Disusun oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
BULAN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Mengesahkan:
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh :
Mengetahui:
Pembimbing 1: Pembimbing 2:
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Hasil penelitian ini
Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Swadaya Gunung Jati. Penelitian ini disusun
Penelitian ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
ikut berperan dalam terlaksananya penelitian ini, baik secara langsung maupun
kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan nyawa serta kesehatan yang luar biasa
iv
5. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan, semangat dalam
8. Semua teman satu perjuangan pada jurusan ilmu hukum yang telah
9. Teruntuk diri saya sendiri yang mampu menyelesaikan tugas akhir dengan
10. Kepada Ahmad Mustain yang sudah membantu dan mendorong saya
11. Kepada seluruh Teman yang mengenal saya yang memberikan semangat
12. Semua pihak yang membantu dan memberi dorongan dan semangat
14. Dan teruntuk teman-teman yang lainnya yang sudah selalu memberi
semangat.
Penelitian ini dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan sesuai
milik Allah SWT . Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun agar kegiatan penulis selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Cirebon, 2022
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................ix
ABSTRAK........................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................................................1
B.Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C.Tujuan Penelitian...........................................................................................................3
D.Kegunaan Penelitian.......................................................................................................3
E. Kerangka Pemikiran.......................................................................................................3
F. Metode Penelitian..........................................................................................................5
G.Lokasi Penelitian............................................................................................................8
H.Sistematika Penulisan.....................................................................................................8
vii
6. Sebab-Sebab Pewarisan Dalam Islam......................................................................17
8. Harta Warisan..........................................................................................................21
BAB V PENUTUP..........................................................................................................63
A.Kesimpulan..................................................................................................................63
B.Saran............................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................67
LAMPIRAN...................................................................................................................69
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.......................................................................................................................69
ix
ABSTRAK
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meninggal dunia, maka segala hak dan kewajiban pada umumnya yaitu
seseorang saat meninggal dunia akan menjadi benda warisan untuk yang
hukum waris.
yaitu:
2
2. Unsur kedua mempersoalkan, bagaimana dan sampai dimana harus ada
ahli waris yang akan menerima warisan tersebut. Ada yang berselisih
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
3
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Cara Teoritis
2. Secara Praktis
E. Kerangka Pemikiran
salah satu faktor yang sangat vital. Tak ayal perselisihan yang terjadi
4
Mengenai harta kekayaan itu sendiri dapatlah berupa peristiwa hukum,
Kompilasi Hukum Islam dalam Buku II. Hukum waris adalah suatu
masyarakat yang lebih berhak.1 Istilah waris belum ada kesatuan arti,
meninggal dunia seluruh atau sebagian menjadi hak para ahli waris
atau orang yang di tetapkan dalam surat wasiat. Selain itu ada yang
berikut:
meninggal.
F. Metode Penelitian
dalil-dalil yang menjadi latar belakang dari setiap langkah dalam proses
a. Metode Pendekatan
2
Amien Husein Nasution, Hukum Kewarisan ..., 71-76.
6
langsung ke objek penelitian di lapangan yang berhubungan dengan
lingkup tersebut.
b. Spesialisasi Penelitian
Proses ini akan dilakukan dengan cara berpikir induktif yaitu menarik
c. Objek Penelitian
dibahas, dikaji, diteliti dalam riset sosial. Dalam penelitian ini objek
pembagian waris.
1. Data Primer
7
(orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau
2. Data Sekunder
buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
a) Undang - Undang
e) Kamus Hukum.
g) Ensiklopedia.
2. Wawancara
8
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau
kepada narasumber.
G. Lokasi Penelitian
Cirebon.
H. Sistematika Penulisan
9
sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari 5
(lima) bab, yang tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang
BAB I : PENDAHULUAN
diteliti.
Dalam bab ini diuraikan dan dideskripsikan secara jelas dan rinci
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini, merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisikan
yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
waris belum ada kesatuan arti, baik yang ditemui dalam kamus
sebagian menjadi hak para ahli waris atau orang yang di tetapkan
dalam surat wasiat. Selain itu ada yang mengartikan waris “yang
3
Martosedono, Hukum Waris, Semarang: Dahara Prize, 1998, hlm.3.
12
mencapai itu, usaha yang harus dilakukan adalah menelusuri secara
etimologi.
Istilah warith sama dengan faraid yang berarti kadar atau bagian.6
4
Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2004), 5.
5
Ibid., 6.
6
Azyumardi Azra, et al., Ensiklopedi Islam, Jilid VII (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005),
260.
13
kata islam dibelakang mengandung arti dasar yang mengandung arti
Sunah tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud harta dari
yang telah mati kepada yang masih hidup, yang diakui dan diyakini
(a) Surat An-Nisa ayat 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 33, 34 dan 176
7
Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan
, 5.
8
Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2002), 3.
14
ayahnya lebih dahulu meninggal dalam masalah wasiat wajibah, dan
lain sebagainya.9
beragama islam.11
9
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris: Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2002), 21.
10
Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris…., 3.
11
Amien Husein Nasution, Hukum Kewarisan. Suatu Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid
dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), 34.
15
Amir Syarifuddin mengklasifikasikan 5 asas yang berkaitan
dari orang yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup
oleh Allah dalam surah An-Nisa ayat 11, 12, dan 176.
16
kerabatnya, terlepas dari jumlah harta tersebut, dengan bagian
Dasar hukum asas ini dapat dijumpai antara lain dalam ketentuan
meninggal dunia.12
berikut:
haqiqiy atau secara hukmiy, seperti yang telah hilang, atau yang
12
Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan
, 19.
13
Lihat: Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Juz 3 (Kairo: Dar al-Fath 1995), 346. Menurut literatur
lain dijelaskan ada satu macam kematian lagi yaitu, mati taqdiri atau mati menurut dugaan,
lihat: Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam; Sebagai Pembaharuan
Hukum Positif di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 62.
17
3) Mawruth atau warisan, dinamakan juga dengan tirkah atau mirath,
yaitu harta atau hak yang berpindah dari si pewaris kepada ahli
waris.14
berikut:
meninggal.
14
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris …, 21.
15
Amien Husein Nasution, Hukum Kewarisan ..., 71-76.
16
Ahmad Abd al-Jawad, Usul; Ilm Al-Mawaris(Beirut: Dar al-Jil, 1989), 1.
18
seseorang tersebut. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah suami
17
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam..., 53.
18
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan
, 190.
19
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris ..., 29.
19
ahli waris karena kekerabatan maupun karena perkawinan.20
Dalam artian lain dapat dimengerti sebagai suatu kondisi atau sifat
yaitu:22
a. Pembunuhan
b. Perbudakan
c. Berlainan agama
Rasulullah saw.
sebagai hijab.25
23
Fatchur Rahman, Ilmu Waris..., 84.
24
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris ..., 37.
25
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan..., 201-202.
21
Hijab secara etimologi diartikan menutup atau
secara penuh, karena ada ahli waris yang lebih utama dari
8. Harta Warisan
atau tirkah adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik berupa
26
Ibid.
27
Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan..., 80-81.
28
Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2004), 206.
22
benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya, sedangkan harta
berikut: 30
(3) Hak-hak yang bukan kebendaan, seperti hak khiyar, hak syuf’ah,
sebagainya.
Mengenai hal ini, Ibnu Hazm berpendapat tidak semua hak milik
29
Amien Husein Nasution, Hukum Kewarisan. Suatu Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid
dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), 57.
30
Fatchur Rahman, Ilmu Waris..., 36-37.
23
menjadi harta warisan, tetapi hanya terbatas pada hak terhadap
adalah utang piutang mayit ketika masih hidup yang belum ditunaikan
a. Anak laki-laki
31
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah ..., 346.
32
Otje Salman, H.R. dan Mustofa Haffas, Hukum Waris ..., 6.
24
f. Saudara laki-laki seibu
i. Paman sekandung
j. Paman sebapak
m. Suami
a. anak perempuan
c. ibu
3 kelompok, yaitu:
33
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris|,… 63.
34
Amien Husein Nasution, Hukum Kewarisan ..., 101.
25
tidak akan bertambah atau berkurang, kecuali dalam masalah-
al-Quran hanya ada enam yaitu : 1/2, 1/4, 1/8, 1/3, 2/3, dan 1/6.35
walad as-sulbi.
35
Fatchur Rahman, Ilmu Waris..., 128.
26
Ahli waris yang menerima bagian seperempat adalah :
ayat 12.
Istri atau para istri, jika tidak mewaris bersama faru al-
27
Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan ketentuan
ayat 11.
28
Bapak, dengan ketentuan bahwa ia mewaris bersama
hanya mewarisi sisa harta setelah diambil oleh ahli waris ashab
menjadi 3, yaitu:
36
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris..., 76.
30
(1) Asabah bi an-nafsi, yang terdiri dari seluruh ahli waris
saudara laki-laki.
bi al-ghair.
31
hubungan kerabat dengan orang yang meninggal, keluasan arti
adalah:
ke bawah
bawah
ke bawah
bawah
jika sudah tidak ada ashabul furudh atau ashabah sama sekali,
dan jika hanya bersama dengan salah seorang suami dan isteri.
37
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris..., 80.
32
ia menerima seluruh harta peninggalan. Jika ia bersama dengan
salah seorang suami atau isteri, maka ia akan menerima sisa harta
cukup tua usianya. Lebih tua dari Departemen Agama sendiri bahkan
lebih tua dari umur negara kita, kehadirannya sudah ada sejak
38
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris..., 85.
39
Afdol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2006 dan Legislasi
Hukum Islam di Indonesia (Surabaya : Airlangga University Press, 2006) 91.
33
2. Kewenangan Peradilan Agama
pengadilan.
pada Pasal 118 HIR, atau Pasal 142 RB.g jo Pasal 66 dan Pasal 73
kompetensi yaitu:
40
M. Fauzan, pokok-pokok hukum acara peradilan agama dan mahkamah syariah di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2007), 33.
34
(1) Kompetensi Absolut
35
Pasal 2 itu adalah Peradilan Agama merupakan salah satu
Kekuasaan Kehakiman.41
41
Abdurrahman, Kewenangan Peradilan Agama di Bidang Ekonomi Syariah : Tantangan Masa
Yang Akan Datang, Suara Udilag, 3 (Maret 2008), 12.
36
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-
1) Perkawinan
2) Kewarisan
3) Hibah
4) Wakaf
5) Zakat
6) Infaq
7) Shodaqoh
8) Ekonomi syariah
kepadanya.
37
Pengadilan Agama dapat melaksanakan tugas dan kewenangan
berdasarkan undang-undang.42
Kabupaten.
dipunyai oleh salah satu pihak atau lebih juga untuk mendapat hak-
42
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Sinar Grafika,
2006), 73.
38
Umumnya untuk beracara di Pengadilan pada saatnya
dikemukakan biaya (Pasal 182 HIR jo Pasal 145 ayat (4) RB.g jo Pasal
4 ayat (2), Pasal 5 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
tanpa biaya atau dengan cara prosedur (Pasal 237 HIR jo Pasal 273
RBg).43
Tergugat adalah orang yang dianggap merugikan pihak lain dari pihak
perkara permohonan.
yaitu :44
a. Menerima Perkara
tingkat pertama.
suatu peraturan hukum acara, jadi peradilan tidak bisa lepas dari
b. Memeriksa Perkara
44
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,
2009), 5.
40
Keabsahan pemanggilan para pihak yang berperkara merupakan
perkara tersebut.
41
secara resmi dan patut, maka tahapan berikutnya adalah
berikut :
1) Upaya perdamaian
3) Replik Penggugat
4) Duplik Tergugat
5) Pembuktian Penggugat
6) Pembuktian Tergugat
7) Kesimpulan Penggugat
dalam satu kali persidangan. Begitu pula sebaliknya, bisa juga satu
c. Memutus Perkara
42
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara pihak yang
berperkara.
1) Putusan sela
2) Putusan Akhir
43
BAB III
44
menempati sebuah rumah sewa milik masyarakat yang berlokasi
di Jalan
45
2
Raya Sumber No. 96 dengan ukuran luas + 250 M dengan
besaran sewa Rp. 1.300.000,- (Satu juta tiga ratus ribu rupiah)
46
Pengadilan Agama Sumber, juga merupakan salah satu
Peradilan Agama.
Hukum Islam
47
wujud nyata bahwa kedudukan Peradilan Agama sekarang telah
kehakiman.
Jl. Sunan Malik Ibrahim Sumber (Kantor lama) dengan luas 1005
2
M yang dibeli dari Pemda Kabupaten Cirebon dengan cara ganti
rugi. Dan pada tahun 1987 pula Pengadilan Agama Sumber dapat
2
membangun gedung Balai Sidang seluas 250 M pada lokasi tanah
tersebut.
2
perluasan yang sampai saat ini ukurannya mencapai + 450 M .
2
kondisi gedung yang berukuran 450 M dengan 3 ruang sidang sudah
48
Ditambah dengan disahkannya undang-undang nomor 4 tahun
lain luas gedung semula dibangun tahun 1987 dengan luas 250 M
49
rupiah) yang bersumber dari dana APBN DIP tahun 1987/1988,
perkara, ruang bendahara dan ruang sidang tiga ruangan, yang juga
tempat parkir.
2
dibangun diatas tanah seluas ±3.82 M yang beralokasi di jalan
2 2
Luas gedung ± 1.600 M dua lantai dan mushala seluas + 50 M .
Sumber terdiri dari dua lantai dan lantai pertama terdiri dari 3 ruang
Sedangkan lantai dua terdiri dari ruang ketua, wakil ketua, ruang
hal yaitu :
a) Kewenangan Relatif
yang sama jenis dan sama tingkatan lainnya, dalam pasal 4 ayat 1
51
berkedudukan dikotamadya atau di ibu kota kabupaten, dan
Jawa
b) Kewenangan Absolut
1) Perkawinan
Dispensasi kawin;
Pencegahan perkawinan;
Pembatalan perkawinan;
Gugatan perceraian;
54
Penyelesaian harta bersama;
Penguasaan anak-anak;
orang tuanya;
lain.
2) Waris
3) Wasiat
4) Hibah
5) Wakaf
6) Infak
7) Shadaqah
8) Ekonomi Syariah
Bank Syari’ah
Asuransi syari’ah;
Reasuransi syari’ah;
Sekuritas syaria’ah;
Pembiayaan syari’ah;
56
Pegadaian syari’ah;
Bisnis syari’ah;
undang.
57
BAB IV
kewarisan terdapat dalam hukum islam yang diatur dalam Pasal 171 ayat
masih dalam keadaan sehat atau dalam keadaan masih hidup. Karena
terdapat aturan dalam Pasal 171 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam yang
58
Pengertian ahli waris yaitu orang yang pada saat meninggal dunia
beragama islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli
waris.
mempunyai hubungan darah bukan berarti tidak akan ada masalah dalam
4723/Pdt.G/2021/PA.Sbr.
c. (1) ibu mendapat seperenam bagian bila ada anak atau dua saudara
atau lebih. Bila tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih, maka
sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersama-sama dengan
59
d. Duda mendapat separoh bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak,
mendapat seperenam bagian. Bila merek itu dua orang atau lebih maka
saudara perempuan kandung atau seayah dua orang atau lebih, maka
1) Wilayah Fatwa
2) Wilayah Qadha
mana saja yang menjadi harta warisan dan sampai penerapan tuntas
bagian warisan, seperti yang terdapat dalam ilmu waris. Wilayah qadha
agama.
Fatwa waris berlaku sebagai keterangan siapa saja yang berhak untuk
61
ditujukan ke ketua Pengadilan Agama tempat tinggal Pemohon yang
akan diwarisi.
Agama meliputi :
perkara tersebut
perkara tersebut.
62
4) Biaya pemanggilan, pemberitahuan, dan lain-lain atas perintah
pihak bebas memilih mediator apakah berasal dari hakim atau pihak
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Islam.
sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua
(1) ibu mendapat seperenam bagian bila ada anak atau dua saudara
atau lebih. Bila tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih,
bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila
64
Duda mendapat separoh bagian, bila pewaris tidak meninggalkan
masing mendapat seperenam bagian. Bila merek itu dua orang atau
(Pasal 181)
pertiga bagian.
65
Mengajukan Surat Permohonan yang ditandatangani oleh pemohon
B. Saran
66
1. Dengan adanya ketentuan pembagian waris berdasarkan hukum islam
diharapkan bisa menjadi acuan untuk para pewaris maupun ahli waris
67
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ahmad Abd al-Jawad, 1989, Usul; Ilm Al-Mawaris Beirut: Dar al-Jil.
Otje Salman dan Mustofa Haffas, 2002, Hukum Waris Islam, PT. Refika
Aditama, Bandung.
Sarwono, 2011, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Sinar Grafika,
Jakarta.
68
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, 2002, Fiqih Mawaris: Hukum
Kewarisan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta.
B. Perundang-undangan
C. Internet
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314112140029B.pdf
https://www.pa-kisaran.go.id/gambaran-umum/
https://pa-cimahi.go.id/tentang-pengadian/kekuasaan-dan-ruang-lingkup-
pengadilan-agama
https://heylawedu.id/blog/kewenangan-pengadilan-agama-dalam-sengketa-
waris
https://pa-tangerangkota.go.id/tahapan-perkara/
69
LAMPIRAN
Lampiran 1
70
71
72
73
74
75
76
77
78