannya untuk mengevaluasi informasi akuntansi. Hal ini mendukung teori efisiensi pasar dan
teori keputusan yang mendasarinya. Akhirnya, mereka juga mendukung pendekatan kebermanfaatan
keputusan (decision usefulness approach) dalam pelaporan keuangan. Seiring akuntan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik dari respon investor terhadap informasi laporan keuangan, kemampuan
mereka untuk menyediakan informasi yang berguna untuk investor juga akan lebih meningkat.
Value
relevance of Low and
earnings failing?
information
Measurem
ent
Are securities Other reasons approach
Concept of market efficient? faces a
for Clean surplus Estimating
measurement Behavioural finance reliability
versus investor measurement theory firm value constraint
approach
rationality approach
Conservatism
Auditor
Impairment
liability
test
Perspektif pengukuran dalam pelaporan keuangan (financial reporting) adalah sebuah
pendekatan dimana akuntan mengambil sebuah tanggung jawab untuk menggabungkan nilai
wajar (fair values) dalam laporan keuangan (financial statement) yang tepat, dengan tetap
memperhatikan reliabilitas. Hal ini memberikan sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan
informasi kepada investor sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di
masa depan.
Ketika tidak mungkin bahwa perspektif pengukuran akan mengganti basis biaya historis
dari akuntansi, maka kemungkinan menjadi suatu masalah dimana keseimbangan relatif dari
informasi berbasis biaya dibandingkan dengan informasi berbasis fair-value dalam laporan
keuangan bergerak dalam arah fair value. Mungkin hal ini aneh, dari masalah teknik seperti RRA
dan akuntansi biaya langsung sudah terjadi. Tujuan dari chapter ini adalah untuk mengetahui
alasan yang mendasari tekanan dari current values.
Alasan pertama terkait dengan rasionalitas investor dan efisiensi pasar sekuritas, dimana
ternyata pasar sekuritas tidak seefisien yang dipercaya sebelumnya.
Alasan lain perubahan ke pendekatan pengukuran didorong dari variabilitas proporsi
rendah harga saham yang dijelaskan oleh historical based net income, dari Ohlson clean surplus
teori yang mendukung peningkatan pengukuran dan liabilitas legal dimana akuntan
mengungkapkan ketika perusahaan mengalami masalah finansial.
6.11. CONCLUSION
Dengan asumsi keandalan yang wajar, akuntansi nilai sekarang dapat meningkatkan
keputusan kegunaan relatif terhadap perspektif informasi
Peningkatan penggunaan akuntansi nilai sekarang dalam pelaporan keuangan
Alasan:
1. Pasar tidak sepenuhnya efisien
2. kekuatan penjelas rendah dari laba bersih untuk pengembalian saham
3. Teori Surplus bersih Ohlson
4. kewajiban auditor
Keputusan kegunaan bagi investor dapat lebih ditingkatkan dengan akuntansi konservatif