PIUS BERE
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
DIAJUKAN
DISERTASI UNTUK UJIAN
TERBUKA
PIUS BERE
NIM : 1290971009
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
REFORMULASI SANKSI PIDANA TAMBAHAN
PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM
UNDANG UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI
PIUS BERE
NIM : 1290971009
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iii
Lembar Persetujuan Promotor / Ko-Promotor
Promotor
Ko-Promotor I Ko-Promotor II
Mengetahui
Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H.,M.S. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 19530914 197903 1 002 NIP. 195902151985102001
iv
Disertasi ini Telah Diuji dan Dinilai Tahap I (Ujian Tertutup)
Oleh Panitia Penguji PadaProgram Pascasarjana Universitas Udayana
Pada tanggal : 1 April 2016
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor: 1073 / UN14.4/PDIH / 2016
Tanggal: 18 Maret 2016
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
N a m a : Pius Bere
N I M : 1290971009
Udayana Bali
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Disertasi ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas R I, No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Pius Bere
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah Tri Tunggal yakni Allah Bapa, Tuhan Yesus
Kristus dan RohNya yang Kudus atas segala berkat, rahmat dan perlindungan
pada saat adanya tuntutan masyarakat agar asset koruptor disita untuk negara dan
korupsi gencar dilakukan oleh pemerintah namun dalam realitasnya para hakim yang
mengadili kasus korupsi belum bersikap progresif sehingga dalam praktek ada
putusan hakim yang dirasakan oleh masyarakat tidak adil dan cenderung
tergolong grand corruption ada terdakwa yang dijatuhi dengan pidana tambahan
berupa pembayaran uang pengganti kerugian keuangan negara namun ada juga
terdakwa yang tidak dijatuhi dengan pidana tambahan pembayaran uang pengganti,
bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya dengan segala
ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Prof. Ir. Frans Umbu Data, M.App. Sc. Ph.D., (mantan rektor) dan Prof. Ir. Fred
vii
pendidikan Program Doktor Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana
selaku Dekan Fakultas Hukum Undana yang telah memberikan izin dan
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali pada tahun 2012.
2. Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp. P.D. (KHOM) mantan rektor dan Prof. Dr. dr. I
Ketut Swastika, Sp. P.D., KEMD., Rektor Universitas Udayana Bali dan Prof.
Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S. (K)., sebagai Direktur Program Pascasarjana
penulis untuk belajar pada Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Udayana Bali sejak tahun 2012 serta Ibu Sayu Made Grisnawati,
S.Sos., Kepala Tata Usaha dan semua staf Program Pascasarjana Universitas
Udayana yang telah melayani penulis dengan tulus dalam berbagai urusan
administrasi.
3. Prof. Dr. I Dewa Gede Atmadja, S.H., M.S, (mantan Ketua Program Studi);
Prof. Dr. Made Subawa, S.H., M.S.,(mantan Sekretaris Program Studi); dan
Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H., M.S., sebagai Ketua Program Studi dan
Dr. I Gede Artha,S.H, M.H. sebagai Sekretaris Program Studi Program Doktor
Made Oke yang selalu memberikan layanan maksimal kepada penulis untuk
4. Yang terhormat dan amat sangat terpelajar Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi,
S.H., M.S, selaku Promotor yang dengan penuh dedikasi, keiklasan dan
viii
kesabaran meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan, nasehat,
disertasi ini.
5. Yang terhormat dan amat sangat terpelajar Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,
S.H., M.H., selaku Ko-Promotor I, yang dalam tugasnya sebagai Dekan Fakultas
Hukum Universitas Udayana Bali, rela meluangkan waktu dan tenaga dan
6. Yang terhormat dan sangat terpelajar Dr. I Gede Artha, S.H., M.H., selaku Ko-
Promotor II, yang dengan penuh dedikasi, keiklasan dan kesabaran meluangkan
terselesaikan.
7. Para Guru Besar dan para Doktor yang telah memberikan ilmunya selama proses
perkulian baik pada semester ganjil maupun semester genap tahun akademik
2012/2013.
8. Para penguji saat Ujian Proposal Penelitian; Ujian Kelayakan dan Ujian Tertutup
yaitu : Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi,S.H., M.S., Prof. Dr. I Gusti Ngurah
Muhadar, S.H., M.Si., Dr. I Gede Artha,S.H., M.H., Dr. Gde Made
ix
Jaya,S.H.,M.H.,yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan
9. Para Penguji Akademik saat Ujian Terbuka yaitu Dr. I Ketut Tjukup,S.H.,M.H.,
Ayu Putri Kartika,S.H.,M.H., Dr. Made Gde Subha Karma Resen, S.H., M.Kn.
10. Dr. Gde Made Swardhana,S.H., M.H., selaku dosen MKPD yang selalu
11. Semuel Haning,S.H.,M.H., sebagai Rektor Universitas PGRI NTT yang dengan
12. I Gusti Putu Putra, S.Sos, Kasubag Dana Masyarakat Universitas Nusa Cendana
13. Mbak Lira Redata sebagai pimpinan Perpustakaan KPK bersama staf yaitu Mas
Budi Prasetyo, Ade Desnia dan Arni Nirmala atas bantuan dan perhatian serta
keramahan yang tulus dalam melayani, ketika saya mencari referensi dan
Perpustakaan KPK.
Hukum Universitas Indonesia yang telah memberikan beberapa soft copy bahan
yang saya butuhkan serta atas waktu yang disediakan untuk berdiskusi di sore
15. Mbak Sadariyah Ariningrum staf Perpustakaan Komisi Hukum Nasional (KHN)
atas budi baiknya yang telah memberikan kepada saya beberapa buku dan
x
mengikuti Dialog Hukum yang diselengarakan Komisi Hukum Nasional (KHN)
kerjasama dengan Kantor Berita Radio 68H Jakarta, pada tanggal 17 September
16. Bapak Mohammad Soleh, staf Perpustakaan Nasional yang bermurah hati
17. Mas Theodorus dan Abang Simarmata, petugas Perpustakaan Ditjen Perundang-
undangan Kementerian Hukum dan HAM RI yang begitu ramah dan bersahabat
18. Bapak dan Mas yang tidak sempat saya tanyakan namanya yang bertugas di
persahabatan.
20. Penghargaan dan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan buat semua
“Hamba Tuhan” yang tergabung dalam Persekutuan Doa Remaja Jasay Liliba,
khususnya bagi bapak Yan Haki sekeluarga dan Ibu Neta Mare Ratu sekeluarga,
sekeluarga, bapak Tom Wanda, dan Mama Gina Bees serta Jublina Tunliu Baba
xi
kehidupan ini. Demikian pula terima kasih buat bapak Pendeta Ampilus dan
21. Penghormatan dan sembah bhaktiku bagi ayahanda David Bere almarhum yang
telah mengajari dan mendorongku untuk selalu maju selangkah meraih masa
depan yang lebih baik namun tak sempat menyaksikan dan ikut merasakan
keberhasilan yang telah kucapai saat ini. Terima kasih buat ibunda Wilhelmina
Laku Mali yang selalu menyertaiku dengan doa dan curahan kasih yang tak
22. Tiada untaian kata yang tepat untuk mengungkapkan rasa bahagia dan banggaku
diskusi yang utama dan anak-anak terkasih Priscilla Juniarti Bere,S.Th., dan
Dian Vianny Bere,S.H., serta Vianny Bere buah hatiku yang telah menjadi
menyelesaikan studi.
23. Almarhum Jeremias Bessie(ayah mertua) dan almarhumah Martha Bessie Kiak,
(ibu mertua) yang sangat mengasihi penulis dan selalu mendorong untuk terus
24. Terima kasih kepada kakak dan adik-adikku sekandung: para Ipar, serta
Ponaanku semuanya atas segala doa dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa semua perbuatan baik dan dukungan dari semua
pihak tidak dapat penulis balas, oleh karena itu penulis hanya bisa memohon agar
Tuhan Yesus sumber berkat dan kasih selalu mencurahkan rahmat dan anugerahnya
xii
Akhirnya, perlu penulis tegaskan bahwa disertasi ini bukanlah karya
Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak dengan senang hati penulis terima
sebagai cacatan untuk memperbaiki disertasi ini dan sebagai koreksi untuk membuat
karya ilmiah yang lebih baik dikemudian hari. Semoga disertasi ini memberikan
Penulis
Pius Bere
xiii
ABSTRAK
Judul : Reformulasi Sanksi Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti
Dalam Undang Undang Tindak Pidana Korupsi
Oleh : Pius Bere
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah terjadi secara massif, terstruktur dan
meluas melibatkan berbagai elemen masyarakat mulai dari pihak legislatif, eksekutif
dan yudikatif bahkan korupsi telah merambah pada sektor swasta dan menimbulkan
kerugian keuangan negara dan perekonomian negara, melanggar hak-hak sosial dan
ekonomi masyarakat. Penelitian ini difokuskan pada masalah “Reformulasi Sanksi
Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti Dalam Undang Undang Tindak
Pidana Korupsi” sebagai upaya pengembalian kerugian keuangan negara akibat
tindak pidana korupsi. Ada norma hukum yang kabur dalam ketentuan Pasal 17 dan
Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999, yang terlihat dari penggunan frasa “dapat”
dalam rumusan norma pasal dimaksud, sehingga penerapan pidana tambahan
“Pembayaran Uang Pengganti” sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf b UU
Nomor 31 Tahun 1999 sangat tergantung pada diskresi hakim.
Masalah yang kaji yaitu (1) Mengapa diperlukan sanksi pidana tambahan
pembayaran uang pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi?; (2) Bagaimana formulasi/rumusan sanksi pidana tambahan pembayaran
uang pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi? dan
(3) Bagaimana sebaiknya formulasi / rumusan sanksi pidana pembayaran uang
pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi perspektif ius
constituendum?.
Penelitian ini termasuk tipe penelitian hukum normatif, yang mengandalkan
sumber bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder . Metode pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan komparatif,
pendekatan sejarah dan pendekatan filosofis. Teknik analisis bahan hukum
dilakukan melalui tahapan inventarisasi, sistematisasi, interpretasi dan evaluasi
terhadap bahan hukum.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan sanksi pidana tambahan
pembayaran uang pengganti dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
memiliki urgensitas sebagai upaya pengembalian kerugian keuangan
negara.Rumusan norma sanksi pidana tambahan dalam UU Nomor 31 Tahun 1999
bersifat fakultatif sehingga penerapannya tergantung pada diskresi hakim, yang
berdampak sering terjadi disparitas pemidanaan yang menciderai rasa keadilan
masyarakat. Penulis mengusulkan agar sanksi pidana tambahan pembayaran uang
pengganti ditetapkan sebagai salah satu jenis pidana pokok dengan
formulasi/rumusan norma “wajib” diterapkan terhadap pelaku tindak pidana korupsi
sebagai sarana untuk mengembalikan kerugian negara. Selain itu, Jaksa wajib
menyita harta benda terpidana manakala terpidana tidak membayar uang pengganti.
Demikian juga jika terpidana tidak memiliki harta benda yang cukup untuk
membayar uang pengganti, maka terpidana harus dihukum dengan pidana penjara
minimal selama 5 (lima) tahun penjara untuk memberikan efek jera.
xiv
ABSTRACT
Title : Reformulation of Extra Criminal Sanction of Restitution in the Anti-
Corruption Law
By : Pius Bere
xv
RINGKASAN
xvi
Untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan disertasi tersebut di atas,
digunakan teori keadilan, teori Kebijakan formulasi, teori pemidanaan, teori
ganjaran, teori kewenangan, teori utilitas, dan teori pembuktian.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan sanksi pidana tambahan
pembayaran uang pengganti dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
memiliki urgensitas sebagai upaya pengembalian kerugian keuangan negara, namun
dari perspektif ius constitutum perumusan norma sanksi pidana tambahan dalam UU
Nomor 31 Tahun 1999 bersifat fakultatif sehingga penerapannya tergantung pada
diskresi hakim, yang berdampak sering terjadi disparitas pemidanaan yang
menciderai rasa keadilan masyarakat. Dari perspektif ius constituendum penulis
mengusulkan agar sanksi pidana tambahan pembayaran uang mengganti ditetapkan
sebagai salah satu jenis pidana pokok dengan formulasi/rumusan norma “wajib”
diterapkan terhadap pelaku tindak pidana korupsi sebagai sarana untuk
mengembalikan kerugian negara. Selain itu jaksa wajib menyita harta benda
terpidana manakala terpidana tidak membayar uang pengganti. Demikian pula jika
terpidana tidak memiliki harta benda yang cukup untuk membayar uang pengganti,
maka terpidana harus dihukum dengan pidana penjara minimal selama 5 (lima)
tahun penjara untuk memberikan efek jera.
xvii
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Depan …………………………………………………………… I
Halaman Sampul Dalam …………………………………………………… ii
Halaman Persyaratan Gelar Doktor ……………………………………….. iii
Halaman Persetujuan Promotor …………………………………………… vi
Halaman Penetapan Panitia Penguji ………………………………………. v
Pernyataan Bebas Plagiat ………………………………………………….. vi
Halaman Ucapan Terima Kasih …………………………………………... vii
Abstrak . …………...………… ……………………………………………. xiv
Abstrac ……………………………………………………………………... xv
Ringkasan …………………………………………………………………... xvi
Halaman Daftar Isi …………………………………………………………. xviii
Daftar Tabel ……………………………………………………………….. xxiii
Daftar Singkatan …………………………………………………………... xxiv
xviii
BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN
KERANGKA BERPIKIR ……………………………….. 46
2.1. Kerangka Teoritik ………………………………………… 48
2.1.1. Teori Keadilan ……………………………………. 48
2.1.2. Teori Kebijakan Formulasi …………………….. 52
2.1.3. Teori Pemidanaan ……………………………….. 60
2.1.3.1. Teori Absolut ……………………… 65
2.1.3.2. Teori Relatif ………………………. 65
2.1.3.3. Teori Gabungan …………………… 67
2.1.4. Teori Ganjaran ………………………………. 70
2.1.5. Teori Kewenangan …………………………... 71
2.1.6. Teori Utilitas ………………….……………… 74
2.1.7. Teori Hukum Pembuktian …………………… 75
2.2. Kerangka Konseptual ………………………………. 83
2.2.1. Reformulasi ………………………………….. 83
2.2.2. Sanksi Pidana …………………………..…….. 84
2.2.3. Korupsi ………………………………..……… 85
2.2.3.1. Istilah dan Pengertian Korupsi …….. 85
2.2.3.2. Tipologi Korupsi ………………… 89
2.2.3.3. Penyebab Korupsi ………………… 94
2.2.4. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara
Korupsi ………………………………………. 99
2.2.4.1. Tujuan Penjatuhan Pidana Pembayaran
Uang Pengganti………. 99
2.2.4.2. Upaya-Upaya Memperoleh Uang
Pengganti ……………………… 102
2.2.4.3. Kendala-Kendala Dalam Upaya
Menangih Uang Pengganti…………. 106
2.2.5. Kerugian Keuangan Negara …………………. 107
2.2.5.1. Pengertian Keuangan Negara ……… 109
2.2.5.2. Pengertian Kerugian Negara ………. 113
2.2.5.3. Kerugian Keuangan Negara……… 114
2.2.5.4. Penghitungan Kerugian Keuangan
Negara ……………………………... 118
xix
2.2.5.5. Penyelesaian Kerugian Negara ……. 122
2.3. Kerangka Berpikir. ……………………………………….. 127
xx
BAB IV REGULASI SANKSI PIDANA TAMBAHAN PEMBAYARAN
UANG PENGGANTIPERSPEKTIF IUS CONSTITUTUM ……… 196
4.1. Regulasi Sanksi Pidana Tambahan Pembayaran Uang
Pengganti Perspektif Hukum Positip……………………. 196
4.1.1. UU No. 31 Tahun 1999 ……………………….. 197
4.1.2. UU No. 20 Tahun 2001 ……………………….. 205
4.2. Pengaturan Dalam Konvensi Internasional ………….. 230
4.2.1. UNCATOC ……..……………………………... 232
4.2.2. UNCAC 2003 ………………………............... 244
4.3. Perbandingan di Beberapa Negara …………………… 252
4.3.1. Sejarah Non Based Conviction Asset Forfeiture 253
4.3.2. Amerika Serikat ……………………………….. 255
4.3.3. Swiss ………………………………………….. 256
4.3.4. Irlandia ………………………………………… 257
4.3.5. Australia ……………………………………… 259
4.3.6. Filipina ………………………………………… 260
4.3.7. Kolombia ……………………………………… 261
xxi
BAB VI P E N U T U P …………………………………………….. 308
6.1. Simpulan ……………………………………………… 308
6.2. Saran ………………………………………………….. 310
xxii
DAFTAR TABEL
xxiii
DAFTAR SINGKATAN
xxiv
PERC : The Political and Economic Risk Consultancy
PERPRES : Peraturan Presiden
PERPPU : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
PUKAT : Pusat Kajian Anti Korupsi
RAN PK : Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi
RI : Republik Indonesia
RUU : Rancangan Undang Undang
SD : Social Defence
SEKDA : Sekretaris Daerah
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SW : Social Walfare
TGP-TPK : Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
TII : Transparency International Indonesia
TIPIKOR : Tindak Pidana Korupsi
TLN : Tambahan Lembaran Negara
TPK : Tim Pemberantasan Korupsi
UNCAC : United Nations Convention Against Corruption
UNCATOC : United Nations Convention Against Tarnsnational Organized
Crime
UU PTPK : Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU : Undang - Undang
UUD NRI : Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
WCC : White Collar Crime
WvS : Wetboek van Strafrecht
xxv