OLEH
DERVI SADITYA
NIM : 2120 9169
OLEH :
DERVI SADITYA
STAMBUK : 2120 9169
PEMBIMBING 1 PEMBIMBING II
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
DERVI SADITYA
STAMBUK : 2120 9169
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Kendari
RASMUDDIN, SH., MH
Nip. 197408212000121001
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Menyatakan benar-benar hasil karya Pribadi dan seluruh sumber yang di kutip dan
DERVI SADITYA
iv
HALAMAN MOTTO
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
Permata)”.
berkat bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak terutama
penulisan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan rasa terima kasih yang
Penulis menyadari bahwa penelitian ini sulit untuk dapat terwujud tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
vii
tercinta Sahabuddin dan ibunda tercinta Ariyati yang telah melahirkan dan
sayang serta do’a harapannya selama ini, Saudara & Saudariku tercinta Deki
Darmawan, Sitti Fatimag Azahra, Mutia Aulia Maharani serta nenek dan tanteku
Hartati dan Arni yang telah memberi motivasi serta dorongan baik itu moril
maupun materil tak terbatas kepada penulis dan tak lupa juga sahabat
seperjuanganku Junaid R.M, Aprianto, Lukman, A.S. Dira Sinta Y, Zhanas R, Nur
Fakultas Hukum yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga
penulis baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan yang baik ini
dan dengan kerendahan hati serta penuh rasa hormat yang tinggi penulis
Kendari;
Muhammadiyah Kendari;
4. Ibu DR. Deity Yuningsih, SH.MH dan Bapak Muryanto Lanontji, SH, MH.
viii
6. Bapak Pimpinana Bank Permata Kendari beserta Staff yang telah memberikan
informasi.
Akhirnya besar harapan penulis agar penelitian ini dapat bernilai strategis
mengingat keterbatasan waktu dan tenaga serta ilmu penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan untuk lebih
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
MOTTO....... ...........................................................................................................v
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitiaan.................................................................................6
1. Pengertian Bank.................................................................................7
2. Fungsi Bank.....................................................................................10
3. Jenis-Jenis Bank...............................................................................14
x
2. Hubungan Antar Bank dan Nasabah................................................23
D. Kerahasian Bank....................................................................................30
a. Kepentingan Perpajakan............................................................31
xi
Ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan..............................................................................................50
2. Kepentingan Perpajakan..................................................................52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................57
B. Saran......................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945, perbankan mempunyai peran yang sangat penting.
perbankan mempunyai peran yang sangat strategis karena bank mempunyai fungsi
untuk menghimpun dana dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan
membutuhkannya.
mestinya diperlukan sebuah lembaga keuangan yang mampu berperan aktif dalam
xiii
ekonomi dan stabiltas nasional.1
didalamnya. Dan semakin banyak perputaran uang yang terjadi, hal itu akan
semakin meningkat. Dengan demikian sektor riil akan semakin bergerak dan pada
maka faktor lain yang dibutuhkan adalah modal / dana pembangunan yang cukup
besar.
dan menelaah, serta menganalisis semua kegiatan dunia usaha serta perekonomian
nasional. Oleh karena itu maka lembaga perbankan perlu dibina dan diawasi
secara terus – menerus agar dapat berfungsi dengan efisien, sehat, wajar, mampu
bersaing dan dapat melindungi dana yang disimpankan oleh nasabah dengan baik
Sehingga dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman tersebut tidak sia – sia.
ini dikarenakan dana yang dikumpulkan oleh bank bukanlah jumlah yang sedikit.
1
Malayu S.P. Hasibuan,Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hal 4
xiv
Sedikit saja kesalahan yang dilakukan oleh bank dalam mengelola dana dari
masyarakat, maka akibatnya bias sangat fatal. Hubungan yang terjalin antara
bank dengan nasabah tersebut haruslah disertai dengan hak dan kewajiban yang
harus dipatuhi kedua belah pihak. Jika salah satu pihak melakukan perbuatan yang
dapat merugikan pihak lainnya dengan cara-cara yang melawan ketentuan hukum
dibidang perbankan yang berlaku, maka perbuatan salah satu pihak tersebut
pada industri perbankan serta industri keuangan bukan bank agar tercapai
perbankan di Indonesia.
oleh pihak bank juga harus mendapat perlindungan dari tindakan yang dapat
Selain itu untuk menjaga nama baik nasabah, maka harus diatur kapan dan
2
Indonesia, Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, UU No. 21 Tahun 2011, LN. No.
111 Tahun 2011, TLN. No. 5253, Pasal 1 ayat 1.
xv
kepada pihak ketiga mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan
dan hal – hal lain dari nasabah yang diketahui oleh bank.
apabila ada jaminan dari bank bahwa pihak bank tidak akan menyalahgunakan
maka dibuatlah aturan khusus yang melarang bank untuk memberikan informasi
Tahun 1998 tentang Perbankan kecuali dalam hal – hal tertentu yang disebutkan
secara tegas di dalam undang – undang tersebut. Hal inilah yang disebut dengan
“Rahasia Bank”.
kemampuannya untuk menggali sumber – sumber dana dari dalam dan luar
negeri serta menyalurkannya dalam bentuk pinjaman kepada para pelaku usaha
yang membutuhkannya, agar mampu menjadi salah satu katalisator penting dalam
Menurut G.M. Verryn Stuart dari bukunya bank politik dalam O.P.
Simorangkir merumuskan bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk
uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan
3
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2000, hal. 10.
xvi
Oleh karena itu kelancaran dan keamanan kegiatan perbankan haruslah
mendapat perhatian yang sungguh – sungguh dari semua aparat penegak hukum,
karena apabila terjadi tindak pidana dalam bidang perbankan akan menyebabkan
Salah satu contoh kasus yang pernah penulis jumpai ada seorang ibu yang
ingin mengambil uang suaminya di bank dengan alasan suaminya lagi berada di
luar kota karena ada urusan pekerjaan di mana lokasi pekerjaan suaminya itu
berada di lokasi terpencil dan tidak ada signal atau jaringan untuk
akan tetapi kenyataan bahwa rahasia bank itu kadang kala dijadikan sebagai
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa perlu pengkajian untuk melihat
sejauh apa upaya hukum yang dilakukan oleh pihak bank untuk memberikan rasa
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
xvii
Adapun tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut :
Rekening Nasabah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
BAB II
xviii
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Bank
Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang tahu apa yang dimaksud
dengan bank dan apa yang menjadi tanda bahwa sesuatu itu adalah bank. Apabila
kita menelusuri sejarah dari terminologi “bank” maka akan ditemukan bahwa kata
bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti bance yaitu suatu bangku
tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bank lainnya.5
Istilah bank bukan lagi merupakan bahasa asing, tetapi juga telah masuk
4
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998
5 Kasmir, S.E., MM, 2002, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.hal 4
xix
dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia yaitu :
menjalankan tujuan tersebut, bank membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana
yang dibutuhkam bank tersebut dapat dihasilkan dari dana bank itu sendiri (dana
intern) dan dana dari pihak ketiga (dana ekstern). Dana yang berasal dari bank itu
sendiri dapat berupa setoran modal/ penjualan saham, pemupukan cadangan, laba
yang ditahan, dan lain-lain yang merupakan dana bersifat tetap. Sedangkan dana
yang berasal dari luar bank seperti rekening giro dan rekening Koran, deposito
lembaga keuangan bukan bank, penjualan surat berharga (efek-efek) dan sumber
lainnya.
Beberapa penulis lain memberi definisi bank antara lain : Prof. GM. Verryn
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka,
Jakarta,2002, hal. 103-104.
7 Abdul Malik dkk, 2004, Sistem dan Manajemen Bank Umum, Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka
Malang.
xx
tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah :
mengacu pada tugas dan fungsi bank. Di sini akan dikutip pendapat beberapa ahli.
dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali pada
kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan
akan mendapat selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkannya tersebut.
2. Fungsi Bank
Fungsi utama dari perbankan dilihat dari sudut peranan ekonomi adalah
:
8
Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998, hal. 1.
xxi
suatu jasa-jasa yang penting dengan menerima uang tabungan atau surat-surat
dan mengubahnya ke dalam rekening giro yang fleksibel dan dapat dipakai.
transaksi.
logam dan mata uang yang relatif kecil yang dikeluarkan oleh pemerintah,
undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-
undang No. 10 Tahun 1998 adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
1. Penghimpunan dana
9
American Institute of Banking, Penerjemah : A. Hasyani Ali, Op.Cit, hal. 12
xxii
bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya
(1) Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
rekening giro nasabah dapat dilakukan secara tunai atau melalui cek dan
bilyet giro.
a. Cek
b. Bilyet giro
disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank lainnya.
bank.
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
xxiii
2. Penyaluran dana
dan atau bentuk- bentuk lainnya. Kredit adalah penyediaan uang atau
dan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
Selain sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, bank umum juga
2. Membeli dan menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
xxiv
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
9. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat.
Indonesia.
11. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
Selain mempunyai fungsi seperti apa yang telah diuraikan di atas, perbankan
Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10
10
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000, hal. 86.
xxv
“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
3. Jenis-jenis Bank
Menurut fungsinya :
(1) Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik
rakyat.
swasta asing.
(2) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari
xxvi
pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dananya.
Contoh :
pembangunan.
(4) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah
(5) Bank Perkreditan Rakyat, adalah kantor bank di kota, kecamatan yang
5. Menurut pemilikannya :
(1) Bank Pemerintah, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari
Bank Negara, terdiri dari beberapa jenis, yaitu bank umum, bank
xxvii
Peraturan Daerah Kota dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
(3) Bank Swasta Nasiona, adalah bank milik swasta yang didirikan dalam
manajemennya ditangani oleh para WNI itu sendiri. Bank swasta terdiri
(4) Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang
bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara
Indonesia.
(1) Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang yang
dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden dengan bank asing di
luar negeri.
xxviii
(2) Bank Swasta Non Devisa, adalah bank yang dalam
valuta asing atau hubungan dengan luar negeri. Bank Swasta Non Devisa
(1) Bank Primer, adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak
seperti misalnya menerbitkan cheque dan bilyet giro, serta ikut dalam
xxix
(1) Unit Banking, adalah system organisasi perbankan di mana jasa
perbankan hanya diberikan melalui satu kantor bank saja, tidak lebih
membatasi diri pada pelayanan yang kecil dan pemilik tidak mau
Branch Banking karena sifat operasinya yang kecil. Unit bank tidak
internasional.11
bank menurut jenisnya yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Hal ini
disebutkan secara jelas dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, hanya saja terdapat varian lainnya, yakni Bank Umum Syariah
11
Dahlan Siamat, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta.hal : 4
xxx
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Perbedaan terakhir ini didasarkan pada sistem operasi yang dilandasi oleh
ketentuan syariah dan bukan berdasarkan jenis usahanya, Pengertian Bank Umum
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
merupakan persoalan bank yang paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat
berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi sama sekali. Yang dimaksud dengan dana
bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai
(1) Dana dari modal sendiri, adalah dana yang berasal dari para pemegang
12
Ruddy Tri Santoso, Drs, 1997, Mengenal Dunia Perbankan,Yogyakarta.Hal 8
xxxi
a. Modal yang disetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh
para pemegang saham pada saat bank berdiri. Umumnya modal setoran
c. Laba yang ditahan, atau Retained Earnings yang mestinya milik para
pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi
Pada modal yang disetor tidak ada perubahan atau dapat dikatakan bersifat
tetap (permanen) dalam arti selamanya tetap mengendap dalam bank dan tidak
akan mudah ditarik oleh penyetornya, karena hal itu terjadi sekali saja, yaitu pada
waktu berdirinya bank tersebut. Sedangkan perubahan dana dari tahun ke tahun
terjadi pada bagian cadangan-cadangan dan laba yang ditahan. Melalui kenaikan
kedua bagian tersebut, dapat juga dijadikan indikasi tentang kemajuan bank
bersangkutan yang berarti kepercayaan masyarakat bertambah baik dan bank telah
masyarakat.
(2) Dana Pinjaman dari pihak luar, yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana
a. Pinjaman dari bank-bank lain yang dikenal dengan Call Money yaitu
pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini biasanya diminta bila ada
xxxii
kebutuhan mendesak yang diperlukan bank. Jangka waktu call money ini
biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu bulan dan bahkan hanya beberapa
hari saja. Kadangkala ada yang meminjam hanya satu malam sehingga
b. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri, yang
ini dapat digolongkan pada sumber dana dari pihak ketiga, yaitu dari
masyarakat.
sektor pertanian, tekstil, ekspor non migas, kredit- kredit dalam rangka
xxxiii
dan sebagainya) kredit produksi dan modal kerja dan kredit-kredit kecil
(3) Dana dari masyarakat, yaitu dana yang bersumber dari masyarakat luas
penyimpan.
disimpan dalam bank adalah merupakan sumber dana terbesar yang paling
diandalkan bank dan merupakan tulang punggung dari dana yang harus diolah dan
Hubungan antara bank dan nasabah berdasarkan pada dua unsur yang
saling berkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bias melakukan
dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya, dan bank akan
dengan Undang- undang No. 10 Tahun 1998 mengemukakan bahwa fungsi utama
dalam bentuk kredit merupakan dua fungsi utama bank yang tidak dapat
xxxiv
dipisahkan satu sama lain. Fungsi pemberian kredit tidak mungkin ada tanpa ada
perjanjian, antara lain yaitu Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya
bank sebagai badan usaha tentu mencari keuntungan. Kedua, kepentingan nasabah
1. Kepentingan fisik
bunga) yang diberikan oleh bank yang bersangkutan. Hal ini berkaitan erat dengan
xxxv
pada umumnya. Karena dana nasabah yang disimpan di bank pada dasarnya
Perbankan diatur perihal nasabah yang terdiri dari dua pengertian yaitu:
yang bersangkutan.
13
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Naskah Akademis Peraturan Perundang-
undangan Tentangan Perlindungan Konsumen, Jakarta, 1993/1994, hal. 16.
xxxvi
2. Pengertian Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas
yang bersangkutan.
nasabah.
Demikian juga halnya dalam praktek perbankan dikenal ada tiga macam nasabah
yaitu :
bank.
biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (Dalam hal keuangan),
perbandingam pertalian.15
14Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, hlm. 40-41.
15 Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 2003, hlm. 775.
xxxvii
c. Hak dan Kewajiban Nasabah
Hak ini merupakan hak utama dari nasabah, karena tanpa penjelasan secara
terperinci dari bank melalui customer servicenya, maka sangat sulit nasabah
untuk memilih produk perbankan apa yang sesuai dengan kehendaknya, hak-
hak apa saja yang akan diterima oleh nasabah apabila nasabah mau
2. Nasabah berhak untuk mendapatkan bunga atas produk deposito yang telah
menerima bunga atas dana yang disimpan pada bank tersebut. Besarnya bunga ini
dapat dilihat pada ketentuan yang berlaku pada setiap bank menurut produk
sehingga pihak nasabah dapat menilai sendiri tingkat resiko yang akan
xxxviii
C. Prinsip Know Your Constumer Dalam Rahasia Bank
Perbankan merupakan salah satu sarana yang sering digunakan oleh para
uang, dan untuk mengurangi risiko tersebut maka bank diwajibkan untuk
oleh bank tersebut dikenal dengan sebutan Prinsip Mengenal Nasabah (Know
untuk melindungi bank atau perusahan jasa keuangan lain dari berbagai risiko
sudah dikenal oleh para Penyedia Jasa Keuangan, khususnya perbankan, dalam
melakukan bisnisnya dengan dasar sebagaimana diatur oleh Bank Indonesia dalam
16
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan; Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,
dan Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm.73.
xxxix
Peraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang
Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah dan telah diubah dengan Peraturan Bank
dasar hukum yang lebih tinggi dari Peraturan Bank Indonesia sebelumnya, dimana
setiap Penyedia Jasa Keuangan seperti Bank wajib mengetahui dengan baik siapa
saja yang menjadi nasabahnya, seperti yang disebutkan dalam Pasal 17.
xl
D. Kerahasiaan Bank
keuangan, dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia
Dalam hubungan ini yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank,
adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan, dan hal- hal lain dari orang, dan badan yang diketahui oleh
yang luas baik menyangkut objek maupun kedudukan nasabahnya, sebab yang
dilindungi rahasia bank bukan hanya keterangan dan keadaan keuangan nasabah
membatasi atau mempersempit hal-hal yang wajib dirahasiakan oleh bank, yakni
bank.
17
Muhammad Djumhana, Rahasia Bank (Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia), Bandung :
Citra Aditya Bakti 1996, hal.111.
xli
yang sifatnya pribadi atau rahasia pemerintahan. Informasi mengenai kegiatan
bank terutama hubungannya antara nasabah dengan bank merupakan bagian dari
rahasia bank dan itu adalah salah satu bagian yang dilindungi hukum kerahasiaan.
informasi tersebut.
atau data tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan sesuai dengan
disimpulkan bahwa informasi yang dapat dirahasiakan tidak harus merupakan hal
bersifat limitatif, artinya diluar 7 (tujuh) hal yang telah dikecualikan tidak terdapat
a. Kepentingan Perpajakan
xlii
memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat
penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia
memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara /
Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai
1. Atas permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang
dengan menyebutkan :
keterangan
keterangan dan
meminta keterangan
xliii
o menyebutkan nama nasabah debitur yang akan diminta keterangan
PUPN
Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa, “Untuk
kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Menteri dapat memberi izin kepada
polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan
pengadilan
meminta
xliv
d. Kepentingan pemeriksaan peradilan perdata
Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa,“ dalam
rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat memberitahukan
bank diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia. Selanjutnya Bank Indonesia telah
keadaan kredit yang diberikan bank kepada debitur tertentu dan keadaan serta
status suatu bank. Informasi antar bank ini hanya dapat dilakukan oleh anggota
xlv
Pasal 44 A ayat (1) menetapkan bahwa atas permintaan,, persetujuan atau kuasa
dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan
Pasal 44 A ayat (2) menentukan bahwa dalam hal nasabah penyimpan telah
meninggal dunia, ahli waris yang sah dari penyimpan yang bersangkutan berhak
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
internet kemudian data – data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.
xlvi
Bahan hukum primer merupakan suatu bahan hukum yang mempunyai
otoritas yang mengikat dan terdiri dari suatu norma atau kaidah dasar yang
mana yang digunakan dalam penulisan ini, antara lain Undang- Undang
yang bukan bersifat dokumen resmi, meliputi buku teks, jurnal, pendapat para
bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan
berikut:
xlvii
2. Wawancara (Interview)
interview, dengan pihak-pihak Pegawai bank yang terkait dengan masalah yang
D. Metode Pendekatan
batasan prinsip rahasia bank yang dapat di buka kepada pihak yang
membutuhkan
E.Analisa Data
pasal ke dalam kategori-kategori atas pengertian dasar dari sistem hukum tersebut.
Data yang berasal dari studi kepustakaan kemudian dianalisis berdasarkan metode
xlviii
diolah;
BAB IV
Rahasia bank merupakan hal yang penting karena bank sebagai lembaga
nasabah penyimpan dan simpanannya. Oleh karena itu, baik bank sebagai entity
dan pihak terafiliasi, termasuk pegawai dan manajemen bank yang bersangkutan
wajib mengetahui mengenai peraturan rahasia bank ini, untuk menghindari sanksi
xlix
Melakukan penerapan dalam hal – hal (informasi) yang bersifat rahasia
terutama pada bank sangatlah sulit karena belum ada suatu keseragaman yang
menetukan hal – hal (informasi) apa saja yang dapat dikategorikan sebagai suatu
yang dirahasiakan oleh bank dari informasi dan data – data seorang nasabah.
simpanannya dapat bersifat eksplisit dan implisit. Pada umunya perjanjian bank
dan deposito antara bank dan nasabah. Dengan demikian, walaupun dalam
perjanjian tidak diatur secara eksplisit, tetapi berdasarkan azas itikad baik di
penyimpan dan simpanannya. Hal ini sejalan dengan Pasal 7 huruf (a) Undang –
menyebutkan bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha adalah beritikad baik
Dalam kaitannya dengan masalah rahasia bank, walaupun rahasia bank itu
sudah diatur dalam perjanjian antara bank dan nasabah ataupun masalah rahasia
bank ini sudah diatur dalam undang – undang, namun kepentingan umum tetap
l
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata yang secara tegas mengatur, bahwa
setiap perbuatan yang melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang
sebagai kejahatan rahasia jabatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 322 KUHP
yang berbunyi
ini masih perlu disempurnakan, karena masih banyak kepentingan umum lain
yang dapat dijadikan alasan untuk membuka rahasia bank yang belum tercantum
li
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok – pokok Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
yang menyebutkan bahwa kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank itu
nilai budaya yang mengutamakan kolektifitas atau kebersamaan. Dalam hal ini,
pentingnya peranan bank di dalam perekonomian suatu negara, yang dalam hal ini
untuk transmisi kebijakan moneter dan pelaku utama di dalam sistem pembayaran
nasional.
terutama bagi kepentingan dunia bisnis. Pasal tersebut seolah – olah mengandung
tidak melindungi kepentingan perusahaan jenis lain dalam arti luas. Kalau bank
yang bersangkutan prinsip kerahasiaan banknya boleh dilanggar dan diluar itu
tidak. Hal ini jelas tidak adil, seolah – olah Undang – Undang tidak peduli
lii
simpanannya saja, maka dalam kasus kredit sering sekali terjadi kredit macet.
Rahasia bank terlampau berpihak melindungi debitur. Hal ini menyebabkan para
debitur nakal menjadi terlindungi yang dapat mengancam kepentingan umum dan
Jelas tampak kredit macet secara langsung atau tidak langsung sangat
permasalahan antara debitur nakal dengan bank saja, tetapi juga menyangkut
melindungi para debitur nakal dan beritikad buruk. Oleh sebab itu, jika ada
debitur yang seperti itu, masyarakat luas berhak untuk mengetahuinya secara
terbuka.
Setiap bank wajib memegang teguh prinsip rahasia bank. Adapun salah
satu bentuk upaya yang dapat dilakukan bank di dalam menjaga keamanan rahasia
bank adalah apabila ada orang yang menanyakan identitas dari nasabah, atau
aktivitasnya di bank selain dari ketiga pihak yang berwenang yaitu Kejaksaan,
Kepolisian dan Pengadilan, maka bank tidak memberikan informasi apapun. Bank
bank berarti secara tidak langsung juga menjaga keamanan keuangan nasabah
Di samping itu, upaya lain yang dilakukan oleh bank untuk menjaga
1. Kelaziman Operasional
liii
masyarakat seperti melalui giro, tabungan, deposito dan lain
liv
akan dikumpulkan ke dalam dokumen tertentu dan dokumen
nyaman.
kepada nasabah dengan lebih baik lagi serta dapat mengamankan dokumen
aman dan mampu merahasiakan keterangan atau informasi mengenai nasabah dan
lv
simpanannya. Bank harus mempunyai pedoman, kebijakan, organisasi dan
prosedur kerja khususnya mengenai rahasia bank dan rahasia jabatan. Pedoman –
pedoman itulah yang nantinya dipergunakan oleh bank dalam menjalankan segala
benturan antara kepentingan nasabah dan kepentingan bisnis bank itu sendiri.
Akan tetapi walaupun demikian keadaannya, bank harus tetap memegang teguh
Apabila ada perjanjian antara bank dengan nasabah, maka rahasia bank
alasan wanprestasi (cidera janji). Sebaliknya, meskipun tidak ada perjanjian antara
hukum lainnya, seperti konsep ”perbuatan melawan hukum”. Artinya dalam hal
lvi
pelanggaran terhadap ketentuan hukum maka akan diberikan sanksi kepada pelaku
sebagai ”tindak pidana kejahatan”. Oleh karena itu pelanggar ketentuan rahasia
sanksi hukum pidana yang lebih berat lagi. Sanksi pidana tersebut bukan hanya
Seperti diatur dalam Pasal 47 ayat (2) Undang – Undang Perbankan yang
keuangan individual nasabah bank sebagai pelanggaran pidana biasa bukan delik
rahasia bank yang dimulai tahun 1960 dengan PERPU Nomor 23 Tahun 1960
belum ada satupun kasus pidana yang sampai ke pengadilan. Penyelesaian secara
pidana paling jauh hanya sampai di tingkat kejaksaan, kemudian perkara tersebut
nasabah bank menggugat bank dan kantor pajak dengan dasar perbuatan melawan
hukum, yang memberikan keterangan yang bersifat rahasia bank yang merugikan
kepentingan nasabah bank. Dalam hal ini nasabah dimenangkan baik pada tingkat
lvii
Palangkaraya.(media online 15 jan 2017)
pelanggaran prinsip kerahasiaan bank ini bervariasi. Ada 3 ciri khas dalam hal
Perbankan ini, sebagaimana juga terhadap sanksi – sanksi pidana lainnya dalam
Undang – undang Perbankan yang bersangkutan. Ciri khas dari sanksi pidana
yang diminta. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 42 A Undang – Undang Nomor 10
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42. Ini berarti bank
pidana.
sebagai berikut :
lviii
rupiah. diancam terhadap barang siapa yang tanpa membawa
lix
2. Penerapan Asas Kehati-hatian pada Bank Permata Telah Memenuhi
Ketentuan UU No 10 Tahun 1998 Tentang perbankan
yang wajib dirahasiakan oleh bank, yakni hanya sebatas pada keterangan dan
masyarakat inilah yang merupakan pilar dan unsur utama yang harus selalu dijaga
dan dipelihara. Di Indonesia hal itu telah diatur dan merupakan satu kewajiban
potensi, dan sumber – sumber dana yang dimiliki masyarakat dengan berbagai
lx
berdasarkan pada norma perbankan yang sehat, tetap memperhatikan unsur
harus menjauhkan diri dari sikap spekulatif. Tuntutan seperti itu mengingat bisnis
nasabahnya, baik itu berupa keuntungan materi misalnya berupa bunga atas
berharga (dana) yang dititipkan/disimpan di bank tersebut. Dari hal itu timbullah
berkaitan, yaitu saling mempercayai. Salah satu bentuk dari saling mempercayai
adalah bahwa apa – apa yang diketahui oleh bank dari diri nasabahnya akan
dirahasiakan dan tidak akan dibuka kepada siapapun kecuali atas dasar peraturan
hukum yang berlaku. Kondisi demikian inilah maka perbankan mendapat julukan
merasa yakin dan percaya, bahwa nasabahnya datang dari kalangan masyarakat
lxi
Adanya kerahasiaan tersebut merupakan salah satu pemenuhan atas
dan dengan kerahasiaannya itulah salah satu daya tarik bagi nasabah untuk
menyimpan uang, dan berhubungan dengan lembaga keuangan bank. Karena bila
kerahasiaan data nasabah tidak dapat dijamin oleh bank, maka nasabah akan
limitatif, artinya diluar 7 (tujuh) hal yang telah dikecualikan tidak terdapat
Kepentingan perpajakan;
a. Kepentingan Perpajakan
18
(Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, Op.Cit, hal.156 )
lxii
Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar
penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia
memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara /
Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai
Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa, “Untuk
kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Menteri dapat memberi izin kepada
polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan
pengadilan
lxiii
o dibuat secara tertulis
meminta
untuk memberikan penegasan bahwa izin oleh pimpinan Bank Indonesia akan
diberikan sepanjang permintaan tersebut telah memenuhi syarat dan tata cara
Ketentuan ini merupakan landasan hukum dan alasan dapat dibukanya atau
perdata antara bank dan nasabahnya di pengadilan. Untuk itu direksi dari bank
lxiv
Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa,“ dalam
rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat memberitahukan
Ketentuan di atas tentu dapat dilakukan apabila ada suatu kepentingan dari
bank yang bersangkutan yang berkaitan dengan nasabah tersebut dan tidak
ini lebih lanjut diatur oleh Bank Indonesia, sebagaimana ditentukan oeh Pasal 44
layak dikenakan sanksi berat. Meskipun demikian ketentuan itu tidaklah bisa kaku
yang bisa dijadikan tempat untuk penyalahgunaan kewenangan atau tempat kerja
pengecualian rahasia bank juga diatur dalam peraturan Gubernur Bank Indonesia
Atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Lahirnya peraturan Gubernur Bank
lxv
penyimpan, dimungkinkan dibuka untuk kepentingan perpajakan, penyelesaian
piutang bank, kepentingan peradilan dalam perkara pidana, dalam perkara perdata
antara bank dengan nasabahnya, dalam rangka tukar menukar informasi antar
bank, atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah, dan permintaan ahli
Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah suatu terobosan hukum yang tepat dalam
lxvi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Malik dkk, 2004, Sistem dan Manajemen Bank Umum, Fakultas
Ekonomi Universitas Merdeka Malang.
Amin Wijaya Tunggal, Drs, MBA, 1996, Kamus MBA, Bumi Aksara,
Atiek Setyo Rini,2006, Pengaruh Kinerja Perbankan Berdasarkan
Analisis.jakarta
Harahap, Sofyan Syafri, BSAc, SE, Akuntan, MSAc, PhD, 2003, Teori
Akuntansi, Universitas Trisakti Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Jeni Susyanti, 2002, Indikasi Potensi Economic Value Added dan Analisis
Rasio CAMEL dalam Memprediksi Kesehatan Bank yang Listing
di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya, Hal 1-23, Malang.
lxvii
Malhotra, K. Naresh, 2004, Marketing Research An Applied Orientation,
Edisi Keempat, Pearson Education International, Prentice Hall.
Martono, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Penerbit
Ekonisia, Yogyakarta.
INTERNET
Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia, Tujuan Kebijakan Moneter,
diperoleh dari:
lxviii
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Tujuan+Kebijakan+Moneter/, diakses
tanggal 23 Oktober 2016.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
lxix
Indonesia, Undang-Undang tentang Bank Indonesia, UU No. 23 Tahun 1999,
LN. No. 66 Tahun 1999, TLN. No. 3843.
lxx