SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2016 M/1437 H
PERSETUJUAN
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Neneng Nurhasanah, Dra., M. Hum. Sandy Rizki Febriadi, Lc., MA.
Mengetahui
i
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dimunaqasyahkan oleh tim penguji skripsi pada hari senin tanggal
15 Agustus 2016, dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Syari’ah Jurusan/Program Studi
Muamalat/Lembaga Keuangan dan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.
Ketua Sekretaris
TIM PENGUJI:
1. Penguji I : Prof. DR. H. M. Abdurrahman, MA.
Skretaris Majelis
ii
MOTTO
iii
ABSTRAK
ANALISIS GANTI RUGI (TA’WIDH) KARTU KREDIT SYARIAH
BERDASARKAN FATWA DSN NO. 43/DSN-MUI/VIII/2004
ALFIN RAMDANIL MUBAROK
Kata Kunci : Kartu kredit syariah, Ganti Rugi (ta’widh), Fatwa DSN.
Kartu kredit syariah merupakan sebuah inovasi dari dunia perbankan
syariah untuk memanjakan nasabah dalam melakukan transaksi. IB Hasanah Card
merupakan salah satu produk kartu kredit berbasis syariah yang diterbitkan oleh PT.
Bank BNI Syariah dengan segala keunggulan yang dimilikinya. Namun sudah
menjadi permasalahan klasik ketika nasabah tidak mampu mengembalikan dana
sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh bank, maka bank akan memberikan
sanksi berupa biaya ganti rugi (ta’widh) kepada nasabah yang lalai dalam
melakukan pembayaran tagihan. Ketentuan ta’widh ini telah diatur dalam fatwa
DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 mengenai ta’widh, salah satunya disebutkan
bahwa besaran biaya ganti rugi merupakan kerugian riil yang dapat diperhitungkan
dengan jelas, sedangkan di BNI Syariah besaran kerugian riil ditetapkan
berdasarkan ketentuan manajemen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelakasanaan iB Hasnah Card di
BNI Syariah, memahami konsep pembayaran ganti rugi (ta’widh) di BNI Syariah
KCP Surpati Core Bandung, dan mengetahui kesesuaian ganti rugi (ta’widh) dalam
produk iB Hasanah Card di BNI Syariah KCP Surapati Core Bandung dengan
Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang ta’widh.
Metode penelitian yang digunakan merupakan metode analisis deskriptif
kualitatif, yaitu penyederhanaan data yang lebih mudah untuk dijelaskan dan
diinterpretasikan. Teknik pengumpulan data ditempuh melalui kegiatan studi
pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan iB Hasanah Card terdiri
dari proses penerbitan kartu, jenis-jenis biaya iB Hasanah Card, dan proses
pengembalian dana. Ketentuan pembayaran biaya ganti rugi (ta’widh) terdiri dari
akibat kelalaian nasabah, pelanggaran akad, nasabah wajib membayar ta’widh
sesuai dengan ketetapan manajemen¸ dan pembayaran dapat dilakukan melalui
ATM dan Bank. Secara keseluruhan pelaksanaan ta’widh di BNI Syariah telah
sesuai dengan Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004, namun masih terdapat
ketidakjelasan mengenai perhitungan kerugian riil yang dikenakan pada biaya
ta’widh yang mana dalam fatwa tersebut disebutkan bahwa kerugian riil dapat
diperhitungkan dengan jelas, sedangkan di BNI Syariah telah di tentunkan oleh
pihak manajemen bank dan disebutkan tidak ada perhitungannya.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini hasil dari penelitian yang dilaksanakan di PT. Bank BNI
Syariah KCP. Surapati Core Bandung.
Penyusunan skripsi ini diajukan untuk bukti dalam pelaksanaan tugas akhir
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) Program
Studi Keuangan dan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik dalam segi isi, penulisan
maupun kata-katanya yang tidak tersusun secara baik, namun berkat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Dengan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ingin menyampaikan rasa syukur
dan terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga sedalam-dalamnya kepada :
1. Yth. Bapak M. Roji Iskandar, Drs., M.H. selaku Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Bandung.
2. Yth. Ibu Dr. Neneng Nurhasanah, Dra., M.Hum. selaku Ketua Jurusan
Muamalah/ Lemabaga Keuangan dan Perbankan Syariah sekaligus dosen
Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini.
3. Yth. Ibu Eva Misfah Bayuni, S.E.I., M.E.Sy. Selaku Dosen Wali.
4. Yth. Bapak Sandy Rizki Febriadi, Lc., MA. selaku dosen pembimbing II.
5. Yth. Seluruh Dosen Pengajar, Staff dan Karyawan Universitas Islam Bandung.
6. Yth. Bapak Elang selaku karyawan divisi hasanah card BNI Syariah KCP.
Surapati Core Bandung.
7. Seluruh staff dan karyawan Bank BNI Syariah KCP. Surapati Core yang telah
banyak memberikan bantuan selama melakukan penelitian dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Yts Ayahanda Drs. Mohammad Yamin, MA dan Ibu Euis Aisyah, S.Pd. yang
telah memberkan pendidikan terbaik dan selalu memberikan banyak dorongan
v
dan dukungan yang begitu besar. Doa dan dukunganmu selalu menyertai
langkahku.
9. Sahabat Seperjuangan Hendriyana Taufik, Regi Adhytia Maulana, Tatang
Rahman, Aji Harnanto, Asep Irwan Juliansyah, Toif Priyanto, Cheppy Yusuf
Pratama, Azlina, Anisa Rahmi Danaferus terima kasih banyak atas segala
kebersamaan dan waktu yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Universitas Islam Bandung, khususnya Mahasiswa
Keuangan dan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung, jangan sampai
tali silatuhrahmi kita putus.
11. Kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan dan dorongan
serta kerja sama yang baik, sehingga laporan ini selesai dengan baik.
vi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ..................................................................................................... i
PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian ..............................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................6
1.5. Kerangka Teori .................................................................................................7
1.5.1. Konsep Kartu Kredit Syariah .................................................................7
1.5.2. Konsep Ganti Rugi (Ta’widh) ................................................................9
1.5.3. Konsep Pembiayaan .............................................................................14
1.5.4. Kerangka Berpikir ................................................................................17
1.6. Metode Penelitian ...........................................................................................18
1.6.1. Jenis dan Sifat Penelitian .....................................................................18
1.6.2. Sumber Data .........................................................................................18
1.6.3. Alat Pengumpulan Data .......................................................................19
1.6.4. Alat Analisa Data .................................................................................20
1.7. Sistematika Penelitian.....................................................................................21
BAB II KONSEP GANTI RUGI (TA’WIDH) PADA PRODUK
PEMBIAYAAN KARTU KREDIT SYARIAH ................................................23
2.1. Tinjauan Umum Kartu Kredit Syariah (Syariah Card) ..................................23
2.1.1. Definisi Kartu Kredit Syariah (Syariah Card) .....................................23
2.1.2. Landasan Hukum Syariah Card ...........................................................24
2.1.3. Ketentuan Akad dalam Kartu Kredit Syariah ......................................26
2.1.4. Batasan-Batasan Kartu Kredit Syariah (Syariah Card) .......................30
vii
2.1.5. Biaya Finansial (Fee) yang Terkait dengan Kartu Kredit Syariah .......31
2.2. Tinjauan Umum Pembiayaan Konsumtif .......................................................32
2.2.1. Pengertian Pembiayaan Konsumtif ......................................................32
2.2.2. Landasan Hukum Pembiayaan Konsumtif ...........................................35
2.2.3. Tujuan Pembiayaan Konsumtif ............................................................36
2.2.4. Manfaat Pembiayaan Konsumtif ..........................................................36
2.3. Tinjauan Umum Ganti Rugi (Ta’widh) ..........................................................38
2.3.1. Konsep Ganti Rugi (Ta’widh) ..............................................................38
2.3.2. Landasan Hukum Ganti Rugi (Ta’widh) dalam Islam .........................41
2.3.3. Ketetapan Ganti Rugi dalam Fatwa DSN No. 43/DSN-
MUI/VIII/2004 .....................................................................................43
2.3.4. Syarat Penggunaan Hukum Ganti Rugi (Ta’widh) ..............................44
2.4. Konsep Pembayaran Utang Piutang dalam Islam ...........................................46
2.4.1. Pengertian dan Landasan Hukum.........................................................46
2.4.2. Pembayaran Hutang .............................................................................48
BAB III PELAKSANAAN GANTI RUGI (TA’WIDH) PADA PRODUK IB
HASANAH CARD DI BNI SYARIAH KCP SURAPATI CORE
BANDUNG ...........................................................................................................51
3.1. Gambaran Umum PT. Bank BNI Syariah ......................................................51
3.1.1. Sejarah Singkat BNI Syariah ...............................................................51
3.1.2. Visi dan Misi BNI Syariah ...................................................................53
3.1.3. Manajemen PT. Bank BNI Syariah ......................................................54
3.2. Gambaran Umum Produk iB Hasanah Card...................................................55
3.2.1. Kriteria Produk iB Hasanah Card ........................................................55
3.2.2. Batasan Penggunaan iB Hasanah Card ................................................56
3.2.3. Fitur dari Hasanah Card .......................................................................57
3.3. Pelaksanaan Ganti Rugi (Ta’widh) Produk iB Hasanah Card di BNI Syariah
KCP. Surapati Core Bandung .........................................................................60
BAB IV ANALISIS GANTI RUGI (TA’WIDH) KARTU KREDIT SYARIAH
BERDASARKAN FATWA DSN NO. 43/DSN-MUI/VIII/2004 ......................62
4.1. Pelaksanaan Pembiayaan Kartu Kredit Syariah iB Hasanah Card PT. Bank BNI
Syariah KCP. Surapati Core Bandung ............................................................62
4.1.1. Prosedur Penerbitan Kartu Kredit Syariah iB Hasanah Card...............63
4.1.2. Perhitungan Biaya iB Hasanah Card Pada PT. Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Surapati Core Bandung ..............................65
4.1.3. Proses Pengembalian Dana iB Hasanah Card ......................................70
viii
4.2. Pembayaran Ganti Rugi (Ta’widh) atas Keterlambatan Biaya Pelunasan di BNI
Syariah KCP Surapati Core Bandung .............................................................72
4.3. Ganti Rugi (Ta’widh) dalam Produk iB Hasanah Card di PT. Bank BNI Syariah
KCP Surapati Core Menurut Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 .......74
BAB V PENUTUP ................................................................................................81
5.1. Simpulan .........................................................................................................81
5.2. Saran ...............................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
x
DAFTAR TABEL
Hal
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
muslim, bahkan dapat dikatakan merupakan negara muslim terbesar di dunia. Hal
ini memberikan dampak pada segi perekonomian di Indonesia yang mana mulai
berdasarkan hukum Islam, terlebih dunia perbankan yang mulai banyak berkonversi
Peristiwa yang terjadi pada tahun 1998 merupakan pembuktian bahwa ekonomi
Islam mampu bertahan di tengah goncangan krisis ekonomi moneter, hal ini
dibuktikan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang merupakan hasil lokakarya
yang diadakan oleh MUI pada tahun 1992, ketika itu Bank Muamalat Indonesia
mampu bertahan dari krisis ekonomi ditengah banyaknya bank yang mengalami
syariah meningkat. Hal tersebut semakin jelas terlihat ketika mulai berkembangnya
1
2
jenis usaha yang berbasis syariah, bahkan banyak bank konvensional yang
hal tersebut tidak terlepas dari kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat berperan
penting atas kemajuan suatu negara. Dengan segala kemudahan yang diberikan
teknologi, membuat masyarakat semakin aktif untuk mencari suatu barang atau alat
yang fleksibel, efisien dan dapat digunakan sewaktu-waktu ketika dibutuhkan tanpa
harus membuang banyak waktu. Hal ini yang diperhatikan oleh bank di dunia,
begitupun bank di Indonesia. Hal tersebut dijadikan peluang bisnis oleh bank di
bagi penggunanya. Oleh karena itu bank menerbitkan produk kartu kredit.
Kartu kredit merupakan layanan pembiayaan non tunai yang diberikan oleh
bank kepada nasabah. Dengan kata lain kartu kredit merupakan alat pengganti uang
tunai dengan sistem pembayaran yang ditangguhkan dalam kurun waktu yang
ditentukan. Secara prinsip kartu kredit tersebut dibolehkan syariah selama dalam
bunga bila pelunasan hutang kepada penjamin lewat jatuh tempo pembayaran atau
menunggak. Disamping itu ketentuan uang jasa kafalah tidak boleh terlalu mahal
sehingga memberatkan pihak terutang atau terlalu besar melebihi batas rasional,
agar terjaga tujuan asal dari kafalah, yaitu jasa pertolongan berupa jaminan utang
kepada merchant, penjual barang atau jasa yang menerima pembayaram dengan
Penerbitan kartu kredit syariah ini yang juga diterbitkan oleh PT. Bank BNI
Syariah yang dulunya dipelopori oleh Bank Danamon Syariah. BNI Syariah iB
Hasanah Card merupakan kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang berjalan
dengan menggunakan prinsip dan ketentuan sesuai hukum syariah dengan sistem
perhitungan yang lebih transparan dan bersifat adil dibandingkan dengan kartu
Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indoesia (MUI) No. 54/DSN-
prinsip kartu kredit tersebut dibolehkan syariah selama dalam prakteknya tidak
yang menggunakan kartu kredit sudah seharusnya memenuhi kewajiban baik dalam
biaya, peraturan serta kebajikan yang telah ditentukan oleh pihak penerbit kartu.
Begitu juga dalam menyelesaikan pembayaran tagihan atas transaksi yang pernah
dengan aturan yang berlaku. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No.
MUI/VIII/2004 telah dijelaskan bahwa biaya ganti rugi yang dikenakan kepada
nasabah merupakan biaya riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas yang berarti
bersifat transaparan, dalam hal ini pihak bank wajib untuk memberikan informasi
mengenai rincian besaran ganti rugi yang dikenakan kepada pihak nasabah. Besaran
biaya ganti rugi yang berhak dikenakan kepada nasabah merupakan biaya kerugian
4
riil yang dikeluarkan oleh pihak bank dalam rangka penagihan kepada nasabah,
mendatangi langsung tempat nasabah. Selain itu besaran ganti rugi tersebut
merupakan biaya riil yang pasti akan terjadi dan bukan biaya yang diperikirakan
akan terjadi ataupun bukan kerugian yang diperkirakan akan adanya sesuatu yang
hilang dan besaran ganti rugi yang boleh dikenakan kepada nasabah merupakan
disebutkan bahwa kerugian yang dapat dikenakan ta’widh merupakan kerugian riil
tagihan iB Hasanah Card berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 43/DSN-
MUI/VIII/2004 tentang ganti rugi (ta’widh). Ganti rugi yang dikenakan oleh PT.
Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Surapati Core di Bandung terhadap
Produk kartu kredit syariah (Syariah Card), yang diberi nama iB Hasanah
harta, keluarga sakinah, dan unggul dalam perasaingan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti ingin mengetahui tentang ganti rugi (ta’widh) pada iB Hasanah
5
pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Surapati Core
Bandung?
3. Bagaimana analisis ganti rugi (ta’widh) pada produk iB Hasanah Card PT.
Card pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Surapati Core
Bandung.
Hasanah Card pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Surapati
MUI/VIII/2004.
2. Untuk kalangan akademisi atau peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan
tambahan referensi dan dasar untuk melakukan penelitian yang sejenis pada
3. Diharapkan penelitian ini mampu menjadi salah satu upaya pendekatan antara
terbarunya.
4. Sebagai salahsatu syarat untuk menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada
Perbankan Syariah.
7
Credit card adalah uang plastik atau suatu alat berbentuk kartu yang
diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan yang dapat dipergunakan sebagai alat
pelunasannya dapat dilakukan oleh pembeli secara sekaligus atau angsuran pada
jangka waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat pembayaran. 1 Dalam
fiqh muamalah kartu kredit secara bahasa berasal dari kata bithaqah (kartu) secara
bahasa digunakan untuk potongan kertas kecil atau dari bahan lain, diatasnya ditulis
penjelasan yang berkaitan dengan potongan kertas itu. Sementara kata i’timan
secara bahasa artinya adalah kondisi aman dan saling percaya. Dalam kebiasaan
dalam dunia usaha artinya semacam pinjaman, yakni berasal dari kepercayaan
terhadap peminjam dan sikap amanahnya serta kejujurannya. Oleh sebab itu ia
memberikan dana itu dalam bentuk pinjaman untuk dibayar secara tertunda.2
Taukil dan kafalah serta Qardh al-hasan dalam bank Islam. Ghaidah
mengungkapkan “Hukum asal dalam penggunaan kartu adalah Taukil dan Kafalah
langsung dan rekening nasabah (debit card). hanya saja pihak Issuer card
1
Veithzal Rivai dkk, Bank And Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2007), hlm. 1363.
2
Abdullah Al-Muslih dan Shalah Ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta : Darul
Haq, 2004), hlm. 303-305
8
melunasinya”.3
Dari sisi ekonomi kata Bitiqah al-i’timan di artikan sebgai berikut : Kartu
khusus yang diterbitan oleh bank kepada nasabah itu mendapatkan barang dan jasa
dari tempat -tempat tertentu dengan menunjukan kartu tersebut, Merchant (Penjual)
memberikan barang dan jasa dan memberikan faktur (sales darf) yang
ditandatangani oleh nasabah tersebut kepada bank Issuer , lalu bank melunasi nilai
barang/jasa tersebut atau dengan mendebet rekeningnya yang masih berlaku kepada
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yang dimaksud dengan Kartu Kredit Syariah
adalah kartu yang berfungsi seperti Kartu Kredit yang hubungan hukum
(berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah
dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam fatwa ini. Penerbitan Kartu Kredit
semakin meningkat. Oleh karena itu perbankan syariah juga dituntut untuk
3
Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Card Syari’ah, (Jakarta : RajaGrafindo Persada,
2006), hlm. 178.
4
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, ( Jakarta : Hamzah, 2010), hlm. 600.
5
Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia. No.54/DSN-MUI/X/2006. Tentang
Syariah Card. Jakarta: 2006.
9
2. Melihat kondisi yang ada, dimana sistem kartu kredit yang ada masih
3. Adanya kartu kredit syariah menjadi alternatif yang paling baik, yang dapat
penerbitan kartu kredit syariah adalah firman Allah SWT yang berbunyi:
ُ ٱّللَ َد ِد
ُد ٰۖ وٱتَّقوا
َّ ٱّللَ إِ َّن ِٱۡل ِۡۡث و ۡٱلع ۡد ىو ِۚن
ِ
ۡ
ى لع
ٰۖ ۡ ۡ
ِوتَ َعاونُواْ َعلَى ٱلِ رب
َّ ْ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َوٱلتَّق َو
ا
ْوُناو ع ت
َ َل
و
َ ى
ى َ َ
ِ ۡٱلعِ َق
اب
“Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.” (QS Al-Maidah (5):2)
sesama umat muslim dari dampak riba yang ada dalam kartu kredit syariah, demi
Kata al-ta’widh berasal dari kata ‘iwadha, yang berarti ganti atau
atau membayar konpensasi. Adapun menurut istilah adalh menutup kerugian yang
yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan. Ketentuan umum yang berlaku
dinding.
2. Memperbaiki benda yang dirusak menjadi utuh kembali seperti semula selama
pasti di masa akan datang atau kerugian immateriil, maka menurut ketentuan
hukum fiqh hal tersebut tidak dapat diganti (dimintakan ganti rugi). Hal itu karena
obyek ganti rugi adalah harta yang ada dan konkret serta berharga (diijinkan syariat
untuk memanfaatkannya).
pendapatnya “yang jelas Issuer Card (pihak penerbit) hanya membebankan biaya
pihak bank telah memberikan tenggang waktu satu bulan atau dua bulan. Apabila
Card holder bisa membayar nilai transaksi yang telah dilakukannya selama waktu
6
http://ekonomisyariah.org, diakses pada tanggal 4 Mei 2016
7
Buku Kumpulan Fatwa DSN-MUI (Buku 1 Tahun 2000-2006/Fatwa No. 1-54. 2000, hlm. 4
11
tersebut maka ia tidak akan dibebani biaya apapun lagi. Namun, ketika ia terlambat
keterlambatan”.8
Menurut tokoh Ekonomi Islam Asmuni Mth dalam tulisannya, teori ganti
rugi (daman) Perspektif Hukum Islam, menyebutkan sebagai berikut: “Ide Ganti
rugi terhadap korban perdata maupun pidana, sejak awal sudah disebutkan oleh nas
Al-Qur’an maupun Hadits Nabi. Dari nas-nas tersebut para ulama merumuskan
berbagai kaidah fiqh yang berhubungan dengan daman atau ganti rugi. Memang
diakui sejak awal, para fuqaha tidak menggunakan istilah masuliyah madaniyah
sebagai sebutan tanggung jawab perdata, dan juga masuliyah al-jina’iyah untuk
sebutan tanggung jawab pidana. Namun demikian sejumlah pemikir hukum Islam
klasik terutama al- Qurafi dan al-‘Iz Ibn Abdi Salam memperkenalkan istilah al-
jawabir untuk sebutan ganti rugi perdata (daman) dan al-zawajir untuk sebutan
ganti rugi pidana (uqubah diyat, arusy, dan lain-lain). Walaupun dalam
menggunakan istilah masuliyah yang tidak lain merupakan pengaruh dari karya-
karya tentang hukum Barat. Daman dapat terjadi karena penyimpangan terhadap
akad dan disebut daman al-aqdi, dan dapat pula terjadi akibat pelanggaran yang
disebut daman ‘udwan. Di dalam menetapkan ganti rugi unsur-unsur yang paling
penting adalah darar atau kerugian pada korban. Darar dapat terjadi pada fisik,
8
Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Card Syari’ah Kartu Kredit dan Debit Dalam
Perspektif Fiqih, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 184.
12
harta atau barang, jasa dan juga kerusakan yang bersifat moral dan perasaan atau
Dalam Islam istilah tanggung jawab yang terkait dengan konsep ganti-rugi
dikeluarkan oleh nasabah pengguna syariah card, ketika seorang nasabah terlambat
melakukan pembayaran tagihan atas transaksi yang telah dilakukannya setelah jatuh
merupakan ganti rugi (ta’widh,). Ta’widh (ganti rugi), menurut pendapat Abd al-
menyatakan bahwa: Ganti rugi karena penundaan pembayaran oleh orang yang
mampu didasarkan pada kerugian yang terjadi secara riil akibat penundaan
9
Nurulhidayah, Konsep Ganti Rugi Dalam Islam, ( PDF Version 1.4 . 2011) http://digilib.sunan-
ampel.ac.id, diakses tanggal 23 Maret 2016.
10
Ibid.
11
Ibid.
13
kartu yang nasbah gunakan. Adapaun jenis kartu dalam iB Hasanah Card
digolongkan atas 3 (Tiga) jenis yaitu Kartu Clasicc, Kartu Gold dan Kartu
Platinum.12
yang dikeluarkan oleh pihak bank. Bank hanya boleh mengakui biaya penagihan
(ta’widh) yang nilainya sesuai dengan kerugian riil yang terjadi akibat penagihan
yang dilakukan oleh bank. Misalnya dalam penagihan, bank menghubungi nasabah
melalui telepon atau mendatanginya, maka biaya riil yang akibat penagihan ini
konvensional.13
ۡ
ُن ءَ َامنُ أواْ أ َۡوفُواْ بِٱلعُ ُقوِد ِ َّ
َ ىَأَيَُُّ َها ٱلذ
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah aqad-aqad itu.” (QS Al-Maidah (5):l)
ۡ ٰۖ ۡ
َوأ َۡوفُواْ بِٱل َع ۡه ِد إِ َّن ٱل َع ۡه َد َكا َن َم ۡسوَل
“…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra (17):34)
ِۚ ۡ
ٱّللَ َم َع َّ ٱّللَ َو ۡٱعلَ ُمأواْ أ
َّ َن َّ َْوٱتَّ ُقوا فَ َم ِن ۡٱعتَ َد ىى َعلَ ۡي ُك ۡم فَ ۡٱعتَ ُدواْ َعلَ ۡي ِه ِبِِث ِل َما ۡٱعتَ َد ىى َعلَ ۡي ُك ۡم
ي ِ ۡٱلمت
َّق
َ ُ
12
www.bnisyariah.co.id diakses pada tanggal 25 Maret 2016.
13
http://ekonomi.kompasiana.com diakses pada tanggal 26 Maret 2016.
14
kartu kredit terdapat beberapa akad yang harus dipenuhi oleh kedua pihak, yaitu
Selain merujuk pada Al-Quran ketentuan Syariah Card juga merujuk pada
keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang
dijual.
14
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Hlm. 91
15
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Salam
Pembiayaan Istisnah
pada dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Mudharabah
melaksanakan akad ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai
berikut:
Rahn (Gadai)
Qardh
Wakalah (Perwakilan)
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik
kebutuhan.
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
15
http://www.hukumonline.com di akses pada tanggal 29 Mei 2016
17
bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaan, pembiayaan dapat
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
kebutuhan.
akad pelengkap yaitu kafalah, qardh, dan ijarah, karena pada pelaksanaanya bank
berikut:
iB Hasanah Card BNI
Ganti Rugi (Ta’widh)
Syariah.
16
M. Syafii Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Hlm. 160
18
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah dengan cara melakukan studi
teori-teori yang bersangkutan dengan kegiatan ganti rugi (ta’widh) pada iB Hasanah
Card yang kemudian peneliti kaji dengan kaidah-kaidah yang sesuai dengan
1. Data Primer
Data primer merupakan sesuatu yang diselidiki yang ada dari subjek
2. Data Sekunder
sumber-sumber yang ada. Data itu biasanya diperoleh dari perpustakaan atau
lainya. Data ini juga didapat dari hasil membaca buku atau literatur pendukung
pembayaran kartu kredit (Syariah Card) dan penjelasan fatwa DSN No.
43/DSN-MUI/VIII/2004.
1. Kepustakaan
2. Observasi
lokasi penelitian.
3. Wawancara
sacara lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm.199.
18
Ibid, hlm 145.
20
Mekaniseme pehitungan biaya iB Hasanah Card pada PT. Bank BNI Syariah.
Card pada PT. Bank BNI Syariah dengan Fatwa DSN No. 43/DSN-
MUI/VIII/2004.
4. Dokumentasi
mengenai objek penelitian berupa catatan, arsip, agenda yang terkait dengan
penyedehanan data yang lebih mudah untuk dijelaskan dan diinterprestasikan, yaitu
dengan cara peneliti memaparkan sedetail mungkin ketentuan ganti rugi (ta’widh)
yang diterbitkan PT. Bank BNI Syariah, sehingga data tersebut dapat diambil
19
Ibid, hlm 14.
21
pengertian dan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian. Teknik analisis
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan) dan
bagan.
3. Penarikan Kesimpulan
20
Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan
NVIVO. Penerbit Prenada Media Group : Jakarta.
22
keseluruhan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
Kredit Syariah. Pada bab ini akan dikemukakan uraian teoritis mengenai tinjauan
umum kartu kredit syariah, pembiayaan konsumtif, konsep ganti rugi (ta’widh),
Card di BNI Syariah KCP Surapati Core Bandung. Bab ini meliputi gambaran
umum PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Surapati Core Bandung,
kriteria produk iB Hasanah Card, dan pelaksanaan prosedur ganti rugi (ta’widh)
pada Produk iB Hasanah Card yang diterbitkan PT. Bank BNI Syariah.
ta’widh, dan kesesuaian pelaksanaan prosedur ganti rugi (ta’widh) pada produk iB
Hasanah Card yang diterbitkan oleh PT. Bank BNI Syariah dengan ketentuan Fatwa
Bab V Penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian yang
Syariah card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang hubungan
hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip
Kartu kredit syariah merupakan jenis kartu yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa, dimana pelunasan atau
minimum tertentu, dan hubungan hukum antara para pihak berdasarkan prinsip
syariah.21
Tentang Syari’ah Card, Syari’ah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu
kredit yang hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para
21
http://www.kompasiana.com/kat/rahasia-dibalik-denda-pada-kartu-kredit
syariah_558d78230323bd4e07925ca5, diakses pada tanggal 14 Juni 2016.
23
24
yaitu memberikan hak kepada orang lain terhadap hartanya dengan ikatan
Menurut Solihin kartu kredit (Inggris: credit card, Arab: bithaqah i’timan)
yang dalam Islamic finance dikenalkan istilah Islamic card atau shariah card di
dunia yang menuju less cash society pada hakikatnya merupakan salah satu
yang tidak tergantung kepada pembayaran kontan dengan membawa uang tunai
yang berisiko.23
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggungan jawabnya (Q.S. Al-Isra’ (17):34).
22
Istilah lain disebut juga dengan bithaqah isti`man.
23
Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah. Hlm.392
25
ِ ۡ وٱلَّ ِذُن إِ َذاأ أَن َف ُقواْ ََۡل ُ ۡس ِرفُواْ و ََۡل ُ ۡقت رواْ وَكا َن ب
َ ي ىَذل
ك قَ َواما َ َ َ ُُ َ َ ُ َ َ
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. (Q.S. Al-Furqan (25):67).
ٱلسبِ ِيل َوََل تُبَ رِذ ۡر تَ ۡب ِذُرا ن ۡ ات ذا ۡٱلق ۡرِب حقَّهۥ و ۡٱل ِم ۡس ِكي و
ٱب ِ
َّ َ َ َ َ ُ َ َوءَ َ ُ َ ى
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. (Q.S. Al-Isra’ (17): 26).
ۡ ِّۚ ىذَلِك َِِنَّهمِۚ ٱلرب ىواْ ََل ُ ُقومو َن إََِّل َكما ُ ُقوم ٱلَّ ِذي ُ تخبَّطُه ٱلش َّۡي ىطَن ِمن ۡٱلم ۡ ِ
ِ ِ
ُ َ َُن ََي ُكلُو َن ر َّ
ُ َ ُ َ َ ر ُ َ ََ ُ َ َ َ ٱلذ
ۡ ِۚ ۡ ۡ ٌۗ ۡ ِ ۡ ۡ َِّ
ِ ِ ِ ِ
ٱلربَ ىواْ فَ َمن َجاأءَهُۥ َموعظَة رمن َّربرهۦ فَٱنتَ َه ىى ِ ِ
قَالُأواْ إَّنَا ٱلبَ ي ُع م ُ رَ ى َ َ َّ ُ َ َ َ َ َّ َ ر
مرح و ع ي ب ٱل ٱّلل
َّ ل َح أو ا
ْو ب
ٱلر ل ث
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-
Baqarah (2):275).
)ضَرَر َوَلَ ِضَر َار (رواه ابن ماجه والدارقطين وَۡيمها عن أيب سعيد اخلدري
َ ََل
“Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain” (HR.
Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri).
atau kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai
Terdapat tiga akad yang digunakan dalam kartu kredit syariah, yaitu:
1. Kafalah
pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak lain, di mana
pemberi jaminan (kafil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali utang yang
Ulama Hanafiah dan Abu Muhammad Muwaffiq al-Din ‘Abd Allah bin
Menurut Ascarya, rukun dari akad kafalah yang harus dipenuhi dalam
24
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 35.
25
Hakim, Atang. 2011. Fiqih Perbankan Syariah: Transformasi Fiqih Muamalah ke dalam
Peraturan Perundang-undangan. Bandung: PT Refika Aditama. Hlm 23.
26
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 106.
27
1) Pelaku akad, yaitu kâfil (penanggung) adalah pihak yang menjamin, dan
perbankan yaitu kartu kredit syariah. Huda dan Mohamad Heykal menyatakan
bahwa bank menjamin nasabah (pemegang kartu) untuk belanja tanpa uang
cash kepada pihak ketiga (merchant). Karena penjaminan itu, maka bank
2. Qardh
yang dapat ditagih kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan”.30
27
Ibid.
28
Huda, Nurul, Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
Praktis. Edisi Pertama, Cet. Ke-1. Jakarta: Kencana. Hlm. 107.
29
Ibid. Hlm. 110.
30
Dewi, Gemala. 2007. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia. Edisi Revisi, Cet. Ke-4. Jakarta: Kencana. Hlm. 95.
28
Menurut Ascarya, syarat dari akad Qardh atau Qardhul Hasan yang
Bank Syariah, khususnya biaya yang harus dibayar oleh nasabah, dijumpai
ijarah, wakalah, kafalah, dan hawalah. Semua produk ini tidak mensyaratkan
kerelaan dan kewajaran. Hal ini berbeda dengan Bank konvensional yang
31
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 48.
32
Ibid.
33
Hakim, Atang. 2011. Fiqih Perbankan Syariah: Transformasi Fiqih Muamalah ke dalam
Peraturan Perundang-undangan. Bandung: PT Refika Aditama. Hlm 270.
29
3. Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq dalam Ascarya , “ijarah adalah suatu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian”.35 Dalam hal ini Penerbit
pemegang kartu. Atas Ijarah ini, pemegang kartu dikenakan membership fee.36
terdiri dari:37
1) Ijarah di mana objeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa
2) Ijarah di mana objeknya adalah manfaat dari tenaga seorang seperti jasa
ijarah yang obyeknya jasa adalah, dalam jasa nasabah tidak dikenakan
kewajiban untuk menjaga keutuhan obyek sewa, dan tidak pula dibebani
tanggung jawab atas kerusakan obyek sewa. Ketentuan ini bertolak belakang
dengan aturan untuk transaksi ijarah yang obyek sewanya manfaat barang.
Adapun ketentuan lainnya relatif sama. Dalam kontek perbankan syariah, aturan
34
Huda, Nurul, Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
Praktis. Edisi Pertama, Cet. Ke-1. Jakarta: Kencana. Hlm. 79.
35
Ascarya. 2007, Op. cit., Hlm. 99.
36
Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Edisi 1, Cet. Ke-2.
Jakarta: Kencana. Hlm. 38.
37
Huda, Nurul, Mohamad Heykal. Op. cit., Hlm. 82.
30
ijarah untuk multijasa adalah bahwa bank selaku pihak yang menyediakan
pembiayaan untuk nasabah yang menggunakan akad ijarah untuk multi jasa
Menurut Ascarya, rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam
1) Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa aset,
asset.
2) Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa).
3. Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan (israf), dengan cara antara lain
pada waktunya.
38
Hakim, Atang. 2011. Fiqih Perbankan Syariah: Transformasi Fiqih Muamalah ke dalam
Peraturan Perundang-undangan. Bandung: PT Refika Aditama. Hlm 262.
39
Ascarya. Op. cit., Hlm. 101.
40
Soemitra, Andri. Op. cit., Hlm. 381.
31
2.1.5. Biaya Finansial (Fee) yang Terkait dengan Kartu Kredit Syariah
dari pemegang kartu sebagai imbalan (ujrah) atas izin penggunaan fasilitas
kartu.
2. Merchant fee penerbit kartu boleh menerima fee yang diambil dari harga objek
3. Fee penarikan uang tunai; Penerbit kartu boleh menerima fee penarikan tunai
(rusum sahb al-qunud) sebagai fee atas pelayanan dan penggunaan fasilitas
4. Fee Kafalah penerbit kartu boleh menerima fee dari pemegang kartu atas
pemberian kafalah.
5. Semua bentuk fee harus ditetapkan pada saat akad aplikasi kartu secara jelas
Menurut Soemitra, penerbit kartu plastik syariah juga dibatasi dalam hal
41
Ibid., hlm. 381-382.
42
Ibid., hlm. 382.
32
1. Ta’widh
Penerbit kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap biaya-
Pembiayaan murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang
tertentu dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas
di ambil. Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank
43
http://tugaskuliah-syaifurrahman.blogspot.co.id/2013/07/pembiayaan-konsumtif.html, diakses
pada tanggal 3 Juni 2016.
33
Pembiayaan sewa beli adalah akad sewa suatu barang antara bank dengan
nasabah, dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli objek sewa pada
akhir akad atau dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease. Harga sewa
dan harga beli ditetapkan bersama diawal perjanjian. Dalam pembiayaan ini
yang menjadi objek sewa disyaratkan harus barang yang bermanfaat dan
dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur.
Pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara, lembaga pembiayaan
atau perusahaan leasing yang berdasarkan syariah Islam membeli aset yang akan
dibeli oleh nasabah, setelah terbeli maka lembaga tersebut menyewakan aset itu
dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah
pihak.
usaha seperti jual beli. Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli
aset dapat mendatangi pemilik dana untuk membiayai pembelian aset produktif.
dilakukan dengan dua cara, yakni pihak produsen ditentukan oleh bank atau
34
pihak produsen ditentukan oleh nasabah. Pelaksanaan salah satu dari kedua cara
belah pihak.
Objek dari pinjaman qardh adalah uang atau alat tukar lainnya yang
mendapatkan uang tunai dari pemilik dana dan hanya wajib mengembalikan
secara formal di Indonesia masih relatif baru. Lembaga ini tumbuh dan
44
http://rinaldisantoso.blogspot.co.id/2011/11/pembiayaan-konsumen.html, diakses pada tanggal
03 Juni 2016.
35
Pembiayaan.45
اض ِرمن ُك ْم ِ َي أَُُّها الَّ ِذُن آمنُوا ََل ََتْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم ِبلْب
ٍ اط ِل إََِّل أَن تَ ُكو َن ِِتَ َارة َعن تَ َرَ َْ َ ْ َ َ َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu.” (Q.S. An-Nisa (4): 29).
Dari Muadz bin ‘Abdillah bin Khubaib, dari ayahnya, dari pamannya Radiyallahu
45
Ibid.
36
hanya sekedar peningkatan pada aspek kebutuhan primer dan sekunder masyarakat
1. Bagi Pemasok
terdapat juga konsumen yang mempunyai niat untuk membeli barang namun
oleh pemasok tidak hanya dapat dilakukan pada konsumen yang memounyai
cukup dana tunai, melainkan juga pada konsumen yang ketersediaan dana
46
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-pembiayaan-syariah-modal.html, diakses
pada tanggal 14 Juni 2016.
37
tunainta terbatas. Manfaat diatas juga dapat ditinjau dengan pendekatan lain.
Apabila pemasok melakukan penjualan dengan cara kredit maka dana tunai akan
diterima secara bertahap dan setelah jangka waktu tertentu. Dengan adanya
pembiayaan konsumen.47
2. Bagi Konsumen
membeli atau memiliki barang meskipun dana yang tersedia saat ini belum
cukup untuk seluruh harga barang atau jasa. Singkatnya, konsumen tidak harus
adalah penerimaan dari bunga dan biaya administrasi yang dibayarkan oleh
konsumen biasanya lebih tinggi daripada tingkat bunga kredit bank. Hal ini
konsumen menanggung resiko yang relatif lebih besar daripada penyaluran dana
47
Sigit Triandaru Totol Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 2. (Jakarta:
Salemba Empat). Hlm. 208-210.
48
Ibid. Hlm. 209.
38
menyalurkan kredit.
Kata al-ta’widh berasal dari kata ‘iwadha, yang berarti ganti atau
atau membayar konpensasi. Adapun menurut istilah adalh menutup kerugian yang
Istilah Arab yang digunakan untuk denda atau ganti rugi adalah gharamah.
Secara bahasa gharamah berarti denda. Sedangkan dalam bahasa Indonesia denda
mempunyai arti (1) hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk
uang: oleh hakim dijatuhkan hukuman kurungan sebulan atau sepuluh juta rupiah;
(2) uang yang harus dibayarkan sebagai hukuman (karena melanggar aturan,
yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan. Ketentuan umum yang berlaku
dinding.
49
http://ekonomisyariah.org, diakses pada tanggal 4 Mei 2016
50
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, hlm.
279.
51
Buku Kumpulan Fatwa DSN-MUI (Buku 1 Tahun 2000-2006/Fatwa No. 1-54. 2000, hlm. 4
39
2. Memperbaiki benda yang dirusak menjadi utuh kembali seperti semula selama
kembali. Apabila hal tersebut sulit dilakukan, maka wajib menggantinya dengan
pasti di masa akan datang atau kerugian immateriil, maka menurut ketentuan
hukum fiqh hal tersebut tidak dapat diganti (dimintakan ganti rugi). Hal itu karena
obyek ganti rugi adalah harta yang ada dan konkret serta berharga (diijinkan syariat
untuk memanfaatkannya).
pendapatnya “yang jelas Issuer Card (pihak penerbit) hanya membebankan biaya
pihak bank telah memberikan tenggang waktu satu bulan atau dua bulan. Apabila
Card holder bisa membayar nilai transaksi yang telah dilakukannya selama waktu
tersebut maka ia tidak akan dibebani biaya apapun lagi. Namun, ketika ia terlambat
keterlambatan”.52
dikeluarkan oleh nasabah pengguna syariah card, ketika seorang nasabah terlambat
melakukan pembayaran tagihan atas transaksi yang telah dilakukannya setelah jatuh
52
Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Card Syari’ah Kartu Kredit dan Debit Dalam
Perspektif Fiqih, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 184.
40
merupakan ganti rugi (ta’widh,). Ta’widh (ganti rugi), menurut pendapat Abd al-
ganti rugi dalam Islam menyatakan bahwa: Ganti rugi karena penundaan
pembayaran oleh orang yang mampu didasarkan pada kerugian yang terjadi secara
riil akibat penundaan pembayaran dan kerugian itu merupakan akibat logis dari
berdasarkan jenis kartu yang nasbah gunakan. Adapaun jenis kartu dalam iB
Hasanah Card digolongkan atas 3 (Tiga) jenis yaitu Kartu Clasicc, Kartu Gold dan
Kartu Platinum.54
yang dikeluarkan oleh pihak bank. Bank hanya boleh mengakui biaya penagihan
(ta’widh) yang nilainya sesuai dengan kerugian riil yang terjadi akibat penagihan
yang dilakukan oleh bank. Misalnya dalam penagihan, bank menghubungi nasabah
melalui telepon atau mendatanginya, maka biaya riil yang akibat penagihan ini
konvensional.55
53
Ibid.
54
www.bnisyariah.co.id diakses pada tanggal 25 Maret 2016.
55
http://ekonomi.kompasiana.com diakses pada tanggal 26 Maret 2016.
41
اّللَ َم َع َّ اعتَ ُدوا َعلَْي ِه ِبِِثْ ِل َما ْاعتَ َد ىى َعلَْي ُك ْم َواتَّ ُقوا
َّ اّللَ َو ْاعلَ ُموا أ
َّ َن ْ َفَ َم ِن ْاعتَ َد ىى َعلَْي ُك ْم ف
ي ِ
َ الْ ُمتَّق
“…maka, barang siapa melakukan aniaya (kerugian) kepadamu, balaslah ia,
seimbang dengan kerugian yang telah ia timpakan kepadamu. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah (2):194).
Kemudian kententuan ganti rugi juga dijelaskan secara tegas dalam hadits
ِ ِ ِ ِ َُّ
ُضهُ َوعُ ُق ْوبَتَه
َ َل الْ َواجد َُي ُّل ع ْر
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan
harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.” (HR. Nasa’i dari Syuraid bin
Suwaid, Abu Dawud dari Syuraid bin Suwaid, Ibu Majah dari Syuraid bin Suwaid,
dan Ahmad dari Syuraid dan Syuwaid)
Dan ketentuan dari fiqih muamalah mengenai ganti rugi, antara lain:
1. Ketentuan Umum
1) Ganti rugi (ta`widh) hanya boleh dikenakan atas pihak yangn dengan
4) Besar ganti rugi (ta`widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil (real
loss) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan
5) Ganti rugi (ta`widh) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang
dikenakan oleh shahibul mal atau salah satu pihak dalam musyarakah
2. Ketentuan Khusus
1) Ganti rugi yang diterima dalam transaksi di LKS dapat diakui sebagai
2) Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan
4) Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya
3. Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan
4. Ketentuan Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika di kemudian
mestinya.
Syariah, sanksi dapat diberikan kepada orang yang inkar janji, dan ketentuan
seseorang disebut ingkar janji dijelaskan dalam Pasal 36, yang menyebutkan
bahwa:56
56
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Bandung: Fokusmedia, 2008,
hlm. 22-23.
45
Pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi:
2. Pembatalan akad.
3. Peralihan resiko.
4. Denda, dan/atau
denda harus bersifat ancaman, yaitu dengan cara menarik uang terpidana dan
menahan darinya sampai keadaan pelaku menjadi baik. Jika sudah menjadi baik,
hukuman denda itulah yang tepat diterapkan pada pelaku pidana. Menurut mereka,
dalam jarimah ta’zir seorang hakim harus senantiasa berupaya agar hukuman yang
57
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan bil Qanunil Wad’iy, Terj. Tim
Tsalisah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor: PT Kharisma ilmu, hlm. 101-102.
46
melakukan tindak pidana yang sama. Oleh sebab itu, dalam menentukan suatu
hukumannya. Jika seorang hakim menganggap bahwa hukuman denda itu lebih
tepat dan dapat mencapai tujuan hukuman yang dikehendaki syara’, maka boleh
dilaksanakan.58
Istilah Arab yang sering digunakan dalam utang piutang adalah aldain dan
al-qardh. Sebagai transakai yang bersifat khusus, istilah yang lazim dalam fiqih
untuk transaksi utang piutang khusus ini adalah al-qardh. Secara bahasa al-qardh
berarti al-qoth’ (terputus). Harta yang dihutangkan pada pihak lain disebut qardh
“Al-Qard adalah penyerahan pemilikan harta al-miliyat kepada orang lain untuk
ditagih pengembaliannya, atau dengan pengertian lain, suatu akad yang bertujuan
untuk menyerahkan harta misliyat kepada pihak lain untuk dikembalikan yang
sejenis dengannya”.
58
Abdul Aziz Dahlan, 1980, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.,
hlm. 1175-1176.
59
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2002,
hlm. 169-171.
47
kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu.60
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber ajaran Islam (al-Qur’an dan al-Hadis)
ِۚ ۡ ۡ ۡ ِ ۡ ٰۖ ۡ ۡ
…ٱۡل ِۡث َوٱلعُد ىَو ِن َوتَ َع َاونُواْ َعلَى ٱلِ ِرب َوٱلتَّق َو ىى َوََل تَ َع َاونُواْ َعلَى
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Q.S. Al-
Maidah(5): 2).
karena orang yang hendak hutang adalah orang yang benarbenar membutuhkan
orang lain. Oleh karena itu Aallah sangat menghargai orang yang mau menolong
(HR. Muslim).
tidak syak lagi bahwa hal ini adalah suatu pekerjaan yang amat besar faedahnya
60
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, PT. Sinar Baru Algensindo, hlm. 306.
48
Setiap orang yang meminjam sesuatu kepada orang lain berarti peminjam
memiliki utang kepada orang yang berpiutang. Setiap utang wajib dibayar sehingga
berdosalah orang yang tidak mau membayar utang, bahkan melalaikan pembayaran
utang juga termasuk aniaya. Perbuatan aniaya merupakan salah satu perbuatan
kelebihan itu merupakan kemauan dari yang berhutang semata. Hal ini menjadi
“Sesungguhnya diantara orang yang terbaik dari kamu adalah orang yang sebaik-
sebenarnya atas dasar suka rela atau semacam “tanda terimakasih” dari pihak yang
61
Ibid., hlm. 307.
62
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 96.
49
berhutang, maka “tambahan” yang demikian itu, tidaklah termasuk dalam kategori
riba yang diharamkan. Menurut nash dari sejumlah hadits Nabi SAW perbuatan
melebihkan pembayaran hutang secara suka rela itu termasuk sunnah dan fadhilah
(perbuatan utama).63
menjadi perjanjian sewaktu akad, hal itu tidak boleh. Tambahan itu tidak halal atas
“Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat, maka itu salah satu dari beberapa
semua pembayaran hutang yang berlebih itu termasuk riba yang haram. Namun ada
Riba dibedakan kedalam dua macam. Riba nasi’ah dan riba fadl. Riba nasiah
63
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1992, hlm.
190.
64
Sulaiman Rasjid, op. cit., hlm. 308.
65
Hamzah Ya’qub, op. cit., hlm. 191.
50
Para ahli tafsir dan penjelasan para ahli hukum Islam, pada umumnya
mereka memandang bahwa riba yang dimaksudkan dalam Al-Qur'an adalah riba
nasiah. Yakni bentuk riba yang merajalela pada zaman jahiliah, yaitu berupa
Jadi riba jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok
Adapun yang dimaksud dengan riba fadl adalah pertambahan non ganti
dalam mengganti harta dengan harta lain yang masih dalam satu jenis.68 Ada juga
yang mengartikan riba fadl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar
atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk
Akad utang piutang dalam kartu kredit syariah sebagian besar memang telah
sesuai dengan konsep utang piutang dalam Islam. Namun dalam hal penerapan
denda ketika card holder tidak bisa membayar lunas tagihannya, menjadikan
perjanjian hutang piutang dalam kartu kredit syariah sama dengan riba yang banyak
66
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm. 29.
67
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakartai IIIT
Indonesia, 2003, hlm. 43.
68
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, 2004, Ekonomi Islam, alih bahasa: M. Irfan Syofwani,
Yogyakarta: PT Magistra Insania Press., hlm. 184.
69
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 41.
BAB III
BANDUNG
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan Bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah
dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan
mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih
dikenal sebagai “BNI 46” dan ditetapkan bersamaan dengan perubahan identitas
Permintaan akan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah pun mulai
bermunculan yang pada akhirnya BNI membuka layanan perbankan yang sesuai
dengan prinsip syariah dengan konsep dual system banking, yakni menyediakan
layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan UU No. 10
syariah, diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun 1999, Bank
70
http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx.
51
52
Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha untuk beroperasinya unit
usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah menerapkan strategi pengembangan
1. Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI Syariah membuka 5 kantor cabang
2. Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang syariah yang
untuk layanan perbankan syariah, tahun 2002 lalu BNI Syariah membuka dua
4. Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang semakin meningkat
untuk melayani masyarakat kota Jepara, BNI Syariah membuka Kantor Cabang
5. Pada bulan Agustus dan September 2004, BNI Syariah membuka layanan BNI
71
http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah, diakses pada tanggal 26 Juni 2016.
53
6. Dari awal beroperasi hingga kini, BNI Syariah menunjukkan pertumbuhan yang
1. Visi
Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan
kinerja.
2. Misi
kelestarian lingkungan.
syariah.
sebuah tim khusus yang menangani pendirian sebuah bank. Tim tersebut
Dewan Pengawas
Direktur Komisaris Syariah Komite
72
http://www.bnisyariah.co.id, diakses pada tanggal 26 Juni 2016..
55
Gambar 1.1.
Struktur Organisasi BNI Syariah KCP Surapati Core Bandung
kredit berdasarkan prinsip syariah, yaitu dengan sistem perhitungan biaya bersifat
tetap, adil, transparan, dan kompetitif tanpa perhitungan bunga. iB hasanah card
adalah kartu berbasis Syariah yang berfungsi seperti kartu pembiayaan sehingga
56
diterima di seluruh tempat bertanda Master Card dan semua ATM yang bertanda
Cirrus di seluruh dunia. iB hasanah card adalah salah satu kartu kredit yang
menggunakan akad Syariah, yang diterbitkan oleh BNI Syariah, berikut ketentuan
Fatwa.
1) Akad Kafalah
BNI Syariah adalah penjamin bagi pemegang iB hasanah card timbul dari
penarikan tunai
2) Akad Qardh
BNI Syariah adalah pemberi pinjaman kepada pemegang iB hasanah card atas
pinjaman dana.
3) Akad Ijarah
BNI Syariah adalah penyedia jasa system pembayaran dan pelayanan terhadap
iB hasanah card tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan
Syariah dam juga tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan (israf) Pemegang
73
http://www.bnisyariah.co.id/produk/hasanah-card, diakses pada tanggal 26 Juni 2016.
57
waktunya.
Hasanah Gold, dan Hasanah Platinum. Berikut syarat umum dan informasi biaya
Hasanah card dapat diterima sebagai alat pembayaran di lebih 29 juta tempat
usaha yang memasang logo Master Card di seluruh dunia. Hasanah card
juga memiliki fasilitas pengambilan uang tunai melalui ATM BNI maupun
ATM bank lain yang memiliki jaringan Master Card di seluruh dunia.
cabang BNI, ATM BNI, SMS Banking, internet Banking dan layanan
5) PerisaiPlus
tagihan Hasanah Card pada saat pemegang kartu tidak dapat membayar
7) Smart Spending
8) Dana Plus
Fasilitas transfer dana dari Hasanah Card ke rekening mana saja di Indonesia
melalui layanan telepon 24 jam BNI Card dengan nilai yang dapat ditransfer
9) SmartBill
Merupakan Fitur yang dapat dinikmati oleh pemegang BNI Hasanah Card
untuk melakukan pembayaran tagihan bulanan secara rutin secara auto debt.
Faslitas transfer tagihan ke kartu kredit bank lain atas nama pemegang kartu
12) Isi Ulang Pulsa 24 Jam dan Smart Reload (GSM & CDMA)
Fasilitas untuk pengisian pulsa 24 jam melalui BNI Call kapanpun dan
dimanapun.
60
Perlindungan asuransi bebas premi bagi pemegang Hasanah Card Gold, jika
Hasanah Gold.
3.3. Pelaksanaan Ganti Rugi (Ta’widh) Produk iB Hasanah Card di BNI Syariah
dalam operasionalnya pihak bank memiliki resiko kerdit dalam hal penundaan
kewajiban pembayaran dari pihak nasabah, maka BNI Syariah menerapkan suatu
pada batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan denda keterlambatan (lates
charge), namun denda keterlambatan tersebut akan digunakan sebagai dana social.
Jika pemegang kartu sampai dengan bulan berikutnya juga belum melakukan
minimum dari total tagihannya (10%), maka akan dikenakan biaya penagihan yang
nilainya disesuaikan dari masing-masing jenis kartu Hasanah Card, dan kartu akan
terblokir secara otomatis setelah tidak adanya pembayaran atas transaksi selama 4
74
Een Kurniati. Manajemen Resiko Pada Produk Hasanah Card (Studi Kasus Pada PT. BNI
Syariah). Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2010. Hlm. 71-73.
61
(empat) bulan dari jangka waktu yang ditentukan sehingga pemegang kartu tidak
dapat menggunakan kembali kartu Hasanah Card sampai nasabah melunasi seluruh
kewajibannya.75
ta’widh ini dibolehkan dengan berdasarkan pada surat Al-Maidah ayat 1, bahwa
yang dengan sengaja dalam penagihan kartu kredit. Besarnya nominal ta’widh
ditentukan berdasarkan biaya riil yang dikeluarkan oleh bank pada proses
penagihan, namun pada prakteknya, pada Hasanah card biaya ta’widh ditentukan
penagihan pada nasabah, maka biaya ta’widh akan semakin meningkat, karena
dalam hal penagihan ini BNI Syarih bekerjasama dengan agency, dalam bertugas
75
Wawancara pribadi dengan Elang. Bandung, 24 Juni 2016.
BAB IV
MUI/VIII/2004
4.1. Pelaksanaan Pembiayaan Kartu Kredit Syariah iB Hasanah Card PT. Bank
dan menyalurkan dana dari masyarakat ke masyarakat, saaat ini ada dua jenis bank
di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat yaitu bank konvensional dan bank
syariah, dimana kedua jenis bank tersebut saling bersaing dalam produk-produk
yang mereka keluarkan. Salah satu produk dari bank-bank tersebut yaitu kartu
kredit, dimana kartu kredit ini berfungsi untuk memanjakan nasabah dalam sebuah
transaksi baik pengambilan tunai atau belanja, seorang nasabah tidak perlu
membawa uang tunai karena dengan kartu tersebut orang dapat melakukan
transaksi yang diinginkan, hal ini juga untuk menghindari tindakan kriminal seperti
ditetapkan oleh PT. Bank BNI Syariah yang terdiri dari beberapa tahapan yang
wajib ditempuh oleh nasabah. Tahapan tersebut terdiri pengajuan data, perhitungan
62
63
biaya iB Hasanah Card, dan proses pengembalian dana. Begitupun dengan proses
perhitungan biaya yang ditetapkan dalam iB Hasanah Card juga mengacu pada
BNI Syariah merupakan salah satu bank yang memiliki produk kartu kredit
terdapat beberapa prosedur yang harus ditempuh oleh setiap nasabah, begitu juga
bagi nasabah pengajuan Hasanah Card. Mengenai hal tersebut, juga dijelaskan pada
kegiatan wawancara dengan salah satu karyawan BNI Syariah KCP Surapati Core
“Semua orang berhak untuk mengajukan kartu kredit syariah tidak ada batasan
dengan persyaratan melampirkan bukti slip gaji bagi karyawan, SIUP (Surat Izin
Usaha) dari rt/rw disertai rekening 3 (tiga) bulan terakhir bagi pemilik bisnis
online.”
1) Penginputan Data
Kriteria Batasan
Batasan Usia Kartu Utama 21-65 Tahun
Batasan Usia Kartu Tambahan 17-65 Tahun
Penghasilan Minimum Rp. 3.000.000,-
2) Verifikasi
terpenuhi, maka tahapan selanjutnya adalah proses verifikasi. Pada tahapan ini
3) Analisis
Pada bagian ini bank akan menganalisis track record nasabah mulai dari
proses BI Checking dan lain sebagainya sebagai bahan pertimbangan bagi bank
Syariah yaitu diberikannya bebas iuran tahunan seumur hidup. Kemudian dari
pihak bank akan mengirimkan kartu kredit syariah melalui kurir dalam keadaan
4.1.2. Perhitungan Biaya iB Hasanah Card Pada PT. Bank BNI Syariah
Card, PT. Bank BNI Syariah menentukan beberapa jenis biaya. Biaya yang
dikenakan disesuaikan dengan jenis kartu, hal ini dimaksudkan agar mempermudah
66
bertransaksi menggunakan kartu kredit syariah iB Hasanah Card. Setiap jenis kartu
iB Hasanah Card memiliki limit kartu yang telah ditentukan oleh pihak penerbit,
Selain menentukan limit kartu, pihak bank juga menentukan nasabah yang
yang telah dijelaskan pada bagian prosedur pengajuan Hasanah Card. Hal tersebut
“Kartu kredit syariah terdiri dari tiga jenis, yaitu classic, gold, dan platinum
ketentuan dari Bank Indonesia, namun bagi yang berpenghasilan dibawah tiga
jutapun berhak untuk mengajukan kartu kredit syariah, akan tetapi yang
bagian analisis.”
tagihan.
67
Selain itu pihak bank juga mengeluarkan jenis biaya yang dikenakan kepada
nasabah pengguna iB Hasanah Card, adapun jenis biaya tersebut adalah sebagai
berikut:
sebagai berikut:
sebagai berikut:
ditetapkan oleh pihak penerbit yakni PT. Bank BNI Syariah, yang mana
ketentuan tersebut harus ditaati oleh nasabah iB Hasanah card. Hal ini sesuai
68
dengan hasil wawancara dengan staf BNI Syariah KCP Surapati Core divisi
”Pembayaran minimum dari tagihan itu adalah 10%, misalkan kamu transaksi
satu juta nanti akan timbul tagihan satu juta. Idealnya kan kamu harus
membayar satu juta tapi dikarenakan belum mampu untuk membayar dengan
jumlah sebesar itu maka kamu boleh untuk membayar besaran minimumnya
Dalam hal ini sangat berbeda dengan kartu kredit bank BNI
konvensional, untuk biaya penarikan tunai kartu kredit BNI konvensional yaitu
sebesar 6% dari jumlah penarikan tunai, atau Minimal Rp. 50.000,- untuk Kartu
Silver dan Gold. Minimal Rp. 100.000,- untuk kartu Titanium dan Platinum.
Untuk Annual Membership Fee dan Monthly Membership Fee merupakan biaya
fee dari akad ijarah (akad sewa) dan nasabah minimal melakukan pembayaran
tagihan minimal 10% dari tagihan atau cicilan, kemudian ketika nasabah
melakukan penarikan tunai maka dikenakan biaya Rp. 25.000,- per transaksi,
yang mana biaya tersebut merupakan biaya untuk membayar Master Card.
Membership Fee limit kartu gold Rp.10.000.000,- dimana monthly fee nya
dimana ditagih pada tanggal 18 Juni dan jatuh tempo tanggal 8 Juli 2016, dimana
outstanding (sisa hutang yang belum dibayar) adalah Rp.900.000,-. Maka Net
Monthly Membership Fee adalah sejumlah Rp. 49.300,- (Monthly Membership Fee-
cash Rebate).
pengurangan dari monthly fee. Besarnya persentase Cash Rebate tidak diperjanjikan
dalam bentuk akad dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebijakan BNI
Syariah.
70
Setelah proses penerbitan kartu kredit iB Hasanah Card ini selesai, maka
sebagaimana fungsi dari kartu kredit. Maka dari setiap transaksi yang dilakukan,
nasabah wajib untuk mengembalikan dana yang telah terpakai sesuai dengan
prosedur pengembalian yang diterapkan oleh BNI Syariah. Pihak bank akan
jatuh tempo sebagai salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya permasalahan
Dalam hal ini nasabah wajib mengembalikan biaya sesuai dengan jenis-jenis
biaya yang telah ditetapkan oleh pihak bank dalam produk iB Hasanah Card yaitu
biaya annual membership fee (iuran tahunan) hal ini berlaku ketika nasabah telah
mencapai satu tahun dalam menggunakan kartu kredit syariah, kemudian monthly
membership fee (iuran bulanan) yang merupakan biaya bulanan yang wajib dibayar
nasabah, pembayaran 10% dari tagihan ketika nasabah membayar tagihan dengan
klasik dimana nasabah tidak mampu untuk mengembalikan dana yang telah
dipakainya dalam rentang waktu yang telah ditentukan, maka nasabah akan
dikenakan biaya ganti rugi (ta’widh) sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
nasabah atas kelalain yang telah dilakukanya, padahal bank telah memberikan
bahwasannya proses penerbitan iB Hasanah Card yang dilakukan oleh PT. BNI
ditetapkan oleh bank yang tediri dari tiga tahapan yang harus dipenuhi oleh calon
nasabah iB Hasanah Card, yaitu proses penginputan data, analisis, dan verifikasi
dimana pada proses verifikasi akan menjadi bahan pertimbangan bank dalam
BNI Syariah juga mengacu pada SOP yang telah ditetapkan oleh bank, pengambilan
dari akad ijarah (sewa), dimana pihak bank akan memberikan empat jenis biaya
yang dikenakan kepada nasabah iB Hasanah Card yaitu Annual Membership Fee
10% dari tagihan atau sesuai cicilan, dan biaya pengambilan tunai Rp. 25.000,- per
transaparan kepada nasabah dan dengan perhitungan yang rill. Pihak bank juga
kepada nasabah iB Hasanah Card yang telah melakukan pembayaran yang sifatnya
sebagai pengurang dari Monthly Fee dengan besaran persentase tidak diperjanjikan
dalam bentuk akad dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebijakan BNI
bahwa nasabah wajib untuk mengemabalikan dana yang telah dipakai selama satu
72
bulan kepada bank sesuai dengan jenis-jenis biaya yang telah diterapkan pada iB
Hasanah Card. Pada proses pengembalian dana inilah tidak jarang timbul
timbulnya biaya ganti rugi (ta’widh) yang harus ditanggung nasabah akibat
Dalam setiap melakukan transaksi terlebih bagi seorang nasabah bank yang
menggunakan produk iB Hasanah Card tentunya ada beberapa prosedur yang harus
diikuti oleh nasabah tersebut. Salah satu prosedur yang ada dalam iB Hasanah Card
yaitu ketika nasabah terlambat membayar tagihan atas transaksi yang dilakukannya
hal tersebut adalah prosedur pembayaran ganti rugi (ta’widh) atas keterlambatan
pembayaran ganti rugi (ta’widh) pada produk iB Hasanah Card di BNI Syariah KCP
1. Ta’widh (ganti rugi) yang dikenakan kepada nasabah berlaku bila nasabah
jangka waktu yang telah ditetapkan oleh pihak penerbit. Mengenai hal
tersebut juga dijelaskan oleh salah satu staf divisi Hasanah Card BNI
2. Biaya ta’widh berhak dikenakan kepada nasabah yang menyalahi akad yang
telah ditetapkan.
3. Besaran biaya ganti rugi (ta’widh) yang dikenakan pada nasabah merupakan
Syariah dapat dilakukan melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri) atau bisa
yang menyalahi akad, besaran biaya ta’widh merupakan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh manajemen bank BNI Syariah, pembayaran ta’widh dapat
dilakukan melalui ATM atau datang langsung ke bank, dan bank akan melakukan
pemblokiran sementara setalah 4 bulan tidak ada pembayaran.
4.3. Ganti Rugi (Ta’widh) dalam Produk iB Hasanah Card di BNI Syariah KCP
Ta’widh yang telah ditentukan oleh PT. Bank BNI Syariah merupakan biaya
yang harus dikeluarkan oleh nasabah iB Hasanah Card ketika nasabah tersebut
dilakukan, dalam hal ini ta’widh akan dikenakan kepada nasabah setelah
mendapatkan tagihan baru setelah tanggal jatuh tempo bulan sebelumnya. Hal ini
sesuai dengan yang dijelaskan oleh karyawan Bank BNI Syariah KCP Surapati
“Katakan kamu belum melakukan pembayaran pada tanggal jatuh tempo, misalkan
pada tanggal 24 Juni kamu transaksi dan pada tanggal 18 Juli kamu cetak tagihan
dan pada tanggal 19 Juli kamu sudah terima lembar tagihan, itu dikasih waktu dua
puluh hari sampai dengan tanggal 8 agustus, tapi kalau kamu belum bayar juga
sampai dengan tanggal tagihan bulan berikutnya maka akan dikenakan biaya
ta’widh.”
“Biaya tagihan ini dilakukan dalam kondisi belum terlambat, yaitu sebelum
jatuh tempo, pihak bank akan memberikan lembar tagihan kepada nasabah lebih
awal bahwa nasabah Hasanah Card wajib membayar biaya tagihan pada tanggal
ketika nasabah lupa atau sengaja membayar tagihan sementara bank sudah
mengingatkan baik melalui surat atau via telefon. Biaya tagihan yang dikeluarkan
telah disesuaikan dengan ketentuan fatwa DSN sebesar kerugian riil yang
penyalahan akad.
(ta’widh) yang ditentukan oleh pihak bank sudah merupakan kebijakan manajemen,
hal tersebut dijelaskan oleh karywan divisi Hasanah Card BNI Syariah KCP
menampilkan biaya ganti rugi ini di awal akad, jadi nasabah tidak akan complain
murni bagi pihak bank, sebagaiman yang telah ditentukan dalam fatwa DSN
mengenai ta’widh. Di BNI Syariah sendiri biaya ganti rugi ini digunakan untuk
76
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh staf BNI Syariah divisi Hasanah Card,
bahwa:
tapi bank syariah juga menyisihkan untuk melakukan kegiatan sosial seperti
memberikan santunan pada panti asuhan, mengenai besaran porsinya berapa itu
Berdasarkan penjelasan di atas, besaran biaya ganti rugi telah sesuai dengan
fatwa DSN yaitu sesuai dengan kerugian riil yang dikeluarkan oleh pihak bank
yang jelas mengenai mekanisme perhitungan biaya kerugian riil yang ditetapkan
oleh pihak manajemen BNI Syariah, hal tersebut memang telah dijelaskan dalam
melakukan pembayaran biaya tagihan ganti rugi selama berbulan-bulan maka pihak
bank akan menawarkan dua kebijakan, yaitu pertama dengan melakukan cicilan
tanpa ada biaya tambahan, namun nasabah tetap wajib untuk membayar biaya
“Orang terlambat bayar itu merupakan masalah classic, biaya yang muncul
misalkan ada orang terlambat melakukan pembayaran selama lima bulan, dengan
total biaya 10 juta, sepuluh juta itu tidak murni merupakan transaksi pemakaian
77
yang telah dilakukan oleh nasabah, karena ada biaya ganti rugi yang dikenakan
memiliki dua kebijakan, yang pertama dalah cicilan tetap, yaitu kita memberikan
dulu dp minimalnya berapa nanti sisanya silahkan dicicil dengan rentang waktu
berepa tahun tanpa adanya biaya tambahan, itu kalo dicicil tetap. Yang kedua kita
menawarkan diskon lunas, tadikan saya bilang besaran total tersebut bukan murni
biaya pemakaian nasabah tapi ada juga biaya ganti rugi yang dikenakan pada
nasabah, yang munculnya biaya keterlambatan tersebut dapat kita hapuskan tapi
yang pokok yaitu yang nasabah pakai tetap harus dibayar, karena prinsipnya kan
hutang.
pembayaran biaya ganti rugi (ta’widh) telah sesuai dengan yang telah dijelaskan
oleh fatwa DSN bahwa apabila terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak,
Kartu kredit akan secara otomatis terblokir sementara ketika nasabah tidak
biaya tagihan, tapi jika sudah melebihi empat bulan maka kartu kredit tersebut tidak
dapat diaktifkan kembali meskipun telah melakukan pelunasan biaya tagihan. Hal
tersebut diperjelas dari hasil wawancara dengan staff BNI Syariah KCP Surapati
Core, bahwa:
“Kartu terlambat aja dua bulan, itu otomatis terblokir tapi sifatnya sementara
sampai dengan keterlambatan empat bulan, jadi selama itu kartu tidak dapat
78
dipakai tapi kalau nasabah tersebut bayar baru kartu kredit tersebut dapat dipakai
kembali, tapi kalau sudah terlambat lima bulan tidak akan bisa diaktifkan lagi
meskipun dia sudah membayar full tetap tidak bisa, karena sudah kaya permanen.”
pembayaran, terdapat dua bagian yang menangani hal tersebut, yaitu bagian telefon
dan bagian penagihan, bank akan melakukan penagihan melalui telfon dengan
langsung ke tempat nasabah dengan etika yang santun dan tegas, dan itu merupkan
kebijakan manajemen. Hal tersebut dijelaskan oleh staff BNI Syariah KCP Surapati
Core, bahwa:
“Dari segi penangananya kita ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu bagian telefon
dan bagian lapangan. Kalo ada yang terlambat kita telefon dulu tapi jika masih
“Jadi kita sudah dipakem sama manajemen tidak boleh beretika keras, jadi
memang harus santun dan yang paling dilarang oleh manajemen adalah keluar
kata-kata kasar, kalo misalkan penagihannya sama aja kaya konvensional apa
bedanya syariah sama konvensional, tapi kalau tegas tidak apa-apa, beda ya kasar
sama tegas, tapi tegas juga kita lihat dulu berapa lama keterlambatannya, kalau
baru dua bulan masa udah tegas, kalau dua bulan ya sifatnya mengingatkan, tapi
bahwa bank syariah beroperasi dengan etika yang sesuai dengan tuntunan yang
diajarkan dalam Islam, bahwa penagihan dilakukan dengan cara yang santun dan
sopan.
BNI Syariah KCP Surapati Core Bandung bahwa prosedur dan ketentuan ta’widh
yang diterapkan sebagian besar telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan dalam
(Ta’widh). Kesesuaian mengenai ta’widh dalam iB Hasanah Card dapat dilihat dari
tentang ta’widh, bahwa ganti rugi (ta’widh) yang mereka kenakan kepada
nasabah dikarenakan dengan sengaja atau karena kelalaian dari nasabah itu
sendiri.
penerbit iB Hasanah Card bahwa ganti rugi yang dibayarkan oleh nasabah
kepada bank menjadi pendapatan pihak bank, karena itu merupakan biaya
yang pernah dikeluarkan oleh pihak bank selama proses penagihan, kemudian
dalam hal ini antara bank dengan nasabah pengguna iB Hasanah Card.
pembayaran tagihan oleh nasabah, pihak bank BNI Syariah mengikuti dari
mengenai perhitungan biaya kerugian riil pada ta’widh di BNI Syariah, karena pada
biaya kerugian riil pada ta’widh karena hal tersebut sudah merupakan kebijakan
manajemen dari BNI Syariah, sedangkan berdasarkan fatwa DSN No. 43/DSN-
MUI/VIII/2004 bahwa besaran biaya yang dapat dikenakan pada ta’widh adalah
PENUTUP
5.1. Simpulan
Syariah KCP Surapati Core Bandung, dapat diambil beberapa kesimpulan antara
lain:
dengan adanya proses pemasaran oleh bagian marketing dari pihak bank
kemudian nasabah akan melalui tiga tahapan utama yaitu penerbitan kartu
yang terdiri dari penginputan data, verifikasi data, dan analisis data sebagai
Card, dimana nantinya nasabah akan dikenakan empat jenis biaya iB Hasanah
Fee (iuran bulanan), pembayaran minimal 10% dari cicilan atau tagihan, dan
biaya pengambilan tunai Rp. 25.000,- sebagai biaya master card. Kemudian
setiap bulannya dengan biaya-biaya lain yang telah ditetapkan dalam produk
iB Hasanah Card, dari proses pengembalian dana inilah tidak jarang terjadi
dana yang telah terpakai dalam rentang waktu yang telah ditentukan sehingga
81
82
2. Konsep pembayaran ganti rugi (ta’widh) di BNI Syariah KCP Surapati Core
dikenakan pada nasabah yang lalai atau sengaja tidak membayar biaya tagihan
bank.
(ta’widh) pada iB Hasanah Card di BNI Syariah telah sesuai dari penjelasan
yang tata caranya merupakan ketentuan bank yang telah disepakati oleh
bahwa kerugian yang dikenakan ta’widh merupakam kerugian riil yang dapat
83
5.2. Saran
dan tertarik untuk menggunakan kartu kredit syariah iB Hasanah Card sebagai
informasi yang lebih jelas mengenai perhitungan biaya kerugian riil ganti rugi
(ta’widh) yang dijelaskan pada saat melangsungkan akad dan tertera pada
pembayaran tagihan.
84
3. Kepada Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve. 1980.
Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Cards Syariah. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2006.
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:
IIIT Indonesia. 2003.
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi 1. Cet. Ke-2.
Jakarta: Kencana. 2010.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2007.
85
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.
Sigit Triandaru Totol Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi
2. Jakarta: Salemba Empat. 2006.
86
3. LAPORAN
Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia. No. 54 tentang Syariah
Card. Jakarta: DSN-MUI. 2006. (PDF Version).
4. WEBSITE
87