Anda di halaman 1dari 37

NAMA : DIAN AMALIA DAMAYANTI

NIM : 7774200009

KLS : 1 A MAKSI

CHAPTER 5
VALUE RELEVANCE OF ACCOUNTING INFORMATION

The Ball and


Brown Study

Value relevance – finding A Caveat: accounting Market response


the market response to information as a consistent with
accounting information public good theory

Earnings response
coefficient, earnings
persistence

5.1 OVERVIEW
Jika Teori Pasar Efisien dan Teori Keputusan mendasari deskripsi wajar atas realitas rata-rata,
kita mestinya dapat mengamati bahwa nilai sahamdi pasar akan merespon adanya informasi baru dengan
cara yang dapat diprediksi.
Hal ini mengarahkan padadilakukannyapenelitian-penelitian empiris mengenai hal tersebut.
Meskipun terdapatkesulitan dalam merancang eksperimen untuk menguji implikasi dari kebermanfaatan
keputusan (decision usefulness) atas informasi akuntansi, penelitian tersebut telah menemukan bahwa
harga saham di pasar sekuritasmemang merespons terhadap informasi akuntansi. Ketika harga
sahambereaksi dengan informasi dengan cara tersebut, kita dapat mengatakan bahwa informasi akuntansi
memiliki relevansi nilai (value relevance). Bukti signifikan pertama atas reaksi pasar sekuritasterhadap
pengumuman pendapatan perusahaan diberikan oleh Ball dan Brown pada tahun 1968. Sejak itu,
sejumlah besar penelitian empiris telah dilakukan untuk mendokumentasikan aspek tambahan dari nilai
relevansi.
Atas dasar penelitian tersebut, tampak bahwa informasi akuntansi memang berguna bagi investor
dalam membantu mereka memperkirakan nilai dan risiko dari pengembalian sekuritas yang diharapkan.
Pada Contoh 3.1 di bab sebelumnya (penggunaan terorema Bayes), kita dapat melihat bahwa jika
informasi akuntansi tidak memiliki kandungan informasi, maka tidak akan ada revisi keyakinan yang
dilakukan oleh investorsaat informasi baru diterima, dan tidak akan ada pemicu keputusan beli/jual.
Tanpa adanya keputusanbeli/jual tersebut, tidak akan ada volume perdagangan atau perubahan harga yang
terjadi.
Intinya, suatu informasi dianggap berguna jika informasi tersebut dapat mengarahkan investor
untuk mengubah keyakinan dan tindakan mereka, dan tingkat kebermanfaatan informasi bagi investor
dapat diukur dari tingkat perubahan volume atau harga setelah dirilisnyasuatu informasi.
Pendekatan relevansi nilai mengambil sudut pandang bahwa investor ingin membuat prediksi
mereka sendiri dalam menentukan tingkat pengembalian saham di masa depan (bukan dari laporan
keuangan, sebagaimana dalam kondisi ideal) dan mampu "melahap" semua informasi yang berguna
dalam hal ini. Relevansi nilai juga menyiratkan bahwa penelitian empiris dapat membantu akuntan untuk
lebih meningkatkan kebermanfaatan dengan membiarkan respon pasar membimbing mereka mengenai
informasi apa yang dianggap penting dan tidak penting bagi investor.
Namun demikian,kita harus berhati-hatiketika menyamakan kebermanfaatan informasi dengan
tingkat perubahan harga saham. Meskipun investor dan akuntan dapat mengambil manfaat dari informasi
yang berguna, tidak berarti bahwa masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sama. Informasi adalah
komoditas yang sangat kompleks, dan nilai suatu informasi secara privat dan sosial tidaklah sama. Salah
satu alasannya adalah biaya. Pengguna laporan keuangan umumnya tidak membayar langsung untuk
mendapatkan informasi tersebut. Akibatnya, mereka dapat menemukan bahwasuatu informasi dapat
berguna bagi mereka, namun menimbulkan biaya yang lebih bagi masyarakat (misalnya, dalam bentuk
harga produk yang lebih tinggi untuk membantu perusahaan-perusahaan membayar biaya dalam
menghasilkan dan melaporkan informasi). Selanjutnya, informasi mempengaruhi orang secara berbeda-
beda, dan dibutuhkan analisis biaya-manfaat yang kompleks untuk dapay menyeimbangkan berbagai
kepentingan dari berbagai konstituen yang berbeda.
Pertimbangan sosial ini tidak membatalkan nilai relevansi. Akuntan masih dapat berusaha untuk
meningkatkan posisi kompetitif mereka di pasar informasi dengan memberikan informasi yang lebih
berguna. Dan masih benar bahwa pasar sekuritas akan bekerja lebih baik dalam mengalokasikan sumber
dayanya apabila harga sekuritas memberikan indikator yang baik mengenai peluang investasi dan kinerja
di masa mendatang. Namun demikian, akuntan tidak dapat begitu sajamengklaim bahwa kebijakan
akuntansi yang terbaik adalah yang dapan menghasilkan respon pasar yang terbesar.

5.2 OUTLINE OF THE RESEARCH PROBLEM


5.2.1 Reasons for Market Response
Pertimbangkan beberapa prediksi berikut mengenai perilaku investor dalam menanggapi informasi
laporan keuangan:
1. Investor memiliki keyakinan sebelumnya mengenai kinerja perusahaan di masa depan – yang
dapat berupa dividen, arus kas, dan/atau laba, yang memiliki pengaruh terhadap pengembalian
yang diharapkan dan risiko sekuritas perusahaan. Keyakinan sebelumnya ini akan didasarkan
pada semua informasi yang tersedia, termasuk harga pasar pada waktu sesaat sebelum rilis
informasi laba bersih perusahaan. Bahkan ketika mereka didasarkan pada informasi publik yang
tersedia, keyakinan sebelumnya ini tidak begitu saja dianggap sama karena adanya perbedaan
dalam jumlah informasi yang diperoleh setiap investor dan sejauh mana mereka memahaminya.
2. Setelah dirilisnya laba bersih periode berjalan, beberapa investor akan dengan cepat memutuskan
untuk mencari lebih banyak informasi dengan menganalisis jumlah pendapatan. Sebagai contoh,
jika laba bersih tinggi, atau lebih tinggi dari yang diharapkan, ini mungkin menjadi kabar baik.
Jika demikian, investor akan merevisi secara positif keyakinan mereka mengenai kinerja
perusahaan di masa depan. Investor lain, yang mungkin memiliki keyakinan terlalu tinggi atas
laba bersih perusahaan, mungkin akan menafsirkan angka pendapatan bersih yang sama sebagai
berita buruk.
3. Investor yang telah merevisi secara positif keyakinan mereka mengenai kinerja perusahaan di
masa depan akan cenderung membeli saham perusahaan pada harga pasar saat ini, dan sebaliknya
pula bagi investor yang telah merevisi keyakinan mereka secara negatif. Evaluasi investor atas
tingkat risiko saham juga dapat direvisi.
4. Kita dapat berekspektasi bahwa volume saham yang diperdagangkan akan meningkat ketika
perusahaan melaporkan laba bersih. Lebih jauh, volume saham tersebut akan semakin besar
seiring besarnya perbedaan keyakinan sebelumnya dari investor mengenai kinerja perusahaan di
masa mendatang, dan interpretasi mereka atas informasi keuangan saat ini. Jika investor yang
menafsirkan laporan laba bersih sebagai kabar baik (dan karenanya telah meningkatkan harapan
mereka atas kinerja masa depan perusahaan) lebih besar daripada investor yang menafsirkannya
sebagai berita buruk, kita dapat mengharapkan adanya peningkatan harga pasar saham
perusahaan, dan sebaliknya.

Beaver (1968), dalam penelitiannya yang terkenal, meneliti reaksi volume perdagangan. Ia
menemukan adanya peningkatan yang dramatis dalam volume perdanganan pada minggu rilisnya
pengumuman laba. Rincian lebih lanjut mengenai temuan Beaver dibahas dalam Pertanyaan 9 bab ini.
Dalam bab ini kita hanya akan berkonsentrasi pada reaksi harga pasar. Reaksi harga pasar dapat
menjadialat uji kebermanfaatan keputusan yang lebih baik dari reaksi atas volume perdagangan.
Misalnya, model Kim dan Verrecchia (1997) menunjukkan bahwa volume perdaganganlebih noisydari
perubahan harga sebagai ukuran kebermanfaatan keputusan informasi laporan keuangan.
Jika teori keputusan dan teori pasar efisien memiliki relevansi dengan akuntan, prediksi mereka
harus terlahir secara empiris. Seorang peneliti empiris bisa menguji prediksi ini dengan mendapatkan
sampel perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan menyelidiki apakah volume dan harga
memang bereaksi terhadap berita baik atau buruk sebagaimanadisebutkan dalam teori.

5.2.2 Finding the Market Response


1. Teori pasar efisien menyiratkan bahwa pasar akan bereaksi dengan cepat terhadap informasi baru.
Akibatnya, penting untuk mengetahui kapan laporan laba bersih tahun berjalan diumumkan
kepada publik. Jika peneliti mencari effek volume dan harga bahkan beberapa hari saja terlambat,
tidak ada efek yang dapat diamati meskipun efek tersebut mungkin sebenarnya terjadi.
Para peneliti telah memecahkan masalah ini dengan menggunakan tanggal laba bersih perusahaan
dilaporkan di media keuangan seperti The Wall Street Journal. Baru-baru ini, banyak perusahaan
mengumumkan informasi laba pada konferensi pers atau dalam panggilan konferensi. Jika pasar
akan bereaksi, hal tersebut harus terjadi pada beberapa hari sekitar tanggal pengumuman.
2. Kabar baik atau kabar buruk dalam laporan laba bersih biasanya dievaluasi relatif terhadap apa
yang diharapkan investor. Jika suatu perusahaan melaporkan laba bersih sebesar, katakanlah, $ 2
juta, dan angka ini merupakan angka yang diharapkan investor (dari laporan triwulanan, pidato
oleh pejabat perusahaan, prediksi analis, informasi di MD&A dan, tentu saja, dalam harga saham
itu sendiri), akan hampir tidak banyak konten informasi dalam laba bersih yang dilaporkan.
Keyakinan sebelumnya investor akan telah direvisi untuk mencerminkan informasi sebelumnya.
Namun akan berbeda jika investor mengharapkan laba $ 2 juta dan laba bersih yang dilaporkan
ternyata adalah $ 3 juta. Kabar baik ini akan memicu revisi keyakinan yang cepat mengenai
kinerja masa depan perusahaan. Ini berarti bahwa peneliti harus mendapatkan proxy atas laba
bersih yang diharapkan oleh investor akan terjadi. Proxy ini biasanya didasarkan pada pendapatan
sebelumnya atau prediksi laba dari analis.
3. Ada banyak peristiwa yang terjadi yang akan mempengaruhi volume dan harga saham
perusahaan. Ini berarti bahwa respon pasar terhadap laba bersih yang dilaporkan dapat sulit untuk
diketahui. Misalnya, sebuah perusahaan merilis laba bersihnya tahun ini, yang berisi berita baik,
pada hari yang sama di mana pemerintah mengumumkan adanya peningkatan substansial dalam
defisit. Pengumuman publik seperti ini mungkin akan mempengaruhi harga dari semua atau
sebagian besar surat berharga yang ada di pasar, yang pada gilirannya mungkin akan menghapus
efek dariperilisan informasi laba perusahaan. Dengan demikian, perlu untuk memisahkan dampak
dari faktor pasar (market-wide) dan dan faktor spesifik perusahaan (specific-firm) terhadap
tingkat pengembalian saham.

5.2.3 Separating Market-Wide and Firm-Specific Factors


Model pasar secara luas digunakan untuk memisahkan faktor pasar dan spesifik perusahaan yang
mempengaruhi pengembalian sekuritas. Gambar 5.2 memberikan ilustrasi grafis dari model pasar untuk
perusahaan j untuk periode t, di mana kita lamanya periode adalah satu hari.Periode waktu yang lebih
lama, seperti minggu, bulan, atau tahun, atau bahkan periode yang lebih pendek, juga digunakan oleh para
peneliti.
Angka ini menunjukkan hubungan antara pengembalian saham perusahaan j dan pengembalian
portofolio pasar (diproksi, misalnya, dengan indeks Dow Jones Industrial Average atau Indeks Komposit
S&P/TSX).

Gambar 5.2

Perhatikan persamaan dari model pasar berikut:

Seperti dijelaskan dalam bab sebelumnya, peneliti akan memperoleh data terakhir pada R jt dan RMt
dan menggunakan analisis regresi untuk memperkirakan koefisien model. Misalkan dalam hal ini
dihasilkan nilai αj = 0,0001 dan βj = 0.80, seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Sekarang, dengan perkiraan dari model pasar untuk perusahaan j ini, peneliti dapat
mengkonsultasikannyake media keuangan untuk menemukan hari diumumkannya laba perusahaan
periode ini. Sebut saja "hari 0". Misalkan untuk hari 0 pengembalian indeks industri Dow Jones adalah
0,001. Maka model pasar yang diperkirakan untuk perusahaan j digunakan untuk memprediksi laba atas
saham perusahaan j untuk hari ini. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.2, hasil yang diharapkan adalah
0,0009. Sekarang asumsikan bahwa pengembalian aktual atas saham perusahaan j untuk hari 0 adalah
0,0015. Maka perbedaan antara pengembalian aktual dan yang diharapkan adalah 0,0006 (yaitu, Є jt =
0,0006 untuk hari ini). Angka 0,0006 ini adalah perkiraan yang abnormal, atau perusahaan-spesifik, atas
pengembalian saham perusahaan j untuk hari itu. Pengembalian abnormal ini juga diartikan sebagai
tingkat pengembalian saham perusahaan j untuk hari 0 setelah dihapusnya pengaruh faktor pasar.
Perhatikan bahwa penafsiran ini konsisten dengan Contoh 3.2, di mana kita membedakan antara faktor
pasar dan faktor spesifik perusahaan. Prosedur ini memberikan suatu cara operasional untuk membuat
pemisahan ini.

5.2.4 Comparing Returns and Income


Peneliti empiris sekarang dapat membandingkan abnormal return atas saham pada hari 0
sebagaimana dihitung di atas dengan komponen yang tak terduga dari laba bersih perusahaan saat ini. Jika
laba bersih tak terduga ini adalah berita baik (yaitu, laba bersih tak terduga positif) maka, dengan efisiensi
yang wajar pada pasar sekuritas, abnormal return saham yang positif merupakan bukti bahwa investor
rata-rata bereaksi positif terhadap berita baik yang tak terduga dalam pendapatan. Penalaran yang sama
berlaku jika laba yang dilaporkan pada saat pengumuman adalah berita buruk.
Untuk meningkatkan kekuatan penyelidikan, peneliti mungkin ingin juga memeriksa beberapa hari
di sebelum dan sesudah hari 0. Hal ini dimungkinkan, misalnya, apabila pasar mengetahuimengenai berita
baik atau buruk tersebut satu atau dua hari setelah hari 0 sementara pasar mencerna informasi, meskipun
efisiensi pasar menunjukkan bahwa kelebihan pengembalian harus hilang dengan cepat. Akibatnya,
penjumlahan dari abnormal return untuk lingkup yang sempit antara tiga sampai lima hari sekitar hari 0
tampaknya lebih masuk akal daripada memeriksa hanya hari 0 saja. Hal ini juga membantu melindungi
terhadap kemungkinan bahwa tanggal pengumuman laba saat ini merupakan perkiraan yang akurat dari
tanggal ketersediaan informasi bagi publik.
Jika return abnormal positif dan negatif seputar berita penghasilan yang baik atau buruk ditemukan
pada seluruh sampel perusahaan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa prediksi yang didasarkan atas teori
keputusan dan teori pasar sekuritas efisien benar terbukti. Hal ini pada gilirannya akan mendukung
pendekatan kebermanfaatan dalam pengembilan keputusan (decision usefulness) pada akuntansi dan
pelaporan keuangan, karena, jika investor tidak menganggap bahwa informasi laba bersih bermanfaat,
maka respon pasar akan sulit diamati.
Tentu saja, metodologi ini tidak sempurna – sejumlah asumsi dan estimasi harus dibuat dalam
penerapannya. Salah satu komplikasi yang ditemui adalah bahwa informasi spesifik perusahaan lainnya
yang seringkaliterjadi bersamaan dengan sekitar waktu pengumuman laba perusahaan. Misalnya, jika
perusahaan j mengumumkan pemecahan saham atau perubahan dividen pada hari yang sama dengan
perusahaan merilis laba, akan sulit untuk mengetahui apakah respon pasar adalah karena hal yang satu
atau yang lain. Namun demikian, para peneliti dapat mengatasi hal ini dengan menghapus perusahaan
tersebut dari sampel.
Komplikasi lain adalah estimasi beta perusahaan, yang diperlukan untuk memisahkan
pengembalian pasar dan spesifik perusahaan sebagaimana pada Gambar 5.2. Seperti disebutkan
sebelumnya, estimasi ini biasanya didasarkan pada analisis regresi atas data masa lalu dengan
menggunakan model pasar. Kemudian, perkiraan beta adalah kemiringan garis regresi. Namun demikian,
beta suatu perusahaan dapat berubah dari waktu ke waktu, misalnya seiring perubahanoperasi dan/atau
struktur modal perusahaan. Jika beta estimasi berbeda dengan beta aktual, halakan ini mempengaruhi
perhitungan abnormal return, dan dapat membuat bias hasil penyelidikan.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi komplikasi ini. Misalnya, dimungkinkan
adanya "opini kedua (second opinion)" pada beta dengan memperkirakannya dari informasi laporan
keuangan dan bukan dari data pasar. Atau, beta dapat diperkirakan dari periode setelah pengumuman laba
dan dibandingkan dengan estimasi dari periode sebelum pengumuman laba.
Selain itu, terdapat cara untuk memisahkan return pasardan spesifik perusahaan yang mengabaikan
beta. Sebagai contoh, kita dapat memperkirakan return spesifik perusahaan dari perbedaan antara return
saham perusahaan j pada periode 0 dan rata-rata pengembalian saham selama beberapa periode
sebelumnya. Atau, kita dapat menggunakan perbedaan antara return perusahaan j pada periode 0 dan
pengembalian portofolio pasar untuk periode yang sama. Ataualternatif lainnya, seperti dijelaskan dalam
Easton dan Harris (1991), kita juga dapat menggunakan total return saham saja dan tanpa
mempertimbangkanfaktor return pasar sama sekali.
Alasan untuk ini prosedur sederhana tersebut adalah bahwa tidak ada jaminan bahwa model pasar
ini mampu mewakili proses nyata dalam mendapatkanreturn saham. Sepanjang model pasar tidak
sepenuhnya mengungkap realita, penggunaannya dapat lebih menghasilkan kesalahan dalam
memperkirakan beta dan abnormal return daripada mengurangi dengan menghapus return pasar dan
pengendalian risiko. Komplikasi lebih lanjut adalah adanya berbagai indeks return portofolio pasar yang
tersedia, dimana indeks Dow Jones Industrial Average hanya satu. Mana yang harus digunakan?
Isu-isu ini ditelaah oleh Brown dan Warner (1980) dalam sebuah studi simulasi. Meskipun terdapat
permasalahan dalam pemodelan dan pengukuran seperti yang baru saja disebutkan, Brown dan Warner
menyimpulkan bahwa, untuk jangka waktu bulanan, prosedur berbasis model pasar bekerja cukup baik di
antara alternatif lain yang disebutkan di atas. Dengan demikian, prosedur tersebut adalah prosedur yang
digunakan dalam penelitian.
Dengan prosedur ini, terlihat bahwa pasar bereaksi terhadap informasi laba sebagaimana telah
diprediksi dalam teori. Kita sekarang akan meninjau bukti pertama yang signifikan dan interpretasi atas
reaksinya dalam studi Brown dan Ball tahun 2968 yang terkenal.

5.3 THE BALL AND BROWN STUDY


5.3.1 Methodology and Findings
Pada tahun 1968, Ball dan Brown (BB) memulai tradisi penelitian empiris akuntansi di pasar modal
yang berlanjut hingga hari ini. Mereka adalah yang pertama kali memberikan bukti ilmiah yang
meyakinkan bahwa returnsaham perusahaan merespon terhadap isi informasi laporan keuangan –dengan
kata lain, bahwa laporan keuangan memiliki nilai relevansi. Jenis penelitian ini disebut studi peristiwa
(event study), karena mempelajari reaksi pasar sekuritas dalam ruang lingkup yang sempitatasperistiwa
tertentu, dalam hal ini, rilis laba bersih perusahaan. Tinjauan ataspenelitian BB ini baik dilakukan karena
metodologi dasar, termasuk adaptasi dan pengembangan metodenya, masih terus digunakan. Hasil
penelitian mereka menjadibahan pembimbing, serta pendorong, untuk mereka yang ingin lebih
memahami kebermanfaataninformasi pelaporan keuangan (decision usefulness of financial reporting).
BB meneliti sampel 261 perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) selama
sembilan tahun dari 1957 ke 1965. Mereka berkonsentrasi pada isi informasi dari laba, dengan
mengesampingkan komponen laporan keuangan lainnya yang berpotensi informatif seperti solvabilitas
dan struktur modal. Salah satu alasannya, sebagaimana disebutkan sebelumnya, adalah bahwa pendapatan
untuk perusahaan NYSE biasanya diumumkan di media sebelum rilis yang sebenarnya dari laporan
tahunan sehingga relatif mudah untuk memperkirakan kapan informasi tersebut pertama tersedia untuk
umum.
Tugas pertama BB adalah untuk mengukur kandungan informasi dari laba - yaitu, apakah laba yang
dilaporkan lebih besar dari apa yang diharapkan oleh pasar (GN) atau kurang dari yang diharapkan (BN).
Tentu saja, diperlukan proxy untuk ekspektasi pasar. Adapun proxy yang mereka gunakan adalah laba
aktual tahun lalu, dan bahwa pendapatan tak terduga pada tahun ini dianggap sebagai perubahan laba.
Dengan demikian, perusahaan dengan pendapatan lebih tinggi dari tahun lalu diklasifikasikan sebagai
BN.
Tugas berikutnya adalah untuk mengevaluasi return pasar pada saham perusahaan sampel pada
waktu yang dekat dengan setiap pengumuman laba. Hal ini dilakukan sesuai dengan prosedur abnormal
return yang diilustrasikan pada Gambar 5.2. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa BB mengukur return
sahamdalam jangka waktu return bulanan (return harian tidak tersedia pada database di tahun 1968).
Analog dengan Gambar 5.2, misalkan perusahaan j melaporkan pendapatannya pada tahun 1957 di
bulan Februari 1958, dan bahwa laba ini adalah GN. Misalkan juga bahwa pengembalian portofolio pasar
NYSE bulan Februari 1958 adalah 0,001, dengan ekspektasi pengembalian perusahaan j 0,0009. BB
kemudian akan menghitung pengembalian saham aktual perusahaan j untuk Februari 1958. Misalkan
angkanya adalah 0,0015, dengan abnormal return untuk bulan Februari sebesar 0,0006. Karena laba
perusahaan j tahun 1957 dilaporkan pada bulan Februari 1958 dan angka perolehen abnormal returnnya
0,0006 di atas nilai pasar di bulan ini, kita dapat menduga bahwa alasan terjadinya abnormal return yang
positif adalah bahwa investor bereaksi positif terhadap informasi GN laba.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apakah pola ini berulang pada seluruh sampel?
Jawabannya adalah ya. Jika kita mengambil semua laba dalam pengumuman GN dalam sampel (sebanyak
1.231), rata-rata abnormal return pasar di bulan di mana labadirilis adalah positif. Sebaliknya, rata-rata
abnormal return untuk 1.109 pengumuman laba berita buruk dalam sampel adalah negatif. Ini
memberikan bukti kuat bahwa pasar memang merespon terhadap kabar baik atau buruk dalam bulan rilis
pengumuman laba.
Aspek yang menarik dan penting dalam penelitian BB adalah bahwa mereka mengulangi
perhitungan abnormal return pasar untuk jangka waktu yang lebih luas, yang terdiri dari masing-masing
11 bulan sebelum dan enam bulan setelah bulan informasi laba dirilis (bulan 0). BB menghitung abnormal
return rata-rata untuk setiap bulan dalam jangka waktu 18bulan ini. Hasilnya ditunjukkan pada Gambar
5.3, yang diambil dari penelitian BB.
Bagian atas dari Gambar 5.3 menunjukkan rata-rata kumulatif abnormal return untuk pengumuma
laba GN perusahaan dalam sampel; bagian bawah menunjukkan hal yang sama untuk pengumuman BN
perusahaan. Seperti dapat dilihat, perusahaan GN secara keseluruhan mengungguli total sampel (total
sampel mewakili aspek pasar yang luas), dan perusahaan BN sangat underperformed, selama periode
11bulan menjelang bulan dirilisnya laba perusahaan.

5.3.2 Causation Versus Association


Perhatikan bahwa return bulanan bersifat kumulatif pada Gambar 5.3. Meskipunterdapat
peningkatan yang substansial (untuk GN) dan penurunan (untuk BN) pada rata-rata abnormal return pada
bulan 0, seperti dijelaskan di atas, Gambar 5.3 menunjukkan bahwa pasar mulai mengantisipasi GN atau
BN sejak satu tahun sebelumnya, dengan hasil bahwa pengembalian terakumulasi terus selama jangka
waktu tersebut. Seperti dapat dilihat, jika seorang investor dapat membeli saham semua perusahaan yang
merilis GN satu tahun sebelum kabar baik dirilis dan menahannya sampai akhir bulan ketika dirilis, akan
ada pengembalian tambahan sebesar lebih dari 5% di atas pengembalian pasar. Demikian pula, kerugian
abnormal sebesar lebih dari 9% juga akan terjadi pada portofolio perusahaan BN yang dibeli satu tahun
sebelum berita buruk dirilis.
Hal ini membawa kita pada perbedaan penting antara studi dengan jangka waktu sempit dan lebar.
Jika reaksi pasar sekuritas terhadap informasi akuntansi diamati selama jangka waktu beberapa hari (atau,
dalam kasus BB, sebulan) sekitar pengumuman laba, dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi adalah
penyebab dari reaksi pasar. Alasannya adalah bahwa selama jangka waktu yang sempit tersebut hanya ada
relatif sedikit peristiwa spesifik perusahaan yang terjadi selain laba bersih yang mempengaruhi
pengembalian saham. Juga, jikapun ada peristiwa lain yang terjadi, seperti stock split atau pengumuman
dividen, perusahaan yang terkena dampak tersebut dapat dihapus dari sampel, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Dengan demikian, hubungan dalam jangka waktu yang sempit antara return
sekuritas dan informasi akuntansi menunjukkan bahwa pengungkapan akuntansi adalah sumber informasi
baru bagi investor.
Evaluasi terhadap return sahampada jangka waktu yang lebih lebar, ternyata, membuka hubungan
reaksi kepada sejumlah peristiwa lain yang berpengaruh terhadap harga saham. Misalnya, sebuah
perusahaan mungkin menemukan cadangan minyak dan gas baru, terlibat dalam proyek R&D yang
menjanjikan, atau mengalami peningkatan penjualan dan kenaikan pangsa pasar. Seiring pasar menyerap
informasi ini dari sumber-sumber yang lebih tepat waktu, seperti artikel media, pengumuman perusahaan,
kondisi ekonomi dan industri, laporan triwulanan, dan insider buying(untuk GN) dan selling (BN), harga
saham akan mulai naik. Hal ini mencerminkan sebagian sifat informatif harga saham mengingat, di pasar
yang efisien, harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia, bukan hanya informasi
akuntansi. Dengan demikian, perusahaan yang dianggap berjalan baikharus mengantisipasi efek informasi
akuntansi terhadap harga saham mereka sebelum GN muncul dalam laporan keuangan. Artinya, karena
adanya jeda pengakuan (recognition lag) ini, harga menyebabkan laba. Sehinggaarguman yang bisa
diungkapkan dalam lingkup jangka waktu yang panjang adalah bahwa laba bersih dan return saham
berhubungan. Bahwa hal tersebutlahyang mendasari kinerja ekonomi riil dari perusahaan yang
menghasilkan asosiasi, karena baik harga saham dan laba bersih (dengan lag) yang mencerminkan kinerja
nyata.
Jelas, efek ini berlangsung dalam penelitian BB. Sekilas Gambar 5.3 menunjukkan bahwa
meskipunterdapat peningkatan yang signifikan (perusahaan GN) dan penurunan (BN) dalam
pengembalian tahunan kumulatif selama bulan 0, sebagaimana disebutkan sebelumnya, sebagian besar
informasi laba bersih telah diantisipasi sebelum bulan 0. Bahkan, BB memperkirakan bahwa, rata-rata,
85%-90% dari informasi dalam pendapatan tahunan telah ikut membangun harga saham pada saat
pendapatan tahunan diumumkan. Namun demikian, hasil penelitian dalam jengka waktu yang sempit
tersebut tetap; pasar tidak mengantisipasi semua informasi laba bersih, sehingga mendukung baik teori
keputusan maupun teori pasar efisien serta relevansi nilai informasi akuntansi.

5.3.3 Outcomes of the BB Study


Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian BB adalah bahwa mereka membuka sejumlah
permasalahantambahan terkait kebermanfaatan (decision usefulness). Langkah logis berikutnya adalah
untuk menanyakan apakah besarnya laba tak terduga terkait dengan besarnya respon pasar sekuritas -
ingat bahwa analisis BB hanya didasarkan pada pertanda laba tak terduga. Artinya, kandungan informasi
dari laba dalam penelitian BB diklasifikasikan hanya ke GN atau BN, ukuran yang cukup kasar.
Pertanyaan mengenai besarnya respon diteliti, misalnya, oleh Beaver, Clarke, dan Wright (BCW)
pada tahun 1979. Mereka meneliti sampel dari 276 perusahaan NYSE dengan tahun buku yang berakhir
pada 31 Desember, selama periode 10tahun dari 1965-1974. Untuk setiap perusahaan sampel, untuk
setiap tahun pada periode sampel, mereka memperkirakan perubahan laba tak terdugayang terjadi.
Mereka kemudian menggunakan prosedur model pasar untuk memperkirakan abnormal return saham
yang berhubungan dengan perubahan laba tak terduga ini.
Setelah perbandingan perubahan laba tak terduga dengan abnormal return saham, BCW
menemukan bahwa semakin besar perubahan laba tak terduga, semakin besar respon pasar saham. Hasil
ini konsisten dengan CAPM dan kebermanfaatan keputusan (decision usefulness), karena semakin besar
perubahanlaba tak terduga, semakin banyak rata-rata investor yang akan merevisi perkiraan mereka atas
kinerja perusahaan di masa depan dan return investasi yang mereka harapkan, hal-hal lain yang
tetapsama.
Selain itu, para peneliti akuntansi telah mempelajari respon pasar sekuritas dengan laba bersih di
bursa saham lainnya, di negara-negara lain, dan untuk laporan pendapatan kuartalan, dengan hasil yang
mirip. Pendekatan ini telah diterapkan untuk mempelajari respon pasar terhadap informasi yang
terkandung dalam standar akuntansi baru, perubahan auditor, dll. Namun, di bab ini kita hanya akan
berkonsentrasi pada bagian paling penting dari penelitian BB, koefisien respon laba. Subjek penelitian ini
mengajukan pertanyaan yang berbeda dengan BCW - yaitu, untuk jumlah tertentu laba tak terduga,
apakah respon pasar sekuritas akan lebih besar pada beberapa perusahaan dibanding perusahaan lainnya?
5.4 EARNINGS RESPONSE COEFFICIENTS
Ingat bahwa yang abnormal return pasar sekuritas yang diidentifikasi oleh BB adalah nilai rata-rata
– yang menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan GN menikmati abnormal return positif, dan perusahaan
BN mereka menunjukkan abnormal return yang negatif. Tentu saja, nilai rata-rata bisa saja
menyembunyikan banyak variasi atas nilai rata-rata tersebut. Sehinggaterdapat kemungkinan bahwa
abnormal return beberapa perusahaan bisa saja di atas rata-rata atau jauh di bawahnya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa pasar merespon lebih kuat terhadap kabar baik atau
buruk dalam pendapatan untuk beberapa perusahaan tertentu dibandingkan perusahaan lainnya. Jika
jawaban untuk pertanyaan ini dapat ditemukan, akuntan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang
bagaimana informasi akuntansi dapat berguna bagi investor. Hal ini, pada gilirannya, dapat mengarahkan
pada penyusunan laporan keuangan yang lebih bermanfaat.
Konsekuensinya, salah satu arah yang paling penting dalam penelitian akuntansi keuangan empiris
setelahpenelitian BB adalah identifikasi dan penjelasan tentang respon pasar diferensial terhadap
informasi laba. Hal ini disebut penelitian koefisien respon laba (ERC).

Koefisien respon laba mengukur sejauh mana respons abnormal return saham
perusahaan terhadap komponen laba tak terduga perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut.

Artinya, untuk menghitung ERC, bagi abnormal return saham (untuk jangka waktu seputar tanggal
rilis laba) dengan pendapatan tak terduga untuk periode tersebut. Ini akan mengukur abnormal return per
dolar dari pendapatan abnormal, yang memungkinkan perbandingan ERC di berbagai perusahaan dan dari
waktu ke waktu.

5.4.1 Reasons for Differential Market Response


Sejumlah alasan dapat diajukanmengenai respon pasar diferensial untuk laba yang dilaporkan. Kita
akan meninjaunya satu persatu.

Beta Semakin berisiko urutan pengembalian yang diharapkan di masa depan atas suatu perusahaan,
semakin rendah nilainya bagi investor yang menghindari risiko, hal-hal lain yang sama. Untuk investor
yang terdiversifikasi, ukuran risiko yang relevan atas saham adalah beta. Karena investor mengacu ke
laba saat ini sebagai indikator kinerja masa depan dan return saham, semakin berisiko pengembalian
tersebut di masa depan, semakin rendah reaksi investor terhadap besaran laba tak terduga, yang akan
mengarah ke biaya modal yang lebih tinggi.
Sebagai gambaran, asumsikan investor yang rasional dan menghindari risiko,yang utilitasnya
naikseiring dengan kenaikan ekspektasi nilai dan turun seiring dengan risiko pengembalian/portofolionya.
Anggap bahwa investor tersebut, setelah menyadari bahwa perusahaan baru saja merilis informasi laba
GN, merevisi tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham perusahaan secara positif dan
memutuskan untuk membeli lebih banyak saham. Namun demikian, jika saham ini memiliki beta yang
tinggi, hal tersebut akan meningkatkan risiko portofolio. Karena investor melakukan tradeoff antara risiko
dan return, beta yang tinggi bertindak sebagai rem pada permintaan investor untuk saham GN. Karena
semua investor yang rasional dan menghindari risiko akan berpikir dengan cara ini, permintaan untuk
saham perusahaan GN ini akan semakin rendah beta semakin tinggi, hal-hal lain yang sama. Tentu saja,
permintaan yang lebih rendah menunjukkan peningkatan yang lebih rendah dalam harga pasar dan return
saham dalam merespons GN, karenanya ERC menjadi lebih rendah.
Bukti empiris dari ERC yang lebih rendah untuk beta yang lebih tinggiditemukan oleh Collins dan
Kothari (1989) dan Easton dan Zmijewski (1989).

Struktur Saham Untuk perusahaan yang dengan leverage yang tinggi, peningkatan, katakanlah,
pada laba (sebelum bunga) menambah kekuatan dan keamanan atas obligasi dan hutang lainnya, sehingga
banyak kabar baik mengenai laba lebih ditujukan ke debtholders daripada pemegang saham. Oleh karena
itu, ERC untuk sebuah perusahaan yang memiliki leverageyan tingi harus lebih rendah dari perusahaan
yang memiliki sedikit atau tidak ada utang, hal-hal lain sama.
Bukti empiris mengenai ERC yang lebih rendah bagi perusahaan dengan leverage yang tinggi
dilaporkan oleh Dhaliwal, Lee, dan Fargher (1991).

Kualitas Laba Kita menentukan kualitas (yaitu, keinformatifan) atas laba dari besarnya
probabilitas diagonal utama pada sistem informasi yang terkait. Semakin tinggi probabilitas ini, semakin
tinggi ERC yang kita harapkan, karena investor akan lebih mampu untuk menyimpulkan kinerja
perusahaan di masa depan dari kinerja saat ini.
Sebagai masalah praktis, pengukuran kualitas laba tidak sejelas di atas, karena probabilitas sistem
informasi tidak secara langsung diamati dan pendekatan pengambilan sampel menemui masalah sampling
error. Pendekatan tidak langsung, dibahas dalam Bagian 3.3.2, adalah untuk menyimpulkan kualitas laba
dengan besarnya revisiperkiraan laba analis setelah pengumuman laba. Namun demikian, hal ini hanya
menimbulkan pertanyaan mengapa analis merevisi perkiraan mereka lebih pada beberapa perusahaan
tertentu daripada yang lain.
Untungnya, beberapa langkah pengukuran lain dari kualitas laba tersedia. Di sini kita
mempertimbangkan dua langkah. Yang pertama adalah persistensi laba. Kita berharap bahwa ERC akan
semakin tinggi seiring dengan kabar baik atau buruk pada usaha tahun berjalan diperkirakan akan
bertahan di masa depan, karena penghasilan saat ini dianggap memberikan indikasi yang lebih baik
mengenai kinerja perusahaan di masa depan. Jadi, jika GN saat ini adalah karena efisiensi operasi,
keberhasilan pengenalan produk baru, atau pemangkasan biaya oleh manajemen, ERC harus lebih tinggi
daripada jika GN adalah karena, katakanlah, keuntungan yang tak terduga dari penjualan pabrik dan
peralatan. Dalam kasus kedua, nilai pasar perusahaan meningkatkan dolar ke dolar dengan jumlah
keuntungan, karena hanya ada sedikit alasan untuk mengharapkan keuntungan yang tidak biasa terjadi.
Dengan meningkatknya operasi, peningkatan pendapatan atau penghematan biaya akan bertahan dan
bermanfaat dalam pelaporan pendapatan di masa depan juga, sehingga ERC harus lebih tinggi.
Bukti bahwa ERC lebih tinggi seiringpersistensi perubahan pendapatan tak terduga disampaikan
oleh Kormendi dan Lipe (1987), yang mengukur persistensi dari sejauh mana perubahan laba dalam dua
tahun terakhir terus berlanjut hingga tahun ini – semakin besar pengaruh perubahan laba dua tahun
terakhir dengan perubahan laba tahun berjalan, semakin besar persistensi penghasilan sebelumnya.
Li (2011) mengusulkan pendekatan yang terkait untuk mengukur persistensi. Dia berargumen
bahwa keputusan mengenai investasi modal dan tenaga kerja perusahaan mencerminkan informasi
internal manajemen tentang prospek laba jangka panjang perusahaan. Artinya, seorang manajer yang
rasional hanya akan menginvestasikan modal dan tenaga kerja pada proyek yang diharapkan akan bernilai
positif. Jika demikian, kekuatan hubungan antara perubahan belanja modal dan perubahan laba
merupakan ukuran kualitas laba. Karena laba jangka panjang dan persistensi laba adalah konsep yang
mirip, pendekatan Li memungkinkan adanya alternatif perkiraan persistensi laba.
Berdasarkan sampel perusahaan selama periode 1952-2004, Li mendokumentasikan hubungan
positif antara perubahan belanja modal dan perubahan laba, dan bahwa hubungan ini berkorelasi dengan
persistensi laba, konsisten dengan argumennya. Hasil ini dicapaidengan pengendalianatas ukuran lain
kualitas laba.
Persistensi adalah sebuah konsep yang menantang dan bermanfaat. Salah satu alasannya,
dikemukakan oleh Ramakrishnan dan Thomas (RT, 1991), adalah bahwa komponen yang berbeda dari
laba bersih mungkin memiliki persistensi yang berbeda. Misalnya, asumsikan bahwa di tahun yang sama
di mana sebuah perusahaan berhasil memperkenalkan suatu produk baru,perusahaan tersebut juga
melaporkan keuntungan dari penjualan pabrik dan peralatan. Dalam hal ini, persistensi laba merupakan
rata-rata tertimbang dari persistensi berbeda dari komponen pendapatan. RT membedakan tiga jenis
peristiwa laba:
 Permanen, diharapkan bertahan tanpa batas waktu
 Transitoris, mempengaruhi laba pada tahun berjalan tapi tidak tahun depan
 Harga tidak relevan, persistensi nol

ERCs per dolar dari pendapatan tak terduga untuk ini adalah (1 + R f)/Rf (di mana Rf adalah tingkat bunga
bebas risiko), 1, dan 0, masing-masing.
Sebagai akibatnya, terdapat tiga ERC, masing-masing mungkin ada di laporan laba rugi yang sama.
RT menyarankan bahwa alih-alih mencoba untuk memperkirakan ERC rata-rata, investor harus berusaha
untuk mengidentifikasi tiga jenis ERC tersebut secara terpisah dan menetapkan ERC yang berbeda untuk
masing-masing. Dengan demikian, mereka dapat mengidentifikasi kekuatan laba permanen, atau
persisten.
Untuk memahami ERC untuk laba permanen, perhatikan bahwa hal itu dapat ditulis sebagai 1 +
1/Rf. Jadi, di bawah kondisi ideal, respon pasar atasi $1 dari pendapatan permanen terdiri dari angsuran
tahun berjalan sebesar $1 ditambah nilai sekarang dari lamanya angsuran masa depan 1/R f. Menulis ERC
dengan cara ini juga menunjukkan bahwa ketika laba tetap bertahan melampaui tahun berjalan, besarnya
ERC berbanding terbalik dengan tingkat bunga.

Peluang Pertumbuhan GN atau BN untuk laba saat ini dapat mengisyaratkan prospek pertumbuhan
masa depan perusahaan, dan karenanya ERC yang lebih tinggi. Seseorang dapat berpikir bahwa karena
laporan keuangan masih mengandung komponen biaya historis yang cukup besar, laba bersih tidak bisa
benar-benar menginformasikan pertumbuhan masa depan perusahaan. Namun, hal tersebut belum tentu
terjadi. Misalkan laba bersih saat ini mengungkapkan profitabilitas tinggi yang tidak terduga untuk
beberapa proyek investasi baru perusahaan. Hal ini dapatmemberikan indikasi ke pasar bahwa perusahaan
akan menikmati pertumbuhan yang kuat di masa depan.

Kesamaan Harapan Investor Investor yang berbeda akan memiliki harapan yang berbeda
mengenai laba perusahaan periode berikutnya, tergantung dari informasi awal yang mereka miliki dan
sejauh mana kemampuan mereka untuk mengevaluasi informasi tersebut. Namun, perbedaan ini akan
berkurang sepanjang mereka mendapatkan informasi tersebut dari sumber yang umum, seperti perkiraan
konsensus analis (misalnya, rata-rata semua perkiraan), ketika membentuk harapan mereka.

Keinformatifan Harga DiBagian 4.4, kita menggambarkan bagaimana harga saham secara
parsial menginformasikan tentang nilai masa depan perusahaan. Konsekwensinya adalah bahwa harga
menyebabkan laba, karena harga pasar merupakan agregat dari semua informasi perusahaan yang
diketahui publik, banyak di antaranya yang oleh sistem akuntansi terdapat lag. Efek ini muncul dengan
jelas dalam penelitian Ball dan Brown (lihat Gambar 5.3), di mana return saham atas GN atau BN
diantisipasi bahkan sejak 12 bulan sebelum laba dirilis. Akibatnya, semakin informatif laba tersebut,
semakin sedikit kandungan informasi dari laba akuntansi saat ini, hal-hal lain sama, sehingga semakin
rendah ERC.

5.4.2 Implications of ERC Research


Mengapa akuntan harus tertarik pada respon pasar terhadap informasi akuntansi keuangan? Pada
dasarnya, alasannya adalah bahwa pemahaman yang lebih baik atas respon pasar menunjukkan cara-cara
di mana mereka dapat lebih meningkatkan kegunaan keputusan laporan keuangan. Misalnya, bukti
empiris dari hubungan positif antara ERC dan kualitas laba menunjukkan bahwa kualitas laba yang lebih
tinggi dihargai oleh investor.
Selain itu, hasil penelitian bahwa ERC akan lebih rendah untuk perusahaan yang memiliki leverage
yang tinggi mendukung argumen untuk memperluas pengungkapan sifat dan besarnya instrumen
keuangan, termasuk informasi yang off balance sheet. Jika ukuran relatif kewajiban suatu perusahaan
mempengaruhi respon pasar terhadap laba bersih, maka diharapkan bahwa semua kewajiban untuk
diungkapkan. Ingat dari Bagian 1.3 bahwa kewajiban off balance sheet dari lembaga keuangan adalah
faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan pasar pada 2007-2008.
Akhirnya, pentingnya persistensi laba terhadap ERC berarti bahwa pengungkapan komponen laba
bersih berguna bagi investor. Banyak detail dalam laporan laba rugi, neraca, dan informasi tambahan
yang membantu investor menafsirkan persistensi jumlah pendapatan saat ini. Argumen ini didukung oleh
Jones dan Smith (2011), yang mempelajari persistensi keuntungan dan kerugian yang tidak biasa dan
non-recurring (disebut item khusus oleh penulis), berdasarkan sampel dari perusahaan-perusahaan di AS
selama periode 1986-2005. Mereka melaporkan bahwa item khusus bertahan rata-rata selama setidaknya
lima tahun.

5.4.3 Measuring Investors’ Earnings Expectations


Memperoleh perkiraan yang wajar dari ekspektasi laba adalah komponen penting dari penelitian
relevansi nilai. Ketika kondisi tidak ideal, ekspektasi laba akan lebih kompleks. Salah satu pendekatan
yang dapat digunakan adalah memproyeksikan time series yang dibentuk oleh laporan pendapatan bersih
masa lalu perusahaan – yaitu, untuk mendasarkan harapan masa depan pada kinerja masa lalu. Namun
demikian, proyeksi wajar tergantung pada persistensi laba. Untuk melihat ini, pertimbangkan kondisi
ekstrem di mana laba persisten 100% dan laba persisten 0%.
 Jika penghasilan 100% persisten, pendapatan yang diharapkan untuk tahun berjalan adalah laba
aktual tahun lalu. Dan pendapatan tak terduga untuk tahun berjalan dianggap sebagai perubahan
dari tahun lalu. Pendekatan ini digunakan oleh Ball dan Brown, seperti yang dijelaskan dalam
Bagian 5.3.
 Jika penghasilan 0% persisten, maka tidak ada informasi laba tahun lalu tentang laba masa depan,
dan semua penghasilan saat ini tak terduga. Artinya, pendapatan tak terduga akan sama dengan
tingkat pendapatan tahun berjalan.
Pada pembahasan sebelumnya, kita hanya berfokus pada pendekatan time series. Sumber lain
ekspektasi laba adalah perkiraan analis. Sumber ini sekarang tersedia secara luas untuk hampir seluruh
perusahaan besar. Jika perkiraan analis lebih akurat daripada perkiraan time series, maka dapat
memberikan perkiraan yang lebih baik dari ekspektasi laba, karena investor yang rasional akan
menggunakan perkiraan yang paling akurat. Bukti oleh Brown, Hagerman, Griffin, dan Zmijewski
(1987), yang mempelajari kinerja perkiraan triwulanan satu organisasi forecasting (Value Line),
menunjukkan bahwa analisis mengungguli model time series dalam hal keakurasian. O'Brien (1988) juga
menemukan bahwa perkiraan laba triwulanan analis lebih akurat dibandingkan perkiraan time series.
Hasil ini adalah seperti yang kita harapkan, karena analis dianggap dapat membawa informasi luar yang
terkandung dalam laba masa lalu ketika membuat proyeksi pendapatan di masa depan.
Ketika lebih dari satu analisis menelaah perusahaan yang sama, akan tampak masuk akal untuk
mengambil konsensus, atau rata-rata, perkiraan sebagai proxy untuk ekspektasi laba pasar, mengikuti
penalaran yang mendasari dalam contoh perkiraan dalam sepak bola dari Bagian 4.2.2. O'Brien
menunjukkan, bagaimanapun, bahwa usia perkiraan memiliki efek penting pada akurasi. Dia menemukan
bahwa suatu perkiraan laba terbaru memberikan prediksi laba yang lebih akurat dalam sampelnya
dibandingkan rata-rata perkiraan seluruh analis yang menelaah suatu perusahaan, di mana perkiraan rata-
rata tersebut mengabaikan berapa lama perkiraan individu. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu
perkiraan mendominasi efek pengurang kesalahan dari perkiraan rata-rata.
Meskipun bukti bahwa analis prakiraan cenderung lebih akurat daripada perkiraan berdasarkan
time series, bukti lain (Easton dan Sommers, 2007) menunjukkan bahwa perkiraan analis memiliki
kecenderungan bias untuk optimis, terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil. Meskipun demikian,
penelitian terbaru mengenai nilai isi informasi dari laba cenderung mendasarkan ekspektasi laba pada
perkiraan analis.

5.4.4 Summary
Relevansi nilai dari laba bersih yang dilaporkan dapat diukur dengan tingkat perubahan harga
saham atau, lebih khusus, dengan besarnya abnormal return pasar, pada sekitar waktu di mana pasar
mengetahui informasi laba bersih saat ini. Hal ini karena investor yang rasional akan merevisi harapan
mereka mengenai kinerja perusahaan masa depan dan return saham atas dasar informasi laba saat ini.
Keyakinan yang direvisi dapat memicu keputusan membeli/menjual, karena investor bergerak dengan
membandingkan antara risiko-return dalam portofolio mereka ke tingkat yang diinginkan. Jika tidak ada
konten informasi pada laba bersih, maka tidak akan ada revisi keyakinan, dan tidak ada keputusan
jual/beli yang dihasilkan, sehingga dianggap tidak ada keterkaitan dengan perubahan harga.
Untuk jumlah tertentu laba bersih tak terduga, teori memprediksi bahwa tingkat perubahan harga
saham atau abnormal return tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, struktur modal,
risiko, prospek pertumbuhan, persistensi, kesamaan harapan investor, dan kualitas laba.
Setelah penelitian rintisan yang dilakukan Ball dan Brown, penelitian empiris telah menunjukkan
respon pasar diferensial tergantung pada sebagian besar faktor-faktor ini. Hasil empiris benar-benar
sangat luar biasa. Pertama, mereka dapat mengatasi masalah substansial desain statistik dan
eksperimental. Kedua, mereka menunjukkan bahwa pasar, rata-rata, sangat canggih dalam
kemampuannya untuk mengevaluasi informasi akuntansi. Hal ini mendukung teori efisiensi pasar dan
teori keputusan yang mendasarinya. Akhirnya, mereka juga mendukung pendekatan kebermanfaatan
keputusan (decision usefulness approach) dalam pelaporan keuangan. Seiring akuntan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik dari respon investor terhadap informasi laporan keuangan, kemampuan
mereka untuk menyediakan informasi yang berguna untuk investor juga akan lebih meningkat.

5.5 A CAVEAT ABOUT THE “BEST” ACCOUNTING POLICY


Hingga saat ini, kita telah berargumen bahwa akuntan dapat dipandu oleh reaksi pasar dalam
menentukan kegunaan informasi akuntansi keuangan. Dari sini, mudah untuk menyimpulkan bahwa
kebijakan akuntansi terbaik adalah kebijakan yang menghasilkan respon harga pasar terbesar. Sebagai
contoh, jika laba bersih yang dilaporkan di bawah prosedur akuntansi nilai sekarang menghasilkan reaksi
pasar lebih besar dari laba bersih yang dilaporkan di bawah akuntansi konservatif, haruskah kebijakan
nilai sekarang tidak digunakan? Untuk beberapa hal, jawabannya adalah ya, karena, seperti yang telah
kita lihat dalam bab ini, respon pasar keamanan adalah ukuran kegunaan untuk investor.
Namun demikian, kita harus sangat berhati-hati dalam mengambil kesimpulan ini. Akuntan
mungkin akan lebih baik mengetahui sampai sejauh mana mereka dapat memberikan informasi yang
bermanfaat kepada investor, tetapi belum tentu masyarakat akan menjadi lebih baik dengan informasi
tersebut.
Alasannya adalah bahwa informasi memiliki karakteristik barang publik. Sebuah barang publik
adalah barang yang ketika dikonsumsi oleh satu orang tidak menghilangkan atau mengurangi
kebermanfaatannya ketika digunakan oleh yang lain. Konsumsi barang privat – misalnya apel –
menghilangkan kegunaannya bagi konsumen lainnya. Investor dapat menggunakan informasi dalam
laporan tahunan tanpa menghilangkan kegunaannya untuk investor lain. Konsekuensinya, pemasok
barang publik mungkin mengalami kesulitan dalam membebani biaya untuk produk ini, sehingga kita
sering menyaksikan barang publik disediakan oleh lembaga pemerintah. Jika suatu perusahaan mencoba
untuk membebankan biaya kepada investor untuk laporan tahunannya, mungkin tidak akan ada banyak
pelanggan yang tertarik, karena sebuah laporan tahunan, setelah dibuat, dapat diunduh oleh banyak
pengguna. Nyatanya, kita amati pemerintah melalui undang-undang sekuritas dan perusahaan,
mengharuskan perusahaan untuk menerbitkan laporan tahunan.
Tentu saja, laporan tahunan perusahaan tidaklah "gratis". Produksi laporan tahunan memakan biaya
yang tidak sedikit. Kemungkinan biaya yang paling besar termasuk kemungkinan pengungkapan
informasi berharga kepada para pesaing dan kemungkinan bahwa keputusan operasi manajer akan
dipengaruhi oleh jumlah informasi tentang keputusan-keputusan tersebut yang harus diumumkan ke
publik. Sebagai contoh, manajer bisa saja mengurangi rencana ekspansi perusahaan jika terlalu banyak
informasi perusahaan yang harus diungkapkan. Investor akhirnya akan membayar biaya tersebut melalui
harga produk yang lebih tinggi dan/atau harga saham yang lebih rendah. Namun demikian, investor
menganggap laporan tahunan sebagai gratis, karena penggunaan mereka atas informasi dalam laporan
keuangan tidak akan mempengaruhi harga produk yang mereka bayar. Selain itu, investor juga mungkin
akan mengeluarkan biaya sendiri untuk menginformasikan diri mereka, baik secara langsung dengan
membayar untuk menerima informasi secepat mungkin, atau tidak langsung dengan membayar analis atau
layanan informasi lainnya. Pada dasarnya, "bahan baku" dianggap gratis, dan investor akan melakukan
apa yang setiap konsumen rasional lainnya lakukan ketika harga rendah – mengkonsumsi lebih banyak
barang tersebut. Akibatnya, investor dapat menganggap informasi akuntansi berguna meskipun dari sudut
pandang masyarakat biaya informasi ini lebih besar daripada manfaatnya kepada investor.
Juga, sebagaimana disebutkan dalam Bab 1, informasi mempengaruhi orang yang berbeda dengan
cara berbeda. Sehingga, suatu informasi mungkin berguna untuk calon investor dan pesaing, tapi bagi
manajer dan pemegang saham mungkin merugikan. Akibatnya, nilai sosial informasi tersebut bergantung
baik pada manfaat untuk calon investor dan pesaing dan bergantung pada biaya yang harus ditanggung
manajer dan pemegang saham. Pengorbanan biaya-manfaat tersebut sangat sulit untuk dibuat.
Pikirkan informasi sebagai komoditas, yang dituntut oleh investor dan dipasok oleh perusahaan
melalui akuntan. Karena aspek barang publik dari informasi, kita tidak bisa mengandalkan kekuatan
permintaan dan penawaran untuk menghasilkan angka yang "benar" atau terbaik, sebagaimana yang kita
dapat lakukan untuk barang privat yang diproduksi dalam pasar yang kompetitif. Alasan utamanya adalah
bahwa sistem harga tidak, dan mungkin tidak akan bisa, beroperasi untuk membebankan biaya kepada
investor atas informasi yang mereka gunakan. Akibatnya, dari perspektif sosial, kita tidak bisa bergantung
pada sejauh mana respon pasar untuk memberitahu kita kebijakan akuntansi yang mana yang harus
digunakan (atau, begitu juga, "berapa banyak" informasi yang perlu dihasilkan). Argumen formal untuk
mendukung kesimpulan ini diberikan oleh Gonedes dan Dopuch (1974).
Kegagalan pasar yang terjadi pada 2007-2008 memberikan ilustrasi dramatis atas efek sosial yang
lebih luas dari informasi akuntansi. Setelah kegagalan pasar terjadi, muncul argumen bahwa akuntansi
nilai wajar adalah pro-cyclical; yaitu, meningkatkan besarnya booms dan busts. Argumennya adalah
bahwa, di masa yang baik, akuntansi nilai wajar mengembangkan laba. Kemudian, perusahaan didorong
untuk melakukan ekspansi, dan bank (yang penghasilannya juga meningkat) didorong untuk memberikan
pinjaman untuk mendukung ekspansi tersebut. Ledakan ekonomi pun terjadi. Namun, ketika booming
runtuh, seperti yang terjadi pada tahun 2007-2008, harga likuiditas dapat mengakibatkan (Bagian 1.3),
bahwa nilai wajar aset ternyata jauh di bawah nilai value-in-use. Aset legal bank terancam, bank
menghentikan pinjaman, dan ekonomi pun jatuh ke dalam resesi. Dengan berkonsentrasi pada penyediaan
informasi nilai wajar yang berguna untuk investor, pembuat standar rentan terhadap tuduhan bahwa
mereka mengabaikan dampak sosial yang lebih luas ini. Kita akan kembali ke pertanyaan mengenai
pengaturan informasi dalam Bab 12 dan 13. Untuk saat ini, yang menjadi poin penting adalah benar
bahwa akuntan dapat dipandu oleh respon pasar untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi
kompetitif mereka sebagai pemasok ke pasar untuk informasi. Juga benar bahwa pasar sekuritas akan
bekerja lebih baik sepanjang harga saham memberikan indikasi yang baik dari peluang investasi riil yang
mendasarinya. Namun, pertimbangan sosial juga menunjukkan bahwa, sebagai aturan umum, badan
penetapan standar akuntansi harus waspada dalam menggunakan respon pasar sekuritas sebagai satu-
satunya panduan untuk keputusan mereka.

5.6 THE VALUE RELEVANCE OF OTHER FINANCIAL STATEMENT INFORMATION


Pada bagian ini, kita berpindah dari fokus pada isi informasi dari laba bersih untuk
mempertimbangkan keinformatifan komponen laporan keuangan lainnya, seperti neraca dan informasi
tambahan.
Secara keseluruhan, sulit untuk menemukan bukti langsung dari kegunaan informasi laporan
keuangan lainnya, seperti halnya bukti yang meyakinkan mengenai reaksi pasar terhadap pendapatan
yang telah dijelaskan sebelumnya. Meskipun relevansi informasi RRA (bagian 2.4), studi oleh Magliolo
(1986) dan Doraran, collins, dan Dhaliwal (1988) hanya dapat menemukan reaksi pasar yang lemah untuk
RRA. Boone (2002) melaporkan reaksi pasar yang lebih kuat terhadap informasi RRA dibandingkan
informasi yang berbasis biaya historis, dan berpendapat bahwa reaksi lemah yang dilaporkan oleh peneliti
sebelumnya adalah karena masalah statistik dalam metodologi mereka.
Keandalan yang rendah adalah salah satu penjelasan yang mungkin untuk hasil yang beragam ini.
Kemungkinan lainnya adalah bahwa RRA didahului oleh sumber informasi cadangan lain yang lebih
tepat waktu, seperti pengumuman penemuan baru, dan perkiraan analis. Selain itu, titik waktu di mana
pasar pertama kali mengetahui informasi RRA sering tidak jelas. Untuk laba bersih, publikasi media
mengenai pengumuman laba memberikan tanggal yang wajar. Namun demikian, mengingat sifat
cadangan minyak dan gas informasi dan kepentingannya terhadap nilai perusahaan, analis dan pihak lain
mungkin akan bekerja lebih keras untuk menggali informasi tersebut sebelum laporan tahunan. Jika
tanggal yang wajar atas rilis informasi laporan keuangan lainnya tidak ditemukan, penelitian kembali
harus dilakukan dengan menggunakan lingkup yang lebih luas, yang terbuka untuk sejumlah besar
pengaruh pada harga selain informasi akuntansi.
Namun demikian, terdapat sebuah pendekatan tidak langsung untuk menemukan bukti kegunaan
yang menghubungkan informasi lain dengan kualitas laba. Untuk menggambarkannya, misalkan sebuah
perusahaan minyak melaporkan laba yang tinggi tahun ini, tetapi informasi tambahan mengenai cadangan
minyak dan gas menunjukkan bahwa cadangan telah menurun secara substansial selama setahun.
Interpretasi dari informasi ini adalah bahwa perusahaan telah menggunakan cadangan untuk
meningkatkan penjualan dalam jangka pendek. Jika demikian, kualitas laba saat ini akan berkurang,
karena mengandung komponen non-persistent yang akan menghilang jika cadangan baru tidak
ditemukan. Selain itu, reaksi pasar atas berita buruk dalam informasi cadangan minyak dan gas tersebut
dapat dengan mudah ditemukan di ERC rendah dibandingkan dalam reaksi langsung terhadap cadangan
informasi itu sendiri. Sebaliknya, ERC yang lebih tinggi akan diharapkan jika cadangan meningkat.
Pendekatan ini digunakan secara umum oleh Lev dan Thiagarajan (1993) (LT). Mereka
mengidentifikasi 12 "fundamental" yang digunakan oleh analis keuangan dalam mengevaluasi kualitas
laba. Misalnya, salah satu fundamental tersebut adalah perubahan investor, relatif terhadap penjualan.
Jika persediaan meningkat, ini mungkin menunjukkan adanya penurunan kualitas laba - perusahaan dapat
memasuki masa penjualan rendah, atau hanya mengelola persediaan dengan kurang efektif. Fundamental
lainnya termasuk perubahan dalam belanja modal, backlog order, dan, dalam kasus perusahaan minyak
dan gas, perubahan cadangan.
Informasi tambahan juga bisa diperoleh dari MD& A (dibahas di Chapter 3). MD&A ini adalah
sebuah bagian dari Laporan Tahunan Perusahaan yang berisi berbagai aspek penjelasan dari sudut
pandang manajer mengenai perusahaan itu sendiri, berisi tentang kinerja, laporan keuangan, tahun
sebelumnya maupun tahun sekarang, dan rencana kedepan serta pendekatan terhadap proyek-proyek baru
disertai analisis resiko yang ada. Apakah MD&A berguna dalam pengambilan keputusan? Karena masih
MD&A itu hanya berisi pembahasan dan kajian, dapat dikatakan cukup sulit untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan. Juga dikatakan bahwa MD&A ini memiliki ketepatan waktu yang rendah,
semenjak Laporan Tahunan dipublikasikan, banyak informasi keuangan juga telah dipublikasikan.

5.7 CONCLUSIONS OF VALUE RELEVANCE


Literatur empiris dalam akuntansi keuangan sangatlah luas, dan kita hanya baru melihat pada
bagian-bagian tertentu saja. Meskipun demikian, kita telah melihat bahwa, hampir secara keseluruhan,
respon pasar terhadap laporan laba bersih sangat mengesankan dalam hal kecanggihannya. Hasil
penelitian empiris di area ini mendukung teori pasar efisien dan teori keputusan yang mendasarinya.
Namun demikian, akuntan harus memastikan bahwa item-item yang tidak biasa dan non-recuring
sepenuhnya diungkapkan. Jika tidak, investor mungkin melebih-lebihkan persistensi laba yang dilaporkan
saat ini.
Pasar tampaknya tidak merespons terhadap informasi laporan keuangan lainnya seperti halnya
mereka merespons informasi laba. Sejauh mana kurangnya respon yang kuat untuk informasi lainnya ini
adalah karena kesulitan metodologi, rendahnya reliabilitas, ketersediaan sumber informasi alternatif, atau
kegagalan teori pasar efisien yang tidak sepenuhnya dipahami, meskipun mungkin juga bahwa investor
mengantisipasi neraca dan informasi tambahan untuk menyempurnakan ERC, dan bukannya
menggunakan informasi tersebut secara langsung.
Terlepas dari berbagai pertimbangan tersebut, akuntan harus berhati-hati dalam menyimpulkan
bahwa kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang menghasilkan respon pasar terbesar adalah yang
terbaik bagi masyarakat. Ini tidak selalu benar, karena sifat barang publik dari informasi akuntansi.
Investor tidak akan selalu menuntut jumlah informasi yang “benar ”, karena mereka tidak menanggung
biaya penuh. Pertimbangan ini membatasi kemampuan penelitian mengenai kebermanfaatan keputusan
(decision usefulness) untuk memandu pembuat standar akuntansi.
Meskipun demikian, hingga saat ini, pendekatan informasi mendominasi teori akuntansi keuangan
dan penelitian, dimulai dengan penelitian Ball and Brown pada tahun 1968. Penelitian tersebut telah
mengarahkan ke banyak penelitian empiris lainnya yang memperkaya pemahaman kita tentang
kebermanfaatan keputusan (decision usefulness) informasi akuntansi bagi investor.

CHAPTER 6 THE MEASUREMENT APPROACH TO DECISION USEFULNESS

Value
relevance of Low and
earnings failing?
information

Measurem
ent
Are securities Other reasons approach
Concept of market efficient? faces a
for Clean surplus Estimating
measurement Behavioural finance reliability
versus investor measurement theory firm value constraint
approach
rationality approach

Conservatism
Auditor
Impairment
liability
test
Perspektif pengukuran dalam pelaporan keuangan (financial reporting) adalah sebuah
pendekatan dimana akuntan mengambil sebuah tanggung jawab untuk menggabungkan nilai
wajar (fair values) dalam laporan keuangan (financial statement) yang tepat, dengan tetap
memperhatikan reliabilitas. Hal ini memberikan sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan
informasi kepada investor sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di
masa depan. 
Ketika tidak mungkin bahwa perspektif pengukuran akan ‘mengganti’ basis biaya historis
dari akuntansi, maka kemungkinan menjadi suatu masalah dimana keseimbangan relatif dari
informasi berbasis biaya dibandingkan dengan informasi berbasis fair-value dalam laporan
keuangan bergerak dalam arah fair value. Mungkin hal ini aneh, dari masalah teknik seperti RRA
dan akuntansi biaya langsung sudah terjadi. Tujuan dari chapter ini adalah untuk mengetahui
alasan yang mendasari tekanan dari current values.
Alasan pertama terkait dengan rasionalitas investor dan efisiensi pasar sekuritas, dimana
ternyata pasar sekuritas tidak seefisien yang dipercaya sebelumnya.
Alasan lain perubahan ke pendekatan pengukuran didorong dari variabilitas proporsi
rendah harga saham yang dijelaskan oleh historical based net income, dari Ohlson clean surplus
teori yang mendukung peningkatan pengukuran dan liabilitas legal dimana akuntan
mengungkapkan ketika perusahaan mengalami masalah finansial.

6.2 APAKAH PASAR SAHAM EFISIEN SEPENUHNYA?


6.2.1 Pendahuluan
Premis dasar pertanyaan ini adalah rata- rata perilaku investor tidak terkait dengan teori
keputusan rasional dan model investasi sebagaimana menjadi garis besar Bab 3. Misalnya
dengan setiap indidu mungkin memiliki limited attention. Mereka mungkin tidak mempunyai
waktu untuk mengolah seluruh informasi yang tersedia, sehingga mereka akan berfokus pada
informasi yang telah tersedia dan mengabaikan informasi pada catatan atau bagian lain dari
laporan keuangan.
Individu juga sering overconfident, dimana mereka meng-overestimate informasi penting
yang mereka koleksi/olah sendiri. Misalnya, investor yang meneliti perusahaan secara mandiri
mungkin akan bereaksi berlebihan terhadap bukti yang mereka raih dan bereaksi sebaliknya
terhadap informasi baru yang tidak berkaitan dengan informasi yang mereka koleksi sendiri.
Juga terdapat karakter individu lainnya, yaitu representatives. Disini individu
menitikberatkan pada bukti atau fakta yang konsisten dengan pandangan individu atas populasi
dimana bukti itu berasal.
Investor   biased dengan reaksi mereka terhadap informasi, dimana terdapat beberapa
atribut  dalam merespon informasi, misalnya self-attribution bias dan momentum bias. Self-
attribution bias yaitu individu merasa bahwa hasil dari keputusan yang baik berasal dari
kemampuan mereka, sedangkan hasil yang buruk dikarenakan ketidakberuntungan realisasi dari
states of nature, bukan dari kesalahan mereka. Kedua atribut ini tidak konsisten dengan sekuritas
efisiensi pasar dan teori keputusan yang mendasarinya.
Motivated Reasoning berarti individu menerima nilai informasi saat ini yang konsisten
dengan pilihan mereka. Jika informasi yang diterima tidak konsisten dengan preferences
mereka, mereka akan menerima dengan skeptis dan mencoba untuk meragukan informasi
tersebut.
Studi yang mempelajari perilaku investor terkait sekuritas pasar efisien adalah behavioural
finance. Selanjutnya kita akan mereview beberapa pertanyaan mengenai efisiensi yang muncul
dari teori ini.
6.2.2 Prospect Theory
Teori prospek memberikan alternatif berdasar perilaku pada teori keputusan rasional.
Berdasarkan teori ini, investor yang mempertimbangkan investasi berisiko akan secara terpisah
mengevaluasi keuntungan dan kerugian prospektif. Teori ini berlawanan dengan teori keputusan
dimana investor mengevaluasi keputusan yang dibuat dalam konteks menilai akibatnya terhadap
total kekayaan yang mereka miliki. Ini merupakan implikasi dari konsep psikologis narrow
framing, dimana individu menganalisis masalah di dalam lingkup yang sanagat tertutup sebagai
cara penghematan dari usaha mental atas pembuatan keputusan.
Teori prospek mengasumsikan loss aversion, perilaku dimana individu tidak menyukai
kerugian walaupun sangat kecil. Hal ini menyebabkan efek disposisi, dimana investor
menunjukkan perilaku pengambil risiko dengan respek pada rugi, investor menahan saham saat
rugi (loser) dan menjual saham saat laba (winner), dan mungkin membeli lebih pada saham yang
rugi.
Teori prospek juga mengasumsikan bahwa ketika individu mengkalkulasikan perkiraan
nilai dari suatu prospek, individu under/overweight probabilitas mereka. Underweighting
probabilitas merupakan bagian dari over confidence, sedangkan overweighting probabilitas
merupakan bagian dari representativeness. Tendensi ini dapat mengakibatkan pada asumsi
“terlalu rendah” atas probabilitas state yang akan terjadi, dan “terlalu tinggi” atas probabilitas
state yang mungkin tidak akan terjadi.
Kombinasi dari evaluasi terpisah atas untung dan rugi serta weighting/pembobotan dari
probabilitas dapat mengakibatkan variasi luas dari perilaku irasional. Misalnya, investor
menghindar dari pasar saham karena ketakutan atas rugi atau mungkin underreact atas badnews
dengan tetap menahan saham “losers” untuk menghindari realisasi rugi atau bahkan membeli
lebih banyak saham loser walaupun menambah risiko.
6.2.3 Is Beta Dead?
Implikasi dari CAPM adalah beta saham, yaitu determinan spesifik perusahaan tunggal
atas harapan pengembalian dari saham.
Fama dan French (1992) menemukan bahwa beta dan CAPM memiliki kemampuan kecil
dalam menjelaskan return saham. Mereka menemukan bahwa book-to-market ratio dan ukuran
perusahaan (firm size) lebih signifikan menjelaskan keuntungan sekuritas. Daripada melihat beta,
lebih baik melihat book-to-market ratio dan ukuran perusahaan sebagai ukuran risiko. Risiko
akan meningkat dengan meningkatkanya book-to-marke ratio dan menurun dengan semakin
besarnya ukuran perusahaan. Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta “mati.”
Sebaliknya, Kothari, Shanken, dan Sloan (1995) menemukan bahwa dalam jangka waktu
lama (1941-1990), beta merupakan prediktor signifikan atas return. B/M juga sebagai prediktor
return, tetapi relatif lemah.
Behavioral Finance menyediakan perspektif yang berbeda atas validitas CAPM dan Beta.
Perilaku return saham tidak konsisten dengan CAPM dipandang sebagai bukti dari
ketidakefisienan pasar.
Daniel, Hiershleiferk,dan Subrahmanyam (2001) menyajikan model yg mengasumsikan
dua tipe investor, rasional dan overconfidence. Karena investor rasional, beta saham
berhubungan positif dengan returnnya, sebagaimana pada CAPM. Sedangkan untuk investor
overconfidence bereaksi berlebihan terhadap informasi yang dikumpulkan sendiri, yang
mendorong B/M terlalu tinggi atau rendah. Semakin lama, harga saham beralih ke level efisien
saat overconfidence terungkap. Sehingga hasilnya, beta dan B/M berelasi positif terhadap return
masa depan. Berdasarkan Daniel, Hiershleiferk,dan Subrahmanyam, relasi positif B/M terhadap
return masa depan yang ditemukan oleh Fama and French tidak didorong oleh investor rasional
yang melindungi diri dari kesulitan keuangan, tetapi didorong oleh overconfidence.
Status CAPM dan implikasinya pada Beta tidak jelas. Beta mungkin berubah selama ini,
tidak stationary.
Dari sudut pandang akuntansi, luas beta bukan ukuran risiko spesifik perusahaan yang
relevan, dimana beta hanya meningkatkan peran laporan keuangan dalam melaporkan informasi
berisiko, yang artinya bahwa beta is not dead. Bagaimanapun juga, beta berubah sepanjang
waktu dan secara berangsur- angsur memiliki status sebagai ukuran risiko
dengan variable berdasar akuntansi.
6.2.4 Excess Stock Market Volatility
Pertanyaan mengenai apakah pasar efisien didorong dari bukti bahwa adanya volatilitas
harga saham ekses pada level pasar. CAPM beranggapan bahwa beta dan tingkat bunga bebas
risiko konstan, hanya perubahan dalam return pada portofolio pasar (E(RMT)) yg menyebabkan
perubahan dalam return saham-j. Determinan fundamental E(RMT) adalah dividen harapan
agregat di antara semua perusahaan dalam pasar. Semakin tinggi dividen harapan agregat,
semakin banyak investor akan investasi dalam pasar yang menyebabkan permintaan saham dan
menyebabkan indeks pasar naik, dan sebaliknya. Akibatnya, jika pasar efisien, perubahan dalam
E(RMT) seharusnya tidak menyebabkan perubahan dalam dividen harapan agregat.
Shiller (1981) menemukan bahwa variabilitas indeks pasar beberapa kali lebih besar
daripada variabilitas dividen agregrat yang menunjukkan bahwa pasar tidak efisien.
Penjelasan yang mungkin dari ketidakefisienan ini adalah faktor keperilakuan
meningkatkan volatilitas pasar saham. Sebagai contoh, Model momentum Daniel et al. (2001)
mengimplikasikan volatilitas pasar ekses seperti harga menaik (overshoot) dan kemudian jatuh
lagi. Shleifer et al. (1990) mempunyai argumen yang berbeda. Menurut mereka, ada dua
investor, yaitu rasional dan berumpan balik positif. Berumpan balik positif yaitu investor
membeli saham ketika harganya mulai naik, dan sebaliknya. Sedangkan Rasional, investor akan
menjual singkat (sell short ), mengantisipasi turunnya harga yang akan mengikuti harga menaik
yang disebabkan oleh pembelian investor berumpan balik positif. Sebagai hasilnya, terdapat
kelebihan volatilitas di pasar karena harga pasar terus meningkat meskipun investor rasional
percaya bahwa harga saham melebihi nilai pasar efisien.
Penjelasan lain atas temuan Shleifer et al. adalah dividen adalah spesifik untuk sebagian
besar perusahaan. Variabilitas dividen antara perusahaan dapat didiversifikasikan pada portofolio
yang luas, sehingga kita tidak memperkirakan bahwa variabilitas agregat dividen untuk
menjelaskan variabilitas dari index pasar saham.
Sadka et al. (2009) membandingkan variabilitas dari earnings terhadap variabilitas return
pasar saham. Mereka menemukan bahwa proporsi signifikan dari variabilitas earning dijelaskan
dari faktor ekonomi, dimana variabilitas earnings tidak dapat didiversifikasikan. Mereka juga
menemukan bahwa earning agregat dan return pasar saham berkorelasi signifikan dan
variabilitas earnings menjelaskan porsi signifikan dari variabilitas return. Variabilitas index pasar
saham tidak melebihi earnings, hasil ini lebih konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas
dibanding temuan Shiller.
6.2.5 Stock Market Bubbles
Stock market bubbles adalah harga saham meningkat jauh dari nilai rasional yang
menggambarkan kasus ekstrim dari volatilitas. Bubbles berdasarkan Shiller didorong dari
kombinasi bias self-attribution dan momentum, trading umpan balik positif, dan perilaku “herd”
yang didorong dari prediksi optimis media dari ahli pasar. Shiller membuktikan bahwa perilaku
bubble dapat terjadi suatu waktu, dan sulit diprediksi kapan berakhirnya. Secepatnya, hal ini
akan ‘meletus’ karena peningkatan kepercayaan, seperti gangguan resesi dan peningkatan inflasi.
Namun demikian, perkembangan bubble tidak serta merta mengkontradiksi efisiensi pasar,
tergantung apakah informasi tersedia atau tidak pada saat itu untuk mempredikasi risiko ini.
6.2.6 Diskusi Efisiensi Pasar Saham Vs Behavioural Finance
Secara kolektif, teori behavioural finace dan bukti yang telah didiskusikan sebelumnya
meningkatkan pertanyaan mengenai seberapa jauh efisiensi pasar sekuritas dan perilaku rasional
investor. Fama mengevaluasi bukti ini dan menyimpulkan bahwa hal ini tidak menjelaskan
gambaran besarnya. Walaupun terdapat bukti inkonsisten dengan efisiensi, tidak terdapat teori
alternatif yang memprediksi dan mengintegrasikan bukti anomali. Misalnya, teori untuk
memprediksi kapan pasar akan overreact atau underreact.
Shleifer (BSV) menggambarkan konsep perilaku konservatif untuk menjelaskan
underreaction. Investor konservatif mengentengkan/underweight relasi bukti baru terhadap
informasi sebelumnya. Sehingga harga saham underreacts, relatif terhadap reaksi pasar efisien,
naik atau turun sampai evaluasi benar-benar terjadi berdasarkan laporan penghasilan di masa
depan.
Sedangkan untuk overreaction, BSV menggambarkan dalam representativeness. Pada saat
investor mengobservasi penghasilan perusahaan yang terus meningkat sepanjang waktu, investor
akan menganggap ini sebagai perusahaan berkembang, mengesampingkan fakta bahwa
kenyataan perusahaan berkembang sangatlah jarang. Sehingga direlasikan dengan pasar efisien,
harga saham overreacts terhadap laporan penghasilan.
Hirshleifer&Teoh (2003) membuat model dimana sebagian nvestor adalah rasional
sepenuhnya, sedangkan sebagian sisanya memiliki limited attention yang mempengaruhi
kemampuan mereka untuk mengolah informasi publik yang tersedia. Limited Attention
mempengaruhi interpretasi investor atas informasi. Sehingga pasar akan underreacts terhadap
informasi tambahan. Misalnya, diasumsikan pesent values dari cadangan (minyak) menurun
tajam tahun ini. Hirshleifer&Teoh memprediksi bahwa pasar akan underreacts terhadap
informasi ini karena investor dengan kemampuan terbatas untuk mengolah informasi hanya
berkonsentrasi terhadap laba bersih perusahaan, mengabaikan informasi RRA yang ada di dalam
MD&A atau catatan laporan keuangan. Membawa current value accounting untuk cadangan
pada pernyataan keuangan secara baik akan memudahkan investor untuk mengetahui implikasi
dari kinerja perusahaan di masa depan dan mempercepat reaksi pasar.
Hal ini diperkuat dengan bukti empiris oleh Ahmed et al. (2006), dimana mereka
menemukan tidak terdapat reaksi signifikan harga saham atas nlai derivativ yang diungkapkan
sebagai informasi tambahan, tetapi terdapat reaksi positif signifikan ketika pengungkapan
tersebut terdapat pada neraca.
6.3 ANOMALI PASAR SEKURITAS EFISIEN
Terdapat bukti bahwa pasar mungkin tidak merespon informasi akuntansi tepat seperti
yang diprediksikan oleh teori efisiensi. Contohnya, harga saham mungkin tidak akan bereaksi
penuh terhadap pernyataan keuangan saat itu juga, sehingga abnormal return berlanjut beberapa
waktu mengikuti diumumkannya infrmasi tersebut. Pasar juga mungkin tidak mengekstrak
keseluruhan konten informasi dari pernyataan keuangan. Kasus ini tidak konsisten dengan
efisiensi pasar sekuritas sehingga disebut anomali pasar sekuritas efisien. Terdapat dua macam
anomali sebagai berikut.
1. Post-Announcement Drift
Pertama kali laba perusahaan diketahui, isi informasi harus segera diterjemahkan investor
dan terkait dengan harga pasar efisien. Bagaimanapun, sudah diketahui yang terjadi adalah
tidak demikian. Unutk perusahaan yang melaporkan GN dalam laba per
kuarter, return sekuritas abnormal cenderung menyimpang  naik pada beberapa waktu
berikutnya dari pengumuman laba. Dengan cara yang sama perusahaan yang melaporkan
BN memiliki return abnormal menyimpang mundur dengan periode yang sama. Fenomena
inilah yang dinamakan post- announcement drift (PAD).
Bernard dan Thomas (BT, 1989) membuktikan hal ini. Investor yang mengikuti strategi
membeli saham perusahaan GN dan menjual singkat saham perusahaan BN di hari
pengumuman earning, dan menahannya dalam jangka waktu 60 hari, akan mendapatkan
rata-rata return 18% di atas return pasar. GN atau BN disini adalah perbedaan antara
penghasilan kuartal yang dilaporkan saat ini dan penghasilan di kuartal yang sama tahun
lalu. Hal ini disebut quarterly seasonal earnings changes.
Terlihat bahwa investor meremehkan implikasi penghasilan saat ini terhadap penghasilan
masa depan. Sebagaimana dikatakan BT, telah diketahui bahwa quarterly seasonal earnings
changes berkorelasi positif sampai dengan 3 kuartal setelahnya. Hal ini seharusnya direspon
cepat oleh investor rasional, tetapi kenyataannya tidak demikian. Dikarenakan adanya PAD,
investor membutuhkan waktu untuk mengetahui hal ini atau mungkin mereka meremehkan
korelasi ini.
Penjelasan atas PAD ini salah satunya adalah limited attention, dimana investor tidak
memaksimalkan waktu dan usahanya untuk mengerti sepenuhnya korelasi dari quarterly
seasonal changes. Terdapat penjelasan lain dari Narayanamoorthy (2006) menggambarkan
akuntasi konservatism untuk mengargumentasikan bahwa korelasi positif antara quarter
seasonal changes saat ini dan selanjutnya akan lebih rendah untuk BN daripada GN.
Narayanamoorthy menunjukkan bahwa strategi menggunakan PAD dan hanya
menginvestasikan pada perusahaan GN akan memberikan abnormal return lebih besar dari
18%.
Chordia dan Shivakumar (CS, 2005) mengatakan bahwa investor tidak sepenuhnya
menggabungkan efek inflasi terhadap pertumbuhan earnings masa depan perusahaan,
investor akan menunggu sampai kenaikan atau penurunan earnings benar-benar terjadi.
Kegagalan investor untuk mengantisipasi inflasi menjadi sebagian penjelasan atas PAD.
Zhang (2008) meneliti efek PAD dari timelines atas revisi analist forecast yang mengikuti
pengumuman earnings kuartalan. Investor merespon terhadap earnings kuartal saat ini
sebagian dikarenakan revisi analist forecast, dan PAD sebagian dikarenakan penundaan
analist atas prediksi earnings kuartal masa depan. Kebanyakan manajer mengumumkan
perkiraan earning masa depan bersamaan dengan laporan earning kurtalan saat ini. PAD dari
kuartal selanjutnya berkurang signifikan ketika investor mengharapkan bahwa perkiraan
masa depan manajer adalah akurat.
Efek dari volatilitas earnings pada PAD dipelajari oleh Cao dan Narayanamoorthy (CN,
2012). Mereka menyimpulkan bahwa makin tinggi volatilitas earnings maka makin rendah
potensi PAD terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak cuma meremehkan implikasi dari earnings saat
ini terhadap earnings masa depan, tetapi juga mengabaikan efek dari volatilitas earnings.
2. Market Response to Accruals
Sloan memisahkan pelaporan laba bersih dalam arus kas dari aktivitas operasional dan
komponen akrual, baik pengurangan ataupun penjumlahan keduanya. Dapat digambarkan
dengan formula berikut ini.
Net income = Cash flow from operations ±Net accruals
Sloan mengatakan bahwa akrual menjadi subjek kesalahan estimasi dan mungkin manajer
akan bias daripada dengan Cash flow, dan berargumen bahwa reliabilitas yang lebih rendah
ini seharusnya mengurangi asosiasi antara akrual saat ini dan laba bersih periode
selanjutnya. Akrual kurang reliable jika dibandingkan dengan cash flow, komponen earnings
pada cash flow lebih persisten daripada komponen akrual. Hal ini juga dibuktikan dari studi
Sloan bahwa Laba bersih yang dilaporkan di tahun depan jauh lebih berasosiasi dengan
komponen operating cash flow dari pendapatan tahun ini. Sehingga, kita akan
memperkirakan bahwa pasar efisien akan merespon lebih kuat pada GN atau BN dari
komponen cash flow dibandingkan dengan GN atau BN dari komponen akrual.
Namun, hasil penelitian Sloan tidak begitu. Return saham dari perusahaan dengan akrual
tinggi akan turun sepanjang waktu, tidak jatuh begitu saja, sedangkan return saham dari
perusahaan dengan akrual rendah akan terdorong naik. Sloan membuat simulasi investasi
dengan membeli saham perusahaan akrual rendah dan menjual singkat saham perusahaan
akrual tinggi, menahan selama satu tahun, dan mendapat pengembalian sebesar 10.,4%.
Hasil dari Sloan menambah pertanyaan mengenai rasionalitas investor dan efisiensi pasar
saham serupa dengan PAD.
Richardson et al. Memperluas penelitian Sloan dengan memasukkan seluruh non kas aset
dan kewajiban. Mereka menemukan bahwa reliabilitas akrual yang lebih rendah adalah lebih
persisten, dan investor mengabaikan hal tersebut. Sehingga semakin rendah reliabilitas
komponen akrual, investor makin overestimate terhadap persisten earning, yang
mengarahkan terhadap mispricing saham yang besar. Strategi investasi berdasarkan
mispricing ini menghasilkan abnorma return melebihi dari 10,4%.
Anomali ini menunjukkan bahwa pasar sekuritas tidak sepenuhnya efisien dan inefisiensi
tersebut didorong oleh perilaku bias investor.
6.4 Keterbatasan Arbitrase
Terdapat alasan dari anomali yang persisten, yaitu “limit to arbitrage”. Hal itu adalah biaya
yang terjadi oleh investor yang membatasi kemampuan mereka untuk secara penuh
mengeksploitasi anomali dan demikian arbitrase itu hilang. Terdapat dua batas: biaya transaksi
dan risiko.
Perlu dicatat bahwa persisten dari anomali karena limit arbitrase adalah konsisten dengan
rata-rata rasionalitas investor. Terlepas dari apakah persisten itu dikarenakan perilaku bias atau
limit arbitrase, pasar sekuritas tidak sepenuhnya efisien. Bagaimanapun, pertanyaan yang
sebenarnya adalah apakah kekurangan efisiensi ini disebabkan oleh perilaku bias investor?
Ng Rusticus&Verdi (NRV,2008) mengukur biaya transaksi yang dihadapi investor dengan
bid-ask spread dan komisi. Mereka menemukan bahwa abnormal return atas strategi membeli
saham perusahaan GN dan menjual singkat saham perusahaan BN dan menahannya selama 3
bulan adalah negatif setelah dikurangi biaya transaksi. Ketika waktu untuk menahan ditambah
menjadi 12 bulan, net return tidak negatif tetapi sangat jauh berkurang.
Alasan lain untuk tidak melakukan investasi arbitrase adalah risiko yang muncul akibat
mengurangi diversifikasi. Perlu dicatat bahwa portofolio terdiri dari beberapa saham yang
mispricing, seperti saham yang didesain untuk mengksploitasi PAD dan anomali akrual. Sebagai
hasil dari pengurangan diversifikasi, varian dari return perusahaan tertentu mempunyai peran
yang sangat besar. Strategi investasi arbitrase menyebabkan risiko idiosinkratik. Risiko
idiosinkratik ini menjadi limit arbitrase dari investor rasional yang menghindari risiko.
Secara singkat, biaya transaksi dan risiko idiosinkratik menjadi sebagian penjelasan
mengapa anomali seperti PAD dan akrual masih ada.
Untuk mengerti persisten dari anomali, perlu memperhatikan bahwa terdapat berbagai
macam investor dengan level kesulitan yang berbeda atas biaya transaksi dan risiko. Bartov et al.
meneliti bahwa efek PAD berkurang jika sebagian besar proporsi atas saham suatu perusahaan
dimiliki oleh institusi, hal ini menunjukkan investor institusi menghasilkan keuntungan arbitrase,
dengan demikian mengeliminasi sebagian PAD.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa dua anomali saat ini hampir hilang. Secara
keseluruhan, terlihat bahwa investor institusi besar dengan biaya transaksi yang rendah dan
manajemen risiko yang baik meningkatkan eksploitasi mereka terhadap PAD dan anomali akrual
sampai dengan anomali tersebut hampir hilang. Jika begitu, maka penjelasan biaya dan risiko
sebagai persisten anomali telah didukung.
6.5 PERTAHANAN DARI RASIONALITAS RATA-RATA INVESTOR
6.5.1 Menggugurkan Ekspektasi Rasional
Mengapa anomali muncul?apakah karena karakteristik perilaku atau dapatkah hal tersebut
terjadi jika investor rata-rata rasional?
Brav&Heaton (2002) mengasumsikan bahwa investor segera mencari perubahan yang
mendasari parameter perusahaan. Diasumsikan terdapat perusahaan yang melaporkan adanya
peningkatan substansial dari penghasilannya. Pertanyaannya, apakah perusahaan
diekspektasikan adanya peningkatan earning power, atau hanya sebuah noise (bersifat jangka
pendek). Untuk menghadapi risiko estimasi, investor akan mengubah kepercayaan terhadap
power earning lebih sedikit jika mereka yakin earning tinggi benar ada, dan lebih banyak jika
mereka yakin itu hanyalah noise. Untuk mengurangi risiko estimasi, investor akan membutuhkan
informasi tambahan. Jika ekspektasi earning power benar-benar naik, informasi baru akan
diobservasi, kemudian investor akan mengubah estimasi earning power yang diekspektasikan
dan membeli saham tambahan. Sehingga harga saham akan naik, namun hal tersebut memakan
waktu seperti konsep perilaku konservatif.
Argumen mispricing lainnya diungkapkan oleh Lo’s “adaptive market hypothesis” (2004).
Investor dipandang sebagai rasional terbatas (boundedly rasional), yaitu ketika lingkungan
berubah, mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Hal ini berakibat pada return saham
seperti yang diprediksikan dalam behavioural finance, under atau overreaction terhadap
informasi akuntansi. Harga saham bereaksi terhadap informasi dengan penundaan/delay.
Bagaimanapun, karena harga saham tetap naik, hasil ini konsisten dengan argumen sebelumnya
bahwa investor mengurangi risiko estimasi dengan mencari informasi tambahan. Selain itu, dari
penelitian dibuktikan bahwa semakin berkualitas akuntansinya berasosiasi signifikan dengan
penundaan yang lebih rendah.
Investor rasional membutuhkan waktu untuk menginterpretasi penuh pengumuman
penghasilan. Terdapat pengurangan PAD yang menunjukkan bahwa perkiraan kredible (dari
analist) membantu investor untuk mengatasi secara cepat ketidakpastian dalam earning masa
depan.
6.5.2 Menggugurkan Pengetahuan Umum
Pada kasus CAPM, setiap investor diasumsikan mengetahui beta saham dan sluruh investor
mengetahui kalau semua orang mengetahui beta.
Ketika investor membuat keputusan dengan dasar kepercayaan mereka atas kepercayaan
orang lain, daripada kepercayaan mereka tentang states of nature yang relevan, kepercayaan ini
disebut “higher order belief”. Hal ini dikarenakan kepercayaan investor rasional dapat
menghasilkan perilaku harga saham seperti pada behavioral finance yang diprediksikan.
Hal ini dijelaskan pada model berikut. Generasi pertama investor membeli
menginvestasikan saham pada perusahaan yang berisikodi awal periode satu dan menjualnya di
awal periode dua yang kemudian dibeli oleh generasi dua dan seterusnya. Hal ini terus
berlangsung sampai nilai fundamental perusahaan terungkap. Model ini menangkap horison
jangka pendek banyak investor yang membuat higher order belief.
Pola harga saham ini melawan kondisi pasar yang efisien. Model ini menyediakan
penjelasan kenapa pasar tidak efisien konsisten dengan rasionalitas investor.

6.6. SUMMARY RE SECURITIES MARKET INEFFICIENCIES


Konsekuensi yang paling tampak adalah pelaku (trader) cukup noise, tetapi ekspektasinya
nol. Karena itu, bahkan dalam konteks ekspektasi, harga saham tergantung pada nilai yang
mendasar dari saham tersebut. Pada waktu yang lain, bagaimanapun juga, investor rasional
termasuk analysts akan menemukan mispricing dan mengambil keuntungan dari hal tersebut,
yang memicu harga pada nilai fundamental. Laporan keuangan yang diperbaiki semakin
membantu memprediksi nilai fundamental perusahaan dan mempercepat proses arbitrasi.
Kemudian, dengan mengurangi biaya analisis rasional pelaporan yang lebih baik akan
mengurangi bias dari perilaku investor. Akibatnya, inefisiensi pasar sekuritas mendukung
perpektif pengukuran.

6.7. CONCLUSIONS ABOUT SECURITIES MARKET EFFICIENCY AND INVESTOR


RATIONALITY
Secara bersama- sama, teori dan bahan bukti menimbulkan pertanyaan yang lebih besar
mengenai luas efisiensi pasar efisien. Terdapat bahan bukti yang membingungkan perilaku
investor dan mengakibatkan mispricing yang besar kemungkinan terjadi pada perusahaan dimana
evaluasi keuangan sulit dilakukan, misalnya untuk perusahaan dengan sejumlah besar aset tidak
berwujud, perusahaan yang sedang berkembang, dan pada perusahaan dimana asimetri informasi
antara insider dan outsider cukup tinggi. Pada intinya adalah bahwa model pasar efisien masih
bermanfaat sebagai pedoman laporan keuangan, tetapi teori dan bahan bukti tidak efisien
terakumulasi pada saat mendukung perspektif pengukuran, meskipun harus melalui
pengorbanan reliabilitas untuk peningkatan relevansi.

6.8. OTHER REASON SUPPORTING A MEASUREMENT PERSPECTIVE


Sejumlah pertimbangan diberikan untuk menyarankan bahwa kegunaan keputusan atas
pelaporan keuangan akan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan perhatian terhadap
pengukuran. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dijelaskan pada poin- poin berikutnya.

6.9. THE LOW VALUE RELEVANCE OF FINANCIAL STATEMENT INFORMATION


Dalam chapter 5 telah dibuktikkan bahwa adanya respon terhadap harga sekuritas terhadap
kandungan informasi mengenai laba bersih. Penelitian ERC menunjukkan bahwa pasar cukup
bergairah dalam menggunakan kemampuannya untuk mengekstrak implikasi nilai laporan
keuangan yang disiapkan dengan dasar historical cost.
Lev (1989) telah menunjukkan bahwa respon pasar terhadap good news atau bad news
terhadap laba ialah cukup kecil. Kenyataannya, hanya 2 – 5% dari variabilitas abnormal return
dalam narrow-window di seputar tanggal pengumuman laba dapat diatribusikan terhadap laba itu
sendiri. Kebanyakan dari variabilitas atas return saham terlihat sebagai akibat dari faktor-faktor
di luar laba.
Lev (1989) menghubungkan rendahnya saham dengan rendahnya kualitas laba. Collins et
al. (1994) memberikan bukti bahwa kualitas laba dapat ditingkatkan dengan memasukkan
perpektif pengukuran dalam laporan keuangan, dengan dasar bahwa penambahan ketepatan
waktu atas laba yang dinilai dengan nilai wajar tidak melebihi dari penurunan dalam reliabilitas.
Menurut Lev, masih banyak ruang bagi para akuntan untuk meningkatkan kegunaan informasi
laba.

6.9.1. Ohlson’s Clean Surplus Theory


Teori surplus bersih dari Ohlson memberikan kerangka yang konsisten dengan perspektif
pengukuran, dengan menunjukkan bagaimana nilai pasar dari suatu perusahaan, dapat
ditunjukkan dari segi komponen laporan neraca dan laporan laba-rugi. Teori ini mengasumsikan
kondisi ideal, termasuk deviden yang tidak relevan. Namun demikian, teori ini sudah
memberikan banyak keberhasilan dalam menjelaskan dan memprediksi nilai aktual perusahaan.
Garis besar atas teori ini didasarkan kepada versi sederhana yang dikemukakan oleh Feltham dan
Ohlson (1995) atau dapat disingkat F&O.
F&O mulai dengan menunjukkan determinan fundamental nilai perusahaan yaitu arus
deviden perusahaan tersebut. Goodwill yang bernlai 0 mewakili kasus khusus dari model F&O
yang disebut akuntansi tidak bias dimana laba abnormal tidak ada. Model F&O dapat digunakan
untuk mengestismasi nilai saham persusahaan.

6.10. AUDITORS LEGAL LIABILITY


Mungkin sumber tekanan utama dalam perspektif pengukuran muncul sebagai reaksi
terhadap kegagalan yang begitu luar biasa dari perusahaan-perusahaan besar, khususnya institusi
keuangan.Dengan menggunakan akuntansi biaya historis, dapat saja terjadi bahwa perusahaan
yang ada saat ini bisa menghilang di waktu kemudian. Sementara itu para akuntan dan para
auditor dapat mengklaim bahwa informasi tentang kegagalan yang akan datang secara harfiah
implisit didalam catatan atau sumber-sumber lain, atau tidak merupakan tanggung jawab mereka,
terdapat logika dasar tertentu terhadap masalah yang dimunculkan oleh mereka-mereka yang
mempertanyakan mengapa laporan keuangan primer tidak secara lebih jelas meramalkan
kemalangan yang terjadi. Lebih lanjut, tekanan-tekanan tanggung jawab hukum ini cenderung
terus meningkat.
Sebagai tambahan, perusahaan tengah menghadapi tekanan yang semakin besar untuk
bisa berperilaku dalam cara-cara yang secara sosial dan lingkungan bertanggung jawab.
Kebanyakan perusahaan memiliki tanggung jawab ke depan secara substansial, sebagai contoh
dalam biaya restorasi tempat, yang sangat terkait dengan konsep penyesuaian pendapatan dan
biaya. Salah satu cara dimana para akuntan dan auditor bisa melindungi diri mereka melawan
tekanan-tekanan ini adalah untuk mengadopsi perspektif pengukuran, yaitu, memperkenalkan
lebih banyak nilai terbuka kedalam akun.

6.11. CONCLUSION
Dengan asumsi keandalan yang wajar, akuntansi nilai sekarang dapat meningkatkan
keputusan kegunaan relatif terhadap perspektif informasi
Peningkatan penggunaan akuntansi nilai sekarang dalam pelaporan keuangan
Alasan:
1. Pasar tidak sepenuhnya efisien
2. kekuatan penjelas rendah dari laba bersih untuk pengembalian saham
3. Teori Surplus bersih Ohlson
4. kewajiban auditor
Keputusan kegunaan bagi investor dapat lebih ditingkatkan dengan akuntansi konservatif

Anda mungkin juga menyukai