SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum
Disusun oleh:
KHOFIFAH MAULINDA
NPM : 119010206
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
DESEMBER 2023
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh:
KHOFIFAH MAULINDA
NPM : 119010206
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disetujui dan disahkan untuk memenuhi Gelar Sarjana Hukum
(Strata1) Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Swadaya Gunung Jati
Disusun oleh:
KHOFIFAH MAULINDA
NPM : 119010206
Mengesahkan:
Dr. M. Sigit Gunawan, S.H., M.Kn. Dr. M. Sigit Gunawan, S.H., M.Kn.
NIDN. 0412078103 NIDN. 0412078103
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh:
KHOFIFAH MAULINDA
NPM : 119010206
Mengetahui:
Pembimbing 1: Pembimbing 2:
iii
HALAMAN PERNYATAAN
NPM : 119010206
No HP : 0895365775010
Alamat : Jl. Kecapi No.77 G.G Family 3 RW.004 RW.001 Kel. Kecapi
.. ..Kec. Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat, Kode Pos 45142
Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (S-1) Sarjana Hukum, baik di Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon maupun perguruan tinggi lain.
Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa
bantuan pihak lain, kecuali Tim Pembimbing.
.Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di
publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Khofifah Maulinda
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
Orang tua saya Ibu Wahyati, Mamah Rochyanti, Bapak Jam, Bapak
Dadang, dan kakak-adikku. Terimakasih karena kalian telah mengiringi setiap
langkah saya dan mendoakan,dukungan dan pengorbanan yang begitu besar.
Orang – orang yang selalu mendukung saya sampai detik ini, terimakasih
karena kalian sudah menjadi bagian yang paling penting pada fase pedewasaan
ini.
Khofifah Maulinda
vi
KATA PENGANTAR
vii
13. Terima Kasih Kepada seluruh Staf Kespangbol dan Disperindag
Kabupaten Cirebon yang telah membantu mencari data-data untuk
penelitian Skripsi ini.
14. Keempat Orangtuaku tercinta yaitu Ibu,Mamah,Bapak Jamhari, dan Bapak
Dadang atas do'a dan usaha yang tiada hentinya demi menyekolahkan
penulis hingga lulus Sarjana Hukum, yang kalian selalu idam-idamkan
anaknya menjadi Sarjana, serta A Taufik, A Rahmat, A Ramli dan Teh
April yang telah memberikanku semangat, serta adikku Kartika Nur
Jannah yang selalu memberiku semangat. Dan ponakan kecilku Altaf
selalu buat penulis merasa senang jika sedang rumit mengerjakan skripsi.
15. Keluarga Besar Ibu, untuk semua doa dan dorongan yang tiada pernah
berhenti mengalir.
16. Keluarga Besar Bapak, untuk semua doa dan dorongan yang tiada pernah
berhenti mengalir.
17. Teruntuk orang yang 10 tahun bersama yang bernama Riyan Maulana I,
yang selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsiku, yang
selalu membantuku jika aku ada kesulitan. Dan yang selalu menyemangati
dan menjadi Support System penulis.
18. Keluarga Besar kelas G Fakultas Hukum Unswagati Angkatan 2019, yang
telah berjuang bersama-sama menyelesaikan skripsi untuk meraih gelar
Sarjana Hukum.
19. Teman-teman KKN penulis yang telah berjuang bersama-sama
menyelesaikan skripsi untuk meraih gelar Sarjana Hukum.
20. Seluruh Pihak Lainnya yang telah ikut andil dalam Perjuangan penulis
Mencari Ilmu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam Skripsi
Ini.
21. Dan terakhir untuk diri saya sendiri yang bernama Khofifah Maulinda
terimakasih sudah bisa bertahan dan berjuang untuk menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
xi
A. Simpulan ................................................................................................................... 60
B. Saran ......................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 62
Lampiran 1 ............................................................................................................... 65
Daftar Pertanyaan Wawancara ..................................................................................... 65
Laporan Penelitian ........................................................................................................ 67
Surat penelitian KESBANGPOL KAB.Cirebon ................................................................. 72
Amplop Surat untuk wawancara di DISPERINDAG ....................................................... 73
Wawancara dengan Bapak Rodiya (Kepala Industri DISPERINDAG) ............................. 73
xii
BAB I
PENDAHULUAN
hubungan antara pelaku usaha dengan pelanggan terus terjalin. Mereka sangat
bergantung satu sama lain dan memiliki keinginan yang kuat satu sama lain,
usaha tidak akan terlaksana, dan tanpa pelaku usaha kebutuhan konsumen
tidak akan terpenuhi. Prinsip dasar interaksi antara pelaku usaha dan
pelanggan adalah saling ketergantungan. Kedua belah pihak harus puas agar
produksi dapat bermanfaat dan sebaliknya. Jasa atau/dan produk yang terbukti
dapat dipercaya dan memuaskan dijadikan sebagai iklan gratis bagi para
pengusaha.
Indonesia, baik secara mandiri atau melalui perjanjian kontrak, sering kali
atau jasa untuk digunakan sendiri atau untuk digunakan oleh keluarganya.
1
Karena keduanya berkontribusi besar terhadap kemajuan dan pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha yang sangat pesat ini dapat
namun disisi lain juga dapat memberikan dampak negatif. Ketika persaingan
satunya Undang – Undang No.8 Tahun 1999 yang isi pokoknya adalah
industri makanan kemasan. Hal ini dapat kita cermati karena meskipun pangan
Tentu saja produk ini tidak untuk dijual dalam keadaan tidak berfungsi,
1
Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran (Bogor: Ghalia
Indonesia: 2012), hlm.1.
2
Pratama, I. G. E. B., & Sudjana, I. K., Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Kemasan
Tanpa Tanggal Kadaluarsa (Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum, 6(4), 2018), hlm. 2.
2
diketahui bahwa makanan kedaluwarsa dapat berbahaya bagi tubuh dan
kadalaursa biasanya sakit perut, diare, sembelit, keracunan dan rentan melukai
lambung.
yang harus habis (tanggal daya tahan minimal) atau (terbaik sebelum).
kemasan.
tanggal kadaluarsa pada produknya. Salah satunya pelaku usaha yang berada
3
Andi Luthfi Maulana, Tesis: Analisis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk
Kemasan Tanpa Tanggal Kedaluwarsa Dalam Perspektif Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42),
(Kalimantan: Universitas Islam Kalimantan MAB, 2021), hlm. 3.
3
di pasar Harjamukti yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam
mereka tidak tahu kapan makanan yang mereka makan akan kedaluwarsa.
pun untuk ditulis ulang secara akademis. Subyek wacana utama, dari sudut
domestik.
4
Berdasarkan penelitian diatas perbedaan mendasar antara karya ilmiah
tersebut dengan penelitian yang penulis teliti adalah lokasi penelitian berada di
B. Rumusan Masalah
berikut :
5
2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis
2. Kegunaan Praktis
perlindungan konsumen.
E. Kerangka Pemikiran
memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti sandang, gizi, dan perumahan yang
implisit, yang berfungsi sebagai alat pencegah dan sarana untuk melindungi
6
Muktie A. Fadjar berpendapat bahwa “pengertian perlindungan secara
badan hukum, dalam interaksinya dengan orang lain dan lingkungannya, erat
dan yang akan ada. Dalam perannya sebagai badan hukum, anggota
hak asasi manusia terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak luar,
hak hukumnya.5
4
Muktie, A. Fadjar, Tipe Negara Hukum (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), hlm.10.
5
Agustinus Shihombing dkk, Hukum Perlindungan Konsumen ( Sumatra Barat: CV. Azka
Pustaka, April 2023), hlm. 2.
7
rangka menjunjung tinggi kehormatan dan martabat, serta mengakui hak asasi
jenis perlindungan hukum bagi mereka yang bergantung pada sistem hukum.
produk dan/atau jasa dalam suatu masyarakat tertentu. Sementara itu, undang-
peraturan konsumen. Hal ini mencakup konsep dan norma peraturan yang
barang dan jasa. Dimulai dari tahapan memperoleh barang dan jasa dan
6
Eli Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015, cet.pertama)
,hlm.4
8
diakhiri dengan dampak pemanfaatannya. Berikut penjelasan mengenai sejauh
yang tidak sesuai, dll., produk tidak dapat digunakan sesuai tujuan
lainnya.
harus disetujui oleh pelanggan agar dapat membeli barang atau jasa
9
7
pengertian ini. Secara khusus, setiap individu atau organisasi
konsumen mendapatkannya.
2) Konsumen
produk.
10
fokus pada memaksimalkan penghematan total seefektif mungkin
dan terapan.
4) Peranan Pemerintah
5) Klausula Baku
8
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti:
2004), hlm. 19.
9
Darmawati, Skripsi: Analisis Regulasi Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan
Tanpa Tanggal Kadaluarsa (Studi Kasus Pada Home Industry Kecamatan Alam Barajo) (Jambi:
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, 2019), hlm. 11.
11
Perlindungan konsumen sangatlah penting, terutama seiring dengan
konsumen.
F. Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
hukum yang mengkaji teori, konsepsi, landasan hukum, dan aturan hukum
hukum normatif.10
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2007), hlm. 35.
12
b. Jenis Penelitian
kadaluwarsa.
c. Objek Penelitian
hukum positif, asas, dan doktrin hukum positif yang ada, serta temuan
11
Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori, dan Praktik) (Kota
Depok: PT Rajagrafindo Persada,2020), hlm. 139.
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, ed 1. (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, 2004), hlm. 52.
13
penelitiannya adalah berkonsentrasi pada katalogisasi ketentuan hukum
d. Instrumen Penelitian
penelitian.13
Hukum
kerangka hukum:
Konsumen.
13
Thalha Alhamid dan Budur Anufia, Resume: Instrumen Pengumpulan Data (Sorong: Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), 2019), hlm. 2.
14
2. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan
dokumen hukum utama yang ditemukan dalam buku, literatur, dan karya
mendapatkan data:
a) Kepustakaan/Study Dokumen
b) Wawancara
15
diketahui hal-hal yang heboh mendalam dari responden. Data yang
14
Nuril Rachmawati, Nurudin Siraj, dan RM. Haryo Bharoto “Implementasi Perencanaan
Partisipatif Dalam Pembangunan Fisik Di Desa Suci Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon”.
Jurnal Publika, Vol.6 No. 2 ,Juli-Desember 2018, hlm.132.
16
BAB II
komponen hukum. Selain hak milik yang berwujud, hak yang tidak berwujud juga
dilindungi. Oleh karena itu, baik hak konsumen maupun perlindungan konsumen
hukum konsumen, "hukum konsumen" mengacu pada gagasan dan aturan yang
15
Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,( PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2010),
hlm.9.
16
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Sinar Grafika: Jakarta, 2011),
hlm.30
17
Op.Cit, hlm 9.
17
mengatur pertukaran produk (barang dan/atau jasa) dan interaksi serta
hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan dan penggunaan produk dan jasa
konsumen (barang dan/atau jasa) dalam aktivitas sehari-hari.18 Berikut ini Az.
Definisi Nasution mengenai istilah ini: “Salah satu segi pengaturan konsumen
konsumen.”
18
az. nasution, hukum perlindungan konsumen: suatu pengantar,(Jakarta: diadit media, 2014),
hlm.12.
18
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan Pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang –
undangan lainnya.”
Jika dibandingkan dengan produsen atau entitas komersial lainnya,
konsumen sering kali dirugikan, yang biasanya mempunyai pengaruh lebih besar.
produknya.19
tersedia bagi semua lapisan masyarakat dan memungkinkan semua individu untuk
berikut:
1. Prinsip Manfaat
19
Darmawati, Skripsi: Analisis Regulasi Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan
Tanpa Tanggal Kadaluarsa (Studi Kasus Pada Home Industry Kecamatan Alam Barajo) (Jambi:
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, 2019), hlm. 11.
19
2. Prinsip Keadilan
3. Prinsip Keseimbangan
dimanfaatkannya.
usaha dan konsumen taat hukum dan mempunyai akses terhadap keadilan,
20
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan hak – haknya sebagai konsumen;
d. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha;
e. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.”
20
Rahmawati I, “Tinjauan Umum Mengenai Hubungan Antara Pelaku Usaha dan Konsumen”
diakses dari http://repository.unpas.ac.id/30944/3/G.%20BAB%20II.pdf pada tanggal 31 2023,
pukul 1:54.
21
yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, serta bagian dari ketentuan
hukum lainnya yang melindungi masyarakat luas dan badan usaha yang berstatus
konsumen, seperti UUPK (UU Perlindungan Konsumen). Hal ini didasari oleh
bertujuan untuk elinduni konsumen yang ada pada saat UUPK di terbitkan,
1) Orang yang membeli suatu barang dengan tujuan untuk ditukarkan dengan
adalah barang modal atau jasa untuk pelanggan perantara, baik dalam
perantara ini pada dasarnya adalah pemilik bisnis, baik itu perorangan,
21
Celina tri siwi kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,(Malang: Sinar Grafika, 2008,
cetakan I), hlm. 25.
22
Mereka juga dapat mencakup pemodal (investor), produsen produk akhir
barang.
Klausul standar adalah aturan atau spesifikasi apa pun yang diputuskan secara
22
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), hlm. 21.
23
Meskipun klausul baku diperbolehkan, namun banyak hal yang tidak dapat
24
a. Badan hukum, adalah badan usaha yang sudah mendaftarkan dirinya di
notaris untuk mendapatkan akta pendirian yang sudah disahkan oleh
Menteri Hukum dan HAM seperti Perseroan Terbatas (PT).
b. Bukan badan hukum, adalah badan usaha yang mendaftarkan dirinnya di
notaris yang hanya memiliki akta otentik dan tidak memiliki akta
pendirian yang disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM, seperti Firma.
Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun Tentang Perlindungan
Konsumen menyebutkan “enam hak pelaku usaha diataranya:
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beretikad tidak baik;
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan;
e. Hak-hak yang diatur oleh ketentuan perundang-undangan lainnya.”
Adapun kewajiban pelaku usaha yang diatur dalam pasal 7 UUPK, yakni:
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan
penjelasan penggunaan, pebaikan, dan pememeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku;
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen
tidak sesuai dengan perjanjian.
25
Dalam ketentuan Pasal 8 UUPK, “disebutkan perbuatan yang dilarang untuk
pelaku usaha tentang produksi barang/dan jasa, dan larangan memperdagangkan
barang dan/atau jasa, antara lain :
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang:
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau
etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa
tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji dinyatakan dalam label, etiket keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang
memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,
komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,
nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketentuan harus di pasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
atas barang dimaksud.
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar.
26
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran.”
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
rela melepaskan sebagian atau seluruh barang dan/atau jasa yang dihasilkan dalam
siklus pasar konsumen dan mungkin menghadapi sanksi administratif yang harus
Selain itu dalam Pasal 9 ayat 1, dan 2, diterangkan mengenai perbuatan yang
dilarang oleh pelaku usaha sebagai berikut:
(1) “Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah:
a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga,
harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu,
karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu;
b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;
c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki
sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu,
ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu;
d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang
mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;
e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;
g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;
i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau
jasa lain;
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak
berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek sampingan tanpa
keterangan yang lengkap;
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan.
(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa
tersebut.”
27
Oleh karena itu, peraturan perlindungan konsumen seringkali mengatur
maka penting bagi badan usaha untuk memiliki niat positif ketika mengelola dan
menjalankan operasinya.
pelaku usaha karena merekalah yang membeli barang dan/atau jasa yang
konteks pembelian dan penjualan. Sesuai dengan Pasal 1457 KUH Perdata,
“perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian antara penjual dan pembeli yang
mana penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan hak milik atas suatu
barang kepada pembeli, dan pembeli mengikatkan diri pada barang tersebut.”
interaksi tidak langsung dengan revolusi industri melalui distribusi dari pelaku
23
Suwandono, Agus. Modul 1: Ruang Lingkup Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
Universitas Terbuka, tahun 2015),hlm. 13
28
korporasi, diarahkan atau disebarkan melalui agen, dan akhirnya pengecer
baru hingga pelanggan. Dalam hal ini, tidak ada pengaturan kontrak
Terdapat tiga tahap transaksi perolehan suatu produk dari pelaku usaha
1. Tahap Pra-Transaksi
Anda dapat memperoleh informasi ini langsung dari bisnis atau dengan
Sesuai dengan Pasal 1320 dan 1321 KUH Perdata “perjanjian yang
dibuat dengan persetujuan para pihak dianggap tidak sah (cacat) apabila
2. Tahap Transaksi
29
Jika calon pelanggan cukup belajar tentang kebutuhannya,maka ia
1. Tahap Purnatransaksi
yang dituangkan dalam kontrak yang telah mereka buat. Intinya, kedua
masing-masing pihak dalam kontrak. Suatu kontrak putus jika salah satu
30
pihak lalai melaksanakan kewajibannya, sehingga menyebabkan suatu hak
dilanggar.24
pertimbangan ketika akan melaksanakan suatu perjanjian. karena niat para pihak
tidak selalu tercermin dalam cara pelaksanaan perjanjian. Terkadang para pihak
dalam suatu perjanjian mempunyai maksud atau sudut pandang yang berbeda
mengenai bahasa yang digunakan dalam perjanjian tersebut. Hal ini menunjukkan
Jika hal ini terjadi, besar kemungkinan akan timbul tantangan dalam penegakan
hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam perjanjian, yang pada
kualitas produk (yang melibatkan informasi dan fakta), harga, dan hak konsumen
di luar kontrak, dapat mengarah pada transaksi komersial antara bisnis dan
pelanggan.
24
Sidabalok janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,(Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2006), hlm. 68-73.
31
F. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Istilah “kewajiban” dan “tanggung jawab” lazim diterjemahkan oleh
jasa atau produk yang diberikan oleh pengusaha. Sesuai dengan Pasal 7(g)
25
F. Yulianti, “Tanggungjawab Pelaku Usaha”, diakses dari
https://repository.unikom.ac.id/66064/1/MATERI%20PERTEMUAN%20ke%2011-
TANGGUNGJAWAB%20PELAKU%20USAHA%20SEHUBUNGAN%20DENGAN%20KERU
GIAN%20KONSUMEN%281%29.pdf pada tanggal 12 September 2023, pukul 12:20.
32
UUPK, pedagang menjalankan tugasnya dengan memberikan restitusi atau
tanggung jawab dan berapa banyak yang dapat didelegasikan untuk pihak-
tanggung jawab
26
Kristania Montolalu dkk, “Tanggungjawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Tentang
Kesalahan Pengiriman Pesana Makanan Melalui Aplikasi Gojek”, Lex Administratum Vol.XI,
No.04, Mei 2023, hlm.4.
27
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, Rajawali
Pers,2003), hlm. 365- 366.
33
konsumen juga muncul dalam konsep tanggung jawab berbasis kelalaian,
khususnya:
dan pelanggan.
34
(1) Asas praduga kelalaian dan asas tanggung jawab dengan
tanggung jawab mutlak yang tidak bergantung pada upaya penjual untuk
yang didasarkan pada pendekatan ini. Hal ini berarti bahwa produsen tetap
35
perlindungan semacam ini menjadi kurang efektif. Konsumen akan
Akuntabilitas mutlak adalah tanggung jawab yang ketat, oleh karena itu
pelanggan yang mengalami kerugian akibat produk yang tidak sesuai atau
produsen bersalah. Jika ditentukan bahwa suatu produk tidak aman atau
36
pemerintah adalah mengarahkan, mengawasi, dan membantu penerapan
perekonomian lokal.28
28
Direktorat Jendral perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, “Tentang Kami”, diaskes dari
https://ditjenpktn.kemendag.go.id/tentang-kami pada tanggal 13 September 2023, pukul 4:05.
37
konsumen dan peraturan hukum. Terbukti, pemerintah dipercaya untuk
29
Ibid.
38
disyaratkan dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun
obatan pada tingkat kabupaten atau kota. Memberikan izin kepada apotek,
apotik, dan usaha obat tradisional skala kecil untuk beroperasi. Selain itu,
30
Balai Besar POM di Yogyakarta, “Bimbingan Teknis Pengawas Obat dan Makanan di Daerah”,
di akses dari https://sippn.menpan.go.id/berita/35254/balai-besar-pom-di-yogyakarta/bimbingan-
teknis-pengawas-obat-dan-makanan-di-daerah, pada tanggal 13 September 2023, pukul 3:08.
39
BAB III
KASUS HUKUM PELAKU USAHA MAKANAN YANG TIDAK
MENCANTUMKAN TANGGAL KADALUARSA PADA KEMASAN
A. Kasus Pertama
Pada jumat tanggal 22 Desember 2017, Kepolisian Resor Kota Cirebon
(Polresta) Cirebon, Jawa Barat menyita ratusan dus yang berisikan produk
makanan dan minuman yang telah kadaluarsa atau tidak mencantumkan tanggal
kadaluarsa dari salah satu kios di pasar tradisional. Salah satu lokasi tersebut
tahun sebagai pelaku usaha dan ME (40) tahun sebagai orang yang menyuplai
makanan dan minuman yang dijual tersebut, selain itu polisi menyita produk
makanan dan minuman sebagai barang bukti. AKBP Adi Vivid AB mengatakan
bahwa “bahan pangan yang disita terdiri dari permen Yupi Choco Pie (seratus
sembilan puluh dus), sarden merek King Fisher (seratus sebelas dus), susu kental
manis Frisian Flag (dua puluh lima dus), kecap manis merek ABC (dua ratus lima
puluh lima dus), snack Taro Cirn Puff (seratus lima puluh delapan dus), White
Tea Kemasan Botol (lima dus), minuman NU Green Tea (enam puluh dus),
minuman susu botol merk Frisian Flag dan permen relaxa Izzi (tiga puluh dus),
ada pula pembalut wanita (lima puluh tujuh dus) serta uang tunai senilai
Rp.730.000,00- ( tujuh ratus tiga puluh ribu rupiah) yang ikut di sita”.
dengan cara menghapus dan mencap ulang tanggal kadaluarsa pada produk
pangan sebelum kemudian menjualnya dengan harga yang lebih murah dari harga
40
asli. Tersangka OR mendapatkan barang – barang tersebut dengan cara
dan minuman yang telah kadaluarsa atau tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa
Cirebon Kota.
Maka dari itu atas perbuatannya para tersangka dijerat Pasal 134 Undang –
Undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Juncto pasal 8
B. Kasus Kedua
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Disperindag jabar menggelar razia
tim untuk menggelar razia di beberapa titik seperti jalan Cibadak, pasar
Dari sejumlah toko yang menjual parcel di jalan Cibadak, ada salah satu
toko yan bernama toko Smile Shop, Istana dan Indah, memang tidak ditemukan
makanan yang tanggal kadaluarsanya melebihi batas waktu. Namun ada beberapa
41
makanan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsanya, namun ada beberapa
makanan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsanya. Maka dari itu di toko
Smile Shop dan Toko Istana, petugas panganan anak – anak menemukan merek
bahkan kemasan kardus yang membungkus agar – agar tersebut, berbeda dengan
isinya. Selain itu ada juga snack merek yusuka yang juga tidak mencantumkan
menemukan adanya produk makanan roti olahan merek Mantou Frutty produk PT
elson Bernadi yang penyimpanannya tak sesuai dan juga tak mecantumkan
tanggal kadaluawarsa.
kadaluarsanya, dan akan ada peringatan untuk produsen produk – produk tersebut.
42
BAB IV
terhadap kesusilaan manusia dan pengakuan hak asasi manusia sebagai objek
oleh negara sehingga dapat melaksanakan hak dan kepentingan hukumnya sebagai
subjek hukum berperan sebagai pelaku bisnis dan klien. Untuk mengatasi potensi
risiko produk yang dapat merugikan konsumen secara langsung, maka ditetapkan
31
Hukum online, “teori – teori perlindungan hukum menurut para ahli”, diakses dari
https://www.hukumonline.com/berita/a/teori-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli-
lt63366cd94dcbc/?page=1, pada tanggal 13 September 2023, 12:15.
43
Menurut Undang – Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa :
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.”
Hukum konsumen dan peraturan perlindungan konsumen adalah dua frase
dan mencegah konflik antar pihak terkait produk dan/atau jasa konsumen
peraturannya.
untuk konsumsi mereka sendiri dan tidak berurusan orang lain, dan konsumen
perantara, yang membeli produk atau jasa untuk keuntungan orang lain tetapi
berwujud atau tidak berwujud, bergerak atau tidak bergerak, dapat dikonsumsi
44
atau tidak dapat dikonsumsi. Masing-masing manfaat, dengan caranya sendiri,
perlindungan konsumen. Oleh karena itu, terdapat tiga (tiga) hak dasar
mereka hadapi.
32
Hukum online, Hukum Perlindungan Konsumen: Cakupan, Tujuan, dan Dasarnya, diakses dari:
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukum-perlindungan-konsumen-cakupan-tujuan-dan-
dasarnya-lt62dfc65f7966c/ pada tanggal 13 September 2023,pukul 15:12.
45
“Untuk perlindungan konsumen sendiri secara regulasi sudah bagus namun
ada beberapa faktor yang menghambat, salah satunya konsistensi SDM
(Sumber Daya Manusia), SDB (Sumber Daya Bahan Baku dan Bahan
Tambahan Pangan), biasanya para pelaku usaha untuk awal mulanya bagus
namun semakin lama, banyak yang mengurangi konsistensi, contohnya
pewarna makanan, di ubah menjadi pewarna kain, pengawet buat makanan, di
ganti menjadi borak yang mudah di dapat dan harganya terjangkau, kalau hal
seperti ini terjadi dapat membahayakan konsumen, maka dari itu Disperindag
bersama badan lainnya mempunyai beberapa program untuk mencegah hal
tersebut terjadi, yaitu : pemerintah mengawasi s-pirt, mengadakan
penyulushan dan bimbingan untuk pelaku usaha.” (Bapak Rodiya,
wawancara 22 November 2023)
Berdasarkan pemaparan dari bapak rodiya sebagai informan kunci yang memiliki
masih banyak hambatan yang bisa terjadi, misalnya karena perilaku pelaku usaha
Negara dan pelaku korporasi harus menjaga hak-hak dasar ini untuk
memastikan bahwa konsumen terlindungi dengan baik karena hal ini akan
melindungi mereka dari bahaya dalam berbagai cara. Dalam praktiknya, masih
terdapat pelaku usaha yang tidak menaati komitmennya untuk memberikan hak
industri makanan kemasan. Hal ini terlihat dari beberapa perusahaan yang
KAB. Cirebon:
“Makanan kemasan yang aman adalah makanan kemasan yang memiliki izin
edar,mencantumkan tanggal kadaluwarsa, pembungkus yang minim resiko
46
terkontaminasi dengan bakteri fisik kimia dan biologi,memiliki izin s-pirt. Izin
s-pirt sekarang sudah bisa diakses melalui portal oss.co.id, untuk
persyaratannya akan tertera di portal tersebut. Kalau di temukana makanan
kemasan yang tidak layak di makan, maka disperindag akan melakukan
pengawasan, penyuluhan, pembimbingan, pengujian dan pre market ke
suplayer/pelaku usaha.” (Bapak Rodiya, wawancara 22 November 2023)
Berdasarkan pemaparan dari bapak rodiya sebagai informan kunci yang memiliki
pelaku usaha untuk mendapatkan izin berdagang, namun hal ini harus di iringi
karena masih banyak pelaku usaha yang tidak biasa menggunakan teknologi, bisa
saja yang tadinya untuk mempermudah pelaku usaha malah menjadi mempersulit
Konsumen bahwa pelaku usaha dilarang keras menghapus tanggal kadaluarsa atau
konsumen atas informasi yang tepat, transparan, dan lengkap mengenai status
dalam Pasal 4 Huruf A. Mengingat tidak adanya label pada banyak kemasan
47
produk, maka terdapat potensi risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
dapat menggunakan haknya, maka ganti rugi tersebut dapat berupa ganti rugi
berupa uang atau ganti rugi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UU
Perlindungan Konsumen.33
menyatakan bahwa pemberian label pangan kemasan yang tidak tepat pada
yang dirugikan akibat membeli produk tanpa label kesehatan, pelanggan berhak
“Kalau ada pelaku usaha yang tidak mematuhi aturan seperti tidak
mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada kemasan makan DISPERINDAG
akan memberi teguran bimbingan terlebih dahulu, jika sudah 3 (tiga) kali di
beri bimbingan atau penyuluhan tetapi pelaku usaha tesebut masih bandel
maka jalur yang di tempuh menggunakan jalur pihak berwenang.” (Bapak
Rodiya, wawancara 22 November 2023)
33
Indradewi Anak Agung Sagung Ngurah, "Tanggung Jawab Yuridis Media Penyiar Iklan dalam
Menjamin Perlindungan Hukum terhadap Konsumen" PhD diss., Universitas Brawijaya, Januari
2012, hlm. 6.
34
Rahmawati dkk, "Perlindungan Hukum Konsumen Pengguna Kosmetik Tanpa Izin Edar dalam
Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, Kertha
Semaya: Journal Ilmu Hukum7, no. 5, 2019, hlm. 1-16.
48
Berdasarkan pemaparan dari bapak rodiya sebagai informan kunci yang memiliki
Akibat hukum bagi pelaku usaha yang menjual bahan pangan diatur dalam
kewajiban pelaku usaha, serta Pasal 62 dan 63 yang memuat ketentuan pidana dan
UU Pangan khususnya Pasal 143 yang mengatur sanksi dan denda. Tanpa tanggal
dan (3), serta Pasal 63. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 62 ayat (1), “pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak
49
mengatur bahwa pelanggaran yang mengakibatkan kerugian besar, penyakit berat,
keadaan tertentu, hal ini merupakan cara yang sah bagi orang atau organisasi
forum ini. Hakim, seperti halnya siapa pun, mungkin secara tidak sengaja
50
membuat kesalahan yang membahayakan penilaian mereka atau mungkin memilih
mungkin. Upaya hukum biasa dan luar biasa merupakan dua kategori utama yang
termasuk dalam upaya hukum. Tata cara yang diuraikan pada bagian tertentu
untuk menggugat dan memeriksa putusan pengadilan yang telah final dan dapat
tetap masih banyak terjadi. Dua alternatif hukum yang sering digunakan adalah:
35
Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 2009),
hlm. 234.
51
diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan
HIR, yaitu:
hukum tersebut.
52
2. salah menerapkan/melanggar hukum yang berlaku;
prosedur hukum yang tidak biasa, maka upaya hukum ini tidak menutup
van de wet)
upaya hukum luar biasa yang dilakukan untuk menggugat seluruh putusan
alasan hukum untuk menjamin bahwa hukum ditegakkan secara adil dan
kasasi yang dapat diajukan karena alasan hukum. Jaksa Agung adalah
merupakan upaya hukum luar biasa yang dapat dilakukan terhadap semua
meyakinkan.”
53
Alasan-alasan peninjauan kembali menurut pasal 67 UU no
14/1985 jo. UU no 5/2004, yaitu:
1. ada novum atau bukti baru yang diketahui setelah perkaranya diputus
yang didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana
yang dinyatakan palsu;
2. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang
bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemuksn;
3. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut/lebih daripada
yang dituntut;
4. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya;
5. apabila dalam satu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim/suatu
kekeliruan yang nyata.
6. Tenggang waktu pengajuan 180 hari setelah putusan berkekuatan
hukum tetap. (pasal 69 UU 14/1985). Mahkamah Agung memutus
permohonan peninjauan kembali pada tingkat pertama dan terakhir
(pasal 70 UU no 14/1985).
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 mengatur dua
acara yang mendasar. Hal ini menunjukkan bahwa jika diperiksa Pasal 45, maka
peraturan hukum yang digunakan dalam mengadili dan mengurus suatu perkara
Regeling (HIR).
54
UU Perlindungan Konsumen telah menyederhanakan proses bagi konsumen
yang tidak puas untuk mengambil tindakan hukum terhadap badan usaha asing.
yaitu:
1. Mediasi
sebagai mediator dan/atau penasehat apabila diminta oleh salah satu pihak
cepat, hemat biaya, dan rasional (karena tidak ada pihak yang menyadari
55
tangan pihak-pihak yang terlibat, dan mediator semata-mata memfasilitasi
2. Konsiliasi
inisiatif dan Dewan BPSK tidak aktif, berfungsi sebagai mediator antara
3. Arbitrase
diputuskan secara sukarela oleh para pihak. Seorang arbiter yang tidak
memihak yang mereka pilih akan membuat keputusan mengenai hal ini,
kalah menolak untuk mematuhi keputusan tersebut. Hal ini disebut sebagai
arbitrator for consumer disputes from among the BPSK members. This
56
issue is clarified in paragraphs 1 and 2 of Article 32 of Ministry of
KAB. Cirebon:
dapat melakukan komplain secara langsung kepada pelaku usaha untuk meminta
ganti rugi berupa uang atau barang sesuai kerugian yang diderita konsumen
tersebut, namun jika pelaku usaha tidak berinisiatif baik, maka konsumen dapat
mengajukan gugatan lewat BPSK, atau LPKSM yang berada di wilayah terdekat
konsumen.
memberikan putusan paling lambat 21 hari kerja setelah perkara diterima. UUPK,
khususnya Pasal 54 Ayat 3, menyatakan bahwa putusan BPSK bersifat final dan
tidak dapat dicabut, digugat, atau diajukan kasasi. Peraturan Menteri Perindustrian
ayat 2 UUPK antara lain menyebutkan bahwa “para pihak yang bersengketa di
dunia konsumen dan dunia usaha wajib menyatakan menerima atau menolak
keputusan BPSK.” Meski demikian, perlu diingat bahwa UUPK mengakui adanya
57
Apabila para pihak tidak puas dengan hasil keputusan BPSK, maka mereka
Konsumen (BPSK) jika tidak melakukan protes, sesuai dengan Pasal 55 dan 56
Apabila pelanggan merasa terkena dampak negatif atas barang dan/atau jasa
untuk memberikan ganti rugi atas kerugian, kerusakan, atau kerugian apa pun.
kewajiban ini dalam Pasal 19 Ayat 1. “Kewajiban ini merupakan tambahan dari
proses hukum yang ada untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan dan
layanan dengan jenis atau nilai serupa, penyediaan layanan kesehatan, atau
hari setelah transaksi. Pihak yang bersepakat dapat memilih salah satu dari ketiga
dapat diselesaikan secara langsung antara para pihak, maka dua cara lain dapat
58
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, konsumen mempunyai tiga pilihan
hukum apabila ia mengalami kerugian akibat perbuatan pelaku usaha yang tidak
mempunyai jangka waktu kadaluwarsa: melalui jalan damai, BPSK, atau melalui
pengadilan.
pelaporan yang akan diterima oleh BPKN yaitu: 1. pelapor adalah warga negara
belum lewat 2 (dua) tahun.bisa juga melalui web BPKN, yaitu: bpkn-apps.com
59
BAB V
A. Simpulan
Huruf G.
2. Ada tiga upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen akibat kerugian
tempuh oleh konsumen jika komplain dengan pelaku usaha tidak bisa di
60
mediasi, dan arbitrase. BPSK sendiri memiliki jangka waktu, jangka waktu
tersebut selama 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.
B. Saran
Konsumen juga diharapkan agar lebih berhati hati ketika membeli produk
61
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
A. Fadjar Muktie, 2005, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang.
Agus Suwando,2015, Modul 1: Ruang Lingkup Hukum Perlindungan Konsumen,
Universitas Terbuka, Jakarta.
Agustinus Shihombing dkk, 2023, Hukum Perlindungan Konsumen, CV. Azka
Pustaka, Sumatra Barat.
Ahmadi Miru, 2011, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di
Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, Jakarta.
Az nasution, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, diadit
media: Jakarta.
Celina tri siwi kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar
Grafika,cetakan I, Malang.
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar
Grafika: Jakarta.
Edmon Makarim, 2003, Pengantar Hukum Telematika, Badan Penerbit FH UI,
Rajawali Pers, Jakarta.
Janus, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Mertokusumo Sudikno,2009, Hukum Acara Perdata Indonesia, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum,Kencana Prenada Group,
Jakarta.
Sidabalok janus, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Sumarwan, 2012, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor.
62
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan
Konsumen Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2019 tentang Badan Perlindungan
Konsumen Nasional
63
Berita Pasuruan, Sidak ke Sejumlah Swalayan Dinkes Kota Pasuruan Temukan
Banyak Mamin Tak Layak Konsumsi, diakses dari
https://www.kabarpas.com/sidak-ke-sejumlah-swalayan-dinkes-kota-
pasuruan-temukan-banyak-mamin-tak-layak-konsumsi/ pada tanggal 13
September 2023, 10:57.
BPKN-RI,Tentang BPKN Tugas dan Fungsi, di akses dari
https://bpkn.go.id/page/tugas-dan-fungsi, pada tanggal 13 September
2023,pukul 9:22.
Direktorat Jendral perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, diaskes dari
https://ditjenpktn.kemendag.go.id/tentang-kami pada tanggal 13
September 2023, pukul 4:05.
Glosarium, Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli,diakses dari
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli
pada tanggal 7 Maret 2023, pukul 10:30.
Hukum online, teori – teori perlindungan hukum menurut para ahli, diakses dari
https://www.hukumonline.com/berita/a/teori-perlindungan-hukum-
menurut-para-ahli-lt63366cd94dcbc/?page=1 pada tanggal 13 September
2023, pukul 13:51
Hukum online, Hukum Perlindungan Konsumen: Cakupan, Tujuan, dan
Dasarnya, diakses dari: https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukum-
perlindungan-konsumen-cakupan-tujuan-dan-dasarnya-lt62dfc65f7966c/
pada tanggal 13 September 2023,pukul 15:12.
Hukumonline, teori – teori perlindungan hukum menurut para ahli, diakses dari
https://www.hukumonline.com/berita/a/teori-perlindungan-hukum-
menurut-para-ahli-lt63366cd94dcbc/?page=1 pada tanggal 13 September
2023, 12:15.
Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Disperindag Gelar Razia Makanan Kadaluarsa,
Temukan Toko Yang Menjual Mie Tanpa Merk dan Tak Terpasang Masa
Kadaluarsa, diakses dari
https://www.pasuruankab.go.id/beritalike/6513/disperindag-gelar-razia-
makanan-kadaluarsa-temukan-toko-yang-menjual-mie-tanpa-merk-dan-
tak-terpasang-masa-kadaluarsa pada tanggal 13 September 2023, pukul
11:45.
Togar Julio Parhusip, Cara ajukan Keberatan AtasPutusan BPSK yang Final dan
Mengikat, diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/a/cara-
ajukan-keberatasn-atas-putusan-bpsk-yang-finaldan- mengikat/ pada
tanggal 13 September 2023, pukul 13:21.
Rahmawati I, Tinjauan Umum Mengenai Hubungan Antara Pelaku Usaha dan
Konsumen,diakses dari
http://repository.unpas.ac.id/30944/3/G.%20BAB%20II.pdf pada tanggal
31 2023, pukul 1:54.
64
Lampiran 1
Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen akibat kerugian yang
dideritanya karena tindakan pelaku usaha yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa.
Daftar pertanyaan:
DISPERINDAG?
pangan?
kemasan yang beredar di masyarakt tanpa izin PIRT, dan tanggal kadaluwarsa?
6. Kalau ada pelaku usaha yang menjual kemasan tidak mencantumkan tanggal
kadaluarsa atau izin edar, apa yang akan di lakukan oleh DISPERINDAG?
65
8. Bagaimana kalau bukti/produk berbahaya tersebut tidak ada?apakah konsumen
9. Apa saja program yang di lakukan untuk masyarakat tentang keamaan dalam
tanggal kadaluwarsa?
66
Lampiran 1
Laporan Penelitian
(Hasil Interview)
DISPERINDAG?
pangan?
kemasan yang beredar di masyarakt tanpa izin PIRT, dan tanggal kadaluwarsa?
6. Kalau ada pelaku usaha yang menjual kemasan tidak mencantumkan tanggal
kadaluarsa atau izin edar, apa yang akan di lakukan oleh DISPERINDAG?
67
9. Apa saja program yang di lakukan untuk masyarakat tentang keamaan dalam
tanggal kadaluwarsa?
Jawaban :
1. Yang aman pertama memiliki izin edar, kalau makanan resiko terkontaminasi
kecium harus memiliki sertifikat produksi pangan industri rumah tangga, sebagai
syarat makanan itu layak dan aman untuk di edarkan, karena untuk mencapai pirt
dia harus terbebas dari kontaminasi bakteri, terus zat pewarna berbahaya,
terbebas dari kontak fisikal, kimia dan biologis itu yang di katakan aman, dari
2. Ketika konsumen meng lami kerugian yang pertama dia melakukan komplain
kepada pelaku usaha, kalau belum selesai bisa melalui BPSK (badan
dilakukan.
3. Jadi secara umum keamanan pangan oleh pmerintah itu ada tiga dimensi, yaitu :
atau tidak.
c. dari sisi pengawasan pre market surveyless ketika barang sudah diberedar di
pasar modern, pasar tradisional, nah nanti bagi makanan – makanan yang tidak
68
memiliki izin edar dan tanggal kadaluwarsa kita sita dan kemudian kita panggil
produsen, kalau memang dia tidak tau, kita kasih pembinaan agar supaya tidak
ranah pembinaan, jadi kita memberikan pemaaman bahwa ini makanan harus
5. Izin PIRT sekarang eranya sudah online/digital melalui portal oss.co.id (online
single submitsend) nanti sebelum pelaku usaha membuat izin PIRT pelaku usaha
terintegrasi, jadi tidak perlu tatap muka. Jika ingin membuat NIB siapkan KTP,
No.HP, email aktif. Kalau PIRT harus menyiapkan label kemasan (terkait
informasi tentang produk tersebut) dan juga photo Produk kemasan (informasi
tentang kemasan produk contohnya: kemasan kaleng, plastik, atau kertas). Jadi
6. Jadi kita melakukan pengawasan terhadap pelaku usaha, beberapa produk yang
makanan yang kering, beberapa memang harus melalui uji lab, kita tetap ada
surat uji lab, di tarik produknya, kita bina sampai mereka benar benar memahami
7. secara regulasi sudah memamadai kita sudah ada Undang – Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, secara regulasi sudah cukup, namun
makanan nih, misalkan contoh: kemarin ada orang yang keracunan akibat
sisa makanan yang tersisa, nah kadang kadang susahnya sisanya sudah abis, dan
kebanyakan orang kadang kadang tidak mau mengajukan gugatan baik ke BPSK
atau badan terkait lainnya, karena bisa diselesaikan secara damai, atau
69
kekeluargaan.satu sisi itu baik, tapikan efek jera pada pelaku usaha susah juga
jadi sisinya itu. Yang jadi kendala itu pembuktian dan keengganan dalam hukum,
8. Kalau delix hukum harus ada bukti jadi kalau tanpa bukti tidak bisa membuat
tuntutan karena berbicara kemajelis bpsk itu harus ada bukti, misalkan orang
keracunan berarti harus ada bukti bahwa makanan tersebut benar tidak
perut,diare,dll, kan gitu, di bawa ke BPSK beratnya kalau tidak ada bukti yang
pasti kecuali makanan yang siap saji, misalkan permen ad narkoba atau segala
macem kan mungkin bisa kalau barangnya kemasan, tapi kalau makanan yang
siap saji lebih susah, Pada prinsipnya kalau mau mengugat ke BPSK harus ada
bukti bahwa makanan tersebut mengandung racun,atau bahan yang berbahay bagi
tubuh.
produk makanan yang layak dan aman untuk dijual kepada masyarakat.
70
Lampiran 1
71
Surat penelitian KESBANGPOL KAB.Cirebon
72
Lampiran 1
73