Anda di halaman 1dari 25

DIAJUKAN

DISERTASI UNTUK UJIAN


TERBUKA

REFORMULASI SANKSI PIDANA TAMBAHAN


PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM
UNDANG UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

PIUS BERE

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i
DIAJUKAN
DISERTASI UNTUK UJIAN
TERBUKA

REFORMULASI SANKSI PIDANA TAMBAHAN


PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM
UNDANG UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

PIUS BERE
NIM : 1290971009

PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

ii
REFORMULASI SANKSI PIDANA TAMBAHAN
PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM
UNDANG UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor


pada Program Doktor Program Studi Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Udayana

PIUS BERE
NIM : 1290971009

PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

iii
Lembar Persetujuan Promotor / Ko-Promotor

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL : 5 APRIL 2016

Promotor

Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H.,M.S.


NIP. 19530914 197903 1 002

Ko-Promotor I Ko-Promotor II

Prof. Dr. I. G. N. Wairocana,S.H.,M.H. Dr. I Gede Artha,S.H.,M.H.


NIP. 19530401 198003 1 004 NIP. 19580127 198503 1 002

Mengetahui

Ketua Program Doktor Ilmu Hukum Direktur Program Pascasarjana


Program PascasarjanaUniversitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H.,M.S. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 19530914 197903 1 002 NIP. 195902151985102001

iv
Disertasi ini Telah Diuji dan Dinilai Tahap I (Ujian Tertutup)
Oleh Panitia Penguji PadaProgram Pascasarjana Universitas Udayana
Pada tanggal : 1 April 2016
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor: 1073 / UN14.4/PDIH / 2016
Tanggal: 18 Maret 2016

Panitia Penguji Disertasi adalah :

Ketua : 1. Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi,S.H.,M.S. ………………….

Anggota : 2. Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,S.H.,M.H. ………………….

3. Dr. I Gede Artha,S.H.,M.H. …………………..

4. Prof. Dr. I Ketut Mertha,S.H.,M.Hum ………………….


.

5. Prof. Dr. Muhadar,S.H.,M.Si ………………….

6. Dr. Gde Made Swardhana,S.H.,M.H. ………………….

7. Dr. I Dewa Made Suartha,S.H.,M.H. ………………….

8. Dr. I Putu Gede Arya Sumertha Yasa,S.H.,M.H. ………………….

9. Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya,S.H.,M.H. ………………….

v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : Pius Bere

N I M : 1290971009

Program Studi : Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas

Udayana Bali

Judul Disertasi : Reformulasi Sanksi Pidana Tambahan Pembayaran Uang

Pengganti Dalam Undang Undang Tindak Pidana Korupsi

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Disertasi ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas R I, No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku

Denpasar, 15 Maret 2016

Yang membuat pernyataan

Pius Bere

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah Tri Tunggal yakni Allah Bapa, Tuhan Yesus

Kristus dan RohNya yang Kudus atas segala berkat, rahmat dan perlindungan

kepada penulis sehingga naskah disertasi ini dapat diselesaikanpada waktunya.

Disertasi berjudul Reformulasi Sanksi PidanaTambahan Pembayaran Uang

Pengganti Dalam Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ditulis

pada saat adanya tuntutan masyarakat agar asset koruptor disita untuk negara dan

adanya gagasan memiskinkan koruptor serta penegakan hukum terhadap kasus

korupsi gencar dilakukan oleh pemerintah namun dalam realitasnya para hakim yang

mengadili kasus korupsi belum bersikap progresif sehingga dalam praktek ada

putusan hakim yang dirasakan oleh masyarakat tidak adil dan cenderung

menunjukkan fenomena disparitas pidana karena dalam kasus korupsi yang

tergolong grand corruption ada terdakwa yang dijatuhi dengan pidana tambahan

berupa pembayaran uang pengganti kerugian keuangan negara namun ada juga

terdakwa yang tidak dijatuhi dengan pidana tambahan pembayaran uang pengganti,

sehingga menimbulkan adanya penilaian masyarakat dan prasangka buruk bahwa

para hakim bersikap diskriminatif.

Penulisan Disertasi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan,

bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya dengan segala

ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Prof. Ir. Frans Umbu Data, M.App. Sc. Ph.D., (mantan rektor) dan Prof. Ir. Fred

Benu,M.S, Ph.D., Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah

memberikan izin dan bantuan dana kepada penulis untuk melanjutkan

vii
pendidikan Program Doktor Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana Bali dan juga kepada Sukardan Aloysius, S.H.,M.Hum

selaku Dekan Fakultas Hukum Undana yang telah memberikan izin dan

rekomendasi kepada penulis untuk melanjutkan studi S3 pada Program Doktor

Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali pada tahun 2012.

2. Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp. P.D. (KHOM) mantan rektor dan Prof. Dr. dr. I

Ketut Swastika, Sp. P.D., KEMD., Rektor Universitas Udayana Bali dan Prof.

Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S. (K)., sebagai Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana Baliyang telah menerima dan memberi kesempatan kepada

penulis untuk belajar pada Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Udayana Bali sejak tahun 2012 serta Ibu Sayu Made Grisnawati,

S.Sos., Kepala Tata Usaha dan semua staf Program Pascasarjana Universitas

Udayana yang telah melayani penulis dengan tulus dalam berbagai urusan

administrasi.

3. Prof. Dr. I Dewa Gede Atmadja, S.H., M.S, (mantan Ketua Program Studi);

Prof. Dr. Made Subawa, S.H., M.S.,(mantan Sekretaris Program Studi); dan

Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H., M.S., sebagai Ketua Program Studi dan

Dr. I Gede Artha,S.H, M.H. sebagai Sekretaris Program Studi Program Doktor

Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali serta staf

administrasiyaitu Drs. Ketut Dyatmika Yadnya, Ni Made Dewi Nurhayati, dan I

Made Oke yang selalu memberikan layanan maksimal kepada penulis untuk

segala sesuatu yang dibutuhkan.

4. Yang terhormat dan amat sangat terpelajar Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi,

S.H., M.S, selaku Promotor yang dengan penuh dedikasi, keiklasan dan

viii
kesabaran meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan, nasehat,

petunjuk, bantuan literatur serta dorongan secara terus menerus sejak

penyusunan proposal, saat melakukan penelitian hingga selesainya penulisan

disertasi ini.

5. Yang terhormat dan amat sangat terpelajar Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,

S.H., M.H., selaku Ko-Promotor I, yang dalam tugasnya sebagai Dekan Fakultas

Hukum Universitas Udayana Bali, rela meluangkan waktu dan tenaga dan

dengan penuh dedikasi, keiklasan dan kesabaran untuk membimbing,

memotivasi dan berdiskusi, serta memberikan masukan-masukan keilmuan

sehingga disertasi ini dapat terselesaikan.

6. Yang terhormat dan sangat terpelajar Dr. I Gede Artha, S.H., M.H., selaku Ko-

Promotor II, yang dengan penuh dedikasi, keiklasan dan kesabaran meluangkan

waktu dan pikiran untuk membimbing, memotivasi dan berdiskusi, serta

memberikan masukan-masukan keilmuan sehingga disertasi ini dapat

terselesaikan.

7. Para Guru Besar dan para Doktor yang telah memberikan ilmunya selama proses

perkulian baik pada semester ganjil maupun semester genap tahun akademik

2012/2013.

8. Para penguji saat Ujian Proposal Penelitian; Ujian Kelayakan dan Ujian Tertutup

yaitu : Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi,S.H., M.S., Prof. Dr. I Gusti Ngurah

Wairocana,S.H.,M.H., Prof. Dr. I Ketut Mertha, S.H.,M.Hum., Prof. Dr.

Muhadar, S.H., M.Si., Dr. I Gede Artha,S.H., M.H., Dr. Gde Made

Swardhana,S.H., M.H., Dr. I Dewa Made Suartha,S.H., M.H.,Dr. I Putu Gede

Arya Sumerta Yasa,S.H.,M.H. dan Dr. Ida Bagus Surya Dharma

ix
Jaya,S.H.,M.H.,yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan

masukan keilmuan kepada penulis.

9. Para Penguji Akademik saat Ujian Terbuka yaitu Dr. I Ketut Tjukup,S.H.,M.H.,

Dr. I Ketut Westra,S.H.,M.H., Dr. Dewa Gde Rudy,S.H.,M.Hum., Dr. I Gusti

Ayu Putri Kartika,S.H.,M.H., Dr. Made Gde Subha Karma Resen, S.H., M.Kn.

10. Dr. Gde Made Swardhana,S.H., M.H., selaku dosen MKPD yang selalu

meluangkan waktu untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan serta pengalaman

hidup kepada penulis.

11. Semuel Haning,S.H.,M.H., sebagai Rektor Universitas PGRI NTT yang dengan

caranya sendiri mendukung penulis dalam menyelesaikan studi.

12. I Gusti Putu Putra, S.Sos, Kasubag Dana Masyarakat Universitas Nusa Cendana

atas segala bantuannya.

13. Mbak Lira Redata sebagai pimpinan Perpustakaan KPK bersama staf yaitu Mas

Budi Prasetyo, Ade Desnia dan Arni Nirmala atas bantuan dan perhatian serta

keramahan yang tulus dalam melayani, ketika saya mencari referensi dan

mengizinkan saya untuk dapat mengcopy berbagai teks bookyang ada di

Perpustakaan KPK.

14. Ivan Syarifin,M.H. pimpinan Perpustakaan Program Pasca Sarjana Fakultas

Hukum Universitas Indonesia yang telah memberikan beberapa soft copy bahan

yang saya butuhkan serta atas waktu yang disediakan untuk berdiskusi di sore

hari menjelang solat magrib.

15. Mbak Sadariyah Ariningrum staf Perpustakaan Komisi Hukum Nasional (KHN)

atas budi baiknya yang telah memberikan kepada saya beberapa buku dan

Newsletterterbitan Komisi Hukum Nasional (KHN) serta mengundang saya

x
mengikuti Dialog Hukum yang diselengarakan Komisi Hukum Nasional (KHN)

kerjasama dengan Kantor Berita Radio 68H Jakarta, pada tanggal 17 September

2014, bertempat di ruang Perpustakaan Komisi Hukum Nasional (KHN)

Lantai 2, Jl. Diponegoro 64, Jakarta Pusat.

16. Bapak Mohammad Soleh, staf Perpustakaan Nasional yang bermurah hati

mencarikan berbagai referensi terkait masalah korupsi dan selanjutnya

membantu mengcopy semua buku yang saya butuhkan.

17. Mas Theodorus dan Abang Simarmata, petugas Perpustakaan Ditjen Perundang-

undangan Kementerian Hukum dan HAM RI yang begitu ramah dan bersahabat

serta mau berdiskusi ketika saya mencari referensi.

18. Bapak dan Mas yang tidak sempat saya tanyakan namanya yang bertugas di

Perpustakaan Badan Pembinaan Hukum Nasional, atas keramahan dan

bantuannya mencarikan dan mengcopy referensi yang saya butuhkan bahkan

memberikan beberapa bahan dalam bentuk soft copy.

19. Rekan–rekan mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Udayana Bali, angkatan pertama Tahun Akademik 2012/2013 atas

kerjasama, dukungan serta dorongan yang penuh kasih persaudaraan dan

persahabatan.

20. Penghargaan dan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan buat semua

“Hamba Tuhan” yang tergabung dalam Persekutuan Doa Remaja Jasay Liliba,

khususnya bagi bapak Yan Haki sekeluarga dan Ibu Neta Mare Ratu sekeluarga,

bapak Okto Langkameng, S.Th,(almarhum) sekeluarga, bapak Simon Benu

sekeluarga, bapak Tom Wanda, dan Mama Gina Bees serta Jublina Tunliu Baba

yang selalu setia bergumul bersama dalam menghadapi berbagai tantangan

xi
kehidupan ini. Demikian pula terima kasih buat bapak Pendeta Ampilus dan

Mbak Mince Pandie di Jakarta atas dukungan doanya.

21. Penghormatan dan sembah bhaktiku bagi ayahanda David Bere almarhum yang

telah mengajari dan mendorongku untuk selalu maju selangkah meraih masa

depan yang lebih baik namun tak sempat menyaksikan dan ikut merasakan

keberhasilan yang telah kucapai saat ini. Terima kasih buat ibunda Wilhelmina

Laku Mali yang selalu menyertaiku dengan doa dan curahan kasih yang tak

pernah pudar sepanjang masa.

22. Tiada untaian kata yang tepat untuk mengungkapkan rasa bahagia dan banggaku

terhadap isteriku, Delorens Lorentje Naomi Bessie,S.H.,M.Hum sebagai teman

diskusi yang utama dan anak-anak terkasih Priscilla Juniarti Bere,S.Th., dan

Dian Vianny Bere,S.H., serta Vianny Bere buah hatiku yang telah menjadi

sumber motivasi dan pendoa yang utama bagiku dalam pergumulan

menyelesaikan studi.

23. Almarhum Jeremias Bessie(ayah mertua) dan almarhumah Martha Bessie Kiak,

(ibu mertua) yang sangat mengasihi penulis dan selalu mendorong untuk terus

maju meraih hidup yang lebih bermartabat.

24. Terima kasih kepada kakak dan adik-adikku sekandung: para Ipar, serta

Ponaanku semuanya atas segala doa dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa semua perbuatan baik dan dukungan dari semua

pihak tidak dapat penulis balas, oleh karena itu penulis hanya bisa memohon agar

Tuhan Yesus sumber berkat dan kasih selalu mencurahkan rahmat dan anugerahnya

yang berlimpah – limpah dalam kehidupan kita masing – masing.

xii
Akhirnya, perlu penulis tegaskan bahwa disertasi ini bukanlah karya

monumental yang sempurna. Keterbatasan dan kelemahan baik yang sifatnya

substansial maupun tehnis redaksional mungkin dengan mudah dapat ditemukan.

Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak dengan senang hati penulis terima

sebagai cacatan untuk memperbaiki disertasi ini dan sebagai koreksi untuk membuat

karya ilmiah yang lebih baik dikemudian hari. Semoga disertasi ini memberikan

kontribusi bagi siapa saja sesuai kebutuhannya masing-masing!

Denpasar, 5 April 2016

Penulis

Pius Bere

xiii
ABSTRAK
Judul : Reformulasi Sanksi Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti
Dalam Undang Undang Tindak Pidana Korupsi
Oleh : Pius Bere

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah terjadi secara massif, terstruktur dan
meluas melibatkan berbagai elemen masyarakat mulai dari pihak legislatif, eksekutif
dan yudikatif bahkan korupsi telah merambah pada sektor swasta dan menimbulkan
kerugian keuangan negara dan perekonomian negara, melanggar hak-hak sosial dan
ekonomi masyarakat. Penelitian ini difokuskan pada masalah “Reformulasi Sanksi
Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti Dalam Undang Undang Tindak
Pidana Korupsi” sebagai upaya pengembalian kerugian keuangan negara akibat
tindak pidana korupsi. Ada norma hukum yang kabur dalam ketentuan Pasal 17 dan
Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999, yang terlihat dari penggunan frasa “dapat”
dalam rumusan norma pasal dimaksud, sehingga penerapan pidana tambahan
“Pembayaran Uang Pengganti” sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf b UU
Nomor 31 Tahun 1999 sangat tergantung pada diskresi hakim.
Masalah yang kaji yaitu (1) Mengapa diperlukan sanksi pidana tambahan
pembayaran uang pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi?; (2) Bagaimana formulasi/rumusan sanksi pidana tambahan pembayaran
uang pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi? dan
(3) Bagaimana sebaiknya formulasi / rumusan sanksi pidana pembayaran uang
pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi perspektif ius
constituendum?.
Penelitian ini termasuk tipe penelitian hukum normatif, yang mengandalkan
sumber bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder . Metode pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan komparatif,
pendekatan sejarah dan pendekatan filosofis. Teknik analisis bahan hukum
dilakukan melalui tahapan inventarisasi, sistematisasi, interpretasi dan evaluasi
terhadap bahan hukum.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan sanksi pidana tambahan
pembayaran uang pengganti dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
memiliki urgensitas sebagai upaya pengembalian kerugian keuangan
negara.Rumusan norma sanksi pidana tambahan dalam UU Nomor 31 Tahun 1999
bersifat fakultatif sehingga penerapannya tergantung pada diskresi hakim, yang
berdampak sering terjadi disparitas pemidanaan yang menciderai rasa keadilan
masyarakat. Penulis mengusulkan agar sanksi pidana tambahan pembayaran uang
pengganti ditetapkan sebagai salah satu jenis pidana pokok dengan
formulasi/rumusan norma “wajib” diterapkan terhadap pelaku tindak pidana korupsi
sebagai sarana untuk mengembalikan kerugian negara. Selain itu, Jaksa wajib
menyita harta benda terpidana manakala terpidana tidak membayar uang pengganti.
Demikian juga jika terpidana tidak memiliki harta benda yang cukup untuk
membayar uang pengganti, maka terpidana harus dihukum dengan pidana penjara
minimal selama 5 (lima) tahun penjara untuk memberikan efek jera.

Kata Kunci : Sanksi Pidana Tambahan, Pembayaran Uang Pengganti, Korupsi.

xiv
ABSTRACT
Title : Reformulation of Extra Criminal Sanction of Restitution in the Anti-
Corruption Law
By : Pius Bere

Criminal acts of corruption in Indonesia have occurred on a massive scale;


structured and widespread involving various elements of society ranging from the
legislative, executive and judicial branches even corruption has penetrated the
private sector and causing losses to the state and the economy of the country,
violates the rights of the social and economic community. This study focuses on the
problem of "Reformulation of Extra Criminal Sanction of Restitution in the Anti-
Corruption Law" as an effort to recoverthe state’s financial losses due to
corruption.There is an ambiguous rule of law in the provisions of Article 17 and
Article 18 of Law Number 31 of 1999, which can be seen from the use of the phrase
"may" in the formulation of the abovementioned article, so that the application of
extra criminal sanctions "Restitution/Compensation" pursuant to the Article 18
paragraph (1) b of Law Number 31 of 1999 is highly dependent on the discretion of
judges.
The problemsunder studied: (1) Why is the extra criminal sanctions of
restitution in the legislation of the eradication of corruption needed?; (2) Whatare
the formulations of extra criminal sanctions of restitution in the legislation of
eradication of corruption? and (3) How should the formulation of extra criminal
sanctions of restitution in the legislation of eradication of corruption in the
perspective of ius constituendum.
This study includes the type of normative legal research, which relies on
sources of primary and secondary legal materials. The method used is the statute
approach, comparative approach, historical and philosophical approach. The
analysis technique of legal materials was made through the stages of inventory,
systematization, interpretation and evaluation of legal materials.
The research proves that the extra criminal sanction arrangements of in the
Anti-Corruption Law have urgency as an effort to recover the state's loss. The
formulation of norms on the extra criminal sanctions in Law No. 31 of 1999 is
optional so that its application depends on the discretion of judges, which affects on
frequent disparity, which has damaged the public sense of justice. The author
suggested that the extra criminal sanctions should be established as one of the
principal types of criminal formulation of norms "must" be applied against
perpetrators of corruption as a means of recovering losses to the state.In addition,
the prosecutor shall confiscate the property of the convicted person when the
convicted person did not pay compensation. Likewise, if the convict does not have
enough property to pay compensation, the convict shall be punished with
imprisonment for a minimum of five (5) years in prison to bring deterrent effect.

Keywords: Extra Criminal Sanctions, Restitution, Corruption.

xv
RINGKASAN

Pius Bere, NIM : 1290971009, Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana


Universitas Udayana. Reformulasi Sanksi Pidana Tambahan Pembayaran Uang
Pengganti Dalam Undang Undang Tindak Pidana Korupsi. Promotor Prof. Dr. I
Ketut Rai Setiabudhi,S.H.,M.S., Ko-Promotor I, Prof. Dr. I Gusti Ngurah
Wirocana,S.H., M.H., Ko-Promotor II, Dr. I Gede Artha,S.H.,M.H.

Korupsi di Indonesia sudah membudaya dan melibatkan berbagai elemen


masyarakat mulai dari pihak legislatif, eksekutif dan yudikatif bahkan korupsi telah
merambah pada sektor swasta yang sangat menimbulkan kerugian keuangan negara
dan perekonomian negara, melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat.
Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk memberantas tindak pidana
korupsi, namun hasilnya belum optimal karena korupsi bagaikan fenomena gunus
es. Ada berbagai faktor penghambat dalam proses penegakan hukum kasus korupsi
antara lain faktor mentalitas aparat penegak hukum yang korup maupun karena
faktor lemahnya perundang-undangan.
Penelitian ini difokuskan pada masalah “Reformulasi Sanksi Pidana Tambahan
Pembayaran Uang Pengganti Dalam Undang Undang Tindak Pidana Korupsi”
sebagai upaya pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana
korupsi. Ada norma hukum yang kabur dalam ketentuan Pasal 17 dan Pasal 18 UU
Nomor 31 Tahun 1999, yang terlihat dari penggunan frasa “dapat” dalam rumusan
norma pasal dimaksud, sehingga penerapan pidana tambahan “Pembayaran Uang
Pengganti” sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf b UU Nomor 31 Tahun 1999
sangat tergantung pada diskresi hakim.
Adan tiga masalah yang kaji yaitu (1) Mengapa diperlukan sanksi pidana
tambahan pembayaran uang pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak
pidana korupsi?; (2) Bagaimana formulasi/rumusan sanksi pidana tambahan
pembayaran uang pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi? dan (3) Bagaimana sebaiknya formulasi / rumusan sanksi pidana
pembayaran uang pengganti dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi perspektif ius constituendum?.
Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengkaji secara kritis justifikasi pentingnya
sanksi pidana tambahan pembayaran uang pengganti diatur secara jelas dan tegas
dalam undang-undang tindak pidana korupsi.; (2) melakukan pengkajian dan analisis
secara kritis terhadap perumusan norma sanksi pidana tambahan pembayaran uang
pengganti dalam undang-undang tindak pidana korupsi.; (3) merekonstruksi dan
memformulasi sanksi pidana pembayaran uang pengganti dalam undang-undang
tindak pidana korupsi sebagai sarana pengembalian kerugian keuangan negara
dalam penegakan hukum kasus Tipikor dimasa mendatang.
Penelitian ini termasuk tipe penelitian hukum normatif, yang mengandalkan
sumber bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder . Metode pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan komparatif,
pendekatan sejarah dan pendekatan filosofis. Teknik analisis bahan hukum
dilakukan melalui tahapan inventarisasi, sistematisasi, interpretasi dan evaluasi
terhadap bahan hukum.

xvi
Untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan disertasi tersebut di atas,
digunakan teori keadilan, teori Kebijakan formulasi, teori pemidanaan, teori
ganjaran, teori kewenangan, teori utilitas, dan teori pembuktian.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan sanksi pidana tambahan
pembayaran uang pengganti dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
memiliki urgensitas sebagai upaya pengembalian kerugian keuangan negara, namun
dari perspektif ius constitutum perumusan norma sanksi pidana tambahan dalam UU
Nomor 31 Tahun 1999 bersifat fakultatif sehingga penerapannya tergantung pada
diskresi hakim, yang berdampak sering terjadi disparitas pemidanaan yang
menciderai rasa keadilan masyarakat. Dari perspektif ius constituendum penulis
mengusulkan agar sanksi pidana tambahan pembayaran uang mengganti ditetapkan
sebagai salah satu jenis pidana pokok dengan formulasi/rumusan norma “wajib”
diterapkan terhadap pelaku tindak pidana korupsi sebagai sarana untuk
mengembalikan kerugian negara. Selain itu jaksa wajib menyita harta benda
terpidana manakala terpidana tidak membayar uang pengganti. Demikian pula jika
terpidana tidak memiliki harta benda yang cukup untuk membayar uang pengganti,
maka terpidana harus dihukum dengan pidana penjara minimal selama 5 (lima)
tahun penjara untuk memberikan efek jera.

xvii
DAFTAR ISI

Hal.
Halaman Depan …………………………………………………………… I
Halaman Sampul Dalam …………………………………………………… ii
Halaman Persyaratan Gelar Doktor ……………………………………….. iii
Halaman Persetujuan Promotor …………………………………………… vi
Halaman Penetapan Panitia Penguji ………………………………………. v
Pernyataan Bebas Plagiat ………………………………………………….. vi
Halaman Ucapan Terima Kasih …………………………………………... vii
Abstrak . …………...………… ……………………………………………. xiv
Abstrac ……………………………………………………………………... xv
Ringkasan …………………………………………………………………... xvi
Halaman Daftar Isi …………………………………………………………. xviii
Daftar Tabel ……………………………………………………………….. xxiii
Daftar Singkatan …………………………………………………………... xxiv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1


1.1. Latar Belakang Masalah …………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………… 32
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………. 33
1.3.1. Tujuan Umum ……………………………… 33
1.3.2. Tujuan Khusus ……………………………… 33
1.4. Manfaat Penelitian ……..…………………………… 34
1.4.1. Manfaat Teoritis……………………………… 34
1.4.2. Manfaat Praksis ……………………………… 34
1.5. Orisinalitas Penelitian ……………………………….. 34
1.6. Metode Penelitian ……………………………………. 37
1.6.1. Jenis Penelitian……………………………….. 38
1.6.2. Pendekatan Masalah…………………………. 39
1.6.3. Sumber Bahan Hukum ……………………….. 41
1.6.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ………… 44
1.6.5. Teknik Analisis Bahan Hukum ………………. 45

xviii
BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN
KERANGKA BERPIKIR ……………………………….. 46
2.1. Kerangka Teoritik ………………………………………… 48
2.1.1. Teori Keadilan ……………………………………. 48
2.1.2. Teori Kebijakan Formulasi …………………….. 52
2.1.3. Teori Pemidanaan ……………………………….. 60
2.1.3.1. Teori Absolut ……………………… 65
2.1.3.2. Teori Relatif ………………………. 65
2.1.3.3. Teori Gabungan …………………… 67
2.1.4. Teori Ganjaran ………………………………. 70
2.1.5. Teori Kewenangan …………………………... 71
2.1.6. Teori Utilitas ………………….……………… 74
2.1.7. Teori Hukum Pembuktian …………………… 75
2.2. Kerangka Konseptual ………………………………. 83
2.2.1. Reformulasi ………………………………….. 83
2.2.2. Sanksi Pidana …………………………..…….. 84
2.2.3. Korupsi ………………………………..……… 85
2.2.3.1. Istilah dan Pengertian Korupsi …….. 85
2.2.3.2. Tipologi Korupsi ………………… 89
2.2.3.3. Penyebab Korupsi ………………… 94
2.2.4. Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara
Korupsi ………………………………………. 99
2.2.4.1. Tujuan Penjatuhan Pidana Pembayaran
Uang Pengganti………. 99
2.2.4.2. Upaya-Upaya Memperoleh Uang
Pengganti ……………………… 102
2.2.4.3. Kendala-Kendala Dalam Upaya
Menangih Uang Pengganti…………. 106
2.2.5. Kerugian Keuangan Negara …………………. 107
2.2.5.1. Pengertian Keuangan Negara ……… 109
2.2.5.2. Pengertian Kerugian Negara ………. 113
2.2.5.3. Kerugian Keuangan Negara……… 114
2.2.5.4. Penghitungan Kerugian Keuangan
Negara ……………………………... 118

xix
2.2.5.5. Penyelesaian Kerugian Negara ……. 122
2.3. Kerangka Berpikir. ……………………………………….. 127

BAB III URGENSITAS PENGATURAN SANKSI PIDANA


TAMBAHAN PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM
UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI……………………………… 128
3.1. Urgensitas Pengaturan Sanksi Pidana Tambahan Pembayaran
Uang Pengganti…………………………... 129
3.1.1. Justifikasi Filosofis …………………………….. 129
3.1.2. Justifikasi Sosiologis …………………………... 136
3.1.3. Justifikasi Yuridis ……………………………… 137
3.2. Pengaturan Sanksi Pidana Tambahan Dalam KUHP….. 142
3.2.1. Pidana Tambahan Pencabutan Hak-Hak Tertentu … 144
3.2.2. Pidana Tambahan Perampasan Barang-Barang
Tertentu ………………………………………... 145
3.2.3. Pidana Tambahan Pengumuman Keputusan Hakim 146
3.3. Pengaturan Sanksi Pidana Tambahan Dalam UU
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi………………… 147
3.3.1. PERPPU No. 24 Prp Tahun 1960 …………... 147
3.3.2. UU No. 3 Tahun 1971 ………………………. 152
3.3.3. UU No. 31 Tahun 1999 juncto UU No. 20 Tahun
2001………………………………….. 162
3.4. Kewenangan Hakim Dalam Penjatuhan Sanksi Pidana
Tambahan ……………………………………………… 169
3.4.1. Dasar Hukum Kewenangan Hakim…………….. 169
3.4.2. Diskresi Hakim ………………………………… 171
3.4.3. Pedoman Pemidanaan………………………… 183

xx
BAB IV REGULASI SANKSI PIDANA TAMBAHAN PEMBAYARAN
UANG PENGGANTIPERSPEKTIF IUS CONSTITUTUM ……… 196
4.1. Regulasi Sanksi Pidana Tambahan Pembayaran Uang
Pengganti Perspektif Hukum Positip……………………. 196
4.1.1. UU No. 31 Tahun 1999 ……………………….. 197
4.1.2. UU No. 20 Tahun 2001 ……………………….. 205
4.2. Pengaturan Dalam Konvensi Internasional ………….. 230
4.2.1. UNCATOC ……..……………………………... 232
4.2.2. UNCAC 2003 ………………………............... 244
4.3. Perbandingan di Beberapa Negara …………………… 252
4.3.1. Sejarah Non Based Conviction Asset Forfeiture 253
4.3.2. Amerika Serikat ……………………………….. 255
4.3.3. Swiss ………………………………………….. 256
4.3.4. Irlandia ………………………………………… 257
4.3.5. Australia ……………………………………… 259
4.3.6. Filipina ………………………………………… 260
4.3.7. Kolombia ……………………………………… 261

BAB V FORMULASI SANKSI PIDANA PEMBAYARAN UANG


PENGGANTI PERSPEKTIFIUS CONSTITUENDUM …… 269
5.1. Formulasi Jenis Sanksi Pidana Pembayaran Uang Pengganti
Dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ……… 269
5.2. Formulasi BesarnyaSanksi Pidana Pembayaran Uang
Pengganti Dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi ………………………………………………… 283
5.3. Formulasi Norma Tentang Pelaksanaan Sanksi Pidana
Pembayaran Uang Pengganti ………………………….. 285
5.4. Formulasi Sanksi Pidana Dalam Rancangan KUHP
Nasional…………………………….............................. 287

xxi
BAB VI P E N U T U P …………………………………………….. 308
6.1. Simpulan ……………………………………………… 308
6.2. Saran ………………………………………………….. 310

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 312

xxii
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hlm.


1 Penanganan Korupsi Oleh KPK Tahun 2004 – 2015 ……………… 5
2 Pelaku Korupsi Berdasarkan Jabatan Tahun 2004 – 2015 ……….. 6
3 Perbandingan Peringkat Indeks Persepsi Korupsi Indonesia dan Beberapa 8
Negara di Dunia Tahun 2012 – 2015 …………………….
4 Perubahan Persepsi Korupsi Selama Satu Dasawarsa ………………. 9
5 Perkara Tindak pidana korupsi Yang Ditangani Kejaksaan Agung 16
6 Pengembalian Kerugian Negara dari Perkara Tindak Pidana Korupsi
Yang Ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi …………………… 18
7 Disparitas Putusan Mahamah Agung Atas Kasus Korupsi Yang Memuat
Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti dan Subsider Penjara
Pengganti ………………………………………….. 23
8 Ancaman Sanksi Pidana Dalam UU PTPK …………………………. 25
9 Strafsoort dan Strafmaat Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 … 162
10 Strafsoort dan strafmaat Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 … 205
11 Negara Yang Menerapkan Asset Forfeiture …………………………….. 267
12 Pola Jenis Sanksi Pidana Dikaitkan dengan Bobot Delik …………… 272
13 Komparasi Jenis Sanksi Pidana Perspektif ius constitutum &ius
constituendum ………………………………………………………………. 281
14 Jenis Pidana Menurut KUHP dan Rancangan KUHP ……………………… 291
15 Jenis Pidana Tambahan Dalam KUHP, UU PTPK dan RUU KUHP 300

xxiii
DAFTAR SINGKATAN

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia


ACC : Anti Corruption Committee
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP : Badan Pengawas Keuangan Pembangunan
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CCC : Counter Corruption Commission
CCEA : Continuing Criminal Enterprise Act
CICP : Centre for International Crime Prevention
CPIB : Corruption Practices Investigation Bureau
DPD : Dewan Perwakilan Daerah
DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
HAM : Hak Asasi Manusia
ICAC : Independent Commission Against Corruption
ICM : Indonesian Court Monitoring
ICW : Indonesian Corruption Watch
INPRES : Instruksi Presiden
IPK : Indeks Persepsi Korupsi
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KHN : Komisi Hukum Nasional
KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi
KUHAP : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
KUHP : Kitab Undang Undang Hukum Pidana
LN : Lembaran Negara
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
No. : Nomor
OTT : Operasi Tangkap Tangan
PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa

xxiv
PERC : The Political and Economic Risk Consultancy
PERPRES : Peraturan Presiden
PERPPU : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
PUKAT : Pusat Kajian Anti Korupsi
RAN PK : Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi
RI : Republik Indonesia
RUU : Rancangan Undang Undang
SD : Social Defence
SEKDA : Sekretaris Daerah
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SW : Social Walfare
TGP-TPK : Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
TII : Transparency International Indonesia
TIPIKOR : Tindak Pidana Korupsi
TLN : Tambahan Lembaran Negara
TPK : Tim Pemberantasan Korupsi
UNCAC : United Nations Convention Against Corruption
UNCATOC : United Nations Convention Against Tarnsnational Organized
Crime
UU PTPK : Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU : Undang - Undang
UUD NRI : Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
WCC : White Collar Crime
WvS : Wetboek van Strafrecht

xxv

Anda mungkin juga menyukai